No. 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2015 Penyajian (release) Berita Resmi Statistik untuk industri manufaktur dibedakan menjadi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) serta Industri Mikro dan Kecil (IMK). INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS)
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (q-to-q) Provinsi Papua triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,59 persen dari Triwulan II-2015. Jika dibandingkan pertumbuhan produksi triwulan II-2014, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (y-on-y) Provinsi Papua triwulan II-2015 juga mengalami pertumbuhan positif sebesar minus 5,02 persen. Pertumbuhan IBS selama triwulan II-2015 kemungkinan disebabkan karena meningkatnya bahan baku produksi (bahan bakunya dari lokal khususnya untuk produksi industri makanan (KBLI 10) dan menguatnya nilai mata uang dolar terhadap nilai mata uang rupiah meskipun di sisi lain ada kenaikan harga bahan bakar.
INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK)
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (q-to-q) Provinsi Papua triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,80 persen dari triwulan I-2015. Penurunan pertumbuhan tersebut dapat disebabkan oleh faktor menurunnya produksi komoditi industri makanan tertentu, meskipun di sisi lain ada peningkatan produksi komoditi makanan tertentu lainnya. Perlu diketahui bahwa industri makanan memiliki andil yang sangat signifikan dalam mempengaruhi pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil di Papua,yaitu sekitar 47 persen. Sehingga apabila subsektor industri makanan mengalami pertumbuhan negatif, maka akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan industri manufaktur mikro dan kecil secara keseluruhan di Papua. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi triwulan II-2015, pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (y-on-y) Provinsi Papua triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan positif sebesar 11,78 persen. Hal ini dapat disebabkan karena lebih tingginya permintaan konsumen terhadap produk-produk industri tertentu pada triwulan II-2015 dibandingkan Triwulan II-2014, terutama produk Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; Industri Barang dari Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya; Industri Pakaian Jadi, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki; dan Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan da Sejenisnya.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
1
INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) I. Pendahuluan Sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan yang penting dan strategis bagi pembangunan perekonomian Provinsi Papua. Nilai tambah (value added) yang dihasilkan dari sektor ini telah memberikan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Papua, walaupun tidak terlalu besar dibandingkan sektor-sektor ekonomi lainnya. Dari data PDRB Papua 2014, nilai tambah dari Sektor Industri Besar dan Sedang memberikan kontribusi sebesar 1,59 persen. Mulai triwulan I-2012, sektor Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) dikategorikan menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, sehingga menjadi enam jenis Industri Manufaktur Besar dan Sedang (jumlah tenaga kerja produksi dan lainnya, termasuk pemilik usaha ≥ 20 orang) yang ada di Provinsi Papua berdasarkan data 2011, sebagai berikut : 1. Industri Makanan (KBLI 10) dengan share nilai produksi sebesar 34,64 persen, 2. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya (KBLI 16) dengan share nilai produksi sebesar 61,59 persen dan 3. Industri Lainnya (KBLI 11,22,23 dan 31), dengan share nilai produksi sebesar 3,77 persen Dengan data tersebut menunjukkan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16) paling dominan memberikan kontribusi nilai produksi dari industri di Papua. Kemudian diikuti Industri Makanan (KBLI 10). Pemberlakuan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009 mulai triwulan I-2012 yang menyebabkan perusahaan-perusahaan yang sebelumnya masuk ke sektor industri pencetakan dan reproduksi media rekaman yang ada di Provinsi Papua sudah tidak dikategorikan sebagai industri manufaktur lagi, tetapi masuk ke Penerbitan di sektor Informasi dan Komunikasi. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) ini mulai triwulan I-2012 dihitung berdasarkan angka Indeks Produksi Bulanan dengan sampling frame tahun 2005 dan tahun dasar 2010 (2010 = 100). 2
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
II. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulanan Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (q-to-q) Provinsi Papua triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,59 persen dari triwulan I-2015 dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan nasional yang tumbuh 2,34 persen. Angka pertumbuhan tersebut dapat disebabkan selama triwulan II-2015 karena meningkatnya bahan baku produksi yang diperoleh secara lokal khususnya untuk bahan produksi Industri Makanan (KBLI 10). Selain itu, karena pengaruh menguatnya nilai tukar mata uang dolar terhadap nilai mata uang rupiah. Perlu diketahui, bahwa produk industri besar dan sedang tersebut sebagian besar diekspor ke luar negeri. Jika dibandingkan pertumbuhan produksi triwulan II-2014, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang (y-on-y) Provinsi Papua triwulan II-2015 juga mengalami pertumbuhan positif, yaitu sebesar 5,02 persen, dan berada sedikit di bawah pertumbuhan nasional yang tumbuh 5,44 persen. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi karena nilai produksi selama triwulan II-2015 lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2014, selain itu, disebabkan produksi yang dihasilkan oleh industri manufaktur besar dan sedang selama triwulan II-2014 lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2014 khususnya untuk produksi Industri Makanan, misalnya untuk hasil olahan kelapa sawit. Dari beberapa jenis industri manufaktur besar dan sedang yang ada di Provinsi Papua, hanya Industri Makanan (KBLI 10) dan Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya (KBLI 16) saja yang dapat dipublikasikan. Hal ini disebabkan karena tidak semua jenis industri manufaktur besar dan sedang memenuhi syarat penghitungan pertumbuhan produksi industri, karena jumlah perusahaannya yang sangat sedikit.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
3
Tabel 1 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Triwulan II-2015 Provinsi Papua dan Nasional (persen) Pertumbuhan
Wilayah
q-to-q (2) 6,59 2,34
(1) Provinsi Papua Nasional
y-on-y (3) 5,02 5,44
Industri Makanan (KBLI 10) Pertumbuhan produksi Industri Makanan (q-to-q) Provinsi Papua pada triwulan
II-2015 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,13 persen dari triwulan I-2015. Akan tetapi, Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi triwulan II-2014, pertumbuhan produksi Industri Makanan (y-on-y) Provinsi Papua pada triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 6,25 persen. Grafik 1. Pertumbuhan Industri Makanan Secara Q-to-q Dan Y-on-y Triwulan II-2015 Provinsi Papua (Persen) 6.59
10.00
5.02
5.00 0.00 -5.00
-1.52 q-to-q
y-on-y
-10.00 -15.00
-14.34 Triwulan I-2015
Triwulan II-2015
Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16) Pertumbuhan produksi Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (tidak
termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (q-to-q) Provinsi Papua pada triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,67persen dari triwulan I-2015. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan produksi triwulan II-2014, pertumbuhan produksi Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus 4
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
(tidak termasuk furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan sejenisnya (y-ony) Provinsi Papua pada triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,14 persen. Grafik 2. Pertumbuhan Industri Kayu, Barang Dari Kayu Dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) Dan Barang Anyaman Dari Bambu Dan Sejenisnya Secara Q-to-q Dan Y-on-y Triwulan II-2015 Provinsi Papua (Persen) 6.29
8.00
6.14
6.00 1.67
4.00 2.00 0.00 -2.00 -4.00
q-to-q -3.63 Triwulan I-2015
y-on-y
Triwulan II-2015
INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL (IMK) I. Pendahuluan Sektor Industri Manufaktur Mikro dan Kecil juga merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dan strategis bagi pembangunan perekonomian Papua. Nilai tambah (value added) yang dihasilkan dari sektor ini telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Papua, walaupun tidak terlalu besar dibandingkan kontribusi industri manufaktur besar dan sedang. Berdasarkan data PDRB 2014, Industri Manufaktur Mikro dan Kecil memberikan kontribusi nilai tambah sebesar 0,44 persen. Meskipun nilai tambah dari sektor tersebut masih kecil akan tetapi sektor tersebut cukup signifikan menyerap tenaga kerja dan tidak rentan terhadap gejolak krisis ekonomi, maka sudah seyogyanya pemerintah memberikan perhatian yang serius untuk pengembangan usaha Industri Mikro dan Kecil di Papua. Berdasarkan informasi yang diberikan responden, kendala yang sangat mendasar dalam pengembangan usahanya adalah terbatasnya bahan baku, modal dan pemasarannya.
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
5
Menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia 2009, sampel Survei Industri Mikro dan Kecil Triwulan II-2015, yaitu usaha dengan jumlah tenaga kerja (produksi maupun lainnya, termasuk pemilik) berkisar antara 1 s/d 19 orang yang ada di Provinsi Papua meliputi 12 jenis industri, yaitu sebagai berikut : Industri Makanan (KBLI 10), dengan share nilai produksi sebesar 47,19 persen, Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya (KBLI 16) dengan share nilai produksi sebesar 22,83 persen, Industri Pakaian Jadi (KBLI 14) dengan share nilai produksi sebesar 5,47 persen, Industri Furnitur (KBLI 31) dengan share nilai produksi sebesar 6,47 persen, Industri Barang Galian Bukan Logam (KBLI 23) dengan nilai share produksi sebesar 5,45 persen Industri Minuman (KBLI 11), dengan share nilai produksi sebesar 4,38 persen, Industri Lainnya (KBLI 13,15,18, 21, 22,23,25,30 dan 32), dengan share nilai produksi sebesar 8,21 persen
II. Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil Triwulanan Pertumbuhan produksi Industri Mikro dan Kecil di Papua pada Triwulan II-2015 secara (q-on-q)) menunjukkan arah yang berlawanan dengan pertumbuhan Industri Besar dan Sedang (IBS).. Pada Grafik 3. menunjukkan pertumbuhan produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (q-to-q) Provinsi Papua triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,80 persen dari triwulan I-2015. Turunnya pertumbuhan tersebut sangat dipengaruhi oleh karena menurunnya produksi komoditi makanan tertentu, khususnya produksi komoditi Industri Pengolahan dan Pengawetan Produk Daging dan Daging Unggas (KBLI 10130) dan Produksi komoditi Industri Pengolahan Kopi dan Teh ( KBLI 10761). Perlu diketahui, bahwa kontribusi (share) komoditi makanan terhadap pertumbuhan Industri Mikro dan Kecil di Papua pada 2015 cukup signifikan, yaitu sekitar 47 persen. Dengan demikian, apabila produksi kelompok makanan mengalami penurunan, maka akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan IMK secara keseluruhan di Papua.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
Grafik 3. Pertumbuhan Industri Mikro Dan Kecil Triwulan II -2015 Papua Dan Nasional 7.49% 8.00% 5.09%
4.57%
6.00% 4.00% 2.00% 0.00% -2.00% -4.00%
Q-to-Q
Y-on-Y
-2.80% Papua
Nasional
Jika dibandingkan pertumbuhan produksi triwulan II-2014, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (y-on-y) Provinsi Papua triwulan II-2015 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,49 persen dan lebih tinggi dibanding dengan pertumbahan nasional sebesar 4,57 persen. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan karena meningkatnya beberapa komoditi terutama terutama terutama produk Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; Industri Barang dari Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya; Industri Pakaian Jadi, Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki; dan Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya. Selain itu, bisa disebabkan bertambahnya modal pengusaha karena adanya bantuan pemerintah untuk pengembangan usaha yang berskala kecil dan mikro, seperti dengan adanya program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Secara lengkap pertumbuhan industri triwulan II-2015 jika dirinci tiap KBLI dapat dilihat dari Tabel 2. berikut:
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015
7
Tabel 2 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan kecil Triwulan II-2015 Provinsi Papua Menurut KBLI (persen) Pertumbuhan Triwulan II-2015 (persen) q-to-q c-to-c y-on-y
No
Kode KBLI
Jenis Industri
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1 2 4
10 11 14
-3.99 -5.48 -6.30
13.11 16.05 18.61
7.44 11.20 10.09
5
15
2.90
20.46
22.07
6
16
-1.98
18.66
12.94
7
18
7.70
35.82
38.37
8
21
2.56
3.94
5.26
9
23
-4.62
-2.31
-8.78
10
25
8.23
23.34
29.36
11
31
Industri Makanan Industri Minuman Industri Pakaian Jadi Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki Industri Kayu, Barang dari Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional Industri Barang Galian Bukan Logam Industri Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya Industri Furnitur
0.44
-1.34
-2.35
12
32
Industri Pengolahan Lainnya
6.21
-12.18
-10.15
Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Gedung Pelni Lantai III Jl. Argapura No. 15 Jayapura-Papua Telp. (0967) 534519, 533028 (Hunting), Fax. (0967) 536490 E-mail:
[email protected] Homepage: http://papua.bps.go.id
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Papua Nomor 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015