TINJAUAN PUSTAKA Probiotik Probiotik sebagai pakan tambahan berupa mikroorganisme yang mempunyai
pengaruh
menguntungkan
untuk
induk
semangnya
melalui
peningkatan keseimbangan mikroorganisme usus (Fuller, 1992). Keseimbangan mikroorganisme usus dapat dicapai apabila perbandingan antara mikroorganisme menguntungkan terhadap mikroorganisme yang merugikan sebesar 85% : 15% (Philip, 1993). Probiotik dapat mengandung satu atau beberapa strain mikroorganisme yang diberikan kepada ternak dalam bentuk tepung, tablet, butiran, atau pasta secara langsung (oral), dicampur dalam pakan atau air minum (Fuller, 1992). Sumber probiotik dapat berupa bakteri atau kapang yang berasal dari mikroorganisme saluran pencernaan hewan. Beberapa bakteri yang telah digunakan sebagai probiotik yaitu Lactobacillus dan Bacillus subtilis. Kapang dan jamur yang dipergunakan sebagai probiotik adalah Saccharomyces dan Aspergilus oryzae (Lopez, 2000). Ensminger dan Olentine (1978) berpendapat bahwa probiotik yang diberikan pada ternak unggas akan membantu keseimbangan mikroba dalam saluran
pencernaan,
mendorong
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
menguntungkan, membantu menyediakan zat-zat makanan yang merangsang pertumbuhan seperti vitamin, asam amino dan enzim, juga dapat menghambat berkembangnya bibit penyakit dan tidak merusak mikroflora usus. Penelitian Jin et al. (1996) melaporkan bahwa pemberian kultur Lactobacillus sebanyak 0,2% dan Bacillus subtilis sebanyak 0,1% yang masingmasing ditambahkan ke dalam pakan, menunjukkan adanya peningkatan pertambahan bobot badan dan peningkatan efisiensi pakan pada ternak ayam broiler. Kultur Bacillus subtilis akan berasosiasi dengan dinding usus dan membantu meningkatkan jumlah Lactobacillus alami yang pada gilirannya dapat menekan mikroorganisme yang tidak diinginkan seperti Escherichia coli. Mekanisme kerja probiotik adalah pertama dapat menghasilkan asam, sehingga pH menjadi rendah, keadaan ini tidak menguntungkan bagi mikroorganisme patogen. Kedua, beberapa mikroba probiotik dapat menghasilkan
bahan antimikroba (bakteriosin) yang dapat mengurangi pertumbuhan mikroba lain yang tidak menguntungkan. Ketiga, mikroba probiotik dapat berkembangbiak di dalam saluran pencernaan dan berkompetisi dengan mikroba patogen. (Lopez, 2000). Menurut Riley (1996), mikroorganisme yang dapat bermanfaat sebagai probiotik harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, tidak toksik, mampu bertahan pada suasana asam dan cairan empedu, dapat berkoloni dalam usus, dapat tumbuh lama dan mengurangi pertumbuhan mikroba patogen dan dapat hidup pada berbagai kondisi tubuh ternak. Keberhasilan suplementasi probiotik pada ransum ayam dipengaruhi oleh interaksi mikroorganisme yang terdapat dalam usus. Kemampuan mikroba yang terdapat pada probiotik akan berpengaruh bila manajemen pemeliharaannya rendah atau merugikan, yang menyebabkan penampilan ayam rendah terutama adanya cekaman (Fuller, 1992). Ayam Broiler Ayam broiler adalah jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsabangsa ayam yang memiliki daya produktifitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam (Cahyono, 1995). Karakteristik dari ayam broiler modern adalah pertumbuhan yang cepat, banyak penimbunan pada bagian dada dan otot-otot daging. Disamping itu relatif lebih rendah aktifitasnya bila dibandingkan dengan jenis ayam yang digunakan untuk produksi telur (Pond et al., 1995). Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau Day Old Chick (DOC) menurut SNI (2005), yaitu berat DOC per ekor minimal 37 g dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak ada cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering. Warna bulu seragam sesuai dengan warna galur (strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang serta jaminan kematian DOC maksimal 2 %. Strain merupakan sekumpulan unggas dalam suatu varietas yang di dalamnya telah dikembangkan sifat-sifat khusus, seperti daya produksi yang tinggi, tahan terhadap penyakit tertentu dan lain-lain. Perbedaan strain ayam berpengaruh terhadap kebutuhan nutrisinya (Ensminger et al., 1992). Menurut
Fethwell (1992) strain ayam broiler yang unggul antara lain Arbor Acroes, Anak 10 dan 2000, Cobb, Hubbard, Indian River, Isa Vedette, Peterson, Pilch, Ross 1,208 PM 3, dan Shaver Starbo. Konsumsi Pakan Tilman et al. (1998) menyatakan konsumsi pakan diperhitungkan sebagai jumlah pakan yang dimakan oleh ternak, zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi ternak tersebut. Menurut North dan Bell (1990) konsumsi pakan tiap ekor ternak berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh bobot badan, strain, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktifitas ternak, mortalitas, kandungan energi dalam pakan dan suhu lingkungan. Menurut Rose (1997), konsumsi pakan pada unggas pada dasarnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi metabolis. Kebutuhan protein untuk ayam broiler (0-6 minggu) berkisar antara 21,0 – 24,8 % dengan energi metabolis antara 2800 – 3300 kkal/kg, tingkat energi ini menentukan banyaknya pakan yang akan dikonsumsi yaitu, semakin tinggi energi ransum akan menurunkan konsumsi. Ransum yang tinggi kandungan energinya harus diimbangi dengan protein, vitamin, dan mineral yang cukup agar ayam tidak mengalami kekurangan zat-zat makanan tersebut (Wahju, 1997) Menurut hasil penelitian Wahyono (2002) probiotik yang berisi Lactabacillus acidophilus (kandungan 54-92 x 106/gram) dengan dosis pemberian probiotik adalah 50 mg/kg pakan melalui tetes mulut, memberikan pengaruh nyata meningkatkan konsumsi pakan pada ternak ayam broiler. Jin et al. (1997) melaporkan bahwa probiotik Bacillus spp dapat memperbaiki saluran pencernaan, menghasilkan enzim yang dapat meningkatkan kecernaan pakan serta utilisasi protein. Pertambahan Bobot Badan Kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging ditunjukkan dengan pertambahan bobot badan (Scott et al., 1982). Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan. Menurut Ensminger (1990), pertumbuhan adalah suatu proses yang terjadi sebelum lahir (pre natal) dan sesudah lahir (post natal)
sampai mencapai ukuran tubuh dewasa. Menurut Anggorodi (1985) pertumbuhan murni adalah pertambahan bentuk dan bobot jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, otak, jantung dan semua jaringan tubuh lainnya dan alat-alat tubuh. Rose (1997), menyatakan bahwa pertumbuhan tersebut meliputi peningkatan ukuran sel-sel tubuh dan peningkatan ukuran sel-sel individu. Pertumbuhan itu mencakup empat komponen utama yaitu peningkatan bobot otot, meliputi protein dan air, peningkatan ukuran skeleton, peningkatan total lemak tubuh dalam jaringan adipose serta peningkatan ukuran bulu, kulit dan organ dalam. Hardjosworo et al. (2000) menyatakan bahwa sampai umur lima minggu, laju pertumbuhan bobot badan terus meningkat, setelah itu laju pertumbuhannya menurun. Rasyaf (2001) mengatakan bahwa pertumbuhan ayam dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan, temperatur lingkungan dan pemeliharaan. Gsianturi (2002) melaporkan bahwa probiotik dapat meningkatkan keseimbangan mikroorganisme di dalam saluran pencernaan, kemudian mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim-enzim pencernaan serta produk metabolisme (vitamin dan asam amino) yang bermanfaat secara maksimal untuk membentuk atau menambah ukuran jaringan baru. Hasil dari pertumbuhan ataupun perkembangan jaringan baru tersebut berpengaruh terhadap kenaikan bobot ayam broiler. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Chiang dan Hsieh (1994) dengan pemberian probiotik (berisi : 1,5 x 108 Lactobacillus acidophillus, 7,0 x 108 Bacillus subtilis dan 1,5 x 108 Streptococcus) dengan level 0,0 ; 0,25 ; 0,5 ; dan 1,0 gram per kilogram pakan pada ayam broiler strain Arbor Acres terhadap performa dan konsentrasi amonia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian probiotik menghasilkan pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang lebih baik, jika dibandingkan dengan ayam broiler yang tidak diberikan probiotik (ransum kontrol). Rose (1997) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam sesuai dengan fisiologis ternak, bobot badan ternak akan berubah ke arah bobot badan dewasa. Perubahan bobot badan membentuk kurva sigmoid yaitu meningkat perlahan-lahan kemudian cepat dan perlahan lagi atau berhenti.
Secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan yaitu interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Kemampuan genetik akan terwujud secara optimal apabila kondisi lingkungan memungkinkan bagi ternak yang bersangkutan, sehingga penampilan yang diharapkan dapat tercapai (Card dan Nesheim, 1972). Konversi Pakan Konversi pakan merupakan perbandingan antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan setiap minggu dalam satu periode produksi (Anggorodi, 1985). Menurut Lacy dan Vest (2000), beberapa faktor utama yang mempengaruhi konversi pakan adalah genetik, kualitas ransum, penyakit, temperatur, sanitasi kandang, ventilasi, pengobatan, dan manajemen kandang. Lacy dan Vest (2000) menyatakan bahwa konversi ransum berguna untuk mengukur produktivitas ternak. Semakin tinggi konversi ransum menunjukkan semakin banyak ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat. Anggorodi (1985) mengemukakan apabila dilihat dari sudut konversi maka efisiensi pakan menjadi semakin meningkat, karena pakan yang digunakan untuk mencapai bobot badan tertentu semakin sedikit. Akan tetapi, angka itu berbeda dari masa awal ke masa akhir pemeliharaan, karena dimasa akhir pertumbuhan ayam menjadi lambat atau mulai menurun setelah berumur empat minggu, sedangkan konsumsi pakannya bertambah. Hal ini menyebabkan angka konversi menjadi lebih besar dari sebelumnya dan penggunaan pakan menjadi kurang efisien. Selanjutnya pemberian probiotik dapat memperbaiki pertumbuhan dan kesehatan ternak serta konversi ransum (Tortureo et al., 1975). Mikroorganisme probiotik dapat membantu meningkatkan penyerapan zat makanan dalam tubuh ternak dengan cara menghasilkan enzim-enzim pencernaan (laktase, lipase, amilase dan lainnya) serta menghasilkan produk metabolisme yang bermanfaat bagi tubuh ternak untuk membentuk atau menambah ukuran jaringan baru, sehinggga dapat memperbaiki angka konversi ransum (Daud, 2005).
Mortalitas Angka mortalitas diperoleh dengan perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang dipelihara (Lacy dan Vest, 2000). Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, bobot badan, bangsa, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan dan kandang serta penyakit (North dan Bell, 1990). Wiryawan (2002) menyatakan bahwa, mortalitas dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar kandang. Jika kandang tersebut tinggi kadar amoniak, maka ayam akan mudah terserang penyakit dan akan meyebabkan kematian. Level amonia yang ditoleransi dibawah 25 ppm sebagai batas aman pada ternak ayam broiler, sedangkan level amonia yang dapat menyebabkan kematian pada ayam broiler yaitu diatas 50 ppm (North dan Bell, 1990). Menurut Lacy dan Vest (2000) mortalitas yang normal pada ayam pedaging adalah sekitar 4%. Untuk menekan tingkat kematian perlu dilakukan tindakan pencegahan seperti pemberian vaksin dan obat-obatan. Selain itu perlu memperhatikan sanitasi sekitar kandang. Probiotik menguatkan pengaruh substansi yang merangsang pembentukan antibodi pada sistem kekebalan, sehingga sistem kekebalan ternak ayam broiler meningkat dan hal ini penting dalam menekan mortalitasnya (Cruywagen, 1996). Selanjutnya Soeharsono (1997) menyatakan secara umum fungsi probiotik meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan kesehatan ternak dengan jalan menekan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan merangsang kerja mikroorganisme non patogen.