DINAMIKA PROSES PERENCANAAN
PEMB4NGUNAN DAERAH (Suatu KaiiU ten_, PN1ea Pereacaaau Pe•ltupnu Perilwlan M ll...,..ea laJn,.....T_...)
TE SIS Untuk Me•e•ulli Pers)11Ntan "enaperoleh Gelar MaC~ster Alhnlnlllral Pullltk
EL\' THERISIA DARMA NIM: 0620311050
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBUK KEKHUSUSAN PEHENCANAAN PEM&\NGUNAN DAERAH
PROGRAM PASC\SARJANA
UNIVERSITAS BRAWUA\'A MALANG 2007
DINAMIKA PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (Suatu Kajlan tentang Proses Perenauaaan Pem.....,unan Pertkanan dl kabupaten Lampung Ten&ah)
T E SIS Unluk Memenuhi Persyaratan Mernperoleh Gelar Magister 4dmlnistrasl Publik
ELV THERISI4 04RM4 NIM: 0620311 050
PROGRAM STUOI ILMU ADMINISTRASI PUBUK KEKHUSUSAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAEMH
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BRAWUAl'A MALANG 2007
T E SIS DINAMIKA PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( Suatu Kajian Tentang Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah ) oleh :
ELY THERISIA DARMA Dipertahankan di depan penguji Pada Tanggal 16 Agustus 2007 Dan dinyatakan memenuhi syarat
Komisi Pembimbing,
~~~ ,!
I 1
DR. ABD. YULI ANDI GANI, MS
Anggota
Ketua
Anggota
I )
I
'
Malang,
I
( (
'l 3 AUG 2007
DINAMIKA PROSES PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH ( Suatu Kajian Tentang Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah )
Nama Mahasiswa
: ELY THERISIA DARMA
NIM
: 0620311050
Program Studi
: Administrasi Publik
Min at
: Perencanaan Pembangunan Daerah
KOMISI PEMBIMBING
Ketua
: Dr. A. YULI ANDI GANI, MS
Anggota
:Drs. BAMBANG SANTOSO H, MS
TIM DOSEN PENGUJI
Dosen Penguji 1
: Prof. Drs. ISMANI HP, MA
Dosen Penguji 2
: Drs. SARWONO, M.Si
Tanggal Ujian
: 16 AGUSTUS 2007
SK Penguji
/J.1 0.1.14/AK/2007
PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah TESIS ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (MAGISTER) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ( UU NO: 20 Tahun 2003, Pasal25 ayat 2 dan pasal70)
Malang, 16 Agustus 2007 Mahasiswa,
SlA.DARMA Nama : ELY.. NIM :0.6.203.1.0.50 ........... . PS :l~.~.l:! . ~t;?M~~~~I~f.'SI PUBLIK PPSUB
1UW.J\ }J.J\T W'D1l'P
'Efy Tlierisia 'Darma, os Januari :J{asan
'Dewi.
'Pendldlk.an S'DN 3 'Panjang 11tara, 'Banaar Lamyung
S:M.J\N
3
aan
ibu
Xema[a
S.Jvl'PN 2 'Banaar Lamyung [u[us taliun
'Banaar Lamyun!J [u[us taliun
'Perik.anan 2ooo.
1990,
(.J\[m)
anak. k.eaua aari
ayali
[u[us taliun
'Darmawan
1978,
11niversitas
'Brawijaya
1996,
:Ma[ang
1993,
aan J'aku[tas {ufus
taliun
'Penga[aman k.erja sebagai 'P:NS yaaa 'Dinas 'Peternak.an
aan 'Perik.anan Xabuyaten Lamyung 'Tennali yaaa tafrun 2002
samyai sek.arang.
:Ma[ang,
.J\gustus 2007
1Jenu[is
lll
'"'... dan 1(ami tefali mengliifa1lfJkszn darimu 6e6anmu, yang mem6eratkg.n punggungmu? dan 1(ami ti1l{jgikg.n 6agimu se6utan (nama)mu. 1(arena sesu1l{jgulinya sesudali ~suCitan itu ada ~mucfalian... "
(QJ. )tf-Insyirali 2-5)
"Jika Katnu berada disore hari, jangan engKau rnenunggu pagi hari, dan jika engKau di pagi hari, janganlah rnenunggu sore hari, atnbillah persiapan saat engKau sehat, untuk rnenghadapi rnasa sakittnu dan saat hiduprnu untuk sesudah Ketnatianrnu." CHR 'BUkhOri)
KarYa Siswa ini kupersembatJkan kepada: Drs. Hasan Darmawan C4tmJ dan Kemata Dewi Kedua orang tuaKu tercinta
IV
KATAPENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala, atas
limpahan
rahmat,
taufik
dan hidayah-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tulisan tesis yang beijudul: "Dinamika Proses Perencanaan Pembangunan Daerah (Suatu Kajian Tentang Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah). Penulis menyadari dan mengakui bahwa apa yang penulis sajikan dalam bentuk karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan. Hal ini tak lain disebabkan keterbatasan yang penulis miliki, baik dari segi waktu maupun minirnnya informasi yang penulis peroleh mengenai permasalahan yang sedang dikaji, disamping karena terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Penulis menyadari sangat banyak pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam memberikan bimbingan, arahan dan dorongan. Oleh karena itu pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Yth: 1. Kepala Bappenas di Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Brawijaya Malang melalui Program Beasiswa Tailor Made; 2. Kepala Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah beserta seluruh staf, yang telah memberikan kesempatan dan dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Brawijaya Malang;
v
3. ProfDr.Suhadak,M Ec. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya Malang; 4. Bapak Drs. Andy Fefta Wijaya, MDA,Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Program Pascasarjana Universitas Brawijaya. 5. Bapak Dr. A.Yuli Andi Gani, MSi selaku Ketua Komisi Pembimbing. Sebagai seorang ilmuwan yang memiliki khasanah wawasan luas yang telah dengan sabar dan tulus mengarahkan, membimbing, memotivasi kepada penulis untuk senantiasa belajar dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tesis. 6. Bapak Drs.
Bambang SH, MS selaku Anggota Kornisi
Pembimbing.
Sebagai seorang ilmuwan yang memiliki khasanah wawasan luas yang telah dengan sabar dan tulus mengarahkan, membimbing, memotivasi kepada penulis untuk senantiasa belajar dan mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tesis. 7. Para Dosen Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Publik Kekhususan Perencanaan
Pembangunan
Daerah
Program
Pascasarjana
Universitas
Brawijaya 8. Mbk Lita, Mbak Etna, Mas Indra, terima kasih atas persahabatan dan kasih sayang yang kalian berikan kepada penulis. 9. Rekan-rekan penulis pada Program Studi Magister Ilmu Administrasi Publik kekhususan Perencanaan Pembangunan Daerah kelas Tailor Made pada Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang serta pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan dan ikut berperan dalam memperlancar penelitian dan penulisan tesis Inl.
VI
10. Sujud sungkem dan terima kasih yang dalam penulis persembahkan kepada Ibunda Kemala Dewi, ayuk dan adik tercinta, keponakan-keponakanku yang nakal dan lucu (Wijaya dan Anil) atas dorongan yang kuat, kebijaksanaan dan do'a
11. Sujud sungkem dan terima kasih kepada Ayahanda Hasan Darmawan (Aim), terima kasih atas do' a ayah dan semoga ayah bahagia karena ananda sudah memenuhi harapan ayah yang terakhir. Akhir kat a, penulis men do' akan semoga Allah S WT menerima amalan dan memberikan balasan yang setimpal atas ilmu, jasa motiYasi, dukungan dan seluruh pengorbanan yang diberikan kepada penulis. Amin Ya Robbal •Alamin.
Malang,
Agustus 2007
Penulis
VII
DAFTAR
lSI
Halaman Judul .................................................................................. .......... . Lembar Pengesahan . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . .. . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . .. . . .. . . . . .. .. . . . . .. . . . .. . . . .. . . . . . . . . . .. . .
11
Riwayat Hid up............................................................................... ..............
m
Halaman Persembahan. .... .... ..... ..... .. .. ..... .... ...... ... ... .. ... . ...... ... ... .. .... ...... ... ....
IV
Kata Pengantar . . . . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . .
v
Daftar lsi . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . .. . . . . . .. . . . .. . . . . .. . . . .. . . . . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .
vni
Daftar Gambar...................................................................... .......................
xi
Daftar Tabel. ..................................... ..... ............. .............. .... .............. ........
xn
Ringkasan. ... . . .... .. . .. ...... ... ... . . . ... .. . . ...... .. .. .. . . ...... ... . . ... .. . . . . ... .. . . . ... . . ... . . . .. ... . . ...
xni
Summary................................................................... ..................................
XIV
PENDAHULUAN.......................................................................
1
BAB I
BAB II
1. 1
Latar Belakang .................................................................. .
1.2
Rumusan Masalah . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. . . . . . .. .
9
1.3
Tujuan Penelitian...... ..... ......... ............. ..... .... ..... ............. ....
I0
1.4
Manfaat Penelitian..............................................................
11
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................
13
Perencanaan............................................................... .........
13
2.1.1
Pengertian Perencanaan...........................................
13
2.1.2
Nilai-nilai dan Substansi Perencanaan .... .... ......... ....
14
Perencanaan Pembangunan Daerah.....................................
16
2.3.1
Pembangunan Daerah..............................................
16
2.3.2
Konsep Perencanaan Pembangunan Daerah.............
17
Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Masyarakat....
24
2.3.1
Pembangunan Masyarakat.......................................
24
2.3.2
Perencanaan Pembangunan Partisipatif ...................
28
Perencanan Pembangunan Perikanan ..................................
36
2.1
2.2
2.3
2.4
2.4.1
Konsep Keberlanjutan dalam Pembangunan Perikanan . . . .. . . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .
Vlll
36
2.4.2
Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumberdaya Perikanan................................................................
2.4.3
39
Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan Perikanan . ..... .... ......... ......... ..... .... ....
42
Penelitian Terdahulu.......... ........................... .............. ........
44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................
54
3.1
Jenis Penelitian .... .. ... ... . ..... ... ...... ..... .... ...... ... ... .... ... .. ..... .. ...
54
3.2
Fokus Penelitian ........... ................................ ..... ..... ............
55
3.3
Lokasi dan Situs Penelitian ..... ...................... ..... .................
56
3.4
Sumber dan Jenis Data........................................................
59
3.5
Instrumen Penelitian ................... ..... .................. ......... ..... ...
62
3.6
Teknik Pengumpulan Data..................................................
62
3.7
Analisis Data......................................................................
67
3.8
Keabsahan Data..................................................................
70
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....... ...... ..... ..... ...
75
Gambaran Urn urn Kabupaten Lampung Tengah.. ... ..... ..... .. .
75
4.1.1
Geografi dan Administrasi Wilayah .. .... . .... ..... .. ..... .
75
4.1.2
Penduduk................................................................
77
4.1.3
Gambaran Umum Perikanan di
2.5
4.1
Kabupaten Lampung Tengah................................... 4.1.4
4.2
84
Profil Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah...................................
91
4.1.4.1 Tugas Pokok dan Fungsi................................
9I
4.1.4.2 Struktur Organisasi........................................
94
4.1.4.3 Sumberdaya Man usia....................................
95
4.1.4.4 Program Prioritas. .. ..... .. .. .... . .... ..... ... . .... . ........
96
Data Fokus Penelitian..... ... .. ... .... ..... .. .. ... .. .... ..... ..... .. .. .... . ... I 0 I 4.2.1 Identifikasi Stakeholders dalam Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kab.Lampung Tengah....
IOI
4.2.1.1 Musrenbang Desa..........................................
I 09
IX
4.2.1.2 Musrenbang Kecamatan . ..... .... ..... .... ..... .... .... 113 4.2.1.3 Forum SKPD................................................. 118 4.2.1.4 Musrenbang Kabupaten................................. 122 4.2.2 Interaksi Stakeholders dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kab.Lampung Tengah. ... 131 4.2.2.1 Musrenbang Desa.......................................... 132 4.2.2.2 Musrenbang Kecamatan . .................. ..... .... .... 137 4.2.2.3 Forum SKPD................................................. 143 4.2.2.4 Musrenbang Kabupaten................................. 155 4.2.3 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah...................................................... 159 4.3
Pembahasan ....... ..... ....... .. ..... .... ..... .... ..... ......... .... ..... ..... ... 162 4.3.1 Identifikasi Stakeholders dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kab.Lampung Tengah.... 162 4.3.2 Interaksi Stakeholders dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kab.Lampung Tengah .... 180 4.3.3 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah ...................................................... 204
4.4
Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu.... ... . .... . ...... ... ... 210
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 218
5.1
Kesimpulan
218
5.2
Saran
221
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 225
X
DAFTAR
No.
GAMBAR
Hal.
Judul
I.
Komponen-Komponen Analisis Model Interaktif........................... ....
67
2.
Peta Potensi Perikanan Kab. Lampung Tengah.. .. . . . .. . . . .. . . . .. . . . . .. . . . . . . . . . . .
85
3.
Jadwal Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan............
108
4.
Peserta Musrenbang Kecamatan........................ .................................
116
5.
Peserta Musrenbang Kabupaten .......................................... ...............
122
6.
Pem·akiian Perempuan dalam Musrenbang Kecamatan......................
140
XI
DAFTAR
No.
TABEL
Hal.
Judul
1.
Temuan Penelitian Terdahulu ................ oo .. 00 ............ 00 ............ 00 .. 00.... ...
52
2.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ...... oo .. oo ................ oo ........ 00..
81
3.
Jumlah Penduduk Umur 7-18 Tahun oo ................ OOOOOOOOOOOOOOOOOOOoOOOOOOOOooOO
82
4.
Angka Pengangguran Terbuka Kab.Lampung Tengah 2001-2005 000000
83
5.
Produksi dan Nilai per Jenis lkan OOOoOO 000000000000000000 oooooooooooooooooooooooooooo 000
89
6.
Sumberdaya Manusia Dinas Petemakan dan Perikanan Lampung Tengah T A.2006. ....... ... ......... .. ........ ... .. ... .. ........ ... ... .. .. .... ..
95
7.
Ruang Lingkup Perencanaan Berdasarkan UU No.25/2004................ 101
8.
Jadwal Musrenbang Kab.Lampung Tengah Tahun 2007000000000oOOOOOoOOOOO 108
9.
Daftar Nama Delegasi Kecamatan pada Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten Kecamatan Bandar Surabaya 00 00 .. 00 00 00 00 00 00 00 00.. 117
10.
Peserta Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2007 00 .. oo 00.. 129
11.
Daftar Us ulan Masyarakat Desa Cabang dalam Musrenbang Desa..... 134
12.
Hasil Musrenbang Kecamatan Bandar Surabaya 00 ............ 000000............ 141
13.
Matrik Kelompok!Perorangan/Perusahaan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah oooooo ..... oo ........ oo .................. oo ..... oo ..... oooo ... oo .... oo......... 145
14.
Daftar Nama-nama PPL Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah ............................................................................... 147
15.
Renja Dinas Petemakan dan Perikanan (Kegiatan Perikanan 2007) Kab. Lampung Tengah....................................................................... 150
16.
Matrik Perbandingan Penelitian Terdahuluoo ............ 00 .. 00 ........ 00 .... 00 00... 211
Xll
RINGKASAN
Agustus 2007. Ely Therisia Danna, Program Pascasatjana Universitas Brawijaya, Dinamika Proses Perencanaan Pembangunan Daerah (Suatu Kajian Tentang Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah). Komisi Pembimbing: Ketua: DR. Drs. A.Yuli Andi Gani, MS, Anggota: Drs. Bambang SH, MS. Indonesia, sebagai negara kepulauan memiliki kawasan pesisir yang luas dan diperkirakan 60% dari nelayan di desa rata-rata pendapatannya masih di bawah kebutuhan. Rendahnya taraf hidup nelayan ini dikarenakan pengelolaan dan pengembangan potensi perikanan dan kelautan belum sepenuhnya berpihak kepada nelayan kecil yang hidup di sekitar pantai sebagai upaya untuk peningkatan pendapatan mereka. Dengan adanya perubahan paradigma pembangunan yaitu dari pembangunan yang berorientasi kepada masyarakat menjadi pembangunan yang bertumpu/ berpusat kepada masyarakat (people centered), setiap tahap pembangunan termasuk perencanaan harus melibatkan masyarakat. Mekanisme perencanaan dilakukan secara berjenjang melalui forum musrenbang, diharapkan aspirasi masyarakat dapat tersalurkan mulai dari desa, kecamatan dan kabupaten yang akhirnya dapat terealisasi dalam kebijakan daerah. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah yang dikembangkan melalui forum Musrenbang ini memang dapat menyerap aspirasi masyarakat (di tingkat desa/kelurahan), tetapi dinilai tidak dapat menghantarkan aspirasi tersebut hingga ke level kabupaten. provinsi dan pusat. hal ini terlihat dari dokumen perencanaan (RKPD) belum mencerminkan aspirasi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis. identifika..si stakeholders perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Teqgah; interaksi proses dalam antar stakeholders dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di kabupaten Lampung Tengah dan kendala-kendala dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data berasal dari informan dan dokumen. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis interaktif (miles dan huberman), meliputi: reduksi data, penyajian data. dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (I) proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan pendekatan top-down. bottom-up dan partisipasif melalui forum musrenbang dan melalui Dinas Peternakan dan Perikanan. dan aktor yang terlibat dalam perencanaan yaitu Pemkab Lampung Tengah. Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya, Pemerintah Desa Cabang. BPD dan masyarakat desa (nelayan). Sedangkan target group berupa society adalah lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM). lembaga swadaya masyarakat (L SM). tokoh masyarakat (2) Pol a interaksi yang terjadi adalah linear dimana yang mendominasi dalam proses perencanaan pembangunan perikanan adalah pemerintah (birokrasi); (3) Faktor penghambat yang dominan dalam proses perencanaan pembangunan perikanan adalah faktor pendanaan. Peneliti memberikan saran sebagai berikut: (l) scbaiknya aktor yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan ini memperbaiki pola interaksinya menjadi hubungan timbal balik yang dapat menguntungkan semua pihak. terutama masyarakat dan pemerintah desa; (2) Pemdes harus memaksimalkan potensi diri. serta memperbaiki mentalnya setelah diberikan kepercayaan oleh Pemkab untuk melaksanakan musrenbang desa. schingga perencanaan bottom up dapat terwujud; (3) proses penyusunan rencana pcmbangunan lcbih diarahkan untuk menghasilkan rencana - rencana pembangunan yang nantinya dapat dibiayai oleh investor, (4) aparat perencana struktural yang ada agar ditingkatkan kemampuan dan kompetensinya dalam mclakukan perencanaan.
Xlll
SUMMARY Ely Therisia Darma, Postgraduate Program of Brawijaya University, August 2007. Regional Development Planning Process Dynamic (A Review on Fishery Development Planning Process at Central Lampung Regency). Supervisor: DR.Drs. A. Yuli Andi Gani, MS. Co-supervisor: Drs. Bambang SH, MS Indonesia has been acknowledged as wide open coast region with 60 % its rural fishermen manage the region for their averagely income under the demand. Lower fishermen life standard remains due to the partiality of marine and fishery potential development and management away from underclass fishermen inhibiting coastal area where they rely on this site to develop their income. Development paradigm transition from public-oriented development to people-centered development leads the development stage, likes planning, to include public. Planning mechanism develops gradually through musrenbang forum to function as channeling the aspiration of public from village, subdistrict, and regency, and finally to arrive at regional policy. This construct clarifies that regional development planning built fro Musrenbang forum indeed absorbs public aspiration (in village/orchard levels) but doesn't seem capable to continue this aspiration up to regency, province, and central levels, as illustrated by planning document (RKPD) that it doesn't yet reflect public aspiration. Research aims at describing, analyzing, identifying stakeholders in the fishery development planning process in Central Lampung Regency: interaction between stakeholders in the fishery development planning process in Central Lampung Regency and the constraints occurred during fishery development planning process in Central Lampung Regency. Method of research includes descriptive study with qualitative approach. Data source emanates from informants and documents. Data collection considers interview and documentation. Data analysis concerns with Miles and Huberman's interactive analysis covering data reduction, data presentation, and conclusion remark. Results of research indicate that (l) fishery development planning process in Central Lampung Regency emphasizes top-down, bottom-up and participative approaches run through musrenbang forum and Fishery and Husbandry Officials. Actors involved within planning involve the government of Central Lampung Regency, the government of Bandar Surabaya Subdistrict, the government of Cabang Village, BPD, and rural community (fishermen). Target group as society entails public empowerment agency (LPM), nongovernment organization (NGO), public patronage: (2) interaction pattern emerged appears linear where the dominator of fishery development planning process relates to the government (bureaucracy); (3) the most dominant factor affecting fishery development planning process has been funding. According to these results, research suggests that: (I) the actors involved within fishery development planning process should improve their interaction pattern to become reciprocal relationship to benefit all parties, including public and rural government: (2) the government of village must maximize their self-potentialities and mentalities after given a trust by the government of Regency to organize village musrenbang, such that bottom-up planning comes true; (3) development planning process gives more focuses on development planning funded by investor; (4) structural planning officers should improve their capability and competence of planning.
XIV
I.JM.TM. IVIM.L.VVI.JM.TM.It:H"VWVI.JM.TM. IVIM.V\M•.> UI'IIV t: f"(;:,IIM.;:, 01"(/\VVI..JM.TM. MM.LJ\NI..:> Ul"iiVt:I"(;::,II M.;::, 0 1"(1\VVIJJ\ YJ\ MJ\LANI..:> U NIVI::K:SIIA-:5 Of
IJAYA MALWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA MAAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA BRAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITA S BRAWIJAYA MALANG IJAYMRAWIJAYA lBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYAARAWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI3RAWIJ.V1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AWIJ.P3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI'3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG RAIJ\ft3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG A tv'1111'3RAWIJ.Ii1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSITAS BRAWIJAYA MALANG A AIJ\ft3RAWIJA'ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWBRAWIJN1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWI.RAWIJAYA I
ll.t-RA\oi8RAWIJAYA r.BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9 3RAWLRAWIJA.AUBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG
3RAWI.RA\WIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANd ARAWI.JRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN~~~ S BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALAN9
3RAWI3RAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA
WIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW IJAYA MALANG
J RAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW JRAWIJ RAWIJAYA GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS B JRAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UN IVERS IT. J RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MA LANG UNIVER IJAYA
~AWIJAYA
.tL
r8RAWIJAYA MALANG U
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALAN
r-
·:~
~
47~~
J. .·
~
~~
f,JI. ~
,., ~
• ,.. ,:.;:_ ~
~
IJAYA '{AWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
• , , to.
WIJAVRAWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
YA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG ALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9
9 9
ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
A::/
Q
IJAYA \AWIJAYA fi3RAWIJAYA MALAN
ICq AI
8~tq#V ~
s~
~ ~·
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALA RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALA
~
END I0 I
~~ ~:f ~s
~«)
IJAYA ~AWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG UNI\1.
0
1 . :..
•
4'
f
~
·' II' · o~~ ~~
~
"1'..40~~ \
'l!a
,.
VERSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITA3 BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSI TAS BRAWIJAYA MALAN VERSITAS BRAWIJAYA MALAN IVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AWIJA">RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG
NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MA~ f'ORAWIJAYA MALANG U \1\RAWIJAYA MAL taRAWIJAYA MALANG UN
G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
VIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNI 1/\RAWIJAYA MA~ taRAWIJAYA MALANG UNIVE
f
•
•
t
NIALANG
NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ALANG UNIV ERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MAL I\3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS E:RAWIJAYA MALAN WIJ.NVIJAYA MALII3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~
\1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN lf.lllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
f \1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAl AN "f-\1\RAWI JAYA Ml'A r8RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALM~ AVIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALAaRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AV1RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
"- rdRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ).. MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~ MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'tiJAYA \AWIJNIALAd RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN 'MAWI .RAWIJA1RA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'MAWI,RAWIJAIRtiG RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN fl. MAWI.RAWI JAIRABRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
.WIJAYA ~AWIJAYA 113RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAL.A.NG UNIVERSITAS BRAWI.JAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN .WIJAYA \AWIJAYAIBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI fAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BHAWIJAYA MAl AN
.WIJAYA \AWIJAYA taRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAlANG UNIVERSI TAS BRAWIJAYA MALAN ~WI .IJ\l RAWI JAYii.J B RAWIJAYA MALANG UN IVERS I fAS BRAWIJAYA MAl ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSI'TAS BRAWIJAYA MAl AN
~AWIJNRAWIJA M~GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE:RSITAS BRA\'VIJAYA MALAN NV R ITA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI1AS BRAWIJA'rA MALAN 'iAWIJ8RA'.JAYA MA3RAWIJAYA MALAN
BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi nasional saat ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk miskin. Keadaan demikian diperkirakan masih terus berlanjut dan akan menjadi lebih parah apabila tidak ada penanganan yang serius dan tersistem. Tingkat kemiskinan di Indonesia tahun 2005-2006 menurut Berita Resmi Statistik No.47/IX/I September 2006 dinyatakan bahwa jumlah penduduk yang berada pada garis kemiskinan di Indonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39.05 juta.
Dimana
masyarakat yang menderita kemiskinan tetap didominisasi oleh petani. nelayan dan buruh. Indonesia, sebagai negara kepulauan memiliki kawasan pesisir yang luas dan diperkirakan 60% dari nelayan di desa rata - rata pendapatannya masih di bawah kebutuhan. Rendahnya taraf hidup nelayan ini dikarenakan pengelolaan dan pengembangan potensi perikanan dan kelautan belum sepenuhnya berpihak kepada nelayan kecil yang hidup di sekitar pantai sebagai upaya untuk peningkatan pendapatan mereka. Kegagalan pembangunan yang dilakukan pemerintah tersebut telah membuat banyak pihak sadar bahwa perlu adanya perubahan yang mendasar baik dari perencanaan pembangunan, strategi pembangunan dan sistem pemerintahannya. Seiring dengan derap demokratisasi dalam berbagai sendi kehidupan sosial, ekonomi dan politik saat ini, proses pembangunan mulai menampakkan perubahan yang mendasar. Sifat yang semula top-down dan merupakan urusan pemerintah semata,
2
baik pusat maupun daerah, berangsur-angsur menjadi kegiatan masyarakat, dengan motor penggerak elemen masyarakat dan kelompok kepentingan. Pengikutsertaan publik dalam proses penentuan kebijakan dianggap sebagai salah satu cara yang efektif guna menampung dan mengakomodasi berbagai kepentingan yang beragam tersebut. Dengan kata lain, upaya pengikutsertaan publik yang terwujud melalui perencanaan partisipatif (top-down dan bottom-up) dapat membawa keuntungan subtantif dimana keputusan yang diambil akan memberi sebuah rasa kepuasan dan dukungan publik yang cukup kuat terhadap suatu proses pembangunan.
Sehingga keterlibatan masyarakat menjadi salah satu syarat yang
penting dalam pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian keputusan tidak hanya ditentukan oleh teknokrat dan birokrat semata, tetapi mulai memasuki ranah publik dan masyarakat awam. Pembangunan diartikan sebagai sebuah proses perubahan untuk mencapat suatu kondisi yang lebih baik dan lebih bermakna, maka dalam proses pembangunan akan meliputi tahap-tahap : perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Oleh karena itu perencanaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan. Dengan suatu perencanaan yang baik kita dapat lebih mengoptima!kan pemanfaatan sumberdaya, baik sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Perencanaan daerah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan berbagai sumberdaya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap dan tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencana dengan objek perencanaan dapat menjamin
3
keseimbangan antara prioritas nasional dengan asp1ras1 lokal dalam perencanaan pembangunan daerah. (Kuncoro, 2004:40). Berdasarkan uraian di atas dapat diintrepretasikan bahwa agar perencanaan daerah yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan, hendaknya harus dipilih altematif-altematif kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan menggunakan sumberdaya yang ada secara optimal.
Selain itu baik
perencanaan maupun tujuan yang akan dicapai harus realistis dan dapat dicapai. Agar hal tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka para perencana harus memahami dan mengerti akan kondisi masing-masing daerahnya. Sebagaimana dikemukakan Riyadi (2004:43) bahwa perencanaan pembangunan daerah dalam pendekatan ini merupakan perencanaan pembangunan pada suatu jurisdiksi ruang atau wilayah tertentu yang dapat digunakan sebagai bagian dari pola perencanaan nasional. Pembangunan daerah walaupun pada hakekatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional, tetapi dalam konteks yang lebih mikro harus ditempatkan sebagai sebuah proses yang tidak harus seragam sehingga menjadi sama persis dengan kebijakan dan program-program pembangunan yang telah ditetapkan secara nasional.
Dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah merupakan
salah satu instrumen yang menjadi kunci keberhasilan daripada pelaksanaan pembangunan di daerah. Pemikiran seperti ini tidaklah berlebihan karena untuk melaksanakan pembangunan di daerah diperlukan berbagai tahapan yang pada dasamya dimulai dari kegiatan perencanaan. Baik atau buruknya perencanaan yang ditetapkan tentunya akan
berdampak terhadap keberhasilan atau
pembangunan daerah itu sendiri.
kegagalan
4
Dengan adanya UU No. 22/1999 yang diganti dengan UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, dimana masing-masing daerah Kabupaten dan Kota memiliki kewenangan yang cukup luas untuk membuat perencanaan pembangunan diwilayah masing-masing, diharapkan terjadi perubahan paradigma dari sentralisasi menjadi desentralisasi, dari budaya petunjuk menjadi penekanan prinsip demokrasi, prakarsa dan aspirasi masyarakat daerah. (Kuncoro, 2004:41 ). Perubahan pada sistem pemerintahan yang lebih desentralistis ini membawa implikasi positif dan negatif di tiap aspek kehidupan pemerintah maupun kemasyarakatan. Menurut Abe (2005:8) segi positif desentralisasi antara lain: l.Bagi pemerintah pusat, desentralisasi tentu akan menjadi jalan (wahana) yang mengurangi beban pusat; 2.Program atau rencana-rencana pembangunan yang hendak diwujudkan, akan lebih realistik, lebih mengena dan lebih dekat dengan kebutuhan lokal: J.Memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk belajar mengurus rumah tangganya sendiri dan dengan demikian belajar untuk dapat menangkap dan merumuskan aspirasi masyarakat setempat; 4.Dengan adanya pemberian kewenangan, maka berarti akan membuka peluang bagi keterlibatan rakyat dalam mengontrol jalannya pemerintahan, hal ini dapat meningkatkan pengertian dan keterampilan masyarakat. lmplikasi positif dari otonomi daerah ini adalah banyak daerah berupaya menciptakan transparansi kebijakan di sejumlah bidang melalui penggunaan media. Sejumlah daerah lain mendorong dan membiarkan terbentuknya forum-forum warga yang berfungsi sebagai mitra pemerintah dalam merencanakan pembangunan sekaligus mengontrol jalannya pembangunan dan pemerintahan. Sedangkan implikasi negatif dari otonomi daerah yang terlihat jelas adalah perbenturan kepentingan antara propinsi dengan kabupatenlkota, maupun antara pemerintah daerah (propinsilkabupatenlkota) dengan departemen atau pemerintah pusat dalam mengelola sejumlah kewenangan seperti : hutan, sumberdaya air, batas
5
wilayah, tempat rekreasi, pelabuhan dan eksploitasi laut. Pada dasamya konflikkontlik
sumberdaya alam
berhubungan
dengan
pembagian
batas wilayah
administrasi dan terjadi perbedaan potensi alam didalam wilayah yang diperebutkan tersebut.
Pada level regional, perselisihan pengelolaan sumberdaya disebabkan
pemerintah daerah merasa memiliki sumberdaya alam pada batas tertentu dan mengklaim suatu wilayah yang berpotensi untuk dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan bagi daerahnya. Pada awal diberlakukannya UU No.22/1999 konflik ini banyak terjadi karena masih kuatnya rasa kedaerahan dan disamping adanya penafsiran yang kurang tepat terhadap undang-undang tersebut. Dalam kegiatan perikanan, konflik antar nelayan sering terjadi untuk memperebutkan sumberdaya ikan yang jumlahnya terbatas.
Hal
tersebut terjadi
karena
karakteristik
sumberdaya
perikananan yang bersifat terbuka dan adanya penafsiran dari masyarakat nelayan berupa bentuk pengkaplingan daerah tangkapan ikan antar nelayan kabupaten dimana suatu komunitas nelayan berhak atas suatu wilayah laut tertentu dan berimbas munculnya konflik antar nelayan. Kontlik penguasaan sumberdaya alam antar daerah
ini sekaligus sebagai wujud belum terbentuknya networking
pembangunan antar daerah. (Satria, Arif dkk, 2002:67) Adanya konflik antar nelayan tersebut, harus diakui bahwa wewenang yang jauh lebih besar bagi daerah tersebut hanya dinikmati oleh elit politik dan birokrasi kabupatenlkota (bupati, anggota DPRD Kabupaten dan sebagian pejabat), dan hampir tidak dirasakan oleh masyarakat perikanan, dimana nelayan tidak dapat menyalurkan aspirasinya dalam mengelola sumberdaya perikanan.
6
Oengan berlakunya UU No.32/2004 tentang pemerintahan daerah dan UU No.33/2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang lebih menjamin pelaksanaan asas desentralisasi, maka sudah pada tempatnya bila pelaksanaan otonomi daerah lebih berpihak kepada kepentingan daerah sehingga sistem, mekanisme dan format perencanaan pembangunan yang ada di daerah harus segera disesuaikan dengan batas-batas kewenangan dan kebutuhan masing-masing daerah. (Arsyad, 1999:24). Perencanaan pembangunan daerah agar sesuai dengan yang diharapkan maka, dikeluarkan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan sudah dijabarkan dengan suatu aturan {pedoman) pelaksanaan yaitu Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri No.0008/M.PPN/ 01/2007 dan 050/264A/SJ tanggal 12 Januari 2007, peri hal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2007.
Dimana mekanisme perencanaan dilaksanakan secara berjenjang,
yakni mulai dari tingkat desa I kelurahan, kemudian dilanjutkan dengan forumforum serupa di tingkat yang lebih tinggi.
Berbagai tahapan musrenbang tersebut
berfungsi untuk menjaring aspirasi masyarakat, mengidentifikasi
pennasalahan,
menampung usulan-usulan kegiatan pembangunan, membahas dan menghasilkan daftar prioritas usulan-usulan kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya. Dengan mekanisme tersebut diharapkan dapat menghasilkan
suatu
perencanaan
pembangunan
yang "sempuma",
dalam
arti mencakup semua bidang pembangunan secara proporsional dan sesuat dengan yang dikehendaki masyarakat.
7
Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa dalam forum Musyawarah Perencanaan
masyarakat
dalam
pembangunan mengalir dari tingkat desa sampai ke tingkat kabupaten.
Hal ini
dapat
Pembangunan
dikatakan
bahwa
(Musrenbang),
forum
aspirasi
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang) merupakan wadah yang representatif di desa!kelurahan guna menyalurkan aspirasi masyarakat ke jenjang yang lebih tinggi. Kabupaten Lampung Tengah dalam perencanaan pembangunan daerah telah melaksanakan model perencanaan melalui pendekatan top-down dan bottom-up dan partisipatif yang
dikembangkan
melalui
Pembangunan (Musrenbang). Namun,
forum
Musyawarah
kenyataan dilapangan (di
Perencanaan Kabupaten
Lampung Tengah), mekanisme atau proses perencanaan dengan model partisipatif yang dikembangkan melalui forum Musrenbang yang sebenamya dimaksudkan untuk membuka keterlibatan (partisipasi) masyarakat temyata kurang atau bahkan tidak berfungsi secara optimal. Beberapa orang warga masyarakat dan perangkat desa serta anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) menyatakan bahwa selama ini usulan mereka tidak pemah didengar oleh pemerintah daerah dan tidak pemah terealisasi.
Dari
pemyataan
tersebut
dapat
dikatakan
bahwa
perencanaan
pembangunan daerah yang dikembangkan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) ini memang dapat menyerap aspirasi masyarakat (di tingkat desa/kelurahan), tetapi dinilai tidak dapat menghantarkan aspirasi tersebut hingga ke level kabupaten, provinsi dan pusat. Proses
perencanaan
pembangunan
perikanan
dalam
pelaksanaannya
temyata, banyak aspirasi petani ikan/nelayan belum terealisasi. Hal ini sesuai pendapat Nikijuluw,dkk (2002:29-42) dimana:
8
"Stakeholders perikanan merasa diabaikan ketimbang dilibatkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan partisipasi mereka masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari peran masing-masing stakeholders dalam pengelolaan (rehabilitasi) hutan mangrove, bahwa belum seluruh stakeholders yang berada di desa berpartisipasi sesuai dengan perannya. Dimana responden dari PNS/Swasta atau petambak yang juga menjadi anggota BPD (Badan Perwakilan Desa), nelayan dan buruh umumnya masih rendah". Fenomena yang terjadi di Kabupaten Lampung Tengah yaitu usulan dan ide langsung dari masyarakat masih amat terbatas. Banyak alasan yang ujungnya membatasi peran masyarakat dalam proses perencanaan melalui musrenbang desa, musrenbang kecamatan hingga musrenbang kabupaten. Dominasi birokrasi amat kuat. dari 200 peserta musrenbang kabupaten, 100 orang lebih adalah birokrat (Setya, 2007). Ketidak-efektifan pelaksanaan musrenbang m1 diungkapkan JUga oleh Sultoni (Radar Lampung, 26 Januari 2007), yaitu : "Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahun anggaran 2007, dinilai tidak berjalan secara maksimal. Karena ban yak aspirasi dari masyarakat di tingkat desa yang tidak tercantum dalam Berita Acara Penandatanganan (BAP). Distorsi itu antara lain berupa absennya partisipasi publik dalam perencanaan, pengesahan, implementasi dan auditing, masih berlakunya pendekatan teknokratis dan politis, kemudian pengambilan keputusan terjadi di ruang privat birokrat dan politisi tanpa adanya proses transparansi". Dari uraian dan penjelasan di atas, fenomena dan penilaian tersebut mungkin benar terjadi secara umum dan terjadi pula di Kabupaten Lampung Tengah, sehingga proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah menjadi menarik untuk dikaji dan diteliti. dijadikan
input
dalam
proses
formulasi
kebijakan
pembangunan perikanan di masa yang akan datang.
Selanjutnya, dapat
tentang
perencanaan
9
1.2 Rumusan Masalah Untuk mewujudkan pembangunan daerah demi terwujudnya Lampung Tengah sebagai kawasan agribisnis yang berwawasan lingkungan, dirumuskanlah 7 (tujuh) misi dimana misi pertama yaitu mengembangkan sistem pertanian berbasis agribisnis dan perekonomian kerakyatan yang didukung dunia usaha. Dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut dilakukan melalui pendekatan bidang pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM. Diketahui bahwa produksi ikan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2006 meningkat dari 14.504,,81 ton menjadi 14.794,89 ton. Produksi ikan tersebut berasal dari kolam, tambak, keramba dan mina padi, hasil penangkapan ikan diperairan umum dan laut. Setiap tahunnya produksi perikanan ini akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin meningkatnya permintaan ikan segar oleh masyarakat dan sistem budidaya yang dikembangkan oleh masyarakat dan masih luasnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk usaha perikanan. (Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, 2007). Agar kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sumberdaya perikanan dapat terwujud maka perlu dibuat program perikanan dengan memperhatikan adanya partisipasi aktif dari perencanaan.
masyarakat dan stakeholders lain mulai dari tahap
Mekanisme perencanaan pembangunan daerah diberbagai bidang
termasuk perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah secara normatif telah dilaksanakan berdasarkan UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan mekanisme tersebut diharapkan dapat menghasilkan
perencanaan
pembangunan
yang
sesuai
dengan
kehendak
masyarakat, namun kenyataannya sedikit sekali memuat aspirasi masyarakat
10
terhadap usulan-usulan kegiatan pembangunan. Kondisi seperti ini tentunya harus disikapi secara serius karena jika tetap dibiarkan berlarut-larut akan merangsang terjadinya
inkonsistensi
antara
perencanaan,
pelaksanaan
dan
kebutuhan
pembangunan daerah. Hal ini dapat berkembang ke arah munculnya reaksi masyarakat dalam bentuk penolakan atau setidaknya muncul sikap apatis terhadap setiap kebijakan pembangunan yang ditetapkan pemerintah karena dianggap tidak berpihak kepada mereka atau lebih tegasnya hanya berpihak kepada kepentingan pemerintah saja. Berangkat dari Jatar belakang dan fenomena di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : I. Siapa stakeholders yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah ? 2. Bagaimana interaksi stakeholders dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah ? 3. Faktor-faktor apa saja yang berperan sebagai penghambat dan pendukung dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah?
1.3 Tujuan Penelitian Dengan
memperhatikan
rumusan
masalah
dalam
proses
perencanaan
pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis serta menginterpretasikan : I. Identifikasi stakeholders yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah; 2. Interaksi antar stakeholders dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di
11
Kabupaten Lampung Tengah; 3. Kendala-kendala yang terjadi dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Secara akademis, maka penelitian mt dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Penelitian masalah dinamika proses perencanaan pembangunan ini difokuskan pada fakta dan fenomena kondisi riil di lapangan tentang jaringan antar-
stakeholders
dalam
musyawarah
perencanaan
pembangunan
daerah
(Musrenbang). Proses ini juga bermanfaat untuk mengidentifikasi peran serta nelayan berdasarkan keterlibatan nelayan dan kendala pelibatan nelayan dalam proses perencanaan pembangunan. Kemudian secara makro diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
ilmu pengetahuan,
khususnya bidang ilmu administrasi publik dalam pengembangan konsep dan teori
substantif
perencanaan
yang
berlandaskan
pada
kepentingan
masyarakat, khususnya berkaitan dengan pembangunan perikanan. 2.
Sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak yang mengkaji permasalahan sejenis dan dalam konteks yang berbeda.
1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, maka manfaat yang dapat diberikan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
tnt
12
a.
Memaparkan dinamika proses perencanaan pembangunan daerah, khususnya dalam
proses
perencanaan
pembangunan
perikanan
kepada
Pemerintah
Kabupaten Lampung Tengah selaku policy actors yang terlibat langsung dan khalayak
umum sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam
rangka
pengambilan keputusan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan. b.
Memberikan masukan
kepada Pemerintah
Kabupaten
Lampung Tengah
mengenai permasalahan seputar dinamika proses perencanaan pembangunan daerah, khususnya proses perencanaan pembangunan perikanan sehingga dapat dijadikan input untuk dilanjutkan ke pihak polic:v maker dalam rangka proses penyempumaan kebijakan pengaturan perencanaan pembangunan perikanan.
I.JM.TM. IVIM.L.VVI.JM.TM.It:H"VWVI.JM.TM. IVIM.V\M•.> UI'IIV t: f"(;:,IIM.;:, 01"(/\VVI..JM.TM. MM.LJ\NI..:> Ul"iiVt:I"(;::,II M.;::, 0 1"(1\VVIJJ\ YJ\ MJ\LANI..:> U NIVI::K:SIIA-:5 Of
IJAYA MALWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA MAAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA BRAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITA S BRAWIJAYA MALANG IJAYMRAWIJAYA lBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYAARAWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI3RAWIJ.V1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AWIJ.P3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI'3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG RAIJ\ft3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG A tv'1111'3RAWIJ.Ii1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSITAS BRAWIJAYA MALANG A AIJ\ft3RAWIJA'ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWBRAWIJN1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWI.RAWIJAYA I
ll.t-RA\oi8RAWIJAYA r.BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9 3RAWLRAWIJA.AUBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG
3RAWI.RA\WIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANd ARAWI.JRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN~~~ S BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALAN9
3RAWI3RAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA
WIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW IJAYA MALANG
J RAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW JRAWIJ RAWIJAYA GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS B JRAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UN IVERS IT. J RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MA LANG UNIVER IJAYA
~AWIJAYA
.tL
r8RAWIJAYA MALANG U
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALAN
r-
·:~
~
47~~
J. .·
~
~~
f,JI. ~
,., ~
• ,.. ,:.;:_ ~
~
IJAYA '{AWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
• , , to.
WIJAVRAWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
YA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG ALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9
9 9
ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
A::/
Q
IJAYA \AWIJAYA fi3RAWIJAYA MALAN
ICq AI
8~tq#V ~
s~
~ ~·
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALA RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALA
~
END I0 I
~~ ~:f ~s
~«)
IJAYA ~AWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG UNI\1.
0
1 . :..
•
4'
f
~
·' II' · o~~ ~~
~
"1'..40~~ \
'l!a
,.
VERSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITA3 BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSI TAS BRAWIJAYA MALAN VERSITAS BRAWIJAYA MALAN IVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AWIJA">RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG
NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MA~ f'ORAWIJAYA MALANG U \1\RAWIJAYA MAL taRAWIJAYA MALANG UN
G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
VIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNI 1/\RAWIJAYA MA~ taRAWIJAYA MALANG UNIVE
f
•
•
t
NIALANG
NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ALANG UNIV ERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MAL I\3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS E:RAWIJAYA MALAN WIJ.NVIJAYA MALII3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~
\1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN lf.lllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
f \1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAl AN "f-\1\RAWI JAYA Ml'A r8RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALM~ AVIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALAaRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AV1RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
"- rdRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ).. MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~ MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'tiJAYA \AWIJNIALAd RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN 'MAWI .RAWIJA1RA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'MAWI,RAWIJAIRtiG RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN fl. MAWI.RAWI JAIRABRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
.WIJAYA ~AWIJAYA 113RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAL.A.NG UNIVERSITAS BRAWI.JAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN .WIJAYA \AWIJAYAIBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI fAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BHAWIJAYA MAl AN
.WIJAYA \AWIJAYA taRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAlANG UNIVERSI TAS BRAWIJAYA MALAN ~WI .IJ\l RAWI JAYii.J B RAWIJAYA MALANG UN IVERS I fAS BRAWIJAYA MAl ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSI'TAS BRAWIJAYA MAl AN
~AWIJNRAWIJA M~GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE:RSITAS BRA\'VIJAYA MALAN NV R ITA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI1AS BRAWIJA'rA MALAN 'iAWIJ8RA'.JAYA MA3RAWIJAYA MALAN
13
BABII TINJAUAN PUST AKA
2.1 Perencanaan 2.1.1 Pengertian Perencanaan Tjokroamidjojo (1995:12) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu • proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan cara bagaimana mencapai tujuan tersebut sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Menurut Abe (2005:31) perencanaan adalah susunan (rumusan) sistematik mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan di masa depan, dengan didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang seksama atas potensi dan faktor-faktor eksternal dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Selanjutnya Conyers (1992:5) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses yang bersinambung dan mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang. UU 25/2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional pasal menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan sumberdaya yang tersedia.
memperhitungkan
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat
Soekartawi (1990:2) perencanaan sebenamya merupakan suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu dengan melibatkan kebijakan (policy) dan pembuat keputusan berdasarkan sumberdaya yang tersedia dan disusun secara sistematik.
14
Dengan demikian atas dasar uraian - uraian yang telah disampaikan di atas dapat dikatakan bahwa suatu perencanaan meliputi kegiatan: menetapkan serta merumuskan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai, memilih berbagai alternatif dan merumuskan seperangkat kegiatan untuk mencapai tujuan dan mengatur pendayagunaan berbagai sumberdaya baik manusia, materiil, metode maupun waktu dalam rangka memaksimumkan efisiensi dan efektifitas pencapaian tujuan.
2.1.2 Nilai- Nilai dan Substansi Perencanaan Menurut Abe (2005:99-1 02) substansi penting untuk melihat keberhasilan dan kegagalan perencanaan daerah meliputi: nilai-nilai dan prioritas guna mencapai tujuan-tujuan perencanaan yang mana memerlukan motivasi individu dan sosial manusia. Nilai-nilai baku dalam kegiatan perencanaan pada dasamya adalah rasionalitas pasar dan rasionalitas sosial-politik yang mempengaruhi proses dan tindakan perencanaan. Turunan dari keduanya adalah nilai-nilai seperti transparan, akuntabel, keadilan dan partisipatif atau demokratis. Perencanaan yang '"transparan" cirinya adalah adanya proses perencanaan yang mudah dimengerti di mana informasi tentang produk dan informasi kebijakan dan input teknikal tersedia, aksesnya terbuka dan pelaku berkepentingan dapat mengetahui apa peran yang dimainkan dalam pengambilan keputusan atau terlibat dalam tindakan perencanaan. Perencanaan
yang
'"akuntabel"
mempunyai
ciri
antara
lain
dapat
dipertanggungjawabkan dan sah diterima masyarakat sesuai dengan tujuan yang ditetapkan; efisien dalam menggunakan sumberdaya; efektif dalam pemecahan
15
solusi masalah, memberi keleluasaan dan kemudahan dan melihat kepentingan masyarakat banyak. Perencanaan yang "berkeadilan" mempunyai ciri antara lain dapat melihat keseimbangan antara hak - hak individu dan kepentingan masyarakat banyak atau memberikan pemihakan kepada masayarakat yang lemah akses dan kemampuannya untuk mendapatkan sumberdaya yang diperlukan. Perencanaan yang "partisipatif atau demokratis" dapat dicirikan sebagai perencanaan yang mengadopsi prinsip interaktif, kesetaraan dan kooperatif dalam proses pengambilan keputusan secara bersama dengan mempertimbangkan aspirasi semua pelaku yang berkepentingan dan bagi kepentingan masyarakat banyak. Tujuan perencanaan pada dasamya adalah untuk menyediakan informasi tindakan kebijaksanaan, inovasi dan solusi teknis bagi proses alokasi sumberdaya publik, pengarahan masyarakat serta optimasi pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Substansi perencanaan yang bersifat strategik dan perencanaan teknikal atau operasional pada hakekatnya terkait dengan sistem perencanaan makro (umum) dan mikro (spesifik) maupun terkait pada siklus manajemen publik dan siklus manajemen kegiatan/proyek. Dengan demikian, perencanaan dilihat dari substansinya berdasarkan yang disampaikan Abe dapat diinterpretasikan bahwa sebuah perencanaan menduduki tempat yang sangat penting dan
menentukan
dalam
proses
pelaksanaan
pembangunan. Terkait dengan penelitian ini, dapat dikatakan bahwa sebuah program atau kegiatan pembangunan sudah dapat diperkirakan keberhasilan atau kegagalannya dengan melihat kualitas perencanaan.
16
2.2 Perencanaan Pembangunan Daerah 2.2.1 Pembangunan Daerah Pembangunan daerah harus dilakukan secara bersama - sama antara unsur penyelenggara pemerintahan daerah (Pemerintah Daerah dan DPRD), masyarakat dan pihak swasta. Dalam pandangan tersebut juga tersirat adanya pengakuan bahwa pembangunan daerah memang perlu dan harus dilakukan secara khusus dalam arti bukan semata-mata sebagai pelaksana program pembangunan nasional yang secara kebetulan dilaksanakan di daerah akibat tuntutan norrnatif dari penerapan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang dilakukan secara bersamaan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Menurut Syamsi
(1986:4 ), pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan dan pertumbuhan menuju kearah perbaikan yang berorientasi pada modemitas, nation
building dan kemajuan sosial ekonomi. Setiap pembangunan harus mempunyai tujuan.
Tujuan itu sendiri harus sudah ditetapkan sebelumnya, dan kemudian
diusahakan agar ada perubahan yang positif, pertumbuhan dan perkembangan menuju kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Menyadari bahwa pembangunan daerah memang harus dilakukan demi memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat di daerah maka akan timbul dorongan yang kuat bagi daerah untuk mengelola sumberdaya yang ada sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah dituntut dapat menggalang kerjasama segenap komponen pembangunan daerah untuk dapat mengelola dan memperkirakan potensi, peluang, tantangan dan ancaman yang timbul sehingga pelaksanaan pembangunan daerah tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
17
Pembangunan
daerah
meskipun
secara
struktural
terkait
dengan
pembangunan nasional, tetapi secara operasional menuntut perhatian lebih seksama sehingga harus dimasukkan secara khusus berdasarkan tingkat kebutuhan dan derajat prioritas permasalahan yang berkembang di daerah. Terkait dengan permasalahan
pokok
dalam
pembangunan
daerah,
Arsyad
( 1999: 122) ·
mengemukakan bahwa strategi pembangunan daerah didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik secara lokal. Dalam penelitian ini, agar diperoleh usulan-usulan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan daerah, baik di tingkat lokaL regional, nasional serta global diperlukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan
pembangunan
perikanan
dengan
memperhatikan
pemerataan
pembangunan, waktu pelaksanaan dalam satu tahun anggaran, perhitungan biaya yang cermat, kemampuan pelaksanaan serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
2.2.2 Konsep Perencanaan Pembangunan Daerah Perencanaan pembangunan daerah
merupakan
pengejawantahan dari
perumusan kepentingan lokal dalam memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri dalam kerangka otonomi
daerah.
Mendukung
pendapat tersebut,
Abe
(2005:65)
mengemukakan perencanaan daerah merupakan proses menyusun langkah-langkah yang akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Senada dengan hal tersebut Arsyad (2004:303) menganggap bahwa perencanaan pembangunan daerah
18
adalah perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia di daerah dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggungjawab. Perencanaan pembangunan daerah menurut Syahroni (2002:3), akan secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah, merumuskan
tujuan-tujuan
dan
kebijakan-kebijakan
pembangunan
daerah,
menyusun konsep strategi bagi pemecahan masalah daerah, melaksanakan dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia, sehingga peluang-peluang barn untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat ditangkap secara berkelanjutan. Uraian-uraian
tersebut
di
atas
menekankan
bahwa
perencanaan
pembangunan daerah haruslah memperhatikan hal-hal yang bersifat kompleks dan prosesnya harus memperhitungkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah.
Sumberdaya yang dimaksud adalah sumberdaya manusia, sumberdaya
fisik, sumberdaya alam, sumberdaya keuangan, serta sumberdaya sosial dan budaya.
Perencanaan pembangunan daerah (regional development planning)
sebenamya lebih banyak ditekankan pada penerapan konsep lokasi dalam penyusunan program dan kegiatan I proyek pembangunan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu perencanaan yang dilakukan untuk tujuan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik terhadap suatu daerah dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki oleh daerah tersebut. Konsep perencanaan pembangunan daerah bertujuan mengoptimalkan penggunaan potensi sekaligus mengurangi ketimpangan pembangunan antar daerah. Selanjutnya dalam konteks pembangunan, maka keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada, termasuk pula dalam perencanaan
19
pembangunan daerah. Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004: 15-39) faktor-faktor perencanaan pembangunan daerah yang dapat mempengaruhi pembangunan adalah: Faktor lingkungan berasal dari luar (esktemal) maupun dari dalam (internal), yang mencakup sosial, budaya, ekonomi dan politik; Faktor sumberdaya manusia merupakan motor penggerak perencanaan, yang mempengaruhi kualitas perencanaan yang dihasilkan; Faktor sistem yang digunakan adalah aturan atau kebijakan yang digunakan oleh daerah tertentu sebagai pedoman pelaksanaan perencanaan pembangunan, yang bisa menyangkut prosedur, mekanisme pelaksanaan, pengesahan; Faktor ilmu pengetahuan dapat memberikan pengaruhnya dari segi peralatan dan berbagai teknik serta pendekatan yang lebih maju; Faktor pendanaan merupakan faktor yang harus ada untuk membiayai sebuah aktivitas, termasuk dalam perencanaan pembangunan. Kepastian adanya sumberdana dapat memberikan jaminan akan terlaksananya perencanaan tersebut.
a. b. c.
d. e.
UU
No.32/2004
tentang
perencanaan pembangunan daerah,
Pemerintahan
Daerah.
menegaskan
adanya
disebutkan bahwa perencanaan pembangunan
daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, disusun oleh pemerintah daerah propinsi, kabupaten I kota sesuai kewenangannya yang dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hal ini berarti perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah daerah merupakan bagian dari perencanaan pembangunan nasional. Dengan demikian setiap daerah tidak bisa menjalankan sendiri program pembangunannya tanpa melihat program pembangunan nasional secara keseluruhan. Dari uraian tentang perencanaan pembangunan di atas, apabila dihubungkan dengan suatu daerah sebagai area (wilayah) pembangunan maka dapat diperoleh definisi
perencanaan
pembangunan daerah
seperti yang ditulis
Riyadi
dan
Bratakusumah (2004:7): "Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arab
20
perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu, dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tapi tetap berpegang pada azas prioritas". Adanya perencanaan pembangunan daerah dan perencanaan pembangunan nasional memunculkan dua bentuk model perencanaan
berupa (I) perencanaan
yang ditentukan langsung oleh pusat, sementara pemerintah daerah menjadi pelaksana konsep, dan (2) perencanaan yang merupakan hasil penjaringan aspirasi masyarakat setempat melalui diskusi jalur mekanisme formal dan non formal. Oleh karena setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang unik dan tidak selalu identik dengan daerah lain, maka perencanaan pembangunan daerah perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain dalam konteks pertumbuhan ekonomi wilayah. Dari dua model perencanaan tersebut membentuk suatu hubungan dua arah yaitu melalui top-down dan bottom-up. Pada prosedur bottom-up, perencanaan pembangunan daerah dirumuskan oleh pemerintah lokal dengan memperhatikan aspirasi lokal setempat. Sedangkan prosedur top-down, perencanaan
nasional
menyediakan kerangka untuk kegiatan pembangunan nasional. Kegiatan ini diformulasikan secara lebih detail dengan menyediakan kerangka untuk rencana sektoral dan rencana daerah. Dalam kenyatannya, kedua prosedur ini sangat penting.
Untuk menyempumakan hasil perencanaan yang telah disusun antara
top-down dan bottom-up maka komunikasi dua arah menjadi sangat berperan. Perencanaan top-down berfungsi untuk menegaskan bahwa di beberapa daerah akan mempunyai proses pembangunan yang menunjang kepentingan nasional untuk waktu tertentu. Sedangkan perencanaan bottom-up menegaskan bahwa
21
perencanaan pembangunan didasarkan pada potensi dari wilayah (lokal) yang ada. Pada perencanaan bottom-up secara komparatif memastikan adanya sumberdaya dan keikutsertaan masyarakat lokal dalam bentuk partisipasi. Namun pada sisi lain perencanaan top-down juga harus ada. Adanya keterbatasan dana maka, diperlukan pembagian dana dari pusat untuk semua daerah dan sektor dalam kerangka nasional untuk mencapai tujuan pembangunan. Barret and Fudge ( 1981) menyatakan bahwa perspektif top down dalam memahami proses perencanaan adalah mengabaikan proses negosiasi dan meniadakan pemahaman adanya kemungkinan badan
pelaksana kebijakan
merespon tujuan yang telah ditentukan untuk disesuaikan dengan kondisi-kondisi lokal (Barret and Fudge (198I) dalam Bogason, 200 I: I 03 ). perspektif
m1
sangat
menghindari
Dengan demikian
perbedaan/pertentangan,
cenderung
mengabaikan peranan aktor-aktor lain di luar top organisasi, yang pada akhimya tidak memberikan peluang terhadap perubahan. Disisi lain, perspektif bottom up muncul, dimana perencanaan tidak lagi diciptakan oleh sebuah organisasi formal yang berwenang, melainkan harus dikombinasikan dengan beberapa organisasi formal lainnya serta dalam waktu yang bersamaan juga memperhatikan peran para aktor individu, dalam arti suatu proses
perencanaan
harus
mempertimbangkan
pluralistik
(kemajemukan)
masyarakat dengan segala perbedaan yang dimilikinya. Dari prosedur top-down dan bottom-up tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perencanaan pembangunan daerah dapat terbagi dalam dua bentuk. Kedua bentuk tersebut adalah perencanaan yang merupakan implementasi atas penjabaran dari perencanaan pusat dan
perencanaan daerah
22
untuk merumuskan kepentingan lokal berdasarkan pada mJSJ dan visi (Abe: 2005:30-31 ). Dalam perencanaan pembangunan daerah, maka ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses perencanaan ini yaitu, penentuaan
tujuan harus
diterjemahkan ke dalam suatu struktur atau sistem dan mengindikasikan sesuatu yang akan dicapai dari keseluruhan rencana.
Menyangkut
kondisi yang akan
dicapai perlu dijelaskan sehingga akan memberikan penjelasan yang mendalam dan konsisten terhadap tujuan yang akan dicapai. Dalam hal masalah waktu yang diperlukan, maka dalam perencanaan memperhitungkan waktu yang akan dicapai dalam pencapaian tujuan. Riset dan inventarisasi dimaksudkan untuk mengetahui sumberdaya yang ada serta memberikan infonnasi semua kegiatan yang akan dicapai dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan yang disusun tersebut semuanya bersifat asumsi (dengan memperhitungkan riset dan inventarisasi), sehingga untuk mengetahui keberhasilan kegiatan yang akan dan sedang akan dilaksanakan perlu dilakukan evaluasi. Menurut Abe (2005:77) "tahap-tahap dalam perencanaan pembangunan adalah penyelidikan, perumusan, menentukan tujuan dan target, mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja, dan menentukan anggaran
(budget) yang hendak digunakan dalam realisasi rencana". Blakely dalam Arsyad (2004:134) menyatakan bahwa salah satu tahap yang sangat penting dalam perencanaan adalah pengumpulan dan analisis data. Hal ini sangat logis karena data merupakan input yang sangat penting dan sangat mempengaruhi output yang dihasilkan. Perencanaan bukanlah merupakan suatu kegiatan penyusunan dokumen rencana saja, melainkan dalam pengertian yang luas yaitu perencanaan yang meliputi
23
proses kegiatan yang menyeluruh dan terns menerus dari penyusunan rencana, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan pembangunan daerah melibatkan berbagai unsur atau pihak baik sebagai objek maupun sebagai subyek. Tingkat keterlibatan berbagai pihak tersebut akan terbagi dalam berbagai fungsi dan peranan.
Dengan adanya
perbedaan tersebut maka diperlukan suatu koordinasi dalam proses pembangunan sehingga proses pembangunan tersebut dapat dilaksanakan secara sinergis dan hannonis antara pihak-pihak yang terlibat. Riyadi dan Bratakusumah (2004:31 0) mengemukakan koordinasi dalam pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya untuk menyerasikan dan menyelaraskan aktivitas-aktivitas pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai komponen. baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Ada beberapa alasan yang perlu diketahui dan dipahami dengan baik dalam menilai perlunya koordinasi dalam perencanaan pembangunan, yaitu: I) koordinasi dalam perencanaan pembangunan sangat diperlukan sebagai suatu konsekuensi logis dari adanya aktivitas dan kepentingan yang berbeda; 2) aktivitas dan kepentingan yang berbeda juga membawa konsekuensi logis terhadap adanya tanggungjawab yang secara fungsional berbeda pula; 3) ada institusi, badan, lembaga yang menjalankan peran dan fungsinya masing-masing; 4) ada unsur sentralisasi dan desentralisasi yang dijalankan dalam proses pembangunan yang melibatkan institusi pusat maupun daerah; 5) koordinasi merupakan alat sekaligus upaya untuk melakukan penyelarasan dalam proses pembangunan, sehingga akan tercipta suatu aktivitas yang hannonis, sinergis dan serasi untuk mencapai tujuan bersama. (Riyadi dan Bratakusumah, 2004:312).
24
2.3 Perencanaan Pembangunan Daerah Berbasis Masyarakat 2.3.1 Pembangunan Masyarakat Dalam kamus bahasa Indonesia dinamika merupakan suatu proses yang terjadi dalam kelompoklorganisasi (komunitas) akibat adanya interaksi antara individu-individu yang sating mempengaruhi di organisasi/kelompok (komunitas) tersebut. Dalam konteks ini, perencanaan diharapkan dapat menjadi wahana untuk mempertemukan kepentingan masyarakat dan kebijakan yang dirumuskan oleh para penyelenggara
pemerintahan
dan
diperlukan
adanya
pendekatan
melalui
pembangunan masyarakat. Pada tahun 1955
PBB (1971 :9) membuat suatu definisi mengena1
pembangunan masyarakat (community development): "Pembangunan masyarakat sebagai suatu metode atau pendekatan yang menekankan adanya partisipasi umum dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan ... dan bila kegiatan pembangunan masyarakat secara resmi diorganisasi dengan administrasi dan petugas atau pelaksana yang terpisah, maka hal ini dapat dianggap sebagai suatu "program" . (Conyers, 1992: 175-176). Pembangunan masyarakat melibatkan berbagai jenis kegiatan yang dibuat guna menaikkan standar hidup serta mengembangkan taraf hidup pada suatu masyarakat, dimana cenderung untuk memusatkan perhatian pada komunitas yang memiliki potensi terbatas untuk perkembangan ekonominya atau komunitas dengan berbagai masalah pembangunan yang dimilikinya. Menurut PBB (1971: 12) dikutip Conyers ( 1992:190-191 ): "Komunitas merupakan suatu kelompok yang mengadakan kontak secara langsung (face to face) dan telah dipersatukan atau diikat oleh nilai-nilai serta obyektifitas masing-masing dengan suatu keselarasan dasar dalam hal minat dan aspirasi".
25
Pemyataan tersebut di atas menegaskan adanya 3 kriteria mengenai istilah komunitas, yaitu : (1) Konsep ini menggambarkan adanya kelompok man usia yang hidup di suatu daerah dan saling mengadakan interaksi. Interaksi di antara anggota komunitas disebabkan adanya saling ketergantungan ekonomis, hubungan sosial, atau eksistensi beberapa bentuk organisasi politik maupun perpaduan faktor-faktor tersebut. Hal yang sama diungkapkan Yuliati dan Mangku (2000: 106) dalam suatu masyarakat, interaksi ini berarti hubungan timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, yang saling mempengaruhi yang terjadi apabila dua orang atau dua kelompok sating bertemu yang mana komunikasi terjadi diantara kedua belah pihak; (2) Anggota komunitas pada umumnya memiliki beberapa ciri khas yang sama sehingga menyebabkan timbulnya identifikasi mereka sebagai sebuah kelompok, untuk masyarakat pesisir kelompok ini diberi nama nelayan yaitu orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (UU 31/2004 tentang Perikanan); (3) Sebuah komunitas memiliki keserasian dasar dalam hal perhatian dan aspirasi, hal ini menandakan bahwa anggota komunitas cenderung memiliki pola pikir dan sikap hidup yang sama terhadap pembangunan dimasa depan, khususnya dalam hal kebutuhan dan usulan- usulannya. Bentuk suatu komunitas sangatlah bervariasi bergantung pada ciri-ciri khas daerah dan tujuan khusus perencanaan yang dipersyaratkan bagi masyarakat setempat. Hampir di semua komunitas terdapat individu-individu atau kelompokkelompok yang berlainan aspirasi serta keperluannya. Hal ini akan menimbulkan konflik dan persaingan, artinya seorang tidak dapat mengambil asumsi bahwa semua anggota masyarakat memiliki pandangan yang sama terhadap suatu pembangunan. (Conyers, 1992: 193).
26
Dalam proses perencanaan pembangunan untuk masyarakat, hendaknya melibatkan unsur-unsur strategis dalam masyarakat (komunitas/kelompok) untuk menghindari pelaksanaan perencanaan bertabrakan dengan kepentingan komunitas yang tidak terakomodasi dalam perencanaan pembangunan. Komunitas pada kenyataannya tidak ada yang bersifat homogen dan terlepas dari konflik intern, sehingga menghadapkan para perencana pada suatu kondisi masalah utama untuk menentukan anggota-anggota masyarakat yang terlibat dalam proses perencanaan. Proses perencanaan pembangunan tidak dapat dipisahkan dari peran serta aktor baik individu maupun group. Dunn (1998) dalam Howlett et al (1995:52) menggunakan istilah stakeholders (pelaku) yaitu individu atau kelompok individu yang terlibat dalam proses perencanaan.
Secara sederhana aktor atau pelaku
terbagi kedalam lima (5) kategori yaitu elected official (pejabat/aparat yang dipilih) meliputi pejabat yang dihasilkan dari pemilihan umum seperti halnya eksekutif dan legislatif di tingkat pemerintahan pusat; appointed official (pejabat/aparat yang ditunjuk) mengacu pada birokrasi atau pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan perencanaan; interest group (kelompok kepentingan); think tank atau research
organitations (organisasi peneliti/riset) dan mass media (media masa). Dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah maka pihak-pihak yang disebut pelaku (stakeholders) adalah Pemkab Lampung Tengah, Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya, Pemerintah Kampung Cabang, BPD dan masyarakat dimana masyarakat bisa sebagai beneficiaries (pemetik manfaat) yaitu masyarakat desa (nelayan).
Sedangkan target group
berupa society adalah lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), lembaga swadaya masyarakat (LSM), ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili kelompok
27
tertentu misal kelompok agama, pemuda, dan lainnya. Sedangkan secara spesifik
appointed official yang bertugas sebagai pelaksana kebijakan khususnya dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah adalah Bappeda, Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Dalam interaksinya, stakeholders tersebut akan menimbulkan beberapa ketegangan serta memunculkan fragmentasi diantara para aktor. Sehingga dalam proses perencanaan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik kedalam prosedur-prosedur rutin lcwat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu menyangkut masalah-masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu proses perencanaan (Grindle, 1980 dikutip Abdul Wahab, 2002:59). Konflik sering terjadi dalam masyarakat nelayan, dimana persoalan mendasar dibalik kasus bentrokan antar nelayan sebetulnya bersumber dari kurangnya perhatian dan belum adanya kesepakatan bersama di antara pemerintah daerah dalam pengelolaan bersama sumberdaya laut secara adil dan bijaksana. Diberbagai wilayah pantai, persoalan yang dihadapi nelayan bukan sekadar semakin terbatasnya sumberdaya laut yang dapat dieksploitasi, tetapi juga karena keterbatasan usaha mereka sendiri. Usaha perikanan yang ditekuni nelayan masih didominasi usaha berskala kecil, teknologi sederhana, sangat dipengaruhi musim, dan basil produksinya terbatas hanya untuk konsumsi lokal. (Kusnadi, 2004: 13-15). Belum adanya kesepakatan bersama antar pemerintah daerah dalam pengelolaan perikanan ini dikarenakan adanya kesenjangan yang besar
antara
lingkungan perencana dan lingkungan masyarakat yang diharapkan untuk turut berpartisipasi. Kesenjangan ini menimbulkan kesulitan dalam praktek komunikasi
28
dan menimbulkan adanya perbedaan-perbedaan dalam sikap dan harapan. Untuk menjembatani kesenjangan antara masyarakat dan perencana maka adanya kombinasi antara perencana "top down" (dari atas ke bawah) dan "bottom up" (dari bawah ke atas). (Conyers, 1992: 193-198). Berkenaan (2004: I 26)
dengan
menyatakan
penJarmgan bahwa
proses
aspirasi
masyarakat
penjaringan
aspirasi
Mardiasmo masyarakat
hendaknya melibatkan pihak-pihak sebagai berikut : I. DPRD sebagai pemegang wewenang utama dan penyalur semua aspirasi masyarakat yang juga merupakan badan legislatif daerah 2. Perangkat daerah, terdiri dari Sekretariat Daerah, Dinas, Lembaga Tekhnis serta Lembaga Pengelola Keuangan Daerah, sesuai dengan kebutuhan daerah. 3. Masyarakat,
terdiri
dari
masyarakat
pada
umumnya,
tokoh-tokoh
masyarakat formal dan informal, LSM, Asosiasi Profesi, Perguruan Tinggi dan Organisasi Massa lainnya. Dengan demikian menjadi menarik untuk mengetahui bagaimana peran masyarakat dalam kegiatan yang berkaitan dengan proses perencanaan pembangunan.
2.3.2 Perencanaan Pembangunan Partisipatif Rofikoh (2006) mengemukakan bahwa perwujudan pemerintahan yang baik mensyaratkan adanya keterbukaan, keterlibatan dan kemudahan akses bagi masyarakat terhadap proses pengambilan kebijakan publik, khususnya dalam penggunaan berbagai sumberdaya yang berkaitan secara langsung dengan
29
kepentingan publik. Kepemerintahan atau governance dipandang sebagai cara dimana suatu negara dan komunitas mengelola urusannya. Kooiman (1993) dalam Sjamsuddin (2007:565-573) memandanggovernance lebih merupakan: " .... serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan terse but". Dalam teori governance, peran pemerintah cukup memberikan arahan
(steering), tidak sebagai pelaku (rowing). Pemerintah harus mampu mengurangi perannya dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan.
Good governance (kepemerintahan yang baik) berorientasi pada dua hal, yaitu: pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, dengan mengacu pada legitimasi, akuntabilitas, adanya otonomi kepada daerah, serta adanya jaminan berjalannya mekanisme kontrol oleh masyarakat.
Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal guna pencapaian tujuan nasional yang mana melihat struktur dan mekanisme politik dan administrasi berfungsi secara efektif dan efisien. (Sjamsuddin:2007:265-273). Tantangan terbesar dalam otonomi daerah saat ini adalah mengimplementasikan prinsip-prinsip good
governance yaitu: transparansi, akuntabilitas, responsifitas pelayanan publik dan stakeholders. UU No.32/2004 tentang pemerintahan daerah bab I pasal 1 nomor 6, pemerintah daerah dalam wewenang pemerintahannya perlu didasarkan pada aspirasi masyarakat. Hal ini berarti, setiap kebijakan pembangunan khususnya yang menyangkut dan berkenaan dengan kepentingan masyarakat, maka terdapat satu hal
30
yang harus diperhatikan dan sama sekali tidak boleh dilewatkan yaitu peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat memegang peranan penting dalam perencanaan pembangunan, karena masyarakat saat ini tidak boleh lagi dianggap sebagai obyek pembangunan tetapi harus ditempatkan sebagai subyek pembangunan bersamasama dengan pemerintah, jadi masyarakat harus di dorong untuk aktifterlibat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pemeliharaan dan pengembangan hasil pembangunan. Abe (2005:71) menyatakan bahwa perencanaan prakarsa
masyarakat
adalah
perencanaan
yang
pembangunan berbasis
sepenuhnya
mencerminkan
kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan
masyarakat.
Perencanaan
yang
demikian
disebut
perencanaan
partisipatif (Abe, 2005 :88). Dikatakan pula bahwa suatu perencanaan pembangunan agar betul-betul mencerminkan aspirasi rakyat (memahami keinginan dan kebutuhan rakyat), maka
tidak
ada
cara
yang lebih baik kecuali
bertanya langsung atau
mendengarkan suara rakyat itu sendiri (Abe, 2005:40), dan dalam perumusannya melibatkan unsur-unsur strategis dalam masyarakat (komunitas), hal ini guna menghindari pelaksanaan perencanaan akan bertabrakan dengan komunitas
yang
tidak terakomodasi
dalam
perencanaan
kepentingan
(Abe,
2005:70).
Keterlibatan aktif atau partisipasi masyarakat tidak hanya dalam proses penentuan arah, strategi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga dalam proses hubungan sosial antara kelompok-kelompok kepentingan dalam masyarakat (Tjokroamidjojo, 1995:207). Siapa-siapa yang terlibat dan dilibatkan dalam
perencanaan
menjadi
hal
yang
sangat
penting
sekaligus sebagai
31
penentu kualitas dari rencana yang disusun (Abe, 2005:23). Dalam perencanaan partisipatif, jarang untuk melibatkan secara langsung anggota masyarakat sehingga hanya beberapa orang saja yang dipilih sebagai perwakilan. (Conyers, 1992: 194). Menurut Suryono (200 I: 122), arti pentingnya keterlibatan
masyarakat
dalam perencanaan pembangunan adalah bahwa:
''pertama, sebagai upaya memadukan model top-down dengan bouom-up agar program pembangunan dapat diterima oleh masyarakat; kedua, memotivasi rakyat guna menumbuhkan rasa ikut memiliki dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan terutama berkaitan dengan perawatan atau p engelolaan hasil pem bangunan". Berdasarkan keseluruhan uratan tersebut di atas. gagasan partisipasi masyarakat
membawa
perubahan
dalam
administrasi
publik
yang
mana
mengedepankan konteks masyarakat sebagai warga negara dan menjadi tugas utama bagi administrator publik dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat dan sebagai fasilitator bagi perumusan kepentingan publik. Dari pemikiran tersebut di atas dapat dimaknai bahwa partisipasi yang datang merupakan kreasi dan inisiatif masyarakat itu sendiri. perencanaan
pembangunan
partisipatif
merupakan
Atau dengan kata lain, pendekatan
perencanaan
pembangunan yang mulainya dari masyarakat dan berakhimya di masyarakat. Karenanya, partisipasi dalam model perencanaan pembangunan ini ditandai dengan penggalian prakarsa dari masyarakat, dilanjutkan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan oleh masyarakat, dan akhimya alokasi kemanfaatannya untuk masyarakat. Dengan demikian partisipasi dapat diartikan sebagai suatu proses yang aktif yang dilakukan oleh orang atau kelompok yang saling berinteraksi dalam melakukan
proses pembangunan
untuk
memperoleh
perubahan
baik dalam
32
pembangunan diri, kehidupan maupun lingkungannya. Partisipasi aktif masyarakat dalam proses pembangunan berdampak positif terhadap pembangunan itu sendiri, karena pembangunan dapat tercapai secara harmonis dan konflik yang terjadi antara kelompok-kelompok sosial dapat diredam melalui pola demokrasi setempat. Partisipasi masyarakat setempat juga dapat dijadikan sebuah ukuran bagi pembangunan perikanan, dimana tanpa adanya partisipasi maka jelaslah bahwa pembangunan yang dilaksanakan tersebut bukan pembangunan yang sesungguhnya. Selain itu, partisipasi merupakan alat yang efektif untuk memobilisasi sumberdaya yang dimiliki. Pembangunan yang bersifat positi[ apabila ada partisipasi masyarakat setempat, membuat dan mengkondisikan masyarakat merasa memiliki dan bertanggungjawab atas keberlanjutan hasil pembangunan tersebut. Pendapat terse but senada dengan pendapat Conyers (1992: 154 ), bahwa ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat memiliki arti sangat penting,
"pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui dan merasa memiliki terhadap proyek-proyek tersebut; dan ketiga, yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak negara karena adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri, hal ini selaras dengan konsep people centered development, yaitu suatu pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri." Selain
itu, partisipasi atau
pelibatan
masyarakat dalam
perencanaan
pembangunan menurut Abe (2005:91) akan memberi tiga dampak penting, antara lain: (I) terhindar dari peluang terjadinya manipulasi dan memperjelas apa yang dikehendaki masyarakat; (2) memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan
33
perencanaan; dan
(3) meningkatkan
kesadaran
dan
keterampilan
politik
masyarakat. Masyarakat harus p aham bagaimana
sistem pengambilan
keputusan
bekerja, dan pilihan-pilihan apa saja yang ada bagi mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi secara efektif Pendapat tersebut didukung oleh Conyers (1992:206) bahwa: "Sangatlah penting dan diperlukan adanya komponen pendidikan dalam setiap bentuk perencanaan pembangunan partisipatif. Masyarakat harus paham bagaimana sistem pengambilan keputusan bekerja, dan pilihan-pilihan apa saja yang ada bagi mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi secara efektif'. Ndraha dalam Suryono (200 I: 124) mengemukakan beberapa macam partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu: (I) partisipasi dalam menerima dan memberi informasi; (2) partisipasi dalam memberikan tanggapan dan saran terhadap informasi yang diterima, baik bermaksud menerima maupun menolak; (3) partisipasi dalam bentuk perencanaan pembangunan termasuk dalam pengambilan keputusan; (4) partisipasi dalam bentuk pelaksanaan operasional pembangunan, partisipasi dalam menerima hasil pembangunan; dan (5) partisipasi dalam menilai hasil pembangunan. Salah satu cara guna memperoleh partisipasi masyarakat dalam perencanaan adalah mengunjungi masyarakatfkelompok masyarakat dan memperoleh informasi dari tangan pertama yang berkaitan dengan kondisi sosial setempat dengan mengadakan survai, wawancara dengan penduduk, menyelenggarakan pertemuanpertemuan, dan lain sebagainya (Conyers, 1992: 156).
Dengan
menghad iri
pertemuan kelompok untuk menampung pendapat masyarakat dan lain sebagainya, dapat menghasilkan suatu tingkat pencapaian komitmen dan keterlibatan yang
34
cukup tinggi (Conyers, 1992: 159). Selain itu dapat juga memanfaatkan petugas lapangan yang bertugas menyampaikan infonnasi baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya, para petugas tersebut dapat dijadikan sarana guna memperoleh partisipasi masyarakat dalam perencanaan (Conyers, 1992: 159). Keuntungan utama dengan melibatkan sejumlah besar tenaga (petugas lapangan) dalam perencanaan adalah bahwa mereka sudah berada di lokasi tersebut dan mereka telah mempunyai jaringan hubungan dengan masyarakat setempat dan
dapat menghasilkan cukup banyak
infonnasi
mengenai kondisi
dan
kebutuhan daerah itu (Conyers, 1992: 160). Menurut Conyers (1992: 186), terdapat dua faktor yang sangat penting yang menentukan apakah masyarakat benar-benar ingin terlibat dalam suatu perencanaan atau tidak:
"Pertama, hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri. masyarakat tidak akan berpartisipasi atas kemauan sendiri atau dengan antusias yang tinggi dalam kegiatan perencanaan kalau mereka merasa bahwa partisipasi dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada rencana akhir; dan kedua, masyarakat enggan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang tidak menarik minat mereka atau yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka rasakan". Dengan perkataan lain, masyarakat enggan berpartisipasi karena harapanharapan
mereka tak
terpenuhi (Conyers, 1992: 199).
Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan masih jauh terwujud secara empirik. Proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya masih saja didominasi oleh elit penguasa. Hasil kajian Tim Peneliti FIKB (2002: 100-1 07) menyimpulkan kecenderungan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah sesudah diberlakukannya UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, masih dipengaruhi oleh peran elit lokal setempat.
Partisipasi sejati yang berasal dari
35
masyarakat belum muncul sehingga penyelenggaraan pemerintahan daerah dewasa ini belum mampu menjamin keberlangsungan partisipasi ma.:;yarakat.
Lebih kuatnya
peran elit lokal tersebut disebabkan oleh adanya penyimpangan pemahaman atas konsep desentralisasi dari berbagai kalangan.
Desentralisasi dipahami sebagai
penyerahan wewenang pemerintah oleh elit nasional kepada elit lokal. Akibatnya, keberadaan masyarakat menjadi bersifat pinggiran dan penyimpangan ini berakibat pada kemerosotan pemberian layanan publik karena disinyalir bagian terbesar anggaran terserap bukan untuk pelayanan publik melainkan untuk membiayai birokrat dan anggota DPRD. Hardjosoekarto (2002:7-14) mengungkapkan bahwa peluang penyalahgunaan kekuasaan oleh elit lokal terbuka Iebar karena ketiadaan mekanisme konstitusional bagi masyarakat untuk mengawasi jalannya pemerintahan lokal. Sehingga masyarakat berada dalam posisi yang lemah ketika berhadapan dengan pemerintah daerah dan DPRD. Dalam kondisi seperti ini partisipasi tidak dapat terselenggara dengan baik. Jadi, perencanaan pembangunan partisipatif adalah suatu pendekatan perencanaan yang
tujuannya
berorientasi
kepada
kepentingan
masyarakat,
sedangkan prosesnya melibatkan peran serta secara langsung atau tidak langsung segenap elemen masyarakat. Tujuan dan cara harus dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat, yang bila dirumuskan dengan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan sangat sulit dipastikan bahwa rumusannya akan
berpihak kepada rakyat.
Suatu
perencanaan
yang
ingin
melibatkan
kepentingan masyarakat tentu saja harus berjuang untuk mengangkat yang tersimpan
di
bawah
permukaan
dan
menggalinya
secara
seksama,
serta
36
merumuskannya dengan tepat, agar tidak menyimpang dari apa yang diinginkan masyarakat. Untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, penggerak pembangunan perlu memahami dengan baik karakteristik masyarakat, potensi masyarakat, lingkungan sekitamya, kepentingan dan kebutuhan dari masyarakat tersebut. (lslamy, 2004:3-9). Berdasarkan paradigma perencanaan sebagaimana dijelaskan di atas, maka studi ini mencoba mengkaji arus perencanaan dari tiga sumber yakni dari birokrasi, dari politik, dan dari masyarakat (pasar). Di antara ketiga arus perencanaan tersebut yang selama ini dominan dalam praktek perencanaan daerah adalah arus perencanaan yang berasal dari birokrasi. Sedangkan dua arus yang lain sangat lemah karena sikap apatis atau posisi tawar yang lemah dalam proses perencanaan.
2.4 Perencanaan Pembangunan Perikanan 2.4.1 Konsep Keberlanjutan Dalam Perikanan
Pembangunaan perikanan sebagai bagian dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional, diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan dan cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam mewujudkan suatu masyarakat adil dan merata., materil dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Perikanan
mempunya1 peranan yang cukup penting, terutama dikaitkan dengan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan, menghasilkan protein hewani dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, meningkatkan ekspor, menyediakan bahan baku industri, memperluas lapangan kerja dan kesempatan
37
berusaha, serta mendukung pembangunan wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian dan fungsi lingkungan hidup. Pengertian Perikanan dalam UU No.3 I /2004, adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilakukan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Perikanan modem pada dasamya merupakan suatu pembangunan perikanan yang berorientasi agribisnis. Sasaran akhir dari pembangunan perikanan keseluruhan adalah meningkatkan pendapatan sekaligus kesejahteraan bagi para petanilnelayan. Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan langkah-langkah
atau
strategi
pembangunan
perikanan
yang
mengutamakan
keterpaduan baik dalam lingkup lintas sektor, antar sektor maupun wilayah. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan dapat terwujud suatu pembangunan perikanan yang mantap
dan
efisien
didalam
menunjang
pembangunan
yang
berkelanjutan.
Pembangunan perikanan semacam itu tidak lain adalah usaha pengentasan kemiskinan dan pengembangan wilayah pesisir dengan pemanfaatan berbagai sumberdaya yang tersedia, melalui peningkatan produktivitas perikanan serta nilai tambah, dengan orientasi agribisnis (Syaukani, 2004:8). Sifat keterpaduan dalam pembangunan perikanan tersebut menghendaki koordinasi yang mantap, mulai tahapan perencanaan sampai kepada pelaksanaan dan pemantauan serta pengendaliannya. Untuk itu, dibutuhkan visi, misi, strategi, kebijakan dan perencanaan program yang mantap dan dinamis. Melalui koordinasi dan sinkronisasi dengan berbagai pihak baik lintas sektor maupun subsektor, tentu dengan memperhatikan sasaran, tahapan dan keserasian antara rencana pembangunan nasional dengan
regional, diharapkan diperolah
keserasian dan
keterpaduan
38
perencanaan dari bawah (bottom up) yang bersifat mendasar dengan perencanaan dari atas (top down) yang bersifat policy, sebagai suatu kombinasi dan sinkronisasi yang lebih mantap. Menurut Charles (1994) dikutip Fauzi dkk (2002:43-55) konsep pembangunan perikanan yang berkelanjutan mengandung aspek: 1. Ecological
sustainability (keberlanjutan
ekologi),
dalam
pandangan
m1
memelihara keberlanjutan stok agar tidak melewati daya dukungnya; 2. Socioeconomic sustainability (keberlanjutan
sosial
ekonomi),
konsep
ini
mengandung makna bahwa pembangunan perikanan harus memperhatikan keberlanjutan dan kesejahteraan pelaku perikanan baik pada tingkat individu~ 3. Community sustainability, mengandung makna bahwa keberlanjutan kesejahteraan dari sisi komunitas atau masyarakat haruslah menjadi perhatian pembangunan perikanan yang berkelanjutan. 4. Institutional
sustainability
(keberlanjutan
kelembagaan),
menyangkut
pemeliharaan aspek finansial dan administrasi yang sehat. Pembangunan perikanan yang berkelanjutan dimulai sejak tahun 90-an yang merupakan proses dari beberapa perubahan yang menyangkut: (a) meningkatnya perhatian terhadap lingkungan dari
para stakeholders terhadap pengelolaan
sumberdaya alam termasuk sumberdaya perikanan dan kelautan; (b) teljadinya
collapse dari beberap perikanan dunia seperti tuna dan salmon yang menyadarkan orang tentang konsekuensi ekologi, sosial dan
ekonomi~
(c) pemberdayaan para
stakeholders yang menuntut diperlukan pandangan yang lebih luas (ho/istik) mengenai pengelolaan perikanan.
39
2.4.2 Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pembangunan pesisir, laut dan perikanan memiliki potensi sumberdaya dan keanekaragaman hayati yang cukup besar dan berpeluang untuk dikembangkan. Pembangunan kelautan dan perikanan mensyaratkan adanya ciri-ciri endogen dari konsep dan pemikiran pembangunan tersebut. Ciri-ciri endogen dalam pembangunan kelautan dan perikanan dijelaskan oleh Friberg dan Hettne dikutip Solihin (2005:42) yaitu: (I) unit sosial dari pembangunan itu haruslah sebuah komunitas yang dibatasi oleh ikatan budaya, dan pembangunan itu harus berakar pada nilai-nilai dan pranatapranata yang ada; (2) adanya kemandirian, yakni setiap komunitas bergantung pada kekuatan dan sumberdayanya sendiri (internal), bukan pada kekuatan luar (ekstemal); (3) keseimbangan ekologis yang menyangkut kesadaran akan potensi ekosistem lokal dan batas-batasnya pada tingkat lokal dan global. Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan pada dasamya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh masyarakat, terutama di daerah pesisir.
Menurut Satria, Arif dkk
(2002:8-1 0),
Prinsip-prinsip pengelolaan
sumberdaya perikanan meliputi: l.Prinsip kelestarian sumberdaya Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground, nursery ground, hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan. Teknologi yang digunakan juga harus merupakan teknologi yang ramah Iingkungan sehingga tidak mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan dan munculnya konflik sosial di masyarakat nelayan; 2. Prinsip kelestarian budaya
40
Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam era otonomi daerah harus memperhatikan kearifan-kearifan lokal, pengetahuan lokal, hukumhukum adat yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya tersebut; 3. Prinsip ekonomi Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah dan pendapatan asli daerah sehingga mampu mewujudkan kemandirian. Hal ini tercermin pada pemerataan alokasi dan distribusi sumberdaya perikanan tanpa memprioritaskan suatu kelompok masyarakat.
Untuk mendukung hal ini, pemerintah daerah
diharapkan mampu memperbaiki aspek kelembagaan, yaitu penetapan kebijakan publik, insentif, dan peraturan daerah yang kondusif bagi pengembangan kegiatan ekonomi di daerah yang berbasis pada keterlibatan masyarakat setempat. 4. Prinsip partisipatif Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan akan berjalan dengan baik bila melibatkan partisipasi semua pihak yang terkait (stakeholderslpemangku kepentingan), yaitu pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, serta masyarakat itu sendiri.
Adanya partisipasi semua pemangku
kepentingan akan mewujudkan rasa memiliki dan tanggung jawab untuk bersamasama menjaga kelestarian sumberdaya perikanan. Hidayati (1999) dikutip Nikijuluw, dkk (2002:29-42) menyatakan bahwa salah satu langkah yang dapat dilakukan agar masyarakat dapat berpartisipasi dalam pengelolaan berbasiskan masyarakat adalah melalui pemberdayaan masyarakat.
Dalam pengembangan partisipasi masyarakat
perlu mengidentifikasi dan menginventarisasi serta memahami stakeholders. Untuk itu, dalam partisipasi masyarakat diperlukan adanya komunikasi dua arah yang terus
41
menerus dan informasi yang berkenaan dengan program, proyek atau kebijakan yang disampaikan dengan bermacam-macam teknik yang tidak hanya pasif dan formal tetapi juga aktif dan informal. 5. Prinsip akuntabilitas dan transparansi Prinsip akuntabilitas memiliki arti, segala kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan daerah dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Adapun prisnip-prinsip transparansi
adalah segala keputusan politik, kebijakan publik dan peraturan yang dibuat daerah kabupatenlkota diketahui seluruh lapisan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan distribusi dan alokasi pemanfaatan sumberdaya perikanan. Hal ini penting agar terwujud pemerintahan yang bersih (good governance). 6. Prinsip keterpaduan Melalui keterpaduan di antara pemangku kepentingan yang meliputi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat, proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan akan dapat beljalan dengan baik.
Selain itu, kepentingan
masing-masing pihak akan terakomodasi dan terjalin keterpaduan antarsektor. Prinsip keterpaduan ini akan teraktualisasi dalam bentuk saling tukar informasi dan akses antar pemangku kepentingan dalam meningkatkan kualitas pengelolaan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan. 7. Prinsip persatuan dan kesatuan Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam era otonomi daerah merupakan upaya memberdayakan kekuatan masyarakat lokal untuk menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman yang
42
datangnya dari dalam dan luar daerah yang bermaksud mengeruk kekayaan lautan Indonesia. Pembangunan perikanan yang tangguh dan berdaya samg keterlibatan
dan
partisipasi
seluruh
komponen bangsa,
memerlukan
yaitu
masyarakat
politik (eksekutif, legislatif, yudikatif), masyarakat bisnis (petani ikan/nelayan, koperasi,
pengusaha),
masyarakat
madani
(perguruan
tinggi, lembaga riset,
lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat dan kaum adat, asosiasi, dan organisasi massa lainnya).
Resi, Ismani H.P., Soesilo Zauhar (2005:59-75)
mengemukakan bahwa hubungan kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan LSM akan mencapai hasil yang relatif memuaskan yaitu ada kerja sama yang saling mendukung terhadap program dan sasaran yang ingin dicapai. Sinergi antara LSM dengan pemerintah daerah adalah agar birokrasi pemerintah bertindak sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator dalam pembangunan masyarakat. Wiryawan, dkk (200 l) dikutip Tahir, dkk (2002: l-16) menyatakan bahwa perencanaan yang melibatkan
semua stakeholders
memiliki
manfaat:
(I)
meningkatkan rasa kepemilikan stakeholders terhadap program tersebut; (2) terciptanya kompromi diantara stakeholders; (3) meminimalisasi kemungkinan konflik atau hambatan yang dihadapi saat implementasi rencana terse but; (4) merupakan sosialisasi awal dari suatu program.
2.4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pembangunan perikanan Riyadi dan Bratakusumah (2004: 15-39), menyatakan bahwa faktor-faktor perencanaan pembangunan daerah yang merujuk pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan adalah: faktor lingkungan, faktor sumberdaya
43
manusia perencana, faktor sistem yang digunakan, faktor perkembangan ilmu dan teknologi, dan faktor pendanaan. Sebagaimana yang diungkapkan pembangunan
perikanan juga
oleh
dipengaruhi
Riyadi tersebut, perencanaan oleh
faktor-faktor
lingkungan,
sumberdaya manusia, pendanaan dan sistem maupun teknologi yang digunakan. Sumberdaya kelautan Indonesia merupakan salah satu aset pembangunan yang penting dan memiliki peluang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi negara Indonesia. Menurut Budi (2002: 17) faktor pendukung pembangunan perikanan adalah:
"Pertama, secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.508 pulau dan 81.000 km garis pantai; kedua, di wilayah pesisir dan kelautan yang sangat luas tersebut terdapat potensi pembangunan berupa aneka sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang belum dimanfaatkan secara optimal; Ketiga, seiring pertambahan penduduk dan semakin menipisnya sumberdaya pembangunan di daratan, pennintaan terhadap produk danjasa kelautan dan perikanan meningkat". Selanjutnya menurut Syaukani (2004:8) faktor pendukung sektor perikanan yaitu : (I) komoditi perikanan merupakan komoditi ekspor; (2) sektor perikanan merupakan sektor padat karya dan menyerap banyak tenaga kerja; dan (3) tingkat pemanfaatan sektor perikanan masih rendah dan dapat ditingkatkan. Perencanaan pembangunan perikanan selain memiliki faktor pendukung terdapat kendala-kendala yang menyebabkan perencanaan pembangunan perikanan tidak berhasil. Menurut Tahir, dkk (2002: 12) ego sektoral akan menjadi ancaman manakala masing-masing sektor membuat program sendiri-sendiri tanpa adanya koordinasi dengan sektor lain dan kurangnya partisipasi (melibatkan) masyarakat dalam perencanaan. Perencanaan dan implementasi yang melibatkan setiap unsur masyarakat (stakeholders) akan memberikan pengakuan yang lebih luas dan kuat.
44
Syaukani (2004:7) mengemukakan dalam membangun sektor perikanan terdapat hambatan yang perlu diatasi yaitu : ( 1) pembangunan sektor perikanan masih didominasi oleh kepentingan politik bukan kepentingan ekonomi; (2) pendanaan ; dan (4) ego kedaerahan dan sektoral. Dari uraian di atas, dalam perencanaan pembangunan perikanan faktor sumberdaya manusia perencana memegang peranan penting, sebab perencana yang menguasai bidang pekerjaannya akan dapat membuat perencanaan yang komprehensif sehingga pembangunan perikanan dapat dilaksanakan dan memberi manfaat yang optimal sesuai dengan kondisi yang ada. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam pembangunan perikanan perikanan adalah faktor pendanaan. Seperti pendapat yang dikemukan oleh Riyadi dan Bratakusumah (2004:38), bahwa: "faktor pendanaan pada dasamya merupakan faktor yang sudah given, artinya hal itu memang hams ada untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Dengan pendanaan yang memadai akan dapat dilakukan proses perencanaan pembangunan perikanan yang optimal sehingga manfaat dari perencanaan tersebut juga optimal. Selanjutnya dengan pendanaan yang memadai akan dapat dilakukan pembangunan prasarana dan sarana pendukung pembangunan perikanan yang diprioritaskan.
2.5 Penelitian Terdahulu Jorikon Kindangen (2007), meneliti pemberdayaan masyarakat miskin di Kecamatan Gadung Kabupaten Buol - Sulawesi Tengah (perspektif people-centered development).
45
Adapun hasil penelitian Jorikon tersebut menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat miskin di Kecamatan Gadung khususnya di tiga desa lokasi penelitian (Lokodoka, Lokodidi, Mantinan), cukup berhasil pada tataran partisipasi dan kemandirian masyarakat. Ini dibuktikan dengan keberhasilan di semua desa mulai dalam pembentukan organisasi, sosialisasi sampai pada tahap penggalian gagasan, namun apa yang terjadi di desa Lokodoka, itu merupakan salah satu contoh kecil bahwa apabila suatu pembangunan masih terlalu banyak diintervensi dalam hal ini Pemerintah desa atau lebih dikenal dengan elit desa dan didominasi sebagian masyarakat yang mempunyai pendidikan relatif rendah tapi di anggap tokoh 'patron
klien' maka pembangunan itu tidak akan pemah berhasil. Penetapan usulan kegiatan pembangunan desa yang menggunakan dana Program Bantuan Pembangunan Desa untuk desa Lokodidi dan Desa Mantinan telah ditetapkan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan yang sangat mendasar dari masyarakat itu sendiri, prioritas kebutuhan masyarakat berdasarkan asas musyawarah mufakat sejak Musbangdus sampai pada penetapan hasil keputusan rapat pembangunan desa (bottom up planning). Ketidakberhasilannya pelaksanaan kegiatan pembangunan di Desa Lokodoka disebabkan oleh dua kendala utama yang ditemui dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pertama, problematik kultural yaitu disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang rendah, sehingga menimbulkan masalah kultural seperti etos kerja yang rendah dan adat-istiadat yang tidak mendukung. Kedua, problematik struktural yang disebabkan oleh adanya kebijakan pembangunan yang kurang mendukung proses pemberdayaan masyarakat seperti penyediaan permodalan, teknologi, dan pasar. Kesuksesan pelaksanaan kegiatan program bantuan pembangunan desa di Desa Matinan dan Desa Lokodidi karena menggunakan pendekatan pemberdayaan
46
dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk turut serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengambilan keputusan yang tepat sesuai kebutuhan yang sangat mendasar (skala prioritas kebutuhan), sehingga dalam pelaksanaannya timbullah partisipasi masyarakat berupa tenaga, baik teknis maupun non teknis, pikiran, maupun material secara sukarela. Disadari dalam pelaksanaan Program Bantuan Pembangunan Desa ada pula hambatan-hambatannya. Hambatan yang ditemukan di Desa Lokodoka dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana perhubungan adalah : (I) sebagian masyarakat tidak terlibat dalam kegiatan tersebut (apatis) karena perencanaan yang ditetapkan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat (skala prioritas kebutuhan). Hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan sangat terbatas (rendah) baik Lembaga Kemasyarakatan maupun aparat pemerintah desa, sehingga tidak dapat membedakan skala prioritas kebutuhan masyarakat; (2) budaya lokal, dimana seorang pemimpin (kepala desa) berdomisili lebih memperhatikan masyarakatnya, sehingga penetapan perencanaan terkesan untuk kepentingan para elit desa serta masyarakat dusun Empat dan dusun Tiga (tempat tinggal kepala desa dan para elit desa lainnya); (3) selain itu, dalam penetapan perencanaan (Musbangdes) masyarakat tidak terlibat secara langsung tetapi melalui figur yang dituahkan/tokoh masyarakat (pola patron klien) untuk memperjuangkan aspirasi mereka, walaupun tokoh tersebut buta aksara atau kemampuannya sangat terbatas, sehingga apa yang diperjuangkan belum tentu diterima oleh forum rapat, dalam arti belum tentu dapat memperjuangkan aspirasi dari masyarakatnya.
Hartawan
Amir
Silondae
(2007),
Partisipasi
Masyarakat
dalam
Pembangunan Prasarana Jalan pada Proyek Pemberdayaan Masyarakat untuk
47
Pembangunan Desa (Studi Kasus Peningkatan Jalan di Desa Trimulya Kecamatan Lambuya Kabupaten Konawe ). Proyek Pemberdayaan Masyarakat Untuk Pembangunan Desa (PMPD) atau biasa disebut dengan Community Empowerment For Rural Development Project (CERD), merupakan proyek berbasis masyarakat yang bertujuan untuk mengentaskan masyarakat miskin perdesaan yang tinggal di dekat pusat pertumbuhan, melalui upayaupaya: ( l) memberdayakan masyarakat desa dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam merencanakan dan mengelola kegiatan pembangunan desanya serta meningkatkan kapasitas aparat pemerintah dalam memfasilitasi pembangunan perdesaan; (2) mendukung kegiatan investasi lokal serta meningkatkan keterkaitan perdesaan-perkotaan dengan membangun sarana dan prasarana perdesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktifitas usaha skala kecil dan mikro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ( 1) masyarakat paham dan sadar akan kondisi mereka sehingga melalui Mekanisme Pemberdayaan Berbasis Masyarakat (MPBM), masyarakat mampu menggambarkan akar permasalahan mereka dan tujuan yang ingin dicapai; (2) Masyarakat sadar akan potensi-potensi yang ada pada diri mereka yang selama ini tidak terpikirkan sebagai kekuatan atau potensi yang mendukung kegiatan mereka; (3) Dengan MPBM, masyarakat bisa berdaya, membuka diri dan mandiri menikmati hasi-hasil potensi pembangunan yang dicapai dan tidak lagi
dijadikan
sebagai
obyek
pembangunan tetapi
mereka adalah subyek
pembangunan. Dalam bidang pengembangan sumberdaya manusia; (1) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang proses-proses pembangunan melalui kegiatan sosialisasi Proyek PMPD/CERD; (2) masyarakat utamanya kelompok usaha yang
48
mengelola kegiatan usaha pada masing-masing KKPDus telah mampu membuat proposal sederhana; (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang proses pelaksanaan, perencanaan serta pemeliharaan dalam pembangunan. Adapun Kendala yang ditemukan pada partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan tersebut adalah : (1) tingkat pendidikan masyarakat penerima program dalam hal ini Desa Trimulya yang rendah; (2) belum terciptanya suasana dan kondisi yang mendukung bagi partisipasi masyarakat; (3) kejenuhan akibat proses yang panjang; (4) lebih berperannya elit lokal serta aparat desa. Agus Mirsatya (2005), Perencanaan Pembangunan Daerah (Suatu Kajian tentang Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo). Penelitian ini dilakukan, atas dasar pentingnya sektor pariwisata sebagai sektor yang diharapkan di masa yang akan datang menjadi tumpuan harapan sebagai penghasil devisa akibat turunnya pendapatan dari sektor minyak bumi. Agar harapan tersebut dapat dipenuhi maka perencanaan pembangunan pariwisata memegang peranan yang sangat penting. Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
mekanisme
perencanaan
pembangunan daerah bidang pariwisata di Kabupaten Kulon Progo dilakukan melalui jalur masyarakat dan jalur pemerintah daerah.
Jalur masyarakat adalah
melalui Musbangdes di tingkat desa, UDKP di tingkat kecamatan sampai dengan Rakorbang di tingkat kabupaten. Sedangkan jalur pemerintah daerah adalah melalui perencanaan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo. Proses perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata di Kabupaten Kulon Progo juga mengenal mekanisme top-down dan bottom-up.
49
Perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo: a) telah berusaha diarahkan untuk mengembangkan kawasan-kawasan geografis yang memang tepat untuk dikembangkan sebagai obyek wisata, b) telah memperhatikan faktor lingkungan, c) telah diarahkan untuk menyediakan sarana dan prasarana di obyek wisata. Pencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo telah melibatkan masyarakat, walaupun keterlibatan masyarakat di sini tidak dimulai sejak awal proses perencanaan yang dilakukan tetapi setelah pelaksanaan dari perencanaan yang dilakukan. Faktor penghambat dalam proses perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata di Kabupaten Kulon Progo adalah : a) Kurangnya kemampuan perencana di desa, tidak terdapatnya tenaga fungsional perencana serta kurangnya pemahaman masyarakat di desa tentang makna pembangunan yang mengartikan pembangunan hanya berkaitan dengan kegiatan yang bersifat fisik saja, b) Terbatasnya anggaran untuk
mendukung
proses
perencanaan
dan
terbatasnya
anggaran
untuk
melaksanakan program atau kegiatan yang telah direncanakan, c) Faktor politis yaitu para anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo yang lebih mengutamakan kepentingan konstituennya daripada kepentingan masyarakat secara keseluruhan.
Purwati, dkk (2004), Partisipasi Politik Dalam Pembangunan Desa. Tujuan penelitian ini untuk: (I) mengetahui dan menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap kualitas partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa baik secara parsial maupun simultan; (2) mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa.
50
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial, faktor sosial ekonomi (X 1), faktor politik (X2), faktor fisik individu dan lingkungan (X3 ), dan faktor nilai budaya (X4) mempunyai pengaruh positifyang signifikan terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai budaya (X4) mempunyai pengaruh yang dominan. Hal ini dikarenakan masyarakat desa masih kental dengan nilai budaya politik pedesaan jawa dan memiliki potensi yang lebih tinggi dalam mempengaruhi partisipasi politik masyarakat.
Nikijuluw, dkk (2002), Penelitian terhadap Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten lndramayu, Propinsi Jawa Barat.) Tujuan penelitian adalah untuk : (I) mengetahui strategi dan kegiatan-kegiatan yang digunakan didalam pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove; (2) mengetahui hubungan antara strategi yang dijalankan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove, dan (3) menentukan strategi pengembangan partisipasi masyarakat yang optimal dalam pengelolaan mangrove. Hasil penelitian menunjukkan, pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove dillakukan melalui strategi persuasif (melalui pembinaan), edukatif (pelatihan-pelatihan) dan fasilitatif (pemberian bantuan usaha).
Ketiga
strategi ini berkorelasi positif dan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam persiapan, integrasi dalam
masyarakat,
pengembangan partisipasi meliputi: pendidikan masyarakat, pembentukan
kelompok masyarakat, penguatan kapasitas kelompok, kelompok mandiri, monitoring dan evaluasi. Arahan strategi pengembangan partisipasi masyarakat kedepannya
51
adalah meningkatkan partisipasi seluruh kelompok masyarakat (stakeholders) di dalam pengelolaan mangrove desa sesuai dengan peran dan fungsinya, mendorong pemerintah desa dan BPD untuk membuat peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan mangrove desa dan mendorong pemerintah daerah untuk membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir. Meskipun memiliki kesamaan dalam menggali partisipasi masyarakat, namun dalam keseluruhan penelitian yang telah diuraikan di atas terdapat perbedaan mendasar dengan penelitian yang dilakukan penulis dalam hal tema proses perencanaan pembangunan perikanan yang difokuskan pada identifikasi stakeholders, interaksi stakeholders dan kendala-kendala yang dihadapi. Dibawah ini merupakan rangkuman penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk tabel.
0£
Tabell. Temuan Penelitian Terdahulu
No.
Nama Peneliti dan Judul Penclitian 2 Joriko Kindangen (2007 ), Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kccnmatan Gadung Kab.Buoi-Sulawcsi Tcngah (Perspektif People Centered
De11elopme111)
Temuan
Fokus Penclitian 3 I. Bagaimana partisipasi dan kcmandirian pclaksanaan dalam masyarakat pcmhcrdayaan mnsyarakat miskin di tinjau dari sctiap tahapan :a) pcmbcntukan organisasi pclaksunaan kcgiatan: b) sosialisasi: c) pelaksanaan dan pclcstarian
"
I. Proses pcmbcrdayaan masyarakat miskin di Kecamatan Gadung, khususnya di tiga desa lokasi penelitian (Lokodoka,Lokodidi, Mantinan). cukup berhasil pada lataran partisipasi dan kemandirian masyarakat. ini dibuktikan dcngan kcbcrhasilan semua dcsa mulai dalam pembentukan organisasi. Untuk lahap sosialisasi dan pclaksanaan kcgiatan di Dcsa Lokodoka banyak diinlervcnsi olch pemerinlah dcsa (elit desa) dan didominasi masyarukat yang mcmpunyai pendidikan rcndah tclapi dianggap scbagai lokoh. Untuk Desa Lokodidi dan Dcsa Mantinan Ielah scsuai dengan keinginan dan kebuluhan masyarakal dan Ielah menggunakan pendekatan pembcrdayaan. schingga dalam pelaksanaannya limbullah partisipasi masyarakal berupa pikiran maupun material
secara sukarela 2.Fuktor-faktor yang mcnjadi pcndukung 2. Kcndala-kcndala yang dihadapi yaitu: (I) Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. (2) budaya lokaL pcluksunaan pcrencanuan tcrkesan untuk kepenlingan para elit desa. (3) masyarakat tidak lerlibal secara langsung dalam pcnghambat pada dan di tiga musrcnbang desa tctapi diwakilkan oleh tokoh masyarakat. dcsu program dana pcmbangunan dcsa pcnclitian
2
lllartawan /\mir Silondac (2007 ), Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Jalan pada Proyck Pcmberdayaan
!.Proses pcmbangunan prasarana jalun yang bcroricntasi kcpada kepcntingan dan partisipasi masyarakat pada proyck l'Ml'D I CERD melalui tahap : pcrcncanaan, pelaksanaan dan pemcliharaan
!'ada dasarnya pclaksanaan pcmbangunan dcsa mclalui l'ruyck l'embcrdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa di Dcsa Trimulya Ielah berjalan sesuai dengan mekanisme dan aluran yang Ielah diletapkan. Dimana pcmbangunan dcsa tcrsebut dilaksanakan dalam liga tahapan kegialan PMPDICERD. yaitu lahap perencanaan. pclaksanaun, sertu pemeliharann.
2.Partisipasi masyarakat dalam pcmbangunan prasaruna julan pudu proyek PMPD/CERD yang mcliputi: a) Purtisipasi dalam Perencannan: b)partisipasi dalam pelaksunaan
Dari hasil pelaksanaan proyek pembcrdayaan masyarakat untuk pembangunan dcsa ini. partisipasi masyarakat dalam pcmbangunun dupal lerlihat sebagai bcrikut : a) Masyarakal paham dan sadar akan kondisi mereka sehingga melului mctodc Mekanisme Pemberdayaan Berbasis Masyarakal (MPBM). masyarakal mampu menggambarkan akar pcrmasalahun mereka dan lujuan yang ingin dicapai, b) Masyarakal sadar akan polensi-polensi yang ada pada diri mereka yang selama ini tidak lerpikirkan sebagai kekualan nlau pulensi yang mendukung kegialan mereka. Masyarukat sadar bahwa mereka adalah bagian dari sislem yang dapal membuka akselerasi pembungunan dan mcnghubungkan dcsa-pcrkolaan (pusat pertumbuhan), c) Dcngan MPBM, masyarakat bisa berdaya. mcmbuka diri dan mandiri mcnikmati hnsi-hasil potensi pembangunan yang dicapai dan lidak lagi dijadikan sebagai obyek pembangunan tctapi mereka adalah subyek pembangunan.
3.Kendala-kcndala masyarakat
dalam
partisipasill.Tingkat pendidikan masyarakat penerima program dalam hal ini Desa Trimulya yang rendah, 2). l3elum tcrciptanya suasana dan kondisi yang mcndukung bagi partisipasi masyaraka, 3 ). Kcjenuhan akibat proses yang Ipanjang, 4 ).Lebih berpcrannya elit lokal serta aparal desa,
!:)3
1
3
2
4
3
I. Mckanismc percncanaan pcmbangunan Agus Mirsatya (2005 ). Percncanaan Pcmbangunan dacrah bidang pariwisata di K;tb. Kulon Daerah (Suatu Kajian tcntang Pro go Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo
I. Mckanismc pcrcncanaan pcmbangunan dacrah bidang pariwisata di Kab. Kulon Progo dilakukan mclalui jalur masyarakat dan jalur pcmerintah dacrah. Jalur masyarakat melalui Musbangdcs di tingkat desa. UDKP di tingkat kccamatan, dan Rakorbang di tingkat Kabupatcn. Sedangkan jalur pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan l'ariwisata Kab. Kulon Progo
2. Hambatan dalam pcmbangunan dacrah 2. llambatan bidang pariwisata di Kab. Kulon l'rogo
4
Purwati (2004 ). Partisipasi Politik dalam Pcmbangunan Des a
I. faktor-taktor yang mempcngaruhi partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa
Nikijuluw (2002). Partisipasi I. Stratcgi dan kegiatan dalam Masyarakat dalam pcngcmbangan partisipasi nws,·arakat Pcngelolaan Mangrove (Studi dalam pcngclolaan mangrove Kasus di Dcsa Karangsong. Kccmnatan lndranwyu. Jawa Barat 2. Hubungan antara stratcgi yang dijalankan dan partisipasi masyurakat dalam pengelolaan mangrove 3. Mcnentukan strategi pcngcmbangan partisipasi masyarakat yang optimal dalam pcngelolaan mangrove
Sumber : data diolah
ada: a) kurangnya kemampuan perencana, b) terbatasnya anggaran. c) taktor politis
I. Faktor yang mcmpengaruhi partisipasi masyarakat yaitu laktor sosial ekonomi. taktor politik. taktor tisik individu dan lingkungan dan faktor budaya 2.Faktor
5
~·ang
buda~·a
mcmpunyai pcngaruh yang dominan
I. Pcngembangan partisipasi masyamkat dalam pcngclolaan mangrove dilakukan mclalui strategi pcrsuasit: cdukatit dan litsilitatif
2. Ketiga strategi tersebut berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dimana kegiatan yang dilakukan dalam pcngcmbangan partisipasi meliputi: persiapan, integrasi dalam masyarakat, pendidikan masyarakat. pembcntukan kelompok masyarakat, monitoring dan evaluasi 3. Arahan stratcgi pengembangan partisipasi masyarakat kedcpannya adalah mcningkatkan partisipasi scluruh kclompok masyarakat (stakeholders) didalam pengelolaan mangrove desa sesuai dengan peran dan fungsinya, mendorong pcmcrintah desa dan BPD untuk membuat peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan mangrove desa dan mcndorong pcmcrintah dacrah untuk mcmbuat pcmturan dacrah yang bcrkaitan dengan pengelolaan wilayah pcsisir.
54
BABill METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh dalam menganalisis fenomena dinamika proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah.
Untuk maksud
memperoleh gambaran yang menyeluruh tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Selain itu penelitian jenis
tni
lebih peka dalam menangkap informasi, dengan cara relatif tetap berusaha mempertahankan keutuhan dari obyek.
Data yang diperoleh dari informan
biasanya disatukan, dan digunakan untuk mempertajam pengumpulan data selanjutnya. (Moleong, 2005:29). Sedangkan alasan penggunaan pendekatan ini adalah sebagai berikut: 1. Proses perencanaan pembangunan perikanan tidak sekedar menyangkut pengetahuan yang dapat dibahasakan,
melainkan juga menyangkut
pengetahuan yang tidak dapat dibahasakan, yang hampir tidak dapat diperoleh melalui pendekatan rasionalitas, sebab pendekatan ilmiah hanya menjelaskan pengetahuan proposional saja (Guba dan Lincon, 1981 dikutip Alwasilah, 2002:1 03). Pemahaman penulis tidak mungkin lengkap tanpa mengetahui perasaan, keinginan, nilai dan kepercayaan informan tentang proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah.
55
2. Tujuan penelitian ini diwarnai oleh adanya interaksi.
Untuk memaknai
kegiatan interakif ini penulis berinteraksi langsung dengan para informan, dengan cara menginterview dan mengobservasi dalam Jatar ilmiah, agar memperoleh pemahaman emik (menurut persepsi informan bukan persepsi peneliti)
tentang
proses
perencanaan
pembangunan
perikanan
di
penelitian
tnt
Kabupaten Lampung Tengah.
3.2 Fokus Penelitian Dengan
menggunakan
pendekatan
kualitatif,
maka
memerlukan adanya fokus penelitian guna membatasi melimpahnya data yang tidak relevan. Fokus penelitian sangat penting peranannya dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Menurut Moleong (2005:94) fokus penelitian berfungsi untuk memilih data yang relevan, meskipun suatu data menarik tetapi karena tidak relevan, maka tidak perlu dimasukkan dalam data yang dikumpulkan. Penerapan fokus penelitian untuk mengetahui
kriteria-kriteria,
inklusi-inklusi
(masukan-masukan) yang
memberikan informasi dilapangan. Melalui bimbingan dan arahan fokus penelitian, penulis dapat mengetahui secara pasti data mana yang diperlukan dan dikumpulkan serta data mana yang dihilangkan karena dianggap tidak relevan. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan
diperoleh
dari
situasi
sosial/lapangan
(Sugiyono,2005:34).
Dengan
memperhatikan uraian tersebut dan mengacu pada rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah: l.ldentifikasi Stakeholders dalam proses perencanaan pembangunan perikanan
56
a. Musrenbang Desa b. Musrenbang Kecamatan c. Forum SKPD d. Musrenbang Kabupaten 2.1nteraksi Stakeholders dalam proses perencanaan pembangunan perikanan a. Musrenbang Desa b. Musrenbang Kecamatan c. Forum SKPD d. Musrenbang Kabupaten 3.Faktor Pendukung dan Penghambat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan a. Faktor pendukung yang meliputi : kondisi geografis dan demografis; b. Faktor penghambat yang meliputi: tingkat pendidikan masyarakat yang rendah; lebih berperannya dominasi elit desa dan tokoh masyarakat; mekanisme yang panjang dalam forum musrenbang, kemampuan finansial pemerintah daerah; ketiadaan sumberdaya aparatur fungsional perencana; ego sektoral.
3.3 Lokasi Dan Situs Penelitian Untuk mendapatkan kesesuaian di lapangan, Moleong (2005: 26) menyebutkan cara terbaik yang bisa ditempuh dalam penentuan lapangan penelitian adalah dengan jalan bahwa penulis berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang suatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah. Sedangkan menurut Tholchah Hasan dkk (2003:188), bahwa:
57
"penetapan situs, Jatar dan partisipan hams dideskripsikan, seperti siapa saja yang ada di dalam Jatar dan dalam situasi apa sebuah topik atau fenomena diteliti, dimana kesemuanya akan membawa dan menambah dimensi terhadap pemahaman dan kredibilitas potensial dari temuan-temuan penelitian. Selain itu, keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu dipertimbangkan dalam penetapan Jokasi penelitian". Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis memilih lokasi di Kabupaten Lampung Tengah dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut: I. Dengan adanya UU No.22/1999 jo UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, Kabupaten Lampung Tengah telah menerapkan perencanaan pembangunan daerah melalui forum musrenbang dan sesuai dengan misi pertama Kabupaten Lampung Tengah yaitu
mengembangkan
sistem
pertanian
berbasis agribisnis dan
perekonomian kerakyatan yang didukung dunia usaha terutama di sektor perikanannya, sehingga dapat melihat kemampuan pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam mengakomodasi aspirasi masyarakat perikanan dalam proses perencanaan pembangunan daerah. Dari sejumlah kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah dipilih Kecamatan Bandar Surabaya dengan Desa Cabang sebagai sampel yang akan dilakukan penelitian secara lebih mendalam dengan teknik indepth-interview dan observasi. Untuk itu sengaja dipilih kecamatan dan desa yang dianggap mengetahui proses perencanaan pembangunan perikanan selama ini. 2. Pertimbangan utama dalam memilih kecamatan dan desa tersebut adalah Kecamatan Bandar Surabaya dengan Desa Cabang adalah tipe desa nelayan yang kultur masyarakatnya masih sederhanaltradisional dan pendidikan masyarakatnya tergolong rendah. Masyarakat Desa Cabang sebagian besar berpendidikan Sekolah Dasar (SO) dan masih terdapat yang buta huruf. Hal ini dikarenakan di Desa
58
Cabang hanya tersedia Sekolah Dasar saja dan untuk sekolah lanjutan harus ke Kecamatan Seputih Surabaya yang terdekat dengan Kecamatan Bandar Surabaya. 3. Sultoni (Radar Lampung, 26 Januari 2007), menyatakan bahwa Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahun anggaran 2007, dinilai tidak berjalan secara maksimal. Karena banyak aspirasi dari masyarakat di tingkat desa yang tidak tercantum dalam Berita Acara Penandatanganan (BAP), kemudian pengambilan keputusan terjadi di ruang privat birokrat dan politisi tanpa adanya proses transparansi. 4. Lokasi penelitian tersebut mudah dijangkau baik dari segi geografi maupun secara praktis seperti, waktu, biaya, dan tenaga. Sedangkan situs penelitian merupakan tempat dimana penulis melakukan penelitian dengan mengkaji adanya fenomena yang ada. Dalam rangka kegiatan ini penulis bergerak menuju ke kantor Bappeda Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah untuk minta ijin turut serta dalam proses penjaringan aspirasi masyarakat melalui tahapan musrenbang, kemudian penulis bergerak menuju Desa Cabang guna mengetahui gambaran umum Desa Cabang, proses perencanaan pembangunan yang melibatkan stakeholder perikanan dan interaksi antar stakeholders pada proses perencanaan tersebut. Penggalian data di desa diawali dari pemerintah desa, kemudian berusaha menggali perbedaan tafsir dan benturan kepentingan.
Selanjutnya bergerak ke
Kantor Camat Bandar Surabaya guna mengetahui proses perencanaan di tingkat kecamatan (bagaimana interaksi yang terjadi antar stakeholders), kemudian penelitian bergerak menuju Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah selaku Dinas yang terkait dengan perencanaan pembangunan perikanan
59
untuk
mengetahui
hambatan-hambatan
yang
terjadi
dalam
perencanaan
pembangunan perikanan dan kemudian peneliti menuju ke Bappeda. Penggalian data dan informasi tersebut merupakan salah satu cara untuk melihat heterogenitas cara pandang dari policy stakeholders sehingga keutuhan gambaran proses perencanaan pembangunan perikanan semakin utuh dan benarbenar dapat mencerminkan kebutuhan nelayan dan pembudidaya ikan.
3.4 Somber dan Jenis Data Dalam penelitian kualitatif mengakui adanya dua jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif (Sutopo, 2002: 116). Dengan demikian dalam penelitian ini sumber data yang digunakan berasal dari dua jenis data tersebut, dan dapat diuraikan sebagai berikut :
3.4.1 Data Kualitatif Data kualitatif adalah jenis data yang lebih menekankan pada makna. Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2004: 157) dikatakan bahwa somber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain . Dengan demikian sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut : Lin forman Informan adalah orang yang dianggap mengetahui benar fenomena yang menjadi obyek penelitian, sehingga dapat membantu penulis dalam menggali informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif. Dengan demikian berdasarkan sumber data, in forman awal dipilih secara purposive (sengaja ), yaitu ditentukan oleh penulis sendiri sesuai dengan tujuan penelitian.
60
Sedangkan untuk menentukan infonnan selanjutnya menggunakan teknik
snow ball sampling, dari mana atau dari siapa dimulai tidak menjadi persoalan, namun jika telah berjalan maka pemilihan berikutnya berdasarkan pada apa yang menjadi keperluan penulis. Maksud sampling dalam hal ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin infonnasi dari berbagai macam sumber. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan, kekhasan dari Jatar, individu, maupun kegiatan yang ada ke dalam konteks yang unik dan untuk menggali infonnasi yang akan menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul. Setelah teknik snow ball sampling, maka infonnasi terakhir didasarkan kepada kejenuhan data yakni tidak ada variasi lagi atas data yang diberikan oleh infonnan. Dengan demikian, infonnan awal yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kepala Bappeda beserta staf , Camat Bandar Surabaya beserta staf dan Kepala Desa Cabang beserta perangkat desa dan masyarakat desa guna mengetahui deskripsi proses perencanaan
pembangunan
perikanan
serta
identifikasi
dan
interaksi
antar
stakeholders yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut. Selanjutnya menuju kepada Kepala Bidang Bina Program dan SDM Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah beserta staf untuk cross check mengenai proses perencanaan pembangunan perikanan. Pada akhir penelitian, berdasarkan infonnan yang telah dipilih tersebut, akan dihasilkan
gambaran
menyeluruh
mengenai
dinamika
proses
perencanaan
pembangunan daerah khususnya proses perencanaan pembangunan perikanan. 2.Dokumen dan Arsip Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkenaan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.
Hal ini dapat berupa gambar, rekaman
61
ataupun benda peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa tertentu. Dalam hal ini dokumen resmi yang digunakan adalah perundang-undangan yaitu UU No. 32/2004 tentang pemerintahan daerah, UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 31/2004 tentang Perikanan, Profil Kabupaten Lampung Tengah, Perda ataupun SK Bupati terkait dengan proses perencanaan pembangunan daerah dan dokumen lainnya yang terkait. Sedangkan dokumen berupa gambar adalah foto-foto yang terkait dengan aktivitas yang ada dalam fokus penelitian yang telah dirumuskan, seperti halnya fotografi peserta musrenbang kecamatan. musrenbang kabupaten dan perwakilan perempuan dalam musrenbang kecamatan. 3. Peristiwa Peristiwa merupakan semua aktivitas yang berhubungan dengan konteks penelitian.
Peristiwa ini bisa menghasilkan data melalui proses pengamatan.
Dalam penelitian ini, peristiwa yang menjadi fokus pengamatan adalah proses perencanaan pembangunan perikanan seperti dalam musrenbang desa (Desa Cabang), musrenbang kecamatan Bandar Surabaya, forum SKPD dan musrenbang kabupaten.
3.4.2 Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah Jems data yang berkaitan dengan jumlah dan biasanya dalam bentuk terukur. Data ini digunakan sebagai fenomena pendukung analisis kualitatifyang bermanfaat bagi kemantapan kesimpulan akhir penelitian. Adapun sumber data yang berasal dari data kuantitatif ini adalah data statistik yang berasal dari buku Monografi dan Potensi Desa, Profil Kabupaten serta
62
data statistik yang terkait dengan proses perencanaan pembangunan perikanan. Data statistik tersebut diintepretasikan dari sisi makna yang terkandung didalamnya bukan dari sisi angka (numerik) itu sendiri.
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian atau alat pengumpul data adalah penulis sendiri. Penulis dapat secara langsung menyaksikan dan mengamati fenomena yang berkaitan dengan penelitian ini, dengan demikian penulis merupakan instrumen pokok (Moleong, 2005:4), sedangkan instrumen penunjangnya adalah: l.
Pedoman wawancara, yaitu berupa daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan dalam penelitian ini.
Peneliti mengajukan pertanyaan
kepada kepala desa, camat, kepala bappeda, kabid bina program dan SDM Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah dan pihakpihak sumber data yang terkait dengan proses perencanaan pembangunan perikanan melalui musrenbang desa, musrenbang kabupaten, forum SKPD dan musrenbang kabupaten. 2.
Buku catatan, alat tulis dan alat rekam lainnya, yang akan digunakan untuk mencatat data-data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahap yaitu: l.
Proses memasuki lokasi penelitian (getting in)
63
Pada tahap pertama diawali dengan mendatangi infonnan yang terdapat di Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, dalam hal ini Sekertaris Bappeda serta staf yang terlibat aktif dalam proses perencanaan pembangunan guna mendapatkan berbagai
infonnasi
atau
memperoleh
gambaran
tentang kondisi
desa
dan
masyarakatnya terutama yang berhubungan dengan pembangunan perikanan. Agar proses memasuki lapangan berlangsung dengan baik, maka penulis berupaya mencari penghubung yang dapat mempertemukan dengan para infonnan, dan yang menjadi penghubung penulis disini adalah Kabid Sosial Budaya yang kebetulan penulis kenai, juga kenai dekat dengan Camat dan Kepala Desa. Disini penulis memperkenalkan diri kepada perangkat yang ada di kantor kecamatan dan desa, maksud dan tujuan penulis. Selanjutnya camat memperkenalkan penulis kepada kepala desa dan peserta musrenbang kecamatan, dan penulis berusaha menjalin hubungan yang akrab dengan para infonnan. Untuk mendapatkan data yang valid, penulis kemudian berinteraksi dengan perangkat desa dan ketua BPD
dengan
berlandaskan hubungan yang etik, sopan dan simpatik, sehingga bisa mengurangi jarak sosial antara penulis dengan para infonnan dan menimbulkan hubungan keakraban terhadap infonnan. Ketika pemerintah desa dan kecamatan kurang dapat memberikan infonnasi yang memadai mengenai kondisi desa, maka infonnan bergulir ke warga setempat yang mengetahuinya yaitu sesepuh desa dan tokoh masyarakat. Selanjutnya bergerak menuju Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah menemui Kabid Bina Program dan SDM beserta staf guna mendapatkan infonnasi sekaligus meng-cross check tentang proses perencanaan pembangunan perikanan. 2. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)
64
Penulis berusaha masuk kedalam perspektif informan dan beradaptasi dengan kondisi dan situasi lingkungan sehingga mampu memperoleh data dan informasi yang relevan dengan sasaran penelitian. Pada tahap ini upaya yang dilakukan penulis adalah melakukan pendekatan baik yang bersifat formal yaitu dengan mendatangi kantor desa, kantor camat, kantor Bappeda dan Dinas Petemakan dan Perikanan secara resmi maupun informal secara pribadi yang akrab dengan para subyek penelitian dalam hal ini tokoh masyarakat, Kepala Desa Cabang serta staf kecamatan yang berperan dalam proses perencanaan pembangunan. Dalam proses ini penulis berusaha untuk memperoleh informasi selengkapnya, serta berupaya menangkap makna intisari dari berbagai informasi yang diperoleh tersebut. Hal ini penulis lakukan ketika mengadakan wawancara dengan staf Bappeda, camat, kepala desa, masyarakat setempat, yang dilakukan dengan sopan dan santun. Penulis berusaha melakukan pengamatan baik langsung maupun tidak langsung, berdiskusi, dan tukar menukar informasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kecocokan serta kejelasan gambaran mengenai proses perencanaan pembangunan perikanan beserta interaksi stakeholders yang terjadi. 3. Logging Data (saat pengumpulan data) Dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data yang diperlukan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu;
a. Wawancara secara mendalam. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data, dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada informan yang berasal dari kepala desa dan perangkat desa, kelompok tani nelayan, tokoh masyarakat, ketua BPD, Camat dan perangkat Kecamatan, Kabid Bina Program dan SDM Dinas Petemakan dan Perikanan
65
Kab.Lampung Tengah dan Kepala Bappeda beserta staf yang menjadi subjek penelitian. Teknik wawancara yang digunakan bersifat tidak terstruktur dan mendalam, hal ini dikarenakan penulis merasa tidak tahu apa yang diketahuinya (Sutopo, 2002:125). Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang mengarah pada kedalaman informasi serta dilakukan tidak secara formal terstruktur, untuk menggali pandangan subyek yang diteliti tentang proses perencanaan pembangunan perikanan. Wawancara dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan penulis untuk mendapatkan kejelasan dan kemantapan masalah yang sedang dijelajahi. Sedangkan alat yang digunakan dalam wawancara adalah interview guide sebagai panduan yang berisikan pokok-pokok pertanyaan yang akan dikembangkan dilapangan. Wawancara dilakukan baik secara terbuka atau terstruktur dengan pertanyaan yang terfokus pada permasalahan, sehingga informasi yang dikumpulkan cukup lengkap dan mendalam. Keterbukaan yang mengarah pada kelonggaran informasi ini dilakukan guna memperoleh obyektifitas dan kejujuran informan untuk memberitahukan apa yang sebenamya. Penulis melakukan wawancara tidak hanya di kantor tetapi juga di rumah dalam hal ini warga masyarakat dikumpulkan dirumah KCD Petemakan dan Perikanan. Hal ini penulis lakukan agar dapat diperoleh waktu dan saat yang tepat untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan dapat mengungkap bagaimana partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan perikanan. Dengan melakukan wawancara yang mendalam diharapkan bisa memperoleh berbagai informasi yang berkaitan dengan proses perencanaan pembangunan perikanan, baik pandangan, usaha maupun rencana yang akan dilakukan. Penulis dengan berpegang pada interview guide melakukan wawancara kepada masyarakat setempat tentang pelaksanaan perencanaan pembangunan. Wawancara dilakukan
66
dengan pertanyaan yang terbuka dan mengarah pada kedalaman informasi guna menggali pandangan subyek yang diteliti. Wawancara mendalam ini dapat dilakukan pada waktu, kondisi dan konteks yang dianggap paling tepat guna mendapatkan data yang rinci, sejujumya dan mendalam, dan dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan penulis yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang sedang diteliti dan diamati.
b . Observasi Teknik observasi yang digunakan adalah berperan secara pasif, yaitu mendatangi peristiwa, kehadiran penulis ke lokasi penelitian secara langsung akan membawa pengaruh. Observasi dilakukan untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan sesuai dengan tahapan perencanaan pembangunan melalui musrenbang desa, musrenbang kecamatan,
forum
SKPD,
musrenbang kabupaten dan
melalui
penjaringan aspirasi masyarakat yang langsung dilakukan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Dari teknik observasi ini data yang diperoleh tentang suasana desa dan kecamatan serta kegiatan masyarakat sehari-hari. Dalam observasi ini penulis langsung melihat keadaan dilapangan dengan cara datang ke Desa Cabang dan melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Observasi ini dilakukan untuk melengkapi dan menguji hasil wawancara yang diberikan oleh informan sehingga mampu menggambarkan segala macam situasi yang sebenamya terjadi.
c. Dokumentasi Untuk melengkapi data hasil wawancara penulis juga menggunakan teknik dokumentasi. Penulis melakukan teknik ini untuk mendapatkan data sekunder berupa
67
surat-surat, keputusan-keputusan, arsip, foto, laporan serta dokumen-dukumen yang terkait dengan perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah. Dokumentasi yang dilakukan penulis dengan cara mencatat dan mengkopi dokumen dokumen antara lain : dokumen RPJM Kabupaten Lampung Tengah, Rencana Strategis Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Tengah dalam Angka Tahun 2006 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, Matrik Usulan Kegiatan Kecamatan Tahun 2008.
3.7 Analisis Data Analisis data
merupakan
usaha
untuk
menemukan jawaban atas
pertanyaan yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman (1992: 16), menggunakan anal isis model interaktif dengan prosedur yaitu reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan, verifikasi. Oleh karena itu penulis mulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu dari hasil wawancara yang dilakukan, catatan laporan, serta dokumen yang ada. Model analisis interaktif ini sebagai berikut : Sumber: Miles & Huberman (1992: 20)
Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif
68
I. Reduksi data
Reduksi data dimaksudkan sebagai proses pemilihan dan pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan terkait dengan proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah, melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang akan dikaji lebih lanjut, penajaman fokus, pembuatan ringkasan hasil pengumpulan data, pengorganisasian data sehingga siap untuk dianalisis lebih lanjut begitu selesai melakukan pengumpulan data keseluruhan. Reduksi data/proses tranformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir secara lengkap. Data yang diperoleh dilokasi penelitian di Bappeda adalah Dokumen RPJM yang lengkap dan terinci mengenai prioritas program dan kegiatan. Laporan ini oleh penulis direduksi dan dituangkan dalam uraian mengenai program perikanan. Pada Dinas Petemakan dan Perikanan, penulis memperoleh data mengenai dokumen Renstra Dinas Petemakan dan Perikanan, Renja SKPD Dinas Petemakan dan Perikanan dan RKA. Dokumen
lapangan oleh penulis dirangkum, dipilih hal-hal
pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, khususnya mengenai identifikasi dan interaksi stakeholders pada musrenbang Desa Cabang dan Kecamatan Bandar Surabaya, Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten. Penulis merangkum setiap usulan musrenbang menjadi data yang lengkap. Reduksi data berlangsung terns menerus selama proses penelitian berlangsung. 2. Penyaj ian data Penyajian data atau "display data" dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan
69
dan pengambilan tindakan terkait dengan proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah. Dengan melihat penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harns dilakukan. Penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai jenis matrik, grafik, chart , bentuk teks naratif atau kumpulan kalimat. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu, sehingga penulis dapat melihat apa yang terjadi dan menarik kesimpulan dengan tepat. 3. Menarik Kesimpulan/verifikasi Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi mernpakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama penulis mencatat, atau peninjauan ulang kembali serta tukar pikiran antara ternan sejawat untuk mengembangkan kesempatan intersubyektif.
Verifikasi data dalam penelitian
kualitatif ini dilakukan secara terns menerus sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki kantor Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, Dinas Petemakan dan Perikanan, Kantor Kelurahan dan Kecamatan serta selama proses pengumpulan data, penulis berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data. Verifikasi dilakukan penulis pada saat memperoleh data mengenai proses musrenbang di Bappeda dari Sekretaris Bappeda. Hal tersebut oleh penulis dikonfimasikan lagi kepada Kepala Sub Bidang Pelaporan dan Pendataan sehingga melalui proses verifikasi secara terns menerns. Hal yang sama juga dilakukan saat memperoleh data di Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Dengan kata lain setiap kesimpulan senantiasa terns dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.
70
Lebih lanjut dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992: 20), bahwa: "Ketiga
hal
utama,
yaitu
reduksi
data,
penyajian
data,
dan
penarikan
kesimpulan/verifikasi sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis".
3.8
Keabsahan Data Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang
didasarkan pada empat kriteria (Moleong, 2004:324): I. Derajat kepercayan (credibility) Konsep ini menggantikan validitas internal dari non kualitatif yang berfungsi untuk melaksanakan penyelidikan sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat tercapai dan untuk memperlihatkan derajad kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Untuk memeriksa kredibilitas data dilakukan kegiatan sebagai berikut : a) Perpanjangan waktu di lapangan, hal ini dilakukan sampai data yang diperoleh benar-benar telah mengalami tingkat saturated/kejenuhan. Dengan cara ini, penulis berharap mempunyai cukup waktu untuk betul-betul mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di lokasi penelitian, mengenal kebudayaan lingkungan tempat penelitian dan mengecek kebenaran berbagai infonnasi yang diperoleh. Disamping itu penulis juga melakukan pengamatan terhadap usaha yang dilakukan masyarakat Desa Cabang dalam hal ini tambak udang, kolam ikan lele, patin, nila, mas, pengasapan dan pengasinan ikan, serta aktifitas-aktifitas lainnya yang dilakukan warga.
71
b) Pengamatan secara intensif; dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci dan cermat. Dengan pengamatan yang terns menerus atau kontinyu, penulis dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cennat, terinci dan mendalam. Disini penulis memantau proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah baik itu melalui jalur nonnatif (musrenbang) maupun non normatif, sehingga pennasalahan yang terjadi dalam proses perencanaan dapat penulis ketahui dengan jelas dan nantinya dapat membantu penulis dalam wawancara dan pengambilan data. c)
Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data dengan jalan melakukan cross check data dengan jalan membandingkan data yang diperoleh dari sumber
lain dan sering menggunakan metode yang berlainan. Triangulasi dengan menggunakan teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengecek kembali hasil observasi dan wawancara atau membaca laporan, seperti halnya pada kegiatan musrenbang desa, musrenbang kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten, wawancara yang berhasil dilakukan dengan kepala desa mengenai stakeholders yang terlibat dan interaksi yang terjadi dalam proses perencanaan
tersebut di cross check dengan kondisi asli lapangan. Selanjutnya cross check terus dilakukan tidak hanya dengan kepala desa maupun perangkat desa namun kepada masyarakat Desa Cabang seperti halnya tokoh masyarakat yang terlibat dalam musrenbang desa. Kemudian membandingkan pendapat dan pandangan tersebut dengan kelompok policy stakeholders. Dalam hal ini membandingkan perspektif
72
ernik Kepala Desa beserta perangkat Desa dengan Carnat dan pihak Pernkab Lampung Tengah, yaitu pada Badan Perencanaan Pernbangunan Daerah. d) Peer debriefing; hasil penelitian didiskusikan dengan ternan sejawat/kolega atau dengan orang yang rnernpunyai pengetahuan tentang fokus penelitian dan rnetode penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian ini penulis diskusikan dengan dosen pernbirnbing dan ternan kuliah guna rnernperoleh kritikan dan pertanyaan yang dapat rneningkatkan keberhasilan penelitian. e) Mengadakan member check; pada akhir wawancara kita perlu rnelakukan member
check atau rnengecek ulang secara garis besar berbagai hal yang telah disarnpaikan oleh informan berdasarkan catatan kita dengan rnaksud agar informasi yang kita peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan disesuaikan dengan apa yang dirnaksud informan. Member check ini penulis lakukan dengan kontak secara terus menerus dengan informan khususnya terhadap pihak Pernerintah Desa Cabang, Pernerintah Kecamatan Bandar Surabaya dan Pernerintah Kabupaten Lampung Tengah untuk rnenanyakan ulang kebenaran data yang telah terkumpul berdasarkan perspektif ernik yang rnereka rniliki serta rnengurnpulkan data yang dirasakan kurang. 2. Keteralihan (transferability) Keteralihan sebagai persoalan ernpiris bergantung pada kesarnaan antara konteks pengirirn dan penerirna. Untuk rnelakukan peralihan tersebut, rnaka penulis harus berusaha rnencari dan rnengurnpulkan data kejadian ernpris dalarn konteks yang sarna. Dengan dernikian penulis bertanggung jawab untuk rnenyediakan data deskriptif secukupnya. Keteralihan hasil penelitian biasanya berkenaan dengan pertanyaan, hingga rnanakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan
73
dalam situasi-situasi lain. Penulis sendiri tidak dapat menjamin validitas ekstemal ini. Dalam hal ini penulis berusaha memberikan deskripsi yang terinci tentang bagaimana hasil penelitian bisa dicapai. Apakah hasil penelitian dapat diterapkan, semua itu tergantung kepada penilaian para pembaca atau pemakai. Bila pemakai melihat apa yang terdapat dalam penelitian ini cocok bagi situasi yang dihadapi, maka bisa dimungkinkan adanya keteralihan. Meskipun kita mengetahui, bahwa tidak ada situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing. 3. Kebergantungan (Dependability) Untuk memperoleh standar ketergantungan tersebut, penulis berupaya mendokumentasikan jejak aktivitas
lapangan,
baik
dalam
bentuk catatan,
dokumen/arsip lapangan sehingga dapat dilakukan pengecekan atau penilaian
(auditing)
terhadap
benar-salahnya
penulis
dalam
mengumpulkan
data,
mengintepretasikan temuan, dan melaporkan hasil temuan. Kebergantungan menurut istilah konvensional disebut dengan realibilitas (reliability). Reliabilitas merupakan syarat bagi validitas. Hanya dengan alat yang reliabel maka akan dapat diperoleh data yang valid. Alat utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Dalam hal ini cara yang dipakai adalah adalah audit trail (memeriksa dan melacak suatu kebenaran). yaitu usaha yang lazim dilakukan oleh akuntan pemeriksaan keuangan. Dalam rangka penulisan tesis, audit trail dilakukan oleh pembimbing, dalam hal ini yang diperiksa antara lain: proses penelitian serta taraf kebenaran data serta tafsirannya sehingga penulis perlu menyediakan bahan-bahan sebagai berikut : a.
Data mentah, seperti catatan lapangan sewaktu mengadakan observasi dan wawancara, dokumen dan lain-lain yang diolah dalam bentuk laporan lapangan.
74
b. Hasil analisa data, berupa rangkuman, konsep-konsep dan sebagainya. c. Hasil sintesis data, seperti: tafsiran, kesimpulan, definisi, hubungan dengan literatur dan laporan akhir. d. Catatan mengenai proses yang digunakan, yakni: tentang metodologi, desain, strategi, prosedur, rasional. 4. Kepastian (Confirmability) Kriteria kepastian berasal dari konsep "obyektivitas" menurut peneliti yang non-kualitatif.
Sesuatu itu obyektif atau tidak bergantung pada persetujuan
beberapa orang terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang.
Untuk
memperoleh standar ini pada penelitian ini dilakukan pengecekan atau penilaian oleh dosen pembimbing selama berlangsungnya konsultasi tesis.
I.JM.TM. IVIM.L.VVI.JM.TM.It:H"VWVI.JM.TM. IVIM.V\M•.> UI'IIV t: f"(;:,IIM.;:, 01"(/\VVI..JM.TM. MM.LJ\NI..:> Ul"iiVt:I"(;::,II M.;::, 0 1"(1\VVIJJ\ YJ\ MJ\LANI..:> U NIVI::K:SIIA-:5 Of
IJAYA MALWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA MAAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA BRAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITA S BRAWIJAYA MALANG IJAYMRAWIJAYA lBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYAARAWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI3RAWIJ.V1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AWIJ.P3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI'3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG RAIJ\ft3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG A tv'1111'3RAWIJ.Ii1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSITAS BRAWIJAYA MALANG A AIJ\ft3RAWIJA'ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWBRAWIJN1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWI.RAWIJAYA I
ll.t-RA\oi8RAWIJAYA r.BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9 3RAWLRAWIJA.AUBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG
3RAWI.RA\WIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANd ARAWI.JRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN~~~ S BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALAN9
3RAWI3RAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA
WIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW IJAYA MALANG
J RAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW JRAWIJ RAWIJAYA GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS B JRAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UN IVERS IT. J RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MA LANG UNIVER IJAYA
~AWIJAYA
.tL
r8RAWIJAYA MALANG U
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALAN
r-
·:~
~
47~~
J. .·
~
~~
f,JI. ~
,., ~
• ,.. ,:.;:_ ~
~
IJAYA '{AWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
• , , to.
WIJAVRAWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
YA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG ALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9
9 9
ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
A::/
Q
IJAYA \AWIJAYA fi3RAWIJAYA MALAN
ICq AI
8~tq#V ~
s~
~ ~·
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALA RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALA
~
END I0 I
~~ ~:f ~s
~«)
IJAYA ~AWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG UNI\1.
0
1 . :..
•
4'
f
~
·' II' · o~~ ~~
~
"1'..40~~ \
'l!a
,.
VERSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITA3 BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSI TAS BRAWIJAYA MALAN VERSITAS BRAWIJAYA MALAN IVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AWIJA">RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG
NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MA~ f'ORAWIJAYA MALANG U \1\RAWIJAYA MAL taRAWIJAYA MALANG UN
G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
VIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNI 1/\RAWIJAYA MA~ taRAWIJAYA MALANG UNIVE
f
•
•
t
NIALANG
NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ALANG UNIV ERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MAL I\3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS E:RAWIJAYA MALAN WIJ.NVIJAYA MALII3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~
\1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN lf.lllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
f \1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAl AN "f-\1\RAWI JAYA Ml'A r8RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALM~ AVIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALAaRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AV1RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
"- rdRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ).. MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~ MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'tiJAYA \AWIJNIALAd RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN 'MAWI .RAWIJA1RA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'MAWI,RAWIJAIRtiG RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN fl. MAWI.RAWI JAIRABRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
.WIJAYA ~AWIJAYA 113RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAL.A.NG UNIVERSITAS BRAWI.JAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN .WIJAYA \AWIJAYAIBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI fAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BHAWIJAYA MAl AN
.WIJAYA \AWIJAYA taRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAlANG UNIVERSI TAS BRAWIJAYA MALAN ~WI .IJ\l RAWI JAYii.J B RAWIJAYA MALANG UN IVERS I fAS BRAWIJAYA MAl ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSI'TAS BRAWIJAYA MAl AN
~AWIJNRAWIJA M~GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE:RSITAS BRA\'VIJAYA MALAN NV R ITA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI1AS BRAWIJA'rA MALAN 'iAWIJ8RA'.JAYA MA3RAWIJAYA MALAN
75
BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Tengah 4.1.1Geografi dan Administrasi Wilayah
Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung. Sejak diundangkannya UU No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Kabupaten Lampung Tengah mengalami pemekaran menjadi dua kabupaten dan satu kota yaitu Kabupaten Lampung Tengah sendiri, Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro.
Seiring otonomi daerah serta pemekaran wilayah, ibukota Kabupaten
Lampung Tengah yang semula berada di Kota Metro, pada tanggal I Juli 1999 dipindahkan ke Kota Gunung Sugih dan kegiatan perdagangan dan jasa dipusatkan di Kota Bandar Jaya. Letak Kabupaten Lampung Tengah cukup strategis dalam pengembangan
wilayah.
Selain
dilintasi jalur lintas
regional,
konteks
baik yang
menghubungkan antar provinsi maupun antar kabupatenlkota di Provinsi Lampung, juga persimpangan antara jalur Sumatera Selatan lewat Menggala dan jalur Sumatera Selatan serta Bengkulu lewat Kotabumi. Bagian selatan jalur menuju ke Kota Bandar Lampung, Kabupaten Lampung Timur dan Kotamadya Metro. Sementara bagian barat jalur menuju Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus serta jalur lintas kereta api jurusan Bandar Lampung-Kertapati, Palembang. Kabupaten Lampung Tengah memiliki sarana prasarana jalan yang strategis seperti adanya jalan trans sumatera, jalan regional yang menghubungkannya dengan Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan, jalan Iintasan rei kereta api serta jaringan jalan lokal yang menghubungkan antar kecamatan dan kampung
76
dengan ibukota kabupaten. Ruas-ruas jalan ini merupakan jaringan transportasi yang menghubungkan dari satu tempat ke tempat lainnya, baik di dalam kabupaten sendiri maupun luar daerah. Kabupaten Lampung Tengah yang beribukota Gunung Sugih ini, mempunyai areal daratan seluas 4. 789,82 km2, terletak pada bagian tengah Provinsi Lampung. Secara geografis terletak pada I 04°35' sampai dengan I 05°50' Bujur Timur dan 4°30' sampai dengan 4°15' Lintang Selatan. Secara umum Kabupaten Lampung Tengah beriklim tropis-humid dengan temperatur rata-rata berkisar antara 26°C280C. Temperatur maksimum yang sangat jarang dialami adalah 33°C dan juga temperatur minimum 22°C.
Angin laut bertiup dari Samudra Indonesia dengan
kecepatan angin rata-rata 5,83 km/jam.
Sebagian besar wilayahnya berada pada
ketinggian 15-16 meter dpl dan memiliki kemiringan lereng antara 0-2% dengan jenis tanah didominasi olehjenis latosol dan podsolik. Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 27 Kecamatan dengan 10 Kelurahan dan 277 Kampung.
Adapun batas wilayah administratif Kabupaten
Lampung Tengah adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lampung Utara dan Tulang Bawang; 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan; 3. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota Metro; 4. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat. Sebagian besar wilayah bagian timur dan utara Kabupaten Lampung Tengah merupakan dataran rendah yang mempunyai ketinggian berkisar antara 0-30 meter di atas permukaan laut ( dpl), sedangkan pada wilayah bag ian barat merupakan
77
daerah pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Titik tertinggi berada di Kecamatan Pubian (Kampung Kota Batu) dengan ketinggian berkisar 1.000 meter di atas permukaan laut, dan titik terendah berada di Kecamatan Bandar Surabaya (Kampung Cabang/Sadewa) yang ketinggiannya hanya 7 meter di atas permukaan laut. Luas penggunaan lahan Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari
lahan
sawah 72.788 Ha, ladang/huma 59.930 Ha, tegalanlkebun70.273 Ha, lahan perkebunan 11.563 Ha, lahan hutan (negara dan rakyat) 47.898 Ha, pekarangan 38.370 Ha, rawa yang tidak ditanami 1.079 Ha, padang rumput/pengembalaan 4 Ha, lahan tidur/alang-alang/semak 1.925 Ha dan sisanya untuk pemukiman, kolam dan lain-lain. Kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah terutama dikembangkan di Kecamatan Trimurjo, Punggur, Kota Gajah, Seputih Raman, Bandar Surabaya dan Seputih Surabaya, sedangkan Kecamatan Bandar Mataram, Seputih Banyak, Gunung Sugih, Bumi Ratu Nuban, Bekri, Terbanggi Besar, Way Pengubuan, Terusan Nunyai, Anak Tuha, Bangunrejo, Kalirejo mempunyai kesesuaian lahan untuk budidaya pertanian lahan kering. (Bappeda Kab.Lampung Tengah, 2006).
4.1.2 Penduduk Penduduk Lampung Tengah terdiri dari 2 (dua) unsur yaitu masyarakat pribumi dan masyarakat pendatang. Masyarakat pribumi, warga penduduk asli yang sudah lama menetap bahkan turun temurun mendiami tempat ini. Sedangkan masyarakat pendatang adalah penduduk pendatang yang tinggal dan menetap di sini. Penduduk pendatang terbagi lagi menjadi 2 (dua) unsur yakni pendatang lokaVsuku
78
Lampung dari luar Lampung Tengah dan pendatang dari luar kabupaten (bukan asli suku Lampung) dan luar provinsi. Provinsi Lampung yang telah terlanjur dinobatkan dengan sebutan 'Indonesia Mini' karena keanekaragaman suku-suku bangsa bermukim di tempat ini (karena adanya transmigran dan pendatang lainnya), juga tak terkecuali dengan Lampung Tengah. Kabupaten yang dimekarkan tahun 1999 itu sendiri, selain didiami penduduk pribumi banyak pula masyarakat pendatang yang berdiam serta menetap. Berbagai suku bangsa seperti Jawa, Bali, Sunda, Palembang, Padang, Batak dan sebagainya mendiami belahan daerah-daerah Kabupaten Lampung Tengah. Bila melihat perkembangannya, pembauran masyarakat yang ada di Lampung Tengah secara garis besar dikarenakan dulu adanya transmigrasi sejumlah kelompok masyarakat terutama dari Pulau Jawa dan Bali. Selebihnya adalah penduduk pendatang lain yang pindah serta menetap di sini. Mereka membaur dalam kelompok masyarakat. Dari waktu ke waktu pertumbuhannya semakin meningkat sehingga menjadi bagian dari masyarakat Lampung Tengah seperti halnya penduduk pribumi. Beragam suku, bahasa, agama dan adat istiadat telah pula mewamai kehidupan penduduknya. Pada sejumlah tempat, akan ditemui perkampungan masyarakat dengan adat budayanya, percakapan sehari-hari yang mempergunakan bahasa daerah masingmasing, sarana ibadah menurut kepercayaannya dan
lain-lain.
Perpindahan
sekelompok masyarakat ini memunculkan pembauran antara pribumi dan pendatang. Mereka membaur serta berinteraksi dalam kemajemukan yang sudah terjalin. Kampung paling dominan di Kabupaten Lampung Tengah dihuni oleh masyarakat suku Jawa. Agama yang dianut mayoritas Islam dan sebagian lagi agama Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu. Sebagian besar dari masyarakat
79
ini tadinya bennula dari transmigran yang ditempatkan di Lampung Tengah waktu itu. Mereka berasal dari bagian tengah dan timur pulau Jawa Didalam pergaulan hidup sehari-hari di kampung, mereka mempergunakan bahasa Jawa sebagai penutur. Menurut penuturannya, untuk mengucapkan
bahasa Jawa,
seseorang harus
memperhatikan serta bisa membedakan keadaan orang yang diajak bicara maupun yang sedang dibicarakan.
Masyarakat suku Jawa di Lampung Tengah masih
memegang teguh kultur daerah asal. Hal ini nampak jelas terlihat dari bahasa yang digunakan, sistem kekerabatan serta kebudayaan yang ada di lingkungan setempat. Berbagai kesenian tradisional Jawa seperti: Jaranan, Reog Ponorogo dan Campursari terlihat seringkali di tanggap, baik di saat perayaan pemikahan, hari besar nasional dan lain-lain. Selain suku Jawa, di Kabupaten Lampung Tengah terdapat masyarakat suku Sunda namun jumlahnya tak sebanyak suku Jawa. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Mereka juga awalnya adalah transmigran yang ditempatkan di beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Lampung Tengah. Pola kebudayaan Sunda masih tampak dilingkungan masyarakat suku Sunda yang bennukim di Kabupaten Lampung Tengah. Kenyataan itu terlihat dari bahasa daerah yang dituturkan, sistem kekerabatan serta kebudayaan yang berkembang dilingkungan mereka. Beberapa kesenian tradisional baik berupa bebunyian maupun tari-tarian acapkali digelar saat ada prosesi penting. Masyarakat dominan lain yang bermukim di Lampung Tengah adalah penduduk suku Bali. Sebagian besar mendiami di beberapa kecamatan di wilayah timur dan sisanya berada di kecamatan lain di Lampung Tengah. Agama yang di anut mayoritas memeluk agama Hindu-Bali. Kampung-kampung Bali akan terasa hila saat
80
berada di lingkungan setempat. Sarna halnya dengan masyarakat suku Jawa dan Sunda, masyarakat suku Bali bermula dari transmigran yang ditempatkan di daerah ini. Sehari-harinya, penduduk setempat mempergunakan bahasa Bali sebagai penutur. Sementara itu, di kabupaten ini ada pula kelompok masyarakat suku BugisMakasar. Sebagian besar dari masyarakat suku Bugis-Makasar bertempat tinggal di daerah pesisir, terutama di Kecamatan Bandar Surabaya. Walaupun jumlah penduduknya tidak banyak namun di Kabupaten Lampung Tengah mereka sudah dikenal sejak dulu sebagai suku pelaut. Di daerah pedalaman (sekitar pusat ibukota kabupaten) jarang sekali ditemui kelompok orang Bugis-Makasar. Bahasa penutur kelompok masyarakat ini mempergunakan bahasa Bugis-Makasar sebagai bahasa percakapan. Biasanya penggunaan bahasa daerah lebih sering di pakai di dalam lingkungan keluarga maupun sesama suku. Keberadaan mereka di Lampung Tengah pada awalnya atas inisiatif sendiri atau bukan atas dasar pentransmigrasian. Karenanya masyarakat Bugis-Makasar tidak banyak berdiam pada sebuah kampung tetapi hidup membaur dengan suku-suku lain di daerah belahan pesisir umumnya. Sekarang ini, di Kabupaten Lampung Tengah berdiam berbagai macam sukusuku bangsa dalam jumlah yang tidak sebanyak suku Jawa, Sunda, Bali maupun Bugis-Makasar. Suku-suku bangsa seperti Ogan, Palembang, Padang, Batak dan lainnya telah menjadi bagian dari penduduk kabupaten ini. Satu sama lain berinteraksi serta menyesuaikan diri dengan lingkungan masing-masing, tempat dimana mereka tinggal dan menetap. Menurut basil Sensus penduduk di Kabupaten Lampung Tengah, diketahui pertambahan Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah dalam 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
81
Tabel2. Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Tengah Menurut Jenis Kelamin Jumlah Perempuan Laki-laki Tahun 2002
554.330
517.266
1.071.597
2003
567.848
530.099
1.097.947
2004
579.852
530.032
1.109.884
2005
584.433
542.473
1.126.906
2006
590.115
549.004
1.142.119
Sumber: Profit Daerah Kab. Lampung Tengah, 2006 Pada tahun 2001 jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah terjadi peningkatan yakni sebanyak 1.051.216 jiwa, terdiri dari 538.570 jiwa laki-laki dan 512.646 jiwa perempuan dengan sex ratio sebesar 105,06. Pada tahun 2002, penduduk Lampung Tengah berjumlah 1.071.597 jiwa, terdiri dari 554.330 jiwa laki-laki dan 517.266 jiwa perempuan dengan tingkat kepadatan 230 jiwalkm2. Tahun 2003, penduduk Lampung Tengah berjumlah 1.097.947 jiwalkm2, terdiri dari 567.848 jiwa laki-laki dan 530.099 perempuan. Tahun 2004, penduduk Lampung Tengah berjumlah 1.109.884 jiwa/km2, terdiri dari 579.852 jiwa laki-laki dan 530.032 jiwa perempuan. Setiap tahun pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan. Pada tahun 2005, sebesar 1.139.709 jiwalkm2, yang terdiri dari 590.835 jiwa penduduk laki-laki dan 548.874 jiwa penduduk perempuan dan pada tahun 2006 meningkat sebesar 1.145.879 jiwa/km yang terdiri dari 591.995 jiwa penduduk laki-laki dan 550.884 jiwa penduduk perempuan dengan sex rasio 107, hal ini menyatakan bahwajumlah penduduk pria lebih banyak 7 (tujuh) orang pada setiap I 00 penduduk perempuan. Menurut kelompok umur pada tahun 2006 penduduk Kabupaten Lampung Tengah sebagian besar berada dalam kelompok umur 15-64 tahun (65,8%), 0-14
82
tahun (29,4%) dan kelompok umur 65 tahun ke atas (manusia lanjut usia) sebesar 4,8%. Jumlah penduduk menurut kelompok umur 7-18 tahun dapat dilihat pada tabel3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Umur 7-18 tahun menurut e ompolkU mur Kl Kelompok No 2004 2002 2003 2005 Umur
2006
I
7-12
142.746
154.657
150.405
143.767
145.177
2 ... .)
13-15
69.660
67.449
75.982
81.566
66.428
16-18
70.224
64.686
69.153
74.601
74.100
Sumber: lnkesra Kab LT,2006 Komposisi penduduk menurut kelompok umur terutama penduduk usia sekolah pada tabel 3 di atas sangat penting untuk diketahui, karena pada kelompok ini merupakan potensi sumberdaya manusia yang kualitasnya harus mendapat perhatian agar tidak menjadi beban pembangunan dimasa yang akan datang. Sedangkan dari mata pencaharian penduduk, sebagian besar penduduk usia 15 tahun ke atas bekerja pada sektor primer (pertanian, perikanan, pertambangan dan penggalian) sebanyak 76,2%, sektor sekunder (industri pengolahan, listrik. gas, bangunan dan air bersih) sebanyak 9,3% dan sektor tersier (perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan) sebanyak 14,5%. Selanjutnya dilihat dari ketenagakerjaan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan salah satu indikator untuk melihat besamya pengaruh kegiatan masyarakat terhadap angka persediaan tenaga kerja. Tinggi rendahnya TPAK dipengaruhi oleh faktor-faktor demografis dan sosial ekonomi antara lain umur. tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal. Semakin tinggi tingkat partisipasi angkatan kerja menunjukkan semakin besarnya jumlah tenaga kerja yang ikut serta
83
dalam kegiatan ekonomi.
Jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja merupakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja. Berkaitan dengan aspek ketenagakerjaan hasil susenas menunjukkan jumlah angkatan kerja pada tahun 2005 di Kabupaten Lampung Tengah cenderung mengalami peningkatan yaitu sebanyak 514.428 orang pada tahun 2001 menjadi 578.178. Sejalan dengan pertambahanjumlah penduduk secara keseluruhan jumlah penduduk usia kerja ini mengalami kenaikan yaitu dari 718.100 orang tahun 2001 menjadi 770.567 tahun 2004, naik sebesar 52.467 orang atau sebesar 6,8%.
Tabel 4. Angka pengangguran Terbuka Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2001-2005 Taboo
Angka Pengangguran
Bekerja
Mencari pekerjaan
Angkatan Kerja
(%) 2001
2,4
501.970
12.314
514.384
2002
5,0
469.927
25.121
495.048
2003
4,6
507.329
24.449
531.778
2004
6,6
477.150
54.241
531.391
2005
6,3
541.503
36.675
578.178
Sumber : BPS Kabupaten Lampung Tengah Berfluktuasinya jumlah angkatan kerja, maka akan mempengaruhi Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Berdasarkan tabel 4, diketahui TPAK Kabupaten Lampung Tengah selama tahun 2001-2005 juga berfluktuasi dari 71,6% tahun 2001 menurun menjadi 69,4% pada tahun 2002 dan 70,7% pada tahun 2003 pada tahun 2004 turun menjadi 69,0% dan pada tahun 2005 naik menjadi 71, 7%. Angka pengangguran cenderung mengalami peningkatan, pada tahun 2001 sebesar
84
2,4% dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 6,3%. Meningkatnya angka-angka
pengangguran terbuka disebabkan karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah penambahan angkatan kerja dengan penciptaan lapangan kerja bam, sehingga mendorong meningkatnya penduduk yang tidak memperoleh kesempatan kerja.
4.1.3 Gambaran Umum Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah daerah kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki potensi budidaya air tawar yang cukup luas yang terdiri dari potensi perairan umum 18.000 ha dan potensi perikanan darat 24.600 ha. Dimana untuk potensi perikanan di Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat pada gambar 2 mengenai peta potensi perikanan di Kab.Lampung Tengah bahwa, Kecamatan Bandar Surabaya, Seputih Surabaya, Rumbia, Kota Gajah, Punggur, Trimurjo, Kalirejo, Punggur dan Pubian merupakan wilayah yang berpotensi untuk pengembangan perikanan. Potensi perikanan yang telah tergarap untuk perairan umum masih relatifkecil yaitu 4,0% sedangkan untuk perikanan darat telah tergarap 9,6%. Dengan terdapatnya lahan gambut/rawa, kurang lebih 4.500 ha yang secara
periodik mendapat pasokan air yang bersalinitas 3 -15 pro mil maka paling sedikit 1.500 ha tambak dapat dibangun untuk budidaya komoditas udang windu, udang
galah, ikan patin, gurami, nita dan kakap putih. Selain daripada itu juga terdapat potensi fishing ground di pantai timur Lampung Tengah sejauh 3 mill yang sangat potensial untuk penangkapan ikan yang terletak di Kecamatan Bandar Surabaya.
85
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Lampung Tengah, 2007 ! ... - .... 04")0"
.=::''"' ,._
__. . . ..
.,··~~.
..
: ....
-
."·.
- - -- --- -== --. --
..-.
. . .--:~ :
Gambar 2. Peta Potensi Perikanan Kab. Lampung Tengab Kecamatan Bandar Surabaya beribukota kecamatan di Surabaya Ilir, memiliki luas wilayah 14.301 hektar, berbatasan dengan sebelah utara Kecamatan Bandar Mataram, sebelah selatan Kecamatan Way Jepara (Kabupaten Lampung Timur), sebelah barat Kecamatan Seputih Surabaya dan sebelah timur Kecamatan Menggala (Kabupaten Tulang Bawang). Jumlah kampung yang ada di kecamatan ini terdiri dari 9 (sembilan) kampung, masing-masing: Gaya Baru V, Surabaya Ilir, Rajawali, Cempaka Putih, Subang Jaya, Cabang, Bering in Jaya, Sidodadi dan Sumber Agung. Bandar Surabaya sebelumnya merupakan bagian dari Kecamatan Seputih Surabaya. Tahun 1991 , tern pat tersebut jadi Perwakilan Kecamatan Seputih Surabaya melalui SK Gubemur Lampung No. 305/ G /B-IJ/HK/1990. Pejabat Perwakilan Kecamatan yang pertama di jabat oleh Aristoteles Darwis ( 1991-
86
1994), Sanusi Murod (1994-1995), Muslim Choiri (1995-1999). Pada tahun 1998 tempat ini berubah jadi Kecamatan Pembantu Bandar Surabaya. Camat pembantu kecamatan dijabat Safrudinsyah ( 1999-2000). Melalui Perda Lampung Tengah No.I0/2001, Bandar Surabaya resmi didefinitifkan menjadi kecamatan dan Noviandar Kesuma, S. Sos menjabat sebagai Camat Bandar Surabaya sejak tahun 2002 sampai saat ini. Sebagian besar penduduknya berrnatapencaharian sebagai petani dan nelayan. Kecamatan yang letaknya berada di pinggiran Kabupaten Lampung Tengah ini memang berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa perbatasan di kecamatan terdiri dari sungai dan hutan. Kondisi yang demikian ini. tentu saja mayoritas masyarakat setempat menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian dan perikanan. Berdasarkan data Bappeda dan BPS Kabupaten Lampung Tengah tahun 2006, Kecamatan Bandar Surabaya hanya memiliki fasilitas pendidikan tingkat dasar (SD) saja yaitu meliputi: ( 1) 45 SD Negeri, (2) 2 buah Madrasah lbtidaiyah, (3) 3 buah pesantren. Fasilitas pendidikan tingkat pertama (SL TP) dan tingkat menengah atas (SMU) berada di Kecamatan Seputih Surabaya sebagai wilayah yang paling dekat dengan Kecamatan Bandar Surabaya. Terdapat beberapa sungai besar yang mengalir di Kecamatan Bandar Surabaya, antara lain sungai way seputih, way pegadungan, dan way kambas. Arah aliran ketiga sungai tersebut menuju ke timur sesuai bentuk topografi wilayah Kecamatan Bandar Surabaya. Dibagian hulu ketiga sungai besar tersebut dimanfaatkan sebagai air pendingin mesin dan tempat buangan limbah oleh beberapa industri gula (PT.Indo Lampung, PT.Gula Putih Mataram, PT.Gunung
87
Madu) dan 25 (dua puluh lima) perusahaan industri tepung tapioka. Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah terletak diantara way terusan, way seputih dan way pegadungan yang bertemu di Desa Cabang dan bermuara ke arah timur di Laut Jawa Kondisi fisik perairan sungai seputih disekitar Desa Cabang memiliki kedalaman bervariasi antar 5-6 meter dengan Iebar sungai 180 meter, dan sungai pegadungan memiliki kedalaman 4.5-5 meter dan Iebar I 00 meter. Bantaran atau tepian way seputih dan way pegadungan di Desa Cabang saat ini telah dimanfaatkan oleh para stakeholders (pemerintah, masyarakat dan pengusaha swasta) untuk dermaga umum, dermaga perikanan, kios bahan bakar, rumah tinggal, warung, kios es batu dan sebagai fasilitas mandi cuci kakus (MCK). Alur sungai seputih yang berkelok-kelok (meandering) mempunyai daerah dangkal dan daerah dalam sesuai dengan karakteristik muara sungai. Jarak antara Desa Cabang dan Muara Sungai dapat ditempuh dengan menggunakan speedboat selama IS menit atau dengan perahu klotok selama I jam.
Saat ini sedang
dilaksanakan pekerjaan pembangunan jalan dari simpang Balai Desa Cabang menuju dermaga umum dan dermaga perikanan way seputih di Desa Cabang sepanjang ± I km dengan pengerasan aspal siram. Berdasarkan data tahun 2005, jumlah sarana transportasi yang ada di Kecamatan Bandar Surabaya yang digunakan penduduk baik lokal maupun regional, meliputi : truk 83 buah, pick-up 37 buah, sedanlkijang 34 buah, bus minilmikrolet 77 buah, sepeda motor 437 buah, gerobak sapi 74 buah, dan sepeda 8.192 buah. (Lampung Tengah Dalam Angka, 2005). Sarana transportasi laut/sungai yang menghubungkan wilayah Lampung
88
Tengah melalui ujung jalan propinsi (di dennaga CPB) atau dermaga Desa Cabang ke wilayah Kabupaten Tulang Bawang di sungai burung dengan menggunakan tongkang milik PT. Central Pertiwi Bratasena yang ditarik dengan
tug boat atau dengan perahu klotok dan speed boat.
Disamping itu juga
dimanfaatkan oleh nelayan Desa Cabang dan Kampung Muara untuk melaut menangkap ikan dan mengangkut hasil tangkapannya berupa rajungan atau ikan laut. Prasarana transportasi laut/sungai di Kecamatan Bandar Surabaya berupa fasilitas tambatan atau dennaga, terdiri dari: dennaga umum, dermaga perikanan dan dennaga penyeberangan. Dennaga umum yang dibangun lima tahun yang lalu dengan konstruksi tiang pancang baja profit I dengan lantai kayu dan dennaga kayu untuk perikanan di Desa Cabang adalah merupakan fasilitas yang dapat dimanfaatkan oleh para
stakeholders untuk menunjang kegiatannya di Kecamatan Bandar Surabaya, Kabupaten Lampung Tengah.
Fasilitas dennaga umum way seputih di Desa
Cabang yang diharapkan mampu melayani kebutuhan pengguna jasa angkutan taut dengan kapal-kapal kargo yang datang mengunjunginya dan bertambat di dermaga tersebut, temyata sangat minim pemanfaatannya. Dari pengamatan yang dilakukan dilapangan dan wawancara dengan kepala satker way seputih, temyata tidak pemah ditambati kapal kargo dan hanya sesekali saja dimanfaatkan oleh
kapaVspeed boat yang mengangkut rajungan yang telah direbus dari Kampung Muara oleh PT.Phillip dan PT.PSP untuk kemudian diangkut dengan truk mini ke pabrik di Bandar Lampung. Potensi perikanan budidaya meliputi:
perikanan sungai, perikanan
tambaklair payau, perikanan kolam dan perikanan minapadi.
Pada tahun 1999
89
telah diadakan uji coba untuk pengembangan perikanan budidaya air payau di atas lahan register 43 seluas 230 ha di wilayah Kecamatan Bandar Surabaya. Dengan pertimbangan bahwa lokasi lahan ini jauh dari pantai dan belum ada kanal air as in langsung dari laut sehingga kondisi salinitas perairan sangat dipengaruhi curah hujan, maka pengelolaannya dibagi dalam dua musim tanam yaitu pada musim penghujan lahan dipelihara dengan ikan air tawar, sedang pada musim kemarau dipelihara udang windu. Produksi ikan di Kabupaten Lampung Tengah ini dapat dilihat pada tabel 5, sebagai berikut:
Tabel 5 . Produksi dan Nilai Per Jenis lkan Yang Berasal Dari Laut di Kabupaten Lampun2 Ten2ah Tahun 2005 Ton) Komoditi I Commudity I
2 3 4 5 6 7 8 9 10 1I 12 13 14
Rajungan Kakap Bawal Udang Pari Kurisi Golok-golok Lapek/Simba Teri Petek Tanjan Kern bung Tongkol Lain-lain/rucah Jumlah 2004 2003 2002
Produksi Production (Ton) 2.639,74 751,89 544,88 414,57 171 ,24 367,14 350,94 291,67 408,59 256,81 198,54 247,39 174,60 695,38 7.513,37 7.312,20 8.132,8 6.581,70
Nilai ( 000 Rp) Value 79.192.101,00 15.037.784,00 8.173.225,50 24.873.972,00 4.280.980,00 2.202.826,20 1.754.681,00 14.583.710,00 2.042.958,50 1.027.256,80 1.389.774,40 1.979.081,60 1.396.793,60 I. 738.445,50 159.673.590, I 0 156.145.951,50 82.308.278,90 78.388.837,00
Sumber: Lampung Tengah Dalam Angka, 2006 Berdasarkan tabel 5 di atas, potensi ikan yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan pada tahun 2004 tercatat 7.312,20 ton dan tahun 2005 sebesar 7.513,3 7 ton. Hampir seluruh hasil tangkapan tersebut didaratkan dan dijual ke TPI di Kuala Penat atau Labuhan Maringgai Lampung Timur untuk seterusnya dikirim ke
90
Jakarta.
Kawasan Kecamatan Bandar Surabaya memiliki potensi yang besar di
bidang perikanan air tawar. Kapasitas air yang melalui Sungai Seputih dan Sungai Pegadungan memiliki debit yang tinggi dan mendukung pengembangan perikanan kolam, tambak ataupun keramba jaring apung. Pengembangan budidaya perikanan air payau terhambat oleh rendahnya salinitas air sungai sepanjang musim. Nelayan yang ada di Kecamatan Bandar Surabaya terdiri dari nelayan domisili atau penduduk asli dan menetap di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya dan nelayan pendatang antara lain berasal dari Pemalang, Demak, lndramayu, Pamanukan dan Merak.
Pada tahun 2004 tercatat jumlah nelayan
sebanyak 930 RTP (Rumah Tangga Perikanan) dan pada tahun 2005 jumlah nelayan bertambah menjadi 972 RTP, sehingga terjadi penambahan sebanyak 42 RTP atau naik 4,5%. Komposisi nelayan Kecamatan Bandar Surabaya terdiri 570 RTP nelayan pendatang dan 402 RTP nelayan domisili yang beroperasi difishing ground di laut pantai timur Lampung yang berjarak 20 mil laut atau sekitar 4-6
jam pelayaran dari muara sungai seputih. Armada perikanan taut bertambah 8 armada atau meningkat 3,7% (dari 215 armada pada tahun 2004 menjadi 223 armada pada tahun 2005).
Armada tersebut terdiri dari armada motor tempel
(MT) 73 armada dan kapal motor (KM) 150 armada.
Tingkat produktivitas
nelayan domisili (59 kg/trip/armada) lebih rendah dibandingkan dengan nelayan pendatang (114 kg/trip/armada). Penangkapan ikan dilakukan oleh kebanyakan nelayan pada musim barat, sedangkan pada musim timur mereka lebih banyak menangkap rajungan. Dua tahun lalu upaya penangkapan rajungan dapat mencapai 28 tonlhari, saat ini potensinya menurun sehingga yang dapat ditangkap hanya 1-2 tonlhari saja yang kemudian ditampung oleh PT.PSP dan PT.Phillip.
91
(Laporan Tahunan Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah, 2006). Dari hasil pengamatan lapangan, hampir seluruh hasil tangkapan yang diperoleh nelayan setempat didaratkan dan dijual di TPI Kuala Penat dan atau Labuhan Maringgai yang terletak di Kabupaten Lampung Timur. Hanya sebagian kecil hasil tangkapan yang didaratkan di Desa Cabang, hal ini disebabkan: I. Kondisi muara yang dangkal sehingga menyulitkan kapal ikan yang akan keluar masuk sungai seputih menuju Desa Cabang dan ketiadaan fasilitas dermaga perikanan dan TPI yang memadai untuk melayani kapal-kapal ikan yang akan membongkar dan menjual hasil tangkapan; 2. Ketiadaaan pemodal dan juga penampung di Desa Cabang yang bisa memberikan modal kepada nelayan untuk menangkap ikan di laut. Di Desa Cabang terdapat 10-15 pemodal/pembina, namun yang aktif hanya 3 pemodal saja; 3. Belum adanya unit satuan tugas beserta sumberdaya manusianya yang mampu mengelola pelabuhan pendaratan ikan (PPI) dan fasilitas tempat pelelangan ikan {TPI);
4. Belum adanya sarana dan prasarana penunjang yang memadai antara lain jalan masuk, listrik, telepon, pabrik es.
Sementara ini pemenuhan kebutuhan es
balok dari Bandar Lampung dan Jakarta .
4.14 Profil Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah 4.1.4.1Tugas Pokok dan Fungsi Pada era reformasi dan otonomi daerah terjadi perubahan yang mendasar di
92
dalam menyikapi pelaksanaan pembangunan, diantaranya adalah kehendak untuk memberikan kesempatan yang besar kepada daerah dan masyarakat luas sesuai dengan UU No.32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu diharapkan adanya peningkatan peran serta masyarakat di dalam mewujudkan penyelenggaraan pembangunan melalui pendelegasian tanggung jawab, perubahan struktur dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah menyusun perencanaan pembangunan yang melibatkan seluruh aspirasi dan komponen masyarakat dalam bentuk penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), sebagaimana diamanatkan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan penyusunan dokumen perencanaan secara sistematis. diharapkan mampu mengorganisasi sumberdaya yang tersedia secara optimal dan dapat mengukur hasil - hasil pembangunan melalui suatu proses yang berkelanjutan. Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga Pemerintah Kabupaten Lampung
Tengah
di
bidang
Petemakan
dan
Perikanan
sesuai
dengan
kewenangannya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No.20/2001 tentang Kewenangan Kabupaten Lampung Tengah sebagai daerah otonom. Kesiapan daerah dalam melaksanakan otonomi, sudah barang tentu tidak lepas dari potensi dan daya dukung yang dimiliki daerah bersangkutan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun ekstemal.
Kesiapan daerah tersebut
meliputi sumberdaya alam (Resources Endowement), prasarana dan sarana (Life
Supporting System), modal yang tersedia serta kemampuan sumberdaya manusia.
93
Berkaitan dengan tugas pokok tersebut di atas, Dinas Petemakan dan Perikanan
didalam
melaksanakan
pembangunan
harus
mempadukan
VJSI
Departemen Teknis di bidang Petemakan dan Perikanan sebagai landasan kebijakan pembangunan sektoral dan visi Kabupaten Lampung Tengah dalam rangka kebijakan pembangunan wilayah. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah mempunyai fungsi: a. Merumuskan rencana, pengkajian, evaluasi, pengawasan dan statistik peternakan dan perikanan di wilayah pemerintah kabupaten. b.Pembinaan teknis reproduksi, pembibitan, silsilah temak, sarana produksi, alat maupun mesin petemakan dan perikanan. c. Pemberian pelayanan dan perizinan usaha agribisnis dan agroindustri petemakan dan perikanan, pembinaan dan bimbingan penanganan pasca panen, pemasaran, kemitraan usaha serta promosi usaha petemakan dan perikanan. d.Mengadakan pengamatan, penyidikan, pencegahan dan pemberantasan penyakit, pelayanan sarana obat-obatan, pelayanan kesehatan hewan dan ikan serta kesehatan masyarakat veteriner, dan melaksanakan pembangunan, pengelolaan, pengawasan rumah potong dan pasar hewanlunggas, pos pelayanan terpadu dan pos kesehatan hewan, tempat pelelangan ikan serta penangkar benih ikan. e. Pembinaan dan bimbingan teknis pengembangan, pemanfaatan lahan dan tata ruang petemakan dan perikanan, penyebaran, pengembangan dan penataan temak pemerintah serta pembinaan usaha dan bimbingan teknis/managemen usaha petemakan dan perikanan. f. Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Daerah Dinas Petemakan dan Perikanan
94
Kabupaten. g.Melaksanakan urusan tata usaha Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. h.Menyelenggarakan penyuluhan petemakan dan perikanan. i. Melaksanakan kebijaksanaan teknis yang telah digariskan dengan berpedoman pada kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta Peraturan Perundangundangan yang berlaku. j. Melaksanakan kerjasama antar daerah di bidang petemakan dan perikanan.
4.1.4.2 Struktur Organisasi Dinas Peternakao dan Perikanan Adapun susunan organisasi Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari : I. Kepala Dinas; 2. Bagian Tata Usaha terdiri dari : a. Sub Bagian Urn urn dan Kepegawaian b.Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan 3. Bidang Produksi, Kesehatan Hewan dan Pasca Panen Petemakan a.Seksi Bibit, Pakan dan Teknologi Budidaya b.Seksi Kesehatan dan Pasca Panen 4. Bidang Produksi dan Pasca Panen Perikanan a. Seksi Benih, Pakan dan Teknologi Budidaya Penangkapan b.Seksi Perlindungan Mutu dan Pasca Panen Perikanan 5. Bidang Bina Usaha dan Ketahanan Pangan a. Seksi perizinan Usaha dan Ketahanan Pangan
95
b.Seksi Sarana Prasarana dan Permodalan Usaha 6. Bidang Bina Program dan Sumber Daya a. Seksi Perencanaan, Statistik dan Sistem Informasi b. Seksi Pengembangan Sumber Daya
4.1.4.3 Sumberdaya Manusia Didalam
melaksanakan
kegiatan
Dinas
Petemakan
dan
Perikanan
Kabupaten Lampung Tengah didukung oleh 89 orang Pegawai Negeri Sipil yang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 6.Sumber Daya Manusia pada Dinas Peternakan dan Perikanan K a bupaten L am pong T enga h T A. 2006. Eselonl
Pendidikan
No.
Golongan
Non Eselon
S2
Sl
03
04
SLTA
SLTP
so
IV
III
II
l
Jml
I.
II
I
I
5
-
-
5
IV
I
7
I
I
I
9
-
-
10
Sub Jumlah
1
12
2
I
-
-
3.
-
I
4
-
-
Ill
-
I
2.
-
7
9
-
-
16
4.
Non Eselon
I
19
5
I
23
3
2
I
37
16
54
5.
Jabatan
-
6
13
-
I
-
-
-
12
7
-
Sub Jumlah
I
25
18
I
24
3
2
I
39
23
Jumlah
2
37
20
2
24
3
2
8
48
23
20
Fungsional
Sumber : Dinas Petemakan dan Perikanan Kab. Lampung Tengah,2006 Dari tabel 6, dapat diketahui bahwa 37 Sarjana Sl terdiri dari 13 orang tenaga ahli petemakan, 5 orang tenaga ahli pertanian, 10 orang tenaga ahli perikanan, sedangkan 9 orang terdiri dari Sarjana lainnya. Demikian pula untuk Sarjana Muda (03) terdiri dari 16 orang tenaga ahli petemakan dan 2 orang tenaga
-
73 89
96
ahli perikanan dan I orang ahli pertanian. Sedangkan dari 24 orang tenaga SL TA terdiri dari 16 orang tenaga teknis petemakan dan 8 orang lainnya dari jurusan non teknis/umum. Untuk tenaga fungsional terdiri dari 20 orang antara lain 17 orang dari tenaga PPL Petemakan dan 3 orang dari PPL Perikanan. Dibanding dengan luas wilayah dan jumlah kecamatan yang ada, dirasakan tenaga yang menangani bidang petemakan dan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah masih sangat kurang dan belum memadai.
4.1.4.4 Program Prioritas Program-program
yang
ditetapkan
Dinas
Petemakan dan
Perikanan
Kabupaten Lampung Tengah dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran tahun 2007201 0 yang akan datang adalah sebagai berikut : ].Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Program ini bertujuan untuk meningkatkan pelaporan kepada masyarakat. Sasaran dari program ini adalah : a) Tertatanya adminstrasi perkantoran b) Terlayaninya kebutuhan sesama aparatur c) Terlayani kebutuhan pelayanan masyarakat 2.Program peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Program ini bertujuan untuk menciptakan pelayanan prima kepada masyarakat. Sasaran dari program ini adalah: a) Tercukupinya sarana dan prasarana aparatur untuk melayani masyarakat secara optimal. 3.Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
97
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian masyarakat di daerah pesisir. Sasaran dari program kegiatan ini adalah: a) Masyarakat
pesisir
mampu
menangkap
peluang
yang
ada
untuk
mengembangkan usahanya. 4.Program Pengembangan Data I lnfonnasi Program ini bertujuan untuk mewujudkan perencanaan pembangunan petemakan dan perikanan yang akuntabel, yang didukung dengan ketersediaan data petemakan dan perikanan yang akurat dan komprehensif Sasaran dari program ini adalah : a) Meningkatnya kualitas data petemakan dan perikanan yaitu data yang memenuhi kriteria akurat, komprehensif dan tepat waktu; b) Meningkatnya kualitas pelayanan penyediaan data dan infonnasi: c) Meningkatnya kualitas perencanaan dan proses pelaksanaan pembangunan petemakan dan perikanan. 5.Program peningkatan Kesejahteraan Petani Program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani petemak agar tercipta kesejahteraan petani. Sasaran dari program ini adalah: a) Meningkatnya pendapatan petani dari usaha petemakan 6.Program
Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Pengawasan dan
Pengendalian
sumberdaya Kelautan. Program ini bertujuan agar kelestarian sumberdaya kelautan tetap terjaga. Sasaran dari program ini adalah : a) Terwujudnya kelestarian sumberdaya kelautan agar kelestarian biota laut tetap terjaga ?.Program peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/ Perkebunan)
98
Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan yang didukung oleh sumberdaya petemakan. Sasaran dari program ini adalah: a) Tercapainya peningkatan konsumsi protein hewani yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. &.Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian I Perkebunan Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan petemak melalui penerapan teknologi yang inovatif. Sasaran dari program ini adalah: a) Penerapan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas temak. 9.Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan lapangan Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan dan wawasan penyuluh terutama penyuluh di bidang petemakan dan perikanan. Sasaran dari program ini adalah : a) Meningkatkan kemampuan penyuluh di dalam membantu petemak, nelayan dan pembudidaya ikan untuk menerapkan teknologi yang tepat guna dan inovatif. 10. Program Pengembangan Budidaya Perikanan Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan melalui perikanan budidaya. Sasaran dari program ini adalah: a) Meningkatkan produksi ikan melalui berbagai teknologi budidaya antara lain melalui teknologi pembenihan yang inovatif. ll.Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Temak dan Ikan Program ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan hewan melalui upaya pencegahan, pemberantasan, pengendalian dan penolakan penyakit hewan dan peningkatan kualitas pelayanan di bidang kesehatan masyarakat veteriner. Sasaran dari program ini adalah:
99
a) Meningkatkan produksi dan produktivitas hewan temak; b) Menurunnya tingkat kematian (mortalitas) dan derajat kejadian penyakit (morbiditas); c) Meningkatnya kesehatan lingkungan budidaya; d) Mencegah terjadinya penularan penyakit zoonosis dari hewan kepada manusia. 12.Program Pengembangan Perikanan Tangkap Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan konsumsi melalui pengembangan perikanan tangkap. Sasaran dari program ini adalah: a) Terpenuhinya sarana dan prasarana perikanan tangkap bagi nelayan sehingga dapat meningkatkan produksi ikan hasil tangkapan. 13.Program Peningkatan Produksi Hasil Petemakan Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil petemakan melalui berbagai teknologi tepat guna. Sasaran dari program ini adalah : a) Meningkatkan produk-produk petemakan agar dapat mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat. 14.Program Pengembangan Sistem penyuluhan Perikanan Program ini bertujuan untuk mengembangkan sistem penyuluhan perikanan agar penyuluh dapat berperan
langsung di dalam
mendampingi
petani
ikan
melaksanakan usahanya. Sasaran dari program ini adalah: a) Meningkatkan tekhnik penyuluhan yang tepat guna. 15.Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan Program ini bertujuan untuk mengoptimalisasikan pengelolaan dan pemasaran produksi perikanan melalui berbagai upaya pameran teknologi perikanan. Sasaran dari program ini adalah:
100
a) Meningkatkan kualitas produk perikanan agar dapat berdaya saing dipasaran. Meningkatnya kualitas produk perikanan agar mampu menembus pasar regionaV nasional b) Memperluas pemasaran has it perikanan tidak hanya di tingkat lokal tapi regional dan nasional. 16.Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Petemakan Program ini bertujuan untuk meningkatkan peluang pemasaran hasil-hasil usaha petemakan dan menciptakan peluang usaha. Sasaran dari program ini adalah: a) Meningkatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi dan usaha peternakan agar dapat berdaya saing dipasaran; b) Memperluas pemasaran hasil petemakan tidak hanya di tingkat lokal tapi regional dan nasional. 17.Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar Program ini bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan kawasan budidaya taut, air payau dan air tawar. Sasaran dari program ini adalah : a) Agar kawasan budidaya taut, air payau dan air tawar dapat dioptimalkan fungsinya sebagai lahan pengembangan perikanan budidaya. 18.Program Peningkatan Produksi Petemakan Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi petemakan melalui berbagai teknologi tepat guna. Sasaran dari program ini adalah: a) Meningkatnya produksi temak untuk mencukupi kebutuhan protein hewani asal temak.
101
4.2 Data Fokus Penelitian 4.2.1. Identifikasi Stakeholders dalam Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah dalam melaksanakan pembangunan Tahun 2007 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lampung Tengah 2007-2010 sebagaimana diamanatkan UU No.25/ 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dengan
berlakunya UU No.l7 /2003 ten tang Keuangan Negara dan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), telah memberikan pengaruh yang cukup mendasar dalam proses perencanaan pembangunan di daerah. Diantaranya dengan diberlakukan kembali Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) duapuluh tahunan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) lima tahunan serta berubahnya nomenklatur Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) menjadi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan rencana pembangunan tahunan yang menjadi pedoman penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Ruang lingkup perencanaan berdasarkan UU 25/2004 baik nasional maupun daerah disajikan pad a tabe I 7.
Tabel7. Ruang Lingkup Perencanaan Berdasarkan UU Nomor 25 Taboo 2004 Nasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP Nasional) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra KL) Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Rencana Kerja Kementrian/Lembaga (Renja KL)
Daerah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RP JP Daerah) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RP JM Daerah) Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD)
Sumber : Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, 2007
102
Berdasarkan ura1an dalam Tabel 7 tersebut di atas. dokumen-dokumen perencanaan pembangunan daerah sama di seluruh Indonesia. Dokumen-dokumen perencanaan tersebut khususnya di Kabupaten Lampung Tengah seluruhnya telah disusun. Dokumen perencanaan yang disusun dalam musrenbang tahun 2007 adalah RKPD dan Renja SKPD untuk tahun anggaran 2008. Adapun keterkaitan antara RPJP," RPJM dan RKPD adalah, bahwa RPJP merupakan dokumen perencanaan komprehensip dua puluh tahunan, yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang, dan menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM dan RKPD. Secara formal, produk RPJP akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda), RPJM dan RKPD akan dituangkan dalam bentuk Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Oleh karena itu, RPJP dan RPJM merupakan cita-cita besar dan sangat mungkin akan mengubah jalan hidup orang banyak, sehingga dalam penyusunannya perlu partisipasi masyarakat, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 13/2006 tentang penjabaran Visi dan Misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih. Visi Pembangunan Kabupaten Lampung Tengah 2007-2010, yaitu: "Terwujudnya Lampung Tengah sebagai Kawasan Agribisnis Yang Berwawasan Lingkungan, Religius dan Keragaman Budaya". Dari visi tersebut dikembangkan sebanyak 7 Misi Pembangunan, yaitu: I. Mengembangkan sistem pertanian berbasis agribisnis dan perekonomian kerakyatan yang didukung dunia usaha; 2. Meningkatkan sumberdaya manusia yang unggul dan berdaya saing; 3. Meningkatkan kesadaran beragama, politik, keterlibatan dan keamanan dalam rangka persatuan dan kesatuan secara demokratis dan berkeadilan;
103
4. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur, seni dan budaya daerah; 5. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan; 6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah terutama pada wilayahwilayah perkampungan, sentra-sentra produksi, dan pusat-pusat pertumbuhan baru secara seimbang, selaras dan serasi; 7. Mewujudkan pemerintahan daerah yang baik dan bertanggungjawab serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sesuai standar pelayanan minimal. Selanjutnya untuk mewujudkan Yisi dan Misi tersebut maka seluruh programlkegiatan yang akan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah kedepan harus berorientasi pada upaya pencapaian visi dan misi tersebut. Oleh karena itu pembangunan yang akan dilaksanakan tidak hanya terbatas pada pembangunan fisik semata tetapi mencakup pada berbagai aspek yaitu ekonomi, agama dan sosial budaya, politik, keamanan dan lingkungan hidup. Untuk mempercepat pencapaian visi dan misi pembangunan Kabupaten Lampung Tengah, maka secara makro kabupaten Lampung Tengah dibagi menjadi 3 (tiga) Wilayah Pembangunan, yaitu : I.Lampung Tengah Bagian Barat Meliputi Kecamatan Selagai Lingga, Pubian, Sendang Agung, Kalirejo, Bangun Rejo, Padang Ratu, Anak Ratu Aji, Anak Tuha dan Bekri, diarahkan untuk pengembangan komoditas hortikultura, petemakan, perikanan darat, pertambangan, pariwisata dan sebagai kawasan konservasi. 2.Lampung Tengah Bagian Tengah Meliputi kecamatan Bumi Ratu Nuban, Gunung Sugih, Terbanggi Besar, Terusan Nunyai, Way Pengubuan, Seputih Mataram, Bandar Mataram, Seputih
104
Agung diarahkan untuk pengembangan pusat perdagangan dan jasa, pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan basis agribisnis. 3.Lampung Tengah Bagian Timur Meliputi kecamatan Trimurjo, Punggur, Kota Gajah, Seputih Raman, Seputih Banyak, Way Seputih, Rumbia, Bumi Nabung, Seputih Surabaya dan Bandar Surabaya, diarahkan untuk pengembangan lumbung pangan Lampung Tengah maupun propinsi Lampung, sentra pengembangan tanaman pangan lahan kering, wilayah pencadangan agroindustri, pusat pengembangan perikanan dan sebagai lumbung temak unggas/temak kecil. Semenjak tahun 2005 perencanaan pembangunan daerah dirasa lebih baik dibanding sebelumnya karena telah mengacu pada rencana kerja (working plan) sehingga rencana lebih realistis, dimana telah terdapat input melalui proses musyawarah dan dapat diketahui output dan outcomenya. Sedangkan perencanaan sebelum otonomi daerah usulan berupa daftar usulan yang tidak terbatas. Perbedaan antara perencanaan pembangunan terdahulu (sebelum otonomi daerah) dan perencanaan pembangunan setelah tahun 2005 yaitu: perencanaan pembangunan daerah saat sekarang lebih menekankan pada proses musyawarah untuk mufakat dalam memutuskan kebijakan pembangunan (menentukan prioritas kegiatan pembangunan). Proses perencanaan pembangunan daerah dalam pelaksanaannya mencakup lima pendekatan yaitu: pendekatan politik, pendekatan teknokratik, pendekatan partisipatif, pendekatan top down, dan pendekatan bottom up. Pendekatan politik dalam kaitannya dengan proses perencanaan yang dilakukan di Kabupaten Lampung Tengah berhubungan dengan proses pemilihan Kepala Daerah yang
105
dilakukan oleh masyarakat, di mana dalam pelaksanaannya masyarakat menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang dipaparkan oleh Caton Kepala Daerah melalui visi dan misinya. Dan pendekatan teknokratik dalam pelaksanaannya lebih banyak dilakukan oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu, yaitu Bappeda Kabupaten Lampung Tengah dan SKPD. Sedangkan pendekatan top down planning dan bollom up planning diselaraskan melalui pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang dilaksanakan secara berjenjang dari
Tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi sampai Nasional. Sementara untuk pendekatan perencanaan partisipatif. dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Perencanaan pembangunan perikanan secara nonnatif mekanismenya berdasarkan pada Surat Edaran Menteri Negara untuk Perencanaan Pembangunan Nasional No.0008/M.PPN/O 112007 dan 050/264NSJ tanggal 12 Januari 2007 perihal Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang 2007. Di Kabupaten Lampung Tengah prosedur top-down dalam perencanaan pembangunan daerah tetap dilaksanakan, sehingga perencanaan kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat tidak menyimpang dan terarah kepada apa yang telah ditetapkan melalui Peraturan Daerah (RPJP Daerah dan RPJM Daerah). Sedangkan prosedur bottom-up berasal dari penggalian gagasan oleh masyarakat desa atau lapisan bawah dengan melihat permasalahan yang dihadapi sehari-hari untuk dapat diatasi dengan suatu kegiatan. Prosedur top-down dan bottom-up digabungkan melalui pendekatan partisipatif yang dikembangkan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
106
sehingga diperoleh titik temu yang dapat disetujui oleh kedua belah pihak yaitu pihak pemerintah daerah dan masyarakat. Penerapan pendekatan partisipatif dalam perencanaan pembangunan daerah tersebut diharapkan dapat mengakomodasi aspirasi dan kebutuhan masyarakat sebagai pelaku pembangunan dan secara politis tidak keluar dari peraturan hukum yang berlaku dengan demikian akan meningkatkan kinerja Pemerintah Daerah. Untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2008 yang berfungsi sebagai pedoman perencanaan tahunan dan pedoman penyusuanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Tengah menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) secara berjenjang, mulai dari tingkat desa (Musrenbang Desa). tingkat kecamatan (Musrenbang Kecamatan) dan tingkat kabupaten (Musrenbang Kabupaten). Dalam proses perencanaan pembangunan perikanan, dinamika antar
stakeholders yang terlibat dalam proses perencanaan dapat terlihat di musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) dimana setiap tingkatan pemerintahan melakukan suatu forum koordinasi dalam rangka perencanaan untuk wilayah kerja masing-masing dan pelaksanaannya dilakukan secara partisipatif dan demokrasi guna mengakomodasi aspirasi masyarakat, sehingga diperlukan keterlibatan berbagai komponen pemegang peran pembangunan (stakeholders). Menurut Bapak Nn selaku Kasi Penyusunan Rencana Kegiatan Bappeda Kabupaten Lampung Tengah: "Perencanaan pembangunan perikanan secara umum sama dengan pembangunan daerah bidang lainnya yang dilakukan melalui forum koordinasi, yakni melalui: Musrenbang Desa/Kelurahan sampai tingkat
107
Kecamatan guna penjaringan aspirasi masyarakat dan melalui forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari tingkat Kabupaten/ Kota sampai tingkat Propinsi dalam rangka penentuan arah dan kebijakan". (Wawancara pada tanggal 8 Maret 2007). Disamping itu juga dijelaskan oleh lbu Rs selaku Staf Tata Usaha Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, bahwa: "Dalam rangka menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, maka daerah menyelenggarakan forum koordinasi Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) secara berjenjang, mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota hingga provinsi, termasuk menyelenggarakan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (Forum SKPD)". (Wawancara tanggal 8 Maret 2007). Dari penjelasan informan tersebut, dapat dikatakan bahwa setiap proses penyusunan dokumen rencana pembangunan diperlukan koordinasi antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bapak At selaku Kabid Ekonomi Bappeda Kab. Lampung Tengah, bahwa: "Musrenbang berfungsi sebagai forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan RKPD, yang menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan antar Satuan Kerja Perangkat Daerah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan, dan kegiatan musrenbang di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2007 dilaksanakan dalam rangka penyusunan RKPD tahun 2008". (Wawancara tanggal 13 Maret 2007). Menurut dokumen yang diperoleh penulis, musrenbang merupakan forum musyawarah tahunan stakeholders untuk mengakomodir aspirasi masyarakat, penetapan
arah
pembangunan.
kebijakan, Adapun
prioritas
tahapan
pembangunan
musrenbang
adalah:
berdasarkan musrenbang
program tingkat
desa/kelurahan, musrenbang tingkat kecamatan, forum SKPD dan musrenbang
108
tingkat Kabupaten. Jadwal Musrenbang tahun 2007 di Kabupaten Lampung Tengah dapat dilihat sebagai pada tabel 8 dan gambar 3
Tbi8Jd a e . a wa IM usren bang Kb a upa t en Lampung T enga h T a h un 2007 Tahapan Kegiatan Musrenbang
No. I.
Waktu Pelaksanaan
Musrenbang DesaI
Penanggung Jawab
Bulan Januari (2007)
Kepala Desa I
Kelurahan 2. '"'
.).
4.
Kelurahan
Musrenbang Kecamatan
Bulan Februari- Maret (26 Feb- 6 Maret 2007)
Cam at
Forum Satuan Kerja
Bulan Maret ( 12 Maret - 14
Tim Penyelenggara
Perangkat Daerah (SKPD)
Maret 2007)
dan Kepala SKPD
Musrenbang Daerah
Bulan Maret ( 28 Maret - 29
Tim Penyelenggara
Kabupaten
Maret 2007)
dan Kepala Bappeda
Sumber :
Keputusan Kepala Bapeda Nomor: 0 I 01 KPTSI 051 2007 tanggal I 0 Januar1 2007 tentang Pembentukan Tim Penyelenggara Musrenbang 2007 Kabupaten Lampung Tengah
Sumber
SEB Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/2007 dan 050/264A/SJ
~---
Penyusunan RKP
1
Musrenban~
Pu.wt
Musrenbang Nasional
~
~J +I
Penyusuoan RKPD Provinsi ~--·-·
-.-.- -. -. - Musrenba~1 Pruvinsi
Pm~·usunan
H
Penyusunan
ForumSKPIJ
r .---
Prtwin.'ii
Musr<'nbang Kabupaten
RKPD Kabupateo
1
Pmyusuoan Rmja SKPD Kab.
Fo umSKPIJ K bupaten
Mu.,·renbang ] 1 /JesaiKelurahan
·I
Musrenbang Kecamalllfl
~
~---
I I I I I I I I I I I
~~,F3 i
I Renja SKPD Prop.
IPa;,
s
4
. . -· --------
~-Rs ~ p
Pasca MusrenbanJ Kabupaten
•
I
{R3
·~ p
tI
I I I I I I I I
I I I I I
L1
I
I
I I I I
I
B IJ LAN
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEl
Gam bar 3. Jadwal Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
"""2 ooj
>
.. _.,..."' I I I I I I I I I
I
...
""
::!:
I
:t
> ooj
...
::"" "'~ ooj
>
:t 0
>
"'~
:t
109
Dari gambar 3, dapat diuraikan bahwa. apabila musrenbang dari tingkat desa sampai kabupaten dapat terpenuhi pada bulan Maret setiap tahunnya, maka RKPD sebagai perwujudan dari partisipasi masyarakat dapat disusun pada bulan Mei dan terlihat jelas bahwa ada keinginan Pemerintah untuk mengatur perencanaan dari tingkat Desa sampai Pusat menjadi lebih baik terutama waktu pelaksanaannnya sehingga lebih memudahkan sinkronisasi antara kegiatan Pemerintah Pusat dan Daerah.
4.2.1.1 Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Desa
Pengertian, musrenbang Desa/Kelurahan adalah forum musyawarah tahunan stakeholders desa/kelurahan dalam menyepakati rencana kegiatan tahun anggaran
berikutnya. Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pembangunan jangka menengah Desa/Kelurahan, kinerja implementasi rencana tahun berjalan serta masukan dari narasumber dan peserta yang menggambarkan permasalahan nyata yang sedang dihadapi. Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang melalui pembahasan yang disepakati bersama. Hal ini sama dengan yang dinyatakan oleh Kepala Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah (Bapak Sdr), bahwa: "Dalam forum musyawarah pembangunan desa guna menjaring aspirasi warga desa, menyusun dan membahas kegiatan-kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya maka masyarakat berpartisipasi dalam memberikan masukan dan pemikirannya dalam keberhasilan pembangunan desa. Peserta musrenbang desa adalah komponen masyarakat (individu/kelompok) yaitu ketua RT/RW, kepala kampung, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), BPD, ketua adat, kelompok perempuan (PKK),kelompok pemuda, pengusaha, kelompok tani/nelayan". (Wawancara tanggal I Maret 2007)
110
Dijelaskan juga oleh Sekertaris Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya (Bapak Ns), bahwa: "Unsur-unsur masyarakat yang terlibat dalam musrenbang desa di Kampung Cabang adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kelompok tani/nelayan,
Badan
Perwakilan
Desa (BPD) dan tokoh
adat/tokoh
masyarakat dan pengusaha perikanan". (Wawancara tanggal I Maret 2007). Dari penjelasan - penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa peserta musrenbang desa merupakan perwakilan dari komponen masyarakat yang berada di desalkelurahan yang diharapkan mampu untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan dan pemikirannya untuk pembangunan desa.
Peserta musrenbang desa
terdiri dari: kepala kampung, tokoh adat. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Badan Perwakilan Desa (BPD), kelompok perempuan, kelompok tanil nelayan, utusan kecamatan dan pengusaha. Tetapi pada kenyataannya pengusaha kurang terlibat langsung dalam proses perencanaan melalui musrenbang ini, mereka dalam mengusulkan kegiatannya langsung ditujukan kepada Bupati melalui Dinas Petemakan dan Perikanan. Narasumber dalam musrenbang Desa/Kelurahan adalah Kepala Desa/Lurah, ketua dan para anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Camat dan aparat kecamatan, kepala sekolah, kepala puskesmas, pejabat instansi yang ada di Desa/Kelurahan dan LSM yang bekerja di Desa/Kelurahan yang bersangkutan. Dalam pelaksanaan musrenbang desalkelurahan, pemerintah Kabupaten Lampung Tengah melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) telah mengeluarkan surat edaran tentang petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang
Ill
desa/kelurahan yang dikirimkan kepada seluruh camat di Kabupaten Lampung Tengah guna diteruskan kepada seluruh kepala desalkepala kelurahan di wilayah yang bersangkutan. Musrenbang desalkelurahan untuk tahun anggaran 2008 di Kabupaten Lampung Tengah diselenggarakan pada bulan Januari. Mengenai pelaksanaan Musrenbang desa/kelurahan ini Bapak Kepala Bappeda Kabupaten Lampung Tengah (Bapak St) mengungkapkan : "Musrenbang desalkelurahan di Kabupaten Lampung Tengah telah dilaksanakan sesuai jadwal yang ditentukan dalam Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Dalam Negeri. Musrenbang desalkelurahan dilaksanakan paling lambat akhir bulan Januari 2007, dan pada awal Januari-akhir Januri 2007 di Kabupaten Lampung Tengah telah dilaksanakan musrenbang desa". (Wawancara, tanggal 8 Maret 2007). Sebelum pelaksanaan musrenbang desalkelurahan, masyarakat biasanya melaksanakan musyawarah di tingkat dusun/R W guna menyusun rencana kegiatan pembangunan di lingkungan dusun/R W yang bersangkutan. Rencana tersebut nantinya dijadikan sebagai masukan yang akan diusulkan dalam forum musrenbang desa. Di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya musrenbang benar-benar dilaksanakan. Penjaringan aspirasi masyarakat dimulai dari tingkat dusun atau Rukun Warga (RW). Di Desa Cabang terdapat 3 (tiga) Dusun dengan 9 (sembilan) RW, dari seluruh RW tersebut melaksanakan musrenbang. Namun motivasi pelaksanaan musrenbang ini berbeda-beda. Seperti yang diungkapkan Bapak Sn (Ketua R W I Dusun I I) berikut ini : "Bulan Januari kemarin kami telah melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan di rumah kepala cabang dinas (KCD) petemakan dan perikanan Kecamatan Bandar Surabaya. Kami melaksanakan karena ada
112
perintah dari kepala desa, katanya disuruh dari pak camat, dan ketua pelaksananya adalah LPMD". (Wawancara tanggal 12 Maret 2007). Sedangkan di Dusun II (R W III) tidak melaksanakan secara formal, tetapi dilaksanakan bersamaan dengan acara tah1i1an. Bapak Krs (Ketua RW Ill) mengungkapkan : "Pada bulan Januari yang lalu, pak kades menyuruh agar dusun kami (R W Ill) menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan dan insyaallah pak kades mau hadir. Musyawarah ini kata pak kades untuk membicarakan mengenai kegiatan-kegiatan dan usulan-usulan untuk pembangunan desa dan kami melaksanakan pada saat ada acara tahlilan di rumah saya, biar hemat gitu mbak ." (Wawancara tanggal 12 Maret 2007). Berkaitan dengan pelaksanaan musrenbang desa ini Kepala Desa Cabang, Kecamatan Bandar Surabaya mengungkapkan : "Dalam Musrenbang Desa peserta dapat mengusulkan rencana kegiatan pembangunan yang merupakan hasil dari musyawarah di tingkat dusun, tetapi guna mempersingkat waktu pelaksanaan dan agar usulan tersebut sesuai dengan prioritas, kami (pemerintah desa) telah membuat draft rencana hasil rembugan dengan perangkat desa, BPD dan beberapa kepala dusun. Jadi dalam musrenbang desa ini masyarakat tinggal membahas sedikit dan menyetujuinya. Namun, tidak semua peserta setuju, ada yang ngotot agar usulannya dapat diterima kalau sudah demikian peran pemandu sangat membantu untuk mengatasi masalah". (Wawancara tangga112 Maret 2007) Di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya memang benar-benar telah melaksanakan musrenbang, bahkan penjaringan aspirasi masyarakat dimulai dari tingkat Dusun!Rukun Warga (R W), tetapi dalam pengusulan rencana kegiatan dan pengambilan keputusan masih didominasi oleh orang-orang tertentu saja (elit birokrasi/pemerintah desa), dimana dalam pelaksanaannya pemerintah desa telah menyediakan draft rencana kegiatan pembangunan. Hal ini didukung oleh pemyataan Bapak Bkh (tokoh masyarakat/Kepala SO) yang menyatakan :
113
"Dalam setiap pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan, pak Kepala Desa dan BPD selalu sudah punya usulan yang sudah disusun menjadi draft usulan yang dibagikan kepada seluruh peserta musyawarah. Kalaupun ada usulan lain dari masyarakat, pasti tidak masuk prioritas. Memang sih usulan mereka tidak selalu bertentangan dengan usulan masyarakat." (Wawancara tanggal 13 Maret 2007) Keluaran yang dihasilkan dari Musrenbang Desa adalah : Dokumen Rencana
Kerja
Pembangunan
Desa
yang
terdiri
dari:
prioritas
kegiatan
pembangunan skala Desa yang akan didanai oleh Alokasi Dana Desa dan atau swadaya masyarakat dan prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah. Hasil yang lain adalah daftar nama delegasi Kecamatan untuk mengikuti Musrenbang Kecamatan dan Berita Acara Musrenbang Desa. Warga yang hadir dalam musrenbang desa di Desa cabang ini sebanyak 37 orang yang terdiri dari 22 orang (delegasi Rt/RW), 4 orang (tokoh masyarakt. LPMD, PKK, BPD), 8 orang (aparat desa) dan 3 orang (tim peninjau) Pemkab Lampung Tengah. Secara keseluruhan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa di Kabupaten Lampung Tengah telah dilaksanakan dengan baik dan tepat waktu (sesuai dengan jadwal yang ditentukan). Hasil dari musrenbang desa tersebut telah tersusun dalam Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD), yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan masukan dalam musrenbang kecamatan.
4.2.1.2 Musyawarab Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah stakeholders Tingkat Kecamatan untuk mendapatkan masukan prioritas kegiatan dari Desa/Kelurahan
114
serta menyepakati kegiatan lintas Desa/Kelurahan di wilayah Kecamatan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten pada tahun berikutnya. Stakeholders kecamatan adalah pihak yang berkepentingan dengan prioritas kegiatan dari Desa/Kelurahan untuk mengatasi permasalahan di wilayah Kecamatan, serta pihak-pihak yang berkaitan dengan dan atau terkena dampak hasil pembangunan. Tujuan, Musrenbang Kecamatan diselenggarakan untuk: (1) Membahas dan menyepakati hasil-hasil Musrenbang dari tingkat Desa/Kelurahan yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan yang bersangkutan; (2) Membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat Kecamatan
yang
belum
tercakup
dalam
prioritas
kegiatan
pembangunan
Desa/Kelurahan; (3) Melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten. Peserta Musrenbang Kecamatan adalah wakil dari
Desa/Kelurahan dan
wakil dari kelompok-kelompok masyarakat yang kegiatannya dalam skala Kecamatan (misalnya: organisasi petani, organisasi pengrajin, dan lain sebagainya). Narasumber dalam Musrenbang kecamatan antara lain : I. Dari Kabupaten : Tim Kabupaten, anggota DPRD dari daerah Pemilihan Kecamatan yang bersangkutan; 2. Dari Kecamatan: Camat, Aparat Kecamatan, Kepala UPT Dinas di Kecamatan, LSM yang bekerja di Kecamatan yang bersangkutan dan para ahli/profesional yang dibutuhkan.
115
Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan ini sesuai dengan petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang tahun 2007, musrenbang kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2007 - 6 Maret 2007. Berkenaan dengan pelaksanaan musrenbang kecamatan, Kasi PMD Kecamatan Bandar Surabaya (Bapak Msd) mengemukakan bahwa : "Peserta musrenbang kecamatan terdiri dari Camat yang memimpin jalannya musyawarah, utusan dari Bappeda, Danramil, Kapolsek, SKPD di tingkat kecamatan, Sekcam, para delegasi dari desa/kelurahan, kepala desa se-kecamatan, kelompok tanilnelayan, LPMD, ketua tim penggerak PKK kecamatan dan tim penggerak PKK desa dan Anggota DPRD daerah pemilihan". (Wawancara tanggal 14 maret 2007). Hal yang sama disampaikan juga oleh salah satu staf Seksi PMD Kecamatan Bandar Surabaya yang mengemukakan : "Hadir pada musrenbang kecamatan tersebut Camat, unsur p1mpman kecamatan (UPTD), ketua tim PKK kecamatan, tokoh masyarakat, anggota DPRD Lampung Tengah dan kepala desa". (Wawancara tanggal 14 maret 2007). Kemudian dijelaskan juga oleh Bapak NK selaku Camat Bandar Surabaya, yaitu: "Musrenbang Kecamatan dihadiri oleh Unsur Muspika Kecamatan Bandar Surabaya dan para Kepala Desa se-Kecamatan Bandar Surabaya juga dihadiri oleh Ketua LPM dan Ketua BPD, serta nara sumber yang di datangkan dari Kabupaten Lampung Tengah, nampak hadir juga pada acara tersebut anggota dewan dari fraksi golkar (Drs.Pairin) untuk membahas materi us ulan pembangunan dari hasil tingkat kecamatan'. (Wawancara tanggal 12 Maret 2007) Dalam musrenbang kecamatan dihadiri JUga oleh anggota dewan asal pemilihan sebagaimana diungkapkan oleh Bapak St (Kepala Bappeda Kabupaten Lampung Tengah) :
116
" ..... Selain dihadiri kepala desa dan aparatur desa, anggota BPD, dihadiri juga anggota DPRD asal pemilihan daerah kecamatan tersebut, hal ini guna menghindari hal-hal yang tidak diingini seperti adanya proyek-proyek siluman yang sama sekali tidak pemah dibicarakan dalam Musrenbang namun pada saat pengesahan RAPBD proyek tersebut muncul". (Wawancara tanggal 16 Maret 2007). Dari hasil wawancara dengan para informan dan melihat dokumen hasil Musrenbang Kecamatan, peserta yang terlibat dalam Musrenbang kecamatan (gambar 4) adalah sebagai berikut: 1) Tingkat desa meliputi : Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua LPMD, tokoh perempuan!wanita desa (Ketua Tim Penggerak PKK Desa) dan Kepala Seksi Pembangunan Desa se Kecamatan. 2) Tingkat kecamatan meliputi: Muspika, Dinas/Instansi sektor kecamatan dan Tim Penggerak PKK Kecamatan. 3) Tingkat kabupaten
meliputi:
Unsur dari
Bappeda, Unsur dari
Dinas
Pemberdayaan Masyarakat, Unsur dari Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten, DPRD. Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2007
Gambar 4. Peserta Musrenbang Kecamatan
117
Hasil dari musrenbang kecamatan adalah daftar prioritas kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan di kecamatan pada tahun berikutnya yang tersusun dalam Rencana pembangunan Tahunan Kecamatan (RPTK). Berdasarkan informasi dan data yang diperoleh penulis, bahwa tim perumus dan sekaligus delegasi kecamatan yang mengikuti forum SKPD dilakukan dengan cara penunjukan oleh pihak kecamatan. Kecamatan Bandar Surabaya menyertakan daftar nama delegasi yang nantinya akan terlibat dalam forum diatasnya dan tentunya dari merekalah usulan desa akan bisa dikawal atau tidak, hingga tercover dalam APBD 2008 nantinya.
Tabel 9. Daftar Nama Delegasi Kecamatan Pada Forum SKPD Dan Musrenbang Kabupaten Kecamatan Bandar Surabaya No. Nama I. I Ketut Rai Astika
2. 3.
Sudarsono Kuat Margo no
Alamat Bandar Surabaya
Cabang Sumber Agung
4. Saniman Sumber : Data yang diolah
Cabang
Jabatan KCD Peternakan dan Perikanan kec. Bandar Surabaya Kepala Kampung Cabang Kepala Kampung Sumber Agung Ketua BPD Cabang
Dari komposisi delegasi kecamatan pada tabel 9, tersebut memperlihatkan beberapa kelemahan, yakni: l.Pemerintah tidak
memahami
peta sosiologis
masyarakatnya.
Seharusnya
pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya jangan hanya melibatkan organ-organ korporatis (Kades, LKMD, BPD, PKK) saja. Sebagaimana diketahui, di Bandar Surabaya juga berkembang subur ormas-onnas, kelompok tani, pedagang pasar dan komunitas sipil lainnya. Pilihan panitia Musrenbang Kecamatan yang hanya melibatkan kelompok korporatis tentu mempersempit ruang demokrasi bagi
118
masyarakat. Karena kebutuhan masyarakat yang mengetahui secara penuh dan yang berhak mengusulkan hanyalah organisasi resmi pemerintah. 2.Minimnya elemen masyarakat yang hadir dalam Musrenbang Kecamatan tersebut diakibatkan oleh pemerintah masih bersandar pada standar jumlah peserta (secara person). Seharusnya standar kehadiran disandarkan pada banyaknya stakeholders,
artinya secara kelembagaan/ komunitas Musrenbang Kecamatan Bandar Surabaya tidak hanya dihadiri oleh kelompok-kelompok tersebut saja. Dari uraian tersebut di atas, dapat ditemukan kenyataan untuk pelaksanaan perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah belum sepenuhnya melibatkan aktor dari masyarakat. peserta musrenbang banyak dihadiri oleh aparat birokrat.
4.2.1.3 Forum Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Forum SKPD)
Berkenaan dengan kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tahun 2007, Kabupaten Lampung Tengah mengadakan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD yang merupakan tahap sinkronisasi prioritas kegiatan pembangunan hasil musrenbang tingkat kecamatan dengan Rencana SKPD yang diselenggarakan dalam bentuk Forum Grup Diskusi (FGD) pada tanggal 12 Maret14 Maret 2007. Forum ini merupakan langkah awal untuk memasuki pelaksanaan musrenbang. Oleh karena itu, basil Forum SKPD ini juga turut menentukan sejauh mana hasil musrenbang yang akan dilaksanakan nantinya. Mengenai Forum SKPD, Kepala Bappeda Kabupaten Lampung Tengah (Bapak St) menginformasikan: "Pembukaan Forum SKPD Tahun 2007 ini merupakan langkah awal yang sangat penting dalam proses penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Lampung Tengah. Forum antar SKPD dilaksanakan dengan tujuan agar
119
terjadi sinkronisasi dan koordinasi dalam hal Penyusunan Program dan Kegiatan antar SKPD, sehingga diperoleh rumusan Program/Kegiatan yang akan dibahas pada Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tingkat Kabupaten sebagai bahan Penyusunan Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2008". (Wawancara tanggal, 16 Maret 2007). Forum SKPD (Forum yang berhubungan dengan fungsi/sub fungsi, kegiatan/sektor dan lintas sektor) adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan dengan SKPD atau Gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait. Pelaksanaan Forum SKPD atau Forum Gabungan SKPD memperhatikan masukan kegiatan dari kecamatan, kinerja pelaksanaan kegiatan SKPD tahun berjalan, rancangan awal RKPD serta Renstra SKPD. Apabila salah satu dokumen tersebut belum tersedia, pelaksanaan Forum SKPD dan atau Forum Gabungan SKPD dapat tetap dilaksanakan. Jumlah Forum SKPD dan formasi Forum Gabungan SKPD serta jadwal acara pelaksanannya ditentukan dan dikoordinasikan Bappeda, disesuaikan dengan volume kegiatannya dan kondisi setempat. Berdasarkan dokumen normatif yang diperoleh peneliti, pembentukan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD diprioritaskan pada: (I) Fungsi-fungsi pelayanan
dasar
pemerintah seperti pendidikan dasar, kesehatan, prasarana dan
dukungan kegiatan ekonomi masyarakat; (2) SKPD mengemban fungsi yang berkaitan dengan prioritas program-program pembangunan Kabupaten tersebut. Sebagai contoh Forum SKPD Pendidikan, Forum SKPD Kesehatan, Forum SKPD Perikanan.
120
Narasumber dalam Forum SKPD yaitu Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten, Kepala dan para pejabat Bappeda, anggota DPRD dari Komisi Pasangan Kerja masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten, LSM yang memiliki bidang kerja sesuai dengan fungsi SKPD, ahli/profesional baik yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi. Tugas Tim Penyelenggara forum SKPD adalah: (I) Merekapitulasi seluruh hasil Musrenbang Kecamatan; (2) Menyusun rincian jadwal, agenda dan tempat forum SKPD; (3) Mengundang peserta Forum SKPD; (4) Mendaftar peserta Forum SKPD; (5) Menyusun hasil pemutakhiran rancangan Renja SKPD berdasarkan hasil Forum
SKPD;
(6)
Menyediakan
berbagai
bahan
kelengkapan
untuk
penyelenggaraan Forum SKPD; (7) Merangkum berita acara penyelenggaraan Forum SKPD; (8) Memberikan hasil Forum SKPD kepada Komisi Pasangan kerja di DPRD Kabupaten. Tugas Delegasi Forum SKPD adalah: (1) Membantu Tim
Penyelengga
Forum SKPD dalam memutakhirkan rancangan Renja SKPD; (2) Memperjuangkan prioritas kegiatan Renja SKPD dalam Musrenbang Kabupaten; (3) Mendiskusikan berita acara hasil Forum SKPD dengan Komisi DPRD yang terkait. Pelaksanaan Forum SKPD di Kabupaten Lampung Tengah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dalam hasil rapat koordinasi antara Bappeda Kabupaten Lampung Tengah dengan SKPD. Mengenai peserta musyawarah, kepala Sub Bagian Pertanian Bappeda (Bapak Sri) mengemukakan : "Selain Sekretaris Daerah Ir.Musawir Subing, terlihat hadir dalam kegiatan yang diikuti seluruh Kepala Badan, Dinas, dan Bagian di lingkup Sekretariat
121
Daerah serta Camat se-Kabupaten Lampung Tengah, hadir juga diantaranya Asisten I H.Ridwan Sori Ma'on dan Asisten II H.M.Zubair". (Wawancara tanggal 16 Maret 2007). Selain itu diinformasikan juga oleh lbu On, salah satu Staf Bappeda Kabupaten Lampung Tengah : "Peserta Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) akhimya menyepakati rencana SKPD menjadi akhir rancangan rencana kerja pemerintah kabupaten tahun 2008. Peserta kegiatan itu terdiri dari semua SKPD, para camat dan para delegasi se-Kabupaten Lampung Tengah". (Wawancara tanggal 16 Maret 2007). Dari informasi - informasi tersebut dan dari dokumen yang diperoleh oleh penulis,
dapat
diinterpretasikan
bahwa
Forum
SKPD
bertujuan
untuk:
mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Rancangan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD), menetapkan kegiatan prioritas yang akan dimuat dalam Renja-SKPD, menyesuaikan prioritas Renja-SKPD dengan plafon/pagu dana SKPD yang termuat dalam prioritas pembangunan daerah (Rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah) dan mengidentifikasi keefektifan berbagai regulasi yang berkaitan dengan fungsi SKPD untuk mendukung terlaksananya Renja SKPD. Peserta dalam Forum SKPD ini adalah delegasi kecamatan dan delegasi dari
kelompok-kelompok masyarakat di tingkat kabupaten/kota yang berkaitan
langsung dengan SKPD atau Gabungan SKPD yaitu Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, Kepala dan para pejabat Bappeda, anggota DPRD dari komisi pasangan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota,
122
LSM yang memiliki bidang kerja sesuai dengan SKPD, ahli yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi.
4.2.1.4 Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Setelah Forum SKPD maka dilaksanakan Musrenbang Kabupaten di Aula Pemda Kabupaten Lampung Tengah. Kegiatan berlangsung selama dua hari yaitu hari Rabu dan Kamis, tanggal 28 dan 29 Maret 2007 dengan peserta Anggota DPRD semua SKPD dan Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Lingkungan Setda, Camat, UPTD
Kabupaten Lampung Tengah, Bappeda Propinsi, Unsur
Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat. Pers. dan LSM . Sumber: Dokumentasi Peneliti, 2007
Gambar 5. Peserta Musrenbang Kabupaten Dari gambar 5 sebagaimana di atas, terlihat peserta dalam musrenbang kabupaten didominasi oleh birokrat. Musrenbang Kabupaten adalah musyawarah antar
pelaku
pembangunan
(stakeholders)
kabupaten
untuk
mematangkan
rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) kabupaten berdasarkan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) hasil forum Satuan Kerj a
123
Perangkat Daerah (SKPD) dengan cara meninjau keserasian antara rancangan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Pelaksanaan musrenbang kabupaten memperhatikan hasil pembahasan forum SKPD dan forum gabungan SKPD. Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Renstra Daerah, kinerja pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para peserta musrenbang. Hasil Musrenbang kabupaten adalah prioritas kegiatan yang dipilih menurut sumber pendanaan dari APBD setempat, APBD propinsi dan APBN sebagai bahan pemutakhiran rancangan RKPD kabupaten!kota menjadi dasar penyusunan anggaran tahunan. Tujuan pelaksanaan musrenbang berdasarkan pedoman yang telah disusun ada tiga hal yaitu: Pertama, mendapatkan masukan untuk penyempumaan rancangan awal RKPD yang memuat prioritas pembangunan daerah, pagu indikatif pendanaan pembangunan berdasarkan fungsi SKPD, rancangan Alokasi Dana Desa, termasuk dalam pemutakhiran ini adalah informasi mengenai kegiatan yang pendanaannya berasal dari APBD Propinsi, APBN dan sumber pendanaan lainnya.
Kedua, mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD, khususnya yang berhubungan dengan pembangunan. Ketiga, menetapkan rincian rancangan awal kerangka regulasi menurut SKPD yang berhubungan dengan pembangunan. Masukan Musrenbang, adalah sebagai berikut : Pertama, berasal dari kabupaten yaitu : a) Rancangan RKPD yang disusun oleh Bappeda berdasarkan prioritas pembangunan daerah; b) Rancangan Renja SKPD hasil forum SKPD yang memuat kerangka regulasi dan kerangka anggaran yang kegiatannya sudah dipilah berdasarkan sumber pendanaan dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi, APBN dan
124
sumber pendanaan lainnya; c) Prioritas dan plafon anggaran yang dikeluarkan oleh Bupati/walikota yang terdiri dari plafon untuk SKPD dan plafon untuk Alokasi Dana Desa; d) Daftar nama delegasi Forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten; e) Berbagai dokumen perencanaan dan regulasi yang terkait dengan pembangunan. Kedua, berasal dari kecamatan antara lain : a) Daftar prioritas kegiatan pembangunan yang berasal dari kecamatan; b) Daftar nama delegasi kecamatan yang terpilih untuk mengikuti Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten; c) Daftar nama delegasi forum SKPD yang terpilih untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten. Mekanisme musrenbang kabupaten dilaksanakan dengan dua tahapan yaitu tahapan persiapan dan tahapan pelaksanaan, penjelasan tahap-tahap Musrenbang adalah sebagai berikut : I. Tahap Persiapan, dengan kegiatan sebagai berikut : a. Kepala Bappeda menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang Kabupaten; b. Tim Penyelenggara melakukan hal-hal sebagai berikut: a) Mengkompilasikan prioritas kegiatan pembangunan dari Forum SKPD dan Musrenbang Kecamatan, b) Menyusun jadwal dan agenda musrenbang, c) Mengumumkan secara terbuka tentang jadwal, agenda, dan tempat Musrenbang Kabupaten, minimal 7 hari sebelum kegiatan dilakukan, agar peserta bisa segera melakukan pendaftaran dan atau diundang. d) Membuka pendaftaran dan atau mengundang calon peserta Musrenbang Kabupaten, baik delegasi dari kecamatan maupun dari Forum SKPD,
125
e) Menyiapkan
peralatan
dan
bahan/materi
serta
notulen
untuk
Musrenbang Kabupaten/kota. 2. Tahap Pelaksanaan a. Pemaparan kebijakan pembangunan Propinsi Lampung 2008; b. Pemaparan prioritas kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Tengah (Rancangan RKPD); c. Pemaparan pokok-pokok pikiran DPRD Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat d. Pemaparan kebijakan anggaran Kabupaten Lampung Tengah dan pagu dana pembangunan e. Penilaian dan Penetapan Prioritas Kegiatan. Pada tahap ini peserta dibagi ke dalam 3 kelompok dan dilaksanakan dalam 2 hari. Peserta menetapkan prioritas usulan kegiatan dengan cara melakukan penilaian kepada prioritas usulan kegiatan hasil forum SKPD berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Tata cara penilaian dan penetapan prioritas disampaikan kepada peserta. f.
Perumusan Hasil Pelaksanaan Musrenbang, daftar prioritas usulan kegiatan hasil penilaian dan penetapan dalam pelaksanaan musrenbang disusun dengan mengacu nomenklatur bidang kewenangan, program dan kegiatan dalam Rencana Stratejik Daerah Tahun 2007-2010. Daftar prioritas usulan kegiatan tersebut digunakan sebagai bahan bagi proses perencanaan selanjutnya dengan ketentuan bahwa : Pertama, Daftar prioritas usulan kegiatan pembangunan yang diusulkan dibiayai APBD Kabupaten merupakan bahan bagi pemutakhiran rancangan
RKPD Kabupaten
125
e) Menyiapkan
peralatan
dan
bahan/materi
serta
notulen
untuk
Musrenbang Kabupatenlkota. 2. Tahap Pelaksanaan a.
Pemaparan kebijakan pembangunan Propinsi Lampung 2008;
b. Pemaparan prioritas kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Tengah (Rancangan RKPD); c.
Pemaparan pokok-pokok pikiran DPRD Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat
d. Pemaparan kebijakan anggaran Kabupaten Lampung Tengah dan pagu dana pembangunan e. Penilaian dan Penetapan Prioritas Kegiatan. Pada tahap ini peserta dibagi ke dalam 3 kelompok dan dilaksanakan dalam 2 hari. Peserta menetapkan prioritas usulan kegiatan dengan cara melakukan penilaian kepada prioritas usulan kegiatan hasil forum SKPD berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Tata cara penilaian dan penetapan prioritas disampaikan kepada peserta. f.
Perumusan Hasil Pelaksanaan Musrenbang, daftar prioritas usulan kegiatan hasil penilaian dan penetapan dalam pelaksanaan musrenbang disusun dengan mengacu nomenklatur bidang kewenangan, program dan kegiatan dalam Rencana Stratejik Daerah Tahun 2007-20 l 0. Daftar prioritas usulan kegiatan tersebut digunakan sebagai bahan bagi proses perencanaan selanjutnya dengan ketentuan bahwa : Pertama, Daftar prioritas usulan kegiatan
pembangunan
merupakan
bahan
bagi
yang
diusulkan
pemutakhiran
dibiayai
APBD
Kabupaten
rancangan
RKPD
Kabupaten
126
Lampung Tengah. Kedua. Daftar prioritas usulan kegiatan yang telah disepakati
diusulkan
melalui
APBD
Propinsi
dan
APBN
akan
ditindaklanjuti oleh Bappeda sebagai bahan dalam Musrenbang Propinsi Lampung. Musrenbang Kabupaten dibuka oleh Bupati Lampung Tengah yang dalam hal ini diwakili oleh Wakil Bupati Drs.Mujiyanto Toyib. Dalam sambutannya dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah program adalah sebuah perencanaan yang baik. Jika sebuah perencanaan telah disusun dengan baik sesuai ketentuan, maka akan memperoleh hasil yang baik pula. Oleh karena itu dalam perencanaan pembangunan ke depan tetap memperhatikan capaian tahun lalu, sehingga pelaksanaan pembangunan dapat saling menunjang dan saling mengisi. Mengenai Musrenbang Kabupaten, Kabid SosBud Bappeda Lampung Tengah (NL), menyampaikan: "Musrenbang kabupaten adalah musyawarah stakeholder kabupaten untuk mematangkan rancangan RKPD kabupaten berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau keserasian antara rancangan RenjaSKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran Rancangan RKPD. Pelaksanaan musrenbang kabupaten memperhatikan hasil pembahasan Forum SKPD dan Forum Gabungan SKPD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/Renstra Daerah, kinerja pembangunan tahun berjalan dan masukan dari para peserta". (Wawancara tanggal28 Maret 2007). Selanjutnya mengenai peserta yang menghadiri Musrenbang Kabupaten, sebagaimana yang disampaikan Kepala Sub Bidang Pertanian Bappeda (Bapak Sri), yaitu: "Peserta musrenbang kabupaten terdiri dari Anggota DPRD, semua SKPD beserta Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bagian Lingkungan Setda, Muspida Kabupaten Lampung Tengah, Kepala Bappeda Propinsi, Camat, UPTD, Unsur Perguruan Tinggi, Organisasi Masyarakat, Pers, LSM, delegasi Musrenbang Kecamatan, Kepala Desa, tokoh masyarakat, pemuda dan perempuan". (Wawancara tanggal 28 Maret 2007).
127
Dari
hasil
pengamatan
penulis di
lokasi
pelaksanaan
musrenbang
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kabupaten Lampung Tengah, pcserta Musrenbang meliputi berbagai unsur yang dikelompokkan kedalam 3 (tiga) unsur yaitu unsur pemerintah, unsur penunjang dan unsur masyarakat (sebagaimana tercantum dalam Tabel I 0. Seluruh peserta Musrenbang melakukan penilaian terhadap usulan kegiatan dalam format yang telah disediakan yang berisi tentang program/kegiatan, lokasi kegiatan, volume kegiatan. Penilaian didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan pada tahap persiapan. Kriteri seleksi didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM) Kabupaten
Lampung Tengah.
Kriteria seleksi sangat penting agar setiap
kesepakatan diambil didasarkan pada pembahasan dan penilaian yang obyektif dan adil. Rentang penilaian berkisar antara I - 4, nilai I berarti rendah, nilai 2 berarti sedang, nilai 3 berarti tinggi, dan nilai 4 berarti sangat tinggi. Nilai-nilai yang diperoleh dari unsur pemerintah, unsur penunjang dan unsur masyarakat dijumlah kemudian dirata-rata sehingga diperoleh nilai akhir. Berkenaan dengan penilaian dalam proses penentuan prioritas kegiatan pembangunan yang dilaksanakan dalam forum musrenbang kabupaten ini, Kepala Sub Bagian Perencanaan pada Bappeda secara singkat mengemukakan bahwa: "Penilaian berfungsi untuk menggali gagasan/ide peserta musrenbang melalui angka-angka, guna memudahkan dalam menentukan kegiatan mana yang menjadi prioritas. Manfaat skoring atau penilaian adalah untuk memudahkan peserta menentukan prioritas kegiatan berdasarkan pada kriteria-kriteria yang ada dengan melihat program/kegiatan, lokasi kegiatan dan volume kegiatan. Format penilaian sudah disediakan oleh Bappeda, sehingga peserta tinggal mencantumkan besamya skor. Dalam penyusunan skala prioritas usulan kegiatan didasarkan pada besarnya nilai akhir masingmasing kegiatan."(Wawancara tanggal28 Maret 2007).
128
Pesert:a musrenbang yang diundang berpartisipasi dalam musrenbang adalah delegasi dari musrenbang kecamatan dan delegasi dari forum SKPD yang mencakup semua unsur pelaku pembangunan yang berkaitan langsung dengan pembangunan: I) Pejabat Propinsi Lampung Tengah (Bappeda Propinsi) 2) Muspida Kabupaten Lampung Tengah 3) DPRD Kabupaten Lampung Tengah 4) Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Tengah dan para asistennya 5) Kepala Badan/Dinas/Kantor/Bagian se Kabupaten Lampung Tengah 6) Delegasi dari Musrenbang Kecamatan 7) Delegasi dari Forum SKPD Kabupaten Lampung Tengah 8) Pimpinan Lembaga/Satuan Kerja lainnya 9) Organisasi masyarakat/LSM/Perguruan tinggi setempat. Dalam diskusi musrenbang ini seluruh peserta dikelompokkan dalam 3 kelompok pembahasan yaitu: Kelompok A membahas bidang ekonomi, kelompok B membahas bidang sosial budaya dan yang terakhir kelompok C membahas bidang pengembangan wilayah. Setelah pelaksanaan Musrenbang Kabupaten yang dilakukan adalah pemutakhiran rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang dikenal dengan istilah Pasca Musrenbang. Dalam pelaksanaan pemutakhiran RKPD ini, Bappeda mengundang seluruh kepala dinas yang ada dan instansi terkait. Pemutakhiran rancangan RKPD merupakan kegiatan untuk menyempumakan Rancangan RKPD sesuai dengan hasil dari pelaksanaan musrenbang yang berupa Kebijakan umum anggaran (KUA), prioritas pembangunan, plafon/pagu dana dan daftar prioritas usulan kegiatan. Rancangan RKPD yang disempurnakan ini
129
merupakan bahan bagi Penyusunan Arah Kebijakan Umum, Strategi dan Prioritas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Lampung Tengah.
Tabel 10. Peserta Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2007 Unsur Pemerintah
llnsur Penunjang
I.
Pejabat Propinsi Lamteng
I.
Unila
2.
Muspida
2.
LSM di Lamteng
3.
DPRD Kabupaten Lamteng
3.
TP PKK Lamteng
4.
Media Massa
4.
Sekda dan para asisten
5.
27 Camat se-Larnteng
6.
Badan Pengawasan Daerah
7.
Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah
8.
Bappeda
9.
Badan Pengelolaan RSUD
10. Dinas Pertanian II. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 12. Dinas Tenaga Kelja dan Transmigrasi 13. Dinas Petemakan dan Perikanan 14. Dinas Perindagkop 15. Dinas Kimprasda 16. Dinas Parsenibud 17. Dinas Perhubungan 18. Dinas Kesehatan 19. DinasKBPM 20. Dinas Kesbanglinmas 21. Dinas SDA, Pertarnbangan dan Energi 22. Dinas Hutbun 23. Kantor Departemen Agama 24. Kantor Sat. Pol. PP 25. Kantor BKKBN dan Catatan Sipil 26. Kantor Kas Daerah 27. Dinas Pasar 28. Kantor Pendapatan Daerah 29. Bagian di Sekretariat Daerah 30. KPU 31. Sekretariat DPRD 32. Sub Dinas dan UPTD 33. BPS Lamteng BPN Lamteng
Sumber : Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, 2007
Unsur Masyarakat I.
Unsur kecamatan 27 orang
2.
Unsur Desa 54 orang
3.
J>engawal RPTK Kecamatan 27 orang
130
Perencanaan pembangunan daerah dengan forum musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) diharapkan efektif meningkatkan kredibilitas, legitimasi dan dapat mengakomodasi aspirasi masyarakat, sehingga diperlukan keterlibatan berbagai komponen pemegang peran pembangunan (stakeholders) dengan didukung oleh kesamaan pandangan tentang tatacara dan kriteria-kriteria pengambilan keputusan, serta persepsi, keinginan dan kebutuhan pembangunan. Dari komposisi peserta yang hadir di Musrenbang Kabupaten pada tabel 10. tersebut memperlihatkan beberapa kelemahan, yakni: 1) Peserta yang menghadiri Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah didominasi oleh elit birokrasi I elit desa. hal ini bisa dilihat dari peserta yang mengawal RPTK terdiri dari organisasi korporatis desa. Pilihan panitia Musrenbang yang hanya melibatkan kelompok korporatis tentu mempersempit ruang demokrasi bagi masyarakat. Karena kebutuhan masyarakat yang mengetahui secara penuh dan yang berhak mengusulkan hanyalah organisasi resmi pemerintah. 2) Minimnya elemen masyarakat yang hadir dalam musrenbang kabupaten tersebut diakibatkan pemerintah masih bersandar pada standar jumlah peserta (secara
person).
Seharusnya
standar
kehadiran
disandarkan
pada
banyaknya
stakeholders. Artinya secara kelembagaan/ komunitas Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah tidak hanya dihadiri oleh kelompok-kelompok tersebut saja. Dari pengamatan penulis dilapangan, ditemukan bahwa komposisi peserta dalam Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah tidak ada yang benar-benar mewakili masyarakat desa, dimana peserta yang berasal dari utusan desa pada kenyataan merupakan staf dari kecamatan, tidak terlihat adanya perwakilan wanita,
131
tokoh masyarakat dan swasta (pengusaha). Peserta yang hadir dalam musrenbang kabupaten pada kenyataannya adalah aparat birokrasi semua.
4.2.2 Interaksi Stakeholders dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengab Pada era ini perencanaan pembangunan dilakukan dengan melibatkan sebanyak mungkin pelaku pembangunan di tingkat bawah (bottom-up planning), dalam merumuskan kebutuhan pembangunan sesuai dengan kapasitas dan kondisi problematika daerahnya. Pelibatan mereka, terutama elemen-elemen masyarakat itu sendiri
merupakan
konsekuensi
dari
arah
mengembalikan kekuasaan kepada rakyat.
pergerakan
demokratisasi
yang
Ada tiga pilar pelaku pembangunan
yaitu, lembaga publik (Pemkab), lembaga privat (swasta). dan masyarakat. Menurut dokumen normatif yang diperoleh oleh peneliti, penjaringan aspirasi masyarakat melalui wadah musrenbang melalui tahapan - tahapan, begitu pula dengan pembangunan perikanan. Dalam proses perencanaan pembangunan melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang), aspirasi masyarakat diakomodasi secara betjenjang mulai dari tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan di tingkat desa disalurkan atau diakomodasi melalui forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (musrenbang desa). Selanjutnya pada tingkat kecamatan diakomodasi dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (musrenbang kecamatan) dan pada tingkat kabupaten adalah dalam forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten
(musrenbang kabupaten).
Untuk perencanaan pembangunan perikanan, penjaringan aspirasi masyarakat
132
dilakukan berdasarkan dokumen normatif dan secara informal dilakukan langsung oleh Dinas Petemakan dan Perikanan melalui petugas penyuluh lapangan dan kepala cabang dinas petemakan dan perikanan guna menggali aspirasi kelompok tani nelayan dan pembudidaya ikan.
4.2.2.1 Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa yang dilaksanakan oleh masing-masing desa menghasilkan Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD) yang dibiayai oleh APBDes (Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) dan swadaya mumt
masyarakat.
Keluaran
lain
yang
dihasilkan
adalah
daftar
usulan
kegiatan/program pembangunan yang memerlukan pembiayaan APBD Kabupaten, APBD Propinsi dan APBN. Daftar usulan ini selanjutnya menjadi bahan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan
Kecamatan
(musrenbang
kecamatan).
Peserta
musyawarah adalah tokoh masyarakat, kepala dusun, kepala desa, BPD, LPMD, Karang taruna, PKK Desa dan kelompok masyarakat yang berkepentingan dalam pembangunan desa. Kepala Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabayar, memberikan informasi sebagai berikut : "Pemerintah Desa Cabang telah berusaha menghadirkan seluruh unsur masyarakat seperti tokoh masyarakat, kepala dusun atau RT/RW dan lain sebagainya yang mampu diajak berunding untuk membahas rencana pembangunan desa. Masyarakat di desa ini sebagian besar bekerja dibidang pertanian dan perikanan. Rencana kegiatan pembangunan sudah kami susun dalam bentuk draft dan dibagikan kepada seluruh peserta musyawarah. Draft tersebut kami susun bersama-sama dengan perangkat desa dan BPD. Hal ini juga biar lebih mudah dan cepat dalam musyawarah. Musrenbang kemarin menghasilkan 4 rencana kegiatan pembangunan yaitu pengerasan jalan, hotmik, rehab balai kampung, kapal motor perikanan. Usulan tersebut
133
semuanya berasal dari kami (sudah ada dalam draft) dan masyarakat semuanya setuju dengan usulan itu". (Wawancara tanggal 2 April 2007) Dari penjelasan Bapak Kepala Desa Cabang di atas dapat dikatakan bahwa dominasi pemerintah desa masih sangat kuat dalam pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan desa. Rencana kegiatan pembangunan hasil musrenbang Desa Cabang (4 kegiatan) tersebut 3 (tiga) kegiatan bersifat kegiatan fisik, hanya satu merupakan kegiatan bidang ekonomi, yaitu kapal motor perikanan. Hal ini terjadi karena pemahaman masyarakat terhadap arti dari pembangunan, masyarakat memahami bahwa pembangunan itu hanya sebatas kegiatan-kegiatan fisik saja, yaitu kegiatan membuat atau memperbaiki suatu bentuk fisik misalnya jalan, gedung, saluran irigasi dan lain sebagainya. Rencana kegiatan pembangunan hasil musrenbang desa direkap kemudian ditetapkan dengan keputusan kepala desa dalam bentuk rencana pembangunan tahunan desa (RPTD). Bapak Sekretaris Desa Cabang (Nsc) mengungkapkan: "Kami (Desa Cabang) memang telah mengadakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) desa. Kami membuat RPTD berdasarkan RPJMDes dan menambahkan kegiatan dari musrenbang desa. Sebelum menyusun RPTD, saya dan perangkat desa serta BPD mengadakan rapat. Dalam rapat tersebut ditetapkan 4 (empat) rencana kegiatan pembangunan yang akan diusulkan di musrenbang kecamatan. Tentang usulan ini telah kami sampaikan ke masyarakat." (Wawancara tanggal3 April2007) Dari pemyataan Sekertaris Desa Cabang tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan perencanaan pembangunan dimonopoli oleh pemerintah desa (kepala Desa dan BPD). Masyarakat hanya mengikuti saja apa yang menjadi keinginan pemerintah desa. Dapat dikatakan bahwa masyarakat Desa Cabang berpartisipasi pada perencanaan pembangunan tetapi partisipasinya masih didominasi oleh Pemerintah Desa dan BPD.
134
Rencana kegiatan pembangunan Desa Cabang dapat dilihat pada tabel II berikut ini :
.
a am M usren b ang D esa T a bel 11 D a fta r Usu Ian M asyara kat Desa C a bang dl LOKASI JUMLAH NO JENIS PROYEK BIAYA(RP) 300.000.000,Ds. III-BBI l Pengerasan Jalan Ds.III-BBM
2
Kapal Motor Perikanan
Cabang
I Unit
3
Hotmik
Cabang
UP {APBD I)
4
Rehab Balai Kampung
Cabang
65.000.000,-
Sumber : RPTD Desa CabangTahun 2008 Dari penjelasan dan informasi tersebut di atas dapat diinterpretasikan bahwa perencanaan pembangunan desa masih didominasi oleh elit birokrasi desa dalam hal ini adalah kepaia desa dan perangkatnya. Aspirasi masyarakat beium dapat tersalurkan secara baik, hal ini didukung dari data
RPTD Desa Cabang bahwa
rencana kegiatan pembangunan desa lebih banyak berasai atau atas usulan dari kepala desa. Dari {tabel II) dapat diketahui bahwa Pemerintah Desa Cabang dan Warga Desa Cabang belum dapat memahami dan menentukan mana kegiatankegiatan yang urgen, hila melihat kondisi muara yang dangkal sehingga menyulitkan kapal ikan yang akan keluar masuk sungai seputih menuju Desa Cabang dan ketiadaan fasilitas dermaga perikanan dan TPI yang memadai untuk melayani kapal-kapal ikan yang akan membongkar dan menjual hasil tangkapan, belum adanya sarana dan prasarana penunjang yang memadai antara lain jalan masuk, listrik, telepon, pabrik es. Hendaknya masyarakat Desa Cabang bisa lebih banyak mengusulkan kegiatan-kegiatan ekonomi pada sektor perikanan. Hal ini mungkin disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat Desa Cabang yang
135
mayoritas tamatan Sekolah Dasar (SD) dan ketergantungan mereka kepada tokoh yang dianggap mampu untuk menyalurkan aspirasi mereka, padahal tokoh tersebut kurang wawasannya sehingga usulan dalam musrenbang desa belum menyentuh masalah yang urgen. Dari informasi dan dokumen yang penulis peroleh, dalam proses musrenbang desa sendiri tidak selalu dilakukan secara aspiratif dan seolah sekedar formalitas, pada sisi lain masyarakat seringkali setelah proses musrenbang desa selesai tidak lagi mengetahui, apakah usulan-usulan pembangunan di tingkat desa diterima apa tidak dalam proses pembahasan APBD di proses akhir. Untuk itu dapat diketahui pola interaksi yang terjadi dalam musrenbang desa di Desa Cabang sebagai berikut: a. Pola interaksi Pemdes Cabang dengan pemerintah diatasnya Adapun yang dimaksud dengan pemerintah diatasnya adalah Pemkab Lampung Tengah, khususnya Bappeda Kabupaten Lampung Tengah beserta Camat Bandar Surabaya. Berdasarkan UU 22/1999 jo UU 32/2004 tentang Pemerintahan Desa, pola interaksi yang diharapkan adalah mandiri. Pemdes bebas atau memiliki keleluasaan melaksanakan perencanaan sesuai dengan perkembangan sistem dan nilai budaya yang berkembang didesanya. Perencanaan ini dipertanggungjawabkan kepada masyarakat setempat dan tidak dipertanggungjawabkan kepada Pemkab maupun kecamatan. Namun, praktek dilapangan menunjukkan bahwa pola interaksi yang terjadi adalah ketergantungan dalam hal pembiayaan. Artinya kemandirian yang diharapkan tidak tampak, interaksi koordinasi saja tidak cukup,
Dalam
menentukan usulan kegiatan desa, meskipun diurus dan dilaksanakan oleh desa berdasarkan potensi lokal, namun tetap harus mengacu pada petunjuk teknis dan
136
pendanaan juga sebagian diambil dariAPBDes. Dimana sumber pendapatan APBDesa mayoritas juga bergantung pada pemkab baik dalam bentuk alokasi dana desa yang merupakan bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten dan dialokasikan untuk desa. b. Pola interaksi Pemdes Cabang dengan masyarakat Desa Cabang Pola interaksi antara Pemdes Cabang dengan masyarakat Desa Cabang yang diharapkan adalah timbal batik (resiprocal). Sudah nampak jelas bahwa pola interaksi yang diharapkan dalam proses perencanaan ini adalah terjalinnya komunikasi antara Pemdes dengan masyarakat desa maupun kelompok-kelompok kepentingan yang ada (interest group) dalam rangka perencanaan pembangunan perikanan. Begitu juga yang nampak dalam praktek musrenbang desa dilapangan. Namun, dalam prakteknya berdasarkan observasi dilapangan menunjukkan bahwa kelompok kepentingan (interest group) yaitu kelompok pemuda (karang taruna bahari), kelompok tani nelayan dan kelompok pengajian tidak banyak berperan apalagi dalam bentuk lembaga swadaya masyarakat, tetapi diwakili oleh tokoh adat. Dominasi kepala desa dalam hubungan interaksi masyarakat desa sangat kental. c. Pola interaksi Pemdes Cabang dengan BPD Secara ideal pola interaksi yang diharapkan adalah timbal batik seperti yang telah dikemukakan dalam penjelasan UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa BPD adalah mitra kerja Pemdes. Dalam prakteknya, interaksi yang terjadi diwamai sedikit ketegangan terutama dalam pembuatan usulan kegiatan desa dalam musrenbangdes, bahkan musyawarah diluar forum BPD seringkali dilakukan pada malam hari setelah lsya agar semua tokoh masyarakat mengetahui dan menyetujui
137
sehinggaBPD tidak berkutik, karena forum tertinggi melalui musyawarah atau rembug desa telah menyepakati. d. Pola interaksi Pemdes Cabang dengan pihak ketiga Secara ideal pola interaksinya seperti yang telah dijabarkan dalam UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sating menguntungkan, timbal batik. Adapun yang dimaksud pihak ketiga adalah pihak-pihak diluar Pemdes Cabang maupun Pemerintah diatasnya.
Pihak ketiga disini adalah swasta (pengusaha).
Semua dapat terlihat terutama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. dan keterlibatan pengusaha perikanan dalam musrenbangdes. Namun. prakteknya m1 tidak dilakukan sehingga pola interaksinya tidak muncul.
4.2.2.2 Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan Setelah musrenbang desa, penjaringan aspirasi masyarakat ini dilakukan juga ditingkat kecamatan yang bertujuan untuk membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam proses kegiatan pembangunan desa, melakukan klarifikasi prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi - fungsi satuan kerja perangkat daerah, kegiatan ini seringjuga disebut dengan Temu Karya LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa).
Ketua
Kecamatan
Panitia
Bandar
Musyawarah
Surabaya
untuk
Rencana tahun
Pembangunan anggaran
2008
(Musrenbang) Ismail
AR
menginformasikan: "Untuk materi yang akan dibahas dalam Musrenbang Kecamatan adalah usulan pembangunan dari hasil Musrenbang Tingkat Desa untuk tahun Anggaran 2008 dan program - program pembangunan dari Dinas lnstansi Tingkat Kecamatan, sedangkan metode pembahasan dibagi sebesar besamya bagi kemakmuran rakyat. Karena kegiatan pembangunan itu
13R
berawal dari komitmen, kreativitas, dan kemampuan masyarakat. Sedangkan untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan ini tentunya dimulai dari perencanaan, dengan tujuan agar semua program- program yang terhimpun dari tingkat bawah (desa) dapat terakomodasi dan dapat direalisasi pada tingkat yang berikutnya." (Wawancara tanggal 4 April 2007). Musrenbang kecamatan dilaksanakan dengan memperhatikan usulan dari desa yang merupakan hasil dari musrenbang desa. Dalam forum musrenbang kecamatan dihasilkan daftar kegiatan prioritas yang akan dilaksanakan di kecamatan tersebut pada tahun berikutnya, yang akan diusulkan dalam Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan atau Forum Gabungan SKPD yang selanjutnya sebagai bahan musrenbang kabupaten. Secara umum tujuan dilaksanakan musrenbang kecamatan ini adalah untuk membahas dan menyepakati hasil-hasil musrenbang dari tingkat Desa/Kelurahan yang akan menjadi prioritas kegiatan pembangunan di wilayah Kecamatan yang bersangkutan, membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan Desa/Kelurahan serta melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten.
Hal
ini juga menunjukkan
bahwa prosedur
perencanaan dari bawah (bottom-up planning) sudah terwujud ditingkat kecamatan. Dan aspirasi masyarakat dapat diakomodasi sampai dengan tingkat kecamatan. Kepala Seksi Pembangunan Kecamatan Bandar Surabaya menjelaskan bahwa : "Semua usulan dari desa di wilayah Bandar Surabaya kita tampung dan kita masukkan dalam rencana pembangunan tahunan kecamatan (RPTK) dan akan kita bawa sebagai usulan kegiatan pembangunan dalam forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten dengan harapan usulan tersebut dapat disetujui atau dapat masuk dalam anggaran tahun depan sehingga kegiatan pembangunan yang direncanakan di desa dapat dilaksanakan pada tahun berikutnya." (Wawancara tangga19 April2007). Hal senadajuga diungkapkan oleh Camat Bandar Surabaya (Bapak NK):
139
"Pemerintah Kecamatan hanya sebagai fasilitator, jadi semua yang diusulkan oleh warga desa akan kami tampung dan akan kami ajukan dalam forum kabupaten (forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten). Dan kami akan berusaha agar usulan kami dapat diterima dan masuk sebagai prioritas kegiatan pembangunan daerah" (Wawancara tanggal9 April2007) Usulan rencana kegiatan pembangunan dari desa ditampung dan direkap kemudian ditetapkan dalam rencana pembangunan tahunan kecamatan (RPTK). Dari informasi dan data yang ada dapat dikatakan bahwa fungsi dari musrenbang kecamatan hanya sekedar menampung aspirasi masyarakat dari desa tanpa ada suatu pembahasan yang bermakna. Hal ini didukung oleh Bapak On (peserta musrenbang kecamatan Bandar Surabaya dari unsur LSM) yang menyatakan : "Dalam Musrenbang Kecamatan tersebut seluruh usulan dari desa direkap, kemudian dikelompokkan menurut fungsi satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Lalu rencana kegiatan pembangunan yang sudah dikelompokkan menurut fungsi SKPD tersebut ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan Kecamatan (RPTK), dan RPTK ini akan dijadikan bahan dalam forum SKPD dan musrenbang di tingkat kabupaten. Dalam musrenbang kecamatan, tidak dibahas secara mendalam usulan dari desa, mana yang penting dan mana yang tidak, mana yang harus di biayai APBD mana yang cukup dibiayai dengan APBDes dan kalo memang ini dilaksankan akan ada usulan yang seharusnya ditolak/dikembalikan ke desa, tapi pada kenyataan semua usulan dari desa direkap dan mana yang belum tertuang ditambahkan pada saat musrenbang kecamatan". (Wawancara tanggal 9 April 2007) Selanjutnya diinformasikan juga oleh lbu Nita (Ketua PKK Kampung Cabang Kecamatan Bandar Surabaya), bahwa: "Musrenbang tidak memuaskan bagi masyarakat karena banyak usulan masyarakat yang tidak termuat dalam dokumen rencana kegiatan, sehingga masyarakat menjadi enggan, dan kami harapkan ehm .... kepada Dinas Petemakan dan Perikanan agar dilakukan pelatihan dan penyuluhan secara intensif tentang perikanan kepada kami. ehm .. agar kami tidak ketinggalan informasi dan dapat meningkatkan produksi usaha kami". (Wawancara tanggal 9 April 2007).
140
Sumber: Dokumentas i Peneliti, 2007
Gam bar 6. Perwakilan Perempuan Musrenbang Kecamatan Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak NK (Camat Bandar Surabaya) : ' Sejauh pengamatan saya proses musyawarah ini berjalan lancar walaupun ada perbedaan pendapat itu biasa dan wajar, dalam arti diskusi dan pengambilan keputusan berlangsung secara demokratis sehingga dapat menghasilkan kesepakatan bersama dan peserta dibagi menjadi 3 kelompok bidang bahasan yakni bidang pembangunan fisik, ekonomi dan sosial budaya dimana untuk pembangunan perikanan termasuk bidang ekonomi dan kami hanya sebagai penampung usulan dari desa". (Wawancara tangga19 April2007). Berdasarkan dokumen hasil musrenbang kecamatan yang penulis peroleh dan penjelasan dari informan-informan tersebut, dapat diketahui bahwa usulanusulan yang diperoleh dari desa didominasi oleh usulan pembangunan sarana dan prasarana fisik dan forum musrenbang kecamatan hanya sekedar menampung usulan rencana kegiatan pembangunan dari seluruh desa dan menentukan prioritas usulan tersebut sehingga dapat dikatakan seluruh usulan rencana pembangunan dari masyarakat/desa (aspirasi masyarakat) dapat terakomodasi oleh forum musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan (musrenbangcam). Rencana pembangunan tahunan kecamatan dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini :
141
142
Dari tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa usulan dari Desa Cabang sebanyak 4 buah usulan kegiatan semuanya masuk dalam RPTK Kecamatan Bandar Surabaya, dimana usulan-usulan dari Desa di Kecamatan Bandar Surabaya sebagian besar merupakan usulan pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana fisik semua. Hal ini mendukung infonnasi yang penulis peroleh bahwa fungsi musrenbang kecamatan hanya sekedar menampung usulan dari desa yang bersangkutan. Untuk itu dapat diketahui pola interaksi yang terjadi dalam musrenbang Kecamatan Bandar Surabaya sebagai berikut: a. Pola lnteraksi Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah Dari pengamatan jalannya musrenbang kecamatan, praktek dilapangan menunjukkan bahwa pola interaksi yang terjadi adalah kebergantungan dalam hal pembiayaan. lnteraksi antara Pemkab Lampung Tengah dan Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya hanya sebatas pada koordinasi saja. Dalam pelaksanaan musrenbang kecamatan ini Pemkab hanya sebatas sebagai narasumber guna mengarahkan usulan-usulan berdasarkan pada visi dan misi daerah dengan melihat pada kemampuan keuangan daerah. b. Pola lnteraksi Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya dengan Interest Group. Dari pengamatan jalannya musrenbang kecamatan, praktek dilapangan menunjukkan bahwa pola interaksi yang terjadi adalah pemerintah kecamatan hanya menampung usulan yang telah tennuat dalam musrenbang desa. lnteraksi antara Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya dan Interest Group (kelompok kepentingan) hanya sebatas pada koordinasi saja.
143
4.2.2.3 Forum SKPD Dalam rangka membuat perencanaan program-program pembangunan, metodologi, desain untuk memperkuat kemampuan dalam mengevaluasi pilihanpilihan kebijakan, dan menjalankan program dan kegiatan secara efektif, setelah musrenbang kecamatan maka dilaksanakan Forum SKPD guna merumuskan kegiatan pembangunan sehingga sesuai aspirasi masyarakat. Sementara itu, Kepala Bappeda Kabupaten Lampung Tengah (Bapak St) mengatakan: "Mengenai mekanisme pelaksanaan Forum SKPD dilaksanakan dalam bentuk diskusi dan pembahasan Rencana Kerja (Renja) setiap SKPD yang dikelompokkan ke dalam 3 Bidang yaitu Bidang Ekonomi, Bidang Fisik dan Prasarana, dan Bidang Sosial Budaya. Hasil yang diharapkan dari forum ini adalah rumusan yang akan dipergunakan sebagai masukan dalam pembahasan Rencana Kerja Pemerintah Daerah pada Forum Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kabupaten tahun 2007". (Wawancara tanggal 16 Maret 2007). Selanjutnya mengenai proses diskusi dalam forum SKPD, Kepala Sub Bidang Pertanian Bappeda (Bapak Sri) mengungkapkan : "Diskusi pada Forum SKPD Kabupaten Lampung Tengah ini berlangsung dengan penuh semangat, kebersamaan dan suasana yang demokratis dan kekeluargaan. Usulan - usulan yang dibahas telah mengalami proses penyaringan dimulai dari tingkat desalkelurahan sampai tingkat kecamatan dan hasil musrenbang tingkat kecamatan yang dijadikan rujukan utama dalam penyusunan rancangan RKPD 2008". (Wawancara tanggal24 Maret 2007). Pendapat
senada
mengenai
proses
diskusi
dalam
forum
SKPD
disampaikan oleh Kepala Sub Bagian Perencanaan Dinas Petemakan dan Perikanan (lbu Wn) yang mengemukakan: "Proses diskusi yang terjadi dalam forum SKPD menurut pendapat saya berjalan lancar dan cukup dinamis. Kami sudah bertahun-tahun menjalani proses ini, sehingga pada dasarnya kami sudah terbiasa dan dapat
144
menjalaninya dengan cukup lancar.'' (Wawancara tanggal 24 Maret 2007). Dari penjelasan para infonnan di atas dapat diinterpretasikan bahwa forum SKPD diselenggarakan dengan tujuan untuk menyelaraskan prioritas pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Renja SKPD, menetapkan kegiatan prioritas yang akan dimuat dalam Renja SKPD, untuk melihat keefektifan berbagai program dan kegiatan dalam konteks kerangka anggaran dan kerangka regulasi dalam rangka penyempurnaan penyusunan Renja SKPD. Dimana proses musyawarah berlangsung dengan lancar dan demokratis, dikarenakan usulan-usulan tersebut sudah dibahas ditingkat desa dan tingkat kecamatan. peranannya sangat strategis dalam
Sehingga forum SKPD ini fungsi atau mewujudkan
sinergisme
antar
instansi
pemerintah daerah dengan delegasi kecamatan. dalam upaya kesepahaman dan kesepakatan dalam perumusan prioritas program/kegiatan, dari masukan dokumen rancangan Rencana Kerja (Renja) SKPD dan penyesuaian dengan plafon I pagu dana SKPD. Selama ini masalah pembangunan perikanan kurang mendapat perhatian sehingga melalui forum SKPD ingin mengajak masyarakat, pemerhati dan juga pakar untuk menyampaikan masukan sebelum perencanaan pembangunan itu dibahas dalam musrenbang dan selanjutnya dituangkan dalam arah kebijakan pembangunan 2008. Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah, sebelum menuju ke Forum SKPD melakukan Perencanaan Pembangunan Perikanan melalui: 1. Pengumpulan Data dan lnformasi Salah satu masalah yang paling mendasar dalam pembangunan perikanan adalah lemahnya akurasi data statistik perikanan.
Bagi daerah-daerah yang
memiliki tempat atau pelabuhan pendaratan ikan biasanya memiliki data produksi
145
perikanan tangkap yang lebih akurat karena berdasarkan pada catatan jumlah ikan yang didaratkan.
Mengenai perencanaan pembangunan perikanan yang dilakukan
oleh Dinas Petemakan dan Perikanan, Kepala Bidang Produksi dan Pasca Panen Perikanan Kabupaten Lampung Tengah(Bapak Jd) mengemukakan sebagai berikut: "Tahapan awal adalah melalui identifikasi kelompok tani nelayan dan pembudidaya ikan melalui database perikanan. Sementara ini penyusunan database belum maksimal karena terbatasnya dana, untuk itu dalam melakukan pendataan ini bersifat kerjasama baik itu langsung kelapangan maupun melalui kelompok tani nelayan dan pembudidaya ikan dan data statistik dari BPS". (Wawancara tanggal 19 Maret 2007). Dari informasi yang diperoleh penulis. dapat diinterpretasikan bahwa langkah awal dalam penyusunan rencana adalah pengumpulan data dan informasi mengenai permasalahan dan kondisi kelompok tani nelayan dan pengusaha perikanan dilapangan. Kelompok lperoranganlperusahaan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Matrik Kelompok I Perorangan I Perusahaan Perikanan Kab upaten L ampun2 T en2a b No
Nama
Alamat
Pemilikl Pen gurus
Mulai Tahun
I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Putri Salju Resindo SP Baung Anggrek Nirmala Melati Mitra Sejahtera Gab us Mina Asap Mina Baung KUB Sejahtera Sekar Mina
Cabang Cabang Rawa Betik Rawa Betik Rawa Betik Rawa Betik Gaya Baru Reno Basuki Reno Basuki Rawa Betik Rawa Betik Cabang
Hi.Fudin Riyadi Sudirman Endah Tuti Atiningsih Parijan Efendi Suyato Brusud Sudir Bukhori
2000 2004 2002 2002 2002 2002 2003 2002 2003 2005 2005 2005
10. II. 12.
Kapasitas Produksi
Wilayah Pemasaran
1000 kglhr 1000 kg/hr 50-I 00 kglhr 50-I 00 kglhr 50-I 00 kglhr 50-I 00 kglhr 50-I 00 kglhr 50-I 00 kglhr 50-I 00 kg/hr
Jakarta Jakarta Wil.Propinsi Wil.Propinsi Wil.Propinsi Wil.Propinsi Wil.Propinsi Wil.Propinsi Wii.Propinsi Wii.Propinsi Wii.Propinsi Wii.Propinsi
Jenis Usaha Rajungan Rajungan Asin & Asap Asin & Asap Asin & Asap Asin & Asap Asin & Asap Asin & Asap Asin & Asap Asin & Asap Tepung lkan Budidaya lkan
50-I 00 kg/hr
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah,2006 Dari tabel 13, dapat diketahui bahwa produksi perikanan di Kabupaten Lampung Tengah bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja tetapi juga
146
untuk memenuhi kebutuhan protein hewani asal ikan untuk propinsi dan diluar propinsi. Walaupun diketahui produksi rajungan mengalami penurunan, dua tahun lalu upaya penangkapan rajungan dapat mencapai 28 ton/hari, saat ini potensinya menurun sehingga yang dapat ditangkap hanya 1-2 ton/hari saja yang kemudian ditampung oleh PT.PSP dan PT.Phillip. Agar tidak terjadi penurunan produksi, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan diharapkan tidak menyebabkan rusaknya fishing ground, spawning ground, nursery ground, hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang memiliki keterkaitan ekologis dengan ikan. Teknologi yang digunakan juga harus merupakan teknologi yang ramah lingkungan sehingga tidak mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan. Dari tabel 13 juga dapat diketahui bahwa kelompok-kelompok tani/ perusahaan perikanan baik perorangan maupun kelompok diketuai oleh seseorang yang dianggap tokoh dan didengarkan oleh masyarakat. Kabid
Bina
Program
dan
SDM
Dinas
Peternakan
dan
Perikanan
Kab.Lampung Tengah (Bpk.RK) mengemukakan bahwa: Dinas Peternakan dan Perikanan juga melakukan proses penjariangan aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) langsung berdasarkan
kondisi
lapangan
petugas
dengan
menggunakan jalur non-normatif melalui
perikanan lapangan (KCD Peternakan dan Perikanan, Penyuluh Peternakan dan Perikanan). (Wawancara tanggal27 Maret, 2007). Dari dokumen yang penulis peroleh diketahui terdapat 17 orang dari tenaga PPL Peternakan dan 3 orang dari PPL Perikanan yang tersebar di 27 Kecamatan.
147
Tabel 14. Daftar Nama-Nama PPL Dinas Peternakan Dan Perikanan K a b upaten L ampung T eng a h NO
NAMA
NIP
PANGKAT/GOL
I. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Mashudi, A.Md Yan Syahyar, A.Md M. Turmudi Emanuel Tri Sambodo, B.Sc A. Lugi Supana.L Anwar Nursiwan M. Taufik Tjan, SP Tri Astuti, SP Arianto Wibowo, SP Toha Muktar, A.Md Suryadi Sri Haryana Kisnanto Wagito Heri Supriyadi, A.Md Afwan,A.Md Emanuel, A.Md Sumanto.S M. Nur Suryani
080076964 080032987 080089683 080085113 080092028 080076953 080094639 080080111 080108673 080112548 080076952 080114819 080089658 080105447 080108696 080090979 080130077 080076988 080076982 080134319
Penata Muda TK. 1/III.b Penata Muda TK. 1/III.b Penata Muda TK. 1/III.b Penata Muda/lll.a Penata Muda/lll.a Penata Muda/lll.a Penata Muda/lll.a Penata Muda/III.a Penata Muda/III.a Penata Muda/III.a Pengatur TK 1/II.d Pengatur TK l/11.d Pengatur TK 1/ll.d Pengatur TK 1/ll.d Pengatur TK 1/ll.d Pengatur TK 1/ll.d Pengatur/ll.c Pengatur/1 I.c Pengatur Muda TK 1/ll.b Pengatur Muda/ll.a
WI LAY AH KERJA
Punggur Trimurjo Seputih Surabaya Terbanggi Besar Bandar Mataram Padang Ratu Seputih Raman Seputih Agung Bekri Bumi Nabung Bumi Ratu Nuban Seputih Banyak Gunung Sugih Seputih Mataram Rumbia Pub ian Way Seputih Terusan Nunyai Kalirejo Kota Gajah
Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah Berdasarkan tabel 14, dapat diketahui bahwa petugas penyuluh lapangan (PPL) ini membina kelompok tani perikanan dan nelayan di seluruh wilayah Kabupaten Lampung Tengah (27 Kecamatan), dan mereka bertugas untuk membina dan menampung aspirasi dari kelompok-kelompok tersebut.
PPL ini sangat
mengerti akan kondisi dilapangan sehingga dengan data dan informasi dari mereka diharapkan perencanaan pembangunan yang dilaksanakan Dinas Peternakan dan Perikanan dapat mengakomodir kepentingan dan kebutuhan masyarakat tani/ nelayan. Walaupun bila dilihat dari jumlah PPL perikanan di Kabupaten Lampung Tengah masih kurang dan belum memadai.
PPL dan KCD Dinas Petemakan dan
Perikanan ini setiap sebulan sekali memberikan Japoran hasil penjaringan aspirasi masyarakat dan permasalahan yang dihadapi masyarakat perikanan melalui rapat
148
koordinasi yang diadakan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan setiap awal bulan. PPL ini berperan penting dalam perencanaan pembangunan perikanan. Sebagaimana yang dikemukakan Seksi Perencanaan, Statistik dan Sistem Infonnasi Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah (lbu W): "Dengan adanya petugas penyuluh dan Kepala Cabang Dinas diharapkan data dan infonnasi mengenai kondisi lapangan dan aspirasi masyarakat dapat menghasilkan suatu perencanaan kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tani maupun nelayan guna mengatasi masalah perikanan dilapangan, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi perikanan maupun tarafhidup masyarakat tani dan nelayan". (Wawancara tanggal 26 Maret 2007). 2. Penyusunan Program Mengenai penyusunan program, Bapak RK (Kabid Bina Program dan Sumberdaya) Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah mengemukakan bahwa : "Dalam lingkup Dinas Petemakan dan Perikanan, perencanaan kegiatan pembangunan tahunan dilaksanakan oleh tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas. Tim tersebut terdiri dari semua Kabid, Kabag, Kasubag, dan Kasi dalam lingkup Dinas Petemakan dan Perikanan. Mekanismenya melalui forum rapat dan diskusi internal dinas, yang mana dalam forum tersebut dilakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan tahun lalu dengan mengkaji pennasalahan dan perkembangan kondisi dilapangan serta aspirasi petani yang terhimpun. Kemudian masing-masing seksi mengusulkan kegiatankegiatan pembangunan berdasarkan kebijakan yang ada. Setelah kegiatankegiatan tersusun, kemuuian kegiatan-kegiatan dengan tema sejenis dikelompokkan dalam satu program. Semua proses tersebut dikoordinasikan oleh Sub Bagian Perencanaan, tennasuk juga koordinasi dan konsultasi ke Bappeda dan Bagian Keuangan Setda". (Wawancara tanggal 27 Maret 2007). Lebih
Ianjut
mengena1
proses
penyusunan
rencana,
S ta f
S eksi
Perencanaan, Statistik dan Sistem Infonnasi Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah (Bu An) menyatakan: "Karena merupakan bagian dari rencana pembangunan daerah keseluruhan,
maka
rencana
secara
pembangunan perikanan tersebut disusun
149
kemudian dibahas dan dipaduserasikan dengan rencana pembangunan bidang - bidang lain dalam forum SKPD dan musrenbang kabupaten". (Wawancara tanggal 27Maret 2006). Berdasarkan infonnasi tersebut dapat diinterpretasikan bahwa Bidang Bina Program dan Sumberdaya melalui Seksi Perencanaan, Statistik dan Sistem lnfonnasi pada Dinas Peternakan dan Perikanan berperan
sebagai
koordinator
penyusunan rencana kegiatan pembangunan perikanan yang dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari seluruh Kabid, Kabag , Kasubag, dan Kasi dalam lingkup Dinas Peternakan dan Perikanan. Kasi Perencanaan, Statistik dan Sistem lnfonnasi juga melaksanakan koordinasi dan Keuangan,
konsultasi
dengan
Bappeda
dan
Bagian
serta mengikuti pembahasan dalam forum SKPD dan musrenbang
kabupaten. Kegiatan disusun berdasarkan evaluasi kegiatan periode sebelumnya dan dengan mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di lapangan tennasuk aspirasi dari masyarakat tani serta mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan, baik kebijakan umum maupun kebijakan operasional. Kegiatan-kegiatan dengan tema sejenis dikelompokkan ke dalam satu program. Renja Dinas Petemakan dan Perikanan tahun 2007 untuk perikanan dapat dilihat pada tabel 15 dibawah ini :
iT ABEL 15. RENCANA KEGIATAN DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN (KEGIATAN PERIKANAN) KABUPATEN LAMPUNG TENGAiff AHUN- ANGGARAN 2007
,_
Volume
Target
Lokasi
Program dan Keglatan
No.
Keuangan
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir 47797.000 -I
Lampung Tengah
Pembinaan Kelomp()k ekonomi-Masyarakat Pesisir
Pembmaan Anggota Koperasi Pengadaan Hardware dan Software Tl
Program Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian ---1---------- -----Sumberdaya Kelautan
-is.obb.bb() -l- 1Pengadaan komputer
Cabang
sarana danPrasarana P!ing-awasanPerairan (OAK ... __ Pendampingan)_ _ 1Peningkatan
1
I' j-
---·
.
--
--
--
- iPengadaan Handycam
(Bandar Surabaya)
-1------------
--- -------------
- :Pengadaan kamera digital I--
-- -- ------
siforang (paket
-'-----
1 unit T~unlt
f'unit-
- 'Pengadaan Rig
fpa-ket
Pengadaan HT
5 paket
-l--~
-+---
Pebinaan dan Pemt>Eirdayaa-ri Kelompok M-a5yarakai Swakarsa Pengamanan Sumberdaya Perairan
2
135.327,000-
Rumbia, Bd. Surabaya
I -
1
--
Pembinaan Pokmaswas
--r---------- ----- - -Pengadaan HT
Sp. Surabaya
- 1
1------ ---------
. !Pengadaan ~~~ f----
Program Peningkatan ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan) Program Penlngkatan kesadaran dan Penegakan Hukum dalam
__
I-
-
2
1Pembinaan dan Pengembangan Perikanan
1---- - --·-
L. --+-- I
Punggur dan Kota ----'~~~h__ -------
50,000,000.-l- ':Pelatihan Manajemen Usaha
:Tfemu F'okdai
r--- - --- --- --- - -
____... __ _
---;;;--t------ - - - - - - - - - - - - - - - - - - ----------
-2iilaket
I
--------~--
Pendayagunaan Sumberdaya Laut Pendampingan pada Kelompok tan1 Pembudidaya lkan
_ ___ ______ _
50:orang --- s'buah
Lampung Tengah
364.ooo.ooo
-I - iPelatlt1an i<JA. Cele bumllO: F'3A,NiiatGurame i
- 1Pengadaan lkan Mas,Baung,Lele, Patin, Nila, Gurame i
- 'Sumur Bor
40 'orang 65 orang --+--- -
135 orang 132500. ekor iunit
3
4.
3.
2.
1.
Per1indungan dan Rehabilitasi Sumberdaya Perikanan Budidaya {Prolinda)
6.
5.
46,000,000.- - Pelatihan
Lampung Tengah
- Restocking {Mas, Nita, Patin) I- -----
4
------------- ------------- ------------- ------
--- -- ------- ----------------- --·---
-
..
...
----------·-- --------------
27000 ekor -------- --·-------- -----
----- -
132,578,500.- - Pengadaan Benih dan Sarana Dempond - Pengadaan Pakan dan Peralatan BBI
Bandar surabaya
Pengembangan dan Operasional BBI dan Dempond
1 paket 1 paket
- Pengadaan Mesin Pembuat Pakan 5
1
Pengembangan dan Operasional BBI dan Dempond {OAK + Pendampingan)
Program Pengembangan sistem Penyuluhan Perikanan Pembinaan, Pemberdayaan, Kelembagaan Nelayan dan Pembudidayaan lkan -
. -----
.
----
·---------- - ----- -------------
-..
-- --- ----
-
-
- Sepeda Motor
3 unit -----94 forang
---·-----·----- -----·-------- -
...
-- ---
....
---
I
-
--- --
- Pengadaan Chopper - ----------------------- -
1 buah ----------- --------- -- -
------------
Pengadaan Bibit Ternak/lkan
350,000.000.-
·-
--- -
·--·-- ---- ---·
1 paket -- -----
- --- .
.
--------- -- ~-
Program Optimalisasl Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan
Lampung Tengah
Temu Usaha Pelaku Bisnis Perikanan
-----
1 - - - - - - - --f-c------ ----------- ·-·
Lampung Tengah
Pengembangan Agribisnis Petemakan dan Perikanan
------ ----------------- ----------------
1
1 unit
...
-- 1------
5
1 paket
- Pengadaan Pick Up Kabin Khusus
- -3s:ooo.ooo:~ -- Pelatihari
Lampung Tengah
1 paket
786,219,000.- - Pembangunan Sarana
Tri Murjo dan Cabang
orang
60
- ~:ooo,ooo.: -- TemliUsaha
35 orang
I
I
2
Lampung Tengah
Penerapan Program Manajemen Mutu Terpadu
20 orang
82,600,000.- - ~elatihan PMMT --------------
1 paket
_- 'P_:n~ad~~n alai Pengolahan lkan
--------.------
Program Optimalisasi Pengelolaan dan Pemasaran Produksi Perikanan
·--·---
1
Pembangunan Pabrik Es (OAK+ Pendampingan)
-----------------·
Bandar surabaya
------
.
-----
------
-f.939.970,60b-----·
---
I ---- ---·---!
l-
----- -
----·--
---- ------------· ------------- -
-iPembuatan Detail Design
-j--·---- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
- i
-·
f-----
·--
Kendaraan Rod a 2
·: \Pengadaari Perlengkapan kantor - Pembuatan Pabrik Es
1--
1lpaket 11buah 1lpaket I
1 paket
-
2.
1.
Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
1
Kajian Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar
Sumsei dan Jogyakarta
t--------
2
_L_____
i
150,000,000.- - !Peserta Orientasi Manajemen (Studi Banding)
---·---- - - - -
201orang
:·j Perigadaan Handycam
-
I
..
I
6.
5.
4.
3.
Pemetaan dan Tata Ruang Kawasan Perikanan
Bandar surabaya
----
'
-83-.5oO.ooo.~ ---·------·-
. -j---- .. -~
----
1!buah
I
. --------------------- -- . --- - - - r-----1----
1Penataan
dan Pemetaan Lahan
--
---
540 bidang _ 1
-----------------
I JUMLAHA -
--
Sumber : Data yang diolah
4,298,991,500.-
I
I
- -
I
i
153
Usulan rencana kegiatan yang telah disusun oleh kecamatan dan telah dikelompokkan berdasarkan fungsi SKPD tersebut dibahas dengan SKPD yang bersangkutan. Pada tahap ini perwakilan dari kecamatan mengusulkan kepada SKPD yang bersangkutan dan SKPD sendiri juga telah membuat rancangan Rencana Kerja SKPD. Berdasarkan pengamatan di lapangan dan informasi yang penulis peroleh diketahui bahwa hasil forum ini lebih didominasi oleh usulan yang berasal dari SKPD karena usulan dari SKPD tersebut lebih matang dan kenyataanya lebih urgensi serta skalanya lebih luas. Usulan dari kecamatan yang lolos biasanya karena memang kebetulan sama dengan usulan dari SKPD. Hal ini disampaikan oleh Bapak Camat Bandar Surabaya sebagi berikut : "Dalam forum SKPD biasanya usulan dari kecamatan kalah dengan usulan dari dinas. Hal ini disebabkan kemampuan dari masyarakat dalam megajukan usulan kurang berbobot bila dibanding dengan orang-orang dinas. Usulan kami ada yang diterima itupun karena kebetulan sudah diprogramkan oleh dinas". (Wawancara tangga12 April2007). Senada dengan hal tersebut Bapak Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah menyatakan : "Forum SKPD gunanya untuk mensinkronkan antara usulan rencana kegiatan pembangunan dari kecamatan dengan rancangan rencana kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD). Dalam menyusun rancangan Renja-SKPD kami selalu berdasarkan data yang kami peroleh dari lapang, kebetulan kami punya UPTD di kecamatan (baik kepala cabang dinas maupun petugas penyuluh lapangan). Kami tidak bisa menerima seluruh usulan dari kecamatan,jumlah anggarannya sangat besar. Dengan terpaksa banyak usulan dari desa yang kami tolak." (Wawancara tangga12 April2007) Berdasarkan informasi dan dokumen yang penulis peroleh, diketahui bahwa dalam Forum SKPD, usulan dari kecamatan banyak tergusur. Hal ini disebabkan
154
datam usutan-usutan kegiatan yang tertampung datam RPTK Kecamatan Bandar Surabaya betum berdasarkan pada potensi yang benar-benar dimitiki oteh kecamatan tersebut. Untuk itu dapat diketahui pota interaksi yang terjadi datam Forum SKPD sebagai berikut: a. Pota lnteraksi SKPD dengan Kecamatan Dari pengamatan jatannya Forum SKPD, interaksi yang terjadi adatah tim bat batik, dimana te~jatin komunikasi antara SKPD dan Kecamatan, praktek ditapangan menunjukkan bahwa datam petaksanaan Forum SKPD ini SKPD dan Kecamatan berdiskusi mana kegiatan yang dapat dimasukkan ke Renja SKPD berdasarkan pada visi dan misi daerah dan Renstra Dinas masing-masing SKPD. b. Pota lnteraksi SKPD dengan Interest Group. Pota interaksi SKPD dan interest group terjadi metatui penggatian data dan informasi pada masyarakat tani netayan oteh petugas penyutuh tapangan dan datam acara saresehan (temu kelompok), sehingga dapat diketahui kondisi yang sebenamya terjadi di desa dan permasalan yang harus diatasi segera. Interaksi yang terjadi adatah timbal batik, dimana SKPD memberikan informasi mengenai program-program kegiatan yang akan ditakukan dan masyarakat memberikan informasi apa yang memang mereka butuhkan.
Sehingga diharapkan program-program yang disusun
oleh SKPD tepat sasaran. c. Pola interaksi SKPD dengan Pihak Ketiga Pada saat petaksanaan Forum SKPD, tidak terjadi interaksi dengan pihak ketiga (swasta). Pihak ketiga tidak dilibatkan dalam penggatangan aspirasi masyarakat melatui Forum SKPD ini. Tetapi melalui penggalangan aspirasi yang
155
ditakukan oteh Dinas Petemakan dan Perikanan tewat PPL dan KCD, pihak ketiga berperan datam memberikan infonnasi mengenai kondisi pasar, masatah yang dihadapi datam usaha perikanan dan PPLIKCD akan memberikan informasi kepada Dinas mengenai kondisi pennasatahan ditapangan sehingga Dinas datam menyusun rencana kerjanya akan tepat sasaran. Berdasarkan hasit penetitian dapat diambit intinya bahwa pota interaksi timbat batik antara pemerintah (SKPD), masyarakat (ketompok tani netayan) dan swasta tertihat pada penjaringan aspirasi masyarakat yang tangsung ditakukan oteh Dinas Peternakan dan Perikanan, sedangkan pada forum SKPD tetah
te~jadi
interaksi
timbat batik antara SKPD dan Utusan Kecamatan tetapi tidak terjadi interaksi dengan pihak ketiga (swasta).
4.2.2.4 Musrenbang Kabupaten
Untuk meningkatkan koordinasi datam perencanaan pembangunan dan menetapkan pelaksanaan sistem perencanaan dari bawah keatas (bottom-up planning) terutama datam rangka meningkatkan penanganan prioritas pembangunan
guna persiapan kegiatan pembangunan yang akan ditaksanakan pada tahun anggaran 2008, setetah metatui forum SKPD maka usutan-usutan kegiatan tersebut dibahas datam Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah. Kepata Bappeda Kabupaten Lampung Tengah, Bapak St menyampaikan bahwa: "Tujuan Musrenbang Kabupaten adatah untuk meningkatkan koordinasi datam perencanaan pembangunan dan menetapkan pelaksanaan sistem perencanaan dari bawah keatas (bottom-up planning) sekaligus menyusun rencana operasionat pembangunan secara menyeturuh, terpadu, dan terarah yang didatamnya memuat target pembangunan dengan mencangkup usulan program kegiatan pembangunan di daerah. Dimana Musrenbang diikuti oteh 200 orang yang nantinya terbagi datam 3 bidang, masing-masing bidang
156
fisik sarana dan prasarana, bidang ekonomi dan bidang sosial budaya''. (Wawancara tanggal 29 Maret 2007). Berdasarkan uraian di atas, musrenbang kabupaten merupakan kompilasi hasil musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dan hasil dari Forum SKPD dibawa ke forum musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten. Pada dasamya musrenbang kabupaten merupakan penajaman kegiatan dan penentuan prioritas kegiatan. Dalam rangka penyesuaian pagu anggaran dengan total anggaran usulan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: menghilangkan kegiatan yang dianggap tidak prioritas, mengurangi target kinerja, sehingga volume juga berkurang dan menunda kegiatan yang dianggap kurang prioritas. Dalam musrenbang kabupaten ini ditampung dan dibahas usulan yang berasal dari kecamatan dan hasil dari forum SKPD dan ditentukan prioritas rencana kegiatan pembangunan. dimana penentuan prioritas rencana kegiatan, diarahkan pada: (I) Kegiatan yang bersifat menyelesaikan masalah yang mendesak; (2) Kegiatan yang meningkatkan sarana prasarana pelayanan dasar; (3) Kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan langsung masyarakat dan bersifat pemberdayaan ekonomi masyarakat; (4) Kegiatan yang mengembangkan kawasan yang berorientasi luas (skala kabupaten, propinsi maupun nasional); (5) Kegiatan yang pemecahan masalahnya belum selesai; (6) Kegiatan yang mendukung stabilitas daerah dan masyarakat. Selain itu dalam menentukan skala prioritas rencana kegiatan pembangunan juga harus memperhatikan variable sebagai berikut : (I) Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan obyektif; (2) Manfaat adalah keuangan yang dianggarkan diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat; (3)
157
Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan waJar dan proposional. (layak); (4) Ekonomis adalah pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah; (5) Kesesuaian adalah keselarasan kegiatan dengan kebijaksanaan I perencanaan I peraturan yang berlaku Disampaikan juga oleh Assisten
II
bidang
Ekonomi
Pembangunan
Kabupaten Lampung Tengah (HMZ): "Kendala yang sangat dirasakan saat ini terutama menyangkut bidang keuangan sebagai modal kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat. Pemkab Lampung Tengah masih sangat tergantung kepada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pemerintah Pusat, sedangkan potensi SDA dan PAD lainnya bahkan belum mampu kita gali serta kita manfaatkan secara maksimal,''. (Wawancara tanggal29 Maret 2007). Menyinggung kondisi perencanaan pembangunan, salah seorang anggota Komisi III (Bagian Pembangunan) Bapak Sugiri. menyatakan: "Sesungguhnya
Musrenbang
sebagai
awal
perencanaan
kebutuhan
pembangunan di lapangan seharusnya bisa dimanfaatkan dalam memetakan kebutuhan masyarakat, hanya saja saat ini nilai ideal tersebut masih sering terbentur oleh perubahan kebijakan dan pendanaan, tapi kita berharap pada tahun-tahun mendatang akan lebih baik lagi". (Wawancara tanggal 29 Maret 2007) Berdasarkan informasi - informasi dan dari dokumen yang diperoleh peneliti dapat diinterpretasikan Musrenbang Kabupaten lebih terfokus kepada pembahasan anggaran masing-masing unit kerja sesuai perkembangan APBN dan APBD. Hampir tidak pernah dibahas bagaimana keterkaitan program dalam unit kerja, lintas unit kerja propinsi, atau keterkaitan operasionalnya dengan program kabupaten/Kota, apalagi dengan dunia usaha.
158
Karena keterbatasan kemampuan perencanaan di tingkat desa maupun tingkat kecamatan, seringkali usulan dari desa dan kecamatan tersebut terganjal dalam penentuan prioritas dalam musrenbang kabupaten. Untuk kegiatan perikanan yang diusulkan dalam musrenbang desa, musrenbang kecamatan di Kabupaten Lampung Tengah, sebagian besar masuk kedalam kebijakan pembangunan daerah, namun volumenya diturunkan berdasarkan kemampuan keuangan daerah. Sedangkan Bapak Camat Bandar Surabaya Menyatakan : "Perjalanan panjang usulan rencana kegiatan pembangunan dari desa hingga akhimya sampai pada musrenbang kabupaten telah berakhir. Dari rencana kegiatan pembangunan yang kami usulan ke kabupaten. sekitar 15% s.d. 25% saja yang disetujui. Usulan rencana kegiatan pembangunan yang gagal akan kami rekap dan tahun berikutnya akan kami usulkan lagi". (Wawancara tanggal 9 April2007) Di dalam rangkaian musyawarah ini terjadi komunikasi antara masyarakat dan Pemerintah Daerah, sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Bappeda Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut: "Perencanaan pembangunan daerah prosesnya diawali dari forum koordinasi ditingkat dusun, kemudian forum koordinasi di tingkat desa musrenbang desa, ditingkat kecamatan musrenbang kecamatan dan ditingkat kabupaten musrenbang kabupaten. Dalam forum ini terjadi komunikasi dua arah antara masyarakat dan Pemerintah Daerah. Masyarakat mendiskusikan rencana kegiatan dengan Pemerintah Daerah. Agar usulan kegiatan tidak keluar dari bingkai-bingkai yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah maka pemerintah daerah memberikan acuan pelaksanaan atau biasa disebut petunjuk teknis pelaksanaan musrenbang, selain itu pemerintah daerah juga memberikan gambaran tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Dan setiap selesai pelaksanaan musrenbang baik pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan dan kabupaten harus disampaikan kepada masyarakat hasil dari musrenbang tersebut. Hal ini merupakan tugas dari delegasi musrenbang." (Wawancara tanggal22 Maret 2007)
15':)
Dari hasil pengamatan di lapangan, delegasi musrenbang maupun kepala desa tidak pemah menyampaikan infonnasi tentang hasil musrenbang kepada masyarakat. Berkait dengan hal ini Bapak OS (tokoh masyarakat Desa Cabang) mengatakan: "Kami tidak pemah tahu hasil dari musyawarah perencanaan pembangunan. Pak Kepala Desa tidak pemah menginfonnasikan kepada kami. Kami tidak tahu usulan kami disetujui kabupaten apa tidak. (Wawancara tanggal 13 April2007) Dari hasil pengamatan dilapangan dan informasi yang diperoleh penulis dapat diketahui bahwa selama ini tidak ada kegiatan penyebaran informasi tentang hasil musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang). Sebenamya penyebaran informasi ini sangat diperlukan masyarakat. apabila masyarakat mendapat infonnasi lebih awal maka masyarakat akan lebih siap melaksanakan pembangunan atau merencanakan kegiatan lebih lanjut. Komunikasi dua arah pada kenyataannya belum benar-benar terlihat terjadi antara pemerintah dan masyarakat, hal ini ditunjukkan dengan sudah adanya draf usulan kegiatan dari pemerintah desa kepada masyarakat dan masyarakat hanya menyatujui apa sudah tercantum dalam usulan kegiatan
4.2.3 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan. Dalam
perencanaan
pembangunan
perikanan dijumpai
faktor-faktor
yang menjadi pendukung dan penghambat. Mengenai faktor-faktor pendukung, Kepala Sub Bidang Pertanian (Bapak Sri) Bappeda Kabupaten Lampung Tengah menginfonnasikan: "Faktor pendukung dalam perencanaan pembangunan perikanan yaitu pertama, masyarakat Kabupaten Lampung Tengah sebagian besar adalah
160
keluarga petani yang bergerak di usaha budidaya ikan dan penangkapan ikan; kedua, Lampung Tengah memiliki potensi budidaya air tawar yang cukup luas yang terdiri dari potensi perairan umum 18.000 ha dan potensi perikanan darat 24.600 ha: ketiga, Pemerintah Lampung Tengah mempunyai mtst mengembangkan sistem pertanian berbasis agribisnis dan perekonomian kerakyatan yang didukung dunia usaha. Dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat tersebut dilakukan melalui pendekatan bidang pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM. Berbagai hal tersebut menyebabkan secara politis pemerintah tidak mungkin mengesampingkan perikanan". Wawancara tanggal 4 April 2007). Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kepala Seksi Perencanaan, Statistik dan Sistem lnfonnasi Dinas Petemakan dan Perikanan (lbu Wn): "Kabupaten Lampung Tengah terdapat potensi fishing ground di pantai timur Lampung Tengah sejauh 3 mill yang sangat potensial untuk penangkapan ikan dan masyarakatnya sebagian besar bennatapencaharian sebagai petani/nelayan".(Wawancara .4 April 2007). Berdasarkan infonnasi-infonnasi tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa kondisi geografis dan demografis Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan wilayah pertanian tennasuk perikanan serta posisi komoditi penyedia protein hewani yang sangat penting bagi kebutuhan masyarakat merupakan faktor yang menyebabkan perikanan menjadi salah satu sektor yang patut diperhatikan oleh pemerintah, tennasuk dalam perencanaannya. Selain memiliki faktor-faktor pendukung sebagaimana telah dikemukakan, dalam perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah juga masih ditemui adanya faktor-faktor penghambat. Berdasarkan hasil wawancara terdapat kendala-kendala partisipasi masyarakat dalam forum musrenbang di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya, seperti yang dikatakan Kepala desa Cabang (Bpk.Sdr) mengatakan bahwa:
161
"Dalam musrenbang desa ini kendala utama dalam tahap perencanaan yaitu faktor manusia, dimana tingkat pendidikan masyarakat masih sangat rendah, kemampuan masyarakat dalam menentukan usulan mana yang paling dibutuhkan oleh masyarakat banyak, rata-rata masyarakat hanya tamatan SO dan umumnya mereka menyerahkan sepenuhnya keputusan kepada aparat desa, tokoh agama serta tokoh-tokoh masyarakat". (Wawancara tanggal 24 Maret 2007). Dari hasil penelitian diketahui bahwa tingkat kehadiran yang tinggi dari masyarakat dalam forum musrenbang tidak menjamin bahwa masyarakat yang hadir terlibat secara aktif dalam kegiatan tersebut, hal ini terlihat dari sebagian masyarakat yang hadir karena mereka melihat sesama warga lainnya turut menghadiri forum musrenbang desa tersebut dan masyarakat menyerahkan asptrasmya lewat tokoh masyarakat.
Demikian juga salah satu penyebab
keengganan masyarakat untuk hadir dalam pertemuan musrenbang desa. bpk Fz selaku warga masyarakat Desa Cabang mengatakan : "Kami memang selalu diundang pada pertemuan dalam rangka musrenbang desa, namun kami ada pekerjaan lain yang menuntut kami harus menyelesaikannya. Salah satu kegiatan kami di desa adalah menangkap ikan, sedangkan osialisasi program kami rasa terlalu lama, apabila kami tidak bekerja dalam sehari maka kami akan rugi". (Wawancara tanggal 24 Maret 2007) Kendala yang dihadapi oleh SKPD meliputi faktor pendanaan, ego sektoral, belum adanya tenaga fungsional perencana, seperti diungkapkan oleh Bapak RK: "Yang menjadi faktor penghambat perencanaan pembangunan perikanan adalah adanya ego sektoral antar instansi terkait sehingga terjadi tumpang tindih kegiatan dan kurangnya koordinasi di antara sektor- sektor yang ada. Kemudian faktor finansial, yaitu masalah terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah sehingga tidak semua usulan kegiatan dari masyarakat dapat dilaksanakan, dan hal ini berdampak pada menurunnya partisipasi masyarakat pada musrenbang tahun berikutnya." (Wawancara tanggal 5 April 2007). Pendapat senada disampaikan oleh Bapak Hn (staf Bidang Bina Program dan Sumberdaya) yang menyatakan:
162
"Yang menjadi kendala adalah, bahwa masih terbatasnya dana untuk membiayai
perencanaan
dan
belum
terdapatnya
tenaga
perencana pada Dinas Petemakan dan Perikanan sehingga
fungsional perencanaan
pembangunan perikanan dilakukan oleh tenaga struktural." (Wawancara tanggal 5 April 2007). Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui, bahwa kendala utama yang menyebabkan
partisipasi
masyarakat
rendah
dalam
proses
perencanaan
pembangunan dikarenakan faktor sumberdaya manusianya yaitu: ( 1). Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cabang masih sangat rendah ; (2) lebih berperannya serta dominasi elit desa serta tokoh masyarakat; (3). Proses dan mekanisme yang panjang dalam pertemuan musrenbang menimbulkan tingkat kejenuhan bagi masyarakat dan kendala yang dihadapi Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah disebabkan oleh kemampuan keuangan pemerintah yang terbatas untuk membiayai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang berdampak
pada
menurunnya
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
pembangunan tahun berikutnya, adanya ego sektoral dari SKPD, dan belum terdapatnya tenaga fungsional perencana pada Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah menyebabkan perencanaan pembangunan perikanan dilakukan oleh tenaga struktural.
4.3 Pem bahasan 4.3.1Identifikasi Stakeholders dalam Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah Suatu pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila mampu mengangkat derajat rakyat sebanyak mungkin pada tatanan kehidupan ekonomi yang lebih baik
163
dan layak. Pembangunan daerah meskipun secara struktural terkait dengan pembangunan nasional, tetapi secara operasional menuntut perhatian lebih seksama, sehingga harus dimasukkan secara khusus berdasarkan tingkat kebutuhan dan denyat prioritas permasalahan yang berkembang di daerah. Terkait dengan permasalahan
pokok
dalam
pembangunan
daerah.
Arsyad
(1999:122)
mengemukakan bahwa strategi pembangunan daerah didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik secara lokal. Dalam penelitian ini, agar diperoleh usulan-usulan sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan daerah. baik di tingkat lokal, regional, nasional serta global diperlukan koordinasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan
pembangunan
perikanan
dengan
memperhatikan
pemerataan
pembangunan, waktu pelaksanaan dalam satu tahun anggaran, perhitungan biaya yang cermat, kemampuan pelaksanaan serta dampaknya terhadap kehidupan masyarakat. Sebagaimana diungkapkan Riyadi dan Bratakusumah (2004:309) pembangunan seyogyanya dimulai dengan menemukenali potensi dan kebutuhan dari masyarakat penerima manfaat dan penanggung resiko yang didalamnya tercakup perencanaan, pembiayaan, pelaksanaan, dan pemantauan, serta evaluasi. Dengan adanya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan, maka akan diperoleh informasi mengenai
kondisi,
keinginan,
kebutuhan, dan sikap
masyarakat terhadap pembangunan yang akan dilakukan. Dengan demikian apabila usulan tersebut nantinya disetujui untuk dilaksanakan maka diharapkan kegiatan pembangunan daerah yang telah menjadi keinginan masyarakat tersebut dapat
164
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan hasilnya bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri dan juga bagi pemerintah. Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah didasarkan pada potensi perikanan di Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki potensi budidaya air tawar yang cukup luas yang terdiri dari potensi perairan umum 18.000 ha dan potensi perikanan darat 24.600 ha. Potensi perikanan yang telah tergarap untuk perairan umum masih relatifkecil yaitu 4.0% sedangkan untuk perikanan darat telah tergarap 9,6%. Dengan terdapatnya lahan gambut/rawa, kurang lebih 4.500 ha yang secara periodik mendapat pasokan air yang bersalinitas 3 -15 pro mil maka paling sedikit 1.500 ha tambak dapat dibangun untuk budidaya komoditas udang windu. udang galah, ikan patin, gurami. nila dan kakap putih.
Selain daripada itu juga
terdapat potensi fishing ground di pantai timur Lampung Tengah sejauh 3 mill yang sangat potensial untuk penangkapan ikan yang terletak di Kecamatan Bandar Surabaya.
Sebagian
besar
penduduk
Kecamatan
Bandar
Surabaya
bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan. Kecamatan yang letaknya berada di pinggiran Kabupaten Lampung Tengah ini memang berpotensi untuk dikembangkan. Beberapa perbatasan di kecamatan terdiri dari sungai dan hutan. Kondisi
yang
demikian
ini,
tentu
saja
mayoritas
masyarakat
setempat
menggantungkan hidupnya dari bidang pertanian dan perikanan. Potensi
perikanan
budidaya
meliputi:
perikanan
tambak/air payau, perikanan kolam dan perikanan minapadi.
sungai,
perikanan
Pada tahun 1999
telah diadakan uji coba untuk pengembangan perikanan budidaya air payau di atas lahan register 43 seluas 230 ha di wilayah Kecamatan Bandar Surabaya. Dengan pertimbangan bahwa lokasi lahan ini jauh dari pantai dan belum ada kana! air as in
165
langsung dari laut sehingga kondisi salinitas perairan sangat dipengaruhi curah hujan maka, pengelolaannya dibagi dalam dua musim tanam yaitu pada musim penghujan lahan dipelihara dengan ikan air tawar, sedang pada musim kemarau dipelihara udang windu. Nelayan yang ada di Kecamatan Bandar Surabaya terdiri dari nelayan domisili atau penduduk asli dan menetap di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya dan nelayan pendatang antara lain berasal dari Pemalang, Demak, lndramayu, Pamanukan dan Merak.
Pada tahun 2004 tercatat jumlah nelayan
sebanyak 930 RTP (Rumah Tangga Perikanan) dan pada tahun 2005 jumlah nelayan bertambah menjadi 972 RTP. sehingga terjadi penambahan sebanyak 42 RTP atau naik 4,5%. Komposisi nelayan Kecamatan Bandar Surabaya terdiri 570 RTP nelayan pendatang dan 402 RTP nelayan domisili yang beroperasi di fishing ground di laut pantai timur Lampung yang berjarak 20 mil laut atau sekitar 4-6 jam pelayaran dari muara sungai seputih.
Annada perikanan laut bertambah 8
annada atau meningkat 3, 7% ( dari 215 armada pada tahun 2004 menjadi 223 annada pada tahun 2005).
Annada tersebut terdiri dari armada motor tempel
(MT) 73 annada dan kapal motor (KM) 150 armada.
Tingkat produktivitas
nelayan domisili (59 kg/trip/annada) lebih rendah dibandingkan dengan nelayan pendatang (114 kg/trip/armada). Penangkapan ikan dilakukan oleh kebanyakan nelayan pada musim barat, sedangkan pada musim timur mereka lebih banyak menangkap rajungan.
Dua tahun lalu upaya penangkapan rajungan dapat
mencapai 28 ton/hari, saat ini potensinya menurun sehingga yang dapat ditangkap hanya 1-2 ton/hari saja yang kemudian ditampung oleh PT.PSP dan PT.Phillip. Dari hasil pengamatan lapangan, hampir seluruh hasil tangkapan yang diperoleh nelayan setempat didaratkan dan dijual di TPI Kuala Penat dan atau
166
Labuhan Maringgai yang terletak di Kabupaten Lampung Timur. Hanya sebagian kecil hasil tangkapan yang didaratkan di Desa Cabang, hal ini disebabkan antara lain: 1. Kondisi muara yang dangkal sehingga menyulitkan kapal ikan yang akan keluar masuk sungai seputih menuju Desa Cabang dan ketiadaan fasilitas dermaga perikanan dan TPI yang memadai untuk melayani kapal-kapal ikan yang akan membongkar dan menjual hasil tangkapan; 2. Ketiadaaan pemodal dan juga penampung di Desa Cabang yang bisa memberikan modal kepada nelayan untuk menangkap ikan di taut. Di Desa Cabang terdapat I 0-15 pemodal/pembina. namun yang aktif hanya 3 pemodal
3. Belum adanya unit satuan tugas beserta sumberdaya manusianya yang mampu mengelola pelabuhan pendaratan ikan (PPI) dan fasilitas tempat pelelangan ikan (TPI); 4. Bel urn adanya sarana dan prasarana penunjang yang memadai antara lain jalan masuk, listrik, telepon, pabrik es.
Sementara ini pemenuhan kebutuhan es
balok dari Bandar Lampung dan Jakarta oleh truk yang akan mengambil ikan atau rajungan. Melihat potensi dan masalah perikanan yang ada di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya maka, diperlukan suatu perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah dan berdasarkan tupoksinya dilaksanakan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Pembangunan perikanan ini, pada hakikatnya dilaksanakan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan. Oleh karena itu diharapkan adanya
167
peningkatan
peran
serta
masyarakat
didalam
mewujudkan
penyelenggaraan
pembangunan melalui pendelegasian tanggung jawab, perubahan struktur dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah menyusun perencanaan pembangunan yang melibatkan seluruh aspirasi dan komponen masyarakat dalam bentuk penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), sebagaimana diamanatkan UU No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dengan penyusunan dokumen perencanaan secara sistematis, diharapkan mampu mengorganisasi sumberdaya yang tersedia secara optimal dan dapat mengukur hasil- hasil pembangunan melalui suatu proses
yang
berkelanjutan.
UU
No.25/2004
tentang
Sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasional pasal 1 menyebutkan bahwa perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumberdaya yang tersedia.
Hal tersebut tidak jauh berbeda
dengan pendapat Soekartawi ( 1990:2) perencanaan sebenamya merupakan suatu proses yang berkesinambungan dari waktu ke waktu dengan melibatkan kebijakan
(policy) dan pembuat keputusan berdasarkan sumberdaya yang tersedia dan disusun secara sistematik. Perencanaan pembangunan perikanan merupakan bagian dari perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Lampung Tengah secara keseluruhan yang meliputi
berbagai
bidang pembangunan.
Oleh
karenanya,
secara normatif
mekanismenya juga merupakan mekanisme perencanaan pembangunan daerah secara umum, yang dilaksanakan dengan berbagai pendekatan, antara lain melalui: 1) proses politik. 2) proses teknokratik. 3) proses partisipatif. 4) proses bottom-up dan 5) proses top-down.
Proses perencanaan di Kabupaten Lampung Tengah
168
telah menyentuh kelima pendekatan tersebut. Proses teknokratik dilaksanakan oleh perencana pada dinas/lembagalunit organisasi yang secara fungsional melakukan perencanaan. Sedangkan proses partisipatif, bottom-up dan top-down dilaksanakan melalui Musrenbang. Proses perencanaan pembangunan di daerah melalui proses politik berupa visi, misi dan program kepala daerah. Proses politik akan menjadi acuan pada penyusunan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Daerah. RPJM dijabarkan dalam dokumen
RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)
selanjutnya RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah). Dalam rangka pembangunan perikanan, Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah pada dasarnya melaksanakan sistem perencanaan partisipatif yang menggabungkan antara pendekatan top-down dan bottom-up planning. Sebagaimana dikemukakan oleh Kuncoro (2004:58) bahwa
sistem perencanaan pembangunan dengan menggunakan pendekatan top-down dan bottom-up akan menjamin adanya keseimbangan-keseimbangan antara prioritas
nasional, daerah dengan aspirasi lokal dalam perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan dengan pendekatan bawah-atas (bottom-up) merupakan penjaringan aspirasi dan prakarsa masyarakat melalui kegiatan musrenbang dan merupakan perencanaan
partisipatif,
dimana
seluruh
pemegang
peran
pembangunan
(stakeholders) diharapkan turut berpartisipasi di dalamnya. Untuk itu, dibutuhkan
visi, misi, strategi, kebijakan dan perencanaan program yang mantap dan dinamis, melalui koordinasi dan sinkronisasi dengan berbagai pihak baik lintas sektor maupun subsektor, tentu saja dengan memperhatikan sasaran, tahapan dan keserasian antara rencana pembangunan nasional dengan regional, diharapkan diperolah keserasian dan
169
keterpaduan perencanaan dari bawah (bottom up) yang bersifat mendasar dengan perencanaan dari atas (top down) yang bersifat policy, sebagai suatu kombinasi dan sinkronisasi yang lebih mantap. Senada dengan Abe (2005:30-31) perencanaan daerah untuk merumuskan kepentingan lokal berdasarkan pada misi dan visi. Berdasarkan pada pendapat Abe tersebut maka Kabupaten Lampung Tengah berdasarkan Perda Kabupaten Lampung Tengah No. 13 tahun 2006 tentang penjabaran visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih, mempunyai visi, yaitu:"Terwujudnya Lampung Tengah sebagai Kawasan Agribisnis Yang Berwawasan Lingkungan, Religius dan Keragaman Budaya''. Dari visi tersebut dikembangkan sebanyak 7 Misi Pembangunan, sebagai berikut: I. Mengembangkan sistem
pertanian
berbasis agribisnis dan perekonomian
kerakyatan yang didukung dunia usaha; 2. Meningkatkan sumberdaya manusia yang unggul dan berdaya saing; 3. Meningkatkan kesadaran beragama, politik, keterlibatan dan keamanan dalam rangka persatuan dan kesatuan secara demokratis dan berkeadilan; 4. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai luhur, seni dan budaya daerah; 5. Meningkatkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan; 6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur wilayah terutama pada wilayahwilayah perkampungan, sentra-sentra produksi, dan pusat-pusat pertumbuhan baru secara seimbang, selaras dan serasi; 7. Mewujudkan pemerintahan daerah yang baik dan bertanggungjawab serta mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat sesuai standar pelayanan minimal.
170
Untuk mewujudkan Visi dan Misi tersebut, Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah di bidang Petemakan dan Perikanan sesuai dengan kewenangannya berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No.20/2001 tentang Kewenangan Kabupaten Lampung Tengah sebagai daerah otonom. Kesiapan daerah dalam melaksanakan otonomi, sudah barang tentu tidak lepas dari potensi dan daya dukung yang dimiliki daerah bersangkutan, baik lingkungan yang bersifat internal maupun ekstemal.
Kesiapan
daerah tersebut meliputi sumber daya alam (Resources Endowement), prasarana dan sarana
(L!fe Supporting System), modal yang tersedia serta kemampuan sumberdaya
manusia. Dinas Petemakan dan Perikanan di dalam melaksanakan pembangunan harus mempadukan visi Departemen Teknis di bidang Petemakan dan Perikanan sebagai landasan kebijakan pembangunan sektoral dan visi Kabupaten Lampung Tengah
dalam
rangka
kebijakan
pembangunan
wilayah
dan
Perencanaan
pembangunan daerah terrnasuk pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah telah menerapkan perencanaan partisipatif. Satria, Arif dkk (2002:8-1 0) mengungkapkan bahwa prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi: prmstp kelestarian sumberdaya, prmstp
kelestarian
budaya,
pnnstp
ekonomi,
prinsip
partisipatif,
prmstp
akuntabilitas dan transparansi, prinsip keterpaduan dan prmstp persatuan dan kesatuan. Dalam praktiknya, prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan mt
diwujudkan
melalui
forum
musyawarah
perencanaan
pembangunan
(musrenbang). Untuk menyusun rencana kegiatan pembangunan tahun anggaran 2008 (RKPD), Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah telah melaksanakan
171
musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tahun 2007. Dalam penyelenggaraan berlandaskan
Musrenbang
pada
Tahun
Undang-undang
2007 Republik
Kabupaten Indonesia
Lampung
Tengah
No.l7/2003,
UU
No.25/2004, UU No.32/2004 dan Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/2007 dan 050/264A/SJ. Berdasarkan undang-undang tersebut secara hukum kedudukan Musrenbang sangat kuat. Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2007 telah melaksanakan Musrenbang secara berjenjang yaitu pada tingkat desa (Musrenbangdes), pada tingkat kecamatan (Musrenbangcam) dan tingkat kabupaten (Musrenbangkab). Musrenbang wajib dilaksanakan untuk menyusun RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) Tahun 2008, dalam penyusunan RKPD dilakukan pembahasan yang terkoordinasi antara Bappeda dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan antar pelaku pembangunan
(stakeholders) di Kabupaten Lampung Tengah. Sebagaimana diungkapkan Riyadi dan Bratakusumah (2004:31 0), koordinasi dalam pembangunan pada hakikatnya merupakan upaya untuk menyerasikan dan menyelaraskan aktivitas-aktivitas pembangunan yang dilaksanakan oleh berbagai komponen, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Perencanaan pembangunan daerah yang dilaksanakan melalui musrenbang ini dimaksudkan agar apa yang dibutuhan oleh masyarakat dapat dihimpun dan diusulkan melalui musyawarah yang partisipatif dan demokratis mulai dari tingkat pemerintahan paling rendah (desalkelurahan) yang selanjutnya diteruskan kepada tingkat pemerintahan di atasnya berdasarkan pada petunjuk teknis yang ada. Apabila usulan kegiatan tersebut nantinya disetujui untuk dilaksanakan, maka
172
diharapkan kegiatan pembangunan yang telah menjadi kebutuhan masyarakat tersebut dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan hasilnya bermanfaat bagi masyarakat. Bila perencanaan pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat tidak diberikan arab maka, sangat mungkin bahwa kegiatan yang direncanakan untuk pembangunan sangat melebar dan tidak terarah, hal ini sejalan dengan pendapat Abe (2005:80)
suatu keinginan tentu saja memiliki kadar subyektifitas yang
tinggi dan cenderung tanpa batas yang jelas. Pelaksanaan perencanaan melalui forum musrenbang yang dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah telah melibatkan masyarakat dalam salah satu proses atau tahapan pembangunan yaitu dalam perencanaan. Pada tingkat desa/kelurahan, setiap kali akan musrenbang desa pemerintah kecamatan yang mengirim surat ke desa-desa untuk melaksanakannya, disertai dengan format-format pembuatan perencanaan pembangunan desa yang harus dibuat. Musrenbang desa dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang berada di desa yang bersangkutan (Perangkat Desa, RW, RT, LPMD, Ibu-ibu PKK dan tokoh masyarakat/orangorang yang dianggap mampu) dalam rangka mengatasi permasalahan desa dan menyepakati rencana kegiatan pembangunan tahunan desa. Peserta musrenbang desa di Desa Cabang merupakan perwakilan dari komponen masyarakat yang berada di desa yang diharapkan mampu untuk berpartisipasi dalam memberikan masukan dan pemikirannya untuk pembangunan. Pemerintah Desa sebagai koordinator menampung dan mensinergikan semua usulan kegiatan yang diperoleh dari musyawarah pada tingkat di bawahnya (tingkat RT/RW) dengan program yang telah ada di kecamatan maupun yang ada di tingkat kabupaten.
173
Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya telah melaksanakan musrenbang, bahkan penjaringan aspirasi masyarakat dimulai dari tingkat Dusun/Rukun Warga (R W), tetapi dalam pengusulan rencana kegiatan dan pengambilan keputusan masih didominasi oleh orang-orang tertentu saja (elit birokrasilpemerintah desa), dimana dalam pelaksanaannya pemerintah desa telah menyediakan draft rencana kegiatan pembangunan. Aparat desa berpendapat tidak perlu melibatkan warga mereka dalam rutinitas perencanaan pembangunan. lnisiatif isi musrenbang desa pada umumnya dari kepala desa, meski tidak berarti bahwa apa yang diinginkannya berlawanan
dengan
keinginan
warga.
Pada
saat
masyarakat mempunyai
pandangan yang berbeda dengan elit birokrasi (pemerintah desa), mereka tidak berani mengartikulasikannya. Salah satu sebabnya adalah rasa segan terhadap orang yang dituakan dan dianggap tokoh. Mereka tidak berani mengajukan altematif gagasan atau usulan pembangunan, meskipun dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan desa ini masyarakat mempunyai kesempatan untuk menyampaikan rencana kegiatan pembangunan secara terbuka. Warga yang hadir dalam musrenbang desa di Desa cabang ini sebanyak 37 orang yang terdiri dari 22 orang (delegasi Rt/RW), 4 orang (tokoh masyarakt, LPMD, PKK, BPD), 8 orang (aparat desa) dan 3 orang (tim peninjau) Pemkab Lampung Tengah. Keluaran dari musrenbang desa ini adalah prioritas rencana kegiatan pembangunan desa yang nantinya ditetapkan sebagai rencana pembangunan tahunan desa (RPTD). Rencana kegiatan pembangunan tersebut dikelompokkan mana yang akan dilaksanakan dengan swadaya, mana yang dilaksanakan dengan APBDes, mana yang akan dilaksanakan dengan Alokasi Dana Desa dan mana yang akan dilaksanakan dengan APBD melalui dinas terkait. Rencana kegiatan
174
pembangunan yang akan dilaksanakan dengan pembiayaan dari APBD direkap untuk dijadikan bahan usulan dalam musrenbang kecamatan. Dari hasil pengamatan di lapangan rata-rata desa mengusulkan sebanyak 4 (empat) sampai 5 (lima) usulan rencana kegiatan pembangunan.
Usulan-usulan kegiatan tersebut
kemudian diteruskan pada jenjang perencanaan selanjutnya yakni musrenbang kecamatan. Pada
tingkat
kecamatan
dilaksanakan
musyawarah
perencanaan
pembangunan (musrenbang) kecamatan. Musrenbang Kecamatan dilaksanakan dalam rangka menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam prioritas kegiatan pembangunan desa/kelurahan serta melakukan klasifikasi atas prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi SKPD. Dalam forum musrenbang kecamatan seluruh usulan dari masyarakat ditampung. Usulan dari masyarakat hanya diklasifikasikan menurut fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah yang nantinya akan dijadikan bahan sebagai usulan dalam Forum SKPD dan dalam Musrenbang Kabupaten.
Pemerintah kecamatan
beranggapan bahwa dirinya hanya sebagai fasilitator, sehingga tidak ada keberanian untuk menolak atau menyeleksi usulan dari masyarakat. Hal ini karena ada rasa ketakutan birokrasi kecamatan apabila menolak usulan akan terjadi tekanan atau protes dari masyarakat. Berdasarkan penjelasan dari informan yang peneliti peroleh, peserta Musrenbang Kecamatan terdiri dari Camat, utusan DPRD, Tim Penggerak PKK, utusan dari Bappeda, Danramil, Kapolsek, Kepala Kampung, Ketua LPM, kepala satuan unit kerja tingkat kecamatan dan Kepala Kampung/Desa se-kecamatan.
175
Sumbangan pemikiran dari semua peserta sangat berharga guna memacu kegiatan pembangunan, dimana pemilihan delegasi kecamatan yang mengikuti forum SKPD dilakukan dengan cara penunjukan oleh pihak kecamatan. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak memahami peta sosiologis masyarakatnya. Seharusnya pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya jangan hanya melibatkan organ-organ korporatis (Kades, LKMD, BPD, PKK) saja.
Sebagaimana diketahui di Bandar
Surabaya juga berkembang subur ormas-ormas, kelompok tani, pedagang pasar dan komunitas sipil lainnya. Pilihan panitia Musrenbang kecamatan yang hanya melibatkan kelompok korporatis tentu mempersempit ruang demokrasi dalam masyarakat. Karena kebutuhan masyarakat yang mengetahui secara penuh dan yang berhak mengusulkan hanyalah organisasi resmi pemerintah dan partispasi hanya akan terlihat sebagai formalitas partisipatif, sedangkan realitas sesungguhnya adalah hegemoni dan manipulasi (Abe, 2005 : 90). Tingkat perencanaan pembangunan selanjutnya adalah Forum SKPD. Peserta dalam Forum SKPD ini adalah delegasi kecamatan dan delegasi kelompok-kelompok langsung
dengan
masyarakat SKPD
yaitu
di
tingkat
Kepala
kabupatenlkota
Satuan
Kerja
dari
yang berkaitan
Perangkat
Daerah
Kabupaten/Kota, Kepala dan para pejabat Bappeda, anggota DPRD dari komisi pasangan masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, LSM yang memiliki bidang kerja sesuai dengan SKPD, ahli yang berasal dari kalangan praktisi maupun akademisi. Setelah pelaksanaan
forum
SKPD dilanjutkan dengan
musrenbang
kabupaten. Pelaksanaan musrenbang kabupaten dimaksudkan untuk mematangkan rancangan RKPD kabupaten berdasarkan Rencana Kerja SKPD hasil forum SKPD
176
dengan cara meninjau keserasian antara rancangan Renja SKPD yang hasilnya digunakan untuk pemutakhiran rancangan RKPD. Hasil Musrenbang kabupaten adalah prioritas kegiatan yang dipilih menurut sumber pendanaan dari APBD setempat, APBD propinsi dan APBN sebagai bahan pemutakhiran rancangan RKPD kabupaten yang menjadi dasar penyusunan anggaran tahunan (Rancangan Anggaran
Pendapatan
dan
Belanja
Daerah/
RAPBD).
Selanjutnya
hasil
Musrenbang kabupaten dibawa ke Tim Penyusun APBD eksekutif yang diketuai oleh Sekda, wakil ketuanya Bappeda dan anggotanya instansi terkait, Kabag Keuangan, Dinas Pendapatan Daerah dan para Assisten Sekda. Setelah dibahas disampaikan ke Panitia Anggaran di DPRD sebagai penentu finalisasinya. Jadi Musrenbang
kabupaten
hanya
menghimpun
semua
us ulan
dan
mengklasifikasikannya menurut fungsi, membahas dan memberikan penilaian untuk penentuan prioritas yang akan menjadi draf Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan, peserta utama Musrenbang Kabupaten adalah delegasi dari Forum SKPD, komponen masyarakat dan pemerintah, yaitu : perwakilan DPRD, Unsur Muspida, Kepala SKPD, Camat, Kepala Desa, Ketua BPD, LPMD, LSM, Pengusaha, tokoh masyarakat, Organisasi Profesi, Perguruan Tinggi dan Pers. Menurut Abe (2005:91 ), keterlibatan aktif masyarakat tersebut akan memberi tiga dampak penting, antara lain: (I) terhindar dari peluang terjadinya manipulasi dan memperjelas apa yang dikehendaki masyarakat, (2) memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, dan (3) meningkatkan dan
ketrampilan
kesadaran
politik masyarakat. Namun, pada prakteknya dari komposisi
177
peserta yang hadir di Musrenbang Kabupaten memperlihatkan beberapa kelemahan, yakni: (I) Peserta yang menghadiri Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah didominasi oleh elit birokrasi I elit desa, hal ini bisa dilihat dari peserta yang mengawal RPTK terdiri dari organisasi korporatis desa.
Pilihan panitia
Musrenbang yang hanya melibatkan kelompok korporatis tentu mempersempit ruang demokrasi bagi masyarakat. Karena kebutuhan masyarakat yang mengetahui secara penuh dan yang berhak mengusulkan hanyalah organisasi resmi pemerintah; (2) Minimnya elemen masyarakat yang hadir dalam musrenbang kabupaten tersebut diakibatkan oleh pemerintah masih bersandar pada standar jumlah peserta (secara
person). Seharusnya standar kehadiran disandarkan pada banyaknya stakeholders. Artinya secara kelembagaan/ komunitas Musrenbang Kabupaten Lampung Tengah tidak hanya dihadiri oleh kelompok-kelompok tersebut saja. Menurut
Abe
(2005:70), bahwa dalam proses perencanaan pembangunan untuk masyarakat, hendaknya melibatkan unsur-unsur strategis dalam (komunitas) masyarakat untuk menghindari implementasi perencanaan akan bertabrakan dengan kepentingan komunitas yang tidak terakomodasi dalam perencanaan. Proses perencanaan pembangunan tidak dapat dipisahkan dari peran serta aktor baik individu maupun group. Dunn (1998) dalam Howlett et al (1995:52) menggunakan istilah stakeholders (pelaku) yaitu individu atau kelompok individu yang terlibat dalam proses perencanaan.
Secara sederhana aktor atau pelaku
terbagi kedalam lima (5) kategori yaitu elected official (pejabat/aparat yang dipilih) meliputi pejabat yang dihasilkan dari pemilihan umum seperti halnya eksekutif dan legislatif di tingkat pemerintahan pusat; appointed official (pejabat/aparat yang ditunjuk) mengacu pada birokrasi atau pejabat yang ditunjuk untuk melaksanakan
178
perencanaan; interest group (kelompok kepentingan); think tank atau research
organitations (organisasi peneliti/riset) dan mass media (media masa). Dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah maka pihak-pihak yang disebut pelaku (stakeholders) adalah Pemkab Lampung Tengah, Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya, Pemerintah Desa Cabang, BPD dan masyarakat dimana masyarakat bisa sebagai beneficiaries (pemetik manfaat) yaitu masyarakat desa (nelayan).
Sedangkan target group
berupa society adalah lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), lembaga swadaya masyarakat (LSM), ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili kelompok tertentu misal kelompok agama, pemuda, dan lainnya. Sedangkan secara spesifik
appointed official yang bertugas sebagai pelaksana kebijakan khususnya dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah adalah Bappeda, Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan dokumen dan infonnasi yang diperoleh penulis, dapat dipahami bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan forum Musrenbang pada dasamya meliputi: mengidentifikasi permasalahan, menampung usulan-usulan kegiatan untuk mengatasi pennasalahan, membahas dan
menentukan
mempertimbangkan
pilihan berbagai
dari faktor
sejumlah antara
usulan lain:
yang
urgensinya,
ada
dengan
manfaatnya,
dampaknya terhadap lingkungan, kesesuaian dengan kebijakan pembangunan daerah, dan plafon/pagu dana yang tersedia.
.
Secara makro proses perencanaan pembangunan daerah dengan model perencanaan
partisipatif yang dikembangkan
dengan
forum
musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang) di Kabupaten Lampung Tengah sudah
179
dilaksanakan mulai dari tingkat desa (Musrenbangdes), tingkat kecamatan (Musrenbangcam) dan tingkat kabupaten (Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah/Forum SKPD dan Musrenbang Kabupaten). Namun, dalam pelaksanaan musrenbang tersebut (pada semua tingkat), peran elit birokrasi masih cukup dominan, karena kapasitas dan kemampuan masyarakat masih kurang. Dari hasil penelitian
dan
pembahasan
dapat
diketahui
bahwa
proses
perencanaan
pembangunan daerah di Kabupaten Lampung Tengah (Musrenbang) dilaksanakan masih sebatas formalitas yaitu sekedar memenuhi peraturan/ketentuan yang berlaku. Hendaknya peserta musrenbang diwakili oleh unsur-unsur dalam masyarakat yang dianggap strategis, mau dan mampu memberikan partisipasinya dalam perencanaan pembangunan.
Strategis, dalam arti memiliki posisi yang
menentukan dalam masyarakat (menjadi panutan masyarakat). Mau, dalam arti bersedia secara sukarela menyumbangkan tenaga, pemikiran, dan waktunya.
Mampu, dalam arti sanggup memberikan kontribusinya, mengingat bahwa untuk t erlibat dalam proses penyusunan rencana pembangunan dan menghasilkan rencana yang berkualitas dibutuhkan beberapa persyaratan antara lain: memahami permasalahan dan cara mengatasinya (cukup berkomunikasi (diskusi), memahami makna pengambilan
keputusan,
dan
memiliki wawasan), demokrasi,
mengutamakan
memahami
kepentingan
umum.
mampu proses Pada
kenyataannya, tidak dijumpai kriteria mampu ini pada perwakilan desa, hal ini disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat Desa Cabang masih rendah dan kurangnya sosialisasi dari pemerintah mengenai musrenbang ini.
180
Dari hasil penelitian dan pembahasan identifikasi stakeholders yang terlibat dalam
proses perencanaan pembangunan perikanan di
Kabupaten
Lampung Tengah dapat diperoleh proposisi bahwa: "Jika perencanaan pembangunan perikanan diwakili oleh unsur-unsur masyarakat yang dianggap strategis. mau dan mampu memberikan partisipasinya dalam perencanaan pembangunan maka, hasil perencanaan yang diperoleh akan terdapat keseimbangan antara prioritas pembangunan dari pemerintah dengan aspirasi masyarakat".
4.3.2 Interaksi Stakeholders dalam Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah. Berbicara tentang perencanaan sebagai interaktif maka berbicara tentang proses yang didalamnya melibatkan interaksi berbagai komponen, baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat maupun swasta. Dalam teori governance, peran pemerintah cukup memberikan arahan (steering), tidak sebagai pelaku (rowing). Pemerintah harus mampu mengurangi perannya dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan. Good
governance (kepemerintahan yang baik) berorientasi pada dua hal, yaitu: pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, dengan mengacu pada legitimasi, akuntabilitas, adanya otonomi daerah. serta adanya jaminan berjalannya mekanisme kontrol oleh masyarakat. Kedua. pemerintahan yang berfungsi secara ideal guna pencapaian tujuan nasional yang mana melihat struktur dan mekanisme politik dan administrasi berfungsi secara efektif dan efisien. (Sjamsudd in:2007 :265-2 73 ).
180
Dari hasil penelitian dan pembahasan identifikasi stakeholders yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah dapat diperoleh proposisi bahwa: "Jika perencanaan pembangunan perikanan diwakili oleh unsur-unsur masyarakat yang dianggap strategis, mau dan mampu memberikan partisipasinya dalam perencanaan pembangunan maka, hasil perencanaan yang diperoleh akan terdapat keseimbangan antara prioritas pembangunan dari pemerintah dengan aspirasi masyarakat".
4.3.2 lnteraksi Stakeholders dalam Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan di Kabupaten Lampung Tengah.
Berbicara tentang perencanaan sebagai interaktif maka berbicara tentang proses yang didalamnya melibatkan interaksi berbagai komponen, baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat maupun swasta. Dalam teori governance, peran pemerintah cukup memberikan arahan (steering), tidak sebagai pelaku (rowing). Pemerintah harus mampu mengurangi perannya dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut berperan serta dalam pembangunan. Dengan kondisi kebutuhan masyarakat yang sangat banyak dan kompleks serta adanya keterbatasan sumberdaya, maka perencanaan menjadi sangat penting dalam pembangunan. Pentingnya perencanaan ini sejalan dengan pendapat Tjokroamidjojo (1995: 12) mengemukakan pengertian perencanaan pembangunan sebagai proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dan cara bagaimana mencapai tujuan tersebut sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan
181
efektif. Ha tersebut senada dengan Sjamsuddin (2007:265-273) good governance (kepemerintahan yang baik) berorientasi pada dua hal, yaitu: pertama, orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional, dengan mengacu pada legitimasi, akuntabilitas, adanya otonomi daerah, serta adanya jaminan beijalannya mekanisme kontrol oleh masyarakat. Kedua, pemerintahan yang berfungsi secara ideal guna pencapaian tujuan nasional yang mana melihat struktur dan mekanisme politik dan administrasi berfungsi secara efektif dan efisien. UU No.32/2004 tentang pemerintahan daerah bab I pasal 1 nomor 6, pemerintah daerah dalam wewenang pemerintahannya perlu didasarkan pada aspirasi masyarakat. Hal ini berarti, setiap kebijakan pembangunan khususnya yang menyangkut dan berkenaan dengan kepentingan masyarakat, maka terdapat satu hal yang harus diperhatikan dan sama sekali tidak boleh dilewatkan yaitu peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat memegang peranan penting dalam perencanaan pembangunan, karena masyarakat saat ini tidak boleh lagi dianggap sebagai obyek pembangunan tetapi harus ditempatkan sebagai subyek pembangunan bersamasama dengan pemerintah,jadi masyarakat harus di dorong untuk aktifterlibat dalam proses pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi serta pemeliharaan dan pengembangan basil pembangunan. Suatu perencanaan yang melibatkan masyarakat secara langsung tentu akan diperoleh banyak sekali usulan dari masyarakat baik jumlah maupun jenisnya. Ketika kemampuan/sumber daya yang dimiliki pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya terbatas, maka harus dilakukan pemilihan usulan-usulan tersebut menurut skala prioritas. Hal ini didukung oleh pendapat Abe (2005:65) perencanaan daerah merupakan proses menyusun langkah-langkah yang akan
182
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah, dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Model perencanaan pembangunan yang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial dan tuntutan masyarakat saat ini adalah perencanaan partisipatif. Perencanaan pembangunan partisipatif adalah suatu pendekatan perencanaan yang tujuannya berorientasi kepada kepentingan masyarakat, sedangkan prosesnya melibatkan peran serta secara langsung atau tidak langsung segenap elemen masyarakat. Saat ini perencanaan pembangunan daerah dengan model perencanaan partisipatif tersebut
dilaksanakan
melalui forum
musyawarah
perencanaan
pembangunan (musrenbang) yang dibuat secara berjenjang mulai dari tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Penjaringan aspirasi dari warga desa, menghimpun serta membahas usulanusulan pembangunan dilakukan melalui musrenbang desa. Namun, bukan rahasia umum lagi bahwa kegiatan musrenbang desa yang pada kenyataannya adalah sekumpulan usulan kegiatan yang disusun oleh masyarakat tidak melibatkan banyak warga, sehingga wajar bila warga merasa tidak pemah dilibatkan dalam proses perencanaan pembangunan di desanya. Di sisi lain, basil musrenbang desa seringkali terabaikan dan tidak mendapat jawaban dari pemerintah daerah setempat. Tidak jarang rencana usulan bam mendapat jawaban puluhan tahun kemudian. Conyers ( 1992: 186) mengemukakan bahwa masyarakat tidak akan berpartisipasi atas kemauan sendiri atau dengan antusias yang tinggi dalam kegiatan perencanaan kalau mereka merasa bahwa partisipasi dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada rencana akhir. Pendapat Conyers ini setelah penulis amati, memang terjadi dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di
183
Kabupaten Lampung Tengah, dimana terlihat peserta musrenbang kurang bersemangat saat menyalurkan aspirasi mereka, karena tidak jarang rencana usulan yang diajukan pada musrenbang desa barn mendapat jawaban puluhan tahun kemudian, sehingga ini menjadi salah satu faktor yang membuat pemerintahan desa kurang serius menyusun program pembangunan di wilayahnya. Penggalangan aspirasi warga Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya delakukan melalui wadah Pemetaan Swadaya (PS)/rembug desa, dilakukan dengan memanfaatkan momentwn kegiatan massal, dengan cara mengundang peserta, sebisa mungkin difasilitasi oleh relawan warga lokal, kegiatan selalu didampingi fasilitator guna menjaga substansi dan memecah kebuntuan ketika ada kendala pada relawan Tim PS saat melakukan fasilitasi, serta mengenal dengan baik etika budaya dan karakteristik warga tersebut.
Diskusi kelompok atau rembug warga menjadi
salah satu teknik terbaik dalam melakukan penggalian masalah dan potensi yang mereka miliki, suasana rembug pun harus dijaga benar agar bisa bersifat dialogis dan rileks/informal sehingga dalam musrenbang desa benar-benar terjadi diskusi yang demokratis dan semua warga desa berperan aktif memberikan usulanusulannya berdasarkan pada potensi daerah yang dimiliki. Namun, prakteknya pembangunan perikanan di Desa Cabang Kecamatan Bandar Surabaya diwarnai dengan sikap apatis warga desa, mereka merasa usulan yang masuk dalam daftar prioritas tidak mencerminkan aspirasi warga desa melainkan untuk kepentingan pihak tertentu saja.
Hal ini dapat dilihat dari kelompok yang mendapat bantuan
selama ini merupakan kelompok yang anggotanya terdiri dari pengusaha dan tokohtokoh masyarakat yang dekat dengan birokrat lokal.
184
Kelompok-kelompok tani/nelayan yang terlibat dalam usaha perikanan di Kabupaten Lampung Tengah diketuai oleh pengusaha maupun tokoh masyarakat setempat yang sangat berperan dalam menyalurkan aspirasinya pada kegiatankegiatan diskusi, saresahan yang dilakukan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan maupun dalam acara musrenbang yang dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah. Para pengusaha ini dalam mengajukan usulan kegiatan langsung ditujukan kepada Bupati Lampung Tengah berupa proposal melalui Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah, sehingga usulan-usulan dari mereka ini langsung dapat diakomodasi dalam Renja SKPD dan kadangkala menyebabkan tergusumya usulan dari masyarakat bawah. Pada musrenbang desa masyarakat tidak terlibat langsung, tapi melalui utusan yang dianggap tokoh untuk memperjuangkan aspirasi (Patron Klien), walaupun tokoh tersebut
buta
aksara
atau
kemampuannya
sangat
memperjuangkan aspirasi masyarakat desa tersebut.
terbatas,
sehingga
sulit
Budaya lokal, dimana seorang
pemimpin (Kepala Desa) berdomisili lebih memperhatikan masyarakatnya, sehingga penetapan perencanaan terkesan untuk kepentingan masyarakat dan para elit desa yang ada. Hal ini membawa pengaruh pada tingkat keterlibatan masyarakat/partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Kenyataan membuktikan bahwa masyarakat menjadi apatis dan tidak ingin terlibat terhadap perencanaan pembangunan perikanan. Kondisi ini terjadi dikarenakan tingkat pendidikan warga desa yang relatif rendah, sehingga tidak dapat membedakan kegiatan-kegiatan yang diprioritaskan untuk dilaksanakan dan terkesan penetapan perencanaan pembangunan perikanan hanya untuk kepentingan para elit desa yang telah diprogramkan sebelumnya. Tingkat
185
pendidikan masyarakat yang rendah ini menimbulkan masalah kultural seperti etos keija yang rendah. Masyarakat yang terlibat dalam proses perencanaan pada level desa adalah masyarakat yang secara umum berpendidikan rendah sehingga kemampuan mengidentifikasi masalah yang ada dan kegiatan-kegiatan yang diusulkan oleh masyarakat sebagian besar adalah kegiatan fisik. Hal ini mencerminkan usulan kegiatan yang direncanakan lebih banyak merupakan keinginan sekelompok masyarakat dan bukan merupakan kegiatan yang menjadi kebutuhan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Riyadi dan Bratakusumah (2004: 316), praktek perencanaan selama ini, cenderung hasilnya hanya merupakan keinginan dari masyarakat yang dilakukan tanpa melalui proses analisis, sehingga sangat mudah diabaikan oleh pemerintah. Hendaknya Badan Prencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lampung Tengah lebih aktif dalam memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang kegiatan yang merupakan kebutuhan masyarakat, sehingga diperoleh usulan-usulan kegiatan yang bukan hanya pembangunan fisik saja tetapi non fisikjuga. Sebagaimana diungkapkan Islamy (2004:3-9), untuk membangkitkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan, penggerak pembangunan perlu memahami dengan baik karakteristik masyarakat, potensi masyarakat, lingkungan sekitarnya, kepentingan dan kebutuhan dari masyarakat tersebut.
Berdasarkan basil penelitian, penyaringan aspirasi masyarakat melalui
musrenbang desa di Desa cabang disambut baik oleh masyarakat walaupun mereka merasa apatis, warga desa dapat menyatakan pendapatnya dan mengajukan usulanusulan pembangunan untuk kemajuan desa. Usulan yang banyak diajukan masyarakat adalah pembangunan fisik untuk jalan, masyarakat menganggap
186
pembangunan sarana dan prasaran fisik merupakan kebutuhan mendesak bagi warga desa guna mendukung pelaksanaan aktivitas warga sehari-hari. Untuk sektor perikanan, warga desa pada umumnya mengusulkan kapal motor perikanan. Desa Cabang bila dilihat dari kondisi ekonomi, sosial, politik dan budayanya, menunjukkan bahwa desa ini masih tradisional. Pada kondisi ekonomi nampak matapencaharian penduduk Desa Cabang terdiri dari petani dan nelayan. Begitu pula dari kondisi sosial yang terdiri dari tingkat pendidikan dan partisipasi publik masyarakat.
Dengan melihat kondisi lingkungan tersebut dapat diketahui
hanya sebagian saja masyarakat desa yang berpartisipasi dan mampu berinteraksi secara timbal balik dengan Pemerintah Desa. Dalam praktek, interaksi didominasi oleh Pemerintah Desa melalui kepala desa. Begitu pula yang terjadi dengan interaksi Pemerintah Desa dengan BPD.
Interaksi yang terjadi semi resiprocal
(sudah terjadi interaks). Hal ini terjadi karena sumberdaya yang ada di BPD belum memahami tupoksinya, BPD merasa hanya berfungsi sebagai pengawasan, sehingga interaksi
yang
mendominasi
adalah
fungsi
pengawasan.
Ketidakpahaman
masyarakat desa khususnya BPD terhadap deskripsi pekerjaannya dikarenakan tingkat pendidikan dan kemampuan mereka yang rendah. Keberadaan BPD memberikan peranan yang sangat penting terutama dalam mengartikulasikan kepentingan rakyat dengan kepala desa atau pemerintahan yang lebih tinggi. Pola interaksi antara pemerintah desa dengan pemerintah diatasnya yaitu Pemkab Lampung Tengah, khususnya Bappeda Kabupaten Lampung Tengah beserta Camat Bandar Surabaya. Berdasarkan UU 22/1999 jo UU 32/2004 tentang Pemerintahan Desa, pola interaksi yang diharapkan adalah mandiri. Pemdes bebas atau memiliki keleluasaan melaksanakan perencanaan sesuai dengan perkembangan
187
sistem dan nilai budaya yang berkembang didesanya. Perencanaan ini di pertanggungjawabkan
kepada
masyarakat
setempat
dan
tidak
di
pertanggungjawabkan kepada Pemerintah Kabupaten maupun kecamatan. Namun, praktek dilapangan menunjukkan bahwa pola interaksi yang terjadi adalah ketergantungan dalam hal pembiayaan. Artinya kemandirian yang diharapkan tidak tampak, interaksi koordinasi saja tidak cukup, Dalam menentukan usulan kegiatan desa, meskipun diurus dan dilaksanakan oleh desa berdasarkan potensi lokal, namun tetap harus mengacu pada petunjuk teknis dan pendanaan juga sebagian diambil dariAPBDes. Dimana sumber pendapatan APBdesa mayoritas juga bergantung pada pemkab baik dalam bentuk alokasi dana desa yang merupakan bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten dan dialokasikan untuk desa. Hal tersebut disebabkan karena Pemdes terbiasa dengan mekanisme kerja yang tersentral maka pola pikir dan pola kerjanya pun belum berubah, masih tetap menunggu petunjuk dan landasan legalistik formal dari pemerintah diatasnya. Pola interaksi antara Pemdes Cabang dengan masyarakat Desa Cabang yang diharapkan adalah timbal balik (resiprocal). Sudah nampak jelas bahwa pola interaksi yang diharapkan dalam proses perencanaan ini adalah terj alinnya komunikasi antara Pemdes dengan masyarakat desa maupun kelompok-kelompok kepentingan yang ada (interest group) dalam rangka perencanaan pembangunan perikanan.
Namun,
dalam
prakteknya
berdasarkan
observasi
dilapangan
menunjukkan bahwa kelompok kepentingan (interest group) yaitu kelompok pemuda (karang taruna bahari), kelompok tani nelayan dan kelompok pengajian tidak banyak berperan apalagi dalam bentuk lembaga swadaya masyarakat, tetapi
188
diwakili oleh tokoh adat.
Dominasi kepala desa dalam hubungan interaksi
masyarakat desa sangat kental. Interaksi antara Pemdes dan Pihak Ketiga pola interaksinya yang diharapkan sating menguntungkan (timbal batik).
Adapun yang dimaksud pihak ketiga adalah
pihak-pihak diluar Pemdes Cabang maupun Pemerintah diatasnya.
Pihak ketiga
disini adalah swasta (pengusaha). Semua dapat terlihat terutama dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, dan keterlibatan pengusaha perikanan dalam musrenbang desa.
Namun, prakteknya ini tidak dilakukan sehingga pola interaksinya tidak
muncul. Pengusaha perikanan di Desa Cabang hanya menghadiri musrenbang desa dan mereka mengajukan usulannya langsung kepada Bupati. Selanjutnya untuk perbaikan ke depan, diperlukan hubungan atau interaksi yang mempertemukan asumsi, kepentingan dan persepsi antara Pemdes dengan masyarakat, sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang lebih banyak kepada masyarakat desa selaku beneficiaries. Setelah musrenbang desa, penjaringan aspirasi masyarakat ini dilakukan juga ditingkat kecamatan yang bertujuan untuk membahas dan menetapkan prioritas kegiatan pembangunan di tingkat kecamatan yang belum tercakup dalam proses kegiatan pembangunan desa, melakukan klarifikasi prioritas kegiatan pembangunan kecamatan sesuai dengan fungsi-fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten. Berdasarkan hasil penelitian, dapat interpretasikan bahwa usulan-usulan yang diperoleh dari desa didominasi oleh usulan pembangunan sarana dan prasarana fisik dengan pertimbangan dapat menopang kemajuan perekonomian, seperti pembangunan gedung, onderlag jalan, dan rehab balai kampung dan forum musrenbang kecamatan hanya sekedar menampung usulan rencana kegiatan
189
pembangunan dari seluruh desa dan menentukan prioritas usulan tersebut sehingga dapat dikatakan seluruh usulan rene ana pembangunan dari masyarakat/desa (aspirasi masyarakat) dapat terakomodasi oleh forum musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan (musrenbangcam) dan terangkum dalam Rencana pembangunan tahunan kecamatan (tabel 12). Diskusi pada musrenbang tingkat kecamatan di Kecamatan Bandar Surabaya dipenuhi dengan protes dan sikap apatis dari perwakilan warga desa, dimana ketika utusan dari Bappeda membacakan program kegiatan 2007, yang merupakan usulan dari warga pada tahun 2006, banyak kegiatan yang diusulkan tidak terpenuhi.
Dalam diskusi selama musyawarah berlangsung, secara umum
yang dibahas meliputi manfaat kegiatan yang diusulkan bagi pembangunan desa, jumlah warga penerima manfaat, mendesak atau tidaknya permasalahan yang disampaikan dan dampaknya terhadap lingkungan hidup dan kesejahteraan warga masyarakat. Untuk pembahasan bidang ekonomi, fisik dan sosbud dilakukan secara bersamaan (pararel) dan disesuaikan dengan kondisi setempat. Diskusi yang terjadi di Kecamatan Bandar Surabaya berlangsung dengan demokratis dan lancar, pihak Bappeda menyampaikan Prioritas Pembangunan Lampung Tengah, yaitu : pembangunan bidang pertanian (perikanan, perkebunan, pertanian, kehutanan), bidang pendidikan, bidang kesehatan, pembangunan bidang ekonomi dan infrastruktur serta pembangunan lingkungan hidup.
Berdasarkan
pengamatan penulis dilapangan, proses musyawarah ini beijalan lancar walaupun ada perbedaan pendapat itu biasa dan wajar, dalam arti diskusi dan pengambilan keputusan
berlangsung
secara
demokratis
sehingga
dapat
menghasilkan
kesepakatan bersama dan peserta dibagi menjadi 3 kelompok bidang bahasan yakni
190
bidang pembangunan fisik, ekonomi dan sosial budaya dimana untuk pembangunan perikanan termasuk bidang ekonomi.
Setelah disampaikan prioritas pembangunan
oleb pibak Bappeda maka Camat, UPTD, dan utusan dari desa berembuk untuk merumuskan usulan kegiatan 2008 dengan berdasarkan pada skala prioritas dan aspirasi masyarakat yang telah tertampung sebelumnya melalui musrenbang desa dan kemudian usulan tersebut satu minggu kemudian dikirimkan ke Bappeda Kabupaten Lampung Tengah. Berdasarkan basil penelitian, maka perencanaan pembangunan perikanan di Kecamatan Bandar Surabaya didominasi para elit desa serta aparat desa, ini membuat sebagian masyarakat yang badir dalam pertemuan kegiatan penggalian gagasan di musrenbang kecamatan tersebut banya sebagai pendengar dan umumnya mereka banya menerima saja basil keputusan. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pada tabapan ini bersifat semu.
Sebagian masyarakat yang badir
kurang memabami pentingnya proses perencanaan akibat keterbatasan pendidikan dan
pemabaman
yang
dangkal
terbadap
musrenbang,
sebingga
lebib
menggantungkan proses perencanaan kepada peserta yang lain, elit-elit lokal maupun kepada aparat desa yang dianggap mampu mengemukakan usulan dan memberikan argumentasi atas usulan yang disampaikan.
Hal ini tentu saja
berakibat pada dominasi usulan dari elit lokal dan aparat lebib mewarnai forum penggalian gagasan. Pendapat senada diungkapkan Tim Peneliti FIKB (2002: 100107) kecenderungan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintaban
daerab sesudab diberlakukannya UU Nomor 22 Tabun 1999, masib dipengarubi oleb peran elit lokal setempat.
Partisipasi sejati yang berasal dari masyarakat belun1
muncul sebingga penyelenggaraan pemerintaban daerab dewasa ini belum mampu
191
menjamin keberlangsungan partisipasi masyarakat. Lebih kuatnya peran elit lokal tersebut disebabkan oleh adanya penyimpangan pemahaman atas konsep desentralisasi dari berbagai kalangan. Desentralisasi dipahami sebagai penyerahan wewenang pemerintah oleh elit nasional kepada elit lokal. Akibatnya, keberadaan masyarakat menjadi bersifat pinggiran dan penyimpangan ini berakibat pada kemerosotan pemberian layanan publik. Kooiman
(1993)
dalam
Sjamsuddin
(2007:565-573)
memandang
governance lebih merupakan serangkaian proses interaksi sosial politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas kepentingan-kepentingan tersebut. Dari pelaksanaan Musrenbang Kecamatan Bandar Surabaya dapat diketahui pola interaksi Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya dengan Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah yang terjadi adalah kebergantungan dalam hal pembiayaan. Interaksi antara Pemkab Lampung Tengah dan Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya hanya sebatas pada koordinasi
saja.
Dalam pelaksanaan
musrenbang kecamatan ini Pemkab hanya sebatas sebagai narasumber guna mengarahkan usulan-usulan berdasarkan pada visi dan misi daerah dengan melihat pada kemampuan keuangan daerah. Pola Interaksi Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya dengan target group (mereka yang diharapkan dapat mengadopsi pola-pola interaksi sebagaimana yang diharapkan perumus kebijakan) yang diharapkan adalah timbal balik. Target group dalam proses perencanaan pembangunan perikanan ini adalah masyarakat Desa Cabang (nelayan). Namun dalam kenyataannya, yang cenderung dominan adalah kelembagaan desa bukan masyarakat desa sebagai pemetik manfaat. Pada
192
musrenbang kecamatan, praktek dilapangan menunjukkan bahwa pola interaksi yang terjadi adalah pemerintah kecamatan hanya menampung usulan yang telah termuat dalam musrenbang desa. lnteraksi antara Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya dan Target Group hanya sebatas pada koordinasi saja. Jenjang perencanaan selnjutnya lewat wadah Forum SKPD. Dari hasil penelitian diketahui bahwa forum SKPD diselenggarakan dengan tujuan untuk menyelaraskan prioritas pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Renja SKPD, menetapkan kegiatan prioritas yang akan dimuat dalam Renja SKPD, untuk melihat keefektifan berbagai program dan kegiatan dalam konteks kerangka anggaran dan kerangka regulasi dalam rangka penyempumaan penyusunan Renja SKPD. Dengan kata lain, forum SKPD untuk menghubungkan fungsi dan subfungsi lintas instansi yang dijadikan wadah bersama antar pelaku pembangunan, guna membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) dari kecamatan sebagai upaya mengisi rencana ketja. Terlihat proses
musyawarah
berlangsung
dengan
lancar dan
demokratis,
dikarenakan usulan-usulan tersebut sudah dibahas ditingkat desa dan tingkat kecamatan.
Forum SKPD ini fungsi atau peranannya sangat strategis dalam
mewujudkan sinergisme antar instansi pemerintah daerah dengan delegasi kecamatan, dalam upaya kesepahaman dan kesepakatan dalam perumusan prioritas prograrn/kegiatan, dari masukan dokumen rancangan Rencana Kerja (Renja) SKPD dan penyesuaian dengan plafon I pagu dana SKPD. Selama ini masalah pembangunan perikanan kurang mendapat perhatian dan melalui forum SKPD ini ingin mengajak masyarakat, pemerhati dan juga pakar untuk menyampaikan masukan sebelum perencanaan pembangunan itu dibahas dalam musrenbang dan
193
selanjutnya dituangkan dalam arah kebijakan pembangunan 2008. Dengan kata lain, forum SKPD untuk menghubungkan fungsi dan sub-fungsi lintas instansi yang dijadikan wadah bersama antar pelaku pembangunan, guna membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) dari kecamatan sebagai upaya mengisi rencana keija. Sebelum forum SKPD, Dinas Petemakan dan Perikanan melakukan proses penjaringan aspirasi masyarakat (Jaring Asmara) berdasarkan kondisi lapangan melalui petugas perikanan lapangan (KCD Petemakan dan Perikanan, Penyuluh Petemakan dan Perikanan).
Berdasarkan informasi dan dokumen yang penulis
peroleh, diketahui langkah awal dalam proses penyusunan rencana pembangunan perikanan yang dilaksanakan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan adalah pengumpulan data dan informasi mengenai kondisi nyata perikanan dilapangan. Pengumpulan dan analisa data ini merupakan salah satu tahap yang penting dalam perencanaan pembangunan (Blakely dalam Arsyad (2004: 134). Data dan informasi merupakan salah satu syarat mutlak yang dibutuhkan untuk penyusunan rencana. Tanpa adanya data dan informasi yang memadai tak akan mungkin dihasilkan suatu rencana yang baik. Data yang dikumpulkan ini berupa data jumlah kelompok tani nelayan, potensi perikanan, permasalahan perikanan dan kondisi masyarakat perikanan. Abe
(2005:77)
menyatakan
bahwa
tahap-tahap
dalam
perencanaan
pembangunan adalah penyelidikan, perumusan, menentukan tujuan dan target, mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja, dan menentukan anggaran (budget) yang hendak digunakan dalam realisasi rencana. Perencanaan pembangunan perikanan telah melakukan tahap-tahap tersebut dengan
194
melakukan penjaringan aspirasi masyarakat melalui sarasehan I pertemuan dengan masyarakat tani dan nelayan, dimana penggalangan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan perikanan dilakukan baik oleh kepala cabang dinas (KCD), petugas penyuluh perikanan maupun petugas teknis dinas, dan dalam menyusun perencanaan dilihat terlebih dahulu tingkat keberhasilan kegiatan sebelumnya
dengan
menanyakan
langsung
kepada
permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan.
kelompok
tanilnelayan
Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perencanaan pembangunan perikanan selain dilakukan oleh masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah. Proses untuk memperoleh aspirasi masyarakat tersebut sesuai dengan pendapat Conyers (1992: 156) bahwa salah satu cara guna memperoleh partisipasi dalam perencanaan bagi mereka yang terlibat dalam merencanakan suatu kegiatan atau program yaitu dengan mengunjungi masyarakat I kelompok masyarakat guna memperoleh informasi yang berkaitan dengan kondisi sosial setempat dari tangan pertama. Dengan menghadiri pertemuan kelompok masyarakat maupun saresehan guna menampung pendapat masyarakat,
dapat menghasilkan
suatu tingkat
pencapaian komitmen dan keterlibatan yang cukup tinggi. Conyers (1992: 154) mengemukakan ada tiga alasan utama mengapa partisipasi masyarakat memiliki arti sangat penting, yaitu : "pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat yang tanpa kehadirannya
program pembangunan serta proyek-proyek
akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui dan merasa memiliki
195
terhadap proyek-proyek tersebut; dan ketiga, yang mendorong adanya partisipasi umum di banyak negara karena adanya anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan, hal ini selaras dengan konsep people centered development, yaitu suatu pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri. Penggunaan tenaga petugas lapangan dapat juga untuk menyampaikan informasi
baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya, dimana dapat
mengkomunikasikan informasi mengenai kondisi serta kebutuhan daerah kepada pejabat tingkat regional ataupun nasional dan mampu mengkomunikasikan informasi mengenai perkembangan kebijaksanaan dan program pemerintah kepada masyarakat, sehingga dapat memperoleh partisipasi masyarakat dalam perencanaan (Conyers, 1992: 159). Dijelaskan juga oleh Conyers (1992: 160-161),
Pelibatan sejumlah besar
tenaga (petugas lapangan) dalam perencanaan merupakan keuntungan utama dimana mereka sudah berada di lokasi tersebut dan mereka telah mempunyai jaringan hubungan dengan masyarakat setempat dan dapat menghasilkan cukup banyak informasi mengenai kondisi dan kebutuhan setempat sehingga terjadi koordinasi berbagai rencana antar lembaga pemerintahan. pembangunan perikanan di
Penyusunan rencana
Kabupaten Lampung Tengah telah memperhatikan
aspirasi masyarakat dan melibatkan petugas lapangan, sehingga dapat dikatakan sebagai perencanaan yang partisipatif sesuai dengan konsep Conyers tersebut. Namun, pada kenyataannya banyak petugas yang kurang terlatih baik untuk berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat setempat ataupun mengumpulkan
196
informasi yang diperlukan untuk tujuan perencanaan, sehingga informasi yang diterima tidak akurat. Bervariasinya motivasi, tingkat kemampuan, dan tingkat keterampilan masing-masing petugas penyuluh perikanan, dan subyektifitas kelompok-kelompok tani dalam menyampaikan permasalahan dan kebutuhannya menyebabkan tingkat keakuratan data dan informasi yang dikumpulkan masingmasing aparat juga bervariasi. Untuk mengurangi kelemahan ini, Dinas Petemakan dan Perikanan telah melakukan konfirmasi ke lapangan terhadap data dan informasi yang kurang lengkap atau dianggap kurang valid, dan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para petugas lapangan dalam melihat dan membaca kondisi yang ada di lapangan melalui pelatihan-pelatihan. Data yang diperoleh melalui penjaringan aspirasi masyarakat tersebut oleh Dinas Petemakan dan Perikanan dijadikan sebagai acuan dalam menyusun program dalam rangka pembangunan masyarakat perikanan. Menurut PBB (1971 :9) pembangunan masyarakat sebagai suatu metode atau pendekatan yang menekankan adanya partisipasi umum dan keterlibatan langsung penduduk dalam proses pembangunan dan bila kegiatan pembangunan masyarakat secara resmi diorganisasi dengan administrasi dan petugas atau pelaksana yang terpisah, maka hal ini dapat dianggap sebagai suatu "program". (Conyers, 1992: 175-176). Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, dalam penyusunan program ini Bidang Bina Program dan Sumberdaya melalui Seksi Perencanaan, Statistik dan Sistem Informasi pada Dinas Peternakan dan Perikanan berperan koordinator
penyusunan
rencana
kegiatan
pembangunan
perikanan
sebagai yang
dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari seluruh Kasubdin, Kabag, Kasubag, dan Kasi dalam lingkup Dinas Peternakan dan Perikanan. Kasi Perencanaan, Statistik
197
dan Sistem Infonnasi juga melaksanakan koordinasi dan konsultasi
dengan
Bappeda dan Bagian Keuangan, serta mengikuti pembahasan dalam forum SKPD dan musrenbang kabupaten. Kegiatan disusun berdasarkan evaluasi kegiatan periode sebelumnya dan dengan mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di lapangan tennasuk aspirasi dari masyarakat tani serta mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan, baik kebijakan umum maupun kebijakan operasional Kegiatan-kegiatan dengan tema sejenis dikelompokkan ke dalam satu program. Program-program tersebut kemudian disinkronisasikan dengan usulan-usulan kegiatan dari hasil penjaringan aspirasi masyarakat melalui musrenbang desa dan musrenbang kabupaten pada Forum SKPD. Forum SKPD ini dilaksanakan untuk mensinkronkan prioritas kegiatan pembangunan dari berbagai kecamatan dengan Rancangan Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja-SKPD) dan dalam rangka menetapkan prioritas kegiatan yang akan dimuat dalam Renja-SKPD. Usulan rencana kegiatan yang telah disusun oleh kecamatan dan telah dikelompokkan berdasarkan fungsi SKPD tersebut di bahas dengan SKPD yang bersangkutan. Berdasarkan pengamatan dilapangan dan infonnasi yang penulis peroleh diketahui bahwa basil forum ini lebih didominasi oleh usulan yang berasal dari SKPD karena usulan dari SKPD tersebut lebih matang dan kenyataanya lebih urgensi serta skalanya lebih luas. Usulan dari kecamatan yang lolos biasanya karena memang kebetulan sama dengan usulan dari SKPD. Pada tahapan ini yang terjadi adalah usulan rencana kegiatan pembangunan yang berasal dari SKPD masuk dalam skala prioritas dan usulan dari masyarakat kalah atau tidak masuk dalam daftar prioritas rencana kegiatan pembangunan. Hal ini karena kapasitas dan keterampilan yang dimiliki masyarakat dalam
hal merencanakan kegiatan
198
pembangunan masih rendah apabila dibandingkan dengan perencana di SKPD, sehingga kualitas rencana pembangunan yang dihasilkan juga rendah. Kondisi ini ini mengakibatkan hasil dari forum SKPD yaitu Rencana Kerja SKPD dan hasil dari musrenbang yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang nantinya akan menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) masih didominasi oleh usulan yang berasal dari dinas/SKPD. Selain koordinasi internal dinas, Bidang Bina Program dan Sumberdaya Juga melaksanakan koordinasi dan konsultasi dengan Bappeda dan Bagian Keuangan, serta mengikuti kabupaten.
Sedangkan
pembahasan dalam
nnc1an
anggaran
forum SKPD,
musrenbang
setiap kegiatan (Renja-SKPD dan
RKA-SKPD) disusun oleh masing-masing s eksi yang nantinya akan menjadi pelaksana kegiatan tersebut. Penyusunan Renja-SKPD dan RKA-SKPD mengacu pada kegiatan dan plafon/ pagu dana serta berpedoman standar harga yang ditetapkan pemerintah kabupaten. Kegiatan pembangunan di lingkungan Dinas Petemakan dan Perikanan sifatnya berkelanjutan, hal ini dikarenakan kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan terbatas, maka perencanaan kegiatan tahunan
yang
dilaksanakan
biasanya
didasarkan
pada perencanaan tahun
sebelumnya dengan menyesuaikan aspirasi dan perkembangan yang terjadi di lapangan. Dilihat dari Rencana Kerja Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah tahun 2007, kegiatan yang diusulkan telah berdasarkan pada program prioritas Dinas Petemakan dan Perikanan untuk kegiatan Perikanan. Daftar usulan dari Kecamatan Bandar Surabaya, tidak ada satu pun yang terakomodasi dalam Renja SKPD.
Tetapi dalam Renja SKPD banyak terdapat
usulan kegiatan pembangunan Perikanan untuk Kecamatan Bandar Surabaya berupa
199
Peningkatan Sarana dan Prasarana Pengawasan Perairan, Pengembangan dan Operasional BBI dan Dempond, Pembangunan Pabrik Es dan Pemetaan dan Tata Ruang Kawasan Perikanan. Kegiatan- kegiatan perikanan yang tertampung dalam Renja Dinas Petemakan dan Perikanan tersebut sebagian besar diperoleh berdasarkan proposal yang masuk ke Dinas, masukan dari KCD dan penyuluh lapangan dinas petemakan dan perikanan yang disampaikan dalam rapat koordinasi dinas setiap awal bulan mengenai kondisi yang terj adi dilapangan berdasarkan masukan dari kelompok tani dan evaluasi kegiatan pada tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, diskusi dalam berbagai tahapan musrenbang sudah berjalan secara demokratis, yang ditunjukkan oleh adanya kebebasan yang diberikan oleh pemerintah kepada peserta musrenbang untuk menyampaikan aspirasi, prakarsa, dan mengambil keputusan berkenaan dengan rencana kegiatan yang dibutuhkan. Adanya partisipasi masyarakat dapat dikatakan juga merupakan
wujud
adanya
demokrasi,
sebagaimana
yang
dikemukakan oleh Suryono (2001:97) bahwa partisipasi masyarakat merupakan salah satu ciri ideal demokrasi. Pola Interaksi SKPD dengan Kecamatan, dari pengamatan jalannya Forum SKPD, interaksi yang terjadi adalah timbal balik, dimana terjalin komunikasi antara SKPD dan Kecamatan, praktek dilapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan Forum SKPD ini SKPD dan Kecamatan berdiskusi mana kegiatan yang dapat dimasukkan ke Renja SKPD berdasarkan pada visi dan misi daerah dan Renstra Dinas masing-masing SKPD.
Dalam interaksinya, stakeholders tersebut akan
menimbulkan beberapa ketegangan serta memunculkan fragmentasi diantara para aktor. Pihak kecamatan dan tim pengawal RPTK beradu argumentasi dengan
200
SKPD, agar usulan mereka bisa masuk skala prioritas. Dalam proses perencanaan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusankeputusan politik kedalam prosedur-prosedur rutin lewat saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu menyangkut masalah-masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu proses perencanaan (Grindle, 1980 dikutip Abdul Wahab, 2002:59). Pola Interaksi SKPD dengan Interest Group, terjadi melalui penggalian data dan informasi pada masyarakat tani nelayan oleh petugas penyuluh lapangan dan dalam acara saresehan (temu kelompok), sehingga dapat diketahui kondisi yang sebenarnya terjadi di desa dan permasalan yang harus diatasi segera. Interaksi yang terjadi adalah timbal balik, dimana SKPD memberikan informasi mengenai programprogram kegiatan yang akan dilakukan dan masyarakat memberikan informasi apa yang memang mereka butuhkan. Sehingga diharapkan program-program yang disusun oleh SKPD tepat sasaran. Pola interaksi SKPD dengan Pihak Ketiga, pada saat pelaksanaan Forum SKPD, tidak terjadi interaksi dengan pihak ketiga (swasta). Pihak ketiga tidak dilibatkan dalam penggalangan aspirasi masyarakat melalui Forum SKPD ini. Tetapi melalui penggalangan aspirasi yang dilakukan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan lewat PPL dan KCD, pihak ketiga berperan dalam memberikan informasi mengenai kondisi pasar, masalah yang dihadapi dalam usaha perikanan dan PPLIKCD akan memberikan informasi kepada Dinas mengenai kondisi permasalahan dilapangan sehingga Dinas dalam menyusun rencana kerjanya akan tepat sasaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil intinya bahwa pola interaksi timbal balik antara pemerintah (SKPD), masyarakat (kelompok tani nelayan) dan
201
swasta terlihat pada penjaringan aspirasi masyarakat yang langsung dilakukan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan, sedangkan pada forum SKPD pola interaksi bersifat semi respirocal. Tahapan perencanaan selanjutnya melalui musrenbang kabupeten, dimana kompilasi hasil musyawarah perencanaan pembangunan kecamatan dan hasil dari Forum SKPD dibawa ke forum musyawarah perencanaan pembangunan kabupaten. Pada dasamya Musrenbang Kabupaten merupakan penajaman kegiatan dan penentuan prioritas kegiatan. Dalam rangka penyesuaian pagu anggaran dengan total anggaran usulan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: menghilangkan kegiatan yang dianggap tidak prioritas, mengurangi target kinerja, sehingga volume juga berkurang dan menunda kegiatan yang dianggap kurang prioritas. M usrenbang kabupaten ini menampung dan membahas usulan yang berasal dari kecamatan dan hasil dari forum SKPD dan ditentukan prioritas rencana kegiatan pembangunan, dimana penentuan prioritas rencana kegiatan, diarahkan pada: kegiatan yang bersifat menyelesaikan masalah yang mendesak; kegiatan yang meningkatkan sarana prasarana pelayanan dasar; kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan langsung masyarakat dan bersifat pemberdayaan ekonomi masyarakat; kegiatan yang mengembangkan kawasan yang berorientasi luas (skala kabupaten, propinsi maupun nasional); kegiatan yang pemecahan masalahnya belum selesai; kegiatan yang mendukung stabilitas daerah dan masyarakat. Dari hasil pengamatan di lapangan dan informasi yang penulis peroleh dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaannya, usulan-usulan tentang prioritas program pembangunan di desa yang disampaikan kepada Pemerintah Kabupaten setelah melalui musrenbang di tingkat desa dan kecamatan sering hanya terkesan formalitas
202
dan kurang diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh Pemkab. Hal itu dapat terlihat dari usulan tentang prioritas program pembangunan di desa dan kecamatan yang "itu-itu saja" dari tahun ke tahun. Ironisnya, usulan-usulan tersebut sering terbentur pada ketidakmampuan daerah dalam hal pendanaan.
Selain itu,
musrenbang masih dimonopoli atau didominasi oleh aparatur pemerintah dalam hal ini adalah elit birokrasi baik pada tingkat desa, tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Hal ini bertentangan dengan semangat mewujudkan good governance sebagaimana diungkapkan oleh Resi, dkk (2005) yaitu sinergi antara LSM dengan pemerintah daerah adalah agar birokrasi pemerintah bertindak sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator dalam pembangunan masyarakat. Apabila merujuk yang diungkapkan Resi dkk. tersebut seharusnya birokrasi menempatkan diri sebagai fasilitator, motivator dan dinamisator dalam proses musrenbang. Ketika ketiga ini benar-benar dijalankan maka akan membuka peluang yang besar bagi keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Berdasarkan dokumen dan informasi
yang
d.iperoleh
penulis,
dapat
dipahami bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam berbagai tahapan forum musrenbang pada dasarnya meliputi: (I) mengidentifikasi permasalahan; (2) menampung usulan-usulan kegiatan untuk mengatasi permasalahan, (3) membahas dan menentukan pilihan dari sejumlah usulan yang ada dengan mempertimbangkan berbagai faktor antara lain: mendesakny a tidakny a usulan tersebut, manfaatnya, dampaknya
terhadap lingkungan, kesesuaian dengan
kebijakan pembangunan daerah, dan plafon I pagu dana yang tersedia. Kegiatan disusun
berdasarkan
evaluasi
kegiatan
periode
sebelumnya
dan
dengan
mempertimbangkan perkembangan yang terjadi dilapangan termasuk asptrast
203
dari masyarakat tani serta mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan, baik kebijakan umum maupun kebijakan operasional. Kegiatan-kegiatan dengan tema seJems
dikelompokkan ke dalam satu program berdasarkan urutan prioritas.
Adapun proses penetapan daftar usulan kegiatan pembangunan menjadi daftar kegiatan
pembangunan yang
siap untuk dilaksanakan
(termasuk
penetapan
alokasi dananya) dilaksanakan dalam tahap pembahasan dan penetapan APBD. Dengan demikian, proses perencanaan ini memang berjalan tinier. Meskipun dipagari dengan berbagai pengaturan maupun kebijakan, selama masyarakat tidak mampu berdiri dengan kakinya sendiri untuk mengeluarkan pendapat, maka selama itu pula masyarakat akan terns bergantung terhadap Pemdes dan Pemkab dan hasil perencanaan tidak berpihak pada masyarakat. Untuk perbaikan ke depan, diperlukan hubungan atau interaksi yang mempertemukan asumsi, kepentingan, persepsi antar Pemdes, masyarakat dengan Pemkab, sehingga proses perencanaan dapat memberikan kemanfaatan yang lebih banyak kepada masyarakat desa selaku beneficiaries (pemetik manfaat). Selama ini interaksi dan dialog yang dilakukan cenderung linier karena Pemkab hanya menerima pertimbangan dan keputusan dari atas, dalam hal ini Mendagri tanpa mempertimbangkan masukan dari masyarakat selaku beneficiaries. Dari hasil penelitian dan pembahasan interaksi stakeholders dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah dapat diperoleh proposisi bahwa: "Jika perencanaan pembangunan perikanan dilaksanakan sesuai dengan rumusan
kebijakan,
maka
terdapat
perubahan
perilaku
yang
204
termanifestasikan melalui pola interaksi target group dan bottom up
planning dapat diperoleh".
4.3.3 Faktor- faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Perencanaan Pembangunan Perikanan Perencanaan pembangunan perikanan merupakan bagian dari perencanaan pembangunan daerah secara keseluruhan. Oleh karenanya,
faktor-faktor
yang
menjadi pendukung dan penghambat sebagian bersifat umum untuk semua bidang, dan sebagian lagi bersifat spesifik untuk perikanan. Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004: 15-39), faktor-faktor perencanaan pembangunan daerah yang merujuk pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembangunan adalah: faktor lingkungan,
faktor sumberdaya manusia perencana, faktor sistem yang
digunakan, faktor perkembangan ilmu dan teknologi, dan faktor pendanaan. Di Kabupaten Lampung Tengah,
menurut informasi yang diperoleh oleh penulis,
faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan pembangunan perikanan adalah: kondisi geografis dan demografis; kemampuan keuangan pemerintah yang terbatas untuk membiayai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan, adanya ego sektoral dari SKPD dan belum adanya tenaga fungsional perencana di Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. penghambat yang
berkenaan dengan
partisipasi
Kemudian faktor
masyarakat dalam
proses
perencanaan pembangunan perikanan adalah: Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cabang masih sangat rendah dan lebih berperannya dominasi elit desa serta tokoh masyarakat dan mekanisme yang panjang dalam pertemuan musrenbang
205
l.Kondisi geografis dan demografis. Kabupaten Lampung Tengah adalah daerah kabupaten di Propinsi Lampung yang memiliki potensi budidaya air tawar yang cukup luas yang terdiri dari potensi perairan umum 18.000 ha dan potensi perikanan darat 24.600 ha. Dari potensi yang telah tersedia ini, yang telah tergarap untuk perairan urn urn masih relatif kecil yaitu 4,0% sedangkan untuk perikanan darat telah tergarap 9,6 %. Dengan terdapatnya laban gambut/rawa, kurang lebih 4.500 ha yang secara periodik mendapat pasokan air yang bersalinitas 3 -15 pro mil maka paling sedikit
1.500 ha tambak dapat dibangun untuk budidaya komoditas udang windu, udang galah, ikan patin, gurami, nila dan kakap putih. Selain daripada itu juga terdapat potensi fishing ground di pantai timur Lampung Tengah sejauh 3 mill yang sangat potensial untuk penangkapan ikan dan
latar belakang masyarakatnya yang
sebagian besar petani, petani ikan dan nelayan juga merupakan faktor yang mendukung keberhasilan perencanaan pembangunan perikanan. Masyarakat adalah pelaku utama sekaligus sebagai sasaran (penerima manfaat) pembangunan.
Oleh
karena itu, keberadaan masyarakat petani ikan/nelayan yang mayoritas di suatu daerah merupakan sumberdaya yang potensial untuk mengembangkan perikanan. Keberadaan kelompok-kelompok tani dan nelayan di Kabupaten Lampung Tengah merupakan faktor yang mendukung. Kelompok-kelompok tani tersebut
secara
umum mengetahui permasalahan perikanan dan kegiatan apa yang dibutuhkan di tempat mereka, sehingga dapat berpartisipasi dalam memberikan masukan bagi perencanaan pembangunan perikanan melalui petugas penyuluh lapangan dan Kepala Cabang Dinas yang membina mereka dan melalui forum sarasehan yang mereka ikuti.
206
Tjokroamidjojo (1995:57) menyatakan bahwa tahapan-tahapan dalam suatu perencanaan pembangunan adalah tinjauan keadaan sebelum memulai suatu rencana atau tinjauan terhadap pelaksanaan rencana sebelumnya.
Dalam pembangunan
perikanan hal tersebut telah dilakukan dengan melakukan penjaringan aspirasi masyarakat melalui sarasehan I pertemuan dengan masyarakat tani dan nelayan, dimana penggalangan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan perikanan dilakukan baik oleh kepala cabang dinas (KCD), petugas penyuluh perikanan maupun petugas teknis dinas, dan dalam menyusun perencanaan dilihat terlebih dahulu tingkat keberhasilan kegiatan sebelumnya dengan menanyakan langsung kepada kelompok tani/nelayan permasalahan-permasalahan yang terjadi dilapangan. Hal tersebut di atas senada dengan pendapat Budi (2002: 17) faktor pendukung pembangunan perikanan adalah secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah pesisir dan kelautan yang sangat luas tersebut terdapat potensi pembangunan berupa aneka sumber daya alam dan jasajasa lingkungan yang belum dimanfaatkan secara optimaL serta seiring pertambahan penduduk dan semakin menipisnya sumber daya pembangunan di daratan. permintaan terhadap produk dan jasa kelautan dan perikanan meningkat. 2. Perencanaan yang hirarkis (melalui tahapan yang panjang) Model perencanaan partisipatif (musrenbang) melalui sejumlah tahapan berdasarkan level pemerintahan yakni mulai dari level desa/kelurahan, kecamatan. hingga kabupaten. Proses ini bila dijalankan dengan benar bisa mengakomodasi semua kepentingan dan lebih terkoordinasi. Namun, prakteknya secara umum menunjukkan bahwa tahapan (musrenbang) sendiri mengalami banyak distorsi.
207
Mulai dari aspek ketidakterwakilan semua lapisan masyarakat, proses diskusi yang monologis, pengambilan keputusan yang masih berada di tangan pemerintah, hingga tidak tersalurkannya aspirasi masyarakat dalam APBD. Proses perencanaan yang panjang dengan tanpa jaminan tersalurkannya aspirasi membuat masyarakat enggan untuk berpartisipasi dan menjadi tidak sabar untuk mengusulkan apa yang menjadi kepentingannya langsung pada policy maker di tingkat kabupaten. Ada suatu kejadian dimana ada desa yang sama sekali tidak melakukan musrenbang desa, tetapi dibuat langsung oleh elit desa dan dibawa ke kecamatan. Proses-proses jalan pintas ini harapannya adalah aspirasinya akan lebih diperhatikan dan lebih cepat terealisir. Aspek ketidakpercayaan publik terhadap proses perencanaan menjadi faktor yang turut menentukan partisipasi mereka dalam proses tersebut. Dengan kata lain, sangat mungkin bahwa proses perencanaan ini akan banyak membuang energi sehingga tidak efisien dan produktif. 3. Tingkat Pendidikan Masyarakat yang masih rendah dan adanya dominasi elit desa dan tokoh masyarakat Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup banyak warga Desa Cabang yang tahu bagaimana proses perencanaan pembangunan di daerahnya dilakukan, termasuk melalui wadah musrenbang. Informasi tentang perencanaan melalui tahapan musrenbang ini kebanyakan dikuasai oleh elit desa seperti kepala desa/lurah dengan aparatnya dan LKMD/BPD/LKMK. Masyarakat sering tidak bisa membedakan mana rapat untuk perencanaan partisipatif dan mana yang hanya rapat biasa. Ketidaktahuan mereka bisa disebabkan oleh faktor tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah baik Lembaga Kemasyarakatan maupun aparat pemerintah desa, sehingga tidak dapat membedakan skala prioritas
208
kebutuhan masyarakat, selain itu juga dalam perencanaan melalui wadah musrenbang ini masyarakat tidak terlibat secara langsung tetapi melal ui figur yang dituahkan/tokoh masyarakat (pola patron klien) untuk memperjuangkan aspirasi mereka, walaupun tokoh tersebut buta aksara atau kemampuannya sangat terbatas, sehingga apa yang diperjuangkan belum tentu diterima oleh forum rapat, dalam arti belum tentu dapat memperjuangkan aspirasi dari masyarakatnya. 4.Kemampuan keuangan pemerintah daerah. Terbatasnya kemampuan keuangan pemerintah daerah menyebabkan tidak semua usulan kegiatan dari masyarakat dapat dilaksanakan, dan hal ini berdampak pada menurunnya partisipasi masyarakat pada musrenbang tahun berikutnya dan menyebabkan banyak usulan kegiatan dari masyarakat terpaksa dikurangi nilai nominalnya, ditunda pelaksanaannya, atau bahkan ditolak dan hal ini sejalan dengan pendapat Conyers ( 1992: 199) masyarakat enggan berpartisipasi karena harapan-harapan mereka tak terpenuhi. Menurut perencanaan
hasil
penelitian,
pembangunan
keterbatasan
perikanan
anggaran
ditunjukkan
oleh
untuk kondisi
penyusunan Renja-SKPD dan RKA-SKPD mengacu pada kegiatan dan plafon/ pagu dana serta berpedoman standar harga yang ditetapkan pemerintah kabupaten. Kegiatan pembangunan di lingkungan Dinas Peternakan dan Perikanan sifatnya berkelanjutan, hal ini dikarenakan kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan terbatas, maka perencanaan kegiatan tahunan yang dilaksanakan biasanya didasarkan pada perencanaan tahun sebelumnya dengan menyesuaikan aspirasi dan perkembangan yang terjadi di lapangan. Seperti pendapat yang dikemukan oleh Riyadi dan Bratakusumah (2004:38), bahwa: --raktor pendanaan pada
209
dasamya merupakan faktor yang sudah given, artinya hal itu memang harus ada untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Dengan pendanaan yang memadai akan dapat dilakukan proses perencanaan pembangunan perikanan yang optimal sehingga manfaat dari perencanaan tersebut juga optimal. Selanjutnya dengan pendanaan yang memadai akan dapat dilakukan pembangunan prasarana dan sarana pendukung pembangunan perikanan yang diprioritaskan. 5. Ketiadaan sumberdaya aparatur fungsional perencana pada Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah Belum terdapatnya tenaga fungsional perencana pada Dinas Petemakan dan
Perikanan
Kabupaten
Lampung
Tengah
mengakibatkan
selama ini
perencanaan dilakukan oleh tenaga struktural. Riyadi dan Bratakusumah (2004:25) menyatakan bahwa faktor sumberdaya manusia perencana menjadi kunci berhasil tidaknya
proses
perencanaan
pembangunan
dan
mempengaruhi
kualitas
perencanaan yang dihasilkan. Oleh karenanya, kualitas sumberdaya manus1a yang dibutuhkan tidak hanya keahlian dan keterampilan perencana, namun harus pula didasarkan pada kompetensi sesuai bidang tugasnya. Jika terdapat tenaga fungsional
perencana yang
memiliki
kekhususan di
bidang perencanaan,
kemungkinan kualitas perencanaan yang dilaksanakan akan lebih baik. Dalam perencanaan pembangunan perikanan faktor sumberdaya manusia perencana memegang peranan penting, sebab perencana yang menguasai bidang pekerjaannya akan dapat membuat perencanaan yang komprehensif sehingga pembangunan perikanan dapat dilaksanakan dan memberi manfaat yang optimal sesuai dengan kondisi yang ada.
210
6. Ego sektoral Marwan (2004:7) mengemukakan bahwa pembangunan sektor perikanan masih didominasi oleh ego kedaerahan dan sektoral serta rendahnya koordinasi dan sinergi institusi terkait. Kendati era desentralisasi sudah digulirkan, pemikiran sektoralisme di antara dinas-dinas teknis di pemerintah daerah masih cukup kuat. Hal ini tidak bisa lepas dari warisan sistem pemerintahan yang sentralistis sebelumnya. Sebagian dari dinasdinas itu adalah instansi pusat seperti Kantor Departemen (Kandep) yang telah diserahkan ke daerah. Meskipun secara struktural mereka telah menjadi instansi otonom daerah, secara kultural jiwa mereka masih merasa sebagai instansi pusat. Wujud yang nampak dalam perencanaan adalah kecenderungan untuk membuat usulan perencanaan sendiri terlepas dari tahapan perencanaan yang dilakukan dalam musrenbang. Mereka sendiri mengakui bahwa perencanaan yang mereka buat sudah partisipatif karena ketika membuat mereka mengaku sudah melibatkan masyarakat melalui aparatnya yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Pemikiran sektoralisme tumbuh bukan hanya karena warisan struktural kelembagaan, tetapi juga pol a perencanaan pembangunan yang semenjak dahulu membaginya ke dalam sektorsektor secara terpisah dan lupa menekankan adanya networking. Tradisi pemikiran seperti ini harus diubah karena mempengaruhi koordinasi dalam perencanaan.
4.4 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu Setelah melakukan pembahasan secara teoritis, selanjutnya peneliti juga akan melakukan perbandingan hasil penelitiannya dengan beberapa penelitian yang pemah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti, dalam tabel 16. berikut ini :
211
. Terdab uu I . .. perban d'mgan Dengan penerttlan
T a be116 No
Penelitian
Perbandingait Hasil Penelitian Penelitian Terdahulu
Keterangan
Penelitian ini.
I.
Joriko Kindangen (2007), Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Gadung Kab.B!UJlSulawesi Tengah (Perspektif People Centered Development)
Pelaksanaan kegiatan sosialisasi di Desa Lokodoka banyak diintervensi oleh pemerintah desa (eli! desa) dan didominasi masyarakat yang mempunyai pendidikan rendah tetapi dianggap sebagai tokoh. Untuk Desa Lokodidi dan Desa Mantinan Ielah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat sehingga dalam pelaksanaannya timbullah partisipasi masyarakat berupa pikiran maupun material secara sukarela
Masyarakat Desa Cabang sudah ikut berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan perikanan melalui musrenbang, tetapi dalam pengusulan rencana kegiatan dan pengambilan keputusan masih didominasi oleh orang-orang tertentu saja (el it birokrasi/pemerintah desa ), dimana dalam pelaksanaannya pemerintah desa Ielah menyediakan draft us ulan.
2.
Hartawan Amir Silondae (2007), Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Jalan padaProyek Pemberdayaan
Kendala-kendala dalam proses perencanaan pembangunan perikanan adalah: faktor pendanaan, sumberdaya aparatur perencana, ego sektoral, tingkat pendidikan masyarakat yang rendah dan dominasi elit loka~ tahapan perencanaan yang panjang
Mendukung dan Melengkapi
3.
Purwati (2004), Partisipasi Politik dalam Pembangunan Des a
Kendal-kendala dalam partisipasi masyarakat adalah : Tingkat pendidikan masyarakat penerima program dalam hal ini Desa Trimulya yang rendah, 2). Belum terciptanya suasana dan kondisi yang mendukung bagi partisipasi masyaraka, 3). Kejenuhan akibat proses yang panjang, 4).Lebih berperannya elit lokal serta aparat desa • Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu faktor sosial ekonomi, faktor pol itik, faktor fisik individu dan lingkungan dan faktor budaya dimana faktor budaya mempunyai pengaruh yang dominan
• Faktor yang mempengaruhi partisipasi adalah tingkat pendidikan, dominasi elit birokrasi, tahapan perencanaan yang panjang
Mendukung dan melengkapi
I
I
4.
Agus Mirsatya (2005), Perencanaan Pembangunan Daerah (Suatu Kajian tentang Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo
5.
Nik.ijuluw (2002), Partisi pasi Masyarakat dalam Pengelolaan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong. Kecamatan Indramayu, Jawa Barat
Mekanisme perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata di Kab. Kulon Progo dilakukan melaluijalur masyarakat dan jalur pemerintah daerah. Jalur masyarakat melalui Musbangdes di tingkat desa, UDKP di tingkat kecamatan, dan Rllkorbang di tingkat Kabupaten. Sedangkanjalur pemerintah daerah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Kulon Progo Pengembangan partisipasi masyarakat kedepannya adalah meningkatkan partisipasi seluruh kelompok masyarakat (stakeholders) didalam pengelolaan mangrove desa sesuai dengan peran dan fungsinya, mendorong pemerintah desa dan BPD untuk membuat peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan mangrove desa dan mendorong pemerintah daerah untuk membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir.
Mendukung
• Kendala-kendala dalam proses perencanaan pembangunan perikanan adalah: faktor pendanaan, sumberdaya aparatur perencana, Bervariasinya tingkat kemampuan, ketrarnpilan, dan motivasi para petugas lapangan dalam menghimpun data dan informasi, ego sektoral, dimana faktor pendanaan mempunyai peranan yanag dominan Mekanisme perencanaan pembangunan perikanan melaluijalur masyarakat dan jalur pemerintah daerah. Jalur masyarakat melalui Musrenbang desa di tingkat desa, musrenbang kecamatan di tingkat kecamatan, Forum SKPD, musrenbang kabupaten di tingkat Kabupaten. Sedangkan jalur pemerintah daerah melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah
Mendukung
proses perencanaan pembangunan perikanan di Kab. Lamteng melalui musrenbang dan al-tor yang terlibat dalam perencanaan yaitu Pemkab Lampung Tengah, Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya, Pemerintah Desa Cabang, BPD dan masyarakat desa (nelayan), Iembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), lembaga swadaya masyarakat (LSM), tokoh masyarakat; (2) Pola interaksi yang tetjadi adalah linear dimana yang mendominasi adalah pemerintah (birokrasi};
Berbeda
212
Berdasarkan urruan beberapa penelitian yang dipakai pembanding oleh penulis, seperti terurai dalam tabel 16. di atas, terdapat beberapa penelitian yang memiliki kesamaan atau paling tidak mendekati dan saling melengkapi terhadap hasil penlitian ini, seperti: Penelitian yang dilakukan oleh Jorikon Kindangen (2007), dalam penelitian yang beijudul Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Kecamatan Gadung Kabupaten Buol - Sulawesi Tengah (perspektif people-centered development), dalam penelitian
tersebut menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat miskin di Kecamatan Gadung khususnya di tiga desa lokasi penelitian (Lokodoka, Lokodidi, Mantinan), cukup berhasil pada tataran partisipasi dan kemandirian masyarakat. Ini dibuktikan dengan keberhasilan di semua desa mulai dalam pembentukan organisasi, sosialisasi sampai pada tahap penggalian gagasan, namun apa yang terjadi di desa Lokodoka, merupakan salah satu contoh kecil bahwa apabila suatu pembangunan masih terlalu banyak diintervensi dalam hal ini Pemerintah desa atau lebih dikenal dengan elit desa dan didominasi sebagian masyarakat yang mempunyai pendidikan relatif rendah tapi di anggap tokoh, maka pembangunan itu tidak akan pemah berhasil. Penetapan usulan kegiatan pembangunan desa yang menggunakan dana Program Bantuan Pembangunan Desa untuk desa Lokodidi dan Desa Mantinan telah ditetapkan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan yang sangat mendasar dari masyarakat itu sendiri, prioritas kebutuhan masyarakat berdasarkan asas musyawarah mufakat sejak Musbangdus sampai pada penetapan hasil keputusan rapat pembangunan desa (boaom up planning).
Demikian juga dengan penelitian ini dimana peneliti bertujuan untuk
mengetahui identifikasi dan interaksi aktor yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan melalui: (l) Musrenbang Desa; (2) Musrenbang Kecamatan;
213
{3) Forum SKPD; (4) dan Musrenbang Kabupaten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proses perencanaan pembangunan perikanan didominasi elit desa, tokoh
masyarakat dan pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh Hartawan Amir Silondae (2007), melalui penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Prasarana
Jalan pada Proyek Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa (Studi Kasus Peningkatan Jalan di Desa Trimulya Kecamatan Lambuya Kabupaten Konawe), yang bertujuan untuk mengentaskan masyarakat miskin perdesaan yang tinggal di dekat pusat pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Dalam bidang pengembangan sumberdaya manusia; (I) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang proses-proses pembangunan melalui kegiatan sosialisasi Proyek PMPD/CERD; (2) masyarakat utamanya kelompok usaha yang mengelola kegiatan usaha pada masing-masing KKPDus telah mampu membuat proposal sederhana; (3) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang proses pelaksanaan, perencanaan serta pemeliharaan dalam pembangunan. Adapun Kendala yang ditemukan pada partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan terse but adalah : (I) tingkat pendidikan masyarakat penerima program dalam hal ini Desa Trimulya yang rendah; (2) belum terciptanya suasana dan kondisi yang mendukung bagi partisipasi masyarakat; (3) kejenuhan akibat proses yang panjang; (4) lebih berperannya elit lokal serta aparat desa. Hal ini mendekati dan dilengkapi dengan basil penelitian ini bahwa kendala- kendala yang dihadapi dalam proses perencanaan pembangunan perikanan adalah kemampuan keuangan pemerintah yang terbatas untuk membiayai perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan, adanya ego sektoral dari SKPD dan belum adanya tenaga fungsional perencana di Dinas Petemakan dan
214
Perikanan Kabupaten Lampung Tengah.
Kemudian faktor penghambat yang
berkenaan dengan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan melalui wadah musrenbang adalah: Tingkat pendidikan masyarakat Desa Cabang masih sangat rendah dan lebih berperannya dominasi elit desa serta tokoh masyarakat dan mekanisme yang panjang dalam pertemuan musrenbang Penelitian yang dilakukan oleh Agus Mirsatya (2005), melalui penelitian yang berjudul Perencanaan Pembangunan Daerah
(Suatu Kajian tentang
Pembangunan Pariwisata di Kabupaten Kulon Progo), Penelitian ini dilakukan, atas dasar pentingnya sektor pariwisata sebagai sektor yang diharapkan di masa yang akan datang menjadi tumpuan harapan sebagai penghasil devisa akibat turunnya pendapatan dari sektor minyak bumi. Agar harapan tersebut dapat dipenuhi maka perencanaan pembangunan pariwisata memegang peranan yang sangat penting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata di Kabupaten Kulon Progo dilakukan melalui jalur masyarakat dan jalur pemerintah daerah.
Jalur masyarakat adalah
melalui Musbangdes di tingkat desa, UDKP di tingkat kecamatan sampai dengan Rakorbang di tingkat kabupaten. Sedangkan jalur pemerintah daerah adalah melalui perencanaan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kulon Progo. Proses perencanaan pembangunan daerah bidang pariwisata di Kabupaten Kulon Progo juga mengenal mekanisme top-down dan bottom-up. Demikian juga dengan penelitian ini Mekanisme perencanaan pembangunan perikanan melalui jalur masyarakat dan jalur pemerintah daerah. Jalur masyarakat melalui Musrenbang desa di tingkat desa, musrenbang kecamatan di tingkat kecamatan, Forum SKPD,
215
musrenbang kabupaten di tingkat Kabupaten. Sedangkan jalur pemerintah daerah melalui Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian yang dilakukan oleh Purwati, dkk {2004), melalui penelitian yang berjudul Partisipasi Politik Dalam Pembangunan Desa. Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui dan menganalisis pengaruh beberapa faktor terhadap kualitas partisipasi politik masyarakat dalam pembangunan desa baik secara parsial maupun simultan; (2) mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas partisipasi masyarakat terhadap pembangunan desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial, faktor sosial ekonomi (XI), faktor politik (X2), faktor fisik individu dan lingkungan (X3), dan faktor nilai budaya (X4) mempunyai pengaruh
positif yang
pembangunan desa.
signifikan
terhadap
partisipasi
masyarakat dalam
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai budaya (X4)
mempunyai pengaruh yang dominan. Hal ini dikarenakan masyarakat desa masih kental dengan nilai budaya politik pedesaan jawa dan memiliki potensi yang lebih tinggi dalam mempengaruhi partisipasi politik masyarakat. Hal ini mendekati dan dilengkapi dengan hasil penelitian ini bahwa faktor yang mempengaruhi partisipasi adalah tingkat pendidikan, dominasi elit birokrasi, tahapan perencanaan yang panjang, kendala-kendala dalam proses perencanaan pembangunan perikanan adalah: faktor pendanaan, sumberdaya aparatur perencana, ego sektoral. dimana faktor pendanaan mempunyai peranan yanag dominan. Selain penelitian yang hasilnya mendekati dan mendukung hasil penelitian ini. terdapat juga hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian ini, meskipun dalam konteks yang sama yaitu menggali partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan daerah, seperti:
216
Penelitian yang dilakukan oleh Nikijuluw, dkk (2002), melalui Penelitian beijudul Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Pen&elolaan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat). Tujuan penelitian adalah untuk : ( 1) mengetahui strategi dan kegiatankegiatan yang digunakan didalam pengembangan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove; (2) mengetahui hubungan antara strategi yang dijalankan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan mangrove, dan (3) menentukan strategi pengembangan partisipasi masyarakat yang optimal dalam pengelolaan mangrove. Hasil
penelitian menunjukkan,
pengembangan partisipasi
masyarakat dalam
pengelolaan mangrove dillakukan melalui strategi persuasif (melalui pembinaan), edukatif (pelatihan-pelatihan) dan fasilitatif (pemberian bantuan usaha).
Ketiga
strategi ini berkorelasi positif dan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat. meliputi:
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan partisipasi pers1apan,
integrasi
dalam
masyarakat,
pendidikan
masyarakat,
pembentukan kelompok masyarakat, penguatan kapasitas kelompok, kelompok mandiri, monitoring dan evaluasi. Arahan strategi pengembangan partisipasi masyarakat kedepannya
adalah
meningkatkan
partisipasi
seluruh
kelompok
masyarakat (stakeholders) di dalam pengelolaan mangrove desa sesuai dengan peran dan fungsinya, mendorong pemerintah desa dan BPD untuk membuat peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan mangrove desa dan mendorong pemerintah daerah untuk membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan wilayah pesisir. Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini yaitu peneliti bertujuan untuk mengetahui identifikasi dan interaksi aktor yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan perikanan melalui: (l) Musrenbang Desa; (2) Musrenbang
217
Kecamatan; (3) Forum SKPD; (4)
dan Musrenbang Kabupaten dimana hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses perencanaap pembangunan perikanan di Kab. Lamteng melalui
musrenbang dan aktor yang terlibat dalam perencanaan yaitu
Pemkab Lampung Tengah, Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya, Pemerintah Desa Cabang, BPD dan masyarakat desa (nelayan), lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), lembaga swadaya masyarakat (LSM), tokoh masyarakat; (2) Pola interaksi yang terjadi adalah linear dimana yang mendominasi adalah pemerintah (birokrasi).
I.JM.TM. IVIM.L.VVI.JM.TM.It:H"VWVI.JM.TM. IVIM.V\M•.> UI'IIV t: f"(;:,IIM.;:, 01"(/\VVI..JM.TM. MM.LJ\NI..:> Ul"iiVt:I"(;::,II M.;::, 0 1"(1\VVIJJ\ YJ\ MJ\LANI..:> U NIVI::K:SIIA-:5 Of
IJAYA MALWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA MAAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA BRAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITA S BRAWIJAYA MALANG IJAYMRAWIJAYA lBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYAARAWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI3RAWIJ.V1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AWIJ.P3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI'3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG RAIJ\ft3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG A tv'1111'3RAWIJ.Ii1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSITAS BRAWIJAYA MALANG A AIJ\ft3RAWIJA'ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWBRAWIJN1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWI.RAWIJAYA I
ll.t-RA\oi8RAWIJAYA r.BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9 3RAWLRAWIJA.AUBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG
3RAWI.RA\WIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANd ARAWI.JRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN~~~ S BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALAN9
3RAWI3RAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA
WIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW IJAYA MALANG
J RAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW JRAWIJ RAWIJAYA GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS B JRAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UN IVERS IT. J RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MA LANG UNIVER IJAYA
~AWIJAYA
.tL
r8RAWIJAYA MALANG U
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALAN
r-
·:~
~
47~~
J. .·
~
~~
f,JI. ~
,., ~
• ,.. ,:.;:_ ~
~
IJAYA '{AWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
• , , to.
WIJAVRAWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
YA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG ALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9
9 9
ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
A::/
Q
IJAYA \AWIJAYA fi3RAWIJAYA MALAN
ICq AI
8~tq#V ~
s~
~ ~·
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALA RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALA
~
END I0 I
~~ ~:f ~s
~«)
IJAYA ~AWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG UNI\1.
0
1 . :..
•
4'
f
~
·' II' · o~~ ~~
~
"1'..40~~ \
'l!a
,.
VERSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITA3 BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSI TAS BRAWIJAYA MALAN VERSITAS BRAWIJAYA MALAN IVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AWIJA">RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG
NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MA~ f'ORAWIJAYA MALANG U \1\RAWIJAYA MAL taRAWIJAYA MALANG UN
G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
VIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNI 1/\RAWIJAYA MA~ taRAWIJAYA MALANG UNIVE
f
•
•
t
NIALANG
NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ALANG UNIV ERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MAL I\3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS E:RAWIJAYA MALAN WIJ.NVIJAYA MALII3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~
\1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN lf.lllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
f \1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAl AN "f-\1\RAWI JAYA Ml'A r8RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALM~ AVIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALAaRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AV1RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
"- rdRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ).. MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~ MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'tiJAYA \AWIJNIALAd RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN 'MAWI .RAWIJA1RA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'MAWI,RAWIJAIRtiG RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN fl. MAWI.RAWI JAIRABRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
.WIJAYA ~AWIJAYA 113RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAL.A.NG UNIVERSITAS BRAWI.JAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN .WIJAYA \AWIJAYAIBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI fAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BHAWIJAYA MAl AN
.WIJAYA \AWIJAYA taRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAlANG UNIVERSI TAS BRAWIJAYA MALAN ~WI .IJ\l RAWI JAYii.J B RAWIJAYA MALANG UN IVERS I fAS BRAWIJAYA MAl ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSI'TAS BRAWIJAYA MAl AN
~AWIJNRAWIJA M~GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE:RSITAS BRA\'VIJAYA MALAN NV R ITA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI1AS BRAWIJA'rA MALAN 'iAWIJ8RA'.JAYA MA3RAWIJAYA MALAN
218
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan basil penelitian dan pembahasan terhadap fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perencanaan pembangunan perikanan merupakan bagian dari perencanaan pembangunan
daerah.
Secara
normatif
mekanismenya
sama
dengan
perencanaan pembangunan daerah secara umum yang dilaksanakan berdasarkan pendekatan top-down, bottom-up yang merupakan perencanaan partisipasif melalui wadah musrenbang desa/kelurahan, musrenbang kecamatan, forum SKPD dan musrenbang kabupaten dalam proses menampung dan menghimpun aspirasi masyarakat dari level bawah yaitu masyarakat desa.
Selain melalui
jalur normatif dilakukan juga penjaringan aspirasi masyarakat oleh Dinas Petemakan dan Perikanan melalui sarasehan/pertemuan dengan masyarakat tani dan nelayan. Perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah menggunakan pendekatan top-down dan bottom-up yang bertujuan dalam rangka menampung sebanyak-banyaknya aspirasi masyarakat lokal dalam hal ini stakeholders perikanan, tetapi tujuan tersebut ternyata belum sepenuhnya tercapai karena dilihat dari stakeholders yang hadir dalam musrenbang maupun usulan kegiatan yang melalui mekanisme bottom-up atau jalur masyarakat, sebagian besar didominasi usulan kegiatan berasal dari elit desa. Sehingga dalam pelaksanaan musrenbang di Kabupaten Lampung Tengah banyak didominasi pendekatan top down. Hendaknya pemerintah daerah dapat menggugah kekritisan dan keaktifan masyarakat guna memperoleh bahan
219
masukan bagi perencanaan kegiatan pembangunan perikanan dan tidak melupakan peranannya bahwa pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam proses perencanaan yang hanya mengarahkan agar usulan-usulan yang diajukan oleh masyarakat tidak terlepas dari visi dan misi daerah, propinsi dan nasional. Masyarakat bukan lagi menjadi obyek pembangunan, tetapi mereka memiliki kewenangan untuk memutuskan, melaksanakan dan mengawasi pengelolaan sumberdaya publik.. Dalam proses perencanaan pembangunan perikanan di Kabupaten Lampung Tengah dipengaruhi oleh aktor (stakeholders) adalah Pemkab Lampung Tengah, Pemerintah Kecamatan Bandar Surabaya, Pemerintah Kampung Cabang, BPD dan masyarakat dimana masyarakat bisa sebagai beneficiaries (pemetik manfaat) yaitu masyarakat desa (nelayan).
Sedangkan target group berupa
society adalah lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM), lembaga swadaya masyarakat (LSM), ataupun tokoh-tokoh masyarakat yang mewakili kelompok tertentu misal kelompok agama, pemuda, dan lainnya. 2. Pola interaksi yang terjadi antara stakeholders yang terlibat dalam Proses perencanaan pembangunan perikanan melalui wadah musrenbang ini adalah pola interaksi linier.
Interaksi timbal balik terlihat pada penggalian aspirasi
yang langsung dilakukan oleh Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah. Kerjasama dan keterlibatan berbagai pihak pemangku kepentingan dalam suatu forum (multi stakeholders forum) untuk mendorong peran serta masyarakat adalah penting. Multi stakeholders forum yang terdiri dari NGO, pers, akademisi, ormas, eksekutif, legislatif mempunyai arti besar, terutama untuk menjembatani kepentingan negara dan kepentingan masyarakat desa. Seorang perencana berperan menentukan informasi seperti apa yang akan
220
diberikan kepada siapa, dengan cara apa dan untuk apa dan ini akan sangat menentukan hasil perencanaan, Conyers ( 1992: 86) mengungkapkan bahwa politik memegang peranan yang sangat menentukan, keputusan politik yang diambil nampaknya mengalahkan segala macam pertimbangan yang lain sehingga politik harus dilihat sebagai bagian yang integral dari proses perencanaan, bukan lagi masalah yang mengganggu perencanaan. Informasi yang dimiliki oleh perencana memberikan sebuah daya tawar yang kuat dalam menghadapi tekanan, intimidasi atau manipulasi yang datang dari aktor lain. Sehingga perencana diharapkan dapat berperan sebagai teknokrat dan engineer, birokrat, advokat dan aktivis dan sebagai politikus. a.
Teknokrat dan engineer Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai advisor bagi para pengambil kebijakan dengan berporos pada rasionalitas dan pertimbangan ilmiah. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan dalam membangun kekuasaan dan kepentingan.
b. Birokrat Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi menJaga stabilisasi organisasi dan jalannya roda pemerintahan. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah alat dalam menjaga kepentingan dan keberlangsungan organisasi. Peran ini biasanya disertai oleh kekuasaan yang datang secara formal dan legal kepada perencana. c.
advokat dan aktivis Fungsi ini merupakan manifestasi dari usaha menjembatani masyarakat terhadap hal-hal yang bersifat teknis dari sebuah produk perencanaan.
221
Selain itu terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan potensi masyarakat untuk melakukan perlawananterhadap dominasi pemerintah. d. Politikus Maksud dari peran tru adalah seorang perencana tidak lepas dari kepentingan dan dalam memperjuangkan kepentingannya, perencana dituntut memiliki perspektif seorang politisi.
Seorang politikus memiliki
insting dalam berkomunikasi dengan kelompok yang memiliki kepentingan yang berbeda. Apabila perencana dapat menjalankan perannya sebagai teknokrat dan engineer, birokrat, advokat dan aktivis dan sebagai politikus maka produk perencanaan akan benar-benar mencerminkan kepentingan kebanyakan orang dan akan meningkatkan kesejahteraan bagi stakeholders perikanan. 3. Faktor penghambat dalam perencanaan pembangunan perikanan umumnya disebabkan oleh tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah dan lebih dominannya elit lokal, perencanaan yang hirarkis (melalui proses yang panjang), kemampuan keuangan pemerintah yang terbatas untuk membiayai perencanaan, adanya ego sektoral dan belum terdapatnya tenaga fungsional perencana pada Dinas Petemakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah menyebabkan perencanaan pembangunan perikanan dilakukan
oleh tenaga
struktural.
5.2.
Saran Saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini adalah:
222
1. Sebaiknya aktor yang terlibat dalam proses perencanaan pembangunan
perikanan ini memperbaiki pola interaksinya, menjadi sebuah hubungan timbal balik (resiprocal) yang dapat menguntungkan semua pihak, terutam Pemdes dan masyarakat desa sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan. Masyarakat berani mengeluarkan pendapatnya dan tidak tergantung pada elit desa dan tokoh masyarakat lagi. Penyebab ketidakberdayaan masyarakat karena sikap apatisme, ketidaktahuan dan posisi tawar yang lemah ini perlu adanya upaya serius dari pemerintah, partai politik, NGO/LSM, dan komponen lainnya untuk menyadarkan masyarakat akan hak dan kewajibannya sebagai warganegara. Hal ini bisa dilakukan melalui training maupun sosialisasi lewat media tentang kesadaran warganegara. Selain itu, harus ada kerelaan dari pemerintah untuk menyerahkan
sebagian
kewenangannya
kepada
rakyat
khususnya
dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Pelibatan mereka dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan diharapkan akan mendorong masyarakat untuk ikut bertanggungjawab terhadap kemajuan daerah. 2. Salah satu kendala yang ditemukan dari penelitian ini adalah panjangnya proses perencanaan di daerah, yaitu dari tingkat desa hingga tingkat kabupaten. Hal ini menciptakan
ketidaksabaran
masyarakat
dan
birokrasi
sendiri
untuk
merealisasikan perencanaan. Ditambah lagi dengan situasi ketidakpastian terhadap diterima tidaknya usulan tersebut semakin mendorong masyarakat untuk mengusulkan proyek langsung ke kabupaten. Berdasarkan kondisi tersebut, maka penting untuk merestrukturisasi kelembagaan perencanaan di daerah. Tujuannya adalah menciptakan efisiensi dan produktivitas yang tinggi
223
dalam perencanaan. Yang direstrukturisasi adalah tahapan dalam perencanaan yakni dengan memotongjenjang perencanaan menjadi lebih datar. 3. Dibutuhkan suatu mekanisme perencanaan yang transparan. Transparansi yang dimaksud meliputi kepastian anggaran, kriteria pengambilan keputusan, dan kejelasan alasan mengapa proyek diterima atau tidak diterima (sebagai umpan balik). Selain itu, transparansi juga dimulai dengan menjadikan secara terbuka forum-forum perencanaan yang selama ini dilakukan. Artinya, siapapun boleh datang dan menyampaikan aspirasinya dalam forum.
Dokumen perencanaan
yang ada sebaiknya mencantumkan juga alasan mengapa program atau kegiatan tersebut harus diprioritaskan daripada kegiatan yang lain. Dengan adanya penjelasan mengapa suatu kegiatan harus mendapat prioritas yang lebih tinggi daripada kegiatan yang lain maka urutan prioritas tersebut akan lebih obyektif. Penjelasan mengenai mengapa suatu kegiatan harus mendapat prioritas atau skor yang
lebih
tinggi
daripada
yang
kegiatan
kemudian
ini
lain
dimusyawarahkan dalam rapat-rapat koordinasi yang ada.
dapat
Dalam rapat ini, si
perencana dapat menjelaskan argumentasinya kepada semua peserta musyawarah dan apabila argumentasinya dapat diterima maka kemudian dapat ditetapkan usulan kegiatan seperti yang telah disepakati bersama. 4. Belum adanya fungsional perencana pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah guna menunjang tercapainya suatu kualitas perencanaan pembangunan
yang maka
baik
sesum
aparat
dengan
perencana
tantangan
struktural
dan
yang
permasalahan
ada
hendaknya
ditingkatkan kemampuan dalam melakukan perencanaan melalui programprogram
pendidikan
dan
pelatihan
perencanaan
yang
diselenggarakan
Bappenas. Dengan keikutsertaan aparatur dalam pendidikan perencanaan, maka
224
akan diperoleh suatu aparatur yang berkualitas dalam bidang perencanaan, yang tidak saja dalam hal keahlian dan keterampilan perencana namun juga pada kompetensi sesuai bidang tugasnya. 5. Terbatasnya anggaran dalam mendukung proses perencanaan dan melaksanakan program atau kegiatan yang telah direncanakan, sebaiknya perencanaan yang dilakukan, ditujukan kepada kegiatan-kegiatan yang nantinya diharapkan dapat dibiayai oleh sektor swasta (investor). Oleh karena itu harus dilakukan promosi yang lebih aktif agar investor mau menanamkan modalnya pada produk perikanan di Kabupaten Lampung Tengah. Diharapkan dengan semakin besarnya peranan sektor swasta maka komoditi perikanan akan berkembang baik yang akan memberikan dampak kepada sektor lain untuk berkembang juga dan adanya kompetisi perencanaan untuk memperebutkan anggaran, ide ini pada intinya dimaksudkan untuk merangsang gairah kompetisi
antar wilayah
(kecamatan atau desa) dalam membangun. Masing-masing wilayah diberikan hak untuk membuat proposal kegiatan yang telah dirumuskan bersama melalui proses yang partisipatif. Proposal ini selanjutnya akan dinilai oleh panitia yang dibentuk pemerintah daerah yang keanggotaannya juga bersifat multistakeholders. Penilaian proposal selain didasarkan pada kesesuaian usulan dengan kebutuhan, nilai proyek dengan disain yang dibuat, juga berdasarkan pada proses pembuatan usulan yang harus melibatkan multistakeholders.
I.JM.TM. IVIM.L.VVI.JM.TM.It:H"VWVI.JM.TM. IVIM.V\M•.> UI'IIV t: f"(;:,IIM.;:, 01"(/\VVI..JM.TM. MM.LJ\NI..:> Ul"iiVt:I"(;::,II M.;::, 0 1"(1\VVIJJ\ YJ\ MJ\LANI..:> U NIVI::K:SIIA-:5 Of
IJAYA MALWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA MAAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYA BRAWIJAYA \BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITA S BRAWIJAYA MALANG IJAYMRAWIJAYA lBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG IJAYAARAWIJAYA IBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI3RAWIJ.V1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AWIJ.P3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG WIJI'3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG RAIJ\ft3RAWIJMALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG A tv'1111'3RAWIJ.Ii1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSITAS BRAWIJAYA MALANG A AIJ\ft3RAWIJA'ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWBRAWIJN1ALN3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG AAWI.RAWIJAYA I
ll.t-RA\oi8RAWIJAYA r.BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9 3RAWLRAWIJA.AUBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG
3RAWI.RA\WIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANd ARAWI.JRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN~~~ S BRAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALAN9
3RAWI3RAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA
WIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW IJAYA MALANG
J RAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAW JRAWIJ RAWIJAYA GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS B JRAWIJRAWIJAYA BRAWIJAYA MALANG UN IVERS IT. J RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MA LANG UNIVER IJAYA
~AWIJAYA
.tL
r8RAWIJAYA MALANG U
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALAN
r-
·:~
~
47~~
J. .·
~
~~
f,JI. ~
,., ~
• ,.. ,:.;:_ ~
~
IJAYA '{AWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
• , , to.
WIJAVRAWIJAYA I\3RAWIJAYA MALAN
YA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG ALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN9
9 9
ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
A::/
Q
IJAYA \AWIJAYA fi3RAWIJAYA MALAN
ICq AI
8~tq#V ~
s~
~ ~·
RAWI.RAWIJAYA taRAWIJAYA MALA RAWI.RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALA
~
END I0 I
~~ ~:f ~s
~«)
IJAYA ~AWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG UNI\1.
0
1 . :..
•
4'
f
~
·' II' · o~~ ~~
~
"1'..40~~ \
'l!a
,.
VERSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITAS BRAWIJAYA MALAN RSITA3 BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSITAS BRAWIJAYA MALAN ERSI TAS BRAWIJAYA MALAN VERSITAS BRAWIJAYA MALAN IVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AWIJA">RAWIJAYA f\3RAWIJAYA MALANG
NIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MA~ f'ORAWIJAYA MALANG U \1\RAWIJAYA MAL taRAWIJAYA MALANG UN
G UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
VIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNI 1/\RAWIJAYA MA~ taRAWIJAYA MALANG UNIVE
f
•
•
t
NIALANG
NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ALANG UNIV ERSITAS BRAWIJAYA MALAN
\1\RAWIJAYA MAL I\3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS E:RAWIJAYA MALAN WIJ.NVIJAYA MALII3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~
\1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN lf.lllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
f \1\RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAl AN "f-\1\RAWI JAYA Ml'A r8RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALM~ AVIRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
AlllRAWIJAYA MALAaRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN AV1RAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
"- rdRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN ).. MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
~ MRAWIJAYA MALA3RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'tiJAYA \AWIJNIALAd RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN 'MAWI .RAWIJA1RA3RAWIJAYA MALANG UNIVERS ITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
'MAWI,RAWIJAIRtiG RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN fl. MAWI.RAWI JAIRABRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN
.WIJAYA ~AWIJAYA 113RAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAL.A.NG UNIVERSITAS BRAWI.JAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALAN .WIJAYA \AWIJAYAIBRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI fAS BRAWIJAYA MA LANG UNIVERSITAS BHAWIJAYA MAl AN
.WIJAYA \AWIJAYA taRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MAlANG UNIVERSI TAS BRAWIJAYA MALAN ~WI .IJ\l RAWI JAYii.J B RAWIJAYA MALANG UN IVERS I fAS BRAWIJAYA MAl ANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE RSI'TAS BRAWIJAYA MAl AN
~AWIJNRAWIJA M~GRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALA NG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVE:RSITAS BRA\'VIJAYA MALAN NV R ITA BRAWIJAYA MALANG UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG UNIVERSI1AS BRAWIJA'rA MALAN 'iAWIJ8RA'.JAYA MA3RAWIJAYA MALAN
225
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab, Solichin. 2002. Ana/isis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Bumi Aksara, Jakarta. Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pembaruan, Yogyakarta. Agus, Mirsatya. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah (Suatu Kajian tentang Perencanaan Pembangunan Pariwisat di Kabupaten Kulon Progo. Tesis Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Arsyad Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi ke 4. Bagian Penerbitan STIEYKPN ,Yogyakarta. _ _ _. :. . ·. .:.1. : :. 9. : . .9: . . 9·. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi ke 1. UGM, Y ogyakarta. Bogason, Peter. 2001. Public Policy and Local Governance. Institutions in Postmodern Society. Edwar, Elgar. Cheltenham, Uk Charles.A.T. 1993. Toward Sustainability. Ecological Economics Vol. II pp.201-211 Conyers, Diana. 1992. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. Susetiawan SU. UGM-Press, Yogyakarta.
Diterjemahkan oleh
Dunn, William. 1998. Public Policy Analysis : An Introduction. Second Edition. Samodra Wibawa, dkk (Penterjemah) 2000. Pengantar Kebijakan Publik. Edisi Kedua Gajahmada University Press, Yogyakarta Howlet, Michael and Ramesh,M. 1995. Studying Public Policy: Polic.:v Cycles and Policy Subsystems. Oxford University Press. Hartawan Amir Silondae. 2007. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Prasarana Jalan pada Proyek Pemberdayaan Masyarakat untuk Pembangunan Desa (Studi Kasus Peningkatan Jalan di Desa Trimulya Kecamatan Lambuya Kabupaten Konawe). Tesis Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Jorikon Kindangen. 2007. Pemberdayaan Ma5yarakat Miskin Di Kecamatan Gadung Kabupaten Buol -Sulawesi Tengah (Perspekt~f'People-Centered Development). Tesis Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. Kooiman, Jan (ed.). 1993. Modern Governance: Interactions. London: SAGE Publications.
New Government-Society
Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Erlangga, Jakarta
Re.fi.Jrmasi.
226
_ _ _ _____._. .....!1~9~9...!....7. Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah dan Kebijakan. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP)AMP-YKPN, Yogyakarta. Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit Andi, Yogyakarta Miles, Matthew B dan A Michael Huberman. 1992. Ana/isis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjejep Rohendi Rohidi. UIP, Jakarta. Moleong, J. Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Nikijuluw,V.P.H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Pustaka Cidesindo, Jakarta. Riyadi dan Deddy Supriady Bratakusumah. 2004. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi Dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Satria, Arif. et.al., 2002. Menuju Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Cidesindo, Jakarta. Setya. 2007. Porsi Masyarakat di Perencanaan. Radar Lampung, Lampung. Soekartawi. 1990. Prinsip Dasar Perencanaan Pembangunan, Dengan Pokok Bahasan Khusus Perencanaan Pembangunan Daerah. CV.Rajawali, Jakarta Sutopo, HB. 2002. Metodologi PenelitianKualitatif (Tinjauan Teoritis dan Praktis). Editor: Masykuri Bakri. Lembaga Penelitian Universitas Islam Malang. VISIPRESS, Malang. Solihin, Akhrnad. et.al., 2005. Strategi Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Humaniora, Bandung. Sultoni. 2007. BanyakAspirasi dari Desa Tanpa BAP. Radar Lampung, Lampung. Suryono, Agus. 2001. Teori dan /su Pembangunan. UM-Press, Malang. Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung Syahroni. 2002. Pengertian Dasar dan Generik Tentang Perencanaan Pembangunan Daerah. German Technical Coorperation (GTC), Jakarta Syamsi, lbnu. 1986. Pokok-Pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemrograman dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional. CV.Rajawali, Jakarta.
227
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1995. Perencanaan Pembangunan. Cetakan ke tujuh belas. CV Haji Masagung, Jakarta. Wiryawan, B.,H.A.Susanto. 2001. Proses Penyusunan Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. Prosiding Lokakarya Hasil Pendokumentasian Kegiatan Proyek Pesisir, Bogor. Yuliati, Y dan Mangku Purnomo. 2002. Sosiologi Pedesaan. Humaniora, Bandung.
Publikasi Ilmiah (Jurnal) :
Budi .et.al., 2002. Analisa Penentuan Sektor Prioritas di Kelautan dan Perikanan Indonesia. Jumal Pesisir dan Lautan (Indonesian Journal of Coastal an Marine Resources) Vol.4, No.3. Fauzi, Ahmad dan Suzyanna. 2002. Evaluasi Status Keberlanjutan Pembangunan Perikanan:Aplikasi Pendekatan Rapfish. Jurnal Pesisir dan Lautan (Indonesian Journal of Coastal an Marine Resources) Vol.4, No.3 Hardjosoekarto, Soedarsono. 2002.Hubungan Pusat dan Daerah dalam Kerangka Kebijakan Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Jurnal Administrasi Negara, Vol.II, No.2, Maret 2002 (7-14). Islami, M. Irfan., 2004. Membangun Masyarakat Paritispat~f Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Vol. IV, No.2, Maret- Agustus 2004 ( 3- 9 ). Marwan, Syaukani. 2002. Konsepsi Kelembagaan dalam Mewujudkan Sektor Perikanan sebagai Prime Mover Perekonomian Nasional. Jurnal Pesisir dan Lautan (Indonesian Journal of Coastal an Marine Resources), Vol. 4, No.3. Nikijuluw. et.al., 2002. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Mangrove (Studi Kasus di Desa Karangsong. Kecamatan Indramayu. Kabupaten Indramayu. Propinsi Jawa Barat). Jurnal Pesisir dan Lautan (Indonesian Journal of Coastal an Marine Resources) Vol. 4, No.3. Purwati, Annisa, Ismani Hp, lrwan Noor. 2004. Partisipasi Politik dalam Pembangunan Desa. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Vol. IV, No. 2, Maret-Agustus 2004 ( 65-78 ). Resi, Adrianus, Ismani H.P. dan Soesilo Zauhar. 2005. lnteraksi Birokrasi Pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam Pembangunan. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Volume V Nomor l, FlA. Universitas Brawijaya, Malan g. Rofikoh, Nurul, 2006, Mewujudkan Good Local Governance Melalui Tramparansi dan Akuntabilitas Anggaran Publik, Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik, Vol 10 Nomor 1 , MAP UGM, Yogyakarta
228
Sjamsuddin, Sjamsiar. 2007. Good Governance di Indonesia. Jumal Ilmiah Administrasi Publik, Vol. VIII, No.2, Maret- Agustus 2007 ( 565-573 ). Tahir,
Amiruddin, et.al. 2002. Ana/isis Kesesuaian Lahan dan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Teluk Balikpapan. Jumal Pesisir dan Lautan (Indonesian Journal of Coastal an Marine Resources) Vol.4, No.3.
Tim Peneliti FIKB.2002. Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Jumal Forum Inovasi, Vol.3, Juni-Agustus 2002 (100-107).
Dokumen-dokumen :
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-Undang Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah Nomor 13 Talmn 2006 tentang Penjabaran Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Terpilih.