Petunjuk Teknis TATA LAKSANA PENGAMATAN AGRONOMI PADI DI KAWASAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO KABUPATEN ACEH BESAR
Hak Cipta @ 2015. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh
Alamat Penerbit Jl.P. Nyak Makam No.27, Lampineung – Banda Aceh 23125 Telp. : (0651) 7551811 Fax. : (0651) 7552077 E-mail :
[email protected] Website : nad.litbang.pertanian.go.id
Penyunting : Mehran Edited/Layout : Rachman Jaya /Irvandra Fatmal
Isi buku dapat disitasi dengan menyebutkan sumbernya Dicetak di Banda Aceh, Indonesia.
KATA PENGANTAR
Kegiatan pembangunan Taman Teknologi Pertanian (TTP) Kota Jantho merupakan salah satu wujud dari implementasi dari program Nawa Cita dari Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Yusuf Kalla. Secara nyata tujuan dari pembangunan TTP adalah meningkatkan pendapatan petani dan pelaku lain melalui
pembangunan
TTP,
karena
itu
pembangunan TTP berbasis kawasan. Dalam hal ini minimal mencakup 30 ha. Untuk kawasan TTP Kota Jantho, basis komoditas adalah padi sawah, hortikultura dan ternak (sapi). Untuk mempertegas kegiatan di lapangan, dalam hal ini tim TTP Kota Jantho (Balitbangtan) dibantu oleh petugas lapangan yaitu Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang umumnya berasal dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kota Jantho diperlukan petunjuk kegiatan dalam hal ini adalah petunjuk teknis, agar para petugas lapangan dapat menjalankan kegiatan sesuai dengan arahan yang terdapat pada buku petunjuk tersebut, sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Salah satu kegiatan yang harus dilakukan adalah melakukan Pengamatan Agronomi Padi terhadap mutu nasi yang dihasilkan dari 14 Varietas Unggul Baru (VUB) yang diitroduksi di kawasan TTP Kota Jantho. Tujuan dari Pengamatan Agronomi Padi ini agar pengembangan secara massal beberapa VUB sesuai dengan preferensi konsumen dari VUB tersebut, tidak hanya berdasarkan tingkat produktivitas, daya adaptasi terhadap lingkungan di kawasan TTP. Akhirnya semoga petunjuk teknis ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga penyuluh lapangan di TTP Kota Jantho, serta di daerah lain.
Banda Aceh, 21 September 2015 Kepala BPTP Aceh Ir. Basri AB, M.Si NIP. 19600811 198503 1 001
i
DAFTAR ISI Kata Pengantar .................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................ iii I. PENDAHULUAN .............................................................1 1.1.Latar Belakang ..............................................................1 1.2 Tujuan ..........................................................................3 II. PENGAMATAN KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL ...............................................................4 III. PENGAMATAN KARAKTER MUTU BERAS DAN NASI ................................................................5 3.1 Karakter Mutu Giling Beras ............................................5 3.2 Ukuran dan bentuk beras .............................................. 7 3.3 Butir kapur ....................................................................8 3.4 Kadar Amilosa ...............................................................9 3.5 Tekstur nasi dan aroma ............................................... 11 IV. TABULASI PENGAMATAN .......................................12
ii
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dua dari sembilan agenda prioritas pembangunan atau Nawa Cita pemerintahan Joko Widodo dan Yusuf Kalla tahun 2014-2019 adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing
di
pasar
internasional
(butir
keenam)
dan
akan
mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik (butir ketujuh). Pada tahun 2015 Kementerian Pertanian melalui Badan Penelitian dan Pengembagan Pertanian (Balitbangtan) menindaklanjuti agenda tersebut dalam program membangun 5 unit Taman Sain Pertanian (TSP) dan 16 unit Taman Teknologi Pertanian (TTP). Salah satu diantaranya adalah TTP Kota Jantho di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Dari 1.000 Ha lahan di Desa Terureubeh, 179 Ha merupakan sawah irigasi setengah teknis, 150 Ha areal perkebunan, 150 Ha areal tegalan dan padang gembala, dan 300
Ha
areal
pemukiman
termasuk
lahan
pekarangan.
Komoditas utama yang diusahakan adalah padi sawah, ternak sapi, kerbau, kakao, sayuran seperti cabai merah, cabai rawit, gambas, mentimun dan terung. Tahap awal kegiatan TTP Kota Jantho pada komoditas padi sawah adalah intervensi teknologi varietas unggul baru 1111
VUB yang dihasilkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) seperti Inpari 1, 6, 11, 19, 23, 30, 31 dan 32 serta Inpari Blast dan HDB. Dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) berupa varietas Sidenuk, sebagai pembanding ditanam juga varietas Ciherang yang umum ditanam petani di kawasan TTP Kota Jantho. Secara umum VUB padi sawah yang diintroduksi tumbuh dengan baik (Gambar 1). Dalam pelaksanaannya diperlukan petunjuk teknis (Juknis) bagi para pelaksana lapangan, dalam hal ini adalah tenaga teknis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh dan Penyuluh Pertanian lapangan (PPL) Kecamatan
Kota
Jantho
untuk
melakukan
pengamatan
parameter agronomi padi sawah.
Gambar 1. Beberapa VUB padi sawah yang diintroduksi di kawasan TTP Kota Jantho
2
1.2 Tujuan 1. Mengevaluasi karakter agronomi, hasil dan komponen hasil berbagai varietas unggul baru (VUB) introduksi di TTP Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar. 2. Memberikan peluang pada petani untuk memilih varietas padi sawah unggul dengan kriteria tertentu.
3
II. PENGAMATAN KARAKTER AGRONOMI DAN HASIL Karakter agronomi adalah penciri dari komoditas padi sawah yang telah diintroduksi di kawasan TTP Kota Jantho. Secara lengkap parameter yang diamati untuk karakter agronomi padi sawah disajikan pada Tabel 1. No. 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7. 8.
Parameter Keterangan amatan Umur Berbunga Jumlah hari sejak benih ditanam (hari setelah tanam) sampai jika 50% rumpun tanaman pada satu petakan sudah berbunga Umur panen (hari Jumlah hari sejak benih ditanam setelah semai) sampai jika + 90 % pertanaman dari satu galur atau varietas menunjukkan > 85 % gabah dalam malai telah menguning Tinggi tanaman Rata-rata tinggi tanaman dari 10 (cm) rumpun contoh. Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai ujung malai (cm) saat sebelum panen Jumlah anakan Rata-rata jumlah anakan dengan produktif malai dari 10 rumpun contoh yang (batang/rumpun) diukur pada saat sebelum panen Panjang malai (cm) Rata-rata panjang malai dari 3 malai 10 rumpun contoh yang diukur dari leher malai sampai ujung malai Jumlah gabah/malai Rata-rata jumlah gabah seluruhnya (butir) pada malai dari 3 malai 10 rumpun contoh Jumlah gabah isi Rata-rata jumlah gabah bernas pada per malai (butir) malai dari 3 malai 10 rumpun contoh Jumlah gabah Rata-rata jumlah gabah hampa pada 4
hampa per malai (butir) 9. Bobot gabah 1000 butir (g) 10. Hasil gabah kering bersih per petak ubinan (sebagai potensi varietas)
malai dari 3 malai 10 rumpun contoh
Bobot 1000 butir biji bernas pada kadar air (KA) 14% Panen semua malai dalam satu petak ubinan, dirontok dan dijemur dan dibersihkan (ditampi). Setelah itu ditimbang bobot kering dan kadar airnya-14%. Catatan: Rumpun sampel yang digunakan untuk pengukuran jumlah anakan s/d jumlah gabah per malai tidak diikutkan dalam penghitungan hasil gabah/petak ubinan. 11. Hasil real GKG per Hasil per hektar dari tiap varietas ha setelah dijemur dan diukur kadar airnya-14% (jangan lupa yang ubinan dimasukkan dalam penghitungan) Keterangan: Untuk nomor 3-9, Jika dilakukan 3 x ulangan maka diperoleh data 30 rumpun secara acak.
5
III. PENGAMATAN KARAKTER MUTU BERAS DAN NASI
3.1 Karakter mutu giling beras Sebanyak 500 gram sampel gabah digiling dengan mesin penggiling Taka Yama model MTH-35A menjadi beras pecah kulit yang kemudian dipolis menjadi beras putih dengan mesin penyosoh Taka Yama model TM-05. Setelah ditimbang, beras putih kemudian diayak untuk memisahkan beras pecah dengan beras kepala. Perhitungan rendemen beras kepala dilakukan terhadap 100 g beras giling hasil penyosohan. Beras kepala merupakan butir beras yang panjangnya 60-100% utuh. Beras kepala dipisahkan dari beras pecah dengan menggunakan rice grader dan kemudian ditimbang. Mutu giling ditentukan oleh persentase beras giling atau beras putih dan persentase beras kepala. Cara menghitung persentase beras pecah kulit, beras giling dan beras kepala adalah sebagai berikut: Rendemen beras pecah kulit (%) =
Bobot beras pecah kulit Bobot gabah yang digiling
100%
=
Bobot beras hasil giling Bobot gabah yang digiling
100%
Rendemen beras giling (%)
6
Rendemen beras kepala (%) =
Bobot beras kepala Bobot gabah yang digiling
100%
3.2 Ukuran dan bentuk beras Ukuran dan bentuk beras diukur dari 10 butir beras putih utuh dengan menggunakan alat pengukur “Dial Caliper”. Klasifikasi panjang dan bentuk beras mengikuti pedoman yang telah baku (IRRI, 1996) disajikan pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Klasifikasi panjang beras Skala
Golongan
Panjang (mm)
1
Ekstra panjang
2
Panjang (L)
6,61 – 7,50
3
Medium/Sedang
5,51 – 6,60
>7,50
(M) 4
Pendek (S)
< 5,50
Keterangan: L=long/panjang, M= medium, S= small/pendek
7
Tabel 3. Klasifikasi bentuk beras Skala
Bentuk
Rasio Panjang : Lebar
1
Ramping (S)
3
Medium/Sedang
> 3,0 2,1 – 3,0
(M) 5
Bulat (B)
1,2 – 2,0
Keterangan: S= slender/ramping, M= medium, B=bold/bulat 3.3 Butir kapur Ukuran besarnya partikel dalam butiran endosperm yang berwarna putih (butir kapur) memberikan nilai kebeningan beras. Penilaian pengapuran atau kebeningan beras dilakukan secara visual berdasarkan perkiraan persentase ukuran partikel endosperm
yang
mengapur
terhadap
ukuran
butiran
endosperm seluruhnya. Klasifikasi pengapuran dinilai dengan standar sistem evaluasi untuk padi (IRRI,1996), seperti dalam Tabel 4.
8
Tabel 4. Klasifikasi pengapuran beras Skala
Golongan
% Luas pengapuran
0
Bening (N)
0
1
Kecil (S)
<10
5
Medium (M)
11-20
9
Besar (L)
>20
Keterangan: N= nil, tidak tampak pengapuran; S= small; M= medium; L= large 3.4 Kadar amilosa Pengujian ini dilakukan di laboratorium dengan metode Iodine Calorimetry yang telah disederhanakan oleh Juliano (1971).
Prosedur
pengujiannya
mengikuti
metode
yang
digunakan Allidawati et al. (1989). Sebanyak 100 mg tepung beras putih ditimbang dengan teliti, dimasukkan dalam labu ukur berukuran 100 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan etanol 95% dan 9 ml natrium hidroksida 1 N. Larutan dipanaskan dalam pemanas air selama 10 menit. Setelah dikeluarkan dari pemanas air, larutan dibiarkan pada suhu kamar selama 1 jam, kemudian diencerkan dengan air destilasi sampai larutan menjadi 100 ml. Selanjutnya 5 ml larutan tersebut dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah 9
berisi 80 ml air destilasi. Ke dalamnya ditambahkan 1 ml asam asetat 1 N dan 2 ml larutan iodin 2% kemudian diencerkan dengan air destilasi sampai mencapai 100 ml. Larutan kemudian dikocok dan dibiarkan selama 20 menit sebelum diperiksa absorbannya dengan menggunakan alat Spectronik 20 dengan panjang gelombang 620 nm. Perhitungan kadar amilosa diperoleh dari kurva standar yang dibuat setiap kali analisa dilakukan. Untuk membuat larutan standar, digunakan 40 mg tepung kentang murni yang mengandung 100% amilosa. Tepung kentang ini dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 100 ml, ke dalamnya ditambahkan larutan etanol 95% dan larutan natrium hidroksida dan diencerkan dengan air destislasi seperti pada perlakuan sampel. Larutan ini kemudian dipipet sebanyak 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4ml, dan 5 ml secara duplo. Masing-masing larutan dimasukkan ke dalam labu ukur berukuran 100 ml yang telah berisi air sebanyak 80 ml. Dengan penambahan asam klorida 1 N, pH larutan dibuat menjadi 10,2. Kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan 2 ml larutan iodin 2% dan diencerkan selama 20 menit sebelum diperiksa absorbannya. Hasilnya dibuat kurva standar untuk perhitungan kadar amilosa sampel.
Kelas keragaan kadar amilosa (KA) beras menurut
Cruz dan Khush (2000) adalah sebagai berikut: Ketan (0-2 %
10
KA), sangat rendah (3-9 % KA), rendah (10-19% KA), sedang (20-25%), dan tinggi (>25%). 3.5 Tekstur nasi dan aroma Pengujian ini dilakukan dengan memasak 200 gram sampel beras putih dengan 300 ml air ditanak dengan penanak nasi selama 30 menit. Setelah nasi masak dan menjadi dingin, nasi tersebut ditempatkan ke dalam piring kecil. Nasi dari varietas
yang
diuji
dengan
Ciherang
sebagai
varietas
pembanding dan nasi standar untuk tekstur nasi pulen dan pera dibagikan kepada 15-20 orang panelis untuk uji tekstur nasi yang dapat digolongkan menjadi ketan, sangat pulen, pulen, sedang, dan pera. Rasa dapat hambar atau gurih. Di samping itu juga diuji adanya aroma dengan skor seperti dalam Tabel 5. Tabel 5. Klasifikasi aroma pada beras Skala
Golongan
1
Tidak ada aroma
3
Aroma sedang
5
Aroma tinggi
11
IV. TABULASI PENGAMATAN
Setelah
dilakukan
pengamatan
oleh
tim
pelaksana,
diperlukan panduan untuk melakukan tabulasi data agar memudahkan saat dilakukan analisis data. Secara lengkap tabulasi data komoditas padi sawah di kawasan TTP Kota Jantho disajikan pada Tabel 6 dan 7. Tabel 7. Mutu giling varietas padi di kawasan TTP Kota Jantho
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Ket.
Galur/ Varietas
Berat gabah (gr)
Beras pecah kulit ( gr)
Beras putih * (gr)
Rende men BG (%)
Rendem en Beras kepala (%)
Inpari 1 500 Inpari 6 500 Inpari 10 500 Inpari 16 500 Inpari 19 500 Inpari 23 500 Inpari 24 500 Inpari 30 500 Inpari 31 500 Inpari 32 500 Inpari Blas 500 Inpari 500 HDB Luzi 500 Ciherang 500 * Beras putih atau beras giling (BG); % Rendemen BG = Ratio berat beras putih dengan berat gabah; % BK = Ratio berat beras kepala dengan beras putih
12
Tabel 7. Kadar amilosa, mutu fisik dan hasil uji rasa nasi galurgalur harapan doubled-haploid padi di kawasan TTP Kota Jantho hasil kultur antera. No
Varietas
Kadar amilosa (%)
Uji rasa nasi Tekstur
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Rasa
Aroma
Alkali Skor
Kriteria
Mutu Fisik Beras
P
B
C
Inpari 1 Inpari 6 Inpari 10 Inpari 16 Inpari 19 Inpari 23 Inpari 24 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 32 Inpari Blas Inpari HDB Luzi Ciheran g
Keterangan: P=Panjang (L=Panjang, M=Sedang, S=Pendek); B= Bentuk (S=Ramping, M=Sedang, B=Bulat); C=Pengapuran (L=Besar, M=Sedang, S=Kecil); Alkali : I = Intermediete , L = Low, H= High, I/L = Intermediet/ low; Aroma: 1=kuat, 2= sedang, 3=sedikit, 4=tidak ada aroma.
13