10/9/09
STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PT. PRISMAITA CIPTA KREASI
PROSES PENELITIAN Penelitian dilakukan pada tingkat kota di 6 lokasi kajian Tim terdiri dari 3 orang untuk 6 lokasi kajian dan 1 orang (Team Leader) untuk studi kajian pustaka Setiap lokasi kajian dibantu oleh seorang assisten lokal dan tim dibagi berdasarkan pencatat proses, pembicara dan pengingat proses (pertanyaan penelitian) Lokasi kajian dimulai dari Medan-Bengkulu-SurabayaPasuruan-Makasar dan Gorontalo
1
10/9/09
PROSES PENELITIAN Kota/ Informan
Pemda
KMW
Pema Kor-nas kot
Askot
FK
BKM
KSM
Medan
Bapeda
Andi Asdar (TL)
4L ,1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
12 L, 12 P
12 L,12 P
12 L, 2 P
Bengkulu
Bapeda, SNVT
Anang (TL)-6 TA
2P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
13 L,9 P
13 L,11 P
13 L,11 P
Surabaya
Bapemas, SNVT
Pairan (TL), Harri (PD)
4 L,1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
15 L, 13 P
12 L, 11 P
10 L, 3 P
Pasuruan
Bapemas
X
X
1
3 (Ek, Infra, Sos)
10 L, 9 P
9 L,12 P
8 L, 8 P
Makasar
SNVT, Bapeda
Andi Asdar (TL), Irzal Kifli (PD)
5 L,1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
14 L, 12 P
11 L, 13 P
11L, 12 P
Thamrin (TL)
5L, 1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
11 L,9P
12 L,10 P
8 L,12P
Gorontalo Bapemas
PELIBATAN INFORMAN Pemda: SNVT, Bapeda Kota KMW: PD,Team Leader, TA Pelatihan Askot: Perwakilan 3 Jenis (Infra, Sos, Ek) Fasilitator:Jenis Kelamin, mewakili 3 jenis FK (Sos, Ek dan Infra), pernah mengikuti pelatihan, masa kerja, aktif dan mampu berkomunikasi, kondisi riil lapangan BKM: Jenis kelamin, cluster (berdekatan antar kecamatan dan kelurahan), 2-3 Kecamatan dan masing-masing kecamatan 2-3 Kelurahan), pengurus/anggota BKM KSM: Mewakili 3 Jenis (Sos, Ek dan Infra), jenis kelamin, wilayah sesuai kriteria BKM
2
10/9/09
TAHAPAN PENELITIAN Pemda-KMW:Penyampaian informasi rencana studi Korkot:Penyampaian informasi studi, rencana kerja dan identifikasi informan dan penentuan jadwal kegiatan Survey:FK, Pemanas FGD KSM-BKM-FK-Pemanas Biografi:KSM,BKM,FK,Pemanas Wawancara Askot-Korkot-KMW-Pemda
TAHAPAN PENELITIAN PemdaKMW
Korkot
Identifikasi
Survey
FGD
KMW/ Korkot Triangulasi
Biografi
Wawanacara
3
10/9/09
Keahlian dan Pengetahuan Fasilitator Keahlian fasilitator dalam bekerja, tidak hanya diperoleh dari pelatihan,akan tetapi juga diperoleh dari proses pendampingan dan penguatan di level SF/Askot Pengetahuan yang diberikan kepada fasilitator (pelatihan) telah membekali fasilitator dalam bekerja Tupoksi fasilitator lebih didominasi sebagai”agen proyek” bukan sebagai “agen pemberdaya” Adanya fasilitator yang bekerja tidak melalui sistem rekrutmen, berdampak pada kemampuan fasilitator dalam proses pendampingan
Keahlian dan Pengetahuan Fasilitator
Sistem rekrutmen, telah memadai dan sesuai dengan harapan fasilitator. Khusus Kota Medan dengan ditambahkan syarat khusus oleh KMW tentang kemampuan mengendarai sepeda motor menjadi “penolakan” bagi fasilitator dengan syarat tersebut Pola rekrutmen dalam memenuhi kekurangan fasilitator (mengundurkan diri), tidak sesuai dengan harapan fasilitator (yang melalui sistem rekrutmen). Dimana tidak ada keterbukaan dari proses penerimaan fasilitator baru. Selain itu, belum dibekalinya pengetahuan yang sesuai dengan sistem pelatihan yang ada Minimnya keterlibatan pemda dalam proses penerimaan fasilitator baru. Ini tidaknya hanya berkaitan dengan “kontrak kerja”, akan tetapi juga kebutuhan, seleksi rekrutmen dan pelaksanaan pelatihan.
4
10/9/09
Keahlian yang diajarkan dalam pelatihan secara intensif dapat terintegrasi (dalam kelas dan praktek lapangan) Tahapan pelatihan yang ada telah membekali pengetahuan fasilitator dalam bekerja. Akan tetapi belum memberikan ketrampilan kepada fasilitator. Ketrampilan diperoleh pada saat melakukan pendampingan serta adanya “permasalahan-permasalahan” di tingkat lapangan Tahapan pelatihan yang dirasakan oleh fasilitator dengan rentang waktu (antar pelatihan) yang cukup pendek, tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Sehingga keterlibatan fasilitator sebagai peserta pelatihan cukup menganggu kegiatan pendampingan yang sedang berlangsung
Keahlian yang diajarkan dalam pelatihan secara intensif dapat terintegrasi (dalam kelas dan praktek lapangan) Tahapan pelatihan (pelatihan dasar-madya-utama), dirasakan kurang efektif dikaitkan dengan proses pendampingan/pelatihan di masyarakat dan waktu yang ada. Praktek pelatihan belum memberikan ketrampilan kepada fasilitator dalam bekerja. Karena praktek pelatihan hanya bersifat “formalitas”, yaitu di wilayah yang telah disiapkan. Sehingga tidak memunculkan “kondisi riel di masyarakat”. Disamping itu tidak dilakukannya evaluasi pelaksanaan praktek lapangan.
5
10/9/09
Persyaratan penting kelulusan penugasan final (penulisan akhir) dan presentasi untuk pemberian sertifikat Proses kelulusan pelatihan tidak diikuti dengan pemberian sertifikat kepada fasilitator, sebagai bukti kelulusan pelatihan Penilaian kelulusan fasilitator, didasarkan pada hasil penilaian pre test dan post test, praktek, dan penilaian sesama peserta. Proses ini tidak semuanya dilakukan secara terbuka. Sehingga kreteria yang ada bukannya “lulus dan tidak lulus”, akan tetapi lulus dan cadangan. Karena peserta pelatihan sudah lulus proses seleksi rekrutmen fasilitator
Persyaratan penting kelulusan penugasan final (penulisan akhir) dan presentasi untuk pemberian sertifikat Tahapan pelatihan berikutnya (seperti pelatihan dasar 2, 3 dst), itu tidak dilakukan penilaian kelulusan. Hanya predikat sudah mengikuti pelatihan dan belum mengikuti pelatihan Penugasan final (penulisan akhir) dan presentasi tidak dijadikan sebagai proses pelaksanaan pelatihan. Sehingga hanya sebatas penugasan dan presentasi tugas kelompok.
6
10/9/09
Praktek pelatihan (TOT) diharmonisasikan secara efektif agar sesuai memenuhi standart orang dewasa Pelaksanaan pelatihan telah mengikuti prinsipprinsip pendidikan orang dewasa. Akan tetapi masih adanya kemampuan pemandu yang kurang mengembangkan pelatihan secara partisipatif Pelaksanaan praktek lapangan dan TOT telah mendukung pemberian materi pelatihan (dalam kelas). Akan tetapi waktu pelaksanan praktek lapangan termasuk TOT masih dirasakan kurang. Sehingga fasilitator merasakan kurangnya pembekalan, terutama berkaiatan dengan permasalahan/kasus-kasus yang ada di lapangan
Praktek pelatihan (TOT) diharmonisasikan secara efektif agar sesuai memenuhi standart orang dewasa
Penerapan materi dan metode pelatihan telah sesuai pada saat pelaksanaan pelatihan. Dimana fasilitator dapat berperan aktif selama pelatihan (dalam kelas). Akan tetapi pada saat praktek lapangan, masih kurangnya keterlibatan peserta dalam proses pelatihan (luar kelas)
7
10/9/09
Harapan nyata di masyarakat, pemerintah lokal dan pengelola program mengenai peran fasilitator Peran fasilitator sangat dirasakan oleh masyarakat (BKM dan KSM). Bahkan masyarakat menilai bahwa “tanpa bantuan” fasilitator , tidak dapat mengetahui dan melakukan kegiatan, seperti pembuatan proposal dan laporan pertanggungjawaban. Berkaitan dengan peran fasilitator sebagai agen pemberdaya, belum dirasakan oleh masyarakat. Sehingga masyarakat menilai fasilitator sebagai “kurir” dalam pembuatan proposal
Harapan nyata di masyarakat, pemerintah lokal dan pengelola program mengenai peran fasilitator
Proses pemberdayaan yang berjalan di masyarakat, tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Ini berkaitan dengan “rolling” fasilitator yang cukup tinggi serta “kebijakan” yang berubah-ubah ditingkat masyarakat Kurang sesuainya tahapan pelaksanaan dengan perkembangan masyarakat (berdaya-mandiri-madani). Sehingga terkesan bahwa tingkatan masyarakat sudah sesuai dengan siklus yang berjalan. Kenyataanya kenaikan tingkatan masyarakat, pelaksanaanya itu lebih didominasi oleh kemampuan fasilitator seperti dalam hal pembuatan proposal dan LPJ Masyarakat merasakan tidak adanya perbedaan fasilitator lakilaki dan perempuan.
8
10/9/09
Harapan nyata di masyarakat, pemerintah lokal dan pengelola program mengenai peran fasilitator
Peran fasilitator sangat dirasakan oleh pemerintah setempat dalam menjalankan program P2KP. Diharapkan fasilitator dapat lebih memampukan masyarakat dalam melakukan dan mengembangkan kegiatan. Hal ini karena fasilitator sebagai ujung tombak keberhasilan kegiatan Ketidak sesuaian siklus di pemerintah dengan siklus di masyarakat, berdampak pada “keterpaksaan” proses pemberdayaan di masyarakat. Sehingga fasilitator hanya menjalankan tugas“agen proyek”
Pengalaman hidup yang nyata dan persepsi fasilitator dikaitkan dengan kelemahan pelatihan serta tantangan yang berat dalam bekerja Fasilitator menilai bahwa pelaksanaan pelatihan belum memberikan pengalaman nyata (bekal) dalam bekerja. Sehingga apa yang diterima dari pelatihan tidak tergambarkan atau sesuai dengan kondisi lapangan pada saat bekerja Persepsi fasilitator berkaitan dengan kelemahan pelatihan, dimana proses pelatihan tidak disertai (pengembangan) dengan contoh-contoh atau kasuskasus yang ada di masyarakat. Sehingga ini menjadi tantangan bagi fasilitator dalam bekerja, seperti sosialisasi dan pemilihan BKM
9
10/9/09
Konflik yang potensial dapat diintegrasikan dalam pelatihan Fasilitator menilai bahwa proses pelatihan belum memberikan gambaran utuh tentang tantangan (konflik) yang ada di masyarakat. Sehingga pelatihan hanya bersifat “teori”, sedangkan penyelesaian masalah (konflik) itu tidak tergambarkan diproses pelatihan dan didapatkan dengan penguatan ditingkat SF/Askot Tantangan yang terberat oleh fasilitator, jika masyarakat telah siap dengan siklusnya tetapi tidak diikuti di level pemerintah. Sehingga tingkat kepercayaan masyarakat kepada fasilitator berkurang.
Konflik yang potensial dapat diintegrasikan dalam pelatihan Kebijakan tentang “rolling” fasilitator dan kebijakan yang lain (seperti perubahan form) berdampak kepada proses pendampingan. Sehingga ini memunculkan konflik didalam diri fasilitator. Proses pelatihan dengan materi “manajemen konflik”hanya sebatas penyampaian materi (teori) didalam kelas. Tanpa diikuti potensial konflik yang mungkin terjadi pada fasitator ketika menjalankan tugas
10
10/9/09
GAMBARAN 6 LOKASI KAJIAN Medan
Bengkulu
Sumatera
Surabaya
Pasuruan
Jawa
Makassar
Gorontalo
Sulawesi
ANALISA ANTAR KOTA Kota/ Informan
Medan
Bengkulu
Surabaya
Pasuruan
Makasar
Gorontalo
KSM
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan kurang
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan kurang
BKM
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Fasilitator
Jumlah , jenis &pengalaman cukup
Jumlah, jenis & pengalaman kurang, mobilitas tinggi
Jumlah, jenis & pengalaman cukup, mobilitas tinggi
Jumlah&pengal aman kurang, mobiltas tinggi
Jumlah, jenis & pengalaman cukup
Jumlah, jenis & pengalaman kurang
Pemandu Nasional
Jumlah & pengalaman cukup
Jumlah kurang dan pengalaman cukup
Jumlah & pengalaman cukup, mobiltas tinggi
Tidak ada
Jumlah & pengalaman cukup
Jumlah & pengalaman cukup
11
10/9/09
12