Jurnal Balance
VoL5No.2Juli2013 Hal 40 - 57
PENGARUH NILAI INTRINSIK HASIL VALUASI SAHAM TERHADAP
i^GA PASAR SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA (STUDI KASUS PADA INDEKS SAHAM LQ45) Amalia
Alumni Program Studi Akuntansi S-l, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uniyersitas Mercu Buana Jakarta Harnovinsah
Universitas Mercu Buana Jakarta ABSTRACT
The aims ofthis study are to analyze the intrinsic value effe* ofstock valuation reZxtt^siock market price. This research was conducted using secondary data.
S^matechn^ue used purposive sampling. From eighty nine compames, .just
SZr^^es entering the criteria samples. The analysis rr^d^d^ MeU^arTearession analysis. In predicting intrinsic value of the stocK the
^nod^edTDividen Discount Model (DDM) with Gordon Growth Model ZorZcK^iusing regression analysis, this study provides evidence that mtnnsic TcLTe^vesignZn^effect to stock market price In addition, the research also shows that more overvalued stock than undervalued stock.
Keywords: Intrinsic Value, Stock Market Price, DDM, Gordon Growth Model ABSTRAK
Turuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengajixh nm intrinsik hasil
Zh^i^antm dengan harga pasar saham. Penelitian im dilakukan dengan rnZTaun^n data sekunder. Teknik sampling gang digunakan purposive ZSTZri delapan puluh sembilan perusahaan, hanya *ga piduh empat l^aZannlmasiki saZpel kriteria. Metode analisis gang digunakan adalah anTisVTearesi linear tunggal. Dalam memprediksi nilai intrinsik saham, metode ulnfd^an odalahDividen Discount Model (DDM) dengan pendekatan
^donGrow^Model Dengan menggunakan analisis regresi, penehUan im n^nTeriZTb^ktibahWa nUai intrinsik berpengaruh sigrfkan terhadap harga ZZlaZrn. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa lebih banyak
saham yang overvalued dibandingkan saham gang undervalued. Kata Kunci: Nilai Intrinsik, Harga Pasar Saham, DDM, Model Pertumbuhan Gordon.
40
41
Amalia dan Harmvinsah A.
Jumal Balance Vol5 No,2 2013
PENDAHULUAN
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa Xrtang (Eduardus, 2010:2). Investor mempertimbangkan nsiko dan return untuk mendapatkan keuntungan dari selisih positif antara harga jual dan harga bell saham
%%3 gain) dan dMden tunai yang diterima dari emiten karena £»«*uum Siperoleh keuntungan (Mohamad, 2006:160). Investasi yang biasa dOakukan oleh
Svestor dan paling diminati adalah dalam bentuk saham biasa. Terdapat beberapa ndai yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku, nilai pasar dan mlai mtnnsjk. Nilai buku merupakan nilai saham berdasarkan pembukuan perusahaan emiten, nilai pasar berdasarkaTharga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar, dan nilai intrinsik berdasarkan nilai yang sebenamya dan saham yang diperdagangkan (Jogiyanto, 2009:121).
Para pelaku pasar memiliM cara tersendiri dalam menganahsis sebuah saham. Pertama adalah chartis, dimana pelaku pasar melakukan analisis dengan mehhat grafik
pergerakan harga saham untuk memproyeksikan pergerakan harga kedepan.
Selaniutnya adalah fundamentals, dimana pelaku pasar melakukan analisis dengan meramalkan nilai wajar yang kemudian dibandingkan dengan harga pasar saham yang bersangkutan, karena dalam praktiknya nilai yang melekat pada saham tersebut senng
Sli berbeda dengan harga pasar. Model analisis teknikal sangat cocok digunakan
investor dalam keadaan ekonomi yang relatif stabil. Namun, keoka kondisi ekonomi sedans bergejolak, analisis teknis rawan melakukan kesalahan dalam mengestamasi
harga saham karena pergerakan harga tidak dipengaruhi harga masa lalu, tetepi harga Sam dipengaruhi oleh faktor mikro dan makro yang tidak dapat diprediksi
^^PeSerakan harga saham dalam hitungan detik sangat dinamis dan berfluktuatif,
dimana harga dapat bergerak naik dan turun dalam aMbat jual beli yang dilakukan investor Faktor yang menyebabkan adanya ttuktuasi harga saham adalah adanya hukum'permintaan dan penawaran, dimana semakin besar permmtaan maka akan semakin tinggi pula harga suatu saham. Begitu juga sebakknya, semakm rendah permintaan maka akan semakin rendah pula harga saham tersebut. Permmtaan yang tinggi disebabkan oleh baiknya kondisi fundamental suatu perusahaan sehmgga mendapatkan laba yang tinggi dan kemungkinan membagikan dividen juga tinggi yang mengakibatkan banyaknya investor yang memburu saham perusahaan tersebut. Hal-hal vang mempengaruhi permintaan dan penawaran adalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor fundamental perusahaan, kondisi ekonomi, pohtik, kemanan dan sentimen serta faktor-faktor lainnya. Namun dari sekian faktor tersebut, yang paling harus diperhatikan oleh para investor adalah faktor fundamental perusahaan, karena iika fundamental perusahaan baik, maka faktor-faktor lainnya Seperu kondisi makro ekonomi yang tidak stabil, sentimen pasar, dan Iain-lain yang menyebabkan harga saham jatuh hanya bersifat sejhehtara dan dengan berjalannya waktu maka harga-harga saham akan kembali normal bahkan cenderung naik dan harga sebelum terjadi
kepanikan (Mangasa, 2010:51). Oleh karena itu dibutuhkan analisis fundamental untuk mengestimasi pergerakan harga saham yang dapat membantu walaupun tidak 100
^^AS^rte^p^'hal yang mendasar untuk diketahui para investor
karena tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Beberapa fakta di pasar modal Indonesia yang ffleinbuktikan pentingnya sebuah anahsa fundamental perusahaan untuk meramalkan nilai intrinsik sebuah saham dan membuktikan bahwa nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga
maidepan, fakta tersebut adalah Lo Kheng Hong pada tahun 2005 yang membeh
saham mSipada harga Rp 250 per saham. Tahun 2011 harga saham tersebut menjadi Rn 31 500 Lo mengakui dirinya seseorang fundamentahs yang fokus pada jangka panjang karena yang menjadi kriteria saham yang dibeli adalah melihat manajemen,
42
_, „ . . Amatia dan Hamovmsah
Jumal Balance Vol5No,2 2013
•
pertumbuhan perusahaan dan fundamental emiten. Lalu Teguh pada tahun 2010
menuSh sXiTkKGI sebesar Rp 900. Teguh melakukan valuasi saham KKGI dan SrnWte rnMStrinsik saham tersebut adalah Rp 1700. Teguh mengungkapkan bahwa S S?seC masih terbilang murah. Hingga Februari 2012, harga saham KKGI sebesar ^8 000 dan^eguh pun lot dari saham KKGI. Namun selanjutnya, harga saham te^Dur^n^STpenurunan hingga posM Rp 6-500 dan sekarang ^ra^di Rp 2TOO SeSutay^Hendrik pada tahun 2012 Chartis yang satu im mengalami kegagalan 2.700. ^lanjumya ri^ J £ - ^ ^ tooem fokus pada pergerakan harga saham.
^^^n^r^^O^m-harga335^ganjumlah325lot. Setelah u^hWGAMA tiba-tiba turun hingga ke 315 dan dia mengalami kerugian dan
SgsuXeS dari saham GAMA. Hendrik menganut prinsip averaging up, dimana senap hark naik 10% maka akan menambah jumlah lot yangdimiliki. ^VaSasi s^Sm merupakan sebuah prediksi untuk mengetahui nilai intrinsik yang «l«n nSnSdi poin awal dalam pemilihan saham mana yang mgm dnnvestasikan dan tZ2^unu^rmengltehui sejauh mana nilai intrinsik saham telah tercermin pada wfTpa^S *iham Pasar daW dikatakan efisien jika harga-harga sekuntas tidak
m^nytop^g XrfSlai intrmsiknya (Beaver, 1989). Nilai intrinsik n-mbenkan ukuran meu^iiupcug saham dan merupakan standar untuk
SSSS.oS^^^SuTSebut dmilai terlalu rendah C"*"^^ Sr^X^dinilai terlalu tinggi (overvalued) (Brigham dan Houston 2006:360).
E tarriWik yang lebih besar dari harga pasarnya menunjukkan bahwa saham ^ebutolualdenin harga yang murah (undervalued), karena investor memben saham few?harga lebihkecil dari harga sebenamya. Jika nilai intrinsik saham sama dengan hSirpa^arnya maka harga tersebut adalah wajar (fauiy priced). Sedangkan jika nilai Ssfe X kecil darTnarga pasarnya menunjukkan bahwa saham dijual dengan
^^San^aTo^dapat dilakukan dengan metode Dividend Discount Models
vang menyatakan bahwa nilai intrinsik suatu saham adalah nilai sekarang dan
SumkSan^Ts kas yang d&arapkan dapat diterima pemegang saham pada masa afcSnS yaitu dividen yang didiskontokan dengan menggunakan tmgkat biaya JJSl (£? of capital) yang mencerminkan adanya tingkat risiko saham yang SrSigSten. VahTsi menggunakan arus kas berupa dividen sangat cocok untuk ptru^maan^ang telah stabil Msalnya indeks saham LQ45, karena saham yang masuk keaal^ ^S tersebut merupakan saham-saham yang aktif dan mudah untuk
rfSStSlbenkan sehLngga harganya cenderung stabil. Selain itu jems saham im juga tSSSSSSL^Ss^ «L£a perubahan Indeks Harga Saham^"Jjg^ Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian mi
adalah "ApS^erdapat pengaruh antara nilai intrinsik hasil valuasi saham dengan hargfpasaT^ham berdaSukkn metode Dividend Discount Model dengan pendekatan
toSonZwth Model pada indeks saham LQ45?». Penelitian ini dilakukan dengan SSuTuuSk mengetahui pengaruh antara nilai intrinsik hasil valuasi saham dengan
Sr^p^S sanU berdasWkan metode Dividend Discount Model dengan pendekatan Gordon Growth Model pada indeks saham LQ45.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Metode Analisis Saham
Teknik analisis saham terbagi menjadi dua, yaitu analisis fundamental dan analisis
iSal Secara umum analSis fundamental merupakan suatu metode anahsas yang SSsarkan Sa fundamental ekonomi suatu perusahaan. Analisis fundamental tftn^^alaZlysis) menggunakan prospek laba dan dividen pemsahaan harapan rMgk^uSga diinlsa depan dan evaluasi risiko perusahaan untuk f enentu^an harga X ya^ftepat (Bodfe dkk, 2006:485). Pendekatan fundamental didasarkan pada suam aSap£i bahwa suatu sekuritas memiliki nilai mtnnsik yang harus
43
Amatia dan Harnovinsah
Jurnal Balance VoL5 No,2 2Q13
diestimasikan oleh para pelaku pasar modal sebagai keputusan dalam berinvestasi. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang
sekarang. Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, maka akan ditentukan strategi investasi apakah sebuah saham harus dibeli, dijual atau dipertahankan. Analisis
fundamental sering digunakan oleh investor yang memiliM karakteristik Long Term Investor, dimana investor tersebut menanamkan uangnya di bursa saham untuk tujuan
jangka panjang. Analisis ini menggunakan horizon jangka panjang, karena selain menggunakan laporan keuangan, analisis ini juga menggunakan data masa depan berupa estimasi pertumbuhan perusahaan, estimasi perubahan ekonomi dimasa
mendatang, dan berbagai jenis estimasi lainnya yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja dan kelangsungan usaha (Dedhy dan Liliana, 2007:8). Pelaku pasar yang melakukan hal tersebut disebut dengan investor. Menurut Mangasa (2010:70) para analisis sekuritas memprediksi harga saham dengan memperhatikan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham perusahaan go public yaitu perkiraan performa perusahaan, kebijakan korporasi yang dilakukan perusahaan, kebijakan pemerintah, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait dengan dunia usaha akan sangat fluktuasi nilai mata uang, kondisi makro ekonomi dan politik keamanan, tingkat suku bunga perbankan, rumor dan sentimen pasar Analisis teknikal merupakan analisis terhadap pola pergerakan harga di masa
lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga dimasa yang akan datang. Sawidji (2005:77) mengatakan bahwa analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Tujuan pokok mengamati grafik adalah agar investor dapat menemukan kecenderungan harga dan memperkirakan kemungkinan waktu danjarak, serta memilih saatyang paling tepat dan menguntungkan untukmasuk dan keluar dari pasar. Analisis
teknikal biasanya digunakan oleh investor yang memiliki karakteristik Short Time Investor, dimana investor tersebut menanamkan uangnya di bursa saham untuk jangka
pendek dan sering melakukan jualbeli saham dengan waktu yang relatif singkat. Mereka
biasa disebut dengan trader. Dalam melakukan analisis teknikal, para trader
menggunakan data atau catatan pasar yang telah dipublikasikan agar dapat mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan,
seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu,
serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Oleh karena itu pendekatan ini juga disebut analisis internal (internal analysis) dan analisis pasar (market analysis). Menurut Murphy (1999) dan Luca (2000) terdapat tiga asumsi atau anggapan dasar dalam analisis teknis, yaitu : a. Market Price Discount Everything
Chartis percaya bahwa semua peristiwa bisa berpengaruh terhadap harga saham yang kemudian akan tercermin dalam harga sahamnya karena harga pasar saham secara alarm ditentukan oleh permintaan dan penawaran para pelaku pasar. Apabila dalam suatu waktu mayoritas investor memiliki persepsi yang buruk terhadap suatu
saham, maka harga sahanl akan turun. Begitu juga sebaliknya, harga saham akan
naik jika mayoritas investor memiliki persepsi yang baik. Para analis tidak akan memperhatikan alasan mengapa harga naik atau turun tetapi hanya mempelajari perubahan harga pada market saja,
b.
Price Moves in Trend
Chartis percaya bahwa semua informasi tercermin pada harga pasar saham, sehingga tren tersebut menunjukkan sikap para pelaku pasar atas suatu saham. Tren yang mengalami penurunan sebagai tanda bahwa mayoritas pelaku pasar
mengharapkan saham tersebut turun. Begitu pula sebaliknya, semakin banyak pelaku pasar yang menginginkan saham tersebut, maka permintaan akan naik yang mengakibatkan harga saham juga akan naik.
44
AmaUadanHarryovimah
Jum^ Balance Vol5 No,2 2013
c. History Repeats Itself
'
Chartis menggunakan data historis untuk memprediksikan data/harga saham dimasa mendatang. Hal ini dipercayai oleh chartis karena adanya psikologis para
pelaku pasar yang secara umum bersifat kosntan. Maksudnya adalah manusia cenderung bereaksi terhadap sesuatu dengan cara yang sama. Namun reaksi tersebut hanya terjadi beberapa saat, karena setelah beberapa waktu kemudian mereka akan melupakannya.
Valuasi Harga Saham
Valuasi Saham adalah tata cara / metode / prosedur untuk mendapatkan nilai atas saham dari suatu pemsahaan (www.wikipedia.org). Analisis saham bertujuan untuk menilai nilai intrinsik saham (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian
membandingkan dengan harga pasar saat ini (cunent market price) saham tersebut
(Suad, 2005:282). Nilai intrinsik adalah nilai seharusnya dari suatu saham yang menjadi
salah satu kunci investoruntuk menentukan arah investasinya kedepan.
Warren Buffett mengatakan bahwa nilai intrinsik (nilai wajar) suatu saham didefinisikan sebagai nilai saat ini dari aliran kas masuk yang akan didapatkan sepaniang umur hidup perusahaan tersebut. Sedangkan harga pasar saham adalah "harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, .jika bursa tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya" (Rusdin, 2005:68). Pada umumnya naik turun harga saham ditentukan oleh hukum ekonomi yang sangat klasik, yaitu
hukum permintaan dan penawaran (supply and demand) (Andy, 2008:10). Menurut Suad (2005:282), pedoman yang dipergunakan dalam valuasi harga saham adalah sebagai berikut:
a Jika NI > harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai undervalued (harganya
terlalu rendah), dan karenanya seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
b. Jika NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal), dan karenanya seharusnya dijual.
c, Jika NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan.
Fabozzi (1995) seorang pakar investasi menyatakan bahwa saham yang
diperdagangkan pada harga murah (undervalued), maka harga saham itu cenderung
akan bergerak mendekati nilai intrinsiknya, dan jika saham diperdagangkan pada harga
mahal (overvalued), maka saham tersebut akan cenderung turun mendekati harga wajarnya. Dengan karakter seperti itu, insting investor di pasar saham selalu mencan saham yang undervalued karena memiliki kemungkinan naik jauh lebih besar dibandingkan saham lain. Metode Valuasi Saham
a. Pendekatan Nilai Sekarang
Pendekatan nilai sekarang juga disebut dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang (Jogiyanto, 2009:131). Rumus umumnya adalah sebagai berikut: •NT-'Arus Kas
Z^Cl + k)* t=i
(Jogiyanto, 2009:131)
Keterangan :
t
k
= Periode waktu ke t dari t=l sampai dengan co
= Suku bunga diskonto (discount rate) atau tingkat pengembalian yang diinginkan (required rate ofreturn)
45
Jumal Balance VoL5 No.2 2013
Amalia dan Hamovmsah
Ams dividen dapat dianggap sebagai ams kas yang diterima oleh investor. Dengan alasan bahwa dividen merupakan satu-satunya ams pendapatan yang diterima oleh
investor, model diskonto dividen dapat digunakan sebagai pengganti model diskonto
ams kas untuk menghitung nilai intrinsik saham (Jogiyanto, 2009:131). Dividend Discount Model (DDM) merupakan model perhitungan harga saham yang dilakukan
dengan cara mpnilai tunai semua cash flow yang akan diterima dimasa datang (Mohamad, 2006:174). Cash flow yang dimaksud adalah dividen tunai yang akan diterima setiap tahun dan harga saham terakhir pada saat akan dijual. Pada umumya, terdapat tiga bentuk lain dari DDM, yaitu : 1. Pembayaran Dividen Tidak Teratur
Terdapat beberapa perusahaan yang membayarkan dividennya secara tidak teratur, dimana tiap-tiap periode tidak memiliki pola yang jelas bahkan untuk periode tertentu tidak membayarkan dividen sama sekali, misalnya suatu perusahaan dalam periode masa rugi atau dalam periode kesulitan likuiditas. Untuk menghitung nilai intrinsik perusahaan yang membayarkan dividennya secara tidak teratur, dapat menggunakan ramus DDM pada umumnya.
2. Dividen Konstan Tidak Bertumbuh
Model ini mengasumsikan bahwa jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap sama dari waktu ke waktu atau bisa dikatakan dividen tidak akan mengalami
pertumbuhan. Formula untuk mencari nilai intrinsik dengan model tanpa
pertumbuhan dapat dicari dengan ramus :
(Jogiyanto, 2009:134) Keterangan:
D r
= Dividend per share = Required rate ofreturn
3. Pertumbuhan Dividen yang Konstan (Constant Growth Model) Bentuk lain dari model diskonto dividen adalah untuk kasus dividen yang bertumbuh
secara konstan yaitu dengan pertumbuhan sebesar g. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Gordon seorang pakar dibidang keuangan pemsahaan. Rumus dalam menggunakan model Gordon adalah sebagai berikut: Atau dapat diuraikan sebagai berikut:
Po*=
Di
(k-g) (Jogiyanto, 2009:136)
Po* =
Do(l+g) (k + g)
Keterangan Di g k
= Dividen per lembar saham
= Tingkat pertumbuhan dividen (growth)
= Tingkat suku bunga diskonto atau tingkat keuntungan yang diharapkan
46
ArnamdanHarnovinsah
Jurnal Balance Vol5 No,2 2013
Rumus diatas menunjukkan hubungan antara harga saham seharusnya (nilai intrinsik) dengan dividen per lembar saham (Dt), tingkat bunga diskonto atau tingkat
pengembalian yang diinginkan (k) dan pertumbuhan dividen (g) sebagai berikut mi: aT Hubungan antara nilai intrinsik dengan dividen per lembar saham adalah positif, artinya semakin besar dividen yang dibayar, maka akan semakin besar harga dan
bl Hubungarf^tara nilai intrinsik dengan pertumbuhan dividen adalah positif artinya semakin besar pertumbuhan dividen, maka akan semakin besar harga dan saham. e\ Hubunean antara nilai intrinsik dengan tingkat bungan diskonto adalah negauf,
artinya semakin besar tingkat bunga diskonto, maka akan semakin kecil harga dan Asumsi dalam model Gordon adalah k (suku bunga diskonto) hams lebih besar
dari g (tingkat pertumbuhan dividen). Jika k lebih kecil dari gmaka akan menghasilkan nilai mtrinsik yang negatif yang merupakan nilai tidak relalistis untuk suatu saham Demikian juga untuk nilai k sama dengan g, maka k dikurangi gakan sama dengan nol dan berakibat nilai intrinsik saham akan sangat besar sekali bemilai tak terhingga yang juga merupakan nilai tidak realistis untuk suatu saham. b. Pendekatan PriceEarningRatio (PER)
Pendekatan PER dapat dilakukan dengan menghitung berapa rapiah uang yang
diinvestasikan kedalam suatu saham untuk memperoleh satu rapiah pendapatan
(earning) dari saham tersebut (Eduardus, 2010:304). PER menunjukkan rasio dan harga terhadap earnings. Cara menghitung PER adalah dengan membagi harga saham dengan Earnings Per Share (EPS). Rasio ini mengartikan berapa besar investor menilai harga dan saham terhadap kelipatan dari earnings. Untuk mencari nilai intrinsik saham dengan menggunakan rumus:
(Jogiyanto, 2009:147)
Pd / Ei merupakan nilai PER dari suatu saham, dimana Pa adalah harga pasar saham dan Ea adalah Earning Per Share (EPS) pemsahaan tersebut. Kemudian dikalikan dengan E, yang merupakan estimasi EPS tahun berikutnya. Rumus PER dapat dikembangkan dengan menggunakan model diskonto dividen dan dapat didenvasi
dengan membagi kedua sisi persamaan diatas dengan nilai E, sehingga didapatkan :
(Jogiyanto, 2009:148)
*
Capital Asset PricingModel (CAPM)
Menumt Brigham dan Houston (2006:239), Capital Asset Pricing Model (Model Penetapan Aktiva Tetap) adalah Sebuah model yang didasarkan pada adanya dalil bahwa tingkat pengembalian yang diharapkan dari suatu saham adalah sama dengan tingkat
pengembalian bebas risiko plus premi risiko yang hanya tinggal mencerminkan nsiko
yang tersisa setelah dilakukan diversifikasi.
CAPM mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar yang dalam kondisi ekuilibrium, para investor adalah para penerima harga (price takers), tidak ada paiak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum dan
para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak tertatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk - free rate). CAPM digunakan untuk mengestimasi return suatu individual sekuritas serta menganalisis
47
Jurnal Balance VoL5 No.2 2013
Amatia dan Harnovinsah
,
.
„
-..
•••-•
hubungan antara return tersebut dengan risiko. Tujuannya adalah untuk menentukan minimum imbalan hasil yang diharapkan (required rate of return) dari investasi yang
berisiko, karena dalam keadaan seimbang akan dipengaruhi oleh risiko saham tersebut. Dalam hal ini risiko yang diperhitungkan hanyalah risiko sistematis atau risiko pasar
yang diukur dengan beta (B). Sedangkan risiko yang tidak sistematis dianggap tidak relevan karena risiko ini dapat dihilangkan melalui diversinkasi.
Menurut teori CAPM tingkat pendapatan yang diharapkan dari suatu sekuritas dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Ks-Rf+ptECRm-Rf]
(Abdul, 2005:74)
Keterangan:
Ks
= Required rate ofreturn
Rf
= Tingkat imbal hasil investasi bebas risiko
B
= Koefisien beta berusahaan
Rm
= Tingkat imbal hasil portofolio pasar
BETA (ft
Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatip terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2009:364). Resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversinkasi karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti tingkat bunga, kurs valutaasing, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Beta saham berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor
Halam menanggung risiko dan dapat mengindikasikan tingkat kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Semakin berani seorang investor menanggung risiko, maka investor tersebut akan memilih saham-saham yang agresif. Semakin lama
periode observasi yang digunakan, maka akan semakin baik hasil dari beta tersebut,
karena kesalahan pengukurannya semakin lebih kecil. Namun bila periode observasi terlalu lama, anggapan beta konstan dan stabil kurang tepat, karena sebenamya beta berubah dari waktu ke waktu. Beta dihitung menggunakan data historis untuk
mengestimasi beta masa mendatang. Beta dihitung menggunakan ramus :
Atau dapat diuraikan sebagai berikut
R. = *J (Rft-Rh).(RMt-RMt)
£ (RMt-RMt)2
(Jogiyanto 2009:371)
Keterangan:
Ri
= Return Individual Saham
Rm
= Market ReturnLQ45 atau return pasar LQ45
Jika nilai koefisien resiko adalah 1 berarti memiliki resiko yang sama dengan nilai
resiko rata-rata pasar. Jika nilai koefisien resiko kurang dari 1 berarti memiliki resiko lebih kecil dari resiko rata-rata pasar. Jika nilai koefisien resiko lebih besar dari 1,
48
Jurnal Balance VoL5 No.2 2013
Amaliadan Harnovinsah
^rTmemuiki resiko lebih ^«Z£g*«*SZ£i£^££
S-sistr^a^^C^^^^Taiko^nn^^P^. ffipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis) i i »« «a«ar efisiensi adalah pasar dimana harga sekuntasnya
SSTJSSSffiKE^Ki."™ macam definisi ensiensi pasar t^s^t^s^s^sl^ * **-••jauh ta~sekuiitas w
mencerminkan semua informasi yang tersedia. fi„^ ii«niimnva berada dalam keadaan ekuilibrium serta Hipotesis ^jf*^^^ya^^ sekuritas dihargai secara wajar, S^**?^ g£/ ^^ keadaan ekuilibrium dan yang tersedia kepada *^ *£**££ ^-stor untuk secara konsisten dapat mempakan suatu hal yang mustahilJ^ ™ „ ^ ^ asai yang efisien para
^^^^S^SSS^rtre^rss ^darka^r^S^r^.^^^^^^^^seketompok pelaku p«.yangtaS^S^SaetoT nila/saham menjadi tidak efisien yang mengatabatkan adra^™"1 ^ kesemnatan bagi investor cerdas mdenxau^ atau «-«*?* tSESS*£?£%£& saLn undented ymg TTa^vfaSr^meU^^ rSnySuSanHasifikasi harga yangtipedapat mencerminkan S^fya^r^den^saham^eUut. informas, menurut I^nfoS nSa;ialu, yaitu informasi yang sudah dlpublikasikan pada periode yang Hi^nWiWflsikan vaitu informasi sekarang yang sedang b' lalU" ^bSsikTfenrSnk'oSrmSi yLg berada di iaporan keuangan perusahaan emiten. ^fbrmasi vang belum dan tidak dlpublikasikan. Biasanya C' SSSS-^S: STtS?yaTmerupakan ke^tar, yang meianggar hukum karena merugikan pelaku pasar lainnya.
Pasar efisien dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu :
berkartan de^ *°"^£^enga7masa sekararTg. Jika pasar efisien dalam
£2£££Z£ nuatn^nSa lalu tidak dapat digunakan untnk mempremks,
49
Amatia dan Harnovinsah
Jurnql Balance VoL5 No,2 2013
harga sekarang. Berarti investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu
untuk mendapatkan keuntungan yang tidak normal. Perbedaan antara harga pasar dan nilai intrinsik dalam bentuk ini relatif besar, karena terbentuknya harga pasar
banyak dipengaruhi oleh emosi investor yang irrasional dan informasi yang terbatas.
b Hipotesis Pasar Efisien Bentuk SetengahKuat
Efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan pasar yang harga-harga sekuritasnya secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan (Jogiyanto, 2009:501). Dalam proses pengambilan keputusan jual beli saham investor menggunakan data harga masa lalu, volume masa lalu, dan semua informasi yang dipublikasikan. Walaupun demikian, dengan membaca laporan
tahunan atau data publikasi lainnya tidak akan memberikan banyak manfaat untuk investor, karena harga-harga saham akan melakukan adjustment (penyesuaian) terhadap semua berita baik maupun buruk yang terdapat dalam laporan saat berita
itu tersebar ke masyarakat, kecuali jika investor mengetahui informasi yang tidak tersedia bagi publik.
c, Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat
Efisiensi pasarbentuk kuat merupakan pasar yang harga-harga sekuntasnya secara
penuh mencenninkan semua informasi termasuk informasi privat (Jogiyanto, 2009504). Investor menggunakan data yang lebih lengkap yaitu, harga masa lalu,
volume masa lalu, informasi yang dipublikasikan, dan informasi privat yang tidak
dipublikasikan secara umum. Contohnya adalah hasil riset yang diterbitkan sendiri
oleh unit kerja riset yang ada dalam perusahaan atau dibeli dan iembaga nset
lainnya. Penghitungan harga estimasi dengan menggunakan informasi yang lebih lengkap ini diharapkan akan menghasilkan keputusan jual beli saham yang lebih tepat dan return yang lebih tinggi. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak
ada individual atau grap dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal karena mempunyai informasi privat.
Penelitian Terdahulu
PeneUtian dilakukan oleh Andi dan Viliany pada tahun 2008 terhadap saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Metode yang digunakan adalah dividend discount model
supernormal growth. NUai intrinsik saham INDF adalah sebesar Rp 861,0553 perlembar
saham sedangkan rata-rata harga pasar saham selama periode November 2006 Oktober 2007 adalah Rp 1.742,08 per lembar saham. Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa harga pasar saham biasaINDF beradapada posisi overvalued
PeneUtian yang dilakukan oleh Budi et al terhadap saham PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk pada tahun 2011. Kondisi saham TLKM adalah undervalued, dimana nilai
intrinsik TLKM dengan menggunakan Gordon Growth Model sebesar Rp 9.750 perlembar saham dengan harga pasar saham per tanggal 20 Mei 2011 sebesar Rp 7.600. PeneUtian yang dilakukan oleh Edward dan Yen di tahun 2012 pada perusahaan vane memiliki fundamental baik di tahun 2011 menurut Kontan. TerUhat bahwa dengan
menggunakan metode DDM, harga saham BBCA, BMRI, BBRI, MYOR dan INTP adalah saham yang tergolong overvalued, Sedangkan saham INDF, PTBA dan ITMG adalah saham yang tergolong undervalued Sedangkan dengan metode PER, dapat disimpulkan bahwa harga saham BBCA, BMRI, MYOR adalah saham yang tergolong overvalued, Sedangkan saham BBRI, INDF, PTBA, ITMG dan INTP adalah saham yang tergolong undervalued
....
Selattjutnya peneUtian yang dilakukan oleh Ermia dan Singgjh pada tahun 2012
terhadap sektor perbankan yang termasuk saham LQ45 di BEL Sampel dalam peneUtian
tersebut adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Dalam peneUtian tersebut terlihat bahwa metode valuasi DDM dapat digunakan apabila pemsahaan yang sahamnya akan dibeU
membayar dividen secara tunai pada tiap tahun serta memiliki tingkat pertumbuhan
50
Jurnal Balance VoL5 No.2 2013
Amalia dan Harnovinsah
yang cenderung stabil, sedangkan metode valuasi PBV ratio tidak memiliki kritena secara khusus sehingga lebih mudah digunakan untuk metode valuasi padaperusahaan
apapun, selain itu dengan metode PBV ratio kita dapat mengetahui nilai buku perusahaan tersebut. Kerangka Pemlkiran
Pada dasamya harga pasar yang terbentuk dibursa tergantung pada mekanisme supply and demand dan persepsi masing-masing para pelaku pasar. Hal itu menyebabkan adanya perbedaan seUsih antara harga pasar saham dengan nilai fundamental
perusahaan. Dalam peneUtian Andi dan ViUany (2007) telah diketahui bahwa pemsahaan besar seperti Indofood mengalami overvalued, hasil peneUtian tersebut
berindikasi bahwa Halam keputusan membeU saham para investor menggunakan sentimen dan estimasi yang berlebihan karena INDF merupakan perusahaan yang terkenal babkan dalam peneUtian Edward dan Yen (2012) mengatakan bahwa saham tersebut merupakan salah satu perusahaan yang berfundamental baik sehingga
mendorong permintaan pasar dan menyebabkan harga sahamnya terus mengalami kenaikan. Begitu juga sebaliknya, hasil peneUtian yang dilakukan oleh Budi dkk (2011)
membuktikan kurangnya kepercayaan investor terhadap saham TLKM sehingga menyebabkan harga sahamnya turun danberada dibawah nilai intrinsiknya. PeneUtian yang dilakukan oleh Ermia dan Singgih (2012) terhadap pemsahaan
perbankan di Indonesia menyimpulkan bahwa metode DDM cocok untuk pemsahaan yang cenderung stabil, oleh karena itu sampel dalam peneUtian ini adalah indeks saham LQ45 yang pergerakan harga sahamnya cenderung lebih stabil dibandingkan dengan
indeks-indeks yang lainnya sehingga saham LQ45 mendapat perhatian yang lebih dari
para investor karena sifatnya yang aktif dalam transaksi perdagangan saham.
Berlandaskan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dijelaskan kerangka berpikir yang digunakan dalam peneUtian adalah sebagai berikut: Harga Pasar Saham
Nilai Intrinsik Saham
Variabel Dependen (Y)
Variabel Independen (X)
Dengan menggunakan acuan mmusan masalah, tujuan peneUtian, serta dilandasi oleh kajian-kajian teori, baik bempa peneUtian terdahulu serta konsep yang relevan, maka dapat diajukan hipotesis peneUtian sebagai berikut: Ho =Tidak ada pengaruh antara nilai intrinsik saham terhadap harga pasar saham
h! =Terdapat pengaruh antara nilai intrinsik saham terhadap harga pasar saham C.
METODE PENELITIAN
Definisi Opexasional Variabel dan Skala Pengnknran
Nilai intrinsik (X) merupakan nilai atau harga saham secara fundamental yang
diperoleh dari hasil valuasi saham berdasarkan metode Dividen Discount Model dengan pendekatan Gordon Growth Model dengan rumus : DoO+g) Po =
(k + g)
Do adalah besamya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan rata-rata tertimbang saham biasa yang beredar
51
Jurnal Balance VoL5 No.2 2013
Amalia dan Harnovinsah
atau biasa disebut dengan dividen per lembar saham yang dapat dicari dengan menggunakan rumus : _— DPS = Dividen yang Dibagikan / Jumlah Lembar Saham yang Beredar
K aHalah Required rate of return (k) yaitu Return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatangyang dapat dicari dengan rumus CAPM : k = Rf+B(E(Rm-Rf]
Rumus untuk mencari tingkat pertumbuhan dividen perusahaan atau growth (g) adalah:
g = Plowback Ratio x Return on Equity (ROE) Plowback ratio adalah porsi laba ditahan atau rasio yang menunjukkan tingkat
keuntungan yang tidak dibgaikan kepada pemegang saham sebagai dividen. Rumusnya adalah sebagai berikut: Plowback Ratio = 1 - Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio merupakan persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan rumus : i
— DPR = Dividen Tunai / Laba
ROE adalah tingkat pengembalian investasi pemegang saham yang didapatkan dengan menggunakan ramus : ROB = Laba Bersib. / Total
Harga pasar saham (Y) merupakan harga berdasarkan permintaan dan penawaran
para pelaku pasar, Dalam peneUtian ini harga pasar yang digunakan adalah rata-rata harga pasar saham selama tahun 2011 dengan rumus : _;harga saham harian setahun / _ hari transaksi
Metode Pengunipulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam peneUtian ini adalah metode
peneUtian kepustakaan (Library Research) yang dilakukan dengan mengumpulkan datadata teoritis yang berasal dari buku-buku, serta mempelajari, mengkaji, dan menelaah Uteratur yang berkaitan dengan peneUtian agar mendapatkan gambaran masalah yang diteUti.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada peneUtian ini adalah data sekunder, yaitu data primer
yang telah diolah lebih lanjut dantelah disajikan oleh pihak lain. Adapun jenisdatayang diperlukan berapa:
a. Daftar nama emiten indeks saham LQ45 yang listing di BEI dari tahun 2007 sampai tahun 2012.
b. Laporan keuangan perusahaan sampel yang telah diaudit dan dipubUkasikan, serta berakhir pada tanggal 31 desember 2011 yang diperoleh dari www.idx.co.id
c. Harga saham harian masing-masing emiten dan data IHSG dari 1 Januari 2011 sampai dengan 31 Maret 2012 untuk perhitungan beta, dan data tersebut juga digunakan untuk perhitungan rata-rata harga pasar saham selama periode Januari sampai dengan Desember 2011 sebagai harga pasar yang akan dibandingkan dengan
52
Arnalia dan Harnovinsah
Jurnal Balance Vol.5 No.2 2013
nilai intrinsik Data yang diperoleh dari Error! Hyperlink reference notvalid. Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Mercu Buana.
d, Suku bunga yang digunakan 6% yaitu suku bunga pada bulan Desember 2011. Populasi dan Sampel
Populasi dalam peneUtian ini meUputi pemsahaan indeks saham LQ45 di Bursa Efek
Indonesia dari tahun 2007 sampai tahun 2012 yang beriumlah 89 perusahaan Sampel peneUtian ditentukan dengan metode purposive sampling dimana sampel dipuih berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneUti. Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah:
a. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2012 b. Memiliki laporan keuangan yang dipublikasikan. c. Emiten tidak dalam keadaan rugi.
d Emiten membagikan dividen kas pada periode peneUtian.
e. Memiliki nilai intrinsik yang positif atau tidak dalam keadaan negatif. Metode Analisis Data
Untuk menganaUsis tingkat hubungan nilai intrinsik sebagai variabel independen (X) dengan harga pasar saham sebagai variabel dependen (Y), maka dibentuk model anaUsis yang menggunakan model regresi linear sederhana karena peneUtian mi mgm mengetahui pengaruh variabel nilai intrinsik hasil valuasi saham terhadap harga pasar saham di BEI dengan model sebagai berikut: T = a + bx
Dimana Y; harga pasar saham, a ; konstanta, b ; koefisien regresi, dan x ; nilai intrinsik saham.
Selain regresi linear sederhana, peneUtian ini juga menggunakan metode anaUsis sampel berpasangan (Paired Sample t Test) yang digunakan untuk sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda (Singgih, 2010:94). Tujuan dari uji t dua sampel berpasangan adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang berpasangan (berhubungan), dalam hal ini yaitu nilai intrinsik dan harga pasar saham. Karena pada dasamya nilai intrinsik dan harga pasar merupakan dua vanabel yang saling berhubungan (berpasangan) dan memiliki subjek yang sama, namun dalam
perlakuan atau pengukuran untuk keduanya berbeda. Nilai intrinsik didapatkan dan
hasil perhitungan nilai fundamental perusahaan dan harga pasar didapatkan dan hasil supply anddemand dari parapelaku pasar. a. Hipotesis:
.
....*.
v.
Ho =Tidak ada perbedaan antara nilaimtnnsik dan harga pasar saham
Ha= Ada perbedaan antara nilai intrinsik dan hargapasar saham
b, Dasar pengambilan keputusan :
• Jika probabiUtas > 0.05 maka Ho diterima • Jika probabiUtas < 0.05 maka H0 ditolak D.
HASH, DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Data
Berikut adalah ringkasan data dividen per saham (DPS), tingkat pengembalian yang
diharapkan (k), growth (g), nilai intrinsik (Po), harga pasar (Ps), dan hasil perbandingan keduanya:
53
Jurnal Balance VolS No.2 2013
Amalia dan Harnovinsah
Tabel.1.Nilai Intrinsik dan Nilai Pasar *o
Kode
1
AALI
k
DPS 973
14.76%
Hasil
g
Po
Ps
11.47%
32,994.90
22,219.11
Undervalued
Perbandingan
2
ADHI
32
16.39%
12.71 %
990.35
691.04
Undervalued
3
ADRO
43
19.18%
16.43 %
4
ANTM
71
15.48%
11.65%
1,810.10 2,057.86
2,227.50 2,003.13
Undervalued
5
BBKP
22
16.86%
13.01 %
760.20
659.39
Undervalued
BBNI
75
18.12%
11.66%
1,293.64
BBTN
35
18.82%
11.09%
500.63
112
14.66%
9.19%
2,239.69
3,811.69 1,501.06 5,540.89
209.99
207.59
6 7
BDMN
8
Overvalued
Overvalued Overvalued Overvalued Undervalued
9
BHIT
6
17.07%
6.49 %
10
BISI
10
17.66%
9.23 %
129.69
1,313.05
Overvalued
558.63
1,113.37 6,700.41
Overvalued Overvalued
11
BJBR
60
18.57%
7.13%
12
BMRI
138
19.46%
15.18%
13
BSDE
9
17.38%
10.37 %
140.44
878.86
14
CMNP
7
15.41%
15.64 %
262.34
1,333.58
Overvalued
15
CTRA
8
8.89%
4.79 %
215.05
441.83
Overvalued
3,706.21
Overvalued
16
CTRS
15
11.53%
8.70 %
578.02
742.24
Overvalued
17
GJTL
13
16.57%
14.42 %
681.91
Overvalued
18
ICBP
123
13.44%
12.60 %
16,481.66
26
18.09%
13.78 %
686.11
263
19.66%
16.74 %
10,498.44
65
12.65%
3.08 %
111
13.62%
6.14%
113.30
2,640.96 5,135.06 3,468.39 15,515.24 5,245.53 3,604.67 3,324.70 1,015.41
53.89
659.88
6,144.95
3,570.63
INDY
19
INTP
20 21
ISAT
22
JSMR
23
KLBF
59
16.78%
14.82 %
24
KRAS
6
14.73%
8.96 %
700.30
1,573.90 3,477.67
Undervalued Overvalued Overvalued Overvalued Overvalued Undervalued Overvalued
Overvalued
16.48%
7.59 %
158
16.18%
13.26 %
PNBN
1
13.06%
12.73 %
429.39
934.43
SGRO
111
15.70%
13.61 %
SMCB
46
14.00%
9.43 %
30
TINS
94
17.81%
9.20 %
3,160.06 2,018.66 2,355.75
Undervalued
29
6,026.67 1,105.58 1,193.64
31
TOTL
15
14.87%
10.91 %
410,69
274,07
Undervalued
32
TRAM
5
15.43%
6.76 %
57.45
680.65
Overvalued
UNSP
4
18.83%
7.57 %
42.30
360.35
Overvalued
17.81%
15.28 %
21,688.66
23,512.20
Overvalued
25
LPKR
26
PGAS
27 28
33
UNTR
34
4
476
Undervalued Overvalued Overvalued Overvalued
Sumber: Olah Data (2012) .Tabel.2. Koefisien Diterminasi Std. Enor of the Estimate Adjusted R Square
R
M
Square
odel
.79 1
890a
.785
2604.09727
1
a. Predictors: (Constant), Nilai Intrinsik
Dapat diketahui besamya nilai R adalah 0.853, artinya korelasi antara nilai intrinsik dengan harga pasar sebesar 0.890. Hal ini menunjukkan terjadi hubungan
yang sangat erat antara nilai intrinsik dan harga pasar. Besamya koefisien determinasi (R Square) adalah 0.791, hal ini mengandung arti bahwa harga pasar dipengaruhi sebesar 79.1% oleh nilai intrinsik, sedangkan sisanya (100% - 79.1% = 20.9%)
dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam modelini.
54
Jurnal Balance V6LS No.2 2013
Amalia dan Harnovinsah F.
Model
Tabel.3.Uji T Unstandardized Coefficients
g-
Beta
Std.
B
Si
Standa
rdized Coefficients
Enor
(Const ant) Nilai
1295. 927
500.7
2.
.0
24
588
14
.708
.064
11 .015
00
.890
Intrinsik
.0
a. Dependent Variable: Harga Pasar Y = 1295,964 + 0.708 x
3
Konstanta sebesar 1295.964 menyatakan bahwa jika nilai intrinsik (X) dianggap
konstan, maka besamya harga pasar (Y) sebesar Rp 1295,964, Koefisien regresi vanabel nilai intrinsik (X) adalah positif sebesar 0.708 menyatakan bahwa setiap penambahan Rp 1 - nilai intrinsik akan meningkatkan harga pasar saham sebesar Rp 0.708,-, dan sebaliknya. Angka yang positif mengartikan hubungan yang searah antara kedua variabel, yaitu kenaikan atau penurunan variabel independen « akan mengafabatkan kenaikan atau penurunan variabel dependen (Y), artinya terjadi hubungan positif antara nilai intrinsik dengan harga pasar saham, semakin naik nilai mtnnsik maka akan semakin meningkat harga pasar saham. Dari tabel diates dapat juga dihhat mku
probabiUtas sebesar 0.000 (< 0.05) dengan t hitung (11.015) >t tabel (2 037)^yang artinya Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai intnnsik berpengarah terhadap harga pasar saham. Tabel.4. Uji Paired Samples Paired Differences Mean
Pair 1
Nilai Intrinsik Harga Pasar
Std. Deviation
-266.09206 3290.33771
df
Std. Error
Sig. (2-tailed)
Mean
564.28826
.472
.64
33 0
Tabel diatas menunjukkan nilai Sig (2-tailed) sebesar 0.640, artinya probabiUtas lebih dari 0 05 atau HD diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik tidak ada perbedaan antara nilai intrinsik dan harga pasar saham atau dapat juga dikatakan nilai intrinsik dan harga pasar saham adalah sama. Pembahasan
Nilai intrinsik berpengarah signifikan terhadap harga pasar saham melalui uji t dengan
tingkat signifikansi 0.000 yaitu lebih kecil dari 0.05. Hasil peneUtian ini telah mengungkapkan bahwa nilai intrinsik telah tercermin dalam harga pasar indeks saham L045 Hal ini menunjukkan bahwa nilai intrinsik telah tercermin dalam harga pasar saham dan harga yang terbentuk di pasar tidak jauh dari nilai intrinsiknya. Penyebab
hal tersebut adalah banyaknya investor yang melakukan buy and hold. Berarti banyak
perilaku investor yang fokus pada investasi jangka panjang sehingga mereka yang menahan sahamnya dan jarang melakukan transaksi jual beU yang mengakibatkan harga berfluktuasi masih dalam tingkatan yang wajar.
55
Amatia dan Harnovinsah
Jurnal Balance Vol.5 No.2 2013
Berbeda dengan chartis yang melakukan anaUsis teknikal. Pada teorinya, mereka
akan melakukan pembelian saham ketika harganya turan dan melakukan penjualan
ketika harganya naik dengan tujuan adanya keuntungan dari seUsih jual beU saham yang dimilikinya. Oleh karena itu mereka fokus pada investasi jangka pendek sehingga
akan lebih sering melakukan jual beU saham dalam waktu relatif singkat yang
menyebabkan harga saham terns berfluktuasi dengan cepatnya bahkan memungkinkan harga saham akan jauh dari nilai intrinsiknya.
Dari hasil perbandingan antara nilai intrinsik dan harga pasar saham LQ45 terUhat bahwa hampir 71% saham dalam kondisi overvalued, sedangkan hanya kurang lebih 29% saham yang mengalami undervalued Untuk sektor perbankan yang ada
dalam sampel peneUtian ini semuanya dalam kondisi overvalued Hal ini konsisten dengan peneUtian yang dilakukan oleh Ermia dan Singgih (2012). Kebanyakan sektor
perbankan termasuk kedalam indeks LQ45 yang cenderung stabil, oleh karena itu cocok jika investor melakukan valuasi dengan menggunakan metode DDM. PeneUtian ini juga
konsisten dengan peneUtian yang dilakukan oleh Edward dan Yen (2012) yang
menyimpulkan bahwa saham BMRI dan INTP mengalami overvalued dengan menggunakan metode DDM. Saham yang overvalued disebabkan oleh banyaknya investor yang membeU suatu saham sehingga mendorong kenaikan harga saham. Biasanya investor memborong saham aMbat dari apresiasi yang tinggi, sifat optimisnya terhadap prosnek perusahaan, dan adanya rumor positif yang membuat investor
berekasi secara berlebihan bahkan cenderung mempengaruhi investor dan spekulan
lainnya. Akibatriya kapitaUsasi pasar akan menggelembung tinggi sehingga kondisi harga saham jauh melewati prospek perusahan yang sebenamya dan mengakibatkan harga akan jatuh drastis karena tidak sesuai dengan kondisi fundamental pemsahaan. Biasanya saham yang overvalued yaitu saham dari pemsahaan terkenal sehingga banyak yang tertarik atau berminat danmembuat investor rela membeU saham tersebut dengan harga yang tinggi. Oleh karena itu saham yang overvalued seharusnya
dihindarkan atau dijual, karena cepat atau lambat akan ada koreksi pasar. Lain halnya
dengan saham undervalued biasanya disebabkan oleh sifat mayoritas investor yang menganggap remeh suatu saham sehingga tidak ada kepercayaan dan ketertarikan bagi
diri mereka untuk berinvestasi pada saham tersebut yang mengakibatkan harga
pasarnya rendah atau berada dibawah nilai intrinsiknya, padahal kondisi fundamental perusahaan yang sebenamya adalah baik. Saham undervalued dinilai masih terlalu
murah sehingga sebaiknya dibeU atau dipertahankan karena kemungkinan besar akan
terjadi lonjakan harga saham dimasa yang akan datang karena seiring berjalannya
waktu harga pasarakan mendekati nilai fundamental pemsahaan yang sebenamya. Terlepas dari apakah suatu saham overvalued atau undervalued pada zaman sekarang investor cukup teredukasi karena mereka telah mengerti nilai pasar. Artinya mereka memiliki pengetahuan yang cukup luas terhadap harga saham yang sebenamya
sehingga dalam melakukan transaksi perdagangan saham mereka tidak akan menjual atau membeU dengan harga yang jauh dari nilai intrinsiknya. Hal tersebut menyebabkan nilai dari suatu saham dalam kondisi wajar dan tidak jauh dari harga pasarnya.
Secara statistik, tidak ada perbedaan antara nilai intrinsik dan harga pasar saham.
Hal ini juga mengindikasikan bahwa investor sekarang semakin cerdas dalam
berinvestasi. Karena mereka tidakhanya menggunakan anaUsis fundamental, tetapi juga
menggunakan anaUsis teknikal yang menyebabkan nilai intrinsik berpengarah terhadap harga saham. Dalam anaUsis fundamental investor dapat memilih saham dan
meramalkan nilai intrinsiknya untuk mendapatkan saham yang berfundamental baik, namun untuk dapat menentukan kapan waktu yang tepat dalam investasi, investor
dapat menggunakan anaUsis teknikal. Jika hanya mengandalkan anaUsis fundamental
memungkinkan terjadinya kesalahan investasi aMbat kurangnya informasi atau kesalahan waktu yang menyebabkan mereka dapat membeU dengan harga yang lebih
tinggi AnaUsis teknikal fokus pada penentuan tren grafik harga saham, sinyal transaksi jual dan sinyal transaksi beU. Dengan demikian, setelah investor mengetahui nilai
56
Amalia dan Harnovinsah
Jumo? Balance VoL5 No.2 2013
intrinsik perasahaan tersebut layak dibeU melalui anaUsa fundamental, kemudian
mereka menentukan kapan waktu pembeUan dan penjualan yang tepat agar
menghasilkan keuntungan yang lebih optimal melalui anaUsa teknikal. G.
SIMPULAN DAN SARAN
Darihisil anaUsis data dan pembahasan hasil peneUtian yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan bahwa nilai intrinsik berpengaruh secara signifikan terhadap harga pasar pada saham LQ45. Investor di Indonesia sudah melakukan perhitungan nilai intrinsik sehingga banyak yang mencari saham yang undervalued serta melakukan buy and hold yang membuat nilai intrinsik tidak jauh dari harga pasarnya. Namun untuk harga pasar saham LQ45 itu sendiri, masih didominasi oleh saham yang overvalued, artinya masih banyak investor yang membeU saham dengan harga yang lebih tinggi dan nilai intrinsiknya. Walaupun begitu, investor sekarang ini sudah semakin pintar dalam berinvestasi, mereka telah menggunakan anaUsa fundamental dan anaUsa teknikal dalam melakukan jual beU saham. Hal ini mengartikan bahwa investor yang satu tidak
dipengaruhi oleh investor lainnya karena mereka sudah cukup teredukasi dalam bidang 1 TlVf*S_£lSl
Implikasi dari peneUtian ini adalah investor haras benar-benar mengkaji
perbedaan nilai intrinsik dan harga pasar saham agar tidak tertipu oleh fluktuasi
pergerakan harga pasar yang ditentukan oleh pelaku pasar lainnya. _fc
C«______
Adapun saran yang dikemukakan oleh penuUs dalam peneUtian ini adalah sebagai fccrilcu.t *
1 Bagi* para investor maupun calon investor, hendaknya melakukan valuasi sahaffi
sebelum berinvestasi agar dapat memilih saham yang tepat untuk diinvestasikan
serta memperhatikan faktor fundamental perusahaan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga pasar saham tersebut.
2 Bagi investor yang telah memiliki saham yang overvalued, hendaknya dijual sehingga tidak mengalami kerugian sebelum benar-benar terjadi koreksi pasar yang membuat harga menjadi turun drastis, dan bagi calon investor sebaiknya menghindan pemsahaan yang sahamnya dalam posisi overvalued.
3 Bagi peneUtian selanjutnya diharapkan dapat menambah pemsahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel peneUtian, sehingga dapat mencenmnkan
pelaku pasar modal secara keselurahan dan memberikan pandangan yang lebih luas lagi bagi para investor yangingin berinvestasi.
4 Bagi peneUtian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode lam dalam menganaUsis nilai intrinsik saham, seperti metode PER, PBV ataupun yang lainnya
serta membandingkan dengan metode yang telah digunakan dalam peneUtian ini untuk mengetahui model manayang memberikan hasil yang terbaik.
DAFTAR PUSTAKA
AbdulHalim. 2005. Analisis Investasi, Salemba Empat, Jakarta.
Andy Porman Tambunan. 2008. Menilai Harga Wajar Saham, PT Elex Media Komputindo, Tfllc£ir__L
Andy Wijaya dan VilUany.2008.Esitmasi Nilai Intrinsik Saham PT.Indofood Sukses 'Makmur Dengan Menggunakan Dividen Discount Model. Jurnal Manajemen Tahun XII NoJ.p 1-12.
,_
.
Balsam,Steven dan Lipka Roland. 1998. Shares Price andAlternatif Measuring ofEarning Pershare, American Accounting Association Accounting, Accounting Horizon Vol.12 No 13 Sep 1998
57
Amatia dan Harnovinsah
^rnal Balance VoLS No.2 2013
Beaver, William H. 1968. "The Information Content of Annual Earnings Announcement." Journal ofAccounting Research, pp.67-92
,___•«_
Beaver WilUam H.,1989, Financial Reporting, An Accounting Revaluation, Prentice Hall, 6
Bodie, Zvi., Alex Kane and A.J.Marcus. 2006. Investment, Sixth Edition, Mc Graw-HiU Companies, Boston. •0 t,-* Brigham F^Eugene and Joel Houston, 2006 . Manajemen Keuangan, Edusi 8, Penerbit Erlangga.p 435.
xT
.
BudiEriandaArif, Siswanto dan Renny,Nurainy,2011.Penentuan Harga Wajar
'pT.Telekomunikasi Indonesia,TBK Dengan Menggunakan Metode Gordon Growth Model, Proceeding PESAT Vol 4,Universitas Gunadarma,Jakarta
Bursa Efek Indonesia. 2012. Index Constituent, Indonesia Stock Exchange (IDX) http- / /www.idx.co.id/Portals/0/StaricData/MarketInformation/ListOfSecuntie//IndexC »r,gtir,1er,t/LO45/2012O725 LQ45 Augl2-Janl3.pdf, Diakses 23 September 2012.
Dedhy SuUstiawan dan LiUana.2007. Analisis Teknikal Modern pada Perdagangan Sekuritas.CV Andi Offset, Yogyakarta.
_
Eddy A& Seifert. B.1992. Stock Price Reactions to Devidend and Earnings Announcements: Contempo-raneous Versus Noncontemporaneous Announ cements, The Journal ofFinancial Research. Vol 15(3) 207-217
Eduardus Tandelilin, 2010, Analisis Investasi Dan Manajemen Portofoho, BPFE,
ErmiaTpSal^an Singgih Jatmiko,2012.Penilaian Harga Saham Dengan Dividen
Discount Model Dan Metode Price To Book Value Ratio Pada Sektor Perbankan Yang Termasuk Saham LQ 45.Skripsi Universitas Gunadarma.
Fama, E.F. 1970. Efficient Capital Market ; A Review of theory and Empncal Work, Journal of Finance.
Fabozzi F 1995. Investmens and Management,First Editi-on.USA:Prentice-HaIl,Inc.
Gordon M.J. 1959. Dividends, Earnings, and Stock Price,The Review ofEconomics and Statistics, Vol. 41, No. 2, Part 1,99-105.
Jogiyanto Hartono. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi keenam, BPFfc, Yogyakarta.
Manahan P. Tampubolon. 2005. Manajemen Keuangan(Finance Management) Conseptual, Problem &Studi Kasus, GhaUa Indonesia, Bogor.
Megginson, W.L., Smart S.B., and Lucey B.M. 2008. Introduction to Corporate Finance, Cengage Learning EMEA, London. MUler, M.H. and F. ModigUani. 1961. Dividendpolicy, growth, and the valuation ofshares, Journal ofBusiness 34A (Jan 1961): 411^133.
Mohamad Samsul. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, Penerbit Erlangga, Muhammad Firdaus NH. 2005. Sistem Kerja Pasar Modal Syariah, Renaisan, Jakarta Rusdin. 2005. Pasar Modal, CVAlfabeta, Bandung.
Sawidji Widoatmodjo. 2005.^ Cara Sehat Investasi di Pasar Modal PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
. „ ,
.^
IIIYn Alljm v^r>w
Suad Husnan. 2005. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuntas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
.
.
..
Van Home, J.C. and J.M. Wachowicz. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.