TARI KELOMPOK “BARUBAH” ARIFNI NETRIROSA Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah tari sejak beberapa waktu lalu sudah mulai menentang formalisme, estetik serta pandangan terhadap tari sebagai hiburan atau selingan. Tari sudah dianggap sebagai bentuk seni yang Ekspresionistis yang menjembatani reaksi jiwa seseorang dengan konflik dan problem dunia modern (Irmgrad Bartenieff dan Forrestine Paulay, 1985 : 8). Tari merupakan kreativitas universal seseorang dan tari berfungsi sebagai kekuatan sentral dan vital untuk menunjukkan serta membentuk gaya hidup dalam masyarakat tertentu. Tari biasanya juga dipahami sebagai seni plastis dari gerak yang secara visual terlihat sepintas (Judith Lynne Hanna). Tetapi dibalik itu tari merupakan perilaku manusia yang tersusun dengan maksud tertentu, secara ritmis dan dari segi budaya memiliki pola- pola sikap dan gerak tubuh yang berurutan secara tidak verbal, yang elaborasi penampilannya didalam masyarakat menjadi kegiatan motoris dipengaruhi oleh rangsangan selektif dari dalam jiwa dan lingkungan, tari menterjemahkannya ke dalam makna- makna ungkapan melalui manipulasi gerak yang artistik sebagai ekspresi, tari diwujudkan oleh nilai, sikap dan dasar keyakinan dari seseorang sebagai bagian dari kelompok masyarakat yang terkait akan pola perasaan, pikiran dan tindakan. Unsur- unsur tari seperti ruang, ritme dan dinamika didalam kesatuan kombinasi dan konsekwensi bentuk dan gaya tidak terpisah dari proses perilaku seseorang (Judith Lynne Hanna, 1985 : 20). Untuk pencarian ide dalam sebuah karya seni seseorang bisa mendapatkannya dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain. Setiap karya seni adalah suatu loncatan imajinasi yang tidak terduga, ia lahir sebagai suatu wawasan yang tidak terikat pada pembatasan apapun. Langkah- langkah yang dilakukan untuk pencarian idiom. Idiom gerak baru yaitu berdasarkan konsep tari tradisi yang sudah ada. Gerak tari yang ada itu dicari segala kemungkinannya untuk dikembangkan, melalui eksperimen- eksperimen yang mana akan menumbuhkan daya cipta dan akan menghasilkan karya yang estetis. Sehingga karya ini nantinya dapat menjadi suatu sarana komunikasi antara seniman dan penikmat. B. Dasar Pemilihan Garapan Melihat banyaknya perkembangan atau perubahan yang senantiasa berlangsung di dunia ini jauh berbeda dengan keadaan kebudayaan masa lampau. Bahkan kebudayaan seolah- olah tunduk pada suatu gerakan, yang lama bisa hilang atau berubah untuk digantikan yang baru. Namun sesungguhnya perubahan itu memberi arti dan makna kehidupan manusia (Slamet, 1997 : 1). Tidak terkecuali dalam bidang seni tari sebagai salah satu unsur yang bersumber pada rasa dan keindahan yang dapat disentuh lewat indera penglihatan atau perasaan senantiasa juga mengalami perubahan. Tetapi mengingat masyarakat
©2003 Digitized by USU digital library
1
Indonesia merupakan kelompok yang terdiri dari berbagai macam suku, maka landasan tari ini difokuskan pada salah satu etnik yaitu Minangkabau. Dengan demikian berkarya yang berangkat dari materi tradisi perlu diperhatikan kondisikondisi yang melandasinya. Penyajian tari ini tidak menampilkan tari Minangkabau seutuhnya, tetapi sudah melalui suatu proses penataan dan perubahan, dan bentuk gerak dan lainnya. Sehingga karya tari ini dapat menjadi sesuatu yang baru, dan dapat memperluas wawasan bagi si koreografer dan penikmat. Berdasarkan tari tradisi yang ada, perubahan atau pengembangan dapat memperkuat penyampaian ekspresi yang lebih mudah dihayati dengan mengurangi kadar kontemplatif pada akarnya, yaitu tari Minangkabau. Alternatif lain yang diterapkan dalam tari ini yaitu dari diri si penari sendiri sebagai media penyampaian gerak tari, yang akan memberi penekanan pada proses gerak dan komposisi gerak. C. Tujuan Garapan Garapan tari ini merupakan langkah untuk merealisasikan upaya pelestarian, pengembangan, peningkatan dan penyebarluasan kesenian sebagai unsur budaya bangsa. Sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan sebagai apresiasi seni di lingkungan sanggar tari “Semenda” maka garapan tari ini merupakan upaya untuk meningkatkan wawasan dari anak didik di sanggar “Semenda”. Sedangkan penuangannya kedalam bentuk karya tulis merupakan salah satu upaya untuk menyajikan aspek penulisan ilmiah dalam bidang seni, yaitu khususnya seni tari. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut : v Sebagai lahan untuk mentransformasikan satu ide kedalam bentuk sebuah garapan tari yang mengandung nilai pendidikan dan estetis. v Untuk meningkatkan kreativitas dalam mencari kemungkinan baru sehingga dapat menambah masukan dalam perkembangan tari selanjutnya. v Sebagai upaya pembinaan terhadap perubahan dan perkembangan seni tari, untuk menciptakan situasi yang kondusif dan dinamis bagi budaya bangsa. v Garapan ini bukan sekedar hiburan dengan nilai estetisnya melainkan perlu ditinjau dari sudut sosial dan nilai- nilai filsafatnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan berimajinasi sesuai dengan kaidah- kaidah yang ada. v Untuk menambah nuansa baru dalam mewarnai corak karya yang terdahulu sehingga menambah repertoar tari. v Diharapkan dapat menggugah para penari agar mau berbuat dan berkarya sebanyak mungkin. v Dapat dipakai sebagai media informasi tertulis mengenai garapan seni tari. D. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam tulisan ini, diambil beberapa buku yang berkaitan dengan masalah seni tari, dengan didukung pendapat para ahli yang tertulis dalam buku tersebut diharapkan dapat mendukung hasil garapan, sehingga hasil garapan, relevan secara teoritis. Seni tradisi pada umumnya merupakan milik kelompok etnik tertentu, secara umum dapat dimengerti bahwa seni tradisi adalah seni kelompok etnik tertentu yang memperlihatkan ciri kemampuan sistem nilai dan kemampuan idiom- idiom berkesenian serta memiliki barometer serta aturan-aturan yang bersifat tertentu yang harus dipatuhi. Tidak dapat diela kkan lagi bahwa seni tradisi adalah salah satu bagian essensial dari persentasi historis akan masa lampau dalam kelompok etnik tertentu, oleh karena itu wajar jika seni tradisi jati diri kultural kelompok etnik tertentu. (Alisjahbana, 1978 : 22).
©2003 Digitized by USU digital library
2
Seni tradisi dianggap suatu yang monumen sebagai khasanah atau aset budaya bagi pemiliknya sehingga merupakan identitas kulturalnya. Suatu kenyataan yang terjadi dalam seni tradisi dewasa ini, penciptaan seni baru bukan dalam arti yang sebenarnya, tetapi hanya meru pakan pengulangan dan pemeliharaan, sekalipun ada usaha untuk memberi nafas baru (Edi Subroto, 1991 : 4- 5). Tari secara tekstual sering dipahami sebagai seni plastis dari gerak secara visual tampak sepintas, akan tetapi didalamnya terkandung suatu ekspresi budaya dari nilai pengetahuan, sikap dan dasar keyakinan seseorang sebagai bagian dari kelompok masyarakat. (Judith Lynn Hanna. Terj. Ben Suharto, 1981 : 40). Namun pada dasarnya pemahaman terhadap tari adalah berpredikat mengenai unsur- unsur gerak yang n i dah dan ditata dalam irama yang hadir dari suara musik tertentu, tetapi juga dapat berupa hentakan kaki ataupun tepukan tangan yang bisa berperan sebagai irama, dengan demikian pengertian tari selalu mengkaitkan dengan kata gerak dan definisinya. Berdasarkan pemahamn ini tari dapat didefinisikan sebagaimana dijelaskan oleh Soedarsono bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak- gerak ritmis dan indah (Soedarsono, 1977 : 17). Definisi lain, tentang tari dapat dijabarkan sebagai sebuah visualisasi, sebuah ekspresi dalam gerak yang berisi pesan- pesan terhadap kenyataan yang tetap tinggal dibenak penonton setelah pertunjukan selesai. Tari dapat dikatakan sebagai ekspresi seni menciptakan image-image gerang yang membuat penonton lebih sensitif terhadap realitas tari akan memberikan pengalaman yang berguna untuk memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang baik bagi seniman maupun penikmat (Sal. Murgiyanto, 1977 : 4). Dari uraian tersebut di atas dapat dimengerti bahwa gerak sangat penting dan paling dominan dalam tari, namun gerak yang dimaksud adalah gerak yang telah mengalami stilisasi gerak dan distorsi gerak, yaitu penghalusan dan perombakan gerak. Kegiatan berkesenian atau seni adalah salah satu kebutuhan atau tuntutan kehidupan masyarakat, baik masyarakat itu sebagai masyarakat penikmat atau masyarakat yang memandang seni sebagai medium aktualisasi diri, dapat pula seni dipandang sebagai naluri artistik. Dengan demikian seni merupakan pengungkapan pengalaman pribadi manusia yang menc oba menangkap esensi realita seni yang dihadapi. Realita seni ini dalam kehidupan manusia dapat berwujud, bunyi, bentuk, gerak sebagai sarana ekspresi estetis. Melalui perwujudan seni ini digelar pengalaman manusia dengan berbagai aspeknya. Mengkaji dari perwujudan seni, tari merupakan salah satu diantaranya dimana tubuh manusia sebagai medianya. Dalam bentuk penyajian tari ditopang oleh berbagai elemen, yaitu gerak tari, pola lantai, iringan, tata rias dan busana, properti, tempat dan pementasan (A.M. Hermin K, 1980 : 9). Kualitas kedalam rasa sangat menentukan dalam karya seni, kenyataan ini dapat dipahami dalam penilaian karya seni sifatnya relatif, hasilnya berbeda- beda pada masing- masing individu. Hal ini dapat terjadi karena keindahan hanya dapat ditemukan pada orang- orang yang mempunyai pengalaman mengenali wujud bermakna dalam suatu benda atau karya seni dengan getaran atau rangsangan keindahan (Mudji Sutrisno dan Christ Verhaak, 1993 : 82). Kematangan dalam mencerna karya seni ditentukan oleh pengalaman estetis dalam mencerna sebuah karya seni yang dikaitkan dengan tolak ukur : a. Dapat memberi kepuasan b. Berharga dalam dirinya sendiri c. Diletakkan pada cirinya sendiri dalam tahap kesadaran rasa tertentu. Sedangkan Kontemplasi dapat dicapai dengan cara : a. T otalitas perasaan
©2003 Digitized by USU digital library
3
b. Keselarasan dan keterarahan efeksi c. Efeksi diarahkan untuk menerima serta mencerna bukan aktif memulai (Mudji Sutrisno dan Christ Verhaak, 1993:83). Dengan demikian pengalaman estetis dapat dicapai dengan jalan : a) modus persepsi, b) konsep ilmiah dan, c) kualitas estetis yang memiliki inklusi totalitas (Humar Sahman, 1993 : 26- 27). Pengalaman seni dalam hal ini sangat menentukan pada tingkat pemahaman nilai estetis. Perlu dimengerti bahwa penilaian terhadap karya seni didasarkan atas tiga aspek yaitu : 1) karya seni itu sendiri, 2) kondisi penikmat karya seni dan 3) latar belakang penciptanya (Humar Sahman, 1993:137). Dasar- dasar teknik gerak dan unsur- unsur pengembangan kreativitas tari. Kupasan tentang imitasi gerak, improvisasi, explorasi beserta prinsip- prinsip bentuk tari digunakan sebagai acuan dalam proses penggarapan karya seni (Y. Sumandiyo Hadi, 1983). E. Metode Penyajian Garapan tari ini disajikan dipentas prosenium yang didukung oleh penari kelompok yang berjumlah 7 orang. Dalam menentukan jumlah penari dilakukan berdasarkan jumlah yang dibutuhkan dengan pertimbangan disain dalam komposisi tari serta penafsiran maknanya. Sesuai dengan penyajiannya tari ini termasuk tari kelompok, maka masing- masing penari dalam kelompok tersebut me mpunyai peranan yang harus ditampilkan secara harmonis untuk memberikan daya tarik secara keseluruhan. Jumlah ganjil dalam tari ini agar dapat menumbuhkan konflik dengan cara pengaturan pola lantai terpisah atau pemisah salah satu penari dari penari lainnya. Adanya konflik dalam garapan ini diperlukan untuk menghidupkan tari, dan dapat menggambarkan suatu perputaran dan perubahan dari satu situasi ke situasi lain. Setelah penetapan jumlah penari dan cara penempatan dalam kelompok selanjutnya ditetapkan dengan menyusun orkestrasi isi gerak kelompok. Dasar penekanan dalam garapan ini memperoleh aspek-aspek dinamika, tenaga, ruang dan waktu. Elemen- elemen konstruksi yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah : • Motif • Pengulangan • Variasi dan kontras • Klimaks dan penonjolan • Proporsi dan imbangan • Transisi • Pengembangan logis • Kesatuan Keseluruhan dari elemen- elemen tadi saling terkait dan saling melengkapi, menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal lain yang diperlukan dalam penataran tari kelompok adalah : 1. Gagasan ditetapkan melalui isi gerak yang diatur kedalam motif, pengembangan dan variasi. 2. Adanya pengulangan sebagai konstruksi waktu. Pengulangan bisa dilihat dalam setiap disain penari atau kelompok dalam kaitan dengan yang lain dan pengembangan menyeluruh serta variasi motif dalam kelompok. 3. Orkestrasi kelompok dalam waktu dan ruang begitu memikat dan bervariasi untuk meningkatkan makna dibelakang tari serta memperkaya pengalaman visual penonton. Cara penyajian yang dipilih adalah dengan tipe simbolis representasional yaitu dengan menyampaikan makna tari secara tersirat tetapi masih bisa dilihat dan dikenali maknanya secara orisinal.
©2003 Digitized by USU digital library
4
BAB II TEKNIK DAN METODE PENGGARAPAN A. Teknik dan Metode Penerapan Konsep Garapan Tari Hakekat seni pertunjukan adalah dengan adanya gerak, perubahan keadaan, maka penekanannya terletak pada imajinasi serta prosesnya. Untuk dapat melihatnya seseorang dituntut mempunyai daya rangkum, rasa yang peka sehingga dapat menangkap tujuan dan keterampilan teknis adalah salah satu landasannya. Tari yang berjudul “Barubah” ini merupakan hasil eksperimen tari yang berangkat dengan pijakan gerak tari Minangkabau. Dalam garapan ini penekanan pada aspek tenaga-ruang- waktu serta dinamika dalam proses penggarapan estetisnya. Kerangka ruang, waktu dan tenaga mempunyai dimensi objektif maupun subyektif yang lebih aplicable baik untuk dianalisa dari segi waktu maupun dari segi ruang. Arti objektif waktu disusun sebagai interval jam yang bentuknya diatur dalam pengertian urutan sebelum atau sesudah. Setelah dilihat berdasarkan pengalaman maka waktu secara langsung terkait dengan ritme tubuh dan ritme lingkungannya. Dalam pengolahan waktu lebih ditekankan pada aspek tempo, ritme dan meter. Pada tingkat konseptual, ruang dikenal sebagai keadaan seperti bentuk, ukuran dan berikut hubungan- hubungannya. Termasuk didalamnya gagasan tentang tubuh kita dalam ruang, benda dalam ruang dan hubungannya dengan lingkungan dimana kita berorientasi dengan diri sendiri. Ruang dalam hal ini bisa dipahami secara internal dan eksternal yang mana menyangkut garis, volume, arah dan dimensi, level serta arah pandang (Martin Haberman dan Tobie Meisel, 1981 : 19). Konsep mengenai tenaga meliputi tentang berat, gravitasi, energi gerak dan hubungannya dengan ruang. Didalam gerak tari, tenaga terkait dengan tensi yang semakin besar atau semakin kecil, dengan daya tahan akan pengaruh grativtasi dan daya tahan berat atau ringan. Dengan adanya variasi ini maka energi yang dikembangkan, dan dengan pelepasan energi dalam berbagai alternatif, gerak dengan berbagai kualitas dapat tercapai. Tenaga merupakan pengendalian energi yang diekspresikan lewat kontras dan perubahan yang dinamis-cepat- lambat, tinggirendah, keras- lembut. Jadi faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan tenaga adalah intensitas, tekanan dan kualitas. Kemudian elemen-elemen estetis tersebut dipakai sebagai studi untuk pengolahan materi kedalam bentuk garapan melalui tahap- tahap komposisi tari. Berangkat dari rangsangan kinestetik dari gerak yang sudah ada dikembangkan melalui penjelajahan eksplorasi gerak, improvisasi, komposisi, hingga akhirnya evaluasi bentuk pada akhir garapan. B. Pijakan Gerak Tari “Barubah” merupakan hasil pengolahan dari beberapa elemen tari yang berangkat dari gerak-gerak tari tradisi Minangkabau. Dari beberapa gerak yang ada dengan melalui pemilihan, yang mana maksudnya untuk mengekspresikan pengalaman- pengalaman estetis menjadi sebuah bentuk garapan tari yang mementingkan penonjolan teknik- teknik dalam sebuah tari. Diketahui pada dasarnya tari tradisi Minangkabau berpijak pada gerakangerakan pencak silat. Sehingga didalamnya tari Minangkabau seolah- olah tari dan pencak silat menjadi satu kesatuan yang harmonis. Ditinjau lebih jauh tari dan pencak mempunyai ciri yang sama seperti : • Sama - sama mempunyai aspek oleh tubuh yang kuat. • Keduanya dibentuk dan diwarnai oleh kebudayaan yang melingkupinya. • Sama - sama mempunyai unsur gerak yang indah dan dalam pernyataan geraknya memperlihatkan adanya struktur. Sebaiknya, perbedaan pokok antara keduanya terletak pada tujuan akhirnya masing- masing (Edi Sedyawaty, 1981 : 69).
©2003 Digitized by USU digital library
5
Jadi untuk lebih jelasnya tari merupakan cakupan kegiatan olah fisik yang tujuan akhirnya adalah ekspresi keindahan, sedangkan pencak adalah cakupan kegiatan olah fisik yang tujuan akhirnya adalah bela diri dan kemenangan terhadap lawan. Garapan tari ini mengangkat unsur- unsur gerak pencak silat yang divariasikan. Dalam hal ini sejauh mungkin dijelajahi alternatif-alternatif gerak dengan mempertimbangkan aspek- aspek komposisi tari seperti desain tari, dinamika, desain dramatik, aspek- aspek keruangan, waktu dan sebagainya. C. Musik Iringan Tari Penggarapan musikalnya mempergunakan kombinasi beberapa jenis alat musik, yang mana semuanya dipakai untuk memberi irama, gambaran suasana, ilusi, memperjelas ekspresi gerak, serta merangsang penghayatan si penari sehingga dapat memperjelas penyampaian isi garapan terhadap sipenonton. Iringan musik ini juga disebut iringan eksternal dengan jenis alatnya seperti : • Gendang • Gendang dol • Talempong pacik • Sarunai • Rabab • Sampelong Semua jenis di atas alat musik tradisional Minangkabau. Dan garapan tari ini juga memakai iringan iternal yaitu yang berasal dari suara si penari, hentakan kaki dan tepuk tangan. Dari pemilihan iringan tari ini adalah dengan pertimbangan : 1. Ritme dan Tempo Untuk rime dan tempo dipilih struktur metrikal musik yang dapat memperkuat struktur metrikal tariannya. Melalui struktur ritmisnya, musik dapat membimbing terwujudnya struktur ritmis respon gerak. Selain itu, juga melalui penggunaan waktu, tempo dan intensitas, musik dapat pula mengendalikan kualitas, jangkauan, dan intensitas gerak. 2. Suasana Musik iringan dipilih berdasarkan kecocokan suasana dan keselarasan dengan tarian. Unsur ritmikal nada- nada melodi dan harmoni yang ditimbulkan mengandung kualitas emosional yang akan memberi rangsangan dan menciptakan suasana rasa tarian ini. 3. Gaya Bentuk Iringan tari ini disesuaikan dengan latar belakang etnis Minangkabau karena pijakan tari juga mengambil latar belakang Minangkabau, sehingga kesesuaian gaya dan bentuk tari menjadi selaras. Komposisi musiknya disusun secara eksperimental, yang maksudnya tidak selalu mengikuti pola tradisi yang sudah ada, dalam iringan tarian ini dicoba memasukkan idiom- idiom baru baik dari teknik pukulan, rit me dan tempo sehingga menimbulkan efek- efek khusus sesuai dengan kebutuhan tari. Penyusunan komposisi musik dilakukan bersama - sama antara penata tari dan penata musik. Penata tari menceritakan tentang penjelasan garis ide tari secara keseluruhan pada penata musik. Kemudian disepakati bersama - sama tiap adegan dalam menit, struktur ritmis, tempat dan mana yang membutuhkan tekanan atau dinamika khususnya, perbedaan kualitas gerak didalam komposisi, dan apakah ada pengulangan rangkaian gerak, serta penggunaan kualitas ruang. Dengan adanya kerja sama ini diharapkan masing- masing mempunyai keleluasaan dalam hal menuangkan ide masing- masing.
©2003 Digitized by USU digital library
6
D. Sinopsis “Barubah” sesuai dengan artinya “Berubah”, maka secara kodrat bahwa kehidupan di alam ini selalu mengalami perubahan disadari maupun tanpa disadari, sedikit demi sedikit terus bergeser sesuai dengan perjalanan waktu. Sekuat apapun pertahanan dibuat tetapi tetap tak terbendung dari tekanan akan suatu perubahan. Dan itulah hidup dan kehidupan. E. Tata Busana Dalam tari ini busana yang dipergunakan adalah merupakan kombinasi busana dari berbagai etnis. Tetapi busana disini diusahakan sesimpel mungkin sehingga tidak mengganggu si penari dalam melakukan gerakan. Adapun tata busana yang dipergunakan adalah : Kepala : Kembang goyang bali, sunting sarai sarumpun minang. Telinga : Anting minang. Leher : Selendang manik- manik Badan : Baju kurung warna hitam, celana hitam, kain sarung merah. Pinggang : Ikat pinggang (pending), selendang merah, sesamping.
F. Tata Rias Tata rias dalam garapan tari ini tidak terlalu ditekankan, jadi tata rias hanya memakai rata rias cantik. Bahan dari alat yang dipergunakan adalah : 1. Pembersih 6. Pensil alis 11. Lipstik 2. Penyegar 7. Bedak alis 12. Sapu bedak 3. Kapas 8. Eye liner 13. Kuas lipstik 4. Pelembab 9. Eye shadow 14. Sisir sasak 5. Dasar bedak 10. Blush on 15. Hair spray Pada dasarnya teknik rias wajah sama dengan goresan dikening dan dekat mata. Di awali dengan membersihkan wajah sampai dengan memakai bedak tabur kemudian membuat alis. Alis mata dibentuk dengan karakter lembut dengan garis tegas. Pada ujung alis ditarik kekening sejajar dengan ujung garis bawah mata (eye liner) juga dibuat garis diagonal ke arah pelipis. Setelah itu diberi eye shadow, blush on, maskara dan lipstik. Rambut disanggul cepol di atas kepala dan bahagian depan disasak tipis, setelah itu diberi asesoris atau kembang goyang bali, sunting sarai sarumpun. G. Setting dan Tata Lampu Garapan tari ini ditampilkan di panggung progenium dengan setting panggung netral. Pada back drop dipasang kain warna hitam dengan maksud untuk mengisi ruang- ruang yang kosong. Di depan panggung sebelah kanan dipakai sebagai tempat pemain musik atau lebih tepatnya diluar panggung. Hal ini dilakukan karena ukuran panggung yang kecil sehingga tidak memungkinkan untuk dipakai sebagai tempat penari dan pemain musik. Pencahayaan atau tata lampu dalam garapan ini tidak digarap secara detail dan seksama, karena ini semua telah diatur sendiri oleh crew panggung tanpa ada kesepakatan atau semacam kompromi dengan koreografer. Tata lampu di tempat pertunjukan juga sangat terbatas sehingga tata lampu yang dipasang terdiri dari lampu geral, follow spot dan spot ligh berwarna merah dibahagian tengah belakang pentas. H. Tahap Penggarapan Tahap penggarapan adalah merupakan suatu kerja atau urutan kerja yang sangat penting bagi seorang penata tari. Hal ini merupakan tempat untuk
©2003 Digitized by USU digital library
7
merealisasikan dari suatu proses kerja menjadi yang sebenarnya. Untuk penggarapan tari diperlukan kedalaman wawasan intuisi artistik yang cukup tinggi. Tahap-tahap yang dilalui dalam proses penggarapan ini adalah : 1. Eksplorasi 2. Improvisasi 3. Komposisi 4. Teknik Evaluasi 5. Evaluasi Bentuk 1. Eksplorasi Eksplorasi merupakan suatu usaha pencarian perbendaharaan gerak dengan berbagai cara. Langkah observasi dan pengidentifikasian gerak menuju pengayaan isi tari sejauh mungkin diarahkan pada gerak-gerak yang orisinal dan menarik. Bunga pencak silat sangat kelihatan dalam ragam- ragam tari Minangkabau. Oleh sebab itu diusahakan pengembangan pada aksi tubuh dan kualitas gerak. Saat mencari kemungkinan-kemungkinan, penata tari dibantu oleh penari mengumpulkan sebanyak mungkin gerak tanpa mempertimbangkan komposisi sehingga kaya akan pengalaman gerak. Cara ini diharapkan dapat membantu bahwa pada saatnya menata sudah mendapatkan dasar komposisi yang lebih baik. Jadi pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap bahasa gerak yang dianalisis sehingga bisa dipilih menjadi gerak literal menuju isi tari. 2. Improvisasi Improvisasi merupakan seleksi permulaan menuju gerak tari yang diinginkan. Langkah- langkah yang perlu dilakukan dalam tahap ini ialah : • Menentukan rangsang tari • Menentukan tipe tari • Menentukan cara penyajiannya. Dengan alasan dasar pemilihan garapannya, maka rangsang tari yang dipilih adalah rangsang kinestetik dan rangsang gagasan (idesional). Rangsang kinestetik berpola pada sifat alamiah yang terdapat pada gerak itu sendiri, yaitu dalam hal gaya, suasana, teba dinamis serta frase gerak yang dikembangkan untuk membentuk tari. Sedangkan rangsang gagasan berangkat dari ide cerita yang ditampilkan. Jadi rangsang membentuk hal yang paling mendasar yang selanjutnya membentuk struktur. Tahap berikutnya adalah menentukan tipe serta cara penyajian. Yang mana dalam hal ini dipilih tipe tari non dramatik yang hanya menonjolkan aspek gerak dengan rangkaian- rangkaian gerak yang harmonis, penyajiannya lebih ditekankan pada teknik gerak dengan simbol- simbol perubahan yang terjadi. Dalam tahap ini pada dasarnya melakukan eksperimen dengan gerak dan mencoba menyadari bayangan simbol- simbol geraknya. Jadi improvisasi merupakan pembukaan yang dilanjutkan dalam kerangka motif yang sudah terbentuk untuk eksplorasi kemungkinan pengembangan dan variasi, dan juga penemuan motif- motif baru. 3. Komposisi Dalam komposisi tari, gerak adalah merupakan titik awal. Untuk membangun komposisi bisa berawal secara intelektual atau melalui insting atau naluri, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan dengan metode- metode tertentu dan pada bahagian lainnya bisa dengan memakai metode yang lain juga. Selama proses komposisi maka imajinasi berada dalam struktur rangsang (stimulus), pengetahuan materi gerak serta yang lebih penting lagi dari semua itu adalah “teknik khusus konstruksi tari”. Akan tetapi dalam tahap kerja ini terdapat kebebasan dan teba, serta kualitas
©2003 Digitized by USU digital library
8
imajinasi yang dipergunakan, yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dilakukan, serta dapat membawa keberhasilan dalam sebuah tarian. Langkah- langkah yang dapat dilakukan adalah tahap penggarapan dan penataan tari dengan memperhitungkan aspek ruang dan waktu beserta seluruh perangkat kerjanya, melalui metode konstruksi sejak awal rangsang hingga terbentuknya komposisi tari. 4. Teknik Evaluasi Penilaian difokuskan pada unsur- unsur pembentuk tari. Dari unsur gerak dinilai materi yang benar-benar orisinal serta tepat untuk mengekspresikan gagasan dalam bahasa gerak. Evaluasi melalui kriteria penilaian sebagai berikut : 1) Bahwa gerak mempunyai makna dan relevansi gagasan terbentuknya tari. 2) Gerak begitu menarik dan mempunyai aksi yang orisinal, dinamis dan berpola ruang. 3) Gerak mempunyai potensi untuk dikembangkan. 5. Evaluasi Bentuk Evaluasi bentuk terfokus pada aspek perubahan dan penghalusan dalam konstruksi desain ruang dan desain waktu. Konstruksi desain ruang terdiri dari penetapan ukuran dan wujud ruang, penetapan pola ruang melalui desain wujud, tubuh, lantai, atas, level dan ekstensi. Sedangkan konstruksi desain waktu terdiri dari frase seksi dan transisi, tampak dan selang-seling, variasi pengembangan dan variasi motif untuk menciptakan pengulangan serta aspek- aspek pendukung lainnya. Akhirnya perlu disadari bahwa respon terhadap karya seni selalu berdasarkan pada pengalaman sebelumnya yang dapat tumbuh semakin tajam dan matang. Keberhasilan suatu tari hanya dapat diukur secara relatif (nisbi). Ukuran yang relatif ini tergantung pengalaman dalam pengembangan komposisinya. Tidak ada formula yang objektif untuk dipakai menilai, sehingga tidak dapat sama sekali diproses melalui analisa faktual, tetapi tidak juga semata- mata pada rasa yang dalam atau selera pribadi. Tidak dipungkiri bahwa penghayatan akan berefleksi secara intelektual tentang apa yang dilihat, dan dalam mengamati seni akan dipengaruhi oleh penilaian estetisnya. Oleh karena itu perlu selalu diasah kematangan intelektual serta kedalaman pengalaman estetisnya sehingga mampu berlaku lebih proporsional.
©2003 Digitized by USU digital library
9
BAB III CATATAN TARI DAN CATATAN MUSIK
A. Catatan Tari POLA LANTAI
ƒƒ ƒ ƒƒ ƒ ƒ
1.
KETERANGAN GERAK
Semua
penari
disudut
kanan
atas
menghadap kesamping kiri panggung. Sikap
kaki
sedikit
ditekuk.
Masing-
masing penari berjalan ke death center perlahan- lahan.
Tiap
langkah
diikuti
satu pukulan gong.
Sampai di tengah, tiga penari didepan berputar kekanan membentuk formasi
ƒƒ ƒ ƒ 2.
ƒ ƒƒ
segitiga disudut kiri. Berakhir dengan arah hadap diagonal kekanan. Empat penari dibelakang berputar di tempat membentuk disudut
garis
kanan
berputar
diagonal
atas.
Semua
ketengah
menggerakkan
tangan.
kanan penari dengan Tangan
diletakkan di death center satu persatu bergiliran pada tujuh penari. Setelah semua
meletakkan
tangan
masing-
masing penari mengambil sikap dengan arah hadap kedalam.
©2003 Digitized by USU digital library
10
3.
Setelah itu semua berkumpul ketengah
ƒ ƒ ƒƒƒ ƒƒ
pentas,
masing- masing
berputar
ditempat dengan variasi ragam gerak dan dilanjutkan dengan semua penari menuju sudut kiri belakang (atas).
Setelah semua penari sampai ditempat masing- masing, semua penari berbalik
4.
menghadap
ƒƒ ƒ ƒ ƒƒ ƒ
diagonal
kanan
bawah.
Selanjutnya melakukan ragam gerak dengan melangkah perlahan kesudut kanan
bawah.
Tiga
penari
kesudut
kanan bawah dan empat penari tetap disudut belakang.
Tiga orang penari didepan melakukan ragam
ƒƒ ƒƒ
dengan
perpindahan
tempat
kearah sudut kiri bawah. Empat penari
ƒ ƒƒ 5.
kearah kanan atas yang merupakan komposisi kedua.
Seorang penari keluar dari kelompok
ƒ ƒ ƒ ƒ 6.
ƒ ƒƒ
©2003 Digitized by USU digital library
dan maju ke death center menciptakan suasana dramatik. Para penari yang lain merespon gerak dari penari yang ditengah menciptakan desain tertunda, desain lanjutan dan lurus lengkung.
11
Penari yang berada di death center
ƒ 7.
ƒ
ƒ ƒ ƒ ƒ ƒ
melakukan
improvisas i
gerak
berputar,
melompat
dan
kembali
ke
formasi
kebelakang
masuk
sambil
kelompok tiga yang ada disudut kiri bawah.
ƒƒ ƒ ƒ 8.
ƒƒ ƒ
Dua ragam
kelompok yang
penari
divariasi
melakukan
desain
gerak
berimbang, saling hubung dan desain lanjutan.
Dua
kelompok
bergerak menyatu
ketengah
penari dengan
gerak roling dan spiral.
ƒƒ ƒ ƒ ƒ ƒ ƒ
9.
Tiga orang penari dibelakang bergerak keatas dan berpencar atau menyebar kebeberapa tempat, kemudian empat orang penari melakukan variasi ragam ditempat membentuk formasi.
ƒ ƒ ƒ ƒ
ƒ
Tiga
ƒ ƒ
10.
orang
penari
dibelakang
bergabung lagi dengan penari yang ada didepan.
Proses
perpindahan
posisi
dilakukan dengan tiga macam variasi ragam.
Empat
penari
didepan
melakukan gerak yang sama dengan pola lantai tetap ditempat.
ƒ ƒ ƒ ƒ ƒ 11.
ƒ
ƒ
©2003 Digitized by USU digital library
12
Semua penari membentuk garis lurus dengan menghadap kedepan kemudian lima 12.
ƒ ƒ ƒƒƒ ƒ ƒ
penari
horizontal.
membentuk
Melakukan
garis
ragam- ragam
gerak serempak dan selang- seling.
Membentuk garis diagonal kearah kiri bawah
13.
14.
ƒƒ
ƒƒ ƒ ƒƒ
dengan
serempak
dan
tangan
ragam- ragam
gerak
selang- seling,
dan
double
variasi
step
juga
permainan level.
Penari tetap melakukan ragam yang
ƒƒ ƒƒ ƒƒ ƒ
sama dilakukan dengan desain lantai berimbang. semua
Selang-seling
penari
disudut
berakhir kiri
atas
menghadap kesudut kanan bawah.
Dua
ƒƒ ƒƒ ƒ 15.
berpindah penari
ƒƒ
penari kesudut
yang
lain
yang
didepan
kanan
bawah,
merespon
gerak
dengan pola lantai tetap ditempat.
Lima
ƒƒ ƒƒ ƒ 16.
orang
penari
dikiri
atas
berpindah
kekanan atas dengan pola lantai spiral. Dua penari dikanan bawah berpindah
ƒƒ
kekiri bawah dengan motif gerak saling hubung antara keduanya.
©2003 Digitized by USU digital library
13
Tiga penari berada disudut kiri atas, sementara 17
empat
yang
lain
berada
disudut kanan bawah dengan ragamragam gerak yang membentuk desain
ƒ ƒƒ ƒƒ
lanjutan dan desain tertunda.
ƒƒ
Tiga penari disudut kiri atas jongkok kemudian
ƒƒƒ
berguling
ketengah.
Sementara empat penari disudut kanan
18
ƒ ƒƒ
ƒ
bawah berjajar
level
tinggi
dengan
menghadap kedalam.
Semua penari berjalan perlahan- lahan ke up stage berdiri berjajar menghadap
ƒƒƒ
19.
kebelakang,
ƒƒ ƒƒ
20.
©2003 Digitized by USU digital library
berputar
perlahan.
Klimaks
ƒƒƒ ƒ ƒ ƒƒ
kemudian
semua
penari
memegang
kepala bagian belakang dengan tangan kiri dan tangan kanan menunjuk keatas serta kepala dan tengadah atau melihat keatas.
14
B. Catatan Musik I.
¦ : 1 1 3 3 ¦ 1 1 3 3 ¦ 1 1 3 3 1 1 3 3 :¦
KETERANGAN I. II.
Notasi angka Teknik pukulan melodi
III. Ketukan sebagai ritme dipukul pada nada 5
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Tari “Barubah” merupakan bentuk tari kelompok, yang merupakan karya baru dan berlatar belakang Minangkabau. Dilihat dari pengertian judul tari “Barubah” yang artinya “Berubah”, jelas disini bahwa tari ini ingin menampilkan sesuatu perubahan dari berbagai aspek dan keterikatannya terhadap salah satu etnis yang melatar belakanginya. Tari ini ditata berbeda dengan tari Minangkabau lainnya, dengan menerobos tatanan tari tradisi, membuat pola- pola baru, gerak baru dan lainnya. Tetapi ragamragam tari etnis lainnya juga mewarnai tari ini seperti tari Zapin dan tari Bali. Aksenaksen penekanan kekuatan gerak pencak sangat dominan dalam tari ini, dan unsur keindahan tidak terlalu dipertimbangkan. Selain itu teknik dan kemampuan penari juga harus maksimal sehingga bisa menghasilkan karya yang dapat mewakili penyampaian ide koreografer.
©2003 Digitized by USU digital library
15
B. S a r a n Perlu
adanya
suatu
usaha
untuk
penanganan
secara
serius
terhadap
eksistensi tari khususnya tari garapan baru yang mana akan merangsang daya cipta para seniman tari dan penikmat tari. Evaluasi dari pihak- pihak yang berwenang terhadap upaya kelestarian budaya sangat dituntut, sehingga seniman tari bisa lebih produktif dengan adanya wadah untuk mereka berkreasi dan mengembangkan diri. Disamping itu nilai-nilai tradisi juga perlu ditanamkan pada generasi penerus, sebagai salah satu titik tolak untuk berkreasi dan meningkatkan kemampuan mengekspresikan
jiwa/rasa
kedalam
karya
seni
sehingga
tidak
semata- mata
berlandaskan kepentingan diri sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Hermin, Kusmayati. Makna Tari Dalam Upacara di Indonesia. Pidato Ilmiah pada Dies Natalis VI Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. 1989/1990. Baal, J. Van. Sejarah dan Pertumbuhan Teori Antropologi Budaya Hingga Dekade 1970. Jilid 1. Gramedia, Jakarta. 1987. Bartenieff, Irmgrad dan Forrestine Paulay. Tari Sebagai Ekspresi Budaya. Terj. Ben Suharto. Lagaligo, Yogyakarta. 1985. Becker, Judit. Kalau Bahasa Diterjemahkan Mengapa Tari Tidak. The University of Michigan, Ann Arbor. 1986. Doubler, Margaret N.A. Tari Pengalaman Seni yang Kreatif. Terj. Tugas Kumorohadi. Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika, Surabaya. 1985. Haberman Martin dan Tobie Meisel. Ed, Tari Sebagai Seni di Lingkungan Akademik. Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakarta. 1981. Humphrey, Dorris. Seni Menata Tari. Terj. Sal Murgiyanto Dewan Kesenian, Jakarta. 1983. Jamal, Mid. Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau. CV. Tropic, Bukit Tinggi. 1986. Keraf, Gorys. Komposisi. Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa Indah, Jakarta. 1979. Langer,
Suzane
K. Problematika
Seni.
Terj.
Widaryanto.
Akademi
Seni
Tari
Indonesia, Bandung. 1988.
©2003 Digitized by USU digital library
16
Lynne, Hanna Judith. Tari dan Ilmu Sosial Sebuah Titian Eskalasivisi. Terj. Ben Suharto. Lagaligo, Yogyakarta. 1985. Murgianto, Sal. Ed. Seni Menata Tari. Dewan Kesenian, Jakarta. 1983. Royce, Anye P. The Anthropologi of Dance. Blloomington and London, Indiana University Press, 1980. Sahman,
Humar.
Estetika
Telaah
Sistematika
dan
Nistorik.
IKIP
Semarang
Press. 1993. Sedyawati, Edi. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Sinar Harapan, Jakarta. 1981. Slamet. Analisa Tari Serampang Dua Belas Melalui Pendekatan Berlapis Ganda. Laporan Penelitian IKIP, Medan. 1997. Smith
W,
Nancy.
Pergelaran
dan
Koreograf.
Terj.
Ben
Suharto,
Asti
Yogyakarta. 1981. Smith, Jacqueline. Komposisi Tari. Sebuah Pertunjukan Praktis bagi Guru. Terj. Ben Suharto. Ikalasti, Yogyakarta. 1985. Sutrisno, Mudji. at. al. Estetika Filsafat Keindahan. Kanisius, Yogyakarta. 1993. Soedarsono.
Tari-Tarian
Jenderal
Indonesia
Kebudayaan.
I.
Pengembangan
Departemen
Kebudayaan
Pendidikan
dan
Direktorat
Kebudayaan,
Jakarta. 1977. Soedarsono. Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari. Proyek Pengembangan Kesenian Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. 1986. Y. Sumandiyo Hadi. Pengantar Kreatifitas Tari. Akademi Seni Tari Indonesia, Yogyakarta. 1983.
©2003 Digitized by USU digital library
17