ISSN: 2085-5079
URGENSI FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB Nur Chotimah MA Darus Shalah Jember
Abstrak Dalam penyusunan kurikulum pembelajaran bahasa Arab dan pengembangannya, di samping harus memperhatikan prinsip-prinsip umum seperti relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip khusus yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian. Filsafat bahasa menjadi sebuah disiplin ilmu kebahasaan yang mempunyai posisi yang sangat strategis hubungannya dengan penyusunan dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab. Hal ini terkait dengan prinsip prinsip-prinsip khusus mulai dari penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian. Mengabaikan aspek linguistik dan filsafat bahasa (Arab) secara spesifik dalam proses penyusunan dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab tidak hanya mendorong proses pembelajaran yang tidak efektif, tapi juga akan membuka potensi terjadinya transfer kemahiran berbahasa Arab yang rendah dan pincang.
Kata Kunci : Pengembangan kurikulum, filsafat bahasa
A. PENDAHULUAN
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab kurikulum mempunyai posisi yang strategis dan merupakan kunci dalam proses pendidikan karena kurikulum merupakan bagian pendidikan yang akan menentukan arah, isi dan proses pendidikan. Dia pada akhirnya akan menentukan arah dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidiakan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah, maupun nasional. Kurikulum dipandang sebagai suatu rancngan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita ketahui bahwa pendidikan mempersiapkan generasi muda untuk terjun ke lingkungan masyarakat . pendidikan byukan hanya untuk pendidikan tapi memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja, mencapai perkembangan lebih di masyarakat. Anak-ananak berasal dari masyarakat dan diarahkan bagi kehidupan di masyarakat juga. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristiknya serta kekkayaan budayanya, menjadi landasan dan acuan bagi pendidikan. Dengan pendidikan, kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan mampu membangun masyarakatnya. oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik, kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Disinilah kurikulum harus juga disesuaikan dan dikembangkan supaya mampu menjadi sebuah landasan yang relevan dengan kebutuhan pendidikan sekaligus kebutuhan masyarakat.
Nur chotimah Dalam penyusunan kurikulum pembelajaran bahasa Arab dan pengembangannya, di samping harus memperhatikan prinsip-prinsip umum seperti relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas, juga harus memperhatikan prinsip-prinsip khusus yang berkenaan dengan penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian.1 Filsafat bahasa menjadi sebuah disiplin ilmu kebahasaan yang mempunyai posisi yang sangat strategis hubungannya dengan penyusunan dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab. Hal ini terkait dengan prinsip prinsipprinsip khusus mulai dari penyusunan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan penilaian. Mengabaikan aspek linguistik dan filsafat bahasa (Arab) secara spesifik dalam proses penyusunan dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab tidak hanya mendorong proses pembelajaran yang tidak efektif, tapi juga akan membuka potensi terjadinya transfer kemahiran berbahasa Arab yang rendah dan pincang. PEMBAHASAN 1. Filsafat Bahasa Terdapat beberapa pandangan tentang pengertian filsafat bahasa yang di antaranya adalah suatu penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang digunakan dalam filsafat sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dan yang tidak bermakna (meaningless), hal ini berarti bahwa filsafat bahasa adalah
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, cet ke 7, 2005. 152
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab pemikiran yang radik, logis dan universal tentang bahasa filsafat. Filsafat Sebagai ilmu adalah kumpulan hasil pemikiran filosof mengenai hakikat bahasa yang disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan sebagai metode berfikir metode berfikir, yang dimaksud dengan filsafat bahasa adalah berfikir secara radik, logis, dan universal mengenai hakikat bahasa. Objek material filsafat bahasa menurut rizal muntasyir adalah bahasa kefilsafatan atau bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sedangkan objek formalnya adalah pandangan falsafati atau tinjauan secara falsafati tentang bahasa. Sedangkan menurut Asep Ahmad Hidayat: objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri secara umum, sedangkan objek formalnya adalah sudut pandang atau pandangan umum yang menyeluruh terhadap objek materialnya dilihat dari perspektif falsafati (ontologi, epistemologi, aksiologi)2. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis lebih melihat filsafat bahasa sebagai kumpulan hasil pemikiran filosof tentang hakikat bahasa yang disusun secara sistematis dan sebuah upaya pemikiran yang radik, logis, dan universal mengenai hakikat bahasa. a. Hakikat Bahasa Beragam perbincangan tentang hakikat bahasa yang berusaha mengungkap tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan bahasa. Hal ini sangat penting apalagi 2
Asep Ahmad Hidayat, filsafat Bahasa,
Karya, 2003. 28
Bandung : Penerbit Remaja Rosda
Nur chotimah ketika dikaitkan dengan bagaimana mengajarkannya, termasuk di dalamnya aktifitas yang dimaksudkan untuk merencanakan, mendesain, dan merencanakan sebuah pembelajaran bahasa yang dituangkan dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri3. Bloch berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem simbol-simbol bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi 4. Tidak terlalu berbeda dengan dua pendapat tersebut adalah apa disampaikan oleh Joseph Bram yang dikutip oleh Asep Ahmad Hidayat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang berstruktur dari simbol-simbol yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain5 . Ketiga pendapat di atas lebih melihat bahasa sebagai simbol-simbol yang keberadaannya bersifat manasuka sebagai alat komunikasi anggota masyarakat dan belum mengungkap bahasa ditinjau dari sejarah asal-usul kemunculannya serta struktur dan sistem bahasa. Lebih lanjut bahwa bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Pendapat ini dikemukakan oleh Brooks (1975) yang dibuktikan dengan penemuanpenemuan arkeologi, antropologi, biologi, dan sejarah purba, manusia, bahasa, dan kebudayaan yang lahir di bagian tenggara Afrika kira-kira dua juta tahun yang lalu. Brooks 3 Abdul Chaer, Leonie Agustina, Sosiolinguistik perkenalan awal, Rineka Cipta: Jakarta, 1994, 12 4 Ibid. 13 5 Asep Ahmad Hidayat. Op.Cit. 34
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab berupaya meyakinkan temuannya dengan teori-teori asal-usul bahasa yang telah dipublis oleh peneliti sebelumnya seperti Eric Lenneberg (1967), Suzanne Langer (1942), George Miller (1965), dan Roman Jacobson (1972), Rene Descartes (abad 17). Teori-teori itu berkenaan dengan proposisi yang mengatakan bahwa bahasa itu tidak terikat oleh waktu dan tempat (teori keotonomian), juga tidak terikat oleh keperluan, dan manusia ketika lahir telah dilengkapi dengan kemampuan nurani yang memungkinkan manusia mempunyai kemampuan bahasa6. Di samping pendapat di atas, ada lagi pendapat yang berbeda, seperti pendapat yang dipengaruhi oleh hukum evolusi Darwin yang disampaikan oleh Liberman bahwa bahasa itu lahir secara evolutif 7, dan pendapat yang mengatakan bahwa bahasa itu terlahir dari proses peniruan buyi alam(anomatope) sebagaimana dikemukakan oleh Von Herder sebagai penolakan terhadap apa yang dikemukakan oleh seorang filosof berkebangsaan prancis F.B. Condillac yang mengatakan bahwa bahasa itu berasal dari teriakanteriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan yang kuat kemudian teriakanteriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna, lama-lama semakin panjang dan rumit. Ferdinand de Saussure (1857-1913) tokoh strukturalisme yang mengambil prinsip-prinsip faham positivisme mengungkap hakekat bahasa sebagai sistem yang berkaitan (system of relation). Bahasa, dalam pandangannya merupakan sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari penanda (signifiant), dan petanda (signifie), keduanya merupakan wujud yang tak
6 7
Abdul Chaer, Leonie Agustina. Op.Cit.75 Asep. Op.Cit. 32
Nur chotimah terpisahkan, bila salah satu berubah, maka yang lainnya juga akan berubah8.
b. Pembelajaran bahasa Arab Pembelajaran bahasa Arab secara umum sama dengan pembelajaran bahasa asing yang lainnya meskipun ada perbedaan yang terkait dengan karakteristik khusus bahasa Arab yang tidak dimiliki oleh bahasa asing yang lainnya, seperti adanya perbedaan bunyi akhir kalimat (kata) yang disebut dengan i’rab yang tidak dimiliki oleh selain bahasa Arab, karakteristik tulisan, karakteristik produksi huruf dan lain sebagainya. Mahmoud Kamil Al-Naqoh mengemukakan hakekat bahasa, secara lebih spesifik bahasa Arab. Hal ini hubungannya dengan bagaimana seharusnya bahasa itu diajarkan dengan baik. Dia berpegang pada pemahaman bahwa bahasa itu adalah ujaran bukan tulisan; dia terbentuk dari kebiasaan-kebiasaan, lebih lanjut dia menyampaikan bahwa yang harus diajarkan adalah bahasa bukan tentang bahasa; bahasa adalah apa yang digunakan dan diucapkan oleh penutur asli dan bukan apa yang sepantasnya diucapkan9 . Pembelajaran bahasa dengan memperhatikan statemen di atas jelas harus mengacu pada sebuah paham bahwa bahasa itu bersifat aktif dan pembelajarannya dilaksanakan secara kontinyu dengan alokasi waktu yang cukup, harus menghindari paham parsial (thariqah far’iyah), serta 8
Ibid. 350 Mahmoud Kamil Al-Naqah, tharaiq tadris al lughah al Arabiyah li ghairi al nathiqin biha, al rebath, ISESCO, 20013. 89. 9
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab memperhatikan penutur asli (native speaker) sehingga tidak hanya mengacu pada kaidah-kaidah bahasa yang menitikberatkan pada norma umum yang memicu produksi bahasa yang sebaiknya diucapkan, dan bukan yang diucapkan oleh penuturnya yang asli. Kondisi semacam ini akan menjadikan pembelajaran bahasa Arab hanya menghasilkan output yang pincang ketika dihadapkan pada komunikasi dengan penutur asli dan siswa terkesan bahwa bahasa yang dipelajari adalah bahasa yang benar secara normatif sekalipun harus berbeda dengan realita bahasa penuturnya. c. Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia, khususnya di Madrasah-madrasah dan Pesantren mempunyai posisi yang lebih strategis dibanding dengan pembelajaran bahasa asing laainnya. Hal ini disebabkan oleh karena bahasa Arab adalah bahasa kitab suci (Al-Qur’an) dan Al-Hadits serta bahasa mayoritas literatur-literatur keagamaan (Islam) yang asli. Bahasa Arab di ajarkan di semua jenjang pendidikan Madrasah mulai dari Raudlatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah sampai Perguruan Tinggi Islam dan Pondok Pesantren baik yang salaf maupun moderen dengan tujuan pokok yang sama secara garis besar yaitu agar bisa memahami teks-teks agama (Islam), sekalipun ada tujuan-tujuan lainnya yang bersifat aktif-produktif lebih dari sekedar memahami teks yang bersifat pasif-reseptif. Bahasa Arab di Indonesia mempunyai posisi sebagai bahasa asing. Hal ini sesuai dengan kebijakan politik bahasa nasional. Politik bahasa nasional merupakan kebijakan resmi mengenai keseluruhan masalah bahasa di Indonesia yang berisi ketentuan-ketentuan tentang fungsi dan kedudukan
Nur chotimah bahasa Indoonesia, bahasa daerah, dan bahasa-bahasa asing. Kebijakan ini memberikan pegangan dasar, pengarahan yang diperlukan, dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pengelola secara keseluruhan masalah bahasa10 . Kebijakan nasional mengenai bahasa asing, termasuk di dalamnya adalah bahasa Arab di Indonesia, memberikan arahan bahwa tujuan pembelajaran bahasa asing adalah menumbuhkan keterampilan siswa berbahasa asing, sehingga dengan kemampuan itu dia dapat : (1) Berkomunikasi dengan bahasa asing tersebut (2) Mengenal dan memahami bangsa dan kebudayaan asing tersebut; dan (3) mempelajari ilmu dan kebudayaan asing melalui buku yang ditulis dalam bahasa asing itu dalam rangka setudinya. Bahasa Arab yang berkedudukan sebagai bahasa asing dan Kebijakan nasional mengenai bahasa Arab hadan harus sesuai dengan fungsi dan kedudukannya sebagai bahasa asing dan sekaligus sebagai bahasa agama dan budaya Islam. fungsi dan kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa asing dalam kerangka politik bahasa nasional ini hendaknya menjadi landasan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pembelajaran bahasa Arab yang dimulai dengan penyusunan dan pengembangan kurikulumnya. Dalam konteks kurikulum pembelajaran bahasa Arab, di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Sebut 10
Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang : Penerbit Miskat, 2005. 33
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab saja kurikulum sebelum 1994, kurikulum 1994, kurikulum 2004, dan kurikulum 2006 yang lebih akrab disebut dengan KTSP. Masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan kurikulum lebih terlihat pada (1) tujuan; pembelajaran bahasa Arab di madrasah lebih sebagai alat untuk mempelajari ilmu agama (Qur’an/tafsir, Hadits, fiqh), sementara di sekolah umum (SMA), sebagai sarana komunikasi (untuk menguasai kemahiran bahasa), (2) tingkatan pengajaran; di Madrasah, bahasa Arab diajarkan mulai tingkat Ibtidaiyah sampai Aliyah, sementara di sekolah umum hanya diajarkan di SMA, (3) status, di Madrasah bahasa Arab sebagai mata pelajaran wajib, sementara di sekolah sebagai mata pelajaran bahasa Asing pilihan. Pada kurikulum 1994 banyak disebut sebagai “kurikulum model ragam fleksibel”, pembelajaran bahasa Arab diorientasikan pada kompetensi komunikatif yang diirikan dengan: (1) silabus (GBPP) memuat komponen-komponen: tujuan, tema, dan subtema, keterampilan fungsional, contoh ungkapan komunikatif, kosakata, dan kegiaatan belajar mengajar, (2) tujuan dirumuskan untuk setiap catur wulan, dan bertumpu pada keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), bukan pada unsur-unsur bahasa (kosakata, dan struktur), (3) tema dijadikan dasar pengembangan bahan proses belajar mengajar dan wadah bagi penyatupaduan unsur-unsur bahasa dan fungsinya,
Nur chotimah (4) Fleksibilitas model silabus ini terletak pada keluwesan urutan tema, hubungan antar kegiatannya tidak harus pararel, (5) Struktur tidak dicantumkan secara tersurat agar tidak dijadikan fokus dalam belajar mengajar 11. Dalam kurikulum 2004, untuk Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah menggunakanodel kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dengan karakteristiknya: (1) Tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah agar siswa berkembang dalam hal: (a) Kemampuan mendengarkan, membaca, dan menulis secara baik
berbicara,
(b) Berbicara secara sederhana tetapi efektif daalam berbagai konteks untuk menyampaikan informasi, pikiraan dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan. (c) Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon dalam bentuk yang beragam, interaktif, dan menyenangkan. (d) Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk menyampaikan
11 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, 2004. 35
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab informasi, perasaan.
mengungkapkan
pikiran
dan
(e) Menghayati dan menghargai karya sastra . (f) Kemampuan untuk berdiskusi menganalisis teks secara kritis
dan
(2) Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Arab meliputi: (a) Keterampilan mendengarkan, menulis.
bahasa berbicara,
Arab, yaitu membaca, dan
(b) Unsur-unsur kebahasaan yang meliputi tata bahasa, kosakata, pelafalan, dan ejaan. (c) Aspek budaya yang terkandung di dalam teks lisan dan tulisan. (3) Standar kompetensi mata pelajaran mencakup: (a) Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam bahasa serta pola kalimat yang tepat sesuai dengan konteks dalam wacana interaksional dan atau monolog yang informatif. (b) Berkomunikasi lisan dan tertulis dengan menggunakan ragam serta pola kalimat dalam wacana interaksional dan atau monolog yang informatif, naratif, dan deskriptif12. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006, yang didasarkan pada peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa setiap Sekolah/Madrasah mengembangkan kurikulum 12
Ibid. 54
Nur chotimah tingkat satuan pendidikan berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi (SI) dan berpedoman pada panduan yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Dalam KTSP, karakteristik pembelajaran bahasa Arab menekankan pada aspek keterampilan berbahasa lisan dan tulisan baik reseptif maupun produktif, materi kebahasaan dijabarkan sesuai dengan kebutuhan tema, maka ungkapan komunikatif, pola kalimat, dan kosa kata disajikan mengacu pada tema. Pengajaran bahasa Arab mencakup empat aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis yang disajikan secara terpadu, setiap aspek ketrampilan kebahasaan saling mendukung untuk pencapaian kompetensi dasar13. d. Pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa Arab Terdapat banyak pandangan tentang pengertian kurikulum. Pandangan yang beragam ini tidak lepas dari konteks dan cakupan serta cara pandang serta paradigma terhadap tentang kurikulum itu sendiri serta tingkat pemahaman yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa pandangan yang mewakili beragam pandangan yang ada. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
13
55
Muh. Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru, 1985. .
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan Kebutuhan dan potensi yang ada di daerah14. Kurikulum adalah dokumen tertulis yang berisi bahanbahan, tetapi pada dasarnya, ia merupakan rencana pendidikan bagi orang-orang selama mereka mengikuti pendidikan yang diberikan di sekolah (programed curriculum)15. Dalam arti luas, kurikulum tidak difahami sekedar sebagai rencana pendidikan yang berupa dokumen tertulis, tetapi leih dari itu. Saylor (1981) mengatakan "the sum total school effort to influence learning" yakni seluruh upaya sekolah untuk mempengaruhi belajar. Upaya sekolah tersebut bisa terjadi in the classroom, on the playground, or out school. Kata kuncinya adalah yang mempengaruhi belajar16. Kurikulum adalah seluruh upaya sekolah untuk mempengangaruhi belajar. Belajar terjadi kalau perubahan prilaku, baik yang terjadi di ruang-ruang kelas, maupun di taman-taman bermain atau di luar sekolah 17. terkait dengan hal tersebut, maka kurikulum di samping dapat berwujud program-program pendidikan yang direncanakan (programed curriculum) dalam bentuk dokumen tertulis, atau bisa juga berupa pengalaman-pengalaman belajar yang bisa jadi tidak terprogramkan tetapi riil terjadi dan mampu mengubah prilaku (hidden curriculum) peserta didik. Pemahaman tentang kurikulum akan berpengaruh terhadap pengembangannya dan operasionalnya yang
14
DepDikNas UU RI No: 20 thn 2003 tentang SISDIKNAS, Jakarta: DepDikNas..14 Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit.52 16Saylor, j. Gealen, alexander, william, lewis&arthur j, 1981. curriculum planning for better teaching and learning, new york: hold reinehart and witson. 45 17 Ibid. 34 15
Nur chotimah dilaksanakan pada satuan-satuan pendidikan. Kurikulum juga mempunyai posisi yang strategis dalam pendidikan, dia menjadi pedoman, pengarah, dan pengendali jalannya praktik pendidikan dan pembelajaran di satuan-satuan pendidikan. Kurikulum dapat berfungsi sebagai alat untuk: (1) mencapai tujuan pendidikan (2) penjamin mutu pendidikan (3) pencapai kepentingan masyarakat (4) pencapaian kepentingan bangsa dan negara (5) tujuaan lembaga pendidikan dan(6) sebagai alat untuk pengembangan pembelajaran. Pengembangan kurikulum senantiasa didasarkan pada pertimbangan yang bersifat filosofis. kurikulum berubah disebabkan karena terjadinya perubahan pemikiran manusia. Manusia berfikir senantiasa berorientasi pada orientasi pada pemikiran tertentu. Filsafat idealisme,realisme, esensialisme, perenialismem, dan filsafat pancasila, misalnya mempunyai pandangan-pandangan yang realatif berbeda tentang tujuan pendidikan; namun demikian, semuanya mengarah pada tujuan pendidikan yang universal yakni untuk meningkatkan martabat kemanusiaan, kemanusiawian, kedewasaan, diri dan pribadinya sebagai manusia. Dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan di atas, maka dalam pengembangan kurikulum hendaknya dilakukan dengan berpegang pada prinsip-prinsip: relevansikesesuaiannya dengan tuntutan perkembangan masyarakat, fleksiblitas-memberi ruang gerak dalam pelaksanaan program ddan memberikan yang leluasa untuk menumbuhkan gagasan-gagasan baru, dan kewenangan-kewenagan baru bagi lulusan, dan prinsip kontinuitas vertikal antar jenjang pendidikan dan kontinuitas horisontal yang digambarkan dengan adanya sambungan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab Pengembangan kurikulum merupakan sebuah keniscayaan karena pendidikan itu selalu berkembang. Sering kali Pemahaman tentang pengembangan kurikulum disamakan dengan pengembangan silabus, padahal antara keduanya ada perbedaan dimana silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar sebagai tindak lanjut dari kurikulum yang cakupannya lebih luas. Cenderung pada pengembangan dokumen. Kegiatan pengembangan kurikulum cenderung berupa: pengembangan program tahunan, semesteran, silabus, RPP dan lain-lain yang semuanya menghasilkan dokumendokumen tertulis yang diberi label kurikulum. Jika kurikulum dipahami dalam arti luas, yakni mencakup baik kurikulum yang terprogram maupun yang tersembunyi, maka pengembanaganya cenderung luas juga. Ruang lingkupnya tidak hanya sekedar pengembanganpengembangan prota, promes silabus, RPP dan lain-lain yang terprogram, tapi juga pengembangan penataan fisik sekolah seperti tata ruang, perabotan, asessories, tata kehidupan sosial yang ada di satuan pendidikan sehingga terbangun suasana kehidupan, terbangun multikultur kehidupan yang kondusif yang mampu mengembangkan dan membagun persepsi siswa yang pada gilirannya berdampak pada perubahan perilakunya. Ketika kurikulum dipahami secara sempit (terprogram) yang diujudkan dalam dokumen saja, maka pengembangannya juga akan mencakup aspek yang sempit
Nur chotimah dan terprogram saja, sementara aspek-aspek yang lainnya yang mempengaruhi proses pendidikan dibiarkan berjalan seadanya dan ada apa adanya. Sedangkan mengenai filsafat bahasa terkait dengan pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa secara lebih spesifik terdapat beberapa pandangan yang di antaranya adalah suatu penyelidikan secara mendalam terhadap bahasa yang digunakan dalam filsafat sehingga dapat dibedakan pernyataan filsafat yang mengandung makna (meaningfull) dan yang tidak bermakna (meaningless), hal ini berarti bahwa filsafat bahasa adalah pemikiran yang radik, logis dan universal tentang bahasa filsafat. Pandangan ini mungkin terkesan agak jauh dari fokus pembicaraan pada bagian ini. Filsafat bahasa Sebagai ilmu adalah kumpulan hasil pemikiran filosof mengenai haikat bahasa yang disusun secara sistematis untuk dipelajari dengan menggunakan metode tertentu. Sedangkan sebagai metode berfikir , yang dimaksud dengan filsafat bahasa adalah berfikir secara radik, logis, dan universal mengenai hakikat bahasa. Objek material filsafat bahasa menurut rizal muntasyir adalah bahasa kefilsafatan atau bahasa yang dipergunakan dalam filsafat, sedangkan objek formalnya adalah pandangan falsafati atau tinjauan secara falsafati tentang bahasa. Sedangkan menurut Asep Ahmad Hidayat18: objek material filsafat bahasa adalah bahasa itu sendiri secara umum, sedangkan objek formalnya adalah sudut pandang atau pandangan jumum yang menyeluruh terhadap objek materialnya dilihat dari perspektif falsafati (ontologi, epistemologi, aksiologi) 18
52
Asep Ahmad Hidayat. Filsafat Bahasa, Yogyakarta : Sumbangsih Offset.1999.
Urgensi filsafat bahasa dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa arab
B. KESIMPULAN Paham dalam filsafat bahasa serta proposisi-proposisi yang muncul dari sebuah paham filsafat bahasa sangat berpengaruh dalam penyusunan dan pengembangan kurikulum, hal mana bisa dilihat dalam sejarah perkembangan kurikulum pembelajaran bahasa (Arab) pada keterangan terdahulu. Pengaruh itu tidak hanya terkait dengan penetapan tujuannya, akan tetapi juga pada keterampilan serta materi yang diajarkan.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, 2004. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung : Penerbit Remaja Rosda Karya, 2001. Ahmad Fuad Effendy, Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang : Penerbit Miskat, 2005. Asep Ahmad Hidayat. Filsafat Bahasa, Yogyakarta : Sumbangsih Offset.1999. DepDikNas UU RI No: 20 thn 2003 tentang SISDIKNAS, Jakarta: DepDikNas. Mahmoud Kamil Al-Naqah, Tharaiq Tadris Al Lughah Al Arabiyah Li Ghairi Al Nathiqin Biha, al rebath, ISESCO, 20013.
Nur chotimah Muh. Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru, 1985. Muhammad Zein, Asas dan Pengembangan Yogyakarta : Sumbangsih Offset, TTh.
Kurikulum.
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : Penerbit Remaja Rosdakarya, cet ke 7, 2005. Oemar
Hamalik, Pembinaan Pengembangan Bandung: Pustaka Martina, 1978.
Kurikulum.
Saylor, j. Gealen, alexander, william, lewis&arthur j,. curriculum planning for better teaching and learning, new york: hold reinehart and witson. 1981.