1
PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PADA TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN KOTA JANTHO, PROVINSI ACEH MELALUI FOCUS GROUP DISCUSSION
Determining of Major Commodities in Kota Jantho Agro Techno Park, Aceh Province Using FOCUS GROUP DISCUSSION 1
Rachman Jaya, 2Karden Mulya, 3Nyak Ilham, 1Basri AB, 1Iskandar Mirza, 2Iswari Dewi, 2Asadi Boestami, 2Dodin Koswanudin,4Darwin Harahap, 1Husaini, 1Cut Hilda Rahmi, 5M. Amin 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh, Jl. Panglima. Nyak Makam No.27 Lampineung Banda Aceh. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Jl. Tentara Pelajar No.3A, Bogor Barat, Jawa Barat 16111. 3 Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Jl. Ahmad Yani No.70. Bogor 16161 - Jawa Barat. 4 Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Perahu 517, Lembang 40391 - Jawa Barat - Indonesia 5 Balai Penyuluhan Pertanian Kota Jantho, Jl. Trans Jantho-Teurebeh, Kab. Aceh Besar.
2
Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Pembangunan Taman Teknologi Pertanian merupakan salah satu wujud dari program nawacita pemerintah Indonesia yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Konsep dasar dari kegiatan ini adalah percepatan adopsi teknologi pertanian oleh pengguna dalam peningkatan pendapatan petani dan pelaku lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan komoditas unggulan yang akan dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho berbasis potensi lokal kawasan melalui beberapa tahapan fokus diskusi kelompok (FGD). Narasumber yang terlibat antara lain berasal dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Besar dan Pemerintah Provinsi Aceh. FGD dilakukan sebanyak 4 kali dengan materi identifikasi potensi komoditas pertanian unggulan sampai pada keputusan komoditas pertanian yang dikembangkan, termasuk juga potensi bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas pertanian unggulan yang akan dikembangkan di kawasan Taman Teknologi Pertanian adalah padi sawah, ternak (sapi) dan hortikultura, seperti Cabai merah, Cabai rawit, Mentimun dan Gambas, sedangkan potensi bisnis pada penyediaan benih padi berkualitas. Kata Kunci: Taman Teknologi Pertanian Kota Jantho, FGD, Komoditas Pertanian Unggulan. Abstract Developing of agro-techno park (ATP) was one of the manifests from nawacita program by Indonesia Government. Basically, It was acceleration of agricultural technology adoption by end-user to increase farmers and other actors income. The objective of this research was to determine major commodities which will be developed, in this case by locally potential area. The methodology was used by focus groups discussions (FGD). The experts were involved from Indonesian Agency for Agricultural Research and Development, University of Syiah Kuala Banda Aceh, Loca1l government of Aceh Besar District as well as Aceh Province. FGD 1
Disampaikan pada seminar Hasil Riset dan Standarisasi Industri V, Banda Aceh 11-12 November 2015. Balai Riset dan Standarisasi Industri Banda Aceh, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia.
were undertaken by 4 times with material discussion, namely potential identification of agricultural commodities to decision its will be developed in ATP area, including potential business. The result of study show that major commodities were paddy, livestock and horticulture likes chili pepper, hot pepper, cucumber and Angled Luffa, whereas business potential on certified of paddy seed. Key words: Kota Jantho Agro-techno park, FGD, Major Agriculture Commodities. PENDAHULUAN Latar Belakang Dua dari sembilan agenda prioritas pembangunan di Indonesia atau dikenal sebagai “Nawa Cita” pemerintahan Joko Widodo dan Yusuf Kalla tahun 2014-2019 adalah meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional (butir keenam) dan mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik (butir ketujuh). Data empiris menunjukkan adanya korelasi antara penguasaan teknologi dengan kemajuan perekonomian suatu negara. Salah satu contoh nyata adalah Tiongkok. Dalam kasus Indonesia, meskipun kinerja perekonomian Indonesia relatif baik, namun kontribusi teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi masih belum menggembirakan. Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada dua kendala yang menjadi tantangan utama, yaitu: (1) keterbatasan kapasitas investasi nasional di sektor industri hilir untuk mengolah bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi produk jadi, dan (2) belum siapnya teknologi nasional untuk menyokong tumbuh kembang industri hilir tersebut. Demikian juga yang terjadi di Provinsi Aceh. Pada konteks pertanian, sebenarnya inovasi yang dihasilkan secara oleh institusi pencetak teknologi seperti Balitbang Pertanian dan perguruan tinggi sudah cukup memadai. Balitbang Pertanian, melalui inovasi pertanian spesifik lokasi telah menghasilkan paket teknologi spesifik lokasi yang secara teknis telah sesuai dengan kebutuhan daerah yang dikaji. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa inovasi paket teknologi pertanian spesifik lokasi tersebut belum terlihat nyata pada tataran industry pertanian yang berorientasi profit, sehingga diperlukan wadah untuk menyatukan temuan inovasi tersebut dengan
pengguna
(entrepreneur),
sehingga
dapat
dirasakan
dampaknya
terhadap
perekonomian wilayah. Berdasarkan aspek kewilayahan, BPTP Aceh sebagai agen Balitbang Pertanian di Provinsi Aceh telah menghasilkan beberapa inovasi paket teknologi pertanian spesifik lokasi,
akan tetapi secara teknis dan bisnis paket teknologi belum secara nyata dapat dirasakan oleh pelaku karena belum memberikan manfaat ekonomi wilayah. Untuk itu diperlukan terobosan baru agar paket teknologi tersebut dapat dikembangkan dalam skala industry, melalui pengembangan Taman Teknologi Pertanian (TTP). TTP merupakan suatu kawasan berbasis industri pertanian yang dikembangkan berdasarkan inovasi-inovasi pertanian (Seonarso 2011) spesifik lokasi. ATP adalah kawasan Iptek yang dibangun untuk memfasilitasi percepatan alih teknologi yang dihasilkan oleh lembaga litbang pemerintah, perguruan tinggi dan swasta, sekaligus sebagai percontohan pertanian terpadu bersiklus biologi (Tatsuno, 1996; Bozzo et al. 2002; Vila dan Pages, 2008). Berkaca kepada kesuksesan beberapa negara lain dalam mengembangkan tekno-park, seperti Amerika Serikat dengan Sillicon Valley high-tech, Daejon di Korea Selatan, Zongguanchun Science Park di Cina, Andalusia techno-park di Spanyol dan Tsukaba science di Jepang serta Kampung tekno-park di Jepara (Raharjo, 2002). Akan tetapi umumnya TTP tersebut berbasis industri manufaktur, bukan berbasis komoditas pertanian. Dalam hal sangat diperlukan kajian pembangunan TTP berbasis pertanian. Dalam konteks Provinsi Aceh, Tentunya tidak salah jika Indonesia, dalam hal ini adalah Provinsi Aceh melalui Badan Litbang Pertanian yang di jalankan BPTP Aceh dapat mengembangkan Taman Teknologi Pertanian (TTP) berbasis inovasi-inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang telah dimiliki dengan bekerjasama dengan univeritas, pemerintah daerah dan industriawan lokal. Tujuan dari kajian ini adalah menentukan komoditas unggulan yang memiliki potensi untuk dikembangkan pada skala industri di kawasan TTP Kota Jantho. METODOLOGI Kerangka dan Tahapan penelitian Pendekatan yang akan digunakan dalam pembangunan TTP di Provinsi Aceh adalah pendekatan sistem (system approach) yang
berorientasi pada pencapaian tujuan
(efektivitas), holistik dan sibernatik (Wasson, 2006; Parnell et al. 2011). Justifikasi penggunaan pendekatan ini adalah muatan dari kegiatan TTP yang dikembangkan berbasis integrasi beberapa inovasi-inovasi pertanian komoditas spesifik lokasi Provinsi Aceh, serta multi-peran dari aktor yang terlibat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pembanguan TTP ini memiliki kompleksitas yang tinggi untuk pencapaian suatu tujuan.
Secara teknis, proses pembangunan TTP berbasis pendekatan sistem. Menurut Eriyatno (1998) dan Marimin (2009) dalam pendekatan sistem beberapa tahap yang harus dilakukan adalah identifikasi sistem yang dikaji, analisis kebutuhan, pemodelan sistem, uji coba (running), penyempurnaan model, verifikasi dan validasi model. Wujud dari masingmasing tahapan ini berupa diagram sebab-akibat (causal-loop diagram), input-output diagram, prototype model (diagram, fisik dan matematik). Untuk pencapaian tujuan dari kajian ini diperlukan suatu kerangka kerja logis (logical framework) yang secara teknis dapat menjelaskan masing-masing tahapan kerja dan tentunya berbasis metode yang sahih. Dalam kajian ini tujuan yang ingin dicapai adalah penentuan komoditas pertanian yang akan dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Tentunya adalah komoditas yang memikiki potensi dikembangkan skala industri (bisnis), baik produk segar maupun olahan sehingga memiliki nilai tambah bagi pelaku. Beberapa tahapan (Gambar 1) dalam penelitian ini mencakup identifikasi komoditas pertanian yang telah dikelola oleh petani setempat (existing commodities) sampai kepada ditentukannya komoditas unggulan yang berpotensi untuk dikembangkan pada skala industri. Dari teknis kajian, penggunaan metode focus group discussion (FGD) dengan justifikasi bahwa substansi kajian mengacu kepada komoditas pertanian yang secara fakta telah dilaksanakan oleh petani akan tetapi dalam dimensi yang berbeda. Dalam hal ini berorientasi bisnis (profit), sehingga diperlukan masukan yang komprehensif dari berbagai aktor termasuk juga pakar (experts). FGD atau diskusi kelompok terarah merupakan bentuk kegiatan pengumpulan data terhadap suatu substansi melalui diskusi (opini). FGD dilakukan bukan berdasarkan penyelesaian masalah akan tetapi bertumpu pada proses, sehingga keputusan yang diambil umumnya tidak bersifat optimal tetapi konsensus (Debus dan Novelli, 2007; Dancker et al. 2011). Informan Kunci FGD level petani Dalam kajian ini beberapa informan kunci dan pakar terlibat pada beberapa tahap FGD. Pada tahap pertama, informan kunci yang terlibat antara para petani yang berada di kawasan TTP Kota Jantho serta para penyuluh pertanian lapangan (PPL) di Kecamatan Kota
Jantho. Selain itu beberapa peneliti dan penyuluh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian juga terlibat pada kegiatan tersebut, seperti dari Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Bogor, Balai Besar Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Bogor, Balai Penelitian Tanah Bogor, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Provinsi Jawa Barat, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang Provinsi Jawa Barat dan Loka Penelitian Kambing Potong, Sungai Putih Provinsi Sumatera Utara. Mulai Data existing komoditas pertanian
Penentuan peserta (Focus Group Discussion)
Penyusunan materi dan kuesioner focus group discussion
PRA
Focus Group Discussion level petani
Dokumen komoditas
Focus Group Discussion level pemangku kepentingan I
Dokumen komoditas
Focus Group Discussion level pemangku kepentingan II
Sesuai
Komoditas utama di kawasan TTP Gambar 1. Tahapan kajian penentuan komoditas unggulan di kawasan TTP Kota Jantho FGD level pemangku kepentingan I Setelah melakukan FGD pada level petani, beberapa catatan penting dari kegiatan tersebut digunakan sebagai input pada FGD level pemangku kepentingan
tahap
(round-table ) I. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Bogor,
Balai Besar Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen) Bogor, Balai Penelitian Tanah Bogor, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi Provinsi Jawa Barat, Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang Provinsi Jawa Barat dan Loka Penelitian Kambing Potong, Sungai Putih Provinsi Sumatera Utara, Balai Penelitian Buah Tropika Solok, Provinsi Sumatera Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kab. Aceh Besar, Dinas Peternakan Kab. Aceh Besar, Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Kab. Aceh Besar, Dinas Perikanan Kab. Aceh Besar, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Aceh Besar, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Prov. Aceh, PLUT Prov. Aceh dan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. FGD level pemangku kepentingan II Ekstraksi hasil FGD tahap I, selanjutnya dikaji lebih mendalam pada FGD level pemangku kepentingan II. Informan kunci pada kegiatan ini tidak jauh berbeda dengan tahap sebelum, hanya ditambah oleh Badan Perencanaan Pembangunan Prov. Aceh. Pengumpulan Data Data yang digunakan pada kajian ini dielaborasi dari seluruh tahapan yang dilakukan. FGD level petani dilakukan di Aula Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, pada tanggal 10-11 April 2015. Hasil kegiatan dipresentasikan kepada Bupati Kab. Aceh. FGD level pemangku kepentingan I dilaksanakan di Aula BPTP Aceh, tanggal 21 Mei 2015, sedangkan tahap I dilaksanakan pada tempat yang sama pada tanggal 3 Juni 2015.
HASIL DAN PEMBAHASAN Secara teknis hasil FGD level petani pada dasarnya menggali potensi yang ada di kawasan TTP Kota Jantho, dalam hal ini spesifik pada Desa Teureubeh. Potensi kawasan menyangkut aspek bio-fisik lahan, komoditas pertanian yang diusahakan, pola tanam serta aspek teknologi yang diaplikasikan. Secara umum kondisi agroekosistem dataran rendah beriklim basah, topografi datar, bergelombang hingga berbukit-bukit (Gambar 1). Curah hujan tahunan 2.200 mm dengan jumlah bulan basah 4-6 bulan dan bulan kering 2-4 bulan. Sumber air dari sungai dan tersedia sepanjang tahun.
Gambar 1. Kontur Biofisik TTP Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar Berdasarkan FGD level petani didapatkan bahwa komoditas utama yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho adalah padi sawah, hortikultura spesifik kepada tanaman sayuran seperti Cabai Merah, Cabai Rawit, Gambas, Kacang Panjang dan Mentimun, peternakan (sapi). Fakta ini digali berdasarkan kesesuaian antara pola usaha tani yang telah diusahakan, kondisi bio-fisik, ketersediaan infrastuktur, pasar dan penguasaan teknologi.
Gittinger (2008) menyatakan bahwa dalam proyek-proyek berbasis komoditas
pertanian aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan infrastruktur seperti jaringan irigasi, demikian juga dengan ketersediaan pasar. Dalam pembangunan TTP Kota Jantho, aspek pasar menjadi sangat penting karena umumnya Kabupaten Aceh Besar merupakan wilayah penyangga (buffer-zone) bagi kawasan urban seperti Kota Banda Aceh. Pada FGD level pemangku kepentingan I dan II, didapatkan bahwa komoditas yang paling berpotensi untuk dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho adalah padi sawah dan peternakan (sapi). Dalam FDG terungkap bahwa, secara umum baik dari sisi kewilayahan dan kultural Kabupaten Aceh Besar merupakan pemasok utama produk pangan (beras) Provinsi Aceh. Pada tahun 2013 total produksi padi 158.997 ton (BPS Prov. Aceh, 2013), secara keseluruhan produksi ini menyumbang sekitar 10% dari total produksi padi Provinsi Aceh. Demikian juga dengan komoditas sapi, total populasi sapi dari kabupaten ini mencapai 79.000 ekor. Selain itu potensi pengembangan ternak sapi adalah bantaran Krueng (sungai) Aceh yang panjangnya 53 km yang dapat digunakan sebagai wilayah penggemukan Sapi Aceh. Di lain pihak, salah satu aspek penting dari pembangunan TTP Kota Jantho adalah
ketersediaan air. Dalam hal ini terungkap bahwa pada kawasan TTP Kota Jantho ketersediaan air sepanjang tahun yang berasal dari Krueng (sungai) Neng. Dari hasil FGD terungkap bahwa hal terpenting dari kegiatan TTP yang akan dilaksanakan adalah bagaimana meningkatkan produktivitas padi sawah yang ada, dari ratarata 4-5 ton/ha menjadi 6,5-7 ton/ha. Dalam hal ini terungkap beberapa tahapan selama tiga tahun dari tahun 2015-2017 (Tabel 1-3) yang dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan produktivitas dan potensi-potensi yang dapat dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho. Tabel 1. Intervensi Teknologi di TTP Kota Jantho tahun 2015 Bidang Tanaman Pangan
2015
Outcome
• Uji performa VUB Padi • Penguatan Penangkar Pengusaha • Penguatan GAP-PTT Padi
• Teradopsinya VUB padi pengganti ciherang 60% di Kawasan TTP • Peningkatan produktivitas padi ratarata dari 6 menjadi 6.5 ton/ha • Tersedianya benih padi dan kelembagaan produsen benih kabupaten • Memperpendek masa tanam I dan memanfaatkan MT III
• Penguatan budidaya jagung (feed dan food).
• Penggunaan VUB jagung komposit • Perluasan areal tanam di lahan tegalan dan MT III
Peternakan
• Introduksi pembuatan pupuk organik di kandang komunal sapi bibit kawasan • Introduksi teknologi usaha penggemukan sapi potong di TTP dengan pakan jerami olahan, rumput dan legume budidaya serta pengolahan pupuk organik • Penyediaan pejantan unggul • Kaderisasi vaksinator
• Tersedianya pupuk organik di kawasan TTP • Teradopsinya usaha penggemukan sapi potong menggunakan bahan pakan lokal di kawasan TTP • Menurunnya derajat inbreeding • Tersedianya tenaga vaksinator di kawasan TTP
Perkebunan
• Introduksi bibit unggul kopi dan kakao
Hortikultura
• Introduksi VUB mentimun, gambas, kacang panjang dan sayuran lain. • Introduksi teknologi budidaya jamur merang di TTP. • Introduksi buah naga dan pengembangan sirsak • Display vertikultur sayuran di TTP
Perikanan
• Introduksi budidaya lele di TTP • Pemanfaatan lahan pekarangan untuk budidaya lele • Introduksi sistem mina padi (nila dan mujair)
Kelembagaan
• Asosiasi penangkar benih
• Tersedianya bibit unggul kopi dan kakao • Meningkatnya luas tanam dan produksi di tegalan dan MT III • Teradopsinya teknologi budidaya jamur merang di kawasan • Teradopsinya teknologi buah naga dan berkembangnya usaha tanaman sirsak. • Teradopsinya teknologi vertikultur di kawasan TTP • Teradopsinya teknologi budidaya lele di kawasan TTP • Meningkatnya pemenuhan gizi keluarga • Teradopsinya teknologi mina padi di kawasan TTP • Penguatan sistem pemasaran
Tabel 2. Intervensi Teknologi di TTP Kota Jantho tahun 2016 Bidang Tanaman Pangan
2016 • Perluasan areal penangkaran benih padi • Penguatan Penangkar Pengusaha didukung gudang benih (L) • Penguatan GAP-PTT Padi (L)
Outcome yang
• Introduksi Alsintan jagung (mesin perontok)
• Peningkatan areal penangkaran untuk penyediaan benih padi di kawasan Kota Jantho • Tersedianya jagung pipilan
• Introduksi Teknologi Pasca Panen Jagung (oven, • Terbangunnya industri rumah tangga pressure cooker, sealer) untuk jagung pop corn Peternakan
• Penyediaan pejantan unggul di kawasan TTP • Menurunnya derajat inbreeding (pemda) • Tersedianya padang penggembalaan • Peningkatan mutu padang penggembalaan bermutu melalui introduksi rumput melalui introduksi rumput dan legume asal BPTU dan legume asal BPTU • Pengadaan dan penjualan sapi bakalan dan siap potong untuk unit bisnis TTP • Pendapatan unit bisnis TTP
Perkebunan Hortikultura
• Penangkaran bibit unggul kopi dan kakao TTP (L) • Pembangunan kebun bibit desa (KBD)
Perikanan
• Introduksi teknologi pakan lele di TTP
Kelembagaan
• Pembentukan pengusaha beras premium: • Adanya pengusaha beras premium aromatik (varietas), rendah Indeks Glikemik didukung oleh fasilitas penyediaan (pasca panen), dan/atau beras kepala (varietas) benih, teknologi pasca panen, pengepakan, pelabelan dan pemasaran (Agrimart)
di • Pendapatan unit bisnis TTP • Tersedianya benih/bibit sayuran • Teradopsinya teknologi kawasan TTP
pakan lele di
Ket: (L) adalah kegiatan lanjutan
Tabel 3. Intervensi Teknologi di TTP Kota Jantho tahun 2017 Bidang
2017
Outcome
Tanaman Pangan
• •
Usaha penangkaran benih padi (L) Penguatan GAP-PTT Padi (L)
• Penyediaan benih padi kawasan Kota Jantho (L)
Peternakan
•
Peningkatan mutu dan perluasan padang penggembalaan melalui introduksi rumput dan legume asal BPTU (L) Pengadaan dan penjualan sapi bakalan dan siap potong untuk unit bisnis TTP (L)
• Menurunnya derajat inbreeding • Tersedianya padang penggembalaan bermutu melalui introduksi rumput dan legume asal BPTU • Pendapatan unit bisnis TTP
Penangkaran bibit unggul kopi dan kakao di TTP (L) Pembangunan kebun bibit desa (KBD) (L)
• Pendapatan unit bisnis TTP
•
untuk
Perkebunan
•
Hortikultura
•
Perikanan
•
Introduksi teknologi pembuatan bakso lele di TTP
• Teradopsinya teknologi pembuatan bakso lele di kawasan TTP
Kelembagaan
•
Pembentukan pengusaha beras premium
• Adanya pengusaha beras premium didukung oleh fasilitas penyediaan benih, pasca panen, pengepakan, pelabelan dan pemasaran (Agrimart)
Ket: (L) adalah kegiatan lanjutan
• Tersedianya benih/bibit sayuran
Tabel 4. Potensi Unit Bisnis TTP Kota Jantho dari Kegiatan Intervensi Teknologi Unit Bisnis
2015
2016
1. Penyediaan benih padi (UPBS): Label ungu (ss)
•
Kebutuhan kawasan desa
2. Penyediaan premium
Satker Pemkab dan Agrimart
beras
• Kawasan Kota Jantho • Supermarket Banda Aceh dan Agrimart
2017 • Kawasan Kota Jantho (L) • Supermarket Banda Aceh dan Agrimart (L)
3. Ternak (sapi)
• Unit bisnis Sapi kurban di TTP
Unit bisnis Sapi kurban di TTP (L)
4. Bibit kopi dan kakao
• Unit bisnis kopi, kakao
Usaha bibit kopi, kakao (L)
5. Pupuk organik
• Unit bisnis pupuk organik
Unit bisnis organik (L)
pupuk
Ket: (L) lanjutan
Selain dari aspek komoditas, pada beberapa tahapan FGD yang telah dilaksanakan terungkap bahwa titik kritis yang harus di kawal oleh tim pelaksana TTP Kota Jantho adalah aspek kelembagaan yang nantinya akan menggelolla secara utuh TTP Kota Jantho tersebut secara berkelanjutan. KESIMPULAN Beberapa komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan TTP Kota Jantho adalah Padi Sawah. Untuk komoditas peternakan, yang paling menonjol untuk dikembangkan adalah ternak sapi, dilain pihak untuk menambah penghasilan petani, komoditas yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tanaman sayuran, seperti Cabai Merah, Cabai Rawit, Gambas, Kacang Panjang dan Mentimun. Berdasarkan aspek bisnis, penyediaan benih sumber padi bersertifikat merupakan yang paling berpotensi untuk dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA Bozzo U, Gibson DV, Sabatelli R, Smilor RW. 1999. Socio economic Development through Technology Transfer: Technopolis Novus Ortus. Biswas RR. 2004. Making a Technopolis in Hyderabad, India: The Role Of Government IT Policy. Technological Forecasting and Social Change, 71:823-835. Carayannis EG, Rogers EM, Kurihara EM, Allbritton MM. 1998. High-Technology Spin-Off from Government R&D Laboratories and Research Universities. Technovation in
Press. Debus M, Novelli P. 2007. Methodological Review Hand Books for Excellence in Focus Group Discussion. Academy for Educational Development Health Com, Washington. Dancker DL. Daamena, Terwela BW, Morsa ET, Reinerb DM, Schumann D, Anghel S, Et al. 2011. Scrutinizing the impact of CCS communication on opinion quality: Focus Group Discussions versus Information-Choice Questionnaires: Results from experimental research in six countries. Energy Procedia, 4: 6182–6187. Eriyatno. 1998. Ilmu Sistem: meningkatkan mutu dan efektifitas manajemen. Bogor: UIPBPress. FAO. 2009. Technology Parks, Incubation Centres, Centres of Excellence: Best Practices and Business Model Development in North and Southern Africa. Gittinger, J.P. 2008. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. UI-Press. Soenarso WH. 2011. Pengembangan Science and Technology Park Di Indonesia. Disampaikan pada Seminar Nasional Kebijakan Iptek dan Inovasi Tanggal 26 Juli 2011, PAPPIPTEK-LIPI. Parnell GS, Driscoll PJ, Henderson DL. 2011. Decision Making in System Engineering and Management. John Wiley and Son, Inc. New Jersey. Wasson CS. 2006. System analysis, design, and development concepts, principles, and practices. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey Oh DS. 1995. High-Technology and Regional Development Policy: An Evaluation of Korea’s Technopolis Programe. Habitat Int, 19 (3): 253-267. Raharjo B. 2002. Kerangka Technopark di Perguruan Tinggi: Sebuah Pemikiran dan Rangkuman. Pusat Penelitian Antar Universitas Bidang Mikroelektrika (PPAUME). Instutut Teknologi Bandung, Bandung. Raymond W, Smilor G, Kozmetsky dan Gibson G (eds). 1988a. Creating The Technopolis : Linking Technology Commercialization and Economic Development. Cambridge, Mass. Ballinger Publishing. Roberts EB, Malone DE. 1996. Policies and Structure for Spinning Off New Companies From Research and Development Organization. R and D, 26 (1): 17-48. Sheridan T. 1986. The Technopolis Strategy. Reading Mass : Addison-Wesley Publishing. Smilor RW, Gibson DV, Kozmetsky G. 1988. Creating The Technopolis: High-Technology Development in Austin Texas. Journal of Business Venturing, 4: 49-67. Steffensen M, Rogers EM, Speakmen K. 1999. Spin-Off from Research Centers at A Research University. Journal of Business Venturing, 15:93-111. Tatsuno S. 1986. The Technopolis Strategy. Reading, MA: Addison-Wesley Publishing Company. Vila PG, Pages PL. 2008. Science and technology parks. Creating new environments favourable to innovation. Paradigames, 0:141-149. Winkler J, Kuklinski CPJ-W, Moser R. Decision making in emerging market: The Delphi approach’s contribution to coping with uncertainty and equivocality