Berkarya untuk dunia dengan nilai-nilai baru.
EDISI 19I 2015 I 16 HALAMAN TabloidVerbeek
Informasi, Interaksi, Inspirasi
@TabloidVerbeek
Dipublikasikan oleh Divisi Komunikasi PT Vale Indonesia Tbk
- Tidak Diperjualbelikan -
SOSOK > HAL 7
WAWASAN > HAL 9
WAWASAN > HAL 10
Denra: Semangat Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga
2020, Indonesia Penghasil Kakao Terbesar Dunia
Membandingkan SRI Organik dan Pola Tanam Konvensional
PTPM Program Pertanian Berkelanjutan
Tanam Perdana SRI Organik
Laporan Utama > Hal 4
Meningkatkan Kapasitas Penggerak PMDM
Wawasan > Hal 5
Mengoptimalkan Partisipasi Perempuan Wawasan > Hal 8
Lihat Katam Sebelum Bertanam Ketua Kelompok Tani Harapan Mulia, Paimin, turun ke sawah untuk melakukan tanam perdana padi dengan metode SRI Organik. Kegiatan tersebut dilakukan di lahan seluas 17,15 hektar di Desa Libukang Mandiri, Kecamatan Towuti, pada akhir Februari 2015.
2
EDITORIAL Verbeek edisi 19 | 2015
Pembaca yang budiman, Para pakar manajeman organisasi umumnya sepakat bahwa keberhasilan suatu perusahaan atau program memiliki tiga syarat pokok. Pertama, individu-individu yang terlibat di dalamnya memiliki komitmen moral yang kuat. Dengan kejujuran sebagai “matahari”, tidak bakal suatu perusahaan atau program dibebani dari dalam. Syarat kedua, kemauan untuk maju layaknya “bintang” yang menjadi navigasi bagi pelaut. Ketiga, tiap individu tak henti menambah ilmu dan keterampilannya ibarat “bumi”. Di bumi kita merealisasikan gagasan, impian, dan harapan. Merujuk pandangan di atas, bagaimana kita melihat Program Mitra Desa Mandiri (PMDM) selama dua siklus ini? Membaca laporan utama Verbeek sejak edisi pertama, kita patut berbangga bahwa ketiga syarat tersebut sudah kita penuhi. Dengan kata lain, PMDM telah berjalan pada jalur yang benar. Contoh terakhir, tak henti mengasah skill, dengan dilangsungkannya lokalatih bagi pelaku program sebelum PMDM siklus kedua berlangsung. Dilaksanakan di empat kecamatan, lokalatih diikuti Komite Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan Tim Penyusun Usulan Kegiatan dan Monitoring Desa (TPUMD). Pembaca, acara lokalatih tersebut kami sajikan sebagai salah satu bahasan laporan utama, selain kegiatan tanam perdana SRI Organik di Desa Libukang Mandiri, Kecamatan Towuti, yang berangkat dari pelatihan pertanian ramah lingkungan selama beberapa bulan. Kami sajikan pula laporan utama mengenai peran penting perempuan dalam PMDM. Dalam rubrik “Sosok” kami tampilkan Denra, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di Desa Pasi-pasi, Kecamatan, Malili. Dari semula sekadar mencari kegiatan demi membunuh waktu usai lulus SMA, perempuan ini akhirnya jatuh cinta kepada pekerjaannya, bahkan bangga terhadap karya yang dia jalankan. Dua tulisan dalam rubrik “Wawasan” juga menarik untuk disimak. Selamat membaca.
SURAT PEMBACA Pemberdayaan masyarakat Pesisir
Ulasan Verbeek mengenai program pengembangan masyarakat PT Vale, khususnya sektor pertanian dan UMKM, menurut saya sudah cukup maju. Namun ada hal yang kurang disorot, yakni mengenai kehidupan masyarakat pesisir. Seperti kita tahu, wilayah pemberdayaan PT Vale juga terdapat di area pesisir, yakni di Malili dan sekitarnya. Seharusnya berita mengenai pengembangan kapasitas mereka juga bisa dikupas khususnya di laporan utama. Pieter, Sorowako Artikel tentang kegiatan PMDM bidang kesehatan di wilayah pesisir Malili sudah kami sajikan di Verbeek edisi 18. Ulasan serupa akan kami lakukan kembali bila ada kegiatan pengembangan masyarakat di wilayah pesisir yang menarik. Sebagai pembaca, Anda juga dapat menginfokan aktivitas-aktivitas PMDM di lapangan kepada kami.
Perbanyak konten anak
Mengapa artikel untuk bacaan anak-anak masih minim dimuat di tabloid Verbeek? Saya hanya melihat di beberapa edisi, seperti rubrik “Aha!” atau cerpen dan puisi kiriman siswa sekolah di rubrik “Karyamu”. Ade, Sorowako Tabloid Verbeek merupakan media yang dirilis untuk memberikan informasi seputar PTPM kepada masyarakat. Maka kegiatan PTPM menjadi sajian utama tabloid. Meski demikian, kami tetap menyajikan konten lain dengan muatan edukatif meski dalam porsi kecil. Dua rubrik khusus anak, “AHA” dan “Karyamu” kami sajikan secara bergantian tiap edisi.
Perbanyak resep masakan
Di beberapa edisi tabloid Verbeek sempat diulas resep-resep masakan. Saya senang sekali membacanya, karena menambah wawasan dan bisa dipraktikkan oleh ibu-ibu. Saya menyarankan konten resep masakan lebih sering munculkan. Terima kasih. Hasmawati, Desa Baruga, Towuti
Selain artikel terkait PTPM, konten lain dalam Verbeek kami munculkan secara bergantian. Terima kasih telah menjadi pembaca setia tabloid Verbeek.
Desa Kalosi jarang mendapat Verbeek
Beberapa waktu lalu saya sempat membaca tabloid Verbeek edisi 13. Saya agak kaget ternyata tabloid ini masih eksis dan menerbitkan edisiedisi terbarunya. Di tempat saya, Desa Kalosi, kami baru membaca dua edisi Verbeek selama ini. Apakah karena letak desa kami cukup terpencil sehingga Verbeek sulit sampai ke Kalosi? Asrullah, Desa Kalosi, Towuti
Saat ini kami mendistribusikan tabloid Verbeek melalui kantor desa maupun kantor Kecamatan. Pak Asrullah bisa mendapatkan tabloid Verbeek di lokasi-lokasi tersebut. Kami akan terus memerbaiki mekanisme pendistribusian untuk memastikan pembaca kami dapat menerima Verbeek di lokasi terdekat.
Ari, warga Desa Wawondula, Kecamatan Towuti, membaca tabloid Verbeek di halaman Kantor Kepala Desa Wawondula.
Tabloid ini diterbitkan sebagai upaya mengampanyekan transparansi dari pelaksanaan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Juga sebagai media alternatif masyarakat dalam memperoleh informasi dan wawasan. Kirimkan kritik dan saran Anda untuk tabloid Verbeek melalui email atau surat ke alamat redaksi. 08114056715
570946F9
Tabloid Verbeek
TabloidVerbeek
@TabloidVerbeek
Tabloid Verbeek
Pelindung: Dewan Direksi PT Vale | Penasihat: Basrie Kamba (Direktur Komunikasi & Urusan Luar), Busman Dahlan Shirat (Senior Manajer Program Pengembangan Sosial) | Penanggungjawab: Teuku Mufizar Mahmud (Senior Manajer Komunikasi), | Redaktur Pelaksana: Sihanto B. Bela | Editor: Bayu Aji Suparam (Senior Manajer Perencanaan Strategis), La Ode M. Ichman, Sohra, Aswaddin, Iskandar Ismail, Andi Zulkarnain, Baso Haris, Misdar | Redaksi: Rohman Hidayat Yuliawan, Nala Dipa Alamsyah, Nuki Adiati, Maman Ashari, Wahyudi | Fotografer: Doni Setiadi | Desain & Tata Letak: Azwar Marzuki | Alamat Redaksi: Kantor Departemen Komunikasi & Urusan Luar, Jl. Ternate No. 44 Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan - 92984.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 19 | 2015
3
Tanam Perdana SRI Organik Menjaga alam, memberdayakan petani, menyehatkan masyarakat.
S
udah banyak yang berubah sejak pelatihan System of Rice Intensification (SRI) Organik dilakukan di Desa Libukang Mandiri, Kecamatan Towuti, akhir Februari 2015 silam. Kini rumah-rumah kompos sudah berdiri di sela petak sawah dan petani punya persediaan mikro organisme lokal (MOL) dalam jumlah banyak. Dan yang paling menarik adalah transformasi petani menjadi individu yang berani tampil di depan banyak orang untuk mempresentasikan kegiatan mereka selama menerapkan metode SRI Organik. Keberanian itu tampak dalam acara tanam perdana padi musim tanam April-September yang dilakukan pada awal Agustus 2015. Tanam perdana metode SRI Organik dihadiri oleh Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Luwu Timur Nursih Hariani, para petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) alumni pelatihan SRI Organik, fasilitator dari Yayasan Aliksa Organik SRI, serta Senior Manajer Program Pengembangan Sosial PT Vale Busman Dahlan Shirat. Sebelum turun ke area persawahan, petani menjelaskan perbedaan antara metode SRI Organik dan metode konvensional, menjelaskan cara pembuatan kompos, prinsip ekologi tanah, serta menegaskan harapan mereka setelah menerapkan pola SRI Organik. “Bahan organik berperan penting untuk kesuburan tanah. Bahan organik dapat mengubah sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia. Tanah yang mengandung bahan organik punya poripori udara yang diperlukan untuk pernapasan akar sehingga tanaman menjadi lebih sehat,” kata Parti, seorang wanita petani yang mempresentasikan hasil uji aerasi menggunakan alat-alat sederhana, seperti botol plastik dan balon. Meskipun pada akhirnya bisa berbicara dengan lugas, para petani mengakui bahwa mereka merasa cemas sehari sebelum presentasi. “Kami latihan sampai malam. Grogi sekali rasanya tapi Alhamdulillah semua lancar,” tambah Parti. Di akhir presentasi, pengunjung disuguhi “atraksi” MOL yang punya kemampuan daya hantar listrik. Dua kabel listrik dicelupkan ke dalam cairan MOL dan lampu menyala terang berkat kandungan zat elektrolit di dalamnya. Suasana menjadi riuh oleh tepuk tangan dan sorak-sorai pengunjung.
Desa percontohan
Usai presentasi, para petani dan PPL seolah berlomba untuk turun ke sawah. Dengan lincah, mereka segera menanam benih padi berusia muda dengan prinsip tanam dangkal, tanam tunggal, dan ta-
Anggota kelompok tani melakukan tanam perdana padi SRI Organik di Desa Libukang Mandiri didampingi oleh Petugas Penyuluh Lapangan.
nam horisontal. Lahan seluas 17,15 hektar menjadi demplot pola SRI Organik yang akan mereka terapkan hingga empat bulan mendatang. “Saya berharap Libukang Mandiri bisa menjadi desa percontohan untuk SRI Organik. Dan semoga “virus” organik ini menular ke seluruh kecamatan di Luwu Timur,” kata Nursih Hariani. Menjadi desa percontohan padi organik tampaknya bukan hal yang mustahil. Sebelum memulai musim tanam, 36 petani di Desa Libukang Mandiri yang menerapkan pola SRI Organik berhasil membuat 1.569 liter MOL dan 124 ton kompos yang akan menopang kebutuhan persawahan. Dari sisi kapasitas, petani semakin mampu berpikir untuk mencari solusi atas masalah yang mereka hadapi. “Kendala yang kami hadapi untuk membuat kompos adalah kekurangan kohe (kotoran hewan, red). Tapi kendala tidak membuat kami berhenti. Kami maksimalkan saja apa yang ada dan ternyata bisa juga kami membuat kompos ratusan ton,” kata Sujarwo, salah satu petani yang beralih dari pola konvensional ke SRI Organik. Meninggalkan pola tanam konvensional bukan perkara mudah. Selain menghadapi pertanyaan bertubi-tubi dari rekan sesama petani, mereka juga harus meyakinkan diri sendiri bahwa metode baru ini akan membuahkan hasil. “Saya sendiri awalnya ragu apakah tanam benih tunggal itu bisa berhasil karena biasanya kami tanam banyak saja sering gagal. Belum lagi pertanyaan dari kanan-kiri. Tapi saya yakini saja dan bilang, “Kita lihat saja nanti,” ke semua orang yang meragukan SRI. Metode
ini memang bikin capek dan repot karena semua kita bikin sendiri, tapi saya yakin hasilnya lebih baik,” kata Masyunita Tadda, petani yang menggarap lahan seluas 1 hektar bersama suaminya.
Manfaat holistik
Penerapan metode SRI Organik yang ramah lingkungan bukan semata untuk meningkatkan produksi pertanian. Pemberdayaan petani dan perbaikan kesehatan masyarakat menjadi tujuan yang lebih besar. “Saya sudah memeriksa profil kesehatan masyarakat di Desa Libukang Mandiri. Semua punya keluhan yang sama yaitu mual, sesak napas, migrain, dan gatal-gatal. Bahkan banyak yang menderita gatal permanen meskipun sedang tidak turun ke sawah. Ada yang masuk rumah sakit karena sesak napas setelah menyemprot tanaman pakai pestisida. Dan mereka juga mudah marah, gampang terpancing emosi,” kata Dr. Rianti Maharani, pakar pengobatan herbal.
Penggunaan bahan kimia pertanian punya peran besar terhadap kesehatan petani dan masyarakat luas. Petani yang sehari-hari terpapar bahan kimia sudah pasti menerima efek paling besar, sementara masyarakat yang mengonsumsi bahan pangan yang mengandung residu pestisida juga akan terkena dampak negatif. “Semoga dengan beralih ke metode ramah lingkungan, tingkat kesehatan menjadi lebih baik sehingga petani dan masyarakat mendapat manfaat holistik dari pola SRI Organik ini. Karena buat apa produksi padi tinggi kalau masyarakat masih harus keluar banyak uang untuk pengobatan? Akan sangat baik kalau kedua tujuan itu bisa tercapai secara bersamaan,” kata Dr. Rianti. Setelah musim tanam padi, petani diarahkan untuk menanam aneka sayuran dan tanaman obat dengan prinsip organik. Sehingga asupan mereka, baik pangan maupun obat-obatan, benar-benar terbebas dari bahan kimia.[]
Petani Desa Libukang Mandiri mempresentasikan prinsip pertanian ramah lingkungan sebelum memulai tanam perdana.
4
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 19 | 2015
Meningkatkan Kapasitas Penggerak PMDM Lokalatih di awal tahun anggaran yang mendukung kesiapan teknis dan menambah wawasan pelaku program.
S
ebelum memasuki pelaksanaan kegiatan dalam Program Mitra Desa Mandiri (PMDM), para pelaku program mendapatkan pembekalan untuk menyamakan cara pandang dan meningkatkan kapasitas. Untuk itu PMDM menyelenggarakan pelatihan (lokalatih) bagi penggerak atau pelaku PMDM yang dibuka di Kecamatan Malili pada 27-28 April 2015 dan diikuti oleh lebih dari 40 peserta. Selanjutnya, lokalatih berturut-turut diselenggarakan di Kecamatan Nuha, Towuti, dan Wasuponda dengan interval satu minggu. Kegiatan tersebut diikuti oleh penggerak PMDM di tingkat desa, yaitu Komite Desa, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD), dan Tim Penyusun Usulan Kegiatan dan Monitoring Desa (TPUMD). Materi hari pertama dibawakan oleh Manajer Program Pengembangan Sosial PT Vale, Busman Dahlan Shirat, yang memaparkan seputar tanggung jawab sosial perusahaan dan uraian singkat terkait PMDM. Busman menegaskan, kunci keberhasilan program PMDM adalah tanggung jawab moral dan rasa saling percaya. Officer PTPM-Bidang Peningkatan Kapasitas Andi Zulkarnain, membawakan materi desa mandiri sebagai tujuan besar PMDM. Menurut Zulkarnain, kemandirian desa terkait erat dengan partisipasi warga, prinsip satu desa satu perencanaan, pemenuhan hak dasar warga, kapabilitas pemerintah desa, peran aktif organisasi dan lembaga masyarakat, serta keberadaan kader desa, motivator, dan aktor penggerak lainnya. Andi Zulkarnain juga memaparkan kaitan desa mandiri dengan PMDM. “Desa adalah tuan rumah dan pelaku utama. PMDM adalah tamu dan pendukung yang suatu saat akan pergi. Namun sistem yang dibawa dan ditanamkan melalui PMDM—yaitu perencanaan, transparansi, partisipasi, kemitraan—akan terus dijalankan oleh sebuah desa mandiri.” Peserta lokalatih diberi kesempatan berdiskusi. Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, dan tiap kelompok membuat konsep pemberdaya ideal dalam bentuk gambar. Ada yang mengibaratkan pemberdaya sebagai matahari yang menggerakkan kehidupan di sekitarnya dan bersinar secara konsisten. Ada juga yang menggambarkan pemberdaya sebagai motivator atau pendorong semata, yang tidak akan berhasil tanpa semangat kolektif masyarakat yang diberdayakan.
Lebih paham
Memasuki siklus kedua, pelaku PMDM banyak yang berganti. Pemilihan Komite Desa, KPMD, dan TPUMD melalui musyawarah menunjuk nama-nama baru. Bagi pelaku yang masih baru, lokalatih memberikan manfaat yang sangat besar.
Lokalatih PMDM di Kecamatan Towuti. Peserta menjelaskan peran pemberdaya dalam bentuk gambar.
“Saya baru tahun ini menjadi anggota Komite Desa. Saya mendapat banyak ilmu baru melalui lokalatih. Saya jadi mengerti hal-hal teknis dalam pelaksanaan PMDM, misalnya inisiatif dan mengelola musyawarah, membuat pencatatan aktivitas, termasuk mengerti bagaimana menyusun program dan anggarannya,” kata Asrullah, anggota Komite Desa Kalosi, Kecamatan Towuti. Bagi mereka yang sudah terlibat dalam PMDM siklus pertama, pembekalan sebelum pelaksanaan program tetap dirasa penting. “Komite Desa dan KPMD harus jeli melihat usulan warga. Sebisa mungkin masyarakat diberi pemahaman dan arahan sehingga usulan kegiatan punya dampak besar, tepat sasaran, sinkron dengan rencana pemerintah, dan punya visi keberlanjutan,” kata Andrie Firdaus, staf Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Luwu Timur, sekaligus Ketua Tim Verifikasi PMDM-Kabupaten. Menentukan daftar usulan prioritas menjadi tantangan besar PMDM. “Tahun lalu saya menjadi anggota Komite Desa, tahun ini terpilih sebagai anggota TPUMD. Manfaat terbesar lokalatih ini, menurut saya, adalah memberi wawasan tentang penentuan kegiatan prioritas. Tahun lalu sulit sekali mengarahkan masyarakat, karena kita belum tahu betul batasannya. Sekarang, setelah dijelaskan begini,
jadi lebih paham,” kata Mildaniati, anggota TPUMD Matompi, Kecamatan Towuti. Di hari kedua, peserta diberi pelatihan seputar format dan cara mengisi dokumen pelaporan. Jika ada format yang dirasa sulit, fasilitator membuka kesempatan untuk mengerjakan bersama. Di akhir pelatihan, Komite Desa dan KPMD menyepakati rencana tindak lanjut tahapan PMDM tahun anggaran 2014, yang diharapkan selesai pertengahan 2015.
Selain pemahaman teknis, lokalatih juga membuka ruang interaksi di antara pelaku program. “Pelatihan ini bermanfaat bagi Komite Desa. Satu desa dan lainnya bisa saling memberi masukan, evaluasi, dan berbagi pengalaman. Pertemuan ini juga memberikan kami jaringan dan kenalan baru untuk dapat menyempurkankan pelaksanaan PMDM ke depan,” kata Amos Hande, Ketua Komite Desa Kawata, Kecamatan Wasuponda.[]
Fasilitator Kecamatan Towuti memandu diskusi kelompok selama Lokalatih berlangsung.
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 19 | 2015
5
Perempuan menyuarakan kepentingan masyarakat desa dan ikut dalam pengambilan keputusan dalam tiap musyarawah.
Mengoptimalkan Partisipasi Perempuan Agar program pemberdayaan bisa tepat sasaran, diperlukan partisipasi masyarakat. Tak terkecuali partisipasi perempuan.
M
eskipun dilakukan lewat jam makan siang, diskusi tetap berlangsung hangat. Dalam lokalatih PMDM yang diadakan April hingga Mei lalu, Komite Desa, KPMD, dan TPUMD mendiskusikan daftar usulan prioritas kegiatan yang akan didanai PMDM. Mereka mengupas masalah yang terjadi di desa masing-masing dan menganalisis potensi yang dimiliki untuk mengatasi masalah tersebut. Tidak sampai satu jam, sederet kegiatan prioritas berhasil dirumuskan. Yang menarik dari kegiatan berkelompok tersebut, tidak sedikit perempuan yang mengambil peran sebagai moderator diskusi. Mereka mengarahkan anggota kelom-
pok untuk mencermati poin-poin penting dalam menentukan usulan kegiatan. Ketika giliran presentasi tiba, para perempuan tidak ragu memaparkan hasil diskusi kelompok masing-masing di depan forum. Kegiatan tersebut merupakan cerminan kecil dari pelaksanaan PMDM di lapangan, di mana kaum perempuan tampak benar berperan serta. Salah satu prinsip utama dalam pelaksanaan PMDM adalah keberpihakan kepada perempuan. Panduan Teknis Operasional (PTO) yang menjadi acuan PMDM menyebutkan hak perempuan untuk berpartisipasi sesuai perannya pada setiap tahapan program yang akan dilaksanakan. PTO mensyaratkan minimal satu anggota Komite Desa adalah perempuan.
Perempuan memandu diskusi saat pelaksanaan Lokalatih PMDM.
Pelibatan perempuan dalam pemberdayaan masyarakat bukan tanpa alasan. Dalam buku Women and Empowerment: Participation and Decision Making, aktivis dan pemerhati gender Marilee Karl menuliskan bahwa cara perempuan memproses informasi, membuat prioritas, dan merancang kegiatan akan membawa manfaat besar bagi kemajuan masyarakat. Studi juga menjelaskan kemampuan perempuan bekerja dalam tim membuat organisasi lebih mudah digerakkan.
Menyuarakan perempuan
Pentingnya partisipasi perempuan dirasakan oleh pelaku program PMDM. “Beda lho usulan-usulan yang diajukan laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih banyak memikirkan infrastuktur. Kalau perempuan ikut terlibat, hasilnya muncul kegiatan pelatihan, terutama pelatihan untuk pelaku UMKM perempuan,” kata Mildaniati, anggota TPUMD Desa Matompi, Kecamatan Towuti. “Untuk program kesehatan juga sama. Misalnya di desa ada ibu hamil yang jarang periksa ke bidan, KPMD atau Komite Desa yang perempuan bisa mengarahkan kegiatan yang mendekatkan perempuan dengan akses kesehatan. Kita menyuarakan sesama perempuan,” tambah Mildaniati. Aspirasi perempuan diharap dapat tersalurkan dengan adanya perempuan dalam mengambil keputusan. Singkat kata,
beberapa perempuan mewakili kelompok besar perempuan. Suhaebah, KPMD Parumpanai, Kecamatan Wasuponda, memandang suara perempuan adalah suara keluarga, kelompok masyarakat terkecil. “Perempuan mengerti betul kondisi kesehatan keluarga dalam satu lingkungan. Kalau ada bayi atau Balita yang masuk kategori gizi kurang, misalnya, perempuan yang paling tahu. Maka bisa muncul usulan kegiatan seputar perbaikan gizi Balita. Kalau ada keluarga-keluarga yang perlu ditingkatkan taraf hidupnya, perempuan bisa menggagas kegiatan alternatif seperti pelatihan keterampilan untuk ibu rumah tangga,” kata Suhaebah yang dalam mengawal PMDM dibantu dua orang perempuan anggota Komite Desa. Pendapat menarik juga dilontarkan oleh Ruth Isye, anggota Komite Desa Wasuponda. Dia memandang kesempatan berpartisipasi sebagai ruang bagi perempuan untuk mengembangan kemampuan. “Saya baru tahun ini terpilih menjadi anggota Komite Desa. Saya tidak punya latar belakang di bidang pemberdayaan masyarakat, hanya ibu rumah tangga yang sesekali berkegiatan di PKK. Dengan menjadi anggota Komite, saya jadi paham soal administrasi dan pelaporan yang sebelumnya benar-benar awam. Pelibatan perempuan itu sendiri sudah merupakan salah satu bentuk pemberdayaan.”[]
6
LAPORAN UTAMA Verbeek edisi 19 | 2015
Kata Mereka
“Pelatihan untuk Komite Desa dan KPMD sangat penting. Banyak wawasan yang bisa kami dapat dari pelatihan seperti ini. Kami jadi lebih mengerti Tupoksi, jadi saling kenal, dan bisa sharing masalah-masalah yang terjadi di desa. Tanpa pertemuan dan diskusi semacam ini, bisa jadi kami kerja sendiri-sendiri, tidak tahu mana yang benar dan mana yang masih perlu diperbaiki.”
Usai mengikuti lokalatih PMDM 2015, para pelaku program memberikan apresiasi dan masukan agar pelaksanaan PMDM menjadi lebih baik.
Vhelifya Lanjani, KPMD Asuli, Kecamatan Towuti.
“Pelatihan untuk pelaku program PMDM yang dilakukan setahun sekali, menurut saya, sudah cukup. Tapi akan lebih baik jika pesertanya difokuskan. Misalnya minggu ini untuk Komite Desa, minggu depan untuk KPMD, dan seterusnya. Karena Tupoksi masing-masing peran berbeda, pelatihan yang terfokus akan menghindarkan campur-aduk pemahaman.”
“Pelaku program PMDM sudah seharusnya mendapat pelatihan kapasitas. Terutama Komite Desa, KPMD, dan TPUMD, supaya lebih paham tugas dan fungsi masing-masing. Akan lebih baik lagi jika pelatihan dilakukan sebelum merumuskan kegiatan. Kalau sekarang ini, masyarakat sudah punya daftar usulan baru diadakan pelatihan. Jadi saya baru tahu kalau ternyata masih ada beberapa kesalahan saat menjaring usulan kemarin itu. Kalau pelatihan diadakan lebih awal, kesalahan bisa dihindari. Tapi intinya saya mengapresiasi kegiatan seperti ini.”
Syarifuddin, Ketua Komite Desa Tabarano, Kecamatan Wasuponda.
Ideham, Fasilitator PMDM-Kecamatan Nuha.
“Pelatihan tahun ini lebih bagus, karena KPMD dan Komite Desa duduk dalam satu forum. Tidak seperti periode sebelumnya di mana pelatihan dua kelompok ini terpisah. Dengan mekanisme begini, tentu antara KPMD dan Komite Desa dapat lebih kompak dan seragam pemahamannya dalam hal mekanisme dan teknis pelaksanaan PMDM. Sebab, di lapangan, KPMD dan Komite Desa-lah yang paling sering berinteraksi dalam implementasi program.”[]
“Saya baru tahun ini menjadi bagian dari Komite Desa, jadi pelatihan ini sangat bermanfaat. Saya mendapat banyak pengetahuan baru, terutama dalam menentukan skala prioritas kegiatan. Dengan adanya penjelasan dari Fasilitator dan kita diskusi bersama, saya yakin Komite Desa bisa lebih selektif mengarahkan kegiatan di masing-masing desa. Intinya, pelatihan-pelatihan membuat PMDM semakin bagus. Program ini, kan, basisnya menjaring usulan dari bawah dan mendorong musyawarah. Itu yang paling saya dukung. Dengan pelatihan, kualitas usulan dan musyawarah semakin bagus, yang pada akhirnya membuat program dan masyarakat semakin bagus juga.”
Lukas Toding, Ketua Komite Desa Lioka, Kecamatan Towuti.
Leni Satria, KPMD Buangin, Kecamatan Towuti.
“Lokalatih yang cuma dua hari ini, menurut saya, sangat kurang. Masih banyak materi yang perlu diajarkan, karena mayoritas kami tidak punya latar belakang pendidikan dan pengalaman yang cukup. Terutama masalah teknis, seperti menyusun RAB. Itu, kan, benar-benar baru bagi sebagian besar pelaku program, jadi menurut saya masih perlu pelatihan lebih lanjut.”
Tahwil, KPMD Nuha, Kecamatan Nuha.
SOSOK Verbeek edisi 19 | 2015
7
Denra, PLKB Desa Pasi-pasi, Kecamatan Malili
Semangat Meningkatkan Kualitas Hidup Keluarga
L
ima belas tahun menjadi kader dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) di wilayah Desa Pasi-pasi, Kecamatan, Malili, Denra tetap bersemangat. Dia ikut rombongan petugas Puskesmas Keliling (Puskel) menaiki perahu ambulans menyeberangi laut untuk mendata keluarga di daerah pesisir. Satu per satu kepala keluarga diwawancarai, sementara istrinya sesekali diedukasi seputar perencanaan kehamilan. Menjadi kader sejak muda, ibu satu anak ini punya banyak pengalaman, mulai dari yang menimbulkan rasa haru hingga yang membuat dia terpingkal-pingkal. Kepada Verbeek, Denra berkisah seputar harapan, suka-duka, dan semangatnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasangan usia subur.
Bagaimana awalnya Anda bisa menjadi PLKB?
Setelah lulus SMA di Palu, saya kembali ke rumah orangtua di Lampia (Kecamatan Malili— Red). Saat itu saya hanya tinggal di rumah, tidak punya pekerjaan. Lalu
ada ibu bidan mendatangi saya dan menawari saya menjadi kader KB. Saya pikir waktu itu, daripada tinggal diam di rumah, lebih baik saya terima saja tawarannya, lumayan ada kesibukan. Semenjak itu, tahun 2000, saya menjadi kader KB. Dan 12 tahun kemudian diangkat menjadi PLKB.
Apa yang Anda dapatkan dari pekerjaan itu?
Dari awal saya sudah tahu kalau ini pekerjaan sukarela, jadi tidak mengharapkan insentif sama sekali. Saya hanya mendapat sedikit uang transpor yang jumlahnya kecil sekali. Selain menjadi kader KB, saya juga diperbantukan menjadi kader Posyandu. Itu pun tidak ada insentif. Jadi waktu itu saya memang benar-benar mencari kegiatan saja. Tapi lama-kelamaan saya jadi suka pekerjaan ini dan ada kebanggaan, karena tidak semua orang punya kesempatan untuk bekerja seperti saya.
Apa tugas pertama Anda sebagai PLKB dan kader Posyandu?
Dulu saya di bagian penimbangan, jadi tugas saya menimbang bayi-bayi setiap tanggal Posyandu. Lalu empat kali dalam sebulan saya ikut keliling ke Posyandu
Nama
:
Denra
Tempat/tanggal lahir
:
Lampia, 7 Juni 1974
Alamat
:
Jl. Poros Sultra, Desa Harapan, Kecamatan Malili
Pendidikan terakhir
:
SMA Cokroaminoto, Palu
Pekerjaan
:
Kader KB (2000-2012), kader Posyandu (2000-2011), PLKB (2012-sekarang)
Nama anak
:
Muhammad Restu (2 tahun)
pesisir. Sebagai kader KB, saya juga melakukan pendataan keluarga setiap tahun. Kemudian sedikit-sedikit belajar mengedukasi masyarakat. Saya ini belum boleh menyuluh, karena belum mengikuti Diklat. Jadi saya hanya memberikan edukasi dasar saja dan banyak membaca supaya tambah ilmu.
Punya pengalaman berkesan selama menjadi kader KB?
Satu yang tidak pernah saya lupa waktu pertama kali saya ikut Posyandu keliling naik perahu ke pesisir. Begitu perahu bersandar, saya langsung melompat turun. Mungkin karena terlalu bersemangat dan saya kira tanah yang saya injak itu keras, saya tercebur sampai paha. Kalau diingat lagi, saya tidak bisa berhenti tertawa. Pengalaman saya jadi kader atau PLKB sudah banyak. Dulu saya dan ibu bidan sampai turun ke pasar kalau sedang bulan pendataan. Kami tanyai orang-orang di pasar satu per satu untuk mendapatkan data keluarga. Jalan kaki masuk ke kampung-kampung di waktu hujan juga sering saya alami untuk mendata mereka yang tinggal di pelosok.
Tantangan apa saja yang Anda temui sebagai PLKB?
Denra bersama bidan Desa Pasi-pasi mengunjungi masyarakat pesisir melalui kegiatan Puskesmas Keliling.
Kalau saat ini, tantangan terberat adalah mengedukasi masyarakat. Pemerintah, kan, sedang menggalakkan pemakaian MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang—Red) seperti susuk dan IUD (alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam rahim atau biasa disebut spiral—Red). Terus terang, saya agak kesulitan mengajak ibu-ibu untuk menggunakan MKJP. Mereka masih takut dan kurang pengetahuan soal kontrasepsi jangka panjang. Akseptor KB di sini paling banyak pakai pil dan suntik. Tantangan berat bagi saya untuk mengajak mereka memakai alat kontrasepsi yang lain. Tapi saya terus memberikan pengertian dan pengetahuan supaya wawasan mereka terbuka dan tidak takut lagi memakai susuk atau IUD. Alhamdulilah, sekarang sudah ada ibu-ibu yang mau pakai dua jenis alat kontrasepsi itu.
Mengapa Anda begitu mengejar pemakaian MKJP?
Terutama untuk mereka yang tinggal di daerah terpencil, MKJP ini tepat sekali karena tidak perlu sering-sering ke bidan atau Puskesmas untuk mengambil pil atau mendapatkan suntikan. Susuk bisa dipakai tiga tahun, IUD bisa lima tahun. Kalau pakai pil, setiap bulan harus ke bidan. Kalau suntik, setiap tiga bulan harus diulang. Buat ibu-ibu yang rumahnya jauh, apalagi harus menyeberang laut, tentu sulit kalau harus sering pergi ke fasilitas kesehatan. Selain itu, MKJP risikonya kecil dan kesuburan bisa cepat kembali begitu alat kontrasepsi dilepas dan ibu sudah siap hamil lagi.
Menurut Anda, mengapa KB begitu penting?
Menurut saya, fungsi KB paling besar adalah meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan keluarga. Terutama di zaman yang semakin sulit seperti sekarang ini, pekerjaan tidak tetap, harga-harga serba mahal, KB semakin penting. Kalau jumlah anak benar-benar direncanakan, setiap keluarga akan lebih berkualitas hidupnya. Kebutuhan terpenuhi, pendidikan anak bagus, kesehatan terjamin. Satu lagi, ibu-ibu jadi punya waktu untuk merawat diri kalau jumlah anaknya diatur. Bagus, kan?[]
8
WAWASAN Verbeek edisi 19 | 2015
Lihat Katam Sebelum Bertanam
Perubahan iklim makin sulit diprediksi. Petani kerap salah perhitungan saat memulai musim tanam. Imbasnya, petani bukan menuai untung tapi malah buntung.
B
anyak kendala yang ditemui petani untuk mencapai kelancaran produksi pertanian. Kekeliruan penetapan musim tanam adalah salah satunya. Perubahan iklim global membawa pengaruh di Indonesia. Bila dulu musim kemarau dan musim hujan hampir selalu bisa diprediksi, kini terjadi pergeseran. Tidak jarang kita mendengar pemberitaan tentang cuaca ekstrem hingga musim kemarau basah yang artinya banyak hujan di bulan-bulan kemarau. Dampaknya, musim tanam ikut berubah. Kebutuhan petani terhadap keakuratan data dan informasi menjadi semakin penting. Untuk membantu petani, pemerintah, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), meluncurkan Kalender Tanam (Katam). Istilah Kalender Tanam bagi petani sudah tidak asing lagi. Dulu Kalender Tanam adalah panduan waktu yang ideal untuk memulai musim menanam padi, baik menjelang musim hujan maupun jelang musim kemarau. Balitbangtan telah mengembangkan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu untuk mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Sistem informasi ini dapat memandu penyuluh dan petani hingga tingkat kecamatan dalam mengelola kegiatan budidaya tanaman pangan.
Versi baru
Tahun ini, Katam versi baru diluncurkan dengan berbagai modifikasi dan mengalami beberapa penyesuaian. “Kalender Tanam versi terbaru ini lebih mutakhir, karena dilengkapi dengan fitur informasi yang lebih lengkap. Kita namakan Sistem Informasi (SI) Katam Terpadu versi 2.1,” kata Kepala Balitbangtan Haryono saat peluncuran Katam versi baru di Serang, Provinsi Banten, awal April lalu. Perbedaan dengan Katam sebelumnya, versi baru ini diluncurkan dua kali seta-
hun, yakni pada musim hujan Oktober-Maret dan dan musim kemarau April-September. Penetapan dua kali ini merupakan hasil analisis data perkiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). “Versi baru ini kita luncurkan untuk mengantisipasi keragaman atau variabilitas dan perubahan iklim yang semakin tidak menentu dan sulit diprediksi,” tambah Haryono. Informasi waktu tanam tersebut memperhitungkan karakteristik pola curah hujan masing-masing wilayah. Versi 2.1 juga dilengkapi dengan informasi waktu tanam padi dan palawija, estimasi wilayah rawan banjir, kekeringan, dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Selain itu, ada juga kalender tanam untuk lahan rawa, lahan lebak, dan pasang surut, rekomendasi varietas beserta kebutuhan benih, rekomendasi mekanisasi pertanian, hingga informasi cara bertanam jajar legowo.
Melalui telepon genggam
Memprediksi memang bukan hal yang mudah. Apalagi terkait kondisi cuaca yang dinamis. Diakui oleh Balitbangtan, prediksi yang dimuat dalam Katam belum akurat 100%. “Dari hasil verifikasi di 6.911 kecamatan yang datanya ada dalam Katam, akurasi Katam Terpadu untuk di Jawa memang sudah di atas 80%, tapi di luar Jawa masih di bawah 80%,” kata Haryono. Meski demikian, Katam bisa menjadi panduan dasar bagi petani un-
tuk memulai musim tanam. Untuk mendapatkan Kalender Tanam Terpadu, petani dapat mengaksesnya melalui situs Katam di http://katam.litbang.deptan.go.id/ atau dapat diunduh di Play Store jika Anda menggunakan telepon genggam bersistem operasi Android. Jika ingin mendapatkan informasi lebih cepat, Anda bisa mengirimkan pesan singkat ke SMS Center Katam: 0821-23456500. Caranya, ketik INFO spasi KATAM spasi NAMA KABUPATEN, untuk mendapatkan informasi kalender tanam 2015. Anda juga bisa mendapatkan informasi lain, seperti status rawan banjir maupun kekeringan, varietas rekomendasi di tiap kabupaten, maupun info seputar pupuk. Redaksi Verbeek telah mencoba layanan SMS Center tersebut dan mendapatkan jawaban dari Balitbangtan dalam waktu singkat.[]
WAWASAN Verbeek edisi 19 | 2015
2020, Indonesia Penghasil Kakao Terbesar Dunia Mulai tahun ini, pemerintah mencanangkan Program Kakao Berkelanjutan.Diharapkan Indonesia menjadi produsen kakao terbesar dunia.
G
erakan Nasional (Gernas) Penanaman Kakao sudah berakhir tahun 2013. Kini pemerintah punya visi yang lebih besar. Sesuai dengan target yang dicanangkan Presiden, Indonesia berupaya menjadi produsen kakao terbesar di atas Pantai Gading dan Ghana. Kementerian Pertanian menganggarkan sekitar Rp1,02 triliun untuk merehabilitasi kebun kakao di Indonesia. Anggaran itu dialokasikan untuk tiga sampai empat tahun ke depan mulai 2015 demi menyukseskan Program Kakao Berkelanjutan. “Rinciannya, pertama dialokasikan untuk peremajaan pohon kakao. Saat ini umur pohon kakao rata-rata 20 tahun sampai 25 tahun, sudah waktunya proses replanting. Kedua, subsidi bibit selama setahun. Ketiga, bantuan untuk pupuk plus pembukaan lahan baru. Hanya saja, terkait pembukaan lahan baru, berapa luasnya masih dalam tahap kajian dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,”
kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sebagaimana dikutip tabloid Sinar Tani. Kementerian Pertanian tengah menyusun peta jalan (road map) pengembangan kakao berkelanjutan. Peta jalan ini memuat strategi peningkatan produksi dan mutu kakao rakyat melalui kegiatan peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi tanaman kakao. Sekaligus menyempurnakan Program Gernas Kakao yang sudah dijalankan pada 2009-2013.
Sulsel sentra kakao
Program pengembangan kakao berkelanjutan akan dilakukan di daerah yang telah menjadi sentra kakao, terutama di Sulawesi, Padang, Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Bengkulu, dan NTT. “Kami optimistis program ini akan berhasil. Peningkatan produktivitas kakao rakyat akan naik dari rata-rata 200 kg per hektar menjadi 600 kg per hektar untuk satu kali panen. Produksi kakao di Indonesia tahun 2014 sebesar 709.000 ton.
9
Petani kakao di Kecamatan Malili dan Wasuponda.
Tahun ini produksi diperkirakan mencapai 791.000 ton,” kata Amran Sulaiman. Peningkatan produktivitas itu sejalan dengan target Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, yang mematok produksi kakao sebanyak 320 ribu ton pada 2018. Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, jumlah tersebut pernah dicapai beberapa tahun lalu. Namun sejak 2009, produksi kakao Sulsel menurun hingga 150.000 ton per tahun seiring usia tanamannya yang rata-rata sudah di atas 12 tahun. Dari total produksi kakao nasional, Syahrul menyebutkan sebanyak 70% merupakan kontribusi Sulawesi. Dari total kontribusi Sulawesi, sekitar 62% adalah kakao Sulsel. Sejak 15 tahun lalu Pemprov Sulsel sudah menanam hampir 19 juta pohon kakao dengan luas lahan 250.670 hektar di 16 kabupaten. Komoditas tersebut menjadi sumber devisa nomor dua setelah nikel di Sulawesi Selatan. Kakao telah memberikan kontribusi sangat besar terhadap perekonomian rakyat Sulawesi Selatan dengan menyerap 300 ribu tenaga kerja. Duta Besar Swiss untuk Indonesia, H.E. Dr. Yvonne Baumann, pernah melakukan kunjungan ke Desa Mattaroppuli, Kabupaten Bone, untuk melihat potensi kakao yang ada di desa tersebut. Swiss, yang dikenal sebagai produsen coklat terbaik di dunia, melirik potensi kakao Sulsel karena dinilai memiliki kualitas tinggi.
Peluang Lutim
Program Kakao Berkelanjutan yang diinisiasi pemerintah bisa dilihat sebagai peluang bagi Luwu Timur. Dengan area perkebunan kakao di Lutim seluas 37.315 hektar, komoditas tersebut merupakan salah satu andalan untuk mewujudkan visi Kabupaten Agroindustri. Bertanam kakao juga sudah menjadi tradisi bagi petani Luwu Timur sejak puluhan tahun silam. Banyak pihak yang mempelajari teknik budidaya kakao dari petani di daerah ini. Mulai dari Pemerintah Provinsi Gorontalo, Pemerintah Kabupaten Jayapura, hingga petani dari Pantai Gading, Afrika. Wakil Bupati Jayapura Robert Djoensoe mengaku kagum dengan pola pengembangan budidaya Kakao di Kabupaten Luwu Timur. “Saya kagum dengan teknik budidaya kakao di sini. Petani kakao di Jayapura harus menanam sampai beberapa tahun dulu sebelum bisa panen, tapi di tempat ini hanya membutuhkan waktu enam bulan saja,” kata Robert Djoensoe saat mendampingi 24 petani Jayapura yang mengikuti pelatihan budidaya kakao di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu. Dengan potensi lahan dan pemahaman petani terhadap budidaya, bukan mustahil Luwu Timur bisa menjadi sentra produksi kakao dan berkontribusi terhadap visi Indonesia 2020.[]
10
WAWASAN Verbeek edisi 19 | 2015
Membandingkan SRI Organik dan Pola Tanam Konvensional Perbedaan yang memberi pengaruh signifikan terhadap hasil panen dan kelestarian lingkungan.
P
rogram Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) memperkenalkan metode System of Rice Intensification (SRI) Organik kepada para petani di Luwu Timur sebagai bagian dari Program Pertanian Berkelanjutan. Penerapan metode tersebut bukan tanpa alasan. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan karakateristik tanah akan menyebabkan kemunduran kemampuan lahan yang mengakibatkan lahan menjadi kritis bahkan bisa menimbulkan kerusakan. Akibat lahan kritis, produktivitas pertanian akan terus menurun. Kerusakan lahan juga memengaruhi kondisi biologi tanah yang memicu degradasi biodiversitas, dari yang semula kompleks menjadi lebih sederhana akibat kandungan bahan organik yang berkurang. Melalui teknologi peningkatan produksi padi berbasis organik metode SRI Organik, diharapkan petani mampu mengevaluasi kegiatan-kegiatan usaha tani yang telah dijalaninya, mulai dari aspek produksi padi/produktivitas lahan, penggunaan pupuk setiap musim tanam, pemakaian pestisida di lahan usaha tani, jenis dan tingkat serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kondisi air, sampai dengan biaya usaha tani. Ada perbedaan mendasar antara metode SRI Organik dan pola tanam konvensional. Tabloid Verbeek merangkum perbandingannya.
Pola tanam
Perbedaan antara pola tanam konvensional dan SRI Organik terdapat pada jarak tanam dan cara menanam bibit padi. Pada metode konvensional, jarak tanam yang umumnya dipakai yaitu 20x20cm, dan menanam beberapa bibit padi dalam satu lubang dengan posisi tanam yang dalam. Sedangkan pada metode SRI, biasanya jarak tanam sekitar 40x40cm, dan menanam hanya satu bibit padi dalam satu lubang dengan posisi tanam dangkal. Pola tanam padi model SRI juga mengembalikan tanaman ke alam. Artinya, petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia, tapi memanfaatkan jerami, limbah geraji, sekam, pohon pisang, dan pupuk kandang yang diolah. Dalam SRI, tanaman diperlakukan sebagai organisme hidup, bukan seperti mesin yang dapat dimanipulasi. Seluruh potensi tanaman padi dikembangkan dengan cara memberikan kondisi yang sesuai dengan pertumbuhan. Efisiensi yang signifikan adalah penggunaan air irigasi. Dengan kebutuhan pengairan yang hanya sedikit, kebutuhan jumlah air per hektar menurun drastis. Hal itu menguntungkan petani, terutama pada musim kemarau.
Komponen
30-40 kg/ha
5-7 kg/ha
Umur di persemaian
20-30 HSS (hari setelah semai)
7-10 HSS
Pengolahan tanah
Jumlah benih yang ditanam
Tidak dilakukan
2-3 kali
Dilakukan pengujian benih. Benih yang dipakai hanya yang masuk kriteria: • Tua dan kering. • Benih bernas (tidak kopong). • Murni, tidak tercampur dengan jenis lain. • Bebas dari hama dan penyakit. 4 kali
Rata-rata 5 benih/lubang
1 benih/lubang (tanam tunggal)
Terus digenang
Tidak digenang
Jarak tanam
20x20cm
Pemupukan
Mengutamakan pupuk kimia
Hanya menggunakan pupuk organik
50-60%
60-70%
Posisi akar waktu tanam
Pengairan
Penyiangan Peningkatan produktivitas terjadi karena jumlah anakan padi lebih banyak. Jumlah anakan pada metode SRI Organik berkisar 30-60 anakan/rumpun sedangkan pola konvensional berkisar 25-30 anakan/rumpun. Dengan anakan yang cukup banyak, anakan produktif yang terbentuk juga cukup tinggi sehingga sangat memungkinkan hasil gabah lebih tinggi. Hampir semua jenis padi yang ditanam memberikan peningkatan produksi terutama bagi petani yang telah melakukan pola SRI Organik lebih dari dua kali tanam. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa panen gabah yang diperoleh dengan metode SRI rata-rata berkisar 7-8 ton/ ha. Sementara pada metode konvensional diperoleh hasil gabah rata-rata antara 4-5 ton/ha. Budidaya padi model SRI Organik secara umum mampu meningkatkan hasil sekitar 40% dibandingkan budidaya model konvensional. Peningkatan hasil hanya dialami oleh petani yang telah melakukan kegiatan SRI lebih dari dua musim. Faktor pendorong dalam percepatan adopsi teknologi SRI oleh petani antara lain sistem penyuluhan yang mudah dimengerti petani, frekuensi penyuluhan yang intensif, lokakarya petani yang dilakukan setiap dua bulan secara bergilir oleh petani sendiri, dan orientasi pembelajaran petani yang menekankan perubahan pola pikir dan perilaku yang ramah lingkungan.
SRI Organik
Kebutuhan benih Pengujian benih
Hasil produksi
Konvensional
Rendemen (beras yang didapat dari gabah)
Tidak teratur
Fokus pada pemberantasan gulma
40x40cm
Akar horisontal (L)
Fokus pada pengelolaan perakaran
Perbandingan pertumbuhan dan hasil panen Parameter
Konvensional
SRI Organik
Jumlah anakan
26
41
Jumlah bulir hampa per malai
7
2
Jumlah bulir per malai
Jumlah bulir per rumpun Panjang malai
Tinggi tanaman
Harga beras mulai dari Hasil panen rata-rata (6 musim tanam)
120
3.161 21cm 95cm
Rp4.000 per kg
5,21 ton per hektar
139
5.658 24cm
103cm
Rp7.000 per kg
7,74 ton per hektar
Sumber: Tesis Yanti Kurniadiningsih, mahasiswi Program Studi Magister Sumber Daya Air, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung “Evaluasi penerapan metode SRI Organik” di Desa Cibarengkok, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 2012.
Keunggulan Metode SRI Organik
1. Tanaman hemat air. Selama pertumbuhan–mulai dari tanam sampai panen cukup diberikan air maksimal 2 cm, paling baik macak-macak sekitar 5 mm. 2. Hemat biaya. Hanya butuh benih 5 kg/ha. Tidak memerlukan biaya pencabutan bibit, tidak memerlukan biaya pindah bibit, tenaga tanam kurang, dan petani bisa membuat pupuk organik sendiri. 3. Hemat waktu. Ditanam bibit muda 5-12 HSS, dan waktu panen lebih awal. 4. Produksi meningkat. Di beberapa tempat bahkan mencapai 11 ton per hektar. 5. Ramah lingkungan. Pupuk kimia diganti dengan pupuk organik, begitu juga penggunaan pestisida.[]
SAFETY Verbeek edisi 19 | 2015
11
Tiga Area di Rumah Perlu Diawasi Kamar mandi, dapur, dan pekarangan menyimpan potensi bahaya.
R
umah merupakan tempat kita berlindung dan beristirahat. Namun rumah juga menyimpan potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan anggota keluarga. Area tersebut yakni kamar mandi, dapur, dan pekarangan rumah. Apa saja potensi bahaya dan bagaimana mengantisipasinya?
Kamar mandi
Potensi bahaya di area ini, di antaranya, terpeleset/tergelincir, terpapar/menelan bahan kimia, atau anak tenggelam di bak mandi. Cara sederhana mengantisipasinya adalah rutin menyikat lantai kamar mandi. Air sabun atau air deterjen cucian baju cepat membuat lantai licin dan berlumut. Hal ini dapat berbahaya bagi anggota keluarga sedang menggunakan kamar mandi. Memberikan keset anti-selip berbahan karet juga merupakan solusi dari ancaman tersebut. Keset anti-selip juga dapat diletakkan di beberapa titik di kamar mandi. Misalnya di dekat kloset dan area mencuci bila kamar mandi Anda berukuran cukup besar. Sedangkan untuk mengamankan bahan kimia yang terdapat di kamar mandi, seperti sabun, deterjen, sampo atau cairan pembersih lantai, sebaikanya benda-benda tersebut diletakkan di rak yang tidak terjangkau oleh anak. Jangan pernah biarkan anak masuk ke dalam bak mandi yang terisi air. Bila Anda lengah dan anak berada di dalam, anak berpotensi tertelan air atau bahkan tenggelam. Meski kasus seperti ini sangat jarang terjadi, pastikan Anda memiliki sistem penguncian kamar mandi yang dapat dibuka dari luar. Hal ini untuk menjaga kalau-kalau anak terkunci/mengunci diri dari dalam dan membutuhkan pertolongan. Hati-hati juga kalau Anda memiliki pemanas air. Mandi dengan air hangat tentu menyenangkan. Namun bila airnya terlalu panas dapat membuat kulit melepuh. Khususnya pada anak-anak. Ajarkan anak-anak untuk memulai mandi dengan menggunakan air dingin, baru dilanjutkan dengan air hangat. Suhu air yang pas untuk mandi maksimal 48 derajat Celcius.
Dapur
Di tempat ini potensi bahaya berupa percikan api/gas, peralatan dapur yang tajam atau panas dan juga sengatan listrik. Terkait alat daput yang panas dan mengandung bahan bakar/ gas seperti kompor, Anda perlu memastikan kompor dalam keadaan mati setelah Anda gunakan. Jangan pernah meninggalkan kompor yang menyala ketika memasak, meski sebentar. Lebih baik Anda mematikannya sementara. Bila Anda masih menggunakan kompor minyak, pastikan sumbu-sumbunya
masih dalam keadaan layak pakai dan bersih. Bila tidak, hal ini dapat memicu kompor meledak. Lebih baik bila dapur Anda dipasang detektor asap. Jauhkan peralatan dapur tajam seperti pisau, parutan, pembuka botol, dan garpu dari jangkauan anak-anak. Simpanlah alat-alat itu di dalam laci atau lemari yang terkunci dan tidak dapat diraih anak dengan bebas. Potensi bahaya listrik juga dapat terjadi di dapur. Khususnya di dekat kulkas. Agar aman, posisi kulkas sebaiknya tidak berdekatan dengan sumber panas (kompor). Pastikan terminal listrik kulkas dalam kondisi baik dan tidak penuh dengan alat listrik lainnya. Bersihkan kulkas secara rutin. Hal ini penting agar kerja kulkas maksimal dan bagian freezer tidak ditutupi bunga es. Bunga es dapat membuat es di kulkas mencair karena dinginnya tidak maksimal. Dikhawatirkan cairan es tersebut dapat membasahi mesin dan menyebabkan hubungan listrik pendek.
Pekarangan
Jika pekarangan Anda tidak memiliki pagar, ajarkan anak agar mereka bermain di pekarangan namun mengetahui batas-batas aman. Awasi anak ketika main di luar. Lakukan pengecekan tanaman di pekarangan. Apakah ada tanaman yang beracun dan berbahaya. Ajarkan juga agar anak tidak memakan atau menelan tanaman apapun yang ada di pekarangan. Jika Anda menggunakan pestisida atau herbisida untuk tanaman di pekarang, bacalah ketentuan pemakaiannya. Jangan izinkan anak main di sekitar tanaman selama 48 jam setelah penyemprotan pestisida. Jangan pernah izinkan anak bermain sampai ke jalan umum di luar pekarangan rumah. Lalu lintas akan sangat berbahaya bagi si buah hati.[]
12
DOKTER MENJAWAB Verbeek edisi 19 | 2015
Waspada, Flu Burung Masih Mengancam Setelah lama tak terdengar, kasus flu burung kembali ramai dibicarakan setelah merenggut nyawa. Kita perlu selalu waspada.
P
ada 15 Maret 2015, seorang pria 40 tahun warga Kota Tangerang, Provinsi Banten, mengeluh tidak enak badan. Dia tetap masuk kerja hingga dua hari kemudian merasakan demam dan batuk berdahak disertai lemas dan mualmual. Pada 24 Maret 2015, pria itu didiagnosis sebagai suspect flu burung dan meninggal hari itu juga. Sehari kemudian, almarhum dinyatakan positif terjangkit virus H5N1. Yang menyedihkan, anaknya yang baru berusia 2 tahun juga terjangkit virus yang sama dan meninggal dua hari setelah kematian ayahnya. Kasus tersebut menyentak perhatian masyarakat. Ternyata flu burung masih “eksis”, meski tercatat 10 tahun terakhir sejak 2005 terjadi penurunan kasus. Bahkan dalam sembilan bulan sejak Juni 2014-Februari 2015 tidak ditemukan kasus flu burung sama sekali di Indonesia. Catatan Kementerian Kesehatan, jumlah kematian akibat penyakit flu burung di 16 negara sejak awal kasus muncul pada 2003 hingga 20 Maret 2015 sebanyak 430 orang. Di Indonesia, jumlah kumulatif kasus flu burung adalah 199 kasus dengan 167 kematian dari 2005 hingga 2015.
Virus bermutasi
Flu burung atau avian influenza adalah suatu penyakit menular pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe H5N1. Penyakit
flu burung bisa menular dari unggas ke unggas lain dan bisa juga dari unggas ke manusia. Penyakit ini ditularkan melalui air liur, lendir dari hidung dan kotoran unggas yang menderita flu burung, atau daging dan telur unggas yang tidak dimasak dengan benar. Virus flu burung memiliki kemampuan untuk bermutasi, sehingga dalam perkembangannya virus ini dapat menular dari unggas ke manusia. Shanghai Health dan Family Planning Commission Tiongkok menemukan kasus pertama H7N9 di tahun 2015. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan, ada berbagai jenis flu burung pada unggas dan pada manusia. Kini yang terdata sebagai virus flu burung pada ungags, antara lain, spesies H5N1, H5N2, H5N6, H5N8, H6N6, H7N9, H9N2, dan H10N8. Di Indonesia, sebagian besar kematian akibat flu burung karena terjangkit spesies virus H5N1.
Antisipasi
Cara antisipasi penyebaran virus flu burung: • Sedapat mungkin hindari kontak langsung dengan unggas dan atau produknya (daging, telur, kotoran), terutama unggas yang sakit/ mati. • Bila terpaksa harus kontak dengan unggas dan atau produknya, usahakan selalu menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yaitu masker, sarung tangan, kacamata, sepatu boot. • Mengisolasi serta tidak memelihara itik/unggas lain bersama de-
ngan ayam atau unggas lainnya dalam satu kandang. • Kandang unggas minimal berjarak 25 meter dari tempat tinggal. Kandang dibersihkan secara berkala dengan menggunakan desinfektan dan petugas pembersih menggunakan APD. • Segera melaporkan bila menemukan unggas yang sakit atau mati mendadak ke Dinas Peternakan atau dinas yang bertanggung jawab terhadap peternakan dan Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) setempat. • Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam keluarga. Sa-
lah satunya selalu mencuci tangan menggunakan sabun dengan cara yang benar sesuai pedoman. • Memasak unggas dan atau produknya sampai benar-benar matang. • Datang/lapor ke fasilitas kesehatan terdekat jika ada anggota masyarakat atau pasien dengan gejala-gejala flu burung.[]
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor telepon: 02152907416-9, faks: 021-52921669; Call Center: 021-500567 dan 021-30413700; E-mail
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Gejala Infeksi Virus Flu Burung pada Unggas dan Manusia UNGGAS Jengger dan pial bengkak dan berwarna kebiruan
MANUSIA Demam tinggi >38OC
Perdarahan rata pada kaki unggas berupa bintik-bintik merah yang biasa disebut kaki kerokan
Batuk
Keluar cairan jernih hingga kental dari rongga mulut
Pilek
Ada cairan di mata dan hidung serta timbul gangguan bernapasan
Sakit tenggorokan yang tiba-tiba
Diare berlebih
Sakit kepala
Cangkang telur lembek
Kehilangan nafsu makan dan depresi Tingkat kematian tinggi (mendekati 100%) dalam 2-7 hari Dapat disertai tortikolis (leher terputar), kejang-kejang, dan inkoordinasi
Sesak napas Nyeri otot
Dapat disertai diare
Timbul radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian
KEMITRAAN Verbeek edisi 19 | 2015
13
Inspirasi dari Danone Aqua Perusahaan air minum Danone Aqua punya program pertanian yang menarik dijadikan inspirasi.
M
enyebut air minuman dalam kemasan (AMDK), orang Indonesia kerap menyamakannya dengan Aqua. Padahal Aqua hanyalah satu dari sekian banyak merek AMDK yang beredar di pasaran. Penyebutan itu beralasan, karena Aqua memang pelopor air minum dalam kemasan. Didirikan tahun 1973, kini Aqua menguasai lebih dari 40% pasar di Indonesia. Menjadi pemimpin pasar memberikan tantangan tersendiri bagi perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta itu. Termasuk tantangan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat. Praktik tanggung jawab sosial perusahaan Grup Aqua berakar pada pemikiran pendiri Danone, Antoine Riboud, tentang komitmen ganda perusahaan yang telah diterapkan sejak 1972. Komitmen ganda merupakan cara menjalankan bisnis yang mengedepankan keseimbangan antara keberhasilan ekonomi dan kemajuan sosial. Sebagai perwujudannya, Grup Aqua sejak 2006 meluncurkan
Aqua Lestari sebagai payung inisiatif keberlanjutan. Aqua Lestari memiliki empat pilar yaitu pelestarian air dan lingkungan, praktik perusahaan ramah lingkungan, pengelolaan distribusi produk, serta pelibatan dan pemberdayaan masyarakat melalui program pengembangan perekonomian lokal. Aqua Lestari dijalankan di hulutengah-hilir wilayah sub-DAS tempat Aqua beroperasi.
Kemitraan Multipihak
Banyak sudah kegiatan yang dilaksanakan di bawah payung Aqua Lestari dengan mengembangkan pola kemitraan. Misalnya program Water Access, Sanitation and Hygiene (WASH) guna meningkatkan akses masyarakat kepada air bersih dan fasilitas sanitasi yang ramah lingkungan, ditambah dengan sosialisasi perilaku hidup sehat. Aqua bermitra dengan 12 organisasi di Indonesia, mulai dari organisasi berbasis komunitas hingga universitas. Program WASH membantu lebih dari 100.000 anggota masyarakat di Sumatera Utara, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur. Di Desa Nanggerang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Aqua bermitra dengan Kementerian Pekerjaan Umum, Pemerintah Kabupaten Sukabumi, dan Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia (YPCII), menggagas program air bersih dan penyehatan lingkungan. Grup Aqua menyediakan tambahan pipa distribusi, meteran air, material untuk pengembangan bangunan sipil, dan pendanaan untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat. Kementerian PU dan Pemkab Sukabumi menyediakan pipa
transmisi dan distribusi, meteran air, pembuatan bangunan sipil, dan pelatihan teknis. Masyarakat lokal secara kolektif berkontribusi dengan memberikan sumbangan dana dan material untuk pemasangan sambungan rumah dan menyediakan tenaga kerja, yang jika dinominalkan mencapai sekitar Rp450 juta. Program ini mendapatkan banyak dukungan dari LSM dan Pemerintah Kecamatan Cicurug.
Memandirikan Petani
Pada 2012, Aqua meluncurkan Koperasi Layanan Pengembangan Agribisnis (LPA) Pusur Lestari di kawasan sub-Daerah Aliran Sungai (DAS) Pusur, Jawa Tengah, tempat dua pabrik Aqua beroperasi. Koperasi ini membuat dua bentuk layanan usaha, yaitu pelayanan keuangan mikro serta agribisnis di sektor riil. Sejak koperasi tersebut berjalan, ratusan petani telah mendapatkan akses modal. Inisiatif yang dilakukan oleh Aqua Grup itu mendapatkan dukungan dari pemerintah, baik dari Kementerian Koperasi dan UMKM maupun dari pemerintah daerah. Berkat program tersebut, Aqua mendapatkan Certificate of Recognation dari Kementerian Koperasi dan UMKM atas usaha perusahaan memberikan perhatian pada upaya pemberdayaan pelaku usaha mikro dan koperasi di tanah air. Pendiri Grameen Bank dan peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, yang hadir dalam peresmian Koperasi LPA Pusur Lestari mengatakan, “Kita bisa melibatkan semua orang dan meraih keuntungan bersama. Yang dilakukan Aqua Group di Klaten adalah contoh yang sempurna dari kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan multinasional.” Selain mendirikan koperasi, ada satu program Aqua yang mirip dengan pendampingan SRI Organik yang dijalankan Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale. Program Integrated Farming System (IFS), atau lebih dikenal dengan istilah pertanian sehat organik terpadu, digagas Aqua untuk tiga desa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mulai 2011. Sejak IFS digulirkan, petani membentuk Himpunan Petani Organik Cianjur (HIPOCI) guna mengembangkan varietas lokal, yaitu padi pandanwangi. Turunan dari kegiatan tersebut adalah pengelolaan kompos dengan ka-
pasitas produksi mencapai 40 ton. Selain itu, petani juga mengembangkan peternakan domba, perikanan air tawar, pertanian jamur, dan peternakan ayam pelung khas Cianjur. Dari sisi pemberdayaan wanita, Aqua mendorong terbentuknya Kelompok Wanita Tani (KWT) yang aktif memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai lahan pertanian. Atas keberhasilan program IFS, Aqua Grup menerima penghargaan Gold dari Gelar Karya Pemberdayaan Masyarakat (GKPM) Awards 2013. Penghargaan tersebut diberikan kepada perusahaan karena telah ikut berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembangunan milenium (MDGs). Bukan hanya perusahaan yang mengukir prestasi. Keberhasilan petani anggota HIPOCI memberi mereka kesempatan untuk menjadi pembicara Bimbingan Teknis Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Ekonomi Pertanian yang diadakan oleh Kementerian Pertanian RI. Bimbingan teknis tersebut diikuti penyuluh pertanian dari 82 kabupaten/kota di 21 provinsi. Pada akhirnjya, harapan semua pihak tercapai: Perusahaan maju, pemerintah terbantu, masyarakat mandiri.[]
14
GALERI Verbeek edisi 19 | 2015
aenlyaengrteirtanFgkoap tkaomera sepanjang G Mom
an Terpadu Pengembang pelaksanaan Program oto to a Anda memiliki fo -f Jik ). M TP (P t ka ra ya as M n kirim laksanaan PTPM, silaka yang terkait dengan pe melalui email tabloid. k ee rb Ve d oi bl Ta i ks ke Reda B). ran foto minimal 500K ku (u om l.c ai gm k@ verbee menarik. mendapatkan suvenir an ak t ua m di ng ya to Fo lakukan bersama usai me sanuddin berfoto Ha a, tas lon rsi ha ive Ma Un sa r De Tim dokte h dasar di bagi siswa sekola pemeriksaan mata . ti, Mei 2015 Kecamatan Towu
Pemeriksaan kesehatan mata bagi siswa sekolah pertengahan Juni 2015.
di Desa Kawata,
Siswa-siswi sekolah dasar Desa Kawata mengantre dengan tertib sebelum menjalani pemeriksanaan mat a yang menjadi bagian dari PTPM Bidang Kesehatan.
Suasana Seko termasuk perelah Lapang (SL) Kakao di De mpuan, mengik sa kebun. uti proses pemWasuponda, Juni 2015. Para belajaran deng pe an turun langs tani, ung ke
n diberikan pelayanan kesehata skesmas Keliling, n Balita, ibu Pu da i an iat bay keg ma uta lam Da at, ter ompok masyarak kel h uru sel a ad kep a. hamil, serta Lansi
EVENT Verbeek edisi 19 | 2015
15
[Kiri] Siswa sekolah dasar di Desa Kawata menjalani skrining refraksi mata. [Kanan] Pemeriksaan gigi bagi anak usia sekolah di Desa Mahalona. Kedua jenis pemeriksaan tersebut penting sebagai deteksi dini penyakit sekaligus mengoptimalkan kesehatan mata dan gigi yang menunjang proses belajar siswa.
Pemeriksaan Gigi dan Mata untuk Pelajar SD PTPM gelar pemeriksaan kesehatan di lokasi yang sulit dijangkau.
S
tudi menunjukkan bahwa lebih dari separuh anak-anak usia 5-9 tahun mengalami masalah gigi, seperti gigi berlubang atau celah pada gigi. Rasa sakit atau masalah gigi yang berlarut-larut dapat menimbulkan kesulitan makan, bicara, dan mengganggu konsentrasi. Sayangnya, anak sulit mengkomunikasikan rasa sakit. Kemudian dia menunjukkan gejala cemas, sedih, atau lesu yang tidak bisa dimengerti dengan mudah oleh orangtua maupun guru. Sakit gigi juga menyebabkan anak ketinggalan pelajaran di sekolah karena harus absen. Menyadari pentingnya kesehatan gigi, PT Vale, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur, Universitas Hasanuddin, dan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) cabang Sulawesi Selatan, menggelar pemeriksaan kesehatan gigi bagi sekitar 500 siswa dari delapan sekolah dasar di Desa Mahalona, Kecamatan Towuti. Kegiatan itu berlangsung di Posyandu Mahalona, 28-29 Mei 2015 dan merupakan bagian dari pola kemitraan strategis dalam Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM). Kegiatan dua hari itu juga diisi dengan seminar kesehatan ibu dan anak dengan tema “Upaya Menjaga Menjaga 1000 Hari Awal Kehidupan” yang diikuti ibu-ibu Desa Mahalona dan desa-desa sekitarnya seperti Libukang Mandiri, Buangin, Tole, dan Lampesue. “Kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya PT Vale mendukung program kesehatan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur. Kami juga berharap agar warga bisa belajar dan menambah wawasan tentang hidup sehat,” ujar Busman Dahlan Shirat,
Manajer Program Pengembangan Masyarakat PT Vale. Menurut Agus, salah satu tokoh masyarakat Desa Mahalona, kegiatan seperti ini bisa digelar rutin oleh PTPM untuk meningkatkan kesadaran dan kualitas hidup sehat warga desa setempat. Dia juga mengapresiasi PTPM yang mau mengadakan kegiatan pengembangan masyarakat di Desa Mahalona yang aksesnya cukup sulit dijangkau ini.
Mata sehat, prestasi cemerlang
Selain kesehatan gigi anak yang perlu dijaga, kesehatan mata juga tak kalah pentingnya. Penglihatan punya kaitan erat dengan proses belajar. Ketika seorang anak tidak bisa melihat tulisan di papan tulis atau sulit membaca naskah di buku pelajaran, maka dia kesulitan mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Prestasi anak lantas menurun. Tidak jarang, si anak mendapat cap “bodoh”, “malas”, atau “nakal” padahal kendalanya semata-mata karena masalah penglihatan. PT Vale dan Pemkab Lutim bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin dan Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) melaksanakan program peningkatan kesehatan mata anak di Desa Kawata, Kecamatan Wasuponda, yang juga punya keterbatasan akses ke fasilitas kesehatan. Perdami Sulsel menugaskan 6 orang dokter mata untuk melakukan pelayanan kesehatan mata selama 2 hari, 9-10 Juni 2015. Di hari pertama, proses skrining kelainan refraksi mata diikuti sekitar 200 anak dan guru pendamping dari SDN 245
Tole-Tole, SDN 257 Kawata, kelas jauh SDN Kawata di Lasulawai, dan SDN ToleTole di Kayu Tanduk. Selain melakukan skrining, tim dokter juga memberi penyuluhan kesehatan mata. “Baru kali ini anak-anak kami punya kesempatan diperiksa matanya oleh dokter. Kami bersyukur sekali karena memang ada beberapa siswa yang kelihatannya sulit membaca tulisan di papan jadi dia harus duduk di depan terus,” kata Masahira, SPd, guru kelas 1 SDN 245 Tole-Tole. Siswa-siswi sekolah dasar tidak terlihat takut berinteraksi dengan dokter saat menjalani pemeriksaan mata. “Kalau nanti memang harus pakai kacamata ya pakai saja. Saya tidak takut atau malu. Tapi kalau pelajaran olahraga dilepas kacamatanya supaya tidak jatuh,” kata Imran, siswa kelas 5 SDN 245 Tole-Tole yang baru kali pertama bertemu dengan dokter mata. Hari berikutnya, pemeriksaan mata dilakukan untuk 150 anak dari SDN 260 Palauru, SDN 254 Laroeha, MI Darul Ulum, dan kelas jauh SD Rende-Rende. Pemeriksaan dilakukan menggunakan standar yang sama dengan rumah sakit besar yang ada di Makassar. Bagi siswa yang mengalami kelainan refraksi yaitu rabun jauh, rabuh dekat, dan mata silinder, akan segera dibuatkan kacamata agar siswa bisa mengikuti kegiatan belajar di sekolah dengan maksimal.
“Periode emas perkembangan mata berlangsung hingga seorang anak berusia 8 tahun. Untuk kelainan tertentu, terapi hanya bisa dilakukan di periode emas. Lewat dari itu, kelainan akan menetap. Untuk itu, sangat penting melakukan pemeriksaan mata sejak dini,” kata dr. Marliyanti Akib, SpM(K), MKes, ketua tim dokter pada program skrining mata tersebut. Dia menambahkan, program seperti ini perlu terus dilanjutkan untuk memberikan pemahaman kepada anak dan guru tentang cara menjaga kesehatan mata yang punya peran besar terhadap keberhasilan studi siswa di sekolah.[]
16
EVENT Verbeek edisi 19 | 2015
Pelatihan Peningkatan Produktivitas Kakao
S
ebanyak 30 petani kakao dan penyuluh pertanian se-Kabupaten Luwu Timur mengikuti training of trainer (TOT) akhir April 2015 lalu. Pelatihan itu merupakan agenda Program Terpadu Pengembangan Masyarakat (PTPM) PT Vale, bekerja sama dengan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Luwu Timur (BP4K). Kepala BP4K Luwu Timur, Nursih Hariani menjelaskan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat termasuk penghasil kakao terbesar di Indonesia, sehingga kualitas dan kuantitas produksi harus ditingkatkan. Tujuan pelatihan adalah menyiapkan penyuluh dan petani kader untuk kegiatan sekolah lapang. Juga pendampingan peningkatan produkivitas tanaman kakao sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Luwu timur. “Seiring dengan kemajuan teknologi, tantangan di dunia pertanian semakin beragam, sehingga petani dan penyuluh dituntut menambah wawasan dan ilmu pengetahuannya,” kata Ramadhan Pirade, mewakili Tim Koordinasi PTPM. TOT selama satu pekan itu, yang difasilitasi konsultan pemberdayaan masyarakat A+CSR Indonesia, dilakukan di Balai Pelaksana Penyuluh Pertanian Kecamatan Nuha dan di perkebunan kakao Desa Laskap, Kecamatan Malili.[]
Training of trainer bagi penyuluh pertanian dan petani kader se-Luwu Timur. Pelatihan itu diharapkan dapat menggenjot produktivitas kakao yang merupakan salah satu komoditas andalan di Kabupaten Luwu Timur.
Kuis
Pilih jawaban yang benar dari 10 pertanyaan di bawah ini. Sepuluh pengirim yang beruntung akan mendapatkan suvenir dari PT Vale. 1. Sayur yang banyak mengandung vitamin A….
6. Hasil perkebunan yang merupakan komoditi pasar dunia….
2. Yang bukan nama penyakit…..
7. Alat pertanian yang biasa digunakan untuk menggemburkan tanah….
A. Wortel B. Toge C. Rebung D. Sawi
A. TBC B. Polimer C. Asma D. Influenza
3. Negara anggota ASEAN… A. Singapura B. Indonesia C. Myanmar D. Semua benar
4. Sumber energi yang berasal dari fosil…. A. Air B. Angin C. Panas Bumi D. Minyak Bumi
Kirimkan jawaban melalui email
[email protected] atau melalui surat ke alamat redaksi tabloid Verbeek, Kantor Communications & External Affairs PT Vale, Jl. Ternate 44, Pontada, Kec. Nuha, Kab. Luwu Timur, 92984. Sepuluh pengirim yang beruntung akan mendapatkan suvenir dari redaksi.
5. Nama universitas di Indonesia…. A. Universitas Hasanuddin B. Universitas Airlangga C. Universitas Cenderawasih D. Semua benar
A. Mobil B. Cokelat C. Garam D. Baja
A. Paku B. Cangkul C. Pipa D. Kerbau
8. Bahan bakar mesin diesel…. A. Avtur B. Kerosin C. Premium D. Solar
9. Satuan ukur intensitas suara….. A. Desibel B. Meter kubik C. Fahrenheit D. Newton
10. Perlengkapan yang perlu dibawa ketika berkendara….. A. SIM B. Helm C. STNK D. Semua benar