TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kelinci Kelinci memiliki kelebihan yaitu laju pertumbuhan yang cepat, potensi reproduksi yang tinggi, dan memiliki kemampuan dalam mencerna pakan hijauan karena memiliki sifat coprophagy. Sifat coprophagy biasanya terjadi pada malam atau pada pagi hari berikutnya. Feses yang berwarna hijau muda dan konsistensi lembek itu dimakan lagi oleh kelinci. Hal ini memungkinkan kelinci memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian bawah yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B, dan memecahkan selulosa atau serat energi menjadi energi yang berguna (Blakely dan Bade, 1994). Kebutuhan protein ini hanya dapat dipenuhi apabila diberi tambahan konsentrat, karena sifat kelinci berlambung tunggal sehingga tidak memungkinkan mengkonsumsi pakan hijauan terlalu banyak. Kelinci memungkinkan menghasilkan 11 kelahiran per tahun akan tetapi tidak mungkin diperoleh di negara berkembang tetapi sangat mungkin menghasilkan 3-5 anak per tahun (sekitar 20 anak per ekor induk per tahun). Semua jenis ternak membutuhkan enam nutrien esensial yang terdiri atas protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Suhu lingkungan yang tinggi (30 °C) dapat menurunkan konsumsi pakan sebesar 50%. Konsumsi pakan kelinci tidak dipengaruhi suhu air minum namun suhu lingkungan (Remois et al., 1997). Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivora non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana (tunggal) dengan perkembangan sekum seperti alat pencernaan ruminansia, sehingga hewan ini disebut ruminansia semu (pseudoruminant). Kelinci memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan sebagai penghasil daging, kulit, atau bulu, hewan percobaan dan untuk dipelihara. Kelinci dapat menggunakan protein hijauan secara efisien, reproduksi tinggi, efisiensi pakan tinggi, hanya membutuhkan makanan dalam jumlah sedikit dan kualitas daging cukup tinggi. Selain itu, kelinci juga memiliki potensi : 1) ukuran tubuh yang kecil sehingga tidak memerlukan banyak ruang, 2) tidak memerlukan biaya yang besar dalam investasi
3
ternak dean kandang, 3) umur dewasa yang singkat (4-5 bulan), 4) kemampuan berkembang biak yang tinggi, 5) masa penggemukan yang singkat (kurang dari 2 bulan sejak sapih) (El-Raffa, 2004). Klasifikasi kelinci secara ilmiah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia (hewan)
Phylum
: Chordata (mempunyai notochord)
Subphylum
: Vertebrata (bertulang belakang)
Class
: Mamalia (memiliki kelenjar air susu)
Ordo
: Legomorpha (memiliki dua pasang gigi seri di rahang atas)
Famili
: Leporidae ( rumus gigi delapan pasang di atas dan enam pasang di bawah)
Genus
: Oryctolagus (morfologi yang sama)
Spesies
: O. cuniculus
(Sumber : Spacerad.com 2004) Kelinci Flemish Giant Kelinci Flemish Giant diduga merupakan keturunan dari kelinci Patagonian di Argentina. Kelinci Flemish Giant merupakan kelinci terbesar yang diperkenalkan oleh American Rabbit Breeders Association dengan bobot umur lebih dari delapan bulan sebesar 14 lbs untuk betina dan 13 lbs untuk jantan (Horn Rapids Rabbitry, 2004). Kelinci Flemish Giant di Indonesia dikenal sebagai Vlaamese Reus, kelinci raksasa dari Vlam termasuk kelinci terbesar di Inggris. Kelinci ini menonjol karena ukuran yang besar dan kualitas fur yang bagus. Bobot jantan rata-rata 6,3 kg dan betina 6,8 kg. Peternak kelinci memelihara ras ini untuk dikawin silangkan dalam usaha meningkatkan produksi daging. Kelinci ini memiliki usia mencapai 5 tahun atau lebih. Umur mulai dikawinkan yaitu umur sembilan bulan. Kelinci ini beranak sebanyak 5-12 ekor per litter. Lama kebuntingan antara 28-34 hari dengan rataan 3032 hari. Bobot badan minimal kelinci Flemish Giant adalah 5 kg namun ada yang mampu mencapai bobot badan 9,5 kg/ekor.
4
Kelinci Rex Menurut Lukefahr dan Robinson (1988), kelinci Rex pertama kali dikembangkan di Prancis dan berkembang di berbagai negara seperti Amerika pada tahun 1929, dengan tujuan utama sebagai hewan hobi, kontes, dan pameran. Seiiring berkembangnya zaman kelinci Rex digunakan sebagai kelinci penghasil kulit bulu (fur, daging, dan keindahan yang dikelola secara komersial). Kehalusan bulu kelinci Rex disebabkan dua faktor yaitu diameter bulu kasar dan struktur kutikula. Rataan diameter bulu kelinci Rex relatif kecil (Prasetyo, 1999). Kelinci Rex di Indonesia didatangkan dari Amerika pada tahun 1988. Kelinci Rex dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan berhawa dingin dan perlu adanya perhatian yang baik dalam proses pemeliharaannya (Rahardjo et al., 1995). Kelinci Rex mempunyai bulu yang halus, tebal, panjangnya seragam (1,27-1,59 cm), tidak mudah rontok dan tampak sangat menarik. Bobot kelinci Rex dewasa bisa mencapai 2,7-3,6 kg. Interval kelahiran kelinci Rex + 40 hari, mortalitas 3,45%, waktu sapih 28 hari, jumlah anak perkelahiran 5 ekor dan bobot sapih 480 gr. Kelinci Satin Penampilan pertama kelinci Satin ditemukan pada tahun 1931 dari anakan kelinci Havana coklat. Bangsa kelinci ini diternakkan untuk diambil daging dan kulit bulu dengan berat dewasa 4,3 kg untuk jantan dan 4,5 kg untuk betina (Lukefahr, 1981). Kelinci Satin dikenal baik sebagai kelinci yang dikembangkan sebagai ternak produksi dan pertunjukan. Secara komersial, kelinci Satin dipelihara sebagai produsen fur dan daging. Kelinci Satin berasal dari kekhususan fur yang menjadikan bulunya berbeda dibandingkan kelinci jenis lain. Kelinci Satin memiliki helai bulu yang mengkilap dan memantulkan cahaya yang menjadikan bulu berkilat unik. Warna bulu Satin juga bervariasi dari hitam, biru, coklat, merah, tembaga, dan putih (Rabbitandcavydirectory.com, 2006). Kelinci Reza Kelinci Reza adalah kelinci hasil persilangan antara kelinci Rex dan Satin. Pembentukan kelinci Reza diharapkan memperoleh kelinci yang memiliki kulit bulu yang halus kilap yang merupakan perpaduan gen halus dari kelinci Rex dan bulu yang mengkilap dari kelinci Satin (Prasetyo, 1999).
Bulu pada kelinci Reza
5
terbentuk karena terkumpulnya pasangan gen homosigor resesif untuk bulu halus (rr) dan bulu kilap.
Struktur bulu tersebut terbentuk dari pasangan gen yang
menyebabkan hilangnya sel-sel pada medula batang bulu (Prasetyo, 1999). Prasetyo (1999) telah menghasilkan 23 ekor (5,42%) kelinci Reza dari total 424 ekor anak kelinci F2 dari persilangan antara kelinci Rex dan kelinci Satin. Rataan bobot badan kelinci F2 dari persilangan Rex dan Satin umur 0, 4, 8, 12, 16 dan 20 minggu berturut-turut adalah 49,8 g, 393,5 g, 915,8 g, 1.454 g, 1.968 g dan 2.513 g, setelah mencapai umur empat minggu macam tipe bulu kelinci sudah dapat dideteksi sehingga kelinci bebulu normal dapat dipotong pada umur muda sebagai fryer dengan harga jual yang baik. Peningkatan Mutu Genetik Peningkatan mutu genetik suatu ternak merupakan aspek penting dalam suatu unit pembibitan. Martojo (1992) menyatakan bahwa perubahan dalam frekuensi gen akan menghasilkan perubahan dalam sifat populasi. Kekuatan yang dapat mengubah frekuensi gen adalah mutasi, seleksi, migrasi dan kebetulan. Sejumlah individu yang berasal dari suatu populasi apabila melakukan migrasi dan melakukan perkawinan dengan individu dari populasi lain maka hal tersebut dapat merubah frekuensi gen. Mutasi yang dapat mengubah frekuensi gen ada dua macam yaitu mutasi tak berulang, dan mutasi berulang. Mutasi tak berulang jarang terjadi dan tidak menghasilkan perubahan yang berarti pada frekuensi gen. Mutasi berulang lebih sering terjadi dan dapat mengakibatkan perubahan frekuensi gen yang cukup berarti (Martojo, 1992). Seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak bereproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberikan kesempatan untuk bereproduksi (Noor, 2000). Martojo (1992) menyatakan nilai-nilai dugaan heritabilitas dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yaitu nilai heritabilitas 0,0-0,2 (0%-20%), sedang untuk nilai >0,2-0,4 (20%-40%), dan tinggi untuk nilai lebih dari 0,4 (di atas 40%). Persilangan pada Kelinci Persilangan ternak kelinci telah banyak dilakukan pada industri ternak kelinci di beberapa negara seperti Itali, Mesir, Belgia, Meksiko dan Amerika. Tujuan persilangan ternak kelinci adalah meningkatkan produktivitas induk melalui
6
peningkatan jumlah litter size, dan bobot litter pada saat lahir dan sapih. Secara umum, hasil penelitian melaporkan bahwa persilangan ternak kelinci menghasilkan penurunan mortalitas pra-sapih, peningkatan bobot badan dan pertumbuhan pra/pasca-sapih seperti yang terdapat dalam rangkuman penelitian Afifi dan Khalil (1992). Pada umumnya dalam industri peternakan kelinci di negara maju, program persilangan ternak kelinci menggunakan metode
three-way crossbreeding.
Persilangan pertama dilakukan antara dua bangsa terpilih untuk memperoleh indukinduk silangan yang memiliki reproduktifitas superior melalui pemanfaatan efek heterosis (selanjutnya menyilangkannya dengan pejantan bangsa ternak yang memiliki sifat pertumbuhan yang baik sehingga meningkatkan performan pertumbuhan dan bobot badan hasil silangan. Dari sudut pandang ekonomi, pertambahan bobot badan harian (pra/pasca-sapih), konsumsi pakan dan rasio konversi pakan merupakan sifat-sifat yang sangat penting dalam perhitungan pertumbuhan produktifitas ternak. Kelinci Reza memiliki kulit bulu yang halus kilap yang merupakan perpaduan gen halus dari kelinci Rex (rr) dan bulu yang mengkilap dari kelinci Satin. Sifat bulu kelinci Reza terbentuk karena terkumpulnya pasangan gen homosigot resesif untuk bulu halus (rr) dan bulu kilap. Struktur bulu yang terbentuk dari pasangan gen tersebut menyebabkan hilangnya sel-sel pada medula batang bulu (Prasetyo, 1999).
Selanjutnya dengan kondisi genotipe yang homosigot resesif
ganda (rrsasa), bila kelinci bebulu halus kilap dikawinkan sesamanya berdasarkan teori Mendel tidak akan terjadi keragaman sifat, karena segregasi gen tidak akan menghasilkan kombinasi baru. Semua anak yang dihasilkan akan berbulu halus kilap. Seleksi pada Kelinci Seleksi adalah tindakan membiarkan ternak-ternak tertentu bereproduksi sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan bereproduksi (Noor, 2000). Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Seleksi diharapkan akan meningkatkan produktivitas dan keseragaman yang tinggi. Perubahan frekuensi gen-gen ini tentunya akan mengakibatkan rataan fenotip dari populasi terseleksi akan meningkat
7
dibandingkan rataan fenotip populasi sebelumnya. Perbedaan antara rataan performa dari ternak yang terseleksi dengan rataan performans populasi sebelum diadakan seleksi disebut diferensial seleksi, yang dinyatakan dengan rumus (Hardjosubroto, 1994). S=
X - XS
Keterangan : S
= diferensial seleksi
XS
= rataan fenotip populasi terseleksi
X
= rataan fenotip sebelum seleksi
Perbedaan performans tidak seluruhnya diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi diferensial seleksi yang dapat diwariskan hanya yang bersifat genetik saja, yaitu sebesar angka pewarisnya (heritabilitas). Besarnya diferensial seleksi yang diwariskan merupakan respon seleksi yang akan muncul pada generasi berikutnya. (Hardjosubroto, 1994; Falconer dan Mackay, 1996). Persamaan respon seleksi adalah: 2
R= h .S Keterangan : R 2
= respon seleksi per generasi
h
= heritabilitas sifat yang diseleksi
S
= diferensial seleksi
Seleksi Sifat Kuantitatif Sifat kuantitatif merupakan sifat-sifat yang dapat diukur dalam skala tertentu. Secara umum beberapa sifat kuantitatif seperti litter size, laju pertumbuhan dan persentase karkas dipengaruhi banyak gen, terkadang dijelaskan sebagai sifat yang diturunkan banyak gen.
Beberapa sifat kuantitatif yang sangat penting
karakteristiknya adalah fertilitas, pertumbuhan dan efisiensi pakan, produksi susu, kepadatan fur, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas karkas.
Pada sifat
kuantitatif sangat perlu diketahui heritabilitas dari sifat tersebut. Heritabilitas merupakan proporsi keragaman total pengamatan suatu sifat pada kelompok yaitu penampilan dari gen-gen yang mempengaruhinya. Secara teoritis, apabila suatu sifat 100% diturunkan, semua keragaman yang teramati ada pada semua kelinci dalam kelompoknya yang merupakan ekspresi genetiknya.
8
Perbedaan genetik mengakibatkan perbedaan diantara kelinci pada sifat yang sama. Secara luas heritabilitas dapat diperhitungkan dalam dua konteks, pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh gen yaitu aditif, dominan dan epistatis. Ini dilambangkan dengan H dan secara sempit hanya taksiran bagian aditif dari ragam keturunan dan dilambangkan dengan h2. Untuk banyak tujuan, h2 merupakan dugaan yang paling banyak berguna karena menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk sifat tersebut dalam populasi. Pengaruh simpangan dominan dan epistasis umumnya tidak tanggap terhadap seleksi. Perbedaan nilai heritabilitas dapat disebabkan oleh perbedaan faktor genetik , perbedaan lingkungan, metoda yang digunakan dan jumlah cuplikan data yang digunakan (Falconer and Mackay, 1996). Heritabilitas yang tinggi juga menandakan aksi gen aditif penting untuk sifat tersebut dan sebaliknya jika heritabilitas rendah, maka mungkin aksi gen seperti lewat dominan, dominan dan epistasis lebih penting. Sifat-sifat yang berhubungan dengan fertilitas dan daya tahan terhadap penyakit memiliki nilai heritabilitas yang rendah (h2 < 15%), sifat pertumbuhan dan efisiensi pakan memiliki heritabilitas sedang sampai tinggi (h2 = 15% - 40%). Dugaan dari nilai heritabilitas sebagai keragaman genetik untuk suatu sifat, fertilitas memiliki nilai heritabilitas yang rendah karena seleksi alam akan menyesuaikan dengan kondisi di lingkungan liarnya (Cheeke et al., 1987). Pertumbuhan Pertumbuhan adalah perubahan unsur yang meliputi pertumbuhan hidup, bentuk, dimensi linear, dan komposisi tubuh termasuk perubahan komponenkomponen tubuh seperti otot, lemak, tulang, dan organ serta komponen-komponen kimia terutama air, lemak, protein, dan abu pada karkas. Pola pertumbuhan secara normal merupakan gabungan dari pola pertumbuhan semua komponen penyusunnya. Bentuk kurva pertumbuhan pastnatal untuk semua spesies ternak pada kondisi yang ideal adalah serupa yaitu mengikuti pola kurva pertumbuhan sigmoit. Sesuai dengan pola pertumbuhan komponen karkas yang diawali dengan pertumbuhan tulang yang cepat kemudian setelah mencapai pubertas laju pertumbuhan otot menurun dan deposisi lemak meningkat ( Soeparno, 1992).
9
Perkembangan reproduksi pada bangsa kelinci tipe kecil atau sedang lebih cepat yaitu pada umur 4-5 bulan dibandingkan bangsa kelinci yang besar yaitu 5-8 bulan. Pubertas pada kelamin dicapai pada saat organ reproduksi telah berkembang dan berfungsi sempurna (Blakely dan Bade, 1994). Ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor selama dalam proses pertumbuhan antara lain faktor genetik, pemberian pakan, suhu, kemampuan beradaptasi, lingkungan (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pakan Kelinci Pakan merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya produktifitas ternak. Penerapan tatalaksana pemberian pakan, yang berorientasi pada kebutuhan kelinci dan ketersediaan bahan pakan merupakan upaya yang tepat untuk meningkatkan produktifitas ternak kelinci secara efisien. Pemberian pakan mengacu kepada kebutuhan zat gizi yang dipelukan oleh kelinci (Muslih et al., 2005). Kelinci membutuhkan karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. Jumlah kebutuhannya tergantung pada umur, tujuan produksi, serta laju atau kecepatan pertumbuhannya (Blakely dan Bade, 1995). Pada peternakan kelinci intensif, hijauan diberikan 60% - 80%, sisanya konsentrat. Penyakit Kelinci Penyakit kelinci dapat timbul akibat kurang baik dalam menjaga sanitasi kandang, pemberian pakan yang kurang jumlah maupun gizinya, tertular kelinci yang sakit dan perubahan cuaca. Kelinci yang sakit mempunyai gejala seperti lesu, nafsu makan kurang, mata sayu dan suhu badan naik turun. Kelinci yang menunjukan gejala seperti itu sebaiknya dipisahkan di dalam kandang karantina untuk mendapatkan perawatan secara terpisah. Beberapa penyakit yang sering menyerang kelinci yang menimbulkan kematian antara lain enteritis complex, pasteurollosis, young doe syndrome, scabies dan coccidiosis. Penyakit lain yang biasa menyerang kelinci adalah pilek, sembelit, pneumonia, kudis, dan kanker telinga. Ternak kelinci yang sudah terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari ternak lainnya (Suryani, 2002)
10
Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan dapat digunakan sebagai peubah untuk mengetahui pertumbuhan kelinci. Templeton (1968) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi bangsa, umur, jenis kelamin, bobot sapih, dan suhu lingkungan. Peningkatan ukuran badan dan perkembangan organ tubuh sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah susu yang dihasilkan induk. Postweaning merupakan hasil akhir dari periode menyusui hingga saat disembelih. Menurut Templeton (1968), pertumbuhan dipengaruhi jumlah dan kualitas makanan yang diberikan sedangkan kecepatan pertumbuhan sangat dipengaruhi bangsa, jenis kelamin, umur, bobot sapih, dan suhu lingkungan. Menurut Tilman et al. (1991) pertambahan bobot badan diperoleh melalui pengukuran kenaikan bobot badan dengan melakukan penimbangan berulang-ulang dalam waktu tiap hari, tiap minggu atau tiap bulan. Menurut Rao et al. (1977) laju pertumbuhan kelinci muda lebih kurang dua kali lipat bobotnya setiap minggu hingga mencapai 0,45 kg pada umur 3 minggu. Kelinci muda yang baru mulai makan ransum bentuk padat dan masih menyusu, laju pertumbuhannya adalah 10-20 g/hari, dapat mencapai 30-50 g/hari antara umur 3-8 minggu. Laju pertumbuhan pada anak kelinci meningkat cepat pada bulan pertama sejak kelahiran dan akan terus bertambah sampai disapih. Cheeke et al. (1987) melaporkan bahwa pertambahan bobot badan untuk kelinci yang hidup di daerah tropis dapat mencapai 10-20 g per ekor per hari. Lingkungan Lingkungan adalah semua keadaan, kondisi dan pengaruh-pengaruh sekitarnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan produksi ternak. Iklim dan suhu lingkungan dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan dan jumlah pakan yang dikonsumsi ternak. Suhu dan kelembaban yang tinggi akan mengakibatkan rendahnya konsumsi pakan dan rendahnya pertambahan bobot badan. Produktivitas kelinci dapat mencapai optimal pada kondisi lingkungan dengan suhu udara 18° C dan tingkat kelembaban udara 70% (Adisuwirdjo, 2001). Secara fisiologis tubuh ternak akan bereaksi terhadap rangsangan yang mengganggu fisiologis normal. Sebagai ilustrasi ternak akan mengalami cekaman panas jika jumlah rataan produksi panas tubuh dan penyerapan radiasi panas dari
11
sekelilingnya lebih besar daripada rataan panas yang hilang dari tubuh. Ternak harus selalu berada pada daerah lingkungan optimal dan mereka harus terpelihara dalam daerah tersebut untuk tetap menjaga fungsi pertumbuhan dan reproduksi optimal (Devendra dan Faylon, 1989). Mortalitas Bobot badan pada kelinci dan litter size berpengaruh terhadap kematian dan kematian meningkat seiring dengan peningkatan litter size dan penurunan bobot lahir. Masa paling kritis pemeliharaan anak kelinci adalah periode umur 0-1 minggu, dimana angka mortalitas yang paling tinggi ditemukan dibandingkan umur 0-3 minggu (Szendro et al., 1996). Biasanya mortalitas anak kelinci sampai umur sapih cukup tinggi yaitu 26% - 59%. Total produksi yang dihasilkan untuk satu kali periode beranak sampai umur sapih dapat mencapai 4,9-5,1 kg apabila mortalitas yang terjadi rendah. Penyebab kematian tersebut antara lain anak mati sejak dilahirkan, terjepit kandang, jatuh ke lantai, dimakan predator, persaingan dalam menyusu, produksi susu induk yang kurang, terkena penyakit dan pemeliharaan yang kurang baik (Raharjo et al., 1995).
12