Market Insight Monday, May 4th 2015 Resetting Expectations
Grafik 1.0 Pergerakan IHSG dan P/E Band Penurunan IHSG telah mengembalikan valuasi ke tingkat yang lebih rasional. +2 SD @ 18.1x +1 SD @ 15.6x
6,500 6,000 5,500
Avg @ 13.1x
5,000
IHSG turun 6.4% dalam empat hari, dengan foreign outflow sebesar Rp7.1T. Di lain pihak, koreksi ini telah mengembalikan valuasi pasar menjadi lebih rasional. Hal ini terjadi setelah pertumbuhan laba dari LapKeu 1Q beberapa emiten melemah akibat perlambatan ekonomi. Salah satu penyebabnya adalah pengetatan kebijakan moneter.
4,500
Selain itu, ekspektasi pasar terhadap eksekusi pemerintahan baru terlalu tinggi. Namun, persepsi bahwa eksekusi dari pemerintahan baru tidak cukup baik tidak sepenuhnya benar. Penyerapan anggaran belanja modal di 1Q memang selalu yang terkecil (<10%). Penyerapan tertinggi pada 4Q (50%+).
Investment Insight
Di luar pasar saham, obligasi pemerintah juga terkena dampak yang serupa dalam skala yang lebih kecil. Yield FR 10Y dan INDON 10Y tidak bergerak signifikan. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada kepemilikan asing terhadap SUN. Secara YTD, asing masih mencatat net inflow Rp48T.
-1 SD @ 10.6x
4,000 3,500
-2 SD @ 8.0x
3,000 2,500 Dec-09
Dec-10
Dec-11
Dec-12
Dec-13
Dec-14
Dec-15
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Kami berpendapat bahwa koreksi ini akibat dari ekspektasi tinggi Investor pada reformasi pemerintahan yang baru. Minimnya dampak yang terlihat di luar pasar saham menandakan para investor yang masih percaya terhadap potensi fundamental Indonesia secara makro. Kami memberikan rekomendasi untuk dapat memanfaatkan penurunan yang terjadi dengan melakukan pembelian secara bertahap dan berfokus pada Reksa Dana yang sesuai dengan kondisi pasar, seperti CIMBPrincipal SMART Equity Fund dan IDX30
Funds to Watch
83%
RD CIMB-P SMART Equity Fund memiliki porsi saham sebesar 82.6% dengan performa YTD sebesar -3.9% vs IHSG -2.3%.
99%
RD CIMB-P IDX30 memiliki porsi saham sebesar 98.8% dengan performa satu tahun sebesar -1.0% vs IHSG -2.3%.
Sumber : Infovesta, PT. CPAM per 29 April 2015
Tabel 2.1 Performa Emiten Periode 27-30 April 2015 Nama-nama big-caps mendominasi daftar emiten yang menurunkan IHSG secara signifikan. JCI Leaders JCI Laggards No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ticker BKSW IMAS MEGA SUPR MPPA INKP MDIA INCO SRTG PLIN
% Chg 66.7% 14.1% 10.0% 10.0% 4.1% 14.9% 5.3% 2.6% 4.2% 4.4%
Points 2.7 1.5 1.5 1.2 0.9 0.8 0.8 0.7 0.6 0.6
Ticker ASII BBCA BBRI TLKM BMRI PGAS BBNI CPIN GGRM INTP
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
% Chg -13.0% -9.6% -10.2% -10.0% -9.7% -11.6% -7.6% -17.2% -8.3% -10.0%
Points -44.0 -36.9 -34.3 -31.0 -28.2 -13.9 -10.3 -10.3 -9.2 -6.6
Tabel 2.2 Data Statistik Koreksi tahun 2011, 2012, 2013 & 2015 Lama periode koreksi rata-rata antara 20-36 hari dengan rebound enam bulan setelah periode tersebut mencapai +23%.
2011 Koreksi
Awal
2012
Akhir
Δ
Awal
2013
Akhir
Δ
Awal
2015
Akhir
Δ
Awal
Per 30-Apr
Δ
Periode Koreksi
1-Aug
26-Sep
36 hari
3-May
4-Jun
20 hari
20-May
27-Aug
65 hari
10-Apr
30-Apr
14 hari
IHSG
4,193
3,316
-20.9%
4,224
3,655
-13.5%
5,215
3,968
-23.9%
5,491
5,086
-7.4%
PE (x) IHSG*
16.5
12.8
-22.4%
13.6
11.5
-15.4%
16.1
11.7
-26.9%
15.6
14.3
-8.4%
PBV (x) IHSG
3.4
2.6
-23.1%
2.8
2.4
-15.1%
3.2
2.2
-29.1%
2.7
2.4
-9.1%
587.3
595.2
1.3%
670.2
652.6
-2.6%
734.5
616.7
-16.0%
769.3
748.9
-2.6%
6.96
7.2
3.8%
6.03
6.53
8.2%
5.61
8.43
50.4%
7.25
7.71
6.3%
8,464
9,125
7.8%
9,231
9,427
2.1%
9,758
11,337
16.2%
12,927
12,963
0.3%
HSBC Bond Index Yield SUN 10Y USD to IDR Foreign Outflow Rebound Persentase
Rp 14.48 tr
Rp 8.85 tr
Rp 32.64 tr
Rp 9.70 tr
1 bln
3 bln
6 bln
1 bln
3 bln
6 bln
1 bln
3 bln
6 bln
1 bln
3 bln
6 bln
12.7%
14.2%
23.0%
11.5%
12.3%
16.8%
11.5%
7.2%
15.2%
N/A
N/A
N/A
*12-month forward P/E Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Tabel 3.0 Perbandingan Performa Pasar Saham IHSG secara YTD mencatat penurunan sebesar 2.7%. No Global Market
Country
YTD
1M
3M
6M
1Y
1 Dow Jones (US) 2 S&P 500 (US) 3 London (UK) 4 DAX (GR) 5 CAC (FR) Asia Market 1 Nikkei (JP) 2 Hang Seng (HK) 3 Shanghai (CN) 4 Shenzhen (CN) 5 NFT (IN) 6 Kospi (KR) ASEAN Market 1 Singapore (SG) 2 Kuala Lumpur (MK) 3 Thailand (TH) 4 Philipines (PH) 5 Vietnam (VN) Indonesia Market 1 JCI (ID) 2 JII (ID) 3 IDX30 (ID)
1.2% 2.3% 6.0% 16.8% 17.8%
0.3% 1.0% 1.0% -5.2% -1.0%
4.9% 5.2% 1.9% 6.9% 9.1%
6.1% 6.1% 8.7% 26.3% 22.4%
9.1% 12.2% 2.8% 19.5% 11.9%
16.2 17.9 16.7 14.8 16.5
3.0 2.7 1.9 1.8 1.6
19.2 15.5 7.8 11.3 8.6
11.9% 19.2% 37.3% 60.2% -1.8% 11.0%
0.6% 13.2% 17.3% 16.4% -3.4% 4.8%
9.7% 13.2% 34.4% 47.4% -8.6% 8.4%
27.3% 19.6% 90.0% 70.1% 0.5% 10.5%
36.6% 25.3% 119.8% 122.4% 20.2% 8.3%
18.6 13.5 18.1 33.3 15.2 11.8
1.7 1.5 2.2 4.3 2.4 1.1
10.2 15.1 14.6 13.4 16.3 10.8
3.6% 3.2% 1.9% 6.7% 3.1%
1.0% -0.2% 2.0% -2.3% 3.2%
2.0% 1.2% -4.1% 0.7% -3.7%
8.6% -0.4% -1.9% 9.2% -3.6%
7.7% -2.2% 8.1% 16.2% -2.7%
14.3 16.6 15.2 19.5 12.4
1.3 2.0 1.4 2.7 2.0
10.2 12.1 12.5 12.4 14.6
-2.7% -3.8% -2.7%
-6.5% -7.7% -8.3%
-3.5% -5.8% -4.2%
1.7% 1.9% 3.6%
5.5% 3.0% 8.0%
15.1 16.9 15.3
2.5 3.1 3.0
19.1 20.0 20.8
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM per 30 April 2015
2015 P/E 2015 P/BV
2015 ROE
Grafik 4.1 Data Industri untuk Penjualan Mobil
Grafik 4.2 Data Industri Perbankan
Angka penjualan mobil turun 12.1% YoY.
Likuiditas membaik, tetapi NPL meningkat.
(ribu) 130
NPL Gross
LDR Ratio (RHS)
(%) 30
(%) 2.5
120
20
2.3
92.0
110
10
2.1
90.0
100
0 1.9
88.0
Car Sales (LHS)
YoY Chg (RHS)
(%) 94.0
90
-10
80
-20
1.7
86.0
-30
1.5 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Dec-14
84.0
70 Apr-14
Jun-14
Aug-14
Oct-14
Dec-14
Feb-15
Investment Insight
Grafik 4.3 Indeks Penjualan Ritel Angka volume penjualan ritel relatif flat.
Grup Astra, yang biasanya mencatatkan pertumbuhan yang lebih stabil, juga terkena dampak dari perlambatan ekonomi. Data industri terakhir untuk penjualan mobil turun 12.1% YoY dan net profit ASII turun sekitar 15% YoY.
190
180
Sektor perbankan mulai menunjukkan tren peningkatan NPL dan NIM yang mulai tergerus. Hal ini dapat disebabkan oleh deposito yang tumbuh lebih cepat daripada pertumbuhan kredit.
170 160
Dari sektor konsumsi, net profit terlihat masih resilient tetapi bukan karena pertumbuhan volume yang tinggi, melainkan margin expansion karena efisiensi biaya. Efisiensi ini didapatkan dari turunnya harga minyak dunia, yang menyebabkan turunnya packaging cost (ca. 20-30% dari total COGS). Perlambatan ekonomi juga tetap berdampak pada sektor ini.
150 140 Mar-14
May-14
Jul-14
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Sep-14
Nov-14
Jan-15
Mar-15
Grafik 5.1 Pertumbuhan PDB Indonesia
Investment Insight
PDB Indonesia sebenarnya sudah melambat sejak 2010.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang dalam tren penurunan sejak 2010. Salah satu penyebab perlambatan ekonomi yang terjadi saat ini adalah pengetatan kebijakan moneter. BI rate sudah berada di atas level 7.50% dalam jangka waktu yang cukup lama, sejak 3Q13 (7.75% pada 3Q4Q14). Efek dari pengetatan tersebut baru mulai terefleksikan di laporan keuangan emiten dan mulai bedampak terhadap pasar saham.
7.0 (%) 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 Dec-10
Dec-11
Dec-12
Dec-13
Dec-14
Dari segi fundamental makro, untuk jangka menengah Indonesia sedang menuju ke arah perbaikan. Pemotongan subsidi BBM akan mengurangi fluktuasi inflasi ke depannya. Kebijakan moneter yang memperketat impor mendorong trade balance menjadi surplus dalam empat bulan terakhir dengan total sebesar $2.73 bn. Ini akan membantu penyempitan CAD. Untuk 1Q15, CAD diperkirakan dapat berada di bawah angka 1.8% terhadap PDB.
Grafik 5.2 Suku Bunga BI dan Inflasi
Grafik 5.3 Data Trade Balance Indonesia
Kebijakan moneter ketat di tengah inflasi yang cenderung menurun.
Trade balance membukukan angka surplus beberapa bulan terakhir.
CPI YoY
9.0
BI Rate
2,000
(%) 8.0
($ mio)
1,000
7.0
0
6.0 -1,000 5.0 -2,000
4.0 3.0 Jan-10
Oct-10
Jul-11
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Apr-12
Jan-13
Oct-13
Jul-14
-3,000 Jan-12
Jul-12
Jan-13
Jul-13
Jan-14
Jul-14
Jan-15
Investment Insight Persepsi bahwa eksekusi dari pemerintahan baru tidak cukup baik dan kekhawatiran bahwa pembangunan infrastruktur tidak berjalan, adalah anggapan yang tidak sepenuhnya benar. Kami melihat tahun 2015 ini tetap jauh lebih baik dari kondisi tahun 2014. 1. Data tahun 2009-2014 menunjukkan penyerapan anggaran belanja modal di 1Q memang selalu yang terkecil (<10% dari total target pembelanjaan). Penyerapan kemudian naik ke sekitar 20% masing-masing di 2Q & 3Q, dan yang tertinggi di 4Q (50%+). Lambatnya belanja modal ini menjadi salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan ekonomi di 1Q. Saat ini, sudah 90% dari kementerian menyelesaikan pengisian Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA), sehingga di awal Mei ini penyerapan anggaran seharusnya akan lebih baik. 2. Walaupun dengan asumsi pemotongan anggaran (akibat dari tidak tercapainya pendapatan pajak), kami memperkirakan belanja modal tetap dapat tumbuh 34% YoY, Rp182T) di 2015, 2x lipat lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan belanja modal selama 2007-2014. Dengan asumsi pendapatan pajak hanya tumbuh 8% (dibandingkan target Pemerintah +30% YoY), ada shortfall sekitar Rp254T. Namun, shortfall ini bisa dikurangi dari realisasi anggaran Pengeluaran Rutin yang tidak terserap (90% dari target) dan dari tambahan bond issuance.
Grafik 6.1 Seasonality pada Capital Expenditure
Tabel 6.2 Target Pendapatan Pajak dan Anggaran Belanja Modal
Expenditure di Q1 selalu yang paling rendah
Anggaran belanja modal tetap tumbuh 34%, sudah dengan asumsi pemotongan.
1Q
2Q
3Q
4Q
(dalam Rp triliun)
APBN 2015
Note
100% 80% 60% 40%
Pendapatan pajak aktual di 2014
1,143
Target pendapatan pajak 2015
1,489
Target pendapatan pajak 2015 (skenario 1)
1,234
Potensi tambahan defisit/potongan anggaran
(254)
(+) Anggaran Pengeluaran Rutin Pemerintah yang tidak terserap (biasanya hanya 90% dari target) (+) Tambahan bond issuance (budget deficit menjadi 2.5%, dari sebelumnya 1.9%)
20% 0% 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : CIMB, World Bank, Mandiri, PT. CPAM
2014
90
Asumsi awal, naik +30% YoY Asumsi hanya naik 8% YoY
Dari rata-rata tren 10 tahun (2005-14)
70
Jumlah anggaran Infra yang berpotensi dipotong
(94)
Total anggaran belanja modal (setelah pemotongan)
182
Masih tumbuh 35% YoY
Grafik 7.1 Imbal Hasil Seri Benchmarks
Grafik 7.2 Kepemilikan Asing terhadap SUN
Dampak untuk pasar obligasi tidak sebesar dalam pasar saham.
Kepemilikan asing pada obligasi pemerintah masih tetap tinggi.
FR 70
(%) 8.0
INDON 24
(%)
(Rp T) 530
7.5
510
7.0
490
6.5
470
6.0 Jan-15
450 Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
Daily change
Feb-15
Foreign Holding
Mar-15
(Rp T)
Apr-15
Sumber : Bloomberg, PT. CPAM
Investment Insight Di luar pasar saham, obligasi pemerintah juga terkena dampak yang serupa namun dalam skala yang lebih kecil. Yield FR 10Y +15 bps menjadi 7.67% sedangkan INDON 10Y +11 bps menjadi 3.83%. Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, Indonesia masih menjadi salah satu negara yang menawarkan imbal hasil cukup menarik, yaitu di atas 7% (India: 7.7%, Filipina: 4.0%, Thailand: 2.5%). Pergerakan dari pasar sekunder juga menunjukkan volume transaksi masih di bawah rata-rata volume transaksi harian dalam satu bulan terakhir. Untuk kepemilikan asing terhadap SUN, tidak banyak perubahan yang terjadi. Secara YTD, kepemilikan asing masih mencatat net inflow Rp48T. Kami tidak melihat sebuah perubahan struktural pada kondisi fundamental emiten di IHSG. Koreksi ini akibat dari ekspektasi tinggi Investor pada reformasi pemerintahan yang baru. Setelah melihat hasil LapKeu 1Q kemarin, investor harus merevisi ulang ekspektasi mereka. Hal ini juga dapat terlihat dari pasar obligasi yang lebih mengamati dari sisi fundamental secara makro. Minimnya dampak terhadap imbal hasil obligasi 10Y dan stabilnya kepemilikan asing terhadap SUN dapat menandakan para investor yang masih percaya terhadap potensi fundamental Indonesia secara makro.
Important Notice This presentation has been prepared by CIMB Group exclusively for the benefit and internal use of the recipient in order to indicate, on a preliminary basis, the feasibility of possible transactions. Terms contained in this presentation are intended for discussion purposes only and are subject to a definitive agreement. All information contained in this presentation belongs to CIMB Group and may not be copied, distributed or otherwise disseminated in whole or in part without the written consent of CIMB Group. This presentation has been prepared on the basis of information that is believed to be correct at the time the presentation was prepared, but that may not have been independently verified. CIMB Group makes no express or implied warranty as to the accuracy or completeness of any such information. Neither CIMB Group nor any of its their directors, employees or representatives are to have any liability (including liability to any person by reason of negligence or negligent misstatement) from any statement, opinion, information or matter (express or implied) arising out of, contained in or derived from or any omission from the presentation, except liability under statute that cannot be excluded.
Disclaimer INVESTASI MELALUI REKSA DANA MENGANDUNG RISIKO. CALON PEMODAL WAJIB MEMBACA DAN MEMAHAMI PROSPEKTUS SEBELUM MEMUTUSKAN UNTUK BERINVESTASI MELALUI REKSA DANA. KINERJA MASA LALU TIDAK MENCERMINKAN KINERJA MASA DATANG. PROYEKSI KINERJA YANG DISAJIKAN TIDAK DIJAMIN PASTI AKAN TERCAPAI. PT CIMB-PRINCIPAL ASSET MANAGEMENT TERDAFTAR DAN DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN. SETIAP PENAWARAN PRODUK DILAKUKAN OLEH PETUGAS YG TERDAFTAR DAN DIAWASI OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN.
PT. CIMB-Principal Asset Management Wisma GKBI, Suite 2201A Jl. Jend. Sudirman Kav. 28 Jakarta 10210, Indonesia Telephone (62 21) 5790 1581 Facsimile (62 21) 5790 1582 8