22/03/2011
STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM P2KP-PNPM PT.Prismaita Cipta Kreasi
Kota
Pemda
KMW
TN
Kor- Askot kot
FK
BKM
KSM
Medan
Bapeda
Andi Asdar (TL)
4L , 1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
12 L, 12 P
12 L,12 P
12 L, 2 P
Anang (TL)-6 TA
2P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
13 L,9 P
13 L,11 P
13 L,11 P
Surabaya Bapemas Pairan
4 L,1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
15 L, 13 P
12 L, 11 P
10 L, 3 P
Pasuruan Bapemas X
X
1
3 (Ek, Infra, Sos)
10 L, 9 P
9 L,12 P
8 L, 8 P
5 L,1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
14 L, 12 P
11 L, 13 P
11L, 12 P
5L, 1P
1
3 (Ek, Infra, Sos)
11 L,9P
12 L,10 P
8 L,12P
Bengkulu Bapeda, SNVT
, SNVT
(TL), Harri(PD)
Andi Asdar (TL), Irzal Kifli (PD)
Makasar
SNVT, Bapeda
Gorontalo
Bapemas Thamrin (TL)
1
22/03/2011
PemdaKMW
Korkot
Identifikasi
Survey
FGD
KMW/ Korkot Triangulasi
Biografi
Wawanacara
Keahlian
fasilitator dalam bekerja, tidak hanya diperoleh dari pelatihan,akan tetapi juga diperoleh dari proses pendampingan dan penguatan di level SF/Askot Pengetahuan yang diberikan kepada fasilitator (pelatihan) telah membekali fasilitator dalam bekerja Tupoksi fasilitator lebih didominasi sebagai agen proyek bukan sebagai agen pemberdaya Adanya fasilitator yang bekerja tidak melalui sistem rekrutmen, berdampak pada kemampuan fasilitator dalam proses pendampingan
2
22/03/2011
Sistem rekrutmen, telah memadai dan sesuai dengan harapan fasilitator. Khusus Kota Medan dengan ditambahkan syarat oleh KMW tentang kemampuan mengendarai sepeda motor menjadi penolakan bagi fasilitator dengan syarat tersebut Pola rekrutmen dalam memenuhi kekurangan fasilitator (mengundurkan diri), tidak sesuai dengan harapan fasilitator (yang melalui sistem rekrutmen). Dimana tidak ada keterbukaan dari proses penerimaan fasilitator baru. Selain itu, belum dibekalinya pengetahuan yang sesuai dengan sistem pelatihan yang ada Minimnya keterlibatan pemda dalam proses penerimaan fasilitator baru. Ini tidak hanya berkaitan dengan kontrak kerja , akan tetapi juga kebutuhan, seleksi rekrutmen dan pelaksanaan pelatihan.
Tahapan
pelatihan yang ada telah membekali pengetahuan fasilitator dalam bekerja. Akan tetapi belum memberikan ketrampilan kepada fasilitator. Ketrampilan diperoleh pada saat melakukan pendampingan serta adanya permasalahanpermasalahan di tingkat lapangan Tahapan pelatihan yang dirasakan oleh fasilitator dengan rentang waktu (antar pelatihan) yang cukup pendek, tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Sehingga keterlibatan fasilitator sebagai peserta pelatihan cukup menganggu kegiatan pendampingan yang sedang berlangsung
3
22/03/2011
Tahapan
pelatihan (pelatihan dasar-madya-utama), dirasakan kurang efektif dikaitkan dengan proses pendampingan/pelatihan di masyarakat dan waktu yang ada. Praktek pelatihan belum memberikan ketrampilan kepada fasilitator dalam bekerja. Karena praktek pelatihan hanya bersifat formalitas , yaitu di wilayah yang telah disiapkan. Sehingga tidak memunculkan kondisi riel di masyarakat . Disamping itu tidak dilakukannya evaluasi pelaksanaan praktek lapangan.
Proses
kelulusan pelatihan tidak diikuti dengan pemberian sertifikat kepada fasilitator, sebagai bukti kelulusan pelatihan Penilaian kelulusan fasilitator, didasarkan pada hasil penilaian pre test dan post test, praktek, dan penilaian sesama peserta. Proses ini tidak semuanya dilakukan secara terbuka. Sehingga kriteria yang ada bukannya lulus dan tidak lulus , akan tetapi lulus dan cadangan. Karena peserta pelatihan sudah lulus proses seleksi rekrutmen fasilitator
4
22/03/2011
Tahapan
pelatihan berikutnya (seperti pelatihan dasar 2, 3 dst), itu tidak dilakukan penilaian kelulusan. Hanya predikat sudah mengikuti pelatihan dan belum mengikuti pelatihan Penugasan final (penulisan akhir) dan presentasi tidak dijadikan sebagai proses pelaksanaan pelatihan. Sehingga hanya sebatas penugasan dan presentasi tugas kelompok.
Pelaksanaan
pelatihan telah mengikuti prinsipprinsip pendidikan orang dewasa. Akan tetapi masih adanya kemampuan pemandu yang kurang mengembangkan pelatihan secara partisipatif Pelaksanaan praktek lapangan dan TOT telah mendukung pemberian materi pelatihan (dalam kelas). Akan tetapi waktu pelaksanan praktek lapangan termasuk TOT masih dirasakan kurang. Sehingga fasilitator merasakan kurangnya pembekalan, terutama berkaiatan dengan permasalahan/kasus-kasus yang ada di lapangan
5
22/03/2011
Penerapan
materi dan metode pelatihan telah sesuai pada saat pelaksanaan pelatihan. Dimana fasilitator dapat berperan aktif selama pelatihan (dalam kelas). Akan tetapi pada saat praktek lapangan, masih kurangnya keterlibatan peserta dalam proses pelatihan (luar kelas)
Peran
fasilitator sangat dirasakan oleh masyarakat (BKM dan KSM). Bahkan masyarakat menilai bahwa tanpa bantuan fasilitator , tidak dapat mengetahui dan melakukan kegiatan, seperti pembuatan proposal dan laporan pertanggungjawaban. Berkaitan dengan peran fasilitator sebagai agen pemberdaya, belum dirasakan oleh masyarakat. Sehingga masyarakat menilai fasilitator sebagai kurir dalam pembuatan proposal
6
22/03/2011
Proses
pemberdayaan yang berjalan di masyarakat, tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Ini berkaitan dengan rolling fasilitator yang cukup tinggi serta kebijakan yang berubah-ubah ditingkat program (lokal) Kurang sesuainya tahapan pelaksanaan dengan perkembangan masyarakat (berdaya-mandiri-madani). Sehingga adanya kondisi dimana tingkatan masyarakat terlihat sesuai dengan siklus yang berjalan. Akan tetapi kenyataannya kenaikan tingkatan masyarakat, lebih didominasi oleh kemampuan fasilitator seperti dalam hal pembuatan proposal dan LPJ Masyarakat merasakan tidak adanya perbedaan fasilitator laki-laki dan perempuan.
Peran
fasilitator sangat dirasakan oleh pemerintah setempat dalam menjalankan program P2KP. Diharapkan fasilitator dapat lebih memampukan masyarakat dalam melakukan dan mengembangkan kegiatan. Hal ini karena fasilitator sebagai ujung tombak keberhasilan kegiatan Ketidaksesuaian siklus di pemerintah dengan siklus di masyarakat, berdampak pada keterpaksaan proses pemberdayaan di masyarakat. Sehingga fasilitator hanya menjalankan tugas agen proyek
7
22/03/2011
Fasilitator
menilai bahwa pelaksanaan pelatihan belum memberikan pengalaman nyata (bekal) dalam bekerja. Sehingga apa yang diterima dari pelatihan tidak tergambarkan atau sesuai dengan kondisi lapangan pada saat bekerja Persepsi fasilitator berkaitan dengan kelemahan pelatihan, dimana proses pelatihan tidak disertai (pengembangan) dengan contoh-contoh atau kasuskasus yang ada di masyarakat. Sehingga ini menjadi tantangan bagi fasilitator dalam bekerja, seperti sosialisasi dan pemilihan BKM
Fasilitator
menilai bahwa proses pelatihan belum memberikan gambaran utuh tentang tantangan (konflik) yang ada di masyarakat. Sehingga pelatihan hanya bersifat teori , sedangkan penyelesaian masalah (konflik) itu tidak tergambarkan diproses pelatihan dan didapatkan dengan penguatan ditingkat SF/Askot Tantangan yang terberat oleh fasilitator, jika masyarakat telah siap dengan siklusnya tetapi tidak diikuti di level pemerintah. Sehingga tingkat kepercayaan masyarakat kepada fasilitator berkurang.
8
22/03/2011
Kebijakan
tentang rolling fasilitator dan kebijakan yang lain (seperti perubahan form) berdampak kepada proses pendampingan. Sehingga ini memunculkan konflik didalam diri fasilitator. Proses pelatihan dengan materi manajemen konflik hanya sebatas penyampaian materi (teori) didalam kelas. Tanpa diikuti gambaran potensial konflik yang mungkin terjadi pada fasilitator ketika menjalankan tugas
Kota/ Informan
Medan
Bengkulu
Surabaya
Pasuruan
Makasar
Gorontalo
KSM
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan kurang
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan kurang
BKM
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Pengetahuan & kemampuan cukup
Fasilitator
Jumlah , jenis &pengalaman cukup
Jumlah, jenis & pengalaman kurang, mobilitas tinggi
Jumlah, jenis & pengalaman cukup, mobilitas tinggi
Jumlah&pengal aman kurang, mobiltas tinggi
Jumlah, jenis & pengalaman cukup
Jumlah, jenis & pengalaman kurang
Pemandu Nasional
Jumlah & pengalaman cukup
Jumlah kurang dan pengalaman cukup
Jumlah & pengalaman cukup, mobiltas tinggi
Tidak ada
Jumlah & pengalaman cukup
Jumlah & pengalaman cukup
9
22/03/2011
Penggunaan master schedule hendaknya sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, sehingga tidak ada pengurangan waktu pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator dan pemaksaan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masyarakat. Sistem rekrutmen yang ada telah tepat, akan tetapi tidak diikuti dengan mekanisme kegiatan serta evaluasi lapangan terhadap kinerja dan kenaikkan pangkat fasilitator, sehingga terjadinya turn off fasilitator, yang berdampak adanya iklim yang kondusif bagi fasilitator bekerja serta tidak diikuti dengan mekanisme yang jelas tentang pergantian fasilitator. Untuk itu perlu adanya mekansime yang jelas berkaitan dengan pergantian fasilitator dan evaluasi fasilitator yang dikaitkan dengan kenaikan pangkat fasilitator secara terbuka.
Penggunaan wadah fasilitator belajar, berkaitan dengan penguatan fasilitator. Sehingga adanya pedoman/gambaran materi pendampingan oleh fasilitator, pertemuan tidak hanya berorentasi pada penyelesaian proposal dan pembuatan laporan pertanggungjawaban. Berkaitan dengan penguatan kelompok yang sesuai dengan kenaikan sikulus di masyarakat dan bukan kenaikan siklus oleh fasilitator . Pelatihan sebagai salah satu penguatan kepada fasilitator telah tepat, akan tetapi tidak diikuti dengan system terbuka, yaitu masih banyaknya fasilitator baru yang belum dilatih. Sehingga dirasakan perlu adanya pembelajaran jarak jauh atau E Learning . Hal ini berarti merubah kurikulum dengan system jarak jauh. Selain itu, minimnya jumlah pemanas di setiap lokasi, sehingga perlunya pemanas untuk penguatan fasilitator terutama di level Askot dan Senior Fasilitator. Hal ini dikarenakan fasilitator lebih banyak berhubungan dengan Askot serta Senior Fasilitator.
10
22/03/2011
Kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat/KSM, telah tepat akan tetapi lebih bersifat top down , sehingga tidak ada pilihan kegiatan lain serta adanya keseragaman kegiatan di setiap lokasi. Untuk itu perlu adanya pengetahuan dan keterampilan fasilitator dalam memberikan ide-ide kegiatan kepada masyarakat serta adanya ruang terbuka bagi masyarakat dalam mengusulkan kegiatan, serta muatan materi setiap melakukan pendampingan ke masyarakat. BKM sebagai tangan panjang fasilitator, dirasa kurang berhasil. Hal ini dikarenakan jumlah KSM yang cukup banyak di setiap BKM berdampak terhadap keberhasilan pendampingan. Sehingga perlu adanya penekanan perimbangan terhadap jumlah kelompok dampingan serta fungsi keberadaan BKM sebagai suatu badan di suatu kelurahan.
11