3 2. 3.
mengetahui parameter fisika kimia perairan kunci yang mempengaruhi biomassa dan kandungan alginat P. australis mengetahui arahan penentuan lokasi yang ideal bagi pertumbuhan rumput laut dengan kandungan alginat yang maksimum di perairan Kabupaten Sumbawa Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dengan mengetahui potensi serta pengaruh kondisi lingkungan terhadap kehidupan dan kandungan alginat P. australis diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan industri rumput laut khususnya dalam penentuan lokasi rumput laut penghasil alginat.
TINJAUAN PUSTAKA Alginat Definisi Alginat Alginat adalah istilah untuk senyawa dalam bentuk garam dan turunan asam alginat. Asam alginat tersusun atas polimer asam D-mannuronat dan L-guluronat, digambarkan berupa karbohidrat yang membentuk koloid hidrofilik yang diekstraksi dengan garam alkali dari bermacam-macam jenis alga laut coklat. Alginat adalah phycocoloid yang merupakan satu kelompok polisakarida yang terbentuk dalam dinding sel alga. Alginat merupakan komponen utama dan senyawa penting dalam dinding sel spesies alga yang tergolong kedalam kelas Phaeophyceae (Draget et al. 2005; Cardozo et al. 2007; Ertesvag et al. 2009) dan memegang peranan penting dalam mempertahankan struktur jaringan alga (Chapman dan Chapman 1980). Struktur dan Sifat Fisiko-Kimia Alginat Pada awalnya alginat dianggap sebagai suatu asam polimannuronat, namun sejak tahun 1964 asam alginat lebih dikenal sebagai kopolimer dari asam Lguluronat dan asam D-mannuronat. Prinsipnya alginat terdiri dari tiga macam struktur, yaitu homopolisakarida α-1,4-L-guluronat, β -1,4-D-mannuronat, dan heteropolisakarida yang merupakan bentuk selang-seling asam α -1,4-L-guluronat dan asam β -1,4-D-mannuronat (Renn 1984). Alginat merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi sehingga mudah menyerap air. Asam alginat memiliki bobot molekul 240 000 dalton. Berat molekul dari asam alginat bervariasi tergantung dari metode preparasi dan sumber rumput lautnya, sedangkan untuk natrium alginat memiliki berat molekul pada kisaran antara 35 000 sampai 1,5 juta dalton (Chapman dan Chapman 1980). Struktur asam alginat dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
4
Gambar 1 Struktur alginat (Draget et al. 2005)
Gambar 2 Struktur polimannuronat, poliguluronat, dan kopolimer berselang (Nussinovitch 1997) Perbandingan blok-M, blok-G dan blok-MG alginat ditentukan oleh genus dan spesies dari rumput laut coklat yang diekstrak. Perbandingan tersebut mempengaruhi kekuatan gel larutan alginat (Hoefler 2004). Rumus molekul dari natrium alginat adalah (C6 H7 O 6 Na)n (Yunizal 2004). Tepung asam alginat berwarna putih, sedangkan natrium alginat berwarna gading. Kadar abu natrium alginat jauh lebih tinggi daripada asam alginat karena adanya unsur natrium. Kandungan air yang lebih tinggi dalam natrium alginat disebabkan adanya pengaruh garam yang bersifat higroskopis. Kandungan air dalam alginat bervariasi tergantung pada kelembaban lingkungannya. Semakin tinggi kelembaban lingkungan, maka semakin tinggi pula kandungan air dalam natrium alginat. Natrium, kalium, dan propilen glikol alginat (PGA) dapat dilarutkan dalam air untuk meningkatkan kekentalan (Yunizal 2004). Asam alginat tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi mudah sekali larut dalam larutan yang mengandung hidroksida. Garam karbonat dari logam alkali, asam alginat akan membentuk larutan garam alginat yang berviskositas tinggi. Alginat yang mengandung kation (K atau Na) dan propilen glikol alginat dapat larut dalam air dingin maupun air panas serta membentuk larutan yang stabil dan membentuk gel pada larutan asam (Yunizal 2004). Kation ini mengikat air sangat kuat karena kandungan ion karboksilat yang tinggi (Klose dan Glicksman 1972). Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem aliran. Viskositas dipengaruhi oleh konsentrasi, pH, berat molekul, suhu, dan adanya kation logam polivalen. Semakin tinggi konsentrasi atau berat molekul alginat, maka semakin tinggi viskositasnya (Klose dan Glicksman 1972). Secara umum, alginat memiliki viskositas 1% berat dalam larutannya antara 10 sampai 5000 cP; pH=3,5-10; kadar air 5-20%; dan ukuran partikel 10-200 standar mesh.
5 Standar Mutu Alginat Spesifikasi alginat secara komersial bervariasi tergantung pemakaiannya dalam bidang industri. Alginat yang digunakan dalam industri makanan dan farmasi harus memenuhi persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga berwarna putih terang. Pharmaceutical grade, biasanya bebas dari selulosa dan dipucatkan hingga berwarna agak putih sampai putih bersih. Industrial grade masih mengizinkan adanya bagian dari selulosa dengan warna granula bervariasi dari coklat sampai putih (McNeely dan Pettitt 1973). Harga dari alginat tergantung pada grade dan komposisi yang dikandungnya (McNeely dan Pettit 1973). Spesifikasi mutu asam alginat, natrium alginat dan propilen glikol alginat dapat dilihat pada Tabel 1 dan spesifikasi natrium alginat sebagai food grade dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1 Spesifikasi mutu asam alginat, natrium alginat dan propilen glikol alginat No Spesifikasi Asam Natrium Propilen glikol alginat alginat alginat 1 Kemurnian (%) 91 – 100 90,8 - 100 16 - 20 2 Kadar As (%) <3 <3 <3 3 Kadar Abu (%) <4 18 - 27 < 10 4 Kadar logam berat (%) < 0,04 < 0,04 0,04 5 Kadar Pb (ppm) < 10 < 10 < 10 6 Kadar susut pengeringan (%) < 15 < 15 < 20 Sumber: Food Chemical Codex (1981) Tabel 2 Spesifikasi natrium alginat sebagai food grade No Spesifikasi Kandungan 1 Kadar air (%) 13 2 Kadar Abu (%) 23 3 Berat jenis (%) 1,59 4 Warna Gading 5 Densitas (kg/m3 ) 874 6 Suhu pengabuan (°C) 480 7 Panas pembakaran (kkal/g) 2,5 Sumber: Food Chemical Codex (1981) Fungsi Alginat Alginat digunakan secara luas dalam industri sebagai bahan pengental, pensuspensi, penstabil, pembentuk film, pembentuk gel, disintegrating agent, dan bahan pengemulsi. Banyaknya fungsi alginat menyebabkan tingginya kebutuhan alginat oleh berbagai industri, seperti industri farmasi (5%), tekstil (50%), makanan dan minuman (30%), kertas (6%), serta industri lainnya (9%) (Anggadiredja et al. 2006). Friedli dan Schlager (2005) menyatakan bahwa alginat digunakan dalam industri farmasi pada proses enkapsulasi. Alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat atau garam natrium alginat dan kalsium alginat pada bidang farmasi dan kosmetik. Alginat digunakan sebagai pengental yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan shampoo serta sebagai
6 bahan minyak rambut dan larutan pencuci rambut (Anggadiredja et al. 2006). Industri kosmetik menggunakan alginat sebagai bahan untuk skin lotion dan produk lainnya berupa jeli dan krim (Yunizal 2004). Garam-garam alkali dapat juga digunakan sebagai pengental bahan untuk pewarnaan di industri percetakan, sebagai penguat dan perekat benang-benang yang digunakan untuk tenun, sebagai bahan perekat di industri briket khususnya yang terbuat dari batubara atau liginit. Pada industri briket 2,5% larutan digunakan sebagai medium pengikat. Penggunaan lain dari garam alginat tergantung pada kemampuan sebagai pengemulsi, misalnya cat emulsi kasein. Sifat pengemulsi ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak larut dalam air, misalnya produk-produk lemak, bensin, minyak, dan disinfektan. Menurut Chapman dan Chapman (1980), sifat suspensi dari natrium alginat digunakan pada obat-obatan (misalnya penisilin), semir mobil, cat, kosmetik, dan insektisida. Salah satu pemanfaatan alginat yang penting khususnya di Amerika Serikat adalah sebagai penstabil yang dapat memberikan kelembutan pada kulit dan tekstur es krim serta mencegah terbentuknya kristal yang kasar. Menurut Chapman dan Chapman (1980), pemanfaatan alginat sebagai penstabil harus dalam larutan alkali sebab jika dalam larutan asam akan terbentuk gel. Pemanfaatan alginat dalam industri makanan didasarkan pada beberapa faktor antara lain: 1. kemampuan untuk membentuk larutan yang viskos 2. stabil pada temperatur dan pH tinggi 2+ 3. reaktivitas terhadap ion Ca yang dapat membentuk gel dan 4. stabilitas panas dari gel (Anullman's 1998). Menurut Astawan (1997), alginat memiliki afinitas (daya ikat) yang tinggi terhadap logam berat dan unsur radioaktif. Alginat merupakan bahan makanan yang tidak mudah dicerna, sehingga konsumsi alginat membantu membersihkan logam berat dan unsur radioaktif yang masuk ke dalam tubuh. Pada pengolahan hasil perikanan, alginat digunakan dalam pembekuan ikan yaitu sebagai glazing untuk menghindari reaksi oksidasi dan digunakan dalam proses pengalengan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hasil ekstraksi natrium alginat dari Sargassum dapat digunakan untuk menghambat proses pematangan dan pembusukan buah. Ekstrak natrium alginat pada konsentrasi 15% digunakan sebagai konsentrasi optimum dalam pengawetan buah jeruk dengan rata-rata masa simpan selama 58,2 hari (Bahar 2012) Rumput Laut dan Alginat Rumput Laut Penghasil Alginat Penghasil alginat adalah rumput laut coklat antara lain dari jenis Sargassum dan Turbinaria yang sampai sekarang masih dipanen dari alam. Pemanfaatan rumput laut coklat di Indonesia masih terbatas pada jenis Sargassum sp saja yang dimanfaatkan secara komersial sebagai obat antikanker, sedangkan jenis Turbinaria belum dimanfaatkan secara komersial (Darmawan et al. 2006) Umumnya semua jenis alga coklat mengandung alginat, namun demikian kebanyakan alginat yang diproduksi secara komersial, diekstraksi hanya dari sejumlah kecil spesies. Di Amerika, alginat diekstraksi hanya dari Macrocystis
7 pyrifera yang tumbuh di sepanjang pantai barat kepulauan Amerika Utara yaitu dari Mexico sampai California. Di Canada, alginat diekstraksi dari Ascophyllum nodosum yang tumbuh sepanjang pantai bagian selatan Nova Scotia, sementara itu industri-industri alginat di Eropa terutama di Inggris, Norwegia, dan Perancis melakukan ekstraksi alginat dari Ascophyllum nodosum, Laminaria hyperborea dan Laminaria digitata. Alga coklat penting lainnya yang digunakan untuk ekstraksi alginat adalah Ecklonia maxima dan Lessonia nigrescans (Othmer 1994). Ecklonia maxima banyak ditemukan di perairan Afrika Selatan, sedangkan Lessonia nigrescans banyak ditemukan di perairan Amerika Selatan (Chapman dan Chapman 1980). Di perairan pantai Indonesia juga ditemukan beberapa jenis alga coklat yang memiliki potensi sebagai bahan baku pengolahan alginat, yaitu Sargassum binderi, Sargassum duplicatum, Sargassum echinocarpum, Sargassum plagyophyllum, Sargassum polycystum, Sargassum crassifolium, Turbinaria conoides, Turbinaria decurrens, Turbinaria ornata, Hormophysa triquetra dan Padina australis (Atmadja 1996). Biosintesis Alginat oleh Alga Pada proses biosintesis alginat, suatu sistem sel dari Fucus garneri yang digunakan untuk mendeteksi enzim-enzim yang berperan dalam biosintesis alginat. Skema biosintesis dapat dilihat pada Gambar 3. Fructosa-6-P D-Mannosa-6-P D-Mannosa-1-P GDP-D-Mannosa
GDP-D-Mannouronic acid (ManA) n Mannuronan (ManA) n+1
GDP-1-Guloronic acid
ALGINAT -M-M-G-G-M-G-MM- alginat (Draget 2005) Gambar 3 Skema biosintesis Enzim-enzim yang berperan dalam proses biosintesis alginat terdiri dari hexokinase, phosphomannose isomerase dan D-mannose-1-fosfat transferase guanylyl yang mengkatalisis pembentukan gula nukleotide GDP-D-mannose. Guanosine difosfat mannose dehydrogenase memiliki aktivitas dalam mengoksidasi asam GDP-D-mannuronik yang pada akhirnya mengikat asam mannuronat dalam pembentukan alginat (Stephen 1995).
8 Bioekologi P. australis Morfologi Padina australis Padina merupakan alga coklat (brown alga) yang termasuk dalam phylum Heterokontophyta, kelas Phaeophyceae dan ordo Dictyotales (Lee 1999), genus Padina menyebar di daerah beriklim tropis dan subtropis serta sangat mudah dikenali. Padina australis merupakan salah satu spesies yang terdapat di Indonesia (Lee dan Kamura 1991; Huisman 2000). Tallus dari Padina termasuk P. australis berbentuk tegak, lembaran (frond) berbentuk kipas dan memiliki sel parenkim, melekat pada substrat dengan holdfast rhizoid. Pada tanaman yang terendam, lembaran yang berbentuk kipas akan melengkung dan akan membentuk sebuah corong. Garis konsentrik yang terdapat pada lembaran P. australis terbentuk oleh rambut. Pemeriksaan makroskopis menunjukkan bahwa tallus Padina seperti kipas membentuk segmen-segmen lembaran dengan garis-garis radial dan bagian permukaan berkapur. Warna coklat kekuningan dan kadang-kadang memutih karena perkapuran, lembaran mudah robek. Ukuran lembaran tallus 5-10 cm. Alat penempel berupa serabut tebal. Alga ini tidak mengalami perubahan warna dalam keadaan kering. Gambar morfologi P. australis dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Morfologi P. australis (Dokumentasi pribadi) Pemeriksaan mikroskopis irisan melintang tallus dalam kloralhidrat menunjukkan bahwa tallus P. australis terdiri dari epidermis dan sel parenkim. Hasil pemeriksaan mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan: (1) sel epidermis dan (2) sel meristematik
Gambar 5 Irisan melintang tallus P. australis (Fitrya 2010)
9 Sistem Reproduksi dan Siklus Hidup Padina australis Sistem reproduksi terdiri dari sporangia atau oogonia. Struktur reproduksi, sporangia, oogonia dan antheridia, muncul diantara rambut dan garis radial. Padina merupakan organisme yang melakukan isomorphic generation yang melibatkan sprofit diploid dan gametofit haploid. Siklus hidupnya merupakan tipe isomorphic diplohaplontik. Sporofit Padina menghasilkan aplonaspora haploid (tetraspora) melalui proses miosis dari tetrasporangia yang berkembang pada sel epidermal. Sporangia, oogonia dan antheridia terbentuk pada baris konsentrik pada permukaan blade (daun). Siklus hidup Padina dapat dilihat pada Gambar 6. Male gametophytes (n) Female gametophytes (n)
Antheridia
Sperm (n) Egg (n)
Oogonia
Spores (n) meiosis Tetrasporangia
Tetrasporangia (2n)
Zygotes (2n)
Gambar 6 Siklus hidup Padina (Lee 1999) Padina menunjukkan pergantian generasi isomorfik, dan isogamous. Menurut Allender (1977) dan Rengasamy (1990), sistem perkembangbiakan Padina dilakukan dengan fase sporophytic dan fase gametophytic, namun umumnya fase sporophytic sebanyak 86% sedangkan fase gametophytes 14%. Sporofit adalah fase bantalan spora atau generasi dalam siklus hidup tanaman. Habitat dan Distribusi Padina Genus Padina banyak ditemukan di daerah intertidal dan subtidal (Rodriguez 2009). Tumbuh pada substrat yang keras dan pada sebagian atau sepenuh periode tumbuh pada substrat berpasir. Tanaman tumbuh di wilayah yang lebih dalam sublitoral (1-10 m), melekat pada pasir atau batu dan karang, dan kadang-kadang terlihat epifit pada alga lainnya. Padina merupakan genus yang biasanya berasosiasi dengan Sargassum. Penyebaran Padina sangat luas diantaranya Pantai Gading, Kamerun, Gabon, Angola, Jepang, Cina, Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, Indonesia, Filipina, Kepulauan Hawaii, Fiji, Afrika Timur, Thailand, Bangladesh, India, Kuwait, Australia dan Selandia Baru. Terdapat sekitar 50 taksa Padina di seluruh dunia, namun sebagian besar kurang dikenal dan tidak memiliki nama (Lee dan Kamura 1991). Faktor Fisika Kimia Perairan terhadap Kehidupan Padina Padina yang hidup di zona intertidal sangat dipengaruhi oleh faktor fisika kimia perairan dan khususnya berdampak pada pertumbuhan rumput laut. Kandungan nutrien (Schaffelke 1999; Ichiki et al. 2000; Kuffner dan Paul 2001; Szmant 2002; Lapointe et al. 2004; Palomo et al. 2004; Roberson dan Coyer 2004), intensitas cahaya (Hansen 1977; Flores-Moya et al. 1996; Ateweberhan
10 2006; Plougruerne et al. 2006), gelombang (Paryi 1984; Prathep dan Tantiprapes 2006), suhu (Hwang et al. 2004), tipe substrat (Quartino et al. 2001; Diez et al. 2003) dan faktor biologi (Lewis et al. 1987; Steneck dan Dethier 1994; Van Alstyne et al. 2001) merupakan faktor fisika kimia yang mempengaruhi kehidupan Padina. Faktor tersebut diketahui berpengaruh terhadap distribusi (Campbell et al. 1998) dan diketahui sebagai faktor pembatas pertumbuhan dan reproduksi alga (Graham 2002). Garreta et al (2007) menyatakan bahwa suhu perairan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan gamet pada P. pavonica. Pada suhu yang tinggi, gametofit cenderung diocious, namun ketika suhu rendah terjadi peningkatan rasio monoecism. Suhu yang dapat ditoleransi oleh Padina berkisar antara 23 sampai 28 °C (Subbaraju et al. 1982). Kebutuhan suhu untuk beberapa jenis rumput laut berbeda satu sama lain, namun kebutuhan suhu rata-rata rumput laut berkisar antara 20 sampai 30 °C (Komarawidjaja 2003). Pengaruh salinitas, pH dan suhu pada spora P. tetrastomatica Hauck telah dipelajari (Subbaraju et al. 1982). Alga menunjukkan toleransi pada salinitas antara 27 sampai 32 psu. Pada salinitas < 17,9 psu dan > 32,1 psu tidak ada spora yang dapat bertahan dan pH 8,0–8,5 merupakan pH optimal untuk pertumbuhan Padina. Beberapa bentik alga memiliki respon yang berbeda terhadap pengaruh lingkungan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa nutrien merupakan penyebab utama meningkatnya kelimpahan makroalga. Schaffelke (1999) menyatakan bahwa jumlah fotosintesis bersih meningkat dengan meningkatnya nutrien dan diduga bahwa pertumbuhan terjadi lebih cepat (Nordemar et al. 2007). Menurut Sulistijo dan Atmadja (1987), kandungan nitrat yang mampu mendukung kehidupan dan pertumbuhan rumput laut adalah sebesar 0,014 mg/l. Law (1969) dalam Syahputra (2005) bahwa perairan dengan kandungan fosfat di atas 0,110 mg/l tergolong dalam perairan dengan kriteria subur. Berkaitan dengan pertumbuhan rumput laut, fosfor berperan sebagai faktor pembatas dalam proses fotosintesis (Lapointe 1987), dengan perbandingan antara N, P, dan K yang diperlukan oleh rumput laut adalah 15:5:1,8 (Round 1977). Menurut Soepomo (1974), kisaran fosfat yang terdapat di laut adalah 0,021-0,201 mg/l dan permukaan air laut mengandung fosfat terlarut lebih rendah dibanding perairan laut yang lebih dalam. Kandungan fosfor (P) dalam sel alga mempengaruhi laju serapan fosfat, yaitu berkurang sejalan dengan meningkatnya kandungan fosfat dalam sel. Beberapa jenis alga mampu menyerap fosfat melebihi kebutuhan (luxury consumption) dan mampu menyerap fosfat pada konsentrasi yang sangat rendah serta mempunyai enzim alkalinase. Kekurangan P akan lebih kritis bagi tanaman akuatik termasuk alga, dibandingkan dengan bila kekurangan N di perairan. Orthofosfat (PO 4 ) merupakan bentuk dari fosfat yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman akuatik (Fritz 1986). Cahaya merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan rumput laut. Rumput laut memerlukan cahaya dengan panjang gelombang terpanjang (merah) yang diserap oleh air dengan cepat dan cendrung banyak ditemukan di daerah pantai berbatu yang lebih tinggi. Sinar matahari berfungsi dalam proses fotosintesis dalam sel rumput laut. Sinar matahari sangat menentukan kecepatan rumput laut memenuhi kebutuhan nutrien seperti karbon (C), nitrogen (N) dan fosfor (P) untuk pertumbuhan dan pembelahan selnya (Komarawidjaja 2003).
11 Salah satu komponen penting yang berperan dalam pertumbuhan dan keberadaan jenis rumput laut adalah substrat. Hal ini didukung oleh pernyataan Bold (1985) yang menyatakan bahwa seaweed hidup sebagai makrobenthos dengan melekatkan diri pada substrat yang bervariasi seperti batu-batuan atau karang, pada lumpur atau pasir, atau dengan kata lain pada kondisi atau tipe substrat yang sesuai suatu jenis rumput laut ditemukan melimpah. Kondisi Lingkungan dan Karakteristik Alginat Rumput Laut Kondisi lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan dalam sintesis phycocoloid pada rumput laut termasuk alginat. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian pada beberapa daerah yang menunjukkan bahwa kandungan phycocoloid berbeda untuk tiap lokasi yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan terhadap S. polycystum yang diperoleh dari Pulau Pari menunjukkan kadar natrium alginat sebesar 26,88%, kadar air sebesar 14,25%, viskositas sebesar 64 cps (25 °C) dan kekuatan gel sebesar 235,80 gcm-2 . Sargassum sp yang diperoleh dari perairan Pulau Batam sebesar 26,85%, kadar air sebesar 14,90 %, viskositas sebesar 49,7 cps (25 °C) dan 19,7 cps (65 °C) dan kekuatan gel sebesar 181,04 gcm-2 (Rachmat 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar alginat dalam Sargassum longifolium sebesar 17%, Sargassum sp sebesar 24,8–34,6%. Pada tahun 1973, penelitiannya tentang kadar alginat dalam Sargassum sp yaitu sebesar 13% (Chapman and Chapman 1980). Hal ini menunjukkan bahwa Sargassum asal perairan Kepulauan Spermonde mengandung alginat yang cukup tinggi. Perbedaan kadar natrium alginat dari ketiga sampel yang diuji dengan hasil penelitian yang pernah dilaporkan menunjukkan adanya pengaruh lingkungan yang meliputi suhu, salinitas, unsur hara dan kedalaman. Jenis rumput laut coklat yang lebih banyak tidak bersentuhan dengan dasar pantai, memiliki kadar abu yang lebih rendah dibandingkan dengan rumput laut yang berhabitat pada karang dasar. Jumlah daun menentukan kadar alginat yang ada, karena didalam daun terdapat alginat yang lebih banyak daripada pada batang dan akar. Kondisi ini memungkinkan kandungan alginatnya lebih banyak (Atmadja 1996). Habitat alginofit yang lebih banyak terkena ombak langsung, hidup dengan akar melekat kuat pada karang, dan ukuran rumpun yang lebih tinggi mempunyai kadar alginat yang lebih banyak. Rumput laut seperti Turbinaria decurrens yang hidup di pantai berkarang atau rataan terumbu karang, banyak mengandung alginat dari tipe asam guluronat. Menurut Taylor (1979), kandungan alginat rumput laut coklat tergantung dari metode ekstraksi, umur, jenis dan habitat rumput laut. Alginofit yang tumbuh di daerah yang terkena ombak langsung, mempunyai holdfast yang kuat serta terikat kuat dengan karang tempat hidupnya, mempunyai poliguluronat yang lebih tinggi yang dapat meningkatkan viskositas alginatnya. Jenis Sargassum hidup di daerah tersebut, sehingga kadar poliguluronat dan viskositasnya lebih tinggi dari jenis Turbinaria. Viskositas ditentukan oleh keberadaan kation Ca2+ dan adanya residu guluronat (G) (Ertesvag et al. 2009). Kadar poliguluronat ditentukan oleh jenis dan habitat hidupnya. Kandungan asam poliguluronat yang tinggi dapat meningkatkan viskositas alginat.