TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA
2014
KATA PENGANTAR Peningkatan pelayanan publik oleh unit pelayanan yang dikelola oleh pemerintah daerah merupakan mandat yang diamanatkan dalam berbagai peraturan perundangan seperti Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Dengan dukungan USAID, Program KINERJA telah berupaya memperkenalkan program bantuan teknis peningkatan pelayanan publik di 20 kabupaten/kota mitra di empat provinsi di Indonesia (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan) yang bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan publik. Program ini difokuskan pada penguatan pihak penyedia layanan (supply side) dan pihak pengguna layanan (demand side) di sektor pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan perbaikan iklim usaha. Pada tahun ketiga Program KINERJA menambah 4 kabupaten/kota lagi di Provinsi Papua yang bekerja khusus di sektor kesehatan. Di bidang Distribusi Guru Proporsional (DGP), Program K,1(5-$ mendorong pemerintah daerah agar menyelenggarakan manajemen guru yang lebih merata secara proporsional sehingga mutu layanan pendidikan di daerah menjadi lebih merata pula. KINERJA juga mendorong munculnya kebijakan di tingkat kabupaten/kota agar program DGP dapat diadopsi dan disebarluaskan ke daerah-daerah sekolah lainnya. Mengingat praktik-praktik DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama pemerintah daerah mitra merupakan pendekatan yang relatif baru dengan intervensi sisi penyedia layanan dan pengguna layanan secara bersamaan, maka untuk lebih memudahkan pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan dalam menerapkannya maka diperlukan sebuah modul yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelatihan, pendampingan, dan pelaksanaannya. Diharapkan modul ini dapat membantu pemerintah daerah yang ingin memperkenalkan dan menerapkan program DGP dengan pendekatan KINERJA di daerahnya. Untuk membantu pemerintah daerah dalam proses dan teknis penerapan pendekatan ini, modul ini juga memuat daftar organisasi yang selama ini membantu KINERJA dan kabupaten/kota mitra dalam penerapan program DGP.
Jakarta, Januari 2014
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan Keberhasilan KINERJA Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah Rekomendasi kepada para Calon OMP Rekomendasi Kepada Para Penyedia Latihan
1 2 3 3 4 5 5
BAB 1
PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Proyek KINERJA Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Prinsip Dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
6 6 7 8
BAB 2
PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Situasi yang Dihadapi di Daerah Bagaimana Kita Memulai Inisiatif 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders 2. Pengaturan Pekerjaan 3. Penyusunan Rencana Kerja Proses Kerja 1. Peran Masing-masing Stakeholder 2. Pelaksanaan Rencana Kerja 3. Proses Perubahan dan Perkembangan Manfaat Dari Cara Kerja
9 9 11 11 11 12 12 12 13 14
BAB 3
MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Keberhasilan Program 1. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara 2. Program Pengungkit
15 15 15 15 18
BAB 4
REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Rekomendasi Untuk Replikasi di Daerah Lain Rekomendasi Untuk OMP Rekomendasi Untuk Lembaga Diklat DAFTAR LAMPIRAN
19 19 20 20 22
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
RINGKASAN EKSEKUTIF Tujuan dan Keberhasilan KINERJA Tujuan Umum Program KINERJA KINERJA merupakan program yang bertujuan membantupemerintahdaerahmeningkatkan tata kelola dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. Program KINERJA bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari lima ratusan daerah di Indonesia. Program ini sebagai contoh praktik yang baik diharapkan dapat diterapkan dan disempurnakan lagi di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, dokumen ini ditujukan kepada para pengambil keputusan yang berminat menerapkan dan menyempurnakan pendekatan Kinerja di daerah mereka. Buku ini dari “Seri Pembelajaran USAID-KINERJA” menguraikan pembelajaran dari KINERJA dalam penerapan DGP dimana prinsip, pelajaran dan rekomendasi diangkat untuk memfasilitasi daerah lain yang ingin mengadopsi pendekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan program DGP. Program KINERJA dimulai pada bulan Oktober 2010 dan akan berlangsung selama kurang lebih lima tahun hingga Februari 2015. Program ini didanai oleh USAID dan dilaksanakan oleh RTI International bersama lima mitra organisasi The Asia Foundation, Social Impact, SMERU Research Institute, Universitas Gadjah Mada, dan Kemitraan. KINERJA bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik yang difokuskan pada tiga sektor, yakni pendidikan dasar, kesehatan dasar, dan iklim usaha. Di sektor pendidikan KINERJA memusatkan perhatian pada tiga paket, yakni tata kelola distribusi guru proporsional (DGP), penghitungan dan tata kelola biaya operasional satuan pendidikan (DGP), dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Paket DGP dan BOSP lebih ditujukan pada tata kelola di tingkat pemerintah daerah. Sedangkan MBS lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan sekolah melalui perencanaan yang berorientasi berbasis data, evaluasi diri sekolah, dan hasil survei pengaduan. Ketiga paket tersebut dilaksanakan dengan pendekatan transparansi, akunatabilitas, partisipatif, dan responsif. Di sektor kesehatan KINERJA fokus pada kesehatan ibu dan anak (KIA), terutama persalinan aman dan ASI eksklusif. Kegiatan ini dilakukan sebagai bagian dari paket kesehatan yang mencakup perbaikan akuntabilitas puskesmas dengan cara melibatkan forum multi-pemangku kepentingan dalam perencanaan dan penganggaran partisipatif, melaksanakan survei pengaduan, membuat janji perbaikan pelayanan antara warga negara dan pemerintah dan meningkatkan manajemen puskesmas untuk memastikan pelayanan publik yang diberikan berkualitas tinggi. Di Papua, paket kesehatan fokus pada tata kelola penguatan sistem kesehatan untuk KIA, HIV/AIDS, dan Tubercolusis (TB).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
3
Di sektor iklim usaha yang baik Kinerja memusatkan perhatian pada perbaikan perizinan usaha di bawah Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) dengan cara membuat kebijkan berbasis bukti dan meningkatkan dialog pemerintah dan swasta serta menguatkan pengawasan dari masyarakat publik. Beberapa contoh bantuan iklim usaha yang baik adalah pembentukan PTSP di kabupaten/kota, studi partisipatif mendalam, fasilitasi dialog pemerintah dan swasta, dan bantuan teknis untuk menyusun rancangan peraturan baru.
Lokasi Program Kinerja Kinerja bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni: 1. Provinsi Aceh: Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Kota Banda Aceh dan Simeulue 2. Provinsi Jawa Timur: Bondowoso, Jember, Kota Probolinggo, Probolinggo, dan Tulungagung 3. Provinsi Sulawesi Selatan: Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar 4. Provinsi Kalimantan Barat: Bengkayang, Kota Singkawang, Melawi, Sambas, dan Sekadau 5. Provinsi Papua: Jayapura, Jayawijaya, Kota Jayapura, dan Mimika.
Keberhasilan Program DGP Hingga akhir 2013 ini, hasil-hasil yang telah dicapai adalah sebagai berikut: •
Enam kabupaten/kota mitra Kinerja telah menyelesaikan penghitungan DGP secara transparan dan partisipatif dengan melibatkan forum multi stakeholder.
•
Kabupaten Luwu Utara sudah mendistribusikan 51 kepala sekolah dan 129 guru sesuai hasil penghitungan DGP.
•
Kabupaten Luwu, Barru, dan Aceh Singkil telah mengeluarkan regulasi dalam bentuk Peraturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru.
•
Kabupaten Bondowoso dan Sambas telah menyelesaikan draf akhir Peraturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru dan dalam waktu tidak lama lagi akan ditandangani oleh Bupati.
Rekomendasi kepada para Pimpinan Daerah Program DGP yang dilaksanakan KINERJA bersama Pemerintah Daerah dan Forum Multi Stakeholder menunjukkan bahwa pendekatan yang digunakan telah membawa hasil dan perubahan. Berdasarkan pengalaman tersebut, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah, yakni (a) diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program DGP, (b) setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik, (c) melibatkan masyarakat atau forum-forum multi
4
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP, (d) mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru, (e) berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait, (f) menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program, dan (g) mengadopsi pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh K,1(5-$.
Rekomendasi kepada para Calon OMP Organisasi-organisasi mitra pelaksana KINERJA telah banyak membantu pemerintah daerah dan forum multi stakeholder dalam melaksanakan program DGP. Ke depan ada beberapa rekomendasi yang bisa dipertimbangkan oleh OMP dalam upaya melanjutkan perannya, yakni (a) selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder, (b) tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta, (c) bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program, dan (d) menggunakan modul-modul yang dikembangkan Kinerja untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi kepada para Penyedia Pelatihan Penyedia pelatihan bisa berupa lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas, lembaga swasta khusus pelatihan dan Diklat pemerintah yang secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Lembaga-lembaga tersebut mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholder yang ikut serta dalam program DGP. Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat: a. Memasukkan pendekatan-pendekatan KINERJA dalam kurikulum 'iklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik. b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil pelatihan. c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan K,1(5-$. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul Kinerja, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
5
BAB 1 PENDEKATAN KINERJA Pendekatan Umum Program KINERJA KINERJA bekerja untuk menguatkan sisi penyediaan dan permintaan pelayanan publik yang lebih baik di bidang kesehatan, pendidikan dan iklim usaha yang baik. KINERJA bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengatasi kesenjangan penyediaan pelayanan publik di bidang kesehatan, pendidikan, dan iklim usaha yang baik. Melalui insentif yang lebih baik, inovasi yang lebih luas, dan lebih banyak jenis replikasi, pemerintah daerah di Indonesia diharapkan mampu menyediakan layanan yang lebih murah dan lebih baik serta lebih responsif terhadap kebutuhan dan permintaan warga negara/pengguna layanan. Salah satu aspek kunci pendekatan KINERJA adalah keterlibatan masyarakat, organisasi masyarakat sipil (LSM), dan media lokal untuk mendorong pelayanan publik yang lebih baik dan pemberian bantuan teknis kepada pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebagian besar program KINERJA dilaksanakan melalui organisasi mitra pelaksana (OMP) yang juga menerima pelatihan peningkatan kapasitas dari KINERJA. Beberapa contoh strategi untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat adalah: 1. Mendukung pelaksanaan kebijakan berdasarkan kondisi empiris melalui analisa bantuan, seperti Analisa Anggaran Daerah dan Analisa Kesenjangan Distribusi Guru. 2. Membentuk forum multi-pemangku kepentingan untuk menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran yang partisipastif. 3. Melibatkan masyarakat untuk mengawasi penyediaan pelayanan publik melalui mekanisme penanganan pengaduan dan janji perbaikan pelayanan; serta 4. Mendukung pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID), media lokal, dan jurnalis warga untuk menyediakan akses terhadap informasi publik dan meningkatkan permintaan terhadap penyediaan pelayanan publik yang lebih baik.
6
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni: 1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik 2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan 3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah. Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Di sektor pendidikan, K,1(5-$ melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan, DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan).Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut: •
Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan, keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
•
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, programprogram sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
•
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
7
kesadaran perlunya tindakan mendesak dan menyoroti “kebaikan bersama” yang menjadi tujuan kebijakan pemerintah daerah. Di masa lalu, distribusi guru ke sekolah adalah hak pemerintah, namun Kabupaten Luwu Utara misalnya melibatkan masyarakat untuk melaksanakan distribusi guru dengan mempertimbangan sisi permintaan dan jam mengajar standar. Dari sisi masyarakat, pemerataan layanan pendidikan yang memadai dapat diperoleh.
Prinsip dalam Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP) Selain prinsip-prinsip umum tata kelola pendidikan di atas, tata kelola DGP dilaksanakan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Penghitungan DGP berdasarkan kebutuhan sekolah, bukan hanya apa yang diinginkan kepala sekolah atau guru serta menampung aspirasi murid, orangtua murid, dan masyarakat. 2. Penghitungan DGP menggunakan data yang valid dan mutakhir. Untuk itu manajemen data di Dinas Pendidikan dan sekolah menjadi persyaratan utama. 3. Merujuk pada SPM sehingga distribusi guru di sekolah lebih diarahkan pada peningkatan pelayanan publik, pemenuhan standar pelayanan minimal, dan pencapaian mutu pendidikan yang lebih tinggi. 4. Didasarkan pada regulasi daerah (Peraturan Bupati/Walikota). Hal ini diperlukan untuk menjamin program DGP dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. 5. Monitoring dan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah diperlukan agar pelasanaan program DGP dapat tepat sasaran dan dapat terus disempurnakan. 6. Penanganan setiap pengaduan masyarakat mengenai masalah-masalah kekurangan guru. 7. Keberlanjutan program setiap tahunnya untuk memenuhi kesenjangan pembiayaan sekolah yang berpotensi meningkat sesuai kebutuhan pencapaian standar.
8
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA DISTRIBUSI GURU SECARA PROPORSIONAL (DGP) Situasi yang dihadapi di daerah Karakteristik geografis Indonesia menyebabkan distribusi guru antar wilayah tidak merata. Secara geografis, Indonesia memiliki berbagai wilayah sulit yang dikenal dengan daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). Pada umumnya guru enggan ditempatkan dan bertugas di daerah-daerah tersebut dalam jangka waktu yang lama. Di daerah-daerah itu moda transportasi dan fasilitas hidup – terutama tempat tinggal dan ketersediaan bahan kebutuhan pokok – sangat terbatas. Akibatnya, guru cenderung terkonsentrasi di daerah-daerah nyaman. Di sisi lain, di daerah-daerah perkotaan pun ketidakmerataan guru antar sekolah kerap terjadi yang disebabkan oleh penempatan dan penataan guru yang lebih didasarkan pada pertimbangan politis dibandingkan kebutuhan sekolah.
“Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu, pendistribusian guru ini juga terkait dengan antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013” H. Andi Idris Syukur, Bupati Barru, Sulawesi Selatan
Dalam hal penyebaran guru, rasio guru-murid yang rendah, khususnya di tingkat sekolah dasar, tidak otomatis berarti bahwa semua sekolah memiliki jumlah guru yang diperlukan. Bahkan masih banyak sekolah yang kekurangan guru, terutama di daerah terpencil, daerah perbatasan, dan daerah tertinggal. Sebagian besar kabupaten/kota tidak memiliki sistem manajemen guru yang efektif untuk secara cermat menganalisis kekurangan dan kelebihan guru di setiap satuan pendidikan. Dinas Pendidikan cenderung memberi perhatian lebih pada kekurangan guru dibandingkan kelebihan guru.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
9
“Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan. Nah, salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan, pendistribusian pelayanan pendidikan. Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus dijangkau oleh guru-guru dengan kualitas yang sama” H. Abustan Andi Bintang, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan
Ketidakmerataan guru mempunyai dampak negatif pada dua hal. Pertama, pelayanan publik bidang pendidikan di sekolah-sekolah yang kekurangan guru menjadi tidak maksimal karena pada jam pelajaran banyak kelas dibiarkan kosong tanpa kegiatan belajar, kriteria ketuntasan mengajar tidak tercapai, dan akhirnya kompetensi murid manjadi rendah. Kedua, guru-guru yang bertugas di sekolah-sekolah yang berkelebihan guru menjadi ‘idle’ dan tidak dapat memenuhi jumlah jam mengajar sesuai standar (24 jam per minggu) karena harus berbagi dengan guru lainnya. Keadaan ini menimbulkan kerugian pada guru karena berpengaruh pada pengembangan karir guru, yakni sertifikasi dan kenaikan pangkat yang mensyaratkan terpenuhinya jam mengajar. Sementara itu dapat diasumsikan bahwa peningkatan jumlah guru dan rasio guru-murid yang rendah akan menunjukkan jumlah murid per rombongan belajar menjadi kecil dan dengan demikian proses pembelajaran lebih efektif. Ada dua aspek terkait dengan situasi tersebut yang memerlukan eksplorasi lebih lanjut, yakni pengangkatan guru baru dan distribusi guru. Dalam era desentralisasi, tanggung jawab pengangkatan guru menjadi urusan pemerintah kabupaten/kota dan pemerintah pusat berwenang menetapkan kuota jumlah guru PNS. Kuota untuk guru PNS di semua tingkatan terus meningkat dan menyebabkan terus meningkatnya jumlah guru, terutama di tingkat sekolah dasar. Untuk sebagiannya, peningkatan ini disebabkan oleh perubahan status guru honorer menjadi guru PNS. Logikanya, hal ini akan menyebakan menurunnya jumlah guru non-PNS. Namun, kenyataannya di sekolah-sekolah di daerah pedesaan dan terpencil masih banyak ditemukan guru yang berstatus honorer, baik yang dibayar oleh pemerintah daerah, maupun oleh sekolah sendiri. Pelimpahan wenangan pengelolaan guru ke pemerintah daerah belum disertai dengan peningkatan kapasitas untuk pengelolaan guru, khususnya berkaitan dengan analisis kebutuhan nyata di setiap tingkat dan jenis sekolah. Hal ini tercermin dari masih banyaknya daerah yang berkelebihan guru kelas (dilihat dari rasio guru untuk jumlah kelas) di tingkat SD, dan guru mata pelajaran tertentu di tingkat SMP dan SMA jika dilihat dari jumlah rombongan belajar dan beban mengajar guru. Padahal saat ini dapat diasumsikan bahwa jumlah anak usia sekolah dasar terus menurun turun.
10
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Jelaslah bahwa kelebihan guru menyebabkan inefisiensi penggunaan sumber daya. Dalam konteks ini perlu dicatat bahwa banyak kabupaten mengalokasikan dana di sektor pendidikan sekitar 30% sampai 40% dari total anggaran daerah, dan 80% sampai 85% dari porsi itu digunakan untuk membayar gaji/honor dan tunjangan guru.
Bagaimana kita memulai inisiatif 1. Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders Kabupaten/kota mitra KINERJA memulai inisiatif untuk melaksanakan program DGP dengan diskusi intensif dengan manajemen Kinerja dan menyepakati pelaksanaan program melalui penandatanganan kesepakatan (memorandum of understanding) antara Bupati/Walikota dengan KINERJA. Diskusi-diskusi juga dilaksanakan dengan DPRD, khususnya dengan Komisi yang membidangi pendidikan dan anggaran. Diskusi ini sangat penting untuk mencapai kesepahaman antara pihak eksekutif dan legislatif sehingga persetujuan program dan anggaran oleh DPRD dapat dilakukan dengan baik. Selain dengan para penyelenggara negara, diskusi juga dilaksanakan dengan tokoh-tokoh masyarakat, khususnya pemimpin lembaga-lembaga non pemerintah. Hal ini untuk lebih mendorong keterlibatan masyarakat sehingga tata kelola DGP dapat dilaksanakan secara partisipatif, transparan, dan akuntabel. Pengalaman Kinerja menunjukkan bahwa program ini dapat dilaksanakan karena ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan serta instansi terkait lainnya termasuk DPRD. Komitmen ini ditunjukkan dengan penerbitan Perturan Bupati tentang Pemerataan dan Penataan Guru (di Kabupaten Luwu Utara, Luwu, Barru, dan Aceh Singkil) berikut petunjuk teknis serta alokasi dana yang dimuat dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penganggaran di tingkat kabupaten/kota (APBD) dan Dinas Pendidikan, yakni Rencana Kerja (Renja), Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA).
2. Pengaturan Pekerjaan Di tingkat kabupaten/kotaKinerja memulai programnya dengan merekrut tenaga spesialis di bidang pelayanan publik yang disebut dengan LPSS (Local Public Service Specialist). Tugas utamanya adalah mengkoordinir
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
11
Intervensi program KINERJA berada di tiga area, yakni: 1. Menguatkan pengguna layanan yang lebih baik. 2. Meningkatkan praktik inovasi yang sudah ada dan mendukung pemerintah daerah untuk menguji dan mengadopsi pendekatan penyediaan pelayanan pendidikan yang menjanjikan. 3. Memperluas inovasi yang sudah dianggap berhasil di tingkat nasional dan mendukung organisasi di Indonesia untuk menyediakan dan menyebarluaskan pelayanan yang lebih baik kepada pemerintah daerah. Dengan bekerja di sisi penyedia dan dan pengguna layanan, maka pendekatan yang digunakan KINERJA dalam melaksanakan program-programnya adalah transparansi, akuntablitas, partisipatif, dan responsif.
Prinsip-prinsip Tata Kelola Sektor Pendidikan Di sektor pendidikan, K,1(5-$ melaksanakan program-program BOSP (Biaya Operasional Satuan Pendidikan, DGP (Distribusi Guru Proporsional), dan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah) di 17 kabupaten/kota di empat provinsi (Aceh, Jawa Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan). Program sektor pendidikan ini dilaksanakan dengan prinsip-prinsip umum sebagai berikut: •
Keikutsertaan instansi-instansi terkait. Program-program di sektor pendidikan tidak semata-mata dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan, melainkan menyangkut beberapa instansi pemerintah daerah lainnya seperti Bappeda, Bagian Organisasi dan Tata Laksana, Bagian Keuangan, Bagian Hukum, dan Badan Kepegawaian Daerah. Oleh karena itu, dalam melaksanakan program-program sektor pendidikan, keterlibatan instansi-instansi tersebut sangat penting.
•
Keikutsertaan forum multi stakeholder. Dari sisi pengguna pelayanan, keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena masyarakat mempunyai kewajiban untuk ikut serta dalam penyelengaraan pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. Dengan keterlibatan masyarakat, programprogram sektor pendidikan dapat dilaksanakan secara tranparan dan akuntabel.
•
Berkelanjutan. Semua pendekatan program sektor pendidikan harus dapat berlangsung terus secara berkesinambungan. Hal ini hanya dapat terlaksana ketika manfaat program-program pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat dan pelaksanaannya terus dikawal, tidak saja oleh pemerintah daerah tetapi juga oleh masyarakat melalui forum-forum multi stakeholder.
Selain itu, pendekatan KINERJA juga menggunakan media massa, termasuk media massa alternatif (jurnalisme warga) sehingga tersedia peluang bagi partisipasi masyarakat. Pendekatan terbuka ini didorong atas dasar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
7
rekomendasi teknis serta berpedoman pada Peraturan Bupati/Walikota dan petunjuk teknisnya. Selain terlibat dalam Tim Teknis yang melakukan proses penghitungan dan penyusunan rekomendasi teknis, forum multi stakeholder berperan dalam pengawasan pelaksanaan alokasi dana ke sekolah-sekolah. Pengawasan dilakukan melalui monitoring dan pengaduan-pengaduan yang kemudian ditindaklanjuti dengan analisis dan laporan kepada para pengambil kebijakan.
2. Pelaksanaan rencana kerja Program DGP dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: •
Penghitungan DGP. Penghitungan didasarkan pada kebutuhan operasional sekolah yang dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran untuk mencapai standar pelayanan minimal (SPM) dan standar nasional pendidikan (SNP).
•
Analisis kesenjangan. Analisis kesenjangan ini diarahkan pada sekolah-sekolah yang kekurangan guru dan sekolah-sekolah yang berkelebihan guru.
•
Rekomendasi teknis. Isi rekomendasi teknis yang paling utama adalah mengusulkan agar Pemerintah Daerah melaksanakan distribusi guru sesuai hasil analisis kekurangan dan kelebihan guru.
•
Uji publik. Hasil penghitungan DGP dan rekomendasi didiskusikan dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan DPRD. Hal ini dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan memahami dan memberi masukan untuk pengambil kebijakan dalam penerapan distribusi guru.
•
Regulasi. Setelah semua pihak yang berkepentingan memahami dan menyetujui hasil penghitungan dan rekomendasi DGP, maka Bupati/Walikota menerbitkan Peraturan tentang Pemerataan dan Penataan Guru yang diikutioleh petunjuk teknis pelaksanaannya.
•
Perencanaan dan penganggaran. Untuk bisa dilaksanakan, hasil penghitungan dan rekomendasi dimasukkan ke dalam perencanaan dan penganggaran daerah, baik di tingkat kabupaten/kota maupun satuan kerja parangkat daerah (SKPD), yang dalam hal ini Dinas Pendidikan (Renja, RKA, DPA).
•
Pelaksanaan. Sesuai dengan perencanaan dan penganggaran yang telah ditentukan, maka distribusi guru dilaksanakan secara transparan dan sesuai dengan petunjuk teknis.
•
Pelaporan, monitoring, dan evaluasi. Untuk menjamin distribusi guru dilaksanakan sesuai peraturan, maka pelaporan yang akuntabel dilakukan secara teratur sehingga program ini dapat mencapai tujuannya. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara teratur sehingga perbaikan-perbaikan penyelenggaraan distribusi guru dapat dilaksanakan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
13
3. Proses perubahan dan perkembangan manfaat dari cara kerja Sekurang-kurangnya ada tiga perubahan yang segera tampak sebagai hasil pelaksanaan program DGP dengan pendekatan Kinerja: •
Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam daya tanggap terhadap ketimpangan distribusi guru.
•
Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan program DGP. Forum-forum multi stakeholder di daerah-daerah mitra KINERJA dalam setiap tahapan program.
•
Peningkatan kemampuan sekolah dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya untuk secara bertahap mencapai standar pelayanan publik (SPP), SPM dan SNP.
Pengalaman di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa program DGP terus berlanjut walaupun masa pendampingan KINERJA sudah berakhir. Hal ini dimungkinkan karena komitmen pemerintah daerah, DPRD sangat tinggi serta adanya forum multi-stakeholder yang aktif mendampingi dan mengawasi program tersebut.
14
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES Tantangan Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan program DGP, yakni antara lain: •
Kadangkala pelaksanaan program ini membutuhkan perubahan perencanaan daerah yang tidak mudah dilakukan. Perubahan tersebut disebabkan proses akhir penghitungan DGP dan rekomendasi teknisnya tidak sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran daerah.
•
Keterbatasan anggaran yang tersedia dan prioritas pemenuhan kebutuhan sektor lain menyebabkan program DGP tidak dapat segera dilaksanakan.
•
Kapasitas para pegawai yang menangani program DGP masih kurang sehingga proses penghitungan, penyusunan rekomendasi teknis, dan pengintegrasian ke dalam perencanaan dan penganggaran menjadi terhambat. Namun secara bertahap tantangan ini dapat diatasi melalui lokakarya dan pendampingan yang intensif.
•
Kapasitas personil sebagian organisasi mitra pelaksana masih kurang sehingga pada awal pelaksanaan program proses pendampingan kepada pemerintah daerah dan multi stakeholder belum seperti yang diharapkan. Tantangan ini diatasai melalui bimbingan teknis oleh Tim KINERJA.
•
Pergantian pejabat pemerintah daerah yang menyebabkan perubahan komitmen dari pejabat baru. Tantangan ini dapat diatasi dengan penjelasan tentang program sehingga pejabat baru dapat memahami dan memberi dukungan terhadap pelaksanaan program.
Keberhasilan Program 1. Contoh Keberhasilan Program DGP di Kabupaten Luwu Utara Kabupaten Luwu Utara di Provinsi Sulawesi Selatan menghadapi masalah serius dalam hal ketidaksetaraan dalam kualitas layanan pendidikan yang ditawarkan di sekolah-sekolah. Ketimpangan ini
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
15
disebabkan karena distribusi guru yang tidak merata di sekolah-sekolah perkotaan dan pedesaan. Meskipun rasio guru-murid di Indonesia masih lebih rendah daripada di banyak negara maju, rekrutmen dan penempatan guru terutama dipengaruhi oleh faktor politik daripada kebutuhan sekolah. Sebagai tindakan jangka pendek untuk mengatasi kekurangan ini, banyak sekolah mengangkat guru honorer yang gajinya dibayar langsung oleh sekolah tanpa perhatian yang cukup tentangkualifikasi atau kompetensi mereka. Data distribusi guru di Luwu Utara dikumpulkan dan dianalisis oleh LPKIPI (Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan) menunjukkan bahwa ketersediaan guru kelas dan mata pelajaran hanya 47,76% untuk SD. Selanjutnya, analisis mengungkapkan ketidakseimbangan dalam distribusi guru mata pelajaran dan kelas tertentu. Data menunjukkan bahwa hanya 33,62% SD memiliki guru pendidikan jasmani PNS dan hanya 46,5% memiliki jumlah guru agama PNS yang cukup. Hal ini menimbulkan kesenjangan kualitas pendidikan antar sekolah dan kecamatan. Dalam rangka mengatasi tantangan dengan distribusi guru, pemerintah Kabupaten Luwu Utara bekerja sama dengan LSM Lembaga Pelatihan dan Konsultasi Inovasi Pendidikan (LPKIPI) melakukan pemutakhiran menyeluruh dan validasi data guru serta melakukan analisis mendalam data yang dihasilkan dari pemutakhiran distribusi guru tersebut. Berdasarkan analisis tersebut forum multi-stakeholder yang terdiri dari pejabat pemerintah dan anggota masyarakat melakukan advokasi untuk mengeluarkan peraturan baru untuk memastikan distribusi guru proporsional dimasukkan ke dalam perencanaan dan diimplementasikan secara efektif. Melalui serangkaian diskusi intensif dan negosiasi antara wakil-wakil pemerintah dan masyarakat, peraturan tersebut disahkan pada 23 Oktober 2013 yang menandai kebijakan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah distribusi guru yang tidak merata. Implementasi Peraturan Bupati ini dipantau oleh forum multi-stakeholder dan mereka bangga melaporkan bahwa peraturan itu akhirnya dilaksanakan dengan mendistribusikan 129 guru SD ke sekolah-sekolah yang mengalami kekurangan guru. Luwu Utara, sebagai kabupaten percontohan untuk reformasi birokrasi, membuat upaya khusus untuk menekankan proses yang transparan dan mendorong partisipasi masyarakat. Untuk melengkapi upaya forum multi-stakeholder yang disebutkan di atas, organisasi lokal (Fakta), memfasilitasi diskusi rutin dalam forum ‘Warung Demokrasi’ yang melibatkan berbagai pihak seperti wartawan untuk surat kabar nasional, anggota komisi pemilihan, pimpinan asosiasi guru, pemilik stasiun radio lokal, guru honorer, dan anggota organisasi kemasyarakatan lainnya. Sambil minum kopi, makan makanan ringan, mereka aktif berdiskusi mengenai distribusi guru dan isu-isu pendidikan dasar lainnya. Acara ini disiarkan secara langsung oleh sebuah stasiun radio lokal guna meningkatkan akses informasi bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan diskusidalam mempromosikan isu-
16
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
isu tersebut dan meningkatkan kesadaran di antara anggota masyarakat yang mempunyai pengaruh untuk mendukung perubahan.
a. Strategi Program Secara kronologis strategi untuk memperkenalkan dan keberhasilan pelaksanaan Program DGP adalah sebagai berikut : 1. Sosialisasi dan berbagi praktek yang baik tentang sirkulasi guru, pengenalan manajemen PTK, penyamaan persepsi dan membangun komitmen antar stakeholder. 2. Pelatihan pengolahan Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati Web 3. Pengolahan data base pendidik dan kependidikan, Data Base Pendidik dan Tenaga Kependidikan, SIMNUPTK, dan Padati Web. 4. Analisis manajemen pendidik dan tenaga kependidikan. 5. Pendampingan perumusan rekomendasi kebijakan. 6. Penyampaian perumusan rekomendasi kepada Bupati dan atau stakehoder pendidikan. 7. Advokasi dan pendampingan penganggaran replikasi. 8. Piloting implementasi sirkulasi guru. 9. Monitoring dan evaluasi. 10. Forum multi-stakeholder dan jurnalisme warga memantau pelaksanaannya ke sekolah-sekolah.
b. Hasil-hasil Program DGP Hasil nyata yang memberikan kontribusi terhadap keberhasilan inisiatif dapat diringkas sebagai berikut : •
Data sebaran guru yang valid dan mutakhir;
•
Analisis distribusi guru di seluruh kecamatan di kabupaten/kota mitra;
•
Rekomendasi teknis distribusi guru proporsional;
•
Rencana kerja distribusi guru proporsional;
•
Skema insentif bagi guru yang ditempatkan di daerah “terpencil”;
•
Peraturan Bupati/Walikota;
•
Petunjuk teknis pelaksanaan distribusi guru proporsional;
•
Implementasi distribusi guru secara proporsional sesuai rekomendasi teknis.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
17
2. Program Pengungkit Program DGP yang diperkenalkan oleh KINERJA dan dilaksanakan oleh enam pemerintah daerah telah menunjukkan hasil-hasil yang baik. Keberhasilan ini tidak hanya ditunjukkan dengan pelaksanaan lahirnya kebijakan pemeratan dan penataan guru dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, tetapi juga keterlibatan masyarakat dalam setiap proses program, dari inisiasi, perencanaan hingga pelaksanaannya. Keterlibatan masyarakat seperti ini merupakan bentuk nyata keterbukaan dan akuntabilitas publik yang dimandatkan oleh peraturan perundangan. Keberhasilan program DGP ini dapat dijadikan pengungkit untuk program-program lainnya, tidak hanya di sektor pendidikan, tetapi juga sektor-sektor lainnya dan di instansi-instansi lainnya. Masih banyak programprogram pendidikan yang dapat dilaksanakan dengan pendekatan ini, seperti peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru, pembangunan dan rehabilitasi gedung sekolah, dan pengadaan sarana pembelajaran. Demikian juga di sektor-sektor lain seperti kesehatan, pekerjaan umum, dan kependudukan. Program-program ini dapat dilaksanakan apabila pemerintah daerah dan masyarakat mempunyai kepedulian dan kemauan untuk secara bersama-sama melaksanakannya.
18
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI Program KINERJA untuk DGP bekerja di sedikit daerah, hanya di enam dari ratusan daerah di Indonesia. Program ini hanyalah sebagai contoh praktik yang baik dan diharapkan dapat diterapkan di daerah-daerah lain. Oleh karena itu, KINERJA mendorong agar daerah-daerah lain bersedia mereplikasi dan mengadopsi penedekatan-pendekatan KINERJA dalam melaksanakan Program DGP. Berikut ini adalah rekomendasi bagi daerah-daerah lain, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pelatihan untuk pegawai negeri sipil dan organisasi-organisasi mitra pelaksananya.
Rekomendasi untuk replikasi di daerah Lain Berdasarkan pengalaman Kinerja, ada beberapa rekomendasi untuk Pemerintah Daerah lain yang akan mereplikasi metoda dan pendekatan Kinerja untuk program DGP. a. Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Pendidikan untuk melaksanakan program DGP. Komitmen ini ditunjukkan dengan kabijakan formal dan pasti melalui penerbitan peraturan, petunjuk teknis pelaksanaannya, dan memasukkan program ini ke dalam siklus perencanaan dan penganggaran daerah. b. Setiap kebijakan hendaknya berorientasi pada pelayanan publik. Hal ini didasarkan bahwa fungsi utama pemerintah daerah adalah menyelenggarakan kegiatan-kegiatan untuk kepentingan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh peraturan perundangan. c. Melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder dalam penyelengaraan tata kelola DGP. Oleh karena kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah adalah untuk kepentingan masyarakat, maka sudah seharusnya masyarakat dilibatkan dalam penyusunan kebijakan, perencanaan, dan pelaksanaannya. d. Mendayagunakan staf dan struktur organisasi yang ada tanpa perlu membentuk unit organisasi baru. Program ini tidak memerlukan struktur baru dalam organisasi pemerintah daerah maupun pegawai baru, melainkan cukup dengan lebih mendayagunakan pegawai dalam struktur organisasi yang sudah ada.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
19
e. Berkoordinasi dengan instansi-instansi pemerintah daerah terkait. Dalam pelaksanaannya, Program DGP memerlukan keterlibatan instansi-instansi lainnya, terutama Bappeda, BKD, dan Bagian Keuangan. Selain itu, DPRD juga diperlukan keterlibatannya karena institusi inilah yang memberi persetujuan pada setiap program dan anggaran. f. Menetapkan indikator kinerja dan pengukuruan keberhasilan program. Hal ini diperlukan untuk mengetahui pencapaian program sehingga peningkatan program dari waktu ke waktu dapat dilakukan. g. Mengadopsi pendekatan Kinerja dan menggunakan bahan-bahan yang telah dibuat oleh Kinerja. Bahanbahan tersebut antara lain berupa modul yang dapat digunakan untuk pelatihan, pendampingan, dan acuan pelaksanaan program.
Rekomendasi untuk OMP Rekomendasi untuk OMP yang akan membantu pemerintah daerah yang akan mereplikasi program DGP adalah: a. Selalu mengintegrasikan aspek tata kelola (governance) dalam setiap kegiatan penguatan dan pendampingan dengan melibatkan masyarakat atau forum-forum multi stakeholder. b. Tetap berorientasi pada hasil, tidak sekadar memenuhi jadwal kegiatan dan jumlah peserta. c. Bertindak sebagai advisor yang berperan lebih pada memberi stimulus daripada sebagai pegawai yang melaksanakan program. d. Menggunakan modul-modul yang dikekmbangkan KINERJA untuk penguatan kapasitas OMP sendiri maupun penguatan pemerintah daerah dan forum multi stakeholder.
Rekomendasi untuk Lembaga Diklat Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (Diklat) di berbagai tingkatan pemerintahan mempunyai peran strategis dalam pendayagunaan aparatur negara karena secara periodik menyelenggarakan latihan untuk pegawai negeri sipil (PNS). Direkomendasi agar lembaga-lembaga Diklat: a. Memasukkan pendekatan-pendekatan Kinerja dalam Kurikulum Diklat yang meliputi antara lain tata kelola yang melibatkan masyarakat sebagai pengguna layanan publik. b. Lebih berorientasi pada peningkatan ketrampilan dan tidak sekadar peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini hanya dapat dicapai melalui kagiatan lanjutan setelah pelatihan, yakni pendampingan
20
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
secara terus menerus sampai para peserta pelatihan dapat benar-benar melaksanakan hasil-hasil pelatihan. c. Mengadopsi sebagian modul yang dikembangkan KINERJA. Lembaga Diklat mempunyai modul-modul tersendiri, namun direkomendasikan agar memuat juga sebagian isi modul KINERJA, terutama dalam hal tata kelola dan ‘governance’.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
21
CARA MENGGUNAKAN LAMPIRAN Lampiran ini dirancang agar mudah di akses untuk berbagai kebutuhan. Bagi pembaca yang mau lihat komentar pihak lain tentang upaya KINERJA di bidang penghitungan DGP, silahkan membaca Lampiran A tentang tesimoni, laporan media dan bahan promosi. Bagi pembaca yang hendak mempelajari lebih dalam tentang substansi, silahkan membaca Lampiran B. Bagi pembaca yang mau mempelajari cara KINERJA melatih dan memfasilitasi, silahkan membaca Lampiran C. Bahan lengkap dapat dibaca di CD terlampir.
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi
24
LAMPIRAN B
Uraian Substansi
27 27 27 30
MODUL 2
Pendahuluan Daerah Percontohan Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
MODUL 3
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
74
MODUL 4
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
MODUL 5
Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran
112
MODUL 6
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
132
Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan
170
Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan
170
MODUL I
LAMPIRAN C
22
52 94
Uraian Lampiran Ini
173
MODUL I
Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
174
MODUL 2
Pendekatan dan Konsep Tata Kelola Distribusi Guru Proporsional
178
MODUL 3
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
181
MODUL 4
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
185
MODUL 5
Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran
188
MODUL 6
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
191
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
LAMPIRAN D
BAHAN DI CD
194
LAMPIRAN E
Daftar Singkatan/Istilah
195
DAFTAR PUSTAKA
197
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
23
Lampiran A
Testimoni, Laporan Media dan Bahan Promosi Testimoni: 1. Bupati Barru, Sulawesi Selatan Pada prinsipnya komitmen kami pemerintah kabupaten dan juga cita-cita rakyat Kabupaten Barru adalah menciptakan sistem pendidikan yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karenanya salah satu hal yang sangat penting harus kita atur untuk mencapai optimalisasi pelayanan pendidikan kepada rakyat kita adalah sumber daya guru yang ada sehingga sistem belajar mengajar itu bisa berjalan dengan baik. Nah, di Kabupaten Barru ini mulai tahun lalu 2012 kita telah mulai mengkaji. Alhamdulillah bersama USAID kajian itu kita dapat temu kenali permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah. Salah satunya adalah bagaimana kita dapat mendistribusikan dengan baik tenaga guru yang ada sesusi dengan kompetensi, sesuai dengan bidang masing-masing. Oleh karenanya tahun 2012 yang lalu hal ini telah kita lakukan di Barru ini di tujuh kecamatan dan sekolah yang tersebar di 55 kelurahan/desa. Pendistribusian guru secara proporsional ini sangat penting dilakukan sesuai Peraturan Bersama 5 Menteri terkait dengan penataan dan pendistribusian guru. Selain itu, pendistribusian guru ini juga terkait dengan antisipasi rencana pelaksanaan Kurikulum 2013. Jadi melalui pendistribusian ini sekaligus kita memperoleh database guru dan diharapkan ini menjadi dasar untuk menciptakan suatu standardisasi sistem pendidikan. Jadi yang ada di kota, yang ada di pedalamaan, yang ada di interland antara kota dan pedalaman itu punya standar yang sama karena memang undang-undang dasar kita mengamanatkan bahwa seluruh rakyat Indonesia mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dari pemerintah.
24
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Pendistribusian dan pentataan guru akan kita laksanakan secara sekaligus dan menyeluruh supaya ‘stressnya’ cuma satu kali. Jadi friksi-friksi yang timbul kita selesaikan sekali saja. Selain itu kita tidak ingin melakukan kerja setengah-setangah.
2. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan Program distribusi guru secara proporsional tadinya akan dilaksanakan di tiga kecamatan. Tetapi pada saat mau dilakukan, penataan dan pendistribusian guru itu bisa menimbulkan permasalahan baru yang akhirnya kami dari pemerintah kabupaten bekerjasama dengan USAID-KINERJA melakukan secara keseluruhan di tujuh kecamatan. Dan itu sudah kita lakukan pemetaan gurudi tujuh kecamatan dan sudah melakukan analisis datanya. Kita sudah melakukan dengar pendapat, menyampaikan kepada seluruh stakeholder pendidikan untuk memberikan masukan-masukan, indikator-indikator, dan variable-variabel apa yang digunakan untuk melakukan penataan guru itu.Jadi bukan hanya pada satu wilayah. Kemudian untuk prosesnya kita sudah terbitkan Peraturan Bupati Nomor 16/2013 Tentang Penataan dan Distribusi Guru PNS di Kabupaten Barru. Sekarang finalisasi data dan Insyaallah tahun ini kita akan melakukan implementasi secara total pada seluruh kecamatan.Kami menyiapkan anggaran dalam APBD itu kurang lebih Rp. 100 juta. Dalam prosesnya kita melibatkan seluruh komponen yang ada di tiap kecamatan, yakni UPTD (Unit Pelaksanaan Teknis Daerah). Dinas Pendidikan terlibat secara langsung. Pendataan guru dilakukan secara langsung di kecamatan yang meliputi jumlah guru, latar belakang pendidikan guru, lama bertugas sebagai guru, dan bidang studi yang diajar. Pendataan dilakukan dari bawah dan ini bekerjasama dengan Kinerja USAID itu di dalam analisa melalui bantuan organisasi mitra pelaksana KINERJA, yakni LPKIPI. Kami punya wilayah yang tertinggal dan aksesbilitasnya terbatas, tidak bisa dijangkau oleh kendaraan sehingga itu menjadi satu kendala ketika mau melaksanakan distribusi itu karena banyak guru yang tidak mau ditempatkan di situ. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi bahwa ini harus dilakukan untuk penataan guru dan pendistribusiannya itu supaya ada pemerataan akses dan mutu pendidikan. Selama ini kan masih ada ketimpangan-ketimpangan dalam pelayanan pendidikan . Nah, salah satu tujuan pembangunan di Kabupaten Barru itu adalah penataan, pemerataan, pendistribusian pelayanan pendidikan. Jadi guru tidak hanya berkumpul di daerah perkotaan, tetapi semua wilayah yang terpencil itu pun harus dijangkau oleh guru-guru dengan kualitas yang sama. Memang ada kendala yang terkait dengan persepsi
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
25
guru yang menganggap pemindahan merupakah sebuah hukuman, padahal bukan itu, melainkan untuk kepentingan guru itu sendiri dan pendidikan secara umum. Juga ada peran dan dukungan dari stakeholder lain seperti Dewan Pendidikan, LSM, dan Pers yang secara aktif memberikan masukan kepada kita untuk mencari solusi-solusi ketika ada permasalahan. Bukan hanya untuk penataan guru, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan mutu pendidikan. Saya kira keberhasilan program DGP ini juga ditentukan oleh komitmen yang kuat dari Bupati karena beliau meyakini bahwa memperbaiki pendidikan ini harus dimulai dari gurunya dulu.
Laporan Media dan Bahan Promosi Disediakan dalam bentuk file di CD terlampir.
26
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Lampiran B
Uraian Substansi Pendahuluan Lampiran ini adalah kumpulan bahan substansi tentang penghitungan DGP, upaya mendorong agar hasil penghitungan masuk kedalam perencanaan dan penganggaran daerah, dan pelaksanaan DGP, sebagai sumber informasi bagi pihak yang ingin mereplikasikan keberhasilan program KINERJA-USAID di daerah yang terbukti sukses dalam tata kelola DGP. Materai ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak melakukan fasilitasi penghitungan DGP dan penyusunan kebijakan pembiayaan pendidikan (berdasarkan hasil penghitungan DGP) di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat yang memasarkan training saja.
Daerah Percontohan Bahan lampiran ini disusun dari modul-modul pelatihan yang dipakai tim KINERJA-USAID dalam fasilitasi di daerah-daerah sebagai berikut: •
Kabupaten Luwu,
•
Kabupaten Luwu Utara
•
Kabupaten Barru
•
Kabupaten Aceh Singkil
•
Kabupaten Bondowoso
•
Kabupaten Sambas
Uraian lampiran B Materi yang dibahas dalam modul implementasi program DGP ini terbagi menjadi 7 topik, sebagaimana diuraikan berikut ini:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
27
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
•
MODUL I PENTINGNYA DGP DALAM PENINGKATAN MUTU PELAYANAN PENDIDIKAN. Membahas, tentang Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan, Pengertian Distribusi Guru secara Proposional (DGP), Dasar Hukum DGP dan Tatakelola beroreintasi pelayanan Publik, Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Pelayanan Minimal (SPM) ) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Manfaat dan tantang an dalam implementasi DGP
•
MODUL II PENDEKATAN DAN KONSEP TATAKELOLA PROGRAM DGP. Membahas tentang Prinsipprinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan, partisipatif, akuntabel, transparan, responsif), Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP, Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi Penerapan DGP dalam Program Kinerja. dan Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.
•
MODUL III ANALISIS DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN. Membahas tentang Sosialisi Pentingnya DGP, Pengumpulan Database , Sinkronisasi data Pendidik dan Kependidikan, Analisa data PTK, Konsolidasi Internal , Identifikasi Isu Strategis DGP, Publikasi Isu Strategis DGP, Rekomendasi Teknis DGP, Konsultasi Publik, Model implementasi dan Pilot Project DGP, dan Sosialisasi rencana implementasi DGP.
•
MODUL IV ADVOKASI KEBIJAKAN DGP Membahas tentang Advokasi Penyedia layanan (Perbup/Perwal, Juknis, pembentukan Tim PPG dengan SK Bupati/Walikota) dan Advokasi penerima layanan (Policy Position), dan Peran FMS dalam Advokasi kebijakan.
•
MODUL V INTEGRASI DGP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Membahas tentang Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja), dan Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA), serta Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
•
MODUL VI CONTOH PRAKTIK BAIK PENERAPAN DGP membahas tentang dokumentasi praktek baik implementasi program DGP di Luwu Utara (proses, kebijakan dan implementasi),
28
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
1
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
29
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 1 Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
BAHAN BACAAN
Dalam bab ini akan dibahas mengenai peraturan perundang-undangan yang mendasari dgp yaitu antara lain Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Sebagai Landasan Standar Nasional Pendidikan, UndangUndang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Bersama Lima Menteri Tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS (Peraturan Bersama Mendikbud, Menpan, Mendagri, Menkeu Dan Menteri Agama) : nomor 05/x/pb/2001 nomor spb/03/m.pan-rb/2011 nomor 48 tahun 2011 nomor 158/pmk.01/2011 nomor 11 tahun 2011 tentang penataan dan pemerataan guru PNS.
........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang pentingnya Distribusi Guru Proposional (DGP) ..........
Standar Nasional Pendidikan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapkan bahwa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional maka pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) terbaru yaitu PP No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
30
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Standar Nasional Pendidikan.Adapun mengenai
Evaluasi Diri Sekolah merupakan program yang
penjelasan dari PP Nomor 32 Tahun 2013 adalah
memetakan kebutuhan satuan pendidikan.
sebagai berikut: Peningkatan mutu dan daya saing
Dengan demikian kebijakan pengembangan
sumberdaya manusia Indonesia hasil pendidikan
satuan pendidikan dapat diformulasikan pada hasil
telah menjadi komitmen nasional. Rencana
EDS yang dicapai melalui skala prioritas yang
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 –
tertera pada rekomendasi program. Berdasarkan
2014: ”menyebutkan bahwa salah satu substansi inti
rekomnedasi itulah dibuat Rencana Kerja Sekolah
program aksi bidang pendidikan adalah penataan
yang merupakan program jangka menengah bagi
ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong
satuan pendidikan. Kemudian isi RKS dijabarkan
penciptaan hasil didik yang mampu menjawab
secara terinci melalui rencana tahunan dalam
kebutuhan sumberdaya manusia untuk mendukung
bentuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan
(RKAS).
demikian pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum secara utuh sangat
Standar Nasional Pendidikan Indonesia meliputi
penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai
8 (delapan) standar yang menjadi pedoman
tujuan tersebut.
bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
Relevansi Standar Nasional Pendidikan dengan
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Distribusi Guru secara Proporsional (DGP)
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
menjadi acuan pada tingkat satuan pendidikan
Berikut ini penjelasan 8 Standar Nasional
khususnya pada level manajemen sekolah untuk
Pendidikan Indonesia:
merencanakan pengembangan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam menunjang pelaksanaan 8 (delapan) standar nasional pendidikan. Pada tataran manajemen sekolah, program awal yang dilakukan adalah melaksanakan evaluasi diri sekolah (EDS) dimana pada akhir kegiatan akan memunculkan rekeomendasi terkait dengan arah kebijakan pengembangan sekolah. Evaluasi Diri Sekolah dikembangkan dari instrument 8 standar nasional pendidikan yang memuat secara holistic pencapaian standar pendidikan yang berlaku di Indonesia.
Standar Kompetensi Lulusan Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran. Standar Kompetensi Lulusan diatur dalam Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
31
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
dan Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
pembelajaran yang efektif dan efisien. Standar
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Proses diatur dalam Permendiknas Nomor 41
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pendidikan Dasar dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
Standar Isi
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
Standar Isi mencakup lingkup materi minimal
Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas
dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
pendidikan tertentu. Standar isi tersebut memuat
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban
relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan
berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran
kalender pendidikan. Standar ini diatur dalam
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang
pendidikan anak usia dini meliputi: Kompetensi
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
Menengah.
Profesional, dan Kompetensi Sosial.
Standar Proses
Pendidik meliputi pendidik pada TK/RA, SD/MI,
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Selain itu, dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
32
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
SMP/MTs, SMA/MA, SDLB/SMPLB/SMALB, SMK/ MAK, satuan pendidikan Paket A, Paket B dan Paket C, dan pendidik pada lembaga kursus dan pelatihan. Tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah, pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar, dan tenaga kebersihan. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah,
www.kinerja.or.id
Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang
Standar Pengelolaan Pendidikan
Standar Kepala Sekolah/Madrasah, Permendiknas
Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian,
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
yakni standar pengelolaan oleh satuan pendidikan,
Akademik dan Kompetensi Guru, Permendiknas
standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan
Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga
standar pengelolaan oleh Pemerintah. Standar
Administrasi Sekolah, Permendiknas Nomor 25
Pengelolaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas
Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
Sekolah/Madrasah, dan Permendiknas Nomor 27
Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan
Tahun 2008 tentang Standar Kulifikasi Akademik dan
Menengah.
Kompetensi Konselor.
Standar Pembiayaan Pendidikan Standar Sarana dan Prasarana
Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi,
Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana
biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi
yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media
satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan
sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya
habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan
manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal
untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur
meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan
dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib
oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan,
pendidik dan tenaga kependidikan serta segala
ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang
tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa,
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya
tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat
operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air,
bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi,
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.
pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Standar
Standar sarana dan prasarana diatur dalam
Pembiayaan Pendidikan diatur dalam Permendiknas
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya
Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah
Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 Untuk Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/
MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA).
(SMA/MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
33
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah
Penyusunan SPM bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Dan
Menengah mengacu kepada PP No. 25 Tahun 2000
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB).
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom mengisyaratkan
Standar Penilaian Pendidikan Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Standar Penilaian Pendidikan diatur dalam Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk menjamin tercapainya mutu pendidikan yang diselenggarakan daerah pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional telah menetapkan Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar, yang dituangkan dalam bentuk regulasi. Seperti SK Mendiknas tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan (SPM) yaitu Kepmendiknas No.053/U/2001 yang menyatakan bahwaSPM bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan atau acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di provinsi dan kabupaten/kota sebagai daerah otonom.
34
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
adanya hak dan kewenangan Pemerintah Pusat untuk membuat kebijakan tentang perencanaan nasional dan standarisasi nasional. Dalam rangka penyusunan standarisasi nasional itulah, Mendiknas telah menerbitkan Keputusan No.053/U/2001 tanggal 19 April 2001 tentang SPM yang diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan sekaligus ukuran keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di daerah provinsi, kabupaten/kota bahkan sampai di tingkat sekolah. Kepmendiknas No. 129/U/2004 merupakan hasil revisi dari kepmen sebelumnya sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam sistem dan manajemen pendidikan nasional. Pada kepmen ini pendidikan nonformal, kepemudaan, olahraga, dan Pendidikan Usia Dini lebih ditonjolkan. Pendidikan nonformal seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan SD, SMP, SMA, pendidikan ketrampilan dan bermata pencaharian, kelompok bermain, pendidikan kepemudaan dan olahraga secara ekplisit telah ditentukan standar pelayanan untuk masing-masing SPM. Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal disebutkan bahwa Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
www.kinerja.or.id
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga
(SPM)merupakan tolok ukur kinerja pelayanan
secara minimal. Definisi tersebut jika dikaitkan
pendidikan dasar, sekaligus sebagai acuan
dengan bidang penyelenggaraan pendidikan dapat
dalam perencanaan program dan penganggaran
diartikan sebagai ketentuan tentang jenis dan mutu
pencapaian target masing-masing daerah
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib
kabupaten/kota. Pada pasal 2 ayat (1) disebutkan
di bidang pendidikan yang berhak di peroleh oleh
bahwa “Penyelenggaraan pelayanan pendidikan
seluruh bagian dari subsistem pendidikan.
dasar merupakan kewenangan kabupaten/kota.”
Dalam Permendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang
Standar pelayanan minimal merupakan batas
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan
minimal pemenuhan standar isi, proses, kompetensi
dijelaskan bahwan Standar Pelayanan Minimal
lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja
dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
penilaian pendidikan yang harus dipenuhi oleh
Daerah. Sedangkan pelayanan dasar yang diberikan
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah,
kepada masyarakat merupakan fungsi Pemerintah
serta pencapaian target pembangunan pendidikan
dalam memenuhi dan mengurus kebutuhan dasar
nasional.
masyarakat untuk meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat. Definisi yang lebih mengerucut lagi adalah yang tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelengaraan Pendidikan, bahwa Standar pelayanan minimal adalah kriteria minimal berupa nilai kumulatif pemenuhan Standar Nasional Pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/ Kota. Dalam Permendiknas tersebut dikemukakan bahwa Standar pelayanan minimal pendidikan dasar
www.kinerja.or.id
Relevansi Indikator SPM dan SNP dalam DGP Ada 7 (tujuh) indikator SPM yang sangat relevan dengan standar nasional pendidikan yaitu standar isi, standar pengelolaan, standar penilaian, dan standar proses. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Selain standard yang berkaitan dengan pendidika dan tenaga kependidikan itu sendiri Sesuai dengan ketentuan Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 Pasal 2, penyelenggara pelayanan pendidikan dasar sesuai SPM pendidikan merupakan kewenangan kabupaten/kota. Penyelenggaraan pelayanan pendidikan tersebut terdiri atas 27 indikator. Untuk lebih jelasnya indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada table berikut ini.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
35
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tabel 4. Jenis Pelayanan, Indikator SPM, dan Formula Perhitungan Indikator SPM bidang Pendidikan. No 1
Jenis Pelayanan SARANA DAN PRASARANA
Indikator SPM Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu maksimal 3 km untuk SD/MI dan 6 km untuk SMP/MTs dari kelompok permukiman permanen
Formula Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/ MI dalam jarak kurang dari 3 km Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SMP/MTs dalam jarak kurang dari 6 km Jumlah kelompok pemukiman permanen di Kab/Kota
2
Jumlah peserta didik dalam setiap rombongan belajar untuk SD dan MI tidak melebihi 32 orang, dan untuk SMP dan MTs tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 (satu) ruang kelas
Jumlah rombel SD/MI yang tidak melebihi 32 orang Jumlah keseluruhan rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
X 100%
X 100%
X 100%
Jumlah ruang kelas SD/MI X 100%
Jumlah rombel SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah rombel SMP/ MTs yang tidak melebihi 36 orang Jumlah keseluruhan rombel SMP/ MTs di wilayah Kabupaten/Kota
X 100%
Jumlah ruang kelas SMP/MTs Jumlah rombel SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
36
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
X 100%
www.kinerja.or.id
No
Jenis Pelayanan
3.
Indikator SPM Di setiap SMP dan MTs tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 peserta didik dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik
Formula Jumlah SMP/MTs yang memiliki ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk 36 peserta didik Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen peserta didik Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
4
Di setiap SD/MI dan SMP/ MTs tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP/MTs tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru.
X 100
Jumlah SD/MI yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota
X 100
Jumlah SMP/MTs yang memiliki satu ruang guru dan dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, dan staf kependidikan lainnya; dan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru. Jumlah sekolah di wilayah Kabupaten/Kota
www.kinerja.or.id
X 100
X 100
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
37
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
No 5
Jenis Pelayanan PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Indikator SPM Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 (enam) orang guru untuk setiap satuan pendidikan, dan untuk daerah khusus 4 (empat) orang guru setiap satuan pendidikan
Formula Jumlah SD/MI yang memiliki satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik X 100
Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SD/MI yang memiliki 6 (enam) orang guru [atau 4 (empat) orang guru untuk daerah khusus.
X 100
Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota 6
7
Di setiap SMP dan MTs tersedia 1 (satu) orang guru untuk setiap mata pelajaran, dan untuk daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran
Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru untuk setiap mata pelajaran [atau untuk daerah khusus 1 (satu) guru untuk setiap rumpun mata pelajaran
Di setiap SD dan MI tersedia 2 (dua) orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan 2 (dua) orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik
Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang memenuhi kualifikasi akademik S1 atau D-IV
Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
X 100
X 100
Jumlah SD/MI yang memiliki 2 orang guru yang telah memiliki sertifikat pendidik Jumlah keseluruhan SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
38
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
X 100
www.kinerja.or.id
No
Jenis Pelayanan
8
Indikator SPM Di setiap SMP dan MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70% dan separuh diantaranya (35% dari keseluruhan guru) telah memiliki sertifikat pendidik, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40% dan 20%.
Formula Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi S1 atau D-IV ≥ 70% [untuk daerah khusus ≥ 40% Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan sertifikat pendidik ≥ 35% [untuk daerah khusus ≥ 20%] Jumlah keseluruhan SMP atau MTs di wilayah Kabupaten/Kota
9
Di setiap SMP dan MTs tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik masing-masing satu orang untuk mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Jumlah SMP/MTs yang memiliki guru dengan kualifikasi akademik S1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik, masingmasing 1 (satu) orang untuk mapel Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris Jumlah keseluruhan SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
10
11
www.kinerja.or.id
Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SD dan MI berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.
Jumlah Kepala SD/MI yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik
Di setiap Kabupaten/Kota semua kepala SMP dan MTs berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik.
Jumlah Kepala SMP/MTs yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik
Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah Sekolah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
X 100
X 100
X 100
X 100
X 100
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
39
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
No
Jenis Pelayanan
12
13
Indikator SPM Di setiap Kabupaten/Kota semua pengawas sekolah dan madrasah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah memiliki sertifikat pendidik
KURIKULUM
Pemerintah Kabupaten/ Kota memiliki rencana dan melaksanakan kegiatan untuk membantu satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif
Formula Jumlah pengawas sekolah atau madrasah yang berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV dan telah bersertifikat pendidik Jumlah pengawas sekolah atau madrasah di wilayah Kabupaten/ Kota
X 100
bila Kab/kota memiliki rencana dan telah melaksanakan kegiatan untuk memmbantu sekolah mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif bila memiliki rencana tetapi belum melaksanakan bila tidak memiliki rencana untuk membantu sekolah dalam mengembangkan kurikulum dan proses pembelajaran yang efektif.
14
15
PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
SARANA DAN PRASARANA
Kunjungan pengawas ke satuan pendidikan dilakukan satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan dilakukan selama 3 jam untuk melakukan supervisi dan pembinaan
Jumlah satuan pendidikan yang mendapat kunjungan oleh pengawas satu kali setiap bulan dan setiap kunjungan selama ≥ 3 jam
Setiap SD dan MI menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh Pemerintah mencakup mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik
Jumlah set buku teks Mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS) yang sudah disertifikasi
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah peserta didik Jumlah SD/MI yang telah memenuhi IP-15.1 Sekolah Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
40
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
X 100
X 100
X 100
www.kinerja.or.id
No
Jenis Pelayanan
16
Indikator SPM Setiap SMP dan MTS menyediakan buku teks yang sudah disertifikasi oleh Pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap perserta didik
Formula Jumlah set buku teks mata pelajaran yang sudah disertifikasi Jumlah peserta didik Jumlah SMP/MTS yang telah memenuhi IP-16.1 Sekolah Jumlah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
17
18
Setiap SD dan MI menyediakan satu set peraga IPA dan bahan yang terdiri dari kerangka manusia, model tubuh manusia, bola dunia (globe), contoh peralatan optik, kit IPA untuk eksperimen dasar, dan poster IPA.
Jumlah SD/MI yang memiliki set peraga dan bahan IPA secara lengkap
Setiap SD dan MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi.
Jumlah judul buku pengayaan dan referensi
Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota
110 judul buku Jumlah judul buku pengayaan dan referensi 220 judul buku Jumlah SD/MI yang telah memenuhi (hasil rumus di atas Jumlah SD/MI di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah SMP/MTs yang telah memenuhi (hasil rumus di atas) Jumlah SMP/MTs di wilayah Kabupaten/Kota
www.kinerja.or.id
X 100
X 100
X 100
X 100
X 100
X 100
X 100
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
41
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
No 19
Jenis Pelayanan PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
20
21
KURIKULUM
22
Indikator SPM Setiap guru tetap bekerja 35 jam per minggu di satuan pendidikan termasuk kegiatan tatap muka di dalam kelas, merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.
Formula Jumlah rata-rata jam kerja per minggu seluruh guru tetap Jumlah keseluruhan guru tetap di satuan pendidikan Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di atas) Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
Satuan pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka sebagai berikut: Kelas I-II: 18 jam per minggu, Kelas III : 24 jam per minggu, Kelas IV–VI: 27 jam per minggu, dan Kelas VII– IX : 27 jam per minggu
Jumlah satuan pendidikan yang menyelenggarakan proses pembelajaran di sekolah selama 34 minggu per tahun dengan kegiatan tatap muka seperti diatas
Setiap Satuan Pendidikan menyusun dan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai ketentuan yang berlaku
Jumlah satuan pendidikan yang menerapkan KTSP sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Setiap guru menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya
Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
Jumlah keseluruhan satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/ Kota Jumlah guru yang menerapkan RPP berdasarkan silabus untuk mata pelajaran yang diampunya Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi Jumlah satuan pendidikan di wilayah kabupaten/kota
42
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
X100
X100
X 100
X100
X100
X100
www.kinerja.or.id
No 23
Jenis Pelayanan PENILAIAN PENDIDIKAN
Indikator SPM Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik
Formula Jumlah guru yang mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan
X100
Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di atas) Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota 24
PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester
Jumlah satuan pendidikan yang kepala sekolahnya melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
25
Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik
Jumlah guru yang menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap peserta didik kepada Kepala Sekolah pada akhir semester Jumlah keseluruhan guru di satuan pendidikan Jumlah satuan pendidikan yang telah memenuhi (hasil rumus di atas) Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
www.kinerja.or.id
X100
X100
X100
X100
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
43
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
No
Jenis Pelayanan
26
Indikator SPM Kepala Sekolah atau Madrasah menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/ UN) kepada orang tua peserta didik dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kandepag pada setiap akhir semester\
Formula Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan laporan hasil Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas (UKK) serta Ujian Akhir (US/UN) kepada orang tua peserta didik Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah satuan pendidikan yang menyampaikan rekapitulasi hasil tes tengah tahunan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota/ Kandepag pada setiap akhir semester Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
27
MANAJEMEN SEKOLAH
Setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Mana-jemen Berbasis Sekolah (MBS).
Jumlah satuan pendidikan yang memiliki rencana kerja tahunan Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah satuan pendidikan yang memiliki laporan tahunan Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota Jumlah satuan pendidikan yang memiliki komite sekolah yang berfungsi baik Jumlah satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota
44
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
X 100
X 100
X 100
X 100
X 100
www.kinerja.or.id
Manfaat DGP
satuan pendidikan merupakan tuntutan dan amanah dalam Undang Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Hal ini akan
Bagi Murid
sulit terwujud jika sumberdaya manusia yang ada di sekolah saja tidak memenuhi kualifikasi dan
Output dari proses pendidikan ini pada akhirnya
kompetensi dalam memberikan pelayanan.
adalah meningkatnya mutu peserta didik, baik dari sisi pengetahuan, moralitas, tingkah laku maupun
DGP akan membantu satuan pendidikan untuk
etika . Hal ini akan sulit terjadi jika permasalahan
memenuhi ketersediaan tenaga pendidik dan
pemenuhan Pendidik (guru) saja tidak terwujud.
kependidikan sesuai standar (SNP dan SPM).
Distribusi Guru secara Proporsional akan memberi
Dalam hal ini DGP akan memeberikan rekomendasi
peluang bagi guru untuk mengoptimalkan kewajiban
rekomendasi teknis penyedian, pengembangan
mengajar sesuai standar (Standar Isi, Standar
(peningkatan kualitas dan kompetensi) dan distribusi
Proses dan Standar Kualifikasi dan Kompetensi).
guru hingga ketingkat satuan pendidikan yang akan
Hal ini akan membuka pintu peningkatan proses
memudahkan kepala sekolah dalam mengelola
pembelajaran dan pemenuhan hak anak untuk
proses pembelajatran di satuan pendidikannya
memperoleh pelayanan terkait proses dan kualitas pembelajaran. DGP akan meminimalisir jam kosong murid karena ketidak tersediaan guru. Selain itu Distribusi Guru secara Proporsional ini akan memangkas kesenjangan pelayanan pembelajaran antara sekolah yang di pedesaan/terpencil dan perkotaan, antara sekolah kecil dan sekolah yang banyak muridnya dan antara sekolah maju dan sekolah yang tidak maju.
Bagi Sekolah
Bagi Masyarakat/Orangtua Orangtua murid dan masyarakat sebagai penerima manfaat dalam proses pendidikan. Dalam program DGP ini posisi orangtua dan masyarakat tidak hanya sebagai objek pasif menerima manfaat, lebih dari itu DGP mengoptimalkan peran orangtua, masyarakat dan stakeholder pendidikan untuk terlibat aktif sejak perencanaan (sosialisasi), implementasi (pengembangan rekomendasi teknis dan kebijakan) dan pengawasan implentasi DGP. Hal ini dilakukan program DGP melalui kegiatan pendampingan penguatan masyarakat untuk
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah
memahami haknya terkait layanan pendidikan,
lompatan desentralisasi dalam bidang pendidikan.
mendukung kerja pemerintah dalam upaya
Otonomi sekolah dalam mengelola (merencanakan,
tranparansi dan akuntabilitas, dan pengawasan
melaksanakan, dan mengevaluasi) program di
dalam implementasi DGP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
45
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Program DGP ini memberikan peluang bagi
menjalankan pengelolaan sumberdaya pendidikan.
masyarakat untuk meningkatkan kapasitasnya
Keterlibatan banyak pihak dalam setiap tahapan
dalam upaya memenuhi hak partisipasi untuk
meyakinkan SKPD pendidikan untuk memberikan
mewujudkan pelayanan pendidikan yang
layanan yang berorietasi pada pelayanan publik.
berorientasi pada pelayanan publik (efisien, efektif, berkeadilan, akuntable, tranparan dan responsif)
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
Pemerintah Kabupaten/Kota. Secara struktural DPRD merupakan lembaga
Pemerintah Kabupaten/Kota
yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah kabupaten/kota. Dalam
Salah satu kendala utama dalam implementasi
kaitannya dengan tugas tersebut, DPRD melakukan
otonomi daerah adalah rendahnya kapasitas
pengawasan dan pemantauan terhadap kegiatan
sumberdaya manusia di tingkat daerah dalam
pemerintah kabupaten secara keseluruhan mulai
mengelola sumberdaya pendidikan itu sendiri.
dari perencanaan, pelaksanaan, sampai akhir
Lemahnya koordinasi antar SKPD dan antar sub-
kegiatan.
bagian dalam SKPD Dinas Pendidikan menjadi unsur penghambat dalam upaya mengelola
DPRD juga berperan aktif dalam pembahasan
sumberdaya manusia (pendidik dan tenaga
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang
pendidikan).
APBD dan sangat menentukan dalam menyetujui usulan anggaran baru dari pemerintah daerah setiap
Program DGP memberikan alternatif pemecahan
tahunnya. Sekalipun Permendagri Nomor 13 Tahun
dalam implementasinya dengan memberikan
2006 memberi peluang pemerintah daerah untuk
pendampingan baik melalui kegiatan pelatihan,
menetapkan rancangan peraturan bupati tentang
workshop maupun penguatan team work baik
APBD. Jika DPRD tidak menyetujuinya, maka nilai
internal Dinas Pendidikan maunpun antar SKPD
anggaran maksimalnya adalah sejumlah tahun
dalam upaya memberikan layanan terutama terkait
anggaran sebelumnya. Selain menjadi salah satu
Distribusi Guru secara Proporsional. Program DGP
bentuk sanksi bagi pemerintah daerah, mekanisme
memecah kebuntuan komuniakasi antar bidang
tersebut memberi peluang bagi anggota DPRD
dan SKPD dalam melakukan koordinasi baik
untuk memainkan perannya dalam mendorong
terkait pendataan, perencanaan dan pengelolaan
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja. Dengan
sumberdaya manusia di SKPD Dinas Pendidikan.
demikian, penghitungan BOSP diharapkan DPRD
Pengembangan payung hukum dalam DGP
memiliki acuan dalam melakukan pengawasan
memberikan kepercayaan bagi SKPD untuk
dan penganggaran terhadap biaya operasional pendidikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut ini.
46
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Tabel 5. Fungsi Pengawasan dan Penganggaran dalam Distribusi Guru secara Proporsional No
Fungsi Pengawasan
Fungsi Penganggaran
1
Akuntabilitas Keuangan di Pemda
Acuan menghitung anggaran pendidikan
2
Referensi dan Transparansi
Bahan pembanding dengan penganggaran SKPD lainnya
3
Rujukan pengawasan keuangan internal Satuan Pendidikan
Rujukan menghitung disparitas anggaran tersedia dengan anggaran dibutuhkan
4
Bagian dari fungsi pengawasan melekat
Data awal untuk menghitung APBD Perubahan
Tantangan Dalam Menjalankan Program DGP
setiap pemerintah kabupaten/kota yang akan melaksakan kegiatan tersebut diantaranya: 1. Komitmen
Dalam menjalankan sebuah program, terutama
2. Anggaran
terkait dengan program governance (tata-layanan)
3. Ketersediaan Sumberdaya
beberapa tantangan yang perlu di “bumikan” pada
4. Birokrasi
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
47
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
LATAR BELAKANG ● Tidak meratanya distribusi guru ● Terbitnya Permendiknas No. 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota. ● SKB 5 menteri 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS ● Dana pendidikan80% untukPTK, ● Pendidikan menjadi urusan Prioritas ● Telah dikembangkannya Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten/Kota (SIMP-K).
TUJUAN ● Memberikan pemahaman kepada stake holder (PGRI, LSM, Komite Sekolah, DPRD, dll) tentang latar belakang, konsekwensi dan isu anggaran terkait distribusi guru sehingga mampu memberikan masukan yang bermakna kepada pembuat kebijakan. ● Mendapatkan pengetahuan tentang indikator-indikator pencapaian SPM (Permendiknas No. 15 tahun 2010) dan akses pendidikan dasar.
48
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Langkah Kegiatan
10
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
49
Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
2
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
51
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 2
Pengantar Dalam satu dasawarsa terakhir rasio muridguru di Indonesia telah menurun ke tingkat yang
Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
rendah menurut standar internasional, karena pertambahan jumlah tenaga pendidik lebih cepat daripada peningkatan partisipasi siswa pada pendidikan Rasio saat ini berada di bawah tolak ukur internasional yang berkaitan dengan mutu pendidikan yang baik, dan bukti terbaru di Indonesia menunjukkan bahwa pada tingkat ini hubungannya lemah dengan hasil pembelajaran. Dengan kata lain, hasil analisis mengisyaratkan bahwa upaya peningkatan angka rasio murid - guru dari nilai yang ada saa ini tidak akan berpengaruh besar terhadap hasil pembelajaran siswa. Di sisi lain, Kenaikan belanja publik untuk pendidikan baru-baru
...... peserta memiliki pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsipprinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan, partisipatif, ......
ini sebagian besar dihabiskan untuk menambah perekrutan guru dan juga perbaikan gaji guru yang ada. Program sertifikasi yang sedang berlangsung, yang ditujukan untuk mensertifikasi semua guru sampai dengan tahun 2015, menjamin guru bersertifikasi akan memperoleh tunjangan profesi setara gaji pokok mereka. Walaupun evaluasi dampak baru-baru ini menemukan bahwa sertifikasi hanya berpengaruh kecil terhadap perbaikan hasil pembelajaran siswa, program tersebut berdampak besar terhadap anggaran. Pada tahun 2012, 35 persen guru telah disertifikasi dan tunjangan profesi menghabiskan 9 persen dari keseluruhan belanja publik untuk pendidikan. Proyeksi dari Kajian Belanja Publik untuk Pendidikan yang terakhir mengisyaratkan bahwa
52
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
seiring bertambahnya jumlah guru yang tersertifikasi
Memang dari sisi efisiensi tujuan penggabungan
beban terhadap anggaran pendidikan akan semakin
tersebut sangat bagus, misalnya sarana atau
besar dan mungkin dapat menyisihkan investasi
gedung yang ditinggalkannya dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan lainnya
untuk penyelenggaraan SMP kecil atau SMP kelas
yang juga penting. Selain itu, guru yang direkrut
jauh. Disamping itu, langkah ini juga sekaligus
oleh sekolah merupakan bagian terbesar dari
untuk mensukseskan program belajar 9 tahun.
tenaga pendidik yang ada saat ini, terutama di
Efisiensi ini dengan kasat mata dapat dilihat
tingkat sekolah dasar.
bahwa untuk penyelenggaraan SMP sebagaimana dimaksud, pemerintah atau masyarakat tidak perlu
Pada tahun 2010, guru yang direkrut sekolah pada
mempersiapkan lahan, dan gedung serta fasilitas
tingkat SD mencapai 30 persen dan pada tingkat
lainnya untuk sebuah investasi. Malahan sekolah
SMP 36 persen dari jumlah keseluruhan pada tiap
yang digabung oleh pemerintah dapat ditawarkan
jenjang pendidikan. Guru-guru ini belum menjalani
kepada pihak swasta, sehingga dapat memperoleh
prosedur perekrutan formal dan tidak selalu direkrut
pemasukan tambahan dari hasil penggabungan
berdasarkan standar kepegawaian sekolah. Selain
tersebut. Secara teoretik melalui kebijakan
itu, jumlah guru yang diperkirakan oleh pemerintah
penggabungan (regrouping) pemerintah dapat
pusat dan daerah biasanya tidak termasuk guru-
menambah jumlah SMP, atau pemerintah juga dapat
guru yang direkrut sekolah, sehingga banyak
memperoleh pendapatan atas sewa gedung (SD
kabupaten/kota yang melaporkan kekurangan guru
yang digabung), dan juga efisien dalam membiayai
PNS secara keseluruhan.
SMP kecil/SMP jarak jauh, sehingga alokasi tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan sektor lainnya.
Pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan surat Nomor 421.2/2501/
Hasil penelitian Kiemas Rizka (2005)
Bangda/1998 tentang Pedoman Pelaksanaan
menunjukkan bahwa perencanaan sarana
Penggabungan (Regrouping) Sekolah Dasar.
dan prasarana pendidikan SDN yang terkena
Tujuan penggabungan tersebut adalah untuk
kebijakan penggabungan yang tidak digunakan
mengatasi masalah kekurangan tenaga guru,
untuk KBM umumnya sudah direncanakan dan
peningkatan mutu, efisiensi biaya bagi perawatan
dimusyawarahkan terlebih dulu oleh kedua belah
gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan
pihak (sekolah yang digabungi dengan yang
dimungkinkan penggunaannya untuk rencana
digabung) yang dihadiri oleh kepala sekolah, guru,
pembukaan SMP kecil/SMP kelas jauh atau setara
komite sekolah/BP3 kedua SD serta dihadiri oleh
sekolah lanjutan sesuai ketentuan setempat untuk
perangkat desa setempat dan Dinas Pendidikan
menampung lulusan sekolah dasar.
Kulonprogo. Hasil penelitian Yuliana (2004) menunjukkan bahwa penggabungan SD Balangan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
53
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
1 dan SD Sendangrejo mampu berperan dalam
Hal yang tak kalah penting harus diingat adalah
meningkatkan efisiensi pendidikan di sekolah dasar.
sebagaimana telah diingatkan oleh Vilfredo Pareto, bahwa efisiensi menurut hukum pareto yang
Dijelaskan lebih jauh, nilai indek sefisiensi meningkat
sering disebut dengan pareto optimally adalah
dari1, 0 menjadi 2, 3 atau meningkat dari 0,43
pengorbanan atau kerugian pribadi mungkin
menjadi 1,0. Efisiensi biaya produksi tiap satuan
diharuskan untuk mengamankan pengorbanan
produk (unit cost) sebesar Rp.1.587.119,566
publik dan manfaat yang lebih kecil mungkin harus
dengan peningkatan produktivitas dari 9,75
dikorbankan untuk merealisasikan manfaat yang
menjadi 15,59 atau terjadi peningkatan produktivitas
lebih besar. Dengan demikian pasti terdapat
sebesar 5,84. Penggabungan juga mampu
dampak bagi sekolah yang diregroup, siswa, guru
mengatasi kekurangan guru sekolah dasar di
yang dimutasi serta stakeholder yang berkompeten
Kecamatan Minggir dengan sumbangan efektif 6,4%,
demi tercapainya sejumlah manfaat dan tujuan
dari total kekurangan guru sejumlah 78 orang.
penggabungan sekolah dasar (SD Balangan 1 dan
Penggabungan juga mampu meningkatkan mutu
SD Sendangrejo).
pendidikan melalui perbaikan sarana prasarana pendidikan. Hasil penelitian Marsono (2003)
Sebagaimana kita pahami bahwa pendidikan,
menunjukkan bahwa penggabungan menimbulkan
utamanya pendidikan dasar, dan khususnya
masalah, baik masalah organisasi, kesiswaan,
sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan
kurikulum (pengajaran), kepegawaian, pembiayaan,
yang menjadi target pemerintah untuk dilakukan
hubungan sekolah dengan masyarakat,
wajib belajar. Ini berarti bahwa pendidikan di sekolah
dan ketatalaksanaan, karena pelaksanaan
dasar harus menjadi kewajiban pemerintah untuk
penggabungan sudah dilakukan, tetapi surat
menuntaskannya. Pada sisi lain pendidikan di
keputusan penggabungan belum terbit. Sayangnya,
sekolah dasar khususnya, dan pendidikan pada
baik penelitian Kiemas maupun Marsono tersebut
umumnya menjadi barang publik. Artinya, sebagai
baru terbatas pada persoalan teknis penggabungan,
barang publik (publicgoods), pendidikan haru
rekomenedasi yang diberikan juga baru bersifat
smenjadi kewajiban pemerintah. Implikasinya adalah
teknis. Penelitian Yuliana, nampaknya lebih
pemerintah tidak hanya berpikir efisiensi dalam
memberikan kejelasan terhadap efektifitas dan
penyelenggaraan pendidikan. Jika pemerintah
efisiensi tujuan penggabungan, bahkan implikasi
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya
terhadap hasil penelitian tersebut dijelaskan bahwa
berpikir tentang efiiensi pendidikan, maka makna
sekalipun kesimpulannya merupakan sebuah
pendidikan telah direduksi sedemikian rupa,
indikasi positif bagi pelaksanaan penggabungan
sehingga perspektif pendidikan hanya terbatas pada
sekolah, namun demikian kehati-hatian dalam
masalah ekonomis.
mengalisa indikasi penggabungan sekolah sangat
54
diperlukan mengingat jumlah penduduk yang
Penyelenggaraan pendidikan menyangkut banyak
kemungkinan besar terus bertambah banyak.
aspek dan melibatkan berbagai stakeholder, yaitu:
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
murid, guru, komite sekolah, bahkan para wali murid
menyebutnya sebagai ”rasionalitas teknologis”,
atau orangtua. Semua stakeholder ini pasti terkena
Habermas menyebutnya sebagai ”rasionalitas
dampak dari kebijakan penggabungan, yang tidak
teknis” (Sudiyono,2000).
selamanya sejalan dengan konsep penggabungan itu sendiri.
Dalam konteks desentralisasi dan otonomi daerah saat ini, telah terjadi pelimpahan kewenangan
Undang-undang juga mengamanahkan bahwa
dalam pengelolaan pendidikan sebagai urusan
guru sekolah dasar merupakan guru kelas.
wajib daerah. Dengan demikian, guru sebagai
Berdasarkan kuota sebenarnya guru sekolah
salah satu komponen dalam pendidikan saat ini
dasar di Sleman relatif terpenuhi. Persoalan yang
dikelola secara penuh oleh kabupaten terkait
timbul adalah masalah pemerataan. Dalam kontek
dengan proses pengadaan, pengelolaan dalam hal
ini maka daerah-daerah perbatasan umumnya
penempatan (distribusi), mutasi, rotasi, promosi
sangat sarat dengan guru, karena guru-guru di
dan penghargaan. Pengelolaan penuh di tingkat
wilayah tersebut merupakan sebuah dampak dari
kabupaten ini merupakan upaya untuk mendekatkan
mutasi kepegawaian. Dengan demikian jika terjadi
layanan sehingga proses kebijakan akan menjadi
penggabungan kemungkinan yang terjadi adalah
semakin cepat dan sesuai dengan kebutuhan nyata
banyak guru yang posisinya tidak lagi sebagai guru
dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan yang
kelas, sehingga berimplikasi terhadap kenaikan
berkualitas. Salah satu dampaknya adalah alokasi
jabatan guru karena kekurangan jam mengajar.
anggaran untuk belanja tidak langsung di sektor
Nilai kemanusiaan tidak bisa dianaktirikan,
pendidikan adalah untuk membayar gaji guru.
karena pendidikan untuk meningkatkan derajat
Karena hingga saat ini jumlah pegawai terbanyak
kemanusiaan, bukan untuk mereduksi nilai-nilai
disebuah kabupaten adalah guru yang mencapai
kemanusiaan. Oleh karena itu, mereka (para teoritisi
hingga 60% dari pegawai yang ada.
kritis) sangat menyayangkan pendidikan sekarang ini yang terlalu terfokus pada konsep investasi,
Dalam perjalanannya, berbagai permasalahan
yang dengan jelas mereduksi konsep pendidikan.
teridentifikasi terjadi sebagai akibat tidak berjalannya
Nah, sekiranya hasil pendidikan memiliki kondisi
paradigma layanan dalam era otonomi daerah
yang dimaksud, berarti ada sesuatu yang salah,
dianataranya, pengadaan guru yang formasinya
apakah ”kebijakan pendidikan” sebagai sebuah
tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah,
rekayasa sosial telah memberikan ruang gerak yang
penempatan guru yang tidak merata, insentif guru
justru menghasilkan manusia yang hanya memiliki
yang tidak efisien sehingga tidak berdampak pada
satu dimensi, yaitu dimensi ekonomi dan rasional.
kinerja, serta banyak guru yang saat ini menjadi
Inilah yang oleh Horkheimer disebut sebagai
pejabat struktural termasuk menjadi pejabat di
”rasional instrumental” dan oleh Ardono disebut
berbagai kabupaten pemekaran tanpa pengelolaan
sebagai ”pemikiran identitas”, sementara Marcuse
dan tingginya guru mangkir dari tugas mengajar.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
55
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Full Time Teaching Equivalent (FTE) dan Mobilitas Guru Sebagai Upaya Efisiensi dan Efektifitas Distribusi Guru
Dengan demikian, dari aplikasi distribusi guru proporsional diharapkan akan membantu kabupaten dalam pengelolaan sumberdaya guru secara proporsional. Berdasarkan hasil analisis pivot tabel dari aplikasi distribusi guru, maka
Untuk menghitung dan menganalisa kebutuhan
didapatkan berbagai gambaran berkaitan dengan
guru secara efisien dan efektif salah satu cara yang
kecukupan guru kelas dan guru mata pelajaran pada
menjadi pertimbangan adalah pemenuhan jam
semua jenjang pendidikan. Berdasarkan temuan
mengajar guru berdasarkan aturan minimal 24 jam
kondisi yang ada, maka diperlukan pengelolaan
per minggu dari 37,5 jam kerja dalam satu minggu
sumberdaya manusia yang tepat sehingga akan
(Full-time Teaching Equivalent) dan mobilitas guru
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi untuk
dengan memberikan kesempatan kepada guru yang
meningkatkan kualitas layanan sektor pendidikan.
masih belum memenuhi jam mengajar 24 jam untuk
Selain itu, pengelolaan sumber daya manusia
dapat mengajar di sekolah lain dengan pangkal
juga mempertimbangkan aspek efisiensi dalam
administrasi hanya di satu sekolah. Ini dapat
proses dan efektifitas untuk mencapai tujuan
dilakukan hanya untuk daerah dengan sekolah yang
yang diharapkan. Pengelolaan sumberdaya guru
terjangkau satu dengan yang lain. Contoh guru
mempertimbangkan SKB 5 Menteri terkait penataan
matapelajaran Penjaskes di satu sekolah SD hanya
guru pegawai negeri sipil, dan Permendiknas No
akan memiliki jam mengajar 12 jam per minggu,
15 tahun 2010 terkait Standar Pelayanan Minimal
sehingga idealnya satu guru Penjaskes mengelola
Pendidikan Dasar.
2 sekolah SD reguler sehingga dapat memenuhi kewajiban minimal 24 jam per minggu. Perhitungan kecukupan guru didasarkan atas formula sebagai berikut:
Kebutuhan Guru Mapel =
56
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Jumlah Rombel x Jam Per Minggu Mapel 24
www.kinerja.or.id
Lihat contoh di bawah ini, untuk kebutuhan analisa mobilitas guru matematika, didasarkan atas hasil analisa ketercukupan guru di masing-masing sekolah: Sekolah
Rombel
Formula Kebutuhan
Guru Ditugaskan
SMPN 01
3
0.5
1
SMPN 02
9
1.5
2
SMPN 03
15
2.5
3
SMPN 04
21
3.5
4
Total
48
Kebutuhan dengan Mobilitas =
10
48 x 4 24
=8
Dengan demikian, ada 8 orang guru yang harus melaksanakan pembelajaran di lebih dari satu sekolah untuk mendapatkan pemenuhan 24 jam pelajaran per minggu.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
57
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Berdasarkan aplikasi SIMP-K, maka didapatkan output grafik kecukupan guru jenjang pendidikan tertentu di tingkat kabupaten. Contoh, kecukupan guru SMP Negeri sebagai berikut: Grafik di atas menunjukkan simulasi manajemen guru. Pada grafik biru muda menunjukkan tingkat kecukupan guru PNS di jenjang pendidikan SMP, terlihat bahwa terjadi kelebihan guru untuk semua matapelajaran, tetapi jika diperhatikan grafik warna biru tua menunjukkan bahwa jika dilakukan mobilitas guru maka kebutuhannya tidak sebanyak guru saat ini.
58
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Dalam perhitungan Full-time Teaching Equivalent
pemenuhan guru segera S-1 sehingga dapat
(FTE) menunjukkan bahwa dalam informasi individu
memenuhi standart pelayanan dengan minimal satu
guru terkait pemenuhan jam mengajar 24 jam per
sekolah terdapat seorang guru berpendidikan S-1.
minggu. Dari data ini maka dapat ditetapkan siapa guru yang masih mungkin mengajar di sekolah lain sesuai dengan mata pelajaran yang diampu atau yang serumpun. Dengan memperhatikan hasil perhitungan di atas maka dapat ditetapkan alternatif kebijakan sebagai berikut:
1. Pengadaan (recruitment) guru Jika mengacu pada undang-undang guru dan dosen serta Standar Nasional Pendidikan maka ditetapkan bahwa guru harus sudah berkualifikasi S-1 pada tahun 2014. Dengan demikian, perlu dikaji bagaimana kondisi kualifikasi guru untuk yang berpengalaman kerja 1-5 tahun. Perlu ada kebijakan
www.kinerja.or.id
Tabel di atas menunjukkan contoh proses pengadaan guru berdasarkan kualifikasi pendidikan. Perlu dilihat apakah dalam proses nyata di daerah masih memberikan kesempatan calon guru dengan kualifikasi kurang dari S-1 dan bagaimana dengan kompetensinya apakah calon tersebut adalah lulusan dari Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK). Dengan demikian, terkait dengan kondisi ini alternatif kebijakan yang didorongkan adalah: •
Memastikan guru baru yang diangkat sudah berkualifikasi S-1 kependidikan
•
Pengadaan guru harus berdasarkan kajian kebutuhan guru kelas dan matapelajaran sesui hasil analisa kecukupan guru
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
59
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
2. Penugasan guru Salah satu alternatif kebijakan yang didorongkan adalah penugasan guru untuk memenuhi 24 jam mengajar guru. Pemanfaatan secara lebih baik jam mengajar minimal ini akan memberikan kesempatan bagi semua guru untuk memperoleh tunjangan sertifikasi dan menjadikan pengelolaan guru menjadi lebih efisien. Dari proses pengolahan data didapatkan gambaran grafik kondisi guru dengan jumlah jam mengajar.
Tabel di atas menunjukkan sebaran jam mengajar
Disisi lain, harus dilakukan kajian terkait dengan
guru pada setiap jenjang pendidikan. Yang harus
sebaran sekolah, sehingga untuk rombongan belajar
menjadi perhatian adalah kelompok guru yang
yang kondisnya separoh dari jumlah siswa ideal,
mengajar kurang dari 24 jam dan yang lebih dari 30
maka didorong untuk menjadikan kelas rangkap
jam. Meski demikian, kebijakan utama yang akan
sehingga akan lebih efisien.
diambil adalah untuk menyelesaikan masalah guru yang mengajar kurang dari 24 jam karena secara
Kebijakan yang diajukan dalam menyikapi kondisi ini
otomatis akan mengurangi beban jam mengajar di
adalah:
kelompok guru dengan beban mengajar lebih dari 30 jam.
60
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
•
Redistribusi guru untuk efisiensi
•
Meyakinkan bahwa besaran sekolah cukup efisien
www.kinerja.or.id
3. Pengembangan Dari guru yang telah tersedia saat ini, maka perlu dikaji kondisi pemenuhan SPM terkait dengan minimal 2 guru berkualifikasi S-1 di setiap SD dan MI dan 70% guru di jenjang SMP harus sudah S-1 untuk menuju standar pendidikan nasional seluruh guru harus sudah S-1.
Dari tabel di atas, menggambarkan bahwa kondisi
alamatkan bagi guru dengan usia muda sehingga
kualifikasi pendidikan guru jenjang pendidikan TK
dampak dari beasiswa akan dirasakan dalam
dan SD masih sangat rendah dengan dominasi
pemenuhan standart pelayanan minimal (SPM).
kurang dari diploma. Pertimbangan lain yang harus
Dengan demikian, alternatif kebijakan yang
disampaikan adalah sebaran usia guru yang masing
didorongkan adalah
belum mencapai S-1, sebagai dasar pertimbangan untuk memberikan dukungan bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1. Dalam konteks usia guru, diharapkan dukungan beasiswa kualifikasi di
www.kinerja.or.id
•
Peningkatan kualifikasi guru dengan menyediakan beasiswa belajar untuk guru dengan usia kurang GDUL30 tahun.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
61
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
4. Evaluasi
Kinerja seorang guru harus dinilai dari keluaran proses pembelajaran, yaitu tingkat angka
1. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola yang Baik dalam DGP
mengulang kelas, dan hasil ujian nasional. Berdasarkan kondisi ini maka akan diketahui
Dalam pelaksanaan Distribusi Guru secara
sekolah-sekolah mana yang mengalami kondisi
Proporsional, perlu disusun sistem manajemen
seperti ini. Dari analisa ini di kaji silang dengan
yang dapat mendorong terwujudnya transparansi
kondisi kualifikasi guru yang tersedia, sehingga
dan partisipasi publik, akuntabilitas, taat asas,serta
akan diketahui korelasi/hubungan antara
prinsip-prinsip pelaksanaan program Distribusi Guru
rendahnya kinerja sekolah dengan kondisi
secara proporsional lainnya. Lebih detail, unsur
kualifikasi. Jika hubungan keduanya sangat
utama tata kelola pelaksanaan rehabilitasi dan
kuat maka hasil evaluasi ini menjadi bagian
rekonstruksi adalah:
penguat dari pelaksanaan kebijakan penyediaan beasiswa belajar untuk kualifikasi.
Penerapan Prinsip Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
Dengan segala keterbatasan di Papua, maka
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
evaluasi kinerja harus diarahkan bagi distrik
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
(kecamatan) yang sudah menyelesaikan
kebijakan termasuk keberhasilan atau kegagalan
tahapan penyediaan akses bagi pendidiknya.
dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban
5. Pensiun (Atrisi)
berupa laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja) secara periodik.
Salah satu komponen dalam manajemen sumber daya adalah pengelolaan masa pensiun.
Unsur-unsur pendukung akuntabilitas meliputi:
Masa pensiun mengakibatkan organisasi kehilangan sumberdayanya yang senior dan
1) Penetapan Tujuan dan Sasaran yang jelas, baik
berpengalaman. SIMPK akan mengeluarkan
untuk jangka pendek maupun jangka menengah.
kondisi usia guru kelompok yang mendekati
Rencana Distribusi Guru secara Proporsional
masa pensiun dan informasi individu di
harus mengandung visi dan misi yang jelas,
dalamnya.
sebagai acuan untuk menyusun tujuan dan sasaran Distribusi Guru secara Proporsional. 2) Struktur Kelembagaan yang solid untuk mendorong terwujudnya sistem manajemen yang efisien dan efektif guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
62
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
3) Penetapan Kebijakan yang jelas dan terarah,
perumusan kebijakan dan pelaksanaan kerja
konsisten dengan tujuan organisasi, tertulis, dan
organisasi, dapat diakses oleh publik.Transparansi
transparan.
menumbuhkan kepercayaan timbal balik antara
4) Perencanaan yang realistis, terinci dan sesuai dengan kebutuhan, transparan dan partisipatif, akomodatif terhadap sosial budaya masyarakat setempat, dan merupakan penjabaran tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Badan Pelaksana. 5) Penetapan Prosedur Kerja yang tepat dan jelas, mudah dilaksanakan, mudah dimengerti dan transparan, serta mempertimbangkan peraturan perundangan yang terkait. 6) Sumber Daya Manusia yang kompeten, profesional dan bermoral. 7) Pelaksanaan Kegiatan yang efektif dan efisien, tertib administrasi, transparan, baik dalam pengadaan barang dan jasa, pengelolaan keuangan, pengelolaan barang inventaris, pengelolaan barang persediaan, maupun pengelolaan barang bantuan. 8) Sistem Pendataan yang jelas, akurat dan sederhana.
pemerintah, masyarakat dan stakeholders lainnya. Prinsip partisipasi dimaksudkan agar publik dapat berpartisipasi aktif dan konstruktif dalam pengambilan keputusan Distribusi Guru secara Proporsional, baik secara langsung maupun melalui institusi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dalam menyampaikan pendapat demi keberhasilan pencapaian tujuan/sasaran Distribusi Guru secara Proporsional. Tiga faktor utama yang dapat mendorong dan mempercepat terwujudnya transparansi dan partisipasi di atas adalah: 1) Ketersediaan data/informasi yang akurat, komprehensif, dan terkini; 2) Kemudahan mengakses data/informasi; serta 3) Keseragaman data/informasi yang disampaikan. Informasi dan kegiatan yang harus transparan meliputi pengelolaan dana yang meliputi sistem, jumlah dan sumber dana, serta penyalurannya;
Laporan pelaksanaan (akuntabilitas kinerja)
organisasi dan personal meliputi struktur,
Distribusi Guru secara Proporsional mengacu pada
tugas, personal, dan sistem manajemennya;
prinsip-prinsip obyektifitas, transparansi, akurasi
perencanaan meliputi rencana jangka pendek dan
yang tinggi, serta profesionalisme yang dapat
menengah; pelaksanaan meliputi progress report
diandalkan.
serta kendala yang dihadapi serta mekanisme pertanggungjawaban
Penerapan Prinsip Transparansi dan Partisipasi Penerapan prinsip transparansi dimaksudkan agar data/informasi kegiatan Distribusi Guru secara Proporsional di Kabupaten/Kota termasuk
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
63
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
2. Pengarusutamaan Gender dalam DGP
sebagai akibatnya mereka menjadi laki-laki dan
a. Gender
perempuan dilihat dari konstruksi sosial-budaya
Disadari bahwa isu gender merupakan isu baru bagi masyarakat, sehingga menimbulkan berbagi tafsiran dan respon yang tidak proposional tentang gender. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah bermacam-macamnya tafsiran tentang pengertian gender. Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti
perempuan. Elaine Showalter menyebutkan bahwa gender lebih dari sekedar pembedaan laki-laki dan (Nasaruddin Umar, 2010: 30). Adapun istilah-istilah yang berkaitan dengan gender sebagaimana yang disampaikan dalam materi Workshop olehTim Gender Direktorat SMP adalah sebagai berikut:
1) Pengarusutamaan Gender
Pengarusutamaan gender adalah strategi
perbedaan atau jenis kelamin yang bukan biologis
yang digunakan untuk mengurangi
dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut
kesenjangan antara penduduk laki-laki dan
Caplan (1987) menegaskan bahwa gender
perempuan Indonesia dalam mengakses dan
merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan
mendapatkan manfaat pembangunan, serta
perempuan selain dari struktur biologis, sebagian
meningkatkan partisipasi dan mengontrol proses
besar justru terbentuk melalui proses social dan
pembangunan.
cultural. Gender dalam ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing- masing (Zainuddin, 2006:1).
2) Kesetaraan Gender
64
Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi
Hilary M.Lips mengartikan gender sebagai harapan-
bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh
harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan
kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia,
(cultural expectations for women and men).
agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam
Sedangkan Linda L. Lindsey menganggap bahwa
kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
semua ketetapan masyarakat perihal penentuan
pendidikan dan pertahanan dan keamanan
seseorang sebagai laki-laki dan perempuan
nasional (+ankamnas) serta kesamaan dalam
adalah termasuk bidang kajian gender (What a
menikmati hasil pembangunan. Terwujudnya
given society defines as masculine or feminim is
kesetaraan gender ditandai dengan tidak
a componentofgender).H.T. Wilson mengartikan
adanya diskriminasi antara perempuan dan
gender sebagai suatu dasar untuk menentukan
laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki
perbedaan sumbangan laki-laki dan perempuan
akses, kesempatan berpartisipasi, kontrol atas
pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang
pembangunan dan memperoleh manfaat yang
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
setara dan adil dari pembangunan. Adapun
indikator kesetaraan gender adalah sebagai
berikut:
Manfaat adalah kegunaan yang dapat dinikmati secara optimal. Keputusan
a) Akses
d) Manfaat
yang diambil oleh sekolah memberikan manfaat yang adil dan setara bagi
Yang dimaksud dengan aspek akses adalah
perempuan dan laki-laki atau tidak.
peluang atau kesempatan dalam memperoleh atau menggunakan sumber daya tertentu. Mempertimbangkan bagaimana memperoleh akses yang adil dan setara antara perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan laki-laki
3) Keadilan Gender
Keadilan gender adalah suatu proses dan
terhadap sumber daya yang akan dibuat.
perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-
Sebagai contoh dalam hal pendidikan bagi
laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada
guru adalah akses memperoleh beasiswa
pembakuan peran, beban ganda, subordinasi,
melanjutkan pendidikan untuk guru
marginalisasi dan kekerasan terhadap
perempuandan laki-laki diberikan secara adil
perempuan maupun laki-laki.
dan setara atau tidak.
b) Partisipasi
Aspek partisipasi merupakan keikutsertaan atau partisipasi seseorang atau kelompok dalam kegiatan dan atau dalam pengambilan
4) Kesenjangan Gender
Dikatakan terjadi kesenjangan gender apabila salah satu jenis kelamin berada dalam keadaan tertinggal dibandingkan jenis kelamin lainnya (L>PatauL
keputusan. Dalam hal ini guru perempuan dan laki-laki apakah memiliki peran yang sama dalam pengambilan keputusan di sekolah atau tidak.
b. Kebijakan Pengarusutamaa Gender
c) Kontrol
Untuk mencapai kesetaraan gender, negara harus
Kontrol adalah penguasaan atau wewenang atau kekuatan untuk mengambil keputusan. Dalam hal ini apakah pemegang jabatan ditribusi guru sebagai pengambil keputusan didominasi oleh gendertertentu atau tidak.
www.kinerja.or.id
melakukan intervensi atau campur tangan dengan melakukan kebijakan untuk sebuah pembangunan. Oleh sebab itu pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan tentang pengarusutamaan gender (PUG) yang diturunkan sebagai berikut:
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
65
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
1) INPRES No.9 Tahun 2000 tentang
c. PUG dalam Pendidikan
Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam
Pembangunan Nasional.
Zainuddin Maliki (2006:7) mengatakan bahwa salah
“Komponen kunci keberhasilan
satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan
pengarusutamaan gender ditentukan oleh
diakibatkan oleh adanya diskriminasi gender dalam
ada tidaknya komitmen politik dan kerangka
dunia pendidikan. Ariyanto Nugroho dalam Kompas
kebijakan pemerintah dalam mendukung
(2011:12) menyebutkan bahwa pada materi ajar
pembangunan berperspektif gender, sumber
banyak contoh peran laki-laki dan perempuan yang
daya manusia yang memiliki gender analysis
bias gender. Anak-anak harus dilatih sejak dini untuk
skill dan sumber dana yang memadai, data
tidak membedakan peran laki-laki dan perempuan.
dan statistik gender, alat dan sistem monitoring
Mengubah pola pikir hanya bisa melalui pendidikan.
dan evalusi, media KIE, serta peran serta
Suatu kebijakan pendidikan dikatakan responsif
masyarakat”
gender apabila mengandung ketetapan yang jelas
2) Permendagri No. 15 Tahun 2008 tentang
untuk memperkecil adanya kesenjangan gender
Pedoman Umum Pelaksanaan PUG dalam
di bidang pendidikan. Bappenas bersama-sama
Pembangunan di Daerah.
dengan WSP II dan CIDA mengembangkan alur
“Dalam penyelenggaraan pemerintahan,
kerja analisis gender (gender analysis pathway-
pembangunan dan pelayanan masyarakat di
GAP) yang dapat digunakan untuk membantu para
daerah, masih terdapat ketidaksetaraan dan
perencana dalam melakukan pengarusutamaan
ketidakadilan gender, sehingga diperlukan
gender dalam perencanaan kebijakan/program
strategi pengintegrasian gender melalui
pembangunan (Ismi, 2009 : 136).
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pengangguran, pemantauan, dan evaluasi atas
Dengan menggunakan GAP, para perencana
kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan
pembangunan dapat mengidentifikas ikan
daerah”
kesenjangan gender (gendergap) dan permasalahan
3) Permendiknas No. 84 Tahun 2008 tentang
gender (genderissues) serta sekaligus menyusun
Pedoman Pelaksanaan PUG di Bidang
rencana/ kebijakan/ program pembangunan yang
Pendidikan:
ditujukan untuk memperkecil atau menghapus
“Untuk memperlancar, mendorong,
kesenjangan gender tersebut.
mengefektifkan dan mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pengarusutamaan gender
a) Tahap Analisis Kebijakan Gender
di bidang pendidikan secara terpadu dan terkoordinasi, maka perlu menetapkan Peraturan
66
Tahap ini ditujukan untuk mengetahui apakah
Menteri Pendidikan Nasional tentang Pedoman
sebuah kebijakan, responsif gender atau
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Bidang
tidak. Ini ibarat sebuah kegiatan untuk men-
Pendidikan”
“diagnosa” kebijakan. Langkah awal dalam
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
tahap ini adalah mengidentifikasi tujuan atau
formula kebijakan yang responsif gender. Untuk
sasaran kebijakan yang ada saat ini, serta
itu yang perlu dilakukan adalah melakukan
tujuan atau sasaran kebijakan apa saja yang
identifikasi tentang indikator gender baik
telah dirumuskan untuk mewujudkan kesetaraan
berupa indikator kuantitatif dan kualitatif apa
dan keadilan gender. Selanjutnya sajian data
saja yang perlu diidentifikasi dengan tujuan
kuantitatif dan kualitatif yang terpilih menurut
untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
jenis kelamin sebagai data pembuka wawasan.
program yang responsif gender. Selanjutnya
Data tersebut dapat melihat apakah program
perlu mengetahui indikator apa saja yang dapat
yang ada saat ini sudah memberikan dampak
menjelaskan apakah faktor-faktor kesenjangan
yang berbeda bagi laki-laki dan perempuan.
sudah berkurang atau tetap atau bahkan bertambah? dan apakah ukuran keberhasilan
kesetaraan dan keadilan gender?
Langkah berikutnya untuk menganalisis sebuah kebijakan responsif gender atau tidak adalah dengan menganalisis berbagai sumber dan atau faktor-faktor penyebab terjadinya kesenjangan gender, dengan tujuan untuk mengetahui
c) Rencana Tindak Kebijakan Gender
karena merupakan tindak lanjut dari dua
ada tidaknya kesenjangan gender dengan
tahap sebelumnya yang menentukan apakah
menggunakan empat elemen utama yaitu akses,
sebuah kebijakan dapat diimplementasikan
kontrol, partisipasi dan manfaat.
atau tidak. Untuk itu ada dua langkah dalam tahap ini yaitu penyusunan rencana tindakan
Langkah terakhir dalam tahap ini adalah
kebijakan/program yang responsif gender perlu
identifikasi masalah gender. Identifikasi
disusun untuk mengurangi atau menghilangkan
masalah gender dapat dilakukan dengan
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan.
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa
setelah itu yang perlu dilakukan adalah
masalah-masalah gender yang diungkapkan
menentukan sasaran-sasaran apa (kualitatif dan
oleh faktor-faktor kesenjangan gender?
atau kuantitatif) yang perlu dirumuskan untuk
'imana letak kesenjangan gender antara
setiap rencana tindak kebijakan yang telah
laki-laki dan perempuan? .emudian mengapa
disusun.
terjadi kesenjangan dan bagaimana cara mengatasinya? b) Formulasi Kebijakan Gender
Tahap ini merupakan tahap kedua dalam analisis gender, sebagai kelanjutan dari tahap
Tahap ketiga ini merupakan tahap krusial
d. Implementasi PUG dalam DGP
Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan yang berwawasan gender dalam 'istribusi Guru secara Proposiaonal meliputi:
sebelumnya. Tahap ini berusaha merumuskan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
67
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
1) Perencanaan pengelolaanWHQDJDSHQGLGLN
1. Koordinasi pada tahap perencanaan
dantenaga kependidikan \DQJSHND
2. Koordinasi tahap pendataan dan analisa
terhadap isu gender
3. Koordinasi pada tahap implentasi
2) Data pilah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan berdasarkan jenis kelamin 3) Akses yang sama dalam (Implementasi DGP) perekrutan, ditribusi, pengembangan dan peningkatan kapasitas (kualifikasi dan kompetensi) 4) Formulasi kebijakan DGP yang peka terhadap isu gender 5) Evaluasi kebijakan dengan analisa yang peka terhadap isu gender.
4. Koordinasi pada tahap penilaian Pada setiap tahapan tersebut pihak dinas pendidikan sebagai salah satu penyedia layanan hendaknya melibatkan banyak pihak dalam berkoordinasi, baik koordinasi antar penyedia layanan dalam Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Dinas pendidikan yang di dalamnya meliputi sub-sub bidang: Ketenagaan, Penyusunan Program, Bidang-bidang menurut jenjang pendidikan, Satuan Pendidikan, Unit Pelaksana Tingkat Daerah (UPTD) Dinas Pendidikan, dan Kesekretariatan.
3. Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP Koordinasi adalah bagian penting diantara anggotaanggota atau unit organisasi yang pekerjaannya saling bergantung. Semakin banyak pekerjaan individu – individu atau unit – unit yang berlainan tetapi erat hubungannya, semakin besar pula kemungkinan terjadinya masalah – masalah koordinasi. Proses pendidikan yang baik dan bermutu tinggi,apabila pengoordinasian input pendidikan dilakukan secara harmonis sehingga mampu menciptakan suasana manajemen yang menyenangkan, mendorong motivasi bekerja,dan memberdayakan sumber daya pendidikan. Dalam implementasi program Distribusi Guru secara Proporsional, setidaknya ada 4 tahap koordinasi yang perlu dilakukan agar implementasi kegiatan ini berjalan efektif, efisien dan berkeadilan. Tahapan tersebut adalah:
68
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Selain itu Koordinasi juga harus dilakukan antar SKPD penyedia layanan terkait dengan Pendidik dan Tenaga Kependidikan diantaranya Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sub-bidang Sosial Budaya, Badan Kepegawaian Daerah (BKD), Bagian Keuangan Daerah, Bagian Organisasi dan Tata Laksana (ORTALA) dan Sekretariat Daerah. Selain itu pelibatan dan koordinasi juga dilakukan dengan penerima layanan dan manfaat dalam program ini diantaranya: Guru, Kepala Sekolah, Dewan Pendidikan, stakeholder pendidikan, dan Media. Keterlibatan tersebut dapat dilakukan sesuai proporsi dalam berbagai tahapan kegiatan. Misalnya dalam sosialisasi dan formulasi draft kebijakan sedapat mungkin melibatkan stakeholder penerima layanan untuk mendapat perspektif yang luas terkait rencana implementasi dan kebijakan program ini. Untuk kegiatan analisa data dapat melibatkan BKD,
www.kinerja.or.id
UPTD dan bagian ORTALA yang mempunyai basis data bervariasi terkait pendidik dan kependidikan.
Peran Forum Multi Stakeholder Peran Forum Multi Stakeholder dalam program bantuan teknis USAID-KINERJA, terkait dengan
Peran MSF dan Media dalam Penyusunan BOSP
Distribusi Guru secara Proporsional adalah: a. Sebagai forum untuk penyadaran dan pengorganisasian masyarakat terkait isu Guru
Pendekatan Program KINERJA dalam semua area (Kesehatan, Pendidikan dan Perijinan Terpadu) selalu dilakukan secara terintegrasi, baik penguatan kapasitas Penyedia Layanan (Suplay) maupun
secara Proporsional; b. Sebagai jaringan komunikasi dan kerja antar pihak yang berkepentingan; c. Sebagai forum konsultasi, khususnya antara
Penerima manfaat (Demand). Pendampingan
pemerintah daerah (penyedia layanan) dengan
terhadap Penyedia layanan dilakukan dalam upaya
masyarakata selaku pengguna layanan;
peningkatan kualitas/mutu layanan (efektif, efisien,
d. Sebagai forum untuk mendesakkan kebijakan
berkeadilan, partisipatif, akuntabel, transparan,
dalam pemenuhan SPM dan SNP terkait
responsif). Sementara pendampingan terhadap
Distribusi Guru secara Proporsional;
penerima manfaat/layanan dilakukan dalam upaya penguatan pemahaman terhadap Hak (Partisipasi)
e. Sebagai forum untuk memantau pelaksanaan kebijakan Distribusi Guru secara Proporsional.
dan fungsi pengawasan terhadap program DGP. Dalam hal ini dilakukan dalam bentuk penguatan Forum Multi Stakeholder (FMS) Pendampingan Penguatan Stakeholder dalam pengawasan dan pelaksanaan Distribusi Guru secara Proporsional perlu dilakukan agar terdapat para pihak yang melakukan pengawasan terhadap kesepakatan yang ada. Oleh karena itu, peran Forum Multi Stakehoder (FMS) dan Media sebagai salah satu elemen penting dalam masyarakat yang dapat membantu dalam peningkatan mutu
Peran Media Peran media tidak hanya memberitakan kegiatankegiatan tertentu dalam dunia pendidikan, namun media juga turut andil dalam memberikan masukan dalam inovasi di dunia pendidikan. Perkembangan teknologi media berjalan dengan pesat dan dalam masyarakat modern, media mempunyai peran yang signifikan sebagai bagian dari kehidupan dalam semua aspek termasuk dunia pendidikan. Adapun peran media dalam DGP adalah:
pendidikan melalui pengawasan pengelolaan Guru
a. Membantu dalam publisitas;
secara Proporsional. Adapun peran Guru secara
b. Melakukan penguatan untuk Jurnalis Warga di
Proporsional sebagai berikut.
bidang pendidikan; c. Pendampingan PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi), khususnya di dinas pendidikan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
69
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
KONSEP PELAYANAN PUBLIK Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang dan jasa atau pelayanan administrasi yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.”
MANFAAT STANDAR PELAYANAN PUBLIK 1. Memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa mereka mendapat pelayanan dalam kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. 2. Memberi fokus pelayanan kepada pelanggan/masyarakat. 3. Menjadi alat komunikasi antara pelanggan dengan penyedia pelayanan dalam upaya meningkatkan pelayanan. 4. Menjadi alat untuk mengukur kinerja pelayanan serta menjadi alat monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan.
70
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Prolog: Gender dan PUG • Gender: bukanlah Jenis kelamin tetapi peran sosial yang “sepantasnya” dimainkan oleh lelaki dan perempuan dalam kehidupan sosialnya.
LK
PR
Laki dan Perempuan hanya berbeda dalam jenis kelamin (kodratik), tetapi tidak dalam peran dan posisi sosial (kultur).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
71
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
www.kinerja.or.id
3 Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
73
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 3
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
BAHAN BACAAN
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PENDIDIKAN (SIMP) KABUPATEN/KOTA
1. Persiapan Tahapan ini merupakan langkah awal untuk memulai kegiatan penghitungan distribusi guru. Kegiatan dimulai dengan pengenalan software SIMP-K yang membutuhkan instalasi program Dapodik atau Padati Web, atau PADAMU (Pangkalan data ini akan
Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan DGP dengan aplikasi SIMPK ..........
berkembang sesuai dengan panduan yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan). Kegiatan hari pertama difokuskan pada penyusunan tabel profil pendidik dan penggunaan aplikasi SIMPK untuk menghasilkan perhitungan distribusi guru proporsional dan pencapaian standar pelayanan minimal.
2. Impor Data PadatiWeb Impor data Padati Web dapat dilakukan dimana komputer tersebut atau komputer di Dinas Pendidikan terpasang aplikasi PadatiWeb, terlebih dahulu instal MySQL Connector.
74
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Padati Web bisa dibaca oleh SIMPK. Kemudian
komputer yang ada apalikasi Padati Web. Pilih menu
jalankan aplikasi SIMPK di komputer tersebut, bisa
Import Data, kemudian pilih Import data Padati Web,
dengan fashdisk langsung atau dicopy ke dalam
maka akan muncul tampilan seperti gambar di bawah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
75
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
76
Untuk nama server, port dan user id jarang atau
diimport, lanjutkan dengan meng-klik tombol test.
tidak pernah terjadi perubahan, termasuk password
Jika muncul pesan koneksi berhasil, lanjutkan
(p@ssword123padati). Sedangkan pada version,
dengan menekan tombol Impor. Impor berhasil jika
pilih sesuai dengan data Padatiweb yang akan
muncul pesan seperti gambar berikut.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
3. Impor Data SIM-NUPTK
Gambar di atas adalah tampilan dari program SIM-
menunjukkan dimana posisi database tersebut
NUPTK yang ada di Dinas Pendidikan khususnya
berada.
pada Bidang Ketenagaan/Kepegawaian. Berbeda dengan proses impor yang ada pada Padatiweb, yang dibutuhkan di sini adalah hanya file database NUPTK dalam bentuk access dengan extension .mdb, dimana database tersebut dapat dilihat di SIMPNUPTK pada layar bagian bawah yang
www.kinerja.or.id
Kemudian lakukan Impor NUPTK dengan mengklik tombol Browse, pilih file database NUPTK .mdb yang memiliki date modified terbaru, kemudian lanjutkan dengan menekan tombol Impor seperti gambar di bawah.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
77
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Jika impor selesai dilakukan, maka akan muncul pesan seperti gambar di bawah ini:
4. Review Database
78
Untuk melihat hasil impor yang sudah dilakukan,
hasil dari proses impor tersebut seperti Total
dapat dilihat pada menu Review Database, maka
Satuan Pendidikan dan Total Pendidik dan Tenaga
SIMPK akan menampilkan data-data yang terekam
Kependidikan, terdapat pada gambar berikut.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
5. Matching NSS (Nomor Statistik Sekolah) Matching NSS adalah proses penggabungan database SIM-NUPTK dengan Padati Web, dilakukan dengan menyandingkan NSS sekolah di SIM-NUPTK dengan NSS sekolah Padati Web. Sebetulnya dalam kondisi ideal NSS di dalam SIM-NUPTK dengan Padati Web akan sama untuk satu sekolah yang sama, dan dapat menggunakan Auto-Match, sementara kondisi lainnya matching harus dilakukan secara manual.
• Automatch NSS Automatch NSS dapat dilakukan dengan cepat dengan meng-klik tombol Automatch NSS, maka akan muncul layar seperti dibawah beserta petunjuk:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
79
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
• Matching NSS Manual Matching NSS juga dapat dilakukan secara manual pada tombol Matching NSS dan akan menampilkan seperti pada gambar berikut, pada layar ini dapat memilih salah satu Tab acuan sekolah, yaitu dari daftar Padati atau dari daftar SIM-NUPTK. Namun secara umum banyak yang mengacu sekolah-sekolah dari daftar Padati, karena kondisi sekolah di Padati Web lebih banyak/lengkap.
Proses matching secara manual dapat dilakukan dengan mengetik pada kolom sekolah NUPTK atau bisa juga dengan mengklik tanda panah pada setiap baris di dalam kolom tersebut dengan mengacu terhadap baris sekolah di sebelah kanan, yaitu kolom sekolah Padati. Pengetikan harus diawali dengan nama kecamatan (liat gambar di bawah).
80
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Dalam proses matching manual, Jika terjadi pesan error duplikat data seperti pada gambar di bawah, contoh pada SDN Cemorokandang 1. Berarti sekolah tersebut sudah ada yang menggunakan atau terpasang dengan sekolah lain.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu dilakukan croscheck terhadap sekolah yang mengalami duplikat data seperti pada gambar dibawah. Jika sekolah sudah di temukan dan terpasang dengan sekolah lain, maka perlu di lepas matchingnya dengan cara meng-klik tulisan Unpair di kolom sebelah kanan pada baris yang sama, seperti pada gambar berikut. Kemudian lakukan matching ulang sesuai dengan sekolah yang sama.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
81
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
• Backup/Restore Menu Backup NSS berfungsi untuk menyimpan pasangan NSS yang sudah di matchingkan ke dalam SIMPK sehingga pasangan tersebut aman dan tidak terhapus, jika suatu saat terjadi error atau data terhapus, kemudian melakukan impor ulang data yang sama, maka tidak perlu melakukan matching ulang. Cukup dengan menggunakan fasilitas Restore NSS. Maka sistem secara otomatis akan mengembalikan kembali data yang sudah matching.
• Export/Import Backup
82
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Sedangkan pada menu Export dan Import NSS, fungsinya hampir sama dengan Backup/Restore. Namun ada sedikit perbedaan, yaitu pada Export NSS, backup disimpan menjadi file MS Excel, sedangkan pada Import untuk mengembalikan bakcup matching NSS yang tersimpan dalam file MS Excel ke dalam database SIMPK.
6. Out-put
• Generate Output Pivot
Jika proses Import sampai dengan Matching sudah dilakukan dengan benar, maka proses Generate Output dapat dilakukan dengan menekan tombol Generate seperti pada gambar di bawah, kemudian anda dapat menentukan di mana file-file output tersebut akan disimpan.
• Memahami file output
Setelah Generate Output sudah selesai dilakukan, maka akan ada sebanyak 30 file output yang akan tersimpan otomatis ke dalam bentuk file MS Excel. Terdapat 3 kelompok program yang bisa dimanfaatkan dari output tersebut, yaitu: a. File 10001 – 10007, digunakan untuk mengetahui pemetaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) b. File 20001 – 20015, digunakan untuk mengetahui analisis pemetaan Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) atau Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) c. File 50011 – 50044, digunakan untuk analisis data perencanaan strategis Dinas Pendidikan (RENSTRA).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
83
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
► Panduan Pelaksanaan 1. Download semua keperluan di http://infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id 2. Unduh offline-installer.zip, folder tersebut berisi file instalasi lengkap. Berikut isinya •
aplikasi_pendataan.air => aplikasi utama (desktop)
•
AdobeAIRInstaller.exe => runtime Adobe Air
•
SetupAll.exe
=> gunakan ini jika komputer masih fresh belum pernah instal
•
SetupDBOffline.exe
=> gunakan ini jika runtime & aplikasi sudah diinstal satu-satu
•
unzip.exe
=> file ini perlu agar SetupAll / SetupDBOffline bisa jalan
•
046.zip
=> file sampel data prefill, untuk Kabupaten Labuhan Batu Utara.
3. Anda harus unduh “Database Aplikasi Pendataan Desktop” di infopendataan.dikdas.kemdiknas. go.id untuk data kabupaten sesuai tugas anda. Jangan direname setelah unduh, biarkan namanya sebagaimana adanya. 4. SetupAll dapat digunakan juga untuk instalasi online. Namun jika tidak ditemukan koneksi internet ke server, aplikasi akan membaca database offline yg terinstall. 5. Unduh juga file lain seperti: •
Aplikasi Pendataan Smartphone -> aplikasi untuk mengambil data GPS dan Foto
•
Kode Registrasi Online
-> daftar kode registrasi untuk tiap sekolah (dalam excel)
6. Hapus isi direktori %AppData%\id.go.kemdiknas.dikdas.pendataan.desktop jika ada. (Copy paste saja alamat di atas ke alamat di windows explorer untuk menemukan folder tsb.
84
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
7. Jalankan SetupAll, atau secara berurutan : AdobeAIRInstaller, aplikasi_pendataan.air, serta SetupDBOffline.exe. 8. Jika telah selesai buka aplikasi, akan diminta registrasi. Isikan user/password/kode registrasi. Online maupun offline akan berhasil, jika panduan diatas diikuti. 9. Pengisian aplikasi desktop dapat dibaca di manual. 10. Setelah aplikasi desktop diisi, lakukan pengiriman. 11. Minta petugas kk datadik untuk login ke aplikasi manajemen pendataan untuk login ke aplikasi manajemen pendataan ( http://pendataan.dikdas.kemdiknas.go.id ), kemudian masuk ke modul Register Pengiriman untuk melakukan aproval sehingga data masuk ke database. 12. Lakukan utk semua sekolah. 13. Setelah data semua terkirim, daftarkan tim survey, surveyor dan mappingnya dengan sekolah di aplikasi manajemen pendataan. Caranya dapat dilihat di manual. 14. Install aplikasi smartphone. Jika sudah kadung diinstall/diregistrasi, reset DB dulu saja. 15. Registrasi smartphone menggunakan user/pass yang didaftarkan sebagai surveyor. 16. Akan muncul daftar sekolah berikut prasarananya. 17. Ambil data posisi dan prasarana. Cara step by stepnya mohon baca manual serta video tutorial di infopendataan.dikdas.kemdiknas.go.id. Setelah selesai kirim data menggunakan tombol “sinkronisasi”.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
85
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Bahan Hari Ketiga Proses penyusunan kebijakan kepegawaian pendidikan untuk guru didasarkan pada hasil output pengolahan data dengan menggunakan aplikasi SIMP-K dengan input data Padati Web dan SIM-NUPTK. Skema di bawah ini menunjukkan tahapan proses secara besaran muali tahap input hingga output berupa distribusi guru dan pemenuhan SPM kabupaten. SIMPK berbasis access, tidak membutuhkan entry data (entry pada Dapodik/ Padati Web
Yang
ini adalah komputer dimana
Padati Web dan SIM-NUPTK dipasang, aplikasi SIMP dan MySQL connector. Alat untuk melakukan analisa agregasi data dan juga untuk melakukan crosstab data. Berikut langkah-langkah dasar dalam membuat pivot tabel:
1. Membuat Pivot Tabel
86
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Pastikan ada memiliki data tabel source seperti contoh pada gambar di atas. Langkah 1, pilih menu insert, lalu klik gambar icon pivotable. Maka akan muncul seperti pada gambar berikut:
Kemudian lanjutkan dengan menekan tombol OK, dan akan muncul tampilan sheet pivot tabel secara otomatis seperti pada gambar di bawah:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
87
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
2. Menyusun Pivot Table Pada langkah berikut ini, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut hal-hal apa saja yang perlu di lakukan supaya tabel pivot terisi data sesuai dengan kebutuhan. Pada layar sebelah kanan terdapat kotak menu Pivot Table Field List, dimana field-field tersebut bersumber dari source tabel utama seperti nama field kabupaten, tahun_ data, kecamatan, desa, nama, jenis, status, waktu_penyelenggaraan, gugus Field tersebut dapat dipilih dengan cara drag and drop, digeser dan dipindahkan menggunakan mouse pada posisi yang diinginkan seperti digeser pada Report filter, Column labels, Row labels dan Values pada contoh gambar di bawah.
•
Report Filter: Tambahkan/geser field ke area ini, maka dapat dilakukan filtrasi data sesuai dengan data yang diinginkan.
•
Column Labels: Tambahkan/geser field ke area ini, maka data di dalam field akan tampil data pada judul kolom di atas.
•
Row Labels: Tambahkan/geser field ke area ini, maka data di dalam field akan tampil data pada baris kiri.
•
Values: Tambahkan/geser field ke area ini, maka memungkinkan dapat melakukan perhitungan tertentu dalam bentuk nilai dalam area ini.
88
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
3. Filtrasi Data Filtrasi data di sini berfungsi untuk memilih tampilan data yang dibutuhkan pengguna data untuk menampilkan data-data tertentu, contoh menampilkan data pilihan kabupaten/kota, kecamatan, jenis sekolah, status sekolah dan field data yang dapat
pemilihan
bawah ini.
4. Value Operation Value operation atau nilai operasi di sini adalah untuk menentukan rangkuman dari perhitungan data ataupun nilai. Langkahnya yaitu dengan meng-klik Field Setting pada menu Options, kemudian akan tampil kotak Value Field Settings seperti pada gambar di bawah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
89
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Pada kotak Value Field Settings ada 2 Tab menu, yaitu Summarize by dan Show values as. Pada kategori Summarize by terdapat banyak pilihan tipe perhitungan, diantaranya Sum (jumlah), Count (hitung), Average (rata-rata), Max (paling besar), Min (paling kecil), Product (mengkalikan), Cnt Num (hitung/numeric), StdDev(P) (standar deviasi) dan Var (varians).
Sedangkan pada menu Show values as terdapat pilihan tampilan data dalam bentuk prosentase, yaitu Normal, Difference From, % Of, % Difference From, Running Total in, % of row, % of column, % of Total, Running Total dan Index.
5. Number Format Number Format atau format penomoran juga dapat dilakukan pada data hasil pivot dengan berbagai kategori, yaitu General (umum), Number (penomoran, decimal), Currency (mata uang RP, $), Accounting (Akuntansi), Date (Tanggal), Time (waktu), Percentage (Persentase), Fraction, Scientific, Text, Special (List dan database) dan Custom (sesuai selera).
90
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
6. Pivot Chart Pivot Chart atau yang sering disebut Grafik Pivot adalah salah satu fasilitas yang dapat menampilkan data hasil pivot tabel ke dalam bentuk tampilan yang lebih menarik dan lebih indah sehingga lebih mudah dibaca, dilihat dan dianalisis. Grafik disini juga bermacam macam bentuknya, mulai dari Column, Line, Pie, Bar, Area, Scatter dan pilihan lainnya. Sebelum menambahkan grafik, klik terlebih dahulu area tabel pivot, kemudian pilih menu Insert, dan pilih grafik sesuai dengan kebutuhan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
91
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
92
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
www.kinerja.or.id
4 Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
93
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 4
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
BAHAN BACAAN
ADVOKASI KEBIJAKAN DALAM DISTRRIBUSI GURU PROPORSIONAL Pendahuluan Advokasi sebagai serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengubah kebijakan, kedudukan atau program dari segala jenis lembaga. Pengertian ini mendorong kegiatan advokasi berakhir pada pengambilan keputusan untuk mencari jalan keluar yang lebih baik.
........ peserta memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay ..........
Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan. Proses advokasi ini sangat penting bagi Tim Teknis DGP (Distribusi Guru Proporsional) dalam mengkomunikasikan hasil Analisa dan isu-isu penting dalam bidang pendidikan, dilakukan dengan perencanaan strategis dengan target utama adalah pengambil kebijakan. Dalam Bab ini dibahas tentang advokasi suplay yang lebih focus pada langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah meliputi pembentukan tim teknis, peraturan bupati/walikota (petunjuk teknis), dan akhirnya menjadi peraturan daerah. Bab ini juga membahas tentang advokasi demand yang lebih focus pada langkah-langkah
94
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
pengawalan masyarakat di dalam memastikan
Tata cara pembentukan peraturan daerah (Perda)
terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP.
menurut Keputusan Mendagri tersebut adalah sebagai berikut:
Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)
•
peraturan tata tertib DPRD) Raperda berasal dari DPRD atau kepala daerah. Kepala daerah
Sebelum membahas tentang langkah-langkah
menyampaikan surat pengantar kepada DPRD,
penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah.
sedangkan pimpinan DPRD menyampaikan
Terlebih dahulu perlu dijelaskan bahwa jenis
raperda kepada kepala daerah. Penyebarluasan
peraturan di daerah terdiri atas 2 (dua) yaitu
raperda dari DPRD dilaksanakan oleh
keputusan regulatif dan keputusan stifulatif.
Sekretariat DPRD. Penyebarluasan Raperda dari
Keputusan regulatif dikenal sebagai peraturan,
kepala daerah dilaksanakan oleh Sekretaris
yang berlaku sebagai petunjuk penerapan Undang-
Daerah. Bila materi Raperda dari DPRD dan
Undang yaitu Perda dan Peraturan Gubernur/Bupati/
presiden sama, maka yang dibahas adalah
Walikota. Sedangkan keputusan stipulatif, yang
Raperda yang disampaikan oleh DPRD. Raperda
dikenal sebagai Surat Keputusan oleh otoritas dalam
dari kepala daerah digunakan sebagai bahan
satu lembaga untuk menentukan kebijakan yang
sandingan.
secara khusus mengikat kelompok tertentu dalam lembaga tersebut.
•
kepala daerah dalam rapat komisi/panitia/alat
perundang-undangan tingkat daerah di lingkungan
kelengkapan DPRD yang khusus menangani
pemerintah daerah diatur dalam: Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (Keputusan Mendagri) No.21 Tahun
bidang legislasi dan rapat paripurna. •
DPRD dan kepala daerah. Penarikan kembali
Muatan Produk-produk Hukum Daerah.
raperda berdasarkan persetujuan bersama
Keputusan Mendagri No.22 Tahun 2001 tentang
antara DPRD dan kepada daerah.
Bentuk Produk-produk Hukum Daerah. •
•
Keputusan Mendagri No.23 Tahun 2001 tentang
Penarikan kembali ancangan dapat dilakukan sebelum pembahasan oleh
2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi •
Pembahasan rancangan Raperda dilakukan oleh DPRD bersama
Adapun langkah-langkah penyusunan peraturan
•
Persiapan penyusunan raperda (dalam
•
Penetapan aperda
Prosedur Penyusunan Produk-produk Hukum
telah disetujui bersama oleh DPRD dan
Daerah.
kepala daerah, dalam waktu paling lambat 7 hari
Keputusan Mendagri No.24 Tahun 2001 tentang
disampaikan pimpinan DPRD kepada kepala
Lembaran Daerah dan Berita Daerah.
daerah untuk ditetapkan menjadi perda. Raperda ditandatangani oleh kepala daerah dalam jangka
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
95
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
waktu paling lambat 30 hari sejak Raperda
komponen utama dan cakupan
disetujui bersama, maka Raperda tersebut sah
peraturan tersebut, serta proses
menjadi Perda dan wajib diundangkan.
penyusunan dan pengesahan Perda. Langkah 4: Konsultasi Publik. Rancangan naskah
Adapun langkah-langkah penyusunan setiap
disajikan kepada panel atau melakukan
instrumen hukum berbeda satu dari yang lain,
diskusi kelompok terfokus dengan
tetapi secara umum proses penyusunannya
komunitas khusus, seperti Lembaga
harus mencerminkan delapan prinsip tata kelola
Swadaya Masyarakat (LSM), kalangan
pemerintahan yang baik. Sebagai contoh, untuk
akademik, untuk mendapatkan
menyusun Perda baru, para perancang peraturan
tanggapan dan umpan balik.
sebaiknya melalui enam langkah yaitu:
Konsultasi ini juga merupakan cara
Langkah 1 : Identifikasi masalah. Perancang peraturan mengawali penyusunan naskah peraturan dengan menganalisis masalah secara ilmiah bersama para
menyosialisasikan rancangan naskah kepada media, pemangku kepentingan dan masyarakat luas. Langkah 5 : Diskusi legislative. Langkah ini
pakar untuk mengidentifikasi bahaya
merupakan proses pengambilan
dan risiko, masyarakat terkena dampak,
keputusan melalui diskusi antara
tindakan yang diperlukan, dan prioritas.
anggota DPRD, Gubernur, Bupati/
Langkah 2 : Identifikasi peraturan dan hukum yang relevan. Pada langkah ini, penyusun peraturan mengidentifikasi perangkat hukum yang relevan, menganalisis
Walikota, dan kelompok yang berkepentingan seperti asosiasi, universitas, dan masyarakat berisiko. Langkah 6 : Pengesahan Perda. Langkah ini
kapasitas pemerintah untuk mengakkan
merupakan langkah akhir dari
peraturan dan anggaran, serta
penyusunan perangkat hukum dan
mengawasi lembaga terkait dalam
langkah pertama penerapannya.
pelaksanaan peraturan.
Sosialisasi ke masyarakat diperlukan
Langkah 3 : Penyusunan naskah akademik. Langkah ini merupakan hasil dari
sebelum peraturan benar-benar disahkan.
langkah sebelumnya yang terdiri dari visi, misi, kajian ilmiah, kerangka hukum dan kelembagaan, serta penjelasan tentang tiga masalah substansial: alasan Perda disusun,
96
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Catatan: Langkah-langkah Pembuatan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Gambar 1. Diagram Usulan DPRD Berdasarkan PP. No. 1 Tahun 2001 1. Usul dari Anggota DPRD
4. Tanggapan Anggota DPRD lainnya, Kepala Daerah terhadap usulan
7. Tanggapan dari pengusul
13. Rapat Paripurna menyetujui Raperda yang dituangkan dalam Keputusan DPRD
2. Usul disampaikan kepada Pimpinan penjelasan secara tertulis disertai DPRD dalam bentuk rancangan
5. Dalam Rapat Paripurna pengusul menjelaskan atas usulan
3. Sekretariat DPRD memberi nomor pokok terhadap usulan
6. Setelah mendapat pertimbangan dari Panitia Musyawarah, usulan disampaikan Pimpinan DPRD pada Rapat Paripurna
9. Pembahasan Raperda oleh komisi/rapat gabungan komisi/pansus bersama pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah
8. Keputusan DPRD untuk menerima atau menolak usul menjadi usulan DPRD
11. Pendapat akhir Fraksi-fraksi dalam Rapat Paripurna
12. Sambutan Kepala Daerah atas Raperda yang hendak disetujui
10. Laporan hasil pembahasan oleh Pimpinan Pansus dalam Rapat Paripurna
14. Pengesahan dan Pengundangan
Sedangkan, langkah-langkah pembuatan kebijakan
•
dalam melakukan Distribusi Guru Proporsional (DGP) yaitu dimulai dari pembentukan Tim Teknis
memperhatikan keterwakilan Gender. •
DGP, pembuatan Peraturan Bupati/Walikota. Ada beberapa tahapan dalam pembentukan Tim Teknis DGP yaitu: •
Menetapkan daerah sasaran (kecamatan yang dipilih sebagai piloting)
•
Memilih satuan pendidikan di kecamatan (piloting) untuk disertakan sebagai sasaran
•
Menetapkan Dinas Pendidikan, BKD, Bappeda, Komite Sekolah, Dewan Pendidikan, Sekolah (SD/MI, SMP/MTs), dan Multi Stockholder Forum (MSF).
www.kinerja.or.id
Membentuk Tim Teknis DGP Pengajuan
Tim Teknis DGP
untuk di-SK-kan oleh Pemerintah Daerah. Selanjutnya, langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah (Peraturan Bupati/Walikota) yaitu: •
Diawali dengan penandatanganan nota kesepahaman (MOU);
•
Membentuk satuan kerja;
•
Memilih isu sentral yang menjadi kebutuhan masyarakat di sektor pendidikan;
•
Sosialisasi;
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
97
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
•
Mempersiapkan naskah akademik;
•
Audensi dengan Walikota;
•
Penelitian naskah akademik oleh bagian
•
Penandatanganan naskah Rancangan
•
hukum;
Peraturan Bupati oleh Bupati menjadi
Konsultasi dan koordinasi dengan Dinas
Peraturan Bupati/walikota;
Pendidikan; •
•
Penyempurnaan naskah akademik;
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
dalam berita daerah; •
98
Agar Dokumentasi.
www.kinerja.or.id
Gambar2. Diagram Usulan Pemda Berdasarkan KepMendagri No. 23 Tahun 2001 2. Usulan yang dilampiri pokok-pokok pikiran diajukan kepada sekretaris daerah untuk diadakan sinkronisasi dan harmonisasi yang ditugaskan pada bagian hukum.
1. Pimpinan unit kerja memprakarsai penyusunan Raperda.
5. Penyusunan dan pembahasan Raperda oleh bagian hukum atau Tim antar unit kerja.
6. Penyampaian hasil pembahasan kepada kepada Sekretaris Daerah melalui Bagian Hukum yang selanjutnya diajukan kepada Kepala Daerah untuk disetujui.
11. Pengesahan dan Pengundangan Perda.
4. Tanggapan Anggota 4. pembahasan draft awal DPRD lainnya, oleh unit kerja yang Kepala Daerah melibatkan bagian hukum terhadap usulan dan unit kerja terkait.
3. Setelah mendapat persetujuan dari Sekretaris Daerah, unit kerja menyiapkan draft awal.
7. Sekretaris Daerah menyampaikan Raperda kepada DPRD.
8. Sidang pembahasan raperda oleh pejabat yang ditunjuk oleh kepala daerah bersama DPRD.
10. Raperda yang disetujui selanjutnya ditetapkan oleh keputusan DPRD.
Untuk meningkatkan status hukum Peraturan Bupati/Walikota menjadi peraturan daerah (Perda), maka ada beberapa langkah yang harus dilalui yaitu: •
Peraturan Bupati/Walikota dilaksanakan di
9. Rapat Paripurna DPRD untuk menyetujui hasil pembahasan dengan mengagendakan penjelasan resmi dari pemda terhadap Raperda.
Advokasi Demand (Langkah Pengawalan Masyarakat Di dalam Memastikan Terbitnya Peraturan Bupati Tentang Distribusi Guru Proporsional)
satuan pendidikan;
Partisipasi masyarakat dalam penyusunan
•
Evaluasi;
peraturan perundang-undangan. Dalam penyusunan
•
Didaftar pada program legislasi daerah oleh
perundang-undangan di Indonesia tidak terlepas dari
Dinas Pendidikan;
partisipasi masyarakat itu sendiri. Masyarakat dapat
Diserahkan ke Badan Musyawarah DPRD
menyampaikan pendapat dan masukan-masukan
untuk diagendakan pembahasannya;
kepada pemerintah atau lembaga pemerintah yang
•
Masa ;
berwenang untuk membuat perundang-undangan
•
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
tersebut.
•
Rapat paripurna penetapan Rancangan
•
Peraturan Daerah menjadi Peraturan daerah; •
Dicatat dalam lembaran daerah.
www.kinerja.or.id
Partisipasi atau peranan masyarakat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
99
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Indonesia adalah sebagai berikut: •
Mengoptimalkan lembaga-lembaga penyalur aspirasi masyarakat yang telah ada, yaitu MPR, DPR, DPRD, Orsospol, Badan Permusyawaratan Desa, dan media massa. Lembaga-lembaga itu melakukan pengembangan dalam bidang politik
•
tersebut tidak akan mungkin terlaksana dengan baik. Oleh karena dalam pelaksanaan undang-undang tersebut harus terdapat keinginan, harapan dan kenyataan yang diaspirasikan oleh masyarakat itu sendiri. Pemerintah atau pihak yang berwenang harus dapat
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
menerima aspirasi rakyatnya karena pemerintah
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
tanpa rakyat tidak akan berarti apa-apa. Begitu
dan sebagainya yang ditetapkan dengan
pula sebaliknya rakyat tanpa ada pemerintah yang
undang-undang.”Undang-undang tersebut
berdaulat tidak berarti apa-apa. Pihak yang satu
adalah Undang-Undang RI No.9 tahun 1998
membutuhkan pihak yang lain sebagai subjek
tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat
maupun objek pelaksana undang-undang itu sendiri.
di muka umum.
Pemerintah harus memperhatikan, menindaklanjuti
Mengawasi berlangsungnya proses pengolahan
aspirasi-aspirasi masyarakatnya dengan
penyusunan peraturan perundang-undangan
bertanggung jawab.
dan tanggung jawab serta hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat yang baik. Sebagai motivator percepatan penyusunan dan pemberlakuan peraturan perundang-undangan. •
masyarakat Indonesia, maka undang-undang
sesuai dengan isi UUD 1945 Pasal 28 yaitu
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai objektivitas
•
undang yang tidak mengakomodasi aspirasi
Sebagai subjek pendukung ketertiban suasana
Langkah-langkah yang dilakukan oleh masyarakat dalam mengawal untuk memastikan terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP yaitu: 1. Lokakarya penyamaan persepsi (Analisis kesenjangan DGP dan Alternatif
penyusunan peraturan perundang-undangan.
pendanaan)
Contoh: Dalam sidang DPR atau MPR yang sedang menyusun RUU atau ketetapan Majelis
Tujuan lokakarya ini adalah penyatuan persepsi
harus selalu didukung oleh suasana yang aman,
dan orientasi stakeholder tentang penghitungan
tertib, dan teratur dalam pelaksanaannya. Hal ini
DGP dalam pemenuhan standar pelayanan
tidak terlepas dari partisipasi masyarakat yang
minimum.
tanpa membuat gaduh suasana sidang, baik di dalam maupun di luar sidang. Apabila di dalam pelaksanaan undang-undang yang telah ada dan disahkan oleh pihak berwenang
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini: •
Teridentifikasinya Stakeholder pendidikan dalam wadah MSF pendidikan;
seperti yang dikemukakan di atas terdapat undang-
100
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
•
•
Melalui MSF Stakeholder dapat memahami
•
Melaporkan epada ihak Pemerintah
isu-isu berkaitan dengan pedidikan
Kabupaten/Walikota tentang agenda kerja
khususnya DGP;
MSF dalam mengadvokasi DGP.
Adanya rekomendasi tentang strategi
•
pengawalan hasil penghitungan DGP.
Menindak lanjuti dalam hal mempersiapkan kebijakan atau regulasi berkenaan dengan DGP.
2. Diskusi tematik DGP (Penguatan Kemampuan Analisis Forum Multi
membentuk team penyusun Regulasi DGP.
Stakeholder dalam Advokasi DGP)
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan adalah
4. Focus Group Discussion (FGD) I Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
peningkatan dan penguatan kapasitas multi
tentang DGP
stakeholders dan penyelenggara pendidikan dalam advokasi DGP untuk penyelenggaraan pendidikan dasar yang memenuhi standar
Distribusi Guru.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini: •
MSF semakin
emahami isu DGP dan
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini: •
standar pelayanan pendidikan dasar. •
Tujuan FGD I ini adalah untuk menyusun draf Pertaturan Bupati/Walikota tentang
pelayanan.
Hasil yang ingin dicapai dalam kegiatan ini yaitu
Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah
Lahirnya kesepakatan agenda kerja
dan DPRD dalam mempersiapkan kebijakan
bersama dan strategi MSF dalam
dalam bentuk regulasi dan anggaran
mengadvokasi DGP. •
berkenaan dengan DGP.
Lahirnya ekomendasi takeholder
•
kepada pemerintah daerah dan DPRD
Tujuan kegiatan ini meliputi: •
Membangun MSF dengan Bupati/Walikota.
wal Rancangan
5. FGD II Penyusunan Draf Peraturan Bupati/
dengan DGP. 3.
Lahirnya
Bupati/Walikota tentang DGP.
dalam mempersiapkan kebijakan dalam bentuk regulasi dan anggaran berkenaan
Lahirnya
Walikota
Tujuan FGD II DGP: •
Meninjau embali Walikota tentang DGP yang akan direvisi
•
Melakukan tentang muatan draf Peraturan Bupati/ Walikota tentang DGP.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
101
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Hasil yang ingin dicapai: •
Draf Peraturan
alikota direvisi
sesuai petunjuk teknis SKB 5 Menteri •
•
Finalisasi Draft Peraturan Bupati/Walikota
•
Persamaan persepsi mengenai draft
Ada mekanisme pengawasan dan partisipasi publik untuk memonitor pelaksanaannya.
•
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
Adanya rencana kongkrit bagi MSF dalam keterlibatan perumusan kebijakan untuk peningkatan pelayanan pendidikan di
Peraturan Bupati/Walikota DGP. 8. Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota
kabupaten/kota.
Tujuan dengar pendapat dengan Bupati/Walikota: •
sejauh mana draf Peraturan Bupati/Walikota ini
6. Dengar pendapat I dengan DPRD
telah disusun. •
Tujuan kegiatan ini: •
Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP. •
tersebut.
Menyamakan persepsi dengan unsur DPRD
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini: •
Komisi Pendidikan.
Mendengarkan pendapat Bupati/Walikota mengenai draf Peraturan Bupati/Walikota
Membangun komunikasi dengan DPRD tentang adanya agenda kerja MSF terkait
Memberikan informasi kepada Bupati/Walikota
Bupati/Walikota memahami maksud dan tujuan penyusunan draf Peraturan Bupati/ Walikota tentang DGP.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini:
•
Mendapatkan masukan/tanggapan dari
•
Legitimasi Agenda kerja MSF dari DPRD
Bupati/Walikota mengenai draf Peraturan
•
Persamaan persepsi mengenai pentingnya
Bupati/Walikota tersebut.
Draf Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP. 7. FGD III Semi Final draf Peraturan Bupati/
9. Dengar Pendapat II dengan DPRD
Walikota
DPRD sejauh mana penyusunan draf Peraturan Bupati/Walikota ini telah dilaksanakan.
Tujuan FGD III yaitu: •
Meninjau embali Bupati/Walikota DGP yang telah direvisi sebelumnya.
•
Menyamakan persepsi persiapan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk 'share' dengan
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini adalah meminta kepada DPRD untuk membantu MSF dalam hal pengawasan implementasi Peraturan Bupati/Walikota di lapangan nantinya.
pendapat dengan Bupati/Walikota dan DPRD.
102
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
10. Lokakarya Perumusan Kebijakan Pemerintah
Daerah dan DPRD dalam mempersiapkan
dalam bentuk Peraturan Bupati/Walikota.
kebijakan dalam bentuk regulasi berkenaan
dengan DGP.
Tujuan lokakarya ini adalah untuk memaparkan
•
proses penyusunan draf Peraturan Bupati/
Walikota tentang DGP.
Walikota tentang DGP.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini
12. Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialiasi Peraturan Bupati/Walikota tentang Petunjuk
adalah laporan tahapan-tahapan penyusunan
Teknis Penghitungan DGP”.
draf Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP. 11. FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/
tentang petunjuk teknis penggunaan dana DGP.
Tubuh dan Lampiran Peraturan Bupati/
Tujuan Lokakarya ini adalah untuk melakukan finalisasi Draf Peraturan Bupati/Walikota
Tujuan kegiatan lokakarya adalah sebagai medium sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota
WalikotaDGP “Penyelarasan Batang WalikotaDGP”.
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini: •
Multi
dan DPRD dalam mempersiapkan kebijakan dalam bentuk pengawalan
Hasil yang ingin dicapai dalam lokakarya ini : •
Lahirnya
Forum (MSF) kepada Pemerintah Daerah
tentangDGP.
Penyempurnaan
Lahirnya emomendasi
Multi
Stakeholder (FMS) kepada Pemerintah
regulasi berkenaan dengan DGP. •
Pemaparan tentang DGP kepada Kepala Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Tabel Rencana dan Realisasi Kegiatan Advokasi No
Nama Kegiatan
Pelaksanaan Rencana Kegiatan
Realisasi
1
Lokakarya Penyamaan Persepsi
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
2
Diskusi Tematik
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
3
Dengar Pendapat I dengan Bupati
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
4
FGD I Rancangan penyusunan Draf Peraturan Bupati/ Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
103
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
No
Nama Kegiatan
5
Pelaksanaan Rencana Kegiatan
Realisasi
FGD II penyusunan Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
6
FGD III Semi Final Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
7
FGD IV Finalisasi Peraturan Bupati/Walikota tentang DGP
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
8
Dengar Pendapat II dengan Bupati/Walikota
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
9
Dengar Pendapat I dengan DPR
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
10
Dengar Pendapat II dengan DPRD
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
11
Lokakarya Perumusan Kebijakan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
12
Lokakarya Konsultasi Eksternal “Sosialiasi Draf Peraturan Bupati/Walikota DGP”.
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
13.
Monitoring dan Evaluasi
dd/mm/yyyy
dd/mm/yyyy
KEGIATAN PENDAMPINGAN Tahap persiapan dan bahan penunjang
Undang Tim Teknis Penghitungan DGP (Dinas
Persiapan:
telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.
Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan SMP/MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang
Persiapkan segala hal yang diperlukan untuk penyelenggaraan pertemuan lokakarya penyusunan DGP.
104
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Bahan penunjang: Materi Lokakarya
Lembar Kerja I: Pembuatan Peraturan 1. Identifikasi a. ……………………………………………………………………………………………………... b. ……………………………………………………………………………………………………... c. ……………………………………………………………………………………………………... d. ……………………………………………………………………………………………………... e. ……………………………………………………………………………………………………... 2. Identikasi dasar hukum (legal baseline) dan bagaimana Perda baru dapat memecahkah asalah: a. ……………………………………………………………………………………………………... b. ……………………………………………………………………………………………………... c. ……………………………………………………………………………………………………... d. ……………………………………………………………………………………………………... e. ……………………………………………………………………………………………………...
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
105
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Lembar Kerja 2. Penyusunan Naskah Akademik
I. Pendahuluan 1.1 Latar belakang ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. 1.2 Tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. 1.3 Metode pendekatan ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. 1.4 Pengorganisasian ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….…………………………….. ..…………………………………………………………………………….……………………………..
106
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Lembar Kerja 3. Penyusunan Naskah Akademik
Konsideran
…………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………
Dasar Hukum: .…………………………………………………………………………….…………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………
Ketentuan Umum: .…………………………………………………………………………….………. …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………
Ketentuan Pidana: .……………………………………………………………………………….…… …………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
107
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
II. Ruang Lingkup Naskah Akademik ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………
III. Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan berisi: a. …………………………………………………………………………………………………………… b. …………………………………………………………………………………………………………… c. …………………………………………………………………………………………………………… 3.2 Saran-saran berisi: a …………………………………………………………………………………………………………… b. …………………………………………………………………………………………………………… c. ……………………………………………………………………………………………………………
IV. Lampiran/Daftar Pustaka
108
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
BAHAN PRESENTASI
TUJUAN PEMBELAJARAN Memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati/walikota tentang DGP).
2
POKOK BAHASAN ● Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) ● Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang DGP)
4
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
109
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah) • • • • • •
Langkah 1: Identifikasi masalah Langkah 1: Identifikasi peraturan dan hukum yang relevan Langkah 3: Penyusunan naskah akademik Langkah 4: Konsultasi Publik Langkah 5: Diskusi legislatif Langkah 6: Pengesahan Perda 6
110
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran
www.kinerja.or.id
5 Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
111
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 5
Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran
BAHAN BACAAN
INTERGRASI DGP KE DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH Pendahuluan Pelaksanaan program Distribusi Guru Proporsional (DGP) yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota merupakan suatu program yang positif dalam rangka peningkatan dan kemudahan yang diberikan
........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Perencanaan Daerah meliputi Perenca naan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) ..........
dalam menempuh pendidikan untuk masyarakat. Dalam Bab ini dibahas tentang perencanaan daerah yang meliputi perencanaan jangka menengah (RPJMD dan Renstra) dan perencanaan tahunan (RKPD dan Renja). Selanjutnya, dibahas tentang penganggaran daerah meliputi KUA/ PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan. Pada akhir Bab dibahas tentang Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
Perencanaan Daerah Perencanaan daerah merupakan suatu proses yang terus menerus yang melibatkan keputusankeputusan atau pilihan-pilihan penggunaan sumber daya yang ada di daerah dengan sasaran untuk mencapai visi dan misi di masa yang akan datang.
112
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Perencanaan Daerah dapat dibagi atas 2 (dua) yaitu
prioritas kepala daerah, dan arah kebijakan
Perencanaan Jangka Menengah dan Perencanaan
keuangan daerah. Adapun perencanaan jangka
Tahunan. Untuk lebih Jelasnya diuraikan berikut ini.
menengah yaitu RPJMD dan Renstra yang akan diuraikan berikut ini.
Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Secara normatif penyusunan RPJM Daerah merupakan tuntutan yuridis konstituisional dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
melaksanakan pembangunan lima tahun ke depan
Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota dimaksudkan
serta memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat
untuk mernberikan arah sekaligus menjadi acuan
yang dinamis sesuai dengan aspirasi yang
bagi seluruh komponen pelaku pembangunan di
berkembang melalui mekanisme yang berlaku guna
daerah baik bagi pemerintah, masyarakat dan
mewujudkan kepemerintahan yang baik.
dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang berkesinambungan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Sedangkan tujuannya adalah melalui RPJMD
merupakan dokumen perencanaan resmi daerah
daerah, pelaksanaan pembangunan di daerah dapat
untuk masa 5 (lima) tahun ke depan. Substansi
dilakukan secara efektif, efisien, dan tepat sasaran
dokumen ini mengarahkan pembangunan daerah
dalam membangun daerah yang lebih sejahtera.
untuk menjawab beberapa persoalan, antara lain
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
arah pengembangan daerah dan sasaran yang ingin
Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran dari
dicapai, serta langkah-langkah yang harus ditempuh
visi, misi, dan program yang memuat kebijakan
untuk mencapai sasaran tersebut.
umum pembangunan daerah, kebijakan umum keuangan daerah, strategi dan program Satuan
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang
Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan
Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
program kewilayahan disertai dengan rencana-
Pembangunan Nasional, dan Undang-Undang
rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pernerintahan
kerangka pendanaan yang bersifat ditetapkan
Daerah, menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah
dengan Peraturan Daerah.
berkewajiban untuk menyusun Pembangunan Jangka Menengah, Rencana Pembangunan Jangka
Dalam Dokumen ini RPJMD memuat tentang Visi
Menengah tersebut dituangkan kedalarn dokumen
dan Misi pembangunan dalam kurum waktu 5 tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Dari RPJMD itulah terlihat agenda pembangunan
(RPJM) Daerah sebagai penjabaran dari visi, misi
yang dapat memberikan gambaran tentang upaya-
dan program Kepala Daerah kedalam strategi
upaya untuk memenuhi hak dasar masyarakat
pembangunan daerah, kebijakan umum. program
yang paling utama, yaitu pendidikan dan kesehatan.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
113
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Seperti halnya Pembangunan di Provinsi Sulawesi
ditanggung, terutama dalam pengadaan buku dan
Selatan yang memiliki sasaran pembangunan
berbagai bentuk pungutan.
daerah, yaitu peningkatan kualitas manusia yang indikator utamanya berupa IPM, dengan demikian
Di samping itu, ketersediaan dan sebaran fasilitas
memberikan gambaran bahwa dalam pencapaian
pendidikan yang kurang memadai dibandingkan
sasaran tersebut harus menjadi salah satu program
dengan kebutuhan masyarakat. Kelangkaan fasilitas
utama. Konsekuensi suatu program adalah
ini semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
tersedianya anggaran dalam pelaksanaannya.
strata pendidikan. Kualitas penyelenggaraan pendidikan juga membutuhkan perhatian khusus.
Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan contoh
Kualitas dimaksud terkait dengan standar isi dan
RPJMD Pembangunan Provinsi Sulawesi Selatan
proses pembelajaran, kompetensi luaran, pendidik
yang telah mengintegrasikan DGP di dalamnya.
dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian. Penyebab
Contoh Integrasi DGP dalam RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan Visi Pembangunan Sulawesi Selatan untuk 5 tahun pertama RPJMD 2008-2013 “Sulawesi Selatan Sebagai Provinsi Sepuluh Terbaik Dalam Pemenuhan Hak Dasar“. Untuk mencapai visi tersebut dijabarkan dalam misi misi pembangunan Sulawesi Selatan dalam kurun waktu 2008-2013 ada 5 (lima), salah satunya adalah “meningkatkan kualitas pelayanan untuk pemenuhan hak dasar masyarakat”. Hak dasar yang dimaksud diantaranya adalah layanan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas. Dalam RPJMD tersebut dicantumkan agenda pembangunan salah satuhnya adalah masalah
114
ketiga adalah sikap atau wawasan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan. Di kalangan petani dan nelayan, anak lebih banyak dipandang sebagai aset produktif ketimbang sebagai “media” investasi (melalui pendidikan). Sikap dan wawasan ini juga tercermin dari rendahnya pengeluaran rata-rata masyarakat untuk pendidikan. Walau pun tetap perlu digarisbawahi bahwa alokasi belanja yang relatif sangat kecil itu terutama disebabkan oleh karena porsi terbesar dari pendapatan telah terserap pada pemenuhan kebutuhan pangan. Sasaran kebijakan peningkatan kualitas pendidikan antara lain:
• Pendidikan Gratis
Sasaran kebijakan ini adalah tersedianya
utama bidang pendidikan terletak pada akses
fasilitas dan meningkatnya kualitas
masyarakat dalam mendapatkan layanan pendidikan
penyelenggaraan pendidikan dasar dan
dasar, khususnya dalam menuntaskan wajib belajar
menengah (SD dan setara SMP) dan yang
sembilan tahun. Ini terkait dengan biaya yang harus
sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah bagi
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
sebagian besar anak usia sekolah (6-15
kualitas hidup mereka (melalui peningkatan
tahun). Kebijakan ini diimplementasikan dalam
kinerja individu).
bentuk pembiayaan bersama penyelenggaraan pendidikan dimaksud antara pemerintah melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi melalui APBD masing-
(Sumber: RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan 2008-2013)
Rencana Strategis Daerah (Renstrada)
masing. Porsi Pemerintah Provinsi adalah
Dokumen Rencana Strategis Daerah (Renstrada)
maksimun sebesar 40% dari sisi kebutuhan
adalah dokumen kerja pemerintah daerah untuk
dana yang tidak tercover oleh dana BOS.
masa kerja lima tahun mendatang. Dokumen ini menjadi penting karena dalam masa lima tahun
• Peningkatan Kualitas Pelayanan
Pendidikan Kebijakan ini pada dasarnya bersifat saling melengkapi dengan kebijakan pertama dan diarahkan pada peningkatan pengetahuan rata-rata masyarakat yang dicerminkan antara lain oleh Rata-rata Lama Sekolah 8,5 tahun (2013). Implementasi kebijakan ini difokuskan kepada upaya-upaya untuk menyediakan fasilitas pendidikan, khususnya SD dan SMP; peningkatan kualitas manajemen sekolah; pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi; perbaikan kesejahteraan dan peningkatan kualitas guru; serta peningkatan akses masyarakat terhadap fasilitas dimaksud, termasuk penyediaan insentif khusus bagi murid berprestasi, khususnya yang berasal dari kalangan miskin, termasuk peningkatan kualitas pendidikan dalam penanaman wawasan dan sikap serta budaya olahraga.
• Promosi Pendidikan
Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap peranan pendidikan bagi peningkatan
www.kinerja.or.id
tersebut, pemerintah daerah berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya sesuai dengan dokumen perencanaan ini di hadapan DPRD. Dokumen Renstrada ini bersifat jangka pendek dan menengah namun tetap diletakkan pada jangkauan jangka panjang, sehingga rumusan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah untuk lima tahun mendatang menjadi sangat penting dan strategis. Dokumen Renstrada memuat programprogram strategis yang dibuat berdasarkan strategi setiap bidang. Tujuan dan sasaran penyusunan Renstrada adalah tersedianya suatu dokumen yang strategik dan komprehensif yang menjamin adanya konsistensi perumusan kondisi atau masalah daerah, perencanaan arah kebijakan, pembuatan strategi hingga pemilihan program strategis yang sesuai dengan kebutuhan daerah. Dalam Dokumen Renstrada memuat programprogram strategis yang dibuat berdasarkan strategi di setiap bidang salah satunya adalah bidang
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
115
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
pendidikan. Dalam penentuan program-program
Dalam mewujudkan visi tersebut dijabarkan dalam
utama, tentunya dipertimbangkan dengan kondisi
misi. Salah satu misi pemerintah Kota Makassar
kemampuan daerah. Pada umumnya, pembiayaan
adalah mendorong peningkatan kualitas manusia
di sektor pendidikan bersumber dari APBD yang
melalui pemerataan pelayanan pendidikan,
terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan
Perimbangan Keuangan, Dana Alokasi Khusus
masyarakat. Dalam renstra tersebut dicantumkan
(DAK) dan pendapatan lain-lain yang sah serta
beberapa kebijakan dan program dalam mencapai
tidak menutup kemungkinan dana partisipasi
misi tersebut, diantaranya adalah Peningkatan
pihak ketiga sepanjang sesuai dengan Peraturan
kualitas pendidikan dapat diupayakan melalui
Perundang-undangan yang berlaku. Walaupun
beberapa kegiatan utama, seperti: (1) Pengadaan
dalam Renstra ini tidak dicantumkan secara
sarana dan prasaran sekolah/pendidikan; (2)
konkrit besaran anggaran yang dialokasikan dalam
Perbaikan/penyempurnaan kurikulum pendidikan;
melaksanakan program di bidang pendidikan, akan
(3) Pendidikan dan latihan bagi tenaga pendidik;
tetapi tentunya dalam melaksanakan program
(4) Sosialisasi peran bidang pendidikan dalam
tersebut, membutuhkan ketersediaan dana yang
pembangunan sumberdaya manusia; dan (5)
cukup termasuk biaya operasionalnya. Sebagai
Pengembangan pendidikan dan latihan kerja. Upaya
contoh integrasi DGP dalam Rencana Strategi
pencapaian sasaran Strategi RENSTRA Pemerintah
Daerah dapat dilihat contoh berikut ini.
Kota Makassar Tahun 2004-2009 melalui program strategi yang penerapannya dilaksanakan dalam
Contoh Integrasi DGP dalam Renstra
berbagai kegiatan dengan pembiayaan dari APBD Kota Makassar yang terdiri atas Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan Keuangan, Dana
Pemerintah Kota Makassar
Alokasi Khusus (DAK) dan pendapatan lain-lain
Visi Pemerintah Kota Makassar Tahun 2009 sebagai
partisipasi pihak ketiga sepanjang sesuai dengan
berikut : Terwujudnya Makassar sebagai Kota
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
yang syah serta tidak menutup kemungkinan dana
Maritim, Niaga, Pendidikan yang Bermartabat dan Manusiawi”. Terwujudnya atmosfir Pendidikan yang kondusif dalam arti adil dan merata bagi setiap golongan dan lapisan masyarakat, yang relevan dengan dunia kerja, yang mampu meningkatan kualitas budi pekerti, dan yang relevan dengan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja) Penyusunan perencanaan tahunan adalah untuk menciptakan sinergisitas dalam pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta menciptakan efisiensi alokasi sumber daya dalam pembangunan daerah. Adapun perencanaan
116
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
tahunan meliputi RKPD dan Renja. Untuk lebih
kota dan tingkat provinsi. Dimana seluruh komponen
jelasnya diuraikan berikut ini.
daerah (Pemerintah Kabupaten, DPRD, Dunia Usaha Swasta, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat),
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) RKPD merupakan dokumen perencanaan tahunan daerah, dimana merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RKPD mengoperasionalkan Rencana Strategis lima tahunan menjadi Rencana Kerja tahunan dan merupakan aksi nyata bagaimana Visi/ Misi Kepala Daerah dan indikator kinerja daerah dicapai dari tahun ke tahun. RKPD memuat tentang evaluasi dari pelaksanaan RKPD tahun sebelumnya, review pelaksanaan RPJMD tahun lalu, rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, serta perkiraan pagu indikatif dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
dituntut memberikan peranan secara nyata dan aktif. Sehingga pada akhirnya dokumen perencanaan yang dibuat bersama-sama menjadi milik bersama untuk dilaksanakan bersama oleh seluruh komponen tadi sesuai dengan fungsinya. Maksud Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) adalah untuk memberikan landasan bagi para penyelenggara pemerintahan dan para pelaku/pelaksana pembangunan dalam menyusun Rencangan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan PPAS. Adapun tujuan umumnya adalah untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta mempertajam skala prioritas pembangunan di Daerah yang dibiayai dari sumber dana APBD. Tujuan khusus penyusunan RKPD adalah:
pemerintahan daerah sangat ditentukan oleh baik
Sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja
buruknya manajemen pemerintahan, termasuk
Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan
kualitas perencanaan sebagai salah satu fungsi
merupakan landasan penyusunan usulan RAPBD.
di dalam manajemen. Oleh karena itu peraturan perundangan yang mengatur tentang perencanaan,
Agar seluruh urusan/program/sasaran kegiatan
sedemikian rupa, sehingga mampu menangkap
dapat sejalan dengan target kinerja Rencana
setiap perubahan paradigma yang berkembang.
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Berdasarkan pemikiran di atas, maka penyusunan
Dengan demikian, RKPD merupakan acuan dan
RKPD dilaksanakan melalui mekanisme
pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
Musyawarah Perencanaan Pembangunan
menyusun kebijakan publik yaitu kerangka Anggaran
(Musrenbang) melalui forum secara berjenjang mulai
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). RKPD
tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/
dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
117
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Umum Anggaran (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Sehingga dalam RKPD tidak dicantumkan secara detail mengenai DGP. Untuk lebih jelasnya Integrasi DGP dalam RKPD dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Rencana Kerja (Renja) SKPD Dinas Pendidikan Rencana Pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Dinas Pendidikan yang selanjutnya di sebut Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Dinas Pendidikan adalah dokumen
Contoh Integrasi DGP dalam RKPD
perencanaan satuan kerja perangkat daerah. Sebagai dokumen rencana tahunan satuan kerja
Kabupaten Barru Tahun 2012 Dalam dokumen RKPD Kabupaten Barru Tahun 2012 tercantum bahwa penyelenggaraan pendidikan perlu didukung dengan ketersediaan fasilitas pendidikan berupa bangunan sekolah yang baik pada tingkat SD/MI. SMP/MTs dan SMA/SMK/ MA. Kondisi bangunan sekolah yang baik adalah jumlah kondisi bangunan pada jenjang SD/MI, SMP/ MTs. dan SMA/SMK/MA dalam kondisi bangunan baik dibandingkan dengan jumlah seluruh sekolah SD/MI, SMP/MTS dan SMA/SMK/MA. Tujuan Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai tahun 2012, salah satunya adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk bidang pendidikan antara lain; (1) Meningkatnya angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar anak usia dini SD, SLTP, dan SLTA dan angka melanjutkan sekolah, (2) Meningkatnya kualitas guru, dan (3) Meningkatnya proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan setiap program dan kegiatan di bidang pendidikan, pendanaannya bersumber dari APBD, APBN dan sumber-sumber lainnya yang sah.
perangkat Daerah Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota, Renja DPPKA Mempunyai arti yang strategis dalam mendukung dalam melaksanakan program pembangunan tahunan Pemerintah Daerah di bidang pendidikan mengingat beberapa hal sebagai berikut : Renja SKPD Dinas Pendidikan merupakan dokumen yang secara subtansil penerjemahan dari visi, Misi, dan program SKPD Dinas Pendidikan yang ditetapkan dalam rencana strategis (Renstra) instansi sesuai arahan operasional dalam rencana kerja Dinas Pendidikan. Renja merupakan acuan SKPD Dinas Pendidikan untuk memasukkan program kegiatan ke dalam KUA dan PPAS dan perencanaan program kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Renja merupakan salah satu instrument untuk evaluasi pelaksanaan program kegiatan Dinas Pendidikan untuk mengetahui sejauh mana capaian kinerja yang tercantum dalam rencana kinerja tahunan sebagai wujud dari kinerja SKPD Dinas Pendidikan.
118
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Mengingat Renja sangat penting dalam mendukung penyelenggaraan program pembanguan tahunan
Contoh Dokumen Integrasi DGP dalam Renja
pemerintah daerah, maka sejak awal tahapan penyusunan hingga penetapan dokumen Renja
Kota Banda Aceh
SKPD Dinas Pendidikan harus mengikuti tatacara dan alur penyusunannya sebagaimana tertuang
RENJA-SKPD Dinas Pendidikan Pemuda dan
dalam peraturan pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
Olahraga Kota Banda Aceh merupakan pedoman
tentang tahapan tata cara penysunan, pengendalian
dan acuan bagi seluruh jajaran pengelola pendidikan
dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
di Kota Banda Aceh serta instansi lainnya dalam
daerah.
melaksanakan dan merumuskan kegiatan pembangunan pendidikan selama lima tahun ke
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
depan (2012-2017), sehingga tercipta keselarasan
(Renja SKPD) Dinas Pendidikan merupakan
perencanaan peningkatan pelayanan dan mutu
dokumen perencanaan resmi SKPD Dinas
pendidikan, baik pada tataran internal maupun
Pendidikan yang dipersyaratkan untuk mengarahkan
eksternal.
pelayanan publik Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Pendidikan dan pembangunan daerah
Renja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota
di bidang pendidikan untuk periode 1 (Satu) tahun.
Banda Aceh tahun 2013 merupakan penjabaran
Sebagai Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
dari sasaran dan program yang ditetapkan dalam
Daerah yang mempunyai arti strategis dalam bidang
Renstra. Renja ditetapkan pada awal tahun 2012.
pembangunan Daerah di bidang pendidikan. Secara
Renja tahun 2013 memuat target kinerja tahun 2013
umum Renja SKPD Dinas Pendidikan diharapkan
atas seluruh indikator kinerja pada tingkat kegiatan.
dapat menjawab dua hal mendasar, yaitu:
Realisasi program/kegiatan yang memenuhi/ tidak memenuhi target kinerja hasil/keluaran yang
Arah pelayanan yang akan dikembangkan dan yang
direncanakan pada Renja Dinas Pendidikan Pemuda
hendak dicapai SKPD Dinas Pendidikan dalam satu
dan Olahraga Kota Banda Aceh tahun 2011, salah
tahun kedepan;
satunya adalah Program Pendidikan Dasar 9 Tahun
Langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan
adalah sebagai berikut:
agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Pengadaan Perlengkapan Sekolah dengan hasil berupa tersedianya Ruang Kelas sebanyak 8 RKB dari target yang diharapkan sebanyak 8 RKB anggaran sejumlah Rp. 1.232.744.000,- dengan realisasi sebanyak Rp. 1.154.479.000,Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS)
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
119
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
jenjang SD/SMP Negeri dengan hasil berupa tersedianya biaya Operasional Sekolah sejumlah 23780 siswa dari target yang diharapkan sebanyak
Penganggaran Daerah (KUA dan PPAS, APBD, dan RKA SKPD Dinas Pendidikan)
23780 siswa dengan anggaran sejumlah Rp. 2.027.280.000,- dengan realisasi sebanyak Rp.
Penganggaran Daerah merupakan suatu proses
1.977.312.226,-
menyusun kerangka kebijakan publik yang memuat hak dan kewajiban pemerintah daerah
Penyedian Dana Pengembangan Sekolah
dan masyarakat yang tercemin dalam pendapatan,
Berstandar Internasional meningkatnya jumlah
belanja, dan pembiayaan, dengan menggunakan
sekolah yang berstandar internasional sebanyak
prinsip partisipasi, transparansi, akuntabilitas,
3 sekolah dari target yang diharapkan sebanyak
disiplin, keadilan, efisiensi, dan efektivitas anggaran.
12 sekolah anggaran sejumlah Rp. 180.350.000,-
Adapun penganggaran Daerah yang dimaksud
dengan realisasi sebanyak Rp. 174.211.000,-
adalah KUA dan PPAS, APBD, dan RKA SKPD
Pemberian beasiswa untuk siswa/santri jenjang
Dinas Pendidikan. Untuk lebih jelasnya diuraikan
SD/SMP sebanyak 400 siswa dari target yang
berikut ini.
diharapkan sebanyak 400 orang, anggaran sejumlah Rp. 401.250.000,- dengan realisasi sejumlah
KUA dan PPAS
Rp. 401.200.000,Kebijakan Umum Anggaran (KUA) merupakan Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS)
dokumen kebijakan daerah yang menjadi petunjuk
pusat jenjang SD/SMP Negeri dengan hasil
dan ketentuan umum, memuat kondisi ekonomi
berupa tersedianya bantuan Operasional SD/SMP
makro daerah, kebijakan pendapatan, belanja,
sebanyak 23.780 siswa dari target yang diharapkan
pembiayaan dan strategi pencapaiannya, yang
sebanyak 23.780 siswa anggaran sejumlah
disepakati sebagai pedoman penyusunan RAPBD.
Rp. 10.964.675.000,- dengan realisasi sejumlah
KUA disusun dengan mengacu pada Rencana Kerja
Rp. 10.964.675.00,-
Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan dokumen rencana kerja tahunan daerah, disusun
Dana Alokasi Khusus (DAK) dengan hasil
dengan mengacu pada Rencana Pembangunan
meningkatnya sekolah yang memenuhi SPM
Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
sebanyak 50 sekolah dari target yang diharapkan sebanyak 50 sekolah dengan anggaran
Tujuan penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran
Rp. 12.992.638.000,- dengan realisasi sebanyak
Sementara (PPAS) Perubahan APBD Tahun
Rp. 1.436.899.800,-
Anggaran tertentu adalah untuk menetapkan plafon anggaran sementara prioritas program dan kegiatan pembangunan berdasarkan RKPD dan Kebijakan
120
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran tertentu,
Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap,
sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja dan
penandatanganan nota kepakatan KUA dan PPAS
Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-
dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk oleh pejabat
SKPD) dalam proses penyusunan Rancangan
yang berwenang.
Perubahan APBD Kabupaten/Kota. Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan sebagai berikut: • • •
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Periode APBD meliputi
Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib
masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
dan urusan pilihan;
sampai dengan tanggal 31 Desember. Penyusunan
Menentukan urutan program untuk masing-
APBD dimaksudkan untuk memberikan pedoman
masing urusan; dan
kepada pemerintah daerah dalam hal pengelolaan
Menyusun plafon anggaran sementara untuk
keuangan daerah. Oleh karena itu pemerintah
masing-masing program.
daerah bertanggung jawab untuk menjalankan
Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi PPAS paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan. KUA dan PPAS yang telah disepakati, masingmasing dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani nota kesepakatan KUA dan PPAS.
www.kinerja.or.id
APBD tersebut berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Penyusunan APBD diharapkan berpihak kepada kepentingan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Kepentingan masyarakat disini menyangkut segala fasilitas serta pelayanan yang diperlukan masyarakat secara umum baik secara fisik maupun non fisik seperti fasilitas dan pelayanan di bidang pendidikan. Oleh karena itu untuk mengetahui keberpihakan pemerintah daerah terhadap rakyat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dinilai dari seberapa besar anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan rakyat di bidang pendidikan.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
121
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Pelayanan di sektor pendidikan merupakan salah
wewenang sendiri untuk mengatur daerahnya
satu pelayanan publik yang menjadi urusan wajib
masing–masing termasuk di sektor pendidikan.
bagi pemerintah daerah. Dan sekarang ini sektor pendidikan mendapatkan perhatian dari pemerintah
Beberapa daerah sudah mulai membebaskan biaya
pusat dengan mengalokasikan anggaran 20% dari
SPP dan buku, perbaikan fasilitas gedung sekolah
APBN. Dengan anggaran tersebut diharapkan bisa
serta perbaikan kesejahteraan guru. Upaya ini tidak
mewujudkan progran wajib belajar sembilan tahun
terlepas dari kemampuan anggaran setiap daerah.
serta mengurangi angka anak putus sekolah.
Sebagai contoh Pemerintah Kabupaten Tana Toraja
Program tersebut dapat terwujud apabila ada
memberikan perhatian di bidang pendidikan dengan
koordinasi yang baik antara pemerintah pusat
mengalokasikan dana sebesar Rp.15,5 miliar untuk
dan daerah meskipun setiap daerah mempunyai
membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat good practice berikut ini.
PRAKTIK BAIK
PENDIDIKAN GRATIS DIANGGARKAN Rp.15,5 M
P
emerintah Kabupaten Tana Toraja mengalokasikan dana sebesar Rp15,5 miliar untuk membiayai pendidikan gratis tahun 2013. Anggaran ini bersumber dari APBD Tana Toraja
sebesar 60 persen dan APBD Provinsi Sulawesi Selatan, 40 persen. Pengelola pendidikan gratis 2013 pada Dinas Pendidikan Tana Toraja, Tato Alik, menjelaskan besarnya anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama tahun 2013, sebesar Rp15,525 miliar. Dana sebesar ini akan dialokasikan ke-305 sekolah. Dengan rincian, 228 SD dengan jumlah siswa sebanyak 37.677 orang dan SMP 76 sekolah dengan jumlah siswa sebanyak 15.340 siswa. ‘’Anggaran pendidikan gratis ini 60 persennya ditanggung pemerintah kabupaten sedangkan 40 persennya ditanggung pemerintah provinsi,’’ jelas Tato. Dia mengatakan, anggaran sebesar Rp15,5 miliar ini belum termasuk biaya
122
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
pendidikan gratis tingkat SMA dan SMK, yang hingga saat ini masih menunggu petunjuk pelaksanaan dari pemerintah provinsi. Dana pendidikan gratis SD dan SMP ini akan ditransfer langsung ke rekening masing-masing sekolah sesuai dengan jumlah siswa. ‘’Dananya akan ditransfer setiap triwulan atau tiga bulan sekali,’’ katanya. Tato menegaskan, dengan adanya dana pendidikan gratis ini, pihak sekolah dilarang keras melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada siswa SD dan SMP. Sebab, semua pembiayaan pendidikan sudah ditanggung dalam pendidikan gratis ini. Adapun item-item yang dibiayai dari program pendidikan gratis, diantaranya ATK siswa, perangkat sekolah, dan insentif kepala sekolah, pegawai pustakawan dan bujang sekolah. “Jika ada sekolah yang masih melakukan pungutan kepada siswa bisa dikategorikan pungutan liar,” tegasnya. Untuk menjaga agar penggunaan dana pendidikan gratis ini tepat sasaran, Tato mengatakan pihak Dinas Pendidikan akan melakukan pengawasan secara ketat, baik dari sisi penggunaan maupun pelaporan. “Kepada orang tua siswa kami menghimbau, jika masih ada sekolah yang melakukan pungutan, segera melapor ke Dinas Pendidikan,” pungkasnya. Alokasi Dana Pendidikan Gratis * ATK Siswa * Perangkat Sekolah * Insentif Kepala Sekolah, Pegawai Pustakawan dan Bujang Sekolah Sumber: Palopo Pos, Rabu, 13 Feb 2013, view 110 x
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
123
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
RKA SKPD Dinas Pendidikan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat (RKA-SKPD) adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD, sebagai acuan/pedoman bagi Kepala SKPD dan SKPKD
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. Khusus untuk Sekretariat DPRD dianggarkan pula Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD, dan lainlain. Rincian anggaran Belanja Langsung menurut program dan kegiatan SKPD.
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan
dalam menyusun rencana kerja dan anggarannya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD antara lain: RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilaksanakan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan program dan kegiatan serta manfaat yang diharapkan. RKA-SKPD memuat antara lain : Rincian anggaran Pendapatan SKPD terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Rincian anggaran Belanja Tidak Langsung SKPD antara lain gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan penghasilan PNS, belanja penerimaan lainnya pimpinan dan anggota DPRD serta
124
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Masyarakat Partisipasi masyarakat yang telah diatur dalam berbagai perundangan dirasa kurang mampu dilaksanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Perlu ditegaskan juga dalam Undangundang, partisipasi masyarakat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Dalam perencanaan pembangunan, aspek yang dikaji bukan hanya perencanaan, namun juga pada penganggaran, pengawasan, dan pelaksanaan. Dalam perwujudan realisasi suatu program tidak lepas dari tahap an perencanaan dan penganggaran. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran tersebut mencerminkan hubungan masyarakat sebagai penyumbang pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat. Usulan yang telah disampaikan masyarakat dalam tahapan perencanaan patut direspon oleh
www.kinerja.or.id
Pemerintah sehingga kegiatan yang direalisasikan
dan tanggung jawab, berbagi informasi, saling
dalam APBD merupakan wujud aspirasi masyarakat
mendukung dalam upaya perbaikan bersama.
untuk memperbaiki kesejahteraannya. Tujuan
MSF tidaklah harus merupakan pertemuan formal,
umum yang ingin dicapai dari pelibatan masyarakat
lokakarya atau bahkan merupakan organisasi atau
dalam bidang perencaaan dan penganggaran
lembaga formal. Namun, bisa juga merupakan
adalah terciptanya suatu kondisi anggaran yang
forum-forum terbatas yang informal. Pada tahapan
murni sehingga dapat menciptakan mekanisme
lebih lanjut, MSF bisa saja didorong menjadi
pelaksanaan anggaran yang transparan.
organisasi atau lembaga formal jika memang diperlukan sesuai dengan dinamika dan kebutuhan
Peran Multi Stakeholder Forum (MSF)
lokal.
Multi Stakeholder Forum (MSF) sebagai media
Peran Media
dalam mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan
Peran media dalam perencanaan dan penganggaran
yang menjadi kepedulian bersama dan untuk
di bidang pendidikan dilakukan melalui pemantauan,
melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
investigasi, advokasi, pengumpulan pendapat
Anggotanya dari berbagai unsur kepentingan
masyarakat (poling), evaluasi, kritik/komentar,
dari masyarakat (individu dan atau kelompok),
pengawalan dan penyebarluasan informasi serta
eksekutif, legislative, media, sektor bisnis, dan
memberi ruang bagi masyarakat banyak dalam
lain-lain. Pertemuan, diskusi dan forum bersama
menyampaikan opini tentang pendidikan.
antar pemangku kepentingan menjadi penting untuk mengembangkan proses dialogis dan membangun
Peran dan fungsi media terkait proses perencanaan
kesadaran bersama dan melakukan aksi bersama.
dan penganggaran di bidang pendidikan, antara lain:
Dalam konteks pelayanan publik, MSF ini
•
cara menyosialisasikan visi dan misi pendidikan
merupakan proses dialogis antara penyedia
dan berbagai kebijakan pokok di bidang
layanan dan pengguna layanan untuk mencapai
pendidikan yang tertuang dalam dokumen
suatu pelayanan publik yang efektif, efisien, dan terjangkau. Apa yang telah diupayakan oleh pemerintah (selaku penyedia layanan publik) serta apa yang terjadi dan diharapkan masyarakat (selaku pengguna layanan) harus diupayakan ada titik temu. Pertemuan dan forum juga akan menjadi ajang untuk menyepakati apa saja yang akan dilakukan oleh masing-masing pelaku atau berbagi peran
www.kinerja.or.id
Meningkatkan wawasan masyarakat dengan
perencanaan daerah. •
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap makna dan tanggung jawab pembangunan di bidang pendidikan di daerahnya, sehingga mendorong partisipasi mereka dalam proses perencanaan/pelaksanaan/pengawasan pembangunan di bidang pendidikan.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
125
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
•
Meningkatkan keterbukaan dan transparansi
pembangunan di bidang pendidikan serta hasil-
dengan menyosialisasikan kepada masyarakat
hasil yang dicapai.
mengenai informasi dan agenda daerah berkaitan dengan proses perencanaan pendidikan. •
Meningkatkan partisipasi dan kontribusi pemikiran masyarakat melalui kegiatan jarring aspirasi (poling pendapat) masyarakat berkaitan dengan isu-isu pendidikan yang strategis, harapan masyarakat, dan substansi-substansi rencana pembangunan pendidikan di daerah.
•
Meningkatkan akuntabilitas proses perencanaan dengan mempublikasikan pelaksanaan prosesproses perencanaan pendidikan dan hasilhasil rumusan materi rencana dan kebijakan daerah di bidang pendidikan untuk dikritisi dan ditanggapi masyarakat lainnya.
•
Meningkatkan demokratisasi dan komitmen daerah terhadap pengurangan kesenjangan melalui evaluasi, kritik, dan pengawalan terhadap isu-isu pembangunan di bidang pendidikan yang terkait kepentingan masyarakat marginal dan masalah kesenjangan pendidikan.
•
Meningkatkan supremasi hukum melalui investigasi, pengkajian, dan advokasi terhadap proses perumusan kebijakan publik dan penganggaran daerah di bidang pendidikan.
•
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemerintah daerah dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan di bidang pendidikan melalui pemantauan dan pengawasan, kajian dan kritik/masukan, sosialisasi/penyebarluasan informasi seluruh proses perencanaan dan penganggaran
126
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Praktik yang Baik: Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah di Kabupaten Pati. Kabupaten Pati merupakan salah satu kabupaten yang telah mencoba menerapkan proses partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan dalam bidang perencaaan. Kabupaten Pati dipilih sebagai 'good practice karena Kabupaten Pati merupakan kabupaten pertama di Indonesia yang mencoba menerapkan pelibatan masyarakat bukan hanya pada tahapan perencanaan, namun juga pada tahapan penganggaran daerah. Proses pelaksanaan melibatkan PERFORM Project untuk tahapan perencanaan dan Program Pendampingan Anggaran Kinerja oleh BIGG (Building Institutions for Good Governance). Uji coba penerapan perencanaan partisipatif Kabupaten Pati dilaksanakan sejak tahun 2002 dengan mengambil tiga kecamatan sebagai sampelnya awal yaitu Kecamatan Tayu, Kecamatan Pati, dan Kecamatan Juwana, dari total dua puluh satu kecamatan yang ada. Pelaksanaan partisipasi masyarakat pada tiap daerah tentu memiliki pengalaman berbeda disesuaikan dengan keadaan tiap daerah yang mempunyai ciri khas tertentu. Tahapan perencanaan dan penganggaran di Kabupaten Pati secara sinergis diterapkan untuk Tahun Anggaran 2003.
www.kinerja.or.id
Sejak menerapkan partisipasi masyarakat dalam
Kegiatan Pendampingan
perencanaan dan penganggaran, Kabupaten Pati menjadi salah satu kabupaten best practice.
Tahap persiapan dan bahan penunjang:
Hal ini tidak lepas dari peran Bappeda Kabupaten
Persiapan:
Pati yang lebih dahulu menerapkan perencanaan dan penganggaran, bahkan sebelum dikeluarkannya
Persiapkan segala hal yang diperlukan untuk
UU SPPN yang mengatur sinergisme perencanaan
penyelenggaraan pertemuan lokakarya tentang
dan penganggaran.
integrasi DGP ke dalam perencanaan dan penganggaran di Dinas Pendidikan dan Pemerintah
Peran Bappeda bertambah ketika Kabupaten
Kabupaten/Kota.
Pati menerapkan aturan tersendiri tentang pelaksanaan partisipasi masyarakat, terutama
Undang Tim Teknis Penghitungan DGP (Dinas
dalam perencanaan. Hal ini merupakan inovasi yang
Pendidikan, Perwakilan Sekolah jenjang SD/MI dan
dilakukan oleh Kabupaten Pati. Inovasi tersebut
SMP/MTs, Bappeda, Multi Stakeholder Forum) yang
terkait dengan metode-metode yang digunakan,
telah di-SK-an oleh Bupati/Walikota.
tahapan yang dilalui selama Musrenbang, dan tatacara penentuan stakeholder Inovasi yang dilakukan tersebut tidak lepas juga dari pengaruh organisasi non pemerintah (Non Government
Bahan penunjang: Materi Pelatihan/Lokakarya
Stakeholder) yang turut mempengaruhi pola pikir masyarakat terhadap perubahan yang terjadi. (Wahyu Dyah Widowati, 2007).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
127
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) RKPD merupakan acuan dan pedoman bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menyusun kebijakan publik yaitu kerangka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). RKPD dijabarkan lebih lanjut dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan ● Masyarakat Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran tersebut mencerminkan hubungan masyarakat sebagai penyumbang pemasukan APBD terbesar dari dana pajak dan retribusi dan pemerintah sebagai pelaksana amanat masyarakat. 17
128
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Peran Multi Stakeholder Forum (MSF) Sebagai media dalam mempertemukan antar pemangku kepentingan untuk merespon isu-isu pendidikan yang menjadi kepedulian bersama dan untuk melakukan upaya mencapai tujuan bersama.
18
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
129
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
www.kinerja.or.id
6 Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
131
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
MODUL 6
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
BAHAN BACAAN
PENERAPAN DISTRIBUSI GURU PROPORSIONAL DI KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN Pendahuluan
........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang contoh praktik yang baik penerapan distribusi Guru secara Proporsional.
Kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan hampir seluruh daerah di Indonesia seolah menjadi buah simalakama, pemenuhan kuantitas dan kualitasnya menjadi suatu keniscayaan sementara beban anggaran dalam proses pemenuhan tersebut menjadi tantangan terberat bagi daerah di era desentralisasi ini terutama bagi dengan APBD rendah. Program distribusi guru secara proporsional (DGP) Kinerja, mempunyai praktek baik dalam mengimplementasikan program DGP tersebut di Kabupaten Luwu Utara dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: •
Sosialisasi dan berbagi
ik yang baik
tentang Sirkulasi guru, pengenalan manajemen PTK, penyamaan persepsi, dan membangun komitmen antar stakeholder. •
Pelatihan pengolahan tenaga kependidikan, SIM-NUPTK, dan Padati Web
132
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
•
• • • •
Pengolahan database pendidik dan
budi pekerti,dan karakter bangsa yang kuat.
kependidikan, database pendidik dan tenaga
Pembangunan bidang pendidikan diarahkan
kependidikan , SIM-NUPTK dan Padati Web
demitercapainya pertumbuhan ekonomi yang
Analisis manajemen pendidik dan tenaga
didukung keselarasan antara ketersediaantenaga
kependidikan.
terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan
Pendampingan perumusan rekomendasi
lapangan kerja ataukewirausahaan dan 2) menjawab
kebijakan.
tantangan kebutuhan tenaga kerja.
Penyampaian perumusan rekomendasi kepada Bupati/Walikota dan atau stakehoder pendidikan
Oleh karena itu, substansi inti program aksi bidang
Advokasi dan pendampingan penganggaran
pendidikan dalam RPJM 2010-2014 antara lain:
replikasi. •
Piloting implementasi sirkulasi guru.
•
Monitoring dan evaluasi.
1. Pengelolaan: Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul, revitalisasi peran pengawas
Hasil Analisa Kebutuhan Pendidik di Luwu Utara A. Pendahuluan Sasaran pembangunan dalam RPJMN 2010-2014 di bidang pendidikan ditujukan untukpeningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, antara lain ditandai penurunan jumlah penduduk buta huruf (4,18% di tahun 2014), peningkatan secara nyata persentase penduduk yang dapat menyelesaikan program wajib belajar 9 tahun dengan indikator lama sekolah rata-rata 8,25 tahun di tahun 2014 dan pendidikan lanjutan sertaperkembangan positif pendidikan kejuruan yang ditandai oleh peningkatan jumlah tenaga terampil. Peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan, dan efisienmenujupertumbuhan kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran
www.kinerja.or.id
sekolah sebagai entitas quality assurance, mendorong aktivasi peran Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten; 2. Kualitas: Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan sekolah, melalui: 1) program remediasi kemampuan mengajar guru; 2) penerapan sistem evaluasi kinerja profesional tenaga pengajar; 3) sertifikasi ISO 9001:2008 di 100% PTN, 50% PTS, 100% SMK sebelum 2014; 4) membuka luas kerja sama PTN dengan lembaga pendidikan internasional; 5) mendorong 11 PT masuk Top 500 THES pada 2014; 6) memastikan perbandingan guru-murid di setiap SD/ di setiap SMP/
s 1:40;
tercapainya Standar Nasional Pendidikan (SNP) bagi Pendidikan Agama dan Keagamaan paling lambat tahun 2013.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
133
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Rencana aksi pemerintah bidang pendidikan
kualifikasi akademik, maupun dalam kompetensi
tidak terlepas dari “kinerja pendidikan” yang
secara merata untuk menjamin keberlangsungan
telah diatur dalam peraturan perundangan
satuan pendidikan usia dini jalur pendidikan
sebelumnya, yaitu UU No. 20 Tahun 2003 tentang
formal dan pendidikan dasar dan menengah yang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, 2) pengangkatan
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan bagi
dan penempatan guru dilakukan secara obyektif
peserta didik, dan peningkatan kinerja pendidik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 3)
dan tenaga kependidikan serta penyelenggara
guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah
pendidikan baik pemerintah, pemerintah daerah dan
daerah dapat dipindahtugaskan antar provinsi, antar
masyarakat. Dukungan bagi peserta didik tertuang
kabupaten/antar kota, antar kecamatan maupun
dalam pasal 11 ayat (1), bahwa pemerintah dan
antar satuan pendidikan karena alasan kebutuhan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan
satuan pendidikan dan atau promosi, 4) guru yang
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah
pendidikan bermutu bagi setiap warga negara
dapat mengajukan permohonan pindah tugas baik
tanpa diskriminasi; dan wajib menjamin tersedianya
antar provinsi, antar kabupaten/antar kota, antar
dana bagi penyediaan pendidikan untuk setiap
kecamatan maupun antar satuan pendidikan sesuai
warganegara yang berusia 7-15 tahun. Untuk
dengan peraturan perundang-undangan.
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan dalam satuan pendidikan diatur pada pasal 41 terdiri
Implementasi awal kebijakan penataan pendidik
dari ayat (1) Pendidik dan tenaga kependidikan
dan tenaga pendidik, Departemen Pendidikan
dapat bekerja secara lintas daerah, ayat (2)
Nasional Tahun 2007 menerbitkan Permendiknas
Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran
No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan
pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh
Pendidikan pada huruf B mengenai Pelaksanaan
lembaga yang mengangkatnya berdasarkan
Rencana Kerja; angka 6: bidang pendidik dan
kebutuhan satuan pendidikan formal, dan ayat
tenaga kependidikan yang berisi tentang (a) sekolah/
(3) Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
madrasah menyusun program pendayagunaan
memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
pendidik dan tenaga kependidikan, (b) program
dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk
pendayagunaan dengan kriteria antara lain: 1)
menjamin terselenggaranya pendidikan yang
disusun dengan memperhatikan Standar Pendidik
bermutu.
dan Tenaga Kependidikan, 2) dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah termasuk
134
Selanjutnya sebagai pendukung dalampenataan
pembagian tugas, mengatasi kekurangan
guru diterbitkan UU No. 14 Tahun 2005 tentang
tenaga, menentukan sistem penghargaan, dan
Guru dan Dosen, seperti ditegaskan dalam
pengembangan profesi bagi setiap pendidik
Pasal 24, 25 dan 28 bahwa 1) pemerintah wajib
dan tenaga kependidikan serta menerapkannya
memenuhi kebutuhan guru baik dalam jumlah,
secara profesional, adil dan terbuka, (c)
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan
48 Tahun 2011, dan Kementrian Pendayagunaan
tambahan dilaksanakan berdasarkan ketentuan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (No.
yang ditetapkan oleh penyelenggara sekolah/
SPB/03/M.PAN-RB/10/2011) membuat peraturan
madrasah, (d) sekolah/madrasah perlu mendukung
bersama tentang penataan dan pemerataan guru
upaya seperti: 1) promosi pendidik dan tenaga
PNS. Sesuai dengan amanat Peraturan Bersama
kependidikan berdasarkan azas kemanfaatan,
5 Menteri tersebut dalam Pasal 4 ayat (1) dan (2),
kepatutan dan profesionalisme, 2) pengembangan
Gubernur, Bupati/Walikota bertanggung jawab dan
pendidik dan tenaga kependidikan diidentifikasi
wajib melakukan penataan dan pemerataan guru
secara sistematis sesuai dengan aspirasi individu,
PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan
kebutuhan kurikulum dan sekolah/madarasah,
antar jenis pendidikan di satuan pendidikan yang
3) penempatan tenaga kependidikan disesuaikan
diselenggarakan oleh pemerintah provinsi atau
dengan kebutuhan jumlah maupun kualifikasinya
kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan
dengan menetapkan prioritas, dan 4) mutasi
guru PNS. Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat
tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain
(3) dan (4) bahwa Gubernur, Bupati/Walikota
didasarkan pada analisis jabatan yang disertai
mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan
dengan orientasi tugas.
guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antar satuan pendidikan, antar jenjang, dan
Sehubungan dengan adanya penghentian
antar jenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai
sementara pengangkatan CPNS yang dilakukan
dengan kewenangannya, ayat (5) Gubernur
pemerintah sejak tahun 2010 sebagai akibat
mengkoordinasikan dan memfasilitasi antar
ketidakseimbangan belanja tidak langsung dengan
satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis
belanja langsung, karena berdasarkan data
pendidikan sesuai kebutuhan dan kewenangannya
sebagian besar Pemerintah Daerah Kabupaten/kota
untuk penataan guru antar kabupaten/kota
alokasi APBD terbesar digunakan belanja pegawai
dalam satu wilayah provinsi. Dalam melakukan
yaitu berkisar 70-80% dan sisanya untuk belanja
penataan dan pemerataan guru PNS antar
diluar pegawai (modal dan operasional).Untuk
satuan pendidikan, antar jenjang dan antar jenis
meningkatkan penggunaan APBD agar digunakan
pendidikan berdasarkan pada analisis kebutuhan
untuk belanja operasional dan modal, sehingga
dan persediaan guru sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerah tidak dapat mengangkat CPNS
standarisasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri
fungsional (misalnya guru) dengan mengoptimalkan
Pendidikan Nasional (ayat 6).
ketersediaan guru PNS. Sejalan dengan moratorium CPNS tersebut, pemerintah melalui 5 kementrian
Implementasi perencanaan dan penataan guru
yang terdiri dari Kementrian Pendidikan Nasional
sesuai dengan Peraturan Bersama 5 Menteri dimulai
(No.05/X/PB/2011), Kementrian Agama (No.11
2 Januari 2012 dan secara efektif berakhir 31
Tahun 2011), Kementrian Keuangan (No.158/
Desember 2013, meskipun dalam peraturan tersebut
PMK.01/2011), Kementrian Dalam Negeri (No.
pada Februari tahun berjalan Bupati/Walikota sudah
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
135
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
mengirimkan usulan perencanaan dan penataan
diharapkan dapat melakukan update SIMPK setiap
guru PNS kepada Gubernur.
tahun, karena hasilnya tidak hanya dapat digunakan untuk melakukan distribusi guru proporsional
B. Metode Metode yang digunakan dalam menganalisa data DGP adalah metode sederhana dengan memakai data sekunder yang tersedia dan diolah dengan aplikasi SIMPK (Sistem Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten). Aplikasi SIMPK berbasis Microsoft Excell dikembangkan oleh Program Decentralized Basic Education (DBE-1, USAID-RTI) dan digunakan lebih lanjut oleh LPKIPI. Data dasar SIMPK menggunakan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terdapat dalam PadatiWeb, dan NUPTK. Setiap akhir tahun ajaran (Bulan JuliAgustus) satuan pendidikan diwajibkan untuk mengirimkan LI (lembar individu sekolah) yang akan diunggah dalam sistem PadatiWeb oleh operator Padatiwebb Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan selanjutnya data tersebut tersimpan sebagai database Kementerian Dikbud, demikian juga data NUPTK akan tersimpan dalam SIM-NUPTK yang secara langsung terkoneksi dengan Kementrian Dikbud. Update secara online NUPTK dilakukan setiap saat oleh operator Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan menggunakan dukungan data offline NUPTK. Dengan data resmi, valid dan terus menerus diperbaharui yang diolah dengan aplikasi SIMPK diperoleh hasil DGP yang mendekati kondisi nyata. Proses analisa data sangat cepat dengan menggunakan “tool-pivot” yang terdapat dalam Microsoft-Excell melalui pendekatan “drag and drop”. Tim Teknis Dinas Pendidikan telah dilatih oleh LPKIPI untuk menggunakan SIMPK, dan Tim Teknis
136
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
secara tepat, namun juga dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan untuk mencapai SPM (Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar), pemetaan sarana prasarana satuan pendidikan sekabupatan atau se-kecamatan, dan sebagainya. Analisa data DGP difokuskan pada sekolah negeri (SDN, SMPN, dan SMAN) karena sesuai dengan PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggraan Pendidikan, maka penyelenggaraan dan pengelolaan satuan pendidikan negeri menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Metode penghitungan kecukupan guru SDN dihitung beradasarkan selisih ketersediaan guru (tidak termasuk kepala sekolah) yang mengajar di sekolah saat ini dengan kebutuhan guru di SDN. Ketersediaan guru dihitung berdasarkan jumlah guru yang saat ini mengajar di SDN baik guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) maupun non PNS. Untuk guru PNS, setiap guru dihitung sebagai guru mengajar penuh waktu (full-time teacher), sedangkan untuk guru non PNS, setiap guru dihitung menurut jumlah jam mengajar. Perhitungan ini diperlukan, karena guru PNS akan dibayar penuh meskipun mengajar kurang dari 24 jam, sementara guru non PNS akan dibayar sesuai dengan beban mengajar. Guru non PNS yang mengajar 24 jam atau lebih per minggu, dihitung sebagai guru mengajar penuh waktu (full-time teacher), sedangkan guru non PNS yang mengajar kurang dari 24 jam per minggu, dihitung menurut rasio jumlah jam mengajar
www.kinerja.or.id
terhadap 24 jam per minggu. Misalnya seorang guru
1. Pemetaan kelebihan guru kelas dan mapel per kecamatan pilot proyek DGP Jenjang SDN.
mengajar 12 jam per minggu, maka guru tersebut dihitung 0,5 Setara Mengajar Guru Penuh Waktu (Full-time Teacher Equivalent - FTE).
Penetapan lokasi pilot proyek DGP pada awalnya berdasarkan topografi dan kelengkapan
Metode perhitungan guru maWDpelDMDUDQ juga
data yang dianalisis, sehingga diperoleh 3
GLJXQDNDQuntuk jenjang SMPN dan SMAN.
kecamatan yaitu: a. Daerah Perkotaan diwakili ROHKKecamatan
C. Hasil
Sukamaju b. Daerah pegunungan diwakili ROHKKecamatan
Hasil analisa SIMPK dapat dilihat sampai tingkat
Sekko
unit satuan pendidikan dan satuan individu guru.
c. Daerah pesisir diwakiliROHK Kecamatan
Namun demikian, hasil SIMPK ini yang telah
Malangke Barat
disepakati bersama stakeholder terkait adalah dalam 3 Kecamatan pilot proyek, karena data LI
Hasil pemetaan kelebihan dan kekurangan
Tahun 2011 sudah diverifikasi dan data NUPTK
guru kelas SD Negeri yang terdapat dalam 3
Tahun 2011.
kecamatan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas Kecamatan
Jumlah Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
% Kecukupan
Kecamatan Malangke Barat
18
141
63
118
181
37
-78
126%
Kecamatan Sekko
19
117
37
42
79
-38
-80
68%
Kecamatan Sukamaju
27
207
102
85
187
-22
-105
89%
Total
64
459
202
245
447
-23
-263
95%
Keterangan: 1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
137
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Gambar 1. Kategori Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas ■ Kec. Sukamaju
- Non PNS; -105
■ Kec. Sekko
- Non PNS; -80
■ Kec. Malangke Barat
- Non PNS; -78
■ Kec. Sukamaju
+ Non PNS; -22
+ Non PNS; -38
+ Non PNS; 37
■ Kec. Sekko
■ Kec. Malangke Barat -120 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40
■ Kec. Sukamaju
■ Kec. Sekko
■ Kec. Malangke Barat
Menurut tabel dan gambar di atas, informasi yang
bahkan jumlah guru kelas non PNS masih
diperoleh adalah sebagai berikut:
kelebihan 37 orang guru kelas non PNS.
a. 'LVemua kecamatan terdapat kekurangan
c. Secara kuantitatif jumlah kekurangan guru kelas
JXUXkelas PNS, kekurangan guru kelas paling
PNS di Kecamatan Sukamaju paling banyak,hal
banyak terjadi pada Kecamatan Sukamaju,
ini disebabkan jumlah SDN dan jumlah rombel
kekurangan guru kelas diminimalisir dengan
paling banyak diantara 2 kecamatan lain
bantuan guru kelas non PNS, namun GL
dalam lokasi program DGP yaitu sebesar 1,9
Kecamatan Sukamaju masih terdapat
kali lipat jumlah rombel di Kecamatan Sekko
kekurangan guru kelas sebanyak 22 orang.
atau 1,5 kali lipat jumlah rombel di Kecamatan
Demikian juga untuk Kecamatan Sekko terdapat
Malangke Barat. Akan tetapi, jika dilihat dari
kekurangan 74 guru kelas PNS dan dengan
rasio kecukupun guru kelas baik PNS dan Non
bantuan guru kelas Non PNS masih terdapat
PNS, makakecamatan paling kurang kecukupan
kekurangan 32 orang.
guru kelasnya adalah Kecamatan Sekko, karena Kecamatan Sekko ketersediaan guru kelas
b. Kecamatan Malangke Barat kekurangan 78 orang guru PNS, akan tetapi dengan adanya
baru tercukupi 71% dari total kebutuhan guru kelasnya.
bantuan guru kelas non PNS kegiatan proses belajar mengajar di sekolah berlangsung normal,
Pemetaan guru mata pelajaran Penjaskes per kecamatan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
138
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel Penjaskes Kecamatan
Jumlah Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
% Kecukupan
Kecamatan Malangke Barat
18
141
6
19
25
6
-17
142%
Kecamatan Sekko
19
111
1
3
4
-10
-17
20%
Kecamatan Sukamaju
27
207
7
17
24
0
-26
99%
Total
64
459
14
39
53
-2
-60
95%
Keterangan: 1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Tabel 3. Kelebihan dan Kekurangan Guru Mapel PAI Kecamatan
Jumlah Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
% Kecukupan
Kecamatan Malangke Barat
18
141
10
11
21
0
-13
102%
Kecamatan Sekko
19
111
0
1
1
-13
-19
5%
Kecamatan Sukamaju
27
207
17
13
30
0
-18
100%
Total
64
459
27
25
52
-13
-50
78%
Keterangan: 1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
139
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Menurut data rasio kecukupan guru mata pelajaran
2. Pemetaan guru kelas SDN per satuan
Penjaskes dan PAI masih terdapat kekurangan guru mapel PNS, namun dengan bantuan guru mapel non PNS kekurangan guru mapel di Kecamatan
pendidikan per kecamatan
a. Kecamatan Malangke Barat
Sukamaju dan Kecamatan Malangke Barat dapat
Analisa data pada tingkat satuan pendidikan di lingkup Kecamatan Malangke Barat
dicukupi kekurangannya, sedang Kecamatan Sekko
sangat bervariasi dan dapat digolongkan
masih kekurangan guru mapel Penjaskes maupun
menjadi 4 kategori, yaitu:
PAI.
1) Kategori pertama: Kekurangan guru Informasi sangat kasar tersebuthanya bermanfaat
kelas/mapel PNS dan Non PNS;
untuk melihat secara umum jumlahkekurangan
2) Kategori kedua: Kekurangan guru kelas/
atau kelebihan guru kelas atau guru mapel, namun
mapel PNS dan dicukupi oleh guru
tidak dapat digunakan untuk melakukan kegiatan
kelas/mapel Non PNS;
perencanaan serta penataan guru kelas dan mapel
3) Kategori ketiga: Kekurangan guru
secara rinci. Mengapa demikian? Karena tidak jelas
kelas/mapel PNS dan dicukupi bahkan
lokus atau satuan pendidikan yang terjadi kelebihan
kelebihan guru kelas/mapel Non PNS;
atau kekurangan, sebab basis penataan guru
4) Kategori keempat: Kelebihan guru kelas/
kelas terdapat di dalam satuan pendidikan. Oleh
mapel PNS atau telah tercukupi dan
karena itu, analisa lebih dalam dilakukan per satuan
kelebihan guru kelas/mapel Non PNS.
pendidikan di dalam kecamatan. Sebaran data kekurangan dan kelebihan guru kelas dapat dilihat dalam tabel berkut ini.
Tabel 4. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan Nama Sekolah
140
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 142 POMBAKKA
10
1
4
5
-5
-9
50%
SDN 157 KALITATA
13
1
10
11
-2
-12
83%
SDN 158 LIMBONG WARA
7
1
5
6
-1
-6
86%
SDN 159 PEMBUNIANG
6
2
4
6
0
-4
96%
SDN 145 LAMIKO-MIKO
6
3
3
6
0
-3
100%
SDN 146 WAELAWI
6
3
4
7
1
-3
117%
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Nama Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 147 LABBU
6
3
5
8
2
-3
133%
SDN 149 BAKU-BAKU
11
7
6
13
2
-4
118%
SDN 150 PAO
12
4
10
14
2
-8
117%
SDN 154 LAYAR PUTIH
6
4
4
8
2
-2
133%
SDN 156 RANTELANGI
6
0
8
8
2
-6
133%
SDN 155 URUKUMPANG
6
4
5
9
3
-2
150%
SDN 152 CENNING
6
5
5
10
4
-1
163%
SDN 160 LANDUNG DOU
7
3
9
12
4
-4
157%
SDN 143 ARUSU
6
3
8
11
5
-3
175%
SDN 151 PENGKAJOANG
7
6
6
12
5
-1
171%
SDN 153 MATTIROWALIE
14
8
13
21
6
-6
145%
SDN 148 AMASSANGAN
6
5
9
14
8
-1
233%
141
63
118
181
37
-78
126%
Total
Keterangan: 1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Berdasarkan tabel di atas, dapat diinformasikan
lain atau diluar bidang pendidikan, maka guru
bahwa;
kelas tersebut akan mudah berpindah keluar
1) 3 SDN yang mengalami kekurangan guru kelas PNS terbanyak disebabkan jumlah guru kelas PNSnya paling sedikit, yaitu 1 orang guru kelas PNS berarti sisanya non PNS. Guru kelas
dari satuan pendidikan bersangkutan dan dampaknya proses PBM sangat rentan dalam kestablian. 2) Temuan menarik di SDN 156 Rantelangi, semua
non PNS ini mengajar 4-10 rombel. Dengan
guru kelas berstatus non PNS dan hanya kepala
adanya guru kelas non PNS yang tidak memiliki
sekolahnya yang PNS. Fakta ini wajib menjadi
ikatan kuat dengan satuan pendidikan, apabila
perhatian Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu
terdapat kesempatan bekerja diluar satuan
Utara, perlu adanya distribusi guru PNS ke
pendidikan tersebut, seperti satuan pendidikan
satuan pendidikan tersebut.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
141
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
3) Jumlah guru kelas PNS terbanyak di SDN 153 Mattirowalie yaitu 8 orang, namum dengan adanya rombel yang melebihi ketersediaan guru kelas PNS sehingga sekolah tersebut masih kekurangan guru kelas PNS dan kekurangan guru kelas PNS dicukupi dengan adanya guru kelas non PNS yang berlebihan. Fakta ini juga perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena dalam operasionalisasi guru kelas non PNS menggunakan dana BOS APBN yang seharusnya 80%-nya digunakan diluar honor guru kelas non PNS atau sukwan.
dan SDN 158 Limbong Wara sejumlah 6 orang. 2) 2 satuan pendidikan atau 11,1% satuan pendidikan kekurangan guru kelas PNS, namun dengan bantuan guru kelas Non PNS, kekurangan tersebut telah tercukupi sehingga proses belajar mengajar belum perlu dikawatirkan. 3) 13 satuan pendidikan atau 72,2% satuan pendidikan belum tercukupi guru kelas PNSnya, tetapi dengan bantuan guru kelas non PNS proses PBM dapat berjalan normal bahkan
Gambar 2. Kategori Kelebihan dan Kekurangan Guru Kelas
■ Series 1
Kategori 4; 0
■ Series 1
Kategori 3; 13
■ Series 1
Kategori 2; 2
■ Series 1
Berdasarkan informasi di atas, dapat dilihat bahwa: 1) 3 satuan pendidikan atau 16,7% satuan
Kategori 1; 3
terdapat kelebihan guru kelas Non PNS sampai 8 orang, sepertidi SDN 148 Amassangan.
pendidikan mengalami kekurangan guru kelas
Untuk guru mata pelajaran Penjaskes per satuan
PNS dan bantuan guru kelas Non PNS masih
pendidikan dalam lingkup Kecamatan Malangke
belum mencukupi. Kekurangan terbesar guru
Barat, hasil pemetaannya terdapat dalamWDEHO
gelas terdapat di SDN 157 Kalitata sejumlah 12
GLbawah ini.
orang, SDN 142 Pombakkasebanyak 9 orang
142
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Tabel 5. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan Nama Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 142 POMBAKKA
10
-2
-2
0%
SDN 145 LAMIKO-MIKO
6
-1
-1
0%
SDN 146 WAELAWI
6
-1
-1
0%
SDN 157 KALITATA
13
-1
-1
50%
SDN 159 PEMBUNIANG
6
-1
-1
0%
SDN 149 BAKU-BAKU
11
0
2
2
0
-2
88%
SDN 150 PAO
12
0
2
2
0
-2
88%
SDN 152 Cenning
6
0
1
1
0
-1
75%
SDN 143 ARUSU
6
0
2
2
0
-1
100%
SDN 147 LABBU
6
0
1
1
0
-1
100%
SDN 151 PENGKAJOANG
7
0
1
1
0
-1
100%
SDN 153 MATTIROWALIE
14
1
1
2
0
-1
100%
SDN 154 LAYAR PUTIH
6
0
1
1
0
-1
100%
SDN NO 158 LIMBONG WARA
7
1
0
1
0
0
100%
SDN 156 RANTELANGI
6
1
1
2
1
0
150%
SDN 148 AMASSANGAN
6
0
2
2
1
-1
175%
SDN 155 URUKUMPANG
6
1
1
2
1
0
175%
SDN 160 LANDUNG DOU
7
1
4
5
3
0
400%
141
6
19
25
6
-17
142%
Total
1
0
1
Keterangan: 1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
143
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Menurut informasi dalam tabel di atas, dapat diulas
Limbong wara, SDN 156 Rantelangi, SDN
sebagai berikut:
155 Urukumpang dan SDN 160 Landung Dou,
1) 5 satuan pendidikan yang kekurangan guru mapel Penjaskes PNS dan tidak terdapat dukungan guru mapel Penjaskes Non PNS,
bahkan 3 satuan pendidikan diantaranya telah kelebihan guru mapel Penjaskes Non PNS. 4) Secara keseluruhan dengan mempertimbangkan
dan 4 satuan pendidikan tersebut rasio
keterlibatan guru mapel penjaskes Non PNS
kecukupannya 0%, berarti tidak terdapat guru
terdapat kelebihan guru mapel Penjaskes.
mapel Penjaskes PNS maupun non PNS yaitu di SDN 142 Pombakka, SDN 145 Lamiko-Miko,
Berdasarkan *Dmbar 3, sebagian besar satuan
SDN 146 Waelawi, dan SDN 159 Pembuniang.
pendidikan tercukupi kebutuhan guru Penjaskes
2) 12 satuan pendidikan tidak memiliki guru mapel Penjaskes PNS dan hanya 7 satuan pendidikan
yaitu sebesar 44,4%, sedangkan satuan pendidikan yang kekurangan guru mapel Penjaskes PNS dan Non PNS sebesar 27,8%. Kekurangan guru mapel
Gambar 3. Persentase Guru Mapel Penjaskes per Kategori ■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
Kategori 3 1 5,6%
Kategori 4 4 22,2%
Kategori 2 8 44,4%
Kategori 1 5 27,8%
■ Kategori 1
■ Kategori 2
■ Kategori 4
yang dibantu oleh guru mapel Penjaskes Non
ini dapat dicukupi melalui pendekatan redistribusi
PNS, sisanya tanpa guru mapel Penjaskes.
dari sekolah berkelebihan dipindahkan ke sekolah
3) 4 satuan pendidikan telah tercukupi kebutuhan guru mapel Penjaskes PNS yaitu SDN 158
144
■ Kategori 3
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
kekurangan guru mapel Penjaskes sesuai dengan mengikuti kriteria DGP. Kelebihan guru penjaskes bukan berstatus PNS, akan menemukan kesulitan
www.kinerja.or.id
pada saat melakukan redistribusi guru, karena SK
dan memiliki jarak yang berdekatan dengan sekolah
yang dimiliki guru sukwan pada umumnya diterbitkan
sebelumnya (SPM: jarak kurang 3 km).
oleh kepala satuan pendidikan bukan oleh Pemerintah Daerah, alternatif yang bisa dilakukan
Untuk pemetaan guru Pendidikan Agama Islam
adalah melakukan himbauan redistribusi guru mapel
per satuan pendidikan dapat dilihat dalam tabel di
Penjaskes non PNS ke SDN yang kekekurangan
bawah ini.
Tabel 6. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan Nama Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
-2
-2
0%
SDN 142 POMBAKKA
10
SDN 150 PAO
12
0
1
1
-2
-2
13%
SDN 153 MATTIROWALIE
14
0
1
1
-2
-2
13%
SDN 143 ARUSU
6
-1
-1
0%
SDN 145 LAMIKO-MIKO
6
-1
-1
0%
SDN 155 URUKUMPANG
6
-1
-1
0%
SDN 159 PEMBUNIANG
6
-1
-1
0%
SDN 156 RANTELANGI
6
0
1
1
-1
-1
50%
SDN 147 LABBU
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 149 BAKU-BAKU
11
1
1
2
0
-1
100%
SDN 152 CENNING
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 154 LAYAR PUTIH
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 157 KALITATA
13
1
1
2
0
-1
100%
SDN 158 LIMBONG WARA
7
0
2
2
0
-1
138%
SDN 146 WAELAWI
6
2
0
2
1
1
200%
SDN 148 AMASSANGAN
6
1
1
2
1
0
200%
SDN 160 LANDUNG DOU
7
0
2
2
1
-1
200%
SDN 151 PENGKAJOANG
7
2
1
3
2
1
300%
141
10
11
21
0
-13
102%
Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
145
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Menurut tabel diatas, terdapat 8 satuan pendidikan
Pangkajoang kelebihan 1 guru mapel PNS atau 2
yang tidak memiliki guru mapel Pendidikan Agama
guru mapel PAI (tambahan 1 guru mapel PAI Non
Islam (PAI) baik guru PNS atau Non PNS, dan di
PNS). Analisa secara keseluruhan guru mapel PNS
sisi lain 2 satuan pendidikan terdapat kelebihan
PAI telah tercukupi dengan baik seperti terlihat
guru mapel PAI PNS sebagai contoh SDN 146
dalam gambar di bawah ini.
Waelanikelebihan 1 guru mapel PNS, SDN 151
Gambar 4. Persentase Guru Mapel PAI per Kategori ■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
Kategori 3 1 5,6%
Kategori 4 6 33,3%
Kategori 2 3 16,7%
Kategori 1 8 44,4%
■ Kategori 1
146
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
■ Kategori 2
■ Kategori 3
■ Kategori 4
www.kinerja.or.id
b. Kecamatan Sekko
Pemetaan guru kelas SDN Kecamatan Sekko dalam tabel di bawah ini.
Tabel 7. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan Nama Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 234 LORE
6
0
1
1
-5
-6
17%
SDN 075 LAMBIRI
6
1
1
2
-4
-5
33%
SDN 080 POKAPPAANG
6
0
2
2
-4
-6
33%
SDN 082 KARIANGO
6
2
0
2
-4
-4
33%
SDN 070 BANA
6
2
1
3
-3
-4
50%
SDN 084 SIPULUNG
6
1
2
3
-3
-5
50%
SDN 086 LEDAN
6
2
1
3
-3
-4
50%
SDN 073 BUSAK
6
3
1
4
-2
-3
67%
SDN 076 AMBALONG
6
1
3
4
-2
-5
67%
SDN 078 POYAHAANG
6
0
4
4
-2
-6
67%
SDN 081 HOYANE
6
3
1
4
-2
-3
67%
SDN 083 MALIMONGAN
6
2
2
4
-2
-4
67%
SDN 085 RANTEDANGA
9
3
4
7
-2
-6
78%
SDN 065 RANTE KASUMMONG
6
4
1
5
-1
-2
83%
SDN 069 PADANG BALUA
6
2
3
5
-1
-4
83%
SDN 077 PEWANEANG
6
1
4
5
-1
-5
83%
SDN 079 TANETE BABA
6
3
3
6
0
-3
100%
SDN 072 TURONG
6
3
4
7
1
-3
117%
SDN 071 TANETE
6
4
4
8
2
-2
133%
117
37
42
79
-38
-80
68%
Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
147
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Gambar 5. Persentase Guru Kelas per Kategori ■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
Kategori 3 2 10,5%
Kategori 4 0 0,0%
Kategori 2 1 5,3%
Kategori 1 16 84,2%
■ Kategori 1
■ Kategori 2
■ Kategori 3
■ Kategori 4
Menurut tabel dan gambar di atas, menunjukkan
Bana, SDN 084 Si Pulung, SDN 086 Ledan
bahwa:
kekurangan 3 guru kelas. Sedangkan 9 SD yang lain kekurangan guru kelas PNS berkisar
1) 95% satuan pendidikan di Kecamatan Sekko
3-6 orang dan dukungan guru kelas non PNS
memiliki 6 rombel dan terdapat 7 satuan pendidikan yang cukup parah kekurangan guru kelas PNS atau non PNS di bawah 50%,
masih sangat kurang. 2) 3 SDN atau 15% satuan pendidikan telah tercukupi guru kelas-nya, karena bantuan guru
sebagai contoh: (a) SDN 234 Lore kekurangan
kelas Non PNS.
5 guru kelas, (b) SDN 075 Lambiri, SDN 080 Pokappaang, dan SDN 082 Kariango
Pemetaan guru mapel Penjaskes per setiap satuan
kekurangan 4 guru kelas, (c) SDN 070
pendidikan seperti tabel di bawah ini.
Tabel 8. Kelebihan dan kekurangan guru mapel Penjaskes per satuan pendidikan Nama Sekolah
148
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Sum of Frm Rasio
SDN 065 RANTE KASUMMONG
6
-1
-1
0%
SDN 069 PADANG BALUA
6
-1
-1
0%
SDN 070 BANA
6
-1
-1
0%
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Nama Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Sum of Frm Rasio
SDN 071 TANETE
6
-1
-1
0%
SDN 072 TURONG
6
-1
-1
0%
SDN 073 BUSAK
6
-1
-1
0%
SDN 075 LAMBIRI
6
-1
-1
0%
SDN 076 AMBALONG
6
-1
-1
0%
SDN 077 PEWANEANG
6
-1
-1
0%
SDN 079 TANETE BABA
6
-1
-1
0%
SDN 081 HOYANE
6
-1
-1
0%
SDN 083 MALIMONGAN
6
-1
-1
0%
SDN 085 RANTEDANGA
9
-1
-1
0%
SDN 086 LEDAN
6
-1
-1
0%
SDN 234 LORE
6
-1
-1
0%
SDN 082 KARIANGO
6
0
1
1
-1
-1
25%
SDN 084 SIPULUNG
6
0
1
1
-1
-1
42%
SDN 080 POKAPPAANG
6
0
1
1
0
-1
75%
SDN 078 POYAHAANG
6
1
0
1
0
0
100%
117
1
3
4
-11
-18
19%
Grand Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
149
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Gambar 6. Jumlah Sekolah Per Kategori
■ Series 1
Kategori 4; 1
■ Series 1
Kategori 3; 0
■ Series 1
Kategori 2; 1
■ Series 1
Kategori 1; 17
bantuan guru mapel Penjaskes non PNS.
Berdasarkan informasi di atas, dapat ditarik beberapa temuan sebagai berikut:
3) Terdapat 15 satuan pendidikan tak memiliki guru mapel Penjaskes.Nilai kosong data guru
1) 17 satuan pendidikan atau 89,5% satuan
tersebut menunjukkan tidak terdapat data guru,
pendidikan kekurangan guru mapel Penjaskes
karena setelah diverifikasi di Kecamatan Sekko
PNS dan bantuan guru mapel non PNS tidak
oleh operator LI dan NUPTK Dinas Pendidikan,
mencukupi. 2) 2 satuan pendidikan atau 10,6% telah tercukupi kebutuhan guru mapel Penjaskes, karena
memang tidak ada perubahan data. Untuk pemetaan guru mapel PAI dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 9. Kelebihan dan kekurangan guru mapel PAI per satuan pendidikan Nama Sekolah
150
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Sum of Frm Rasio
SDN 085 RANTEDANGA
9
-2
-2
0%
SDN 065 RANTE KASUMMONG
6
-1
-1
0%
SDN 069 PADANG BALUA
6
-1
-1
0%
SDN 070 BANA
6
-1
-1
0%
SDN 071 TANETE
6
-1
-1
0%
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Nama Sekolah
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Sum of Frm Rasio
SDN 072 TURONG
6
-1
-1
0%
SDN 073 BUSAK
6
-1
-1
0%
SDN 075 LAMBIRI
6
-1
-1
0%
SDN 077 PEWANEANG
6
-1
-1
0%
SDN 078 POYAHAANG
6
-1
-1
0%
SDN 079 TANETE BABA
6
-1
-1
0%
SDN 080 POKAPPAANG
6
-1
-1
0%
SDN 081 HOYANE
6
-1
-1
0%
SDN 082 KARIANGO
6
-1
-1
0%
SDN 083 MALIMONGAN
6
-1
-1
0%
SDN 084 SIPULUNG
6
-1
-1
0%
SDN 086 LEDAN
6
-1
-1
0%
SDN 234 LORE
6
-1
-1
0%
SDN 076 AMBALONG
6
0
1
1
0
-1
75%
117
0
1
1
-14
-20
5%
Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Menurut informasi dalam tabel di atas antara lain sebagai berikut: 1) 18 satuan pendidikan atau 94,7% satuan pendidikan kekurangan guru mapel PAI PNS dan tidak terdapat bantuan guru mapel non PNS. 2) 1 satuan pendidikan atau 5,3% telah tercukupi kebutuhan guru mapel PAI, karena bantuan guru mapel Penjaskes non PNS. 3) Terdapat 18 satuan pendidikan tak memiliki guru mapel PAI. Nilai kosong data guru tersebut menunjukkan tidak terdapat data guru mapel PAI, berdasarkan hasil verifikasi di Kecamatan Sekko oleh operator LI dan NUPTK Dinas Pendidikan, memang tidak ada perubahan data.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
151
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
c. Kecamatan Sukamaju
Pemetaan guru kelas yang terdapat di satuan pendidikan seperti terlihat dalam WDEHOdi bawah ini.
Tabel 10. Kelebihan dan kekurangan guru kelas per satuan pendidikan Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 182 WONOKERTO
12
2
4
6
-6
-10
49%
SDN 172 SUKAMAJU I
12
5
2
7
-5
-7
58%
SDN 167 TULUNG INDAH I
11
3
4
7
-4
-8
64%
SDN 174 SUKADAMAI
10
5
2
7
-3
-5
70%
SDN 180 RAWAMANGUN i
11
4
4
8
-3
-7
73%
SDN 177 TOLANGI
7
2
3
5
-2
-5
71%
SDN 181 RAWAMANGN II
8
6
0
6
-2
-2
75%
SDN 227 PONGKASE
6
0
4
4
-2
-6
67%
SDN 161 LAMPUAWA
6
3
2
5
-1
-3
83%
SDN 179 MULYOREJO II
6
4
1
5
-1
-2
83%
SDN 162 MINANGA TALLU
8
2
5
7
-1
-6
88%
SDN 176 SIDORAHARJO
10
4
6
10
-1
-6
91%
SDN 169 KETULUNGAN
7
4
3
7
-1
-3
91%
SDN 164 KALUKU
6
3
3
6
0
-3
96%
SDN 223 SUKAHARAPAN
6
2
4
6
0
-4
96%
SDN 183 SUMBER BARU
6
4
2
6
0
-2
99%
SDN 166 SAPTA MARGA
8
4
4
8
0
-4
99%
SDN 163 TAMBOKE
6
5
1
6
0
-1
100%
SDN 168 TULUNG INDAH II
10
5
5
10
0
-5
100%
SDN 185 PAOMACANG
6
2
4
6
0
-4
100%
SDN 224 LINO
6
1
5
6
0
-5
100%
Nama Sekolah
152
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 173 SUKAMAJU II
12
8
5
13
1
-4
107%
SDN 170 TULUNGSARI I
6
6
1
7
1
0
117%
SDN 178 MULYOREJO I
9
6
4
10
1
-3
111%
SDN 165 SALULEMO
6
5
2
7
1
-1
117%
SDN 175 SUKAMUKTI
6
3
4
7
1
-3
117%
SDN 184 SUBUR
0
4
1
5
5
4
#DIV/0!
207
102
85
187
-22
-105
89%
Nama Sekolah
Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Gambar 7. Persentase Guru Kelas per Kategori ■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
Kategori 3 0 0,0%
Kategori 4 2 7,4%
Kategori 2 8 29,6%
Kategori 1 13 48,4%
■ Kategori 1
■ Kategori 2
■ Kategori 3
■ Kategori 4
Menurut hasil analisa data tersebut mengambarkan
SDN 167 Tulung Indah I (kekurangan 8 orang),
bahwa untuk kelebihan dan kekurangan guru kelas
SDN 172 Sukamaju I, SDN 180 Rawamangun
SDN di Kecamatan Sukamaju adalah sebagai
I (kekurangan 7 orang), SDN 227 Pongkase,
berikut:
SDN 162 Minanga Tallu, SDN 176 Sidoraharjo
1) Kekurangan guru kelas PNS terbanyak terdapat di SDN 182 Wonokerto (kekurangan 10 orang),
www.kinerja.or.id
(kekurangan 6 orang), sedangkan SDN lain kekurangan guru kelas PNS berkisar 1-5 orang.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
153
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
2) Di sisi lain terdapat kelebihan guru kelas
satuan pendidikan masih kekurangan guru
PNS yang cukup besar yaitu SDN 184 Subur
kelas PNS dan dukungan guru kelas non PNS
kelebihan 4 orang dan ditambah 1 orang guru
belum mencukupi, selanjutnya 29,6% satuan
kelas non PNS, fakta ini merupakan potensi
pendidikan kekurangan guru kelas PNS namun
untuk meredistribusikan guru kelas PNS internal
bantuan guru kelas non PNS telah mencukupi
kecamatan.
kebutuhan guru kelas.
3) Secara keseluruhan komposisi jumlah satuan pendidikan sebagian besar yaitu 48,1%
Pemetaan guru mapel Penjaskes dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 11. Kelebihan dan kekurangan guru penjaskes per satuan pendidikan Nama Sekolah
154
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
-2
-2
0%
SDN 172 SUKAMAJU I
12
SDN 176 SIDORAHARJO
10
0
1
1
-1
-2
38%
SDN 174 SUKADAMAI
10
0
1
1
-1
-2
42%
SDN 169 KETULUNGAN
7
-1
-1
0%
SDN 180 RAWAMANGUN i
11
-1
-2
50%
SDN 185 PAOMACANG
6
-1
-1
0%
SDN 167 TULUNG INDAH I
11
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 173 SUKAMAJU II
12
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 175 SUKAMUKTI
6
-1
-1
0%
SDN 182 WONOKERTO
12
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 166 SAPTA MARGA
8
0
1
1
0
-1
75%
SDN 179 MULYOREJO II
6
0
1
1
0
-1
79%
SDN 163 TAMBOKE
6
0
1
1
0
-1
83%
SDN 170 TULUNGSARI I
6
0
1
1
0
-1
83%
SDN 181 RAWAMANGN II
8
0
1
1
0
-1
83%
SDN 183 SUMBER BARU
6
0
1
1
0
-1
83%
SDN 224 LINO
6
0
1
1
0
-1
88%
SDN 165 SALULEMO
6
0
1
1
0
-1
88%
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
0
1
1
www.kinerja.or.id
SDN 161 LAMPUAWA
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 164 KALUKU
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 168 TULUNG INDAH II
10
1
0
1
0
0
100%
SDN 177 TOLANGI
7
0
1
1
0
-1
100%
SDN 178 MULYOREJO I
9
0
1
1
0
-1
100%
SDN 227 PONGKASE
6
0
1
1
0
-1
100%
SDN 162 MINANGA TALLU
8
1
0
1
0
0
100%
SDN 223 SUKAHARAPAN
6
0
2
2
1
-1
175%
SDN 184 SUBUR
0
0
1
1
1
0
#DIV/0!
207
7
17
24
0
-26
99%
Grand Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Gambar 8. Jumlah Satuan Pendidikan Per Kategori
■ Series 1
Kategori 4; 5
■ Series 1
Kategori 3; 1
■ Series 1
Kategori 2; 11
■ Series 1
Merujuk dari informasi guru mapel di atas, GDSDWGLgambarkan EDKZD: 1) 4 SDN tidak memiliki Guru mapel Penjaskes, disebabkan data guru penjaskes tidak ada dan telah dilakukan verifikasi data 4SDN tersebut dan hasilnya tidak terdapat perubahan.
www.kinerja.or.id
Kategori 1; 10
2) 10 satuan pendidikan kekurangan guru mapel penjaskes PNS dan dukungan guru mapel non PNS belum dapat mencukupi kebutuhan guru mapel penjaskes 3) 5 satuan pendidikan telah tercukupi guru mapel penjaskes PNS-nya, bahkan 2 satuan
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
155
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
pendidikan terdapat kelebihan guru mapel
Pemetaan guru mapel PAI kecamatan Sukamaju
3enjaskes non PNS.
dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 12. Kelebihan dan kekurangan guru PAI per satuan pendidikan Nama Sekolah
156
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
-2
-2
0%
SDN 174 SUKADAMAI
10
SDN 168 TULUNG INDAH II
10
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 172 SUKAMAJU I
12
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 176 SIDORAHARJO
10
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 178 MULYOREJO I
9
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 180 RAWAMANGUN i
11
1
0
1
-1
-1
50%
SDN 182 WONOKERTO
12
0
1
1
-1
-2
50%
SDN 165 SALULEMO
6
0
1
1
-1
-1
38%
SDN 223 SUKAHARAPAN
6
0
1
1
-1
-1
42%
SDN 163 TAMBOKE
6
0
1
1
0
-1
75%
SDN 181 RAWAMANGN II
8
0
1
1
0
-1
75%
SDN 183 SUMBER BARU
6
0
1
1
0
-1
75%
SDN 167 Tulung Indah I
11
1
1
2
0
-1
88%
SDN 173 SUKAMAJU II
12
1
1
2
0
-1
88%
SDN 179 MULYOREJO II
6
0
1
1
0
-1
75%
SDN 161 LAMPUAWA
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 164 Kaluku
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 169 KETULUNGAN
7
1
0
1
0
0
100%
SDN 177 TOLANGI
7
0
1
1
0
-1
100%
SDN 185 PAOMACANG
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 224 LINO
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 175 SUKAMUKTI
6
1
0
1
0
0
100%
SDN 162 MINANGA TALLU
8
1
0
1
0
0
100%
SDN .166 SAPTA MARGA
8
0
1
1
0
-1
100%
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Jumlah Rombel
Jumlah Guru PNS
Jumlah Guru Non PNS
Total Guru
Lebih/ Kurang Guru
Lebih/ Kurang Guru PNS
Rasio kecukupan
SDN 227 PONGKASE
6
1
1
2
0
0
125%
SDN 170 TULUNGSARI I
6
1
1
2
1
0
150%
SDN 184 SUBUR
0
1
0
1
1
1
#DIV/0!
207
17
13
30
0
-18
100%
Nama Sekolah
Total Keterangan:
1) Angka negatif berarti kekurangan 2) Angka positif berarti kelebihan atau tercukupi 3) Angka lebih kurang guru berbentuk nilai desimal karena adanya tambahan FTE Non PNS
Gambar 9. Persentase Satuan Pendidikan per Kategori
■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
■ Series 1
Kategori 1 9 33,3%
Kategori 4 10 37,0%
Kategori 2 8 29,6%
Kategori 3 0 0,0%
■ Kategori 1
■ Kategori 2
Berdasarkan data di atas, dapat diperoleh informasi bahwa: 1) 9 SDN atau 33,3% satuan pendidikan kekurangan guru mapel PAI PNS dan dukungan guru mapel PAI Non PNS tidak mencukupi kebutuhannya
www.kinerja.or.id
■ Kategori 3
■ Kategori 4
2) 10 SDN atau 37,0% satuan pendidikan telah tercukupi kebutuhan guru mapel PAI PNS-nya, bahkan 1 SDN terdapat kelebihan guru mapel PAI PNS dan 1 SDN kelebihan guru mapel PAI non PNS. Kelebihan ini dapat digunakan untuk redistribusi ke tempat yang kekurangan guru mapel PAI.
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
157
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
alternatif yang digunakan melakukan
3. Bahan pertimbangan melakukan redistribusi
redistribusi guru kelas yang berlebihan, atau
guru
alih fungsi guru mapel dari sekolah lain yang Kegiatan dalam melakukan redistribusi guru tidak
berlebihan untuk menjadi guru kelas sesuai
serta merta kelebihan guru kelas atau guru mapel
dengan kreteria distribusi guru.
dari satuan pendidikan dipindahkan pada satuan pendidikan yang mengalami kekurangan guru kelas
b. Pendidik dengan menghitung jumlah pendidik per jenis kualifikasi dan rentang
atau guru mapel, akan tetapi dengan menggunakan
usianya
2 aspek pertimbangan, yaitu: siswa dan pendidik.
1) Apabila terdapat kelebihan pendidik maka
a. Siswa dengan menghitung rasio siswa
perlu diidentifikasi kualifikasi gurunya, yang
rombel.
akan dipindahkan adalah berkualifikasi S1
1)
dengan umur produktif (25-55 tahun)
guru kelas atau guru mapel dengan rasio
2) Apabila kelebihan pendidik berkualifikasi
siswa rombel kecil (kurang dari ½ SPM
DIII, maka perlu dicek umur pendidik
atau 16 orang per rombel) yang umumnya
tersepbut apabila masih dalam umur 25 – 50
ditemukan pada sekolah kecil, maka
tahun, masih dimungkinkan mendapatkan
alternatif kegiatan dengan melaksanakan
beasiswa atau subsidi melanjutkan ke S-1.
kelas rangkap (multishift grade class) atau regrouping sekolah apabila syarat untuk
c. Hasil perhitungan DGP dengan mempertimbangan siswa dan pendidiknya
melakukan regrouping dipenuhi, misalnya jarak antar sekolah berdekatan atau satu halaman sekolah. 2) Apabila sekolah mengalami kekurangan guru kelas atau guru mapel dengan rasio siswa rombel besar (lebih dari 1 ½ SPM (48 orang per rombel), maka alternatif kegiatan dilakukan membuat rombel baru dan melakukan rekrutasi atau redistribusi guru
Dengan menggunakan metode tabulasi silang (cross tab) antara rasio siswa rombel dengan kekurangan guru kelas PNS maupun dengan bantuan guru kelas Non PNS, maka dapat dilakukan penyusunan alternatif strategi untuk DGP. Rincian tabel cross tab dapat dilihat di bawah ini.
yang berkelebihan sesuai dengan kriteria distribusi guru proporsional. 3) Apabila sekolah mengalami kekurangan guru kelas atau guru mapel dengan rasio siswa rombel mendekati atau sedikit di atas SPM (± 32 orang per rombel), maka
158
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Tabel 13. Jumlah satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel per kecamatan Kecamatan/Rasio Siswa Rombel
Jml. Sekolah
Jml. Guru Kls. PNS
Jml. Guru Kls. Non PNs
Total Guru Kls.
Kurang/Lebih Guru Kls.
Kurang/Lebih Guru Kls. PNS
Kec. Malangke Barat
18
63
118
181
37
-78
<16 Siswa
3
8
12
20
2
-10
<24 Siswa
10
41
70
111
25
-44
<32 Siswa
5
14
36
50
10
-24
19
37
42
79
-38
-80
< 8 Siswa
4
6
7
13
-11
-18
<16 Siswa
7
16
15
31
-11
-26
<24 Siswa
7
12
19
31
-14
-33
<32 Siswa
1
3
1
4
-2
-3
Kec. Sukamaju
27
102
85
187
-22
-105
< 8 Siswa
1
0
4
4
-2
-6
<16 Siswa
1
2
4
6
0
-4
<24 Siswa
8
30
30
60
-13
-42
<32 Siswa
14
58
41
99
-13
-53
>32 Siswa
2
8
5
13
1
-4
Missing
1
4
1
5
5
4
Total
64
202
245
447
-23
-263
Kec. Sekko
Menurut informasi di atas, fokus analisa adalah pada
per rombel kurang 16 orang dilakukan multishif
rasio siswa rombel kecil yaitu:
grade clas atau regrouping sekolah apabila
1) 3 satuan pendidikan di Kecamatan Malangke
memenuhi syarat regrouping.
barat dengan jumlah kurang dari 16 siswa per
3) Untuk Kecamatan Sukamaju terdapat 2 satuan
rombel, kekurangan guru PNS tidak dilakukan
pendidikan kecil, tindakan dapat dilakukan
redistribusi atau rekrutasi tetapi dengan
seperti di 2 kecamatan lain.
melakukan multishif grade class, dengan meningkatkan kualifikasi pendidik. 2) Demikian juga di Kecamatan Sekko terdapat 11
Adapun sekolah kecil yang disarankan untuk melakukan multishift grade class seperti terlihat dalam tabel berikut ini.
satuan pendidikan kecil dengan jumlah siswa
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
159
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Tabel 14. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel sangat kecil (< 8 orang per rombel) per kecamatan Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah
Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas PNS
Kec. Sekko
4
6
7
13
-11
-18
SDN 070 BANA
1
2
1
3
-3
-4
SDN 072 TURONG
1
3
4
7
1
-3
SDN 075 LAMBIRI
1
1
1
2
-4
-5
SDN 234 LORE
1
0
1
1
-5
-6
Kec. Sukamaju
1
0
4
4
-2
-6
SDN 227 PONGKASE
1
0
4
4
-2
-6
Grand Total
5
6
11
17
-13
-24
Tabel 15. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel kecil (< 16 orang per rombel) per kecamatan Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
160
Sekolah
Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas PNS
Kec. Malangke Barat
3
8
12
20
2
-10
SDN 145 LAMIKO-MIKO
1
3
3
6
0
-3
SDN 147 LABBU
1
3
5
8
2
-3
SDN 159 PEMBUNIANG
1
2
4
6
0
-4
Kec. Sekko
7
16
15
31
-11
-26
SDN 065 RANTE KASUMMONG
1
4
1
5
-1
-2
SDN 071 TANETE
1
4
4
8
2
-2
SDN 073 BUSAK
1
3
1
4
-2
-3
SDN 077 PEWANEANG
1
1
4
5
-1
-5
SDN 078 POYAHAANG
1
0
4
4
-2
-6
SDN 082 KARIANGO
1
2
0
2
-4
-4
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah
Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas PNS
SDN 086 LEDAN
1
2
1
3
-3
-4
Kec. Sukamaju
1
2
4
6
0
-4
SDN 185 PAOMACANG
1
2
4
6
0
-4
Total
11
26
31
57
-9
-40
Untuk rasio siswa rombel mendekati SPM (32 orang per rombel) tersebar di beberapa sekolah di 3 kecamatan, seperti tabel di bawah ini.
Tabel 16. Satuan pendidikan dengan kelompok rasio siswa rombel mendekati SPM (32 orang per rombel) per kecamatan Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah
Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas PNS
Kec. Malangke Barat
5
14
36
50
10
-24
SDN 143 ARUSU
1
3
8
11
5
-3
SDN 146 WAELAWI
1
3
4
7
1
-3
SDN 155 URUKUMPANG
1
4
5
9
3
-2
SDN 157 KALITATA
1
1
10
11
-2
-12
SDN 160 LANDUNG DOU
1
3
9
12
4
-4
Kec. Sekko
1
3
1
4
-2
-3
SDN 081 HOYANE
1
3
1
4
-2
-3
Kec. Sukamaju
14
58
41
99
-13
-53
SDN 161 LAMPUAWA
1
3
2
5
-1
-3
SDN 163 TAMBOKE
1
5
1
6
0
-1
SDN 169 KETULUNGAN
1
4
3
7
-1
-3
SDN 170 TULUNGSARI I
1
6
1
7
1
0
SDN 172 SUKAMAJU I
1
5
2
7
-5
-7
SDN 177 TOLANGI
1
2
3
5
-2
-5
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
161
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Rasio Siswa per Rombel (< 8 orang)
Sekolah
Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNS
Total Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas PNS
SDN 178 MULYOREJO I
1
6
4
10
1
-3
SDN 183 SUMBER BARU
1
4
2
6
0
-2
SDN 173 SUKAMAJU II
1
8
5
13
1
-4
SDN 175 SUKAMUKTI
1
3
4
7
1
-3
SDN 179 MULYOREJO II
1
4
1
5
-1
-2
SDN 182 WONOKERTO
1
2
4
6
-6
-10
SDN 162 MINANGA TALLU
1
2
5
7
-1
-6
SDN 166 SAPTA MARGA
1
4
4
8
0
-4
Total
20
75
78
153
-5
-80
Menurut tabel di atas, dapat diperoleh informasi sebagai berikut: 1) Kecamatan Malangke Barat: permasalahan di proses belajar mengajar di kelas ditemukan dalam SDN 157 Kalitata karena kekurangan guru kelas PNS sebanyak 12 orang dan bantuan guru kelas non PNS masih terjadi kekurangan 2 orang. 2) Kecamatan Sekko: permasalahan kegiatan PBM terjadi di SDN 081 Hoyane, karena kekurangan 3 guru kelas PNS dan bantuan guru kelas non PNS masih terdapat kekurangan 2 orang. 3) Kecamatan Sukamaju: terdapat 7 SDN yang kekurangan guru kelas PNS dan dukungan guru kelas non PNS masih terdapat kekurangan, misalnya di SDN 182 Wonokerto (kekurangan 6 orang), SDN 172 Sukamaju I kekurangan 5
4) Tindakan redistribusi perlu dilakukan dari kecamatan lain yang kelebihan guru kelas PNS atau himbauan kepada satuan pendidikan yang kelebihan guru kelas non PNS untuk dimobilisasikan ke satuan pendidikan yang kekurangan guru kelas, meskipun kegiatan ini sulit dilakukan. Alih fungsi guru mapel juga agak kesulitan karena terdapat kekurangan guru mapel PNS. Untuk rasio siswa rombel besar (> 32 orang per rombel), maka pendekatan redistribusi guru dari satuan pendidikan yang berlebihan yang berkualifikasi S-1 dan berumur produktif, yang akan dipindahkan pada satuan pendiddikan yang ber rombel besar dan kekurangan guru kelas PNS. Hasilnya hanya di temukan dalam Kecamatan Sukamaju.
orang dan sebagainya, hal ini akan memicu terganggunya proses PBM di sekolah.
162
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Tabel 17. Satuan Pendidikan yang memiliki rombel besar (> 32 orang per rombel) Nama Sekolah
Sekolah
Guru Kelas PNS
Guru Kelas Non PNs
Total Guru Kelas
Kurang/ Lebih Guru Kelas
Kurang/Lebih Guru Kelas PNS
1
3
3
6
0
-3
>32 Siswa
1
5
2
7
1
-1
Total
2
8
5
13
1
-4
SDN 164 KALUKU >32 Siswa SDN 165 SALULEMO
Pemetaan guru kelas PNS di 3 kecamatan terllihat dalam tabel di bawah ini.
Tabel 18. Cross tab kualifikasi pendidik dengan usia saat ini per kecamatan Jenjang Pendidikan Kec. Malangke Barat
[1] 26-35 th
[2] 36-45 th
[3] 46-50 th
[4] 51-55 th
[5] 56-60 th
Total
21
33
14
5
5
78
1
1
04D1 05D2
10
10
2
1
3
26
07S1
11
23
12
4
1
51
Kec. Sekko
18
18
12
3
3
54
10
8
2
03SMA 04D1
1
2
2
1
25
05D2
16
3
07S1
2
5
Kec. Sukamaju
22
39
28
18
18
125
2
3
3
4
12
1
1
7
40
03SMA
4
20
7
04D1 05D2
4
06D3 07S1
17
08S2
1
Total
61
www.kinerja.or.id
15
7
1
1
21
17
7
2 8
6
69 1
90
54
26
26
257
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
163
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
Berdasarkan informasi di atas, dapat
kelas PNS, (b) sebanyak 42 orang
diuraikan sebagai berikut:
atau 33,6% guru kelas berkualifikasi DII-D III, dan sebagian besar terdapat
1) Kecamatan Malangke Barat: (a)
dalam kelompok umur 36-45 tahun
sebanyak 51 orang atau 65,4% guru
(16 orang), hal ini memiliki potensi
kelas PNS telah berkualifikasi S-1 dan
untuk melanjutkan ke jenjang S-1, (c)
terbanyak dalam usia 26-45 tahun (34
sebanyak 18 orang atau 4,4% guru
orang), (b) sebanyak 26 orang atau
kelas PNS memasuki usia pensiun di
33,3% guru kelas PNS berkualifikasi
5 tahun mendatang sehingga perlu
DII dan terbanyak dalam kelompok
dipersiapkan penggantinta.
umur 26-45 tahun (20 orang), sehingga
4) Menurut kajian di awal sebagian besar
berpotensi untuk meningkatkan kualifikasi S1, (c) sebanyak 5 orang
sekolah mengalami kekurangan guru
atau 6,4 % guru kelas PNS 5 tahun ke
kelas PNS, sehingga sulit dilakukan
depan sudah memasuki masa pensiun
redistribusi guru kelas PNS.
sehingga perlu disiapkan penggantinya. 4. Mekanisme untuk penetapan alternatif
2) Kecamatan Sekko: (a) sebanyak 25
strategi guru mapel SDN, SMPN dan SMAN
orang atau 46,3% guru kelas PNS
berkualifikasi DII dan sebagian besar
Basis untuk pengaturan pendidik
berusia 26-35 tahun (16 orang), guru
mapel berbasis beban kerja 24 jam
ini berpotensi untuk mendapatkan
per minggu dan khusus untuk pendidik
pendidikan lanjutan berkualifikasi S-1,
mapel pengembangan diri (BK) dengan
(b) sebanyak 20 orang atau 37,0%
menggunakan jumlah siswa 150-200 siswa
guru kelas PNS berkualifikasi SMA dan
per pendidik. Mekanisme penghitungan dan
sebagian besar berumur 36-45 tahun
penyusunan alternatif strategi hampir sama
(10 orang), masih berpotensi untuk
dengan guru kelas SDN.
mendapatkan jenjang pendidikan S-1, (c) sebanyak 3 orang atau 5,6% guru kelas PNS 5 tahun kedepan memasuki usia pensiun. 3) Kecamatan Sukamaju: (a) sebanyak 70 orang atau 56% guru kelas PNS berkualifikasi S1 ke atas, berpotensi untuk dilakukan redistribusi ke satuan pendidikan yang kekurangan guru
164
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
D. Rekomendasi DGP Kabupaten Luwu Utara
Berdasarkan rangkaian hasil lokakarya yang dilaksanakan selama Bulan Maret dan April 2012, dirumuskan beberapa rekomendasi, antara lain: 1. Menindaklanjutiroad map DGP Kab. Luwu Utara 2012-2014
www.kinerja.or.id
2. Penerbitan Perbup tentang perencanaan dan penataan DGP yangdicatat dalam lembar daerah, bahkan DPRD mengusulkan
E. Saran
Berdasarkan hasil verifikasi data terdapat kendala dalam data LI dan NUPTK, yang jika
untuk meningkatkan menjadi Perda
dilakukan analisa lebih lanjut akan terjadi bias.
perencanaan dan penataan guru PNS.
Hasil temuan verifikasi data LI dan NUPTK
3. Redistribusi guru di lakukan di dalam
adalah sebagai berikut:
wilayah kecamatan internal kecamatan lebih dahulu sesuai dengan kriteria yang telah
1. Dalam data LI ditemukan (a) terdapat jumlah
di tetapkan (ketersediaan guru, kualifikasi,
siswa per kelas, tetapi tidak terdapat jumlah
kompetensi guru, waktu mutasi, batas
rombelnya, (b) jumlah siswa sama dengan
usia,daerah asal, apabila masih kekurangan
jumlah rombel, (c) jumlah guru dalam LI
guru maka dipindahkan dari Kecamatan
tidak sama dengan jumlah guru dalam
terdekat).
NUPTK. 2. Dalam data NUPTK ditemukan yaitu data sertifikasi pendidik yang kosong.
Kegiatan update data LI dan NUPTK dilakukan terus menerus di semua kecamatan, sehingga di tahun 2013 semua kecamatan telah memiliki data terbaru.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
165
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
BAHAN PRESENTASI
CONTOH PRAKTIK BAIK ROAD MAP DGP KABUPATEN LUWU UTARA TH 2012-1215
N U
Y PA
NP A TRA RTISIP NSP A ARA TIF, N
A D R P PE DG M U K K U U T H UN
USU
G
M U K P U G H D G K N U U T Y UN PA B U B R
PE
DIS
REPLIKASI 4 KECAMATAN
REPLIKASI 4 KECAMATAN
R. AN JA GUN BAN PEM PTD TIK RAH & U DAE
AN UN NG E N A AS A MB PE TAB IDIK DA END P
PENGUA TAN SDM PENDATAA N
IN
FIK VER I
RU T
DAT E UP
ASI DAT A
PILOT PROYEK 3 KECAMATAN
A AT ND KA IIL JUDAN R U D W ME ALID V
L PROAW E DU NFO K H RC PEN UK EME GAW UM N ALA DG T N P
MONITORING DAN EVALUASI DGP
COMPLAIN SURVEY
166
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
TARGET TAHUN 2012 - MENDEKATI SPM ● Penetapan lokasi pilot proyek DGP:
- Kecamatan Malengke Barat (pesisir) - Kecamatan Sekko (pegunungan) - Kecamatan Sukamaju (kota)
● Melakukan analisa untuk DGP - Validasi dan verifikasi data yang berkesinambungan (pertahun (Li) dan per minggu (NUPTK)) - Pembangunan jaringan TlK di dinas dan UPTD ●
Penerbitan PERBUP tentang DGP Tingkat Kabupaten dan Tingkat Kecamatan (Th 2012 ada 3 lokasi pilot proyek) - Disusun bersama perwakilan stakeholder pendidikan - Sosialiasi produk hukum
1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4 2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT 3. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/ DIV 4. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I
● Monev DGP Tahun KE-1 (complain survey)
TARGET TAHUN 2013 - MENDEKATI SPM ● Rekomendasi perbaikan PELAYANAN oleh pIhak sekolah yang di support Diknas dan pengambil kebijakan. ● Replikasi 4 kecamatan baru untuk program DGP
1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4 2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT
● Berfungsinya sistem informasi berbasis teknologi data pendidikan di Diknas & UPTD.
[Verifikasi dan validasi data secara berkelanjutan pertahun (LI) dan Per minggu (NUPTK)]
● Menggunakan sistem data terkoneksi (LAN) antara Dikpora dengan:
www.kinerja.or.id
- BKD
- BAPPEDA
1. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/ D4 2. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
167
LAMPIRAN B - URAIAN SUBSTANSI
TARGET TAHUN 2014 - MENDEKATI SPM ● Rekomendasi perbaikan PELAYANAN oleh pIhak sekolah yang di support Diknas dan pengambil kebijakan. ● Replikasi 4 kecamatan baru untuk program DGP
1. MINIMAL 2 GURU SDN KUALIFIKASI S-1/ D4 2. MINIMAL 2 GURU SDN TELAH BERSERTIFIKAT
● Berfungsinya sistem informasi berbasis teknologi data pendidikan di Diknas & UPTD.
[Verifikasi dan validasi data secara berkelanjutan pertahun (LI) dan Per minggu (NUPTK)].
● Terbitnya PERDA tentang DGP.
1. MINIMAL 70% GURU SMPN KUALIFIKASI Sl/ D4 2. MINIMAL 35% GURU SMPN TERSERTIFIKA5I
DRAFT REKOMENDASI SEMENTARA • Penyusunan MoU (Insentif, Disinsentif, Pernenuhan kuantitas dan kualitas tenaga guru sesuai SPM ) antara Ekskutif (Bupati) dengan DPRD tentang pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik di lokasi pilot project (Kecamatan Sekko, Sukamaju dan Malangke Barat). • Penerbitan PERBUP tentang pemenuhan tenaga pendidik / DGP dan dimasukkan dalam lembar daerah. • Redistribusi guru dilakukan di dalam wilayah kecamatan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan (ketersediaan guru, kualifikasi, kompetensi guru, waktu mutasi, batas usia, daerah asal, apabila masih kekurangan guru maka dipindahkan dari Kecamatan terdekat).
168
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
● Kriteria
Kecamatan Pilot Project selanjutnya (Tahap-2) adalah
kecamatan terdekat dengan lokasi yang menjadi daerah Pilot Project (Tahap-1). ● Pengembangan
jaringan TIK (tehnologi informasi dan komputasi) di
tingkat kecamatan (UPTD) dengan joint program dengan mini KPPT (Kantor Pelayanan Publik Terpadu) yang ada di tiap kecamatan. ● Pembangunan
LAN dan peningkatan kapasitas SDM di Dikorda dan
pembangunan sistem komputer terkoneksi di 3 kecamatan pilot project (Sekko, Sukamaju, Malangke Barat).
TERIMAKASIH
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
169
LAMPIRAN C Lampiran Cara Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan Pilihan Pelaksanaan Fasilitasi dan Pelatihan Pada saat awal sebuah daerah sudah memutuskan DGP akan diterapkan dengan pendekatkan KINERJA prosesnya diatur dalam seri lokakarya dengan pelatihan. Proses yang sama dipakai pada tahun berikutnya, karena ada peserta baru, dan juga modul pelatihan dipakai oleh peserta lama untuk ingat kembali substansinya. Sekarang beberapa daerah mempunyai pengalaman tiga tahun dengan MBS. Pada tahun ketiga pelatihan tidak begitu penting, akan tetapi seri lokakarya masih penting agar: •
Pertemuan semua pemangku kepentingan diatur dengan baik
•
Ada fasilitator yang mendorong tim untuk menyempurnakan penghitungannya agar makin adil, efisien, transparan, dan bertanggungjawab kepada publik.
Himpunan modul pelatihan yang dibahas di lampiran ini ditujukan bagi lembaga/instansi yang hendak melakukan fasilitasi penghitungan DGP di kabupaten dan kota. Lembaga/instansi tersebut bisa berbentuk pemda sendiri, calon organisasi mitra pelaksana (OMP) yang ingin memberi fasilitasi, atau calon lembaga diklat yang memasarkan pelatihan saja. Fasilitator DGP. Orang yang ditugaskan untuk fasilitasi tersebut disebut di sini sebagai fasilitator DGP. Sangat penting para fasilitator DGP, baik untuk fasilitasi proses penghitungan dan penyusunan DGP maupun fasilitasi pelatihan bila dibutuhkan, menguasai bahannya, dan berfokus kepada keberhasilan tim. Ia harus memiliki pengetahuan tentang administrasi pendidikan sekolah dan keterampilan sebagai fasilitator yang memadai sehingga dapat melaksanakan pelatihan, memfasilitasi, dan mendampingi pemerintah daerah di dalam proses penyusunan, implementasi, dan monitoring/evaluasi implementasi DGP. Dalam upaya pemda tersebut, tugas pokok fasilitator DGP adalah untuk mengarahkan Tim Penyusun DGP yang dibentuk dari aparat, guru dan LSM yang berkepentingan, untuk menghitung dan menyusun DGP. Bahan pelatihan ini disusun untuk pelatihan yang diberi kepada aparatur yang berkepentingan
170
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
tersebut, khususnya Tim Penyusun DGP. Dalam praktis KINERJA-USAID, tugas fasilitasi dilaksanakan oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) yang mengadakan fasilitator baik untuk pelatihan dan dukungan on-the-job. Dalam pelaksanaan program KINERJA-USAID, bagian dari bahan ini juga dipakai: •
Bagi OMP agar memiliki acuan dalam melakukan pendampingan pengelolaan DGP di daerah
•
Dalam pembahasan para pemimpin daerah dalam proses penentuan kebijakan penyusunan DGP
•
Multi Stakeholder Forum (MSF) yang diikutsertakan dalam proses penghitungan DGP sebagai bahan dukungan dalam advokasi sehingga lahir suatu kebijakan peningkatan mutu pendidikan (lihat juga buku seri lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF)
•
Media (lihat juga buku seri lessons-learnt KINERJA-USAID tentang MSF)
Proses. Proses fasilitasi KINERJA-USAID digambarkan dalam bagan yang berikut:
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
171
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
Fokus fasilitasi. Langkah 1 sampai 5 diatas difasilitasi Organisasi Mitra Pelaksana KINERJA-USAID. Langkah 4 dapat didukung oleh training KINERJA yang lain (pelatihan tentang Multi-Stakeholder Forum dan juga tentang peran media). Fokus kumpulan modul ini adalah langkah ke-6 sampai ke-8. Proses fasilitasi penghitungan DGP berjalan sampai hasilnya dipakai dalam proses penganggaran tahunan. Fokus training. Bila dianggap penting setiap langkah fasilitasi diawali dengan training. Tujuan training adalah: •
Supaya setiap peserta memahami substansi dan kompeten untuk melaksanakan tugasnya
•
Supaya setiap peserta yang pernah ikut training sebelumnya ingat kembali prosesnya agar dilaksanakan makin cepat dan profesional.
Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Tim KINERJA memulai training dengan menguraikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan Tim Penyusun DGP yang ditugaskan oleh pemda, sebagaimana ditulis di kotak yang berikut.
Pengetahunan dan ketrampilan dari training Setelah mengikuti seri kegiatan pendampingan ini diharapkan masing-masing anggota Tim Penyusun DGP akan mempunyai penguasaan mengenai hal-hal berikut: 1. Memahami pentingnya DGP dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan. 2. Memahami biaya dan sumber pendanaan biaya operasional sekolah. 3. Memahami pendekatan dan konsep DGP dan cara penghitungannya 4. Memahami proses penghitungan DGP. 5. Mampu melakukan penghitungan DGP. 6. Mampu melakukan advokasi kebijakan penyusunan DGP. 7. Mampu mengintegrasikan hasil penghitungan DGP dalam perencanaandan penganggaran daerah dan SKPD. 8. Mengetahui contoh praktik baik penerapan DGP.
Tugas fasilitator pelatihan adalah untuk menjamin Tim Penyusun DGP mampu dan siap untuk melaksanakan tugasnya, serta memberi pendampingan sesuai dengan kebutuhan untuk menghasilkan DGP yang efektif. Anggota Tim Penyusun DGP termasuk:
172
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
•
Staf Dinas Pendidikan yang bertugas menyusun rancangan APBD bidang pendidikan, serta staf Bappeda (Bidang Sosial Budaya) dan Keuangan yang terkait.
•
Wakil dari SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA
•
Wakil dari Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) yang memiliki pemahaman tentang latar belakang, konsekwensi dan berbagai isu kebijakan terkait dengan pengeluaran sekolah dan keluarga untuk pendidikan anak, sehingga mampu memberikan dukungan dan masukan yang bermakna kepada pembuat kebijakan DGP.
Uraian lampiran ini Proses, fasilitasi dan latihan diatur dalam himpunan modul sebagai berikut: Modul 1 Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan Modul 2 Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional Modul 3 Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan Modul 4 Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP Modul 5 Integrasi DGP ke Dalam Perencanaan dan Penganggaran Modul 6 Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
173
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
MODUL 1 Pentingnya Distribusi Guru Proporsional (DGP) dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Pendidikan
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang pentingnya Distribusi Guru Proposional (DGP) terkait dengan peningkatan mutu pelayanan.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan dapat: 1. Memahami mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 2. Memahami mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan; 3. Memahami pengertian Distribusi Guru Secara
........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang pentingnya Distribusi Guru Proposional (DGP) ..........
Proposional (DGP); 4. Memahami dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik; 5. Memahami manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP.
POKOK BAHASAN 1. Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
174
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
2. Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan
WAKTU
Tenaga Kependidikan. 3. Pengertian Distribusi Guru Secara Proposional (DGP). 4. Dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik. 5. Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP.
Total waktu yang dibutuhkan adalah 200 menit, dengan rincian sebagai berikut:
Waktu 10 menit
Pokok Bahasan Pengantar Pemaparan Materi
METODE
20 menit
Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
20 menit
Mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan
20 menit
Apa dan bagaimana DGP
20 menit
Dasar hukum DGP dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik
20 menit
Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP
1. Komputer/laptop
30 menit
Diskusi Kelompok
2. LCD
50 menit
Presentasi Kelompok
10 menit
Penutup
1. Curah pendapat 2. Ceramah 3. Diskusi kelompok 4. Presentasi 5. Tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
175
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
Pemaparan Materi (2x40 menit)
Diskusi/Tanya Jawab (40 menit)
Penutup (5 menit)
Diskusi/Tanya Jawab (40 menit)
Pengantar (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti pelatihan dengan baik. Dalam hal ini Fasilitator mencoba untuk membangkitkan semangat peserta dengan mengajukan pertanyaan atau
Sesi kelima: Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP
Pemaparan Materi (5 x 20 menit = 100 menit)
pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta
Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan
untuk berpikir tentang peningkatan mutu
secara panel, yang dilakukan oleh lebih dari 1
layanan pendidikan terkait dengan kualifikasi,
(satu) orang Fasilitator atau narasumber masing-
kompetensi dan ketersediaan pendidik dan
masing menggunakan waktu 30 menit. Fasilitator
tenaga kependidikan yang ada.
(narasumber) pertama menjelaskan Mutu pelayanan
2. Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada
176
dan tatakelola beroreintasi pelayanan publik.
pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan
hari pertama yang terbagi menjadi 6 sesi. Sesi
(SNP) tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
pertama yaitu Mutu pelayanan pendidikan
Sesi ke dua fasilitator (narasumber) menjelaskan
sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP)
tentang mutu pelayanan pendidikan sesuai Standar
tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Pelayanan Minimal (SPM) terkait Pendidik dan
Sesi ke dua : Mutu pelayanan pendidikan sesuai
Tenaga Kependidikan. Sesi ke tiga fasilitator
Standar Pelayanan Minimal (SPM) tentang
(narasumber) menjelaskan tentang pengertian
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Sesi ke tiga
Distribusi Guru Secara Proposional (DGP),
:Pengertian Distribusi Guru Secara Proposional
tentang Sesi ke empat fasilitator (narasumber)
(DGP), Sesi ke empat: Dasar hukum DGP
menjelaskan dasar hukum DGP dan tatakelola
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
beroreintasi pelayanan publik. Sesi kelima fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang: Manfaat dan tantangan dalam implementasi DGP.
Diskusi Kelompok (30 menit) 1. Fasilitator membentuk kelompok. 2. Fasilitator memberikan topik yang didiskusikan dalam kelompok. 3. Kelompok mendiskusikan topik yang diberikan. 4. Kelompok merekam hasil diskusi dalam kertas plano.
Diskusi Kelompok (50 menit) 1. Wakil Kelompok Presentasi 2. Anggota kelompok menambahkan (jika ada) 3. Kelompok presenter bertanya jawab dengan para peserta
Penutup (10 menit) Fasilitator menutup sesi I dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
177
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
MODUL 2 Pendekatan dan Konsep Tata Keloka Distribusi Guru Proporsional
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan, partisipatif, akuntabel, transparan, responsif), Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP, Koordinasi antar Pemangku Kepentingan, Strategi Penerapan DGP dalam Program Kinerja, dan Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
...... peserta memiliki pemahaman tentang Pendekatan dan Prinsipprinsip DGP (efektif, efisien, berkeadilan, partisipatif, ......
dapat: 1. Memahami pendekatan dan prinsip-prinsip DGP 2. Memahami pengarusutamaan isu gender dalam DGP 3. Memahami pentingnya koordinasi antar pemangku kepentingan dalam DGP 4. Memahami strategi penerapan DGP 5. Memahami peran FMS dan media dalam implementasi DGP.
POKOK BAHASAN 1. Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP 2. Pengarusutamaan Isu Gender dalam DGP
178
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
3. Pentingnya Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP
WAKTU
4. Strategi Penerapan DGP 5. Peran FMS dan Media dalam Implementasi DGP
Total waktu yang dibutuhkan: 210 menit, dengan rincian sebagai berkut:
METODE
Waktu 10menit
1. Presentasi (diseminasi) 2. Presentasi interaktif (ToT/ToF, fasilitasi pendampingan) 3. Diskusi/tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
3. Papan dan kertas plano 4. Spidol warna 5. Isolasi kertas
www.kinerja.or.id
Pengantar Pemaparan Materi:
20 menit
Pendekatan dan Prinsip-prinsip DGP
20 menit
Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DGP
20 menit
Pengtingnya Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP
20 menit
Strategi Penerapan DGP.
20 menit
Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP
30 menit
Diskusi Kelompok
50 menit
Presentasi Kelompok
10 menit
Penutup
1. Komputer/laptop 2. LCD
Pokok Bahasan
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
179
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
Pemaparan Materi (100 menit)
Diskusi Kelompok (30 menit)
Penutup (10 menit)
Presentasi Kelompok (50 menit)
Pengantar (10 menit) a) Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
masing menggunakan waktu 30 menit. Fasilitator
pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
(narasumber) pertama menjelaskan Pendekatan
mencoba untuk membangkitkan semangat
dan Prinsip-prinsip DGP. Sesi kedua fasilitator
peserta dengan mengajukan pertanyaan atau
(narasumber) menjelaskan tentang Pengarus
pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta
Utamaan Isu Gender dalam DGP. Sesi ketiga
untuk berpikir tentang peningkatan mutu
fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang
layanan pendidikan terkait dengan kualifikasi,
Strategi Penerapan DGP, fasilitator (narasumber)
kompetensi dan ketersediaan pendidik dan
menjelaskan tentang pentingnya koordinasi antar
tenaga kependidikan yang ada.
pemangku kepentingan dalam DGP. Sesi kelima
b) Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada hari pertama yang terbagi menjadi 6 sesi. Sesi pertama yaitu Pendekatan dan Prinsipprinsip DGP Sesi kedua: Pengarus Utamaan Isu Gender dalam DG. Sesi ke tiga: Strategi Penerapan DGP. Sesi keempat: Pentingnya Koordinasi antar Pemangku Kepentingan dalam DGP Sesi kelima: Peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.
Pemaparan Materi (5 x 20 menit = 100 menit) Pada pemaparan materi sosialisasi dilakukan secara panel, yang dilakukan oleh lebih dari 1
180
(satu) orang fasilitator atau narasumber masing-
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
fasilitator (narasumber) menjelaskan tentang peran FMS dan Media dalam implementasi DGP.
Diskusi/Tanya Jawab (50 menit) Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi penyajian. Dan sesi ini lebih menekankan pada 'sharing' dengan peserta.
Penutup (10 menit) Fasilitator menutup Sesi I dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
www.kinerja.or.id
MODUL 3
Analisis Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan DGP dengan aplikasi SIMPK untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan distribusi guru proporsional, menyusun alternatif kebijakan, penghitungan biaya dan rekomendasi dalam laporan.
Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Operator UPTD dapat merekap laporan individu dengan menggunakan program
Meningkatkan kapasitas pengelola data kepegawaian dinas pendidikan dalam melakukan perhitungan DGP dengan aplikasi SIMPK ..........
2. Terkumpulnya data Laporan Individu (LI) di tingkat kabupaten/kota. 3. Laporan Individu yang terkumpul dapat diverifikasi oleh Tim Kabupaten.
POKOK BAHASAN 1. Gambaran umum program pendataan mulai dari level SKPD sampai dengan Kementerian; 2. Jenis-jenis program pendataan yang saat ini digunakan Kementerian; 3. Langkah-langkah dalam mengenerate data dari NUPTK dan Dapodik agar menjadi sumber data. 4. Teknis analisa tingkat kesalahan yang telah dilakukan sekolah.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
181
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
METODE
WAKTU
1. Presentasi
Total waktu yang dibutuhkan: 1.035 menit, dengan
2. Kerja pribadi
rincian sebagai berkut:
3. Diskusi/tanya jawab 4. Diskusi kelompok kecil untuk menggabung dan menganalisa tingkat kesalahan data
ALAT DAN BAHAN 1. Panduan perhitungan SIMP-K untuk Distribusi
Waktu 30 menit
Pengantar Review materi Sosialisasi
30 menit
Pengenalan SIMP-K
30 menit
Penyiapan data SIMP-K: Import data Dapodik/padatiWeb
45 menit
Penyiapan data SIMP-K : Import data SIM-NUPTK
Guru Proporsional 180 menit
Matching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK
4. Bahan Presentasi SIMPK
30 menit
Review
5. Kerta plano 30 lembar
150 menit
Lanjutan : Matching data Dapodik/ PadatiWeb dan data SIM-NUPTK
180 menit
Paparan dan Praktik Review data SIMP-K
30 menit
Review
300 menit
Pengolahan data SIMP-K dengan pivoting
30 menit
Evaluasi
2. SIM-NUPTK 3. Copy Dapodik/Padati Web
6. Selotip kertas 7. Gunting 8. Spidol besar permanen 1 box warna biru 9. Kamera Digital 10. LCD (+ layar) 1 buah 11. Kertas A4 1 Rim
182
Pokok Bahasan
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
PROSES FASILITASI
Pengantar dan review kegiatan sebelumnya masing 30 menit setiap hari (kegiatan dilakukan selama 3 hari)
Pemaparan Materi Persiapan data dan software (130 menit)
Matching data (45 menit)
Evaluasi, RKTL dan Penutup (30 menit)
Pengolahan data PTK menggunakan pivot tabel (180 menit)
Presentasi hasil data matching (180 menit)
Pengantar review kegiatan sebelumnya (15 menit) 1. Secara formal kegiatan dibuka oleh pimpinan SKPD pendidikan, kepala dinas atau sekretaris dinas pendidikan. Diharapkan, telah dilakukan pendekatan kepada pimpinan SKPD sebelum kegiatan workshop sehingga pidato pembukaan akan menyemangati peserta untuk bekerja dengan baik 2. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator mereview kegiatan sebelumnya tentang prinsip-prinsip dan pendekatan dalam program DGP. Kemudian membangkitkan semangat peserta dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta untuk berpikir tentang peningkatan mutu
www.kinerja.or.id
layanan pendidikan terkait dengan kualifikasi, kompetensi dan ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang ada. 3. Fasilitator menyampaikan alur pelatihan pada hari pertama yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu Pengenalan SIMP-K dan Import data Dapodik/padatiWeb, pada hari kedua yaitu Matching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK serta Matching data Dapodik/ PadatiWeb dan data SIM-NUPTK, pada hari ketiga yaitu Praktik Review data SIMP-K Pengolahan data SIMP-K dengan Pivoting Evaluasi
Pemaparan Materi Hari Pertama 1. Fasilitator melakukana persepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
183
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
pelatihan dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
hasil olahan SIM-PK dan mencocokan pada
mereview kegiatan sebelumnya;
masing- masing data satuan guru, satuan
2. Fasilitator memulai kegiatan dengan pengenalan tentang sistem pendataan yang ada di lingkungan Kemendikbud dan manfaatnya; 3. Fasilitor menjelaskan teknik instalasi software
pendidikan dan kecamatan; 6. Penutupan (rangkuman hari pertama dan kedua) kemudian fasilitator menyampaikan rencana materi hari ketiga.
pendataan dan analisanya; 4. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk berlatih mengisntal software SIM-PK; 5. Penjelasan pengisian data yang benar untuk menghasilkan data yang logis; 6. Falitator mempersilahkan peserta untuk meng import data ke dalam aplikasi; 7. Analisa tingkat kesalahan data yang telah diinputkan; 8. Hari pertama ditutup dengan kesimpulan dari peserta; 9. Fasilitator menyampaikan rencana materi pada hari hari kedua.
Pemaparan Hari Ketiga 1. Review kegiatan hari kedua; 2. Menyampaikan fokus kegiatan hari ketiga yaitu: Praktik Review data SIMP-K Pengolahan data SIMP-K dengan Pivoting Evaluasi; 3. Fasilitator mengenalkan Pivot table dalam program Excle; 4. Fasilitator secara bertahap menyampaikan materi masing-masing; Number Formatting, Sorting, Filtering, Summary (sum, avg, % of row, dll), Grouping, Pivot chart, Modifikasi file source dan Formula (lihat materi langkah 2);
Hari Kedua: 1. Review kegiatan hari pertama 2. Menyampaikan fokus kegiatan hari kedua fokus pada Matching data Dapodik/PadatiWeb dan data SIM-NUPTK dan Paparan dan Praktik dalam Review data SIMP-K; 3. Fasilitator menampilkan contoh output SIM-
melakukan analisa data menggunakan Pivot Table; 6. Fasilitator mempersilahkan peserta melakukan review data SIMP-K Pengolahan data SIMP-K 7. Hari terkahir ditutup dengan kesimpulan; workshop dan fasilitator memberi tugas peserta untuk mengumpulkan data update terkait
PK sesuai dengan SPM pendidik dan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang akan
kependidikan;
dianalisa pada kegiatan selanjutnya.
4. Fasilitator membandingkan data hasil olahan SIM-PK dan dilakukan pencocokan pada amsing maaing satuan data guru, satuan pendidikan dan kecamatan; 5. Fasilitator mempersilahkan peserta untuk mempraktikkan dalam membandingkan data
184
5. Fasilitator memberi contoh bagaiamana
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
Profil pendidik dan tenaga kependidikan dan kebutuhan Distribusi Guru Proporsional merupakan output dari Sistem Informasi Pendidikan Kabupaten (SIMPK), dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimum (SPM) kebutuhan dan kualifikasi guru.
www.kinerja.or.id
TUJUAN PEMBELAJARAN
MODUL 4
Advokasi Kebijakan Penyusunan DGP
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati/walikota tentang Distribusi Guru Proporsional).
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
........ peserta memiliki pemahaman tentang Advokasi Suplay ..........
dapat: 1. Operator UPTD dapat merekap laporan individu dengan menggunakan program 2. Terkumpulnya data Laporan Individu (LI) di tingkat NabupatenNRWD 3. Laporan Individu yang terkumpul dapat diverifikasi oleh Tim Kabupaten.
POKOK BAHASAN 1. Memahami Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) 2. Memahami Advokasi Demand (Langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang Distribusi Guru Proporsional).
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
185
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
METODE
WAKTU
1. Presentasi interaktif
Total waktu yang dibutuhkan: 2 x 45 menit, dengan
2. Simulasi (ToT dan ToF)
rincian sebagai berkut:
3. Diskusi/WDQ\D Mawab
ALAT DAN BAHAN 1. LCD Srojector
Waktu
Pokok Bahasan
30 menit
Advokasi Suplay (Langkah-langkah penyusunan kebijakan oleh pemerintah daerah)
30 menit
Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan terbitnya peraturan bupati tentang Distribudi Guru Proporsional)
30 menit
Diskusi dan Tanya Jawab
2. Flipchart atau whiteboard 3. Kertas Slano 4. Metaplan 5. Materi Sresentasi 6. Spidol besar
186
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
Pemaparan Materi (50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)
Penutup (10 menit)
Pengantar (10 menit) 1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti lokakarya dengan baik. Dalam hal ini Iasilitator mencoba untuk membangkitkan semangat peserta dengan memberikan ice breaking awal dan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi peserta untuk berpikir tentang advokasi kebijakan biaya pendidikan. 2. Fasilitator menyampaikan desain lokakarya
terbitnya peraturan bupati/walikota tentang Distribusi Guru Proporsional).
Diskusi/Tanya Jawab (30 menit) Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan atau pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi penyajian. 63esi ini lebih menekankan pada
sharing dengan peserta.
yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu
Penutup (10 menit)
penyajian materi tentang advokasi suplay dan
Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan
demand kebijakan Distribusi Guru. Sesi kedua
dari hasil presentasi dan tanya jawab.
yaitu diskusi/tanya jawab.
Pemaparan Materi (50 menit) Fasilitator menjelaskan tentang Advokasi Suplay (langkah-langkah penyusunan kebijakan di sisi pemerintah daerah) dan Advokasi Demand (langkah pengawalan masyarakat di dalam memastikan
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
187
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
MODUL 5
Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran
Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Perencanaan Daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja), Penganggaran Daerah (KUA/ 3AS, APBD, dan RKA), dan Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan
........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang Perencanaan Daerah meliputi Perenca naan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) ..........
dapat: 1. Memahami perencanaan daerah meliputi Perencanaan Jangka Menengah (RPJMD dan Renstra) dan Perencanaan Tahunan (RKPD dan Renja); 2. Memahami penganggaran daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA); 3. Memahami dan peran masyarakat dalam perencanaan dan penganggaran bidang pendidikan.
POKOK BAHASAN 1. Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja)
188
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
2. Penganggaran Daerah (KUA/PAS, APBD, dan RKA)
WAKTU
3. Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan
Total waktu yang dibutuhkan adalah 100 menit dengan rincian sebagai berkut:
METODE
Waktu 10 menit
Pengantar
50 menit
Perencanaan Daerah (RPJMD, Renstra, RKPD, dan Renja)
1. Presentasi (diseminasi) 2. Presentasi Interaktif (ToT/ToF dan fasilitasi
Penganggaran Daerah (KUA/PPAS, APBD, dan RKA)
pendampingan) 3. Diskusi/tanya jawab
ALAT DAN BAHAN
Pokok Bahasan
Peran Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran bidang Pendidikan 30 menit
Diskusi dan Tanya Jawab
10 menit
Penutup
1. LCD projector 2. Flipchart atau whiteboard 3. Kertas plano 4. Metaplan 5. Materi presentasi 6. Spidol besar
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
189
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
Pemaparan Materi (50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab (30 menit)
Penutup (10 menit)
Pengantar (10 menit) Fasilitator melakukan apresiasi berupa memberi stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
Penutup (10 menit) Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab.
lokakarya dengan baik. Fasilitator juga menyampaikan desain penyajian pada lokakarya ini yaitu tentang Integrasi DGP ke dalam Perencanaan dan Penganggaran. Dengan membagi dua sesi yaitu penyajian materi dan diskusi/tanya jawab.
Pemaparan Materi (50 menit) Fasilitator sebagai narasumber menjelaskan materi tentang Integrasi DGP ke dalam perencanaan dan penganggaran.
Diskusi/Tanya Jawab (30 menit) Fasilitator mengatur pelaksanaan diskusi dan tanya jawab.
190
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
MODUL 6
Contoh Praktik Baik Penerapan DGP
TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti materi ini, diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang contoh praktik yang baik penerapan Distribusi Guru secara Proporsional.
Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti pelatihan ini peserta diharapkan dapat memahami praktek baik implementasi program DGP di area kerja Program USAID-KINERJA.
........ diharapkan peserta memiliki pemahaman tentang contoh praktik yang baik penerapan distribusi Guru secara Proporsional.
POKOK BAHASAN 1. Metode Penghitungan Distribusi Guru Kabupaten Luwu Utara 2. Hasil Penghitungan Distribusi Guru 3. Rekomendasi Kebijakan Distribusi Proporsional
METODE 1. Presentasi interaktif 2. Simulasi 3. Diskusi/tanya jawab
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
191
LAMPIRAN C - CARA PELAKSANAAN FASILITASI DAN PELATIHAN
ALAT DAN BAHAN
WAKTU
1. LCD projector
Total waktu yang dibutuhkan adalah 120 menit
2. Flipchart atau whiteboard
dengan rincian sebagai berkut:
3. Kertas plano 4. Metaplan 5. Materi presentasi 6. Spidol besar 7. Template penghitungan BOSP
Waktu
Pokok Bahasan
10 menit
Pengantar
50 menit
Metode Penghitungan Distribusi Guru Kabupaten Luwu Utara Hasil Penghitungan Distribusi Guru Rekomendasi Kebijakan Distribusi Proporsional
192
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
50 menit
Diskusi dan Tanya Jawab
10 menit
Penutup
www.kinerja.or.id
PROSES FASILITASI
Pengantar (10 menit)
Pemaparan Materi (50 menit)
Diskusi/Tanya Jawab (50 menit)
Penutup (10 menit)
Pengantar (10 menit)
Diskusi/Tanya Jawab (50 menit)
1. Fasilitator melakukan apersepsi berupa memberi
Sesi ini dilaksanakan setiap selesai pemaparan
stimulan kepada peserta agar dapat mengikuti
materi. Fasilitator memberikan kesempatan kepada
lokakarya dengan baik. Dalam hal ini fasilitator
peserta untuk memberikan tanggapan-tanggapan
mencoba untuk membangkitkan semangat
atau pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
peserta dengan mengajukan pertanyaan
materi penyajian. Sesi ini lebih menekankan
atau pernyataan yang sifatnya menstimulasi
pada 'sharing' dengan peserta.
peserta untuk berpikir tentang materi yang akan disampaikan pada sesi ini. 2. Fasilitator menyampaikan desain lokakarya
Penutup (10 menit)
yang terbagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama yaitu
Fasilitator menutup dengan menarik kesimpulan dari
penyajian materi tentang contoh praktik baik
hasil presentasi dan tanya jawab.
penerapan DGP di beberapa kabupaten/kota. Sesi kedua adalah diskusi/tanya jawab.
Pemaparan Materi (50 menit) Fasilitator menjelaskan tentang praktik penerapan distribusi guru secara proprsional, mulai dari metode penghitungan sebaran guru, hasil penghitungannya, dan rekomendasi kebijakan serta proses perjalanan rekomendasi kebijakan yang melibatkan MSF.
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
193
LAMPIRAN D - BAHAN DI CD
Lampiran D BAHAN DI CD
194
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Lampiran E DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH APBN
Anggaran Pendapatan Belanja Nasional
DPKAD
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
APBD
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
DUDI
Dunia Usaha dan DuniaIndustri
DPRD
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Banggar
Badan Anggaran
BAS
Badan Akreditasi Sekolah
EDS
Evaluasi Diri Sekolah
BAPPEDA
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
GTT
Guru Tidak Tetap
IKK
Indeks Kemahalan Konstruksi
BONSP
Biaya Operasi Nonpersonalia Satuan Pendidikan
KBM
Kegiatan Belajar Mengajar
BOP
Bantuan Operasional Pendidikan
KCD
Kantor Cabang Dinas
Kepsek
Kepala Sekolah
BOPSP
Biaya Operasi Personalia Satuan Pendidikan
KKG
Kelompok Kerja Guru
KKKS
Kelompok Kerja Kepala Sekolah
BOS
Bantuan Operasional Sekolah
KSM
BOSDA
Bantuan Operasional Sekolah Daerah
Kesejahteraan Siswa dan Masyarakat
KTSP
Biaya Operasinal Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KUA
Kebijakan Umum Anggaran
BP
Biaya Pendidikan
LK
Lembar Kerja
BPK
Badan Pemeriksa Keuangan
LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat
BPKAD
Badan Pengelolaan Keuangandan Aset Daerah
MA
Madrasah Aliyah
BSNP
Badan Standar Nasional Pendidikan
MBS
Manajemen Berbasis Sekolah
Mendiknas
Menteri Pendidikan Nasional
BSP
Biaya Satuan Pendidikan
Mendikbud
BUMN
Badan Usaha Milik Negara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
CSR
Coperate Social Responsibility
MGMP
Musyarah Guru Mata Pelajaran
DAK
Dana Alokasi Khusus
MI
Madrasah Ibtidayah
DBE
Desentralized Basic Education
MKKS
Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
BOSP
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
195
LAMPIRAN E - DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH
196
MSF
Multi Stakeholder Forum
RPP
Rencana Pelaksanaan Pengajaran
MTs
Madrasah Tsanawiyah
PAD
Pendapatan Asli Daerah
SD
Sekolah Dasar
PAS
Pendapatan Asli Sekolah
SDLB
Sekolah Dasar Luar Biasa
PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia
SKL
Standar Kompetensi Lulusan
SKPD
Satuan Kerja Perangkat Daerah
PNS
Pegawai Negeri Sipil
SMP
Sekolah Menengah Pertama
PP
Peraturan Pemerintah
SMPLB
PPAS
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
Pemerataan dan Penataan Guru
SMA
Sekolah Menengah Atas
PPG
SMALB
PPID
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa
SMK
Sekolah Menengah Kejuruan
PTT
Pegawai Tidak Tetap
SNP
Standar Nasional Pendidikan
RAPBS
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah
SPM
Standar Pelayanan Minimal
SPP
Renja
Rencana Kerja
Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan
Renstra
Rencana Strategi
TAPD
Renstrada
Rencana Strategi Daerah
Tim Anggaran Pemerintah Daerah
RKA
Rencana Kerja dan Anggaran
TK
Taman Kanak-Kanak
RKAS
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah
ToF
Training of Facilitator
ToT
Training of Trainer
RKPD
Rencana Kerja Pembangunan Daerah
UAS
Ulangan Akhir Sekolah
UKK
Ulangan Kenaikan Kelas
RKS
Rencana Kerja Sekolah
UN
Ujian Nasional
Rombel
Rombongan Belajar
US
Ujian Sekolah
RPJM
Rencana Pembangunan Jangka Menengah
UUD
Undang-undang Dasar
RPJMD
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
UPTD
Unit Pelaksana Teknis Dinas
Wakasek
Wakil Kepala Sekolah
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
DAFTAR PUSTAKA
Perubahan Ke IV Undang-UndangDasar NegaraRepublik IndonesiaTahun1945 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2010 Tentang Badan Hukum Pendidikan Pemerintah Universitas Pertahanan Indonesia Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41Tahun 2009 Tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen,Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, SertaTunjangan Kehormatan Profesor Penjelasan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor74 Tahun 2008 Tentang Guru Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 32 Tahun 2007 Tentang Bantuan Kesejahteraan Guru yang Bertugas di Daerah Khusus
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
197
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 056/P/2007 Tentang Pembentukan Konsorsium Sertifikasi Guru Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 057/O/2007 Tentang Penetapan PerguruanTinggi Penyelenggara Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.129a/U/2004 Tentang Standar Pelayanan Minimal Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2009 Tentang Pemberian Bantuan Kepada Lembaga Pendidikan Nonformal dan Informal Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2010 Tentang Penataan Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor Negeri PANRB/10/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, SPB/03/M 11 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, Peraturan Menteri Dalam 05/X/PB/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil Peraturan Menteri Keuangan 158/PMK.01/2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil Peraturan Menteri Agama Nomor 48 Tahun 2011, tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Indikator Kinerja Kunci di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan KompetensiGuru Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
198
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
www.kinerja.or.id
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria di Bidang Pendidikan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pemberian Tugas Belajar Bagi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota Wahyu Dyah Widowati. 2007. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Daerah di Kabupaten Pati Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Panduan Sistim Informasi Manajemen Pendidikan Kabupaten (SIMP-K) Decentralized Basic Education 1 USAID Panduan Untuk Fasilitator Sistem Informasi Pendidikan-Perhitungan Guru Proporsional (SIMPK-DGP) SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota di Tanah Papua Usaid, Unicef
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Distribusi Guru Secara Proporsional (DGP)
199
IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS
USAID - KINERJA Gedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46 Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832 Email:
[email protected] www.kinerja.or.id