Available online at website : http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/arabiyat Arabiyât : Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2, (1), 2015, 31-42
ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB M. Hasyim Pondok Pesantren Darul Muttaqin, Parung, Bogor e-mail :
[email protected] Naskah diterima: 22 Februari 2015, direvisi: 20 Maret 2015, disetujui: 25 April 2015.
Abstract The objective of this study is to get empirical evidence whether there is a significant difference between the class which is taught by andragogy technique and which is taught by conventional technique. This article describes that technique is one of the important factors in conducting Arabic class. This study categorized as an experimental research. The data is collected by giving the test for both experimental and conventional class. The result of the study shows that experimental class which is taught by applying andragogy technique get higher score than the conventional one. Means that Al-Ittihad Islamic Boarding School get higher score than Ulil Albâ� b. It seems that technique influences the quality of teaching and learning Arabic.
Keywords: andragogy technique, conventional technique, quality of teaching and learning Abstrak
Pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan andragogi lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan pedagogi dalam pembelajaran untuk orang dewasa. Pesantren Ulil Albâ� b dan pesantren Al-Ittihad menerapkan pendekatan yang berbeda. Pesantren Al-Ittihad menerapkan pendekatan pedagogi, sementara itu pesantren Ulil Albaab menerapkan pendekatan andragogi. Secara praktis, pesantren Al-Ittihad memberlakukan kelas eksperimen dengan menerapkan pendekatan andragogi, yang sebelumnya menerapkan pendekatan pedagogi. Hasil dari eksperimen di pesantren Al-Ittihad menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan andragogi lebih efektif.
Kata Kunci : andragogi, pedagogi, pembelajaran bahasa Arab, kualitas pembelajaran
How to Cite : Hasyim, M. "ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB" ARABIYAT : Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban [Online], Volume 2 Number 1 (30 Juni 2015)
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/a.v2i1.1512
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
Pendahuluan Bahasa Arab merupakan mata kuliah wajib di perguruan tinggi Islam, termasuk pondok pesantren. Hal tersebut menjadi faktor penting dalam penguasaan bahasa Arab bagi santri maupun mahasiswa sebagai peserta belajar di lembaga tersebut, khususnya untuk mengkaji keilmuan yang merujuk kepada al-Qur’an dan Hadis. Untuk mendukung baik santri maupun mahasiswa dalam memahami kajian keilmuan Islam diperlukan kemampuan bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi penting dan wajib untuk memahami al-Quran.1 Perguruan tinggi dan pondok pesantren merupakan lembaga yang memiliki santri dan mahasiswa sebagai objek pembelajaran. Oleh karena itu, yang menjadi keharusan apabila suatu lembaga yang memiliki peserta belajar yang telah berusia 17 tahun adalah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan andragogi. Untuk mempermudah orang dewasa dalam mengkaji keilmuan Islam dibutuhkan pendekatan pembelajaran bahasa Arab yang sesuai dengan usia karena pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak. Namun Brookfield dalam Adult Cognition As a Dimension of Lifelong Learning beranggapan pembelajaran orang dewasa hanya ekspresi dari pedagogi sehingga andragogi merupakan kelanjutan (Q.S. al-Shu‘arâ’: 198-199). Ahmad bin Abdul Halim bin Abd al-Salâ� m bin Taimiyah, Iqtiḍâ‘ al-Ṣirât} al-Mustaqîm, Mukhâlafah al-Aṣhâb al-Jahîm (Da>r al-Jail, t.th), 16. Lihat Yusuf Al Qaradhawi, FatwaFatwa Kontemporer 2 (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 35. Lihat. Syaikh Muhammad, Syarah adab & manfaat menuntut ilmu (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2005), 82. Terj. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Sharḥ Hilyah Ṭâlib al-I‘lm. Lihat juga selengkapnya mengenai pentingnya mempelajari bahasa Arab. Abd al-Rahman bin Ibrâ� hî�m al-fauzâ� n, Iḍâât Li al-Mu‘allimî al-Lughah al-Arabiyyah Li Ghayr al-Nâṭiqîna Bihâ (al-Riyâ� d): Maktabah al-Malik Fah al-Waṭ�oniyyah, 2011M/1432H), h. 141-145. 1
32
dari pedagogi.2 Pendidikan di perguruan tinggi memiliki tujuan membentuk mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis, mampu mengembangkan potensi diri agar mampu menjadi lulusan yang dapat memecahkan permasalahan kehidupan di masa mendatang. Untuk mencapai hal ini dibutuhkan pendekatan prinsip andragogi sebagai pembelajaran orang dewasa. Menurut Knowles, prinsip pembelajaran andragogi sangat mampu membantu orang dewasa belajar, tetapi andragogi juga dapat membantu bagaimana manusia belajar.3 Terkait dengan bahasa Arab, permasalahan dalam pembelajaran bahasa Arab bisa dilihat dari dua aspek 1). Problem linguistik mencakup penuturan, qawâ‘id naḥwiyyah sharfiyyah, ta‘addud al-ma‘nâ, mutarâdifât, dan lain-lain. Permasalahan pembelajaran dalam bahasa Arab ini harus diperbaiki sebab pemahaman seseorang mengenai komponen-komponen bahasa sangat menentukan bagaimana dia mengajarkan sebuah bahasa.4 2). Non linguistik (non kebahasaan) mencakup pendekatan, metode, media, bahan ajar, minat belajar, waktu yang digunakan untuk belajar, dan tujuan pembelajaran.
Stephen Brookfield, “Adult Cognition As a Dimension of lifelong Learning”. In J. Field & M. Leicester (Eds.), Lifelong learning: Education across the lifespan (Philadelphia: Falmer Press, 2006). Dianne R.Stober, Anthony M. Grant, Evidence Based Coaching Handbook: Putting Best Practices to Work for Your (New Jersey: Wiley, 2006), h. 7. 3 Malcolm S Knowles, Elwood F Holton III and Richard A Swanson, The Adult Learner, The Definitive Classic in Adult Education and Human Resource Development, (San Diego California: Elsevier, 2005), h. 35-36. 4 Aziz Fachrurrozi & Erta Mahyuddin, Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional & Kontemporer (Jakarta: Bania Publishing, 2010), h. 19-20. 2
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, penulis tertarik meneliti Pesantren Mahasiswa dan Sarjana Ulil Albâ� b dan Pesantren Tinggi Al-Ittihâ� d STAI La Raiba yang fokus pada pendidikan orang dewasa (andragogi) dan pesantren yang memberikan penguatan pada santrinya dengan pembelajaran dan pendalaman bahasa arab. Pesantren Ulil Albâ� b memiliki beberapa keunikan. Santrinya ada tiga kategori : 1. Mahasiswa S-I & S-2, 2. Sarjana yang sudah bekerja. Keragaman latar belakang keilmuan pendidikan santri berasal dari mahasiswa dari kampus yang berbeda: UIKA dan IPB), 3. Menerapkan manajemen terpadu, masjid kampus dan pesantren menjadi satu kesatuan. Permasalahan yang menjadi fokus dalam tulisan ini adalah : 1. Bagaimana efektivitas pembelajaran Arab dengan menggunakan pendekatan andragogi dengan peserta didik yang dalam pembelajaran bahasa Arabnya menggunakan Pendekatan Pedagogi? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil pembelajaran bahasa Arab antara peserta didik yang menggunakan pendekatan andragogi dengan peserta didik yang menggunakan pendekatan pedagogi?
Pengenalan Andragogi
Awal kemunculan andragogi dikenal di Eropa sekitar tahun 1970-an, Dusan Savisefic seorang ahli pendidikan berkebangsaan Yugoslavia telah memperkenalkan istilah andragogi kepada Knowles.5 Selanjutnya andragogi menjadi terkenal di Amerika dan Asia. Alexander Kapp pada tahun 1833 pun menggunakan istilah andragogi.
Marzal, Andragogi: Partisipatif Demokratis dan Humanis (Palembang: Widyaiswara Muda BDK Palembang), 2. Diakses dari: http://sumsel.kemenag. go.id/.pdf. tanggal akses 24 Januari 2013, jam 12.36 WIB. 5
Kapp beranggapan setelah pendidikan masa kanak-kanak akan berlanjut hingga sepanjang manusia hidup.6 Andragogi secara harfiah memiliki arti membimbing orang dewasa belajar. Penulis dalam penelitian ini membatasi definisi orang dewasa terkait dengan sosial dan psikologi. Secara psikologi, pendekatan prinsip pembelajaran andragogi merupakan penggabungan metode pembelajaran 7 sosial dengan pedagogi. Cecil Smith dalam bukunya Hand Book of Research on Adult Learning and Development berpendapat bahwa pembelajaran orang dewasa berkaitan dengan umur dan tingkat kedewasan peserta didik, dewasa secara sosial dan dewasa secara psikologi, khususnya dalam pembelajaran bahasa pelayanan pemeliharaan adalah lebih utama terhadap orang dewasa yang lebih tua, khususnya di usia keempat (kepala empat). Pengajar bahasa harus mempunyai kepekaan tinggi kepada pembelajar khususnya peserta pelajar dewasa. Namun dalam memberikan pembelajaran dan bimbingan seorang pengajar tidak boleh membeda-bedakan peserta didik baik itu peserta didik level pedagogi ataupun andragogi dari segi kaya, miskin dan kesejahteraan ekonominya.8 Dalam prinsip andragogi tidak dimulai dengan materi pelajaran. Namun perhatian pada masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan objek pembelajaran. Dalam hal ini antara pengajar dan peserta didik saling bertukar pengalaman, melibatkan pengalaman kehidupan peserta belajar.
Hayyâ� n bint Sa‘d bin ‘Abdullah al-Rawwâ� f, Ta‘lîm al-Kibâr wa al-Ta‘lîm al-Mustamir (Riyâ� d}: Maktabah al-Tarbiyah al ‘Arabî� Lidaul al-Khalî�j, 2002), h. 87 7 Michael Osborne, The Pedagogy of Lifelong Learning: Understanding Effective Teaching and Learning (New York: Routledge, 2007), h. 204. 8 Abdul Amir Shamsuddin, Risâlah Âdâb al-Mua‘llimîn Li-Ibni Saḥnûn (Bairû� t: Dâ� r Iqra’, 1985M/1405H), h. 3. 6
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
33
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
Prinsip Andragogi Prinsip andragogi dalam pembelajaran bahasa Arab lebih tepat dan lebih efektif. Dalam prinsip andragogi peserta didik memiliki keleluasaan untuk menentukan kesepakatan dalam proses pembelajaran agar peserta didik merasakan pembelajaran yang kondusif sehingga tercapainya tujuan pembelajaran karena peserta didik yang memunculkan minat belajar. Hal tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme yang membangun kemandirian dalam berpikir dan mengeksplorasi pengetahuannya.9 Berbeda dengan prinsip pedagogi yang memiliki kecenderungan tidak dinamis Menurut Muhammad Badawi El-Sa’id, prinsip andragogi sangat sesuai untuk orang-orang yang memiliki minat dan memperdalam bahasa Arab dibandingkan prinsip pedagogi.10 Pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan prinsip andragogi harus mempertimbangkan prinip-prinsip pembelajaran orang dewasa yang penulis jabarkan menjadi 13 prinsip sebagai berikut; pembelajaran harus dirasakan oleh peserta didik mengandung : 1. nilai manfaat, 2. sesuai dengan pengalaman, 3. masalah sehari-hari, 4. praktis, 5. sesuai dengan kebutuhan, 6. menarik, 7. berpartisipasi secara aktif, 8. kerjasama, 9. pembelajaran yang tidak kaku (dalam suasana informal), 10. metode belajar yang bervariasi, 11. menghilangkan faktor ketakutan (fear factor), 12. Mengarahkan dan memberi motivasi tetapi bukan diceritakan (guide and prompt; do not tell), 13. menunjukkan antusiasisme.11 Tejo Nurseto, Menjadi Guru Idola “To Be Favourite Teacher” (Yogyakarta: UNY, Economy Study Club (ESC), 2011), h. 3. 10 Muhammad Badawi El-Sa’id, al-Kitâb alasâsî fî Taʻlîm al-Lughah al-ʻArabîyah li-ghayr alNâṭiqîn bi-hâ (Cairo: The Amirecan University in Cairo Press/Dal el Kutub, 2008), jilid 1, h. 10. 11 Lembaga Administrasi Negara 9
34
Dari konsep dan prinsip pendidikan andragogi ini, muncul istilah-istilah yang dikenal dengan istilah Enjoy Learning, Workshop, Pelatihan Outbond, dll, dan dari konsep Pendidikan andragogi ini pula kemudian muncul konsep-konsep Liberal, Liberasionis dan Anarkis pendidikan. William F. O’Neil membagi pendidikan Liberal menjadi tiga macam yaitu Liberalisme pendidikan, Liberasionisme pendidikan dan Anarkisme pendidikan.12 Liberalisme cara mengajar kepada siswa dalam menghadapi persoalan kehidupan sehari-hari yang memiliki tujuan untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada.13 Kedua adalah liberasionisme pendidikan yaitu sebuah sudut pandang yang menganggap bahwa manusia harus melakukan perubahan tatanan politik dan ataupun pendidikan yang ada sekarang. Hal ini merupakan cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dalam mewujudkan potensi-potensi diri secara maksimal.14 Sedangkan Anarkisme pendidikan yaitu konsep pendidikan yang memiliki keterbukaan dengan cara pembuktian ilmiah. Tetapi berbeda dengan liberal dan liberasionis, anarkisme pendidikan
Republik Indonesia, Pendidikan Orang Dewasa (Jakarta:Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2007), 46-48. Dan lihat juga. Hayyâ� n bint Sa‘d bin ‘Abdullah al-Rawwâ� f, Ta‘lîm al-Kibâr wa alTa‘lîm al-mustamir, h. 30-64. 12 William F. O’Neil, Educational Ideologies: Contemporary Expression of Educational Philosophies, diterjemahkan oleh Omi Intan Naomi dengan Judul Ideologi-Ideologi Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 7. 13 William F. O’Neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan, 39. Lih. http://www.kamusbesar. com/9723/efektif, tanggal akses 27 Januari 2013, jam 14.03 Wib. 14 William F. O’Neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan, 40.Juga lihat. Pedagogy vs Andragogy - Pendidikan http://www.huttaqi.com/artikel.php. tanggal akses Juni 20012 jam 02.39 Wib.
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
konsep pendidikan yang menghapuskan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal. Hal ini dilakukan untuk membuat masyarakat yang bebas lembaga.15 Menurut anarkisme pendidikan, pendekatan terbaik terhadap pendidikan adalah pendekatan yang mengupayakan penghapusan sistem persekolahan yang terlalu mengikat.16 Bahasa memiliki nilai seni sehingga membuat orang yang mendengarkan atau orang yang membacanya memiliki ketertarikan.17 Hal ini mengindikasikan apabila pembelajaran bahasa yang diajarkan dengan prinsip-prinsip yang tidak dinamis, tanpa memberi kesempatan kepada peserta belajar untuk berpikir kritis, atau membatasi perkembangan intelektual peserta belajar dan memosisikan perbedaan sebagai hal yang tidak biasa. Dalam perkembangan penelitian, penulis menemukan penelitian pembelajaran bahasa Inggris sebagai perbandingan dengan pembelajaran bahasa Arab. Dalam penelitian Sahri Suwandi yang judul “Penerapan Andragogi pada Lembaga kursus (Studi Fenomenalogi pada Kursus Bahasa Inggris BEC Pare Kediri)”.18 Model
Lihat. William F. O’Neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan, 105-106. Juga lihat. Syuaib Sulaiman, Paradigma Pendidikan Dalam Perspektif Pendidikan Islam (tesis) (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2006), h. 56. 16 William F. O’Neil, Ideologi-Ideologi Pendidikan (terj/Omi Intan Naomi) (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2008), 39-40. Lihat juga. Soleh Subagja, Menggagas Liberalisasi Pendidikan Islam, (studi atas pemikiran Paulo Freire dan pemikir pendidikan Islam di Indonesia sejak tahun 1990an), (Malang: UMM Fakultas Agama Islam Jurusan Tarbiyah, 2007), h. 22-33. 17 Alî� Ahmad Madkû� r, Tadrîs Funûn al-Lughah al-‘Arabiyyah (al-Qâ� hirah: Dâ� r al-Fikr al-‘Arabî�, 1420H/2000), h. 29. 18 Sahri Suwandi, “Penerapan Andragogi Pada Lembaga kursus (Studi Fenomenalogi pada Kursus Bahasa Inggris BEC Pare Keidri).” (Tesis), (Universitas Negeri Malang: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, 2009). 15
pembelajaran yang nyaman, menarik dan membuat peserta didik senyaman mungkin belajar karena pemberlakuan program yang menerapkan kebebasan secara kritis. Hal ini pun merupakan keberhasilan dari penerapan pendekatan andragogi dalam pembelajaran bahasa sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Metodologi
Data secara kuantitatif menjadi sumber utama dalam penelitian ini yang berasal dari kuisioner, observasi, wawancara dan dokumen lembaga. Penulis ingin membandingkan kedua lembaga tersebut antara Pe-santrenMahasiswa dan Sarjana Ulil Albâ� b dengan Pesantren Tinggi Al-Ittihâ� d STAI Laa Roiba. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasantri yang nyantri dan belajar bahasa Arab di Pesantren mahasiswa dan Sarjana Ulil Albâ� b Bogor dan Pesantren Tinggi Al Ittihâ� d STAI Laa Roiba Cibinong, banyaknya populasi 90 peserta (Ulil Albâ� b 50, Al Ittihâ� d 40). Metode eksperimen dilakukan dengan mengambil 20 sampel mahasiswa untuk di-treatment dengan pendekatan andragogi dalam pembelajaran bahasa Arab. Sedangkan desain kuasi eksperimen pada penelitian ini adalah Desain Nonequivalent Pretest-Postest. Setelah itu data dikumpulkan dari kelas yang telah diujicobakan. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan hipotesis: H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan efektivitas belajar siswa dari rata-rata hasil belajar yang menggunakan pendekatan andragogi dalam pembelajaran bahasa Arab dengan pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan pendekatan pedagogi. H1: Terdapat perbedaan peningkatan efektivitas belajar siswa dari rata-rata hasil
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
35
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
belajar yang menggunakan pendekatan andragogi dalam pembelajaran bahasa Arab dengan pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan pendekatan pedagogi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Profil Pesantren Mahasiswa dan Sarjana Ulil Albâb
Pesantren Ulil Albâ� b yang diresmikan pada 15 Juli 1987 merupakan lembaga pendidikan alternatif yang diharapkan menjadi model pendidikan yang integral. Letak pesantren Mahasiswa dan Sarjana atau PPMS Ulil Albâ� b, berada di dalam lingkungan kampus Universitas Ibn Khaldun di Jalan KH Sholeh Iskandar KM. 2 Kelurahan Kedung Badak Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Pondok Pesantren ini diinspirasi oleh gagasan Muhammad Natsir tentang tiga pilar dalam membangun kekuatan ummat yaitu masjid, pesantren dan kampus yang Islami. Saat ini, para mahasiswa atau mahasantri PPMS Ulil Albâ� b terdiri dari berbagai jurusan dan program studi meliputi Komunikasi Penyiaran Islam, al-Ahwâl alShakhṣiyyah, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Agama Islam, Ilmu Hukum, Teknik Informatika, Ekonomi Syariah, Magister Ekonomi Islam dan Magister Pendidikan Islam. Selain mengkaji ilmu sesuai bidang masing-masing, para mahasiswa ini juga mengkaji beberapa materi pondok yang berkenaan dengan empat aspek di atas seperti kajian kitab kuning meliputi tafsir, tahfizh al-Qur'an, ushûl dan qawâid fiqih, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, jurnalistik, dan materi kewirausahaan. Lembaga ini juga menggerakkan para santri dan mewajibkan terlibat dalam kegiatan dakwah di lingkungan kampus dan masyarakat sekitar sebagai mentor kajian Islam kampus, Imam 36
masjid di masjid-masjid sekitar, pengajar TPQ (Taman Pendidikan al-Qur'an), dan penyelenggara kegiatan seminar keislaman untuk masyarakat umum yang dilaksanaan setiap bulan.19
Profil Pesantren Tinggi Al-Ittihâd STAI Laa Roiba
Sekolah Tinggi Agama Islam Laa Roiba adalah salah satu perguruan tinggi perintis di Wilayah Bogor Barat berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Laa Roiba, berdiri sejak tahun 1992 dengan beberapa tokoh pendirinya yaitu Drs. H. Upaya Satari, Drs. H. Hasbullah, Drs. H. Sihabudin, MA, Drs. H. Djufri Djamaludin, M.Pd.I, Drs. H. Mubarok, SE, MA. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) “Laa Roiba” Bogor berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan “Laa Roiba”. Lembaga ini didirikan dalam rangka menghadapi era globalisasi yang menuntut umat Islam untuk mampu berperan dan berkiprah dalam persaingan, baik dalam persaingan ekonomi, pendidikan, iptek dan sosial budaya. Hal ini menuntun pula lembaga tersebut untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan berbagai upaya.
Efektivitas dalam Proses Pembelajaran bahasa Arab di Pesantren Mahasiswa-Sarjana Ulil Albâb dan Pesantren Al Ittihâd
Efektivitas dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibatnya.20
Data diperoleh dari pengasuh harian Ponpes Ulil Albâ� b dan wawancara lisan dengan pengasuh harian pesantren Ulil Albâ� b Dr.Ahmad Alim, Lc., M.A., pada hari kamis tgl 12 September 2013 pukul 14.30 WIB. 20 Diakses dari http://bahasa.kemdiknas. go.id/kbbi/index.php, pada jam 11.40 WIB, tanggal 09 Desember 2013. 19
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
Efektivitas yang yang dimaksud penulis di sini hanyalah efektivitas berkaitan dengan pembelajaran bahasa Arab (non kebahasaan), yakni efektivitas yang berkaitan dengan semangat dan minat belajar peserta didik yang muncul dari dalam dirinya sendiri yang diukur dengan 13 prinsip andragogi. Semakin tingginya minat belajar yang muncul dari dalam diri peserta didik maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilannya. Dalam hal ini penulis menetapkan yang dimaksud efektivitas dalam penelitian di sini adalah suatu kondisi yang menunjukkan tingkat tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Arab di Pesantren Ulil Albâ� b dan Al Ittihâ� d, yaitu kemampuan berkomunikasi bahasa Arab dengan baik. Hal ini sejalan dengan pendapat yang telah ditegaskan Asrori bahwa keberhasilan bahasa bisa dinilai dengan dua aspek, yaitu aspek kebahasaan dan aspek keterampilan menurutnya pembelajaran bahasa bisa dinilai efektif jika prosedur dan tujuantujuan pembelajaran telah terpenuhi.21 Pembelajaran akan terlaksana secara efektif dengan penilaian semangat dan respon siswa tinggi terhadap pembelajaran tersebut pasti hasilnya tinggi juga. Hal ini sejalan dengan ada yang telah dikemukakan Hidayat, yang menyatakan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran baik secara kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai sehingga makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya.22 Imam Asrori, Strategi Belajar Bahasa Arab (Teori & Praktik) (Malang: Misykat (Anggota IKAPI, 2011), h. 17. 22 Hidayat, Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986), h. 7. 21
Tabel 1 Proses pengajaran bahasa Arab di Pesantren Ulil Albâb menekankan pada suasana nonformal dari pada formal No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
1
Selalu Kadang-kadang Tidak
16 3 1
80 15 5
20
100
Frekuensi
Persentase
4 4 12
20 20 60
Tabel 2 Proses pengajaran Bahasa Arab di Pesantren tinggi al Ittihâd menekankan pada suasana nonformal dari pada formal No soal 1
Pilihan Selalu Kadang-kadang Tidak
20
100
Berdasarkan tabel di atas terlihat 80% pesantren Ulil Albâ� b pengaruh pendekatan andragogi membentuk suasana nonformal dalam pembelajaran. Berbeda dengan pesantren tinggi Al Ittihâ� d yang menerapkan pendekatan formal dalam membentuk suasana belajar dan mengajar bahasa Arab dengan pendekatan andragogi. Pendekatan andragogi menuntut adanya suasana kondusif. Peserta didik harus mendapatkan rasa aman, nyaman dalam situasi belajarnya. Pengembangan otonomi setiap peserta belajar menjadikan iklim belajar yang kondusif bagi peserta belajar, Perbedaan persepsi peserta belajar menjadi hak asasi peserta belajar. Ini merupakan bagian dari karakteristik pembelajaran dengan pendekatan andragogi. Mahasiswa merupakan peserta belajar yang telah memiliki kematangan usia, sehingga suasana yang ditumbuhkan di pesantren Ulil Albâ� b selalu menekankan pada suasana nonformal dan pencapaian kesenangan dan ketenangan peserta
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
37
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
didik Kondisi ini diharapkan akan mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran.23 Efektivitas pembelajaran orang dewasa juga sangat menekankan kemampuan diri. Dalam pendekatan andragogi mahasiswa atau peserta belajar diberikan kesempatan untuk mengekspresikan kemampuannya, sehingga dosen atau pengajar hanya sekadar mengarahkan. Dalam proses belajar di pesantren tinggi Al Ittihâ� d belum sepenuhnya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk proses pencarian jati diri mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa belum memiliki dasar-dasar kebahsaan yang kuat, sehingga mahasiswa membutuhkan pendamping untuk mendukung peningkatan kemampuan berbahasa. Meskipun hal ini diakui tidak menciptakan tingkat efektivitas pembelajaran.24 Namun hal itu tidak bisa dijadikan alasan mengapa belum menerapkan pendekatan andragogi, sebab mahasiswa sebagai peserta belajar di lembaga tersebut adalah orang-orang dewasa maka penerapan prinsip andragogi ini sudah menjadi keharusan untuk mencapai proses pembelajaran yang lebih efektif. Berbeda dengan kondisi di pesantren Ulil Albâ� b yang menumbuhkan suasana yang terbuka (inklusif) antara mahasiswa dan dosen dalam setiap pembelajaran. Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Sebab suasana ini akan menumbuhkan proses dialogis konstruktif yang merupakan bagian dari pencapaian efektifitas pembelajaran bahasa Arab.25
Wawancara dengan Dr. Ahmad Sastra, MM, dosen literasi pesantren Ulil Albâ� b, Selasa, 09 April 2013. 24 Wawancara kepada Dr. Ema Mahmudah, dosen Hadist di Pesantren Tinggi al Ittihâ� d, Senin, 01 April 2013. 25 Wawancara kepada Dr. Ahmad Sastra, MM, dosen Literasi pesantren Ulil Albâ� b, selasa, 09 April 2013. 23
38
Tabel 3 Suasana pembelajaran Bahasa Arab di pesantren Ulil Albâb mengakui perbedaan, keraguan dan kesalahan pada peserta didik sebagai proses menuju perbaikan No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
2
Mengakui Kadang-kadang Tidak
10 6 4
50 30 20
20
100
Tabel 4 Suasana pembelajaran Bahasa Arab di pesantren tinggi al Ittihâd mengakui perbedaan, keraguan dan kesalahan pada peserta didik sebagai proses menuju perbaikan No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
2
Mengakui Kadang-kadang Tidak
8 2 10
40 10 50
20
100
Dari tabulasi tabel di atas perbedaan antara mahasiswa Ulil Albâ� b dengan mahasiswa Al Ittihâ� d hanya 10%. 50% mahasiswa Ulil Albâ� b merasakan perbedaan, keraguan dan kesalahan pada peserta didik sebagai proses menuju perbaikan. Hal ini diindikasikan belum memenuhi standar minimal suasana pengakuan perbedaan. Namun demikian, setidaknya pesantren tersebut telah berupaya pengakuan terhadap perbedaan. Adapun di pesantren tinggi Al Ittihâ� d hanya 40% pengakuan atas perbedaan yang ditumbuhkan dalam proses pembelajaran bahasa Arab. Hal ini menunjukkan bahwa di pesantren tersebut belum tumbuh suasana pembelajaran andragogi. Lebih lanjut untuk mengetahui signifikasi pengaruh metode diskusi yang digunakan oleh kedua kelompok
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
dalam proses pembelajaran bahasa Arab sebagai cara untuk menggali gagasan dan menumbuhkan keaktifan mahasiswa belajar bahasa Arab dan menghindari kepasifan mahasiswa dapat dilihat pada tabulasi tabel berikut. Tabel 5 Proses pembelajaran bahasa Arab di Pesantren Ulil Albâb selalu menggunakan metode diskusi dan tidak satu arah No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
3
Selalu diskusi Satu arah Kadang-kadang
16 2 2
80 10 10
20
100
Tabel 6 Proses pembelajaran bahasa Arab di Pesantren Al Ittihâd selalu menggunakan metode diskusi dan tidak satu arah No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
3
Selalu diskusi Satu arah Kadang-kadang
2 17 1
10 85 5
20
100
Dari tabel di atas sebanyak 80% peserta didik di Ulil Albâ� b selalu menggunakan metode diskusi dalam pembelajaran bahasa Arab. Hal ini mengindikasikan pendekatan angragogi telah digunakan secara maksimal. Adapun sebanyak 85% menggunakan metode pengajaran satu arah yang dilakukan oleh Al Ittihâ� d mengindikasikan belum adanya pendekatan andragogi dalam proses pengajaran bahasa Arab di lembaga ini. Dialog merupakan bagian dari humanisme dalam pendidikan. Apabila suatu lembaga pendidikan aktif dalam memecahkan permasalahan secara dialogis, maka lembaga tersebut merupakan lembaga pendidikan yang inklusif.
Pendidikan liberasionis, menganggap sekolah bersifat obyektif namun tidak sentral dan sekolah bukan hanya mengajarkan pada siswa bagaimana berpikir yang efektif secara rasional dan ilmiah, melainkan juga mengajak siswa untuk memahami kebijaksanaan tertinggi yang ada di dalam pemecahan masalah secara intelek. Secara moral, sekolah berkewajiban tidak hanya melatih kognitif peserta belajar, melainkan mengenalkan dan mempromosikan program-program sosial konstruktif. Sekolah pun harus memajukan pola tindakan yang paling meyakinkan yang didukung oleh sebuah analisis objektif berdasarkan faktafakta yang ada dan sekolah juga harus menghindari pola-pola pembelajaran konservatif yang hanya aktif dari satu arah.26 Metode diskusi yang dilakukan satu arah tidak akan mampu menggali potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu peserta didik. Hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode satu arah. Pembelajaran bahasa Arab yang tidak disesuaikan dengan kondisi peserta belajar dan tidak mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki peserta belajar hanya akan membuat peserta belajar merasakan kebosanan menjadikan bahasa sebagai tuntutan dan keterpaksaan. Keadaan seperti ini tidak akan membuahkan hasil yang maksimal.27 Untuk mengetahui pengaruh penciptaan kondisi dan suasana kondusif dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang
Hayyâ� n bint Sa‘d bin ‘Abdullah al-Rawwâ� f, Ta‘lîm al-Kibâr wa al-Ta‘lîm al-Mustamir, 9395. Lihat juga. Paulo Freire, “Pendidikan yang Membebaskan, Pendidikan yang Memanusiakan”, dalam terjemahan Omi Intan Naomi, Menggugat Pendidikan Pundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis (Yogyakarta: LKIS, 2000), h. 30. 27 Umi Machmudah, & Abdul Wahab Rosyidi, Active Learning dalam pembelaran Bahasa Arab, h. 63-66. 26
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
39
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
dewasa di kedua lembaga tersebut dapat dilihat pada tabulasi tabel berikut. Berikut ini penciptaan kondisi dan suasana kondusif dalam pembelajaran bahasa Arab bagi orang dewasa di kedua lembaga tersebut dapat dilihat pada tabulasi tabel berikut. Tabel 7 Suasana belajar bahasa Arab di Pesantren Ulil Albâb sangat kondusif dan penuh keterbukaan No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
4
Kondusif Kadang-kadang Tidak tidak kondusif
16 4 0
80 20 0
20
100
Tabel 8 Suasana belajar bahasa Arab di Pesantren Tinggi Al Ittihâd sangat kondusif dan penuh keterbukaan No soal
Pilihan
Frekuensi
Persentase
4
Kondusif Kadang-kadang Tidak tidak kondusif
5 5 10
25 25 50
20
100
Tabel di atas menunjukkan kondisi yang kontras di antara kedua lembaga tersebut dalam upaya pengkondisian belajar bahasa Arab. Pengaruh penerapan pendekatan andragogi terhadap perancangan program pembelajaran bahasa Arab terlihat dalam pengembangan materi belajar, pengembangan metode pembelajaran, dan dalam pengelolaan lingkungan belajar yang kondusif.28 Penekanan pada suasana belajar dengan kondisi yang dibentuk pesantren
Joko Sutarto, “Penerapan Prinsip-prinsip Andragogi dan Implikasi dalam Perancangan Program Pembelajaran Pelatihan”, 51. Lih. http:// isjd.pdii.lipi.go.id/admin.jurnal/pdf. Diakses pada tanggal akses 28 Maret 2012. 07.13 Wib. 28
40
Ulil Albâ� b yang mengarahkan pada suasana belajar orang dewasa dengan menekankan keterbukaan dan saling memberikan keleluasan untuk berekspresi meskipun harus melakukan kesalahan. Adapun pesantren tinggi Al-Ittihâ� d lebih didominasi pada penekanan kondisi belajar pada anakanak yang tidak memberikan peluang yang luas bagi mahasiswa untuk saling terbuka dan menghargai kekhasan setiap individu mahasiswa.
Respons Peserta didik Terhadap Pembelajaran Bahasa Arab Pembelajaran Bahasa Arab dengan pendekatan prinsip andragogi harus mempertimbangkan nilai manfaat. Mahasiswa sebagai peserta belajar harus dapat merasakan nilai manfaat sebagai hasil dari pembelajaran dengan pendekatan andragogi. Berkaitan dengan nilai manfaat ini mahasantri Ulil Albâ� b, mengatan bahwa pembelajaran bahasa Arab memberikan nilai manfaat untuk mereka. Hasil wawancara pada santri-santri tersebut ditemukan beberapa nilai manfaat yang mereka dapatkan dari pembelajaran bahasa Arab sebagai berikut: 1). Mempermudah mempelajari pelajaran-pelajaran yang menggunakan bahasa Arab, 2). Manfaat untuk diri sendiri dan manfaat buat orang lain. 3). Bisa bahasa Arab fus}ha sebagai modal awal untuk mengetahui tata cara dalam berbahasa Arab, dapat memahami Alquran dan kitab-kitab berbahasa Arab, bisa lebih mengerti untuk mengkaji dan mempelajari kitab-kitab gundul (kutub alturâts) yang merupakan kitab-kitab warisan para ulama. Sebagai telah diungkapkan oleh santri berikut. “Saya merasakan ada manfaatnya karena mempermudah mempelajari pelajaran yang
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
berbau Arab (pelajaran-pelajaran yang menggunakan bahasa Arab)”.29 Maha santri Al Ittihâ� d, mengatakan bahwa proses pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini telah menyesuaikan dengan pengalaman santri, namun ada juga yang mengatakan belum menyesuaikan. Hasil wawancara pada santri-santri tersebut ditemukan beberapa poin sebagai berikut: 1). Pembelajaran bahasa Arab masih kurang efektif namun cukup menyesuaikan dengan kondisi santri, 2). Pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini belum sesuai dengan pengalaman santri secara optimal. Sebagaimana diungkapkan oleh para santri berikut ini; “Proses pembelajaran kurang penekanan, tidak seperti di pondok SMA dulu, namun sudah sesuai (pengalaman), ustadznya ngajar berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, seperti balajar nahwu sharaf ً ٌ contohnya: »كان زيدنائما.30 Hal yang sama juga diungkapkan oleh Fakhriyah dkk, bahwa manfaat dari pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini relevan dan sesuai dengan latarbelakang mahasiswa khusus bagi mahasiswa yang berasal dari umum atau belum pernah mempelajari bahasa Arab. Diberlakukannya waktu khusus untuk mendalami bahasa Arab dengan diadakan kursus dan kosakata dalam pembelajaran bahasa Arab digunakan setiap hari, tidak hanya di saat perkuliahan saja tetapi di asrama juga, dan mempraktikkannya sehari-hari melalui percakapan dengan teman walaupun tidak fasih dan sempurna.31 Namun ada juga beberapa santri yang mengatakan sebagai Wawancara dengan Hilman salah seorang santri Ulil Albâ� b, mahasiswa semester 1/Ekonomi Islam, pada hari kamis, tanggal 12 September 2013. 30 Wawancara dengan Atiqah, salah seorang santri Al Ittihâ� d, pada tanggal 12 September 2013. 31 Dian, Rahmah, Ruqaya, Maimunah, Jamilah, Ulfah, Zainab, Ifa, pada tanggal 12 September 2013. 29
berikut “Karena kami di sini diwajibkan menggunakan bahasa Arab sehari-hari, jadi apa yang kami dapatkan itu langsung kami peraktikkan karena sudah merupakan kegiatan yang harus dan wajib dijalani. Jika latarbelakang yang bukan dari pesantren mungkin agak kesulitan dalam menyesuaikan diri, cuma karena adanya tekanan dari lingkungan lambat laun bisa menyesuaikan diri”.32 “Belum sesuai secara maksimal, proses pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini masih perlu dibenahi dan ditingkatkan. Pembelajaran bahasa Arab di lembaga ini masih perlu dan harus menyesuaikan dengan pengalaman peserta didik karena setiap santri di sini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda tidak bisa dipukul rata”.33
Simpulan Efektivitas pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan andragogi di pesantrenUlil Albâ� b telah memenuhi syarat. Indikasi tersebut terlihat dari terciptanya peserta didik yang aktif dan kreatif. Namun, di pesantren Al-Ittihâ� d pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan andragogi belum diterapkan secara maksimal. Indikasi tersebut terlihat dari belum terciptanya peserta didik yang aktif dan kreatif. Suasana belajar yang kondusif pun belum tercipta. Ittihâ� d menerapkan pembelajaran bahasa Arab dengan pendekatan andragogi secara bertahap sehingga memiliki orientasi terhadap asaz manfaat dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa sebagai peserta belajar []. Afifah, Faizah, Farohah, Fatin, Fauziyah, Taqiah, Fiqi, pada tanggal 12 September 2013. 33 Nailah, pada tanggal 12 September 2013. 32
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473
41
Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban, 2 (1), 2015
Daftar Rujukan Asrori, Imam, Strategi Belajar Bahasa Arab (Teori & Praktik). Malang: Misykat (Anggota IKAPI, 2011.
Brookfield, Stephen. “Adult Cognition As a Dimension of lifelong Learning”. In J. Field & M. Leicester (Eds.), Lifelong learning: Education across the lifespan. Philadelphia: Falmer Press, 2006. Fachrurrozi, Aziz & Erta Mahyuddin. Pembelajaran Bahasa Asing Metode Tradisional & Kontemporer, Jakarta: Bania Publishing, 2010. Fauzâ� n, ‘Abd al-Rahman bin Ibrâ� hî�m al-. (dalam Ṣifât al-Mu‘allim al-Muatthir), Iḍâât li Mu‘allimî al-Lughah al‘Arabiyyah li Ghayr al-Nâṭiqîn bihâ, alRiyâ� ḍ� : Maktabah al-Mâ� lik Fahd al-Waṭ�oniyyah, 1432H/2011. Grant, Anthony M. , Evidence Based Coaching Handbook: Putting Best Practices to Work for Your. New Jersey: Wiley, 2006.
Hidayat, Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan.Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1986. Knowles, Malcom S. The Adult Learning. Houston, Paris, London, Tokyo: Gulf Publishing Company, 2005.
Naomi, Omi Intan. Menggugat Pendidikan Pundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Yogyakarta: LKIS, 2000 Osborne, Michael. The pedagogy of lifelong learning: Understanding Effective Teaching and Learning. New York: Routledge, 2007
42
Rawwâ� f, Hayyâ� n bint Sa‘d bin ‘Abdullah. Al-. Ta‘lîm al-Kibâr wa al-Ta‘lîm alAlmustamir. Riyâ� ḍ� : Maktabah al-Tarbiyah al ‘Arabî� Lidaul al-Khalî�j, 2002.
Sa’id, Muhammad Badawi, El-. al-Kitâb alasâsî fî taʻlîm al-lughah al-ʻArabîyah li- ghayr al-nâṭiqîn bi-hâ . Cairo: The Amirecan University in Cairo Press/Dar el-Kutub, 2006. Shamsuddin, Abdul Amir. Risâlah Âdâb alMua’llimîn Li-Ibni Saḥnûn. Bairû� t: Dâ� r Iqra’, 1985M/1405H. Sutarto, Joko. “Penerapan Prinsip-prinsip Andragogi dan Implikasi dalam Perancangan Program Pembelajaran Pelatihan”, 51. Lih. http://isjd.pdii.lipi. go.id/admin/jurnal/pdf. Diakses pada tanggal akses 28 Maret 2012. 07. 13 Wib.
Marzal. "Andragogi: Partisipatif Demokratis dan Humanis", Palembang: Widyaiswara Muda BDK Palembang), 2. Diakses dari: http://sumsel.kemenag.go.id/pdf. tanggal akses 24 Januari 2013.
Suwandi, Sahri. “Penerapan Andragogi Pada Lembaga kursus (studi fenomenalogi pada kursusBahasa Inggris BEC Pare Keidri).”, Tesis, (Universitas Negeri Malang: Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan), 2009. Diunduh dari http://library. um.ac.id/freecontents/index.php./ pup/pup/detail/penerapan-andragogipada-lembaga-kursus-bahasa-inggrisbec-pare-kediri-sahri-suwandi-40679. html, (diakses 20 Januari 2012).
Copyright © 2015, ARABIYAT, ISSN: 2356-153X, E-ISSN: 2442-9473