3
TINJAUAN PUSTAKA Latosol Menurut Hardjowigeno (2007) Latosol merupakan tanah muda yang umumnya mempunyai horizon kambik, belum berkembang lanjut sehingga kebanyakan tanah ini cukup subur. Dudal dan Soepraptohardjo (1957) menambahkan Latosol merupakan tanah dengan pelapukan lanjut karena sangat tercuci, batas-batas horison baur, kandungan mineral primer dan unsur hara rendah, pH rendah (4,5-5,5), konsistensi remah, stabilitas agregat tinggi, dan terjadi akumulasi seskuioksida akibat pencucian silika. Warna tanah merah, coklat kemerahan, coklat, coklat kekuningan, atau kuning, tergantung dari bahan induk, umur, iklim, dan ketinggian. Di Indonesia, umumnya, Latosol berasal dari bahan induk volkanik, baik berupa tufa ataupun batuan beku. Latosol umumnya berada di daerah iklim tropika basah dengan curah hujan antara 2500 mm - 7000 mm. Buringh (1979) menambahkan Latosol mempunyai kadar unsur hara rendah, kejenuhan basanya rendah (kurang 35%) dan KTK rendah (15-25 me/100g). Wiranegara (1975) mengolongkan Latosol Coklat Kemerahan Darmaga (Bogor) kedalam Humitropept Tipik atau Humitropept Fluventik.Latosol Darmagaterdapat pada fisiografi menengah, dengan relief makro berombak dan kemiringan landai. Latosol Darmaga rata-rata memiliki solum dalam dengan horison B tebal. Batas antar horisongradual atau berangsur dimanalebar peralihan antara 6,5-12,5 cm dan batas horison berombak dan tidak teratur, rata-rata tiap horizon berwarna coklat kemerahan (Hue antara 5 YR – 7,5 YR dan value antara 3-4). Horizon A rata-rata bertekstur lempung berdebu hingga liat berdebu, dan horizon B bertekstur liat atau debu. Struktur tanah berbentuk granular (semakin ke bawah berbentuk subangular blocky), dan konsitensinya lebih teguh dan lekat. Ketebalan top soil Latosol Darmaga antara 0-30 cm(Lestari, 2010).Hasibuan (1993) menambahkan Latosol Darmaga memiliki kapasitas tukar kation (KTK) kurang dari 25 me/100g. Ginting (1990) menambahkan Latosol Darmaga mempunyai kapasitas tukar kation 15,20 me/100g. Podsolik
4
Menurut Hardjowigeno (2007) Podsolik merupakan tanah-tanah dimana terjadi penimbunan liat di horison bawah (horizon argilik), bersifat masam, kejenuhan basa kurang dari 35%. Dudal dan Soepraptohardjo (1957) menambahkan Podsolik merupakan tanah yang sangat tercuci,terdapat akumulasi liat hingga tekstur relatif berat (kadar liat tinggi), permeabilitas rendah, stabilitas agregat rendah, dan peka terhadap erosi. Podsolik umumnya memiliki sifat-sifat kimia sebagai berikut : pH H2O berkisar 3.5 dan 5, C/N rasio >12, bahan organik maksimum pada horison A (<10%), bersifat masam, kejenuhan basa rendah (<35%), kadar unsur hara rendah terutama N, P, K, Ca, dan Mg. Kadar bahan organik dan KTK tanah umumnya rendah, sering disertai Al dan Mn yang tinggi dan mempunyai daya fiksasi P yang tinggi (Adiningsih dan Rochayati, 1987). Prihartono (1990) menambahkan Podsolik Gajrug mempunyai pH H2O, Ntotal, Ptersedia, dan KTK secara berturut-turut adalah 4,51, 0,25%, 0,33 ppm, dan 32,65 me/100g. Setijawan (1990) menambahkan bahwa Podsolik Jasinga mempunyai pH H2O, Ntotal, Ptersedia, dan KTK secara berturut-turut adalah 4,12, 0,23%, 1,036 ppm, dan 32,62 me/100g.
Regosol Regosol merupakan jenis tanah yang baru terbentuk, ditandai dengan masih banyaknya kandungan batu dan kerikil yang belum melapuk secara sempurna. Selain itu, tanah Regosol belum menampakkan horizon-horison tanah. Hardjowigeno (2007) menambahkan Regosol merupakan tanah yang masih sangat muda yaitu baru pada tingkat permulaan perkembangan. Tidak ada horizon penciri lain kecuali epipedon okrik atau histik bila tanah sangat lembek. Regosol berasal dari bahan lepas, bukan berupa bahan alluvial, dengan tingkat perkembangan profil lemah atau tanpa perkembangan profil. Rendahnya perkembangan profil dapat disebabkan oleh erosi atau oleh bahan induk yang masih muda.Tanah ini ditemukan pada bahan induk abu volkan, mergel, dan bukit pasir pantai, pada iklim dan ketinggian yang beraneka ragam (Dudal dan Soepraptohardjo, 1957).
5
Sinaga (1993) menyatakan bahwa Regosol Darmaga mempunyai empat horison, yaitu horison Ap (kedalaman 0-10 cm), horison Bw (kedalaman 10-45 cm), horison C1 (kedalaman 45-74 cm), horison C2 (kedalaman 74-100 cm). Warna tanah ini coklat gelap sampai coklat gelap kekuningan (10 YR 4/3-3/4) yang cenderung mendominasi semua horison. Perbedaan warna antar horison cukup jelas, sedangkan batas antar horison cenderung rata. Regosol tergolong bersifat agak masam. Hal ini terlihat pada pH tanah rata-rata pada setiap horison yang berkisar antara 5,8-6,4. Horison Ap memiliki kadar C-organik dan N-total pada horison ini paling tinggi dibandingkan horison dibawahnya. Kadar C-organik dan N-total ini berasal dari bahan organik tanah, dari vegetasi yang terdapat pada permukaan tanah. Kapasitas Tukar Kation (KTK) pada horison pertama ini tergolong rendah (6,32 me/100g), sebaliknya Kejenuhan Basa-nya sangat tinggi (100%). Hal ini disebabkan kadar basa-basanya lebih tinggi dibandingkan dengan KTK tanah. Unsur Mg terdapat paling banyak dibanding unsur makro lainnya. Hal ini diduga Mg berasal dari mineral hipersten yang sudah melapuk. Bobot Isi (BI) Regosol rata-rata pada lapisan atas (kedalaman 0-20 cm) sebesar 1,36 g/cm3, sedangkan pada lapisan bawah lebih besar yaitu sebesar 1,51 g/cm3. Pada umumnya, tanah-tanah di permukaan dengan tekstur kasar mempunyai kisaran BI sekitar 1,3 g/cm3 sampai 1,8 g/cm3. Adanya kandungan pasir yang relatif tinggi (> 72%) menyebabkan Ruang Pori Total (RPT) tanah rata-rata lapisan atas dan lapisan bawah relatif rendah (45,95%). Tekstur setiap horison agak bervariasi, yaitu dari pasir berlempung sampai lempung berpasir. Regosol Darmaga mempunyai epipedon Okrik, yang dicirikan oleh value dan kroma > 3, lapisan yang terlalu tipis, kadar C-organik tergolong rendah sampai sangat rendah (< 1%), dan Kejenuhan Basa (NH4OAc) > 50%, sehingga tanah ini menurut taksonomi USDA digolongkan sebagai Entisol. Pada kategori suborder, tanah ini dapat diklasifikasikan sebagai Orthent, dan pada kategori great group, tanah ini diklasifikasikan sebagai Udorthent. Pada kategori subgroup, tanah ini diklasifikasikan sebagai Udorthent Tipik. Regim suhu yang berlaku di daerah darmaga adalah isohipertermik, sehingga pada kategori famili, Regosol ini
6
diklasifikasikan sebagai Udorthent Tipik, berpasir, campuran, tidak masam, isohipertermik (Sinaga, 2003).
Limbah Limbah merupakan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada saat tertentu tidak dikehendaki
oleh lingkungan karena menurunkan kualitas
lingkungan. Putra (2004) menambahkan, limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga, dan kotoran manusia.Limbah cair rumah tangga terdiri dari 2 tipe, yaitu Blackwater dan Greywater. Blackwater merupakan limbah cair yang berasal dari toilet dan hasil pembuangan industri. Blackwater harus diolah terlebih dahulu dengan cara biologi atau kimiawi maupun dengan disinfektan sebelum digunakan kembali. Limbah ini biasanya diolah dan didaur ulang di luar ruangan. Greywater adalah limbah cair bukan hasil buangan toilet, contohnya seperti sisa detergen, sisa mandi maupun sisa hasil wastafel rumah tangga. Pencemaran air limbah dibatasi dengan standar kualitas (baku mutu) air limbah. Menurut BAPPENAS (2003), baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas kedalam sumber air suatu usaha atau kegiatan. Baku mutu air limbah non kakus menurut Laboratorium Teknik Lingkungan ITB ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Air Limbah Non Kakus No 1 2 3 4 5 6 7
Parameter pH Temperatur Amonium Nitrat Nitrit Sulfat Phospat Tabel 1. (Lanjutan)
Satuan o C mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
Konsentrasi 8,5 24 10 0 0,05 150 6,7
7
No 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Parameter CO2 HCO3 DO BOD COD Khlorida Zat Organik Detergen Minyak
Satuan mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L KMnO4 mg/L mg/L
Konsentrasi 44 107 4,01 189 317 47 554 2,7 <0,05
Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994
Pencemaran yang disebabkan oleh limbah cair yang berasal dari kamar mandi dikenal sebagai pencemaran kurang nampak. Karena kurang nampak dan efeknya baru terasa setelah waktu yang lama, pencemaran ini kurang mendapat perhatian.Limbah kamar mandi
akan meresap ke dalam tanah atau dibuang
melalui selokan ke sungai, danau atau laut. Di badan air efek pencemarannya dapat dicirikan oleh naiknya populasi bakteri dan tingkat kesuburan badan air penerima limbah. Naiknya populasi bakteri akan membahayakan kesehatan pengguna air tersbut (Soemarwoto, 1997). Hasil survai pada tahun 1991 terhadap 581 industri di enam propinsi menunjukkan sebanyak 156 industri (27%) memiliki instalasi pengolahan limbah dengan kategori baik, 211 industri (36%) memiliki instalasi kurang baik, sedangkan sisanya sebanyak 216 industri (37%) belum memiliki instalasi pengolahan air limbah.Keadaan tersebut menunjukkan belum banyak industri yang melengkapi sarana pembersihan air.Pemanfaatan sumber daya air secara intensif dan sekaligus produksi limbah yang meningkat, mengakibatkan penurunan kualitas air tanah. Pengambilan air tanah secara besar-besaran juga mengakibatkan penurunan permukaan air tanah secara drastis. (Dewan Riset Nasional, 1994).
Karakteristik Fisik Tanah
8
Sifat fisik tanah adalah sifat tanah yang bertanggung jawab atas peredaran udara, panas, air, dan zat mineral yang terlarut di dalam tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman dan meningkatkan produktivitas lahan. Sifat fisik beragam untuk setiap jenis tanah. Beberapa sifat fisik dapat berubah melalui berbagai cara pengolahan tanah (Sanchez, 1992).
Bobot Isi Bobot isi atau Bulk Density adalah bobot kering suatu unit volume tanah dalam keadaan utuh yang dinyatakan dalam satuan gram per centimeter kubik. Unit volume ini merupakan total volume bahan padat dan volume ruangan antara partikel-partikel tanah (Soepardi, 1983). Sudharto, Barus dan Suwardjo (1989) menyatakan bahwa bobot isi tergantung kepada kepadatan tanah. Tanah yang mengalami pemadatan mempunyai bobot isi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang gembur. Bobot isi akan berpengaruh pula terhadap ruang pori total, pori aerasi, dan air tersedia. Buckman dan Brady(1969) menambahkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bobot isi tanah adalah (1) jumlah ruang pori dan padatan tanah, (2) struktur tanah, (3) kandungan liat dan kadar air tanah, dan (4) sifat mengembang dan mengerut tanah.
Permeabilitas Menurut Sinukaban (1986), permeabilitas adalah kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan jenuh, yang dinyatakan dalam cm/jam. Dalam hal ini sebagaicairan adalah air dan sebagai media pori adalah tanah. Kalpage (1974) menyatakan bahwa permeabilitas tanah dipengaruhi oleh kondisi porositas tanah. Tanah yang banyak ronggamempunyai porositas yang lebih baik dibandingkan dengan tanah yang padat, sehingga akan mempunyai ruangan yang ditempati air dan udara yang lebih banyak. Tingkat permeabilitas untuk tiap jenis tanah berbeda. Permeabilitas tanah akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman lapisan tanah dan meningkatkan
9
kadar air dalam tanah. Permeabilitas juga bergantung pada tekstur, struktur, bobot isi, dan ion terlarut, kestabilan agregat dan pengelolaan tanah (Baver, 1959).
Distribusi Ukuran Pori dan Air Tersedia Pori-pori tanah adalah bagian yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara atau air). Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi (air yang mudah hilang karena gaya gravitasi), sedang pori-pori halus berisi air kapiler atau udara (Hardjowigeno, 2007). Jumlah pori-pori di dalam tanah menempati kurang lebih 50% dari volume tanah, sehingga jumlah air dan udara di dalam tanah dapat berubah-ubah, karena itu distribusi pori-pori menjadi sangat penting artinya bagi tata air dan udara dalam tanah (Hardjowigeno, 1993). Sitorus, Haridjaja, Brata (1983) menyatakan bahwa pori makro (pori drainase) dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu : (1) pori drainase sangat cepat; berdiameter >300 mikron, akan kosong pada pF1, (2) pori drainase cepat; berdiameter antara 300-30 mikron, pori ini akan kosong pada pF1-2, dan (3) pori drainase lambat; berdiameter antara 30-9 mikron yang akan kosong pada pF 22.54. Soepardi (1983) menambahkan faktor yang mempengaruhi jumlah ruang pori adalah (1) cara penyusunan partikel, (2) tekstur, (3) kandungan bahan organik, dan (4) cara pengolahan tanah.
Stabilitas Agregat Stabilitas agregat menunjukkan ukuran ketahanan tanah terhadap pengaruh perusakan. Perusakan dapat terjadi oleh pengaruh air dan manipulasi mekanik. Air menyebabkan memburuknya agregat melalui 2 cara, yaitu (1) pengaruh hidrasi pada air menyebabkan gangguan pada agregat melalui proses pengeluaran udara yang terjebak, (2) kerusakan struktur tanah melalui tumbukan air hujan yang jatuh ke permukaan. Kedua hal ini akan menyebabkan terdispersinya agregat-agregat tanah sehingga akan meningkatkan kepadatan tanah dan menurunkan porositas.
10
Manipulasi mekanik berhubungan dengan pengolahan tanah, bila hal ini dilakukan kandungan air yang tidak tepat akan menghancurkan agregat tanah (Baver, 1959). Pengolahan tanah yang tepat biasanya dilakukan pada keadaan kelembaban tanah yang optimal karena dapat menciptakan keadaan tanah yang baik untuk permulaan pertumbuhan tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran dan stabilitas agregat meliputi : tekstur, jenis ion pada komlpleks pertukaran kation, tipe liat, kandungan bahan organik, dan bahan penyemen selain liat (Soepardi, 1983). Liat dapat berfungsi langsung sebagai agen pengikat dalam pembentukan agregat tanah. Semakin kecil diameter liat maka semakin efektif membentuk agregat. Dalam hubungannya dengan liat sebagai agen pengikat maka ada 3 kondisi yang penting untuk pembentukan stabilitas agregat yaitu : Diameter partikel liat berukuran kurang dari 1 mikron, (2) KTK liat yang tinggi, dan (3) molekul cairan pendispersi bermuatan dipole (Wantini, 1988).
Parit Infiltrasi (Infiltration Trench) Parit infiltrasi adalah suatu parit yang digali serta diisi dengan kerikil yang digunakan untuk menangkap dan memungkinkan meresapnya aliran permukaan hujan ke dalam tanah melalui bagian bawah dan sisi parit.Dengan mengalihkan aliran permukaan hujan ke tanah, parit infiltrasi tidak hanya menjaga kualitas air, tetapi juga menjaga keseimbangan alam air di satu tempat dan dapat menambah persediaan air tanah serta mempertahankan aliran air bawah tanah. Oleh karena itu,aplikasi parit infiltrasi terbataspada daerah dengan tanah yang sangat berpori serta pembuatannya harus tepat sehingga menghindari resiko pencemaran air tanah. Parit infiltrasi tidak digunakan untuk menangkap sedimen dan dalam aplikasinya selalu harus dirancang dengan adanya bak penampung sedimen dan saluran rumput (strip filter), atau langkah-langkah perlakuan pendahuluan lainnya yang diperlukan untuk mencegah penyumbatan dan kegagalan. Karena parit infiltrasi berpotensi tinggi untuk gagalmaka rancangannya harus dipertimbangkan
11
untuk satu tempat. Petunjuk untuk pertimbangan perancangan utama parit infiltrasi adalah sebagai berikut:
Laju infiltrasi tanah rata-rata 0,5 meter/jam atau lebih.
Penggalian parit (3-8 kaki), diisi dengan media batu (diameter 1,5-2,5 cm), batu kerikil, dan pasir.
Sebuah bak penampung sedimen dan saluran rumput atau perlakuan pendahuluan harus disediakan.
Pengamatan terhadap perkolasi tanah yang baik.
Ukuran dari area drainase.
Keuntungan :
Menyediakan cadangan air bawah tanah.
Baik untuk tempat yang sempit dengan tanah berongga kecil
Kerugian :
Air bawah tanah berpotensi tercemar
Berpotensi tinggi tersumbat; tidak boleh digunakan pada satu tempat dengan tanah yang berpartikel halus (liat atau debu) di daerah drainase.
Signifikan mengalami penurunan fungsi.
Tidak boleh di daerah kapur.
Memerlukan tes geoteknik, dua lubang per fasilitas.
Persyaratan Pemeliharaan :
Pemeriksaan terhadap penyumbatan.
Memindahkan sedimen dari bak penampung.
Mengganti kerikil jika diperlukan.
Sebuah parit infiltrasi dianggap mampu memindahkan 90% dari total padatan tersuspensi dalam aliran permukaan perkotaan berdasarkan ukuran, desain, konstruksi dan pemeliharaan yang sesuai dengan spesifikasi yang direkomendasikan. Kinerja total padatan tersuspensi akan berkurang pada parit berukuran kecil, kesalahan rancangan, atau tidak terawatnya parit infiltrasi.
12
Parit infiltrasi yang baik memiliki manfaat pengurangan polutan lain, selain padatan tersuspensi (misalnya fosfor, nitrogen,koliform tinja, dan logam berat), dengan baik. Dalam situasi dimana pengurangan tidak signifikan, maka digunakan kontrol untuk justifikasi. Berikut ini adalah pengurangan polutan oleh parit infiltrasi (Knox County, 1984) :
TSS (Total Suspended Solid) : 90%
Total Fosfor : 60%
Total Nitrogen: 60%
Bakteri pathogen: 90%
Logam berat : 90%
Parit infiltrasi umumnya cocok digunakan pada perumahan yang padat, dimana tanah dibawahnya cukup permeabeluntuk infiltrasi sehinggaterjadinya aliran permukaanyang sedikit serta dapat mengurangi kemungkinan kontaminasi. Penerapan ini diutamakan pada area yang tidak memiliki partikel halus, yang tinggi pada aliran permukaannya, dan hanya dipertimbangkan pada situs yang memiliki kandungan sedimen yang rendah. Parit infiltrasi dapat digunakan untuk menangkap aliran air dari daerah drainase atau berfungsi sebagai perangkat yang berdiri sendiri (offline). Karena berukuran kecil, parit infiltrasi dapat diadaptasikan untuk berbagai tempat dan bisa diaplikasikan untuk kondisi perbaikan. Tidak seperti struktur penyerapan air hujan lainnya, parit infiltrasi dapat dengan mudah disesuaikan pada daerah dan area pengembangan situs. Untuk melindungi air tanah dari kemungkinan kontaminasi, parit infiltrasi sebaiknyatidak digunakan untuk aliran permukaanyang membutuhkan perlakuan khusus. Selain itu, parit ini tidak bisa digunakan pada daerah yang memiliki tanah yang terkena polusi atau tempat padat aktivitas. Sebagai contoh, parit infiltrasi tidak diaplikasikan pada daerah industri, dimana kemungkinan polusi logam berat dan polutan yang larut air sangat tinggi, atau di daerah yang memiliki air yang terkontaminasi pestisida.
13
Kelayakan umum
Cocok untuk digunakan di perumahan perkotaan
Cocok untuk digunakan dalam kepadatan tinggi/ultra-perkotaan
Tidak cocok untuktempat yang miring atau dilakukan lebih dari satu tempat.
Fisik Kelayakan serta Kendala di Proyek Fisik Situs
Luas wilayah - 5 hektar maksimum
Kebutuhan ruang - akan bervariasi, tergantung pada kedalaman fasilitas
Kemiringan Lereng - Tidak lebih dari 6% kemiringan (untuk pra-fasilitas konstruksi di lokasi)(Knox County, 1984).
Deskripsi dari parit infiltrasi adalah parit yang panjang dan sempit, berisi batu dan tanpa outlet yang menampung aliran permukaan air hujan. Aliran permukaan disimpan pada ruang kosong diantara batu dan menginfiltrasi ke bawah dan masuk ke dalam matriks tanah. Parit infiltrasi dapat mengurangi sedimen dan beberapa polutan. Pra-perlakuan dengan menggunakan bak penampung sangat penting untuk membatasi sedimen kasar yang masuk ke dalam parit yang dapat menyumbat dan membuat parit tidak efektif.
Keuntungan
Mampu memuat seluruh air aliran permukaan
Meningkatkan infiltrasi air hujan ke dalam tanah secara signifikan.
Bila volume air berada pada porsi tertentu, parit infiltrasi dapat mengurangi erosi dan frekuensi banjir.
Parit ini tidak mengganggu estetika lingkungan, karena berada di bawah tanah
Kelemahan/Batasan
Tingkat kegagalan yang tinggi bila tanah dan kondisi permukaan di bawah tanah tidak sesuai.
Tidak cocok untuk lokasi industri atau lokasi dimana tumpahan dapat terjadi.
14
Luasan maksimum area yang diinfiltrasi harus dibawah 5 hektar.
Batas laju infiltrasi adalah 2.4 meter/jam, untuk menjaga kualitas air tanah.
Tidak cocok untuk daerah yang memiliki kemiringan curam.
Area drainase di aliran hulu harus distabilkan terlebih dahulu sebelum dikonstruksi.
Sulit untuk mengembalikan fungsi parit infiltrasi ketika tersumbat.
Panduan Desain dan Ukuran
Diperlukan sedimen.
perlakuan Perlakuan
pendahuluan pendahuluan
untuk adalah
mengurangi tahap
kandungan
pengolahan
yang
melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan adatan tersuspensi dalam aliran air limbah. Perlakuan pendahuluan penting untuk semua pengaturan air hujan, tetapi menjadi sangat penting pada parit infiltrasi.
Perlakuan pendahuluan akan benar-benar efektif bila
ditambahkan filter atau bak penampungan secara seri.
Batuan yang digunakan pada parit berdiameter 1.5 hingga 2.5 cm.
Volume parit ditentukan oleh asumsi volume air yang akan mengisi ruang kosong berdasarkan perhitungan porositas pada matriks batuan (sekitar 35%)
Kinerja Parit infiltrasi dapat mengurangi buruknya kualitas air di permukaan dan secara konsekuen dapat menghilangkan hingga 100% polutan yang terkandung dalam air tersebut. Parit infiltrasi dapat menghilangkan 90 persen sedimen, logam, koliform, dan materi organik, dan menghilangkan 60 persen fosfor dan nitrogen pada proses infiltrasi aliran air (Schueler, 1987). BOD yang berkurang mencapai 70-80 persen. Jumlah bahan lain yang berkurang dalam jumlah sedikit adalah nitrat, klorid, dan logam terlarut, terutama pada tanah berpasir. Efisiensi pengurangan polutan dapat ditingkatkan dengan proses pencucian dan penambahan bahan organik dan lempung pada tanah dibawahnya. Batu harus dicuci untuk menghilangkan kotoran sebelum diletakkan pada parit. Penambahan
15
bahan organik dan lempung akan meningkatkan penghilangan logam dengan proses absorpsi (California Stromwater Quality Association, 2003).