PIDATO PERTANGGUNGJAWABAN PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DI DEPAN SIDANG UMUM MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 1 MARET 1993
DEPARTEMEN PENERANGAN RI
Presiden R e p u b l i k Indonesia SOEHARTO
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat yang saya hormati; Para undangan dan hadirin yang berbahagia; Saat ini, dengan hati yang setulus-tulusnya saya berdiri di hadapan Majelis yang agung ini untuk melaksanakan kewajiban konstitusional Presiden Republik Indonesia, ialah menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas Presiden/Mandataris Majelis. Praktek penyelenggaraan negara seperti ini telah berlangsung lima kali berturut-turut dalam sejarah kita. Lima tahun yang lalu MPR bersidang untuk menetapkan GBHN '88. Lima tahun yang lalu, MPR mengangkat Presiden sebagai Mandataris MPR untuk melaksanakan GBHN itu. Selama lima tahun kemudian, Presiden melaksanakan GBHN dan keputusan-keputusan MPR lainnya. Dan hari ini, Presiden mempertanggungjawabkan kepada Majelis segala kebijakan, langkah dan tindakannya dalam menjalankan GBHN dan memimpin bangsa dan negara ini. Selanjutnya, dalam beberapa
5
hari persidangan ini Majelis akan menilai pertanggungjawaban Mandatarisnya. Dengan itu bulatlah putaran lima tahunan mekanisme kepemimpinan nasional seperti yang dikehendaki oleh UUD. Saya merasa sangat berbahagia, karena saya memperoleh kesempatan sejarah sebagai salah seorang yang ikut memberi sumbangan pada penyelenggaraan negara yang demikian penting itu. Saya merasa mendapat kehormatan besar dari rakyat dan bangsa Indonesia. Untuk karunia itu, saya menengadahkan tangan dan memanjatkan rasa syukur yang sedalam-dalamnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa. Sidang Umum Majelis ini akan menentukan garis-garis besar daripada haluan negara untuk jangka waktu lima tahun yang akan datang. Setiap sidang Majelis jelas merupakan peristiwa kenegaraan yang sangat penting; karena Majelis adalah penjelmaan seluruh rakyat Indonesia, pemegang kedaulatan rakyat. Tetapi kali ini persidangan Majelis mempunyai makna yang sangat khusus dalam sejarah pertumbuhan dan perkembangan bangsa kita selanjutnya. Garis-garis besar daripada haluan negara yang akan ditetapkan oleh Majelis nanti akan merupakan pancangan tonggak sejarah bagi bangsa kita, akan menandai zaman tinggal landas bagi bangsa kita, akan merupakan pintu gerbang dari tahapan lebih lanjut dari perjuangan besar bangsa kita. Telah menjadi tekad nasional kita bahwa setelah merampungkan tugas besar pelaksanaan lima kali REPELITA, setelah kita menyelesaikan Pembangunan Jangka Panjang 25 Tahun Pertama, kita berketetapan hati untuk memasuki era tinggal landas. Dalam tahap tinggal landas itu kita bertekad untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam tahap tinggal landas itu kita berbulat hati untuk berusaha membangun dengan kemandirian. Dalam era tinggal landas itu kita harus mengejar ketinggalan kita dari bangsa-bangsa lain yang telah lebih maju dari kita. Dalam era tinggal landas itu kita akan duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain yang telah lebih maju.
6
Tugas-tugas besar itulah yang berada di hadapan kita semua. Cita-cita besar itu, kita semua yakin dihayati sepenuhnya oleh wakil seluruh bangsa kita dalam persidangan Majelis ini. Dalam menjalankan kepemimpinan bangsa selama lima tahun yang lalu, Saudara Ketua yang terhormat, saya selalu berpedoman pada sikap realisme yang berpengharapan. Artinya, kenyataan kita lihat sesuai dengan apa adanya. Yang baik kita lihat dengan penuh keyakinan, untuk bekal pendorong kemajuan selanjutnya. Yang buruk kita terima dengan penuh kesadaran, untuk bekal perbaikan dan agar tidak terulang kembali. Dengan begitu sebagai bangsa kita membuat yang sudah baik menjadi lebih baik lagi dan membuat yang kurang baik menjadi baik. Semangat itulah yang ikut mewarnai laporan pertanggungjawaban saya hari ini. Secara konstitusional, saya menyadari sedalam-dalamnya, bahwa pertanggungjawaban ini adalah tanggung jawab tunggal yang tidak terbagi dengan siapapun juga dalam kedudukan saya selaku Mandataris Majelis. Tetapi, dalam pertanggungjawaban itu terkandung pengalaman bersama kita sebagai bangsa dalam kurun waktu lima tahun yang terakhir. Kurun waktu lima tahun terakhir merupakan pelaksanaan REPELITA V. Kurun waktu itu sekaligus merupakan penutup Pembangunan Jangka Panjang 25 Tabun Pertama. Dalam GBHN '88 ditegaskan bahwa sasaran utama pembangunan 25 tahun pertama adalah meletakkan landasan yang kuat bagi bangsa kita, agar dalam pembangunan 25 tahun kedua kita benar-benar sanggup memasuki era tinggal landas. Karena itulah, Saudara Ketua yang terhormat, dalam laporan pertanggungjawaban saya kali ini saya merasa wajib merangkum semua pengalaman bersama kita dalam kurun waktu 25 tahun yang lalu. Tidak lain harapan saya, mudah-mudahan, rangkuman pengalaman bersama itu dapat menjadi bahan bagi Majelis dalam merancang masa depan bangsa kita dalam kurun waktu seperempat abad yang akan datang.
7
Saya juga menyadari sepenuhnya, bahwa pembangunan adalah karya besar bersama kita sebagai bangsa. Karena itu izinkan saya, Saudara Ketua yang terhormat, menggunakan kesempatan ini untuk berbicara langsung kepada seluruh bangsa Indonesia yang menjadi satu-satunya tujuan pengabdian tugas kenegaraan saya sebagai Presiden Republik ini. Sidang Majelis yang saya muliakan; Dari GBHN '88 saya menangkap tugas utama kita sebagai bangsa dalam kurun waktu lima tahun yang lalu adalah mencapai dua tujuan kembar dari pembangunan kita pada umumnya dan tujuan REPELITA V khususnya. Yang pertama adalah, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil. Yang kedua adalah, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Kedua tujuan kembar itulah yang menjadi pedoman saya dalam memimpin bangsa ini. Pedoman penting lainnya yang saya pegang teguh dalam memimpin bangsa ini adalah Trilogi Pembangunan. Dari GBHN '88 saya memahami Trilogi Pembangunan itu dalam pengertian yang dinamis. Saya selalu mengingat pesan Penjelasan UUD, agar kita selalu memperhatikan dinamika yang ada dalam masyarakat. Saya juga memahami, bahwa dinamika masyarakat kita itu merupakan bagian dari dinamika yang berkembang pesat di dunia dewasa ini. Dengan semangat itulah saya laksanakan GBHN '88. Saya selalu berusaha sekuat tenaga untuk mencari perpaduan yang terbaik dari upaya-upaya mewujudkan pemerataan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas nasional yang dinamis. Dalam melaksanakan tugas, kewajiban dan tanggung jawab Presiden, saya selalu diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Saya telah berusaha sekuat tenaga untuk melaksanakan pesan UUD agar dalam melaksanakan tugasnya Presiden selalu memperhatikan sungguh-sungguh suara Dewan. Saya berusaha dengan pikiran jernih memahami suara Dewan itu, baik yang
8
lantang maupun yang diungkapkan secara halus dan tersamar. Para Menteri selalu melaporkan kepada saya suasana rapat kerja dengan Komisi-komisi Dewan. Dengar pendapat Komisi-komisi Dewan dengan pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen maupun dengan berbagai kalangan dalam masyarakat selalu saya ikuti dengan penuh perhatian. Sesuai dengan kehendak UUD, Dewan Pertimbangan Agung banyak memberi pertimbangan kepada saya dalam pelaksanaan tugas-tugas kepresidenan. Badan Pemeriksa Keuangan secara teratur dan berkala telah melakukan pemeriksaan terhadap tanggung jawab tentang keuangan negara. Ini merupakan pelaksanaan dari ketentuan UUD dan undang-undang yang berlaku. Hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan ini telah digunakan oleh Pemerintah untuk mengambil tindakan yang diperlukan dan memperbaiki pengelolaan keuangan negara. Seperti yang dikehendaki oleh UUD dan undang-undang, kekuasaan kehakiman secara keseluruhan telah menjalankan kekuasaannya yang merdeka. Mahkamah Agung makin mantap menjalankan fungsinya dalam menegakkan hukum dan keadilan di negeri ini. Dengan segala kekurangannya yang masih ada, kekuasaan kehakiman bertambah kewibawaannya sebagai benteng terakhir penjaga keadilan. Adanya Peradilan Tata Usaha Negara merupakan tonggak sejarah keadilan yang penting di negara kita yang menjunjung tinggi hukum dan keadilan ini. Tidak jarang, pejabat-pejabat negara dan aparatur pemerintahan umumnya dituntut oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan di hadapan Peradilan Tata Usaha Negara. Secara ringkas, kita telah berusaha memantapkan kedudukan, tugas, fungsi dan saling berhubungannya lembaga tertinggi negara dan lembaga-lembaga tinggi negara menurut ketentuan dan semangat UUD. Ini merupakan sumbangan yang besar artinya dalam pembangunan politik dan pemeliharaan stabilitas nasional yang dinamis.
9
Sejak semula kita menyadari pentingnya pembangunan politik bagi suksesnya pembangunan. Kita juga menyadari bahwa pembangunan politik itu merupakan bagian yang tidak mudah dari keseluruhan pembangunan bangsa. Itulah sebabnya, sejak tahun '66 dahulu kita mencapai kesepakatan nasional untuk mengadakan pembaharuan dan penyederhanaan kehidupan politik untuk menjamin stabilitas nasional yang dinamis dan sekaligus untuk menjamin kelancaran pembangunan. Kita telah berhasil menata kembali lembaga-lembaga politik kita. Tugas bersama kita selanjutnya adalah terus memantapkan lembaga-lembaga politik itu agar terus menerus memberi kesegaran dan dinamika kehidupan politik kita. Dalam membangun kehidupan politik tadi kita jelas tidak akan kembali ke belakang. Pengalaman kita menunjukkan kegagalan demokrasi liberal maupun demokrasi terpimpin untuk mendukung pembangunan bangsa kita. Sebaliknya, kita harus memandang ke depan untuk meningkatkan penerapan demokrasi berdasarkan Pancasila sejalan dengan kemajuan yang kita capai dalam pembangunan pada umumnya. Di samping kemajuan di bidang ekonomi, tahap yang lebih maju dari pembangunan politik juga merupakan tolok ukur dari kemajuan pembangunan bangsa kita. Penegasan kita bahwa Pancasila adalah satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta penegasan kita bahwa Pancasila adalah ideologi terbuka, merupakan kesepakatan bersama kita yang sangat mendasar untuk menjaga kemantapan stabilitas nasional yang dinamis. Penegasan kita bahwa pembangunan adalah pengamalan Pancasila memberi kesegaran dalam kehidupan politik kita dan membuat kehidupan politik itu ada kaitannya langsung dengan pembangunan. Jika kita menengok sekitar kita, maka kita sangat bersyukur bahwa pembaharuan politik yang kita lakukan itu berjalan dengan selamat. Dengan rasa prihatin kita menyaksikan bangsa-bangsa lain yang masih bergumul untuk menata sistem politik mereka.
10
Tidak sedikit bangsa-bangsa yang dalam menata kembali kehidupan politiknya itu justru tergelincir pada kemelut yang berkepanjangan karena munculnya sukuisme yang sempit, pertentangan agama dan kepicikan wawasan. Beberapa diantaranya, malahan, mengalami pergolakan dan perpecahan dari dalam. Itulah sebabnya pengembangan kehidupan demokrasi kita lakukan dengan sangat hati-hati, dengan menjaga iramanya yang pas dengan kemajuan pembangunan dan dengan menjaga arah yang tetap pada pengamalan Pancasila. Penyegaran kehidupan politik terus berlangsung. Wujudnya yang paling nyata adalah pelaksanaan pemilihan umum. Telah lima kali kita menjalankan pemilihan umum di bawah naungan UUD '45. Dari waktu ke waktu pelaksanaannya lebih baik, lebih segar dan lebih semarak. Dalam setiap kali pemilihan umum selama ini, rata-rata sembilan dari sepuluh mereka yang berhak memilih telah ikut memberikan suaranya. Jumlah ini sangat tinggi; jauh lebih tinggi dari negara-negara lain yang kehidupan demokrasi dan kenegaraannya sudah sangat lama. Semuanya ini menunjukkan bahwa kesadaran politik rakyat Indonesia sangat tinggi. Semuanya tadi juga menunjukkan bahwa kehidupan demokrasi dan kehidupan politik kita terus berkembang, bertambah segar. Tema-tema kampanye pemilihan umum yang terakhir menonjolkan program-program yang ditawarkan oleh kekuatankekuatan sosial politik kepada bangsanya. Kampanye pemilihan umum yang terakhir menyadarkan kita semua bahwa programprogram untuk masa depan tidak kalah menarik dibanding dengan kampanye yang berbau ideologi golongan atau asas ciri golongan, yang hanya meninggalkan ketegangan, keretakan dan luka-luka bangsa. Kita bersama-sama telah membuktikan bahwa Pancasila sebagai satu-satunya asas, tetap memberi ruang gerak bagi kehidupan politik dan demokrasi kita, memperkaya gagasangagasan kita, menggairahkan kehidupan keagamaan kita, menjamin
11
hak mengeluarkan pendapat dan suara, mendewasakan pelaksanaan hak-hak asasi manusia. ABRI telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan demokrasi kita yang berdasarkan Pancasila itu. Sejarah telah melahirkan ABRI sebagai kekuatan perjuangan bangsa yang ikut melahirkan, mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan nasional. Karena itu ABRI ikut memikul tanggung jawab atas keselamatan perjalanan bangsa dan negara kita menuju tercapainya cita-cita kemerdekaan bangsa. Itulah hakiki dari peranan ABRI sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai kekuatan pertahanan keamanan, ABRI telah berhasil melindungi kedaulatan bangsa kita, menjaga keutuhan wilayah nasional kita, menciptakan keamanan dan ketertiban kita. Dengan terus melaksanakan doktrin pertahanan keamanan rakyat semesta, dengan terus manunggal dengan rakyat yang diabdinya, dengan tetap mengembangkan kekuatan yang kecil tetapi efektif, peranan dwi fungsi ABRI itu memberi sumbangan yang besar bagi terciptanya stabilitas nasional yang dinamis. Dinamika terhadap stabilitas nasional terasa pula pada kehidupan pers kita. Jumlah dan jenis penerbitan bertambah banyak serta bertambah mutunya. Isinya menampilkan kenyataan dan perkembangan masyarakat kita, menampilkan pandangan dan aspirasi berbagai kalangan masyarakat, menampilkan masalahmasalah yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat luas. Dengan segala kekurangan yang masih ada, pers kita tumbuh makin bebas dan makin bertanggung jawab. Pers telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa kita, memperluas wawasannya dan memperkaya informasi yang diperlukan oleh masyarakat yang makin terbuka. Dalam rangka pembangunan hukum, sejak tahun '66 sampai sekarang, Pemerintah bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat telah melahirkan 295 buah undang-undang. Selama kita memasuki REPELITA V sampai hari ini telah dihasilkan 54 buah undangundang.
12
Keterbukaan, kegairahan dan dinamika masyarakat kita perlu dijaga agar berlangsung secara tertib dan berkeadilan. Itulah sebabnya selama ini kita terus melakukan pembangunan dan penerapan hukum. Salah satu hasil karya hukum kita yang sangat penting adalah Undang-undang No. 8 tahun '81 yang berupa kodifikasi di bidang hukum acara pidana. Di sini antara lain diberi jaminan yang jelas mengenai perlindungan terhadap hakhak asasi manusia. Dalam banyak undang-undang kita yang lain tersebar jaminan terhadap hak-hak asasi manusia itu. Sejumlah pasal berbagai undang-undang kita malahan memberi jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia yang lebih baik dari negaranegara maju. Bangsa Indonesia lahir dari perjuangan untuk menegakkan hak asasi manusia yang paling utama, ialah hak untuk merdeka. Bangsa Indonesia pernah dirampas hak-hak asasinya oleh kekuasaan penjajahan asing lebih dari 350 tahun lamanya. Karena itu, kita adalah bangsa yang sangat memahami makna dan hakikat hak asasi manusia itu. Kalimat pertama Pembukaan UUD kita menegaskan bahwa sesungguhnya kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dasar negara kita dan pandangan hidup kita, Pancasila, menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam pasal-pasal UUD kita tercantum jaminan terhadap berbagai hak-hak asasi manusia yang paling pokok. Penjabaran dan pengembangannya lebih lanjut dituangkan dalam berbagai undang-undang. UUD kita yang memuat jaminan terhadap hakhak asasi manusia itu lahir tiga tahun lebih dahulu dari Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia dalam tahun '48. Seluruh bangsa dan negara di dunia dewasa ini menjunjung tinggi cita-cita luhur mengenai hak-hak asasi manusia. Namun jelas terdapat perbedaan regional dan nasional mengenai pemahaman, pelembagaan dan pelaksanaan dari hak-hak itu. Ini wajar-wajar saja. Karena itu tidak perlu dihindari.
13
Negara-negara di dunia dewasa ini tidak hanya berbeda latar belakang sejarah dan kebudayaannya. Mereka juga berbeda dalam taraf kemajuannya. Sebagian kecil telah sangat tinggi taraf hidupnya. Sebagian lainnya sedang mengejar taraf hidup yang tinggi tadi. Tetapi, bagian terbesar bangsa-bangsa masih bergumul dalam perjuangan berat melawan keterbelakangan, kelaparan, penyakit dan kebodohan. Perbedaan taraf hidup itu mempunyai pengaruh besar terhadap penerapan hak-hak asasi manusia. Persoalan terbesar yang kita hadapi, bukanlah sekedar memberi jaminan mengenai hak-hak asasi manusia. Melainkan, membangun kehidupan sosial ekonomi untuk menjamin tumbuh dan berkembangnya kemanusiaan itu sendiri. Sejak semula kita telah menegaskan bahwa hakikat pembangunan kita adalah membangun manusia Indonesia yang utuh dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Demikianlah , Saudara Ketua yang terhormat, perkembangan pembangunan politik kita yang bergerak dengan kegairahan dan kesegaran sehingga mengantarkan bangsa ini pada taraf kemajuannya sampai hari ini. Karena stabilitas nasional kita bertambah mantap, karena ketahanan nasional kita bertambah kuat, maka saya tidak pernah menggunakan wewenang yang dilimpahkan kepada Presiden/ Mandataris berdasar Ketetapan MPR No. VI/MPR/1988. Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air; Kita telah menikmati stabilitas nasional yang dinamis selama lebih dari seperempat abad. Stabilitas demikian tidak mungkin dijaga dengan tangan besi, betapapun kuatnya tangan itu. Stabilitas yang demikian tidak mungkin ditegakkan oleh satu kekuatan, betapapun besarnya kekuatan itu. Stabilitas dinamis yang demikian lama, hanya dapat tumbuh dengan kesegaran. Stabilitas yang panjang hanya dapat ditopang oleh sistem kenegaraan dan sistem politik yang demokratis, yang tanggap terhadap perubahan dan penyegaran yang terus menerus.
14
Pengalaman pembangunan semua bangsa membuktikan mutlaknya stabilitas nasional yang dinamis. Demikian pula pentingnya stabilitas kawasan. Dengan mengembangkan semangat ASEAN dan dengan mengembangkan saling percaya dengan negara-negara Pasifik Barat Daya kita menikmati stabilitas kawasan itu. Suasana kawasan yang demikian tadi besar artinya bagi kelancaran pembangunan nasional. GBHN memberi pedoman yang jelas agar politik luar negeri kita yang bebas aktif diabdikan kepada kepentingan nasional, khususnya kepentingan pembangunan di segala bidang. Dalam mengemudikan jalannya politik itu saya selalu berpegang teguh pada amanat Pembukaan UUD agar kita ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam lima tahun terakhir dunia sedang berubah dengan cepat dan mendasar. Berakhirnya Perang Dingin telah meredakan suasana pertentangan ideologi dan pertentangan kekuatan militer di antara negara-negara besar. Dunia mempunyai peluang menuju kehidupan bersama yang lebih tenteram dan damai. Namun, bersamaan dengan itu muncul pula berbagai tantangan dan masalah baru bagi umat manusia. Di berbagai kawasan timbul kerusuhan dan konflik bersenjata, agresi dan campur tangan asing, pertikaian yang bersumber pada pertentangan etnis dan intoleransi agama, bentuk-bentuk rasisme baru dan bangkitnya kembali nasionalisme yang sempit. Kepedulian masyarakat dunia terhadap kelestarian lingkungan hidup bertambah besar; yang antara lain tercermin dengan berlangsungnya KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun lalu. Saya memimpin sendiri delegasi Indonesia ke KTT itu. Kesadaran kita akan pentingnya kelestarian lingkungan hidup ini tidak bisa diragukan lagi. Secara umum, semua bangsa makin percaya untuk menyelesaikan konflik melalui dialog dan meja perundingan.
15
Semua bangsa bertambah sadar bahwa mereka hidup dalam dunia yang satu dan saling membutuhkan. Namun, perkembangan positif di bidang politik internasional tadi belum ada tandatandanya diikuti oleh perkembangan di bidang ekonomi yang sepadan. Di satu pihak, tingkat kemakmuran yang tinggi dinikmati oleh masyarakat negara-negara industri maju. Di lain pihak, bahagian terbesar umat manusia masih bergumul melawan keterbelakangan, kelaparan, penyakit, kemiskinan dan kebodohan. Kesenjangan, ketimpangan dan ketidakadilan ini masih jauh dari teratasi. Keadaan bertambah buruk, karena suasana perekonomian dunia tidak menentu dan tidak stabil. Indonesia selalu mendorong unsur-unsur positif yang memperkuat perdamaian, kerja sama, kemajuan, kesejahteraan dan keadilan dunia. Di lain pihak, ikut berusaha mengurangi unsur negatif yang menghalangi arah yang positif tadi. Itulah tujuan utama lawatan saya ke banyak negara selama ini dan keikutsertaan Indonesia dalam banyak forum di dunia. Sejalan dengan kemajuan pembangunan di dalam negeri, says memandang perlu hadir secara pribadi dalam konperensi internasional seperti KTT ke-9 Gerakan Non Blok di Beograd, KTT Kelompok-15, KTT Organisasi Konperensi Islam, KTT Bumi yang telah saya singgung tadi, ke Sidang Umum PBB tahun lalu. Dari sekian banyak langkah pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, saya perlu menyinggung normalisasi hubungan kita dengan RRC setelah mengalami pembekuan selama 23 tahun. Ini merupakan manifestasi nyata dari politik luar negeri kita yang bebas aktif. Normalisasi hubungan itu membuktikan, betapapun besarnya perbedaan antara dua negara, namun persahabatan dapat dijalin atas dasar saling menghormati kedaulatan, saling tidak mencampuri urusan dalam negeri dan saling kerja sama. Normalisasi hubungan ini juga memberi sumbangan yang berarti bagi stabilitas di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, yang selanjutnya juga melicinkan jalan bagi berbagai pendekatan regional lainnya.
16
Tiga puluh tujuh tahun setelah Konperensi Asia-Afrika di Bandung, Indonesia kembali menjadi tuan rumah dari pertemuan besar, yakni KTT ke-10 Negara-negara Non Blok. KTT ini mewakili lebih dari setengah umat manusia. Juga adalah KTT Negara-negara Non Blok terbesar yang pernah diadakan. Pesan Jakarta, Dokumen Akhir serta sejumlah Deklarasi dan Keputusan yang dihasilkan KTT dengan jelas mencerminkan arah dan strategi baru serta vitalitas Gerakan Non Blok dalam suasana rujuknya kekuatan-kekuatan besar dunia. KTT ini telah menghapus keraguan mengenai relevansi Gerakan Non Blok setelah berakhirnya Perang Dingin. KTT ini malahan berhasil menentukan arah selanjutnya dari Gerakan Non Blok, yaitu memusatkan segala daya upaya pada bidang ekonomi dan pembangunan guna mengisi kemerdekaan nasional masing-masing negara anggotanya. Gerakan Non Blok memandang penting sekali menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan dan meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan untuk dapat menumbuhkan ekonomi negaranegara yang sedang membangun. Kepercayaan dunia terhadap Indonesia telah membuka peluang yang lebih besar bagi kelancaran pelaksanaan tugas nasional kita yang paling utama, ialah melaksanakan pembangunan. Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air; Kita sangat bersyukur karena sebagai bangsa kita telah berhasil melaksanakan pembangunan yang terus-menerus, sambungmenyambung, makin meluas, makin mendalam dan makin merata. Pembangunan itu berjalan berkesinambungan sepanjang 25 tahun, selama 5 kali REPELITA. Semua itu bisa berlangsung karena kita berhasil menjaga dan memantapkan stabilitas ekonomi. Juga karena kita menciptakan dan mengembangkan lembaga-lembaga ekonomi yang mampu mendukung pembangunan itu. Kita telah belajar dari pengalaman kita sendiri dan pengalaman bangsa-bangsa lain.
17
Pada awal masa Orde Baru kita menyadari bahwa pembangunan tidak mungkin dimulai tanpa pemulihan ekonomi lebih dahulu. Inflasi yang parah dan tidak terkendali pada waktu itu harus kita hentikan. Dan lembaga-lembaga ekonomi yang tidak berfungsi semestinya harus kita tata kembali, agar roda ekonomi kita dapat berputar lagi. Demikianlah maka mulai tahun '66 kita melaksanakan program stabilisasi yang menyeluruh. Di bidang keuangan negara kita tegakkan disiplin anggaran belanja berimbang. Di bidang moneter kita mulai mengendalikan dengan cermat uang beredar, dan tingkat bunga simpanan kita sesuaikan agar menarik bagi masyarakat untuk memegang uangnya. Sistem kurs devisa kita sederhanakan dan kita arahkan agar mencerminkan tingkat kurs yang realistis sehingga dapat mendorong ekspor dan melancarkan impor. Di sektor rill kita juga mengambil langkah-langkah mendasar. Impor bahan baku dan suku cadang diprioritaskan agar pabrik-pabrik dapat segera meningkatkan produksinya kembali dengan memanfaatkan kapasitasnya yang ada. Sistem distribusi secara bertahap diganti dengan sistem yang lebih bebas dan lebih efektif. Persediaan kebutuhan pokok rakyat diamankan, khususnya beras, yang mendapatkan prioritas tinggi. Dengan langkah-langkah itu inflasi akhirnya dapat kita kendalikan dan roda ekonomi mulai bergerak kembali. Apa yang kita lakukan pada waktu itu bukan sekedar program stabilisasi moneter; tetapi lebih luas lagi, yaitu penataan dan pembaharuan kelembagaan ekonomi secara luas. Kita melakukan peralihan. Kita tinggalkan ekonomi yang serba diatur dan serba lamban. Kita bangun ekonomi yang lebih lincah, lebih mampu menampung prakarsa dan kreativitas masyarakat, lebih terbuka, lebih siap memanfaatkan peluang-peluang dari perkembangan ekonomi dunia dan lebih mampu memenuhi kebutuhan rakyat. Pengalaman selama masa stabilisasi dan peralihan tadi menyadarkan kita bahwa semua itu bukan pekerjaan yang mudah.
18
Dan, semua itu menuntut ketekunan, tekad yang teguh serta pengorbanan dari kita semua. Apabila kita melihat tantangantantangan yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang melakukan hal serupa saat ini di sejumlah kawasan di dunia, maka tidak dapat tidak kita harus merasa bersyukur bahwa kita telah dapat melewatinya dengan baik dan selamat. Pengalaman itu membuktikan bahwa bangsa kita mampu memecahkan masalah-masalah besar. Mampu mengatasi masalahmasalah besar. Pengalaman pahit dalam dasawarsa 60-an berupa ketidakstabilan dan kemandegan ekonomi telah menjadi bagian dari sejarah kita. Pengalaman itu memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua, tidak terkecuali generasi yang pada waktu itu belum mengalaminya. Pelajaran yang berharga itu adalah bahwa gejala-gejala ketidakstabilan ekonomi sama sekali tidak boleh diabaikan. Apalagi dibiarkan. Apabila tidak ditangani sungguhsungguh, maka ketidakstabilan ekonomi dengan cepat akan menjadi tidak lagi terkendali. Selanjutnya, ketidakstabilan ekonomi yang tidak terkendali akan melumpuhkan kemampuan produktif bangsa dan hanya akan menyengsarakan rakyat. Keadaan seperti itu tidak boleh terulang lagi buat selamalamanya. Demi kelangsungan pembangunan, demi kesejahteraan rakyat, kita harus senantiasa menjaga baik-baik stabilitas ekonomi kita. Di samping itu perlu kita sadari pula bahwa stabilitas ekonomi bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Tetapi, merupakan konsekuensi dari cara kita mengelola ekonomi kita. Stabilitas ekonomi adalah hasil dari disiplin kita dalam mengelola anggaran negara dan sikap hati-hati kita dalam melaksanakan kebijaksanaan moneter. Pengalaman seperti itu bukan khas pengalaman kita sendiri. Juga merupakan pengalaman negara-negara lain dalam sejarah perkembangan mereka. Sejarah perkembangan ekonomi bangsabangsa menunjukkan bagaimana ketidakstabilan ekonomi yang berlarut-larut dapat menghambat upaya-upaya pembangunan,
19
malahan meniadakan hasil-hasil pembangunan yang sudah mereka capai. Kita melihat dalam sejarah bangsa-bangsa, bagaimana ekonomi mereka kembali mundur, bahkan hancur, karena membiarkan ketidakstabilan ekonomi lepas kendali. Sebaliknya, kita juga menyaksikan bagaimana negara-negara yang ekonominya stabil, yang mata uangnya kuat karena melaksanakan kebijaksanaan fiskal dan moneternya secara hati-hati dan dengan disiplin tinggi, justru berkembang pesat di bidang ekonomi dan maju pesat di bidang teknologi. Kita harus dapat menarik pelajaran dari pengalaman-pengalaman ini. Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air; Tadi saya katakan bahwa sejalan dengan stabilisasi ekonomi dan moneter kita melakukan penataan kelembagaan ekonomi secara luas. Penataan kelembagaan yang kita laksanakan itu merupakan titik awal dari kebijakan-kebijakan kelembagaan yang kita laksanakan sejak itu sampai sekarang, termasuk kebijakan deregulasi dan debirokratisasi yang kita lancarkan dewasa ini. Bahkan, dapat saya katakan, bahwa langkah-langkah penataan dan pembaharuan kelembagaan yang kita ambil dalam masa stabilisasi dahulu itu dapat dianggap sebagai langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi gelombang pertama dalam masa Orde Baru. Setelah melewati masa pemantapan dalam tahun '70-an, langkah itu kemudian dilanjutkan dengan rangkaian deregulasi dan debirokratisasi gelombang kedua sejak awal tahun '80-an. Jadi, deregulasi dan debirokratisasi yang kita laksanakan sekarang bukanlah kebijakan Baru, melainkan merupakan kelanjutan dari kebijakan kelembagaan yang telah lama dirintis. Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi merupakan bagian dari kebijakan pembaharuan dan penyegaran kelembagaan jangka panjang, yang merupakan bagian dari kebijakan pembangunan nasional kita. Sasaran dari kebijakan kelembagaan itu adalah untuk secara terusmenerus mengembangkan dan memperbaharui kelembagaankelembagaan ekonomi dan sosial agar selalu mampu mendukung pembangunan; dan bukan justru menghambat pembangunan. Sesuai dengan asas-asas Demokrasi Ekonomi yang diamanatkan
20
oleh UUD 1945 dan GBHN, lembaga-lembaga itu harus mampu menampung kreativitas, prakarsa dan menggairahkan partisipasi rakyat secara luas dalam pembangunan. Sekaligus, juga menjadi wahana yang efektif bagi negara dalam memberi bimbingan, arahan dan dorongan dalam mengelola seluruh sumber daya yang ada bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Demikianlah kilas balik dari pengalaman kita sewaktu kita mempersiapkan diri untuk memulai pembangunan. Dengan makin pulihnya situasi ekonomi maka pada tahun '69 kita mulai melaksanakan pembangunan lima tahun yang pertama. Prasarana-prasarana penting kita rehabilitasi. Iklim yang mendukung kegiatan usaha dan investasi kita kembangkan. Pembangunan sektor pertanian kita beri prioritas yang sangat tinggi karena menjadi kunci bagi pemenuhan kebutuhan pangan rakyat dan sekaligus merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat kita. REPELITA I dapat kita selesaikan dengan baik. Bahkan, berbagai kegiatan pembangunan dapat kita percepat. REPELITA I kemudian diikuti oleh REPELITA-REPELITA selanjutnya. Dalam memulai pembangunan, maka strategi pembangunan yang kita anut cukup khas. Dengan kondisi ekonomi dan sosial yang ada di masyarakat kita, perhatian khusus harus pertama-tama kita berikan pada sektor terbesar yang menghidupi bagian terbesar dari rakyat kita, yaitu sektor pertanian. Sektor pertanian harus kita bangun lebih dahulu. Sektor ini harus kita tingkatkan produktivitasnya. Bertumpu pada sektor pertanian yang makin tangguh itulah kita bangun sektor-sektor lain. Demikianlah maka pada tahap-tahap awal pembangunan, secara sadar kita memberikan prioritas yang sangat tinggi pada pembangunan pertanian. Dalam rangka itu kita membangun berbagai prasarana pertanian seperti irigasi dan perhubungan, cara-cara bertani dan teknologi pertanian yang baru kita ajarkan dan kita sebarluaskan kepada para petani melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan yang tidak kenal lelah, penyediaan sarana-sarana penunjang utama seperti pupuk kita amankan dengan membangun pabrik-pabrik pupuk, kebutuhan
21
pembiayaan para petani kita sediakan melalui kredit perbankan dan pemasaran hasil-hasil produksi mereka kita berikan kepastian melalui kebijakan harga dasar dan kebijakan stok beras. Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian tadi telah berhasil mengantar kita berswasembada beras, menyebarkan pembangunan secara luas kepada rakyat dan mengurangi kemiskinan di negara kita. Berkat ketekunan dan kerja keras kita semua, khususnya para petani kita, maka produksi pangan dapat terus kita tingkatkan. Dan akhirnya, pada tahun '84 kita berhasil mencapai swasembada beras. Ini merupakan titik balik yang sangat penting, sebab dalam tahun '70-an kita adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia. Bersamaan dengan itu tercipta pula lapangan kerja dan sumber mata pencaharian bagi jutaan petani. Swasembada beras itu sekaligus memperkuat ketahanan nasional kita di bidang ekonomi, khususnya pangan. Strategi yang mendahulukan pembangunan pertanian kita sertai dengan pemerataan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat; yang antara lain meliputi penyediaan kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pendidikan dasar, air bersih, perumahan sederhana dan sebagainya. Strategi ini kita laksanakan secara konsekuen setiap REPELITA. Dengan strategi inilah kita kurangi kemiskinan di Tanah Air. Hasilnya adalah sangat menurunnya jumlah penduduk miskin di negara kita. Pada tahun '70 ada 60 orang di antara kita yang hidup miskin dari setiap 100 orang penduduk. Jumlah penduduk yang miskin ini sangat besar, yaitu sekitar 70 juta orang. Saudara-saudara kita yang miskin ini terus bertambah kecil jumlahnya dari tahun ke tahun. Pada tahun '90 tinggal 15 orang yang masih hidup miskin dari setiap 100 orang. Namun, karena penduduk kita besar jumlahnya, maka jumlah penduduk yang hidup miskin itu masih besar juga. Jumlahnya sekitar 27 juta orang. Hanya sedikit negara yang berhasil menurunkan tingkat
22
kemiskinan penduduknya secepat kita. Prestasi ini membuat rasa percaya diri kita bertambah tebal. Kita sadar masih panjang jalan yang harus kita tempuh bersama untuk mengangkat Saudara-saudara kita itu dari garis kemiskinan. Di masa yang akan datang gejala kemiskinan makin terpusat di kantong-kantong kemiskinan, daerah-daerah terpencil di berbagai wilayah di Tanah Air. Ini memerlukan penanganan yang lebih terarah, dengan sasaran yang lebih jelas dan pelaksanaan yang lebih terdesentralisasi. Program-program khusus semacam itu telah kita laksanakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pelaksanaannya di masa datang perlu terus disempurnakan dan dikembangkan. Dalam hubungan ini pemerintah daerah harus mengambil peranan yang lebih besar lagi karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi dan keperluan penduduk di kantong-kantong kemiskinan di daerahnya. Penanggulangan kantong-kantong kemiskinan ini perlu memperoleh prioritas setinggi-tingginya dalam strategi pembangunan daerah masingmasing. Sidang Majelis yang saya muliakan; Sejalan dengan keberhasilan kita dalam membangun sektor pertanian, kita juga mulai membangun sektor-sektor lain. Hasilnya membesarkan hati. Produksi nasional dan penghasilan nasional kita meningkat pesat. Pada waktu kita mulai membangun dahulu, penghasilan ratarata per jiwa rakyat Indonesia hanya sekitar 70 dolar Amerika setahun. Sekarang, penghasilannya sudah di atas 600 dolar Amerika. Diukur dengan produksi nasional pada harga konstan, selama 25 tahun terakhir ini perekonomian kita telah tumbuh dengan rata-rata lebih dari 6% setiap tahun. Tidak banyak negara yang berhasil mencapai pertumbuhan rata-rata setinggi itu dan yang berhasil mempertahankannya dalam jangka waktu yang cukup panjang. Selama seperempat abad ini hanya ada sekitar 10 negara di dunia yang mengalami pertumbuhan berkesinambungan secepat itu.
23
Di waktu-waktu yang akan datang prestasi pertumbuhan ekonomi ini harus tetap kita pertahankan. Hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi itulah kita akan dapat mengatasi masalah-masalah sosial ekonomi yang berat; yaitu pengurangan kemiskinan, perluasan kesempatan kerja, pemerataan dan peningkatan taraf hidup rakyat. Tanpa pertumbuhan ekonomi, tidak akan ada kegiatan ekonomi baru. Tanpa kegiatan ekonomi baru, tidak akan ada lapangan kerja baru dan tidak akan ada sumber penghasilan baru bagi rakyat. Untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tadi perlu dilanjutkan kebijakan-kebijakan yang mendukung; seperti deregulasi dan debirokratisasi. Di masa yang akan datang pertumbuhan ekonomi kita akan makin tergantung pada keberhasilan kita dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Pertumbuhan ekonomi akan makin kurang tergantung kepada tersedianya sumber alam yang melimpah atau kepada tenaga kerja murah. Pertumbuhan ekonomi di masa datang akan makin ditentukan oleh kreativitas sumber daya manusia, keterampilan mereka, kemampuan manajemen dan kemampuan teknologi mereka. Ini berarti kunci utama keberhasilan pembangunan kita di masa datang adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia. Dan kita memang sudah memulainya. Dalam pada itu kita tidak boleh lupa bahwa setiap pertumbuhan ekonomi perlu didukung oleh pembiayaan yang cukup memadai bagi investasi yang diperlukan. Dari segi ekonomi nasional, menyediakan pembiayaan yang cukup memadai untuk investasi tidak sekedar berarti memperluas kredit atau melonggarkan kebijakan moneter. Investasi itu hanya dapat dibiayai dari sumber daya ekonomi rill yang kita sisihkan untuk itu. Sumber ekonomi riil yang disisihkan itu tidak lain adalah tabungan nasional, yang digali dari masyarakat sendiri. Perluasan kredit dan pelonggaran moneter tanpa didukung oleh pemupukan tabungan nasional yang cukup besar akan menimbulkan inflasi, bukan investasi. Keadaan yang buruk ini akan bertambah
24
buruk lagi dengan defisit neraca pembayaran yang membesar. Kedua gejala ketidakstabilan ekonomi ini, yakni inflasi dan membesarnya defisit neraca pembayaran, adalah dua hal yang justru harus sungguh-sungguh dihindari. Sesuai dengan tekad kita untuk meningkatkan kemandirian bangsa, maka kita harus mengerahkan segenap kemampuan kita untuk meningkatkan tabungan nasional. Di sektor pemerintah hal ini berarti bahwa sumber-sumber perpajakan harus ditingkatkan, pengeluaran-pengeluaran pemerintah harus lebih hemat, efisien dan efektif. Termasuk di dalamnya penghapusan subsidi-subsidi yang tidak mendesak atau tidak perlu. Di sektor dunia usaha peningkatan tabungan nasional berarti bahwa dunia usaha kita harus makin efisien, mampu menekan biaya-biaya yang tidak perlu dan meningkatkan produktivitasnya. Dengan demikian dapat dipupuk surplus usaha yang makin besar, yang nanti harus menjadi sumber pembiayaan andalan bagi pengembangan usahanya. Yang tidak kalah penting adalah, surplus usaha itu sejauh mungkin dimanfaatkan untuk membiayai investasi di dalam negeri. Semua hal yang diperlukan untuk meningkatkan tabungan nasional tadi bukanlah perkara yang mudah. Namun semua itu harus kita laksanakan demi kemandirian bangsa dalam pembiayaan pembangunan nasional. Para Anggota Majelis yang saya hormati; Kita menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi hanya mencerminkan satu segi dari kemajuan. Pertumbuhan ekonomi yang kita capai hanya mempunyai arti apabila ada kemajuan pada segi-segi kehidupan lainnya. Untuk itu marilah kita lihat perkembangan kehidupan kita di bidang ketenagakerjaan, penurunan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk maka selama hampir dua dasawarsa --antara tahun '71 dan tahun '90-- telah tercipta tidak kurang dari 34 juta lapangan kerja baru. Jumlah ini lebih besar dari pertambahan angkatan kerja secara keseluruhan selama kurun waktu yang sama, yang jumlahnya sekitar 32 juta orang. Dengan
25
mengingat bahwa tidak seluruh lapangan kerja baru yang tercipta tadi berupa pekerjaan dengan jam kerja penuh, maka jumlah kesempatan kerja yang telah tercipta selama hampir dua dasawarsa tadi sangatlah berarti. Perkembangan ketenagakerjaan ini menunjukkan adanya pemerataan dari pertumbuhan ekonomi kita. Namun, tantangan yang berada di hadapan kita masih saja sangat besar. Di waktu-waktu yang akan datang kita harus membuka lapangan kerja baru bagi angkatan kerja kita. Mereka yang memerlukan pekerjaan itu bertambah lebih dari 2,1 juta orang setiap tahun. Di samping itu, kita juga harus mengatasi masalah pengangguran terselubung atau mereka yang setengah menganggur yang jumlahnya juga tidak sedikit. Seperti sudah saya kemukakan tadi, pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kita telah mengurangi jumlah penduduk yang miskin. Di samping itu, pertumbuhan ekonomi itu juga telah berhasil memperbaiki kesejahteraan rakyat pada umumnya. Jika pada awal tahun '70-an penduduk Indonesia mempunyai harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun, maka dalam tahun '90 harapan hidup itu telah meningkat menjadi lebih dari 61 tahun'. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup. Sementara itu pertumbuhan penduduk juga dapat kita kendalikan. Selama dasawarsa '70-an laju pertumbuhan penduduk kita mencapai sekitar 2,3% setiap tahun. Dalam tahun-tahun awal '90-an angka tadi sudah dapat kita turunkan menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Penyediaan pangan dan sandang pun mengalami kemajuankemajuan. Antara tahun '68 dan '91 produksi beras telah meningkat dari 105,8 kg per jiwa menjadi 159,9 kg per jiwa, produksi ikan meningkat dari 10,3 kg per jiwa menjadi 18,6 kg per jiwa. Selanjutnya produksi daging per jiwa telah melipat menjadi lebih dari 2 kalinya: dari 2,7 kg menjadi 6,4 kg, produksi telur per jiwa melipat hampir 6 kalinya: dari 0,5 kg menjadi 2,9 kg, produksi tekstil per jiwa melipat hampir 10 kalinya: dari 2,8 m menjadi 28,5 m. Persentase rumah tangga yang
26
memperoleh aliran listrik telah meningkat dari hanya 6,1% dari seluruh rumah tangga dalam tahun '71 menjadi 46,8% dalam tahun '90. Di bidang pendidikan, fasilitas pendidikan dasar sudah makin merata. Pada tahun '68 fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat menampung sekitar 41% dari seluruh anak berumur sekolah dasar. Saat ini fasilitas-fasilitas sekolah dasar yang telah kita bangun di seluruh pelosok Tanah Air praktis mampu menampung seluruh anak Indonesia yang berusia sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanaan wajib belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang ini. Sementara itu, jumlah rakyat kita yang masih buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun '71 menjadi sekitar 16% dalam tahun '90. Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan angkatan kerja kita. Dalam tahun '71 hampir 43% dari seluruh angkatan kerja kita tidak atau belum pernah sekolah. Pada tahun '90 jumlah mereka yang tidak atau belum pernah sekolah itu sudah menurun menjadi sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan SMTA ke atas telah meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%. Peningkatan mutu angkatan kerja kita akan mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan kita di waktu-waktu yang akan datang. Penanggulangan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, pemenuhan kebutuhan dasar manusia adalah bagian dari upaya besar kita untuk memeratakan pembangunan dan hasil-hasilnya. Yang kita kehendaki adalah pemerataan yang bersifat lestari. Ini berarti kita mengandalkan pada pemerataan kesempatan dan pemerataan kemampuan memanfaatkan kesempatan itu. Ini adalah sasaran jangka panjang yang harus terus menerus kita upayakan. Sementara kita terus mengusahakan tercapainya sasaran jangkapanjang itu, berbagai langkah penting telah kita laksanakan. Anggaran negara setiap tahun selalu diarahkan untuk menunjang pemerataan. Pada penerimaan negara kita selalu 27
melaksanakan perpajakan secara efisien dan adil. Pada pengeluaran negara kita selalu memberikan prioritas yang sangat tinggi pada program-program pemerataan, termasuk program-program pemenuhan kebutuhan dasar rakyat seperti yang saya uraikan tadi. Di bidang pemerataan usaha, kita telah mendorong keterkaitan dan hubungan saling membantu dan saling menguntungkan antara yang besar dan yang kecil, antara yang kuat dan yang lemah; melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR), Bapak Angkat dan sebagainya. Sementara itu juga sedang digarap undangundang untuk melindungi usaha kecil. Pemerataan antardaerah kita laksanakan dengan terus meningkatkan program-program Inpres bantuan daerah. Dalam hal pembangunan prasarana, maka daerah-daerah yang terbelakang memperoleh perhatian khusus. Ini semua adalah upaya-upaya untuk memperluas pemerataan. Demikianlah berbagai kemajuan yang berhasil kita capai dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan -pemerataan. Sidang Majelis yang terhormat; Pembangunan yang kita laksanakan juga berhasil memperkuat struktur ekonomi kita. Pembangunan telah menjadikan struktur ekonomi kita makin seimbang dan makin kukuh. Seperti yang saya kemukakan tadi, bertumpu pada sektor pertanian yang berhasil kita bangun, maka sektor industri dan sektor-sektor lain telah dapat berkembang pesat. Selama lebih dari dua dasawarsa terakhir, sektor industri telah tumbuh lebih cepat dari sektorsektor lain; yaitu dengan rata-rata lebih dari 12% per tahun. Dengan perkembangan yang pesat itu peranan sektor industri dalam produksi nasional telah meningkat dari 9,2% dalam tahun ' 69 menjadi 21,3% dalam tahun '91. Dewasa ini sumbangan sektor industri dalam produksi nasional lebih besar dibandingkan sumbangan sektor pertanian. Ini berarti kita berhasil mewujudkan makin seimbangnya sektor pertanian dan sektor industri. Yang juga penting adalah, adanya perubahan dalam sektor industri itu sendiri. Macam barang yang dihasilkan oleh industri dalam negeri makin banyak dan makin beragam. Secara bertahap, tetapi pasti,
28
nilai tambah hasil-hasil industri tadi juga makin meningkat. Berkat meningkatnya kemampuan teknologi serta kemampuan rancang bangun dan rekayasa nasional, industri kita sekarang sudah mampu menghasilkan barang-barang dengan teknologi canggih; seperti produk-produk rekayasa, elektronika, hasil-hasil kimia, pesawat terbang, kapal samudra, mesin pabrik sampai pabrik yang utuh. Yang sangat membesarkan hati adalah, makin banyak produk industri kita yang mampu bersaing dan menembus pasaran dunia. Hasil-hasil industri sekarang menjadi tumpuan dan andalan utama ekspor non migas kita. Akhir-akhir ini kegiatan agroindustri juga berkembang pesat. Perkembangan kegiatan agroindustri ini tidak saja meningkatkan nilai tambah hasil-hasil pertanian, tetapi juga mempererat keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri. Secara keseluruhan, perkembangan industri selama hampir seperempat abad ini menunjukkan bahwa industri kita makin maju dengan basis komoditi yang makinluas, struktur yang makin mendalam, daya saing yang makin tinggi dan keterkaitan dengan sektor lain yang makin erat. Itu semua menunjukkan bahwa proses industrialisasi telah mulai berjalan di negara kita. Indonesia sudah siap untuk melangkah maju ke tahap-tahap industrialisasi selanjutnya. Proses industrialisasi yang akan kita lalui nanti akan merupakan lintasan yang panjang dan penuh tantangan. Tetapi, jalur itulah jalan satu-satunya bagi bangsa kita untuk maju. Dalam menelusuri lintasan industrialisasi itu nanti kita perlu berhati-hati dan merencanakan langkah kita dengan cermat. Pengalaman menunjukkan, ada bangsa-bangsa yang berhasil melaju terus dalam upaya industrialisasinya. Ada pula bangsabangsa yang tidak berhasil dalam upaya itu; dan industrialisasinya berhenti di tengah jalan. Bahkan, juga ada bangsa-bangsa yang kemudian mengalami kemunduran kembali dan kemerosotan. Kita tidak ingin masuk dalam kelompok yang tidak berhasil. Karena itu kita harus belajar sungguh-sungguh dari pengalaman dan menyiapkan diri sebaik-baiknya. 29
Industrialisasi bukan sekedar mendirikan pabrik sebanyakbanyaknya. Atau, sekedar membangun industri secanggihcanggihnya. Industrialisasi berarti membangun suatu sistem yang mempunyai daya hidup dan berkembang secara mandiri dan mengakar pada struktur ekonomi dan struktur masyarakat bangsa itu. Pabrik-pabrik dan industri-industri canggih dapat kita bangun sepanjang semua itu mengarah pada terciptanya sistem yang saya maksud tadi. Industri adalah tempat berpadunya unsur teknologi dengan unsur ekonomi. Industri yang kuat adalah industri yang berpijak pada landasan teknologi yang kuat dan landasan ekonomi yang kuat pula. Industri yang tidak didukung oleh kemampuan teknologi yang memadai akan segera menjadi industri yang usang dan ketinggalan zaman. Demikian pula, industri yang tidak mempunyai landasan ekonomi yang mantap hanya akan menjadi industri yang rapuh, yang terus-menerus perlu proteksi dan subsidi. Bagi negara yang sedang membangun, seperti negara kita, industri-industri yang dikembangkan harus pula memperhatikan hal-hal lain; yaitu dampaknya terhadap masalah-masalah sosial ekonomi yang mendesak seperti kesempatan kerja, kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat. Industrialisasi harus dapat memberi sumbangan kepada pemecahan masalah-masalah mendesak tadi. Di samping itu dalam melaksanakan industrialisasi kendalakendala ekonomi makro dan moneter perlu senantiasa diperhatikan dengan sungguh-sungguh, sehingga kestabilan ekonomi tidak terganggu. Gangguan terhadap kestabilan ekonomi pada akhirnya akan menghancurkan proses industrialisasi itu sendiri dan mengakibatkan proses pembangunan nasional merosot dengan cepat. Dan yang terakhir, demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan, maka industri-industri yang kita bangun harus industri-industri yang tidak boros dalam pemanfaatan sumber alam dan energi, industri yang menggunakan teknologi yang bersih dan tidak membahayakan kelestarian lingkungan hidup.
30
Wawasan ke depan yang demikian itulah yang perlu kita perhatikan dalam melanjutkan proses industrialisasi di masa yang akan datang. Apa yang sudah kita capai sampai saat ini dalam pembangunan industri merupakan landasan kuat bagi kita untuk melangkah maju dengan penuh kewaspadaan. Kemajuan penting lainnya dalam memantapkan struktur ekonomi kita adalah makin kurangnya ketergantungan kita pada sektor migas. Dalam satu dasawarsa terakhir ini penurunan peranan migas itu tampak dalam produksi nasional, dalam ekspor dan dalam penerimaan dalam negeri untuk anggaran negara. Dalam produksi nasional peranan migas telah menurun dari 24% dari seluruh produksi nasional dalam tahun '81 menjadi 15,6% pada tahun '91. Dalam ekspor perannya menurun lebih cepat lagi, yaitu dari 82% dari seluruh penerimaan ekspor kita dalam tahun '81/82 menjadi sekitar 32% dalam tahun '92/93. Sebaliknya peranan ekspor non migas dalam ekspor Indonesia secara keseluruhan telah meningkat dari 18% dalam tahun '81/82 menjadi 68% dalam tahun '92/93. Ekspor non migas kita naik dengan tajam setelah diadakan serangkaian deregulasi dan debirokratisasi sejak awal tahun '80-an. Peningkatan ekspor non migas sungguh sangat pesat. Dalam tahun '68 nilai ekspor non migas baru sekitar 570 juta dolar Amerika untuk seluruh tahun. Dewasa ini, ekspor non migas itu sudah mencapai lebih dari 2 milyar dolar Amerika untuk setiap bulan. Dalam pada itu penerimaan negara dari sumber non migas juga meningkat pesat, terutama setelah dimulainya pembaharuan sistem perpajakan dalam tahun '84. Dalam tahun '81/82 penerimaan dalam negeri dari sumber non migas hanya sekitar 29% dari seluruh penerimaan dalam negeri. Dalam tahun '92/93 penerimaan negara dari sumber non migas telah meningkat menjadi lebih dari 70%. Upaya-upaya kita untuk memacu kegiatan sektor-sektor non migas telah menambah mantapnya struktur produksi nasional, struktur neraca pembayaran internasional dan struktur anggaran negara.
31
Salah satu unsur penting dari struktur ekonomi yang telah mengalami perkembangan pesat adalah jaringan prasarana dasar. Sewaktu kita mulai membangun, negara kita termasuk negara yang paling tertinggal di bidang penyediaan prasarana-prasarana dasar seperti prasarana listrik, jalan, pelabuhan dan telekomunikasi. Semenjak REPELITA I sampai sekarang, pembangunan prasarana mendapatkan prioritas tinggi. Kita menyadari, hanya dengan dukungan jaringan prasarana dasar yang memadai maka kegiatan ekonomi dapat tumbuh dan berkembang. Sekarang, dengan segala kekurangannya, jaringan prasarana yang ada telah mampu mendukung kegiatan ekonomi yang terus meningkat dan mampu menunjang daya saing kita di pasar dunia. Pembangunan prasarana itu telah mengubah perekonomian Indonesia, yang sebelumnya mempunyai jaringan infrastruktur yang serba kurang dan serba tertinggal menjadi suatu perekonomian yang memiliki jaringan prasarana moderen dan makin luas. Akhir-akhir ini kita memang merasakan berbagai kekurangan di bidang prasarana. Keadaan ini merupakan akibat dari peningkatan kegiatan ekonomi yang sangat pesat. Walaupun demikian, hasil pembangunan di bidang prasarana sangatlah besar. Perkenankan saya menyebut beberapa fakta mengenai hal ini. Apabila daya tersambung listrik pada tahun '68 baru mencapai 1,2 juta kilowatt, maka pada tahun '91/92 angkanya melompat 26 kali lipat menjadi 31,5 juta kilowatt. Jaringan jalan juga makin meluas jangkauannya ke berbagai penjuru Tanah Air dan kondisinya pun makin mantap sehingga mampu menampung arus lalu lintas yang sangat meningkat. Jumlah bis, truk dan mobil penumpang yang memanfaatkan jaringan jalan tadi telah meningkat 11 kali lipat dari tahun '68 sampai sekarang; yaitu dari 314 ribu buah menjadi lebih dari 3,6 juta. Kemajuan sangat penting juga terjadi di bidang telekomunikasi. Sejak tahun '76 Indonesia masuk ke era telekomunikasi canggih, dengan diorbitkannya satelit Palapa yang pertama untuk menjangkau pelosok-pelosok Tanah Air dan untuk menjangkau semua penjuru dunia. Sambungan telepon sentral otomat meningkat 20 kalinya
32
dari 77,7 ribu satuan sambungan dalam tahun '68 menjadi hampir 1,6 juta dalam tahun '91/92. Tidak dapat diragukan bahwa kemajuan di bidang pembangunan prasarana ini telah mendukung perkembangan ekonomi di daerahdaerah, telah memperkuat Indonesia sebagai satu kesatuan ekonomi dan telah ikut memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa kita. Pembangunan berbagai prasarana ini telah memperluas pemerataan, memantapkan stabilitas nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi cukup tinggi yang berhasil kita capai selama 25 tahun ini disebabkan oleh adanya investasi yang terus meningkat, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun oleh dunia usaha dan masyarakat. Dari tahun ke tahun penanaman modal oleh dunia usaha terus berkembang pesat. Namun, perkembangan penanaman modal yang sangat pesat terjadi dalam 5 tahun terakhir, sebagai hasil dari langkah-langkah deregulasi dan debirokratisasi. Dalam tahun '88, nilai penanaman modal dalam negeri yang disetujui adalah Rp. 14,2 trilyun, sedangkan nilai penanaman modal asing yang disetujui 4,5 juta dolar Amerika. Selama 2 tahun berikutnya gairah investasi sangat kuat. Dalam. tahun '90 nilai penanaman modal dalam negeri yang mendapatkan persetujuan sudah mencapai Rp. 55,3 trilyun, sedangkan nilai penanaman modal asing mencapai 8,7 milyar dolar Amerika. Bersamaan dengan peningkatan penanaman modal yang sangat cepat itu suhu perekonomian meningkat. Karena itu, untuk mendinginkannya, diambilah langkah-langkah yang tepat di bidang moneter, fiskal dan pinjaman komersial luar negeri. Sebagai akibat dari langkah-langkah tadi nilai penanaman modal dalam negeri yang disetujui dalam tahun '92 menurun menjadi Rp.29,3 trilyun, sedangkan untuk penanaman modal asing masih meningkat dan mencapai 10,3 milyar dolar Amerika. Meskipun ada penurunan akhir-akhir ini, namun secara umum minat penanaman modal dalam negeri masih tetap tinggi. Secara kumulatif selama 5 tahun --dari tahun '88 sampai dengan tahun '92-- nilai penanaman modal dalam negeri yang disetujui
33
mencapai Rp.159,4 trilyun, sedangkan nilai penanaman modal asing yang disetujui sekitar 37 milyar dolar Amerika. Karena berbagai sebab, memang tidak seluruh persetujuan tersebut akan menjadi kenyataan. Jumlah keseluruhan rencana penanaman modal ini sangat besar. Karena itu, meskipun baru sebagian dari rencana-rencana tadi yang telah dilaksanakan, namun sudah dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat selama beberapa tahun terakhir ini. Mengingat keterbatasan keuangan negara yang masih akan kita rasakan di tahun-tahun yang akan datang, maka untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi kita harus terus memacu penanaman modal oleh dunia usaha dan masyarakat pada umumnya. Para Anggota Majelis yang terhormat; Sejak awal pelaksanaan pembangunan sasaran-sasaran dan kebijakan-kebijakan yang kita ambil selalu dilandasi oleh tekad kemandirian; yaitu tekad untuk mewujudkan cita-cita kita sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat dan sejajar dengan bangsabangsa lain. Seluruh upaya pembangunan kit untuk memajukan bangsa di segala bidang, untuk melepaskan diri dari keterbelakangan dan kemiskinan, tidak lain adalah upaya kita untuk menuju ke arah kemandirian bangsa dalam arti yang saya sebutkan tadi. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini, telah menambah mantapnya kemandirian kita itu. Tercapainya dan dapat dipertahankannya swasembada beras menambah mantapnya kemandirian kita dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat. Kita tidak lagi harus menjadi sandera dari pasang surutnya pasar beras dunia, seperti sewaktu kita masih menjadi pengimpor beras terbesar di dunia di waktu yang lalu. Pesatnya kemajuan industri dalam negeri telah menghasilkan barang kebutuhan konsumsi dan kebutuhan produksi yang kita perlukan. Bahkan, makin banyak pula hasil-hasil industri kita yang berhasil menerobos pasar dunia dan mampu bersaing serta menandingi produk-produk bangsa lain di negara lain. Ini merupakan bukti nyata meningkatnya kemandirian kita; tidak
34
hanya dalam arti pasif, tetapi kemandirian dalam arti aktif. Kemampuan dan penguasaan bangsa kita di bidang rekayasa dan rancang bangun juga sangat berkembang dibanding sewaktu kita mulai melaksanakan pembangunan. Kita akan terus meningkatkan upaya kita di bidang ini. Kita menyadari sepenuhnya bahwa penguasaan teknologi yang relevan bagi pembangunan adalah kunci bagi kemajuan dan kemandirian bangsa di masa datang. Di bidang pembiayaan pembangunan secara bertahap kita juga terus melangkah maju ke arah kemandirian yang makin mantap. Dalam tahun '68, sebelum kita memulai pembangunan, penerimaan dalam negeri pemerintah hanya cukup untuk membiayai kegiatan-kegiatan rutinnya yang sangat terbatas. Dalam tahun-tahun selanjutnya penerimaan dalam negeri ini dapat kita tingkatkan. Dengan peningkatan penerimaan dalam negeri kita memupuk tabungan pemerintah. Ini merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari kekuatan sendiri, yang secara bertahap menggeser peranan bantuan luar negeri. Karena ketergantungan kita pada minyak di waktu lalu, tabungan pemerintah mengalami pasang surut seiring dengan pasang surutnya harga pasar minyak dunia. Kemerosotan harga minyak yang terjadi terutama dalam tahun-tahun pertengahan dasawarsa '80-an telah mengakibatkan tabungan pemerintah merosot. Pada tahun terakhir REPELITA IV tabungan pemerintah hanya mencapai kurang dari Rp. 2,3 trilyun. Dalam masa sulit itu, demi kelangsungan dan kesinambungan pembangunan, kita memanfaatkan bantuan luar negeri yang cukup besar untuk melanjutkan proyekproyek pembangunan. Namun, dengan , tekad kemandirian yang teguh dan dengan kerja keras, dalam tahun-tahun selanjutnya kita berhasil meningkatkan lagi tabungan pemerintah. Dalam tahun '92/93 tabungan pemerintah itu diperkirakan mencapai Rp. 13,3 trilyun. Ini berarti bahwa tabungan pemerintah meningkat hampir 6 kali dalam kurun 5 tahun terakhir ini. Dengan tekad kemandirian yang sama dan dengan kerja keras, kita akan terus berusaha untuk meningkatkan tabungan pemerintah sehingga perananny a sebagai sumber pembiay aan pembangunan terus
35
meningkat. Dengan makin berkurangnya ketergantungan kita pada minyak bumi, makin berkurang pula pengaruh gejolak harga minyak bumi terhadap pemupukan tabungan pemerintah dan terhadap penerimaan devisa kita dari ekspor. Dengan demikian landasan kemandirian kita bertambah luas dan kukuh. Kita semua menyadari bahwa kemajuan apapun yang ingin kita capai maka pembangunan lahir batin manusia Indonesia adalah yang utama. GBHN '88 menyatakan bahwa semua golongan beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara terus-menerus dan bersama-sama supaya meletakkan landasan moral, etik dan spiritual yang kukuh bagi pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Dalam rangka itu, kehidupan keagamaan umat beragama kita terus bertambah semarak. Rumah-rumah peribadatan dari semua pemeluk agama bertambah banyak jumlahnya dari tahun ke tahun. Pengunjung masjid-masjid, gereja-gereja dan rumah-rumah peribadatan lainnya terus bertambah besar jumlahnya, terutama dari kalangan generasi muda. Secara keseluruhan telah berkembang sikap hidup lebih rukun dan saling menghormati antara pemeluk agama yang berbeda dan antara sesama pemeluk agama. Kerukunan kehidupan beragama yang dalam itu sangat diperlukan untuk memberi kekuatan batin kepada kita sebagai bangsa dalam menghadapi berbagai cobaan dan rintangan dalam melaksanakan pembangunan selama ini. Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air; Lima tahun yang lalu, tatkala saya bersedia diangkat sebagai Presiden saya menyadari sedalam-dalamnya betapa berat tugas yang akan saya pikul. Bangsa ini berketetapan hati merampungkan pekerjaan besar. Bangsa ini telah membulatkan tekad untuk meletakkan landasan pembangunan yang kuat, agar bisa memasuki era tinggal landas. Saya telah melaksanakan tugas memimpin Saudara-saudara semua, Saudara-saudara se Bangsa dan se Tanah Air, untuk merampungkan pekerjaan besar itu.
36
Setiap karya manusia tidak pernah tanpa cela. Hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang memiliki kesempurnaan. Sebagai karya manusia, pembangunan kita pun mengandung kekurangan. Kekurangan ini kita terima dengan penuh kesadaran. Tetapi, pembangunan kita juga banyak mencapai kemajuan. Kemajuan itu kita rasakan dengan penuh keyakinan. Kemajuan dan keberhasilan kita itu diakui dan dihargai oleh badan-badan internasional dan kalangan dunia yang berwibawa. Pengakuan serta penghargaan keberhasilan tadi meliputi berbagai bidang: swasembada beras, keluarga berencana, peningkatan peranan wanita dalam pembangunan, pendidikan, pengelolaan pinjaman luar negeri, pengelolaan ekonomi dan pembangunan, pemerataan dan pengurangan kemiskinan. Pengakuan serta penghargaan itu membuat kita berbesar hati. Tetapi kita menyadari bahwa tantangan-tantangan besar masih saja berada di hadapan kita. Dinamika pembangunan mengajarkan kepada kita bahwa pembangunan adalah proses yang tidak pernah berhenti. Masalah-masalah lama yang kita selesaikan mendatangkan masalah baru yang menunggu penyelesaiannya pula. Keberhasilan telah kita capai melewati ujian demi ujian, tantangan demi tantangan. Tidak jarang kita dihadapkan pada pilihan-pilihan yang berat. Kadangkala langkah yang harus kita ambil terasa berat dan pedih. Kita telah memikul beban berat dan menahan rasa pedih itu, karena kita percaya langkah tadi adalah untuk kebaikan kita sebagai bangsa, untuk kebaikan generasigenerasi yang akan datang, untuk kebaikan anak cucu kita di masa datang. Ibarat perjalanan panjang, saya telah memimpin bangsa ini mendaki gunung-gunung, menuruni lembah-lembah dan mengarungi lautan-lautan. Kadang-kadang cuacanya cerah. Tidak jarang badai menyerang. Kepada seluruh bangsa Indonesia saya sampaikan rasa terima kasih yang dalam dan rasa hormat saya yang tinggi atas
37
kesediaan mengikuti kepemimpinan saya selama lima tahun terakhir. Keberhasilan kepemimpinan saya adalah berkat dukungan, kepercayaan dan kerja keras dari semua kalangan, golongan dan generasi bangsa ini. Segala kekurangannya adalah karena keterbatasan saya sebagai manusia. Atas segala dukungan terhadap kepemimpinan saya, saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya. Dukungan itu memberi kekuatan batin bagi saya. Rasa terima kasih yang sama saya sampaikan kepada kritik dan koreksi terhadap saya selama masa kepresidenan lima tahun yang lalu. Kritik dan koreksi itu saya gunakan untuk mawas diri. Juga saya fahami sebagai wujud tanggung jawab untuk ikut memperbaiki kebijakan yang saya jalankan. Menjelang hari-hari akhir tugas kepresidenan saya, untuk semuanya tadi, juga atas nama Saudara Wakil Presiden Sudharmono, S.H., saya sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya menyadari sedalam-dalamnya bahwa setiap kekuasaan dan kepercayaan yang diberikan haruslah dipertanggungjawabkan. Lima tahun yang lalu saya diberi kekuasaan dan kepercayaan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat untuk melaksanakan GBHN. Hari ini, dengan rasa lega dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Tahu, pelaksanaan kekuasaan dan kepercayaan itu saya pertanggungjawabkan kepada Majelis, penyelenggara negara tertinggi, penjelmaan rakyat yang memegang kedaulatan negara. Laporan pertanggungjawaban saya ini disertai dengan Lampiran, yang memuat secara lengkap dan rinci pelaksanaan pembangunan selama ini. Dengan izin Saudara Ketua yang terhormat, naskah Pidato Pertanggungjawaban beserta Lampirannya itu segera saya serahkan secara resmi kepada Saudara Ketua yang terhormat, setelah saya akhiri laporan pertanggungjawaban ini.
38
Secara ikhlas saya ingin menyatakan, bahwa sebagai Mandatarisnya, saya menjunjung tinggi penilaian Majelis terhadap pelaksanaan tugas saya. Dengan ini, Saudara Ketua yang terhormat, saya akhiri pertanggungjawaban saya ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkahi kita semua. Terima kasih.
Jakarta, 1 Maret 1993 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
SOBH A R T O
39