URGENSI METODE DALAM MEWUJUDKAN PROSES PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF Ahmad Bangun Nasution Dosen Tetap Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah IAIN - SU Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate, 20371
ﺣﱴ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻧﺖ. ﺇﻥ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻻ ﺗﻘﻞ ﺃﳘﻴﻨﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﳌﻮﺍﺩ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻤﻴﺔ:ﲡﺮﻳﺪﻱ ﺍﳌﻮﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﳓﻮ ﺃﻓﻀﻞ ﻭﻋﻨﺪﻣﺎ ﻳﺪﺭﺱ ﺑﻄﺮﻳﻘﺔ ﻏﲑ ﺳﻠﻴﻤﺔ ﻓﻠﻦ ﲢﺼﻞ ﺇﱃ ﺍﻟﻨﺘﺎﺋﺞ ﻭﻛﺬﻟﻚ ﺗﻌﻠﻴﻢ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻓﻤﻦ ﺍﻟﻼﺯﻣﺔ ﻟﻜﻞ ﻣﺪﺭﺱ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﺃﻥ.ﺍﻟﻘﺼﻮﻯ ﻭ ﻛﺎﻥ ﰱ ﺍﻟﻮﺍﻗﻊ.ﺎﻳﻜﻮﻥ ﻟﻪ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﻛﺎﻓﻴﺔ ﻋﻦ ﻃﺮﻕ ﺗﺪﺭﻳﺲ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻭﻣﻬﺎﺭﺍ ﺃﻥ ﻛﺜﲑﺍ ﻣﻦ ﺍﳌﺪﺭﺳﻲ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻻ ﻳﺰﺍﻟﻮﻥ ﺃﻥ ﻳﻔﺘﻘﺮﻭﺍ ﻣﻦ ﺍﳌﻌﺮﻓﺔ ﻋﻦ ﻃﺮﻕ ﺗﻌﻠﻴﻢ .ﺍﻟﻠﻐﺔ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ Abstrak: Metode pembelajaran tidak kalah pentingnya dibanding materi pembelajaran. Bahkan materi yang baik sekalipun kalau diajarkan dengan metode yang salah tidak akan memperoleh hasil maksimal. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Arab, dibutuhkan pengenalan yang maksimal tentang metode – metode pembelajaran aspekaspek bahasa Arab. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak guru bahasa Arab yang masih kurang pengetahuannya tantang metode-metode pembelajaran bahasa Arab.
Kata Kunci: Bahasa Arab, Metodologi, Pembelajaran. A. Pendahuluan ahasa Arab beserta ilmu ilmunya terdiri dari 13 ilmu, yaitu: Shorf, Nahwu, Rasam, Ma’ani, Bayan, Badi’, ‘Arudh, Qawafi, Qardh Al-Syi’r, Insya’, Khitabah, Tarikh Al Adab, Matn Al Lhughah. Nama nama tersebut diatas ada yang mengalami penggabungan dengan menggunakan nama lain, misalnya Mani’ Bayan dan Badi’ dengan Ilmu Balaghah, Nahwu dan Sharaf terkadang disebut dalam satu ilmu Al Qawa’id al Lughawiyah, selain itu terdapat beberapa ilmu yang kurang dikembangkan secara resmi seperti Rasm Arudh Qawafi, Qardh Al Syi’r, Matn Al Lughah, akan tetapi terdapat juga cabang-cabang
B
79
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
ilmu Bahasa Arab dengan nama lain, seperti; Khat, Imla’, Mufradath, Mahfudzat, Muthala’ah dan Qiraa (Al-Ghayani, 1930:5). Bahasa ialah lafal-lafal yang diungkapkan oleh penggunanya untuk menyampaikan Maksudnya. Bahasa bisa sangat beragam sesuai dengan beragamnya lafal bahasa meskipun makna yang dimaksudkan sama atau bersamaan. Bahasa Arab ialah kalimat yang diungkapkan oleh orang Arab untuk menyampaikan maksud mereka. Dan Bahasa Arab telah luas pemakaiannya dan ia dilindungi oleh Al Qur’an Al Karim dan Al Hadits, serta berdasarkan riwayat para ahli yang terpercaya dan dimuat dalam karya tulis bangsa Arab (Al-Ghayani, 1930:4). B. Fungsi dan Peranan Bahasa Arab Sudah dapat dipastikan bahwa bahasa, apakah itu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Perancis, bahasa Jepang dan maupun bahasa Arab, memiliki fungsi dan peranan yang sangat berarti dan penting bagi setiap bangsa dan masyarakat itu sendiri. Bahkan bahasa merupakan cennin dari suatu bangsa yang berbudaya. Ditilik dari fungsinya, maka bahasa adalah sebagai alat komunikasi dan penghubung dalam pergaulan manusia seharihan, baik antara individu dengan individu, individudengan masyarakat. Dan masyarakat dengan bangsa tertentu. Yakni dengan mengkomunikasikan dan menyampaikan maksud tertentu dan mencurahkan suatu peranan tertentu dengan rasa senang atau duka dan dengan rasa sedih dan gembira kepada orang lain, agar dapat dipahami, dimengerti dan merasakan segala sesuatu yang ia alami. Demikian dalam bahasa Arab, yang memiliki fungsi istimewa dari bahasa-bahasa lainnya. Bukan saja bahasa Arab yang memiliki nilai sastra bermutu tinggi bagi mereka yang mengetahui dan mendalami, akan tetapi bahasa Arab ditakdirkan sebagai bahasa al-Quran, yakni mengkomunikasikan kalam Allah. Yang karena di dalamnya mengandung uslub bahasa yang sungguh mengagumkan manusia, dan manusia tidak akan mampu menandinginya. Ini merupakan suatu ketetapan yang tidak dapat dibantah. Bahasa Arab dan al-Quran bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu dengan lainnya. Mempelajari bahasa Arab adalah syarat wajib untuk menguasai isi
80
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
al-Quran dan mempelajari bahasa al-Quran berarti mempelajari bahasa Arab. Dengan demikian peranan bahasa Arab disamping sebagai alat komunikasi manusia sesamanya juga komunikasi manusia beriman kepada Allah, yang terwujud dalam bentuk shalat, doa-doa dan sebagainya. Kenyataan lain, bahwa bahasa Arab dalam fase perkembangannya telah dijadikan sebagai bahasa resmi dunia Internasional, dan ini sangat menggembirakan bagi kita semua. Maka tidak berlebihan jika pengajaran bahasa Arab perlu mendapatkan penekanan dan perhatian seksama, mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai pada lembaga Pendidikan Tinggi, baik negeri maupun swasta, umum maupun agama, untuk digalakkan dan diajarkan. Hal ini tentu disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan anak didik. Di lembaga-lembaga pendidikan umum sekarang ini terutama pada tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas) bahasa Arab telah menjadi komponen pilihan pokok pengajaran bahasa asing, disamping bahasa Inggris. Masalahnya sekarang adalah bagaimana meningkatkan kualitas berbahasa Arab, yang masih dianggap oleh sebagian siswa/mahasiswa sebagai bahasa yang sulit bahkan memandangnya menjadi ”momok”. Hal ini merupakan tantangan yang harus segera diupayakan pemecahannya. Di sini peranan guru/pendidik dan pakar bahasa Arab sangat dinabtikan. Upaya yang dapat dilakukan berupa pengadaan pusat latihan, laboratorium bahasa, kursuskursus, masmedia-masmedia yang menyajikan bahasa Arab yang praktis, buku-buku karya ilmiah yang menyajikan bahasa Arab yang mudah/gamblang dan metodologis dan ini terasa masih langka. Bahasa Arab itu sebenamya mudah/tidak sulit, asal tekun dan rutin (bersungguh-sungguh dan serius), serta berani mempraktekkannya tidak perlu malu/takut salah, banyak-banyak latihan dan praktek (Yusuf, 1997:1). Baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga bahasa Arab bukan lagi bahasa yang ditakuti dan dianggap sukar oleh anak didik tetapi telah menjadi miliknya dan gandrung mempelajarinya sebagai bahasa al-Quran.
81
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
C. Tujuan Mempelajari Bahasa Arab Tujuan pengajaran bahasa Arab menentukan approach, metode dan teknik pengajaran bahasa itu. Dengan lain perkataan, approach, metode dan teknik mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tujuan pengajaran bahasa (Departemen Agama, 1975:117). Oleh karena itu tujuan pengajaran suatu bahasa haruslah dirumuskan sedemikian rupa agar arah yang akan dituju tepat mengenai sasaran. Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yakni tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Dalam tujuan khusus adalah merupakan penjabaran dari tujuan umum, karena tujuan umum itu sulit dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Pada tujuan umum bahasa Arab ditujukan pada pencapaian tujuan ((Departemen Agama, 1975:119-121): a. Agar siswa dapat memahami al-Quran dan al-Hadis sebagai sumber hukum Islam dan ajaran. b. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan Islam yang ditulis dalam bahasa Arab. c. Agar siswa pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa Arab. d. Digunakan sebagai alat pembantu keahlian lain (suplementary). e. Untuk membina ahli bahasa Arab, yakni benar-benar profesional. Oleh karena tujuan di atas masih sangat umum dan masih mengambang, maka perlu dijabarkan lagi secara khusus agar tujuan umum tadi dapat tercapai. Sehingga akan ada tujuan khusus Muhadasah (bercakap-cakap), tujuan khusus Muthalaah (membaca), tujuan khusus Imla’(dikte), tujuan khusus Insya’ (mengarang), tujuan khusus Qawa’id (nahwu saraf), yang ini akan kita bicarakan di waktumembicarakan macam-macam metode pengajaran bahasa Arab. D. Kaidah-kaidah yang Diperlukan dalam Bahasa Arab Kesan bahwa belajar bahasa Arab itu sangat sulit, sukar, ruwet, sehingga memusingkan kepala, sebenarnya tidak perlu
82
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
terjadi manakala pengajaran bahasa Arab disajikan secara metodologis. Pengajaran bahasa Arab secara tradisional yang mengutamakan banyak hafalan-hafalan qawaid terutama pada tingkat-tingkat pemula ternyata kurang banyak memberikan keuntungan, bahkan berakibat pengajaran bahasa Arab dipandang sukar, sulit dan momok. Agar bahasa Arab tidak dipandang sulit, sukar, maka pengajaran perlu memperhatikan kaidah-kaidah umum pengajaran bahasa Arab. Kaidah-kaidah tersebut antara lain: 1. Mengajarkan bahasa Arab hendaklah di mulai dengan percakapan, meskipun dengan kata-kata yang sederhana dan yang telah dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mengajarkan Qawaid (nahwu saraf) dapat diajarkan setelah anak didik mahir berbicara, membaca dan menulis bahasa Arab. Atau boleh diajarkan sambil lalu dalam mengajarkan percakapan. 2. Usahakan dalam menyajikan bahan pelajaran dengan menggunakan alat peraga (alat bantu). Hal ini sangat penting agar pengajaran menjadi menarik, bergairah dan membantu memudahkan dalam memahami pelajaran bahasa Arab (harus menyediakan media pengajaran). 3. Mengajar hendaklah dengan mementingkan kalimat yang mengandung pengertian dan bermakna. Hal ini sesuai dengan teori pengajaran Gestal yang lebih mengutamakan kesatuan daripada komponen-komponen (elemen-elemen). 4. Mengajarkan bahasa Arab itu hendaklah mengaktifkan semua panca indera anak didik, lidah harus dilatih dengan percakapan, mata dan pendengaran terlatih untuk membaca dan tangan terlatih untuk menulis dan mengarang dan seterusnya. 5. Pelajaran bahasa hendaklah menarik perhatian dan disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. 6. Murid-murid banyak dilatih bicara, menulis dan membaca. E. Macam macam Metode Pengajaran Bahasa Arab 1. Metode bercakap-cakap (Muhadasah)
83
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
Pelajaran muhadasah merupakan pelajaran bahasa Arab yang pertama-tama diberikan. Sebab tujuan utama pengajaran bahasa Arab adalah agar siswa mampu bercakap-cakap (berbicara) dalam pembicaraan sehari-hari dengan berbahasa Arab dan membaca al-Quran, dalam salat dan doa-doa. Yang disebut berbahasa itu adalah berbicara lisan. Metode muhadasah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata (vocabulary) yang semakin banyak. Di lembaga-lembaga pesantren modern seperti Pesantren Gontor Ponorogo Jawa Timur sangat menekankan metode muhadasah ini disamping metode-metode lainnya. Anak didik mulai dari tingkat dasar telah diharuskan bercakap-cakap dengan bahasa Arab disamping bahasa Inggris, meskipun mula-mula arti pembicaraan belum begitu dipahami tetapi lama kelamaan sedikit demi sedikit anak didik mulai mengerti dan memahaminya. Sehingga banyak kalangan orang menilai sistem dan metode yang dikembangkan oleh Pesantren Gontor ini sangat efektif dan dapat dicontoh. Kalau diperhatikan lebih jauh, anak kecil belajar bahasa ibunya memang di mulai dengan percakapan (berbicara) ini, mulamula ia ucapkan kata-kata yang diajarkan oleh ibunya meskipun tidak langsung ia pahami atau dimengerti, setelah agak lancar mulai ia menyusun kata-kata dan akhimya lama-kelamaan menjadi mahir dan paham berbicara yang ia ucapkan itu. Jadi bukan tata bahasanya (qawaid) yang pertama diajarkan tetapi melatih percakapannya. “sudah bisa karena biasa”, inilah metode yang alamiah dan berhasilguna. Tujuan Pengajaran Muhadasah 1. Melatih iklah anak didik agar terbiasa dan fasih bercakap-cakap (berbicara) dalam bahasa Arab. 2. Terampil berbicara dalam bahasa Arab mengenai kejadian apa saja dalam masyarakat dan dunia internasional apa yang ia ketahui.
84
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
3. Mampu menerjemahkan percakapan orang lain lewat telepon, radio, Televisi, tape recorder dan lain-lain. 4. Menumbuhkan rasa cinta dan menyenangi bahasa Arab dan alQuran, sehingga timbul kemauan untuk belajar dan mendalaminya. Metode Mengajarkan Muhadasah Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam mengajarkan ini yaitu: 1. Mempersiapkan acara/materi muhadasah dengan matang dan menetapkan topik yang akan disajikan. (SP tertulis). 2. Materi muhadasah hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. Jangan memberikan muhadasah dengan kata-kata dan kalimat yang panjang yang tidak dimengerti dan dipahami oleh anak didik. Mulailah dengan kata-kata dan kalimat yang telah dikuasai oleh anak didik. Misalnya dengan memulai memperkenalkan alat-alat tulis sekolah dan peralatan rumah tangga. Dan setelah bahasa Arabnya agak maju maka meningkat kepada pembentukan dan perangkaian kata-kata menjadi kalimat yang sempurna. Kemudian lingkup materi pembicaraan terus semakin diperluas dan dikembangkan selalu. 3. Menggunakan alat peraga (sebagai alat bantu) muhadasah. Sebab dengan alat peraga dapat menjelaskan persepsi anaktentang arti dan maksud yang terkandung pada muhadasah. Disamping itu dapat menarik perhatian anak didik dan tidak menjenuhkan. Sebagai contoh: Guru bertanya kepada anak didik dengan memegang kitab yang ada di tangannya: kemudian disuruh salah seorang murid untuk mengeja dengan kalimat yang sempurna, misalnya: (yang ditanganmu kitab) dan begitulah seterusnya (Yunus, 1983:170). 4. Guru hendaklah menjelaskan terlebih dahulu arti kata-kata yang terkandung dalam muhadasah, dengan menuliskannya di papan tulis. Setelah murid dianggap mengerti, guru menyuruh murid untuk mencoba mempraktekkannya di depan kelas. Dan teman lainnya menyimak dan memperhatikan sebelum mendapat giliran berikutnya. (Departemen Agama,1975:180).
85
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
5. Pada muhadasah tingkat lebih tinggi atas, anak didiklah yang lebih banyak berperan, sedangkan guru menentukan topik yang akan di-Muhadasah-kan. Dan setelah acara dimulai peranan guru hanya mengatur jalannya muhadasah, agar jalannya muhadasah tetap sportif dan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 6. Setelah muhadasah selesai dilakukan, guru kemudian membuka forum soal jawab dan hal-hal lain yang perlu untuk didiskusikan mengenai muhadasah yang baru saja selesai. Jika ada hal-hal yang masih belum dimengerti dan dipahami oleh anak didik, maka guru mengulangi penjelasannya lagi, dan mencatatkannya di papan tulis dan menyuruh murid untuk mencatat di buku tulisnya. 7. Penguasaan bahasa secara aktif, itulah yang baik dan berhasil, bukan hanya penguasaan pasif. Jika bertemu orang Arab, tak mampu murid-murid berbicara/berkomunikasi. Alangkah janggalnya. 8. Di dalam kelas, guru harus selalu berbicara di dalam bahasa Arab. Mustahil murid-murid akan pandai berbahasa Arab, jika gurunya tak pemah/jarang bicara bahasa Arab. 9. Jika muhadasah akan dilanjutkan kembali pada pertemuan berikutnya, maka guru sebaiknya, dapat menetapkan batas dan materi pelajaran yang akan disajikan berikutnya, agar siswa dapat lebih mempersiapkan dirinya. Muhadasah adalah yang terpenting dalam pelajaran bahasa Arab. 10. Mengakhiri pertemuan pengajaran, dengan memberi dorongan dan semangat siswa untuk lebih giat belajar. Saran-saran yang muhadasah
harus diperhatikan dalam
1. Berani melakukan/mempraktekkan percakapan, dengan menghilangkan perasaan malu dan takut akan salah. Prinsip yang harus dipegangi: “Yang penting berbicara/ngomong soal salah itu biasa, toh nanti akan baik dengan sendirinya. 2. Rajin memperbanyak perbendaharaan kata-kata dan kalimat secara kontinu (Yusuf, 1985:9-14). Kita dapat memperhitungkan, jika setiap hari kita dapat menghafal 10 kosa kata, maka dalam satu bulan berarti kita telah dapat menguasai
86
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
3.
4.
5. 6.
7.
kosa kata bahasa Arab ebanyak 300 kata. Nah kalau satu tahun? Kalikan saja, berapa jumlah kosa kata yang dapat kita hafal. Selalu melatih alat pendengaran dan pengucapan, agar menjadi fasih dan lancar, sehingga secara spontan, kapan dan di mana saja diperlukan. Caranya mengajar orang lain yang pandai, untuk diajak bercakap-cakap dengan bahasa Arab. Atau dengan cara mendengarkan pembicaraan orang lain, baik melalui radio/siaran radio berbahasa Arab, TV, tape recorder dan lainlain. Terus-menerus banyak membaca buku-buku dalam bahasa Arab. Buku-buku petunjuk mengenai percakapan bahasa Arab, sangat membantu kemajuan percakapan bahasa Arabanda. Menciptakan lingkungan dalam suasana berbahasa Arab. Mencintai guru dan teman yang pandai berbahasa Arab, jadikan mereka sebagai teman setia. Dalam saat-saat tertentu,mereka dapat dijadikan sebagai tempat bertanya. “Ajarkanlah bahasa itu, jangan hanya mengajarkan tentang bahasa itu”. Ajar dan latihlah anak-anak berbicara bahasaArab, jangan hanya mengajar ilmu bahasa (Qawaid-qawaid melulu).
2. Metode Muthala’ah (Membaca) Metode muthala’ah, yaitu cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Melalui metode muthala’ah ini, diharapkan anak didik dapat mengucapkan lafadz kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab yang fasih, lancar dan benar. Tidak sembarang baca, akan tetapi memperhatikan tanda-tanda baca, tebal tipisnya bacaan. Sebab salah dalam mengucapkan tanda-baca, akan berakibat kesalahan arti yang dimaksud. Tujuan Pengajaran Muthala‘ah Pengajaran Muthalaah bertujuan untuk: 1. Melatih anak didik terampil membaca huruf Arab dan al-Qur’an dengan memperhatikan tanda-tanda baca misalnya tanda baca dhammah, tanda fathah, tanda kasrah, saddah dan tanda tanwin, dan lain-lain. 2. Dapat membedakan bacaan antara huruf satu dengan huruf yang lainnya, dan antara kalimat bahasa Arab yang samar, sehingga
87
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
fasih lafadznya, lancar membacanya dan benar dalam pemakaiannya, tepat bacaan. 3. Dapat melagukan dan melantunkan gaya bahasa Arab dan alQur’an secara tepat dan menarik hati. 4. Melatih anak didik untuk dapat membaca dan mengerti serta paham apa yang dibacanya/tidak verbalisme. 5. Agar anak didik dapat membaca, membahas dan meneliti bukubuku- agama, karya-karya ulama-ulama besar dan pemikir (filsuf-filsuf) Islam yang umumnya karya mereka ini ditulis dalam bahasa Arab. Di Indonesia buku semacam ini dikenal dengan istilah “Kitab Kuning”, atau kitab Gundul, karena ditulis dalam bahasa Arab yang tidak ada tanda/ harkatnya (tanpa tanda baca yang lengkap). Metode Pengajaran Muthala‘ah 1. Apersepsi dan Pre test Setiap awal pelajaran hendaklah di mulai dengan apersepsi dan pre test. Pre test yaitu menghubungkan pelajaran yangtelah diberikan, dengan pelajaran yang akan disajikan, Sehingga pengajaran menjadi kontekstual dan relevan. Sedangkan apersepsi ialah agar perhatian anak didik terpusat kepada acarapelajaran. Pre testjuga untukmengukurbatas penguasaan murid terhadap pelajaran yang telah diberikan, (sebagai penjajagan) untuk diberikan pelajaran baru. 2. Sebelum guru membaca buku pelajaran yang akan dipelajari, suruhlah anak didik untuk membuka buku bacaannya jikaada, dan menyimak bacaan gurunya secara baik dan tertib.Setelah selesai membaca adakanlah bersoal jawab dengan anak didik, sehingga mengerti dan paham betul mengenaibacaan tersebut. 3. Guru menawarkan kepada murid, untuk mengulangi bacaanyang baru saja dibaca oleh gurunya, kemudian menunjuk diantara yang pandai untuk membaca. Sedangkan yang lainaktif menyimak dan memperhatikan bacaan temannya itu.Pada tingkat dasar, membaca hendaklah dibunyikan dengansuara yang keras. Sedangkan pada tingkat atas dan tinggikadangkadang membaca cukup di dalam hati, tetapi denganbersuara lebih utama.
88
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
4. Setelah selesai membaca di antara siswa yang disunth tadi,maka kemudian adakanlah diskusi dan bersoal jawab terhadap bacaan tersebut, apakah terdapat kekurangan atau kesalahan. Dan kalau terdapat kesalahan, suruhlah temannyayang lain untuk membenarkannya. Dalam hal mi hendaknya diperhatikan juga, bahwa dalam membetulkan suatu kesalahan, janganlah di saatsaat “kalimat” yang dibaca belum selesai. Sebab hal itu akan dapat berakibat makna bacaan menjadi terputus, disamping dapat menghambat konsentrasi anak didik. 5. Dan jika acara bacaan itu terlalu panjang, maka sebaiknya bacaan tersebut dibagi-bagi dalam bagian pendek/terkecil agar sederhana dan mudah dimengerti dan setelah bagian tertentu dapat diselesaikan, maka dilanjutkan pada bagian yang lain, sehingga akhimya sampai selesai, secara keseluruhan. 6. Dalam memberikan penjelasan, hendaklah disertai dengan contoh-contoh, dan menuliskan arti kata-kata sulitnya di papan tulis untuk dicatat oleh anak didik. 7. Pada akhir setiap pelajaran selesai, guru jangan lupa menyisipkan kata-kata nasihat kepada anak didik agar tergugah/terangsang untuk giat belajar dan rajin mengulangi pelajaran yang lain. Saran-saran yang perlu diperhatikan 1. Bahan bacaan hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan anak didik. 2. Jika dianggap perlu, upayakanlah alat peraga (media pengajaran), sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam memahami bacaan yang disajikan. 3. Mula-mula guru hendaklah membacakan acara pelajaran itu dengan terang. Tidak terlalu keras hingga dapat mengganggu ketenangan kelas lain, dan sebaliknya tidak pula terlalu kecil/lembek, sehingga tidak dapat didengar oleh anak didik yang duduk di belakang. 4. Adakanlah selingan dalam bacaan, jangan anak disuruh membaca terus-menerus, sehingga dapat menyebabkan anak didik menjadi bosan dan jenuh. Yang akhirnya dapat berakibat lebih jauh.
89
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
5. Kesimpulan dan kata-kata sulit dan bacaan, hendaknya dituliskan di papan tulis, untuk kemudian menyuruh anak didik mencatatnya. Membetulkan Kesalahan dalam Membaca Kesalahan membaca dalam bahasa Arab dan al-Qur’an akan berakibat salah pula dalam pengertian dan makna yang terkandung dalam bacaan. Oleh sebab itu perlu hati-hati dalam membacanya. Apalagi bacaan al-Qur’an. Kesalahan dalam membaca, dapat disebabkan antara lain sebagai berikut: 1. Kesalahan dalam mengucapkan kata-kata dan huruf-huruf seperti: kesalahan makhrijnya. Misalnya lafadz “Syim”, diganti dengan lafadz “Sin’dan lafadz “Dzhat diganti dengan lafadz “Tha”, serta lafadz “’ain” dibunyikan dengan “ghin”. Dan seterusnya. 2. Tidak memperdulikan tanda-tanda baca Arab. MisalnyaSabdu/Syaddah , tanda Fathah, tanda dhammah, tanda kasrah, dan tanwin dan lain-lain sebagainya, sehingga kesalahan dapat berakibat fatal. 3. Kesalahan dalam tajwidnya, yang sebetulnya bacaannya harusditebalkan, menjadi ditipiskan. Dan yang tadinya harus didengungkan, menjadi bacaannya tidak didengungkan. Dan dapat pula terjadi kesalahan dalam tanda berhenti. Dalam membaca al-Qur’an, tanda berhenti ini dapat berakibat salah dalampengertian, manakala tanda berhenti, tidak diperhatikan. Jika terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut di atas, maka guru jangan membiarkan kesalahan itu menjadi berlarut, sehingga menjadi terbiasa dalam kesalahan. Misalnya seharusnya dibaca ‘Alhamdulillahirrabil ‘Aalamin maka menjadilah bacaannya ”Alkhamdulillahirrabbil-Ngalamin”. Dan lain sebagainya. Banyak melatih bacaan agar betul dan tepat. Cara Membetulkan Kesalahan Cara membetulkan kesalahan dapat kita lakukan dengan dua cara yaitu: 1. Kesalahan dapat dibetulkan di saat-saat selesai membaca dalam satu kalimat yang sempurna, setelah kemudian dibetulkan, baru
90
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
kita lanjutkan lagi pada kalimat seterusnya. Cara ini lebih efisien dan lebih berhasil. 2. Setelah anak didik selesai semua membacakan bagian bacaan yang telah ditetapkan secara keseluruhan. Misalnya anak didik salah membaca di tengah-tengah bacaan, maka cara membetulkannya yakni apabila anak didik tersebut merampungkan semua bacaan itu. Hal ini dimaksudkan agar cara bacaan tidak terputus dan tidak terpenggal, sehingga dapat pula mengganggu konsentrasi anak didik. 3. Metode Imla’ (Metode Dikte) Metode imla’ disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan acara pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte/menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya. Tujuan Pengajaran Imla’ 1. 2.
3.
4. 5. 6.
Adapun tujuan pengajaran imla ini adalah sebagai berikut: Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar. Agar anak didik bukan saja terampil dalam membacahurufhuruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetapi terampil pula dalam menuliskannya. Dengan demikian pengetahuan anak menjadi integral. (terpadu). Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, penglihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasa Arab. Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah danrapi. Menguji pengetahuan murid-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari. Memudahkan muridmengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasanya sendiri.
91
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
Metode mengajarkan imla’ Pada dasarnya ada dua cara imla’ yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat/menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara, guru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menulisnya di buku tulis mereka masing-masing. Adapun metode imla’ tersebut adalah sebagai berikut: 1. Memberikan apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan di mulai. 2. Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ di papan tulis, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Guru menuliskan materi pelajaran imla’ itu di papan tulis dengan tulisan yang terang dan menarik. b. Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih. c. Setelah guru membacakan acara imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jika perlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut. d. Setelah selesai membaca imla’ dan semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya dibuku tulis. e. Mengadakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan f. Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dan materi imla’. g. Guru menyuruh semua siswa untuk nencatat/menu1is imla’ di papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masingmasing, dengan benar dan rapi. h. Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai. 3. Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ di papan tulis, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:
92
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
a. Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acara imla’. b. Guru memulai mendiktekan acara imla’ secara terang/jelas dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagiansebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masingmasing. c. Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya. d. Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu di antara siswa untuk menulisnya di papan tulis. e. Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa. f. Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik. 4. Mengadakan penilaian (evaluasi), atau post test, mengenai materi imla’, apakah tujuannya telah mengenai sasaran atau belum,jika belum, maka perlu diulang dan perbaikan-perbaikan. Saran-saran dalam Imla’ 1. Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi dan terang, yang dapat dibaca oleh anak didik. Dan kalau imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lembeksehingga tidak didengar oleh murid yang duduk di belakang.Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang,tidak tergesa-gesa. 2. Guru janganlah memulai acara imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan. 3. Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap,bacakanlah secara pelan dan terang. 4. Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’tersebut kepada siswa dan menjelaskan maksud daripadanya.
93
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
5. Mengadakan evaluasi/post test. 4. Metode Insya’ (Mengarang) Metode insya’, yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya. Melalui metode ini diharapkan anak didik dapat mengembangkan daya imajinasi secara kreatif dan produktif sehingga berpikimya menjadi berkembang dan tidak statis. Tujuan Pengajaran Insya’ 1. Siswa dapat mengarang kalimat-kalimat sederhana dalam bahasa Arab. 2. Siswa terampil dalam mengemukakan buah pikirannya, melalui karya tulis/berupa karangan lisan. 3. Siswa mampu berkomunikasi melalui koresponden dalam bahasa Arab. 4. Siswa dapat mengarang buku-buku cerita yang menarik. 5. Siswa dapat menyajikan berita/peristiwa kejadian dalam lingkungan masyarakat dan dunia Islam melalui karya yang berbentuk cerita (cerpen), tajuk rencana, artikel dan karya ilmiah lainnya, yang aktual dan merangsang. Metode Mengerjakan Insya’ 1. Materi pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak didik dan perkembangan berpikir serta usia mereka. 2. Pada kelas-kelas dasar pelajaran insya’ dapat diberikan mengenai pembentukan kata-kata atau kalimat-kalimat yang telah diketahui (dikuasai) anak didik menjadi kalimat yang sederhana. 3. Sedangkan pada kelas-kelas atas, maka pengajaran insya’ dapat ditingkatkan pada pembentukan kalimat yang telah sempurna, yang telah mengandung suatu pengertian yangutuh. 4. Sedangkan pada kelas/tingkat yang lebih tinggi, maka materi insya’ sudah tidak terikat lagi dengan ketentuan-ketentuan yang mungkin bersifat terikat. Akan tetapi guru hanya menentukan topik/tema karangan atau insya’, apakah mengenai cerita-cerita hikmah tertentu, syair, puisi atau berupa karya ilmiah lainnya. Dan siswa menembangkannya.
94
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
5. Setelah insya’ dikerjakan anak didik, maka guru hendaknya mengadakan soal jawab, danberdiskusi mengenai hasil karya mereka, dan memberi peluang di antara mereka untuk saling bertukar pendapat dan saling melengkapi. 6. Guru membetulkan insya’, dengan memberikan berbagai keterangan dan penjelasan kepada anak didik. 7. Guru dapat mencatat dan melengkapi karyanya itu atas dasar keterangan gurunya. 8. Guni mengakhiri acara insya’ dengan memberikan berbagai petunjuk atau nasihat yang berguna bagi anak didik. Saran-saran yang perlu diperhatikan 1. Guru hendaknya merencanakan pengajaran insya’, secara. matang. 2. Dalam memilih topik insya’ maka perkembangan dan kemampuan anak didik perlu dipertimbangkan secara psikologis. 3. Pada umumnya tugas resitasi (pekerjaan rumah), sangat membantu dan mendorong anak didik untuk aktif belajar dan terlatih dalam insya’. Asalkan resitasi tersebut tidak terlalu sering dilakukan. 4. Metode Mahfudzat (Mengafal) Metode mahfudzat atau menghafal, yakni cara menyajikan materipelajaran bahasa Arab, denganjalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa; syair, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain yang menarik hati. Pada umumnya pelajaran menghafal syair-syair, kata-kata hikmah dalam bahasa Arab, sangat digemari oleh anak didik. Terutama pada tingkat Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Apalagi materi mahfudzat menarik dan menyentuh perasaan anak didik. Di bawah ini satu contoh materi mahfudzat yang menarik: “Yang dikatakan pemuda ialah yang berkata: Inilah aku, bukanlah seorang pemuda kalau ia berkata Bapakku si Anu”. Demikian pula syair yang berbunyi: “Suatu bangsa itu tetap hidup selama akhlaknya tetap baik; bila akhlak mereka rusak, maka sirnalah bangsa itu: (Syair karya Syauqi). Tujuan mempelajari Mahfudzat
95
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
1. Mengembangkan daya fantasi anak didik, serta melatih daya ingatan. 2. Memperkaya perbendaharaan kata dan percakapan. 3. Mempermudah siswa dalam mempelajari sastra Arab, dan uslub-uslub gaya bahasa yang menarik hati, sebab telah terbiasa menghafal bait-bait syair yang panjang. 4. Mendidik jiwa kesatria dan menanamkan budi luhur. 5. Melatih anak didik agar bäik ucapannya, indah perkataannya, menarik hati pendengar-pendengarnya (Yunus: 1983:93). 6. Melatih jiwa dan mental yang disiplin. Metode Mengajarkan Mahjudzat 1. Mengadakan apersepsi dan atau pre test 2. Materi pelajaran mahfudzat harus disesuaikan dengan taraf kemampuan dan perkembangan anak didik. 3. Materi mahfudzat menarik hati dan dapat mendorong semangat dedikasi yang tinggi. 4. Pada kelas-kelas dasar, materi mahfudzat dipilih yang kalimatnya tidak terlalu panjang. Pada kelas-kelas yang sudah maju dapat diberikan cerita-cerita menarik, syair-syair yang indah dan kata-kata hikmah yang dapat menggugah jiwa dan semangat anak didik. 5. Menuliskan materi mahfudzat di papan tulis dengan tulisan yang indah dan menarik. Dan membacanya bersama-sama agar hafalan benar-benar membekas. 6. Sering-sering melakukan ulangan hafalan. Teknik Menghafal Mahfudzat 1. Guru membacakan teks mahfudzat, setelah lebih dahulu dituliskan di papan tulis, kemudian diikuti oleh semua siswa bersama-sama, hingga hafal di luar kepala. Kemudian guru menguji masing-masing siswa tentang hafalannya di depan kelas dengan fasih. Dan setelah semua mendapatkan giliran ,baru murid disuruh menyalinnya di buku tulis. 2. Membacakan mahfudzat sekaligus secara keseluruhan tanpa dibagi-bagi dalam potongan yang kecil. Kemudian dibacaberkali-kali sampai hafal betul.
96
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
3. Kebalikan dari point 2 Yaitu dengan cara membagi dalambagian yang kecil materi mahfudzat dan dihafal, setelah hafal betul bagian pertama, berpindah ke bagian yang lain, dan seterusnya hingga semuanya hafal di luar kepala. 5. Metode Qawa’id (Nahu Saraf) Pada umumnya banyak orang Islam menyangka bahwa bahasa Arab itu disamakan dengan nahu saraf, lalu mereka membayangkan bahwa kalau begitu belajar bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan otak/saraf. Kesan bahwa bahasa Arab itu sukar, sulit dan memusingkan kepala adalah banyak disebabkan dari kesalahan metode dalam nengajar. Sistem dan metode pengajaran lama, terlalu menitikberatkan dan mengutamakan Nahu Saraf daripada Tabir percakap muthala’ah (membaca) dan imla’ (menulis). Sehingga seolah-olah menyamakan bahasa Arab itu dengan Nahu Saraf itu sendiri. Dalam arti kata, jika seseorang telah mengetahui tata bahasa Arab maka dengan sendirinya menguasai bahasa Arab, Padahal Nahu Saraf itu baru merupakan satu bagian dan bahasa Arab, yang tidak mesti perlu dianggap sulit, apalagi ditakuti. Prinsip mengajarkan bahasa Arab hendaknya tidak menyulitkan. Akan tetapi buatlah anak-anak senang berbahasa Arab, jangan menyulitkan mereka. “Mudahkanlah, dan jangan disulitkan mereka” Kalau dalam bahasa Indonesia Qawa’id/Nahu Saraf itu searti dengan “Tata Bahasa”, dan “Grammar” dalam bahasa Inggris. Oleh karena itu, agak aneh kalau pengajaran Bahasa Arab ini mendahulukan Saraf/Qawa’id daripada muhadasah, muthala’ah, imla’, yang seharusnya dapat diajarkan sambil lalu. Metode Mengajarkan Nahu Saraf (Qawa’id) 1. Guru hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dan materi yang dibahas, agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan pengertian anak didik. 2. Pada contoh-contoh yang diberanikan itu, hendaklah ditulis dipapan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertiannya.
97
ء ا
إ: Vol. III No. 1 Jan. – Juni 2013
3. Pada saat guru menjelaskan maksud dan pengertian materi pelajaran Nahu Saraf, pengertian siswa penuh terpusat kepada materi. C. Kesimpulan Tujuan pengajaran bahasa Arab menentukan approach, metode dan teknik pengajaran bahasa itu. Dengan lain perkataan, approach, metode dan teknik mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tujuan pengajaran bahasa. Oleh karena itu tujuan pengajaran suatu bahasa haruslah dirumuskan sedemikian rupa agar arah yang akan dituju tepat mengenai sasaran. Pengajaran bahasa Arab diarahkan kepada pencapaian tujuan, yakni tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek (tujuan khusus). Dalam tujuan khusus adalah merupakan penjabaran dari tujuan umum, karena tujuan umum itu sulit dicapai tanpa dijabarkan secara operasional dan spesifik. Oleh sebab itulah penting untuk memperkaya metode pembelajaran Bahasa Arab sebagai upaya memperkaya khazanah pendidikan Islam dan upaya modernisasi pola pendidikan Islam dalam bentuk keragaman pembelajaran
98
Ahmad Bangun Nasution : Urgensi Metode Dalam Mewujudkan...
DAFTAR PUSTAKA Al Ghayani, Musthafa, Al-Durus Al Arabiyah , Al Mathba’ah al Wathaniyah Beirut; 1349 H/1930 M Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam Jakarta: Ciputat Press, 2002 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Yogyakarta: BinaAksara, 1984 Departemen Agama, Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN, Proyek Bimbingan Islam, Jakarta, 1975. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jendral Pendidikan Tinggi, Penilaian dalam pendidikan, Materi Dasar Pendidikan Akta IV, 1993/1994, Nurkencana, Wayan dan Sumartana Evaluasi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982 Sinopsis Mata Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (data Prodi PBA Fakultas Tarbiyah IAIN SU) tahun 2007-2008 Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Bahasa Arab (Bahasa AlQur’an), Hidakarya Agung, Jakarta, 1983. Yusuf, Tayar, Bahasa Arab Itu Mudah, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan, Lampung, 1989. Yusuf, Tayar, dkk, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Usaha Nasional Surabaya, T.Th Yusuf, Tayar, Petunjuk-petunjuk Praktis Mempelajari Bahasa Inggris, Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan, Tanjungkarang, 1985. Yusuf, Tayar, Saiful Anwar, Metodologi Penajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997 Yusuf, Tayardan Yurnalis Etek, Keragaman Tekhnik Evaluasi dan Metode Penerapan Jiwa Agama In Hill Co: Jakarta, 1987. Zuhairini, dkk, Metodik KhususPendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983.
99