ABSTRAK Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya menstruasi. Perempuan Indonesia yang memasuki menopause sebesar 14% atau sekitar 30 juta orang dari populasi pada tahun 2015. Peningkatan populasi perempuan menopause pada umumnya akan disertai berbagai tingkat dan jenis permasalahan yang kompleks yang berdampak pada peningkatan masalah kesehatan perempuan menopause. Tujuan penelitian ini mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dengan jumlah sampel sebesar 100 responden. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis bivariat menggunakan tabel silang, sedangkan untuk analisis multivariat menggunakan regresi logistik dengan signifikansi p < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51 (51%) responden mengalami kecemasan pada saat menopouse. Analisis bivariat menunjukkan variabel yang berhubungan dengan tingkat kecemasan adalah pendidikan (p-value 0,000), pekerjaan (p-value 0,006) dan pengetahuan (p- value 0,001). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kecemasan wanita menopouse adalah gaya hidup (p-value 0,002 dan OR 4,350). Dinas kesehatan dalam hal ini adalah puskesmas diharuska memberikan penyuluhan terkait dengan kecemasan wanita menghadapi masa menopouse yang merupakan kodrat bagi perempuan dari segi kesehatan maupun psikologi.
Kata Kunci : kecemasan wanita menopouse
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian Risbinakes dengan judul “Determinan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan Tahun 2015”. Shalawat dan salam penulis sanjungkan pula untuk Rosulullah SAW.
Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih khususnya kepada yang terhormat : 1. Ani Nuraeni, S.Kp, M.Kes selaku Direktur PoltekkesKemenkes Jakarta I. 2. Dra. Mumun Munigar,MA.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidaanan Poltekkes Kemenkes Jakarta I. 3. DR. Besral., selaku konsultan penelitian yang meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada peneliti selama penyusunan laporan. 4. Dr. Drg. Jusuf Kristanto, MM, M.Kes selaku Kepala Unit Penelitian Poltekkes Kemenkes Jakarta I dan seluruh staf yang telah membantu peneliti. 5. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di puskesmas wilayah Tangerang Selatan 6. Kepala Puskesmas Kec. Serpong dan Setu yang memberikan ijin 7. Penanggung jawab Posbindu yang bersedia diikuti dalam kegiatannya 8. Para Kader yang telah membantu peneliti dalam mendapatkan data responden 9. Seluruh responden yang bersedia terlibat dalam penelitian ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan ikut berperan dalam penyelesaian laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia keperawatan. Saran dan kritik membangun penulis harapkan guna perbaikan tulisan ini
Jakarta, Oktober 2015 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ……………………………………………................................
i
HALAMAN PENGESAHAN.………………….........................................................
ii
ABSTRAK................…………………………………....………………………............
iii
ABSTACT...............................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....……………………………………………………..................
v
DAFTAR ISI …………………………...…….............................................................
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………...
viii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………..………...............
ix
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………………...…................................................................
1
1.2. Rumusan Masalah……………………………….………...............................
4
1.3. Hipotesis Penelitian....................................................................................
5
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Menopouse..................... .........................................................................
7
2.2. Kecemasan............................................... ................................................
12
2.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan.......................................
19
2.4. Posbindu......................... ......................................................................
21
2.5. Kerangka Teori...........................................................................................
23
2.6. Kerangka Konsep................................................................................
23
BAB 3 : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian ............ .........................................................................
24
3.2 Manfaat Penelitian................................ ................................................
24
BAB 4 : METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ......................................................................................
25
4.2 Populasi dan Sampel .................................................................................
25
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................
26
4.4 Definisi Operasional ...................................................................................
26
4.5 Etika Penelitian ..........................................................................................
27
4.6 Instrumen Penelitian...... ...........................................................................
28
4.7 Prosedur Pengumpulan Data....................................................................
28
BAB 5 : HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian.. ........................................................................................
29
5.2 Pembahasan ..............................................................................................
37
BAB 6 : SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ………….......…………………………………................................
41
6.2 Saran …………………………………………………….................................
41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap manusia mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan. Kehidupan manusia dimulai dari dalam kandungan, bayi, balita, kanak-kanak, remaja sampai dewasa. Kemudian, akan terjadi perubahan sedikit demi sedikit mengenai pengurangan kesempurnaan fisik, kekuatan, serta perubahan yang terjadi pada fungsi-fungsi organ tubuh (Nortrhup, 2006). Potter dan Perry (2005) perubahan fisiologis mayor pada manusia terjadi antara usia 40-65 tahun. Perubahan fisiologis yang paling signifikan adalah masa menopause yang dialami oleh wanita (Potter & Perry, 2005). Menurut data dari WHO (World Health Organization), ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung. WHO memperkirakan ditahun 2030 nanti ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80%) tinggal di negara berkembang. Data Departemen Kesehatan (Depkes) perempuan Indonesia yang memasuki menopause sebesar 14% atau sekitar 30 juta orang dari populasi pada tahun 2015. Peningkatan populasi perempuan menopause pada umumnya akan disertai berbagai tingkat dan jenis permasalahan yang kompleks yang berdampak pada peningkatan masalah kesehatan perempuan menopause tersebut (Swasono, 2005). Usia harapan hidup akan terus meningkat seiring dengan perbaikan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang, dengan demikian akan semakin banyak didapatkan perempuan berusia lanjut yang dapat menikmati kehidupan setelah menopause atau setelah masa reproduksi selesai. Secara biologis telah ditetapkan, bahwa perempuan yang hidup sampai usia 45-55 tahun akan mengalami menopause yang ditandai dengan berhentinya menstruasi (UniversitasSriwijaya, 2010). Menopause adalah suatu masa yang membuat wanita mengalami gangguangangguan fisik maupun psikis seperti depresi dan sebagainya. Masa menopouse merupakan salah satu fase perkembangan fungsi seksual yang disebabkan oleh turunnya fungsi ovarium (sel telur) yang mengakibatkan hormon terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang didalam tubuh. Menopause adalah suatu masa yang membuat wanita mengalami gangguan-gangguan fisik maupun psikis seperti depresi dan sebagainya. (Ade Oeswatun, 2007 ). Rasa minder atau kurang percaya diri dialami wanita yang akan menopause biasanya disertai perasaan khawatir dan kegelisahan. Khawatir dan kegelisahan ini
karena wanita beranggapan bahwa fungsi organ tubuhnya tidak seperti biasa dan dapat merusak kehidupan bagi dirinya (Ibrahim, 2005). Ada banyak kekhawatiran yang menyelubungi pikiran wanita ketika memasuki fase ini. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 75% wanita yang mengalami menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya. Seorang wanita akan mengalami ketidakstabilan emosi seiring dengan kekhawatiran perubahan pada tubuh akibat berakhirnya masa haid. Seperti hormon tubuh yang dapat berubah maka suasana hati juga dapat berubah. Hal ini menunjukkan bahwa wanita sangat sensitif terhadap pengaruh emosional dan fluktuasi hormon. Pada suatu penelitian di Jakarta ditemukan hubungan antara penurunan kadar estrogen dengan perubahan mood yang terjadi pada masa perimenopause. Dikatakan bahwa ditemukan depresi sebanyak 37,9% pada perempuan perimenopause yang mengalami penurunan kadar estrogen. Kadar estrogen yang rendah memiliki risiko untuk menjadi depresi 3,7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mengalami penurunan estrogen. Wanita seperti ini tidak mendapat informasi yang benar tentang menopause sehingga yang dibayangkan hanya efek negatif yang dialami setelah memasuki masa menopause. Kestabilan emosi akan diperoleh kembali setelah mendapat informasi yang benar tentang menopause dan mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada masa menopause. Bagi beberapa wanita yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik selama menopause, kondisi ini akan mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraannya.
Kesehatan
wanita
selama
menopouse
dipengaruhi
oleh
keyakinan mereka akan peran sebagai wanita menopouse. Berhentinya menstruasi secara menetap membawa konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis yang dapat menjadi fatal bila tidak ditangani dengan serius. Fungsi reproduksi yang menurun menimbulkan dampak yaitu ketidaknyamanan dalam menjalani kehidupan. Bagi sebagian wanita, menopause menimbulkan rasa cemas dan risau. Hal ini akan menjadi tekanan dan semakin memberatkan apabila wanita tersebut selalu berpikiran negatif. Keluhan yang sering timbul pada masa menopouse seperti
berdebar-debar,
migrain,
insomnia,
nyeri
otot,
nyeri
pinggang,
mudah
tersinggung. Keluhan psikiatrik dan neurotik seperti merasa tertekan, lelah psikis, dan somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga dan gangguan ditempat kerja. Keluhan lainnya yang berhubungan dengan alat reproduksi dan gangguan degenerasi seperti sakit waktu bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada vagina, susah kencing, libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), gangguan sirkulasi, kekeringan vagina, kenaikan kadar gula, kegemukan gangguan
metabolisme (adepositas). Kurangnya pengungkapan keluhan-keluhan manifestasi klinis pada masa menopouse memperlihatkan bahwa sebagian besar wanita menanggapi keluhan dan gangguan masa menopouse sebagai proses menua atau penyakit lainnya (Siagian, 2003). Rasa cemas yang timbul pada wanita diakibatkan wanita melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya seperti kehilangan bentuk tubuh yang bagus, gelisah karena tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai istri pada saat menopause (Indrawati, 2008). Masalah kesehatan reproduksi wanita merupakan masalah bersama maka diperlukan pemahaman dan pengertian yang baik untuk dapat membantu mengatasi perubahan perilaku yang disebabkan karena perubahan fungsi, secara optimal melalui komunikasi dan layanan informasi reproduksi. Kelainan bentuk perilaku kesehatan reproduksi wanita usia menopouse terutama manifest atau timbul pada masa menjelang menopause dengan berbagai permasalahan baik secara fisik maupun psikis ( Kasdu, 2002 ). Wanita dalam masa menopouse memerlukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dari petugas kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan dan menjamin kualitas hidupnya. Melalui pendidikan kesehatan diatas diharapkan wanita dapat terhindar dari konsep yang salah tentang menopause, sehingga hidupnya akan lebih bermanfaat dalam menghadapi pasca menopause. Pengetahuan tentang menopouse dapat diperoleh dari proses pendidikan formal atau nonformal melalui media elektronik, surat kabar, dan sumber pengetahuan lainnya. Menurut Bobak, Lowdermilk dan Jensen (2005) keberhasilan penyesuaian diri dalam menghadapi suatu kecemasan dapat dipengaruhi adanya sistem pendukung dari seseorang. Sistem pendukung utama bagi seorang wanita menopause adalah suami. Suami merupakan pendukung utama dalam memberikan motivasi dan semangat bagi wanita yang akan mengalami menopause. Kecemasan merupakan suatu ketegangan mental yang menggelisahkan bagi seseorang sebagai reaksi umum saat seseorang tidak mampu mengatasi masalah yang ia alami yang pada akhirnya akan menimbulkan suatu perubahan fisiologis dan psikologis dari wanita tersebut (Kholil, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 jumlah wanita menopause (diatas 45 tahun) berjumlah 245.901 jiwa. Jumlah populasi perempuan usia menopause (40-65 tahun) di Kecamatan Serpong dan Setu merupakan yang tertinggi adalah sebanyak 7.321 orang wanita yang berada pada rentang menopause. Dari uraian di atas, menopouse dapat menimbulkan gejala psikis dan psikologis yang dapat mempengaruhi kecemasan wanita menopouse. Oleh karena
itu peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 B. Rumusan Masalah Menopause merupakan keadaan biologis yang wajar yang ditandai dengan berhentinya menstruasi. Perempuan Indonesia yang memasuki menopause sebesar 14% atau sekitar 30 juta orang dari populasi pada tahun 2015. Peningkatan populasi perempuan menopause pada umumnya akan disertai berbagai tingkat dan jenis permasalahan yang kompleks yang berdampak pada peningkatan masalah kesehatan perempuan menopause. 75% wanita yang mengalami menopause merasakan menopause sebagai masalah atau gangguan diantaranya ketidakstabilan emosi, sedangkan 25% lainnya tidak mempermasalahkannya. Kestabilan emosi akan diperoleh kembali setelah mendapat informasi yang benar tentang menopause dan mampu beradaptasi dengan perubahn yang terjadi pada masa menopause. Kesehatan wanita selama menopouse dipengaruhi oleh keyakinan mereka akan peran sebagai wanita menopouse. Kurangnya pengungkapan keluhan-keluhan manifestasi klinis pada masa menopouse memperlihatkan bahwa sebagian besar wanita menanggapi keluhan dan gangguan masa menopouse sebagai proses menua atau penyakit lainnya (Siagian, 2003). Rasa cemas yang timbul pada wanita diakibatkan wanita melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya seperti kehilangan bentuk tubuh yang bagus, gelisah karena tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai istri pada saat menopause (Indrawati, 2008). Wanita dalam masa menopouse memerlukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dari petugas kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan dan menjamin kualitas hidupnya. Melalui pendidikan kesehatan diatas diharapkan wanita dapat terhindar dari konsep yang salah tentang menopause, sehingga hidupnya akan lebih bermanfaat
dalam
menghadapi
pasca
menopause.
Pengetahuan
tentang
menopouse dapat diperoleh dari proses pendidikan formal atau nonformal melalui media elektronik, surat kabar, dan sumber pengetahuan lainnya.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 b. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 d. Untuk mengetahui hubungan ekonomi dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 e. Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 f.
Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015
g. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, ekonomi, kebiasaan olahraga, dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015
D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2015 2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2015 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2015 4. Ada hubungan antara ekonomi dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2015 5. Ada hubungan antara gaya hidup dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2015 6. Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2015
7. Ada
pengaruh secara bersama-sama pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,
ekonomi, kebiasaan olahraga, dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015
E. Manfaat Penelitian 1.
Bagi lahan penelitian Dapat membantu menyiapkan wanita dalam menghadapi masa menopouse melalui penyuluhan – penyuluhan kesehatan
2.
Bagi Tenaga Kesehatan Dapat memberikan informasi dan penyuluhan tentang persiapan wanita dalam menghadapi masa menopouse
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Menopouse 1. Pengertian Menopouse Kata menopause berasal dari bahasa Latin: ‘meno’ berarti ‘ bulan’ dan ‘pausus’ berarti ‘berhenti, menghilang
‘secara
harafiah berarti berakhirnya
menstruasi/ mati haid. Pada saat manopouse itulah siklus haid seorang wanita berhenti, produksi hormon menurun drastris, tidak menghasilkan sel telur lagi atau tidak bisa terjadi pembuahan, kulit menjadi lebih kering. Kapan menstruasi akan berhenti total itu sulit untuk ditentukan, kecuali sampai satu tahun setelah seorang wanita tidak mendapatkan haid sama sekali barulah disebut manupouse. Secara alami, wanita akan mengalami masa manupouse sekitar usia 45 – 55 tahun, tetapi kadang – kadang manupose lebih awal datangnya atau disebut dengan menopause dini hal ini dapat disebabkan oleh ; operasi pengangkatan rahim atau penyakit lain, kelainan bawaan (biasanya kelainan kromosom), tubuh membentuk antibodi yang menyerang ovarium (autoimun). Sebelumnya ditandai dengan gejala-gejala tertentu dan masa ini disebut ‘peri-menopause’ yang umumnya terjadi sekitar usia 45an. Menopause adalah salah satu tahap baru di dalam kehidupan seorang wanita yang pasti terjadi dan setiap wanita akan mengalaminya. Seperti halnya dengan ketika mendapat haid pertama atau hamil untuk pertama kalinya. Hanya saja karena terjadi perubahan hormonal yang mempengaruhi fisik, mental, dan emosi, maka kadangkadang membuat kaum hawa stress dan merasa cemas dalam menghadapinya. Sebetulnya, menopause adalah awal siklus baru yang semestinya dimasuki kaum wanita dengan perasaan aman dan tenang (Emmy Liana Dewi, 2009 ).
Sebelum
mengalami
menopause,
wanita
akan
mengalami
fase
klimakterium, yang dibagi dalam beberapa fase yaitu : a. Pramenopause
Fase pramenopause dicapai pada usia 40 tahun atau lebih dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid tang relatif banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenore). b. Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan antara pramenopause dan pascamenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada kebanyakan wanita siklus haidnya > 38 hari, dan sisanya 18 hari.
Sebanyak 40 persen wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, Luteinizing Hormone (LH) dan estrogen sangat bervariasi. c. Menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang dan tidak terjadi haid lagi sehingga terjadi menopause. Menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause. Bila pada usia perimenopause ditemukan kadar FSH dan estradiol yang tinggi atau rendah, maka setelah memasuki menopause akan selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>40mlU/ml). Bila wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mlU/ml dan estradiol <30 pg/ml, telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause. d. Pasca menopause Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 2030 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat. Hal ini disebabkan oleh terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup. Pasca menopause berlangung kurang lebih 3–5 tahun setelah menopause. Keluhan lokal pada sistem urogenital bagian bawah, artofi vulva, dan vagina menimbulkan berkurangnya produksi lendir /timbulnya nyeri senggama (Al Baziad, 2003). Secara singkat dapat dikatakan bahwa menopause merupakan suatu proses peralihan dari masa reproduktif menuju perubahan secara perlahan-lahan ke masa non produktif yang disebabkan karena berkurangnya fungsi hormon estrogen dan progesteron yang disebabkan bertambahnya usia. Berhentinya haid ini, secara otomatis terjadi perubahan pada organ reproduksi wanita. Yang berakibat wanita tidak subur lagi ( indung telur sebagai tempat produksi sel–sel telur sedikit demi sedikit fungsinya menurun ), yang kemudian muncul berbagai keluhan fisik maupun psikolgis yang berhubungan dengan organ reproduksinya maupun organ tubuh pada umumnya ( Kasdu, 2002 )
2. Tanda dan Gejala menopause 1. Secara fisik Ketika
seseorang
memasuki
masa
menopause,
fisik
mengalami
ketidaknyamanan seperti rasa kaku dan linu yang terjadi secara tibatiba di sekujur tubuh, misalnya pada kepala, leher dan dada bagian atas. Kadangkadang rasa kaku ini dapat diikuti dengan rasa panas atau dingin, pening, kelelahan, jengkel, resah, cepat marah, dan berdebar-debar (Hurlock, 1992). Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu : 1)
Ketidak teraturan siklus haid Tanda paling umum adalah fluktuasi dalam siklus haid, kadang kala haid muncul tepat waktu, tetapi tidak pada siklus berikutnya. Ketidak teraturan ini sering disertai dengan jumlah darah yang sangat banyak, tidak seperti volume pendarahan haid yang normal.
2)
Gejolak rasa panas atau hot flushes Arus panas biasanya timbul pada saat darah haid mulai berkurang dan berlangsung sampai haid benar - benar berhenti. Munculnya hot flushes ini sering diawali pada daerah dada, leher, atau wajah dan menjalar kebeberapa daerah tubuh yang lain.
3)
Kekeringan vagina Jaringan yang melapisi vagina menjadi lebih kering, lebih tipis dan kurang elastis. Akibatnya muncul rasa gatal, panas, nyeri ketika melakukan hubungan seks dan lebih rentan terhadap infeksi saluran kemih atau vagina
4)
Perubahan kulit Lemah bawah kulit berkurang sehingga kulit menjadi kendor. Kulit mudah terbakar sinar matahari. Otot bawah kulit mengendor sehingga jatuh dan lembek. Kelenjar kulit kurang berfungsi, sehingga kulit menjadi kering dan keriput ( Anonimus, 2010).
5)
Keringat di malam hari Berkeringat malam hari bangun bersimbah peluh. Sehingga perlu mengganti pakaian di malam hari.
6)
Sulit tidur atau Insomnia Mimpi - mimpi yang menegangkan.
7)
Perubahan pada mulut Pada saat ini kemampuan mengecek pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal ( Syafari dalam Ade Oeswatun, 2009 ).
8)
Badan menjadi gemuk
Rasa letih yang biasanya pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. Banyak wanita yang berat badannya bertambah pada masa menopause, hal ini disebabkan oleh faktor makanan yang ditambah lagi karena kurang berolah raga. 2. Secara psikologi Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar, tegang (tension), cemas dan depresi. Ada juga wanita yang kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual, mereka merasa tidak dibutuhkan oleh suami dan anak-anak mereka, serta merasa kehilangan feminitas karena fungsi reproduksi yang hilang. Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala dari menopause yaitu : 1) Ingatan menurun Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan
mudah,
namun
sesudah
mengalami
menopause
terjadi
kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana. 2) Kecemasan. Kecemasan yang timbul pada wanita menopause sering dihubungkan dengan
adanya
kekhawatiran
dalam
menghadapi
situasi
yang
sebelumnya tidak pernah dikhwatirkan. 3) Mudah tersinggung Perasaan menjadi sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orangorang disekitar, terutama jika dipersepsikan sebagai menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya. 4) Stress Perasaan was-was, cemas, dan gelisah. 5) Depresi. Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan bereproduksi dan kehilangan daya tarik (Ade Oeswatun, 2009).
3. Perubahan Organik Pasca Menopouse 1) Vagina atau liang kemaluan
Vagina mengalami kontraktur (melemahnya otot jaringan), panjang dan lebar vagina juga mengalami pengecilan. Atrofi vagina berangsur-angsur menghilang 2) Serviks atau mulut rahim Serviks akan mengkerut sampai terselubung oleh dinding vaginam kripta servikal menjadi atrofi 3) Uterus Uterus mengecil, selain disebabkan atrofi endometrium juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat intertesial. Serabut otot miometrium menebal, pembuluh darah moimetrium menebal dan menonjol. 4) Payudara Bentuk payudara akan mengecil, mendatar dan mengendor. Hal ini terjadi karena pengaruh atrofi pada kelenjar payudara. Puting susu mengecil dan pigmentasinya berkurang. 5) Penimbunan lemak (adepositas) Penyebaran lemak ditemukan pada tungkai atas, pinggul, perut bawah dan lengan atas. 6) Pengkapuran dinding pembuluh darah (ateroskerosis) 7) Keropos tulang (osteoporosis) 8) Dimensia tipe alzheimer
B. Kecemasan Menopouse 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan merupakan pengalaman emosional yang berlangsung singkat dan merupakan respon yang wajar pada saat individu menghadapi tekanan atau peristiwa yang mengancam hidupnya. Istilah dalam kesehatan, kecemasan disebut dengan istilah anxietas (Ibrahim, 2002). Kecemasan merupakan reaksi psikis terhadap kondisi mental individu yang tertekan. Apabila orang menyadari bahwa hal-hal yang tidak bisa berjalan dengan baik pada situasi tertentu akan berakhir tidak enak maka mereka akan merasa cemas. Kondisi-kondisi atau situasi yang menekan akan memunculkan kecemasan (Havary, 1997). a. Rasa cemas (anxiety) merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subyektif (Anonimus, 2010). Kecemasan merupakan emosi yang
tidak
menyenangkan,
yang
ditandai
dengan
kekhawatiran,
keprihatinan, dan rasa takut yang terkadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda ( Nurdjanah, 2006). b. Cemas adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif dari seseorang.
Cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya (Imron, 2009). Cemas merupakan perasaan yang sangat tidak menyenangkan, tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang. Perasaan ini dapat berupa dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebih, sakit kepala, dan rasa ingin buang air kecil atau air besar. Perasaan ini disertai rasa ingin bergerak dan gelisah (Harold I.LIEF, 2008). Kecemasan adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustasi yang mengancam, yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya (J.J GROEN, 2008). Berdasarkan kecemasan
uraian adalah
diatas suatu
dapat kondisi
diambil
suatu
psikologis
kesimpulan
individu
yang
bahwa berupa
ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya sesuatu yang bersifat mengancam. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku, pembelajaran, dan konflik menyakini bahwa ada hubungan timbal balik antara konflik dan kecemasan : konflik menimbulkan skecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada akhirnya meningkatkan konflik yang dirasakan. Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keuarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi. Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus, yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan (Stuart, 2006). 2. Faktor Penyebab Kecemasan Menurut Sadock dan Kaplan (1997), faktor penyebab kecemasan adalah : a. Faktor Biologis
Kecemasan terjadi akibat dari reaksi saraf otonom yang berlebihan dengan naiknya sistem simpatis, terjadi peningkatan pelepasan kotekalamin dan naiknya norepineprin. b. Faktor Psikologis Ditinjau dari aspek psikoanalisa kecemasan dapat muncul akibat impulsimpuls bawah sadar (misalnya: sex, agresi, dan ancaman) yang masuk kealam sadar. Mekanisme pembekalan ego yang tidak sepenuhnya berhasil juga dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang. Reaksi pergeseran dapat mengakibatkan reaksi fobia. c. Faktor Sosial Menurut teori belajar emosi dapat terjadi oleh karena frustasi, tekanan, konflik atau keadaan yang menurutnya tidak disukai oleh orang lain yang berusaha memberikan penilaian atas opininya.
3. Faktor Prdisposisi Kecemasan Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal kecemasan menurut Stuart dan Sunden (1998), yaitu : a. Faktor Psiko analitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma - norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. b. Faktor Interpersonal, bahwa kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat. c. Faktor Perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. d. Faktor Keluarga, kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan gangguan kecemasan dengan depresi. e. Faktor Biologik, menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepines.
Reseptor
ini
mungkin
membantu
mengatur
kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin
memainkan
peran
utama
dalam
mekaisme
biologis
berhubungan dengan kecemasan. 4. Tingkat Kecemasan Menurut Stuart dan Sundeen (1998) tingkat kecemasan ada 4 yaitu: a. Kecemasan Ringan Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan seharihari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon cemas ini seperti sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, bibir bergetar, lapang perpepsi meluas, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara selektif, tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan. b. Kecemasan Sedang Kecemasan ini memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Respon kecemasan ini seperti sering nafas pandek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, gelisah, lapang pandang menyempit, rangsang dari luar tidak mampu diterima, bicara banyak, susah tidur, dan perasaan tidak enak. c. Kecemasan Berat Kecemasan ini mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain. Respon kecemasan ini seperti nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit,tidak mampu menyelesaikan masalah, verbalitas, dan perasaan ancaman meningkat.
d. Tingkat Panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang mengalami
panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran rasional. Respon kecemasan ini seperti nafas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, marah, ketakutan, berteriakteriak, dan persepsi kacau. 5. Cara Pengukuran Kecemasan Alat ukur tingkat kecemasan telah dikembangkan oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya adalah kecemasan berdasarkan HARS. Demikian halnya dengan penelitian ini, karena kecemasan berdasarkan HARS telah terbukti dan banyak digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian yang berkaitan dengan kecemasan maka dalam penelitian ini untuk mengukur kecemasan wanita menopouse juga menggunakan standar HARS yang berisi tentang perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi, gejala somatic, gejala kardiovaskuler, gejala resperatori, gejala gastrointestinal, gejala urogenital, gejala autonom, tingkah laku
(Nursalam,
2008).
Gejala
kecemasan
berdasarkan
HARS
diukur
berdasarkan skala yang bergerak 0 hingga 4. Skor 0 berarti tidak ada gejala atau keluhan, skor 1 berarti ringan (1 gejala dari pilihan yang ada), sokr 2 berarti sedang (separuh dari gejala yang ada), skor berat (lebih dari separuh yang ada) dan skor 4 berarti Sangat Berat (semua gejala ada). C. Faktor – faktor yang mempengaruhi kecemasan wanita menopouse 1. Pendidikan Pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Diharapkan makin tinggi tingkat pendidikan seorang maka makin banyak pengetahuan yang dimiliki dan makin mudah
proses
penerimaan
informasi.
Sehingga
kecemasan
menjelang
menopause dapat diatasi dengan baik. Namun, demikian, Ancok (1985) dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah pula. Karena peningkatan
pengetahuan seseorang tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal tetapi juga bias diperoleh dari sumber informasi lain. 2. Pekerjaan Aktivitas wanita sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki. Seorang wanita yang berperan hanya sebagai ibu rumah tangga saja tingkat pengetahuan yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan. Namun demikian, pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencaharian (Notoatmodjo, 2010). Dalam pengertian tersebut terdapat suatu unsur keharusan sehingga ada kemungkinan kecemasan tersebut berasal dari pekerjaan itu sendiri, dan bukan berasal dari proses menuju menopause Menurut Darmojo dan Hadi (2006) seorang wanita yang mempunyai aktivitas sosial di luar rumah akan lebih banyak mendapat informasi baik misalnya dari teman bekerja atau teman dalam aktivitas sosial. Jadi status wanita bekerja atau tidak bekerja tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan itu sendiri. 3. Pengetahuan Kecemasan bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka kecemasan akan lebih mudah untuk diatasi. Setiap wanita yang akan memasuki masa menopause harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang menopause agar dapat menjalani masa tersebut dengan lebih tenang sehingga wanita tersebut tidak mengalami kecemasan (Kasdu, 2002). Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain pendidikan, pengalaman, umur, pekerjaan, pendapatan dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber (Notoatmodjo, 2005) 4. Ekonomi Menurut Notoatmodjo (2010), pendapatan berkaitan dengan status kesehatan sehingga kondisi ekonomi juga akan memengaruhi kualitas hidup seorang wanita. Kemampuan untuk mencari pendapatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat menjadi tolak ukur untuk melihat keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan. Apabila pelayanan kesehatan tersebut terjangkau maka masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari dapat ditangani sedini mungkin sebagai upaya preventif (Kasdu, 2002).
5. Gaya Hidup
Gaya hidup sehat adalah suatu gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Selain itu gaya hidup seseorang juga mempengaruhi tingkat kesehatannya, misalnya jika suka merokok dan minum minuman keras, tentu saja bukan pola hidup sehat (Anne, 2010). Gaya hidup sehat adalah pilihan sederhana yang sangat tepat untuk dijalankan. Hidup dengan pola makan, pikiran, kebiasaan dan lingkungan yang sehat. Sehat dalam arti kata mendasar adalah segala hal yang kita kerjakan memberikan hasil yang baik dan positif. Indikator gaya hidup sehat adalah perilaku tidak merokok, pola makan sehat dan seimbang, dan aktivitas fisik teratur. 6. Dukungan Suami Dukungan keluarga dalam hal ini suami dapat juga didefinisikan sebagai bantuan nyata atau nasehat yang diberikan oleh orang – orang yang ada disekitar lingkungan keluarga (Gottlieb, 1983; 19). Menurut Cobb dkk (dalam Shinta, 1995;36) pemberian dukungan dalam keluarga menjadikan individu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai dan diterima. Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah pemberian bantuan baik secara materi maupun non materi, yang menyebabkan indvidu merasa diperhatikan, bernilai, dan dicintai dan diterima dalam keluarga. Dukungan suami dalam kesehatan adalah salah
satu bentuk nyata dari kepedulian dan keikutertaan suami dalam pelaksanaan upaya kesehatan. D. Kerangka Teori Faktor Internal : FA Pendidikan Pekerjaan Usia Gaya hidup
Faktor eksternal : Dukungan Suami Ekonomi Budaya
Kecemasan Wanita Menopouse
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan Penelitian 3.1.1
Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015
3.1.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui hubungan pendidikan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 2) Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 3) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 4) Untuk mengetahui hubungan ekonomi dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 5) Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 6) Untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 7) Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, ekonomi, gaya hidup, dukungan suami dengan tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan tahun 2015 3.2 Manfaat Penelitian 3.2.1
Bagi lahan penelitian Dapat membantu menyiapkan wanita dalam menghadapi masa menopouse melalui penyuluhan – penyuluhan kesehatan
3.2.2
Bagi Tenaga Kesehatan Dapat memberikan informasi dan penyuluhan tentang persiapan wanita menghadapi masa menopouse
dalam
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yaitu dengan menggunakan metode studi perbandingan untuk memeriksa dan menguraikan perbedaan variabel pada dua atau lebih kelompok sampel. Variabel bebas
Variabel terikat
Pendididikan Pekerjaan Ekonomi Pengetahuan Dukungan suami Gaya Hidup
Kecemasan Wanita Menopouse
4.2 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita menopouse yang berkunjung ke Posbindu Puskesmas Serpong dan Puskesmas Setu sejumlah 485 (dari 10 Posbindu). 4.3 Sampel Besaran sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus dari Notoatmodjo (2005) sebagai berikut :
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat ketepatan absolut yang diinginkan n= 485 1 + 485 (0,10)2
= 82.9 = 88
Dengan kriteria inklusi dan ekslusi, sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi : - Wanita yang sudah menopouse - Usia responden antara 47– 60 tahun - Terdaftar sebagai pengunjung posbindu - Bersedia menjadi responden dan bersedia diwawancarai
b. Kriteria Ekslusi : -
Tidak bersedia diwawancarai atau dijadikan responden
-
Tidak berada ditempat penelitian pada waktu pelaksanaan penelitian
4.4 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2015 dengan tempat penelitian di Posbindu Puskesmas Serpong
dan Setu yang terdiri dari 10
posbindu. 4.5 Definisi Operasional Variabel bebas Kecemasan
Pendidikan
Definisi Operasional Suatu keadaan dimana individu mengalami perasaan yang sulit dalam menjalani masa menopouse Jenjang pendidikan tertinggi formal yang diselesaikan oleh ibu.
Cara Ukur
Hasil Ukur
Mengisi Kuesioner kecemasan yang berisi 14 pertanyaan
0 : Tidak cemas Apabila skor Responden < 28
Mengisi Kuesioner
0 : Dasar
Skala Ordinal
1 : Cemas Apabila Skor Responden > 28
Ordinal
Apabila tidak sekolah, SD, SMP 1 : Menengah tinggi SMA, Perguruan Tinggi
Pekerjaan ibu
Aktivitas yang dilakukan ibu, untuk mendapatkan penghasilan di luar rumah
Mengisi Kuesioner
0 : Tidak bekerja Apabila Responden sebagai ibu rumah tangga dan bekerja di dalam rumah
Nominal
1 : Bekerja Apabila ibu bekerja di luar rumah Ekonomi
Penghasilan suami dan Istri yang didapat tiap bulan
Mengisi Kuesioner
Gaya Hidup
Kebiasaan responden
Mengisi Kuesioner
yang
0 : Apabila pendapatan kurang dari UMR 1 : Apabila penghasilan lebih dari UMR 0 : Kurang sehat Apabila
Ordinal
Ordinal
dilakukan seharihari seperti pola makan sehat dan seimbang, olahraga merokok atau minum alkohol
Dukungan suami
Pengetahuan
Perhatian atau tindakan yang diberikan suami untuk membantu mengatsi masalah dalam masa menopouse. Kemampuan ibu untuk menjawab tentang masalah yang dihadapi pada saat menopouse.
Responden menjawab < 5) 1 : Sehat Apabila Responden menjawab < 5
Mengisi Kuesioner
0 : Kurang Jika responden menjawab < 2 1 : Baik Jika responden menjawab < 2
Nominal
Mengisi Kuesioner pengetahuan yang berisi 10 pertanyaan
0 : Kurang Apabila Responden menjawab < 6 1 : Baik Apabila responden menjawab > 6
Ordinal
4.6 Etika Penelitian a. Melakukan survey untuk mengetahui jumlah wanita menopouse di wilayah Tangerang Selatan b. Meminta surat izin penelitian dari Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta I yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. c. Mengajukan surat ijin kepada Kepala Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dengan tembusan kepada puskesmas yang dituju d. Peneliti melakukan pendekatan kepada klien untuk mendapatkan persetujuan dari klien sebagai responden penelitian e. Peneliti menerangkan tujuan penelitian kepada responden f. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden dan mempersilahkan responden untuk mengisinya
4.7 Instrumen Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup yang disusun secara terstruktur yang berisi pertanyaan yang harus diisi responden, kuesioner yang digunakan untuk menilai kecemasan berpedoman pada HARS.
4.8 Prosedur Teknik Pengumpulan Data a. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan proportional randam samping. Pengambilan sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari setiap wilayah ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dari masing-masing wilayah. b. Kemudian dilakukan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana. c. Dengan menggunakan teknik proportional random sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 100 responden, adapun jumlah pembagian sampel untuk masingmasing posbindu menggunakan rumus : n =
x N xNi
keterangan : n
: Jumlah sampel yang diinginkan setiap strata
N
: Jumlah seluruh populasi wanita menopouse di 10 Posbindu
X
: Jumlah populasi pada setiap strata
Ni
: Sampel
Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing – masing posbindu di Puskesmas Serpong dan Puskesmas Setu adalah : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 4.8.1 : Jumlah sampel masing-masing posbindu Puskesmas/Posbindu Jumlah wanita menopouse PKM Serpong/Posbindu Dahlia I 58 Posbindu Dahlia II 45 Posbindu Anggrek I 62 Posbindu Melati 55 Posbindu Mawar 36 Posbindu Anggrek II 42 PKM Setu/Posbindu Dahlia 29 Posbindu Anggrek I 67 Posbindu Anggrek II 54 Posbindu Melati 37
Sampel 10 8 11 10 7 8 5 12 10 7
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian 5.1.1
Analisis Univariat Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, ekonomi, gaya hidup dan dukungan suami Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persentase Dasar 30 30.0% Menengah s/d Tinggi 70 70.0% Total 100 100.0% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan Dasar sebanyak
30 (30%), sedangkan yang berpendidikan menegah/ tinggi
sebanyak 70 (70%). Tabel 5.2 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Pekerjaan Pekerjaaan Jumlah Persentase Tidak Bekerja 28 28.0.0% Bekerja 72 72.0% Total 100 100.0% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang tidak bekerja adalah sebanyak 28 orang (28.0%) dan 72 orang (72.0%) adalah bekerja.
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Persentase Kurang 36 36.0% Baik 64 64.0% Total 100 100.0%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 36 orang (36%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 64 orang (64%).
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Ekonomi Ekonomi Jumlah Persentase Kurang 14 14.0% Lebih 86 86.0%
Total
100
100.0%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang mempunyai ekonomi kurang sebanyak 14 orang (14.0%), sedangkan yang mempunyai ekonomi lebih sebanyak 86 orang (86.0%).
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Gaya Hidup Gaya Hidup Jumlah Persentase Kurang Sehat 56 56.0% Sehat 44 88.3% Total 100 100.0% Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang bergaya hidup kurang sehat sebanyak 56 orang (56.0%), sedangkan yang bergaya hidup sehat sebanyak 44 orang (44.0%).
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan berdasarkan Dukungan Suami Dukungan Suami Jumlah Persentase Kurang 35 35.0% Baik 65 65.0% Total 100 100.0% Dari tabel di atas bahwa sebanyak 35 orang
(35%) responden kurang
mendapat dukungan suami dan 65 orang (65%) mendapat dukungan dengan baik.
Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kecemasan pada masa menopouse. Dari hasil kuesioner yang disebar kepada 100 responden, didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat kecemasan wanita menopouse di wilayah kota Tangerang Selatan Tahun 2015 Kecemasan Jumlah Persentase Ya 51 51.0% Tidak 49 49.0% Total 100 100.0%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang cemas dalam menghadapi menopouse sebanyak 51 orang (51.0%) dan jumlah responden yang tidak cemas sebanyak 49 orang (51%).
5.1.2
Analisis Bivariat Analisis
bivariat
dilakukan
untuk
melihat
hubungan
antara
variabel
independen (pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, ekonomi, gaya hidup dan dukungan suami) dengan variabel independent (tingkat kecemasan) pada wanita menopouse. Tabel 5.8 Hubungan Pendidikan dengan tingkat kecemasan pada wanita menopouse Kecemasan pada menopouse Total Pendidikan
tidak cemas
cemas
jml
%
Jml
%
%
Dasar
25
83,3
5
16,7
100
Menengah s/d tinggi
26
37,1
44
62,9
100
Total
51
51,0
49
49,0
100
p-value
OR (CI)
0,000
8,462
Dari tabel diatas wanita yang berpendidikan menengah s/d tinggi mengalami kecemasan pada masa menopouse 62.9% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpendidikan dasar dan mengalami kecemasan 16.7%. Hasil analisis ChiSquare Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.000 < 0.05. Artinya ada hubungan antara pendidikan dengan kecemasan pada wanita menopouse. Selanjutnya dari tabel Risk Estimate menunjukkan bahwa nilai Odds Ratio (OR) sebesar 8.462. Artinya responden yang memilik pendidikan menengah/tinggi kecenderungan 8.462 kali lebih besar untuk mengalami kecemasan pada menopouse dibanding yang berpendidikan dasar.
Tabel 5.9 Hubungan Pekerjaan dengan tingkat kecemasan pada masa menopouse Kecemasan pada menopouse Total Pekerjaan Ibu
Tidak cemas
p-value
Cemas
jml
%
Jml
%
%
Tidak Bekerja
21
75.0
7
25.0
100
Bekerja
30
41.7
42
58,3
100
Total
51
51,0
49,0
49,0
100
0,006
OR (CI)
4.200
Dari tabel di atas wanita yang bekerja mengalami kecemasan pada masa menopouse 58.3% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja 25.0%. Hasil analisis
Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value)
sebesar 0.006 < 0.05. Artinya ada hubungan antara riwayat pekerjaan ibu dengan kecemasan pada masa menopause. Selanjutnya dari tabel Risk Estimate menunjukkan bahwa nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4.200 yang artinya ibu yang bekerja mempunyai resiko 4.2 kali lebih besar mengalami kecemasan pada masa menopouse di bandingkan ibu yang tidak bekerja.
Tabel 5.10 Hubungan Pengetahuan Responden dengan tingkat kecemasan pada wanita menopouse. Kecemasan pada menopouse tidak cemas
Pengetahuan
cemas
Total
p-value
OR (CI)
% jml
%
Jml
%
kurang
27
75,0
9
25.0
100
Baik
24
37,5
40
62,5
100
Total
51
51,0
49
49,0
100
0,001
5,00
Dari tabel di atas wanita yang berpengetahuan baik mengalami kecemasan pada masa menopouse 62.5% lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang berpengetahuan kurang 25.0%. Hasil analisis Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.001< 0.05. Artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kecemasan pada masa menopouse. Selanjutnya dari tabel Risk Estimate menunjukkan bahwa
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 12.965. Artinya ibu yang
mempunyai pengetahuan baik memiliki kecenderungan mengalami kecemasan pada masa menopouse dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang baik.
Tabel 5.11 Hubungan Ekonomi dengan dengan tingkat kecemasan pada wanita menopouse. Kecemasan Pada menopouse Ekonomi
Tidak Cemas
Cemas
Total
OR (CI) p-value
jml
%
Jml
%
%
10
71,4
4
28,6
100
kurang 2,744 0,174 Lebih
41
47,7
45
52,3
100
Total
51
51,0
49
49,0
100
Dari hasil diatas di dapatkan bahwa sebanyak 52.3% responden yang mengalami kecemasan adalah berekonomi lebih sedangkan 28.6% responden yang mempunyai kecemasan adalah berekonomi kurang. Dari hasil Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar
0.174 > 0.05. berarti tidak ada
hubungan antara ekonomi responden dengan kecemasan pada menopouse.
Tabel 5.12 Hubungan Gaya Hidup dengan tingkat kecemasan pada wanita menopouse. Kecemasan pada Menopouse Gaya Hidup
Tidak cemas
Cemas
Total
OR (CI) p-value
Kurang Sehat
jml
%
Jml
%
%
31
55,4
25
44.6
100
1.4888 0,325
20
45,5
24
54,5
100
51
51.0
49.
49.0
100
Sehat Total
Dari tabel diatas 54.5% responden
yang mengalami kecemasan adalah
bergaya hidup sehat lebih tinggi dibandingkan dengan wanita menopouse yang mengalami kecemasan dengan gaya hidup kurang sehat 44.6%. Dari hasil ChiSquare Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.325 > 0.05. Artinya tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kecemasan pada menopouse. Tabel 5.13 Hubungan Dukungan Suami dengan kecemasan pada wanita menopouse Kecemasan Pada menopouse Tidak cemas Cemas
Dukungan Suami
OR (CI)
Total p-value
jml
%
Kurang
18
51,4
Baik
33
50,8
Total
51
Jml
%
%
17
48,6
100
32
49,2
100
30
0,950
1.027
100
Dari tabel di atas wanita menopouse yang mengalami kecemasan dan mendapatkan dukungan suami lebih tinggi 49.2% dibandingkan dengan wanita menopouse yang mengalami kecemasan dan kurang mendapatkan dukungan dari suami 48.6%. Dari hasil Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.950 > 0.05.
Artinya tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan kecemasan pada wanita menopouse. 5.1.3
Analisis Multivariat Tahapan yang dilakukan dalam analisis multivariat dimulai dari pemilihan kandidat model, pemilihan model terbaik, penilaian interaksi, dan penentuan model akhir. Pemilihan Kandidat Model Pemilihan variabel kandidat model dilakukan dengan memasukkan semua variabel yang pada analisis bivariat menunjukkan p-value < 0.25 ke dalam model mutivariat. Hasil analisis tersebut sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 5.14 Pemilihan Kandidat Model No
Var Independen
p-value
OR
95% CI
1
Pendidikan*
0.000
8.462
2.888 - 24.808
2
Pekerjaan*
0.006
4.400
1.584 – 11.138
3
Pengetahuan*
0.001
5.333
2.016 – 12.402
4
Ekonomi*
0.174
2.744
0.799 – 9.428
5
Gaya Hidup
0.434
1.488
0.673 – 3.290
6
Dukungan Suami
1.000
1.027
0.451– 2.336
Pemilihan Model Penentu Analisis dilakukan dengan metode Regresi Logistik menggunakan metode Enter, yaitu dengan cara memasukkan secara bersama (sekaligus) variabel hasil analisis bivariat yang memiliki p-value < 0.25 ke dalam model regresi. Untuk variabel gaya hidup dan dukungan suami mempunyai nilai p-value >0.25, namun tetap dimasukan untuk dilakukan pengujian karena secara substansi kedua variabel tersebut
berpengaruh. Kemudian dilakukan seleksi dengan mengeluarkan variabel penelitian satu persatu dari model, yaitu variabel yang memiliki p-value > 0.05.
Tabel 5.15 Pemilihan Model Penentu Var Independen
Koefisien
S.E
p-value
OR
pendidikan
0.721
0.587
0.219
2.057
Pekerjaan
-0.138
0.560
0.806
0.871
Ekonomi
0.081
0.687
0.906
1.085
Gaya hidup
1.470
0.477
0.002
4.350
Dukungan Suami
-0.431
0.495
0.384
0.650
Pengetahuan
0.864
0.737
0.159
2.373
-2 Log likelihood = 67.727, G = 15.450
Setelah dilakukan pemodelan dengan memasukkan masing-masing variabel ternyata perubahan OR melebihi 10% sehingga kembali kepemodelan awal. Tabel 5.16 Hasil Model Akhir Var Independen
Koefisien
S.E
p-value
OR
pendidikan
0.721
0.587
0.219
2.057
Pekerjaan
-0.138
0.560
0.806
0.871
Ekonomi
0.081
0.687
0.906
1.085
Gaya hidup
1.470
0.477
0.002
4.350
Dukungan Suami
-0.431
0.495
0.384
0.650
0.864
0.737
0.159
2.373
Pengetahuan
-2 Log likelihood = 67.727, G = 15.450 Dari tabel di atas terlihat variabel yang paling berpengaruh adalah variabel gaya hidup dengan p value 0.002 dengan OR 4.350. Artinya ibu yang mempunyai gaya hidup yang tidak sehat akan beresiko 4.35 kali mengalami kecemasan pada masa menopouse.
5.2 Pembahasan 5.2.1
Analisis Univariat Variabel Independen Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pendidikan, pekerjaan, pengetahuan ekonomi, gaya hidup dan dukungan suami. Jumlah responden yang berpendidikan dasar sebanyak 30 (30%), sedangkan yang berpendidikan menegah s/d tinggi sebanyak 70 (70%). Jumlah responden yang bergaya hidup kurang sehat sebanyak 56 orang (56.0%), sedangkan yang bergaya hidup sehat sebanyak
44 orang (44.0%). jumlah responden yang tidak bekerja
adalah sebanyak 28 orang (28.0%) dan 72 orang (72.0%) adalah bekerja. jumlah responden yang mempunyai ekonomi kurang sebanyak 14 orang (14.0%), sedangkan yang mempunyai ekonomi lebih sebanyak 86 orang (86.0%). Jumlah responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 36 orang (36%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 64 orang (64%).Sebanyak 35 orang (35%) responden kurang mendapat dukungan suami dan 65 orang (65%) mendapat dukungan dengan baik. jumlah responden yang
cemas dalam
menghadapi menopouse sebanyak 51 orang (51.0%) dan jumlah responden yang tidak cemas sebanyak 49 orang (51%).
5.2.2 5.2.2.1
Analisis Bivariat Hubungan Pendidikan Dengan Tingkat Kecemasan Pada Wanita Menopouse Dari tabel diatas sebanyak 44 orang (62,9%) responden yang mempunyai pendidikan tinggi mengalami kecemasan dan sebanyak 26 orang (37,1%) tidak mengalami kecemasan . Hasil analisis Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.000 < 0.05. Artinya ada hubungan antara pendidikan dengan kecemasan pada wanita menopouse.Selanjutnya dari tabel Risk Estimate menunjukkan bahwa nilai Odds Ratio (OR) sebesar 8.462. Artinya responden yang memilik pendidikan menengah/tinggi kecenderungan 8.462 kali lebih besar untuk mengalami kecemasan pada menopouse dibanding yang berpendidikan dasar. Hasil penelitian ini berbeda Aprilia Dkk (2007) bahwa semakin tinggi pengetahuan wanita semakin banyak pengetahuan yang dimiliki sehingga kecemasan pada masa menopouse dapat diatasi dengan baik. Menurut Ancok (1995) dalam Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah pastilah berpengetahuan rendah. Karena pengetahuan seseorang tidak mutlak di peroleh tetapi bisa juga di dapatkan dari sumber lain.
di pendidikan formal
5.2.2.2
Hubungan Pekerjaan Terhadap Kecemasan pada masa menopouse Hasil Penelitian didapatkan bahwa 21 responden (41.7%) ibu yang bekerja mengalami kecemasan pada masa menopouse dan sebanyak 42 responden (58,3%) tidak mengalami kecemasan. Hasil analisis
Chi-Square Tests dapat
dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.000> 0.05. Artinya ada hubungan antara Riwayat Pekerjaan ibu dengan kecemasan pada masa menopause. Selanjutnya dari tabel Risk Estimate menunjukkan bahwa nilai Odds Ratio (OR) sebesar 4.200 yang artinya ibu yang bekerja mempunyai resiko 4.2 kali lebih besar mengalami kecemasan pada masa menopouse di bandingkan ibu yang tidak bekerja. Menurut Aprilia Dkk (2007) Sebagian besar responden
tidak
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga . aktivitas wanita sehari-hari dapat mempengaruhi kualitas hidup yang dimiliki cenderung tidak banyak perubahan. Menurut Notoatmodjo (2005) bahawa pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah atau pencaharian. Ddalam pengertian tersebut terdapat suatu keharusan sehingga kemungkinan kecemasan tersebut bersal dari pekerjaan itu sendiri, dan bukan karena menopouse. Menurut Darmojo dan Hadi (2006) seorang wanita yang mempunyai aktivitas sosial diluar rumah akan lebih banyak mendapatkan informasi baik misalnya teman se kantor atau teman dalam aktivitas sosial. 5.2.2.3
Hubungan Pengetahuan Responden Terhadap Kecemasan pada wanita menopouse. Dari hasil penelitian 24 orang (37,5%) responden yang mempunyai pengetahuan baik tidak cemas dalam menopouse dan sebanyak 40 orang (62,5%) responden yang berpengetahuan baik mengalami kecemasan pada menopouse . Hasil analisis Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.000< 0.05. Artinya ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kecemasan pada masa menopouse. Selanjutnya dari tabel Risk Estimate
menunjukkan bahwa
nilai Odds Ratio (OR) sebesar 12.965. Artinya ibu yang mempunyai pengetahuan baik memeliki kecenderungan mengalami kecemasan pada masa menopouse dibandingkan ibu yang berpengetahuan kurang baik. Responden yang dikategorikan baik memiliki pengetahuan baik maka akan lebih mampu mengatasi kecemasan yang dialaminya. Sedangkan responden yang dikategorikan
memiliki kecemasan kurang cenderung mengalami kecemasan
berat. Kecemasan bukan hanya sakit secara emosional tapi karena ada kesalahan dalam pengetahuan, semakin banyak pengetahuan yang diketahuinya maka kecemasan akan mudah untuk diatasi. Setiap wanita yang akan memasuki masa
menopouse
harus
memiliki
pengetahuan
yang
memadai
tentang
menopouse agar dapat menjlani masa tersebut dengan lebih tenang sehingga wanita tersebut tidak mengalami kecemasan (Erika dkk, 2007). 5.2.2.4
Hubungan Gaya Hidup Terhadap Dengan Kecemasan pada Menopouse Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51 orang (51%) ibu yang bergaya hidup kurang sehat tidak mengalami kecemasan pada menopouse dan sebanyak 49 orang (49%) ibu yang berperilaku sehat mengalami kecemasan pada menopouse. Dari hasil Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.325> 0.05. Artinya tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kecemasan pada menopouse. Hal ini berbeda dengan penelitian Aprilia (2007) bahwa ada pengaruh signifikan anatara gaya hidup dengan tingkat kecemasan pada wanita perimenopouse.
5.2.2.5
Hubungan Ekonomi Dengan kecemasan pada menopouse Dari hasil diatas di dapatkan bahwa sebanyak 41 orang (47,7%) responden yang mempunyai ekonomi lebih tidak mengalami kecemasan pada menopouse dan 45 orang (52,3%) responden yang mempunyai ekonomi lebih mengalami kecemasan pada menopouse. Dari hasil Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (pvalue) sebesar
0.037> 0.05. berarti tidak ada hubungan antara ekonomi
responden dengan kecemasan pada menopouse. Didapatkan 0R 2.744 artinya ibu yang mempunyai ekonomi baik memeliki kecenderungan 2.74 mengalami kecemasan pada menopouse di bandingkan yang ibu yang tidak mempunyai ekonomi kurang. Menutut
Notoatmodjo (2005), Pendapatan berkaitan dengan stauskesehatan
sehingga kondisi ekonomi juga mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita. Kemampuan untuk mencari pendapatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat menjadi tolak ukur untuk melihat keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan. Apabila pelayanan kesehatan yanga kan muncul di kemudian hari dapat ditangani sedini mungkin sebagai upaya preventif. 5.2.2.6
Hubungan Gaya Hidup Terhadap Dengan Kecemasan pada Menopouse Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 51 orang (51%) ibu yang bergaya hidup kurang sehat tidak mengalami kecemasan pada menopouse dan sebanyak 49 orang (49%) ibu yang berperilaku sehat mengalami kecemasan pada menopouse. Dari hasil Chi-Square Tests dapat dilihat bahwa nilai Sig. (p-value) sebesar 0.325> 0.05. Artinya tidak ada hubungan antara gaya hidup dengan kecemasan pada menopouse. Hal ini berbeda dengan penelitian Aprilia (2007) bahwa ada pengaruh signifikan anatara gaya hidup dengan tingkat kecemasan pada wanita perimenopouse.
5.2.3
Analisis Multivariat Hasil penelitian menunjukkan bahawa variabel gaya hidup dengan p value 0.002 dengan OR 4.350. Artinya ibu yang mempunyai gaya hidup yang tidak sehat akan beresiko 4.35 kali mengalami kecemasan pada masa menopouse. Gaya hidup seseorang menentukkan kesehatan orang yang akan datang. Gaya hidup tidak memberikan dampak langsung, tetapi dampak tersebut baru akan dirasakan beberapa tahun kemudian bahkan puluhan tahun yang akan datang. Pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang disesuaikan dengan usia serta aktivitas sosial sebaiknya lebih diperhatikan. Selalu berpikiran positif, menghindari stress serta taat beridah akan menciptakan keseimbangan kesehatan jiwa dan fisik. Mendiskusikan suatu masalah dengan oprang lain merupakan suatu indikasi dari adanaya sikap positif. Gaya hidup sehat dapat meningkatkan derajat kesehatan wanita yang memasuki usia menopouse (Snow, 1999).
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan Dari hasil penelitian Determinan Tingkat kecemasan Pada wanita menopuse di Tangerang Selatan di dapatkan hasil : 1. Ada.hubungan antara pendidikan dengan tingkat kecemasan ibu menopouse di Tangerang Selatan. 2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan ibu menopouse di Tangerang Selatan. 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan
tingkat kecemasan ibu
menopouse di Tangerang Selatan. 4. Tidak ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menopouse di Tangerang Selatan. 5. Ada hubungan antara ekonomi dengan tingkat kecemasan ibu menopouse di Tangerang Selatan 6. Tidak Ada hubungan antara gaya hidup
dengan
tingkat kecemasan ibu
menopouse di Tangerang Selatan 7. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kecemasan pada menopouse adalah gaya hidup.
6.2 Saran 1. Sarana Pelayanan Kesehatan Agar dapat melakukan peningkatan pelayanan pada menopouse seperti: pendidikan kesehatan pada masa menopouse, pemeriksaan rutin pada menopouse, senam lansia dan program-program lainnya. 2. Pasien Agar dapat melakukan pemeriksaan rutin dan mengikuti program-program yang ada di puskesmas, baik datang puskesmas langsung maupun datang ke posbindu.