SUMMARY ABSTRAK Prily Apriliany S. Husain, 841409012. Gambaran Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei saboe Kota Gorontalo Tahun 2013. Skripsi, Jurusan Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Rany Hiola, M.Kes dan Pembimbing II, Andriani, S.Kep, Ns, M.Kes. Stroke merupakan penyakit bahaya dan dapat menyebabkan kematian, masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke dapat menyebabkan kecemasan pada keluarga. Sehingga setiap anggota keluarga akan merasakan cemas apabila salah seorang keluarganya masuk rumah sakit akibat penyakit stroke. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke di ruangan neuro RSUD. Prof Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, subjek penelitian berjumlah 30 responden dengan menggunakan metode accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan HRS-A dengan kuisioner berupa skala kecemasan dan observasi. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan presentase menggunakan SPSS. Hasil dari penelitian ini diperoleh responden yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 5 responden (16,6%), kecemasan ringan 8 responden (26,6%), kecemasan sedang 11 responden (36,6%), kecemasan berat 4 responden (13,3%), kecemasan berat sekali /panik 2 responden (6,6%). Kecemasan keluarga disebabkan karena keluarga sebelumnya belum pernah merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Kesimpulan dari penelitian bahwa tingkat kecemasan yang banyak dialami keluarga di ruangan neuro adalah kecemasan sedang. Saran bagi perawat lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam menangani pasien dan keluarga dengan memberikan penyuluhan kesehatan. Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Stroke
I. PENDAHULUAN Dewasa ini tingkat kepedulian masyarakat akan pemelihara kesehatan terhadap berbagai resiko yang dapat menimbulkan stroke masih sangat rendah, terlihat dari insiden stroke cenderung meningkat setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kecacatan serius menetap nomor 1 dan penyebab kematian ketiga di Negara maju setelah penyakit kardiovaskular dan kanker (Goldszmidt, 2011). Data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia, masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Masalah-masalah yang timbul pada penderita stroke menyebabkan kecemasan pada keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Andarmoyo, 2012). Kecemasan atau ansietas dalam diri pasien dan keluarganya selama pasien di rumah sakit, salah satunya karena khawatir dengan keadaan pasien. Keluarga akan mengalami cemas ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit. Pasien yang dirawat di Rumah sakit dalam waktu yang lama akan lebih membuat cemas (Kaplan, 2007). Hasil terakhir yang didapatkan dari rekam medik RSUD Prof Dr. Aloei Saboe pada Tahun 2010 tentang jumlah pasien stroke yang di rawat inap di ruangan Neuro sebanyak 338 Pasien (29,62%), Tahun 2011 pasien stroke sebanyak 522 pasien (37,74%), sedangkan pada Tahun 2012 pasien stroke sebanyak 590 pasien (38,63%). Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah pasien stroke masih cukup banyak dan akan meningkat dalam setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Syarifah Taufik (2008) tentang Gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien stroke yang dirawat di Ruang Mawar RSUD Undata Palu Tahun 2008 didapatkan hasil bahwa responden yang berumur < 29 Tahun lebih banyak mengalami kecemasan berat sekali/ panik yaitu 83,3%, responden yang tingkat pendidikan tinggi (≥SMA) lebih banyak mengalami kecemasan berat yaitu 63,6%, sedangkan responden yang tidak bekerja lebih banyak mengalami kecemasan berat yaitu 81,3%. Pada Tahun 2012 Muhammad Afif Sasmita melakukan penelitian tentang kecemasan keluarga yang berjudul Gambaran respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke di RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi. Hasil penelitian bahwa seluruhnya dari responden (100%) mengalami respon kecemasan sedang. Dari aspek fisiologis distribusi frekuensi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke yaitu hampir seluruhnya dari responden (86,95%) mengalami respon kecemasan sedang, dan sebagian kecil responden (13,05%) mengalami respon kecemasan ringan. Dari aspek psikologis distribusi frekuensi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke yaitu seluruhnya dari responden (100%) mengalami respon kecemasan sedang. Sedangkan dari aspek psikolososial distribusi frekuensi respon kecemasan keluarga klien yang mengalami stroke yaitu sebagian besar dari responden
(73,91%) mengalami respon kecemasan sedang, sebagian kecil dari responden (26,09%) mengalami respon kecemasan ringan. Sehubungan hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul “Gambaran Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro di RSUD Prof Dr. Hi. Aloei Saboe Tahun 2013”. II. METODE PENELITIAN 2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Ruangan Neuro RSUD Prof Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 2.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Mei s.d 31 Mei Tahun 2013. 2.3. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Deskriptif. 2.4. SAMPEL Sampel dari penelitian ini adalah semua keluarga penderita Stroke yang di rawat inap di ruangan Neuro RSUD Prof Dr. Hi. Aloei Saboe berjumlah 30 responden. 2.5. Teknik Analisa Data Pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap, yaitu (Setiadi,2013): 1. Editing Setelah data terkumpul peneliti akan memeriksa kelengkapan data. 2. Coding Data yang telah dikumpulkan diberi kode 3. Scoring Jawaban kuesioner yang telah dijawab oleh responden, diberikan penilaian untuk setiap butir pertanyaan. 4. Processing Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar maka dilakukan pemprosesan data ke program computer yaitu SPPS. 5. Tabuler Setelah semua masalah editing, coding, dan scoring serta processing selesai dilakukan tabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan analisa presentase. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL PENELITIAN 3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan umur yang digolongkan menjadi 6 golongan umur dan dapat diperoleh pada tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013
No 1 2 3 4 5 6
Golongan Umur (Tahun) 24 – 30 31 - 37 38 – 44 45 – 51 52 – 58 59 - 65 Total
Jumlah n 7 2 10 5 4 2 30
% 23,3 6,6 33,3 16,6 13,3 6,6 100
Sumber : Data Primer Tabel 4.1 diatas menunjukan bahwa responden yang golongan umurnya paling banyak merawat anggota keluarga yang menderita stroke yaitu 38 - 44 Tahun sebanyak 10 responden (33,3%) sedangkan golongan umur paling sedikit dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke yaitu pada umur 31 – 37 Tahun dan umur 59 - 65 Tahun sebanyak 2 responden (6,7%). 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir digolongkan menjadi 4 tingkatan pendidikan yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah No Pendidikan Terakhir n % 1 SD 10 33,3 2 SMP 3 10,0 3 SMA 12 40,0 4 Perguruan Tinggi 5 16,7 Total 30 100 Sumber : Data Primer Tabel 4.2 diatas menunjukan bahwa frekuensi tingkat pendidikan terakhir responden yang tertinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke adalah SMA sebanyak 12 responden (40,0%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke adalah adalah SMP yaitu 3 responden (10,0%). 5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan pekerjaan terdiri dari tidak bekerja dan bekerja yang dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Ruang Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah No Pekerjaan n % 1 Tidak Bekerja 14 46,7 2 Bekerja 16 53,3 Total 30 100 Sumber : Data Primer Tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa frekuensi anggota keluarga yang memiliki pekerjaan lebih banyak jumlahnya dari pada frekuensi anggota keluarga yang tidak bekerja. Jumlah anggota keluarga yang bekerja sebanyak 16 responden (53,3%), sedangkan anggota keluarga yang tidak bekerja sebanyak 14 responden (46,7%). 6.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan hubungan dengan klien Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan hubungan dengan klien terdiri dari pasangan hidup (Suami/ Istri) , anak dan orangtua yang dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan dengan Klien di Ruang Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah No Hubungan dengan klien n % 1 Pasangan hidup 14 46,6 2 Anak 16 53,3 3 orangtua Total 30 100 Sumber : Data Primer Tabel 4.4 menunjukkan bahwa anggota keluarga yang sering merawat anggota keluarganya adalah anak dari klien yang menderita stroke sebanyak 16 responden (53,3%), dan tidak terdapat responden orangtua. 7.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Tingkat Kecemasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan umur dan tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini : Tabel 4.5 Distribusi antara Umur dengan Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013
Tingkat Kecemasan Golongan Umur (Tahun)
Tidak cemas
Kecemasan ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat
Kecemasan Berat Sekali/ panik
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
24 – 30
1
14,3
0
0
4
57,1
2
28,6
0
0
31 – 37
0
0
2
100
0
0
0
0
0
0
38 – 44
3
30
3
30
2
20
1
10
1
10
45 – 51
1
20
1
20
2
40
0
0
1
20
52 – 58
0
0
1
25
2
50
1
25
0
0
59 – 65
0
0
1
50
1
50
0
0
0
0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.5 tersebut menunjukan tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke yang mendominasi adalah kecemasan sedang sebanyak 4 responden ( 57,1% ) pada golongan umur 24 – 30 Tahun. 8.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan dan Tingkat Kecemasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan pendidikan dan tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi antara Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Tingkatan Kecemasan Pendidikan Terakhir
Tidak cemas
Kecemasan ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat
Kecemasan Berat Sekali/ panik
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
SD
2
20
3
30
1
10
2
20
2
20
SMP
1
33,3
0
0
2
66,6
0
0
0
0
SMA
2
16,6
2
16,6
6
50
2
16,6
0
0
Perguruan Tinggi
0
0
3
60
2
40
0
0
0
0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa tingkat kecemasan keluarga yang tertinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke yang dilihat dari pendidikan terakhir adalah pendidikan SD dengan tingkat kecemasan berat sekali/ panik yang dialami oleh 2 responden (20%). 9.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan dan Tingkat Kecemasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan pekerjaan dan tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini : Tabel 4.7 Distribusi antara Pekerjaan dengan Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Tingkatan Kecemasan Pekerjaan
Tidak cemas
Kecemasa n ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat
Kecemasan Berat Sekali/ panik
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Tidak Bekerja
2
14,3
3
21,4
3
21,4
4
28,6
2
14,3
Bekerja
3
18,7
5
31,2
8
50
0
0
0
0
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa frekuensi terbanyak keluarga yang tidak bekerja dan merawat anggota keluarganya yang menderita stroke adalah 4 responden (28,6%) dengan tingkat kecemasan berat, sedangkan frekuensi terbanyak keluarga yang bekerja dan sering merawat anggota keluarga yang menderita stroke adalah 8 responden (50%) dengan tingkat kecemasn sedang. 4.1.1. Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Klien dengan Tingkat Kecemasan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh distribusi responden berdasarkan hubungan klien dengan tingkat kecemasan dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Klien dengan Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Tingkatan Kecemasan Hubungan dengan Klien
Tidak cemas
Kecemasa n ringan
Kecemasan Sedang
Kecemasan Berat
Kecemasan Berat Sekali/ panik
n
%
n
%
n
%
n
%
n
%
Pasangan Hidup
4
13,3
4
13,3
5
16,6
1
3,3
-
-
Anak
1
3,3
4
13,3
3
10
3
10
2
6,6
Orangtua
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa tingkat kecemasan keluarga yang tertinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke dilihat dari hubungan dengan klien yang lebih merasakan cemas adalah Anak klien. 10.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan Hasil jawaban responden berdasarkan 14 gejala kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke digolongkan dalam tingkat kecemasan yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan dalam Merawat Anggota Keluarga yang Menderita Stroke di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 Jumlah No Tingkat Kecemasan n % 1 Tidak Cemas 5 16,6 2 Kecemasan Ringan 8 26,6 3 Kecemasan Sedang 11 36,6 4 Kecemasan Berat 4 13,3 5 Kecemasan Berat Sekali/ panik 2 6,6 Total 30 100 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa frekuensi terbanyak yang mengalami kecemasan dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke
yaitu kecemasan sedang yang dialami oleh 11 responden (36,6%), dan frekuensi responden yang terendah mengalami kecemasan adalah kecemasan berat sekali/ panik yang hanya dirasakan oleh 2 responden (6,6%). 11.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan pada Kuisioner Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo diperoleh hasil jawaban responden dalam pengisian kuisioner dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini : Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan pada Kuisioner di Ruangan Neuro RSUD. Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013 N pertanyaan Gejala – Gejala Kecemasan n % o Firasat buruk 15 50,0 1 Perasaan Cemas Takut akan pikiran sendiri 20 66,6 Mudah Tersinggung 7 23,3 Merasa Tegang 13 43,3 Lesu 13 43,3 Tidak Bisa Istiraahat 22 73,3 2 Ketegangan Mudah terkejut 10 3,3 Mudah menangis 9 30,0 Gemetar 6 20,0 Gelisah 14 46,4 Ketakutan pada gelap 9 30,0 Ditinggal sendiri 21 70,0 3 Ketakutan Ketakutan pada orang asing Ketakutan pada kerumunan orang banyak Terbangun malam hari 22 73,3 Tidur tidak nyenyak 19 63,3 4 Gangguan Tidur Bangun dengan lesu 5 16,6 Mimpi buruk 2 6,6 Sukar konsentrasi 17 56,6 Gangguan 5 Sering bingung 14 46,6 kecerdasan Daya ingat buruk 6 20,0 Hilangnya minat 1 3,3 Perasaan Sedih 21 70,0 6 depresi Bangun tidur dini 3 10,0 (murung) Perasan berubah-rubah tiap hari 16 53,3 Nyeri otot 22 73,3 Kaku 6 20,0 Gejala somatik 7 atau fisik (otot) Kedutan otot 1 3,3 Suara tidak stabil 8 26,6
N o
pertanyaan
8
Gejala sensori
9
Gejala kardiovaskuler
10
Gejala respiratori
11
Gejala gastrointestinal
12
Gejala Urogenital
13
Gejala autonomi
14
Tingkah laku responden
Gejala – Gejala Kecemasan Tinitus ( telinga berdenging) Penglihatan kabur Muka merah/ pucat Merasa lemas Denyut jantung cepat Nyeri atau sakit di dada Rasa lesu atau lemas seperti mau pingsan Rasa tertekan atau sempit di dada Sering menarik nafas Nafas pendek atau sesak Perasaan tercekik Sulit menelan Perut melilit Rasa penuh atau kembung Mual Muntah BAB Lembek Sukar BAB Kehilangan BB Sering kencing Tidak dapat menahan air seni Tidak datang bulan Darah haid berlebihan Darah haid sedikit Mulut kering Muka merah Mudah berkeringat Kepala pusing Gelisah Jari gemetar Muka tegang Nafas pendek dan cepat Muka merah
n
%
2 11 9 25 11 19 13 8 17 11 7 10 5 17 2 4 4 11 24 4 7 9 14 20 24 14 24 9 -
6,6 36,6 30,0 83,3 36,6 63,3 43,3 26,6 56,6 36,6 23,3 33,3 16,6 56,6 6,6 13,3 13,3 36,6 80,0 13,3 23,3 30,0 46,6 66,6 80,0 46,6 80,0 30,0 -
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil dari pembagian kuisioner, gejala yang banyak dirasakan oleh anggota keluarga yang menderita stroke adalah pertanyaan tentang gejala sensori sebanyak 83,3% yaitu klien sering merasakan lemas.
3.2 PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 5 responden (16,6%), kecemasan ringan 8 responden (26,6%), kecemasan sedang 11 responden (36,6%), kecemasan berat 4 responden (13,3%), kecemasan berat sekali/ panik 2 responden (6,6%). Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa kecemasan sedang yang banyak dirasakan oleh 11 responden disebabkan karena anggota keluarga yang dirawat dalam kondisi yang menurun tetapi, responden sebelumnya pernah merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Hasil pembagian kuisioner dengan menggunakan HARS yang berisi 14 pertanyaan, yang lebih banyak dicentang adalah pertanyaan tentang gejala sensori sebanyak 83,3% yaitu klien sering merasakan lemas saat merawat anggota keluarga yang menderita stroke. Responden merasakan lemas karena responden meluangkan waktu sepanjang hari dalam merawat anggota keluarganya yang menderita stroke. Keluarga akan mengalami cemas ketika anggota keluarganya mengalami sakit yang harus dirawat di rumah sakit. Pasien yang dirawat di Rumah sakit dalam waktu yang lama akan lebih membuat cemas. Hal ini karena mereka takut akan kematian, kecacatan atau biaya yang banyak. Semua stressor ini menyebabkan keluarga jatuh pada kondisi krisis dimana mekanisme koping yang digunakan menjadi tidak efektif dan perasaan menyerah atau apatis dan kecemasan akan mendominasi perilaku keluarga. 3.2.1. Gambaran kecemasan dilihat dari umur responden Berdasarkan penelitian peneliti tentang tingkat kecemasan yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang ditinjau dari umur responden didapatkan presentasi tingkat kecemasan yang banyak dialami oleh keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita stroke adalah kecemasan sedang sebanyak 4 responden (57,1%) pada golongan umur 24 – 30 tahun. Berdasarkan asumsi peneliti bahwa tingkat kecemasan responden dipengaruhi oleh umur, karena semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan berfikir seseorang akan lebih matang. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Na’im (2010) bahwa individu yang memiliki kematangan kepribadian akan lebih sukar mengalami kecemasan, sebab individu mempunyai adaptasi yang besar terhadap stressor, sedangkan individu yang kepribadian tidak matang lebih peka terhadap rangsangan sehingga sangat mudah mengalami kecemasan. Dan menurut Feist (2009) semakin bertambahnya umur kematangan psikologis semakin baik. penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Syarifah Taufik di Ruangan Mawar RSU Undata Palu tahun 2008 didapatkan hasil pada umur < 29 tahun lebih banyak mengalami kecemasan berat/ panik yaitu 83,3%, sedangkan pada umur ≥ 29 tahun yang mengalami kecemasan berat yaitu 50%.
3.2.2. Gambaran kecemasan dilihat dari tingkat pendidikan terakhir responden Berdasarkan penelitian peneliti tentang tingkat kecemasan yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang ditinjau dari pendidikan terakhir responden didapatkan tingkat kecemasan keluarga yang tertinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke adalah pendidikan SD dengan tingkat kecemasan berat sekali/ panik yang dialami oleh 2 responden (20%). Menurut asumsi peneliti, kecemasan seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kepada anggota keluarga dengan tingkat pendidikan terakhir SD bahwa responden salah dalam memahami tentang penyakit yang diderita oleh klien. Mereka berfikir penyakit stroke adalah penyakit yang sangat parah dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan pada responden yang tingkat pendidikannya yang lebih tinggi dari SD tidak merasakan kecemasan berat sekali/ panik, hal ini disebabkan seseorang dengan pendidkan tinggi akan lebih paham tentang informasi yang diberikan terutama informasi tentang keadaan pasien yang sedang dirawat. Kuncoroningrat (1999) mengatakan pendidikan kesehatan merupakan usaha kegiatan untuk membantu individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mencapai hidup yang optimal. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian sebelumnya bahwa pada tingkat pendidikan tinggi (≥ SMA) lebih banyak mengalami kecemasan berat yaitu 63,3%, sedangkan pada tingkat pendidikan rendah (< SMA) yang mengalami kecemasan berat sekali/ panik yaitu 62,5%. 3.2.3. Gambaran kecemasan dilihat dari pekerjaan responden Berdasarkan penelitian peneliti tentang tingkat kecemasan yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang ditinjau dari pekerjaan responden bahwa frekuensi terbanyak keluarga yang tidak bekerja dan merawat anggota keluarganya yang menderita stroke adalah 4 responden (28,6%) dengan tingkat kecemasan berat, sedangkan frekuensi terbanyak keluarga yang bekerja dan sering merawat anggota keluarga yang menderita stroke adalah 8 responden (50%) dengan tingkat kecemasn sedang. Setelah di lakuakan pendekatan dan wawancara kepada responden yang tidak bekerja, responden merasa cemas akan penyakit yang dialami oleh keluarganya tersebut. Karena waktu dalam menjaga dan merawat anggota keluarga lebih terfokus pada anggota keluarganya tersebut. Serta sering memikirkan tentang biaya perawatan kelurga yang menderita stroke. keadaan ini yang mempengaruhi kecemasan keluarga karena keluarga tidak memiliki penghasilan yang tetap. Sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Narbuko (2002) bahwa pekerjaan merupakan kegiatan utama atau penghasil utama dalam kehidupan manusia. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Syarifah taufik (2008) bahwa responden yang tidak bekerja lebih banyak mengalami kecemasan berat yaitu 81,3%, sedangkan responden yang bekerja menagalmi kecemasan berat yaitu 42,9%. Diperoleh hasil bahwa seorang keluarga yang tidak bekerja lebih banyak
waktu dalam menjaga keluarga yang sakit dan pikirannya tersebut terpusat dengan keluarga yang sakit. 3.2.4. Gambaran kecemasan dilihat dari hubungan dengan klien Berdasarkan penelitian peneliti yang dilakukan di Ruangan Neuro RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo tentang tingkat kecemasan keluarga yang tertinggi dalam merawat anggota keluarga yang menderita stroke dilihat dari hubungan dengan klien yang lebih merasakan cemas adalah Anak klien. Menurut hasil penelitian, menunjukan bahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter mengenai diagnosis anggota keluarga yang dirawat, yang paling merasakan cemas adalah Anak klien. Hal ini disebabkan hubungan antara orangtua dan anak yang begitu dekat sehingga anak merasakan tingkat kecemasan yang tinggi terhadap keadaan orangtuanya. Sedangkan ketika stroke menyerang pasangan hidup hanya berpengaruh pada perannya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ketika stroke menyerang istri, suami akan berfikir tentang mengasuh anak, dan menggantikan semua pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh istrinya sebelum sakit. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang tingkat kecemasan keluarga yang merawat anggota keluarga yang menderita stroke di Ruangan Neuro RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo, didapatkan bahwa masih banyak anggota keluarga yang cemas dalam merawat anggota keluarganya yang menderita stroke. Kecemasan yang paling banyak dialami adalah kecemasan sedang sebanyak 11 responden (36,6%), hal ini disebabkan karena anggota keluarga sebelumnya belum pernah merawat anggota keluarga yang menderita stroke. 4.2. SARAN Berdasarkan kesimpulan tersebut maka ada beberapa hal yang dapat disarankan oleh peneliti antara lain sebagai berikut : 1. Bagi institusi RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe Kota Gorontalo Meningkatkan program pelayanan kesehatan bukan saja kepada pasien, tetapi juga kepada anggota keluarga terutama kepada anggota keluarga yang sering merawat keluarganya. 2. Bagi Perawat Lebih meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam menangani pasien dan keluarga dengan memberikan penyuluhan kesehatan 3. Bagi Anggota Keluarga Diharapkan kepada anggota keluarga jangan terlalu terlalu cemas dalam merawat anggota keluarganya yang menderita stroke karena dengan adanya kecemasan dari keluarga maka akan mempengaruhi fisiologi dari pasein yang dirawat.
DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, sulistiyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Arbi, 2008. Penyakit-penyakit di Masa Tua. Jakarta: EGC Atkkinson Rita dkk, 2002. Pengantar Psikologi. Jakarta: Interaksara. Goldszmidt Adrian, 2011. Esensial stroke. Jakarta: EGC Hawari Dadang, 2001. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hidayat,a.azis, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta Selatan: Salemba Medika Lumbantobing, S. M, 2003. Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mansjoer, Arif dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Murwani, Arita, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Fitratama Price, Sylvia dkk, 2003. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC Setiadi, 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Soeharto, Iman, 2004. Serangan Jantung Dan Stroke Hubungannya Dengan Lemak dan Kolestrol Edisi Kedua. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Stuart, G.W dan Sundeen, S.J., 1998. Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC Taufik Syarifah, 2008. Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Stroke yang Dirawat Di Ruang Mawar. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Palu. ( http//www.scribd.com/doc/14044261/Gambaran-TingkatKecemasan-Keluarga-Pasien-Stroke-Yang-Dirawat-Di-Ruang-Mawar)