TAHAP PENYUSUNAN KONSEP PIDATO A. Prinsip-Prinsip Penyusunan Pidato Banyak cara menyusun pesan pidato, tetapi semuanya harus didasari dengan tiga prinsip komposisi. Prinsip-prinsip ini mempengaruhi seluruh organisasi pesan. “These three great rhetorical principles”, kata Raymond S. Ross, dalam buku Jalaluddin Rakhmat “have a profound bearing upon how we should organize massages”. Prinsip-prinsip ini ialah kesatuan (unity), pertautan (coherence) dan titik-berat (emphasis). 1. Kesatuan (unity) Aristoteles yaitu pernah membandingkan komposisi sebagai satu tubuh. Seluruh gubahan harus merupakan kesatuan yang tidak dapat dicerai beraikan. Anggota yang satu melengkapi anggota yang lain. Hilangnya satu bagian anggota tubuh menyebabkan bentuk yang rusak dan tidak lengkap. Komposisi yang baik harus merupakan kesatuan yang utuh. Ini meliputi kesatuan dalam isi, tujuan dan sifat (mood). Dalam isi, harus ada gagasan tunggal yang mendominasi seluruh uraian, yang menentukan dalam pemilihan bahan-bahan penunjang. Bila tema kita ialah “Pembuktian Ada Tuhan Secara Filosofis”, maka kita tidak membicarakan sifat-sifat Tuhan, macammacam Tuhan, atau dalil-dalil agama tentang adanya Tuhan. Di sini kita mungkin hanya membicarakan argumentasi ontologis, teleologis, kosmologis dan moral (dari Immanuel Kant). Komposisi juga harus mempunyai satu macam tujuan. Satu di antara yang tiga menghibur, memberitahukan, dan mempengaruhi - harus dipilih. Dalam pidato mempengaruhi (persuasif) boleh saja kita menyampaikan cerita-cerita lucu, sepanjang cerita lucu menambah daya persuasi pembicaraan. Bila cerita lucu itu tidak ada hubungannya dengan persuasi, betapa pun menariknya ia harus kita buang;. Dalam pidato informatif, anekdot dipergunakan dengan pertimbangan dapat memperjelas uraian. Kesatuan juga harus tampak dalam sifat pembicaraan (mood). Sifat ini mungkin serius, informal, formal, anggun, atau bermain-main. Kalau anda memilih sifat informal,
maka suasana formalitas harus mendominasi seluruh uraian. Ini menentukan pemilihan bahan, gaya bahasa atau pemilihan kata-kata. Misalnya dalam suasana informal, gaya pidato seperti bercakap (conversational) dan akrab (intimate). Untuk mempertahankan kesatuan ini bukan saja diperlukan ketajaman pemikiran, tetapi juga kemauan kuat unhrk membuang hal-hal yang mubazir. Sering kali orang digoda untuk memasukkan bahan yang menarik, walaupun kurang berfaedah. Kurangnya kesatuan akan menyebabkan pendengar menggerutu, “ngawur” bertele-tele, tidak jelas apa yang dibicarakan, “meloncat-loncat”. 2. Pertautan (coherence) Pertautan menunjukkan urutan bagian uraian yang berkaitan satu sama lain. Pertautan menyebabkan perpindahan dari pokok yang satu kepada pokok yang lainnya berjalan lancar. Sebaliknya, hilangnya pertautan menimbulkan gagasan yang tersendatsendat atau khalayak tidak mampu menarik gagasan pokok dari seluruh pembicaraan. Ini biasanya disebabkan perencanaan yang tidak memadai, pemikiran yang ceroboh dan penggunaan kata-kata yang jelek. Untuk
memelihara
pertautan
dapat
dipergunakan
tiga
cara:
ungkapan
penyamhung (connective phrases), paralelisme dan gema (echo). Ungkapan penyambung adalah sebuah kata atau lebih yang digunakan untuk merangkaikan bagian-bagian. Berikut ini adalah contoh-contohnya: Karena itu, walaupun, jadi, selain itu, sebaliknya, misalnya, sebagai contoh dengan perkataan lain, sebagai ilustrasi, bukan saja..., tetapi juga..., tidak berbeda dengan ini..., akibat semuanya ini..., dan yang terpenting dari semuanya ini..., hal-hal tersebut perlu diperhatikan..., demikian..., contoh berikutnya ialah..., dst. Paralelisme ialah mensejajarkan struktur kalimat yang sejenis dengan ungkapan yang sama untuk setiap pokok pembicaraan. Misalnya, “Pemuka masyarakat memiliki empat ciri: Ia mengetahui lebih banyak, ia berpendidikan lebih tinggi, ia mempunyai status yang lebih terhormat, dibandingkan dengan anggota masyarakat yang lain”.
Gema (echo) berarti kata atau gagasan dalam kalimat terdahulu diulang kembali pada kalimat baru. Pada contoh. Ketiga hal tersebut di atas menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Yang disebut terakhir, yaitu masyarakat, amat banyak pengaruhnya tetapi amat sedikit mendapat perhatian. Gema dapat berupa sinonim, perulangan kata, kata ganti seperti ini, itu, hal tersebut, ia, mereka, atau istilah lain yang menggantikan kata-kata yang terdahulu. 3. Titik-berat (emphasis) Bila kesatuan dan pertautan membantu pendengar untuk mengikuti dengan mudah jalannya pembicaraan, titik-berat menunjukkan mereka pada bagian-bagian penting yang patut diperhatikan. Hal-hal yang harus dititikberatkan bergantung kepada isi komposisi pidato, tetapi pokok-pokoknya hampir sama. Gagasan utama (central ideas), ikhtisar uraian, pemikiran baru, perbedaan pokok, hal yang harus dipikirkan khalayak adalah contoh-contoh bagian yang harus dititik beratkan, atau ditekankan. “Titik-berat dalam tulisan dapat dinyatakan dengan tanda garis bawah, huruf miring atau huruf besar. Dalam uraian lisan, ini dinyatakan dengan hentian, tekanan suara yang dinaikkan, perubahan nada, isyarat dan sebagainya. Dapat pula didahului dengan keterangan penjelas seperti “Akhirnya sampailah kepada inti pembicaraan saya”, “Saudara-saudara, yang terpenting bagi kita ialah...”, dan sebagainya. Secara singkat, prinsip-prinsip komposisi ialah: kesatuan, pertautan dan titik berat. Kesatuan berarti satunya isi, tujuan dan sifat. Tetapi kesatuan tanpa susunan gagasan yang teratur akan menimbulkan kebingungan. Karena itu diperlukan syarat kedua: pertautan. Setelah itu, beberapa gagasan harus ditonjolkan, yang lain dikebelakangkan, sebagian ditekankan dan sebagian lagi diuraikan sambil lalu. Inilah yang kita sebut titik berat. B. Sistematika Konsep Pidato 1. Menyusun Pesan Pidato
H.A. Overstreet, dalam bukunya Jalaluddin Rakhmat, ahli ilmu jiwa untuk mempengaruhi manusia, berkata, “let your speech march”. Suruh pidato anda berbaris tertib, seperti barisan tentara dalam suatu pawai. Ini mernerlukan organisasi yang baik. Pidato yang tersusun tertib (well-organized) akan menciptakan suasana yang favorabel, membangkitkan minat, memperlihatkan pembagian pesan yang jelas sehingga memudahkan pengertian, mrmpertegas gagasan pokok dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran secara logis. Pengorganisasian pesan dapat dilihat menurut inti pesan itu sendiri atau dengan mengikuti proses berpikir manusia. Yang pertama kita sebut Organisasi Pesan (message organization) dan yang kedua Pengaturan Pesan (message arrangement). a. Organisasi pesan Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan (sequence): deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Urutan deduktif dimulai dengan menyatakan dulu gagasan utama, kemudian memperjelasnya dengan keterangan penunjang, penyimpulan dan bukti. Sebaliknya, dalam urutan induktif kita mengemukakan perincian-perincian dan kemudian menarik kesimpulan. Bila anda menyatakan dulu mengapa perlu menghentikan merokok, lalu menguraikan alasan-alasannya, anda menggunakan urutan deduktif. Tetapi bila anda menceritakan sekian banyak contoh dan pernyataan dokter dan anda menyimpulkan bahwa rokok berbahaya, urutan induktif anda ikuti. Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya peristiwa. Mungkin anda memulainya dari satu waktu tertentu kemudian maju ke muka atau ke belakang. Bila anda diminta berbicara tentang perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman dulu, anda membagi pesan sebagai berikut: 1) Ilmu pengetahuan di Mesir dan Mesopotamia 2) Ilmu pengetahuan di Yunani
3) Ilmu pengetahuan dalam zaman Romawi Walaupun pembagian itu kelihatannya menurut tempat, tetapi sebenarnya anda mengikuti uraian waktu; karena kebudayaan Mesir dan Mesopotamia mendahului kebudayaan Yunani dan seterusnya. Dalam urutan logis, pesan disusun berdasarkan sebab - ke - akibat atau akibat - ke - sebab. Bila seorang dokter menjelaskan arterioclerosis dari sebab-sebabnya kepada gejala-gejalanya, ia mengikuti urutan pertama. Tetapi bila ia berangkat dari gejala-gejala arterioclerosis seperti adanya seperti adanya deposit cholesterol, penyempitan saluran darah, permukaan saluran yang kasar dan menjelujuri penyebabpenyebabnya, ia mulai dari akibat ke sebab. Dalam urutan spasial, pesan disusun berdasarkan tempat. Cara ini dipergunakan kalau, pesan berhubungan dengan subjek geografis atau keadaan fisik lokasi. Pidato tentang “Distribusi pendapatan di Indonesia” dapat disusun sebagai berikut: 1) Rata-rata pendapatan penduduk di Ibukota 2) Rata-rata pendapatan penduduk di Jawa 3) Rata-rata pendapatan penduduk di luar Jawa Dalam urutan topikal, pesan disusun berdasarknn topik pembicaraan: klasifikasinya, dari yang penting kepada yang kurang penting, dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang dikenal kepada yang asing. Menguraikan komunikasi dapat dimulai dari komunikasi personal, komunikasi kelompok, komunikasi massa (klasifikasi topik). Menjelaskan suatu organisasi biasanya diawali dengan keadaan pimpinan, pembantu-pembantunya dan lalu anak-buahnya (penting ke tidak penting). Berbicara tentang teori Quantum dapat menggunakan urutan: pengertian quantum, mekanika quantum, elektrodinamika quantum (mudah ke sukar). Musik vokal dapat
diuraikan dari lagu yang dikenal khalayak sampai kepada aria, himne carol, chorale, chorus, madrigal, oratorio dan seterusnya (dikenal ke asing). b. Pengaturan pesan Bila pesan sudah terorganisasi dengan baik, kita masih perlu menyesuaikan organisasi ini dengan cara berpikir khalayak. Urutan pesan yang sejalan dengan proses berpikir manusia disebut Alan H. Monroe dalam buku Retorika Modern sebagai motivated sequence (urutan bermotif). Bagaimana kita berpikir dikemukakan William James dalam bukunya, How We think. Proses berpikir dari James ini diterjemahkan oleh Raymond S. Ross dalam susunan sebagai berikut: 1) Perhatian dan kesadaran akan adanya kesulitan 2) Pengenalan masalah atau kebutuhan 3) Pemisahan keberatan dan sanggahan dalam mencari pcnyelesaian terbaik 4) Penjajagan dan visualisasi pemecahan yang ditawarkan 5) Penilaian rencana yang menghasilkan diterima atau ditolaknya pemecahan masalah Suatu hari anda mendengar adanya hubungan antara mental wiraswata (enterpreneurship) dengan kemajuan bangsa. Perhatian anda mulai timbul. Kemudian terbukti bahwa mental wiraswasta itu amat perlu dibina (tahap berpikir ke dua). Tetapi bagaimana caranya, hal-hal apa yang merintanginya, bagaimana cara pemecahannya dirumuskan dalam beberapa alternatif (tahap berpikir ke tiga). anda membayangkan akibat-akibat alternatif itu (tahap berpikir ke empat). Alternatif yang paling baik anda terima dan yang lain anda tolak (tahap berpikir ke lima). Hollingsworth dalam the Psychology of the Audience menyebutkan lima tugas pokok yang harus diperhitungkan komunikator dalam mempengaruhi khalayak, yaitu
perhatian, minat, kesan, keyakinan, dan pengesahan. Tahap pertama yang dilakukan pembicara ialah merebut perhatian khalayak dengan menggunakan berbagai macam daya tarik. Perhatian harus dipertahankan dengan membangkitkan minat khalayak. Di sini digunakan cerita lucu, penggunaan bahasa yang baik, dan hal-hal lainnya yang menimbulkan tambahan perhatian. Tahap berikutnya ialah menanamkan kesan yang kuat dan merebut keyakinan melalui manipulasi emosi yang ditampilkan dalam bentuk argumentasi logis. Pada tahap terakhir khalayak harus ditunjukkan kepada arah tindakan dengan sifat, waktu, tempat, dan cara yang telah ditentukan. Raymond S. Ross menganjurkan sistem penyusunan pesan sebagai berikut : 1.Perhatian. Timbulkan perhatian sehingga khalayak memiliki perasaan yang sama tentang masalah yang dihadapi. 2.Kebutuhan. Bangkitkan minat dan terangkan perlunya masalah tersebut di atas dengan menghubungkannya pada kebutuhan pribadi dan daya tarik motif. 3.Rencana. Jelaskan pemecahan masalah tersebut dengan melihat pengalaman masa lalu, pengetahuan dan kepribadian khalayak 4.Keberatan. Kemukakan keberatan-keberatan, kontra argumentasi atau prmecahan lainnya. 5.Penegasan kembali. Bila arah tindakan yang diusulkan telah terbukti paling baik, tegaskan kembali pesan tersebut dengan ikhtisar, tinjauan singkat, kata-kata pengingat dan visualisasi. 6.Tindakan. Tunjukkan secara jelas tindakan yang harus mereka lakukan. 2. Membuat Garis-Garis Besar Pidato Garis-garis besar (outline) pidato merupakan pelengkap yang amat berharga bagi pembicara yang berpengalaman dan keharusan bagi pembicara baru. Garis besar adalah peta bumi bagi komunikator yang akan memasuki daerah kegiatan retorika. Peta ini
memberikan petunjuk dan arah yang akan dituju. Garis besar yang salah akan mengacaukan “perjalanan” pembicaraan, seperti juga garis besar yang teratur akan menertibkan “jalannya” pidato. a. Ciri-ciri Garis Besar yang Baik Bentuk garis besar bermacam-macam, tetapi ada pedoman yang sama untuk membuat garis besar yang baik. Garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi dan penutup. Dengan menggunakan urutan bermotif dari Alan H. Monroe, kita dapat membaginya menjadi lima bagian, yaitu perhatian, kebutuhan, pemuasan, visualisasi, dan tindakan. Perhatian ditempatkan pada pengantar, yaitu kebutuhan pemuasan, dan visualisasi. Sedangkan pada isi, yaitu tindakan pada penutup pidato. b. Macam-Macam Garis Besar Sesuai dengan tahap persiapan atau pengalaman pembicara, Alan H. Monroe menunjukkan tiga macam garis besar yaitu garis besar lengkap (fullcontent outline), garis besar singkat (key-word outline), garis besar alur teknis (outline of technical plot). Garis besar lengkap diperlukan dalam proses pengembangan pidato dan digunakan pembicara yang bukan ahli dalam penyajiannya. Pikiran-pikiran pokok ditulis dengan kalimat-kalimat yang sempurna, dan di bawahnya disertakan lengkap bahan-bahan yang digunakan untuk memperjelas uraian. Dengan membaca garis besar lengkap, orang lain pun dapat mengetahui gambaran isi pidato itu secara keseluruhan. Garis besar singkat diperlukan hanya sebagai pedoman atau pengingat saja, digunakan oleh pembicara ahli dalam proses penyampaian pidato. Di dalamnya hanya ditulis inti-inti pembicaraan saja. Orang lain mungkin tidak dapat membacanya. Garis besar alur teknis dipergunakan untuk memeriksa dan meneliti teknik-teknik pidato.
Garis besar alur teknis dapat ditulis sejajar dengan garis besar Slengkap diletakkan pada kertas lain. Pada jenis garis besar ini dijelaskan teknik-teknik pidato seperti gaya bahasa, cara penyajian fakta, daya tarik motif, dan sebagainya. Di bawah diberikan contoh ketiga macam garis besar tersebut.
Garis Besar Lengkap Tahap Perhatian I. Seorang pejabat tiba-tiba meninggal karena darah tinggi II. Kejadian seperti itu dapat menimpa kita semua Tahap Kebutuhan I. Orang sering tidak merasa menderita darah tinggi A. Mereka tidak pernah diperiksa B. Mereka menganggap enteng penyakit ini II. Banyak orang tidak mengetahui gejala darah tinggi A. Mereka mengobatinya dengan Bodrex, Aspirin B. Mereka tidak menjaga makanan, ketenteraman, dan kondisi kerja. Tahap Pemuasan I Orang perlu diperiksa secara kontinu A. Pasien dapat berhubungan dengan dokter pribadi
B. Pasien dapat berhubungan dengan Puskesmas II. Kita harus menyebar luaskan informasi darah tinggi A. Kampanye dilakukan melalui media massa B. Kampanye dijalankan melalui komunikasi formal Tahap Tindakan I. Kita semua tidak boleh menangguhkan kontrol dokter II. Kita harus membantu kampanye melawan darah tinggi Garis Besar Singkat Tahap Perhatian I. Korban darah tinggi II. Hubungannya dengan diri pendengar Tahap Kebutuhan I. Kurangnya kesadaran A. Tidak pernah diperiksa B. Menganggap enteng II. Kurangnya pengetahuan A. Pengobatan dengan obat yang salah B. Tidak menjaga kesehatannya Tahap Pemuasan
I. Perlunya pemeriksaan A. Melalui dokter B. Melalui Puskesmas II. Perlunya penyebar luasan informasi A. Melalui media massa B. Melalui komunikasi formal dan informal Tahap Tindakan I. Tidak ada penangguhan II. Bantuan kampanye Garis Besar Alur Teknis Tahap Perhntian I. Peristiwa yang mengejutkan II. Pernyataan yang dihubungkan dengan khalayak Tahap Kebutuhan I. Penilaian situasi sekarang A. Pernyataan pokok 1. Statistik 2. Permisalan B. Pernyataan pokok
1. Penjelasan 2. Permisalan 3. Ilustrasi hipotetis 4. Testimoni II. Penilatan situasi sekarang A. Pernyataan pokok 1. Contoh 2. Statistik 3. Ilustrasi hipotetis 4. Ilustrasi faktual B. Pernyataan pokok 1. Contoh 2. Penjelasan 3. Analogi 4. Ilustrasi faktual Tahap Pemuasan I. Gagasan utama yang dikemukakan A. Rencana yang pertama Ilustrasi hipotetis
B. Rencana ke dua Ilustrasi faktual II. Gagasan lainnya yang diajukan A. Rencana pertama 1. Penjelasan 2. Permisalan B. Rencana ke dua 1. Penjelasan 2. Perulangan 3. Testimoni Tahap Visualisasi I. Metode positif (positive appeal) II. Metode negatif (threat appeal) A. Penjelasan B. Ilustrasi hipotetis Tahap Tindakan I. Pentingnya tindakan pertama dan bentuk tindakan II. Pentingnya dan bentuknya tindakan ke dua A. Contoh B. Hubungannya dengan khalayak
Menurut A.H. Hasanuddin, lima pentahapan dalam menata wicara tutur kata atau menyusun pidato perlu mendapat perhatian kita, agar wicara tutur kata kita benar-benar punya makna dan dapat diambil hikmahnya oleh para pendengar. 1. Pencarian bahan/pengumpulan bahan yang selektif dan relevan dengan tema. 2. Penyusunan kerangka yang sistematis 3. Pengkoreksian terhadap gaya bahasa, redaksional, dan rumusan kata-kata yang dipergunakan. 4. Memoria sebagai renungan ulang sehingga terkuasai sepenuhnya. 5. Pronunciato (mempelajari/melatih ucapan, intonasi, nada, humoria, dan semangat). yang harus disadari dalam menjalankan tugas persuasion antara lain : 1. Pembicara sadar apakah tujuan dari yang dikemukakan dalam pembicaraannya. 2. Pembicara disamping sebagai subjek sekaligus sebagai objek yang tanggap terhadap refleksi serta reaksi para pendengar. 3. Penbicara harus mampu menyesuaikan diri sehingga tidak terasing dari/bagi pendengarnya Contoh Sistematika Teks Pidato Tema (Topik/Judul) : ”......................................................................................................................................” I. Mukaddimah : (bersifat Tradisional Religius) II. Pendahuluan (ungkapan yang menyangkut tema (topik/Judul) yang dihubungkan dengan halhal yang telah berlalu, kenyataan masa kini dan sorotan masa yang akan datang ). III. Permasalahan : (faktor apa dan bagaimana masalah yang menyangkut tema (topik/judul).
IV. Uraian Pembahasan : 1. Faktor Penunjang (hal-hal yang positif) 1.1............................ 1.2............................dan seterusnya. 2. Faktor penghambat (hal-hal yang negatif) 2.1........................... 2.2...........................dan seterusnya 3. Langkah/Usaha (sebagai jalan keluar atau sebagai kemungkinan pemecahannya) 3.1............................ 3.2............................dan seterusnya V. Kesimpulan : (inti dari uraian pembahasan masalah) VI. Seruan/Saran-saran/Harapan. 1....................... 2......................dan seterusnya VII. Penutup : (bersifat Tradisional Religius) Menurut A. H. Hasanuddin, teks dibuat sekitar dua ribu kata atau delapan halaman dengan satu setengah spasi. Pidato sangat ideal sekali kali diucapkan dengan tanpa membaca teks, dengan catatan tidak jauh berbeda /bertentangan dengan teks yang telah dipersiapkan sebelumnya.