Hubungan Peran Keluarga Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014 1,*
Cecep Sobirin, 2Elfira Husna,3Andika Sulistyawan 1,2,3 STIKes Prima Nusantara Bukittinggi *e-mail :
[email protected] ABSTRAK
Stroke penyebab kecacatan nomor satu di dunia, cepat lambatnya proses kesembuhan pasien stroke dari kecacatan dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan pasien mengikuti rehabilitasi. Berdasarkan survei awal dari 10 orang pasien, 4 orang menyatakan tidak patuh disebabkan karena keluarga sibuk dan tidak mempunyai waktu untuk menemani, 4 orang lagi tidak patuh karena keluarga tidak pernah memberi dorongan dan semangat, dan 2 orang lagi patuh karena keluarga selalu mengingati dan menemani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi 2014. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada September 2014 di Unit Rehabilitasi RSSN Bukittinggi. Data yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner dan observasi kehadiran responden. Responden pada penelitian ini adalah Penderita dan keluarga penderita pasca stroke yang datang menemani klien yang melaksanakan rehabilitasi ke Unit Rehabilitasi Medik RSSN dengan menggunakan teknik pengambilan sample accidental sampling, didapatkan sampel sebanyak 50 orang dan diuji dengan chi Square. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa proporsi responden dengan peran keluarga kurang baik, lebih besar ditemukan pada tidak patuh melakukan rehabillitasi 23 (79,2%) responden dibandingkan patuh melakukan rehabilitasi 6 (20,7%) responden dan terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan rehabilitasi (pvalue=0,000 , OR=16,292). Dapat disimpulkan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke kurang baik dan kepatuhan pasien pasca stroke melakukan rehabilitasi tidak patuh. Diharapkan kepada keluarga untuk dapat memberikan motivasi untuk sembuh sehingga penderita pasca stroke patuh mengikuti rehabilitasi. Kata Kunci : peran keluarga, pasien pasca stroke, kepatuhan ABSTRACT Stroke number one cause of disability in the world, quickly the healing process of the disability of stroke patients is influenced by the level of patient adherence to follow rehabilitation. Based on a preliminary survey of 10 patients, 4 people declared non-compliant due to busy family and do not have time to accompany, 4 others were non-compliant because the family never gave encouragement and enthusiasm, and 2 others were obedient because family always remembrance and fellowship. This study aims to determine the relationship of the family role in motivating patients with post-stroke rehabilitation adherence in patients following units of the National Stroke Rehabilitation Hospital New York City 2014. This research is an analytical survey with cross sectional approach. The research was conducted in September 2014 in the Stroke Rehabilitation Unit of the National Hospital Bukittinggi. Data were collected through questionnaires and observation of the presence of the respondent. Respondents in this study were patients and families post-stroke patients who come to accompany the client to carry out the rehabilitation of the Medical Rehabilitation Unit of the National Hospital Stroke Bukittinggi using sampling techniques accidental sampling, obtained a sample of 50 people and tested with Chi Square. From the results of this study showed that the proportion of respondents with unfavorable family roles, bigger is found on non-compliant conduct rehabillitasi 23 (79.2%) respondents than rehabilitating wayward 6 (20.7%) of the respondents and there is a significant relationship between the role of the family in motivating patients with post-stroke rehabilitation adherence (pvalue = 0.000, OR = 16,292). Can be inferred role in motivating families post-stroke patients and poor compliance of patients post-stroke rehabilitation wayward. Expected to families to be able to give the motivation to heal, so patients post-stroke rehabilitation dutifully following in accordance with a rehabilitation program that has been recommended.
Keywords: Compliance, Post-Stroke Patients, Family Roles, Rehabilitation Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
17
PENDAHULUAN Stroke merupakan suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik (ischemic stroke) dan stroke hemoragik (hemorrhagic stroke). Stroke iskemik sebagian besar merupakan komplikasi dari penyakit vaskular, yang ditandai dengan gejala penurunan tekanan darah yang mendadak, takikardia, pucat, dan pernapasan yang tidak teratur. Sementara stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh adanya perdarahan intrakranial dengan gejala peningkatan tekanan darah sistole >200 mmHg pada hipertonik dan 180 mmHg pada normotonik, bradikardia, wajah keunguan, sianosis, dan pernafasan mengorok ( Batticaca, 2008). Berdasarkan hasil penelitian Dinata, dkk (2013) menyatakan bahwa stroke tipe ischemic lebih banyak terjadi dari tipe hemorrhagic dengan faktor risiko utama hipertensi, sedangkan stroke ischemic terutama dipengaruhi oleh peningkatan gula darah. Serangan stroke sering kali datang secara mendadak, tidak terduga sebelumnya. Namun yang menyerupai gejala stroke adalah kelemahan pada tungkai atau lengan di sisi kiri atau kanan, kesulitan berbicara sefasih biasanya, kesulitan berjalan akibat kelemahan tungkai atau adanya gangguan keseimbangan, penderita tiba-tiba seperti orang kebingungan tanpa sebab yang jelas, tiba-tiba tidak dapat melihat pada salah satu atau kedua matanya, dan penderita merasakan nyeri kepala yang sangat kuat (Setyarini, dkk, 2014). Jika gejala sisa setelah stroke tidak segera disikapi, maka akan mengakibatkan kelumpuhan yang sangat bermakna yang menganggu ADL (Activity of Daily Living), sehingga program rehabilitasi sangat dianjurkan bagi penderita pasca stroke (Junaidi, 2011). Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu di dunia dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Pada masyarakat barat, 80% penderita mengalami stroke iskemik dan 20% mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke meningkat seiring pertambahan usia (Dewanto, 2009). Sedangkan menurut data statistik stroke diseluruh dunia juga menyatakan sekitar 15 juta orang di seluruh dunia mengalami stroke setiap tahun. 1 dari 6 orang di seluruh dunia akan mengalami stroke dalam hidup mereka. Dua-pertiga dari kematian stroke terjadi di negara-negara kurang berkembang (Stroke Association, 2013). WHO juga memperkirakan 7,6 juta kematian terjadi akibat stroke pada tahun 2020 mendatang ( Junaidi, 2011). Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar
2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Secara umum, dapat dikatakan angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk. Dalam satu tahun, di antara 100.000 penduduk, maka 200 orang akan menderita stroke. Kejadian stroke iskemik sekitar 80% dari seluruh total kasus stroke, sedangkan kejadian stroke hemoragik hanya sekitar 20% dari seluruh total kasus stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2012). Menurut hasil laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan terjadinya peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari tahun 2007 ke 2013, yakni kejadian stroke pada tahun 2007 sebanyak 8,3 per1000 menjadi 12,1 per1000 pada tahun 2013. Angka kejadian Stroke di Sumatra Barat masih tinggi. Jumlah penderita Stroke di Sumatra Barat mengalami peningkatan 4 kali lipat dari sebelumnya. Dari profil dinas kesehatan provinsi Sumatera Barat tahun 2011 menyebutkan bahwa stroke adalah penyebab kematian nomor 4 setelah penderita usia lanjut, diabetes melitus, dan jantung (Dinas kesehatan provinsi Sumatera Barat 2011 dalam Nengsi, 2013). Data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medis (2013) Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap pasien stroke mengalami peningkatan dalam kurun waktu 3 tahun terakhir. Pada tahun 2011 jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap pasien stroke tercatat sebanyak 4.805 pasien yang terdiri dari 2.680 pasien kunjungan rawat jalan dan 2.125 pasien rawat inap. Pada tahun 2012 jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap pasien stroke tercatat sebanyak 5.068 pasien yang terdiri dari 1.726 pasien kunjungan rawat jalan dan 3.342 pasien rawat inap. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap pasien stroke tercatat sebanyak 12.923 pasien yang terdiri dari 9.700 pasien kunjungan rawat jalan dan 3.223 pasien rawat inap. Dari data ini dapat di lihat peningkatan yang sangat drastis dari tahun 2012 dan 2013, yaitu pasien stroke mengalami peningkatan yakni sebanyak 7.855 pasien. Berdasarkan data yang di dapatkan dari Unit Rehabilitasi Medik RSSN Bukittinggi, jumlah penderita Stroke di rehabilitasi medik di RSSN pada bulan pertama sampai bulan terakhir tahun 2013 mengalami penurunan, yaitu sebanyak 5.641 (43,6%) orang di bulan pertama dan 3.640 (28,2%) orang di bulan terakhir (Laporan Rehabilitasi Medik RSSN Bukittinggi, 2013). Perubahan fisik membuat mereka merasa terasing dari orang-orang dan mereka memiliki persepsi bahwa dirinya tidak berguna lagi karena lebih banyak bergantung pada orang lain, perasaan-perasaan tersebut akan mulai timbul akibat keterbatasan fungsi fisik dari
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
18
penderita, kondisi pasca stroke yang demikian akan membuat penderita merasa diri nya cacat dan ke cacatan ini menyebabkan citra diri terganggu, merasa diri tidak mampu, jelek, dan memalukan. Sebagian penderita pasca stroke bahkan tidak dapat melakukan pekerjaan seperti biasa (Indrawati, 2008). Upaya yang dilakukan pasien pasca stroke diantaranya adalah program rehabilitasi atau pengobatan stroke meliputi terapi fisik dan pekerjaan, atau latihan untuk mengontrol gerakan pasien. Terapi atau latihan tersebut juga dapat membantu mempelajari cara baru untuk melakukan sesuatu, sebagai kompensasi adanya kelemahan pada tungkai atau bagian tubuh pasien lainnya. Sebagai contoh, terapi rehabilitasi pasca stroke mungkin berupa belajar mandi, berpakaian, atau makan hanya dengan satu tangan. Terapi bicara di perlukan untuk mempelajari cara berkomunikasi seandainya kemampuan bicara pasien ikut terkena efek stroke (Kosassy, 2011). Petugas-petugas yang ada di Rehabilitasi terdiri dari suatu tim yang berkolaborasi sesuai dengan bidangbidang khusus yang dimilikinya, salah satunya adalah perawat rehabilitasi Perawat rehabilitasi menyediakan perawatan, pendidikan, dan dukungan untuk pasien dan keluarga. Mereka memainkan peran aktif dalam mendorong pasien untuk mengembangkan kemampuan mereka sendiri sebanyak mungkin, seperti memenuhi kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari (makan, minum, ekskresi, berpakaian dan membuka baju), dan mengambil tindakan perlindungan (Koc, 2012). Penderita pasca stroke yang tidak dimotivasi oleh keluarga yang seharusnya keluarga tersebut juga membantu pasien dalam berlatih di bawah pengawasan perawat atau ahli terapi fisik, menyuntikkan semangat pada pasien, agar melanjutkan hidupnya, meyakinkan pasien bahwa mereka juga bagian penting, dibutuhkan dan dinginkan dalam keluarga, meyakinkan bahwa banyak orang yang berhasil pulih dari stroke kemudian melakukan aktivitas normal (Kosassy, 2011). Banyak faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya proses rehabilitasi. Diantaranya, ketidakmampuan pasien, ketidakmauan keluarga untuk merawat dan menemani pasien karena lebih memilih hanya dirawat di rumah saja, keterbatasan dana, jarak yang jauh dan lain-lain (Bethesda, 2010). Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan merupakan “perawat utama” bagi pasien. Keluarga berperan dalam menentukan cara atau asuhan yang di perlukan klien di rumah. Peran dan fungsi keluarga sangat penting saat salah satu anggota keluarganya mengalami stroke. Adapun peran itu sendiri merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan (Kosassy, 2011).
Perawatan pasca stroke merupakan perawatan yang tersulit dan terlama sehingga membutuhkan kesabaran dan ketenangan pasien dan keluarga pasien. Keluarga perlu mendukung keterbatasan perawatan diri pasien, perubahan gaya hidup dan kemampuan pasien untuk meningkatkan kemandirian. Keluarga harus terlibat secara aktif dalam proses rehabilitasi stroke secara menyeluruh. Keyakinan keluarga yang diserap adalah hal yang penting bagi pasien untuk menumbuhkan kepatuhan pasien menjalani program medis (Basuki & Urip, 2013). Menurut penelitian Hanna dkk (2009) dalam Kosassay (2011) menyatakan dalam aspek fisik, adanya bantuan dari pihak lain untuk pemenuhan kebutuhan dari mulai pengaturan nutrisi, bantuan eliminasi, pergerakan tubuh, perawatan diri. Untuk aspek emosional, adanya dukungan dari orang terdekat dalam hal ini keluarga merupakan kebutuhan yang di anggap sangat berperan dalam proses pemulihan kondisi klien. Selain motivasi yang diberikan mereka untuk klien juga dianggap sebagai kebutuhan yang sangat penting. Cepat lambatnya proses kesembuhan pasien stroke dari kecacatan dipengaruhi juga oleh tingkat kepatuhan pasien stroke melakukan rehabilitasi. Oleh karena itu, pentingnya tingkat kepatuhan pasien dalam menjalankan rehabilitasi bagi pasien pasca stroke. Semakin teratur pasien stroke dalam melakukan rehabilitasi maka resiko komplikasi yang ditimbulkan dapat dicegah dan pengembalian fungsi dengan cepat, sebaliknya jika rehabilitasi tidak dijalani dengan sungguh-sungguh dan teratur maka dapat mempercepat terjadi kelumpuhan permanen pada anggota tubuh yang pernah mengalami kelumpuhan, dan salah satu yang mempengaruhi kepatuhan klien ini adalah peran keluarga (Kosassy, 2011). Saat ini ketidakpatuhan klien menjadi isu dan masalah keseriusan dikalangan profesional kesehatan. Pengembangan riset atau program dibidang kesehatan tidak akan ada artinya jika tidak diikuti oleh kepatuhan klien terhadap riset atau program bagi mereka. Dari penelitian penelitian tentang kepatuhan klien terhadap pengobatan, ketidak patuhan banyak ditemukan pada klien dengan penyakit kronis. Pengobatan yang membutuhkan jangka waktu yang lama dan pengobatan yang tidak memperlihatkan hasil yang cepat terhadap perubahan kesehatan klien (Kosassy, 2011). Berdasarkan survei awal yang telah di lakukan, dari 10 orang klien yang diwawancarai, 4 orang menjelaskan bahwa mereka tidak patuh karena keluarga tidak mempunyai waktu untuk menemani klien. untuk mengikuti rehabilitasi, 4 orang menjelaskan tidak patuh karena keluarga tidak pernah memberikan dorongan dan semangat tetapi hanya sekedar menemani saja itu pun jika ada waktu untuk menemani, 2 orang menjelaskan
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
19
patuh mengikuti rehabilitasi karena keluarga selalu mengingatkan dan menemani. Berdasarkan fenomena yang diutarakan pada latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan peran keluarga dalam memotivasi penderita pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di unit rehabilitasi medik RSSN Bukittinggi.
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah penderita pasca stroke yang mengikuti program rehabilitasi 3 kali seminggu dan keluarga yang datang menemani penderita pasca stroke yang
melakukan rehabilitasi ke Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi, dengan sampel 50 Responden. Metode penelitian dengan survey analitik dengan pendekatan cross-sectional yaitu pengumpulan data variable
independen dan variable dependen dilakukan secara bersamaan atau sekaligus (Hidayat, 2009). Dalam hal ini penulis melihat hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke sebagai variabel independennya dan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi sebagai variabel dependennya di Unit Rehabilitasi Medik RSSN Bukittinggi tahun 2014. Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi pada bulan September 2014.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peran Keluarga Di Unit Rehabilitasi Medik RSSN BukittinggiTahun 2014 Peran Keluarga
frekuensi (f)
Persentase (%)
Kurang Baik Baik
29 21
58,0 42,0
Jumlah
50
100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat menunjukan bahwa lebih dari separoh 29 responden (58,0%) peran keluarga kurang baik dalam memotivasi pasien pasca stroke untuk melakukan rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014 Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kepatuhan RehabilitasiDi Unit Rehabilitasi Medik RSSN BukittinggiTahun 2014 Kepatuhan Tidak Patuh Patuh
frekuensi (f) 27 23
Persentase (%) 54,0 46,0
Jumlah
50
100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa lebih dari separoh responden (54,0%) responden tidak patuh melakukan rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014 Analisa Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independent yaitu hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan variabel dependent yaitu kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi:
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
20
Tabel 4.3
Hubungan Peran Keluarga Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Rehabilitasi Pasien Pasca StrokeDi Unit Rehabilitasi Medik RSSN BukittinggiTahun 2014 Peran Keluarga
Kurang Baik Baik Total
Kepatuhan Tidak Patuh Patuh f % f % 23 79,3 6 20,7 4 19,0 17 81,0 27 54,0 23 46,0
Jumlah N 29 21 50
% 100 100 100
P value 0,000
OR (95% CI) 16,292 3,9 – 66,8
Berdasarkan analisis diatas ditemukan 79,3% responden yang peran keluarganya kurang baik dengan kategori tidak patuh mengikuti rehabillitasi medik. Sedangkan peran keluarga yang baik dengan kategori tidak patuh ada sebesar 19,0% responden. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan dalam mengikuti rehabilitasi medik di Unit Rehabilitasi Medik RSSN Bukittinggi dengan nilai pvalue = 0,000 (p≤0,05).
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
21
Analisa Univariat Peran Keluarga Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa dari 50 responden didapatkan sebanyak 29 (58,0%) responden yang memiliki peran keluarga dengan kategori kurang baik dalam memotivasi pasien pasca stroke untuk mengikuti rehabilitasi medik, sedangkan 21 (42,0%) responden yang memiliki peran keluarga dengan kategori baik dalam memotivasi pasien pasca stroke untuk mengikuti rehabilitasi medik. Peran didefenisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang secara relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran berdasarkan pada penghargaan atau penetapan peran yang membatasi apa saja yang harus di lakukan individu di dalam situasi tertentu agar memenuhi pengharapan diri atau orang lain terhadap mereka (Friedman, 2010). Pentingnya peran keluarga dalam perawatan penderita pasca stroke dapat dipandang dari berbagai segi yaitu: keluarga merupakan tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan lingkungannya, jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka gangguan yang terjadi pada salah satu anggota dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga dapat pula merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan pada anggota dan berbagai pelayanan kesehatan bukan tempat penderita seumur hidup tetapi hanya fasilitas yang membantu pasien dan keluarga mengembangkan kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan mempertahankan keadaan adaptif, dan salah satu faktor penyebab terjadinya stroke berulang adalah keluarga tidak tahu cara menangani perilaku penderita di rumah (Saragi, 2010). Sesuai dengan fungsi keluarga dalam pemelihara-an kesehatan, maka keluarga juga mempunyai tugas dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan sebagaimana yang dikemukakan oleh Freeman (1981) di dalam Suprajitno (2004) yang antara lain adalah : (1). Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, oleh karena itu perlu mencatat dan memperhatikan segala perubahan yang terjadi dalam keluarga. (2). Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga. Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. (3). Memberikan perawatan kepada anggota keluaraganya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri. Tugas ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan pertolongan pertama agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. (4). Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. (5). Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Kossasy (2011) tentang Hubungan peran keluarga dalam merawat dan memotivasi penderita pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di Unit Rehabilitasi Medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2011, dimana diketahui bahwa keluarga berperan baik (70,9%). Sedangkan menurut hasil penelitian Rosiana (2012) tentang Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani fisioterapi pada klien pasca stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman Yogyakarta, mendapatkan dukungan keluarga sebesar (55,0%). Menurut asumsi peneliti peran keluarga yang kurang baik disebabkan karena keluarga memiliki hambatan dengan berbagai faktor, seperti; sibuk bekerja sehingga tidak mempunyai atau hanya sedikit waktu yang dimiliki untuk bersama dengan keluarganya yang terkena stroke. Kesibukan keluarga dalam bekerja juga mempengaruhi peran keluarga terhadap anggota keluarga lainnya. Kesibukan seseorang akan menyebabkan orang tersebut tidak memperhatikan dan memotivasi anggota keluarganya yang pasca stroke untuk melakukan rehabilitasi medik. Kurangnya informasi yang diterima keluarga akan menyebabkan keluarga tidak meyadari dan tidak tahu betapa pentingnya peran keluarga untuk memberikan motivasi akan kesembuhan pasien dari kelumpuhannya, kemudian jarak rumah dengan Rumah Sakitpun cukup jauh sehingga membuat keluarga pasien malas untuk membawa responden ke Rumah Sakit. Sedangkan peran keluarga yang baik (21%) disebabkan karena tingkat pendidikan yang tinggi yang menyebabkan keluarga memotivasi pasien pasca stroke untuk melakukan rehabilitasi karena makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga lebih banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya peran keluarga yang kurang baik (29%) disebabkan karena tingkat pendidikan yang rendah yang menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai yang baru diperkenalkan.
Kepatuhan Rehabilitasi Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa dari 50 responden didapatkan 27 (54,0%) responden
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
22
dengan kategori tidak patuh dalam mengikuti rehabilitasi medik, sedangkan 23 (46,0%) responden dengan kategori patuh dalam mengikuti rehabilitasi medik. Menurut Niven 2002 dalam Riyanti (2013), kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Sedangkan menurut Suprayanto 2010 di dalam Handayani (2011), kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh menjalankan program rehabilitasi bila mengikuti program yang telah ditentukan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas rehabilitasi. Rehabilitasi berasal dari dua kata, yaitu re yang berarti kembali dan habilitasi yang berarti kemampuan. Menurut arti katanya, rehabilitasi berarti mengembalikan kemampuan. Rehabilitasi adalah proses perbaikan yang ditujukan pada penderita cacat agar mereka cakap berbuat untuk memiliki seoptimal mungkin kegunaan jasmani, rohani, sosial, pekerjaan dan ekonomi (Widati, 2011). Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran Dorland Rehabilitasi Medik adalah pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal (Dorland, 2002). Tujuan rehabilitasi medis penderita stroke menurut WHO adalah sebagai berikut: memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang terganggu, readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan interpesonal dan aktivitas sosial dan dapat melaksanakan aktivitas kehidupan seharihari (Yulianto, 2011). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Kossasy (2011) tentang Hubungan peran keluarga dalam merawat dan memotivasi penderita pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di Unit Rehabilitasi Medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2011, dimana diketahui bahwa sebagian besar penderita patuh dalam mengikuti pelaksanaan rehabilitasi (67,3%). Sedangkan menurut penelitian Rosiana (2012) tentang Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani fisioterapi pada klien pasca stroke di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman Yogyakarta, mendapatkan sebagian besar pasien pasca stroke patuh mengikuti fisioterapi (65,0%). Menurut asumsi peneliti responden yang tidak patuh melakukan rehabilitasi karena kurang
mendapatkan dukungan dari keluarga dan juga motivasi karena keluarga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta juga dapat menentukan dalam program pengobatan yang dapat mereka terima. Sedangkan penderita yang patuh melakukan rehabilitasi disebabkan karena keinginan pasien itu sendiri atau motivasi yang berasal dari dirinya sendiri dan motivasi dari keluarganya. Selain itu keyakinan responden juga mempengaruhi kepatuhan melakukan rehabilitasi karena menurut Niven (2002), telah membuat suatu usulan bahwa model keyakinan kesehatan berguna untuk memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Analisis Bivariat Berdasarkan analisis data mengenai hubungan peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan penderita mengikuti rehabilitasi di Unit Rehabilitasi RSSN Bukittinggi menunjukkan bahwa responden yang peran keluarganya kurang baik dengan kategori tidak patuh mengikuti rehabillitasi medik ada sebesar 23 (79,3%) responden, sedangkan peran keluarga yang baik dengan kategori tidak patuh ada sebesar 4 (19,0%) responden. Sehingga dapat dilihat bahwa responden yang peran keluarganya kurang baik lebih tinggi dibandingkan responden yang peran keluarganya baik dalam kategori tidak patuh. Berdasarkan hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran keluarga dengan kepatuhan dalam mengikuti rehabilitasi medik dengan nilai pvalue = 0,000 (p≤0,05). Nilai OR (Odds Ratio) 16,292 yang artinya responden yang peran keluarganya kurang baik mempunyai peluang 16,292 kali berisiko untuk tidak patuh dalam mengikuti rehabilitasi medik. Peran serta keluarga dalam proses pemeliharaan dan pencegahan terjadinya serangan ulang sangat diperlukan. Sangat diharapkan bahwa keluarga dapat membantu pemulihan penderita stroke. Untuk itu terlebih dahulu diperlukan sikap saling pengertian antara dokter, perawat, fisioterapist, tim rehabilitasi lainnya dengan keluarga demi keadaan penderita. Tidak jarang terjadi keadaan buntu yang mengakibatkan pulang paksa, keadaan ini disebabkan oleh beberapa faktor, yang sering terjadi adalah dana yang kurang untuk membiayai pengobatan. Biasanya hal ini berakhir pada hak sepenuhnya pada penderita atau keluarga (Saragi, 2010). Menurut Niven 2002 dalam Riyanti (2013), kepatuhan atau ketaatan (compliance/adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Sedangkan menurut Suprayanto 2010 di dalam Handayani (2011), kepatuhan adalah perilaku
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
23
sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh menjalankan program rehabilitasi bila mengikuti program yang telah ditentukan sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas rehabilitasi. Rehabilitasi Medik adalah pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik, dan rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal (Departemen Kesehatan RI, 2007). Sedangkan menurut kamus kedokteran Dorland Rehabilitasi Medik adalah pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal (Dorland, 2002). Hasil penelitianKosassy (2011) di RSUP. Dr. M. Djamil Padang dimana terdapat hubungan yang bermakna (Pvalue=0,000) antara peran keluarga dalam merawat dan memotivasi penderita pasca stroke dirumah dengan kepatuhan penderita dalam mengikuti pelaksanaan rehabilitasi. Sedangkan menurut hasil penelitian Rosiana (2012) di RSUD Sleman Yogyakarta dimana terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien pasca stroke mengikuti fisioterapi. Menurut asumsi peneliti dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dalam memotivasi pasien pasca stroke dengan kepatuhan rehabilitasi pasien pasca stroke disebabkan karena peran keluarga sangat berperan penting dalam proses pengobatan anggota keluarganya karena keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dan merupakan perawat utama bagi pasien sehingga semakin besar peran keluarga dalam memotivasi anggota keluarganya yang pasca stroke akan memberikan keyakinan bagi pasien pasca stroke untuk sembuh dan melakukan rehabilitasi. Selain itu peran keluarga akan memberikan dampak positif terhadap pasien pasca stroke seperti memberikan kekuatan dan motivasi pasien pasca stroke dalam mengikuti proses penyembuhan secara rutin. Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 4 responden tidak patuh mengikuti rehabilitasi dengan kategori peran keluarga yang baik dikarenakan tidak adanya motivasi dari diri responden itu sendiri, responden beranggapan dirinya mustahil untuk pulih dari kelumpuhannya sehingga tidak mau mendengarkan atau mengikuti saran yang diberikan oleh keluarganya. Sedangkan 6 responden diantaranya ditemukan patuh melakukan rehabilitasi dengan kategori peran keluarga kurang baik disebabkan karena responden memiliki semangat atau motivasi yang tinggi dari dirinya sendiri untuk pulih dari kelumpuhannya, sehingga responden ini patuh mengikuti rehabilitasi sesuai dengan program yang
telah dianjurkan, meskipun keluarganya memiliki peran yang kurang baik. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Hubungan Peran Keluarga Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014dengan jumlah responden 50 orang dapat dilihat sebagai berikut : 1. Lebih dari separoh (58,0%) peran keluarga kurang baik dalam memotivasi pasien pasca stroke untuk melakukan rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014 2. Lebih dari separoh responden (54,0%) responden tidak patuh melakukan rehabilitasiDi Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran keluarga dalam memotivas pasien pasca stroke dengan kepatuhan rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2014 (p = 0,000 , OR = 16,292) SARAN Setelah dilakukan penelitian tentang Hubungan Peran Keluarga Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi di Unit Rehabilitasi Medik RSSN Bukittinggi dan melihat hasil Yang didapatkan, maka pada kesempatan ini peneliti menyarankan: Bagi Peneliti selanjutnya Disarankan pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan mengikuti rehabilitasi seperti; tingkat pengetahuan keluarga atau penderita stroke, jarak tempuh ke pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Bagi Insitusi Pendidikan Disarankan pada Institusi pendidikan untuk dapat memberikan informasi tentang penelitian Hubungan Peran Keluarga Dalam Memotivasi Pasien Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasiyang digunakan sebagai salah satu panduan
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
24
dalam memberikan informasi kesehatan khususnya pada penyakit stroke. Bagi Rumah Sakit Disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya di Unit Rehabilitasi Medik untuk dapat memberikan informasi kepada keluarga tentang pentingnya memberikan dorongan dan motivasi kepada penderita agar penderita pasca stroke patuh mengikuti rehabilitasi dan dapat pulih kembali. Bagi Masyarakat Disarankan kepada Masyarakat khususnya keluarga penderita pasca stroke untuk dapat memberikan semangat dan dorongan untuk sembuh sehingga penderita pasca stroke memiliki motivasi yang kuat untuk sembuh dan semakin rutin mengikuti rehabilitasi sesuai dengan program rehabilitasi yang telah dianjurkan dalam prosess penyembuhan. Bagi Profesi Keperawatan Disarankan kepada tenaga kesehatan perawat yang terlibat dalam pelayanan keperawatan keluarga, agar dapat memberikan intervensi keperawatan yang melibatkan keluarga secara langsung sehingga keluarga dapat berperan dengan baik dalam memotivasi penderita pasca stroke. DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Keperawatan Keluarga; Konsep Teori, Proses dan Praktik Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta Basuki & Urip Haryanto. (2013). Studi Deskriptif Dukungan Keluarga Pada Pasien Stroke Dalam Menjalani Rehabilitasi Stroke di RSUD Bendan Pekalongan Tahun 2013. 15 Mei 2014. http://www.digilib.stikesmuhpkj.ac.id Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba medika Bethesda. (2010). Rehabilitasi Stroke. 25 Mei 2014. http://www.strokebethesda.com Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik Di Rumah Sakit Kelas A, B, C & D. Edisi Ketiga. Jakarta Dewanto, George. (2009). Diagnosis & Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC
Dinata, dkk. (2013). Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan Periode 1 Januari – 31 Juni 2012. 10 Juni 2014. http://jurnal.fk.unand.ac.id Dorland, Neuman. (2002). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC Friedman, Marlyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori & Praktik. Jakarta: EGC Fungani, Imam. (2014). Hubungan Antara Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Penderita Stroke Di Poliklini Saraf RSUD Ajibarang. (Skripsi). UNJES Gemael, Qorry Armen. (2009). Studi Tentang Program Latihan Fisioterapi Untuk Penderita Gangguan Motorik Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. (Skripsi). FIK UNP Handayani, Widya. (2011). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Pengetahuan dan Kepatuhan Dalam Menjalankan Terapi Diet Pada Pasien Hemodialisa Di RSUD DR. Pirngadi Medan. (Tesis). USU Hidayat, A. Aziz Alimul. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Indrawati, Lili. (2008). Care Your Self, Stroke. Jakarta: Plus+ Instalasi Rekam Medis. (2013). Laporan Kinerja. Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi. Junaidi, Iskandar. (2011). STROKE, Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Andi Koc, Aysequl. (2012). Rehabilitation Nursing: Applications For Rehabilitation Nursing. 20 Juni 2014. http://www.internationaljournalofcaringscie nces.org Kosassy, Siti Mutia. (2011). Hubungan Peran Keluarga Dalam Merawat dan Memotivasi Penderita Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitasi Di Unit Rehabilitasi Medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun 2011. (Skripsi). UNAND Laporan Rehabilitasi Medik. (2013). Kunjungan Instalasi Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2013. Bukittinggi Muttaqin, Arif. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika Nengsi, Wiwi Yulia. (2013). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Stroke di Rumah Sakit
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
25
Stroke Nasional Bukittinggi tahun 2013. (Skripsi). STIKes Prima Nusantara Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kepeawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Riyanti. (2013). Hubungan Motivasi dan Sikap Pasien Odha Dengan Kepatuhan Dalam Minum Obat Antiretroviral. (Skripsi). STIKes Perintis Rosiana, Eka. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani Fisioterapi Pada Klien Pasca Stroke Di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Sleman Yogyakarta. (Jurnal). UNRIYO Rusmina, Dina. (2010). Hubungan Kepatuhan Dalam Menjalankan Diet Dengan Gula Darah Terkontrol Pada Klien DM Di Poloklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Tahun 2010. (Skripsi).UPN VETERAN Saragi, Lenni F. (2010). Gambaran Perilaku Keluarga Terhadap Pasca Stroke Dalam Upaya Rehabilitasi di RS St. Elisabeth Medan tahun 2010. (Skripsi). USU Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Offset Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Imu Setyarini, dkk. (2014). Hubungan Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. 10 Juni 2014. http://ejournal.kopertis4.or.id Stroke Association. (2013). Stroke Statistics. 12 Mei 2014. http://www.stroke.org.uk/aboutstroke. Sunaryati, Septi Shinta. (2011). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Jogjakarta: FlashBooks Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC Widati, Sri. (2012). Rehabilitasi Psiko Fisikal. 29 Mei 2011. http://www.upi.edu/file/Rehabilitasi+psiko_ fisikal+pdf Yayasan Stroke Indonesia. (2012). Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam. 25 Juni 2014. http://www.yastroki.or.id/read.php?id=317 Yulianto, A. (2011). Mengapa Stroke Menyerang Usia Muda. Jogjakarta: Javalitera
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.6 No 1 Januari 2015
26