Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2011 Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
TEKNOLOGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN DAN TANAMAN NILAM MELALUI POLA TANAM R. Rosman, R. Suryadi, M. Djazuli, A Sudiman, dan W Lukman. ABSTRAK Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Hingga saat ini sebagian besar penanaman nilam dilakukan dengan pola berpindahpindah dan produksinya <150kg/ha. Sistim tanam seperti ini harus dirubah dengan menerapkan sistim pola menetap. yang mampu meningkatkan kemampuan tanaman untuk berproduksi lebih tinggi lagi. Sejalan dengan program pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan, maka seyogyanya dibutuhkan teknologi yang sinergis antara tanaman nilam dengan tanaman pangan. Teknologi yang dibutuhkan untuk itu adalah pola tanam antara nilam dengan tanaman pangan. Teknologi ini akan mampu menciptakan terwujudnya pola tanam menetap. Selain itu, adanya penurunan hasil di setiap pertanaman nilam juga diduga oleh tindakan budidaya yang tidak memberikan perlakuan pembubunan. Untuk itu pembubunan dilakukan sekaligus pengguludan. Perlakuan pembumbunan diharapkan akan terbentuk akar-akar serabut yang baru dari bagian atas batang nilam sehingga peluang pertumbuhan yang lebih baik kemungkinan akan terjadi. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada penelitian ini juga dilakukan pembubunan dengan sistim pengguludan sehingga diharapkan pertumbuhan dan produksi akan menjadi lebih baik. Penelitian bertujuan Mendapatkan teknologi pola tanam nilam dengan tanaman pangan yang mampu meningkatkan produksi nilam > 150 kg/ha dan pendapatan petani > 50%. Penelitian menggunakan Rancangan Anak Petak Terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah dua Tingkat intensitas cahaya, masing-masing 1. 100% (Kontrol) dan 2. 80% intensitas cahaya (di bawah naungan ringan/ tegakan pohon pala). Anak petak adalah 3 perlakuan pola tanam nilam antara lain 1) monokultur nilam, 2) nilam jagung, 3) nilam kacang hijau dan anak-anak petak ada dua teknik pengguludan masing-masing (1). Tanpa pengguludan dan (2) dengan pengguludan seteleh panen pertama. Untuk tahun pertama pengaruh perlakuan pengguludan belum bisa ditampilkan karena perlakuan baru berjalan sekitar satu bulan. Hasil penelitian hingga umur 5 bulan 20 hari menunjukkan pertumbuhan dan produksi terbaik ada pada monokultur nilam. Adanya jagung dapat menghambat pertumbuhan tanaman nilam. Namun demikian jagung memberikan nilai tambah lebih cepat dalam hanya jangka waktu 3 bulan. Pola tanam nilam dengan jagung ataupun kacang hijau memberikan nilai tambah sebesar Rp. 4.750.000.(jagung) pada lahan terbuka diantara nilam dan Rp. 577.800.(Kacang hijau) pada lahan diantara nilam dan pala. Setelah umur lima bulan lebih 20 hari tanaman nilam di panen. Dari keseluruhan perlakuan, tiga perlakuan memberikan hasil nilam yang cukup baik yaitu pola monokultur nilam (764,5 gr/tan) diikuti pola tanam nilam + kac hijau (703,8 gr/tan) dan monokultur nilam (650,9 gr/tan) yang ditanam ternaungi oleh/diantara pala. Untuk lokasi yang telah ditanam dengan tanaman pala akan memberikan nilai tambah yang cukup besar dari hasil nilam yaitu Rp 6509000,-Jadi jelas bahwa pada lahan terlindung dengan intensitas cahaya yang cukup masih berpeluang untuk ditanam tanaman nilam. Disarankan untuk mendapatkan pola tanam yang optimal diperlukan penelitian pemupukan dan waktu panen nilam. Penelitian ini sebaiknya dilanjutkan hingga tahun 2012 untuk penyempurnaan SOP, terutama teknologi pola tanam nilam. Pada penelitian ini belum terlihat pengaruh pengguludan. Kata kunci : Nilam, teknologi pola tanam ABSTRACT Patchouli is one of the essential oil crops. Untill now, planting of patchouli to do by shifting cultivation and production < 150 kg/ha. This system must be change. There for, a
181
Rosihan Rosman, dkk
technology will be able to increase a productivity very needed. In line with the government program in support of food security, it should be a synergy between the technology needed patchouli plants with food crops To obtain a technology of cropping patern of patchouli with food crops and nutmeg was conducted a research at the experimental garden, Cicurug, from January until November 2011. Research was use split plot design, with twelve treatmens and three replication. Main plot was two level of light intensity, i.e, 100% light intesity and 80% light intensity (between nutmeg). Sub plot, 3 crop patterns ,i.e, patchouli, patchouli+corn, and patchouli+green bean, and sub-sub plot i.e tillage and no tillage. Result of the research show that was patchouli can planted with corn, green bean and nutmeg. The treatmen of only patchouli crops with 100% light intensity was the best. Number of leaves was 683,03.per plant and produktion was 764,5 g/plant. The best of oil content of patchouli was 2,64% (The treatments of patchouli+corn, 100% light intensity) and the best of PA content was 37,99% (The treatments of patchouli+corn, between nutmeg or 80% light intensity). The treatmen with corn could give income in the third months. Production of corn could give income was Rp. 4.750.000. and Rp. 577.800.(green bean). The treatments that have high production, i.e. patchouli+green bean (703,8 gr/plant) and patchouli between nutmeg (650,9 g/plant). For locations that have been planted with crops of nutmeg will provide considerable added value of the patchouli, Rp 6509000,-It is clear that the protected land with sufficient light intensity is still likely to be planted patchouli plant. To obtain the optimal cropping pattern, research about fertilizer and harvest time very needed. This study should be continued through 2012 for the improvement of the SOP, aspecially technology of cropping pattern of patchouli. In this study, the influence of tillage have not yet seen. Keywords : Patchouli crops, cropping paterns. PENDAHULUAN Nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri Indonesia. Minyak nilam dikenal dengan nama patchouli oil. Daerah pengembangan nilam di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Saat ini pengembangan nilam di Indonesia mencapai 22150 ha dengan produksi 2546 ton (Anonimous, 2007). Daerah pengembangannya di Indonesia yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Bengkulu, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kaltim dan Bali. Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting dalam menghasilkan devisa negara. Minyaknya bernilai ekonomi tinggi dan dapat digunakan sebagai fixatif dalam industri parfum dan kosmetik. Ekspor nilam pada tahun 2009 mencapai 1079 ton ton dengan nilai 18.609.000 US$ (Ditjenbun, 2011). Nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman perdu yang masuk ke Indonesia melalui Singapura pada tahun 1895 (Burkill, 1935) dan ditanam di Cultuurtuin, Cimanggu-Bogor (Heyne, 1927). Pada masa penjajahan Belanda, nilam belum ditanam secara luas di Indonesia dan penelitian yang dilakukan umumnya mengenai teknik penyulingan dan analisis mutu minyak. Penyulingan daun nilam menjadi minyak nilam mulai dilakukan tahun 1920, sehingga tahun 1921 Indonesia mulai mengekpor minyak nilam sebanyak 387 kg ke Singapura dan Malaysia (Heyne, 1927). Pada tahun 1960 an Indonesia sebagai negara pengekspor minyak nilam terbesar di dunia yaitu sebesar 245 ton, sedangkan Malaysia 160 ton (Allen 1969). Namun petani membudidayakannya masih secara tradisional dengan sistim budidaya berpindah (Dhalimi et al, 1998). Penanaman nilam terus meluas, namun belum memperhatikan aspek ekologi secara baik. Selain itu petani membudidayakan nilam secara tradisional dan masih banyak yang berpindah, teknologi yang digunakan juga masih seadanya. Luas areal penanaman nilam di Indonesia terus meningkat. Pada tahun 1989 hanya 8745 hektar dengan produksi 3312 ton, meningkat menjadi 22150 hektar dengan produksi 2546 ton pada tahun 2007 (Anonimous, 2007) dan tahun 2009 adalah 19963 ha dengan hasil minyaknya 1672 ton (Ditjenbun, 2011). Namun perkembangan areal pertanaman
182
Teknologi peningkatan produktivitas lahan dan tanaman nilam melalui pola tanam
nilam, belum diikuti oleh peningkatan produktivitas, mutu serta stabilitas harga. Pada tahun 1989 produktivitas nilam 378,7 kg/ha turun menjadi 114,94 kg/ha pada tahun 2007. Sedangkan mutu Patchouli alkohol (PA) nya di bawah 31 % dan harga selalu berfluktuasi. Rendahnya produksi sebagian besar nilam Indonesia salah satunya disebabkan oleh penerapan teknologi yang tidak memperhatikan aspek lingkungan. Selain itu pola penanamannya sangat beragam. Dari hasil studi ke beberapa lokasi penenaman, ternyata sebagian penanaman nilam ditanam dilokasi dengan lahan yang kurang sesuai berdasarkan persyaratan tumbuhnya. Selain itu ada lokasi penanaman yang sesuai namun tidak memperhatikan kaidah konservasi lahan sehingga tanah menjadi tidak subur, terutama penanaman dilahan berlereng > 3%. Sistim pola tanam berpindah disertai kondisi lahan kurang sesuai terutama lokasi yang memiliki > 2 bulan kering, tanaman hanya mampu di panen satu kali dalam setahun. Tanaman nilam dapat tumbuh dan menghasilkan minyak bermutu baik pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan 1750 – 3500 mm/tahun, suhu rata-rata harian 24-28°C, berdrainase baik, tekstur lempung liat berpasir, dan tanah berpasir lainnya, pH 5,5-7 dan gembur (Rosman et al., 1998). Hingga saat ini sebagian besar penanaman nilam dilakukan dengan pola berpindah-pindah dan produksinya < 150 kg/ha. Selain itu, sistim tanam berpindah seperti iti dapat menyebabkan degradasi lahan yang akibatnya dapat menurunkan tingkat kesuburan tanah. Pola seperti ini harus diubah dengan menerapkan sistim pola menetap yang mampu meningkatkan kemampuan tanaman untuk berproduksi lebih tinggi lagi dari yang diusahakan petani yaitu harus >150 kg/ha. Varietas unggul nilam yang sudah dilepas mampu berproduksi sampai 300 kg/ha. Mengingat nilam merupakan komoditi yang mampu menghasilkan devisa negara, maka perlu mendapat perhatian. Sejalan dengan program pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan, maka seyogyanya dibutuhkan teknologi yang sinergis antara tanaman nilam dengan tanaman pangan. Teknologi yang dibutuhkan untuk itu adalah pola tanam antara nilam dengan tanaman pangan. Teknologi ini akan mampu menciptakan terwujudnya pola tanam menetap. Selain itu, dalam jangka panjang dapat mendukung ketahanan pangan, meningkatkan kesuburan tanah dan secara tidak langsung terjadi efisiensi dalam penggunaan pupuk karena adanya interaksi antara nilam dengan tanaman palawija yang dapat berfungsi sebagai pupuk hijau, seperti kacang hijau dan limbah hasil panen jagung yang berfungsi sebagai mulsa. Teknologi pola tanam juga akan meningkatkan pendapatan petani, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Adanya penurunan hasil di setiap pertanaman nilam juga diduga oleh tindakan budidaya yang tidak memberikan perlakuan pembubunan. Namun pembubunan setempat akan menjadi masalah pada sistim drainase karena akan terjadi penggenangan air sekitar tanaman. Untuk itu dilakukan sekaligus pengguludan. Perlakuan pembumbunan diharapkan akan terbentuk akar-akar serabut yang baru dari bagian atas batang nilam sehingga peluang pertumbuhan yang lebih baik kemungkinan akan terjadi. Untuk mengetahui hal tersebut maka pada penelitian ini juga dilakukan pembubunan dengan sistim pengguludan sehingga diharapkan pertumbuhan dan produksi akan menjadi lebih baik. Penelitian bertujuan Mendapatkan teknologi pola tanam nilam dengan tanaman pangan yang mampu meningkatkan produksi nilam > 150 kg/ha dan pendapatan petani > 50 %. Tujuan penelitian adalah mendapatkan teknologi pola tanam nilam dengan tanaman pangan yang mampu meningkatkan produksi nilam >150 kg/ha/tahun dan pendapatan petani >50 %. METODOLOGI Penelitian dilakukan di Jawa Barat. Kegiatan dimulai bulan Januari 2011 sampai bulan Desember 2011. Waktu tanam jagung, dan kacang hijau adalah pada saat bersamaan dengan penanaman nilam dan sehari setelah panen nilam. Bahan yang
183
Rosihan Rosman, dkk
digunakan selama penelitian adalah tanaman nilam, jagung, dan kacang hijau, pupuk, dan alat perlengkapan pertanian. Metode Rancangan lingkungan Penelitian terdiri dari 12 perlakuan dan 3 ulangan. Sehingga terdapat 36 petak percobaan. Jarak tanam nilam antar barisan 100 cm dan dalam barisan/gulud 50 cm. Jadi jarak tanam nilam 100 x 50 cm. Jarak tanam jagung dan kacang hijau 100 x 50 cm yang ditanam diantara barisan nilam. Rancangan perlakuan Penelitian menggunakan Rancangan Anak Petak Terpisah dengan 3 ulangan. Petak utama adalah dua Tingkat intensitas cahaya, masing-masing 1. 100 % (Kontrol) dan 2. 80% intensitas cahaya (di bawah naungan ringan/ tegakan pohon pala). Anak petak adalah 3 perlakuan pola tanam nilam antara lain 1) monokultur nilam, 2) nilam jagung, 3) nilam kacang hijau dan anak-anak petak ada dua teknik pengguludan masing-masing (1). Tanpa pengguludan dan (2) dengan pengguludan seteleh panen pertama. Rancangan respon Selama Pelaksanaan di lapang untuk dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman nilam, jagung, kacang kedelei dan kacang hijau. Selain itu diamati pula serangan hama dan penyakitnya. Rancangan analisis Tahun 2011 tanaman nilam, kacang tanah dan jagung telah menghasilkan, atau panen pertama. Data pertumbuhan dan produksi serta mutu pada panen pertama sudah dapat diolah. Namun untuk menjawab tujuan dari penelitian ini diperlukan enam bulan lagi, yaitu panen ke-2 umur 9 bulan dan panen ke tiga umur 12 bulan yang diperkirakan jatuh pada bulan Mei 20012. Tahap-tahap kegiatan penelitian Adapun Pelaksanaan kegiatannya pada tahun 2011 meliputi: persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengamatan sampling, panen, analisis kimia dan data, dan pelaporan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian hingga panen pertama menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang cukup baik. Pertumbuhan tanaman Hasil sementara pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman nilam hingga umur 5 bulan cukup baik (Gambar 1 dan Gambar 2). Hasil penelitian hingga umur 3 bulan tanaman nilam menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, meskipun terkena musim kemarau yang cukup tegas. Hal ini ditandai pula oleh kondisi tanah yang mulai retak di luar areal penelitian. Masuknya musim kemarau mengharuskan semua perlakuan diberi mulsa jerami. Tanpa mulsa ternyata tanaman nilam disekitar penelitian (di luar petak penelitian) mengalami stress dan banyak yang mati. Pada umur 5 bulan pertumbuhan tinggi tanaman terbaik ada pada perlakuan N1P0 (nilam diantara pala), sedangkan jumlah daunnya terbanyak ada pada perlakuan N0P0 (monokultur nilam tanpa naungan). Pada pola tanam nilam dengan jagung, pertumbuhan cabang nilam agak terhambat, akan tetapi daun nilamnya lebih lebar dan batangnya lebih tinggi pada umur dua bulan. dari pada monokultur nilam ataupun dengan kacang hijau. Hal ini menunjukkan bahwa adanya jagung menyebabkan tanaman nilam berkurang dalam mendapatkan cahaya, karena ternaungi. Akibat ternaungi proses fotosintesis pada nilam menjadi terhambat. Rendahnya
184
Teknologi peningkatan produktivitas lahan dan tanaman nilam melalui pola tanam
pertumbuhan nilam juga diduga akibat adanya persaingan hara. Jagung merupakan tanaman C4 yang sangat memerlukan cahaya penuh. Pada kondisi terbuka proses metabolism pada jagung sangat aktif, sehingga Jagung membutuhkan hara yang maksimal. Pertumbuhan yang cepat pada jagung mengakibatkan nilam menjadi terlindung dan berpengaruh buruk pada nilam. Proses fotosintesis nilam terganggu. Akibatnya jagung lebih besar dari pada nilam yang pada akhirnya menyebabkan pertumbuhan nilam menjadi terhambat. Cahaya sangat berperan bagi pertumbuhan tanaman. Cahaya yang rendah akan berpengaruh buruk terhadap penurunan produksi minyak dalam tanaman (Rosman et al., 2004; Ajithkumar dan Chandrar., 2003)
Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman nilam pada berbagai sistim tanam Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi) Dari hasil penelitian dapat diperkirakan bahwa untuk pola tanam nilam dengan jagung diperlukan unsur hara yang lebih tersedia lagi agar tidak terjadi persaingan hara. Oleh karena itu, penelitian kedepan, teknologi pemupukan yang optimal diperlukan dalam pola tanam nilam dengan jagung.
Gambar 2. Pertumbuhan jumlah daun tanaman nilam pada berbagai sistim tanam
185
Rosihan Rosman, dkk
Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi) Pertumbuhan jumlah cabang terbaik ada pada perlakuan monokultur nilam (N1P0) di lahan ternaungi diantara pala yaitu sebanyak 83,33 cabang, diikuti dengan perlakuan nilam +kacang hijau diantara pala yaitu sebanyak 78 cabang. Pada kondisi
Gambar 3. Pertumbuhan jumlah cabang pada bulan ke-2 hingga bulan ke-5 Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi) penanaman diantara pala,.adanya kacang hijau mampu memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan jumlah cabang nilam. Hal ini terlihat pada perlakuan N1P2 (pala+nilam +kacang hijau) dibanding pala+nilam (N0P0). Hal ini diduga kacang hijau mampu mendorong penambahan unsur hara ke dalam tanah, sehingga tanah menjadi lebih subur (unsur hara lebih tersedia) dari pada tanpa kacang hijau yaitu pala+ nilam saja. Produksi nilam Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi tertinggi ada pada pola monokultur(N0P0) yaitu sebesar 764,5 g/tan dan diikuti oleh pola tanam nilam + kac hijau (N1P2) sebesar 703,8 g/tan dan monokultur nilam yang ditanam ternaungi oleh/diantara pala (N1P0) sebesar 650,9 g/tan. Meskipun jagung dapat menghambat pertumbuhan nilam,.namun adanya jagung memberikan pendapatan yang lebih cepat dari nilam. Jagung dipanen 3 bulan sedangkan nilam 5 bulan 20 hari.
186
Teknologi peningkatan produktivitas lahan dan tanaman nilam melalui pola tanam
Gambar 4 Produksi terna basah tanaman nilam Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi) Kadar minyak dan kandungan PA (Pachouli alkohol) Kadar minyak dan kandungan PA (Patchouli alcohol) dapat dilihat Gambar 5 dan 6. Dari hasil penyulingan batang dan daun ternyata perlakuan rendemennya berkisar antara 1,68 sampai 2,64 dampai dengan. Kadar minyak terbaik ada pada perlakuan, N0P1, sedangkan PA yang terbaik adalah perlakuan N1P1 yaitu 37,99%. Secara keseluruhan PA > 31%.
Gambar 5. Kadar minyak nilam pada berbagai perlakuan Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi)
187
Rosihan Rosman, dkk
Gambar 6. Kandungan PA pada berbagai perlakuan Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi) Pengaruh kondisi iklim Iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman nilam. Pada saat awal tanam, kondisi iklim cukup baik, namun setelah dua minggu setelah tanam hujan mulai berkurang dibawah 150 mm/bulan (Gambar 7). Dengan hari hujan <10 yaitu hanya 6 hari hujan. Saat itu tanaman mengalami stres yang dicirikan dengan daun yang mulai layu. Kondisi ini ini bila dibiarkan tanaman akan mati. Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan dilakukan pemulsaan dengan mulsa jerami setebal kurang lebih 5 cm di permukaan tanah. Adanya mulsa ternyata sangat membantu sehingga munculnya curah hujan yang lebih rendah lagi <100 mm/bulan pun (Agustus dan September), tanaman masih tetap mampu bertahan hidup. Secara umum tanaman yang sangat terpengaruh oleh rendahnya curah hujan adalah tanaman nilam yang terbuka. Pada kondisi iklim dengan curah hujan <150 mm/bulan dan hari hujan <10 hari, ternyata pertumbuhannya tidak sebaik di antara tanaman pala (ternaungi).
Gambar 7. Curah hujan dan hari hujan selama penelitian di KP Cicurug
188
Teknologi peningkatan produktivitas lahan dan tanaman nilam melalui pola tanam
Tingkat kesuburan tanah (Gambar 8) pada berbagai perlakuan saat panen pertama (umur 5 bulan) dibandingkan ketika awal percobaan, secara umum kondisi lahan menjadi lebih subur. Hal ini dicirikan oleh terjadinya peningkatan kandungan kimia pada berbagai parameter lahan, kecuali pada C/N ratio, P2O5, Ca dan KB pada lahan tanpa naungan. Sedangkan pada perlakuan ternaungi Na dan Al. Pada perlakuan N0P0 dan N0P1, parameter C/N ratio, Ca, dan KB (kejenuhan basa) terjadi peningkatan, namun sebaliknya denga perlakuan N0P2. Akan tetapi perlakuan N0P2 terjadi peningkatan kandungan P2O5. Sebaliknya dengan N0P0 dan N0P1. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kacang hijau mampu mendorong kebutuhan lahan akan P. Peningkatan C/N ratio, Ca, dan KB diduga disebabkan oleh adanya tambahan hara dari mulsa batang dan daun jagung yang dikembalikan ke tanah. Pada perlakuan ternaungi oleh pala yaitu N1P0 terjadi penurunan unsur Na, sebaliknya dengan N1P1 dan N1P2. Pada perlakuan N1P1 terjadi peningkatan. Hal ini diduga oleh adanya batang dan daun jagung yang dihamparkan kembali sebagai mulsa.
Gambar 8. Analisis tanah awal dan akhir percobaan Nilai tambah Dari hasil penelitian pola tanam nilam dengan palawija hingga umur nilam 3 bulan didapat kan nilai tambah dari produksi kacang hijau dan jagung (Tabel 1), sedangkan nilam belum menghasilkan. Produksi jagung pada perlakuan naungan atau diantara pala lebih tinggi dari pada tidak ternaungi yaitu 9.500 g/plot (ternaungi) dan tidak ternaungi sebesar 672 g/plot. Hal ini diduga karena musim kemarau yang cukup tegas sehingga unsur hara pada perlakuan terbuka tidak terserap oleh tanaman karena keterbatasan air. Sebaliknya pada tanaman jagung diiantara pala (ternaungi) lebih besar produksinya dikarenakan air masih cukup tersedia di dalam tanah. Ketersediaan air dalam tanah akan membantu proses penyerapan hara ke tanaman sehingga proses metabolisme di dalam jagung masih terus berlangsung. Produksi kacang hijau lebih baik pada kondisi terbuka dari pada ternaungi. Pada kondisi terbuka produksinya mencapai 173,34 g/plot sedangkan pada kondisi ternaungi hanya 10,31gr/plot. Hal ini diduga karena kacang hijau lebih tahan terhadap kekeringan. Meskipun kacang hijau dan jagung merupakan tanaman C4 yang sangat membutuhkan cahaya.
189
Rosihan Rosman, dkk
Tabel1. Pendapatan petani nilam pada berbagai pola tanam. Produksi
Harga satuan (Rp/kg) Pendapatan Jagung Kc. Hijau Nilam (Rp) Kacang (g/plot/ha) (g/plot/ha) (kg/plot/ha) Nilam jagung hijau N0P0 15290000 1000 15290000 N0P1 9500 5372000 1500 10122000 N0P2 10.31 7786000 10000 7820370 N1P0 13018000 6509000+pala N1 P1 672 2954000 1500 3122000+pala N1P2 173,34 7038000 10000 7615800+pala Keterangan : N0P0 = Nilam tanpa naungan N0P1 = Nilam + jagung tanpa naungan N0P2 = Nilam + kacang hijau tanpa naungan N1P0 = Nilam diantara pala (ternaungi) N1P1 = Nilam + jagung diantara pala (ternaungi) N1P2 = Nilam + kacang hijau diantara pala (ternaungi) Perlakuan
Nilai tambah jagung pada perlakuan ternaungi/diantara pala (Tabel 1), dihitung berdasarkan 50% areal yang ditanami jagung, karena pada penelitian ini jagung ditanam dalam bentuk barisan diantara tanaman pala. Belum dihitung bila jagung ditanam tidak hanya dalam bentuk barisan tapi ditanam merata diantara pala yang diperkirakan masih tersedia tanah 25% areal. Dari penelitian terbukti bahwa adanya pala tidak berpengaruh buruk terhadap tanaman nilam. Hal ini diduga karena pala memiliki perakaran yang agak dalam, sehingga persaingan unsur hara lebih sedikit dibanding jagung. Jagung memiliki perakaran yang dangkal, banyak di bagian top soil, sehingga persaingan hara tinggi sekali. Dengan rendemen rata-rata 2%, maka produksi nilam Penelitian baru berjalan satu kali panen. Diharapkan panen ke-dua mampu menghasilkan yang lebih besar lagi atau minimal sama. Bila itu terjadi, maka untuk mendapatkan teknologi pola tanam nilam dengan tanaman pangan yang mampu meningkatkan produksi nilam >150 kg minyak/ha/tahun dan pendapatan petani >50 % akan tercapai. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan dan produksi terbaik ada pada monokultur nilam. Adanya jagung dapat menghambat pertumbuhan tanaman nilam. Namun demikian jagung memberikan nilai tambah lebih cepat dalam jangka waktu 3 bulan. Pola tanam nilam dengan jagung ataupun kacang hijau memberikan nilai tambah sebesar Rp. 4.750.000 (jagung/ha) pada lahan terbuka yang ditanam diantara nilam. Sedangkan kacang hijau Rp. 577.800/ha pada lahan di antara nilam dan pala. Hasil nila pada tiga perlakuan cukup baik, yaitu pola monokultur nilam (764,5 g/tanaman) diikuti pola tanam nilam + kac hijau (703,8g/tanaman) dan monokultur nilam (650,9g/tanaman) yang ditanam ternaungi oleh/diantara pala. Untuk lokasi yang telah ditanam dengan tanaman pala akan memberikan nilai tambah yang cukup besar dari hasil nilam yaitu sebesar Rp 6.509.000,-. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada lahan terlindung dengan intensitas cahaya sekitar 80% masih berpeluang untuk ditanami nilam. DAFTAR PUSTAKA Ajithkumar K, and BK Jaya Chandrar. 2003. Influence of shade regimes on yield and quality of ginger (Zingiber officinale Rosc). Journal of Spices and Aromatic Crops 12 (1) : 29-33. Indian Society for Spices.
190
Teknologi peningkatan produktivitas lahan dan tanaman nilam melalui pola tanam
Anonimous. 1975. Pedoman bercocok tanam nilam (Patchouli). Circular No 16. LPTI Bogor. Cetakan ke-2. 8 p. Anonimous. 2007. Statistik perkebunan Indonesia. 2006-2008. Nilam. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. 22 hal. Burkill, I. H. 1935. A Dictionary of the economic product of the Malay Peninsula. Univ. Press Oxford, Great Bretain, London. Heyne, K. 1927. De Nutige Planten Van Nederlanddsch Indie. Departement Van Lanbouw, Nijverheid en Handle, Buitenzorg. Deel II,2c druk, 1329-1333. Rosman R, Emmyzar dan P Wahid. 1998. Karakteristik lahan dan iklim untuk pewilayahan pengembangan. Monograf nilam. Balittro : 47-54 Rosman R, Setyono dan H Suhaeni. 2004. Pengaruh naungan dan pupuk fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi nilam (Pogostemon cablin Banth). Bullittro Vol XV (1) : 43-49. Rosman R. 2010. Teknologi budidaya nilam berbasis ekologi ramah lingkungan. Makalah disampaikan pada konferensi nasional minyak atsiri 20-21 Oktober 2010, di Bandung
191