EFEKTIFITAS KEHADIRAN FASILITATOR PROGRAM PEMBERDAYAAN DESA (PPD) DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU Khuriyatul Husna, Rusli, Sudaryanto Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menjelaskan efektifitas kehadiran fasilitator dalam upaya pengembangan masyarakat di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Effektifitas kehadiran fasilitator dalam upaya pengembagan masyarakat sebagaimana yang dikemukan Menurut Duncan yaitu Pencapaian tujuan,Integrasi dan Adaptasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan penarikan responden menggunakan metode purposif sampling. yaitu mengandalkan informasi yang diperoleh dari informan. Informan dalam penelitian ini adalah, Tim koordinasi PPD Kota Pekanbaru, fasilitator program, pelaku program di tingkat kelurahan dan masyarakat sasaran program. Dalam pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Sedangkan analisa data menggunakan Analisis Model Miles dan Humberman dilakukan melalui langkah berikut: (1) reduksi data; (2) display/penyajan data; dan (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Secara umum fasilitator PPD telah effektif dalam kehadiran untuk menjalankan perannya dalam upaya pengembangan masyarakat di Kecamatan Rumbai Pesisir. Aspek yang paling dominan dilakukan oleh fasilitator PPD dalam Pengembangan masyarakat adalah pada aspek pengembangan ekonomi, yaitu pengembangan lembaga keuangan mikro UEK-SP Mengingat Pentingnya kehadiran dan keberadaan fasilitator dalam PPD di Kecamatan Rumbai Pesisir dalam upaya pengembagan masyarakat, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan dari fasilitator. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kapasitas seorang fasilitator yang dominan harus terus mendampingi masyarakat. Kata kunci : PPD, fasilitator, dan empowerment Persoalan pengentasan kemiskinan pada prinsipnya adalah suatu upaya untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat titik beratnya adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Untuk dapat mengorganisisr diri
sendiri dibutuhkan seorang pendamping yang dalam Program Pemberdayaan Desa(PPD) ada fasilitator. Kegiatan dimaksud bukan saja kegiatan PPD, tetapi juga sinergi dengan program-program pembangunan lain yang masuk kedesa lokasi tugasnya. Untuk itu
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 1
koordinasi dengan dinas dan instansi terkait serta dunia usaha perlu dilakukan. Pemerintah Kota Pekanbaru khususnya Kecamatan Rumbai Pesisir, melalui Program Pemberdayaan Desa/kelurahan Propinsi Riau mengangkat tenaga fasilitator pengembangan masyarakat sebanyak 1 (satu) orang setiap kelurahan. Dengan tujuan dapat memfasilitasi berbagai upaya pemberdayaan masyarakat melalui program yang masuk ke-kelurahan. Sebagai mitra berbagai kelembagaan masyarakat di tingkat kelurahan Fasilitator diharapkan dapat menjadi agen perubahan (agent of change) di tengah-tengah masyarakat. Menurut Subandi kehadiran fasilitator diharapkan memunculkan “Daya letup yang luas, daya manfaat yang terukur, daya motivasi yang terpateri di masyarakat, daya perubahan desa yang signifikan, daya gaung dampak program yang bisa direplikasi desa lain, daya minat menjadi pelaku pembangunan yang muncul, muncul kader lokal banyak, daya sinergi yang perencanaan pembangunan yang tinggi; dan berkurangnya keluarga miskin kelompok sasaran program dibandingkan dengan pendampingan (termasuk nilai rupiah) memiliki perbedaan yang tinggi, maka menunjukkan efektifitas kehadiran fasilitator kecamatan tercapai. Jika sebaliknya masyarakat pasif, aparat pasif, dan daya perubahan sikap perilaku masyarakatnya terhadap kehadiran program rendah, kader lokal dan tojkoh masyarakat tidak peduli akan nasib desanya maupun nasib keluarga miskin dibandingkan
dengan perubahan respon masyarakat (termasuk nilai rupiah yang diterima masyarakat) maka alamat kehadiran kita sebagai fasilitator kecamatan sebagai tukang proyek tidak lebih sebagai tukang pos saja.” Namun dari hasil penelitian yang dilakukan Rusli dkk (2012) yang telah dilakukan terlihat adanya fenomena bahwa Fasilitator belum optimal dalam melaksanakan tugas dan perannya, dalam setiap kegiatan pembangunan, terutama kegiatan PPD/K yang ada di kelurahan. Kehadiran Fasilitator pengembangan masyarakat diharapkan mampu membantu terbentuknya masyarakat lokal yang mandiri sebagai suatu sistem yang mengorganisir diri mereka sendiri. Namun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang peran dan tanggung jawab fasilitator dalam pengembangan masyarakat ditemukan adanya fenomena bahwa: 1. Kurangnya peran aktif dari fasilitator dalam melakukan pembinaan terhadap masyarakat khususnya masyarakat miskin 2. Adanya keluhan masyarakat tentang kurangnya bimbingan Fasilitator PPD dalam pembuatan proposal usulan dana usaha desa/kelurahan 3. Masih jarangnya Fasilitator melakukan dialog-dialog dalam menggali potensi dan masalah bersama masyarakat baik bidang ekonomi maupun sektoral. Dari fenomena permasalahan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “ BAGAIMANA EFEKTIFITAS KEHADIRAN FASILITATOR PPD DALAM UPAYA PENGEMBANGAN
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 2
MASYARAKAT DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR KOTA PEKANBARU ” Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menjelaskan efektifitas kehadiran fasilitator dalam upaya pemberdayaan masyarakat di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Peran yang harus dilakukan fasilitator pengembangan masyarakat menurut Zasrtow (dalam Huraira, 2011:163) adalah sebagai berikut: a. Enabler. membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan atau mengungkapkan kebutuhankebutuhan mereka, menjelaskan dan mengembangankan kemampuan mereka agar dapat menanganai masalah yang mereka hadapai secara lebih efektif. b. Broker. menghubungkan individu-individu dan kelompok yang membutuhakan pertolongan dengan pelayanan masyarakat c. Expert. berperan menyediakan informasi dan memberi saransaran dalam berbagai area. d. Social Planner. mengumpulkan fakta-fakta tentang masalah sosial dan menganalisa faktafakta tersebut serta menyusun alternatif tindakan yang rasional dalam menangani masalah tersebut. e. Advocate. Peran ini adalah peran yang aktif dan terarah, dimana petugas melaksanakan fungsinya sebagai advocate yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan pertolongan ataupun pelayanan. f. The Activist. melakukan perubahan yang mendasar dan
sering kali tujuannya adalah pengalihan sumber daya ataupun kekuasaan pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung. Sedangkan Agung kurniawan (2005:109) mendefenisikan effektifitas sebagai “kemampuan melaksanakan tugas, fungsi(operasi, kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.” Adapun kriteria untuk mengukur efektifitas yang dikemukakan oleh martini dan Lubis(1987:59) yaitu : a. Pendekatan sumber b. Pendekatan proses c. Pendekatan sasaran. Sedangkan steers dalam Tangkilisan(2005:141) mengemukakan 5 kriteria effektifitas, yaitu : 1. Produktifitas 2. Kemampuan adaptasi kerja 3. Kepuasan kerja 4. Kemampuan berlaba 5. Pencarian sumberdaya A. Definisi Konseptual Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis Efektifitas kehadiran Fasilitator dalam Pengembangan Masyarakat (Studi pada Program Pemberdayaan Desa/Kelurahan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru) adalah terori yang dikemukakan oleh Duncan yang dikutip Richard M.Steers(1985:53), bahwa untuk mengukur efektifitas dilihat dari pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi.
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 3
a. Pencapaian tujuan. Keseluruhan pencapaian tujuan dilihat sebagai suatu proses.dimana pencapaian tujuan terdiri dari beberapa ffaktor, yaitu kurun waktu dan sasaran yang merupakan targer kongkrit. b. Integrasi. Pengukuran terhadap tingkat kemampuan fasilitator untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan consensus dan komunikasi dengan berbagai macam hal. Integrasi menyangkut proses sosialisasi. c. Adaptasi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. METODE Penelitian di lakukan di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru. Dipilihnya kecamatan ini sebagai lokasi penelitian. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah Data Primer adalah data yang kumpulkan langsung dari informan yang terpilih dalam penelitian ini. Adapun penentuan Informan dalam penelitian ini, peneliti merujuk pada kriteria yang disampaikan Spradley (dalam Iskandar:116) bahwa Informan sebagai sumber data hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Mereka yang menguasai atau memahami masalah yang diteliti. b. Mereka yang sedang berkecimpung atau terlibat dalam kegiatan yang sedang diteliti. c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi.
d. Mereka yang tidak cendrung menyampaikan informasi hasil kemasan sendiri. e. Mereka yang pada mulanya tergolong asing dengan peneliti sehingga menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber Untuk menghimpun data yang diperlukan, maka dipergunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan studi kepustakaan Analisis data penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui langkahlangkah sebagai berikut: (1) Reduksi Data; (2) Display/penyajian data; dan (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan analisis data sampai tahap penyajian hasil penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN EFEKTIFITAS KEHADIRAN FASILITATOR Kehadiran fasilitator ditengah masyarakat adalah untuk memfasilitasi masyarakat dan aparat pemerintah dalam implementasi program. Keberhasilan tugas dan peran yang dilaksanakan oleh fasilitator dapat dilihat dari efektifitas kehadirannya. Efektifitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam kegiatan maupun program. Untuk mengukur efektiffitas bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan efektifitas dapat dilihat dari banyak sudut pandang. Jika dilihat dari segi produktiffitas, maka effektifitas adalah kualitas dan kuantitas (output). Effektifitas juga dapat
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 4
diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun bila tidak tercapai antara rencana dengan hasil nyata dapat dikatakan tidak efektif. Dalam penelitian ini untuk mengukur efektifitas kehadiran fasilitator menggunakan Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis Efektifitas kehadiran Fasilitator dalam Pengembangan Masyarakat (Studi pada Program Pemberdayaan Desa/Kelurahan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru) adalah terori yang dikemukakan oleh Duncan yang dikutip Richard M Steers, bahwa untuk mengukur efektifitas dilihat dari pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Pencapaian tujuan Untuk mencapai tujuan PPD, kehadiran fasilitator dituntut dan diharapkan disiplin dalam melaksanakannya. Karena dengan hadirnya fasilitatorlah, apa yang menjadi potensi dan permasalahan yang muncul di desa dapat segera di atasi. Dan dengan adanya rencana pula peran fasilitator dapat berjalan. Dari hasil wawancara dengan salah seorang fasilitator yang menangani kelurahan meranti pandak dan limbungan Sdri. Winda Sista, SP mengungkapkan ; “.....kami sebagai fasilitator ditempatkan sesuai dengan SK dan tinggal di lingkungan masyarakat dimana kami ditugaskan. Kami mempunyai absen harian yang harus kami isi dan menjalankan tugas sesuai dengan rencana kegiatan yang telah kami buat dan koordinasikan dengan fasilitator di tingkat kota...”(Wawancara, Juni 2013)
Absen atau kehadiran menjadi poin penting dalam menjalankan peran seorang fasilitator. Karena dengan kehadiranlah fasilitator dapat menggali apa yang menjadi potensi maupun permasalahan yang muncul dimasyarakat. Dalam menjalankan perannya tersebut, fasilitator berpedoman pada rencana kegiatan yang telah dibuat. Selain absen harian yang harus diisi, fasilitator dituntut untuk terus hadir mendampingi masyarakat mulai dari Musyawarah Desa I(MD1) kemudian melakukan identifffikasi potensi desa dan penggalian gagasan, penulisan usulan, veriffikasi usulan, MD II, hingga sampai pencairan dana terlaksana. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang fasilitator yang mendampingi di kelurahan limbungan menyebutkan, “........setiap ada Musyawarah Desa dimulai MD I maupun MD II kami sebagai fasilitator wajib ikut mendampingi masyarakat. Selain musyawarah yang didakan rutin, fasilitator juga harus berperan aktiff dalam menggali potensi dan gagasan Desa...”(Wawancara Juni 2013) Adapun hasil dari kunjungan tersebut ditemukan beberapa temuantemuan. Untuk Kunjungan Ke Limbungan adalah. “.........Korda lebih banyak memberikan masukan yaitu dalam pengarsipan kartu monitoring harus dipisah antara data monitoring UEK dan SP juga dalam penulisan nomor SP2K masih salah yaitu masih digabung antara UEK dan SP jadi Korda memberikan penguatan
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 5
kepada kasir dan Tata Usahanya untuk memperbaiki secepatnya,selebihnya seperti biasa pengembalian masih 100% dan belum ada permasalahan yang mencolok,untuk pembangunan Kantor UEK-SP telah dimulai pondasi dan letaknya disebelah depan kantor Lurah Kelurahan Linbungan Kecamatan Rumbai Pesisir..”.(Laporan PPD Korda Pekanbaru, Mei 2013)
Integrasi Integrasi menyangkut kemampuan fasilitator dalam melakukan sosialisasi dan komunikasi dengan masyarakat. Sejauh ini, dari hasil observasi yang dilakukan, proses sosialisasi mengenai Program Pemberdayaan Masyarakat tidak mendapat hambatan. Untuk wilayah Kecamatan Rumbai pesisir berdasarkan hasil pemetaan dan proffil wilayah, kecamatan Rumbai pesisir masyarakatnya majemuk. Penduduknya sebagian besar didominasi oleh Suku Minang, melayu, Jawa dan Batak. Dari segi ekonomi mata pencaharian utama pada sektor perdagangan, dan pekerja di perusahaan swasta serta PNS. Jadi, dalam hal sosialisasi, misalnya penggunaan bahasa menggunakan Bahasa Indonesia. Dalam penyampaian informasi disesuaikan dengan kondisi. Berdasarkan hasil wawancara dengan fasilitator(Pendamping desa), Sdri. Winda sista, SP mengungkapkan:
“......sejauh ini tidak mendapat kendala yang berarti dalam hal sosialisasi PPD kepada masyarakat. Bahkan masyarakat sangat antusias dan berperan aktiff dalam setiap pertemuan yang diadakan..”.(Wawancara Juni 2013. 6.4.3 Adaptasi Untuk mengukur effektifitas kehadiran fasilitator indikator adaptasi juga harus dilihat. Adaptasi di sini berkaitan dengan kemampuan ffasilitator menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan diman PPD tersebut dilaksanakan. Berdasarkan inffformasi yang diperoleh dari Badan pengembangan masyarakat dan pemberdayaan Desa, yang menjadi pendamping Desa adalah orang tempatan. Artinya yang menjadi fasilitator adalah salah satu masyarakat setempat atau orang yang memahami kondisi dan situasi masayarakat tersebut. PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam pengembangan masyarakat, ada 3 aspek yang mendapat perhatian yaitu, pemberdayaan masyarakat, pengembangan Ekonomi dan Penguatan kapasitas kelembagaan. Pemberdayaan masyarakat Aspek pemberdayaan memegang peranan penting dalam keberhasilan program yang dilaksanakan. Dari hasil observasi yang dilakukan serta ditunjang dari hasil penelitian sebelumnya semakin jelas terlihat bahwa pemberdayaan mesti dilaksanakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tim Koordinasi
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 6
PPD Kota Pekanbaru, beberapa upaya pemberdayaan yang telah dilakukan dalam kegaiatan PPD di antaranya : a. Mengenali Akar Penyebab Kemiskinan. b. Penyusunan Peta Sosial Masyarakat. c. Proses Pengambilan Keputusan. d. Pelatihan. e. Membuat Kalender Musim. Pengembangan Ekonomi Kehadiran PPD telah memberi nuansa tersendiri dalam hal ekonomi masyarakat desa/ kelurahan, seperti : a. Membuka aktivitas bagi masyarakat
Kelurahan
(1) Meranti Pandak
berusaha
b. Peluang ekonomi dikuasai masyarakat tempatan c. Mempersempit peluang rentenir Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh dari sekretariat PPD Kota Pekanbaru, adapun dampak yang ditumbulkan oleh kegiatan PPD adalah mudahnya masyarakat memperoleh akses dana untuk pengembangan usaha mereka. Dan kegiatan ini secara umum difasilitasi oleh seorang fasilitator. Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru sudah enam kelurahan yang sudah dikucurkan dana Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK-SP) , berikut data penyaluran dana dan usaha yang dilayani oleh UED-SP di Kecamtan Rumbai Pesisir.
Rekapitulasi Jumlah Nasabah Pemanfaat Laki2 Peremp uan (2) (3) 165 222
Total (4) 387
Lembah Damai
218
162
380
Lembah Sari
134
192
326
Tebing Tinggi Okura
227
44
271
Limbungan
59
38
97
Limbungan Baru JUMLAH
0 638
0 436
0 1074
Sumber: sekretarian PPD Kota Pekanbaru, 2012 Sedangkan jumlah dana yang telah bertaransaksi pada UEK-SP di
Kecamatan Rumbai Pesisir tergambar dalam tabel berikut.
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 7
Rekapitulasi Total Transaksi Dana Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam Di Kecamatan Rumbai Pesisir S/d Tahun 2012 Kelurahan Pemanfaat Alokasi Dana Total Total Transaksi Pemanfaat Dana (1) (2) (3) (4) Meranti Pandak 500.000.000 387 Lembah Damai 500.000.000 380 Lembah Sari 500.000.000 326 Tebing Tinggi Okura 500.000.000 271 Limbungan 500.000.000 97 Limbungan Baru 500.000.000 0 JUMLAH 3.000.000.000 1074 Sumber: sekretarian PPD Kota Pekanbaru, 2012 Selain penyaluran dana, kehadiran PPD juga telah mampu meyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat rumbai pesisir, terutama kaum muda dijadikan sebagai pelaku PPD yang berada di kelurahan. Disebut tidak langsung karena mereka rata-rata mempunyai pekerjaan utama, sehingga pendapatan utama mereka bukan berasal dari PPD. Honorarium yang mereka peroleh berasal dari porsi (persentase) pembagian keuntungan usaha UED SP tiap bulannya. Mereka terdiri dari pengelola UEKSP, Kader Pembangunan Masyarakat (KPM), Otoritas Keuangan Dana Usaha Desa dan Pengawas Umum.
3.136.500.000 3.342.150.000 1.782.500.000 1.778.990.000 660.900.000 0 10.701.040.000
Sedangkan penyerapan tenaga kerja dari usaha masyarakat, belum ada data yang pasti dari program PPD Propinsi Riau yang penulis dapatkan, namun dari hasil observasi kebanyakan tenaga kerja dari usaha masyarakat dengan memberdayakan anggota keluarga mereka sendiri. Penguatan kapasitas kelembagaan Dari hasil penelitian sebelumnya dan hasil observasi di lapangan, di peroleh dari Informan dan Narasumber dari kegiatan fasilitasi yang dilakukan fasilitator melalui PPD dari aspek peningkatan kapasitas kelembagan masyarakat.
Daftar Lembaga Keuangan Mikro Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK-SP) Di Kecamatan Rumbai Pesisr Kota Pekanbaru Tahun 2012 Kelurahan Ket JML UEK-SP TAHU Produk N 1 2 3 4 Meranti Pandak 1 2007 Pinjaman
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 2
Lembah Damai
1
2007
Lembah Sari
1
2009
Tebing Tinggi Okura
1
2009
Limbungan
1
2011
Limbungan Baru
1
2012
JUMLAH 6 Sumber: Sekretariat PPD Kota Pekanbaru, 2012 EFEKTIFITAS KEHADIRAN FASILITATOR PPD DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis Efektifitas kehadiran Fasilitator dalam Pengembangan Masyarakat (Studi pada Program Pemberdayaan Desa/Kelurahan Di Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru) adalah terori yang dikemukakan oleh Duncan yang dikutip Richard M.Steers(1985:53), bahwa untuk mengukur efektifitas dilihat dari pencapaian tujuan, integrasi dan adaptasi. Berdasarkan hasil penelitian, dari kkehadiran fasilitator dalam menjalankan perannya sudah terlaksana dengan baik. perkotaan. Adapun strategi yang digunakan dalam PPD yaitu di tiga aspek tersebut diatas merupakan sebuah kegiatan memberdayakan masyarakat agar mampu secara mandiri berperan serta dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
-
Tabungan Pinjaman Tabungan Pinjaman Tabungan Pinjaman Tabungan Pinjaman Tabungan Pinjaman Tabungan 281
Namun yang menjadi permasalahan utama mengapa peran dari fasilitator belum maksimal dikarenakan kemampuan dari fasilitator hanya semata ffokus pada peran fasilitator sebagai social planner. dimana fasilitator beperan dalam mengumpulkan data dan fakta-fakta tentang masalah sosial menganalisis masalah tersebut serta menyusun alternatif tindakan yang rasional dalam menangani masalah tersebut. Masalah sosial tersebut adalah msalah kemiskinan. Jadi dapat dikatakan secara umum, dari ketiga indikator yang digunakan kehadiran fasilitator sudah efektif dalam menjalankan perannya. Efektifitas kehadiran fasilitator sangat strategis dalam melaksanakan perannya guna memfasilitasi pengembangan masyarakat khususnya di wilayah
SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 176
1.
2.
Secara umum kehadiran fasilitator PPD dalam pengeembangan masyarakat di Kecamatan Rumbai pesisir sudah efektif. Dimana keefektifan tersebut terletak pada kemampuan fasilitator untuk hadir melaksanakan rencana kegiatan yang telah dibuat serta mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan masyarakat dimana program PPD tersebut dilaksanakan . sehingga fasilitator dapat menjalankan perannya dengan baik. Wwalaupun dalam beberapa peran dirasa tidak maksimal. Aspek yang paling dominan dilakukan oleh fasilitator PPD dalam Pengembangan masyarakat adalah pada aspek pengembangan ekonomi, yaitu pengembangan lembaga keuangan mikro UEK-SP saja. Upaya untuk fasilitasi pada kegitan sektoral lainya masih minim dilakukan hal ini dikarenakan fasilitaor belum mendapatkan pembekalan dari instasi terkait dibidang lainnya selain pengembangan UEK-SP tersebut.
DAFTAR RUJUKAN Huraira Abu, 2011.Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat “Model dan Stretegi Pemabangunan Berbasisi Kerakyatan”. Bandung: Humaniora.
Martini dan Lubis. 1987. Teori organisasi. Bandung:Ghalia Indonesia Rusli, 2010. Implementasi Program Pemberdayaan Desa di Kabupaten Indragiri Hilir.Pekanbaru: (Hasil penelitian belum dipublikasikan) Rusli, dkk. 2012. Peran fasilitator dalam Pengembangan Masyarakat (Studi pada PPD di kecamatan rumbai pesisir pekanbaru). Pekanbaru (Hasil Penelitian) Setiana Lucie, 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Steers, Richard M. 1986. Efektifitas Organisasi. Jakarta:Erlangga Dokumen lainya: Peraturan Gubernur Nomor: 21 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Program Pemberdayaan Desa/Kelurahan Propinsi Riau Laporan Pelaksananaan PPD Maret 2013 oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembinaan Desa Propinsi Riau Laporan KORDA PPD Kota Pekanbaru Juni 2013 tentang Pelaksanaan PPD Kota Pekanbaru Lain-lainnya : http://www.pnpmpisew.org/admin/files/ArtikelPISEW/Menjadi%20Fasilitator%20Kec amatan%20Yang%20Efektif,Subandi.pdf
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada (GP Press). Kurniawan Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 177
_________________________________Jurnal NIARA vol. 8 No. 3 Januari Th. 2013 | 178