II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bangsa Domba Menurut Damron (2006) bangsa domba diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Ordo
: Artiodactyla
Suborder
: Ruminata
Family
: Bovidae
Genus
: Ovis
Spesies
: Ovis Aries Ternak domba merupakan salah satu ternak ruminansia yang banyak
dipelihara oleh masyarakat Indonesia terutama di daerah pedesaan dan umumnya domba-domba lokal. Domba lokal tersebut merupakan domba asli Indonesia yang mempunyai daya adaptasi yang baik pada iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Domba lokal memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, warna bulu yang seragam, ekor kecil dan tidak terlalu panjang. Domba lokal mempunyai perdagingan sedikit dan disebut juga domba kampung atau domba negeri (Sumoprastowo 1993). Menurut Erwidodo et al. (1995), paling sedikit ada tiga bangsa domba di Indonesia yang dapat berkembang biak dengan baik yaitu domba Ekor Tipis, domba Ekor Gemuk, dan domba Garut. Domba ekor tipis yang merupakan domba asli Indonesia tersebar luas di seluruh Indonesia dengan wilayah pengembangan utama adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Subandriyo dan Djajanegara (1996) menambahkan bahwa domba ekor tipis mempunyai karakteristik reproduksi yang spesifik, yang dipengaruhi oleh gen prolifikasi (FecJF) dan dapat beranak sepanjang tahun. Menurut Mulyono dan Sarwono (2003) sekitar 80% populasi domba ekor tipis terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Domba ini mampu hidup di daerah yang kurang subur dengan ciri-ciri tubuh kecil, ekor relatif kecil dan 4
5
tipis serta bulu badan berwarna putih atau belang-belang hitam. Domba betina umumnya tidak bertanduk dengan berat dewasa sekitar 15 – 20 kg, sedangkan domba jantan bertanduk kecil dan melingkar dengan berat dewasa sekitar 30 – 40 kg. Domba Ekor Gemuk (DEG) merupakan ternak tipe potong atau pedaging. Ciri khas dari DEG yaitu ekornya panjang dan bagian pangkal ekornya besar. Selain itu DEG juga mampu menimbun banyak lemak (Sugeng, 1991). B. Manajemen Bakalan Domba muda masih dalam proses pertumbuhan, pertumbuhan pra sapih dari lahir sampai umur sekitar 90 hari ternyata lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan pra-sapih antara umur 76 sampai dengan 104 hari. Keadaan ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan mulai menurun dengan bertambahnya umur (Subandriyo, 1995). Ternak domba yang digemukkan biasanya bakalan domba lepas sapih yang berumur 8 – 12 bulan (masa tumbuh). Bakalan yang dipilih adalah domba kurus dan sehat. Kondisi masa pertumbuhan dan kondisi yang relatif kurus dari pasar cukup ideal untuk penggemukan domba yang berlagsung sekitar 2 – 3 bulan (Yamin, 2001). Menurut Hasanah (2006), lama penggemukan yang optimal untuk ternak domba adalah 2 bulan. Waktu penggemukan yang semakin lama akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang semakin menurun. Walaupun bobot badan menurun, tetapi persentase karkas semakin meningkat seiring dengan lama penggemukan. Menurut
Parakkasi
(1999),
ternak
yang
digunakan
dalam
penggemukan ada 2 jenis yaitu, ternak dewasa dan ternak yang belum dewasa. Ternak belum dewasa, maka kegiatannya bersifat membesarkan dan menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas. Ternak yang sudah dewasa, hanya memperbaiki kualitas karkas.
6
C. Manajemen Perkandangan Secara umum kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari terik matahari, hujan, angin kencang secara langsung, menghindari ternak membuang kotoran sembarangan, mempermudah dalam pengelolaan dan pengawasan terhadap penggunaan pakan, pertumbuhan, dan gejala penyakit, menjaga kehangatan ternak saat malam hari atau musim dingin, serta gangguan binatang buas dan pencuri (Sudarmono, 2011). Menurut Cahyono (2008) kandang mempunyai fungsi yang sangat vital antara lain sebagai berikut: melindungi ternak dari hewan pemangsa, melindungi ternak dari panasnya sinar matahari, hujan, udara yang dingin, dan angin kencang, mencegah ternak piaraan tidak merusak tanaman lain di sekitarnya, membuat ternak piaraan dapat tidur dan istirahat dengan tenang, membuat ternak piaraan dapat kawin dan beranak dengan baik, menampung kotoran sehingga mudah dibersihkan dan dikumpulkan untuk pupuk pertanian, memudahkan pemeliharaan sehari – hari, misalnya pemberian pakan, minum, pengawasan terhadap penyakit, dan seleksi. Ditinjau dari banyak segi, satusatunya tipe kandang terbaik adalah tipe panggung, karena itu, tipe kandang panggung paling digemari oleh para peternak (Sumoprastowo 1993). Menurut Ika (2012), kandang sangat berpengaruh dalam produktifitas ternak domba. Kandang yang baik berfungsi sebagai pelindungi ternak dari hewan – hewan pemangsa atau hewan penganggu, mengontrol ternak agar tidak merusak tanaman dan fasilitas lain di lokasi peternakan. Kandang membatasi gerak domba yang dapat menyita energi, energi yang terbuang diharapkan dapat menghasilkan daging untuk ternak potong dan susu untuk ternak perah. Selain itu, kandang memudahkan peternak dalam memelihara, pemberian pakan dan mengontrol kesehatan domba. Menurut Rianto (2004) ada beberapa peryaratan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang, yaitu: kandang hendaknya dibuat dari bahan yang murah tetapi kuat, serta mudah didapatkan dari daerah sekitar. Pertukaran udara di dalam kandang dapat berlangsung dengan baik. Sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang. Kandang mudah dibersihkan.
7
Kandang terletak jauh dari tempat tinggal. Lingkungan kandang bersih dan kering, serta lalu lintas umum tidak ramai. Kandang harus kuat sehingga dapat dipakai dalam waktu yang lama. Ukuran kandang sesuai dengan jumlah ternak, bersih, memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif kecil, misalnya dari atap rumbia (Einstiana 2004). Menurut Bambang (1998), tipe dan model kandang hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu: 1. Tipe panggung Kandang tipe panggung memiliki kolong yang bermanfaat sebagai penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan tanah, sehingga kotoran dan urin dapat tertampung. Alas kandang terbuat dari kayu atau bambu yang telah diawetkan, tinggi panggung dibuat 1,5 m untuk peternakan besar. Palung tempat pakan harus dibuat rapat, agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar. 2. Tipe lemprak Tipe kandang lemprak pada umumnya digunakan untuk usaha ternak domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak beralaskan kotoran dan sisa-sisa pakan hijauan. Kandang tidak dilengkapi dengan palung tempat pakan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan di atas alas. Pemberian pakan sengaja berlebihan, agar kotoran yang diperoleh banyak dan akan dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan. D. Manajemen Pakan Pakan adalah semua bahan pakan yang bisa dimakan dan bermanfaat bagi ternak. Pakan yang diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh ternak untuk fungsi tubuhnya seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral. Kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutriennya. Jumlah kebutuhan nutrien setiap harinya sangat bergantung jenis ternak, umur, fase
8
(pertumbuhan, dewasa, bunting dan menyusui), kondisi tubuh (normal dan sakit) dan lingkungan temapt hidupnya (temperatur dan kelembapan). Jadi setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda (Kartadisastra, 1997). Hijauan merupakan pakan utama untuk ruminansia sehingga penyediaannya harus kontinyu. Rumput gajah merupakan rumput yang berasal dari Afrika dan merupakan rumput potong. Rumput gajah mengandung Protein Kasar (PK) 9,72%, Lemak Kasar (LK) 1,04%, Serat Kasar (SK)27,54%, Abu 18,13% dan Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (BETN) 43,56%. Penggunaan rumput gajah sebagai pakan tunggal belum dapat memenuhi kebutuhan protein dan energi untuk berproduksi. Penggunaan rumput gajah sebagai bahan pakan membutuhkan suplementasi protein, energi dan mineral sehingga diperlukan penambahan pakan berupa konsentrat (Wahjuni dan Bijanti, 2006). Pakan penguat (konsentrat) adalah pakan yang mengandung serat kasar relatif rendah dan mudah dicerna. Pakan konsentrat ini meliputi bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan berbagai umbi. Fungsi pakan penguat adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lainnya yang nilai gizinya rendah (Sugeng, 1998). Keuntungan yang diperoleh dari pemberian pakan konsentrat adalah adanya kecenderungan mikroorganisme dalam rumen dapat memanfaatkan pakan konsentrat terlebih dahulu sebagai sumber energi dan selanjutnya dapat memanfaatkan pakan kasar yang ada. Mikroorganisme rumen lebih mudah dan lebih cepat berkembang populasinya sehingga akan semakin banyak pakan yang dikonsumsi ternak. Selain itu juga protein mikroorganisme yang banyak sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan ternak (Murtidjo, 1993). Air merupakan unsur utama tidak hanya bagi ternak, tetapi juga bagi semua makhluk hidup. Air bermanfaat dalam proses pencernaan dan penyerapan unsur hara, peredaran darah dan pengaturan suhu tubuh terutama pada saat suhu lingkungan tinggi (Dwiyanto 2006).
9
Pada dasarnya kebutuhan ternak akan air sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah genotipe hewan, jumlah bahan kering yang dimakan, keadaan pakan, kondisi fisiologis, suhu dan lingkungannya. Apabila suhu lingkungan tinggi, jumlah air yang dibutuhkan akan meningkat. Air yang diperlukan untuk proses pendinginan tubuh melalui penguapan. Selain itu, suhu lingkungan yang tinggi juga mengakibatkan meningkatnya kehilangan air melalui kulit dan paru sehingga kebutuhan air menjadi bertambah. Ternak domba membutuhkan 1,5 - 2,5 liter air per hari, komposisi air dalam tubuh domba adalah 70% bobot badan. Kekurangan air dalam tubuh hingga mencapai 20% akan menyebabkan domba mengalami dehidrasi yang bisa menyebabkan kematian (Sodiq dan Abidin 2002). E. Manajemen Kesehatan 1. Kebersihan domba Domba yang tidak pernah dimandikan, rambutnya akan kotor, lebat dan lembab terutama domba yang tidak pernah dicukur rambutnya. Keadaan seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya kuman penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan terhadap kesehatan domba.Tujuan memandikan domba yaitu untuk menjaga kesehatan domba dari kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang dalam rambut. Temak yang dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan lebih sehat. Temak domba dimandikan 2 kali dalam sebulan. Domba juga harus dimandikan apabila terlihat telah kotor dan gembel. Sebaiknya domba dapat dimandikan secara rutin untuk jantan seminggu sekali sedangkan betina dapat dimandikan sebulan sekali dan sebaiknya dilakukan bila cuaca sedang cerah (Mathius et al. 1989). Ternak domba dapat dimandikan di dalam atau di luar kandang, dan ternak betina dimandikan di dalam kandang sekaligus membersihkan kandang sebagai upaya sanitasi. Pemandian ternak domba dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya menjepitkan kepala ternak pada alat yang didesain khusus untuk menjepit kepala domba, penjepitan kepala domba dilakukan agar ternak domba tidak berontak saat dimandikan.
10
2. Pencukuran rambut domba Menurut Mulyono (2005), domba yang tidak pernah dicukur rambutnya akan menjadi gembel dan akan sulit untuk dibersihkan, kondisi rambut yang seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan kesehatan ternak. Tujuan dilakukan pencukuran yaitu untuk menjaga kesehatan dari kuman penyakit, parasit-parasit luar (ekto parasit) seperti kutu serta penyakit kulit lainnya yang disebabkan oleh jamur. Selain untuk pencegahan penyakit, pencukuran juga dilakukan untuk memperindah domba terutama pejantan. Pada domba betina, seluruh rambut yang menempel di badan dipotong sedangkan pada domba jantan biasanya disisakan pada bagian leher (jenggot) dan punggung bagian depan untuk menambah kesan kejantanan dan keindahan ternak. Sebelum dicukur sebaiknya domba dimandikan terlebih dahulu agar dalam pelaksanaan pencukuran lebih mudah. Pencukuran dapat dilakukan setahun 1 sampai 2 kali pada domba betina, sedangkan pada domba pejantan dilakukan setiap 3 sampai 4 bulan karena pejantan digunakan sebagai pemacek dan jika rambutnya
panjang
akan
mengganggu
aktivitas
perkawinan,
juga
mengurangi keindahan. Pencukuran yang pertama dilakukan pada waktu domba telah berumur lebih dari 6 bulan agar domba tidak stres. 3. Pemotongan kuku Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan kesehatan. Kuku yang panjang akan mengganggu proses pertumbuhan anak, karena anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat terganggunya kuku. Cara berjalan yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa sampai dewasa, hal ini akan menurunkan nilai jual. Pemotongan kuku pada domba dewasa juga merupakan langkah preventif terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku (pododermatitis) akibat banyak terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela kuku. Selain kuku yang panjang, terutama pada jantan akan mengganggu proses perkawinan karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna dan jika kuku patah maka akan mengakibatkan luka
11
dan infeksi. Pemotongan kuku pada anak domba dimulai sejak anak berumur 6 bulan selanjutnya dilakukan seperti pada induk betina dan pejantan, yaitu 3 – 6 bulan sekali ( Mulyono 2005). Sugeng (1995) menyatakan, dalam rangka mencegah adanya infeksi penyakit, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: menjaga kebersihan tempat pakan dan air minum, menghindarkan lingkungan yang lembab atau becek, jika disediakan tempat penggembalaan maka perlu diberi saluran pembuangan air, diberi kesempatan exercise secukupnya agar domba berolahraga secara bebas, jika ada domba yang menderita sakit atau mati segera dilaporkan kepada dokter, kontruksi kandang memenuhi persyaratan perkandangan yang baik seperti kandang mendapat sinar matahari pagi yang cukup. Hussain dan Burger (1989) melaporkan bahwa ternak domba dengan mudah dapat terserang penyakit orf , namun masa latensi penyakit lebih singkat pada ternak kambing. Hewan lainnya seperti rusa, unta dan anjing juga dapat ditulari penyakit ini. Kambing dan domba yang terserang penyakit orf dan kemudian sembuh menjadi kebal terhadap serangan penyakit orf. Kekebalan ini berlangsung paling sedikit selama setahun setelah ternak sembuh dari penyakit ini. Kekebalan yang diperoleh ini hanya sedikit saja diturunkan oleh seekor induk kepada anaknya Akibatnya anakanak kambing atau domba yang masih sangat muda dan mendapat serangan orf yang berat kebanyakkan akan mati. Penyakit orf menular dari ternak yang sakit ke ternak yang peka secara kontak langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung penyakit berjangkit karena terjadinya kontak antara ternak dengan bahan, alat atau lingkungan yang tercemar virus orf. Cara virus penyakit orf masuk ke dalam tubuh ternak yaitu melalui luka-luka kecil seperti goresan yang terjadi pada kulit akibat rumput yang tajam/ duri atau luka karena proses mekanik lainnya (McKeeverat al. 1988).
12
F. Analisis Usaha Mendapatkan keuntungan dan untuk mengetahui seberapa besar perkembangan
perusahaan
peternakan
serta
untuk
merencanakan
perkembangan perusahaan ke depannya maka suatu perusahaan peternakan harus memperhatikan dan memperhitungkan ekonomi perusahaannya dengan teliti. Perusahaan juga harus memiliki laporan keuangan yang disusun dengan baik dan rapi. Setiap pemasukan dan pengeluaran perusahaan harus dicatat dengan jelas dalam laporan keuangan agar dapat diketahui perekonomian dan melihat laporan keuangan maka kita dapat menetapkan kebijakan yang tepat yang harus diambil demi kemajuan perusahaan (Adisaputro, 1993). 1. Output Input Analysis Mengetahui besarnya pendapatan atau keuntungan yang diperoleh peternak maka harus ada keseimbangan antara penerimaan dengan biayabiaya yang dikeluarkan dengan menggunakan suatu alat analisis yaitu π = TR – TB dimana π adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah total revenue atau total penerimaan adalah pendapatan (keuntungan), TR adalah total revenue atau total penerimaan peternak dan TC adalah total cost atau total biaya-biaya. Namun sebelum menggunakan alat analisis tersebut maka terlebih dahulu dilakukan pemisahan biaya dan penerimaan (Hoddi, 2011). Keuntungan yang diperoleh petani merupakan hasil dari penjualan ternak sapi potong dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa produksi. Setiap akhir panen petani akan menghitung hasil bruto yang diperolehnya. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Setelah semua biaya tersebut dikurangkan barulah petani memperoleh apa yang disebut dengan hasil bersih atau keuntungan (Daniel, 2002). Umumnya, ukuran yang sering kali digunakan untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahan adalah dengan melihat laba yang diperoleh perusahaan. Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya dan pajak. Pengertian laba yang dianut oleh organisasi akuntansi saat ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
13
positif antara pendapatan dan biaya. Laba sering disebut juga pendapatan bersih atau net earnings (Horngren, 2000). 2. Benefit Cost Ratio Secara umum, cost benefit analysis (CBA) menurut Apriliya (2006) adalah cara untuk menentukan apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah alternatif, akan cukup untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisis ini telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal. Khususnya untuk dunia teknologi informasi, CBA adalah suatu teknik yang paling umum untuk menghitung biaya (cost) dan keuntungan/manfaat (benefit) dalam suatu proyek teknologi informasi. Benefit
cost
ratio
analysis
merupakan
metode
untuk
membandingkan manfaat (benefit) dan dana yang dibutuhkan (cost). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan keputusan dalam memilih beberapa alternatif, termasuk perlu layak atau tidaknya memilih investasi yang lebih besar dengan pemasukan lebih besar (analisis incremental). Metode ini juga dapat diterapkan pada proyek dengan jangka waktu akhir yang tidak ditentukan, serta memiliki kemampuan analisis incremental yang baik. Faktor-faktor dalam metode analisis ini menjadikan benefit-cost ratio analysis sering digunakan pada analisis untuk pemilihan opsi di bidang infrastruktur (Akbary, 2004). Umumnya metode benefit cost ratio (BCR) digunakan pada tahap awal evaluasi perencanaan investasi sebagai analisis tambahan dalam rangka validasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode lain. Metode ini sangat bermanfaat untuk evaluasi proyek pemerintah yang berdampak langsung kepada masyarakat banyak (public government project), baik dampak positif maupun dampak negatif. Metode ini memberi penekanan terhadap ratio antara aspek manfaat (benefit) dengan aspek biaya (cost) yang ditanggung akibat adanya investasi tersebut (Zacoeb, 2014). 3. Payback Period of Credit
14
Pengertian dari payback period adalah pengembalian dimasa mendatang. Diartikan sebagai laba bersih sesudah pajak ditambah penyusutan yang dihasilkan oleh suatu proyek metode pembayaran kembali. Payback period method ialah suatu metode untuk menentukan berapa lama (biasanya dalam tahun) waktu yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh kembali investasi semula dari arus kas bersih yang dihasilkan (Umar, 2009). Metode payback period adalah salah satu metode pemilihan proyek yang sederhana dan mudah diterapkan. Payback period menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan seluruh modal yang digunakan pada investasi awal. Payback period tersebut lebih pendek dari umur investasi, maka usaha tersebut menguntungkan sehingga layak untuk dijalankan, namun apabila payback period tersebut lebih panjang dari umur investasi maka usaha tersebut tidak layak dijalankan (Husnan dan Suwarsono, 2005). Payback period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis payback period dalam studi kelayakan perlu juga diperhitungkan. Tujuan studi kelayakan untuk mengetahui berapa lama proyek atau usaha yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi (Ibrahim, 2009) 4. Rentabilitas Rentabilitas adalah perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Kata lain rentabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan atau koperasi telah dapat bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut atau dengan kata lainnya ialah menghitung rentabilitasnya (Riyanto, 2001).
15
Menurut Munawir (2001), menyatakan bahwa rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal asing dan modal sendiri). Perhitungan rentabilitas ekonomi laba yang dihitung hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan yang biasa disebut laba usaha. Laba yang diperoleh dari usaha diluar perusahaan seperti deviden, tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Menurut
Martono
(2001),
rentabilitas
adalah
rasio
yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan membandingan antara laba dengan aktiva atau modal untuk menghasilkan laba tersebut. Modal perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari pemilik perusahaan (modal sendiri) dan dari para kreditur (modal asing). Sehubungan dengan adanya sumber modal tersebut, maka rentabilitas suatu perusahaan dapat dihitung dengan dua cara: yaitu perbandingan antara laba usaha dengan seluruh modal yang digunakan (modal sendiri dan modal asing) yang disebut dengan rentabilitas ekonomi dan perbandingan antara laba yang tersedia untuk pemilik perusahaan dengan jumlah modal sendiri yang dimasukkan oleh pemilik perusahaan tersebut, yang disebut rentabilitas modal sendiri atau rentabilitas usaha. 5. Asset Turn Over Ratio Asset turn over ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari perputaran maupun pemanfaatan total aktiva dalam menghasilkan penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah yang telah ditanamkan pada aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan. Rasio ini
dapat
menjelaskan
seberapa
sukses
suatu
perusahaan
dalam
memanfaatkan asetnya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Disimpulkan
16
bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien. Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memanfaatkan asetnya secara tidak efisien dan optimal. Asset turn over ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada return on equity menurut analisis Dupont (Martono, 2001). Menurut Harahap (2008), bahwa rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. Atau dengan kata lain semakin tinggi rasio ini maka hal ini menunjukkan perusahaan semakin efisien dalam penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Asset turn over menggambarkan rasio perputaran total aktiva dipergunakan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan keseluruhan aktiva yang dimiliki guna menghasilkan penjualan tertentu. Asset harus dikelola dengan baik yaitu dapat digunakan seefektif dan seefisien mungkin dalam menghasilkan laba. Perputaran aktiva (ATO) yang tinggi menunjukkan return on asset yang baik. Jadi jika semakin efektif aktiva digunakan maka penjualan yang ada juga semakin meningkat (Brigham dan Houston, 2001). 6. Earning Before Interest and Tax (EBIT) Menurut Sutrisno (2001), bahwa dalam memilih alternatif sumber dananya tersebut, perlu diketahui pada tingkat profit sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax) berapa apabila dibelanjai dengan modal sendiri atau hutang menghasilkan EPS yang sama. Bahwa tingkat laba bersih sebelum bunga dan pajak (EBIT) merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya laba per lembar saham. Laba sebelum dikurangi pajak biasa disebut dengan EBIT (earning before interest and tax). Laba sebelum dikurangi pajak merupakan laba operasi ditambah hasil dan biaya diluar operasi biasa. Bagi pihak-pihak tertentu terutama dalam hal pajak, angka ini adalah yang terpenting karena
17
jumlah ini menyatakan laba yang pada akhirnya dicapai perusahaan (Suwardjono, 2003). Laba sebelum pajak adalah laba bersih yang belum dikurangi dengan beban / biaya pajak. Laba sebelum pajak biasanya sering disebut dengan EBIT. Laba sebelum pajak memberikan informasi analisis investasi yang berguna untuk mengevaluasi kinerja operasi perusahaan tanpa memperhatikan pengaruh pajak (Warsono, 2003). 7. Profit Margin Menurut Jumingan (2008), bahwa profit margin adalah rasio laba usaha dengan penjualan neto. Pengukuran profit margin yang digunakan adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan bersih, karena bertujuan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasional cukup tinggi, sehingga dapat melaksanakan kegiatan perusahaan dengan lancar dan perusahaan dapat mencapai tujuan utama perusahaan yang telah direncanakan sebelumnya yaitu kinerja perusahaan yang efektif dan efisien. Pengukuran profit margin yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan operasional yang diperoleh perusahaan dari setiap penjualan bersih, karena bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari hasil operasinya. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba operasional tinggi, sehingga dapat melaksanakan kegiatan perusahaan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan utama yang telah direncanakan sebelumnya yaitu kinerja perusahaan yang efektif dan efisien (Riyanto, 2003). Jenis-jenis profit margin ada 3, yaitu groos profit margin ratio, net profit margin ratio dan operating profit ratio margin. Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai
18
setiap rupiah penjualan, atau bila rasio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga rasio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil. (Munawir, 2001). 8. Return on Investment Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2009). Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva. Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on investment atau return on assets menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Mengetahui rasio ini, akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektifitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan (Riyanto, 2001). Analisis return on investment (ROI) dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisis ROI ini sudah merupakan tehnik analisis yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan
19
untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut (Munawir, 2001).