MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI LANSKAP PERMUKIMAN Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor
DESSY B SILITONGA
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor adalah benar merupakan hasil karya saya dengan arahan pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Dessy B Silitonga A44063487
RINGKASAN DESSY B SILITONGA. Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Bogor semakin meningkat dan penggunaan lahan untuk permukiman turut meningkat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan salah satunya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat island). Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim mikro yang menyebabkan penurunan suhu. Dengan manfaat tersebut, pohon seharusnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area perkotaan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menduga nilai manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghemat penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC) dalam rumah tangga. Penelitian ini mengambil dua lokasi penelitian yang masing-masing merupakan perumahan di kota Bogor yaitu Perumahan Bukit Cimanggu City, kecamatan Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah, kecamatan Bogor Utara. Dari masing-masing perumahan diambil delapan rumah sampel dengan jumlah pohon bervariasi mulai dari sebanyak satu pohon hingga sebelas pohon. Penelitian ini menggunakan dua cara pengamatan yaitu pengamatan dengan citra satelit Quickbird 2006 dan pengamatan langsung. Data yang diperoleh dari kedua pengamatan ini kemudian dianalisis dengan menggunakan CITYgreen 5.4 ekstensi dari ArcView 3.2. Program ini digunakan untuk menghitung besar nilai manfaat dari kanopi pohon dalam menghemat pemakaian listrik untuk AC rumah tangga. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat sembilan rumah yang tidak mendapat nilai manfaat dari kanopi pohon dan tujuh rumah yang mendapat nilai manfaat. Kondisi pohon yang paling baik dalam memberikan nilai manfaat penghematan di kedua perumahan yaitu pada rumah VBI_S_3 dengan nilai penghematan tahunan sebesar Rp 540.000,- untuk tarif listrik dan 662,56 KWH untuk daya listrik dengan asumsi nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 10.000 per $ 1,00. Dari hasil analisis juga terdapat dua kasus yang menunjukkan besar nilai penghematan yang diperoleh oleh kanopi pohon tidak sejalan dengan besar jumlah pohon yang ada di rumah sampel. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini jumlah pohon yang ada tidak menentukan besar nilai penghematan dari pohon. Faktor yang menentukan nilai penghematan dari kanopi pohon dalam penelitian ini yaitu jarak penanaman pohon terhadap bangunan, jenis dan karakter
pohon sebagai peneduh, persentase lahan non terbangun, arah hadap rumah dan orientasi pohon terhadap rumah. Usulan penataan pohon dalam penelitian ini merupakan suatu usulan tentang bagaimana penataan keberadaan pohon yang tepat dari setiap rumah sampel sehingga pohon tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang optimal bagi rumah. Usulan penataan pohon ditujukan pada rumah yang tidak mendapatkan nilai manfaat penghematan dan rumah yang mendapatkan nilai manfaat penghematan namun belum optimal sesuai dengan jumlah pohon yang ada yaitu sebanyak sebelas rumah sampel. Usulan penataan pohon dilakukan dengan tiga pilihan yaitu penambahan jumlah pohon, perubahan jenis pohon atau perubahan jenis dan penambahan jumlah pohon. Teknis penataan dilakukan dengan memperhatikan kelima faktor yang menentukan nilai penghematan pohon serta fungsi taman bagi pemilik rumah. Pada usulan penataan pohon dilakukan simulasi analisis untuk membandingkan nilai manfaat yang diperoleh dengan kondisi eksisting. Dari hasil analisis simulasi diperoleh perubahan nilai penghematan untuk rumah sampel dari kanopi pohon yang diusulkan. Perubahan ini memberikan peningkatan nilai penghematan kanopi pohon.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
MANFAAT KANOPI POHON PADA TAMAN RUMAH DALAM UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK DI LANSKAP PERMUKIMAN Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor
DESSY B SILITONGA
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Pada Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN Judul
: Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik Di Lanskap Permukiman. Studi Kasus : Perumahan Bukit Cimanggu City Dan Perumahan Villa Bogor Indah, Bogor
Nama
: Dessy B Silitonga
Nrp
: A44063487
Departemen
: Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Pembimbing
Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. NIP.19611111 198903 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap IPB
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan anugerahNya selama ini sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Lanskap Permukiman : Studi Kasus Perumahan Villa Bogor Indah dan Perumahan Bukit Cimanggu City, Bogor” ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu pada Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Terwujudnya tulisan ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, yaitu kepada : 1. Ibu Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan pikirannya, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan, saran, kritikan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr.Ir.Nizar Nazrullah,M.Agr dan Ibu Ir. Tati Budiati,MS selaku dosen penguji skripsi yang telah banyak memberikan saran, kritikan dan bimbingan di dalam perbaikan skripsi ini. 3. Keluarga tercinta di Medan, bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak sebagai orangtua serta kakak dan adik-adikku, kak Vina, Andre, Nanda dan Annes yang telah memberikan segala bantuan doa maupun materi, dorongan semangat dan selalu menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Keluarga di Bogor, Tulang, Nantulang, adik-adik, dan keluarga di Jakarta yang telah mendukung dan mendoakan penulis selama menjalani masa perkuliahan di Bogor khususnya dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Oot selaku Project Manager, Bapak Didik dan Bapak Bennito selaku Site Manager serta staf lainnya di kantor teknik PT Semangat Panca Bersaudara yaitu Bapak Gatot, Bapak Yudi, Mbak Eka, Pak Heru sebagai pihak pengembang Perumahan Villa Bogor Indah yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut khususnya Pak Donald yang telah membimbing dan memberi motivasi kepada penulis saat di lapang. 6. Ibu Yanti, Bapak Rudi, Bapak Gufron serta staf lainnya di PT. Perdana Gapura Prima sebagai pihak pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City
yang telah memberikan ijin dan bimbingan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di perumahan tersebut. 7. Noril Milantara, SHut dan Ariev Budiman, SP. yang telah mengajarkan banyak teknis tentang penggunaan program ArcView dan CITYgreen serta dengan penuh kesabaran mau meluangkan waktunya untuk berkonsultasi. 8. Aldi Rusli yang telah memberikan kasih sayang, doa, semangat dan kenangan tersendiri kepada penulis selama menyelesaikan studi di bangku kuliah serta keluarga, Pricilia, Ninda, ko Dodo, Albert dan lainnya yang turut mendukung. 9. Teman-teman sesama bimbingan, Purwanti Lukmanniah, Florentius Agung, Yumi N Rahmi yang telah banyak membantu dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 10. Teman-teman di jurusan Arsitektur Lanskap, khususnya angkatan 43 “TengTong Family”, teman-teman terdekat “MMG” Yumi, Yogi, Lipur, Perthy dan Maria Agustina Kaka yang telah memberikan banyak kenangan indah bagi perjalanan hidup penulis di bangku kuliah. 11. Teman-teman kos Pondok Putri, kak Wenny, Viva, Posma, Desra, Rossa, Satchie, Erti, Christina “Tintunz”, Christina Situmorang, serta adik-adik angkatan 45 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu, terima kasih atas tali persaudaraan yang telah terjalin hingga saat ini. 12. Teman-teman sepelayanan di Komisi Pelayanan Siswa UKM PMK IPB, Desna, Sherlie, Joel, Molly, Zega, Dhimas, Bernand, Christian Halawa, Satriani, adik-adik KPD Bolas, Pebri, Yenni, Herlina, Iin, Cely, Ruth, Raymond, terima kasih atas kekeluargaan yang telah terjalin sampai saat ini. 13. Seluruh staf pengajar ARL, staf TU, pegawai, terimakasih untuk masukan, kritik serta memperlancar dalam pengurusan surat-menyurat. 14. Guru-guru semenjak TK hingga SMA yang telah memberikan didikan dan kasih sayang serta membentuk karakter saya hingga saya dapat menjadi seperti sekarang ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan laporan ilmiah ini di kemudian hari. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 31 Desember 1988 sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan bapak P.M Silitonga dan ibu A.M Simanjuntak. Pendidikan formal penulis dimulai dari Taman Kanakkanak Petro Medan, Sumatera Utara tahun 1993-1994, Sekolah Dasar (SD) Katolik Budi Murni 7 Medan, Sumatera Utara tahun 1994-2000, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Katolik Budi Murni 1 Medan, Sumatera Utara tahun 2000-2003, Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 3 Medan, Sumatera Utara tahun 2003-2006. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan di jurusan Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama di IPB, penulis aktif di Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) sebagai anggota Komisi Pelayanan Siswa, di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Agria Swara sebagai anggota, peserta penyanyi dalam Konser Tahunan Agria Swara “Rhine-Danubian Cruise” tahun 2008, di Himpunan Profesi (Himpro) Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota, panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD) Arsitektur Lanskap tahun 2008 sebagai Tim Medis, dan panitia dalam kegiatan keagamaan di kampus IPB.
i
DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
iii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................
1
1.2 Tujuan Penelitian..................................................................................
2
1.3 Manfaat Penelitian................................................................................
2
1.4 Batasan Penelitian ................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
4
2.1 Lanskap Perumahan ............................................................................
4
2.1.1 Definisi .......................................................................................
4
2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan .............................................
4
2.2 Taman Rumah Tinggal .........................................................................
7
2.3 Kanopi Pohon ......................................................................................
9
2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon .......................................................
9
2.3.2 Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro ......................... 11 2.4 Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga ............................................. 14 2.5 Sistem Informasi Geografis (SIG)........................................................ 18 2.6 Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving ...................................................................................... 19 2.7 Pemakaian Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga ..................... 24 BAB III METODOLOGI ............................................................................. 29 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................ 29 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 29 3.3 Kerangka Pikir Penelitian..................................................................... 30 3.4 Metode Penelitian ................................................................................. 32 3.4.1 Metode Kerja ............................................................................... 32 3.4.2 Metode Analisis dengan CITYgreen 5.4 ..................................... 35 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ................................ 49 4.1 Letak Geografis dan Wilayah Administrasi ......................................... 49 4.2 Iklim ...................................................................................................... 51
ii
4.3 Hidrologi ............................................................................................... 53 4.4 Topografi dan Tanah ............................................................................. 53 4.5 Tata Guna Lahan .................................................................................. 54 4.6 Vegetasi ................................................................................................ 55 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 58 5.1 Hasil Analisis GIS dengan CITYGreen 5.4 ......................................... 58 5.2 Pendugaan Manfaat Vegetasi Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Rumah Tangga ........ 61 5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel .......................... 100 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 123 6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 123 6.2 Saran .................................................................................................... 123 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 124 LAMPIRAN ................................................................................................... 127
iii
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1.
Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983)……………
10
2.
Aliran Kerja Sistem Pendingin AC ...................................................
24
3.
Kerangka Pikir Penelitian ..................................................................
31
4.
Tampilan program CITYgreen 5.4 ....................................................
34
5.
Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2 ...
35
6.
Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra .......................
36
7.
Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit .............
36
8.
Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah
37
9.
Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu City ....................................................................................................
37
10.
Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel ......
38
11.
Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah sampel ................................................................................................
38
12.
Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel ...
39
13.
Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel ....
41
14.
Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai dengan pohon sampel ........................................................................
41
15.
Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen..........
41
16.
Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme .......
42
17.
Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan ...
45
18.
Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4 ....
45
19.
Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City ....................
46
20.
Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah .........................
47
21.
Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan ................................
48
22.
Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City............................
49
23.
Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah .................................
50
24.
Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di BCC .....................................................................................
62
iv
No. 25.
Halaman Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di BCC .....................................................................................
63
26.
Tampak Rumah BCC_K_1 ................................................................
65
27.
Tampak Rumah BCC_K_2 ................................................................
67
28.
Tampak Rumah BCC_S_1 ................................................................
69
29.
Tampak Rumah BCC_S_2 ................................................................
71
30.
Tampak Rumah BCC_S_3 ................................................................
73
31.
Tampak Rumah BCC_B_1 ................................................................
75
32.
Tampak Rumah BCC_B_2 ...............................................................
77
33.
Posisi Pohon Peneduh Terhadap Rumah BCC_B_2 .........................
78
34.
Tampak Rumah BCC_B_3 ................................................................
79
35.
Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di VBI ......................................................................................
36.
80
Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di VBI ......................................................................................
80
37.
Tampak rumah VBI_K_1 ..................................................................
82
38.
Tampak rumah VBI_K_2 ..................................................................
84
39.
Tampak rumah VBI_K_3 ..................................................................
86
40.
Tampak rumah VBI_S_1 ...................................................................
88
41.
Tampak rumah VBI_S_2 ...................................................................
90
42.
Tampak rumah VBI_S_3 ...................................................................
92
43.
Tampak rumah VBI_B_1 ..................................................................
94
44.
Tampak rumah VBI_B_2 ..................................................................
96
45.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 ...........
102
46.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1 ............
104
47.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3 ............
105
48.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1 ...........
107
49.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2 ...........
109
50.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3 ...........
110
51.
Taman rumah eksisting yang dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_1 ................................................................................
111
v
No.
Halaman
52.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1 ............
53.
Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh
112
pemilik rumah VBI_K_2 ...................................................................
113
54.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2 ............
114
55.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 ............
116
56.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1 .............
117
57.
Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_B_1 ............
119
vi
DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1.
Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng….
7
2.
Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya ...........................
11
3.
Karakteristik Pohon sebgai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro .........
13
4.
Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ...................................................................................
5.
Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City ......................................................
6.
16
Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah ..........................................
7.
16
17
Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah .......................................................................................
18
8.
Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis ...............
22
9.
Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data ......................................
30
10.
Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan ....................
32
11.
Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest ...................
33
12.
Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen 5.4 ......................................................................................................
40
13.
Data Iklim Mikro Bukit Cimanggu City Juni 2009 – Mei 2010 .......
51
14.
Data Iklim Mikro Villa Bogor Indah Juni 2009 – Mei 2010 .............
52
15.
Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City ............................................
54
16.
Klasifikasi Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City ..........................
54
17.
Klasifikasi Tata Guna Lahan Villa Bogor Indah ...............................
55
18.
Pohon di Bukit Cimanggu Villa ........................................................
55
19.
Pohon Pada Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City .......................
56
20.
Pohon Pada Rumah Sampel di Villa Bogor Indah ............................
57
21.
Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan Bukit Cimanggu City .........................................................................
22.
59
Identitas Rumah dan Pohon di Rumah Sampel Perumahan Villa Bogor Indah ..............................................................................
60
vii
No.
Halaman
23.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1 ........................
63
24.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2 ........................
66
25.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1 ........................
68
26.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2 ........................
70
27.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3 ........................
72
28.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1 ........................
74
29.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2 ........................
76
30.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3 ........................
78
31.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1 .........................
81
32.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2 .........................
83
33.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3 .........................
85
34.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1 .........................
87
35.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2 .........................
89
36.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3 .........................
91
37.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1 .........................
93
38.
Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2 .........................
95
39.
Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel. ....
97
40.
Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel ........
99
41.
Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah Sampel ...............................................................................................
42.
Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi Usulan Penataan ................................................................................
43.
101
120
Rumah Sampel yang Memperoleh Nilai Manfaat Kanopi Berdasarkan Arah Hadap Rumah ......................................................
122
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Teks
Halaman
Gambar Lampiran 1.
Penghasilan per Bulan Pemilik Rumah Sampel ....
127
Gambar Lampiran 2.
Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel .......................
127
Gambar Lampiran 3.
Lama Pemakaian AC per Hari (Jam) ....................
128
Gambar Lampiran 4.
Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp) .............
128
Gambar Lampiran 5.
Dokumentasi Pengambilan Data di Lapang ..........
129
Lampiran 1.
Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4 .............
131
Lampiran 2.
Kuesioner ..............................................................
132
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penggunaan lahan untuk perumahan semakin lama akan mendominasi
persentase terbesar dibanding penggunaan lahan lainnya di perkotaan (White dalam Catanese, 1988). Hal ini dikarenakan semakin lama semakin banyak penduduk yang telah tinggal di kota dimana pada tahun 1995 sekitar 45% dari penduduk dunia telah tinggal di area urban dan sekitar 1 milyar dari 2.6 milyar penduduk dunia telah tinggal di kota-kota besar (Jenks, 1996). Pernyataan tersebut juga didukung oleh Dharma (2005) yang menyatakan bahwa jumlah penduduk kota di negara berkembang pada tahun 2000 adalah sekitar 2 milyar jiwa dengan proporsi terhadap jumlah seluruh penduduk sebesar 40 %. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan perumahan di daerah perkotaan terus mengalami peningkatan. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang menjadi penyangga kota inti seperti ibukota Jakarta di Indonesia. Hal ini menyebabkan pertumbuhan penduduk di kota Bogor semakin meningkat dengan cepat. Perubahan yang terjadi akibat peningkatan penggunaan lahan untuk permukiman turut mempengaruhi kondisi ekologis kota dan kondisi ekologis permukiman itu sendiri. Salah satu dampak yang dapat ditimbulkan bagi suatu kota yaitu semakin menyempitnya lahan-lahan yang semula digunakan untuk ruang terbuka hijau. Menurut Suryadi (2008) dalam penelitiannya, jumlah luasan ruang terbuka hijau di kota Bogor telah mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 1972 luas ruang terbuka hijau masih berkisar 2.972,54 ha sedangkan pada tahun 2000 jumlah tersebut menurun menjadi 422,30 ha. Berbagai dampak negatif yang ditimbulkan akibat penyempitan lahan-lahan untuk ruang terbuka hijau menyebabkan terjadinya peningkatan pemborosan energi listrik dan peningkatan panas kota (urban heat island). Pohon memiliki berbagai manfaat salah satunya mampu menurunkan iklim mikro yang menyebabkan penurunan suhu sekitar sehingga udara dapat dirasakan menjadi lebih sejuk (Hakim dan Utomo, 2004). Salah satu survei yang dilakukan oleh USGBC (United State Green Building Council) dalam Rahadini (2010)
2
membuktikan bahwa bangunan yang menggunakan konsep “hijau” mampu menurunkan penggunaan energi hingga 30%, pemakaian air hingga 50%, dan sampah hingga 90%. Dengan manfaat tersebut pohon sebenarnya mampu dijadikan sebagai salah satu alternatif penghematan pemakaian listrik di area perkotaan. Namun minimnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat pohon dan nilai keuntungan yang mampu diperoleh dari pohon mengakibatkan kurangnya kesadaran dan minat masyarakat perkotaan dalam menjaga kelestarian lingkungan dan pohon sekitar rumah tinggal. Dalam mengatasi permasalahan lingkungan perkotaan setiap pemilik rumah perlu memahami pentingnya pohon dalam setiap lanskap rumah tinggal. Selain itu, pemilik rumah harus mengetahui besar energi listrik yang dapat dihemat dari setiap penanaman berbagai pohon sehingga dapat mendorong motivasi setiap penduduk dalam memperbaiki kondisi taman rumah.
1.2
Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan penelitian ini yaitu :
1.
Pendugaan manfaat kanopi pohon dalam taman rumah sebagai penghematan penggunaan listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga.
2.
Memberi usulan penataan pohon pada taman rumah agar dapat memberikan nilai penghematan energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC) dalam rumah tangga.
1.3
Manfaat Penelitian Manfaat hasil studi diharapkan berguna untuk : 1. Sebagai masukan dalam perancangan taman rumah untuk berbagai tipe rumah di area perkotaan. 2. Sebagai
masukan
bagi
pihak
pengembang
perumahan
dalam
mengembangkan desain taman rumah untuk berbagai tipe rumah yang ideal dalam upaya penghematan energi listrik.
3
1.4
Batasan Penelitian Adapun batasan yang digunakan pada penelitian ini yaitu mencakup :
1.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui potensi kanopi pohon dalam penghematan pemakaian listrik Air Conditioner (AC) rumah tangga.
2.
Pengukuran dilakukan pada taman rumah di rumah yang mewakili tipe rumah kecil, sedang dan besar untuk masing-masing perumahan.
3.
Pengukuran pohon dilakukan dengan jarak antara pohon dengan rumah < 18 meter dan tinggi pohon > 6 meter. (McPherson, 1999)
4.
Penelitian dilakukan hingga mencapai tahap pemberian usulan penataan pohon pada taman rumah dalam upaya menghasilkan nilai penghematan listrik.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lanskap Perumahan
2.1.1 Definisi Menurut Simonds (1983), lanskap adalah bentang alam yang memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indera manusia, yang dicapai jika karakter suatu lanskap menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat lanskap tersebut. Eckbo (1964) berpendapat bahwa lanskap merupakan keseluruhan yang kompleks dari elemen fisik di suatu area atau daerah pergerakan. Lanskap perumahan menurut Simonds (1983) merupakan kelompokkelompok rumah yang memiliki secara bersama suatu ruang terbuka hijau (open space) dan berada di bawah suatu manajemen pengelola perumahan tersebut, serta terdapat fasilitas umum seperti ruko, lapangan bermain (playfield) dan daerah penyangga (buffer). Selain itu menurut Eckbo (1964) lingkungan perumahan merupakan suatu area yang di dalamnya terdapat susunan ketetanggaan atau kumpulan tempat tinggal, sarana perkantoran, niaga, pendidikan, kesehatan dan fasilitas administrasi penting lainnya di sekitar area tersebut. Dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, didefinisikan bahwa perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.
2.1.2 Karakteristik Lanskap Perumahan Pada perencanaan kawasan permukiman menurut Chiara dan Koppelman (1990) terdapat tujuh karakteristik agar kawasan tersebut menjadi permukiman yang layak huni, yaitu :
5
1. Kondisi tanah dan lapisan tanah ; 2. Air tanah dan drainase ; 3. Bebas atau tidaknya dari bahaya banjir permukaan ; 4. Bebas atau tidaknya dari bahaya-bahaya topografi ; 5. Pemenuhan pelayanan kesehatan dan keamanan, pembuangan air limbah, penyediaan air bersih, pembuangan sampah, dan jaringan utilitas ; 6. Potensi untuk pengembangan ruang terbuka ; 7. Bebas atau tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk. Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman menurut Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dalam Herdiani (2009) meliputi parameter sebagai berikut : 1. Lokasi 1) tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa, dan sebagainya. 2) tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) sampah atau bekas tambang 3) tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran seperti jalur pendaratan penerbangan 2. Kualitas udara Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas beracun dan memenuhi syarat baku mutu lingkungan sebagai berikut : 1) gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi 2) debu dengan diameter kurang dari 10 µg maksimum 150 µg/m3 3) gas SO2 maksimum 0,10 ppm 4) debu maksimum 350 mm3/m2 per hari 3. Kebisingan dan getaran 1) kebisingan dianjurkan < 45 dB.A, maksimum 55 dB.A 2) tingkat getaran maksimum 10 mm/detik 4. Kulitas tanah di daerah perumahan dan permukiman 1) kandungan Timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg 2) kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
6
3) kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg 4) Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1 mg/kg 5. Prasarana dan sarana lingkungan 1) memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan konstruksi yang aman dari kecelakaan 2) memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vector penyakit 3) memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata 4) tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas air yang memenuhi persyaratan kesehatan 5) pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus memenuhi persyaratan kesehatan 6) pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan 7) memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi, tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain sebagainya 8) pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya 9) tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan 6. Vektor penyakit 1) indeks lalat harus memenuhi syarat 2) indeks jentik nyamuk di bawah 50% 7. Penghijauan Pepohonan untuk penghijauan lingkungan permukiman merupakan pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian alam. Faktor-faktor yang menjadi persyaratan fisik lingkungan perumahan dalam Standar Nasional Indonesia (2004) dalam Herdiani (2009) dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu :
7
1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa / penyelesaian teknis 2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% (dapat dilihat pada tabel) dengan ketentuan : a. tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8% ; dan b. diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15% Dalam penggunaan lahan, terdapat standar kesesuaian yang didasari oleh kemiringan lereng. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 menurut Standar Nasional Indonesia 2004 dalam Herdiani (2009). Tabel 1.Kesesuaian Penggunaan Lahan Berdasarkan Kemiringan Lereng Peruntukkan Lahan Jalan raya Parkir Taman bermain Perdagangan Drainase Permukiman Trotoar Bidang resapan septik Tangga umum Rekreasi
0-3 3-5
5-10
Kelas 10-15
Sudut 15-20
Lereng (%) 20-30 30-40
> 40
Sumber : Standar Nasional Indonesia, 2004
2.2
Taman Rumah Tinggal Menurut Sulistyantara (1992), taman rumah merupakan komponen penting
di lingkungan rumah tinggal, pelengkap unsur kehidupan rumah tangga yang dapat menyempurnakan kehidupan rumah tangga. Taman rumah juga menjadi unsur penting dalam menciptakan lingkungan. Nurisjah dan Pramukanto (1995) mengatakan rumah dan halaman merupakan suatu kesatuan yang saling mempengaruhi dalam menciptakan suasana yang diinginkan oleh pemiliknya. Halaman yang tertata dengan baik selain dapat memberikan kelengkapan dan kelembutan yang menarik untuk bangunan fisik rumah tersebut juga dapat
8
memberikan suatu sajian pemandangan indah yang menembus jendela dan berbagai bukaan pada rumah, sehingga dapat menimbulkan ketenangan dan berbagai bentuk kenyamanan dalam rumah. Secara umum taman tersusun atas berbagai elemen taman. Apabila dilihat berdasarkan karakter atau kekerasannya elemen taman dapat dibagi menjadi dua, yaitu elemen taman material lunak (soft material) seperti golongan rumput, lumut, semak, pepohonan dan satwa serta elemen taman material keras (hard material) yang mencakup semua elemen taman yang sifatnya keras dan tidak hidup seperti tanah, batuan, paving dan sebagainya (Sulistyantara, 1992). Disamping itu elemen taman juga dapat dibedakan berdasarkan tingkat kemampuan manusia untuk mengadakan perubahan terhadap elemen taman tersebut yaitu elemen taman mayor dan elemen taman minor. Elemen taman mayor merupakan elemen taman yang terhadapnya kita sulit mengadakan perubahan seperti gunung, sungai, lembah dan kekuatan alam seperti angin, radiasi matahari dan gravitasi. Sedangkan elemen taman minor merupakan elemen taman yang dapat diubah seperti bukit, danau kecil, tanaman rawa dan elemen buatan manusia. Nurisjah dan Pramukanto (1995) menambahkan bahwa perencana dan perancang taman atau halaman rumah harus berusaha membuat penataan yang dapat meningkatkan kualitas atmosfer rumah dengan mewujudkan aspek fungsional dan estetika taman rumah. DPU tentang Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Budiman (2010) menyatakan bahwa pekarangan dapat dibagi menurut luas lahan dan bangunannya yaitu : a. Pekarangan rumah besar dengan kategori : rumah dengan luas lahan di atas 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 3 (tiga) pohon pelindung ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput. b. Pekarangan rumah sedang dengan kategori : rumah dengan luasan lahan antara 200 m2 – 500 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 2
9
(dua) pohon pelindung ditambah dengan tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah atau rumput. c. Pekarangan rumah kecil dengan kategori : rumah dengan luasan lahan di bawah 200 m2, RTH minimal yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi luas dasar bangunan sesuai peraturan daerah setempat dan jumlah pohon pelindung yang harus disediakan minimal 1 (satu) pohon pelindung ditambah tanaman semak dan perdu, serta penutup tanah atau rumput.
2.3
Kanopi Pohon
2.3.1 Karakteristik Kanopi Pohon Pohon merupakan tanaman yang memiliki batang tunggal dan tumbuh dengan ketinggian lebih dari tiga meter (Laurie,1986). Menurut Hakim dan Utomo (2004) secara morfologis pohon merupakan tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam dan memiliki percabangan jauh dari tanah serta memiliki tinggi di atas tiga meter. Carpenter et al. (1975) menyatakan ukuran pohon terbagi atas tinggi pohon dan diameter tajuk. Berdasarkan tinggi, pohon dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : 1. Pohon pendek (tinggi < 9 meter), 2. Pohon menengah (tinggi antara 9 – 18 meter), dan 3. Pohon tinggi (tinggi > 18 meter). Setiap jenis pohon mempunyai bentuk dan karakteristik dibawah kondisi hidup yang normal. Setiap jenis pohon terdiri atas empat elemen karakter pohon yaitu bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Dari keempat elemen tersebut, bentuk pohon merupakan elemen yang paling memegang peranan penting dalam perancangan suatu lansekap. Dalam hal ini bentuk pohon dibangun oleh garis luar tajuk, struktur cabang dan ranting serta pola pertumbuhannya (Grey dan Deneke,1978). Simond (1983) menyatakan bahwa bagian pohon yang paling menarik adalah kanopi atau tajuk pohon karena dapat memberikan identitas dan karakter pada lingkungan. Menurut Carpenter et al. (1975) terdapat enam jenis pohon apabila dilihat dari bentuk kanopi pohon yaitu bentuk V (V-shape), menjuntai
10
(round-weeping), bulat (round), bulat telur (oval), berkolom (columnar), dan kerucut (pyramidal). Sedangkan Booth (1983) membagi bentuk kanopi pohon menjadi tujuh kelompok yaitu bentuk membulat (globular/rounded), bentuk yang tinggi meramping (columnar), bentuk yang menyebar (spread), bentuk eksotis/menarik
(picturesque),
bentuk
ranting-ranting
merunduk/menjurai
(weeping), bentuk kerucut (pyramidal), dan bentuk tinggi ramping dengan ujung meruncing (fastigiated).
Gambar 1. Jenis dan Bentuk Kanopi Pohon menurut Booth (1983) Apabila dilihat dari kanopinya, pohon dapat memberi manfaat bagi lingkungan sekitarnya (Carpenter et al, 1975). Manfaat kanopi pohon tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
11
Tabel 2. Jenis Kanopi Pohon serta Contoh dan Manfaatnya No. 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Kanopi Bulat (Round) Kubah (Dome) Kolumnar (Columnar) Kerucut (Pyramidal) Bulat telur (Oval) Menjurai (Round-weeping) Bentuk V (V-shape) Menyebar (Spread)
Contoh Pohon Felicium decipiens Ficus benjamina Canarium commune Cupressus spp Tamarindus indica Salix babilonica Ravenala madagascariensis Delonix regia
Manfaat Penaung Penaung Pengarah Pemberi aksen Penutup Pemberi aksen Pemberi aksen Penaung
2.3.2. Pengaruh Kanopi Pohon Terhadap Iklim Mikro Menurut Kartasapoetra (2004), iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun, yang sifatnya tetap. Kartasapoetra (2004) juga menambahkan iklim merupakan kebiasaan alam yang digerakkan oleh gabungan beberapa unsur, yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presifikasi, evaporasi, tekanan udara, dan angin. Iklim menurut Surjamanto (2000) merupakan perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena pengaruh perputaran bumi yang diteliti 10 sampai 20 tahun sekali. Perbedaan antara iklim makro dan iklim mikro terutama disebabkan pada jaraknya dengan permukaan bumi (Tjasyono,2004). Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi iklim mikro di suatu lokasi, yaitu : a. Macam tanah : tanah hitam, tanah abu-abu, tanah lembek, dan tanah keras b. Bentuk tanah : bentuk konkaf (lembah), bentuk konveks (gunung), dan danau c. Tanaman-tanaman yang tumbuh di atasnya : rawa, hutan dan lainnya yang mempengaruhi jumlah radiasi dan profil angin d. Aktivitas manusia ; daerah industri, kawasan kota, pedesaan dan sebagainya. Surjamanto (2000) berpendapat bahwa suatu iklim mikro dapat memberikan kenyamanan bagi manusia apabila iklim tersebut berada pada batas minimum dan maksimum dari kenyamanan thermis (thermal comfort)
manusia tersebut.
12
Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 – 28,9 derajat Celcius. Lebih lanjut Surjamanto (2000) menambahkan apabila suatu iklim tidak dapat memberikan kenyamanan bagi manusia tersebut diperlukan modifier / pengelola iklim dengan menggunakan teknologi tepat guna. Beberapa cara pengelolaan iklim mikro pada lingkungan rumah tinggal untuk memperoleh kenyamanan, yaitu: a. Membuka jendela pada utara-selatan b. Pohon perdu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan MaretSeptember kering (tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika menanam pohon di barat, sebaiknya tidak dipertinggi agar tidak membawa uap air masuk ke ruangan c. Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk d. Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat agar cepat kering (tidak lembab) e. Angin yang baik adalah angin yang lewat di depan dan samping (posisi bangunan tidak membelakangi angin). Menurut Robinette (1977) vegetasi memiliki fungsi secara spesifik dalam pengendalian iklim mikro yaitu dapat mengendalikan efek sinar matahari dengan cara filtrasi langsung radiasi matahari, mengendalikan panas permukaan dan radiasi ke berbagai lapisan permukaan, baik setiap hari maupun secara musiman. Oleh sebab itu, suhu udara pada daerah yang mempunyai RTH lebih nyaman daripada daerah yang tidak ditumbuhi oleh tanaman. Hal ini didukung oleh pendapat Tjasyono (2000) yang menyatakan iklim tidak hanya mempengaruhi tanaman tetapi juga dipengaruhi oleh tanaman. Hutan yang lebat dapat menambah jumlah kelembaban udara melalui transpirasi. Bayangan dari pepohonan dapat mengurangi suhu udara sehingga penguapan menjadi lebih kecil. Grey dan Deneke (1978) menjelaskan bahwa pohon memiliki beberapa fungsi dalam memperbaiki iklim mikro. Fungsi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik pohon yang dapat dilihat pada Tabel 3.
13
Tabel 3. Karakteristik Pohon Sebagai Fungsi Memperbaiki Iklim Mikro Fungsi Pohon Kontrol suhu
Identifikasi Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan menjurai (weeping)
Kontrol Angin
Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi Pohon dengan bentuk pertumbuhan konifer lebih efektif dalam mengurangi kecepatan angin Pohon yang memiliki batang, percabangan dan perakaran yang kuat
Kontrol kelembaban
Pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi Pohon yang memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom, dan menjurai (weeping)
Di dalam proses metabolisme tumbuhan terjadi suatu sistem terpadu dan dinamik dimana air mengalir dari tempat dengan energi potensial tinggi ke tempat berenergi potensial rendah. Sistem demikian dikenal dengan lingkaran-tanahtanaman-atmosfer atau LTTA. Sistem ini nantinya akan menguntungkan dalam hal pengaturan suhu mikro suatu lingkungan karena di dalam sistem ini terjadi beberapa proses kehilangan air dalam bentuk uap. Kehilangan uap air dari tanah tersebut terjadi melalui proses : (1) evaporasi pada permukaan tanah dan (2) transpirasi dari permukaan daun dari air yang sebelumnya diserap tanaman dari tanah. Jumlah kehilangan melalui kedua proses ini disebut dengan proses evapotranspirasi (Soepardi, 1983). Suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas karena adanya evaporasi dari tanaman tersebut (Irwan, 2005). Grey dan Deneke (1976) menyatakan bahwa proses evapotranspirasi juga dapat memperbaiki suhu kota dengan adanya pepohonan dan vegetasi lainnya. Pada proses evapotranspirasi sebatang pohon dapat menjadi air conditioner alami yang mampu menguapkan 400 liter air (H2O) sehari. Kemampuan ini setara dengan kemampuan 5 buah Air Conditioner (AC) dengan kapasitas 2.500 kcal/jam yang beroperasi selama 20 jam/hari (Kramer & Kozlowski, 1970). Peck et al dalam Feriadi dan Frick (2008)
14
menyatakan bahwa lokasi lubang saluran pengambilan udara luar dari alat pengatur suhu udara (AC) yang ternaungi oleh bayang-bayang pohon akan memiliki suhu udara sekitar yang lebih rendah sehingga secara tidak langsung menghemat energi yang diperlukan oleh AC. Dalam pengaturan iklim mikro menurut Robinette (1977) terdapat beberapa prinsip penggunaan pohon yang penting diketahui oleh perancang dalam pengaturan iklim mikro yaitu : 1. Pohon besar, kecil dan semak kemungkinan dapat digunakan untuk menghalangi angin yang bergerak secara tidak diinginkan, tanaman konifer dapat digunakan untuk mengendalikan angin di musim dingin. 2.
Pohon dapat digunakan untuk mengatur perpindahan angin, untuk meningkatkan jumlah ventilasi di beberapa area khusus.
3.
Beberapa jenis tanaman akan mengurangi akumulasi dari salju di permukaan, sehingga dapat digunakan untuk pengumpul atau penjerap panas matahari.
4. Tanaman khususnya pohon berdaun tipis dapat digunakan untuk menangkap kabut, dan dapat meningkatkan penangkapan sinar matahari ke permukaan. 5.
Pohon-pohon jenis tertentu akan menjadi penghalang langsung sinar matahari selama musim semi, untuk mengurangi suhu dingin yang berlebihan, tetapi mampu bertahan di musim dingin, mengurangi suhu panas yang berlebihan.
6. Area yang ditanami akan menjadi lebih sejuk sepanjang hari, dan akan mengalami penurunan panas yang lebih sedikit di malam hari.
2.4
Konsumsi Energi Listrik Rumah Tangga Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan satu-satunya perusahaan milik
negara yang memiliki wewenang dalam mengelola pemakaian energi listrik di Indonesia termasuk penentuan Tarif Dasar Listrik (TDL) bagi para pengguna listrik. Dalam penentuan TDL, PLN membagi golongan pelanggan berdasarkan kebutuhan pemakaian listrik yang disebut dengan Golongan Tarif. Hingga saat ini secara garis besar terdapat lima jenis golongan tarif, yaitu : 1. Golongan B merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik untuk kebutuhan bisnis. Golongan B dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Golongan B1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200 VA,
15
Golongan B2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 200KVA dan Golongan B3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA. 2. Golongan I merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik untuk kebutuhan industri. Golongan I dibagi menjadi empat kelompok, yaitu Golongan I1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 14 KVA, Golongan I2 yang menggunakan daya listrik sebesar 14 KVA – 200 KVA, Golongan I3 yang menggunakan daya listrik 200 KVA – 30.000 KVA dan Golongan I4 yang menggunakan daya listrik diatas 30.000 KVA. 3. Golongan P merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik utnuk kebutuhan bangunan pemerintah. Golongan P dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Golongan P1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200 VA, Golongan P2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 200 KVA dan Golongan P3 yang menggunakan daya listrik di atas 200 KVA. 4. Golongan R merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Golongan R dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Golongan R1 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 2200 VA, Golongan R2 yang menggunakan daya listrik sebesar 2200 VA – 6600 VA dan Golongan R3 yang menggunakan daya listrik diatas 6600 VA. 5. Golongan S merupakan golongan pelanggan yang menggunakan listrik untuk kebutuhan sosial seperti rumah ibadah, penerangan jalan, dan pelayanan kesehatan. Golongan S dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu Golongan S1 yang menggunakan daya listrik sebesar 220 VA - 450 VA, Golongan S2 yang menggunakan daya listrik sebesar 450 VA – 200 KVA dan Golongan S3 yang menggunakan daya listrik diatas 200 KVA. Pasokan energi listrik untuk Kota Bogor sampai saat ini berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang terdapat di PLTA Suralaya dan sebagai cadangan apabila pasokan utama kurang mencukupi terdapat di Jatiluhur dan Cirata. Pasokan energi listrik tersebut kemudian dialirkan melalui SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) hingga ke trafo menuju lokasi pemakai.
16
Berdasarkan data dari PLN Unit Pelayanan Jaringan (UPJ) Bogor Barat, kebutuhan listrik pada kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) digunakan untuk hampir semua golongan tarif kecuali golongan tarif industri. Pemakaian daya listrik dan pembayaran rekening listrik selama setahun terakhir ini di kawasan BCC dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Pemakaian KWH Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City Golongan Tarif B1 B2 P1 P3 R1 R2 R3 S2
Jumlah Pemakai 52 17 3 4 2623 137 7 8
Total Pemakaian KWH 244299 946098 7013 302727 6609891 1037741 45306 26484
Rataan Pemakaian KWH 16286,60 63073,20 467,53 20181,80 440659,40 69182,73 3020,40 1765,60
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010
Tabel 5. Pembayaran Rekening Listrik Juni 2009 - Agustus 2010 di Perumahan Bukit Cimanggu City Golongan Tarif B1 B2 P1 P3 R1 R2 R3 S2
Jumlah Pemakai 52 17 3 4 2623 137 7 8
Total Pembayaran Rekening Listrik (Rp) 191.150.193 1.056.093.111 5.343.835 236.928.538 4.555.623.741 816.763.530 62.056.850 20.528.553
Rataan Pembayaran Rekening Listrik (Rp) 12.743.346,20 70.406.207,40 356.255,67 15.795.235,87 303.708.249,40 54.450.902,00 4.137.123,33 1.368.570,20
Sumber : Data PLN UPJ Bogor Barat, 2010
17
Pada Tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa golongan tarif R1 merupakan golongan tarif yang memiliki kebutuhan KWH dan pembayaran rekening listrik terbesar. Hal ini disebabkan karena jumlah pelanggan untuk kebutuhan rumah tangga dengan daya 450 hingga 2200 VA menduduki porsi terbesar di kawasan ini yaitu sekitar 92% dari total keseluruhan pelanggan dan menduduki sekitar 95% dari total keseluruhan pelanggan Golongan Tarif Rumah. Pada kawasan Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) pasokan listrik berasal dari trafo yang dikelola oleh PLN UPJ Bogor Timur. Berdasarkan data yang diperoleh dari PLN UPJ Bogor Timur jumlah KWH pakai, total tagihan dan jumlah pelanggan selama setahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6.Total Pemakaian KWH dan Tagihan Listrik Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010 Bulan Total KWH Pakai Pemakaian R1 R2 R3 Jun-09 460629 40292 16762 Jul-09 498853 38241 20733 Agust-09 490834 35829 18176 Sep-09 511700 39444 17203 Okt-09 474450 34726 16618 Nop-09 526792 40502 18310 Des-09 522691 39061 17119 Jan-10 502496 39078 18000 Feb-10 501332 41664 16928 Mar-10 457700 36973 18518 Apr-10 489592 43866 17240 Mei-10 542342 49707 18080 Jun-10 548925 48330 17442 Jul-10 545211 44901 19143 Agust-10 532346 49241 18311 Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010
Total Tagihan (Rp) R1 R2 R3 322503739 28821607 20830664 346356615 31914338 27000085 344084209 30793267 23131104 356341926 33462088 20984409 339164397 31101780 20798032 368084924 34113291 22809322 357452280 31805701 20320479 357115485 33157608 21462165 356075110 34518912 22131421 333032653 31715147 22836173 347514330 37864260 22517652 380411363 41579040 24087676 381483092 40357438 23280707 380570244 37351814 24331736 390271770 41010935 25181300
18
Tabel 7.Jumlah Pelanggan Golongan Tarif Rumah di Perumahan Villa Bogor Indah Periode Juni 2009 – Agustus 2010 Bulan Pemakaian R1 Jun-09 2477 Jul-09 2571 Agust-09 2601 Sep-09 2626 Okt-09 2661 Nop-09 2674 Des-09 2675 Jan-10 2677 Feb-10 2678 Mar-10 2681 Apr-10 2675 Mei-10 2670 Jun-10 2659 Jul-10 2653 Agust-10 2648 Sumber : Data PLN UPJ Bogor Timur, 2010
Jumlah Pelanggan R2 66 69 70 72 73 73 74 75 75 75 79 79 79 79 82
R3 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 11 10
Pada Tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa Golongan Tarif R1 menduduki porsi terbesar dalam pemakaian listrik di kawasan ini yaitu sekitar 97% dari total pelanggan jenis Golongan Tarif Rumah. Hal ini hampir serupa dengan persentase R1 di kawasan BCC. Namun apabila dilihat dari rata-rata tagihan selama setahun untuk Golongan R1,kawasan BCC yang memiliki tagihan sebesar Rp. 303.708.249,- setiap bulannya lebih sedikit dibanding kawasan VBI yang memiliki tagihan sebesar Rp 357.364.142,- setiap bulannya. Berdasarkan data lima tahun terakhir dari Badan Pusat Statistik (2005), energi listrik yang didistribusikan oleh PLN mengalami kenaikan rata-rata 5,56% per tahun yang diperkirakan pada tahun 2005 pendistribusian listrik mencapai 104.908 MWH. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan listrik terus mengalami kenaikan secara signifikan. Oleh karena itu untuk mencegah kekurangan pasokan energi listrik serta meningkatkan mutu pelayanan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral membuat Peraturan Menteri No 07 Tahun 2010 yang merubah Tarif Dasar Listrik. Dalam Tarif Dasar Listrik 2010 pelanggan 450 VA dan 900 VA seluruh golongan tarif tidak mengalami kenaikan. Sedangkan kenaikan TDL
19
untuk pelanggan di atas 900 VA untuk setiap golongan tarif, berkisar antara 6% 20% dengan sebaran sebagai berikut : 1. Sosial, naik rata-rata 10% 2. Rumah Tangga, naik rata-rata 18% 3. Bisnis, naik rata-rata 16% 4. Industri, naik rata-rata 6% s/d 12% 5. Bangunan Pemerintah, naik rata-rata 15% s/d 18% 6. Traksi, Curah, dan layanan khusus, naik rata-rata 9% s/d 20%
2.5
Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada dasarnya istilah sistem informasi geografis merupakan gabungan dari
tiga unsur pokok yaitu sistem, informasi dan geografis (Prahasta, 2002) sehingga Prahasta (2002) menyatakan bahwa SIG merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya. SIG menurut Burrough (1986) dalam Barus dan Wiradisastra (2000) merupakan suatu perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan dan menggali kembali, mentransformasi, dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi, sedangkan Barus dan Wiradisastra (2000) menyatakan bahwa SIG merupakan alat yang handal untuk menangani data spasial. Menurut Prahasta (2002) sistem SIG ini terdiri dari dua komponen utama yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras yang sering digunakan untuk SIG yaitu komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter dan scanner. Sedangkan perangkat lunak yang digunakan untuk SIG biasanya tidak dapat berdiri sendiri tetapi terdiri dari beberapa layer. Kemampuan SIG dapat juga dikenali dari fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukannya. Secara umum fungsi analisis dibagi ke dalam dua jenis, yaitu fungsi analisis atribut dan analisis spasial. Dengan adanya fungsi analisis spasial, data spasial yang ada secara umum dapat dianalisis dengan cara klasifikasi, jaringan (network), overlay, buffering, 3D analysis, dan digital image processing sehingga SIG dapat digunakan untuk aplikasi berbagai bidang seperti
20
kependudukan, sumber daya alam, perencanaan, lingkungan, pertanahan dan manajemen utilitas. (Prahasta, 2000).
2.6
Aplikasi CITYgreen 5.4 Ekstensi Arc View 3.2 untuk Energy Saving. Menurut American Forest (2002) CITYgreen adalah salah satu program SIG
(Sistem Informasi Geografis) yang merupakan perkembangan menuju ESRI’s ArcGIS. Secara umum CITYgreen bertujuan untuk menganalisis keuntungan ekologis dan ekonomis dari kanopi pohon dan ruang hijau lainnya. Dengan demikian CITYgreen dapat membantu pembuatan kebijakan tertentu di suatu wilayah yang lebih baik dan ramah lingkungan. Progam ini dibuat berdasarkan berbagai penelitian di berbagai negara yang terkait tentang manfaat pohon. CITYgreen hanya dapat bekerja dengan Windows berbasis PC (Personal Computer) yang telah memiliki program ArcGIS dan terdiri dari dua versi. Versi pertama bekerja dengan ArcView 3.x dan versi kedua bekerja dengan ArcGIS 8.x. Analisis dilakukan berdasarkan data tutupan lahan yang telah disediakan. Data tutupan lahan tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti foto udara atau citra satelit. Semua versi CITYgreen memiliki manfaat untuk menganalisis beberapa hal berikut yaitu antara lain :
a. Limpasan Permukaan CITYgreen dapat menghitung besar volume air dari limpasan permukaan yang akan datang akibat penutupan lahan berdasarkan data curah hujan dalam kurun waktu 2 tahun 24 jam hari hujan. Banyak permukaan kedap air menghasilkan banjir dengan level lebih tinggi pada saat banyak area alami yang mengurangi kuantitas resapan air sehingga CITYgreen dapat menjadi sebuah alat yang sangat bermanfaat untuk perencanaan dan penetapan penggunaan wilayah. b. Pereduksi Polutan Udara Dalam hal ini, CITYgreen dapat menghitung kapasitas reduksi polutan oleh kanopi pohon. Semakin besar kanopi pohon maka semakin besar pula jumlah polutan udara yang dapat direduksi. Dengan demikian CITYgreen dapat melaporkan kuantitas tahunan dari polutan yang tereduksi dan nilai manfaat ekonomi yang berkaitan dengan usaha reduksi tersebut.
21
c. Penyimpanan Karbon Dalam hal ini CITYgreen dapat menghitung jumlah karbon yang diserap yang ada dalam pohon yang disajikan dalam peta penutupan lahan dan menghitung kuantitas tahunan dari karbon yang direduksi oleh pohon. d. Konservasi Energi dan Pencegahan Emisi Karbon Penelitian yang telah dilakukan oleh USDA Forest Service dan pihak lainnya telah menunjukkan bahwa pohon yang ditanam secara tepat dapat menaungi rumahrumah sehingga secara signifikan dapat menurunkan penggunaan dari pendingin udara (Air Conditioner). Berdasarkan iklim dan tarif listrik lokal, CITYgreen dapat memperkirakan nilai ekonomis dalam satuan dollar dari keuntungan naungan langsung pada pohon yang ada di sekitar rumah. Analisis dari CITYgreen’s Cool Roof juga dapat menghitung seberapa besar biaya pendinginan dari warna atap bangunan dan material pendingin lainnya. Berdasarkan total penghematan energi dalam tapak, CITYgreen juga dapat menghitung kuantitas dari utilitas pencegahan berbasis emisi karbon. e. Pemodelan skenario alternatif Salah satu tampilan CITYgreen yang paling bermanfaat yaitu kemampuan menganalisis skenario alternatif. Tampilan ini dimulai dengan peta tutupan lahan yang menjadi objek, dampak akibat perubahan fungsi tutupan lahan dapat dihitung sebelum perubahan itu terjadi.
Hal ini juga berguna untuk melihat
bagaimana hal itu dapat berubah setiap tahunnya, dengan membandingkan peta tutupan lahan dari awal periode atau sekitar 10 hingga 20 tahun lalu. Hal ini menjadi sebuah alat pengambil keputusan yang sangat penting yang berhadapan dengan pilihan pertumbuhan dan pengembangan. Untuk program CITYgreen 5.4 yang berkolaborasi dengan program ArcView 3.2 memiliki beberapa tampilan yaitu : Tabel atribut pohon – Program CITYgreen ini merupakan satu-satunya versi yang memiliki fungsi untuk mengumpulkan atribut pohon dalam bentuk tabel. Data koleksi pada lapang dari pohon individual juga dapat dimasukkan ke dalam table. Tabel ini berguna untuk menentukan berbagai variasi informasi, seperti persentasi tiap spesies, persentasi kesehatan, persentasi lokasi dan sebagainya. Tabel ini dibuat berdasarkan model pertumbuhan pohon. Namun model ini bukan
22
merupakan tampilan pengelolaan inventarisasi pohon dan tidak memiliki berbagai fungsi untuk jadwal pengelolaan. Tampilan ini dibuat oleh CITYgreen V.5 untuk tujuan pendidikan. Model Pertumbuhan Pohon – Dengan menggunakan angka koefisien pertumbuhan pohon dan informasi dari tabel atribut pohon, CITYgreen dapat menunjukkan pertumbuhan sebenarnya dari pohon secara individual dalam beberapa kurun waktu hingga 50 tahun ke depan dan dapat menghitung keuntungan ekologis ke depan dari setiap jenis pohon tersebut. Penyimpanan Energi –Tampilan ini meminta sebuah jumlah yang sangat lengkap dari data koleksi lapang dan jumlah vegetasi lokal. Ketika data koleksi telah lengkap maka program akan menghitung besar penghematan energi dari satu rumah tangga berdasarkan lokasi dan karakteristik pohon yang ada di sekitar rumah. Kelima aspek yang dapat dianalisis pada CITYgreen 5.4 memerlukan data masukan yang berbeda-beda. Berikut beberapa aspek yang dapat dianalisis dengan CITYgreen 5.4 dan data yang diperlukan. Tabel 8. Aspek Analisis dan Data yang Diperlukan dalam Analisis Required
Stormwater
Land cover, tree canopy
Air Quality Carbon Storage/ Sequestration
Tree canopy Tree canopy, trunk diameter (for individual trees) Energy Tree canopy, building height, species, tree height class, roof color Growth Modelling Tree canopy, species, trunk diameter (for individual trees), tree height class Sumber : CITYgreen Manual User 2002
Values Acquired From Data Within CITYgreen And User Definable Slope, hydrologic soil group, 2-year/24-hour rainfall info, rainfall distribution type Closest air quality city Roof albedo, heating system, roof insulation R-value, locations of windows and air conditioners Tree health class, growing condition
23
Aspek analisis konservasi energi dalam CITYgreen menggunakan metode yang dikembangkan oleh Jill Mahon dari American Forests yang diinterpolasi dengan penelitian Dr. Greg McPherson dari USDA Forest Service. Program ini memperkirakan nilai keuntungan konservasi energi dari pohon yang diperoleh dari naungan langsung terhadap satu atau dua bangunan rumah (American Forest, 2002). Penelitian McPherson (1999) menyatakan bahwa energi yang digunakan untuk pendingin ruangan dapat direduksi dengan adanya naungan dari pohon. Hasil penelitian ini diperoleh dengan menghitung efek naungan dari pohon, efek penahan angin dan suhu. Dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa formula antara lain : a. Perhitungan tingkat penurunan energi pendingin dari modifikasi suhu (∆ ∆E
T
:
∆UEDT x CFA x ∆T CC x CC x n
dimana ∆UEDT adalah koefisien suhu Unit Energy Density (UED per oC) ∆T CC adalah koefisien suhu pada kanopi (persentase suhu udara/persentase tutupan kanopi) CC adalah persentase tutupan kanopi per pohon CFA adalah kondisi area dasar (m2) n adalah jumlah pohon dalam area j
b. Perhitungan pengaruh energi dari penurunan kecepatan angin (∆ ∆E
U
:
∆UEDU x CFA x ∆U CC x CC x n
dimana ∆UEDU adalah koefisien angin Unit Energy Density (berubah dalam UED per persentase kecepatan angin) ∆U CC adalah koefisien kecepatan angin pada kanopi (persentase kecepatan angin/persentase tutupan kanopi) CC adalah persentase tutupan kanopi per pohon
24
CFA adalah kondisi area dasar (m2) n adalah jumlah pohon dalam area j
c.Perhitungan perubahan kecepatan angin untuk setiap peningkatan persentase tutupan kanopi (koefisien kecepatan angin ∆ ∆U CC
24
TC BC 1.1x TC BC
) BC/ 24
1.1xBC
dimana TC adalah persentase tutupan kanopi pohon dan BC adalah persentase tutupan bangunan.
d. Perhitungan pengaturan energi berdasarkan kondisi pohon (Energy adjustment) Energy adjustment = 0.5 + (0.5 x kondisi pohon) dimana kondisi pohon = 1 - % kematian batang.
e. Perhitungan kalibrasi penghematan energi pohon menurut Mahajan dalam McPherson (1994) HPI = BTU/ HDD / FA
CPI = Wh / CDD /FA
dimana : BTU adalah British Thermal Unit untuk konsumsi gas untuk pemanasan Wh adalah Watthours dari konsumsi listrik untuk pendinginan HDD adalah Heating-degree-days CDD adalah Cooling-degree-days FA adalah area dasar (feet2) Seluruh formula diatas dikombinasikan dengan penelitian terkait lainnya yang telah dilakukan sehingga menghasilkan ekstensi CITYgreen untuk mendapatkan hasil yang sama dengan lebih efektif dan efisien.
2.7 Pemakaian Air Conditioner (AC) untuk Rumah Tangga Menurut Dewi (2007), Air Conditioner (AC) merupakan mesin pendingin yang mengeluarkan hawa dingin untuk menyejukkan suatu ruangan. Penggunaan Air Conditioner dewasa ini sudah meluas dan banyak dijumpai, mulai dari gedung
25
perkantoran, pusat perbelanjaan, bahkan sudah sampai ke rumah-rumah penduduk. AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan di lingkungan tempat kerja. Secara umum terdapat lima komponen utama dan dua komponen pelengkap sistem AC menurut Dewi (2007). Ketujuh komponen tersebut disusun menurut aliran kerjanya (Gambar 2).
Gambar 2. Aliran Kerja Sistem Pendingin AC Sumber : Handoko dalam Dewi (2007) Dari Gambar 2 dapat diketahui bahwa keima komponen utama untuk sistem AC antara lain : 1. Kompresor ; komponen ini bertugas menghisap dan menekan bahan pendingin sehingga bahan pendingin tersebut beredar dalam unit mesin pendingin. 2. Kondensor ; merupakan alat penukar kalor. Cara kerja kondensor yaitu dengan mengembunkan uap (bahan pendingin) menjadi cairan sehinggga dapat dipakai kembali dalam siklus pendinginan. 3. Penyaring (Filter) ; berfungsi untuk menyaring kotoran dari bahan pendingin sebelum dialirkan ke dalam pipa kapiler.
26
4. Pipa Kapiler ; berfungsi sebagai alat untuk menurunkan tekanan bahan pendingin cair yang mengalir di pipa tersebut dan mengatur bahan pendingin cair yang mengalir dari sisi tekanan tinggi ke tekanan rendah. 5. Evaporator ; merupakan bagian yang berfungsi menguapkan bahan pendingin cair menjadi gas dengan mengambil udara panas dari ruangan yang dihisap oleh fan motor. Selain kelima komponen tersebut, terdapat dua komponen yang merupakan bahan didalam kinerja kelima komponen sebelumnya, yaitu : 1. Bahan Pendingin (Refrigeran) ; proses pendinginan memerlukan suatu bahan yang mudah dirubah bentuknya dari gas menjadi cair atau sebaliknya untuk mengambil panas dari evaporator dan membuangnya di kondensor. 2. Minyak Kompresor ; berfungsi untuk melindungi dan melumasi bagian-bagian yang bergerak dari kompresor supaya jangan aus dan rusak. Lebih lanjut Dewi (2007) menjelaskan bahwa teknis kerja AC dimulai dari kompresor yang merupakan komponen yang paling utama untuk terjadinya pendinginan. Bahan pendingin pada AC merupakan zat yang dapat berubah-ubah wujudnya tergantung suhu dan tekanannya. Imroee (2010) menyatakan bahwa secara umum prinsip kerja AC terbagi menjadi empat cara kerja, yaitu : a. Proses kompresi Proses dimulai ketika bahan pendingin meninggalkan evaporator. Bahan pendingin yang dihisap oleh kompresor memiliki wujud gas dengan suhu dan tekanan rendah. Bahan pendingin ini diubah oleh kompresor menjadi bahan pendingin gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi. Hal tersebut bisa dilakukan karena kompresor dapat menghisap gas dan mengompresikan bahan pendingin sehingga mencapai tekanan kondensasi. Setelah tekanan dan suhu diubah, selanjutnya bahan pendingin dipompa dan dialirkan menuju ke kondensor. b. Proses kondensasi Ketika di kondensor, bahan pendingin mengalami kondensasi yaitu perubahan wujud gas menjadi cair dan perubahan suhu menjadi rendah. Agar proses kondensasi lebih efektif, digunakan kipas (fan) yang dapat mengembuskan udara luar tepat di permukaan pipa kondensor. Dengan begitu, panas pada bahan pendingin dapat dengan mudah dipindahkan ke udara luar. Setelah melalui proses
27
kondensasi, bahan pendingin memiliki wujud cair, bersuhu rendah namun masih memiliki tekanan tinggi. Dengan kondisi demikian, bahan pendingin dialirkan ke filter. Di dalam filter, bahan pendingin disaring kadar air dan kotorannya agar tidak mengganggu sirkulasi bahan pendingin di sistem. Bahan pendingin yang berwujud cair dan telah disaring, mengalir masuk ke dalam pipa kapiler untuk mengalami proses penurunan tekanan.
c. Proses penurunan tekanan Di dalam pipa kapiler, terjadi proses penurunan tekanan. Selain itu pipa kapiler juga berfungsi mengontrol aliran bahan pendingin di antara dua sisi tekanan yang berbeda, yaitu tekanan tinggi dan rendah. Selanjutnya, bahan pendingin yang telah memiliki wujud cair, suhu dan tekanan rendah dialirkan menuju ke evaporator untuk mengalami proses evaporasi. d. Proses evaporasi Proses ini dimulai ketika bahan pendingin akan masuk ke dalam evaporator. Masuknya bahan pendingin ke dalam evaporator diatur oleh pipa kapiler. Di evaporator, bahan pendingin mengalami evaporasi yaitu perubahan wujud dari cair menjadi gas dan disinilah tempat terjadinya pendinginan. Kondisi bahan pendingin yang bersuhu dan tekanan rendah dimanfaatkan untuk mendinginkan udara luar yang melewati permukaan evaporator. Agar lebih efektif mendinginkan udara dalam ruangan, pada AC digunakan blower (indoor) untuk mengatur sirkulasi udara agar melewati evaporator. Bahan pendingin mengalir ke saluran hisap dan dihisap oleh kompresor lagi agar menjadi bahan pendingin gas yang mempunyai suhu dan tekanan yang tinggi yang kemudian masuk pipa kondensor bagian atas. Proses ini akan diulang terus menerus selama kompresor bekerja. Setelah suhu evaporator sudah sesuai dengan termistor, maka kontak aliran listrik ke kompresor akan terbuka dan bila suhu di evaporator sudah tinggi kembali maka kontak termistor akan menutup dan kompresor akan bekerja lagi. Proses tersebut akan diulang secara terus menerus selama AC diberi aliran listrik (Dewi, 2007).
28
Budianto (2008) menyatakan bahwa kebutuhan AC dalam suatu ruang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor waktu dan luas ruangan. Salah satu contoh yaitu pada rumah tinggal dengan ketinggian plafon 3 meter, saat siang hari memerlukan kapasitas pendinginan sebesar 500 BTU/h/m2, sedangkan pada saat malam hari memerlukan 350 BTU/h/m2 untuk mendapatkan temperatur ruang (25 ± 1) oC. BTU (British Thermal Unit) merupakan istilah yang menunjukkan jumlah kalor yang diperlukan untuk memanaskan atau mendinginkan 1 pound air sampai suhunya naik atau turun 1oF. Kondisi seperti ini menyebabkan energi yang dibutuhkan untuk mendinginkan ruang di siang dan malam hari juga berbeda. Dengan demikian diperlukan perhitungan kebutuhan AC untuk dapat menentukan jenis AC yang sesuai. Dilihat dari jenisnya, AC memiliki berbagai macam jenis seperti AC Split, AC Cassete, AC Standing, AC Central, AC Ciller, AC Celling, AC Parcision dan AC Window (Sofyan, 2010). Sebagian besar jenis AC yang digunakan untuk rumah tangga yaitu AC Split. Budianto (2008) menyatakan bahwa cara perhitungan kapasitas AC Split adalah sebagai berikut : Luas ruangan = 3 x 3 m = 9 m2 a. Siang hari (500 BTU/hour) Kebutuhan ruangan = luas x 500 = 9 m2 x 500 = 4500 BTU/h/m2 di siang hari b. Malam hari (350 BTU/hour) Kebutuhan ruangan = 9 m2 x 350 = 3150 BTU/h/m2 di malam hari Berdasarkan data di atas maka AC yang diperlukan memiliki kapasitas 5000 BTU. Sehingga untuk contoh kondisi ruangan tersebut kapasitas AC di atas sering disebut dengan split 0,5 pk. Nilai kapasitas ini dapat dilihat di perangkat AC. Dalam Sofyan (2010), istilah split pada AC merupakan tenaga untuk menggerakkan kompresor AC. Konversi standar untuk split 1 pk yaitu sebesar 750 watt atau sama dengan 9000 BTU/hour. Mira (2008) menyatakan bahwa untuk AC Split 0,5 pk umumnya memerlukan daya 430 Watt.
29
BAB III METODOLOGI
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Bogor dengan mengambil lokasi studi kasus
pada dua perumahan. Kedua perumahan tersebut berasal dari dua kecamatan yang berbeda namun berdekatan, yaitu perumahan Bukit Cimanggu City di Kecamatan Tanah Sareal dan Villa Bogor Indah 2 di Kecamatan Bogor Utara. Kedua perumahan ini dipilih dengan alasan karakter rumah mulai dari tipe, konstruksi dan material rumah bersifat homogen. Dengan demikian faktor yang dianggap dapat mempengaruhi suhu mikro pada rumah seperti konstruksi serta material rumah dapat diabaikan. Kegiatan penelitian ini dilakukan selama delapan bulan pengambilan dan pengolahan data dimulai dari bulan Maret-Oktober 2010. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyusunan skripsi.
3.2
Alat dan Bahan Penelitian Alat – alat yang digunakan pada kegiatan penelitian ini terdiri dari :
a. Kamera digital untuk mengambil data visual yang dibutuhkan b. Alat ukur rollmeter dengan panjang hingga 30 meter untuk mengukur elemen pohon yang dibutuhkan seperti lebar tajuk. c. Hagameter untuk mengukur tinggi pohon. d. Komputer dengan perangkat lunak citra satelit Quickbird 2006, Arcview 3.2 dan ekstensi CITYgreen 5.4 untuk analisis data, Microsoft Excel 2007 untuk penghitungan data, Auto CAD 2006 dan Adobe Photoshop CS 3 untuk pembuatan usulan penataan pohon. Data yang diutamakan dalam kegiatan penelitian meliputi data fisik, biologis dan data sosial. Jenis, sumber dan cara pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian dijelaskan pada Tabel 9.
30
Tabel 9. Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data.
Aspek Fisik
Jenis Data Wilayah Administrasi Iklim Tanah Tata Guna Lahan Hidrologi
Biologis
Topografi Vegetasi
Sosial
Kependudukan Konsumsi Listrik
3.3
Sumber Data Pengelola Perumahan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Badan Pemerintah Daerah Pengelola Perumahan Citra Satelit Pengelola Perumahan Badan Pemerintah Daerah Pengelola Perumahan Pemilik Rumah Pengelola Perumahan Pemilik Rumah Pemilik Rumah PLN Kota Bogor
Cara Pengambilan Data Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Digitasi Wawancara Studi Pustaka Studi Pustaka Studi Pustaka Wawancara Studi Pustaka Kuesioner Wawancara
Kerangka Pikir Penelitian Kegiatan penelitian ini didasari dengan adanya pemikiran bahwa kota Bogor
saat ini merupakan kota yang sedang berkembang. Salah satu komponen penyusun lanskap kota Bogor yang juga turut berkembang dengan pesat saat ini yaitu lanskap permukiman. Peningkatan kebutuhan akan rumah bagi warga kota Bogor menyebabkan peningkatan berbagai macam perumahan. Hal ini menyebabkan dampak perubahan lanskap kota yang akhirnya menuju kearah peningkatan panas kota. Pohon sebagai salah satu komponen lanskap yang memiliki berbagai manfaat dalam penelitian ini akan dinilai seberapa besar manfaatnya dalam hal menurunkan pemakaian listrik untuk Air Conditioner (AC) rumah tangga. Kegiatan penelitian ini menyoroti keadaan lanskap perumahan yang ada di kota Bogor khususnya pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) di tiap rumah tangga yang lebih dikenal dengan sebutan taman rumah. Pengamatan dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan secara tidak langsung dilakukan dengan cara digitasi 16 sampel rumah tangga di dua perumahan yang menjadi lokasi penelitian. Keenam belas sampel rumah tangga ini dipilih
31
berdasarkan keberadaan taman rumah, pohon di dalamnya serta mewakili tipe rumah kecil, sedang dan besar. Data dari hasil pengamatan tidak langsung (digitasi) dipakai untuk pengamatan secara langsung. Pengamatan secara langsung dilakukan dengan melakukan pengukuran dan tinjau langsung ke lapang untuk pengukuran bangunan dan pohon yang ada. Dengan kedua hasil pengamatan tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui manfaat kanopi pohon pada taman rumah. Kegiatan analisis dilakukan dengan program CITYgreen 5.4. Adapun nilai manfaat kanopi pohon yang dianalisis dengan program tersebut pada penelitian ini terdiri dari dua manfaat yaitu, nilai penghematan Tarif Dasar Listrik (TDL) untuk penggunaan AC rumah tangga dan nilai penghematan energi listrik dalam satuan Kilowatt-hours (KWH). Apabila pada rumah tersebut, kanopi pohon dirasakan belum mampu memberi kedua nilai manfaat tersebut maka akan dicari usulan penataan pohon pada taman rumah sehingga tercapai penghematan energi listrik rumah tangga.
Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian
32
3.4
Metode Penelitian
3.4.1 Metode Kerja Metode kerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga teknis yaitu teknis administrasi, teknis survei lapang dan teknis studio. a. Teknis Administrasi Pada teknis administrasi terdapat beberapa rencana kegiatan. Kegiatan diawali dengan tahapan perijinan ke lokasi penelitian yaitu ke Perumahan Bukit Cimanggu City dan Villa Bogor Indah yang meliputi pembuatan dan pengesahan surat perijinan, pengiriman surat ke lokasi penelitian dan
penetapan tanggal
kunjungan ke lokasi. Tahapan selanjutnya yaitu penentuan beberapa rumah yang mewakili semua tipe rumah untuk dijadikan objek penelitian serta persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan. b. Teknis Survei Lapang Teknis survei lapang dilakukan setelah teknis administrasi selesai dilakukan. Survei lapang dilakukan untuk mengambil data primer dan sekunder. data primer diperoleh dengan cara pengukuran, pengamatan langsung dan wawancara sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara studi pustaka dan kunjungan ke instansi terkait untuk permohonan permintaan data. Jenis data primer lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Data Primer serta Kelengkapan Data yang Dibutuhkan Vegetasi Pohon
Bangunan Rumah
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan Arah Hadap Rumah
Diameter at Breast Height (DBH)
Alat Pendingin Rumah Intensitas Pemakaian Penghasilan
Lebar Kanopi
Jenis dan Jumlah
Pemakaian listrik per bulan
Jenis Pohon
Kondisi Tata Guna Sosial Pemilik Lahan Rumah Rumah Sampel Pengelolaan Luas dan Taman Rumah persentase Tarif Dasar Listrik Pemakaian Listrik Perumahan
33
Secara khusus dalam pengukuran kelengkapan data vegetasi pohon terdapat beberapa cara pengukuran, antara lain : 1. Diameter Batang Setinggi Dada atau Diameter at Beast Height (DBH) Pengukuran DBH pohon dilakukan dengan jarak 140-145 cm dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan cara melingkarkan alat ukur rollmeter pada lingkaran batang pohon yang disebut circumference. Selanjutnya hasil pengukuran dimasukkan ke dalam perhitungan berikut untuk mencari DBH : DBH = Circumference / π ( π = 3.14) Keterangan : Circumference = diameter keliling batang Data DBH ini kemudian akan menjadi salah satu data yang harus dimasukkan sebagai atribut pohon dalam CITYgreen 5.4.
2. Tinggi Pohon Pengukuran tinggi pohon menggunakan Hagameter untuk memperoleh sudut bawah dan sudut atas pohon. Tinggi pohon diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut : T = (Tan (α) + Tan (β)) x d Keterangan : T : Tinggi pohon (meter); α : sudut atas (o); β : sudut bawah (o); d : jarak pengamatan (meter) Data tinggi pohon yang diperoleh selanjutnya akan digolongkan menurut klasifikasi dari American Forest dalam CITYgreen Manual User 2002. Tingkat pada golongan ini yang akan dimasukkan sebagai salah satu atribut pohon. Penggolongan tinggi pohon dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penggolongan Tinggi Pohon Menurut American Forest Golongan 1 2 3 Ket : 1 feet = 0.3048 m
Tinggi Pohon < 25 feet 25 - 45 feet > 45 feet
34
3. Lebar Kanopi Pengukuran lebar kanopi atau tajuk pohon dilakukan dengan menentukan dua titik terluar kanopi yang memiliki jarak paling lebar (diameter kanopi) dari pohon tersebut. Data lebar kanopi ini sama dengan kedua data sebelumnya yang akan dimasukkan sebagai data atribut pohon pada CITYgreen 5.4 dalam proses analisis. c. Teknis Studio Teknis studio merupakan teknis pengolahan data yang telah dikumpulkan baik data primer maupun data sekunder. Pengolahan data dilakukan dengan cara menganalisis data menggunakan program ArcView 3.2 dengan ekstensi CITYgreen 5.4. Setelah kegiatan analisis selesai dilakukan, maka kegiatan studio selanjutnya adalah pembuatan usulan penataan pohon pada taman rumah dalam upaya penghematan energi. Usulan yang diberikan berupa usulan perbandingan yang ideal antara luas lahan terbangun dengan lahan terbuka hijau dan usulan desain penataan pohon yang sesuai dengan tipe rumah.
Gambar 4. Tampilan program CITYgreen 5.4 ; (a) digitasi non-canopy theme, (b) digitasi canopy theme, (c) gabungan digitasi, (d) tampilan proses analisis. (Sumber : CITYgreen Manual User 2002)
35
3.4.2 Metode Analisis dengan CITYgreen 5.4 Pada program CITYgreen 5.4 salah satu aspek yang dapat dianalisis yaitu konservasi energi dalam bentuk energi listrik untuk pemakaian Air Conditioner (AC) rumah tangga. Penelitian
ini hanya difokuskan menganalisis aspek
konservasi energi (Energy Savings) tersebut. Tahapan yang dilakukan untuk dapat menganalisis penghematan energi dengan menggunakan CITYgreen 5.4 terdiri dari 8 tahapan, yaitu : 1. Mengaktifkan ekstensi CITYgreen 5.4 dan ekstensi pendukung lainnya. Tahapan ini dimulai dengan membuka program ArcView 3.2 dan memulai dengan membuat lembar kerja atau project baru. Setelah lembar kerja baru terbuka, pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 dan lainnya dapat dibuka dengan memilih Extensions dari menu File (Gambar 5).
Gambar 5. Tampilan pengaktifan ekstensi CITYgreen 5.4 pada ArcView 3.2 Selain ekstensi CITYgreen terdapat ekstensi pendukung lainnya yang diperlukan untuk menampilkan data citra seperti Image Analysis, IMAGINE Image Support, JPEG (JFIF) Support, dan Spatial Analysis.
2. Memilih dan meregistrasi peta tutupan lahan / data citra Data citra yang akan menjadi image dasar atau peta tutupan lahan dapat dimasukkan ke dalam project dengan memilih Add Theme dari menu File. Data citra tersebut dapat dipilih dengan memilih tipe data sebagai Image Data Source.
36
Gambar 6. Tampilan untuk memilih dan memasukkan data citra Apabila data tersebut berasal dari citra satelit yang belum teregistrasi, maka selanjutnya harus diadakan registrasi citra terlebih dahulu. Registrasi dilakukan dengan menyesuaikan Map Units dan Distance Units sesuai proyeksi posisi wilayah pada bagian Properties di menu View (Gambar 7).
Gambar 7. Tampilan View Properties untuk registrasi data citra satelit
3. Membuat batas lokasi penelitian Apabila peta sudah muncul pada tampilan ArcView 3.2, maka selanjutnya pemberian batas lokasi penelitian pada peta harus dilakukan. Caranya dengan memilih New Theme pada menu View. Selanjutnya memilih tipe polygon pada bagian Feature Type agar digitasi batas lokasi dapat dilakukan dengan bentuk bebas dan kemudian diakhiri dengan mendigitasi batas lokasi pada peta.
37
Gambar 8. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Villa Bogor Indah
Gambar 9. Tampilan hasil digitasi batas lokasi penelitian di Bukit Cimanggu City Pembuatan batas lokasi penelitian terbagi menjadi dua jenis yaitu pembuatan batas perumahan untuk mengetahui luasan perumahan dan pembuatan batas masing-masing rumah sampel untuk analisis data. Hasil digitasi batas perumahan di kedua perumahan dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 yang ditandai dengan garis poligon kuning. Pada penelitian terdapat 8 (delapan) sampel rumah dari masing-masing perumahan yang akan dianalisis. Digitasi salah satu batas rumah sampel dapat dilihat pada Gambar 10.
38
Gambar 10. Tampilan hasil digitasi salah satu batas rumah di rumah sampel
4. Mendigitasi Noncanopy Theme. Pada tahapan ini dilakukan digitasi terhadap elemen yang bukan pohon (noncanopy) yang terdapat pada tapak. Digitasi ini diawali dengan membuat tema baru yaitu noncanopy theme dengan memilih New Theme pada menu View. Elemen bukan pohon yang didigitasi meliputi atap rumah, perkerasan, groundcover, kolam resapan yang terdapat pada tapak rumah (Gambar 11).
Gambar 11. Tampilan hasil digitasi noncanopy theme di salah satu rumah sampel
5. Mendigitasi Canopy Theme Pada tahapan ini dilakukan digitasi terhadap pohon yang terdapat pada tapak. Proses digitasi ini persis dengan proses digitasi noncanopy theme dengan membuat tema baru dengan kriteria poligon dan diberi nama canopy theme .
39
Setelah pembuatan tema selesai dilanjutkan dengan mendigitasi setiap kanopi pohon yang terlihat pada data citra. Hasil digitasi dapat dilihat pada bentuk bulat hijau pada Gambar 12.
Gambar 12. Tampilan hasil digitasi canopy theme di salah satu rumah sampel
6. Meng-update Data Atribut dari Canopy Theme Pada tahapan ini dilakukan proses pelengkapan atribut dari data vegetasi pohon yang telah didigitasi. Tahapan ini dapat dilakukan setelah pengamatan langsung atau survei lapang selesai. Data dari hasil pengamatan langsung yang dibutuhkan untuk melengkapi atribut pohon berupa jenis dan jumlah pohon, diameter batang, diameter kanopi, jenis groundcover, kondisi pertumbuhan, tinggi dan kondisi kesehatan pohon. Selanjutnya dari data tersebut tabel atribut pohon dapat dilengkapi dengan cara mengedit canopy theme, membuka Attribute Table dan Add/Update Data. (Gambar 13 dan Gambar 14). Pada tahapan ini apabila pada program CITYgreen 5.4 tidak terdapat nama dan keterangan pohon sampel yang dibutuhkan, maka diperlukan penambahan keterangan pohon sampel tersebut dengan cara Add Species dari menu CITYgreen. Penambahan data pohon ini memerlukan beberapa keterangan karakteristik pohon yaitu nama umum dan nama ilmiah pohon, kerapatan daun, nilai pertumbuhan tinggi, nilai pertumbuhan diameter, bentuk kanopi, tingkat musim gugur daun, dan kelas tinggi maksimum pohon. Pada penelitian terdapat 14 jenis pohon sampel yang memerlukan penambahan data pohon karena tidak
40
tersedia pada data CITYgreen. Keterangan keempat belas jenis pohon ini dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Data Jenis Pohon Sampel yang Tidak Terdapat pada CITYgreen 5.4 Nama Lokal
Nama Latin
Kerapat an Daun
Tingkat Pertumb uhan Tinggi
Tingkat Pertumbu han Diameter
Bentuk Kanopi
Gugur Daun
Broad-leaf evergreen Needleleaf evergreen Broad-leaf evergreen
Pendek
Kelas Tinggi Maksimal
Belimbing Wuluh Cemara Kipas
Averrhoa bilimbi Thuja orientalis
Sedang
Sedang
Sedang
Menyebar
Padat
Sedang
Sedang
Kerucut
Cengkeh
Eugenia aromatica
Padat
Sedang
Sedang
Kerucut
Durian
Durio zibethinus
Sedang
Lama
Lama
Menyebar
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Jambu Air
Syzygium aqueum
Sedang
Sedang
Sedang
Bulat
Broad-leaf evergreen
Sedang
Jambu Biji
Psidium guajava
Sedang
Sedang
Sedang
Bulat
Broad-leaf evergreen
Sedang
Jambu Bol
Syzygium malasccense
Padat
Sedang
Sedang
Bulat
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Jotang
Spilanthes acmella
Sedang
Sedang
Sedang
Menyebar
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Mareme
Glochidion borneense
Sedang
Sedang
Sedang
Menyebar
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Matoa
Pometia pinnata
Padat
Sedang
Sedang
Bulat
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Pala
Myristica fragrans
Padat
Sedang
Sedang
Kerucut
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Petai Cina
Leucaena leucocephala
Sedang
Sedang
Sedang
Menyebar
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Rambutan
Nephelium lappaceum
Padat
Sedang
Sedang
Menyebar
Broad-leaf evergreen
Sedang
Tanjung
Mimusoph elengi
Padat
Cepat
Cepat
Bulat
Broad-leaf evergreen
Tinggi
Pendek Tinggi
41
Penambahan data karakteristik pohon ini diperoleh dengan mencari studi literatur mengenai jenis pohon yang bersangkutan (Gambar 15).
Gambar 13. Tampilan saat meng-update tabel atribut pohon di rumah sampel
Gambar 14. Tampilan saat memilih jenis dan data pohon lainnya sesuai dengan pohon sampel
Gambar 15. Tampilan list untuk pengisian new species dalam CITYgreen
42
7. Meng-update Data Atribut dari Noncanopy Theme Pada tahapan ini dilakukan proses pelengkapan atribut dari data noncanopy yang telah didigitasi. Tahapan ini juga dilakukan setelah pengamatan langsung atau survei lapang selesai. Data dari hasil pengamatan langsung yang dibutuhkan untuk melengkapi atribut noncanopy theme berupa data penutupan lahan seperti lahan terbuka hijau, lahan tropis, pepohonan, lahan kedap air, dan kolam. Lahan permukiman tergolong ke dalam lahan kedap air. Selanjutnya, lahan kedap air sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu lahan bangunan, lahan paving dan lahan non-paving sehingga lahan bangunan menjadi pilihan untuk data rumah tinggal. Jenis lahan bangunan yang sesuai yaitu single-family homes atau rumah tangga tunggal.
Gambar 16. Tampilan saat memasukkan data atribut dari noncanopy theme
8. Menganalisis data Tahapan ini dapat dilakukan setelah seluruh atribut data telah dilengkapi. Analisis data dapat dimulai dengan memilih menu Analyze Data pada CITYgreen. Langkah pertama yang dilakukan yaitu memilih area studi. Pada bagian ini kita memilih batas rumah yang akan dianalisis. Batas ini mencakup luas lahan hingga jarak rumah ke posisi pohon. Langkah kedua yaitu melengkapi bagian Study Area Preferences. Dari bagian ini, khusus untuk analisis Energy Saving hanya dibutuhkan data Landcover
43
Field dan Name Field. Jenis Landcover Field dapat dipilih dengan menggunakan CGFeature (CITYgreen Feature) atau dapat juga dengan memilih jenis tanah sesuai di lapang. Pada penelitian ini, jenis Landcover Field dipilih menurut CGFeature dengan pilihan Urban jenis Residential atau kawasan perumahan di area perkotaan. Data Name Field dapat dipilih dengan memberi label Name pada tabel atribut untuk theme batas rumah terlebih dahulu sehingga pada bagian Name Field dapat diisi dengan pilihan Name. Langkah ketiga yaitu memilih theme apa saja yang akan dianalisis. Pada bagian ini theme canopy dan non canopy masing-masing rumah dipilih tergantung site rumah yang akan dianalisis. Selanjutnya sebelum CITYgreen memulai proses analisis, data yang cukup penting untuk dilengkapi yaitu data Annual Cooling Cost atau biaya listrik dari Air Conditioner (AC). Data ini dapat diisi dengan memilih bagian CITYgreen Preferences. CITYgreen Preferences merupakan bagian yang dapat melengkapi lebih jelas karakteristik dari site yang akan dianalis. Untuk analisis Energy Saving, pilihan CITYgreen Preferences yang diperlukan hanya data Annual Cooling Cost. Data Annual Cooling Cost ini diperoleh dengan melihat besar biaya tahunan yang diperlukan untuk pemakaian AC dalam rumah tangga. Biaya yang diperoleh ini kemudian dikonversi ke dalam nilai mata uang Dollar ($). Pada penelitian ini nilai mata uang tersebut dikonversi kedalam satuan rupiah dengan asumsi sebesar Rp 10.000,- per $ 1,-. Untuk dapat membuat perbandingan nilai manfaat kanopi pohon dari keenam belas rumah sampel pada penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi data yang digunakan. Asumsi data yang digunakan mencakup asumsi jumlah alat elektronik Air Conditioner (AC) rumah tangga, asumsi intensitas pemakaian AC per hari dan asumsi Tarif Dasar Listrik (TDL) sesuai TDL yang berlaku dari pihak PLN untuk kebutuhan Annual Cooling Cost. Adapun alasan pengambilan nilai pada ketiga asumsi itu yaitu : a. Asumsi jumlah AC yang dipakai yaitu sebesar dua buah AC Split 0,5 pk dengan daya sebesar 430 Watt. Asumsi jumlah AC sebanyak dua buah dipakai dengan melihat hasil kuesioner dari keenam belas pemilik rumah sampel sebanyak tujuh pemilik rumah sampel menggunakan dua buah AC (Lampiran 5). Untuk asumsi daya yang dimiliki oleh AC yaitu split 0.5 pk dipakai dengan merujuk
44
dari tinjauan pustaka. Hal ini didasari dengan pemikiran bahwa luas ruangan di rumah sampel baik kamar tidur atau ruang tempat peletakan AC memiliki luas rata-rata 9 m2 sehingga konsumsi daya yang dibutuhkan tiap AC berkisar 430 Watt. b. Asumsi intensitas pemakaian AC yang digunakan yaitu selama 12 jam dengan dasar pemikiran bahwa sebanyak delapan pemilik rumah sampel menggunakan AC dengan intensitas pemakaian 12 jam. (Lampiran 5). c. Asumsi TDL yang digunakan yaitu sebesar Rp 890,- per KWH. TDL ini merupakan biaya TDL tahun 2010 yang dibebankan kepada pengguna listrik golongan tarif R2 dengan daya 3500 sampai 5500 VA. Asumsi ini dipakai dengan pemikiran bahwa pemilik rumah sampel sebagian besar merupakan warga dengan kelas ekonomi ke atas. Pemikiran ini didasari atas hasil kuesioner yang menunjukkan sebanyak sebelas pemilik rumah sampel memiliki penghasilan di atas Rp 5.000.000,- per bulan dengan tagihan listrik sebagian besar (10 pemilik rumah sampel) di atas Rp 200.000,- hingga Rp 500.000,- per bulan (Lampiran 5). Dengan ketiga asumsi tersebut, maka dapat diperoleh nilai biaya pendingin ruangan tahunan atau Annual Cooling Cost (ACC) dengan perhitungan : ACC = Pemakaian AC (jam) x Daya (KW) x 365 hari x jumlah AC x TDL (Rp) Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar (Rp) ACC = 12 (jam) x 4.3 (KW) x 365 hari x 2 buah x Rp 890 = $ 335,Rp10.000,Nilai ACC tersebut pada akhirnya akan dimasukkan ke dalam program CITYgreen 5.4 sebagai salah satu data untuk analisis. Langkah terakhir setelah semua data yang diperlukan berhasil dipilih, pemilihan jenis analisis dapat dilakukan dengan memilih bagian Energy pada kolom Analysis. Selanjutnya data siap dianalisis dengan program CITYgreen 5.4 dengan cara memilih tools Run Analysis.
45
Gambar 17. Tampilan CITYgreen Analysis saat memilih data yang diperlukan. Apabila proses analisis telah berhasil dilakukan maka hasil analisis akan segera ditampilkan dan dapat disimpan dalam bentuk pdf. (Gambar 18).
Gambar 18. Tampilan Analysis Report sebagai Hasil Analisis CITYgreen 5.4 (Sumber : CITYgreen Manual User 2002)
46
Hasil digitasi keenambelas rumah sampel dapat dilihat pada Gambar 19 yang menunjukkan digitasi di Perumahan Bukit Cimanggu City dan Gambar 20 yang menunjukkan digitasi di Perumahan Villa Bogor Indah.
Gambar 19. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City
47
Gambar 20. Hasil Digitasi Rumah Sampel di Villa Bogor Indah
48
9. Membuat usulan penataan pohon Usulan penataan dibuat dengan tiga pilihan metode yaitu penambahan jumlah pohon, perubahan jenis pohon atau penambahan dan perubahan jenis pohon. Usulan ini kemudian akan dianalisis kembali dengan menggunakan CITYgreen 5.4 untuk melihat perubahan hasil nilai manfaat penghematannya. Proses analisis usulan hampir sama dengan analisis kondisi eksisting. Namun pada analisis usulan dilakukan simulasi digitasi serta input atribut usulan dan menutup canopy theme kondisi eksisting. Dengan demikian CITYgreen 5.4 dapat membaca pohon yang diusulkan sebagai canopy theme yang baru. Gambar 21 merupakan salah satu contoh report dari hasil analisis usulan penataan rumah sampel yaitu di rumah sampel VBI_K_1.
Gambar 21. Contoh Report Hasil Analisis Usulan Penataan
49
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City terletak di lokasi 06.53oLS–
06.56oLS dan 106.78oBT dengan ketinggian 194 m di atas permukaan laut. Kawasan ini memiliki luas total sebesar 1.295.514 m2 atau ± 129 ha. Berdasarkan wilayah administrasi, Bukit Cimanggu City terletak di Bogor bagian utara tepatnya di Kelurahan Tanah Sareal, Kecamatan Tanah Sareal, Kotamadya Bogor (Gambar 22). Kawasan ini dibatasi oleh Jalan Baru atau Jalan Soleh Iskandar di sebelah utara, di sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Cilebut dan desa Sukadamai, di sebelah barat berbatasan dengan Kampus Ibnu Khaldun dan desa Sukadamai dan sebelah timur berbatasan dengan desa Mekar Wangi dan Cibadak.
Gambar 22. Peta Aksesibilitas Kawasan Bukit Cimanggu City (Sumber : Site Plan Perumahan Bukit Cimanggu City)
50
Kawasan Bukit Cimanggu City memiliki beberapa akses yang dapat digunakan yaitu melalui Jalan Baru atau Jalan Soleh Iskandar di sebelah utara dan Jalan Cilebut di sebelah selatan. Selain itu kawasan ini juga dilintasi oleh Bogor Outer Ring Road (BORR) yang berdekatan dengan tol Sentul sehingga warga dari luar kota Bogor seperti Jakarta dapat sampai di kawasan ini dengan waktu yang singkat. Kawasan Perumahan Villa Bogor Indah terletak di kecamatan Bogor Utara dengan lokasi 06.54oLS-06.55 oLS dan 106.81oBT-106.82 oBT dan ketinggian 181 m di atas permukaan laut. Total luas kawasan Villa Bogor Indah ± 75 ha dengan pembagian kawasan yaitu Villa Bogor Indah I dan II seluas ± 40 ha, Villa Bogor Indah III seluas ± 17 ha dan Villa Bogor Indah 5 (Tahap Pengembangan) seluas ± 18 ha. Kawasan Villa Bogor Indah memiliki beberapa akses yang dapat digunakan salah satunya sama seperti kawasan BCC dapat ditempuh melalui Jalan Baru atau Jalan Soleh Iskandar dan Bogor Outer Ring Road (BORR).
Gambar 23. Peta Aksesibilitas Kawasan Villa Bogor Indah (Sumber : Site Plan Perumahan Villa Bogor Indah)
51
4.2
Iklim Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Balai Besar Wilayah II Stasiun
Klimatologi Klas I, Darmaga Bogor melakukan pengamatan setiap hari dengan waktu yang telah ditetapkan. BMG Dramaga mengambil data dari stasiun Lanud Atang Sendjaya di Semplak untuk data curah hujan pada kawasan Bukit Cimanggu City. Pada Tabel 13 suhu rata-rata bulanan dari bulan Mei 2009 hingga Mei 2010 berkisar 26,40C dengan suhu minimum berkisar 25,30C di bulan Juni 2009 dan suhu maksimum berkisar 27,70C di bulan Mei 2010. Tabel 13. Data Iklim Mikro Bukit Cimanggu City Juni 2009 – Mei 2010 Temperatur Curah Hujan (mm) Kelembaban (ºC) Semplak (Lanud ATS) (%) Mei-2009 25,9 504,1 83 Jun-2009 25,3 335,6 81 Jul-2009 25,8 127,8 76 Ags-2009 26,3 41,4 78 Sep-2009 26,8 150,9 77 Okt-2009 26,2 639,0 78 Nop-2009 26,2 302,3 80 Des-2009 26,0 220,1 83 Jan-2010 26,6 295,3 87 Peb-2010 26,5 596,7 83 Mar-2010 26,6 421,6 83 Apr-2010 27,2 37,1 86 Mei-2010 27,7 369,6 82 Rata-rata 26,4 310,9 81 Sumber : Data Klimatologi BMG, 2009/2010 Bulan
Curah hujan tahunan rata-rata mencapai 310,9 mm/bulan. Bulan basah tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2009 berkisar 639 mm dan bulan basah terendah terjadi pada bulan April 2010 berkisar 37,1 mm. Jumlah curah hujan tiap bulan ini menurun dibandingkan jumlah curah hujan yang terjadi pada tahun 2008 yang mencapai lebih dari 100 mm tiap bulannya. Data curah hujan kawasan Villa Bogor Indah diperoleh dari stasiun Cimanggu. Perbedaan data iklim dari kedua kawasan ini dapat dilihat dari data curah hujan. Pada Tabel 14 diketahui bahwa curah hujan tahunan rata-rata di
52
kawasan Villa Bogor Indah mencapai 354,4 mm/bulan. Bulan basah tertinggi terjadi pada bulan Maret 2010 berkisar 787 mm dan bulan basah terendah terjadi pada bulan Agustus 2009 berkisar 24 mm. Tabel 14. Data Iklim Mikro Villa Bogor Indah Juni 2009 – Mei 2010 Curah Hujan Temperatur (mm) (ºC) Cimanggu Mei-2009 25,9 427 Jun-2009 25,3 251 Jul-2009 25,8 250 Ags-2009 26,3 24 Sep-2009 26,8 281 Okt-2009 26,2 377 Nop-2009 26,2 424 Des-2009 26,0 270 Jan-2010 26,6 355 Peb-2010 26,5 659 Mar-2010 26,6 787 Apr-2010 27,2 144 Mei-2010 27,7 358 Rata-rata 26,4 354,4 Sumber : Data Klimatologi BMG, 2009/2010 Bulan
Kelembaban (%) 83 81 76 78 77 78 80 83 87 83 83 86 82 81
Kelembaban kedua kawasan ini baik Villa Bogor Indah maupun Bukit Cimanggu City sama-sama memiliki rataan berkisar 81% dengan suhu rata-rata bulanan kedua perumahan sama yaitu berkisar 26,40C. Menurut Rahadini (2010), kelembaban maksimal pada suhu dengan kisaran 260C–320C seharusnya adalah 60% sehingga kelembaban kedua perumahan tersebut tergolong cukup tinggi. Kelembaban ini menyebabkan kondisi tubuh manusia yang kurang nyaman karena dapat menyebabkan keringat pada permukaan kulit tidak segera menguap. Selain itu, kelembaban yang tinggi menyebabkan munculnya penyakit paru-paru basah serta menjadi tempat potensial bagi berkembangbiaknya berbagai macam bakteri dan jamur.
53
4.3
Hidrologi Berdasarkan penelitian Saputra (2009), sistem drainase di Bukit Cimanggu
City (BCC) dilengkapi dengan sistem drainase terbuka dan drainase tertutup. Kanal-kanal air berfungsi sebagai tempat mengalirkan air yang berasal dari air hujan dan saluran rumah tangga, sehingga dapat mencegah dari kemungkinan banjir. Selain itu, di kawasan BCC terdapat situ atau danau yang berfungsi sebagai daerah resapan air yang dapat menampung air dalam kapasitas yang cukup besar. Selain berfungsi sebagai area ekologis, situ tersebut dijadikan sebagai objek rekreasi. Sumber air untuk Perumahan Villa Bogor Indah terdiri dari dua sumber yaitu sumber alami dan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sumber air alami yang digunakan berasal dari sumur gali yang berasal dari air sungai Cisadane sedangkan sumber air PDAM berasal dari Tirta Kahuripan di kabupaten Bogor dan Tirta Pakuan di Kotamadya Bogor.
4. 4 Topografi dan Tanah Kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) memiliki kemiringan yang pada umumnya datar yaitu berkisar 0%-5% . Kemiringan tersebut menjadikan kawasan BCC bebas dari bahaya erosi atau longsor. Kawasan Villa Bogor Indah memiliki kemiringan yang tidak berbeda jauh dari kawasan BCC yaitu pada umumnya datar dan berkisar 0-8%. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia 2004 dalam Herdiani (2009) tentang kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lereng, kedua kawasan perumahan tersebut telah memenuhi kriteria yaitu untuk lahan permukiman dibangun pada lahan dengan kemiringan 0-15%. Menurut Lembaga Penelitian Tanah Bogor dalam Saputra (2010) jenis tanah yang teridentifikasi di kawasan Bukit Cimanggu City merupakan jenis tanah Latosol. Tanah Latosol merupakan tanah pertanian yang cukup subur, sehingga apabila diberi perlakuan seperti drainase yang baik, akan menjadi tanah yang produktif (Soepardi, 1983). Menurut Bapeda Kota Bogor (2005) tanah di kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Utara termasuk kawasan Perumahan Bukit Cimanggu City dan Villa Bogor Indah adalah jenis kipas aluvium. Kipas aluvium
54
merupakan jenis tanah yang terdiri dari lanau, batu pasir, kerikil dan kerakal dari batuan gunung api kuarter yang diendapkan.
4.5
Tata Guna Lahan Kawasan Bukit Cimanggu City memiliki dua tipe zona permukiman. Zona
pertama yaitu permukiman yang berada di Bukit Cimanggu Villa (BCV) sedangkan zona kedua yaitu permukiman yang berada di Green Land (GL). Bukit Cimanggu Villa memiliki luas 70,7% dan Green Land hanya memiliki luas sekitar 29,3% dari keseluruhan kawasan Bukit Cimanggu City (Tabel 15). Tabel 15. Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City Tata Guna Lahan Luas (M2) Perumahan Bukit Cimanggu City - BCV 915.644 - GL 379.870 1.295.514 Jumlah Sumber : Block Plan Bukit Cimanggu City, Bogor
Penggunaan (%) 70,7 29,3 100%
Tabel 16. Klasifikasi Tata Guna Lahan Bukit Cimanggu City Klasifikasi Luas (m2) Kafling Perumahan Efektif 527.876 Area Komersil 36.901 Prasarana Jalan & Fasos-Fasum 629.427 Rencana Pengembangan 101.310 Jumlah 1.295.514 Sumber : Block Plan Bukit Cimanggu City, Bogor
Penggunaan (%) 39,0 2,2 51,4 7,4 100,0%
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan lahan di kawasan Bukit Cimanggu City terbagi ke dalam 4 penggunaan yaitu untuk perumahan efektif, area komersil, prasarana jalan dan fasos-fasum, dan rencana pengembangan. Penggunaan lahan untuk kawasan perumahan efektif di Bukit Cimanggu City menempati urutan kedua yaitu sebesar 527.876 m2 setelah penggunaan lahan untuk prasarana jalan dan fasos-fasum. Kawasan Perumahan Villa Bogor Indah secara umum terbagi menjadi empat zona permukiman yaitu Villa Bogor Indah I dan Villa Bogor Indah II (40 ha),
55
Villa Bogor Indah III (17 ha) serta Villa Bogor Indah V (18 ha). Penggunaan lahan untuk perumahan efektif pada kawasan ini menduduki persentase terbesar yaitu sebesar 60% dari total luas lahan. Penggunaan lahan untuk klasifikasi lainnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Klasifikasi Tata Guna Lahan Villa Bogor Indah Klasifikasi Luas (m2) Kafling Perumahan Efektif 450.000 Area Komersil 15.000 Prasarana Jalan & Fasos-Fasum 172.500 Rencana Pengembangan 112.500 Jumlah 750.000 Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Villa Bogor Indah
4.6
Penggunaan (%) 60 2 23 15 100%
Vegetasi Vegetasi prasarana jalan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di
kawasan Bukit Cimanggu City dapat diidentifikasi berdasarkan letak clustercluster yang berada di kawasan perumahan. Pada kawasan Bukit Cimanggu Villa (BCV) terdapat 8 cluster sedangkan pada Green Land terdapat 6 cluster. Pohon yang terdapat di Bukit Cimanggu Villa pada umumnya telah mengalami pertumbuhan yang optimal dan dapat diidentifikasi (Tabel 18) sedangkan vegetasi yang terdapat di Greenland sebagian besar masih dalam tahap pembangunan. Tabel 18. Pohon di Bukit Cimanggu Villa No. Cluster 1 Mediterania
2
Rafflesia
3
Royal Lakeside
4
Tropical Garden
5
Taman Permata
Vegetasi Pohon Cemara cunninghamii Palem raja Kamboja kuburan Cemara norflok Pinang Biola cantik Palem sadeng Tabibuya Chinese jupiter Palem merah Dadap merah Palem botol
Nama Latin Pohon (Araucaria cunninghamii) (Roystonea regia) (Plumeria rubra) (Araucaria heterophilla) (Areca catechu) (Ficus lyrata) (Livistona chinensis) (Tabebuya sp) (Juniperus chinensis) (Cyrtostachis renda) (Erythrina cristagalli) (Mascarena lagenicaulis)
56
Cemara kipas (Thuja orientalis) 6 Taman Chrysant Palem putri (Veitchia merilii) Kayu manis (Cinnamomun burmanii) Kerai payung (Felicium decipiens) Krisan (Chrysanthemum sp.) 7 Taman Bunga Palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata) Kenanga (Cananga odorata) Sikat botol (Callistemon cifrinus) 8 Bali Pisang hias (Heliconia sp) Cempaka (Michelia champaca) Ketapang (Terminalia catappa) Kelapa (Cocos nucifera) Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City Vegetasi yang berada di tiap taman rumah pada kawasan Bukit Cimanggu City (BCC) secara umum berasal dari pihak pemilik rumah masing-masing. Pihak pengembang hanya menanam vegetasi di sekitar RTH publik seperti taman lingkungan dan jalur hijau jalan. Berdasarkan hasil survei di kondisi lapang, vegetasi yang terdapat di delapan rumah sampel di kawasan ini dapat terbagi menjadi jenis semak dan pohon. Pohon dari kedelapan rumah sampel tersebut berjumlah 30 pohon. Jenis dan jumlah pohon dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pohon Pada Rumah Sampel di Bukit Cimanggu City Nama Pohon Jumlah Alpukat 2 Belimbing Wuluh 3 Cengkeh 1 Ceri 1 Durian 1 Jambu Air 6 Mangga 6 Mangga Apel 1 Nangka 1 Pala 2 Pinus 8 Rambutan 6 Tanjung 2 Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Bukit Cimanggu City
57
Semak dan tanaman penutup tanah yang banyak ditemukan di RTH publik pada kawasan BCC adalah Kana (Canna generalis), Ruelia tegak (Ruellia brittoniana), Sutra bombay (Portulaca grandiflora), Kucai (Carex morrowii), Lili paris (Chlorophytum sp), Taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), Ophiopogon sp, Palisota barteri, Siklok (Agave attenuate), Agave (Agave angustifolia), dan Rumput gajah (Axonopus compressus). Vegetasi yang terdapat di Kawasan Villa Bogor Indah dapat terbagi menjadi vegetasi di area publik seperti jalur hijau jalan serta taman umum dan vegetasi privat seperti di setiap taman rumah tinggal. Untuk vegetasi di area publik dikembangkan oleh pihak pengelola, sedangkan vegetasi di setiap taman rumah tinggal diberi kebebasan oleh pihak pengelola kepada pemilik rumah. Pohon yang dikembangkan oleh pihak pengelola biasanya merupakan pohon peneduh yaitu Biola cantik (Fycus lyrata) dan Bintaro (Cerbera manghas) serta tanaman groundcover yang mudah dikembangkan seperti kacang-kacangan (Arachis pintoi). Berdasarkan hasil survei di kondisi lapang, vegetasi yang terdapat di delapan rumah sampel di kawasan ini dapat terbagi juga menjadi jenis semak dan pohon. Pohon dari kedelapan rumah sampel tersebut berjumlah 19 pohon. Jenis dan jumlah pohon dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Pohon Pada Rumah Sampel di Villa Bogor Indah Nama Pohon Jumlah Cemara Kipas 1 Jambu Bol 1 Jotang 1 Ketapang 1 Mangga 11 Mareme 1 Matoa 1 Petai Cina 1 Rambutan 1 Sumber : Pihak Pengembang Perumahan Villa Bogor Indah
60
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Analisis GIS dengan CITYgreen 5.4 Proses analisis dibagi menjadi analisis enam belas rumah sampel. Keenam
belas rumah ini berasal dari dua kecamatan dengan kondisi fisik kawasan yang tidak memiliki perbedaan jauh yaitu Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Utara. Pemilihan rumah sampel didasari oleh dua faktor yaitu berdasarkan tipe rumah dan berdasarkan keberadaan pohon. Berdasarkan tipe rumah, rumah sampel dipilih dengan tiga kriteria yaitu rumah tipe kecil, sedang dan besar yang dimiliki oleh masing-masing perumahan. Berdasarkan keberadaan pohon, rumah sampel dipilih dengan dua kriteria yaitu rumah yang memiliki sedikit pohon dan rumah yang memiliki banyak pohon. Adapun identitas keenambelas rumah sampel dan hasil analisis pada rumah tersebut dapat dilihat pada Tabel 21 dan 22. Pada Tabel 21 terdapat delapan identitas rumah sampel dan pohon yang terdapat di rumah tersebut yang berlokasi di Perumahan Bukit Cimanggu City. Pada Tabel 22 terdapat delapan identitas rumah sampel dan pohon yang terdapat di rumah tersebut yang berlokasi di Perumahan Villa Bogor Indah. Hasil analisis CITYgreen 5.4 pada Tabel 21 dan 22 menunjukkan bahwa terdapat sembilan rumah sampel yang tidak mendapatkan manfaat penghematan tarif dan daya listrik untuk asumsi pemakaian AC dari adanya kanopi pohon di kedua perumahan. Rumah sampel di VBI yang tergolong ke dalam kategori tidak mendapatkan manfaat yaitu rumah sampel VBI_K_1, VBI_K_2, VBI_K_3, VBI_S_1 dan VBI_B_1. Rumah sampel di BCC yang tergolong ke dalam kategori yang sama yaitu rumah sampel BCC_K_1, BCC_S_1, BCC_B_1 dan BCC_B_2.
61
5.2 Pendugaan Manfaat Pohon sebagai Penghemat Pemakaian Listrik Untuk Air Conditioner (AC) Rumah Tangga American Forest (2002) sebagai lembaga yang menciptakan program ekstensi CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa program ini memberikan peringkat kemampuan pohon menghemat energi berdasarkan tiga kriteria, yaitu : a. Jarak atau letak pohon dari bangunan rumah b. Orientasi atau arah hadap bangunan rumah c. Kemampuan pohon dalam memberikan bayangan atau sebagai peneduh Setiap pohon diberikan peringkat dengan nilai 0 yang berarti tidak ada penghematan (no savings) hingga nilai 5 yang berarti penghematan maksimal (maximum savings). Oleh sebab itu analisis dari setiap rumah sampel di kedua perumahan ini akan dibahas dengan melihat ketiga aspek pohon menurut American Forest (2002). Jarak pohon dari bangunan rumah dan arah hadap rumah dapat diperoleh dengan digitasi dan pengukuran langsung. Dalam pemberian peringkat / scoring American Forest (2002) menilai bahwa : a. Jarak pohon yang dekat dari bangunan rumah ( < 10 meter) akan memberikan manfaat maksimal sedangkan jarak pohon yang jauh (> 10 meter) akan semakin memberikan manfaat yang minimal. b. Orientasi penanaman pohon yang akan memberikan manfaat maksimal dalam memberikan efek peneduh yaitu apabila ditanam dengan posisi sebelah barat terhadap rumah. Posisi kedua yang paling baik yaitu disebelah timur. Posisi utara dan selatan merupakan posisi paling minimal di dalam memberikan efek peneduh. c. Pohon memberi manfaat terbesar apabila posisi pohon menaungi Air Conditioner (AC), jendela atau dinding rumah dan di samping bagian rumah yang menerima pencahayaan terbesar. Untuk kemampuan pohon dalam memberikan bayangan atau sebagai peneduh dapat dilihat berdasarkan karakter fisik dari pohon tersebut. Wee dan Steenis (1978) menyatakan bahwa agar pohon dapat menjadi peneduh harus memiliki karakter seperti :
62
a. Tajuk pohon menjurai/bulat/kubah b. Daun lebat, rapat, rimbun c. Buah tidak terlalu besar d. Toleransi angin tinggi Berkaitan dengan hal itu, Grey dan Deneke (1978) menyatakan bahwa pohon yang berfungsi sebagai kontrol suhu yaitu pohon yang memiliki kerapatan daun yang tinggi serta memiliki bentuk tajuk bulat, berkolom dan menjurai (weeping). Pembahasan akan dibagi per perumahan dimulai dari Perumahan Bukit Cimanggu City hingga Perumahan Villa Bogor Indah dengan melihat ketiga kriteria berdasarkan American Forests terhadap nilai penghematan yang dihasilkan.
A. Perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) Pada Perumahan Bukit Cimanggu City terdapat keragaman nilai manfaat kanopi pohon dalam penghematan energi listrik baik dari segi biaya maupun daya di kedelapan rumah sampel. 60 48
50 40 27
30
21 20 11 10 1 0
0
2
11
9 1
0
2
1
0
3
0
BCC_K_1 BCC_K_2 BCC_S_1 BCC_S_2 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3 Jumlah Pohon
Penghematan Tarif ($)
Gambar 24. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di BCC
63
700 595.56
600 500 400
331.28 265.1
300 200
132.35
100 1 0
2
0
1
0
2
9
1
0
3
0
11
BCC_K_1 BCC_K_2 BCC_S_1 BCC_S_2 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3 Jumlah Pohon
Penghematan Listrik per Tahun (KWH)
Gambar 25. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di BCC Dari Gambar 24 dan 25 dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC sejalan dengan nilai penghematan daya listriknya namun dari segi jumlah pohon belum dapat dikatakan sejalan dengan besar nilai penghematan yang dapat diterima oleh pemilik rumah. Adapun karakter bangunan rumah dan pohon yang dimiliki pada taman rumah sampel mulai dari kategori rumah kecil hingga besar dapat dilihat sebagai berikut ;
1. Rumah BCC_K_1 Tabel 23. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_1 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
45/105
Jambu Air
9,53
6
1
1 lantai
timur
Karakter yang dapat dilihat pada rumah sampel ini pertama yaitu pendistribusian lahan pada kavling rumah sebagian besar didominasi oleh lahan kedap air.
Disamping itu lahan terbuka yang ada yaitu taman rumah tidak
digunakan untuk menanam pohon melainkan hanya menanam rumputdan semak (Gambar 26). Kondisi ini cukup dapat membuat udara sekitar rumah terasa panas
64
Hal ini sesuai dengan pernyataan Irwan (2005) yang menyatakan bahwa suhu di sekitar tanaman dapat menjadi lebih sejuk akibat kehilangan panas karena adanya evapotranspirasi dari tanaman. Rumah yang menghadap timur seperti rumah sampel (Tabel 23) memiliki keuntungan yaitu pada pagi hingga siang hari mendapat sinar matahari langsung dan pada sore hari terhindar dari silau matahari sore (Rahadini, 2010). Namun dilihat dari segi penanaman pohon terdapat beberapa kekurangan. Pohon hanya ditanam di depan rumah sementara di sebelah barat rumah tidak ada pohon melainkan diapit oleh rumah lainnya. Kondisi ini menyebabkan pohon kurang memberikan pengaruh dalam hal meneduhkan rumah. Jarak penanaman pohon terhadap rumah juga cukup jauh karena pohon ditanam berseberangan dengan rumah dan dibatasi oleh jalan umum dengan jarak 6 meter dari rumah (Gambar 26). Karakter fisik pohon baik dari segi diameter, kerapatan daun dan tinggi pohon sebenarnya berpotensi memberi bayangan peneduh namun faktor jarak dan orientasi pohon menjadi penghambat dalam memberikan naungan. Hal ini menjadi faktor analisis CITYgreen 5.4 mengasumsikan kanopi pohon tidak memberikan nilai penghematan bagi rumah.
65
Gambar 26. Tampak Rumah BCC_K_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan atas) posisi pohon Jambu Air yang ditanam di seberang rumah; (bawah) denah rumah
66
2. Rumah BCC_K_2 Tabel 24. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_K_2 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
45/120
Mangga Durian
7,90 8,15
3 2
1 1
1 lantai
barat
Rumah BCC_K_2 memperoleh nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 11,- atau setara Rp 110.000,- dan sebesar 132,35 KWH untuk daya listrik. Dari Gambar 27dapat dilihat jarak pohon dari rumah cukup dekat yaitu sekitar 2 meter dari bangunan rumah sehingga bayangan dari kanopi pohon dapat menaungi halaman depan rumah. Keberadaan kedua pohon ini yang terletak di depan rumah juga mampu menyaring sinar matahari dan angin yang masuk. Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terkena silau matahari (Rahadini, 2010). Hal ini menyebabkan suhu mikro di sekitar rumah berpeluang terasa panas. Namun penanaman pohon tepat di depan rumah menjadikan pohon dapat memberikan manfaat maksimal dalam meneduhkan rumah. Karakter fisik pohon mampu memberikan naungan atau sebagai peneduh. Hal ini dapat dilihat dari diameter kanopi pohon sebesar 3 meter untuk pohon mangga dengan kerapatan daun padat dan sebesar 2 meter untuk pohon durian dengan kerapatan daun sedang (Gambar 27).
67
Gambar 27. Tampak Rumah BCC_K_2 ; (kiri atas) depan rumah; (kanan atas) jejeran pohon mangga dan durian di depan rumah; (bawah) denah rumah
68
3. Rumah BCC_S_1 Tabel 25. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_1 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
65/120
Pinus
3,76
2
2
1 lantai
selatan
Pada kondisi lapang, rumah BCC_S_1 sebenarnya memiliki enam pohon selain pohon pinus namun kondisi keenam pohon ini masih cukup muda dengan diameter kanopi di bawah 1 meter sehingga keenam pohon ini tidak dimasukkan dalam kategori pohon sampel. Pohon pinus pada Tabel 25 ditanam di depan rumah dengan jarak sekitar 2 meter dari bangunan rumah. Jarak ini tergolong cukup jauh karena diameter kanopi pohon sendiri memiliki lebar 2 meter. Diameter kanopi pohon yang tergolong kecil dengan kerapatan daun pinus yang tergolong jarang membuat pohon tersebut tidak mampu memberikan bayangan yang meneduhkan rumah. Posisi rumah seperti rumah sampel yang menghadap ke selatan dengan posisi penanaman pohon berada di depan rumah. Hal ini menyebabkan rumah tidak terkena silau dari matahari pagi atau sore namun posisi pohon kurang memberikan pengaruh naungan bagi rumah. Kondisi rumah yang memiliki ruang terbuka yang cukup luas juga menyebabkan pada siang hari suhu sekitar rumah terasa panas (Gambar 28). Beberapa faktor di atas menjadi penyebab vegetasi pohon tidak mampu menurunkan suhu mikro dari rumah sehingga hasil analisis pada rumah ini menunjukkan bahwa tidak terdapat nilai penghematan listrik dari kanopi pohon pada rumah sampel ini.
69
Gambar 28. Tampak Rumah BCC_S_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah dengan pohon pinus ditanam di depan ; (kanan atas) tanaman rumah yang didominasi tanaman semak dan pot; (bawah) denah rumah
70
4. Rumah BCC_S_2 Tabel 26. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_2 Tipe Rumah 65/120
Spesies
Alpukat Alpukat
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
3,76 9,65
3 5
2 2
1 lantai
selatan
Posisi rumah yang menghadap selatan pada rumah sampel (Tabel 26) memiliki keuntungan yang sama dengan rumah BCC_S_1. Posisi rumah ini didukung dengan posisi pohon yang ada di rumah sampel. Salah satu pohon yaitu pohon yang terletak di halaman belakang rumah ditanam di sebelah barat. Jarak kedua pohon dari rumah cukup dekat. Kedua pohon ini juga memiliki tinggi pohon yang melebihi tinggi bangunan yaitu tinggi golongan kedua. Pada Gambar 29 dapat dilihat juga bahwa taman rumah digunakan untuk menanam berbagai jenis pohon lainnya seperti pohon Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) yang masih muda, dan berbagai tanaman semak di depan dan di belakang rumah sehingga udara di rumah terasa lebih sejuk. Dengan melihat karakter pohon dan bangunan rumah sampel BCC_S_2, CITYgreen 5.4 menganalisis nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 27,- atau setara dengan Rp 270.000,- dan sebesar 331,28 KWH untuk daya listrik. Nilai ini tergolong cukup baik karena apabila dihitung dalam satuan waktu perbulan, maka tiap bulan keberadaan pohon dan taman rumah di rumah ini dapat menghemat tarif listrik sekitar Rp 25.000,- dan daya listrik sebesar 31,11 KWH. Penghematan ini dapat dirasakan oleh pemilik rumah BCC_S_2. Jahya Priyatna (73 tahun) sebagai pemilik rumah mengatakan bahwa keberadaan pohon di sekitar rumah dapat menjadi menurunkan suhu sekitar rumah sehingga suhu di dalam rumah terasa sejuk. Oleh sebab itu pemilik rumah tersebut tidak menggunakan AC sebagai pendingin ruangan di rumah.
71
Gambar 29. Tampak Rumah BCC_S_2 ; (kiri) tampak depan rumah ; (kanan) bagian halaman belakang rumah.
72
5. Rumah BCC_S_3 Tabel 27. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_S_3 Tipe Rumah 58/176
Spesies
Cengkeh Pala Mangga Rambutan Rambutan Jambu Air Pala Tanjung Mangga
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
11,28 10,03 18,81 16,30 8,40 18,81 7,52 11,28 4,76
3 4 7 4 2 4 2 4 4
2 1 2 2 1 1 1 1 1
2 lantai
selatan
Dari Gambar 30 dapat dilihat bahwa kesembilan pohon ini mampu menjadi peneduh karena diameter kanopi yang dimiliki pohon rata-rata sebesar 4 meter. Kondisi ini didukung oleh jarak penanaman pohon yang dekat dari bangunan rumah mulai dari di taman rumah, di depan dan di samping rumah. Dengan kondisi demikian, bayangan kanopi dari seluruh pohon ini mampu meneduhkan sekitar rumah. Berdasarkan arah hadap rumah sampel memiliki posisi sama seperti rumah BCC_S_1 dan BCC_S_2 yang cukup memberikan keuntungan dari segi suhu mikro rumah karena tidak terkena silau matahari pagi dan sore hari. Posisi penanaman pohon sebagian besar berada di sebelah timur rumah sehingga pepohonan ini memberikan pengaruh yang cukup baik dalam meneduhkan rumah. Nilai penghematan yang diperoleh rumah ini untuk tarif listrik sebesar $ 21,- atau setara dengan Rp 210.000,- dan sebesar 265,10 KWH untuk daya listrik. Apabila dihitung dalam satuan waktu perbulan, maka tiap bulan keberadaan pohon dan taman rumah di rumah ini dapat menghemat tarif listrik pemakaian AC sekitar Rp 20.800,- dan daya listrik sebesar 25,59 KWH. Sama seperti rumah BCC_S_2, penghematan ini dapat dirasakan langsung oleh pemilik rumah. Dari hasil wawancara dengan Dyah Ayu Sinung (41 tahun) sebagai pemilik rumah diperoleh penjelasan bahwa pemilik rumah tidak memerlukan pemakaian AC untuk pendingin ruangan karena pohon di sekitar rumah dirasakan mampu menyejukkan suhu ruangan dalam rumah.
73
Gambar 30. Tampak Rumah BCC_S_3 ; (kiri atas) tampak depan rumah yang menghadap jalan ; (kanan atas) tampak bagian samping rumah; (bawah) denah rumah.
74
6. Rumah BCC_B_1 Tabel 28. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_1 Tipe Rumah
Spesies
170/200
Ceri
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
5,02
5
1
2 lantai
selatan
Bangunan rumah merupakan bangunan yang terdiri dari dua lantai namun pemilik hanya menyediakan ruang terbuka yang cukup kecil yaitu sekitar 30 m2 termasuk garasi. Hal ini menyebabkan pada taman rumah, pemilik hanya menanam semak dan tanaman pot pada taman rumah (Gambar 31). Arah hadap pohon terhadap rumah yang terletak di sebelah selatan kurang berpengaruh dalam hal kontrol suhu. Kondisi bangunan rumah cukup tinggi namun tidak seimbang dengan kondisi pohon. Pohon sendiri memiliki tinggi yang cukup rendah yaitu dibawah 25 kaki sehingga tidak mampu menaungi dan memberi kesejukan dalam rumah secara maksimal yang memiliki tinggi jauh melebihi tinggi pohon. Hasil analisis CITYgreen 5.4 menunjukkan pohon pada taman rumah ini belum dapat memberikan nilai penghematan. Penyebab lainnya yaitu jarak pohon walaupun dekat dengan rumah namun penanaman pohon dilakukan di luar rumah yang menghadap jalan umum. Hal ini menyebabkan pohon tersebut hanya mampu meneduhkan sebagian besar lahan jalan di depan rumah bukan halaman rumah.
75
Gambar 31. Tampak Rumah BCC_B_1 ; (kiri atas) tampak depan rumah; (kanan atas) posisi pohon yang ditanam di luar rumah menghadap jalan; (bawah) denah rumah
76
7. Rumah BCC_B_2 Tabel 29. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_2 Tipe Rumah 230/300
Spesies
Rambutan Rambutan Tanjung
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
6,27 6,90 12,54
5 4 6
1 1 1
2 lantai
timur
Kondisi bangunan rumah yang cukup besar namun tidak seimbang dengan keberadaan pohon di sekitar rumah. Bangunan rumah merupakan bangunan yang terdiri dari satu lantai dengan luas bangunan sekitar 230 m2 dan halaman rumah yang cukup lebar sekitar 70 m2. Namun penanaman ketiga pohon eksisting ditanam dengan jarak cukup jauh yaitu 5 meter dari bangunan rumah Arah hadap bangunan rumah menghadap timur. Menurut Rahadini (2010) posisi rumah yang menghadap ke timur memiliki keuntungan yaitu pada pagi hingga siang hari mendapat sinar matahari langsung dan pada sore hari terhindar dari silau matahari sore namun pohon yang jaraknya cukup jauh dan berada di luar rumah menyebabkan tidak terdapat penyaring/filter sinar matahari langsung sehingga suhu di luar rumah dan di dalam rumah yang menghadap timur lebih terasa panas mendekati siang hari. Ketiga pohon pada rumah ini memiliki kategori pohon peneduh yaitu memiliki kerapatan yang cukup padat dan diameter ketiga kanopi pohon di atas 6 meter. Namun penanaman yang cukup jauh dari bangunan rumah dan dibatasi oleh jalan umum menyebabkan ketiga pohon ini hanya mampu memberi kesejukan di sekitar jalan. (Gambar 32 dan 33). Dengan beberapa kondisi diatas, analisis menunjukkan pohon belum mampu memberikan nilai manfaat penghematan penggunaan AC bagi rumah.
77
Gambar 32. Tampak Rumah BCC_B_2 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan atas) rumah yang sedang digabung; (bawah) denah rumah
78
Gambar 33. Posisi Pohon Peneduh Terhadap Rumah BCC_B_2
8. Rumah BCC_B_3 Tabel 30. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah BCC_B_3 Tipe Rumah
Spesies
82/165
Pinus Pinus Pinus Pinus Jambu Air Jambu Air Mangga Mangga Jambu Air Rambutan Nangka
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
4,76 4,76 4,76 5,02 14,29 7,15 9,53 9,53 9,53 4,76 9,53
2 2 2 2 6 4 6 4 5 4 4
2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2
2 lantai
utara
Hasil cek lapang (Lampiran 2) menunjukkan bahwa diameter kanopi dari kesebelas pohon yang ada rata-rata melebihi 4 meter dengan kerapatan daun rapat dan sebagian besar tinggi pohon melebihi tinggi bangunan rumah (Gambar 34). Selain itu jarak pohon dari rumah cukup dekat karena terletak menyebar di halaman rumah dan di luar rumah sehingga bayangan dari kanopi pohon masih mampu menjadi peneduh diluar dan di dalam rumah. Apabila dilihat dari kondisi bangunanrumah, posisi rumah menghadap ke utara dengan posisi penanaman pohon berada di sebelah barat dan utara rumah. Hal ini menyebabkan pohon yang berada di sebelah barat memberikan nilai manfaat yang maksimal bagi rumah. Hasil analisis menunjukkan nilai
79
penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 48,- untuk tarif listrik atau setara Rp 480.000,- dan sebesar 595,56 KWH untuk daya listrik.
Gambar 34. Tampak Rumah BCC_B_3 ; (kiri atas) tampak depan rumah ; (kanan atas) tampak rumah dan halamannya yang sebagian besar dipenuhi oleh pohon; (bawah) denah rumah.
80
B. Perumahan Villa Bogor Indah (VBI) Pada Perumahan Villa Bogor Indah terdapat keragaman nilai manfaat kanopi pohon dalam penghematan energi listrik baik dari segi biaya maupun daya dari kedelapan rumah sampel pada asumsi penggunaan AC. Perbandingan nilai manfaat tersebut dapat dilihat Gambar 35 dan 36.
60
54
50 40 30 20 11 10 1
0
1
0
3
0
2
0
6
2
1
0
3
5
0 VBI_K_1
VBI_K_2
VBI_K_3
Jumlah Pohon
VBI_S_1
VBI_S_2
VBI_S_3
VBI_B_1
VBI_B_2
Penghematan Biaya TDL AC per Tahun ($)
Gambar 35. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan tarif listrik di VBI
662.56
700 600 500 400 300 200
132.35 66.17
100 1
0
1
0
3
0
2
0
2
6
1
0
3
0 VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 Jumlah Pohon
VBI_S_1
VBI_S_2
VBI_S_3
VBI_B_1 VBI_B_2
Penghematan Listrik per Tahun (KWHs)
Gambar 36. Grafik hubungan antara jumlah pohon dengan penghematan daya listrik di VBI
81
Berdasarkan kedua gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan umum dari hasil analisis CITYgreen 5.4 di perumahan Villa Bogor Indah dan di perumahan Bukit Cimanggu City yaitu nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC sejalan dengan nilai penghematan daya listriknya. Adapun karakter bangunan rumah dan pohon yang dimiliki pada taman rumah sampel mulai dari kategori rumah kecil hingga besar dapat dilihat sebagai berikut ;
1. Rumah VBI_K_1 Tabel 31. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_1 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Kategori Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
36/84
Jambu Bol
6,27
3
2
1 lantai
Barat
Dari Gambar 37 dapat dilihat pohon tidak ditanam di halaman rumah melainkan di luar lahan rumah mendekati jalan umum. Hal ini dapat disebabkan karena rumah memiliki lahan taman rumah yang cukup sempit sehingga kurang memungkinkan untuk menanam vegetasi pohon peneduh. Jumlah pohon di rumah tersebut yang sangat minim dan diameter kanopi yang cukup kecil yaitu 3 meter juga membuat kanopi pohon tidak mampu memberikan bayangan yang meneduhkan rumah. Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terasa lebih silau dibanding rumah dengan arah hadap lainnya. Kondisi ini tidak didukung oleh jumlah pohon yang cukup. Melihat kondisi bangunan dan pohon di rumah sampel ini analisis CITYgreen 5.4 tidak memberikan nilai penghematan listrik dari pohon dalam penggunaan AC.
82
Gambar 37. Tampak rumah VBI_K_1; tampak pohon Jambu bol yang ditanam di depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah menghadap jalan umum (kiri atas); (bawah) denah rumah.
83
2. Rumah VBI _K_2 Tabel 32. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_2 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
45/90
Mangga
6,39
5
1
1 lantai
Selatan
Gambar 38 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah terdiri dari perkerasan. Kondisi seperti ini membuat lahan untuk penanaman pohon menjadi sangat sedikit. Dilihat dari jumlahnya, pohon di sekitar rumah tergolong sedikit yaitu hanya satu pohon. Tinggi pohon tersebut cukup rendah dan diameter kanopi sebesar 4,5 meter. Arah hadap rumah yang menghadap selatan membuat rumah sama seperti rumah sampel lainnya yang memiliki arah hadap selatan juga yaitu tidak terkena silau matahari pagi dan sore. Namun di sebelah barat rumah tidak terdapat pohon karena sebelah barat rumah diapit oleh rumah lainnya sehingga pohon yang ditanam di sebelah selatan kurang memberikan pengaruh peneduh bagi rumah. Dengan kondisi demikian, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.
84
Gambar 38. Tampak rumah VBI_K_2; tampak pohon Mangga yang ditanam di depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah yang menghadap jalan (kiri atas); (bawah) denah rumah.
85
3. Rumah VBI _K_3 Tabel 33. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_K_3 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
45/90
Jotang Mareme Mangga
16,30 6,27 5,64
6 4 3
2 1 1
1 lantai
Arah Hadap Rumah Timur
Penyebab pohon belum mampu memberi nilai penghematan dapat dikarenakan ketiga pohon pada rumah ini berada di luar rumah yang dibatasi oleh jalan umum dengan jarak 3 meter. Posisi pohon yang berada di luar rumah ini membuat pohon hanya mampu memberi bayangan di sekitar jalan umum saja. Melihat karakter pohon pada Tabel 33, pohon Jotang sebenarnya cukup potensial menjadi pohon peneduh. Akan tetapi, kedua pohon lainnya yaitu Mareme dan Mangga memiliki tinggi dan diameter kanopi yang belum maksimal dikarenakan kedua pohon ini tergolong pohon muda. Dari Gambar 39 dapat dilihat juga bahwa sebagian besar distribusi lahan pada rumah terdiri dari perkerasan sama seperti kasus VBI_K_2 sehingga pada siang hari panas matahari tidak dapat diserap ke dalam tanah sehingga meningkatkan suhu di sekitar rumah. Arah hadap rumah yang menghadap timur membuat suhu dan kondisi rumah pada pagi hari hinga menjelang siang terkena sinar matahari langsung. Namun posisi tersebut tidak didukung oleh naungan dari pohon karena jarak yang cukup jauh. Dengan beberapa kondisi diatas, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.
86
Gambar 39. Tampak rumah VBI_K_3. tampak pohon Jotang dan pohon lainnya yang ditanam di depan rumah yang dibatasi oleh jalan(kanan atas); tampak depan rumah VBI_K_3(kiri atas); (bawah) denah rumah.
87
4. Rumah VBI_S_1 Tabel 34. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_1 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
45/120
Matoa Mangga
2,51 5,64
3 5
2 2
2 lantai
Utara
Tabel 34 menunjukkan kondisi kedua pohon memiliki tinggi yang cukup potensial untuk menjadi penaung. Akan tetapi, apabila dilihat dari diameter kanopi pohon , pohon matoa yang berada di halaman rumah memiliki diameter yang kurang yaitu 4 meter sedangkan pohon mangga yang terletak di luar rumah memiliki diameter kanopi sekitar 5 meter. Oleh karena itu, manfaat kanopi pohon mangga sebagian besar hanya dapat dirasakan di sekitar jalan di depan rumah. Kedua pohon memiliki posisi di sebelah utara rumah dan posisi ini membuat pohon kurang memberikan manfaat penaung bagi rumah Berdasarkan Gambar 40 dapat dilihat kondisi sebagian besar rumah terdiri dari perkerasan dengan tinggi bangunan dua lantai. Sebelah barat dan timur rumah diapit oleh rumah lainnya. Kondisi tersebut menyebabkan rumah kekurangan pencahayaan dan terasa panas. Dengan kondisi demikian, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.
88
Gambar 40. Tampak rumah VBI_S_1; tampak pohon mangga yang ditanam di depan rumah (kanan atas); tampak depan rumah VBI_S_1 (kiri atas); (bawah) denah rumah.
89
5. Rumah VBI_S_2 Tabel 35. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_2 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
45/120
Mangga Mangga
6,27 7,52
4 4
1 1
1 lantai
Timur
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 11,- untuk tarif listrik atau setara Rp 110.000,dan sebesar 132,35 KWH untuk daya listrik. Hasil analisis diatas dapat disebabkan oleh posisi kedua pohon dari rumah cukup dekat karena walaupun pohon peneduh terletak di luar halaman rumah namun kanopi pohon mampu meneduhkan rumah dan halaman rumah (Gambar 41). Selain itu, penanaman kedua pohon ini dilakukan bersebelahan dengan jarak yang cukup dekat. Posisi penanaman pohon yang berada di sebelah timur rumah dinilai cukup baik sehingga pohon dapat memberikan manfaat penaung bagi rumah. Karakter fisik pohon mampu memberikan bayangan atau sebagai peneduh karena pohon mangga memiliki kerapatan daun padat. Apabila dilihat berdasarkan kondisi bangunan rumah, tinggi rumah memiliki tinggi yang tidak melampaui tinggi pohon. Selain itu, taman rumah memiliki penutup tanah seperti rumput dan tanaman semak lainnya, sehingga panas matahari mampu diserap oleh vegetasi tersebut. Arah hadap rumah yang menghadap timur berpeluang memberikan silau cahaya matahari namun kondisi ini dapat diminimalisir oleh karakter pohon yang ada.
90
Gambar 41. Tampak rumah VBI_S_2; (kanan atas) tampak dalam taman rumah; (kiri atas) tampak depan rumah VBI_S_2; (bawah) denah rumah
91
6. Rumah VBI_S_3 Tabel 36. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_S_3 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
45/160
Ketapang Mangga Mangga Mangga Mangga Rambutan
7,15 6,31 7,52 7,02 7,02 4,14
8 5 6 5 5 4
1 2 1 2 2 1
1 lantai
Barat
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 54,- untuk tarif listrik atau setara dengan Rp 540.000,- dan sebesar 662,56 KWH untuk daya listrik. Nilai penghematan ini tergolong baik dan merupakan nilai penghematan tertinggi dibanding seluruh rumah sampel dari kedua perumahan. Keenam pohon ditanam menyebar di sekitar rumah baik di halaman rumah, di depan rumah maupun di samping rumah dengan jarak yang dekat. Karakter fisik pohon mampu memberikan bayangan atau sebagai peneduh. Hal ini dapat dilihat dari hasil cek lapang menunjukkan bahwa keenam pohon tersebut memiliki diameter kanopi sebesar 4 meter hingga 8 meter dengan kerapatan daun padat. Posisi rumah yang menghadap barat membuat rumah pada sore hari terasa lebih panas dan silau namun karena di depan rumah ditanam pohon ketapang dan mangga dengan diameter yang cukup besar hal ini membuat pohon mampu memberikan manfaat penaung yang maksimal bagi rumah (Gambar 42). Selain itu pada taman rumah terdapat ruang terbuka (open space) yang ditanam dengan tanaman rumput dan semak sehingga panas matahari juga mampu diserap oleh vegetasi tersebut.
92
Gambar 42. Tampak rumah VBI_S_3 ; (kanan atas) tampak depan rumah; (kiri atas) tampak pohon mangga yang terdapat di halaman rumah tampak depan rumah; (bawah) denah rumah
93
7. Rumah VBI _B_1 Tabel 37. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_1 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
60/184
Cemara kipas
4,76
2
1
1lantai
Selatan
Dari Gambar 43 dapat dilihat bahwa jenis pohon yang terdapat di rumah ini hanya cemara kipas yang ditanam di taman rumah . Dilihat berdasarkan kondisi pohon khususnya tinggi dan diameter kanopinya, pohon tersebut belum mampu penjadi peneduh bagi rumah tersebut karena memiliki tinggi yang cukup rendah yaitu dibawah 25 kaki dan diameter kanopi sebesar 2 meter. Posisi pohon yang berada di sebelah selatan rumah membuat pohon kurang bermanfaat dalam menaungi rumah. Arah hadap rumah yang menghadap selatan cukup menguntungkan rumah karena pada pagi dan sore hari rumah tidak mendapat silau atau cahaya matahari langsung yang menghadap rumah. Namun karena kondisi rumah yang minim dengan vegetasi pohon, rumah tersebut terasa cukup panas pada siang hari. Dengan beberapa kondisi diatas, analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa pohon belum mampu memberikan nilai penghematan listrik untuk penggunaan AC.
94
Gambar 43. Tampak rumah VBI_B_1; kondisi pada taman rumah (kanan atas); tampak depan rumah VBI_B_1 (kiri atas); (bawah) denah rumah.
95
8. Rumah VBI_B_2 Tabel 38. Karakter Rumah dan Pohon pada Rumah VBI_B_2 Tipe Rumah
Spesies
Diameter Batang (inchi)
Diameter Kanopi (m)
Tinggi Pohon
Tinggi Bangunan
Arah Hadap Rumah
65/120
Mangga Mangga Petai Cina
2,51 3,76 3,13
2 3 3
1 1 1
1 lantai
Selatan
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa nilai penghematan tarif listrik untuk pemakaian AC per tahun sebesar $ 5,- untuk tarif listrik atau setara Rp 50.000,dan sebesar 66,17 KWH untuk daya listrik. Berdasarkan Gambar 57 dapat dilihat bahwa ketiga pohon ditanam saling bersebelahan dan tepat di depan rumah sehingga dapat menjadi penyaring cahaya serta panas matahari yang masuk ke rumah. Hal ini dapat dilihat dari hasil cek lapang menunjukkan bahwa walaupun ketiga pohon tersebut memiliki diameter hanya sekitar 3 meter namun dengan kerapatan daun yang padat dan jarak tanam yang cukup dekat menjadikan ketiga pohon tersebut mampu sebagai peneduh. Posisi rumah yang menghadap selatan sama seperti rumah VBI_B_1 cukup menguntungkan rumah karena pada pagi dan sore hari rumah tidak mendapat silau atau cahaya matahari langsung yang menghadap rumah. Selain itu, pada taman rumah terdapat ruang terbuka (open space) yang ditanam dengan tanaman rumput dan semak sehingga panas matahari juga mampu diserap oleh vegetasi tersebut dan menghasilkan oksigen bagi kesejukan di sekitar rumah.
96
Gambar 44. Tampak rumah VBI_B_2; (kanan atas) tampak isi dalam taman rumah; (kiri atas) tampak depan rumah VBI_B_2; (bawah) denah rumah
97
Dari seluruh penjelasan di atas ternyata jumlah pohon pada penelitian ini tidak mempengaruhi besar-kecilnya nilai penghematan kanopi pohon yang diterima oleh rumah sampel. Hal ini dapat dilihat dari beberapa rumah di kedua perumahan yang hasil analisisnya tidak sejalan dengan jumlah pohon. Untuk dapat mengetahui faktor lain yang cukup berpengaruh dalam penelitian ini selain ketiga kriteria dari American Forests (2002) diperlukan perbandingan karakter dari masing-masing rumah sampel yang hasilnya tidak sejalan dengan jumlah pohon.
a. BCC_B_2 dan VBI_K_3 Kedua perumahan ini merupakan rumah sampel yang sama-sama memiliki jumlah pohon tiga buah namun tidak mendapat nilai manfaat dari keberadaan pohon . Berbeda dengan rumah BCC_K_2 dan VBI_S_2, kedua rumah ini samasama memiliki jumlah pohon yang lebih sedikit yaitu dua pohon namun mendapat nilai manfaat dari keberadaan pohon. Rumah BCC_K_2 dan VBI_S_2 sama-sama mendapat nilai manfaat sebesar $11,- dan 132,35 KWH. Faktor yang dapat mempengaruhi yaitu : a. persentase luasan lahan non terbangun. Rumah BCC_B_2 dan VBI_K_3 memiliki persentase lahan non-terbangun lebih kecil daripada luasan lahan non terbangun yang dimiliki oleh rumah BCC_S_2 dan VBI_S_2 (Tabel 39). Lahan non-terbangun yang ditanami oleh vegetasi rumput akan menyerap cahaya matahari yang datang dan menghasilkan oksigen sehingga semakin luas lahan non-terbangun yang dimiliki akan semakin memberi udara yang sejuk selain dari keberadaan pohon di sekitar rumah. Tabel 39. Persentase Penggunaan Lahan di Empat Contoh Rumah Sampel. Luasan Terbangun Non-Terbangun Luas Lahan % Non Terbangun per Luas Lahan
BCC_B_2 230 70 300
VBI_K_3 45 45 90
BCC_K_2 45 75 120
VBI_S_2 45 75 120
23,33%
50%
62,50%
62,50%
98
Pendugaan ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan olehWenda (1991) dalam Budiman (2010). Wenda telah melakukan pengukuran suhu dan kelembaban udara pada lahan bervegetasi dengan berbagai kerapatan, tinggi dan luasan dari RTH di kota Bogor yang dibandingkan dengan lahan pemukiman yang didominasi oleh tembok dan jalan aspal, diperoleh hasil bahwa : •
Pada areal yang didominasi vegetasi, suhu hanya berkisar 25,5 – 31oC dengan kelembaban 66 – 92 %.
•
Pada areal yang kurang vegetasi dan didominasi oleh tembok dan jalan aspal, suhu yang terjadi sebesar 27,7 oC – 33,1oC dengan kelembaban 62 – 78 %.
•
Areal padang rumput mempunyai suhu 27,3 oC – 32,1oC dengan kelembaban 62 – 78 %.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa persentase tutupan lahan non-terbangun dapat mempengaruhi penurunan suhu mikro sekitarnya.
b. Jarak penanaman pohon dengan bangunan rumah. Dengan melihat penjelasan sebelumnya tentang karakter masing-masing rumah sampel dapat dilihat bahwa jarak pohon cukup mempengaruhi kemampuan pohon sebagai penaung.
b. VBI_S_3, BCC_S_3 dan BCC_B_3 Pada ketiga rumah ini pepohonan yang ada memberikan nilai manfaat yang cukup tinggi namun apabila dilihat berdasarkan jumlah pohon terdapat ketidakselarasan antara jumlah pohon dengan hasil analisis di antara ketiga rumah ini. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pohon pada rumah VBI_S_3 merupakan jumlah yang paling sedikit yaitu enam pohon dibanding pohon pada rumah BCC_S_3 yang berjumlah sembilan dan BCC_B_3 yang berjumlah sebelas pohon. Sementara itu, hasil analisis menunjukkan nilai manfaat penghematan yang dhasilkan oleh kanopi pohon pada VBI_S_3 lebih tinggi daripada kanopi pohon pada BCC_S_3 dan BCC_B_3. Penyebab yang dapat mempengaruhi hasil analisis ini berdasarkan penjelasan sebelumnya dari tiap karakter rumah dan pohon, yaitu
99
a.
Jenis pohon yang dimiliki oleh masing-masing rumah sampel. Pada Lampiran 2 dapat dilihat perbedaan tiap jenis pohon yang dimiliki oleh ketiga rumah. Rumah VBI_S_3 memiliki jenis pohon Ketapang, Rambutan dan Mangga yang ditanam mengelilingi rumah. Ketiga jenis pohon ini merupakan jenis pohon peneduh karena memiliki kerapatan daun padat/rimbun, ketinggian yang tergolong tinggi dan bentuk kanopi yang bulat dan kubah. Rumah BCC_S_3 dan BCC_B_3 juga memiliki berbagai jenis pohon namun beberapa jenis pohon yang ditanam bukan peneduh. Pada rumah BCC_B_3 terdapat pohon pinus yang tidak dapat dijadikan peneduh, sedangkan pada rumah BCC_S_3 terdapat pohon cengkeh dan pala yang bukan jenis pohon peneduh.
b.
Persentase luasan lahan non-terbangun yang dimiliki oleh ketiga rumah sampel ini. Pada Tabel 40 dapat dilihat bahwa persentase luas lahan non-terbangun pada rumah VBI_S_3 menduduki posisi tertinggi dibanding dua rumah lainnya. Sama seperti kasus sebelumnya pada bagian a, dengan adanya persentase bangunan rumah yang lebih besar dibanding lahan non terbangun seperti taman atau pekarangan rumah membuat daya serap air oleh tanah di sekitar rumah semakin berkurang sehingga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan dan pertumbuhan pohon tersebut. Selain itu lahan non-terbangun yang ditanami oleh vegetasi rumput akan menyerap cahaya matahari yang datang dan menghasilkan oksigen sehingga semakin luas lahan non-terbangun yang dimiliki akan semakin memberi udara yang sejuk selain dari keberadaan pohon di sekitar rumah.
Tabel 40. Persentase Penggunaan Lahan di Tiga Contoh Rumah Sampel. Luasan Terbangun Non-Terbangun Luas Lahan % Non Terbangun per Luas Lahan
VBI_S_3 45 115 160 71,88%
BCC_S_3 58 118 176 67,05%
BCC_B_3 82 83 165 50,30%
100
Berdasarkan penjelasan di atas selain 3 kriteria dari American Forest (2002), dalam penelitian ini terdapat 2 faktor pendukung yang juga ikut mempengaruhi nilai penghematan dari pohon, yaitu a. Jenis pohon ; jenis pohon peneduh merupakan jenis yang paling berpotensi meningkatkan nilai penghematan; b. Persentase lahan non-terbangun; lahan non-terbangun dapat menurunkan suhu mikro rumah. Dengan melihat kondisi sebagian rumah sampel yang masih memiliki nilai manfaat pohon yang minim diperlukan suatu usulan penataan dan pemilihan jenis pohon yang tepat untuk menambah nilai manfaat penghematan di beberapa rumah sampel tersebut.
5.3 Usulan Penataan Pohon pada Taman Rumah Sampel Usulan penataan pohon merupakan usulan tentang bagaimana penataan dan pemilihan pohon yang tepat untuk setiap rumah sampel sehingga pohon tersebut dapat memberikan nilai manfaat yang optimal bagi rumah. Prinsip penyusunan usulan penataan yaitu
berdasarkan ketiga kriteria dari karakter
bangunan dan pohon menurut American Forest (2002) dan dua faktor pendukung yang telah disebutkan pada bahasan sebelumnya. Faktor lain yang turut dipertimbangkan dalam pemilihan tanaman yaitu hasil kuesioner mengenai aktifitas yang sering dilakukan oleh tiap pemilik rumah. Usulan penataan pohon ditujukan pada rumah sampel dengan kriteria yaitu rumah yang tidak mendapatkan nilai manfaat penghematan berdasarkan analisis CITYgreen 5.4 dan rumah yang mendapatkan nilai manfaat penghematan namun belum optimal sesuai dengan jumlah pohon yang ada. Berdasarkan hal itu, beberapa rumah sampel yang akan diusulkan serta aktivitas pemilik rumah antara lain :
101
Tabel 41. Aktifitas Pemilik Rumah di Sebelas Contoh Taman Rumah Sampel. Kode Rumah
Aktivitas Duduk
BCC_K_1 BCC_S_1 BCC_S_3 BCC_B_1 BCC_B_2 BCC_B_3 VBI_K_1 VBI_K_2 VBI_K_3 VBI_S_1 VBI_B_1
Menjemur pakaian
Berkebun/ Merawat
Bermain
Makan
Tidak Ada
√ √ √
√ √
√
√
√
√ √
√ √
√ √
√
√
√
√
Penjelasan masing-masing usulan penataan dari sebelas rumah sampel antara lain sebagai berikut :
a.
BCC_K_1 Kekurangan pertama yang dimiliki oleh rumah BCC_K_1 yaitu jumlah pohon
yang sedikit yaitu hanya satu pohon. Selain itu penanaman pohon cukup jauh dari rumah karena dibatasi oleh jalan umum sehingga pada usulan desain penambahan vegetasi pohon merupakan solusi awal. Pada usulan desain, taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh, estetik dan produksi. Hal ini dikarenakan luas taman sebesar 20 m2 cukup untuk menanam pohon dengan kanopi yang lebar. Pohon yang ditambah yaitu di dalam taman berupa pohon Rambutan (Nephelium lappaceum) dan di luar taman berupa pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia) sebanyak dua pohon. Pohon rambutan selain sebagai peneduh, ketika musim berbuah dapat menghasilkan buah rambutan untuk dinikmati pemilik rumah sedangkan pohon Jakaranda selain menjadi peneduh dapat menjadi pohon estetik karena warna bunga yang menarik. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone dan lampu taman
102
sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu iris kuning (Neomarica longifolia) dan Soka (Ixora sp). Kedua semak ini juga menjadi pembatas taman (Gambar 45).
Gambar 45. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_K_1 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 32,23,- atau setara dengan Rp 322.300,- untuk tarif listrik dan 397,9 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
103
b. BCC_S_1 Rumah BCC_S_1 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas yaitu sekitar 55 m2. Pada kondisi eksisting taman ini sebagian besar ditanami oleh tanaman estetik seperti kamboja, suplir dan tanaman semak lainnya. Kondisi ini menyebabkan suhu panas ketika siang hari sulit diminimalisir oleh taman rumah. Kekurangan kedua yaitu di depan rumah terdapat cukup banyak vegetasi pohon pembatas yaitu jejeran pinus. Jejeran pinus ini memiliki kanopi yang sangat kecil yaitu di bawah 1 meter dengan kerapatan daun jarang sehingga pohon tidak dapat dimanfaatkan sebagai penyejuk rumah. Pada usulan desain, taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh, produksi dan estetik. Tanaman peneduh yang dipilih di dalam taman rumah juga memiliki fungsi produksi karena dapat menghasilkan buah yaitu pohon mangga (Mangivera indica) dan rambutan (Nephelium lappaceum). Selain pohon peneduh, terdapat pohon dengan fungsi estetis yang diusulkan di dalam taman rumah yaitu Palem merah (Cyrtostachys renda) dan tanaman eksisting berupa Kamboja (Plumeria sp). Usulan lainnya yaitu perubahan jenis pohon pembatas di depan rumah dengan pohon yang memiliki kanopi lebih lebar dan kerapatan daun yang lebih padat. Karakter tersebut dimiliki oleh pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon tersebut juga dapat menjadi pohon estetis sehingga cukup mampu menggantikan keberadaan pohon pinus untuk fungsi estetis. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone, bangku taman, kolam ikan dan lampu taman, sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu krosandra (Crossandra infundibuliformis) dan tanaman eksisting berupa suplir (Adiantum sp). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 42,95,- atau setara dengan Rp 429.500,- untuk tarif listrik dan 530,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
104
Gambar 46. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_1
c.
BCC_S_3 Rumah BCC_S_3 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas. Pada
kondisi eksisting taman ini sebenarnya terdapat sembilan pohon. Hasil analisis kondisi eksisting pada rumah sampel ini sudah menunjukkan nilai manfaat pohon yang cukup yaitu $ 25,- untuk penghematan tarif listrik dan 307,12 KWH untuk penghematan daya listrik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan rumah VBI_S_3 yang memiliki 6 pohon, nilai manfaat pohon rumah BCC_S_3 lebih rendah. Oleh karena itu usulan desain untuk rumah BCC_S_3 bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari kanopi pohon.
105
Pada usulan penataan, tidak terdapat perubahan luas taman. Hal ini disebabkan lahan terbangun pada taman tidak ada yang dapat dirubah untuk menjadi taman rumah. Oleh karena itu perubahan hanya dilakukan pada jenis pohon. Pada Gambar 47 dapat dilihat jenis pohon baru yang direkomendasikan untuk taman ini adalah pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon ini menggantikan pohon pembatas yang terdapat di luar pagar rumah yaitu pohon Pala, Cengkeh dan Jambu air. Hal ini disebabkan ketika dianalisis dengan CITYgreen 5.4, manfaat penghematan pohon ini lebih tinggi dibanding kondisi eksisting dengan asumsi kondisi kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus).
Gambar 47. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_S_3
106
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 75,07,- atau setara dengan Rp 750.700,- untuk tarif listrik dan 926,8 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat meningkatkan nilai manfaat penghematan listrik rumah tangga tersebut.
d. BCC_B_1 Rumah BCC_B_1 memiliki kekurangan yaitu jumlah pohon yang sedikit yaitu hanya 1 pohon yang ditanam di luar rumah.dan luas taman yang sempit dibandingkan luas bangunan rumah. Pada usulan desain (Gambar 48) taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh, estetik, dan produksi. Di dalam taman rumah diusulkan untuk ditanam pohon Mangga (Mangivera indica). Pohon Cerry yang berada di luar rumah diganti dengan dua pohon peneduh yaitu Sawo kecik (Manilkara kauki) dan Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Ketiga pohon ini memiliki karakter yang kuat sebagai pohon peneduh seperti hasil analisis CITYgreen 5.4 untuk usulan rumah sebelumnya. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap keindahan taman untuk hardscape terdapat penambahan berupa stepping stone, bangku taman dan lampu taman sedangkan untuk softscape ditanam semak rendah yaitu iris kuning (Neomarica longifolia). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 21,47,- atau setara dengan Rp 214.700,- untuk tarif listrik dan 398 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
107
Gambar 48. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_1
e.
BCC_B_2 Kekurangan pertama pada taman rumah BCC_B_2 yaitu jumlah pohon yang
sedikit dibanding luas lahan bangunan rumah yaitu hanya 3 pohon untuk luas lahan sebesar 300 m2. Selain itu penanaman pohon cukup jauh dari rumah karena ketiga pohon tersebut berada di luar rumah sedangkan pohon di dalam taman rumah hanya pohon estetik yang tidak dapat menjadi peneduh seperti palem merah. Oleh karena itu pada usulan desain penambahan vegetasi pohon merupakan solusi awal.
108
Pada usulan penataan (Gambar 49) taman rumah diusulkan sebagai fungsi peneduh, estetik dan produksi. Hal ini dikarenakan luas taman cukup untuk menanam pohon dengan kanopi yang lebar. Pohon yang ditambah yaitu di dalam taman berupa pohon Durian (Durio ziberthinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Mangga (Mangivera indica), Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Saraka (Saraca indica). Usulan pohon di luar taman berupa pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia) dan Belimbing Wuluh (Averhhoa blimbi). Pohon eksisting yaitu Tanjung (Mimusoph elengi) pohon rambutan tetap dibiarkan tumbuh karena cukup jauh dari pohon dalam taman rumah. Kelima usulan pohon ini dipilih karena memiliki karakter pohon peneduh yang cukup kuat. Selain itu terdapat fungsi lain dari kelima pohon ini yaitu sebagai peneduh dan estetis. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 21,47,- atau setara dengan Rp 214.700,- untuk tarif listrik dan 265,1 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
109
Gambar 49. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_2
f.
BCC_B_3 Rumah BCC_B_3 memiliki lahan taman rumah yang cukup luas. Pada
kondisi eksisting taman ini sebenarnya terdapat sebelas pohon. Hasil analisis kondisi eksisting pada rumah sampel ini sudah menunjukkan nilai manfaat pohon yang cukup yaitu $ 52,- untuk penghematan tarif listrik dan 637,57 KWH untuk penghematan daya listrik. Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan rumah VBI_S_3 yang memiliki enam pohon, nilai manfaat pohon rumah BCC_S_3 jauh
110
lebih rendah. Oleh karena itu usulan desain untuk rumah BCC_S_3 bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari kanopi pohon. Pada usulan desain, tidak terdapat perubahan luas taman. Hal ini disebabkan lahan terbangun pada taman tidak ada yang dapat dirubah untuk menjadi taman rumah. Oleh karena itu perubahan hanya dilakukan pada jenis pohon dan jumlah pohon. Pada Gambar 50dapat dilihat jenis pohon baru yang direkomendasikan untuk taman ini adalah pohon Jakaranda (Jacaranda acutifolia). Pohon ini menggantikan pohon pembatas yang terdapat di luar pagar rumah yaitu pohon Pinus. Hal ini disebabkan pohon pinus kurang memberi fungsi sebgai peneduh dan penyejuk karena luas kanopi yang kecil dan kerapatan daun yang jarang. Pada taman ini terdapat penambahan jenis pohon mangga sebanyak dua pohon untuk mengisi lahan terbuka yang kosong. Ketika dianalisis dengan CITYgreen 5.4, manfaat penghematan pohon ini lebih tinggi dibanding kondisi eksisting dengan asumsi kondisi kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus).
Gambar 50. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah BCC_B_3
111
g.
VBI_K_1 Kekurangan pertama yang terdapat di rumah VBI_K_1 yaitu luas ruang
terbuka hijau yang sangat minim. Dari Gambar 51 dapat dilihat bahwa lahan taman pada rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya dan diberi kolam ikan buatan sehingga vegetasi pohon hanya ditanam diluar lahan rumah. Vegetasi yang ditanam di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot. Pada usulan penataan halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman atau ruang terbuka hijau memiliki luas awal yang cukup sempit yaitu sekitar 3 m2 (Gambar 51). Dalam hal ini luas taman akan diperlebar menjadi 6 m2 dengan cara mengurangi perkerasan pada teras. Usulan pohon yang ditanam di dalam taman rumah yaitu Cemara gembel (Casuarina equisetifolia) sebanyak 2 pohon dan pohon Mangga (Mangivera indica) sebanyak satu pohon. Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus).
Gambar 51. Taman rumah eksisting yang dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_1. Kekurangan kedua dari rumah VBI_K_1 yaitu karakter pohon Jambu bol yang ditanam di depan rumah. Pohon Jambu bol di depan rumah belum mampu menjadi penyaring sinar matahari yang masuk ke dalam rumah secara optimal karena ketinggian tajuk pohon tempat tumbuhnya daun melebihi ketinggian atap rumah. Oleh sebab itu, pohon Jambu bol diganti menjadi pohon mangga dan
112
pohon alpukat (Persea americana) karena kedua pohon ini memiliki karakter pohon peneduh (Gambar 52). Sebagai material estetik pelengkap pada usulan taman rumah,terdapat tanaman semak rendah yaitu Taiwan Beauty (Cuphea hyssopifolia) ditata sebagai softscape dan kolam buatan diperkecil ukurannya dan dibentuk dengan bentukan lebih organik sebagai hardscape. Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara Rp 53.600,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
Gambar 52. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_1
113
h. VBI_K_2 Rumah VBI_K_2 memiliki kekurangan yang hampir sama dengan rumah VBI_K_1 yaitu luas ruang terbuka hijau yang sangat minim. Lahan taman pada rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya sehingga vegetasi pohon hanya ditanam diluar lahan rumah. Vegetasi yang ditanam di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot sehingga pada usulan desain, halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman atau ruang terbuka hijau memiliki luas sekitar 15 m2 dengan cara merubah perkerasan di depan pintu masuk rumah menjadi ruang terbuka hijau (Gambar 53).
Gambar 53. Taman rumah eksisting yang seluruhnya dijadikan perkerasan oleh pemilik rumah VBI_K_2. Usulan pohon yang ditanam di dalam taman rumah yaitu pohon yang hanya memiliki diameter maksimal 3 meter namun kerapatan daun padat. Vegetasi pohon yang memenuhi kriteria tersebut yaitu pohon Saraka (Saraca indica) sebanyak satu pohon sedangkan vegetasi yang ditanami sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Usulan pohon di luar taman selain pohon mangga sebagai pohon eksisting, terdapat pohon alpukat (Persea Americana) yang ditanam disamping pohon mangga. Pohon ini berfungsi menambah kesejukan bagi bangunan rumah sehingga daya listrik untuk pemakaian AC dapat berkurang. Sebagai material pelengkap untuk softscape pada
114
usulan taman ditanam tanaman semak yaitu iris kuning (Neomarica longifolia), dan opipogon putih (Ophiopogon sp). Sebagai material pelengkap untuk hardscape ditambah stepping stone, bangku taman dan lampu taman yang memberi kesan seimbang pada taman. Pada usulan desain, atap kanopi di taman rumah ditiadakan sehingga atap kanopi yang ada hanya pada bagian garasi saja. Hal ini bertujuan agar vegetasi yang nantinya akan ditanam di taman rumah memperoleh sinar matahari yang cukup. Pohon mangga yang berada di depan lahan rumah tidak diubah namun ditambah di sebelah timur sebanyak satu pohon dengan jenis yang sama. Kedua pohon ini dapat memberikan keteduhan pada siang hari (Gambar 54).
Gambar 54. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_2
115
Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 16,08,- atau setara dengan Rp 160.800,- untuk tarif listrik dan 198,5KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
i.
VBI_K_3 Rumah VBI_K_3 memiliki kekurangan yang hampir sama dengan kedua
rumah sebelumnya yaitu ruang terbuka hijau di lahan rumah yang sangat minim. Dari Gambar 54 dapat dilihat bahwa lahan taman rumah dibuat menjadi perkerasan seluruhnya sehingga vegetasi yang terdapat di dalam lingkup halaman rumah hanya berupa tanaman pot. Sementara itu, vegetasi pohon ditanam dengan jarak sekitar 3 meter dari lahan rumah. Pada usulan desain, halaman rumah dikembalikan menjadi ruang terbuka hijau. Luas halaman yang akan dijadikan sebagai taman memiliki luas sekitar 6 m2 dengan cara merubah perkerasan di depan pintu masuk rumah menjadi ruang terbuka hijau. Pada usulan desain taman rumah direkomendasikan dengan fungsi estetik. Melihat luas lahan taman yang terbatas maka usulan vegetasi yang ditanam di dalam taman rumah berupa semak tinggi yaitu Melati (Jasminum sambac), vegetasi yang ditanami sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus) sedangkan vegetasi pohon peneduh ditanam di depan rumah. Pada usulan desain terdapat penambahan pohon yaitu pohon Sawo Kecik (Manilkara kauki) yang ditanam di depan pagar rumah. Pohon ini dipilih karena memiliki kanopi lebar, kerapatan dau padat dan ketinggian yang cukup. Sebagai material pelengkap untuk hardscape ditambah stepping stone, bangku taman dan lampu taman yang memberi kesan seimbang pada taman (Gambar 55).
116
Gambar 55. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_K_3 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp 53.600,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
j.
VBI_S_1 Rumah VBI_S_1 memiliki lahan terbuka hijau yang minim di depan rumah
sedangkan bangunan rumah memiliki ketinggian dua lantai sehingga luas taman yang minim menjadi hambatan dalam menanam pohon dengan jumlah yang banyak. Melihat luas lahan taman yang terbatas maka pada usulan desain taman rumah direkomendasikan dengan fungsi peneduh dan estetik. Pada usulan desain, perubahan desain hanya terletak pada penambahan pohon di depan rumah yaitu pohon Mangga sebanyak 1 pohon (Gambar 56). Usulan pohon tersebut ditanam di samping pohon mangga yang sebelumnya telah ada. Dengan adanya penambahan pohon dengan karakter peneduh di depan rumah, pemakaian AC dapat lebih diminimalisir dan daya listrik dalam penggunaan AC lebih rendah.
117
Vegetasi yang ditanam sebagai penutup tanah berupa rumput gajah (Axonopus compressus). Sebagai material pelengkap untuk softscape pada usulan taman ditanam tanaman penutup tanah yang memiliki bunga menarik yaitu Begonia (Begonia sp) dan tanaman focal point yaitu Siklok (Agave attenuata). Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp 53.600,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
Gambar 56. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_S_1
118
k. VBI_B_1 Taman rumah VBI_B_1 memiliki kekurangan pertama yaitu hanya memiliki satu batang pohon di sebelah barat. Jumlah pohon yang minim menyebabkan pada kondisi angin yang cukup kencang pohon tidak dapat menjadi wind-break (pemecah angin) dan pada posisi matahari tepat di atas, pohon tidak dapat menurunkan iklim mikro rumah. Pada usulan desain, taman direkomendasikan dengan fungsi peneduh dan estetik. Hal ini disebabkan karena luas taman tergolong kecil dan pada siang hari sinar matahari langsung mengenai taman. Adapun rencana perubahan yang dilakukan pada taman yaitu yang pertama pohon cemara kipas yang berada di sebelah barat diganti dengan pembuatan gundukan menyerupai “pulau” yaitu tanah yang ditinggikan serta ditanam dengan penutup tanah dari kacang-kacangan (Arachis pintoi) dan tanaman cemara udang (Casuarina equisetifolia). Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesan sempit karena rumah diapit kiri-kanan dan member kesan estetik. Vegetasi pohon diganti menjadi cemara udang dengan karakter pohon sedang agar pohon tersebut tidak membawa uap air ke dalam ruangan namun masih dapat menghalangi silau pada sore hari. Usulan vegetasi pohon yang menjadi focal point pada taman yaitu pohon Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) yang ditanam di tengah taman. Selain itu pohon ini berfungsi sebagai tanaman peneduh karena memiliki tajuk lebar (Lestari, 2008). Kerapatan daun yang tergolong sedang tidak akan menimbulkan kesan “taman gelap” namun dapat menjadi penyaring angin atau “windbreak”. Pada usulan juga terdapat penambahan pohon peneduh yaitu pohon Mangga yang ditanam di depan rumah.. Tambahan hardscape material berupa stepping stone yang diletakkan sesuai sirkulasi taman, lampu taman sesuai dengan kondisi eksisting, dan batu alam pada bagian “pulau” untuk menyeimbangkan dan mengurangi kesan monoton softscape di “pulau”. Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga sebesar $ 5,36,- atau setara dengan Rp 53.600,- untuk tarif listrik dan 66,2 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan
119
pohon yang diusulkan dapat memberikan pengaruh bagi penghematan listrik rumah tangga tersebut.
Gambar 57. Usulan jenis pohon dan penataannya pada rumah VBI_B_1 Apabila usulan jenis pohon dan desain taman ini dianalisis dengan memakai CITYgreen 5.4 maka akan dihasilkan nilai penghematan untuk pemakaian AC rumah tangga yang lebih besar yaitu $ 85,89,- atau setara dengan Rp 858.900,untuk tarif listrik dan 1060,4 KWH untuk daya listrik. Hal ini menyatakan bahwa jenis dan penataan pohon yang diusulkan dapat meningkatkan nilai manfaat penghematan listrik rumah tangga tersebut. Dari seluruh hasil analisis usulan dapat dilihat perubahan nilai manfaat pohon terhadap rumah sampel. Usulan ini memberikan peningkatan nilai manfaat
120
pohon. Perbedaan hasil analisis kondisi eksisting dan kondisi simulasi usulan dapat dilihat pada Tabel 42. Tabel 42. Perbedaan Hasil Analisis Kondisi Eksisting dan Kondisi Simulasi Usulan Penataan Kode Rumah
Kondisi Eksisting Nilai Penghematan TDL (Rp)
Kondisi Simulasi
VBI_K_1*
0
Nilai Penghematan Daya Listrik (KWh) 0
Nilai Nilai Penghematan Penghematan TDL (Rp) Daya Listrik (KWh) 53.600,66,2
VBI_K_2*
0
0
160.800,-
198,5
VBI_K_3*
0
0
53.600,-
66,2
VBI_S_1*
0
0
53.600,-
66,2
VBI_B_1***
0
0
53.600,-
66,2
BCC_K_1*
0
0
322.300,-
397,9
BCC_S_1***
0
0
429.500,-
530,2
BCC_S_3**
210.000,-
265,1
750.700,-
926,8
BCC_B_1***
0
0
161.100,-
198,9
BCC_B_2*
0
0
214.700,-
265,1
BCC_B_3*
480.000,-
595,56
858.900,-
1060,4
Keterangan : *
Penambahan jumlah pohon
** Perubahan jenis pohon *** Penambahan jumlah dan perubahan jenis pohon Dari seluruh pembahasan di atas pada penelitian ini terdapat satu rumah sampel yang memiliki karakter ideal dalam penghematan energi yaitu rumah sampel VBI_S_3. Rumah ini memperoleh nilai manfaat pohon tertinggi dibanding
121
kelima belas rumah sampel lainnya yaitu sebesar Rp 540.000,- dan 662,56 KWH per tahun. Karakter bangunan dan pohon dari rumah ini yang dapat menjadi model atau contoh penataan yang baik antara lain : a. Jarak penanaman pohon terhadap bangunan ; seluruh pohon di sekitar rumah ditanam dengan jarak kurang dari 10 meter. b. Posisi penanaman pohon; sebagian pohon ditanam di sebelah barat rumah. c. Karakter pohon; seluruh kondisi pohon di rumah ini dalam kondisi pertumbuhan dan kesehatan yang baik. Kondisi fisik pohon juga cukup baik dengan diameter kanopi di atas 4 meter dan tinggi pohon yang sama dengan tinggi bangunan. d. Persentase lahan non-terbangun; rumah memiliki persentase lahan nonterbangun yang cukup tinggi yaitu 71,88%. Lahan non-terbangun ini sebagian besar ditanam rumput. e. Jenis pohon; ketiga jenis pohon pada rumah ini yaitu mangga, rambutan dan ketapang merupakan jenis pohon peneduh yang memiliki tajuk bulat/kubah dan kerapatan daun yang tinggi. Apabila dilakukan penggolongan rumah sampel berdasarkan arah hadap rumah , maka dari penelitian ini diperoleh empat contoh rumah sampel yang dapat menjadi contoh penataan yang baik. Tabel 43 menunjukkan identitas rumah beserta jenis pohon yang dimiliki di keempat rumah tersebut.
Tabel 43. Rumah Sampel yang Memperoleh Nilai Manfaat Kanopi Berdasarkan Arah Hadap Rumah Arah
Kode
Tipe
Hadap
Rumah
Rumah
Orientasi Pohon
Kondisi
Kondisi
Tinggi
Penghematan
Penghematan
Terhadap
Kesehatan
Pertumbuhan
Bangunan
Tarif Listrik
Rumah
Pohon
Pohon
per Tahun (Rp)
Daya Listrik per Tahun (KWH)
Alpukat
Barat
3
3
1 lantai
270000
331,28
Alpukat
Utara
4
3
Pinus
Utara
3
3
2 lantai
480000
595,56
Pinus
Utara
3
3
Pinus
Utara
3
3
Pinus
Utara
3
3
Jambu Air
Utara
4
3
1 lantai
110000
132,35
1 lantai
540000
662,56
Spesies
Rumah Selatan Utara
Timur Barat
BCC_S_2 BCC_B_3
VBI_S_2 VBI_S_3
65/120 82/165
45/120 45/160
Jambu Air
Barat
4
3
Mangga
Utara
4
3
Mangga
Barat
4
3
Jambu air
Barat
4
3
Rambutan
Barat
3
3
Nangka
Barat
4
3
Mangga
Timur
3
3
Mangga
Timur
4
3
Ketapang
Barat
4
3
Mangga
Barat
4
3
Mangga
Utara
3
3
Mangga
Utara
4
3
Mangga
Utara
3
3
Rambutan
Utara
3
3
122
123
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan Pohon di suatu rumah dapat memberikan manfaat dalam penghematan pemakaian listrik untuk AC rumah tangga. Penghematan ini dapat dilakukan oleh pohon dengan menjadi peneduh bagi sekitar rumah. Faktor penting agar pohon itu dapat memberi nilai penghematan yaitu kondisi bangunan dan kondisi pohon yang mendukung. Faktor yang mempengaruhi berdasarkan kondisi pohon yaitu jarak penanaman pohon terhadap bangunan, jenis pohon dan karakter pohon sebagai peneduh. Faktor yang mempengaruhi berdasarkan bangunan yaitu perbandingan luasan lahan terbangun dan non terbangun, dan arah hadap rumah dan orientasi pohon terhadap rumah. Kondisi pohon yang paling baik pada penelitian ini dalam hal memberikan nilai manfaat penghematan di kedua perumahan yaitu pada rumah VBI_S_3 dengan nilai penghematan tahunan sebesar $ 54 untuk tarif listrik dan 662,56 KWH untuk daya listrik. Nilai ini diperoleh karena faktor bangunan dan faktor pohon yang mendukung. Terdapat sembilan rumah sampel dari kedua perumahan ini yang belum memperoleh nilai manfaat penghematan dari kanopi pohon. Usulan penataan pohon dilakukan terhadap sebelas rumah sampel berdasarkan tiga kriteria menurut American Forest, faktor jenis pohon, dan kegunaan taman rumah bagi pemilik rumah. Hasil simulasi usulan penataan pohon menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai penghematan kanopi pohon bagi kesebelas rumah sampel yang diusulkan untuk ditata.
6.2 Saran 1.
Potensi penghematan listrik dari kanopi pohon ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat, dengan harapan nilai penghematan listrik akan semakin tinggi apabila pemahaman masyarakat tentang manfaat pohon juga semakin meningkat.
2.
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang manfaat kanopi pohon di taman lingkungan pada beberapa rumah berderet / couple untuk perbandingan hasil.
124
3.
Di dalam fungsi penghematan tarif listrik untuk AC, setiap pemilik rumah sebaiknya mempertimbangkan penataan pohon yang disesuaikan dengan kondisi bangunan dimana orientasi pohon yang paling baik yaitu di sebelah barat rumah.
125
DAFTAR PUSTAKA
American Forest. 2002. CITYgreen 5.0 : User Manual. Washington DC : American Forest. Arifin, H.S. 2006. Taman Instan. Penebar Swadaya. Jakarta. Barus, B. dan U.S Wiradisastra, Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Booth, K.N. 1979. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illnois : Waveland Press Inc. Budianto, Herdamon. 2008. Serial Rumah. Rumah Hemat Energi : 53. Gramedia. Jakarta. Budiman, Ariev. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka Hijau Untuk Meningkatkan Kualitas Ekosistem Kota Bogor Dengan Menggunakan Metode GIS [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Carpenter, Philips L., dkk. 1975. Plant in The Landscape. San Fransisco : W.H. Freeman and Company. Catanese J.A and Snyder J.C. 1988. Perencanaan Kota (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Chiara J.D and L.E Koppelman. 1989. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Erlangga. Jakarta. Dewi, Ani Kartika. 2007. Studi Eksplorasi Penerapan Pemasangan Air Conditioner (AC) di Gedung Jurusan Teknik Elektro Unnes. [Tugas Akhir]. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang. Dharma, Agus. 2005.“Sustainable Compact City” Sebagai Alternatif Kota Hemat Energi. http://staffsite.gunadarma.ac.id/agus.dh/. [01 Februari 2010] Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. New York : McGraw-Hill Book Co. Feriadi H, Heinz Frick. 2008. Atap Bertanaman Ekologis dan Fungsional. 2008. Kanisius. Yogyakarta. Grey, G.W. and F.J Deneke. 1978. Urban Forestry. New York : John Willey and Sons. Hackett, B. 1982. Planting Design. London : E & FN Spon Ltd. Hakim R. dan H. Utomo. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap Prinsip – Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta : Bumi Aksara.
126
Herdiani, Gita. 2009. Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Perbaikan Lingkungan Perumahan Kasus Perumahan Bukit Cimanggu City RW 10 [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Imroee, 2010. Prinsip Kerja Conditioning (AC). http://imroee.blogspot.com/2010/12/prinsip-kerja-air-conditioning-ac.html. [18 Januari 2011] Irwan Z.D. 2005. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. Jenks, M., Burton E., and Williams K. 1996. The Compact City ; A Suistanable Form? London : Spon Press. Kartasapoetra, A.G. 2004. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta. Kramer J.P, and T.T Kozlowski.1960.Physiology of Trees. McGraw Hill Book Company : New York. Laurie, M. 1986. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan. Terbitan Kedua (Terjemahan). Intermatra . Bandung Lestari G. dan Ira P.K. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Penebar Swadaya : Jakarta. McPherson EG, Simpson JR. 1999. Carbon Dioxide Reduction Through Urban Forestry: Guidelines for Professional and Volunteer Tree Planters. California: U.S. Department of Agriculture, Forest Service. Mira. 2008. http://cafedemira.multiply.com/journal/item/375/perkiraan_biaya_konsumsi_ peralatan_listrik_rumah_tangga. [28 agustus 2010] Nurisjah, S. dan Q. Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan. Prahasta, E. 2002. Konsep – Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung : Informatika. Rahadini, Ari. 2010. Membangun Rumah Sehat Hemat Energi. Kawan Pustaka. Jakarta. Robinette, G.O. 1983. Landscape Planning for Energy Conservation. New York, Torondo, London, Melbourne : Van Nostrand Reinhold Cy. Saputra, K.L. 2009. Pelaksanaan Proyek Taman Ketetanggaan “Casa Grande” di Bukit Cimanggu City [Skripsi]. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
127
Simonds, J. O. 1983. Landscape Architechture A Manual of Site Planning and Design. New York : McGraw-Hill Book Co. Soepardi, Goeswono. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sofyan. 2010. Pengertian AC. http://iptech.wordpress.com/2010/05/11/pengertian-ac/. [19 Januari 2011] ______Teknik Pemasangan AC split. http://iptech.wordpress.com/sedikitmengenal-jenis-air-conditioner-ac/page/30/. [ 19 Januari 2011] Steenis, C.G.G.J. van, 1978. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Sulistyantara, Bambang. 1995. Taman Rumah Tinggal. Penebar Swadaya. Jakarta. Surjamanto. 2000. Iklim dan Arsitektur. ITB Press. Bandung. Suryadi Y. 2008. Dinamika Pola Pemanfaatan Lahan dan Pengendalian Menuju Pembangunan Kota Bogor yang Berkelanjutan [Tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Tjasyono B. 2004. Klimatologi Edisi Kedua. ITB Press. Bandung. Wee, Y.C. 2003. Tropical Trees and Shrubs, A Selection for Urban Plantings. Sun Tree Publishing Limited. USA.
LAMPIRAN
Gambar Lampiran 1. Penghasilan per bulan Pemilik Rumah Sampel
31% s/d Rp 5.000.000 > Rp 5.000.000 69%
Gambar Lampiran 2. Jumlah AC di Tiap Rumah Sampel VBI_B_2 VBI_B_1 VBI_S_3 VBI_S_2 VBI_S_1 VBI_K_3 VBI_K_2 VBI_K_1 BCC_B_3 BCC_B_2 BCC_B_1 BCC_S_3 BCC_S_2 BCC_S_1 BCC_K_2 BCC_K_1 0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
Gambar Lampiran 3. Lama Pemakaian AC per hari (Jam) VBI_B_2 VBI_B_1 VBI_S_3 VBI_S_2 VBI_S_1 VBI_K_3 VBI_K_2 VBI_K_1 BCC_B_3 BCC_B_2 BCC_B_1 BCC_S_3 BCC_S_2 BCC_S_1 BCC_K_2 BCC_K_1 0
5
10
15
20
25
30
400000
500000
600000
Gambar Lampiran 4. Rata-rata Tagihan Listrik per Bulan (Rp) VBI_B_2 VBI_B_1 VBI_S_3 VBI_S_2 VBI_S_1 VBI_K_3 VBI_K_2 VBI_K_1 BCC_B_3 BCC_B_2 BCC_B_1 BCC_S_3 BCC_S_2 BCC_S_1 BCC_K_2 BCC_K_1 0
100000
200000
300000
Gambar Lampiran 5.
Dokumentasi Pengambilan Data Di Lapang
a. Pengukuran Tinggi Pohon dengan Alat Ukur Hagameter
b. Penentuan Arah Hadap Rumah dengan Alat Kompas
c. Pengukuran Diameter Batang Pohon dengan Alat Ukur Meteran
d. Wawancara dan Pengambilan Kuesioner dengan Pemilik Rumah Sampel
Lampiran 1. Contoh Laporan Analisis CITYgreen 5.4
Lampiran 2.
KUESIONER Manfaat Kanopi Pohon Pada Taman Rumah Dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Kota Bogor Oleh : Dessy Berthasari Silitonga / A44063487 (Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)
PENGANTAR Sebelumnya saya mengucap terima kasih atas perhatian bapak / ibu / saudara sekalian. Saya seorang mahasiswi semester delapan dengan program studi Arsitektur Lanskap, IPB. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “ Manfaat Kanopi Pohon pada Taman Rumah dalam Upaya Penghematan Energi Listrik di Kota Bogor”. Oleh sebab itu saya mengharapkan bantuan dari bapak/ ibu / saudara sekalian dalam melengkapi data yang saya butuhkan untuk kegiatan penelitian ini. Dihadapan bapak/ ibu/ saudara sekalian terdapat beberapa lembar kuesioner berisi pertanyaan yang mengacu seputar taman rumah milik bapak / ibu / saudara sekalian serta seputar penggunaan energi listrik di rumah tangga. Oleh sebab itu saya meminta bantuan bapak / ibu / saudara sekalian untuk mengisi setiap pertanyaan yang ada dengan melingkari pilihan jawaban yang tepat serta memberikan beberapa alasan apabila diperlukan. DATA DIRI. Nama Umur Status Pekerjaan Penghasilan / bulan
: : : Menikah / Belum Menikah ( Jika sudah, memiliki ……….. anak) : : a. < Rp. 500.000 b. Rp. 500.000 s/d < Rp. 1.000.000,c. Rp. 1.000.000 s/d < Rp. 2.500.000,d. Rp. 2.500.000 s/d < Rp. 5.000.000,e. ≥ Rp. 5.000.000,-
Jenis Kelamin : (L/P)
PERTANYAAN UTAMA 1. Faktor apa yang menjadi penyebab utama anda dalam memilih rumah ini sebagai tempat tinggal anda? a. Biaya yang terjangkau b. Luas rumah c. Keberadaan taman rumah d. Lainnya,________________________________________________________ 2. Berapa tipe rumah yang anda saat ini? a. 29/60 b. 36/72 c. 45/90 d. 54/160 e. 60/105
f. 74/105 g. 93/140 h. 116/157 i. 150/200 j. Lainnya,__________________
3. Berapa rata-rata besar tagihan listrik rumah anda setiap bulannya? a. < Rp. 50.000,c. Rp.100.000 s/d < Rp.200.000,b. Rp. 50.000,- s/d < Rp. 100.000,d. > Rp. 200.000,4. Seberapa penting kehadiran taman rumah dalam lahan rumah tinggal anda? a. Tidak penting b. Cukup penting c. Sangat penting 5. Kegiatan apa saja yang anda dan keluarga lakukan di taman rumah ? (Pilihan jawaban boleh lebih dari satu) a. Duduk – duduk e. Bermain b. Menjemur pakaian f. Tidak ada c. Berkebun dan berladang g. Lainnya, _______________________ 6. Apakah anda merancang sendiri desain taman rumah anda? a. Ya b. Tidak 7. Jika tidak, siapa yang merancang desain taman rumah anda? a. Tidak tahu d. Keluarga b. Pengelola / pengembang perumahan e.Teman c. Arsitek taman f. Lainnya,______________________ 7. Seberapa jauh anda mengetahui jenis tanaman yang ada dalam taman rumah anda? a. Tidak tahu sama sekali b. Tahu beberapa saja, seperti ________________________________________ c. Tahu persis, yaitu __________________________________________________ 8. Seberapa sering anda melakukan tindakan pemeliharan pada taman rumah anda? a. Setiap hari d. 1 kali sebulan b. 2 – 3 kali seminggu e. Kurang dari 1 kali sebulan c. 4 kali sebulan f. Lainnya, ________________________ 9. Jenis pemeliharaan apa saja yang dilakukan pada taman rumah anda? Dan siapa saja yang terlibat dalam tindakan pemeliharaan taman rumah anda ? a. Menyiram pohon, rumput dan semak, oleh _____________________________ b. Memotong ranting dan cabang pohon, oleh____________________________ c. Memupuk dan mengganti tanaman rusak, oleh__________________________ d. Memangkas rumput dan semak , oleh____________________________________ e. Lainnya,_______________________________________________________ 10. Apakah anda menggunakan alat elektronik penyejuk udara dalam rumah anda? a. Tidak b. Ya 11. Jika ya, alat penyejuk udara apa saja yang anda gunakan di dalam rumah anda? Dan berapa jumlahnya? a. Kipas angin sebanyak _____________________________________________ b. Air Conditioner (AC) sebanyak ______________________________________
12. Seberapa penting penggunaan penyejuk ruangan dalam rumah anda? a. Tidak penting b. Cukup penting c. Sangat penting 13. Seberapa sering anda menyalakan alat penyejuk udara dalam rumah anda? a. Setiap hari (1 x 24 jam) b. Setengah hari (1 x 12 jam)__________________________________________ c. Sesekali, pada pukul______________________________________________ PERTANYAAN TAMBAHAN 14. Menurut pendapat anda, apakah selama ini tagihan listrik anda tergolong tinggi? Berikan alasannya. a. Tidak, karena_____________________________________________________ b. Ya,_____________________________________________________________ 15. Kegiatan apa saja yang pernah anda lakukan dalam menghemat tagihan listrik anda? (Pilihan jawaban boleh lebih dari satu) a. Mematikan lampu pada saat tidur dan b. Mematikan lampu pada saat siang hari c. Menggunakan kipas angin sebagai penyejuk ruangan d. Mematikan AC disaat ingin bepergian e. Menggunakan peralatan listrik hemat energi f. Lainnya,____________________________________________________________ 16. Menurut anda, apa saja manfaat tanaman pohon pada suatu taman rumah? (Pilihan jawaban boleh lebih dari satu) a. Peneduh sehingga halaman lebih sejuk b. Penghias taman c. Memberikan keuntungan ekonomi d. Penyerap air hujan e. Pembatas halaman f. Lainnya,___________________________________________________________
Terima Kasih Atas Perhatian Anda