PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN
PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2014
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013
KATA PENGANTAR
Seperti dimaklumi, Rencana Strategis Kementan 2010-2014 telah menetapkan EMPAT TARGET SUKSES, yang pertama adalah pencapaian swasembada untuk kedelai, gula dan daging sapi serta swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung. Dilain pihak, ancaman perubahan iklim & pemanasan global adalah suatu kenyataan, ancaman bahaya kelaparan & kelangkaan energi telah menjadi perhatian global. Pada kondisi yang ada tersebut, Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar ke – 4 di dunia, kondisi ketahanan pangannya dalam kondisi lemah, karena kecukupan pangan bergantung impor, makanan pokok masyarakat Indonesia bertumpu pada beras dengan tingkat konsumsi/kapita terbesar di dunia, produksi pangan terpusat di Pulau Jawa (60%), paket teknologi yang ada telah dimanfaatkan, menghadapi ancaman alih fungsi lahan, kebijakan diversifikasi pangan belum berhasil, menghadapi kemiskinan & kesenjangan. Dengan kondisi tsb di atas, maka peningkatan produksi pangan non-beras merupakan tuntutan kebutuhan (diversifikasi), penyebaran sentra produksi pangan perlu dilakukan, dan pengembangan sagu strategis sebagai sumber pangan baru & sumber kesejahteraan penduduk, wilayah dan nasional.
i
Pengembangan sagu adalah hal yang sudah mendesak dan tidak bisa ditunda lagi, namun disisi lain juga dihadapkan pada berbagai permasalahan, baik teknis maupun aspek sosial dan kelembagaan. Sehubungan dengan hal tersebut, sejak tahun 2013 dan dilanjutkan pada tahun 2014 dilakukan kegiatan introduksi pengembangan sagu di Propinsi Papua dan Papua Barat, yang merupakan wilayah sentra sagu dan disisi lain sering terjadi kurang pangan. Dalam rangka terwujudnya pemahaman dan persepsi yang sama untuk pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman Sagu tahun 2014, maka disusun buku Pedoman Teknis kegiatan tersebut yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penanggung jawab kegiatan, baik di Pusat maupun Daerah serta pihak-pihak lain yang terkait. Selanjutnya pedoman ini dijabarkan lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) di tingkat Provinsi dan Petunjuk Teknis (JUKNIS) di tingkat Kabupaten/Kota. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya pedoman ini, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN I.
i iii iv
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Sasaran Nasional C. Tujuan
1 1 2 4
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan B. Spesifikasi Teknis
4 4 7
III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup B. Pelaksana Kegiatan C. Lokasi, Jenis dan Volume D. Simpul Kritis
11 11 12 16 17
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
18
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN
19
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
19
VII. PEMBIAYAAN
21
VIII. PENUTUP
22
LAMPIRAN
23
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Sagu Tahun 2014 ……… 23
iv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sagu merupakan tanaman asli Indonesia, tumbuh mendominasi di kawasan timur Indonesia. Di Indonesia sentra pertanaman sagu tersebar di Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Riau, Sulawesi, dan Kalimantan. Sagu dapat menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan dan energi. Pemenuhan pangan di Indonesia, saat ini mengarah ke satu komoditas yaitu padi/beras, sedang program diversifikasi pangan belum berjalan dengan baik. Sebagian penduduk Indonesia yang tadinya pola pangan utamanya bukan beras, secara sengaja atau tidak, malah beralih ke beras. Hal ini disebabkan beberapa hal : (1) Program Pemerintah; (2) Status sosial; (3) Ketersediaan pangan non beras yang tidak kontinyu, dan lain-lain. Suatu hal yang ironis, dimana lahan sagu dunia seluas 2.5 juta Ha, terdapat di Indonesia seluas 1.25 juta Ha (50 %), dan dari luas tersebut 1.2 juta Ha terdapat di Papua dan Papua Barat. Pada sisi lain sering terjadi krisis pangan/kelaparan di Papua. Hal ironis lainnya adalah data statistik menunjukkan bahwa penghasil sagu dunia saat ini adalah
1
RRC, dimana di RRC tidak terdapat pertanaman sagu. Sampai dengan saat ini perhatian terhadap pengembangan sagu belum banyak dan sering tidak berkesinambungan. Pengembangan sagu saat ini adalah hal yang sudah mendesak dan tidak bisa ditunda lagi, namun disisi lain juga dihadapkan pada berbagai permasalahan, baik teknis maupun aspek sosial dan kelembagaan. Di beberapa lokasi selain dipanen secara besar-besaran, juga dibarengi dengan pengembangan/budidaya oleh pihak swasta, tetapi masalah kedepan adalah tergantinya komoditas tersebut dengan tanaman lain yang dianggap lebih ekonomis dan menguntungkan seperti kelapa sawit. Kebijakan pemerintah untuk melindungi dan terus melestarikan sagu, membudidayakan dan meningkatkan pemanfaatan sagu sedang diupayakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, melalui program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Tahunan yang dimulai tahun 2013 dan dilanjutkan pada tahun 2014. B. Sasaran Nasional Pemanfaatan sagu sangat bergantung pada potensi sumberdaya tanaman sagu yang tersedia, untuk itu diperlukan suatu tindakan pengelolaan yang baik, meliputi tindakan
2
budidaya, pemanenan, pengolahan dan pemanfaatan tanaman sagu, pemasaran serta sosial ekonominya. Dalam rangka mendukung ketahanan pangan/pemenuhan konsumsi dalam negeri, diperlukan upaya pengembangan tanaman non beras. Dengan pertimbangan, sagu selain dapat digunakan sebagai pangan non-beras, juga sebagai sumber energi terbarukan serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan, maka percepatan upaya pengembangannya perlu mendapat perhatian. Agar diperoleh pertanaman sagu dengan produktivitas maksimal secara berkelanjutan, maka pola pengusahaan sagu yang masih dalam kategori ‘hutan sagu’ alami perlu diarahkan menjadi pada pola pengusahaan kebun (estate) sagu. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah memperbaiki jumlah, sebaran, dan komposisi umur, populasi tanaman sagu melalui suatu kegiatan penataan kebun sagu masyarakat. Disamping itu, dalam meningkatkan produksi sagu nasional, dilakukan perluasan penanaman sagu di wilayah-wilayah yang potensial. Dalam rangka meningkatkan pemanfaatannya, juga perlu dilakukan peningkatan proses pengolahan dan pemasaran sagunya.
3
C. Tujuan Tujuan kegiatan ini meliputi: 1. Membuat percontohan dan pendampingan budidaya sagu melalui perluasan dan penataan kebun. 2. Memberdayakan Fasilitator Daerah untuk pendampingan pemberdayaan petani. 3. Meningkatkan pemberdayaan petani melalui pelatihan pemberdayaan. 4. Membuat inisiasi dan pendampingan pengembangan pengolahan sagu di tingkat petani. 5. Pembekalan Pengolahan dan Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk mendukung Pengembangan Sagu (Bimtek Sagu).
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan : 1. Daerah sasaran kegiatan pengembangan tanaman sagu adalah daerah sentra produksi sagu yang diutamakan pada kebun-kebun petani sagu sehamparan; 2. Daerah sasaran kegiatan penataan sagu adalah daerah yang kondisi tanaman sagunya jumlah tanaman per rumpun sudah melebihi atau kurang
4
dari baku teknis, jarak tanamnya tidak sesuai baku teknis, dan petani bersedia melakukannya; 3. Daerah sasaran kegiatan perluasan sagu adalah daerah yang potensial untuk pengembangan sagu dan petani bersedia melakukannya 4. Program inisiasi pengembangan pengolahan sagu dilakukan di tingkat masyarakat, dengan produksi dapat dimanfaatkan masyarakat sendiri dan dipasarkan; 5. Pemberdayaan petani melalui Sistem Kebersamaan Ekonomi (SKE) berdasarkan manajemen kemitraan melalui Pelatihan Fasda di Propinsi 6. Memfasilitasi Kelompok tani untuk tumbuh dan berkembang dalam kelembagaan petani sagu melalui pelatihan dinamika kelompok dan pelatihan-pelatihan lainnya. 7. Petani atau kelompok tani sasaran adalah petani / pekebun / kelompok tani didaerah sasaran seperti pada butir 1, yang telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi diusulkan oleh
5
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat kepada Pemerintah Daerah Propinsi atau Kepala Dinas Propinsi yang membidangi perkebunan; 8. Calon Lahan (CL), adalah lahan milik petani, yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat; 9. Kriteria Calon Petani dan Calon Lahan (CP/CL) dapat diatur lebih rinci dalam Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) yang disusun oleh Provinsi sesuai dengan kondisi wilayah yang ada, kemudian diatur secara spesifik dalam Petunjuk Teknis (JUKNIS) oleh Kabupaten/Kota sesuai kondisi petani dan budaya setempat; 10. Paket bantuan berupa benih siap salur sesuai kebutuhan, sarana prasarana, alat pengolahan sagu, Alat Pertanian Kecil (APK) dan biaya tenaga kerja (HOK), yang pelaksanaannya mengacu sistem kontraktual kepada PEDOMAN PENGADAAN DAN PENGELOLAAN BARANG DAN JASA LINGKUP SATKER
6
DITJEN PERKEBUNAN TAHUN 2014 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, sedangkan biaya tenaga kerja dilakukan secara swakelola; 11. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh petani melalui Kelompok Tani dilaksanakan dengan bimbingan oleh Petugas Daerah yang ditunjuk.
B. Spesifikasi Teknis 1. Benih diadakan secara vegetatif yaitu dari anakan yang tumbuh pada pokok yang sehat. Anakan yang dijadikan bibit berumur minimal 6 bulan atau berbobot sekitar 2-3 kg. Persemaian bibit dilakukan selama kurang lebih 3-4 bulan (sampai memiliki 2-3 daun) sebelum pertanaman ke lapangan untuk memberikan persentase tumbuh bibit yang tinggi; 2. Bibit ditanam di lubang tanaman yang telah disiapkan pada jarak 8m x 8m x 8m atau 9m x 9m x 9m atau 10m x 10m x 10m, tergantung dari jenis sagu yang ditanam. Lubang tanam dibuat dengan
7
ukuran 30cm x 30cm x 30cm. Bagian pangkal bibit dimasukkan ke dalam lubang, kemudian di sekeliling bibit ditutup kembali dengan tanah hasil galian lubang tanam, top soil dimasukkan terlebih dahulu kemudian diikuti sub soil. Tanah di sekeliling bibit agak dipadatkan agar bibit dapat berdiri kokoh dan tegak; 3. Pemeliharaan yang akan dilakukan agar pertumbuhan sagu maksimal adalah: (1) inventarisasi pokok dan penyisipan dilakukan sampai umur satu tahun, (2) pengendalian gulma di piringan pokok (circle weeding) dengan frekuensi 3 bulan sekali, (3) pengendalian hama penyakit sesuai keperluan, (4) pemupukan disesuaikan dengan umur dan (5) penjarangan apabila sudah diperlukan. 4. Tanaman yang dipertahankan untuk penataan adalah tanaman yang memiliki produksi baik, rata – rata di atas 200 kg pati basah/pohon dan bebas dari hama dan penyakit; 5. Benih sagu yang digunakan adalah benih yang sehat, umur benih 3-4 bulan setelah persemaian, bentuk banir (huruf L atau
8
tapal kuda), daun hijau, tidak layu, jumlah daun yang terbuka >2. 6. Spesifikasi APK adalah alat pertanian yang dibutuhkan untuk penataan dan perluasan sagu. C. Metode Pelaksanaan Langkah-langkah pengembangan sagu adalah sebagai berikut :
tanaman
1. Pengembangan Budidaya Sagu (Penataan Kebun dan Perluasan Sagu) a. Metode yang dilakukan dalam kegiatan penataan dan perluasan kebun sagu diantaranya: - Melakukan penataan kebun sagu masyarakat - Melakukan perluasan tanaman sagu baru di lahan masyarakat - Melakukan pendampingan kepada masyarakat b. Penataan dan perluasan kebun sagu masyarakat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
9
-
-
-
-
Sosialisasi rencana kegiatan penataan dan perluasan sagu kepada masyarakat Pelatihan diberikan kepada masyarakat sebelum dilakukan penataan atau perluasan sagu. Pelaksanaan penataan dan perluasan bekerjasama dengan masyarakat. Pendampingan dilakukan dengan intensif terhadap pelaksananaan penataan dan perluasan sagu.
2. Inisiasi pengembangan pengolahan sagu di tingkat masyarakat Tahapan: - Sosialisai Inisiasi pengolahan sagu
pengembangan
- Pengadaan alat pengolahan sagu yang mudah diaplikasikan oleh petani - Pembinaan dan pendampingan terhadap pelaksanaan pengolahan sagu.
10
3. Pelatihan Fasda dan Pelatihan Petani Tahapan: - Tahap persiapan berupa sosialisasi program, penyiapan tim asistensi, survey lapangan dan menyusun program dan materi pelatihan, pemilihan peserta pelatihan - Tahap pelaksanaan berupa pelatihan fasda di propinsi dan pelatihan petani melalui pelatihan dinamika kelompok dan pelatihan lainnya yang diperlukan - Tahap evaluasi 4. Bimbingan Teknis Sagu (Bimtek Sagu) - Koordinasi dengan LAPAN, penyiapan materi dan Pelatih serta peserta pelatihan. - Pelaksanaan Bimtek Sagu berupa pelatihan lanjutan Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk mendukung Pengembangan Sagu (Bimtek Sagu); - Pelaksanaan Bimtek Ground Check, pemanfaatan peralatan pemetaan dan pembuatan peta.
11
III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup 1. Perluasan dan Penataan sagu tahun 2014 dilaksanakan di wilayah dan luasan seperti pada lampiran; 2. Pengadaan benih sagu siap salur, saprodi, alat pengolahan, APK dan HOK; 3. Pengawalan pelaksanaan kegiatan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten serta oleh petugas pusat. 4. Inisiasi pengembangan pengolahan sagu di tingkat masyarakat 5. Pelatihan Fasda di Provinsi dan Pelatihan Petani di Kabupaten (Lokasi terlampir) 6. Pembekalan Pengolahan dan Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk mendukung Pengembangan Sagu (Bimtek Sagu). B. Pelaksana Kegiatan Dengan pertimbangan tujuan keberhasilannya untuk dapat mengkondisikan upaya pengembangan lebih lanjut, kegiatan pengembangan tanaman sagu rakyat dilaksanakan Provinsi, Kabupaten, petani/kelompok tani berkoordinasi dengan Pusat serta instansi terkait lainnya, masing-masing sebagai berikut :
12
1. Kegiatan Pusat a Menyiapkan Pedoman Teknis Pengembangan Sagu. b Menetapkan Tim Teknis. c Melakukan Sosialisasi kegiatan bersama Dinas Perkebunan Provinsi dan Kabupaten serta instansi terkait lainnya. d Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. e Melaksanakan Bimtek Sagu berupa Pelatihan lanjutan pemanfaatan Data Penginderaan Jauh untuk mendukung Pengembangan Sagu bekerjasama dengan LAPAN, kemudian dilanjutkan Bimtek Ground Check, pemanfaatan peralatan dan pemetaan tanaman sagu. f Melakukan pemantauan, monitoring dan pengendalian kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan. g Menyusun laporan perkembangan hasil pemantauan dan pengendalian serta perkembangan kegiatan. 2. Kegiatan Provinsi a Menetapkan Tim pembina Provinsi, melalui surat Keputusan Kepala Dinas yang membidangi perkebunan.
13
b Menjabarkan Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Sagu yang dituangkan dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK) dan atau Petunjuk Teknis (JUKNIS) sesuai kondisi daerah. c Melakukan sosialisasi, identifikasi dan seleksi CP/CL, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi bersama –sama Dinas Kabupaten yang membidangi Perkebunan . d Melakukan Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) bersama Direktorat Jenderal Perkebunan dan Balai Penelitian Palma, PUSLITBANGBUN e Jika Kegiatan merupakan maka penetapan calon calon lahan (CP/CL) Provinsi yang perkebunan.
TP propinsi: petani dan oleh Dinas membidangi
f Menyiapkan dan menyampaikan laporan perkembangan kegiatan Pengembangan Tanaman Sagu secara berkala (triwulan) yang ditujukan kepada Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan.
14
3. Kegiatan Kabupaten a. Menjabarkan Pedoman Teknis kedalam Petunjuk Teknis (JUKNIS). b. Melakukan sosialisasi, identifikasi dan seleksi CP/CL, pemantauan, pengendalian pelaksanaan kegiatan dan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi bersama-sama Dinas Propinsi yang membidangi Perkebunan dan instansi terkait lainnya. c. Jika Kegiatan merupakan TP Kabupaten : maka penetapan calon petani dan calon lahan (CP/CL) oleh Bupati/Walikota atau Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan. d. Membuat dan melaporkan hasil kegiatan perkembangan pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sagu secara berkala (triwulan) dan tahunan sesuai form yang telah ditetapkan kepada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan dan Direktur Jenderal Perkebunan cq Direktur Tanaman Tahunan. 4. Kelompok Tani a Penataan: pembuatan
Penyiapan benih, blok, penjarangan,
15
b
c d e
penyiapan lubang tanam dan penyisipan, pengendalian gulma; Perluasan: penyiapan benih, Persiapan lahan seperti pembersihan lahan dan penyiapan lubang tanam serta pengendalian gulma, penanaman. Penetapan waktu tanaman yang disesuaikan dengan keadaan masingmasing daerah. Pemeliharan tanaman Melaporkan hal-hal yang yang berhubungan dengan penataan dan perluasan kepada Dinas yang membidangi Perkebunan terkait.
C. Lokasi, Jenis dan Volume a. Pengembangan tanaman sagu di areal petani sagu, dilaksanakan oleh Provinsi dan kabupaten/Kota dengan bantuan berupa benih sagu, sarana produksi, APK, HOK, alat pengolahan sagu dan pelatihan; b. Penataan dan perluasan sagu dilaksanakan pada daerah-daerah pertanaman sagu milik petani, dengan luasan seperti lampiran 1;
16
D. Simpul kritis 1) Koordinasi antara Direktorat Tanaman Tahunan, petugas Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten, Puslit/Balit/Instansi terkait, dan petugas lapang. 2) Pemilihan lokasi/CPCL diusahakan lokasi yang mudah dijangkau dan di monitor oleh petugas, sehingga memudahkan pengadaan dan pengiriman bahan tanaman dan sarana prasarana produksi serta evaluasi kegiatan ke daerah tersebut. 3) Ketepatan bahan tanaman (benih sagu) yang disalurkan, dengan pertimbangan bahwa benih merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan kegiatan pengembangan tanaman Sagu; 4) Ketepatan waktu pengadaan dan penyaluran bahan tanaman dan sarana prasarana produksi untuk pengembangan tanaman sagu, sehingga tidak menyebabkan keterlambatan. 5) Teknologi budidaya yang akan diterapkan harus sesuai dengan baku teknis serta kondisi di lapangan.
17
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN Proses pengadaan dan penyaluran bantuan kegiatan pengembangan sagu dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Provinsi (TP. Provinsi) atau Pemerintah Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Kabupaten (TP. Kabupaten) atau pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran, dilakukan proses pengadaan benih unggul bermutu bersertifikat siap tanam dan sarana dan prasarana lainnya. 2. Prosedur pengadaan dan penyaluran mengacu pada Perpres 54 Tahun 2010 berikut perubahannya (Perpres 70 Tahun 2012) serta Pedoman Pengadaan dan Penatausahaan Barang Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Tahun 2014. 3. Kontrak pengadaan benih dan sarana dan prasarana tersebut telah ditandatangani paling lambat akhir triwulan I tahun 2014. 4. Penyaluran benih siap tanam dan atau sarana prasarana lainnya kepada petani paling lambat menjelang awal musim hujan tahun 2014, dengan berita acara serah terima barang sebagaimana format yang telah ditetapkan.
18
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN Kegiatan pengembangan Sagu dilaksanakan secara swakelola dan dengan pihak III (kontraktual) serta bekerjasama dengan instansi terkait. Pembinaan, pengendalian, pengawalan dan pendampingan dilaksanakan melalui jalur struktural dan dilakukan oleh Tim Teknis Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/kota berdasarkan dokumen penganggaran DIPA/POK/ROPAK/SOP serta pedoman teknis. Pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas fungsional. Disamping itu masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat juga berperan untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan tersebut. VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu kepada Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 31/Permentan/OT.140/3/2010, tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman sistem pemantauan, evaluasi dan pelaporan pembangunan pertanian. Dinas yang membidangi perkebunan kabupaten dan provinsi wajib melakukan monitoring,
19
evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Jenis pelaporan a. SIMONEV yang meliputi: • Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; • Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan; • Permasalahan yang dihadapi dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten dan Provinsi; • Format laporan menggunakan format yang telah ditentukan; b. Laporan perkembangan fisik yang sesuai tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/ kelompok tani, desa/kecamatan/ kabupaten, luas areal (target dan realisasi), waktu pelaksanaan, perkembangan, kendala dan permasalahan, upaya pemecahan masalah. c. Laporan akhir kegiatan yang menyangkut seluruh pelaksanaan kegiatan ini.
20
2. Waktu penyampaian laporan: a. SIMONEV yang meliputi: • Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan kabupaten ditujukan kepada provinsi disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. • Pelaporan dinas yang membidangi perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan disampaikan paling lambat setiap tanggal 7 bulan laporan. b. Laporan perkembangan fisik dibuat per-triwulan, ditujukan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat setiap tanggal 5 bulan laporan. c. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat Tanaman Tahunan, Ditjen Perkebunan disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2014.
VII. PEMBIAYAAN Kegiatan Pengembangan Sagu Tahun anggaran 2014 dibiayai APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan Pusat, Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten.
21
VIII. PENUTUP Pedoman teknis ini merupakan acuan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Pengembangan Sagu di Provinsi di Papua dan Papua Barat. Dengan pedoman teknis ini diharapkan semua pelaksana kegiatan baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten dan lokasi dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan secara tertib administrasi dan teknis menuju tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Jakarta, Desember 2013 Direktur Jenderal Perkebunan
22
LAMPIRAN 1. Pengembangan Tanaman Sagu di Provinsi Papua dan Papua Barat Tahun 2014 1 1.1
Pengembangan Tanaman sagu Perluasan Tanaman Sagu
800.00 200.00 1
2 1.3
1.4
1.5
PAPUA BARAT
1
Keerom
2
Mimika
3
Sorong
Penataan Tanaman Sagu 1
PAPUA
1
2
PAPUA BARAT
2
Kab Jayapura, Keerom,Nabire Sorong, Sorong Selatan, Teluk Bintuni
Pelatihan Fasda di propinsi 1
PAPUA
50.00 100.00 600.00 300.00 300.00
2
PAPUA BARAT
1.00 1.00
Pelatihan Petani
6.00
2
Alat pengolahan Sagu
50.00
2.00
1
1.6
PAPUA
1
PAPUA
PAPUA BARAT
Papua Barat
1
Kab Jayapura
2
Keerom
3
Nabire
4
Sorong
5
Sorong Selatan
6
Teluk bintuni
1.00 1.00 1.00
1.00 1.00 1.00
1.00
Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha
Pkt Pkt Pkt
Pkt Pkt Pkt Pkt
Pkt Pkt Pkt
Pkt
23
24