Tata Kelola Persalinan Aman Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
2014
KATA PENGANTAR Panduan Pendampingan ini ditujukan kepada para pihak yang tertarik lebih dalam bagaimana USAID-KINERJA mengimplementasikan dukungannya dalam peningkatan pelayanan publik di bidang kesehatan (Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif) dengan menguatkan tiga pilar governance yaitu pemerintah daerah, pemberi layanan (puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota), dan penerima layanan (masyarakat) yang tersebar di 24 kab/kota dari 5 provinsi di Indonesia. Hasil pendampingan di Papua akan disampaikan dalam seri lain. Panduan ini memberikan tatacara, materi, strategi, target group dari pembelajaran pengalaman USAID-KINERJA mulai dari awal masuk kesuatu daerah sampai membuahkan kemitraan yang kuat antara penerima layanan, pemberi layanan, dan Multi-Stakeholder Forum (MSF) sebagai wadah untuk melakukan fasilitasi, mediasi, advokasi dan monitoring Layanan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang mengarah kepada peningkatan pelayanan publikdengan mengacu pada pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) melalui Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). Tulisan ini memberikan inspirasi para pembaca tentang bagaimana USAID-KINERJA dengan memperhatikan keadilan gender dalam setiap tahap pendekatan dan aktivitasnya menghasilkan gerakan masyarakat lokal dengan semangat relawan dan diperkaya oleh berbagai inovasi dan insentif telah mampu memberikan model Janji Perbaikan Layanan Kesehatan dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. Tulisan ini final berkat kesabaran para personil KINERJA di Jakarta, daerah, serta LPSS, OMP, MSF dan hasil kerja keras mereka semua. USAID-KINERJA dan penulis mengucapkan penghargaan yang tak ternilai kepada seluruh pihak tersebut. Karenanya diharapkan pendekatan governance yang uniq dari USAID-KINERJA yang tertuang dalam Panduan Pendampingan ini akan memperkaya Penguatan Layanan Publik di Indonesia kedepan.
Jakarta, 25 Maret 2014
Elke Rapp
Dirjen BINKESMAS
Chief of Party USAID-KINERJA
Kementerian Kesehatan RI
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
1
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan keberhasilan USAID-KINERJA Hasil Capaian KINERJA Keberlanjutan Program Lingkup Buku ini Rekomendasi
BAB 1
Pendekatan KINERJA Pendekatan Umum Program KINERJA Inisiatif di Sektor Kesehatan Prinsip dalam Tata Kelola Persalinan Aman Prinsip KINERJA dalam Persalinan Aman
7 7 8 10 12
BAB 2
Tata Kelola Persalinan Aman Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif di Daerah Pengaturan Pekerjaan Penyusunan Rencana Kerja Proses Kerja Pelaksanaan Rencana Kerja Proses Perubahan dan Manfaat
14 16 18 19 19 20 23
BAB 3
Mengatasi Tantangan dan Mencapai Sukses Tantangan Cerita Sukses Replikasi dan Scaling up Daya Ungkit dalam Program KINERJA
26 26 28 30 31
BAB 4
Rekomendasi untuk Replikasi
32
Daftar Lampiran
2
1 2 3 3 4 5 5 5
Tata Kelola Persalinan Aman
38
www.kinerja.or.id
RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Tujuan dan Keberhasilan USAID-KINERJA
a) Secara umum Program KINERJA bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. Bekerja di 24 kabupaten/kota dari lima ratusan daerah di Indonesia, karenanya program ini dapat menjadi “praktik baik” untuk diadopsi dan diadaptasi di daerah lain di Indonesia. Dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan level nasional dan daerah yang berkepentingan memperkuat aspek governance di lembaga atau daerahnya masing-masing. Buku ini bagian dari “Seri Pembelajaran KINERJA” dalam penerapan tata kelola Persalinan Aman dengan penerapan prinsip, model penerapan governance dalam sektor kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak, serta rekomendasi kepada para pihak.
b) Di Sektor Kesehatan dalam Persalinan Aman Program KINERJA dirancang dengan mandat untuk membantu peningkatan layanan publik dinas kesehatan kabupaten/kota dan puskesmas pada daerah mitra KINERJA melalui penguatan tiga pilar tata kelola yaitu pemerintah daerah, pemberi layanan, dan penerima layanan. Pendekatan governance ini menjadi paradigma baru bagi tata kelola layanan publik, dari peran “penyedia jasa layanan” sebagai aktor tunggal dalam layanan kesehatan; bergeser menjadi lembaga pendorong yang memfasilitasi Masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan prioritas, alokasi sumberdaya, monitoring, mencari jalan keluar terhadap masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat untuk perbaikan kualitas layanan yang mengarah pada pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM). Pendekatan KINERJA membangun kepedulian bersama antara pemerintah daerah, layanan kesehatan, lintas sektor, akademisi, swasta, media lokal, dan multi-pihak yang mewakili unsur-unsur masyarakat.
KINERJA bekerja dengan prinsip (1) Memperkaya program pelayanan publik dengan konsep tata kelola yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi; dengan inovasi, model insentif, dan replikasi; (2) Menggunakan, mengadopsi dan memperkaya pola yang sudah teruji oleh Pemerintah Pusat, Kabupaten/Kota, Universitas, Mitra Pembangunan/donor lainnya; (3) Program dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit layanan mitra; (4) Untuk
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
3
keberlanjutan program, pelaksanaan dukungan dilakukan melalui pihak Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) serta Multi-Stakeholder Forum (MSF) dengan mengutamakan kapasitas lokal; (5) Sejalan dengan RPJMN, RPJMD, dan Rencana Strategis Sektor Daerah.
2. Hasil Capaian KINERJA
Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan kesehatan telah dilakukan pendampingan di 4 provinsi, melalui 19 Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan 61 puskesmas mitra. Sekitar 20 kabupaten dan kota sudah mempunyai peraturan bupati/walikota tentang Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang dibuat mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para pemangku kepentingan (Multi-Stakeholder Forum, MSF) dengan 61 MSF tingkat kecamatan.
61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan.
Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu hamil, dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP nasional. Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor seperti dinas pendikan dan departemen agama sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat. Ada juga 3 Dinas Kesehatan, dan puluhan Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena mendukung IMD dan ASI Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata.
Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan managemen pengaduan, dan terlibat dalam perencanaan, penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman (JAMPERSAL), Biaya Operasional Kesehatan (BOK), serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan pengawasan terhadap implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF turut melakukan advokasi kepada pemerintahan desa untuk mengalokasikan anggaran dana desa untuk kemitraan bidan dan dukun.
MSF terlibat dalam audit maternal tingkat kecamatan, menggerakkan masyarakat basis secara berkelompok dan individu untuk menjadi promotor dan motivator ANC dan persalinan di fasilitas
4
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
kesehatan dengan inovasi sumberdaya dan bahasa lokal sehingga mempercepat perubahan prilaku dan berkelanjutan. Partisipasi publik, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan jelas menjadi roh kegiatan KINERJA.
3. Keberlanjutan Program
Inisiatif yang sudah dilakukan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini, adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah dampingan KINERJA.
4. Lingkup Dokumen ini
Seri Pembelajaran ini terdiri atas 4 bab dengan ringkasan eksekutif memuat tentang tujuan dan keberhasilan KINERJA selama 2 tahun pendampingan. Bab 1 menampilkan pendekatan umum proyek, bentuk dukungan inisiatif di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola Persalinan Aman. Bab 2 menjelaskan pengalaman KINERJA dalam mendukung Tatakelola Persalinan Aman, tahapan dalam memulai inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan yang dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4 memuat rekomendasi kepada berbagai pihak untuk replikasi dan scaling up baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah mitra.
5. Rekomendasi
a) Kepada Pimpinan Daerah
Pendekatan governance KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan perbaikan layanan publik dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi kedalam program lainnya di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah, juga dapat di scaling up di semua layanan publik lainnya dengan memperjelas peran unit layanan, MSF, dan OMP, sedangkan fungsi LPSS dapat juga digantikan oleh manajemen tingkat 3 atau 4 dari sektor teknis bila pendanaan daerah terbatas.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
5
Seri pembelajaran ini membutuhkan hal-hal mendasar yaitu (1) komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan/sektor teknis, (2) waktu pendampingan untuk pembentukan dan pendampingan MSF sebaiknya 2 – 3 tahun, dan (3) untuk meningkatkan dinamika tata kelola pelayanan publik dibutuhkan inovasi kreatif untuk insentif dan sanksi bagi pemberi dan penerima layanan.
b) Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat marjinal dan rentan, perubahan pelayanan publik dengan penguatan tiga pilar governance melalui inovasi kebijakan lokal, pemberi layanan, dan penerima layanan terbukti cost effective. Adopsi dan adaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai pendekatan program dibidang lain menjadi pilihan yang terbukti “membuat perubahan positif” dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan. Salah satu kunci keberhasilan dari 2 tahun pendampingan tersebut terjadi karena dilakukannya penguatan personil OMP dengan pendekatan governance KINERJA diawal dan berkesinambungan selama proses pendampingan, yang dapat diperkuat oleh pihak universitas, lembaga diklat, dan Local Champion/STTA.
c) Kepada Lembaga Diklat Lembaga yang melakukan pelatihan (Diklat) serta universitas direkomendasikan untuk memasukkan pendekatan governance KINERJA ke dalam kurikulum Diklat dan atau materi pelatihan dengan perspektif jender yang kuat. Adopsi dan adaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang sesuai standar dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan menyeluruh.
6
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Program KINERJA USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis kepada 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan pada tahun 2012 mencakup Papua. Program USAID-KINERJA difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif. KINERJA menawarkan beberapa paket untuk ketiga sektor tersebut dengan pendekatan yang komprehensif untuk penguatan kapasitas dari sisi penyedia layanan dan pengguna layanan. Harapan KINERJA, pengalaman pemerintah daerah dalam reformasi komprehensif dalam satu-dua layanan publik akan menjadi contoh yang baik agar pemerintah daerah secara mandiri dapat melakukan reformasi komprehensif dalam layanan publik pada program dan sektor lain. KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya untuk mencapai good governance menjadi lebih cepat, berkelanjutan dan dapat direplikasi. Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal terkait dengan kebijakan, manajemen program, dan pemberian layanan. Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan dengan menggunakan STTA (short term technical assistant/tenaga tehnik spesialis jangka pendek) yaitu konsultan lokal yang dikontrak berdasarkan kebutuhan, berpengalaman dan mempunyai keahlian untuk melakukan pelatihan, pendampingan, on the job training bagi petugas kesehatan di level dinas kesehatan dan puskesmas, bahkan sampai pada pendampingan petugas di level masyarakat. Penguatan pada sisi penerima layanan dengan membangun kesadaran masyarakat (baik secara individu, berkelompok, maupun kelembagaan/forum) tentang haknya dan memberdayakan mereka agar turut berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi layanan mulai dari perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program/kegiatan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
7
KINERJA bekerjasama dengan organisasi yang mempunyai pengalaman, keahlian dan keterampilan melaksanakan bantuan teknis di kabupaten/kota, yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). KINERJA mengembangkan sistem dan menyusun program, kemudian OMP mendesain strategi untuk menterjemahkan program KINERJA sesuai kondisi lokal seperti bahan yang dipresentasikan disini. Para fasilitator OMP dilatih sebelum bekerjasama dengan pemerintah daerah agar mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP-KINERJA diharapkan akan menjadi mitra daerah setelah program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada daerah sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi. Seri Pembelajaran ini dan bahan lain terlampir dapat dipakai, diadopsi, dan diadaptasi oleh pemda dan OMP menjadi lebih berdaya guna. Bagi stakeholder lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang berbagai tahapan program/kegiatan yang membutuhkan keterlibatan dan dukungan para pihak sehingga dapat berperan aktif membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator.
Inisiatif di Sektor Kesehatan Dalam bidang kesehatan, USAID-KINERJA mendukung Kesehatan Ibu dan Anak sebagai prioritas utama kesehatan nasional jangka panjang dan jangka menengah melalui dua program yaitu (1) Persalinan Aman, dan (2) Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Kinerja melakukan penguatan terhadap Manajemen Puskesmas melalui pendampingan perencanaan puskesmas dengan sumber-sumber pendanaan yang tersedia seperti Biaya Operasional Kesehatan (BOK) dengan keterlibatan aktif MSF, sehingga menjadi perencanaan layanan kesehatan dasar yang partisipatif, akuntabel, responsif, dan transparan. Inovasi ini menjadi dasar bagi terselenggaranya program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang efektif dan efisien sesuai dengan Standard Pelayanan Minimal (SPM). MSF bidang kesehatan yang beranggotakan unsur-unsur jurnalis warga, media lokal, akademisi, dinas kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, lintas sektor, DPRD, tokoh masyarakat/agama/adat, dan masyarakat, dengan keberpihakan kuat terhadap suara perempuan dan kaum muda pada level kabupaten dan kecamatan/ puskesmas menjadi penyeimbang supply dan demand side dengan berperan aktif sebagai mediator, advokator, dan motivator.
8
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Pengembangan alat dan penerapan Survei Pengaduan dari penggunan layanan pada level puskesmas, yang ditindaklanjuti menjadi Janji Perbaikan Layanan oleh Puskesmas, dan disepakatinya Pengelolaan Penanganan Keluhan oleh MSF bersama puskesmas dan dinas kesehatan telah mampu menjadi penghubung yang dinamis antara supply dan demand side yang mengarah pada perbaikan kinerja layanan kesehatan yang berkelanjutan, dan secara sistematis berdampak pada meningkatkan cakupan program untuk mencapai SPM. Inovasi KINERJA dalam pengelolaan Persalinan Aman melalui (1) Penerapan SOP Ante-Natal Care (ANC/ pemeriksaan kehamilan), dan SOP Penanganan Persalinan yang sesuai standar nasional dan diterjemahkan ke dalam bahasa yang mudah dibaca dan dimengerti oleh penerima layanan; (2) Pembuatan dan penerapan SOP Alur Layanan Puskesmas sesuai fasilitas dan sumberdaya yang ada di puskesmas; (3) Inovasi kantung persalinan, agar bidan puskesmas mampu membuat dan menggunakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitas dan tanggap/siaga dalam menangani ANC, dan persiapan kegawat daruratan persalinan; dan (4) kemitraan bidan dan dukun, inovasi melalui MoU yang didasarkan atas partisipasi dan publikasi, kesetaraan, kejelasan peran dan tugas antara bidan dan dukun, serta insentif yang layak bagi dukun; dan (5) Perencanaan kegiatan dan sumberdaya puskesmas untuk mendukung persalinan aman bersama MSF. Kelima dukungan tersebut mengarahkan puskesmas lebih partisipatif, transparan, akuntabel, responsif, dan inovatif sehingga di beberapa daerah mitra KINERJA telah berkontribusi nyata meningkatkan cakupan ANC dan persalinan di petugas kesehatan; kesiapsiagaan persalinan oleh bidan; dan pemanfaatan data ANC untuk monitoring serta pemecahan masalah. KINERJA bersama OMP/ STTA lokal, dan dinas kesehatan kabupaten/kota melakukan penguatan sisi supply dengan menginisiasi pembuatan Alur Layanan, pelatihan dan pendampingan (on the job training) teknis SOP ANC dan SOP Penanganan Persalinan yang dibutuhkan oleh petugas kesehatan di puskesmas untuk peningkatan mutu layanan. Pada sisi demand, menginisiasi dan menambah jumlah kelas Ibu. Menginisiasi strategi promosi Persalinan Aman yang partisipatif, membangun kesadaran kritis masyarakat, dan inovatif dari level kabupaten/kota sampai level masyarakat. KINERJA mendukung OMP dan MSF menginisiasi pembuatan Peraturan Bupati/Walikota untuk mendukung tata kelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang mengatur tentang budaya institusi/layanan kesehatan yang ramah terhadap program tersebut. Berbagai model kampanye Persalinan Aman, dengan pengayaan muatan lokal daerah mitra bermunculan dari MSF, masyarakat, dan petugas kesehatan. Dukungan ini menghasilkan “local champion” yang dalam konteks ini adalah SDM lokal yang berfungsi sebagai agen
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
9
perubahan di sisi supply maupun demand sesuai bidang keahlian masing-masing, model insentif pada tingkat supply dan demand, serta strategi promosi yang bernuansa kekayaan lokal akan menjadi salah satu bentuk keberlanjutan program.
Prinsip dalam Tata Kelola Persalinan Aman 1. Secara umum Dukungan KINERJA untuk program persalinan aman sejalan dengan 4 strategi Kementerian Kesehatan dan World Health Organisation (WHO) untuk meningkatkan mutu pelayanan ANC dan Persalinan Aman, yang masih lemah di daerah mitra KINERJA. Strategi KINERJA adalah 1) Perbaikan akses dan perawatan yang berkualitas, melalui transparansi perencanaan dan pembiayaan puskesmas dengan melibatkan MSF sehingga perencanaan puskesmas berpihak pada kebutuhan pasien, serta layanan yang berbasis standar nasional; 2) Bidang-bidang di dinas kesehatan ikut terlibat aktif dalam promosi kesehatan ke puskesmas dan masyarakat, kemitraan bidan dan dukun, dan MSF merupakan perpaduan multi pihak; 3) Mendorong keterlibatan masyarakat, terutama perempuan, laki-laki/suami, dan remaja serta keluarga; dan 4) Meningkatkan pengawasan manajemen, memperbaiki sistem informasi, pemantauan dan pembiayaan, dengan adanya janji perbaikan layanan, keterlibatan MSF dalam audit maternal berkala tingkat kecamatan untuk penyelesaian masalah KIA di tingkat puskesmas kebawah, dan penguatan inovasi kantong persalinan. Dalam upaya peningkatan pelayanan puskesmas yang patisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif, KINERJA mengacu kepada prinsip-prinsip layanan publik yang baik, yaitu: •
KINERJA memberi dukungan kepada daerah mitranya untuk melaksanakan perbaikan layanan tertentu secara menyeluruh, mulai dari visi dan kebijakan sampai perencanaan dan penganggaran lengkap dan program pelaksanaan dan akuntabilitasnya kepada masyarakat
•
Memperkaya sisi demand dan supply dengan menerapkan aspek governance seperti peningkatan partisipasi dengan keterlibatan masyarakat melalui MSF dalam proses perencanaan puskesmas dan kegiatan promosi kesehatan di masyarakat; transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan melalui keterlibatan MSF dalam monitoring kegiatan lapangan, keterlibatan MSF dalam audit maternal perinatal, penempelan berbagai SOP di dinding puskesmas sehingga mudah dimengerti oleh pengguna layanan; dengan berbagai model inovasi dan berinsentif seperti motto gerakan, penghargaan bagi petugas yang berdedikasi atau sanksi bagi petugas yang kurang berdedikasi dalam bentuk teguran, pelatihan khusus,
10
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
sampai pada pencabutan izin praktek bagi petugas kesehatan yang sudah tidak mau berubah dan terus melakukan pelanggaran peraturan. •
Menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh pemerintah pusat, kabupaten/kota, universitas, serta mitra pembangunan/donor lain.
•
Program dilaksanakan melalui peningkatan kapasitas melalui pelatihan, pendampingan dan berbagi serta penyebarluasan informasi kepada unit layanan di daerah mitra.
•
Dalam mendorong keberlanjutan program, maka dilaksanakan melalui pihak ketiga yaitu OMP dengan mengutamakan sumberdaya/kapasitas lokal, supaya daerah mitra dapat bantuan fasilitasi setelah masa USAID-KINERJA selesai.
•
Pentingnya kesetaraan gender, dan tindakan khusus positif bagi kelompok marjinal (termasuk perempuan dan pemuda) untuk terlibat aktif dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai proses monitoring dan evaluasi.
Kinerja mendukung program yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana Strategis Sektor Daerah, serta mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan. Pada level nasional, KINERJA berkoordinasi dengan kementerian yang terkait: beberapa institusi seperti BAPPENAS, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, dan Direktorat Jenderal PUM. Tim Koordinasi/Advisori dibentuk berdasarkan kebutuhan, dengan melibatkan: Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri (Direktorat Jenderal PUM sebagai mitra utama untuk pengawasan pelaksanaan di daerah, DJ Otonomi Daerah sebagai mitra utama untuk monitoring dan evaluasi dampak, DJ Pembangunan Daerah, BAKD), Kementerian Pendidikan, Kementerian PAN&RB, UP4K, serta lainnya.
Pengalaman Kabupaten Bulukumba tahun 2011 – 2013 dalam perbaikan Management Puskesmas: • • • •
• • • •
Dimulai dengan identifikasi tanggapan pengguna layanan puskesmas atau Survei Pengaduan. Kemudian dibuat dan disepakati Janji Perbaikan Layanan Puskesmas Janji Layanan ditandatangani oleh wakil pengguna (MSF) dan kepala puskesmas dengan disaksikan oleh DPRD. Puskesmas mulai melakukan pembenahan-pembenahan, seperti layanan loket yang kurang memuaskan pasien, kemitraan bidan-dukun, kebersihan puskesmas dan toilet, serta tidak adanya ruang tunggu untuk pengantar. MSF membantu puskesmas untuk mencari jalan keluar dalam memenuhi Janji Perbaikan Layanan. Puskesmas Bonto Bangun bersedia melakukan 32 jenis perbaikan dari harapan masyarakat. Puskesmas Ujung Loe 18 jenis. MSF kemudian melakukan monitoring terhadap Janji Perbaikan Layanan tersebut. Perbaikan yang sudah dilakukan termasuk: klinik layanan, ketersediaan SOP layanan, pembenahan ruang loket, sudah membedakan antara pasien balita, orang tua jompo, dan darurat (diare) diutamakan dalam mendapatkan layanan pengobatan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
11
2. Persalinan Aman Dalam Persalinan Aman, KINERJA menjalankan prinsip di atas dengan memperkuat tiga pilar governance yang ditemukan lemah dan mempunyai daya lenting meningkatkan program yaitu: 1. Membangun komitmen pemerintah daerah dengan memfasilitasi tersedianya kebijakan lokal sebagai payung hukum daerah dan penyediaan anggaran bersumber APBD. 2. Penguatan supply side dengan membangun budaya organisasi, menyelenggarakan layanan yang sesuai standard dan SOP nasional. Keberadaan dan diterapkannya SOP Alur Layanan, dan SOP teknis ANC dan Persalinan menjadi indikator terlaksananya layanan yang berkualitas. SOP diterapkan untuk menjamin layanan diberikan sesuai standar baku, sebagai jaminan bagi masyarakat agar memperoleh pelayanan yang berkualitas dan berdampak pada meningkatnya kepuasan pasien. 3. Penguatan demand side melalui peningkatan pengetahuan dan partisipasi masyarakat dengan (a) mengadakan forum masyarakat dari unsur masyarakat yang mewakili semua pemangku kepentingan persalinan aman, yang disebut MSF, (b) dikembangkannya Manajemen Penanganan Pengaduan yang diawali dengan dilaksanakannya Survei Pengaduan Masyarakat, kemudian menyusun Janji Perbaikan Layanan (Service Charter) yang ditandatangi oleh kepala puskesmas, serta (c) tersedianya Unit Penyampaian Pengaduan di puskesmas. Proses ini menjadi bentuk komitmen, transparansi dan akuntabilitas pemberi layanan (puskesmas) kepada penerima layanan (masyarakat). 4. Dalam advokasi, KINERJA menggunakan MSF sebagai wadah terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor (pemerintah dan swasta), kelompok masyarakat, dan media lokal untuk memiliki kepedulian bersama terhadap isu-isu yang muncul dari Survei Pengaduan Masyarakat, serta melakukan monitoring/ pengawasan terhadap implementasi kebijakan lokal dan Janji Perbaikan Layanan. MSF juga melakukan advokasi agar pemerintah daerah menganggarkan dan menyediakan petugas kesehatan yang terampil sesuai SOP nasional dalam melakukan ANC dan menolong persalinan baik di fasilitas kesehatan maupun di rumah. 5. OMP sebagai mitra pelaksana KINERJA, sangat mendasar dan penting untuk menguasai konteks lokal, pendekatan governance KINERJA, dan perspektif gender yang berpihak terhadap kelompok rentan. Penguasaan teknis kesehatan diperkuat saat program berjalan.OMP bersama MSF juga melakukan promosi Persalinan Aman yang inovatif untuk membangun pemahaman dan kesadaran kritis masyarakat, sehingga mereka mau dan berani untuk meminta pelayanan ANC, pertolongan persalinan sesuai SOP, serta hak pembiayaan yang ditanggung oleh negara.
12
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
6. Pengadaan Kemitraan Bidan dan Dukun dapat menjadi sebuah strategi unggulan untuk meminimalisasi praktek budaya yang sudah mengakar di masyarakat dan berdampak pada kesakitan dan kematian ibu dan bayi. 7. Upaya di atas didukung oleh pembuatan Peraturan Bupati/Walikota tentang Persalinan Aman. Keunikan prinsip KINERJA tersebut layak menjadi hikmah pembelajaran yang cost effective karena berkontribusi nyata meningkatkan cakupan ANC (K1–K4) dan persalinan aman di banyak puskesmas mitra KINERJA. Rasionalisasi peningkatan cakupan tersebut akan berdampak langsung pada menurunnya kematian ibu dan bayi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
13
BAB 2 TATA KELOLA PERSALINAN AMAN Situasi yang Dihadapi di Daerah Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional dan daerah. Capaian indikator SPM kesehatan termasuk cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama (K1) dan kunjungan ke-empat (K4) untuk ANC, persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak daerah di Indonesia juga masih rendah. RISKESDAS (2010) melaporkan bahwa hanya 61,4% perempuan melakukan ANC dan hanya 82,4% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Cakupan pelayanan sangat bervariasi antar daerah di Indonesia, dan daerah pedesaan seperti kebanyakan daerah mitra KINERJA seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan. Menurut temuan KINERJA, banyak petugas kesehatan yang melakukan ANC dan penolong persalinan belum sesuai SOP teknis karena keterbatasan pengetahuan, sarana, dan alat yang belum memadai; bidan desa sering tidak berada di tempat; kompetensi bidan junior/baru masih rendah; poskesdes dan polindes belum dimanfaatkan dan sarananya masih terbatas; banyak puskesmas yang belum mempunyai ruang persalinan; kurangnya komunikasi antara bidan dan dukun; dan terbatasnya ahli spesialis teknis untuk memberikan bimbingan regular kepada petugas. Kondisi di atas berdampak pada angka cakupan K1 – K4 yang belum sesuai SPM. Tantangan utama yang dihadapi menuju persalinan aman adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya ANC, namun juga kurangnya akses layanan untuk ANC yang berkualitas. Demikian juga sebagian masyarakat tidak bersalin di fasilitas kesehatan dan oleh tenaga kesehatan (bidan) karena adanya anggapan bahwa bidan kurang berpengalaman, masih muda/junior, kurang terampil, dan kurang mampu berkomunikasi dalam bahasa lokal. Masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa layanan kesehatan tidak terjangkau karena jauh dan mahal; petugas kesehatan kurang perhatian terhadap keinginan pasien sehingga masyarakat cenderung ke dukun untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan; masih kentalnya mitos dan praktek budaya seperti kehamilan tidak boleh diketahui orang lain sampai usia 3 bulan, atau ibu harus duduk diatas tungku perapian selama 40 hari setelah persalinan; masih banyak dukun senior menangani persalinan; masih
14
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
rendahnya pengetahuan masyarakat terutama ibu akan hak-haknya dalam ANC; pasien tidak tahu kemana mengeluh; dan keinginan masyarakat dan kemampuan puskesmas belum pernah dibicarakan bersama. Hasil asesmen awal KINERJA ternyata Puskesmas belum menerapkan unsur partisipasi, tranparansi dan akuntabilitas kepada publik. Belum adanya budaya organisasi yang ramah ibu dan anak; di beberapa puskesmas, layanan KIA diberikan dalam ruang sempit atau ruang serba guna; dan belum terintegrasinya manajemen puskesmas sehingga anggaran yang tersedia kurang berdampak terhadap kualitas layanan puskesmas.
Pengalaman Kabupaten Bulukumba •
Pemerintah provinsi mengajukan surat minat kepada KINERJA.
•
KINERJA merespon dengan memberikan 5 kabupaten/kota yang akan mendapat dukungan.
•
Dilakukan serangkaian pertemuan formal dan informal untuk membangun pemahaman, hubungan, dan kepercayaan dari para pengambil keputusan di daerah.
•
Dilakukan workshop tingkat provinsi dengan peserta dari stakeholders provinsi dan 5 kab/kota terpilih untuk mensosialisasikan pendekatan dan 3 paket dukungan KINERJA kepada Bappeda, Sekda, DPRD (ketua dan komisi B dan E), Dinas Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi yang dihadiri oleh eselon 2, 3 dan 4. KINERJA diwakili oleh STTA dari Jakarta, koordinator provinsi (PC) dan LPSS dari kab/kota penerima bantuan. Diakhiri dengan penandatanganan MoU antara KINERJA dengan Bapak Bupati.
•
Pada workshop di provinsi, KINERJA meminta daerah untuk memilih 1 paket dukungan pada tahun pertama, kemudian dilanjutkan dengan paket lainnya pada tahun kedua.
•
Workshop di Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba memilih puskesmas yang ada di dataran tinggi, dan perkotaan dengan wilayah pantai menjadi dampingan Kinerja.
•
Fase implementasi dengan pendampingan kepada pemberi layanan tingkat dinas kesehatan dan puskesmas serta kelompok masyarakat dilakukan oleh OMP bersama LPSS,
•
Setelah dua tahun, MSF Bulukumba melakukan advokasi anggaran ke DPRD untuk peningkatan sarana di puskesmas seperti tempat berteduh pasien, ruang tunggu, kebersihan toilet serta fasilitas lain yang dibutuhkan dalam survei kepuasan pasien.
•
Bappeda kemudian mengundang MSF untuk terlibat dalam proses perencanaan di Musrembang Kecamatan berlanjut ke Musrembang Kabupaten sebagai wujud partisipasi masyarakat.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
15
Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif di Daerah 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders Saat KINERJA mulai di suatu provinsi, langkah pertama adalah konsultasi calon daerah mitra KINERJA dengan unsur pimpinan (eshelon 2 dan 3), yaitu ketua Bappeda, DPRD (Komisi Anggaran, Kesehatan dan Pendidikan), Dinas Kesehatan, dan Dinas Pendidikan. Output pertemuan kabupaten/kota memilih prioritas dari tiga sektor dukungan KINERJA yaitu Pendidikan, Kesehatan, dan Penguatan Iklim Usaha pada tahun pertama. Setelah terbangunnya komitmen pemerintah daerah, Pimpinan KINERJA bertemu dengan kepala daerah untuk membahas komitmen tersebut yang kemudian diatur dengan Penandatanganan Nota Kesepakatan (Memorandum of Understanding, MoU) antara kepala daerah dengan pimpinan KINERJA.
Untuk dukungan Persalinan Aman, KINERJA bekerjasama dengan tujuh OMP, yakni: Provinsi Aceh • IMPACT (Inspiration for Managing People Action) mendampingi Kota Banda Aceh dan Bener Meriah. • PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak) mendampingi Simeulue, Aceh Singkil, dan Aceh Tenggara. Provinsi Kalimantan Barat • PKBI Kalbar (Perkumpulan Keluarga Berencana Kalimantan Barat) mendampingi Kota Singkawang, Sambas, Melawi, Bengkayang, dan Sekadau. Provinsi Sulawesi • KOPEL (Komite Pemantau Legislatif Sulawesi Selatan) mendampingi Kota Makassar dan Kabupaten Bulukumba.
16
Tata Kelola Persalinan Aman
•
FIK ORNOP Sulsel (Forum Informasi dan Komunikasi LSM Sulawesi Selatan) mendampingi Luwu dan Luwu Utara.
Provinsi Jawa Timur • (PKBI) Jawa Timur mendampingi Bondowoso. • YAPIKMA (Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat) mendampingi Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Tulungagung, Jember, dan Bondowoso melanjutkan PKBI Jatim. • Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) melakukan penguatan untuk Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bondowoso.
www.kinerja.or.id
Berdasarkan MoU tersebut, KINERJA menugaskan seorang ahli layanan publik lokal (local public service specialist atau LPSS) di kantor pemerintah daerah (pemda). KINERJA mulai melakukan assesment Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang punya kapasitas governance dan juga berpengalaman dalam bidang kesehatan. Tahap berikutnya di daerah yang memilih bantuan KINERJA di bidang kesehatan, dilakukan Konsultasi Tingkat Kabupaten/Kota dengan metode Diskusi Kelompok Terarah (DKT) (atau Focus Group Discussion) sebagai bentuk transparansi dan partisipasi pendekatan KINERJA. Konsultasi dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Bappeda dengan peserta pemegang program Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Bidan, Kader Posyandu, Organisasi Masyarakat peduli kesehatan, Organisasi Profesi (Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia), Media, dan Tokoh Masyarakat (Kelompok Agama dan Adat) dengan perspektif jender. Output pertemuan ini diperolehnya (1) isu prioritas dalam Program KIA yang kemudian menjadi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif; (2) penentuan puskesmas yang akan menjadi dampingan mitra KINERJA sesuai kriteria yang disepakati yaitu puskesmas yang pelayanannya masih kurang, puskesmas terpencil, puskesmas yang sudah cukup bagus. Diskusi informal di kabupaten/kota dilakukan di luar diskusi formal bersama media (radio, media cetak), staf pemerintahan, DPRD, organisasi profesi untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi daerah mitra KINERJA selain data sekunder terkait sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari pemerintah daerah. KINERJA menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil konsultasi daerah. KINERJA menawarkan kegiatan kepada organnisasi lokal dengan proses terbuka melalui beberapa tahap. Pertama, KINERJA mengirimkan concept paper kepada organisasi yang telah teridentifikasi oleh KINERJA. KINERJA menyeleksi organisasi yang memenuhi kriteria. Selanjutnya KINERJA menawarkan proposal (request for assignment). KINERJA membentuk tim penyeleksi dan hasil seleksi itu terpilih organisasi mitra pelaksana (OMP). Seluruh OMP kesehatan merupakan organisasi lokal yang ada pada kotak sebelah kanan. LPSS dan OMP sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator, melakukan pendekatan persuasif secara simultan kepada DPRD, Bappeda, pengambil keputusan di Dinas Kesehatan, serta tokoh masyarakat, dan organisasi profesi untuk mendapatkan dukungan moril dan pembiayaan (budget sharing). Unsur ini kemudian menjadi cikal bakal MSF. Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program persalinan aman cukup sukses di banyak daerah mitra KINERJA bila ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, Unsur MSF, serta LPSS dan OMP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
17
2. Pengaturan Pekerjaan Tugas utama LPSS adalah mengkoordinir program, memfasilitasi OMP untuk dapat menjalankan fungsinya secara optimal dengan Dinas Kesehatan, MSF, dan pemerintah daerah. LPSS bersama OMP bertanggung jawab terhadap mutu capaian program. OMP bekerja penuh pada tingkat kabupaten, puskesmas, dan masyarakat dalam memfasilitasi pelatihan, lokakarya, dan pendampingan masyarakat terutama MSF. Salah satu kunci keberhasilan KINERJA adalah, karena KINERJA melakukan penguatan kapasitas OMP secara berkala, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Untuk penguatan supply side terkait teknis persalinan aman, KINERJA kemudian memberdayakan local champion dengan latar belakang kesehatan untuk mendukung kerja OMP di daerah. OMP dan Local Champion dibina KINERJA untuk menjadi SDM lokal yang memiliki kapasitas sebagai agen perubahan di daerah dalam bidangnya masing-masing, diharapkan akan menjadi mitra pendamping
Contoh kasus: Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil - Aceh Singkil. OMP bersama puskesmas mitra melakukan identifikasi angka persalinan oleh dukun. Dipilih desa yang paling tinggi angka persalinan oleh dukun untuk melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun. Membangun persepsi lintas sektor tentang pentingnya kemitraan melalui pertemuan yang melibatkan dinas kesehatan, perangkat desa, imam mukim (camat), puskesmas, LSM, media, tokoh masyarakat, kader desa, bidan, dan dukun. Penyusunan SK Kepala Desa Tentang Dukun yang akan bermitra. Desa memberikan insentif Kepada Dukun setiap bulan sebanyak Rp. 50.000 dari Sumber Anggaran Desa. Bidan memberikan insentif kepada dukun sebanyak Rp. 50.000 setiap persalinan yang ditolong secara bersama. Dilakukan evaluasi bulanan dan tahunan untuk melihat kendala, tantangan dan manfaat kemitraan dengan melibatkan lintas sektor dan MSF.
18
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi. Oleh karena itu Seri Pembelajaran ini menjadi penting sebagai panduan praktis pelaku yang berkepentingan kedepan. LPSS dan OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Kesehatan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian Daerah, dan lembaga-lembaga non-pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat Keputusan Bupati/Walikota, berperan mengawal kelancaran program KINERJA, advokasi anggaran, dan melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan.
3. Penyusunan Rencana Kerja Setelah MoU ditandatangi, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi kabupaten/kota. Tahap selanjutnya adalah Tim KINERJA yang terdiri atas STTA dan LPSS, melakukan kunjungan ke puskesmas calon dampingan untuk melakukan DKT bersama kepala puskesmas, bidan, kader posyandu, dan tokoh masyarakat. Diskusi ini bertujuan untuk (1) memperkenalkan program governance KINERJA, (2) melakukan penjajakan terhadap komitmen kepala puskesmas dan bidan koordinator, (3) memperoleh informasi langsung dari unit pemberi layanan tentang isu KIA, tantangan dan kendala dalam memberikan layanan KIA, serta (4) dukungan yang diharapkan dari KINERJA. Hasil pertemuan ini kemudian menjadi Usulan Rencana Kerja/Kegiatan paket Persalinan Aman. Tugas STTA di pusat memastikan usulan rencana kerja sejalan dengan RPJMD serta perencanaan dan penganggaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Proses Kerja 1. Peran Masing-masing Stakeholder LPSS membimbing dan memfasilitasi OMP untuk mulai melibatkan SKPD, organisasi profesi, universitas, pemerintah daerah, Bappeda, dan media lokal dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk membangun rasa memiliki terhadap program Persalinan Aman selanjutnya. Tahapan ini sangat penting sebagai titik awal untuk membangun peran para pihak seperti: Dinas Kesehatan kabupaten/kota (Program KIA dan Bina Kesehatan Masyarakat) mendukung sosialisasi Persalinan Aman, menyediakan dana pendamping serta narasumber untuk lokakarya, penguatan keterampilan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
19
bidan puskesmas dalam penanganan, konseling, pendampingan ANC, dan persalinan. Promosi ke masyarakat untuk membangun partisipasi dan kepedulian masyarakat. Unsur diatas kemudian berubah bentuk menjadi forum MSF yang berfungsi sebagai motivator, advokator, dan fasilitator bagi masyarakat, dinaskesehatan dan puskesmas, instansi pemerintah daerah lain yang terkait, sertakomisi DPRD yang terkait. MSF kemudian menjadi tim penyusun draf peraturan bupati/walikota tentang Persalinan Aman sampai konsultasi publik, dan monitoring pelaksanaan peraturan tersebut. DPRD berperan dalam memonitor pelaksanaan program KINERJA, di beberapa kabupaten/kota DPRD menjadi anggota atau ketua MSF, sebagai advokat kepada internal DPRD dan kepada pihak eksekutif (kepala daerah dan panitia anggaran) untuk memperlancar persetujuan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan Persalinan Aman. Pada daerah dimana bupati/walikota mempunyai komitmen yang lebih tinggi dari DPRD, justru kepala daerah yang melakukan advokasi kepada DPRD untuk mengalokasikan anggaran, seperti di Kabupaten Sambas, Bondowoso, Simeulue, Luwu Utara, dan Kota Probolinggo.
2. Pelaksanaan Rencana Kerja Program dukungan Persalinan Aman model KINERJA dilaksanakan melalui tahapan yang bervariasi sesuai kondisi daerah dan kekuatan daerah, namun secara umum mengikuti pola sebagai berikut: Persamaan persepsi dan membangun komitmen para pihak. Diawali dengan koordinasi dan komunikasi intensif antara LPSS, OMP, dan STTA KINERJA untuk persamaan persepsi tentang pendekatan governance. Dilanjutkan dengan melakukan inisiasi dan sosialisasi kepada lintas sektor, Bappeda, DPRD dan tokoh masyarakat tentang persalinan aman. Proses ini merupakan tahap penting yang bertujuan untuk membangun pemahaman, persepsi, dan kepedulian bersama untuk membangun komitmen awal dalam pelaksanaan program. •
Penguatan Puskesmas. OMP bersama dinas kesehatan melakukan sosialisasi program dukungan KINERJA kepada puskesmas terpilih sebagai calon mitra. Secara bertahap dilakukan penguatan perbaikan puskesmas mulai dari yang kurang daya sensitifitas terhadap personil dan secara nyata membantu kerja mereka. Untuk persalinan aman, banyak daerah memulai dengan inovasi kemitraan bidan dan dukun, dilanjutkan dengan revitalisasi kantong persalinan dan manfaatnya, menginisiasi berbagai strategi promosi Persalinan Aman di tingkat masyarakat, on the job training untuk penerapan SOP ANC dan pendampingan persalinan oleh STTA lokal, dan pembuatan Alur Layanan Puskesmas.
20
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Setelah LPSS, OMP, dan MSF mempunyai komunikasi yang intensif dengan puskesmas, barulah OMP mulai bicara tentang perencanaan puskesmas yang melibatkan MSF, penentuan prioritas dan anggaran sesuai kebutuhan masyarakat melalui keterwakilan MSF, dan keterlibatan MSF dalam audit maternal minilok puskesmas/kecamatan.
Ketika puskesmas sudah merasakan manfaat bermitra dengan OMP, MSF serta mengerti pendekatan governance KINERJA, baru usulan tentang survei pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan diterapkan (umumnya setelah 6 bulan pendampingan). Transparansi dana BOK, JAMPERSAL, Unit Pengaduan Keluhan masyarakat dilakukan atas kehendak puskesmas sendiri yang terbangun dari kesadaran kritis personilnya karena ingin menunjukkan bahwa mereka adalah puskesmas yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan inovatif. Hasil kegiatan ini baru mulai kelihatan setelah 1 tahun pendampingan. Minimalisasi konflik menjadi pilihan strategi KINERJA dalam beraktifitas.
•
Pembentukan MSF. OMP bersama dinas kesehatan dan puskesmas mitra melakukan pemetaan LSM, media lokal, serta tokoh kunci di masyarakat yangkemudian menjadi calon MSF kabupaten dan MSF kecamatan. Pendampingan lewat pertemuan rutin membicarakan peran dan fungsi MSF kepada unsurunsur masyarakat diatas sampai mereka sepakat membentuk MSF kabupaten dan kecamatan.
Formatur keanggotaan MSF kabupaten di beberapa daerah bervariasi, sebagian mengambil dari MSF kecamatan sehingga MSF kabupaten adalah unsur-unsur dari MSF kecamatan ditambah universitas dan lintas sektor, serta swasta. Namun dibeberapa daerah lainnya, MSF kabupaten tidak diwakilkan oleh MSF kecamatan. Pada model pertama, isu-isu yang muncul di tingkat desa dan kecamatan akan otomatis menjadi isu MSF kabupaten/kota, sedangkan pada pola kedua, OMP berperan memfasilitasi temuan MSF kecamatan sebagai bahan advokasi MSF kabupaten/kota.
Beberapa daerah seperti Kabupaten Bengkayang di Kalimantan Barat memilih untuk melegalkan MSF menjadi berbadan hukum. Pilihan ini kemudian memberikan kekuatan hukum bagi MSF dalam advokasi dan mendorong terlaksananya pelayanan Persalinan Aman yang sesuai SOP teknis nasional.
•
Penguatan MSF. OMP memfasilitasi pertemuan berkala peningkatan kapasitas MSF untuk berbagi pengalaman di masyarakat dan mencari pemecahan masalah bersama terhadap temuan dan persoalan di masyarakat. MSF memotivasi masyarakat untuk melakukan ANC dan persalinan di petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, dan memfasilitasi proses kemitraan bidan dan dukun dengan memperjuangkan partisipasi, kesetaraan, dan insentif yang layak bagi dukun. Beberapa Puskesmas juga melibatkan MSF dalam audit maternal (mini-lokakarya lintas sektor tingkat puskesmas/kecamatan) untuk menyelesaikan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
21
temuan di komunitas dalam forum lintas sektor serta tindak lanjut solusi dan rencana aksi bersama. Kegiatan ini merupakan ”on the job training” bagi MSF.
OMP bersama dengan MSF melakukan Survei Pengaduan Masyarakat. Hasil survei kemudian diolah menjadi Janji Perbaikan Layanan yang tertempel di dinding Puskesmas setelah ditandatangani oleh Puskesmas dengan disaksikan oleh MSF, kepala daerah, dan DPRD sebagai bentuk transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik.
•
Melakukan advokasi pentingnya payung hukum daerah. Hasil survei pengaduan juga menjadi bahan advokasi berbasis fakta yang dibutuhkan pengguna layanan kepada dinas kesehatan, dan pemerintah daerah. LPSS, OMP, MSF dengan promotor utama dinas kesehatan, bersama melakukan advokasi ke pemerintah daerah tentang pentingnya ketersediaan payung hukum daerah untuk persalinan aman. Secara partisipatif unsur tersebut terlibat mulai dari inisiasi, pembuatan draf peraturan, dan diskusi publik dengan melibatkan peran media cetak dan radio, sampai pada akhir. Banyak daerah belum mulai melibatkan universitas dan swasta dalam proses ini, sehingga perlu perbaikan ke depan.
•
Keberlanjutan MSF. MSF didampingi OMP mengintegrasikan perencanaan MSF ke dinas kesehatan dan puskesmas, bertujuan untuk terjaminnya keberlanjutan program yang melibatkan MSF. Salah satu strategi advokasi MSF adalah kunjungan ke unit layanan (Puskesmas) untuk berdiskusi dengan manajemen puskesmas. Dengan pendampingan intensif dari Dinas Kesehatan, MSF melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk ketersediaan payung hukum, dan anggaran pendukung dalam menjalankan peraturan bupati/walikota tentang persalinan aman.
•
Replikasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Pada akhir tahun pendampingan, OMP bersama LPSS melakukan sosialiasi hasil capaian pendampingan KINERJA kepada kepala daerah sebagai paparan kegiatan akhir pendampingan dengan tujuan untuk replikasi ke puskesmas lain di dalam daerah mitra. Daerah yang menyediakan dana APBD untuk replikasi Persalinan Aman seperti Kabupaten Bondowoso, Singkil, Sambas, Bener Meriah, dan Simeulue. OMP kemudian berperan melakukan pendampingan kepada dinas kesehatan dan pemerintah daerah untuk penentuan puskesmas replikasi praktek baik pendekatan KINERJA. Selain melakukan kegiatan terakhir sosialisasi peraturan bupati/walikota tentang persalinan aman kepada masyarakat dengan bantuan berbagai media lokal baik cetak maupun radio.
22
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Proses Perubahan dan Manfaat
Perubahan nyata dukungan KINERJA untuk paket Persalinan Aman dapat dilihat di beberapa Kabupaten seperti Sambas, Aceh Singkil, Bener Meriah, Luwu, Luwu Utara, Bondowoso, Probolinggo, dan Jember. Indikator perubahan yang dapat dilihat termasuk:
Dari sisi pemerintah daerah: Tersedianya Peraturan Bupati/Walikota tentang Persalinan Aman sebagai payung hukum yang disusun secara partisipatif dengan keterlibatan aktif MSF mulai dari inisiasi pembahasan draf, konsultasi publik, hingga final. Payung hukum tersebut mengikat tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan sesuai standar nasional. Dari sisi pengguna layanan, memberi ruang partisipasi masyarakat serta kewajiban untuk melakukan monitoring dan terlibat aktif meningkatkan mutu layanan kesehatan sebagai tanggung jawab bersama antara supply dan demand side.
Meningkatnya komitmen pemerintah daerah juga dilihat dari dukungan dana APBD untuk menunjang pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun, serta melakukan replikasi ke puskesmas di wilayahnya dengan jumlah yang bervariasi di masing-masing daerah. Di Bondowoso, pelantikan Ibu Bupati Bondowoso sebagai Ibu Pendamping Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif disebut UMMI PERSAMEDA. Ibu Bupati aktif mengkampanyekan gerakan Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif sampai ke tingkat desa di seluruh wilayah Bondowoso melalui forum pertemuan PKK. Hasil ini dapat dilihat setelah satu tahun pendampingan.
Dari sisi supply: Adanya SOP Alur Layanan yang transparan kepada pasien, sehingga pasien mengetahui jenis layanan yang tersedia di puskesmas, arah pemeriksaan dan pengobatan, dan waktu yang dibutuhkan untuk diberikan layanan tersebut.Adanya kesepakatan fungsi dan tugas dalam Kemitraan Bidan dan Dukun berazaskan partisipasi dan kesetaraan, serta insentif yang adil. Bidan berfungsi menolong teknis medis dan dukun berfungsi sebagai motivator dan promotor untuk ANC dan persalinan di petugas kesehatan, serta memberikan layanan ritual/budaya positif sehingga meningkatkan cakupan ANC dan persalinan oleh tenaga kesehatan. Bidan puskesmas yang memberikan pelayanan ANC dan pendampingan persalinan sesuai SOP meningkat secara kuantitas dan kualitas. Misalnya, di Kabupaten Bondowoso telah tersedia kotak kegawatdaruratan dalam penanganan persalinan dilengkapi dengan peralatan dan obat yang diperlukan.
Manfaat yang dirasakan bidan setelah menerapkan Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA, seperti di Puskesmas Singkil (Aceh Singkil), Puskesmas Semparok (Kabupaten Sambas), dan Puskesmas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
23
Singkawang Selatan (Singkawang), bidan sangat terbantu oleh dukun untuk berkomunikasi dengan masyarakat dalam bahasa daerah; bidan cepat mendapatkan informasi dari dukun tentang ibu yang baru hamil, karena budaya “tabu” memberitahukan usia kehamilan muda kepada orang lain; bidan cepat mendapatkan informasi dari dukun bila ada ibu yang mau melahirkan, misalnya pada malam hari; dan masyarakat yang dulunya enggan melahirkan ditolong tenaga kesehatan, kemudian beralih mengikuti anjuran dukun supaya melahirkan dengan bantuanpetugas kesehatan terutama fasilitas kesehatan.
Perubahan di atas berdampak pada perbaikan cakupan SPM. Di kabupaten tersebut di atas terjadi peningkatan cakupan ANC (K1-K4), persentase komplikasi kebidanan yang ditangani bidan, maupun persentase persalinan oleh tenaga kesehatan/fasilitas kesehatan. Meskipun beberapa daerah seperti Kabupaten Aceh Singkil menunjukkan penurunan pada hampir semua cakupan di atas setelah adanya pendampingan KINERJA, rasionalisasi data tersebut salah satunya karena adanya perbaikan dalam pencatatan dan pelaporan KIA. Persalinan di dukun telah menurun di kebanyakan desa atau wilayah puskesmas yang mempunyai kemitraan bidan dan dukun. Hal ini tercapai dalam 1 tahun pendampingan. Yang penting adalah tersedianya tenaga kesehatan lokal yang mampu, mau dan menguasai SOP nasional dalam Persalinan Aman.
Dari sisi penerima layanan: MSF kecamatan aktif berperan memonitor Janji Perbaikan Layanan, dan juga secara dinamis dan simultan bersama puskesmas melakukan promosi dan pendidikan kritis dengan istilah lokal kepada masyarakat yang menghasilkan strategi unik dan inovatif dari kelompok masyarakat untuk berperan aktif menolong sesama melakukan promosi supaya masyarakat memeriksakan kehamilan (ANC) dan melahirkan di fasilitas kesehatan. Beberapa MSF juga memasang baliho persalinan gratis di puskesmas dan beberapa lokasi strategis di jalan raya sebagai bentuk promosi dan transparansi puskesmas.
Para ulama/tokoh agama di Bondowoso, Jember, Sambas, dan Singkawang sudah mengintegrasikan materi persalinan aman kedalam khotbah mereka dan para ulama dan pendeta melakukan penyuluhan/ konseling pra-nikah kepada masyarakat. Para perias pengantin Kabupaten Probolinggo bangga karena mampu memberikan wejangan kepada para calon pengantin yang dirias untuk melaksanakan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di petugas kesehatan. Aktifnya Ummi Persameda (Duta Persalinan Aman) di tingkat kecamatan dan desa sebagai promotor tingkat komunitas. Radio lokal memberikan waktu tayang rutin untuk talk show terkait dengan Peralinan Aman di Tulungagung dan Kabupaten Probolinggo. Perubahan ini mulai tampak setelah pendampingan KINERJA – OMP selama 1 tahun.
Perubahan prilaku masyarakat mulai tampak di hampir semua puskesmas mitra. Terjadi perubahan paradigma dan prilaku masyarakat untuk ANC dan persalinan di petugas kesehatan, yang sebelumnya
24
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
masih tabu, enggan, dan dilarang menurut adat lokal. Kritik, usulan dan saran dari masyarakat bermunculan untuk menjawab kebutuhan layanan kesehatan masyarakat di hotline klinik Sambas. Ibu hamil menggunakan hotline klinik untuk meminta layanan emergensi dengan ambulan dan bidan untuk persiapan persalinan di fasilitas kesehatan. Sehingga puskesmas merespon dengan Kartu Emergensi Persalinan dengan menuangkan nomor telephone kepala puskesmas, bidan koordinator, bidan desa, kepala desa, serta MSF kecamatan sebagai kontak yang dapat dihubungi keluarga saat emergensi terjadi. Keterlibatan MSF dalam audit maternal perinatal tingkat kecamatan dirasakan sangat membantu dalam pemecahan masalah terhadap persoalan yang dihadapi Puskesmas seperti di kabupaten Simeulue, Singkil dan Sambas.
Di Sambas, manfaat dampingan KINERJA yang paling dirasakan adalah hasil kerja MSF bersama puskesmas dalam menyediakan Survei Pengaduan Layanan, Kemitraan Bidan dan Dukun, dan Mekanisme Pengaduan. Semua unsur governance paket KINERJA jelas terpampang dan berjalan di puskesmas Semparok. Alamat surat, SMS, dan telpon untuk pengaduan, serta respon paling lama akan diterima dalam 2 hari kerja bila pengirim memberikan alamat yang jelas.
Pengalaman di Kabupaten Sambas, Aceh Singkil, Kota Singkawang dan Probolinggo mereplikasi kemitraan bidan dan dukun, serta inovasi kantong persalinan untuk mendukung persalinan aman terus berjalan meskipun KINERJA sudah tidak melanjutkan bantuannya. Hal ini terjadi karena dorongan yang kuat dari OMP, LPSS dan MSF yang proaktif melakukan advokasi ke pemerintah daerah dan DPRD.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
25
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Dalam mendukung paket Persalinan Aman, selama dua tahun pendampingan KINERJA ditemukan tantangan yang bervariasi antar daerah dan level pemerintahan. Namun secara merata ditemukan adanya mitos, tabu, dan budaya yang menghambat Persalinan Aman dan masih cukup kuat diterapkan oleh masyarakat di daerah mitra KINERJA mulai dari Provinsi Jawa Timur sampai Sulawesi. Petugas kesehatan dari tingkat dinas kesehatan sampai bidan di desa mempunyai pemahaman dan keterampilan yang bervariasi tentang standard dan SOP untuk ANC dan pertolongan persalinan karena lemahnya penerapan standar dan SOP nasional. Ada beberapa contoh tantangan yang dihadapi oleh stakeholder.
Pada tingkat Pemerintah Daerah •
Belum tegas menerapkan peraturan bupati/walikota khususnya tentang insentif dan sanksi terhadap petugas yang tidak bekerja sesuai standard dan SOP nasional pada level pemberi layanan baik publik maupaun swasta di wilayahnya.
•
Belum optimal menyediakan fasilitas (alat, bahan) dan personil kesehatan yang mengerti dan terampil melakukan ANC dan penolong persalinan sesuai standard dan SOP nasional.
•
Advokasi anggaran seringkali tidak sesuai dengan siklus penganggaran berjalan.
•
Pergantian pimpinan daerah kemungkinan diikuti dengan mutasi personil dinas kesehatan, dan puskesmas sehingga hubungan kerja dimulai dari awal kembali.
Pada tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas •
Pada awal penerapan model KINERJA muncul kehawatiran petugas puskesmas dan dinas kesehatan bahwa program-program inovasi KINERJA akan menjadi tambahan beban kerja rutin puskesmas dan dinas kesehatan.
26
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
•
Adanya personil pada tingkat pengambil keputusan di dinas kesehatan dan puskesmas yang kurang memberikan daya dukung sehingga seringkali menjadi penghambat program.
•
Banyak petugas yang belum melakukan ANC dan penolong persalinan sesuai standar dan SOP teknis.
•
Miniloka puskesmas/kecamatan bersama lintas sektor dan MSF sering tidak terlaksana karena hambatan biaya.
Pada tingkat MSF, Masyarakat dan Pemberi Kerja •
Masih kentalnya budaya, mitos, tabu yang berdampak meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi seperti badapu di Aceh Singkil dan pamali periksa hamil pada trimester awal pada daerah Tapal Kuda, Jawa Timur.
•
Cukup banyak daerah yang masyarakatnya cenderung periksa kehamilan dan melahirkan di dukun dari pada petugas kesehatan dengan alasan lebih terjangkau transport dan biaya, nyaman karena komunikasi interpersonal yang baik, dan meyakinkan karena budaya.
•
Masih terbatasnya pengetahuan MSF tentang Persalinan Aman sementara mereka diharapkan berperan mengawal dan melakukan montoring/pengawasan terhadap Janji Layanan serta memberikan masukan terhadap keluhan masyarakat yang muncul.
•
Masih tingginya angka pernikahan dini (misalnya Bondowoso, Jember, dan daerah Tapal Kuda) akibat faktor kemiskinan dan budaya masyarakat.
•
Masyarakat masih lebih percaya kepada dukun, dan adanya kepercayaan bahwa pada awal kehamilan tidak boleh diperiksakan ke bidan/dokter.
•
Pertemun MSF rawan tidak berkesinambungan karena sebagian besar anggota MSF dari non-pemerintah masih mengharapkan dibayar dana tranportasi sementara puskesmas atau pemerintah kecamatan tidak memiliki dana untuk menggantikan biaya transport itu.
Pada level OMP •
Keterbatasan pengetahuan tentang pendekatan KINERJA dan teknis Persalinan Aman membatasi mereka dalam melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan MSF. KINERJA menjembatani dengan STTA lokal.
•
Daerah yang terpencil (berbatasan dengan sungai, gunung, laut) dan berjauhan antara satu puskesmas dengan yang lainnya berdampak rendahnya koordinasi dengan waktu proyek yang sangat pendek.
•
Pendekatan dengan pihak swasta pada tahun pertama masih dirasakan kurang.
•
Banyak OMP Kinerja tidak berasal dari mitra lokal (kabupaten/kota). Pada saat program KINERJA tutup maka OMP juga akan pindah ke tempat asalnya.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
27
Mengatasi Tantangan Tantangan yang dihadapi KINERJA menjadi praktek baik sebagai pembelajaran di awal bagi pengembang program governance berikutnya. Kendala teknis yang disampaikan di atas sudah banyak terobosan yang diambil oleh KINERJA, namun hambatan budaya masih membutuhkan waktu yang lebih lama.
Cerita Sukses Di bawah ini beberapa contoh cerita sukses dari hasil dampingan KINERJA. Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil, Aceh Singkil, Provinsi Aceh. •
Kemitraan dimulai bulan April 2012. Pada tahap pertama, kemitraan diterapkan di 2 desa, kemudian dikembangkan di 5 desa lainnya.
•
Pertolongan persalinan oleh dukun menurun menjadi 0% di wilayah Puskesmas Singkil. Tahun 2011 terdapat 18 persalinan yang ditolong dukun, menurun menjadi 8 persalinan pada tahun 2012, dan mencapai 0 pada tahun 2013.
•
Puskesmas Singkil akan melakukan scaling-up dengan melibatkan dukun secara aktif dalam promosi kesehatan di komunitas sebagai “Pelopor Kesehatan di Desa”.
•
Melakukan monitoring pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun setiap tiga bulan untuk melihat hasil dan kendala yang dihadapi.
•
Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil telah dicanangkan untuk direplikasi ke seluruh Kabupaten Aceh Singkil.
•
Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas.
•
Memberikan penghargaan kepada kemitraan bidan dan dukun terbaik.
Puskesmas Semparuk, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. •
Sebelum pendampingan KINERJA, Puskesmas Semparuk melakukan pelayanan rutin tanpa mempertimbangkan mutu layanan serta kenyamanan pasien yang datang ke Puskesmas. KINERJA mulai memperkenalkan hak masyarakat termasuk yang miskin dan tidak mampu menjadi tanggungjawab negara termasuk puskesmas.
•
Puskesmas Semparuk merasa perlu melakukan perubahan untuk merespon keinginan masyarakat terhadap layanan yang lebih baik untuk mencapai kepuasan pengguna layanan yang maksimal.
28
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
•
Keterbatasan membuat mereka berusaha menjalin kemitraan dengan semua pihak untuk mencapai pelayanan publik yang memuaskan sisi demand. Meskipun pada awalnya muncul berbagai ketakutan dan penolakan dari banyak staf puskesmas dengan alasan, seperti sulit menyamakan persepsi dan komitmen tentang perbaikan layanan dari sisi petugas dan masyarakat; kemitraan nantinya akan menambah beban kerja petugas dengan berbagai komitmen yang harus disepakati; adanya campur tangan pihak luar dalam pengelolaan dan pelayanan puskesmas; beban pimpinan puskesmas untuk menegakkan aturan dan SOP; serta disiplin pegawai yang sudah lama terabaikan.
•
Seiring dengan keinginan masyarakat yang difasilitasi OMP supaya puskesmas Semparuk berubah, pada tahun 2013 Kabupaten Sambas juga berubah dari layanan publik menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), yang berarti kewenangan Pengelolaan Puskesmas secara penuh dipegang pihak puskesmas. Perubahan ini sangat berpengaruh besar dalam perubahan Puskesmas Semparuk.
•
BLUD mempersyaratkan: citra pegawai yang baik, adanya staf yang berkembang pengetahuan dan ketampilannya, menerapkan standar SOP dan aturan, menghindari komplain masyarakat.
•
KINERJA mendukung perubahan di Puskesmas mulai dari memahami harapan dan keluhan masyarakat melalui Survei Pengaduan Masyarakat. Kemudian muncul indeks pengaduan masyarakat, dipecahkan melalui pertemuan kemitraan lintas sektor dan unsur-unsur masyarakat. Masalah internal puskesmas diselesaikan melalui pertemuan microplanning untuk kemudian menyusun rencana aksi.
•
Secara fisik, puskesmas nyata terjadi peningkatan transparansi, seperti pemasangan Alur Pelayanan Puskesmas, Waktu Tunggu Pelayanan, Janji Perbaikan Layanan, Cara Penyampaian Keluhan, Tarif Retribusi Layanan berdasarkan peraturan daerah terbaru, Standar Layanan, dan informasi JAMPERSAL, yang menjadi hiasan dinding yang dapat dilihat oleh pasien yang datang ke puskesmas. Klinik KIA dan ruang bermain anak berubah sesuai dengan permintaan masyarakat dalam janji layanan. Kemitraan Bidan dan Dukun telah mampu menurunkan pertolongan persalinan oleh dukun dari 77 persalinan tahun 2010 menjadi 0 pada tahun 2013.
•
Terjadi perubahan budaya organisasi, terbuka melakukan kemitraan dengan MSF yang kemudian menjadi jembatan antara puskesmas dengan keinginan masyarakat; petugas terbuka untuk menerima saran, kritik atau pengaduan; mendorong terbentuknya puskesmas Ramah Ibu dan Anak; lebih banyak menjalin jejaring untuk pemberdayaan masyarakat; dan terus berusaha memperbaiki mutu layanan melalui penerapan janji layanan untuk peningkatan kepuasan pengguna layanan. Pelayanan menjadi lebih cepat, murah, dan mudah. Lokakarya lintas sektor bersama MSF untuk pemecahan persoalan dilakukan secara berkala, Pos Kesehatan Desa, Posyandu, Muspika Kecamatan menjadi bagian aktif dari MSF kecamatan.
Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, untuk meminimalisasi pernikahan usia dini.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
29
•
Program kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah (murid dan tenaga pendidikan)
•
Melibatkan berbagai aktor dan institusi, dari pemerintah (dinas kesehatan, dinas pendidikan, Bappeda dan Pemberdayaan Perempuan), sampai masyarakat (tokoh agama, pemerhati pendidikan, orangtua murid, dan para ulama).
•
Dibentuk dan dilatihnya para guru yang tergabung dalam Paguyuban Guru Pendidik Kespro (PGPK) dengan aktifitas menjangkau 26 sekolah.
•
Tersedia dan berfungsinya Ustad terlatih untuk Promosi Kespro Remaja di pesantren
•
Komitmen untuk terintegrasi dalam APBD melalui layanan kesehatan peduli Ibu, Anak & Remaja
•
Media kampanye yang dibuat remaja: 7 video diary, 46 stiker dan poster, 35 artikel karya anak.
Replikasi dan Scaling up Replikasi Program Persalinan Aman dengan pendekatan model KINERJA telah direplikasi oleh beberapa instansi pemerintah dengan berbagai sumber pendanaan, termasuk: •
Kemitraan Bidan dan Dukun sudah direplikasi pada seluruh puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil dengan berbagai sumber pendanaan yaitu Dinas Kesehatan kabupaten, dana BOK, JAMPERSAL, OMP, dan Anggaran Dana Desa (ADD).
•
Kabupaten Sambas dengan menggunakan dana APBD telah mereplikasi seluruh paket kesehatan KINERJA dari 6 menjadi 13 puskesmas pada tahun 2013 dan akan dilanjutkan dengan 7 puskesmas lain baru pada tahun 2014.
•
Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil pada Januari 2014.
•
SOP ANC sudah diterapkan pada seluruh puskesmas di Singkil, Simeulue dan 2 puskesmas lainnya di Bener Meriah.
•
Survei pengaduan sudah direplikasi pada semua puskesmas di Kota Probolinggo.
Sampai akhir tahun 2013 ketikalaporan ini dibuat, belum ditemukan adanya model scaling up baik di wilayah mitra KINERJA maupun di luar wilayah mitra.
30
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Daya Ungkit dalam Program KINERJA Faktor pendorong suksesnya program Persalinan Aman bervariasi di setiap daerah. Kesamaannya pada faktor kepemimpinan yang kuat dari pimpinan daerah dan sektor teknis, serta peran aktif agen perubahan dalam wujud kepala bidang atau kepala seksi KIA, kepala puskesmas, LPSS, OMP, serta unsur-unsur dalam MSF. Ketika kelima unsur tersebut menunjukkan komitmen yang tinggi dan mempunyai pemahaman kritis tentang pendekatan model KINERJA, maka program dijamin akan memperlihatkan hasil dalam waktu singkat (1 sampai 2 tahun). Khusus untuk Kemitraan Bidan dan Dukun, kunci keberhasilan sangat bergantung pada komitmen kepala desa, kepala puskesmas, bidan koordinator di puskesmas, dan MSF kecamatan dengan inisiasi kuat dari OMP. Pengungkit di Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Sambas, Aceh Singkil, Bener Meriah, Simeulue, dan Kota Singkawang pada awalnya adalah sosok LPSS dan OMP yang menguasai pendekatan KINERJA dan punya komitmen tinggi melakukan perubahan, dan berpadu dengan kepemimpinan kepala daerah atau sekretaris daerah yang memang menginginkan perubahan positif. Di Dinas Kesehatan, level eselon 2 dan 3 mempunyai pemahaman yang kuat tentang program dan menginisiasi perubahan, siap bertemu dengan komitmen dan proaktif dari LPSS dan OMP, dan mampu menggerakkan MSF menjadi agen perubahan yang melakukan advocacy terus menerus kepada DPRD dan pemerintah daerah. Kabupaten Bengkayang punya anak muda dari media lokal, bersama DPRD yang kebetulan menjadi ketua Masyarakat Adat Dayak dan ketua MSF, didukung oleh tim yang kuat dari LPSS bersama OMP yang sudah berpengalaman di Kota Singkawang.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
31
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Tantangan Pengalaman KINERJA selama 2 tahun memberikan rekomendasi hasil terobosan yang sebagian telah dilakukan menghadapi tantangan yang disampaikan dalam Bab sebelumnya.
Rekomendasi untuk Pemerintah Komitmen Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan daerah yang dituangkan dalam bentuk tersedianya payung hukum daerah, dukungan pendanaan, memelihara local champion dan SDM yang sudah terlatih pada tempat yang sesuai.
Membangun Partisipasi Masyarakat Menyediakan sumberdaya lokal untuk terbentuk dan berperannya model MSF dan Pengelolaan Manajemen Puskesmas yang bertata kelola baik dengan mewujudkan partisipasi aktif sisi demand, dan transparansi serta akuntabilitas sisi supply yang akan berdampak pada capaian SPM dan peningkatan kinerja layanan kesehatan (publik). Mempertahankan keterlibatan MSF untuk berperan aktif membantu unit pemberi layanan sebagai mediator, advokator, motivator, dan penyelesai masalah dengan dukungan sumber daya lokal. Meningkatkan peran universitas dan pihak swasta mulai dari proses perencanaan program sampai pada monitoring dan evaluasi kegiatan.
Monitoring dan Pengawasan Personal dan Komunal Melakukan monitoring dan pengawasan supaya peraturan daerah dijalankan dengan semestinya melalui peran aktif SKPD terkait bersama MSF.
32
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Materi dan Alat Pembelajaran Puskesmas Mendukung dinas kesehatan/sektor teknis untuk mengadopsi dan mengadaptasi Puskesmas (unit layanan) model KINERJA dengan bantuan alat dan bahan dari pembelajaran KINERJA serta bimbingan dari LPSS, OMP, dinas kesehatan dan puskesmas mitra KINERJA secara bertahap sesuai kemampuan daerah. Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA dapat direplikasi ke wilayah lain karena telah terbukti meningkatkan cakupan ANC dan persalinan oleh dan di fasilitas kesehatan untuk mencapai SPM Kesehatan.
Tenaga Kesehatan DPRD, Pemerintah Daerah, dan MSF perlu mendukung dinas kesehatan untuk menyiapkan tenaga kesehatan yang inovatif dengan pengetahuan dan keterampilan yang sesuai standard dan SOP nasional serta membudayakan penerapan berbagai model Insentif dan Sanksi untuk layanan publik.
Hubungan dengan Penyedia Layanan Swasta Koordinasi dan monitoring Dinas Kesehatan kepada penyedia layanan kesehatan swasta (rumah sakit daerah dan klinik bersalin) dipersyaratkan untuk diperkuat.
Insentif dan Sanksi Dibutuhkan inovasi kreatif untuk Insentif dan Sanksi bagi pemberi dan penerima layanan.
Melindungi Menjadi pelindung bagi organisasi dan petugas yang menerapkan larangan serta sanksi berkaitan pelaksanaan payung hukum daerah.
Motivasi Kepada Penyedia Mendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan dukungan tempat pemberian ASI beserta konselornya di tempat kerja dan fasilitas umum.
Motivasi Kepada Media Mendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan pengawas independen dan pendukung gerakan Persalinan Aman dan perbaikan layanan publik di daerah seperti advokasi untuk Puskesmas Bengkayang di media Kalimantan Barat.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
33
Motivasi Kepada Masyarakat Secara simultan mengembangkan model insentif kepada peran serta masyarakat dalam MSF sehingga membuka ruang partisipasi, kontrol, dan partnership masyarakat yang berkelanjutan.
Pengarusutamaan Gender Kesetaraan gender dan suara kelompok rentan dalam program krusial penting, sehingga KIA khususnya Persalinan Aman menjadi tanggung jawab semua pihak.
Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana Kepada OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik yang berpihak kepada masyarakat marginal, rekomendasi di bawah ini akan mempercepat dan memperkaya gerakan komunitas: •
Perubahan pelayanan publik dengan penguatan tiga pilar governance melalui inovasi kebijakan lokal, pemberi layanan, dan penerima layanan terbukti cost effective, dan berkelanjutan sehingga layak diadopsi dan diadaptasi dengan material/alat yang sudah ada.
• Unsur-unsur governance seperti partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan keberlanjutan program dengan pengembangan model inovasi, insentif, dan sanksi perlu tertuang jelas dalam desain dan implementasi program. •
Dibutuhkan penguatan personil OMP dengan pendekatan governance KINERJA dalam management puskesmas dari sisi suplai dan gerakan masyarakat dari sisi supply agar terjadi peningkatan kualitas pelayanan dan pengarusutamaan gender dalam semua aspek perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kegiatan/program kesehatan.
•
Memastikan keterlibatan yang proporsional antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan program kesehatan, menyediakan pelatihan yang ditargetkan untuk perempuan, dan juga laki-laki untuk meningkatkan peran serta mereka dalam KIA sebagai bentuk pengarusutamaan gender.
•
Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA dapat menjadi strategi unggulan untuk meminimalisasi prilaku dari pemahaman budaya yang melemahkan promosi kesehatan dan berdampak pada peningkatan persalinan pada tenaga kesehatan terlatih yang dapat menurunkan kesakitan dan kematian ibu serta anak.
•
Identifikasi terhadap local champion pada tingkatan Middle Management (eselon 3 – 4) di SKPD teknis sangat penting untuk menggantikan peran Local Public Service Specialist (LPSS) yang ditugaskan di daerah mitra KINERJA.
•
Pendampingan, pelatihan dan pengawasan terhadap pelaksanaan standard dan SOP nasional sangat dibutuhkan oleh SKPD teknis.
34
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
•
Penting untuk menyesuaikan waktu pendampingan dengan siklus perencanaan dan penganggaran di kabupaten/kota.
•
Memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat
•
Mengadopsi dan mengadaptasi material, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai pendekatan program di bidang lain menjadi pilihan yang terbukti membuat perubahan positif dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan.
•
Meningkatkan peran universitas dan perusahaan/swasta mulai dari tahap perencanaan sampai monitoring dan evaluasi.
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat dan Universitas Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat), baik pemerintah maupun non-pemerintah, mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program tata kelola persalinan aman. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat: •
Memasukkan pendekatan governance KINERJA kedalam kurikulum Diklat
•
Mengadopsi dan mengadaptasi material, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA ke dalam bahan ajar Diklat yang sudah ada sebagai inovasi Diklat.
•
Kepada Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan yang sesuai standar dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan menyeluruh.
•
Mengadakan kemitraan bidan dan dukun sebagai strategi unggulan untuk meminimalisasi prilaku dari pemahaman budaya yang melemahkan promosi kesehatan dan berdampak pada tingginya kesakitan dan kematian.
•
Memperkuat materi dan strategi program dengan menjamin kualitas dan kesetaraan gender dalam semua aspek perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi kegiatan/program kesehatan.
•
Memastikan keterlibatan yang seimbang antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan program KIA menjadi tanggungjawab bersama, seperti menyediakan Kelas Bapak.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
35
LAMPIRAN
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
37
DAFTAR LAMPIRAN
Uraian Substansi
42
Pokok Bahasan Sasaran dan Strategi Kegiatan Tujuan Materi
42 44 44 46
MODUL I
Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman • Deskripsi Modul • Sasaran Pengguna • Tujuan Pembelajaran • Pokok Bahasan • Metode • Alat dan Bahan • Waktu • Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan • Uraian Substansi • Contoh Praktek Baik • Contoh Bahan Presentasi
50 50 50 50 51 51 51 51 52 53 62 64
MODUL 2
Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA
70
•
Deskripsi Modul
70
•
Sasaran Pengguna
71
•
Tujuan pembelajaran
71
LAMPIRAN A
38
• Pokok bahasan
72
• Metode
72
•
Alat dan bahan
72
•
Waktu
72
•
Proses fasilitasi Kegiatan Pelatihan
73
•
Uraian Subtansi
75
• Panduan Pelaksanaan
84
•
87
Contoh Bahan Presentasi
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
MODUL 3
MODUL 4
MODUL 5
www.kinerja.or.id
Kemitraan Bidan dan Dukun untuk Mendukung Program Persalinan Aman
92
•
Tujuan
92
•
Sasaran Pengguna
92
•
Tujuan Pembelajaran
93
•
Pokok Bahasan
93
•
Metode
94
•
Alat dan Bahan
94
•
Waktu
94
•
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
94
•
Uraian Substansi
96
•
Contoh Praktek Baik
104
•
Contoh Bahan Presentasi
105
Kantung Persalinan untuk Mendukung Program Persalinan Aman
108
•
Tujuan
108
•
Sasaran Pengguna
108
•
Tujuan Pembelajaran
109
•
Pokok Bahasan
109
•
Metode
109
•
Alat dan Bahan
109
•
Waktu
110
•
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
110
•
Uraian Substansi
111
•
Panduan Pelaksanaan
117
•
Contoh Praktek Baik
120
•
Contoh Bahan Presentasi
121
Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)
126
•
Tujuan
126
•
Sasaran Pengguna
126
•
Tujuan Pembelajaran
126
Tata Kelola Persalinan Aman
39
MODUL 6
MODUL 7
40
•
Pokok Bahasan
127
•
Metode
127
•
Alat dan Bahan
128
•
Waktu
128
•
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
128
•
Uraian Substansi
130
•
Panduan Pelaksanaan
143
•
Contoh Praktek Baik
148
•
Contoh Bahan Presentasi
150
Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan
156
•
Deskripsi Modul
156
•
Sasaran Pengguna
156
•
Tujuan Pembelajaran
156
•
Pokok Bahasan
157
•
Metode
157
•
Alat dan Bahan
158
•
Waktu
158
•
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
158
•
Uraian Substansi
158
•
Panduan Pelaksanaan
168
•
Contoh Praktek Baik
176
•
Contoh Bahan Presentasi
179
Strategi Promosi Kesehatan untuk Persalinan Aman
184
•
184
Deskripsi Modul
•
Sasaran Pengguna
184
•
Tujuan Pembelajaran
185
•
Pokok Bahasan
185
•
Metode
185
•
Alat dan Bahan
186
•
Waktu
186
•
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
186
•
Uraian Substansi
188
•
Panduan Pelaksanaan
198
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
•
Contoh Praktek Baik
201
•
Contoh Bahan Presentasi
204
LAMPIRAN B
Daftar Pustaka
205
LAMPIRAN C
Bahan di CD
206
LAMPIRAN D
Daftar Singkatan/Istilah
207
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
41
Lampiran A
Uraian Substansi Pokok Bahasan USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2014, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA, yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua. Provinsi Papua berbeda masa intervensi dan strategi intervensi maka informasi yang disampaikan dalam modul-modul ini adalah pengalaman di luar provinsi Papua. Program USAID-KINERJA difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim bisnis yang kondusif. KINERJA menawarkan beberapa paket untuk ketiga sektor tersebut dengan pendekatan yang komprehensif untuk menguatkan kapasitas dari sisi penyedia layanan maupun pengguna layanan. KINERJA mendorong perbaikan layanan publik dari dua sisi, yaitu dari sisi pemberi layanan (supply side) dan sisi pengguna layanan (demand side). Dengan adanya intervensi di kedua sisi tersebut, diharapkan upaya untuk mencapai tata kelola yang baik (good governance) menjadi lebih mudah dan berkesinambungan. Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal (capacity building) terkait dengan kebijakan, manajemen unit layanan agar lebih bertatakelola dalam manajemen organisasi, manajemen program dan manajemen layanan, dan strategi promosi agar pengguna layanan memahami hak dan kewajibannya dalam pelayanan. Penguatan pada sisi pengguna layanan dilakukan dengan menyadarkan masyarakat tentang haknya dan memberdayakan mereka agar turut berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi layanan mulai dari perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring, evaluasi program/ kegiatan dan advokasi. Salah satu pendekatan program KINERJA adalah bekerja sama dengan organisasi lokal dalam melaksanakan bantuan teknis di kabupaten/kota. Oleh karena itu, penguatan kapasitas Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)
42
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
menjadi aktivitas yang penting, agar OMP mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP diharapkan akan menjadi mitra daerah setelah program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada daerah sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi. Dalam upaya membantu OMP menjalankan perannya dalam memberikan bantuan teknis kepada daerah mitra KINERJA, maka keberadaan modul pelatihan dan pendampingan menjadi sangat penting. Dengan adanya modul pelatihan dan pendampingan ini diharapkan OMP mampu menerjemahkan program KINERJA dengan lebih baik, serta dapat pula menjadi acuan daerah mitra KINERJA dalam menjalankan berbagai program KINERJA. Disamping itu, modul ini diharapkan juga dapat digunakan langsung oleh unit pemberi layanan sebagai panduan praktis dalam mengintegrasikan berbagai pelayanan kesehatan menuju tata kelola kesehatan (health governance) dalam melaksanakan setiap program pelayanan publik yang menjadi tanggungjawabnya. Demikian juga bagi stakeholder yang lain, keberadaan modul ini akan memberi gambaran yang jelas tentang berbagai tahapan program/kegiatan yang membutuhkan “campur tangan” mereka sehingga para stakeholder tersebut dapat berperan aktif membantu unit pemberi layanan baik sebagai mediator, advokator, maupun motivator. Paket KINERJA di bidang kesehatan meliputi Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan ASI Eksklusif. Modul kesehatan ini akan membahas aspek tata kelola persalinan aman dalam manajemen dan pelayanan. Secara garis besar, topik yang dibahas dalam modul kesehatan ini terdiri dari 7 topik, yaitu meliputi: 1. Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman; 2. Perencanaan Puskesmas yang partisipatif untuk mendukung program Persalinan Aman; 3. Kemitraan bidan dan dukun yang partisipatif, akuntabel dan responsif; 4. Kantung persalinan untuk mendukung program Persalinan Aman yang lebih tranparan, akuntabel dan responsif; 5. Standard Operating Procedure sebagai bentuk akuntabilitas dan tranparansi pemberi layanan kepada pengguna layanan; 6. Pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan layanan sebagai bentuk responsif unit layanan terhadap persepsi pengguna layanan; 7. Strategi promosi dalam Persalinan Aman yang lebih partisipatif dan inovatif. Berbagai topik tersebut mempunyai posisi yang sangat strategis dalam pelaksanaan program kesehatan, karena akan sangat menentukan kualitas pelayanan yang dihasilkan. Melalui penataan pada sisi manajemen
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
43
Lampiran A - Uraian Substansi
organisasi unit pemberi layanan, program, manajemen layanan, dan promosi kepada masyarakat, maka kinerja penyedia pelayanan kesehatan akan semakin optimal sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan target kinerja utamanya yaitu pencapaian SPM. Oleh karena itulah keberadaan modul ini tidak dapat dipisahkan dengan modul lain yang membahas tentang SPM bidang kesehatan karena keduanya bersifat saling melengkapi. Demikian juga dengan berbagai modul lain yang dikembangkan secara spesifik untuk masingmasing aktivitas, misalnya modul survei pengaduan, modul MSF, dan modul kesehatan reproduksi.
Sasaran dan Strategi Kegiatan Sasaran modul ini adalah Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) atau fasilitator program USAID-KINERJA bidang kesehatan, unit pemberi layanan, dinas kesehatan, dan stakeholder lain yang terkait, seperti dukun, MSF, dan berbagai kelompok peduli kesehatan yang ada di masyarakat. Pendekatan USAID-KINERJA dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA dilakukan dalam 2 strategi utama. Pertama, OMP melakukan pertemuan (lokakarya/workshop; FGD; dan lainnya) dalam pencapaian persamaan persepsi terhadap suatu isu dan atau meningkatkan kapasitas pengelola program baik tingkat kabupaten maupun unit layanan. Kedua, memfasilitasi/mendampingi dinas kesehatan dan unit pemberi layanan (puskesmas) dalam merancang, menjalankan program, monitoring dan evaluasi tata kelola kesehatan. Setiap kegiatan tersebut dikoordinasikan oleh Local Public Services Specialist (LPSS) sebagai perwakilan KINERJA di daerah. LPPS sebagai pengawal OMP dalam melaksanakan program KINERJA sesuai dengan rencana kerja dan mediator dengan stakeholder daerah agar program KINERJA dapat berjalan dengan lancar.
Tujuan Tujuan Umum Tujuan modul-modul ini adalah untuk membantu kabupaten/kota mitra KINERJA-USAID dalam mengelola program persalinan aman secara partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan inovatif.
44
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Tujuan Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT): 1. Memahami program KINERJA secara umum termasuk pendekatan dan strategi good governance dalam upaya peningkatan pelayanan publik; 2. Mampu mendampingi Puskesmas menyusun perencanaan yang partisipatif untuk mendukung program persalinan aman; 3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam mewujudkan kemitraan bidan dan dukun yang bersifat partisipatif, akuntabel, responsif, dan inovatif; 4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam pelaksanaan kantung persalinan; 5. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun dan mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik; 6. Mampu mendampingi Puskesmas dalam melakukan pengelolaan pengaduan, khususnya melalui pelaksanaan survei pengaduan, penyusunan dan pemenuhan janji perbaikan layanan; dan 7. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi kesehatan sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik. Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Mampu menerapkan pendekatan dan strategi good governance dalam upaya peningkatan pelayanan publik terutama dalam pelayanan kesehatan; 2. Mampu menyusun perencanaan Puskesmas secara partisipatif untuk mendukung program persalinan aman; 3. Mampu mewujudkan kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang bersifat partisipatif, akuntabel, responsif, inovatif, efektif, dan berkesinambungan; 4. Mampu membuat dan melaksanakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitas dan responsiveness dalam mendukung persalinan aman; 5. Mampu menyusun dan mengimplementasikan Standard Operating Procedure (SOP) sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskesmas yang sesuai SPM dan hak pengguna layanan; 6. Mampu melakukan pengelolaan pengaduan, khususnya melalui pelaksanaan survei pengaduan dan penyusunan janji perbaikan layanan; dan 7. Mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi kesehatan sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan Puskemas yang baik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
45
Lampiran A - Uraian Substansi
Materi 1. Modul Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman; 2. Modul Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk mendukung program Persalinan Aman; 3. Modul Kemitraan Bidan dan Dukun untuk mendukung program Persalinan Aman; 4. Modul Kantung Persalinan untuk mendukung program Persalinan Aman; 5. Modul Standard Operating Procedure dalam pelayanan kehamilan dan persalinan; 6. Modul Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan; 7. Modul Strategi Promosi dalam Persalinan Aman. Modul pelatihan dan pendampingan program KINERJA bidang kesehatan untuk kabupaten/kota ini terdiri dari beberapa pokok bahasan yang disusun secara bertahap seperti dijelaskan dalam skema berikut:
Gambar 1. Sistematika Modul
46
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengenalkan paket KINERJA bidang kesehatan terutama Tata Kelola Persalinan Aman. Setelah peserta memahami ruang lingkup paket KINERJA bidang kesehatan, maka pada tahap selanjutnya pokok bahasan diarahkan kepada berbagai strategi dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengelola dan menjalankan ketiga program utama tersebut agar lebih berhasil guna. Manajemen Puskesmas yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif menjadi dasar bagi terselenggaranya program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif secara efektif dan efisien. Tata kelola yang baik ini diawali dari fase perencanaan dan pembiayaan program. Disinilah pentingnya pembahasan mengenai manajemen PTP atau Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sebagai salah satu sumber dana untuk program kesehatan. Pelaksanaan program Persalinan Aman membutuhkan dilakukannya inovasi tertentu agar program dapat memenuhi target yang ditetapkan. Kegiatan inovasi yang ditawarkan KINERJA adalah kemitraan bidan dan dukun serta kantung persalinan. Kedua kegiatan ini diharapkan dapat memberikan daya ungkit positif bagi ketiga program kesehatan tersebut. Di samping itu, keberadaan SOP layanan juga menjadi faktor penting bagi telaksananya program yang berkualitas. SOP disusun untuk menjamin adanya standar yang baku bagi provider sehingga ada kejelasan dalam bertindak, sekaligus sebagai jaminan bagi masyarakat agar memperoleh pelayanan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian diharapkan kepuasan masyarakat dapat terjamin. Tetapi jika masih ditemui keluhan atau ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh provider pelayanan kesehatan, maka provider harus merespon keluhan tersebut dalam sebuah janji perbaikan layanan. Inilah yang menjadi ciri baik pelaksanaan pelayanan publik. Simultan dengan pelaksanaan berbagai strategi dan pendekatan manajemen tersebut, promosi kesehatan juga memegang peranan penting, karena disinilah titik awal keterlibatan masyarakat dalam berbagai program kesehatan. Melalui promosi kesehatan yang kreatif dan inovatif, kesadaran masyarakat dapat dengan mudah didapat, sehingga pada akhirnya masyarakat mau dan mampu berpartispasi aktif dalam berbagai program kesehatan yang diadakan oleh pemerintah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
47
Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman
1
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
49
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 1
Deskripsi Modul Modul ini menguraikan tentang pendekatan
Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman
governance KINERJA dalam program Persalinan Aman untuk diterapkan di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas agar terjadi peningkatan mutu dan kinerja melalui praktek-praktek baik yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif serta dengan memperkuat dan memperhatikan keseimbangan unsur demand dan supply. Strategi peningkatan cakupan IMD dan ASI Eksklusif dibahas dalam modul panduan pendampingan lain.
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)
...... program Persalinan Aman untuk diterapkan di tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas ......
2. Konsultan/Pelatih 3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).
Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Tujuan modul ini adalah untuk memahami program KINERJA secara umum termasuk pendekatan dan
50
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
strategi good governance dalam upaya peningkatan
4. Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum [MSF]) dalam pengelolaan program
pelayanan publik.
Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat;
Tujuan Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:
5. Praktek baik di daerah mitra KINERJA.
1. Mampu menjelaskan ruang lingkup program
Metode :
KINERJA, khususnya paket KINERJA bidang kesehatan 2. Mampu menjelaskan pendekatan program KINERJA dalam sektor kesehatan dan governance 3. Memahami peran dari sisi pengguna
1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab
dan penyedia layanan kesehatan dalam
Alat dan bahan
mengintegrasikan pendekatan KINERJA dalam upaya peningkatan pelayanan. 4. Memahami konsep dan strategi pengarusutaman jender dalam program KINERJA. 5. Mampu menjelaskan peran pentingnya
1. LCD Projector 2. Laptop
Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI
3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board
Eksklusif terhadap peningkatan kualitas sumber
4. Alat tulis
daya manusia di masa depan;
5. Materi Presentasi
6. Mampu menjelaskan temuan dan kondisi daerah dalam Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif.
Pokok Bahasan
Waktu Sesi pelatihan: Satu hari Waktu
Pokok Bahasan
1 x 45 menit Pembukaan 1. Pelayanan publik hak rakyat; 2. Dasar Program KINERJA dalam Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif; 3. Strategi pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman;
Penjelasan singkat tentang Program KINERJA Bina Suasana 2 x 45 menit Diskusi kelompok: Pemetaan kondisi daerah terkait program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif Pemaparan hasil diskusi kelompok
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
51
Lampiran A - Uraian Substansi
Penyajian materi: Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Inisiasi 2 x 45 menit Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif Diskusi dan tanya jawab Penyajian materi: Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam pengelolaan 2 x 45 menit program Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif di tingkat Puskesmas dan masyarakat. 1 x 45 menit
meliputi IMD dan ASI Eksklusif dengan penekanan khusus pada pendekatan KINERJA tersebut termasuk Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) di tingkat Puskesmas dan masyarakat. c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk mencairkan situasi sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan
Diskusi dan tanya jawab
misalnya: perkenalan, mapping harapan
Rencana tindak lanjut
peserta dan motivation game.
Penutupan
d) Melaksanakan self-assessment untuk memetakan kondisi daerah terkait pelaksanaan program Inisiasi Menyusu Dinidan ASI Eksklusif. Hasil pemetaan awal
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 1. Pengantar a) Fasilitator membuka sesi dengan menjelaskan pendekatan khusus yang digunakan oleh KINERJA dalam mengelola
dalam menyusun langkah perbaikan, yaitu dengan menerapkan pendekatan spesifik yang dikembangkan KINERJA.
2. Proses pelatihan a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan
program IMD dan ASI Eksklusif dengan
materi sesuai dengan jadwal yang telah
lebih baik, yaitu dengan memperhatikan
ditentukan. Gunakan media pembelajaran
keseimbangan unsur supply dan demand.
yang sesuai untuk memudahkan
Untuk memberikan pemahaman yang
penangkapan peserta. Bahan presentasi
komprehensif tentang KINERJA, ada
dapat menggunakan bahan yang tersedia
baiknya terlebih dahulu disampaikan
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,
gambaran sekilas tentang program
dengan mengutamakan peran aktif dari
KINERJA, khususnya bidang kesehatan.
seluruh peserta. Minta peserta untuk
b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari, dengan alokasi waktu 4 x 45
52
ini dapat digunakan sebagai entry point
menyampaikan pendapatnya terkait dengan topik yang tengah dibahas. b) Beri kesempatan kepada setiap peserta
menit. Materi yang akan dibahas tentang
untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan
program KINERJA bidang kesehatan yang
dulu komentar atas pertanyaan peserta
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
kepada peserta yang lain, agar suasana
yang bisa dilakukan oleh MSF serta
diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas
dasar hukum yang mengatur tentang hal
fasilitator adalah memfasilitasi proses
tersebut.
diskusi dan mengarahkan jika ada proses diskusi yang menyimpang.
Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai
3. Penutup
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan
berikut:
kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut
i. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam
yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit
pengantar
yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS,
ii. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk
MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan
kelompok dan mendiskusikan kondisi
untuk mulai menerapkan beberapa pendekatan
daerah terkait dengan pelaksanaan
KINERJA tersebut dalam menjalankan program
program Persalinan Aman. Beberapa hal
Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan
yang bisa disoroti diantaranya: tingkat
ASI Eksklusif. Selanjutnya fasilitator menutup
pencapaian target, keterlibatan unsur
sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil
masyarakat dan stakeholder yang lain
presentasi dan tanya jawab, serta menekankan
dalam program, serta hambatan dan
kembali beberapa hal yang akan dilakukan
peluang program.
sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah
iii. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi
disusun.
tentang Strategi Pendekatan Kinerja Dalam Persalinan Aman. Beberapa point yang perlu mendapat penekanan
Uraian Substansi
khusus adalah: konsep governance, keseimbangan sisi demand dan supply, dan kesetaraan gender dalam program. Tampilkan contoh praktek baik yang telah ada dari berbagai daerah untuk menginspirasi peserta. iv. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi tentang Peran pemangku kepentingan (Multi Stakeholder Forum-MSF) dalam pengelolaan program Persalinan Aman ditingkat Puskesmas dan masyarakat. Uraikan secara jelas bentuk partisipasi
www.kinerja.or.id
1. Program USAID-KINERJA
USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis untuk 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia. Sampai dengan tahun 2013, terdapat 5 provinsi yang menjadi wilayah kerja USAID-KINERJA yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Jawa Timur, dan Papua. Program USAID-KINERJA dalam modul ini difokuskan pada pengembangan tata kelola
Tata Kelola Persalinan Aman
53
Lampiran A - Uraian Substansi
pemerintahan khususnya di aspek pelayanan
masih turut terpengaruhi pula pola pikir yang
publik pada bidang kesehatan kecuali Papua.
sama. Namun era demokrasi ini harus didorong ke arah tata kelola yang baik. Karena dampak
Sesungguhnya konstitusi menjamin hak warga
utama dari demokrasi adalah pelayanan publik
dalam pelayanan publik sebagaimana tercantum
yang baik. Sehingga mampu meningkatkan
dalam Undang-Undang Dasar 1945 terutama
kesejahteraan rakyat.
pasal 28H dan pasal 34 ayat (3). Selanjutnya diturunkan peraturan lebih implementatif melalui
Penataan tatakelola pemerintahan yang baik
Undang-Undang Pelayanan Publik (UU No 25
(good governance) dalam pelayanan publik
tahun 2009). Walaupun sebelumnya sudah
dengan menerapkan beberapa unsur tatakelola
terbit beberapa peraturan Kementerian Aparatur
yaitu partisipasi, transparansi, daya tanggap dan
Negara dalam peningkatan pelayanan publik
akuntabilitas.
terutama pada fasilitas pemerintah.
Pentingnya penekanan pada fasilitas pemerintah karena fasilitas pemerintah merupakan fasilitas kesehatan yang tidak memiliki risiko ketika fasilitasnya tidak dikunjungi oleh masyarakat. Bahkan sangat menguntungkan bagi pegawai negeri karena tidak banyak kerja dan tidak menambah laporan. Pada sisi lain, fasilitas kesehatan pemerintah secara tidak sadar masih terpengaruh oleh pola pikir masa kolonial Belanda.
Pada masa itu, penduduk Indonesia (lander) harus memberi penghormatan yang besar kepada pemberi layanan karena layanan itu adalah anugerah dari bangsa kolonial. Akibatnya, petugas pemberi layanan susah mendengar keluhan, berperilaku seenaknya dan tidak jelas berbagai pelayanan.
Era desentralisasi diharapkan terjadi perubahan ini tetapi tidak terjadi karena pemerintah daerah
54
Tata Kelola Persalinan Aman
2. Dasar Desain Program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif
Paket dukungan KINERJA dalam bidang kesehatan meliputi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Program kesehatan ibu dan anak (KIA) memang merupakan salah satu prioritas pembangunan kesehatan nasional dan menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010 – 2014. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional. Oleh karena itu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia sampai saat ini masih fokus pada program kesehatan ibu dan anak. Meskipun demikian, ‘empat faktor
www.kinerja.or.id
terlambat’ yang mempengaruhi kematian ibu,
1) Memperbaiki akses dan perawatan yang
yaitu (1) terlambat mengenal tanda bahaya sejak
berkualitas;
dini; (2) terlambat membuat keputusan karena
2) Membangun kemitraan lintas program dan
hambatan budaya, gender, dan ekonomi; (3)
lintas sektor;
terlambat mencapai fasilitas kesehatan; dan (4)
3) Mendorong keterlibatan masyarakat,
terlambat penanganan oleh petugas kesehatan
termasuk perempuan dan keluarga; dan
masih belum berubah. Capaian indikator
4) Meningkatkan pengawasan manajemen,
SPM Kesehatan untuk cakupan pemeriksaan
dan memperbaiki sistem informasi,
kehamilan pertama dan terkahir (disingkat K1
pemantauan dan pembiayaan.
dan K4), persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak daerah di Indonesia juga masih rendah.
Peningkatan yang dramatis pada MDG 4 mengenai ‘menurun kematian anak’ dapat dicapai melalui penerapan dua strategi:
Walaupun berstatus sebagai negara
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, dan
berpenghasilan menengah, Indonesia
pemberian ASI Eksklusif bagi bayi yang
merupakan salah satu negara dengan angka
berumur enam bulan ke bawah. IMD juga
kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara yaitu
dapat mengurangi 22% kematian bayi dengan 1
359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup .
mencegah penyakit diare dan penyakit infeksi
Target MDG Indonesia adalah 102 per 100.000.
lainnya. Menurut RISKESDAS 2010, angka ASI
RISKESDAS (2010) melaporkan bahwa hanya
Eksklusif hanya mencapai 15,3% sedangkan
61,4% ibu hamil melakukan pemeriksaan
angka IMD mencapai 29,3%. Indonesia
kehamilan di petugas kesehatan, dan hanya
menghadapi cukup banyak tantangan di bidang
82,4% persalinan yang dibantu oleh tenaga
ini, termasuk minimnya promosi IMD dan ASI
kesehatan yang terlatih. Cakupan pelayanan
Eksklusif di semua tingkatan; budaya yang
sangat berbeda-beda di seluruh Indonesia di
sering memberikan makanan tambahan sejak
mana daerah pedesaan seringkali jauh tertinggal
dini; promosi susu formula bayi oleh petugas
dibandingkan dengan daerah perkotaan.
kesehatan; dan kurangnya fasilitas pojok laktasi bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum
Kementerian Kesehatan telah menerapkan
dan tempat kerja. Berbagai upaya penurunan
empat aspek strategi WHO untuk Menjadikan
kematian bayi, seperti pemberian ASI Eksklusif
Kehamilan Lebih Aman:
di negara-negara berkembang ternyata mampu
1. TEMPO, 26 September 2013. ‘Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi’, http://www.tempo.co/read/ news/2013/09/26/060516873/Menkes-Kaget-Angka-Kematian-Ibu-Bayi-Masih-Tinggi
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
55
Lampiran A - Uraian Substansi
menurunkan secara tajam angka kematian bayi
anak dan menganjurkan nutrisi sehat, sekaligus
dengan menurunkan penyakit diare dan infeksi
mendorong tercapainya penurunan angka
lainnya.
kematian bayi. Strategi peningkatan cakupan IMD dan ASI Eksklusif dibahas dalam panduan
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
pendampingan lain.
kebijakan tentang ASI Eksklusi yaitu PP 33/2012 tentang Air Susu Ibu. Namun, jauh sebelumnya,
Dalam upaya peningkatan pelayanan publik
kebijakan pemberian ASI Eksklusif telah diatur
sektor kesehatan ini mengacu kepada Standar
dalam Permenkes 450/MENKES/SK/VI/2004
Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan sebagai
tentang ASI Eksklusif, Peraturan Bersama
ukuran kinerja utama dalam pelaksanaan
Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan
pelayanan sektor kesehatan. Perencanaan
dan Perlindungan Anak (MenegPP dan PA),
pencapaian SPM kesehatan secara khusus
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
dibahas dalam Modul Perencanaan
(Mennakertrans), dan Menteri Kesehatan No:
Pencapaian SPM Kesehatan.
48/MEN.PP/XII/2008, Per27/MEN/XII/2008 dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 mengenai
Berdasarkan tinjauan teori dan konsultasi
pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja, namun
kabupaten/kota maka disusun beberapa
dalam pelaksanaan belum berjalan dengan
kegiatan yaitu:
semestinya. a) Penguatan Kebijakan Persalinan Aman,
Proyek KINERJA mendukung upaya Pemerintah Indonesia untuk mencapai MDG 4 tentang
b) Penguatan Partisipasi Masyarakat melalui
Kesehatan Anak dan MDG 5 tentang Kesehatan
Multi-Stakeholder Forum yang mampu
Ibu pada tahun 2015. Meskipun terdapat
melakukan monitoring, mediasi, dan
peningkatan di sektor kesehatan masyarakat
advokasi;
selama beberapa tahun terakhir, pengurangan angka kematian ibu dan bayi baru lahir masih
c) Peningkatan Manajemen Puskesmas: a. Manajemen organisasi (planning
sangat lambat. KINERJA mendukung paket
dan budgeting [APBD, BOK] yang
kesehatan yang mendorong pemeriksaan
partisipatif, transparan dan akuntabel)
kehamilan sejak dini dan lebih berkala melalui
56
Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif;
b. Manajemen program (Kemitraan bidan
program Persalinan Aman, serta paket
dan dukun, sistem informasi kesehatan
kesehatan yang mendorong peningkatan
[kantung persalinan])
kesadaran dan advokasi untuk mempromosikan
c. Manajemen Pelayanan (Janji Perbaikan
IMD dan ASI Eksklusif. Intervensi ini sederhana
Layanan, Pengelolaan Pengaduan,
namun ampuh untuk mengurangi penyakit
SOP, dan Standar Layanan); dan
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
melalui penguatan manajemen dan tata kelola
d) Peningkatan Pemahaman Masyarakat terhadap kesehatan ibu dan anak melalui
(governance) melalui penguatan kebijakan
strategi promosi yang partisipatif (dengan
daerah, pemberi layanan, dan penerima
keterlibatan pimpinan daerah, Kementerian
layanan.Sebagai paradigma baru dalam
Agama, Dinas Pendidikan, tokoh budaya,
pelayanan publik yang selama ini pemerintah
media, dan lainnya).
bertindak sebagai penyedia jasa pelayanan satu-satunya aktor dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan, oleh KINERJA didorong
3. Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman
untuk berubah dan terjadi pergeseran peran dari penyedia jasa pelayanan menjadi badan pendorong yang memfasilitasi pihak lain di
Program KINERJA memiliki dua sisi yaitu sisi
komunitas dan sektor swasta juga mengambil
pengguna layanan dan masyarakat (demand)
peran aktif. Pelayanan publik merupakan
dan sisi penyedia layanan (supply). Kedua
urusan bersama antara pemerintah, civil society
sisi itu akan fokus pada prinsip-prinsip tata
(organisasi masyarakat sipil dan warga), dan
kelola yang baik (good governance). Pada sisi
dunia usaha.
demand, KINERJA meningkatkan kepedulian, partisipasi dan keterlibatan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang disediakan
pelayanan KIA dilakukan melalui peningkatan
oleh pemerintah daerah yang disebut
manajemen dan kapasitas pemberi layanan
sebagai insentif. Pada sisi supply, KINERJA
dan unit layanan sehingga terjadi perbaikan
meningkatkan kemampuan pemberi layanan
pengelolaan pelayanan serta peningkatan
untuk pengelolaan pelayanan berbasis inovasi,
kepedulian masyarakat terhadap kualitas
yaitu praktik yang baik yang disebut sebagai
pelayanan publik tingkat daerah, dan
inovatif. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)
direplikasikannya praktek yang baik.
melaksanakan kegiatan, dan mendokumentasi dan mereplikasi praktek yang baik dari hasil pendampingan KINERJA.
a) Tata Kelola (governance) dalam Program Kesehatan KINERJA
Program KINERJA dirancang dengan mandat utama untuk membantu peningkatan layanan publik bidang kesehatan pada daerah mitra
www.kinerja.or.id
Oleh karena itu, upaya peningkatan kinerja
Pada sisi penyedia layanan, pendekatan yang dilakukan KINERJA untuk memperbaiki pelayanan publik dan menurunkan kematian ibu dan bayi adalah sebagai berikut: a) Peningkatan dan percepatan pencapaian SPM yang relevan dengan Program KIA. Secara teknokratik peningkatan pelayanan KIA terkait erat dengan peningkatan kinerja
Tata Kelola Persalinan Aman
57
Lampiran A - Uraian Substansi
indikator 1 – 10, berdasarkan Permenkes
b) Survei pengaduan sebagai bentuk perbaikan
741/2008 tentang Standar Pelayanan
layanan sesuai dengan perspektif pengguna
Minimal Bidang Kesehatan
layanan
b) Penguatan kebijakan daerah yang
c) Penguatan masyarakat agar dapat
mengintegrasikan pencapaian SPM dan
menyuarakan suara masyarakat yang tidak
penerapan standar pelayanan publik
pernah didengar oleh pemerintah melalui
c) Bekerjasama dengan staf manajemen
jurnalisme warga
Puskesmas untuk melakukan perencanaan
d) Pengarusutamaan gender sebagai peran
dan penganggaran tingkat Puskesmas yang
yang seimbang dari berbagai pihak.
terbuka dan partisipatif d) Upaya peningkatan mutu unit dan manajemen pelayanan melalui pengadaan
b) Unsur-unsur Tata KelolaPersalinan Aman
survei pengaduan masyarakat, penyusunan Janji Perbaikan Layanan, dan penyusunan
Tata kelola adalah suatu mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan
Standard Operating Procedure (SOP)
sosial yang melibatkan pengaruh sektor
e) Memperkuat desain promosi kesehatan
negara dan sektor non-pemerintah dalam
untuk membangun partisipasi masyarakat f) Memperkuat kemitraan bidan dan dukun
suatu usaha kolektif (UNDP 2008). Definisi ini
g) Bekerjasama dengan berbagai pihak dalam
mengasumsikan banyak aktor yang terlibat
revitalisasi sistem informasi KIA (khususnya
dalam tata pemerintahan, dimana tidak ada
kantung persalinan)
yang sangat dominan yang menentukan gerak
h) Peningkatan pelayanan melalui pengelolaan
aktor lain. Para aktor ini meliputi pemerintah,
pengaduan (kotak saran, SMS gate way dan
masyarakat sipil dan pihak swasta, termasuk
lainnya)
juga anggota parlemen, penegak hukum, dan lainnya.
i) Manajemen perencanaan BOK yang lebih peduli kepada persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif.
Tata kelola untuk kesehatan adalah aturan dan mekanisme yang mengatur distribusi dari
Kegiatan utama yang mendorong peningkatan
peran dan tanggungjawab serta interaksi antara
program pada sisi demand adalah:
penerima layanan, pembuat kebijakan politis ataupun pemerintah, dan pemberi layanan
a) Optimalisasi forum kemitraan eksisting atau
kesehatan (baik publik, swasta ataupun non-
melakukan inisiasi forum kemitraan baru
profit). Ketiganya bersama-sama menentukan
bersama OMP dan sektor terkait
kebijakan kesehatan yang akan dilakukan, layanan yang disediakan, alokasi sumber daya
58
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
kesehatan dan penggunaannya, distribusi biaya,
membuka dan meningkatkan akses informasi,
penerima layanan dan keuntungannya, serta
mengadakan manajemen partisipatif, dan
keluaran kesehatan yang akan dicapai.
memperkuat transparansi dan akuntabilitas. Dukungan kegiatan sebagai berikut:
KINERJA dalam tata kelola pemerintahan untuk a) Reformasi kebijakan lokal yang terkait
kesehatan bertujuan untuk mempromosikan dan
KIA dalam bentuk payung hukum seperti
mendukung:
peraturan bupati/walikota tentang pelarangan promosi susu formula di unit
a) Keterbukaan dan/atau peningkatan akses
pelayanan KIA baik publik maupun swasta
terhadap informasi kesehatan yang terkait
b) Peningkatan kapasitas unit-unit layanan
dengan isu kesehatan ibu dan anak seperti capaian pemeriksaan kehamilan dari
KIA terutama puskesmas untuk melakukan
Puskesmas, perencanaan dan penggunaan
perencanaan dan penganggaran partisipatif c) Bantuan teknis pada pengembangan strategi
dana kesehatan yang partisipatif dan
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
transparan.
d) Bantuan teknis untuk menghitung
b) Pengelolaan/manajemen layanan kesehatan yang partisipatif dengan melibatkan
kesenjangan dan kebijakan pendanaan
masyarakat yang terwakili dalam multi
untuk Standar Pelayanan Minimal (SPM)
stakeholder forum (MSF). MSF bersama
dan Standar Pelayanan Publik (SPP)
puskesmas melakukan surei pengaduan
e) Menetapkan dan memperkuat mekanisme
yang selanjutnya dibuat janji perbaikan
survei pengaduan dan penanganan keluhan
layanan sampai dengan pemenuhan dari
pengguna layanan f) Mengembangkan sistem insentif dan
janji tersebut. Bentuk lain dari responsif puskesmas adalah pengelolaan pengaduan
disinsentif, misalnya dengan penghargaan
masyarakat.
dan tekanan/sanksi sosial
c) Penguatan transparansi, akuntabilitas,
g) Memperkuat kemitraan antara puskesmas/
dan inovasi dari puskesmas dan dinas
unit pelayanan/supply dengan masyarakat
kesehatan daerah.
dan media lokal.
c) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Supply
d) Pendekatan Tata Kelola/Governance di Sisi Demand
Pada sisi supply, baik di SKPD maupun di
Dari sisi pengguna layanan, KINERJA fokus
unit pelayanan (puskesmas), KINERJA telah
pada penguatan kapasitas advokasi dari
mempromosikan dan mendukung untuk
organisasi masyarakat sipil dan media lokal
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
59
Lampiran A - Uraian Substansi
sehingga mereka dapat menjadi pendorong aktif
di seluruh aspek program dan paket dukungan
untuk terjadinya layanan publik yang lebih baik.
KINERJA melalui beberapa strategi pendekatan
Kegiatan dukungan KINERJA sebagai berikut:
teknis yang luas.
a) Peningkatan kesadaran dalam hak sipil (termasuk hak reproduksi dan hak
Pendekatan pertama, dengan melibatkan
konsumen), sehingga mereka dapat
perempuan dan remaja secara luas dalam (a)
meminta layanan yang seharusnya mereka
pengambilan keputusan tentang pemilihan
diberikan, serta mengkritisi layanan publik
intervensi di daerah sasaran; (b) menjadi bagian
yang kurang sesuai standar nasional
dari kelompok kerja yang terlibat aktif mulai dari
b) Mempromosikan keterlibatan warga dalam
proses perencanaan sampai pada pelaksanaan;
perencanaan dan monitoring pelayanan
(c) menjadi kelompok yang tercakup dalam
publik melalui Multi Stakeholder Forum
survei awal; (d) target kelompok dipilih untuk
(MSF) atau forum masyarakat lain yang
intervensi layanan; dan (e) kelompok yang
sudah ada sebelumnya
tercakup dalam pengawasan, pemantauan dan
c) Advokasi kebijakan dan analisis situasi
evaluasi. Pendekatan kedua adalah dengan
sebagai masukan bagi para pembuat
membangun keterlibatan aktif bapak-bapak
kebijakan
dalam mendukung gerakan KIA. Pendekatan
d) Revitalisasi lembaga lokal untuk
ketiga adalah memastikan bahwa KINERJA
memperkuat kemitraan dalam mengorganisir
memfokuskan programnya pada layanan
warga, mediasi pemantauan dan advokasi
yang sangat relevan dengan perempuan– ini
e) Inisiasi dan advokasi bagi penyusunan Janji
merupakan tugas yang mudah dengan adanya
Perbaikan Layanan
mandat untuk bekerja di bidang KIA, dimana
f) Dukungan kampanye media untuk layanan
penerima manfaat utama dari layanan publik
publik yang baik
yang berkualitas adalah perempuan dan anak.
g) Pengembangan jaringan dengan lembaga terkait (DPRD, Ombudsman dan KIP tingkat
Di bawah ini adalah contoh pengintegrasian
provinsi dan nasional) dalam penyelesaian
gender dalam kegiatan KIA paket dukungan
sengketa pelayanan publik.
KINERJA.
e) Perspektif Gender Dalam Tata Kelola Layanan Publik Bidang Kesehatan
1. Memantau kinerja para mitra khususnya OMP untuk mempersyaratkan keterlibatan dan kualitas kesetaraan gender dalam
60
Untuk meningkatkan kesetaraan gender dan
semua aspek perencanaan, pelaksanaan,
mengakomodir suara kelompok minoritas,
sampai dengan evaluasi kegiatan/program
KINERJA mengintegrasikan perspektif gender
kesehatan.
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
pelayanan publik mulai dari perencanaan,
2. Memastikan keterlibatan yang proporsional antara laki-laki dan perempuan dalam
pelaksanaan, dan pemantauan sampai pada
pelaksanaan program Persalinan Aman,
advokasi.
IMD dan ASI Eksklusif, misalnya dengan Gerakan Bapak Peduli ASI.
MSF sebagai mitra pemerintah berperan sebagai mediator, advokator, fasilitator
3. Menyediakan pelatihan yang ditargetkan untuk perempuan dan laki-laki untuk
dan motivator dalam pengelolaan program
meningkatkan peran serta mereka dalam
kesehatan.
kesehatan ibu hamil dan perawatan bayibaru lahir.
Kegiatan:
4. Memastikan bahwa perempuan dan lakilaki memiliki akses yang seimbang dalam
•
Pertemuan reguler MSF tingkat kabupaten/
memperoleh layanan kesehatan melalui
kota dan atau kecamatan/unit layanan, dan
kerja sama dengan pemerintah lokal dan
pertemuan bersama puskesmas dan dinas
penyedia layanan kesehatan.
kesehatan daerah.
5. Menyediakan data terpilah gender dalam
•
Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan
monitoring, evaluasi dan penilaian hasil
perencanaan, implementasi, monitoring
serta dampak program kesehatan.
dan evaluasi program kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan survei pengaduan, perumusan Janji Perbaikan Layanan, dan
f) Penguatan Multi Stakeholder Forum (MSF) untuk Pengawasan Layanan Publik
rekomendasi perbaikan layanan serta mengawal implementasinya, serta pengelolaan komplain unit.
KINERJA bekerja melalui MSF yang ada
•
Melakukan analisis mendalam terhadap
di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan/
hasil pemantauan program kesehatan dan
puskesmas sebagai target antara. Para anggota
merumuskan rekomendasi untuk perubahan
MSF terdiri dari Organisasi Masyarakat Sipil
kebijakan
(OMS), akademisi, eksekutif, DPRD, tokoh
•
masyarakat/agama/adat, pemerhati & penggiat
Memberikan masukan terkait dengan perumusan kebijakan daerah.
isu sektoral terkait, dan sektor swasta. KINERJA mengharapkan bahwa kelompok-kelompok
Partisipan MSF:
tersebut nantinya akan bekerja dengan masyarakat untuk peningkatan kesadaran dan
•
Partisipan inti/utama diperoleh dari hasil
juga secara bersama melakukan advokasi
identifikasi dan analisis stakeholder, dapat
kebijakan. MSF berfungsi dalam pengelolaan
terdiri dari: tokoh terkemuka dari Organisasi
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
61
Lampiran A - Uraian Substansi
•
Masyarakat Sipil, akademisi, tokoh masyarakat,
Di samping itu, survei pengaduan dapat menjadi
tokoh agama, tokoh pemuda, sektor swasta,
bahan advokasi kepada pemerintah daerah
kader posyandu, dan kelompok ibu-ibu.
(pengambil kebijakan) untuk mendapatkan respon
Partisipan lain yang peduli terhadap sektor
positif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan.
publik.
Hasil yang Diharapkan:
Di sisi lain, survei tersebut juga dapat berfungsi sebagai media akuntabilitas untuk unit layanan
Peningkatan keterlibatan unsur-unsur masyarakat
kesehatan. Survei ini harus dilakukan melalui
dalam proses pengelolaan pelayanan kesehatan
cara partisipatif dengan melibatkan minimal 30%
yang setara gender.
pengguna layanan, termasuk suami atau bapak yang mengantar ibu hamil/ibu bersalian/ibu nifas/ibu
Panduan lengkap tentang MSF dapat dilihat pada
menyusui, dan kelompok rentan (seperti kelompok
seri pembelajaran dan modul MSF USAID-KINERJA.
difabel).
g) Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik melalui Survei Pengaduan &Janji Perbaikan Layanan
Contoh Praktek Baik
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diamanatkan dalam regulasi di Indonesia, misalnya
Contoh Penerapan Tata Kelola Kesehatan yang baik
UU No. 25/2009 tentang pelayanan publik, PP No.
di beberapa Kabupaten/Kota:
96/2012 menekankan pada peran Penyelenggara, dan Pembina Pelayanan Publik dan Penanggung
1. Pejabat pemerintah merumuskan kebijakan,
Jawab di Unit Pelayanan Publik dan Permenpan No
rencana, peraturan, prosedur dan standar
13/2009.
berdasarkan bukti tentang efektivitas intervensi kesehatan, alokasi sumber daya, pola belanja
Survei Pengaduan adalah salah satu alat yang terbukti efektif untuk meningkatkan partisipasi
dan sebagainya. 2. Pejabat pemerintah membuat keputusan tentang
masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas
alokasi sumber daya untuk layanan kesehatan
pelayanan publik. Instrumen survei pengaduan ini
berdasarkan bukti mengenai kebutuhan
berfungsi sebagai ‘general check up’ untuk melihat
dan efektivitas layanan dan sesuai dengan
kualitas pelayanan yang selama ini diberikan oleh
kebijakan.
unit layanan.
62
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
3. Pembuat regulasi/kebijakan secara teratur mencari masukan dari para ahli teknis dalam organisasi pemerintah dan masyarakat sipil
swasta untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan kesehatan. 9. Struktur dan prosedur tersedia untuk mendorong
dan pengguna pelayanan kesehatan sebagai
para ahli teknis publik dan masyarakat lokal
masukan ke dalam undang-undang tentang
untuk meninjau dan menanggapi pada prioritas
kesehatan, termasuk peran dari masyarakat,
kesehatan, keputusan alokasi sumber daya dan
masyarakat sipil dan swasta untuk sektor
kualitas layanan selama proses perencanaan
swasta.
strategis pemerintah.
4. Penyedia layanan secara teratur meninjau dan
10. Alokasi dan pemanfaatan sumber daya secara
memperbarui layanan yang mereka berikan
teratur dilacak, dan informasi hasil tersedia
atas dasar bukti tentang efektivitas pelayanan
untuk ditinjau oleh publik dan pemangku
kesehatan, kebutuhan pasien dan masalah
kepentingan terkait.
kesehatan. 5. Protokol, standar, dan kode prilaku, termasuk prosedur sertifikasi untuk lembaga pelatihan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan penyedia
11. Sistem tersebut ada untuk melaporkan, menyelidiki dan mengadili misalokasi dan penyalahgunaan sumber daya. 12. Pemerintah dan organisasi-organisasi kesehatan
layanan kesehatan, telah dikembangkan untuk
penyedia teratur mengorganisir dan mengadakan
semua aktor yang terlibat dalam pemberian
forum untuk meminta masukan dan pendapat dari
pelayanan kesehatan dan telah banyak
para pemangku kepentingan publik dan penerima
disebarluaskan.
manfaat (kelompok rentan, kelompok dengan
6. Organisasi sektor publik, relawan dan swasta ada untuk memantau kepatuhan terhadap protokol, standar, dan kode perilaku di depan
masalah kesehatan tertentu, dll) tentang prioritas, layanan dan sumber daya kesehatan. 13. Organisasi masyarakat sipil (termasuk
umum, LSM, dan organisasi kesehatan swasta
organisasi profesional-misalnya, khusus
penyedia layanan.
yang berhubungan dengan kesehatan LSM
7. Struktur (misalnya, lembaga regulator dengan
dan media) memberikan pengawasan dari
sumber daya manusia yang sesuai) dan
masyarakat, LSM dan organisasi penyedia
prosedur untuk pengawasan memungkinkan
swasta dalam cara mereka memberikan dan
penyedia, pasien dan stakeholder terkait lainnya
membiayai pelayanan kesehatan.
untuk mencari keadilan ketika peraturan,
14. Para pelaku atau pemangku berkepentingan
protokol, standar, dan atau kode etik tidak
terkait memiliki kesempatan teratur untuk
dipenuhi.
bertemu dengan manajemen organisasi
8. Pembiayaan, layanan penyediaan dan
pelayanan kesehatan (rumah sakit, pusat
pengaturan pengawasan menawarkan insentif
kesehatan, klinik) untuk mengangkat isu-isu
untuk pemerintah, LSM dan pemberi layanan
tentang efisiensi layanan atau kualitas.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
63
Lampiran A - Uraian Substansi
15. Para pelaku dan pemangku berkepentingan terkait memiliki sarana keuangan, alat, materi, dan kemampuan untuk mendukung dan berpartisipasi secara efektif dengan pejabat publik dalam pembentukan kebijakan, rencana dan anggaran untuk pelayanan kesehatan. 16. Informasi tersedia untuk umum tentang
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file dalam CD yang terlampir.
kualitas dan biaya pelayanan kesehatan untuk membantu pasien membuat pilihan terhadap unit layanan kesehatan yang mana paling sesuai dengan kebutuhan dan kemauannya. 17. Prosedur atau sistem yang ada untuk mengurangi, menghilangkan dan mengontrol bias dan ketidakadilan dalam mengakses pelayanan kesehatan. 18. Struktur ada untuk masyarakat sipil dan sektor swasta untuk berpartisipasi secara setara dalam proses perencanaan dan penganggaran untuk program kesehatan di tingkat nasional dan lokal.
64
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
65
Lampiran A - Uraian Substansi
66
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
67
Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA
2
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
69
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 2
Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA
Deskripsi Modul Modul ini membahas tentang proses perencanaan tingkat puskesmas dengan mengutamakan pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi program Persalinan Aman. Inovasi dan nilai perencanaan tingkat puskesmas adalah pelibatan unsur pengguna layanan pada proses penyusunan rencana puskesmas sehingga kualitas perencanaan menjadi lebih baik karena adanya aspek partisipasi sosial MSF dan transparansi puskesmas muncul. Dengan demikian kualitas rencana yang dihasilkan diharapkan akan lebih baik karena aspek social accessibility dan visibility mejadi lebih baik. Modul ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi fasilitator maupun para pelaksana di lapangan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan program kesehatan di puskesmas. Sistematika modul dikemas secara terintegrasi antara kegiatan pelatihan dan pelaksanaan di
....... mengutamakan pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi program Persalinan Aman.
lapangan untuk mengakomodasi sisi supply dan demand. Uraian di bawah ini menjelaskan: •
Langkah-langkah perencanaan program kesehatan
•
Cara penyusunan perencanaan secara partisipatif
70
Tata Kelola Persalinan Aman
•
Perencanaan kegiatan
•
Pengalokasian dana
•
Pelaksanaan kegiatan
•
Monitoring dan evaluasi kegiatan.
www.kinerja.or.id
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) 2. Konsultan/Pelatih
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Memahami langkah-langkah perencanaan program kesehatan 2. Mampu mendampingi puskesmas dalam
3. Fasilitator kesehatan
menyusun perencanaan secara partisipatif
4. Staf Dinas Kesehatan
meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian
5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan
dana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring dan evaluasi kegiatan.
desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi
masyarakat, asosiasi, paguyuban).
pemerintah dan unit pelayanan kesehatan: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:
Tujuan Pembelajaran
1. Memahami unsur governance yang mengisi proses perencanaan
Tujuan Umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta akan mamahami penguatan manajemen Puskesmas dari sisi tata kelola pelayanan (health governance) sehingga mampu mendampingi puskesmas dan
2. Mampu menguatkan proses perencanaan yang lebih berbasis fakta lapangan 3. Mampu mengalokasikan sumber daya yang terbatas dan fokus 4. Mampu menjelaskan model implemenatasi
dinas kesehatan dalam penguatan manajemen
health governance pada tingkat puskesmas
puskesmas.
dalam penguatan manajemen puskesmas 5. Mampu menjelaskan dan melakukan
Tujuan Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT): Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan.
www.kinerja.or.id
pendampingan perencanaan BOK yang lebih efektif, partisipatif dan tranparan; 6. Mampu memberikan penguatan terhadap implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun serta revitalisasi kantung persalinan yang lebih efektif. 7. Memahami dan mampu mendampingi puskesmas untuk menyusun/modifikasi SOP persalinan aman (Ante-natal care, persalinan, post natal care), IMD dan ASI Eksklusif.
Tata Kelola Persalinan Aman
71
Lampiran A - Uraian Substansi
Pokok Bahasan
Waktu
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas
Sesi pelatihan: Dua hari
2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas 3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas
Hari I: Waktu
Pokok Bahasan Pembukaan
Metode Sesi pelatihan: 1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab
Penjelasan singkat tentang Program KINERJA-USAID 2 x 45 menit Bina Suasana Self-assessment: kekuatan dan kelemahan proses perencanaan Puskesmas saat ini Penyajian materi: Tahapan 3 x 45 menit Perencanaan Tingkat Puskesmas Diskusi dan tanya jawab Penyajian materi: Peran BOK dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif
3. Latihan kelompok 4. Presentasi hasil latihan 3 x 45 menit Sesi pelaksanaan:
Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel
1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan
Perencanaan dan pengawasan yang partisipatif
Diskusi dan tanya jawab Hari 2: Waktu
Pokok Bahasan
2 x 45 menit Review materi hari I Permainan peran: Penyusunan rencana program KIA untuk Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif dengan melibatkan MSF
Alat dan bahan
Analisis situasi
4. Alat tulis
Penyusunan RUK (pengenalan masalah, prioritas masalah, analisis penyebab masalah, penyusunan alternatif pemecahan masalah, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan)
5. Materi presentasi
Penyusunan RPK
1. LCD Projector 2. Laptop 3. Flipchart/kertas plano/metaplan/whiteboard
72
Tata Kelola Persalinan Aman
3 x 45 menit
www.kinerja.or.id
Penyusunan Rencana Tindak 3 x 45 menit Lanjut Penutupan
b) Proses pelatihan 1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang inovatif dan sesuai untuk memudahkan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan a) Pengantar 1. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya perencanaan puskesmas yang baik untuk mendukung pencapaian program Persalinan Aman. 2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari.Pokok bahasan yang akan dibahas adalah Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP), tahapan PTP, dan BOK dalam program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif. Fasilitator mengawali dengan memberikan penjelasan, diikuti dengan permainan peran proses perencanaan 3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk
penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan topik yang tengah dibahas. 2. Beri kesempatan kepada setiap peserta terutama perempuan dan kelompok rentan untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar atas pertanyaan peserta kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah mengarahkan proses diskusi jika ada tanggapan/diskusi yang menyimpang.
c) Sesi-sesi Hari I 1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar. Minta peserta untuk berkelompok dan
mencairkan situasi, sebelum memulai
mendiskusikan proses penyusunan
pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan
perencaaan di puskesmas khususnya untuk
misalnya: perkenalan, mapping harapan
program Persalinan Aman saat ini. Beberapa
peserta dan motivation game.
hal yang bisa disoroti diantaranya: proses
4. Melaksanakan self-assessment (penilaian
penyusunan perencanaan, keterlibatan
diri) untuk mengetahui kekuatan dan
unsur masyarakat (laki dan perempuan,
kelemahan proses perencanaan tingkat
remaja) dan stakeholder lain seperti lintas
puskesmas yang dilakukan saat ini.
sektor dalam proses perencanaan, serta hambatan yang ditemui.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
73
Lampiran A - Uraian Substansi
2. Sesi II: Narasumber menyajikan materi
menjadi beberapa kelompok. Atur peserta
tentang PTP, yang meliputi pengertian,
sesuai dengan peran yang diharapkan, yaitu
manfaat, dan tahapan PTP. Pada saat
sebagai kepala puskesmas, pemegang
menjelaskan setiap tahapan teknis dalam
program, staf pelaksana, serta unsur
penyusunan rencana usulan kegiatan
masyarakat (MSF). Proses permainan
sebaiknya dilakukan praktek untuk
peran dilakukan dengan mengikuti setiap
meningkatkan keterampilan peserta.
tahapan perencanaan puskesmas yang
3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi
telah dijelaskan pada hari sebelumnya.
tentang Peran BOK dalam program
Usahakan semua peserta bisa berpartisipasi
Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.
aktif. Tugas fasilitator adalah memantau
Pengelolaan BOK yang patisipatif dilakukan
dan mengarahkan proses, dan memberi
melalui perencanaan dan pengawasan
masukan jika ada proses yang kurang
BOK yang partisipatif, serta laporan
sesuai.
pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel. Perlu disampaikan bahwa unsur utama yang menunjukkan partisipasi aktif adalah adanya keterlibatan masyarakat
e) Penutup
tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan
melalui MSF dari mulai puskesmas
kontribusi aktif peserta. Fasilitator menutup
menyusun perencanaan, melaksanakan
sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil
program, hingga saat monitoring dan
presentasi dan tanya jawab, serta menekankan
evaluasinya. Jelaskan segi positif dan
kembali beberapa hal yang akan dilakukan
tantangan dari pendekatan tersebut.
sesuai dengan rencana tindak lanjut yang telah disusun.
d) Sesi-sesi Hari II 1. Sesi I: Minta peserta untuk mereview materi
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana
Fasilitator mematiskan bahwa dalam tindak
yang telah dibahas pada hari I. Review
lanjut yang dibuat terdapat keterlibatan aktif
dapat dilakukan secara bergiliran dengan
yang seimbang antara laki dan perempuan
permainan yang membangun semangat,
baik dari unsur pemberi layanan, masyarakat
sehingga setiap peserta mempunyai
maupun MSF.
kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya. 2. Sesi II: Minta peserta melakukan permainan peran (permainan peran) tentang proses perencanaan tingkat puskesmas. Jika peserta berjumlah besar, dapat dibagi
74
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Uraian Substansi
Perencanaan adalah suatu proses sistematik untuk mengenali masalah, memprioritaskan masalah, menganalisis penyebab masalah, menyusun dan memilih alternatif pemecahan
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas
masalah, menetapkan strategi intervensi, memformulasikan tujuan (goals) dan sasaran
Agar upaya kesehatan terselenggara secara
(objectives) yang realistik untuk meminimalisasi
optimal, puskesmas harus melaksanakan
masalah, dan merinci program dalam kegiatan.
manajemen dengan baik. Manajemen
Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah
Puskesmas adalah rangkaian kegiatan
suatu proses penyusunan rencana kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematik untuk
Puskesmas pada tahun yang akan datang yang
menghasilkan keluaran puskesmas yang
dilakukan secara sistematis untuk mengatasi
efektif dan efisien. Menurut Keputusan
masalah atau sebagian masalah kesehatan
Menteri Kesehatan RI No.128/MENKES/SK/
masyarakat di wilayah kerjanya. Rencana
II/2004, Manajemen Puskesmas tersebut
tahunan Puskesmas dibedakan atas dua
terdiri dari perencanaan (P1), penggerakan
macam, yaitu rencana tahunan upaya kesehatan
dan pelaksanaan (P2), serta pengawasan,
wajib dan rencana tahunan upaya kesehatan
pengendalian, dan penilaian (P3). Seluruh
pengembangan.
kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan.
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) sebagai fungsi manajemen pertama di Puskesmas memegang peranan yang sangat strategis bagi
2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas
Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas
keberhasilan program kesehatan. PTP yang baik
secara garis besar terdiri dari empat tahapan,
akan memberikan manfaat sebagai berikut:
yaitu tahap persiapan, analisis situasi, penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK), dan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan
1. Memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya kesehatan secara
(RPK). Penjelasan selengkapnya adalah
efektif dan efisien
sebagai berikut:
2. Memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban 3. Dapat diketahui hambatan, dukungan dan potensi yang ada dalam pelaksanaan
2.1 Tahap persiapan
Dilakukan untuk mempersiapkan peserta
program sehingga pelaksanaannya lebih
yang terlibat dalam proses penyusunan PTP
mudah.
agar memperoleh kesamaan persepsi dan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
75
Lampiran A - Uraian Substansi
b) Data sumber daya terdiri atas ketenagaan,
pemahaman untuk melaksanakan penyusunan rencana. Adapun beberapa hal yang perlu
obat-obatan dan bahan habis pakai,
dilakukan:
peralatan, sumber pembiayaan, sarana dan
a) Kepala Pukesmas membentuk tim penyusun
prasarana untuk program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif
PTP yang anggotanya terdiri dari staf
c) Data peran serta masyarakat
Puskesmas
d) Data penduduk dan sasaran program terkait
b) Dipersyaratkan untuk melibatkan masyarakat (MSF) sebagai bagian
dengan program Persalinan Aman, IMD, dan
dari tim penyusun PTP serta kelompok
ASI Eksklusif.
berkepentingan lain yang ada di masyarakat, misalnya kelompok peduli
Data khusus berupa hasil penilaian kinerja puskesmas yang terdiri atas:
ASI. Tujan melibatkan masyarakat ini adalah untuk memperoleh pemikiran inovatif dan gambaran nyata pelaksanaan
a) Jumlah dan penyebab kematian ibu dan bayi
dan kebutuhan program dari perspektif
b) Kunjungan kesakitan pada kelompok ibu dan bayi
pengguna layanan.
c) Pola penyakit 10 besar penyakit kelompok
c) Jelaskan pedoman PTP kepada tim demi
ibu dan bayi
keberhasilan penyusunan PTP.
d) Status kesehatan secara umum
d) Bersama-sama tim mempelajari kebijakan
e) Kejadian luar biasa terutama yang terjadi
dan pengarahan yang diberlakukan oleh
pada kelompok ibu dan bayi
Dinas Kesehatan daerah, provinsi, dan pusat.
f) Cakupan program Persalinan Aman, IMD, dan ASI Eksklusif 3 tahun terakhir per desa
2.2 Tahap Analisis Situasi
g) Hasil survei terkait Persalinan Aman, IMD,
dan ASI Eksklusif (bila ada)
Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis
Berbagai data tersebut dapat berasal dari
berbagai data terkait. Ada dua kelompok data
sumber pencatatan dan pelaporan puskesmas,
yang perlu dikumpulkan, yaitu data umum dan
lintas sektor (misal kecamatan), institusi
data khusus.
pelayanan kesehatan swasta, serta masyarakat.
Data umum terdiri dari:
Seluruh data tersebut diolah dan dianalisis untuk dapat diketahui profil kekuatan dan kelemahan
a) Peta wilayah kerja dan fasilitas pelayanan
puskesmas dalam menjalankan program
kesehatan terkait Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif
76
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
PA, IMD dan ASI Eksklusif selama ini dan
musyawarah Kesehatan Masyarakat). Prosesnya
bagaimana akan kedepannya.
meliputi:
2.3 Tahap penyusunan rencana usulan
•
membandingkan antara pencapaian kinerja
kegiatan (RUK) Rencana usulan kegiatan berisi uraian tentang berbagai kegiatan yang dilakukan puskesmas
puskesmas pada program Persalinan Aman saat ini dengan target kinerja yang diharapkan. •
masalahnya, siapa yang terkena, seberapa
dihadapi puskesmas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
besar, dimana dan bilamana masalah itu terjadi. •
sumber daya untuk mengatasi masalah tersebut secara bersama, baik karena keterbatasan
a) Mempertahankan kegiatan yang sudah
SDM, dana, peralatan, maupun teknologi.
dicapai pada periode sebelumnya dan
Untuk memudahkan proses, penentuan prioritas
memperbaiki program yang masih
masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
bermasalah
metode skoring, seperti Urgency-Seriousness-
b) Menyusun rencana kegiatan baru yang
Growth (USG), Capability-Acceptability-
disesuaikan dengan kondisi kesehatan
Readiness-Leverage (CARL), Multiple Criteria
KIA di wilayah tersebut dan kemampuan
Utility Assessment (MCUA), pohon masalah
Puskesmas dan sumber daya lokal yang
(problem tree), tulang ikan (fishbone), ataupun
tersedia, serta keterlibatan pihak swasta.
Hanlon. •
a) Analisis masalah Analisis masalah dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun perencanaan yaitu Tim internal puskesmas bersama MSF ataupun Konsil Kesehatan Kecamatan atau BMKM (badan
Menetapkan urutan prioritas masalah. Hal ini dilakukan mengingat adanya keterbatasan
menyusun RUK adalah:
Tahapan penyusunan RUK adalah sebagai berikut.
Merumuskan masalah dalam sebuah pernyataan masalah yang komprehensif, mencakup apa
untuk mengatasi berbagai masalah yang
Identifikasi masalah, yaitu dilakukan dengan
Mencari akar penyebab masalah, untuk dapat mengetahui akar penyebab dari setiap masalah yang ada. Dapat digunakan diagram sebab akibat dari ishikawa/diagram tulang ikan, pohon masalah ataupun pendekatan sistem. Kemungkinan penyebab bisa berasal dari input (manusia, dana, barang, materi, metode, alat, masyarakat, teknologi), proses pelaksanaan (perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian) serta lingkungan (sosial, budaya, ekonomi, lingkungan fisik).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
77
Lampiran A - Uraian Substansi
b) Penyusunan rencana usulan kegiatan
c) Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan (RPK)
Penyusunan rencana usulan kegiatan merupakan tindak lanjut atas temuan akar masalah yang telah
Rencana pelaksanaan kegiatan merupakan hasil
didapatkan dari proses sebelumnya. Untuk masing-
final dari rencana usulan kegiatan yang telah
masing akar penyebab disusun alternatif pemecahan
mendapat persetujuan anggaran. Untuk itu proses
masalah yang paling terbaik. Alternatif pemecahan
penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan
masalah tersebut dijabarkan dalam bentuk usulan
dilakukan dengan:
kegiatan, dan dilengkapi dengan berbagai informasi lain yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan.
•
Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang disetujui
Komponen yang dijabarkan meliputi: •
Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui
•
Kegiatan tahun yang akan datang;
dengan RUK yang diusulkan dan situasi pada
•
Kebutuhan sumber daya berdasarkan sumber
saat penyusunan RPK •
pendanaan yang tersedia.
Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan serta sumber daya pendukung menurut bulan, lokasi dan pelaksanaan
Rekapitulasi rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan RUK disusun dalam bentuk
•
Mengadakan lokakarya mini tahunan
matrik upaya kesehatan sebagai berikut:
•
Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.
No Program
78
Kegiatan
Tata Kelola Persalinan Aman
Tujuan
Sasaran
Target
Indikator keberhasilan
Sumber daya Dana
Alat
Tenaga
www.kinerja.or.id
3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam perencanaan tingkat puskesmas
BOK merupakan salah satu sumber dana dari APBN untuk mendukung pelaksanaan program Persalinan Aman, IMD dan ASI
3.1 Peran BOK
Upaya kesehatan promotif dan preventif adalah pilar utama kesehatan masyarakat. Upaya promotif dan preventif yang baik akan mampu mengurangi tindakan kuratif dan rehabilitatif yang seringkali membutuhkan biaya lebih besar dalam pelaksanaannya. Terselenggaranya upaya promotif dan preventif ini utamanya menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal pendanaannya. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan seharusnya memperoleh kecukupan anggaran untuk pelayanan kepada masyarakat, utamanya untuk promosi dan preventif dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menyadari hal tersebut, pemerintah pusat meluncurkan
Eksklusif, khususnya untuk kegiatan promotif dan preventif.
Paket dukungan KINERJA di bidang kesehatan yang terdiri dari Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif sangat terkait erat dengan keberhasilan pencapaian MDGs 4 dan 5, yaitu tentang penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI dan AKB). Keberadaan dana BOK ini diharapkan dapat menjadi akselerator penurunan AKI dan AKB di Indonesia. Oleh karena itulah pengelolaan dana BOK ini perlu dikelola secara partisipatif, transparan dan akuntable sehingga betul-betul mampu memberi daya ungkit bagi keberhasilan program.
3.2 Dasar Hukum Dana BOK
program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Dana BOK adalah dana APBN Kementerian
BOK dimaksudkan untuk mendorong
Kesehatan yang disalurkan kepada Pemerintah
puskesmas agar mampu mengidentifikasi
Daerah Kabupaten/Kota melalui mekanisme Tugas
permasalahan di wilayahnya melalui mini
Pembantuan. Beberapa produk hukum yang menjadi
lokakarya yang selanjutnya dapat disusun
dasar diluncurkannya BOK diantaranya adalah:
rencana tindak lanjut untuk pemecahan masalah tersebut. Melalui BOK diharapkan akan
•
UU 36/2009 tentang Kesehatan
terjadi peningkatan kinerja di puskesmas dan
•
PP 38/ 2007 tentang Pembagian Urusan
jaringannya (poskesdes dan posyandu) dalam
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
bersifat promotif dan preventif.
Kabupaten/Kota
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
79
Lampiran A - Uraian Substansi
•
PP 7/2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
3.3 Besaran alokasi dana BOK
Pembantuan •
•
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Besaran alokasi dana BOK setiap Puskesmas
HK.03.01/60/I/2010 tentang Rencana Strategis
ditetapkan dengan Surat Keputusan Dinas
Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014;
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan memperhatikan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/
situasi dan kondisi, antara lain:
Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan tentang
a) Jumlah penduduk;
BOK sebagai acuan bagi Pemerintah Pusat,
b) Luas wilayah;
Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
c) Kondisi geografis;
Daerah Kabupaten/Kota danPihak terkait yang
d) Kesulitan wilayah;
menyelenggarakan Bantuan Operasional
e) Cakupan program;
Kesehatan dalam rangka meningkatkan akses
f) Jumlah tenaga kesehatan di Puskesmas dan
dan pemerataan pelayanan kesehatan. •
Permenkes 59/Menkes/PER/XII/2012 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan yang merupakan perubahan atas Permenkes No. 2556/MENKES/PER/XII/2011.
jaringannya; g) Jumlah Poskesdes/Polindes dan Posyandu di wilayah Puskesmas; h) Parameter lain yang ditentukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan kearifan local.
Dana BOK tidak merupakan penerimaan fungsional pemerintah daerah, sehingga tidak disetorkan
3.4 Tujuan BOK
ke kas daerah dan dapat dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan upaya kesehatan.Tetapi
Tujuan umum program BOK adalah meningkatnya
yang harus dipahami oleh pemerintah daerah
upaya kesehatan yang bersifat promotif dan
adalah bahwa dana BOK tidak merupakan dana
preventif dalam mencapai target MDGs tahun 2015.
utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di
Adapun tujuan khususnya adalah:
puskesmas dan jaringannya (polindes, poskesdes dan posyandu). Pemerintah Daerah tetap
1. Tersedianya alokasi anggaran operasional
berkewajiban mengalokasikan dana operasional
untuk upaya kesehatan promotif dan preventif
untuk puskesmas.
di puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu. 2. Tersusunnya perencanaan tingkat puskesmas untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di wilayah kerja.
80
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
3. Terselenggaranya lokakarya mini sebagai forum
Puskesmas di Puskesmas dan Jaringannya beserta
penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di
Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM
puskesmas.
lainnya.
4. Terlaksananya kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif di puskesmas dan
Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK meliputi:
jaringannya serta poskesdes/polindes dan posyandu serta UKBM dan tempat pelayanan kesehatan lainnya 5. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif dan MSF dalam pengawasan pelaksanaannya. 6. Terselenggaranya dukungan manajemen di
a) Transport lokal kegiatan ke luar gedung Transport lokal kegiatan ke luar gedung meliputi: •
kegiatan upaya kesehatan di luar gedung (ke
Kabupaten/Kota dan Provinsi.
Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya, kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat
3.5 Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK Ruang lingkup kegiatan di Puskesmas terdiri dari Upaya Kesehatan dan Manajemen Puskesmas.
sasaran yang memiliki resiko tinggi terhadap kesehatan); •
kesehatan atau ke rumah penduduk (ke
diprioritaskan pada kegiatan yang berdaya ungkit
Posyandu, Poskesdes/Polindes, UKBM lainnya,
tinggi untuk pencapaian indikator MDGs bidang
kunjungan rumah dan institusi/tempat terdapat
kesehatan. Proporsi pemanfaatan dana BOK di
sasaran yang memiliki resiko tinggi terhadap
Puskesmas diatur sebagai berikut: Minimal 60% dari total alokasi dana BOK
kesehatan); •
•
Maksimal 40% dari total alokasi dana BOK
diselenggarakannya rapat/pertemuan; •
pertanggungjawaban ke kabupaten/kota apabila
lainnya dan Manajemen Puskesmas.
dukungan operasional pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif dan manajemen
www.kinerja.or.id
Transport petugas kesehatan untuk konsultasi/ rapat/pertemuan/pengiriman laporan/pengiriman
Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan
Ruang lingkup pemanfaatan dana BOK adalah untuk
Transport peserta rapat/pertemuan bagi undangan yang berasal dari luar tempat
Puskesmas digunakan untuk Upaya Kesehatan Prioritas;
Transport kader kesehatan termasuk dukun bersalin dari tempat tinggal ke tempat pelayanan
Secara umum, pemanfaatan dana BOK
•
Transport petugas kesehatan untuk pelaksanaan
perjalanan pulang pergi kurang dari 8 (delapan) jam; •
Transport lokal lainnya yang terkait dengan kegiatan BOK (Bab II point A).
Tata Kelola Persalinan Aman
81
Lampiran A - Uraian Substansi
manajemen pengelolaan keuangan BOK, Survei
b) Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/
Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah Masyarakat
Kota
Desa (MMD), yang dapat berupa belanja ATK,
•
Perjalanan Dinas dalam Batas Kabupaten/Kota
biaya administrasi perbankan, pembelian
meliputi:
materai, fotocopy, dan pembelian konsumsi.
Untuk petugas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes yang dalam melaksanakan upaya kesehatan
•
Dana BOK di Puskesmas tidak boleh dimanfaatkan untuk:
karena kondisi geografis memerlukan perjalanan
•
lebih dari 8 (delapan) jam pulang pergi atau
Upaya kuratif dan rehabilitatif;
•
menginap di lokasi;
Gaji, uang lembur, dan insentif;
•
Pemeliharaan gedung (ringan, sedang
Untuk petugas kesehatan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/Polindes
dan berat); •
menghadiri rapat/pertemuan/konsultasi ke
sedang dan berat);
Kabupaten/Kota yang terkait BOK yang karena
•
kondisi geografis memerlukan perjalanan lebih
Biaya listrik, telepon, dan air;
•
Pengadaan obat, vaksin, reagensia dan
dari 8 (delapan) jam atau harus menginap di lokasi rapat/pertemuan/konsultasi di Kabupaten/ Kota; •
Pemeliharaan kendaraan (ringan,
alat kesehatan; •
Biaya transportasi rujukan pasien.
Perjalanan dinas lainnya bagi Petugas Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes/
Pemanfaatan dana BOK untuk kegiatan Puskesmas
Polindes terkait dengan kegiatan BOK.
dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu harus berdasarkan hasil perencanaan yang
c) Pembelian/Belanja barang Belanja meliputi: •
Pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif ke luar gedung yang dapat berupa bahan PMT Penyuluhan, bahan PMT Pemulihan, bahan penyuluhan/KIE yang diperlukan dan konsumsi pertemuan;
•
Pembelian/belanja barang untuk mendukung pelaksanaan manajemen Puskesmas,
82
Tata Kelola Persalinan Aman
disepakati dalam Lokakarya Mini Puskesmas, yang diselenggarakan secara rutin/periodik sesuai kondisi wilayah kerja Puskesmas. Kualitas perencanaan BOK yang disusun ini akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya program kesehatan yang dijalankan. Hal ini bisa dipahami karena tanpa dukungan dana yang memadai akan sangat sulit bagi pelaksana untuk menjalankan semua aktivitas dengan baik. Sebagai upaya untuk memperoleh hasil perencanaan yang baik, harus diawali dari proses
www.kinerja.or.id
penyusunan perencanaan itu sendiri. Partisipasi
minilokakarya berkala yang diselenggarakan oleh
berbagai pihak yang terkait merupakan unsur penting
puskesmas.
bagi tersusunnya perencanaan yang komprehensif, relevan dan aplikatif. Dengan demikian diharapkan
Demikian juga pada saat pelaksanaannya, masyarakat
berbagai masalah yang dihadapi Puskesmas dapat
diharapkan dapat ikut memantau pelaksanaan
diselesaikan secara tepat.
kegiatan, terutama menyangkut alokasi dan realisasi penggunaan dana.
Oleh karena itulah dalam kerangka pencapaian target program Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif sebagai determinan penurunan AKI dan
3.7 Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akutabel
AKB, beberapa upaya promotif dan preventif terkait dengan hal tersebut sangat penting untuk mendapat
Puskesmas dan dinas kesehatan sebagai pengelola
prioritas pendanaan BOK.
dan pengguna dana BOK wajib membuat laporan pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana
3.6 Perencanaan dan pengawasan BOK yang partisipatif
BOK yang menjadi kewenangannya. Laporan pertanggungjawaban adalah laporan yang dibuat bendahara pengeluaran atas uang yang dikelolanya
Setelah menerima SK alokasi dana BOK,
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan uang.
Puskesmas segera menyelenggarakan rapat
Untuk melakukan penilaian keberhasilan pencapaian
lokakarya mini Puskesmas, untuk menyusun Plan of
program dan laporan keuangan maka puskesmas
Action (POA) tahunan yang bersumber dana BOK
dapat melakukan penilaian secara periodik yang
dan sumber lain. Berdasarkan POA tahunan yang
dapat terintegrasi dengan rapat lokakarya mini di
telah tersusun, selanjutnya Puskesmas menetapkan
Puskesmas. Hasil penilaian berupa laporan secara
POA yang akan dilaksanakan pada tahap pertama
periodik sesuai dengan format yang disepakati.
bersumber dana BOK dengan periode kegiatan satu bulan atau beberapa bulan ke depan, untuk
Pelaporan BOK dari kabupaten/kota dikirim
diusulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
ke sekretariat Kementerian Kesehatan dan
untuk proses pencairan dana.
ditembuskan ke sekretariat BOK Dinas Kesehatan Provinsi. Pencatatan dan pelaporan ini disusun
Proses penyusunan rencana kegiatan BOK
mulai dari puskesmas, kabupaten/kota dan provinsi.
hendaknya dilakukan dengan melibatkan unsur
Pencatatan dan pelaporan yang dibuat dan
masyarakat, terutama pada fase assessment dan
dikirimkan adalah:
penyusunan alternatif kegiatan, agar rencana kegiatan yang dihasilkan lebih komprehensif dan
1. Pencatatan hasil pelaksanaan pelayanan
sesuai dengan permasalahan lokal. Pelibatan unsur
kesehatan secara menyeluruh. Hasil
masyarakat dapat diwakili oleh MSF pada saat
pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
83
Lampiran A - Uraian Substansi
Puskesmas dan jaringannya dicatat dalam buku
Panduan Pelaksanaan
register yang sudah ada. 2. Pencatatan pemanfaatan dana BOK. Pencatatan pemanfaatan dana BOK dibuat dalam buku keuangan tersendiri, dilengkapi dengan bukti pengeluaran dan tanda terima dana oleh petugas yang melaksanakan kegiatan. 3. Pelaporan pelaksanaan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Hasil pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas dan
Sebelum proses pelatihan, fasilitator sudah mengerti bahwa tugas dan hasil yang ingin dicapai dari proses pelatihan ini adalah tim mampu menyusun perencanaan puskesmas secara partisipatif untuk mendukung program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang meliputi:
jaringannya direkapitulasi oleh Dinas Kesehatan
•
Perencanaan kegiatan
Kabupaten/Kota menggunakan format SP2TP/
•
Pengalokasian dana
SP3.
•
Pelaksanaan kegiatan
•
Monitoring dan evaluasi kegiatan.
4. Pelaporan keuangan BOK. Pelaoran keuangan di tingkat Puskesmas berupa laporan pencairan dan pemanfaatan dana BOK.
1. Tahap Persiapan
5. Laporan tahunan. Laporan tahunan BOK disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
1.1 Pengkajian kondisi yang ada
Pengkajian kondisi dilakukan untuk
dan Dinas Kesehatan Provinsi setiap tahunnya. Adanya berbagai ketentuan tersebut dimaksudkan
mengidentifikasi potensi dan masalah yang
untuk menjamin adanya akuntabilitas dalam
terjadi pada proses perencanaan puskesmas
pemanfaatan dana BOK yang merupakan amanat
dan manajemen BOK serta kapitasi dari
undang-undang bagi kesehatan rakyat Indonesia.
Jaminan Kesehatan Nasional saat ini. Berikut
KINERJA mendorong akuntabilitas dan transparansi
ini contoh format yang dapat digunakan untuk
pemanfaatan dana BOK ini melalui intensifikasi
melakukan pengkajian kondisi yang ada.
peran MSF agar lebih terlibat aktif mulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasi.
84
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
a) Pengkajian kondisi perencanaan puskesmas
No
Potensi masalah
1
Apakah staf Puskesmas mendapat pelatihan dari Dinkes tentang proses penyusunan perencanaan tingkat Puskesmas (PTP)?
2
Apakah petunjuk tehnis dalam penyusunan PTP cukup jelas?
3
Apakah masyarakat (perwakilannya) dilibatkan dalam penyusunan PTP?
4
Apakah penyusunan PTP menggunakan analisis data yang memadai?
5
Apakah tahapan penyusunan PTP sesuai dengan panduan?
6
Apakah PTP yang disusun didiseminasikan ke berbagai pihak yang membutuhkan?
7
…..
8
....
9
....
10
...
Ya
Tidak
b) Pengkajian kondisi manajemen BOK
No
Potensi masalah
1
Apakah staf Puskesmas mendapat pelatihan dari Dinkes tentang manajemen BOK?
2
Apakah petunjuk tehnis dalam penggunaan BOK cukup fleksibel (akomodatif)?
3
Apakah masyarakat (perwakilannya) dilibatkan dalam perencanaan BOK?
4
Apakah hasil perencanaan dan laporan penggunaan BOK dapat diakses oleh masyarakat?
5
Apakah perencanaan BOK menggunakan analisis data yang memadai?
6
Apakah pencairan dana BOK rutin terjadi setiap 3 bulan sekali?
7
…..
8
....
9
....
10
...
www.kinerja.or.id
Ya
Tidak
Tata Kelola Persalinan Aman
85
Lampiran A - Uraian Substansi
1.2 Analisis masalah
• Aspek good governance muncul secara jelas seperti unsur partisipasi, transparansi,
Analisis masalah dilakukan dengan mengacu
akuntabilitas, responsifness, serta inovasi dan
kepada hasil identifikasi potensi dan masalah.
insentif.
Proses ini dilakukan untuk mencari penyebab munculnya berbagai permasalahan tersebut. Berdasarkan jawaban ‘TIDAK’ pada tabel di atas,
2. Tahap pelaksanaan
maka dicari akar masalahnya dengan pertanyaan mengapa.
1.3 Alternatif Pemecahan Masalah •
Alternatif pemecahan masalah disusun berdasarkan temuan akar masalah
•
Alternatif pemecahan masalah yang diusulkan hendaknya dapat diterima oleh masyarakat dan
2.1 Sosialisasi Lintas Program, Lintas Sektoral
dan Masyarakat
Sosialisasi dilakukan secara berjenjang dari tingkat Kecamatan/Puskesmas dan Desa/ Kelurahan. •
mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan
puskesmas •
kegiatan yang tersusun dalam PTP serta
Alternatif pemecahan yang ada, dibahas untuk memperoleh upaya yang paling tepat untuk mengatasi masalah dengan melibatkan sumber
penggunaan BOK dan pengawasannya. •
dari unsur pemerintahan kecamatan
dan masyarakat (multi aktor).
dan desa serta masyarakat sipil (Toga, Toma, LSM, kader kesehatan, PKK,
1.4 Penyusunan rencana kerja (Plan of Action)
•
Susun rencana kerja/aktifitas kegiatan sesuai dengan prioritas
•
Dalam Penyusunan PTP dan penyusunan rencana penggunaan BOK perlu memperhatikan alokasi untuk kegiatan Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, yang relevan dengan Janji Perbaikan Layanan (berdasarkan hasil survei pengaduan)
86
organisasi perempuan, anggota DPRD daerah pemilihan yang bersangkutan, dan
Tentukan prioritas pemecahan masalah dalam PTP dan manajemen BOK
Tata Kelola Persalinan Aman
Sasarannya peserta adalah pemangku kepentingan di Kecamatan maupun Desa
daya yang ada baik lintas program/lintas sektor
•
Tujuannya untuk menyamakan persepsi dan
pemerhati kesehatan lainnya). •
Hasil yang diharapkan: adanya kesepakatan untuk berpartisipasi serta dukungan dari lintas program dan lintas sektoral kecamatan dan desa terkait rencana kegiatan dalam PTP. Apabila ada keterbatasan dukungan BOK maka puskesmas dapat menggali sumber pendanaan dan dukungan dari masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
www.kinerja.or.id
2.2 Penyusunan PTP yang partisipatif dan pelaporan pelaksanaan kegiatan yang transparan •
○ Apakah kegiatan sesuai dengan perencanaan? •
○ Apakah kegiatan sudah mencapai target?
Tujuannya untuk meningkatkan keterlibatan dan
○ Bagaimana keterlibatan masyarakat?
dukungan masyarakat. •
○ Apakah evaluasi menggunakan data-data
Puskesmas sudah menyusun dokumen
yang ada di Puskesmas?
perencanaan menurut data dan perpekstif tehnis
○ Apakah ada kendala dan tantangan dalam
puskesmas. •
Dalam evaluasi, perlu diperhatikan:
mencapai target kegiatan?
Puskesmas mengundang masyarakat (MSF,
○ Apakah ada kegiatan di luar rencana?
Dewan Kesehatan Kecamatan atau badan pertimbangan kesehatan,Toga, Toma, organisasi profesi, swasta, dll) dan pemerintah kecamatan (Muspika, KUA, dll) dan desa (kepala desa, dll) untuk memberi tanggapan dan masukan
Contoh Bahan Presentasi
terhadap dokumen tersebut. •
Hasil yang diharapkan: masyarakat memahami,
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi
mengoreksi sesuai prioritas kebutuhan, dan
USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses
mendukung hasil rencana tersebut.
di file dalam CD yang terlampir.
2.3 Kegiatan Tahap Monitoring & Evaluasi •
Tujuannya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari plan of action dan menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat, yang hasilnya merupakan input untuk langkah perbaikan dan perencanaan periode berikutnya.
•
Proses pemantauan dilaksanakan dan dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada Dinas Kesehatan dan MSF atau forum masyarakat lainnya.
•
Dalam proses monitoring dengan melibatkan unsur masyarakat yang berkeadilan gender
•
Dalam proses monitoring yang penting diperhatikan adalah:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
87
Lampiran A - Uraian Substansi
88
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
89
Kemitraan Bidan dan Dukun untuk Mendukung Program Persalinan Aman
3
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
91
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 3 Kemitraan Bidan dan Dukun untuk Mendukung Program Persalinan Aman
Tujuan Modul ini menguraikan tentang pendekatan yang digunakan KINERJA dalam kemitraan bidan dan dukun sebagai salah satu langkah penting dalam mendukung keberhasilan program Persalinan Aman. Penjabaran materi modul diawali dengan pemaparan tentang pengertian, tujuan, hingga langkah-langkah pengembangan kemitraan yang saling menguntungkan dengan memperhatikan keseimbangan unsur demand dan supply. Modul ini disusun dengan dua tujuan, yaitu sebagai rujukan bagi fasilitator dalam melakukan pelatihan dan pendampingan, maupun sebagai panduan bagi pelaksanaan kegiatan yang dapat diterapkan di dinas kesehatan dan puskesmas agar kinerja program lebih baik melalui praktek-praktek yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif.
........ pendekatan yang digunakan KINERJA dalam kemitraan bidan dan dukun ........
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) 2. Konsultan/Pelatih 3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Dukun bayi 7. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).
92
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Tujuan Pembelajaran
6. Mampu memberikan pemahaman tentang pelaksanaan monitoring dan evaluasi penerapan kemitraan bidan dan dukun sesuai kesepakatan.
Tujuan Umum Tujuan modul ini adalah agar seluruh pihak yang
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:
terkait mampu mendampingi puskesmas dan mewujudkan kemitraan bidan dan dukun yang
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan:
partisipatif, akuntabel dan inovatif.
1. Mampu memahami pola kemitraan bidan dan dukun yang efektif, partisipatif dan tranparan
Tujuan Pembelajaran Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):
yang telah dilakukan di daerah lain (praktek baik) 2. Mampu menyusun pola kemitraan bidan dan dukun sesuai dengan kearifan lokal secara partisipatif
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan
3. Mewujudkan kesepakatan kemitraan bidan
mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
dan dukun yang dituangkan dalam MoU atau
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit
maklumat dengan melibatkan masyarakat (MSF)
pelayanan kesehatan.
4. Mampu mengimplementasikan pola kemitraan bidan dan dukun yang telah disepakati
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Mampu menawarkan pola kemitraan bidan dan dukun yang efektif, partisipatif dan transparan yang telah dilakukan di daerah lain (praktek baik) 2. Mampu mendesaian pola kemitraan bidan dan
5. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan kemitraan bidan dan dukun sesuai kesepakatan (oleh Puskesmas dan MSF) 6. Menerapkan strategi untuk menjamin keberlanjutan implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun yang transparan dan akuntabel.
dukun sesuai dengan kearifan lokal 3. Mampu memberikan penguatan terhadap implementasi kemitraan bidan dan dukun yang transparan dan akuntabel
Pokok Bahasan
4. Mampu melakukan fasilitasi pencapaian kesepakatan kemitraan bidan dan dukun yang
1. Latar belakang kemitraan bidan dan dukun
dituangkan dalam MoU atau maklumat
2. Tujuan kemitraan bidan dan dukun
5. Mampu melakukan pendampingan kemitraan
3. Persyaratan kemitraan bidan dan dukun
bidan dan dukun yang lebih efektif, partisipatif
4. Peran dan tanggung jawab para pihak
dan tranparan
5. Tahapan kemitraan bidan dan dukun.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
93
Lampiran A - Uraian Substansi
Waktu
Metode Sesi pelatihan: 1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Latihan kelompok 4. Presentasi hasil latihan. Sesi pelaksanaan: 1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/ Dinas Kesehatan 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan.
Alat dan bahan
1. LCD Projector 2. Laptop 3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board
Sesi pelatihan: Satu hari Waktu 1 x 45 menit
Pokok Bahasan Pembukaan Bina Suasana
Self-assessment: Deskripsi 1 x 45 menit pelaksanaan kegiatan kemitraan bidan dan dukun saat ini Penyajian materi: Kemitraan bidan 2 x 45 menit dan dukun Diskusi dan tanya jawab 3 x 45 menit Role play 1 x 45 menit
Rencana tindak lanjut Penutupan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 1. Pengantar a) Fasilitator membuka sesi dengan
4. Alat tulis
menyampaikan peran penting kemitraan
5. Materi Presentasi.
bidan dan dukun dalam kerangka program Persalinan Aman. b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit. Pokok bahasan yang akan dibahas adalah kemitraan bidan dan dukun sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Program persalinan aman yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan
94
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam
inovatif dari sisi demand dan supply.
pengantar
Di akhir sesi, akan dilakukan role play
2. Sesi II: Melaksanakan self-asessment
pengembangan kemitraan bidan dan dukun untuk semakin meningkatkan kemampuan
untuk mengetahui praktek kemitraan
peserta.
bidan dan dukun saat ini. Aspek yang penting untuk digali adalah mengenai
c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk mencairkan situasi, sebelum memulai
bentuk kemitraan yang sudah ada,
pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan
keterlibatan unsur masyarakat, serta
misalnya: perkenalan, mapping harapan
pelaksanaan kesepakatan antara bidan
peserta dan motivation game.
dan dukun. 3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi tentang Kemitraan bidan dan dukun.
2. Proses pelatihan
Beri penekanan pada faktor kunci
a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan
keberhasilan kemitraan tersebut dengan
materi sesuai dengan jadwal yang telah
mengambil contoh baik dari daerah lain.
ditentukan. Gunakan media pembelajaran
Alokasikan waktu untuk melakukan
yang sesuai untuk memudahkan
tanya jawab. Tanya jawab dapat dilakukan
penangkapan peserta. Bahan presentasi
terpisah di akhir sesi, atau menyatu
dapat menggunakan bahan yang tersedia
dengan proses penyampaian materi.
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,
4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan
dengan mengutamakan peran aktif dari
role tentang pengembangan kemitraan
seluruh peserta. Minta peserta untuk
bidan dan dukun, sampai dengan
menyampaikan pendapatnya terkait dengan
penyusunan nota kesepakatan.
topik yang tengah dibahas. b) Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar atas pertanyaan peserta kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan jika ada proses diskusi yang menyimpang.
Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:
www.kinerja.or.id
3. Penutup
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS, MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam mengembangkan kemitraan bidan dan dukun di derah setempat. Fasilitator menutup
Tata Kelola Persalinan Aman
95
Lampiran A - Uraian Substansi
sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil
Oleh karena itu keberadaan dukun di banyak daerah
presentasi dan tanya jawab, serta menekankan
di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan dan
kembali beberapa hal yang akan dilakukan
pedalaman, sangat dibutuhkan dan dipercayai
sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah
masyarakat dalam menolong persalinan, dan
disusun.
perawatan ibu dan bayi pasca melahirkan dengan sentuhan jiwa. Berbeda dengan keberadaan bidan selain dianggap masih muda dan tidak mendapatkan
Uraian Substansi
pelayanan sebagaimana yang biasa diterima jika ditangani dukun (jampi-jampi/doa-doa, kata-kata yang memberikan efek tenang), juga dianggap
1. Latar Belakang Kemitraan Bidan dan Dukun Keberadaan dukun di sebagian besar daerah di Indonesia masih cukup dominan dalam menolong persalinan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor perilaku, kepercayaan, budaya, agama dan ekonomi masyarakat. Kematian dan kesakitan ibu hamil, ibu bersalin,ibu nifas, dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar. Masalah kematian ibu dan bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks dalam pertolongan persalinan. Selain faktor pelayanan yang memerlukan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama persalinan, juga dipengaruhi oleh masih adanya ibu hamil yang melahirkan di rumah yang ditolong oleh dukun. Keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan (bidan), serta kondisi geografis yang sulit sangat berkontribusi terhadap masih dominannya dukun dalam menolong persalinan.
96
Tata Kelola Persalinan Aman
bertarif mahal. Untuk mewujudkan Persalinan Aman serta pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terampil perlu dikembangkan suatu pola kerjasama yang jelas antara bidan dan dukun. Hal ini dilakukan untuk menjamin akses masyarakat ke pelayanan kesehatan agar kesehatan ibu dan bayi tetap terjaga kualitasnya. Dengan demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun. Kemitraan bidan dan dukun merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara bidan dan dukun dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan merubah peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi baik pada masa kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas,
www.kinerja.or.id
berdasarkan kesepakatan yang dibuat antara bidan
sebagai unsur penting yang mendukung kesuksesan
dan dukun dengan melibatkan masyarakat yang
dari program ini.
ada. Kemitraan Bidan dan Dukun akan berhasil jika:
2. Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun Kemitraan bidan dan dukun adalah upaya untuk
•
menimbulkan kesan persaingan. •
yang dihormati dan berpengalaman di suatu
tenaga kesehatan, yang tujuannya adalah untuk
wilayah yang masih kental akan tradisi sangat
meningkatkan akses ibu dan bayi yang baru lahir melalui alih peran dukun sebagai penolong persalinan menjadi mitra bidan, serta mendorong masyarakat untuk menggunakan tenaga kesehatan
Terjalin kerjasama yang harmonis dan tanpa mengurangi status dukun sebagai tokoh
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
Terdapat hubungan saling mendukung tanpa
percayaterhadap peran dukun. •
Dukun dapat memahami makna dan tujuan program.
•
Bidan menghormati peran dukun yang dapat memberikan sentuhan psikologis bagi ibu hamil
yang terampil dan kompeten dalam persalinan.
dan melahirkan.
Secara khusus, tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun
Keberhasilan ditandai dengan adanya:
adalah:
•
Kesepakatan antara bidan dengan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap
1. Meningkatkan rujukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan oleh petugas dan di fasilitas
ibuhamil dan bersalin yang datang. •
kesehatan 2. Meningkatkan alih peran dukun dari penolong
Dukun membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan bayinya.
•
Bidan sepakat akan memberikan sebagian
persalinan menjadi mitra bidan dalam merawat
penghasilan dari menolong persalinan yang
ibu nifas dan bayinya
dirujuk oleh dukun dengan besaran sesuai
3. Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
kesepakatan bersama yang disaksikan
yang memiliki kompetensi kebidanan.
para pihak sebagai wujud transparansi dan kesetaraan.
3. Persyaratan Kemitraan Bidan dan Dukun Pola kemitraan bidan dengan dukun sangat
•
Kesepakatan tersebut harus dituangkan.dalam peraturan tertulis atau dalam bentuk nota kesepakatan, disaksikan oleh Kepala Desa, Camat, dan MSF setempat.
memerlukan keterlibatan berbagai elemen masyarakat
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
97
Lampiran A - Uraian Substansi
4. Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak
dan dukun di masing-masing wilayah kecamatan/puskesmas b) Berkoordinasi dengan pihak program
Sebagai penanggung jawab dari program Kemitraan
lintas sektor tingkat kecamatan, dan desa/
Bidan dan Dukun baik di tingkat kabupaten/kota
kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan
(Dinas Kesehatan) dan Puskesmas/Kecamatan,
Persalinan Aman
maka tugas dan tanggung jawab dari para pihak adalah sebagai berikut:
a) Membangun jejaring dengan LSM, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta di Desa/Kelurahan
4.1 Dinas Kesehatan
c) Membina dukun yang berada di wilayah setempat
a) Mengidentifikasikan dan menganalisir kondisi yang ada atas peran bidan dan dukun di tingkat Kabupaten/Kota b) Mengembangkan strategi dan membuat perencanaan c) Merumuskan aspek hukum, kelembagaan dan partisipasi masyarakatuntuk menjamin kualitas pelaksanaan
d) Melaksanakan kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun e) Memfasilitasi bidan di desa dalam pelaksanaan kemitraan f) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun g) Melaporkan kegiatan kepada lembaga diatasnya.
d) Memfasilitasi kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun (sosialisasi, desiminasi, pembekalan teknis dan pelaksanaan
4.3 Bidan (Bidan Koordinator/Pembina wilayah)
kegiatan Persalinan Aman) e) Pengelolaan program KIA (koordinasi, sinkronisasi lintas sektor, dan unit layanan terkait) dalam pelaksanaan kegiatan Persalinan Aman f) Monitoring dan evaluasi efektifitas Kemitraan Bidan dan Dukun g) Pelaporan kegiatan.
a) Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil b) Berkoordinasi dengan lintas sektor (desa/ kelurahan dan Muspika) dalam pelaksanaan kegiatan Persalinan Aman c) Membangun jejaring dengan LSM, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta di Desa/Kelurahan
4.2 Puskesmas
d) Membina dukun yang berada di wilayah setempat
a) Mengidentifikasikan dan menganalisir kondisi yang ada atas peran bidan
98
Tata Kelola Persalinan Aman
e) Melaksanakan kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun
www.kinerja.or.id
g) Melakukan evaluasi kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun
4.4 Multi Stakeholder Forum (MSF)
5. Tahapan Kemitraan Bidan dan Dukun Dalam pola kemitraan bidan dan dukun, masingmasing pihak terkait mempunyai peran dan
a) Berpartisipasi aktif dalam proses
tanggung jawabnya masing-masing. Secara umum
penyusunan kesepakatan Kemitraan Bidan
mekanisme yang harus dilakukan untuk terciptanya
dan Dukun
kemitraan bidan dukun yang efektif meliputi langkah-
b) Menyaksikan penandatanganan nota kesepakatan
langkah: persiapan, pelaksanaan, dan monitoring dan evaluasi.
c) Memantau pelaksanaan Kemitraan Bidan dan Dukun sesuai kesepakatan
5.1 Persiapan
d) Melakukan mediasi bilamana terjadi konflik antara bidan dan dukun
Kegiatan pada tahap persiapan:
e) Memberikan masukan atau rekomendasi
a) Pemetaan potensi dan masalah yang ada
sesuai hasil pemantauan
terkait dengan kemitraan bidan dan dukun:
f) Camat dan kepala desa berperan aktif dalam mendukung kemitraan dalam bentuk
•
penganggaran melalui Alokasi Dana Desa
Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir
(ADD), support kebijakan, sosialisasi kepada
•
masyarakat, serta monitoring dan evaluasi
Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan atau di fasilitas kesehatan
kegiatan.
Contoh:
• Tidak ada bidan
Persalinan oleh dukun dengan
• Ada bidan tapi sering tidak di tempat
persentase yang lebih dari 5% merupakan indikator diperlukan kemitraan bidan dan dukun. Dicari akar masalah mengapa masyarakat banyak bersalin di dukun. Beberapa kemungkinan faktor penyebab:
www.kinerja.or.id
• Faktor budaya • Faktor ekonomi • Bidan kurang kompeten • Jumlah dukun lebih banyak daripada bidan • Komunikasi interpersonal dukun
sangat baik.
Tata Kelola Persalinan Aman
99
Lampiran A - Uraian Substansi
•
Jumlah bidan dan dukun aktif dalam satu wilayah
c) Membuat dokumen perencanaan kegiatan (Plan of Action - PoA) yang meliputi:
•
Kompetensi bidan yang ada di desa
•
Perilaku bidan (komunikasi, bahasa lokal,
•
Bentuk kegiatan
aktif, menetap di desa, dan lainnya)
•
Tujuan
Kelengkapan sarana, alat dan bahan habis
•
Metode
pakai yang berkaitan dengan persalinan
•
Sasaran
•
Sarana transportasi rujukan
•
Penanggungjawab pelaksanaan
•
Sistem pembiayaan (Jampersal,
•
Waktu pelaksanaan
Jamkesmas, dan jaminan kesehatan lain)
•
Sumber pendanaan.
•
•
Dukungan kebijakan, kelembagaan dan partisipasi masyarakat
•
5.2 Pelaksanaan
Sosial budaya yang mendukung dan menghambat.
Secara kronologis, kegiatan kemitraan bidan dan dukun dalam pelaksanaan meliputi:
b) Menyusun alternatif pemecahan masalah: perlu tidaknya kemitraan dengan strategi
a) Pertemuan persamaan persepsi dengan
masing-masing Alternatif pemecahan masalah
melibatkan: puskesmas, pemangku kepentingan
dilakukan berdasarkan temuan penyebab
tingkat kecamatan, MSF, tokoh masyarakat,
masalah. Beberapa alternatif pemecahan yang
kepala desa yang memiliki dukun aktif. Pada
ada, dibahas untuk memperoleh upaya yang
pertemuan ini diharapkan ada kesepakatan dari
paling tepat untuk mengatasi masalah dengan
kepala desa untuk mengalokasikan sebagian
melibatkan sumber daya yang ada baik lintas
dana desa untuk dukun yang bermitra dan tidak
program/lintas sektor maupun tokoh-tokoh
menolong persalinan.
informal, misalnya: b) Menyampaikan hasil pertemuan kepada dinas •
Tidak ada bidan, alternatifnya: wilayah kerja
kesehatan; Dinas Kesehatan perlu melakukan
bidan desa terdekat diperluas sehingga
beberapa hal yaitu:
dapat bermitra dengan dukun setempat •
•
Bidan sering tidak di tempat: ditetapkan
1. Penyusunan Petunjuk Teknis di tingkat
kebijakan minimum 2 minggu sebelum
kabupaten/kota dengan mengacu pada
dan setelah taksiran kelahiran bidan harus
Petunjuk Teknis nasional yang kemudian
berada di tempat
disesuaikan dengan kemampuan sumber
Dan lain-lain.
daya daerah masing-masing. Pihak swasta juga penting untuk dilibatkan.
100
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
2. Sosialisasi Lintas Program/Lintas Sektoral
ii. Persalinan:
dengan melibatkan masyarakat atau MSF kabupaten
1. Mengantar ibu yang mau bersalin kepada
3. Pembekalan teknis pelaksanaan program
bidan
kemitraan Bidan dengan Dukun
2. Memanggil bidan bila ibu melahirkan di
4. Membantu Puskesmas menyusun MoU
rumah
bersama masyarakat atau MSF dengan
3. Mendampingi bidan ketika ibu bersalin
melihat dari praktek baik dari daerah lain.
4. Merawat bayi setelah IMD ketika bidan merawat ibu.
c) Pertemuan dengan dukun dan bidan yang dihadiri oleh MSF yang tujuannya penyampaian
iii. Nifas:
maksud kemitraan. Pada sesi ini disepakati juga draft kerjasama yang meliputi hak dan kewajiban
1. Menganjurkan ibu untuk tetap makan bergizi
masing-masing minimum berisi:
2. Merawat ibu agar tetap menjaga kebersihan; 3. Menjaga ibu agar tetap memberi ASI kepada
1. Mekanisme rujukan informasi ibu hamil 2. Mekanisme rujukan kasus persalinan 3. Mekanisme pembagian biaya persalinan atau insentif lain 4. Jadwal pertemuan rutin bidan dengan dukun
bayi 4. Mencegah pemberian yang bukan anjuran bidan pada tali pusat bayi 5. Memberitahukan segera kepada bidan bila ada perdarahan dan bayi sesak.
5. Mekanisme pengaduan dan penanganan complaint diantara kedua belah pihak 6. Hak dan kewajiban sesuai dengan masa kehamilan dan persalinan.
d) Penandatanganan kesepakatan atau MoU Kemitraan Bidan dan Dukun yang mencantumkan tentang kewajiban, tanggungjawab, dan hak masing-masing yang
i. Kehamilan:
bermitra. Penandatanganan ini disaksikan oleh MSF, tokoh masyarakat, kepala desa,
1. Menganjurkan/merujuk ibu hamil untuk
dan dinas kesehatan. Penandatanganan MoU
periksa kehamilan sesuai dengan usia
bagi daerah yang belum mempunyai MoU,
kehamilan
atau merevitalisasi kembali MoU bagi daerah
2. Memberi penyuluhan tentang pentingnya
yang telah mempunyai MoU kemitraan bidan
imunisasi, gizi, perawatan payudara, IMD
dan dukun dengan melibatkan masyarakat dan
dan ASI eksklusif.
stakeholder lain.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
101
Lampiran A - Uraian Substansi
e) Pelaksanaan kesepakatan.
•
Pelaksanaan pemberian insentif (material dan non material). Pemberian
1. Sosialisasi Lintas Program/Lintas Sektoral
insentif yang material harus dapat
dengan melibatkan masyarakat atau MSF
dipertanggungjawabkan seperti kuitansi
kepada DPRD (Dapil), Bappeda, KUA,
pemberian.
Camat, Muspika, Kepala Desa, Bidan
•
Desa, TP-PKK Kecamatan dan Desa, kader
Interaksi antara bidan dan dukun agar hubungannya tetap baik.
kesehatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan LSM. 2. Dukun dan bidan dapat berjalan sesuai dengan MoU. f) Penyusunan rencana kerja puskesmas dan
b) Evaluasi dilakukan oleh puskesmas bersama MSF baik semesteran maupun tahunan, dengan indikator: •
Persentase dukun yang bermitra
•
Cakupan persalinan di tenaga kesehatan di
dinas kesehatan sesuai jadwal monitoring dan evaluasi.
suatu wilayah •
Prosentase rujukan ibu hamil oleh dukun.
•
Penyebab dukun yang bermitra masih
5.3 Monitoring dan evaluasi
menolong persalinan; •
Kelancaran pembayaran kepada dukun oleh bidan.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan
•
Peran aktif dari kepala desa
rencana yang dibuat, yang hasilnya merupakan
•
Kendala dari sisi masyarakat, puskesmas,
input untuk langkah perbaikan dan perencanaan
dukun dan bidan dalam implementasi
periode berikutnya.
kemitraan bidan dan dukun.
a) Pemantauan dilaksanakan secara periodik (3
c) Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan
bulan sekali) dengan melibatkan masyarakat,
berjenjang kepada pengelola program KIA di
dengan indikator:
puskesmas dan selanjutnya ke dinas kesehatan,
•
serta kepada masyarakat dan MSF.
Keterlibatan dukun dalam menolong persalinan. Dukun juga mencatat setiap rujukan kepada bidan sebagai akuntabilitas dari perjanjian yang ada.
102
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
5.4 Contoh Formulir Monitoring a) Formulir monitoring No
Aspek yang dipantau
1
Keterlibatan dukun dalam menolong persalinan
2
Pelaksanaan pemberian insentif (materil dan non material)
3
Interaksi antara bidan dan dukun
4
Frekuensi pertemuan rutin bidan dengan dukun
5
Pelaksanaan sistem rujukan
6
Keluhan yang mungkin ada diantara kedua belah pihak
7
Keterlibatan masyarakat dalam kemitraan bidan dan dukun
8
....................................
Hasil pemantauan
Rencana tindak lanjut
Hasil Evaluasi
Rekomendasi
b) Formulir evaluasi No
Aspek yang dievaluasi
1
Persentase dukun yang bermitra
2
Cakupan Linakes di suatu wilayah
3
Persentase rujukan bumil oleh dukun
4
...........................
5
............................
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
103
Lampiran A - Uraian Substansi
Contoh Praktek Baik
1. Kota Probolinggo Proses Kemitraan Bidan dan Dukun di Kota Probolinggo dilakukan dengan tahapan: 1. Masing-masing kelompok bidan dan kelompok dukun melakukan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan kemitraan yang ada 2. Dilakukan konfirmasi hasil analisis SWOT dengan kelompok lain (hasil analisis SWOT oleh kelompok bidan dikonfirmasikan ke dukun, demikian juga sebaliknya) 3. Dilakukan kompilasi hasil terbaik untuk merumuskan pola kemitraan yang saling menguntungkan sesuai dengan kondisi lokal 4. Disusun draft nota kesepakatan (MoU) 5. Asistensi draft MoU dengan perwakilan kelompok dukun. Insentif bagi dukun diwujudkan dalam bentuk: 1. Pelayanan kesehatan gratis bagi keluarga inti dukun (khusus untuk pelayanan kesehatan dasar) 2. Dukun yang merujuk ibu bersalin mendapatkan insentif dari bidan atau sumber yang disepakati oleh MSF dan Puskesmas.
2. Puskesmas Sukamaju, Kabupaten Luwu Utara Proses Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Sukamaju di Kabupaten Luwu Utara dilakukan dengan tahapan: 1. Masing-masing kelompok bidan dan kelompok dukun melakukan analisis untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan kemitraan yang ada 2. Dilakukan konfirmasi hasil analisis dengan kelompok lain 3. Dilakukan kompilasi hasil terbaik untuk merumuskan pola kemitraan yang saling menguntungkan sesuai dengan kondisi lokal 4. Disusun draf nota kesepakatan (MoU) dengan keterlibatan dukun 5. Dicetak foto-foto bidan dan dukun untuk menempel di dinding ruang KIA untuk memperlihat sistem kemitraan bidan dan dukun kepada pasien. Insentif bagi dukun diwujudkan dalam bentuk: 1. Dukun yang merujuk ibu bersalin mendapatkan insentif dari Puskesmas sekitar Rp. 50.000 per rujukan. 2. Dukun diperbolehkan masuk ruang bersalin dengan ibu bersalin untuk memberikan dukungan non-medis. Capaian: 1. Jumlah persalinan ditolong oleh dukun telah turun sejak adanya MoU Kemitraan Bidan dan
104
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Dukun: pada tahun 2012, ada 15 persalinan dengan dukun. Pada tahun 2013, ada 9 persalinan dengan dukun. Pada enam bulan pertama dalam tahun 2014, hanya ada 2 persalinan dengan dukun di wilayah Puskesmas Sukamaju.
www.kinerja.or.id
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file dalam CD yang terlampir.
Tata Kelola Persalinan Aman
105
Lampiran A - Uraian Substansi
106
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Kantung Persalinan untuk Mendukung Program Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
4 Tata Kelola Persalinan Aman
107
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 4 Kantung Persalinan untuk Mendukung Program Persalinan Aman
Tujuan Modul ini menguraikan tentang pendekatan yang digunakan KINERJA dalam kegiatan revitalisasi Kantung Persalinan sebagai salah satu langkah penting dalam mendukung keberhasilan program Persalinan Aman. Penjabaran materi modul diawali dengan pemaparan tentang pentingnya Kantung Persalinan, tujuan dan manfaat Kantung Persalinan, serta penggunaan Kantung Persalinan. Modul ini disusun dengan tujuan pembaca belajar model pendekatan Kinerja dalam pelaksanaan kegiatan Kantung Persalinan yang dapat diterapkan di puskesmas dan polindes agar kinerja program lebih baik melalui praktek-praktek yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif.
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP)
Penjabaran materi modul diawali dengan pemaparan tentang pentingnya Kantung Persalinan, ........
2. Konsultan/Pelatih 3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).
Tujuan Pembelajaran
108
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
3. Membangun komitmen dalam melaksanakan
Tujuan Umum
kantung persalinan.
Mampu membuat dan melaksanakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitasdalam menangani ANC dan persalinan.
Tujuan Pembelajaran Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):
Pokok Bahasan 1. Pentingnya kantung persalinan 2. Tujuan kantung persalinan 3. Manfaat kantung persalinan 4. Penggunaan kantung persalinan.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
Metode
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan. Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Mampu menjelaskan pentingnya kantung persalinan bagi terselenggaranya persalinan aman; 2. Memahami tahapan pembuatan kantung persalinan; 3. Mampu memandu dan mendampingi Puskesmas dalam melaksanakan kantung persalinan seperti analisis kantung persalinan sebagai manajemen program persalinan aman.
Sesi pelatihan: 1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Role play. Sesi pelaksanaan: 1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/ Dinas Kesehatan 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan.
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:
Alat dan bahan
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami pentingnya kantung persalinan bagi terselenggaranya persalinan aman; 2. Mampu membuat dan melaksanakan kantung persalinan;
1. LCD Projector 2. Laptop 3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board 4. Alat tulis 5. Materi Presentasi.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
109
Lampiran A - Uraian Substansi
Waktu
role play pelaksanaan kantung persalinan untuk semakin meningkatkan kemampuan
peserta. c) Fasilitator melakukan bina suasana untuk
Sesi pelatihan: Satu hari Waktu
mencairkan situasi, sebelum memulai Pokok Bahasan
Bina Suasana 1 x 45 menit Self-assessment: Deskripsi pelaksanaan kegiatan kantung persalinan saat ini Penyajian materi: Kantung 2 x 45 menit persalinan Diskusi dan tanya jawab 3 x 45 menit Role play 1 x 45 menit
Rencana tindak lanjut Penutupan
pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan motivation game.
2. Proses pelatihan a) Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang sesuai untuk memudahkan penangkapan peserta. Bahan presentasi
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
dapat menggunakan bahan yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari seluruh peserta. Minta peserta untuk
1. Pengantar a) Fasilitator membuka sesi dengan
menyampaikan pendapatnya terkait dengan topik yang tengah dibahas. b) Beri kesempatan kepada setiap peserta
menyampaikan peran penting kantung
untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan
persalinan dalam program Persalinan Aman.
dulu komentar atas pertanyaan peserta
b) Fasilitator menjelaskan desain kegiatan
kepada peserta yang lain, agar suasana
secara umum, yaitu akan diselenggarakan
diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas
selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45
fasilitator adalah memfasilitasi proses
menit. Pokok bahasan yang akan dibahas
diskusi dan mengarahkan jika ada proses
meliputi pentingnya kantung persalinan,
diskusi yang menyimpang.
tujuan dan manfaat kantung persalinan, serta penggunaan kantung persalinan salah satu upaya untuk mewujudkan Program Persalinan Aman yang Akuntabel dan responsif. Di akhir sesi, akan dilakukan
110
Tata Kelola Persalinan Aman
Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut: 1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar 2. Sesi II: Melaksanakan self-asessment untuk mengetahui pelaksanaan kantung persalinan
www.kinerja.or.id
saat ini. Aspek yang penting untuk digali
mengirimkan kartu persalinan ke Puskesmas
adalah mengenai pelaksanaan kantung
sekaligus ketika mengirimkan dokumen
persalinan yang sudah ada, serta peluang
laporan ibu. Kantung persalinan direkap
dan hambatan dalam pelaksanaannya.
dan dianalisis di tingkat Puskesmas dan
3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi
dijadikan bahan pembahasan dalam rapat di
tentang Kantung Persalinan. Penyajian
tingkat Puskesmas dengan melibatkan unsur
diawali dengan penjelasan mengenai
masyarakat dan perangkat desa.
pengertian, tujuan, dan manfaat kantung persalinan. Penting pula dibahas mengenai
3. Penutup
beberapa fakta yang ditemukan terkait
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana
pelaksanaan kantung persalinan selama
tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan
yang belum sepenuhnya sesuai, sehingga
kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut
KINERJA memandang perlu dilakukan
yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit
revitalisasi. Untuk itu penjelasan mengenai
yang akan dilakukan baik oleh Puskesmas
langkah pembuatan dan pemanfaatan
dan Dinas Kesehatan dalam melaksanakan
kantung persalinan menjadi bagian yang
kantung persalinan di derah setempat. Fasilitator
sangat penting.
menutup sesi dengan menarik kesimpulan
4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan
dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta
role play tentang pengisian kantung
menekankan kembali beberapa hal yang akan
persalinan dan analisisnya. Dalam sesi
dilakukan sesuai dengan rencana tidak lanjut
role play peserta dibagi sesuai peran yang
yang telah disusun.
diperlukan, yaitu dari sisi penyedia layanan terdiri dari kepala Puskesmas, bidan
Uraian Substansi
koordinator, bidan di desa dan petugas dari dinas kesehatan, sedang dari sisi pengguna layanan terdiri dari ibu hamil, perwakilan masyarakat (MSF), dan perangkat desa. Skenario yang dirancang adalah: ibu hamil
1. Kantung Persalinan
yang berasal dari berbagai wilayah desa datang ke bidan desa untuk melakukan
Pengenalan tentang tanda bahaya kehamilan sedini
ANC, mulai kunjungan K1 hingga K4.
mungkin merupakan salah satu kegiatan menuju
Bidan membuat kantung persalinan dan
persalinan aman. Namun, setiap ibu hamil harus
melengkapinya dengan membuat peta
diperlakukan waspada sebagai ibu yang selalu
sehingga dapat diketahui sebaran ibu
berpotensi risiko baik dalam kehamilan, persalinan
hamil beserta tingkat risikonya. Bidan desa
dan nifas.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
111
Lampiran A - Uraian Substansi
Kepatuhan seorang ibu hamil dalam memeriksakan
karena ibu hamil dan bidan dapat melakukan
kehamilannya sangat diperlukan agar setiap keluhan
tindakan dan menyusun rencana persalinan yang
dapat ditangani sedini mungkin sehingga risiko tinggi
aman sesuai dengan kondisi ibu.
dapat dikelola dengan baik dan risiko seminimal mungkin. Peran bidan dalam kesehatan ibu hamil
Kantung persalinan sudah mulai diperkenalkan pada
adalah meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam
awal tahun 1990 dalam upaya penurunan kematian
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil
ibu. Umumnya, setiap Puskesmas dan Poskesdes
secara normal dan dapat mendeteksi dini tanda
di Indonesia sudah memiliki kantung persalinan.
bahaya kehamilan. Deteksi dini dapat dilakukan
Jadi pada dasarnya kantung persalinan ini bukanlah
dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur.
suatu alat yang baru. Namun banyak Puskesmas
Indikator yang menyatakan kunjungan ibu hamil
kurang menggunakan informasi dari kantung
telah memenuhi standar jumlah kunjungan adalah
persalinan ini. Akibatnya, banyak Puskesmas
cakupan K-4. Cakupan K-4 merupakan kontak ibu
menelantarkan kantung itu sebagai pajangan saja.
hamil dengan tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pada zaman ini, kondisi kantung persalinan itu
Efektifitas pelayanan antenatal tidak hanya diukur
adalah kurang lebih adalah sebagai berikut:
berdasarkan keberhasilan cakupan K-4 saja, tetapi juga diperlukan keteraturan dalam melakukan
1.1 Kantung persalinan belum informatif
kunjungan, agar informasi yang penting bagi ibu hamil dapat tersampaikan. Salah satu metode
Kantung tersebut belum dapat menggambarkan
yang dapat digunakan adalah pembuatan kantung
daerah kerja Puskesmas dan kondisi ibu hamil
persalinan.
menurut desa. Demikian juga belum bisa menginformasikan tingkat risiko ibu hamil menurut
Kantung persalinan merupakan suatu alat monitoring
desa. Alasan yang banyak dikemukaan adalah
program persalinan aman oleh Puskesmas dimana
karena telah ada Kohort Ibu dan PWS KIA sehingga
ringkasan informasi kondisi ibu hamil ditulis
kantung itu dirasakan tidak bermanfaat.
singkat pada satu kartu dan kartu itu disimpan dalam kantung sesuai dengan taksiran persalinan.
Puskesmas sejak 30 tahun lalu sudah punya PWS
Dengan demikian, ibu hamil akan punya informasi
KIA dan Kohort Ibu. Tetapi ketika ada orang yang
yang lengkap berkaitan dengan kehamilannya dari
bertanya “berapa orang yang akan bersalin bulan
waktu ke waktu, terutama tentang tanda bahaya
Januari di Puskesmas ini? Siapa saja yang berisiko
kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu
tinggi dan di mana mereka berada?”, pertanyaan
dan janin. Keberadaan kantung persalinan ini dapat
ini biasanya tidak bisa segera dijawab oleh bidan
mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi
koordinator. Mereka harus buka data yang tersimpan
yang terjadi pada ibu menjelang dan saat persalinan,
112
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
dalam kohort ibu dan PWS KIA. Kohort dan PWS
Puskesmas maka informasi ibu diteruskan kepada
masih sangat relevan digunakan untuk data detil
bidan di desa dalam pertemuan bulanan agar tidak
dari ibu. Sedangkan kantung ini menunjukkan
terjadi perhitungan ganda.
ringkasan kondisi ibu hamil dan bersalin di wilayah kerja Puskesmas. Dalam istilah modern dikenal
1.3 Kantung persalinan belum rutin
sebagai informasi dashboard. Kantung persalinan sesungguhnya merupakan shortcut atau cara cepat
Alasannya adalah kurang waktu untuk membuatnya,
agar tahu kondisi ibu hamil dan bersalin di wilayah
dan kantung yang telah diisi juga tidak pernah
kerja puskesmas.
menjadi perhatian dari kepala Puskesmas. Akhirnya, bidan koordinator sering membiarkan kantung
KINERJA merevitalisasi kantung persalinan
persalinan kosong dan menjadi pajangan saja.
sehingga kantung dapat menunjukkan secara ringkas kondisi ibu yang hamil dan berisiko di
KINERJA membantu bidan koordinator dan kepala
seluruh wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas untuk membuat kantung persalinan yang ringkas, dan menganalisis informasinya setiap
1.2 Kantung Persalinan belum lengkap
bulan. Informasi ini disampaikan dalam pertemuan internal Puskesmas dengan program terkait dan
Sementara ibu hamil yang tidak berkunjung ke
bidan di desa. Misal, bidan desa A tidak boleh ke
Puskesmas, Puskesmas tidak memiliki informasi
luar desa dengan alasan cuti atau lainnya dalam
tentang ibu tersebut. Puskesmas berasumsi bahwa
bulan ini karena ada ibu bersalin di desanya.
informasi ibu hamil di desa menjadi tanggung jawab
Jika dia harus ke luar dari desa karena hal yang
bidan desa untuk membuat kantung persalinan
sangat mendesak, maka harus diberitahu kepada
di Polindes/Poskesdes dan memonitor itu. Hal
Puskesmas dan Puskesmas mencari/menunjuk
ini mengakibatkan jika ada desa di mana tidak
bidan desa lain untuk menggantikan bidan tersebut.
ada bidan, kondisi ibu di desa tersebut tidak
Selain informasi disampaikan secara internal,
terinformasikan. Atau kondisi ibu hamil di desa yang
informasi ini disampaikan juga kepada eksternal
ada bidanpun tidak dapat dikelola dengan baik
dalam pertemuan rutin dengan masyarakat (multi-
karena tidak terinformasikan secara singkat kepada
stakeholder forum) tingkat kecamatan.
pimpinan puskesmas. Kinerja berharap data seluruh ibu hamil ada dalam
1.4 Kantung persalinan belum transparan
kantung persalinan Puskesmas. Bidan desa tetap membuat kartu ibu yang akan diisi dalam kantung persalinan di Polindes/Poskesdes dan Puskesmas.
Sehingga banyak informasi ibu hamil kurang mendapat dukungan dari desa. Sebetulnya, hasil
Setiap ibu yang telah memeriksa dirinya ke
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
113
Lampiran A - Uraian Substansi
analisis kantung persalinan ini juga disampaikan
Koordinator) dalam meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat (multi-stakeholder forum).
persalinan oleh tenaga kesehatan dalam rangka untuk pelaksanaan antenatal care (ANC) yang
Kinerja menguatkan Puskesmas agar Puskesmas
memadai.
mampu menyampaikan hasil analisis kantung persalinan kepada masyarakat (MSF) dalam
Tujuan khusus dari kantung persalinan adalah:
kalimat yang mudah dipahami orang awam. Misal, jumlah ibu hamil bulan ini ada 15 orang.
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
Tetapi yang periksa kehamilan pada kunjungan
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
ke 2 umur kehamilan 4-6 bulan (K2) baru 4
kembangnya bayi;
orang. Mohon yang belum periksa di desa A, B, C dan D diminta untuk memeriksa diri.
2. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum,
Hal lain yang disampaikan adalah ada sekian ibu hamil yang punya risiko tinggi di daerah A, B,
kebidanan dan pembedahan; 3. Mempersiapkan persalinan cukup bulan,
C dan D. Mohon MSF memberitahukan orang-
melahirkan dengan selamat, ibu maupun
orang yang punya kendaraan untuk bersedia
bayinya dengan trauma seminimal mungkin;
mengantarnya ke puskesmas atau RS jika ibu
4. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
itu perlu rujukan ke Puskesmas atau rumah
normal dan pemberian ASI Eksklusif;
sakit. Hal lain lagi yang mesti disampaikan
5. Mengetahui saat yang paling dibutuhkan
adalah ada ibu yang bersalin di luar daerah tidak
keberadaan bidan desa di daerah tugasnya.
melapor kepada bidan setempat atau masih ada ibu bersalin yang ditolong oleh dukun. Padahal dukun di daerah itu sudah membuat MoU. Mengapa dukun masih menolong persalinan? Hal-hal seperti ini yang perlu dilaporkan kepada masyarakat. Bukan cakupan Puskesmas saja yang disampaikan kepada masyarakat. Hindari penggunaan istilah-istilah atau singkatan kesehatan seperti K1, ANC, PNC dan sebagainya.
3. Manfaat Kantung Persalinan Pembuatan kantung persalinan dapat bermanfaat bagi manajemen program persalinan aman melalui: 1. Mengetahui status kehamilan ibu dan tingkat risiko; 2. Mengetahui taksiran persalinan; 3. Mengetahui penolong serta pendamping persalinan;
2. Tujuan Kantung Persalinan
4. Mengetahui tempat persalinan; 5. Mengetahui apa yang mesti dipersiapkan oleh
Kantung persalinan adalah alat monitoring oleh
keluarga dan tenaga kesehatan;
Puskesmas (Kepala Puskesmas dan Bidan
114
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
6. Monitoring keberadaan bidan di desa pada saat yang tepat.
Data ibu hamil harus dicatat pada kartu hamil yang di katagorikan dalam 3 kartu berwarna yaitu:
7. Mempercepat berfungsinya desa siaga; 8. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal
•
dengan resiko rendah
care sesuai standard; 9. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga
•
11. Dapat ditanganinya kejadian komplikasi secara
KARTU KUNING adalah untuk data ibu hamil dengan resiko sedang
kesehatan terampil; 10. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun;
KARTU HIJAU adalah untuk data ibu hamil
•
KARTU MERAH adalah untuk data ibu hamil dengan resiko tinggi.
dini; 12. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
Dari kartu di dalam Kantung Persalinan, yang berwarna kuning dan merah akan menjadi fokus perhatian yang lebih dari petugas kesehatan
4. Penggunaan Kantung Persalinan Kartu Kantung Persalinan mulai dibuat pada saat ibu memeriksakan kehamilan pada kunjungan pertama (K1). Pada kunjungan selanjutnya (K2, K3 dan K4), bidan harus tetap melakukan komunikasi baik dengan ibu hamil yang kehamilan normal (tidak bermasalah) maupun ibu hamil yang mengalami komplikasi selama masa kehamilan. Beberapa hal, informasi dan temuan dari hasil pemeriksaan seharusnya dituliskan atau dicatat pada kartu persalinan dan disimpan dalam Kantung Persalinan sesuai dengan bulan Taksiran Persalinan, seperti: •
Identitas ibu (nama, umur, alamat)
•
Hari pertama haid terakhir (HPHT)
•
Taksiran persalinan
•
Riwayat pemeriksaan kehamilan (antenatal care/ ANC)
•
Faktor resiko pada ibu
•
Rencana penolong persalinan.
www.kinerja.or.id
(Dokter/Bidan). Di atas Kantung Persalinan seharusnya digambarkan peta desa wilayah kerja puskesmas. Data ibu seperti nama, taksiran persalinan dan jenis resiko ditulis di atas peta tersebut. Sebaran dukun bersalin juga digambarkan di atas peta itu termasuk dukun yang bermitra dan tidak bermitra dengan bidan. Agar peta tersebut tidak harus digantiganti maka peta itu dilapisi plastik atau dibuat dari styrofoam agar mudah ditusuk dengan jarum pentul. Bidan atau staf yang bertugas di Ruang KIA melakukan tata tertib adminstrasi secara keseluruhan, bidan diwajibkan untuk mengumpulkan data seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya.Setiap bulan, bidan koordinator dan kepala Puskesmas menganalisis kondisi ibu hamil. Hal-hal yang perlu dianalisis adalah desa mana saja yang akan melahirkan pada bulan bersangkutan, siapa yang berisiko tinggi, bagaimana rencana persalinan, bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan, berapa
Tata Kelola Persalinan Aman
115
Lampiran A - Uraian Substansi
orang yang diperkirakan melahirkan kepada dukun, dan seterusnya. Bidan desa yang bertugas di desa tersebut diwajibkan berada di desa 2 minggu sebelum dan
5. Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak a) Bidan Koordinator dan Bidan di Puskesmas
sesudah tanggal taksiran persalinan. Jika bidan desa ingin mengambil cuti maka cutinya sebelum
Bidan atau staf yang bertugas di ruang KIA
tanggal tersebut. Jika dalam kondisi mendesak dan
melakukan tata tertib adminstrasi secara
bidan desa terpaksa tidak bisa berada di desa dalam
keseluruhan, bidan diwajibkan untuk mengumpulkan
waktu +2 minggu dari hari taksiran melahirkan, maka
seluruh data ibu hamil di wilayah kerjanya. Setiap
bidan koordinator akan memberi tanggung jawab
bulan, bidan koordinator dan kepala puskesmas
pematauan dan pertolongan persalinan kepada
menganalisis kondisi ibu hamil. Hal-hal yang
bidan di desa lain yang terdekat.
perlu dianalisis adalah desa mana saja yang akan melahirkan pada bulan bersangkutan, siapa yang
Kepala Puskesmas menyampaikan hasil analisis
beresiko tinggi, bagaimana rencana persalinan,
tentang kondisi persalinan kepada kepala desa dan
bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan, berapa
kader secara rutin, tiap dua atau 3 bulan sekali.
orang yang diperkirakan melahirkan kepada dukun,
Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan
dan seterusnya.
tersebut adalah jumlah ibu yang melakukan pemeriksaan secara teratur, ibu yang bersalin
b) Bidan desa
pada bidan dan dukun, serta rencana persalinan bagi ibu yang risiko tinggi di desa masing-masing.
Bidan desa yang bertugas di desa tersebut
Pada pertemuan ini, kepala Puskesmas meminta
diwajibkan berada di desa 2 minggu sebelum dan
bantuan kepala desa dan kader untuk menyiapkan
sesudah tanggal taksiran persalinan. Jika bidan
transportasi pada ibu yang diduga risiko tinggi jika
desa ingin mengambil cuti maka cutinya sebelum
terjadi hal-hal seperti perdarahan dan lainnya.
tanggal tersebut. Jika dalam kondisi mendesak dan
Jika ada dukun yang sudah bermitra dan masih
bidan desa terpaksa tidak bisa berada di desa dalam
menolong persalinan dimohon bantuan kepala
waktu + 2 minggu dari hari taksiran melahirkan,
desa dan kader untuk menggali sebab dukun masih
maka bidan koordinator akan memberi tanggung
menolong persalinan.
jawab pemantauan dan pertolongan persalinan kepada bidan di desa lain yang terdekat.
c) Kepala Puskesmas Kepala puskesmas menyampaikan hasil analisis tentang kondisi persalinan kepada kepala desa dan
116
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
kader secara rutin, setiap 2 atau 3 bulan sekali.
desa dan kader untuk menggali penyebab dukun
Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan
masih menolong persalinan.
tersebut adalah jumlah ibu yang melakukan pemeriksaan secara teratur, ibu yang bersalin pada bidan dan dukun, serta rencana persalinan
Panduan Pelaksanaan
bagi ibu yang resiko tinggi di desa masing-masing. Pada pertemuan ini, kepala puskesmas meminta bantuan kepala desa dan kader untuk menyiapkan transportasi pada ibu yang diduga resiko tinggi jika terjadi hal-hal seperti perdarahan dan lainnya. Jika ada dukun yang sudah bermitra dan masih menolong persalinan dimohon bantuan kepala
No
Tahap Persiapan 1.1 Identifikasi potensi masalah. Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Potensi masalah
Ya
1
Apakah bidan koordinator Puskesmas melakukan pemutakhiran isi kantung persalinan?
2
Apakah kantung persalinan berisi data semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja Puskesmas?
3
Apakah kantung persalinan dianalisis setiap bulan dalam rapat rutin Puskesmas?
4
Apakah hasil analisis kantung persalinan disampaikan kepada pemangku kepentingan di kecamatan dan desa?
5
Apakah ada peta yang menunjukkan ringkasan isi kantung persalinan per desa di wilayah kerja Puskesmas?
6
Dll
7
…..
8
....
9
....
10
....
www.kinerja.or.id
Tidak
Tata Kelola Persalinan Aman
117
Lampiran A - Uraian Substansi
1.2 Analisis masalah (mengacu kepada hasil identifikasi potensi masalah). Dari jawaban tidak pada tabel di atas, maka dicari akar masalahnya dengan pertanyaan mengapa.
1.3 Alternatif Pemecahan masalah a) Alternatif pemecahan masalah dilakukan berdasarkan temuan akar masalah. b) Alternatif pemecahan masalah yang diselesaikan dapat diterima oleh masyarakat dan Puskesmas; c) Alternatif pemecahan masalah yang memiliki dampak lebih efektif dan efisien dalam penggunaan kantung persalinan. d) Beberapa alternatif pemecahan yang ada, dibahas untuk memperoleh upaya yang paling tepat untuk mengatasi masalah dengan melibatkan sumber daya yang ada baik lintas program/lintas sektor dan masyarakat (multi actor).
1.4 Penyusunan rencana kerja (POA=Plan of Action) -
Tentukan prioritas pemecahan masalah dalam kantung persalinan.
-
Susun rencana kerja sesuai dengan alternative pemecahan masalah.
-
Menggali sumber dana yang diperlukan seperti pembuatan peta, kantung dan kartu.
118
-
Memulai revitalisasi kantung persalinan
-
Dalam penyusunan rencana penggunaan
Tata Kelola Persalinan Aman
kantung persalinan harus melibatkan seluruh staf di KIA dan bidan desa.
2. Tahap Pelaksanaan 2.1 Sosialisasi kepada bidan desa dan masyarakat a) Sosialisasi kepada bidan desa bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam pengisian dan pengiriman kartu persalinan ke Puskesmas. Bidan desa pada awal bulan mengirimkan kartu persalinan ke Puskesmas sekaligus ketika mengirimkan dokumen laporan ibu. Bidan desa diharuskan memiliki juga kantung persalinan di desanya. Bidan desa hanya membuat dua kartu bagi satu ibu hamil. b) Sosialisasi ke camat, kepala desa dan kader bertujuan untuk mendiseminasi rencana Puskesmas untuk menyampaikan secara regular hasil pemantauan kantung persalinan (sesuai dengan PWS KIA) dan dukungan dari setiap pemangku kepentingan tersebut dalam keberhasilan persalinan yang aman di desa masing-masing. c) Sasarannya peserta adalah pemangku kepentingan di Kecamatan (multi stakeholder forum jika ada) maupun Desa dari unsur pemerintahan kecamatan dan desa serta masyarakat sipil (toga, toma, LSM, kader kesehatan, PKK, organisasi perempuan, anggota DPRD dapil bersangkutan, dan pemerhati kesehatan lainnya).
www.kinerja.or.id
d) Hasil yang diharapkan: adanya kesepakatan
•
untuk berpartisipasi serta dukungan dari lintas program dan lintas sektoral kecamatan dan desa
Analisis kantung persalinan dilakukan secara rutin
•
terkait dukungan persalinan aman.
Informasi dari kantung persalinan disampaikan secara reguler kepada MSF
•
Terinformasikan hambatan implementasi kantung persalinan.
2.2 Pengisian kantung persalinan dan analisis
3.2 Dalam evaluasi, perlu diperhatikan: a) Bidan koordinator melaporkan setiap bulan hasil dari kantung persalinan kepada kepala
•
Puskesmas untuk dapat disampaikan kepada bidan desa dan masyarakat. b) Kepala Puskesmas mengawasi pelaksanaan ini
sesuai rencana? •
Bagaimana keterlibatan masyarakat?
•
Apakah ada kendala dan tantangan dalam
agar bidan koordinator dapat terus mengisi dan menganalisis hasilnya.
Apakah kantung persalinan sudah digunakan
pelaksanaan kantung persalinan? •
Apakah ada kegiatan di luar rencana?
3. Tahap Monitoring dan Evaluasi Tujuannya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kantung persalinan dan menilai apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang dibuat, yang hasilnya merupakan input untuk langkah perbaikan dan perencanaan periode berikutnya.
3.1 Pada tahap monitoring perlu diperhatikan: •
Proses pemantauan dilaksanakan dan dilaporkan secara periodik (triwulanan) kepada Dinas Kesehatan dan masyarkat
•
Dalam proses monitoring dengan melibatkan masyarakat terutama tingkat keberadaan bidan di desa dan ibu yang bersalin pada dukun
•
Kelancaran pengisian kantung persalinan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
119
Lampiran A - Uraian Substansi
Contoh Praktek Baik
1. Puskesmas Sejangkung, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat Masyarakat di wilayah Kecamatan Sejangkung masih terbiasa menggunakan pelayanan persalinan dengan dukun beranak. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas kesehatan di wilayah desa seperti polindes dan poskesdes, bidan tidak selalu berada di desa, dan hal terkait jaminan kesehatan (dulu Jampersal dan sekarang JKN) yang belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi Puskesmas Sejangkung
Penggunaan Kantung Persalinan sebagai alat monitoring yang efektif mempermudah bidan untuk mendeteksi permasalahan kehamilan secara dini, dan sebagai alat komunikasi dan informasi yang efektif jika dilakukan secara konsisten. Selain itu Kantung Persalinan juga dapat digunakan untuk membuat pendataan cakupan K4 sebagai upaya memantau pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Dengan pendampingan Kinerja, Puskesmas Sejangkung terus berbenah dan mengupayakan penyediaan sarana yang diperlukan dalam rangka mewujudkan Puskesmas Ramah Ibu dan Anak (Puskesmas RIA) dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan KIA.
untuk terus berusaha memperbaiki pelayanannya, khususnya pelayanan kesehatan ibu dan anak. Meskipun sarana dan prasarana di Puskesmas Sejangkung relatif terbatas, namun pelayanan KIA di Puskesmas Sejangkung terus dikembangkan yang mencakup pelayanan antenatal care (ANC), persalinan dan kunjungan nifas. Pembuatan Kantung Persalinan digunakan sebagai upaya preventif untuk Persalinan Aman. Tersedia ruangan khusus untuk KIA yang digunakan untuk ruang konsultasi, ruang periksa bayi serta ruang data. Beberapa inovasi pelayanan diupayakan meskipun sangat sederhana, namun dapat membantu meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah Kecamatan Sejangkung. Hal ini tidak terlepas dari peran serta MSF yang peduli
2. Puskesmas Bajo Barat, Kabupaten Luwu Puskesmas Bajo Barat di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, berada di daerah pergunungan yang cukup jauh dari ibu kota Luwu. Oleh karena ini, hampir semua persalinan di wilayahnya terjadi bidan di Puskesmas atau di Pustu, dan hanya 20% ibu bersalin di rumah. Bidan koordinator dan bidan di Puskesmas Bajo Barat telah lama menggunakan kantung persalinan sebagai alat pengawasan ibu hamil, khususnya ibu risiko tinggi. Kantungnya terpisah dan dijadikan dua: Kantung Persalinan yang biasa, dan Kantung Ibu Risiko Tinggi, seperti di foto di bawah.
Persalinan Aman.
120
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Meskipun kantung di Puskesmas Bajo Barat cukup sederhana dan dibuat dari kertas karton, tiap kantung penuh dengan kartu ibu hamil. Kantungnya juga telah meliputi tiap desa dan semua ibu hamil di seluruh wilayah pembina Puskesmas. Ini berarti semua ibu hamil yang sudah diketahui oleh bidan Puskesmas dan semua risikonya sudah dianalisis.
3. Contoh Peta Ibu Hamil, Puskesmas Tebas, Kabupaten Sambas
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file dalam CD yang terlampir.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
121
Lampiran A - Uraian Substansi
122
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
123
55
Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
125
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 5 Standar Layanan dan Standard Operating Procedure (SOP)
Tujuan Modul ini menguraikan tentang pentingnya peranan Standar Layanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk mendukung kesuksesan program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Di dalam modul ini juga dijelaskan beberapa prinsip dan langkah dalam menyusun SOP lokal, sehingga diharapkan puskesmas dan dinas kesehatan dapat mengimplementasikan isi modul dengan mudah.
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) 2. Konsultan/Pelatih 3. Fasilitator kesehatan
........ peranan Standar Layanan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam mewujudkan pelayanan kesehatan ........
4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).
Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Peserta mampu mendampingi Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam menyusun dan implementasi standar operasional prosedur (SOP)
126
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
sebagai cerminan dari akuntabilitas, tranparansi dan
Pokok Bahasan
kualitas pelayanan.
Tujuan Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT):
1. Relasi SOP dengan program KINERJA 2. Pentingnya SOP 3. Penyusunan SOP Teknis
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan
4. Penyusunan SOP Layanan
mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
5. Monitoring Penerapan SOP melalui Kartu
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit
Kontrol.
pelayanan kesehatan. Setelah mengikuti TOT, peserta akan:
Metode
1. Mampu menjelaskan konsep Standard Operating Procedure (SOP) dan relasinya dengan Program KINERJA-USAID 2. Mampu menjelaskan peran penting SOP dalam menjaga kualitas pelayanan 3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam menyusun Standard Operating Procedure (SOP) 4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam
Sesi Pelatihan: 1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Kerja kelompok 4. Pemaparan hasil kerja kelompok.
monitoring dan evaluasi penerapan SOP. Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami konsep SOP dan realisasinya dengan program KINERJA-USAID 2. Memahami peran SOP dalam menjaga akuntabilitas dan kualitas pelayanan
Sesi Pendampingan: 1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja yang melibatkan pemberi dan MSF 3. Menyusun SOP bersama pemberi layanan dan MSF 4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SOP.
3. Mampu menyusun SOP 4. Mampu menerapkan SOP 5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi SOP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
127
Lampiran A - Uraian Substansi
Alat dan bahan
b) Hari II: Waktu
Pokok Bahasan
1 x 45 menit Review materi hari I 2 x 45 menit
1. LCD Projector 2. Laptop 3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board
2 x 45 menit
4. Alat tulis
2 x 45 menit
Waktu 1 x 45 menit Sesi pelatihan: Dua hari
a) Hari I: Pokok Bahasan Pembukaan 1 x 45 menit
Penjelasan singkat tentang Fokus Program KINERJA Bina Suasana
Standar Operating Procedure (SOP) dan relasinya dengan 1 x 45 menit Program USAID-KINERJA Diskusi dan tanya jawab 1 x 45 menit
Pentingnya SOP Diskusi dan tanya jawab materi
Proses Penyusunan SOP (SOP 3 x 45 menit Teknis dan SOP Alur Layanan) Diskusi dan tanya jawab 2 x 45 menit
Pemaparan hasil latihan Praktek: Desain SOP Layanan Pemaparan hasil latihan Penerapan SOP dan Pemantauan kepatuhan menjalankan SOP
5. Materi Presentasi
Waktu
Praktek: Desain SOP Teknis
Diskusi: Review SOP yang ada di puskesmas saat ini
Diskusi dan tanya jawab Latihan menyusun instrumen dan rencana pemantauan kepatuhan menjalankan SOP Penyusunan rencana tindak lanjut Penutupan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 1. Pengantar 1. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya manajemen pelayanan puskesmas yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif. Penyusunan dan penerapan SOP merupakan salah satu mekanisme untuk menjamin terselenggaranya manajemen pelayanan yang baik dan memenuhi aspek good governance tersebut. 2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari. Pada hari pertama dilakukan penyampaian materi tentang pentingnya
128
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Standard Operating Procedure (SOP) dan
KINERJA. Aspek penting yang harus
proses penyusunannya. Hari kedua peserta
dijelaskan adalah keterkaitan antara SOP
diminta untuk berlatih menyusun SOP
dengan undang-undang pelayanan publik
Teknis dan SOP Layanan, serta rencana
sebagai dasar hukum yang mengatur
pemantauan kepatuhan menjalankan SOP.
bagaimana sebaiknya organisasi pelayanan publik dijalankan. Hal inilah yang menjadi
2. Proses pelatihan 1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang
kelola organisasi yang baik (good corporate governance). 3. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi
telah ditentukan. Gunakan media
tentang Pentingnya SOP. Hal-halyang
pembelajaran yang sesuai untuk
perlu mendapat penekanan khusus adalah:
memudahkan penangkapan peserta.
pengertian SOP, manfaat SOP, dan macam-
Bahan presentasi dapat menggunakan
macam SOP.
bahan yang tersedia dalam modul ini.
4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi
Gunakan metode interaktif, dengan
tentang penyusunan SOP, baik SOP teknik
mengutamakan peran aktif dari
maupun SOP layanan, yang meliputi
seluruh peserta. Minta peserta untuk
langkah penyusunan, format, dan teknik
menyampaikan pendapatnya terkait
penulisan SOP. Uraikan secara jelas
dengan topik yang tengah dibahas.
kemungkinan adanya partisipasi masyarakat
2. Beri kesempatan kepada setiap peserta (khususnya perempuan) untuk
dalam proses penyusunan SOP. 5. Sesi V: Minta peserta untuk membentuk
mengajukan pertanyaan. Tawarkan
kelompok dan mendiskusikan kondisi
dulu komentar atas pertanyaan peserta
daerah terkait dengan SOP program
kepada peserta yang lain, agar suasana
Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif
diskusi tidak hanya berjalan 1 arah.
saat ini. Beberapa hal yang bisa disoroti
Tugas fasilitator adalah memfasilitasi
diantaranya: kelengkapan SOP teknis dan
proses diskusi dan mengarahkan jika
SOP layanan dan kesesuaian SOP yang
ada proses diskusi yang menyimpang.
ada dengan kaidah penyusunan SOP.
3. Sesi-sesi Hari I:
fokus KINERJA yaitu mewujudkan tata
1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar 2. Sesi II: Nara sumber menyajikan materi tentang relasi SOP dengan program
www.kinerja.or.id
3. Sesi-sesi Hari II: 1. Sesi I: Secara acak, minta perwakilan peserta untuk mereview materi yang telah dibahas di hari I. Lakukan review dalam
Tata Kelola Persalinan Aman
129
Lampiran A - Uraian Substansi
suasana santai dengan menggunakan teknik permainan. 2. Sesi II: Minta peserta untuk membentuk kelompok dan berlatih menyusun SOP teknis. SOP yang hendak disusun sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil diskusi hari sebelumnya, yaitu kegiatan penting yang belum ada SOP dari Kementerian
3. Penutup
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta penjelasan rencana tidak lanjut, termasuk memberikan masukan kepada dinas kesehatan berkaitan dengan perbaikan SOP kedepan bila diperlukan.
Kesehatan, atau sudah ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah SOP. Temuan yang belum sesuai dengan kaidah SOP
Uraian Substansi
akan menjadi masukan kepada Kementerian Kesehatan RI. 3. Sesi III: Sama seperti aktivitas pada sesi II, tetapi di sesi III ini adalah untuk SOP Layanan. Minta peserta untuk membentuk kelompok dan berlatih menyusun SOP Layanan. SOP yang hendak disusun sebaiknya ditentukan berdasarkan hasil diskusi hari sebelumnya, yaitu layanan penting yang belum ada SOP, atau sudah ada SOP tetapi belum sesuai dengan kaidah SOP. 4. Sesi IV: Nara sumber menyajikan materi tentang penerapan dan pemantauan SOP. Hal yang dijelaskan adalah langkah dalam menerapkan SOP mulai dari sosialisasi sampai dengan evaluasi dan revisi SOP. Aspek penting dalam fase penerapan SOP adalah pemantauan kepatuhan menjalankan SOP. Sehingga dalamsesi IV ini juga dibicarakan tentang instrumen pemantauan kepatuhan menjalankan SOP. Minta peserta untuk berlatih menyusun instrumen tersebut.
1. Program KINERJA dalam Standar Layanan USAID-KINERJA memfokuskan dukungannya untuk optimalisasi kinerja lembaga pelayanan publik melalui intervensi pada sisi pengguna layanan (demand) dan sisi penyedia layanan (supply). Pada sisi demand, yang dilakukan adalah meningkatkan kepedulian dan partisipasi aktif/keterlibatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah, yang disebut sebagai insentif. Pada sisi supply, yang dilakukan adalah meningkatkan kemampuan pemberi layanan dalam mengelola pelayanan melalui praktik yang baik yang disebut sebagai inovatif. Pada kedua sisi tersebut diterapkan proses tatakelola pemerintahan yang baik dengan memfokuskan pada partisipasi, tranparansi, akuntabilitas dan responsiveness. Berdasarkan empat unsur governance yang menjadi fokus KINERJA, maka penerapan standar
130
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
(acuan yang dipakai sebagai patokan dalam
tehnis karena permintaan dari dinas kesehatan
penyelenggaraan kegiatan/tindakan) merupakan
kabupaten/kota.
bagian dari akuntabilitas. Pemberi layanan akan memberikan pelayanan yang mencapai standar yang ditentukan. Pelayanan publik harus dapat dipertanggung gugatkan (akuntabilitas) kualitas pelayanan baik oleh pemberi layanan maupun penerima layanan. Salah satu bentuk pelayanan publik yang akuntabilitas adalah pelayanan yang berdasarkan standar operasional prosedur (SOP). Kualitas dalam pelayanan kesehatan dipersepsikan menurut input, proses dan ouput. Pelayanan kesehatan dengan tempat yang mewah dan alat canggih merupakan faktor input yang sering dipersepsikan kualitas/ mutu oleh pengguna layanan terutama masyarakat kelompok menengah ke atas. Sedangkan SOP merupakan aspek kualitas dari sisi proses dimana seluruh pelayanan dilakukan sesuai dengan standar yang diterjemahkan dalam SOP. Kepuasan, tingkat kesembuhan, dan rendahnya kematian ibu merupakan indikator kualitas dari sisi output. USAID-KINERJA memfokuskan penguatan kualitas pelayanan kesehatan pada aspek proses dimana SOP sebagai pendorong dari kualitas pelayanan program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Pendekatan yang inovatif dari KINERJA terhadap SOP adalah mengembangkan pendekatan sedemikian rupa sehingga pengguna pelayanan mengetahui hak pelayanan sesuai dengan SOP. KINERJA membantu daerah dampingan terutama pengembangan SOP non tehnis meskipun KINERJA turut membantu daerah mengembangkan SOP
www.kinerja.or.id
2. Persyaratan Standar pelayanan yang didukung oleh KINERJA sesuai dengan amanat UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik bahwa “Penyelenggara berkewajiban menyusun dan menetapkan standar pelayanan dengan memperhatikan kemampuan penyelenggara, kebutuhan masyarakat, dan kondisi lingkungan” (pasal 20 ayat 1). UU tersebut juga mengamanatkan penyusunan Standar Pelayanan Publik (SPP) ini dilakukan dengan melibatkan partisipasi masyarakat seperti tersurat dalam pasal 20 ayat (2), dengan tidak diskriminatif, terkait langsung dengan pelayanan, memiliki kompetensi dan mengutamakan musyawarah, dan memperhatikan keberagaman. KINERJA USAID juga membentuk suatu forum pada tingkat pelayanan yang disebut dengan Multi Stakeholder Forum (MSF). Kelompok masyarakat yang non pemerintah akan mewakili pihak masyarakat dalam penyusunannya. Sehubungan kapasitas masyarakat terhadap SOP teknis sangat rendah, maka KINERJA memfokuskan keterlibatan masyarakat pada SOP Alur Layanan. Penyusunan standar pelayanan publik (SPP) harus memiliki beberapa komponen (pasal 21) yaitu: a) Dasar hukum b) Persyaratan
Tata Kelola Persalinan Aman
131
Lampiran A - Uraian Substansi
c) Sistem, mekanisme, dan prosedur d) Jangka waktu penyelesaian e) Biaya/ tarif
d) Mendapat perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan e) Mampu melakukan advokasi dengan
f) Produk pelayanan
memberitahukan kepada pimpinan dan
g) Sarana, prasarana, danatau fasilitas
penyelenggara pelayanan untuk memperbaiki
h) Kompetensi pelaksana
pelayanan apabila pelayanan yang diberikan
i) Pengawasan internal
f) Mengadukan pelaksana yang melakukan
j) Penanganan pengaduan, saran, dan masukan
penyimpangan standar pelayanan dan/atau tidak
k) Jumlah pelaksana
memperbaiki pelayanan kepada penyelenggara,
l) Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian
pembina penyelenggara, dan ombudsman
pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan
g) Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan azas dan tujuan pelayanan.
m) Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keraguraguan
3. Tujuan Standar Layanan dan SOP
n) Evaluasi kinerja pelaksana. Standar Layanan adalah standar yang menetukan Sebagian dari SPP menentukan standar layanan,
kepada pemberi layanan tentang jenis pelayanan,
yaitu patokan dalam penyelenggaraan layanan,
persyaratan pelayanan, alur layanan, waktu
dan sebagiannya adalah SOP, yaitu metode atau
pelayanan, waktu menyelesaikan pelayanan,
tata cara untuk pelakukan kegiatan tertentu dalam
petugas pemberi layanan, dan biaya yang mesti
proses pemberian layanan.
dibebankan, dan juga memberi informasi kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui
Demi transparansi dalam pemberian layanan,
hak-haknya terhadap layanan tersebut. Bila
KINERJA mendorong fasilitas publik seperti
Standar Layanan ditetapkan oleh pemerintah pusat,
puskesmas untuk mempublikasikan Standar
pemerintah daerah wajib memberi layanan yang
Layanan dan SOP layanan sebagaimana
mencapai atau melebihi standar yang ditetapkan
diamanatkan oleh UU Pelayanan Publik pasal 18,
oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah atau
agar masyarakat:
puskesmas dapat menetapkan Standar Layanan lokal bila tidak diatur oleh pemerintah pusat atau
a) Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan
untuk melebihi standar yang ditetapkan pemerintah
b) Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan
pusat.
c) Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan
132
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Standard Operating Procedures (SOP) adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis
4. Manfaat Standar Layanan dan SOP
yang dibakukan mengenai cara melakukan kegiatan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan
Standard Operating Procedures sangat tepat
dan aktor yang berperan dalam kegiatan.
diterapkan pada aktivitas organisasi yang cenderung
Dengan adanya prosedur tetap yang bersifat
bersifat rutin, berulang, serta menghendaki adanya
standar ini diharapkan siapapun, kapanpun dan
keputusan yang terprogram guna melayani
dimanapun kegiatan tersebut dilakukan maka
pelanggannya, misalnya proses pendaftaran pasien,
langkah-langkahnya tidak berubah sehingga akan
proses pemeriksaan laboratorium, proses pelayanan
memberikan kualitas hasil yang sama. SOP menjadi
obat, dan sebagainya. Dengan penerapan SOP
penuntun petugas kesehatan dalam memberi
secara konsisten maka semua kegiatan organisasi
pelayanan teknis yang menjadi inti pelayanan
memiliki pedoman penyelenggaraan kegiatan yang
kesehatan, yaitu menyangkut pengobatan dan
merupakan suatu kebijakan yang komprehensif
tindakan medis pada pasien, dirancang berdasarkan
dalam peningkatan pelayanan dan kinerja
ilmu kesehatan, dan ditetapkan sebagai standar
organisasi.
nasional bahkan standar internasional, dan wajib dilaksanakan.
Di sisi lain, pelaksanaan SOP dan standar pelayanan jugasekaligusmemberi umpan balik
Pemerintah daerah juga dapat menetapkan SOP
(feedback) guna penyesuaian antara kondisi yang
lokal sebagai instruksi tertulis yang dibakukan
dipersyaratkan dengan kondisi riil yang ada guna
mengenai cara mencapai Standar Layanan dimana
mencapai kinerja individu dan kinerja organisasi
tidak ada SOP nasional.
yang lebih baik. Umpan balik tersebut diberikan kepada instansi yang menetapkan standar tersebut,
SOP dan Standar Layanan yang dimaksudkan disini
agar dijadikan sebagai langkah perbaikan kinerja
berbeda dengan SPP dan SPM. SPP adalah standar
pelayanan dan kinerja organisasi berdasarkan
yang ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai
konsep manajemen kinerja.
standar yang harus dicapai dalam waktu tiga tahun. SPM adalah standar minimal nasional yang
Berbagai manfaat Standar Layanan dan SOP yang
ditetapkan pemerintah pusat dan yang harus dicapai
digunakan dalam organisasi diantaranya adalah
dalam waktu tertentu. Dua-duanya adalah standar
sebagai berikut:
yang akan tercapai sedangkan SOP dan Standar Layanan yang dibahas disini adalah standar yang wajib dilaksanakan sekarang.
www.kinerja.or.id
1. Sebagai standarisasi cara atau tindakan sehingga kapanpun kegiatan tersebut
Tata Kelola Persalinan Aman
133
Lampiran A - Uraian Substansi
dilaksanakan dan oleh siapapun, akan
5.1 Langkah Penyusunan SOP
memperoleh hasil yang sama 2. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
Pada umumnya langkah langkah yang dipergunakan dalam penyusunan SOP pada
pelaksanaan tugas
tingkat lokal adalah sebagai berikut:
4. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh seorang pegawai dalam
a) Penetapan Topik/Judul
melaksanakan tugasnya.
5. Sebagai instrumen yang dapat melindungi
pada kegiatan. Penulisan judul jangan terlalu
pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum
panjang. Misalnya:
karena tuduhan penyimpangan 6. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari 7. Meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas 8. Menjamin konsistensi pelayanan kepada masyarakat, baik dari sisi mutu, waktu dan prosedur
Judul hendaknya merepresentasikan tujuan dari
•
SOP penerimaan pasien di loket Puskesmas
•
SOP penanganan pengaduan
•
SOP pemeriksaan kehamilan
•
SOP inisiasi menyusu dini
•
SOP persalinan normal.
b) Penetapan Tujuan
Tentukan tujuan topik untuk tiap SOP. Dalam penulisan tujuan, dapat menggunakan istilah
9. Memberikan informasi mengenai kualifikasi
SMART (specific, measurable, achievable,
kompetensi yang harus dikuasai oleh pegawai
relevant dan timely, yaitu spesifik, dapat diukur,
dalam melaksanakan tugasnya
dapat dicapai, relevan, dan tepat waktu).
10. Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas.
c) Menentukan Kegiatan Inti Dalam Mencapai
5. Penyusunan SOP
Tujuan
mencapai tujuan di atas. Kegiatan tersebut
SOP masih dapat dibuat bila Kementerian
haruslah sedetail mungkin, karena yang kita
Kesehatan atau Dinas Kesehatan belum
laksanakan bersifat tindakan operasional.
membuatkan SOP terhadap suatu jenis kegiatan atau tindakan, sehingga daerah dapat melakukan penyeragaman terhadap sebuah tindakan kesehatan.
Identifikasi kegiatan yang harus dilakukan untuk
d) Menentukan Waktu Masing-masing
Kegiatan Inti
Perhitungkan waktu yang dipergunakan untuk melaksanakan setiap langkah kegiatan.
134
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
e) Menetapkan Urutan Kegiatan Inti
h) Melaksanakan Uji Coba
Periksa kembali urutan kegiatan yang
Uji coba dilakukan untuk mengevaluasi
seharusnya, jangan sampai ada kegiatan yang
kelemahan yang terjadi saat SOP
mendahului kegiatan yang seharusnya dilakukan
diimplementasikan. Hasil uji coba ini selanjutnya
kemudian. Urutan kegiatan harus bersifat pasti
menjadi bahan untuk memperbaiki rancangan
dan tetap.
SOP yang telah disusun, sebelum menjadi SOP final.
f) Mengeliminasi Kegiatan Yang Tidak Perlu
Hilangkan kegiatan kegiatan yang tidak
5.2 Langkah Penyusunan Flowchart (Diagram Alur)
diperlukan, karena dapat mengakibatkan penyimpangan pencapaian tujuan.
Flowchart berfungsi untuk memudahkan g) Menggambarkan Flow Chart (Diagram Aliran)
mengarahkan personil yang membacanya untuk
Prosedur yang memiliki beberapa keputusan
mengikuti logika dalam pengambilan keputusan
dapat dipresentasikan dalam flowchart
dan langkah-langkah yang diperlukan untuk
(diagram aliran) yang merupakan bagan
mencapai hasil. Format ini cocok digunakan
yang menggambarkan urutan kegiatan atau
apabila prosedur yang akan ditulis dalam SOP
keputusan, atau aliran orang atau barang dalam
terdiri lebih dari banyak langkah dengan banyak
suatu proses. Penjelasan mengenai penyusunan
keputusan. Di bawah ini adalah satu contoh
flow chart disampaikan dalam materi berikutnya.
SOP dengan format flowchart:
Simbol-simbol yang digunakan dalam menggambarkan flow chart adalah sebagai berikut:
Simbol Maksud
Mulai/Selesai
Arah
Keputusan
Aktifitas
Dokumen
Ada rincian tugas yang berupa sebuah garis lurus yang berurutan. Ini berarti bahwa setiap langkah dalam tugas tersebut dilakukan secara urutan 1 – 2 – 3 tanpa memerlukan pengambilan keputusan atau pemilihan tindakan alternatif.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
135
Lampiran A - Uraian Substansi
Cara menggambar diagram alur adalah sebagai
5.3 Langkah Penulisan Format SOP
berikut: Dalam SOP tergambar identifikasi, pengendalian, 1. Identifikasi semua jenis layanan yang terdapat di puskesmas
kemampuan selusur, konsistensi, dan akuntabilitas. Suatu SOP hendaklah mempunyai format sebagai
2. Tuliskan dan urutkan kegiatan tersebut sesuai
berikut:
dengan ketentuan 3. Gambarkan simbol-simbol flowchart pada setiap urutan
1. Nama lembaga. Nama selain pada kop juga ada pada setiap halaman.
4. Gunakan kertas meta plan untuk alat bantu 5. Lakukan uji coba dengan memindah-mindahkan
2. Judul. Judul harus jelas terurai dan terukur. Karena pada setiap prosedur diuraikan
meta plan, sampai flowchart tersusun sesuai
bagaimana mengerjakannya, judul mesti
urutan kegiatan yang ditentukan.
bergaya bahasa perintah (direktif) untuk menjelaskan ‘siapa mengerjakan apa’.
Contoh: Alur Layanan Pemeriksaan Kehamilan di Puskesmas
Suatu SOP berjudul "Alkohol sebagai bahan disinfektan” tidak menggambarkan prosedur; lebih cocok diberi judul “Proses sterilisasi
Pasien datang
dengan menggunakan alkohol”. 3. Halaman. Tiap halaman harus ada nomor halaman, misalnya “halaman 3 dari 7”. Ini
Loket
menggambarkan ada kelanjutan dari setiap kegiatan dalam setiap halaman. 4. Identifikasi dan Pengendalian. Setiap
KIA
prosedur mesti teridentifikasi keunikannya. Identifikasi untuk mempersiapkan akuntabilitas,
Periksa Lab
dan gambaran suatu dokumentasi sampai fasilitas dan masa kedaluwarsaan perubahan. Akuntabilitas dan gambaran prosedur
KIE
Ya
Hamil?
Tidak
berdasarkan pada sejumlah identifikasi atau kode, yang merupakan pengendalian (seperti kapan dan berapa kali revisi atau jumlah edisi SOP dilakukan). 5. Tujuan. Suatu tujuan atau sasaran prosedur
Pasien pulang
136
Tata Kelola Persalinan Aman
mesti dapat diulang dan dapat dikembangkan, dan dinyatakan dalam gaya bahasa perintah,
www.kinerja.or.id
seperti operasional, prosedur, proses,
akan diatur suatu tahapan untuk sejumlah detail
monitoring, dan rutinitas perawatan.
dalam dokumen berikut.
6. Ruang lingkup. Ruang lingkup SOP harus
8. Prosedur. Uraikan prosedur dalam langkah
mempunyai batas penggunaan prosedur
demi langkah (step-by-step) atau kronologis cara
tersebut. Apakah itu sampel tertentu sesuai
kerja. Gunakan kata kerja aktif dan pernyataan
pengujian dengan metode ini? Apakah operasi
langsung. Penulisan prosedur dilakukan
ini terpakai hanya pada perlengkapan tertentu
secara serial yaitu, setelah kegiatan yang satu
atau bagian tertentu? Apakah ada batasan
diteruskan dengan kegiatan lain. Pendekatan ini
kapasitas?
disebut pendekatan prosedural.
7. Tanggung Jawab. Siapa bertanggung jawab melaksanakan uraian pekerjaan? Siapa
9. Diagram Alur. 10. Sumber. Tuliskan sumber atau rujukan yang
melaporkan pekerjaan? Apakah diperlukan
digunakan dalam penulisan SOP, misalnya
pelatihan khusus atau sertifikat? Pada sesi ini
Buku Pedoman Penatalaksanaan Kesehatan
dibatasi petugas yang melaksanakan, seperti:
Ibu dan Anak Nasional. SOP yang diperoleh dari
siapa yang mempunyai atau sesuai kualifikasi
organisasi lain dapat juga dituliskan sebagai
dalam melaksanakan uraian pekerjaan. Itu
sumber, setelah diadaptasikan di tempat kerja yang baru.
Contoh Format SOP Status Dokumen
Induk
Salinan
No.Distribusi
JUDUL SOP Nama Organisasi
No Dokumen
No Revisi
Unit Kerja SOP dilakukan
Tanggal Terbit
Disetujui oleh, Pimpinan Organisasi,
Halaman
Pengertian Tujuan Kebijakan Prosedur Unit terkait Sumber
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
137
Lampiran A - Uraian Substansi
5.4 Teknik Penulisan
Kalimat pendek pada contoh di atas dibentuk dengan format hierarki. Kedua contoh menyampaikan
SOP adalah instruksi yang harus dapat dipahami
makna yang sama, akan tetapi pada contoh kalimat
oleh semua orang yang menggunakannya. Oleh
panjang lebih sulit untuk dipahami. Pada contoh di
karena itu, penulis harus selalu mencoba untuk
atas menampilkan satu langkah dengan dua cara
menulis prosedur sesederhana mungkin dan mampu
untuk melakukan langkah tersebut.
komunikasikan isinya dengan baik. Di bawah ini adalah langkah-langkah penulisan SOP yang efektif
b) Tulislah langkah-langkah di SOP sebagai
dan efisien, antara lain:
a) Tulislah tiap langkah dengan kalimat
kalimat perintah atau kalimat aktif
mudah untuk dipahami. Kalimat ini selalu dimulai
pendek
Kalimat perintah pada instruksi kerja lebih dengan kata kerja. Sebagai berikut adalah
Kalimat yang panjang lebih sulit untuk dipahami
contoh SOP tentang penimbangan balita:
dan cenderung terdiri lebih dari satu langkah. Beberapa kalimat pendek biasanya lebih mudah
Tidak jelas:
untuk dipahami. Contohnya penulisan SOP dalam kasus pembersihan suatu mesin adalah
Berat balita harus dicatat pada laporan
sebagai berikut:
penimbangan. Jelas:
Kalimat Panjang:
Catat berat balita pada laporan
Gunakan sarung tangan untuk membersihkan
penimbangan.
debu dan bercak dari alat kesehatan atau keringkan dengan lap jika mikroskopnya basah.
Kalimat Pendek: • • •
Pada contoh di atas, manajer ingin mengetahui hasil penimbangan balita sehingga dapat menentukan tindakan terhadap banyaknya
Bersihkan debu dan bercak dari alat
balita. Pada contoh yang jelas mengarahkan
kesehatan.
personil yang melakukan penimbangan untuk
Gunakan sarung tangan untuk
mencatat informasi berat balita. Pada contoh
menghilangkan debu dan bercak.
yang tidak jelas dapat menimbulkan berbagai
Gunakan lap untuk mengeringkan
makna: apakah penimbang itu yang harus
mikroskope yang basah.
mencatat informasi tersebut, atau orang lain yang melakukannya?
138
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
memperpendek tulisan. Sebagai contoh,
c) Komunikasikan dengan baik melalui
kebanyakan orang mengetahui arti dari
beberapa kata sebisa mungkin
singkatan KIA Kesehatan Ibu dan Anak. Pada
Penulis prosedur harus menggunakan kalimat
kasus lain, kebanyakan orang tidak mengerti
langsung dan pendek, sehingga pembaca dapat
akronim CVT, akan tetapi bagi orang-orang
lebih cepat memahami dan mengingat langkah-
yang bergerak dalam bidang program akan
langkah dalam prosedur.
mengenalinya sebagai “convert”.
Contohnya penulisan SOP dalam kasus
Dalam bidang kesehatan terutama program
pembersihan suatu tangki sterilisator adalah
Pencegahan Masalah Kesehatan, ATM dikenal
sebagai berikut:
sebagai singkatan dari HIV/AIDS, Tuberculosa dan Malaria, sedangkan secara umum maknanya akan berbeda, yaitu mesin uang. Bertele-tele:
Pastikan Anda membuang semua sisa
baca (misalnya petugas perlu melihat SOP
bahan kimia lama dari tangki sterilisator
tersebut sambil mengerjakan tugasnya), maka
sebelum menuangkan bahan kimia baru ke
contoh SOP dapat dibuat dengan salah satu
dalamnya.
cara di bawah ini:
Lugas:
a. Dengan bagan alir (flowchart)
Buang sisa bahan kimia lama sebelum
b. Dengan gambar, foto atau diagram grafis.
menuangkan bahan kimia baru ke dalam
c. Dengan checklist.
tangki sterilisator.
6. Penyusunan SOP Alur Layanan
Dua kalimat pada contoh di atas memiliki makna yang sama, akan tetapi kalimat yang ringkas dapat langsung dipahami. d) Gunakan akronim dan singkatan seminim mungkin
Akronim dan singkatan digunakan jika dikenal secara umum, bukan hanya untuk
www.kinerja.or.id
Untuk mengatasi kesulitan bahasa dan waktu
SOP Alur Layanan adalah salah satu SOP yang sangat bermanfaat bagi staf Puskesmas maupun pasien. SOP ini memberikan staf Puskesmas panduan terhadap jalan layanan, dan menyakinkan bahwa tidak ada pasien yang dialurkan ke tempat yang salah pada waktu yang kurang tepat. Setelah SOP disusun, Alur Layanan secara flow chart dapat dibuat. Alur Layanan ini biasanya ditempel di dinding dan/atau di pintu ruang terkait, misalnya Alur Layanan Puskesmas dapat ditempel di atas
Tata Kelola Persalinan Aman
139
Lampiran A - Uraian Substansi
loket atau di depan Puskesmas, dan Alur
6.2 Format
Layanan Ruang KIA dapat ditempel di pintu ruang tersebut.
Berupa gambar dan alur yang menunjukkan jenis layanan yang diberikan dengan mencantumkan
6.1 Langkah Penyusunan SOP Alur Layanan Penyusunan SOP Alur Layanan dilakukan dengan mengacu pada langkah berikut: 1. Bersama Puskesmas dan masyarakat yang diwakilkan oleh MSF mengidentifikasi jenis
semua elemen di atas.
6.3 Teknik Penulisan Agar masyarakat umum dapat mengerti, hindari penggunaan istilah medis. Contoh: ‘ANC‘ sebaiknya ditulis dengan ‘pemeriksaan kehamilan’.
layanan yang berkaitan dengan pelayanan yang akan diberikan. Misal: untuk pelayanan pemeriksaan kehamilan (ANC), jenis layanan yang harus diberikan adalah 10 T.
7. Penerapan Standar Layanan dan SOP
2. Menentukan waktu pelayanan. Misal: Jadwal pelayanan pemeriksaan kehamilan setiap hari
Penerapan SOP dan Standar Layanan merupakan
adalah Senin – Jumat pukul 09.00 – 12.00
salah satu faktor kunci dalam manajemen mutu
3. Menentukan perkiraan lama waktu yang
layanan. Standar tersebut menyediakan informasi
dibutuhkan untuk satu jenis pemeriksaan. Misal:
tentang cara melakukan suatu pekerjaan dengan
Dalam proses pemeriksaan kehamilan:
benar dan konsisten bagi tiap personil, sehingga
•
Wawancara
memudahkan untuk meningkatkan kualitas hasil
•
Pemeriksaan fisik : 10 menit
akhir. Dengan dilaksanakannya pekerjaan sesuai
•
Konseling
: 10 menit
SOP, maka dapat dipastikan bahwa kualitas hasil
•
Total waktu
: 25 menit per pasien
pekerjaan akan sesuai dengan standar mutu yang
: 5 menit
4. Menentukan lokasi dan petugas pemberi
telah ditetapkan.
layanan. Misal: pemeriksaan kehamilan dilakukan di poli KIA, dilayani oleh bidan atau
Penerapan SOP hendaknya mengikuti langkah-
dokter.
langkah sebagai berikut:
5. Menentukan persyaratan layanan. Misal: saat pemeriksaan kehamilan pasien harus membawa buku KIA yang berwarna pink. 6. Menginformasikan biaya pelayanan atau Barang Habis Pakai (PHB) yang harus dibeli.
140
Tata Kelola Persalinan Aman
1. Sosialisasi. Pimpinan menjelaskan kepada seluruh staf pekerjaan apa saja yang sudah mempunyai SOP dan rencana penerapannya. Di samping itu juga dijelaskan peran penting
www.kinerja.or.id
SOP dalam menjaga mutu layanan. Hal ini
pustu atau polindes. Pada kartu kontrol ini berisi
dilakukan terutama untuk meningkatkan
kolom-kolom pelayanan yang harus diisi oleh
kesadaran, pemahaman dan komitmen seluruh
petugas pemberi layanan sehingga setiap jenis
petugas dalam menerapkan SOP.
layanan yang sudah dipublikasikan itu terjamin
2. Publikasi. Berbagi dokumen SOP yang telah disusun, dipublikasikan dan disampaikan ke
dilaksanakan. Ibu dapat mengingatkan petugas jika petugas kelupaan dalam memeriksa kondisinya.
semua petugas untuk ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat baik oleh petugas pemberi
Kartu kontrol akan dipergunakan untuk menyatakan
layanan maupun oleh pengguna layanan,
pelayanan yang diperoleh masyarakat telah puas
misalnya di dinding atau di pintu ruang.
atau belum puas. Seorang petugas diberikan
3. Monitoring kepatuhan pelaksanaan SOP.
tanggung jawab untuk memjamin kartu itu diisi
Unsur manajemen dinas kesehatan kabupaten/
dan dimasukkan dalam kotak khusus, dan kotak
kota, puskesmas bersama unsur masyarakat
tersebut dibuka secara reguler (2-3 bulan) dan
(misalnya MSF) menyusun instrumen
dikaji oleh Puskesmas bersama Multi-Stakeholder
untuk memantau kepatuhan petugas dalam
Forum. Bidan atau tenaga kesehatan yang dianggap
melaksanakan SOP, dan secara berkala
puas atau apresiasi dari ibu akan menjadi petugas
melakukan pengukuran kepatuhan petugas
yang diberi penghargaan oleh puskesmas seperti
dalam menjalankan SOP.
pencantuman foto tenaga di dinding informasi puskesmas. Pada akhir tahun menjadi rujukan
KINERJA juga mengimplementasikan kartu kontrol
puskesmas dalam memberi nilai kinerja dari petugas
sebagai tool monitoring kepatuhan pelaksanaan
bersangkutan.
SOP pemeriksaan kehamilan. Kartu kontrol ini diterima ibu hamil ketika mendaftar di puskesmas,
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
141
Lampiran A - Uraian Substansi
Contoh kartu kontrol:
142
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
4. Evaluasi. Ketiga unsur di atas melakukan
b) Identifikasi SOP yang seharusnya ada:
pengawasan dan pemantauan untuk
Diskusi dengan melibatkan kepala
memperoleh gambaran tingkat kepatuhan
Puskesmas, penanggungjawab program,
petugas dalam menjalankan SOP, serta
dan pelaksana program serta masyarakat
mencari kemungkinan penyebab terjadinya
(MSF) untuk mengidentifikasi kegiatan atau
ketidakpatuhan.
aktivitas yang memerlukan Standar Layanan
5. Revisi. Berdasarkan hasil monitoring dan
dan SOP.
evaluasi, ditelaah apakah ada kemungkinan SOP yang disusun kurang baik. Jika kondisi tersebut terjadi, maka harus segera dilakukan revisi atas dokumen SOP yang sudah ada.
2. Identifikasi masalah (mengacu kepada hasil pengkajian kondisi) Menemukan masalah dengan cara membandingkan
Panduan Pelaksanaan
Standar Layanan dan SOP yang ada dengan Standar Layanan dan SOP yang seharusnya ada. Aktivitas ini akan menghasilkan daftar judul SOP
1. Pengkajian kondisi a) Inventarisasi SOP dan Standar Layanan yang ada: mengumpulkan data mengenai jumlah dan jenis SOP yang ada;
Kegiatan yang memerlukan SOP
yang perlu ada tetapi saat ini belum ada. Untuk Standar Layanan dan SOP lokal, mereview Standar Layanan dan SOP yang ada berdasarkan kaidah penyusunan standar layanan. Aktivitas ini
Keberadaan SOP Sudah ada
www.kinerja.or.id
Kesimpulan
Belum ada
Tata Kelola Persalinan Aman
143
Lampiran A - Uraian Substansi
akan menghasilkan penilaian kesesuaian Standar
boleh menentukan Standar Layanan yang lebih
Layanan dan SOP yang ada, apakah sudah sesuai
tinggi asal tidak memberatkan masyarakat yang
atau masih perlu penyesuaian. Bila ada standar
membutuhkan. Beberapa hal yang perlu direview
nasional yang dianggap kurang sesuai dengan
misalnya:
kondisi yang ada, silahkan sampaikan penilaian dan penjelasan kepada pihak yang berkewajiban.
a) Untuk Standar Layanan:
Daerah tidak berhak untuk mengganti SOP tetapi Judul Standar: ..............................................
No
Komponen yang direview
Analisis kesesuaian Ya
144
1
Apakah SOP tersebut telah disusun dengan format yang benar (berupa gambar atau alur)?
2
Apakah masih ada istilah medis yang digunakan?
3
Apakah informasi mengani lama waktu pelaksanaan kegiatan telah dijelaskan?
4
Apakah informasi mengani jadwal pelaksanaan kegiatan telah dijelaskan
5
Apakah informasi mengenai lokasi kegiatan telah dijelaskan?
6
Apakah informasi mengenai petugas pelaksana kegiatan telah dijelaskan?
7
Apakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk bisa mendapatkan pelayanan telah dicantumkan?
Tata Kelola Persalinan Aman
Keterangan
Tidak
www.kinerja.or.id
b) Untuk SOP Teknis: Judul SOP: .............................................
No
Komponen yang direview
1
Apakah SOP telah disusun dengan format yang benar?
2
Apakah SOP telah disusun dengan kalimat perintah?
3
Apakah SOP dilengkapi dengan gambar atau diagram alur?
4
..................
5
..................
3. Penentuan prioritas Berdasarkan hasil kegiatan nomor 2, diskusikan
Analisis kesesuaian Ya
Tidak
Keterangan
4. Penyusunan rencana kerja (POA= Plan of Action) penyusunan SOP
apakah memungkinkan jika seluruh hasil identifikasi masalah tersebut akan diselesaikan. Jika tidak
Penyusunan rencana kerja berdasarkan masalah
memungkinkan, tentukan prioritas kegiatan yang
yang ditemukan dan prioritas masalah yang disusun.
membutuhkan penyusunan SOP segera.
POA dapat dibuat dengan mengacu pada tabel berikut:
No
Judul SOP yang hendak disusun
Penanggungjawab
Waktu
Inisiatif*
* Inisiatif diisi dengan proses atau pendekatan yang dilakukan untuk menyusun SOP dimaksud. Misalnya: Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan tertentu, melakukan FGD dengan pelaksana dan pengguna, melakukan observasi kegiatan, dan lain-lain.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
145
Lampiran A - Uraian Substansi
5. Koordinasi
•
Sampaikan kesesuaian jumlah uang tersebut dengan total biaya yang harus dibayar, ‘pas’ atau ada kembalian
Masing-masing penanggungjawab mengkoordinir proses menyusun SOP sesuai dengan rencana yang
•
Jika ada kembalian, sebutkan jumlah
telah disusun. Proses penyusunan SOP sebaiknya
nominal uang yang harus dikembalikan
dilakukan dalam tim yang terdiri dari beberapa orang.
kepada pasien sambil menyerahkan uang kembaliannya
6. Proses penyusunan SOP
•
Serahkan kuitansi atau bukti pembayaran kepada pasien
•
Ucapkan terima kasih
1. Tetapkan Topik/Judul kegiatan yang hendak disusun SOPnya (berdasarkan
4. Tetapkan lama waktu yang dibutuhkan untuk
hasil inventarisir masalah pada langkah
melakukan masing-masing aktivitas tersebut.
sebelumnya). Misalnya: SOP Pelayanan
Misal: penjelasan rincian biaya butuh waktu 2
Pembayaran (kasir).
menit, menghitung kembali uang yang diterima dari pasien membutuhkan waktu 10 detik, dan
2. Tetapkan tujuan topik atau tujuan dari
seterusnya.
SOP. Misalnya, tujuan SOP Pelayanan Pembayaran (kasir) adalah sebagai
5. Urutkan kegiatan yang telah diinventarisir pada
panduan bagi petugas kasir dalam melayani
langkah 3 sesuai dengan sistematika yang
pembayaran pasien dengan baik, cepat dan
paling baik. Dalam contoh ini urutan kegiatan
benar.
yang tercantum pada point 3 tersebut dinilai telah sesuai sehingga tidak perlu disusun
3. Lakukan identifikasi kegiatan inti dalam
kembali.
mencapai tujuan. Misalnya, kegiatan dalam pelayanan pembayaran pasien meliputi:
6. Telaah kembali apakah seluruh kegiatan tersebut memang harus dilakukan ataukah
•
Panggil pasien sesuai nomor antrian
ada kegiatan yang sebetulnya bisa dihilangkan
•
Lakukan 3 S (senyum, salam, sapa)
tanpa mengurangi kualitas proses secara
•
Jelaskan rincian biaya yang harus
keseluruhan. Dalam contoh ini rincian kegiatan
dibayarkan pasien
yang tercantum pada point 3 tersebut dinilai
•
Terima pembayaran pasien
telah sesuai sehingga tidak perlu ada kegiatan
•
Hitung kembali jumlah uang yang
yang dieliminasi.
diterima dan sebutkan jumlah nominal uangnya
146
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
7. Uji coba
bisa segera disahkan sebagai dokumen resmi organisasi.
Sebelum SOP tersebut dibakukan atau diterapkan secara resmi, lakukan uji coba untuk mengetahui kesesuaiannya. Hasil uji coba memungkinkan adanya beberapa penyesuaian atas rancangan SOP tersebut. Jika SOP dinilai telah ideal, SOP tersebut
8. Kegiatan Monitoring & Evaluasi Contoh: Monitoring pelaksanaan SOP pelayanan pembayaran kasir.
Formulir monitoring Hasil pemantauan No
Rincian kegiatan dalam SOP
1
Panggil pasien sesuai nomor antrian
2
Lakukan 3 S (senyum, salam, sapa)
3
Jelaskan rincian biaya yang harus dibayarkan pasien
4
Terima pembayaran pasien
5
Hitung kembali jumlah uang yang diterima dan sebutkan jumlah nominal uangnya
6
Sampaikan kesesuaian jumlah uang tersebut dengan total biaya yang harus dibayar, ‘pas’ atau ada kembalian
7
Jika ada kembalian, sebutkan jumlah nominal uang yang harus dikembalikan kepada pasien sambil menyerahkan uang kembaliannya
8
Serahkan kuitansi atau bukti pembayaran kepada pasien
9
Ucapkan terima kasih
www.kinerja.or.id
Dilaksanakan
Tidak dilaksanakan
Kesimpulan
Tata Kelola Persalinan Aman
147
Lampiran A - Uraian Substansi
Formulir evaluasi No
Aspek yang dievaluasi
1
Jumlah petugas yang mematuhi SOP
2
Jumlah SOP yang dilaksanakan
3
............................
4
...........................
5
............................
Hasil Evaluasi
Libatkan masyarakat (MSF) dalam melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SOP agar hasilnya lebih baik dan lebih partisipatif.
Rekomendasi
Contoh Praktek Baik
1. SOP Alur Layanan di Puskesmas Kota Probolinggo
10 Jenis Pemeriksaan Kehamilan No
JENIS PELAYANAN
PELAKSANA
KAPAN
LAMA LAYANAN
1
Timbang BB dan TB Bumil
Bidan
Tiap hari kerja
1’
2
Tekanan darah
Bidan
Tiap hari kerja
3’
3
Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bidan
Tiap hari kerja
1’
4
Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Bidan
Tiap hari kerja
2’
5
Tentukan letak dan Denyut Jantung Janin (DJJ)
Bidan
Tiap hari kerja
3’
6
Toxoid Tetanus
Bidan
Tiap hari kerja
5’
7
Tablet besi (90 tablet)
Bidan
Tiap hari kerja
1’
8
Test Lab (HB, HIVIMS. Golda, Hepatitis B)
Analis laboratorium
Tiap hari kerja
20’
9
Tata laksana rujukan kasus kehamilan Risti
Bidan
Tiap hari kerja
3’
10
Temu wicara konseling (P4K dan KB pasca salin, IMD, ASI Eksklusif)
Bidan
Tiap hari kerja
5’
KET
Waktu Pelayanan : Hari : Senin s/d Jumat Pukul : 7.30 –14.00 Anda akan dilayani oleh Dokter atau Bidan berpengalaman
148
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
PAKET PEMERIKSAAN KEHAMILAN PAKET ANC 10 T 1. Timbang BB dan TB Bumil 2. Tekanan darah 3. Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA) 4. Tinggi Fundus Uteri (TFU) 5. Tentukan letak dan Denyut Jantung Janin (DJJ) 6. Toxoid Tetanus
7. Tablet besi (90 tablet) 8. Test Lab ( HB, HIV IMS, Golda, Hepatitis B)
9. Tata laksana rujukan kasus kehamilan Risti 10. Temu wicara konseling (P4K dan KB pasca salin)
PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
149
Lampiran A - Uraian Substansi
2. Puskesmas Bonto Bangun, Kabupaten Bulukumba
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file dalam CD yang terlampir.
150
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
151
Lampiran A - Uraian Substansi
152
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
153
66
Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
155
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 6
Deskripsi Modul Modul ini menguraikan tentang mekanisme
Pengelolaan Pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan
Pengelolaan Pengaduan sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Penjabaran materi modul diawali dengan uraian tentang keterkaitan antara pegelolaan pengaduan dengan undang-undang pelayanan publik. Selanjutnya dijelaskan secara lebih rinci mengenai pentingnya pengaduan, mekanisme Pengelolaan Pengaduan, survei pengaduan, dan Janji Perbaikan Layanan.
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) 2. Konsultan/Pelatih
........ uraian tentang keterkaitan antara pegelolaan pengaduan dengan undangundang pelayanan publik.
3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).
Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Peserta mampu memahami dan menjelaskan tujuan dan manfaat beberapa jenis pengelolaan pengaduan, termasuk janji perbaikan layanan.
156
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Tujuan Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT): Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan
4. Mampu menerapkan mekanisme pengelolaan pengaduan 5. Mampu melakukan monitoring dan evaluasi pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan layanan.
mampu menjadi fasilitator untuk memberikan pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan.
Pokok Bahasan
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Mampu menjelaskan konsep pengelolaan pengaduan dan janji perbaikan layanan, termasuk relasinyadengan Program USAIDKINERJA 2. Mampu menjelaskan peran penting mekanisme pengelolaan pengaduan dalam menjaga kualitas pelayanan
1. Pengelolaan Pengaduan: pengertian dan kaitannya dengan Undang-undang Pelayanan Publik 2. Mekanisme pengelolan pengaduan 3. Survei pengaduan 4. Janji Perbaikan Layanan.
3. Mampu mendampingi Puskesmas dalam membuat mekanisme pengelolaan pengaduan 4. Mampu mendampingi Puskesmas dalam monitoring dan evaluasi pengelolaan pengaduan
Metode
dan janji perbaikan layanan. Sesi pelatihan: Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami konsep pengelolaan pengaduan dan realisasinya dengan program USAID-KINERJA 2. Memahami peran pengelolaan pengaduan dalam menjaga akuntabilitas dan kualitas pelayanan 3. Mampu membuat mekanisme pengelolaan pengaduan
www.kinerja.or.id
1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Role play. Sesi pelaksanaan: 1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/ Dinas Kesehatan 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan.
Tata Kelola Persalinan Aman
157
Lampiran A - Uraian Substansi
Alat dan bahan
Hari II: Waktu
Pokok Bahasan
1 x 45 menit Review materi hari I Permainan Peran II:
1. LCD Projector 2. Laptop 3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board 4. Alat tulis 5. Materi Presentasi
1 x 45 menit
Waktu
Janji Perbaikan Layanan Diskusi dan tanya jawab
Permainan peran III: Penyusunan Janji Perbaikan 2 x 45 menit Layanan Penyusunan rekomendasi untuk advokasi di tingkat dinas/kabupaten
Sesi pelatihan: Dua hari
Hari I: Waktu
Pengolahan Data dan Penyusunan Indeks Pengaduan Masyarakat 3 x 45 menit (IPM) Analisis penyebab pengaduan Masyarakat dan penyusunan alternatif solusi
Pokok Bahasan
Rencana Tindak Lanjut Survei 1 x 45 menit Pengaduan Masyarakat Penutupan
Pembukaan Penjelasan singkat tentang Fokus 1 x 45 menit Program KINERJA Bina Suasana Self-assessment: pelaksanaan Pengelolaan Pengaduan saat ini Pengelolaan Pengaduan: pengertian dan kaitannya dengan 2 x 45 menit undang-undang pelayanan publik Diskusi dan tanya jawab Mekanisme Pengelolaan 2 x 45 menit Pengaduan: Survei Pengaduan Diskusi dan tanya jawab Permainan Peran I: Lokakarya Pengelolaan Pengaduan Menyusun instrumen survei 3 x 45 menit pengaduan Simulasi pelaksanaan survei pengaduan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan 1. Pengantar 1. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya Pengelolaan Pengaduan masyarakat dalam rangka mewujudkan pelayanan puskesmas yang patisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif, di mana hal ini merupakan cara untuk meningkatkan partisipasi pengguna layanan dalam perbaikan mutu layanan puskesmas. 2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan
158
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45
seluruh peserta. Minta peserta untuk
menit per hari. Pada hari pertama dilakukan
menyampaikan pendapatnya terkait dengan
penyampaian materi tentang Pengelolaan
topik yang tengah dibahas.
Pengaduan: pengertian dan kaitannya
2. Beri kesempatan kepada setiap peserta
dengan undang-undang pelayanan
untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan
publik, serta mekanisme Pengelolaan
dulu komentar atas pertanyaan peserta
Pengaduan, khususnya melalui survei
kepada peserta yang lain, agar suasana
pengaduan. Hari pertama ditutup dengan
diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas
permainan peran pelaksanaan lokakarya
fasilitator adalah memfasilitasi proses
pengaduan dan penyusunan instrumen
diskusi dan mengarahkan jika ada proses
pengaduan. Hari kedua peserta diminta
diskusi yang menyimpang.
melanjutkan permainan peran dengan simulasi pelaksanaan survei pengaduan dan
Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:
dilanjutkan dengan penyusunan IPM dan perumusan alternatif solusi. Materi terakhir dihari kedua adalah tentang Janji Perbaikan Layanan. Pendekatan pelatihan disamping penjelasan dengan metode ceramah juga dilakukan permainan peran. 3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk mencairkan situasi sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan permainan yang memotivasi.
2. Proses pelatihan 1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah
3. Sesi-sesi Hari I: 1. Sesi I: Selain memberikan penjelasan umum dan melakukan bina suasana seperti yang sudah dijelaskan dalam pengantar, fasilitator juga memfasilitasi peserta untuk melakukan self asessment. Self assessment dilakukan melalui diskusi untuk membahas pelaksanaan mekanisme Pengelolaan Pengaduan saat ini. Melalui self assessment ini diharapkan akan dapat menginventarisir kendala dan peluang yang ada terkait dengan pelaksanaan Pengelolaan Pengaduan saat ini. 2. Sesi II: Nara sumber menyajikan materi
ditentukan. Gunakan media pembelajaran
tentang Pengelolaan Pengaduan:
yang sesuai untuk memudahkan
pengertian dan kaitannya dengan Undang-
penangkapan peserta. Bahan presentasi
undang pelayanan publik. Aspek penting
dapat menggunakan bahan yang tersedia
yang harus dijelaskan adalah keterkaitan
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif,
antara Pengelolaan Pengaduan dengan
dengan mengutamakan peran aktif dari
undang-undang pelayanan publik sebagai
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
159
Lampiran A - Uraian Substansi
dasar hukum yang mengatur bagaimana
Masyarakat dengan menggunakan data
sebaiknya organisasi pelayanan publik
yang diperoleh dari pelaksanaan survei hari
beroperasi. Hal inilah yang menjadi fokus
pertama. Berdasarkan temuan tersebut lakukan
KINERJA yaitu mewujudkan tata kelola
analisis penyebab pengaduan masyarakat dan
organisasi yang baik (good corporate
penyusunan alternatif solusi.
governance). 3. Sesi III: Nara sumber menyajikan
3. Sesi III: Nara sumber menyajikan materi tentang Janji Perbaikan Layanan dengan memperkaya
materi tentang Mekanisme Pengelolaan
materi dari Praktik Baik daerah lain. Hal
Pengaduan, khususnya tentang survei
yang dijelaskan adalah proses menyusun
pengaduan. Langkah dalam melakukan
Janji Perbaikan Layanan serta penyusunan
survei pengaduan dijelaskan secara rinci
rekomendasi teknis untuk advokasi kepada
disertai contoh untuk memudahkan peserta
pemerintah daerah atau pihak lain yang terkait.
nantinya saat melakukan permainan peran. 4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan
4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan permainan peran kembali terkait dengan topik
permainan peran. Pada permainan peran
Janji Perbaikan Layanan. Lakukan simulasi
pertama ini minta peserta untuk melakukan
proses menyusun Janji Perbaikan Layanan dan
Pengelolaan Pengaduan. Untuk itu bagi
rekomendasi untuk advokasi di tingkat dinas/
peserta menjadi beberapa posisi sesuai
kabupaten berdasarkan keluhan yang muncul
setting yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil
dari permainan peran pertama dan kedua.
lokakarya, minta peserta untuk menyusun instrumen survei pengaduan. Permainan peran diakhiri dengan simulasi pelaksanaan survei pengaduan.
5. Penutup Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab,
4. Sesi-sesi Hari II:
serta penjelasan rencana tidak lanjut. Fasilitator memastikan bahwa aspek governance seperti
1. Sesi I: Secara acak, minta perwakilan peserta untuk mereview materi yang telah dibahas di
partisipasi, transparansi, akuntabilitas, responsifness serta inovasi muncul dalam rencana tindak lanjut.
hari I. Lakukan review dalam suasana santai, jika diperlukan gunakan teknik permainan. 2. Sesi II: Minta peserta untuk kembali melakukan permainan peran. Pada permainan peran kedua ini yang dilakukan adalah simulasi Pengolahan Data dan Penyusunan Indeks Pengaduan
160
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Uraian Substansi 1. Pengelolaan Pengaduan Tuntutan masyarakat terkait tatakelola yang baik (good governance) semakin meningkat.
Prinsip dasar dari pelayanan publik adalah: Transparan, daya tanggap, sederhana, mudah diakses, partisipatif, dan dapat dipercayai dan diandalkan.
Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat dan pengaruh globalisasi. Untuk mensikapi hal itu organisasi publik harus melakukan perubahan yang terarah dan mengarah pada terwujudnya suatu pemerintahan yang baik yang bermuara pada peningkatan pelayanan publik dengan melibatkan
Banyak cara yang bisa dilakukan organisasi pelayanan kesehatan (termasuk puskesmas) untuk memperbaiki kinerjanya. Diantaranya adalah melalui janji perbaikan layanan (citizen charter).
partisipasi masyarakat.
Kontrak layanan merupakan suatu cara untuk
Metode Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
masyarakat, termasuk minat dan kepentingan
dengan Partisipasi Masyarakat sebagaimana diatur dalam Permenpan 13/2009 adalah metode peningkatan kualitas pelayanan publik yang merupakan upaya bersama berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan dan penyediaan pelayanan dan para pengguna pelayanan untuk menciptakan pelayanan publik menjadi terintegrasi antara lingkungan pelayanan dengan proses penyediaan pelayanan publik.
meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan politis yang peduli bahwa pemerintah menyediakan pelayanan dengan kualitas terbaik. Melalui kontrak layanan ini, masyarakat sebagai pengguna layanan berhak mendapatkan informasi sebelumnya tentang jenis-jenis pelayanan yang diberikan termasuk persyaratannya, prosedur pengaduan yang jelas serta penanganan yang adil. Berikut ini ditampilkan perbandingan antara manajemen pelayanan konvensional dengan manajemen pelayanan yang telah menerapkan kontrak layanan.
Pendekatan ini dimulai dengan Pengelolaan Pengaduan pengguna pelayanan sebagai dasar untuk merumuskan dan melaksanakan upaya nyata perbaikan. Dengan pendekatan ini, sejak dini dan dalam keseluruhan proses, pihak-pihak dilibatkan secara maksimal dalam penetapan standar pelayanan publik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
161
Lampiran A - Uraian Substansi
Manajemen Pelayanan Konvensional
Manajemen dengan Janji Layanan
• Dirumuskan sepihak oleh pemerintah dan bersifat tertutup, serta sebagai pedoman penyelenggara pelayanan
• Dirumuskan sebagai sebuah kesepakatan bersama yang bersifat terbuka
• Sebagai alat kontrol pemerintah
• Sebagai instrumen publik untuk mengontrol jalannya penyelenggaraan pelayanan
• Prosedur pelayanan yang cenderung mengatur kewajiban pengguna layanan, tetapi mengabaikan haknya
• Mengatur hak dan kewajiban pengguna layanan dan penyedia layanan secara seimbang
• Pelayanan publik menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah
• Pelayanan publik menjadi urusan dan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan warga masyarakat.
Sebagai upaya peningkatan partisipasi masyarakat
Untuk informasi yang lebih lengkap, KINERJA telah
dalam peningkatan pelayanan publik, sesuai
mengembangkan satu modul lengkap dan detail
Permenpan 13/2009, masyarakat mendapatkan
tentang Mekanisme Penanganan Pengaduan.
kesempatan untuk menyampaikan berbagai saran,
Modul ini berisi survei pengaduan masyarakat dan
masukan dan juga pengaduan terkait dengan
advokasi untuk pengembangan Janji Perbaikan
pelayanan yang diberikan oleh pihak penyedia
Layanan Puskesmas yang dapat dimonitoring
layanan. Pihak penyedia layanan, yang dalam
pelaksanaannya oleh warga dan pengembangan
konteks ini adalah puskesmas, berkewajiban
rekomendasi teknis untuk pengaduan masyarakat
memberikan ruang kepada partisipasi masyarakat
yang penyelesaiannya harus melalui kebijakan dari
serta bersedia merespon berbagai pengaduan,
SKPD kesehatan/daerah yang akan disampaikan
saran dan masukan dari masyarakat serta bersama-
kepada dinas kesehatan.
sama menyusun suatu kesepakatan sebagai upaya peningkatan pelayanan yang disepakati bersama, baik dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan yang didasarkan pada standar pelayanan yang ada. Pada modul ini, KINERJA akan fokus pada pendampingan Janji Perbaikan Pelayanan sebagai: 1)yang merupakan salah satu bentuk Pengelolaan Pengaduan yang didasarkan pada pelaksanaan survei pengaduan dan 2) bagian dari Kontrak Layanan Puskesmas.
162
Tata Kelola Persalinan Aman
2. Pengelolaan Pengaduan Pengaduan atau keluhan adalah pernyataan ketidakpuasan, apapun bentuknya (tertulis maupun lisan), tentang pelayanan, tindakan dan/atau kekurangan tindakan yang dilakukan oleh instansi penyedia pelayanan atau para personilnya yang mempengaruhi atau dirasakan oleh para pengguna pelayanan tersebut.
www.kinerja.or.id
Pengaduan masyarakat terhadap kinerja
3.1 Lokakarya Pengelolaan Pengaduan.
Langkah ini bertujuan untuk mengidentifikasi
pelayanan sangat bermanfaatsebagai ”pintu masuk” peningkatan kualitas pelayanan. Para pengguna pelayanan lebih mudah menyatakan
secara bersama adanya pengaduan
keluhan, pengaduan, atau ketidakpuasan daripada
masyarakat atas pelaksanaan tugas dan fungsi
menyatakankan saran, rekomendasi atau
penyelenggara pelayanan publik. Hasil akhir
kepuasan terhadap kinerja pelayanan. Pengaduan
dari langkah iniadalah adanya daftar pengaduan
pengguna pelayanan publik biasanya lebih bermotif
yang disepakati antara penyedia dan pengguna
tanggungjawab dibanding sekedar penyampaian
layanan. Daftar pengaduan yang telah
kritik dan saran. Keterlibatan langsung dan berulang-
disepakati selanjutnya dijadikan bahan untuk
ulang melalui interaksi antara penyedia layanan
menyusun kuesioner yang akan digunakan
dan pengguna layanan adalah alasan yang kuat
dalam langkah survei pengaduan masyarakat.
mengapa mereka merasa bertanggungjawab untuk memperbaiki layanan publik.
3.2 Survei pengaduan
Penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik
Daftar pengaduan yang telah disusun dalam
tidak perlu merasa khawatir dan enggan untuk
kuesioner dalam langkah Pengelolaan
menghadapi atau menerima pengaduan. Itulah
Pengaduan merupakan input untuk melakukan
sebabnya dalam metode ini pengaduan justru
survei pengaduan masyarakat. Survei
dihimpun melalui curah pendapat dalam lokakarya
pengaduan ini sekaligus memperkuat peran
Pengelolaan Pengaduan dan survei pengaduan, dan
masyarakat dalam meningkatkan kualitas
tidak hanya ditunggu dengan menyediakan kotak
pelayanan. Hasil yang dicapai dalam langkah
pengaduan.
ini yakni tersusunnya lembar indeks pengaduan masyarakat yang didokumentasi dalam matriks IPM (Indeks Pengaduan Masyarakat)
3. Tahapan Pengelolaan Pengaduan Sebagai bentuk konkrit dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, Permenpan 13/2009 menjelaskan empat tahap kegiatan untuk melakukan Pengelolaan Pengaduan, yaitu seperti berikut:
3.3 Lokakarya Analisis Masalah
Penyebab Pengaduan
Indeks pengaduan yang dihasilkan memberi masukan yang sistematis tentang indikasi tingkat pengaduan tertinggi sampai yang terendah. Untuk kebutuhan tindakan perbaikan, pelaksanaan lokakarya analisis masalah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
163
Lampiran A - Uraian Substansi
penyebab pengaduan dilaksanakan dengan
survei ulang. Dengan dua pendekatan tersebut,
tujuan untuk mengetahui sebab masalah
monitoring dan evaluasi akan menghasilkan
dari setiap item pengaduan. Langkah ini
lembaran cek realisasi janji sebagai bukti telah
juga menghasilkan rumusan informasi jalan
dilaksanakan kegiatan monitoring dan indeks
keluar (solusi) atas setiap penyebab masalah
pengaduan masyarakat baru (IPM Baru) sebagai
pengaduan yang muncul, baik solusi yang
bukti hasil survei ulang untuk mengetahui tingkat
bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.
pemenuhan status dari janji dan rekomendasi perbaikan pelayanan publik.
Solusi permasalahan yang bersifat internal didokumentasi dalam Janji Perbaikan Pelayanan, sedangkan solusi eksternal didokumentasi dalam Rekomendasi Perbaikan Pelayanan yang seharusnya disampaikan kepada Dinas Kesehatan agar dipenuhi. Baik dokumen Janji Perbaikan Pelayanan maupun dokumen Rekomendasi Perbaikan Pelayanan menjadi instrumen utama untuk memulai langkah perbaikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik.
3.4 Monitoring dan Evaluasi
Langkah ini bermaksud untuk melakukan pembuktian status atas masing-masing janji dan rekomendasi perbaikan pelayanan publik yang akan dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Sejumlah pihak yang terlibat didalam langkah ini antara lain tim peningkatan kualitas pelayanan, tim pelaksana kualitas pelayanan publik, serta masyarakat pengguna pelayanan.
Monitoring dan evaluasi menggunakan dua pendekatan, yaitu: 1) pendekatan verifikasi janji dan rekomendasi perbaikan, dan 2) pendekatan
164
Tata Kelola Persalinan Aman
4. Survei Pengaduan Survei pengaduan adalah sebuah metode untuk menghimpun berbagai keluhan, pengaduan, atau komplain masyarakat selaku pengguna layanan atas kinerja pemberi pelayanan. Pemberi pelayanan secara aktif menggali informasi dari masyarakat tentang hal-hal yang masih menjadi keluhan masyarakat melalui wawancara terstruktur dengan kuesioner. Kuesioner survei pengaduan disusun berdasarkan daftar pengaduan masyarakat yang diperoleh dari Lokakarya Pengelolaan Pengaduan. Lokakarya Pengelolaan Pengaduan ini diselenggarakan oleh pemberi pelayanan dengan melibatkan masyarakat selaku pengguna layanan. Setelah kuesioner survei pengaduan tersusun, maka tahapan dalam penyelenggaraan survei pengaduan selanjutnya adalah sebagai berikut:
4.1 Persiapan 1. Menyiapkan Tim Pelaksana dan tenaga tambahan sukarela untuk melakukan survei
www.kinerja.or.id
2. Menggandakan kuesioner survei
yang berkesinambungan pada pemberi
3. Membagi wilayah dan menentukan strategi
pelayanan.
kerja 4. Menetapkan jumlah responden
Pembuatan IPM didasarkan pada jumlah total
5. Menyiapkan alat bantu
rekapitulasi akhir. Pernyataan pengaduan
6. Mempublikasikan pelaksanaan survei
diurutkan berdasarkan jumlah responden yang
kepada masyarakat
mengadu. Pernyataan pengaduan dengan
7. Menetapkan teknik survei yang akan
jumlah responden yang mengadu tertinggi
dilakukan.
akan menjadi peringkat kesatu (ranking 1). Pengaduan peringkat 1 ditempatkan paling
4.2 Pelaksanaan
atas, menyusul di bawahnya adalah pengaduan peringkat 2, demikian seterusnya secara berurut sesuai peringkatnya.
1. Melakukan wawancara dengan responden (masyarakat pengguna layanan) 2. Membuat rekapitulasi hasil survei 3. Menyusun Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM) 4. Mempersiapkan dan memasang grafik IPM di papan informasi
Dalam membuat IPM dapat menggunakan cara manual atau dengan menggunakan excel dalam komputer dengan format Bar dengan menyusun dari nilai pengaduan yang tertinggi sampai dengan yang terendah. Setelah IPM
5. Membuat lansiran berita (press release)
selesai sebaiknya diberi pengantar yang berisi
6. Mengundang wartawan untuk jumpa pers
terima kasih kepada responden yang telah
7. Mengarsipkan kuesioner dan IPM.
berpartisipasi dalam survei pengaduan dan hasil survei ini akan ditindak-lanjuti dengan lokakarya
4.3 Indeks Pengaduan Masyarakat (IPM)
IPM yang dihasilkan dari survei pengaduan dapat memberikan gambaran indikasi tingkat pengaduan tertinggi sampai yang terendah. Hasil inilah yang akan ditindaklanjuti untuk dicarikan alternatif solusi. Oleh karena itu mudah dipahami bahwa jika survei pengaduan ini dilakukan secara kontinu, maka dengan sendirinya akan terjadi peningkatan kualitas
www.kinerja.or.id
analisa masalah penyebab pengaduan dan rencana tindak nyata perbaikan.
5. Mekanisme Pengaduan Lainnya Perlu dipahami bahwa mekanisme pengaduan masyarakat tidak hanya dapat diperoleh melalui SurveiPengaduan Masyarakat, tapi juga ada beberapa pendekatan lainnya seperti lewat Kotak Pengaduan/Saran, SMS gateway, dan hotline telpon. Untuk menjamin bahwa masyarakat
Tata Kelola Persalinan Aman
165
Lampiran A - Uraian Substansi
ingin memberikan pengaduannya, maka penting
masyarakat, maka bisa lebih dijamin keaktifan
bagiunit layanan kesehatan (puskesmas)
masyarakat dalam memberikan tanggapan terhadap
mengembangkan mekanisme Pengelolaan
pelayanan yang mereka terima.
Pengaduan. Masyarakat perlu terinformasi tentang adanya layanan pengaduan yang disediakan oleh puskesmasuntukdigunakan oleh masyarakat dalam menyatakan pengaduan/keluhan terkait layanan kesehatan mereka. Selain informasi tentang adanya layanan pengaduan, informasi tentang SOP penanganan pengaduan tersebut perlu juga diinformasikan secara jelas dan SOP tersebut mudah diakses dan dibaca oleh masyarakat. Dalam mengembangkan mekanisme penanganan pengaduan, unit layanan kesehatan perlu melibatkan tim yang terdiri dari staf puskesmas, perwakilan MSF atau Komite Kesehatan Kecamatan/Badan Pertimbangan Kesehatan atau perwakilan PKK, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, kader kesehatan dan pemerhati kesehatan lainnya diwilayah Puskesmas. Keterlibatan perwakilan masyarakat ini penting sebagai bentuk pengawasan publik terhadap Pengelolaan Pengaduan oleh unit layanan, sertauntuk menjamin bahwa pengaduan dari masyarakat memang ditanggapi secara serius oleh Puskesmas. Selain itu, perwakilan masyarakat ini dapat menjadi ‘promotor’ ditingkat masyarakat dalam menginformasikan mekanisme pengaduan di unit layanan dan menginformasikan tentang keseriusan unit layanan dalam menanggapi pengaduan masyarakat. Dengan promosi semacam ini ditingkat
6. Janji Perbaikan Layanan Janji Perbaikan Layanan merupakan salah satu upaya penting dalam peningkatan pelayanan publik. Hal ini sesuai dengan amanat Undang Undang No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 13/2009 tentang Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat. KINERJA mendorong Puskesmas sebagai organisasi pelayanan publik untuk dapat meningkatkan pelayanannya melalui penguatan di sisi penyedia layanan dan juga penerima layanan. Janji Perbaikan Layanan Puskesmas merupakan suatu strategi untuk memberikan jaminan kualitas penyedia layanan agar semakin responsif terhadap kebutuhan masyarakat, serta semakin akuntabel dalam memberikan pelayanan baik kepada pemerintah maupun masyarakat melalui monitoring kinerja pelayanan. Beberapa prasyarat penting untuk mewujudkan pelayanan publik yang semakin baik antara lain: 1. Komitmen Pimpinan 2. Perubahan pola pikir (paradigma) terhadap fungsi pelayanan 3. Partisipasi masyarakat pengguna layanan 4. Saling percaya
166
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
5. Kesadaran penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik
Penyebab Pengaduan. Lokakarya ini bertujuan untuk mendalami penyebab setiap pengaduan
6. Keterbukaan
yang ada, untuk dicarikan solusinya. Prioritas solusi
7. Ketersediaan Anggaran
internal yang sudah diidentifikasikan kemudian
8. Tumbuhnya rasa memiliki
disusun dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan
9. Adanya respon atau tindakan nyata perbaikan
puskesmas. Untuk solusi eksternal, perlu disusun
10. Kejujuran
suatu dokumen Rekomendasi Perbaikan Layanan
11. Realistis dan cepat
yang akan diserahkan pada Dinas Kesehatan dan
12. Umpan balik terhadap masukan dari masyarakat
Pemerintah daerah untuk ditindaklanjuti.
13. Keberanian dan kebiasaan menerima pengaduan 14. Memulai dengan hal sederhana dan menjadikan keberhasilan sebagai motivasi melakukan hal
Penyusunan Janji Perbaikan Layanan tersebut dilakukan dengan melibatkan pemberi dan pengguna layanan.
yang lebih besar. Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun Banyak pihak yang terlibat dalam Pengelolaan
selanjutnya dipublikasikan kepada masyarakat
Pengaduan ini antara lain:
dalam bentuk poster, brosur, atau media cetak lain yang kreatif. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
1. Kepala Puskesmas
dapat turut memantau proses perbaikan layanan
2. Petugas pelayanan di Puskesmas
yang dilakukan.
3. Perwakilan masyarakat/MSF/Badan Penyantun Puskesmas
Metode pemantauan dan evaluasi Janji dan
4. Bidan koordinator
Rekomendasi Perbaikan Pelayanan terdiri daridua
5. Masyarakat pengguna layanan puskesmas
pendekatan:
setempat 6. Organisasi Masyarakat/LSM pemerhati pelayanan kesehatan 7. Tokoh masyarakat dan tokoh agama setempat.
1. Verifikasi Status Janji dan Rekomendasi Perbaikan Pelayanan 2. Mengulangi survei pengaduan masyarakat dengan menggunakan kuesioner yang
7. Pengembangan Janji Perbaikan Layanan Setelah gambaran Indeks Pengaduan Masyarakat
sama pada saat survei sebelumnya dan membandingkan hasil (Indeks Pengaduan Masyarakat) yang diperoleh dari kedua survei tersebut.
diketahui, dilakukan Lokakarya Analisis Masalah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
167
Lampiran A - Uraian Substansi
1. Pengkajian kondisi a) Inventarisasi SOP dan Standar Layanan yang ada: mengumpulkan data mengenai
1.2 Membuka ruang partisipasi bagi masyarkat
jumlah dan jenis SOP yang ada;
Ruang ini berada dalam bentuk pengaduan yang kemudian direspons secara memadai oleh layanan kesehatan dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan menjadi penting dalam
Panduan Pelaksanaan 1. Tahap persiapan 1.1 Sosialisasi internal unit layanan untuk membangun komitmen internal, dari pimpinan/pembuat keputusan sampai staff unit layanan
mendorong keterlibatan yang lebih besar dari masyarkat di kemudian hari.
1.3 Pembentukan tim kecil unit penanganan pengaduan masyarakat
Menunjuk sekelompok orang yang terdiri dari pimpinan dan staf unit layanan serta perwakilan dari pemangku kepentingan kunci tingkat
Dalam tahap persiapan ini penting untuk unit
puskesmas (misalnya Forum multi stakeholder/
layanan puskesmas mensosialisasikan secara
multi pihak/komite kesehatan kecamatan/badan
internal tentang kebutuhan untuk mendengarkan
pertimbangan kesehatan, atau pemerintah
masukan/keluhan/pengaduan dari masyarakat
kecamatan/desa, perwakilan PKK, Toga, Toma,
menjadi bahan untuk perbaikan layanan
kader kesehatan dan pemerhati kesehatan
puskesmas mereka.
lainnya di wilayah Puskesmas) dengan gender seimbang dan mengakomodir kelompok rentan
Unit layanan perlu diyakinkan bahwa
yang akan membantu unit layanan dalam
pengaduan/keluhan masyarakat ini bukanlah
merancang dan melakukan survei pengaduan
bentuk ‘kritikan dan penghakiman’ yang diajukan
masyarakat dan dalam penyusunan Janji
oleh masyarakat terhadap petugas pelayanan,
Perbaikan Layanan. Tim kecil dapat berfungsi
tapi hal ini justru menjadi pintu masuk untuk
sebagai motor penggerak dari pelaksanaan
dapat melibatkan masyarakat untuk bersama-
survei pengaduan dan fasilitator untuk
sama bertanggungjawab dalam mewujudkan
pengembangan Janji Perbaikan Layanan.
pelayanan publik yang lebih baik dan responsive terhadap kebutuhan masyarakat.
1.4 Pengembangan rencana aksi (POA)
Ada beberapa aktifitas penting dalam pelaksanaan survei pengaduan masyarakat ini
168
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
yang perlu dikembangkan dalam rencana aksi (aktifitas kegiatan).
Penanggung jawab
No
Detail Aktifitas
1
Sosialisasi tentang survei pengaduan untuk membangun komitmen
2
Lokakarya/FGD pengembangan kuesioner survei pengaduan
3
Pelaksanaan Survei pengaduan
4
Pengolahan data dan pembangan Index Pengaduan Masyarakat (IPM)
5
Lokakarya Analisa Penyebab Pengaduan Masyarakat dan Rekomendasinya
6
Penyusunan janji perbaikan layanan dan rekomendasi teknis
7
Pengesahan Janji perbaikan layanan dan Sosialisasi pada masyarakat
8
Pertemuan teratur di Puskesmas untuk monitoring dan pertemuan dengan lintas sector untuk melaporkan kemajuan dari pelaksanaan janji perbaikan layanan
9
Pengembangan rencana survei pengaduan berikutnya
2. Tahap Pelaksanaan
Waktu Pelaksanaan
maka dibutuhkan adanya sosialisasi awal tentang pentingnya masukan/pengaduan
2.1 Sosialisasi awal untuk membangun komitmen antar pemangku kepentingan
Dalam kegiatan membangun komitmen antar pemangku kepentingan untuk pelaksanaan survei dan meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai responden survei pengaduan,
www.kinerja.or.id
dari masyarakat untuk perbaikan pelayanan puskesmas.
Sosialisasi awal dapat dilakukan oleh puskesmas sebagai unit layanan secara terintegrasi dalam kegiatan musrenbang bersama lintas sektor, dan kegiatan lokakarya mini (bersama masyarakat) yang dihadiri oleh
Tata Kelola Persalinan Aman
169
Lampiran A - Uraian Substansi
perwakilan Dinas Kesehatan, Forum multi
puskesmas (layanan pemeriksaan
stakeholder/multi pihak/komite kesehatan
kehamilan dan nifas, konseling IMD dan
kecamatan/badan pertimbangan kesehatan,
ASI Eksklusif) untuk menggali keluhan/
atau pemerintah kecamatan/desa, perwakilan
pengaduan mereka terhadap layanan
PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan
kesehatan yang pernah mereka jalani.
pemerhati kesehatan lainnya diwilayah
Penting untuk menjamin bahwa keterwakilan
Puskesmas.
dari perempuan sebagai konsumen utama dari layanan kesehatan KIA dan
Dalam sosialisasi ini perlu diinformasikan
juga laki-laki yang pernah mendampingi
tentang apa itu survei pengaduan dan kemudian
pasangannya dalam mengakses layanan
mendiskusikan bagaimana responden
tersebut; •
survei pengaduan akan diidentifikasi dan
Temuan-temuan utama topik pengaduan
mekanisme pengumpulan data lapangan. Input
masyarakat yang didapat dari FGD
dan masukan dari pemangku kepentingan
ini, kemudian dijadikan daftar keluhan/
perlu dicatat sebagai masukan untuk
pengaduan masyarakat dalam draf
menyempurnakan pelaksanaan pada tahap
kuesioner.
berikutnya.
2.2 Pengembangan dan penyiapan instrumen/kuesioner
2.3 Lokakarya pengembangan kuesioner pengaduan
Lokakarya ini dilakukan dengan tujuan
Pengembangan kuesioner dapat dilakukan lewat
untuk memfinalisasi daftar pengaduan
beberapa tahapan antara lain melalui Diskusi
masyarakat yang didapat melalui proses FGD
Kelompok Terarah (FGD) dan dilanjutkan
ke dalam bentuk kuesioner atau (apabila
dengan lokakarya antar pemangku kepentingan
FGD tidak dilaksanakan sebelumnya) untuk
untuk membahas isu pengaduan yang akan
mengembangkan kuesioner pengaduan
dimasukkan dalam kuesioner survei
berdasarkan masukan peserta lokakarya.
Diskusi Kelompok Terarah (FGD): •
•
Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh
Diskusi Kelompok Terarah ini penting
perwakilan dari dinas kesehatan, Forum multi
untuk dilakukan oleh unit layanan yang
stakeholder/multi pihak/komite kesehatan
sebelumnya belum pernah melakukan survei
kecamatan/badan pertimbangan kesehatan,
pengaduan masyarakat;
atau pemerintah kecamatan/desa, perwakilan
Diskusi perlu dilakukan dengan masyarakat
PKK, Toga, Toma, kader kesehatan dan
yang pernah mengakses layanan
pemerhati kesehatan lainnya diwilayah Puskesmas dengan gender yang seimbang.
170
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Pada akhir lokakarya diharapkan adanya
yang dilayani puskesmas dan pasangannya.
kesepakatan terhadap point-point pengaduan
Jumlah sampel minimal 100 orang (perempuan
masyarakat yang tertera dalam kuesioner
dan pasangannya laki-laki) yang tinggal di
pengaduan yang akan ditanyakan kepada
wilayah kerja unit layanan terkait, yang pernah
responden atau masyarakat yang lebih luas
mengakses layanan Persalinan Aman, Inisiasi
dalam bentuk survei.
Menyusu Dini dan ASI Eksklusif.
2.4 Pelaksanaan Survei Pengaduan Keluhan Masyarakat
2.5 Pengembangan Index Pengaduan Masyarakat (IPM)
Pelaksanaan survei pengaduan dilakukan
Index pengaduan masyarakat merupakan hasil
dengan mengacu pada Seri Pembelajaran
tabulasi/penghitungan dari masing-masing
Mekanisme Pengelolaan Pengaduan KINERJA
topik/pertanyaan pengaduan, dimana dilakukan
dan Pedoman Pelaksanaan Permenpan 13
ranking terhadap pertanyan/topik pengaduan
tahun 2009.
mulai dari pengaduan/pertanyaan yang paling banyak dilaporkan atau dikeluhkan oleh
Sampling responden dilakukan berdasarkan
masyarakat sampai pengaduan yang paling
purposive sampling, dengan penghitungan
sedikit dikeluhkan masyarakat.
berdasarkan tabel Morgan atau 25% dari jumlah populasi berdasarkan jumlah ibu hamil
Contoh rekap pengaduan disajikan dalam bentuk tabel, seperti contoh berikut.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
171
Lampiran A - Uraian Substansi
Indeks pengaduan masyarakat ini menjadi alat
maka solusi/rekomendasi untuk mengatasi
penting bagi pengelola/manejer puskesmas
keluhan/pengaduan masyarakat dapat
untuk menentukan prioritas pengaduan
dikembangkan/ direncanakan baik ditingkat
masyarakat yang bisa ditindak lanjuti oleh
puskesmas (dari solusi internal - sebagai bahan
puskesmas kedepannya.
dokumen Janji Perbaikan Layanan) dan juga diajukan ke dinas kesehatan/institusi pemerintah
Indeks Pengaduan Masyarakat dapat
lainnya ditingkat Kabupaten/Kota (dari solusi
dikembangkan oleh tim kecil yang dibuat
eksternal)
Puskesmas.
Lokakarya ini penting untuk dihadiri oleh pihak puskesmas dan juga perwakilan dinas
2.6 Analisa Penyebab Keluhan Masyarakat dan Rekomendasi melalui lokakarya
kesehatan serta Forum multi stakeholder/multi pihak/komite kesehatan kecamatan/badan
Analisa penyebab keluhan masyarakat dan
pertimbangan kesehatan, atau pemerintah
identifikasi tindak lanjutnya biasanya dilakukan
kecamatan/desa, perwakilan PKK, Toga, Toma,
melalui suatu lokakarya. Dalam lokakarya
kader kesehatan dan pemerhati kesehatan
ini dianalisis akar penyebab pengaduan
lainnya diwilayah Puskesmas.
masyarakat – baik terkait manejemen layanan ditingkat layanan kesehatan ataupun terkait
Lihat Buku Saku Mekanisme Pengelolaan
kebijakan/program/anggaran ditingkat dinas
Pengaduan KINERJA dan Pedoman
kesehatan/institusi SKPD lainnya (Lihat matriks
Pelaksanaan Permenpan 13/2009 untuk lebih
di bawah). Setelah akar masalah diidentifikasi
detail.
NO
PERNYATAAN PENGADUAN
PENYEBAB
SOLUSI INTERNAL
EKSTERNAL
1 2 3 4 5 6
172
dstnya
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
2.7 Penyusunan Janji Perbaikan Layanan (tingkat Puskesmas) dan Rekomendasi Teknis kepada tingkat daerah
disosialisasikan kepada masyarakat di wilayah kerja puskesmas, baik melalui pertemuan sosialisasi ataupun melalui publikasi dokumen
Dari hasil analisa penyebab pengaduan dan
Janji Perbaikan Layanan di tempat-tempat
identifikasi solusi internal, maka tim kecil
publik, melalui radio dll.
penanganan pengaduan puskesmas perlu membuat prioritas solusi internal yang akan mampu diselesaikan dalam waktu 1 tahun mendatang.
Prioritas solusi internal yang sudah diidentifikasikan ini kemudian disusun dalam bentuk Janji Perbaikan Layanan Puskesmas.
2.9 Pertemuan teratur internal Puskesmas monitoring Janji Perbaikan Layanan dan pertemuan teratur lintas sektor untuk melaporkan kemajuan dari pelaksanaan Janji Perbaikan Layanan
layanan, dan juga monitoring sejauh mana janji
dokumenrekomendasi teknis yang akan
tersebut sudah dipenuhi.
diserahkan pada dinas kesehatan dan
Janji Perbaikan Layanan yang dikembangkan di tingkat unit layanan ditandatangani oleh Kepala Puskesmas/Kepala Unit Layanan, dan disaksikan oleh perwakilan masyarakat sipil (misalnya perwakilan forum multi stakeholder atau perwakilan masyarakat lainnya) dan oleh
Pengelola/manejer puskesmas perlu mencermati capaian/progress dari pemenuhan
2.8 Pengesahan Janji Perbaikan Layanan oleh Kepala Puskesmas dan Sosialisasi pada masyarakat
Bagian terpenting dari Janji Perbaikan Layanan adalah implementasi pemenuhan janji perbaikan
Untuk solusi eksternal, perlu disusun suatu
pemerintah daerah lainnya untuk ditindaklanjuti.
Janji Perbaikan Layanan tersebut harus
janji layanan dan mengintegrasi janji tersebut dalam perencanaan dan penganggaran ditingkat puskesmas.
Dan sebagai bagian dari akuntabilitas layanan, masyarakat dan/perwakilan masyarakat perlu selalu diinformasikan kemajuan dari pemenuhan janji layanan tersebut. Selain itu masyarakat juga bisa diajak berdiskusi untuk mencari
Kepala Dinas Kesehatan.
pemecahan masalah apabila diidentifikasi
Dokumen Janji Perbaikan Layanan ini juga
Janji Perbaikan Layanan tersebut. Mobilisasi
perlu disahkan oleh Kepala Daerah dan Kepala DPRD.
www.kinerja.or.id
adanya tantangan untuk dapat memenuhi masyarakat menjadi aset penting untuk dapat mendorong adanya pemenuhan layanan kesehatan yang berkualitas.
Tata Kelola Persalinan Aman
173
Lampiran A - Uraian Substansi
2.10 Pengembangan Rencana Survei Pengaduan Berikutnya
Dalam evaluasi, perlu diperhatikan: •
Apakah kegiatan sudah sesuai dengan janji layanan?
Menurut aturan, survei pengaduan
•
gender seimbang) dalam melakukan monitoring
minimal setahun sekali yang diikuti dengan
implementasi janji layanan?
Janji Perbaikan Layanan untuk mengatasi
•
implementasi/pelaksanaan Janji Perbaikan
diulangi lagi dengan pendekatan yang sama.
Layanan?
3. Tahap Monitoring & Evaluasi Dalam proses monitoring yang penting diperhatikan adalah: Apakah kegiatan sesuai dengan perencanaan? ○ Kalau tidak sesuai, atau dampaknya kurang, apa yang perlu ditambahkan atau direncanakan?
174
Apakah ada kendala dan tantangan dalam
pengaduan tersebut. Siklus di atas perlu •
•
Bagaimana keterlibatan masyarakat (dengan
masyarakat perlu dilakukan secara berkala,
Tata Kelola Persalinan Aman
Apakah ada kegiatan diluar rencana?
Sebaiknya MSF dilibatkan dalam tahap monitoring dan evaluasi Janji Perbaikan Layanan. Berikut adalah sebuah contoh matriks yang dapat digunakan pada saat monitoring dan evaluasi Janji Perbaikan Layanan. Isi sebelah kiri harus sama dengan Janji Perbaikan Layanan yang telah disusun dan tidak boleh diubah.
www.kinerja.or.id
Pengaduan
1. Alat
Janji Perbaikan Layanan
1.1. Puskesmas melakukan
Status Realisasi Janji Sudah
Kegiatan yang sudah dilakukan
Tindak lanjut
Kebutuhan
kontrasepsi
koordinasi dengan
alkon langsung
gratis masih
Dinkes dan BPMPKB
dikomunikasikan ke
diperjualbelikan
terkait distribusi Alkon
BPMPKB
yang berlabel gratis 1.2. Memberikan peringatan
Sudah
dan sanksi kepada petugas puskesmas dan jaringannya apabila memperjualbelikan alkon gratis 2. Tidak ada
2.1. Tidak ada tempat
tempat untuk
untuk pelaksanaan di
pelaksanaan di
posyandu
Sudah
posyandu 2.2. Puskesmas
Sudah
Puskesmas
mensosialisasikan dan
melakukan
mendiskusikan kembali
koordinasi dengan
konsep posyandu
stake holder terkait
adalah milik masyarakat.
lainnya seperti tomas, tokoh agama untuk meningkatkan peran dan pengembangan posyandu bersama semua pihak.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
175
Lampiran A - Uraian Substansi
Pengaduan
3. Informasi
Janji Perbaikan Layanan
3.1. Meningkatkan KIE
Sudah
Kegiatan yang sudah dilakukan
Tindak lanjut
Pembuatan dan
tentang
petugas dan frekwensi
pemasangan poster
Kesehatan Ibu
sosialisasi tentang
untuk sosialisasi
dan Anak (KIA)
Kesehatan Ibu dan Anak
kelas ibu hamil.
kurang
melalui kelas Ibu tingkat
Pembuatan lembar
kelurahan, misalnya
balik tentang IMD
dengan menggunakan
dan ASI Ekslusif
lembar balik, Buku KIA,
yang sekarang
Poster dll.
tersedia di loket.
3.2. Meningkatkan
Belum
Diskusi antara
pelayanan konsultasi
staf Puskesmas
KIA pada Bumil saat
dan bidan
pemeriksaan kehamilan
desa tentang
dan kunjungan ke
penyuluhan
puskesmas, puskel,
yang
poskeskel, posyandu.
dibutuhkan.
….
Status Realisasi Janji
….
Contoh Praktek Baik
….
….
….
tidak hanya pada Puskesmas tetapi juga pada masyarakat. Kotak saran ini seharusnya terkunci, dan kuncinya dipegang oleh staf kesehatan seperti bidan atau kader.
a) Pelaksanaan Kotak Saran di Puskesmas Batua, Kota Makassar Kota Makassar telah menerapkan kotak saran di setiap Puskesmas di seluruh wilayahnya. Kotaksaran tersebut dibuka dan dibahas setiap bulan dengan melibatkan kader posyandu dan MSF, sehingga penyelesaian dan tindak lanjut disepakati dan dilakukan secara bersama sehingga beban
176
Tata Kelola Persalinan Aman
b) Pelaksanaan SMS Gateway di Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang Puskesmas Sungai Raya Kepulauan, di daerah pinggir laut di Kabupaten Bengkayang, Provinsi
www.kinerja.or.id
Kalimantan Barat, telah memiliki kotak saran sejak lama. Namun, staf Puskesmas mengakui jarang ada saran dan pengaduan di dalamnya. Oleh karena ini, Kepala Puskesmas memutuskan untuk melaksanakan SMS Gateway di Puskesmasnya. Semua staf menyepakati untuk mengadakan dan mempublikasikan tiga nomor HP agar pasien dapat memberi pengaduan secara langsung dan cepat. Dari nomor HP ini, satu dipegang oleh Kepala Puskesmas, satu dipegang oleh Bidan Koordinator, dan satu dipegang staf lain. Sejak percetakan spanduk dengan informasi SMS Gateway dan nomor HP tersebut, sudah sangat lebih banyak saran disampaikan oleh pasien kepada staf Puskesmas. Semua saran dan pengaduan dicatat dalam buku pengaduan, dan kalau tidak dapat langsung dibalas, saran tersebut dibahas pada lokakarya mini bulanan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
177
Lampiran A - Uraian Substansi
c) Contoh Instrumen Pengaduan Kabupaten Bener Meriah
178
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
d) Contoh Janji Perbaikan Layanan, Puskesmas Sekadau, Kab. Sekadau
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file dalam CD yang terlampir.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
179
Lampiran A - Uraian Substansi
180
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
181
77
Strategi Promosi Kesehatan untuk Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
183
Lampiran A - Uraian Substansi
Modul 7 Strategi Promosi Kesehatan untuk Persalinan Aman ........ membahas strategi promosi yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan.
Deskripsi Modul Modul ini menguraikan tentang strategi promosi kesehatan yang digunakan KINERJA dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif yang dapat diterapkan oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk meningkatkan kinerja program menjadi lebih partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan inovatif melalui pendekatan utama KINERJA dengan penguatan sisi demand dan supply. Oleh karena itu modul ini juga membahas strategi promosi yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan. Di samping dapat digunakan sebagai panduan dalam melakukan promosi kesehatan oleh puskesmas dan dinas kesehatan, modul ini juga dimaksudkan sebagai acuan bagi fasilitator dalam menyelenggarakan pelatihan tentang strategi promosi kesehatan yang efektif.
Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) 2. Konsultan/Pelatih 3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan (kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban).
184
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Tujuan lokakarya agar peserta mampu menyusun dan mengimplementasikan strategi promosi kesehatan yang inovatif sebagai upaya menjalankan manajemen pelayanan puskemas yang baik dengan paradigma yang kuat pada pencegahan.
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Mampu menjelaskan pentingnya promosi kesehatan 2. Mampu menjelaskan beberapa metode promosi kesehatan dan perbedaannya 3. Mampu menganalisir kebutuhan wilayah terhadap isu apa yang perlu dipromosikan
Tujuan Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers (TOT): Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit
4. Mampu mendesain strategi promosi kesehatan, termasuk sasaran, tujuan, dan metode promosi 5. Mampu melaksanakan kegiatan dan kampayne promosi kesehatan.
Pokok Bahasan
pelayanan kesehatan. 1. Latar Belakang Setelah mengikuti TOT, peserta akan:
2. Strategi Promosi Kesehatan 3. Jenis dan Media Promosi
1. Mampu menawarkan strategi dan metode promosi kesehatan yang efektif dan partisipatif
4. Promosi Persalinan Aman 5. Komitmen Persalinan Aman
yang telah dilakukan di daerah lain (praktek baik) 2. Mampu mendesain strategi dan metode promosi
Metode
kesehatan yang sesuai dengan kearifan lokal 3. Mampu memberikan penguatan terhadap strategi promosi kesehatan 4. Mampu memberikan pemahaman tentang pelaksanaan monitoring dan evaluasi promosi kesehatan 5. Mampu melaksanakan kegiatan dan kampanye promosi kesehatan.
www.kinerja.or.id
Sesi pelatihan 1. Pemaparan materi 2. Self-assessment 3. Diskusi dan tanya jawab 4. Latihan kelompok 5. Presentasi hasil latihan
Tata Kelola Persalinan Aman
185
Lampiran A - Uraian Substansi
Sesi pelaksanaan:
Waktu
1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas/ Dinas Kesehatan
Diskusi kelompok: Menyusun rencana promosi kesehatan untuk 3 x 45 menit program Persalinan Aman Pemaparan hasil diskusi
3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan.
Pokok Bahasan
1 x 45 menit
Alat dan bahan
Rencana tindak lanjut Penutupan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
1. LCD Projector
a) Pengantar
2. Laptop 3. Flipchart/Kertas Plano/Metaplan/white board 4. Alat tulis
•
Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya promosi
5. Materi Presentasi.
kesehatan sebagai bagian dari pelaksanaan pelayanan puskesmas yang partisipatif, akuntabel, responsive, transparan dan
Waktu
inovatif. Penyusunan dan penerapan strategi
promosi kesehatan dengan melibatkan berbagai unsur termasuk masyarakat
Sesi pelatihan: Satu hari
merupakan salah satu mekanisme untuk
Hari I:
meningkatkan partisipasi masyarakat
Waktu
dalam program, sehingga pencapaian SPM
Pokok Bahasan
menjadi lebih mudah.
Pembukaan Penjelasan singkat tentang 1 x 45 menit Program KINERJA dan pengantar pelatihan Promosi Kesehatan
•
secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x
Bina Suasana Self-assessment: Diskusi kelompok identifikasi kekuatan, 1 x 45 menit kelemahan, peluang dan tantangan pelaksanaan promosi kesehatan saat ini Penyajian materi: Promosi kesehatan: konsep, strategi, dan 2 x 45 menit pelaksanaannya Diskusi dan tanya jawab
186
Tata Kelola Persalinan Aman
Fasilitator menjelaskan desain kegiatan
45 menit per hari. Peserta diharapkan aktif dalam setiap sesi, baik sesi penyajian materi maupun sesi diskusi dan penugasan. •
Fasilitator melakukan bina suasana untuk mencairkan situasi sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya: perkenalan, mapping harapan
www.kinerja.or.id
peserta dan permainan yang memotivasi
menyusun rencana promosi kesehatan
peserta.
untuk program Persalinan Aman. Rencana ini disusun dengan memperhatikan hasil self-assessment yang telah dilakukan
b) Proses pelatihan
sebelumnya, dan diperkaya dengan materi
Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi
yang disampaikan narasumber.
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang sesuai untuk memudahkan penangkapan peserta.
c) Penutup
Bahan presentasi dapat menggunakan bahan
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana
yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode
tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan
interaktif, dengan mengutamakan peran aktif
kontribusi aktif peserta. Rencana tindak
dari seluruh peserta. Minta peserta untuk
lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah
menyampaikan pendapatnya terkait dengan
konkrit yang akan dilakukan baik oleh OMP,
topik yang tengah dibahas.
LPSS, MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk mulai menerapkan beberapa
Beri kesempatan kepada setiap peserta untuk
pendekatan strategi promosi kreatif untuk
mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu
program Persalinan Aman. Selanjutnya fasilitator
komentar atas pertanyaan peserta kepada
menutup sesi dengan menarik kesimpulan
peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak
dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta
hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah
menekankan kembali beberapa hal yang akan
memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan
dilakukan sesuai dengan rencana tindak lanjut
jika ada proses diskusi yang menyimpang.
yang telah disusun.
Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut: •
Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar
•
Sesi II: Melaksanakan self-assessment untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan, serta capaian pelaksanaan promosi kesehatan saat ini.
•
Sesi III: Nara sumber menyajikan materi tentang konsep, strategi dan pelaksanaan promosi kesehatan, khususnya dalam program Persalinan Aman
•
Sesi IV: Minta kelompok untuk melakukan diskusi secara berkelompok. Dengan tujuan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
187
Lampiran A - Uraian Substansi
Uraian Substansi
sangat rendah. Terbukti dari rendahnya pendanaan, kapasitas SDM yang tersedia dan memahami strategi promosi kesehatan, serta strategi promosi
1. Latar Belakang
kesehatan yang masih sangat lemah. Kalangan
Dari hasil penelitian WHO pada tahun 2012,
secara generik seperti memberi penyuluhan secara
Indonesia masih memiliki Angka Kematian Ibu (AKI)
tradisional dengan menggunakan cara lisan pada
yang terlalu tinggi, dimana 359 ibu per 100.000
kegiatan posyandu, atau menggunakan alat bantu
kehidupan lahir meninggal dunia tiap tahun. Angka
poster dan leaflet. Kalangan kesehatan juga sangat
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia juga sangat tinggi,
jarang melakukan evaluasi terhadap dampak dari
dengan 34 bayi yang meninggal per 1.000 kelahiran
strategi promosi kesehatan yang sudah dijalankan
hidup, atau sekitar 80.000 anak bayi baru lahir
selama ini.
kesehatan lebih banyak melakukan strategi promosi
meninggal dunia saat berusia kurang dari sebulan. Selain itu, promosi kesehatan selama ini terbatas Apabila pemahaman masyarakat terhadap
didominasi dilakukan oleh petugas kesehatan,
Persalinan Aman masih rendah, maka pemanfaatan
padahal petugas kesehatan belum tentu memiliki
pemeriksaan kehamilan, persalinan dengan tenaga
kemampuan komunikasi yang baik. Keterlibatan
kesehatan terlatih dan di fasilitas kesehatan,
masyarakat dan lintas sektor untuk melakukan
penerapan IMD, dan pemberian ASI Eksklusif
promosi kesehatan masih rendah. Padahal
secara langsung akan rendah pula. Terbatasnya
masyarakat (LSM, ulama, media, akademisi, swasta,
pengetahuan ini juga mengakibatkan masyarakat
dan lainnya) serta lintas sektor (Dinas Pendidikan
tidak dapat memahami dengan baik apakah
dan Kementerian Agama di daerah) memiliki potensi
pelayanan yang diberikan kepadanya sudah sesuai
yang besar untuk mempengaruhi masyarakat
dengan standar yang ada (seperti standar yang
terhadap perilaku dan persepsi yang kurang
diatur oleh Standar Pelayanan Minimal).
mendukung kesehatan individu dan masyarakat.
Untuk itu, perlu ada upaya yang efektif dari
Promosi kesehatan adalah program kesehatan yang
pemerintah dan unit layanan kesehatan dalam
dirancang dengan tujuan melakukan perubahan atau
mengatasi permasalahan tersebut. Promosi
perbaikan baik secara perorangan maupun bersama
kesehatan menjadi bagian penting dan melekat
dalam masyarakat, organisasi dan lingkungan yang
dalam tugas pokok dan fungsi dari sebuah instansi
diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat
penyedia layanan kesehatan.
keputusan yang sehat. Di dalam KMK No. 1114/ Menkes/SK/VII/2005 disebutkan bahwa promosi
188
Sebenarnya komitmen untuk melaksanakan promosi
kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan
kesehatan yang selalu digaungkan mulai dari
kemampuan masyarakat melalui pembelajaran
tingkat nasional sampai ke tingkat kecamatan masih
dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
2. Strategi Promosi
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya
Dalam mengembangkan strategi promosi kesehatan
setempat dan didukung kebijakan publik yang
diperlukan keterlibatan dinas kesehatan, puskesmas
berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan yang
dan masyarakat. Strategi tersebut dipersyaratkan
dilakukan dengan baik akan mampu meningkatkan
menjadi bagian program Dinas Kesehatan Bidang
kemampuan (pemberdayaan) masyarakatdalam
Pelayanan terutama Sub-Bidang Promosi Kesehatan
memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
yang dianggarkan secara rutin tiap tahun dalam jumlah yang memadai, termasuk kegiatan promosi
Promosi kesehatan ibu dan anak dimaksudkan untuk
KIA. Kegiatan dalam strategi promosi dilakukan
mencerdaskan masyarakat mengenai kesehatan
dengan target meningkatkan pengetahuan tenaga
ibu dan bayi, yang dalam paket dukungan KINERJA
kesehatan tentang informasi teknis terkait KIA
terbatas pada Persalinan Aman, IMD dan ASI
(supply side) dan kegiatan penyebaran informasi
Eksklusif. Dengan demikian, masyarakat memahami
bagi masyarakat terutama bagi keluarga yang
hak-haknya terhadap pelayanan tersebut sehingga
memiliki ibu hamil, ibu menyusui dan balita.
masyarakat dapat mengawasi dan menuntut hakhaknya ketika mereka menggunakan pelayanan
Strategi promosi akan efektif dan dapat menjadi
kesehatan baik di fasilitas publik maupun swasta.
booster sehingga seorang atau sekelompok orang lebih mudah memahami jika memenuhi beberapa
Sebagai program pemberdayaan masyarakat,
kriteria berikut ini:
diperlukan langkah-langkah efektif untuk memberikan penyadaran dan pencerdasan
1. Anchor, dilakukan pada momen yang mudah
kepada masyarakat tentang pentingnya persalinan
orang ingat. Misal, acara nikah (hari penting bagi
aman. Paket dukungan KINERJA membangun
pasangan),
kesadaran tentang manfaat pemeriksaan kehamilan
2. Massa, yaitu menciptakan gerakan banyak
minimal empat kali, dan persalinan dengan tenaga
massa yang terlibat. Misal, festival atau gelar
kesehatan dan di fasilitas kesehatan. Proses
seni, facebook, dan social media lainnya
pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-
3. Si lemah melawan yang kuat, yaitu kondisi
kelompok potensial yang sudah mengakar di
promosi kesehatan yang membela kaum lemah
masyarakat, serta melibatkan seluruh komponen-
(ibu dan anak) yang tidak berdaya. Misal,
komponen masyarakat. Proses tersebut dilakukan
ibu dan anak ditindas oleh keluarga untuk
dengan berbagai upaya untuk mempengaruhi
memberikan susu formula;
lingkungan yang menyangkut pendidikan,
4. Penyampai yang menarik dan menjadi panutan
organisasi, termasuk kebijakan dan peraturan
masyarakat, misal ulama atau tokoh masyarakat
perundangan.
yang menyampaikan akan lebih didengar dari pada bukan tokoh masyarakat.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
189
Lampiran A - Uraian Substansi
5. Terus menerus (repetitive), promosi yang dapat dilihat, didengar dan dibaca setiap hari atau
Informasi teknis yang sebaiknya disajikan dalam media kampanye adalah:
momen oleh masyarakat. Misal, baliho yang komunikatif pada tempat-tempat strategis.
•
minimal empat kali, serta standar yang mesti
6. Singkat, padat, dan mudah diingat, yaitu suatu
diberikan
pesan (tulisan dan atau gambar) yang mudah dipahami dalam konsep awam tetapi gambar
•
Resiko kehamilan dan persoalan kehamilan resiko tinggi
dan kalimat itu menjadi khas. Jika orang mengulang kalimat itu sudah menunjukkan
Pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan
•
Makanan yang bergizi untuk ibu hamil dan ibu pasca bersalin
kekhasan isu itu. •
Persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih
Sedangkan dalam Kepmenkes 585/2007 dijelaskan
•
Persalinan di fasilitas kesehatan
adanya 4 strategi dasar promosi kesehatan yang
•
Kemitraan bidan dan dukun.
meliputi1) Pemberdayaan, (2) Bina suasana, (3) Advokasi, dan (4) Kemitraan. Promosi kesehatan
Jenis dan media promosi yang digunakan dalam
di Puskesmas hendaknya dikembangkan dengan
mempromosikan kesehatan ibu dan anak dapat
mengacu pada 4 strategi dasar tersebut disesuaikan
berupa:
dengan sasaran, kondisi puskesmas, dan tujuan promosi.
3. Jenis dan Media Promosi
3.1 Penyuluhan/Konseling
kesehatan seperti dokter dan bidan atau kader posyandu saat pelayanan kesehatan
Promosi kesehatan ibu dan anak dapat dilakukan
di puskesmas, kegiatan puskesmas keliling,
dengan berbagai cara baik penyampaian informasi
posyandu bulanan, kelas ibu hamil ataupun
langsung melalui ceramah, diskusi, penyuluhan
saat melakukan kunjungan rumah.Penyuluhan
dan konseling ataupun melalui media cetak
dapat dilakukan melalui diskusi, ceramah
dan elektronik. Informasi teknis yang disajikan
dengan bantuan alat peraga berupa gambar, film
dalam media promosi disesuaikan dengan paket
maupun praktek langsung. Perlu memperhatikan
KINERJA yaitu Persalinan Aman, ASI Ekslusif dan
konteks lokal sehingga penyuluhan bisa
Menyusu Dini. Informasi sedapat mungkin dikemas
berkelanjutan.
dengan bahasa yang ringkas, sederhana dan mudah dimengerti sehingga mudah dipahami oleh masyarakat dan berdampak pada perubahan prilaku keluarga dari ibu hamil dan ibu menyusui.
Umumnya penyuluhan dilakukan oleh tenaga
Selain penguatan pengetahuan teknis bagi tenaga kesehatan dan kader posyandu, perlu dipersiapkan juga media promosi yang akan digunakan dalam melakukan penyuluhan.
190
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
3.2 Kampanye melalui Duta ASI
dari tokoh masyarakat atau pejabat daerah yang menjadi Duta ASI dengan slogan praktis
Duta ASI di daerah dipilih dari tokoh masyarakat/
terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan
pejabat daerah yang memiliki pengaruh besar
dan persalinan dengan tenaga kesehatan
bagi masyarakat baik dengan kehadiran secara
terlatih.
personal maupun himbauan yang disampaikan oleh duta tersebut di media elektronik maupun melalui media cetak yang memunculkan nama atau fotonya.
Duta ASI Eksklusif perlu juga diberikan pengetahuan teknis mengenai Persalinan Aman,
4. Promosi Persalinan Aman
4.1 Tujuan
Sebagai upaya untuk membantu masyarakat untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan
IMD dan ASI Eksklusif sehingga beliau dapat
aman sebagai gaya hidup yang sehat dan
memberikan penyuluhan dan pencerdasan
cerdas, maka promosi pemberian persalinan
langsung pada kegiatan yang melibatkan
aman mempunyai tujuan pengubahan
masyarakat.
gaya hidup yang mendorong masyarakat khususnya ibu melahirkan dan keluarganya
3.3 Pendidikan Rekan Sebaya
dalam membuat keputusan yang cerdas untuk mencapai keseimbangan kesehatan fisik, sosial,
Persalinan Aman juga dapat dipromosikan
spiritual dan intelektual. Pengubahan gaya hidup
dengan membentuk kelompok kegiatan
dapat difasilitasi melalui penggabungan dalam
ibu hamil dan ibu menyusui. Dimana selain
menciptakan lingkungan yang mendukung,
replikasi praktek baik perawatan kehamilan
mengubah perilaku dan meningkatkan
dan persalinan aman antar sesama ibu, dapat
kesadaran dalam pemeriksaan kehamilan dan
juga terjadi diseminasi informasi dari tenaga
persalinan aman.
kesehatan maupun kader posyandu.
3.4 Media cetak (Brosur/ Pamflet/ Leaflet/ Poster/ Koran/ dll) dan radio
Berisi informasi teknis untuk mengkampanyekan
4.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup promosi persalinan aman adalah sebagai berikut:
kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita. Pesan yang disampaikan harus
1. Pendidikan (pengetahuan) tentang segala
mudah dibaca dengan tulisan/gambar yang
hal terkait pemeriksaan kehamilan dan
menarik dan cerita yang mudah dimengerti.
persalinan aman, penekanannya pada
Bahan informasi bisa juga cerita atau himbauan
upaya untuk perubahan perilaku melalui
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
191
Lampiran A - Uraian Substansi
peningkatan kesadaran, kemauan dan
4.3 Strategi Promosi
kemampuan yang ada: •
Di lingkungan keluarga (suami, orang
Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran dari
tua, mertua)
peningkatan derajat kesehatan ibu menyusui dan
•
Di lingkungan sekolah
bayi baru lahir, maka diperlukan cara yang efektif
•
Di lingkungan tempat kerja
dan efisien.Beberapa strategi yang dapat dilakukan
•
Di tempat-tempat/fasilitas umum
untuk promosi pemeriksaan kehamilan dan
•
Di lingkungan penyedia layanan
persalinan aman adalah:
kesehatan. 2. Pemasaran sosial, ditekankan pada
a) Kebijakan berwawasan KIA
pengenalan tentang manfaat pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman melalui
•
kampanye.
peraturan perundang-undangan yang mengatur
3. Penyuluhan (komunikasi dan informasi) yang ditekankan pada penyebaran informasi
Mengupayakan tersedianya kebijakan dan pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman
•
Mengalokasikan anggaran pemerintah/daerah
tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan
untuk program peningkatan jumlah ibu yang
dan persalinan aman.
melakukan pemeriksaan kehamilan dan
4. Peningkatan cakupan pemeriksaan
persalinan aman.
kehamilan dan persalinan aman, penekanannya pada upaya pemeliharaan
b) Advokasi
dan peningkatan KIA. 5. Advokasi pemeriksaan kehamilan
Perangkat kegiatan yang dilakukan dalam rangka
dan persalinan amandengan upaya
mempengaruhi para pembuat keputusan agar dapat
mempengaruhi lingkungan atau pihak lain
mempercayai dan meyakini bahwa pemeriksaan
agar mengembangkan kebijakan yang
kehamilan dan persalinan aman perlu mendapat
berwawasan KIA (melalui legislasi atau
dukungan melalui kebijakan (keputusan).
pembuatan peraturan, dukungan anggaran dan dukungan suasana di berbagai bidang/
c) Dukungan sosial
sektor dalam penyiapan sarana dan prasarana untuk persalinan aman).
•
6. Upaya melalui pengorganisasian
penyedia layanan secara lintas program dan
masyarakat, pengembangan
lintas sektoral yang memiliki kaitan dengan
masyarakat, penggerakan masyarakat,
pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman
dan pemberdayaan masyarakat yang
•
penekanannya adalah untuk edukasi dan meningkatan kemampuan advokasi.
192
Kerjasama dengan berbagai pihak di lingkungan
Tata Kelola Persalinan Aman
Kerjasama dengan pihak eksternal seperti Forum Peduli Kesehatan Ibu dan Anak
•
Kemitraan dengan pihak swasta seperti
www.kinerja.or.id
produsen makanan sebagai pihak yang dapatmempengaruhi persoalanpersalinan aman.
d) Keterampilan individu •
Peningkatan keterampilan (informasi dan edukasi) petugas kesehatan untuk mampu menjelaskan, mendampingi, dan konseling tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman.
•
Pemberian ketrampilan kepada masyarakat terutama ibu hamil dan keluarga inti, serta orang tua terkait pengetahuan tentang manfaat pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman.
e) Pemberdayaan masyarakat Dilakukan dengan pendekatan edukatif yang ditekankan pada proses dan upaya melalui: •
Sosialisasi kepada para stakeholder untuk promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan amanterkait bahwa dengan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali dapat tenaga kesehatan dan ibu tahu dengan cepat kalau ada resiko kepada ibu maupun bayinya
•
Penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya persalinan aman (persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih dan di fasilitas kesehatan) terhadap keselamatan ibu maupun bayinya
www.kinerja.or.id
4.4 Langkah-langkah promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman Tahapan promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman meliputi:
a) Menentukan tujuan promosi: 1. Apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu berkaitan dengan tujuan program, misalnya yang terkait dengan peningkatan cakupan pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman. 2. Apa yang akan dicapai untuk mengatasi masalah rendahnya pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman (tujuan pendidikan). Berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, sikap, dan prilaku masyarakat pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman. 3. Pembelajaran apa yang harus dicapai yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap (tujuan perilaku). Berkaitan dengan peningkatan perilaku masyarakat terhadap pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman.
b) Menentukan sasaran promosi Menyangkut kelompok yang menjadi sasaran promosi seperti individu atau kelompok atau kombinasi keduanya.
Tata Kelola Persalinan Aman
193
Lampiran A - Uraian Substansi
c) Menentukan isi atau materi promosi
f) Menyusun rencana evaluasi pelaksanaan promosi
Materi promosi harus dibuat sesederhana mungkin, bisa dalam bentuk cerita, permainan, drama, gambar
Sebagai upaya untuk melihat berhasil tidaknya
atau dengan bahasa setempat sehingga sasaran
pelaksanaan promosi pemeriksaan kehamilan dan
promosi mudah memahami dan mau melaksanakan
persalinan aman, dengan menjabarkan kapan, di
isi pesan tersebut .
mana dan siapa yang akan melakukan evaluasi serta sasaran mana yang akan dievaluasi.
d) Menentukan metode promosi g) Menyusun jadwal pelaksanaan •
•
Untuk tujuan pengetahuan: menggunakan penyuluhan langsung, pemasangan poster,
Penjabaran tentang waktu, tempat dan pelaksanaan
spanduk, penyebaran leaflet
promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan
Untuk tujuan perilaku: memberikan contoh
aman.
konkrit yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran promosi (berupa foto, slide atau video) •
4.5 Sasaran promosi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman
Untuk tujuan meningkatkan ketrampilan: melakukan praktek seperti deteksi resiko dan
Pentahapan upaya promosi pemeriksaan kehamilan
persoalan dalam kehamilan.
dan persalinan aman meliputi tiga kelompok sasaran yang harus dicakup yaitu:
Metode perlu mempertimbangkan sumber daya seperti anggaran dan manusia.
1. Sasaran primer/umum, adalah masyarakat yang terdiri dari remaja, ibu hamil, ibu menyusui, dan
e) Menetapkan media promosi
para suami. 2. Sasaran sekunder, adalah tokoh masyarakat,
• •
Media yang digunakan dapat mempermudah
tokoh agama, tokoh adat serta orang relevan
pembelajaran
dalam kegiatan promosi pemeriksaan kehamilan
Media yang dipilih harus bergantung pada jenis
dan persalinan aman. Harapannya para tokoh
sasaran, tingkat pendidikan, tujuan yang ingin
ini dapat menyampaikan kembali tentang
dicapai, metode yang digunakan serta sumber
pengetahuan dan keterampilannya kepada
daya yang tersedia.
masyarakat di lingkungan sekitarnya. 3. Sasaran tersier, adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan, dengan harapan keputusan atau kebijakan yang dikeluarkan akan
194
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
memiliki pengaruh dan dampak bagi upaya yang
generasi penerus yang selamat dan sehat, terutama
dilakukan pada kelompok sasaran sekunder dan
ibu melahirkan, lingkungan dimana si ibu berada
primer.
serta masyarakat pada umumnya, dan petugas kesehatan yang mempunyai kewajiban untuk
Ketiga sasaran ini dipersyaratkan untuk dilakukan
memberikan advokasi tentang pentingnya dan
karena kan terkait satu dengan yang lainnya dalam
manfaat pemeriksaan kehamilan dan persalinan
sebuah promosi kesehatan.
aman.
5. Komitmen Persalinan Aman
5.2 Kunci Keberhasilan Program Persalinan Aman
5.1 Kebutuhan komitmen
1. Menciptakan komitmen, kepedulian, kesungguhan dan kemauan semua stakeholder.
Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas
2. Dukungan eksekutif dan legislatif.
manusia harus dimulai sedini mungkin yakni sejak
3. Ada unsur (SDM) penggerak program di tingkat
bulan pertama kehamilan. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan
lokal. 4. Menjaga keberlanjutan program.
kualitas manusia adalah persalinan aman. Dengan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali dan persalinan dengan tenaga kesehatan terlatih dan di
5.3 Kebijakan Daerah
fasilitas kesehatan, keselamatan ibu dan bayi dapat
Sebagai program pemerintah pusat, kabupaten/kota
lebih terjamin.
perlu mengaturnya dalam sebuah kebijakan untuk menjamin terlaksananya program pemeriksaan
Persalinan aman berarti seorang ibu dapat
kehamilan dan persalinan aman dalam bentuk
melahirkan bayinya dengan selamat oleh karena
kegiatan konkrit sebagai upaya pencapaian tujuan.
keadaan tenaga, fasilitas, alat dan obat yang dapat digunakan kalau terjadi komplikasi. Tenaga
Untuk memberikan arahan atau petunjuk
kesehatan terlatih dapat langsung menangangi
operasional tentang organisasi, personil, dan
persoalan yang muncul, karena telah memiliki
prosedur, dapat berbentuk Surat Keputusan (SK),
pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan.
Peraturan Bupati/Walikota (Perbup/Perwali), atau Peraturan Daerah (Perda).
Namun, cakupan pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman sangat tergantung pada
Kebijakan tentang pemeriksaan kehamilan dan
pemahaman, pengetahuan dan komitmen dari
persalinan aman diharapkan dapat:
berbagai pihak yang perduli terhadap terwujudnya
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
195
Lampiran A - Uraian Substansi
1. Memberikan perlindungan dan kesempatan bagi ibu untuk mendapat pemeriksaan kehamilan minimal empat kali dan yang sesuai dengan standar 2. Memberikan perlindungan dan kesempatan bagi ibu untuk melahirkan dengan selamat dan aman 3. Memberikan perlindungan dan kesempatan bagi untuk melahirkan dengan tenaga kesehatan terlatih dan di fasilitas kesehatan 4. Mendorong peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pihak swasta, dan pemerintah daerah terhadap pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman. Agar kebijakan kepala daerah tersebut berjalan efektif dalam pelaksanaannya maka langkahlangkah yang harus dilakukan adalah: 1. Perumusan: perumusan naskah akademik 2. Advokasi: pembahasan dengan semua pihak terkait termasuk masyarakat sebagai pengguna layanan melalui pendekatan persuasif, presentasi, diskusi, negosiasi 3. Penetapan: proses pengesahan 4. Pelaksanaan: sosialisasi kebijakan dan penerapan kebijakan oleh para pihak yang terkait 5. Monitoring: memantau pelaksanaan apakah sudah sesuai dengan aturan/kebijakan 6. Evaluasi: apakah kebijakan tersebut dapat mengurangi masalah yang mempengaruhi kinerja yang diharapkan.
5.4 Para Pihak Terkait dalam program pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman Dengan telah diundangkannya kebijakan terhadap pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman, maka hal yang terpenting adalah komitmen dari semua pihak terkait baik dari pemberi layanan, ibu hamil dan keluarga sebagai target dan penyelenggara pelayanan kesehatan untuk bisa memprioritaskan pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman. Beberapa pihak yang diharapkan turut berkomitmen dalam mendorongpemeriksaan kehamilan dan persalinan aman adalah:
a) Keluarga terdekat ibu Dukungan suami diberikan dengan selalu menjaga suasana batin si ibu seperti membina isteri untuk memeriksa kehamilan, menemani isteri ketika diperiksa kehamilan, membina isteri untuk makan makanan bergizi, membina isteri untuk bersalin dengan tenaga kesehatan terlatih dan di fasiltas kesehatan, membina isteri untuk mengikuti kelas ibu hamil, dan menemani isteri pada saat bersalin. Orang tua/mertua (keluarga) harus memberikan ibu hak untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi bayinya), tidak memaksakan untuk bersalin dengan dukun bayi, tidak melarang makanan tertentu terkait tradisi selama kehamilan, dan memberikan ibu semangat dan dorongan agar ibu percaya diri untuk pergi memeriksakan kehamilan dan bersalin dengan tenaga kesehatan terlatih di fasilitas kesehatan.
196
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
b) Tenaga Kesehatan
5.5 Sosialisasi pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman
Tenaga kesehatan diharapkan memeriksa kehamilan sesuai dengan standar, memberi informasi yang
Untuk mensukseskan cakupan pemeriksaan
tepat tentang kehamilan, persalinan, dan risikonya.
kehamilan dan persalinan aman, sosialisasi tentang kebijakan atau peraturan harus dilakukan
c) Lingkungan kerja/kantor
untuk memberikan kesadaran tentang kewajiban para pihak terkait. Selain itu pemberian edukasi,
Lingkungan kerja baik pemerintah maupun swasta
sosialisasi, advokasi dan kampanye pemeriksaan
hendaknya menerapkan kebijakan kantor yang
kehamilan dan persalinan aman merupakan hal
ramah terhadap ibu hamil, termasuk pemberian
penting dan kunci utama keberhasilan program,
izin kepada ibu agar dia dapat ke luar kantor
yang intinya untuk memberikan pemahaman yang
untuk pemeriksaan kehamilan, dan pemberian cuti
mendorong kesadaran masyarakat ataupun pihak
kehamilan dan persalinan.
terkait.
d) Sesama ibu hamil
Selain itu, kelompok-kelompok masyarakat yang peduli kesehatan ibu dan anak, tokoh agama,
Saling berbagi pengalaman yang mencerdaskan,
tokoh masyarakat, guru sekolah menengah atas
bertukar informasi, memberi semangat dan
perlu dirangkul dan diberikan pengetahuan tentang
dukungan.
manfaat pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman dalam jangka pendek dan jangka panjang,
e) Pemerintah
agar mereka dapat ikut mendorong warga yang ada di wilayahnya, atau para siswa di sekolah-sekolah
Secara terus menerus mengadakan sosialisasi
yang ada di wilayahnya dapat ikut menyebarkan
tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan
pengetahuannya pada orang tua, tetangga atau
aman, memperbaiki dan melengkapi sarana dan
paling tidak berguna bagi mereka kelak setelah
prasarana pendukung pemeriksaan kehamilan dan
mereka berumah tangga.
persalinan aman, dan menindak dengan tegas segala bentuk pelanggaran yang bertentangan
Dari berbagai kajian tersebut, dapat disimpulkan
dengan kebijakan pemeriksaan kehamilan dan
beberapa hal penting dalam pelaksanaan promosi
persalinan aman.
kesehatan adalah: 1. Membangun komitmen para pihak, merupakan upaya penyadaran masyarakat akan tingginya angka kematian ibu dan bayi serta resiko
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
197
Lampiran A - Uraian Substansi
persalinan dengan dukun dan juga resiko
5. Kampanye pemeriksaan kehamilan dan
kehamilan usia muda, serta adanya komitmen
persalinan aman sampai di tingkat kecamatan-
untuk mendukung kampanye pemeriksaan
kelurahan/desa, kepada para tokoh agama,
kehamilan dan persalinan aman.
tokoh masyarakat, kelompok pemerhati
2. Regulasi/kebijakan yang mengatur tentang
pelayanan publik, asosiasi dan paguyuban, serta penggerak PKK.
pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman yang merupakan komitmen pemerintah daerah dan menjadi acuan dalam berbagai
Panduan Pelaksanaan
program kegiatan yang bertujuan untuk mengimplementasikan regulasi/kebijakan yang ada. 3. Dukungan pihak pemerintah dalam program dan kegiatan pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman serta dianggarkan dalam APBD. 4. Peningkatan pemahaman multi stakeholder tentang pemeriksaan kehamilan dan persalinan
a) Identifikasi potensi masalah
Pada fase ini perlu dilakukan identifikasi potensi
aman, melalui workshop/training yang dilakukan
masalah seperti ditunjukkan pada tabel berikut
oleh dinas kesehatan dan puskesmas.
ini:
No
198
1. Tahap Persiapan
Potensi masalah
1
Apakah Puskesmas memiliki rencana promosi kesehatan ibu dan anak (khususnya untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman)?
2
Apakah ada alokasi anggaran khusus untuk pelaksanaan promosi kesehatan?
3
Apakah di Puskesmas terdapat berbagai media promosi kesehatan?
4
Apakah promosi kesehatan dilakukan dengan cara-cara yang inovatif?
5
Apakah promosi kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat?
6
Apakah masyarakat memberikan respon yang positif pada promosi kesehatan yang dilakukan Puskesmas?
7
Apakah masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik mengenai pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman?
8
Apakah masyarakat mendukung program pemeriksaan kehamilan dan persalinan aman?
9
Dll……..
10
Dll........
Tata Kelola Persalinan Aman
Ya
Tidak
www.kinerja.or.id
b) Penentuan prioritas masalah dan analisis penyebab masalah •
Jawaban ‘tidak’ pada tabel di atas
d) Penyusunan rencana kerja (POA=Plan of Action) •
menunjukkan adanya masalah pada aspek tersebut. •
•
Berdasarkan prioritas pemecahan yang dipilih, susun rencana kerja.
•
Beberapa pertanyaan yang harus dijawab
Dari beberapa masalah yang ditemukan,
adalah:
temukan mana yang paling mudah
− Apa bentuk kegiatannya?
diselesaikan.
− Apa tujuannya?
Sesuai dengan hasil prioritas masalah,
− Siapa sasarannya?
lakukan diskusi untuk mencari akar
− Bagaimana metode atau pendekatan
masalahnya dengan pertanyaan mengapa. “Mengapa hal tersebut terjadi?”
yang tepat? − Berapa dana yang dibutuhkan? − Bagaimana jadwal kegiatannya?
c) Penyusunan Alternatif Pemecahan Masalah •
− Siapa yang akan mengerjakan? − Berapa lama waktu yang dibutuhkan?
Susunlah alternatif pemecahan masalah berdasarkan temuan akar masalah. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah:
2. Tahap Pelaksanaan
“Bagaimana cara mengatasinya?”. •
•
Proses penyusunan alternatif pemecahan
Penggerakan dan pelaksanaan: merupakan upaya
masalah dilakukan dengan melibatkan
yang dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan
stakeholder terkait, terutama masyarakat
yang telah ditentukan. Kegiatan yang dilakukan
(MSF).
adalah implementasi dari kegiatan terpilih.
Beberapa alternatif pemecahan yang ada,
Mekanisme penggerakan dan pelaksanaan dapat
dibahas untuk memperoleh upaya yang
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya:
paling tepat untuk mengatasi masalah dengan melibatkan sumber daya yang
•
1. Menggerakkan keluarga pasien, seperti
ada baik lintas program/lintas sektor dan
suami, anak atau saudaranya yang lain agar
masyarakat (multi aktor).
mempunyai tanggungjawab sosial dengan aktif
Prioritas pemecahan yang dipilih hendaknya
pada kelompok-kelompok yang peduli terhadap
dapat diterima oleh masyarakat dan
kesehatan ibu dan bayi. Hal tersebut dilakukan
puskesmas, serta yang memiliki dampak
melalui penyuluhan perorangan, penyuluhan
lebih efektif dan efisien bagi penyelesaian
kelompok dan membuat gerakan peduli
masalah.
kesehatan agar kelompok sasaran
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
199
Lampiran A - Uraian Substansi
mempunyai pengetahuan yang benar
•
kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai.
tentang kesehatan ibu dan bayi, khususnya tentang pemeriksaan kehamilan dan
Evaluasi dilaksanakan untuk menilai sejauh mana
•
Beberapa indikator yang bisa digunakan untuk mengevaluasi diantaranya:
persalinan aman. Diharapkan masyarakat menjadi paham akan hak-hak kesehatan reproduksi mereka, sehingga kemudian
a) Indikator input
mereka bisa meminta pelayanan KIA tersebut kepada petugas kesehatan.
1. Ada/tidaknya komitmen kepala puskesmas
2. Peningkatan pengetahuan pasien (ibu
dan seluruh jajaran yang tercermin dalam
bersalin dan ibu menyusui) melalui berbagai
rencana promosi kesehatan puskesmas
kegiatan pembinaan.
2. Ada/tidaknya tenaga promosi kesehatan
3. Mengoptimalkan peran seluruh stakeholder
yang sesuai dengan acuan dalam standar
lain (lintas program, lintas sektor, dunia
SDM promosi kesehatan puskesmas
usaha, masyarakat) melalui integrasi
3. Kecukupan pelatihan promosi kesehatan
promosi kesehatan ke dalam kegiatan
bagi petugas puskesmas
yang diselenggarakan. Misal sebagai
4. Kecukupan dan kelayakan sarana dan
materi tambahan dalam salah satu mata
peralatan promosi kesehatan sesuai dengan
pelajaran di sekolah, masuk sebagai materi
acuan standar
tambahan dalam wejangan nikah di KUA,
5. Kecukupan alokasi dana untuk promosi
sebagai indikator tambahan pada penilaian
kesehatan.
lomba desa, mendorong dunia usaha agar mengakomodasi ibu hamil dan ibu pasca bersalin bagi pekerja wanitanya melalui penerbitan kebijakan internal organisasi
b) Indikator proses 1. Frekuensi dan kualitas pelaksanaan
tentang pengambilan cuti kehamilan dan cuti
kegiatan promosi kesehatan di dalam
persalinan.
gedung (promosi kesehatan langsung oleh petugas kepada pasien yang dilayani, penyuluhan kelompok kepada pasien yang
3. Tahap Monitoring & Evalusi •
Evaluasi dilakukan di setiap tahapan manajerial, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan hasil.
•
Evaluasi dilaksanakan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk menilai proses dan hasil pelaksanaan promosi kesehatan.
200
Tata Kelola Persalinan Aman
sedang menunggu pelayanan, pemasangan poster, dll) 2. Kelayakan media promosi yang digunakan, baik berupa poster, spanduk, leaflet, dll dari sisi bentuk, kejelasan informasi, dll 3. Frekuensi dan kualitas pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan di luar gedung,
www.kinerja.or.id
misal kunjungan rumah, pada kegiatan pertemuan massa, dll 4. Frekuensi promosi kesehatan yang
Contoh Praktek Baik
dilakukan oleh lintas sektor, dunia usaha,
c) Indikator output
a) Lomba Kuliah Tujuh Menit (Kultum) di Kabupaten Bondowoso
1. Jumlah tenaga kesehatan yang melakukan
Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu
dan masyarakat.
promosi kesehatan 2. Jumlah pasien yang mendapat layanan promosi kesehatan 3. Jumlah keluarga yang mendapat kunjungan rumah 4. Jumlah kelompok masyarakat yang sudah
kabupaten yang menaruh perhatian yang tinggi terhadap persalinan aman dan ASI serta upaya pencegahan pernikahan dini, yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan nyata dengan dipayungi oleh Peraturan Bupati (Perbup) No. 41 Tahun 2012 tentang KIA dan penobatan Ibu Bupati sebagai
dipintarkan oleh tenaga puskesmas dengan
UMMI PERSAMEDA (Ibu Pendamping Persalinan
pengorganisasian masyarakat.
Aman, IMD dan ASI Eksklusif) dan Bunda KESPRO.
d) Indikator dampak 1. Capaian K1 2. Capaian K4 3. Capaian ibu yang mempunyai Buku KIA 4. Capaian pemberian tablet zat besi 5. Capaian pemberian vaksin Tetanus Toksoid 6. Capaian deteksi resiko 7. Capaian persalinan dengan tenaga kesehatan 8. Capaian persalinan di fasilitas kesehatan 9. Capaian penanganan komplikasi 10. Angka Kematian Ibu (AKI) 11. Angka Kematian Bayi (AKB).
www.kinerja.or.id
Ustadz Fauzan - Juara Pertama Lomba Kultum Kabupaten Bondowoso
Tata Kelola Persalinan Aman
201
Lampiran A - Uraian Substansi
Masyarakat Kabupaten Bondowoso yang sebagian besar merupakan masyarakat etnis Madura dimana
b) Wejangan Perias Manten
kepercayaan masyarakat terhadap dukun cukup tinggi dan juga adanya budaya pernikahan dini dan
Salah satu terobosan kampanye kreatif yang
pemberian makanan tambahan bagi bayi selain
dilakukan di Kota Probolinggo adalah melalui para
ASI sebelum usia 6 bulan, memerlukan inovasi dan
perias manten yang berkomitmen mendukung
terobosan strategis yang dapat menggerakkan dan
persalinan aman, IMD dan ASI Eksklusif.
menyadarkan seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya persalinan aman, inisiasi menyusu dini,
Diawali dengan pembekalan para perias manten
ASI Eksklusif dan juga resiko pernikahan dini.
tentang substansi persalinan aman, inisiasi menyusu dini dan ASI Eksklusif, para perias manten
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
memberikan wejangan kepada kedua mempelai saat
Kabupaten Bondowoso adalah kampanye melalui
dirias manten.
para tokoh agama, dimana para tokoh agama (ulama dan ustadz) ikut mendukung kampanye ini melalui berbagai kotbah maupun wejangan kepada masyarakat tentang persalinan aman, ASI dan pencegahan pernikahan dini. Melalui lomba Kultum (Kuliah Tujuh Menit) yang didahului dengan pembekalan para ustadz tentang substansi tentang persalinan aman, ASI dan juga kesehatan reproduksi dan pencegahan pernikahan dini, para ustadz menunjukkan komitmen dan performance yang bagus dalam penyampaian
Pada momen yang berbahagia sebelum
substansi materi dengan model penyampaian
melaksanakan pernikahan, wejangan terkait
yang ‘merakyat’ sehingga mudah dipahami oleh
persalinan aman, IMD dan ASI eksklusif diharapkan
masyarakat awam.
akan dapat diterima dan dilaksanakan nantinya.
Cuplikan kultum yang menarik antara lain “ Bayi
Buletins ederhana juga disiapkan di salon / rumah
adalah anak ibu, bukan anak sapi, maka yang
perias manten yang dapat dibaca-baca saat
terbaik adalah Air Susu Ibu (ASI) dan bukan Air
mempelai menunggu saat dirias.
Susu Sapi”
202
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
c) Sarasehan Pedagang Pasar, Penjual Jamu, Tukang Ojek
sehingga para pedagang mudah untuk menerima
Beberapa anggota multi stakeholder forum
berjualan.
dan menyampaikan materi tersebut kepada para ibu hamil, PUS dan remaja yang ditemui ketika
yang cukup aktif dalam melaksanakan kampanyePersalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif
Selain dibekali dengan materi ekonomi dagang
di Kabupaten Jember dan Kota Probolinggo
para pedagang sayur juga dijelaskan tentang peran
melaksanakan berbagai macam kegiatan sarasehan
mereka dalam meningkatkan cakupan kunjungan
kepada para tokoh dan asosiasi, antara lain
pemeriksaan kehamilan K1-K4 serta penurunan
kelompok Pedagang Sayur dan Penjual Jamu.
angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB), dengan insentif Pedagang Sayur dan Penjual Jamu juga mampu menolong sesama dengan berperan dalam menurunkan Kematian Ibu dan Kematian Bayi. Insentif ini menumbuhkan Rasa Bangga karena tidak hanya bidan yang bisa berperan tetapi dari kalangan biasapun bisa berperan menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Rasa bangga inilah yang akan menumbuhkan loyalitas untuk berperan dalam mencapai dan mensukseskan program MDGs. Pedagang dan penjual jamu juga dibekali dengan Leaflet yang berisi tentang Persalian Aman, IMD dan ASI
Pedagang Sayur dan Penjual Jamu memiliki
Eksklusif untuk diberikan kepada pelanggan
intensitas bertemu dengan banyak ibu hamil dan
terutama ibu hamil dan PUS, serta tidak lupa
pasangan usia subur (PUS) ketika berjualan,
jargon yang ditanamankan kepada para pedagang:
kesempatan ini yang diambil sebagai peluang untuk
‘1 MENIT UNTUK MENYELAMATKAN NYAWA
menyampaikan pesan Persalinan Aman, IMD dan
ORANG LAIN’.
ASI Eksklusif. Para pedagang dibekali dengan materi PA, IMD dan ASI Eksklusif yang dikemas dengan sederhana
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
203
Lampiran A - Uraian Substansi
d) Pemasangan banner dalam Bahasa Daerah Salah satu bentuk kampanye yang dapat dilakukan oleh MSF yang peduli terhadap isu Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif adalah melalui
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di file dalam CD yang terlampir.
pemasangan banner di lokasi-lokasi strategis dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
Tujuan dari penggunaan bahasa daerah setempat dan bilamana ada foto yang dipasang sedapat mungkin adalah foto tokoh setempat yang cukup dikenal masyarakat dan mempunyai pengaruh terhadap masyarakat, sehingga mampu memberikan pesan yang mudah dipahami dan akrab dengan masyarakat, sehingga ada rasa memiliki.
204
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Lampiran B DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI, 2004. Modul pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas.Tersedia di www.bbpkciloto.org. Dirjen BinKesMas, Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas, 2006. Kepmenkes 128/Menkes/SK/II/2004 Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Kepmenkes 585/Menkes/SK/V/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Permendagri 69/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 62 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri Di Kabupaten/Kota. Permenkes 828/2008 tentang Standar Pelayanan Minial Bidang Kesehatan. Permenpan 13/2009 tentang Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Partisipasi Masyarakat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 33/2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2009. Menuju Persalinan yang Aman dan Selamat agar Ibu Sehat, Bayi Sehat. Trihono, 2005, Manajemen Puskesmas berbasis Paradigma Sehat. UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
205
Lampiran C - Bahan di CD
Lampiran C BAHAN DI CD Modul Persalinan Aman ini (soft copy) Bahan Promosi Presentasi Powerpoint 1. Strategi Pendekatan KINERJA 2. Perencanaan Tingkat Puskesmas dan Perencanaan BOK 3. Standard Operating Procedures (SOPs) 4. Survei Pengaduan& Janji Perbaikan Layanan 5. Kemitraan Bidan dan Dukun 6. Kantong Persalinan 7. Promosi Kesehatan
206
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Lampiran D DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH ADD
:
Alokasi Dana Desa
AINI
:
Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia
AKB
:
Angka Kematian Bayi
AKI
:
Angka Kematian Ibu
ANC
:
Antenatal Care – pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan terlatih
Analisis SWOT
:
metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman atau tantangan (Threats) dalam suatu program atau organisasi.
ASI
:
Air Susu Ibu
ASI Eksklusif
:
ASI Eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan apapun selain obat untuk terapi untuk pengobatan penyakit.
ATK
:
Alat Tulis Kantor
BOK
:
Biaya Operasional Kesehatan
Demand side
:
Penerima atau pengguna pelayanan kesehatan (masyarakat)
DPRD
:
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Governance
:
Tata kelola pemerintah atau organisasi
HPHT
:
Hari Pertama Haid Terakhir
IMD
:
Indeks Pengaduan Masyarakat
IPM
:
Kesehatan Ibu dan Anak
KIA
:
Kesehatan Ibu dan Anak
KIE
:
Komunikasi Informasi dan Edukasi
USAID-KINERJA
:
Program tata kelola pemerintahan dengan dukungan dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat
KUA
:
Kantor Urusan Agama
K1
:
Kunjungan baru ibu hamil - kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I dengan usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
207
Lampiran A - Uraian Substansi
208
K4
:
Kunjungan ibu hamil yang keempat untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.
LSM
:
Lembaga Swadaya Masyarakat
MDGs
:
Millenium Development Goals
MoU
:
Memorandum of Understainding
MSF
:
Multi-Stakeholder Forum
Muspika
:
Musyawarah Pimpinan Kecamatan – lintas sektor tingkat kecamatan
OMP
:
Organisasi Mitra Pelaksana
Perbup
:
Peraturan Bupati
Perda
:
Peraturan Daerah
Perwali
:
Peraturan Walikota
PKK
:
Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
POA
:
Plan of Action
Polindes
:
Pondok Bersalin Desa
Poskesdes
:
Pos Kesehatan Desa
Posyandu
:
Pos Pelayanan Terpadu, biasanya pada tingkat dusun
PTP
:
Perencanaan Tingkat Puskesmas
Puskesmas RIA
:
Puskesmas Ramah Ibu dan Anak
PWS KIA
:
Pemantauan Wilayah Setempat terkait Kesehatan Ibu dan Anak
RPJMN
:
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPJPN
:
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
SK
:
Surat Keputusan
SKPD
:
Satuan Kerja Pemerintah Daerah
SMART
:
Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Timely
SOP
:
Standard Operating Procedure
SPM
:
Standar Pelayanan Minimal
SPP
:
Standar Pelayanan Publik
SP2TP
:
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
SP3
:
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas
Supply side
:
Pemberi Pelayanan (Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
KINERJA-USAID Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 Email:
[email protected] www.kinerja.or.id