Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
STUDI TENTANG FI’IL AMAR Oleh: Ali Asrun Lubis1 Abstract Fi’il Amar is a command verb, command from who has highest position to the lowest position. There are many kinds command verbs in Arabic. It means that it is not only one word that used to do command or order. Types amar are do’a, iltimas, irsyad, tahdid, ta’jiz, takwin, ta’dis and ta’ajjub. And the meaning amar is not only in command and order, but the aim for request, ask, permit choose, instruction, to weaken, intimidation, hope, future and so on. But the original meaning is obligated and ordered. Keyword : Fi’il Amar- Do’a – Iltimas- Lil Wujub
1
Ali Asrun adalah Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
29
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
Pendahuluan Dalam mempelajari bahasa asing termasuk bahasa Arab, “diperlukan pembelajaran terhadap tiga macam segi bahasa, yaitu: 1.
Grammar (tata bahasa)
2.
Conversation (percakapan)
3.
Dictionary (kamus)”.2 Tata bahasa berguna untuk mengetahui bagaimana cara menyusun kata
menjadi sebuah kalimat. Percakapan bertujuan untuk memahirkan berbicara dalam bahasa asing tersebut, sedang kamus berguna untuk mengenali arti setiap kata, sehingga pemiliknya dapat menguasai kata asing itu dengan banyak. Menurut Syaid Ahmad hasyimi, fi‟il amar itu memiliki 18 macam makna, yaitu: “do‟a, iltimas, irsyad, tahdid, ta‟jiz, takwin, takhyir, ta‟dib, dan ta‟ajjub”. 3 Dan masih banyak lagi makna yang lain, yang semuanya digolongkan dengan fi‟il amar. Dalam penulisan ini penulis akan berusaha membicarakan tentang amar yang meliputi pengertian, jenis-jenis amar, serta makna-makna amar. Pengertian Amar Kata amar berasal dari bahasa Arab, dari kata menyuruh atau memerintah. Dalam tata bahasa Arab
اِـغا أِـغا
yang artinya adalah bentuk
masdar. Dalam al-Qur‟an juga kata-kata perintah itu sering didapati. Seperti pada ayat pertama surat al-Maidah yang memerintahkan orang-orang yang beriman agar menepati janji.
2 3
Joeseb Souyib, Tata Bahasa Arab, (Medan: tt.), hlm. 16. Syaid Ahmad Hasyimi Bek, Jauharul Balaghah, (Mesir: Mathba‟atul I‟timad, 1940), hlm. 82-83.
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
30
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
)١ : (اٌـّـبئـضح ... Artinya: Hai orang-orang yang beriman tepatilah janji! Demikian juga dalam surat an Nisa ayat: 1, Allah SWT berfirman: )١: (أٌـٕـــبء … Artinya:
Wahai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu
yang telah menjadikan kamu dari tubuh yang satu. (Q.S: 4: 1) Amar adalah menuntut terjadinya perbuatan yang berasal dari atas ke bawah. Amar yang demikian disebut amar hakiki. Apabila amar itu tidak berasal dari atas ke bawah dan tidak mempergunakan kata perintah melalui fi‟il amar, maka dinamakan dengan amar majazi. Dari segi posisinya, kata perintah itu terbagi kepada tiga bagian, yaitu: 1.
Pihak yang memerintah lebih tinggi kedudukannya dari pihak yang diperintah.
2.
Pihak yang memerintah sama kedudukannya dari pihak yang diperintah.
3.
Pihak yang memerintah lebih rendah kedudukannya dari pihak yang diperintah:4 Jenis-Jenis Amar Sebenarnya fi‟il amar adalah salah satu bentuk dari amar yang paling
sering dipergunakan dalam memerintah, namun bukan setiap amar itu terdiri dari fi‟il amar. Menurut Hifni Bek Dayyab dkk, ada empat jenis/ bentuk amar, yaitu: 1.
4
Fi‟il amar, contoh:
Ibid., hlm. 81.
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
31
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
حٛسـظ اٌـىـزـبة ثـمــ Ambilah kitab itu dengan kuat! 2.
Dengan fi‟il mudharik yang disertai dengan lam amar, contoh:
ٗ ؿـؼـخ ِـٓ ؿـؼـزـٚـٕـفـك ط١فـٍـ Hendaklah orang yang mampu menafkahkan sebahagian hartanya. 3.
Dengan isim fi‟il amar, contoh:
اٌـفـالحٝ ػـٍـٟدـ Ayo, capailah kebahagian! 4.
Dengan masdar yang menggunakan bentuk fi‟il amar, contoh:
ـغ١ـً اٌـشـ١ ؿـجـٝـب ف١ؿـؼـ Usahakan
kebaikan! 5
1. Fi’il Amar Fi‟il amar merupakan salah satu jenis amar yang paling sering dipergunakan, karena ia merupakan kata perintah yang asli dalam tata bahasa Arab. Sekh Musthafa Gulayaini menyebutkan pengertian amar sebagai berikut:
ـغالَ االِغ١ع اٌـفـؼـً ِـٓ اٌـفـبػـً اٌـّـشـب غـت ثـغـٛلـٚ غـٍـتٍِٝـب ص ي ػـ Artinya:
“Kalimat
yang
menunjukkan
tuntutan
terjadinya
perbuatan dari subjek (orang pertama) kepada mukhatab (orang kedua) tanpa memakai lam amar”6 Selanjutnya fi‟il amar memiliki beberapa ciri khas yang dapat membedakannya dari fi‟il yang lain, yaitu: a.
Fi‟il amar selamanya mabni dan dibina dengan sukun selama itdak bersambung dengan nun niswah atau berhubung dengan nun taukid, baik nun taukid tsaqilah, atau khofifah, contoh:
ا فـزـخ وـزـب ثـه 5 6
Hifni Bek Dayyab, dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, (Jakarta: Darul Ulum Press, 1991), hlm. 33. Sekh Musthafa al Gulayaini, Jami’ud Durus al Arabiyah, (Mesir: Maktabah Isriyah, 1991), hlm. 33
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
32
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
b.
2014
Fi‟il amar dapat menerima ya muannats mukhatab, contoh:
وـزـب ثــهٝافـزـذـ c.
Fi‟il amar dapat dibentuk dari mudharik mukhatab. Oleh karena itu dalam pembentukan fi‟il amar terlebih dahulu harus diketahui fi‟il mudhari‟nya. Adapun pembentukan fi‟il amar yang berasal dari fi‟il tsulatsi mujarrad,
pertama sekali harus dibuang huruf mudhara‟ahnya ( د- ٜ – ْ - )ا. Kemudian diawalnya ditambah dengan hamzah washal. Huruf kedua setelah hamzah washal tersebut dibarisi dengan sukun/ mati. Apabila tidak bersambung dengan salah satu nun taukid atau nun niswah, maka baris terakhirnya juga disukunkan. Contoh:
. سـظ- الـغاء- ئجـٍـؾ- اعفـغ- افـزـخ- ٍُاػـ Apabila fi‟il amar itu menunjukkan mutsanna atau jamak, maka nun yang terdapat pada kata tersebut dibuang. Sedangkan kalau menunjukkan mufrad muanats diakhirnya ditambah dengan ya muannats mukhatab. Kalau tunjukannya kepada jamak muannats ditambah dengan nun niswah. Contoh:
ُا وـزـب ثـىـٛافـزـذـ ٓافـزـذـٓ وـزــب ثـىـ
-
افـزـذـب وـزـب ثـىـّـب وـزـب ثـهٝافـزـذـ
Imam Mula Abdullah menjelaskan dalam buku Matan Bina Wal Asas: Adapun fi‟il amar yang berasal dari mazid berasal dari fi‟il mudharik yang dijazamkan, apabila setelah huruf mudhara‟ahnya berbaris, maka huruf mudhara‟ahnya dibuang dan baris akhirnya disukunkan, maka jadilah amar dari:
صسـغج- صسـغج Dan apabila setelah huruf mudhara‟ahnya berbaris mati, maka huruf mudhara‟ahnya dibuang dan ditambah di awalnya hamzah washal yang dikasrahkan.
Kecuali „ain
fi‟il
mudhari‟nya berbaris dammah, maka
hamzahnya juga didammahkan. Contoh:
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
33
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
ْ أـظـغ- أـظـغا- ٜ أـظـغ- اٚ أـظغ- أـظغا- أـظـغ Demikian juga:
ْ أٔـصـغ- أٔـصـغا- ٜ أٔـصغ-اٚ أٔـصـغ- أٔـصـغا- أٔـصغ Dan pada kalimat َ اوـغdifatahkan karena bina asalnya. Karena asal dari َ رـىـغadalah َرـإوـغ Dan apabila berkumpul dua huruf ta pada awal fi‟il mudhari‟ seperti:
ً ِـزـفـؼـmaka boleh mentsabitkannya atau membuangnya.7 Contoh:
رـجـٕـت
رـزـجـٕـتApabila fi‟il amar itu berasal dari fi‟il yang mu‟tal fa, maka huruf illatnya dibuang. Contoh:
لـغ- لـغٚ
Demikian juga pada mu‟tal „ain, namun pada waktu kalimat itu menunjukkan mutsanna atau jamak, huruf illatnya ditampilkan kembali. Contoh: لـؼـا
اٛلـؼـ.
Pada waktu mu‟tal lam, ditambah di awalnya hamzah
washal dan membuatng huruf illatnya waktu mufrad, contoh:
َ ئ ع- ٝعِـ
Kalau huruf illat yang terdapat pada fi‟il itu dua, maka huruf illatnya dibuang dua-duanya dan penambahan hamzah washal tidak ada, contoh:
ٝلـٚ
ٗ لـ/ قApabila pada fi‟il madinya diawali dengan hamzah (mahmuz), maka fi‟il amarnya sama dengan fi‟il shahih, akan tetapi hamzah yang kedua ditukar dengan huruf waw, contoh: 2.
ً أؤ وـ- ًأ وـ
Fi’il Mudharik yang Disertai Lam Amar Rasyid Sanusi mengatakan fi‟il mudharik itu adalah: “Kata yang
menunjukkan keadan atau terjadinya perbuatan/ peristiwa masa sekarang dan masa yang akan datang”8. Contoh: 7
Imam Mula Abdullah, Matan Bina Wal Asas, (Semarang: Makmur Graha, tt.), hlm. 17-19.
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
34
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
اٌـّـض عؿـخٝؿـأ ط ٘ـت اٌـ Fi‟il mudharik berbeda dengan fi‟il madi atau fi‟il amar. Fi‟il madi atau amar bersifat mabni. Sedangkan fi‟il mudharik adalah bersifat mu‟rab (baris akhirnya berubah sesuai dengan amil yang memasukinya). Namun pada dasarnya semua fi‟il mudharik itu adalah marfu‟. Semua fi‟il mudharik memiliki salah satu dari huruf mudhara‟ah (
ـذ١) أٔـ.
Menurut Ahmad Nawawi, ciri-ciri fi‟il mudharik itu adalah sebagai berikut: a.
Dapat dimasuki huruf sin ( ) ؽcontoh:
ـذ١ اٌـٝؿـب ع جـغ اٌـ b.
Dapat dimasuki saufa ( ), contoh:
ـخ٠ اٌـمـغٝف اع جـغ اٌـٛؿـ c.
Dapat dimasuki salah satu huruf nasab, contoh:
ًٌـٓ اصسً اٌـفـصـ d.
Dapat dimasuki salah satu huruf jazam, contoh:
)٤ -٣ :ا أدـض (االسـالصٛـىـٓ ٌـٗ وـفـ٠ ٌُـٚ ٌـضٛـ٠ ُ ٌـٚ ـٍـض٠ ٌُـ Apabila fi‟il mudharik itu dimasuki salah satu huruf jazam, yaitu lam amar, maka maknanya akan berubah kepada makna thalab atau makna tuntutan dan ia termasuk dari salah satu kata perintah, contoh:
ُ ؿـىـٚا ص عٚـٕـظـغ١فـٍـ Kemudian lam amar tersebut dapat memasuki fi‟il mudharik majhul (pasif) dan juga fi‟il mudharik ma‟lum (aktif), contoh:
ٓـ٠ـغ١ـجـٓ اٌـجـ٠ ـصـٍخ١فـٍـ Apabila lam amar memasuki fi‟il mudharik shahihil akhir, dan menunjukkan mufrad, maka baris akhirnya disukunkan, contoh:
ٗـزـ١ ثـٝـفـزـخ اٌـطب ٌـت وـزـب ثـٗ ف١فـٍـ Dan pada kalimat yang menunjukkan mutsanna atau jamak, maka tanda jazanamnya adalah dengan membuang huruf nun, contoh:
ُؿـىـٚ ا صعٛـذـفـظ١ـّـب – فـٍـٙ ؿـٚـذـفظ ص ع١فـٍـ 8
Rasyid Sanusi, Madi’ul Arabiyah, (Beirut: tt.), hlm. 6.
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
35
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
Pada kalimat fi‟il mudharik mu‟tal akhir, maka huruf „illatnya dibuang, contoh:
إٌـب ؽٝـشــشـ١اٌـٚ 3.
Isim Fi’il Amar Jenis yang ketiga dalam kata perintah dalam tata bahasa Arab adalah isim
fi’il amar. “Isim fi‟il adalah kata yang menunjukkan arti fi‟il tetapi tidak menerima ciri-ciri fi‟il”.9 Isim fi‟il itu ada yang murtajalah dan ada yang mangulah. Isim fi‟il yang murtajalah adalah isim fi‟il yang tetap bentuknya sejak dari asalnya dan tidak menerima perubahan, seperti:
ٝ دـ- ٓـ١أِـ
Sedangkan isim fi‟il yang mangulah adalah isim fi‟il yang pada mulanya bukan merupakan isim fi‟il, kemudian beralih menjadi isim fi‟il amar. Peralihan itu terkadang melalui jar wal majrur, seperti: atau dari zharaf, contoh:
ُ ٔـه اٌـض ع٘ـٚص
ُـىـُ أ ٔـفـــىــ١ػـٍـ
, dan yang melalui masdar, contoh:
ـض أسـب ن٠ٚع Semua isim fi‟il amar itu mabni, baik waktu mufrad, mutsanna atau jamak, kecuali ada kaf mukhatabah, seperti:
ٓـىـ١ ػـٍـ- ُـىـ١ ػـٍـ- ـىـّـب١ ػـٍـ- ـه١ ػـٍـ- ـه١ػـٍـ Maka kaf itu berubah menurut keadaan dan tunjukan maknanya, seperti:
ـىـُ اٌـصـالح١ ػـٍـ- ـه اٌـصـالح١ػـٍـ 4.
Masdar Menggantikan Bentuk Fi’il Amar “Masdar adalah isim yang menunjukkan pada peristiwa, tetapi tidak
disertai penunjukan waktu”10. Contoh:
9
ـغٌـه١ـب ِـه سـ١صـ
Hifni Bek Dayyab, Op. Cit., hlm. 25. Ibid., hlm. 123.
10
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
36
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
Secara garis besarnya, masdar itu terbagi kepada dua bagian, yaitu masdar mimi dan masdar ghairu mimi. “masdar mimi adalah masdar yang dibentuk dari fi‟il yang dimulai dengan huruf mim tambahan” 11. Dan fi‟il tsulatsi masdar miminya berwazan
ً ِـغـؼـpada
dengan fatah‟ainnya seperti:
ِـٕـظـغselama fi‟il itu bukan fi‟il mitsal yang shahih lamnya serta tidak dibuang fa nya pada fi‟il mudhariknya maka dikasrahkan „ainnya seperti:
ػــضٛ ِـ. Dan
fi‟il yang bukan tsulatsi, masdar miminya pada isim maf‟ulnya seperti:
ئ وـغاِـب/ َاوـغَ ِـصـض عٖ ِـىـغ Adapun masdar ghairu mimi adalah masdar yang memiliki wazan-wazan tertentu dan tidak menambah mim di awal katanya. Pembentukan masdar memiliki wazan yang banya, dan pada umumnya yang biasa ditemukan adalah sebagai berikut: a.
Fi‟il yang artinya menunjukkan pencaharian, masdarnya pada wazan
يـخ
seperti:
Pertanian Perdagangan b.
فؼـب
ػعاػـخ : رـجـب عح : ـب وـخ١دـ :
Pertenunan Fi‟il yang artinya menunjukkan keengganan (penolakan), masdarnya berwazan pada : فـؼـب يseperti:
c.
Menolak
:
Menentang
:
ئ ثـب ء ؿـغا ص جـّـب ح
Liar/ memberontak : Fi‟il yang artinya menunjukkan goncang adalah berwazan pada ْفـؼـال, seperti:
11
Mendidih
:
ْ ـب١غـٍـ
Berkeliling
:
ْالٛدـ
Ibid., hlm. 122.
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
37
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
d.
e.
2014
Fi‟il yang artinya penyakit, maka masdarnya berwazan pada فـؼـب يseperti: Sakit kepala
:
Pilek
:
Pusing
:
صـضاع ػوـبء صػـبع
Fi‟il yang menunjukkan arti berjalan, masdarnya berwazan pada
ًـ١فـؼـ,
contoh: Berangkat
:
ًـ١عدـ
Berjalan laju
:
ًـ١ط ِـ
Jalna keras membekas : f.
ُـ١ع ؿـ
Fi‟il yang artinya menunjukkan arti suara, masdarnya berwazan / ,ًـ١فـؼـ
فـؼـب ي, contoh:
g.
Berteriak
:
Mengaum
:
ؿـغاح ـغ٠ ػ
Fi‟il yang menunjukkan arti warna, berwazan pada فـؼـٍـخ, contoh: Merah
:
Biru
:
دـّـغح ػ ع لـخ دـعـغح
Hijau : Kalau fi‟il tidak menunjukkan arti tersebut tadi, maka pada umumnya: a.
Fi‟il berwazan pada ًفـؼـ, masdarnya berwazan pada Mudah
:
Mulia, terkenal b.
c.
ٌـخٛفـؼـ
atau seperti:
ٌـخٛـٙؿـ : وـغاِـخ
Fi‟il yang berwazan pada ً( فـؼـfi‟il lazim), masdarnya ً فـؼـseperti: Gembira
:
Haus
:
Senang, lega
:
سـض ع ػـطـش ِـٍـز
Fi‟il yang berwazan pada ً( فـؼـlazim), masdarnya berwazan
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
يٛفـؼـseperti:
38
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
d.
Duduk
:
Keluar
:
Bangkit
:
2014
صٛفـؼـ جٚرـغ ضٛـٙٔـ
Fi‟il muta‟addi yang berwazan
ًفـؼـ
dan
ًفـؼـ
masdarnya berwazan
seperti: Paham
:
ُـٙفـ ٔـصـغ
Menolong : Adapun fi‟il ruba‟i : a.
Jika berwazan pada ً افــؼـmaka masdarnya berwazan ي
Memuliakan : b.
c.
َاوـغا
Jika fi‟ilnya berwazan maka masdarnya berwazan dan
افـؼـبseperti:
ًـ١رـفـؼـ, seperti: َلـض
ُـ٠رـفـض
Jika fi‟il itu berwazan ًفـؼـٍـ, maka masdarnya berwazan
فـؼـٍـٍـخ
seperti:
صسـغجـخ Dan pada fi‟il dengan wazan tersebut ada juga masdarnya berwazan pada ي
فـؼـالjika ada pengsandaan huruf, seperti: ؽٛؿـٚ, masdarnya اؿـخٛؿٚ
اؽٛؿـٚ - . Adapun fi‟il khumasi dan tsulatsi, maka masdar dari keduanya menuntut wazan madinya dengan mengkasrahkan huruf ketiga dan menambahkan alif sebelum akhir, jika fi‟il itu dimulai dengan hamzah washal seperti:
أـطـٍـك اؿـزـشـغج
أــطـالق Masdarnya: اؿـزـشـغاج Masdarnya:
Dan dengan mendammahkan huruf sebelum akhir saja jika dimulai dengan ta ( ) دzaidah, seperti: َ رـمــض
َ رـمـض رـض سـغج
َ رـمـض رـض سـغج
Masdarnya: Masdarnya:
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
39
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
Jika fi‟il itu akhirnya alif, maka alif itu dibuang pada kata:
2014
افـؼـب ي
dan
اؿـزـفـؼـب يdiganti dengan dengan ta di akhir, seperti: َ ئلـب َ ا ؿـزـمـب
dari
Masdarnya: Masdarnya:
ئلــب ِـخ اؿـزــمـب ِــخ
Dan jika lamnya terdiri dari alif, maka fi‟il
ًفـؼـ
ًـ١رـفــؼـ
masdarnya
pada fi‟il
dan diganti oleh ta juga, seperti:
ًرـفـؼـٍـ
dan
ًرـفـب ػـ,
ٟطوـ,
dibuang (
ٟرـظوـ
ٞ
)
dan
alifnya dirubah menjadi ٞ dan dikasrahkan
huruf sebelum akhirnya, seperti:
ٝرـب سـ ٝرـغــب ظ
Masdarnya: Masdarnya:
ــب١رـــأ سـ ــب١رـغــب ظــ
Dan pada fi‟il selain itu diubah menjadi hamzah, jika didahului oleh alif seperti:
ٝأٌـمـ ٝاٌـٚ ٜٛأـطـ ٜالــزــض ٜٛا عػـ ٌٝٛاؿــزـ ٌٝـٛادــٍـ
Masdarnya: اٌـمــا Masdarnya: Masdarnya: Masdarnya: Masdarnya: Masdarnya: Masdarnya:
الءٚ اءٛأـطــ الـزــضاء اءٛاعػــ ـالء١اؿـزــ ـالء١ادـٍـ
Masdar yang menggantikan bentuk fi‟il amar biasanya diambil dari masdar ghairu mimi. Apabila masdar tersebut memiliki posisi sebagai pengganti fi‟il amar, maka baris akhirnya selalu difatahkan, kemudian sebelumnya atau sesudahnya ada jarmajrur, contoh:
ـٓ ئدـــب٠ا ٌـضٛثـب ٌـٚ ـغ١ـً اٌـشـ١ ؿـجـٝـب ف١ؿــؼـ
Berbaktilah kepada kedua orangtua Usahakanlah kebaikan
... ٔـا
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
40
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
Makna-Makna Amar Adapun makna-makna amar itu adalah sebagai berikut: 1.
Do‟a/ permohonan Yaitu menuntut dengan jalan merendah, berasal dari pihak yang lebih
rendah kepada pihak yang lebih tinggi, Contoh:
ـب اال ثـبٙـ٠ؽ اٛ ا ػـطـٕـب اٌـفـٍـ,ُـٙـ١ال ص الء ثـٚ لـب ي األ Fi‟il amar di atas adalah do‟a dan permohonan dari hamba kepada Allah dengan jalan merendah, karena tidak masuk akal kalau seorang hamba menyuruh atau memerintah Tuhannya. 2.
Iltimas (perminaan, permohonan, hal minta dating, minta belas kasih), contoh:
ـب االرٙــ٠ اٌــمـٍـُ أٝا ػــطـٕـ 3.
Taswiyah (persamaan) Yaitu amar yang menunjukkan arti pilihan yang meragukan diantara dua
hal, kedua hal tersebut biasanya selalu kontradiks, contoh:
ٝال رـٕــظغ ٔــٚ اٝأـظـغٔـ 4.
Ibahah (membolehkan) Yaitu lafaz amar yang menunjukkan bolehnya sesuatu dikerjakan, contoh:
ٓص ِـٛـػ اال ؿـ١ـط ِـٓ اٌـشـ١ـػ اال ثـ١ـٓ ٌـىـُ اٌـشـ١ـزـجـ٠ ٝا دـزـٛ اشـغثـٚاٛ وـٍـ .اٌـفـجـغ Amar di atas menunjukkan bolehnya makan dan minum pada malam bulan Ramadhan sampai terbit pajar. 5.
Takhyir (pilihan) Amar yang menunjukkan arti pilihan dua atau lebih, dan perbedaannya
dengan ibadah, kalau ibadah boleh mengerjakan kedua-duanya, sedangkan takhyir tidak boleh, contoh:
ـبٙ أسـزـٚج فـب غـّـخ أٚرـؼ 6.
Irsyad/ petunjuk, contoh:
فـب وــزـت عؿـٍـخٝع اال رـٛ اال ؿـجـٝ فٌٟ اٝئْ ٌـُ رــجـئـ
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
41
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
Lafaz amar di ats berfungsi untuk memberi petunjuk 7.
Ta‟jiz (melemahkan), contoh;
.... ٗعح ِـٓ ِـثـٍـٛا ثـصـٛ ػـجـض ٔـب فـأ رٍٝـت ِـّـب ٔؼ ٌـٕـب ػـ١ عـٝاْ وـٕـزُ فـٚ Keadaan lafaz amar di atas menyatakan ponis tentang lemahnya kesanggupan orang-orang kafir untuk mencontoh dan meniru al-Qur‟an. 8.
Tahdid (ancaman), contoh:
ئ فـؼـً ِـب شـئـذ,فـب ء ْ ٌـُ رـصـجـغ 9.
Ihanah watakhoir (penghinaan), contoh:
ٓــ١ا لـغاصح سـب شـؼـٛ ٔـٛوـ 10.
Tammani (cita-cita), contoh:
ـبٙـ١ اٌـٝ ثـٍـغ ؿـال ِـ,ـبح٠ة اٌـغٛـب دـجـ٠ 11.
Imtinan (ucapan selamat), contoh:
ا ِـٓ فـعـً هللاٛاشـغ ثـٚ اٛوـٍـ 12.
Ikram (memuliakan), contoh:
ٓـ١ا ثـــالَ آِـٕـٛاص سـٍـ 13.
Addawam (selamanya), contoh:
ُــ١ا٘ـض ٔـب اٌـصـغاغ اٌـّـــزــمــ 14.
I‟tibar (pengibaratan), contoh:
ثـّـغح اطا أثـّــغٝأـظـغ اٌـ 15.
Makna mengizinkan, contoh:
ًرـفـعـً أصسـ 16.
Takwin (mengadakan), contoh:
17.
Ta‟dib (adab), contoh:
ْٛـىـ١وـٓ فـ ـه١ـٍـ٠ ػـً ِـّـب 18.
Ta‟ajjub (heran), contoh:
ـف اثــّـغ رـّــغ١أـظـغ وـ 19.
Lilwujub (mewajibkan), contoh:
20.
Linnadab (mengajurkan/ sunat), contoh:
ا اٌـؼوـبحٛأرـٚ ا اٌـصـالحٛـّـ١الــ ْرـىـُ ثـمـغئح اٌـمـغاٛـ١ا ثـٛـٕـ٠ػ Pada kalimat isim fi‟il terdapat beberapa kata yang memiliki makna tersendiri, seperti:
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
42
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 01 Januari
2014
اؿــزـجـذـتٕٝـٓ ثـّـؼـ١ اِـ- صـٗ ثـّـؼـٓ اؿـىـذ Kesimpulan Amar adalah kata perintah yang menuntut terjadinya perbuatan. Dalam bahasa Arab, amar memiliki empat macam bentuk atau jenis, yaitu: dengan menggunakan sighat amar, dengan fi‟il mudhorik yang disertai lamul amar, dengan ighat isim masdar yang menggantikan bentuk amar, serta dengan menggunakan sighat fi‟il amar. Pada dasarnya semua perintah itu menuntut untuk dilaksanakan. Namun dalam kenyataannya tidak semua amar itu mempunyai makna tuntutan. Secara umum amar itu punya makna sebagai berikut: untuk do‟a, iltimas, dawam, irsyad, tahdid, ta‟jiz, ibahah, taswiyah, ikrom, imtinan, tamanni, i‟tibar, izin, takwin, takhyir, ta‟dib, ta‟ajjub, linnadab, sedangkan makna asalnya adalah lilwujud, harus atau wajib.
Referensi Hifni Bek Dayyab, dkk, Kaidah Tata Bahasa Arab, Jakarta: Darul Ulum Press, 1991. Imam Mula Abdullah, Matan Bina Wal Asas, Semarang: Makmur Graha, tt. Joeseb Souyib, Tata Bahasa Arab, Medan: tt. Rasyid Sanusi, Madi’ul Arabiyah, Beirut: tt.. Sekh Musthafa al Gulayaini, Jami’ud Durus al Arabiyah, Mesir: Maktabah Isriyah, 1991 Syaid Ahmad Hasyimi Bek, Jauharul Balaghah, Mesir: Mathba‟atul I‟timad, 1940. Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur‟an, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Tim Departemen Agama RI, Gema Risalah Press, 1992.
Studi tentang Fi’il ............... Ali Asrun Lubis
43