KEMANA BAHASA ARAB KITA BAWA PERGI? (Upaya Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab) oleh: Umi Machmudah, M.A. Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Malang, sekarang menjadi Ketua Jurusan PBA UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
A. Pendidikan dan Bahasa Arab dalam Perspektif al Qur-an Manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan dasar yang sama harus dipenuhi dalam kehidupannya di dunia (dhoruri) yakni pangan ”la tajuu’a”, sandang ”la ta’ra” dan papan ”la tadhmau fiiha wala tadh-ha” (QS Thoha 117-119). Selain kebutuhan primer tadi, ada kebutuhan sekunder (haajiyat) dan tersier (kamaliyat). Diantara sarana yang bisa ditempuh manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dalam rangka meraih kesejahteraan adalah melalui upaya pendidikan yarfa’illaah alladziina aamanuu minkum wa alladziin uutu al ’ilm darajaat (QS Al Mujadalah 11). Pendidikan sebagai upaya sadar yang ditempuh manusia yang ditempuh melalui proses belajar dengan kata lain ”menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman”, baik melalui lembaga formal (bil qolam) ataupun nonformal/melalui interaksi alam atau ladunni (ma lam ya’lam) (QS Al ”Alaq 4-5), dalam Al Qur-an tidak pernah dipisahkan dengan upaya mewujudkan kemashlahatan umat manusia sendiri.Diantaranya bahwa ilmu itu bukan untuk imu pengetahuan itu sendiri akan tetapi harus dengan tujuan akhir karena Allah (bismi robbikalladzi kholaq) (QS Al ’Alaq 1) Demikian juga tatkala proses pengamatan terhadap alam assamamwat wa al ardl, upaya meneliti dan lain sebagainya maka ditutup dengan kata la aayaat liqoumin ya’qiluun (QS Al Baqarah 164), la aayaat li ulil albab (QS Al Imran 90). Beberapa ayat di atas mengisyaratkan bahwa proses mencari ilmu pengetahuan dalam Al Qur-an tidak berhenti hanya setelah ilmu itu didapat tapi harus dicari upaya-upaya untuk mengamalkannya, memanfaatkannya demi kebahagiaan, terpenuhinya kebutuhan, kemaslahatan kehidupan manusia di dunia dan juga aherat, karena Allah tidak mengajarkan kebahagiaan akherat saja, akan tetapi ikhtiar yang dilakuka manusia termasuk upaya pendidikan harus memberikan dampak signifikan bagi kemaslahatan kehidupan di dunia, ”wabtaghi fiima aataka allaahu al daar al ahirota wala tansa nashiibaka min al dunya” (QS Al Qoshosh 77). Proses pendidikan bagi umat Islam bukan saja merupakan kebutuhan akan tetapi lebih dari itu merupakan realisasi ketaatan dan realisasi keimanannya pada Allah, karena keimanan pada Al Qur-an menuntut adanya aktifitas ”iqra” yang tidak saja terbatas pada usia wajar (wajib belajar) bahkan sejak dalam buaian ibu sampai liang lahat ”minal mahdi ila al lakhdi” Jika dilihat dari prosesnya, bahwa belajar dalam Islam berlangsung seumur hidup, maka dari sisi materi pembelajaran atau program pendidikan yang ditawarkan, Islam mengajarkan agar selalu sesuai dengan perkembangan zaman, yakni apa yang dibutuhkan pada masanya. Tatkala Nabi Muhammad SAW menyuruh sebagian sahabat untuk pergi ke Cina ”uthlubu al ’ilma walau bi al shiin”, dimana saat itu teknologi baru ”pecahbelah” dikembangkan di sana, hal ini mengandung pesan bahwa diantara hal yang perlu ditawarkan dalam dunia pendidikan adalah sesuatu yang
baru. Sayyiduna ’Ali RA jugamengingatkan ”Ajarilah anakmu karena dia anak hidup di zaman yang bukan zamanmu” Bahasa Arab sebagai bahasa asing, bahasa Internasional yang diakui PBB adalah salah satu dari sekian banyak bahasa yang ada di dunia ”Inna fi kholqi al samaawati wa al ardl wa ikhtilaafi alsinatikum wa alwanikum la aayaat li al ’aalimin”(QS Ar Rum 22). Bahwa terciptanya keragaman bahasa adalah merupakan tanda kesempurnaan daya cipta Allah yang mana pemahaman ini hanya dimiliki oleh ’aalimin yakni orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan, pemahaman dan kesadaran mata hati. (Ash Shobuni II 1988: 476). Hal ini berarti keberadaan bahasa Arab tidak saja dilihat sebagai sebuah fenomena belaka, akan tetapi bagaimana keberadaannya akan mendatangkan kemanfaat, kemaslahatan bagi bukan saja pemilik bahasa Arab dan peminatnya saja, akan tetapi bagi seluruh umat semuanya perlu dipikirkan. Bagaimana pendidikan bahasa Arab bisa menawarkan sesuatu yang baru agar bisa menjadi rahmat di muka bumi ini? Dari sinilah sebenarnya ide pengembangan kurikulum bahasa Arab berawal. Karena keberadaan Al Qur-an melalui risalah Nabi Muhammad SAW yang ajarannya universal adalah untuk menjadi rahmatan li al ’alamin (QS Al Anbiya’ 107) Sehingga tatkala bahasa Arab belum memberi rahmat, mendatangkan nilai positif, kemanfaatan, keselamatan, kemaslahatan, karena orang-orang yang mempelajari, memahami dan mencintainya belum mengupayakan terwujudnya fungsi rahmat tersebut, bisa-bisa ke-’alim- annya masih dipertanyakan. Karena itu penulis yang merasa beriman pada kebenaran Al Qur-an melalui tulisan ini berupaya mencermati fenomena sejauh mana bahasa Arab menjadi rahmat bagi umat manusia bukan saja umat Islam tapi juga semuanya dan memberi alternatif tawaran pengembangan kurikulum bahasa Arab, lebih spesifik yakni alternatif desain program pilihan dari pembelajaran bahasa Arab. B. Potret Pendidikan Di Indonesia Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan berbagai program yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan, keyakinan dan nilai-nilai yang akan memungkinkan mereka menciptakan kehidupan yang produktif bagi diri mereka sendiri dan bagi orang lain. Dari komparasi internasional, diketahui bahwa mutu pendidikan di Indonesia kurang menggembirakan, berdasarkan pada Human Development Index (HDI), Indonesia berada pada urutan ke 102 dari 164 negara dan Indonesia masih di bawah Vietnam. Dan hasil survey The Political and Economic Risk Consultancy (PERC), bahwa system pendidikan di Indonesia berada di urutan ke 12 setelah Vietnam. Hasil studi The Third International Mathematics and Science Study Repeat (TIMSS-R 1999) melaporkan bahwa siswa SLTP Indonesia menempati peringkat 32 untuk IPA dan 34 untuk matematika dari 38 negara dari lima benua yaitu Asia, Amerika, Australia, Afrika dan Eropa. Di sisi lain fenomena menunjukkan bahwa diketahui terdapat 88,4 % lulusan SLTA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, dan 34,4% lulusan SLTP tidak melanjutkan ke jejang SMA. Mereka perlu mendapat perhatian agar tidak menambah jumlah angka pengangguran yang konon telah mecapai 40 juta. Hal yang juga turut memperburuk kondisi adalah adanya krisis ekonomi global yang turut memperberat tantangan dan ketahanan hidup masyarakat Indonesia.( Muhaimin 2003: 149)
Hal ini berarti bahwa perlu dipikirkan bagaimana pendidikan dapat berperan mengubah beban manusia menjadi manusia produktif, bekal apa yang perlu diberikan kepada peserta didik agar segera memasuki dunia kerja, sehingga setidaknya mampu menghidupi dirinya, syukur jika dapat turut menghidupi keluarga. Fenomea lain yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh adalah keterasingan lulusan sekolah dari lingkungannya seperti telah disinggung sebelumnya. Banyak lulusan SLTP dan SLTA yang justru menjadi sumber masalah di lingkungannya. Mereka menganggur tetapi merasa malu membantu orangtua orangtua mereka sebagai petani atau pedagang di pasar. Akhirnya mereka justru sering menjadi sumber masalah di lingkungannya. Dalam sehari tiga perguruan tinggi di Malang meluluskan 3.486 mahasiswa dengan berbagai keahlian, Sabtu (29/3 2008). Artinya angka pengangguran akan terus meningkat seiring dengan bertambahannya lulusan yang membutuhkan lapangan kyuyhterbesar pengangguran adalah dari alumni perguruan tinggi.(http://citramalang.com/) C. Mengapa Kurikulum Harus Berkembang? Pada sub ini secara singkat penulis ingin menggambarkan alasan dari pentingnya pengembangan kurikulum bahasa Arab itu sendiri. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan terdidik untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam aktifitasnya ada materi yang dienteraksikan, serta proses bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan terdidik, apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaanpertanyaan yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esesnsial. Diantara tokoh-tokoh dalam filsafat pendidikan (dengan tidak bermaksud mengesampingkan yang lainnya), adalah John Dewey yang memiliki konsep tentang pendidikan yang tak jauh dari konsep Al qur-an diatas. Dia memandang bahwa dunia adalah on-going-ness, yakni selalu berubah, mengalir. Dalam filsafat Dewey kebenaran terletak pada perbuatan ” truth is in the making”, yaitu adanya kesesuaian antara hipotesis dan kenyataan. Dewey sangat menghargai peranan pengalaman. Tujuan hidup manusia adalah self realization, yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan interaksi dengan orang lain. Hal ini membawa konsekuensi dalam konsep pendidikan yang dianut, menurutnya education is growth, development, life. Pendidikan merupakan reorganisasi dan rekonstruksi yang konstan dari pengalaman, setiap fase perkembangan merupakan fase pendidikan, segala yang dipelajari pada fase-fase tersebut mempunyai arti sebagai pengalaman. Sehingga pendidikan tidak akan berakhir (Sukmadinata 2007: 41) Ada beberapa alasan mengapa kurikulum perlu dikembangakan. Diantaranya karena adanya tuntutan masyarakat, perubahan sosial (Amiirah 1991:18) Perkembangan masyarakat ini memberi kemungkinan pada pengembangan kurikulum dikarenakan munculnya perubahan pola pekerjaan, dari kehidupan pola agraris ke pola kehidupan industri, yakni adanya diversivikasi pekerjaan dan tugas-tugas dalam satu pekerjaan melahirkan spesialisasi yang menuntut adanya profesionalisme dalam setiap spesifikasi tersebut.(Sukmadinata 2007: 61) Di samping itu alasan perkembangan informasi dan kecanggihan teknologi, di mana dunia mnjadi desa kecil karena
cepatnya arus informasi dari berbagai belahan dunia informasi, sehingga kurikulum di pacu untuk mampu menyiapkan peserta didik agar siap menerima segala kemajuan dan dampaknya. (Thu’aimah 1998:45) Pendidikan dikatakan memberi kontribusi nyata dalam kehidupan manusia tatkala outputnya diterima di pasar. Sebuah temuan didapatkan bahwa 81% dari responden yang beragam disiplin ilmunya di 4 perguruan tinggi di Australia, bahwa tujuan pendidikan terpenting di universitas (perguruan tinggi) menurut mereka adalah keterserapan di dunia kerja.( Dunne 1999: 32) Dengan dimulainya AFTA (Asian Free Trade Area) dan AFLA (Asian Free Labour Area) berarti persaingan tenaga kerja akan menjadi terbuka. Konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara lain. Jika tidak, maka Indonesia akan dibanjiri oleh tenaga kerja asing dari negari jiran, seperti Pilipina, Bangladesh, India, dsb. Padahal selama ini tenaga kerja Indonesia seringkali belum mampu bersaing dengan tenaga kerja asing. Sekali lagi bidang pendidikan perlu secara aktif berperan mempersiapkan calon tenaga kerja agar mampu bersaing dengan rekan mereka dari negara lain. D. Upaya Penegembangan Kurikulum Bahasa Arab Kajian ini diawali penulis dengan mengurai siapa ”pasar” atau lembaga pengguna (staekholder) dari bahasa Arab itu sendiri? Pasar yang dimaksud bukan saja di dalam negeri akan tetapi juga manca negara atau skala internasional. Bahasa Arab sebagai salahsatu bahasa Internasional (sejak tahun 1972) di PBB, karena bahasa ini dipergunakan sebagai bahasa resmi oleh lebih dari 20 negara ( Mamduh 2003: 151), untuk di Indonesia lebih banyak menunjukkan pada fungsinya sebagai bahasa agama. Pembelajaran bahasa Arab baik di tingkat dasar sampai perguruan tinggi bertujuan untuk memberikan sarana dalam memahami literatur agama (Al Qur-an, hadits dan ilmu-ilmu agama lainnya). Sehingga profesi yang ditawarkan adalah menjadi pengajar bahasa Arab itu sendiri. Bagaimana agar bahasa Arab di terima di pasar global dan mampu bersaing dengan bahasa lainnya? Program pendidikan macam apa yang akan dapat mencapai tujuan ini? Pertanyaan ini bisa terjawab melalui pemahaman tentang apa yang terjadi saat ini dan apa yang terjadi di masa depan. John Naisbit (1982, dalam Atwi 2001:31)) sekarang, kita telah memasuki gelombang ketiga yakni masa industri informasi, karena itu menurut Philip Schlechty (1990) institusi pendidikan harus mampu menjadikan mahasiswa mampu bersaing di komunitas dunia yang berbasis informasi, yang bercirikan bahwa orang bekerja dengan mengandalkan pengetahuan bukan lagi sekedar fisik saja (Atwi 2001:31) Dengan berdasar pada alasan mengapa kurikulum harus berkembang dan melihat kondisi pendidikan Indonesia di atas, maka kiranya perlu dipikirkan alternatif-alternatif sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan diantaranya dengan menggali kemungkinan-kemungkinan program baru yang dapat dimanfaatkan di pasar, termasuk di dalamnya pembelajaran bahasa Arab. Kalau selama ini pasar bahasa arab adalah pembelajaran, maka tidak menutup kemungkinan adanya program-program lain yang menjanjikan karena memang pasar membutuhkannya. Melalui metode kajian pustaka (library research) yakni dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber tertulis, baik cetak maupun elektronik. Juga melalui penelitian lapangan (field research) yang sudah dilakukan oleh penulis beberapa bulan pada tahun 2005, penulis berusaha menawarkan alternatif program selain untuk profesi pengajar (guru/dosen). Pengembangan kurikulum yang dimaksud penulis di sini adalah kurikulum yang berupa ”inert curiculum” yakni berupa rancangan dokumen, rancangan program, bukan kurikulum fungsional yang siap dioperasikan di kelas ”functioning, live or operative curriculum” E. Beberapa Alternatif Program Pengajaran Bahasa Arab/ Al ’Arobiyyah li al-ghard alkhosh 1. Al ‘Arabiyyah Li Al Tarjamah Di samping untuk terjemah buku-buku dari bahasa arab ke Indonesia atau sebaliknya, maka aktifitas terjemah dibutuhkan juga untuk pemberitaan (tarjamah fauriyah) misalnya di Kedutaan Besar, kedutaan luar negeri, di TV seperti yang digeluti oleh Ahmad Busyairi, 30 tahun, dan Yetti Sabirin, 48 tahun, dua dari delapan penerjemah yang dikontrak Antv untuk tayangan berita dari TV Al-Arabiya. Penayangan langsung Perang Irak lewat siaran TV dari Timur Tengah membuka lahan baru bagi mereka yang menguasai bahasaArab. Selain Ahmad, lulusan Al-Azhar lainnya adalah Zuhairi Misrawi, yang dikontrak TV7.(http://www.gatra.com/) atau media elektronik lainnya seperti periklanan untuk produk-produk dagang dan lain-lain. Aktifitas tarjamah bisa dilakukan di dalam atau luar ruangan, dengan waktu yang terikat ataupun bebas, sehingga keberadaannya bisa dijadikan usaha pokok ataupun usaha sampingan. Program pilihan ini ditawarkan di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang sejak tahun 2004. Dengan alasan praktis, karena bahasa Arab adalah bahasa asing, namun masih sebatas tarjamah teks baik ArabIndonesia ataupun Indonesia- Arab belum sampai pada tarjamah fauriyah. 2. Al ‘Arabiyyah Li Al Siyaahah (Tourism) Indonesia kini telah membuka pintu bagi wisatawan asing dari Timur Tengah dan negara lainnya seperti India dan China. Karena itu, saat ini diperlukan banyak pemandu wisata yang bisa menguasai bahasa Arab atau Mandarin guna mendampingi para wisatawan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan pemandu wisata dan pengembangan kebudayaan pariwisata, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Sjamsuddin di Jakarta, Kamis 30 November 2006 menandatangani nota kesepahaman. Depbudpar bersama PP Muhammadiyah akan bekerja sama menyosialisasikan pariwisata melalui lembaga pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah. Saat ini Indonesia telah membuka pintu bagi wisatawan dari Timur Tengah. Pemerintah bahkan sudah berpromosi ke Timur Tengah, dan karena itu tentu akan ada banyak turis dari Timur Tengah yang akan datang. Karena itu diperlukan pemandu wisata yang bisa berbahasa Arab. Nota kesepahaman antara Depbudpar dan PP Muhammadiyah akan segera diikuti dengan sejumlah program. Taruhlah seperti perintisan kursus-kursus pemandu wisata dan mencari guru. Depbudpar juga akan membantu mencarikan tempat kerja bagi para pemandu wisata, serta mendukung Muhammadiyah jika akan mendirikan Akademi Pariwisata, bahkan termasuk mengirim calon tenaga pemandu ke Timur Tengah untuk belajar lebih lanjut sehingga dapat memahami kebutuhan wisatawan dari Timur Tengah. (Pariwisata, 2006) Program pilihan ini dipasarkan di jurusan Bahasa dan Sastra Arab
sejak tahun 2004. Dan selama ini diantara alumninya di rekrut Departemen Pariwisata Jatim.(www.harian kompas 2002.com) 3. Al ‘Arabiyyah Li Al Hajj Hampir tidak ada bangsa di dunia ini yang memberi perhatian begitu besar terhadap pelaksaan ibadah haji, kecuali Indonesia. Bagaimana tidak, kendati jama'ah haji Indonesia termasuk yang paling jauh dari pusat Islam, namun jumlah mereka 10-20% dari seluruh haji asing. Pernah pada dasawarsa 1920-an sekitar 40 % dari seluruh haji berasal dari Indonesia. Bahkan bahasa Melayu, pernah menjadi bahasa kedua setelah bahasa Arab tentunya di kota Makkah. Tidaklah mengherankan, jika kita berziarah ke tempat-tempat bersejarah, informasi mengenai tempat umumnya ditulis dalam bahasa Arab, Melayu (Indonesia) dan Turki. Lagi-lagi hal ini menunjukkan pentingnya kedudukan umat Islam Indonesia di al-Haramain. Dalam sejarah Indonesia, kemampuan masyarakat muslim Nusantara melakukan perjalanan ke tanah suci memang terbilang heroik. Dalam catatan Martin van Bruinessen, selama satu setengah abad terakhir jumlah mereka merupakan proporsi yang sangat menonjol ketika pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 berjumlah antara 10% dan 20% dari seluruh haji asing, walaupun mereka datang dari wilayah yang lebih jauh daripada yang lain. Malah pada dasawarsa 1920-an, sekitar 40% dari seluruh haji berasal dari Indonesia. Data Depag menyebutkan bahwa sampai dengan akhir 1990-an, tingkat pendidikan rata-rata jemaah haji Indonesia adalah tamatan SD dan SMP, jumlah tersebut mencapai kurang lebih 81%. Sementara itu, pada 1990 awal hingga 2006, persentase tersebut memang menurun menjadi sekitar 63%( http://www.cbn.net.id/ ) Ada hubungan yang jelas antara aktifitas berhaji dengan kondisi pendidikan kita. Jika peran sosial haji tidak saja dijadikan sebagai simbol ”perubahan status” semata, maka yang perlu mendapatkan penguatan adalah menjadikan para hujjaj sebagai lokomatif perubahan sosial. Bahwa peran sosial haji ini semakin penting, mengingat kehidupan sosial kita berada pada titik yang paling mengkhawatirkan. Tawuran, konflik horizontal, patologi sosial (penyakit-penyakit sosial) jika dibiarkan akan merusak tatanan sosial masyarakat. Karena itu pendidikan punya peran penting dalam rangka peningkatan peran sosial haji, yang dimulai dari kelompokkelompok terkecil pelaksana ibadah haji. Di Indonesia KBIH-KBIH tumbuh subur bak jamur di pagi hari. Terlepas dari kepentingan bisnis, masing-masing menawarkan program-program demi peningkatan keselamatan dan kesejahteraan dan kesempurnaan ibadah haji para hujjaj. Diantaranya dengan menambah materi ”percakapan bahasa Arab” bagi CJH. Seperti di KBIH AL Hikam, KBIH Aisiyah. ( Machmudah 2005) dan KBIH An Nur. Mahasiswa PKLI Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Malang yang mengambil program pilihan/konsentrasi al ’arobiyyah li al hajj turut mensosialisasikan program ini sejak tahun 2006. 4. Al ’Araobiyyah Li Al ’Amal Beberapa waktu yang lalu kita terkaget-kaget menonton televisi di mana ada dua tenaga kerja Indonesia disandera di Irak. Sebelumnya, kita dikejutkan juga oleh berita mengenai tenaga kerja
wanita Indonesia di Singapura yang dihukum seumur hidup. Bahkan, beberapa di antaranya terancam hukuman mati. Persoalan ini merupakan buntut dari rumitnya persoalan ketenagakerjaan yang berkembang di Indonesia, yang tidak bisa diselesaikan dari satu sisi saja, tetapi harus dari berbagai aspek, seperti aspek sosiologi, ekonomi, dan politik. Selama ini, perdebatan mengenai permasalahan TKI berputar pada masalah keterampilan, regulasi, dan persoalan administratif saja. Persoalan buruh migran sangat kompleks karena (menyangkut) peran pemerintah dalam membuat perlindungan. Seandainya mekanisme perlindungan yang dibuat negara kepada masyarakat, terutama buruh migran, lebih berorientasi pada perlindungan, saya kira persoalan buruh migran akan teratasi. Persoalan timbul sejak pemberangkatan, saat pulang pun sarat dengan persoalan. Persoalan yang paling mendasar mengapa masyarakat di wilayah pedesaan atau daerah terpencil berimigrasi, tidak lepas dari ketidakmampuan negara menjalankan fungsinya untuk mewujudkan kesejahteraan. Dalam setiap survai atau penelitian yang dilakukan oleh FOBMI, persoalan yang dihadapi adalah persoalan ekonomi dan tidak bisa melanjutkan pendidikan. Sehingga (keadaan ini membuat) mereka berimigrasi mencari sesuap nasi dan membantu perekonomian keluarga. Sementara pemerintah membuat mekanisme yang ruwet. Mereka memberikan peran penuh kepada pihak luar, dalam hal ini swasta, untuk melakukan perekrutan dan penempatan. Pemerintah (berada) di luar sistem itu dan hanya sebagai pengawas atau monitoring saja. Saat ada persoalan menimpa buruh migran dan meminta bantuan kepada agen, terjadi lempar tanggung jawab. Agen menyalahkan dengan alasan tidak mampu bekerja. Tatkala di bawa ke kedutaan, mereka mengaku hanya mengawasi saja karena segala prosesnya ada pada agen. Untuk siap bekerja di luar negeri, seorang calon buruh migran itu harus punya keterampilan. Walaupun sebagai pekerja rumah tangga atau penata laksana rumah tangga, ia harus mengetahui kondisi negara yang dituju, bagaimana kebudayaannya. Misalkan di Hongkong yang serba cepat, ia harus siap dengan kondisi itu. Kemudian bahasa, bahasa harus diberikan sesuai dengan negara yang dituju. Persoalan di Arab misalnya timbul karena ketika di pelatihan mereka dilatih bahasa Inggris. Sementara di sana mereka menggunakan bahasa Arab. Bahasa sangat penting karena menjadi alat komunikasi dengan majikan. Ketika majikan meminta kita mengerjakan sesuatu dan kita tidak mengerti, lalu mengerjakan yang lain, akan menimbulkan masalah. Akhirnya terjadi penganiayaan atau kekerasan. Sebelum buruh migran berangkat harus melewati pendidikan.(http://www.bali) Persoalan TKI bukan saja persoalan mental, akan tetapi suasana kerja yang tidak harmonis yang dikarenakan kesulitan komunikasi, di samping minimnya keahlian (Jawa Pos 2008:2) Beberapa hal yang perlu diketahui dalam upaya mencari kerja sektor formal di emirat Dubai: Perlunya penguasaan bahasa asing. Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang digunakan dalam kegiatan bisnis seharihari, namun demikian pencari kerja yang memiliki kemampuan bahasa tambahan seperti bahasa Arab, Hindi atau Urdu akan lebih diutamakan. (
[email protected] ) Jurusan Bhasa dan sastra Arab sejak tahun 2004 memasarkan program pilihan alm ‘arobiyyah li al ‘amal yang praktek kerja lapangannya di BLK untuk mengajar para calon TKI yang akan di berangkatkan ke negara-negara Timur Tengah.
5. Al ‘Arabiyyah Li Al Shihhah Berdasarkan data dari Bappenas (2003) bahwa lapangan kerja baru yang tersedia tiap tahun hanya 1,1 juta sampai 1,75 juta apalagi ditambah tiap tahun kurang elbih setengan juta mahasiswa lulus dari perguruan tinggi dari berbagai disiplin ilmu yang semuanya membutuhkan lapangan kerja baru. (http://bppsdmk.depkes/) Diantara berbagai jenis tenaga kesehatan, yang paling banyak diminta dalam jumlah yang cukup besar oleh dunia internasional adalah perawat. Negara-negara maju seperti AS, Inggris, Belanda, dan Timur Tengah sudah menyatakan kekurangan (shortage) tenaga perawat. Negara kawasan Timur Tengah (saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Qatar, Jordania, dll) membutuhkan tenaga perawat dengan kualifikasi DIII didukung pengalaman di RS, kemampuan bahasa Inggris dan bahasa Arab. (http://bppsdmk.depkes/) Pemerintah Kuwait membutuhkan 400 tenaga perawat dari pelbagai disiplin ilmu keperawatan, untuk dipekerjakan di pelbagai Rumah Sakit di negara tersebut. Ke-400 tenaga perawat yang diminta Departemen Kesehatan Kuwait itu merupakan TKI mandiri, yang langsung diminta kepada BNP2TKI, bukan Perusahaan Pelaksana TKI Swasta (PPTKIS). Pemerintah Kuwait mengabulkan permohonan kita untuk penempatan tenaga perawat dari Indonesia. Apalagi gaji yang bakal mereka terima cukup besar berkisar antara US 1.200-1.900 dolar atau sekitar 11 juta19 juta per bulan di luar jam lembur. Sejumlah ini dibutuhkan dengan segera dan yang pasti disertai dengan kemampuan berbahasa Arab.(http://ww.bnp2tki.go.id/ ) F. Sebuah Refleksi dan Tantangan Kalau alumni UNHAS Jurusan Sastra Arab di terima di Depdamlu (Departemen Dalam dan Luar Negeri), DEPAG, Perbankan Nasional dan Syari’ah, Depdiknas, Indosat, Pengajar Bahasa dan Sastra Arab dan Tenaga Ahli di Bidang Bahasa, Sastra dan Kebudayaan Arab (sastra.unhas) Sedang untuk alumni Jurusan Bahasa dan Sastra UIN Malang hampir 90 % alumninya sebagai pengajar karena di dukung dengan Akta !V (Data Alumni 2006) Dan ada sebagian kecil direkrut di Departemen Pariwisata Jawa Timur karena sejak tahun 2004 dipasarkan program pilihan al ’arobiyyah li al siyahah selain al ’arobiyyah li al ’amal dan al ’arobiyyah li al hajj, (Machmudah 2005) maka bisa jadi profesi-profesi yang murni menggunakan bahasa dan sastra Arab di samping factor kebetulan atau karena factor penunjang yang sifatnya komplementery, maka sesungguhnya di sini menunjukkan adanya tantangan besar bagi para pemegang kebijakan baik dari kalangan pakar pendidikan khususnya untuk membincang lebih lanjut bagaimana programstudi bahasa arab selain profesi pengajar bisa dikembangkan, juga tak kalah pentingnya tantangan bagi pemilik departemen atau lembaga untuk dapat mengembangkan sayap kerjasamanya dengan program studi bahasa arab dan menerimanya sebagai tenaga di lembaganya. Ketiga pihak pemerintah baik pusat sampai daerah agar memberikan perhatian dengan memberi kesemmpatan pada alumni ini dalam rekrutmen sebagai PNS. Karena upaya pengembangan kurikulum di samping bersumber dari kehidupan dan pekerjaan orang dewasa, unsur budaya, nilai-nilai tertentu, tapi yang tak kalah pentingnya adalah adanya dukungan kekuasaan social politik. Dalam hal ini (di Indonesia) adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang pelaksanaannya dilimpahkan kepada Dirjen Dikdasmen serta Dirjen DIKTI bekerjasama dengan Balitbangdikbud (dan DEPAG yang pelaksanaannya dilimpahkan pada
Dirjen Pendidikan Tinggi Islam) (Sukmadinata, 2007:33-34) Sehingga jika profesi guru atau pengajar sudah mendapat perhatian dengan lahirnya UU Guru dan Dosen yang menjanjikan kenaikan status kesejahteraan (UU No 14 th 2005), maka profesi-profesi lain juga perlu mendapatkan perhatian yang seimbang. Dengan melihat peluang kerja baik di dalam maupu luar Negeri dan dalam mewujudkan konsekuensi dicanangkannya AFTA (Asian Free Trade Area) dan AFLA (Asian Free Labour Area), maka ada hal yang mungkin untuk didiskusikan akan perlunya bahasa Arab untuk dimasukkan dalam kurikulum nasional (Kurnas) sejak pendidikan dasar hingga perguruan Tinggi. Sehingga keberadaan bahasa Arab akan terangkat tidak saja sebatas bahasa agama akan tetapi menjadi bagian dari bahasa nasional kita? Ataukah ada yang lebih penting dari harapan yang jauh dari kemungkinan ini? Wallahu a’lam bi al showab REFERENSI 1. Al Qur-an Al Karim 2. Ash Shobuni Ali II ( 1988) Shofwah At Tafasiir Makkah Al Mukarromah Jami’ah Malik Al “Aziz 3. Dunne Elisabeth (1999) The Learning Society, International Perspectives on Core Skills In Higher Education London Kogan Page 4. Bisiyuuni Ibrahim Amiirah (1991) Al Manhaj Wa ’Anaashiruhu Qohiroh Daar Ma’arif 5. Thu’aimah Rusydi (1998) Manahij Tadris Al Lughah Al ’Arobiyyah bi Al Ta’lim Al Asaasi Qohiroh Dar Fikr Al ’Aroby 6. M. Atwi Suparman (2001) Konsep Dasar Pengembangan Kurikulum Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembanagn Aktivitas Instruksional, Dirjen DIKTI Depdiknas. 7. UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas 8. Sukmadinata, Nana S (2007) Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung, Remaja Rosdakarya. 9. Muhaimin (2003) Arah Baru Pengembanagan Pendidikan Islam, Bandung Yayasan Nuansa Cendekia. 10. Ibrahim, Abdul Alim (1978) Al Muwajjih Al Fanny Li Mudarris Al Lughah al ’Arabiyyah, Mishr Dar Al Ma’arif. 11. Muhammad, Mamduh Nuruddin (2003) Al ’Arabiyyah Jisrun Li Al Tsaqofah al Islamiyyah IV, Mamlakah Al ’Arabiyyah Al Sa’udiyyah, Dar Al Andalus Al Khadhra’ 12. Machmudah, Umi (2005) Al ’Arabiyyah Li Al Hujjaj wa Al ”Arabiyyah Li al Siyaahah (Program life Skill alternatif di Jurusan bahasa dan sastra Arab Fakultas Humaniora dan Budaya UIN Malang) Malang, Depag UIN. 13. Data Base Alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Arab 2006 14. http://www.harian kompas 2002.com/, Kompas 2 Desember 2006 15. sastra
[email protected] 16. http:// www.bali.travelnews.com/ 17.
[email protected], Bursa Kerja Edisi VII 2007 Memburu Dirham Di Dubai. 18. Jawa Pos 17 November 2008
19. http://www.cbn.net.id/ Media Indonesia 17 November 2008 20. http://ww.bnp2tki.go.id/, BNP2TKI 14 Oktober 2008 21. http://www.gatra.com/ , Gatra No 22 14 April 2003 22. http://citra malang.com/ 23. http://www.harian kompas 2002.com/ 24. http://www.bppsdmk.depkes.go.id/