Pertanian Padi Organik Pola Tanam SRI dan Aplikasinya di Lapangan R. Utju Suiatna Praktisi Pertanian Padi Organik – Ganesha Organic SRI Dipublikasikan pada International Conference & Exhibition : Science & Technology in Biomass Production (ICEBP) SITH ITB, 25 – 26 November 2009
ABSTRACT SRI (System of Rice Intensification or le Systéme de Riziculture Intensive) was developed by Fr. Henri de Laulanié, S.J. in Madagascar with the farmers there. This method spread throughout the world with the help of CIIFAD/Cornel International Institute for Food and Agriculture Development New York, especially by the role of Professor Norman Uphoff. Nanjing Agricultural University in China and AARD (Agency for Agriculture Research and Development) in Indonesia did first trials of this method outside of Madagascar in 1999. Furthermore, the government and various parties in Indonesia continue to socialize the application of this planting method to the various regions. Based on information from a variety of publications, was stated that the application of SRI provides a significant increase in productivity but generally still performed in rice field with normal or ideal conditions. An application of SRI at several locations with various land and environmental conditions not only to introduce this method to the local community but also aims to examine the effectiveness of its application in various conditions. Observations show that if the rice fields are in normal or ideal conditions and all of procedures can be met then the application of SRI was provides a better improvement in the growth of rice plants. But if ideal conditions can not be accomplished, fully implementation of SRI was even able to be a problem that leads to the risk of declining crop yields and even crop failure. Therefore, for certain conditions the application of SRI is needed to be modified to adjust to local conditions.
ABSTRAK Pola tanam SRI (System of Rice Intensification atau le Systéme de Riziculture Intensive) dikembangkan oleh Fr. Henri de Laulanié, S.J. di Madagascar bersama para petani di sana. Pola ini menyebar ke seluruh dunia atas bantuan CIIFAD/Cornel International Institute for Food and Agriculture Development New York, terutama atas peran Prof. Norman Uphoff. Nanjing Agricultural University di China dan AARD (Agency for Agriculture Research and Development) di Indonesia melakukan percobaan pertama pola tanam ini di luar Madagascar pada tahun 1999. Selanjutnya pemerintah dan berbagai elemen masyarakat di Indonesia terus mensosialisasikan aplikasi pola tanam ini ke berbagai daerah. Berdasarkan informasi dari berbagai macam publikasi dinyatakan bahwa aplikasi SRI ini memberikan peningkatan produktivitas yang signifikan namun umumnya masih dilakukan di lahan sawah dengan kondisi normal atau ideal. Aplikasi SRI yang dilakukan di beberapa lokasi dengan kondisi lahan dan lingkungan yang berbeda selain untuk memperkenalkan pola tanam ini kepada masyarakat setempat bertujuan juga untuk mengamati efektivitas penerapannya di berbagai kondisi tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bila kondisi sawahnya normal atau ideal dan prosedur pengelolaannya dapat dipenuhi maka aplikasi pola tanam SRI ini memang memberikan peningkatan yang lebih baik pada pertumbuhan tanaman padi. Tetapi bila terdapat kondisi yang tidak ideal penerapan secara penuh pola tanam SRI ini malahan dapat menjadi masalah yang berujung kepada resiko menurunnya hasil panen bahkan gagal panen. Dengan demikian untuk kondisi tertentu aplikasi pola tanam SRI ini perlu dimodifikasi seperlunya menyesuaikan dengan kondisi setempat.
PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu kegiatan paling mendasar bagi manusia, karena semua orang memerlukan pangan setiap hari. Tidak dapat dipungkiri bahwa ketersediaan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang mutlak. Kelangkaan atau krisis pangan yang terjadi dalam suatu negara dapat menimbulkan ekses negatif yang jauh lebih besar dibandingkan krisis komoditas lainnya. Padi atau beras (Oryza Sativa) merupakan tanaman pangan paling penting di negaranegara berkembang dan merupakan makanan pokok di Indonesia sehingga beras merupakan komoditas strategis. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan tersebar di banyak pulau maka bila sampai terjadi ketergantungan terhadap pangan impor akan dapat menyebabkan rentannya ketahanan pangan, yang berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Stagnasi pengembangan dan peningkatan produksi padi akan mengancam stabilitas nasional sehingga upaya pengembangan dan peningkatan produksi beras nasional mutlak diperlukan dengan sasaran utama pencapaian swasembada, peningkatan pendapatan, dan kesejahteraan petani. Di Indonesia banyak tantangan yang dihadapi dalam produksi beras dan ini ditunjukkan dari status Indonesia sebelumnya yaitu sebagai negera pengimpor beras untuk jangka waktu yang cukup lama. Salah satu hambatan utama dalam budidaya padi di Indonesia antara lain adalah masalah pengairan selain hambatan-hambatan lainnya. Sudah cukup banyak cara dan metode yang diperkenalkan kepada petani untuk meningkatkan hasil produksinya. Alternatif yang cukup menjanjikan untuk meningkatkan produksi beras adalah pola tanam SRI (System of Rice Intensification). Prinsip pola tanam SRI ini adalah (1) Penanaman bibit muda yang kuat umur 8 ~ 12 hari , (2) Penanaman bibit tunggal dan jarak antar tanaman yang lebar sekitar 25 x 25 cm atau lebih, (3) Penanaman dengan segera kurang dari 30 menit setelah diambil dari penyemaian untuk menghindari trauma pada bibit, (4) Penanaman dangkal tidak ditancapkan tetapi digeserkan di atas permukaan tanah yang lembab, (5) Lahan sawah tidak terus menerus direndam air tetapi cukup dijaga tetap lembab, (6) Penyiangan mekanis segera dan cukup sering untuk mengendalikan gulma dan untuk aerasi tanah, (7) Menjaga keseimbangan biologi tanah dengan pemberian bahan organik atau pupuk organik. Semakin meningkatnya permasalahan lingkungan hidup dan rusaknya keseimbangan alam mendorong semakin digalakkannya pertanian organik termasuk pertanian padi yang digabungkan dengan pola tanam SRI. Penerapan SRI tidak hanya ditujukan untuk mendapatkan hasil panen secara maksimum tetapi lebih untuk meningkatkan produktivitas dari lahan, tenaga kerja, modal dan air yang dapat menguntungkan petani yang umumnya masih termasuk kategori masyarakat miskin. Selain di Indonesia, di negara lain seperti Madagascar, Kamboja, Bangladesh, Vietnam dan lainnya telah dilaporkan adanya kenaikan hasil panen yang mencapai 2 kali lipat bahkan 3 kali lipat sebagai hasil penerapan pola tanam ini dengan pengurangan konsumsi air, pupuk dan benih. Hasil ini merupakan alternatif yang menjanjikan untuk petani kecil/gurem dengan keterbatasan lahan dan modal. Namun walaupun pola tanam SRI ini sudah cukup luas disosialisasikan dan sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1999 tetapi jumlah petani yang mengaplikasikan pola tanam ini di Indonesia masih terhitung kecil prosentasenya. Kondisi ini diakibatkan oleh banyak hal dan diantaranya adalah masih belum lengkapnya informasi yang diterima para petani sehingga mereka belum berani merubah pola bertaninya, namun juga bisa diakibatkan petani yang sudah mencoba pola tanam ini tidak mendapatkan hasil yang lebih baik seperti diinformasikan dengan salah satu penyebabnya karena kondisi lahan/tanah yang belum mendukung terjadinya keberhasilan dalam peningkatan hasil. Untuk keperluan produksi, sejak tahun 2008 lalu telah dilakukan aplikasi pola tanam ini di beberapa lokasi/daerah sekaligus dilakukan pengamatan dan pembandingan hasil dengan musim tanam sebelumnya yang menggunakan pola tanam konvensional. Hasil pengamatan aplikasi pola tanam ini baru dapat disajikan secara kualitatif karena tidak dilakukan secara khusus untuk keperluan penelitian.
METODA DAN MATERIAL Pengamatan dilakukan dilahan yang tadinya dimaksudkan untuk produksi dengan harapan dapat memperbaiki kondisi hasil sebelumnya yaitu berlokasi di daerah : - Dusun Panto Desa Cijambe Kabupaten Subang di dua blok dengan kondisi lahan sawah termasuk normal dan kondisi satu bloknya lagi adalah lahan dengan kondisi tingkat kandungan Fe nya tinggi yang dicirikan dengan tersebarnya bercak-bercak seperti karat pada tanah sawah. - Cibarola Kabupaten Subang dengan kondisi lahan sawah sebelumnya selama bertahun-tahun merupakan kolam pembesaran ikan sehingga saat digunakan sebagai sawah, lahan tersebut menyerupai rawa yang cukup dalam. - Cidahu Kabupaten Sukabumi dengan kondisi lahan terdapat petakan yang normal dan juga terdapat petakan yang merupakan lahan sawah yang ternaungi pepohonan cukup tinggi dari bukit di sekitar sawah. - Padalarang Kabupaten Bandung dengan kondisi lahan tercemar air limbah dari industri produksi kertas. - Rancaekek Kabupaten Bandung dengan kondisi lahan tercemar air limbah dari industri tekstil. Penanaman padi di lokasi-lokasi tersebut menggunakan pola tanam SRI dan untuk beberapa kasus beberapa prinsip pola tanam SRI dimodifikasi untuk mendapatkan perbandingan. Penggunaan pupuk dan pestisida kimia samasekali sudah dihentikan dan diganti dengan penggunaan kompos, mikroba, pupuk organik cair dan pestisida hayati. Pengamatan dilakukan secara penuh selama 1 Musim Tanam atau lebih kecuali pada lokasi lahan yang terkena pencemaran air limbah dari industri tekstil karena padi yang ditanam di lokasi tersebut pertumbuhannya terhenti samasekali saat umur sekitar 20 hari setelah tanam. Penilaian kualitas hasil panen dilakukan secara visual dari warna gabahnya dan berdasarkan penilaian rasa beras/nasi oleh masing-masing petani penggarap di lahan bersangkutan dari membandingkannya dengan rasa beras/nasi dari hasil panen sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari pengamatan sebagai bagian dari proses pengelolaan sawah dengan pola tanam SRI sistem organik di berbagai tempat dengan berbagai kondisi ini secara kualitatif saja adalah sebagai berikut : - Sawah Normal, Cijambe Kabupaten Subang Hasil panen dari aplikasi pola tanam SRI pada lahan sawah normal menunjukkan peningkatan kualitas maupun kuantitas. Pada panen sebelumnya maupun hasil panen dari sawah yang bersebelahan dengan sistem konvensional menggunakan varietas yang sama yaitu beras ciherang diperoleh hasil ubinan rata-rata 5,5 ton/ha. Setelah mengaplikasikan sistem organik pola tanam SRI diperoleh hasil ubinan rata-rata 8,5 ton/ha dan diperoleh hasil gabah yang warna kuningnya lebih mengkilap dibandingkan hasil pola tanam konvensional yang cenderung kusam kecoklat-coklatan. - Sawah Keracunan Fe, Cijambe Kabupaten Subang Hasil panen dari aplikasi pola tanam SRI pada lahan sawah normal menunjukkan peningkatan kualitas maupun kuantitas. Pada panen sebelumnya menggunakan varietas yang sama yaitu beras ciherang bisa dikatakan tidak diperoleh hasil samasekali karena gabahnya tidak berisi (gabug) dan warna gabah yang masih ada pada tanaman padi ini terlihat coklat kusam sehingga saat itu tidak dilakukan panen tetapi tanaman padinya langsung dibenamkan ke dalam tanah. Setelah mengaplikasikan sistem organik pola tanam SRI diperoleh hasil ubinan rata-rata sekitar 4 ton/ha dan diperoleh hasil gabah yang warna kuningnya lebih mengkilap dibandingkan hasil pola tanam konvensional yang cenderung kusam kecoklat-coklatan. Peran terbesar terjadinya perubahan hasil ini adalah salah satu prinsip SRI yaitu pengairan macak-
macak dan penggunaan bahan organik berupa kompos. Sistem pengairan macak-macak ini memungkinkan terjadinya penekanan dari efek keracunan Fe, sedangkan pada saat menggunakan sistem konvensional dengan perendaman sepanjang waktu mengakibatkan tingkat keasaman tanah semakin tinggi. - Sawah Berawa, Cibarola Kabupaten Subang Pada saat pertamakali dilakukan penanaman dengan pola tanam SRI terdapat masalah dalam hal tidak stabilnya bibit muda umur semai sekitar 9 hari yang baru ditanam. Seringkali harus dilakukan penyulaman untuk bibit yang ‘hilang’ setelah sebelumnya rebah. Penyulaman yang dilakukan dengan sedikit menancapkan bibit muda ini juga masih tidak terlepas dari masalah yaitu banyaknya juga bibit yang patah batangnya. Akibat lanjutan dari kondisi ini adalah berkurangnya jumlah tanaman yang tumbuh dan meningkatnya biaya kerja untuk penyulaman. Untuk Musim Tanam berikutnya di tempat yang sama dilakukan sedikit modifikasi penanaman dengan menggunakan bibit yang lebih tua yaitu sekitar 18 hari dan penanaman agak ditancapkan. Perubahan ini ternyata dapat memberikan hasil yang lebih baik dari sisi potensi hasil panen. Dengan demikian penanaman tidak harus dangkal bila tanahnya memiliki kontur seperti rawa atau aliran air sulit dikendalikan yang dapat menghanyutkan bibit yang baru ditanam. - Sawah Ternaungi, Cidahu Kabupaten Sukabumi Penanaman tunggal dan jarak yang renggang di lahan yang ternaungi sehingga kurang mendapatkan penyinaran matahari tidak dapat meningkatkan hasil panen sesuai dengan yang diharapkan. Kurangnya penyinaran matahari dapat menyebabkan proses fotosintesa menjadi tidak optimal sehingga ketersediaan unsur hara dalam tanah atau pun yang ditambahkan menjadi berkurang efeknya terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman yang kurus dengan jarak antar rumpun yang cukup lebar menyebabkan pertumbuhan gulma menjadi lebih leluasa dan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman padi sebagai tanaman utama. Pada lokasi seperti ini penanaman bibit tunggal dengan jarak yang renggang ini tidak dapat mencapai pertumbuhan yang optimal. Dengan demikan pada lahan yang ternaungi seperti ini penanaman bibit dapat dilakukan tidak tunggal dan jarak antar rumpun bisa agak rapat seperti pola penanaman konvensional untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak. - Sawah tercemar limbah kertas, Padalarang Kabupaten Bandung Penanaman padi dengan pola SRI di lahan sawah yang airnya tercemar dengan limbah industri kertas menyebabkan pertumbuhannya lebih buruk dibandingkan dengan pertumbuhan sebelumnya dengan aplikasi pola konvensional. Kondisi yang paling mempengaruhi pertumbuhan padi ini adalah penerapan pengairan secara macak-macak yang menyebabkan limbah kertas yang terdapat dalam air pembuangan industri menjadi mengental dan akhirnya mengeras membentuk lembaran-lembaran kertas/karton di atas permukaan sawah. Hal ini secara langsung sangat mengganggu pertumbuhan dari tanaman padi. Usaha untuk menyaring air yang masuk ke dalam areal sawah sudah diusahakan dengan membuat kolam penampungan sebelum air tersebut mengalir ke sawah namun mengingat tingkat pencemaran sudah cukup tinggi maka lembaran-lembaran kertas tetap terbentuk di pesawahan. Untuk mencegah terhentinya samasekali pertumbuhan tanaman padi yang sudah terdeteksi mengalami pengeringan pada daun dan batangnya, untuk selanjutnya lahan sawah kembali digenang seperti pola konvensional. Penggenangan ini dapat menolong tumbuhnya kembali tanaman padi walaupun pertumbuhan selanjutnya menjadi tidak sempurna. - Sawah tercemar limbah industri tekstil, Rancaekek Kabupaten Bandung Industri tekstil biasanya menggunakan mineral garam dalam proses pewarnaan kain. Mineral garam ini selanjutnya terbawa air limbah industri yang tidak diolah terlebih dahulu sebelum di buang ke perairan umum. Kandungan garam yang tinggi dalam air yang digunakan juga untuk mengairi sawah ini akhirnya menghambat dan mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Sama halnya dengan yang terjadi di lahan sawah yang airnya tercemar limbah industri kertas, pengkondisian lahan sawah menjadi macak-macak menyebabkan mineral garam ini terakumulasi di permukaan tanah dan merusak pertumbuhan tanaman padi sampai akhirnya tanaman ini mengering setelah usia sekitar 25 hari setelah tanam. Usia tanam dari bibit muda
yang masih lemah dan rentan terhadap kondisi lingkungan turut memberikan kontribusi terhadap gagalnya pertumbuhan tanaman. Untuk sawah yang dikelola secara konvensional, tanaman padi dapat bertahan lebih lama namun akhirnya sebagian besar tetap mengering hanya sedikit yang bisa bertahan sampai bisa dipanen dan di beberapa lokasi setempat yang pengairannya mengandalkan air hujan bukan air dari aliran sungai yang tercemar serta masih dilakukan penggenangan, tanaman padi masih dapat tumbuh dan dipanen walaupun hasil panennya memang jauh di bawah rata-rata dan secara kualitas sebenarnya tidak layak untuk dikonsumsi. Modifikasi lain yang diperlukan diantaranya adalah untuk lahan sawah yang memiliki karakteristik cepatnya pertumbuhan gulma, maka lahan tersebut bisa segera direndam untuk beberapa saat bila ada indikasi pertumbuhan gulma sangat cepat dan berpotensi untuk sulit ditangani. Secara ringkas, hasil pengamatan tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut : Bibit muda Bibit tunggal Jarak renggang Tanam segera Tanam Dangkal Macak-macak Penyiangan mekanis Bahan organik
NR FE RW TD KR TL ▲ ▼
NR
FE
RW
TD
KR
TL
▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲
▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲
▼ ▲ ▲ ▲ ▼ ▲ ▲ ▲
▲ ▼ ▼ ▲ ▲ ▲ ▲ ▲
▲ ▲ ▲ ▲ ▲ ▼ ▲ ▲
▼ ▲ ▲ ▲ ▲ ▼ ▲ ▲
: Sawah Normal : Sawah keracunan Fe : Sawah Rawa : Sawah Ternaungi : Sawah tercemari limbah kertas : Sawah tercemari limbah industri tekstil : Tidak menunjukkan masalah, indikasi berperan dalam peningkatan hasil panen : Menunjukkan masalah, indikasi berperan dalam penurunan hasil panen
KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan secara kualitatif pada aplikasi penanaman padi dengan pola tanam SRI organik di beberapa kondisi lahan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : - Sistem pertanian organik pola tanam SRI terbukti dapat memberikan hasil lebih baik dari aspek produktivitas/kuantitas maupun kualitas dibandingkan dengan sistem konvensional bila seluruh prosedur dan kondisi yang disarankan dalam panduan dapat dilaksanakan. - Untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik dibandingkan sistem konvensional, aplikasi pola tanam SRI tidak selalu dapat dilaksanakan tepat atau persis sesuai dengan panduan tetapi harus menyesuaikan dengan kondisi alam setempat diantaranya berupa struktur tanah dan penyinaran matahari. - Beberapa prinsip SRI yaitu penanaman dengan segera, penyiangan mekanis dengan segera/sering dan penggunaan atau penambahan bahan organik dapat diaplikasikan pada segala macam kondisi tanah dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA -----, “Acid soil and lime”, Directorate Communication, National Department of Agriculture of South Africa -----, “How To Help Rice Plants Grow Better And Produce More: Teach Yourself And Others”, Association Tefy Saina, Antananarivo, Madagascar, and Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development -----, “Menuju Pertanian Berwawasan Lingkungan”, Balai Penelitian Sembawa Palembang -----, “SRI Method of Paddy Cultivation”, Watershed Support Services and Activities Network (Wassan), 2006 -----,”SRI - System of Rice Intensification: An emerging alternative”, Watershed Support Services and Activities Network (Wassan), 2006 -----,”Weeders, A Reference Compendium”, Watershed Support Services and Activities Network (Wassan), 2006 Adiningsih, Sri, “Peranan Bahan Organik Tanah dalam Sitem Usaha Tani Konservasi. Materi Pelatihan Revitalisasi Keterpaduan Usaha Ternak Dalam Sistem Usaha Tani. Bogor & Solo 21 Februari – 6 Maret 2000”, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, 2000. Augstburger, Franz, dkk., “Rice”, Naturland e.V. – 1st edition 2002 Braun, von, Joachim, “The World Food Situation : New Driving Forces and Required Actions”, International Food Policy Research Institute Washington,D.C., 2007 Laulanié, de, Henri, “Technical Presentation Of The System Of Rice Intensification, Based On Katayama’s Tillering Model”, Association Tefy Saina McLeod, Malem, dkk., “Soil organisms: Benefits and management practices”, NSW Department of Primary Industries, Australia Mullen, B, John, “Test The Soil First”, Popular Mechanics New York USA, 1957 Purwasasmita, Mubiar, “Presentasi Pelatihan : No Forest, No Water, No Future”, Dewan Pemerhati Kehutanan Dan Lingkungan Tatar Sunda, 2008 Rabenandrasana, Justin, “Revolution in rice intensification in Madagascar”, Association Tefy Saina Ronald, C., Pamela, “Making Rice Disease-Resistant”, Scientific American, Inc., 1997 Simanungkalit, R.D.M., dkk., “Pupuk Organik Dan Pupuk Hayati”, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2006 Suhardjo, H., dkk., “Bahan Organik Tanah. Informasi Penelitian Tanah, Air, Pupuk dan Lahan”, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1993. Uphoff, Norman, “SRI - The System Of Rice Intensification: An Opportunity For Raising Productivity In The 21st Century”, Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development, Paper for the International Year of Rice Conference, FAO, Rome, February 1213, 2004 Uphoff, Norman and Rabenandrasana, Justin, “What is the System of Rice Intensification?”, Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development, and Association Tefy Saina, 2002 http://balitpa.litbang.deptan.go.id http://www.fao.org http://www.knowledgebank.irri.org http://www.wikipedia.com
Lampiran Publikasi : Buku ‘Bertani Padi Organik Pola Tanam SRI’, penerbit padi, Januari 2010 (http://buku01.infoorganik.com) Buku Elektronik (E-Book), ‘Pola Tanam SRI’, Ganesha Organic SRI, Januari 2010 (http://buku02.infoorganik.com) Paper ‘Pertanian Padi Organik Pola Tanam SRI dan Aplikasinya di Lapangan’, International Conference & Exhibition : Science & Technology in Biomass Production (ICEBP) SITH ITB, 25 – 26 November 2009 (http://paper01.infoorganik.com)