Suryadi Imran: Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Pertanggungjawaban/Liability dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, BEBAN KERJA, DAN PERTANGGUNGJAWABAN/LIABILITY DENGAN MOTIVASI PERAWAT DALAM PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI TAHUN 2013 Suryadi Imran Akademi Keperawatan Garuda Putih Jambi Email:
[email protected] ABSTRAK Karakteristik perawat, beban kerja dan pertanggungjawaban perawat terhadap pendokumentasian merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi perawat dalam melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengatahui faktor mana yang paling berhubungan dengan motivasi perawat dalam dokumentasi asuhan keperawatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik, dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan menjelaskan hubungan antara karakteristik, beban kerja dan pertanggungjawaban dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dan faktor yang mempengaruhinya di RSUD Raden Mattaher Jambi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 112 perawat pelaksana. Menemukan faktor paling dominan yang paling berhubungan dengan motivasi perawat adalah status perkawinan dan beban kerja, dengan p value = 0.046 (OR 3.242), untuk status perkawinan dan p value = 0.049 (OR 2.306). untuk beban kerja. Artinya variabel status perkawinan dan beban kerja perawat dijadikan prediktor terhadap motivasi perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Rekomendasi dari penelitian ini adalah motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian lebih dioptimalkan dengan perbaikan sistem, pemberdayaan tenaga perawat melalui peningkatan pendidikan, pelatihan tentang asuhan keperawatan yang baik dan benar untuk meningkatkan motivasi perawat dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan. Kata kunci : Karakteristik, Beban Kerja, Pertanggungjawaban, Motivasi.
PENDAHULUAN RSUD Raden Mathaher Jambi memiliki 13 ruang rawat inap dengan 156 tenaga perawat dengan tingkat pendidikan; SPK 11 orang Diploma III Keperawatan 125 orang, dan S-I Keperawatan 18 orang. Dengan kapasitas tempat tidur 321, jika dilihat dari jumlah tempat tidur yang ada maka RSUD Raden Mattaher Jambi masih kekurangan 86 orang perawat lagi untuk bisa memenuhi standar tersebut Adapun data yang diperoleh dari laporan tahunan RSUD Raden Mattaher Jambi Bagian Pencatatan dan Pelaporan
tahun 2010, diperoleh BOR tahun 2010 sebesar 72,7%, sedangkan BOR pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 90,5%. Hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan pemanfaatan tempat tidur hingga mencapai 90,5 % di bulan Oktober 2011, dengan jumlah pasien rawat inap 12,159 pasien. Hasil tersebut didapat dari triwulan I sebanyak 3,782 pasien, triwulan II sebanyak 4.095 pasien dan triwulan III sebanyak 4,282 pasien, dengan berbagai masalah kesehatan dan perawatan, karena itu sesuai profesinya, perawat di tuntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan dalam upaya membantu 41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
pasien mengatasi masalahnya dan tuntutan tersebut juga dapat menyebabkan tingginya beban kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Hasil studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan maka peneliti berasumsi bahwa motivasi perawat pelaksana dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan dipengaruhi oleh faktor, karakteristik, beban kerja dan pertanggungjawaban perawat, bahwa pelaksanaan pendokumentasian yang seharusnya merupakan tugas utama perawat belum terlaksana secara optimal di tiga ruangan tersebut, untuk membuktikan hal tersebut maka peneliti akan melakukan penelitian secara mendalam dengan menggunakan studi korelasi untuk mengetahui hubungan antara karakteristik, beban kerja dan pertanggungjawaban/liability dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2012. Berdasarkan fenomena diatas, maka pertanyaan penelitiannya adalah: “Apakah Terdapat Hubungan yang bermakna antara karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan dan masa kerja), beban kerja dan pertanggungjawaban dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan
pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan rancangan crossectional, dimana penelitian dilakukan dalam satu waktu tertentu saja, dengan jenis penelitian Deskrifsi Korelasi yaitu untuk melihat hubungan antara variabel independen (Beban Kerja, Pertanggungjawaban dan Karakteristik perawat) dengan variabel dependen (Motivasi Perawat) dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mathaher Jambi. Populasi penelitian ini berjumlah 156 orang perawat di Ruangan Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi. Pengambilan sampel menggunakan tehnik proporsional random sampling5. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 112 orang. Penelitian ini dilakukan di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi, dengan jumlah ruangan sebanyak 10 Ruangan Rawat Inap, sedangkan waktu pelaksanaan penelitian untuk pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan selama 1 bulan yaitu pada akhir bulan 9 Juni sampai bulan 15 Juli 2013. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.3: Hubungan Karakteristik Usia Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Askep di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 Motivasi Perawat OR Rendah Tinggi Usia Total (95% P value CI) f % f % 0,567 Dewasa Muda 23 39,7 35 60,3 58 (0,268 Dewasa Tua 29 53,7 25 46,3 54 – 1,200) 0,194 Jumlah 52 46,4 60 53,6 112 Berdasarkan hasil penelitian diketahui karakteristik usia perawat dengan bahwa tidak terdapat hubungan antara motivasi perawat dalam pelaksanaan 40
Suryadi Imran: Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Pertanggungjawaban/Liability dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013
pendokumentasian asuhan keperawatan, Memang diakui bahwa pada usia muda dengan p value = 0.194, hasil penelitian seseorang lebih produktif dibandingkan ini dapat diartikan bahwa perbedaan ketika usia tua. usia perawat bukan merupakan faktor Peneliti berasumsi bahwa usia yang mempengaruhi tinggi rendahnya perawat bukanlah faktor penentu tinggi motivasi kerja perawat di ruangan. Hal atau rendahnya produktifitas dalam ini sesuai dengan hasil penelitian bekerja, tetapi lebih disebabkan Haeriyanto dkk, yang menyatakan pengaruh lingkungan kerja di ruangan bahwa tidak ada korelasi antara usia yang lebih banyak didominasi oleh dengan motivasi perawat dalam perawat yang masih muda, sehingga dokumentasi keperawatan. persaingan perawat yang muda lebih Hasil penelitian ini tidak sesuai kompetitif. Upaya yang dapat dilakukan dengan pendapat Robbins dan Shader, untuk menyeimbangkan peran dan tugas menyatakan bahwa usia adalah perawat di ruangan adalah dengan karakteristik individu yang membagi tugas yang adil dan merata mempengaruhi motivasi. Ada suatu kesemua perawat tersebut, seperti keyakinan yang meluas bahwa jumlah pasien yang menjadi produktivitas merosot sejalan dengan tanggungjawab dibagi secara rata, makin tuanya usia seseorang. Tetapi hal sehingga setiap perawat mempunyai ini tidak terbukti, karena banyak orang tanggungjawab yang sama. yang sudah tua tapi masih energik. Tabel 5.4: Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Askep di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 Motivasi Perawat OR p Total Rendah Tinggi (95% CI) value Jenis Kelamin f % f % 0,843 Laki-laki 13 43.3 17 56.7 30 (0,363 – Perempuan 39 47.6 43 52.4 82 1,957 0,855 Jumlah 52 46.4 60 53.6 112 Selanjutnya karakteristik jenis kelamin pendokumentasian asuhan keperawatan dari hasil analisis dengan p value = perawat laki-laki dengan perawat 0,855, yang berarti tidak ada hubungan perempuan10. Perbedaan ini disebabkan yang bermakna antara motivasi perawat perbandingan jumlah perawat yang laki-laki dengan motivasi perawat terlalu besar di ruangan dengan jumlah perempuan dalam pelaksanaan perawat yang diteliti oleh Zalecha. pendokumentasian asuhan keperawatan. Perbedaan yang konsisten antara pria Hal ini sesuai dengan penelitian dan wanita dalam kemampuan Haeriyanto dkk (2007), serta penelitian memecahkan masalah, keterampilan Putriyani (2009) bahwa tidak ada analisis, dorongan kompetitif, motivasi, perbedaan yang bermakna antara jenis sosiabilitas atau kemampuan belajar, kelamin dengan motivasi perawat dalam dalam hal ini diasumsikan bahwa tidak dokumentasi keperawatan. ada perbedaan yang berarti dalam hal Namun hasil ini berbeda dengan produktivas antara pria dan wanita penelitian Zalecha (2008), menyatakan pendapat ini sesuai dengan yang ada hubungan yang bermakna antara dikemukakan Robbins (2001), bahwa jenis kelamin dengan pelaksanaan tidak ada perbedaan yang konsisten 41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
antara dalam kemampuan memecahkan tingkat kemungkinan yang lebih tinggi masalah, keterampilan analisis, dari laki-laki. dorongan kompetitif, motivasi, Peneliti berasumsi bahwa perawat sosiabilitas atau kemampuan belajar, diruangan di dominasi perempuan. namun studi-studi psikologi telah Sehingga persaingan di ruangan lebih menemukan bahwa wanita lebih terlihat pada perawat perempuan, upaya bersedia untuk mematuhi wewenang untuk mengurangi kesenjangan tersebut dan pria lebih agresif dan lebih besar adalah dengan memberikan tanggung kemungkinannya dari pada wanita jawab dan beban kerja yang sama bagi dalam memiliki pengharapan untuk semua perawat di ruangan tanpa melihat sukses, bukti yang konsisten juga perbedaan jenis kelamin. menyatakan bahwa wanita mempunyai Tabel 5.5: Hubungan Karakteristik Pendidikan Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Askep Di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Motivasi Perawat Total p value Rendah Tinggi Pendidikan f % f % SPK 7 77,8 2 22,2 9 D3 Kep 35 41,2 50 58,8 85 0,078 S1 Kep 10 55,6 8 44,4 18 Jumlah 52 46,4 60 53,6 112 Karakteristik perawat menurut tingkat pendidikan dari hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna dengan p value = 0,078, antara pendidikan perawat dengan motivasi perawat, ini berarti tingkat pendidikan tidak mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Haeriyanto dkk (2007), yang menyatakan tidak ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pendidikan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value = 0,183. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penjelasan Gibson (1996), bahwa tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang berpendidikan tinggi akan lebih rasional dan kreatif serta terbuka dalam menerima adanya bermacam usaha pembaharuan. Pendidikan merupakan karakteristik individu yang menjadi 40
sumber status terpenting dalam organisasi kerja, semakin tinggi pendidikan yang dicapai semakin besar keinginan untuk memanfaatkan kemampuan dan keterampilannya dalam mencapai kedudukan yang lebih tinggi dalam organisasi. Untuk itu perlu adanya pelatihan atau seminar yang berkesinambungan untuk menyamakan persepsi tentang pendokumentasian asuhan keperawatan di Rumah Sakit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil dengan p value = 0,018, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, dapat diartikan adanya perbedaan motivasi perawat di ruangan yang sudah menikah dengan perawat yang belum menikah. Hal ini sesuai dengan penelitian Hartati (2011), bahwa ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, dengan p value = <0,05.
Suryadi Imran: Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Pertanggungjawaban/Liability dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013
Tabel 5.6: Hubungan Karakteristik Status Perkawinan Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumenta sian Asuhan Keperawatan RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 Motivasi Perawat OR Rendah Tinggi Total p value Status (95% CI) Perkawinan f % f % Belum 4,053 Menikah 14 73,7 5 26,3 19 (1,347 – Menikah 38 40,9 55 59,1 93 12,195) 0,018 Jumlah 52 46,4 60 53,6 112 Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat Nursalam (2007), Veithzal & Deddy, (2011), bahwa motivasi yang kuat untuk bekerja bagi perawat yang sudah menikah biasanya lebih tinggi, karena perawat tersebut sudah memiliki tanggungjawab terhadap keluarganya, sebaliknya perawat yang belum menikah mempunyai motivasi yang rendah dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, dengan yang belum menikah1.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pernikahan dapat meningkatkan motivasi seseorang dalam bekerja, mungkin disebabkan pekerjaan adalah sesuatu yang sangat berarti bagi mereka, sehingga pernikahan tidak hanya berhubungan dengan tanggungjawab seseorang dalam meningkatkan produktifitas kerja, tetapi lebih dari itu bahwa pekerjaan yang sekarang digelutinya merupakan tumpuan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Tabel 5.7: Hubungan Karakteristik Masa Kerja Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Motivasi Perawat OR Total p value Rendah Tinggi (95% CI) Masa Kerja f % f % Masa Kerja Baru 23 30,7 35 60,3 58 0,567 Masa Kerja (0,268 – Lama 29 53,7 25 46,3 54 1,200) 0,194 Jumlah 52 46,4 60 53,6 112 Selanjutnya untuk karakteristik masa kerja perawat dari hasil penelitian didapatkan p value = 0,194, yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik masa kerja dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan, berarti tidak ada perbedaan motivasi bagi perawat dengan lamanya masa kerja untuk mempengaruhi tinggi rendahnya motivisi perawat di ruangan dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai
dengan penelitian Haeriyanto dkk (2007), yang menyatakan terdapat kecenderungan hubungan yang terbalik p value = -0,216 antara masa kerja dengan motivasi perawat namun kejadian ini dianggap sebagai fenomena kebetulan saja sebab secara statistik kejadian tersebut tidak bermakna. Hasil penelitian ini berbeda dengan penjelasan dari Nursalam (2007) dan Robbins (2001) dalam Pasaribu (2007), bahwa terdapat hubungan yang positif antara masa kerja dengan produktifitas 41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
pekerjaan, semakin lama masa kerja perawat maka semakin banyak pengalaman perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dengan standar atau prosedur tetap yang berlaku, masa kerja erat kaitannya dengan pengalaman kerja perawat. Masa kerja sering di ekspresikan dengan pengalaman kerja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat peneliti
asumsikan bahwa perawat yang masa kerja masih baru mempuanyai motivasi yang lebih tinggi, mungkin karena ingin meng aktualisasikan diri, atau ingin menunjukkan keberadaan mereka di lingkungan kerjanya, bahwa motivasi yang tinggi ditunjukkan sebagai wujud untuk mendapatkan kesempatan meningkatkan pengembangan karir mereka di masa yang akan datang.
Tabel 5.8: Hubungan Beban Kerja Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendoku mentasian Asuhan Keperawa- tan Di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 Motivasi Perawat OR P va Beban Kerja Rendah Tinggi To tal (95% CI) lue f % f % Ren dah 30 62,5 18 37,5 48 3,182 (1,459 - 6, Tinggi 22 34,4 42 65,6 64 937) 0,0 06 Jum lah 52 46,4 60 53,6 112 Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan yang sangat bermakna antara beban kerja dengan motivasi perawat, dengan p value = 0,016. Hal ini berarti beban kerja yang tinggi bagi perawat tidak merupakan faktor penghambat dalam menjalankan tugas utamanya dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Meskipun beban kerja perawat ruangan tinggi, namun mampu menyelesaikan tugas utamanya dengan baik dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Suarly (2005). Juga bahwa didapatkan hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan kualitas dokumentasi keperawatan pada waktu shift sore dengan p value = 0,001. Namun hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Supratman (2007), bahwa beban kerja yang berat menjadi penyebab rendahnya pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Berarti perawat yang beban kerjanya tinggi akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. 40
Mungkin hal ini disebabkan perbedaan lingkungan kerja yang ada di Rumah Sakit yang di teliti, hal ini didukung oleh penjelasan Carayon P (2003), bahwa level beban kerja tergantung pada tipe pekerjaan perawat, atau jenis pekerjaannya, misalnya perawat di ICU dengan perawat di ruang operasi. Schaufeli dan LeBlanc dalam Carayon P (2003), menggunakan level pekerjaan untuk mengukur beban kerja perawat dengan menginvestigasi dampak dari beban kerja antara perawat ICU dengan perawat di kamar operasi, mana yang lebih tinggi beban kerjanya. Studi ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkatan pekerjaan dengan kondisi kerja yang berbeda tetapi mempunyai beban kerja yang sama tinggi, namun mana yang lebih menimbulkan stres kerja atau kepuasan kerja, bagaimanapun beban kerja adalah sesuatu yang kompleks dan multidimensi dan secara konteksnya dipengaruhi beberapa faktor seperti lingkungan kerja, jadi pada perawat ICU mempunyai pengalaman yang berbeda
Suryadi Imran: Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Pertanggungjawaban/Liability dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013
dengan perawat di kamar operasi, sehingga beban kerjanya juga berbeda19. Beban kerja erat kaitannya dengan produktifitas tenaga kesehatan. Studi yang dilakukan oleh Gani (Ilyas, 2002) menemukan bahwa hanya 53,2% waktu produktif yang digunakan untuk pelayanan kesehatan langsung dan sisanya 39,9% digunakan untuk kegiatan penunjang. Sedangkan beban kerja yang tinggi tersebut disebabkan oleh jumlah tenaga kesehatan yang belum memadai. Jumlah pasien yang lebih banyak dari perawat dan kondisi klinis pasien, juga merupakan situationlevel bagi beban kerja perawat yang dapat dijelaskan bahwa pengalaman perawat dibentuk dalam suatu mikrosistem dalam pelayanan kesehatan Menurut Hans Selye dalam Hidayat (2004). Dikatakan stres terjadi apabila
seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang beban itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut, maka tubuh akan berespon dengan baik, maka orang tersebut tidak mengalami stres kerja. Berdasarkan hasil temuan tersebut dapat peneliti asumsikan bahwa tingginya beban kerja bukan merupakan faktor yang memicu stres kerja perawat di ruangan, akan tetapi bisa menjadi pemicu bahwa rasa tanggungjawab tersebut dapat menjadi faktor yang meningkatkan motivasi dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruangan.
Tabel 5.9: Hubungan Pertanggung jawaban Perawat Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumenta sian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 Motivasi Perawat OR Liability Rendah Tinggi Total p value (95% CI) F % f % Rendah 35 56,5 27 43,5 62 2,516 (1,164 – Tinggi 17 34,0 33 66,0 50 5,440) 0,029 Jumlah 52 46,4 60 53,6 112 Hasil penelitian disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara pertanggungjawaban dengan motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, dengan p value = 0,029, berarti motivasi perawat di ruangan dipengaruhi pertanggungjawaban perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Wiwik (2009), yang menyatakan bahwa variabel yang tidak memberikan pengaruh terhadap motivasi perawat dengan kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah tanggungjawab
perawat dengan taraf signifikan p value = 0,080 Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan tingkat kesadaran perawat di ruangan yang mempunyai persepsi sama bahwa perawat di ruangan beranggapan pendokumenta sian merupakan tugas rutin saja dan tidak perlu dipertanggung jawabkan. Penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Ellis dan Hartley (2008). Pertanggungjawaban merupakan kewajiban atau hutang yang dapat di perkuat melalui hukum. Pada kasus malpraktik, seseorang kedapatan bersalah akibat tindakan yang telah dilakukannya dengan pertimbangan 41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
hukum atau pertangunggugatan, dari hasil tindakan yang telah dilakukannya. Pertanggungjawaban merupakan aspek hukum yang dapat digugat di meja hijau, seseorang yang dapat dipercaya dan diyakini bahwa ia dapat dikenakan hukuman berupa penggantian atau sanksi denda baik secara individu maupun organisasi perusahaan, melalui keputusan pengadilan. Dokumentasi akurat merupakan pertahanan penting bagi klaim hukum yang terkait dengan pelayanan keperawatan. Untuk membatasi tanggung jawab hukum pada keperawatan, maka dokumentasi keperawatan harus menyatakan dengan jelas bahwa pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan. Rekaman tersebut harus menggambarkan dengan jelas hal yang terjadi dengan pasien, walaupun pelayanan perawatan tersebut sudah baik, tetapi aspek hukum menyatakan bahwa pelayanan yang tidak terdokumentasi adalah pelayanan yang tidak pernah diberikan kepada pasien dan tidak pernah dilakukan oleh perawat. Sebagai anggota tim kesehatan harus mengkomunikasikan informasi tentang pasien melalui dokumentasi keperawa tan karena semua penyedia pelayanan kesehatan membutuhkan informasi sama tentang pasien mereka, agar mereka dapat merencanakan pelayanan yang terorganisasi dan komprehensif, jika rencana tidak dikomunikasikan maka pelayanan akan terpecah, dan terjadi pengulangan tugas serta penundaan terapi, data yang direkam, dilaporkan atau dikomunikasikan kepada
profesional kesehatan lainnya bersifat rahasia dan dilindungi. Lingkungan pelayanan kesehatan menciptakan banyak tantangan untuk terlaksananya dokumentasi dan pelaporan pelayanan pasien yang akurat. Dalam penelitian ini banyak ditemukan bahwa perawat pelaksana merasa penulisan dokumentasi tidak berdampak apa-apa bagi hukum, hal ini di karenakan banyaknya perawat yang menganggap bahwa penulisan dokumentasi keperawatan adalah catatan biasa saja dan merupakan pekerjaan rutinitas perawat yang tidak perlu dipertanggungjawabkan di depan hukum, perawat menganggap pertanggung jawaban dokumentasi keperawatan tidak berdampak terhadap aspek hukum kesehatan. Dokumentasi merupakan sarana komunikasi antara perawat atau dengan tim kesehatan lainnya. Dokumentasi sebagai bentuk pertanggungjawaban pemberian pelayanan keperawatan dituntut untuk dapat didokumentasikan asuhan keperawatan (askep) secara benar, yang bernilai hukum karena dapat digunakan sebagai barang bukti di pengadilan. Menurut Potter & Perry (2009). Dokumentasi dan pelaporan yang berkualitas tinggi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pelaya nan yang efisien dan terindividualisasi. Dokumentasi merupakan sarana komunikasi antara perawat atau dengan tim kesehatan lainnya. Faktor Dominan Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Tabel 5.13: Pemodelan Terakhir Antara Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Perawat Dalam Pendokumen tasian Askep di Ruang Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 95% CI for Exp(B) No Variabel p Value Exp(B) Lower Upper 1 Status perkawinan 0,046 3,242 1,024 10,267 2 Beban kerja 0,049 2,306 1,005 5,292 40
Suryadi Imran: Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Pertanggungjawaban/Liability dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor dominan yang paling berhubungan dengan motivasi perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah status perkawinan perawat dengan p value = 0,046, dan beban kerja perawat dengan p value = 0,049, sedangkan untuk variabel pertanggungjawaban perawat, usia, jenis kelamin, dan masa kerja perawat tidak berhubungan. Hal ini berarti status perkawinan dan beban kerja perawat dapat dijadikan faktor prediktor untuk meningkatkan motivasi perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Raden Mattaher Jambi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartati (2011), didapatkan ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan, kemudian penelitian Supratman (2007) dan Suwarly (2005), bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara beban kerja dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini didukung oleh penjelasan yang dikemukakan oleh Carayon P (2003), bahwa faktor tinggi rendahnya beban kerja di pengaruhi oleh jumlah pasien yang lebih banyak dari perawat dan kondisi klinis pasien, juga merupakan situation-level bagi beban kerja perawat yang dapat dijelaskan bahwa pengalaman perawat dibentuk dalam suatu mikrosistem dalam pelayanan kesehatan. Studi ini sebelumnya digunakan untuk mendapatkan bermacam karakteristik, seperti perawat yang berada diruang ICU dengan hambatan terhadap penampilan dan fasilitas, seperti; lingkungan kerja yang kurang mendukung, pengadaan fasilitas yang kurang, banyaknya keluarga pasien yang berkunjung, dan komunikasi yang tidak efektif antar tim dari disiplin ilmu yang
berbeda, secara signifikan tingkatan situasi (situation-level), mempengaruhi beban kerja perawat . Sebagai contoh kadang-kadang beberapa keluarga pasien memanggil perawat untuk bertanya dengan banyak pertanyaan tentang kondisi pasien, kondisi ini dapat membuat perawat merasa stres dan menjadi beban kerja perawat untuk menjelaskan secara menyeluruh pertanyaan yang diajukan oleh keluarga pasien tersebut. Bagaimanapun beban kerja adalah sesuatu yang kompleks dan multidimensi dan secara konteksnya dipengaruhi beberapa faktor seperti lingkungan kerja. Pentingya pencatatan bagi perawat dapat berpengaruh terhadap beban kerja perawat yang merupakan hambatan dari penampilan kerja perawat . Kesimpulan 1. Beban Kerja perawat yang tinggi tidak mempengaruhi motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan kepe rawatan diruangan Rawat Inap RSUD Raden Mattaher Jambi. 2. Secara keseluruhan motivasi perawat yang pertanggungjawa bannya tinggi mempunyai motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. 3. Usia perawat tidak mempengaruhi motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan pada penelitian 4. Perbedaan jenis kelamin tidak mempengaruhi motivasi perawat dalam penelitian ini diketahui tidak ada korelasi. 5. Pendidikan perawat mempengaru hi motivasi perawat dalam penelitian ini . 6. Status perkawinan dapat mempengaruhi motivasi perawat 41
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
7.
8.
9.
10.
dalam pelaksanaan pendokumen tasian asuhan keperawatan. Masa kerja perawat tidak mempengaruhi motivasi perawat dalam penelitian ini diketahui tidak terdapat korelasi. Beban kerja mempengaruhi motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. Pertanggungjawaban perawat mempengaruhi motivasi perawat dalam pelaksanaan pendokumen tasian asuhan keperawatan Faktor yang paling dominan, dalam penelitian ini adalah status perkawinan, dan beban kerja beban kerja, yang dijadikan prediktor dalam motivasi perawat.
Saran 1. Bagi RSUD Raden Mattaher Jambi a. Perlu membuat sistem perekrutan tenaga perawat dengan perencanaan yang terstuktur melalui pemetaan jumlah tenaga perawat yang disesuaikan dengan rasio jumlah pasien dan perawat, dengan menggunakan penghitungan beban kerja berdasarkan tingkat ketergan tungan pasien, atau perbandingan perawat dengan jumlah tempat tidur yang tersedia di Rumah Sakit. b. Perlu pertemuan berkala, melalui rapat rutin di ruangan untuk meningkatkan kembali pengetahuan dan persamaan persepsi dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan. c. Perlu pembagian tugas yang adil dari kepala ruangan dalam pelaksanaan pendoku mentasian keperawatan. d. Perlu adanya budaya kerja yang bersifat kekeluargaan, 40
2.
sehingga pembagian tugas dan perlakuan dapat bersikap transfaran dan adil. Bagi Perawat Di RSUD Raden Mattaher Jambi a. Perlu dilakukan pelatihan atau seminar secara berkala yang berhubungan dengan metode asuhan keperawatan dan sistem pendokumentasian asuhan keperawatan, b. Perlu dibuat format pengkajian/dokumentasi yang lebih simpel dan mudah diterapkan oleh perawat di ruangan. c. Perlu standar penulisan yang dijadikan prosedur tetap di ruangan dalam pendokumen tasian asuhan keperawatan bagi setiap perawat. d. Perlu melestarikan budaya semangat kerja melalui pemodelan peran bagi perawat yang sudah menikah. DAFTAR PUSTAKA
Profil RSUD, Rekam Medik Rumah Sakit Raden Mattaher Provinsi Jambi, 2012 Wiwik Hendrarni. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Asuhan Keperawatan Dalam Pengkajian Dan Implementasi Perawat Pelaksana Di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Sumatera Utara Medan, 2008. Notoadtmodjo S. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta, 2008. Sugiono, Statistik Untuk Penelitian. Alfa Beta. Bandung. 2006. Lemeshow, et all. Besar sampel dalam penelitian kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1997
Suryadi Imran: Hubungan Karakteristik, Beban Kerja dan Pertanggungjawaban/Liability dengan Motivasi Perawat Dalam Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013
Robbins. S.P, (2008), Prilaku Organisasi/Organisasi Behavior, Salemba Empat, Jakarta Perawat Dalam Melakukan Dokumentasi Keperawatan. 2007 Vehtzal R dan Deddy M. Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Edisi Ke Tiga Rajawali Pers. Jakarta 2011 Putriyani, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penerapan Peran Perawat Di RS.H.Marzoeki Mahid Bogor. Bogor.2009 Gary Dessler. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1 Edisi Kesembilan. PT Indeks Jakarta, 2004. Gibson,Perilaku Struktur Dan Proses. Binarupa. Jakarta, 1996 Siagian, S.P. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta, Jakarta, 2006. Hartati. Hubungan Antara Karakteristik Individu Dan Dimensi Iklim Kerja Dengan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Dumai.Thesis Universitas Indonesia.Jakarta. 2011. Edgar L, Nurses’ Motivation And Its Relationship To The Characteristcs Of Nursing Care Delivery System; A Test Of The Job Charateristics Model. CJNL. Vol 12.1999 Nursalam. Manajemen Keperawatan; Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3 Salemba Medika. Jakarta.2011. Pasaribu Fajar. Hubungan Karakteristik Pegawai Dengan Produktivitas Kerja. Jurnal Ichsan Gorontalo Volume 2, No 1 Februari – April, 2007.
Haeriyanto dkk, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Suwarly, M. (2005), Hubungan Beban Kerja Perawat Setiap Shift Dan tingkat Pendidikan Perawat Dengan Kualitas Dokumentasi Keperawatan di IRINA D Dan IRINA G RS Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Gorontalo. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Indonesia. Jakarta Supratman, Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ditinjau Dari Beban Kerja Dan Motivasi KerjaPerawat Di Rumah Sakit. Dr. Moewardi Surakarta Pustaka Karya Ilmiah. RISTEK.2007. Carayon. P, Nursing Workload And Patient Safety In Intensive Care Units: A Human Factor Engineering Evaluation Of The Literature. Intensive Crit Care Nurs. University Of WisconsinMadison.2005 Ilyas.Y, Kinerja, Teori, Penilaian Dan Penerlitian,Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan. FKM. UI. Jakarta.2002 Hidayat. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.2011 Ellis dan Hartley, (2008), Nursing Liability For Essential Psychiatric Mental Health Nursing. Suarli S dan Bahtiar. Y. Manajemen Keperawatan; Dengan Pendekatan Praktis. Erlangga. Surabaya, 2010 Iyer & Camp. Nursing Documentation: A Nursing Process. Fourth Edition. ST Lois, Mosby Year Book.2005. Potter. Perry, Fundamenta Of Nursing (Fundamental Keperawatan). Buku 1. Edisi 7. Salemba Medika. Jakarta.2009. .
41