ANALISIS MANFAAT KANOPI POHON DALAM MEREDUKSI POLUTAN UDARA MENGGUNAKAN PROGRAM CITYGREEN DI JALAN RAYA PADJAJARAN, KOTA BOGOR
KARTIKA SARI HANAFRI
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PERYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Kartika Sari Hanafri NRP A44050957
RINGKASAN
KARTIKA SARI HANAFRI. Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Dibimbing oleh INDUNG SITTI FATIMAH. Secara umum, transportasi diartikan sebagai perpindahan barang/orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar, maka distribusi barang dan jasa akan semakin mudah. Namun, tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan dapat memberikan akibat negatif, seperti dampak terhadap lingkungan. Di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Salah satu upaya untuk mengurangi masalah tersebut diantaranya penggunaan bahan bakar dan mesin-mesin yang berpolutan rendah pada kendaraan bermotor. Sedangkan untuk polutan yang sudah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi dengan adanya penggunaan vegetasi. Jalur hijau jalan, merupakan sebuah alternatif untuk ruang terbuka hijau yang efektif bagi kota, terutama dalam mereduksi polusi udara akibat kendaraan bermotor. Kota Bogor terletak di kawasan Jabodetabek, dimana pada pembangunan kotanya banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan kegiatan dari sistem metropolis. Penelitian ini akan menganalisis manfaat kanopi pohon dalam menjerap dan menyaring polutan udara di sepenjang jalur hijau Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Jalan tersebut merupakan jalan utama yang memiliki aktivitas transportasi terpadat di Kota Bogor (Dishubkom, 2007). Dengan metode GIS, menggunakan prangkat lunak ArcView 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara dapat dianalisis melalui pendekatan berdasarkan luasan kanopi pohon. Hasil analisis yang berupa satuan massa Pounds (lbs) dan nilai nominal dalam mata uang U.S Dollar ($) , diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pemerintah dan pemahaman kepada masyarakat tentang fungsi dan manfaat pohon, terutama dalam kaitan mereduksi polutan di udara. Selain itu, terdapat Tree growth model yang digunakan untuk memprediksi pertumbuhan kanopi di masa yang akan datang yang kemudian dianalisis kembali menggunakan CITYgreen 5.4, sehingga dapat diketahui perbandingannya. Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4, polutan udara yang dapat direduksi oleh kanopi pohon adalah sebesar 565,63 kg atau senilai dengan penghematan biaya sebesar Rp 29.481.600,-. Perbandingan dengan udara ambien, kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara ternyata tidak cukup untuk menjerap jenis polutan partikel. Sehingga luas penutupan kanopi pohon yang awalnya 5,82 ha, setidaknya perlu ditingkatkan luasannya minimal menjadi 6,33 ha atau menambah 0,51 ha luas kanopi pohon. Peningkatan kanopi sebaiknya dilakukan pada titik-titik yang memiliki tingkat polutan tinggi dengan kondisi pohon yang relatif minim. Pemilihan vegetasi diharapkan lebih mengutamakan jenis tanaman yang baik dalam mereduksi polutan partikel.
Semakin cepat penghijauan, maka semakin baik pula dirasakan, terutama dalam pemulihan kadar polutan udara ambien dan mengantisipasi seiring dengan peningkatan jumlah transportasi untuk periode ke depannya. Peningkatan luas kanopi pohon pada tree growth model untuk 30 tahun kedepan sebesar 43,47%, tentu mempengaruhi kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara. Semakin tinggi jumlah polutan yang dapat diserap/dijerap oleh pohon, maka dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal tersebut memberikan dampak positif berupa pengurangan biaya eksternal untuk hal-hal yang disebabkan oleh polutan bila tanaman tidak mereduksinya. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kembali penghijauan kota guna mengimbangi polusi udara yang tinggi dan sosialisasi terhadap masyarakat tentang pentingnya manfaat pohon dalam ekologi kota.
©Hak Cipta Milik Kartika Sari Hanafri, Tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya
ANALISIS MANFAAT KANOPI POHON DALAM MEREDUKSI POLUTAN UDARA MENGGUNAKAN PROGRAM CITYGREEN DI JALAN RAYA PADJAJARAN, KOTA BOGOR
KARTIKA SARI HANAFRI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Depasrtemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Analisis Manfaat Kanopi Pohon Dalam Meningkatkan Kualitas Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor
Nama
: Kartika Sari Hanafri
NIM
: A44050957
Departemen : Arsitektur Lanskap
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi NIP : 19611111 198903 2 002
Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP : 19480912 197412 2 001
Tanggal Lulus:
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Kegiatan penelitian bertujuan untuk memenuhi syarat-syarat dan tugas akhir dalam menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam penyelesaian skripsi, penulis mendapat banyak masukkan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi. selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan dan masukan selama penyusunan skripsi. 2. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS dan Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen penguji atas saran dan kritik bagi kesempurnaan skripsi. 3. Seluruh Dosen dan Staf Arsitektur Lanskap IPB. 4. Mamah, Bapak, Mas Iqbal, dan Reza yang selalu mendukung, memotivasi, perhatian, dan semangatnya baik moril maupun materiil. 5. Muhammad Rizki atas dukungannya. 6. Tim Hibah Kompetitif Penelitian Unggulan Strategis Nasional ”Model Pengelolaan RTH Kota Bogor sebagai Solusi Mengatasi Banjir Kota Jakarta”, untuk Citra Quick Bird dan Pelatihan CITYgreen Software, terutama kepada Mas Noril, dan Mas Isrok, dan Mas Ariv. 7. Arsitektur lanskap 42 yang telah memberikan warna dalam perkuliahan. 8. Teman-teman Wisma Mega 1 untuk canda tawanya. 9. Keluarga besar Arsitektur Lanskap atas kebersamaanya. 10. Seluruh pihak yang turut membantu dan tidak dapat disebutkan. Akhir kata, penulis berharap karya penulisan ini dapat bermanfaat dimasa yang akan datang dan menjadi masukkan berguna bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, Juni 2011
Penulis
RIWAYAT HIDUP Kartika Sari Hanafri dilahirkan di Jakarta tanggal 22 September 1987. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara dari keluarga pasangan Bapak Drs.H. Harun Handono, MM dan Ibu Hj. Afrida Susiawati. Penulis menyelesaikan pendidikan formal, diawali dengan TK Islam Ananda (1990 – 1993), dilanjutkan dengan jenjang pendidikan di SD Islam YAKMI Tangerang dan lulus tahun 1999. Pada tahun 2002, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SMP Budi Luhur dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Budi Luhur Karang Tengah pada tahun 2005. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru IPB). Selama menjadi mahasiswi penulis berperan aktif dalam beberapa kegiatan seperti kegiatan kesenian mahasiswa Tari Saman Bungong Puteh tahun 2005/2008, Organisasi Kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) sebagai anggota, dan menjadi Asisten Mata Kuliah Teori Desain Lanskap (ARL 212) tahun 2008/2009. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitian, seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan yang menunjang kegiatan akademik. Sebagai tugas akhir selama menempuh studi di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB, penulis melaksanakan penelitian yang berjudul “Analisis Manfaat Kanopi Pohon dalam Mereduksi Polutan Udara Menggunakan Program CITYgreen di Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor” di bawah bimbingan Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vi PENDAHULUAN Latar Belakang ........................................................................................ 1 Tujuan ..................................................................................................... 3 Manfaat ................................................................................................... 3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara .................................................................................. 5 Jenis Polutan Udara ................................................................................ 6 Jalan ..................................................................................................... 12 Ruang Terbuka Hijau Kota ................................................................... 16 Jalur Hijau Jalan ................................................................................... 17 Fungsi Pohon pada Lanskap Jalan ........................................................ 19 Kanopi dan Tajuk Pohon ...................................................................... 23 Sistem Informasi Geografi.................................................................... 25 Citra Satelit Quick Bird ........................................................................ 27 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Administratif ........................................................................... 28 Kondisi Tata Guna Lahan ..................................................................... 29 Kondisi Jaringan Jalan Kota Bogor ...................................................... 30 Presentase Data Lalu Lintas ................................................................. 31 METODOLOGI Tempat dan Waktu................................................................................ 34 Alat dan Bahan ..................................................................................... 34 Metode dan Tahap Penelitian ............................................................... 35 Metode Geographic Information System (GIS) ................................... 38 Kualitas Udara ............................................................................... 39 Model Pertumbuhan Pohon ........................................................... 41
i
Batasan Penelitian................................................................................. 48 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ..................................................................................................... 49 Analisis Kualitas Udara ................................................................. 52 Model Pertumbuhan ...................................................................... 53 Analisis CITYgreen 5.4 pada 10 tahun yang akan datang......... 56 Analisis CITYgreen 5.4 pada 20 tahun yang akan datang......... 58 Analisis CITYgreen 5.4 pada 30 tahun yang akan datang......... 60 Pembahasan .......................................................................................... 62 Analisis Kualitas Udara ................................................................. 62 Hasil Analisis CITYgreen 5.4.................................................... 62 Analisis Kemampuan Kanopi Pohon dengan Kualitas Udara .. 67 Rekomendasi ............................................................................. 76 Model pertumbuhan ....................................................................... 80 Hasil Skenario Model Pertumbuhan ......................................... 80 Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan ......... 84 Perbandingan Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan ............................................................................. 86 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ........................................................................................... 94 Saran ..................................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 95 LAMPIRAN .................................................................................................. 98
ii
DAFTAR TABEL Halaman 1. Toksinitas relatif polutan.............................................................................. 7 2. Daya serap vegetasi terhadap polutan di udara .......................................... 22 3. Jenis, Sumber, dan Fungsi data .................................................................. 36 4. Jenis polutan, Jumlah polutan yang dapat dibersihkan, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan pada laporan analisis CITYgreen 5.4 ............ 65 5. Rata-rata Emisi Kendaraan Bermotor ........................................................ 68 6. Metode Analisa dan Baku Mutu Udara Ambien ........................................ 69 7. Kualitas Udara di Ruas Jalan Raya Jalan Padjajaran, Kota Bogor ............ 69 8. Perbandingan Jumlah Polutan yang dapat Dibersihkan terhadap Udara Ambien ...................................................................................................... 70 9. Penutupan Luas Kanopi ............................................................................. 84 10. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 10 tahun yang akan datang ... 85 11. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 20 tahun yang akan datang ... 85 12. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 30 tahun yang akan datang ... 85
iii
DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................................... 4 2. Pembagian Fungsi Jalan ............................................................................. 14 3. Bagian-bagian Jalan ................................................................................... 15 4. Vegetasi Sebagai Penyaring Polutan.......................................................... 20 5. Mekanisme Vegetasi dalam Mereduksi Polutan Udara ............................. 21 6. Translokasi Polutan oleh Vegetasi ............................................................. 22 7. Bentuk-bentuk Tajuk Pohon ...................................................................... 24 8. Peta Wilayah Administratif ........................................................................ 28 9. Peta Tata Guna Lahan ................................................................................ 29 10. Peta Jaringan Jalan ................................................................................... 30 11. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Kebun Raya – Cibinong) dan Sebaliknya ............................................... 31 12. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Bale Binarum – Tajur/Ciawi) dan Sebaliknya ........................................ 32 13. Proporsi Penggunaan Moda Angkutan di Kota Bogor............................. 33 14. Peta Lokasi Penelitian .............................................................................. 34 15. Data yang Diperlukan dalam Analisis CITYgreen 5.4 ............................. 40 16. Cara Mengukur DBH Pohon .................................................................... 42 17. Mengukur Tinggi Pohon .......................................................................... 43 18. Bagian Penilaian Kesehatan Pohon.......................................................... 44 19. Form Menambah atau Memperbaharui Data ........................................... 45 20. Form Menambah Spesies Baru ................................................................ 46 21. Form Model Pertumbuhan Pohon ............................................................ 46 22. Tahapan Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 47 23. Digitasi Batasan Wilayah ......................................................................... 49 24. Digitasi Canopy Theme ............................................................................ 50 25. Digitasi Non-canopy Theme ..................................................................... 50 26. Digitasi pada Lokasi Penelitian Jalan Raya Padjajaran ........................... 51 27. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran .... 52 28. Tabel Data Atribut Non-canopy ............................................................... 54 29. Tabel Data Atribut Canopy ...................................................................... 54
iv
30. Skenario Pertumbuhan Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 ............................ 55 31. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 10 Tahun yang akan Datang .............. 56 32. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 20 Tahun yang akan Datang .............. 58 33. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 30 Tahun yang akan Datang .............. 60 34. Batasan Wilayah Analisis ........................................................................ 62 35. Potongan Batasan Wilayah ...................................................................... 63 36. Overlay pada Digitasi Penutupan Permukaan Lahan ............................... 64 37. Pencemaran Udara Utama Kota Berasal dari Kendaraan Bermotor ........ 67 38. Dominasi Pohon Manhoni dan Angsana pada Lokasi Penelitian ............ 71 39. Lokasi Warung Jambu.............................................................................. 77 40. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Warung Jambu ............ 77 41. Lokasi Factory Outlet .............................................................................. 78 42. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Factory Outlet ............ 78 43. Lokasi Tugu Kujang................................................................................. 78 44. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Tugu Kujang ............... 79 45. Lokasi Baranangsiang .............................................................................. 79 46. Rekomendasi Penambahan Luas Kanopi Lokasi Baranangsiang ............ 79 47. Model Pertumbuhan Kanopi Pohon pada Lokasi Baranangsiang ............ 81 48. Detail Skenario Kanopi Pohon pada Lokasi Baranangsiang Menggunakan Model Pertumbuhan pada CITYgreen 5.4 ........................ 82 49. Detail Skenario Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Model Pertumbuhan pada CITYgreen 5.4 ................................................ 83 50. Pertumbuhan Kanopi Pohon .................................................................... 86 51. Diagram Luas Penutupan Kanopi Pohon Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ............................................................................ 87 52. Diagram Analisis Kemampuan Kanopi Pohon Membersihkan Polutan Udara Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 .............................. 88 53. Diagram Persentase Kemampuan Kanopi Pohon dalam Mereduksi Setiap Jenis Polutan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 ....... 90 54. Skematik Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan...................................... 92 55. Diagram Penghematan Biaya yang dapat Dilakukan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 .............................................................. 93
v
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Kualitas Udara di Ruas Jalan Kota Bogor ................................................. 99 2. Lembar Inventori Data Pohon .................................................................. 100 3. Jenis Vegetasi pada Tabel Data Atribut Jalan Raya Padjajaran ............... 102 4. Spesies Tambahan .................................................................................... 103
vi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Secara umum, transportasi diartikan sebagai perpindahan barang/orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat, maka aktivitas transportasi pun juga meningkat. Hal ini dikarenakan tidak semua fasilitas yang dibutuhkan masyarakat berada pada satu tempat. Kondisi tersebut mengakibatkan timbulnya pergerakan menuju daerah pemenuhan kebutuhan. Dari sini dapat dilihat bahwa transportasi sangat penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan turut menentukan perkembangan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi yang lancar maka distribusi barang dan jasa juga akan semakin mudah. Namun tidak selamanya aktivitas transportasi berdampak positif. Aktivitas transportasi juga dapat memberikan akibat negatif. Salah satunya adalah dampak terhadap lingkungan. Aktivitas transportasi yang tidak dikendalikan, terutama transportasi dengan kendaraan bermotor, dapat merugikan lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Dampak negatif tersebut salah satunya ialah tingginya kadar polutan akibat emisi atau pelepasan asap dari kendaraan bermotor. Fardiaz (1992), menyatakan bahwa sumber polusi utama udara di wilayah perkotaan yaitu berasal dari transportasi, dimana hampir 60% dari polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15% terdiri dari hidrokarbon. Khusus di daerah perkotaan, sektor transportasi merupakan kontribusi terbesar polusi udara. Hal ini disebabkan karena pada wilayah perkotaan terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya yang sebanding dengan meningkatnya emisi gas buang kendaraan bermotor. Badan Pusat Statistik Republik Indosesia menyatakan bahwa kenaikkan kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2005 – 2008 naik hingga 71%. Lebih lanjut Fardiaz (1992) juga menjelaskan bahwa polusi udara akan semakin terlihat pada daerah yang padat penduduknya dengan aktivitas yang kompleks. Polusi udara disebabkan karena adanya gas buang dari kendaraan bermotor yang berupa Karbon monoksida (CO), Hidrokarbon (HC), Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), dan partikelpertikel lepas. Selain itu, sektor transportasi juga memberikan kontribusi yang
2
signifikan terhadap meningkatnya gas rumah kaca. Dahlan (2007) menyebutkan bahwa penggunaan bahan bakar yang terus meningkat akan mengakibatkan konsentrasi ambien gas CO2 meningkat yang kemudian dapat mengakibatkan pemanasan global melalui efek rumah kaca. Salah satu upaya untuk mengurangi masalah polusi udara diantaranya penggunaan bahan bakar dan mesin-mesin yang berpolutan rendah pada kendaraan bermotor. Sedangkan untuk polutan yang telah terlepas ke lingkungan, dapat dikurangi dengan adanya penggunaan vegetasi. Currie dan Bass (2005), menjelaskan bahwa pohon dapat mereduksi polutan CO di udara (0,06-0,57) lebih besar dibandingkan dengan rumput (0,14 - 0,35 mg). Jalur hijau jalan, merupakan sebuah alternatif untuk ruang terbuka hijau yang efektif bagi kota, terutama dalam mereduksi polusi udara akibat kendaraan bermotor (Dinas Pertamanan Bogor, 2007). Bila menyebar merata dalam kota, jalur hijau jalan dapat memberikan sebuah karakter yang dominan pada lanskap kota, dan peranan ekologisnya dapat berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota. Oleh sebab itu, perlu pengendalian jumlah polutan yang telah terlepas dalam lingkungan kota dengan menjaga atau mengadakan kembali ruang hijau kota. Kota Bogor secara geografis terletak di kawasan Jabodetabek. Lokasi strategis dimana menjadi bagian dari kota metropolitan Jakarta, pada pembangunan kotanya banyak dipengaruhi oleh perkembangan dan tuntutan kegiatan dari sistem metropolis tersebut. Salah satunya peningkatan kebutuhan transportasi, baik menuju maupun ke luar kota. Penelitian ini akan menganalisis manfaat kanopi pohon dalam menjerap dan menyerap polutan udara di sepanjang jalur hijau Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor. Jalan tersebut ialah jalan utama yang memiliki aktivitas transportasi terpadat di Kota Bogor (Dishubkom, 2007). Selain itu, jalan tersebut juga merupakan jalan terpanjang di Kota Bogor dan memiliki jalur hijau jalan yang tentu saja memiliki manfaat ekologi yang berperan penting dalam membersihkan polutan di udara. Oleh karena itu, sangatlah menarik untuk diketahui besarnya manfaat ekologi yang dihasilkan dalam kaitan penyerapan polusi udara yang bersumber pada aktivitas transportasi.
3
Dengan metode GIS, menggunakan prangkat lunak ArcView 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara akan dianalisis melalui pendekatan berdasarkan luasan kanopi pohon. Penelitian ini juga akan menganalisis kemampuan daya serap dan jerap polutan hingga 30 tahun yang akan datang, dengan memanfaatkan Growth Modeling pada ekstensi CITYgreen 5.4. Jangka waktu tersebut dipilih dengan mempertimbangkan usia pada kelompok pohon tertentu yang relatif tua. Kemudian, dari hasil analisis akan diketahui manfaat ekologi yang diberikan oleh kanopi pohon dalam bentuk satuan massa (Kilogram) dan penghematan biaya yang dapat dilakukan berdasarkan biaya eksternalitas yang akan dikeluarkan oleh pemerintah dan juga masyarakat sekitar dalam satuan mata uang (Rupiah). Tujuan Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis dan mengetahui potensi jalur hijau jalan dalam mereduksi polutan udara. 2. Memprediksi dan membandingkan kemampuan kanopi pohon mereduksi polutan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Manfaat Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi Pemerintah Kota Bogor untuk mengetahui nilai ekologi dari manfaat kanopi pohon dalam mereduksi polutan kota. Kerangka Pemikiran Jalur hijau pada jalan Raya Padjajaran memiliki fungsi ekologi yang dapat membersihkan polutan di udara, terutama polutan yang berasal dari kendaraan bermotor. Dengan menggunakan Citra kawasan, dilakukan pendigitasian yang kemudian dianalisis oleh CITYgreen. Dari hasil analisis akan diketahui kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan dalam bentuk satuan massa dan mata uang. Guna mengetahui kemampuan kanopi pohon pada jalur hijau telah mampu/tidak mampu mereduksi polutan yang ada pada saat ini, maka akan dibandingan dengan kadar polutan yang ada pada jalur jalan. Rekomendasi diberikan untuk mendukung memaksimalkan kemampuan kanopi pohon.
4
Dengan menggunakan kembali Citra kawasan dan hasil digitasi, dilakukan model pertumbuhan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Dari masingmasing hasil pemodelan dilakukan analisis CITYgreen. Hasil analisis yang didapat kemudian dibandingkan guna mengetahui sejauh mana perubahan manfaat ekologi dari kanopi pohon yang terjadi di masa yang akan datang (Gambar 1). Transportasi
Dampak positif
Dampak negatif
- Mempermudah aktivitas - Menghemat biaya, tenaga, dan waktu
Permasalahan utama kota: Polusi udara
Pengendalian pada sumber polutan
Pengurangan polutan yang telah terlepas: vegetasi Jalur hijau kota Citra kawasan
Analisis CITYgreen
Analisis CITYgreen
Kadar polutan pada jalur jalan Mampu/ tidak mampu mereduksi polutan
Rekomendasi
Model pertumbuhan
Hasil: - Kemampuan jerap dan serap terhadap polutan (Kg) - Penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh kanopi pohon (Rp)
Hasil: - Kemampuan kanopi pohon mereduksi polutan (Kg) - Penghematan biaya pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang (Rp)
Perbandingan kemampuan pembersihan udara hingga 30 tahun kedepan
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran Udara Undang-undang Republik Indonesia No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, menyatakan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya. Polutan merupakan zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Suatu zat dapat disebut polutan, apabila jumlahnya melebihi jumlah normal, berada pada waktu yang tidak tepat, dan berada pada tempat yang tidak tepat. Sifat polutan adalah: 1. Merusak untuk sementara, tetapi bilatelah bereaksi dengan zat lingkungan tidak merusak lagi. 2. Merusak dalam jangka waktu lama. Contohnya, Timbal (Pb) tidak merusak bila konsentrasinya rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi dalam tubuh sampai tingkat yang merusak. Sumber
pencemar
adalah
setiap
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Pada pencemaran udara terdapat beberapa unsur yang penting. Unsur-unsur tersebut antara lain debu, sulfur oksida, karbon monoksida, oksida nitrogen, dan metana. Beberapa unsur tersebut dikeluarkan oleh sumber pencemar yang dapat mengganggu mutu udara. Udara ambien adalah udara bebas yang berada dipermukaan bumi pada lapisan troposfer dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup lainnya. Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Baku mutu udara ambien nasional, ditetapkan sebagai batas maksimum mutu udara ambien untuk mencegah terjadinya pencemaran udara.
6
Jenis Polutan Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S), dan karbon monoksida (CO) selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain disebabkan polutan alami, polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas manusia (Fardiaz, 1992). Lebih dalam Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa polutan udara primer adalah jumlah polutan yang mencakup 90% dari jumlah polutan udara seluruhnya. Polutan ini dibedakan menjadi lima kelompok, yaitu karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), sulfur oksida (SOx), dan partikel. Selain itu juga terdapat polutan sekunder, yaitu polutan primer yang bereaksi di atmosfir membentuk polutan baru, seperti ozon (O3), PAN (Peroxyacetic nitrat), hujan asam, dan sebagainya. Menambahkan, Darmono (2001), bahwa terdapat banyak bahan pencemar udara terdapat dalam lapisan atmosfer, tetapi ada 9 jenis bahan pencemar udara yang dianggap penting, yaitu sebagai berikut: 1. Oksida karbon: karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2). 2. Oksida belerang: sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). 3. Oksida nitrogen: nitrit oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), dan dinitrogen oksida (N2O). 4. Komponen organic volatile: metan (CH4), benzen (C6H6), klorofluorokarbon (CFC), dan kelompok bromine. 5. Suspensi partikel: debu tanah, karbon, asbes, logam berat, nitrat, sulfat, titik cairan, seperti asam sulfat, minyak, benefil poliklorin, dioksin, dan pestisida. 6. Oksida fotokimiawi: ozon, peroksiasil nitrat, hidrogen peroksida, hidroksida. 7. Substansi radioaktif: radon-222, iodine-131, strontium-90. 8. Panas: dari proses perubahan bentuk, saperti saat pembakaran minyak menjadi gas pada kendaraan, pabrik, dan lain-lain 9. Suara: dihasilkan dari kendaraan bermotor, pesawat terbang, kereta api, mesin industri, sirine, dan sebagainya.
7
Polutan yang utama adalah karbon monoksida yang mencapai hampir setengah dari seluruh polutan udara yang ada. Toksisitas kelima polutan tersebut berbeda-beda. Pada Tabel 1 menyajikan toksisitas relatif masing-masing polutan. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan adalah partikel-partikel, diikuti berturut-turut NOx, SOx, hidrokarbon, dan yang paling rendah adalah karbon monoksida. Tabel 1. Toksinitas relatif polutan Polutan CO HC SOx NOx Partikel
Level toleransi ppm ug/m3 32.0 40 000 19 300 0.50 1 430 0.25 514 375
Toksisitas relatif 1.00 2.07 28.00 77.80 106.70
*Sumber: Fardiaz (1992)
1. Karbon Monoksida (CO) Sifat fisika dan kimia. Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. CO merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa, dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu hemoglobin. Sumber dan distribusi. CO di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. CO yang berasal dari alam, termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Separuh dari jumlah CO buatan yang dihasilkan, berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik.
8
Reaksi kimia: 2 C + O2
2 CO
2 CO + O2
2 CO2
CO2 + C
2 CO
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan malam hari. Semakin tinggi tingkat kendaraan bermotor, maka semakin tinggi tingkat polusi CO di udara. Selain itu, konsentrasi CO pada tempat tertentu juga dipengaruhi oleh kecepatan emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan dispersi dan pembersihan CO dari udara. Pada daerah perkotaan kecepatan pembersihan udara sangat lambat. Oleh karena itu, kecepatan dispersi dan pembersihan CO sangat menentukan konsentrasi CO di udara. Kecepatan dispersi dipengaruhi langsung oleh faktor meteorologi, seperti kecepatan dan arah angin. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan disekitarnya. Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh CO terhadap tanaman terhadap tanaman tidak memiliki pengaruh secara nyata. Sedangkan CO pada konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan kematian pada manusia. Dalam konsentrasi rendah, CO juga dapat mengganggu kesehatan. CO mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh. 2. Partikel Sifat fisika dan kimia. Partikulat debu melayang (Suspended Particulate Matter/SPM) merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500 mikron. Partikulat debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara. Banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan partikulat debu di udara. Beberapa istilah digunakan mengacu dari pengambilan sampel di udara, seperti: Suspended Particulate Matter (SPM), Total Suspended Particulate (TSP), balack smake. Istilah lainnya lagi lebih mengacu pada tempat di saluran pernafasan dimana partikulat debu dapat mengedap, seperti inhalable/
9
thoracic particulate yang mengedap di saluran pernafasan bagian bawah pangkal tenggorokan. Istilah lainnya yang juga digunakan adalah PM10 (partikulat debu dengan ukuran diameter aerodinamik <10 mikron), yang mengacu pada unsur fisiologi maupun dari pengambilan sampel di udara. Sumber dan distribusi. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin atau berasal dari muntahan letusan vulkano gunung berapi. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu. Pembakaran sampah dan sampah komersial merupakan sumber SPM yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Menurut Dahlan (1989) dalam Dahlan (2004), debu yang terdapat pada daun dibedakan menjadi debu terjerap dan debu terserap. Partikel yang terjerap adalah partikel yang menempel di permukaan daun secara sementara. Jika ada angin ataupun hujan, partikel ini akan terlepas dari daun, sedangkan partikel terserap tetap berada di jaringan daun. Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh partikel terhadap tanaman, secara tidak langsung akan mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini diakibatkan adanya partikel yang menempel pada daun membentuk kerak sehingga mengganggu fotosintesi, menghambat sinar matahari, dan mencegah pertukaran CO2. Terhadap manusia, partikel <10 mikron dapat mengganggu sistem pernapasan yang membuat fungsi paru-paru, hidung, serta tenggorakan menjadi kurang baik. Sedangkan pengaruh terhadap bahan lain, polutan ini dapat menimbulakan korosif serta membuat kotor alat-alat rumah tangga 3. Nitrogen Oksida (NOx) Sifat fisika dan kimia. Oksida Nitrogen (NOx) adalah kelompok gas nitrogen yang terdapat di atmosfir yang terdiri dari nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya, tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan pencemar udara. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau sebaliknya NO2 berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam. NO terdapat
10
diudara dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2 merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen membentuk NO2. Sumber dan distribusi. Dari seluruh jumlah NOx yang dibebaskan ke udara, jumlah yang terbanyak adalah dalam bentuk NO yang diproduksi oleh aktivitas bakteri. Akan tetapi pencemaran NO dari sumber alami ini tidak merupakan masalah karena tersebar secara merata sehingga jumlah nya menjadi kecil. Yang menjadi masalah adalah pencemaran NO yang diproduksi oleh kegiatan manusia karena jumlahnya akan meningkat pada tempat-tempat tertentu. Kadar NOx di udara perkotaan biasanya 10–100 kali lebih tinggi dari pada udara di pedesaan. Kadar NOx di udara daerah perkotaan dapat mencapai 0,5 ppm (500 ppb). Reaksi kimia: NO2 + O2 2 NO2 + O2
2 NO 2 NO2
Emisi NOx dipengaruhi oleh kepadatan penduduk karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran dan kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan bermotor, produksi energy, dan pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx buatan manusia berasal dari pembakaran arang, minyak, gas, dan bensin. Dampak terhadap kesehatan. Polutan NOx diketahui bersifat sangat merusak tanaman. Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992) membuktikan bahwa pada konsentrasi 1,0 ppm akan menunjukkan binti-bintik pada daun. Sedangkan untuk konsentrasi yang lebih tinggi (3,5 ppm atau lebih) menyebabkan nekrosis atau kerusakan tenunan daun. Pada manusia, NO dan NO2 memiliki pengaruh yang sangat berbahaya. NO2 menujukkan empat kali lebih beracun daripada NO, terutama terhadap paru. 4. Sulfur Oksida (SOx) Sifat fisika dan kimia. Pencemaran oleh sulfur oksida terutama disebabkan oleh dua komponen sulfur bentuk gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur dioksida (SO2) dan Sulfur trioksida (SO3), dan keduanya disebut sulfur oksida (SOx). SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak mudah terbakar diudara, sedangkan SO3 merupakan komponen yang tidak reaktif.
11
Sumber dan distribusi. Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi berasal dari sumber-sumber alam, seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Pada transportasi hanya menghasilkan sedikit SOx, sehingga tidak terlalu menjadi masalah utama. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang dibuat oleh manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Tetapi pembakaran bahan bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran SOx, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya. Sumber SOx yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum, industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya. Reaksi kimia: S + O2 2 SO2 + O2
SO2 2 SO3
Dampak terhadap kesehatan. Pengaruh SOx terhadap tanaman diantaranya beberapa bagian daun menjadi kering dan mati. Kontak SOx pada konsentrasi rendah dalam waktu lama mengakibatkan kerusakan kronis sehingga pembentukan klorofil menjadi tehambat. Sedangkan pengaruh terhadap manusia dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Selain itu, polutan ini juga memberikan dampak terhadap bahan lain yang dapat mengakibatkan korosi pada bahan metal, kerapuhan pada bahan bangunan dari karbonat, dan melapuknya serat tekstil serta kertas. 5. Ozon (O3) Sifat fisika dan kimia. Oksidan (O3) merupakan senyawa di udara selain oksigen yang memiliki sifat sebagai pengoksidasi. Oksidan adalah komponen atmosfir yang diproduksi oleh proses fotokimia, yaitu suatu proses kimia yang membutuhkan sinar matahari mengoksidasi komponen-komponen yang tak segera dioksidasi oleh oksigen. Senyawa yang terbentuk merupakan bahan pencemar sekunder yang diproduksi karena interaksi antara bahan pencemar primer dengan sinar matahari. Hidrokarbon merupakan komponen yang berperan dalam produksi oksidan fotokimia, meliputi Ozon, Nitrogen
12
dioksida, dan peroksiasetilnitrat (PAN) yang kemudian dinyatakan sebagai kadar ozon karena lebih dari 90% total oksidan terdapat dalam bentuk ozon. Reaksi ini melibatkan siklus fotolitik NO2. Sumber dan distribusi. Fardiaz (1992) menjelaskan bahwa Ozon merupakan jenis polutan sekunder yang terdiri dari molekul oksigen dengan tambahan sebuah atom oksigen. Reaksi lanjutan terjadi karena tidak sempurnanya proses pembakaran. Polutan ozon tidak secara langsung dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Dalam pembentukkannya, berasal dari pengaruh siklus fotolitik NO2 dan interaksi antara NO2 dengan sinar matahari. Tahap-tahap reaksi tersebut, sebagai berikut: 1. NO2 mengabsorbsi energi dalam bentuk sinar ultra violet dari matahari. 2. Energi yang diabsorbsi tersebut memecah molekul-molekul NO dan atomatom oksigen (O). Atom oksigen yang terbentuk bersifat sangat reaktif. 3. Atom-atom oksigen akan bereaksi dengan oksigen atmosfer (O2) membentuk ozon (O3) yang merupakan atom sekunder. 4. Ozon akan bereaksi dengan NO membentuk NO2 dan O2 sehingga reaksi menjadi lengkap. Dampak terhadap kesehatan. Ozon yang baik menurut Darmono (2001), berada pada daerah stratosfer yang berfungsi untuk menyaring 99% sinar berbahaya dari matahari, yaitu radiasi ultraviolet. Sedangkan ozon yang buruk berada di lapisan troposfer karena terbentuk akibat aktivitas manusia. Hal tersebut berbahaya untuk kesehatan manusia, diantaranya menyebabkan iritasi pada selaput mata, saluran pernapasan, dan meningkatnya gejala asma. Beberapa
kerusakan
pada
tanaman,
yaitu
menghambat
fotosintesis,
berkurangnya klorofil, menyebabkan nekrosis, dan menghambat respirasi. Pengaruh terhadap bahan lain, seperti berpotensi merusak bahan-bahan yang berasal dari karet. Jalan Dalam lanskap kehidupan manusia, tersusun atas dua hal yaitu tempat dan jalan. Jalan berfungsi sebagai jalur pergerakan orang dan kendaraan, sedangkan tempat sebagai pusat aktivitas orang bekerja, berdagang, belajar, beribadah, dan bersantai (Simonds dan Starke, 2006).
13
Jalan memiliki fungsi diantaranya sebagai sirkulasi kendaraan, yaitu sebagai akses menuju tempat-tempat tertentu, sebagai penghubung berbagai tempat, dan sebagai tempat pergerakan manusia dan barang (Harris and Dines, 1988). Jalan yang baik mampu menyediakan kenyaman, daya tarik, dan rasa senang pada penggunanya. Aktivitas manusia yang amat beragam dan tersebar luas di segala penjuru mengharuskan manusia untuk melakukan mobilitas dari suatu lokasi menuju lokasi lainnya. Disisi lain, Dirjen Bina Marga pada tahun 2006 juga menjelaskan bahwa jalan
merupakan
suatu
kesatuan
sistem
jaringan
yang
mengikat
dan
menghubungkan pusat-pusat kota dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hirarki. Jalan berperan untuk trasportasi penumpang, transportasi barang, dan mendorong pengembangan wilayah. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 tahun 2004, disebutkan bahwa jalan adalah suatu prasana perhubungan darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan sekunder. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan. Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam masyarakat perkotaan. Menurut statusnya, jalan umum dibagi menjadi jalan nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. 1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antara ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta jalan tol. 2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
14
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten. Sesuai dengan peruntukannya, jalan terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status, dan kelas. Jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan. Menurut fungsinya, jalan umum dikelompokkan ke dalam jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan. 1. Jalan arteri, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna. 2. Jalan kolektor, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi. 3. Jalan lokal, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. 4. Jalan lingkungan, jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.
Gambar 2. Pembagian Fungsi Jalan
15
Bagian-bagian jalan menurut PP No. 34 tahun 2006, meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang pengawas jalan. 1. Ruang manfaat jalan (Rumaja) meliputi badan jalan, yang hanya diperuntukkan bagi pelayanan lalu lintas dan angkutan umum; saluran tepi jalan, yang merupakan saluran penampungan dan penyaluran air agar badan jalan bebas dari pengaruh air; dan ambang pengaman jalan, berupa bidang tanah dan/atau konstruksi bangunan pengaman yang berada diantara tepi badan jalan dan batas ruang manfaat jalan yang hanya diperuntukkan bagi pengamanan kontruksi jalan.
Gambar 3. Bagian-bagian Jalan (Sumber: PP No.34 Tahun 2006 tentang Jalan)
2. Ruang milik jalan (Rumija) yang terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. Rumija diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lanskap jalan. Rumija paling sedikit memiliki lebar, sebagai berikut: -
Jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;
-
Jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;
-
Jalan sedang 15 (lima belas) meter;
-
Jalan kecil 11 (sebelas) meter.
16
3. Ruang pengawasan jalan (Ruasja) merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya berada dibawah pengawasan penyelenggara jalan. Ruasja diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengaman konstruksi jalan serta pengaman fungsi jalan. Lebar Ruasja ditentukan dari tepi badan jalan. Ruang Terbuka Hijau Kota Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa ruang terbuka, adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau. Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka non-hijau, adalah ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras maupun yang berupa badan air. Menurut Nurisyah (1996), RTH kota adalah ruang-ruang terbuka (open spaces) di berbagai tempat di suatu wilayah perkotaan yang secara optimal digunakan sebagai daerah penghijauan dan berfungsi, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk kehidupan dan kesejahteraan manusia atau warga kotanya selain untuk kelestarian dan keindahan lingkungan. RTH adalah salah satu komponen pembentuk ruang atau wilayah perkotaan yang memiliki peranan penting dalam menyangga (biofiltering), mengendalikan (biocontroling), dan memperbaiki (bioengineering) kualitas lingkungan kehidupan suatu wilayah perkotaan. Karena itu, RTH juga dinyatakan sebagai bagian dari ruang fungsional suatu wilayah perkotaan yang dapat meningkatkan kualitas fisik, non fisik, dan estetika alami suatu kota (Dinas Pertamanan, 2007). Dalam struktur dan pemanfaatan ruang kota, RTH juga dapat berperan dalam menjaga keseimbangan penggunaan lahan dan merupakan komponen pembentuk struktur dan tata ruang kota sesuai dengan hierarki peruntukannya. Sebagai konsekuensi dari berbagai hal ini dapat dinyatakan bahwa keberadaan
17
suatu RTH dan juga kelestarian keberadaannya sangat dibutuhkan dalam mengendalikan pembangunan dan perkembangan suatu wilayah perkotaan. Lebih dalam dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 26 Tahun 2007, manfaat RTH berdasarkan fungsinya terbagi atas: 1. Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan (teduh segar sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah). 2. Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih udara yang sangat efektif, pemelihara akan kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan beserta isi flora dan fauna yang ada (konservasi hayati atau keanekaragaman hayati). Jalur Hijau Jalan Simonds dan starke (2006) menjelaskan bahwa jalur hijau jalan merupakan bagian jalan yang disediakan untuk penanaman pohon dan tanaman lain. Tanaman tepi jalan berfungsi untuk membedakan area melalui kualitas lanskap yang unik, melapisi jalur lalu lintas dan memperkuat jajaran path, memberikan penekanan pada node, sebagai peneduh dan daya tarik, screen atau menutupi pemandangan yang tidak diinginkan, menghilangkan silau, serta mengurangi polusi udara dan kebisingan. Tanaman tepi jalan memisahkan berbagai aktivitas yang berlangsung di jalan umum dengan jalan pemukiman. Pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan mempertimbangkan ketentuan geometri jalan dan fungsi tanaman. Jalur hijau jalan memiliki fungsi penting yang berperan sebagai RTH utama dalam kota dan menyebar rata dalam kota yang memberikan sebuah karakter dominan pada lanskap kota dan peranan ekologisnya berkontribusi besar dalam meningkatkan kualitas lingkungan kota. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor No. 8 Tahun 2006, menyatakan bahwa jalur hijau adalah setiap jalur tanah yang terbuka tanpa bangunan yang diperuntukan untuk pelestarian lingkungan sebagai salah satu sarana dan pengadaan taman kota. Hal-hal yang perlu dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam perencanaan lanskap jalan agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik jalan adalah sebagai berikut:
18
1. Pada jalur tanaman tepi Jalur tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki (trotoar). Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus memenuhi criteria teknik peletakan tanaman dan disesuaikan dengan lebar jalur tanaman. 2. Pada jalur tengah (median) Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0,80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4 – 6 meter. Pemilihan jenis tanaman perlu
memperhatikan
tempat
peletakkannya
terutama
pada
daerah
persimpangan, pada daerah bukaan (“U - turn”), dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang diturunkan. 3. Pada daerah tikungan Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih janis tanaman, antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas samping di tikungan. Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimal 0,80 meter sangat disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan. 4. Pada daerah persimpangan Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan laskap jalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada daerah ini, pemilihan jenis tanaman dan peletakannya harus memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang maupun persimpangan tidak sebidang. Selain itu, pemilihan jenis tanaman ditentukan oleh kondisi iklim habitat dan areal dimana tanaman tersebut akan diletakkan dengan memperhatikan ketentuan geometrik jalan dan fungsi tanaman. Menurut bentuknya, terdiri dari tanaman pohon, tanaman perdu/semak, dan tanaman penutup permukaan tanah. Dinas Pertamanan (2005) menetapkan persyaratan spesifik dalam pemilihan jenis tanaman lanskap jalan yang akan digunakan pada kawasan perkotaan, yaitu sebagai berikut:
19
1. Secara umum tanaman disenangi dan tidak membahayakan bagi warga kota; 2. Mampu tumbuh, hidup, dan berkembang pada lingkungan kota yang marginal (defisit air, suhu tinggi, lahan terbuka luas, udara tercemar, lahan tidak subur, strukturnya sudah rusak, dan lainnya); 3. Tahan terhadap gangguan fisik dari hama dan penyakit tanaman serta gangguan manusia (vandalisme) serta pemangkasan; 4. Prioritas vegetasi endemik yang dikaitkan dengan fungsi biofisik dan sosial; 5. Mampu tumbuh pada berbagai kondisi tanah dan juga berpengaruh positif terhadap tubuh tanah; 6. Mempunyai sistem perakaran yang dalam, serta tidak mudah tumbang oleh angin tetapi perakaran jangan merusak saluran utilitas (gas, air, telepon), dan bangunan lain; 7. Mempunyai tajuk lebar, selalu hijau dan berbunga, tidak menggugurkan daun dan cabang, tumbuh relatif cepat, batang dan cabang harus kuat dan elastic sehingga tidak mudah roboh, serta tidak memiliki buah besar dan keras; 8. Menghasilkan oksigen dalam jumlah yang relatif besar dan mampu meminimalkan kadar polutan atau pencemar lingkungan; 9. Keanekaragaman hayati dan dapat menjadi tempat hidup (habitat), sarang, pakan atau tempat istirahat satwa liar terutama burung-burung; 10. Merupakan jenis yang dapat berasosiasi dengan komponen lainnya; 11. Mudah untuk mendapatkan stok tanaman atau benihnya; 12. Mudah dalam pemeliharaan dan pengelolaannya.
Fungsi Pohon pada Lanskap Jalan Pohon adalah tanaman tahunan berkayu dan berbatang tinggi dengan dahan dan ranting jauh di atas permukaan tanah (Dirjen Bina Marga, 1999). Pohon memiliki batang utama tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu, tetapi tidak tumbuh tegak. Berdasarkan tingginya, pohon dibagi menjadi: 1. Pohon kecil, pohon yang memiliki ketinggian sampai dengan 7 meter. 2. Pohon sedang, pohon yamg memiliki ketinggian dewasa 7 -12 meter. 3. Pohon besar, pohon yamg memiliki ketinggian dewasa lebih dari 12 meter.
20
Dirjen Bina Marga (1996) menjelaskan beberapa fungsi dari pohon yang berada pada lanskap jalan, yaitu: 1. Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.
Gambar 4. Vegetasi Sebagai Penyaring Polutan (Sumber: Carpenter, 1975)
2. Tanaman Pembatas, Pengarah, dan Pembentuk Pandangan adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan. 3. Tanaman Konservasi Tanah adalah jenis tanaman berbentuk pohon, perdu/semak atau tanaman penutup tanah yang karena sistem perakarannya dapat berfungsi untuk mencegah erosi pada tanah berlereng. 4. Tanaman Penutup adalah jenis tanaman penutup permukaan tanah yang bersifat selain mencegah erosi tanah juga dapat menyuburkan tanah yang kekurangan unsur hara. Biasanya merupakan tanaman antara bagi tanah yang kurang subur sebelum penanaman tanaman yang tetap (permanen).
21
5. Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan percabangan yang tingginya lebih dari 2 (dua) meter dan dapat memberikan keteduhan dan menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki. 6. Tanaman Pengarah, Penahan, dan Pemecah Angin adalah jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan suatu komposisi membentuk kelompok.
Gambar 5. Mekanisme Vegetasi dalam Mereduksi Polutan Udara Terkait dengan masalah polusi udara, Nasrullah (2001) menyebutkan bahwa untuk mengurangi jumlah polutan yang telah terlepas pada lingkungan dapat dikurangi dengan adanya vegetasi. Berikut merupakan mekanisme tanaman dalam mereduksi polutan (Gambar 5), yaitu: 1. Difusi, pemencaran polutan ke atmosfir yang lebih luas. Tajuk pohon yang tinggi dapat membelokkan hembusan angin ke atmosfir yang lebih luas, sehingga konsentrasi polutan menurun. 2. Absorbsi, penyerapan polutan gas melalui stomata polutan gas masuk kedalam jaringan daun. 3. Adsorbsi, penjerapan polutan partikel oleh permukaan daun, batang, ranting yang menjerap partikel debu dan logam yang terkandung di dalam udara. 4. Deposisi partikel besar oleh daun dan bagian tanaman lainnya. Untuk menghitung kemampuan vegetasi dalam menyerap polutan di udara, diperlukan pendekatan fisiologis pada proses translokasi, transportasi pada air, dan transpirasi. Dikarenakan, pada proses tersebut terdapat banyak gas dan partikel padat kurang dari 10 mikron yang berupa polutan diserap dan digunakan
22
untuk kebutuhan fisiologis tanaman (American Forest, 2002). Gambar 6 merupakan proses translokasi polutan pada vegetasi. Translocation of Pollutans by Vegetation
During the process of photosynthesis, trees’ leaves absorb airborne pollutan and translocate them along with carbohydrates to the root zone, where microbes are responsible for breaking them down. POLLUTANS REMOVED BY LEAVES TRANSPORTED TO ROOTS VIA PHLOEM POLLUTANS ABSORBED BY ROOTS TRANSPORTED TO LEAVES VIA XYLEM
Gambar 6. Translokasi Polutan oleh Vegetasi (Sumber: City of Boulder Water Conservation Office, 2002)
Terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
tanaman
dalam
meningkatkan penyerapan polutan, diantaranya faktor lingkungan (konsentrasi polutan, cahaya, suhu) dan faktor morfologi/fisiologi daun (ketebalan daun, klorofil, laju fotosintesis, laju transpirasi, konduktas stomata, kerapatan stomata). Penelitian di Toronto tahun 2005 yang membuktikan bahwa vegetasi dapat mengurangi sumber-sumber pencemar NO2, SO2, CO, PM10, dan ozon (Tabel 2). Tabel 2. Daya serap vegetasi terhadap polutan di udara Jenis Polutan
Rumput (mg)
Pohon (mg)
CO NO2 Ozon PM10 SO2
0,14 - 0,35 0,65 - 1,60 1,27 - 3,10 0,88 - 2,17 0,25 - 0,61
0,06 - 0,57 0,62 - 3,74 1,09 - 7,40 1,37 - 5,57 0,23 - 1,37
*Sumber: Currie dan Bass, 2005
23
Kanopi dan Tajuk Pohon Kanopi pohon adalah bentuk dari percabangan dahan pohon yang menutupi daratan di bawahnya. Apabila tepi percabangan dahan suatu pohon bertemu dengan tepi percabangan dahan pohon lain dalam kawasan hutan maka disebut sebagai kanopi hutan. Plant form atau bentuk pohon merupakan suatu karakteristik pohon secara visual yang menunjukkan keseluruhan bentuk (shape) dan pola pertumbuhan, atau outline silhoutte pohon. Bentuk tumbuhan merupakan salah satu faktor kunci yang menentukan struktur komposisi tumbuhan, mempengaruhi kesatuan dan keanekaan, berperan sebagai aksen atau latar belakang, dan mengkoordinasikan vegetasi dengan bangunan atau elemen desain lainnya. Booth (1990) menjelaskan terdapat tujuh bentuk umum pohon (Gambar 7). Bentuk-bentuk tersebut diantaranya fastigiate (ramping & meruncing), columnar (lonjong), spreading (melebar), rounded (bulat), pryramidal (piramid), weeping (merunduk) dan picturesque (seperti lukisan). 1. Fastigiate (Ramping & Meruncing) Pohon fastigiate memiliki bentuk yang meruncing dan profil yang ramping yang mengarahkan mata memandang secara vertikal ke atas. Jika ditanam dalam baris, mereka bisa menciptakan kesan yang cantik sebagai hedge (pagar/pelindung) untuk mendefiniskan batas, pemecah angin, dan sebagai screen yang efektif untuk meredam polusi suara atau menutupi pemandangan yang kurang enak dilihat. 2. Columnar (Lonjong) Seperti namanya, bentuk pohon columnar (lonjong) menyerupai kolom atau silinder dengan cabang (ranting) pohon yang panjangnya seragam. Kesannya seperti ramping, padahal sebenarnya tidak. Hal ini disebabkan karena pola percabangannya. Banyak jenis pohon yang diketahui umumnya masuk kedalam kategori ini. Bagus sebagai pohon pengarah yang diaplikasikan pada jalan masuk, dan sebagainya. 3. Spreading (Melebar) Pohon yang tajuknya melebar bahkan di bagian puncak kanopinya memberi kesan yang sangat luas. Terlihat masif (padat), membuat rumah yang
24
hanya satu lantai semakin terlihat pendek. Tapi jika ditanam untuk rumah yang fasadenya ramping justru terlihat kontras dan menarik.yang kecil semakin terlihat kerdil.
Gambar 7. Bentuk-bentuk Tajuk Pohon (Sumber: Booth, 1990)
4. Rounded (Bulat) Bentuk bulat kanopi pohon ini sangat ideal untuk lanskap yang desainnya formal. Jika ditanam berbaris akan menciptakan kesan linear yang kuat, dan kanopinya yang mampu menangkap angin. Jika ditanam sendiri di padang rumput, pohon akan menjadi sebuah spesimen yang menarik.
25
5. Pryramidal (Piramid) Pohon berbentuk piramid ini memiliki kanopi segitiga - lebar di bagian bawah dan menyempit (meramping) di bagian puncak. Banyak pohon-pohon desidu dan konifer yang memiliki bentuk klasik ini. Satu buah pohon bentuk piramid yang berukuran besar akan terlihat menarik jika ditanam di halaman yang luasannya cukup lebar, sehingga memberi ruang bagi pohon untuk tumbuh baik. 6. Weeping (Merunduk) Ranting pohon merunduk ini jatuh ke bawah dan terlindungi dengan menarik. Umumnya pohon ini lebih kecil dan ornamental yang mampu memperlembut elemen hardscape. Kebanyakan pohon memiliki bentuk ini. 7. Picturesque (Seperti Lukisan) Bentuk rantingnya irregular (tidak teratur) dan acak, menciptakan bentuk kanopi asimetris yang menarik. Menciptakan bayangan yang bagus, dan setelah daunnya berguguran, rantingnya yang arsitektural menciptakan siluet yang dramatis. Dalam
kaitannya
mereduksi
polusi
udara,
Kharismana
(2004)
menyebutkan bahwa kriteria vegetasi yang berfungsi sebagai penyerap polutan, yaitu toleran terhadap polusi, kombinasi semak, penutup tanah, dan pohon dengan penataan berlapis-lapis, kerapatan tinggi, jarak tanam rapat, daun tebal dengan permukaan kasar, mempunyai trikoma dan kerapatan stomata tinggi, struktur tepi daun kasar/bergerigi/berbulu, batang dan cabang bertekstur kasar, evergreen. Contohnya, Casuarina equisetifolia, Aghatis alba, Bauhinia sp., Barringtonia asiatica, Cassua fistula, Delonix regia, Samanea saman. Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Geografi atau GIS (Geographic Information System) menurut Prahasta (2002) adalah suatu sistem informasi tentang pengumpulan dan pengolahan data serta penyampaian informasi dalam koordinat ruang, baik secara manual maupun digital. Data yang diperlukan merupakan data yang mengacu pada lokasi geografis yang terdiri dari dua kelompok, yaitu data grafis dan data atribut. Data grafis tersusun dalam bentuk titik, garis, dan polygon. Data atribut berupa data kualitatif atau kuantitatif yang merupakan hubungan satu-satu dengan
26
data grafisnya. GIS digunakan untuk menyimpan dan menganalisis informasiinformasi geografis. Dalam menangani data yang bereferensi suatu geografis, sistem komputer ini memiliki empat kemampuan dasar, yaitu data masukan (data spasial dan data atribut), data keluaran (peta tematik), manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data), dan analisis data. Menurut ESRI (2004), terdapat lima komponen utama dalam GIS, yaitu pelaksana, data, prosedur, hardware, dan software. Kemampuan GIS dalam menangani data yang bereferensi geografis sebagai berikut: pengambilan data (capture), penyimpanan data (store), pemilahan (query), pengolahan (analysis), penampilan (display), dan hasil akhir (output). Perangkat lunak GIS yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis, MapInfo, ERDAS. Arcview 3.2 merupakan perangkat lunak GIS yang dibutuhkan pada penelitian ini. Software tersebut berfungsi untuk menganalisis data spasial maupun non-spasial dan juga pemetaan. Ekstensi CITYgreen dikembangkan oleh American Forest dari Amerika berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh David Nowak, Ph.D, dari USDA Forest Service. Penggunaan ektensi ini telah banyak dilakukan untuk menganalisis ekologi oleh negara-negara luar, seperti dalam Regional Ecosystem Analiysis Roswell – Gorgia tahun 2002, Urban Ecosystem Analysis San Diego – California tahun 2003, Urban Ecosystem Analysis Palm Beach Country – Florida tahun 2007, dan sebagainya. Program ini juga dapat dilakukan di berbagai negara atau benua lain, seperti China termasuk Indonesia karena didalam analisis, CITYgreen memberikan pilihan-pilihan yang sama atau mendekati dengan kondisi daerah yang akan dianalisis. Selain itu, CITYgreen juga bisa menambahkan jenis pohon berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Dalam proses menganalisis kebutuhan suatu RTH, digunakan ekstensi CITYgreen 5.4 yang berfungsi dalam menganalisis kualitas udara, penyimpanan dan daya serap karbon, aliran permukaan air, dan penyimpanan, dengan memanfaatkan luas kanopi pohon. Untuk mengetahui kemampuan kanopi pohon dalam menyerap dan menjerap polutan serta keuntungan ekologi yang dihasilkan, penelitian hanya akan menggunakan analisis kualitas udara pada ekstensi CITYgreen 5.4. Dari hasil analisis akan didapat luas area analisis, persentase distribusi penutupan lahan, jumlah koefisien polutan yang dapat diserap dan
27
dijerap dalam satua Pounds, dan penghematan dari penyerapan polusi udara tahunan dalam bentuk Dollar yang dikonversi menjadi Rupiah. Dengan menyerap dan menyaring karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), dan benda partikel kurang dari 10 mikron (PM10) pada daun, pohon kota melakukan pembersihan udara yang secara langsung mempengaruhi penghuni kota. CITYgreen 5.4 memperkirakan tingkat pembersihan polusi tahunan dari pohon dengan menggunakan studi kajian tertentu untuk polutan tersebut. Untuk menghitung nilai uang dari polutan, ekonomi menghitung nilai ekternal atau nilai tidak langsung yang dikeluarkan masyarakat untuk pelayanan kesehatan dan mengurangi pemasukan dari turisme. Nilai biaya externality riil dari berbagai polutan udara ditetapkan oleh komisi pelayanan umum di setiap negara (American Forest, 2002). Citra Satelit Quick Bird Sudarsono (2006) menjelaskan bahwa Satelit Quick Bird merupakan salah satu satelit yang mengorbit pada bumi secara polar. Satelit ini diluncurkan untuk keperluan pengindraan jauh sumber daya alam. Citra Satelit Quick Bird merupakan milik Amerika Serikat dengan ukuran piksel 0,61 meter yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan perancangan wilayah, seperti perencanaan fisik (jaringan jalan, drainase, pipa, listrik, dll) di daerah perkotaan maupun pedesaan. Ketajaman citra dari sampel yang diambil, umumnya lebih dari 90%, sehingga citra ini sangat baik untuk digunakan sebagai media interpretasi pengindraan jauh.
KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Administratif Berdasarkan data BAPPEDA Kota Bogor (2009), secara geografis Kota Bogor terletak pada 106º 48’ Bujur Timur dan 6º 36’ Lintang Selatan. Wilayah penelitian berada di sepanjang Jalan Raya Padjajaran yang terletak di tengahtengah kota dengan segmen Warung Jambu hingga Ekalokasari.
Gambar 8. Peta Wilayah Administratif Tahun 2008 Sumber: (BAPPEDA Kota Bogor, 2009)
Lokasi penelitian yang berupa jalur jalan berpola linear, melintasi beberapa kecamatan dan kelurahan di Kota Bogor, terdiri dari: •
Kecamatan Bogor Utara: o Kelurahan Banjar Jati
29
•
Kecamatan Bogor Tengah: o Kelurahan Babakan o perbatasan timur Kelurahan Paledang o perbatasan barat Kelurahan Tegalega
•
Kecamatan Bogor Timur: o Kelurahan Baranangsiang o Kelurahan Sukasari Kondisi Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di sepanjang Jalan Raya Padjajaran umumnya
digunakan sebagai lokasi perdagangan, serta fasilitas pendidikan, kantor pemerintahan, fasilitas kesehatan, jasa, perumahan individu, fasilitas transportasi, dan RTH (Gambar 9). Hal ini menyebabkan aktivitas transportasi yang tinggi.
Gambar 9. Peta Tata Guna Lahan Tahun 2008 Sumber: (BAPPEDA Kota Bogor, 2009)
30
Kondisi Jaringan Jalan Jaringan jalan di Kota Bogor mempunyai pola radial konsentris. Pola tersebut memiliki konsekuensi berupa terakumulasinya seluruh pergerakan ke kawasan pusat kota, karena merupakan satu-satunya akses untuk mencapai daerah lain. Pergerakan tidak hanya berupa pergerakan internal kota saja, tetapi termasuk juga pergerakan internal-eksternal dan eksternal-internal yang melintas Kota Bogor. Jalan Raya Padjajaran merupakan salah satu jaringan jalan yang melingkari Kebun Raya Bogor dan juga terhubung dengan kawasan lain secara konsentris yang berada pada kawasan pusat kota. Adanya akumulasi pergerakan (baik internal maupun eksternal) akan menyebabkan beban lalu lintas yang tinggi di kawasan pusat kota.
Gambar 10. Peta Jaringan Jalan Tahun 2008 Sumber: (BAPPEDA Kota Bogor, 2009)
31
Mengingat dari segi lebar badan jalan, tata guna lahan, dan arus lalu lintas berdasarkan UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan dan PP No. 34 tahun 2006 tentang jalan, Jalan Raya Padjajaran termasuk dalam klasifikasi fungsi jalan sebagai arteri primer, dengan panjang 7,1 km dan lebar rata-rata mencapai 24,2 m. Jalan ini sudah memakai bahan aspal sebagai lapisan permukaan jalan. Presentasi Data Lalu Lintas Berdasarkan data yang didapat dari BAPPEDA Kota Bogor, Pemerintah Daerah telah melakukan survey primer di beberapa titik dengan fokus untuk memberikan gambaran pergerakan dari dan keluar Kota Bogor, diantaranya pada Jalan Raya Padjajaran. Waktu survey dilakukan pada waktu Hari Kerja. Survey pada hari kerja diupayakan untuk mengidentifikasi pergerakan atau permintaan perjalanan di Hari Kerja serta besar jumlah pergerakan dan kecenderungan polanya. Perhitungan volume lalu lintas untuk jalan-jalan di Kota Bogor dilakukan selama 14 jam dimulai dari jam 06.00 sampai dengan 20.00 WIB.
Gambar 11. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Kebun Raya – Cibinong) dan Sebaliknya. (Sumber : BAPPEDA Kota Bogor, 2009)
32
Dari tampilan Gambar 11, untuk jalan Padjajaran (Kebun Raya) arah ke Cibinong volume kendaraan tertinggi terjadi pada pukul 12.00 - 13.00 dengan jumlah 5086 kendaraan/jam dan pada arah ke Bogor terjadi pada pukul 13.00 14.00 dengan volume 4901 kendaraan/jam. Fenomena ini dapat dimengerti karena arah yang menuju ke arah kota Bogor pada waktu istirahat bekerja. Sedangkan volume terendah untuk kedua arah terjadi pada jam 19.00 – 20.00 dan untuk arah Bogor dan 06.00-07.00 untuk arah Cibinong.
Gambar 12. Pergerakan Kendaraan di Hari Kerja pada Jalan Raya Padjajaran (Bale Binarum – Tajur/Ciawi) dan Sebaliknya. (Sumber : BAPPEDA Kota Bogor, 2009)
Dari tampilan Gambar 12, untuk jalan Padjajaran (Bale Binarum) arah ke Tajur/Ciawi volume kendaraan tertinggi terjadi pada pukul 11.00 - 12.00 dengan jumlah 1997 kendaraan/jam dan pada arah ke Bogor terjadi pada pukul 07.00 08.00 dengan volume 873 kendaraan/jam. Fenomena ini dapat di mengerti karena arah yang menuju ke arah kota Bogor pada waktu berangkat bekerja. Sedangkan volume terendah untuk kedua arah terjadi pada jam 18.00 - 19.00 untuk arah Tajur/Ciawi dan 13.00 - 14.00 untuk arah Bogor.
33
Secara keseluruhan proporsi penggunaan moda angkutan di kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 13 beserta keterangan moda angkutannya sebagai berikut:
Gambar 13. Proporsi Penggunaan Moda Angkutan di Kota Bogor (Sumber : BAPPEDA Kota Bogor, 2009)
Keterangan : a. Sepeda motor
g. Hantaran/pick up
b. Mobil penumpang
h. Truk 2 as
c. Bus wisata/karyawan
i. Truk 3 as
d. Mobil penumpang umum
j. Gandengan
e. Bus sedang (umum)
k. Kontainer
f. Bus besar (umum)
l. Kendaraan tidak bermotor
Dari proporsi penggunaan angkutan dari update survey tahun 1996, dapat terlihat bahwa proporsi pemilihan moda yang tertinggi adalah mobil penumpang umum sebesar 39,96% atau sebesar 257.968 kendaraan, sedangkan yang terendah adalah kontainer sebesar 0,017%.
METODOLOGI
Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilakukan di sepanjang jalur jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor dengan segmen Warung Jambu hingga Ekalokasari (Gambar 14). Pada lokasi penelitian memiliki pola jalan berbentuk linear sepanjang 7,1 km dan memiliki jalur hijau jalan dengan dominasi pohon pada kanan, kiri, serta median jalan. Waktu pelaksanakan penelitian dimulai pada bulan Januari 2010 hingga Januari 2011.
Warung Jambu
Ekalokasari
Gambar 14. Peta Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan, terdiri dari: 1. Software ArcView 3.2 2. Ekstensi CITYgreen 5.4, Xtool, Image Analyst, Spatial Analyst 3. GPS, Meteran ukur, Busur 4. Kamera digital
35
Sedangkan bahan yang diperlukan, yaitu peta kawasan (Citra Satelit Quick Bird Kota Bogor tahun 2006), data lapang jenis spesies individu pohon jalan Raya Padjajaran, data sekunder kualitas udara, jenis-jenis kondisi umum pohon, dan data umum kota Bogor.
Metode dan Tahap Penelitian Metode yang digunakan berdasarkan American Forest (2002) dalam analisis CITYgreen terbagi dalam beberapa tahapan, yaitu: Persiapan studi, Pengumpulan data, Digitasi, Pengamatan lapang, Input atribut data, dan Analisis CITYgreen. Selain itu, terdapat model pertumbuhan dan perbandingan analisis dengan kadar polutan saat ini dan perbandingan hasil model pertumbuhan kanopi pohon pada masa yang akan datang. 1. Persiapan studi Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari penentuan lokasi penelitian, penelusuran dan studi pustaka, konsultasi, penulisan usulan penelitian dan perbaikan, pengurusan izin penelitian, serta pelatihan program ekstensi CITYgreen 5.4. 2. Pengumpulan data Kegiatan ini meliputi pengumpulan data-data sekunder atau informasi dasar tentang Jalan Raya Padjajaran dan Kota Bogor. Informasi yang didapat berupa data atribut dan data spasial, baik diperoleh dari pustaka, berbagai pihak terkait, maupun survey. Data yang berkaitan dengan kondisi umum wilayah penelitian diperoleh dari dinas-dinas, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bogor, Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kota Bogor (Dishubkom), Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (DLHK), dan berbagai literatur lainnya. Data berupa Citra Satelit Quick Bird tahun 2006 pada lokasi sepanjang Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor diperoleh dari Laboratorium Tanaman dan Tata Hijau Departemen Arsitektur Lanskap, Institut Pertanian Bogor. 3. Digitasi Mendigitasi peta pada lokasi penelitian dengan membedakan themes menjadi Canopy dan Non-canopy. Pada Canopy theme berfungsi untuk
36
mengelompokan digitasi data pohon, sedangkan Non-canopy theme berguna untuk mengelompokkan digitasi selain pohon. Tabel 3. Jenis, Sumber, dan Fungsi data. No.
Jenis Data
1
Citra Satelit Quick Bird 2006
2
Data Kendaraan
3
4
Data Kualitas Udara Data Vegetasi - Jenis spesies - DBH - Tinggi - Kesehatan - Kondisi pertumbuhan - Karakteristik spesies pohon
Sumber Data Lab. Tanaman dan Tata Hijau Depatemen Arsitektur Lanskap, IPB yang berasal dari Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Dinas Perhubungan dan Komunikasi, Kota Bogor Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Kota Bogor
Fungsi Data Data Spasial
Data Atribut Data Atribut
Data Atribut Survey Lapang dan Data Sekunder dan Data Penunjang
4. Pengamatan lapang Memeriksa atau cek lapang hasil digitasi dengan kondisi lapang tapak dan melengkapi data-data atribut lapang yang dibutuhkan untuk analisis. Dalam analisis manfaat kanopi pohon dalam mereduksi polutan, hanya berdasarkan luasan kanopi pada digitasi peta. Sedangkan pada Modeling Growth yang menggunakan CITYgreen 5.4, dibutuhkan data spesifik pohon, berupa data spesies pohon, tinggi rata-rata individu pohon, diameter batang pohon, kondisi kesehatan, dan kondisi pertumbuhan pohon. 5. Input atribut data Memasukkan dan melengkapi data atribut atau data yang diperoleh saat pengamatan lapang ke dalam tabel atribut, untuk dapat dianalisis. 6. Analisis kualitas udara menggunakan CITYgreen 5.4 Setelah digitasi pada Citra Satelit dan data atribut telah dilengkapi, analisis dengan menggunakan CITYgreen dapat dilakukan. Hasil yang diperoleh laporan yang terdiri dari statistika tapak berupa persentase luasan penutupan
37
lahan dan jumlah polutan yang dapat direduksi atau diserap oleh kanopi pohon dalam satu tahun, dengan satuan Pounds (satuan ukur massa dengan simbol lbs, 1 lbs = 0,45359 kg) dan U.S Dollar (satuan mata uang dengan simbol $) yang akan dikonversi ke dalam Kilogram dan Rupiah. Hasil analisis yang didapat akan dilakukan perbandingan antara nilai hasil analisis menggunakan CITYgreen dengan kualitas udara berdasarkan udara ambien yang berada di beberapa titik Jalan Raya Padjajaran, sehingga dapat diketahui kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan yang ada. 7. Model pertumbuhan Merupakan salah satu kelengkapan dari ekstensi CITYgreen dalam menganalisis kanopi pohon. Pemodelan pada CITYgreen menggunakan skenario kanopi dan bentuk berdasarkan jenis spesies pohon, tinggi pohon, diameter batang pohon, kondisi kesehatan, dan kondisi pertumbuhan pohon. Growth Modeling dapat memodelkan pertumbuhan pohon dan keuntungannya untuk masa yang akan datang. Dengan melengkapi data atribut yang dibutuhkan, pemodelan dapat dilakukan hingga 50 tahun yang akan datang. Pada penelitian ini hanya akan melakukan model pertumbuhan pohon untuk 10, 20, dan 30 tahun ke depan. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan usia pohon yang relatif tua pada lokasi penelitian. 8. Analisis CITYgreen 5.4 pada hasil model pertumbuhan Hasil pemodelan dari Growth Modeling, yaitu berupa skenario pertumbuhan kanopi pohon pada 10, 20, dan 30 tahun kedepan, akan dianalisis kembali menggunakan CITYgreen 5.4 untuk mengetahui kemampuan dalam menyerap dan menjerap polutan. Analisis ini menghasilkan laporan persentase luasan penutupan lahan dan jumlah polutan yang dapat direduksi atau diserap oleh kanopi pohon dalam satu tahun. 9. Perbandingan analisis Dari hasil analisis kanopi pohon dalam mereduksi polutan saat ini dan model pertumbuhan hingga 30 tahun yang akan datang. Selanjutnya akan dibandingkan dan diterjemahkan kedalam diagram-diagram untuk melihat perubahan yang terjadi.
38
Metode Geographic Information System (GIS) Perangkat lunak GIS yang biasa digunakan antara lain ArcView, ArcGis, MapInfo, ERDAS. Pada penelitian ini perangkat lunak GIS yang digunakan adalah ArcView 3.2 karena kemampuannya dalam menganalisis lebih baik dan mudah dengan tersedianya banyak ekstensi yang beredar dipasaran. ArcView 3.2 adalah software yang biasa digunakan untuk menganalisis data spasial maupun nonspasial dan pemetaan. Pada dasarnya, ekstensi CITYgreen 5.4 berfungsi untuk mempermudah dalam menganalisis manfaat ekologi yang terdiri dari: •
Kualitas udara (berdasarkan daya serap terhadap polutan di udara)
•
Penyimpanan karbon dan daya serap karbon
•
Mereduksi aliran air/banjir
•
Konservasi energi dan mengurangi emisi karbon
•
Model pertumbuhan Pada penelitian secara khusus membahas kualitas udara dengan
menganalisis kemampuan pohon dalam membersihkan polutan di udara dan melakukan model pertumbuhan untuk beberapa tahun yang akan datang. Hasil analisis CITYgreen berupa nilai ekologi dan ekonomi, sedangkan model pertumbuhan akan menghasilkan skenario pertumbuhan kanopi pohon untuk tahun yang diinginkan. Penelitian ini menggunakan data spasial yang berasal dari Citra Satelit Quick Bird tahun 2006. Data atribut yang digunakan, berupa data sekunder dan primer, yaitu jenis dan spesies pohon, spesifikasi individu pohon pada lokasi penelitian, dan sebagainya. Klasifikasi penutupan lahan terdiri dari (berdasarkan user manual CITYgreen 5.4), yaitu kanopi pohon, jalan, permukaan yang tertutup oleh rumput, dan semak. Analisis CITYgreen 5.4 banyak dilakukan bukan hanya untuk latihan teoritis semata, tetapi membantu dalam mempengaruhi keputusan kebijakan riil, dimana dapat memberikan pertimbangan keuntungan yang paling penting untuk kota dan masyarakat (American Forest, 2002). Model ini sudah cukup valid karena terdapat metode teknis perhitungan penangkapan partikel polutan berdasarkan dari luasan kanopi pohon dan daya penangkapan berdasarkan flux harian yang dihitung. Pada model pertumbuhan, dari data jenis pohon yang diinput dilihat karakter fisiknya dan digunakan sebagai pembanding pertumbuhan.
39
1. Kualitas Udara Model analisis kualitas udara pada CITYgreen dikembangkan oleh Forest Service dari Amerika Serikat berdasarkan dari penelitian yang dipimpin oleh David Nowak, Ph.D, dari USDA Forest Service. Dinilai bahwa kapasitas pembersihan polusi udara oleh hutan kota,j tanggap terhadap polutan seperti pada polutan nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon (O3), karbon monoksida (CO), dan partikel-partikel yang kurang dari 10 mikron (PM10). Dengan menyerap dan menyaring polutan tersebut melalui daun, pohon melakukan jasa pembersihan udara yang sangat penting, secara langsung dan memberikan efek yang baik (kesehatan, kenyamanan, udara bersih, mengurangi kerusakan bangunan) untuk masyarakat sekitar dan mereduksi gas rumah kaca yang dapat menambah global warming. Hasil analisis CITYgreen berupa analysis report yang menampilkan jumlah dari kelima polutan yang dapat dihilangkan/dibersihkan oleh kanopi pohon. Satuan Pounds, menunjukkan jumlah polutan yang dapat dihilangkan oleh kanopi pohon dalam satu tahun, dan satuan U.S Dollar, merupakan nilai yang berasal dari biaya externality yang secara tidak langsung dikeluarkan oleh masyarakat dan pemerintah akibat adanya polusi udara. Biaya eksternal seperti biaya kesehatan, biaya kenyamanan, biaya kerusakan pada bangunan pada waktu tertentu, dan sebagainya. Dengan adanya kemajuan teknologi, CITYgreen memberikan kemudahan secara cepat menghitung kemampuan pohon dalam mereduksi polutan di udara. Kegiatan analisis tidak memerlukan studi khusus dan penelitian laboratorium. Hasil analisis yang didapat akan mendekati hasil nyata dan kesalahan yang terjadi oleh adanya human eror. Perhitungan kualitas udara pada CITYgreen 5.4 menggunakan rumus sebagai berikut: F (g/cm2/sec) = Vd (cm/sec) x C (g/cm3) Ket: F = Laju penyerapan polutan (Flux) Vd = Kecepatan pengendapan polutan (Velocity deposition) C = Konsentrasi polutan (Concentration) Sebagai pembanding, salah satu rumus manual yang digunakan dalam penelitian laboratorium untuk menghitung kapasitas tanaman mereduksi jenis
40
polutan partikel, adalah luas tajuk pohon dikalikan dengan rata-rata debu yang mengendap pada daun. Luas tajuk dianggap berbentuk bola, 4/3 π r2 (cm2), dengan π = 3,14 dan r = jari-jari tajuk. Rata-rata partikel yang mengendap didapatkan dari massa debu yang menempel pada daun (mg/cm2). Sehingga dapat diketahui jumlah partikel yang dapat dijerap oleh pohon dalam satuan mg/pohon per hari.
Gambar 15. Data yang Diperlukan dalam Analisis CITYgreen 5.4 (Sumber: American Forest, 2002)
Data yang diperlukan oleh CITYgreen dalam menganalisis kualitas udara adalah luas kanopi pohon dan kualitas udara kota (Gambar 15). Pada perhitungan manual, digunakan luasan tajuk pohon untuk mengetahui besar kemampuan pohon dalam menyerap polutan. Hal tersebut menyatakan bahwa luas kanopi pohon ternyata memiliki peran penting dalam menganalisis potensi pohon mereduksi polusi udara. Selain itu, untuk menjalankan CITYgreen berdasarkan metode penelitian, diperlukan peta dasar berupa gambar dua dimensi yang menampilkan tajuk pohon terlihat secara horizontal (tampak atas). Sehingga analisis yang dilakukan oleh CITYgreen 5.4 untuk kualitas udara berdasarkan pendekatan luas kanopi pohon. Untuk nilai kualitas udara kota, bisa didapatkan dari data analisis dalam CITYgreen atau dapat diuraikan dari area analisis. CITYgreen memberikan 10 kota referensi kualitas udara, yaitu Atlanta, Georgia; Austin, Texas; Baltimore, Maryland; Boston, Massachusetts; Denver, Colorado; Milwaukee, Wisconsin;
41
New York, New York; Philadelphia, Pennsylvania; St. Louis, Missouri; dan Seattle, Washington. Bila data spesifikasi kualitas udara tidak didapatkan, maka CITYgreen akan menghitung dan melihat data yang mendekati kondisi area analisis. Dengan perhitungan tertentu, CITYgreen mampu mengolah dan memberikan angka besaran pohon dalam membersihkan polutan di udara. Pada penelitian ini digunakan area analisis negara Boston. Pemilihan tersebut didapat berdasarkan analisis dari CITYgreen 5.4. 2.
Model Pertumbuhan Pohon CITYgreen’s Tree Growth Model dikembangkan oleh American Forest.
Program ini ‘menumbuhkan’ diameter at breast height (DBH), tinggi pohon, dan kanopi pohon, sesuai dengan spesies dan tahun pertumbuhan yang dipilih. Kelengkapan tabel data atribut pada area penelitian digunakan CITYgreen untuk memperkirakan pertumbuhan pohon di masa yang akan datang. Dengan melihat ukuran pohon, tinggi, diameter, dan spesies rata-rata pertumbuhan, CITYgreen menghasilkan sebuah theme baru yang mengilustrasikan pohon tersebut seperti 1 sampai 50 tahun yang akan datang. American forest (2002), menyatakan bahwa program ini menggunakan metode untuk memperkirakan pertumbuhan pohon, yaitu: Tree Growth Rate Slow-Growing Trees Medium-Growing Trees Fast-Growing Trees
Trunk Diameter (Inches/Year) 0.1 0.25 0.5
Height (Inches/Year) 1.0 1.5 3.0
Perubahan tinggi pohon ditentukan oleh perkalian angka pertumbuhan setiap tahun dengan kecepatan tinggi tumbuh. Sedangkan perubahan diameter merupakan perhitungan dari penambahan diameter eksisting (inch) dengan angka pertumbuhan setiap tahun yang dikalikan dengan kecepatan diameter tumbuh. Kanopi pohon yang didapat dari American Forest, mengkombinasikan lebih dari 13.000 pohon sebagai data-base spesies pohon. Dengan melihat besarnya spesimen inventori dari setiap spesies, potensi maksimum pertumbuhan telah ditentukan menjadi 264 spesies pohon yang berada dalam data spesies pohon CITYgreen. Faktor pertumbuhan kanopi ialah berdasarkan regresi linear radius kanopi dibagi dengan diameter.
42
Berikut merupakan data lapang untuk setiap individu pohon yang harus dilengkapi pada tabel data atribut, dalam menjalankan Tree Growth Modeling pada lokasi penelitian: a. Data spesies pohon Merupakan data spesies jenis individu pohon. CITYgreen menyediakan 320 jenis pohon. Bila jenis pohon yang terdapat pada area analisis tidak terdapat pada daftar pohon, CITYgreen menyediakan Add spesies yang berguna untuk menambahkan spesies yang dibutuhkan. Selain itu, perlu diketahui penutupan lahan pada permukaan tumbuh pohon, berdasarkan: 1 = Forest Litter Understory atau permukaan dengan sampah/kotoran organik (dedaunan, ranting, bunga, buah, dan jejatuhan alami lainnya dari pohon) 2 = Grass/Turf Understory atau permukaan dengan rumput/tanah (termasuk tanaman penutup tanah lainnya) 3 = Impervious Surfaces atau permukaan tahan/kedap air (termasuk semua permukaan paved dan unpaved (beton, aspal, tanah kosong, dan bebatuan yang tersusun) dan drainase terbuka atau tertutup) b. Diameter at Breast Height (DBH) Mengukuran diameter batang pohon menggunakan meteran ukur pada ketinggian 4,5 feet atau 140 – 145 cm dari permukaan tanah.
Gambar 16. Cara Mengukur DBH Pohon Bila pohon berada pada lokasi yang menanjak, ukur 4,5 feet dari bagian yang menanjak. Bila terdapat banyak batang, maka ukur bagian terbesar batang. Ubah ukuran keliling lingkaran yang didapat menggunakan rumus: Diameter (inches) = Keliling lingkaran batang, dengan π = 3,14 π
43
c. Tinggi pohon Dalam mengukur tinggi pohon, dapat digunakan alat ukur seperti klinometer. Dengan mengarahkan alat pada paling atas pohon melalui penglihatan mata. Cara pengukuran dapat dilihat pada Gambar 17 (b).
a
b
Gambar 17. Mengukur Tinggi Pohon (a) Alat Klinometer (b) Cara Pengukuran Tinggi pohon (feet) didapat dari penjumlahan jarak ukur dari pohon (D) dengan tinggi permukaan hingga setingkat mata (H). Pada CITYgreen dibagi mejadi beberapa kelas, yaitu: 1 = <25 feet 2 = 25 - 45 feet 3 = >45 feet d. Kesehatan pohon Menilai keseluruhan kesehatan pohon yang diperiksa dari kondisi tajuk, batang, dan akar, seperti yang terlihat dari akar yang muncul, kulit kayu yang terlepas, pembusukan, ranting/percabangan yang mati, dan sebagainya. Gunakan kertas kerja untuk mengevaluasi kondisi yang ditemukan pada pohon. Kertas kerja ‘tree inventory data sheet’ dapat dilihat pada Bab Lampiran. Berikut adalah standar evaluasi yang digunakan oleh CITYgreen untuk membedakan tingkat kesehatan pohon, yaitu: 5 = Baik 4 = Cukup Baik 3 = Tidak Baik 2 = Sangat Tidak Baik 1 = Mati
44
Tajuk
Batang Akar
Gambar 18. Bagian Penilaian Kesehatan Pohon e. Kondisi pertumbuhan pohon Pada kondisi pertumbuhan pohon pada umumnya menghubungkan antara kemampuan sebuah pohon untuk tumbuh dengan ukuran yang alami terhadap karakteristik tapak yang ditumbuhi, membantu CITYgreen untuk memprediksi ukuran dan kelangsungan hidup keseluruhan pada masa yang akan datang. Menilai kodisi pertumbuhan pohon dengan membuat faktor-faktor kondisi pertumbuhan berdasarkan pengetahuan akan karakteristik tapak dan individual pohon. Penilaian ini dapat dipermudah dengan adanya Tree Inventory Data Sheet yang terdapat pada Bab Lampiran. Kondisi pertumbuhan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 3 = Baik 2 = Cukup Baik 1 = Tidak Baik Data atribut yang didapat dari hasil survey, kemudian dimasukkan ke dalam tabel data atribut melalui Add/Update data (Gambar 19). Sehingga kanopi yang berada dalam Canopy theme mempunyai keterangan data pada setiap individunya. Pada pengisian spesies tanaman, terdapat 320 jenis spesies pohon yang telah disediakan oleh CITYgreen. Untuk jenis pohon yang tidak tersedia, maka sebelumnya dapat memasukkan jenis spesies tersebut dalam CITYgreen melalui Add spesies (Gambar 20). Kondisi jenis tanaman secara umum harus diketahui dengan melihat kerapatan daun, kecepatan tinggi pertumbuhan, kecepatan diameter pertumbuhan, bentuk kanopi, sifat pengguguran daun, dan tinggi maksimum pertumbuhan.
45
Gambar 19. Form Menambah atau Memperbaharui Data Untuk
melakukan
model
pertumbuhan,
CITYgreen
juga
telah
mempertimbangkan negara yang menjadi area projek berada. Hal ini diketahui bahwa kecepatan tumbuh suatu tanaman berbeda-beda untuk suatu wilayah. Katagori negara yang dapat dipilih pada CITYgreen, yaitu Northeast, MidAtlantic, Southeast, Midwest, Southwest, Mountain and Pacific Northwest, dan Mainland US. Melihat dari letak lokasi penelitian, maka model pertumbuhan akan menggunakan wilayah Southeast (Gambar 21). Setelah melakukan Model tree growth, maka akan didapatkan skenario gambar pertumbuhan kanopi pohon sesuai dengan tahun yang diinginkan, dengan maksimal periode pertumbuhan hingga 50 tahun yang akan datang. Pada penelitian akan dilakukan pemodelan pada 10, 20, dan 30 tahun mendatang.
46
Gambar 20. Form Menambah Spesies Baru
Gambar 21. Form Model Pertumbuhan Pohon
47
Persiapan Studi
Perizinan Pelatihan CITYgreen Citra Satelit Quick Bird tahun 2006
Pengumpulan Data
Pemotongan dan Registrasi Citra Data-data sekunder dan Data penunjang Canopy Theme
Digitasi Non-Canopy Theme
Pengamatan Lapang
Cek lapang Data atribut lapang
Input Data Atribut
Melengkapi tabel data atribut pada hasil digitasi Analisis luasan kanopi pohon saat ini menggunakan CITYgreen 5.4
Analisis CITYgreen 5.4
Hasil analisis manfaat kanopi pohon Membandingakan kemampuan hasil analisis dengan kualitas udara yang ada Melengkapi tabel data atribut: nama spesies, DBH, tinggi, kesehatan, dan kondisi pertumbuhan pohon
Model Pertumbuhan Pemodelan pertumbuhan kanopi pohon dengan memanfaatkan Growth Modeling pada CITYgreen untuk 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang
Analisis CITYgreen 5.4 pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang Perbandingan hasil analisis saat ini dengan 30 tahun yang akan datang
Analisis luasan kanopi pohon pada 10, 20, 30 tahun yang akan datang menggunakan CITYgreen 5.4 Hasil analisis manfaat kanopi pohon Perbandingan analisis manfaat kanopi pohon pada saat ini hingga 30 tahun yang datang Diagram kemampuan kanopi pohon dalam meyerap polutan
Gambar 22. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
48
Batasan Penelitian Batasan penelitian dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah dan fokus sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Adapun batasan-batasan penelitian tersebut, antara lain: •
Wilayah penelitian adalah sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran berdasarkan dari Citra Satelit Quick Bird pada tahun 2006 yang diperoleh dari Laboratorium Tanaman dan Tata Hijau Departemen Arsitektur Lanskap, dengan piksel 3 x 3 meter, yang kemudian dilakukan pengoreksian atau registrasi atas letak koordinatnya.
•
Batas wilayah penelitian hingga daerah Rumija (Ruang Milik Jalan) di sepanjang jalan Raya Padjajaran, meliputi pepohonan yang berada pada median jalan dan kedua ruas tepi jalan.
•
Dalam
analisis,
hanya
berdasarkan
luasan
kanopi
pohon
yang
menggunakan dua klasifikasi, yaitu Canopy dan Non-Canopy. Canopy theme merupakan data digitasi dan atribut kanopi pohon yang memiliki diameter tajuk lebih dari 4 meter. Selain pohon, digitasi dikatagorikan sebagai Non-canopy theme, seperti jalan, permukaan tertutup rumput, dan semak. •
Hasil penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap analisis dari manfaat kanopi pohon saat ini dengan 30 tahun yang akan datang menggunakan CITYgreen 5.4 dan perbandingan daya serapnya melalui diagram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Untuk melakukan analisis CITYgreen, diperlukan pendigitasian pada Citra Kawasan. Terdapat tiga themes, yang terdiri dari Study Site Theme, Canopy Theme, dan Non-canopy Theme. Study Site theme merupakan batasan luasan lokasi yang akan dianalisis, yaitu jalan Raya Padjajaran. Pendigitasian peta dilakukan pada daerah Rumija (Ruang Milik Jalan) di sepanjang jalur jalan dari segmen jalan wilayah Warung Jambu hingga Ekalokasari (Gambar 23).
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 23. Digitasi Batasan Wilayah (a) Warung Jambu dan (b) Ekalokasari
Canopy Theme adalah theme yang digunakan hanya untuk mendigitasi kanopi pohon (Gambar 24). Pada data atribut lokasi penelitian ini, dibedakan menjadi: •
Trees: Grass/turf understory dengan Ground cover <50%; Ground cover 50% - 75%; dan Ground cover >75%.
•
Trees: Impervious understory. Pohon yang terletak pada permukaan yang tertutup rumput dimasukkan
dalam katagori Grass/turf understory, dan Impervious understory untuk pohon dengan permukaan yang tahan/kedap air.
50
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 24. Digitasi Canopy Theme (a) Depan Terminal Baranangsiang dan (b) Ekalokasari Non-canopy Theme terdiri dari pendigitasian luasan selain pohon (Gambar 25). Pada lokasi penelitian, digitasi non-kanopi terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: •
Jalan, dikatagorikan sebagai Impervious Surfaces: Paved: Drain to open ditches. Jenis permukaan pada jalan Raya Padjajaran memiliki permukaan yang kedap air (impervious surfaces), yaitu terbuat dari bahan aspal (paved), dengan rata-rata memiliki saluran pembuangan air secara terbuka (drain to open ditches).
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 25. Digitasi Non-canopy Theme (a) Depan Terminal Baranangsiang dan (b) Ekalokasari •
Permukaan yang tertutup rumput, dikatagorikan menjadi Open Space Grass/Scattered Tree dengan Grass cover <50%; Grass cover 50% - 75%; dan
51
Grass cover >75%. Permukaan beberapa median dan sekitar jalur kanan kiri jalan, terdapat ruang terbuka (open space) yang terdiri dari permukaan rumput atau sejumlah pohon yang tersebar (grass/scattered tree). •
Semak, dengan katagori Shrub dengan Ground cover <50%; Ground cover 50% - 75%; dan Ground cover >75%. Terdapat semak dibeberapa luasan median dengan penutupan permukaan yang berbeda-beda. Gambar 26 merupakan hasil digitasi penutupan lahan di sepanjang Jalan
Raya Padjajaran berdasarkan tiga themes yang telah dikonfigurasi. Setelah terdigitasi, maka analisis CITYgreen dapat dilakukan.
Gambar 26. Digitasi pada Lokasi Penelitian Jalan Raya Padjajaran
52
1. Analisis Kualitas Udara Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran pada saat ini, berdasarkan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006, dapat diketahui dan dianalisis kualitas udaranya. Dari peta spasial dan data atribut yang dianalisis dengan metode GIS menggunakan Arcview 3.2 serta ekstensi CITYgreen 5.4 didapat hasil sebagai berikut:
Gambar 27. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran
53
A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 30% (5,82 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 205,48 kg atau Rp 13.334.400,-
-
Sulfur dioksida
: 57,15 kg atau Rp 912.000,-
-
Nitrogen dioksida
: 127,46 kg atau Rp 8.294.400,-
-
Partikel (PM10)
: 156,03 kg atau Rp 6.768.000,-
-
Karbon monoksida
: 19,50 kg atau Rp 182.400,-
-
Total
: 565,63 kg atau Rp 29.481.600,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $3,071 setara dengan Rp 29.481.600,($1 = Rp 9.600,-)
2. Model Pertumbuhan Dalam menjalankan Tree Growth Model, selain mendigitasi penutupan lahan, diperlukan beberapa data atribut yang harus dilengkapi di lapang. Data atribut yang dibutuhkan seperti nama spesies pohon, diameter batang pohon (DBH), kondisi fisik atau kesehatan pohon, tinggi pohon, dan kondisi pertumbuhan pohon. Penilaian data atribut telah ditentukan oleh ekstensi CITYgreen 5.4.
54
Setelah melakukan survey lapang untuk mendapatkan data yang diperlukan serta melakukan pemeriksaan kembali antara hasil digitasi dengan data lapang, data dapat dimasukkan ke dalam tabel atribut. Tabel data yang sudah dilengkapi dapat dilihat sebagian hasilnya pada Gambar 28 dan Gambar 29
Gambar 28. Tabel Data Atribut Canopy
Gambar 29. Tabel Data Atribut Non-canopy
55
Dari tabel data atribut canopy dan non-canopy yang telah dilengkapi, model pertumbuhan pohon menggunakan CITYgreen 5.4 dapat dijalankan. Gambar 30 merupakan gambar hasil skenario pertumbuhan pohon untuk 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Setiap model pertumbuhan yang dilakukan akan menghasilkan sebuah themes baru dengan skenario tahun yang diinginkan. Pada gambar detail, terdapat empat lingkaran yang saling bertumpukan. Untuk lingkaran dalam yang memiliki warna hijau merupakan kondisi eksisting kanopi (hasil pendigitasian Citra Satelit Quick Bird tahun 2006). Kemudian warna jingga, kuning, dan putih secara berturut-turut merupakan hasil skenario dari Growth model yang dilakukan oleh CITYgreen pada 10, 20, hingga 30 tahun yang akan datang.
Gambar 30. Skenario Pertumbuhan Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4
56
a.
Analisis CITYgreen 5.4 pada 10 tahun yang akan datang Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran
berdasarkan skenario pertumbuhan kanopi pohon menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 pada 10 tahun yang akan datang dapat diketahui dan dianalisis. Berikut merupakan laporan hasil analisis:
Gambar 31. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 10 Tahun yang akan Datang
57
Dari laporan hasil analisis pada CITYgreen 5.4 untuk model pertumbuhan 10 tahun yang akan datang pada jalan Raya Padjajaran, dapat diterjemahkan sebagai berikut: A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 41% (7,91 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 279,41 kg atau Rp 18.144.000,-
-
Sulfur dioksida
: 77,56 kg atau Rp 1.238.400,-
-
Nitrogen dioksida
: 173,72 kg atau Rp 11.280.000,-
-
Partikel (PM10)
: 212,28 kg atau Rp 9.206.400,-
-
Karbon monoksida
: 26,31 kg atau Rp 240.000,-
-
Total
: 769,74 kg atau Rp 40.118.400,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $4,179 setara dengan Rp 40.118.400,($1 = Rp 9.600,-)
58
b.
Analisis CITYgreen 5.4 pada 20 tahun yang akan datang Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran
berdasarkan skenario pertumbuhan kanopi pohon menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 pada 20 tahun yang akan datang dapat diketahui dan dianalisis. Berikut merupakan laporan hasil analisis:
Gambar 32. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 20 Tahun yang akan Datang
59
Dari laporan hasil analisis pada CITYgreen 5.4 untuk model pertumbuhan 20 tahun yang akan datang pada jalan Raya Padjajaran, dapat diterjemahkan sebagai berikut: A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 42% (8,13 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 287,12 kg atau Rp 18.643.200,-
-
Sulfur dioksida
: 79,83 kg atau Rp 1.267.200,-
-
Nitrogen dioksida
: 178,26 kg atau Rp 11.596.800,-
-
Partikel (PM10)
: 218,18 kg atau Rp 9.465.600,-
-
Karbon monoksida
: 36,29 kg atau Rp 249.600,-
-
Total
: 791,06 kg atau Rp 41.232.000,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $4,295 setara dengan Rp 41.232.000,($1 = Rp 9.600,-)
60
c.
Analisis CITYgreen 5.4 pada 30 tahun yang akan datang Distribusi penutupan lahan sepanjang jalur Jalan Raya Padjajaran
berdasarkan skenario pertumbuhan kanopi pohon menggunakan Growth Modeling pada CITYgreen 5.4 pada 30 tahun yang akan datang dapat diketahui dan dianalisis. Berikut merupakan laporan hasil analisis:
Gambar 33. Report Asli dari Analisis CITYgreen 5.4 pada Jalan Raya Padjajaran Berdasarkan Model Pertumbuhan 30 Tahun yang akan Datang
61
Dari laporan hasil analisis pada CITYgreen 5.4 untuk model pertumbuhan 30 tahun yang akan datang pada jalan Raya Padjajaran, dapat diterjemahkan sebagai berikut: A. Statistik Tapak -
Area Analisis : Jalan Raya Padjajaran
-
Skenario
: Kondisi Tertentu
-
Area
: 0,07 mil² = 47,37 acre = 19,17 ha
Distribusi Penutupan Lahan: -
Lahan Kedap Air
: 86% (16,56 ha)
-
Ruang Terbuka/Padang Rumput : 12% (2,37 ha)
-
Semak
: 1% (0,26 ha)
-
Kanopi Pohon
: 44% (8,35 ha)
(1 acre = 0,40469 ha) B. Manfaat Ekologi Polusi Udara yang dapat diserap: -
Standar Kualitas Udara
: Boston
-
Ozon
: 294,83 kg atau Rp 19.142.400,-
-
Sulfur dioksida
: 81,65 kg atau Rp 1.305.600,-
-
Nitrogen dioksida
: 183,25 kg atau Rp 11.904.000,-
-
Partikel (PM10)
: 224,07 kg atau Rp 9.715.200,-
-
Karbon monoksida
: 28,12 kg atau Rp 259.200,-
-
Total
: 811,93 kg atau Rp 42.326.400,-
(1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-) C. Ringkasan Manfaat Ekonomi •
Penghematan dari Penyerapan Polusi Udara Tahunan: $4,409 setara dengan Rp 42.326.400,($1 = Rp 9.600,-)
62
Pembahasan
1. Analisis Kualitas Udara a. Hasil Analisis CITYgreen 5.4 Analisis menggunakan CITYgreen dalam kaitannya dengan polusi udara, berfungsi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan sekelompok pohon dalam membersihkan polutan di udara pada luas area yang telah ditentukan dalam jangka waktu satu tahun. Berdasarkan analisis yang dilakukan, menghasilkan laporan atau analysis report yang terdiri dari statistika tapak dan manfaat ekologi (Ecological Benefits). 1) Statistika tapak Berdasarkan hasil analisis pada statistika tapak, diketahui bahwa Jalan Raya Padjajaran memiliki luas sebesar 19,17 ha. Luas tersebut didapat berdasarkan perhitungan dari hasil digitasi pada yang dilakukan pada Study Site Theme (Gambar 34), dimana dilakukan pendigitasian sepanjang jalan Raya Padjajaran (Segmen Warung Jambu - Ekalokasari) dengan batasan lebar pada daerah Rumija (Gambar 35).
Tanpa Skala
1
2
3
4
Tanpa Skala
Tanpa Skala
Tanpa Skala
Gambar 34. Batasan Wilayah Analisis
63
G Gambar 35. Potongan Batasan B pad da Wilayah Warung W Jam mbu (A-A’)) d Ekalokaasari (B-B’)) dan Sedangkan peenutupan permukaan lahan l hasil pendigitasiian area an nalisis pada canopy c dan non-canopyy themes meemiliki luas: •
300% atau 5,882 ha untuk kanopi poh hon.
•
866% atau 16,56 ha untuuk permukaaan yang keddap air (imppervious surrface) seeperti jalan, beton/ sem men.
•
122% atau 2,,37 ha ruanng terbuka (open spacce/pasture/m meadow) seeperti ruuang yang hanya h didom minasi oleh rumput/tannah dengan sedikit/tidaak ada kaanopi pohonn.
•
1% % atau 0,266 ha pada luuasan semak k (shurb).
64
Daari persentaase luas pennutupan lah han tersebuut, diketahuui bahwa ju umlah keseluuruhan perm mukaan meelebihi 100 0%. Hal ini dikarenakan perseentase didapaatkan dari hasil h perbaandingan seetiap jenis luas penutuupan permu ukaan lahan dengan luaas keseluruhhan area an nalisis. Sehhingga bebeerapa mengalami overlay ay dalam penndigitasian (Gambar 36 6).
Gambar 366. Overlay pada p Digitaasi Penutupaan Permukaaan Lahan Luuas penutuppan lahan, teerutama pad da luas kannopi pohon (canopy theemes) dan luuas area annalisis (study dy site them mes), akan saling mem mpengaruhi pada hasil manfaat m ekoologi yang diberikan. Manfaat ekkologi akann semakin tinggi t bila peenutupan kaanopi pohonn semakin mendekati m luuas area anaalisis. 2) Maanfaat ekoloogi Paada analisis manfaat ekkologi polussi udara, terrdiri dari lim ma polutan yang dapat dihitung oleh o CITYggreen, yaitu u ozon (O O3), sulfur dioksida (SO2), nitrogeen dioksidaa (NO2), karrbon monok ksida (CO), dan partikkel-partikel yang kurangg dari 10 mikron m (PM10). Nilai yang y dikeluarkan oleh manfaat ek kologi dalam waktu satuu tahun padaa laporan an nalisis terbaggi dua, yaituu: •
Jum mlah poluttan yang mampu m diseerap atau dijerap oleeh pohon dalam d meelakukan peembersihann udara pad da area anaalisis yang telah ditentukan denngan satuann massa Pouunds (lbs).
•
Penghematan biaya yangg dapat dilak kukan oleh Pemerintahh dan masyaarakat unntuk biaya exxternality dalam d satuan n U.S Dollaar ($).
65
Tabel 4 merupakan ringkasan laporan hasil analisis untuk manfaat ekologi yang diberikan dalam kaitan pembersihan udara oleh kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran. Tabel 4. Jenis polutan, Jumlah polutan yang dapat dibersihkan, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan pada laporan analisis CITYgreen 5.4 Jumlah polutan yang dapat Nilai dihilangkan/dibersihkan Jenis Polutan Ozon Sulfur dioksida Nitrogen dioksida Partikel <10 mikron Karbon monoksida Total
lbs 453 126 281 344 43 1,247
kg 205,48 57,15 127,46 156,03 19,50 565,63
$ 1,389 95 864 705 19 3,071
Rp 13.334.400 912.000 8.294.400 6.768.000 182.400 29.481.600
*Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
Berdasarkan hasil analisis dengan metode GIS menggunakan Arcview 3.2 ekstensi CITYgreen 5.4, distribusi penutupan lahan di sepanjang Jalan Raya Padjajaran pada saat ini (berdasarkan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006) memiliki potensi menyerap dan menjerap polutan sebesar 565,63 kg dalam setahun. Sebagai validasi, Sulistijorini (2009) telah melakukan penelitian laboratorium bahwa tanaman mahoni (Sweatenia Macrophylla) dengan tinggi 1 - 1,5 meter dan diameter ± 0,7 meter, mampu menyerap NO2 sebesar 162,11 µg/jam. Diketahui area penutupan kanopi pohon analisis CITYgreen seluas 5,82 ha, maka: Luas kanopi tanaman = πr2 = 3,14 x (0,35 m)2 = 0,38465 m2 Kemampuan tanaman menyerap NO2 dengan luas 5,82 ha sebesar = 162,11 µg/jam x 5,82 x 104 m2 0,38465 m2 = 162,11 µg/jam x (15,13 x 104) = 2452,7 x 104 µg/jam = 0,0245 kg/jam = 214,85 kg/tahun
66
Sedangkan hasil analisis CITYgreen, kanopi pohon seluas 5,82 ha mampu membesihkan NO2 sebesar 127,46kg/tahun. Perbedaan nilai tersebut terjadi dikarenakan pada CITYgreen tidak hanya menggunakan luas penutupan kanopi dalam analisisnya, tetapi juga dipengaruhi oleh luas area analisis dan non-kanopi. Sehingga bila penutupan kanopi pohon semakin mendekati luas area analisis, maka nilai manfaat kanopi dalam membersihkan polutan di udara akan semakin tinggi. Selain itu, jenis pepohonan yang digunakan pada jalur jalan tidak berpengaruh dalam analisis kualitas udara ini. Telah diketahui bahwa setiap vegetasi memiliki fisiologi/morfologi berbeda-beda, yang menyebabkan kemampuan menjerap maupun menyerap polutan juga berbeda. Seperti pada polutan partikel, dimana permukaan daun yang berbulu dan berlekuk mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap partikel mikro daripada daun dengan permukaan yang halus dan licin (Smith, 1984). Oleh karena itu, potensi kemampuan kanopi dalam mereduksi polutan pada tapak masih dapat ditingkatkan. Potensi lainnya yang belum terhitung oleh CITYgreen, diantaranya potensi kanopi pohon yang memiliki diameter kurang dari 4 meter (tidak terdigitasi), jenis-jenis pohon yang memiliki fungsi fisiologi/morfologi berbeda dalam mereduksi polutan, vegetasi seperti tanaman perdu, semak, dan penutup tanah yang juga memiliki potensi penyerapan polutan. Kelebihan lainnya yang diberikan CITYgreen pada analisis kualitas udara adalah mengetahui penghematan biaya yang dapat dikeluarkan (externality cost) oleh masyarakat dan Pemerintah. Bila kanopi pohon tidak ada maka besarnya polutan yang tidak diserap/jerap dapat memberikan dampak negatif, yang kemudian menyebabkan kerugian. Dengan rumus tertentu, kerugian tersebut diterjemahkan dengan nilai ekonomi. Berdasarkan analisis CITYgreen dengan adanya kanopi pohon yang ada pada jalan Raya Padjajaran, masyarakat dan Pemerintah dapat melakukan penghematan biaya sebesar Rp 29.481.600,- dalam satu tahun. Nilai tersebut dapat digunakan sebagai acuan menilai pentingnya kanopi pohon dalam membersihkan polutan.
67
Am merican Foorest (2002)) menjelask kan bahwaa penghemaatan biaya yang harus dikeluarkann oleh massyarakat ataau Pemerinntah adalah akibat keru ugian atau biaya tambahan karena adanya polusi udara. Seperti pennghematan biaya untuk membayarr kesehatann (obat-obaatan, dokterr, perawataan, pajak ru umah sakit), biaya keruusakan bahaan bangunan n, servis kenyamanan, dan sebagaainya, yang ditimbulkan d n oleh poluutan dalam jangka waaktu setahunn. Nilai terrsebut didapaat berdasarkkan standaar yang telah ditetapkkan oleh A American Forest F dalam CITYgreenn 5.4. b. An nalisis Kem mampuan Kanopi K Poh hon dengan n Kualitas U Udara Kuusnoputranto (1996) dalam Sullistijorini (2009) mennyatakan bahwa b pencemaraan udara di Indonesia, terutam ma di koota-kota beesar diantaranya disebabkaan oleh gass buang keendaraan beermotor yanng mencappai 60% - 70%, industri 100% - 15%, dan sisanyaa berasal daari rumah taangga, pembbakaran sam mpah, kebakarann hutan, dann lain-lain. Berdasarkan B n hasil pem mantauan Diinas Lingku ungan Hidup dann Kebersihan (DLHK)) Kota Bog gor tahun 2007, 2 terinddikasikan bahwa b polusi uddara tertinggi diakibattkan oleh gas buang dari transsportasi (su umber bergerak).. Kondisi tingginya t a arus transportasi khussusnya trannsportasi um mum, diakibatkaan oleh meeningkatnyaa jumlah keendaraan anngkutan, baaik yang ada di dalam kotta maupun yang y berasaal dari luar kota k Bogor yang masuuk ke dalam m kota (Gambar 37). 3
Gambar 37. Pencemaran Udaara Utama Kota K Berasaal dari Kenddaraan Moto or Paada penelitiian, digunaakan studi kasus jalann Raya Paddjajaran diimana sumber polutan utam ma berasal dari kend daraan berm motor. Besaarnya kontrribusi
68
kendaraan bermotor terhadap emisi polusi udara tidak saja dipengaruhi oleh jumlah kendaraan, tetapi juga dipengaruhi oleh pola lalu lintas dan sirkulasinya. Hal ini berkaitan erat dengan penggunaan dan efisiensi bahan bakar kendaraan bermotor. Kemacetan lalu lintas di Kota Bogor yang terjadi pada jam-jam sibuk menyebabkan penurunan efisiensi penggunaan bahan bakar yang disertai dengan meningkatnya emisi. Kendaraan bermotor merupakan penghasil pencemar CO, hidrokarbon yang tidak terbakar sempurna, NOx, SOx, dan partikel. Rata-rata emisi yang dikeluarkan secara langsung oleh kendaraan bermotor terdapat pada Tabel 5. Emisi gas buang kendaraan bermotor mempengaruhi kualitas udara ambien, terutama untuk wilayah dengan aktivitas transportasi yang tinggi. Kualitas udara ambien yang baik memiliki kadar polutan yang sedikit atau dibawah baku mutu udara, sehingga lingkungan tersebut dapat dikatakan aman dari bahaya pencemaran polusi udara. Tabel 5. Rata-rata Emisi Kendaraan Bermotor (gr/km) No. Jenis Polutan 1. CO 2. HC 3. NO2 4. SO2 5. Debu 6. Timbal
Bensin 60.00 5.90 2.20 0.17 0.22 0.49
Solar 0.69 – 2.57 0.14 – 2.07 0.68 – 1.02 0.47 1.28 -
*Sumber: Strauss dan Mainwaring (1984), dalam Sulistijorini (2009)
Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4 menggunakan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006, telah diketahui manfaat ekologi dari kanopi pohon dalam mereduksi polutan O3, SO2, NO2, PM10, dan CO di sepanjang jalan Raya Padjajaran. Untuk melihat kemampuan pembersihan kanopi pohon terhadap kelima polutan terkait telah mencukupi atau belum, dapat dibandingkan dengan udara ambien yang berada di beberapa titik pada tapak. Pada tahun 2007 DLHK Kota Bogor melakukan pengukuran kualitas udara ambien yang dilakukan di 15 titik lokasi tersebar di wilayah Kota Bogor. Lokasi pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di tepi jalan raya dan daerah perbatasan kota dan kabupaten. Titik-titik lokasi pengukuran dianggap dapat mewakili karakteristik lalu lintas
69
berikut dengan tingkat kepadatannya. Data hasil pengukuran kualitas udara di lapangan, dianalisa di laboratorium oleh dinas, dengan metoda dan peralatan seperti pada Tabel 6 yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 6. Metode Analisa dan Baku Mutu Udara Ambien No. 1 2 3 4 5
Parameter O3 SO2 NO2 TSP (Debu) CO
Analisis NBKI Pararosanilin Giess Saltzman Gravimetrc-Hi Vol Iodene Pentoksida
Baku Mutu 235 µg/Nm3 365 µg/Nm3 150 µg/Nm3 230 µg/Nm3 10000 µg/Nm3
Waktu Ukur 1 jam 24 jam 24 jam 24 jam 24 jam
*Sumber: PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Udara
Dari ke-15 titik pengukuran ambien udara Kota Bogor, terdapat tiga lokasi pengukuran yang berada di jalan Raya Padjajaran, yaitu Warung Jambu, Pertigaan Tugu Kujang, dan Hero Padjajaran. Hasil pengukuran ketiga lokasi dilakukan sebanyak dua kali pada bulan September 2007 oleh DLHK Kota Bogor. Tabel 7. Kualitas Udara di Ruas Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor Lokasi
O3
SO2
No. Baku Mutu 1
Warung Jambu
2
Pertigaan Tugu Kujang
3
Hero Padjajaran
235 41,25 40,05 18,23 19,20 13,07 13,05
365 31,13 33,52 29,55 31,32 11,72 13,37
NO2 (µg/Nm3) 150 139,12 123,05 123,15 101,10 33,19 31,19
TSP (debu)
CO
230 253,41 241,91 213,01 205,51 103,39 102,78
10.000 1215,37 1811,03 3035,00 4167,01 729,24 985,98
*Sumber: DLHK Kota Bogor (2007)
Perbandingan analisis dapat dilihat pada Tabel 8. Manfaat ekologi berupa kemampuan kanopi dalam satuan kilogram per tahun telah dikonversikan menjadi satuan µg/m3 per hari. Sehingga hasilnya dapat dibandingkan dengan udara ambien yang berada di tiga lokasi. Satuan µg/Nm3 pada baku mutu udara dibaca sebagai mikrogram per normal meter kubik. Notasi N menyatakan satuan volum hisap udara kering pada kondisi normal (25°C, 760 mmHg).
70
Tabel 8. Perbandingan Jumlah Polutan yang Dapat Dibersihkan terhadap Udara Ambien
Jenis polutan
Jumlah polutan yang dapat dibersihkan
Udara ambien (µg/Nm3) Baku mutu
Kg per tahun
µg/m3
Ozon
205,48
122,36
235
41,25
40,05
18,23
19,20
13,07
13,05
SO2
57,15
81,68
365
31,13
33,52
29,55
31,32
11,72
13,37
NO2
127,46
182,16
150
139,12
123,05
123,15
101,10
33,19
31,19
PM 10
156,03
222,99
230
253,41
241,91
213,01
205,51
103,39 102,78
19,50
27,87
10000 1215,37 1811,03 3035,00 4167,01
729,24 985,98
CO
Warung Jambu
Pertigaan Tugu Kujang
Jl. Padjajaran (Hero)
Berikut uraian perbandingan analisis: 1) Ozon Analisis perbandingan. Udara ambien pada Tabel 9 untuk kadar ozon di udara tertinggi berada di titik Warung Jambu dengan rata-rata 40,65 µg/m3, sedangkan baku mutu udara yang ditetapkan sebesar 235 µg/m3. Berdasarkan hasil analisis CITYgreen 5.4, kanopi pohon dapat membersihkan ozon sebesar 293.67 µg/m3 per hari atau 122,36 µg/m3 setiap jam. Disimpulkan bahwa kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan ozon masih mencukupi, sehingga udara ambien di jalan Raya Padjajaran masih berada dibawah baku mutu atau aman dari polusi udara jenis polutan ini. 2) Sulfur dioksida Analisis perbandingan. Dari hasil analisis CITYgreen 5.4, kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran mampu menyerap sulfur dioksida sebesar 81,68 µg/m3 setiap harinya. Udara ambien tertinggi untuk SO2 berada di lokasi Warung Jambu dengan rata-rata sebesar 32,33 µg/m3. Transportasi bukan sumber utama polutan ini, tetapi diantaranya diakibatkan oleh adanya lokasi pabrik industri yang tidak jauh dari wilayah Warung Jambu, yang kemudian menyebar hingga masih memberikan dampak pencemaran udara SO2 yang dihasilkan terhadap tapak. Bila dilihat dari kadar polutan yang ada, maka
71
keberaadaan polutan ini masiih dirasa am man karena berada dibaawah baku mutu yang bernilai 3665 µg/m3. Sehingga kanopi poohon dalam m membersihkan polutaan SO2 masiih memiliki potensi yan ng baik.
Gam mbar 38. Doominasi Pohhon Mahoni dan Angsanna pada Lokkasi Penelittian Jen nis vegetassi. Dinas Peekerjaan Um mum (1999)), menyebuttkan jenis pohon p yang memiliki penguranggan konsen ntrasi SO2 oleh kelompok po ohon, diantarranya Salam m, Mahonii, Huni, Gaalinggem, Ganitri, G Bunngur, Glod dokan, Feliciuum, Damarr, Kecrutann, Asam keeranji, Kennari, Kupu--kupu, Ang gsana, Kembaang merak,, Pohon Sapputangan, Kayu K maniss, Ketapangg, Anting-an nting, Cempaaka, dan Taanjung. Paada tapak dikketahui terddapat sekitaar 89% dari seluruh jennis tanaman yang memilliki jenis pohon p tersebbut, yang terdiri dari pohon Maahoni, Ang gsana, Tanjunng, Kupu-kkupu, Gloddogan, Dam mar, Kenaari, Asam, Ketapang,, dan Kecruttan. Dengaan presentaase yang tinggi t terseebut, jenis polutan sulfur s dioksidda masih daapat dibersihhkan dengaan baik olehh tanaman. 3) Nitrogen diokksida An nalisis perrbandingan n. Pada an nalisis mennggunakan CITYgreen 5.4, 3 menyeebutkan kannopi pohon mampu menyerap m NO O2 sejumlahh 182,16 µg/m µ .
Rata-rrata tertingggi udara ambbien pada Tabel T 9 beraada di lokasi Warung Jambu sebesaar 131.09 µgg/m3 dan diisusul 112,1 13 µg/m3 paada Pertigaaan Tugu Ku ujang, dan teerendah di lokasi Heero Padjajaaran senilaii 32,19 µgg/m3. Perbeedaan signifiikan udara ambien a di ketiga k lokasii tersebut, diantaranya d disebabkan n oleh
72
penutupan kanopi pohon di lokasi Hero Padjajaran lebih padat dibandingkan kedua lokasi lainnya, serta memiliki kepadatan lalu lintas lebih rendah. Baku mutu udara ambien NO2 senilai 150 µg/m3. Ketiga titik lokasi masih dirasa aman terhadap polutan ini. Tetapi dianjurkan pada titik Pertigaan Tugu Kujang dan Warung Jambu perlu peningkatan penghijauan untuk mengurangi kadar polutan NO2 yang cukup tinggi pada titik-titik tersebut. Jenis vegetasi. Menurut Nasrullah (2001), tanaman lanskap yang berpotensi tinggi dalam menyerap polutan gas NO2 pada vegetasi pohon adalah Dadap kuning, Kenanga, Melinjo, Kaliandra, Flamboyan, Kembang merak, Asam keranji, Kapuk, Galinggem, Bunga lampion, Ki hujan, Cempaka, Jambu biji, Hujan mas, dan Nangka. Sedangkan pohon yang memiliki serapan sedang, diantaranya Camara angin, Ketapang, Kecrutan, Bunga kupu-kupu, Angsana, Bambu jepang, Mangga, Glodogan bulat, Palm putri, Tanjung, dan lain-lain. Selain itu terdapat pohon Damar, Akasia, Palm raja, Sempur, Beringin karet, Kenari, Krei payung, Glodogan tiang, dan sebagainya yang masih memiliki serapan jenis polutan tersebut walaupun rendah. Berdasarkan jenis tanaman tersebut, telah terdapat 25% dari jumlah pohon yang ada pada tapak, yang memiliki jenis penyerap NO2 yang baik. Diantaranya terdapat pohon Flamboyan, Ki hujan, Jambu, Nangka, Dadap, Asam keranji, Asam, Kapuk, Angsana, Tanjung, Bunga kupu-kupu, Glodogan, Palm, Cemara, Ketapang, Kecrutan, Damar, Akasia, Sempur, Beringin, Kenari, dan Krei payung. Melihat dari jumlah pohon penyerap polutan dan udara ambien yang mendekati baku mutu udara, disarankan untuk segera melakukan perluasan kanopi pohon untuk mereduksi polutan NO2 yang mungkin akan semakin tinggi di masa mendatang. Semakin cepat penghijauan, maka akan semakin cepat pula menfaat ekologi yang dapat dirasakan. 4) Partikel <10 mikron Analisis perbandingan. Hasil analisis CITYgreen 5.4 menyatakan bahwa kanopi pohon yang berada di jalur jalan Raya Padjajaran mampu menyerap PM10 sebesar 222,99 µg/m3 per hari. Nilai baku mutu untuk partikel debu
73
bernilai 230 µg/m3, sedangkan nilai udara ambien TSP pada lokasi Warung Jambu memiliki rata-rata diatasnya, yaitu senilai 253,41 µg/m3. TSP merupakan total partikel yang ada di udara dengan ukuran 0,01 - 100 µm. Sehingga, PM10 merupakan bagian dari total partikel tersebut. Selain transportasi, juga terdapat partikel yang berasal dari industri di sekitar lokasi, sehingga hal tersebut juga menyebabkan kadar polutan tinggi. Kadar tersebut dapat dikatakan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar. Hal ini menyatakan bahwa potensi pohon dalam mereduksi polutan partikel tidak mampu membersihkan secara baik pada tapak. Perlu penanganan secara cepat dan tepat untuk memperbaiki kualitas udara pada titik ini. Kadar polutan partikel di titik pertigaan Tugu Kujang juga perlu diantisipasi, dikarenakan memiliki udara ambien yang cukup tinggi, yaitu mencapai nilai 213,01 µg/m3. Perlu dan penting adanya peningkatan luas permukaan kanopi pohon, agar udara ambien terutama untuk jenis polutan partikel berada dibawah baku mutu udara. Diketahui berdasarkan hasil analisis penutupan area analisis dan kanopi pohon oleh CITYgreen, setiap satu meter persegi area memiliki 0,3 m2 luas kanopi pohon dapat melakukan penyerapan jenis polutan pertikel sebesar 222,99 µg/m3. Kemudian bersama faktor lain (seperti angin, tanaman yang memiliki potensi mereduksi polutan, dan sebagainya) memberikan pengaruh terhadap nilai udara ambien jenis polutan partikel sebesar 253,41 µg/m3. Diketahui dari laporan analisis CITYgreen 5.4 sebelumnya, bahwa luas keseluruhan area analisis sebesar 19,17 ha dengan luas penutupan kanopi pohon sebesar 5,82 ha. Berdasarkan kedua area, dapat dihitung bahwa setiap1m2 area, memiliki rata-rata penutupan kanopi pohon sebesar 0,3 m2, dengan perhitungan sebagai berikut: 1 m2 area = Luas kanopi pohon = Luas area analisis
5,82 x 104 m2 = 0,3 m2 kanopi 19,17 x 104
Berdasarkan nilai baku mutu dan nilai udara ambien partikel, dapat dihitung bahwa setidaknya udara ambien yang harus diturunkan sejumlah 23,41 µg/m3. Dengan membandingkan polutan yang dapat diserap, polutan udara yang harus direduksi berdasarkan udara ambien, dan luas kanopi dalam satu meter persegi, maka:
74
Penambahan luas kanopi = 23,41 µg/m3 x 0,3 m2 = 0,03 m2 222,99 µg/m3 Dari perhitungan tersebut didapatkan bahwa setidaknya diperlukan penambahan luas kanopi pohon sebesar 0,03 m2 setiap 1 m2 area analisis. Sehingga luas kanopi pohon awal sebesar 0,3 m2 setiap meternya, sedikitnya meningkat sebesar 0,33 m2, dengan perhitungan sebagai berikut: Luas kanopi setiap meter
= Luas awal + Luas penambahan kanopi = (0,3 + 0,03) m2 = 0,33 m2
Dilihat dari luas keseluruhan kanopi pohon pada tapak, maka luas kanopi yang sebelumnya 5,82 ha setidaknya harus segera menambah kapasitas luasan kanopi pohon menjadi 6,33 ha atau menambah 0,51 ha. Terutama pada titiktitik yang dianggap urgent terhadap tingginya tingkat polusi udara. Penambahan luas kanopi yang harus dilakukan pada tapak: = Luas kanopi yang seharusnya - Luas kanopi awal = [0,33 m2 x (19,17 x 104) m2] – 5,82 ha = 6,33 ha – 5,82 ha = 0,51 ha Jenis vegetasi. Salah satu pengaruh yang paling efektif dalam menjerap dan menyerap partikel adalah bentuk dan karakteristik vegetasi. Menurut Smith (1984), secara teoritis permukaan daun yang berbulu dan berlekuk mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dalam menjerap partikel mikro daripada daun dengan permukaan yang halus dan licin, karena partikel tidah mudah lepas bila menempel pada daun yang berbulu dan berlekuk. Partikel mikro ini juga dapat menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Oleh karena itu, penambahan pemilihan jenis vegetasi untuk mengurangi partikel <10 mikron sangat penting dilakukan. Irawati (1991) dalam Anonim (2010), jenis-jenis pohon penyerap dan penjerap debu diantaranya adalah Mahoni (Swietenia macrophylla), Tanjung (Mimusops elengi), Kenari (Canarium commune), Meranti merah (Shorea leprosula), Kerai payung (Filicium decipiens), Bisbul (Diospyros discolor), Kayu hitam (Doispyros celebica). Dari jenis pohon tersebut, terdapat 75% dari jumlah pohon yang berada pada jalur jalan Raya Padjajaran. Tingginya polutan pada titik tertentu dan keberadaan jumlah pohon, yang kurang menyebar merata, menyebabkan
75
polutan ini berada di atas baku mutu sehingga masih harus diberikan penghijauan, terutama pada titik-titik rawan polutan. 5) Karbon monoksida Analisis perbandingan. CO memiliki baku mutu sebesar 10.000 µg/m3. Sedangkan rata-rata udara ambien yang berada pada ketiga lokasi, tertinggi berada di titik pertigaan Tugu Kujang senilai 3.601,01 µg/m3. Angka tersebut masih jauh berada dibawah baku mutu, sehingga dikatakan aman untuk ketiga lokasi tersebut. Potensi kanopi pohon dalam mereduksi CO senilai 27,87 µg/m3 per hari. Menurut Fardiaz (1992), jika dilihat dari sumber-sumber yang memproduksi CO, maka seharusnya pencemaran CO di udara cukup tinggi. Tetapi ternyata hal ini tidak terjadi, dengan kata lain jumlah pencemaran CO di udara jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dilepaskan di atmosfer. Selain menggunakan vegetasi, pembersihan CO dari udara kemungkinan terjadi karena beberapa proses, salah satunya terdapat aktivitas mikroorganisme yang berada di dalam tanah dapat menghilangkan CO dengan kecepatan relatif tinggi. Organisme aktif dalam pembersihan CO yang utama adalah fungi. Jenis vegetasi. Berikut merupakan tanaman yang memiliki daya sink CO2 yang telah diteliti oleh Dahlan (2007), diantaranya secara berturut-turut dari yang tertinggi, yaitu Samanea saman, Cassia sp, Strombosia zeylanica, Canangium ordoratum, Dysoxylum exelsum, Trachylobium verrucossum, Ficus benjamina, Beilschmiedia roxburghiana, Fillicium decipiens, Pometia pinnata, Swietenia mahogani, Cinnamomun parthenoxylon, Adenanthera pavonina, dan lain-lain. Telah terdapat 74% dari jumlah pohon yang ada pada tapak yang memiliki daya sink CO2, diantaranya pohon Ki hujan (Samanea saman), Beringin (Ficus benjamina), Kerai payung (Fillicium decipiens), dan Mahoni (Swietenia mahogani).
76
c. Rekomendasi Dari perbandingan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran dengan menggunakan sample Warung Jambu, Pertigaan Tugu Kujang, dan Hero Padjajaran, sudah mampu untuk menyerap polutan, kecuali jenis polutan partikel. Oleh sebab itu, guna menghindari bahaya dari polutan tersebut, perlu penambahan luas permukaan kanopi pohon secara cepat dan tepat. 1) Vegetasi Vegetasi yang akan digunakan sebaiknya lebih mendominasi untuk mereduksi polutan partikel. Nasrullah (2008) menyatakan bahwa terdapat kriteria-kriteria tanaman yang efektif dalam menjerap partikel, diantaranya: •
Permukaan daun kasar
•
Berbulu halus (memiliki trikoma)
•
Tulang daun timbul
•
Bersisik
•
Berdaun jarum
•
Bergetah Lebih lanjut, Fakuara (1986) menjelaskan jenis tanaman yang dapat
dipilih dalam meredam debu, yaitu: •
Dapat menggugurkan daun dalam periode tertentu (kamarau). Jenis tanaman yang dapat menggugurkan daun sangat diperlukan untuk menyaring debu, dimana bila debu sudah penuh dalam periode tertentu daunnya akan gugur jatuh ke tanah. Dengan demikian akan timbul daun baru dan akan menyaring debu kembali, dan seterusnya.
•
Mempunyai tajuk yang rimbun dan rapat. Diharapkan dengan bentuk tajuk demikian, proses penyaringan debu dapat berjalan secara efektif.
•
Mempunyai daya tahan tinggi. Karena daun yang berfungsi untuk fotosintesa akan terganggu prosesnya. Sinar matahari yang diperlukan menjadi tehalang oleh adanya debu di permukaan daun bagian atas.
77
Jenis tanam man untuk menyerap m gas, g sebaiknnya memilikki sifat: •
Meempunyai stomata yangg banyak.
•
Meempunyai ketahanan k yaang tinggi terhadap t gass tertentu.
•
Meempunyai tiingkat pertuumbuhan ceepat
•
Taahan terhadaap serangann angin
2) Fissik Jalan Deengan melaakukan pengghijauan seedini mungkkin, maka potensi veg getasi dalam membersiihkan poluttan udara akan semaakin cepat pula dirassakan. uas 0,51 haa kanopi poohon pada lokasi l Setidaaknya diperllukan penannaman selu penelittian. Teruttama penam mbahan paada titik-tittik lokasi yang mem miliki kepadaatan lalu linntas yang tiinggi dan/attau lokasi dengan d vegeetasi yang masih m diangggap kurang berperan, b seeperti titik lokasi: l •
Waarung Jambbu
J Gambaar 39. Lokassi Warung Jambu Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 40. Rekkomendasi Penambahan P n Luas Kannopi Lokasi Warung Jam mbu
78
•
Pertokoan Facctory Outlet
o Gambaar 41. Lokaasi Factory outlet Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 42. Rekkomendasi Penambaha P an Luas Kannopi Lokasi Factory ou utlet •
Pertigaan Tuggu Kujang
Gambbar 43. Lokaasi Tugu Kuujang
79
Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 44. Reekomendasi Penambahaan Luas Kannopi Lokasii Tugu Kujaang •
Baaranangsiang.
Gambaar 45. Lokassi Barananggsiang Reekomendasi kanopi pohhon:
Gam mbar 46. Reekomendasii Penambahan Luas Kaanopi Lokassi Barangsiaang
80
2. Model Pertumbuhan a. Hasil Skenario Model Pertumbuhan Tree growth model atau model pertumbuhan pohon merupakan salah satu program unggulan pada ekstensi CITYgreen 5.4 yang berfungsi untuk memprediksi pertumbuhan kanopi pohon pada masa yang akan datang dengan hasil berupa skenario gambar. Menurut Kakiay (2004) dalam Dahlan (2007), penggunaan model dan simulasi mempunyai beberapa keuntungan, yaitu dapat menghemat waktu, dapat merentang-luaskan waktu, dapat mengawasi sumbersumber yang bervariasi, mengoreksi kesalahan-kesalahan perhitungan, dapat dihentikan dan dijalankan kembali, dan besaran konstanta sistem dapat diubahubah untuk melihat pengaruhnya. Pemodelan yang dirumuskan oleh American Forest tersebut mampu melakukan skenario pertumbuhan hingga 50 tahun kedepan, bahkan lebih. Untuk menentukan waktu pertumbuhan, skenario dapat disesuaikan dengan tahun yang diinginkan, dimulai dari 1 – 50 tahun yang akan datang. Bila skenario waktu yang diinginkan melebihi 50 tahun, maka skenario pemodelan dapat dilanjutkan dari hasil model pertumbuhan sebelumnya. Pada penelitian, dilakukan pemodelan hingga 30 tahun. Jangka waktu tersebut dipertimbangan berdasarkan dari usia beberapa pohon eksisting yang relatif tua. Dibutuhkan data lapang yang cukup detail dalam menjalankan pemodelan ini. Karena hasil pemodelan akan dipengaruhi oleh berbagai koefisien, seperti diameter batang pohon (DBH), tinggi pohon, kondisi pertumbuhan, tingkat kesehatan, dan juga jenis spesies individu pohon. Data yang telah didapat kemudian dimasukkan ke dalam tabel data atribut canopy. Setelah data dilengkapi, model pertumbuhan pohon dapat dilaksanakan. Kondisi pertumbuhan pada pemodelan ini akan dianggap stabil sesuai dengan data awal yang telah dimasukkan, serta menghiraukan masalah eksternal, seperti adanya penebangan pohon, bencana alam, dan sebagainya. Apabila kanopi memiliki kondisi kesehatan yang kurang baik atau melewati umur dari jenis spesies yang ditentukan, maka pada tahun tertentu kanopi pohon akan hilang pada hasil model pertumbuhan yang telah dijalankan. Hal ini menyatakan bahwa kanopi telah dianggap mati.
81
Gaambar 47 merupakan m h hasil skenarrio mengguunakan moddel pertumb buhan berdasarkaan data atriibut yang teelah dimasu ukkan. Setiaap pemodellan pada 10 0, 20, dan 30 taahun kedeppan akan menghasilkan m n masing-m masing sebuuah theme baru. Perubahann ukuran kaanopi pada masa yang akan datanng, akan muudah terlihaat bila keseluruhaan layer dittampilkan. Sehingga perubahan p y yang dilakuukan oleh model m pertumbuhhan CITYgrreen 5.4 dappat terlihat lebih detail.
a
b
c
d
Gambaar 47. Modeel Pertumbuuhan Kanopii Pohon padda Lokasi B Baranangsian ng (a) 0 taahun (b) 10 tahun (c) 20 2 tahun dann (d) 30 tahuun Gaambar 48 merupakann salah saatu detail model perrtumbuhan yang menampilkan ke-em mpat layer yang berlo okasi pada titik Baraanangsiang. Dari gambar, dapat d terlihaat bahwa kaanopi pohon n memiliki beberapa b ukkuran dan warna w gradasi yang y berbeeda. Bentuuk lokasi penelitian yang meemanjang/liinear, diperlukann skala keciil untuk mellihat hasil pemodelan dengan d jelass.
82
Taanpa Skala
Gam mbar 48. Dettail Skenariio Kanopi Pohon P pada Lokasi L Baraanangsiang Mengguunakan Moddel Pertumb buhan pada CITYgreen 5.4 Waarna hijau tuua menunjuukkan hasil digitasi maanual yang ssebelumnya telah dilakukan dengan meenggunakann Citra Sateelit Quick Bird B tahun 22006. Sedan ngkan warna berrgradasi jinggga, kuningg, dan putih h secara berrturut-turut merupakan hasil skenario menggunak m kan tree groowth modell pada 10, 20, dan 300 tahun ked depan. Tampak pada p gambaar bahwa gradasi g hasil pemodellan hanya tterlihat dom minan warna jinggga. Hal terrsebut disebbabkan oleh h kerapatann bentuk kannopi yang saling s berdekatann pada 20 dan 30 taahun yang akan datanng, sehingga hanya teerlihat seperti gaaris tebal. Secara S keseluruhan, sk kenario perttumbuhan kkanopi pohon di sepanjangg jalan Rayaa Padjajarann hingga 30 0 tahun yanng akan dataang dapat dilihat d pada Gam mbar 49.
83
Gambar 49. Detail Skenario Kanopi Pohon Jalan Raya Padjajaran Menggunakan Model Pertumbuhan pada CITYgreen 5.4
84
b. Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan Skenario gambar yang dihasilkan oleh growth modeling hingga 30 tahun kedepan, dapat kembali dianalisis manfaat ekologinya oleh CITYgreen. Analisis bertujuan untuk mengetahui kemampuan sekelompok pepohonan dalam mereduksi polusi udara di masa yang akan datang. Seberapa besar peningkatan atau penurunan yang akan terjadi pada sekelompok pohon dalam mereduksi polusi udara di lingkungan sekitarnya. 1) Statistik tapak Diketahui dari laporan analisis bahwa pada statistik tapak, area yang dianalisis adalah Jalan Raya Padjajaran dengan luas area sebesar 19,17 ha. Pada penutupan permukaan lahan memiliki hasil yang sama seperti analisis sebelumnya, yaitu terdiri dari: •
86% atau 16,56 ha permukaan yang kedap air.
•
12% atau 2,37 ha ruang terbuka.
•
1% atau 0,26 ha semak. Sedangkan untuk penutupan permukaan kanopi pohon terjadi perubahan
luasan area setiap tahun analisis (Tabel 10). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi pertumbuhan kanopi sehingga luas penutupan permukaan kanopi pohon terus meningkat dalam jangka waktu hingga 30 tahun ke depan. Tabel 9. Penutupan Luas Kanopi Pohon Penutupan kanopi pohon % Ha
Tahun ke-0 (saat ini) 30 5,82
Tahun ke10 41 7,91
Tahun ke20 42 8,13
Tahun ke30 44 8,35
2) Manfaat ekologi Berdasarkan hasil analisis 10 tahun kedepan oleh CITYgreen 5.4 menggunakan Growth Modeling, keuntungan ekologi yang diberikan dapat dilihat rinciannya pada Tabel 10. Kemampuan kanopi pohon dalam membersihkan polutan di udara mencapai 769,74 kg setahun. Penghematan biaya yang dapat dilakukan pada tahun tersebut sebesar senilai Rp 40.118.400,-.
85
Tabel 10. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 10 tahun yang akan datang Jumlah polutan yang Nilai dapat dibersihkan Jenis Polutan lbs kg $ Rp Ozon 616 279,41 1,890 18.144.000 Sulfur dioksida 171 77,56 129 1.238.400 Nitrogen dioksida 383 173,72 1,175 11.280.000 Partikel <10 mikron 468 212,28 959 9.206.400 Karbon monoksida 58 26,31 25 240.000 Total 1,697 769,74 4,179 40.118.400 *Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
Tabel 11. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 20 tahun yang akan datang Jumlah polutan yang Nilai dapat dibersihkan Jenis Polutan Ozon Sulfur dioksida Nitrogen dioksida Partikel <10 mikron Karbon monoksida Total
lbs 633 176 393 481 60 1,744
kg 287,12 79,83 178,26 218,18 36,29 791,06
$ 1,942 132 1,208 986 26 4,295
Rp 18.643.200 1.267.200 11.596.800 9.465.600 249.600 41.232.000
*Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
Tabel 12. Jenis polutan, Kemampuan Kanopi Pohon, dan Penghematan biaya yang dapat dilakukan dalam setahun pada 30 tahun yang akan datang Jumlah polutan yang Nilai dapat dibersihkan Jenis Polutan lbs kg $ Rp Ozon 650 294,83 1,994 19.142.400 Sulfur dioksida 180 81,65 136 1.305.600 Nitrogen dioksida 404 183,25 1,240 11.904.000 Partikel <10 mikron 494 224,07 1,012 9.715.200 Karbon monoksida 62 28,12 27 259.200 Total 1,790 811,93 4,409 42.326.400 *Keterangan: 1 lbs = 0,45359 kg; $1 = Rp 9.600,-
86
Tabel 11 merupakan hasil analisis untuk model pertumbuhan 20 tahun yang akan datang. Jumlah kemampuan pohon dalam membersihkan polutan di udara mencapai 791,06 kg setahun dan dapat melakukan penghematan biaya Rp 41.232.000,- setahun. Sedangkan hasil analisis manfaat kanopi pohon pada 30 tahun kedepan, sejumlah 811,93 kg setahun. Penghematan biaya yang dapat dilakukan senilai Rp 42.326.400,- setahun (Tabel 12). Dari ketiga laporan analisis berdasarkan skenario model pertumbuhan, diketahui bahwa rata-rata terbesar polutan yang dapat diserap atau dijerap oleh pohon adalah jenis polutan Ozon. Kemudian diikuti dengan polutan Nitrogen dioksida, Partikel <10 mikron, dan Sulfur dioksida. Rata-rata terkecil yang dapat direduksi menurut hasil analisis ialah jenis polutan Karbon dioksida. Secara keseluruhan, total manfaat ekologi dari jalur pohon tersebut dalam jangka waktu 30 tahun kedepan terus terjadi peningkatan. c. Perbandingan Hasil Analisis CITYgreen 5.4 pada Model Pertumbuhan Perbandingan analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perubahan kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan di udara antara hasil analisis CITYgreen pada saat ini (berdasarkan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006) dengan hasil analisis skenario model pertumbuhan pohon pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang. Perubahan tersebut akan dituangkan dalam bentuk diagram-diagram yang dapat mempermudah dalam membacanya.
Tanpa Skala
Tanpa Skala
a
b
Gambar 50. Pertumbuhan Kanopi Pohon (a) Warung Jambu dan (b) Ekalokasari
87
1) Statistika tapak Berdasarkan statistika tapak, terjadi perubahan luas penutupan kanopi pohon untuk 30 tahun ke depan. Dapat dilihat pada Gambar 50, yaitu hasil pemodelan yang menunjukkan adanya pelebaran pada kanopi pohon. Pertumbuhan terjadi berdasarkan data atribut yang dimasukkan. Beberapa kanopi tumbuh lebih besar, tetap/tidak melebar, dan bahkan ada yang hilang atau dianggap mati karena usia atau kondisi kesehatan. Pertumbuhan kanopi pohon salah satu diantaranya dipengaruhi oleh faktor internal dan ekstenal jenis individu pohon tersebut. Setiap spesies pohon memiliki karakter pertumbuhan masing-masing, serta kondisi eksisting yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, diperlukan data lapang berupa tinggi dan diameter pohon untuk mengetahui sejauh mana tanaman tersebut telah berkembang. Selain itu, daya tumbuh dan kembang suatu vegetasi juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tumbuh. Beberapa hal tersebut yang menjadi dasar dan perhatian oleh program ekstensi Arcview 3.2 untuk model pertumbuhannya (American Forest, 2002). Perbandingan Luasan Penutupan Permukaan Lahan pada Kanopi Pohon (Hektar) (Ha) 9.00
7.91
8.13
8.35
8.00 7.00
5.82
6.00 5.00 4.00
luas penutupan permukaan kanopi pohon (ha)
3.00 2.00 1.00 0.00 0 tahun (saat ini) 10 tahun
20 tahun
30 tahun
Gambar 51. Diagram Luas Penutupan Kanopi Pohon Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 Perubahan luas penutupan kanopi pohon digambarkan melalui diagram batang Gambar 51. Ditunjukkan pada gambar bahwa terjadi kenaikkan
88
penutupan kanopi yang cukup tajam pada tahun ke-10 dan meningkat perlahan untuk tahun-tahun berikutnya. Hal ini dapat dilihat dari persentase kenaikan setiap sepuluh tahun sebesar 35,91%; 2,78%; dan 2,71%. Secara keseluruhan terjadi peningkatan 43,47% dalam jangka waktu 30 tahun. 2) Manfaat ekologi (Kemampuan kanopi membershkan polutan) Perluasan penutupan permukaan kanopi pohon, tentu saja akan menambah dampak positif terhadap lingkungan sekitarnya (American Forest, 2002). Salah satu dampak yang diberikan secara nyata, diantaranya akan menambah kondisi lingkungan lebih nyaman karena keteduhan yang diberikan oleh lebar kanopi. Dan secara tidak sadar, tentu saja akan meningkatkan manfaat ekologi dari kanopi pohon tersebut terhadap lingkungan di sekitarnya. Kemampuan pohon dalam membersihkan polutan di udara dapat pada saat ini dan hasil model pertumbuhan 10, 20, dan 30 tahun berikutnya dapat dilihat peningkatnya pada Gambar 52.
(Kg)
Diagram Perbandingan Analisis Kemampuan Kanopi Pohon dalam Membersihkan/Menghilangkan Polutan di Udara (Kilogram)
350 300
294.83 287.12 279.41
250
224.07 218.18 212.28
205.48 183.25 178.26 173.72
200 150
156.03
127.46 81.65 79.83 77.56 57.15
100
36.29 26.31 28.12 19.5
50 0 Ozon
Sufur dioksida 0 tahun (saat ini)
Nitrogen dioksida 10 tahun
20 tahun
PM <10
Karbon monoksida
30 tahun
Gambar 52. Diagram Analisis Kemampuan Kanopi Pohon Membersihkan Polutan Udara Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4
89
Diagram tersebut terdiri atas nilai-nilai yang berasal dari laporan analisis CITYgreen 5.4 dalam jangka waktu 30 tahun kedepan. Sumbu X ditandai sebagai jenis-jenis polutan yang dianalisis. Sedangkan sumbu Y ialah nilai manfaat ekologi berupa besaran massa polutan yang dapat dibersihkan dari udara oleh pepohonan dalam satuan kilogram (kg). Secara keseluruhan, persentase kemampuan kanopi pohon dalam mereduksi polutan dalam periode 30 tahun yang akan datang meningkat 43,54%. Kenaikkan manfaat ekologi yang diberikan oleh kanopi berhubungan dengan peningkatan penutupan kanopi pohon. Semakin luas kanopi pohon dan mendekati luas area analisis, maka manfaat yang diberikan akan semakin tinggi. Penutupan kanopi meningkat, dengan rumus tertentu, memberi dampak positif bagi pembersihan udara. Pada diagram yang muncul, diketahui bahwa nilai polutan yang banyak dibersihkan di udara oleh pepohonan yang berada di sepanjang jalan Raya Padjajaran adalah O3 > PM10 > NO2 > SO2 > CO. Nowak (2002), sebelumnya telah melakukan analisis CITYgreen di New York pada tahun 1994 yang menghasilkan manfaat ekologi pembersihkan tertinggi oleh jenis polutan PM10 > O3 > SO2 > NO2 > CO. Sedangkan bila kanopi 100%, maka pembersihan tertinggi dilakukan pada O3 > SO2 > PM10 > NO2 > CO. Hal tersebut membuktikan bahwa luas penutupan kanopi, non-kanopi, dan batas area menentukan dalam perhitungan analisis kualitas udara pada CITYgreen. Lebih detail, kenaikan kemampuan kanopi pohon dapat dilihat pada Gambar 53. Gambar tersebut ialah diagram perbandingan persentase peningkatan kemampuan kanopi pohon dalam membersihkan polutan setiap sepuluh tahun. Nilai persentase berasal dari perhitungan kemampuan kanopi pohon pada tahun yang dihitung dan kemampuan 10 tahun ke depan. Diketahui pada gambar, persentase rata-rata sekelompok pohon dalam membersihkan polutan di udara tidak jauh berbeda pada masing-masing jenis polutan, kecuali pada persentase jumlah polutan CO. Pada 10 tahun pertama terjadi peningkatan kemampuan yang signifikan. Kemudian pada 20 dan 30 tahun berikutnya, kemampuan kanopi pohon cenderung meningkat sedikit atau tidak semaksimal tahun sebelumya dalam mereduksi polutan.
90
Diagram Perbandingan Persentase Kenaikan Kemampuan Kanopi Pohon dalam Mereduksi Setiap 10 Tahun (%) 50 40
37.93
35.98 35.71 36.29 36.05 34.92
30 20 10
2.78 2.76 2.93 2.61
2.70 2.69 2.28 2.80
0 0 ‐ 10 tahun
‐10
10 ‐ 20 tahun
20 ‐ 30 tahun
‐20 ‐22.51
‐30 Ozon
Sulfur dioksida
Nitrogen dioksida
PM<10
Karbon monoksida
Gambar 53. Diagram Persentase Kemapuan Kanopi Pohon dalam Mereduksi Setiap Jenis Polutan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 Lebih rinci, untuk periode 10 tahun pertama terjadi peningkatan rata-rata kemampuan hingga 35,79%. Terkait dengan perbuhan luas kanopi pohon yang meningkat 35,91% pada statistika tapak, maka semakin luas lebar kanopi kemampuan mereduksi polutan udara ikut meningkat. Dari tingginya persentase tersebut dapat ditunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan yang cukup signifikan pada lebar tajuk yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan pohon dalam membersihkan polusi di udara. Dahlan (2007) menjelaskan bahwa tanaman yang sedang tumbuh, sedang berbunga dan berbuah, memiliki laju fotosintesis dan translokasi yang tinggi. Dan selama proses fotosintesis, daun pada pohon menyerap polutan yang ada di udara dan mentranslokasikannya dengan karbohidrat menuju daerah akar, dimana banyak mikroba yang bertanggung jawab dalam menguraikannya (City of Boulder Water Conservation Office, 2002), sehingga semakin tinggi proses fotosintesis dan translokasi pada tanaman, maka semakin sering tanaman dapat menyerap polutan di udara. Periode selama 10 tahun pertama,
91
dapat dikatakan terdapat sekelompok pohon yang sedang/masih mengalami masa tumbuh kembang, dan kemudian mempengaruhi meningkatnya kemampuan pohon dalam mereduksi polutan. Untuk periode 10 – 20 tahun, persentase membersihkan polutan hanya meningkat sebesar 2,77%. Kecuali pada jenis polutan CO yang mengalami kenaikan yang stabil dibanding peningkatan sebelumnya, dari 34,92% menjadi 37,93%. Hal ini menunjukkan bahwa kanopi pohon masih melakukan pembersihan CO dengan sangat baik. Dahlan (2007) memaparkan bahwa umur daun mempengaruhi laju fotosintesis dalam pertumbuhan vegetasi. Fotosintesis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang suatu vegetasi. Diketahui bahwa karbon merupakan salah satu komponen yang berperan dalam proses fotosintesis. Tingginya kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan, juga akan meningkatkan kebutuhan karbon. Karbon diserap melalui stomata dan melakukan proses fotosintesis, sebagai berikut: 6 mol CO2 + 12 mol H2O + 675 Cal Æ 1 mol C6H12O6 + 6 mol O2 + 6 mol H2O 246 gr
216 gr
180 gr
192 gr
108 gr
Sehingga pada periode 20 tahun tersebut, sekelompok pohon yang sedang mengalami masa tumbuh kembang, masih mampu menyerap CO dengan baik untuk memenuhi kebutuhan proses fotosintesis. Sedangkan jenis polutan lainnya, tidak banyak diserap atau lebih sedikit dibutuhkan dalam proses metabolisme hidup pohon. Untuk periode 20 – 30 tahun selanjutnya, persentase rata-rata kenaikan kanopi dalam membersihkan polutan hanya meningkat 2,62%. Sedangkan daya serap kanopi terhadap CO, kini mengalami penurunan secara signifikan yang mencapai 22,51%. Dijelaskan oleh Kramer (1960), bahwa hasil fotosintesis bervariasi tergantung umur daun. Daun muda menghasilkan sedikit karena jaringan daun yang kecil jumlahnya dan konsentrasi klorofil yang rendah. Fotosintesis meningkat seiring bertambahnya umur hingga tahap kedewasaan, dan menurun oleh umur yang sudah tua (Gambar 54). Lebih lanjut Dahlan (2007) menyatakan, daun muda umumnya memiliki kemampuan fotosintesis yang masih rendah yang kemudian akan meningkat
92
dengan bertambahnya umur dan juga luasan permukaan daun. Setelah ukuran daun mencapai maksimum, maka daun akan menjadi tua dan berubah warna menjadi kuning karena klorofil mulai rusak yang akan menurunkan kemampuan fotosintesis. Hal-hal tersebut terjadi pada kanopi pohon untuk 30 tahun yang akan datang yang menyebabkan terjadi penurunan penyerapan CO oleh tumbuhan.
Gambar 54. Hubungan Fotosintesis dan Umur Daun Peningkatan dan penurunan secara signifikan pada kemampuan serap polutan CO, diantaranya dipengaruhi oleh usia dan kemampuan tanaman (sepertti laju fotosintesis, translokasi, stomata, dan sebagainya) dalam menyerap polutan yang kemudian mencapai maksimal dan menurun pada periode tertentu. Tentu hal ini dapat diteliti lebih lanjut kebenarannya untuk hasil lebih detail pada pengamatan selanjutnya. Secara keseluruhan, persentase peningkatan daya serap tanaman terhadap polutan meningkat tajam dan menurun secara bertahap. 3) Manfaat ekologi (Penghematan biaya yang dapat dilakukan) Untuk melihat perbandingan penghematan biaya yang dapat dilakukan pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang, dapat dilihat pada Gambar 55. Satuan yang dipakai yaitu berupa mata uang Rupiah (Rp). Dilihat dari bentuk yang muncul, juga tidak jauh berbeda dengan bentuk pada diagram kemampuan kanopi pohon dalam membersihkan polutan di udara. Semakin
93
tinggi jumlah polutan yang dapat diserap/dijerap oleh pohon, maka dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal tersebut memberikan dampak positif berupa pengurangan biaya eksternal untuk hal-hal yang disebabkan oleh polutan bila tanaman tidak mereduksinya. Secara keseluruhan atau total penghematan yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat meningkat sebesar 43,57% dalam jangka waktu 30 tahun yang akan datang. Diagram Perbandingan Penghematan Biaya yang dapat Dilakukan (Rupiah) (Rp) 25,000,000
20,000,000
15,000,000
19,142,400 18,643,200 18,144,000
13,334,400
11,904,000 11,596,800 11,280,000
10,000,000
9,715,200 9,465,600 9,206,400
8,294,400
6,768,000
5,000,000 1,267,200 1,238,400 1,305,600 912,000
249,600 240,000 259,200 182,400
0 Ozon
Sufur dioksida
0 tahun (saat ini)
Nitrogen dioksida
10 tahun
20 tahun
PM <10
Karbon monoksida
30 tahun
Gambar 55. Diagram Penghematan Biaya yang dapat Dilakukan Berdasarkan Laporan Analisis CITYgreen 5.4 Dari adanya penilaian penghematan biaya yang dilakukan oleh CITYgreen, dimaksudkan agar Pemerintah dan masyarakat kembali menghargai dan memelihara pentingnya fungsi pohon. Kanopi pohon secara nyata memiliki manfaat ekologi yang besar, terutama untuk masa yang akan datang. Dengan tidak selalu berasumsi merubah lahan untuk keuntungan ekonomi semata, tetapi juga penting diperhatikan keuntungan ekologi yang dapat diberikan untuk lingkungan sekitarnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis CITYgreen 5.4 menggunakan Citra Satelit Quick Bird tahun 2006, dapat diketahui potensi manfaat kanopi pohon di sepanjang jalan Raya Padjajaran dalam mereduksi polutan di udara sebesar 565,63 kg setahun. Nilai tersebut senilai dengan penghematan biaya eksternal yang dapat dikeluarkan masyarakat dan pemerintah akibat adanya polutan sebesar Rp 29.481.600,setahun. Pada hasil analisis dengan udara ambien yang ada, kemampuan pohon dalam melakukan pembersihan polusi di udara ternyata tidak cukup untuk menjerap jenis polutan partikel. Perlu peningkatan luas area kanopi pohon sedikitnya dengan menambah 0,51 ha kanopi. Pada model pertumbuhan yang dilakukan menggunakan CITYgreen 5.4 pada 10, 20, dan 30 tahun yang akan datang, terjadi peningkatan luas area kanopi pohon sebesar 43,47%. Peningkatan tersebut ternyata juga menambah kemampuan kanopi dalam mereduksi polutan di udara sebesar 43,54%. Semakin tinggi jumlah polutan yang dapat diserap/dijerap oleh pohon, maka dampak negatif yang ditimbulkan pada lingkungan sekitarnya akan semakin rendah pula. Hal tersebut memberikan dampak positif berupa pengurangan biaya eksternal untuk hal-hal yang disebabkan oleh polutan bila tanaman tidak mereduksinya yang meningkat sebesar 43,56%. Saran 1. Perlu adanya peningkatan kembali penghijauan kota guna mengimbangi polusi udara yang tinggi, terutama dalam mereduksi polutan partikel. Semakin cepat penghijauan, maka semakin cepat pula dampak positif yang dapat dirasakan. 2. Peningkatan kanopi dapat dilakukan pada titik-titik yang memiliki tingkat polutan tinggi dan kondisi pohon yang kurang berperan atau relatif minim. 3. Pemilihan vegetasi diharapkan lebih mengutamakan jenis tanaman yang baik dalam mereduksi polutan partikel. 4. Dapat dilakukan penelitian lanjutan dalam hal uji laboratorium kemampuan pohon mereduksi polutan dan perancangan secara detail jenis tanaman dan titik lokasi yang tepat pada tapak penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
American Forest. 2002. CITYgreen 5.0: User Manual. Washington DC: American Forest. BAPPEDA. 2009. Laporan Akhir: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor. Bogor: BAPPEDA Kota Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Budiman, A. 2010. Analisis Manfaat Ruang Terbuka untuk Meningkatkan Kualitas Ekosistem Kota Bogor dengan Menggunakan Metode GIS. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Booth, NK. 1990. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois: Waveland Press Inc. Bradshaw AD, Goode DA, Thorp EHP. 1986. Ecology Design in Landscape. London: Blackwell scientific publication. Brooks, RG. 1988. Site Planning: Environment, Process, and Development. New Jersey: Prentice Hall Career & Technology. Carpenter P L, Walker TD, dan Landphear FO. 1975. Plant In The Landscape. San Fransisco: W. H. Freeman and Co. City of Boulder Water Conservation Office. 2002. Calculating the Value of Boulder’s Urban Forest. Boulder Area Sustainability Information Networking. www.boulderutilities.net Currie, BA dan Bass B. 2005. Estimate of Air Pollution Mitigation with Green Plants And Green Roofs Using The UFORE Model. In: Proceedings of Third Annual Greening Rooftops for Sustainable Communities Conference, Awards and Trade show,Washington DC. Dahlan, EN. 2004. Membangun Kota Bernuansa Hutan Kota. Bogor: IPB Press. _________. 2007. Analisis Kebutuhan Luasan Hutan Kota Sebagai Sink Gas CO2 Antropogenik dari Bahan Bakar Minyak dan Gas di Kota Bogor dengan Pendekatan Sistem Dinamik. [Disertasi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI Press. Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Pedoman Pemilihan Tanaman untuk Mereduksi Polusi Udara (NOx, CO, dan SO2). No. 011/T/BM/1999 Lampiran No. 2 Keputusan Direktur Jendral Bina Marga No. 076/KPTS/Db/1999 Tanggal 22 September 1999. PT. Medisa: Jakarta.
96
Dinas Linkungan Hidup dan Kebersihan. 1999. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dinas Perhubungan dan Komunikasi. 2007. Konsep Laporan Akhir: Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Utama di Kota Bogor. Dinas Perhubungan dan Komunikasi Kota Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Dinas Pertamanan. 2005. Pengamatan Taman dan Pembuatan Rancangan Penataan Taman Se-Kota Bogor. Bogor: PT. Beutari Nusakreasi. _______________. 2006. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2006 tentang Ketertiban Umum. Bogor: Sub Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Bogor. _______________. 2007. Seminar: Penggalangan Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota. DKI Jakarta: Dinas Pertamanan. _______________. 2007. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Penataan Ruang. Dinas Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lanskap Jalan. Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Bina Marga. _______________. 2004. Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Bogor: Direktorat Jenderal Bina Marga. _______________. 2006. Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Bogor: Direktorat Jenderal Bina Marga. Fakuara, Y. 1986. Hutan Kota: Peranan dan Permasalahannya. Departeman Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Bogor – Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Harris CW dan Dines NT. 1988. Time-Saver Standards for Landscape Architecture: Design and Construction Data. New York: McGraw-Hill Book Co. Kharismana, B. 2004. Perencanaan Tata Hijau Kawasan Bioisland, Pulau Rempang Batam. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kramer, PJ. 1960. Physiology of Trees. United State of America: McGraw-Hill Book Company, Inc. Nowak, DJ. 2002. The Effect of Urban Trees on Air Quality. New York: USDA Forest Service. Nurisyah, S. 2008. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. (Tidak dipublikasikan)
97
Nasrullah, N. 2008. Jenis, Sumber, Dan Metode Pengukuran Bahan Pencemar Udara (Polutan). Bahan kuliah program studi Arsitektur lanskap Sekolah Pascasarjana. IPB. __________. 2008. Tanaman Sebagai Pereduksi Polutan Udara. Bahan kuliah program studi Arsitektur lanskap Sekolah Pascasarjana. IPB. __________, dkk. 2001. Seleksi Tanaman Lanskap yang Berpotensi Tinggi Menyerap Polutan Gas NO2 dengan menggunakan Gas NO2 bertanda 15N. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Pemerintah Kota Bogor dan Fakultas Pertanian (Institut Pertanian Bogor). 2003. Laporan Akhir: Penelitian dan Pengamatan Pohon di Jalur Hijau Kota Bogor dan Rekomendasi Tindakan. Bogor. (Tidak Dipublikasikan) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Prahasta, E. 2002. Sistem Informasi Geografis: Tutorial ArcView. Bandung: CV Informatika. Simonds JO dan Starke BW. 2006. Landscape Architecture: A Manual of Environment Planning and Design. New York: McGraw-Hill Book Co. Smith, DP. 1984. Urban Ecology. London: George Allen & UNWIN. Sudarsono, BD. 2006. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 3, No. 1. Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan Toleransi Jenis Tanaman Jalur Hijau Jalan dalam Mereduksi Pencemar NO2 Akibat Aktivitas Transportasi [Disertasi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kualitas Udara di Ruas Jalan Kota Bogor LOKASI
NO2
SO2
CO
365
10.000
NH3 H2S µg/Nm3 2 24
97,99 33,19 113,14 143,04 133,35 62,45 139,12 139,23 99,71 54,01 147,31 65,71 78,01 123,15 137,05
21,52 11,72 25,01 20,01 21,14 18,16 31,13 65,58 75,75 25,25 59,33 12,33 18,88 29,55 89,60
878,21 729,24 1929,24 1523,29 1023,19 823,13 1215,37 1995,19 1665,01 440,01 1895,11 767,35 892,05 3,04 1265,50
0,921 0,021 1,035 0,035 0,960 0,023 0,076 0,012 0,072 0,099 0,099 0,005 0,035 0,052 0,720
99,05 31,19 143,12 126,57 168,11 77,12 123,05 142,02 105,41 32,91 142,99 67,63 53,11 101,10 122,02
21,54 13,37 27,21 21,00 23,19 19,33 33,52 59,00 76,05 20,75 51,00 14,45 14,91 31,32 55,39
831,72 985,98 1967,29 1826,05 1178,01 917,19 1811,03 2565,13 1888,21 420,43 2895,56 665,23 798,03 4167,01 1624,12
0,943 0,041 1,035 1,096 0,970 0,015 0,091 0,092 0,084 0,008 1,029 0,008 0,028 0,033 0,830
NO 150 Pengukuran Pertama 1 Pertigaan Empang 2 Jalan Pajajaran (Hero) 3 Pertigaan Jl. Pengadilan-Jl. Nyi Raja Permas (SD Pengadilan V) 4 Taman Topi 5 Pertigaan Jembatan Merah 6 Pertigaan Mawar 7 Warung Jambu 8 Ciawi (Batas Kota Arah Bogor Timur) 9 Ciluar (Batas Kota Arah Bogor Utara) 10 Jl. Baru Kemang (Batas Kota Arah Tanah Sereal) 11 Pertigaan Bubulak 12 Darmaga, Batas Kota Arah Bogor Barat 13 Pertigaan Pancasan 14 Pertigaan Tugu Kujang 15 Pertigaan Plaza Bogor Pengukuran Kedua 1 Pertigaan Empang 2 Jalan Pajajaran (Hero) 3 Pertigaan Jl. Pengadilan-Jl. Nyi Raja Permas (SD Pengadilan V) 4 Taman Topi 5 Pertigaan Jembatan Merah 6 Pertigaan Mawar 7 Warung Jambu 8 Ciawi (Batas Kota Arah Bogor Timur) 9 Ciluar (Batas Kota Arah Bogor Utara) 10 Jl. Baru Kemang (Batas Kota Arah Tanah Sereal) 11 Pertigaan Bubulak 12 Darmaga, Batas Kota Arah Bogor Barat 13 Pertigaan Pancasan 14 Pertigaan Tugu Kujang 15 Pertigaan Plaza Bogor *Sumber: Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2007)
O3
HC
TSP
Kebisingan Dba 60
235
160
230
4,029 0,029 1,020 2,320 4,770 1,770 2,210 2,410 1,010 2,050 2,050 1,050 3,730 2,420 8,420
25,21 13,07 43,17 37,57 29,27 22,24 41,25 23,13 33,33 45,93 85,53 17,03 21,13 18,23 55,35
13,05 11,05 29,25 19,21 13,23 13,23 10,03 18,03 10,03 11,17 21,17 10,11 13,20 21,22 22,01
183,39 103,39 245,03 165,73 192,35 175,75 253,41 242,02 289,07 205,30 390,73 110,31 241,31 213,01 209,06
68,5-72,1 68,5-72,1 69,5-72,1 65,5-72,2 69,4-73,3 66,1-73,4 69,1-74,1 69,3-77,2 69,8-74,2 61,0-63,2 68,0-73,1 65,0-71,1 67,4-72,3 74,6-80,3 69,9-75,3
3,025 0,025 1,060 2,730 3,560 1,030 1,780 2,320 2,310 1,570 3,130 1,020 2,610 1,770 7,170
22,07 13,05 42,10 32,32 25,22 2015 40,05 29,19 37,39 38,92 87,67 15,73 19,15 19,20 43,32
13,25 11,15 28,24 16,23 14,27 11,25 12,06 19,96 15,42 12,13 22,37 10,01 15,21 20,02 26,04
225,05 102,78 232,93 205,33 197,09 203,05 241,91 241,12 254,13 225,10 393,03 103,03 232,19 205,51 211,08
68,5-70,5 68,5-71,5 69,5-74,5 68,5-72,5 69,5-73,5 68,5-71,5 69,1-725,0 70,5-75,5 68,5-7,5 61,5-62,5 69,0-73,5 66,5-70,5 67,7-71,5 765,0-79,0 68,5-73,2
100
Lampiran 2. Lembar Inventori Data Pohon
101
102
Lampiran 3. Jenis Vegetasi pada Tabel Data Atribut Jalan Raya Padjajaran No.
Nama Lokal
Nama Latin
Nama Inggris
1
Mahoni
Mahogany
Swietania mahogani
2
Beringin
Fig, Weeping fig
Ficus Benjamina
3
Mangga
Mango
Mangifera indica
4
Angsana
Rosewood
Pterocarpus indicus
5
Tanjung
Bullet Wood trees
Mimusoph elengi
6
Cemara
Cedar, Chinese arborvitae
Thuja orientalis
7
Phoenix
Palm, Canary Island Date
Phoenix canariensis
8
Jati putih
Beechwood
Gmelina arborea
9
Ketapang
Tropical almond
Terminalia catappa
10
Asam
Tamarind
Tamarindus indica
11
Akasia
Earleaf Acacia
Acacia auriculiformis
12
Damar
Mountain agathis
Agathis dammara
13
Kecrutan
African tulip tree
Spathodea campanulata
14
Flamboyan
Poinciana, Royal poinciana
Delonix regia
15
Bunga kupu-kupu
Hong Kong orchid tree
Bauhinia blackeana
16
Biola Cantik
Fiddleleaf fig
Ficus lyrata
17
Schefflera
Schefflera
Schefflera sp.
18
Bambu
Bamboo
Bambusa multiplex
19
Kersen
Jamaica cherry
Muntingia calabura
20
Bintaro
Sea Manggo
Cerbera manghas
21
Mengkudu
Indian mulberry
Morinda citrifolia
22
Kerai Payung
Fern tree
Filicium decipiens
23
Petai cina
Lead tree
Leucaena leucocephala
24
Nangka
Jackfruit
Artocarpus heterophyllus
25
Ki hujan
Rain tree
Samanea saman
26
Kenari
Java almond
Canarium commune
27
Kapuk
Kapok
Ceiba pentandra
28
Glodogan Bulat
Ashoka tree
Polyathia fragnans
29
Dadap Merah
Coral tree
Erythrina cristagali
30
Sukun
Breadfruit
Artocarpus communis
31
Jambu Air
Water apple
Eugenia aquea
32
Sempur
Elephant apple
Dillenia indica
33
Nimba
Neem tree
Azadirachta indica
34
Jambu Batu
Guava
Psidium guajava
Lampiran 4. Spesies Tambahan Nama Lokal (Indonesia)
Common Name (English)
Scientific Name
Leaf Density
Height Growth Rate
Diameter Growth Rate
Crown Form
Leaf Persisten
Max Height Class
Kersen
Jamaica cherry
Muntingia calabura
dense
fast
fast
vase-shaped
needle-leaf evergreen
short (<15 feet)
Bintaro
Sea Manggo
Cerbera manghas
medium
fast
medium
round
broad-leaf evergreen
short (<15 feet)
Mengkudu
Indian mulberry
Morinda citrifolia
dense
fast
medium
round
broad-leaf evergreen
short (<15 feet)
Kerai Payung
Fern tree
Filicium decipiens
dense
medium
medium
vase-shaped
needle-leaf evergreen
tall (>35 feet)
Petai cina
Lead tree
Leucaena leucocephala
light
fast
medium
round
needle-leaf evergreen
medium (15-35 feet)
Nangka
Jackfruit
Artocarpus heterophyllus
dense
medium
medium
spreading
broad-leaf evergreen
medium (15-35 feet)
Ki hujan
Rain tree
Samanea saman
medium
low
medium
vase-shaped
needle-leaf evergreen
tall (>35 feet)
Glodogan Bulat
Ashoka tree
Polyalthia fragnans
medium
fast
medium
round
broad-leaf evergreen
medium (15-35 feet)
Kenari
Java almond
Canarium commune
dense
medium
medium
oval
broad-leaf evergreen
tall (>35 feet)
Kapuk
Kapok
Ceiba pentandra
light
low
low
vase-shaped
broad-leaf deciduous
tall (>35 feet)
Dadap Merah
Coral tree
Erythrina cristagali
medium
fast
medium
spreading
broad-leaf evergreen
medium (15-35 feet)
Sukun
Breadfruit
Artocarpus altilis
medium
fast
medium
round
broad-leaf evergreen
tall (>35 feet)
Jambu Air
Water apple
Eugenia aquea
medium
fast
medium
unknown
broad-leaf evergreen
medium (15-35 feet)
Sempur
Elephant apple
Dillenia indica
dense
medium
medium
spreading
broad-leaf evergreen
tall (>35 feet)
Nimba
Neem tree
Azadirachta indica
light
fast
medium
round
needle-leaf evergreen
tall (>35 feet)
Jambu Batu
Guava
Psidium guajava
light
fast
medium
unknown
broad-leaf evergreen
short (<15 feet)
*Sumber: www.wikipedia.org