TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Padi Sawah Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman penghasil bahan pangn pokok di kebanyakan Negara daerah tropis, terutama di Negara Asia Afrika. Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Kingdom
:Plantarum
Divisio
:Spermatophyta
Sub Divisio
:Angiospermae
Class
:Monocotyledonae
Ordo
:Graminales
Family
:Graminae
Sub Family
:Oryzidae
Genus
:Oryzae
Species
:Oryza Sativa
(Kartasapoetra, 1988). Tumbuhan padi sawah adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air (Water Plant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa tanaman padi itu hanya bisa tumbuh diatas tanah yang terus menerus di genangi air,
baik
penggenangan itu terjadi secara alamiah yang disebut rawa-rawa, maupun penggenganggan itu disengaja yang disebut tanah sawah. Padi juga dapat tumbuh ditanah kering asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akar air (Utomo, M dan Nazaruddin, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Padi merupakan tanaman yang membutuhkan air yang sangat cukup untuk hidupnya. Tanaman ini tergolong semi aquaris yang cocok di tanam di tanah tergenang. Biasanya padi tanaman di sawah yang menyediakan kebutuhan air cukup untuk pertumbuhan, meskipun demikian padi juga dapat diusahakan di lahan kering atau istilahnya padi gogo. Namun kebutuhan airnya pun harus terpenuhi ( Utomo, M dan Nazaruddin, 2003). Penerapan Teknologi Sistem Tanam Legowo Perkembangan teknologi yang dalam hal ini pada budidaya padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produksi dan untuk memberikan kesejahteraan kepada para petani pengusaha padi. Seperti yang kita ketahui meskipun negara kita adalah negara agraris yang sebahagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani, tetapi kondisi petani
tetap
saja
memprihatinkan
(Utomo dan Nazarudin, 1996). Sistem tanam Legowo 4:1 artinya penanaman dengan sistem di mana jarak antar barisan tanaman sekitar 20 cm dan jarak antar tanaman padi dengan lainnya hanya berkisar 10 cm. Cara penanaman adalah jarak tanam dalam baris dirapatkan menjadi 10 cm, antarbaris 20 cm.Setiap 4 baris dikosongkan 1 baris, sehingga jarak antara 4 baris tanaman yang satu dengan 4 baris yang lain menjadi 40 cm.Jumlah bibit per lubang 3 batang. Tanam jajar legowo dianjurkan penerapannya terutama di daerah yang banyak hama dan penyakit, atau pada lahan sawah yang keracunan besi. Jarak tanam pada dua baris terpinggir pada tiap unit legowo biasanya (aslinya) lebih rapat daripada baris yang ditengah. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasi
Universitas Sumatera Utara
populasi tanaman pada baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong, di antara unit legowo, dapat dibuat parit dangkal yang berfungsi untuk mengumpulkan keong mas dan menekan tingkat keracunan besi pada tanaman padi. Keuntungan sistem tanam legowo secara prinsip memberikan pengaruh tanaman pinggir (border effect), yaitu semakin luasnya jelajah perakaran tanaman sehingga memungkinkan tanaman menjadi lebih sehat dan bernas yang pada akhirnya memberikan hasil lebih tinggi.Populasi tanaman meningkat dari 250.000 rumpun menjadi 400.000 rumpun (60%). Lebih memudahkan pekerjaan seperti menyemprot atau memupuk tanaman dimana petani dapat berjalan di lahan yang kosong tanpa mengganggu tanaman. Sistem tanam legowo 4:1 dapat dijelaskan pada gambar 1.
Gambar 1. Sistem Tanam Legowo 4:1 Adapun cara dan teknik bercocok tanam yang dianjurkan dalam teknologi legowo dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Cara dan Teknik Bercocok Tanam yang dianjurkan dalam Penerapan Teknologi Sistem Tanam Legowo No Uraian Cara dan Teknik Bercocok Tanam 1 Pengolahan tanah Diberikan pupuk kandang sebanyak 1-2 ton/ha pada saat pengelolaan tanah kedua 2 Sistem tanam Legowo 4:1 3 Jumlah benih/ lubang 1-2 4 Jumlah benih/ ha 0,8-1 Kg 5 Umur bibit 10-15 hari 6 Dosis pupuk Nitrogen, Fosfat, Kalium, Hara S dan Zn 7 Pengelolaan air Irigasi berselang (Intermitten) 8 Bahan organik 1-2 ton/ ha 9 Panen dan pascapanen Power Thresher Pengolahan Tanah Pada teknologi sistem tanam legowo pengolahan tanah harus dilakukan hingga berlumpur dan rata yang dimaksudkan untuk menyediakan media pertumbuhan yang baik bagi tanaman padi dan untuk mematikan gulma. Pembajakan tanah dilakukan dua kali. Setelah pembajakan pertama sawah digenang dahulu sekitar 7-15 hari, kemudian dilakukan pembajakan kedua diikuti penggarukan untuk meratakan pelumpuran. Untuk tanah yang lapisan olahnya dalam, pengolahan cukup dilakukan dengan penggarukan tanpa pembajakan terutama pada musim kemarau. Kemudian diberikan pupuk organik dalam bentuk jerami atau pupuk kandang sebanyak 2 ton/ha pada saat pengolahan tanah kedua. Pada saat pemberian pupuk organik ini dilakukan sampai tercampur dengan rata. Sistem Tanam Adapun sistem tanam yang digunakan adalah sistem tanam legowo 4:1. Dalam penanaman pola jajar Legowo 4:1 ini terdapat empat baris tanaman padi dan diselingi oleh satu baris tanaman padi dan diselingi satu baris yang sengaja dikosongkan. Hal ini bertujuan untuk mengkompensasikan populasi tanaman pada
Universitas Sumatera Utara
baris yang dikosongkan. Pada baris yang kosong dapat dibuat benteng. Benteng berfungsi untuk memudahkan pada saat pemupukan sehingga petani tidak perlu turun kesawah. Jumlah Benih Per Lubang Pada teknologi sistem tanam legowo ini jumlah benih yang ditanam adalah 1-3 per lubang, sehingga dapat menghemat benih. Manfaat lain dari pengurangan benih yang ditanam juga agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik, perakaran lebih intensif dan anakan lebih banyak. Jumlah Benih Per Hektar Jumlah benih per hektar pada sistem tanam legowo ini adalah sekitar 1015 kg/ha. Umur Bibit Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini adalah sekitar 10-15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banyak. Perakaran bibit berumur <15 hari lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan stress akibat dipindahkan dari persemaian ke lahan pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak dengan irigasi berselang dan diberi pupuk organik. Dosis pupuk Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan kebutuhan pupuk bagi tanaman padi adalah: kebutuhan hara tanaman, ketersediaan hara dalam tanah, pH tanah, dan adanya sumber hara lain terutama K dan N dari bahan organik, air irigasi dan sebagainya. Bila sumber hara lain dapat diketahui jumlahnya maka takaran pupuk perlu dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
-
Nitrogen Optimalisasi penggunaan pupuk N (Urea) dalam teknologi sistem tanam
legowo dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan BWD ( Bagan Warna Daun). BWD adalah alat sederhana untuk mengukur warna daun padi. Alat ini terdiri dari komponen warna yang menyerupai warna daun padi yang dibedakan kedalam enam skala warna. Masing-masing dicirikan oleh warna padi. Skala 1 (kuning) mencerminkan tanaman sangat kekurangan N, sedangkan skala 6 (hijau tua) mengambarkan tanaman sangat kelebihan N. Dengan menggunakan BWD dapat diketahui kapan tanaman padi harus diberikan pupuk N sesuai dengan dosis pupuk yang harus diberikan. -
Fosfat Takaran pupuk Fosfat (P) pada teknologi sistem tanam legowo ini
ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah dengan HCl 25%. Hara P yang diperlukan tanaman padi relatif sedikit, sekitar 10% dari jumlah hara N dan K. Namun demikian ketersediaan hara P ditanah tergantung berbagai faktor seperti pH tanah, kandungan Fe, Al, dan Ca, tekstur, senyawa-senyawa organik, mikroorganisme dalam tanah, yang tidak kalah penting adalah kondisi tanaman terutama perakarannya. -
Kalium Ketersediaan dan sumber hara K di alam umumnya cukup banyak. Selain
dari mineral tanah, hara K juga dapat bersumber dari air irigasi, jerami padi, dan bahan organik lainnya. Oleh karena itu, tanaman padi kurang tanggap terhadap pemberian pupuk K. Untuk memudahkan penentuan kebutuhan pupuk K bagi
Universitas Sumatera Utara
tanaman padi takaran pupuk ditetapkan berdasarkan hasil analisis tanah atau status hara. -
Hara S dan Zn Belum optimalnya hasil tanaman padi di beberapa lahan sawah berbagai
daerah disebabkan oleh kurangnya hara seperti belerang (S) dan seng (Zn). Untuk mengantisipasi kendala tersebut maka perlu dilakukan analisis tanah untuk menentukan kebutuhan hara tanaman. Pengelolaan Air Pengelolaan air yang digunakan pada teknologi sistem tanam legowo adalah irigasi berselang ( intermitten ). Pada sistem irigasi berselang, tanah diusahakan untuk mendapat aerasi beberapa kali agar tidak terlalu lama dalam kondisi anaerobic yaitu dengan cara mengatur waktu pengairan dan pengeringan atau drainase. Pemberian Bahan Organik Jumlah bahan organik yang digunakan bergantung pada ketersediaan, jenis dan jumlahnya. Usahakan agar jerami dikembalikan ke lahan sawah, dengan cara dibenam atau diolah menjadi kompos, atau dijadikan pakan ternak (sapi) yang kotorannya diproses menjadi kompos pupuk kandang. Untuk 1 Ha lahan diperlukan 1-2 ton kompos pupuk kandang, diaplikasikan setiap musim kalau tersedia dengan harga murah. Di desa Lubuk Bayas telah diterapkan teknologi lanjutan yang dapat mendukung sistem tanam legowo ini yaitu Sistem Integrasi Padi Ternak (SIPT) yang bertujuan untuk memudahkan petani dalam memperoleh pupuk kandang.
Universitas Sumatera Utara
Petani dianjurkan membuat sendiri kompos campuran jerami padi, bahan hijauan, kotoran ternak dan serbuk kayu. Sebelum megenal teknologi sistem tanam legowo petani di desa ini tidak menggunakan pupuk kandang sama sekali pada usaha tani mereka. Panen dan Pasca Panen Ada 4 jenis alat perontok padi yang dikenal, yaitu: 1. Krepyok, yaitu alat perontok padi tradisional dengan sistem membanting 2. Dayung, alat perontok padi dengan cara mendayung 3. Commant layang, yaitu alat perontok padi yang sudah lebih efisien dari sistem dayung 4. Power Therser, yaitu alat perontok padi modern yang dianjurkan untuk digunakan pada sistem tanam legowo ini. Sebelumnya petani di desa Lubuk Bayas menggunakan Commant layang sebagai alat perontok padi. Tapi kemudian setelah masuk sistem tanam legowo dan adanya bantuan dari pemerintah untuk menyumbangkan alat-alat pertanian yaitu Power Threser, para petani mulai menggunakan Power Therser sebagi alat perontok padi. Organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Petani yang berada di Desa Lubuk Bayas 70% adalah anggota Petani Pemakai Air yang menerapkan sistem tanam legowo 4:1. Perkumpulan Petani Pemakai Air merupakan organisasi sosial dari para petani, yang tidak berinduk atau bernaung pada golongan/partai politik merupakan organisasi yang bergerak di bidang pertanian, khususnya dalam kegiatan pengelolaan air pengairan sehubungan dengan kepentingan-kepentingan melangsungkan usaha tani bersama.
Universitas Sumatera Utara
P3A bertujuan mendayagunakan potensi air irigasi yang tersedia di dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan untuk kesejahteraan masyarakat tani. Tugas P3A adalah sebagai berikut: 1. Mengelola air dan jaringan irigasi di dalam petak tersier atau daerah irigasi pedesaan agar air irigasi dapat diusahakan untuk dimanfaatkan oleh anggotanya secara tepat guna dan berhasil guna dalam memenuhi kebutuhan pertanian dengan memperhatikan unsur pemerataan di antara sesama petani. 2. Melakukan pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan, sehingga jaringan tersebut dapat tetap terjaga kelangsungan fungsinya. 3. Menentukan dan mengatur iuran para anggota yang berupa uang, hasil panen atau tenaga untuk pendayagunaan air irigasi dan pemeliharaan jaringan tersier atau jaringan irigasi pedesaan serta usaha-usaha pengembangan perkumpulan sebagai suatu organisasi. 4. Membimbing dan mengawasi para anggotanya agar memenuhi semua peraturan yang ada hubungannya dengan pemakai air yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Kartasapoetra, 1994). Adanya partisipasi dari petani terhadap kegiatan perkumpulan petani pemakai air (P3A), maka mendorong berjalannya peranan P3A dalam meningkatkan produksi dan produktivitas lahan dan juga akan mempengaruhi tingkat pendapatan petani (Swasono, 1987). Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha peningkatan produksi pertanian melalui panca usahatani adalah pengairan. Air adalah salah satu syarat mutlak bagi kehidupan dan pertumbuhan tanaman. Air dapat datang dari hujan
Universitas Sumatera Utara
atau harus melalui pengairan yang diatur oleh manusia. Keduanya harus sesuai agar benar-benar tanaman mendapatkan air secukupnya, tidak kurang tapi juga tidak terlalu banyak. Pengairan meliputi pengaturan kebutuhan air bagi tanaman didalamnya termasuk drainase. Pengairan sering disebut irigasi yang terdiri dari irigasi teknis, setengah teknis dan irigasi sederhana (Mubyarto, 1985). Pengairan (irigasi) adalah pemberian air secara sengaja dan teratur pada sebidang lahan tanaman. Tujuan utama pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman. Dengan pengairan, tersedia air yang cukup dalam satu periode apabila curah hujan alami berkurang. Dalam kondisi kekurangan air, pengairan berbasis menambah unsur air dalam tingkat siklus air sehingga menjadi tersedia bagi pertumbuhan tanaman. Dalam kondisi jumlah air tersebut berlebihan, kelebihan air dapat dibuang sehingga tidak terjadi genangan yang akan merugikan pertumbuhan tanaman. Pembuangan air tersebut disebut drainase. Cadangan air yang berjumlah banyak akan dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam jangka waktu lama untuk masa mendatang dan disimpan dalam simpanan cadangan air. Sumber cadangan air tersebut perlu mendapat perlindungan atau konservasi (Supardjo, 1993). Keadaan sosial ekonomi petani erat kaitannya dengan motivasi petani dalam memanfaatkan air irigasi. Kurangnya partisipasi petani dalam kegiatan organisasi dan memanajemen disebabkan antara lain oleh status kepemilikan tanah, modal, tingkat pendapatan, dan adanya usaha lain dari petani disamping cara budi daya tanaman pangan (Gustina, 2001). Pemerintah negara-negara yang sedang berkembang perlu memberikan hak politik bagi organisasi itu untuk melindungi dan memperjuangkan hak petani
Universitas Sumatera Utara
atas air. Organisasi ini perlu diberi hak sebagai otorita pengelola sumber air yang ada dalam wilayah kerjanya. Dengan demikian siapa saja yang berasal dari luar desa yang ingin memanfaatkan sumber air yang ada di wilayah kerja P3A dengan tujuan komersial harus bermusyawarah dengan organisasi itu agar hak petani atas air dapat terus terjamin (Soetrisno,1996). Pembentukan/ pengesahan/ pengakuan P3A sebagai badan hukum menurut KUHP tersebut dilakukan dengan cara menerbitkan surat keputusan Bupati dan Meregistrasi di dalam buku besar. Sebagai badan hokum P3A waib memiliki AD/ART serta syarat-syarat lain yang ditetapkan oleh Bupati kepala daerah tingakt II. Dalam instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1984 tentang pedoman pelaksaan pembinaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah wadah perkumpulan dari petani atau kelompok tani yang mengelola air irigasi dalam suatu petak tersier atau daerah irigasi pedesaan (Ambler, 1992). Produksi Padi Dalam peningkatan produksi pertanian khususnya teknologi memegang peranan penting melalui peningkatan teknologi pertanian memungkinkan peningkatan produksi dari jumlah masukan tetap atau penurunan jumlah masukan untuk memperoleh hasil yang tetap. Dengan demikian pengembangan teknologi pertanian merupakan suatu langkah yang strategis untuk meningkatkan produktivitas pertanian, bahwa manfaat dari perubahan teknologi dapat terjadi secara langsung berupa peningkatan produktivitas dapat juga secara tidak langsung melalui penyesuaian harga faktor produksi (Tohir, K. A, 1993). Produksi padi merupakan hasil dari usahatani padi yang diperoleh per tahun atau pun per musim tanam. Produksi padi ditentukan oleh produktifitas dari
Universitas Sumatera Utara
usahatani padi tersebut. Usaha peningkatan produksi padi perlu dilakukan oleh petani. Sehingga hasil yang diperoleh mencapai optimal. Penerimaan Penerimaan adalah semua hasil yang diperoleh petani dalam melakukan usahatani dalam bentuk rupiah. Penerimaan usahatani diperoleh dengan mengalikan total produksi dengan harga jual petani. Penerimaan petani sangat dipengaruhi oleh besar dari hasil produksi dan produktifitas. Semakin tinggi produksi dan produktifitas maka pendapatan petani juga akan semakin tinggi. Penerimaan petani juga ditentukan oleh harga dari hasil produksi usahatani di pasar. Harga yang tinggi akan meningkatkan penerimaan dari suatu usahatani , begitu juga sebaliknya harga yang rendah dari suatu hasil usahatani akan menurunkan penerimaan dari suatu usahatani. Pendapatan Pendapatan keluarga petani adalah merupakan pendapatan ataupun penerimaan yang diperoleh keluarga baik dari ayah, ibu maupun anak-anak yang merupakan hasil dari usahatani dan juga usah-usaha lain seperti industri, perdagangan, dan juga jasa (Wasistino dan Tahir,2006). Pendapatan berupa uang adalah penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial, serta keuntungan sosial (Sumardi dan Evers, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani. Akibatnya efektifitas dan efisiensi usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktifitas serta harga yang diharapkan jatuh diluar harapan yang dikhayalkan. (Fedoli, 1998). Landasan Teori P3A merupakan organisasi mandiri yang tidak dibawah pemerintahan desa. Organisasi ini boleh berkembang menjadi oganisasi yang tidak hanya mengurusi masalah air, tetapi dapat juga berkembang menjadi usaha ekonomi jika hal itu dikehendaki para anggotanya (Depdagri, 2000). Berbeda dengan organisasi pemakai air sebelumnya yang bersifat tradisional, P3A adalah formal sifatnya, memakai Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) dan terstruktur sebagaimana layaknya sebuah organisasi modern (Siskel dan Hutapea, 1995). Penerimaan suatu petani merupakan hasil produksi usahatani dari petani itu sendiri. Hasil produksi ini biasanya dihitung dalam bentuk rupiah. Penerimaan dari petani dapat dituliskan dalam sebuah persamaan yaitu sebagai berikut : TR = Y. Py Keterangan: TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani Py = harga Y (Soekartawi, 1995).
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan suatu usahatani diperlukan biaya-biaya produksi. Biaya produksi pada usahatani padi sawah ini terdiri dari biaya produksi tetap dan biaya produksi variabel. Biaya produksi merupakan hasil penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Dapat dituliskan dalam sebuah persamaan yaitu : TC Dimana :
= FC + VC
TC : Total Cost (biaya total) FC : Fix Cost (biaya tetap) VC: Variable Cost (biaya variabel)
Pendapatan adalah penghasilan petani setelah dikurangi dengan biayabiaya produksi dalam melakukan suatu usahatani padi sawah. Pendapatan petani dapat ditulis dalam sebuah persamaan sebagai berikut :
Dimana :
P
=
TR-TC
P
: Pendapatan
TR
: Total Revenue (penerimaan total)
TC
: Total Cost (biaya total)
(Soekartawi, 1995). Keuntungan sistem tanam legowo secara prinsip memberikan pengaruh tanaman pinggir, yaitu semakin luasnya jelajah perakaran tanaman sehingga memungkinkan tanaman menjadi lebih sehat dan bernas yang pada akhirnya memberikan hasil lebih tinggi. Cepat tidaknya mengadopsi inovasi bagi petani sangat bergantung pada faktor ekstrern dan intern. Faktor intern itu sendiri yaitu faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial diantaranya: umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani sedangkan faktor ekonomi diantaranya adalah tingkat pendapatan, jumlah
Universitas Sumatera Utara
tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usaha tani yang dimiliki petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan yang cukup penting dalam pengelolaan usahatani. Input-input produksi seperti bibit, pupuk, penggunaan pestisida dan lain sebagainya juga memberikan pengaruh terhadap hasil produksi. Dimana pendapatan menjadi pengaruhnya dengan metode regresi sederhana dianalisis dengan rumus, yaitu: Y = a + bX Dimana : Y
= Pendapatan
a
= Konstanta
b
= Koefisien regresi
X
= Tingkat penerapan teknologi dalam sistem tanam legowo
(Soekartawi, 1991).
Kerangka Pemikiran Untuk meningkatkan produksi pangan dan usaha pemenuhan kebutuhan pangan membutuhkan adanya pembaharuan-pembaharuan teknologi pertanian berupa perkembangan teknologi. Pembaharuan-pembaharuan teknologi tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan di dalam proses pertanian. Produktivitas pertanian merupakan sumber bagi pertumbuhan di sektor pertanian. Peningkatan produksi pertanian dapat dicapai dengan peningkatan teknologi pertanian. Pengembangan teknologi pertanian merupakan suatu langkah bagi peningkatan produktivitas pertanian. Penerapan sistem tanam legowo ini juga memberikan peningkatan pada produktivitas pertanian. Adapun peningkatan
Universitas Sumatera Utara
produktivitas yang terjadi antara lain peningkatan produktivitas lahan dan tenaga kerja. Kegiatan penerapan sistem tanam legowo ini juga memberikan dampak kepada petani. Adapun dampak tersebut antara lain pada curahan tenaga kerja, biaya produksi dan pendapatan petani di daerah penelitian. Pengelolaan
air
irigasi
di
tingkat
usahatani
padi
sawah
yang
berpengairannya bersumber dari air irigasi desa, sering pengelolaannya tidak teratur, ada yang kelebihan bahkan ada yang kekurangan atau tidak mencukupi. Untuk perlu dibentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) sebagai wadah dalam pengelolaan air secara efesien dan efektif. Dalam pelaksanaan proses produksi, petani adalah pengambil keputusan yang cermat dan rasional, karena mereka merupakan pengelola atau usahawan kecil, yang sering disebut pula sebagai wiraswasta. Baik tidaknya seorang petani menerapkan
teknologi
dalam
usahataninya
adalah
tergantung
pada
kemampuannya dalam berwiraswsata yaitu seorang petani harus memiliki pendidikan, keterampilan dan juga sarana untuk mengembangkannya. Sehingga hasil akhir yaitu produktivitas usahataninya berbeda dengan yang lainnya, tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam berwiraswasta. Untuk meningkatkan produksi pangan dan usaha pemenuhan kebutuhan pangan membutuhkan adanya pembaharuan-pembaharuan teknologi pertanian berupa perkembangn teknologi. Pembaharuan-pembaharuan teknologi tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan didalam proses pertanian. P3A merupakan organisasi formal yang diharapkan dapat membina para anggotanya. Hal ini tidak terlepas dari sikap petani yang berhubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
karakteristik sosial ekonomi petani yang ada di daerah penelitian. Karakteristik sosial petani tersebut antara lain: umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan dan total pendapatan usahatani. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi tersebut mempengaruhi seseorang petani
dalam
mengambil
keputusan
untuk
membentuk
P3A
tersebut.
Pembentukan P3A ini petani sebagai peserta memberikan pengaruh dalam proses produksinya. Baik tidaknya petani tersebut mengelola petak sawahnya sangat tergantung pada cara dia menerima teknologi untuk diterapkan dalam usahataninya. Apabila terdapat kemunduran dalam proses produksinya, pengurus P3A akan memberikan pengharapan yang baik guna peningkatan produksinya. Hal ini berhubungan dengan karakteristik antara petani yakni: pergiliran gotong royong, pembagian air secara efesien antara sesama anggotanya. Penentuan kerja sama dalam pengelolaan saluran irigasi ini tertuang dalam anggaran rumah tangga organisasi dan setiap anggota wajib mematuhinya. Di dalam penerapan sistem tanam legowo ini dapat juga ditemukan masalah-masalah yang dihadapi petani antara lain: kurangnya modal, terbatasnya ALSINTAN yang ada di daerah penelitian, terbatasnya luas lahan petani, kurangnya tenaga ahli atau terampil untuk sistem tanam legowo 4:1. hal ini disebabkan karena sebelum diterapkannya teknologi sistem tanam legowo ini mereka menggunakan sistem tegalan. Untuk mengatasi masalah-masalah yang ada, maka dapat dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dengan produktivitas yang baik. Dengan meningkatkan pendapatan maka pola konsumsi yang terjadi dalam keluarga petani akan meningkat pula, begitu pula sebaliknya. Penerapan teknologi berupa anjuran-anjuran yang disampaikan oleh penyuluh seperti anjuran mengenai pemakaian bibit padi unggul seperti IR 64, anjuran mengenai sistem tanam legowo 4:1 dengan kenaikan perubahan sistem 60% dari sistem tanam yang biasa, anjuran penyuluh untuk menekan biaya pendapatan dan anjuran penyuluh untuk memberantas hama, penyakit dan gulma pada tanaman padi sawah.
Universitas Sumatera Utara
Skema Kerangka Berpikir Petani Padi Sawah
P3A
Usaha Tani
Penerapan Teknologi (Sistem Tanam Legowo)
Produksi
Masalah
Upaya
Produktivitas
Pendapatan Bersih Gambar 2. Skema Kerangka Bepikir Pengaruh Penerapan Teknologi SistemTanam Legowo Terhadap Pendapatan
Universitas Sumatera Utara