perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN TEAM TEACHING DENGAN TEKNIK TERINTEGRASI DAN SEMI TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN BAKTERIOLOGI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN VERBAL
TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister Program Studi Pendidikan Sains
Oleh Yusianti Silviani NIM S 831108075
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul “Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat orang yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No 17, Tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 4 Februari 2013 Yang membuat pernyataan
Yusianti Silviani S831108075
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sebab AKU ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-KU mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29 : 11)
Tidak ada yang mustahil bagi TUHAN, dan tidak ada kata terlambat bagi NYA, semua terjadi tepat pada waktu NYA
Tidak ada kata terlambat untuk belajar dari kesalahan
Kemarin adalah pengalaman, hari ini adalah kenyataan dan besok adalah harapan
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh kasih, tesis ini kupersembahkan kepada: 1. Papa, mama tercinta yang telah dikaruniakan TUHAN YESUS untuk ku 2. Kedua kakak dan adik ku tersayang yang selalu memberi semangat kepadaku 3. Teman-teman di AAK Nasional 4. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Sains 5. Almamater
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan judul “Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal”. Adapun maksud dan tujuan penulisan tesis ini adalah sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Pada menyelesaikan tesis ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam melanjutkan study di Pascasarjana UNS. 2. Dr. Moh. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Pascasarjana UNS dan penguji, yang telah memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. 3. Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang telah merelakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan masukan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Prof. Dr. rer nat Sajidan, M.Si selaku penguji yang telah memberikan masukan dan saran membangun pada tesis ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Pendidikan Sains yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapak Didik Wahyudi, M.Si. selaku Direktur Akademi Analis Kesehatan Nasional yang telah memberikan ijin study lanjut, penelitian dan membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 8. Teman-teman Dosen dan karyawan Akademi Analis Kesehatan Nasional yang telah memberikan semangat pada penulis untuk melanjutkan study di Universitas Sebelas Maret. 9. Semua pihak yang membantu dalam penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa “ tak ada gading yang tak retak “, tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun untuk kesempurnaan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak terutama Akademi Analis Kesehatan Nasional.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii PERNYATAAN .................................................................................................. iv MOTTO .............................................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii ABSTRAK .......................................................................................................... xix ABSTRACT .......................................................................................................... xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...............................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .....................................................................................
9
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 10 D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 11 E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 12 F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 13 commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Sains ................................................ 15 2. Teori Belajar ............................................................................................ 19 3. Problem Based Learning ......................................................................... 23 4. Team Teaching ........................................................................................ 26 a.
Teknik Terintegrasi .......................................................................... 28
b. Teknik Semi terintegrasi .................................................................. 29 5. Kemampuan Berpikir Kritis ......................................................................... 30 6. Kemampuan Verbal ..................................................................................... 34 7. Prestasi Belajar ............................................................................................. 36 8. Pemeriksaan Bakteriologi Air ...................................................................... 37 B. Penelitian yang Relevan ............................................................................... 42 C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 45 D. Hipotesis ................................................................................................... 50 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 51 B. Metode Penelitian ........................................................................................ 51 C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel .................................... 52 D. Rancangan dan Variabel Penelitian ............................................................. 53 E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 56 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 56 G. Uji Coba Instrumen ...................................................................................... 59 commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. Teknik Analisis Data.................................................................................... 68 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .............................................................................................. 70 B. Uji Prasyarat Analisis .................................................................................. 90 C. Hasil Uji Alternatif Anava ........................................................................... 92 D. Pembahasan .................................................................................................. 98 E. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 115 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan ...................................................................................................... 116 B. Implikasi ...................................................................................................... 117 C. Saran ............................................................................................................ 118 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 121
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1
Hasil Prestasi Belajar Bakteriologi II .....................................
5
Tabel 2.1
Sintaks Problem Based Learning ...........................................
24
Tabel 2.2
Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ....................................
33
Tabel 2.3
Batas Masksimum Pencemaran Mikroba dalam Air Mineral..
38
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian .....................................................
51
Tabel 3.2
Rancangan Penelitian...............................................................
53
Tabel 3.3
Klasifikasi Validasi Soal .........................................................
60
Tabel 3.4
Hasil Kesimpulan Validitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis. ......................................................................................
61
Tabel 3.5
Hasil Kesimpulan Validitas Soal Kemampuan Verbal ...........
61
Tabel 3.6
Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Kognitif ................
62
Tabel 3.7
Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Afektif ..................
62
Tabel 3.8
Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Psikomotor ...........
63
Tabel 3.9
Klasifikasi Reliabilitas Soal ....................................................
64
Tabel 3.10
Hasil Kesimpulan Uji Reliabilitas ..........................................
64
Tabel 3.11
Kriteria Daya Beda Soal .........................................................
65
Tabel 3.12
Kesimpulan Daya Pembeda Soal Penilaian Prestasi Kognitif.
66
Tabel 3.13
Kriteria Indeks Kesukaran ......................................................
67
Tabel 3.14
Kesimpula Indeks Kesukaran .................................................
67
Tabel 4.1
Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Jenis Teknik ..................................................................................... commit to user
70
xii
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
.Tabel 4.13
digilib.uns.ac.id
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi .....................................
71
Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis ....................................................
71
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
71
Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Verbal ............................................................
72
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah ............
72
Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ................................................................
73
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ......................................................................................
74
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ................................................................
75
Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Jenis Teknik .....................................................................................
77
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model PBL Menggunakan Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi .............................
77
Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis ....................................................
78
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
78
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14
Tabel 4.15
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Tabel 4.18
Tabel 4.19
Tabel 4.20
Tabel 4.21
Tabel 4.22
Tabel 4.23
Tabel 4.24
Tabel 4.25
digilib.uns.ac.id
Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Verbal ................................................................
79
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah ............
79
Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ................................................................
80
Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ......................................................................................
81
Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ...............................................................
82
Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Jenis Teknik ............................................................................
84
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Model PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi ........................................
84
Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis ....................................................
85
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah ....................................................................................
85
Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Verbal ................................................................
86
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
86
Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ................................................................
87
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.26
Tabel 4.27
Tabel 4.28
Tabel 4.29
Tabel 4.30
Tabel 4.31
Tabel 4.32
Tabel 4.33
Tabel 4.34
Tabel 4.35
Tabel 4.36
Tabel 4.37
Tabel 4.38
digilib.uns.ac.id
Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ................................................................
88
Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ...............................................................
89
Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Kognitif, Afektif dan Psikomotor .......................................................................
91
Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif dengan Menggunakan Levene’s Test ...................................................
91
Ringkasan Uji Alternatif Anava dari Prestasi Kognitif, Afektif dan Psikomotor ...........................................................
92
Hasil Analisis Pengaruh Teknik Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar .......................................................................
94
Hasil Analisis Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar .........................................................
95
Hasil Analisis Pengaruh Kemampuan Verbal Terhadap Prestasi Belajar .......................................................................
95
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran dengan Kemampuan Berpikir Kritis terhadap Prestasi Belajar .....................................................................................
95
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran dengan Kemampuan Verbal terhadap Prestasi Belajar ...........
96
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Verbal terhadap Prestasi Belajar
97
Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran, Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Verbal terhadap Prestasi Belajar .........................................................
97
Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis....................................
114
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1
Kerangka Pikir....................................................................
49
Gambar 4.1
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Penggunaan 2 Teknik ........................................................
71
Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Pada Kemampuan Berpikir Kritis ...............................................
72
Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Pada Kemampuan Verbal ...........................................................
72
Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis ..................................
73
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Teritegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal ....................................................
74
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Pada Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal .......
75
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Model PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Teritegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah ............................................................
76
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif Penggunaan 2 Teknik ........................................................
77
Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Pada Kemampuan Berpikir Kritis ...............................................
78
Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Pada Kemampuan Verbal ...........................................................
79
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8
Gambar 4.9
Gambar 4.10
Gambar 4.11
Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis ......................... commit to user
xvi
80
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.12
Gambar 4.13
Gambar 4.14
Gambar 4.15
Gambar 4.16
Gambar 4.17
Gambar 4.18
Gambar 4.19
Gambar 4.20
Gambar 4.21
digilib.uns.ac.id
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif PBL dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Pada Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal .......
81
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Pada Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal .......
82
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Model PBL Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Teritegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah .............................................................
83
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Penggunaan 2 Teknik ....................................
84
Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Berdasarkan Pada Kemampuan Berpikir Kritis ......................................
85
Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Berdasarkan Pada Kemampuan Verbal ..................................................
86
Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis .........................
87
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor PBL dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal .......
88
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Pada Mahasiswa Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal .......
89
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah..............................................................
90
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus ............................................................................................ 124 Lampiran 2 RPP Team Teaching Teknik Terintegrasi ...................................... 127 Lampiran 3 RPP Team Teaching Teknik Semi terintegrasi .............................. 164 Lampiran 4 Lembar Kerja Mahasiswa .............................................................. 202 Lampiran 5 Penilaian Proses Kognitif, Afektif dan Psikomotor ...................... 225 Lampiran 6 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Belajar Kognitif ........................... 241 Lampiran 7 Kisi-kisi dan Angket Prestasi Belajar Afektif ............................... 252 Lampiran 8 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi Belajar Psikomotor ...................... 256 Lampiran 9 Kisi-kisi dan Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...................... 259 Lampiran 10 Kisi-kisi dan Soal Tes Kemampuan Verbal ................................. 264 Lampiran 11 Hasil Try Out Tes Kognitif, Afektif, Psikomotor ......................... 268 Lampiran 12 Hasil Try Out Tes Kemampuan Berpikir Kritis dan Verbal ......... 276 Lampiran 13 Setting Pembelajaran Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi .................................................................. 275 Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 276 Lampiran 15 Surat Keterangan ......................................................................... 279
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yusianti Silviani. 2013. Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. TESIS. Pembimbing: 1) Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd; 2) Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Problem Based Learning (PBL) menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal serta interaksinya terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Metode yang digunakan adalah eksperimen, dilaksanakan pada Januari 2012 sampai Desember 2012. Populasinya adalah semua mahasiswa Tingkat II Semester III Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta Tahun Akademik 2012/2013. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh yang terdiri dari 2 kelas yaitu: 2A1 dan 2A2. Kelas 2A1 diberi pembelajaran team teaching teknik semi terintegrasi, sedangkan 2A2 dengan team teaching teknik terintegrasi. Teknik pengumpulan data adalah tes dan non tes. Teknik tes menggunakan soal pilihan ganda untuk kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal, kognitif dan psikomotor. Teknik non tes menggunakan lembar observasi untuk afektif dan psikomotor proses, serta angket untuk afektif. Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji alternatif ANAVA yaitu Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada pengaruh model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap semua prestasi belajar; 2) Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi kognitif dan psikomotor; 3) Ada pengaruh kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar; 4) Ada pengaruh interaksi teknik pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap semua prestasi belajar; 5) Ada pengaruh interaksi teknik pembelajaran dengan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar; 6) Ada pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar; 7) Ada pengaruh interaksi teknik, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap semua prestasi belajar. Kata kunci: Problem Based Learning, team teaching, kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal.
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Yusianti Silviani. 2013. Problem Based Learning Model Use Team Teaching With Semi and Integrated Technics in Bacteriology Learning Overviewed from Critical Thinking and Verbal Skills. Supervisor: 1) Dr. Suciati Sudarisman, M.Pd; 2) Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. Science Education Program of Postgraduate Study, Sebelas Maret University Surakarta. ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of the using Problem Based Learning, team teaching technics, critical thinking, verbal skill, and it’s interaction toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement. The method used in the research was experimental method and it was conducted from Januari 2012 to Desember 2012. The population was the students in 2sd Academic Year 2012/2013 3rd Semester in Analis Kesehatan Nasional Academy. The sample was taken using total sampling, consisted of two class 2A1 and 2A2. The learning method applied to 2A1 was semi integrated team teaching and to 2A2 was integrated team teaching. The data was collected through students’s critical thinking, verbal skill, cognitive, psychomotor achievement test, and supported by questioner for measuaring affective achievements and observation sheet for assessing affective and psychomotor process. The hypothesis were tested using alternatif ANAVA test with MannWhitney and Kruskal Wallis. The results showed : 1) There was significant difference from the results of two compared learning technics towards students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement; 2) Critical thinking effected students’s cognitive, psychomotor learning achievement; 3) Verbal skill was proved effect students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement; 4) There was an interaction between learning technics and critical thinking toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement; 5) There was an interaction between learning technics and verbal skills toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning; 6) There was an interaction between critical thinking and verbal skills toward students’s cognitive affective and psychomotor learning achievement; 7) There was an interaction among learning technics, critical thinking, and verbal skills toward students’s cognitive, affective and psychomotor learning achievement. Key-words: Problem Based Learning, Team Teaching, Critical Thinking, Verbal Skills.
.
commit to user
xx
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Di dalam Undang Undang No 36 Tahun 2009 Pasal 1 dijelaskan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Indonesia sangat peduli dalam menjaga kesehatan warga negaranya, hal itu tertuang dalam UU No 36 Tahun 2009 yang berbunyi bahwa
pemerintah
bertanggung
jawab
merencanakan,
mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya pemerintah untuk memenuhi tanggung jawab tersebut adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan bagi masyarakat yang tidak mampu melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Asuransi Kesehatan (Askes) bagi Pegawai Negeri Sipil dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) bagi karyawan swasta. Upaya mewujudkan masyarakat yang sehat secara fisik maupun rohani adalah menyediakan tenaga kesehatan yang handal dan kompeten salah satunya adalah analis. Analis kesehatan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang bekerja baik di laboratorium, rumah sakit, maupun klinik yang bertugas untuk memeriksa darah, feses, urine, cairan tubuh dari pasien. Seorang analis kesehatan merupakan partner dokter dalam menentukan diagnosa suatu penyakit. Di dalam commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
kompetensi tenaga analis kesehatan dinyatakan bahwa seorang analis bertugas mempersiapkan, melaksanakan, menginterpretasi, sampai kepada mengevaluasi hasil maupun proses dalam pemeriksaan laboratorium. Perguruan Tinggi di bidang kesehatan (dalam hal ini Akademi Analis Kesehatan) berperan penting dalam menghasilkan tenaga analis yang kompeten dan berkualitas dengan cara membekali teori dan praktik meliputi kognitif, psikomotor dan afektif. Pembekalan kognitif bagi tenaga analis kesehatan adalah melalui beberapa mata kuliah seperti: Bakteriologi, Parasitologi, Hematologi, Immunoserologi, dan lain sebagainya. Melalui materi perkuliahan tersebut, diharapkan mahasiswa mampu berpikir tingkat tinggi seperti berpikir kritis, berpikir analitis, dan lain sebagainya. Dengan demikian, tenaga analis kesehatan dapat menganalisis hasil pemeriksaan laboratorium secara akurat dan dapat mendukung hasil diagnosa dokter secara efektif. Kompetensi psikomotor seorang tenaga analis sesuai Kurikulum Berbasis Kompetensi dari Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Masyarakat
Kesehatan (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010) adalah: 1) mempersiapkan proses teknis operasional di laboratorium kesehatan; 2) mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen;
3) melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan
spesimen; 4) mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium; 5) menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium dan lingkungannya; 6) mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengendalian mutu, serta mengembangkan pemecahan masalah yang berkaitan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dengan data hasil uji; 7) membantu klinis dalam pemanfaatan data laboratorium secara efektif dan efisien untuk menginterprestasikan hasil uji laboratorium; 8) merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium; 9) membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik ke laboratorium; 10) melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan; 11) memberikan penyuluhan kepada masyarakat yang berkaitan dengan laboratorium kesehatan. Selain kompetensi kognitif dan psikomotor, tenaga analis kesehatan juga memerlukan sikap jujur, teliti, disiplin, bertanggung jawab, dapat diandalkan dan mampu bekerjasama dalam tim. Tenaga analis kesehatan yang kompeten secara kognitif, afektif dan psikomotor diharapkan akan memiliki daya saing tinggi baik di tingkat nasional maupun internasional. Profil kompetensi tenaga analis kesehatan di atas relevan dengan hakikat sains yang meliputi 3 aspek yaitu: produk, proses dan sikap. Produk belajar sains (scientific products) adalah kumpulan informasi berupa fakta, konsep, hukum, prinsip dan teori yang dihasilkan melalui proses ilmiah melalui pemecahan masalah. Aktivitas dalam proses sains disebut sebagai keterampilan proses sains meliputi kegiatan: pengamatan, interferensi, prediksi, klasifikasi, menyimpulkan dan mengkomunikasikan hasil. Sikap dalam sains adalah sikap yang berkembang setelah seseorang melakukan proses sains seperti: rasa ingin tahu, jujur, disiplin, kritis, teliti, terbuka, dll (Weno, 2008). Dengan demikian pembelajaran yang mengacu pada hakikat sains diharapkan dapat menghasilkan seorang analis yang kompeten. Idealnya pembelajaran sains (biologi) bagi seorang tenaga analis kesehatan adalah melalui penemuan yang mengacu pada konstruktivisme, yaitu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran
yang
digilib.uns.ac.id 4
memperhatikan
pengetahuan
awal
mahasiswa
dan
mengembangkan melalui pengalaman, sehingga terbentuk konsep yang baru. Pembelajaran sains (biologi) idealnya memberikan pengalaman bermakna sehingga dapat membangun persepsi dan mengembangkan
kemampuan
memecahkan masalah. Materi biologi di Akademi Analis Kesehatan (AAK) khususnya mata kuliah Bakteriologi ditujukan agar mahasiswa dapat menganalisis berbagai macam bakteri yang tersebar di sekitar manusia, serta menerapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pemeriksaan bakteriologi. Mengacu pada tujuan mata kuliah Bakteriologi tersebut maka idealnya pembelajaran sains (khususnya biologi) di AAK idealnya dapat mengembangkan keterampilan proses sains baik keterampilan proses sains dasar seperti: mengamati, menginterferensi, memprediksi, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, menghitung, maupun keterampilan proses sains terintegrasi seperti: merancang eksperimen, mengajukan pertanyaan, mengembangkan hipotesis, mengontrol variabel, mendefinisikan operasional, membuat kesimpulan, membuat grafik dan tabel) (Nur, 2011). Secara faktual tenaga kesehatan di Indonesia ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara umum masih rendah. Berdasarkan data dari Pusat Dinas Kesehatan (2007) diketahui bahwa negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, negara Timur Tengah dan Malaysia, lebih menyukai tenaga kesehatan dari Filipina dan Thailand. Hal tersebut menunjukkan bahwa kompetensi tenaga Indonesia dipandang belum kompeten sehingga belum mampu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
bersaing dengan tenaga kesehatan dari negara lain. Kualitas pembelajaran di Perguruan Tinggi (AAK) turut memberikan konstribusi terhadap rendahnya kompetensi analis kesehatan. Rendahnya kompetensi tenaga analis kesehatan tersebut juga terjadi di lingkungan AAK Nasional. Hal tersebut tercermin dari hasil prestasi belajar kognitif seperti yang tersaji pada Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Hasil Prestasi Belajar Bakteriologi II A B
C
D
2010
55%
34%
9%
2%
2011
33%
42%
22%
3%
A = 80 B = 70 – 79 C = 60 -69 D = < 60 Sumber : Rekap Nilai Mata Kuliah Bakteriologi II Akademi Analis Kesehatan Nasional (2010/2011)
Selain menuntut kemampuan kognitif, pembelajaran di AAK Nasional juga menuntut kemampuan memecahkan masalah. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa mahasiswa AAK Nasional belum mempunyai keterampilan proses sains yang memadai terutama dalam memecahkan masalah melalui metode ilmiah mulai dari merumuskan masalah, menentukan hipotesis, dan merancang percobaan. Hal ini terlihat bahwa mahasiswa masih memerlukan banyak bimbingan saat mengerjakan soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, maupun Karya Tulis Ilmiah yang menjadi tugas akhir mahasiswa. Selain itu, berdasarkan hasil usser meeting yang diadakan oleh AAK Nasional Tahun 2010 diketahui bahwa stake holder menginginkan adanya attitude yang baik dari para analis lulusan AAK Nasional yaitu: 1) mampu berkomunikasi dan memberikan pelayanan kepada pasien baik sebelum maupun setelah pemeriksaan,
commitsyarat-syarat to user sebagai contoh menjelaskan mengenai yang harus dipenuhi pasien
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
sebelum melakukan pemeriksaan dan interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium; 2) memiliki keterampilan mengkomunikasikan data, dan 3) memiliki keterampilan bekerjasama dalam tim. Salah satu faktor penyebab rendahnya kompetensi (kognitif, afektif dan psikomotor) mahasiswa di AAK Nasional adalah cara dosen dalam mengajar. Metode ceramah (lecturing) yang dilakukan dosen selama perkuliahan menjadikan dosen sebagai pusat dari pembelajaran. Dosen hanya menggunakan power point, sementara alat peraga, seperti gambar, video, flash, dan lain-lain belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini bertentangan dengan pembelajaran yang diamanahkan oleh Direktur Jenderal Perguruan Tinggi serta bertentangan dengan hakikat sains. Faktor pendorong terjadinya teacher center learning di (AAK) Nasional disebabkan oleh: 1) padatnya jadwal dosen dalam perkuliahan. Kompetensi yang harus dicapai mahasiswa banyak, sementara alokasi waktu terbatas sehingga pembelajaran cenderung disampaikan secara verbal; 2) latar belakang keilmuan dosen bervariasi. Sebagian dosen di AAK Nasional berasal dari ilmu murni sehingga lebih menekankan pada content saja; dan 3) karakteristik materi di AAK Nasional yang mempengaruhi cara dosen untuk mengajar. Sifat materi perkuliahan yang abstrak dan komplek seperti Bakteriologi menjadikan mahasiswa kesulitan untuk memahami konsep. Sementara dosen kurang menekankan pada penggunaan media pembelajaran. Kondisi tersebut di atas perlu diperbaiki karena tenaga analis merupakan tenaga kesehatan yang strategis dan to user dibutuhkan oleh banyak orang commit dalam membantu menunjang diagnosa dokter
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
tentang suatu penyakit. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melatihkan kemampuan memecahkan masalah melalui KPS dengan Problem Based Learning (PBL). Model PBL adalah model pembelajaran yang berawal dari adanya masalah. Sintaks PBL
adalah orientasi masalah, mengorganisasikan mahasiswa untuk
belajar, membimbing pengalaman individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Model PBL memungkinkan pembelajaran tidak sekedar menghafal, tetapi siswa harus menkonstruksi pengetahuannya secara mandiri (Rusman, 2011; Weno, 2008). PBL memiliki banyak keunggulan diantaranya: 1) pembelajaran berpusat pada mahasiswa; 2) memungkinkan mahasiswa untuk melihat secara multidimensi dengan perspektif yang lebih mendalam; 3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah; 4) mendorong mahasiswa untuk belajar materi atau konsep baru ketika menyelesaikan masalah; 5) mengembangkan keterampilan
sosial
dan
komunikasi
dengan
belajar
dalam
tim;
6) mengembangkan keterampilan tingkat tinggi/ berpikir kritis dan berpikir ilmiah; 7) menggabungkan teori dan praktik; 8) memotivasi mahasiswa dan dosen; 9) mahasiswa memperoleh keterampilan manajemen waktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi; 10) membuka cara untuk belajar sepanjang hayat (Akinoglu dan Tandogen, 2006). PBL akan lebih efektif jika dipadukan dengan pembelajaran secara tim. Perpaduan ini ditujukan untuk mengatasi pengawasan yang kurang maksimal pada mahasiswa selama proses perkuliahan teori maupun praktikum. Team teaching commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
merupakan metode mengajar beregu yaitu dua dosen atau lebih berkolaborasi merencanakan, menyajikan dan menilai secara bersama-sama. Team teaching dapat disajikan dalam 2 teknik yaitu: terintegrasi dan semi terintegrasi. Teknik terintegrasi adalah teknik team teaching yang menggunakan lebih dari satu orang dosen untuk mengajar secara bersama-sama dalam satu kelas. Keunggulan teknik ini adalah meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar memecahkan masalah, meningkatkan pengetahuan mahasiswa karena ilmu yang didapatkan berasal dari dua orang dosen serta memberikan suasana belajar yang baru. Teknik semi terintegrasi yaitu gabungan dari colaborative team teaching dengan parallel instruction yaitu dua orang dosen yang mengajar secara bersama-sama, dimana saat praktikum satu orang dosen mengajar setengah dari jumlah mahasiswa dalam satu kelas (Shumway, dkk, 2011). Teknik ini merupakan variasi team teaching yang dilakukan untuk pembelajaran yang memerlukan kegiatan praktik (Wardani, 2005). Teknik ini memiliki keunggulan yaitu adanya perhatian dosen yang lebih kepada mahasiswa sehingga meningkatkan respon dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran. Penggunaan PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan memfasilitasi kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang bervariasi. Sementara penggunaan PBL dengan dengan team teaching teknik semi terintegrasi diharapkan dapat mendukung dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan memfasilitasi kemampuan verbal mahasiswa yang bervariasi. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memperhatikan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar baik eksternal maupun internal. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
Faktor internal mahasiswa yang bervariasi seperti kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal dapat mempengaruhi prestasi belajar. Mengingat pentingnya faktor internal tersebut, maka perlu dipertimbangkan model pembelajaran yang sesuai untuk memfasilitasi faktor internal mahasiswa. Berdasarkan atas latar belakang di atas serta dalam rangka meningkatkan kompetensi tenaga analis kesehatan dan sebagai solusi terhadap adanya permasalahan dalam pembelajaran di AAK Nasional, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Model Problem Based Learning Menggunakan Team Teaching dengan Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Pada Pembelajaran Bakteriologi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut 1. Proses pembelajaran berpusat pada dosen. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. 2. Proses pembelajaran masih berupa transfer materi, kurang melatihkan mahasiswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep dari hasil penemuannya 3. Pembelajaran yang dilakukan belum dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah melalui metode ilmiah. 4. Peran dosen sebagai fasilitator dan pengawas dalam proses pembelajaran belum maksimal, sehingga diperlukan penambahan jumlah dosen. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
5. Kemampuan internal yang dimiliki mahasiswa (kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal) sangat bervariasi, tetapi belum dipertimbangkan dosen dalam merancang pembelajaran. 6. Prestasi mahasiswa terutama pada Bakteriologi II belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dilakukan pembatasan masalah agar penelitian mempunyai arah yang jelas, yaitu sebagai berikut : 1. Model pembelajaran yang dipakai adalah model PBL (Problem Based Learning) dengan sintaks : orientasi masalah, mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu/ kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 2. Teknik team teaching yang digunakan adalah teknik terintegrasi yaitu teknik team teaching yang menggunakan lebih dari 1 dosen dalam mengajar 1 kelas secara bersamaan dan teknik semi terintegrasi yaitu teknik team teaching yang menggabungkan antara colaborative team teaching dengan parallel instruction. 3. Materi pembelajaran yang diberikan adalah Bakteriologi 2 dengan Kompetensi Dasar: menjelaskan tentang pencemaran air dan teknik uji kualitas air. 4. Kemampuan berpikir kritis meliputi aspek: mengenali, mendefinisikan dan memecahkan
masalah,
memfokuskan observasi, commit to user
menetapkan
tujuan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
menemukan sumber, mengevaluasi fakta, menggunakan teknik persuasi, mengoreksi
kesalahan
informasi,
mengecek
emosi,
menjelaskan
dan
mengoreksi kesalahan alasan deduktif dan induktif, mengoreksi argumen, pengambilan keputusan, membedakan penjelasan atau pendapat, memahami bacaan dan menjawab pertanyaan, dan dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah, 5. Kemampuan verbal meliputi: perbendaharaan kata, persamaan kata, lawan kata dan padanan hubungan, dan dikelompokkan menjadi tinggi dan rendah. 6. Prestasi belajar yang diukur meliputi: prestasi kognitif, afektif, dan psikomotor
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah maka dalam penelitian dikemukakan perumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa? 2. Apakah ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa? 3. Apakah ada pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa? 4. Apakah ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir krtitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
5. Apakah ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi dan terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa? 6. Apakah ada pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar bakteriologi II mahasiswa? 7. Apakah ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui 1. Pengaruh model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2. Pengaruh
kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi
belajar mahasiswa. 3. Pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. 4. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir krtitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. 5. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi dan terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
6. Pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar bakteriologi II mahasiswa. 7. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dan manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoritis: Diharapkan dapat memberikan bukti bahwa penggunaan model PBL lebih efektif dalam kegiatan belajar mengajar daripada hanya menggunakan metode ceramah maupun diskusi saja. 2. Manfaat Praktis: a. Bagi mahasiswa Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah yang akhirnya meningkatkan prestasi belajar mahasiswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor. b. Bagi Dosen 1) Memberikan sumbangan pemikiran kepada dosen mengenai alternatif model
yang
dapat
digunakan
pembelajaran. commit to user
untuk
meningkatkan
kualitas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
2) Memberi gambaran menyeluruh tentang penerapan model PBL dengan menggunakan metode team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi. 3) Memacu dosen memperhatikan kemampuan internal mahasiswa yang sangat bervariasi dalam mengembangkan model pembelajaran. c. Bagi Institusi 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran 2) Meningkatkan kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan. d. Bagi Peneliti Lain Menjadi masukan dan referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai PBL dan team teaching.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Biologi a. Hakikat Belajar Biologi Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Piaget (dalam Suparno 2000: 142)
mendefinisikan arti belajar dalam 2 bentuk yaitu dalam arti
sempit dan luas. Belajar dalam arti sempit adalah belajar yang hanya menekankan perolehan informasi baru dan pertambahan. Belajar seperti ini disebut sebagai belajar figuratif atau belajar yang pasif. Belajar dalam arti luas adalah belajar untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dpat digunakan pada bermacam-macam situasi belajar. Belajar seperti ini disebut sebagai belajar operatif. Belajar figuratif hanya melatih murid untuk mengenal nama-nama tanpa mengetahui konsep yang lebih mendalam, sedangkan belajar operatif menuntut keaktifan belajar dimana murid mencoba memahami konsep-konsepnya yang memerlukan rekonstruksi aktif dari murid. Menurut Hamalik (2007: 27) “Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”. Artinya yang menjadi tujuan akhir belajar bukanlah penguasaan hasil melainkan perubahan kelakuan, karena belajar hanya merupakan sebuah proses.
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
Belajar sains merupakan belajar dengan memperhatikan hakikat sains, yaitu: proses, produk dan sikap ilmiah. Hasil dari belajar sains adalah berupa keterampilan proses sains, penguasaan konsep, prinsip, fakta dan sikap. Sains khususnya biologi memiliki
karakteristik yaitu: 1) cakupan
materinya meliputi struktur dan fungsi alat-alat tubuh manusia dan segala keingintahuannya. Tubuh manusia dengan alam sekitar dipandang oleh biologi sebagai suatu sistem yang saling menunjang agar keseluruhan sistem dapat berlangsung; 2) cara mempelajarinya membutuhkan kemampuan berpikir, sebagai contoh: dalam mempelajari fisiologi seseorang diminta untuk mengembangkan berpikir sibernetik, dalam genetika dikembangkan berpikir peluang, dalam taksonomi dikembangkan kemampuan berpikir logis; 3) penggunaan istilah latin atau kata yang dilatinkan, sehingga seringkali menyulitkan, hal ini mengurangi minat mahasiswa dalam mempelajari biologi (Rustaman, 2005). Belajar biologi di AAK Nasional adalah belajar teori dan praktikum, dimana prosentase praktikum lebih banyak daripada teori, sehingga dalam mendapatkan konsep mahasiswa membutuhkan keterampilan proses sains seperti
memprediksi,
mengkomunikasikan
merumuskan data
dalam
masalah,
tabel
dan
melakukan
percobaan,
menyimpulkan.
Melalui
serangkaian kegiatan belajar, mahasiswa dilatih untuk memiliki sikap jujur, teliti, disiplin dan bekerjasama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
b. Pembelajaran Biologi Carin and Sund (1990) menyatakan bahwa sains mengandung empat unsur yaitu: proses (scientific processes), produk (scientific knowledge), sikap (scientific attitudes) dan teknologi. Produk dalam sains (scientific knowledge) mengandung arti kumpulan informasi atau fakta tentang gejala alam yang didapatkan melalui sikap ilmiah. Produk dalam sains dapat berupa fakta, prinsip, hukum, teori dan lain sebagainya. Proses dalam sains (scientific processes) mengandung arti aktivitas untuk mendiskripsikan fenomena alam meliputi merumuskan masalah, melakukan observasi, merencanakan eksperimen, merumuskan hipotesis, menginterpretasikan data, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan hasil dan lain sebagainya. Sikap dalam sains (scientific attitudes) adalah sikap-sikap, keyakinan, nilainilai, pendapat/gagasan dan obyektifitas yang melandasi proses sains. Sebagai contoh adalah sikap ingin tahu, jujur, disiplin, teliti, terbuka dan sebagainya. Sikap dalam sains biasa disebut sebagai sikap ilmiah. Teknologi dalam sains mengandung arti bahwa sains digunakan sebagai alat untuk memecahkan masalah sehari-hari. Menurut Suciati (2012) pembelajaran sains tidak hanya menekankan pada produk saja tetapi juga memungkinkan mahasiswa memahami cara memperoleh pengetahuan melalui sejumlah kegiatan KPS dengan cara berinkuiri, observasi, pengamatan dan eksperimen. KPS merupakan keterampilan intelektual spesifik untuk menemukan suatu konsep, prinsip, teori
sebagaimana
ilmuwan bekerja ketika commit to user
memecahkan
masalah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Pembelajaran sains (biologi) idealnya menekankan pada aspek kognitif (minds on), psikomotor ( hands on), dan sikap ilmiah ( heart on). Menurut Sumadji (dalam Weno, 2008) tujuan dari pembelajaran biologi adalah: 1) memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan jenjang ke pendidikan lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam
kehidupan
sehari-hari;
2)
mengembangkan
keterampilan-
keterampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep sains; 3) menanamkan sikap ilmiah dan melatih mahasiswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya; 4) menyadarkan mahasiswa akan keteraturan alam dan segala keindahannya sehingga mahasiswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan penciptanya; 5) memupuk daya kreatif dan inovatif mahasiswa; 6) membantu mahasiswa memahami gagasan atau informasi baru dalam bidang IPTEKS; 7) mengembangkan minat mahasiswa dalam sains. Pembelajaran biologi di AAK Nasional idealnya dilakukan dengan memperhatikan hakikat sains di atas. Pembelajaran biologi di AAK Nasional idealnya tidak hanya menekankan penguasaan materi melalui kuliah teori, tetapi juga disertai dengan praktikum yang dapat mengasah kemampuan proses sains dari mahasiswa. Melalui beragam metode seperti: diskusi, problem solving, inkuiri maka KPS dari mahasiswa dapat ditingkatkan, sehingga diikuti dengan meningkatnya sikap ilmiah dari mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
2. Teori-teori belajar a. Teori Konstruktivisme Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar tergantung pada bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal mahasiswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh dari apa yang mereka lakukan, lihat dan dengar (Rustaman, 2005: 204). Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan adalah sebagai berikut: 1) pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subyek; 2) subyek membentuk skemata kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan; 3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Konsep dapat diperoleh melalui pengalaman-pengalaman mahasiswa (Suprijono, 2011) Secara garis besar ada lima prinsip tentang pembelajaran yang merrupakan dasar bagi pendekatan pembelajaran berbasis konstruktivisme yaitu : 1) pembelajar telah memiliki pengetahuan awal. Pengetahuan awal yang dimiliki pembelajar memainkan peran penting pada saat dia belajar; 2) belajar merupakan suatu proses pengkonstruksian suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki. Pembelajar sendirilah yang mengkonstruksi pengetahuan, tidak hanya sekedar ditransfer; 3) belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar. Proses perubahan konsepsi dapat dilakukan
bila
pembelajar
memiliki
pengetahuan
awal;
4)
proses
pengkonstruksian pengetahuan berlangsung dalam konteks sosial tertentu; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5)
pembelajar
digilib.uns.ac.id 20
bertanggung
jawab
terhadap
proses
belajarnya
(Rustaman, 2007). b. Teori Belajar Sosial Vygotsky Vygotsky (dalam Trianto, 2011) menyatakan bahwa mahasiswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan mahasiswa sendiri melalui bahasa. Teori ini lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran, dimana faktor sosial sangat penting artinya untuk perkembangan mental lebih tinggi dalam mengembangkan konsep, penalaran logis dan pengambilan keputusan. Konstruktivisme sosial berasal dari Vygotsky. Asumsi Vygotsky adalah bahasa merupakan aspek sosial. Vygotsky menekankan pentingnya aspek sosial dalam belajar, adanya interaksi dengan orang lain memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yaitu: 1) tingkat perkembangan aktual yang menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu; 2) tingkat perkembangan potensial yaitu tingkat intelektual yang dapat dicapai dengan bantuan dari orang lain, misal: dosen, teman sebaya, atau orangtua. Zona yang terletak diantara kedua tingkat tersebut dinamakan sebagai zone of proximal development (Arends, 2008). c. Teori Belajar Bruner Belajar menurut Bruner adalah suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang diberikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
kepada dirinya. Tiga tahapan belajar menurut Bruner adalah: 1) tahap enaktif yaitu pembelajaran dengan melibatkan tindakan anak secara langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata; 2) tahap ikonik, yaitu suatu belajar pengetahuan dengan cara dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan
visual
(visual
imaginery),
gambar,
atau
diagram,
yang
menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret. 3) tahap simbolis yaitu menggunakan bahasa dalam bentuk simbol anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini, pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orangorang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain (Dahar, 2006). Belajar
penemuan
dapat
dikembangkan
scaffolding yaitu sebuah alat untuk
dengan
menggunakan
mengatasi masalah diluar kapasitas
perkembangan mahasiswa berupa sejumlah bantuan kepada mahasiswa selama tahap awal pembelajaran kemudian mahasiswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan untuk menguraikan masalah kedalam langkah-langkah pembelajaran, memberikan contoh ataupun yang lain sehingga memungkinkan mahasiswa tumbuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
mandiri. Bentuk dari scaffolding ini dapat berupa bantuan dari teman, dosen atau orang yang lebih mampu. Selain scaffolding peran dialog juga penting dalam belajar penemuan, interaksi sosial dibutuhkan dalam mengatasi masalah (Arends, 2008). Belajar penemuan sendiri memiliki kelebihan yaitu: 1) pengetahuan yang didapat bertahan lama, dan lebih mudah untuk diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain; 2) hasil belajar penemuan memiliki efek transfer yang lebih baik daripada belajar menggunakan cara-cara yang lain, konsep yang telah dimiliki seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi yang baru; 3) belajar penemuan meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, memberikan latihan keterampilan kognitif mahasiswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain; 4) membangkitkan keingintahuan mahasiswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban (Dahar, 2006). d. Teori Belajar Gagne Menurut
Gagne
(1985)
hasil-hasil
belajar
dibedakan
menjadi
1) keterampilan intelektual; 2) strategi kognitif, 3) sikap; 4) informasi verbal; 5) keterampilan motorik. Keterampilan intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan melalui penggunaan simbol atau gagasan. Gagne membedakan keterampilan intelektual secara bertahap mulai yang paling sederhana (diskriminasi) hingga yang paling kompleks (pemecahan masalah), dengan urutan sebagai berikut: 1) diskriminasi; 2) konsep konkret; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
3) aturan-aturan dan konsep terdefinisi; 4) aturan tingkat tinggi dan 5) pemecahan masalah. Diskriminasi merupakan kemampuan untuk mengadakan respons yang berbeda terhadap stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik. Konsep konkret menunjukkan suatu objek. Konsep terdefinisi dimengerti apabila bisa mendemonstrasikan arti dari kelas tentang obyek atau kejadian. Aturan tingkat tinggi ditemukan untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah merupakan kegiatan manusia yang menggabungkan konsep dan aturan yang telah diperoleh sebelumnya dari dirinya sendiri. 3.
Problem Based Learning a. Pengertian Problem Based Learning Problem adalah situasi yang membutuhkan solusi. Menurut Ibrahim (dalam Rusman, 2010) Problem Based Learning adalah pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi mahasiswa dalam situasi yang beorientasi pada masalah dunia nyata. Model PBL dilandasi oleh teori konstruktivistik, yaitu belajar tidak sekedar menghafal, tetapi mahasiswa harus menkonstruksi pengetahuannya secara mandiri (Weno, 2008). Menurut Tan (2003: 20) karakteristik PBL adalah: 1) permasalahan merupakan starting point dalam belajar; 2) permasalahan yang diangkat berasal dari dunia nyata; 3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda; 4) permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki mahasiswa; 5) mengutamakan belajar mandiri; 6) pembelajaran kolaboratif, komunikatif dan kooperatif; 7) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
8) melibatkan evaluasi dan review pengalaman mahasiswa. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Izzaty (2006) yaitu PBL dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, penguasaan konsep, motivasi dan peran aktif mahasiswa dalam proses pembelajaran. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mahanal dan Zubaidah (2010) diketahui bahwa PBL meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini dikarenakan PBL menuntut kemampuan siswa untuk memecahkan masalah sehingga memacu kemampuan untuk berpikir. b. Sintaks Problem Based Learning Menurut Nur (2011, 57) langkah-langkah model PBL disajikan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1. Sintaks Problem Based Learning Tahap-tahap 1. Mengorientasikan mahasiswa kepada masalah
Peran Dosen Menjelaskan tujuan pembelajaran, mendiskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi mahasiswa agar terlibat dalam kegiatankegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri.
2. Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar
Membantu mahasiswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu. Mendorong mahasiswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi. Membantu mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, model serta membantu berbagi karya mereka. Membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atas penyelidikan dan prosesproses yang mereka gunakan.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c. Karakteristik PBL PBL memiliki karakteristik 1) adanya pertanyaan atau masalah perangsang. Masalah yang diangkat merupakan masalah sosial dan bermakna bagi mahasiswa; 2) fokus interdispliner, masalah yang diangkat menuntut mahasiswa untuk menggali banyak subjek akademik maupun terapan; 3) investigasi autentik. PBL menuntut mahasiswa melakukan investigasi untuk menemukan solusi riil, melalui proses merumuskan masalah, menetapkan hipotesa, mengumpulkan, menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, membuat inferensi dan menarik kesimpulan; 4) produksi artefak dan exhibit merupakan hasil karya atas pemecahan masalah; 5) kolaborasi. PBL memerlukan kerjasama dalam kelompok yang mendorong penyelidikan, dialog bersama, dan mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial (Arends, 2008). d. Keunggulan dan Kelemahan Model Problem Based Learning Menurut Akinoglu dan Tandogen (2006) PBL memiliki keunggulan dan keterbatasan. Keunggulan PBL yaitu: 1) pembelajaran berpusat pada mahasiswa; 2) memungkinkan mahasiswa untuk melihat secara multidimensi dengan perspektif yang lebih mendalam; 3) mengembangkan keterampilan memecahkan masalah; 5) mendorong mahasiswa untuk belajar materi atau konsep baru ketika menyelesaikan masalah; 6) mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi dengan belajar dalam tim; 7) mengembangkan keterampilan tingkat tinggi/ berpikir kritis dan berpikir ilmiah; commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
8) menggabungkan teori dan praktik; 9) memotivasi mahasiswa dan dosen; 10) mahasiswa memperoleh keterampilan manajemen waktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi; 11) membuka cara untuk belajar sepanjang hayat. Hal sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh VanSledright (2002) bahwa PBL meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran,
memberikan
pengalaman
investigasi,
mengembangkan
perbendaharaan kata melalui dialog kerjasama dan mengembangkan kemampuan berpikir. Kelemahan dari PBL yaitu: 1) membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah, terutama pada pertemuan pertama; 2) membutuhkan banyak material dan penelitian; 3) sulit diimplementasikan pada semua mata kuliah; 4) sulit pada penilaiannya. 4. Team Teaching Hatcher (1996) mendefinisikan team teaching sebagai: “Two or more instructors collaborating over the design and/or implementation and evaluation of the same course or courses”. Sementara menurut Jacob (2002) team teaching dinyatakan sebagai: ” Team teaching as a method in which all instructors are equally involved and responsible for student instruction, assessment, and the learning objectives”. Senada dengan pengertian di atas Jusuf (dalam Kiswardianta, 2009) menyatakan bahwa: Metode mengajar beregu adalah suatu pengorganisasian mengajar dimana dua atau lebih dari dua orang guru dengan pembantu-pembantunya merencanakan, menyajikan dan menilai satu atau lebih dari satu bidang mata pelajaran yang diberikan kepada sejumlah murid yang lebih besar daripada kelas konvensional. Penyajian pelajaran dilakukan secara klasikal, kelompok commit to user kecil dan perorangan.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Team teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang melibatkan dua orang atau lebih dalam proses pembelajaran dengan pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang. Menurut Karin Goetz (2000) pengajaran tim atau beregu dapat dibagi dalam 2 kategori besar yaitu : 1) kategori A terdiri dari 2 dosen atau lebih yang mengajar mahasiswa pada saat bersamaan di kelas yang sama, kategori ini mensyaratkan pembagian tugas yang jelas, sehingga setiap dosen memiliki sejumlah peran yang berbeda. Kategori ini melibatkan kombinasi kepribadian, dan kekuatan dari masing-masing dosen serta kepribadian dan kekuatan mahasiswa; 2) kategori B terdiri dari 2 dosen atau lebih yang bekerja tidak selalu mengajar kelompok mahasiswa yang sama dan tidak selalu pada waktu yang sama. Variasi team teaching kategori A adalah: 1) tim tradisional atau tim kolaborasi yaitu para dosen aktif berbagi tugas, materi dan membangun keterampilan untuk semua mahasiswa; 2) tim pengajaran yaitu salah satu dosen bertanggung jawab mengajarkan materi, sedangkan dosen yang lain memerankan tugas tindak lanjutan dan memantau kompetensi mahaisswa dalam mengerjakan tugas sesuai instruksi; 3) parallel instruction yaitu pembelajaran dengan membagi kelas menjadi dua kelompok dan setiap dosen bertanggung jawab untuk mengajar bahan yang sama pada kelompok yang lebih kecil. Team teaching harus dilakukan dengan perencanaan yang baik yaitu: 1) menetapkan tujuan
commit to user misalnya menyamakan persepsi team teaching,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
tentang penampilan dan pembagian tugas dalam mengajar sehingga menjadikan pembelajaran lebih komprehensif untuk memberikan bimbingan pada saat praktikum; 2) menetapkan variasi
team teaching yang akan
digunakan. Berdasarkan tujuan yang telah disepakati maka tim harus menentukan variasi yang akan digunakan dalam pembelajaran; 3) menyepakati Kompetensi Dasar dan persyaratan mata kuliah; 4) menyepakati pengorganisasian materi, cara penyampaian serta cara dan penentuan nilai 5) membuat rincian langkah-langkah pelaksanaan. a. Teknik Terintegrasi Team teaching teknik terintegrasi adalah teknik mengajar beregu dimana lebih dari 1 orang dosen menyajikan materi dalam kelas yang sama, dan pada waktu yang bersamaan. Berdasarkan pembagian dari Karin Goets (2000) bahwa teknik terintegrasi pada penelitian ini termasuk dalam kategori tim tradisional atau tim kolaborasi. Setiap dosen memiliki tugas masingmasing dan saling berkolaborasi dalam proses pembelajaran pada mahasiswa dan waktu yang sama. Keunggulan dari metode team teaching teknik terintegrasi adalah: 1) mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk saling membantu dalam belajar sehingga dapat mendorong mahasiswa untuk bekerjasama dalam kelompok dan bertukar informasi;
2) kemampuan untuk memecahkan
masalah lebih tinggi karena menggunakan dua dosen; 3) balikan yang diberikan kepada mahasiswa lebih banyak, sehingga menambah pengetahuan dari mahasiswa; 4) memberikan suasana belajar baru. Kelemahan dari team commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
teaching teknik terintegrasi adalah membutuhkan waktu persiapan lebih banyak dan apabila tim tidak kompak maka akan membingungkan mahasiswa. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Hanusch, Obijiofor, Volcic
(2009)
bahwa
penggunaan
metode
team
teaching
dapat
membingungkan mahasiswa. b. Teknik Semi Terintegrasi Team teaching teknik semi terintegrasi merupakan salah satu variasi team teaching, yaitu gabungan dari colaborative team teaching dengan parallel instruction. Parallel instruction adalah suatu metode dimana seorang dosen melakukan pembelajaran pada setengah dari jumlah mahasiswa dalam 1 kelas, variasi team teaching ini biasanya dilakukan untuk pembelajaran yang membutuhkan praktikum. Teknik semi terintegrasi pada penelitian ini merupakan perpaduan kolaborasi tim dan parallel instruction yang dilakukan sebagai berikut: dosen berkolaborasi dalam membuka, menutup pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan kognitif mahasiswa, dan membimbing secara mandiri setengah dari jumlah mahasiswa saat pelaksanaan praktikum (Shumway, dkk, 2011; Wardani, 2005) Keunggulan dari team teaching teknik semi terintegrasi merupakan gabungan
colaborative
team
dan
parallel
instruction
yaitu:
1)
mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk saling membantu dalam belajar; 2) mengembangkan kemampuan memecahkan masalah; 3) balikan yang diberikan lebih banyak sehingga menambah pengetahuan mahasiswa; 4) memberikan suasana belajar baru; dan 5) meningkatkan respon dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
partisipasi mahasiswa dikarenakan rasio antara mahasiswa dengan dosen lebih kecil sehingga bimbingan yang diberikan lebih intens. Partisipasi mahasiswa dapat berupa kognitif, keterampilan proses sains maupun sikap ilmiah; 6) meminimalkan kebingungan dari mahasiswa akibat sudut pandang yang berbeda dari setiap dosen. Kelemahan dari team teaching teknik semi terintegrasi adalah memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang antar dosen, sehingga menjamin materi yang diberikan kepada setiap kelompok mahasiswa sama (Shumway, 2011).
5. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir adalah suatu proses mental dalam membuat reaksi, baik terhadap sebuah benda, tempat, orang maupun peristiwa (Salam, 2004). Hal ini didukung oleh Suharman (2005) yang menyatakan bahwa berpikir merupakan proses menghasilkan representasi mental yang baru melalui transformasi yang melibatkan interaksi kompleks antara atribut-atribut mental seperti: penilaian, abstraksi, penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah. Berdasarkan pemrosesan informasi kemampuan berpikir dibedakan menjadi 2 yaitu: Low Order Thinking Skill (LOTS) dan High Order Thinking Skill (HOTS). HOTS merupakan kemampuan mentransfer pengetahuan, kemampuan
berpikir
kritis
dan
kemampuan
memecahkan
masalah.
Selanjutnya Schwatzer membagi HOTS menjadi 3 yaitu: 1) inquiry skills; 2) data processing skills; 3) additional critical thinking. HOTS sangat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
diperlukan dalam diri mahasiswa karena melatihkan HOTS sejak usia dini sangat penting untuk dilakukan (Suharman, 2005; Brookhart, 2010). Ennis (Sandia, 2008) menyatakan bahwa: “Berpikir kritis merupakan aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat
keputusan
yang
dapat
menuntun
diri
seseorang
dalam
mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan”. Sementara Santyasa (2007) menyatakan bahwa: “Berpikir kritis adalah menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi aspek-aspek yang fokus pada masalah, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan informasi yang dipelajari sebelumnya, menentukan jawaban yang rasional, melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi”.
Berpikir kritis membuat seseorang
mampu mempertimbangkan,
menghasilkan alasan yang tepat, dan mengambil keputusan berkaitan dengan masalah yang dihadapinya. Melalui berpikir kritis mahasiswa mampu untuk merumuskan masalah, mencari cara pemecahan masalah, melakukan penyelidikan dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. Berpikir kritis perlu dikembangkan terus-menerus guna mempersiapkan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja. Pengukuran berpikir kritis dapat dilakukan dengan soal tes melalui: 1) penggunaan materi pengantar atau melalui akses ke materi sumber, 2) penggunaan materi novel dan 3) penggunaan kompleksitas kognitif dan tingkat kesulitan (Brookhart, 2010) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Menurut Fisher (2001) indikator pengukuran kemampuan berpikir kritis meliputi: 1) menyatakan
kebenaran
pernyataan; 2) menganalisis
pertanyaan atau pernyataan; 3) berpikir logis; 4) mengurutkan, misalnya secara temporal, secara logis, secara sebab akibat; 5) mengklasifikasikan, misalnya
adalah
gagasan
tentang
suatu
obyek;
6)
memutuskan;
7) memprediksi; 8) berteori; 9) memahami orang lain dan diri sendiri. Norris
dan
Ennis
(dalam
Tobroni
dan
Mustofa,
2011)
mengidentifikasikan lima fase berpikir kritis, yaitu: 1) elementary clarification (klasifikasi tingkat rendah), yaitu memusatkan pencapaian klarifikasi umum suatu masalah melalui analisis argumentasi, pertanyaan atau jawaban; 2) basic support (pendukung dasar), yaitu memutuskan sumber yang kredibel; membuat dan memutuskan hasil pengamatan sendiri, serta melibatkan informasi yang berbeda, kesimpulan yang diterima dan latar belakang pengetahuan; 3) inference (kesimpulan), yaitu membuat dan memutuskan kesimpulan secara induktif dan deduktif; 4) advanced clarification (klarifikasi tingkat tinggi) yaitu membentuk dan mendefiniskan terminologi, memutuskan dan mengevaluasi definisi, serta menentukan konteks definisi berdasarkan alasan tepat; 5) strategy and tactics (Strategi dan cara-cara), yaitu berinteraksi dengan orang lain untuk memutuskan tindakan yang sesuai, mendefinisikan masalah, menafsir kemungkinan solusi dan mengkonstruksi alternatif solusi, mengawasi keseluruhan alternatif solusi, mengawasi keseluruhan proses pengambilan keputusan. Secara rinci indikator berpikir
kritis
commit to user dalam disajikan
Tabel
2.2.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
Tabel 2.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kritis NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
INDIKATOR Mengenali masalah Mendefinisikan masalah Memfokuskan observasi Memecahkan masalah melalui bagan Menetapkan tujuan Kemampuan memecahkan masalah Menemukan sumber Mengevaluasi fakta Menggunakan teknik persuasi Mengoreksi kesalahan informasi Mengecek emosi Menjelaskan alasan deduktif Mengoreksi kesalahan alasan deduktif Menjelaskan alasan induktif Mengoreksi kesalahan alasan induktif Mengoreksi argumen Pengambilan keputusan Membedakan penjelasan atau pendapat Memahami bacaan dan menjawab pertanyaan
(Sumber : Starkey, 2004)
Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal mahasiswa adalah kemampuan berpikir kritis. PBL memerlukan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi diprediksi dapat memecahkan masalah yang diberikan tanpa hambatan. Seseorang yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis tinggi akan meningkatkan kecerdasan sehingga meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Kuswana, 2012). Kondisi kemampuan kritis mahasiswa yang bervariasi mempengaruhi prestasi belajar sehingga kemampuan berpikir kritis penting untuk dipertimbangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
6. Kemampuan Verbal Kemampuan adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar (Dahar, 1989). Verbal biasa diartikan sebagai bahasa yaitu alat yang digunakan bersama untuk mengungkapkan gagasan. Kemampuan verbal merupakan salah satu potensi yang dimiliki mahasiswa dalam mencapai prestasi belajar, karena bahasa terbukti memudahkan kemampuan belajar, mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan (Rakhmat, 1996). Menurut Winkel (1991 : 212) kemampuan verbal adalah: “Kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, sehingga dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain”. Kemampuan tersebut dapat berupa informasi berbentuk fakta, data, konsep, dan kaidah yang disimpan dalam ingatan, baik ingatan jangka pendek maupun ingatan jangka panjang. Gagne (dalam Dahar, 1989) menyatakan bahwa kemampuan verbal merupakan kemampuan untuk menyatakan informasi yang diketahui dalam bentuk kalimat, sehingga melalui kemampuan verbal seseorang dapat diketahui pemahamannya terhadap suatu konsep. Kemampuan verbal diperoleh mahasiswa selama proses pembelajaran melalui sumber-sumber yang menggunakan bahasa, lisan, tertulis, fakta, kata-kata yang diucapkan orang, dari membaca, radio, televisi, dan lain-lain. Mahasiswa yang memiliki kemampuan
verbal
adalah
mahasiswa
yang
mampu
menuangkan
pengetahuannya dalam bentuk bahasa yang kemudian dikomunikasikan kepada orang lain baik secara lisan maupun secara tulisan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Sternberg (dalam Suharman, 2005) mengklasifikasikan kemampuan intelegensi manusia yaitu: 1) kemampuan verbal, 2) kemampuan kuantitatifberhitung, komputasi dan memecahkan masalah, 3) kemampuan belajar pembentukan konsep, 4) kemampuan penalaran induktif-analogi dan generalisasi,
5)
kemampuan
penalaran
deduktif-silogisme
kategorik,
silogisme linier, dan penalaran kondisional; 6) kemampuan ruang-orientasi ruang, hubungan-hubungan keruangan dan visualisasi ruang. Seorang analis membutuhkan kemampuan verbal untuk dapat menginterpretasikan data hasil pemeriksaan dan menyampaikan secara lisan penjelasan mengenai interpretasi data tersebut kepada pasien pada kondisi tertentu. Selain itu kemampuan verbal juga diperlukan seorang analis dalam mengkomunikasikan pengetahuan yang dimilikinya melalui penyuluhan kepada masyarakat berkaitan dengan bidang kesehatan. Keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Selain kemampuan berpikir kritis yang termasuk kedalam faktor internal adalah kemampuan verbal. PBL memerlukan kemampuan verbal dalam memecahkan masalah. Kemampuan verbal diperlukan dalam mengolah informasi menjadi pengetahuan yang kemudian dapat diterapkan pada situasi baru. Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi diprediksi dapat memecahkan masalah yang diberikan tanpa hambatan. Kondisi kemampuan verbal mahasiswa yang bervariasi mempengaruhi prestasi belajar sehingga kemampuan verbal penting untuk dipertimbangkan dalam merancang kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
7. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang, dengan demikian prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang setelah melaksanakan usaha belajar (Winkel, 1996: 226). Prestasi belajar meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif pada revised taxonomy yang dikembangkan oleh Anderson Krathwohl (2000) mencakup C1=knowledge (pengetahuan dan ingatan; C2=comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas); C3=application (menerapkan;
C4=analysis
(menguraikan,
menentukan
hubungan);
C5=sinthesizing (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan barru; C6=creating (mengkreasikan). Domain afektif yaitu sikap ilmiah meliputi : jujur, teliti, tanggung jawab, menghargai, rasa ingin tahu, disiplin, kritis, terbuka dan lain sebagaimana, sedangkan psikomotor meliputi keterampilan proses sains (KPS) dasar yaitu: mengamati, interferensi, memprediksi, mengklasifikasi, mengkomunikasikan, mengukur, menghitung, maupun
keterampilan
proses
sains
terintegrasi
seperti:
merancang
eksperimen, mengajukan pertanyaan, mengembangkan hipotesis, mengontrol variabel, mendefinisikan operasional, membuat kesimpulan, membuat grafik dan tabel (Weno, 2008; Nur, 2011). Proses belajar akan menghasilkan produk berupa prestasi belajar, untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar diperlukan evaluasi atau penilaian terhadap prestasi belajar tersebut. Penilaian merupakan
rangkaian
kegiatan yang dilakukan commit to user
untuk
memperoleh,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
menganalisis, dan menafsirkan data mengenai seluruh kegiatan proses belajar yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga melalui penilaian yang dilakukan didapatkan informasi bermakna dalam mengambil keputusan terhadap berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran. 8. Pemeriksaan Bakteriologi Air Bakteriologi merupakan cabang dari Biologi yang merupakan mata kuliah wajib pada Pendidikan Diploma 3 Analis Kesehatan (Kurikulum Inti Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2010). Luasnya ruang lingkup Bakteriologi membuat mata kuliah ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu Bakteriologi I, Bakteriologi II, Bakteriologi III. Deskripsi mata kuliah Bakteriologi membahas secara rinci tentang sifat bakteri patogen yang penting dalam kesehatan baik klinis, air, makanan serta minuman, hubungannya dengan manusia, cara penularan, pencegahan dan cara diagnosis laboratorium. Mata kuliah Bakteriologi memberikan pengetahuan praktis dan keterampilan yang digunakan dalam identifikasi mikroorganisme yang berasal dari sampel biologis, air, makanan dan minuman. Bakteriologi II adalah Bakteriologi yang mempelajari penyebaran bakteri, mikrofloranormal, pencemaran air, makanan, susu dan teknik uji kualitasnya serta penerapan Keselamatan dan Keamanan Kerja. Pencemaran air minum dan teknik uji kualitasnya merupakan Kompetensi Dasar yang penting dan merupakan hal yang baru bagi mahasiswa. Kasus-kasus tercemarnya air minum diangkat sebagai bahan pembelajaran mata kuliah ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Pencemaran air yang dibahas adalah pencemaran air yang banyak terjadi pada Depo Air Minum Isi Ulang. a. Kualitas Air Secara Bakteriologis Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan, dan sebagainya serta kualitas biologi yaitu air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Persyaratan air minum secara bakteriologis meliputi Angka Lempeng Total, nilai MPN dan ada tidaknya bakteri patogen. Bakteri patogen yang tidak boleh ditemukan pada air minum adalah golongan coli; Escherichia coli, Salmonella typhi, Vibrio cholera. Secara rinci persyaratan bakteriologis air minum dalam kemasan disajikan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3. Batas Maksimum Pencemaran Mikroba Pada Air dalam Kemasan Jenis Bahan Air minum dalam kemasan
Jenis Pengujian Angka lempeng total MPN coliform Salmonella Pseudomonas aeruginosa
Batas Maksimum 1,0 x 105 < 2/100 mL negatif/100 mL nol
Sumber : SNI Nomor 7388 : 2009
b. Macam-macam Mikroorganisme Patogen yang Mengkontaminasi Air 1) Salmonella typhosa, adalah bakteri gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora namun bersifat patogen, baik pada manusia ataupun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
hewan, dapat menyebabkan demam tifoid (typhoid fever). Penyebab yang paling umum dari Salmonella typhosa adalah air. Air dapat terkontaminasi oleh bakteri ini karena kesalahan metode pemurnian air atau kontaminasi silang (cross contaminant) antara pipa air dengan saluran air limbah; 2) Clostridium perfringens adalah bakteri gram positif pembentuk spora yang sering ditemukan dalam usus manusia, tetapi kadang-kadang juga ditemukan di luar usus manusia (tanah, debu, lingkungan dan sebagainya); 3) Escherichia coli adalah bakteri gram negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora dan merupakan flora normal di dalam usus. Escherichia coli termasuk bakteri komensal yang umumnya bukan patogen penyebab penyakit namun bilamana jumlahnya melampaui normal dapat menyebabkan penyakit. Escherichia coli merupakan salah satu bakteri coliform. Escherichia. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal; 4) Leptospira merupakan bakteri berbentuk spiral dan lentur yang merupakan penyebab penyakit leptospirosis; 5) Shigella dysentriae adalah basil gram negatif, tidak bergerak. Bakteri ini menyebabkan penyakit desentri (mejan). Spesies lain seperti Shigella sonnei dan Shigella paradysentriae juga menyebabkan penyakit desentri; 6) Vibrio cholerae adalah bakteri yang berbentuk batang bengkok, gram negatif dan monotrik. Bakteri ini menyebabkan penyakit kolera yang endemis di Indonesia dan sewaktu-waktu berjangkit serta memakan banyak korban (Jawetz, Melnick dan Adelberg’s, 2005). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
c. Macam-macam Pemeriksaan Air 1) Most Probable Number Coliform (MPN Coliform) MPN coliform adalah perkiraan jumlah koloni bakteri terdekat dalam 100 ml sampel. Prinsip kerja dari metode MPN coliform ini adalah adanya bakteri coli dan coliform akan dapat meragi laktosa menjadi asam dan gas. Tahap-tahap MPN coliform meliputi: 1) uji penduga (presumptive test) merupakan tes pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya bakteri coliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan fermentasi laktosa oleh bakteri coliform. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung durham berupa gelembung udara; 2) uji penegasan (confirmatif test) digunakan untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform. Uji penguat dilakukan dengan menginokulasikan biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif pada uji penduga ke media BGLB (Brilliant Green Bile Lactose). Tabung berisi media dan biakan tersebut diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam, kemudian diamati adanya gas pada media; 3) uji pelengkap (completed test) dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media Eosin Metylene Blue (EMB). Koloni tersebut selanjutnya diuji pewarnaan gram dengan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform yaitu: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colonycommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
forming unit) dalam sampel. Nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 ml atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi. 2) Angka Lempeng Total (ALT) Uji ALT dilakukan untuk menentukan jumlah atau angka bakteri aerob mesofil yang mungkin mencemari suatu produk, baik itu makananminuman, obat tradisional ataupun kosmetik. Cara inokulasi yang dipilih adalah cara tuang, hal ini dimaksudkan untuk melihat pertumbuhan bakteri aerob mesofil. Metode ini menggunakan pengenceran bertingkat dari sampel
yang
mengandung
mikroorganisme
ditanam
pada
media
pertumbuhan. Keuntungan dari metode ALT adalah sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme karena hanya sel hidup saja yang dapat dihitung, beberapa mikroorganisme dapat dihitung sekaligus, dan dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri. Kelemahan metode ini adalah hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel sebenarnya, karena beberapa sel yang berdekatan membentuk satu koloni, medium dan inkubasi berbeda akan menghasilkan nilai berbeda serta memerlukan persiapan dan waktu inkubasi yang lama (Djide, dkk, 2005).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
B. Penelitian Yang Relevan 1. Syh-Jong-Jang (2006) melakukan penelitian dengan hasil terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan team teaching dengan siswa yang mendapat pembelajaran individual teacher. Hasil wawancara mengenai pendapat siswa bahwa team teaching mempengaruhi prestasi belajar mereka menunjukkan: 53,5 % setuju, 35 % tidak setuju dan 11,5 % siswa tidak menjawab, sedangkan pendapat siswa bahwa team teaching lebih unggul dari individual teacher adalah: 63,5% setuju, 27 % tidak setuju dan 8,5% tidak menyatakan jawabannya. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada siswa yang kebingungan dengan penerapan team teaching. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan team teaching dalam pembelajaran di kelas, sedangkan perbedaannya adalah menggunakan model yang berbeda yaitu PBL dengan 2 teknik team teaching yaitu terintegrasi dan semi terintegrasi. 2. Akinoglu and Tandogan (2007) melakukan penelitian dengan hasil bahwa kelompok siswa yang mendapatkan model PBL lebih berhasil daripada kelompok yang mendapat pembelajaran tradisional. Hasil wawancara sebelum dan sesudah penelitian menunjukkan bahwa terdapat perkembangan penguasaan konsep dan miskonsepsi dapat diminimalisasi melalui PBL. Persamaan
dengan
penelitian
ini
adalah
menggunakan
PBL,
perbedaannya adalah pada metode yang digunakan yaitu team teaching, dan aspek yang diukur yaitu prestasi belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
3. A wang and Ramly (2008) melakukan penelitian dengan hasil ada pengaruh penerapan PBL terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan model PBL. Perbedaannya adalah pada metode yang dilakukan yaitu dengan 2 teknik team teaching. 4. Keil, Haney, and Zoffel (2009) melakukan penelitian dengan hasil terdapat pengaruh yang positif penerapan PBL terhadap prestasi belajar dan keterampilan proses sains siswa. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan PBL dan melihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Perbedaannya adalah pada teknik yang digunakan yaitu 2 teknik team teaching dengan ditinjau dari kemampuan berpikir kritis serta kemampuan verbal. 5. Hanusch, Obijiofor, Volcic (2009) melakukan penelitian dengan hasil 54 % mahasiswa menyatakan bahwa team teaching memberikan pengalaman belajar yang baik, 59% menyatakan bahwa pembelajaran team teaching baik untuk dilakukan secara terus menerus, sedangkan sisanya tidak menyetujui adanya team teaching dikarenakan membingungkan. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan metode team teaching. Perbedaannya adalah pada model yang digunakan yaitu PBL dengan 2 teknik team teaching, dan ditujukan untuk mengetahui pengaruh PBL terhadap prestasi belajar, sedangkan pada penelitian ini hanya menggunakan 1 team teaching saja dan ditujukan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan team teaching. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
6. Yanamandram, Noble (2006) melakukan penelitian dengan hasil survey I sebanyak 63% menyatakan lebih menyukai team teaching dibandingkan individual lecturer, sedangkan survey II didapati sebanyak 73%. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ada mahasiswa yang menyukai team teaching, tetapi kesulitan untuk memahami karakteristik dan cara mengajar dari tiap dosen yang menjadi anggota dari team teaching. Ada juga mahasiwa yang menyatakan menyukai team teaching, tetapi perbedaan metode mengajar dari tiap dosen anggota dari team teaching menyulitkan dalam perkuliahan, sehingga mengurangi perhatian mahasiswa dalam perkuliahan. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan team teaching, perbedaannya adalah pada model yang digunakan yaitu PBL yang ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal, sedangkan pada penelitian ini tidak. 7. Sukamdi (2009) melakukan penelitian dengan hasil 1). terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan penerapan pembelajaran team teaching dan pembelajaran guru individual terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika; 2). terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan minat belajar matematika yang tinggi dan minat belajar matematika yang rendah terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika; 3). tidak terdapat interaksi pengaruh yang signifikan antara penerapan team teaching dan minat belajar siswa terhadap pencapaian kompetensi belajar matematika. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan team teaching. Perbedaannya adalah membandingkan 2 teknik team teaching dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
menggunakan model Problem Based Learning, sedangkan pada penelitian ini membandingkan antara guru individual dengan team teaching.
C. Kerangka Pikir Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, dibuatlah pemikiran yang merangkaikan teori-teori tersebut sekaligus dapat menghasilkan jawaban sementara dari permasalahan yang dikemukakan. Adapun kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh model PBL dengan menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. PBL merupakan model pembelajaran dengan menggunakan masalah sebagai starting point untuk dipecahkan, teknik terintegrasi merupakan teknik team teaching dengan menggunakan lebih dari 1 orang dosen dalam mengajar 1 kelas secara bersama-sama sehingga mahasiswa lebih banyak mendapatkan pengetahuan. Teknik semi terintegrasi adalah teknik team teaching yang menggunakan dua orang dosen, dimana satu dosen memberikan pembelajaran pada setengah jumlah mahasiswa pada satu kelas, sehingga mahasiswa lebih banyak mendapatkan perhatian dosen dan dapat meningkatkan partisipasi dari mahasiswa. 2. Pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis membuat seorang mahasiswa mampu untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya. Melalui berpikir commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
kritis mahasiswa mampu untuk merumuskan masalah, mencari cara pemecahan masalah, melakukan penyelidikan dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah yang telah dilakukan berdasarkan pengetahuan yang telah dimilikinya. 3. Pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. Kemampuan verbal adalah kemampuan komunikasi dengan menggunakan kata-kata. Kemampuan verbal membantu mempertajam cara berpikir dan kemampuan mahasiswa dalam melihat keterkaitan materi, membantu mengorganisasikan pemikiran mahasiswa, pengkonstruksian pengetahuan, pengembangan pemecahan masalah, meningkatkan penalaran, menumbuhkan rasa percaya diri, serta peningkatan keterampilan sosial. 4. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar mahasiswa. PBL
merupakan
model
pembelajaran
yang
bersifat
kontekstual,
menggabungan beberapa disiplin ilmu, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Teknik semi terintegrasi team teaching adalah team teaching termodifikasi yang bertujuan memfasilitasi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, sedangkan teknik terintegrasi team teaching adalah teknik team teaching murni yang digunakan untuk memfasilitasi pengetahuan mahasiswa dari beberapa bidang ilmu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
5. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa. PBL
merupakan
model
pembelajaran
yang
bersifat
kontekstual,
menggabungan beberapa disiplin ilmu, menuntut peran aktif dari mahasiswa yaitu dalam diskusi dan pembuatan karya, baik antar mahasiswa maupun dengan dosen. Teknik terintegrasi team teaching adalah teknik team teaching murni yang digunakan untuk memfasilitasi pengetahuan mahasiswa dari beberapa bidang ilmu, sedangkan teknik semi terintegrasi team teaching adalah team teaching termodifikasi yang bertujuan memfasilitasi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 6. Pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis akan mengajukan, menjawab pertanyaan, mengajukan argumentasi, untuk itu diperlukan kemampuan verbal dalam mengajukan argumen, maupun dalam memahami jawaban dari mahasiswa lain. Sebaliknya kemampuan verbal akan mempertajam pengetahuan mahasiswa dan memungkinkan mahasiswa untuk berpikir kritis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
7. Pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa. PBL
merupakan
model
pembelajaran
yang
bersifat
kontekstual,
menggabungan beberapa disiplin ilmu, menuntut peran aktif dari mahasiswa dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa. Teknik terintegrasi team teaching adalan teknik team teaching yang digunakan untuk memfasilitasi pengetahuan mahasiswa dari beberapa bidang ilmu, sehingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa, sedangkan teknik semi terintegrasi
team
teaching
adalah
team
teaching
tyang
digunakan
memfasilitasi mahasiswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran melalui kemampuan verbal.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49 Kesenjangan
Kondisi Ideal Kompetensi Analis 1. Kognitif : menguasai mata kuliah yang dipersyaratkan kurikulum D3 analis kesehatan 2. Psikomotor : melakukan pemeriksaan laboratorium, memberikan penyuluhan berkaitan dengan laboratorium , mengevaluasi dan memecahkan masalah berkaitan dengan laboratorium 3. Afektif : mampu bekerjasama dalam tim, jujur, teliti, tanggung jawab, disiplin Pembelajaran : 1. Mengembangkan Higher Order Thinking Skills 2. Mengembangkan Keterampilan Proses Sains, dan sikap ilmiah
Fakta di lapangan Mahasiswa 1. Prestasi kognitif yang berkaitan dengan kemampuan memecahkan masalah belum optimal 2. Belum memiliki KPS memadai dalam memecahkan masalah melalui metode ilmiah 3. Sikap ilmiah meliputi kerjasama, interaksi dengan pasien yang belum optimal Dosen 1. Penggunaan metode ceramah 2. Padatnya jadwal perkuliahan 3. Latar belakang keilmuwan bervariasi 4. Karakteristik materi perkuliahan abstrak dan kompleks
Solusi
Model Problem Based Learning
Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan verbal
teknik terintegrasi
teknik semi terintegrasi
Hasil Belajar
Kognitif
Afektif commit to user
Gambar 1 Skema Kerangka Pikir
Psikomotor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
D. Hipotesis
1. Terdapat pengaruh model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa. 2. Terdapat pengaruh
kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar mahasiswa. 3. Terdapat pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. 4. Terdapat pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir krtitis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa. 5. Terdapat pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi dan terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa. 6. Terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar bakteriologi II mahasiswa. 7. Terdapat pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Akademi Analis Kesehatan Nasional Surakarta yang beralamat di Jl. Yos Sudarso, Dawung 338 Surakarta. Dengan beberapa pertimbangan bahwa terdapat 47 mahasiswa yang dibagi menjadi 2 kelas dengan sarana prasarana yang memadai untuk penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Gasal Tahun Akademik 2012/2013. Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2012-2013 / bulan Januari
Des
Nov
Oktober
Sep
Agustus
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Kegiatan
Februari
1. 2. 3. 4. 5 6. 7. 8. 9. 10 11
Januari
No
Penyusunan Proposal Pembimbingan Proposal Penyusunan Instrumen Seminar Proposal Perijinan Uji coba Instrumen Analisis uji Coba Instrumen Pelaksanaan Penelitian Pengolahan data penelitian Penulisan tesis Ujian Tesis
B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan dua perlakuan, yang melibatkan 2 kelompok eksperimen. Kelompok pertama diberikan pembelajaran dengan menggunakan team teaching teknik terintegrasi sedangkan kelompok yang kedua diberi pembelajaran dengan menggunakan team teaching teknik semi commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
terintegrasi. Sebelum pembelajaran dilakukan pengumpulan data mengenai kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal. Pada akhir pembelajaran kedua kelompok diberikan tes prestasi belajar pada waktu yang bersamaan untuk mengetahui penguasaan konsep yang telah dipelajari. Setelah itu dilakukan analisa data untuk mengetahui tujuan pembelajaran yang telah disusun.
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Semester 3 AAK Nasional Surakarta Tahun Akademik 2012/2013 yang terdiri dari 2 kelas dengan jumlah mahasiswa sebanyak 47 mahasiswa. 2. Sampel Penelitian dan Teknik Sampling Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2006: 131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik ini menghendaki seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian. Terdapat 2 kelas yaitu A1 dan A2. Kelas A1 mendapatkan team teaching teknik semi terintegrasi, sedangkan kelas A2 mendapatkan team teaching teknik terintegrasi. Penentuan metode ini dilakukan berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal. Kelas A1 mendapatkan skor rata-rata kemampuan verbal lebih tinggi daripada A2 sehingga diterapkan teknik semi terintegrasi, sedangkan kelompok commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
A2 mendapatkan skor rata-rata kemampuan berpikir kritis lebih tinggi daripada A1 sehingga diterapkan teknik terintegrasi.
D.
Rancangan dan Variabel Penelitian
1. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode team teaching
teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar
Bakteriologi II mahasiswa. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen (experimental research) dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha untuk mengetahui pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel lainnya. Menurut Suharsimi (2006: 3)
penelitian eksperimen adalah
suatu cara untuk mencari hubungan 2 faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi faktor-faktor lain yang mengganggu. Berkaitan dengan hal tersebut maka rancangan penelitian ini dapat disajikan dalam Tabel 3.2. Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Problem Based Learning Team teaching teknik terintegrasi Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan Verbal
Team teaching teknik semi terintegrasi
B1
A1B1
A2B1
B2
A1B2
A2B2
C1
A1C1
A2C1
C2
A1C2
A2C2
Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode pembelajaran (A) yang
commit to user dikelompokkan menjadi 2 yaitu: teknik terintegrasi (A1) dan teknik semi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
terintegrasi (A2). Variabel moderator penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis (B), dan kemampuan verbal (C) yang masing-masing dikelompokkan menjadi 2 yaitu: kemampuan berpikir kritis tinggi (B1) dan rendah (B2); serta kemampuan verbal tinggi (C1) dan rendah (C2) (Tabel 3.2). 2. Variabel Penelitian Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi variabel independen. Variabel yang mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent variabel, sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas atau variabel tergantung, variabel terikat atau dependent variabel. Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a.
Variabel Bebas
1) Team Teaching Teknik Terintegrasi Team teaching teknik terintegrasi adalah metode mengajar beregu dimana dalam 1 kelas terdapat lebih dari 1 orang dosen yang mengajar seluruh kelas secara bersama-sama. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. 2) Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Team teaching teknik semi terintegrasi adalah colaborative team teaching dengan parallel instruction yaitu 2 dosen mengajar bersama saat teori dan memberikan pembelajaran secara mandiri kepada setengah dari jumlah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
mahasiswa di kelas saat praktikum. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal. b. Variabel Moderator 1) Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seorang mahasiswa untuk menganalisis, mensintesis permasalahan, mencari jalan pemecahan dan mengevaluasi langkah penyelesaian masalah. Alat ukur yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir kritis. Skala pengkuran yang digunakan adalah skala rasio berupa skor kemampuan berpikir kritis yang kemudian diubah menjadi skala ordinal yaitu tinggi dan rendah. Tinggi jika skor yang diperoleh lebih dari nilai rata-rata, rendah jika skor yang diperoleh kurang dari nilai rata-rata. 2) Kemampuan Verbal Kemampuan verbal adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan pengetahuannya dalam bentuk lisan maupun tulisan. Alat ukur yang digunakan adalah tes kemampuan verbal. Skala pengkuruan yang digunakan adalah skala rasio berupa skor kemampuan verbal yang kemudian diubah menjadi skala ordinal
yaitu tinggi dan rendah. Tinggi jika skor yang
diperoleh lebih dari nilai rata-rata, rendah jika skor yang diperoleh kurang dari nilai rata-rata c. Variabel terikat Prestasi belajar adalah seluruh hasil belajar yang didapatkan mahasiswa meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotor. Alat ukur yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
digunakan adalah tes kemampuan kognitif, lembar observasi afektif dan lembar observasi psikomotor, penilaian LKM psikomotor, tes psikomotor, dan angket afektif. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran Instrumen pelaksanaan penelitian adalah Silabus, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Mahasiswa. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan kegiatan pembelajaran menggunakan model PBL. 2. Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data yang digunakan berupa tes prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor, angket prestasi belajar afektif, lembar observasi ketrampilan proses sains, lembar observasi afektif, lembar observasi keterlaksanaan sintaks, tes kemampuan berpikir kritis dan tes kemampuan verbal.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dapat berupa tes dan non tes. Teknik tes terdiri dari soal tes kognitif, psikomotor, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal, sedangkan teknik non tes terdiri dari lembar observasi dan angket. Teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan keduanya yaitu tes dan non tes. 1. Soal Tes a. Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar kognitif dan psikomotor mahasiswa pada kompetensi dasar menjelaskan pencemaran air dan uji kualitas air, Tingkat II Semester III AAK Nasional Surakarta 2012/2013. Soal tes berupa pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Setiap jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberri skor 0. Jumlah tes prestasi kognitif 40 soal, masing-masing diberi bobot 2.5 sehingga skor maksimal 100 dan skor minimal 0. Soal tes prestasi psikomotor bejumlah 20 soal, masing-masing diberikan bobot 5 sehingga skor maksimal 100 dan skor minimal 0. b. Mendapatkan data nilai kemampuan berpikir kritis, dilakukan dengan tes kemampuan berpikir kritis berupa 30 soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. Setiap jawaban benar pada soal pilihan ganda diberikan skor 1 dan jawaban salah diberikan skor 0. Jumlah soal tes pilihan ganda sebanyak 30 soal, masing masing diberikan bobot 3,3 sehingga skor tertinggi 100 dan skor terendah 0. c. Mendapatkan data nilai kemampuan verbal, dilakukan dengan tes kemampuan verbal berupa soal pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban. Setiap jawaban benar pada soal pilihan ganda diberikan skor 1 dan jawaban salah diberikan skor 0. Jumlah soal tes pilihan ganda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
sebanyak 30 soal, masing masing diberikan bobot 3,3 sehingga skor tertinggi 100 dan skor terendah 0. 2. Angket Jenis angket pada penelitian ini adalah angket terstruktur. Angket terstruktur adalah angket yang di dalamnya memuat pertanyaan-pertanyaan yang disertai pilihan jawaban (Hamzah, 2012). Jenis angket ini memberikan kemudahan kepada responden untuk menjawab berdasarkan pilihan jawaban yang sudah tersedia. Angket ini digunakan untuk mendapatkan data afektif responden pada materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air. Jumlah soal 40 dengan rentang skor 1 sampai 4. 3. Observasi a. Lembar observasi pada penelitian ini adalah lembar observasi berupa rubrik yang mengandung aspek-aspek penilaian untuk mengukur ketrampilan proses sains responden. Pengamatan langsung dilakukan oleh peneliti dibantu kolaborator ketika proses pembelajaran berlangsung atau berdasarkan hasil karya nyata responden. b. Lembar penilaian observasi afektif digunakan untuk mendapatkan data pada ranah afektif, pengamatan dilakukan oleh peneliti dan kolaborator saat proses pembelajaran berlangsung. c. Lembar observasi keterlaksanaan sintaks digunakan untuk mengetahui kualitas pembelajaran dari segi keterlaksanaan sintaks, pengamatan dilakukan oleh kolaborator selama proses pembelajaran berlangsung. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
G. Uji Coba Instrumen Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih dahulu pada institusi lain. Uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudah memenuhi persyaratan instrumen yang baik. Instrumen yang baik memenuhi 4 kriteria, yaitu: 1) validitas; 2) reliabilitas; 3) sensitivitas, yaitu kemampuan suatu instrumen untuk melakukan diskriminasi; 4) objektivitas, yaitu data yang diisikan pada kuesioner terbebas dari penilaian yang subjektif. Sebelum digunakan, instrumen penelitian ini diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas yang diujicobakan kepada 42 mahasiswa di Universitas Setiabudi Program Studi D3 analis kesehatan
1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Suharsimi, 2006: 168). Uji validitas instrumen dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh instrumen penelitian mampu mencerminkan isi sesuai dengan hal dan sifat yang diukur. Validitas ada 2 yaitu validitas content dan construct. Sebelum dilakukan uji coba kepada mahasiswa instrumen dilakukkan uji validitas content dan construct. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen pada instansi lain yang mendapatkan materi sama. Pengujian instrumen ini menggunakan rumus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Suharsimi (2006: 170) seperti berikut: pers (3.1)
Keterangan: r xy
=
Koefisien korelasi suatu butir
N
=
Cacah objek
x
=
Skor Butir
y
=
Skor total
Besarnya r tiap butir pertanyaan dapat dilihat dari SPSS pada kolom pada taraf signifikan 5% dengan ketentuan
Corrected Items Correlation
sebagai berikut: dikategorikan valid apabila rxy > r tabel (0,304), dikategorikan tidak valid apabila rxy < r tabel (0,304). Tabel 3.3 Klasifikasi Validasi Soal Nilai koefisien korelasi
Kualifikasi
0,91 – 1,00
sangat tinggi (ST)
0,71 – 0,90
tinggi (T)
0, 41 – 0,70
cukup (C)
0,21 – 0,40
rendah (R)
Negatif – 0,20
sangat rendah (SR)
Kualifikasi soal yang diuji cobakan dalam penelitian, soal yang validitasnya rendah atau sangat rendah tidak dipakai sedangkan yang baik selanjutnya dipakai dalam penelitian. Soal dikategorikan valid jika besar rxy > 0,304 (Tabel 3.3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Tabel 3.4 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Kemampuan Berpikir Kritis Kategori validitas Soal Valid
Soal Tidak Valid
Nomor soal
Jumlah
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12, 13,14,15,16,17,18,19,20,21, 22,23,24,25,26,27,28,30 29
29
Dipakai
1
Direvisi
Jumlah
Kesimpulan
30
Dua puluh sembilan soal termasuk kategori valid dan 1 soal tidak valid dari 30 soal yang diujicobakan. 1 soal yang tidak valid dilakukan revisi karena sudah mendekati valid sehingga dapat tetap digunakan (Tabel 3.4).
Tabel 3.5 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Kemampuan Verbal Kategori validitas Soal Valid
Soal Tidak Valid
Nomor soal
Jumlah
1,2,3,4,5,6,8,12,13,15,17,18, 19,20,21,23,25,27,28,29,30, 31,32,33,35,37,38,39,40,41, 43,44,45 7,9,10,11,14,16,22,24,26,34, 36,42,46,47,48
33
Dipakai
15
Tidak dipakai
Jumlah
Kesimpulan
48
Tiga puluh tiga soal termasuk kategori valid dan 11 soal tidak valid dari 48 soal yang diujicobakan, karena 11 soal tersebut memiliki nilai r jauh dari rxy maka soal tidak dipakai (Tabel 3.5).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
Tabel 3.6 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Kognitif Kategori validitas Soal Valid
Soal Tidak Valid
Nomor soal
Jumlah
1,3,5,6,7,8,10,11,12,14,15, 17,18,19,20,22,24,25,26,28, 29,30,31,33,35,36,37,38,39, 40,41,42,43,44,45,46,48,49, 50,52,54,56,59,60 2,4,9,13,16,21,23,27,32,34,4 7,51,53,55,57,58
44
Dipakai
16
Tidak dipakai
Jumlah
Kesimpulan
60
Empat puluh empat soal termasuk kategori valid dan 16 soal tidak valid dari 60 soal yang diujicobakan, karena 16 soal tersebut memiliki nilai r jauh dari rxy maka soal tidak dipakai (Tabel 3.6). Tabel 3.7 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Afektif Kategori validitas Soal Valid
Soal Tidak Valid
Nomor soal
Jumlah
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14 ,15,16,17,18,19,20,21,22,23, 24,25,26,27,28,29,30,31,32, 34,35,36,37,39,40 13,33,38
37
Dipakai
3
Direvisi
Jumlah
Kesimpulan
40
Tiga puluh tujuh soal termasuk kategori valid dan 3 soal tidak valid dari 40 soal yang diujicobakan, karena 3 soal tersebut sudah mendekati valid maka soal tetap digunakan dengan melakukan revisi (Tabel 3.7).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
Tabel 3.8 Hasil Kesimpulan Validitas Soal Prestasi Psikomotor Kategori validitas Soal Valid Soal Tidak Valid
Nomor soal
Jumlah
3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14, 15,16,17,18,19,20, 1,2
18
Dipakai
2
Direvisi
Jumlah
Kesimpulan
20
Delapan belas soal termasuk kategori valid dan 2 soal tidak valid dari 20 soal yang diujicobakan, karena 2 soal tersebut sudah mendekati valid maka soal tetap digunakan dengan melakukan revisi (Tabel 3.8).
2. Uji Reliabilitas Reliabilitas instrumen menggambarkan pada kemantapan dan keajegan alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas atau keajegan yang tinggi jika dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan untuk meramalkan (predictability). Suatu alat ukur atau instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila alat ukur tersebut selalu memberikan hasil yang sama meskipun digunakan berkali-kali, baik oleh peneliti yang sama maupun oleh peneliti yang berbeda. Pengujian reliabilitas instrumen bentuk tes menggunakan KuderRichardson (KR-20) yang dinyatakan dalam bentuk persamaan (3.2). pers. (3.2)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Pengujian reliabilitas instrumen bentuk angket menggunakan rumus Alpha Cronbach yang dinyatakan dalam bentuk persamaan (3.3). pers. (3.3) Tabel 3.9 Klasifikasi Reliabilitas Soal Nilai koefisien korelasi
Kualifikasi
0,91 – 1,00
sangat tinggi (ST)
0,71 – 0,90
tinggi (T)
0, 41 – 0,70
cukup (C)
0,21 – 0,40
rendah (R)
Negatif – 0,20
sangat rendah (SR)
Soal
yang dikategorikan sangat reliabel jika nilai koefisien
reliabilitasnya antara 0,91 – 1,00 dan sangat rendah bila negatif – 0,20. Soal dikategorikan reliabel apabila indeks reliabilitasnya 0,70 atau lebih (r11 > 0,70) (Budiono, 2003:72). Tabel 3.10 Hasil Kesimpulan Uji Reliabilitas
r11
Tes kemampuan berpikir kritis 0,84
Tes kemampuan verbal 0,81
Tes prestasi kognitif 0.86
Angket prestasi afektif 0,82
Tes prestasi psikomotor 0,78
Semua instrumen yang diujicobakan mempunyai tingkat kualifikasi reliabilitas tinggi sehingga dapat digunakan dalam penelitian (Tabel 3.10)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
3. Analisis Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara mahasiswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan mahasiswa yang kurang pandai (berkemampuan rendah). Bilangan yang menunjukkan besar kecilnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi dan dihitung dengan rumus ID =
KA – KB mmmmmmmmmmmm N KA atau N KB x skor maksimal
pers. (3.5)
ID
: Indeks Diskriminasi
KA
: Jumlah jawaban yang diperoleh mahasiswa yang tergolong kelompok atas
KB
: Jumlah jawaban yang diperoleh mahasiswa yang tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB
: Jumlah mahasiswa yang tergolong kelompok bawah atau
atas NKA atau NKB x skor maksimal : perbedaan jawaban mahasiswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh Tabel 3.11 Kriteria Daya Beda Soal Nilai indeks diskriminasi
Kualifikasi
0,00 – 0,20
Jelek
0,21 – 0,40
Cukup
0,41 – 0,70
Baik
0,71 – 1,00
Sangat baik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Soal termasuk kategori sangat baik untuk memberdakan jika indeks diskriminasinya 0,71 – 1,00 dan jelek untuk membedakan jika indeks diskriminasinya antara 0,00 – 0,19 (Tabel 3.11). Analisis daya beda soal prestasi kognitif pada 44 soal valid dan reliabel adalah sebagai berikut: Tabel 3.12 Kesimpulan Daya Beda Soal Penilaian Prestasi Kognitif ID
Kualifikasi
No Soal
Jumlah
0,00 – 0,20
Jelek
-
0
0,21 – 0,40
Cukup
1,3,6,7,10,11,13,14,15,17,18, 19,20,22,25,26,28,29,30,33, 36,39,40,41,42,43,44,46,48, 49,50,52,54,56,59,60
36
0,41 – 0,70
Baik
5,8,12,24,31,35,37,45
8
0,71 – 1,00
Sangat baik
-
0
Jumlah
44
Terdapat 36 soal termasuk dalam kualifikasi cukup membedakan. 8 soal termasuk kategori baik untuk membedakan, sehingga 44 soal tersebut bisa langsung digunakan untuk instrumen penelitian(Tabel 3.12).
4. Analisis Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal.Indeks kesukaran soal dihitung dengan menggunakan persamaan (3.6). pers (3.6)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Indeks kesukaran soal (IK) merupakan nilai perbandingan antara jumlah mahasiswa yang menjawab benar (BN) dengan jumlah keseluruhan mahasiswa (N). Dengan demikian, indeks kesukaran soal dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa yang menjawab benar dan jumlah keseluruhan mahasiswa. Semakin banyak jumlah mahasiswa yang menjawab benar suatu soal maka semakin besar pula nilai IK pada soal tersebut, begitu juga sebaliknya. Tabel 3.13 Kriteria Indeks Kesukaran Interval Indeks Kesukaran
Kriteria
0 – 0,3
Sukar
0,31 – 0,7
Sedang
0,71 – 1,0
Mudah
Tabel 3.14 Kesimpulan Indeks Kesukaran Interval Indeks Kesukaran
Kriteria
Nomor soal
Jumlah
0 – 0,3
Sukar
17,18,25,35,50,56,59
7
0,31 – 0,7
Sedang
1,3,5,7,8,10,12,15,19,20,22,24,26,28,29,31 ,33,37,39,41,42,43,45,46,48,49,52,53,60
29
0,71 – 1,0
Mudah
6,11,14,30,36,38,40,54
8
Jumlah
44
Soal yang digunakan untuk tes prestasi kognitif adalah sebanyak 40 soal. Berdasarkan data Tabel 3.13 dan Tabel 3.14 dan terwakilinya sel pada kisi-kisi oleh minimal 1 soal, maka dilakukan pengurangan 4 soal yaitu soal nomor 7, 33, 36 dan 41. Soal yang dibuang dipertimbangkan dari segi daya beda dan kurva normal indeks kesukaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
H. Teknik Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis varian (Anava) tiga jalan. Sebagai prasyarat uji anava adalah sampel harus normal dan homogen. 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data masing-masing variabel berdistribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Shapiro-Wilk yang dikerjakan dengan program PASW 18,0 dengan taraf = 0,05. Jika p-value >
signifikasi
berdistribusi normal. Jika p-value <
maka Ho diterima artinya data maka Ho ditolak artinya data tidak
berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah populasi mempunyai variansi sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini dikerjakan dengan uji Levene yang dikerjakan dengan program PASW 18,0 dengan taraf signifikasi
= 0,05. Jika p-value >
Jika p-value <
maka Ho diterima artinya data homogen.
maka Ho ditolak artinya data tidak homogen.
2. Uji Hipotesis a. Uji Alternatif Anava Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan ditolak atau diterima. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menguji signifikasi pengaruh 3 variabel bebas yaitu metode pembelajaran, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap variabel terikat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
(prestasi belajar) dan pengaruh interaksi tiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji alternatif Anava yaitu Mann-Whitney dan Kruskal Wallis dilakukan dengan bantuan program PASW 18,0. b. Uji Lanjut Statistik uji lanjut dilakukan pada hipotesis yang memiliki lebih dari kelompok, menggunakan uji Mann-Whitney. Ketentuan pengambilan kesimpulan, Ho ditolak ketika p-value < 0,05. Jika dalam pengujian hipotesis menggunakan Kruskal Wallis, Ho ditolak berarti H1 diterima maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Data hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah berkaitan dengan pembelajaran Bakteriologi menggunakan model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi ditinjau dari kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal mahasiswa, materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air mahasiswa Tingkat II Semester III AAK Nasional Surakarta. Data tersebut meliputi hasil uji coba instrumen, data prestasi belajar, data kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal mahasiswa. 1.
Data Prestasi Belajar Bakteriologi II Aspek Kognitif Hasil prestasi belajar kognitif didapatkan dari tes prestasi pada materi
pencemaran air dan tekhnik uji kualitas air. a. Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi terintegrasi Tabel 4.1 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Jenis Teknik Kelompok Teknik terintegrasi Teknik semi terintegrasi
Jumlah data 22 25
Maks 91 95
Min 54 66
Rerata 79.01 84.16
Mahasiswa yang diberikan pembelajaran PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi memperoleh rerata prestasi kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan teknik terintegrasi (Tabel 4.1)
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2
digilib.uns.ac.id 71
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi
Teknik Terintegrasi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 1 4.5 % 61 - 70 3 13.6 % 71 – 80 8 36.4 % 81 – 90 9 40.9 % 91 - 100 1 4.5 %
Teknik Semi Terintegrasi Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 3 12 % 71 - 80 6 24 % 81 - 90 10 40 % 91 - 100 6 24 %
Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif Menggunakan 2 Teknik Mahasiswa yang menggunakan teknik semi terintegrasi terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval nilai lebih tinggi (Tabel 4.2 dan Gambar 4.1). b. Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah Tabel 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis. Kelompok Kemampuan berpikir kritis tinggi Kemampuan berpikir kritis rendah
Jumlah data 22 25
Maks 95 93
Min 68 54
Rerata 85.61 78.35
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah Kemampuan berpikir kritis tinggi Kemampuan berpikir kritis rendah Nilai interval Frekuensi Frek. relatif Nilai interval Frekuensi Frek relatif 1 4% 51 - 60 0 4.5 % 51 - 60 5 20% 61 - 70 1 13.6 % 61 - 70 10 40% 71 - 80 4 36.4 % 71 - 80 8 32% 81 - 90 11 40.9 % to user 81 - 90 commit 1 4% 91 - 100 6 4.5 % 91 - 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Pada Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi terdistribusi lebih banyak mengarah pada nilai interval tinggi (Tabel 4.4 dan Gambar 4.2). c. Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah Tabel 4.5 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Ditinjau dari Kemampuan Verbal. Kelompok Kemampuan verbal tinggi Kemampuan verbal rendah
Tabel 4.6
Jumlah data 24 23
Maks 95 89
Min 68 54
Rerata 87.29 78.97
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Kognitif Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Kemampuan verbal tinggi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0.0 % 61 - 70 1 4.2 % 71 - 80 3 12.5 % 81 - 90 13 54.2 % 91 - 100 7 29.2 %
Kemampuan verbal rendah Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 1 4.3 % 61 - 70 5 21.7 % 71 - 80 11 47.8 % 81 - 90 6 26.1 % 91 - 100 0 0.0 %
Gambar 4.3 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Pada commit to user Kemampuan Verbal
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal
tinggi terdistribusi lebih
banyak mengarah pada interval nilai tinggi daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah (Tabel 4.5 dan Gambar 4.3). Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Problem Based Learning Teknik Terintegrasi
Teknik Semi Terintegrasi
K berpikir kritis tinggi K berpikir kritis rendah K berpikir kritis tinggi K berpikir kritis rendah
K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah
N 9 5 1 7 5 3 9 8
Mean 84.0 81.2 76.0 71.2 92.98 85.5 88.5 73.3
St Dev 7.77 6.005 9.981 1.599 3.753 3.642 5.42
Gambar 4.4 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Mahasiswa yang menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi rerata prestasinya lebih tinggi dibandingkan dengan teknik terintegrasi, utamanya pada yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal tinggi. Namun demikian yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
kemampuan verbal rendahpun mampu meraih nilai cukup bagus dibandingkan dengan yang menggunakan team teaching teknik terintegrasi (Tabel 4.7 dan Gambar 4.4) Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Model PBL K. berpikir kritis tinggi Nilai Interval 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
K verbal tinggi
K verbal rendah
Frek
Frek
F relatif
0 0 3 2 0
0% 0% 13.6% 9.1% 0%
0 1 1 6 1
F relatif 0% 4.6% 4.6% 27.3% 4.6&
Nilai interval 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
K. berpikir kritis rendah K verbal K verbal tinggi rendah Frek F Frek F relatif relatif 0 0% 1 4.6% 0 0% 2 9.1% 1 4.6% 3 13.6% 0 0% 1 4.6% 0 0% 0 0%
Gambar 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif PBL dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Prestasi tinggi didominasi oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi baik dengan teknik terintegrasi maupun teknik semi
commit terintegrasi (Tabel 4.8 dan Gambar 4.5) to user
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9
Nilai Interval
51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
digilib.uns.ac.id 75
Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Model PBL Nilai K. berpikir kritis tinggi interval K verbal K verbal rendah tinggi Frek F Frek F relatif relatif 0 0 0 0 51 - 60 0 0 0 0 61 - 70 0 0 0 0 71 - 80 0 0 3 100 81 - 90 5 100 0 0 91 - 100
K. berpikir kritis rendah K verbal tinggi Frek 0 0 1 7 1
F relatif 0.0 0.0 11.1 77.8 11.1
K.verbal rendah Frek F relatif 0 0 3 37.5 5 62.5 0 0 0 0
Gambar 4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Pada pembelajaran dengan team teaching teknik semi terintegrasi, prestasi tertinggi diraih oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi (Tabel 4.9 dan Gambar 4.6).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 4.7
digilib.uns.ac.id 76
Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah.
Prestasi kognitif terbaik didominasi oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi pada team teaching teknik semi terintegrasi dan kemampuan berpikir kritis tinggi pada team teaching teknik terintegrasi. Prestasi terendah diperoleh mahasiswa yang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbalnya rendah, menggunakan teknik terintegrasi (Gambar 4.7). 2.
Data Prestasi Belajar Bakteriologi II Aspek Afektif Hasil prestasi belajar aspek afektif pada materi pencemaran air dan tekhnik
uji kualitas air diambil dengan dua cara yaitu penilaian saat proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan melalui angket yang dilakukan pada akhir seluruh kegiatan pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id 77
Prestasi Belajar Afektif dengan Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi
Tabel 4.10 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Jenis Teknik Kelompok Teknik Terintegrasi Teknik Semi Terintegrasi
Jumlah data 22 25
Maks 88 90
Min 74 77
Rerata 80.64 84.04
Mahasiswa yang diberikan pembelajaran PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi memperoleh rerata prestasi afektif lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan teknik terintegrasi (Tabel 4.10). Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Teknik Terintegrasi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 6 27.3% 81 - 90 16 72.7% 91 - 100 0 0%
Gambar
4.8
Teknik Semi Terintegrasi Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 6 24% 81 - 90 19 76% 91 - 100 0 0%
Histogram Distribusi Frekuensi Menggunakan 2 Teknik
commit to user
Prestasi
Belajar
Afektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Pada teknik semi terintegrasi diperoleh prestasi afektif terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval tinggi dibanding dengan yang menggunakan teknik terintegrasi (Tabel 4.11 dan Gambar 4.8). b.
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis. Kelompok Kemampuan berpikir kritis tinggi Kemampuan berpikir kritis rendah
Jumlah data 22 25
Maks 90 90
Min 76 74
Rerata 83.27 81.72
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah Kemampuan berpikir kritis tinggi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 3 12% 81 - 90 19 76% 91 - 100 0 0%
Gambar
4.9
Kemampuan berpikir kritis rendah Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 9 40.9% 81 - 90 16 72.7% 91 - 100 0 0%
Histogram Frekuensi Prestasi Kemampuan Berpikir Kritis
Afektif
Berdasarkan
Pada
Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval nilai tinggi (Tabel 4.13 dan Gambar 4.9). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
c. Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Ditinjau dari Kemampuan Verbal. Kelompok Kemampuan verbal tinggi Kemampuan verbal rendah
Tabel 4.15
Jumlah data 24 23
Maks 90 85
Min 76 74
Rerata 84.33 80.48
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Afektif Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah
Kemampuan verbal tinggi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 2 8% 81 - 90 22 88% 91 - 100 0 0%
Kemampuan verbal rendah Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 10 45.5% 81 - 90 13 59.1% 91 - 100 0 0%
Gambar 4.10 Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Pada Kemampuan Verbal Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval nilai tinggi (Tabel 4.15 dan Gambar 4.10).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Tabel 4.16 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Problem Based Learning N Teknik Terintegrasi
Teknik Semi Terintegrasi
K berpikir kritis tinggi K berpikir kritis rendah K berpikir kritis tinggi K berpikir kritis rendah
K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah
9 5 1 7 5 3 9 8
Mean 81.0 81.6 81.0 79.4 89 83.3 85.4 79.6
St Dev 3.428 2.191 4.65 1.414 1.528 3.395 1.598
Gambar 4.11 Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Mahasiswa yang menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi rerata prestasinya lebih tinggi dibandingkan dengan teknik terintegrasi, utamanya pada yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal tinggi. Namun demikian yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan kemampuan verbal rendahpun mampu meraih nilai cukup bagus dibandingkan
to user dengan yang menggunakan teknikcommit terintegrasi (Tabel 4.16 dan Gambar 4.11).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Model PBL K. berpikir kritis tinggi Nilai Interval 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
K verbal tinggi
K verbal rendah
Frek
Frek
F relatif
0 0 1 4 0
0% 0% 20% 80% 0%
0 0 2 7 0
F relatif 0% 0% 22.2% 77.8% 0%
Nilai interval 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
K. berpikir kritis rendah K verbal K verbal tinggi rendah Frek F Frek F relatif relatif 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 3 0% 1 100% 4 57.2% 0 0% 0 0%
Gambar 4.12 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif PBL dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Prestasi tinggi didominasi oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi baik dengan kemampuan verbal tinggi ataupun rendah (Tabel 4.17 dan Gambar 4.12).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal.
Nilai Interval 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
Model PBL K. berpikir kritis tinggi K verbal K verbal rendah Nilai tinggi interval Frek F Frek F relatif relatif 0 0% 0 0% 51 - 60 0 0% 0 0% 61 - 70 0 0% 0 0% 71 - 80 5 100% 3 100% 81 - 90 0 0% 0 0% 91 - 100
K. berpikir kritis rendah K verbal K verbal tinggi rendah Frek F Frek F relatif relatif 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 1 11% 6 75% 8 88% 2 25% 0 0% 0 0%
Gambar 4.13 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Pada team teaching teknik semi terintegrasi prestasi tertinggi diraih oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi baik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi ataupun rendah (Tabel 4.18 dan Gambar 4.13).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Gambar 4.14 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Afektif Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah. Prestasi afektif terbaik didominasi oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi pada team teaching teknik semi terintegrasi dan kemampuan berpikir kritis tinggi pada team teaching teknik terintegrasi. Prestasi terendah diperoleh mahasiswa yang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbalnya rendah, menggunakan teknik terintegrasi (Gambar 4.14). 3.
Data Prestasi Belajar Bakteriologi II Aspek Psikomotor Hasil prestasi belajar aspek afektif pada materi pencemaran air dan tekhnik
uji kualitas air diambil dengan dua cara yaitu penilaian saat proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan melalui tes yang dilakukan pada akhir seluruh kegiatan pembelajaran. a.
Prestasi Belajar Afektif dengan Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
Tabel 4.19 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Jenis Teknik Kelompok Teknik Terintegrasi Teknik Semi Terintegrasi
Jumlah data 22 25
Maks 87 92
Min 65 69
Rerata 77.77 82.92
PBL menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi diperoleh rerata prestasi psikomotor lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan teknik terintegrasi (Tabel 4.19). Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Teknik Terintegrasi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 1 5% 71 - 80 11 50% 81 - 90 10 45.5% 91 - 100 0 0%
Teknik Semi Terintegrasi Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 1 4% 71 - 80 9 36% 81 - 90 11 44% 91 - 100 4 16%
Gambar 4.15 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Psikomotor Menggunakan 2 Teknik Mahasiswa yang menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi, terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval nilai lebih tinggi dibanding
commit to user dengan yang menggunakan teknik terintegrasi (Tabel 4.20 dan Gambar 4.15).
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id 85
Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah
Tabel 4.21 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Kelompok Kemampuan berpikir kritis tinggi Kemampuan berpikir kritis rendah
Jumlah data 22 25
Maks 91 92
Min 71 62
Rerata 83.36 78
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Model PBL dengan Kemampuan Berpikir Kritis Tinggi dan Rendah Kemampuan berpikir kritis tinggi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 6 24% 81 - 90 14 56% 91 - 100 2 8%
Gambar 4.16
Kemampuan berpikir kritis rendah Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 2 9% 71 - 80 14 63.6% 81 - 90 7 31.8% 91 - 100 2 9%
Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Berdasarkan Pada Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah (Tabel 4.22 dan Gambar 4.16).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
b. Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah Tabel 4.23 Deskripsi Data Prestasi Belajar Psikomotor Ditinjau dari Kemampuan Verbal Kelompok Kemampuan verbal tinggi Kemampuan verbal rendah
Jumlah data 24 23
Maks 92 91
Min 72 65
Rerata 84.79 76.04
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Aspek Psikomotor Model PBL dengan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah Kemampuan verbal tinggi Nilai interval Frekuensi Frek. relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 0 0% 71 - 80 5 20% 81 - 90 16 64% 91 - 100 3 12%
Kemampuan verbal rendah Nilai interval Frekuensi Frek relatif 51 - 60 0 0% 61 - 70 2 9% 71 - 80 15 68.2% 81 - 90 5 22.7% 91 - 100 1 5%
Gambar 4.17 Histogram Frekuensi Prestasi Psikomotor Berdasarkan Pada Kemampuan Verbal Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi terdistribusi lebih banyak mengarah pada interval tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah (Tabel 4.24 dan Gambar 4.17)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Tabel 4.25 Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Problem Based Learning Teknik Terintegrasi
Teknik Semi Terintegrasi
K berpikir kritis tinggi K berpikir kritis rendah K berpikir kritis tinggi K berpikir kritis rendah
K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah K verbal tinggi K verbal rendah
N 9 5 1 7 5 3 9 8
Mean 81.0 79.8 76.0 72.4 89.8 85.7 86.8 73.3
St Dev 5.477 5.805 5.711 1.095 5.508 4.147 3.77
Gambar 4.18 Histogram Frekuensi Prestasi Afektif Ditinjau dari Jenis Teknik, Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Mahasiswa yang menggunakan team teaching teknik semi terintegrasi rerata prestasinya lebih tinggi dibandingkan dengan teknik terintegrasi, utamanya pada yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal tinggi. Namun demikian yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan kemampuan verbal rendahpun mampu meraih nilai cukup bagus dibandingkan dengan yang menggunakan teknik terintegrasi (Tabel 4.25 dan Gambar 4.18).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal.
Nilai Interval 51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
Model PBL K. berpikir kritis tinggi K verbal Nilai K verbal rendah tinggi interval Frek F Frek F relatif relatif 0 0% 0 0% 51 - 60 0 0% 0 0% 61 - 70 3 33% 2 20% 71 - 80 6 67% 3 80% 81 - 90 0 0% 0 0% 91 - 100
K. berpikir kritis rendah K verbal K verbal tinggi rendah Frek F Frek F relatif relatif 0 0% 0 0% 0 0% 1 14% 1 100% 5 71% 0 0% 1 14% 0 0% 0 0%
Gambar 4.19 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor PBL dengan Team Teaching Teknik Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Pembelajaran dengan menggunakan team teaching teknik terintegrasi, prestasi tertinggi sebagian besar
diraih oleh mahasiswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis tinggi baik dengan kemampuan verbal kritis tinggi ataupun rendah (Tabel 4.26 dan Gambar 4.19).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Model PBL Nilai K. berpikir kritis tinggi interval Nilai Interval
51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
K verbal tinggi
K verbal rendah
Frek
Frek
F relatif
0 0 1 1 1
0% 0% 33.3% 33.3% 33.3%
0 0 0 4 1
F relatif 0% 0% 0% 100% 0%
K. berpikir kritis rendah K verbal tinggi Frek
51 - 60 61 - 70 71 - 80 81 - 90 91 - 100
0 0 1 6 2
F relatif 0% 0% 11% 67% 22%
K verbal rendah Frek F relatif 0 0% 1 13% 7 88% 0 0 0 0
Gambar 4.20 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Pembelajaran Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Semi Terintegrasi Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal. Prestasi tinggi didominasi oleh mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi baik dengan kemampuan berpikir kritis tinggi tinggi ataupun rendah (Tabel 4.27 dan Gambar 4.20).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Gambar 4.21 Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotor Model PBL Menggunakan Team Teaching Teknik Terintegrasi dan Semi Terintegrasi Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Verbal Tinggi dan Rendah. Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi pada team teaching teknik semi terintegrasi dan kemampuan berpikir kritis tinggi pada team teaching teknik terintegrasi. Prestasi terendah diperoleh mahasiswa yang kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbalnya rendah, menggunakan
teknik
terintegrasi (Gambar 4.21). B. Uji Prasyarat Analisis 1.
Uji Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel dari
populasi berdistribusi normal atau tidak, dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan bantuan program PASW 18. Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai p-value
0,05 maka Ho diterima. Hasil pengujian untuk
normalitas untuk ketiga aspek penilaian disajikan pada Tabel 4.28. Hasil uji normalitas prestasi kognitif disajikan pada Tabel 4.28 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Tabel 4.28 Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Kognitif, Afektif dan Psikomotor Teknik Team Teaching Kemampuan berpikir kritis
Kategori
Jumlah
Terintegrasi Semi Terintegrasi Tinggi
22 25 22
Kognitif 0,078 0,014* 0.094
Rendah
25
0.115
Tinggi
24
0.002*
Rendah
23
Kemampuan verbal
p-value Afektif 0.038* 0.007*
Psikomotor 0.084 0.059
0.087
0.077
0.072
0.591
0.027* 0.018* 0.460 0.205 0.190 Keterangan : Angka yang diikuti tanda * tidak berdistribusi normal menurut uji Shapiro-Wilk pada taraf kepercayaan 95%
Beberapa data memiliki p-value < 0,05 maka data aspek penilaian kognitif, afektif dan psikomotor tidak semuanya berdistribusi normal (Tabel 4.28).
2.
Uji Homogenitas Pengujian homogenitas sampel dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak, pengujian homogenitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program PASW 18 dengan Test for Equal Variances for nilai kognitif, afektif dan psikomotor dengan hipotesis: Tabel 4.29 Hasil Uji Homogenitas Data Prestasi Kognitif dengan Menggunakan Levene’s test Faktor Teknik pembelajaran
Kognitif 0.827
p-value Afektif
Psikomotor
0.258
0.055
Kemampuan berpikir kritis
0.069
0.059
0.933
Kemampuan verbal
0.114
0.323
0.012*
Interaksi 1 teknik*kemampuan berpikir kritis Interaksi 2 teknik*kemampuan verbal
0.161
0.007*
0.106
0.026*
0.054 0.358 Interaksi 3 kemampuan berpikir 0.641 0.696 0.008* kritis*kemampuan verbal Interaksi 4 teknik*kemampuan berpikir tidak bisa ditentukan karena ada sel yang hanya kritis*kemampuan verbal berisi 1 anggota Keterangan : Angka yang diikuti tanda * tidak homogen menurut uji Levene-test pada taraf kepercayaan 95%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
Data prestasi kognitif, afektif dan psikomotor di atas menunjukkan bahwa beberapa memiliki p-value < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data prestasi kognitif, afektif dan psikomotor tidak semuanya bersifat homogen (Tabel 4.29)
C. Hasil Uji Alternatif Anava 1. Uji Alternatif Anava Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas diketahui bahwa data tidak semuanya berdistribusi normal dan homogen, karena itu tidak dapat menggunakan uji Anava melainkan menggunakan uji alternatifnya yaitu Mann Whitney dan Kruskal Wallis. Tabel 4.30 Ringkasan Uji Alternatif Anava dari Prestasi Kognitif, Afektif dan Psikomotor. NO
Variabel yang diuji
Teknik Uji
Kognitif
p-value Afektif
Psikomotor
1
Teknik
Mann-Whitney
0.041*
0.017*
0.012*
2
Mann-Whitney
0.009*
0.208
0.024*
3
Kemampuan berpikir kritis Kemampuan verbal
Mann-Whitney
0.000*
0.003*
0.000*
4
Teknik*k. Berpikir kritis
Kruskal Wallis
0.001*
0.007*
0.001*
5
Teknik* k verbal
Kruskal Wallis
0.000*
0.000*
0.000*
6
K berpikir kritis*k verbal
0.007*
0.000*
0.001*
0.000*
Kruskal Wallis 0.000* Teknik*k berpikir Kruskal Wallis 0.000* kritis*k verbal Keterangan : *) signifikan pada uji alternatif Anava taraf kepercayaan 95% 7
Kesimpulan yang dapat diambil dari hipotesis yang diuji (Tabel 4.30) adalah sebagai berikut: a.
Ada pengaruh model PBL menggunakan team teaching dengan teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id 93
Ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotor mahasiswa, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif mahasiswa
c.
Ada pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor mahasiswa.
d.
Ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor mahasiswa.
e.
Ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor mahasiswa.
f.
Ada pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor mahasiswa.
g.
Ada pengaruh interaksi antara model PBL menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa.
2.
Uji Pasca Alternatif Anava Uji lanjut dilakukan terhadap variabel yang memiliki lebih dari dua variabel
kategori dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan/tinjauan yang lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
kuat terhadap prestasi belajar. Data yang perlu diadakan uji lanjut adalah sebagai berikut: 1) Pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa. 2) Pengaruh interaksi antara teknik pembelajaran dengan kemapuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa. 3) Pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa. 4) Pengaruh interaksi antara teknik, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhdap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa. a. Hipotesis H1A Tabel 4.31 Hasil Analisis Pengaruh Teknik Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Teknik Terintegrasi Teknik Semi Terintegrasi
Kognitif 79,01 a 84,16 b
Afektif 80,64 a 84,04 b
Psikomotor 77,77 a 82,92 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan nilai rerata ketiga aspek penilaian yang diperoleh mahasiswa, team teaching teknik semi terintegrasi lebih tinggi (kognitif=84,16; afektif= 84,04; psikomotor=82,92) daripada terintegrasi (kognitif =79,01; afektif= 80,64; psikomotor=77,77). Dengan demikian team teaching teknik semi terintegrasi lebih besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar baik kognitif, afektif dan psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
b. Hipotesis H1B Tabel 4.32
Hasil Analisis Pengaruh Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Prestasi Belajar
Kemampuan berpikir kritis tinggi Kemampuan berpikir kritis rendah
Kognitif 85,61 a 78,35 b
Afektif 83,27 a 81,72 a
Psikomotor 83,36 a 78 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki prestasi belajar lebih unggul (kognitif = 85,61; afektif= 83,27; psikomotor=83,36) dibandingkan dengan yang rendah (kognitif = 78,35; afektif= 81,72; psikomotor= 78). c. Hipotesis H1C Tabel 4.33
Hasil Analisis Pengaruh Kemampuan Verbal Terhadap Prestasi Belajar Kognitif 87,29 a 78,97 b
Kemampuan verbal tinggi Kemampuan verbal rendah
Afektif 84,33 a 80,48 b
Psikomotor 84,79 a 76,04 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi memiliki prestasi belajar
lebih
unggul
(kognitif=87,29;
afektif=84,33;
psikomotor=84,79)
dibandingkan yang rendah (kognitif = 78,97; afektif= 80,48; psikomotor=76,04) d. Hipotesis H1AB Tabel 4.34 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran dengan Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Prestasi Belajar Teknik Terintegrasi Terpisah
Berpikir kritis kritis tinggi kritis rendah kritis tinggi kritis rendah
Jumlah mahasiswa 14 8 8 17
Kognitif
Afektif
Psikomotor
83 c 72 a 90 b 81 c
81 b 80 b 87 a 83 b
81 c 73 a 88 b 80 c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Interaksi teknik (team teaching terintegrasi dan semi terintegrasi) dengan kemampuan berpikir kritis tinggi memberikan pengaruh lebih baik terhadap prestasi daripada interaksi teknik dengan kemampuan berpikir kritis rendah. Pada interaksi teknik terintegrasi dan kemampuan berpikir kritis tinggi memberikan perbedaan pengaruh signifikan (83) dengan interaksi teknik terintegrasi dan kemampuan berpikir kritis rendah (72). Pengaruh interaksi teknik pembelajaran dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi afektif didapatkan perbedaan yang signifikan antara team teaching teknik semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis tinggi (87) dengan team teaching teknik terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah (81 dan 80). Pada prestasi psikomotor interaksi teknik semi terintegrasi dan kemampuan berpikir kritis tinggi (88) menunjukkan perbedaan signifikan dengan interaksi teknik (terintegrasi dan semi terintegrasi) dan kemampuan berpikir kritis rendah (73 dan 80). e. Hipotesis H1AC Tabel 4.35 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran dengan Kemampuan Verbal Terhadap Prestasi Belajar Teknik Terintegrasi Semi Terintegrasi
Keterangan :
Kemampuan verbal verbal tinggi verbal rendah verbal tinggi verbal rendah
Jumlah mahasiswa 10 12 11 14
Kognitif
Afektif
Psikomotor
83 c 75 a 90 d 77 b
81 a 80 a 87 b 81 a
81 a 76 a 88 b 77 a
Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih unggul pada saat diberikan pembelajaran dengan menggunakan team teaching teknik semi commit to user terintegrasi (kognitif=90; afektif=87; psikomotor=88), selain itu juga dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
bahwa prestasi kognitif, afektif dan psikomotor mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah terlihat berbeda pada teknik semi terintegrasi (Tabel 4.35). f. Hipotesis H1BC Tabel 4.36 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Verbal Terhadap Prestasi Belajar Kemampuan verbal
Jumlah Kognitif Afektif Psikomotor mahasiswa verbal tinggi 14 87 b 85 b 84 b Kritis tinggi verbal rendah 8 83 c 80 a 82 b verbal tinggi 10 87 b 84 b 86 b Kritis rendah verbal rendah 15 72 a 82 a 73 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95% Kemampuan berpikir kritis
Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal tinggi memiliki prestasi lebih tinggi (kognitif=87; afektif=85; psikomotor=84) daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan kemampuan verbal rendah (kognitif=72; afektif=82; psikomotor=73) (Tabel 4.36). g. Hipotesis H1ABC Tabel 4.37 Hasil Uji Lanjut Pengaruh Interaksi Teknik Pembelajaran, Kemampuan Berpikir Kritis dengan Kemampuan Verbal Terhadap Prestasi Belajar Teknik
Kemampuan berpikir kritis Kritis tinggi
Terintegrasi Kritis rendah Kritis tinggi Terpisah Kritis rendah
Kemampuan verbal
Jumlah mahasiswa
Kognitif
Afektif
Psikomotor
verbal tinggi verbal rendah verbal tinggi verbal rendah verbal tinggi verbal rendah
5 3 9 8 9 5
84 b 81 ab 78 a 71 a 93 b 86 ab
81 ab 82 ab 81 ab 79 ab 89 c 83 abd
81 ab 80 ab 76 a 72 a 90 b 86 b
verbal tinggi verbal rendah
1 7
89 b 73 a
85 cd 80 abc
87 b 73 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yangtosama commit user tidak berbeda signifikan pada uji Mann-Whitney dengan taraf kepercayaan 95%
perpustakaan.uns.ac.id
Prestasi
belajar
digilib.uns.ac.id 98
mahasiswa
dipengaruhi
oleh
penggunaan
teknik
pembelajaran, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal mahasiswa (Tabel 4.37).
D. Pembahasan 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh pembelajaran PBL dengan menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar. Pembelajaran Bakteriologi pada materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air dengan menggunakan teknik semi terintegrasi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi pada semua aspek dibandingkan dengan teknik terintegrasi. PBL
merupakan model
pembelajaran yang memiliki
karakteristik
penyelidikan terhadap masalah yang disajikan. Pada proses penyelidikan termasuk ke dalam belajar penemuan. Menurut Bruner (dalam Dahar, 2006) pengetahuan yang didapat melalui penemuan dapat bertahan lama, lebih mudah untuk diingat, meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, memberikan latihan ketrampilan kognitif mahasiswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan memberikan motivasi mahasiswa untuk belajar. Kegiatan penemuan melalui model PBL tersebut menuntut adanya commit to user kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu mengkonstruksi pengetahuan baru
perpustakaan.uns.ac.id
kemudian
menyusun
digilib.uns.ac.id 99
kembali
menjadi
konsep
kompleks,
untuk
dapat
mewujudkan proses konstruksi tersebut diperlukan adanya scaffolding, yaitu pemberian bantuan kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa menguasai konsep dalam proses pembelajaran, bantuan ini dapat berupa dosen, orangtua maupun teman yang lebih mampu. Bantuan diberikan selama tahap awal pembelajaran kemudian mahasiswa mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Menurut Vygotsky (dalam Dahar, 2006) mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan melalui interaksi dengan orang lain yaitu melalui scaffolding. Pada PBL scaffolding banyak diberikan oleh teman sebaya saat diskusi kelompok, untuk itulah kelompok dibentuk secara heterogen. Dosen memfasilitasi terjadinya interaksi dalam diskusi kelompok, sehingga mahasiswa dapat menguasai konsep dengan bantuan dari teman dalam kelompoknya. Teknik terintegrasi adalah teknik team teaching yang dilakukan oleh 2 dosen secara bersama menyajikan materi dalam kelas dan waktu yang sama, sedangkan teknik semi terintegrasi adalah gabungan dari colaborative team teaching dengan parallel instruction. Team teaching teknik semi terintegrasi memberikan bimbingan lebih efektif dan terarah, kolaborasi dari 2 dosen saat proses apersepsi, motivasi, eksplorasi dan konfirmasi memperkaya pengetahuan mahasiswa, sedangkan pembimbingan selama praktikum oleh 1 dosen membuat proses penyelidikan lebih terarah dan menghindari kelemahan Team teaching yaitu adanya kebingungan pada diri mahasiswa. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syh-Jong-Jang (2006). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Pada penelitian ini kebingungan terbukti terjadi pada team teaching teknik terintegrasi yang terlihat dari hasil wawancara dan angket yang dibagikan kepada mahasiswa diakhir penelitian. Minimalisasi kebingungan dapat meningkatkan penguasaan konsep. Model PBL merupakan model yang menuntut HOTS, kekurangan bantuan fasilitator dari dosen dapat menyebabkan proses interaksi antar mahasiswa terhambat sehingga menghambat penguasaan konsep. Prestasi psikomotor dalam pembelajaran ini diukur melalui kompetensi mahasiswa saat melakukan praktikum dan penguasaan KPS baik KPS dasar maupun KPS terintegrasi. Perencanaan team teaching untuk memberikan bantuan pada mahasiswa dilakukan secara matang dan tersusun baik sehingga ada persamaan persepsi dari 2 dosen dalam membimbing. Team teaching teknik semi terintegrasi memberikan bimbingan lebih efektif karena pada saat praktikum 1 dosen hanya membimbing setengah dari jumlah kelas sehingga membantu mahasiswa berlatih dan menguasai KPS. Sintaks model PBL memberikan latihan KPS kepada mahasiswa, pelatihan KPS melibatkan pelatihan sikap ilmiah seperti jujur, teliti dan kerjasama. Sikap ilmiah tersebut dapat terlihat mulai dari merumuskan masalah sampai kepada menyajikan hasil karya. Teknik semi terintegrasi memiliki keunggulan dari parallel instruction yaitu meningkatkan respon dan partisipasi mahasiswa dalam belajar. Respon dan partisipasi ini dapat berupa keaktifan dalam praktikum dan bekerjasama dalam kelompok, sehingga prestasi belajar afektif kelompok teknik semi terintegrasi lebih tinggi dibandingkan dengan teknik terintegrasi. 2. Hipotesis Kedua
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada aspek kognitif dan psikomotor, sedangkan aspek afektif memiliki p-value > 0,05, hal ini berarti ada pengaruh kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotor. Setelah dilakukan uji compare means didapatkan perbedaan pengaruh prestasi belajar yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dengan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah. Kemampuan berpikir dibedakan menjadi Low Order Thinking Skill (LOTS) dan High Order Thinking Skill (HOTS). Pada HOTS terkandung 3 aspek yaitu 1) inquiry skills, 2) data processing skills, 3) additional critical thinking. Seseorang dikategorikan kemampuan berpikir tinggi jika ketrampilan penemuan, pemrosesan data dan kemampuan berpikir kritisnya tinggi. Kemampuan berpikir kritis adalah aktivitas mental dalam mengevaluasi suatu argumen atau proposisi dan membuat keputusan yang dapat menuntun diri seseorang dalam mengembangkan kepercayaan dan melakukan tindakan (Sandia, 2008). Prestasi kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir. Mahasiswa yang memiliki HOTS tinggi akan mendapatkan prestasi kognitif tinggi pula. Model PBL memiliki keunggulan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. PBL membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang digunakan pada setiap kegiatannya yaitu merumuskan masalah dari wacana yang disediakan, menentukan hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, menyimpulkan dan membuat hasil karya. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi akan lebih mudah belajar dengan menggunakan model PBL daripada mahasiswa dengan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
kemampuan berpikir kritis rendah. Pengembangan berpikir kritis berpengaruh pada peningkatan prestasi kognitif. Menurut Kuswana (2012)
peningkatan
berpikir kritis sebanding dengan peningkatan IQ seseorang. Kemampuan berpikir kritis tinggi memberikan pengaruh pada prestasi psikomotor. Prestasi psikomotor berkaitan erat dengan KPS, menurut Gagne dalam Dahar (2006) ketrampilan psikomotor tidak hanya terkait dengan ketrampilan fisik tetapi juga membutuhkan ketrampilan intelektual. Pada pembelajaran sains prestasi psikomotor spesifik mengarah pengukuran KPS. Model PBL memiliki sintak-sintak yang mampu melatihkan KPS dasar maupun terintegrasi. KPS yang baik memberikan bekal kepada mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, melakukan penyelidikan untuk memecahkan masalah dan mencari solusi dengan menggunakan teknik ilmiah. KPS membutuhkan kemampuan intelektual salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah, menganalisa argumen, mencari sumber yang dapat dipercaya, membaca tabel atau grafik, mengobservasi, menyimpulkan (Starkey, 2004 dan Ennis, 1987), sehingga kemampuan berpikir kritis tinggi akan memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi psikomotor. Kemampuan berpikir memiliki pengaruh terhadap afektif. Menurut Paul (dalam Kuswana , 2012) berpikir kritis berkaitan dengan afektif yaitu kerendahan hati intelektual, keberanian intelektual, empati intelektual, integritas intelektual, ketekunan intelektual, alasan iman dan ingat keadilan, sedangkan prestasi afektif yang diukur pada penelitian ini adalah sikap ilmiah meliputi teliti, jujur dan kerjasama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh pembelajaran kemampuan verbal terhadap prestasi belajar. Setelah dilakukan uji compare means didapatkan perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dengan mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah, yaitu prestasi belajar pada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih tinggi daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk menuangkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, sehingga dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain (Winkel, 1991). Kemampuan verbal mempengaruhi kemampuan untuk memahami suatu konsep, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Gagne (dalam Dahar, 2006). Teori pemrosesan informasi Gagne menyatakan kemampuan verbal merupakan modal yang dimiliki siswa untuk menguasai konsep melalui beberapa tahapan yaitu 1) diskriminasi; 2) konsep konkret; 3) aturan-aturan dan konsep terdefinisi; 4) aturan tingkat tinggi dan 5) pemecahan masalah. Mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi akan mendapatkan prestasi belajar lebih tinggi daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Hal ini dikuatkan oleh pandangan kognitif Sternherg (dalam Suharman, 2005) bahwa kemampuan kognitif meliputi kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif, kemampuan belajar commit induktif-deduktif-silogisme, to user transfer konsep, kemampuan penalaran kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
ruang. Hal ini relevan dengan yang diungkapkan oleh Vernon (dalam Slameto, 2003) kemampuan verbal merupakan salah satu komponen dalam kemampuan intelektual umum, sehingga kemampuan kognitif sebanding dengan kemampuan verbal. Prestasi psikomotor tinggi didapatkan pada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi. Prestasi psikomotor berkaitan dengan KPS, kemampuan verbal menunjukkan penguasaan bahasa yang tinggi sehingga terbukti memudahkan kemampuan belajar, mengingat, memecahkan masalah dan menyimpulkan
(Rakhmat, 1996). Model PBL menuntut adanya kemampuan
memecahkan masalah melalui teknik ilmiah seperti merumuskan masalah, mengembangkan
hipotesa,
melakukan
penyelidikan
dan
menyimpulkan.
Kemampuan verbal merupakan modal bagi mahasiswa untuk dapat memecahkan masalah melalui teknik ilmiah. Penilaian afektif berkaitan erat dengan sikap ilmiah mahasiswa. Menurut Gagne (dalam Dahar, 2006) perubahan perilaku hasil belajar diperoleh dari hasil latihan dan pengalaman. Kemampuan verbal tinggi berdampak pada kemampuan memecahkan masalah yang baik melalui teknik ilmiah. Penerapan teknik ilmiah pada pembelajaran sains akan berdampak pada peningkatan KPS. Peningkatan KPS akan diikuti dengan sikap ilmiah yang baik.
4. Hipotesis Keempat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis
digilib.uns.ac.id 105
terhadap prestasi didapatkan data
bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi teknik dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar. Perbedaan pengaruh interaksi team teaching (teknik terintegrasi dan semi terintegrasi) dan kemampuan berpikir kritis tinggi dengan interaksi teknik dan kemampuan berpikir kritis rendah terlihat jelas pada prestasi kognitif. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu faktor internal dari mahasiswa yang harus diperhatikan karena memberikan konstribusi terhadap prestasi belajar. Menurut Winkel (2007) interaksi antara keadaan awal mahasiswa dengan keadaan dosen dapat memberikan efek positif atau negatif. Efek positif dibagi menjadi 2 yaitu cukup dan tinggi. Pada penelitian ini keadaan dosen adalah kemampuan pedagogi dan latar belakang keilmuwannya, sedangkan keadaan awal mahasiswa adalah kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal. Interaksi team teaching teknik terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis memberikan efek positif cukup pada prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis yang diberikan pembelajaran dengan teknik terintegrasi (kognitif = 79, afektif = 81 dan psikomotor = 78) (Tabel 4.32 dan 4.34). Hal ini dikarenakan teknik tersebut menggunakan 2 dosen dari disiplin ilmu yang berbeda secara bersamaan. Penggunaan 2 dosen ini menyebabkan mahasiswa harus beradaptasi dengan keduanya sehingga menimbulkan kebingungan dan akhirnya mempengaruhi prestasi belajar. Kebingungan ini terlihat dari hasil angket maupun wawancara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
yang dilakukan di akhir penelitian. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Yanamandram, Noble (2006). Sedangkan interaksi antara teknik semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis memberikan efek positif tinggi pada prestasi belajar. Kolaborasi dosen saat pembelajaran teori dan pengawasan secara mandiri oleh dosen pada saat praktikum memberikan efek positif tinggi pada prestasi kognitif baik mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah maupun tinggi. Prestasi psikomotor berkaitan dengan KPS. Perbedaan pengaruh interaksi teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi belajar terjadi karena efek yang berbeda dari kedua interaksi tersebut. Teknik terintegrasi memberikan efek positif cukup sedangkan teknik semi terintegrasi memberikan efek positif tinggi. Efek positif cukup pada teknik terintegrasi disebabkan karakteristik dan kemampuan pedagogi dosen berbeda, perbedaan ini mengakibatkan mahasiswa mengalami kebingungan sehingga pemahaman konsep terhalang dan berdampak kurangnya penguasaan KPS. Sikap ilmiah terbentuk melalui serangkai kegiatan yang melibatkan KPS. Sikap teliti, jujur dan kerjasama terbentuk pada saat proses pembelajaran model PBL. Penyelidikan autentik membentuk sikap jujur, teliti dan kerjasama pada diri mahasiswa. Peran dosen sebagai fasilitator dalam penyelidikan autentik sangat diperlukan.
Teknik
semi
terintegrasi
memungkinkan
pengawasan
dan
pembimbingan lebih intensif daripada teknik terintegrasi. Melalui pembimbingan intensif maka peran aktif mahasiswa dapat ditingkatkan sehingga menghasilkan KPS yang tinggi. KPS tinggi akan diikuti dengan sikap ilmiah yang tinggi pula. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 107
5. Hipotesis Kelima Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis
terhadap prestasi didapatkan data
bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi teknik dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar. Hasil uji compare means menunjukkan bahwa prestasi kognitif mahasiswa yang diberi pembelajaran dengan teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal tinggi berbeda signifikan dengan mahasiswa yang diberi pembelajaran teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal rendah dan teknik terintegrasi dengan kemampuan verbal tinggi. Hal ini disebabkan karena efek interaksi yang berbeda. Kemampuan verbal merupakan salah satu komponen dalam intelektual umum (Vernon dalam Slameto, 2003). Kemampuan verbal tinggi akan menghasilkan prestasi kognitif yang tinggi pula. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah latihan dan pengalaman belajar yang diberikan oleh dosen (Hamalik, 2007). PBL merupakan model pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar melalui masalah-masalah sosial pada kehidupan nyata. Sintaks dan kegiatan dalam PBL memungkinkan mahasiswa untuk menggunakan kemampuan
verbal
untuk
bekerjasama
dalam
memahami
masalah,
mengembangkan hipotesa, mengadakan penyelidikan, menyimpulkan hasil, membuat dan memamerkan hasil karya (Nur, 2011). Pada model PBL mahasiswa diberikan kesempatan bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas tersebut masih dalam jangkauan kemampuannya sehingga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 108
mahasiswa berada pada zona of proximal development. Zona tersebut dapat tercapai melalui percakapan kerjasama antar individu (Vygotsky dalam Arends, 2005). Dosen memiliki peran yang tinggi pada PBL, yaitu memberikan bantuan berupa arahan dalam menyelesaikan masalah melalui teknik ilmiah, memotivasi mahasiswa untuk terlibat aktif dalam kerjasama kelompok. Interaksi teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal memberikan efek positif tinggi sedangkan teknik terintegrasi dengan kemampuan verbal memberikan efek positif cukup. Penggunaan team teaching teknik semi terintegrasi meningkatkan respon dan partisipasi mahasiswa dalam pembelajaran (Shumway, 2011) sehingga mahasiswa yang diberikan pembelajaran teknik semi terintegrasi dengan kemampuan verbal tinggi memiliki prestasi kognitif lebih tinggi. Pada teknik terintegrasi kebingungan yang terjadi menyebabkan hambatan pada penguasaan konsep sehingga mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi prestasi belajarnya mengalami penurunan (Tabel 4.33 dan 4.35). Prestasi psikomotor berkaitan dengan KPS, menurut Gagne (dalam Dahar, 2006) ketrampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan fisik melainkan juga ketrampilan
intelektual.
Mahasiswa
dengan
kemampuan
verbal
tinggi
menunjukkan penguasaan bahasa yang tinggi sehingga memudahkan kemampuan belajar, mengingat, memecahkan masalah dan menyimpulkan (Rakhmat, 1996). Kemampuan memecahkan masalah dilakukan
melalui teknik ilmiah seperti
merumuskan masalah, mengembangkan hipotesa, melakukan penyelidikan dan menyimpulkan. Prestasi psikomotor pada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dapat diraih secara optimal saat mahasiswa diberikan teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 109
pembelajaran yang dapat memfasilitasi dan mengembangkan kemampuan internalnya. Teknik teknik semi terintegrasi merupakan teknik team teaching yang memfasilitasi kemampuan verbal mahasiswa dengan cara pengawasan dosen secara intensif pada praktikum, dan penggabungan interdisiplin ilmu dosen pada tahap perumusan masalah sampai merancang percobaan, apersepsi, motivasi, eksplorasi dan konfirmasi, sehingga teknik semi terintegrasi yang didukung dengan kemampuan verbal tinggi memberikan pengaruh pada prestasi belajar psikomotor. Penilaian afektif berkaitan erat dengan sikap ilmiah mahasiswa. Menurut Gagne (dalam Dahar, 2006) sikap ilmiah dipelajari melalui serangkaian kegiatan dalam pembelajaran sains yang melibatkan KPS di dalamnya. Kemampuan verbal tinggi berdampak pada kemampuan memecahkan masalah yang baik dan KPS yang baik pula. KPS yang baik akan diikuti dengan sikap ilmiah yang baik pula. Latihan dan pengalaman mahasiswa tidak lepas dari model dan teknik yang digunakan. Pengawasan dosen terhadap mahasiswa dengan jumlah sedikit lebih efektif daripada jumlah banyak, sehingga dapat memfasilitasi KPS mahasiswa yang akhirnya berdampak pula pada sikap ilmiah. Oleh karena itu kemampuan verbal tinggi yang difasilitasi dengan teknik semi terintegrasi memberikan perbedaan pengaruh signifikan daripada mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi yang difasilitasi dengan teknik terintegrasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 110
6. Hipotesis Keenam Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis terhadap prestasi didapatkan data bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar. Kemampuan berpikir kritis memberikan pengaruh pada prestasi belajar kognitif dan psikomotor, sedangkan kemampuan verbal memberikan pengaruh prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Interaksi antara kedua kemampuan tersebut memberikan pengaruh yang positif pada prestasi belajar. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal tinggi mendapatkan prestasi belajar sangat baik, mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal kombinasi mendapatkan prestasi belajar cukup baik sedangkan mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal rendah mendapatkan prestasi belajar paling rendah dibandingkan yang lain. Menurut Woods dan Wee (dalam Amir, 2009) PBL merupakan model efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu, membangun kecakapan sepanjang hayat untuk memecahkan masalah, kerjasama tim, dan komunikasi, mengatur diri sendiri, menggali informasi. Santyasa (2007) mendefinisikan berpikir kritis sebagai aktivitas menguji, menghubungkan, mengevaluasi, mengumpulkan dan mengorganisasi informasi, memvalidasi dan menganalisis informasi, mengingat dan mengasosiasikan commit tomenentukan user informasi yang dipelajari sebelumnya, jawaban yang rasional,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 111
melukiskan kesimpulan yang valid, dan melakukan analisis dan refleksi. Kemampuan tersebut sangat diperlukan dalam proses pemecahan masalah, oleh karena itu mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis baik akan menjadi pemecah masalah yang baik dan mendapatkan prestasi belajar yang baik pula. Selain berpikir kritis, kemampuan verbal juga dibutuhkan dalam proses pemecahan masalah. Kemampuan verbal memungkinkan mahasiswa untuk mengolah informasi menjadi pengetahuan baru dan menyampaikan pengetahuan yang dimiliki kepada orang lain, hal ini diperlukan dalam kerjasama tim dan mengkomunikasikan pemecahan masalah kepada orang lain. Menurut Allen, dkk (dalam Kuswana, 2012) kemampuan berpikir kritis membutuhkan kemampuan verbal. Kemampuan berpikir kritis tinggi didukung oleh argumentasi verbal tinggi, sementara kemampuan verbal dibutuhkan untuk membangun argumentasi verbal, namun kemampuan verbal yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan berpikir kritis yang tinggi. Hal ini terjadi karena indikator kemampuan verbal tidak berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis seperti padanan hubungan, persamaan kata, lawan kata, dan perbendaharaan kata. Interaksi kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal memberikan pengaruh pada KPS. PBL memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Keaktifan mahasiswa dalam setiap kegiatan PBL memberikan pengaruh pada KPSnya. Terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis rendah dan kemampuan verbal rendah dengan kelompok mahasiswa yang lain. Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal masing-masing memberikan konstribusi terhadap KPS, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 112
seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa kemampuan berpikir kritis pada penelitian ini memberikan efek positif cukup, sedangkan kemampuan verbal memberikan efek positif tinggi. Efek positif cukup pada mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi disebabkan karena menggunakan teknik terintegrasi yang dianggap membingungkan, sedangkan mahasiswa dengan kemampuan berpikir kritis tinggi memiliki frekuensi yang banyak pada kelompok teknik terintegrasi. Hal ini menyebabkan pengaruh interaksi kemampuan berpikir kritis rendah dengan kemampuan verbal tinggi terhadap KPS lebih besar daripada pada interaksi kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal rendah sehingga juga berpengaruh pada prestasi psikomotor. KPS sebanding dengan sikap ilmiah, sehingga KPS yang tinggi akan mengakibatkan sikap ilmiah yang tinggi pula. Sikap ilmiah pada penelitian ini seperti jujur, teliti dan kerjasama diukur sebagai prestasi afektif.
7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis
terhadap prestasi didapatkan data
bahwa p-value < 0,05 pada semua aspek (kognitif, afektif dan psikomotor), hal ini berarti ada pengaruh interaksi teknik, kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal terhadap prestasi belajar. PBL merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dari ilmu kedokteran dengan maksud menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik, aksesibilitas informasi, dan ledakan pengetahuan. Masalah yang diangkat pada pembelajaran model PBL adalah masalah pada kehidupan nyata, dengan demikian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 113
menantang mahasiswa untuk bekerjasama dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah. PBL mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis, analisis dan mencari sumber pembelajaran yang sesuai dalam memecahkan masalah, untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal, dan dosen yang memiliki kecakapan pedagogi (pengetahuan, membangun interaksi dosenmahasiswa, interaksi antar mahasiswa, interaksi dosen-mahasiswa dengan informasi) sebagai pendukung PBL. Fasilitator yang baik dalam PBL membuat mahasiswa aktif terlibat dalam masalah, meningkatkan rasa ingin tahu mahasiswa, memotivasi mahasiswa untuk memecahkan masalah (Amir, 2009). Team teaching merupakan teknik mengajar yang melibatkan lebih dari 1 orang dosen dalam pembelajaran. Setiap anggota dalam team berusaha untuk saling mengisi dan melengkapi guna memperkaya penguasaan konsep dari mahasiswa. Teknik terintegrasi merupakan team teaching yang terdiri dari 2 orang dosen berkolaborasi dari awal sampai akhir pembelajaran. Karakteristik dan disiplin ilmu yang berbeda membuat teknik terintegrasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah membuka wawasan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu, sedangkan kelemahannya adalah membingungkan mahasiswa karena setiap dosen menambahkan dari ilmu yang berbeda dan menggabungkan menjadi satu kesatuan. Teknik semi terintegrasi merupakan gabungan antara teknik terintegrasi dan parallel instruction. Penggabungan ini bertujuan untuk memberikan perhatian lebih kepada sekelompok mahasiswa dalam jumlah sedikit dan meminimalkan kebingungan dari mahasiswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 114
Mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi dan kemampuan verbal tinggi memperoleh prestasi kognitif, afektif dan psikomotor lebih tinggi pada saat diberikan pembelajaran dengan team teaching teknik semi terintegrasi. Hal ini dikarenakan fasilitator pada teknik semi terintegrasi lebih optimal daripada teknik terintegrasi sehingga menyebabkan terjadinya scaffolding lebih baik. Kemampuan berpikir kritis, kemampuan verbal dan penggunaan teknik team teaching memberikan penggaruh terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor. Tabel 4.38 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis
Kognitif(A)
A E
D F
Afektif (B)
B E
D F
Psikomotor (C)
C E
D F
A-D A-E A-F B-D B-E B-F C-D C-E C-F
Kemampuan Berpikir Kritis (E)
Prestasi Belajar
Model (D)
Kemampuan Verbal (F) Keterangan:
= ada pengaruh = ada interaksi
1. Model PBL dengan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek kognitif, psikomotor, tetapi dengan model tersebut mahasiswa bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis tinggi tidak berpengaruh pada prestasi aspek afektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 115
2. Model PBL dengan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi bagi mahasiswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi berpengaruh terhadap prestasi belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Pengaruh model PBL dengan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi, kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar membuat terjadinya interaksi antar variabel tersebut (Tabel 4.38).
E. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini ada beberapa keterbatasan diantaranya: 1. Pengambilan data pada proses pembelajaran
dengan lembar observasi
dilakukan secara langsung oleh 2 orang dosen dengan jumlah aspek pengamatan
yang
cukup
banyak,
sehingga
memungkinkan
kurang
maksimalnya dalam pengamatan. 2. Soal tes prestasi afektif diberikan dalam bentuk angket terstruktur dengan jawaban yang sudah disediakan, memungkinkan mahasiwa menjawab tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian, disimpulkan bahwa: 1.
Ada pengaruh model Problem Based Learning menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi terhadap prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor mata kuliah Bakteriologi II materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013.
2.
Ada
pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap
prestasi belajar kognitif dan psikomotor mata kuliah Bakteriologi II materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional tahun akademik 2012/2013, tetapi tidak ada pengaruh kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif Bakteriologi II mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013. 3.
Ada pengaruh kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, psikomotor mata kuliah Bakteriologi II materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013.
4.
Ada
pengaruh
interaksi
antara
model
Problem
Based
Learning
menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor commit to user 116
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mata kuliah Bakteriologi II materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013. 5.
Ada
pengaruh
interaksi
antara
model
Problem
Based
Learning
menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor mata kuliah Bakteriologi II materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013. 6.
Ada pengaruh interaksi antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan verbal terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor mata kuliah Bakteriologi II materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013.
7.
Ada
pengaruh
interaksi
antara
model
Problem
Based
Learning
menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi dengan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal mahasiswa terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotor mata kuliah Bakteriologi II matei pencemaran air dan teknik uji kualitas air pada mahasiswa AAK Nasional Tahun Akademik 2012/2013. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian, penelitian ini memberikan implikasi sebagai berikut: 1.
Implikasi Teori a. Memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa. commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Memberikan gambaran dan bahan pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran pada mata kuliah Bakteriologi II. 2.
Implikasi Praktis a.
PBL dengan menggunakan team teaching teknik terintegrasi dan semi terintegrasi menjadi salah satu model yang dapat diterapkan oleh dosen Bakteriologi II pada materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air karena terbukti meningkatkan ketiga prestasi mahasiswa.
b.
Kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal mahasiswa perlu dilatihkan karena sangat berperan penting dalam kegiatan belajar sains utamanya pada mata kuliah Bakteriologi II. C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1.
Bagi Dosen Pembelajaran materi pencemaran air dan teknik uji kualitas air dengan model PBL, agar pelaksanaannya lebih efektif perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Koordinasi antar dosen team teaching sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran b. Kesamaan persepsi dari dosen yang terlibat dalam team teaching c. Ketepatan waktu perkuliahan sehingga tidak mengganggu jadwal mata kuliah lain.
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Mahasiswa sebaiknya lebih sering diberikan tugas yang dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal. e. Dilakukan tes kemampuan berpikir kritis dan kemampuan verbal secara berkala kepada mahasiswa sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. 2.
Bagi Peneliti lain a. Hasil penelitian ini dilakukan pada mahasiswa AAK Nasional Surakarta, untuk melakukan penelitian yang sama perlu dilakukan penyesuaian taraf kemampuan dosen team teaching . b. Penyesuaian yang lain seperti kemampuan berpikir kritis dan kemampuan
verbal
juga
perlu
dilakukan
sehingga
didapatkan
kesimpulan yang lebih variatif. 3.
Bagi Akademi Perlu adanya dukungan yang besar dalam penerapan model PBL sehingga dapat berhasil dengan baik. Dukungan tersebut dapat berupa sarana sumber belajar, peningkatan kompetensi dosen dalam pedagogi yaitu penguasaan berbagai metode dam model pembelajaran.
commit to user