PENGEMBANGAN KOSA KATA BAHASA ARAB (Studi Pengembangan Kosa Kata Bahasa Arab dengan Proses aI-Sytiqoq) Oleh: Ali Musa Lubis
Abstraks Bahasa Arab dikenal dengan bahasa yang memiliki keunggulan di-bandingkan dengan bahasa-bahasa lain yang ada di dunia ini. Keunggulan bahasa ini salah satunya dari segi kekayaan kosa kata yang dimilikinya. Salah satu faktor yang menyebabkan kosa kata bahasa Arab kaya adalah pengembangan kosa kata yang sangat luwes. Proses pengembangan kosa bahasa Arab dalam ilmu bahasa Arab disebut dengan al-isytiqoq. Tulisan ini akan memaparkan hakikat dan proses perkembangan bahasa Arab dengan al-isytiqoq Kata Kunci : Pengembangan, kosa kata, al-isytiqoq
A. Pendahuluan Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sebagai makhluk social bahasa menjadi kebutuhan mutlak yang digunakan untuk berintraksi dengan orang lain. Bahasa digunakan untuk mengungkapkan isi hati seseorang kepada orang lain. Tanpa bahasa, hubungan antara sesame manusia tidak akan berjalan lancar. Dalam suatu ungkapan
disebutkan“ Bahasa menunjukkan bangsa”. Ini
menunjukkan bahwa bahasa adalah cerminan dan potret dari kebudayaan suatu bangsa. Bahasa yang digunakan suatu bangsa mencermikan
peradaban, bentuk
sosial, masyarakat, kekayaan, kepandaian dan lain sebagainya bangsa tersebut. Bahasa Arab mempunyai karakteristik yang membedakannya dengan bahasa yang lain. Salah satu kekhususan bahasa Arab itu terletak pada pembentukan kosa kata yang dimilikinya. Pembentukan kosa kata dalam bahasa Arab sangat jelas dan elastis. Elastisitas pembentukan kosa kata ini
dinilai sebagai keunggulan dan
keistimewaan yang dimilikinya. Pembentukan kosa kata Arab yang jelas dan elastis tersebut membuat bahasa Arab sangat kaya dalam perbendaharaan kosa kata. Menurut Matsna, Kekayaan kosa kata Arab ini menjadi salah satu alasan logis Alquran diturunkan dalam bahasa Arab.
Dengan kekayaan perbendahaaraan kosa katanya, Alquran mampu merekam wahyu yang mencakup perbendaharaan kata iman, hukum, kemasyarakatan, sejarah, dll.1 Elastisitas pembentukan kata dalam bahasa
Arab juga berdampak pada
kemampuan bahasa ini bisa mempertahankan fungsinya sebagai bahasa komunikasi, baik komunikasi antara manusia dengan Sang Khalik, maupun komunikasi antar sesama manusia. Selain itu, bahasa Arab juga berfungsi sebagai sarana dalam penyampaian tujuan agama, pencatatan berbagai ilmu pengetahuan, sarana ekspresi karya sastra, dll. Al-isytiqaq merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan kosa kata bahasa Arab. Hal ini
sebagaimana disampaikan Rajab Abdul Jawwad Ibrahim,
“ " االشتيماق أُن ّسيلة لتْليد االلفاظ. Isytiqoq merupakan factor yang paling penting yang paling dalam pembentukan kata dalam bahasa Arab. Proses al-Isytiqoq akan menjadikan kosa kata bahasa Arab akan berkembang meluas dan bertambah, sehingga terbentuk kosa kata baru yang belum ada sebelumnya.
B. Pengertian al-Isytiqoq Istilah al-isytiqoq adalah istilah bahasa Arab yang merupakan bentuk mashdar dari kata isytaqqo, yasytaqqu. Secara etimologi, isytiqoq berarti mengambil satu bagian dari sesuatu yang lain.
2
اخر شك الشيئ
Secara terminologi ditemukan
sejumlah definisi dari para ahli, antara lain adalah : 1. Emil Badi‟ Ya‟qub, : Mengambil satu kata dari kata yang lain dengan proses perubahan lafal, namun tetap memiliki hubungan makna”.
3
2. Amin Ali Sayyid mengartikan al-isytiqoq sebagai pengambilan suatu kata dari kata lain karena adanya persamaan makna, meskipun terjadi perubahan pada lafalnya.4 1
Moh. Matsna HS, Kajian Arab Klasik dan Kontemporer, ( Jakarta : Prenadamedia, 2016), hlm.
181 2
Emil Badi‟ Ya‟qub, Fiqh al-Lugah al-Arabiyah wa Khashaishuha, (Beirut : Dar ats-Tsaqofah alIslamiyah, tth.), hlm.186 3 Ibid , hlm.186-187 4 Defenisi di atas mengakomodir pengertian yang al-isytiqoq menurut ulama Nahu (an-Nuhah), ulama Sharf (ash-Sharfiyun), dan ulama bahasa (ulama’ al-lughah). Ulama Nahu membatasi al-isytiqoq dengan kata yang berbentuk kata benda dan kata sifat yang terdiri dari isim fa’il, isim maf’ul, ash-shifah almusyabbahah dan af’al at-tafdhil. Sementara itu, menurut ulama Sharf, ruang lingkup al-isytiqoq menurut mereka lebih luas dari pada pendapat ulama nahu. Menurut mereka, istiqoq itu selain dari aspek-aspek yang dikemukakan oleh ulama nahu tersebut, mereka menambahkan dengan isim zaman, isim makan, dan
3. Muhammad As‟ad an-Nadiri, hakikat al-isytiqoq adalah proses melahirkan suatu kata dari kata yang lain yang berasal dari satu kata tertentu5. Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa al-isytiqoq sebuah proses pembentukan kata yang dapat melahirkan beberapa kata yang baru (mufrodah al-jadidah). Meskipun proses al-isytiqoq menghasilkan kata yang baru, akan tetapi antara beberapa kata yang dihasilkan melalui proses pembentukan tersebut tetap memiliki makna yang mirip dengan makna kata dasarnya. Misalnya kata berarti kepergian, bisa melahirkan kata sedang atau akan pergi,
ذُاberarti telah pergi,
ُيار
ذُااyang
yang berarti
ُ ذاyang berarti orang yang pergi, dll.
Dari beberapa pengertian al-isytiqoq di atas, maka sebagaian penulis merumuskan beberapa persyaratan al-isytiqoq, yaitu sebagai berikut : a. Kata yang lahir dari proses al-isytiqoq harus memiliki kata asal b. Ada persamaan huruf-huruf asalnya dengan huruf-huruf pada kata asalnya c. Mempunyai hubungan (al-munasabah) pada makna katanya6
C. Beberapa Pandangan Ulama Mengenai al-Isytiqoq Keberadaan al- isytiqoq –seperti pengertian di atas- menjadi perdebatan di kalangan para linguist Arab. Sebagian ada yang mengakui keberadaan al-Isytiqoq dan sebagian yang lain tidak mengakuinya. Perbedaan ini berawal dari pandangan mereka tentang kata keberadaan kata dalam bahasa Arab. Sebagian ahli bahasa berpendapat bahwa sebagian kata ada yang musytaq dan ada yang goiru musytaq (jamid). Kelompok ahli bahasa modern melihat bahwa semua kata adalah musytaq dan menurut kelompok yang lain melihat bahwa semua kata dalam bahasa Arab adalah kata dasar tidak ada isim musytaq.7 Sehubungan dengan itu, Emil Badi‟ Ya‟qub, mengklassifikasikan sikap para ahli bahasa tentang keberadaan al-isytiqoq kepada tiga kelompok . Kelompok pertama isim alah, fi’il madhi, mudhari’ dan amar. Ahli bahasa memberikan ruang lingkup yang lebih luas tentang al-isytiqoq bila dibandingkan dengan kedua pendapat di atas. Menurut linguist, isytiqoq mencakup segala kata yang menjadi turunan dari kata yang lain, meskipun berbeda urutan hurufnya dengan kata asalnyaseperti halama, malaha, lahama,
Amin Ali Sayyid, Fi ‘llmi Ash-Sarf, (Mesir : Dar al-Ma‟rifah,
1976), hlm. 18-19 5
Muhammad As‟ad an-Nadiri, Fiqh al-Lugah Manahi wa Masailuh, (Beirut : al-Maktabah al„Ashriyah, 2009), hlm.257 6 Muhamammd As-„ad an-Nadiri, 257. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh at-Tahanawi, seperti dikutip oleh emil Badi‟ Yakub, hlm. 187 7 Ibid
adalah kelompok yang mengakui keberadaan al-Isytiqoq. Di antara tokoh
yang
mengakui adanya al-isytiqaq adalah kelompok ahli bahasa seperti al-Ashmu‟i (w. 216 H), Quthrub (w.206 H), al-Akhfasy (w. 210 H), Abû Nashr al-Bahilî, al-Mufadhal Ibn Salmah, al-Mubarrad Ibn Duraid (w.321 H), al-Zajjaj, Ibn al-Sarrâj, al-Rumani (386 H), al-Nuhâs,
az-Zuzaj,
Sibawaih dan lain sebagainya. Mereka sepakat bahwa
sebagian kata ada yang musytâq, namun ada pula yang tidak musytaq (jamid) 8. Menurut kelompok ini, setiap kata yang ada persamaan hurufnya dengan kata lain, meskipun jumlah hurufnya tidak sama banyak antara satu dengan yang lain, misalnya kata ar-rahl ( )السحاberasal dari kata زحياrahil, maka kata tersebut telah mengalami proses isytiqoq. Kelompok kedua adalah yang menolak keberadaan alIsytiqoq secara mutlak. Pendapat seperti ini adalah pendapat yang paling sedikit pengikutnya. Di antara ahli yang termasuk kelompok ini adalah As-Suyuthi, Ibrahim Anis, dan Fuad Tarziri dan al-Sirrafi (w. 368 H). Alasannya, menurut mereka, tidak ada jalan mengkiaskan kalimat bahasa Arab. Menurut kelompok ini, kalimat bahasa Arab itu bersifat aksiomatis ( tauqifi). Menurut kelompok ini, suatu kata mirip dengan yang lain, bukan karena terjadi proses al-isytiqoq, akan tetapi kata-kata tersebut keadaannya telah lahir awal.9 Kelompok ketiga adalah kelompok moderat. Pendapatnya berada di antara dua kutub yang berbeda di atas, yaitu pendapat yang tidak menerima sepenuhnya dan tidak pula menolak sepenuhnya.10 Ini berarti kosa kata bahasa Arab, baik isim maupun fi‟il, ada yang bisa dikembangkan dan melahirkan kosa kata baru dan ada kosa kata yang tidak bisa berkembang. Kosa kata yang mengalami prose drivasi dalam istilah ilmu bahasa Arab disebut al-musytaqqot dan yang tidak mengalami disebut al-jamid.
D. Sekilas tentang Kajian al-isytiqoq Menurut Emil Badi‟ Ya‟qub, Sampai pertengahan abad keempat hijriyah, kajian al-isytiqâq hanya berbicara seputar kata yang bersesuaian antara lafazh dan makna dan memiliki persamaan dalam runtutan huruf. Pembahasan ini dinamakan dengan isytiqaq al-shaghîr atau ashghar. Pada akhir abad keempat Ibn Jinn menambah pembahasan tentang proses isytiqoq dalam bentuk pembentukan suatu 8
Ibid., hlm. 191. Lihat juga Ramadhan Abd at-Tawwab, Fushul fi Fiqh al-Lughah, (Kairo: Maktabah Khanji, 1999), hlm. 292 9 Ibid., hlm. 203 10 Emi Badi‟, op.cit., hlm. 86
kata dari kata yang lain, dengan menukar salah sebagian hurufnya dengan huruf yang lain. Meskipun ada pertukaran huruf dari bentuk asalnya, namun kedua kata tersebut memiliki keterkaitan
makna. Istiqoq
seperti ini kemudian diistilahkan
dengan
isytiqaq kabir. Tokoh yang pertama mempunyai ide mengenai isytiqaq ini adalah Ibn Jinni. Setelah itu, ahli bahasa modern mulai mengkaji pula al-isytiqoq al-kubbar.11
E. Jenis-jenis al-Isytiqaq Di kalangan penulis, ada perbedaan pendapat dalam membagi jenis-jenis alisytiqoq.
Emil Badi‟ Ya‟qub membagi al-isytiqoq kepada dua bagian, yaitu al-
isytiqoq shagir atau ashgor dan al-isytiqoq kabir atau akbar12. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Ibn Jinni, seperti dikutip oleh Matsna.13 Berbeda dengan itu, Muhammad As‟ad membagi al-isytiqoq kepada empat macam, yaitu : al-istiqioq ashshagir atau ashgor, al-isytiqoq kabir atau al-qolb, al-isytiqoq al-akbar atau al-ibdal dan al-isytiqoq al-kubbar atau an-naht14 Subhi ash-Shalih dalam kitab Dirosat fi Fi Fiqh al-Lughah. Ia mengelompokkan isytiqoq kepada empat jenis, yaitu al-isytiqoq shagir, al-isytiqoq kabir al-isytiqoq akbar, dan al-isytiqoq al-kubbar. Sementara itu, Abd Waid al-Wafi membagi al-Isytiqoq kepada tiga macam, yatiu istiqoq al-„am, alisytiqoq ash-shagir, dan al-istiqoq al-kabir.15 Berikut penjelasan dari jenis-jenis alisytiqoq 1. Al-Isytiqaq al-Shagir ()اإلشتماق الصغيس Istilah lain bagi jenis al-isytiqoq ini adalah
al- Isytiqoq
al-‘am
atau Isytiqoq al- Ashgar.16 Pembentukan kata dengan Istiqoq ini adalah yang paling strategis karena paling banyak digunakan. Jika ada istilah al-isytiqoq tanpa mengaitkannya dengan yang lain, maka maksudnya adalah al-isytiqoq shagir.17 AlIsytiqoq shagir adalah proses pembentukan suatu kata yang berasal dari kata yang lain, dengan syarat adanya persamaan makna, huruf-huruf asalnya dan urutan
11
Ibid., hlm. 188 Ibid., 188-197 13 Matsna, op.cit., hlm. 183-184 14 As‟ad, op.cit., hlm. 257 15 Ramadhan Abd. Tawwab, op.cit., hlm. 76 16 Emil Badi‟, op.cit., hlm. 188 17 Ibid., hlm. 188-189. Lihat juga Muhammad As‟d, Op.cit., hlm. 257 12
hurufnya18, seperti isim fail
" "كاتا, isim maf‟ul “ ْ ”هكتاfi‟il madhi " ”كاتا, dll.
Diambil dari bentuk mashdarnya, yaitu kata كتاباةmenurut pendapat al-Bashriyyun dan dari bentuk fi‟il madhi mujarrod menurut al-Kufiyyun.
19
Dengan demikian, اإلشاتماق الصاغيس/al-Isytiqâq al-Sagîr/mencakup
التصاسي
ْ اللغاyang terdiri bentuk fi‟il madhi, mudhari‟ amar, isim fa‟il, isim maf‟ul, nahi, isim zaman, dan isim makan yang terdiri fi‟il mujarrod, mazid baik mazid biharfin, biharfain,rtsulatsi, maufun mazid bi tsalatsah ahruf 2. Al-Isytiqaq al-Kabir ()اإلشتماق الكبيس Al-Isytiqoq al-Kabir disebut juga Al-Qalab al-Lughawy. Menurut Emil Badi‟ Ya‟qub, yang dimaksud dengan ( اإلشتماق الكبيسIsytiqoq al- Kabir) yaitu: 20
ُْ أى يكْى بيي كلوتيي تٌاس فى اللفع ّالوعٌى دّى تستي الحسّف
Artinya: “Dua kata yang memiliki persamaan pada lafaz dan makna, tanpa memperhatikan urutan huruf .” Dengan kata lain, al-Isytiqaq al-Kabir adalah sebuah proses pembentukan kata dalam bahasa Arab dengan cara membolak- balik posisi huruf asalnya, sehingga dapat menimbulkan kata dan makna baru, namun antara satu sama lain memiliki keterkaitan makna. Tokoh yang banyak memberikan perhatian kepada al-isytiqoq ini adalah Ibn Jinni Contoh, kata حود/hamida/ bisa dibentuk menjadi
هاد/madaha/ yaitu menukar
posisi fonem م/mim/ dari tengah ke depan. Kata حوااد/hamida/ berati “memuji, berterimakasih”, /qâla/
kata
هااااد/madaha/
juga
berarti
“memuji”.
Kata
“ ”لااااا
misalnya, berarti “berkata”, mengisyaratkan gerakan yang mudah dari
mulut dan lidah. Dari kata “ ”لااtersebut terbentuk beberapa kata baru dan makna 18
Ibid., Pengertian yang sama juga dikemukakan oleh Matsna. Menurutnya al -isytiqoq ash-shagir adalah suku kata yang telah mengalami perubahan bentuk yang urutan hurufnya tidak mengalami pergeseran tempat 19 Ulama Bashrah dan Kufah berbeda pendapat tentang Asal pengambilan kata dalam bahasa Arab (ashlu al-Musytaqqot). ulama Kufah sepakat bahwa asal isytiqoq itu adalah fi’il madhi tsulatsi mujarrod sedangkan ulama Bashrah asal dari al-isytiqoq adalah mashdar. Ada lima alasan bagi ulama Kufah mengatakan bahwa asal mustaqqot adalah fiil madhi . Pertama, masdar bergantung pada kata fi’il. Apabila kata fiil mu’tal maka mashdar pun akan mu‟tal dan apabila ia shahih, maka ia pun shahih seperti pada kata لاّم لْاها.dan لام لياهاKedua, Fi’il memfungsikan mashdar seperti pada kalimat ضسبت ضسباKetiga kata mashdar berfungsi menguatkan kata fi’il. Kedudukan yang mengutkan tentunya lebih pantas dari pada yang dikuatkan. Keempat, Ada sejumlah fi’il yang tidak memiliki kata mashdar seperti kata ليسKelima, mashdar tidak tergambar maknanya selama kata fi‟ilnya. Oleh karena itu, fi’il pantas menjadi asal bagi kata yang musytaqqot. mashdar menunjukkan satu peristiwa sedangkan kata fi’il mengandung beberapa makna peristiwa. Satu adalah sumber bagi dua. Karena itu, maka masdar adalah sumber tempat pengambilan fi’il. Kelima, masdar hanya satu sedangkan fi’il lebih dari satu. Karena itu, maka mashdar adalah sumber bagi fi’il. Keenam,Makna Kata fi‟il sesuai dengan makna masdar. Karena itu kata fiil merupakan turunan dari mashdar. Ketuju, Kalau saja mashdar berasal dari kata fi‟il, maka masdar kan terbentu dengan jalan analogi. Emil, hlm.192-193 20 Emil, hlm.198
baru
juga.
Seperti
jika
kita
mendahulukan
“ ّ”
/wawu/
kemudian
“ق
”/qâf/ dan kemudain “ ” /lam/, sehingga ia menjadi “ ”ّلا/waqala/, maka salah satu artinya adalah “mengangkat satu kaki dan memantapkan kaki
yang
lain di
bumi”. Makna
ini menunjukkan makna asal dari kata tersebut di atas, yaitu adanya
suatu “gerakan”. Kemudian jika anda mendahulukan “ ” /lam/, kemudian “ ”ق/qaf/ dan “ ّ” /waw/ sehingga menjadi “ْ ”لما/laqwun/,
maka di antara maknanya
adalah “angin yang menimpa seseorang sehingga menggerakkan wajahnya”. Dalam bahasa medis disebut dengan tekanan darah tinggi atau strok. Dari akar kata yang sama muncul pula kata “ ”لما/laqiya/ yang berarti “bergerak menuju sesuatu untuk bertemu”. Makna ini juga menunjukkan kepada makna asal yaitu “bergerak”.21 3. Al-Isytiqâqu al-Akbar ()اإلشتماق األكبس Al-Isytiqoq al-akbar disebut juga dengan istilah al-Ibdal al-Lughawi22, bukan ibdal ash-sharfi. Adapun yang dimaksud dengan اإلشااتماق األكبااسmenurut Emil Badi‟Ya‟qub adalah: بعااا الوووْتاااص الصااْتية باابعا الوعاااً ازتبايااا تاهااا ال يتميااد باألتااْاص ًفلااِا ب ا بتستي ا األتاال .َّالٌْع الر تٌدزج تحت Artinya: “Adanya hubungan umum sebagian
satuan bunyi dengan sebagian
makna.Hubungan itu tidak terikat oleh bunyi suara, tetapi terikat dengan susunan asalnya serta jenis yang termasuk di dalamnya”.23 Muhammad As‟ad menjelaskan al-Isytiqoq akbar terjadi apabila ada dua kata yang memiliki hubungan makna dan sama huruf-huruf asalnya dan memiliki persamaan dalam artikulasi huruf-huruf yang berubah seperti kata ًِاكdengan ًعاك. Kata كلانmemiliki hubungan makna dengan kata لكان
Kata كلانsangat memiliki hubungan makna dengan لكانyang berati
tinju atau pukulan keras.
21
H. M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 94 - 95. Al-Ibdal (penukaran huruf ) dibagi kepada dua macam. Pertama al-Ibdal al-Lugowi dan Kedua al-ibdal ash-Sharfi. Al-Ibdal ash-saharfi adalah terjadinya pergantian huruf pada tempat tertentu dalam kosa bahasa Arab dengan huruf yang lain, seperti mengganti huruf dengan wau dengan pada pada kata تام, لام,ساز,dll. Ulama sharf sangat konsen dengan pembahasan pertukaran huruf dalam bahasa Arab. Mereka berbeda pendapat tentang jumlah huruf yang mengalami pertukaran. Ada yang berpendapat Sembilan huruf, ada yang mengatakan sebelas huruf dan ada juga yang dua belas huruf. Kedua al-ibdal alLughawi cakupannya lebih luas daripada al-ibdal ash-sarfi karena huruf-huruf yang dibisa diganti dengan yang lain lebih banyak dari pada huruf-huruf yang ada pada ibdal ash-sharfi. Berkaitan dengan hurufhuruf yang bias diganti pada al-ibdal al-lugowi para ulama berbeda pendapat. Ada berpendapat seluruh huruf hijaiyah dan pendapat lain mengatakan harus huruf yang mirip (mutaqoribah) antara huruf yang mengganti dan huruf yang diganti. Emil, hlm. 206 23 Ibid., hlm. 205. 22
Al-Isytiqoq al-Akbar biasanya juga disebut dengan
اإلبااداkarena
terjadi
penukaran huruf pada sebuah kata dengan huruf yang lain yang mirip dari segi makhrajnya atau cara m engartikulasikannya sehingga lebih mudah untuk diucapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh-contoh dalam tabel berikut ini : Proses “ ”اإلبداbunyi
Asal Kata
Manjadi
Huruf “ٍ "dengan huruf “”ى
ًِك
ًعك
Huruf “ ‟نdengan huruf” ”
كلن
لكن
Menukar “ ”صmenjadi “”د
ادتعى
ادتى
Menukar “ّ” menjadi “”ا
لْم
لام
Menukar “ ”صmenjadi “"ي
اتتٌع
اتطٌع
Memperhatikan pembentukan kata dalam bahasa Arab dapat diketahui bahwa bahasa Arab
memiliki sistem pembentukan kata yang lebih beragam dan lebih
variatif dibanding dengan bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahkan semua bahasa yang ada di dunia. Dengan demikian, sangat wajar bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki kosa kata terbanyak di dunia.
F. Kesimpulan Di Ketahui bahwasanya para ulama terdahulu banyak berpendapat tentang makna dari isytiqaq itu sendiri, di antaranya Menurut Ya‟qub, yaitu membentuk kata dari kata yang lain dengan berbagai perubahan, namun tetap memiliki hubungan makna. Menurut Syahin, yaitu membuat bentuk kata dari kata yang lain dan terjadi perubahan pada bentuk dan makna.” a. Macam-macam Isytiqaq 1.) Al-Isytiqaqu al-Shagir 2.) Al-Isytiqaqu al-Kabir 3.) Al-Isytiqaqu al-Akbar b. Beberapa Pandangan Mengenai Isytiqaq yaitu : 1.) Menurut Tamam Hasan isytiqaq 2.) Al-Jurjani dalam karyanya al-Ta‟rifat 3.) Muhammad al-Tunji c. Hubungan Isytiqaq dengan Bahasa Isytiqaq sangat mempengaruhi dalam membuat syair. Ketika ada syi`ir yang diperkirakan qafiyahnya tidak serasi maka ahli bahasa mempunyai kesempatan untuk merubah yaitu dengan cara isytiqâq dan lain sebagainya. Oleh karena itu, isytiqâq merupakan salah satu yang sangat membantu dan mempengaruhi proses berjalannya bahasa.
DAFTAR PUSTAKA Al-Ghalayani, Mustofa. Jamiudurus al-‘arabiyah, Beirut Libanon : Darul Fikr, 1987. An-Nadiri, Muhammad As‟ad. Fiqh al-Lugah Manahi wa Masailuh, Beirut : al-Maktabah al-„Ashriyah, 2009. At-Tawwab, Ramadhan Abd. Fushul fi Fiqh al-Lughah, Kairo: Maktabah Khanji, 1999. HS, Moh. Matsna. Kajian Arab Klasik dan Kontemporer, Jakarta : Prenadamedia, 2016. Ma‟lûf, Louwis. al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, cet. Ke- 32, Beirût: Dar al- Masyriq, 1992. Sayyid, Amin Ali. Fi ‘llmi Ash-Sarf, Mesir : Dar al-Ma‟rifah, 1976. Shihab, M. Quraish. Mukjizat Al-Qur’an, Bandung: Mizan, 1998. Syâhîn, Taufîq Muhammad. ‘Awâmil al-Tanmiyah li Al-Lugah al-:Arabiyah, Kairo: Maktabah Wahbah, 1980 M/1400 H. Ya‟qub, Emil Badi‟. Fiqh al-Lugah al-Arabiyah wa Khashaishuha, Beirut : Dar atsTsaqofah al-Islamiyah, tth.