5
TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat Kanopi Pohon Pepohonan dan vegetasi merupakan faktor pembentuk ruang terbuka hijau di lingkungan perkotaan. Keberadaan pepohonan dan vegetasi lainya pada kawasan kota dapat berupa jalur maupun areal. Keberadaan pepohonan dan vegetasi merupakan salah satu unsur lanskap yang utama dan memiliki fungsi tertentu dalam suatu lanskap.Menurut Carpenter, et.all (1975) pepohonan memiliki beberapa fungsi, antara lain: 1. Kontrol Visual. Tanaman berfungsi mengurangi sinar dan pantulan (matahari, lampu jalan, dan lampu kendaraan), penutup pemandangan yang tidak diingingkan, membentuk privacy, mengarahkan dan menegaskan pemandangan yang diinginkan. 2. Modifikasi Radiasi Matahari dan Suhu. Vegetasi dapat meningkatkan pemantulan radiasi matahari dan menurunkan penyerapan dipermukaan sehingga akan menurunkan suhu udara. Vegetasi juga memberikan keteduhan dengan efek bayangan, memberikan naungan dan menyaring radiasi matahari 60-90 % serta mempercepat hilangnya radiasi matahari yang diserap. 3. Pengarah Angin. Vegetasi berfungsi sebagai penahan angin dengan mengurangi kecepatan angin melalui ketinggian, kepadatan, bentuk dan lebar tanaman. Penanaman yang rapat dapat mengurangi 75-80 % kecepatan angin. 4. Kontrol kelembaban dan hujan Tanaman dapat memberikan perlindungan sementara dari hujan dengan naungannya. Melalui proses evaporasi tanaman akan melepaskan air menuju udara yang panas dan mendinginkannya sehingga akan menurunkan suhu udara disekitarnya. 5. Mengurangi kebisingan. Penanaman vegetasi 25-50 kaki (7,62-15,24 m) dapat mengurangi suara frekuensi tinggi (4000 Hz) sebesar 10-20 dBA, sedangkan penanaman pinus
6
dan cemara 50-100 kaki (15,24-30,48 m) mampu mengurangi suara frekuensi rendah sebesar 10 dBA. 6. Penyaring polutan Tanaman merupakan penyaring udara yang mampu menyerap gas polutan seperti SO 2 dan HF serta polutan lain di udara dalam jumlah tertentu tanpa memperlihatkan efek kerusakan. Dengan diameter 15 inci potensial untuk menghilangkan 43,5 pon SO 2 per tahun jika konsentrasi SO 2 di atmosfer 0,25 ppm. 7. Kontrol erosi Tanaman mengurangi laju air hujan di tanah, disamping itu akar tanaman memegang partikel tanah sehingga run offakan dapat dikurangi dan terhindar dari erosi. 8. Habitat alami Tanaman menyediakan makanan dan tempat berlindung kepada burung dan hewan lainnya, sehingga akan menarik mereka untuk hidup di tanaman tersebut. 9. Estetika. Nilai estetika akan tercipta jika elemen-elemen lanskap dikombinasikan secara tepat dan baik sehingga akan memberikan perasaan senang dan tenteram kepada pemakai jalan. Penanaman vegetasi dapat berfungsi memperlunak bangunan sepanjang jalan. Penutupan lahan (land cover) merupakan perwujudan fisik suatu objek dan menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objek tersebut.Lillseland dan Kiefer (1990) menyatakan bahwa material penutupan lahan berpengaruh terhadap lingkungan tapak.Secara umum, berdasarkan jenis materialnya, penutupan lahan terbagi atas dua yaitu penutupan alami / material tanaman (soft scape) dan penutupan buatan / material perkerasan (hard scape). Perubahan penutupan lahan memberikan pengaruh pada permukaan fisik dan biologi bumi serta merubah reflektansi permukaan bumi yang menyebabkan timbulnya pendinginan dan pemanasan lokal.Lahan bervegetasi merupakan pengendali urban heat island dan menempatkan pohon sebagai tempat penyimpanan panas yang diterimanya (Nowak, 1998).Vegetasi berfungsi
7
menyerap radiasi matahari dalam proses transpirasi dan fotosintesis. Radiasi yang sampai ke permukaan tanak akan digunakan sebagai materi dalam proses evaporasi tanaman. Keberadaan pepohonan dapat berfungsi sebagai ameliorasi iklim. Simpson (1998) menyatakan bahwa suhu udara maksimum pada pertengahan hari mengalami penurunan berkisar antara 0.04oC--0.2oC seiring dengan peningkatan penutupan kanopi. Suhu udara pada pertengahan hari mengalami pendinginan berkisar 0,7oC – 1,3oC pada ketinggian 1,5 m diatas permukaan tanah di bawah tegakan pohon dan sekumpulan pohon diatas tutupan rumput, dibandingkan pada area terbuka.Penurunan suhu udara terkait keberadaan pepohonan dapat memperbaiki kualitas udara, sebab keberadaan pepohonan dapat meredam emisi yang ditimbulkan oleh sumber pencemaran udara (Souch,1993). Galveston-Houston Association for Smog Prevention(GHASP, 1999) menyatakan bahwa penyebab utama banjir dilingkungan perkotaan adalah deforestasi hutan kota dan tegakan pohon. Keberadaan pepohonan dan tanaman lainya berfungsi untuk meredam dan menurunkan banjir dan kerusakan lain yang disebabkan oleh angin dengan menahan tanah dan menyerap dan menahan air hujan secara signifikan melalui perakaran dan naunganya. Pohon melepaskan kelembaban ke udara yang menstabilkan curah hujan, meminimalisir kekeringan dan mencegah bahaya banjir perkotaan akibat berkurangnya area penyerap air limpasan. RTH dengan luas minimal 0,5 ha mampu menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (American Forest, 2002). Keberadaan pohon di perkotaan memiliki fungsi sebagai intersepsi air hujan dan mengurangi air limpasan permukaan (run off) melalui intersepsi dan mereduksinya sebelum turun ke permukaan tanah melalui dahan dan daun untuk menunda aliran air hujan (Rowntree dan Nowak, 1991). Pepohonan juga dapat mengurangi kadar karbon dioksida (CO2) di udara, dan dapat menjerap gas panas di udara (McPherson, 1995). Pepohonan yang terletak pada area jaringan jalan yang padat dapat menangkap partikel polutan lebih besar dibandingkan yang berada di kawasan perdesaan (Backett,et al.,2000).
8
Coder (1996) mengatakan bahwa kanopi pohon di lingkungan dan keberadaan hutan kota berfungsi sebagai filter terhadap nutrien yang hilang dan mengurangi sedimen dan meningkatkan ketersediaan air tanah. Keberadaan pepohonan dapat mereduksi sedimen tanah sebesar 95%, serta dapat mereduksi 47% polutan di permukaan pada saat 15 menit awal turun hujan(Coder, 1996). Pohon memiliki kemampuan untuk menyerap CO 2 antara 20 gramsampai dengan 36 gram per hari. Diasumsikan bahwa terdapat 10 buah pohon pada lahan perkarangan, maka kontribusi penyerapan CO 2 oleh pohon sebesar 5,6 – 10,1 kg atau menyimpan 750 kg karbon per bulan (Rohman,2009). Peningkatan kanopi pepohonan
dapat
menurunkan
emisi
VOC
dan
pada
akhirnya
dapat
mempengaruhi konsentrasi Ozon pada kawasan perkotaan. Penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil pada beberapa peralatan mendorong terjadinya emisi gas karbon dioksida (diperkirakan 0,7 kg/l bahan bakar bensin termasuk emisi yang dihasilkan pada manufaktur) dan beberapa bahan kimia lain, VOC, Karbon
Monoksida,
Nitrogen
Oksida,
Sulfur
Oksida
Dan
Particulate
Mattersebagaimana yang telah disampaikan oleh Scott, Simpson dan McPherson (1999). Keberadaan pepohonan pada area parkir dapat berpengaruh terhadap konsentrasi emisi yang dihasilkan oleh kendaraan melalui naungan pepohonan. Peningkatan kanopi pepohonan pada area parkir sebesar 8% - 50% dapat mereduksi pelepasan emisi VOC kendaraan ringan 2% dan emisi Nitrogen Oksida kurang lebih 1%, berdasarkan hasil studi di Sacramento, USA (Scott, Simpson, dan McPherson, 1999). Keberadaan naungan pohon deciduous dalam radius jarak 0,5 km sampai dengan 1 km berpengaruh positif terhadap nilai properti, naungan/tutupan kanopi pohon coniferous dalam radius 0,5 km mendorong peningkatan nilai properti, dan keberadaan hutan campuran (mix forest) dalam radius 0,5 km – 1 km dari rumah tidak berpengaruh terhadap nilai properti (Holmes,et.al,2006).McAliney (1993) menyebutkan bahwa nilai jual properti pada kawasan hunian yang dikelilingi oleh pepohonan meningkat 5-15 % dibandingkan dengan yang tidak memiliki pepohonan. Hal ini bergantung pada jenis, umur, jumlah dan lokasi pohon tersebut. Berdasarkan penelitian kawasan permukiman di Rochester, New York,
9
Amerika Serikat diketahui bahwa keberadaan pohon memberikan nilai tambah 18% dari nilai rata-rata jual properti (Nowak,2001).
Ruang Terbuka Hijau Definisi Ruang Terbuka Hijau Secara definitif, Ruang Terbuka Hijau (Greenery Openspaces) adalah kawasan atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat tertentu, dan atau sarana lingkungan/kota, dan atau pengamanan jaringan prasarana, dan atau budidaya pertanian. Selain untuk meningkatkan kualitas atmosfer, menunjang kelestarian air dan tanah, ruang terbuka hijau (Greenery Open Spaces) di perkotaan juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas lanskap kota. Ruang Terbuka Hijau (RTH) kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung RTH yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut.
Fungsi Ruang Terbuka Hijau Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki spektrum multi fungsi yang luas berkaitan dengan peranannya, dari aspek fungsi ekologis, sosial/budaya, arsitektural, dan ekonomi. Secara ekologis Ruang Terbuka Hijau dapat meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan menurunkan suhu kota tropis. Bentuk-bentuk Ruang Terbuka Hijau perkotaan yang berfungsi ekologis antara lain seperti sabuk hijau kota, taman hutan kota, taman botani, jalur sempadan sungai dan lain-lain. Secara sosial-budaya keberadaan RTH dapat memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi, dan sebagai tetenger (landmark) kota yang berbudaya. Bentuk RTH yang berfungsi sosial-budaya antara lain taman-taman kota, lapangan olah raga, kebun raya, TPU, dan sebagainya. Ruang terbuka dengan pepohonan memberikan suatu ruang yang dapat digunakan sebagai tempat berolahraga dan berlatih untuk kebugaran tubuh, menyediakan tempat untuk
10
relaksasi dan berinteraksi dengan alam, dan mendorong masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah (McPherson,Simpson,Peper dan Xiao, 1999). Dalam masalah perkotaan, RTH merupakan bagian atau salah satu subsistem dari sistem kota secara keseluruhan. RTH sengaja dibangun secara merata di seluruh wilayah kota untuk memenuhi berbagai fungsi dasar yang secara umum dibedakan, antara lain 1) fungsi bio-ekologis (fisik), yang memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota), pengatur iklim mikro, agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar, sebagai peneduh, produsen oksigen, penyerap air hujan, penyedia habitat satwa, penyerap (pengolah) polutan media udara, air dan tanah, serta penahan angin; 2) fungsi
sosial,
menggambarkan
ekonomi ekspresi
(produktif) budaya
dan
lokal,
budaya RTH
yang
merupakan
mampu media
komunikasi warga kota, tempat rekreasi, tempat pendidikan, dan penelitian; 3) ekosistem perkotaan; produsen oksigen, tanaman berbunga, berbuah dan berdaun indah, serta bisa mejadi bagian dari usaha pertanian, kehutanan, dan lain-lain; 4) fungsi estetis, meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota (mulai dari skala mikro sampai dengan skala makro). Menciptakan suasana serasi, dan seimbang antara berbagai bangunan gedung, infrastruktur jalan dengan pepohonan, hutan kota, taman kota, taman pertanian kota, taman gedung, jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, serta jalur biru bantaran kali.
Klasifikasi dan Bentuk Ruang Terbuka Hijau Kota Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman (Lokakarya RTH, 2005). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya
11
diklasifikasi menjadi: (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor, linear). Jenis RTH menurut tipe penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Ditinjau dari sudut kepemilikan dan tanggung jawab, maka RTH dibagi ke dalam dua jenis, yaitu (1) RTH milik pribadi atau badan hukum, misal: halaman rumah tinggal, perkantoran, tempat ibadah, sekolah atau kampus, hotel, rumah sakit, kawasan perdagangan (pertokoan, rumah makan), kawasan industri, stasiun, bandara, pelabuhan, dan lahan pertanian kota. (2) RTH milik umum, yaitu lahan dengan tujuan penggunaan utamanya adalah ditanami berbagai jenis tetumbuhan untuk memelihara fungsi lingkungan, yang dikelola pemerintah daerah, dan dapat dipergunakan masyarakat umum, seperti taman rekreasi, taman olahraga, taman kota, taman pemakaman umum, jalur hijau jalan; bantaran rel kereta api, saluran umum tegangan ekstra tinggi (SUTET), bantaran kali, serta hutan kota (HK) konservasi, HK wisata, HK zona industri, HK antar-zona permukiman, HK tempat koleksi dan penangkaran flora dan fauna.
Struktur Ruang Terbuka Hijau Pola ruang terbuka hijau kota merupakan struktur yang ditentukan oleh hubungan fungsional (ekologis, sosial, ekonomi, arsitektural) antar komponen pembentuknya. Pola tersebut terdiri dari, (a) RTH struktural, dan (b) RTH non struktural. Struktur dan pola ruang terbuka hijau kota tersaji pada Gambar 2.
12
Gambar 2 . Pola dan Bentuk RTH Perkotaan (Sumber : Lokakarya RTH,2005)
Ruang terbuka hijau (RTH) struktural merupakan pola ruang terbuka yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pembentuknya yang mempunyai pola hierarki planologis yang bersifat antroposentris.RTH tipe ini didominasi oleh fungsi-fungsi non ekologis dengan struktur RTH binaan yang berhierarkhi.RTH non struktural merupakan pola RTH yang dibangun oleh hubungan fungsional antar komponen pem-bentuknya yang umumnya tidak mengikuti pola hierarki planologis karena bersifat ekosentris.RTH tipe ini memiliki fungsi ekologis yang sangat dominan dengan struktur RTH alami yang tidak berhierarki.
Bahan Pencemar Udara Karbon Monooksida (CO) Karbon monooksida atau CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah –192oC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (Wardhana, 2004).Karbonmonooksida (CO) yang terhisap oleh paru-paru dapat menghalangi masuknya oksigen yang
13
dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO mudah bereaksi dengan hemoglobin. Nitrogen oksida (NO x ) Nitrogen oksida atau disebut NO x karena oksidasi nitrogen mempunyai dua macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO 2 dan gas NO. Sifatgas NO 2 adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau. Warna gas NO 2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung. Kadar NO x di udara pada daerah perkotaan yang berpenduduk padat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah perdesaan yang berpenduduk sedikit. Hal ini disebabkan karena berbagai macam kegiatan yang menunjang kehidupan manusia akan menambah kadar NO x di udara, seperti transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah dan lain-lain. Pencemaran gas NO x di udara terutama berasal dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari gas buangan hasil pembakaran yang keluar dari generator pembangkit listrik stasioner atau mesin-mesin yang menggunakan bahan baker gas alam (Wardhana, 2004).
Sulfur Oksida (SO x ) Gas belerang oksida terdiri atas gas SO 2 dan gas SO 3 yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO 2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO 3 bersifat sangat reaktif. Gas SO 3 mudah bereaksi dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat. Asam sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi lainnya. Konsentrasi gas SO 2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia apabila konsentrasinya mencapai antara 0,3-1 ppm (Wardhana, 2004).
Hidrokarbon (HC) Hidrokarbon adalah pencemar udara yang dapat berupa gas, cairan maupun padatan. Dinamakan hidrokarbon karena penyusun utamanya adalah
14
atom karbon dan atom hydrogen yang dapat terikat secara ikatan lurus (ikatan rantai) atau terikat secara ikatan cincin (ikatan tetutup). Pada suhu kamar umumnya hidrokarbon suku rendah (jumlah atom C sedikit) akan berbentuk gas, Hidrokarbon suku menengah (jumlah atom C sedang) akan berbentuk padatan (Wardhana, 2004).
Partikel Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar udara yang berbentuk padatan. Namun dalam pengertian yang lebih luas, dalam kaitannya dengan masalah pencemaran lingkungan, pencemar partikel dapat meliputi berbagai macam bentuk, mulai dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang rumit atau kompleks yang kesemuanya merupakan bentuk pencemaran udara. Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal dari ulah manusia dalam rangka mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Pencemaran partikel yang berasal dari alamadalah: 1) Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angina kencang. 2) Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempat ke udara akibat letusan gunung berapi. 3) Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah pegunungan. Partikel sebagai bahan pencemar udara yang mempunyai waktu hidup, yaitu pada saat partikel masih melayang-layang sebagai pencemar di udara sebelum jatuh ke bumi.Waktu hidup partikel berkisar antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Sedangkan kecepatan pengendapannya tergantung pada ukuran partikel, massa jenis partikel serta arah dan kecepatan angin yang bertiup.
Volatile Organic Compound Menurut Nowak (1995), pohon perkotaan memiliki empat cara untuk meningkatkan kualitas lingkungan kota, yaitu menurunkan temperatur lingkungan dan dampak iklim mikro lainya, mereduksi pencemaran udara, pemeliharaan
15
pohon dan emisi dari volatile organic compounds (VOC) dan efek energi terhadap bangunan. Emisi VOC yang ditimbulkan oleh pepohonan berkontribusi terhadap formasi ozon dan karbon monooksida. VOC memungkinkan untuk mereduksi ozon pada beberapa kawasan perdesaan dengan konsentrasi nitrogen oksida rendah di udara. Hal ini disebabkan karena emisi VOC terkait dengan suhu dan secara umum pepohonan dapat mereduksi suhu udara (Cardelino, dan Chameides, 1990). Peningkatan kanopi pepohonan dapat menurunkan emisi VOC dan pada akhirnya dapat mempengaruhi konsentrasi ozon pada kawasan perkotaan. Penggunaan dan pembakaran bahan bakar fosil pada beberapa peralatan mendorong terjadinya emisi gas karbon dioksida (diperkirakan 0,7 kg/l bahan bakar bensin termasuk emisi yang dihasilkan pada manufaktur) dan beberapa bahan kimia lain, VOC, karbon monooksida, nitrogen oksida, sulfur oksida dan particulate matter(Scott, Simpson dan McPherson, 1999).
Emisi Karbon Kendaraan Bermotor Emisi gas Karbon Dioksida (CO 2 ), merupakan salah satu unsur pencemar udara yang berpotensi tinggi di masa yang akan datang apabila tidak ditindaklanjuti melalui perbaikan kapasitas ekosistem kota. Beberapa faktor yang mempengaruhi serapan karbon neto oleh ekosistem terestrial adalah adanya alihguna lahan dan respon ekosistem daratan terhadap “pemupukan” CO 2 , deposisi hara, variasi iklim dan adanya gangguan kebakaran hutan dan lain-lain (Kurniatun dan Murdiyarso, 2007). Rohman (2009) menyebutkan bahwa pohon bertindak sebagai pelaku carbon sinks, sebatang pohon diprediksi mampu menyerap 7.500 gram karbon.Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung time-averaged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem. Time-averaged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan,
waktu
untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi
(Rahayu,et.al.,2007).
16
Peningkatan konsentrasi gas Karbon dioksida (CO 2 ) dan beberapa gas rumah kaca (Methane (CH 4 ), Chlorofluorocarbons, Nitrous Oxide (N 2 O), danGround-LevelOzone (O 3 )) di udara terkait dengan peningkatan suhu udara melalui penjeratan/penjebakan gelombang radiasi matahari di atmosfer. Suhu udara di permukaan bumi secara global mengalami peningkatan berkisar antara 0.3°C - 0.6°C. Diprediksikan pada tahun 2100 terjadi peningkatan temperatur udara seiring dengan meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK) antara 1°C and 3.5°C (Hamburg,et.al., 1997). Melalui proses penyimpanan karbon seiring dengan proses pertumbuhan pepohonan dapat bertindak selaku perosot karbon dioksida (CO 2 ). Peningkatan jumlah pepohonan secara potensial memperlambat akumulasi karbon di udara (Moulton dan Richards, 1990). Hamburg,et.al (1997) menyebutkan bahwa peningkatan karbon monoksida di udara dipicu oleh pembakaran bahan bakar fosil (80% - 85%) dan deforestasi.Berdasarkan data tersebut, dapat dijelaskan bahwa konsentrasi emisi karbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor bervariasi berdasarkan level tingkat pelayanan jalan. Emisi kendaraan bermotor berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya disebabkan oleh perbedaan disain jalan maupun kondisi lalu lintas. Emisi kendaraan bermotor di jalan disebabkan oleh tiga faktor yaitu volume total kendaraan bermotor; karakteristik kendaraan bermotor; kondisi umum lalu lintas saat itu (Zongan,et.al., 2005). Pola jalan - berhenti yang sering, kecepatan arus lalu-lintas yang rendah secara langsung mempengaruhi besaran emisi pencemar udara yang dikeluarkan kendaraan bermotor. Jenis dan karakteristik perangkat mesin, sistem pembakaran, jenis bahan bakar merupakan faktor yang menetukan tingkat emisi pencemar udara yang keluar dari setiap jenis kendaraan bermotor (Nolasari, 2009). Faktor emisi merupakan suatu nilai representatif yang menghubungkan antara jumlah polutan yang dibuang ke atmosfer per satuan unit penghasil emisi. Faktor tersebut biasanya dirumuskan dengan pembagian antara berat polutan dengan unit berat, volume, jarak atau durasi aktifitas yang mengemisikan polutan.Perhitungan emisi kendaraan bermotor dibedakan berdasarkan kategori atau jenis kendaraan yang melintas, yaitu kategori berat dan ringan.Hasil pembakaran sempurna kendaraan bermotor menghasilkan gas CO 2 yang dapat
17
dihitung berdasarkan faktor emisi yang dihasilkan dari pembakaran 1 liter bahan bakar. Faktor emisi yang dihasilkan oleh 1 liter bahan bakar adalah 2,1 kg CO 2 (Nolasari, 2009). Penataan vegetasi pada median/separator jalan secara struktural dengan konfigurasi berjenjang yaitu pohon, perdu dan semak dapat mengoptimalkan kemampuan vegetasi dalam menyerap dan menjerap partikel debu dan polutan lainya (Nugroho,2006).Tingkat pencemaran udara dipengaruhi oleh keadaan topografi daerah, faktor meteorologi dan reaktifitas kimia setiap parameter. Sehingga didalam melakukan pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, faktor tersebut diatas harus dipertimbangkan. Dampak Pencemaran Udara Pencemaran udara pada dasarnya berbentuk partikel (debu, aerosol, timah hitam) dan gas (CO, NO X, SO X, H 2 S, Hidrokarbon). Udara yang tercemar dengan partikel dan gas ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernafasan khronis, emfiesma paru, asma bronchical dan bahkan kanker paru.Sedangkan bahan pencemar gas yang terlarut dalam udara dapat langsung masuk kedalam tubuh sampai ke paru-paru yang pada akhirnya diserap oleh system peredaran darah.
Manfaat dan Imbal Jasa Lingkungan Secara umum, ada tiga kategori kegiatan sektor kehutanan yang potensial dapat menekan terjadinya perubahan iklim, yaitu (a) konservasi, (b) peningkatan pengambilan karbon (rosot) dan (c) substitusi penggunaan bahan fosil dengan biomassa. Kegiatan konservasi meliputi perlindungan hutan dari deforestasi dan degradasi akibat aktivitas manusia. Peningkatan pengambilan karbon dilakukan melalui perluasan luas hutan dengan penanaman di lahan kritis, gundul atau
18
semak belukar dalam kawasan hutan (reforestasi) dan bukan hutan (afforestasi) serta pengelolaan hutan dengan menggunakan sistem pengelolaan yang berkelanjutan, misalnya pemanenan dengan dampak rendah (reduced impact logging). Penggantian bahan bakar fosil dengan energi biomassa akan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca(GRK) secara langsung. Hutan kota mempunyai peranan aktif sebagai rosot karbon (carbon sink) yang paling efektif sehingga dapat mengurangi peningkatan emisi karbon di atmosfir. Keberadaan hutan dapat menstabilkan kadar karbon di atmosfir sesuai dengan daurnya, dan apabila dikonversi menjadi produk kehutanan maka karbon tersebut (carbon stock) dapat terikat dalam jangka waktu relatif lama. Kapasitas rosot karbon suatu hutan sangat dipengaruhi oleh daur (umur), tipe, fungsi hutan, jenis dan tingkat pertumbuhan tanaman serta kualitas tapak. Clean Development Mechanism (CDM) merupakan suatu program dan mekanisme pengusahaan perdagangan karbon (carbon trading). Bisnis karbon mmerupakan bisnis yangmenghasilkan keuntungan besar. Perhitungan bisnis karbon berdasarkan upaya penurunan emisi karbon yang dikonfersikan dengan CER (Certified Emission Reduction). Sertifikat yang berupa surat berharga yang dikeluarkan oleh Badan Eksekutif CDM di bawah UNFCCC. Negara industry yang meratifikasi Protocol Kyoto disebut sebagai ANNEX-1. CER dapat bervariasi tergantung kesepakatan pihak-pihak yang bertransaksi, rata-rata harga CER 5-15 US $. Reduksi emisi karbon diinterpretasikan sebagai upaya menekan bertambahnya emisi GRK akibat penggunaan BBM. Fasilitator CDM di tingkat nasional yang telah dibentuk oleh pemerintah adalah Komisi Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih (Komnas MPB) yang telah diratifikasi di dalam Undang – Undang No 17 tahun 2004. ICRAF (2005) menyebutkan beberapa isu yang harus dicermati dan secara eksplisit perlu dimasukkan dalam regulasi imbal jasa lingkungan, yaitu: a. Penerimaan imbal jasa lingkungan langsung dapat dinikmati oleh masyarakat (tidak masuk ke kas daerah/PAD) b. Bentuk kelembagaan c. Mekanisme pertanggungjawaban kepada publik
19
d. Penjabaran dari konvensi yang sudah ada Mengenai definisi atau pemahaman tentang imbal jasa lingkungan, ditekankan perlunya penyamaan persepsi agar semua yang ikut terlibat memiliki landasan konseptual berfikir yang sama, misalnya mengenai definisi tentang jasa lingkungan itu sendiri, produk, pembayaran, dan tujuannya. Beberapa hal berikut termasuk isu-isu jasa lingkungan yang perlu dipahami: a)
Mekanisme imbal jasa lingkungan bukan transaksi pajak. Sehingga merupakan objek PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).
b) Imbal jasa lingkungan harus dipandang sebagai biaya kelola lingkungan dan kelola sosial, sehingga merupakan biaya produksi jasa lingkungan itu sendiri. c)
Imbal jasa lingkungan harus melebihi opportunity cost.
d) Perlu ada kelembagaan imbal jasa lingkungan tersendiri, termasuk lembaga keuangannya. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan termasuk didalamnya jasa air adalah salah satu inovasi yang saat ini dikenal di berbagai dunia. Hal ini sangat beralasan karena 20% penduduk dunia kekurangan akses terhadap fasilitas air bersih dan separuh penduduk dunia kekurangan akan fasiltas kesehatan (Cosgrove dan Rijsberman, 2000). Menurut Landell-Mills dan Porras (2002) perkembangan pemasaran jasa air di dunia diakibatkan memang adanya permintaan pasar (52%), karena adanya peraturan pemerintah (28%), adanya penawaran (8%) dan hal-hal lainnya (12%).
Teknik GIS
CITYgreen 5.4 CITYgren 5.4 merupakan suatu piranti perencanaan dari GIS untuk kawasan regional, lokal dan analisis lanskap berbasis daerah aliran sungai.Piranti ini menganalisa fungsi lingkungan dan nilai ekonomi dari pepohonan dan perhutanan terutama di daerah perkotaan.Perangkat perencanaan lingkungan ini dapat digunakan pada peta klasifikasi penutupan lahan berupa foto udara kawasan.Piranti ini menggunakan data yang telah tersedia berkaitan dengan tanah
20
dan kemiringan lahan, zona hujan regional dan intensitas curah hujan yang telah tersedia dalam sistem piranti ini.CITYgreen® merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh American Forest.CITYgreen® menyediakan fasilitas untuk memetakan, mengukur, menampilkan, dan secara statistik menganalisis jasa lingkungan yang diberikan oleh pepohonan dan vegetasi serta menghitung manfaat ekonomi (dalam dollar) berdasarkan kondisi tapak. CITYgreen® mulai dikembangkan sejak tahun 1996, yang merupakan perangkat lunak pertama yang komprehensif, mudah digunakan dalam membuat keputusan keuangan untuk hutan kota. CITYgreen® dikembangakan dengan mewakili kolaborasi antara pihak akademik dan profesional konservasi kota. CITYgreen® memiliki empat kategori untuk menilai manfaat ekosistem berdasarkan representasi dari geografis wilayah studi, yaitu: (1) Air Quality yang mendeskripsikan seberapa besar jumlah polutan yang mampu dibuang dari atmosfer; (2) Carbon Storage and Sequestration yang mendeskripsikan nilai karbon tersimpan dan rosot per tahun; (3) Residential Cooling Effects mendeskripsikan energi listrik yang mampu dihemat dengan mengurangi jumlah penggunaan energi dalam rumah; (4) Stormwater Control mendeskripsikan jumlah aliran permukaan yang mampu diserap dan menghindari aliran ke badan air. Selain itu, CITYgreen® juga mampu memprediksi pertumbuhan pohon hingga 50 tahun mendatang, serta mampu membuat sebuah model atau skenario manfaat pepohonan pada lingkup ketetanggaan hingga perkotaan dengan lebih efisien (American Forest 2002). Analisis dalam CITYgreen® merupakan hasil dari penelitian dasar yang telah berlangsung selama beberapa dekade.Model CITYgreen®dapat digunakan untuk menduga kapasitas pepohonan dalam menangkap dan merosot karbon dari atmosfer melalui fotosintesis berdasarkan penelitian oleh Nowak (Rowntree dan Nowak 1991; Nowak 1993, 1994). Model ini bekerja dengan mengklasifikasikan pepohonan pada suatu wilayah penelitian sebagai distribusi muda (Tipe 1), dewasa (Tipe 2), atau distribusi seimbang (Tipe 3) berdasarkan diameter pohon setinggi
dada.
Setiap
kelas
diasosiasikan
dengan
faktor pengali,
dan
mengkombinasikan ukuran site dan penutupan kanopi untuk menghitung simpanan dan penyerapan karbon.