1
ABSTRAK Gumini. 2016. Pola Asuh Orang Tua pada Keluarga Pedagang Pakaian Pasar Songgolangit Ponorogo dalam Membina Moralitas Anak. Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. H. Muhammad Thoyib, M.Pd Kata Kunci :Pola Asuh, Keluarga, Moral Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan. Moralitas sebagai sikap hati orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kwajiban dan tanggungjawabnya.Pengasuhan keluarga pedagang pasar Songgolangit selalu menjaga keharmonisan keluarga dan selalu memberikan motivsi perhatian untuk anak-anak walaupun harus membagi waktu dengan berdagang di pasar, orang tua memiliki strategi tersendiri dalam mengasuh anak-anaknya. Berawal dari penjelasan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut; (1) Bagaimana strategi pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pasar Songgolangit Ponorogo? (2) Bagaimana bentuk pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pasar Songgolangit Ponorogo? (3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pasar Songgolangit Ponorogo? Untuk menjawab permasalahn diatas, maka penelitian ini dirancang dengan menggunakan penekatan kualitatif yakni deskriptif induktif. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tehnik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sedangkan tehnik analisis data yang digunakan adalah tehnik analisis data dengan model miles dan huberman yang meliputi: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil analisa penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa (1)Strategi pengasuhan orang tua, yaitu, menjalin komunikasi yang baik dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak serta memberikan motivasi yang bersifat edukatif kepada anaknya. (2) Bentuk pengasuhan orang tua,bervariasi, namun kebanyakan menggunakan bentuk pola asuh tipe demokratis, sebagai pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. (3) Faktor penghambat pengasuhan orang tua adalah sebagai berikut, terbatasnya waktu untuk mengawasi anak-anaknya, terkadang kurang bisa mengontrol emosi. Sedangkan faktor pendukung pengasuhan antara lain, terbantu oleh lingkungan sekitar, terutama kerabat atau saudara untuk membantu mengwasi anak mereka.
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moral dalam filsafat Durkheim, hubungan “yang sosial” dengan ”yang moral” merupakan benang merah yang selalu tampak jelas. Moralitas merupakan fakta sosial yang khas dan dalam semua bentuknya tidak dapat hidup kecuali dalam masyarakat, dalam arti pasti hidup dalam konteks sosial. Moral memiliki tiga unsur yaitu, disiplin, keterkaitan pada kelompok, dan otonomi kehendak manusia. Masyarakat merupakan badan yang memiliki wewenang mutlak untuk memberi arti kepada sesuatu yang patut, yang seharusnya diperbuat manusia, karena masyarakat memiliki wibawa moral, yaitu kenyataan kejiwaan, suatu kesadaran yang lebih luhur dan lebih unggul daripada wibawa seorang individu. Makhluk moral adalah makhluk yang memiliki kesadaran kolektif.1 Kesadaran kolektif merupakan kunci perbuatan moral. Moralitas yang mendasari masyarakat belum tertuju pada kemanusiaan seluruhnya, atau bisa dikatakan masih tertutup. Bergson mengatakan baru sesudah kedatangan nabi-nabi atau orang-orang suci yang telah menerima wahyu
1
Emile Durkheim dan Henri Bergson, Moral dan Religi (Yogyakarta : Kanisius, 1994) 126-127Emile Durkheim dan Henri Bergson, Moral dan Religi (Yogyakarta : Kanisius, 1994) 126.
1
3
ilahi dan menyampaikannya kepada umat manusia di dunia ini, terciptalah moralitas terbuka.2 Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilainilai susila. Sedangkan Baron, et al mengatakan bahwa moral adalah halhal yang berhubungan dengan larangan dan tidakan yang membicarakan salah atau benar. Oleh Magnis-Suseno dikatakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.3Sebenarnya,sejak lama para ahli filsafat dan ilmuwan berfikir spekulasi atau melakukan penelitian dalam bidang moral ini. Para Rasul Allah melalui kitab suci Taurat, Zabur, Injil, dan Alqur’an serta sunah telah mengajak umat manusia untuk meyakini dan melaksanakan isi kitab suci, yang didalamnya berisikan gudang moral.4Zaman kita sekarang ini ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pola hidup masyarakat. Melalui radio, film, televisi dan media komunikasi lainnya. Orang-orang dikonfrontasikan dengan klise kehidupan-kehidupan moderen yang
2
Ibid., Emile Durkheim dan Henri Bergson, Moral dan Religi. 127 C Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Jakarta : PT Reineka Cipta 2008) 24 4 Zuriah Nurul, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan (Jakarta : PT Bumi Aksara ,2007) 21 3
4
kadang-kadang berbeda sekali dengan kehidupan mereka sendiri dalam kesehariannya. Keluarga merupakan alam pendidikan pertama atau dasar bagi anak. Keluarga merupakan ajang pertama dimana sefat-sifat kepribadian anak tumbuh dan terbentuk, seseorang akan menjadi warga masyarakat yang baik, sangatlah tergantung pada sifat-sifat yang tumbuh dalam kehidupan keluarga dimana anak dibesarkan. Orang tua sangat berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak, orang tua dan anak merupakan satu kesatuan dalam keluarga. Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masingmasinganggota masyarakat adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri. Dalam pendidikan agama Islam, keterlibatan orang tua atau keluarga sangat berpengaruh. Proses pendidikan anak sangat membutuhkan kehadiran orang tua disisinya sebab orang tua tidak hanya sebagai penyedia fasilitas bagi kebutuhan anak-anaknya, tetapi diharapkan perhatian dan curahan hatinya dalam mendidik anak. Orang tua adalah pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak. Kepribadian orang tua, sikap dan cara hidup mereka merupakan unsurunsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak yang sedang bertumbuh itu. Hubungan orang tua sesama mereka sangat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak, penuh
5
pengertian dan kasih sayang akan membawa kepada pembinaan pribadi yang tenang dan terbuka dan mudah dididik, sedangkan hubungan orang tua yang tidak serasi banyak perselisihan dan tidak ada waktu untuk anaknya akan membawa anak kepada pertumbuhan pribadi yang sukar dididik sebab selalu terganggu oleh suasana orang tuanya.5 Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk keluarga.6Dalam kaitannya dengan cara membina moralitas anak, perlu adanya hubungan yang bersinergi antara pola asuh orang tua atau keluarga dalam membina moralitas anak, ditengah maraknya kasus kurangnya perhatian terhadap anak akan mengakibatkan moral anak kurang berkembang. Sama halnya dengan keluarga pedagang pasar Songgolangit Ponorogo,
dengan
kesibukkan
yang
terus
berkelanjutan
dan
mengakibatkan kurangnya waktu bersama dengan anak-anak mereka. Tapi disisi lain tidak semua pedagang pasar Songgolangit Ponorogo memiliki anak yang mempunyai moral yang kurang baik, namun ada beberapa pedagang yang memiliki anak yang moralnya sangat baik seperti, membantu orang tuanya ketika berdagang, menampakkan sikap yang ramah tamah. Walaupun dengan kesibukan orang tua mereka yang 5 6
18
Zakiah Darajad, Ilmu Jiwa Agama ( Jakarta : PT Bulan Bintang,2005) 66-67 Departemen Agama, Modul Pendidkan Agama dalam Keluarga (Jakarta : Depag RI, 2002)
6
aktifitasnya lebih banyak dipasar dari pada dirumah. Hal ini diperkuat dengan salah satu hasil wawancara dengan ibu Tutik alamat Jln Bangka No 17, sebagai salah satu pedagang pakaian di pasar Songgolangit Ponorogo. Hasil wawancara dengan ibu Tutik tentang bagaiamana cara beliau untuk membina moralitas anak sedangkan beliau berada di pasar seharian penuh. Beliau mengatakan bahwa seperti normalnya keluarga biasa hanya saja ketika ibu Tutik sedang berada dipasar. Ibu Tutik sudah menyiapkan jadwal untuk anaknya pagi sekolah, siang les privat dan sore ngaji namun tidak setiap hari ada jadwalnya. Dan ketika malam hari ibu Tutik membimbing anaknya untuk belajar serta menasehati anaknya tidak hanya itu akan tetapi ibu Tutik memberikan contoh langsung kepada anakanaknya agar anak-anak nya mudah memahami apa yang seharusnya mereka lakukan, sehingga moral anak pun terbentuk dengan baik.7 Mereka memiliki strategi tersendiri untuk mendidik atau membina anak-anak mereka misalnya ketika orang tua berada dipasar, orang tua menitipkan anak-anak mereka kepada penitipan anak ketika anak-anak sehabis pulang sekolah dan ketika tidak ada jadwal les privat atau ngaji. Selain dititipkan kepada penitipan anak ada kalanya anak-anak dijaga oleh ayah mereka ketika ayah tidak bekerja.8
7
Wawancara dengan Ibu Tutik, tanggal 15 Februari 2015, di Pasar Songgolangit Ponorogo
lantai 1 8
Ibid
7
Maka, dengan melihat kasus yang ada, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :“Pola Asuh Orang Tua pada Keluarga Pedagang Pakaian Pasar Songgolangit Ponorogo dalam Membina Moralitas Anak” B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang ada dan agar tidak terjadi penyimpangan terhadap objek penelitian sebagaiman tujuan awal penelitian ini, maka perlu adanya fokus penelitian. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah :(1) strategi pengasuhan, (2) bentuk pengasuhan, (3) faktor pendukung dan penghambat pengasuhan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang
dan fokus penelitian diatas, ada
beberapa masalah yang akan dikaji, masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo? 2. Bagaimana bentuk pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo?
8
D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan strategi pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo. 2. Untuk mendeskripsikan bentuk pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo. 3. Untuk
mendeskripsikan
faktor
pendukung
dan
penghambat
pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah : 1. Secara teoritis Untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Pendidikan Islam, khususnya tentang pola asuh orang tua pada keluarga pedagang pakaian pasar songgolngit Ponorogo. 2. Secara Praktis a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh orang tua dalam membina moralitas anak.
9
b. Bagi anak, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi anak untuk meningkatkan moral anak dengan memperhatikan pola asuh orang tua. c. Bagi orang tua, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi orang tua dalam menerapkan pola asuh orang tua untuk membina moralitas anak. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Metodenya menggunakan riset partisipatori, instrumen pengambilan datanya berupa panduan wawancara, sampel sebagai informan akan dipilih sesuai kebutuhan.9Pendekatan ini diambil karena penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah, bukan eksperimen. Langsung ke sumber data. Penelitian adalah instrumen kunci, serta lebih menekankan pada proses daripada produk.10 Jenis penelitian ini adalah studi kasus, dalam penelitian ini adalah tentang pola asuh orang tua pada keluarga pedangang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo. Dalam penelitian ini, peneliti akan
9
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2006) 266 10
Lexy meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007) 6
10
mendeskripsikan
fenomena
tersebut
secara
intensif
dan
menganalisisnya. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah sejumlah pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo. 2. Kehadiran Peneliti Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab peranan penelitianlah yang menentukan keseluruhan skenarionya.11 Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagia instrumen kunci, partisipan pasif sekaligus pengumpul data yang mana informan mengetahui bahwa peneliti melakukan
penelitian
agar
mempermudah
dalam
melakukan
pengumpulan data. Adapun instrumen yang lain hanya sebagai penunjang. 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi di pasar Songgolangit Ponorogo. Karena adanya keterbukaan antara pedagang pasar songolangit untuk mengadakan penelitian, Dengan mengambil contoh sebanyak 7pedagang pakaian. Peneliti mengadakan penelitian disini karena untuk mendeskripsikan strategi apa yang digunakan orang tua dalam membina moralitas anak-anak mereka. Dan juga ingin mendeskripsikan apa saja faktor penghambat dan pendukung orang tua dalam membina moralitas anak-anak mereka. 11
Ibid, 117
11
4. Sumber Data Dalam penelitian ini sumber data primer yang dilakukan oleh penelitian yaitu para pedangang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo, serta semua pihak yang ikut membantu pengumpulan data. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari informan langsung melalui hasil wawancara peneliti dengan narasumber.Sumber data sekundernya ialah catatan pengamatan peneliti. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan Data digunakan dalam penelitian ini adalah dengan, wawancara (interview), observasi. Teknik tersebut digunakan peneliti karena suatu fenomena akan dapat dimengerti maknanya secara baik dan mendalam apabila peneliti melakukan interaksi dengan subjek dimana fenomena tersebut berlangsung. a. Teknik Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan
ide
melalui
tanya
jawab,
sehingga
dapat
dikontruksikan dalam sebuah topik tertentu.12 Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) sebagai pemberi jawaban atas
12
Deddy Mulyana, Rosdakarya,2003),200
Metodologi
Penelitian
Kualitatif
(Bandung:
PT
Remaja
12
pertanyaan itu.13 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan para pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo yaitu, ibu Tutik, ibu Wati, ibu Parti,ibu Yuni, ibu Siti, ibu Suti, ibu Warti Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi soaial pada kasus yang dipelajari. Pada penelitian kualitatif, peneliti memiliki memasuki situasi tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orangorang yang dipandang tahu tentang siuasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu.14
Untuk melakukan wawancara ini peneliti sudah menentukan berapa banyak informan yang akan diteliti karena dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive sampling, yaitu tehnik yang bedasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang
13
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Reineka Cipta,
2008)127 14
216
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitaif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013)
13
spesifik yang ada atau dilihat dalam populasi dijadikan kunci untuk pengambilan sampel.15 b. Teknik Observasi Nasution menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Teknik observasi yaitu pengumpulan data dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fakta yang diselidiki. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sngat jauh dapat di observasi dengan jelas. Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung, tehnik ini digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permaslahan yang diteliti. Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti melihat mengamati secara visual sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observasi. Observasi
15
2010) 116
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Methodologi Penelitian , (Jakarta: PT Bumi Aksara,
14
merupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksana penelitian kualitatif untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dengan menggunakan alat bantu atau tidak.16Atau bisa dikatakan observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Tehnik pengumpulan dengan obsevasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
17
Oleh
karena itu, penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pola asuh orang tua bagi anak pada keluarga pedangang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo dalam membina moralitas anak. Adapun yang di observasi adalah bagaimana strategi orang tua atau cara orang tua dalam membina anaknya sehingga anak memiliki moralitas yang baik walaupun di tinggal orang tua bekerja seharian di pasar Songgolangit Ponorogo, dan juga apa saja faktor penghambat serta pendukung orang tua dalam membina moralitas anak mereka.
c. Teknik Dokumentasi
16 17
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Reineka Cipta, 2008)93-94 Sugihono, Metode Penelitian Kuantitatif dan D & R ( Bandung: Alfabeta, 2009), 145
15
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencatat data-data atau dokumen yang ada, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi bisa di artikan sebagai metode untuk mendapatkan data dengan jalan menyediakan dokumen. Dokumen tidak hanya digunakan sebagai bahan penelitian yang bersifat sejarah saja, tetapi juga bisa digunakan pada penelitian yang lain yang bersifat masa sekarang.18Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan berupa foto tentangorang tua mengajari anak nya berdagang di pasar dan anak ketika membantu orang tua di pasar. 6. Teknik Analisis Data Analisis
data
adalah
proses
mengorganisasikan
dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan dasar sehingga dapat di temukan tema dan dirumuskan hasil penelitian yang disarankan oleh data.19 Nasution menyatakan bahwa analisis adalah pekerjaan yang sangat sulit, dan memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang diraskan cocok 18
dengan
sifat
penelitiannya.
Bahan
yang
sama
bisa
Ibid, 14 Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik (Bandung: Tarsito,1994)140 19
16
dikasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda. Analisis data dalam penelitian
kualitatif,
dilakukan
pada
saat
pengumpulan
data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Miles dan huberman bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh.20 Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusunsecara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh dirisendiri maupun orang lain.21 Untuk menganalisis data yang telah terkumpulkan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan tehnik analisis data berdasarkan teori Miles dan Huberman yang mana menjelaskan secara mendalam cara data seharusnya dianalisis dalam penelitian kualitatif. Ada tiga tahap yang harus dilakukan terus sampai penelitian berakhir
20 21
Sugihono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Alfabeta, 2005), 91 Sugiyono, Metode Penelitian , cet.Ke-1,(Bandung: Alfabeta, 2010)286
17
terkait antara analisis data dan pengumpulan data yang disajikan oleh Miles dan Huberman dalam diagram berikut:22 Penyajian data
Pengumpulan data
Reduksi data
Kesimpulankesimpulan penarikan/verifikasi
Aktifias dalam analisis data ada tiga, yaitu: a. Reduksi Data Dalam sebuah penelitian kualitatif data-data yang diperoleh dilapangan sangat banyak,kompleks dan rumit sehingga diperrlukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan ada hal-hal yang penting, sehingga data yang direduksi memberikan gambaran yang jelas.23 Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah 22
Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2010)201 23
Iskandar, Metode Penetitiann Kualitatif ( Jakarta: GP Press, 2009), 140
18
dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data anak semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan gambaran yang jelas, dan mempermudah penelitian untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan reduksi data yang dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dalam mereduksi data, setiap penelitian akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak kenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.24 b. Penyajian data (data display) Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data
24
Abbas Thashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998), 67
19
ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah difahami.25 c. Verifikasi Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman
adalah
penarikan
kesimpulan
awal
yang
dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan
bukti-bukti
yang
kuat
mendukung
pada
tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan
konsisten
mengumpulkan
data,
saat maka
peneliti
kembali
kesimpulan
yang
ke
lapangan
dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel. Yang sesuai dengan sifat dan jenis serta tujuan penelitian. Dan menggunakan analisa dari penulisan deskripsi catatan observasi, wawancara dan dokumentasi. Setelah pengumpulan data, peneliti melakukan action dan reflektif.26 7. Pengecekan Keabsahan Temuan
25 26
Iskandar, Metode Penetitiann Kualitatif ( Jakarta: GP Press, 2009), 140 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014)180-181
20
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep validitas dan reliabilitas. Derajat kepercayaan keabsahan data dapat diadakan pengecekan dengan tehnik pengamatan yang tekun dan triangulasi. Pertama , ketekunan pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Kedua , triangulasi merujuk pada survei/proses pemetaan dan triangulasi data adalah penggunaan sumber data yang variatif dalam suatu kajian, triangulasi peneliti adalah penggunaan beberapa peneliti yang berbeda dalam satu kajian, triangulasi teori adalah penggunaan beragam perspektif teori dalam menafsirkan hasil suatu kajian, dan triangulasi metodologis adalah penggunaan beragam metode dalam mengkaji permasalahan penelitian.27 8. Tahap-Tahap Penelitian Tahapan-tahapan dalam penelitian ini ada tiga tahapan timbangan dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahapan penulisan laporan hasil penelitian. Tahapan penelitian tersebut adalah : a. Tahap pra lapangan, meliputi penyusunan rancangan penelitian memilih lapangan dan mengurus pengizinan.
27
Abbas Thashakkori dan Charles Teddlie, Mixed Methodology, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,1998)67-68
21
b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu memahami latar penelitian, menulis peristiwa yang diamati serta menganalisis data lapangan. c. Tahap analisis data, yaitu penulis menyusun hasil pengamatan, wawancara data tertulis untuk melakukan analisis data dengan cara distributive dan dipaparkan dalam bentuk naratif. d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.28 G.
Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya ilmiah ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan yang dibagi dalam lima bab yang masing-masing bab tersiri dari subsub yang berkaitan erat dan merupakan kesatuan yang utuh, yaitu : Bab I Pendahuluan. Dalam pendahuluan ini dikemukakan latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, data dan sumber data, prosedur pengumpulan data, tehnik analisis data, pengecekan keabsahan
temuan,
tahapan-tahapan
penelitian,
sistematika
pembahasan. Bab II kajian Teori dan telaah hasil penelitian terdahulu tentang Pola Asuh orang tua , Moralitas Anak.
28
M Djunaidi Ghony & Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: Arruzz Media, 2012), 143
22
Bab III Berisi uraian tentang data umum dan data khusus. Data umum berisi deskripsi singkat profil pedagang. Sedangkan khusus berisi tentang temuan yang diperoleh dari pengamatan dan hasil wawancara serta dokumentasi lainnya yang terkait dengan rumusan masalah. Uraian ini terdiri atas paparan data yang disajikan dengan topik sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan-pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada rumusan masalah. Bab IV Berisi tentang gagasan-gagasan peneliti terkait dengan pola-pola,
kategori-kategori,
posisi
temuan
terhadap
temuan
sebelumnya, penafsiran, dan penjelasan dari temuan yang diungkap dari lapangan. Deskripsi data, analisis data mengenai latar belakang pola asuh orang tua bagi anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo. Bab V Berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran. Bagian akhir berisi tentang daftar pustaka, pernyataan keaslian tulisan, lampiran-lampiran dan riwayat hidup.
23
BAB II KAJIAN TEORI DAN ATAU TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Pola Asuh Orang Tua a. Pengertian Pola Asuh Orang Tua Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai sistem, cara kerja, bentuk struktur yang tetap.29 Sedangkan kata asuh memiliki arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing, membantu, melatih dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga .30Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga.31Dan orang tua diartikan sebagi ayah kandung dan ibu kandung. Pola asuh berarti pendidikan sedangkan pendidikan adalah membimbing secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
29
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indinesia Edisi III (Jakarta, Balai Pustaka, 2005),885 30 Ibid, 73 31 Departemen Agama, Modul Pendidkan Agama dalam Keluarga (Jakarta : Depag RI, 2002),18
22
24
jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.32 Orang
tua
memiliki
tanggungjawab
untuk
mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua diatas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama.33 Menurut Mansur, ia mengatakan “pola asuh adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai
perwujudan
dari
rasa
tanggungjawab
kepada
anak-
anaknya.34Pengasuhan adalah mencakup beberapa aktivitas, yaitu: melindungi anak, memberikan perumahan dan tempat perlindungan, pakaian, makanan, merawat anak (memandikan, mengajarkan cara buang air, dan memelihara anak ketika sakit), memberikan kasih 32
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indinesia Edisi III (Jakarta, Balai Pustaka, 2005), 805 33 Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Jakarta : Kencana, 2012), 3 34 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), 350
25
sayangdan perhatian pada anak, berinteraksi dengan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan sosialisasi dengan budayanya.35 Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anakanak mereka.36 Orang tua dan anak merupakan satu kesatuan dalam keluarga, orang tua mempunyai berbagai macam fungsi yang salah satu diantaranya ialah mengasuh putra-putrinya. Dalam mengasuh putra-putrinya, orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Disamping itu, orang tua juga diwarnai sikap-sikap tertentu dalam memelihara, dan membimbing putra-putrinya. Sikapsikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada anaknya yang berbeda-beda karena orang tua mempunyai pola pengasuhan tertentu. Pola asuh orang tua dalam keluarga berarti kebiasaan orang tua, ayah atau ibu, dalam memimpin mengasuh dan membimbing anak dalamkeluarga. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih, dan sebagainya. Dengan demikian pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah
35
Dita, Pengasuhan Konsep Tujuan dan Strateginya, http://dita8wordpress.com/2010/09/25/pengasuhan-konsep-tujuan-dan-strateginya/,diakses pada tanggal 12 Januari 2016 36 Zakiah Darajad, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1996),35
26
polaperilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dan bisa memberi efek negatif maupun positif. Orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi,berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua memberikan perhatian, pengaturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi, kemudian menjadi kebiasaan bagi anakanaknya.37 Menurut Risdjiana, pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif.
Sebagaimana dikutip oleh Singgih D.
Gunarsa, ia mengatakan :
37
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Jakarta : Reineka Cipta, 2014) 50-52
27
Orang tua terutama dapat memainkan peranan penting dalam mempengaruhi anak-anak mereka ke arah perilaku yang positif. Misalnya, orang tua dapat menjadikan kegiatan menonton televisi sebagai pengalaman yang memperkaya keharmonisan seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu orang tua yang memegang kendali dalam lingkunga mikrosistem keluarga, maka ayah dan ibu dapat memaksimalkan pengaruh positif bagi anak-anak, menjadi model bagi anak-anaknya sehingga mereka mendapat tokoh identifikasi yang baik.38 Berdasarkan beberapa pengertian tentang pola asuh yang dikemukakan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan setiap perilaku dan aktivitas orang tua sebagai rasa tanggung jawabnya yang mencakup melindungi anak, melindungi anak, memberikan perumahan dan tempat perlindungan, pakaian, makanan, merawat anak (memandikan, mengajarkan cara buang air, dan memelihara anak ketika sakit), memberikan kasih sayangdan perhatian pada anak, berinteraksi dengan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan sosialisasi dengan budayanya. Jadi pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anaknya dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal.
38
Singgig D Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 183
28
b. Macam-macam Pola Asuh Dalam mengelompokkan pola asuh orang tua dalam mendidik anak, para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda, yang antara satu sama lain hampir mempunyai persamaan. Menurut Singgih D. Guarsa terdapat 3 macam pola asuh, yaitu: otoriter, demkratis, dan permisif.39 1)
Pola asuh orang tua otoriter Pola asuh otoriter ini di tandai dengan adanya aturanaturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.40 Pola asuh otoriter adalah pola asuh oang tua yang memaksakan kehendak. Dengan orang tua yang cenderung sebagia pengendali atau pengawas, selalu memaksakan kehendak kepada anak, sangat sulit menerima saran, terlalu percaya pada diri sendiri sehingga menutup katup musyawarah. Dalam mempengaruhi anak sering mempergunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.41Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali memaksakan anak untuk bertindak atas nama dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas
39
Singgig D Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut (Jakarta: Gunung Mulia,2006),279 Miftah thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,1998), 241 41 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Jakarta : Reineka Cipta, 2014) 60 40
29
nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita-cerita, bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua malah menganggap bahwa semua sikapnya yang dilakukan itu dianggap sudah benar sehingga tidak perlu anak diminta pertimbangan atas semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak-anaknya. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukumannya yang sifatnya hukuman badan
dan
anak juga diatur
yang membatasi
perilakunya.42 Pada pola asuh ini orang tua memutuskan segala sesuatu yang berkenaan dengan anak-anak tanpa mempedulikan pendapat dari anak-anak. Mereka menerapkan gaya hukuman kepada setiap tindakan anak yang tidak sesuai dengan keinginan orang tua. Anak-anak diajarkan mengikuti tuntutan orang tua dan keputusan orang tua tanpa bertanya. Mereka tidak diperbolehkan mengambil keputusan sendiri. Orang tua juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Adapun komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu orang tua ke anak, dengan orang tua memberi perintah kepada anak. Kurangnya komunikasi antara
42
354
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),
30
orang tua dan anak menyebabkan keterampilan berkomunikasi anak-anak juga menjadi berkurang. Pola asuh jenis ini sering kali membuat anak-anak membrontak. Terlebih lagi bila orang tuanya keras, tidak adil, dan tidak menunjukkan afeksi. Anak-anak akan bersikap bermusuhan kepada orang tua serta sering kali menyimpan perasaan tidak puas terhadap kontrol dominasi dari orang tua mereka. Hal ini akan menjadi semakin rumit bila orang tua juga menerapkan hukuman fisik kepada anak. Peranan hukuman fisik yang berlebihan akan mempengaruhi perkembangan dan kepribadian dan sosial pada anak-anak. Anak-anak
mungkin menjadi kurang yakin akan
kemampuan dirinya, kurang matang, dan menjadi agresif. Sementara jika anak menjadi agresif, itu merupakan peniruan terhadap tingkah laku orang tua atau agresif menjadi salah satu cara pelampiasan dari anak-anak. Adapun akibatnya bagi anak bila oran tua bersikap otoriter adalah yang pertama , anak akan tumbuh menjadi orang yang bergantung pada oran lain. Kedua , anak menjadi keras kepala dan sulit diatur. Ini akan terjadi pada anak yang lebih berani.43
43
Rohim M Noor, Orang Tua Bijaksana Anak Bahagia ( Jogjakarta: Katahati, 2009) 198
31
Lebih dari itu pola asuh ini akan menghasilkan anak yang berkarakter : a) Pendiam dan cenderung tertutup. b) Tidak inisiatif. c) Gemar menentang. d) Suka melanggar norma. e) Berkepribadian lemah. f) Cemas. g) Mudah tersinggung. h) Penakut. i) Pemrung dan merasa tidak bahagia. j) Mudah terpengaruh. k) Mudah stres. l) Tidak mempunyai arah masa depan yang jelas. m) Tidak bersahabat. Pola asuh otoriter ini memiliki beberapa ciri, sebagi berikut: a) Anak harus tunduk dan patuh pada kehendak orang tua. b) Pengontrolan orang tua terhadap perilaku anak sangat ketat. c) Anak hampir tidak pernah diberi pujian. d) Orang tua tidak mengenal kompromi dan dalam komnikasinya bersifat satu arah.
32
Pola asuh otoriter lebih banyak menerapkan pola asuhnya dengan aspek-aspek sebagai berikut : a) Orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milh orang yang menjadi teman anaknya. b) Orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berdialog, mengeluh dan mengemukakan pendapat. Anak harus menuruti kehendak orang tua tanpa peduli kainginan dan kemampuan anak. c) Orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak walaupun tidak sesuat dengan keiginan mereka. d) Orang tua memberiikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dalam bertindak dan menyelesaikan masalah. e) Orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. f) Orang tua menuntut anaknya untuk bertanggungjawab terhadap tindakan yang dilakukannya tetapi tidak menjelaskan kepada anak mengapa anak harus bertanggungjawab.44
44
Al Tridhonanto, Beranda Argency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis (Jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2014), 12-13
33
2) Pola asuh orang tua demokratis Pola
asuh
demokratif
adalah
pola
asuh
yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik untuk dirinya, anak diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara, dan bila berpendapat orang tua memberikan kesempatan untuk mendengarkan
pendapatnya,
dilibatkan
dalam
pembicaraan
terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Pola asuh ini ditandai adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya.45 Maksudnya, orang tua sangat memperhatikan tumbuhkembang anak dari sisi fisik dan psikisnya, dan anak diberikan kesempatan untuk melakukan apa yang mereka kehendaki. Namun, semua itu masih dalam ranah pantauan orang tua. Jadi, orang tua memberi kebebasan kepada anak, jika anak dirasa melakukan kesalahan maka orang tua akan segera menasehatinya. Orang tua 45
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,1998), 241
34
dengan pola pengasuhan demokratis selalu melibatkan anak-anak mereka dalam segala hal yang berkenaan dengan remaja itu sendiri dan dengan keluarga. Mereka mempercayai pertimbangan dan penilaian dari remaja serta mau berdiskusi dalam mengambil segala keputusan yang berkaitan dengan anak-anak mereka. Anak-anakpun belajar untukmembuat
keputusan sendiri
dan juga belajar
mendengarkan dan berdiskusi dengan orang tua mereka. Orang tua yang demokratis menekankan pentingnya peraturan, norma, dan nilai-nilai, tetapi mereka bersedia untuk mendengarkan, menjelaskan, dan bernegosiasi dengan anak. Disiplin yang mereka lakukan lebih bersifat verbal. Orang tua yang menunjukkan atau menyatakan kekecewaan atas tindakan anakanak yang mengecewakan, mereka akan lebih memotivasi anakanak untuk bertindak lebih hati-hati dikemudian hari daripada orang tua menghukum dengan keras. Pola asuh demokratis merupakan salah satu pola pengasuhan yang paling efektif untuk mencegah delinkuensi bagi anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis ini akan merasakan suasana rumah yang penuh rasa saling hormat menghormati, penuh apresiasi, kehangatan, penerimaan, dan adanya konsistensi pengasuhan dari orang tua mereka. Dengan demikian,
35
mereka akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka. Beberapa ciri dari pola asuh yang demokratis adalah sebagai berikut : a) Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia. b) Orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan anak. c) Orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan keitik dari anak. d) Mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidkan kepada anak agar jangan berbuat kesalahan denga tidak mengurangi daya kreatifitas inisiatif dan prakarsa dari anak. e) Lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan. f) Orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses darinya.46 g) Anak diberi kesempatan untuk mandiri mengembangkan kontrol internal.
46
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Jakarta : Reineka Cipta, 2014) 61
36
h) Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan turut dilibatkan dalam pengambilan keputusan. i) Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. j) Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. k) Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. l) Pendekatan kepada anak bersifat hangat. Pola asuh demokratisjuga akan menghasilkan anakyang memiliki karakter sebagai berikut: a) Dapat mengontrol diri b) Mempunyai hubungan baik dengan teman c) Mampu mengahadapi stress d) Mempunyai minat terhadap hal-hal baru e) Kooperatif terhadap orang lain f) Anak yang mandiri g) Memiliki rasa percaya diri h) Bersikap bersahabat i) Berorientasi terhadap prestasi
37
j) Mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas 47
3) Pola asuh orang tua permitif/laisses fire Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki. Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya. Semua yang dilakukan anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan, atau bimbingan.48 permitif dapat dibedakan menjadi pengasuhan yang mengabaikan dan pengasuhan yang memanjakan. Pola asuh yang mengabaikan, orang tua, dengan tidak mempedulikan anak mereka, memberikan izin bagi anak mereka untuk bertindak semau mereka. para anak-anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan seperti ini akan menunjukkan kurangnya kontrol diri yang dapat menjadi salah satu penyebab delinkuensi. Pada pengasuhan yang memanjakan, orang tua sangat menunjukkan dukungan emosional kepada anak mereka tetapi
47
Al Tridhonanto, Beranda Argency, Mengembangkan Pola Asuh D emokratis (Jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2014), 16-17 48 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005), 356
38
kurang menerapkan kontrol pada anak mereka. anak terlalu disayang, tetapi rasa sayang berlebihan dan keliru dalam mendidik maka justru mengakibatkan anak tidak dapat melakukan keperluan mereka secara mandiri. Orang tua mengizinkan remaja untuk melakukan apa saja yang mereka mau, bahkan tampak bahwa anak lebih berkuasa daripada orang tua dalam pengambilan berbagai keputusan. Hal ini ternyata menyebabkan anak-anak tidak memiliki kontrol diri yang baik, mereka menjadi egois, selalu memaksakan kehendak mereka sendiri tanpa mempedulikan perasaan orang lain. Dapat dikatakan bahwa pola pengasuhan yang permitif, baik yang mengabaikan maupun memanjakan menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri yang baik. Pola asuh permitif juga akan menghasilkan anak yang berkarakter : a) Impulsif. b) Agresif. c) Tidak patuh. d) Manja. e) Kurang mandiri. f) Mau menang sendiri. g) Kurang percaya diri.
39
h) Kurang matang secara sosial.49 c.
Tujuan pengasuhan orang tua Kegiatan mengasuh anak pada umumnya memiliki landasan tujuan yang sama, yaitu : 1) Memberiakan landasan kehidupan keluarga pada anak-anak. 2) Agar kelak anak menjadi adaptif dalam menyasati kehidupan mereka. 3) Menanamkan sikap disiplin diri pada anak. 4) Membangun rasa percaya diri pada anak.50
2. Kajian Tentang Keluarga a. Pengertian keluarga dalam Islam Keluarga merupakan kehidupan bersama dari individu melalui proses pernikahan. Di dalam keluarga anak mulai mengenal pendidikan, maupun mengenal agama. Terbentuknya keluarga pada mulanya adalah karena adanya ikatan pernikahan antara pria dan wanita dengan maksud untuk menciptakan keturunan. Keluarga merupakan alam pendidikan pertama atau dasar bagi anak. Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan didalam keluarga, orang tua tanpa ada yang memerintah telah memikul tugas sebagai pendidik,
49
Singgig D Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut (Jakarta: Gunung Mulia,2006),281 Ibid, 297
50
40
baik
bersifat
sebagai
pemelihara,
sebagai
pengasuh,
sebagai
pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai guru pemimpin terhadap anak-anaknya. Keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Pengertian keluarga dapat ditijau dari dimensi hubungan darah dan hubungan sosial. Keluarga dalam dimensi hubungan darah merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh hubungan darah antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan dimensi hubungan darah ini, keluarga dapat dibedakan menjadi keluarga besar dan keluarga inti. Sedangkan dalam dimensi hubungan sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial yang diikat oleh adanya saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, walaupun diantara mereka tidak terdapat hubungan darah. Keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalinoleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, yang dimaksud untuk saling menyempurnakan diri dan melengkapi.51 Keluarga merupakan konsep yang bersifat multidimensi. Para ilmuwan sosial bersilang pendapat mengenai rumusan definisi 51
Moch Saichu, Pola Asuh Orang Tua (Jakarta: PT Reineka Cipta, 2007) 17
41
keluarga yang bersifat universal. Salah satu ilmuwan yang permulaan mengkaji keluarga adalah George Murdock. Dalam bukunya SosialStructure, Murdock menguraikan bahwa keluarga merupakan
kelompok sosial yang memiliki karakteristiktinggal bersama, terdapat kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi. Definisi tentang keluarga setidaknya dapat ditinjau berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu definisi struktural, definisi fungsional, definisi interaksional.52 (1) Definisi struktural, keluarga didefinisikan berdasarkan kehadiran atau ketidak hadiran anggota keluarga, seperti orang tua, anak dan kerabat lainnya. Definisi ini memfokuskan pada siapa yang menjadi bagian dari keluarga. Dari perspektif ini dapat muncul pengertian tenang keluarga sebagai asal usul , keluarga sebagai wahana melahirkan keturunan, dan keluarga batih. (2) Definisi fungsional, keluarga didefinisikan dengan penekanan pada terpenuhinya tugas-tugas dan fungsi-fungsi psikososial. Fungsi-fungsi tersebut mencakup perawatan, sosialisasi pada anak, dukungan emosi dan materi, dan pemenuhan peran-peran tertentu. Definisi ini memfokuskan pada tugas-tugas yang dilakukan oleh keluarga. (3) Definisi transaksional, keluarga didefinisikan sebagai kelompok yang mengembangkan kaintiman melalui perilaku-perilaku, 52
Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Jakarta : Kencana, 2012), 4
42
berupa ikatan emosi, pengalaman historis, maupun cita-cita masa depan. Definisi ini memfokuskan pada bagaimana keluarga melaksanakan fungsinya. Keluarga adalah rumah tangga yang memiliki hubungan darah atau perkawinan atau menyediakan terselenggaranya fungsi-fungsi instrumental mendasar dan fungsi-fungsi ekspresif keluarga bagi para anggotanya yang berada dalam suatu jaringan.53 Keluarga merupakan lingkungan pertamayang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisai anak. Didalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Orang tua mempunyai tanggung jawab dalam segala kelangsungan
hidup
anak-anaknya,
termasuk
tanggung
jawab
pendidikan (mendidik anak-anak mereka) dan juga membina moralitas anak. Mendidik anak berarti mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang. Dalam
melihat
hakekat
keluarga,
Hamidah
Abd
Ali
menegaskan bahwa pengertian keluarga itu terletak pada adanya rasa saling harap antara para anggota dalam struktur keluarga itu. 53
Sri Lestari, Psikologi Keluarga (Jakarta : Kencana, 2012) 4-6
43
Kehadiran keluarga terjadi lantaran ikatan darah secara natural, pernikahan atau kedua-duanya. Dengan demikian kehadiran keluarga sangat penting untuk menentukan masa depan kehidupan anak. Dalam, dimensi psikologis anak memang membutuhkan pembimbing, pembina guna mengarahkan perkembangan jiwanya.54 Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa keluarga menurut islam adalah merupakan kesatuan sosial yang terdiri dari unsur orang tua, unsur anak-anak, unsur lain yang terikat adanya hubungan perkawinan sesuai ketentuan islam.
3. Kajian Tentang Moral a. Pengertian Moral Menurut Lillie, kata moral berasal dari kata mores (bahasa latin) yang berarti tata cara dalam kehidupan atau adat istiadat. Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai-nilai susila. Sedangkan Baron,et al mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar. Oleh Magnis-Suseno dikatakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan
54
2012)65
Mukhlison Efendi, Komunikasi Orang Tua dengan Anak (Ponorogo: STAIN Po PRESS,
44
manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Sikap moral yang sebenarnya disebut moralitas. Moralitas sebagai sikap hati orang yang terungkap dalam tindakan lahiriah, moralitas terjadi apabila orang mengambil sikap yang baik karena ia sadar akan kwajiban dan tanggungjawabnya dan bukan karena ia mencari keuntungan. Jadi moralitas adalah sikap dan perbuatan baik yang betul-betul pamrih.55 Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tatacara kehidupan. Sedanglkan moralitas
merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.56 Sidi Gazalba mengatahkan moral ialah sesuai denngan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Untuk itu, dia menyimpulkan bahwa moral itu suatu tindakan yang sesuai dengan ukuran tindakan yang umum diterima oleh kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.57 Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup pengertian tentang baik-buruknya perbuatan manusia. Moralitas dapat objektif atau subjektif, moralitas objektif
55 56
C Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral (Jakarta: PT Reineka Cipta,2008)24-25 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Remaja ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011) 132 57
Abd Haris, Etika Hamka (Surabaya: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010),33
45
memandang perbuatan semata sebagai suatu perbuatan yang telah dikerjakan. Moralitas subjektif adalah moralitas yang memandang dan perbuatan sebagai perbuatan yang dipengaruhi pengertian dan persetujuan si pelaku sebagai individu. Moralitas dapat dibagi juga menjadi intristik atau ekstrinsik. Moralitas intrinstik memandang suatu perbuatan menurut hakikatnya bebas lepas dari setiap bentuk hukum positif. Sedangkan moralitas ekstrintik adalah moralitas yang memandnag perbuatan sebagai sesuatu yang diperintahkan atau dilarang oleh seseorang yang berkuasa atau oleh hukum positif, baik dari manusia asalnya maupun dari tuhan.58 Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi, moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat. Moral merupakan standar baik-buruk yang ditentukan bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaiannya dengan kehidupan sosial secara harmonis, adil, dan
58
W Poespoprodjo, Filsafat Moral (Bandung: CV Pustaka Grafika,1998)118-119
46
seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan.59 Moral dalam filsafat Durkheim, hubungan “yang sosial” dengan ”yang moral” merupakan benang merah yang selalu tampak jelas.60Filsafat moral adalah upaya untuk mensistematisasikan pengetahuan tentang hakikat moralitas dan apa yang dituntut.61 Moral menyangkut kebaikan. Orang yang tidak baik juga disebut sebagai orang yang tak bermoral, atau sekurang-kurangnya sebagai orang yang kurang bermoral. Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Orang yang baik adalah oran yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatanperbuatan yang baik pula. Sikap batin itu sering kai disebut hati. Orang yang baik mempunyai hati yang baik. Akan tetapi sikap batin yang baik baru dapat dilihat oleh orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula.62 Moralitas merupakan fakta sosial yang khas dan dalam semua bentuknya tidak dapat hidup kecuali dalam masyarakat, dalam arti pasti hidup dalam konteks sosial. Moral memiliki tiga unsur yaitu, disiplin, keterkaitan pada kelompok, dan otonomi kehendak manusia. 59
Moh Ali dan Moh Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009) 136 60 Durkheim Emile dan Henri Bergson, Moral dan Religi (Yogyakarta : Kanisius, 1994) 126 61 Anggota IKAPI, Filsafat Moral (Yogyakarta: Kasanuis,2004) 17 62 Al Purwa Hadiwardoyo, Moral dan Masalahnya (Yogyakarta : Kasanius, 1990) 13
47
Masyarakat merupakan badan yang memiliki wewenang mutlak untuk memberi arti kepada sesuatu yang patut, yang seharusnya diperbuat manusia, karena masyarakat memiliki wibawa moral, yaitu kenyataan kejiwaan, suatu kesadaran yang lebih luhur dan lebih unggul daripada wibawa seorang individu. Makhluk moral adalah makhluk yang memiliki kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif merupakan kunci perbuatan moral. Moralitas yang mendasari masyarakat belum tertuju pada kemanusiaan seluruhnya, atau bisa dikatakan masih tertutup Bergson mengatakan baru sesudah kedatangan nabi-nabi atau orangorang suci yang telah menerima wahyu ilahi dan menyampaikannya kepada umat manusia di dunia ini, terciptalah moralitas terbuka.63 Ada beberapa macam moral antara lain yaitu moral kejujuran, yakni hukum sosial yang menyebutkian bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan berbuat jujur dan senantiasa berdosa bila berbuat tidak jujur. Moral kebersamaan, yakni proses interaksi yang menyebutkan bahwa setiap tradisi silih asih, silih asuh, silih asah, terhadap sesama dengan penuh cinta kasih sayang. Moral toleran, yakni sikap hidup yang menghargai kemungkinan orang lain berbuat
63
127
Durkheim Emile dan Henri Bergson, Moral dan Religi (Yogyakarta : Kanisius, 1994) 126-
48
benar atau salah, seperti kemungkinan bagi diri sendiri untuk berbuat benar atau salah.64 B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu 1. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu“ Korelasi Pola Asuh Orang Tua terhadap prestasi Belajar Siswa Kelas VII Madrasah Tsanawiyah Tegal Sari Jetis Ponorogo Tahun Ajaran 2012/2012” oleh Martiningsih, NIM 210308080N, Jurusan Tarbiyah/PAI pada tahun 2012 dengan hasil penelitian adalah Pola asuh orang tua secara demokratis siswa kelas VII Mts Tegal Sari Jetis Ponorogo menunjukkan cukup dengan adanya beberapa indikator pola asuh orag tua secara demokratis. Hal tersebut terbukti pada hasil kategori baik dan kurang sama-sama mencapai 7,69%, dan kategori cukup mencapai 84,2%.Prestasi belajar siswa kelas VII MTs Tegal Sari Jetis Ponorogo menunjukkan cukup. Hal tersebut terbukti pada hasil kategori baik mencapai 15,38%, kategori cukup mencapai 53, 85% dan kategori kurang mencapai 30,77%.Terdapat korelasi antara pola asuh orang tua demokratis dan prestasi belajar siswa kelas VII MTs Tegal Sari Jetis Ponorogo tahun ajaran 2011/2012. 2. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 1 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia MI Al Ma’arif Sidorejo Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah Tahun Ajaran 2008/2009” oleh Heru Kismawanto, NIM 64
Mursidin, Moral Sumber Pendidikan (Bandung : Ghalia Indonesia, 2011) 29
49
24A062065. Jurusan Tarbiyah /PGMI pada tahun 2009 dengan hasil penelitian adalah pola asuh orang tua siswa kelas 1 MI Al Ma’arif Sidorejo Tirtomoyo Wonogiri memiliki nilai rata-rata 9,61 yang berarti bernilai sedang, konsentrasi belajar siswa kelas1 MI Al Ma’arif Sidorejo Tirtomoyo Wonogiri memiliki nilai rata-rata 17,48 yang berarti bernilai sedang, hasil korelasi produk moment dengan N = 23 signifikasi 5 % diperoleh hasil �
diterima.
lebih besar dari pada �� (0,515 > 0,413) sehingga Ha
3. Berdasarkan penelitian terdahulu yaitu “ Mengembangkan Moral dan Kepribadian Siswa Melalui Pembiasaan Di MI Ma’arif Sentono Jenangan Ponorogo” oleh Yanti Mustika Sari, NIM 210609043, Jurusan Tarbiyah/ PGMI pada tahun 2013 dengan hasil penelitian adalah kondisi moral dan kepribadian siswa dangat minim, karena disebabkan adanya beberapa kesulitan yang dihadapi oleh siswa seperti halnya, ketika siswa belajar disekolah tidak faham dengan materi yang telah di sampaikan oleh guru, kesulitan siswa dalam memahami kata-kata yang ada pada buku-buku bacaan, dan kurangnya perhatian orang tua juga menjadi penyebab kesulitan belajar yang dihadapi siswa. Bentuk pembiasaan dalam mengembangkan
moral
dan
kepribadian
siswa
tersebut
dengan
mengoptimalkan kegiatan extrakulikuler seperti qiroah, banjari, tari, sholawat
serta
meningkatkan
ketrampilan
sejak
dini.
Sebelum
50
pembelajaran dimulai di awali dengan pembiasaan seperti berdo’a terlebih dahulu, kemudian menghafal surat-surat pendek, sholat dhuha, dzuhur dilaksanakan secara berjamaah. Dari ketiga telaah pustaka yang penulis ambil diatas perbedaannya adalah yang pertama berdasarkan telaah terdahulu milik saudari Martiningsih, persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang pola asuh orang tua. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh saudari Martiningsih membahas tentang pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa sedangkan penelitian ini membahas tentang pola asuh orang tua dalam membina moralitas anak. Yang kedua berdasarkan telaah terdahulu milik saudara Heru Krismawanto, persamaannya adalah sama-sama meneliti tentang pola asuh orang tua. perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh saudara Heru Krismawanto membahas tentang pola asuh orang tua terhadap konsentrasi belajar siswa sedangkan penelitian ini membahas tentang pola asuh orang tua dalam membina moralitas anak. Yang ketiga berdasarkan telaah terdahulu milik saudari Yanti Mustika Sari, persamaanya adalah samasama membahas tentang moral anak. Perbedaanya adalah penelitian yang dilakukan
oleh
saudari
Yanti
Mustika
Sari
membahas
tentang
mengembangkan moral dan kepribadian siswa melalui pembisaan sedangkan penelitian ini moralitas anak.
membahas tentang pola asuh orang tua dalam membina
51
BAB III TEMUAN PENEITIAN A. Deskripsi Data Umum 1. Deskripsi Lokasi Penelitian a. Sejarah Berdirinya Pasar Songgolangit Ponorogo.65 Pasar Songgolangit Ponorogo adalah salah satu pasar tradisional yang menjadi kebanggaan masyarakat Ponorogo, pasar Songgolangit Ponorgo terletak di Jalan Soekarno-Hatta Ponorogo. Di sebelah timur tepatnya di Jalan Hayam Wuruk. Awalnya, pasar Songgolangit bernama pasar Legi. Pasar Legi berdiri sekitar tahun 1827, hampir bersamaan dengan berdirinya pasar Pon, pasar Alun-alun, dan pasar Gampingan. Letak pasar Legi/Songgolangit dipisahkan oleh Jalan Urip Sumoharjo, sehingga juga terdapat pemisahan jenis barang dagangan. Pasar bagian utara jenis barang dagangan berupa sembako dan kebutuhan sehari-hari, pada bagian selatan jenis dagangan berupa kain-kain. Pada tahun 1995 terjadi kebakaran di pasar Legi yang mengakibatkan kerugian besar dan kemudian pada tahun 1997 pasar Legi kembali berdiri dan berganti nama menjadi pasar Songgolangit. Nama Songgolangit sendiri diambil dari nama Dewi Songgolangit yang merupakan putri mahkota dari kerajaan Kediri dalam salah satu versi cerita asal-usul Reyog 65
Nikenpranandari, Langkah Kecil Pasar Songgolangit, http://nikenpranandari.blogspot.in/2012/12/pasar-songgolangit.html, diakses pada tanggal 28 Maret 2016
50
52
Ponorogo.Pasar Songgolangit Ponorogo berada di Kelurahan Pakunden Kecamatan Ponorgo Kabupaten Ponorgo. Di Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Urip Sumoharjo.
b. Visi, Misi pasar Songgolangit Ponorogo66 1) Visi pasar Songgolangit Ponorogo “Terwujudnya
masyarakat
Ponorogo
yang
sejahtera
yang
bertumpah darah pada mekanisme pasar yang berkeadilan, menuju daerah industri baru sekaligus masyarakat niaga yang tangguh, serta mewujudkan rahayuning bumi Reyog” 2) Misi pasar Songgolangit Ponorogo a) Mewujudkan koperasi dan UMKM yang mandiri dan berdaya saing. b) Meningkatkan pembinaan dan pengembangan industri kecil menengah berbasissumbe daya daerah. c) Meningkatkan pembinaan dan pengembangan pasar, distribusi, promosi, peningkatan penggunaan produksi dalam negri, pengembangkan usaha, pengawasan barang beredar, peningkatanekspor dan perlindungan konsumen. d) Meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana pasar daerah. 66
Ibid
53
2. Profil pedagang pasar Songgolangit67 a. Pedagang Pakaian 1) Ibu Tutik, alamat Jalan Bangka No.17. Memiliki 2 anak, anak yang pertama sekolah di sekolah dasar di SMP Ma’arif Ponorogo. Dan yang satu masih sekolah di TK. Ibu Tutik tinggal bersama suami dan kedua anaknya. Ibu Tutik berjualan semua peralatan wanita dari baju, celana, gamis samapai alat make up. 2) Ibu Wati, alamat Jalan Kalimantan, memiliki 1 anak perempuan yang berusia 10 tahun dan masih belajar si sekolah dasar. Ibu Wati berjualan pakaian saja. 3) Ibu Parti, alamat Balong, Ngraket. Memiliki 1 anak laki-laki yang sudah sekolah di SMP. Ibu parti ini berjualan pakaian dan juga peralatan tidur seperti sprei, selimut. 4) Ibu Yuni, alamatJabung, memiliki 3 anak yang satu kelas 1 SMP yang satu kelas 4 SD dan yang terakhir baru berumur 4 tahun. Ibu Yuni ini juga berjualan pakaian di Pasar Songgolangit. 5) Ibu Siti Aminah, alamat MangunwijayanJalan Sulawesi, memiliki 4 orang anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan. Ibu Siti Aminah berdagang pakaian. 67
Wawancara dengan sebagian para pedagang pasar songgolangit pada tanggal 02 Mei 2016
54
6) Ibu Warti, alamat Jalan Pramuka, Ronowijayan. Memiliki 2 orang anak perempuan yang masih sekolah di bangku SMA dan SMP, ibu Warti ini berjualan aneka pakaian dalam. 7) Ibu Suti, alamat pulung, krajan. Ibu Suti memiliki 5 anak, anak pertama dan kedua sudah bekerja sedangkan anak ketiga empat dan kelima masih sekolah di bangku SMA dan SMP. B. Penyajian Data Khusus 1. Strategi Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak Pedagang Pakaian Pasar Songgolangit Ponorogo. Strategi pengasuhan orang tua adalah proses pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas serta menumbuhkan dan mendidik anak dari lahir hingga anak memasuki usia dewasa dalam kurun waktu tertentu.Dengan maksud lain strategi pengasuhan orang tua adalah cara orang tua dalam menerapkan pengasuhan yang baik. Lebih lanjut strategi pengasuhan orang tua pada anak para pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo, sebagaimana hasil
observasi dan wawancara
peneliti yang dapat dideskripsikan sebagai berikut, a. Strategi berkomunikasi dan motivasi orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo dalam menerapkan pengasuhan anak secara edukatif.
55
Terkait bentuk penerapan strategi pengasuhan orang tua, Ibu Tutik sebagai salah satu pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo, menjelaskan: “Keberhasilan pedagang pakaian pasar Songgolangit dalam menerapkan strategi pengasuhan dalammembina moralitas anak-anak mereka dengan menggunaan strategi komunikasi dan motivasi yang mereka di anggap tepat”.68 Lebih lanjutIbu Tutikmenjelaskan: Adapun strategi pengasuhan yang digunakan oleh kebanyakan orang tua pedagang pasar Songgolangit Ponorogo, baik dari kalangan pedagang pakaian, pedagang sayuran, peralatan rumah tangga, sampai dengan pedagang daging dan lain sebagainya. Sebagai contoh dalam mengasuh anak, mereka menitipkan kepada penitipan anak ketika orang tua berjualan dipasar, ada juga yang dititipkan kepada neneknya karena tinggal satu rumah, tidak hanya itu menyiapkan jadwal untuk anaknya juga di gunakan oleh beberapa orang tua misalnya pagi sekolah, sore les privat atau ngaji namun tidak setiap hari anak-anak juga diberi kebebasan untuk bermain.69
Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Ibu Watisebagai salah satu pedagang pakaian jugamengemukakan: Dalam mengasuh anak-anak, dengan komunikasi dan motivasi yang baik orang tua perlu mengetahui karakter seorang anak, dan juga orang tua harus mampu memberikan contoh yang baik untuk anaknya, menasehati dan memimbing anaknya ketika benar dan ketika melakukan kesalahan. Tidak hanya itu orang tua harus teliti dalam memilih sekolah yang terbaik untuk anak dimana didalam sekolah itu anak mampu mengembangkan moral yang baik untuk anak.70
Berkenaan dengan strategi pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak, peneliti juga melakukan wawancara dengan dengan salah satu pedagang pakaian yang lainnya , yakni Ibu
68
Lihat Transkip Wawancara No: 01/1-W/F-1/ 02-05/2016 Ibid. 70 Lihat Transkip Wawancara No: 02/3-W/F-1/ 02-05/2016 69
56
SitiAminah, beliau menjelaskan bahwa strategi pengasuhan orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo di antaranya: Menjalin komunikasi yang baik dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak, memberikan pengertian atau nasehat ketika anak berbuat kesalahan, tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak, kalimat menyalahkan tidak diterapkan dalam mendidik anak, mengajarkan untuk saling berbagi.71 Kemudian peneliti melakukan wawancara dengan salah satu pedanga pakaian ibu Warti. Adapun hasil wawancaranya adalaah adanya pengaruh budaya dan sosial ekonomi terhadap pengasuhan. Ketika menjadi orang tua sudah seharusnya mengadaptasi kualitas individu terhadap aturan hidup yang baru. Interaksi orang tua dan anak sangat dibutuhkan, karena anak belajar dari berbagai macam interaksi yang dilakukan orang tuanya.72 Hal ini diperkuat dengan keterangan Ibu Suti selaku pedagang pakaian, beliau menjelaskan: Tidak hanya itu strategi pengasuhan yang diterapkan orang tua dalam membina moral anak. Misalnya saja keterlibatan orang tua dalam menyediakan kesempatan dan menumbuhkan moral pada anak, memberikan kesempatan untuk mengembangkan moral anak dengan sendirinya, memberikan teladan perilaku, selain itu orang tua mencari informasi pengetahuan tentang perkembangan anak melalui media sosial seperti internet.73
71
Lihat Transkip Wawancara No: 03/4-W/F-1/ 02-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No: 04/5-W/F-1/ 03-05/2016 73 Lihat Transkip Wawancara No: 05/6-W/F-1/ 03-05/2016
72
57
Ketika jam sekolah telah selesai ada beberapa anak pedagang yang menghampiri orang tuanya yang sedang berdagang di pasar dan ikut membantu orang tuanya berdagang, walaupun kelihatannya belum begitu lancar menawarkan barang dagangannya namun terlihat jelas anak tersebut sangat bersemangat, dari nada bicaranya dan gaya bicaranya terlihat anak itu memiliki sopan santun dan tutur katanya halus, tidak mudah emosi atau marah ketika ada seorang pelanggan yang datang untuk membeli namun tidak jadi membeli dikarenakan tidak cocok dan ketika itu pelanggan tersebut telah mengacak acak barang dagangannya anak tersebut masih saja memperlihatkan raut muka yang besahabat.74 b. Strategi pengasuhan orang tua dalam membagi waktu antara mengasuh dan berdagang. Ibu Suti yang berperan sebagai pedagang pakaian di pasar Songgolangit Ponorogo, selalu mengupayakan yang terbaik untuk anakanaknya. Adapun yang terkait dengan cara membagi waktu antara mengasuh anak dengan berdagang di pasar, serta usaha apa yang dilakukan orang tua untuk membina moral anaknya.Ibu Suti mengatakan: Sekarang ini orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo, banyak yang menerapkan sift untuk bekerja atau berdagang di pasar, pasar songgolangit buka pagi sampai pukul 15.00 WIB, ada sebagian pedagang 74
Lihat Transkip Observasi No: 01/0/ 03-05/2015
58
pakaian pasar Songgolangit yang memiliki karyawati untuk menjaga tokonya, ini diakibatkan karena banyknya pelanggan dan juga karena orang tua harus mengurus kebutuhan keluarganya misalnya aja mengurus anak, mendidik anak, membimbing anak. Atau kalau tidak memiliki karyawan biasanya bertukar dengan suami atau istri untuk bergantian jaga toko di pasar Songgolangit Ponorogo. Dengan demikian anak-anak masih bisa diawasi oleh salah satu orang tua entah itu Ibu atau Bapak.75
Kemudian terkait dengan strategi orang tua dalam membagi waktu
antara
berdagang
dengan
mengasuh
anak,
Ibu
Sutimenjelaskan bahwa orang tua atau keluarga bermusyawarah dalam mengatasi atau pembagian waktu untuk memberikan yang terbaik untuk anak diataranya yaitu: 1) Bersama-sama memberi perencanaan jadwal untuk mengasuh anak. 2) Berkomunikasi dalam memberikan pengertian terhaap anak agar tidak terjadi salah paham. 3) Bersama-sama melakukan pengawasan terhadap perkembangan anak dan pergaulan anak.76 Bapak Karno selaku suami Ibu Suti menerangkan bahwa dalam membagi waktu antara berdagang dan mengasuh perlu perncanaan yang matang, seperti yang keluarga Bapak Karno alami setiap pagi Ibu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan dan menyiapkan kebutuhan sekolah anakkeperluan lainnya seperti
75
Lihat Transkip Wawancara No: 06/1-W/F-1/03-05/2016 Ibid
76
59
umumnya keluarga, setelah kerjaan rumah beres dan anak sudah berangkat sekolah giliran Ibu beragkat kepasar untuk berdagang, sedang Bapak sendiri harus bekerja. Setelah anak pulang sekolah sekitar pukul 12.00 WIB, anak langsung pulang kerumah istirahat makan ganti seragam. Anakpun sudah mengerti jadwal yang harus anak lakukan ketika sehabis pulang sekolah, yaitu pada hari sabtu, selasa, kamis pukul 15.00-16.00 WIB adalah jadwal ngaji, dan untuk hari senin, rabu, jumat pulul 14.00-15.00 WIB anak mengikuti les privat pelajaran sekolah. Untuk hari minggu sendiri anak-anak boleh ikut orang tua berdagang di pasar atau bermain. Dan ketika sore hari menjelang maghrib sudah Bapak terapkan untuk sholt maghri berjama’ah dan dilanjutkan dengan nagji bersama-sama. Setelah itu anak-anak belajar sebentar sekitar kurang dari satu jam, dalam proses belajar dirumah Bapak tidak mengijinkan menyalakan televisi agar anak fokus dalam belajarnya, tidak hanya itu Bapak sering memberi contoh menasehati agar anak-anak bertingkah laku sopan bertutur kata sopan dan halus, mengargai orang lain, mempelajari dari hal yang terkecil dahulu dimulai dari dalam lingkungan keluarga. Orang tua sebagai pemberi motivasi atau dorongan dulunya setiap anak diharapkan mampu menjadi anak yang sholeh ataupun
60
sholehah dan pandai. Disini sangat perluadanya motivasi, karena tanpa adanya motivasi atau dukungan dari orang tua maka anak tidak anak memiliki moral yang baik. Dari hasil wawancara dengan ibu Parti selaku pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo beliau mengungkapkan tentang bagaimana cara beliau membina moral anak sehingga terbentuk moral yang baik : Cara yang digunakan seperti normalnya keluarga biasa hanya saja ketika sebelum berangkat ke dipasar sudah menyiapkan jadwal untuk anak pagi sekolah, siang les privat dan sore ngaji namun tidak setiap hari ada jadwalnya. Dan ketika malam hari berusaha membimbing anak untuk belajar serta menasehati anak tidak hanya itu akan tetapi juga memberikan contoh langsung kepada anak-anak agar anak-anak mudah memahami apa yang seharusnya mereka lalukan. Sehingga moral anak pun terbentuk dengan baik.77
Berbeda dengan pendapat ibu Parti, ibu Warti mengatakan pendapat bawah ini ketika ditanya kegiatan apa saja yang beliau berikan untuk anak agar tercipta moral yang baik seperti sekarang ini : Seperti biasa mbak anak-anak di biarkan bebas bermain namun ada strateginya yaitu belajar sambil bermain, santai tapi serius. Dan ketika anak-anak melakukan kesalahan atau meniru hal-hal yang kurang baik biasanya menegurnya dengan cara yang halus dan menasehatinya dengan tutur kata yang tidak menyinggungnya dengan begitu anak akan mudah memahami daripada dengan cara yang keras dan kasar maka biasanya anak akan membantah nasehat orang tua. 78
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Wati selaku pedangan pakaian di pasar Songgolangit tentang cara orang tua dalam membina moral anak : 77 78
Lihat Transkip Wawancara No:08/1-W/F-1/04-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No:09/1-W/F-1/04-05/2016
61
Hampir sama mbak namun tidak hanya itu cara membina moral anak agar menjadi lebih baik membang benar faktor orang tua itu sangat penting dan berpengaruh akan tetapi orang tua kan sibuk dengan pekerjaan ya seperti ini berdagang jadi, untuk mengantikan orang tua anak-anak diikutkan ngaji, selain menambah ilmu agama juga akan memberikan pengertian tentang bagaimana menjadi orang baik.79
2. Bentuk Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak pada Keluarga Pedagang Pasar Songgoalngit Ponorogo. Pola asuh sebagai cara berinteraksi orang tua dengan anak. Pada dasarnya terdapat tiga bentuk pola asuh orang tua yaitu, tipe otoriter, demokratis, dan permisif. Model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Orang tua sebagai lingkungan terdekat yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjai figur idola anak yang paling dekat. Sebagaimana yang disebutkan oleh Ibu Parti, beliau menjelaskan: Bentuk pegasuhan orang tua yang diterapkan seperti, memberikan kebebasan terhadap anak namun dibatasi atau sewajarnya saja, karena jika dibiarkan terlalu bebas akan berdampak tidak baik untuk anak , anak akan menjadi liar dan tidak akan patuh terhadap orang tua. Namun jika terlalu dikekang juga akan mengakibatkan pola pikir anak menjadi buruk, membantah, brutal, ini dikarenakan anak terlalu dikekang tidak boleh bergaul dengan teman-temannya tidak ada waktu untuk bermain bersama sosialnya kurang.
Selanjutnya terkait dengan bentuk pengasuhan orang tua dalam mengasuh anak untuk membina moral anak menjadi baik, Ibu Parti menjelaskan diantaranya:
79
Lihat Transkip Wawancara No: 10/1-W/F-1/09-05/2016
62
Tujuan bentuk pengasuhan orang tua, dalam proses pengasuhan terhadap anak sudah pasti ada tujuan yang diinginkan oleh orang tua dalam membina moral anak agar menjadi lebih baik, yaitu, menumbuhkembangkan akhidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembanga pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, sehingga menjadi anak yang bermoral baik, mewujudkan anak yang taat kepada orang tua, memiliki rasa saling menghormati dan menghargai, membentuk moral yang baik seperti, membiasakan sikap yang jujur, berperilaku sopan dan santun, bertutur kata yang baik.80
Ibu Yuni menambahkan bahwa tujuan dari menerapkan bentuk pengasuhan orang tua dalam membina moral pada hakikatnya adalah untuk menanamkan sifat-sifat yang baik pada diri anak-anak mereka, untuk membentuk akhlak dan moral yang baik, dan untuk melatih anak agar bisa hidup bermasyarakat dengan baik. 81 Ibu tutik menegaskan bawasannya selain mengacu pada tujuan pengasuhan orang tua, bentuk pengasuhan orang tua juga sangat berpengaruh dalam membina moral anak. Di mana anak akan mengetahui karakter orang tuanya dan akan meniru semua yang didapat olehnya. Selain anak akan menjadi anak yang bermoral baik, anak akan dilatih untuk dapat hidup berjiwa sosial. Bila anak melihat kebiasaan baik dari orang tuanya maka dengan cepat mencontohnya, demikian sebaiknya bila orang tua berperilaku buruk maka akan ditiru perrilakunya oleh anakanak. Anak meniru bagaimana orang tua bersikap, bertutur kata, mengekpresikan harapan, tuntutan, dan kritkan satu sama lain,
80
81
Ibid Lihat Transkip Wawancara No: 12/1-W/F-1/09-05/2016
63
menanggapi dan memcahkan masalah dan mengungkapkan perasaan san emosinya.82 Mengembangkan moral anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo dilakukan melalui kegiatan tatap muka, peaktek. Ibu Siti ketika dionfirmasi terkaitdengan bagaiman cara membentuk moral yang baik untuk anaknya, beliau menjelaskan: Cara untuk membentuk moral anak dengan baik walaupun Ibu sibuk berdagang di pasar, yaitu dengan cara mendekatinya menanyakan keluh kesahnya ketika sedang dirumah sedang kumpul keluarga, memberikan perhatian yang cukup pada saat malam hari karena ada siang hari tidak mampu memberikan perhatia penuh untuk anak-anak. Dan ketika mendapati ceritanya atau keluh kesahnya yang sekiranya kurang baik maka ibu meluruskannya atau menasehati bukan memarahinya, memberikan pengertian-pengertian bagaimana untuk hidup yang baik untuk berteman yang baik dan bagaimana untuk bersosial yang baik. Selalu mengajarkan sesuatu didasari dengan ilmu agama dan juga memberikan contoh yang sesuai apa yang ibu nasehatkan. Karena kalau menasehati dan ibu belum pernah melakukannya maka sama saja ibu mengajarkan sesuatu yang kurang benar.83
Berbeda halnya dengan pendapat Ibu Siti Aminah sebagai pedaganag pakaian di pasar Songgolangit Ponorogo beliau menjelaskan bahwa, dalam mengasuh anak beliau lebih menerapkan pada pola asuh yang membebaskan anaknya namun memberi batasan-batasan tertentu, sebagaimana yang telah Ibu Siti Aminah jelaskan sebagai berikut: Bentuk pengasuhan orang tua yang diterapkan seperti, cenderung tidak memberikan kebebasan kepada anak, anak di kekang tidak boleh bermain dengan teman-temannya ketika sudah pulang sekolah. Boleh bermain hanya ada didalam rumah saja, anak diwajibkan nurut kepada aturan orang tua.84
82 83 84
Lihat Transkip Wawancara No: 13/1-W/F-1/09-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No. 14/1-W/F-1/10-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No. 14/1-W/F-1/10-05/2016
64
Selanjutnya Ibu Suti menambahkan bahwa beliau membina anakanaknya dengan, menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah, menuntut anaknya untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan tanpa menjelaskan mengapa harus brtanggung jawab.85 Ibu tutik menegaskan bahwa selain dengan cara mengekang anak, memberikan kebebasan namun dibatasi beliau bereda dengan yang lain yaitu beliau menerapkan bentuk pengasuhan yang memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya, tidak menerapkan hukuman pada anak.86 Kemudian peneliti juga mendapatkan informasi dari Ibu Tutik, bahwa terkait dengan cara menerapkan bentuk pengasuhanadalah memberikan sedikit kebebasa kepada anak namun orang tua tetap waspada dan mengawasnya, tidak mengekang anak unuk selalu diam dirumah dikarenakan akan berakibat negatif anak akan balas dendam ketika sudah dewasa. Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas diperoeh data bahwa bentuk pola asuh orang tua atau bentuk pengasuhan orang tua pedagang
85 86
pakaian
pasar
Songgolangit
Lihat Transkip Wawancara No. 15/1-W/F-1/10-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No. 15/1-W/F-1/10-05/2016
Ponorogo
kebanyakan
65
menggunakan bentuk pola asuh demokratis, untuk sejumlah pedagang pakaian.Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Hal itu bertujuan untuk menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, sehingga menjadi anak yang bermoral baik. mewujudkan anak yang taat kepada orang tua, memiliki rasa saling menghormati dan menghargai, membentuk moral yang baik seperti, membiasakan sikap yang jujur, berperilaku sopan dan santun, bertutur kata yang baik. Namun tidak semuanya menggunakan polaasuh demikratis ada juga sebagian yang menggunakan pola asuh yang lainnya.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat Pengasuhan Orang Tua dalam Membina
Moralitas
Anak
pada
Keluarga
Pedagang
Pasar
Songgolangit Ponorogo. Sebagaimana hasil penelitian pada pembahasan sebelumnya, bahwa orang tua selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan anak-anaknya walaupun jarang bertatap muka ketika siang hari, orang tua selalu menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak-anaknya walaupun bisa
66
dikatakan anak-anak itu kurang perhatian dari orang tua mereka. Melihat anak-anak para pedagang yang seperti itu, yang memiliki moral yang baik, walaupun pada dasarnya mereka seperti kekurangan perhatian orang tua namun orang tua disini mampu menciptakan anak-anak yang bermoral baik, untuk memciptakan anak yang bermoral baik tentu saja ada faktor penghambat dan pendukung dalam membina moral anak. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu Parti selaku pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo sebagai berikut : Faktor pengambat dalam membina moral anak-anak disini ialah waktu yang kurang untuk bersama dengan anak-anak, dan kadang ketika kondisi saya lagi capek sering kurang bisa mengontrol emosi mbak, jadi kadang akan terjadi perdebatan atau anak-anak akan jadi korban kemarahan saya. Namun seketika itu setelah beberapa jam kemudian kita kembali bahagia.87
Selain faktor penghambat ada juga faktor pendukung yang menunjang moral anak menjadi baik, terarah. Misalnya seperti yang ungkapkan oleh ibu Yuni selaku pedagang pakaian pasar Songgolngit Ponorogo : Pada dasarnya anak-anak sudah memilik moral yang baik ketika sejak lahir, dan seringnya kita memberikan arahan memberikan contoh dan membimbingnya maka naluri moral yang sudah ada itu akan lebih kuat lagi, sehingga ketika anak sudah mengenal moral yang baik anak akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bukan hanya itu saja faktor pedukung yang menunjang moral anak menjadi lebih baik itu berada pada diri orang tua mereka masing-masing bagaiamana orang tua mengajarinya bagaimana orang tua memperlakukannya ketika anak melakukan kesalahan dan lain sebagainya. Ketika anak merasa nyaman anak akan berfikir dan meniru apa yang di ajarkan orang tuanya. Serta nurut dengan apa yang dikatakan orang tuannya. 88 87 88
Lihat Transkip Wawancara No: 14/1-W/F-1/10-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No: 15/1-W/F-1/11-05/2016
67
Ternyata tidak hanya itu saja faktor pendukung moral anak menjadi baik, ibu Wati selaku pedagang pakaian di pasar Songgolangit Ponorogo juga mengatakan beberapa faktor pendukung moral anak menjadi baik: Banyak faktor pendukung yang menunjang moral anak menjadi baik mbak, bukan hanya dari lingkungan keluarga saja namun dari lingkungan luar misalnya teman-teman sepergaulannya yang baik maka anak akan baik pula, lingkungan sekolahnya misal guru yang selalu mengajarinya karena guru adalah orang yang di hormati anak-anak setelah orang tua.89
Untuk mengetahui sejauh mana faktor penghambat pengasuhan dan pendukung pengasuhan orang tua dalam membina moral anakanaknya, peneliti melakukan wawancara langsung kepada Ibu Parti beliau yang mengatakan: Faktor penghambat pengasuhan antara lain, terbatasnya waktu untuk mengawasi anak-anaknya, terkadang kurang bisa mengontrol emosi. Sedangkan faktor pendukung pengasuhan antara lain, terbantu oleh lingkungan sekitar, terutama kerabat atau saudara untuk membantu mengawasi anak mereka. Dan untuk mengatasi hambatan pengasuhan yang dialami dalam mengontol anaknya, mereka melibatkan orang terdekat, menekankan pada pengawasan, dan melalui pendekatan komunikasi.90
89 90
Lihat Transkip Wawancara No: 16/1-W/F-1/11-05/2016 Lihat Transkip Wawancara No: 17/1-W/F-1/1-05/2016
68
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Strategi Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak Pedagang Pakaian Pasar Songgolangit Keluarga merupakan alam pendidikan pertama atau dasar bagi anak. Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan didalam keluarga, orang tua tanpa ada yang memerintah telah memikul tugas sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembimbing, sebagai pembina maupun sebagai guru pemimpin terhadap anak-anaknya.91 Keluarga merupakan lingkungan pertamayang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisai anak. Didalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Orang tua mempunyai tanggung jawab dalam segala kelangsungan hidup anak-anaknya, termasuk tanggung jawab pendidikan (mendidik anak-anak mereka) dan juga membina moralitas
91
Moch Saichu, Pola Asuh Orang Tua (Jakarta: PT Reineka Cipta, 2007), 17
67
69
anak. Mendidik anak berarti mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan dimasa yang akan datang.92 Pengasuhan adalah mencakup beberapa aktivitas, yaitu: melindungi anak, memberikan perumahan dan tempat perlindungan, pakaian, makanan, merawat anak (memandikan, mengajarkan cara buang air, dan memelihara anak ketika sakit), memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak, berinteraksi dengan anak dan memberikan stimulasi kepadanya, serta memberikan sosialisasi dengan budayanya.93 Strategi pengasuhan orang tua adalah proses pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas serta menumbuhkan dan mendidik anak dari lahir hingga anak memasuki usia dewasa dalam kurun waktu tertentu. Dengan maksud lain strategi pengasuhan orang tua adalah cara orang tua dalam menerapkan pengasuhan yang baik.94 Hal itu pun terjadi pada strategi pengasuhan yang digunakan oleh kebanyakan orang tua pedagang pasar Songgolangit Ponorogo, baik dari kalangan pedagang pakaian, pedagang sayuran, peralatan rumah tangga, sampai dengan pedagang daging dan lain sebagainya. Sebagai contoh dalam mengasuh anak, mereka menitipkan kepada penitipan anak ketika orang tua berjualan dipasar, ada juga yang 92
Mukhlison Efendi, Komunkasi Orang Tua dengan Anak (Ponorogo: STAIN Po PRESS,2012)65 93 Dita, Pengasuhan Konsep Tujuan dan Strateginya , http://dita8wordpress.com/2010/09/25/pengasuhan-konsep-tujuan-dan-strateginya/, diakses pada tanggal 12 Januari 2016 94 Zakiah Darajad, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara,1996), 35
70
dititipkan kepada neneknya karena tinggal satu rumah, tidak hanya itu menyiapkan jadwal untuk anaknya juga di gunakan oleh beberapa orang tua misalnya pagi sekolah, sore les privat atau ngaji namun tidak setiap hari anakanak juga diberi kebebasan untuk bermain. Dalam mengasuh anak-anak, perlu mengetahui karakter seorang anak, dan juga orang tua harus mampu memberikan contoh yang baik untuk anaknya, menasehati dan memimbing anaknya ketika benar dan ketika melakukan kesalahan. Tidak hanya itu orang tua harus teliti dalam memilih sekolah yang terbaik untuk anak dimana didalam sekolah itu anak mampu mengembangkan moral yang baik untuk anak. Berkenaan dengan strategi pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anak, bahwa strategi pengasuhan
orang
tua
pedagang
pasar
Songgolangit
Ponorogo
di
antaranya,menjalin komunikasi yang baik dan memotivasi dari orang tua dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak, memberikan pengertian atau nasehat ketika anak berbuat kesalahan, tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak, kalimat menyalahkan tidak diterapkan dalam mendidik anak, mengajarkan untuk saling berbagi. Adapun strategi pegasuhan orang tua pedaganag tersebutharus mempersiapkan keahlian fisik, intelektual, emosi, dan moral. Tidak hanya itu orang tua juga harus memiliki peran pengasuhan otoritatif, serta adanya pengaruh budaya dan sosial ekonomi terhadap pengasuhan. Ketika menjadi orang tua sudah seharusnya mengadaptasi kualitas individu terhadap aturan
71
hidup yang baru. Interaksi orang tua dan anak sangat dibutuhkan, karena anak belajar dari berbagai macam interaksi yang dilakukan orang tuanya.95Hal ini sesuai dengan pendapat Zakiah Darajad bahwa mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih, dan sebagainya. Dengan demikian pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak dan bisa memberi efek negatif maupun positif. Orang tua memiliki cara tersendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua memberikan perhatian, pengaturan, disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku, dan kebiasaan orang tua selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anaknya yang kemudian semua itu secara sadar atau tidak sadar akan diresapi, kemudian menjadi kebiasaan bagi anak-anaknya.96
95
https://dita8.wordpress.com/tag/ strategiDita, Strategi Pengasuhan , pengasuhan/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C9590055775 , diakses pada tanggal 23 Mei 2016 96 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga , (Jakarta : Reineka Cipta 2014), 50-52
72
Disamping itu,para pedagang pakaian di pasar Songgolangit Ponorogo, selalu mengupayakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Adapun yang terkait dengan cara membagi waktu antara mengasuh anak dengan berdagang di pasar, serta usaha apa yang dilakukan orang tua untuk membina moral anaknya. Sekarang ini orang tua atau pedagang pasar Songgolangit Ponorogo, banyak yang menerapkan sift untuk bekerja atau berdagang di pasar, pasar songgolangit buka pagi sampai pukul 15.00 WIB, ada sebagian pedagang pasar Songgolangit yang memiliki karyawati untuk menjaga tokonya, ini diakibatkan karena banyaknya pelanggan dan juga karena orang tua harus mengurus kebutuhan keluarganya misalnya aja mengurus anak, mendidik anak, membimbing anak. Atau kalau tidak memiliki karyawan biasanya bertukar dengan suami atau istri untuk bergantian jaga toko di pasar Songgolangit Ponorogo. Dengan demikian anak-anak masih bisa diawasi oleh salah satu orang tua entah itu Ibu atau Bapak. Kemudian terkait dengan strategi orang tua dalam membagi waktu antara berdagang dengan mengasuh anak, para pedagang secara keseluruhan menjelaskan bahwa orang tua atau keluarga bermusyawarah dalam mengatasi atau pembagian waktu untuk memberikan yang terbaik untuk anak diataranya yaitu: (1) Bersama-sama memberi perencanaan jadwal untuk mengasuh anak. (2) Berkomunikasi dalam memberikan pengertian terhaap anak agar tidak terjadi salah paham. (3) Bersama-sama melakukan pengawasan terhadap perkembangan anak dan pergaulan anak.
73
Orang tua sebagai pemberi motivasi atau dorongan dulunya setiap anak diharapkan mampu menjadi anak yang sholeh ataupun sholehah dan pandai. Disini sangat perluadanya motivasi, karena tanpa adanya motivasi atau dukungan dari orang tua maka anak tidak anak memiliki moral yang baik. Peran orang tua dalam membina moralitas anak berupa menumbuhkan prilaku budaya, menmbuhkan prilaku agama, dan membimbng adaptasi lingkungan budaya
yang belum dilaksanakan dengan baik. Peran orang tua dalam
membina moral kurang lebihnya sebagai berikut orang tua sebagai motivator: (1) Orang tua yang bersifat mendorong anak saja dlihat dari keseringan mereka mengatakan sesuatu kepada anak agar belajar agama, melainkan juga dihubungkan dengan sikap terhadap akhlaq dan perilaku orang tua itu dalammencontohkan perilaku dan sikap yang terpuji kepada anak. (2) Orang tua sebagai guru, orangtua harus memahami hakikat dan tujuan pendidikn keluargaagar dapat mengantisipasi pengaruh kehidupan modern terhadap perkembangan moral anaknya, orang tua harus memiliki pengetahuan lebih, mengimplikasikan nilai dalam pengetahuan.97 Dari hasil data dari sejumlah pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo dapat dianalisa bagaimana cara beliau membina moral anak sehingga terbentuk moral yang baik, cara yang digunakan seperti normalnya keluarga biasa hanya saja ketika sebelum berangkat ke dipasar sudah
97
Nuru Putri Lestari dan Sulistyarini, Peran Orang Tua Dalam Membina Moral Anak, http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view /12577. Diakses pada tanggal 23 Mei 2016
74
menyiapkan jadwal untuk anak pagi sekolah, siang les privat dan sore ngaji namun tidak setiap hari ada jadwalnya. Dan ketika malam hari berusaha membimbing anak untuk belajar serta menasehati anak tidak hanya itu akan tetapi juga memberikan contoh langsung kepada anak-anak agar anak-anak mudah memahami apa yang seharusnya mereka lalukan. Sehingga moral anak pun terbentuk dengan baik. Strategi orang tua dalam membina moralitas anak antara lain yaitu, Menjalin komunikasi yang baik dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak, Memberikan pengertian atau nasehat ketika anak berbuat kesalahan, Tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak, Kalimat menyalahkan tidak diterapkan dalam mendidik anak, Mengajarkan untuk saling berbagi.
B. Analisis Bentuk Strategi Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak pada Keluarga Pedagang Pasar Songgoalngit Ponorogo. Pola asuh sebagai cara berinteraksi orang tua dengan anak. Pada dasarnya terdapat tiga bentuk pola asuh orang tua yaitu, tipe otoriter, demokratis, dan permisif. Model perilaku orang tua secara langsung maupun tidak langsung akan dipelajari dan ditiru oleh anak. Orang tua sebagai lingkungan terdekat yang selalu mengitarinya dan sekaligus menjai figur idola anak yang paling dekat.
Begitupula dengan
bentuk
pengasuhan orang tua
pedagang
75
Songgolangit Ponorogo bervariatif, ada yang otoriter, demokratis dan permisif. Pola asuh otoriter ini di tandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi.Dengan tipe orang tua ini cenderung sebagia pengendali atau pengawas, selalu memaksakan kehendak kepada anak, sangat sulit menerima saran, terlalu percaya pada diri sendiri sehingga menutup katup musyawarah. Dalam mempengaruhi anak sering mempergunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsur paksaan dan ancaman.98 Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkali memaksakan anak untuk bertindak atas nama dirinya (orangtua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan diajak ngobrol, bercerita-cerita, bertukar pikiran dengan orang tua.Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman-hukumannya yang sifatnya hukuman badan dan anak juga diatur yang membatasi perilakunya.99 Sedangkan pola asuh otoritatif atau demokratif adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan
anak,
akan
tetapi
tidak
ragu-ragu
mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang 98
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga (Jakarta: Reineka Cipta,2014)53 99 Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2005),354
76
tua.Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik untuk dirinya, anak diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara, dan bila berpendapat orang tua memberikan kesempatan untuk mendengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Pola asuh ini ditandai adanya sikap terbuka antara orang tua dengan anaknya.100 Sedangkan pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelonggaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki.101Bentuk pegasuhan orang tua yang diterapkan seperti, memberikan kebebasan terhadap anak namun dibatasi atau sewajarnya saja, karena jika dibiarkan terlalu bebas akan berdampak tidak baik untuk anak, anak akan menjadi liar dan tidak akan patuh terhadap orang tua. Namun jika terlalu dikekang juga akan mengakibatkan pola pikir anak menjadi buruk, membantah, brutal, ini dikarenakan anak terlalu dikekang tidak boleh bergaul dengan teman-temannya tidak ada waktu untuk bermain bersama sosialnya kurang. Selanjutnya terkait dengan bentuk strategi pengasuhan orang tua dalam mengasuh anak untuk membina moral anak menjadi baik.
Dalam
proses pengasuhan terhadap anak sudah pasti ada tujuan yang diinginkan oleh 100
Mifath Thoha, Perilaku Organisasi (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,1998), 241 Mansyur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005),
101
356
77
orang tua dalam membina moral anak agar menjadi lebih baik, yaitu, menumbuhkembangkan akhidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembanga pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, sehingga menjadi anak yang bermoral baik, mewujudkan anak yang taat kepada orang tua, memiliki rasa saling menghormati dan menghargai, membentuk moral yang baik seperti, membiasakan sikap yang jujur, berperilaku sopan dan santun, bertutur kata yang baik. Untuk pengasuhan yang bersifat otoriter akan menghasilkan anak-anak yang memilik karakter sebagai berikut, pendiam dan cenderung tertutup, tidak inisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah cemas, cudah tersinggung, penakut, pemrung dan merasa tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah stres, tidak mempunyai arah masa depan yang jelas, tidak bersahabat.102 Sedangkan pengasuhan yang bersifat demokratis akan menghasilkan anak-anak yang berkarakter sebagai berikut, Dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu mengahadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, kooperatif terhadap orang lain, anak yang mandiri, memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, berorientasi terhadap prestasi, mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas.103
102
Al Tridhonanto dan Beranda Argency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis (Jakarta: PT Elek Media Komputindo, 2014), 12 103 Singgig D Gunarsa, Dari Anak Sampai Usia Lanjut (Jakarta: Gunung Mulia,2006),281
78
Hal ini sejalan dengan pola pengasuhan orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo dimana tujuan dari menerapkan bentuk strategi pengasuhan orang tua tersebut dalam membina moral pada hakikatnya adalah untuk menanamkan sifat-sifat yang baik pada diri anak-anak mereka, untuk membentuk akhlak dan moral yang baik, dan untuk melatih anak agar bisa hidup bermasyarakat dengan baik. Selain mengacu pada tujuan strategi pengasuhan orang tua, bentuk strategi pengasuhan orang tua juga sangat berpengaruh dalam membina moral anak. Di mana anak akan mengetahui karakter orang tuanya dan akan meniru semua yang didapat olehnya. Selain anak akan menjadi anak yang bermoral baik, anak akan dilatih untuk dapat hidup berjiwa sosial. Membentuk
moral
anak
dengan
kesibukan
orang
tua
berdagang.Mengembangkan moral anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo dilakukan melalui kegiatan tatap muka, peaktek.Dalam proses pendidikan terhadap anak selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia, orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan anak, orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan keitik dari anak, mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidkan kepada anak agar jangan berbuat kesalahan denga tidak mengurangi daya kreatifitas inisiatif dan prakarsa dari anak, lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan, orang tua selalu berusaha
79
untuk menjadikan anak lebih sukses darinya, anak diberi kesempatan untuk mandiri mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orang
tua
dan
memprioritaskan
turut
dilibatkan
kepentingan
dalam
anak,
akan
pengambilan tetapi
tidak
keputusan, ragu-ragu
mengendalikan mereka, bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, pendekatan kepada anak bersifat hangat.104 Berdasarkan hasil analisa di atas diperoeh kesimpulan bahwa bentuk pola asuh orang tua atau bentuk pengasuhan orang tua pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo kebanyakan menggunakan bentuk pola asuh demokratis, untuk sejumlah pedagang pakaian. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak raguragu mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Hal itu bertujuan untuk menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, sehingga menjadi anak yang bermoral baik. mewujudkan anak yang taat kepada orang tua, memiliki rasa saling
104
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalamKeluarga (Jakarta : Reineka Cipta, 2014) 61
80
menghormati dan menghargai, membentuk moral yang baik seperti, membiasakan sikap yang jujur, berperilaku sopan dan santun, bertutur kata yang baik. C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Pengasuhan Orang Tua dalam Membina Moralitas Anak pada Keluarga Pedagang Pasar Songgolangit Ponorogo. Sebagaimana hasil penelitian pada pembahasan sebelumnya, bahwa orang tua selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan anak-anaknya walaupun jarang bertatap muka ketika siang hari, orang tua selalu menjaga dan memperhatikan kebutuhan anak-anaknya walaupun bisa dikatakan anakanak itu kurang perhatian dari orang tua mereka. Melihat anak-anak para pedagang yang seperti itu, yang memiliki moral yang baik, walaupun pada dasarnya mereka seperti kekurangan perhatian orang tua namun orang tua disini
mampu
menciptakan
anak-anak
yang
bermoral
baik,
untuk
memciptakan anak yang bermoral baik tentu saja ada faktor penghambat dan pendukung dalam membina moral anak. Faktor pengambat orang tua dalam membina moral anak-anak pedagang Songgolangit disini ialah waktu yang kurang untuk bersama dengan anak-anak, dan kadang ketika kondisi orang tua sedang capek sering kurang bisa mengontrol emosi, maka anak terjadi perdebatan atau anak-anak akan jadi korban kemarahan orang tua.
81
Disamping itu faktor penghambat pengasuhan antara lain, terbatasnya waktu untuk mengawasi anak-anaknya, terkadang kurang bisa mengontrol emosi. Sedangkan faktor pendukung pengasuhan antara lain, terbantu oleh lingkungan sekitar, terutama kerabat atau saudara untuk membantu mengwasi anak mereka. Dan untuk mengatasi hambatan pengasuhan yang dialami dalam mengontol anaknya, mereka melibatkan orang terdekat, menekankan pada pengawasan, dan melalui pendekatan komunikasi. Sebagaimana yang diungkapkan Al Tridhonanto, beliau mengatakan bahwa faktor penghambat pengasuhan adalah sebagai berikut, Orang tua mengekang anak untuk bergaul dan memilih-milh orang yang menjadi teman anaknya, orang tua memberikan kesempatan pada anaknya untuk berdialog, mengeluh dan mengemukakan pendapat.105Anak harus menuruti kehendak orang tua tanpa peduli kainginan dan kemampuan anak, orang tua menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah. Aturan tersebut harus ditaati oleh anak walaupun tidak sesuat dengan keiginan mereka, orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk berinisiatif dalam bertindak dan menyelesaikan masalah, orang tua melarang anaknya untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. Selain faktor penghambat ada juga faktor pendukung yang menunjang moral anak menjadi baik, dan terarah. Pada dasarnya anak-anak sudah memilik moral yang baik ketika sejak lahir, dan seringnya kita memberikan 105
Ibid., Al Tridhonanto dan Beranda Argency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis . 15.
82
arahan memberikan contoh dan membimbingnya maka naluri moral yang sudah ada itu akan lebih kuat lagi, sehingga ketika anak sudah mengenal moral yang baik anak akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bukan hanya itu saja faktor pedukung yang menunjang moral anak menjadi lebih baik itu berada pada diri orang tua mereka masing-masing bagaiamana orang tua mengajarinya bagaimana orang tua memperlakukannya ketika anak melakukan kesalahan dan lain sebagainya. Ketika anak merasa nyaman anak akan berfikir dan meniru apa yang di ajarkan orang tuanya. Serta nurut dengan apa yang dikatakan orang tuannya. Ternyata tidak hanya itu saja faktor pendukung moral anak para pedagang menjadi baik di pasar Songgolangit Ponorogo. Banyak faktor pendukung yang menunjang moral anak menjadi baik mbk, bukan hanya dari lingkungan keluarga saja namun dari lingkungan luar misalnya teman-teman sepergaulannya yang baik maka anak akan baik pula, lingkungan sekolahnya misal guru yang selalu mengajarinya karena guru adalah orang yang dihormati anak-anak setelah orang tua. Selanjutnya
terkait
dengan
faktor
pendukung
pengasuhan,
sebagaiaman dijelaskan oleh Syaiful Bahri Djamarah adalah sebagi berikut, orang tua selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan anak, orang tua senang menerima saran, pendapat, dan bahkan keitik dari anak, mentolerir ketika anak membuat kesalahan dan memberikan pendidkan kepada anak agar jangan berbuat kesalahan denga
83
tidak mengurangi daya kreatifitas inisiatif dan prakarsa dari anak, lebih menitikberatkan kerja sama dalam mencapai tujuan, orang tua selalu berusaha untuk menjadikan anak lebih sukses darinya, anak diberi kesempatan untuk mandiri mengembangkan kontrol internal, anak diakui sebagai pribadi oleh orang
tua
dan
memprioritaskan
turut
dilibatkan
kepentingan
dalam
anak,
akan
pengambilan tetapi
tidak
keputusan, ragu-ragu
mengendalikan mereka, bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak, memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, pendekatan kepada anak bersifat hangat.106 Sehingga dari penjabaran diatas bahwa faktor penghambat dan pendukung pengasuhan orang tua dalam membina moral anak adalah sebagai berikut, terbatasnya waktu untuk mengawasi anak-anaknya, terkadang kurang bisa mengontrol emosi. Sedangkan faktor pendukung pengasuhan antara lain, terbantu oleh lingkungan sekitar, terutama kerabat atau saudara untuk membantu mengwasi anak mereka, teman sepergaulan mereka jika anak-anak bergaul dengan anak-anak
106
Syaiful Bahri Djamarah,Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga . (Jakarta : Reineka Cipta, 2014) 61
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan, di antaranya: 1. Strategi pengasuhan orang tua dalam membina moral anak pada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo
yaitu, menjalin
komunikasi yang baik dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak, memberikan pengertian atau nasehat ketika anak berbuat kesalahan, tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak, kalimat menyalahkan tidak diterapkan dalam mendidik anak, serta mengajarkan untuk saling berbagi. 2. Bentuk pengasuhan orang tua dalam membina moralitas anakpada keluarga pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo kebanyakan meggunakan bentuk pola asuh demokratis, Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak raguragu mengendalikan mereka.
83
85
3. Faktor penghambat pengasuhan orang tua dalam membina moral anak pada keluarga pedagang pasar Songgolangit Ponorogo adalah sebagai berikut, (a) terbatasnya waktu untuk mengawasi anak-anaknya, (b) terkadan orang tua kurang bisa mengontrol emosi. Sedangkan faktor pendukung pengasuhan antara lain, (a) terbantu oleh lingkungan sekitar, (b) terutama kerabat atau saudara untuk membantu mengawasi anak mereka, (c) teman sepergaulan mereka yang baik jika anak-anak bergaul dengan anak-anak.
B. Saran Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi para pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo hendaklah meningkatkan strategi pengasuhan dengan mengetahui atau memahami karakter anak. 2. Bagi Anak-anak pedagang pakaian pasar Songgolangit Ponorogo untuk lebih menghargai orang tua dan memahami jerih payah orang tua untuk masa depannya dan berusaha tidak mengecewakan orang tua.
86
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2014 Anggota IKAPI, Filsafat Moral. Yogyakarta: Kasanuis, 2004 Asrori Moh dan Moh Ali, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif . Jakarta: PT Reineka Cipta, 2008 Budiningsih C Asri, Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Reineka Cipta, 2008 Darajad, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama . Jakarta : PT Bulan Bintang, 2005 Darajad, Zakiah,Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 1996 Departemen Agama, Modul Pendidikan Agama dan Keluarga . Jakarta : Depag RI, 2002 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indinesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Dita,
Pengasuhan Konsep Tujuan dan Strateginya, http://dita8wordpress.com/2010/09/25/pengasuhan-konsep-tujuan-danstrateginya/, diakses pada tanggal 12 Januari 2016
Djamarah, Syaiful Bahri, Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga. Jakarta : Reineka Cipta, 2014 Durkheim, Emile dan Henri Bergson, Moral dan Religi. Yogyakarta : Kanisius, 1994 Efendi, Mukhlison, Komunikasi Orang Tua dengan Anak. Ponorogo: STAIN Po Press, 2012
Gheony, Djunaidi M dan Fauzan Almansyur, Metodologi Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2012 Gunarsa, Singgig D, Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: Gunung Mulia, 2006
87
Hadiwardoyo, Al Purwa, Moral dan Masalahnya . Yogyakarta : Kasanius, 1990 Haris, Abd, Etika Hamka. Surabaya: PT LkiS Printing Cemerlang, 2010 Iskandar, Metode Penenlitian Kualitatif. Jakarta : GP Prss, 2009 Lestari, Sri, Psikologi Keluarga. Jakarta : Kencana, 2012 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005 Meleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007 Mursidin, Moral Sumber Pendidikan. Bandung : Ghalia Indonesia, 2011 Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003 Narbuko, Cholid, Abu Achmadi, Methodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010 Nikenpranandari, Langkah Kecil Pasar Songgolangit , http://nikenpranandari.blogspot.in/2012/12/pasar-songgolangit.html, diakses pada tanggal 28 Maret 2016 Nurul, Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007 Noor, Rohim M, Orang Tua Bijaksana Anak Bahagia . Jogjakarta : Katahati, 2009 Poespoprodjo W, Filsafat Moral. Bandung: CV Pustaka Grafika, 1998 Saichu, Moch, Pola Asuh Orang Tua . Jakarta: PT Reineka Cipta, 2007 Santrock, John W, Adolencence Perkembangan Remaja Diterjemahkan oleh Shinto B. Adler dan Sherly Saragih. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama, 2003 Sarwono, Jonathan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006 Setiardi, et, al Dialektika Hukum dan Moral dalam Pembangunan Masyarakat Indonesia. Yogyakarta : Kanisius, 1990
88
Sugihono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, 2005 Sugiyono, Metode Penelitian , cet.Ke-1. Bandung: Alfabeta, 2010 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitaif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013 Sulistyarini dan Nuru Putri Lestari Peran Orang Tua Dalam Membina Moral Anak, http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view /12577. Diakses pada tanggal 23 Mei 2016 Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito, 1994 Thashakkori, Abbas, Charles Teddlie, Mixed Methodology. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998 Thoha, Miftah, Perilaku Organisasi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada1998 Tridhonanto, Al dan Beranda Argency, Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2014 Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkemangan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
89
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 01/1-W/F-1/02-05/2016
Nama Informan
: Ibu Tutik, pedagang pakaian
Tanggal
: 02 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bagaimana strategi pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu untuk membina moral anak agar menjadi baik?
Informan
Adapun strategi pengasuhan yang digunakan oleh kebanyakan orang tua pedagang pasar Songgolangit Ponorogo, baik dari kalangan pedagang pakaian, pedagang sayuran, peralatan rumah tangga, sampai dengan pedagang daging dan lain sebagainya. Sebagai contoh dalam mengasuh anak, mereka menitipkan kepada penitipan anak ketika orang tua berjualan dipasar, ada juga yang dititipkan kepada neneknya karena tinggal satu rumah, tidak hanya itu menyiapkan jadwal untuk anaknya juga di gunakan oleh beberapa orang tua misalnya pagi sekolah, sore les privat atau ngaji namun tidak setiap hari anak-anak juga diberi kebebasan untuk bermain
Refleksi
Dari wawancara diatas diperoleh data tentang adanya strategi yan diguanakn oleh kebanyakan orang tua pedagang pasar Songgolangit Ponorogo seperti, di les Privat, ngaji dll
90
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 02/1-W/F-1/02-05/2016
Nama Informan
: Ibu Wati, pedagang pakaian
Tanggal
: 02 Mei 2016
Jam
: 09.30-10.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bagaimana strategi pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu untuk membina moral anak agar menjadi baik?
Informan
Dalam mengasuh anak-anak, perlu mengetahui karakter seorang anak, dan juga orang tua harus mampu memberikan contoh yang baik untuk anaknya, menasehati dan memimbing anaknya ketika benar dan ketika melakukan kesalahan. Tidak hanya itu orang tua harus teliti dalam memilih sekolah yang terbaik untuk anak dimana didalam sekolah itu anak mampu mengembangkan moral yang baik untuk anak.
Refleksi
Dari wawancara diatas diperoleh data tentang adanya strategi yang diguanakan adalah harus mengatahui karakter anak, memberikan contoh yang baik, menasehati, membimbing.
91
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 03/1-W/F-1/02-05/2016
Nama Informan
: Ibu Siti Aminah, pedagang pakaian
Tanggal
: 02 Mei 2016
Jam
: 10.30-11.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bagaimana strategi pengasuhan yang dilakukan oleh Ibu untuk membina moral anak agar menjadi baik?
Informan
1. Menjalin komunikasi yang baik dengan menjaga sikap saling menghargai antara orang tua dan anak. 2. Memberikan pengertian atau nasehat ketika anak berbuat kesalahan. 3. Tidak menggunakan kekerasan dalam mengasuh anak. 4. Kalimat menyalahkan tidak diterapkan dalam mendidik anak. 5. Mengajarkan untuk saling berbagi.
Refleksi
Dari hasil wawancara diperoleh data tentang strategi pengasuhan yaitu, menjalin komunikasi, memberikan pengertian, tidak menggunakan kekerasan, tidak menerapkan kalimat menyalahkan.
92
TARNSKIP WAWANCARA Kode
: 04/1-W/F-1/03-05/2016
Nama Informan
: Ibu Suti
Tanggal
: 03 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bagaimana kemampuan orang tua dalam menerapkan strategi pengasuhan kepada anak?
Informan
Adapun strategi pegasuhan orang tua yaitu
orang tua harus
mempersiapkan keahlian fisik, intelektual, emosi, dan moral. Tidak hanya itu orang tua juga harus memiliki peran pengasuhan otoritatif, serta adanya pengaruh budaya dan sosial ekonomi terhadap pengasuhan. Ketika menjadi orang tua sudah seharusnya mengadaptasi kualitas individu terhadap aturan hidup yang baru. Interaksi orang tua dan anak sangat dibutuhkan, karena anak belajar dari berbagai macam interaksi yang dilakukan orang tuanya Refleksi
Dari hasil wawancara diatas diperoleh data tentang strategi pengasuhan yaitu, mempersiapkan keahlian fisik, intelektual, emosi, dan moral.
93
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 05/1-W/F-1/03-05/2016
Nama Informan
: Ibu Tutik
Tanggal
: 03 Mei 2016
Jam
: 09.30-10.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Strategi apa saja yang digunakan untuk membina moral anak?
Informan
Tidak hanya itu strategi pengasuhan yang di terapkan orang tua dalam membina moral anak. Misalnya saja keterlibatan orang tua dalam menyediakan kesempatan dan menumbuhkan moral pada anak, memberikan kesempatan untuk mengembangkan moral anak dengan sendirinya, memberikan teladan perilaku, selain itu orang tua mencari informasi pengetahuan tentang perkembangan anak melalui media sosial seperti internet.
Refleksi
Dari hasil wawancara diatas diperoleh data, tidak hanya strategi pengasuhan saja namun keterlibatan orang tua, memberikan kesempatan mengembangkan moral anak, memberikan teladan perilaku.
94
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 06/1-W/F-1/03-05/2016
Nama Informan
: Ibu Suti
Tanggal
: 03 Mei 2016
Jam
: 10.00-10.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneiti
Bagaiama strategi pengasuhan yang dilakukan dengan membagi waktu antara mengasuh dengan berdagang?
Informan
banyak yang menerapkan sift untuk bekerja atau berdagang di pasar, pasar songgolangit buka pagi sampai pukul 15.00 WIB, ada sebagian pedagang pasar Songgolangit yang memiliki karyawati untuk menjaga tokonya, ini diakibatkan karena banyknya pelanggan dan juga karena orang tua harus mengurus kebutuhan keluarganya misalnya aja mengurus anak, mendidik anak, membimbing anak. Atau kalau tidak memiliki karyawan biasanya bertukar dengan suami atau istri untuk bergantian jaga toko di pasar Songgolangit Ponorogo. Dengan demikian anak-anak masih bisa diawasi oleh salah satu orang tua entah itu Ibu atau Bapak.
95
Refleksi
Dari awancara diatas dapat diperoleh data sebagai berikut, ketika malm malam hari menghabiskan waktu dengan anak-anak, dan mengawasi anak-anak dengan salah satu orang tua ketika salah satu dari mereka ada yang sibuk berdagang maka gantian
96
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 06/1-W/F-1/04-05/2016
Nama Informan
: Ibu Suti
Tanggal
: 04 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bagaimana strategi mengasuh anak dengan baik padahal
Informan
sibuk dipasar? 1. Bersama-sama
memberi
perencanaan
jadwal
untuk
mengasuh anak. 2. Berkomunikasi dalam memberikan pengertian terhaap anak agar tidak terjadi salah paham. 3. Bersama-sama
melakukan
pengawasan
terhadap
perkembangan anak dan pergaulan anak. Refleksi
Dari hasil wawancara diatas dapat iperoleh data sebagai berikut, anak-anak diberi jadwal, selaluberkomunikasi dengan baik walaupun sibuk di pasar, melakukan pengawasan.
97
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 08/1-W/F-1/04-05/2016
Nama Informan
: Ibu Parti, pedagang pakaian
Tanggal
: 04 Mei 2016
Jam
: 09.30-10.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Peran orang tua dalam membina moral anak?
Informan
Cara yang digunakan seperti normalnya keluarga biasa hanya saja ketika sebelum berangkat ke dipasar sudah menyiapkan jadwal untuk anak pagi sekolah, siang les privat dan sore ngaji namun tidak setiap hari ada jadwalnya. Dan ketika malam hari berusaha membimbing anak untuk belajar serta menasehati anak tidak hanya itu akan tetapi juga memberikan contoh langsung kepada anak-anak agar anak-anak mudah memahami apa yang seharusnya mereka lalukan. Sehingga moral anak pun terbentuk dengan baik.
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data tentang peran orang tua dalam menerapkan strategi pengsuhan untuk membina moral anak yaitu sebaga berikut, orang tua harus selalu membimbing, menasehati, memberikan contoh yang baik di mata anak.
98
TARNSKIP WAWANCARA Kode
: 09/1-W/F-1/04-05/2016
Nama Informan
: Ibu Warti
Tanggal
: 04 Mei 2016
Jam
: 10.00-10.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Cara menerapkan strategi pengasuhan orang tua untuk membina moral anak?
Informan
Seperti biasa mbak anak-anak di biarkan bebas bermain namun ada strateginya yaitu belajar sambil bermain, santai tapi serius. Dan ketika anak-anak melakukan kesalahan atau meniru hal-hal yang kurang baik biasanya menegurnya dengan cara yang halus dan menasehatinya dengan tutur kata yang tidak menyinggungnya dengan begitu anak akan mudah memahami daripada dengan cara yang keras dan kasar maka biasanya anak akan membantah nasehat orang tua.
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data tentang bagaimana cara orang tua menerapkan strategi pengasuhan untuk membina moral anak, yaitu dengan mengajarkann belaja sambil berain, santai tapi serius, tidak menyalahakn ketika berbuat salah namun
99
memberikan memahaminya.
kata-kata
yang
haus
agar
anak
mampu
100
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 10/1-W/F-1/09-05/2016
Nama Informan
: Ibu Wati
Tanggal
: 09 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Cara menerapkan strategi pengasuhan orang tua untuk membina mora anak?
Informan
Hampir sama mbk namun tidak hanya itu cara membina moral anak agar menjadi lebuh baik membang benar faktor orang tua itu sangat penting dan berpengaruh akan tetapi orang tua kan sibuk dengan
pekerjaan
ya
seperti
ini
berdagang jadi,
untuk
mengantikan orang tua anak-anak diikutkan ngaji, selain menambah ilmu agama juga akan memberikan pengertian tentang baimana mnjadi orang baik Refleksi
Dari hasil wawancara diatas dapat diperoleh kesimpulan anakanak di ikutkan ngaji.
101
TARNSKIP WAWANCARA Kode
: 11/1-W/F-1/09-05/2016
Nama Informan
: Ibu Parti
Tanggal
: 09 Mei 2016
Jam
: 10.00-10.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bentuk-bentuk pengasuhan yang seperti apa yang digunakan dalam membina moral anak?
Informan
Bentuk pegasuhan orang tua yang diterapkan seperti, memberikan kebebasan terhadap anak namun dibatasi atau sewajarnya saja, karena jika dibiarkan terlalu bebas akan berdampak tidak baik untuk anak , anak akan menjadi liar dan tidak akan patuh terhadap orang tua. Namun jika terlalu dikekang juga akan mengakibatkan pola pikir anak menjadi buruk, membantah, brutal, ini dikarenakan anak terlalu dikekang tidak boleh bergaul dengan teman-temannya tidak ada waktu untuk bermain bersama sosialnya kurang
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan tentan bentukbentuk
pengasuhan
dalam
membina
moral
anak
memberikan kebebasan namun tetap dalam pengawasan.
adalah
102
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 12/1-W/F-1/09-05/2016
Nama Informan
: Ibu Yuni
Tanggal
: 09 Mei 2016
Jam
: 09.30-10.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Apa tujuan strategi pengasuhan?
Informan
bahwa tujuan dari menerapkan bentuk strategi pengasuhan orang tua dalam membina moral pada hakikatnya adalah untuk menanamkan sifat-sifat yang baik pada diri anak-anak mereka, untuk membentuk akhlak dan moral yang baik, dan untuk melatih anak agar bisa hidup bermasyarakat dengan baik.
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data tentang tujuan strategi pengasuhan yaitu menanamkan sifat yang baik pada diri anak, membentuk akhlak dan moral yang baik, melatih hidup bermasyarakat.
103
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 13/1-W/F-1/09-05/2016
Nama Informan
: Ibu wati
Tanggal
: 09 Mei 2016
Jam
: 10.00-10.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Apa tujuan strategi pengasuhan?
Informan
selain mengacu pada tujuan strategi pengasuhan orang tua, bentuk strategi pengasuhan orang tua juga sangat berpengaruh dalam membina moral anak. Di mana anak akan mengetahui karakter orang tuanya dan akan meniru semua yang didapat olehnya. Selain anak akan menjadi anak yang bermoral baik, anak akan dilatih untuk dapat hidup berjiwa sosial
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data tentang tujuan strategi orang tua, yaitu anak dapat mengetahui karakter orang tuanya.
104
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 14/1-W/F-1/10-05/2016
Nama Informan
: Ibu Siti
Tanggal
: 10 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Strategi pengasuhan
Materi Wawancara Penelti
Bagaimana membentuk moral yang baik sedangakan selalu sibuk beragang diasar?
Informan
Cara untuk membentuk moral anak dengan baik walaupun ibu sibuk berdagang di pasar, yaitu dengan cara mendekatinya menanyakan keluh kesahnya ketika sedang dirumah sedang kumpul keluarga, memberikan perhatian yang cukup pada saat malam hari karena ada siang hari tidak mampu memberikan perhatia penuh untuk anak-anak. Dan ketika mendapati ceritanya atau keluh kesahnya yang sekiranya kurang baik maka ibu meluruskannya atau menasehati bukan memarahinya, memberikan pengertian-pengertian bagaimana untuk hidup yang baik untuk berteman yang baik dan bagaimana untuk bersosial yang baik. Selalu mengajarkan sesuatu didasari dengan ilmu agama dan juga
105
memberikan contoh yang sesuai apa yang ibu nasehatkan. Karena kalau menasehati dan ibu belum pernah melakukannya maka sama saja ibu mengajarkan sesuatu yang kurang benar Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data tentang bagaimana cara membentuk moral yang baik walaupun seharian bekerja dipasar, yaitu dengan cara mendekati memberikan perhatian ketika berada dirumah, mendengarkan semua ceritanya,.
106
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 14/1-W/F-1/10-05/2016
Nama Informan
: Ibu Parti
Tanggal
: 10 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Faktor Peghambat dan pendukung pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Apa saja faktor penghabat pengasuhan?
Informan
Faktor pengambat dalam membina moral anak-anak disini ialah waktu yang kurang untuk bersama dengan anak-anak, dan kadang ketika kondisi saya lagi capek sering kurang bisa mengontrol emosi mbk, jadi kadang akan terjadi perdebatan atau anak-anak akan jadi korban kemarahan saya. Namun seketika itu setelah beberapa jam kemudia kita kembali bahagia
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data sebagai berikut, waktu yang kurang bersama dnegan anak-anak.kurang bisa mengontrol emosi ketika kelelahan.
107
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 14/1-W/F-1/10-05/2016
Nama Informan
: Ibu Siti Aminah
Tanggal
: 10 Mei 2016
Jam
: 09.30-10.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Bentuk pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bentuk pengasuhan yang seperti apa yang ibu gunakan dalam membina moral anak?
Informan
Bentuk pengasuhan orang tua yang diterapkan seperti, cenderung tidak memberikan kebebasan kepada anak, anak di kekang tidak boleh bermain dengan teman-temannya ketika sudah pulnag sekolah. Boleh bermain hanya ada didalam rumah saja, anak diwajibkan nurut kepada aturan orang tua.
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data sebagai berikut, menggunaan bentuk pengasuhan toritatif
108
TARNSKIP WAWANCARA
Kode Nama Informan Tanggal Jam Tempat Wawancara Topik Wawancara
: 15/1-W/F-1/10-05/2016 : Ibu Tutik : 10 Mei 2016 : 11.30-12.00 WIB : Pasar Songgolangit Ponorogo : Bentuk pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bentuk pengasuhan yang seperti apa yang ibu gunakan dalam membina moral anak?
Informan
menerapkan bentuk pengasuhan yang memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya, tidak menerapkan hukuman pada anak.
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data sebagai berikut, menggunaan bentuk pengasuhan permitif
109
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 14/1-W/F-1/10-05/2016
Nama Informan
: Ibu Suti
Tanggal
: 10 Mei 2016
Jam
: 11.30-12.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Bentuk pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Bentuk pengasuhan yang seperti apa yang ibu gunakan dalam membina moral anak?
Informan
menentukan aturan bagi anak dalam berinteraksi baik di rumah maupun di luar rumah, menuntut anaknya untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. Dan diberikan penjelasan atau pengertian kenapa harus bertanggung jawab
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data sebagai berikut, menggunaan bentuk pengasuhan demokratis
110
TARNSKIP WAWANCARA Kode
: 15/1-W/F-1/11-05/2016
Nama Informan
: Ibu Yuni
Tanggal
: 11 Mei 2016
Jam
: 09.30-10.00 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Faktor penghambat dan pendukung pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Apa faktor pendukung pengasuhan?
Informan
Pada dasarnya anak-anak sudah memilik moral yang baik ketika sejak lahir, dan seringnya kita memberikan arahan memberikan contoh dan membimbingnya maka naluri moral yang sudah ada itu akan lebih kuat lagi, sehingga ketika anak sudah mengenal moral yang baik anak akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Bukan hanya itu saja faktor pedukung yang menunjang moral anak menjadi lebih baik itu berada pada diri orang tua mereka masing-masing bagaiamana orang tua mengajarinya bagaimana orang tua memperlakukannya ketika anak melakukan kesalahan dan lain sebagainya. Ketika anak merasa nyaman anak akan berfikir dan meniru apa yang di ajarkan orang tuanya. Serta nurut dengan apa yang dikatakan orang tuannya.
111
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data yang menyebutkan apa saja faktor pendukung pengasuhann, anak nurut kepada orang tua, mengerti tentang apa yang baik dan yang kurag baik untuk dirinya.
112
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 16/1-W/F-1/11-05/2016
Nama Informan
: Ibu Warti
Tanggal
: 11 Mei 2016
Jam
: 09.00-09.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Faktor penghambat dan pendukung pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Apa faktor pendukung pengasuhan?
Informan
Banyak faktor pendukung yang menunjang moral anak menjadi baik mbk, bukan hanya dari lingkungan keluarga saja namun dari lingkungan luar misalnya teman-teman sepergaulannya yang baik maka anak akan baik pula, lingkungan sekolahnya misal guru yang selalu mengajarinya karena guru adalah orang yang di hormati anak-anak setelah orang tua
Refleksi
Dari wawancara diatas dapat dieroleh data tentang faktor pendukung moral yaitu, faktor dari lingkungan keluarga , teman, lingkungan sekolah.
113
TARNSKIP WAWANCARA
Kode
: 17/1-W/F-1/1-05/2016
Nama Informan
: Ibu Parti
Tanggal
: 11 Mei 2016
Jam
: 10.00-10.30 WIB
Tempat Wawancara : Pasar Songgolangit Ponorogo Topik Wawancara
: Faktor penghambat dan pendukung pengasuhan
Materi Wawancara Peneliti
Apa saja faktor penghabat pengasuhan?
Informan
Faktor penghambat pengashan antara lain, terbatasnya waktu untuk
mengawasi
anak-anaknya,
terkadang
kurang
bisa
mengontrol emosi. Sedangkan faktor pendukung pengasuhan antara lain, terbantu oleh lingkungan sekitar, terutama kerabat atau saudara untuk membantu mengwasi anak mereka. Dan untuk mengatasi hambatan pengasuhan yang dialami dalam mengontol anaknya, mereka melibatkan orang terdekat, menekankan pada pengawasan, dan melalui pendekatan komunikasi Refleksi
Dari wawancara diatas dapat diperoleh data sebagai berikut, kuranya waktu bersama keluarga, kurang bisa mengontrol emosi.
114
RIWAYAT HIDUP
Gumini lahir pada tanggal 10 Juli 1993 di Wonogiri, Jawa Tengah, putri ke sepuluh dari Alm. Bapak Wonokarto dan Ibu Sakinah. Pendidikan Dasar atau SD lulus pada tahun 2006 di SD N 2 Pengkol Jatiroto Wonogiri, kemudian melanjutkan pendidikan menengah pertama atau SMP di SMP N 2 Jatiroto Wonogiri lulus pada tahun 2009. Setelah tingkat menengah pertama meneruskan pendidikan menengah kejuruan atau SMK di SMK Pancasila 6 Jatisrono Wonogiri dengan mengambil jurusan Administrasi Perkantoran dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo dengan mengambil Program Studi Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam sampai sekarang.
115
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: GUMINI
Nim
: 210312126
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Jurusan
: Tarbiyah
Dengan Ini, Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan-alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tulisan atau pikiran saya. Apabila di kemudian hari terbukt atau dapat dibuktikan skripsi ini hadil jiblakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Ponorogo,20 Juli 2016 Yang membuat pernyataan
GUMINI NIM: 210312126