TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan perkembangan sekum seperti alat pencernaan ruminansia, sehingga hewan ini disebut ruminansia semu (pseudoruminant). Kelinci memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, kulit atau bulu, hewan percobaan dan hewan untuk dipelihara. Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas daging cukup tinggi (Farrel dan Raharjo, 1984). Klasifikasi kelinci secara ilmiah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia (hewan)
Phylum
: Chordata (mempunyai notochord)
Subphylum
: Vertebrata (bertulang belakang)
Class
: Mamalia (memiliki kelenjar air susu)
Ordo
: Legomorpha (memiliki 2 pasang gigi seri di rahang atas)
Family
: Leporidae (rumus gigi 8 pasang diatas dan 6 pasang dibawah)
Genus
: Oryctolagus (morfologi yang sama)
Species
: Cuniculus forma domestica
(Sumber : Damron, 2003)
Kelinci Lokal Bangsa kelinci lokal di Indonesia merupakan persilangan dari berbagai jenis kelinci yang tidak terdata, tetapi sebagian besar berasal dari persilangan jenis New Zealand White. Kelinci lokal yang berada di Indonesia mempunyai tubuh yang lebih kecil daripada kelinci impor dan memiliki laju pertumbuhan yang lambat sehingga sering dilakukan persilangan bangsa kelinci lokal dengan bangsa lain untuk mengembangkan kelinci yang tahan penyakit dan mempunyai toleransi terhadap panas serta berbadan besar (Farrel dan Raharjo, 1984). Herman (2000) menyatakan bahwa kelinci lokal lebih toleran terhadap panas (suhu tinggi) dibandingkan kelinci impor. Hal ini disebabkan telah beradaptasi di daerah tropis sehingga lebih tahan terhadap lingkungan panas dibandingkan kelinci 3
impor yang berasal dari daerah yang beriklim sedang. Kelinci lokal diternakkan dengan tujuan sebagai penghasil daging yang memiliki kualitas cukup baik. Potensi Kelinci Kelinci memiliki kelebihan yaitu laju pertumbuhan yang cepat, potensi reproduksi yang tinggi dan memiliki kemampuan dalam mencerna pakan hijauan karena memiliki sifat coprophagy (Cheeke, 1986). Selain itu, kelinci memiliki masa generasi yang pendek dengan reproduksi yang potensial dan akan kawin dalam waktu 24 jam setelah beranak. Kelinci memungkinkan menghasilkan sebelas kelahiran pertahun, akan tetapi tidak mungkin diperoleh di negara berkembang tetapi sangat mungkin untuk menghasilkan tiga atau lima kali beranak pertahun (sekitar 20 anak perekor induk pertahun). Menurut El-Raffa (2004), kelinci memiliki potensi sebagai penghasil daging dan dapat menjadi solusi dalam memenuhi kebutuhan protein hewani karena memiliki kemampuan efisiensi produksi dan reproduksi yang patut dipertimbangkan yaitu 1) ukuran tubuh yang kecil sehingga tidak membutuhkan banyak ruang, 2) tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi ternak dan kandang, 3) umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4) kemampuan berkembang biak yang tinggi, 5) masa penggemukan yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak disapih). Iman (2005) menambahkan bahwa kelinci termasuk herbivora yang dapat mengubah hijauan menjadi bahan pangan secara efisien. Menurut Blakely dan Bade (1994), kelinci memiliki kebiasaan unik yaitu memakan feses yang sudah dikeluarkan yang disebut copropaghy. Sifat copropaghy biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya. Feses yang berwarna hijau muda dan konsistensi lembek itu dimakan lagi oleh kelinci. Hal ini memungkinkan kelinci memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri disaluran bagian bawah yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulosa atau serat energi menjadi energi yang berguna. Protein sangat dibutuhkan oleh kelincibaik kualitatif maupun kuantitatif untuk pertumbuhannya. Kebutuhan protein ini hanya dapat dipenuhi apabila diberi tambahan konsentrat, karena sifat kelinci berlambung tunggal sehingga tidak memungkinkan mengkonsumsi pakan hijauan sebanyak-banyaknya. Sartika et
4
al. (1985) mengemukakan pemberian pakan dengan kandungan protein kasar 12%15% sudah cukup bagi pertumbuhan kelinci lokal. Semua jenis ternak membutuhkan enam nutrien esensial yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dan air. Air adalah nutrien yang paling murah dan dibutuhkan untuk pertumbuhan, penggemukan maupun laktasi. Air juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengangkut nutrien. Konsumsi air minum pada ternak merupakan hal yang penting karena air berperan penting dalam proses-proses pencernaan baik secara medium maupun sebagai pelaku dalam reaksi kimia dalam tubuh. Konsumsi air minum juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena air berfungsi sebagai thermoregulator (Blakely dan Bade, 1994). Suhu lingkungan yang tinggi (30 °C) dapat menurunkan konsumsi pakan sebesar 50%. Konsumsi pakan kelinci tidak dipengaruhi oleh suhu air minum namun oleh suhu lingkungan (Remois et al., 1997) Konsumsi Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok ternak selama periode tertentu. Menurut Parakkasi (1999), konsumsi pakan merupakan faktor esensial untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan kadar zat makanan dalam ransum untuk memenuhi hidup pokok dan produksi. Pemenuhan pakan kelinci dihitung berdasarkan konsumsi bahan kering (Herman, 2000). Kebutuhan bahan kering menurut NRC (1977) yaitu untuk hidup pokok 3%-4% dari bobot badan dan untuk pertumbuhan normal 5%-8% dari bobot badan. Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan unsur yang meliputi perubahan berat hidup, bentuk, dimensi linear dan komposisi tubuh termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang dan organ serta komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein dan abu pada karkas. Pola pertumbuhan secara normal merupakan gabungan dari pola pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Bentuk kurva pertumbuhan past natal untuk semua spesies ternak pada kondisi yang ideal adalah serupa yaitu mengikuti pola kurva pertumbuhan sigmoid. Sesuai dengan pola pertumbuhan komponen karkas yang diawali dengan pertumbuhan tulang yang 5
cepat kemudian setelah mencapai pubertas laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak meningkat (Soeparno, 1992). Menurut Selamat (1996), timbulnya pubertas sangat beragam tergantung pada bangsa. Perkembangan reproduksi pada bangsa kelinci tipe kecil atau sedang lebih cepat yaitu pada umur 4-5 bulan dibandingkan bangsa kelinci yang besar yaitu 5-8 bulan. Pubertas pada kelamin dicapai pada saat organ reproduksi telah berkembang dan berfungsi sempurna (Blakely dan Bade, 1994). Ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor selama dalam proses pertumbuhan antara lain faktor genetik, pemberian pakan, suhu, kemampuan beradaptasi dan lingkungan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998). Konversi Pakan Konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan 1 kg bobot hidup. Konversi pakan menurut Campbell dan Lasley (1985) dipengaruhi oleh kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh lain serta jenis pakan yang dikonsumsi. Kebutuhan Pakan untuk Pertumbuhan Kebutuhan pakan tergantung pada zat makanan yang dikandungnya, bahan makanan serta tujuan pemeliharaannya. Kebutuhan zat makanan kelinci yang sedang tumbuh terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Kebutuhan Zat Pakan Kelinci pada Berbagai Status Fisiologis Zat Pakan
Kebutuhan Pakan Hidup pokok
Pertumbuhan
Bunting
Menyusui
2100
2500
2500
2500
PK (%)
12
16
15
17
Serat Kasar (%)
14
10-12
10-12
10-12
Lemak (%)
2
2
2
2
TDN (%)
55
65
58
70
Ca (%)
-
0,40
0,45
0,75
P (%)
-
0,22
0,75
0,50
DE (kkal)
Sumber: Banerjee (1982)
6
Kebutuhan Bahan Kering Jumlah pakan yang diberikan harus memenuhi jumlah yang dibutuhkan oleh kelinci sesuai dengan tingkat umur atau bobot badan kelinci. Pemberian pakan ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan kering. Jumlah pemberian pakan bervariasi tergantung pada periode pemeliharaan dan bobot badan kelinci. Kebutuhan bahan kering kelinci pada berbagai periode pemeliharaan terdapat pada Tabel 2. Smith dan Mangkuwidjojo (1998) menyatakan bahwa kualitas pakan merupakan faktor penting bagi kemampuan kelinci untuk mencapai kemampuan genetik untuk pertumbuhan, pembiakan, umur produksi maupun reaksi terhadap perlakuan. Apabila ternak tersebut diberi pakan yang berkualitas baik, maka pertumbuhannya akan lebih cepat dan mencapai bobot hidup tertentu pada umur yang lebih awal. Kebutuhan bahan kering berdasarkan periode pemeliharaan terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Bahan Kering Pakan Berdasarkan Periode Pemeliharaan Bobot
Bahan kering
Kebutuhan Bahan Kering
(kg)
(%)
(g/ekor/hari)
Muda
1,8-3,2
5,4-6,2
112-173
Dewasa
2,3-6,8
3,0-4,0
92-104
Bunting
2,3-6,8
3,7-5,0
115-251
4,5
11,5
520
Status
Menyusui dengan anak 7 ekor
Sumber: NRC (1977) dan Ensminger (1991)
Lingkungan Iklim dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan dan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan rendahnya konsumsi pakan dan rendahnya pertambahan bobot badan (Anggorodi, 1990). Produktifitas kelinci dapat mencapai optimal pada kondisi lingkungan dengan suhu udara 18 °C dan tingkat kelembaban udara 70% (Lukefahr dan Cheeke, 1990). Menurut Fernandez et al. (1995), suhu yang tinggi yaitu 30 °C menyebabkan bobot
7
hidup yang rendah pada kelinci betina, bobot total anak saat lahir yang relatif rendah, pertumbuhan yang rendah pada anak kelinci. Kandang Sistem perkandangan adalah faktor yang sangat penting karena berpengaruh terhadap sirkulasi udara didalam kandang sehingga akan mempengaruhi stres panas pada kelinci (Finzi et al., 1992). El-Raffa (2004) menyebutkan bahwa salah satu syarat suksesnya produksi kelinci di daerah tropis adalah kandang yang nyaman bagi ternak. Suhu optimum untuk kelinci New Zealand White, California dan Flemish Giant berkisar 10-25 ºC (SCRAM, 1998). Stres panas dapat menyebabkan mortalitas dan menurunkan kemampuan reproduksi (SCRAM, 1998), karena itu kandang kelinci yang baik adalah ternak dapat bergerak bebas, makan dan minum dengan nyaman. Produksi kelinci merupakan suatu sistem pemeliharaan yang lebih intensif daripada jenis ternak lain dalam produksi peternakan. Kelinci lepas sapih biasanya dipelihara dalam kandang kelompok, akan tetapi pada batas tertentu akan meningkatkan mortalitas (Sartika dan Raharjo, 1990). Kandang penyapihan pada ternak kelinci tersebut tidak dapat ditetapkan ukurannya. Kepadatan kandang yang maksimum adalah 6 ekor/m . Kelinci New Zealand White yang mempunyai tujuan utama untuk produksi daging yang dipelihara sampai umur < 2,5 bulan, menunjukkan kepadatan kandang yang menunjang penampilan produksi ternak terbaik adalah 14,4 ekor/m atau sekitar 10 ekor/m dengan pertambahan bobot hidup sebesar 40,5 g/ekor/hari dan konversi pakan sebesar 2,7 (Prawirodigdo et al., 1985). Kepadatan kandang merupakan hasil pertimbangan antara perlunya menekan biaya kandang setiap ekor dan ruang yang memungkinkan memperoleh performa maksimal dari setiap ekor ternak. Kandang seluas 0,37 m cukup untuk seekor kelinci dewasa sedangkan luasan kandang sebesar 0,93 m cukup untuk seekor induk beserta anak-anaknya (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Kandang untuk ternak ini mempunyai ukuran panjang 80100 cm, lebar 60-70 cm dan tinggi 50-60 cm, biasanya digunakan untuk penggemukan sebanyak 5-6 ekor dengan bobot hidup 2,5-2,8 kg (Lebas et al., 1986).
8
Sekam padi Sekam padi adalah bagian terluar dari butir padi (kulit padi) dan merupakan salah satu hasil sampingan yang dihasilkan dari industri penggilingan padi. Luh (1991) menyatakan bahwa padi kering di dalam satu malai akan menghasilkan beras putih 52% (% dalam berat), sekam sebanyak 20%, 15% jerami, dedak 10% dan sebanyak 3% akan hilang selama konversi. Bobot isi sekam berkisar 0,10-0,16 gram/ml dengan kepadatan sesungguhnya sekitar 0,67-0,74 gram/cm3. Singhania (2004) menyatakan bahwa tiap satu ton produksi akan menghasilkan 220 kg sekam padi (sebanyak 22%). Soepardi (1983) menyatakan sekam padi merupakan sumber energi bagi perkembangan jasad renik dalam tanah dan dapat memperbaiki aerasi tanah dengan cara memperbaiki struktur tanah. Sekam juga dapat meningkatkan penyerapan silika oleh tanaman. Menurut Grist (1995), sekam padi dapat digunakan dalam berbagai hal yaitu untuk alas kandang pada tipe ternak tertentu, sebagai pupuk dan sebagai penunjang media bagi sayuran hidroponik. Luh (1991) menambahkan sekam padi dapat pula digunakan sebagai bahan campuran untuk bahan bangunan, pembuatan papan fiber dan batu bata, sebagai penyerap atau absorban, pembuatan semen, bahan bakar industri karet maupun untuk makanan ternak dan binatang. Kawat Peternak kelinci komersial biasanya menggunakan kandang yang terbuat dari kawat. Kandang ini memiliki kelebihan yaitu ventilasi udara yang baik dan sistem pembersihan kotoran yang mudah (Cheekeet al., 2000). Animal Research (2007) menyatakan bahwa beberapa mencit ditempatkan pada kandang dengan menggunakan kawat di bagian alas kandang. Tipe kandang seperti ini memudahkan dalam pengambilan feses dan urin. Bambu Bambu memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan karena batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk, mudah dibersihkan dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu, bambu relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan. (Krisdianto et al., 2007). Hal ini juga sesuai dengan 9
pernyataan Permanawati (2008) bahwa kandang yang baik harus mudah dibersihkan, permukaan tahan air, tidak ada bagian tajam, terbuat dari bahan non toksik, tidak mudah rusak, dan dilakukan pemeriksaan, perawatan, dan pergantian secara berkala.
10