1
Dampak Dukungan Spiritual Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Lansia Paska Stroke Rizky Erwanto1 1
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta Email :
[email protected]
Abstrak Penyebab kematian penyakit tidak menular terbesar peringkat tiga di propinsi Yogyakarta adalah stroke. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan spiritual keluarga dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Desain penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional . pengambilan sampel secara sampling jenuh atau total sampling dengan responden berjumlah 80. Sampel penelitian ini adalah lansia dengan paska stroke dan anggota keluarga yang merawat lansia dengan paska stroke. Hasil analisa chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan intrapersonal, interpersonal, dan transpersonal dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke. Dukungan spiritual yang dominan adalah dukungan transpersonal. Peran perawat komunitas dibutuhkan untuk mendukung keluarga dalam memberikan dukungan spiritual pada lansia paska stroke. Kata kunci : Dukungan spiritual keluarga; tingkat kecemasan; lansia paska stroke
Abstract The third rank common cause of the death on non communicable diseases in Yogyakarta was stroke. This study was conducted to determine the association between spiritual support of family caregiver and the level of anxiety in the older people with post stroke disease in Mergangsan health center Yogyakarta. A analytic correlation with cross sectional approach was used in this study. Saturated sampling technique or total sampling was held in the study with the sample size of the study was 80. The Results showed that there is association between intrapersonal, interpersonal, transpersonal support and the levels of anxiety in the older people with post-stroke. The dominant variable of spiritual support was transpersonal support. The Community Health Nursing is needed to support families in providing the spiritual support to decreased anxiety for older people with post stroke in the community. Keywords : Spiritual support of family caregiver; anxiety level; post stroke in the older people
1
1 Kondisi inilah yang dapat menyebabkan
Pendahuluan
derajat Penyebab kematian penyakit tidak menular terbesar dipropinsi D.I Yogyakarta tahun
penduduk
khususnya
lansia
semakin buruk (Komisi Lanjut Usia, 2010).
2011 adalah stroke (Dinas Kesehatan DIY, 2012). Berdasarkan data dari Puskesmas
Berdasarkan
Mergangsan Kota Yogyakarta didapatkan
wawancara dari dua lansia paska stroke
jumlah kunjungan lansia paska stroke
yang melakukan kunjungan ke Puskesmas
dalam satu tahun sebanyak 140 kali
Mergangsan Kota Yogyakarta, didapatkan
kunjungan . pada tahun 2012, terdapat 5
bahwa lansia yang datang sendiri tanpa
pasien baru yang melakukan rawat jalan di
anggota keluarga tersebut tampak duduk
Puskesmas Mergangsan.
Berdasarkan
termenung dan sering merasa bingung,
hasil
penanggung
sulit tidur dan takut terhadap kondisi yang
jawab lansia di puskesmas mergangsan
dapat mengancam dirinya akibat sakit yang
bahwa masih banyak lansia paska stroke di
dideritanya. Keluarga tidak mengantarkan
wilayah kerja puskesmas mergangsan yang
lansia untuk berobat ke puskesmas di
tidak melakukan pengobatan atau rawat
karenakan anggota keluarga sibuk bekerja
jalan di Puskesmas Mergangsan, beberapa
apabila siang hari. Menurut Delaune dan
lansia melakukan pemeriksaan kesehatan
Ladner (2011) bahwa dukungan spiritual
di pelayanan kesehatan lain, ruma sakit,
yang diberikan oleh keluarga terhadap
klinik, dokter swasta, bahkan terdapat
anggota keluarga akan membawa dampak
beberapa
pernah
positif dan mempengaruhi kondisi fisik
memeriksakan kondisi kesehatan apabila
maupun psikologis seseorang termasuk
tidak
menurunkan tingkat kecemasan seseorang
wawancara
lansia
merasa
dengan
yang
sakit.
tidak
Kesadaran
dari
hasil
ketika
yang mengalami
sangat
keterbatasan fisik, dan meningkatkan status
kurang. Hal tersebut bertentangan dengan
kesehatan seseorang sehingga kualitas
pendapat
Hanson,
&
hidup lansia akan meningkat. Tujuan
Kaakinen
(
keluarga
penelitian ini juga mencari hubungan dan
kronik
Gedaly-Duff,
2005)
bahwa
sakit,
dan
keluarga dalam merawat anggota keluarga sakit
mengalami
observasi
merupakan tempat bagi anggota keluarga
mengidentifikasi
untuk
dan
dominan diantara dukungan intrapersonal,
penyakit serta sebagai tempat dalam
dukungan interpersonal, dan dukungan
memberi
transpersonal dengan tingkat kecemasan
belajar
dan
tentang
kesehatan
memperoleh
perawatan
sepanjang kehidupan semua anggotanya.
variabel
mengalami
yang paling
2 lansia paska stroke di Wilayah Kerja
Townsend 2009); (Stuart, 2009), terdapat
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta.
empat
tingkatan
kecemasan
yaitu
kecemasan ringan, sedang, berat, dan sangat berat/panik. Tinjauan Teoritis Lansia dikatakan sebagai kelompok yang beresiko karena banyak faktor beresiko yang
terjadi
pada
Schubert &
lansia
(Hitchcok,
Thomas, 1999). Hal ini
sependapat dengan Miller (2004), bahwa faktor resiko pada lansia yang dapat mengakibatkan diantaranya
penurunan kejadian
fungsi penyakit,
lingkungan, gaya hidup, sistem dukungan, kondisi psikologis, efek obat-obatan, dan kurangnya pengetahuan. Lansia paska stroke dikatakan sebagai populasi yang rentan
disebabkan
karena
kesehatan
yang
mengakses
pelayanan
masalah
memburuk,
sulit
kesehatan
dan
memiliki pendapatan (keuangan) yang buruk (Stanhope & Lancaster, 2004;
Dukungan spiritual merupakan salah satu strategi atau cara koping keluarga eksternal yang dapat dilakukan oleh keluarga selain dukungan sosial (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Konsep ini juga didukung oleh Reed (1992, dalam Burkhardt & Jacobson ,2002) bahwa dimensi spiritualitas intrapersonal
(diri
hubungan
sendiri), hubungan
interpersonal (orang lain dan lingkungan) dan hubungan transpersonal (Tuhan atau kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri). Menurut Burkhardt dan Nagai-Jacobson, 2009; NANDA International (2009, dalam Miller, 2012) bahwa elemen atau dimensi dari spiritualitas terdiri dari keterhubungan dengan diri sendiri, keterhubungan dengan orang
Maurer & Smith, 2005).
meliputi
dari
lain,
keterhubungan
dengan
kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri, Komplikasi paska stroke dapat berdampak
dan keterlibatan dalam berbagai kegiatan
secara
kreatif.
fisik,
psikologis,
sosial,
dan
Menurut
Reed
(1992,
dalam
spiritual. Dampak secara psikologis antara
Burkhardt & Jacobson,2002); Burkhardt
lain dapat
mengakibatkan kecemasan.
dan Jacobson (2008, dalam Delaune &
Ansietas dan ketakutan paska stroke
Ladner, 2011); Burkhardt (1993, dalam
merupakan
Kozier dkk, 1997); Friedman, Bowden &
manifestasi
yang
umum, dan
Jones (2003) dapat diambil kesimpulan
kemampuan fungsional yang akan terjadi
bahwa dimensi dukungan spiritual yang
dimasa yang akan datang (Stanley & Barre,
dapat dilakukan oleh keluarga meliputi
berkaitan dengan kualitas hidup
2007). Menurut Peplau (1963, dalam
3 dukungan
intrapersonal,
dukungan
interpersonal, dan dukungan transpersonal.
Metode Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam
Menurut Stuart (2009) bahwa
faktor
penelitian
korelasi
dengan
ini
adalah
pendekatan
analisis cross
pencetus terjadinya kecemasan antara lain
sectional. Pendekatan penelitian ini akan
usia lansia, jenis kelamin, dan tingkat
mengukur variabel dukungan spiritual
pendidikan. Menurut Townsend (2009)
yang meliputi dukungan intrapersonal,
bahwa seseorang yang menderita penyakit
dukungan interpersonal, dan dukungan
kronik akan mengalami proses kehilangan
transpersonal dengan tingkat kecemasan
dan rasa kesedihan yang sangat mendalam.
lansia paska stroke dalam waktu yang
berdasarkan
bersamaan.
teori
Kübler-Ross
bahwa
seseorang akan melewati tahap denial, tahap anger, dan tahap depression sampai
Populasi dalam penelitian ini adalah
kurang lebih waktu 6 bulan. Setelah
seluruh lansia paska stroke yang berusia 60
melewati waktu tersebut, maka seseorang
tahun atau lebih yang tinggal di Wilayah
berada dalam tahap acceptance yang
Kerja
diharapkan dapat menerima intervensi dari
Yogyakarta. Populasi dalam penelitian ini
perawat.
dapat
berjumlah 80 lansia paska stroke dan
mempengaruhi dukungan spiritual adalah
keluarga utama yang merawat lansia paska
perilaku keluarga dan beban keluarga
stroke. Sampel dalam penelitian ini adalah
dalam Menurut domain
Faktor
merawat
lain
lansia
Notoatmojo dari
yang
Puskesmas
Mergangsan
Kota
paska
stroke.
semua lansia paska stroke yang berusia
(2012)
bahwa
lebih dari 60 tahun dan keluarga utama
meliputi
yang merawat lansia paska stroke yang
perilaku
pengetahuan, sikap, dan tindakan. Beban
bertempat
keluarga merupakan tingkat pengalaman
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta
distress keluarga sebagai efek dari kondisi
yaitu sejumlah 80 lansia. Jumlah tersebut
anggota
mengalami
sesuai dengan jumlah minimal sampel
penyakit kronik yang dapat menyebabkan
yang diinginkan peneliti sesuai dengan
meningkatnya
dan
rumus besar sampel dari populasi yang
ekonomi dari keluarga (Fontaine, 2009;
dikembangkan dari Isaac dan Michae.
Kaakinen, et. all, 2010).
Peneliti juga menghitung besar sampel
keluarga
yang
stres
emosional
tinggal
di
wilayah
kerja
untuk uji hipotesis beda 2 proporsi. Hipotesis yang peneliti lakukan yaitu apabila dukungan spiritual yang dilakukan
4 oleh
keluarga
baik,
tingkat
merawat lansia paska stroke dan beban
kecemasan yang dialami oleh lansia paska
keluarga dalam merawat lansia paska
stroke
terjadi
stroke. Kuesioner perilaku keluarga berupa
kecemasan pada lansia, sebaliknya apabila
komposit dari 3 (tiga) domain yaitu
dukungan spiritual yang dilakukan oleh
pengetahuan,
keluarga kurang, maka tingkat kecemasan
Kuesioner
yang dialami oleh lansia paska stroke
dikembangkan oleh Zarit, Reever, dan
sangat berat atau panik dengan jumlah
Peterson (1980).
rendah
maka
bahkan
tidak
sikap, beban
dan
tindakan.
keluarga
yang
minimal sampel sebesar 80 responden. Teknik
pengambilan
sampel
dalam
Analisis data pada penelitian ini dilakukan
penelitian ini adalah sampling jenuh.
dengan
analisis
univariat
deskriptif,
Sampling jenuh atau istilah lain sensus
analisis bivariat, dan multivariat. Analisis
merupakan teknik penentuan sampel bila
bivariat menggunakaan uji chi square
semua anggota populasi digunakan sebagai
untuk melihat hubungan yang siginifikan
sampel (Sugiyono, 2011).
antara variabel independen dan variabel dependen, sedangkan analisis multivariate
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan
menggunakan uji regresi logiatik berganda
data dalam penelitian ini menggunakan
untuk melihat variabel independen yang
instrumen
dominan setelah dikontrol oleh variabel
peneliti
yang
dikembangkan
berdasarkan
kajian
oleh
literatur.
perancu.
Instrumen dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu instrumen untuk keluarga
Hasil Penelitian
dan instrumen untuk lansia. Kuesioner untuk
lansia
terdiri
dari
kuesioner
dukungan spiritual dan tingkat kecemasan. Kuesioner
dukungan
spiritual
berupa
komposit dari 3 (tiga) domain yaitu terdiri dari dukungan intrapersonal, dukungan interpersonal, dan dukungan transpersonal. Kuesioner
tingkat
menggunakan
standart
kecemasan baku
yaitu
kuesioner HRSA (Hamilton Rating Scale Anxiety). Kuesioner untuk keluarga terdiri dari kuesioner perilaku keluarga dalam
Hasil penelitian ini didapatkan gambaran karakteristik sebagai berikut data yang ditemukan menggambarkan bahwa usia lansia dini (60-74 tahun) lebih dari separuh dibandingkan dengan usia lansia tua (>75 tahun) yaitu sebesar 63,75%. Jenis kelamin perempuan
lebih
dari
separuh
dibandingkan dengan jenis kelamin lakilaki yaitu sebesar 51,25%. Pendidikan terakhir lansia rendah (Tidak sekolah, SD dan SMP) lebih dari separuh dibandingkan
5 dengan pendidikan tinggi yaitu sebesar 63,75 %. Lama menderita stroke responden lansia sebagian besar lebih besar sama dengan 6 bulan 82,5 %.
1
Data yang ditemukan menggambarkan
1
bahwa beban keluarga dalam merawat lansia lebih dari separuh dibandingkan 2 dengan keluarga yang tidak memiliki beban yaitu sebesar 51,25%. keluarga yang mengalami perilaku baik dalam merawat lansia sama besar dengan perilaku kurang yang dialami oleh keluarga dalam merawat lansia masing-masing sebesar 50 %. Komponen dari perilaku yang meliputi pengetahuan,
sikap,
dan
tindakan.
Pengetahuan keluarga yang baik dalam merawat
lansia
dibandingkan
lebih dengan
dari
separuh
pengetahuan
keluarga yang kurang dalam merawat lansia yaitu sebesar 55%. Sikap keluarga yang baik dalam merawat lansia lebih dari separuh
dibandingkan
dengan
sikap
keluarga yang kurang dalam merawat lansia yaitu sebesar 53,75%. Tindakan keluarga yang kurang dalam merawat lansia lebih dari separuh dibandingkan dengan tindakan keluarga yang baik dalam merawat lansia yaitu sebesar berjumlah 52,5%.
3
Tabel 1 Dukungan spiritual keluarga pada lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta bulan Juni 2013 (n=80) Variabel Jumlah Persentase (%) Dukungan Spiritual Kurang 38 47,5 Baik 42 52,5 Dukungan Intrapersonal Kurang 38 47,5 Baik 42 52,5 Dukungan Interpersonal Kurang 39 48,75 Baik 41 51,25 Dukungan Transpersonal Kurang 30 37,5 Baik 50 62,5
Tabel di atas menggambarkan tentang dukungan spiritual keluarga yang diterima oleh lansia paska stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Dukungan spiritual yang baik, lebih dari separuh dibandingkan dengan dukungan spiritual yang kurang yaitu sebesar 52,5 %. Dukungan spiritual terdiri dari dukungan intrapersonal, dukungan interpersonal, dan dukungan
transpersonal.
Dukungan
intrapersonal yang baik lebih dari separuh dibandingkan
dengan
dukungan
intrapersonal yang kurang yaitu sebesar 52,5 %. Dukungan interpersonal yang baik lebih dari separuh dibandingkan dengan dukungan interpersonal yang kurang yaitu sebesar 51,25 %. Dukungan transpersonal yang
kurang
dibandingkan
lebih dengan
dari
separuh dukungan
transpersonal yang baik yaitu sebesar 62,5 %.
6 Tabel 2 Tingkat Kecemasan lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta bulan Juni 2013 (n=80) Variabel Jumlah Persentase (%) 1 Tingkat kecemasan Tidak cemas 31 38,75 Ringan 16 20 Sedang 19 23,75 Berat 12 15 Sangat berat/panik 2 2,5 2 Tingkat kecemasan Tidak cemas 31 38,75 Cemas 49 61,25
Tabel 3 Hubungan dukungan spiritual keluarga dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta bulan Juni 2013 (n=80) Dukungan spiritual
Cemas n
%
Tidak cemas n %
To tal n
P value
OR (95% CI)
Dukungan intrapersonal Kurang Baik
30 19
78,9 45,2
8 23
21,1 54,8
38 42
0,002
4,54 (1,69 :12,2)
Dukungan interpersonal Kurang Baik
30 19
76,9 46,3
9 22
23,1 53,7
39 41
0,005
3,86 (1,2: 2,53)
Dukungan transpersonal Kurang Baik
25 24
83,3 48
5 26
16,7 52
30 50
0,002
5,42 (0,19:0,75)
Tabel diatas menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia paska stroke, diperoleh hasil antara tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat, dan
cemas
sangat
berat/panik
yaitu
Tabel 3 menggambarkan bahwa lansia
masing-masing sebesar 38,75 %, 20 %,
yang
23,75 %, 15 %, dan 2,5 %. Untuk
intrapersonal,
keperluan uji statistik maka kategori
sebanyak 78,9 %, dibandingkan lansia
tingkat
2
yang mendapatkan dukungan intrapersonal
kategori sehingga lansia paska stroke yang
dengan baik yaitu sebesar 45,2 % yang
mengalami kecemasan lebih dari separuh
mengalami kecemasan. Dari hasil uji
dibandingkan dengan lansia paska stroke
statistik diperoleh nilai p = 0,002, maka
yang tidak mengalami kecemasan masing-
dapat disimpulkan ada hubungan yang
masing sebesar 61,25 %.
signifikan antara dukungan intrapersonal
kecemasan
dibagi
menjadi
kurang
mendapatkan mengalami
dukungan kecemasan
dengan tingkat kecemasan lansia paska Hasil analisis bivariat pada penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara variabel
independen
yaitu
spiritual
keluarga
dengan
dukungan variabel
dependen yaitu tingkat kecemasan yang dialami oleh lansia paska stroke seperti pada tabel 3
stroke. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR=4,54
dukungan
(CI=1,69:12,2)
intrapersonal
yang
artinya kurang
memiliki peluang sebanyak 4,54 kali untuk mengalami kecemasan dibanding lansia yang mendapatkan dukungan intrapersonal oleh keluarga dengan baik. Lansia dukungan
yang
kurang
interpersonal,
mendapatkan mengalami
7 kecemasan sebanyak 76,9 %, dibandingkan lansia
yang
mendapatkan
dukungan
Analisis multivariat yang digunakan dalam
interpersonal dengan baik yaitu sebesar
penelitian ini adalah uji regresi logistik
46,3 % yang mengalami kecemasan. Dari
berganda
hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,005,
mengestimasi secara valid hubungan satu
maka dapat disimpulkan ada hubungan
variabel independen (dukungan spiritual
yang
dukungan
keluarga) yang paling berhubungan dengan
interpersonal dengan tingkat kecemasan
variabel dependen (tingkat kecemasan
lansia paska stroke. Dari hasil analisis
lansia paska stroke) dan melakukan kontrol
diperoleh
terhadap variabel confounding.
signifikan
antara
pula
(CI=1,204:2,529), interpersonal
yang
nilai
OR=3,86
artinya
dukungan
kurang
dibanding
lansia
bertujuan
untuk
Tabel 4 Hasil pemodelan akhir uji multivariat yang berhubungan dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta bulan Juni 2013 (n=80)
memiliki
peluang sebanyak 3,86 kali mengalami kecemasan
yang
yang
mendapatkan dukungan interpersonal oleh keluarga dengan baik. Lansia
yang
dukungan
kurang
transpersonal,
yang
Variabel
B
1
Dukungan transpersonal
1,183
P value 0,093
2
Dukungan intrapersonal
1,087
0,117
3
Dukungan interpersonal
0,863
0,244
4
Jenis Kelamin
1,892
0,003
Konstanta
-1,671
0,005
mendapatkan mengalami
kecemasan sebanyak 83,3 %, dibandingkan lansia
No
mendapatkan
dukungan
transpersonal dengan baik yaitu sebesar 48 % yang mengalami kecemasan. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,002, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan transpersonal dengan tingkat kecemasan lansia paska stroke. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=5,42 (CI=0,196:0,755), artinya dukungan
transpersonal
yang
kurang
memiliki peluang sebanyak 5,42 kali mengalami kecemasan dibanding lansia yang mendapatkan dukungan transpersonal oleh keluarga dengan baik.
OR (95% CI) 3,26 (0,82212,958) 2,96 (0,76111,554) 2,37 (0,55510,135) 6,63 (1,86623,582) 0,19
Berdasarkan tabel 5.13 dapat dijelaskan bahwa model akhir yang dapat diperoleh persamaan regresi logistik yaitu : y = konstanta + α1x1+ α2x2+ α+x3+ α4x4 y
=
-1,671
+
1,087
(dukungan
intrapersonal)
+
0,863
(dukungan
interpersonal)
+
1,183
(dukungan
transpersonal) + 1,892 (Jenis kelamin)
8 Pada hasil analisis multivariat ini juga
memiliki masalah kesehatan kronik, salah
dapat terlihat bahwa variabel dukungan
satunya adalah stroke diakibatkan karena
spiritual yang dominan yang berhubungan
anak telah dewasa dan meninggalkan
dengan kecemasan lansia paska stroke
rumah
adalah variabel dukungan transpersonal
dipedulikan lagi, penyakit yang dialaminya
karena memiliki nilai OR yang paling
dan kebutuhan ekonomi yang semakin
besar yaitu 3,26. Nilai OR tersebut berarti
meningkat.
bahwa lansia yang kurang mendapatkan
penelitian yang dilakukan oleh Kimura,
dukungan
Tateno, dan Robinson (2003) bahwa angka
transpersonal
berpeluang
sehingga
lansia
Hal
ini
generalized
merasa
didukung
oleh
mengalami cemas 3,26 kali lebih banyak
kejadian
dibandingkan apabila diberikan dukungan
(GAD) sebesar 25%. Berdasarkan evaluasi
transpersonal yang baik, setelah dikontrol
pelayanan di rumah sakit bahwa cemas dan
oleh variabel confounding yaitu jenis
depresi dipengaruhi oleh aspek klinik dari
kelamin.
post
stroke
mood
ketidakmampuan Pembahasan
disorders,
dalam
disorder
akibat
beraktivitas
selama di rumah sakit maupun adanya
Hasil analisis tentang tingkat kecemasan lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta menunjukkan bahwa lansia paska stroke yang mengalami kecemasan lebih dari separuh dibandingkan dengan lansia paska stroke yang tidak mengalami kecemasan yaitu sebesar 61,25 %. Tingginya angka kecemasan lansia yang paska stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan sependapat
anxiety
tidak
dengan
penelitian
yang
dilakukan oleh Bergersen, Frøslie dan Stibrant (2010) bahwa
angka kejadian
kecemasan pada pasien stroke sebesar 35 %. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri, Zulkifli, dan Karim (2011) bahwa kecemasan yang dialami oleh lansia yang
kerusakan fungsi sosial. Pada periode stroke akut, kejadian generalized anxiety disorder berhubungan dengan lesi pada korteks frontal kiri yang dapat terjadi kurang lebih selama 4,5 bulan. Menurut Stanley dan Barre (2007) bahwa rasa takut dan
cemas
merupakan
akibat
serangan
stroke
gejala
umum
yang
berhubungan dengan kualitas hidup dan kemampuan
dalam
beraktifitas
dalam
kehidupan
sehari.
Miller
(2004)
menambahkan bahwa tingkah laku dan emosional pada lansia paska stroke sangat labil, sehingga lansia sering mengalami depresi dan cemas yang berhubungan erat dengan kondisi medis yang merupakan efek dari kondisi medis tertentu.
9 Tingginya prevalensi atau angka kejadian
bahwa total skor yang paling banyak ada
kecemasan pada lansia paska stroke di
pada item pernyataan bahwa lansia sulit
wilayah kerja Puskesmas Mergangsan
untuk berkonsentrasi.
Kota Yogyakarta, berhubungan dengan beberapa
faktor,
antara
terjadi
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan
penurunan konsentrasi dan daya ingat,
bahwa dukungan spiritual yang baik, lebih
terjadi penurunan aktifitas fisik sehari-hari
dari
akibat serangan stroke yang dialaminya,
dukungan spiritual yang kurang yaitu
merasa tidak berdaya dan tidak dihargai
sebesar 52,5 %. Dukungan spiritual terdiri
lagi oleh keluarga maupun orang lain
dari 3 komponen antara lain dukungan
dalam
intrapersonal, dukungan interpersonal, dan
pengambilan
lain
keputusan,
dan
separuh
dibandingkan
berkurangnya penghasilan akibat lansia
dukungan
tidak bisa bekerja dan beraktifitas lagi. Hal
intrapersonal yang baik lebih dari separuh
tersebut sesuai dengan pendapat Townsend
dibandingkan
(2009) bahwa seseorang akan mengalami
intrapersonal yang kurang yaitu sebesar
proses kehilangan dan rasa kesedihan yang
52,5 %. Dukungan interpersonal yang baik
sangat mendalam apabila terjadi penurunan
lebih dari separuh dibandingkan dengan
kondisi dengan proses penyakit misalnya
dukungan interpersonal yang kurang yaitu
pada pasien lansia dengan paska stroke.
sebesar 51,25 %. Dukungan transpersonal yang
transpersonal.
dengan
kurang
dengan
lebih
Dukungan
dukungan
dari
Menurut Peplau (1963, dalam Townsend,
dibandingkan
2009) ; Stuart (2009) tingkat kecemasan
transpersonal yang baik yaitu sebesar 62,5
terbagi
%.
menjadi
4
tingkatan,
yaitu
dengan
separuh dukungan
kecemasan ringan, sedang, berat, dan sangat berat/panik. Diantara ke 4 tingkatan
Berdasarkan penelitian dari The Joanna
kecemasan tersebut, tingkatan kecemasan
Briggs Institute (2010) bahwa dukungan
yang paling banyak terjadi di Wilayah
spiritual dapat meningkatkan harapan,
Kerja
adalah
semangat, kepercayaan diri, kenyamanan
cemas sedang yaitu sebesar 23,7 %. Pada
psikologis serta merupakan doa yang
kecemasan
membawa kekuatan pada lansia paska
Puskesmas
penurunan
ini
Mergangsan
lansia
kemampuan
mengalami berkonsentrasi,
stroke.
Hal
tersebut
didukung
oleh
terjadi ketegangan otot, dan lansia tampak
Friedman, Bowden dan Jones (2003);
gelisah. Hal ini sesuai dengan hasil total
Wright, et all (1996, dalam Friedman,
skor yang dijawab oleh responden lansia
Bowden
dan
Jones,
2003)
bahwa
10 dukungan spiritual merupakan salah satu
dari jawab sebagian besar lansia bahwa
strategi atau mekanisme koping keluarga
keluarga
eksternal
memfasilitasi
yang dapat
dilakukan
oleh
memberikan
semangat
lansia
untuk
atau dapat
keluarga selain dukungan sosial. Peranan
berkumpul dengan teman-temannya atau
dukungan spiritual sangat penting dalam
dengan tetangga. Dengan adanya dukungan
mendukung
ini, maka lansia merasa bahwa dirinya
kepercayaan
keluarga
sehingga anggota keluarga dapat mengatasi
tidak
sendiri
masalah yang dialaminya.
keluarga sehingga kualitas hidup lansia paska
stroke
dan
diperhatikan
menjadi
lebih
oleh
tinggi
Berdasarkan analisis peneliti, bahwa lebih
dibandingkan dengan lansia yang kurang
dari separuh lansia paska stroke di wilayah
mendapatkan dukungan ataupun sentuhan
kerja Puskesmas Mergangsan mendapatkan
dari keluarga.
dukungan spiritual yang baik. Dukungan spiritual yang diberikan oleh keluarga pada
Hasil analisis dukungan spiritual dengan
lansia paska stroke di wilayah kerja
tingkat kecemasan lansia paska stroke di
Puskesmas Mergangsan sebagian besar
wilayah kerja Puskesmas Mergangsan
adalah dukungan transpersonal. Mayoritas
Kota
dukungan transpersonal yang dilakukan
hubungan
oleh keluarga dapat dilihat dari jawaban
ditunjukkan dengan nilai p=0,002. Lansia
kuesioner dukungan spiritual antara lain
yang
keluarga memberikan dukungan kepada
spiritual, mengalami kecemasan sebanyak
lansia
78,9
bahwa
pertolongan
kepercayaan
Tuhan
akan
akan
Yogyakarta yang
kurang
%,
menunjukkan bermakna
mendapatkan
dibandingkan
ada yang
dukungan
lansia
yang
memberikan
mendapatkan dukungan spiritual dengan
kesembuhan sakit stroke yang dialaminya
baik. Dari hasil analisis diperoleh pula
saat ini. Selain dukungan transpersonal,
lansia yang kurang mendapatkan dukungan
sebagian besar lansia telah mendapatkan
spiritual memiliki peluang sebanyak 4,54
dukungan intrapersonal dan dukungan
kali
transpersonal.
dibanding
Dukungan intrapersonal dapat dilihat dari
dukungan spiritual dengan baik oleh
jawaban sebagian besar lansia bahwa
keluarga.
untuk
mengalami
lansia
yang
kecemasan mendapatkan
keluarga menyentuh dengan lembut kepada lansia dengan paska stroke apabila sedang
Menurut
sendirian
Handayani (2012) bahwa responden lansia
atau
pada
saat
melamun.
Dukungan interpersonal dapat juga dilihat
paska
penelitian
stroke
yang
Adientya
dan
mendapatkan
11 pemenuhan kebutuhan spiritual dengan
keluarga
baik, tidak mengalami cemas atau stres.
kecemasan
Spiritual
koping,
dengan paska stroke. Dukungan spiritual
dukungan sosial, sikap optimis, harapan
yang diberikan oleh keluarga kepada lansia
hidup, mengurangi kecemasan dan depresi
paska stroke mayoritas adalah dukungan
serta
transpersonal, dimana keluarga lebih fokus
dapat
meningkatkan
mendukung
perasaan
relaksasi.
berhubungan
dengan
yang dialami
oleh
lansia
Penelitian lain oleh Mingli (2010) yang
dalam
dilakukan
senior
bentuk pendekatan diri kepada Tuhan. Hal
dibagian utara dan pusat Arizona, bahwa
ini dapat dilihat dari jawaban kuesioner
secara statistik terdapat hubungan linier
responden,
yang
dukungan kepada lansia bahwa segala
oleh
signifikan
para
pekerja
antara
kesejahteraan
memberikan
tingkat
dukungan
mayoritas
cobaan
tingkat depresi. Menurut Wright, et all
sekarang merupakan cobaan dari Tuhan
(1996, dalam Friedman, Bowden & Jones,
dan percaya bahwa sakit yang dialami
2003) bahwa dukungan spiritual keluarga
dapat sembuh atau dapat kembali ke
berperan sangat penting dalam mendukung
keadaan
kepercayaan keluarga sehingga anggota
spiritual yang diberikan oleh keluarga,
keluarga dapat mengatasi masalah yang
lansia
dialaminya. Menurut Taylor, Lilis, dan
dihargai, meskipun lansia merasa tidak
LeMone (1997) bahwa dukungan spiritual
berdaya lagi akibat penurunan kemampuan
diperlukan oleh lansia yang memiliki
dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Hal
penyakit kronik, apabila penyakit yang
ini berbeda dengan lansia paska stroke
diderita lansia tersebut memerlukan waktu
yang
yang lama dalam proses penyembuhannya
spiritual
dan belum pasti sembuh agar dapat
melamun dan takut terhadap kondisi yang
menerima keadaan sakit yang dialaminya,
dialaminya. Hal ini sebagai salah satu
dengan melaksanakan ibadah, berdoa,
pemicu terjadinya kecemasan pada lansia
membaca
paska stroke.
keagamaan pemenuhan
suci
lainnya
dan
praktek
membantu
kebutuhan
spiritual
analisis
peneliti,
semula.
juga
kurang dari
yang
Adanya
merasa
dialami
dukungan
diperhatikan
mendapatkan keluarga,
dan
dukungan
lansia
sering
dalam dan
sebagai perlindungan bagi individu sendiri.
Berdasarkan
sakit
memberikan
spiritual dengan tingkat kecemasan dan
kitab
termasuk
dalam
Berdasarkan hasil uji statistik, maka dapat diperoleh
bahwa
dominan
diantara
faktor
yang
dukungan
paling spiritual
bahwa
adalah dukungan transpersonal dengan
dukungan spiritual yang diberikan oleh
nilai OR yang terbesar yaitu sebesar 3,26
12 yang berarti bahwa lansia yang kurang
dengan
mendapatkan
dukungan interpersonal.
dukungan
transpersonal
dukungan
intrapersonal
dan
berpeluang mengalami cemas 3,26 kali lebih
banyak
dibandingkan
apabila
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
diberikan dukungan transpersonal yang
oleh Syam, Hamid, & Susanti (2011)
baik, setelah dikontrol jenis kelamin,
bahwa dimensi kesehatan spiritual yang
dukungan intrapersonal, dan dukungan
paling tinggi adalah interaksi lansia dengan
interpersonal. Jenis kelamin merupakan
Tuhan
variabel perancu (confounding factor) yang
dengan orang lain dan interaksi lansia
berhubungan dengan tingkat kecemasan
dengan diri sendiri.Hal ini sesuai dengan
yang dialami oleh lansia paska stroke.
pernyataan Fowler (1982 dalam Kozier,
dibandingkan
interaksi
lansia
2004) bahwa kesehatan spiritual (terhadap Berdasarkan rumus probabilitas, dapat
Tuhan,
dijelaskan juga bahwa apabila diketahui
memberikan kekuatan atau harapan pada
lansia
saat inidividu mengalami kesulitan dalam
yang mengalami
berjenis
kelamin
intrapersonal
paska stroke
laki-laki,
yang
dukungan
diberikan
Allah,
atau
lainnya)
dapat
hidupnya. Menurut Hawari (2002) bahwa
baik,
lansia yang memiliki tingkat religiusitas
sedangkan dukungan interpersonal dan
yang tinggi, lebih tabah dan tenang dalam
dukungan transpersonal kurang, maka
menghadapi
probabilitas kejadian kecemasan akibat
dibandingkan lansia yang memiliki tingkat
stroke sebesar 59 %. Dengan jenis kelamin
religiusitas yang rendah.
saat
terakhir
(kematian)
yang sama, apabila dukungan interpersonal yang diberikan baik, sedangkan dukungan
Menurut analisis peneliti bahwa lanjut usia
intrapersonal dan dukungan transpersonal
yang percaya dan yakin terhadap agama
kurang, maka probabilitas sebesar 64 %.
dan kepercayaan yang dianutnya, memiliki
Apabila
yang
pegangan atau tujuan dalam hidupnya.
dukungan
Lansia yang memiliki keyakinan terhadap
intrapersonal dan dukungan interspersonal
Tuhan yang kuat, maka strategi koping
kurang, maka probabilitas sebesar 56 %.
yang dialami dalam memecahkan masalah
Berdasarkan
dapat
yang dialami saat ini menjadi lebih baik
disimpulkan bahwa probabilitas kejadian
dan dapat menentramkan hatinya sehingga
kecemasan paska stroke lebih rendah
kecemasan yang dialami oleh lansia paska
apabila keluarga memberikan dukungan
stroke dapat diminimalkan. Dukungan
transpersonal dengan baik, dibandingkan
spiritual
diberikan
dukungan baik,
transpersonal
sedangkan
rumus
tersebut
khususnya
dukungan
13 transpersonal yang diberikan oleh keluarga dapat mengatasi kecemasan lansia yang
Kesimpulan
mengalami paska stroke di wilayah kerja
Berdasarkan hasil penelitian tentang “
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta.
Hubungan dukungan spiritual keluarga dengan tingkat kecemasan lansia paska
Berdasarkan dari hasil analisis multivariat,
stroke
di
Wilayah
satu satu faktor perancu (confounding
Mergangsan Kota Yogyakarta, didapatkan
variable) yang dapat masuk kedalam
simpulan sebagai berikut :
pemodelan adalah jenis kelamin. Hasil uji
1. Lebih dari separuh karakteristik lansia paska
kelamin perempuan separuh lebih banyak
Mergangsan
dibandingkan dengan jenis kelamin laki-
termasuk dalam kategori usia dini,
laki yaitu sebesar 51,25 %. Sesuai dengan
berjenis
penelitian Wiyono dan Widodo (2010)
berpendidikan rendah, dan sebagian
yang dilakukan di Panti Wredha Dharma
besar lansia menderita stroke lebih
Bakti Surakarta bahwa pada perempuan
dari 6 bulan
mudah
mengalami
kecemasan
2. Lebih
di
Puskesmas
univariat menggambarkan bahwa jenis
lebih
stroke
Kerja
wilayah
Kota
kelamin
dari
separuh
kerja
Yogyakarta
perempuan,
karakteristik
dibandingkan dengan laki-laki. Menurut
keluarga yang merawat lansia paska
Stuart (2009) bahwa faktor pencetus
stroke di wilayah kerja Puskesmas
terhadap
Mergangsan
kecemasan
salah
satunya
Kota
Yogyakarta
dipengaruhi oleh jenis kelamin. Jenis
memiliki beban dalam merawat lansia
kelamin
paska
perempuan
mengalami
kecemasan
lebih
sering
stroke,
sedangkan
perilaku
dikarenakan
dalam merawat lansia paska stroke
perempuan lebih peka terhadap emosi,
sama besar antara perilaku yang baik
lebih detail dalam melihat atau menyikapi
dengan perilaku yang kurang
peristiwa tertentu sehingga lebih besar
3. Lebih dari separuh tingkat kecemasan
untuk mengalami kecemasan dibandingkan
yang dialami lansia paska stroke di
dengan laki-laki. Kecemasan yang banyak
wilayah
terjadi pada lansia paska stroke yang
Yogyakarta mengalami kecemasan.
berjenis
Tingginya
kelamin
perempuan
sebagian
kerja
Mergangsan
prevalensi
atau
Kota
angka
besar disebabkan karena ketidakmampuan
kejadian kecemasan pada lansia paska
dalam beraktivitas akibat paska stroke
stroke di wilayah kerja Puskesmas
yang dialaminya, kehilangan pasangan dan
Mergangsan
pendapatan.
berhubungan bahwa beberapa faktor,
Kota
Yogyakarta,
14 antara
lain
terjadi
penurunan
Kota
Yogyakarta.
Dukungan
konsentrasi dan daya ingat, terjadi
intrapersonal yang dilakukan kepada
penurunan aktifitas fisik sehari-hari
lansia paska stroke yaitu dengan cara
akibat
memberikan sentuhan lembut kepada
serangan
stroke
yang
dialaminya, merasa tidak berdaya dan
lansia,
tidak dihargai lagi oleh keluarga
mengambil
maupun orang lain dalam pengambilan
menghargai pendapat lansia.
keputusan,
dan
melibatkan
lansia
dalam
keputusan,
dan
berkurangnya
8. Ada hubungan secara signifikan antara
penghasilan akibat lansia tidak bisa
dukungan interpersonal dengan tingkat
bekerja dan beraktifitas lagi.
kecemasan lansia paska stroke di
4. Lebih dari separuh dukungan spiritual
wilayah kerja Puskesmas Mergangsan
yang diberikan oleh keluarga terhadap
Kota
lansia paska stroke di wilayah kerja
interpersonal yang diberikan kepada
Puskesmas
keluarga
Mergangsan
Kota
Yogyakarta dalam kategori baik. 5. Lebih
dari
dalam
Dukungan
bentuk
dukungan
untuk berinteraksi dengan orang lain,
dukungan
teman, dan tetangga ataupun dukungan
intrapersonal, dukungan interpersonal,
untuk dapat berinteraksi dengan alam
dan dukungan transpersonal
sekitarnya
diberikan
separuh
Yogyakarta.
oleh
keluarga
yang
terhadap
lansia paska stroke di wilayah kerja Puskesmas
Mergangsan
Kota
Yogyakarta dalam kategori baik.
dengan
mengajak
lansia untuk dapat berkumpul atau bertemu dengan orang lain. 9. Ada hubungan secara signifikan antara dukungan
6. Ada hubungan secara signifikan antara
cara
transpersonal
dengan
tingkat kecemasan lansia paska stroke
dukungan spiritual dengan tingkat
di
kecemasan lansia paska stroke di
Mergangsan
wilayah kerja Puskesmas Mergangsan
Dukungan
Kota
diberikan oleh keluarga dalam bentuk
Yogyakarta.
diperhatikan
dan
Lansia dihargai
merasa oleh
wilayah
mengajak
keluarga, sehingga kecemasan yang
mendekatkan
dialami lansia dapat minimal
mengajak
kerja Kota
Puskesmas Yogyakarta.
transpersonal
yang
lansia
untuk
selalu
diri
kepada
Tuhan,
ke
dalam
kegiatan
7. Ada hubungan secara signifikan antara
keagamaan dimasyarakat, beribadah
dukungan intrapersonal dengan tingkat
secara bersama-sama, menonton film
kecemasan lansia paska stroke di
atau televisi tentang korahanian atau
wilayah kerja Puskesmas Mergangsan
keagamaan saat berada di rumah.
15 10. Dukungan spiritual yang diberikan
keluarga yang merawat lansia dengan
oleh keluarga kepada lansia paska
paska
stroke di wilayah kerja Mergangsan
dukungan
Kota
dominan
interpersonal,
transpersonal,
transpersonal.
Yogyakarta
adalah
yang
dukungan
setelah dikontrol oleh variabel perancu yaitu jenis kelamin.
stroke
berupa
pemberian
intrapersonal, maupun
dukungan dukunagn
6. Bagi peneliti lain, Dikembangkannnya variabel lain yang belum diteliti lebih lanjut
mengenai
strategi
koping
Saran
eksternal keluarga selain dukungan
Rekomendasi dari hasil penelitian ini
spiritual keluarga untuk mengatasi
adalah sebagai berikut :
kecemasan
1. Bagi Dinas Kesehatan, perlu adanya
misalnya dukungan sosial keluarga.
kebijakan
tentang
lansia
paska
stroke,
peningkatan
program kesehatan lansia melalui
Kepustakaan
kegiatan pemberdayaan masyarakat
Adientya, G & Handayani, F.(2012). Stres pada kejadian stroke. Jurnal Nursing Studies. Vol. 1. Hal 183 – 188.
2. Bagi Pihak Puskesmas untuk dapat mengoptimalkan program puskesmas santun lansia, yaitu melalui kegiatan peran aktif memberikan pelayanan keperawatan
ke
keluarga
dan
masyarakat 3. Bagi perawat kesehatan komunitas Memberikan secara
pelayanan
langsung
kesehatan
kepada
anggota
Bergersen H, Frøslie K.F, Stibrant, S.K.. (2010). Anxiety, depression, and psychological well-being 2 to 5 years poststroke. Journal Stroke Cerebrovasc Dis; 19:364–369 Burkhardt, M.A & Jacobson, M.G.N. (2002). Spirituality:living our connectedness. Albany, NY : Delmar Publisher
keluarga yang menderita stroke di rumah 4. Bagi keluarga agar dapat memberikan dukungan
spiritual
kepada
lansia
paska stroke dan mengetahui manfaat dari pemberian dukungan spiritual
Delaune,S.C& Ladner, P.K.(2011). Fundamentals of Nursing : Standart & Practice. Fourth Edition. Clifton Park:Delmar Dinas
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2012). Profil kesehatan DIY 2011. Yogyakarta
bagi kesehatan lansia paska stroke yang dirawatnya. 5. Bagi kader dan masyarakat, agar dapat memberikan motivasi kepada anggota
Fontainer, K.L. (2009). Mental health nursing. New jersey : Pearson Education Inc
16 Friedman, M. M., Bowden, V. R., & Jones, E. G. (2003). Family Nursing: Research, Theory, & Practice. New Jersey: Pearson Education, Inc. Hanson, S. M. H., Gedaly-Duff, V., & Kaakinen, J. R. (2005). Family Health Care Nursing: Theory, Practice, and Research. Philadelphia: Davis Company. Hawari, D. (2002) Manajemen Stres, Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbir FKUI Joanna Briggs Institute.(2009). The psychosocial spiritual experience of elderly individuals recovering from stroke. Best Practice: evidence based information sheets for health professionals 2009; 13(6):1-4 Blackwell Publishing Kimura, M, Tateno, A, & Robinson, R.G. (2003). Treatment of Poststroke Generalized Anxiety Disorder Comorbid With Poststroke Depression.The American Journal of Geriatric Psychiatry. Kaakinen, J. R., Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., & Hanson, S. M. H. (2010). Family Health Care Nursing: Theory, Practice And Research. Philadelphia: F. A. Davis Company. Kozier, B. Erb. G. Blais, K & Wilkinson, J .M. (1995). Fundamentals of Nursing: Concepts,process & practice. (5th edition). California: Addison-Weasley Maurer, F. A., & Smith, C. M. (2005). Community/Public Health Nursing Practice: Health for Families and Populations. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Miller, C. A. (2004). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice. Fourth Edition. Philadelphia: J.B Lippincott Company. Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice. Sixth Edition. Philadelphia: J.B Lippincott Company. Pender, N.J., Murdaugh, C.L., Parsons, M.A. (2002). Health Promotion in Nursing Practice. (4th). New Jersey: Prentice Hall. Putri, D.P, Zulkifli, R, & Karim, D. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pada lansia di kelurahan
lembah
sari
rumbai
pesisir. Universitas Riau Stanley, M&Beare, P.G. (2007) Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. (Nety Juniarti&Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta: EGC Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing (six ed.). St. Louis, Missouri: Mosby Stuart. (2009). Princip and practice of psychiatric nursing. 9th ed. Mosby Louis. Missouri Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta Stanley, M & Beare, P.G. (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. (Nety Juniarti&Sari Kurnianingsih, Penerjemah). Jakarta: EGC
17 Stuart. (2009). Princip and practice of psychiatric nursing. 9th ed. Mosby Louis. Missouri Syam, A., Hamis, A.Y.S., & Susanti, H. (2010). Hubungan Antara Kesehatan Spiritual Jiwa pada Lansia Muslim di Sasana Tresna Werdha KBRP Jakarta Timur. Tidak dipublikasikan, Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia. Taylor, C, Lilis, C.A, & Lemone, P.(1997). Fundamentals of Nursing: The Art and Science of Nursing Care. Lippincott Williams & Wilkins Townsend, M.C. (2009). Psychiatric Mental Health Nursing.Sixth edition : Concepts of care in evidence-based practice. Philadephia. F.A. Davis Company Wiyono, W.& Widodo, A. (2010). Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Kecenderungan Insomnia pada Lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta.FIK UMS