PELATIHAN PEMANDU FASILITATOR
KUMPULAN MODUL
PELATIHAN DASAR FASILITATOR
PROGRAM NASIONALPEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN
Modul 1 Topik: Mitra Belajar
1. Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan 2. Peserta mampu menciptakan keakraban
Kegiatan 1: Permainan perkenalan Kegiatan 2: Mengisi Biodata
1 Jpl ( 45 ’)
Bahan Bacaan: 1. Jenis – Jenis Permainan perkenalan 2. Biodata peserta
• • • • •
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
1
Permainan Perkenalan Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai pelatihan ini dengan perkenalan peserta. Sebelum kegiatan ini dimulai, pemandu kelas harus sudah memilih cara perkenalan yang akan digunakan. Cara perkenalan yang dipilih sebaiknya menjadi proses awal membangun dinamika kelas. Jika menggunakan permainan sebagai cara untuk melakukan perkenalan, siapkan peralatan yang akan digunakan untuk kegiatan tersebut. Seluruh peserta (pemandu kelas, wakil pemandu, panitia, dll) di dalam kelas ikut serta dalam permainan perkenalan ini. Contoh jenis-jenis perkenalan dapat dilihat pada Bahan Bacaan : Metoda Permainan.
Mengisi Bio data 1) Bagikan formulir bio data dan name tag kepada seluruh peserta. Data yang di minta dapat disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggara pelatihan. 2) Minta peserta untuk mengisi formulir tersebut dan tanda pengenal (name tag) yang telah dibagi dgn nama panggilan dgn tulisan yg cukup besar dan jelas dibaca. 3) Kumpulkan formulir setelah selesai diisi oleh seluruh peserta. 4) Minta peserta untuk menggunakan identitas / tanda pengenal (name tag). 5) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.
2
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Perkenalan Siapa Dia ? Petunjuk : •
Minta semua peserta untuk berdiri dan membentuk lingkaran
•
Minta seorang peserta untuk memperkenalkan nama dan satu hal lain mengenai dirinya dalam bentuk satu kalimat pendek ( tidak boleh lebih dari 6 kata ), missal :Nama saya Retno, fasilitator PNPM .Nama saya Rachman, Relawan
•
Mintalah peserta kedua untuk mengulang kalimat peserta pertama, baru kemudian memperkenalkan dirinya sendiri, misal : teman saya Retno, fasilitator, saya Mika, guru sekolah
•
Peserta ketiga harus mengulang kalimat 2 peserta sebelumnya sebelum memperkenalkan diri, demikian seterusnya sampai seluruh peserta memperoleh gilirannya.
•
Apabila peserta tidak dapat mengingat nama dan apa yang dikatakan 2 peserta lainnya, maka ia harus menanyakan langsung pada yang bersangkutan : ‘siapa nama anda?’ atau ‘siapa nama anda dan apa yang anda katakan tadi ?’
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
3
Perkenalan Kisah Angka Angka Permainan ini dipakai agar peserta mengenal satu sama lain dengan cara santai dan menghapuskan kekakuan. Langkah langkah : •
Mintalah seluruh peserta berhitung dari nomor 1 dan seterusnya sampai selesai ( habis)
•
Minta setiap peserta mengingat nomor urutnya masing-masing dengan baik, jika perlu lakukan pengujian dengan menyebut secara acak beberapa angka dan minta peserta yang disebut nomornya utntuk menyahut ‘ya’!, atau tunjuk beberapa orang peserta secara acak dan tanyakan nomor urut berapa dia .
•
Tegaskan sekali lagi apakah mereka benar – benar mengingat nomor urutnya masing – masing.
•
Setelah yakin, jelaskan bahwa anda akan menyampaikan suatu berita atau suatu cerita tertentu di mana dalam sepanjang cerita itu akan disebut sejumlah angka – angka. Peserta yang disebut angka atau nomor urutnya diminta segera berdiri dan langsung meneriakkan namanya keras – keras kepada seluruh peserta lain. Jika terlambat 3 detik, peserta dikenakan hukuman ramai – ramai oleh peserta lain. Hukuman berupa hal – hal yang menghibur dan membuat akrab peserta.
•
Tanyakan kepada peserta apakah mereka paham peraturan tersebut ?, jika perlu ulangi sekali lagi dan berikan contoh.
•
Mulai bercerita, misalnya : saudara – saudara, latihan ini sebenarnya sudah direncanakan sejak 5 bulan yang lalu, tapi karena beberapa hal, barulah 3 bulan yang lalu ada kejelasan dan kemudian dipersiapkan oleh 8 orang panitia ……….. dst. Atau cerita lain yang anda karang sendiri pada saat itu ( yang penting, dalam cerita itu ada disebutkan angka – angka nomor urut peserta setiap satu kalimat atau setiap selang satu menit ).
•
Lakukan sampai separuh peserta tersebut nomornya atau seluruhnya (bergantung kepada kecepatan anda dan peserta dan sesuai dengan waktu yang tersedia)
•
Lakukan diskusi dengan peserta tentang apa makna permainan ini dan dapat digunakan untuk apa saja dalam kegiatan latihan, termasuk perasaan – persaan peserta sendiri.
•
Simpulkan
4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Perkenalan Mencari Jodoh Petunjuk : •
Buatlah kalimat pendek yang berhubungan dengan materi pelajaran yang akan diberikan , misal : Bersama Membangun Kepedulian. Kalimat yang dibuat sebanyak setengah dari jumlah peserta, kalau peserta 20 orang, harus disediakan 10 kalimat.
•
Pecahlah kalimat tersebut ke dalam dua bagian dan ditulis di kertas , misal untuk kalimat tadi satu kertas berisi kalimat Bersama Membangun dan satu kertas berisi kata Kepedulian.
•
Gulunglah kedua kertas yang berisi tulisan tadi.
•
Bagikan kertas – kertas tergulung yang sudah disiapkan sebanyak jumlah peserta (apabila peserta ganjil, satu orang berpasangan dengan pemandu sendiri )
•
Minta peserta untuk membuka gulungan kertas masing – masing dan membaca isinya yaitu sepotong kalimat yang belum lengkap.
•
Minta peserta untuk mencari pasangannya masing – masing agar kalimat itu menjadi lengkap.
•
Minta setiap pasangan berkenalan dan mendiskusikan arti kalimat tersebut.
•
Minta peserta berkumpul lagi dan meminta setiap pasangan memperkenalkan pasangannya dan menyampaikan arti kalimat kepada peserta yang lain.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
5
Perkenalan Berdirilah Jika ………… Petunjuk : •
Minta semua peserta untuk duduk membentuk lingkaran, lalu pemandu berdiri di tengah.
•
Jalaskan kepada peserta bentuk permainannya, yaitu setiap pemandu mengucapkan kalimat , peserta mengucapkan kalimat, peserta diminta berdiri apabila kalimat itu sesuai dengan dirinya; misal : “ Keluarga saya adalah keluarga pedagang….. “; “ Saya seorang perempuan yang berani bicara di depan publik……. “ dsb.
•
Ucapkan kalimat – kalimat yang relevan dengan keadaan peserta ( jangan sampai ada peserta yang tidak pernah berdiri), contoh – contoh kalimat misalnya : ü Saya adalah petugas lapangan ü Saya lahir di pedesaan ü Saya lahir di kota besar ü Saya memiliki hobby membaca, dsb
•
Setelah selesai, minta seluruh peserta untuk memperkenalkan nama, asal, dan hal lain yang berkenaan dengan dirinya secara singkat.
6
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 2 Topik: Orientasi Belajar
Peserta memahami 1. Tujuan Pelatihan 2. Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan
Kegiatan 1: Penjelasan harapan dan rangkaian pelatihan Kegiatan 2: Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran
1 Jpl ( 45 ’)
Bahan Bacaan: 1. Harapan dan Rangkaian Pelatihan 2. Kurikulum Pelatihan
• Kertas Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
7
Penjelasan Harapan dan Rangkaian Pelatihan
1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Orientasi Belajar yang terdiri dari dua kegiatan belajar. Jelaskan tujuan dari modul ini. 2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan 1 yaitu Penjelasan mengenai Harapan dan Rangkaian Pelatihan dan gunakan Bahan Bacaan - Harapan dan Rangkaian Pelatihan yg telah disediakan panitia. 3) Setelah selesai lanjutkan ke kegiatan 2.
Penjelasan Garis Besar Program Pembelajaran 1) Jelaskan bahwa kita melanjutkan modul ini dengan kegiatan kedua yaitu Penjelasan Kurikulum Pelatihan Dasar Fasilitator 2) Buka kesempatan tanya jawab untuk kedua kegiatan ini. 3) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.
8
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Harapan Dan Rangkaian Pelatihan Fasilitator Latar Belakang Masalah kemiskinan telah menjadi masalah serius di Indonesia, terutama setelah krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997. Jumlah penduduk miskin tahun 1976 sebesar 54,2 juta jiwa (40,1%) yang berhasil diturunkan menjadi 22,5 juta jiwa (11,3%) pada tahun 1996, meningkat tajam menjadi 49,5 juta jiwa (24,23%) pada tahun 1997. Ini artinya, krisis ekonomi menyebabkan 27 juta jiwa penduduk Indonesia jatuh miskin. Dalam upaya menanggulangi kemiskinan tersebut Pemerintah Indonesia meluncurkan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 dan kemudian diadopsi menjadi pendekatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri , dan P2KP menjalankan pendampingan di lokasi perkotaan sehingga nama P2KP berganti menjadi PNPM Mandiri Perkotaan.. Program ini merupakan program yang menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran kritis para pelaku pembangunan agar mampu menjadi pelaku nilai. Pendekatan pemberdayaan ini juga dilakukan melalui pengorganisasian masyarakat dan pembangunan lembaga kepemimpinan kolektif yang benar-benar mampu menjadi ujung tombak perjuangan rakyat miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka. Dalam upaya ini, titik berat upaya pemberdayaan tersebut diletakkan di pundak para fasilitator yang diharapkan mampu berperan sebagai pelopor perubahan di masyarakat (change agent) dalam rangka menciptakan fasilitator pembangunan tersebut maka berbagai pelatihan dilakukan.
Secara keseluruhan jenis-jenis pelatihan bagi fasilitator dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut : a) Pelatihan Dasar , untuk fasilitator yang bertugas di kelurahan baru b) Pelatihan Madya, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap kedua c) Pelatihan Utama, untuk fasilitator yang bertugas pada lokasi pendampingan tahap ketiga. Masing – masing terdiri dari beberapa paket – paket pelatihan
Tujuan Umum a) Tercapai kesamaan pandang dan keyakinan antar fasilitator terhadap paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiir Perkotaan b) Tersedianya Fasilitator yang memahami, meyakini dan mampu melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan secara kritis.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
9
Uraian Pelatihan Dasar Pelatihan Dasar Pelatihan yang diselenggarakan sebelum Fasilitator dimobilisasi di kelurahan/desa sasaran, pelatihan ini sekaligus merupakan salah satu rangkaian kegiatan rekrutmen Fasilitator. Titik berat pelatihan ini menekankan pada penyadaran kritis ( Awareness Training ) mengenai kemiskinan dan konsep PNPM Mandiri Perkotaan sebagai upaya pemecahan persoalan serta peran Fasilitator sebagai pelopor perubahan (change agent) di masyarakat. Waktu penyelenggaraan pelatihan dilaksanakan selama 14 hari efektif.
Tujuan a) Tercapai kesamaan pandang fasilitator terhadap paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiri Perkotaan b) Terciptanya fasilitator yang memahami dan meyakini paradigma, pendekatan, konsep dan mekanisme PNPM Mandiri Perkotaan sebagai alternatif jawaban terhadap persoalan kemiskinan c) Fasilitator memahami tugas, fungsi dan perannya dalam penanggulangan kemiskinan d) Fasilitator siap melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan Keluaran yang diharapkan : § Tersedianya fasilitator yang mempunyai kesadaran kritis terhadap kemiskinan. § Tersedianya Fasilitator yang memahami, meyakini dan mempunyai kesadaran kritis terhadap Konsep PNPM Mandiri Perkotaan § Tersedianya fasilitator yang mempunyai kemampuan untuk mendapmpingi masyarakat
10
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Hubungan antara Pokok Bahasan dan Tujuan Pembelajaran
PELATIHAN DASAR/PRA TUGAS Pokok Bahasan
Ranah Belajar Pengetahuan
Tantangan Penanggulangan Kemiskinan Kebijakan Nangkis , IPM,MDG’s Konsep PNPM Mandiri Perkotaan Pemberdayaan Masyarakat Pembangunan Partisipatif Mengenal Fasilitator Perubahan Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Teknik Fasilitasi Komunikasi dan Sosialisasi Strategi Pengembangan Kapasitas Pemetaan Sosial Sosialisasi awal RKM Refleksi kemiskinan Mengelola Pelatihan Partisipatif Pemetaan swadaya Pembangunan BKM Pengembangan KSM PJM Pronangkis BLM Transparansi dan Akutabilitas Monev Partisipatif Manajemen Konflik
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Penyadaran kritis (Sikap ) •
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
Keterampilan
• • • • • • • • • • • • • • •
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
11
KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR A. PELATIHAN DASAR FASILITATOR Kapasitas yang harus dimiliki : • Mensosialisasikan Program PNPM • Mengkomunikasikan & mentrasform nilai-nilai universal & sosial kemasyarakatan –pemberdayaan • Menjalankan peran, tugas pokok dan fungsi faskel • Melakukan proses pengorganisasian masyarakat dengan prinsip partisipatif • Memfasilitasi setiap tahapan kegiatan siklus • Mengelola program-program pelatihan, pengembangan kapasitas & komunikasi di masyarakat & komponen pelaku lainnya di kelurahan • Memfasilitasi proses pencairan & pemanfaatan BLM Tujuan Umum Pelatihan : • Memperkenalkan Konsep dasar PNPM dan siklus PNPM Mandiri Perkotaan •
Perkenalan konsep dan penerapan kelembagaan komunitas, CDD dan pemberdayaan masyarakat
•
Merubah paradigma dan sikap perilaku dalam pembangunan, penanggulangan kemiskinan dan agen pembangunan
•
Memperkenalkan fungsi dan peran pelaku dalam program dan pembangunan
Tema Belajar Bersama
Topik
Mitra Belajar
Tujuan • Saling mengenal, saling memahami dan menghargai perbedaan
JPL
1 JPL
• Peserta mampu menciptakan keakraban • Peserta memahami tujuan Pelatihan
12
Orientasi Belajar
• Peserta memahami Apa yang akan diperoleh dan bagaimana pelatihan akan dilakukan
1 JPL
Kontrak Belajar
Membangun komitmen dan
1 JPL
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Tema
Tantangan
Topik Paradigma Pembangunan
Anatomi Kemiskinan Konsep Dasar Gender
Gender dalam penanggulangan kemiskinan
Konsep PNPM PNPM Mandiri Perkotaan dan Mandiri Kemiskinan Perkotaan
Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perktoaan
Tujuan kesepakatan bersama
JPL
Perubahan pola pikir peserta terhadap paradigma pembangunan yang tadinya hanya berbasis ekonomi kepada pembangunan manusia • Pemahamam terhadap penyebab kemiskinan yang berakar pada sikap dan perilaku Pemahamam terhadap penyebab kemiskinan yang berakar pada sikap dan perilaku
3 JPL
•
3 JPL
• Peserta memahami konsepsi dasar mengenai gender • Peserta memahami implikasi yang dapat terjadi sebagai akibat perbedaan Gender di masyarakat • Peserta memahami bentuk-bentuk ketidak adilan gender/isu gender • Peserta memahami akar penyebab kemiskinan yang berbasis gender • Meningkatkan kesadaran terhadap kaitan gender dengan kemiskinan
3 JPL
Pemahaman bahwa PNPMP dikembangkan untuk menjawab tantangan masalah kemiskinan . • Penyadaran bahwa penanggulangan kemiskinan harus dimulai dari perubahan sikap dan perilaku. Pemahaman dan kesadaran terhadap transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya menjadi masyarakat mandiri serta strategi intervensi untuk mencapai transformasi yang diharapkan.
2 JPL
•
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
2 JPL
3 JPL
13
Tema
Topik PNPM Mandiri Perkotaansebag ai proses pembelajaran kritis
Pemberdayaa n
Pemberdayaan Sejati
Kepemimpinan Masyarakat Manusia
Pengorganisasia n Masyarakat
Pembanguna n Partisipatif
Mengenal Fasilitator Pembanguna n
Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi
Metodologi Pembangunan Partisipatif Citra diri Fasilitator Tugas & fungsi Fasilitator
14
Tujuan Pemahaman dan kesadaran bahwa PNPMM Perkotaan merupakan sarana pembelajaran masyarakat untuk mengawali penanggulangan kemiskinan berbasis nilai – nilai kemanusiaan • Pemahaman dan kesadaran terhadap makna pemberdayaan dan pembangunan manusia • Menumbuhkan motivasi untuk bersikap dan berperilaku sebagai manusia yang sejati. Pemahaman dan kesadaran terhadap ciri khas pemimpin masyarakat manusia yang berbasiskan nilai – nilai (seorang manusia sejati sesuai dengan martabatnya sebagai mahluk ciptaan yang paling luhur) Pemahaman terhadap proses dan prinsip pengorganisasian masyarakat. sebagai proses penyadaran kritis masyarakat yang dilakukan dalam proses tahapan siklus PNPMMP • Pemahaman terhadap ppartsisipasi, pemberdayaan dan demokrasi serta keterkaitannya. • Motivasi untuk menerapkan ketiga unsur tersebut dalam pelaksanaan PNPMMP Pemahaman mengenai metodologi dan teknik yang digunakan dalam proses pembangunan partisipatif Pemahaman dan penyadaran bahwa memberdayakan masyarakat adalah kewajiban seorang manusia bukan semata – mata karena pekerjaan. Pemahaman dan penyadaran akan tugas, fungsi dan kemampuan yang harus dimiliki oleh fasilitator .
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
JPL 3 JPL
3 JPL
3 JPL
3 JPL
2 JPL
2 JPL 3 JPL
2 JPL
Tema
Topik Etika Fasilitator
Pedoman PNPM MP
Pembahasan Pedoman Pelaksanaan PNPM MP
Teknik Fasilitasi
Pendidikan Orang Dewasa Dasar – dasar Komunikasi
Pelaksanan RPK (Repleksi siklus PNPM Perkara Kritis) MP Pemetaan Swadaya Pembangunan BKM PJM Pronangkis BLM
PPM
Tujuan Pemahaman dan kesadaran mengenai pa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh fasilitator Pemahaman mengenai substansi dan mekanisme pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Mampu menerapkan di wilayah dampingan Memahami dan meyakini metode pendidikan yang dipakai untuk pemberdayaan Memahami konsep dan mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan kelompok sasaran
JPL 2 JPL
Mempunyai kemampuan dalam memfasilitasi proses RPK
3 JPL
Mempunyai kemampuan dalam memfasilitasi proses Pemetaan Swadaya
4 JPL
Mempunyai kemampuan dalam memfasilitasi proses Pembangunan BKM
3 JPL
Mempunyai kemampuan dalam memfasilitasi proses PJM Pronangkis
3 JPL
Pencairan dan pemanfaatan BLM
• peserta memahami substansi BLM
Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
• Memahami prinsip dan mekanisme penanganan pengaduan masyarakat • Mampu memotivasi masyarakat agar menjalankan fungsi PPM Total Jam Pelajaran
3 JPL
2 JPL 2 JPL
3 JPL
• peserta memahami mekanisme pencairan dan pemanfaatan BLM 3 JPL
68 JPL
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
15
Modul 3 Topik: Kontrak Belajar
Peserta mampu : 1. Merumuskan harapan bersama terhadap pelatihan 2. Memahami hubungan antara harapan dan silabus 3. Membangun kesepakatan untuk mencapai harapan 4. Membangun kesepakatan tata tertib pelatihan
Kegiatan 1: Curah pendapat dan diskusi harapan bersama Kegiatan 2: Penyepakatan mekanisme belajar
1 Jpl ( 45 ’)
Bahan Bacaan: 1. Ancangan Tata Ruang Kelas 2. Membangun Suasana Belajar 3. Pengelaman Memfasilitasi 4. Identifikasi Kebutuhan Peserta
16
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
5. Evaluasi
• Kerta Plano • Metaplan • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Curah Pendapat dan Diskusi: Harapan Bersama 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Kontrak Belajar yang terdiri dari dua kegiatan. Jelaskan tujuan dari modul ini. 2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan pertama yaitu Diskusi mengenai Harapan Peserta. Bagikan LK-Kontrak Belajar kepada seluruh peserta. Minta peserta untuk menuliskan harapan mengenai pelatihan yang akan mereka ikuti selama 4 hari pada Formulir Kontrak Belajar tersebut. Sebelum peserta menulis, berikan informasi bahwa peserta harus menulis di formulir yg telah dibagi hal-hal sebagai berikut: o o
o
Alasan mengapa mengikuti pelatihan. Alasan ini dapat saja datang dari luar berupa perintah/penugasan, atau ingin tahu, dsb. Motivasi yang mendorong peserta mengikuti pelatihan. Motivasi ini merupakan dorongan dari dalam, misalnya; meskipun karena diperintah dapat saja motivasinya mengikuti sekedar menjalankan perintah/sekedar bebas dari tugas rutin/ingin meningkatkan pengetahuan. Harapan peserta mengikuti pelatihan ini. Harapan ini tentu saja terkait dengan motivasi peserta kalau yang motivasinya hanya sekedar menjalankan perintah harapannya tentu saja dapat melapor dgn menunjukan semua bahan maka yg dikumpulkan lebih fisik, yang ingin bebas dari tugas rutin tentu tdk punya harapan, yang meningkatkan pengetahuan tentu harapannya materi yang diberikan benar-benar bermanfaat dan cukup jelas untuk dicerna, dsb.
3) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok dan minta tiap kelompok menyimpulkan harapan kelompok bukan lagi harapan individu. 4) Ajak 1 kelompok menyajikan hasil kelompok dan kemudian minta kelompok lain melengkapi sehingga terjadi harapan kelas.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
17
5) Diskusikan hasil harapan kelas tersebut dan kaitkan dengan garis besar program pembelajaran. 6) Bangun kesepakatan dengan seluruh peserta untuk bertekad bersama-sama mengikuti pelatihan guna mencapai harapan-harapan yang sudah didiskusikan sebelumnya. 7) Minta peserta untuk memberikan kesimpulan untuk kegiatan modul ini. 8) Setelah selesai lanjutkan ke kegiatan 2.
Penyepakatan Mekanisme Belajar 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita punya harapan bersama yang dirumuskan di Kegiatan 1. Diperlukan kesepakatan bersama untuk mencapai harapan tersebut selama pelatihan ini. Kesepakatan bersama tersebut merupakan langkah-langkah yang perlu dilakukan dan merupakan aturan main bersama termasuk tata tertib agar dapat tercapai harapan bersama, yang harus ditaati oleh seluruh peserta dan penyelenggara dalam melaksanakan pelatihan. 2) Diskusikan dengan peserta hal-hal apa saja yang harus disepakati untuk diatur bersama untuk menjaga proses pelatihan tersebut. 3) Tuliskan semua hal yang disepakati dan tata tertib yang telah disepakati tersebut pada kertas plano dan tempelkan di dinding di tempat semua peserta dapat melihat. Bangun kesepakatan bahwa aturan main dan tata tertib tersebut bersifat mengikat semua pihak di kelas tersebut selama pelatihan. 4) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.
.
18
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Ancangan Tata Ruang Kelas Lingkungan fisik dalam ruang kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tak satupun susunan ideal, namun terdapat beberapa pilihan yang dapat dipilih. Dekorasi interior dari belajar aktif adalah menyenangkan dan menantang (khususnya jika meubeler kurang ideal). Dalam beberapa hal, meubeler dapat dengan mudah diatur untuk membentuk susunan yang berbeda-beda meskipun meja kursi tradisional dapat dikelompokkan bersama-sama untuk membentuk susunan bujursangkar atau yang lainnya. Jika anda memilih untuk melakukan begitu, suruhlah peserta didik membantu memindahkan meja dan kursi. Itu menjadikan mereka “aktif” juga. Kebanyakan layout yang dideskripsikan disini tidak dimaksudkan menjadi susunan yang permanen. Jika meubeler anda dapat dengan mudah dipindah-pindah, sangat mungkin, menggunakan beberapa lay out ini sesuai yang anda inginkan. Anda juga akan mendapatkan saran-saran tentang bagaimana menggunakan sekalipun lingkungan ruang kelas yang paling tradisional untuk belajar aktif. 1. Huruf U : Ini merupakan susunan untuk berbagai tujuan. Para peserta didik memiliki permukaan untuk menulis dan membaca, para peserta didik dapat melihat anda dan atau melihat media visual dengan mudah dan mereka dapat saling berhadapan langsung satu dengan yang lain. Ini juga mudah untuk memasangkan mereka, terutama ketika terdapat dua tempat duduk yang setiap meja. Susunan ini ideal untuk membagi bahan pelajaran kepada peserta didik secara cepat karena anda dapat masuk ke huruf U dan berjalan ke berbagai arah dengan seperangkat materi. Anda dapat menyusun meja dan kursi dalam huruf U : §
Sediakan ruangan yang cukup antara satu tempat duduk dengan yang lain sehingga kelompok kecil yang terdiri tiga peserta didik atau lebih dapat keluar masuk dari tempatnya dengan mudah.
§
Anda dapat juga menyusun meja dan kursi seperti meja oblong dalam huruf U yang kelihatan seperti setengah lingkaran.
2. Corak Tim L: Mengelompokkan meja-meja setengan lingkaran atau oblong di ruang kelas agar memungkinkan anda untuk melakukan interaksi tim. Anda dapat meletakkan kursi-kursi mengelilingi meja-meja untuk susunan yang paling akrab. Jika anda melakukan, beberapa peserta didik harus memutar kursi mereka melingkar menghadap ke depan ruang kelas untuk melihat anda, papan tulis atau layar. Atau anda dapat meletakkan kursi-kursi setengah lingkaran sehingga tidak ada siswa yang membelakangi papan tulis.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
19
3. Meja Konferensi § Ini terbaik jika meja relatif persegi panjang. Susunan ini mengurangi pentingnya pengajar dan menambahkan pentingnya peserta didik. Susunan ini dapat membentuk perasaan formal jika pengajar ada pada ujung meja. §
Jika pengajar duduk ditengah-tengah sisi yang luas, para peserta didik di ujung merasa tertutup.
§
Anda dapat membentuk sebuah susunan meja konferensi dengan menggabungkan beberapa meja kecil (ditengahnya biasanya kosong).
4. Lingkaran § Para peserta didik hanya duduk pada sebuah lingkaran tanpa meja atau kursi untuk interaksi berhadap-hadapan secara langsung. Sebuah lingkaran ideal untuk diskusi kelompok penuh. Sediakan ruangan yang cukup, sehingga anda dapat menyuruh peserta didik menyusun kursi-kursi mereka secara cepat dalam berbagai susunan kelompok kecil. Jika anda menginginkan peserta didik memiliki tempat untuk menulis, gunakan susunan peripheral. Suruhlah mereka memutar kursi-kursinya melingkar ketika anda menginginkan diskusi kelompok.
§
5. Kelompok untuk kelompok : Susunan ini memungkinkan anda melakukan diskusi fishbowl (mangkok ikan) atau untuk menyusun permainan peran, berdebat atau observasi aktifitas kelompok. Susunan yang paling khusus terdiri dari dua konsentrasi lingkaran kursi. Atau anda dapat meletakkan meja pertemuan di tengah-tengah, dikelilingi oleh kursi-kursi pada sisi luar.
§
6. Workstation : Susunan ini tepat untuk lingkungan tipe laboratorium, aktif dimana setiap peserta didik duduk pada tempat untuk mengerjakan tugas (seperti mengoperasikan komputer, mesin, melakukan kerja laborat) tepat setelah didemontrasikan. Tempat berhadapan mendorong partner belajar untuk menempatkan dua peserta didik pada tempat yang sama.
§
7. Breakout groupings : Jika kelas anda cukup besar atau jika ruangan memungkinkan, letakkan meja-meja dan kursi dimana kelompok kecil dapat melakukan aktifitas belajar didasarkan pada tim. Tempatkan susunan pecahan-pecahan kelompok saling berjauhan sehingga tim-tim itu tidak saling mengganggu. Tetapi hindarkan penempatan ruangan kelompok-kelompok kecil terlalu jauh dari ruang kelas sehingga hubungan diantara mereka sulit dijaga.
§
8. Susunan Chevron : Sebuah susunan ruang kelas tradisonal tidak melakukan belajar aktif. Jika terdapat banyak peserta didik (tiga puluh atau lebih) dan hanya tersedia meja oblong, barangkali perlu
§
menyusun peserta didik dalam bentuk ruang kelas. Susunan
20
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
V mengurangi jarak antara para
peserta didik, pandangan lebih baik dan lebih memungkinkan untuk melihat peserta didik lain daripada baris lurus. Dalam susunan ini, tempat paling bagus ada pada pusat tanpa jalan tengah. 9. Kelas Tradisional : §
Jika tidak ada cara untuk membuat lingkaran dari baris lurus yang berupa meja dan kursi, cobalah mengelompokkan kursi-kursi dalam pasangan-pasangan untuk memungkinkan penggunaan teman belajar. Cobalah membuat nomor genap dari baris-baris dan ruangan yang cukup diantara mereka sehingga pasangan-pasangan peserta didik pada baris-baris nomor ganjil dapat memutar kursi-kursi mereka melingkar dan membuat persegi panjang dengan pasangan tempat duduk persis di belakang mereka pada baris berikutnya.
10. Auditorium §
Meskipun auditorium menyediakan lingkungan yang sangat terbatas untuk belajar aktif, namun masih ada harapan. Jika tempat duduk – tempat duduk itu dapat dengan mudah dipindah-pindah, tempatkan mereka dalam sebuah arc (bagian lingkaran) untuk membentuk hubungan lebih erat dan visibilitas peserta didik.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
21
Membangun Suasana Belajar Satu hal penting tetapi justru sering dilupakan, terlalu sering disepelekan, dianggap bukan materi pokok pelatihan, adalah pentingnya persiapan awal sebelum pelatihan dilaksanakan. Padahal sebenarnya, bagian ini merupakan bagian yang sangat menentukan kelancaran suatu proses pelatihan yang dirancang berdasarkan asas- asas pendidikan kritis seperti yang memungkinkan terjadinya interaksi terbuka, spontan, jujur antar para peserta dengan fasilitator serta panitia teknis penyelenggaraan pelatihan. Tanpa interaksi semacam itu sulit mengharapkan terjadinya komunikasi dialogis dan kritis yang justru menjadi asas pelatihan ini. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa faktor-faktor kepribadiaan – lah memang yang merupakan hambatan terbesar bagi penciptaan suasana yang hangat, spontan, terbuka, jujur. Kecenderungan kuat untuk menonjolkan diri atau selalu merujuk diri sendiri (self-centerd, selfish) adalah bentuk sikap dan perilaku yang paling jelas-jelas merupakan faktor penghambat yang serius. Tetapi sebaliknya kecenderungan yang terlalu menutup diri, malu, sungkan, dan kebiasaan sejenisnya juga merupakan penghambat yang tak kalah seriusnya. Dua bentuk sikap atau perilaku yang bertentangan itu sebenarnya sama – sama tidak mendukung penciptaan suasana yang diinginkan. Tidak ada jalan lain kecuali harus mencairkan kecenderungan yang mengarah kepada kebekuan suasana itu, yakni dengan cara yang dikenal dalam pelatihan sebagai ice breaker. Ada seribu atau bahkan sejuta cara ‘ice breaker’ yang pernah dikenal selama ini yang bentuknya bisa sangat beragam, mulai dari teka teki, cerita – cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh, sampai permainan – permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan pikiran. Namun apapun bentuknya suatu ‘ice breaker’ yang baik adalah : •
Sedapat mungkin melibatkan semua peserta tanpa kecuali, jangan sampai ada yang hanya menjadi penonton saja, lebih baik lagi kalau gagasan-gagasannya justru berasal dari peserta sendiri.
•
Sedapat mungkin melibatkan semua panca indera setiap orang, karena itu yang mengandung unsur adanya gerakan – gerakan tubuh dan suara lebih disarankan.
•
Sedapat mungkin menciptakan keharusan berinteraksi antar semua orang, karena itu disarankan bentuk – bentuk permainan yang mengandung unsur – unsure perlomabaan atau persaingan.
•
Sedapat mungkin mengandung unsur – unsur kejutan (surprise), misalnya sesuatu yang baru dikenal atau tidak disangka – sangka sebelumnya, bukan sesuatu yang sudah terlalu umum dan biasa atau sudah dikenal baik selama ini, tetapi jangan yang terlalu banyak mengandung idiom – idiom asing sehingga malah tidak dipahami oleh sebagian besar peserta.
22
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
•
Sedapat mungkin mengandung unsur – unsur kegembiraan (enjoyable) atau kelucuan yang menghilangkan rasa tegang atau bosan.
•
Sedapat mungkin ringkas dan padat, menurut pengalaman, yang baik adalah sekitar 5 – 10 menit saja atau paling lama 15 menit – dan tidak berbelit-belit cara melakukannya. Kalau waktu yang tersedia cukup lama, maka harus dilakukan dengan tempo tinggi (cepat) dan dengan bentuk kegiatan beragam (tidak hanya satu jenis saja sampai membosankan).
•
Sedapat mungkin memang ada kaitannya dengan pokok bahasan ata materi/topik yang sedang dibicarakan/dibahas pada waktu itu. Misalnya saja jika materi sessi saat itu adalah membahas masalah kepemimpinan yang demokratis, maka ‘ice breaker’ yang perlu dikembangkan adalah membahas masalah kepemimpinan juga. Oleh karena itu setiap ‘ice breaker’ juga harus diproses dalam daur belajar sehingga dapat diambil pelajaran bersama.
Acara perkenalan di awal pelatihan adalah salah satu waktu terbaik dan merupakan saat yang paling tepat untuk melakukan ‘ice breaker’ dalam rangka menciptakan suasana pelatihan yang terbuka, hangat, spontan dan jujur, tetap serius tapi santai. Acara ini penting, karena suasana yang diciptakan akan banyak mempengaruhi suasana pada kegiatan dan hari – hari berikutnya. Karena itu, usahakan acara perkenalan dilakukan dalam bentuk kegiatan yang mencairkan kebekuan yang kreatif dengan kaidah-kaidah asas di atas tadi. Hindari acara-acara berkenalan yang sudah lazim selama ini (misalnya, tiap orang berdiri dan memperkenalkan dirinya masing-masing). Juga lebih baik hindari memperkenalkan hal-hal yang sudah biasa dan tidak terlalu menarik lagi (misal : asal daerah, hobi, status marital, dll). Mengapa tidak memperkenalkan pandangan – pandangan pribadi tentang suat hal yang berkaitan dengan tema pelatihan (hanya usahakan setiap orang tidak mengemukakan pandangannya dalam retorika berkepanjangan). Agar tidak terlalu berkepanjangandan semakin membuat bingung saja, sebaiknya kita berikan satu contoh cara perkenalan sekaligus suatu bentuk ‘ice breaker’ untuk membentuk suasana awal pelatihan yang nisbi lebih terbuka dan spontan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
23
Evaluasi Segera lakukan evaluasi dan refleksi sebagai kritik, karena proses ini juga merupakan bagian belajar dari pengalaman. Jika anda menunda, anda akan melupakan dan banyak yang bisa dipetik manfaatnya jadi hilang. Anda dapat belajar melalui refleksi diri sendiri atau bertanya pada peserta dengan kritik. Adaptasi kebiasaan yang utama untuk membuat catatan pada pekerjaan anda serta kemungkinan anda dapat belajar dari diri anda sendiri dan memperbaiki untuk waktu yang akan datang. Menganalisa suatu hal dan poin yang dianggap masih kurang atau lemah dengan memeriksa tiap-tiap tahap latihan. Agar ada perbaikan di waktu yang akan datang. Bagaimana ketepatan waktu dapat dijaga? Apakah anda dapat mengakomodir kepentingan peserta ? Fokus utama kelemahan pilihan anda dari pekerjaan anda. Hal ini merupakan kesalahan yang paling banyak kita pelajari. Mengapa beberapa bagian tidak dapat bekerja dengan baik? Apakah pilihan ukuran atau substansi telah dibantu ? Apakah anda merespon keperluan peserta? Apakah ada kondisi yang ganjil atau faktor lain yang dilibatkan ? Berpikir dengan hati-hati secara detail, anda mendengar dari peserta dan mendengarkan umpan balik, sekarang anda dapat belajar dari mereka bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan dengan lebih baik di waktu yang akan datang ? Buatlah garis tentang sesuatu yang anda ketahui, tetapi anda tidak dapat mengerjakan dengan baik. Hal ini tidak mudah. Untuk banyak orang, lebih mudah untuk dibujuk dengan memfokuskan hanya pada yang ditinggalkan. Seperti anda, contoh : •
Meyakinkan bahwa anda tidak marah pada diri sendiri
•
Berbicara terlalu banyak
•
Memberikan cukup waktu untuk pertanyaan
•
Menunjukkan lebih banyak materi pada transparansi overhead
•
Mengandung banyak game/contoh/waktu latihan yang praktis pada refleksi biaya dan diskusi.
•
Kehilangan ketenangan karena sedikit salah paham dengan orang yang mengorganisir sebelum waktu latihan dimulai karena ruangan jelek, kekurangan kapur tulis, slide proyektor konslet, dll.
•
Menunjukkkan banyak slide
•
Berbicara terlalu lama dan cepat
•
Waktu istirahat yang pendek.
Jalan yang baik untuk belajar dari pesertalah, andalah yang bertanya pada peserta untuk mengevaluasi. Hal ini dapat dikerjakan secara formal dengan evaluasi tulisan dari pengalaman latihan mereka. Tidak menanyakan lebih dari satu atau dua halaman dari pertanyaan. Anda dapat
24
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
menanyakan pertanyaan spesifik tentang substansi dan penyelenggaraan pelatihan. Coba lakukan dengan pendekatan yang berbeda : “Apakah anda menemukan sesuatu yang paling berguna dalam latihan ini?”., “Apakah ada hal yang tidak disukai?”. Jika anda mengorganisir suatu latihan yang jenisnya sama seperti ini, kemudian apakah anda akan mengerjakan dengan cara yang berbeda ataukah anda akan mengerjakan dengan jalan dan model yang sama ?. Usahakan cukup waktu untuk melakukan evaluasi, agar peserta dapat mempertimbangkan dan merespon pertanyaan. Hal ini umum untuk mendistribusikan bentuk selama satu atau dua hari sebelum latihan berakhir. Jika anda menunggu latihan berakhir, respon yang berupa tulisan akan terburu – buru dan kurang sempurna dibandingkan jika dikerjakan satu atau dua hari untuk merefleksikannya. Menanyakan pada peserta untuk menyempurnakan peserta lain (tipe orang yang mengorganisir) akan mempunyai kesempatan untuk membaca evaluasi tulisan satu kali setelah mereka melengkapi. Karena itu, dalam tambahan pertanyaan peserta untuk melengkapi evaluasi formal, anda mungkin menginginkan untuk menyampingkan waktu agar suatu diskusi lengkap yang tidak formal dapat menerima kritik tentang sedikit aspek dari latihan. Hal ini memberi kesempatan tiap personel untuk mengekspresikan pandangannya, apakah positif atau negatif, maka peserta lain dapat mendengarkan mereka. Jalan lain untuk membuat publikasi, yang sesungguhnya di dalamnya mengandung unsur evaluasi, dengan kata lain semacam evaluasi yang disamarkan melalui presentasi. Anda dapat mempersiapkan pertanyaan, bentuk penulisan atau tabel yang diletakkan pada dinding. Tiap-tiap peserta kemudian memberikan kritik disamping memberi pertanyaan. Pertanyaan yang berguna untuk umpan balik secara cepat : •
Apakah anda berharap atau sebaliknya merasa takut setelah pertemuan ?
•
Apakah anda menemukan sesuatu yang paling berguna?
•
Apakah anda menemukan sesuatu yang sesungguhnya tidak berguna ?
•
Bagaimana agar dapat mengerjakan yang lebih baik di lain waktu ?
•
Bagaimana anda menggunakan metoda partsisipatif dalam pekerjaan anda ?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
25
Modul 4 Topik: Paradigma Pembangunan
Peserta memahami dan menyadari: 1. Tujuan Pembangunan 2. Pengertian paradigam dan implilkasinya terhadap kebijakan pembangunan 3. Terjadinya pergeseran paradigma pembangunan di Indonesia dan implikasinya terhadap kemiskinan
Kegiatan 1: Diskusi kelas tujuan pembangunan Kegiatan 2: Curah pendapat pengeritan paradigma dan implikasinya terhadap kebijakan dan kemiskinan
3 Jpl ( 135 ’)
Bahan Bacaan: 1. Pardigma Pembangunan 2. Pembangunan Manusia
• Kerta Plano • Metaplan
26
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Diskusi Tujuan dan Hasil Pembangunan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Modul Paradigma Pembangunan dan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu : Peserta memahami dan yakin tentang: • • •
Tujuan pembangunan Pengertian paradigma dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan. terjadinya pergeseran paradigma pembangunan di Indonesia dan implikasinya terhadap kemiskinan.
2) Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai kegiatan 1, yaitu diskusi mengenai tujuan pembangunan. Kemudian tanyakan kepada peserta : apa yang dimaksud dengan pembangunan ? dan apa tujuan pembangunan ? Untuk mempermudah pemahaman peserta, ajak untuk mendiskusikan contoh dalam membangun rumah : mengapa kita membangun rumah?
Pembangunan pada dasarnya adalah upaya untuk mencapai kesejahteraan (kondisi yang ideal), karena kondisi saat ini dirasakan belum mencapai kondisi yang ideal seperti yang diharapkan. Artinya ada proses perubahan yang harus dilakukan dalam upaya pembangunan yaitu merubah dari kondisi sekarang kepada kondisi yang diharapkan (masyarakat yang sejahtera).
3) Tanyakan kepada peserta, apa saja upaya pembangunan kelurahan/desa ini? Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.
yang
sudah
dilakukan
di
4) Jelaskan kepada peserta, untuk membahas pembangunan di kelurahan/desa kita, maka akan didiskusikan dalam kelompok kecil supaya diskusi lebih mendalam. Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok ( 1 kelompok terdiri dari 7 – 8 orang). Kemudian beri tugas setiap kelompok untuk mendiskusikan : •
Jenis pembangunan yang dilaksanakan di kelurahan/.desa setempat
•
Siapa yang membangun ?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
27
•
Siapa yang menerima manfaat? Apakah kelompok miskin menerima manfaat?
•
Bagaimana prosesnya ?
•
Bagaimana hasilnya? (apakah kemiskinan berkurang?)
•
(gunakan acuan diskusi seperti yang termuat dalam Lembar Kerja )
5) Bahas hasil diskusi kelompok mempresentasikan hasilnya.
dalam
pleno
kelas.
Mintalah
setiap
kelompok
untuk
6) Setelah semua kelompok mempresentasikan hasilnya bahas bersama : Apakah masyarakat sudah menjadi lebih baik ? Mengapa capaian hasil pembangunan demikian? Apa yang dibangun selama ini, ekonomi masyarakat?, sarana dan prasarana?
• • •
7) Refleksikan bersama dan beri penegasan kepada peserta, berdasarkan hasil diskusi tadi bahwa selama ini yang dibangun lebih banyak kepada hal – hal yang sifatnya fisik seperti membangun SD Inpres, membangun puskesmas, yang memunculkan proyek – proyek yang hanya bisa diakses oleh pihak – pihak tertentu (misal : kontraktor). Di bidang ekonomi peluang – peluang lebih banyak diakses oleh para pemilik modal, sehingga yang tidak mempunyai modal semakin ketinggalan dan akhirnya semakin miskin.
Curah Pendapat Paradigma dan Implikasinya Terhadap Pembangunan dan Kemiskinan. 1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan memulai dengan kegiatan 2 dalam modul ini, yaitu membahas paradigma dan implikasinya terhadap pembangunan. 2) Ingatkan kepada peserta pada hasil diskusi dalam kegiatan 1 mengenai pelaksanaan pembangunan, kemudian diskusikan bersama : • Apakah masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan • Apabila ya masyarakat yang mana? Apakah masyarakat miskin terlibat? • Apakah perempuan terlibat ?
3) Beri penjelasan kepada peserta bahwa
28
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
selama ini masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam proses pembangunan dari mulai perencanaan sampai dengan evaluasi. Kalaupun terlibat seringkali hanya dalam proses pelaksanaannya saja, itupun terbatas hanya pada kelompok masyarakat tertentu (tokoh, kaum laki – laki dan sebagainya). Pembangunan lebih banyak dilakukan oleh pihak luar (pemerintah dan lembaga lain). Sehingga masyarakat hanya menjadi objek (sasaran) pembangunan, tetapi tidak diberi kesempatan untuk membangun. Artinya yang dibangun adalah sarana – prasarana, ekonomi dan yang sifatnya fisik tetapi tidak pernah membangun manusianya. Oleh karena masyarakat tidak terbiasa membangun sendiri, maka tumbuh mental ketergantungan kepada pihak luar, termasuk kepada pemerintah. Beri contoh – contoh nyata mengenai kondisi ini, misalnya siapa yang menentukan kelompok sasaran pada saat ada bantuan raskin?. Pada saat krisi ekonomi, masyarakat tidak bisa berbuat apa – apa karena tidak tahu caranya, selama ini masyarakat tidak pernah ikut memecahkan masalah, padahal dulu ada yang namanya lumbung padi sehingga ketika paceklik masyarakat punya tabungan padi.
4) Tanyakan lebih jauh kepada peserta, mengapa selama ini masyarakat tidak diberi kesempatan untuk membangun?. Gali pendapat peserta sampai ketemu kata kunci : pihak luar tidak percaya pada kemampuan masyarakat.
Pihak luar mempunyai pandangan bahwa masyarakat tidak mampu memecahkan masalah sendiri, apabila diberi bantuan untuk mengelola sendiri selalu habis sia – sia dan sebagainya. Masyarakat miskin itu bodoh, malas dan sebagainya. Perempuan tidak perlu terlibat dalam pembangunan karena persoalan pembangunan persoalan kaum laki – laki. Pandangan – pandangan itu yang membuat kaum miskin dan perempuan tidak pernah dilibatkan dalam proses pembangunan. Pandangan – pandangan tadi disebut dengan paradigma, dalam hal pembangunan disebut paradigma pembangunan. Paradigma seseorang akan mempengaruhi keputusan dan pada akhirnya mempengaruhi tindakan seseorang. Dalam contoh tadi jelas apabila kita tidak percaya pada kemampuan masyarakat, maka kita akan memutuskan aturan – aturan yang tidak memungkinkan masyarakat untuk terlibat, dan tindakan kitapun akan mengarah kepada hal tersebut. Keputusan seseorang (si A atau Si B), hanya akan berdampak pada orang tersebut paling jauh berdampak pada keluraganya. Akan tetapi kalau keputusan sekelompok orang sebagi pengambil kebijakan akan berdampak pada masyarakat. Contohnya keputusan DPRD, akan mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat satu Kota/Kabupaten. Oleh karena itu cara pandang (pola pikir) para pengambil kebijakan terhadap pembangunan menjadi penting.
5) Ajak peserta untuk berdiskusi bahwa pembangunan harus sudah mengarah pada pembangunan manusia yaitu pembangunan yang melibatkan setiap pelaku pembangunan (masyarakat, pemerintah dan kelompok lain) sebagai subjek bukan sebagai objek. Pembangunan yang memberdayakan manusia agar mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya sendiri.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
29
Sebenarnya sejak reformasi arah pembangunan sudah mulai kepada pembangunan manusia dengan pendekatan pembangunan partisipatif dan pemberdayaan.
6) Tanyakan lebih lanjut kepada peserta, mengapa pembangunan yang sudah mengarah pada pemberdayaan manusia hasilnya masih saja belum mensejahterakan masyarakat secara luas, belum mengurangi angka kemiskinan secara menyeluruh ?, akan tetapi masih menguntungkan kepada kelompok masyarakat tertentu? Gali terus pendapat peserta sampai ketemu kata kunci : sikap mental para pelaku pembangunan yang lebih mementingkan diri sendiri yang menyebabkan proses pembangunan manusia tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan.
Apabila para pengambil kebijakan masih mementingkan diri sendiri dan golongannya, maka keputusan (kebijakan) yang dibuat hanya akan menguntungkan kelompok tertentu. Kepentingan – kepentingan golongan tersebut akan menimbulkan perpecahan . Dalam kondisi ini, maka pembangunan seringkali tidak berpihak kepada orang miskin. Di lain pihak kelompok masyarakat yang selalu menggantungkan diri pada uluran tangan pihak luar (tidak mencoba ke luar dari permasalahan secara mandiri) juga akan semakin memperparah proses keluar dari lingkaran kemiskinan. Hal ini akan menjadi sebuah lingkaran setan, kalau tidak diputus rantainya maka akan berlangsung terus menerus.
.
30
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Paradigma Pembangunan Oleh: Parwoto
Pengertian Kata paradigma berasal dari Yunani, semula lebih merupakan istilah ilmiah dan sekarang lebih lazim digunakan dengan arti model, teori dasar, persepsi, asumsi atau kerangka acuan. Dalam bahasa sehari-hari paradigma juga disebut sebagai “cara kita memandang dunia”, bukan dalam arti visual tetapi lebih dalam arti mempersepsi, mengerti atau menafsirkan (Stephen R Covey. 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif) Lebih lanjut “paradigma” adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangan seseorang. Konsekwensinya paradigma ini juga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita.
Pengantar Paradigma adalah sumber dari sikap dan perilaku seseorang, berkenaan dengan tindakan mempersepsi, memahami dan menafsirkan sesuatu hal. Dengan kata lain manakala seseorang menguraikan sesuatu yang dilihat atau dialami, sebenarnya orang tersebut sedang menguraikan pandangannya/anggapannya mengenai hal tersebut atau sebenarnya dia sedang menjabarkan dirinya sendiri, citra subyektifnya, persepsinya, pandangannya yang dilandasi oleh paradigmanya. Penafsiran masing-masing orang tentang sesuatu hal menggambarkan pengalaman orang tersebut sebelumnya. Semakin sadar seseorang akan paradigmanya yang dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya, maka semakin orang tersebut bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi akibat paradigma yang dianutnya. Dia akan makin terbuka dan terus menguji paradigmanya berdasarkan realita baru yang ditemuinya, mendengarkan orang lain dan bersikap terbuka terhadap persepsi orang lain, sehingga mendapatkan gambaran yang lebih besar dan pandangan yang lebih obyektif sehingga yang terjadi kemudian adalah penguatan atau justeru perubahan paradigma. Perubahan paradigma menggerakkan seseorang untuk beralih dari satu cara pandang ke cara pandang yang lain. Perubahan paradigma bersifat kuat. Paradigma seseorang, terlepas dari benar atau salah, adalah sumber dari sikap dan perilakunya, yang akhirnya akan menjadi sumber dari hubungan orang tersebut dengan orang lain. Hampir setiap terobosan penting di dalam berbagai bidang kehidupan, pada mulanya merupakan pemutusan dengan tradisi, cara berpikir dan paradigma yang lama. Perlu juga selalu diingat bahwa tidak semua perubahan paradigma memiliki arah positif dan tidak semua perubahan paradigma terjadi seketika.
Pergeseran Paradigma Pembangunan Secara singkat dan sederhana terjadinya pergeseran paradigma global didunia ini dapat diuraikan sebagai berikut di bawah ini:
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
31
1. Paradigma Ekonomi Paradigma ekonomi merupakan yang paling tua dan paling dominan dalam menentukan pembangunan. Hal ini disebabkan oleh pengertian ekonomi itu sendiri sebagai “mengatur rumah tangga sendiri” yang dapat dipahami sebagai upaya mengatur kesejahteraan keluarga, komunitas dan bangsa dalam skala yang lebih luas. Pada awalnya ( ekonomi klasik) paradigma ini menekankan pertumbuhan dan melihat pembangunan sebagai pembangunan ekonomi (development=economic development) sehingga ukuran keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan produksi barang dan jasa secara nasional (Produksi Nasional Bruto/Gross National Product). Makin tinggi pertumbuhannya makin berhasil pembangunan suatu bangsa/negara. Paradigma ini juga menekankan perlunya kebebasan, pemupukan modal dan pembagian kerja (spesialisasi). Kelompok yang tidak puas dengan paradigma ini kemudian melaku pembaruan yang kemudian dikenal dgn Neo Ekonomi yang lebih menekankan pada pemerataan dgn mengukur berapa % dari PNB/GNP diraih oleh penduduk miskin. Meskipun paradigma neo-ekonomi ini masih sangat jelas dipengaruhi nilai-nilai ekonomi klasik, tetapi ada beberapa perbedaan yang fundamental dalam indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur pembangunan dan makna pertumbuhan itu sendiri. Paradigma neo-ekonomi menggunakan indikator dalam mengukur pembangunan sebagai berkurangnya kemiskinan, pengangguran dan berkurangnya kesenjangan. Masih dalam paradigma ekonomi ini muncul juga pandangan (ekonomi politik neo klasik) yang melihat hubungan antara masyarakat maju (kapitalis) dengan masyarakat yang belum maju (pra kapitalis) yang melahirkan eksploatasi dari masyarakat maju kepada masyarakat belum maju sehingga yang terjadi adalah keterbelakangan (underdevelopment) dari masyarakat yg blm maju Meskipun sudah banyak perubahan dalam paradigma ekonomi tetapi perkara utamanya tetap pertumbuhan dan pemerataan dipercayakan melalui mekanisme penetesan (trickle down effect)
2. Paradigma Kesejahteraan Sosial Pada awalnya paradigma kesejahteraan social ini melihat pembangunan sebagai pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Indikator pembangunan diukur dari pemenuhan kebutuhan dasar, seperti antara lain MASOL (Minimum Acceptable Standard of Living) yang dikembangkan oleh Doh Joon Chien atau PQLI (Physical Quality Life Index) yang sedikit lebih maju dengan mengukur harapan hidup, kematian bayi dan melek huruf sampai dengan yang lebih canggih yang melihat pembangunan sebagai upaya terencana untuk memenuhi kebutuhan sosial yang lebih tinggi, bukan berapa banyak, tetapi berapa baik, bukan kualitas barang tetapi kualitas hidup seperti antara lain keadilan, pemerataan, peningkatan budaya, kedamaian, dsb. (Bauer, 1966; Conyers, 1986) Meskipun telah terjadi banyak perkembangan tetapi perkara utama paradigma ini masih tetap pemenuhan kebutuhan hidup sehingga sering dikritik “mendudukkan masyarakat sebagai obyek bantuan” (Freire, 1984)
3. Paradigma Pembangunan Manusia Melihat pembangunan sebagai pembangunan manusia untuk mampu berbuat dan menciptakan sejarahnya sendiri. Manusia sebagai fokus utama dan sumber utama pembangunan (Korten). Penghormatan terhadap martabat manusia, pembebasan manusia dari dominasi teknologi (Illich), pembebasan manusia dari dominasi pasar (Ramos), pembangunan manusia; kelangsungan hidup, kehormatan dan kebebasan (Goulet), pembebasan manusia dari dominasi manusia lain melalui proses penyadaran diri (Freire). Fokus pembangunan bukan lagi pada ekonomi, social atau teknologi melainkan pada manusia itu sendiri.
32
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
……….a sense of self worth and a personal capacity for actively participating in life’s important decision ………….……….social development become the liberation of human being and community from passive recipients towards a developed, active citizenry, capable of participating in in choice about community issues (Thomas, 1984) Penganut-penganut teori ini adalah Ivan Illich, Denis Goulet, Mahbub ul Haq, Freire, Guerreiro Ramos, David Korten, dsb. Pergeseran paradigma seperti tersebut di atas bergerak dari paradigma ekonomi ke paradigma kesejahteraan sosial akhirnya ke paradigma pemanusiaan. Pembangunan menurut kedua paradigma terdahulu (ekonomi dan kesejahteraan sosial) adalah pembangunan yang berkiblat ke manusia, sedangkan pembangunan menurut paradigma pemanusiaan adalah pembangunan manusia itu sendiri untuk menjadi manusia yang utuh dan merdeka atau secara ekonomi produktif dan secara sosial efektif (Soedjatmoko).
Pergeseran Paradigma Pembangunan di Indonesia Pergeseran paradigma global tersebut juga terjadi di Indonesia, dari Repelita ke Repelita sampai ke Propenas
Repelita 1 (1979-1974) Kita baru saja lepas dari musibah nasional G 30 S sehingga nuansa yang dominan mempengaruhi paradigma pembangunan adalah keamanan dimana pendekatan yang digunakan adalah pendekatan stabilitas, sehingga Trilogi Pembangunan dimulai dari Stabilitas, Pertumbuhan dan baru Pemerataan. Peran utama pemerintah adalah menciptakan suasana aman dan stabil.
Repelita 2 (1974-1979) Pada waktu itu suasana sudah cukup tenang dan stabil sehingga mulai berkembanglah paradigma ekonomi untuk memperbesar kue pembangunan dengan meningkatkan pertumbuhan. Trilogi Pembangunan dengan serta merta diubah urutannya dari Stabilitas, Pertumbuhan dan Pemerataan menjadi Pertumbuhan, Stabilitas dan Pemerataan. Dengan menerapkan pendekatan pertumbuhan ini berarti prioritas pembangunan diberikan kepada kegiatan-kegiatan yang dianggap dapat menjamin terjadinya pertumbuhan, termasuk prioritas pilihan model dan pelaku pembangunan yang akhirnya jatuh ke sector formal yang dianggap paling mampu menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan. Pada masa inilah merupakan masa kebangkitan sector formal dengan konsekwensi logic terpinggirkannya sector informal baik kegiatannya maupun pelakunya dengan akibat turutannya dari proses marjinalisasi ini adalah kesenjangan dan keterbelakangan. Pintu terjadinya kemiskinan structural terbuka lebar.
Repelita 3 (1979-1984) s/d Repelita 5 (1989-1994) Berangkat dari situasi menganganya jurang kesenjangan, keterbelakangan dan munculnya banyak OKB (orang kaya baru) dan diwarnai dengan banyak protes maka Repelita 3 dirumuskan dengan landasan paradigma yang jauh berbeda yaitu “kesejahteraan sosial” dalam rangka menutup jurang kesenjangan dan keterbelakangan sebagai upaya koreksi terhadap kesalahan pembangunan di masa sebelumnya. Pendekatan yang digunakan adalah “pemerataan”, sehingga dengan serta merta Trilogi Pembangunan urutannya juga diubah dari Pertumbuhan, Stabilitas dan Pemerataan menjadi Pemerataan, Pertumbuhan dan Stabilitas. Muncullah waktu itu “8 Jalur Pemerataan” yang harus dianut oleh semua instansi dalam mengajukan anggaran biaya pembangunan. Dalam prakteknya pemerataan ini lebih diartikan sebagai pemerataan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
33
pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan dalam bentuk pelayanan kebutuhan dasar, air bersih, SD Inpres, dsb, dimana masyarakat didudukan sebagai penerima manfaat yang pasif (obyek bantuan, Freire, 1984). Untuk mengurangi ketimpangan ini kemudian dimunculkan upaya untuk menggalakkan lagi partisipasi masyarakat melalui instruksi Menteri Dalam Negeri dan diterapkannya mekanisme perencanaan dari bawah yang dikenal sebagai P5D. Dalam prakteknya semua gagasan yang indah ini tidak diterapkan sepenuh hati. Malah pergeseran paradigma ini tidak pernah secara sistematik dibahas apa pengaruhnya terhadap pembangunan daerah, posisi masyarakat dan perubahan peran para pelaku pembangunan. Akibatnya alih-alih mengurangi kesenjangan yang terjadi justeru; (i) pemerataan terbatas pada apa yang disebut pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan, (ii) merebaknya semangat “project oriented” yang melanda semua pelaku pembangunan, sehingga tupoksi tidak jalan karena tidak ada proyek dan tumbuhnya para konsultan maupun kontraktor yang bermental ABS (asal babak senang), (iii) merebaknya semangat apatisme dari masyarakat sebagai penerima manfaat proyek, masyarakat menjadi pasif tinggal menunggu saja, (iv) yang sangat menyedihkan adalah justeru kesenjangan makin melebar karena justeru yang menikmati pembangunan adalah pelaku pembangunan (kaum elit) dan bukan pemanfaat (rakyat jelata). Situasi tersebut menunjukkan bahwa yang sangat parah terpengaruh dengan model pembangunan repelita demi repelita dalam masa PJP I adalah mentalitas manusianya, terjadi proses pembodohan, dehumanisasi dan lunturnya nilainilai luhur universal (demoralisasi). Marjinalisasi makin keras dan keterbelakangan makin nyata.
Awal PJP II dan Masa Reformasi dgn Propenas (1999-2004) Hal tersebut di atas yang terjadi selama masa PJP I juga disadari dan dilakukan koreksi pada masa pembangunan jangka panjang kedua. Pada waktu Repelita 6 (1994-1999). Kesadaran akan akibat-akibat negatif dari model pembangunan sebelumnya telah membawa model pembangunan yang sangat lain yang dilandasi “paradigma pembangunan manusia” melalui pendekatan pemberdayaan. Dimana urutan prioritas Trilogi Pembangunan tetap Pemerataan, Pertumbuhan dan Stabilitas hanya maknanya berubah dari pemerataan hasil pembangunan menjadi pemerataan kesempatan membangun. Sayangnya penerapan paradigma ini dalam model-model pembangunan kurang dihayati dan kurang tulus dilaksanakan. Setelah pergantian pemerintahan maka Repilita tidak diberlakukan lagi dan disusunlah Propenas (Program Pembangunan Nasional) 1999-2004 dengan tujuan jangka panjangnya adalah : “Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, barakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hokum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan berdisiplin”. Prioritas Pembangunan ditetapkan sebagai berikut: 1) Membangun sistem politik yang demokratis serta mempertahankan persatuan dan kesatuan 2) Mewujudkan supremasi hokum dan pemerintahan yang baik 3) Mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan system ekonomi kerakyatan 4) Membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya 5) Meningkatkan pembangunan daerah
34
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Dari judul prioritas pembangunan yang dicanangkan melalui Propenas jelas prioritas pembangunan manusia menjadi kabur atau melemah padahal persoalan utama yang kita hadapi sebenarnya adalah adanya krisis moral dan kepemimpinan yang mampu menjadi teladan pelaku moral. Disisi lain secara umum terlihat pengaruh paradigma ekonomi dan kesejahteraan social sangat kuat, mungkin ini adalah dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan, tetapi jelas tanpa pembangunan manusia dari aspek kritis manusia tidak mungkin dicapai prioritas pembangunan di atas sebab semuanya itu memerlukan pelaku yang memiliki komitmen moral yang tinggi yang mampu menjadi teladan bagi sesama.
Sumber : 1.
Parwoto, ISS 1981, Housing Paradigm
2.
Prof. DR. Paulo Freire, Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan, 1984.
3.
Prof. DR. Moeljarto. T. MPA, Politik Pembangunan, 1993
4.
Stephen R. Covey, The Sevent Habits of Highly Effective People, 1990.
5.
A. Suryana Sudrajat, ed, Demokrasi dan Budaya MEP, 1995.
6.
Sumitro Djojohadikusumo, Perkembangan Pemikiran Ekonomi.
7.
Undang-undang Republik Indonesia No 25 tentang Program Pembangunan Nasional, Tahun 2000-2004
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
35
Pembangunan Manusia Marnia Nes
Manusia Sejati Apa dan siapa yang disebut dengan manusia?. Apa perbedaan yang paling hakiki antara manusia dengan hewan?. Tidak seperti hewan manusia mempunyai akal sehat, hati nurani dan pilihan bebas. Manusia bukan semata – mata makhluk intelektual yang hanya menggunakan akalnya saja, bukan juga hanya sekedar jasmaniah semata, bukan hanya memiliki hati nurani atau jiwa saja. Manusia merupakan perpaduan yang harmonis antara akal sehat, hati nurani, jasmani dan jiwa sehingga dalam menjalankan dan menemukan kemanusiaannya bisa bersikap, berbuat, berperilaku berdasarkan pilihannya yang berpangkal pada hati nurani dan akal sehat. Berbeda dengan binatang yang tidak punya pilihan bebas dan hati nurani , sehingga apa yang dia lakukan digerakan hanya oleh insting. Manusia bukan hanya sebagai makhluk biologis, tetapi juga makhluk yang bisa berfikir, merasa dan mengerti akan makna hidup. Nurani pada dasarnya adalah seperangkat nilai yang merupakan hukum moral di dalam diri manusia mengenai benar dan salah, mengenai apa yang baik dan buruk, apa yang mendukung dan mengganggu, yang bermanfaat dan merusak, kejujuran dan keadilan dimana perangkat nilai ini merupakan nilai – nilai yang universal bagi semua manusia di seluruh penjuru dunia. Kebenaran itu melekat dalam pemikiran, perkataan dan perbuatan. Orang yang menggunakan nuraninya, adalah orang – orang yang mengerti maknanya berkorban, keikhlasan, persahabatan, kesetiaan, kepedulian, kejujuran, keadilan, tidak sewenang – wenang terhadap orang lain dan nilai – nilai positif lainnya. Golongan manusia seperti ini sanggup menantang maut demi kepentingan manusia lain dan memelihara lingkungan sehingga hidupnya bermanfaat bagi keberlangsungan umat manusia. Nilai – nilai kebenaranlah yang menjadi kontrol perilaku mereka bukan pendapat lingkungan yang kadang – kadang memanipulasi kebenaran yang sesungguhnya. Manusia seperti inilah yang sudah bisa menemukan ”makna hidup” (the meaning of life) sebagai manusia sejati. Jika manusia mengunakan nurani – nilai nilai kebenaran - sebagai kontrol perilakunya, maka akan memberi ruang – ruang kepada manusia lainnya untuk mempunyai akses yang setara terhadap berbagai sumberdaya bagi kehidupan yang lebih sejahtera; memberi ruang kepada pihak lain untuk ikut mengambil keputusan bagi kehidupannya; membantu pihak lain untuk keluar dari kesulitan hidup; bertindak adil apabila dia menjadi pemimpin, tidak melakukan manipulasi dan korupsi dan sebagainya.Apabila ini terjadi dalam proses – proses pembangunan iklim yang kondusif untuk partisipasi, demokrasi, transparansi akan terjadi dan tidak akan ada kelompok minoritas yang menindas dan kelompok mayoritas yang tertindas, sehingga tidak akan terjadi dehumanisasi.
Dehumanisasi; Sistem dan Struktur Sosial Pada kenyataannya sekarang, proses – proses dehumanisasi (pengingkaran terhadap jati diri manusia) masih terus berlangsung baik pada komunitas yang paling kecil sampai kepada komunitas yang lebih besar seperti dominasi dari negara – negara adikuasa terhadap negara – negara dunia ketiga. Hal ini terjadi karena manusia berada dalam sistem dan struktur sosial yang saat ini masih
36
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
menguntungkan pihak – pihak tertentu yang mempunyai kepentingan bagi dirinya dan golongannya sehingga terjadi eksploitasi kelas, dominasi gender maupun karena hegemoni dan dominasi budaya lainnya. Sistem dan struktur yang ada memunculkan dan melanggengkan ketidakadilan bagi golongan – golongan yang tidak mempunyai kekuasaan dan akses terhadap pengambilan keputusan. Saat ini walaupun standar kehidupan, dalam artian materi yang dimiliki telah meningkat. Tetapi kualitas kehidupan dalam arti hakikat manusia masih dipetanyakan.Asset dan akses terhadap sumberdaya hanya dimiliki oleh kelompok tertentu saja sehingga memunculkan ketimpangan dan ketidakadilan. Menurut Paulo Freire, seorang aktivis dari Barzil, sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi dan budaya membuat masyarakat mengalami proses ”dehumanisasi”. Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia menderita sedemikian rupa – sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain dengan cara – cara yang tidak adil. Dari segi jumlah kelompok yang menikmati ini merupakan minoritas. Keadaan tersebut memperlihatkan kondisi yang tidak berimbang, tidak adil. Persoalan itu yang disebut Freire sebagai ”penindasan”. Bagi Freire kondisi ini apapun alasannya adalah tidak manusiawi , sesuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas dan juga atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, karena mereka dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam ”kebudayaan bisu”. Minoritas kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberdaan dan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi manusia sesamanya.
Manusia: Memberdayakan Manusia Sejati Beberapa dekade ke belakang pembangunan berorientasi pada pembangunan ekonomi. Perencanaan ekonomi ditujukan untuk menciptakan pertumbuhan dan meningkatan standar kehidupan, dalam konteks ketersediaan barang dan jasa untuk keperluan konsumsi. Hal ini merupakan karakter dominan dalam sistem negara kesejahteraan. Pertanyaan penting untuk diajukan adalah : bagaimana dengan kesejahteraan manusia dan masyarakat pada umumnya apabila dikaitkan dengan aspek non ekonomis?. Apakah sudah terjadi pemberdayaan untuk meningkatkan kualitas hidup – baik untuk individu maupun masyarakat secara keseluruhan – dalam konteks kebenaran, keadilan, kasih sayang, dan kepedulian kepada sesama, toleransi, kerja sama, profesional dan tanggung jawab sosial, semangat demokrasi serta nilai – nilai kemanusiaan lainnya?. Barangkali,melalui refleksi sederhana akan tampak bahwa dibandingkan dengan kemajuan hebat yang telah diraih manusia untuk mencapai kemakmuran materialnya, ternyata tidak ada kemajuan yang berarti bagi martabat kualitas kehidupan manusia, padahal kemajuan aspek tersebut sangat esensial bagi kebahagiaan dan kepuasan manusia. Mahatma Gandhi,pejuang keadilan dari India, berpendapat bahwa dalam kehidupan manusia, pertumbuhan dan perkembangan aspek material dan non material harus berjalan seimbang dan harmonis. Hanya pertumbuhan yang mencakup aspek spiritual dan material inilah yang benar – benar bernilai bagi manusia. Kecenderungan atas kemajuan material yang tidak terbatas dapat menjadi rintangan bagi pencapaian kemajuan kemanusiaan. Pemenuhan kebutuhan material tanpa dibarengi dengan peningkatan kualitas akal budi akan menimbulkan keserakahan, persaingan yang tidak sehat, kesewenang – wenangan dari pihak – pihak yang dominan, ketidakadilan dan sebagainya. Pembangunan yang memberdayakan seharusnya pembangunan yang bisa memproduksi kesadaran kritis agar setiap orang berdaya untuk menjadi manusia yang sejati, artinya manusia yang merdeka
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
37
yang membebaskan manusia dari proses – proses dehumanisasi. Pemberdayaan dalam hal ini haruslah menumbuhkan kesadaran manusia untuk mengamalkan nilai – nilai universal berupa sikap dan perilaku dalam mengatasi berbagai persoalan manusia dalam segala aspeknya baik ekonomi, sosial maupun politik. Keadilan harus menjadi pijakan bagi manusia yang berdaya, dan mendorong jauh – jauh keinginan untuk kemanfaatan dunia yang hanya menguntungkan bagi dirinya sendiri. Sebagai manusia yang merdeka, setiap manusia haruslah otonom artinya dia adalah subjek bukan objek. Sebagai subjek setiap manusia berhak dan mempunyai kewenangan untuk menentukan pemecahan masalah yang dihadapinya, mengelola program bagi dirinya. Tidak ada satu pihakpun yang bisa mendominasi dan berhak untuk menentukan nasib orang lain, sedangkan objeknya adalah realitas kehidupan yang harus dipecahkan bersama. Akan tetapi pemenuhan hak harus seimbang dengan kemampuan untuk menjalankan kewajiban sebagai manusia dalam menjalankan peran – peran dalam hidupnya. Hak–hak setiap orang akan terpenuhi apabila orang – orang di sekitarnya menjalankan kewajibannya. Kewajiban manusia yang paling mendasar adalah melayani kelompok lainnya; pemerintah harus melayani rakyatnya; orangtua melayani anaknya dan sebaliknya; guru melayani muridnya; dokter malayani pasiennya dan seterusnya. Ekonomi harus diperuntukkan bagi kesejahteraan manusia, dan kesejahteraan manusia mustahil terwujud tanpa kepedulian yang mendalam terhadap kesejahteraan moralitas manusia. Lebret seorang tokoh cendekiawan Perancis terkemuka mengatakan bahwa Kita tidak mempercayai dan tidak bisa menerima pemisahan eknomi dari kemanusiaan maupun pembangunan, karena hanya melalui perpaduan antara ekonomi dan kemanusian lah peradaban itu bisa eksis. Apa yang paling penting bagi kita adalah manusia, setiap manusia, setiap manusia beserta kelompoknya, dan mencakup keseluruhan aspek kemanusiaannya. Lebih jauh Gandhi berpendapat bahwa dalam tatanan masyarakat harus tercipta perpaduan yang harmonis antara kemajuan moral dan material. Hanya dengan cara inilah masyarakat bisa mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya bagi setiap warganya dalam masyarakat sendiri secara keseluruhan. Inilah yang dimaksud Gandhi dengan kesejahteraan integral. Oleh karena itu dalam mengatasi berbagai persoalan politik, ekonomi dan sosial agar tercapainya kesejahteraan diperlukan kepedulian dan semangat melayani dari semua pihak. Melayani sebagai perwujudan dari penggunaan hati nurani untuk tercapainya kebenaran. Dalam hal ini seringkali dibutuhkan kerelaan dan pengorbanan untuk melawan kezaliman dan ketidakadilan. Kesediaan untuk menderita dan berkorban sesungguhnya merupakan bagian dari perlawanan aktif dari kejahatan. Semangat pengorbanan juga menjadi dasar bagi perjuangan demi melindungi harkat dan martabat kemanusiaan. Untuk itu pandangan hidup masyarakat terhadap diri mereka sendiri harus berubah agar mempunyai kesadaran kritis dalam menjalankan peran–perannya sebagai manusia. Freire menggolongkan kesadaran manusia menjadi tiga yaitu: (1) kesadaran magis (magical consciousness), (2) kesadaran naif (naival consciousness) dan (3) kesadaran kritis (critical consciousness).
Kesadaran Magis ( magical consciousness) , yaitu kesadaran masyarakat yang tidak mampu mengetahui kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Kesadaran lebih melihat faktor di luar manusia (natural maupun supranatural) sebagai penyebab ketidak berdayaan. Kelompok yang mempunyai kesadaran ini menganggap persoalan yang terjadi dalam hidup termasuk kemiskinan terjadi secara alamiah karena nasib atau dikarenakan faktor–faktor supranatural. Kesadaran naif , keadaan yang diketegorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat ”aspek manusia” menjadi akar penyebab masalah masyarakat. Dalam kesadaran ini ’masalah etika, kreativitas, dianggap sebagai penentu perubahan sosial. Jadi dalam menganalisa mengapa suatu masyarakat miskin, bagi mereka disebabkan karena ’salah’ masyarakat sendiri, yakni mereka malas, tidak memiliki kewiraswastaan, atau tidak memiliki budaya membangun.
38
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Kesadaran kritis, kesadaran ini lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktural lebih menghindari ”menyalahkan korban” (orang miskin) dan lebih menganalisa untuk secara kritis menyadari struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi dan budaya serta akibatnya pada keadaan masyarakat. Sedangkan struktur dan sistem politik diciptakan oleh kelompok yang mempunyai kekuasaan dan akses terhadap pengambilan keputusan. Masyarakan harus bisa menganalisa secara kritis faktor–faktor yang menjadi penyebab permasalahan yang terjadi pada dirinya serta menjalankan kewajiban dan haknya sebagai manusia yang merdeka untuk menghilangkan ketidakadilan dan kesewenang - wenangan. Oleh karena itu pembangunan kini beorientasi bukan hanya kepada perkembangan ekonomi akan tetapi berkembang paradigma baru yang disebut dengan 'pembangunan yang berorientasi pada manusia' (human centered development). Manusia dilihat sebagai tujuan utama pembangunan. Pada awalnya paradigma ini berangkat dengan menggunakan Indeks Kualitas Hidup (physical quality life index). Indeks itu ditentukan melalui tiga parameter yaitu angka kematian bayi, angka harapan hidup waktu lahir, dan angka melek huruf. Selanjutnya indikator itu berkembang hingga muncul istilah baru yakni Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Paradigma baru itu mempunyai fokus utama pada pengembangan manusia (human growth), kemakmuran, keadilan dan keberlanjutan (sustainability). Dasar pemikiran paradigma ini mengacu kepada keseimbangan ekologi manusia dan tujuan utamanya adalah aktualisasi optimal potensi manusia. Setiap manusia mesti dikembangkan menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berkualitas. Cita-cita selanjutnya adalah mendorong setiap individu untuk membangun kesalehan pribadi maupun sosial dan bercita-cita untuk menciptakan masyarakat madani yang mandiri, beradab, maju dan bermartabat Daftar Pustaka: •
Francis Alapatti; Welfare ”In The Gandhian Economics and The Welfare State” ; Pontificiam Universitatem, Roma 1983
•
Mansour Fakih, dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kritis; INSIST dan Pact; 2001
•
Paulo Freire; Pedagogy of the Oppressed; CONTINUUM New York; 1990
•
Stephen R. Covey; 7 Kebiasaan Manusia Yang Sangat Effektif; Binarupa Aksara
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
39
Modul 5 Topik: Masalah Kemiskinan
Peserta memahami dan menyadari: 1. 2. 3. 4.
Dimensi – dimensi kemiskinan yang banyak dialami masyarakat faktor – faktor penyebab dan pendorong kemiskinan Kedalaman kemiskinan yang dialami oleh perempuan Peserta mampu menemukan akar penyebab kemiskinan
Kegiatan 1: Diskusi pohon persoalan kemiskinan Kegiatan 2: Diskusi kedalaman kemiskinan perempuan
3 Jpl ( 135 ’)
Bahan Bacaan: 1. Anatomi Kemiskinan
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan
40
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Pohon Persoalan Kemiskinan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memulai dengan Modul Anatomi Kemiskinan. Kemudian uriakan apa tujuan modul ini yaitu : Peserta memahami dan yakin : § Dimensi-dimensi kemiskinan yg banyak dialami masyarakat § Faktor-faktor penyebab dan pendorong kemiskinan § Kedalaman kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan Peserta mampu menemukan § Akar penyebab kemiskinan Uraikan juga bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan 1 : Diskusi Anatomi Kemiskinan dan uraikan juga apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : § Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri rumusan kemiskinan dari berbagai dimensi dan faktor-faktor penyebabnya 2) Tanyakan kepada peserta, mengapa kita harus mengetahui penyebab kemiskinan? Tulislah jawaban peserta pada kertas plano.
Mencari penyebab kemiskinan harus sampai kepada akarnya, agar pemecahannya tuntas. Beri ilustrasi seperti kalau kita akan membabat habis alang – alang, apabila tidak dibabat sampai akarnya maka suatu saat akan tumbuh kembali. Seringkali kita dalam memecahkan masalah kemiskinan hanya melihat bagian – bagian luarnya saja, yang terlihat jelas oleh mata kita yang sering disebut gejala. Padahal kalau kita telusuri lebih jauh banyak faktor yang menyebabkan gejala itu terjadi. Contohnya ketika kita lihat seorang anak tidak sekolah kalau kita telusuri lebih lanjut mungkin disebabkan oleh tidak punya biaya, atau mungkin juga karena orang tuanya tidak menganggap penting pendidikan. Dan seterusnya. Mencari sebab akibat permasalahan kemiskinan, sebetulnya sama dengan dokter yang mendiagnosa penyakit. Panas seringkali hanya merupakan gejala penyakit , ketika ditelusuri oleh dokter lebih lanjut mungkin saja panas yang diderita pasen dikarenakan infeksi ginjal atau mungkin juga penyakit lainnya. Apabila diagnosanya tepat, maka pengobatannyapun akan tepat.
3) Ajaklah peserta untuk mencoba melakukan diagnosa kemiskinan (mencari sebab akibat sampai ke akarnya). Dalam menganalisa permasalahan kemiskinan pakailah kartu – kartu kemiskinan .
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
41
4) Bagikan kepada peserta kartu – kartu gambar kemiskinan yang sudah disediakan, mintalah kepada peserta untuk memilih kartu gambar tersebut yang sesuai dengan permasalahan kemiskinan yang dialami oleh mereka. Minta agar gambar yang sudah dipilih tetap memegang gambarnya. 5) Mintalah kepada peserta yang sudah memilih gambar untuk menceritakan permasalahan kemiskinan yang ada di wilayahnya berdasarkan kepada gambar yang dipilih tadi. Tuliskan setiap pernyataan pserta dalam kartu – kartu metaplan ( satu pernyataan satu kartu). Contoh : kematian ibu (satu kartu ) , telusuri penyebabnya kenapa terjadi misal : tidak punya biaya berobat (satu kartu). Demikian juga untuk masalah – masalah yang lain. 6) Ajaklah peserta untuk membuat hubungan sebab akibat dari pernyataan – pernyataan yang sudah ada dalam kartu tadi, kemudian petakan hubungan sebab akibat tersebut (lihat contoh dalam LK 1). Simpan hasilnya untuk sementara. 7) Bagikan kepada peserta bahan diskusi kasus ”Tamparan Untuk Bangsa Indonesia” atau ”kisah Rakyat yang Gagal” . Mintalah mereka membaca kasus tersebut dalam beberapa menit. 8) Tanyakan kepada peserta, apakah kejadian – kejadian yang mirip dengan kasus tersdebut dialami oleh masyarakat di wilayah mereka? Tanyakan mengapa itu terjadi. 9) Ajaklah peserta untuk melanjutkan diskusi pohon persoalan kemiskinan yang sudah dibuat sebelumnya dan analisis lebih jauh sampai pohon persoalan tersebut mencerminkan level – level penyebab kemiskinan tingkat 1 sampai tingkat 4, yang berakar pada keserakahan, ketidakadilan dan sebagainya.
Catatan untuk Fasilitator : a. Lakukanlah monitoring ke semua kelompok, perhatikan isue – isue kritis yang muncul dalam diskusi merekadan bantulah mereka untuk menggalinya lebih dalam. b. Buatlah catatan-catatan kecil atas semua kejadian yang penting dan menarik untuk dibahas kemudian. c.
Layanilah mereka apabila mereka meminta pendapat atau konsultasi pada fasilitator.
d. Apabila terjadi debat kusir yang berkepanjangan, cobalah menengahi atau menunda perdebatan sehingaga menjadi bahasan semua peserta (kelas).
10) Pemandu menggunakan butir-butir kesimpulan yang diperoleh dan coba memberikan pencerahan dan pengkayaan serta akhirnya menyimpulkan bahwa kemiskinan lebih diakibatkan oleh lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan. Hubungkan juga dengan hasil diskusi dan pembahasan yang sudah disimpulkan pada Modul Paradigma Pembangunan. Gunakan Media Bantu level – level penyebab kemiskinan sebagai alat bantu untuk menjelaskan, yang sudah disiapkan sebelumya.
42
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Permasalahan kemiskinan pada level 4 merupakan dampak (akibat) dari keputusan baik keputusan lembaga maupun keputusan pribadi (misal : boros adalah keputusan pribadi) . Keputusan lembaga sebetulnya merupakan produk dari orang – orang yang ada di dalamnya. Apabila orang – orang yang mengambil keputusan mempunyai sikap mental yang positif, maka keputusan yang diambilpun tidak akan merugikan orang lain. Artinya akar masalah kemiskinan adalah pola pikir (paradigma), sikap dan perilaku dari orang – orang, baik itu pengambil keputusan ataupun bukan . Sikap mental dan paradigma ini yang akan mempengaruhi keputusan seseorang (dan atau lembaga) dan pada akhirnya mempengaruhi tindakan seseorang. Sikap mental ini sangat penting, karena apabila sikap mental pelaku pembangunan negatif, maka keputusan dan perilakunya juga akan negatif sehingga bisa menyebabkan kerusakan (merugikan masyarakat). Akan lebih parah apabila sikap mental negatif ini dipunyai oleh para pengambil keputusan (pemimpin) sehingga lembaga pengambil keputusan di berbagai tataran tidak mampu melahirkan keputusankeputusan yang benar (adil, berwawasan kemiskinan, dsb).
Diskusi Kedalaman Kemiskinan Perempuan 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 2 dalam modul ini, yaitu membahas kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan. 2) Informasikan kepada peserta, kita akan mencoba mendiskusikan apakah kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan dengan laki – laki mempunyai kedalaman yang asama atau tidak. 3) Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok (lebih baik apabila peserta perempuan dijadikan ke dalam satu kelompok yang sama) kemudian tugaskan kepada setiap kelompok untuk membahas : •
Apa saja masalah kesehatan yang dialami oleh kaum perempuan termasuk asupan gizi ?
•
Bagaimana akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan?
•
Bagaimana kesempatan bersekolah bagi kaum perempuan?
•
Bagaimana tingkat melek huruf kaum perempuan?
•
Bagaimana beban kerja perempuan dalam satu hari?
•
Bagaimana pemanfaatan ekonomi keluarga untuk kebutuhan perempuan?
•
Bagaimana keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di keluarga?
•
Bagaimana keterlibatan perempuan dalam kegiatan pembangunan?
•
Siapa yang mempunyai beban kerja untuk menyediakan air bersih?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
43
4) Setelah diskui kelompok selesai, mintalah masing – masing wakil kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. Bahas dalam diskusi kelas. Berikan penekanan – penekanan pada lebih dalamnya kemiskinan yang dialami oleh kaum perempuan dan laki – laki 5) Refleksikan dan berikan penegasan apabila diperlukan
Pada dasarnya kemiskinan yang lebih parah dihadapi oleh kaum perempuan bersumber pada ketidakadilan. Kebijakan – kebijakan di setiap bidang belum melihat secara lebih proporsional pada kebutuhan – kebutuhan yang dihadapi oleh kaum perempuan. Ketidakadilan ini disebabkan juga oleh paradigma – paradigma mengenai perempuan yang selama ini diyakini oleh masyarakat Jelaskan juga kepada peserta bahwa paradigma yang berkembang menyebabakan adanya bias dalam memandang peran perempuan dan laki – laki dalam kehidupan. Misal : warna pink adalah warna perempuan, warna biru warna laki – laki; Ibu memasak di dapur dan bapak membaca koran (memasak adalah kewajiban perempuan); bekerja mencari nafkah, pekerjaan domestik (rumah tangga) bukan pekerjaan yang harus diperhitungkan sehingga bapak yang mencari nafkah disediakan asupan makanan yang lebih dibanding ibu yang dari subuh sampai malam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahaslah contoh – contoh lainnya.
.
44
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
LK – Masalah Kemiskinan Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Diskusi Anatomi Kemiskinan” Langkah – langkah umum memfasilitasi diskusi ‘pohon persoalan kemiskinan’ § Bahas hasil diskusi kelompok, kemudian ambil satu penyebab kemiskinan (satu kertu) hasil diskusi kelompok , misal : tidak punya penghasilan § Tanyakan lebih jauh mengapa tidak punya penghasilan ?. § Lihatlah apakah sudah ada jawabannya pada kartu - kartu yang sudah ada? Apabila sudah ada, tempelkan kartu tersebut di dekat kartu sebelumnya (tidak punya penghasilan) beri tanda panah yang menunjukkan sebab akibat. Apabila jawabannya belum ada dalam kartu kartu tadi tulislah jawaban peserta pada kartu baru, tempel dekat kartu sebelumnya, dan beri tanda panah untuk menunjukkan mana yang menjadi penyebab dan akibatnya. Galilah terus dengan pertanyaan – pertanyaan ‘mengapa’ untuk setiap kartu yang muncul (lihat contoh di berikut).
Cari kerja sulit
Tidak punya penghasilan
Kemiskinan
malas
Tidak punya pekerjaan
Tidak ada peluang
Frustasi (apatis)
Biaya pendidikan tinggi
Pendidikan rendah
Kebijakan pendidikan
Tidak punya keterampilan
Kebijakan Tidak ada informasi
catatan: Pohon masalah di atas hanya sebagian saja dari pernyataan yang mungkin muncul. Galilah pernyataan dari peserta sebanyak–banyaknya dan hubungkan terus sebab akibatnya sampai menjadi pohon persolan kemiskinan seperti contoh di bawah ini.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
45
Cari kerja sulit
Biaya pendidikan tinggi
Masalah Sosial Pendidikan rendah
Masalah ekonomi
Kebijakan pendidikan
Tidak punya pekerjaan Tidak punya keterampilan
Tidak punya penghasilan
Tidak ada peluang
Kebijakan
Kemiskinan Kurang dipercaya
Malas Masalah Perilaku
Masalah politik
Tidak ada informasi
Frustrasi (apatis)
Masalah Akses informasi
Lembaga/pengambil keputusan tidak mampu menegakkan keadilan.
Percaya miskin = nasib § Menipisnya kepedulian § Meningkatnya keserakahan § Lunturnya nilai nilai kemanusiaan Masalah Perilaku (akar masalah)
46
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Kisah Rakyat yang Gagal1 Oleh: Lis Markus BAGIAN I Inilah kisah kehidupan yang fakir di Sukapakir. Ini sebuah “dusun” di Kota Bandung, di bagian Selatan yang hanya bisa Anda kunjungi dengan jalan kaki. Karena gang yang harus dilalui tidak mampu memuat mobil, kendaraan harus tinggalkan di jalan Pagarsih, kemudian Anda berjalan terus, terus ke selatan, masuk lorong gang sempit. Di mulut gang, gerobak, motor dan pejalan kaki terkadang harus antre, lalu bergiliran dari arah yang saling berlawanan meniti jalan yang dipersempit oleh sebuah selokan di sebelah sisi. Muatan selokan itu: air comberan hitam pekat, sampah dan kotoran dari WC. Sepanjang gang anak-anak asyik bermain, sementara para ibu mereka sibuk bekerja, berjualan makanan ringan, mencuci baju dan perabotan rumah tangga, keramas, menyikat gigi, atau mengangkut air dari MCK (mandi,cuci,kakus). Karena satu-satunya tempat yang lowong hanya gang sempit itu, hampir semua kesibukan berlangsung di kawasan ini. Ini “nadi” daerah yang dinamakan Sukapakir. Jangan berharap dapat melihat kehijauan di antara rumah yang berdempet-dempet hampir tanpa halaman. Tak perlu heran, karena kawasan ini, menurut Sensus Penduduk 1980, adalah salah satu kelurahan yang sangat padat. Penghuninya tukang-tukang bakso, tukang bubur, pengupas bawang, pedagang kaki lima, tukang becak, pelacur, dukun. Cerita tentang mereka adalah kisah orang-orang kecil yang senantiasa berikhtiar, tetapi terus menerus gagal. Lepas subuh, Ibu Samsu sudah ada di pasar Ciroyom. Pekerjaan rutin belanja untuk warungnya. Di belakangnya mengekor si Nanang gerobak, tempat ibunya menampung perbelanjaan. Ibu Samsu berdecap ngiler melihat sayuran segar. Tapi uang di balik kutangnya tak cukup lagi. Akhirnya, ia hanya melengkapi belanjaan dengan sambeleun - cabe, bawang serta tomat. Dan ketika uangnya tinggal Rp 100,- dihentikannya acara langak-longoknya. Sisa uang itu ia siapkan untuk ngaburuhan - upah si Nanang, satu-satunya anak Bu Samsu yang mau menerima uang cepek. Hari ini Ibu Samsu tidak dapat menambah jualan. Dalam beberapa bulan ini warung Bu Samsu memang nampak ngos-ngosan. Ia tak habis pikir mengapa ini bisa terjadi. Padahal tiap hari ada saja yang laku. Heran! Ada yang berkata bahwa Bu Samsu orangnya kelewat baik. Setiap orang boleh ngebon. Jumlah utang kadang ia catat, tapi lebih sering tidak – semata-mata tergantung kesadaran yang berutang. Malah kalau pengemis yang belanja, ia terkadang memberikan. Ia merasa, alhamdulillah, masih di beri rezeki berlebihan jika dibandingkan dengan nasib para peminta-minta.
1
Tulisan ini diambil dari artikel Majalah Tempo edisi 27 Oktober 1984 berdasarkan penelitian antropologi selama 10 bulan di sebuah kampung perkotaan yang paling miskin di Bandung
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
47
Ibu Samsu yakin, ada sebab lain yang “mengganggu” usahanya – sebuah gangguan aneh yang tidak dapat diidentifikasikan dengan tata buku. Di Jawa Barat, menurut kepercayaan orang, ada kencit atau tuyul, makhluk halus yang suka mencopet. Tentu saja piaraan orang yang ingin kaya tanpa kerja. Beberapa pedagang di daerah itu berjaga-jaga dengan isim, kemenyan atau jimat, agar kencit tidak nyelonong ke laci mereka. Mang Ikin, misalnya, pedagang bubur keliling, mengatakan bahwa hasil jualannya baru dapat dirasakan lumayan setelah ia membeli jimat anti-kencit dari seorang dukun. Tetapi Bu Samsu hampir tak percaya sumber gangguan warungnya adalah “kencit”. Kalau begitu apa? Ia pernah berusaha mencari jawaban sendiri, misalnya dengan jalan bertapa di suatu gunung di Kabupaten Bandung. Dalam implengan-nya ia “melihat “ ada tiga orang yang menyiramkan air di depan warungnya – itu pasti orang-orang yang iri. Kendati begitu ia diamkan saja. Tidak membalas. Ia hanya sering tahajud – sembahyang malam – mohon perlindungan Tuhan. Tapi Pak Samsu tak sesabar ibu. Suatu hari Bapak ke dukun, berkonsultasi dengan seorang “pintar”. Orang pintar itu – yang kerap menolong keluarga ini dengan hasil yang “amat meyakinkan“ - setuju dengan penglihatan Bu Samsu dan membuat penangkal. Keluarga Bu Samsu kemudian membuat selamatan kecil, “buang sial” namanya. Dan betul, kata Bu Samsu beberapa minggu kemudian, jualannya jadi haneuteun, laris. Sayang, hal itu tak berlangsung lama - Ibu Samsu mengeluh, warung rugi terus, uang lagi kurang. Untuk menambah modal, ia mulai pinjam dari bank keliling alias rentenir. Jika ia sadar apa yang menyebabkan warungnya merosot, tentu saja ia tidak akan susah-susah pergi ke gunung segala. Sebab, sebenarnya ia juga tahu bahwa kalau ia pergi ke pengajian dan warungnya di tunggu anak gadisnya, pasti akan ada uang yang meguap dari lacinya. Belum lagi tiga anak lakilaki yang sudah doyan merokok – bolak-balik masuk warung meminta roko. Kebutuhan dapur seharihari juga mengambil dari warung. Semuanya tanpa perhitungan sama sekali. Memang, seharusnya warung itu merupakan tambahan pendapatan keluarga. Suaminya menerima pensiunan, dan disamping itu menerima honorarium sebagai pegawai tidak tetap. Namun pendapatan bulanan ini kadang-kadang sudah ludes pada minggu ke dua atau ke tiga. Keluarga ini keluarga besar, dan tujuh dari delapan anak masih sekolah. Yang sudah tamat STM, menganggur. Tiga lainnya di SMA, sisanya SMP dan SD. Setiap tiba masa testing atau ujian, keluarga ini mengeluh berat. Pengeluaran biaya itu jauh lebih besar dari penghasilan. Dan waktu itu, mereka pinjam lagi kepada saudara atau rentenir. Ketika anak sulungnya lulus STM, Ibu Samsu sangat bersuka cita. Tapi tak berlangsung lama; anak harapannya itu tak bisa berbuat banyak. Sebab ijazah, satu-satunya modal untuk mencari kerja, masih di tahan sekolah. Alasannya : uang tunggakan sekolah tujuh bulan dan uang ujian yang di tilep si anak sendiri. Ibu Samsu amat terpukul. Kerja kasar mana mungkin – anaknya sendiri tidak sudi mencari pekerjaan yang tidak sepadan: Masak anak sekolah jadi tukang becak ? Dua anak laki-lakinya harus segera disunat. Hajat direncanakan enam bulan sebelumnya. Rumah di permak, dan banyak tamu yang datang. Ada harapan sumbangan para tamu akan cukup mengganti biaya perhelatan. Sialnya, banyak tamu yang membawa amplop yang cuma berisi Rp 100,- sampai Rp. 200,-. Padahal biaya hajat, selain uang dari tabungan, pinjam dari rentenir plus uang warung. Namun warung Bu Samsu buka lagi dan cukup lengkap. Hanya, kali ini, isi warungnya bukan lagi milik sendiri. Bu Samsu hanya menerima titipan alias konsinyasi. Warung Bu Samsu tentu bukan kasus satu-satunya yang bernasib serupa itu. Ma Erat, misalnya, boleh di kata orang pertama yang nge-warung di Sukapakir. Kira-kira tahun 1960 Erat dan suaminya, Otong, pindah ke daerah ini. Otong cuma pedagang kecil yang – herannya – selalu gagal, meskipun sudah berusaha mati-matian.
48
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Dia sebetulnya cukup ulet; berjualan apa pun rasanya pernah ia lakukan: sayuran, loakan, perhiasan imitasi, tahu-tempe…. Dia berkeliling kota Bandung dengan pikulan. Sering juga ke Cianjur, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Tetapi apapun yang ia jual, sejauh manapun ia melangkah, hasilnya cukup pun tidak. Untunglah istrinya tidak kehilangan akal. Di rumahnya ia mulai berjualan rokok ketengan, kue-kue dan barang kelontong – dan belakangan malah nasi sayur segala. Bahkan beberapa tahun kemudian, ketika suaminya kapok berjualan keliling karena sering dikompas, Erat meyakinkan bahwa dengan warung saja mereka akan bisa hidup. Melihat usaha Erat yang cukup menguntungkan, banyak orang mulai mengikuti jejaknya. Warung bermunculan. Itu menjelang akhir 60-an. Jumlah warung tumbuh lebih cepat dari pertambahan penduduk, sehingga Erat mau tidak mau mulai merasakan tekanan persaingan. Sampai-sampai, ketika harga barang-barang grosir naik, ia sama sekali tidak berani menaikkan harga di warungnya. Dengan sendirinya keuntungannya makin berkurang. Malah kadang-kadang ia tak sanggup lagi mengisi warung. Tapi bagaimanapun warung harus dipertahankan. Untuk mempertahankan, mereka kemudian menjual separoh rumah. Dan mereka sekarang pun tinggal dalam satu ruangan sempit berdinding bilik yang berfungsi sekaligus sebagai ruang tamu, dapur, dan warung. Ruang tidur mereka bangun di langit-langit rumah. Padahal kebutuhan suami istri Erat sebenarnya sangat sederhana – mereka tidak punya anak yang harus dibiayai. Tapi untuk itu pun warung tak mencukupi. Harga terus membubung modal semakin susut. Buntutnya, beberapa bulan lalu warung kelontongnya tamat. Sekarang Erat hanya menjual nasi dan lauknya: lodeh, urab daun singkong, atau semur jengkol. Sebagian ia jual sendiri berkeliling dari gang ke gang, sebagian lain dijajakan di rumahnya ditunggui Otong, suaminya. Beberapa bulan lalu, satu-satunya barang mewah yang mereka miliki – radio kaset – terpaksa dilego. Erat sakit dan mereka perlu uang. Salah satu yang menyebabkan bermunculannya warung-warung di Sukapakir adalah semakin tidak cukupnya penghasilan keluarga, sehingga orang mencoba cari tambahan. Jangan lupa, bagian terbesar penduduk di sini pedagang kecil: kaki lima, pedagang asongan, atau orang pasar. Mereka merasakan betul turunnya volume penjualan. Tempat ini juga menjadi tempat berkumpulnya para buruh borongan. Dan sejak 1980 mereka ini cukup sulit mencari pekerjaan. Seorang buruh kadang-kadang harus menunggu sampai setengah tahun untuk mendapatkan lowongan. Dan, bila dapat dalam jangka waktu itu, proyek itu habis dalam beberapa minggu. Sukapakir pun markas tukang becak dan pedagang keliling, yang sekarang posisinya semakin sulit. Dapat di mengerti mengapa setiap keluarga berusaha dengan cara apa pun memperoleh penghasilan tambahan. Dalam dua RT saja – yang memuat 135 rumah yang menampung kurang lebih 335 keluarga – sudah ada 40 warung dan 14 orang penjaja makanan. Dan dalam jangka 10 bulan saja, beberapa warung bangkrut. Orang sering menganggap bahwa warung satu-satunya jalan yang mungkin. Tentu saja bagi yang masih memiliki sedikit modal. Bagi yang tidak, usaha menambah penghasilan adalah kerja mengupas bawang atau membungkus kerupuk – umumnya kaum ibu. Upah pengupas bawang sejak beberapa bulan yang lalu diturunkan, karena pekerjaan mereka pun memang dikurangi. Dulu upah mengupas dan mengiris Rp 60,- per kg. Kemudian menjadi Rp. 40,- per kg, karena tugas mengiris sekarang dipercayakan kepada mesin iris. Sedang upah membungkus kerupuk dalam sehari bisa mencapai Rp 250,- itu pun tak bisa dilakukan tiap hari karena pabrik kerupuk umumnya beromset kecil. Sukapakir termasuk daerah miskin, dan terdapat di Bandung. Menurut Sensus 1980, tingkat kepadatannya 900 orang lebih per hektar, berarti 90.000 orang per km2. Bandingkan: Bandung 18.061,71 orang per km2, Jakarta 11.023 per km2. Semua data 1982 berarti untuk Sukapakir sudah
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
49
harus ada peningkatan. (Tentang Bandung, setidak- tidaknya Gubernur sendiri pernah menyatakan ibukota propinsi itu sebagai kota terpadat di dunia – red). Dan ke “super-padat“-an Sukapakir akan segera terasa begitu orang memasuki lingkungan itu. Di sini, anak-anak berjejal di mana-mana. Satu bangunan rumah kebanyakan dihuni oleh dua, tiga bahkan empat keluarga. Bukan hal aneh bila dua keluarga – masing-masing ayah ibu, dan beberapa anak – menempati satu kamar (bukan rumah!) yang sama. Dengan sendirinya keadaan sanitasi dan kesehatan runyam. Penyakit menular cepat membaik, juga karena kebanyakan mereka belum tahu cara pencegahannya. MCK memang ada, tapi dua bangunan MCK tersedia untuk 335 keluarga. Karena penduduk harus membayar guna mendapatkan setetes air bersih, kebanyakan mereka lalu kembali menggunakan air sumur untuk mandi dan nyuci, sekalipun sebagian besar sumur sudah tercemari rembesan air selokan. Musim kemarau, selalu saja ada yang kena muntaber. Tingkat kematian anak tinggi. Jangan tanya mengapa mereka tidak pergi ke dokter – bahkan puskesmas. Menantu perempuan Bi Esih, misalnya, sakit radang usus parah. Atas perintah dokter ia dimasukan rumah sakit untuk dioperasi. Pembedahan pertama saja menguras uang mereka habis-habisan, sehingga ketika beberapa minggu kemudian direncanakan operasi lanjutan, Bi Esih dan anaknya merasa tidak sanggup lagi membiayai. Menantu Bi Esih itu kemudian dibawa pulang – dan belum sampai satu bulan, mati. Orang di sekitar malah menyesalkan mengapa penderita dibawa ke rumah sakit. Jika ada rasa sakit, begitu umumnya mereka berpendapat, beli saja obat penahan rasa sakit di warung, seperti Naspro dan sejenisya, atau mencoba obat kampung. Tak usah malu-malu pergi ke dukun. Selain murah kadang kadang malah sembuh. Cari dukun tak usah jauh-jauh – jumlah mereka di Sukapakir malah mengalahkan jumlah dukun seluruh desa. Dukun di sini ”serba bisa” : mencarikan jodoh, mengurus suami serong, mengobati anak cacingan, sampai ”mencarikan pekerjaan”.
50
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Tamparan Untuk Bangsa Indonesia Muslim Sejati 07 Jun 2005, 16:09:40 Salemba, Warta Kota
PEJABAT Jakarta seperti ditampar. Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah. Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta? Bogor pun geger Minggu (5/6). Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn) tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasa KRL. Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantas dibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korban kejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi. Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hari terserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat ke Puskesmas Kecamatan Setiabudi. "Saya hanya sekali bawa Khaerunisa ke puskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas, meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari". Ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA di Cikini itu. Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggarai hingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya. Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00. Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampai harus menyewa ambulans. Khaerunisa masih terbaring di gerobak. Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayat itu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung. Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet. Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkan terbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap Sang Khalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun. Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet. Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam. Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan. Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan surat permintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
51
mayat Khaerunisa yang terbujur kaku. Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknya telah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuh adiknya. Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut, lagi-lagi Karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikan uang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan. Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia", ujarnya. Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini, pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin kata Wardah.
52
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Tulislah dalam kertas plano sebagai Media Bantu untuk menjelaskan dan memberikan pencerahan kepada peserta :
Penyebab Kemiskinan
Penyebab tk 4
K E M I S K I N A N
4tingkat 4
Penyebab tk 2
POLITIK YG TDK MEMBUKA AKSES KPD KAUM MISKIN, KURANG PARTISIPASI EKONOMI YG TDK MEMIHAK; TDK ADA KESEMPATAN, TDK ADA AKSES KE SUMBERDAYA, DSB SOSIAL YG SEGREGATIF; MARGINALISASI, INTERNALISASI BUDAYA MISKIN, DSB FISIK ; LINGKUNGAN KUMUH, ILEGAL, DSB
KEBIJAK AN YG TDK BERPIHA K/ ADIL
Penyebab tk 3
INSTITUSI PENGAMBIL KEPUTUSAN YG TDK MAMPU MENERAPKA N NILAI-NILAI LUHUR UNIVERSAL
ORANG YG TIDAK BERDAY A (TDK BAIK DAN MURNI)
Penyebab tk 1
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
53
Anatomi Kemiskinan Oleh : Parwoto
Pemahaman Kemiskinan Latar Belakang Kemiskinan pada dasarnya bukan hanya permasalahan ekonomi tetapi lebih bersifat multidimensional dengan akar permasalahan terletak pada sistem ekonomi dan politik bangsa yang bersangkutan. Dimana masyarakat menjadi miskin oleh sebab adanya kebijakan ekonomi dan politik yang kurang menguntungkan mereka, sehingga mereka tidak memiliki akses yang memadaikan ke sumber dayasumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak. Akibatnya mereka terpaksa hidup di bawah standar yang tidak dapat lagi dinilai manusiawi, baik dari aspek ekonomi, aspek pemenuhan kebutuhan fisik, aspek sosial, dan secara politikpun mereka tidak memiliki sarana untuk ikut dalam pengambilan keputusan penting yang menyangkut hidup mereka. Proses ini berlangsung timbal balik saling terkait dan saling mengunci dan akhirnya secara akumulatif memperlemah masyarakat miskin. Situasi ini bila tidak segera ditanggulangi akan memperparah kondisi masyarakat miskin yang ditandai dengan lemahnya etos kerja, rendahnya daya perlawanan terhadap berbagai persoalan hidup yang dihadapi, kebiasaan-kebiasaan buruk yang terpaksa mereka lakukan dalam rangka jalan pintas mempertahankan hidup mereka yang bila berlarut akan melahirkan budaya kemiskinan yang sulit diberantas. Di sisi lain upaya-upaya penanggulangan kemiskinan lebih banyak diarahkan hanya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin melalui berbagai program ekonomi, seperti peningkatan penghasilan, pemberian kredit lunak, dsb. Semua ini tidak dapat disangkal akan meningkatkan penghasilan masyarakat miskin tetapi tidak serta merta menyelesaikan persoalan kemiskinan. Kesalahan mendasar yang saat ini terjadi adalah melihat kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya yang disebabkan oleh rendahnya penghasilan (ekonomi) mereka, sehingga pemecahan yang logis adalah dengan meningkatkan penghasilan. Peningkatan penghasilan disini seolah-olah menjadi obat mujarab terhadap semua persoalan kemiskinan. Padahal akar kemiskinan justeru bukan pada penghasilan. Tinggi rendahnya penghasilan seseorang erat kaitannya dengan berbagai peluang yang dapat diraihnya. Jadi lebih merupakan akibat dari suatu situasi yang terjadi oleh sebab kebijakan politik yang tidak adil yang diterapkan sehingga menyebabkan sebagian masyarakat tersingkir dari sumberdaya kunci yang dibutuhkan dalam menyelenggarakan hidup mereka secara layak.
Pengertian Kemiskinan Deepa Narayan, dkk dalam bukunya Voices of the Poor menulis bahwa yang menyulitkan atau membuat kemiskinan itu sulit ditangani adalah sifatnya yang tidak saja multidimensional tetapi juga saling mengunci; dinamik, kompleks, sarat dengan sistem institusi (konsensus sosial), gender dan peristiwa yang khas per lokasi. Pola kemiskinan sangat berbeda antar kelompok sosial, umur, budaya, lokasi dan negara juga dalam konteks ekonomi yang berbeda. Lebih lanjut mereka juga memberikan 4 dimensi utama dari definisi kemiskinan yang dirumuskan oleh masyarakat miskin sendiri, sebagai berikut di bawah ini.
54
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Dimensi 1: Dimensi material kekurangan pangan, lapangan kerja dengan muaranya adalah kelaparan atau kekurangan makan. Dimensi 2: Dimensi psikologi, seperti antara lain ketidakberdayaan (powerlessness), tidak mampu berpendapat (voicelessness), ketergantungan (dependency), rasa malu (shame), rasa hina (humiliation) Dimensi 3: Dimensi akses ke pelayanan prasarana yang praktis tidak dimiliki Dimensi 4: Dimensi aset/milik, praktis tidak memiliki aset sebagai modal untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak seperti antara lain: •
kapital fisik (physical capital), antara lain mencakup tanah, ternak, peralatan kerja, hunian, perhiasan, dsb
•
kapital manusia (human capital), antara lain menyangkut kesehatan, pendidikan dan pekerjaan. Kesehatan yang buruk sering menghalangan orang untuk bekerja apalagi bila pekerjaannya menuntut tenaga fisik yang sering ditemukan pada masyarakat yang berada pada tingkat survival, begitu juga rendahnya pendidikan sangat menghambat kemajuan seseorang.
•
aset sosial (social capital), atau sering diartikan dalam hal ini sebagai sistem kekerabatan yang mendukung kaum miskin untuk tetap bertahan hidup sebab pada umumnya kaum miskin tidak masuk jaringan formal pengamanan sosial seperti asuransi yang mampu melindungi mereka dari berbagai krisis seperti musibah, keuangan, dll
•
aset lingkungan (environmental asset), antara lain mencakup iklim dan musim yang sangat berpengaruh pada petani, nelayan dan sebagai pekerja lapangan.
Secara rinci ke empat aset tersebut dapat diuraikan sebagai berikut ini. a) Aset fisik (physical capital). Pada dasarnya masyarakat miskin memang praktis tidak memiliki benda-benda fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka seperti antara lain tanah yang memadai, rumah/tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan, peralatan kerja dan benda-benda fisik lainnya b) Aset kemanusiaan (human capital). Pada dasarnya masyarakat miskin juga tidak memiliki kwalitas sumber daya manusia yang cukup baik yang dapat menjamin keberhasilan hidup mereka, mencakup tingkat kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, dsb belum lagi kwalitas manusia yang lain seperti etos kerja yang ulet, jiwa kewirausahaan, kepemimpinan, dsb c) Aset sosial (Social capital). Masyarakat miskin memang selalu tersisih dari pranata sosial yang ada termasuk sistem asuransi sehingga mereka harus membangun sendiri institusi mereka agar mendapatkan jaminan sosial (social security) yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup mereka (survival) melalui kekerabatan antar mereka, asosiasi penghuni, yang seringkali menjadi sangat kuat oleh sebab rasa senasib sepenangungan, dsb. d) Aset lingkungan (environmental asset). Pada umumnya masyarakat miskin di perkotaan memang kurang atau malah tidak memiliki sumber-sumber lingkungan sebagai modal hidup mereka seperti air baku, udara bersih, tanaman, lapangan hijau, pohon-pohon, dsb, sementara para petani dan nelayan sangat tergantung kepada aset lingkungan dalam bentuk musim dan iklim. Lebih lanjut keempat dimensi tersebut sangat dipengaruhi oleh konteks yang lebih luas yaitu tatanan ekonomi makro dan sistem politik yang berlaku di negara tersebut. Beberapa pendapat lain melihat kemiskinan dari sudut pandang yang sangat berbeda dan menyimpulkan kemiskinan sebagai berikut di bawah ini
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
55
•
Kemiskinan absolut, yaitu bila penghasilan seseorang di bawah garis kemiskinan absolut, yaitu suatu ukuran tertentu yang telah ditetapkan dimana kebutuhan minimum masih dapat dipenuhi, dengan kata lain penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum yang ditetapkan dalam garis kemiskinan tersebut.
•
Kemiskinan relatif, yaitu suatu kondisi perbandingan antara kelompok penghasilan dalam masyarakat.
Dari pola waktunya kemiskinan juga sering dibedakan sebagai berikut: §
Kemiskinan menaun (persistent poverty), yaitu kemiskinan yang kronis atau sudah lama terjadi, turun temurun, misalnya masyarakat di lokasi-lokasi kritis atau terisolasi
§
Kemiskinan siklik (cyclical poverty), yaitu kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan
§
Kemiskinan musiman (seasonal poverty), yaitu kemiskinan yang terjadi secara khusus sesuai dengan musim seperti yang sering terjadi pada nelayan atau petani tanaman pangan
§
Kemiskinan mendadak (accidental poverty), yaitu kemiskinan yang terjadi oleh sebab bencana atau dampak oleh suatu kebijakan yang tidak adil.
Meskipun berbagai pihak melihat kemiskinan dari sudut pandangan yang berbeda dan merumuskan kemiskinan secara berbeda pula tetapi semua pihak sepakat bahwa pada dasarnya kemiskinan mengandung arti majemuk yang sering kali sulit untuk dipahami dari satu sudut pandang saja. Secara umum kemiskinan sering kali diartikan sebagai keterbelakangan, ketidakberdayaan atau ketidakmampuan seseorang untuk menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap layak/manusiawi. Dari berbagai pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan keterbelakangan/ketidakberdayaan/ketidakmampuan ini mencakup beberapa dimensi berikut:
bahwa sebagai
Dimensi politik Tinjauan dari aspek politik ini, ketidakmampuan seseorang diterjemahkan dalam bentuk rendahnya tingkat kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan politik yang penting yang langsung menyangkut hidupnya, tidak dimilikinya sarana-sarana yang memadai termasuk kelembagaan untuk terlibat secara langsung dalam proses politik. Akibatnya kaum miskin tidak memiliki akses ke berbagai sumberdaya kunci yang dibutuhkannya untuk menyelenggarakan hidupnya secara layak. Termasuk dalam hal ini adalah sumber daya financial dan sumberdaya alam. Oleh sebab tidak dimilikinya pranata sosial yang menjamin partisipasi masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan maka sering kali masyarakat miskin dianggap tidak memiliki kekuatan politik sehingga menduduki struktur sosial yang paling bawah, malah sering kali masyarakat miskin seringkali secara juridis tidak diakui sebagai warga negara. Kemiskinan politik sering kali disebut juga sebagai kemiskinan struktural.
Dimensi ekonomi Tinjauan kemiskinan dari dimensi ekonomi ini diartikan sebagai ketidak mampuan seseorang untuk mendapatkan mata pencaharian yang mapan dan memberikan penghasilan yang layak untuk menunjang hidupnya secara berkesinambungan yang terlihat dari rendahnya gizi makanan, tingkat kesehatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, pakaian yang tidak layak, dsb. Pandangan ini banyak digunakan oleh berbagai pihak untuk menetapkan garis kemiskinan. Berbagai lembaga memiliki ukuran masing-masing dalam menetapkan kemiskinan antara lain sebagai berikut :
56
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
a). Prof Sayogyo menggambarkan tingkat penghasilan dengan mengukur pengeluaran setara beras per tahun untuk kategori : •
miskin di perkotaan 480 kg dan di perdesaan 320 kg
•
miskin sekali di perkotaan 360 kg dan diperdesaan 240 kg
•
paling miskin di perkotaan 270 kg dan perdesaan 180 kg
b). BPS menggunakan tingkat pengeluaran per kapita per hari untuk memenuhi kebutuhan pokok yang dihitung sebagai kebutuhan kalori 2100 kalori per kapita per hari dan kebutuhan dasar bukan makanan dan menetapkan pada tahun 1999 Rp 93.896/kapita/bulan di perkotaan dan Rp 73.878/kapita/bulan di perdesaan.
Dimensi Aset Tinjauan kemiskinan dari dimensi aset ini dirumuskan sebagai ketidakmampuan seseorang yang diterjemahkan sebagai rendahnya tingat penguasaan seseorang terhadap hal-hal yang mampu menjadi modal dasar seseorang dalam memenuhi kebutuhan pokoknya (basic human needs) seperti kapital manusia (pengetahuan, pendidikan, kesehatan, dsb), kapital fisik (tanah, perumahan yang layak, peralatan kerja, sarana produksi, kendaraan, dsb), kapital alam (udara, pohon, hewan, dsb), kapital sosial (jaringan sosial, tradisi, dsb), kapital dana (tabungan, pinjaman, dsb)
Dimensi budaya dan psikologi Dari dimensi budaya, kemiskinan diterjemahkan sebagai terinternalisasikannya budaya kemiskinan baik di tingkat komunitas, keluarga maupun individu. Di tingkat komunitas dicirikan dengan kurang terintegrasinya penduduk miskin dalam lembagalembaga formal masyarakat, di tingkat keluarga dicirikan dengan singkatnya masa kanak-kanak, longgarnya ikatan keluarga, dsb, sedangkan di tingkat individu terlihat seperti antara lain sifat tidak percaya diri, rendah diri, kurang mau berpikir jangka panjang oleh sebab kegagalan-kegagalan yang sering dihadapinya, fatalisme, apatis, tidak berdaya, ketergantungan yang tinggi, dsb Semua dimensi tersebut diatas bagi masyarakat miskin memiliki tingkat kerentanan yang tinggi karena sifatnya yang tidak mantap, seperti misalnya dimensi ekonomi bagi masyarakat miskin akan sangat berbeda dengan masyarakat kaya karena kebanyakan masyarakat miskin dan masyarakat yang sedikit di atas garis kemiskinan memiliki mata pencaharian yang sangat labil sehingga guncangan sedikit saja (krisis) akan menyebabkan mereka terpuruk.
Kesimpulan Dari berbagai pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan arti kemiskinan dikaitkan dengan pembangunan masyarakat perkotaan sebagai berikut. a) Ada kelompok/lapisan masyarakat yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya secara layak dan tidak berdaya menghadapi tantangan pembangunan yang terjadi dengan ciri-ciri sebagai berikut: §
Rendahnya kepemilikan aset fisik atau praktis tidak memiliki benda-benda fisik yang diperlukan sebagai modal hidup mereka seperti antara rumah/tempat tinggal yang layak, perabotan rumah tangga, kendaraan, peralatan produksi dan harta benda fisik lainnya
§
Rendahnya kwalitas sumberdaya manusia atau tidak memiliki kwalitas sumber daya manusia yang cukup baik yang dapat menjamin keberhasilan hidup mereka, mencakup tingkat kesehatan, pendidikan, kemampuan memproduksi tenaga kerja (labor power), dsb belum lagi oleh sebab terinternalisasinya budaya kemiskinan yang menghancurkan kwalitas manusia secara keseluruhan, seperti antara lain rendahnya etos kerja, fatalisme, apatis, hancurnya jiwa kewirausahaan dan kepemimpinan, boros, cari gampang, dsb
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
57
§
Tersingkir dari pranata sosial formal yang ada utamanya pranata sosial yang mampu memberikan jaminan sosial, sehingga masyarakat miskin harus membangun sendiri institusi mereka agar mendapatkan jaminan sosial (security) yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup mereka (survival) melalui kekerabatan antar mereka, asosiasi penghuni, yang seringkali menjadi sangat kuat oleh sebab rasa senasib sepenangungan, dsb.
§
Tersingkir dari sumberdaya alam seperti pada umumnya masyarakat miskin di perkotaan memang kurang atau malah tidak memiliki akses ke sumberdaya alam sebagai modal hidup mereka seperti tanah, air baku, ternak/binatang liar, sumberdaya lingkungan seperti udara bersih, tanaman, ruang hijau, pohon-pohon, dsb. Termasuk ketergantungan terhadap musim dan iklim tanpa daya untuk menangulanginya.
§
Tidak memiliki akses ke pelayanan dasar yang dibutuhkan, seperti air minum, sanitasi, drainasi, kesehatan, pendidikan, penerangan, energi, transportasi, jalan akses, dsb
§
Tidak memiliki akses ke sumberdaya modal seperti kredit dari perbankan.
§
Tidak memiliki akses ke proses pengambil keputusan penting yang menyangkut hidup mereka oleh sebab tidak tersedianya pranata yang memberi peluang masyarakat miskin menyuarakan aspirasinya.
§
Memiliki tingkat kerentanan yang tinggi dari segi mata pencaharian sehingga dengan mudah oleh guncangan sedikit saja (kecelakaan, sakit, krisis, kemarau panjang, bencana alam, dsb) dapat masuk ke kategori kelompok yang lebih rendah/lebih miskin.
b) Hal tersebut di atas berarti: §
Ada segregasi sosial dalam masyarakat
§
Ada ketidak adilan dalam distribusi peluang pembangunan dan sumberdaya pembangunan
§
Tidak berjalannya fungsi pengendalian pembangunan (matinya ketataprajaan /governance)
§
Tidak berfungsinya sistem perwakilan dalam proses pengambilan keputusan dan manajemen pembangunan
c) Akar penyebab kemiskinan Meskipun kemiskinan banyak dibicarakan dan identifikasi dan dirumuskan tetapi ternyata hanya terbatas pada gejala-gejalanya saja (rumusan kemiskinan). Diskusi mengenai akar permasalahan atau penyebab kemiskinan hampir selalu dihindari atau malah sering ditabukan karena akar utama penyebab kemiskinan adalah justeru tidak adanya keadilan di masyarakat dan ketidak-adilan ini jelas adalah akibat dari: §
ketidak mampuan para pengambil keputusan untuk menegakkan keadilan
§
menipisnya kepedulian dan meningkatnya keserakahan di masyarakat
§
Semuanya ini menunjukkan adanya gejala serius dari lunturnya nilai-nilai luhur dari para pelaku pembangunan (pengambil keputusan dan masyarakat) sehingga sebagai manusia kita tak berdaya untuk menjadi pelaku moral (melemahnya moral capability). Situasi ini tentu saja menjadi tanggung jawab kita bersama; pemerintah sebagai pengawal dan penegak keadilan dan kita semua sebagai masyarakat warga yang saling mengasihi. Mampukah pemerintah menciptakan kebijakan yang adil yang mampu meredistribusi aset nasional secara adil dan melakukan koreksi terhadap ketimpangan sosial yang ada ? Sedihnya berbagai upaya penangulangan atau pemberantasan kemiskinan adalah justeru melestarikan ketidak adilan tersebut dengan menolong korban-korban ketidak adilan tersebut agar mampu bertahan sebagai korban dan tidak mencoba menyelesaikan akar persoalannya. Sedih tetapi nyata.
58
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Refleksi Apakah yang kita lakukan selama ini: §
Benarkah kita memerangi kemiskinan atau kita memerangan orang miskin?
§
Kemiskian yang kita perangi atau simbol kemiskinan yang kita perangi?
Contoh-contoh yang terjadi:
Pedagang kaki lima (PKL) harus diberantas Apakah yang sebenarnya terjadi PKL bersih kota tertib, tetapi pedagang kaki lima kehilangan lapangan pekerjaan dan menjadi makin miskin. Persoalan siapa yang diselesaikan sebenarnya? Apakah persoalan kemiskinan selesai?
Becak dilarang beroperasi Jalan-jalan jadi bersih becak, kesemrawutan kendaraan mobil, bis, mikrolet tetap
Tukang becak kehilangan mata pencaharian Ibu-ibu terpaksa mbonceng ojek dari lingkungan perumahan Apakah persoalan kemiskinan selesai??
Lingkungan kumuh harus diberantas Apakah yang sebenarnya terjadi ? Lingkungan kumuh menjadi ruko yang indah dan rapi, masyarakat miskin penghuni lingkungan kumuh tergusur oleh keputusan politik dan tercabut dari sumber nafkahnya. Mungkin hal tersebut tidak perlu terjadi karena masyarakat miskin tersebut dapat tinggal di rumah susun yang sengaja disediakan sebagai bagian dari program peremajaan tersebut. Yang terjadi tetap saja masyarakat miskin yang dirumahkan di rumah susun tersebut tergusur lagi oleh tekanan ekonomi dan sosial budaya. Apakah persoalan kemiskinan selesai ???
Program-program pengentasan kemiskinan Terperangkap dalam upaya meningkatkan penghasilan, pada hal orang miskin tidak berbicara penghasilan (income) kegagalan yang terjadi disadari oleh sebab tidak memiliki aset-aset utama yang dibutuhkan untuk menunjang kehidupannya (fisik, kwalitas manusia, sosial, lingkungan dan akses). Adakah program pengentasan kemiskinan yang menjamin masyarakat miskin memiliki aset-aset tersebut. Akhirnya berbagai fasilitas kredit yang ditawarkan hanya dimanfaatkan oleh elit kampung/desa Apakah persoalan kemiskinan selesai ???? Selama tidak ada keadilan maka keserahan akan tetap merajalela dan kemiskinan akan tetap terjadi.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
59
Beberapa Intervensi Untuk Menanggulangi Kemiskinan Dari uraian terdahulu, jelaslah meskipun ada berbagai pandangan tentang kemiskinan tetapi semua mengacu pada lunturnya nilai-nilai luhur para pelaku pembangunan yang berakibat aturan atau tatanan pengelolaan urusan publik dalam hidup berbangsa dan bernegara yang tidak adil sehingga terjadi akumulasi pemihakan justeru kepada yang tidak miskin (kaya) yang berakibat fatal terhadap upaya-upaya penangulangan kemiskinan. Dengan kata lain persoalan kemiskinan pada dasarnya adalah perkara pengelolaan urusan publik (governance issues) karena lunturnya nilai-nilai luhur universal sehingga upaya perbaikan yang harus dilakukan adalah mulai dengan membangun kembali kesadaran kritis dan moral para pelaku pembangunan baik ditataran pengambil keputusan maupun di tataran rakyat jelata sehingga pada gilirannya mampu menciptakan dan membangun tatanan pengelolaan urusan publik yang baik (good governance). Sesuai dengan sifatnya bahwa kemiskinan adalah persoalan multidimesional dan antar dimensi saling terkait (interrelated) dan saling mengunci (interlocking) maka apapun upaya yang dilakukan dalam rangka penanggulangan atau pemberantasan kemiskinan haruslah mencakup berbagai dimensi tersebut secara integratif
Beberapa Bentuk Intervensi No.
Tataran
Kemungkinan Intervensi
1
Pelaku
Membangun kesadaran kritis dan memulihkan kemampuan manusia untuk menjadi pelaku moral.
2
Kebijakan
Menetapkan program penangulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja sebagai prioritas dalam strategi pembangunan kota (city development strategy) Pengembangan kebijakan yang memulihkan posisi masyarakat miskin dalam proses pembangunan dan pengambilan keputusan sebagai pelaku kunci Pengembangan kebijakan yang menjamin akses bagi masyarakat miskin ke berbagai sumberdaya kunci dan peluang pembangunan yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Pengembangan kebijakan usaha yang memadukan dan memberikan peluang yang adil terhadap sektor formal dan informal
60
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
3
Pengaturan
Pengembangan berbagai peraturan yang menjamin kehidupan dan penghidupan masyarakat miskin dikota, termasuk jaminan untuk bekerja dan bermukim Penyederhanaan sistem perizinan dan penguatan hak-hak masyarakat miskin atas tanah dan lokasi usaha Pengembangan peraturan yang secara sistemik menjamin kegiatan usaha informal termasuk industri rumah tangga
4
Kelembagaan
Membangun kelembagaan masyarakat warga (civil society organization) Membangun kelembagaan antara yang mampu menjembatani antara sektor formal dan informal
5
Program
Penyediaan pelayanan publik yang lebih akomodatif terhadap kepentingan masyarakat miskin (kesehatan, pendidikan, transportasi, pelayanan prasarana, dsb) Pengembangan program-program perumahan untuk kelompok masyarakat yang tidak terlayani oleh pasar formal Pengembangan program-program pemberdayaan yang membangun dan memulihkan keberdayaan warga, keluarga dan masyarakat untuk mampu menentukan sejarahnya sendiri
6
Evaluasi
Pemutakhiran pemetaan masyarakat miskin perkotaan Pengembangan indikator keberhasilan penangulangan kemiskinan Pengembangan indikator partisipasi masyarakat banyak utamanya yang miskin dalam proses pengambilan keputusan publik
Daftar Pustaka 1) 2) 3) 4) 5)
Deepa Narayan, dkk ; The voice of the poor, 2000 Mubyarto ; Ekonomi dan Politik Pembangunan Regional, Kasus Propinsi Kalimantan Barat, 2000 Parsudi Suparlan (ed); Kemiskinan di Perkotaan, 1995 Badan Penanggulangan Kemiskinan Republik Indonesia & Smeru; Paket Informasi Dasar Manual Proyek Penangulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), 1999
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
61
Perbaikan Gizi, Prioritas pada Perempuan (Fokus: Busung Lapar – Kompas, Sabtu 23 Desember 2006) Untuk mengatasi masalah kurang gizi, gizi buruk dan busung lapar di Nusa Tenggara Timur (NTT), pemberdayaan perempuan harus menjadi prioritas. Selama ini aspek perempuan, anak, sosial budaya, pendidikan, serta upaya menghapus ketidakadilan jender masih sangat lemah. Belum ada upaya untuk mengkaji sistem budaya ke arah yang lebih adil bagi perempuan dan kaum miskin. Rendahnya akses atas pendidikan dan belum dijadikannya pendidikan sebagai salah satu dimensi penting untuk menangani krisis pangan dan gizi menyebabkan upaya mengatasi kurang gizi, gizi buruk dan busung lapar juga terkendala. Para peneliti dari Institute for Ecosoc Rights yang secara khusus melakukan kajian terhadap pola penyediaan makanan di NTT menemukan adat budaya di NTT sendiri menempatkan suami lebih penting daripada anak dan perempuan dalam penyediaan makanan. Akibatnya jumlah anak yang menderita kekurangan gizi semakin banyak. Perempuan jelas kurang mendapat tempat dalam hal makanan, padahal beban kerja perempuan lebih tinggi daripada laki – laki. “Hampir semua pekerjaan, baik pekerjaan rumah tangga maupun pekerjaan mencari nafkah, dilakukan oleh perempuan secara sendiri atau bersama dengan anggota keluarga lainnya”, ungkap Ketua Institute for Ecosoc Rights, Sri Palupi. Pada rumah tangga dengan gizi buruk, sebanyak 13,4% ibu lebih mengutamakan suami dalam penyediaan makanan dan 38,4% mengutamakan anak – anak. Selebihnya, rumah tangga yang diteliti mengaku tidak ada yang diprioritaskan. Meskipun hanya 13,4% yang mengatakan mengutamakan suami dalam penyediaan makanan dalam keluarga, sebanyak 41,1% rumah tangga dengan anak gizi buruk memisahkan makanan untuk suami dari makanan untuk anggota keluarga lainnya. “Pemisahan ini, tidak berarti bahwa makanan untuk suami selalu lebih baik dari makanan untuk anggota keluarga lainnya. Pemisahan dilakukan agar suami tidak makan sisa makanan anggota keluarga lainnya. Pemisahan ini mengindikasikan bahwa secara kuantitas, laki – laki lebih mendapat prioritas dalam hal makanan daripada perampuan”, ujar Sri Palupi. Ia menambahkan, Laki – laki akan selalu kebagian atau mendapat jatah makan setiap hari, sedangkan perempuan mendapatkan sisanya. Dalam kondisi seperti ini, rawan pangan akan terjadi dan anak – anak serta perempuan yang pertama akan menjadi korban. Dalam kondisi rawan pangan, perempuan yang sedang hamil cenderung rentan untuk tidak terpenuhi gizinya. Kondisi ini akan berdampak pada status gizi bayi yang dikandungnya. Anak akan mengalami masalah gizi sejak dalam kandungan, dan pada akhirnya akan terlahir dengan berat badan rendah
62
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
serta gizi buruk. Sebagaimana perempuan daerah lain, mayoritas perempuan di NTT, mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga. Padahal pada saat yang sama, perempuan juga mengerjakan pekerjaan produksi di kebun, sawah atau berdagang. Beban kerja perempuan ini memang tidak berhubungan langsung dengan status gizi anak. Namun di NTT, yang akses terhadap pangan relatif rendah, tingginya beban kerja perempuan berdampak pada kondisi kesehatan perempuan, khususnya perempuan hamil dan melahirkan. ”Cukup banyak perempuan NTT yang menderita anemia di saat hamil. Kondisi ini juga ditemukan pada rumah tangga lainnya. Tingginya beban kerja dan rendahnya akses rumah tangga atas pangan dan gizi itu pula yang membuat angka kematian ibu melahirkan di NTT tergolong tinggi” ujar Sri Palupi (PEP/TAT).
.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
63
Perempuan dan Kemiskinan Marnia Nes
Secara menyeluruh kualitas manusia Indonesia relatif masih rendah. Berdasarkan Human Development Report 2004 yang menggunakan data tahun 2002, angka Human Development Index (HDI) Indonesia adalah 0,692. Secara rinci angka indeks tersebut merupakan komposit dari angka harapan hidup saat lahir sebesar 66,6 tahun, angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas sebanyak 87,9%, kombinasi angka partisipasi kasar jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi sebesar 65%, dan Pendapatan Domestik Bruto per kapita yang dihitung berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity) sebesar USD 3.320. HDI Indonesia hanya menempati urutan ke 111 dari 177 negara. Ini menunjukkan kemiskinan di Indonesia masih memprihatinkan. Data tahun 2003 menunjukkan jumlah penduduk yang menggerombol di antara garis kemiskinan satu atau dua dollar AS per hari mencapai 46%, terdiri dari 10% di bawah dan 36% di atas garis kemiskinan yang berlaku sekitar 1,5 dollar per hari. Walau tingkat kemiskinan menurun 1,1 juta orang atau 0,8% antara tahun 2002 – 2003, namun tingkat kedalaman kemiskinan dan keparahan kemiskinan meningkat. Hal ini mencerminkan adanya kelompok miskin yang memprihatinkan dan ketidakmerataan sistemik. Angka – angka itu bisa dibaca keliru kalau tidak bisa memahami bahwa dampak kemiskinan (dan pemiskinan), pada perempuan dan laki – laki berbeda. Edriana dari Women’s Research Center mengatakan bahwa laki – laki dan perempuan mempunyai pengalaman yang berbeda dalam menghadapi persoalan kemiskinan.Padahal angka kemiskinan di dunia menunjukkan bahwa 2/3 perempuan di dunia termasuk ketegori miskin. Permasalahan yang mendasar selama ini adalah rendahnya partisipasi perempuan dalam pembangunan , di samping masih adanya praktik diskriminasi terhadap perempuan. Dalam aspek politik, masih rendahnya perempuan terlibat di dalam pengambilan keputusan. Dalam sejumlah data, tentang kemiskinan, kesehatan dan pendidikan masih menunjukkan ketimpangan, dimana perempuan jauh lebih tertinggal dari kaum laki – laki. Kesenjangan ini mencerminkan masih terbatasnya akses sebagian besar perempuan terhadap layanan kesehatan yang baik, pendidikan yang lebih tinggi dan keterlibatan dalam kegiatan publik. Hal ini menyebabkan rendahnya angka Indeks Pembangunan Gender (Gender – related Development Index, GDI), yaitu sebesar 59,2. Memprihatinkan bahwa dalam situasi – situasi kemiskinan, perempuan yang paling sedikit mendapat kesempatan untuk memperoleh makanan, pemeliharaan kesehatan, pendidikan, pelatihan, maupun untuk memperoleh kesempatan kerja dan lain – lain kebutuhan. (Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan).
Pendidikan dan Perempuan Dalam bidang pendidikan, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal masih lebih banyak diberikan kepada laki – laki dibanding perempuan. Di seluruh dunia, 860 juta orang dewasa tidak bisa membaca atau menulis, duapertiganya adalah perempuan. Di Indonesia 65 % anak tidak sekolah adalah perempuan.
64
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Dana alokasi anggaran pemerintah untuk pendidikan pada tahun 2005 sebesar 6,4 % dari total anggaran. Namun dana tersebut tidak jelas pengalokasiannya. Sementara itu kalau kita lihat angka buta huruf saja, dengan usia di atas 10 tahun untuk perempuan di pedesaan 16% dan di perkotaan 7%. Angka ini untuk laki – laki di pedesaan 8% dan di perkotaan 3%. Untuk usia 15 tahun ke atas angka buta huruf perempuan sebanyak 45% dan laki – laki sebanyak 23%. Data – data tersebut menunjukkan perbandingan yang tidak imbang antara laki – laki dan perempuan, akan tetapi alokasi anggaran tidak jelas menunjukkan pemakaiannya secara khusus. Angka GDI (Gender – related Development Index)Indonesia adalah 59,2 yang menunjukkan tingkat melek huruf perempuan lebih rendah, lebih sedikit waktu mereka untuk sekolah dan memperoleh bagian pendapatan. Pendapatan hanya 38% untuk perempuan dan 62% diterima laki – laki. Indonesia berada di urutan ke 91 dari 144 negara yang telah dihitung GDI-nya. (National Human Development Report 2004, The Economics of Democracy Financing Human Development in Indonesia, BPS – Statistics Indonesia, Bappenas, UNDP) Padahal perempuan merupakan separuh dari penduduk dunia menyumbangkan duapertiga dari seluruh jumlah jam kerjanya untuk mengurus hampir keseluruhan anak di dunia. Namun kesempatan pendidikan bagi mereka lebih buruk dari laki – laki. Mendidik anak perempuan akan membawa kesehatan keluarga yang lebih baik, rendahnya kematian anak dan perbaikan gizi. Dengan kata lain pendidikan bagi anak perempuan merupakan strategi yang sederhana dan mudah dicapai untuk membantu menanggulangi kemiskinan. Masalah perempuan dan pendidikan ini tidak cukup ditangani secara parsial. Sebagian dari anak – anak yang terjerumus dalam bentuk – bentuk pekerjaan terburuk adalah anak perempuan, sebagian dari mereka menjadi pekerja seks anak – anak. Perlu dorongan makro dari pemerintah dan dorongan mikro dari masyarakat untuk mengusahakan keadilan dalam bidang pendidikan.
Kesehatan dan Perempuan Selain data mengenai pendidikan yang lebih mencemaskan adalah data mengenai kesehatan. Menurut WHO (2005) di Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena persalinan yang buruk dan nifas, terutama ibu – ibu dari kalangan keluarga miskin. Data ini belum ditambah dengan rendahnya tingkat kesehatan perempuan akibat dari kondisi kemiskinan. Data yang dikelurakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2002 – 2003 angka kematian ibu (AKI) adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup , ini belum termasuk Aceh, Maluku Utara, Maluku dan Papua. Sedangkan data yang dikeluarakan oleh UNDP angka AKI adalah sebesar 380 per 100.000 kelahiran hidup. Data tersebut menunjukkan angka AKI yang masih tinggi di Indonesia. Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena hamil dan bersalin, termasuk pendarahan dan infeksi, tekanan darah tinggi, dan persalinan lama. Sebagian besar dari komplikasi – komplikasi tersebut sebenarnya dapat ditangani melalui penerapan teknologi kesehatan yang ada. Dengan kata lain, sebagian besar kematian ibu sebenarnya dapat dicegah. Namun demikian banyak faktor baik politis dan teknis yang membuat teknologi kesehatan kurang dapat diterapkan mulus di tingkat masyarakat. Pada waktu kesehatan didekatkan ke masyarakat, belum tentu masyarakat memanfaatkannya karena alasan, termasuk ketidaktahuan dan hambatan ekonomis. Kemiskinan dan rendahnya status sosial ekonomi perempuan mempunyai andil. Kesempat Terbatasnya kesempatan untuk memperoleh informasi dan pengetahuan baru, hambatan membuat keputusan, terbatasnya akses memperoleh pendidikan memadai, dan kelangkaan pelayanan kesehatan yang peka terhadap kebutuhan perempuan juga turut berperan terhadap situasi ini (Safe Motherhood: A Matter of Human Rights and Social Justice,1998).
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
65
Salah satu penyebab AKI adalah rendahnya gizi ibu hamil. Beberapa studi di Asia dan Afrika menunjukkan, asupan kalori kaum perempuan sekitar 50 – 70%. Padahal bila perempuan kurang gizi mengandung, maka mereka akan melahirkan bayi BBLR (berat bayi lahir rendah, kurang dari 2,5 kg). BBLR akan mempengaruhi tingkat gizi bayi dan balita, bahkan studi pada BBLR menunjukkan, ketika dewasa mereka sangat berpotensi menderita penyakit degeneratif seperti jantung koroner, sebab tidak sempurnanya struktur darah sehingga mudah tergores dan akhirnya menyebbakan timbunan kolesterol bayi BBRL, menghambat perkembangann organ hati dan berdampak pada munculnya penyakit jantung. Di Indonesia, pada tahun 2000 , masih diperkirakan dari 4 juta anak yang lahir 300.000 di antaranya meninggal dunia sebelum mencapai 5 tahun. Angka kematian bayi dan anak ini bervariasi cukup lebar antara provinsi. Dijumpai 23 kematian bayi per 1000 lahir hidup di Jogyakarta dan 111 kematian bayi per 1000 lahir hidup di NTB, hal yang sama terjadi juga untuk kematian balita (Sumantri, 2000). Berdasarkan hasil sementara SP 2000, maka diperkirakan jumlah penderita gizi buruk pada balita adalah 1.520.000 anak. Masih tingginya prevalensi gizi kurang pada anak balita berhubungan dengan masih tingginya BBLR, yaitu berkisar antara 7 – 14% pada periode 1990 – 2000. Apabila melihat berita di koran dan televisi akhir – akhir ini barangkali angka ini menjadi lebih tinggi.
Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari Malaysia, Filipina dan Thailand. Masih tingginya masalah gizi , akan berpengaruh nyata terhadap tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi pengeluaran terhadap kesehatan. Faktor penyebab dari tingginya angka kematian ibu, bayi dan balita menunjukkan pelayanan kesehatan masyarakat dan keadaan gizi, di luar faktor pencetus lainnya seperti keadaan ekonomi, kesadaran masyarakat dan tingkat pendidikan. Persoalan busung lapar atau gizi buruk sesungguhnya juga tidak terlepas dari pengetahuan dan keterampilan perempuan dalam merawat anak. Ibu berpendidikan tinggi akan lebih giat mencari dan meningkatkan pengetahuan keterampilan memelihara anak. Mereka juga akan menaruh perhatian lebih besar terhadap konsep hidup sehat untuk seluruh anggota keluarga sehingga anak – anak akhirnya dapat berkembang lebiih baik. Keselamatan dan kesejahtraan perempuan dan anak sangat penting tidak saja bagi pemenuhan hak hidup sehat bagi mereka, tetapi juga dalam mengatasi masalah ekonomi, sosial dan tantangan pembangunan (Pesan Kunci 2, Hari Kesehatan Dunia 2005). Ketika ibu dan anak meninggal atau sakit, maka keluarga, masyarakat dan negara mereka akan ikut merasakan penderitaan. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan perempuan berarti meningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurang kemiskinan.
Air Bersih , Sanitasi dan Perempuan Persoalan pemenuhan air bersih kian hari menjadi isu yang penting di Indonesia, karena semakin hari air bersih menjadi semakin sulit didapat terutama pada musim kemarau. Dalam pemenuhan air bersih perempuan dan laki – laki mempunyai pengalaman yang berbeda,karena mempunyai kebutuhan yang berbeda. Air bersih bagi kaum perempuan menjadi kebutuhan yang sangat penting, karena perempuan merupakan kolektor, pengangkut, pengguna dan pengelola utama air untuk keperluan rumah tangga dan sebagai promotor dalam kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan sanitasi di rumah dan di masyarakat. Dalam studi ADB, mengenai proyek – proyek Air Bersih dan Sanitasi, penyediaan air bersih dan sanitasi mempunyai beberapa manfaat yaitu :
66
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
§
Manfaat ekonomi. Akses yang lebih baik pada air akan memberi kaum perempuan waktu yang lebih banyak untuk melakukan aktivitas mendatangkan pendapatan, menjawab kebutuhan – kebutuhan anggota keluarga, atau memberikan kesejahteraan dan waktu luang untuk kesenangan mereka sendiri. Perekonomian secara keseluruhan dapat pula memberikan berbagai manfaat.
§
Manfaat kepada anak – anak. Kebebasan dari pekerjaan mengumpulkan dan mengelola air yang memakan waktu dapat membuat anak – anak, khususnya anak perempuan untuk bersekolah.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
67
Modul 6 Topik: Konsep Dasar Gender
Agar Peserta: 1. 2.
Dapat mengingat kembali konsepsi dasar mengenai gender Dapat memahami implikasi yang dapat terjadi sebagai akibat perbedaan Gender di masyarakat
Kegiatan 1 : Curah pendapatPerbedaanJenis Kelamin dan Gender Kegiatan 2 : Diskusi Implikasi Perbedaan Peran Gender di Masyarakat
3 Jpl (135 ’)
Bahan Bacaan tentang Konsep Gender Data dan informasi perkembangan Perempuan di Aceh
• Kerta Plano,Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD, Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya
68
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
• Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Curah PendapatPerbedaan antara Seks (Jenis Kelamin) dan Gender 1. 2.
3. 4.
Pertama-tama sampaikan kepada peserta bahwa mengawali pelatihan ini peserta akan diajak kembali mengingat tentang konsepsi Gender Sampaikan tujuan dari kegiatan ini: a. Agar Peserta bisa membedakan antara konsep seks dan gender, dan menguraikan perbedaannya dengan bahasa sendiri b. Agar peserta bisa menyatakan persetujuannya terhadap konsepsi Gender dengan mengutarakan pendapatnya Menjelaskan konsep gender, sebagai titik masuk yang paling mudah adalah dimulai dengan membedakan antara konsep Seks (Jenis Kelamin) dan Gender Oleh karena itu, terlebih dahulu ajak peserta untuk menjelaskan perbedaan antara jenis kelamin dan konsep gender dengan cara sebagai berikut: a. Fasilitator menyediakan potongan kartu dari kertas manila berwarna pink/merah, biru dan putih. b. Fasilitator meminta masing-masing peserta menuliskan salah satu karakteristik biologis (jenis kelamin). Tuliskan untuk karakteristik biologis laki-laki di kertas warna biru dan merah jambu untuk karakteristik biologis perempuan; serta warna putih untuk karakteristik sosial (peran atau status gender) dan menempelkannya di flipchart/ whiteboard. c. Gunakan tabel sebagai berikut, untuk membantu:
Karakteristik Biologis Lakilaki
5.
6.
Karakteristik akibat konstruksi sosial (peran)
Karakteristik biologis Perempuan
Berdasarkan simulasi di atas, untuk mempertajam Lakukan brainstorming kepada peserta pemahaman mereka terhadap konsep Gender, dengan pertanyaan kunci sebagai berikut: a. Jadi kalau begitu apa yang dimaksud dengan Gender? b. Apa bedanya dengan Jenis Kelamin? c. Apa yang mengakibatkan terjadinya perbedaan Gender? Catat seluruh pendapat peserta, dan pertegas hal yang dirasa penting, pertegas beberapa kata kunci sebagai berikut:
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
69
• Konsep Seks (jenis kelamin) berbeda dengan konsep Gender • Pengertian Seks (jenis kelamin) merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, bahwa manusia jenis laki-laki adalah manusia yang memiliki atau bersifat seperti: laki-laki adalah manusia yang mempunyai penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan mempunyai alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat-alat tersebut secara biologis melekat pada mansusia jenis perempuan dan laki-laki selamanya. Artinya secara biologis alat-alat tersebut tidak bisa dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada manusia laki-laki dan perempuan. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai ketentuan Tuhan atau kodrat. • Sedangkan konsep gender, yakni suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara lakilaki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa. Ciri dan sifat itu sendiri merupakan sifatsifat yang dapat dipertukarkan. Artinya ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, perkasa. Perubahan ciri dan sifat-sifat itu dapat tejadi dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Misalnya saja zaman dahulu di suatu suku tertentu perempuan lebih kuat dari laki-laki, tetapi pada zaman yang lain dan di tempat yang berbeda laki-laki yang lebih kuat
Ilustrasi Perbedaan Seks dan Gender Seks Tidak dapat dipertukarkan (kodrat) Laki-laki Perempuan Ciri dan Ciri dan fungsi fungsi Penis Vagina Jakun Sel Telur Sperma Menyusui Membuahi Melahirkan
7. 8.
Gender Dapat dipertukarkan dan merupakan bentukan manusia (bukan Kodrat) Laki-laki Perempuan Citra/ jati diri/ Citra/ jati diri/ peran peran Kuat Lemah Rasional Emosional Tampan Cantik Kasar Halus/Lembut Maskulin Feminin Publik Domestik
Mintalah beberapa peserta, untuk menjelaskan ulang tentang konsep Gender kepada peserta lain sebagaimana pembahasan yang sudah dilakukan sebelumnya Mintalah tanggapan peserta terhadap konsepsi dasar ini, apakah mereka setuju dengan pendapat ini, bila ya mintalah beberapa peserta memberikan pendapatnya dan mendeskripsikan dengan contoh yang berbeda sesuai pendapat peserta sendiri
70
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Implikasi Perbedaan Gender dalam Masyarakat 1.
Setelah peserta dapat membedakan antara konsep antara Seks dan Gender dengan cukup jelas, maka berikutnya peserta akan diajak untuk bersama-sama memahami implikasi adanya perbedaan gender dalam masyarakat tersebut
2.
Sampaikan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini, yaitu: a. Bisa menyebutkan minimal 3 implikasi Perbedaaan Gender dalam kehidupan sosial kemasyarakatan b. Bisa menyebutkan bentuk-bentuk ketidak adilan Gender sebagai akibat dari adanya perbedaan Gender.
3.
Perbedaan Gender tadi, mengakibatkan terjadinya persoalan terkait pembagian peran dan lakilaki yang bisa berpotensi megakibatkan ketidakadilan gender.
4.
Untuk memahami hal ini, pertama-tama bagilah peserta ke dalam 2 kelompok. Berilah tugas kepada kelompok. Lihat LK-1
5.
Mintalah kepada wakil kelompok untuk mendiskusikan hasil diskusinya, kemudian minta peserta lain untuk menanggapi.
6.
Ajak peserta untuk membandingkan dengan kualitas manusia sejati yang dulu pernah didiskusikan dalam modul pelatihan dasar, dengan membuat tabel seperti berikut: (sebaiknya tabel sudah disiapkan sebelumnya dalam kertas plano, tabel manusia sejati diisi barsama dengan peserta)
7.
Ajak peserta untuk: a. Membandingkan antara kualitas perempuan dan laki-laki dengan kualitas manusia sejati (baik dari sisi perilaku maupun dari sisi kapasitas), apakah sama atau ada perbedaan/ ketimpangan? Bahas dan diskusikan ketimpangan-ketimpangan bersama peserta. b. Ingatkan kepada peserta mengenai manusia yang berdaya sejati pada modul dasar (pemberdayaan sejati), yaitu manusia yang mempunyai ‘makna’ (bermanfaat) bagi kemaslahatan umat. Apakah perempuan dan laki-laki sudah berdaya sebagai manusia sejati? Mengapa demikian? c. Dari sisi kapasitas, perempuan masih banyak ketinggalan dibandingkan dengan laki-laki. Kesempatan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya masih kurang dibandingkan dengan laki-laki (Ingatkan kembali peserta pada hasil diskusi perempuan dan kemiskinan pada tema Tantangan). Tanyakan kepada peserta mengapa hal ini terjadi? Ajak peserta untuk mendiskusikan paradigma-paradigma yang berkembang selama ini mengenai perempuan dan laki-laki yang menunjukkan adanya bias gender.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
71
LK-1: Diskusi Implikasi Perbedaan Gender Dalam Masyarakat 1. 2. 3.
Bagilah peserta ke dalam 2 kelompok. tugas kelompok: a. Kelompok 1 mendiskusikan sifat-sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh perempuan b. Kelompok 2 mendiskusikan sifat-sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh laki-laki Mintalah kepada wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, kemudian minta peserta lain untuk menanggapi. Ajak peserta untuk membandingkan dengan kualitas manusia sejati yang dulu pernah didiskusikan dalam modul pelatihan dasar, dengan membuat tabel seperti berikut: (sebaiknya tabel sudah disiapkan sebelumnya dalam kertas plano, tabel manusia sejati diisi barsama dengan peserta)
Kualitas LakiLaki (hasil diskusi kel 1)
1. … 2. … 3. … dll…
Sifat
Kapasita s
4.
1… 2… 3… dll…
Kualitas Manusia Sejati (hasil diskusi kelas besar)
1… 2… 3… Dll..
1… 2… 3… Dll..
Kualitas Perempuan (hasil diskusi Kel 2)
1… 2… 3… dll…
1… 2… 3… Dll..
Ajak peserta untuk: a. Membandingkan antara kualitas perempuan dan laki-laki dengan kualitas manusia sejati (baik dari sisi perilaku maupun dari sisi kapasitas), apakah sama atau ada perbedaan/ ketimpangan? Bahas dan diskusikan ketimpangan-ketimpangan bersama peserta. b. Ingatkan kepada peserta mengenai manusia yang berdaya sejati pada modul dasar (pemberdayaan sejati), yaitu manusia yang mempunyai ‘makna’ (bermanfaat) bagi kemaslahatan umat. Apakah perempuan dan laki-laki sudah berdaya sebagai manusia sejati? Mengapa demikian? c. Dari sisi kapasitas, perempuan masih banyak ketinggalan dibandingkan dengan laki-laki. Kesempatan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya masih kurang dibandingkan dengan laki-laki (Ingatkan kembali peserta pada hasil diskusi perempuan dan
72
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
kemiskinan pada tema Tantangan). Tanyakan kepada peserta mengapa hal ini terjadi? Ajak peserta untuk mendiskusikan paradigma-paradigma yang berkembang selama ini mengenai perempuan dan laki-laki yang menunjukkan adanya bias jender. 5. •
•
• •
•
Kemudian berilah penegasan-penegasan sebagai berikut: Sebagai manusia perempuan dan laki-laki mempunyai akal sehat, hati nurani, dan pilihan bebas, jadi tidak ada perbedaan yang hakiki antara perempuan dan laki-laki. Oleh karena itu kedua-duanya seharusnya dapat menjadi manusia yang berdaya dan mendapat kesempatan yang sama untuk diberdayakan. Perbedaan perempuan yang kodrati dengan laki-laki hanyalah dalam soal biologis, perempuan secara kodrati mempunyai kemampuan untuk menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui sedangkan laki-laki dikodratkan untuk menghasilkan sperma dan menghamili.Kodrat adalah ketentuan Tuhan yang tidak bisa dipertukarkan oleh manusia dan bersifat permanen. Walaupun saat ini ada operasi jenis kelamin, laki-laki yang merubah jenis kelaminnya menjadi perempuan tetap saja tidak bisa menstruasi, mengandung dan melahirkan. Pembedaan-pembedaan yang selama ini terjadi antara perempuan dan laki-laki disebabkan oleh adanya konstruksi secara sosial dan kultural. Sehingga timbul paradigma-paradigma bahwa perempuan itu lemah lembut, emosional, keibuan. Sedangkan laki-laki kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Laki-laki lebih cerdas dibandingkan dengan perempuan, dan lain-lain. Konsep mengenai sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial maupun kultural inilah yang merupakan konsep jender. Konsep mengenai sifat-sifat perempuan dan laki-laki di atas menyebabkan bias gender dan menyebabkan ketidakadilan, baik bagi kaum perempuan maupun kaum laki-laki. Anggapan bahwa kelembutan hanya melekat pada kaum perempuan menyebbakan pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan kelembutan seperti membersihkan rumah, menari dan sebagainya dianggap sebagai “pekerjaan perempuan”. Di lain pihak anggapan bahwa kekuatan secara fisik, keperkasaan melekat pada kaum laki-laki, menyebabkan lakilaki dididik untuk agresif, menyelesaikan masalah dengan kekuatan fisik, bersaing dan sebagainya yang malah menjauhkan dari sifat manusia sejati. Padahal berbicara mengenai sifat laki-laki dan perempuan , seharusnya kita mengacu kepada sifat-sifat yang dipunyai oleh manusia sejati, karena sebagai manusia perempuan dan laki-laki mempunyai derajat dan martabat yang sama. Oleh karena itu dalam kaitan dengan pemberdayaan, baik perempuan dan laki-laki mestinya diberdayakan untuk menuju kualitas manusia yang sejati, karena secara hakiki perempuan dan laki-laki mempunyai martabat yang sama sebagai manusia. Adanya perbedaan Gender itu berimplikasi pada kehidupan sosial kemasyarakatan, dan berpotensi terhadap muncul bentuk-bentuk ketidak adilan Gender Konstruksi sosial lah yang dianggap mengakibatkan terjadinya ketidak adilan Gender, sebab-sebab ketidak adilan gender, a.l: o Nilai sosial dan budaya Patriarkhi; o Produk dan peraturan perundang-undangan yang masih bias gender; o Pemahaman ajaran agama yang tidak komprehensif dan cenderung parsial; o Kelemahan, kurang percaya diri, tekad, dan inkonsistensi kaum perempuan sendiri dalam memperjuangkan nasibnya; o Kekeliruan persepsi dan pemahaman para pengambil keputusan, Tokoh Masyarakat (TOMA) – Tokoh Agama (TOGA) terhadap arti dan makna Kesetaraan dan Kesenjangan Gender (KKG). Bentuk-bentuk ketidakadilan Gender: o Subordinasi o Marjinalisasi o Beban ganda (Double burden) o Kekerasan o Stereotype (Pelabelan)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
73
Modul 7 Topik: Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan
Agar peserta: • Peserta memahami bentuk-bentuk ketidak adilan gender/isu gender • Peserta memahami akar penyebab kemiskinan yang berbasis gender • Meningkatkan kesadaran terhadap kaitan gender dengan kemiskinan
Kegiatan 1 : Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan
2 Jpl (90)
• Kerta Plano,Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD, Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya
74
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Gender dalam Penanggulangan Kemiskinan 1. Setelah peserta cukup mengingat kembali soal konsepsi Gender, selanjutnya ajak peserta untuk melihat fenomena melihat persoalan gender dikaitkan dengan penanggulangan kemiskinan 2. Sampaikan tujuan dari kegiatan ini antara lain agar peserta: a. Diharapkan dapat menemukan persoalan dan sebab-sebab terkait gender dalam penanggulangan kemiskinan b. Dapat menyebutkan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mendorong keselarasan Gender dalam penanggulangan kemiskinan 3. Untuk memulai diskusi lakukan curah pendapat kepada peserta: a. Apakah masih ingat dengan konsep kemiskinan dalam PNPM Perkotaan?Apa saja sebabnya? b. Apakah upaya penanggulangan kemiskinan yang sudah dilakukan saat ini termasuk oleh PNPM Perkotaan sudah berhasil meningkatkan kesejahteraan laki-laki dan perempuan? c. Mengapa perlu mengkaitkan persoalan gender dengan kemiskinan? 4. Pemandu membagi peserta ke dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok akan membahas “2 komik kegiatan”Mintalah setiap kelompok untuk membahas pertanyaan ( lihat LK-1) 5. Setelah itu berikan kesempatan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya, dan peserta yang lain dapat mengemukakan pendapatnya. 6. Lakukan diskusi kelas, pemandu dapat mengajukan pertanyaan dibawah ini: a. Bagaimana agar laki – laki memikirkan kebutuhan perempuan, b. Perempuan memikirkan kebutuhan laki – laki, dan c. Laki – laki perempuan memikirkan kebutuhan bersama 7. Pemandu memberikan kesimpulan: 1. Keselarasan peran perempuan dan laki-laki dalam Akses, Partispasi, Kontrol dan Manfaat (APKM); tunjukan komik yang terkait penjelasan APKM 2. Peningkatan kesadaran perempuan dari orientasi domestik ke orientasi publik;dan 3. Akomodasi kebutuhan perempuan miskin dalam perencanaan pembangunan. Perempuan miskin akan didorong sebagai vocal point gender dalam setiap tahapan pelaksanaan kegiatan PROGRAM SELARAS PNPM MP
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
75
LK –1: Gender dalam Nangkis Komik 1: Undangan Pertemuan
76
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Komik 2: Kondisi Pertemuan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
77
Komik 3a : Pengambilan Keputusan
78
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Komik 3b: Pengambilan Keputusan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
79
Komik 4: Pinjaman Bergulir
80
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Tugas dan pertanyaan terkait dgn Diskusi Gender dalam Nangkis Diskusi Kelompok Bagi peserta ke dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok akan membahas “ 1 komik”Kelompok 1 Bahas Kelompok 2 Bahas Komik Kelompok 3 Bahas Komik Kelompok 4 Bahas Komik
• • •
Komik 1 Undangan Pertemuan. 2 Kondisi Pertemuan. 3 Pengambilan Keputusan. 4 Pinjaman Bergulir.
Bagaimana pandangan anda terhadap Komik tersebut? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Kira-kira apa yang bisa diperbaiki ke depannya agar bisa mendorong antara perempuan dan laki-laki bisa bersama – sama berpartisipasi dalam pembangunan ?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
81
Modul 8 Topik: PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan
Peserta memahami dan menyadari: 1. Dasar pemikiran yang melandasi konsep PNPM Mandiri Perkotaan 2. Bidang garapan utama PNPM Mandiri Perkotaan
Kegiatan 1: Belajar pengalaman P2KP Kegiatan 2: Diskusi kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan
2 Jpl ( 90 ’)
Bahan Bacaan: 1. VCD P2KP ( Mencari Orang Baik) 2. Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan
• • • • • •
82
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Belajar Pengalaman Lapangan dari P2KP 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan dan uraikan tujuan dari modul ini. Kemudian jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan pertama yaitu Belajar Pengalaman Lapangan dari P2KP dan uraikan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini yaitu: §
Peserta mampu menguraikan dgn kata-kata sendiri, pelajaran yang dipetik dari pengalaman lapangan P2KP untuk PNPM Mandiri Perkotaan
2) Pemandu mengajak peserta sejenak mendiskusikan kembali butir-butir pencerahan pada materi anatomi kemiskinan dan pohon persoalan kemiskinan. Khususnya apa sebenarnya akar penyebab kemiskinan. Tayangkan kembali level – level penyebab kemiskinan. 3) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang. Kemudian lanjutkan dengan tugas kelompok untuk membahas : Dengan permasalahan kemiskinan seperti yang sudah dibahas pada modul anatomi kemiskinan upaya apa yang harus dilakukan untuk menangggulangi kemiskinan ? Jawaban Kelompok, dituliskan dalam bentuk gambar dan moto di kertas plano yang dipotong-potong seperti bentuk Kaos T Shirt. Minta masing-masing kelompok menjelaskan maksud dari gambar dan logo T Shirt tersebut. 4) Ajaklah peserta menyimak dan menonton VCD P2KP (Mencari Orang Baik). 5) Setelah mengikuti penayangan VCD P2KP tersebut, peserta diajak menjawab beberapa pertanyaan kritis yg telah disiapkan di LK dan kemudian peserta diminta untuk mengungkapkan pemahaman konsep P2KP dalam menanggulangi kemiskinan. Ajak peserta membandingkan pemahaman penanggulangan kemiskinan hasil diskusi kelompok sebelumnya dengan konsep P2KP setelah menonton VCD.Analisis apakah hasil gambar tersebut sesuai atau tidak dengan apa yang ditampilkan di VCD. 6) Lakukan penjelasan kepada peserta dengan bahan presentasi “Kemiskinan dan Penanggulangannya” dan ”Asumsi Dasar dan Paradigma P2KP”, gunakan MB yang telah disediakan. Jelaskan juga kepada peserta bahwa konsep P2KP tersebut sekarang dipakai dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perktoaan. 7) Simpulkan bersama materi ini dengan menekankan pada hasil diskusi
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
83
a. Premis Dasar P2KP/PNPMM Perkotaan adalah bahwa Kemiskinan terjadi karena lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan yang menghancurkan prinsip-prinsip “good governance”, Karena itu upaya penanggulangan kemiskinan dalam P2KP/PNPMM Perkotaan bertumpu pada penggalian dan pemulihan kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan good governance.
b. Penyebab kemiskinan dapat ditelusuri pada tataran 4: gejala, tataran 3, 2, 1 yang merupakan akar penyebabnya itu sendiri, yakni orang-orang yang tidak berdaya/mampu menerapkan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Karena itu, Penanganan kemiskinan dalam konteks P2KP harus dilandasi pada pencarian orang-orang baik, pegorganisasian orang-orang baik hingga dapat mengoptimalkan tingkat penyelesaian pada tataran-tataran berikutnya
Diskusi Kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan 1) Jelaskan bahwa kita masih di modul “Konsep PNPM Mandiri Perkotaan” untuk kegiatan belajar kedua ; Diskusi kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri, ciri khas PNPM Mandiri Perkotaan 2) Segarkan kembali dari apa yang dipelajari pada kegiatan belajar sebelumnya bahwa PNPM Mandiri Perkotaan adalah pola pembangunan yang bertumpu pada nilai oleh sebab itu penekanannya adalah pada pembangunan manusia sehingga seluruh proses PNPM Mandiri Perktoaan adalah proses pembelajaran kritis untuk memanusiakan manusia. 3) Mintalah peserta untuk menuliskan dalam kertas metaplan apa yang menyebabkan atau membuat PNPM Mandiri Perkotaan khas dibandingkan proyek sejenis yang lain. Gunakan LK – PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan – 2 4) Kumpulkanlah kertas metaplan tadi, kemudian mintalah peserta untuk mengelompokkan kartu – kartu dengan pernyataan yang sama (sejenis). Diskusikan bersama. Kemudian simpulkan dan tegaskan bahwa yang khas dari PNPM Mandiri Perkotaan adalah: Asumsí dasar
§ Manusia pada dasarnya baik § Masyarakat penuh dengan manusia baik yang sarat dengan nilai-nilai luhur, tetapi kebaikannya tertutup oleh sampah kehidupan (masyarakat ibarat tambang kebajikan yang belum digali) § Kemiskinan lebih disebabkan oleh lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan yg universal, yang melahirkan ketidakadilan, keserakahan, mementingkan diri sendiri/golongan, perpecahan, dsb § Kemiskinan hanya dapat diselesaikan melalui perbuatan baik yang murni. § Perbuatan baik dan murni hanya dapat dilakukan oleh orang baik dan benar
84
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Tantangan Utama
§ Menemukan orang-orang baik dan benar melalui rekam jejak bukan janji. § Transformasi dari proyek menjadi program dari, oleh dan untuk masyarakat
Pendekatan
§ Pemberdayaan sejati, yaitu menggali nilai-nilai baik yang telah dimiliki manusia dan memberdayakannya atau dengan kata lain memulihkan fitrah manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan tertinggi sehingga mampu bertindak secara moral. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa proyek P2KP ibarat sebuah sekop untuk menggali/menemukan orang-orang baik dan benar dan kemudian mendudukkannya pada tempat yang terhormat § Mengunakan proyek untuk membangun program dari, oleh dan untuk masyarakat
Implementasi
§ Masyarakat menentukan siapa kelompok sasaran § Masyarakat merencanakan/menentukan bagaimana menangulangi kemiskinan yang disandang oleh kelompok sasaran § Masyarakat mendapat sumber daya untuk berlatih mengimplementasikan rencana mereka dalam menangulangi kemiskinan § Masyarakat menentukan bagaimana mengelola sumberdaya yang diperolehnya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
85
LK – PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan - 1 Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Belajar Pengalaman Lapangan P2KP” Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian tiap kelompok mendapat tugas sebagai berikut : 1) Potonglah kertas plano yang telah disediakan menjadi bentuk “T shirt” atau kaos oblong. Kalau perlu dengan menempel. 2) Buat logo dan moto pada bagian dada “T shirt” yang menggambarkan pemahaman kelompok terhadap PNPM Mandiri Perkotaan 3) Tempelkanlah “T shirt” kelompok di papan tulis atau dinding kelas yang telah disediakan untuk itu. 4) Pilihlah wakil dari masing-masing kelompok untuk menyajikan arti/makna dari logo dan moto masing-masing dikaitkan dengan pemahaman kelampok terhadap PNPM Mandiri Perkotaan . 5) Setelah presentasi semua peserta harus menyimak tayangan VCD tentang P2KP (Mencari orangorang baik) 6) Peserta menjawab beberapa pertanyaan kritis yg terkait dengan penayangan vcd tersebut: a. Apakah pendapat bu Sri mengenai pengelolaan proyek-proyek sebelumnya ? Mengapa dapat terjadi bahwa proyek-proyek yang lalu hanya dikelola oleh orang-orang tertentu saja? Apakah salah bila orang itu-itu juga yang mengerjakan proyek? b. Mana yang lebih dahulu harus dilakukan mengembangkan sistem yang baik ataukah menemukan orang-orang baik dan murni untuk diposisikan sebagai pengambil keputusan dan kemudian membangun sistem? c.
Ada anggapan yg mengatakan bahwa kalau kita sudah “cukup” baru kita pikirkan orang lain. Bu Sri adalah buruh tani dan suaminya adalah pekerja bangunan tetapi aktif memberikan waktu, perhatian, pikirannya, dsb untuk orang miskin lainnya. Coba diskusikan apakah seorang harus mampu dulu baru dapat memberi ataukah orang miskin pun harus juga dapat berkontribusi ? Mengapa bu Sri melakukannya ? Apakah motivasinya ? Mengapa bu Sri berdaya sedangkan banyak yang lain tidak?
d. Bu Yuli mengatakan bahwa melihat orang lain menjadi senang itulah satu-satunya motivasinya. Mengapa hal semacam ini menjadi motivasi? e. Pak Imam mengatakan bahwa dalam sosialisasi mendengar bahwa anggota BKM/LKM tidak mendapat apa-apa, bahkan harus berkorban untuk sesamanya. Lalu mengapa pak Imam masih mau bekerja untuk masyarakat? Apa yang mendorong atau menyemangatinya? f.
Apakah banyak orang seperti bu Sri, bu Yuli dan pak Imam di kelurahan Anda?
g. Dalam pemilihan anggota BKM/LKM, kiteria calon anggota ditetapkan berorientasi nilai-nilai moral oleh warga melalui FGD kepemimpinan dari mulai RT dan penjaringan utusan juga dari mulai RT tanpa pencalonan dan kampanye untuk mendapat utusan RT yang baik. Mengapa
86
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
hal tersebut harus dilakukan? Mengapa tidak dengan musyawarah mufakat saja untuk menentukan anggota BKM/LKM? Diskusikan jawaban Anda. h. Bu Yuli mengatakan yang penting jujur dulu. Yang lain adalah buah dari kejujuran. Seakanakan tanpa ada kejujuran segala sukses pembangunan tidaklah mungkin terjadi. Bagaimana pendapat Anda? Diskusikan jawaban Anda? i.
Bu Sri beranggapan bahwa mengundang pria saja dalam sosialisasi tidak cukup sebab informasi pasti tidak sampai ke anggota keluarga yg lain. Coba diskusikan apakah diperlukan pertemuan khusus perempuan untuk penyebarluasan informasi maupun menggalang pendapat.
j.
Apakah orang baik dan murni ini banyak di tiap kelurahan?
k.
Setelah Anda menyaksikan tayangan P2KP apa kesimpulan Anda tentang perbedaan yang mendasar antara P2KP dengan proyek sejenis yang lain?
7) Kemudian tiap kelompok harus mendiskusikan kembali pemahaman kelompok terhadap PNPM Mandiri Perkotaan sebelum dan setelah menyimak tayangan VCD dan memperbaiki gambar/logo yang telah dibuat.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
87
LK – PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan - 2 Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Diskusi kekhasan PNPM Mandiri Perkotaan ” Setelah selesai disegarkan kembali dgn tayangan MB – Belajar Dari Pengalaman setelah menonton vcd pada kegiatan sebelumnya, mintalah peserta untuk menuliskan dalam kertas metaplan apa yang membedakan PNPM Mandiri Perkotaan dengan program sejenis. Untuk memudahkan diskusi di bawah ini ada beberapa pertanyaan pemandu : 1) Apa anggapan PNPM Mandiri Perkotaan tentang manusia dan masyarakat ? 2) Apa artinya “Masyarakat ibarat tambang permata yang belum digali” ? 3) Apakah bidang garapan utama PNPM Mandiri Perkotaan; bagi-bagi uang atau membangun ekonomi atau membongkar hambatan finansial, atau apa ? 4) Siapakah kelompok sasaran utama PNPM Mandiri Perkotaan dan siapa yang menentukan ? 5) Apakah makna dana BLM ( Bantuan Langsung kepada Masyarakat ) dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan ? 6) Apakah tantangan utama proyek PNPM Mandiri Perkoataan ? 7) Apakah makna PNPM Mandiir Perkotaan dikaitkan dengan pembangunan manusia.
88
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
89
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
90
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Slide 11
Slide 12
Slide 13
Slide 14
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
91
Asumsi Dasar PNPM Mandiri Perkotaan Kemiskinan Tumbuh Subur, Karena:
Asumsi Dasar dan Paradigma PNPMM Perkotaan
Semakin Semakin Semakin Semakin Semakin Semakin
Keadilan..... Kejujuran.... Keikhlasan... Kepercayaan... Kepedulian.... Kesatuan.....
Tegasnya, Semakin Lunturnya Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Hakiki ! 2
1
Slide 1
Slide 2 Paradigma-Paradigma PNPM Mandiri Perkotaan
PNPM Mandiri Perkotaan hanya akan Mampu Memberikan Kontribusi bagi Perbaikan Masyarakat Miskin, apabila mampu mendorong: Semakin Pulihnya Keadilan........ Semakin Pulihnya Kejujuran........ Semakin Pulihnya Keikhlasan....... Semakin Pulihnya Kepercayaan....... Semakin Pulihnya Kepedulian........ Semakin Pulihnya Kesatuan......
Tegasnya, Semakin Pulihnya Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Hakiki !
1. Masyarakat ibarat tambang orang-orang berkualitas; jujur & dapat dipercaya yg belum digali. Menggali dan membuka peluang munculnya orang-orang jujur dan dapat dipercaya akan lebih menjamin kemajuan masyarakat ! 2. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Masyarakat yang mandiri serta bersifat pemberi adalah lebih baik daripada masyarakat yang senantiasa meminta dan memiliki mental tergantung pada pihak lain 4 3
Slide 3
92
Lunturnya Lunturnya Lunturnya Lunturnya Lunturnya Lunturnya
Slide 4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
5. Pengambilan keputusan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat masyarakat melalui “voting” hanya baik dilakukan bila telah tercapai kesamaan pemahaman mengenai persoalan yang dihadapi. Meskipun demikian, keputusan melalui musyawarah mufakat yang dilandasi kesadaran kritis adalah tingkat demokrasi yang terluhur …!
3. Dana PNPM Mandiri Perkotaan digunakan sebaik-baiknya untuk kemanfaatan dan kepentingan masyarakat miskin. Pemanfaatan dana PNPM Mandiri Perkotaan yang tidak sesuai dengan kemanfaatan dan kepentingan masyarakat miskin, atau salah sasaran, hanya akan memberikan andil besar pada “Pemiskinan Rakyat” setempat.
6. Jujur, Dapat Dipercaya, Adil, dan Bertanggungjawab adalah nilai-nilai luhur kemanusiaan yang akan menuntun pada kemajuan.
4. Kemiskinan hanya dapat ditanggulangi melalui upaya atau ikhtiar yang tulus dan sungguhsungguh serta kerja sama dari semua pihak.
6
5
Slide 5
Slide 6
9.
7. Siapakah yang membangun? Jawabnya hanya satu: “Orang-orang yang peduli” siapa pun dia, dari suku apa pun dia, dari agama apa pun dia, berasal dari penjuru mana pun dia, laki-laki atau perempuan, tua-muda-atau anak-anak, berpendidikan tinggi atau tidak, dan lainnya.
Musuh bersama kemiskinan adalah “sifatsifat buruk manusia”, bukan organisasi / lembaga / sistem. Karena itu suburkanlah sifat-sifat baik kemanusiaan di dalam diri dan lingkungan sekitar kita.
10. Bersikap Adil adalah: “Memperlakukan orang lain seperti diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain”
8. Solidaritas harus dibangun diatas nilai-nilai kemanusiaan yang universal (Jujur, Dapat Dipercaya, Adil, dan lainnya), sehingga kebenaran tidak akan terkalahkan.
8
7
Slide 7
Slide 8
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
93
Modul 9 Topik: Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan
Peserta memahami dan menyadari: 1. Transformasi sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan 2. Strategi intervensi untuk mendorong transformasi sosial
Kegiatan 1: Penjelasan dan tanya jawab PNPM Mandiri Perkotaan Kegiatan 2: Diskusi intervenís membangun nilai
3 Jpl (135 ’)
Bahan Bacaan: Pedoman PNPM Mandiri Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan Kiat Intervenís Membangun Nilai PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan
• • • •
94
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Penjelasan dan Tanya Jawab Transformasi Sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan 1) Jelaskan bahwa kita masih dalam Tema Konsep PNPM Mandiri Perkotaan dan akan memulai dengan modul “Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan” dengan tujuan : •
Transformasi sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan
•
Strategi intervensi untuk mendorong transformasi sosial yang diharapkan
2) Ajak peserta untuk memulai kegiatan 1 dalam modul ini yaitu diskusi transformasi sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan. 3) Ingatkan kembali kepada peserta mengenai tantangan penanggulangan kemiskinan yang sudah dibahas pada paradigma pembangunan, anatomi kemiskinan dan perempuan dan kemiskinan.
Bahas bersama bahwa kondisi saat ini pada umumnya masyarakat berada dalam kondisi ketidak berdayaan, karena masih menggantungkan diri kepada pihak luar di dalam menemukenali dan memecahkan masalah. Sudah lama masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, banyak program yang hanya memberikan bantuan uang kepada masyarakat. Lama kelamaan kondisi ini membuat masyarakat melemparkan tanggungjawab kepada pihak lain untuk menyelesaikan masalah karena sudah terbiasa disuapi.
4) Sajikan kepada peserta konsep transformasi sosial PNPM Mandiri Perktoaan yang diharapkan mampu mengubah masyarakat dari masyarakat miskin, tertinggal dan tak berdaya menjadi masyarakat berdaya, dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri dan dari masyarakat mandiri menjadi masyarakat madani. 5) Diskusikan bersama peserta apa yang dimaksud dengan masyarakat berdaya, masyarakat mandiri dan masyarakat madani.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
95
Transformasi sosial yang diharapkan: • Dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat berdaya. Melalui proses belajar yang dilakukan, kelompok – kelompok yang terpinggirkan bisa mempuyai daya (kemampuan ) untuk menemukenali masalah, memecahkan masalah sehingga dapat menggapai kebutuhan hidupnya. • Dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri, yaitu dimana masyarakat bisa menolong dirinya secara mandiri, tidak lagi bergantung kepada pihak lain.
.
6) Jelaskan kepada peserta mengenai strategi intervensi yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan untuk mencapai transformasi sosial seperti yang diharapkan dengan menggunakan Media Bantu yang sudah disediakan. • Dari masyarakat tidak berdaya menuju masyarakat berdaya, PNPM Mandiri Perkotaan mengajak masyarakat untuk mengenal dan menggali kembali nilai – nilai universal kemanusiaan, mengajak masyarakat untuk mengenali masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi melalui proses identifikasi kebutuhan dan perencanaan, menguatkan kelembagaan lokal masyarakat sebagai motor penggerak modal sosial sebagai modal untuk bekerjasama di antara masyarakat. • Dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri, intervensi yang dilakukan adalah penguatan akuntabilitas dan transparansi lembaga masyarakat lokal dan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah serta pihak – pihak lain untuk menanggulangi kemiskinan.
96
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Intervensi Membangun Nilai 1) Jelaskan bahwa kita masih di modul “Strategi Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan” dan akan mulai dengan Kegiatan 2 ; Diskusi intervensi membangun nilai 2) Sebelum membahas lebih lanjut segarkan dahulu ingat peserta mengenai konsep nilai dengan memberikan latihan kecil kepada kelompok yg sdh terbentuk untuk mengisi : “Setuju atau Tidak Setuju”. Gunakan LK – Intervensi Membangun Nilai – 3) Setelah selesai ajaklah peserta untuk diskusi kelas dan curah pendapat untuk memahami nilainilai yang terkandung dalam tiap pertanyaan. Gunakan tabel di abwah ini sebagai acuan apabila diperlukan. No
KONDISI/PERNYATAAN
PENJELASAN
1.
Ada orang miskin yg beranggapan dan bersikap bahwa kemiskinan yang dialami semata-mata adalah akibat perbuatan orang lain
orang yang seringkali menyalahkan orang lain adalah orang yang mempunyai sikap rekatif dan tidak akan pernah maju karena tidak pernah berefleksi atas apa yang ada dalam dirinya sehingga tidak mungkin membuat perubahan dan hanya menuntut perubahan dari pihak luar saja
2.
Karena menganggap bahwa kaum miskin adalah kaum yang tertinggal dan tak berdaya maka pemerintah mendudukkan kaum miskin hanya sebagai penerima manfaat dari proyek penangulangan kemiskinan.
Masyarakat mempunyai kekuatan untuk maju yang diperlukan adalah kesempatan dan dorongan untukm kepercayaan dirinya agar bisa mandiri. Mendudukan masyarakat hanya sebagai penerima manfaat sama dengan menciptakan kebergantungan masyarakat kepada pihak luar
3.
Karena sulitnya mengajak masyarakat untuk mengambil kesepakatan maka Fasilitator akhirnya memutuskan sendiri.
Masyarakat mempunyai hak untuk memutuskan nasibnya sendiri, memutuskan kebutuhan masyarakat oleh pihak luar artinya mengambil hakhak masyarakat. Fasilitator hanyalah memfasilitasi masyarakat agar memilih keputusan dengan kesadaran kritis
4.
Dalam rangka meningkatkan keterlibatan perempuan dlm proyek maka ditetapkanlah quota yang harus diikuti oleh semua pelaku P2KP
Quota hanya salah satu faktor pendorong untuk kehadiran, partisipasi harus lebih menekankan kepada kesadaran. Oleh karena itu quota saja tidak cukup tetapi harus ditindaklanjuti peningkatan kapasitas perempuan.
5.
Karena menganggap manusia pada dasarnya jahat maka dibuatlah aturan yg sangat ketat agar tidak
Manusia pada dasarnya baik, yang harus mengontrol tingkah laku manusia adalah dirinya sendiri (kontrol dari dalam sesuai dengan kesadaran kritisnya) .Akan tetapi nilai – nilai dan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
97
No
KONDISI/PERNYATAAN
PENJELASAN
terjadi penyimpangan
sistem seperti dua sisi mata uang, aturan atau sistem tetap harus dibangun, akan tetapi sistem yang baik dihasilkan oleh manusia yang baik
6.
Rasa memiliki dari masyarakat hanya dapat dibangun bila ada kebersamaan dalam menerima manfaat proyek
Hanya menjadi penerima manfaat artinya masyarakat hanya menjadi objek dan tidak akan tumbuh pemahaman terhadap kebutuhan dan tanggungjawab bersama
7.
Untuk melibatkan sebanyak mungkin Mendorong orang untuk bertindak dengan didasari warga maka proyek memberi insentif insentif, adalah keliru. Motivasi membangun untuk bagi yang hadir dalam setiap kegiatan insentif tidak akan berkelanjutan karena begitu insentifnya hilang proyek tidak akan menjadi programnya masyarakat.
8.
Rasa memiliki akan terbangun bila ada kebersamaan dalam memberi/kontribusi ke proyek
Kebersamaan merupakan modal yang sangat penting untuk membangun , bukan hanya sebagai perwujudan rasa memiliki akan tetapi juga sebagai wujud tanggungjawab dan kepedulian sosial
9.
Orang baik dan benar tidak digerakkan oleh insentif tetapi lebih oleh nilai-nilai yang ingin diamalkannya
Insentif bagi orang bik bukan uang, benda atau pujian tetapi kebahagiaan ketika bisa membantu orang lain
10.
Transformasi sosial hanya terjadi kalau ada keharusan atau aturan yang ditetapkan oleh proyek
Aturan proyek hanya faktor pendorong agar masyarakat bisa belajar dengan cepat dan lebih terarah, keinginan membangun diri sendiri dari dalamlah yang paling penting.
11.
Proyek PNPM Mandiri Perkotaan menekankan pembangunan dari dalam yang mampu mengubah sikap dan perilaku seorang demi seorang sehingga terjadi perubahan kolektif menuju transformasi sosial
Apapun yang dilakukan oleh orang luar untuk masyarakat lokal tidak akan berarti tanpa motivasi yang kuat dari masyarakat untuk membangun dirinya.
12.
Pengorbanan bukan melemahkan melainkan justru meningkatkan otoritas sesorang
Berkorban untuk membela kebenaran dan melawan kejahatan, akan menjadikan seseorang manusia dihargai, karena penghargaan yang hakiki dari lingkungan bukan didasarkan kepada kekayaan, jabatan, dan perangkat lainnya akan tetapi karena “perilakunya” , perilaku yang menjalankan nilai – nilai kemanusiaan sesuai dengan harkat dan martabat menusia yang merdeka. Perilaku tersebut akan meningkatkan otoritas seseorang, karena manusia yang jujur dan menjunjung tinggi nilai – nilai tidak akan takut untuk melawan ketidakadilan.
98
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
4) Uraikan kepada peserta kaidah intervensi pengembangan masyarakat Beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam pengembangan masyarakat: • Kaidah membangun dari dalam (development from within). Pemberdayaan adalah membangun potensi manusia yang sudah dimiliki untuk kembali mampu bertindak sesuai dengan nilai – nilai luhur sehingga akan tumbuh kapital sosial, kepedulian , solidaritas sosial dalam membangun (khususnya menanggulangi kemiskinan). Hasil yang diharapkan dari pemberdayaan adalah eksadaran kritis dan kesiapan masyarakat bahwa persoalan kemiskinan hanya bisa diatasi oleh 1) membangun kembali nilai – nilai kemanusiaan yang universal sebagai landasan dari semua keputusan dan tindakan 2) menemukan dan menggalang pribadi – pribadi yang komit dan memiliki integritas tinggi dalam menanggulangi kemiskinan 3) bertumpu pada keswadayaan masyarakat dan prinsip pembangunan organik secara berkelanjutan. Artinya pemberdayaan masyarakat pada intinya adalah perubahan sikap , perilaku dan pola pikir dari dalam individu (masyarakat) , inilah yang disebut membangun dari dalam , pihak luar hanya mendampingi sebagai pelengkap dari adanya niat, prakarsa untuk membangun kepedulian dan komitmen masyarakat sendiri. Oleh karena itu, prinsip membangun dari dalam mengandung makna bahwa proses pendampingan PNPM Mandiri Perkotaan, menitikberatkan pada proses pembelajaran bagi masyarakat agar masyarakat mampu melakukan tahapan kegaitannya sendiri dan dapat menumbuhkan kesadaran kritis terhadap alasan – alasan melakukan kegiatan. • Kaidah kerelawanan (volunteerism). Proses membangun dari dalam membutuhkan pelopor – pelopor penggerak dari masyarakat sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli, dan memiliki komitmen yang kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Proses membangun dari dalam tidak akan terjadi apabila pelopor penggerak ini merupakan sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi, mementingkan golongannya. Berdasarkan kenyataan inilah PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga – warganya yang ihklas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk menjadi relawan – relawan yang membantu masyarakat dalam seluruh tahapan kegiatan. • Kaidah pertumbuhan alamiah (organic development). Kaidah ini menekankan bahwa dinamika pertumbuhan/perubahan antara satu komunitas dengan lainnya berbeda sebagai konsekuensi logik dari pembangunan dari dalam. Situasi seperti ini harus mampu diakomodasi oleh para pendamping khususnya Tim Fasilitator.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
99
LK – INTERVENSI MEMBANGUN NILAI – 1 Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Diskusi Intervensi Membangun Nilai” Jelaskan kepada peserta yang masih dalam kelompok masing-masing untuk mendiskusikan nilai-nilai yang dikandung dalam setiap kondisi/pernyataan tersebut di bawah ini sehingga diperoleh kesepakatan kelompok termasuk alasan setuju atau tidak setuju. “SETUJU ATAU TIDAK SETUJU........???” No
KONDISI/PERNYATAAN
1.
Ada orang miskin yg beranggapan dan bersikap bahwa kemiskinan yang dialami semata-mata adalah akibat perbuatan orang lain
2.
Karena menganggap bahwa kaum miskin adalah kaum yang tertinggal dan tak berdaya maka pemerintah mendudukkan kaum miskin hanya sebagai penerima manfaat dari proyek penangulangan kemiskinan.
3.
Karena sulitnya mengajak masyarakat untuk mengambil kesepakatan maka Fasilitator akhirnya memutuskan sendiri.
4.
Dalam rangka meningkatkan keterlibatan perempuan dlm proyek maka ditetapkanlah quota yang harus diikuti oleh semua pelaku P2KP
5.
Karena menganggap manusia pada dasarnya jahat maka dibuatlah aturan yg sangat ketat agar tidak terjadi penyimpangan
6.
Rasa memiliki dari masyarakat hanya dapat dibangun bila ada kebersamaan dalam menerima manfaat proyek
7.
Untuk melibatkan sebanyak mungkin warga maka proyek memberi insentif bagi yang hadir dalam setiap kegiatan
100
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
SETUJU, KARENA….
TAK SETUJU, KARENA…
No
KONDISI/PERNYATAAN
SETUJU, KARENA….
8.
Rasa memiliki akan terbangun bila ada kebersamaan dalam memberi/kontribusi ke proyek
9.
Orang baik dan benar tidak digerakkan oleh insentif tetapi lebih oleh nilai-nilai yang ingin diamalkannya
10.
Transformasi social hanya terjadi kalau ada keharusan atau aturan yang ditetapkan oleh proyek
11.
Proyek P2KP menekankan pembangunan dari dalam yang mampu mengubah sikap dan perilaku seorang demi seorang sehingga terjadi perubahan kolektif menuju transformasi sosial
12.
Pengorbanan bukan melemahkan melainkan justeru meningkatkan otoritas sesorang
TAK SETUJU, KARENA…
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
101
PNPM Mandiri Perkotaan dan Kemiskinan Marnia Nes PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk memecahkan masalah kemiskinan yang merupakan pengembangan dari P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). Pemecahan masalah yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan tentu saja berdasarkan masalah – masalah yang sudah dianalisa sebelumnya. Dalam proses menemukenali penyebab kemikinan dan akar masalah kita temukan penyebab kemiskinan pada dasarnya merupakan akibat dari sikap mental para pelaku pembangunan yang negatif dan pandangan – pandangan yang merugikan kelompok masyarakat tertentu (warga miskin). Apabila kita uraikan secara lebih rinci kedua masalah tersebut adalah sebagai berikut : •
Tidak semua masyarakat terlibat dalam proses pembangunan dari mulai menemukenali kebutuhan sampai memutuskan pemecahan masalah. . Di banyak tempat program – program untuk masyarakat disusun oleh ‘Orang Luar’ bukan oleh masyarakat setempat, sehingga banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak tepatguna (jadi mubazir dan tidak berkelanjutan).
•
Adanya pandangan umum bahwa masyarakat tidak. mampu memecahkan masalah sendiri,tidak mempunyai pengalaman, kurang pengetahuan sehingga masyarakat tidak diberi kesempatan untuk memecahkan masalahnya sendiri.
•
Kesempatan untuk membangun hanya diberikan kepada kelompok tertentu begitu juga hasilnya hanya bisa dinikmati oleh kelompok tertentu, artinya tidak semua masyarakat mendapatkan hak yang sama (tidak ada kesetaraan).
•
Pelayanan publik baik bidang sosial, ekonomi maupun lingkungan hanya bisa dinikmati sebagian orang , sebagian lainnya tidak bisa mengakses karena mahal dan kurang informasi.
•
Melemahnya solidaritas sosial yang menyebabkan memudarnya modal sosial masyarakat.
•
Sikap mental dan perilaku masyarakat yang masih menggantungkan diri pada bantuan pihak luar, kurang bekerja keras, apatis, tidak percaya pada kemampuan sendiri.
•
Memudarnya kebersamaan, banyak pihak yang mempunyai pandangan bahwa masalah kemiskinan hanya tanggungjawab pemerintah dan orang miskin, sehingga banyak yang tidak peduli.
•
Pada umumnya masyarakat, tidak mempunyai wadah (lembaga) yang betul – betul memperjuangkan kepentingan masyarakat khususnya warga miskin karena pelaku – pelaku pengambil kebijakan pada suatu lembaga yang ada cenderung mementingkan diri sendiri, tidak perduli, dan tidak jujur.
Dengan melihat permasalahan di atas, maka boleh dikatakan ada 2 kelompok besar masyarakat yaitu: •
Kelompok yang bisa mudah mengakses informasi, mempunyai pengetahuan dan pengalaman karena mempunyai pendidikan yang memadai, mempunyai sumberdaya seperti modal, penguasaan terhadap sumberdaya alam dan lain – lain. Dengan pengetahuan, pengalaman,
102
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
informasi dan sumberdaya yang dimilikinya kelompok ini dapat menguasai kelompok lainnya, sehingga mampu mendominasi dan sering disebut sebagai kelompok dominan. Contohnya seringkali pemilik modal bisa mempengaruhi kebijakan (keputusan) yang dikeluarkan oleh lembaga – lembaga keuangan. Oleh karena itu pengetahuan, informasi dan sumberdaya tadi sering disebut sumber kekuasaan. Apabila kelompok ini tidak mempunyai kepedulian, mementingkan diri sendiri, tidak jujur maka akan menyebabkan warga miskin semakin miskin. •
Kelompok yang tidak mempunyai pengetahuan, pengalaman, kurang bisa mengakses informasi, tidak mempunyai akses terhadap sumberdaya. Kelompok ini biasanya merupakan kelompok miskin dan perempuan yang sering disebut kelompok yang terpinggirkan karena seringkali tidak pernah dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk proses pembangunan. Kelompok ini juga seringkali tidak berdaya karena tidak mempunyai sumber kekuasaan yang dibutuhkan.
Berdasarkan permasalahan di atas perlu perubahan dari kondisi yang sekarang (permasalahan) ke arah yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan . Artinya perlu dilakukan proses perubahan sebagai upaya pemecahan masalah di atas. PNPM Mandiri Perkotaan, sebagai upaya penanggulangan kemiskinan, melakukan pendampingan proses pembelajaran masyarakat melalui penyadaran kritis agar dapat memecahkan masalah sendiri. Proses perubahan yang diharapkan terjadi adalah dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya, menjadi mandiri dan pada satu saat akan menjadi masyarakat madani Masyarakat yang tidak berdaya, warga miskin dan perempuan, harus dimampukan dengan memberikan pengetahuan,meningkatkan keterampilan, mendapat sumberdaya dan merubah pola pikir mereka sehingga menjadi masyarakat yang berdaya melalui proses pemberdayaan. Di lain pihak kelompok yang selama ini mempunyai sumber kekuasaan tadi (kelompok dominan) harus mau membagikan pengetahuan, informasi, dan sumberdayanya bagi kelompok yang lain. Pada kenyataannya proses di atas tidak selalu berjalan mulus, karena : •
Kelompok yang terpinggirkan ketika sudah berdaya seringkali menjadi kelompok baru yang mempunyai kekuatan karena mereka memiliki sumber kekuasaan. Hal ini dapat terjadi kalau orang – orang tersebut tidak mempunyai kepedulian dan mementingkan diri sendiri.
•
Kelompok yang dominan juga tidak akan serta merta dengan rela hati untuk membagikan sumber kekuasaannya bagi pihak lain. Sama dengan di atas hal ini juga terjadi apabila kelompok ini tidak mempunyai kepedulian terhadap pihak lain dan mementingkan diri sendiri sehingga tidak mempunyai rasa keadilan.
Kepedulian, sikap mau berbagi, keikhlasan menjadi landasan untuk membangun kebersamaan (solidaritas sosial) yang menjadi kontrol/landasan dari terciptanya ikatan – ikatan yang didasarkan saling percaya (modal sosial). Dengan demikian sikap mental dan pola pikir kita menjadi bagian yang utama untuk mengatasi permasalahan kemiskinan. Kedua hal inilah yang coba dipecahkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, karena pada dasarnya pendampingan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan berusaha untuk menggali dan menumbuhkan sikap mental yang positif sesuai dengan nilai – nilai luhur kemanusiaan dan membongkar paradigma – paradigma mengenai manusia (pembangunan manusia) yang keliru. Oleh karena hal tersebut di atas, maka pendekatan pemberdayaan yang dipakai oleh PNPM Mandiri Perkotaan adalah pemberdayaan sejati. Pendekatan ini menekankan pada proses pemberdayaan agar manusia mampu menggali nilai – nilai baik yang telah dimiliki dan mampu menggunakannya secara merdeka (tidak tergantung kepada pendapat pihak lain yang keliru) sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan fitrahnya sebagai manusia.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
103
Dengan dilandasi oleh nilai – nilai kesetaraan, keadilan, kejujuran, keikhlasan dan nilai nilai kebaikan lainnya upaya perubahan untuk pemecahan masalah dilakukan melalui: •
•
Pengorganisasian masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan penanggulangan kemiskinan mulai dari proses menemukenali masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi, sebagai wujud dari partisipasi dan demokrasi. Dengan keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan proses tersebut, maka: ü
Memberi hak yang sama (setara) kepada seluruh masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan, informasi dan kesempatan belajar yang sama. Dalam hal ini terkandung nilai – nilai keterbukaan (transparansi).
ü
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memahami masalah – masalah yang mereka hadapi terutama mengenai masalah kemiskinan dan mencari upaya pemecahan secara bersama.
ü
Persoalan menjadi tanggungjawab semua pihak, bukan hanya tanggungjawab pemerintah ataupun kelompok masyarakat tertentu.
ü
Menentukan kelompok sasaran secara mandiri, sehingga semua pihak diperlakukan secara adil untuk bisa terjangkau oleh pelayanan publik
Untuk menjamin keberlanjutan pengorganisasian masyarakat, dibutuhkan wadah (lembaga) yang dimotori oleh pemimpin – pemimpin yang mempunyai nilai – nilai kebaikan (sikap mental yang positif). Artinya pemimpin – pemimpin tersebut haruslah merupakan representasi dari nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan para pemimpin yang jujur, adil, ikhlas, amanah akan mampu menjadi motor penggerak proses penanggulangan kemiskinan di kelurahan/desa dengan dilandasi prinsip – prinsip keadilan (keputusan yang dikeluarkan tidak berpihak), keterbukaan (transparan), bertanggungjawab (akuntabel), keputusan tidak didasari oleh kepentingan – kepentingan pribadi atau golongan, memberikan kesempatan dan hak yang sama kepada seluruh masyarakat untuk terlibat dalam keseluruhan kegiatan dan sebagainya.
Terlaksananya proses di atas harus dibarengi dengan perubahan pola pikir (paradigma) sehingga keterlibatan seluruh pelaku pembangunan dalam proses penanggulangan kemiskinan bukan semata – mata karena proyek atau bahkan untuk mengejar BLM, akan tetapi merupakan keterlibatan yang didasari oleh kesadaran kritis.
Paradigma (pola pikir) yang ingin dikembangkan melalui PNPM Mandiri Perkotaan: ü
Akar persoalan kemiskinan adalah lunturnya nilai – nilai kemanusiaan yang melahirkan ketidakadilan, keserakahan, mementingkan diri sendiri atau golongan, ketidakperdulian dan sebagainya. Oleh karena itu musuh bersama kemiskinan adalah ‘sifat – sifat buruk manusia’, bukan organisasi atau lembaga.
ü
Keadilan, kesetaraan, keperdulian yang menjadi dasar bagi penyelesaian masalah kemiskinan akan bisa dilaksanakan oleh orang – orang yang berdaya ,bukan orang – orang dari golongan tertentu, wilayah tertentu atau dari jenis kelamin tertentu.
ü
Manusia yang berdaya sejati adalah manusia yang mampu menggunakan dan memberikan nilai – nilai kebaikan yang ada dalam dirinya untuk kepentingan kesejahteraan lingkungannya.
ü
Manusia pada dasarnya baik, akan tetapi kebaikannya tertutup oleh sistem serta tatanan kehidupan di sekitarnya. Kebaikan – kebaikan manusialah yang merupakan perbedaan hakiki antara manusia dengan makhluk lain.
ü
Kemiskinan merupakan masalah bersama, sehingga hanya akan bisa dipecahkan bersama. Oleh karena itu perlu keterlibatan semua pihak dalam proses pembangunan.
104
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
secara
ü
Masyarakat pada dasarnya mampu dan mempunyai potensi untuk memecahkan masalah dan menolong dirinya sendiri, sehingga mereka harus diberi kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pembangunan.
ü
Demokrasi yang paling tinggi adalah pengambilan keputusan melalui musyawarah dan mufakat yang dilandasi kesadaran klritis.
ü
Seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak yang sama untuk ikut terlibat dalam pembangunan.
Apabilala proses penyadaran kritis yang menekankan pada perubahan paradigma dan sikap perilaku di atas dapat berkelanjutan, maka diharapkan pelan–pelan akan terjadi perubahan masyarakat secara bertahap, yaitu:
Dari masyarakat yang tidak berdaya menjadi masyarakat berdaya. Melalui proses belajar yang dilakukan, kelompok – kelompok yang terpinggirkan bisa mempuyai daya (kemampuan ) untuk menggapai kebutuhan hidupnya. Dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri, yaitu dimana masyarakat bisa menolong dirinya secara mandiri, tidak lagi bergantung kepada pihak lain . Hubungan – hubungan dengan pihak lain dilandasi kesetaraan (kesalingbergantungan). Acuan : §
Parwoto : Anatomi Kemiskinan
§
Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
105
Kiat Intervensi Pengembangan Masyarakat Beberapa kaidah dasar yang harus diperhatikan dan dilaksanakan sungguh-sungguh oleh para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam pelaksanaan kegiatan (intervensi) pengembangan masyarakat, adalah sbb:
a) Kaidah Membangun Dari Dalam (development from within) Proses pengembangan masyarakat dititikberatkan pada upaya membangun masyarakat dari dalam melalui penggalian kembali nilai-nilai luhur yang telah dimiliki masyarakat tetapi tidak mampu lagi diterapkan sehingga menghancurkan kapital social dan menghasilkan berbagai kerusakan multidimensi, termasuk kemiskinan dan masyarakat yang terkotak-kotak (fragmented community). Pemberdayaan dalam konteks ini adalah membangun kembali potensi manusia itu sendiri yang sudah dimiliki untuk kembali mampu bertindak sesuai dengan nilai-nilai luhur tersebut yang kondusif terhadap tumbuhnya kapital social sehingga pada gilirannya akan mampu membangun kepedulian dan integritas yang tinggi yang melahirkan tata pengelolaan urusan publik yang baik serta solidaritas sosial masyarakat untuk bersatu, bahu-membahu menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing secara mandiri dan berkelanjutan, Secara singkat pembangunan dari dalam ini menekankan penggalian terhadap nilai-nilai luhur yang telah dimiliki manusia/masyarakat dan memberdayakan manusia/masyarakat untuk menjadi pelaku nilai sehingga mampu menjalankan tugas dan fungsi masing-masing di masyarakat sesuai dengan martabatnya sebagai manusia yang luhur. Hasil yang diharapkan dari proses pengembangan masyarakat ini adalah tumbuhnya kesadaran kritis dan kesiapan masyarakat bahwa persoalan kemiskinan di wilayahnya hanya dapat diatasi oleh mereka sendiri, dengan cara; (1) membangun kembali nilai-nilai luhur universal sebagai landasan dari semua keputusan dan tindakan, (2) menemukan dan menggalang pribadi-pribadi yang komit dan memiliki integritas tinggi dalam menangulangi kemiskinan yg sehari-harinya merupakan pelaku nilai, (3) bertumpu pada keswadayaan masyarakat dan prinsip pembangunan organik yang berkelanjutan. Pada dasarnya substansi pemberdayaan masyarakat dalam konteks ini intinya adalah perubahan perilaku pelaku sendiri. Peran dari pendampingan/ pihak luar hanyalah sebagai pelengkap dari adanya niat, parakarsa, untuk membangun kepedulian, dan komitmen masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, berhasil tidaknya PNPM Mandiri Perkotaan di suatu lokasi sasaran untuk sebagian besar justru akan sangat tergantung pada kepedulian, komitmen, motivasi dan ikhtiar masyarakat setempat. Dengan demikian, PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat dijadikan sarana bagi proses pembelajaran masyarakat untuk terus melakukan perubahan-perubahan sendiri ke arah yang lebih baik dan efektif, baik itu menyangkut pola pikir, pola perilaku, pola tindak dan lain-lain. Inilah yang menjadi hakekat membangun masyarakat dari dalam (development from within). Pada sisi lain, bagi para pendamping PNPM Mandiri Perkotaan (fasiliatator, konsultan dll), prinsip membangun dari dalam mengandung makna bahwa proses pendampingan tahapan kegiatan tidak diurus dan dilaksanakan sendiri oleh para pendamping, tetapi justru para pendamping seharusnya melakukan proses pendampingan yang menitikberatkan pada proses pembelajaran bagi masyarakat agar selain masyarakat akan mampu melakukan tahapan kegiatannya sendiri
106
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
juga dapat menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap susbstansi mengapa, apa dan untuk apa kegiatan itu harus mereka lakukan.
b) Kaidah Kerelawanan (Volunteerism) Proses pengembangan masyarakat dengan prinsip membangun ’masyarakat dari dalam’ akan membutuhkan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli, dan memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. ’Proses membangun dari dalam’ tidak akan terlaksana apabila pelopor-pelopor yang menggerakkan masyarakat tersebut yang merupakan individu atau sekumpulan individu yang hanya memiliki pamrih pribadi dan hanya mementingkan urusan ataupun kepentingan pribadi serta golongan atau kelompoknya. Dengan kata lain, perubahan perilaku masyarakat akan sangat ditentukan oleh relawan-relawan atau motor penggerak setempat yang memiliki ’moral’ yang baik dan diakui kualitaskepribadiannya, bukan hanya sekedar relawan yang pengalaman, pendidikan tinggi atau punya kedudukan yang tinggi dll. Didasarkan pada keyakinan inilah, PNPM Mandiri Perkotaan mendorong masyarakat di lokasi sasaran agar membuka kesempatan seluas mungkin bagi warga-warganya yang ikhlas, jujur, adil, peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk menjadi relawan-relawan yang membantu masyarakat dalam melaksanakan seluruh tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan agar bermanfaat bagi masyarakat miskin serta seluruh masyarakat di wilayahnya. Relawan-relawan yang diusulkan masyarakat tidak menjadi bagian dari struktur KMW ataupun Tim Fasilitator, namun akan didampingi khusus melalui proses penguatan kapasitas (capacity building) agar lebih mampu memahami substansi PNPM Mandiri Perkotaan berikut tahapantahapan kegiatannya, baik dengan cara pendampingan oleh Tim Fasilitator, bimbingan/coaching, praktek, konsultasi dan pelatihan, dll. Relawan-relawan masyarakat ini memiliki posisi yang sama dan tidak ada perlakuan khusus (previllage) yang melekat pada salah satu dari mereka. Ciri utama relawan-relawan masyarakat adalah sama, yakni; orang-orang atau warga masyarakat setempat yang bersedia mengabdi secara ikhlas dan tanpa pamrih, tidak digaji/imbalan secara rutin, rendah hati, berkorban, diterima masyarakat berdasarkan kualitas kemanusiaan yang luhur atau moralitasnya, dan memiliki kepedulian serta komitmen yang sangat kuat bagi upaya memperbaiki kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di sekitarnya maupun bagi upaya kemajuan masyarakat umumnya dan kondisi lingkungan wilayahnya. Bagi Tim Fasilitator, relawan-relawan masyarakat harus dipandang sebagai pelopor dan sekaligus pendamping mayarakat yang sangat menentukan berhasil tidaknya masyarakat melalui seluruh rangkaian proses pembelajaran untuk terus menerus menumbuhkembangkan nilai-nilai luhur universal kemanusiaan, prinsip-prinsip universal kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pondasi yang kokoh dalam mengembangkan berbagai upaya menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya.
c) Kaidah Pertumbuhan Alamiah (Organic Development) Siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dirancang untuk mendorong tumbuhnya kesiapan dan ’kesadaran kritis masyarakat’ di kelurahan sasaran agar mampu menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing secara mandiri dan berkelanjutan. Kaidah pertumbuhan organik menekankan bahwa dinamika pertumbuhan/perubahan antara satu komunitas dengan yang lain berbeda sebagai konsekwensi lojik dari kaidah pembangunan dari dalam, bukan transplantasi. Situasi ini haruslah mampu diakomodasi oleh para pendamping khususnya Tim Fasilitator.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
107
Disadari bahwa proses penumbuhan kesiapan dan kesadaran kritis masyarakat memerlukan waktu yang cukup panjang dan juga bukan merupakan proses yang dijalankan secara instan (serba cepat, formalitas dan mekanistis). Meskipun demikian, perlu juga diantisipasi bahwa proses tersebut kemungkinan dapat mentimbulkan kejenuhan, kebosanan, ketidak percayaan, ketidak yakinan, dll apabila proses yang dilaksanakan di masyarakat memberi kesan bertele-tele dan juga tidak sistematis. Umumnya hal ini terjadi karena adanya kegiatan di masyarakat di lokasi tertentu yang macet, vakum, dan atau terhenti sesaat berhubung harus menunggu selesainya aktivitas yang sama di kelurahan lain atau menunggu pelaksanaan kegiatan yang diselenggarakan secara terpusat (misalnya pelatihan yang diselenggarakan KMW, dll). Oleh karena itu, para pelaku PNPM Mandiri Perkotaan diharapkan dapat memahami arti penting pertumbuhan organik suatu masyarakat, yakni dengan menyelenggarakan rangkaian aktivitas pembelajaran masyarakat di lokasi sasaran dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan secara berkesinambungan dan runtun sesuai dengan siklus perkembangan dimasyarakat itu sendiri tanpa adanya kegiatan tambahan yang bersifat intervensi luar yang disengaja ataupun tidak disengaja akan menghentikan sementara aktivitas masyarakat di lokasi sasaran itu sehingga masyarakat kehilangan momentum. Berkaitan dengan upaya membangun pertumbuhan organik tersebut, PNPM Mandiri Perkotaan merancang agar proses pendampingan secara langsung dan intensif berada di Tim Fasilitator yang berkedudukan di kecamatan sasaran. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong Tim Fasilitator, bersama dengan para Relawan, mampu mendampingi masyarakat kelurahan dalam melaksanakan kegiatan secara berkesinambungan sesuai dengan siklus perkembangan di kelurahan masing-masing. Kalaupun dirasakan cukup berat untuk menjaga kesinambungan kegiatan di tingkat kelurahan, maka setidaknya kesinambungan kegiatan masyarakat secara organik dapat dikembangkan di tingkat kecamatan. Hal ini berarti ketika seluruh kelurahan di kecamatan bersangkutan telah melaksanakan satu siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dapat segera dilanjutkan dengan siklus berikutnya. Meskipun demikian tetap akan lebih baik apabila kesinambungan kegiatan tersebut dapat dikembangkan di tingkat kelurahan sehingga dapat dijaga semua kelurahan tidak akan kehilangan momentumnya. Bila kesimambungan akan diterapkan ditingkat Tim Fasilitator (kecamatan) maka seluruh strategi pendampingan masyarakat dan pengembangan kapasitas yang dilakukan akan bertumpu pada strategi pelaksanaan kegiatan di tingkat kecamatan, yang dikoordinasi oleh Tim Fasilitator setempat. Secara umum hasil yang diharapkan terjadi dalam proses pengembangan masyarakat ini adalah: §
Masyarakat yang sadar akan kondisinya; potensi, kelemahan, peluang dan persoalan yang masih harus diselesaikan bersama dan tumbuhnya solidaritas sosial antar warga.
§
Masyarakat menyadari bahwa untuk menyelesaikan persoalan bersama ini secara sistematik dan efektif dibutuhkan; (1) relawan-relawan sebagai pelopor, (2) masyarakat yang terorganisasi (organized community), (3) dan kepemimpinan yang baik pula serta kelompok sasaran yang terorganisasi dgn baik pula.
§
Kondisi tersebut kemudian mendorong lahirnya para relawan, masyarakat warga yg terorganisasi, BKM/LKM sebagai pimpinan kolektif dan kelompok sasaran yang terorganisasi dalam bentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).
§
Agar seluruh kegiatan penangulangan kemiskinan tersebut juga terrencana dengan baik BKM mengkoordinasi perumusan PJM dan Renta Pronangkis secara partisipatif.
Disamping ketiga kaidah tersebut di atas perlu juga dipahami bentukan-bentukan kelembagaan yang akan dihasilkan melalui siklus P2KP ini sebagai berikut.
108
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
a) BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)/LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) BKM adalah lembaga pimpinan kolektif masyarakat warga/penduduk suatu kelurahan/desa yang terdiri dari pribadi-pribadi yang dipilih dan dipercaya warga berdasarkan kriteria luhur kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili masyarakat kelurahan/desa dalam berbagai kepentingan. Anggota BKM/LKM terdiri dari 9 sampai dengan 11 orang sesuai kesepakatan masyarakat kelurahan/desa, yang semuanya adalah relawan dan bekerja sebagai dewan sehingga keputusan BKM?LKM adalah keputusan kolektif Jadi jelaslah bahwa BKM/LKM adalah suatu lembaga pimpinan kolektif dari himpunan masyarakat warga suatu kelurahan/desa yang anggota-anggotanya dipilih berdasarkan kriteria nilai-nilai luhur kemanusiaan dan bukan perwakilan golongan/RT/RW sehingga memungkinkan berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga serta menghindarkan kecenderungan menjadi partisan. Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses saling asuh, saling asih dan saling asah antar anggota kepemimpinan yang pada akhirnya akan menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat dan transparansi. Disamping itu pola kepemimpinan kolektif ini juga merupakan disinsentif bagi para pemimpin yang justeru ingin mendapatkan kekuataan absolute di satu tangan yang pada gilirannya akan melahirkan anargi dan tirani yang mementingkan diri sendiri sehingga meperkuat ketidakadilan. Peran utama BKM?LKM adalah mengawal penerapan nilai-nilai luhur kemanusiaan dalam proses penangulangan kemiskinan pada khususnya dan kehidupan bermasyarakat pada umumnya di kelurahan yang bersangkutan Pemilihan anggota BKM/LKM dilakukan tanpa pencalonan dan tiap pemilih harus menulis sekurang-kurangnya 3 nama (sesuai kesepakatan warga) secara rahasia, pribadi-pribadi penduduk kelurahan/desa yang dianggap memenuhi kriteria yang telah disepakati, dikumpulkan dan dihitung. Kemudian dipilih 9 s/d 11 nama yang mendapatkan perolehan suara terbanyak sebagai anggota BKM/LKM. Para anggota BKM/LKM tersebut kemudian memilih siapa diantara mereka yang akan menjadi koordinator, wakil, sekretaris, dsb sesuai dengan kemampuan masing-masing. Pada dasarnya pemilihan harus dilakukan di tingkat dimana warga saling kenal misalnya tingkat RT untuk memilih utusan RT dan kemudian kumpulan utusan RT di tingkat kelurahan/desa memilih anggota BKM/LKM dari antara para utusan tersebut. Bila kelurahan/desa yang bersangkutan cukup luas artinya terdiri dari RT yang banyak sekali, lebih dari 75 RT maka pemilihan dapat dilakukan berjenjang. Dipilih utusan RT, kemudian dari kumpulan utusan RT di tingkat RW/Dusun dipilih lagi utusan RW/Dusun untuk kemudian utusan RW/Dusun ini ke kelurahan/desa untuk memilih anggota BKM. Jumlah utusan RT atau RW/Dusun dapat ditetapkan sebelumnya sesuai kesepakatan warga. Yang penting pemilihan atau penjaringan orang-orang baik harus dilakukan di tingkat dimana antar warga saling mengenal. Tidak adanya pencalonan memungkinkan anggota masyarakat memilih tanpa paksaan siapapun yang mereka anggap bisa mewakili sifat-sifat baik kemanusiaan tersebut, sesuai pengalaman interaksi mereka dalam kehidupan sehari-hari. Tidak mungkin adanya kampanye; karena yang dipilih adalah orang yang perbuatan sehari-harinya saat ini sesuai dengan kriteria tersebut di atas, bukan perkataan (janji) tentang masa depan yang belum pasti. Jadi konsepnya adalah membandingkan dan mengkonfirmasikan perbuatan/perilaku sehari-hari orang yang akan dipilih dan bukan perkataan (janji).
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
109
b) KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) KSM adalah kelompok masyarakat pemanfaat langsung dari PNPM Mandiri Perkotaan ini yang langsung menikmati hasil dari program penanggulangan kemiskinan yang direncanakan secara partisipatif oleh masyarakat kelurahan dibawah koordinasi BKM/LKM. Pembangunan KSM ini sengaja didorong sebagai kelompok basis dimana antar anggotanya dapat saling bantu, saling memperkuat dan saling belajar untuk bersama-sama keluar dari belenggu kemiskinan. Kesatuan dalam KSM ini didasari oleh ikatan pemersatu (common bound), antara lain kesamaan kepentingan dan kebutuhan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili dll, yang mengarah pada upaya mendorong tumbuh berkembangnya modal sosial. Pengertian kelompok dalam konteks PNPM Mandiri Perkotaan adalah kelompok masyarakat yang “sudah ada” (existing groups) dan atau kelompok-kelompok yang “dibangun baru” dalam rangka pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, yang dapat memenuhi syarat-syarat sebagai kelompok/lembaga masyarakat sebagaimana ditetapkan PNPM Mandiri Perkotaan. Diharapkan melalui pendekatan kelompok ini : §
Warga masyarakat dapat lebih dinamis dan lebih nyata dalam mengembangkan praktek nilainilai kemanusiaan, misalnya; kejujuran, keikhlasan, dapat dipercaya, pengorbanan, kebersamaan, kesatuan, gotong royong, solidaritas antar sesama, dan lainnya;
§
Proses pemberdayaan (empowerment) berjalan lebih efektif dan efisien;
§
Terjadi konsolidasi kekuatan bersama baik antar yang lemah maupun antar yang kuat dan lemah di dalam suatu kelompok masyarakat (konsep sapu lidi);
§
Kelompok dapat berfungsi untuk melembagakan solidaritas dan kesatuan sosial, menumbuhkan keswadayaan, wadah proses belajar/ interaksi antar anggota, menyepakati aturan bersama, dan fungsi lainnya.
c) Relawan Pengertian relawan-relawan dalam PNPM Mandiri Perkotaan ini mengandung makna yang cukup luas, mencakup: (1) para relawan yang terlibat mendalam secara khusus dalam satu atau beberapa tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pendamping masyarakat dan pengawal nilai, misalnya Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya, FGD Kepemimpinan, FGD Kelembagaan dan Pengelolaan Urusan Publik, Pembentukan BKM/LKM, Perencanaan Partisipatif dan pembentukan KSM, (2) Para relawan yang terpilih untuk duduk dalam struktur yang dibangun masyarakat untuk melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan, misalnya Anggota BKM/LKM, Pengurus KSM, berbagai panitia yang terkait dgn pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, dll serta (3) Para relawan yang mengikuti secara intensif seluruh proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pendamping masyarakat dan pengawal nilai. Secara umum para relawan ini memberikan kontribusi nyata bagi kelancaran dan keberlanjutan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai program dari, oleh dan untuk masyarakat. Para relawan tersebut masuk dalam proses pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan melalui beberapa jalur sebagai berikut : §
Untuk relawan pendamping masyarakat melalui jalur pendaftaran ke ketua RT masingmasing.
§
Untuk relawan yang berkedudukan sebagai anggota BKM/LKM, pengurus KSM atau panitiapanitia yang terkait dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan akan dipilih sesuai tata tertib yang disepakati masyarakat dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip serta nilainilai yang dikandung PNPM Mandiri Perkotaan.
110
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Agar relawan-relawan masyarakat tersebut mampu menjadi motor penggerak dan pendamping masyarakat dalam melaksanakan tahapan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan sesuai ketentuan, maka dalam kerja, mereka akan mendapat pendampingan intensif dari Tim Fasilitator yang ditugasi di wilayah masing-masing.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
111
Modul 10 Topik: PNPM Mandiri Perkotaan Sebagai Pembelajaran Penyadaran Kritis
Peserta memahami 1. PNPMM Perkotaan merupakan sarana pembelajaran masyarakat untuk mengawali penanggulangan kemiskinan berbasis nilai – nilai kemanusiaan 2. Metode dan prinsip – prinsip pendidikan kritis
Kegiatan 1: Diskusi pembelajaran dalam penanggulangan kemiskinan Kegiatan 2: Diskusi dan curah pendapat metode pembelajaran kritis
3 Jpl (135’)
Bahan Bacaan: 1. PNPM Mandiri Perkotaan : Proses Pembelajaran Penyadaran Kritis 2. Filsafat Pendidikan Paulo Freire 3. Proses Pendidikan Kritis
• • • • •
112
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Pembelajaran - Dalam Penanggulangan Kemiskinan 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul ‘PNPM Mandiri Perkotaan sebagai proses pembelajaran’, dan uraikan maksud dan tujuan dari modul ini, yaitu : •
Agar peserta memahami bahwa PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan sarana pembelajaran masyarakat untuk mengawali penanggulangan kemiskinan berbasis nilai – nilai kemanusiaan.
•
Peserta dapat memahami metode dan prinsip – prinsip pendidikan kritis.
2) Ingatkan kembali kepada peserta pada pembahasan modul intervensi P2KP, dan jelaskan bahwa intervensi yang dilakukan melalui tahapan siklus dalam P2KP merupakan proses pembelajaran. 3) Tanyakan kepada peserta, mengapa masyarakat harus belajar. Ajukan pertanyaan – pertanyaan kritis agar diskusi menjadi lebih mendalam. Ingatkan kembali kepada akar permasalahan kemiskinan dan level – level penyebab kemiskinan. Pada pohon persoalan kemiskinan di modul sebelumnya, dapat dikatakan bahwa saat ini banyak terjadi ketidakadilan, keserakahan, ketidak jujuran dan persoalan – persoalan dimana banyak yang mementingkan diri sendiri. Karena kondisi ini masyarakat menjadi tersekat – sekat, yang secara umum terjadi 2 golongan dalam masyarakat yaitu golongan masyarakat yang tertindas dan golongan penindas yang menghalalkan segala cara untuk meraih kepentingannya. Kondisi ini menunjukkan adanya dehumanisasi (manusia sudah tidak menjadi manusia). Dehumanisasi terjadi pada kelompok penindas maupun pada kelompok tertindas. Pada kelompok minoritas kaum penindas, menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan dan hati nurani sendiri dengan menafikan nilai – nilai kemanusiaan yang ada dalam dirinya.Pada mayoritas kaum tertindas, menjadi tidak manusiawi karena hak – hak asasi mereka dinistakan, tidak berdaya, terbenam dalam budaya bisu. Contohnya dalam pembangunan masyarakat selama ini hanya dijadikan sasaran pembangunan semata – mata (objek), tidak pernah terlibat sehingga tidak pernah bisa memecahkan masalah sendiri sehingga mereka selalu bergantung kepada bantuan pihak lain. Kondisi ini akhirnya menjadikan masyarakat frustasi, apatis dan malas. Oleh karena itu perlu penyadaran kritis bagi masyarakat untuk menghilangkan dehumanisasi yang terjadi dengan menyadari jati diri sebagai mansusia yang sejati. Proses penyadaran ini di dalam PNPM Mandiri Perkotaan dilakukan melalui pembelajaran, oleh karena itu proses pembelajran ini dinamakan pembelajran penyadaran kritis untuk membangun sikap mental dan pola pikir yang positif.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
113
4) Bagi peserta ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 – 7 orang, kemudian tugaskan masing – masing kelompok untuk membahas : •
Sikap dan perilaku apa yang dibutuhkan untuk mendukung upaya penanggulangan kemiskinan ?
•
Pola pikir seperti apa yang harus dirubah untuk menanggulangi kemiskinan ?.
•
Kelompok manakah yang harus belajar merubah sikap dan perilaku : kelompok miskin, kelompok kaya, laki – laki, atau perempuan ?
•
Jika demikian kelompok manakah yang harus terlibat dalam proses pembelajaran?
5) Hasil diskusi kelompok kemudian dibahas dalam pleno kelas. 6) Berikan pencerahan, bahwa PNPM Mandiri Perkotaan mengawal proses pembelajaran melalui beberapa kegiatan dalam siklus PNPM Mandiri Perktoaan. Apa yang dipelajari? Siklus
Prinsip Kemasyarakatan
Nilai–nilai
Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
Partisipasi: masyarakat belajar memutuskan secara sadar upaya pemecahan masalah yang mereka butuhkan
Keadilan dan kesetaraan: semua lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan
Masyarakat merupakan subyek pembangunan dan berhak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa paksaan dari pihak luar, tetapi berdasarkan kesadaran kritis mereka
Refleksi Kemiskinan
Partisipasi, terlibat untuk menentukan masalah utama kemiskinan secara transparan dan demokratis.
Keadilan dan kesetaraan, saling memahami, dan saling perduli terhadap permasalahan orang lain.
Penyebab utama kemiskinan: lunturnya nilai– nilai kemanusiaan.
Kejujuran untuk mengakui permasalahan.
Pola pikir
Semua pihak bertanggungjawab dalam pemecahan masalah kemiskinan. Masyarakat mampu melakukan analisa sebab akibat permasalahan kemiskinan
Pemetaan Swadaya
114
Partisipasi, transparansi informasi dalam menggali potensi dan permasalahan bersama.
Perduli terhadap permasalahan orang miskin, saling menghargai, saling memahami, kesetaraan dalam kegiatan, Penghargaan terhadap harkat dan martabat
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Masyarakat mampu melakukan kajian dan penelitian sederhana mengenai permasalahan di wilayahnya, karena masyarakatlah yang mempunyai pengetahuan
Apa yang dipelajari? Siklus
Prinsip Kemasyarakatan
Nilai–nilai
manusia, yang diperlakukan adil dan setara dengan memberi kesempatan yang sama untuk terlibat. Saling berbagi pengetahuan dan informasi (saling memberi)
Pola pikir
terhadap permasalahan diri dan lingkungannya bukan ‘orang luar’. Masyarakat mempunyai potensi untuk memecahkan masalah tanpa harus selalu tergantung kepada bantuan pihak luar. Semua permasalahan kemiskinan baik itu masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan bersumber dari sikap dan perilaku para pelaku pembangunan. Kemiskinan merupakan masalah bersama
Pembangunan BKM/LKM
PJM Pronangkis (perencanaan partisipatif)
Demokrasi, Partisipasi, Desentralisasi di dalam membangun kelembagaan milik warga masyarakat yang representativ
Kejujuran, keadilan, kesetaraan, kerelawanan menjadi komitmen semua warga masyarakat.
Partisipasi, transparansi, demokrasi dalam proses belajar menyusun rencana – rencana untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat sesuai dengan persoalan – persoalan yang dihadapi.
Keadilan, kejujuran, dan kebersamaan dalam upaya memenuhi kebutuhan agar persoalan kemiskinan dapat ditanggulangi.
Masyarakat mampu untuk mengorganisir diri dalam menentukan siapa yang harus memimpin. Pemimpin yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan menggunakan potensinya untuk kesejahteraan orang lain, pemimpin yang mempunyai sikap mental positif artinya merupakan manusia yang berdaya (sejati). Masyarakat mampu untuk merencanakan program . Masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk perencanaan. Adil bukan beararti bagi rata, tetapi memberikan bantuan bagi yang paling membutuhkan. Pengembangan program tidak hanya bertumpu pada bantuan pihak luar akan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
115
Apa yang dipelajari? Siklus
Prinsip Kemasyarakatan
Nilai–nilai
Pola pikir
tetapi bisa mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat.
Pengorganisasian KSM
Partisipasi, demokrasi, akuntabilitas, di dalam proses berhimpun/berkelo mpok sebagai bagian ‘modal sosial’.
Kejujuran, keadilan, kesetaraan, saling perduli di antara anggota kelompok, saling memahami, saling menghargai , saling percaya
Masyarakat mampu mengorganisasikan dirinya dalam kelompok Masyarakat Masayrakat miskin dapat dipercaya.
Diskusi dan Curah Pendapat metode penyadaran kritis 1) Jelaskan bahwa kita memasuki Kegiatan 2 : Diskusi dan curah pendapat metode penyadaran kritis dan uraikan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta dapat memahami metode penyadaran kritis dalam PNPM Mandiri Perkotaan. 2) Jelaskan kepada peserta, bahwa dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug – rembug dan melaksanakan refleksi – refleksi bersama. Melalui diskusi – diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya berbagi ‘sumber kekuasaan’ yang dilandasi oleh nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan pada akhirnya akan tumbuh kepedulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan ini juga dapat menciptakan pola – pola hubungan masyarakat yang setara dan membongkar sekat – sekat sosial . Proses pembelajaran seperti ini disebut proses pembelajaran penyadaran kritis. Diharapkan dengan proses ini akan terjadi pemberdayaan baik bagi kelompok yang tadinya tidak mempunyai pengetahuan, informasi dan sumber lainnya menjadi mempunyai pengetahuan, informasi baru. Sedangkan bagi kelompok yang mempunyai sumber kekuasaan, ajang ini menjadikan mereka mampu membagikan sumber kekuasaannya kepada kelompok lain sehingga mereka mempunyai keberdayaan untuk berbagi. 3) Untuk lebih diperlukan metodologi pendidikan yang cocok . Ajak peserta untuk membahas metodologi pendidikan kritis dengan menganalisa lembar cerita. Bagikan lembar cerita ‘ Siti, Joko dan Kamto’ dan ‘Sekolah Gajah’ yang sudah disediakan. Berilah peserta waktu untuk membaca kedua lembar cerita tersebut. 4) Setelah selesai membaca, bagi peserta ke dalam 4 kelompok (masing – masing kelompok terdiri dari 5 – 7 orang). Tugaskan kelompok untuk dikusi:
116
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
a. Kelompok 1 dan 2, mendiskusikan lembar cerita ‘Siti, Joko dan Kamto’ sesuai dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada pada lembar cerita. b. Kelompok 3 dan 4, mendikusikan lembar cerita ‘Sekolah Gajah’ sesuai dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada pada lembar cerita. 5) Ajaklah tiap kelompok untuk menyajikan hasil masing-masing dan kemudian simpulkan. Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memberdayakan tentu saja harusnya yang memanusiakan manusia. Dalam pe!aksanaannya pendekatan pendidikan tersebut menekankan pada pembelajaran yang dialogis dengan prinsip – prinsip : •
Pendamping adalah Fasilitator, bukan Guru
•
Baik Pendamping maupun Masyarakat adalah warga belajar
•
• •
Semua warga belajar adalah subjek, artinya hubungan di antara semua warga belajar adalah hubungan yang adil dan setara, sedangkan obyeknya adalah realitas kehidupan masyarakat Komunikasi yang dibangun, komunikasi multi arah Semua warga belajar, menjadi narasumber bagi yang lainnya karena masing -masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagikan kepada yang lain sehingga akan 'memperkaya' pemahaman masing – masing.
Dengan pernbelajaran yang dialogis di atas, dalam prosesnya diharapkan: •
Tidak terjadi saling 'jegal' untuk kepentingan pribadi, maupun kelompok
•
Tidak ada diskriminasi
•
Tumbuh saling pemahaman terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan, sehingga terjadi saling rnenghargai
•
Tumbuh kebersamaan
•
Tumbuh kepedulian, dsb
Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, proses beIajar tersebut dilaksanakan dalam tahapan siklus , artinya dalam memfasilitasi semua tahapan siklus seharusnya terjadi pembongkaran sekat sekat yang menghilangkan dominasi, diskriminasi dan dehumanisasi dimana hal ini bisa terjadi dengan menumbuhkan nilal - nilai kemanusiaan. Oleh karena itu penumbuhan nilai - nilai (sikap perilaku) untuk membangun manusia yang berdaya (pemberdayaan sejati) menjadi pilar ulama dalam pendekatan pembelajaran.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
117
LK – PNPM Perkotaan ebagai Proses Pembelajaran Kritis - 1 Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “ Tugas Diskusi: Lembar Cerita Kucing, Siti, Joko dan Kamto’ •
Anda dipersilahkan untuk memilih. Siapa menurut anda yang patut diacungi jempol dalam mendidik si kucing itu ? (Siti, Joko atau Kamto), beri alasan pilihan tersebut, mengapa?
•
Kaitkan dengan realitas dalam praktek penyelenggaraan pendidikan yang pernah kita saksikan selama ini, lebih cenderung model Joko, Siti atau Kamto?
•
Apa kaitannya paradigma yang dianut oleh Joko, Siti dan Kamto terhadap praktek yang dilakukan, juga apa implikasinya?
Lembar Cerita ‘Sekolah Gajah’ •
Apa kesan anda dengan cerita itu, ungkapkan dengan satu kata (misalnya mengagumkan atau memilukan) dan apa alasannya?
•
Kira–kira apa yang menyebabkan gajah–gajah tersebut mengamuk dan merusak tanaman petani?
•
Coba kaitkan, seandainya gajah–gajah tersebut adalah sekumpulan murid dari sebuah sekolah, mahasiswa dari perguruan tinggi, atau gajah–gajah itu adalah rakyat–petani, nelayan, buruh, anak jalanan, pedagang kaki lima dan sebagainya…. Bagaimana menurut Anda sistem sekolah seperti itu?
•
Apa yang dapat dipetik pelajaran dari cerita “Sekolah Gajah” itu?
118
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Kucing, Siti, Joko dan Kamto Totok Raharjo Hampir setiap hari dari pagi sampai sore hujan tak kunjung reda – memang sedang musimnya. Tapi banyak orang mengatakan salah musim (salah mangsa), pertanda bahwa metabolisme kehidupan ini sedang amburadul. Di rumah masing-masing Siti, Joko dan Kamto, karena hari Minggu, memilih menghabiskan liburannya di rumah. Ketika senja tiba, Siti, Joko dan Kamto masing – masing menemukan seekor kucing yang tengah berteduh di teras rumah dalam keadaan basah kuyup dan kedinginan. Melihat keadaan kucing yang kelihatan memelas itu – Siti, Joko dan Kamto tergerak hatinya untuk menolong kucing tersebut dengan mempersilahkan kucing itu masuk ke dalam rumah. Apa yang dilakukan Siti, Joko dan Kamto terhadap kucing tersebut? Siti, ternyata tidak hanya sekedar menolong kucing dari kedinginan, dia juga tergerak hatinya untuk memelihara sekaligus mendidiknya. Karena Siti tidak mau maksud baiknya terhadap kucing itu kelak di kemudian hari justru malah merugikan, contohnya : Siti tidak mau kucing itu kencing dan berak di sembarang tempat, dia juga tidak suka kalau kucing itu kelak makan apa saja sesuka hati di rumahnya – Siti juga paling benci dengan bau – bau badan disebabkan tidak pernah mandi. Yang jelas Siti itu tipe orang yang sangat perfek, orang yang telah terbiasa tertib teratur dan orang yang selalu menjaga martabat, harga diri dan sopan santun. Atas dasar latar belakang itu Siti mulai mendidik kucing di rumahnya. Pertama – tama yang dia lakukan yakni memberi nama si kucing itu, dia paling tidak suka dengan hal – hal yang berbau anonim, segala sesuatu yang dia temui, pertama – tama yang dia cari , yang ia lihat adalah merk, label, cap dan sejenisnya. Hari itu Siti sibuk membuka kamus, catatan bahkan dia ingat nama – nama dari novel yang pernah ia baca, maka si kucing mendapat hadiah nama yaitu Ketti. Hari itu Siti menyusun dan memberlakukan jadwal latihan dan kegiatan untuk si Ketti. Ketti dilatih kencing dan berak di tempat yang telah disediakan. Perlahan – lahan Ketti diajarkan tata tertib, Ketti juga diberi pelajaran tentang hak dan kewajiban – misalnya Ketti tidak boleh makan kecuali makanan yang telah disediakan. Di bidang sopan santun, ketti sama sekali tidak diperkenankan lari – lari di dalam rumah, apalagi lompat lewat jendela. Proses latihan dengan aturan yang ketat dan diberlakukannya sangsi yang berat apabila melanggarnya, walhasil si Ketti jadi kucing yang berbudaya, patuh, sopan, dan penurut tidak sebagaiman kucing – kucing lainnya. Joko, tidak sebaik dan serinci Siti dalam melatih kucingnya. Joko punya keyakinan bahwa kucingpun kalau dididik akan bisa berguna untuk kepentingan dirinya. Joko mendorong motivasi kucingnya agar rajin menjaga rumahnya dari tikus – tikus. Si Kucing akan mendapat hadiah dari Joko apabila telah berhasil menangkap tikus. Bila si Kucing tidak melakukan tugasnya jangan berharap akan mendapat hadiah, apabila berani mengambil makanan di meja makan tanpa seijin Joko – si kucing akan mendapat ganjaran setimpal dari Joko, berupa cambukan sampai si kucing merengek – rengek minta ampun. Lain Joko, lain Siti, lain Kamto. Kamto berpikir tentang si kucing justru sebaliknya, sebaiknya kucing dibiarkan saja sebagaimana kucing seutuhnya – maka dilepaslah kucing itu dari rumahnya. Setelah hujan reda, dipersilahkan kucing itu pergi dari rumahnya. Tugas Diskusi: •
Anda dipersilahkan untuk memilih. Siapa menurut anda yang patut diacungi jempol dalam mendidik si kucing itu ? (Siti, Joko atau Kamto), beri alasan pilihan tersebut, mengapa ?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
119
•
Kaitkan dengan realitas dalam praktek penyelenggaraan pendidikan yang pernah kita saksikan selama ini – lebih cenderung model Joko, Siti atau Kamto?
•
Apa kaitannya paradigma yang dianut oleh Joko, Siti dan Kamto terhadap praktek yang dilakukan – juga apa implikasinya
120
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Sekolah Gajah Totok Raharjo Di zaman orde baru kala itu, kita masih ingat tentang Sekolah Gajah di Lampung tepatnya di Way Kambas, yang didirikan oleh pemerintah. Konon merupakan reaksi pemerintah terhadap pelanggaran para gajah yang telah menjarah kekayaan petani dan mengusik ketenteraman masyarakat, terutama para transmigran – mereka gundah gulana karena tanaman pertaniannya selalu dirusak oleh gajah – gajah liar. Semua pihak terusik dengan peristiwa itu; bagi orang yang hobynya berburu tentu saja setuju kalau gajah liar itu sebaiknya ditembak saja, tentu lain bagi orang yang hobynya berdagang binatang sejenis ini, memberikan inspirasi baru komoditi baru non migas yang cukup menarik untuk dieksport. Lain lagi bagi kaum intelektual yang sehari – harinya memikirkan bagaimana mendayagunakan berbagai potensi demi pembangunan, amuk gajah malah melahirkan gagasan cemerlang. Dengan sigap mereka menyusun konsep dalam bentuk proposal; idenya yakni bagaimana agar gajah tidak mengamuk, yaitu dengan cara ‘dididik’. Lalu muncul klausul : dimana, kapan, bagaimana caranya, siapa pelatihnya, siapa pengelolanya, berapa dan dari sumber mana anggaran biayanya ? Maka disetujuilah rancangan “Sekolah Gajah’ yang sangat dahsyat itu. Tentu saja kita tidak pernah tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk penyelenggaraan sekolah gajah itu, karena memang tidak pernah disiarkan ke publik. Yang kita tahu, pada kenyataan berikutnya kita dikejutkan bahwa gajah di sekolah itu tidak lagi mengamuk, berkat para pelatih (baca : pawang) yang khusus didatangkan dari Thailand. Tentunya ada kepiawaian dan kiat khusus, ada metode dan kurikulum secara khusus untuk para murid – murid gajah tersebut. Yang kita saksikan kemudian bahwa kenyataannya gajah – gajah itu tak lagi mengamuk dan merusak ladang petani transmigrasi, bahkan gajah – gajah itu secara sukarela pada akhirnya mau mengangkut gelondongan kayu dari hutan di bawa ke tempat penampungan, gajah – gajah itu menampilkan kebolehannya dengan keterampilannya memainkan sepak bola dan dari situlah dibentuklah kesebelasan gajah – maka datanglah para turis dari penjuru mana saja untuk menyaksikan keajaiban itu dari dekat. Pendek kata gajah – gajah itu tak perlu lagi kembali ke habitatnya, dia telah berhak mendapatkan asrama baru. Gajah liar, gajah – gajah berandalan, gajah – gajah penjarah tanaman petani berubah menjadi gajah yang santun, gajah yang berbudaya, gajah yang berbudi luhur. Sekolah itu benar – benar telah mampu mengubah gajah yang preman menjadi gajah yang manis, gajah yang penurut. Tugas Diskusi: •
Apa kesan anda dengan cerita itu, ungkapkan dengan satu kata (misalnya mengagumkan atau memilukan) dan apa alasannya?
•
Kira – kira apa yang menyebabkan gajah – gajah tersebut mengamuk dan merusak tanaman petani?
•
Coba kaitkan, seandainya gajah – gajah tersebut adalah sekumpulan murid dari sebuah sekolah, mahasiswa dari perguruan tinggi, atau gajah – gajah itu adalah rakyat – petani, nelayan, buruh, anak jalanan, pedagang kaki lima dan sebagainya….. Bagaimana menurut anda system sekolah seperti itu? Apa yang dapat dipetik pelajaran dari cerita “Sekolah GaJah tersebut”?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
121
PNPM Mandiri Perkotaan: Proses Pembelajaran Penyadaran Kritis Marnia Nes PNPM Mandiri Perkotaan, merupakan proses pembelajaran masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan. Proses pembelajaran sebenarnya adalah proses pendidikan, artinya perubahan dapat terjadi melalui proses pendidikan yang didampingi oleh Fasilitator di wilayah Kelurahan/Desa sasaran. Melalui proses belajar ini, diharapkan masyarakat mampu untuk merubah pola pikir dan sikap perilaku sebagai manusia yang bertanggungjawab untuk menjalankan fitrahnya sebagai manusia, yaitu manusia yang mampu memberikan potensi yang ada dalam dirinya untuk kesejahteraan diri dan lingkungannya. PNPM Mandiri Perkotaan mengawal proses pembelajaran ini melalui tahapan siklus, yaitu: Apa yang dipelajari? Siklus
Prinsip Kemasyarakatan
Nilai – nilai
Pola pikir
Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
Partisipasi : masyarakat belajar memutuskan secara sadar upaya pemecahan masalah yang mereka butuhkan
Keadilan dan kesetaraan: semua lapisan masyarakat berhak untuk mendapatkan informasi dan mengambil keputusan
Masyarakat merupakan subyek pembangunan dan berhak untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa paksaan dari pihak luar, tetapi berdasarkan kesadaran kritis mereka
Refleksi Kemiskinan
Partisipasi, terlibat untuk menentukan masalah utama kemiskinan secara transparan dan demokratis.
Keadilan dan kesetaraan, saling memahami, dan saling perduli terhadap permasalahan orang lain.
Penyebab utama kemiskinan : lunturnya nilai – nilai kemanusiaan.
Kejujuran untuk mengakui permasalahan.
Semua pihak bertanggungjawab dalam pemecahan masalah kemiskinan. Masyarakat mampu melakukan analisa sebab akibat permasalahan kemiskinan
122
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Apa yang dipelajari? Siklus
Pemetaan Swadaya
Prinsip Kemasyarakatan
Partisipasi, transparansi informasi dalam menggali potensi dan permasalahan bersama.
Nilai – nilai
Perduli terhadap permasalahan orang miskin, saling menghargai, saling memahami, kesetaraan dalam kegiatan, Penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia, yang diperlakukan adil dan setara dengan memberi kesempatan yang sama untuk terlibat. Saling berbagi pengetahuan dan informasi (saling memberi)
Pola pikir
Masyarakat mampu melakukan kajian dan penelitian sederhana mengenai permasalahan di wilayahnya, karena masyarakatlah yang mempunyai pengetahuan terhadap permasalahan diri dan lingkungannya bukan ‘orang luar’. Masyarakat mempunyai potensi untuk memecahkan masalah tanpa harus selalu tergantung kepada bantuan pihak luar. Semua permasalahan kemiskinan baik itu masalah sosial, ekonomi maupun lingkungan bersumber dari sikap dan perilaku para pelaku pembangunan. Kemiskinan merupakan masalah bersama
Pembangunan BKM
Demokrasi, Partisipasi, Desentralisasi di dalam membangun kelembagaan milik warga masyarakat yang representative.
Kejujuran, keadilan, kesetaraan, kerelawanan menjadi komitmen semua warga masyarakat.
Masyarakat mampu untuk mengorganisir diri dalam menentukan siapa yang harus memimpin. Pemimpin yang dipilih adalah yang mempunyai kemampuan menggunakan potensinya untuk kesejahteraan orang lain, pemimpin yang mempunyai sikap mental positif artinya merupakan manusia yang berdaya (sejati).
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
123
Apa yang dipelajari? Siklus
PJM Pronangkis (perencanaan partisipatif)
Pengorganisasian KSM
Prinsip Kemasyarakatan
Nilai – nilai
Partisipasi, transparansi, demokrasi dalam proses belajar menyusun rencana – rencana untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat sesuai dengan persoalan – persoalan yang dihadapi.
Keadilan, kejujuran, dan kebersamaan dalam upaya memenuhi kebutuhan agar persoalan kemiskinan dapat ditanggulangi.
Partisipasi, demokrasi, akuntabilitas, di dalam proses berhimpun/berkel ompok sebagai bagian ‘modal sosial’.
Kejujuran, keadilan, kesetaraan, saling perduli di antara anggota kelompok, saling memahami, saling menghargai , saling percaya
Pola pikir
Masyarakat mampu untuk merencanakan program . Masyarakat mempunyai tanggungjawab untuk perencanaan. Adil bukan beararti bagi rata, tetapi memberikan bantuan bagi yang paling membutuhkan. Pengembangan program tidak hanya bertumpu pada bantuan pihak luar akan tetapi bisa mengoptimalkan potensi yang ada di masyarakat. Masyarakat mampu mengorganisasikan dirinya dalam kelompok Masyarakat Masayrakat miskin dapat dipercaya
Di dalam setiap tahapan siklus proses belajar tersebut dilaksanakan dengan pendekatan kelompok melalui Diskusi Kelompok Terarah, rembug – rembug dan melaksanakan refleksi – refleksi bersama. Melalui diskusi – diskusi dan refleksi dalam kelompok, maka diharapkan terjadi dialog dan saling berbagi pengetahuan, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang yang artinya berbagi ‘sumber kekuasaan’ yang dilandasi oleh nilai – nilai kemanusiaan. Diharapkan pada akhirnya akan tumbuh keperdulian terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan. Pendekatan ini juga dapat menciptakan pola – pola hubungan masyarakat yang setara dan sekat – sekat sosial diharapkan bisa terbongkar. Untuk mencapai tujuan belajar di atas, maka proses pendidikan yang dilaksanakan seharusnya pendidikan yang dapat memanusiakan manusia, dimana di dalamnya terkandung sikap dan perilaku dari pendidik (Fasilitator, relawan dan pihak lain) maupun peserta didik yang menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan (saling menghargai, adil,setara, dsb). Proses pendidikan sangat bergantung kepada paradigma pendidikan yang diyakini oleh pelaku pendidik ( dalam hal ini lembaga pengembang program/Pelaku PNPMM Perkotaan). Karena paradigrna pendidikan berimplikasi pada metode yang dipakai dalam prosesnya yang pada akhirnya akan berdampak pada kesadaran masyarakat.
124
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat, maka paradigma yang digunakan adalah paradigma pendidikan kritis. Dalam perspektif kritis, pendidikan semestinya bisa menciptakan ruang bagi masyarakat untuk mengidentifikasi secara bebas dan kritis menuju transformasi social. Masyarakat didorong untuk belajar mengidentifikasi, menganalisa pola - pola hubungan (interaksi) mereka dalam hidup bermasyarakat untuk membongkar sekat - sekat sosial sehingga terjadi hubungan yang setara dan adil. Hubungan sosial yang setara dan adil, tidak ada dominasi dari salah satu pihak, akan terjadi apabila masyarakat saling menghargai. saling memberi, saling memahami sehingga terjadi manusia - manusia yang berdaya (sejati). Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang memberdayakan tentu saja harusnya yang memungkinkan proses di atas terjadi. Oleh karena itu dalam PNPM Mandiri melode pembelajaran yang digunakan dalam proses pendampingan adalah Participatory Andragogy. Dalam pe!aksanaannya, pendekatan pendidikan tersebut menekankan pada pembelajaran yang dialogis dengan prinsip – prinsip: •
Pendamping adalah Fasilitator, bukan Guru
•
Baik Pendamping maupun Masyarakat adalah warga belajar
•
• •
Semua warga belajar adalah subjek, artinya hubungan di antara semua warga belajar adalah hubungan yang adil dan setara, sedangkan obyeknya adalah reahlas kehidupan masyarakat Komunikasi yang dibangun, komunikasi multi arah Semua warga belajar, menjadi narasumber bagi yang lainnya karena masing -masing mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagikan kepada yang lain sehingga akan 'memperkaya' pemahaman masing – masing.
Dengan pernbelajaran yang dialogis di atas, dalam prosesnya diharapkan : •
Tidak terjadi saling 'jegal' untuk kepentingan pribadi, maupun kelompok
•
Tidak ada diskriminasi
•
Tumbuh saling pemahaman terhadap permasalahan orang lain dan lingkungan, sehingga terjadi saling rnenghargai
•
Tumbuh kebersamaan
•
Tumbuh kepedulian, dsb
Oleh karena itu fungsi Fasilitator adalah 'membongkar sekat - sekat sosial’, yang bisa memungkinkan proses di atas terjadi. Dalam PNPM Mandiri Perkotaan, proses beIajar tersebut dilaksanakan dalam tahapan siklus , artinya dalam memfasilitasi semua tahapan siklus seharusnya terjadi pembongkaran sekat -sekat yang menghilangkan dominasi dan diskriminasi dimana hal ini bisa terjadi dengan menumbuhkan nilal - nilai kemanusiaan. Oleh karena itu penumbuhan nilai - nilai (sikap perilaku) untuk membangun manusia yang berdaya (pemberdayaan sejati) menjadi pilar ulama dalam pendekatan pembelajaran PNPM Mandiri Perkotaan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
125
Proses Pendidikan Kritis (Mansour Faskih, dkk dalam ”Pendidikan Popular; INSIST – Pact) Suatu penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat, merupakan proses pendidikan kritis, harus mencerdaskan sekaligus bersifat membebaskan masyarakat untuk menjadi pelaku (subjek) utama, bukan sasaran perlakuan (objek), dari proses tersebut.
Ciri–ciri Pokok Belajar dari realitas atau pengalaman: yang dipelajari bukan ‘ajaran’ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya) dari seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ‘kepintaran’ omongannya. Tidak menggurui: karena itu, tak ada ‘guru’ dan tak ada ‘murid yang digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ‘guru sekaligus murid’ pada saat yang bersamaan. Dialogis: karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses ‘mengajar-belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut. Agar tetap pada asas-asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dan pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ‘daur belajar’ (dari) pengalaman yang distrukturkan (structural experiences learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut. Pengalaman keterlibatan inilah yang memungkinkan setiap orang mampu melakukan.
126
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
DAUR BELAJAR ORANG DEWASA
1. Melakukan atau Mengalami
5. Menerapkan
4. Menyimpulkan
2. Mengungkapkan
3. Mengolah atau menganalisis
Rangkai–ulang (Rekonstruksi): yakni menguraikan kembali rincian (fakta, unsur-unsur, urutan kejadian, dan lain-lain) dari realitas tersebut. Pada tahap ini juga bisa disebut proses mengalami; karena proses ini selalu dimulai dengan penggalian pengalaman dengan cara melakukan kegiatan langsung. Dalam proses ini partisipan terlibatkan dan bertindak atau berperilaku mengikuti suatu pola tertentu. Apa yang dilakukan dan dialaminya adalah mengerjakan , mengamati, melihat dan mengatakan sesuatu. Pengalaman itulah yang pada akhirnya menjadi titik tolak proses belajar selanjutnya. Ungkapan: setelah mengalami, maka tahap berikutnya yang penting yakni proses mengungkapkan dengan cara menyatakan kembali apa yang sudah dialaminya, bagaimana tanggapan, kesan atas pengalaman tersebut. Kaji–urai (Analisis): yakni mengkaji sebab-sebab dan kemajemukan kaitan-kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut-yakni tatanan, aturan-aturan, sistem yang menjadi akar persoalan. Kesimpulan: yakni merumuskan makna atau hakekat dari realitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengertian baru yang lebih utuh, berupa prinsip-prinsip berupa kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut. Dengan menyatakan apa yang dialami dan dipelajari , dengan cara seperti ini akan membantu merumuskan, merinci dan memperjelas hal-hal yang telah dipelajari. Tindakan: tahap akhir dari daur belajar ini adalah memutuskan dan melaksanakan tindakantindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru atas realitas tersebut, sehingga sangat memungkinkan pula untuk menciptakan realitas-realitas baru yang juga lebih baik. Langkah ini bisa diwujudkan dengan cara merencanakan tindakan dalam rangka penerepan prinsip-prinsip yang telah disimpulkan. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum ajaran baru, atau pengalaman baru, penemuan baru dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ‘eksperimental’. Tentu saja proses penetrapan pun akan menjadi suatu pengalaman tersendiri pula dan dengan pengalaman baru itulah daur proses inipun akan dimulai dari awal lagi dan seterusnya.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
127
‘Daur belajar’ di atas merupakan proses belajar alamiah yang sengaja dituangkan dalam setiap penyelenggaraan proses belajar.
Kritik Pada Metodologi Pendidikan Konsep Menabung Metodologi konservatif, adalah metode pendidikan yang ditujukan untuk ‘belajar pada guru’. Pendidikan model ‘guru digugu dan ditiru’, guru menjadi pusat kegiatan belajar mengajar merupakan jebakan dalam model ahli tersebut. Siklus model ahli tersebut dapat digambarkan sebagai berikut . model ini juga disebut sebagai model ahli, dimana siklus metodologi belajar mengajar berpusat pada guru atau penyuluh. Banyak fasilitator, yang meskipun menggunakan istilah atau mengklaim sebagai fasilitator tetapi ternyata prakteknya sama seperti guru dan murid.
128
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
FILSAFAT PENDIDIKAN PAULO FREIRE Disarikan dari Pendidikan Popular, Membangun Kesadaran Kritis: Mansour Fakih, Roem Topatimasang dan Toto Raharjo Pendidikan kritis sangat berhutang pada Paulo Freire sebagai peletak dasar filosofinya. Freire tokoh pendidikan kritis yang meletakkan dasar “pendidikan bagi kaum tertindas” asal Brazil memberikan makna pembebasan lebih ditekankan pada kebangkitan kesadaran kritis masyarakat. Freire lahir dan tampil dengan suara lantang menyatakan sikapnya terhadap kenyataan sosial yang carut marut. Kekuatan Freire terletak pada kekuatan pemikiran yang mampu menukik langsung pada pokok-pokok persoalan dengan bahasa ungkap yang sangat sederhana. Freire bukan hanya mengembangkan pemikiran dalam kerangka teoritis akan tetapi juga langsung menerapkan gagasan-gagasannya dalam suatu rangkaian program aksi yang cukup luas terutama di Chili dan Brazil. Manusia dan Dunia menjadi Pusat Masalah Filsafat Freire bertolak dari kehidupan nyata, bahwa di dunia ini sebagian besar manusia menderita sedemikian rupa – sementara sebagian lainnya menikmati jerih payah orang lain dengan cara-cara yang tidak adil, dan kelompok yang menikmati ini justru bagian minoritas umat manusia. Persoalan itu yang disebut Freire sebagai “situasi penindasan”. Bagi Freire, penindasan, apapun nama dan apapun alasannya, adalah tidak manusiawi, sesuatu yang menafikan harkat kemanusiaan (dehumanisasi). Dehumanisasi bersifat mendua, dalam pengertian terjadi atas diri mayoritas kaum tertindas dan juga atas diri minoritas kaum penindas. Keduanya menyalahi kodrat manusiia sejati. Mayoritas kaum tertindas menjadi tidak manusiawi karena hak-hak asasi mereka dinistakan, dibuat tidak berdaya dan dibenamkan dalam “kebudayaan bisu” (submerged in the culture of silence).Adapun kaum penindas menjadi tidak manusiawi karena telah mendustai hakekat keberadaan hati nurani sendiri dengan memaksakan penindasan bagi kaum manusia sesamanya. Maka dari itu tidak ada pilihan lain, ikhtiar memanusiakan kembali manusia (humanisasi) adalah merupakan pilihan mutlak. Humanisasi satu-satunya pilihan bagi kemanusiaan, karena walaupun dehumanisasi adalah kenyataan yang terjadi sepanjang sejarah peradaban manusia, namun ia bukanlah suatu keharusan sejaah. Suatu kenyataan tidaklah menjadi keharusan, jika kenyataan menyimpang dai keharusan, maka menjadi tugas manusia untuk mengubahnya agar sesuai dengan apa yang seharusnya. Itulah fitrah manusia sejati. Bagi Freire, fitrah manusia sejati adalah menjadi pelaku atau subyek, bukan penderita atau obyek. Panggilan manusia sejati adalah menjadi pelaku yang sadar, yang bertindak mengatasi dunia serta realitas yang menindas. Dunia dan realitas atau realitas dunia ini bukan “sesuatu yang ada dengan sendirinya”, dan karena itu “harus diterima menurut apa adanya” sebagai suatu takdir atau nasib yang tidak terelakkan, semacam mitos. Manusia harus menggeluti dunia dan realitas dengan penuh sikap kritis dan daya-cipta, berarti perlu sikap orientatif pengembangan bahasa pikiran (thought of language), yakni bahwa pada hakekatnya manusia mampu memahami keberadaan dirinya dan lingkungannya dengan bekal pikiran dan tindakan “praxis”nya ia mengubah dunia dan realitas. Maka dari itu manusia berbeda dengan binatang yang hanya digerakkan oleh naluri. Manusia juga memiliki naluri, tetapi juga mempunyai kesadaran (consciousness). Manusia memiliki kepribadian,
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
129
eksistensi. Hal ini tidak berarti bahwa manusia tidak memiliki keterbatasan, tetapi dengan fitrah kemanusiaannya seseorang harus mampu mengatasi situasi-situasi batas (limit situations) yang mengekangnya. Jika seseorang pasrah, menyerah pada situasi batas tersebut, apalagi tanpa ikhtiar dan kesadaran sama sekali, maka sesungguhnya ia sedang tidak manusiawi. Manusia adalah penguasa atas dirinya, dan karena itu fitrah manusia adalah menjadi merdeka, menjadi bebas, ini menjadi tujuan akhir dari upaya humanisasinya Freire. Humanisasi, karenanya juga berarti pemerdekaan atau pembebasan manusia dari situasi – situasi batas yang menindas di luar kehendaknya. Kaum tertindas harus memerdekakan dan membebaskan diri mereka sendiri dari penindasan yang tidak manusiawi sekaligus membebaskan kaum penindas mereka dari penjara hati nurani yang tidak jujur melakukan penindasan. Jika masih ada perkecualian, maka kemerdekaan dan kebebasan sejati tidak akan pernah tercapai secara penuh dan bermakna.
Pembebasan Menjadi Hakekat Tujuan Bertolak dari pandangan filsafat tentang manusia dan dunia tersebut, Freire kemudian merumuskan gagasan-gagasannya tentang hakekat pendidikan dalam suatu dimensi yang sifatnya sama sekali baru dan pembaru. Bagi Freire, pendidikan haruslah berorientasi kepada pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri. Pengenalan ini tidak cukup hanya bersifat objektif atau subyektif, tapi harus kedua-duanya. Kebutuhan obyektif untuk mengubah keadaan yang tidak manusiawi selalu memerlukan kemampuan subyektif untuk mengenali terlebih dahulu keadaan yang tidak manusiawi, yang terjadi senyatanya, yang obyektif. Obyektivitas dan subyektivitas dalam pengertian ini menjadi dua hal yang tidak saling bertentangan, bukan suatu dikotomi dalam pengertian psikologis. Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya. Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bias menjebak kita ke dalam kerancuan berfikir. Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan sebaliknya. Jadi hubungan dialek tesebut tidak berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih salah. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang ajeg, yakni : • Pengajar • Pelajar atau anak didik • Realitas dunia Yang pertama dan kedua adalah subyek yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang disadari (cognizable). Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini. Sistem pendidikan yang pernah ada dan mapan selama ini dapat diandalkan sebagai sebuah “bank” (banking concept of education) dimana pelajar diberikan ilmu pengetahuan agar ia kelak dapat mendatangkan hasil dengan lipat ganda. Jadi anak didik adalah obyek investasi dan sumber deposito potensial. Mereka tidak berbeda dengan komoditi ekonomis lainnya yang lazim dikenal. Deposito atau investornya adalah pra guru yang mewakili lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mapan dan berkuasa, sementara depositonya adalah berupa ilmu pengetahuan yang diajarkan pada peserta didik. Anak didikpun lantas diperlakukan seperti ‘bejana kosong’ yang akan diisi, sebagai sarana tabungan atau penanaman modal ilmu pengetahuan yang akan dipetik hasilnya kelak. Jadi guru adalah subyek aktif, sedang anak didik adalah obyek pasif yang penurut, dan diperlakukan tidak berbeda atau menjadi bagian dari realitas dunia yang diajarkan kepada mereka, sebagai obyek ilmu pengetahuan teoritis yang tidak berkesadaran.
130
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Dalam pandangan seperti tadi, pendidikan akhirnya bersifat negatif dimana guru memberi informasi yang harus ditelan oleh murid, yang wajib diingat dan dihapalkan. Secara sederhana Freire menyusun daftar antagonisme pendidikan ‘gaya bank’ itu sebagai berikut : • Guru mengajar, murid belajar • Guru tahu segalanya, murid tidak tahu apa – apa • Guru berfikir, murid difikirkan • Guru bicara, murid mendengarkan • Guru mengatur, murid diatur • Guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menuruti • Guru bertindak, murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya. • Guru memilih apa yang akan diajarkan, murid menyesuaikan diri. • Guru mengacaukan wewenang ilmu pengetahuan dengan wewenang profesionalismenya, dan mempertentangkannya dengan kebebasan murid – murid. • Guru adalah subyek proses belajar, murid obyeknya. Oleh karena itu guru yang menjadi pusat segalanya, maka merupakan hal yang lumrah saja jika murid-murid kemudian mengidentifikasikan diri seperti gurunya sebagai prototip manusia ideal yang harus ditiru dan digugu, harus diteladani dalam semua hal. Freire menyebut pendidikan seperti itu menciptakan ‘nekrofili’ dan bukannya menghasilkan ‘biofili’. Implikasi lebih jauh adalah bahwa pada saatnya nanti murid-murid akan benar-benar menjadikan diri mereka sebagai duplikasi guru mereka dulu, dan pada saat itulah akan lahir lagi generasi baru manusia-manusia penindas. Jika di antara mereka ada yang menjadi guru atau pendidik, maka daur penindasan segera dimulai dalam dunia pendidikan, dan demikian terjadi seterusnya. Karena itu, sistem pendidikan menjadi sarana terbaik untuk memelihara keberlangsungan status-quo sepanjang masa, bukan menjadi kekuatan penggugah ke arah perubahan dan pembaharuan. Pola pendidikan seperti itu paling jauh hanya akan mampu mengubah ‘penafsiran’ seseorang terhadap situasi yang dihadapinya, namun tidak akan mampu mengubah ‘realitas’ dirinya sendiri. Manusia menjadi penonton dan peniru, bukan pencipta. Akhirnya Freire sampai pada formulasi filsafat pendidikannya sendiri, yang dinamakannya sebagai ‘pendidikan kaum tertindas’, sebuah sistem pendidikan yang ditempa dan dibangun kembali bersama dengan, dan bukan diperuntukkan bagi, kaum tertindas. Sistem pendidikan pembaharu ini, kata Feire adalah, pendidikan untuk pembebasan – bukan untuk penguasaan (dominasi). Pendidikan harus menjadi proses pemerdekaan, bukan penjinakkan sosial budaya (social and cultural domestication). Pendidikan bertujuan menggarap realitas manusia, dank arena itu secara metodologis bertumpu di atas prinsip-prinsip aksi dan refleksi total – yakni prinsip bertindak untuk mengubah kenyataan yang menindas dan pada sisi simultan lainnya secara terus menerus menumbuhkan kesadaran akan realitas dan hasrat untuk mengubah kenyataan yang menindas tersebut. Inilah makna dari praxis. Dengan kata lain praxis adalah manunggal dari karsa, kata dan karya, karena manusia pada dasarnya adalah kesatuan dari fungsi berfikir, berbicara dan berbuat. Prinsip ‘praxis’ inilah yang menjadi kerangka dasar sistem dan metodologi pendidikan tertindasnya Paulo Freire. Setiap waktu dalam prosesnya, pendidikan ini merangsang kea rah diambilnya suatu tindakan, kemudian tindakan tersebut direfleksikan kembali, dan dari refleksi itu diambil tindakan baru yang lebih baik. Dengan demikian seterusnya, sehingga proses pendidikan merupakan suatu daur bertindak dan berpikir yang berlangsung terus-menerus sepanjang hidup seseorang.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
131
Pada saat bertindak dan berpikir itulah, seseorang menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya melalui kata-kata. Dengan daur belajar ini, maka setiap anak didik secara langsung dilibatkan dalam permasalahan-permasalahan realitas dunia dan keberadaan diri mereka di dalamnya. Karena itu, Freire juga menyebut model pendidikannya sebagai ‘pendidikan hadap masalah’ (problem posing education). Anak didik menjadi subyek yang belajar, subyek yang bertindak dan berpikir, dan pada saat bersamaan berbicara menyatakan hasil tindakan dan buah pikirannya. Begitu juga sang guru. Jadi keduanya (murid dan guru) saling belajar satu sama lain, saling memanusiakan. Dalam proses ini, guru mengajukan bahan untuk dipertimbangkan oleh murid dan pertimbangan sang guru sendiri diuji kembali setelah dipertemukan dengan pertimbangan murid-murid, dan sebaliknya. Hubungan keduanyapun menjadi subyek-subyek, bukan subyek-obyek. Obyek mereka adalah realita. Maka terciptalah suasana dialogis yang bersifat inter-subyektif untuk memahami suatu obyek bersama. Membandingkannya dengan pendidikan ‘gaya bank’ yang bersifat anti-dialogis,
Penyadaran Merupakan Inti Proses Dengan aktif bertindak dan berfikir sebagai pelaku, dengan terlibat langsung dalam permasalahan yang nyata, dan dalam suasana yang dialogis, maka pendidikan kaum tertindasnya Freire dengan segera menumbuhkan kesadaran yang menjauhkan seseorang dari ‘rasa takut akan kemerdekaan’ (fear of freedom). Dengan cara menolak penguasaan, penjinakkan dan penindasan, maka pendidikan kaum tertindasnya Freire secara langsung dan gamblang tiba pada pengakuan akan peran proses penyadaran. Pembebasan dan pemanusiaan manusia, hanya bisa dilakukan dalam artian yang sesungguhnya jika seseorang memang benar-benar telah menyadari realitas dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, tidak pernah mampu mengenali apa sesungguhnya yang ingin ia lakukan, tidak akan pernah dapat memahami apa yang sesungguhnya yang ingin ia capai. Jadi sangatlah mustahil memahamkan seseorang bahwa ia harus mampu, dan pada hakekatnya memang mampu, memahami realitas dirinya dan dunia sekitarnya sebelum ia sendiri benar-benar sadar bahwa kemampuan itu adalah fitrah kemanusiaan dan bahwa pemahaman itu sendiri adalah penting dan memang mungkin baginya. Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan pembebasannya Freire, yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ‘commencement’, yang selalu ‘mulai dan mulai lagi’, maka proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sebati (inherent) dalam keseluruhan proses pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus tetap berproses, berkembang dan meluas, dari suatu tahap ke tahap berikutnya dari tingkat ‘kesadaran naif’ sampai ke tingkat ‘kesadaran kritis’, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdala, yakni ‘kesadarannya kesadaran’ Jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat kesadaran kritis terhadap realitas, maka orang itupun mulai masuk ke dalam proses pengertian dan bukan proses menghafal semata-mata. Orang yang mengerti bukanlah orang yang menghafal, karena ia menyatakan diri atau sesuatu berdasarkan suatu ‘sistem kesadaran’, sedangkan orang yang menghafal hanya menyatakan diri atau sesuatu secara mekanis tanpa (perlu) sadar apa yang dikatakannya, dari mana ia telah menerima hapalan yang dinyatakannya itu, dan untuk apa ia menyatakannya kembali pada saat tersebut. Di situlah letak berikut arti penting dari kata-kata, karena kata-kata yang dinyatakan seseorang sekaligus mewakili dunia kesadarannya, fungsi interaksi antara tinadakan dan pikirannya. Menyatakan kata-kata benar, dengan cara benar, adalah menyatakan kata-kata yang memang disadari atau disadari maknanya, di situlah arti memahami realitas, berarti telah melakukan ‘praxis’ dari situlah ia berperan, andil mengubah dunia. Tetapi kata-kata yang dinyatakan sebagai bentuk pengucapan dari dunia kesadaran yang kritis, bukanlah kata-kata yang diinternalisasikan dari luar
132
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
tanpa refleksi, bukan slogan-slogan, namun berasal dari perbendaharaan kata-kata orang itu sendiri untuk menanamkan dunia yang dihayatinya sehari-hari, betapapun sederhananya. Maka, pendidikan harus memberi keleluasaan bagi setiap orang untuk mengatakan kata – katanya sendiri, bukan kata-kata orang lain.murid harus diberi kesempatan untuk mengatakan dengan katakatanya sendiri, bukan kata-kata sang guru. Atas dasar itulah , Freire menyatakan bahwa proses pengaksaraan dan keterbacaan (alfabetisasi dan literasi) pada tingkat yang paling awal sekali dari proses pendidikan haruslah benar-benar merupakan suatu proses yang fungsional, bukan sekedar suatu kegiatan teknis mengajarkan huruf-huruf dan angka-angka serta merangkainya menjadi katakata dalam kalimat-kalimat yang telah tersusun secara mekanis. Berdasarkan pengalaman dan dialognya dengan kaum petani miskin dan buta huruf (terutama di Brazil dan Chili), Freire kemudian menyusun suatu konsep pendidikan melek-huruf fungsional menggunakan perbendaharaan kata-kata yang digali dari berbagai ‘tema pokok’ (generative themes) pembicaraan sehari-hari masyarakat petani itu sendiri. Dalam pelaksanaannya, konsep pendidikan melek huruf fungsional Freire ini terdiri dari tiga tahapan utama : • Tahap kodifikasi dan dekodifikasi: merupakan tahap pendidikan melek huruf elementer dalam ‘konteks konkrit’ dan ‘konteks teoritis’ (melalui gambar-gambar, cerita rakyat, dan sebagainya). • Tahap diskusi kultural : merupakan tahap lanjutan dalam suatu kelompok-kelompok kerja kecil yang sifatnya problematis dengan menggunakan ‘kata-kata kunci’ (generative words). • Tahap aksi kultural : merupakan tahap ‘praxis’ yang sesungguhnya dimana tindakan setiap orang atau kelompok menjadi bagian langsung dari realitas.
Freire dan Belajar Dari Pengalaman Ikhtisar singkat tentang filsafat pendidikannya Paulo Freire mungkin tidaklah sampai mampu menggambarkan kelengkapan dari kedalaman gagasannya, mungkin justru mengesankan bahwa gagasan Freire bukanlah gagasan yang benar-benar baru (Freire sendiri dengan rendah hati mengakui bahwa gagasannya adalah akumulasi dari gagasan – gagasan pemikir pendahulunya: Sartre, Althusser, Ortega Y Gasset, Martin Luther King, jr, Fromm, dan sebagainya). Namun satu hal yang pasti adalah, bahwa Freire telah menampilkan semua gagasan besar tersebut secara unik dan membaharu, dengan rangkaian penerapan yang luas, dalam sector yang paling dikuasainya sebagai seorang ahli, seorang mahaguru, sejarah dan filsafat pendidikan di Universitas Recife, Brazilia. Freire juga lahir di kota ini pada tahun 1912, meraih gelar doktor pendidikan juga pada Universitas Recife pada tahun 1959, dan antara tahun 1964 – 1969 ia bekerja sebagai konsultan UNESCO di Chili sambil menjalani masa pembuangan dan pengasingan politiknya oleh pemerintah militer Brazil saat itu. Freire kemudian menjadi gurubesar tamu di Universitas Ilmu Pendidikan Universitas Harvard, Amerika Serikat, lalu menjabat sebagai Penasehat Pendidikan Dewan Gereja Sedunia di Jenewa. Jika latar belakang akademis dan intelektual Freire bisa menjelaskan kompetensinya di bidang pendidikan, maka latar belakang kehidupan pribadinya akan lebih menjelaskan mengapa ia kemudian mencurahkan keahliannya itu khusus bagi masyarakat tertindas. Keluarga Freire adalah keluarga golongan menengah yang kemudian bangkrut dan menderita kemiskinan bersama mayoritas penduduk Recife yang memang miskin. Pada usia 8 tahun, Freire malah dengan tegas bersumpah bahwa seluruh hidupnya nanti akan diabadikannya bagi kaum miskin dan tertindas di seluruh dunia. Ia benar-benar mentaati ‘sumpah kanak-kanak’nya. Ia memang mengenal benar dunia kaum yang dibelanya itu, karena ia sendiri memang berasal dari sana. Ia belajar dari pengalamannya, realitas dirinya dan dunianya, dan merumuskan sebuah falsafah, konsep, gagasan sampai metodologi pengetahuan dan penterapannya dengan cara yang sangat memukau. Pernyataan-pernyataannya memang sering controversial, amat meletup-letup, dan memancing banyak pertanyaan, bahkan juga kritik. Namun fakta yang diajukan adalah realitas tak terbantahkan di hamper semua Negara dunia
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
133
ketiga. Atas dasar itulah, konsep pendidikan Freire sampai sekarang tetap bernisbah untuk dikaji terus dan dikembangkan. Ia memang sebuah gagasan yang menantang, meskipun diungkapkan dalam gaya bahasa yang sederhana, dan tetap terbuka untuk diuji keabsahannya menurut realitas waktu,tempat, dan orang-orang di mana ia diterapkan.
134
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 11 Topik: Pemberdayaan Sejati
Peserta memahami dan menyadari: 1. 2. 3. 4.
Makna hakiki pemberdayaan sejati Merumuskan keonsep pemberdayaan sejati Pemberdayaan yang harus dilakukan terhadap laki – laki dan perempuan Konsep kerelawanan sebagai wujud keberdayaan manusia sejati
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1: 2: 3: 4:
Diskusi keberdayaan hewani Diskusi kualitas manusia sejati Diskusi kelompok pemberdayaan perempuan dan laki – laki Kerelaawanan Sebagai Wujud Manusia Berkualitas
3 Jpl (135’)
Bahan Bacaan:
• • • •
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
135
Diskusi Keberdayaan Hewani 1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Modul : Pemberdayaan Sejati yang terdiri dari 2 Kegiatan Belajar yaitu : Kegiatan 1 : Diskusi Keberdayaan Hewani Kegiatan 2 : Diskusi Menemukan Makna Hakiki Pemberdayaan Manusia, dan yang ingin dicapai melalui Modul ini yaitu : • Peserta memahami makna hakiki pemberdayaan sejati (manusiawi) • Peserta mampu merumuskan konsep pemberdayaan sejati (manusiawi) Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai Modul ini dengan Kegiatan 1 : Diskusi Keberdayaan Hewani dan uraikan juga tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri. § Perbedaan hakiki antara hewan yang berdaya dan hewan yang tak berdaya. § Mengapa pemberdayaan perlu dilakukan. 2) Pertama-tama lakukan curah pendapat tentang pengertian pemberdayaan sejati. Apa makna pemberdayaan menurut peserta? Dan apa tujuan pemberdayaan? Catat semua pendapat dan tulis ke dalam kertas plano. 3) Untuk memantapkan pengertian peserta tentang pemberdayaan dan pemberdayaan yang sejati, mulailah dengan diskusi, bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 s/d 7 orang, 4) Tugaskan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan bahan bacaan komik “Orang Utan yang Berdaya”, diskusi menyangkut : a) Kondisi orang utan seperti apakah yang dia lihat setelah dia kembali enam bulan kemudian? b) Menurut pendapat Anda apakah orang utan yang berdaya mampu mendapatkan dan mempertahankan hak-haknya ? c) Menurut pendapat Anda apakah orang utan yang berdaya mampu secara mandiri mencari makan ? d) Apakah motivasi utama orang utan yang berdaya untuk berpindah dari satu wilayah ke wilayah yang lain ? e) Dalam sebuah musim kemarau hanya ada satu pohon yang berbuah dan lainnya tak berbuah. Sedangkan ada 10 orang hutan disana? Apakah saja yang dapat dilakukan orang utan yang berdaya ini ? Apa saja pilihannya?
136
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
f)
Musim kemarau panjang telah menyebabkan sebagian hutan mulai gundul. Apa yang secara sadar dan kritis dapat dilakukan oleh sang orang utan yang sangat berdaya ini dalam memperbaiki lingkungannya? g) Jadi apa saja yang dapat dilakukan oleh orang utan yang berdaya sepanjang hidupnya ? Coba rinci !!! h) Kalau demikian apakah tujuan utama pemberdayaan orang utan? i) Simpulkan apakah definisi pemberdayaan orang utan (keberdayaan hewani)? 5) Mintalah mereka tetap ada dalam kelompok masing – masing dan mintalah setiap kelompok mengerjakan tugas seperti berikut di bawah ini setelah membaca Komik “Kelaparan di Desa Make – Muke” Coba diskusikan dalam kelompok. Gunakah semua kejernihan akal dan nurani Anda. a) Bantulah sang fasilitator menemukan jawaban atas pertanyaan yang membingungkan tersebut? b) Bantulah dia menentukan urutannya, bila nilai –1 s/d –5 adalah untuk yg merugikan masyarakat dan dunia sedangkan nilai 0 untuk yang tak berbuat apa-apa dan nilai +1 s/d +5 untuk bermanfaat bagi masyarakat, dunia dan diri sendiri c) Apa beda berdayanya si A tersebut dengan “orang utan” yang berdaya? d) Jadi apakah ciri-ciri manusia yang berdaya ? e) Apakah ciri – ciri manusia yang berdaya tersebut dipunyai oleh laki – laki atau perempuan? f) Kalau demikian apa saja yang dapat dilakukan oleh manusia yang berdaya sepanjang hidupnya ? Coba rinci !!! g) Jadi apakah tujuan utama pemberdayaan manusia ? h) Simpulkan apakah definisi pemberdayaan manusia (keberdayaan manusiawi)? 6) Setelah selesai diskusi kelompok mintalah masing – masing kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. 7)
Ajaklah peserta untuk lebih jauh mendiskusikan apa perbedaan mansuia dengan binatang dengan membuat tabel seperti di bawah ini Manusia
Binatang
8) Refleksikan bersama dengan acuan seperti di bawah ini :
Binatang bertindak digerakkan oleh insting, mereka tidak bisa memilih dengan bebas apa tindakan yang akan diambil. Tidak seperti binatang manusia mempunyai akal sehat, hati nurani, dan pilihan bebas. Oleh karena itu manusia mempunyai pilihan bebas untuk melakukan tindakan, mau menjadi baik atau buruk perilaku manusia adalah merupakan pilihan. Akan tetapi karena manusia mempunyai akal sehat dan hati nurani, maka manusia dalam bertindak seharusnya dikendalikan oleh akal sehat dan hati nuraninya. Manusia yang menggunakan hati nurani dan akal sehatnya, tentu dipenuhi oleh sifat – sifat kebaikan, sesuai dengan harkat martabatnya sebagai manusia yang merdeka.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
137
Pemberdayaan sejati berhubungan dengan kemerdekaan , manusia yang merdeka adalah manusia yang dapat dalam berperilaku tidak dikontrol oleh lingkungan akan tetapi sikap dan perilakunya adalah merupakan pillihan bebas yang hanya dikontrol oleh akal sehat dan hati nurani. Oleh karena itu manusia yang berdaya hanya akan menggunakan semua waktu, tenaga, kecerdasan dan apa yang dia miliki sebagai wujud cinta kasih kepada Sang Pencipta sebagai pengejawantahan dari hati nuraninya. Manusia yang berdaya adalah manusia pemberi , yaitu manusia yang mampu dengan ikhlas memberikan apa yang dipunyai oleh dia untuk orang lain. Apa yang diberikan bukan hanya harta benda tetapi bisa dalam bentuk perhatian (kepedulian), waktu, pemikiran dan sebagainya. Jiwa dan semangat ini sebenarnya dipunyai oleh setiap manusia, karena manusia dianugrahi hati nurani yang di dalamnya ada cinta, sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Bukankah setiap manusia mempunyai kemampuan untuk mencintai? Mencintai artinya ikhlas untuk memberikan apa yang kita miliki tanpa pamrih apapun. Bukankah dengan memberikan cinta kasih pada sesama inilah, kita berguna dan menemukan makna hakiki dari hidup kita. Untuk menjalani hidup kita bisa memilih : § Menjadi manusia yang terus menerus mengambil dari lingkungan kita,sehingga keberadaan kita merusak lingkungan (biasanya ini manusia yang serakah) atau § Menjadi manusia yang memberi dan mengambil dari lingkungannya karena tidak mau rugi, padahal keberadaannya jadi tidak berarti apa – apa bagi lingkungan. § Menjadi manusia yang mampu memberi kepada lingkungan dengan tidak memikirkan apakah akan mendapatkan keuntungan dari lingkungannya, sehingga hidupnya bermakna bagi orang lain.
Diskusi Kelompok : Kualitas Manusia Sejati 1) Ajaklah peserta untuk mempulai kegiatan 3 dalam modul ini, yaitu membahas manusia yang berdaya sejati. 2) Ingatkan kembali kepada peserta, berdasarkan kepada hasil pembahasan dalam kegiatan 1 dan 2 , bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk memberi dan peduli kepada manusia lainnya. Artinya manusia berperan sebagai manusia apabila dia mempunyai manfaat bagi kesejahteran lingkungannya. Manusia akan memberikan lebih banyak manfaat kepada lingkungan apabila dia juga mempunyai kapasitas (ilmu, keahlian, kekayaan materi, tenaga , dsb) yang bisa diberikan kepada lingkungannya. 3) Gambarlah diagram di bawah ini untuk memberikan penjelasan kepada peserta :
138
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Manusia yang mempunyai sifat – sifat baik, dan mempunyai kapasitas rendah, kebaikannya hanya akan berguna bagi dirinya. Kalaupun bermanfaat bagi lingkungan tidak akan terlalu besar
Perilaku baik
Manusia yang mempunyai sifat – sifat baik, dan kapasitas tinggi akan menggunakan seluruh kemampuannya untuk kepentingan sesama. Manusia ini yang paling bermanfaat bagi sesama Kapasitas tinggi
Kapasitas rendah Manusia yang mempunyai sifat – sifat buruk dan kapasitas rendah, tidak akan berguna bagi lingkungannya bahkan mungkin untuk dirinya.
Manusia yang mempunyai kapasitas tinggi, akan tetapi berperilaku buruk, akan menjadi licik dan merusak bagi lingkungan. Manusia seperti ini sangat berbahaya
Perilaku buruk
Manusia yang paling berdaya adalah manusia yang mempunyai kapasitas yang tinggi dan menggunakan kapasitasnya untuk kepentingan umat manusia. (perilaku baik, kapasitas tinggi). Manusia seperti inilah yang disebut dengan manusia berkualitas (mempunyai kualitas manusia sejati)
4) Bantulah peserta untuk memetakan kembali posisi Si A, B,C,D dan E dalam garis keberdayaan yang sudah mereka diskusikan. Bantu dengan pertanyaan : siapa sebetulnya yang paling memberikan manfaat bagi masyarakat di Make – Muke? jawaban yang diharapkan adalah sebagai berikut :
F &A (-) 5
E (-) 0
B C&D
(+) 5
5) Mintalah peserta untuk merenungkan akan menjadi manusia seperti apakah kita?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
139
Pemberdayaan Laki – Laki dan Perempuan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai kegiatan 3 dalam modul ini , yaitu membahas kualitas perempuan dan laki – laki dan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu : • • •
Peserta bisa memetakan kualitas perempuan dan kualitas laki – laki Peserta menyadari kesetaraan perempuan dan laki – laki sebagai manusia Peserta mengetahui pemberdayaan yang harus dilakukan kepada perempuan dan laki – laki
2) Bagilah peserta ke dalam 2 kelompok laki – laki dan perempuan (apabila peserta laki – laki dan perempuan tidak berimbang, maka kelompok bisa dibegi sama jumlahnya tanpa memperhatikan jenis kelamin). Berilah tugas kepada kelompok : • Kelompok laki – laki mendiskusikan sifat – sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh perempuan • Kelompok perempuan mendiskusikan sifat – sifat dan kapasitas yang dipunyai oleh laki – laki 3) Mintalah kepada wakil kelompok untuk mendiskusikan hasil diskuinya, kemudian minta peserta lain untuk mennanggapi. 4) Ajak peserta untuk membandingkan dengan kualitas manusia sejati yang sudah didiskusikan dalam modul 1 , dengan membuat tabel seperti berikut : (sebaiknya tabel sudah disiapkan sebelumnya dalam kertas plano, tabel sifat manusia diisi dengan hasil diskusi pada modul 1
Kualitas laki – laki Sifat – sifat
Kualitas manusia sejati
Kapasitas
140
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Kualitas perempuan
5) Ajak peserta untuk membandingkan antara kualitas perempuan dan kualitas manusia sejati(baik dari sisi perilaku maupun dari sisi kapasitas) , apakah sama atau ada perbedaan/ketimpangan? Bahas bersama ketimpangan – ketimpangan tersebut menurut mereka kemudian diskusikan sama – sama. 6) Ajak peserta untuk membandingkan antara kualitas laki – laki dan kualitas manusia sejati , apakah sama atau ada perbedaan. Bahas dan diskusikan bersama perbedaan – perbedaan menurut mereka kemudian diskusikan sama – sama. 7) Ingatkan kepada peserta mengenai manusia yang berdaya sejati pada modul 1, yaitu manusia yang mempunyai ‘makna’ (bermanfaat) bagi kemaslahatan umat. Apakah perempuan dan laki – laki sudah berdaya sebagai manusia sejati ? Mengapa demikian? 8) Jelaskan perumpamaan kepada peserta, burung terbang dengan dua sayap, bagaimana seandainya salah satu sayap tidak kuat. Apakah burung tersebut akan bisa terbang dengan sempurna?. Apabila perempuan merupakan sayap kiri dan laki – laki sayap kanan, maka kehidupan juga akan timpang. Oleh karena itu baik laki – laki maupun perempuan perlu diberdayakan. 9)
Dari sisi kapasitas, perempuan masih banyak ketinggalan dibandingkan dengan laki – laki, kesempatan bagi kaum perempuan untuk meningkatkan kapasitasnya masih kurang dibandingkan dengan laki – laki (Ingatkan kembali peserta pada hasil diskusi perempuan dan kemiskinan pada tema tantangan). Tanyakan kepada peserta mengapa hal ini terjadi? Ajak peserta untuk mendiskusikan paradigma – paradigma yang berkembang selama ini mengenai perempuan dan laki – laki yang menunjukkan adanya bias jender.
Sebagai manusia perempuan dan laki – laki mempunyai akal sehat, hati nurani, dan pilihan bebas, jadi tidak ada perbedaan yang hakiki antara perempuan dan laki – laki. Oleh karena itu kedua – duanya seharusnya dapat menjadi manusia yang berdaya dan mendapat kesempatan yang sama untuk diberdayakan. Perbedaan perempuan yang kodrati dengan laki – laki hanyalah dalam soal biologis, perempuan secara kodrati mempunyai kemampuan untuk menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui sedangkan laki – laki dikodratkan untuk menghasilkan sperma dan menghamili.Kodrat adalah ketentuan Tuhan yang tidak bisa dipertukarkan oleh manusia dan bersifat permanen. Walaupun saat ini ada operasi jenis kelamin, laki – laki yang merubah jenis kelaminnya menjadi perempuan tetap saja tidak bisa menstruasi, mengandung dan melahirkan. Pembedaan – pembedaan yang selama ini terjadi antara perempuan dan laki – laki disebabkan oleh adanya konstruksi secara sosial dan kultural. Sehingga timbul paradigma – paradigma bahwa perempuan itu lemah lembut, emosional, keibuan. Sedangkan laki – laki kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Laki – laki lebih cerdas dibandingkan dengan perempuan, dan lain – lain. Konsep mengenai sifat yang melekat pada laki – laki dan perempuan sebagai hasil dari konstruksi sosial maupun kultural inilah yang merupakan konsep jender. Konsep mengenai sifat – sifat perempuan dan laki – laki di atas menyebabkan bias gender dan menyebabkan ketidakadilan baik bagi kaum perempuan maupun kaum laki – laki. Anggapan bahwa kelembutan hanya melekat pada kaum perempuan menyebbakan pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan kelembutan seperti membersihkan rumah, menari dan sebagainya dianggap sebagai “pekerjaan perampuan”. Di lain pihak anggapan bahwa kekuatan secara fisik, keperkasaan melakat pada kaum laki – laki, menyebabkan laki – laki dididik untuk agresif, menyelesaikan masalah dengan kekuatan fisik, bersaing dan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
141
sebagainya yang malah menjauhkan dari sifat manusia sejati. Padahal berbicara mengenai sifat laki – laki dan perempuan , seharusnya kita mengacu kepada sifat – sifat yang dipunyai oleh manusia sejati, karena sebagai manusia perempuan dan laki – laki mempunyai derajat dan martabat yang sama. Oleh karena itu dalam kaitan dengan pemberdayaan, baik perempuan dan laki – laki mestinya diberdayakan untuk meuju kualitas manusia yang sejati, karena secara hakiki perempuan dan laki – laki mempunyai martabat yang sama sebagai manusia.
10) Bahas bersama peserta, apa saja pemberdayaan yang harus dilakukan terhadap laki – laki dan perempuan berdasarkan kualitas yang dipunyai masing – masing dengan fenomena yang sudah dibahas di atas (lihat tabel kualitas yang sudah didiskusikan). Buatlah daftar pemberdayaan dalam tabel berikut : Kulitas perempuan saat ini (sifat dan kapasitas)
Pemberdayaan yang harus dilakukan
Kualitas laki – laki selama ini (sifat dan kapasitas)
Pemberdayaan yang harus dilakukan
Beri penekanan bahwa kita harus mendorong dan memfasilitasi pemberdayaan baik untuk laki – laki maupun perempuan.
Kerelawanan sebagai Wujud Manusia Berkualitas 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 4 dalam modul ini, yaitu diskusi mengenai kerelawanan.
2) Tanyakan kepada peserta apakah mereka mau menjadi manusia yang berkulitas? Bagaimana caranya menjadi manusia yang berkualitas dalam hubungannya dengan upaya penanggulangan kemiskinan? Diskusikan secara mendalam sampai ketemu kata kunci , semua warga masyarakat bisa bermanfaat bagi lingkungannya dengan cara terlibat dalam proses penanggulangan kemiskinan.
•
142
Meningkatkan kualitas kemanusiaan diri kita artinya menggunakan sifat – sifat kemanusiaan dan kapasitas yang kita miliki untuk kepentingan sesama.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
3) Tanyakan kepada peserta apakah manfaat “memberi” bagi diri kita maupun bagi orang yang diberi ? galilah pendapat peserta sampai mendalam.
Berikan pencerahan bahwa membantu orang lain adalah kebahagiaan manusia yang paling utama, guru bahagia apabila muridnya berhasil; dokter bahagia apabila pasiennya sembuh; apabila kita memberikan bantuan kepada korban banjir, kita akan bahagia apabila bantuan itu berarti bagi mereka. Artinya memberikan kebahagian kepada orang lain sebetulnya merupakan kebutuhan batin kita, karena itulah makna hakiki dari kebahagiaan. PNPM P2KP memberikan ruang kepada masyarakat untuk membahagiakan orang lain dengan memberikan apa yang kita punya kepada yang membutuhkan. Wujud dari memberi tidak harus berupa uang, akan tetapi dapat berupa tenaga, pemikiran, waktu dan yang lainnya, tentu dengan kemmapuan yang kita punya.
4) Tanyakan lebih jauh bagaimana caranya agar agar bisa terlibat dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan ?
Peluang untuk memberi tersebut dalam PNPM Mandir Perkotaan adalah dengan menjadi relawan sebagai motor penggerak dalam kegiatan – kegiatan tahapan siklus penanggulangan kemiskinan , memberikan bantuan dana/materi lainnya untuk pertemuan – pertemuan warga dan pelaksanaan program, memberikan kontribusi pemikiran dalam penyusunan program dan lainnya. Relawan adalah; seseorang atau sekelompok orang yang secara ikhlas karena panggilan nuraninya memberikan apa yang dimilikinya tanpa mengharapkan imbalan/upah ataupun karier. Artinya relawan merupakan wujud dari upaya kita untuk menjadi manusia yang berkualitas, sehingga apa yang kita miliki bermanfaat bagi sesama. PNPM Mandiri Perkotaan memberikan ruang kepada masyarakat tanpa melihat golongan, jenis kelamin maupun status sosial untuk menjadi relawan dalam penanggulangan kemiskinan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
143
Kekayaan Manusia yang Terbesar (Dari Kebahagiaan yang Membebaskan, Gede Parma)
”Bagi setiap pejalan kehidupan yang sudah mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur ’cukup’, segera akan mengerti, memang merasa cukuplah kekayaan manusia yang terbesar” Seorang sahabat yang mulai kelelahan hidup, pagi bangun, berangkat ke kantor, pulang malam dalam kelelahan, serta amat jarang bisa merasakan sinar matahari di kulit, kemudian bertanya, ”Untuk apa hidup ini?” Ada juga orang yang sudah benar-benar telah mengungsi (kecil mengungsi di rumah orang tua, dewasa mengungsi ke lembaga pernikahan, tua mengungsi di rumah sakit), dan juga bertanya serupa. Objek sekaligus subjek yang dikejar dalam hidup memang bermacam-macam. Ada yang mencari kekayaan, ada yang mengejar keterkenalan, ada yang lapar dengan kekaguman orang, ada yang demikian seriusnya di jalan-jalan spiritual sampai mengorbankan hampir segalagalanya. Dan tentu saja sudah menjadi hak masing-masing orang untuk memilih jalur bagi diri sendiri. Namun yang paling banyak mendapat pengikut adalah mereka yang berjalan atau berlari memburu kekayaan (luar maupun dalam). Pedagang, pengusaha, pegawai, pejabat, petani, tentara, supir, penekun spiritual sampai dengan tukang sapu, tidak sedikit kepalanya yang diisi oleh gambar-gambar hidup agar cepat kaya. Sebagian malah mengambil jalan-jalan pintas. Yang jelas, pilihan menjadi kaya tentu menjadi sebuah pilihan yang bisa dimengerti. Terutama dengan kaya materi manusia bisa melakukan lebih banyak hal. Dengan kekayaan di dalam, manusia bisa berjalan lebih jauh di jalan-jalan kehidupan. Dan soal jalur menjadi kaya mana yang akan ditempuh, pilihan yang tersedia memang amat melimpah. Dari jualan asuransi, ikut MLM, memimpin perusahaan, jadi pengusaha sampai dengan jadi pejabat tinggi. Namun, salah seorang bijak dari Timur pernah menganjurkan sebuah jalan: Contentment is the greatest wealth. Tentu agak unik kedengarannya terutama di zaman yang serba penuh dengan hiruk-pikuk pencarian keluar. Menyebut cukup, sebagai kekayaan manusia terbesar, tentu bisa dikira dan dituduh miring. Ada yang mengira itu menganjurkan kemalasan, ada yang menuduh anti kemajuan, dan tentu saja tidak dilarang untuk berpikir seperti ini. Cuman, bagi setiap pejalan kehidupan yang sudah mencoba serta berjalan jauh di jalur-jalur “cukup”, segera akan mengerti, memang merasa cukuplah kekayaan manusia yang terbesar. Bukan merasa cukup kemudian berhenti berusaha dan bekerja. Sekali lagi bukan. Terutama hidup serta alam memang berputar mellaui hukum-hukum kerja. Sekaligus memberikan pilihan-pilihan yang mengagumkan, bekerja dan lakukan tugas masing –masing sebaikbaiknya, namun terimalah hasilnya dengan rasa cukup. Dan ada yang berbeda jauh di dalam sini, ketika tugas dan kerja keras sudah dipeluk dengan perasaan cukup. Tugasnya berjalan, kerja kerasnya juga berputar. Namun rasa syukurnya mengagumkan. Sekaligus membukakan pintu bagi perjalanan kehidupan yang penuh dengan kemesraan. Tidak saja dengan diri sendiri, keluarga, tetangga serta teman. Dengan semua perwujudan Tuhan manusia mudah terhubung ketika rasa syukurnya mengagumkan. Tidak saja dalam keramaian manusia menemukan banyak kawan, di hutan yang paling sepi xeklaipun menemukan banyak teman. Dalam terang cahaya pemahaman seperti ini, rupanya merasa cukup jauh dari lebih sekedar memaksa diri agar lebih damai. Awalnya, apapun memang diikuti keterpaksaan. Namun begitu
144
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
merasa cukup nyaman ke sarang laba-laba kehidupan. Dimana semuanya (manusia, binatang, tetumbuhan, batu, air, awan, langit, matahari, dll) serba terhubung sekaligus menyediakan rasa aman nyaman di sebuah titik pusat. Orang tua mengajarkan hidup berputar seperti roda. Dan setiap pencaharian kekayaan ke luar yang tidak mengenal rasa cukup, mudah sekali membuat manusia terguncang menakutkan di pinggir roda. Namun di titik pusat, tidak ada putaran. Yang ada hanya rasa cukup yang bersahabatkan hening, jernih sekaligus kaya. Bagi yang belum pernah mencoba, apalagi diselimuti ketakutan, keraguan dan iri hati, hidup di titik pusat berbekalkan rasa cukup memang tidak terbayangkan. Hanya keberanian untuk melatih dirilah yang bisa membukakan pintu dalam hal ini. Hidup yang ideal memang kaya di luar sekligus di dalam. Dan ini bisa ditemukan orang-orang yang mampu mengkombinasikan antara kerja keras di satu sisi, serta rasa cukup di sisi lain. Bila orangorang seperti ini berjalan lebih jauh lagi di jalan yang sama, akan datang suatu waktu dimana bahagia dengan hidup yang bodoh di luar, namun pintar mengagumkan di dalamnya. Ini bisa terjadi, karena rasa cukup membawa manusia pelan-pelan mengurangi ketergantungan akan penilaian orang lain. Jangankan dinilai baik dan pintar, dinilai buruk sekaligus bodoh pun tidak ada masalah. Salah satu manusia yang sudah sampai di sini bernama Susana Tamaro. Dalam novel indahnya berjudul Pergi Ke Mana Hati Membawamu. Ia kurang lebih menulis: ”Kata-kata ibarat sapu”. Ketika dipakai menyapu, lantai lebih bersih namun debu terbang ke mana-mana. Dan hening ibarat lap pel. Lantai bersih tanpa membuat debu terbang. Dengan kata lain , pujian, makian, kekaguman, kebencian dan kata-kata manusia sejenis, hanya menjernihkan sebagian, sekligus memperkotor di bagian lain (seperti sapu). Sedangkan hening di dalam bersama rasa cukup seperti lap pel, bersih, jernih tanpa menimbulkan dampak negatif. Manusia lain yang juga sampai di sini bernama Chogyum Trungpa, di salah satu karyanya yang mengagumkan (Shambala, the Sacred Path of the Warrior) ia menulis:”This basic wisdom of Shambala is that in this worl, as it is, we can find a good and meaningful human life that will also serve others. This is richness”. Itulah kekayaan yang mengagumkan, bahwa dalam hidup yang sebagaimana adanya (bukan yang seharusnya) kita bisa menemukan kehidupan berguna sekaligus pelayanan bermakna buat pihak lain.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
145
“Wabah Virus” Ketidakjujuran (dari: ”A Book of Wisdom”, Tasirun Sulaiman)
“Dan manusia itu ssungguhnya mencintai yang serba cepat” (QS Al-Qayimah - 75 : 20 ) Susu dan Air Seperti biasa khalifah Umar r.a. keliling di malam hari untuk memerikas keadaan kaum Muslimin. Ketika beliau sedang melintasi sebuah rumah seorang janda, tiba-tiba harus menghentikan langkahnya. Sang Khalifah kemudian mengendap-endap dan mendengar sebuah percakapan dari dalam rumah. ”Nak, campuri saja susunya dengan air biar banyak,” kata sang ibu. ”Jangan bu, karena khalifah Umar telah mengeluarkan peraturan, dan kita tidak boleh melanggarnya,” jawab si anak. ” Tidak apa nak, kan Khalifah Umar r.a tidak mengetahuinya,” timpal sang ibu. ”Benar bu, Khalifah Umar tidak melihatnya, tapi Allah Swt, mengetahuinya”. Jawab si anak. Percakapan mereka malam itu membuat hati Khalifah Umar benar-benar terharu. Beliau selalu memikirkan kejadian tersebut dan penasaran ingin mengetahui lebih jauh. Karenanya, keesokannya Khalifah Umar megutus pembantunya untuk menyelediki lebih detil lagi keadaan penghuni rumah itu: Khalifah ingin tahu dan menegaskan siapakah mereka itu sebenarnya? Setelah menyelidiki dan mendapatkan gambaran keluraga itu, akhirnya diketahui kalau sang ibu itu adalah seorang janda dan anak putrinya adalah seorang gadis. Khalifah Umar r.a. kemudian memanggil putranya Ashim. Ketika Ashim mendekat, beliau berkata: ”Pergilah putraku, temui seorang gadis. Ayah mengenalnya ketika sedang berkeliling. Nikahilah dia. Ayah berharap dia akan melahirkan seorang pahlawan yang mau memimpin kejayaan Islam kelak”. Ashim kemudian menuju rumah gadis itu lalu melamarnya. Dari pernikahan itu lahirlah seorang anak perempuan. Singkat cerita, anak perempuan itu kemudian dinikahi Abdul Aziz bin Marwan dan dari pernikahan mereka lahir seorang anak laki-laki bernama Umar bin Abdul Aziz, seorang Khalifah yang sangat harum namanya karena kejujuran dan keadilannya. ”Bermain Api” dengan ketidakjujuran Masih perlukah sikap jujur, di negeri dimana moral sudah tidak lagi bersendi? Moral sudah berserakserak?. Korupsi dimana-mana: dari birokrasi hingga lembaga perwakilan, dari pusat sampai ke desa, dari pejabat tinggi sampai RT. Apakah tidak merugi kita bersikap jujur?. Kejujuran adalah bawaan lahir manusia. Manusia betapapun rusak akhlaknya, tetap mencintai kejujuran. Seorang penjahat sungguh tidak pernah menginginkan anaknya menjadi penjahat.
146
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Seorang penipu tidak pernah terlintas dalam pikirannya agar anaknya menjadi penipu juga. Bahkan seorang koruptor juga tidak ingin anaknya melanjutkan karir sebagai koruptor. Mereka yang tidak jujur sebenarnya memiliki rasa bersalah. Mereka lantas menyalahkan keadaan: blaming the others. Seperti menyalahkan punya anak banyak. Punya istri banyak. Teman-temannya juga koruptor. Keadaan memaksa kalau tidak korup tidak akan langgeng menduduki jabatan karena jabatan itu menjadi transaksi korupsi. Kenapa korupsi merajalela?. Karena moral dan kejujuran sudah tidak dibudayakan. Moral dan kejujuran sebagai hiasan dan formalitas saja. Nama boleh diawali dengan Haji, KH, DR, SH, apalagi gelar-gelar yang mencerminkan manusia berpendidikan dan mengerti apa itu etika-kaidah benar dan salah-tapi kalau sudah berdekatan dengan masalah uang, langsung meleleh. Berubah warna dan pudar. Manusia juga sesungguhnya menyukai cara-cara yang instan dan cepat untuk mencapai tujuannya. Akhirnya, demi mencapai tujuan, cara apa pun bisa ditempuh. Apakah bertentangan dengan moral dan ajaran agama, itu tidak penting lagi. Yang penting adalah bagaimana saya mendapat keuntungan sebesar-besarnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Masalah orang lain menderita kerugian itu urusan lain. Sekilas, ketidakjujuran terlihat menguntungkan, tapi sesungguhnya ketidakjujuran justru awal dari kejatuhan. Tidak saja kejatuhan moral dan integritas, tetapi kajatuhan ruhani. Bahkan, bisa dikatakan kebangkrutan ruhani. Kalau terus menerus tidak jujur, lama-lama dia akan hancur. Jalan kejujuran itu mirip dengan istilah jalan yang benar: jalan benar bukan berarti lurus seperti jalan tol. Tapi bisa jadi jalan yang benar itu berkelok-kelok. Sementara itu ketidakjujuran mirip dengan jalan pintas yang mengahantarkan seseorang tapi membahayakan. Ketidakjujuran terlihat dari luarnya menguntungkan, tapi sesungguhnya merugikan karena mengorbankan sesuatu yang paling berharga sebagai mansuia: concience atau hati nurani. Orang yang tidak jujur selalu bertentangan dan bertarung dengan dirinya. Oleh karenanya, dia tidak akan pernah merasakan kepuasan dan kebahagiaan hidup. Sekali seseorang berlaku tidak jujur, maka dia juga akan melakukan hal yang sama untuk kasuskausus lainnya. Jadi, ketidakjujuran ibarat bara api yang akan merembet dan menghabiskan gulungan kayu, bahkan hutan. Susah dihentikan. Hati –hatilah dengan perbuatan tidak jujur, meski hanya sekali.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
147
Otoritas Alamiah dan Moral (dari: The 8th Habit, Stephen R. Covey) Apa itu otoritas moral? Otoritas moral adalah pemanfaatan kebebasan dan kemampuan kita untuk memilih berdasarkan suatu prinsip. Dengan kata lain, bila kita mengikuti prinsip-prinsip dalam hubungan kita dengan sesama kita, kita seperti sedang memasuki wilayah perizinan alam. Hukum alam (seperti gravitasi) dan prinsip-prinsip (seperti rasa hormat, kejujuran, kebaikan, hati, integritas, pelayanan dan keadilan) mengendalikan akibat dari pilihan-pilihan kita. Sebagaimana anda mendapatkan udara dan air yang tercemar kalau anda terus menerus bersikap tidak baik dan tidak jujur kepada orang lain. Dengan pemnafaatan kebebasan dan kemampuan untuk memilih secara bijaksana, dan didasari dengan prinsip-prinsip yang baik, orang yang rendah hati akan memperolah otoritas moral terhadap orang-orang, budaya, organisasi, maupun seluruh masyarakatnya. Nilai adalah norma sosial, yang bersifat personal, emosional, subyektif, dan dapat diperdebatkan. Kita semua punya nilai-nilai. Bahkan kriminal pun punya nilai-nilai. Pertanyaan yang harus anda ajukan terhadap diri sendiri adalah, apakah nilai-nilai anda didasarkan atas prinsip?. Bila anda runut sampai ujungnya, anda akan menemukan bahwa prinsip-prinsip tersebut adalah hukum alam, yang bersifat impersonal, faktual, objektif dan jelas dari sananya. Berbagai akibat atau konsekuensi ditentukan oleh prinsip, perilaku ditentukan oleh nilai, karena itu hargailah prinsip-prinsip itu! Orang yang terobsesi dengan ketenaran, adalah contoh dari mereka yang nilai-nilainya mungkin tidak mengakar kuat pada prinsip. Popularitas membentuk pusat moral mereka. Dengan kata lain, keinginan untuk tenar dan tetap tenar menghalalkan segala cara. Mereka tidak tahu sebenarnya siapa mereka itu, dan tidak tahu ke mana sebenarnya arah ”utara” yang benar. Mereka tidak tahu prinsip mana yang harus diikuti, karena kehidupan mereka didasarkan pada nilai-nilai sosial. Mereka tercabik karena tegangan antara kesadarannya akan tuntutan sosial dan kesadaran diri mereka di satu pihak, dan hukum alam dan prinsip di pihak lain. Bila sedang ada dalam pesawat terbang, keadaan seperti itu disebut vertigo. Dalam keadaan itu, Anda kehilangan arah atau acuan ke darat (yang dalam hal ini berarti prinsip) sehingga anda jadi benar-benar bingung dan tersesat. Banyak orang yang menjalankan hidup mereka dengan semacam vertigo, atau kebingungan moral. Anda menyaksikan mereka dalam kehidupan anda dan dalam budaya populer. Mereka tidak mau bersusah payah untuk benar-benar memusatkan dan mendasarkan nilai-nilai mereka pada prinsip-prinsip yang abadi. Karena itu, tugas pokok kita adalah menentukan di mana ”utara yang sesungguhnya” dan kemudian mengarahkan segalanya ke situ. Kalau tidak, anda akan hidup dengan berbagai konsekuensi negatif yang pasti akan muncul. Sekali lagi, konsekuensi negatif itu tak terelakan karena walau nilai mengendalikan tingkah laku, prinsiplah yang mengendalikan tingkah laku itu. Otoritas moral menuntut pengorbanan atas kepentingan egoistik berjangka pendek, dan keberanian untuk meletakkan nilai-nilai sosial di bawah prinsip-prinsip. Dan nurani kita adalah gudang dari prinsipprinsip tersebut. Nurani
Berupayalah untuk mempertahankan percikan api ilahi yang disebut nurani itu tetap menyala (George Washington).
148
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Banyak yang telah dikatakan mengenai pentingnya nurani atau suara hati. Ada banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa nurani-yaitu kesadaran moral kita, cahaya batin kita-merupakan fenomena yang bersifat universal. Kodrat rohani dan kodrat moral manusia itu terlepas dari agama, atau pendekatan agama, budaya, geografi, nasionalitas atau ras tertentu. Kendati demikian, semua tradisi agama besar di dunia ini bertemu di dalam prinsip atau nilai dasar tertentu. Immanuel Kant berkata, ”Saya selalu dibuat kagum oleh dua hal: langit berbintang-bintang di atas kita, dan hukum moral di dalam diri kita.” Nurani adalah hukum moral di dalam diri kita. Banyak orang yang percaya, demikina juga saya, bahwa nurani adalah suara Tuhan kepada anak-anakNya. Orang lain mungkin saja tidak memiliki keyakinan seperti ini, tetapi tetap mengakui adanya suatu pemahaman yang sudah mereka bawa sejak lahir mengenai kejujuran dan keadilan, mengenai benar dan salah, mengenai apa yang baik dan buruk, mengenai apa yang mendukung dan apa yang mengganggu, mengenai apa yang memperindah dan apa yang merusak, mengenai apa yang benar dan salah. Tentu saja, berbagai budaya yang berbeda menerjemahkan pemahaman moral dasar ini dalam berbagai praktik dan istilah yang berbeda pula, tetapi terjemahan yang berbeda-beda itu tidak meniadakan pemahaman dasar mengenai baik dan buruk. Ketika bekerja di antara bangsa-bangsa yang menganut beragam agama dan budaya, saya menyaksikan penyingkapan nurani yang bersifat universal itu. Nurani itu sesungguhnya adalah seperangkat nilai, suatu kesadaran mengenai keadilan, kejujuran, rasa hormat, dan sumbangan yang mengatasi budaya-sesuatu yang abadi, yang mengatasi jaman, dan tidak memerlukan bukti lain (self evident). Sekali lagi, hal itu sama jelasnya dengan fakta bahwa kepercayaan menuntut sifat dapat dipercaya. ”Nurani rela berkorban”-mengalahkan diri sendiri dan menundukkan ego demi tujuan, alasan atau prinsip yang lebih tinggi. Pengorbanan itu sesungguhnya berarti melepaskan sesuatu yang baik demi sesuatu yang lebih baik lagi. Kendati demikian dalam benak orang yang melakukan pengorbanan, sesungguhnya tidak ada kerugian, dan hanya si pengamat yang melihat hal itu sebagai pengorbanan. Pengorbanan itu bisa mengambil banyak bentuk, sebagaimana dia dapat menampakkan diri dalam empat dimensi kehidupan kita: berkorban secara fisik dan ekonomis (tubuh); berupaya mengembangkan pikiran yang terbuka, selalu ingin tahu; dan membersihkan diri dari bermacam prasangka (pikiran); menunjukkan rasa hormat dan cinta mendalam terhadap sesama (hati); menundukkan kehendak diri kita kepada kehendak yang lebih tinggi demi kebaikan yang lebih besar (jiwa). Nurani megajarkan kepada kita bahwa tujuan dan cara mencapainya tidak terpisahkan, bahwa tujuan sesungguhnya sudah ada sebelumnya dalam cara mencapainya. Immanuel Kant mengajarkan bahwa cara yang digunakan untuk mencapai tujuan sama pentingnya dengan tujuan itu sendiri. Machiavelli mengajarkan sebaliknya, tujuan membenarkan, dan karen itu juga menghalalkan segala cara. Nurani terus menerus mengingatkan kita akan nilai-nilai dari tujuan maupun cara mencapainya, dan bahwa keduanya tidak terpisahkan. Ego mengatakan kepada kita bahwa tujuan membenarkan caranya, karena ego tidak sadar bahwa tujuan mulia tidak akan pernah dapat diraih dengan cara yang tidak semestinya. Mungkin tampaknya anda bisa mencapai tujuan mulia dengan cara yang tidak semestinya, tetapi akan ada sekian banyak konsekuensi yang tidak diharapkan, yang sebelumnya tidak tampak atau tidak jelas, yang pada akhirnya akan menghancurkan tujuan itu sendiri. Misalnya, anda dapat meneriaki anak anda untuk membersihkan kamarnya. Bila tujuan anda adalah ”kamarnya jadi bersih”, mungkin anda mencapai tujuan itu, tapi ya hanya itu. Saya jamin, cara yang anda pakai itu tidak akan hanya berpengaruh negatif terhadap hubungan anda dengan anak anda, tetapi kamar mereka juga tidak akan tetap bersih bila anda ke luar kota beberapa hari saja. Nurani secara lebih mendalam merubah visi, disiplin dan gairah kita dengan cara memperkenalkan kita dengan berbagai bentuk hubungan. Dia mendorong kita untuk berpindah dari keadaan mandiri jadi saling tergantung. Ketika hal ini terjadi segala sesuatunya jadi berubah, anda memahami bahwa
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
149
visi dan nilai harus disebarkan agar menjadi milik bersama, sebelum orang-orang bisa menerima menjadi disiplin yang dilembagakan dalam struktur dan sistem yang mengemban nilai-nilai bersama itu. Visi bersama itu akan menciptakan disiplin dan keteraturan tanpa menuntutnya. Nurani sering menyediakan alasan (kenapa); visi mengidentifikasi apa yang hendak dicapai; disiplin mewakili bagaimana anda mencapainya; dan gairah mewakili kekuatan perasaan dibalik kenapa, apa dan bagaimana tadi. Nurani mengubah gairah menjadi belarasa atau welas asih (compassion). Dia membangkitkan perhatian tulus kepada orang lain, suatu kombinasi antara simpati dan empati, sehingga kita bisa merasakan penderitaan orang lain. Belarasa adalah perwujudan gairah dalam keterkaitan kita dengan orang lain. Bila kita berusaha untuk hidup menurut nurani kita, nurani itu akan membangkitkan integritas dan ketenangan pikiran. Seorang pastor projo kelahiran Jerman yang sekaligus juga pembicara dan penulis yang membangkitkan motivasi, William J.H. Boetcker, pada awal abad kedua puluh mengatakan, ”Bila anda akan mempertahankan rasa hormat anda terhadap diri sendiri, lebih baik membuat orang lain tidak senang dengan melakukan hal-hal yang anda ketahui salah.” Kehormatan dan integritas itu pada gilirannya akan membuat orang yang memilikinya mampu menjadi baik hati sekaligus berani. ” Baik hati dalam arti bahwa dia akan menunjukkan rasa hormat yang mendalam terhadap orang lain, terhadap pandangan, perasaan, pengalaman, dan keyakinan mereka”. Berani dalam arti bahwa mereka dapat mengemukakan keyakinan mereka sendiri tanpa ancaman pribadi. Benturan di antara berbagai pendapat yang berbeda bisa menghasilkan alternatif ketiga, yang lebih baik daripada gagasan pertama yang muncul. Ini merupakan sinergi yang sesungguhnya, dimana keseluruhannya lebih besar daripada jumlah total bagian-bagiannya. Orang yang tidak hidup dari nuraninya tidak akan mengalami integritas batiniah dan ketenangan pikiran. Ego mereka akan terus berusaha mengendalikan hubungan dengan orang lain. Kendati barangkali mereka bisa berpura-pura baik hati dan berempati, mereka akan menggunakan manipulasi halus, bahkan bisa lebih jauh terlibat dalam perilaku diktator, yang sepintas lalu kelihatan baik, tetapi sesungguhnya tidak.
150
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 12 Topik: Kepemimpinan Masyarakat Manusia
Peserta memahami dan menyadari: 1. Ciri khas seorang pemimpin manusia 2. Pemimpin masyarakat manusia haruslah manusia sejati
Kegiatan 1: Diskusi pemimpin versus pemimpin Kegiatan 2: Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia
3 Jpl ( 135 ’)
Bahan Bacaan: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Golongan Pemimpin Bukan Bos Tapi Pemimpin Standar Tunggal Perilaku Sistem Nilai : Meletakannya Pada Garis Beda Pemimpin dan Bos Kriteria Kepemimpinan
• Kerta Plano, Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
151
Diskusi Pemimpin versus Pemimpin 1) Buka pertemuan dengan salam singkat kemudian uraikan bahwa kita akan memulai Modul : Kepemimpinan Masyarakat Manusia yang terdiri dari 3 Kegiatan Belajar yaitu : Kegiatan 1 : Diskusi pemimpin versus pemimpin Kegiatan 2 : Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia dan apa yang ingin dicapai melalui Modul ini yaitu : § Peserta memahami ciri khas seorang pemimpin masyarakat manusia § Peserta menyadari bahwa pemimpin masyarakat manusia haruslah seorang manusia sejati sesuai dengan martabatnya sebagai mahluk ciptaan tertinggi. Uraikan kemudian bahwa kita akan memulai dengan Kegiatan 1 : Diskusi Pemimpin versus Pemimpin. Uraikan secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan yang hakiki antara kepemimpinan masyarakat manusia dan masyarakat binatang
§
2) Uraikan kasus yg telah disiapkan dan mulailah dgn ucapan maaf bukan dengan maksud merendahkan tetapi lebih dalam rangka membangun pemahaman kritis mengenai kepemimpinan masyarakat manusia. Peristiwa yang pertama terjadi dalam masyarakat kera yang kehilangan pemimpimnya dan sedang berupaya memilih pemimpin. Peristiwa yang kedua terjadi pada masyarakat manusia yang juga kehilangan pemimpinnya dan sedang berupaya memilih pemimpin juga.
•
Disuatu bukit dimana ada hutan yang lebat hiduplah suatu masyarakat kera. Pada saat itu mereka kehilangan pemimpin mereka karena tertempak oleh seorang pemburu, maka berkumpullah kera-kera dewasa untuk memperebutkan kedudukan pemimpin tersebut. Di tempat yang terpisah di balik bukit tersebut juga hiduplah masyarakat manusia di suatu desa yang asri, tetapi penduduknya tampak sedang bersedih karena mereka juga kehilangan pemimpin yang sangat mereka cintai karena sakit. Pada saat itu mereka sedang bermusyawarah menentukan siapakah kira-kira yang pantas menggantikan pemimpin mereka
3) Bagilah peserta dalam beberapa kelompok 5-7 orang dan mintalah tiap kelompok merumuskan bagaimana kedua masyarakat tersebut akan memilih pemimpin dengan memberikan pertanyaan sebagai berikut :
152
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Untuk masyarakat kera • • • • •
Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat kera tersebut ? Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain memenuhi kriteria tersebut Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin kera tsb setelah terpilih. Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul. Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat kera tsb terhadap pemimpinnya
Kemudian tanyakan hal yang sama untuk masyarakat manusia, sbb : Untuk masyarakat manusia • Apakah kriteria seorang pemimpin bagi masyarakat manusia tersebut ? • Bagaimana menentukan mana yang sesuai sebagai pemimpin atau dgn kata lain memenuhi kriteria tersebut • Apakah yang akan dilakukan oleh pemimpin manusia tsb setelah terpilih • Bagaimana sikapnya terhadap bibit unggul • Apakah yang akan dilakukan oleh masyarakat manusia tsb terhadap pemimpinnya 4) Ajak peserta menyimpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan binatang (kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul, sikap masyarakat yang dipimpinnya) ? 5) Coba simpulkan apakah perbedaan hakiki antara kepemimpinan manusia dan binatang (kera) tersebut (kriteria, cara pemilihan, cara memimpin, sikap terhadap bibit unggul, sikap masyarakat yang dipimpinnya) ? Masyarakat Binatang memilih pemimpin berdasarkan kriteria kekuatan fisik dan mental (lebih besar, lebih kuat, lebih tangkas, lebih buas, lebih licik, lebih pandai berkelahi, dsb) Untuk menentukan mana yang sesuai dgn kriteria tersebut mereka adu kekuatan, ketangkasan dan kepandaian yang diwujudkan dalam berkelahi. Biasanya yang mempunyai kriteria dengan sifat – sifat tadi adalah kelompok jantan. Setelah menjadi pemimpin sangat otoriter, menegakkan disiplin dgn kekerasan dan sangat protektif thp kumpulannya, dia berkuasa atas segala yang ada dilingkung wilayahnya. Dia mendapatkan keutamaan dalam banyak hal terutama dalam hal pelayanan. edangkan imbalannya masyarakat binatang melayani dengan memberikan yang terbaik untuk pemimpin mereka.
Masyarakat Manusia memilih pemimpin berdasarkan keluhuran budinya yg tercermin dalam perilakunya seharihari, yg mampu membangun kebajikan bagi masyarakatnya karena hidupnya sendiri memang dikendalikan oleh nilai-nilai luhur, jujur, adil, rendah hati, tulus/tanpa pamrih, mengutamakan orang lain, dsb. Jadi pemimpin dipilih berdasarkan kepada sifat – sifat baiknya bukan berdasarkan kepada golongan, jenis kelamin, pendidikan atau yang lainnya. Untuk menentukan siapa yang sesuai dengan kriteria tersebut hanya dapat dilakukan dengan membandingkan perbuatannya sehari-hari. Setelah menjadi pemimpin dia siap untuk melakukan apapun demi kepentingan masyarakat yang dipimpin, sangat bijaksana dan melayani yang dipimpinnya (abdi masyarakat manusia) Sedangkan masyarakatnya justeru diperhatikan dan dilayani. Sebagai akibat sebagian besar masyarakat akan mencintainya dan taat karena cinta dan hormat pada pengabdiannya dan bukan karena keterpaksaan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
153
BINATANG Penekanan pada kemampuan fisik dan mental
Kriteria
Cara Mendapatkan Pemimpin Cara Memimpin
Sikap terhadap Bibit Unggul
Sikap Masyarakat yang Dipimpinnya
Adu kekuatan dan kepandaian Otoriter, orientasi kekepentingan diri sendiri, mempertahankan kekuatannya dengan membuat yang lain tidak berkembang (mendapat sisa-sisa) dan tetap tergantung, melindungi kumpulannya dengan kekuatan fisik dan mentalnya Dibunuh/dimusnakan untuk mempertahankan kedudukan bukan kemajuan masyarakatnya Takut dan mereka
melayani
pemimpin
MANUSIA Penekanan pada kemampuan bertindak sesuai moral dan pengabdian dalam arti yang luas Adu perbuatan baik yg tulus/kebajikan/kearifan Mendengarkan, orientasi kepentingan masyarakat, melayani, mengembangkan/ mendorong kemajuan bagi masyarakat yang dipimpinnya, memberi perlindungan kpd yg lemah Dipelihara dan dipersiapkan menjadi penggantinya agar bermanfaat bagi kemajuan masyarakatnya mencintai/menyegani, menghormati, merdeka, terinspirasi mengikuti tauladannya tetapi secara kritis melakukan koreksi bila ddibutuhkan
Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita masih di Topik Kepemimpinan Masyarakat Manusia dengan Kegiatan 2 : Menggambar bersama pemimpin masyarakat. Uraikan secara singkat tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan belajr ini, yaitu : Peserta mampu memadukan persepsi mengenai pemimpin masyarakat manusia, antara lain dapat menyebutkan dgn kata-kata sendiri : • rumusan (ciri-ciri utama) seorang pemimpin masyarakat manusia • peran utama seorang pemimpin masyarakat manusia 2) Bagi kertas setengah folio seorang peserta satu dan ajukan pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan pemimpin masyarakat (manusia) dan minta tiap peserta menulis jawabannya secara singkat dan padat tanpa diskusi dgn temannya. Waktu 2 menit 3) Setelah selesai menulis jawaban masing-masing, mintalah tiap kelompok menggambar atau membuat simbol yang menggambarkan pengertian kelompok mengenai seorang pemimpin masyarakat (manusia) dan secara singkat merumuskan kesimpulan kelompok mengenai peran
154
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
utama seorang pemimpin. Tulislah jawaban kelompok dalam kertas plano yang telah disediakan. Gunakan lembar kerja LK PIM - 2 dengan beberapa pertanyaan pemandu. Waktu 10 menit 4) Mintalah tiap kelompok untuk menempel hasil masing-masing di dinding dan satu wakilnya menyajikan hasil rumusan kelompok masing-masing 2 menit. 5) Ajak diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil masing-masing mengenai : a) Pengertian umum seorang pemimpin masyarakat (ciri utama) b) Peran utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin masyarakat 6) Berilah masukan tentang pengertian (ciri utama) dan peran utama seorang pemimpin masyarakat sebagai pelopor pembaruan, apa dan mengapa begitu ? (Gunakan Bahan Bacaan)
Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Kegiatan 3 : Diskusi tipologi kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat, dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta dapat menguraikan dgn kata-kata sendiri : • Yang bagaimanakah yang disebut pemimpin sejati • Berbagai tipe kepemimpinan yang lazim di masyarakat • Pengaruh tiap tipe kepemimpinan tersebut terhadap pemberdayaan masyarakat yang dipimpinnya. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5-7 orang dan bagikan kepada setiap kelompok LK - Kepemimpinan - 3 yang telah disiapkan dan mintalah tiap kelompok mengerjakan tugas 1 dan tugas 2 tersebut di bawah ini 2). Mintalah kepada tiap kelompok untuk menyajikan atau membagikan hasil temuan kelompok masing-masing dan simpulkan dalam diskusi kelas dengan menyempurnakan pendapat-pendapat yang kurang tepat dan tanyakan kepada peserta mana yang pemimpinan sejati dan mana tipe kepemimpinan yang paling cocok dengan konsep pemberdayaan yang intinya; melayani warganya agar mampu memulihkan dirinya sebagai manusia sejati. Gunakan Matriks Kepemimpinan yang telah diisi sebagai masukan ke peserta, yaitu kecenderungankecenderungan yang lazim terjadi dari tiap tipe kepemimpinan tersebut.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
155
LK 1 - Kepemimpinan Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Menggambar bersama pemimpin masyarakat manusia” 1) Belajar dari kegiatan belajar terdahulu, coba tulislah diatas kertas ½ folio yang telah dibagikan panitia pemahaman masing-masing mengenai seorang pemimpin masyarakat manusia (definisi) tanpa berbicara atau diskusi dengan yang lain. •
Setelah tiap peserta menulis rumusan masing-masing, coba diskusikan bersama dalam kelompok dan sepakati rumusan bersama dalam bentuk tulisan singkat apakah pemimpin masyarakat manusia itu.
•
Untuk itu gunakan pendapat masing-masing yang telah ditulis di kertas ½ folio dan padukan dengan pendapat yang lain untuk kemudian disimpulkan sebagai pendapat kelompok
•
Buatlah gambar bersama atau simbol-simbol yang dapat memberikan ilustrasi apa itu seorang pemimpin masyarakat menurut kelompok.
•
Setelah rumusan bersama/kelompok mengenai pemimpin masyarakat dihasilkan, cobalah mengilustrasikan dengan sebuah gambar atau simbol yang merefleksikan rumusan kelompok tersebut mengenai pemimpin masyarakat. Ini adalah murni gambar/simbol dan tidak boleh ada tulisan.
2) Rumuskan bersama apakah peran utama seorang pemimpin masyarakat. Setelah rumusan kelompok mengenai pemimpin masyarakat baik berupa teks maupun gambar dibuat, coba rumuskan bersama (masih dlm kelompok) apakah peran utama yang harus dilakukan oleh seorang pemimpim masyarakat ?
Pemimpin masyarakat manusia adalah seorang manusia sejati yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam hidupnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan Allah yang tertinggi sehingga mampu menjadi tauladan bagi pengikutnya. Oleh sebab itu seorang pemimpin hanya akan melakukan hal yang baik dan benar sehingga mampu mengilhami dan menunjukkan arah menuju ke perbaikan/kemajuan, selalu melayani pengikutnya demi kepentingan yang dipimpinnya. Tidak mencari kesalahan orang lain tetapi dengan arif menunjukkan apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Dia berupaya dengan segala daya untuk menggunakan semua bakat dan kemampuan, dengan memfasilitasi, setiap anggota untuk tujuan perbaikan kehidupan barsama.
Oleh sebab itu pemimpin sering diilustrasikan sebagai : a) Matahari yang memberikan sinar dan kehangatannya tanpa membeda-bedakan yang
156
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
b)
c) d) e)
f)
g) h)
•
baik, yang buruk, yang kaya yang miskin, suku, keyakinan, ras, dan mampu memancarkan cahaya untuk menyingkirkan kegelapan sebagai sumber kejahatan. Seorang pemimpin harus mampu memberi kehangatan, kejelasan, berlaku adil tanpa membeda-bedakan dan mampu menumbuhkan kebaikan dan mengubah lingkungan menjadi lebih baik Air yang siap memberi kehidupan dan kesuburan, jernih, transparan dan selalu siap dibersihkan kalau kotor tetapi mampu juga menghukum bila manusia salah, tanpa pandang bulu. Seorang pemimpin juga harus mampu memberi kehidupan kepada para pengikutnya, transparan dan siap dikoreksi/mengkoreksi diri bila bersalah dan berani menghukum bila ada yang salah tanpa membeda-bedakan. Bintang yang memberi arah kepada siapa saja yang sedang dalam kegelapan dan membutuhkan tuntunan. Seorang pemimpin harus mampu menjadi penuntun dan penerang dalam kegelapan melalui keteladanan hidup. Angin yang selalu dirindukan karena mampu memberi kesejukan kepada siapa saja yang kegerahan dan membutuhkan kesegaran. Seorang pemimpin harus selalu dirindukan bila tidak ada karena mampu memberi kesejukan dan kesegaran waktu hadir. Bumi yang siap diinjak, dikotori tetapi tetap setia memberi kehidupan bagi para penghuninya dan mampu memendam segala keburukan atau hal-hal yang kurang bermanfaat lagi dan selalu siap menerima siapa saja yang datang kepadanya. Seorang pemimpin harus juga mampu memberi maaf, tidak pendendam, tetap setia, akomodatif dan mengayomi Api yang mampu mengubah segala sesuatu sehingga bermanfaat bagi manusia, mampu mengubah yang keras menjadi lunak, memberi terang dan kehangatan. Seorang pemimpin juga harus mampu mengubah suatu yang tidak/kurang bermanfaat menjadi bermanfaat untuk kehidupan pengikutnya Kemudi karena seorang pemimpin harus mampu membawa pengikutnya menuju tujuan yang dicita-citakan. Rem karena seorang pemimpin juga harus mampu berfungsi mencegah hal-hal yang buruk terjadi.
Simpulkan diakhirnya bahwa ciri utama seorang pemimpin masyarakat justeru tidak langsung dikaitkan dengan keterampilan, kecakapan, jenis kelamin dsb tetapi lebih dikaitkan dengan sifat-sifat luhur manusia yang diperankannya; jujur, adil, transparan, kerendahan hati, setia dan kearifan selalu mampu berperan dalam memberi penerangan dlm kegelapan, penunjuk arah melalui keteladanan, kesejukan dalam kegelisahan, mencegah hal-hal yang buruk terjadi, akomodatif dan mengayomi, dsb yang secara keseluruhan menunjukkan keluhuran budi seorang manusia sejati.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
157
LK 2 – Kepemimpinan Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan diskusi tipe-tipe kepemimpinan dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat Kasus 2 A adalah seorang manajer suatu perusahaan import-eksport yang kurang berkembang. Banyak stafnya mengeluh atas perilakunya dalam memimpin perusahaan. Dia sulit menerima pendapat orang lain, dalam rapat staf bulanan tampak sekali bagaimana dia berupaya memaksakan kehendaknya. A beranggapan bahwa akulah yang paling berkuasa disini sudah seharusnyalah semua menuruti kemauanku. Sementara B adalah juga seorang manajer di sebuah perusahaan angkutan yang selalu menolak ajakan pelanggannya untuk menuliskan nilai sewa angkutan lebih tinggi dari yang sebenarnya dibayar oleh para pelanggannya. Disamping itu dia sangat memperhatikan kesejahteraan stafnya. Bila salah seorang stafnya menghadapi persoalan dia selalu menghiburnya dengan mengatakan biar nanti bapak yang selesaikan dan semua merasa senang karena hanya tinggal menunggu bapak B bertindak. Si C adalah tukang becak yang hidupnya serba pas-pasan. Meskipun demikian dia berupaya mengorganisasi teman-temannya sesama tukang becak untuk melakukan kegiatan simpan pinjam yang hasilnya dapat digunakan untuk saling tolong diantara mereka. Simpan pinjam ini berjalan dengan sangat baik sehingga modal yang dipupuk mencapai jumlah yang cukup besar. Semua ini terjadi bukan karena si C pandai mengelola keuangan simpan pinjam tersebut melainkan karena si C menjadi teladan bagi yang lain untuk menabung dan membayar pinjaman tepat waktu. Si C ini juga menjadi inspirator dan contoh pekerja yang gigih dan penuh dedikasi meskipun hanya sebagai tukang becak. D adalah salah satu staf senior A dalam ketidak puasannya terhadap kepemimpinan A berupaya selalu menjatuhkan A dengan berbagai tipu muslihat dan provokasi. Dia berhasil meyakinkan teman-temannya bahwa sumber penyakit di perusahaan ini justeru adalah si A, bila kita berhasil menggulingkan A maka perusahaan akan maju. Dengan dalih itulah D berhasil mengorganisasi sebagian besar karyawan untuk menolak kepemimpinan A dan melakukan protes ke dewan direksi sehingga kemudian dia dikenal sebagai sang pahlawan yg suka membela yang tertindas. Padahal dia berpikir kalau saja A jatuh maka peluang utama untuk mengganti A pasti jatuh ke dia. Tugas 1 a) Siapakah menurut Anda diantara A, B, C dan D yang benar-benar seorang pemimpin sejati ? b) Coba uraikan alasan Anda mengapa memilih dia sebagai pemimpin ?
.
158
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Standard Tunggal Perilaku (dari Buku Keshavan Nair, A Higher Standard Of Leadership) Ketika kepemimpinan memberikan contoh teladan, standar gandapun merasuki organisasi. Dalam bisnis, karyawan baru yang ingin cepat sukses memahami benar bagaimana permainan dimainkan, dan banyak yang meninggalkan idealismenya demi mengejar sukses. Banyak diantara kita pernah hadir dipertemuan-pertemuan dimana kita menyaksikan seorang mendapatkan pujian dan penghargaan untuk suatu pekerjaan yang tidak mereka lakukan. Kita telah menyaksikan orang-orang secara sengaja menyembunyikan data dan sumber informasi untuk menghalangi peluang sukses rekan-rekan mereka.Penerimaan standar yang rendah ini juga terdapat di luar arena perusahaan dan arena poitik; mulai dari konsultan atau pengacara yang menambahkan jam-jam ekstra ketika mengenakan biaya pada kliennya, sampai ke montir mobil yang mengenakan biaya untuk pekerjaan yang tidak mereka lakukan,belum lagi orang-orang yang menyerahkan klaim asuransi dalam jumlah yang membengkak. Menjadi orang yang dewasa-seorang sesepuh atau orang tua, dalam banyak hal berarti menjadi seorang yang berada digaris depan kepemimpinan. Beberapa tahun yang lalu, saya mampir kesebuah restoran, duduk di satu meja bersama sepasang suami istri bersama putri mereka yang masih remaja. Ketika tanda terima kartu kredit tiba, sang ayah menuliskan sesuatu dibaliknya. Putrinya mengambilnya, memeriksanya dan berkata dengan agak keras “Tetapi, dia kan tidak makan bersama kita?” Kedua orang tua sang gadis remaja tersebut saling berpandangan tanpa berkata sepatah katapun. Di sini, standar ganda perilaku difokuskan pada tingkat paling mendasar, yakni dalam keluarga. Siorang tua, tanpa menyadari contoh yang diberikan, telah memperagakan bahwa berbohong dalam keadaan-keadaan tertentu adalah suatu hal yang layak dilakukan. Sang anak pun diperkenalkan pada standar ganda. Memberikan contoh merupakan hal yang penting bagi peran kepemimpinan. Untuk membela standar ganda, beberapa orang menunjuk pada fakta bahwa banyak individu dengan moralitas pribadi yang masih dipertanyakan mengerjakan tugas-tugas pelayanan publik yang penting dan banyak individu yang perilakunya dalam masyarakat dicurigai adalah anggota-anggota keluarga dan teman-teman yang baik. Ini memang benar, tetapi kenyataannya adalah bahwa rasa hormat kita terhadap para pemimpin kita akan hilang jika kita sendiri tidak menyetujui perilaku mereka (publik maupun pribadi). Pemimpin yang tidak menghormati kita akan berkurang legitimasi kepemimpinannya dan akan kehilangan kepercayaan dari kita. Pemimpin yang tidak dipercaya sulit untuk bersaing dengan pemimpin lainnya dalam meraih kejayaan. Hal ini bukan saja membuat kepemimpinan mereka kurang efektif, tetapi juga dapat membawa kemunduran menyeluruh terhadap harapan rakyat. Kita merasa putus asa dan menjadi sinis karena kita tak dapat mempercayai para pemimpin kita sendiri. Maka terjadilah kemerosotan dalam jiwa kita sendiri. Untuk meningkatkan legitimasi dan rasa hormat terhadap suatu kepemimpinan dan terhadap sistem di mana kita hidup, kita harus menerima standar tunggal; standar tunggal dalam berperilaku, baik dalam kehidupan publik maupun dalam kehidupan pribadi. Ini bukan seruan untuk menjadikan kita sempurna; ini merupakan sesuatu untuk mengukur tindakan kita; sesuatu untuk kita usahakan dengan keras dan untuk menolong diri kita sendiri dalam mengontrol ketidak sempurnaan kita.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
159
Perdebatan-perdebatan tentang teori-teori ekonomi dan bisnis seperti tentang pasar bebas, peranan pemerintah, maksimalisasi laba dan strategi bersaing tidak memberi dampak yang berarti pada sifat kepemimpinan atau masyarakat. Tetapi kesetiaan kita pada standar tunggal, ya. Idealisme merupakan santapan jiwa. Jika kita kehilangan idealisme, kita kehilangan kedalaman sebagai individu, kita berarti berhenti berfikir dan berhenti berusaha untuk berubah, dan yang paling penting adalah kita kehilangan rasa persaudaraan dengan orang lain. Kehilangan rasa persaudaraan inilah yang menyulut tindakan kekerasan di sekeliling kita. Untuk menciptakan masyarakat yang harmonis, kemajuan ekonomi haruslah dilingkupi oleh komitmen terhadap idealisme. Untuk menyitir apa yang dikatakan duaribu tahun yang lalu: “Apa yang akan dicapai suatu bangsa melalui kemajuan ekonominya jika ia kehilangan jiwanya?”. Tidaklah cukup mendesak orang untuk hidup dengan standar tunggal; kita harus membuatnya lebih praktis. Kita membutuhkan pedoman, sehingga setiap individu di semua segmen dalam masyarakat kita, mulai dari pemimpin potensial di sekolah dan universitas sampai orangtua dan guru, mulai dari para pemimpin di komunitas kita sampai para pemimpin di tingkat nasional dan internasional dapat memahami dan mencoba untuk mengikuti. Kita harus meletakkan di hadapan kita serangkaian proses bagi upaya mencapai standar tunggal dalam berperilaku. Setiap orang akan menyaksikan jalannya sendiri dalam proses ini. Upaya keras untuk mencapai idealisme membutuhkan komitmen. Ini tidak berbeda dari berusaha mencapai kesempurnaan dalam bidang kegiatan apapun, dari olahraga sampai ilmu pengetahuan, dari musik sampai matematika. Meskipun demikian, ada dua perbedaan penting. Berusaha keras untuk sebuah idealisme yang bertalian dengan perilaku individual lebih sulit karena ia mencakup segala sesuatu yang kita perbuat. Dipihak lain, tiap orang memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan-kita semua dapat mengatakan bahwa diri kita berbakat. Ada lima komitmen dasar yang membimbing kita ke suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi: •
Kembangkan landasan bagi standar tunggal: pegang teguh nilai-nilai absolut.
•
Milikilah idealisme: Teguhkan hati dalam menempuh perjalanan anda.
•
Kembangkan pedoman yang akan menguatkan anda dalam perjalanan itu: teguhkan hati dalam melatih hati nurani anda.
•
Kurangi godaan-godaan yang membawa anda keluar jalur: teguhkan iman.
•
Bersiaplah untuk menghadapi pemeriksaan: teguhkan kemauan untuk mengurangi kerahasiaan.
Upaya ke arah tercapainya suatu standar moral tunggal amatlah sulit dalam konteks kepemimpinan adalah banyaknya penerapannya harus dilakukan di depan publik. Keberanian merupakan kualitas pribadi yang penting yang dibutuhkan untuk mempertahankan kelima komitmen diatas. Ini adalah keberanian jiwa yang dikaitkan dengan kemauan yang gigih. Kita masing-masing harus membuat komitmen untuk hidup berdasarkan standar tunggal dalam berperilaku, karena jika kita melakukannya, para pemimpin kita pun harus mengikutinya.
160
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Semangat Pengabdian Banyak diantara kita percaya bahwa memimpin adalah meraih kekuasaan. Tetapi, selama kekuasaan menguasai otak kita tentang kepemimpinan, kita tidak akan dapat bergerak maju menuju suatu standar kepemimpinan yang lebih tinggi. Kita harus menempatkan pengabdian sebagai inti; karena meskipun kekuasaan akan selalu dihubungkan dengan kepemimpinan, ia hanya memiliki satu penggunaan yang sah: pengabdian. Pentingnya pengabdian bagi kepemimpinan mempunyai sejarah yang panjang. Raja-raja zaman dahulu mengakui bahwa mereka mengabdi untuk negara dan rakyatnya, meskipun tindakan-tindakan mereka tidak konsisten dengan ucapan mereka. Upacara-upacara pelantikan di zaman modern bagi para petinggi negara semuanya melibatkan pengakuan akan pengabdian terhadap Tuhan, negara, dan rakyat. Para politisi merumuskan peran mereka sebagai pengabdian kepada rakyat. Dan di arena spiritual pengabdian selalu menjadi inti kepemimpinan. Pengabdian hadir dalam konteks suatu hubungan. Dalam politik, hubungan itu adalah hubungan antara para pejabat terpilih dengan para pemilihnya, di lingkungan akademik antara pengajar dan siswanya, dalam kehidupan beragama antara pemuka agama dengan umatnya. Idealnya adalah pengabdian yang tidak mementingkan diri sendiri, kita harus menganggap setiap orang sebagai diri kita sendiri dan kita tidak boleh mengharapkan imbalan. Tetapi, jika anda menunggu sampai anda dapat mengabdi tanpa motif pribadi, anda boleh menunggu “sampai tua”. Kepemimpinan yang berorientasi pada pengabdian tidak harus diartikan sebagai selalu menuruti kemauan orang lain. Pengabdian harus dilakukan dalam kerangka acuan nilai-nilai moral, ia harus merupakan pengabdian yang jujur. Jika kita mengikatkan diri pada pengabdian yang jujur, kita tidak harus selalu mengatakan kepada orang banyak apa yang mereka ingin dengar dari kita. Anda justru harus mengatakan kepada mereka jika anda anggap mereka salah. Sebagai pemimpin, kita harus membangun organisasi yang terikat pada pengabdian. Kita harus menciptakan kesadaran akan pengabdian, membentuk kelompok inti yang akan melatih orang-orang untuk mengabdi, mengembangkan sistem untuk memberikan pengabdian, dan mengukur pengabdian itu untuk mengevaluasi kinerjanya. Tidak ada yang baru dalam tugas-tugas ini. Banyak badan usaha dan organisasi sukarela melakukan semua ini dengan sangat baik. Jika standar tunggal merupakan pondasi standar kepemimpinan yang lebih tinggi, semangat pengabdian adalah bahan untuk mendirikan struktur bangunannya.
Lima langkah yang akan membantu pemimpin inti menjalankan pengabdiannya: §
Fokus pada tanggun jawab
§
Menekankan pengabdian berlandaskan nilai
§
Membuat komitmen terhadap pengabdian pribadi
§
Memahami kebutuhan orang-orang yang akan anda abdi
§
Mendamaikan kekuasaan dengan pengabdian
Bakat khusus tidak diperlukan untuk meniti langkah-langkah ini, hanya hasrat dan komitmen untuk mengabdi.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
161
Golongan Pemimpin2 (Jumat, 02 Agustus 2002) a) T: Saya ingin bertanya tentang pemimpin menurut pandangan Aa. Sebetulnya, ada berapa macam pemimpin yang ada di dunia ini? (Umarawangi, Jakarta) J: Qolbu atau hati itu ada tiga macam, yaitu qolbun maridh (hati yang sakit), qolbun mayyit (hati yang mati), dan qolbun saliim (hati yang selamat). Mengacu pada kategori tersebut, maka macam pemimpin pun ada tiga, yaitu pemimpin yang 'sakit' hatinya, pemimpin yang 'mati' hatinya, dan pemimpin yang selamat hatinya. Pemimpin yang berpenyakit hatinya selalu ingin mendapat perlakuan istimewa dari orang lain. Dia lebih mengutamakan dan mengikuti nafsunya. Salah satu penyakit yang ada pada pemimpin seperti itu adalah sombong. Dengan sombongnya dia sudah berani petantangpetenteng di hadapan orang banyak dan merajalela memberikan perintah. Sedangkan pemimpin yang mati hatinya sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dia hanya tahu bagaimana cara memuaskan nafsunya, maka segala cara akan dia lakukan. Dia akan memanfaatkan segala kesempatan dan kemudahan fasilitas yang ada demi kepuasan nafsunya. Dia tidak disukai orang-orang di sekitarnya. Seharusnya, orang semacam itu tidak boleh dijadikan pemimpin karena akan merusak negara dan bangsa dengan akhlak buruknya. Pemimpin seperti itu sungguh sangat jauh berbeda dengan pemimpin yang lebih mengutamakan akhlaknya karena hatinya selamat dari segala macam penyakit egois, merasa paling hebat, ujub, sombong, dengki, iri, serakah, suka pamer kekayaan, suka berfoya-foya, dan berbuat sia-sia. Pemimpin yang selamat hatinya akan selalu menjaga amanah dan selalu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik. Sebetulnya pembahasan tentang masalah ini sangatlah luas. Mudah-mudahan jawaban ini dapat bermanfaat. b) T: Aa, mengapa manusia lebih cenderung punya ambisi untuk memimpin orang lain dibanding dirinya sendiri? (Adam, Jakarta). J: Begitulah manusia! Kita sebagai manusia lebih suka menuntut untuk disayangi, diperhatikan, dihormati, dan selalu minta diberi. Kita senang menuntut orang lain untuk berbuat sesuatu untuk kita, dan sebaliknya kita sendiri enggan memberikan kontribusi untuk orang lain. Sama halnya dengan seorang pemimpin yang lebih senang mencari kesalahan setiap orang tapi sayangnya dia tidak memiliki keberanian untuk melihat kekurangan dan kesalahan sendiri. Dari sinilah akan terlihat sukses atau tidaknya seseorang. Orang sukses itu adalah orang yang memiliki keterampilan untuk melihat kekurangan diri sendiri sebelum melihat kekurangan orang lain.
2
Dicuplik dari rubrik tanya jawab dengan KH. Abdullah Gymnastiar
162
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
c) T: Seringkali terjadi perbedaan pendapat sehingga pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya tidak sejalan. Bagaimanakah sikap kita terhadap pemimpin yang berbeda pandangan dengan kita, apakah harus mengikutinya atau mengabaikannya? (Alisha, Jakarta) J: Memiliki pemimpin ideal itu memang tidak mudah dan tidak bisa begitu saja atau istilah sekarang adalah instan. Kepemimpinan itu adalah sebuah keterampilan yang bisa dimiliki oleh setiap orang sejak kecil. Tapi tidak cukup begitu saja, karena sebuah keterampilan itu harus diasah oleh ilmu agar tidak dimanfaatkan untuk hal-hal negatif atau menjadi salah kaprah. Masalah menaati atau mengabaikan itu tergantung dari ajakannya. Jika ajakannya betul, maka kita anggap itu sebagai karunia Allah SWT. Dan jika ajakannya salah, berarti itu adalah ladang amal bagi kita untuk membantu memperbaikinya. Tidak perlu kita mengadakan kudeta! Kita sebaiknya bijaksana memandang persoalan ini sebagai proses perjalanan sejarah menjadi pelajaran. Kita sebaiknya mempelajari hal yang ada, baik hal yang negatif maupun positif sebagai bekal sebuah pembinaan. Kita harus siap melahirkan generasi mendatang yang siap menjadi pemimpin bagi bangsa ini. Kita harus mulai berpikir bahwa siapapun yang ingin memimpin orang lain dengan sukses harus mampu memimpin dirinya sendiri. Jatuhnya kita sebagai suami, istri, anak, atau pemimpin dari sisi manapun adalah akibat dari tidak adanya kesanggupan serius dari kita untuk memimpin diri sendiri.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
163
Bukan Bos Tapi Pemimpin Oleh: Gunawan Wibisono3 (Senin, 29/07/2002, 12:21 WIB) satunet.com. Belakangan ini sering kali kita mendengar istilah krisis kepemimpinan yang dapat diterjemahkan, bangsa Indonesia tidak memiliki orang yang memiliki kwalitas sebagai pemimpin nasional. Ada orang yang memiliki kemampuan memimpin namun tidak dapat ditunjukkan karena terhalang oleh beberapa hal atau situasi memang membuat keadaan, di mana seorang pimpinan tidak bisa lahir. Apapun representasi kita dalam menerjemahkan kata tersebut, adalah hal yang wajib dalam sebuah kelompok dipilih seorang pimpinan. Namun begitu seperti kata pepatah “semakin tinggi pohon cemara, maka semakin tinggi angin yang menerjang”, begitu juga perjalanan seorang pimpinan. Kwalitas seorang pimpinan tidak dapat kita nilai pada saat dia dilantik dengan menggunakan pakaian kebesaran yang membuatnya tampat berwibawa atau hiruk-pikuk massa pendukung. Kualitas pimpinan akan terlihat bagaimana pada saat dia menghadapi “angin-angin” tersebut. Dalam sebuah diskusi yang bertema mencari kepemimpinan bangsa, pembicara menanyakan pada floor mengenai apa yang membuat seseorang dapat menjadi pemimpin, dijawab oleh salah seorang peserta sebagai “Kemampuan orang itu dalam mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan bersama”, dan itu bukan jawaban yang salah. Namun apa yang membuat orang tadi dapat mempengaruhi orang lain sehingga orang mau mengikuti apa yang dikatakannya.
Ciri khas seorang pemimpin Apabila kita melihat pada dunia militer, hal yang wajar terjadi adalah bahwa pemimpin yang dipilih, biasanya orang yang memiliki pengalaman tempur yang baik, dan kemampuan tersebut sering dikenal dengan keberanian fisik. Keberanian fisik merupakan hal mutlak yang harus dimiliki setiap prajurit. Namun begitu tentu anda akan berpikir, apa cukup? Ya benar tentu dengan keberanian fisik saja tidak cukup, namun itu merupakan hal yang vital bagi dunia militer. Dan anda pasti setuju bahwa pimpinan tidak hanya ada di militer, pimpinan juga bisa berada di bidang sipil, yang tentu saja keberanian fisik bukan merupakan hal yang mutlak. Tentu ada kemampuan lain yang diminta dalam kelompok tersebut. Namun begitu ada beberapa hal lain yang biasanya dimiliki oleh orang sehingga dia bisa menjadi pimpinan walaupun dia hanya memiliki kemampuan rata-rata dalam kelompoknya tersebut. Hal lain tersebut berupa kwalitas–kwalitas yang dituntut dan dihargai selama hidup. Kualitas yang harus dimiliki oleh pimpinan adalah:
3
mahasiswa pasca sarjana pada Universitas Bina Nusantara, selain itu juga bekerja sebagai Dosen dan Staff IT di perguruan tinggi yang sama.
164
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
1. Integritas. Didefinisikan sebagai kualitas yang membuat seseorang mempercayai anda. Kepercayaan adalah yang terpenting, dalam membentuk hubungan pribadi. Integritas ditunjukkan dari seluruh pribadi. 2. Antusiasme. Dapat digambarkan sebagai semangat seorang pimpinan dalam mencapai tujuan bersama. 3. Kehangatan. Orang yang kaku tidak cocok menjadi pemimpin. 4. Ketenangan. Hal ini sangat diperlukan terutama dalam pengambilan keputusan, sejarahwan Romawi, Tacitus, pernah mengatakan bahwa ‘Pertimbangan nalar yang diambil dengan tenang itulah kualitas istimewa yang dimiliki pemimpin’. 5. Tegas dan adil. Kombinasi ketegasan dan keadilan telah muncul sebagai kualitas yang dituntut oleh setiap organisasi pada pimpinannya. Kecendrungan salah satu faktor penyebabnya adalah semakin dinamisnya perubahan dan untuk itu diperlukan pemimpin yang konsisten. Komponen-komponen tersebut seperti senyawa kimia yang apabila anda gunakan dengan tepat ukurannya ditambah dengan kemampuan khusus yang dibutuhkan organisasi akan menghasilkan sebuah zat yang bermamfaat dan dapat diterima oleh banyak pihak.
Jenis pemimpin Dalam kenyataannya pun memang pemimpin dari asalnya dapat kita katagorikan dalam 2 (dua) macam, yaitu pemimpin yang dilahirkan dan pemimpin yang dibentuk oleh situasi. Pemimpin yang dilahirkan, kita bisa ambil contoh dari negara yang menganut sistem kerajaan, dimana seorang putra mahkota dilahirkan untuk menjadi seorang pimpinan. Sedangkan bagi para penganut kelompok situasional, mereka menganggap bahwa tidak ada istilah “dilahirkan sebagai pimpinan”, semuanya tergantung dari situasi. Mereka mengatakan bahwa tempatkanlah seseorang dalam suatu kondisi maka mungkin dia akan menjadi seorang pimpinan. Tempatkanlah dia dalam situasi lain dan mungkin dia tidak akan menjadi pimpinan. Churchill tak diragukan adalah pemimpin besar pada masa perang, namun apakah demikian juga dalam masa damai? Pada awal pemerintahan Churcill tahun 1940, W.O. Jenkins, profesor dari Amerika memuat studi tentang kepemimpinan dan dia mengatakan “Kepemimpinan bersifat spesifik menurut situasi tertenu yang diamati. Satu-satunya faktor paling umum tampaknya bahwa pemimpin dalam bidang khusus perlu cenderung memiliki kemampuan di atas rata-rata atau kompentensi atau kemampuan teknis dalam bidangnya”. Dalam perkataan profesor tadi “kemampuan diatas rata-rata atau kompentensi atau kemampuan teknis dalam bidangnya”, maka mungkin dapat kita bayangkan ada tiga macam otoritas dalam kepemimpinan, yaitu otoritas berdasarkan kedudukan atau pangkat, otoritas berdasarkan pengetahuan dan otoritas berdasarkan kepribadian. Nampaknya memang pendekatan situasional menekankan pada otoritas yang kedua. Dan memang pengalaman menunjukkan bahwa kecuali berada dalam lingkungan kerajaan, pemimpin yang baik adalah orang yang lahir dari kelompok dan diakui eksistensinya oleh kelompok tersebut. Kondisi tersebutlah yang membuat dia memiliki otoritas.
Mengendalikan Tim Adalah suatu hal yang pasti seorang pemimpin bekerja dalam sebuah tim dimana tim memiliki tujuan bersama. Untuk menyelesaikan tugas dan mempertahankan kebersamaan kelompok secara bersama, fungsi-fungsi pokok tertentu harus dijalankan. Beberapa fungsi pokok tersebut adalah:
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
165
1. Menentukan Tujuan. Menentukan batasan atau mengidentifikasikan maksud, tujuan dan sasaran organisasi atau kelompok. 2. Merencanakan. Memastikan bahwa ada rencana yang disetujui semua pihak, bila mungkin untuk mencapai sasaran. Pemimpin tahu apa yang akan dicapainya, bagaimana memulainya dan bagaimana berhentinya. 3. Memberi brifing. Menjelaskan tujuan dan rencana dengan gamblang. Pepmimpin harus mampu menjawab bertanyaan yang kerap diucapkan yaitu: “Mengapa kita melaksanakan dengan cara ini bukan dengan cara itu”. 4. Mengontrol. Mengontrol, mengawasi dan memantau semua hal yang mengacu pada pekerjaan yang sedang berlangsung. 5. Mengevaluasi. Evaluasi ini digunakan sebagai bahan yang bermanfaat untuk memberikan feedback bagi kelompok dengan harapan memperbaiki kekurangan dan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Mungkin pernah juga ada pertanyaan apa perbedaan dari bos dengan pemimpin. Satu pertanyaan yang mendasar, ada sebuah analogi mengatakan bos adalah orang yang memiliki kedudukan, berhak mengatur sumber daya baik alam maupun orang, namun belum tentu dapat diterima oleh tim yang dipimpinya, sedangkan pimpinan adalah orang yang diakui keberadaannya, memiliki otoritas karena orang secara suka rela memberikan padanya dan dia diberi tempat “spesial” karena kemampuannya itu. Anda bisa saja ditunjuk untuk menjadi seorang bos, tetapi anda bukan seorang pemimpin sampai kepribadian dan karakter anda, pengetahuan dan kecakapan anda dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan diakui dan diterima oleh semua orang lain yang bekerja bersama anda. Inilah perbedaan yang sangat fundamental.
Pemimpin dan perubahan Kepemimpinan dan perubahan berlangsung seiring. Pemimpin menyukai perubahan, itulah unsur pilihan mereka. Mereka menyenanginya karena mereka memiliki banyak ide cermelang yang dapat digunakan untuk peningkatan kinerja tim dan usaha pencapaian organisasi. Sebaliknya bos menyukai menjalankan organisasinya bagaikan mesin. Mereka merasa paling bahagia dalam keadaan yang mapan, tanpa suatu apapun yang mengancam kemapanan itu. Meskipun pemimpin tulen secara insting berusaha mengubah dan meningkatkan segala keadaan, usahanya tidak akan cukup berhasil kecuali jika perubahan eksternal dan internal mempengaruhi organisasinya juga. Selain perubahan yang diciptakan oleh ide-ide yang dimilikinya seorang pimpinan yang baik juga harus siap menghadapi perubahan yang tidak diprediksikan, misalnya bencana alam, demo karyawan atau perubahan susunan managerial yang mendadak, dan ada wajib memiliki toleransi tinggi terhadap hal tersebut. Untuk menghadapi latar belakang perubahan itu dan terus menerus berupaya agar tetap berhasil dalam proses perubahan itu, diperlukan konsep yang dapat digunakan yaitu: 1. Keterarahan. Seorang pemimpin selalu akan menemukan jalan untuk maju. Pemimpin akan mengidentifikasi sasaran baru, produk atau bentuk pelayanan baru dan pasar baru. 2. Inspirasi/motivasi. Kepemimpinan berkait erat dengan inspirasi. 3. Pendekatan seorang pemimpin dan sikap yang diperlihatkannya mengobarkan motivasi yang ada dalam diri organisasi, tim dan individu. 4. Membangun tim. Seorang pemimpin dengan sendirinya akan berpikir dalam kerangka tim.
166
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
5. Teladan. Kepemimpinan pada dirinya sendiri adalah teladan. Seorang pemimpin harus memiliki sumbangsih langsung kepada tugas umum, sehingga membuatnya “memimpin dari depan”. 6. Penerimaan. Anda bisa menjadi bos, namun belum menjadi pemimpin sampai penunjukan itu diterima hati dan pikiran orang yang bekerja bersama anda. Dari berbagai jenis pendekatan dan pemahaman kepemimpinan yang ada selalu memiliki tujuan akhir yaitu bagaimana menciptakan sebuah tim dengan kinerja yang tinggi, karena memang itulah hasil dari pemimpin yang baik. Tim yang memiliki kinerja tinggi itu memiliki ciri–ciri sebagai berikut: 1. sasaran yang realistis 2. rasa tanggung jawab bersama terhadap tujuan 3. penggunaan sumber daya sebaik mungkin 4. suasana keterbukaan 5. mengkaji kembali kemajuan yang telah dicapai 6. membangun pengalaman 7. bertahan dalam krisis Tim dengan ciri–ciri seperti hal diatas, dapat dibangun dengan peran aktif seorang pemimpin didalamnya. Keberhasilan dari sebuah tim lima puluh persen tergantung dari pemimpin dan lima puluh persen sisanya tergantung dari kualitas, pelatihan dan moral mereka yang bekerja bersama anda sebagai pimpinan. Satu hal yang perlu diperhatikan pimpinan sebagai usaha mawas diri adalah “Prisip Peter” di mana dikatakan, “Keberhasil seorang pimpinan dalam satu tingkat, tidak selalu bahwa pemimpin tersebut memimpin dengan baik pada tingkat berikutnya”, karena para karyawan dalam hirarki cenderung akan naik samapai dimana kompetensi (kemampuan) mereka mentok. Hal ini sangat perlu diperhatikan seorang bos supaya dapat menjadi pimpinan, karena kepemimpinan merupakan peran kunci dalam setiap organisasi.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
167
Kriteria Kepemimpinan Oleh: EMHA Ainun Nadjib (Minggu, 17 Juni 2001)
Dalam terminologi yang sederhana, wacana utama kriteria kepemimpinan sekurang-kurangnya harus melingkupi tiga dimensi: kebersihan hati, kecerdasan pikiran, serta keberanian mental. Jika pemimpin hanya memiliki kebersihan hati saja, misalnya, tanpa didukung kecerdasan intelektual dan keberanian, maka kepemimpinannya bisa gampang stagnan. Begitu pula sebaliknya. Jika pemimpin hanya memiliki kecerdasan belaka tanpa didukung kebersihan hati dan keberanian, maka jadinya seperti di 'menara gading' alias monumen yang bukan hanya tanpa makna, tapi juga nggangguin kehidupan rakyatnya. Apalagi, jika pemimpin hanya memiliki keberanian saja tanpa kebersihan hati dan kecerdasan, maka akan menjadikan keadaan semakin kacau dan buruk. Sebenarnya, kriteria kepemimpinan sama persis dengan kriteria manusia biasa atau orang kebanyakan, Kalau omong tentang pemimpin, sebaiknya jangan muluk-muluk. Berpikir sederhana saja. Misalnya. syarat menjadi suami. Pertama, harus manusia. Kedua, harus laki-laki. Baru yang ketiga, keempat, dan seterusnya. Syarat suami harus manusia itu banyak tak diperhatikan orang, padahal jelas banyak suami berlaku seperti ia bukan manusia. Bertindak hewaniah kepada istrinya, juga kepada orang lain. Bukankah menjadi manusia itu sendiri saja sudah sedemikian sukarnya? Kenapa kita punya spontanitas untuk mentertawakan dan meremehkan bahwa syarat menjadi suami itu harus manusia? Jadi, syarat menjadi Presiden atau Lurah itu ya sederhana saja: harus manusia. Sebab ratusan juta rakyat di muka bumi sengsara dalam berbagai era sejarahnya, gara-gara pemimpin negaranya berlaku tidak sebagaimana manusia, padahal semua orang sudah menyepakati bahwa ia manusia. Bukankah perilaku kebinatangan itu sebenarnya peristiwa jamak dan 'rutin' dalam konstelasi perpolitikan dan kekuasaan? Juga persaingan ekonomi? Dulu saya bangga hanya ada istilah political animal dan economic animal, tidak ada cultural animal. Saya bersombong yang punya kecenderungan kebinatangan hanya pelaku politik dan ekonomi, kebudayaan tidak. Tapi ternyata itu salah. Cultural animal juga bukan main banyaknya. Termasuk di bidang kesenian, hiburan, informatika dll. Mungkin sekali termasuk saya sendiri. Kemudian syarat menjadi suami yang kedua adalah harus laki-laki. Ternyata banyak suami berlaku tidak laki-laki. Ia jantan ketika di ranjang, tapi tidak dalam mekanisme politik rumah tangga, tidak di dalam pergaulan. Betapa banyaknya lelaki yang ternyata betina, yang berlaku tidak fair, curang, culas, suka mengincar, menyuruh bikin kerusuhan supaya nanti dia yang jadi pahlawan, merancang membakar gedung parlemen supaya bisa bikin dekrit, dan lain sebagainya. Meskipun, dari sudut ideologi pembelaan kaum perempuan, saya tidak mantap dengan etimologi dan filosofi kebahasaan kita. Kenapa orang yang jujur kita sebut jantan, yang pengecut kita sebut betina atau perempuan. Bukankah kejantanan yang dimaksud di situ bisa juga dilakukan oleh wanita? Bisa saja ada lelaki betina dan perempuan jantan. Jadi yang dimaksud pemimpin harus laki-laki bukan dalam pengertian fisik, melainkan dalam pengertian kepribadian. Tolonglah ada gugatan kepada Pusat Bahasa.
168
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 13 Topik: Pengorganisasian Masyarakat
Peserta memahami dan menyadari: 1. Konsep pengorganisasian masyarakat 2. Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat 3. Pengertian dan ciri-ciri pengorganisasian masyarakat 4. Pengorganisasian masyarakat sebagai proses penyadaran kritis
Kegiatan 1: Permainan dan diskusi makna pengorganisasian masyarakat Kegiatan 2: Diskusi prinsip dan cara masyarakat berorganisasi
4 Jpl (180’)
Bahan Bacaan: 1. Pengorganisasian Masyarakat 2. Pengorganisasaian Maysarakat (Beberapa Pengertian) 3. Organisasi Masyarakat Warga
• • • • •
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
169
Permainan dan Diskusi Makna Pengorganisasian Masyarakat 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai Topik 3 dari Tema Pemberdayaan Masyarakat, yaitu Pengorganisasian Masyarakat dan apa yang ingin dicapai dari modul ini, yaitu : Peserta memahami dan menyadari: §
Konsep pengorganisasian masyarakat
§
Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat
§
Pengertian dan ciri-ciri pengorganisasian masyarakat
§
Pengorganisasian masyarakat sebagai proses penyadaran kritis
2) Jelaskan bahwa kita akan memulai Kegiatan 1 : Permainan dan diskusi makna pengorganisasian masyarakat. 3) Mintalah beberapa peserta yang berbadan besar dan kuat untuk maju kedepan dan berdiri berjajar sebagai tembok dan mintalah beberapa peserta yang berbadan kecil atau lemah, dapat juga perempuan untuk maju ke depan dan berperan sebagai bulldozer untuk merobohkan tembok sedangkan sisanya menjadi pengamat untuk mencatat apa yang sebenarnya terjadi. Tentu saja bulldozer tersebut tidak dapat merobohkan tembok yang sangat kokoh. 4) Kemudian mintalah kepada pemain bulldozer untuk mencari tambahan beberapa teman dan kemudian mereka harus bekerja tanpa komunikasi sehingga bekerja secara acak atau tidak terorganisasi misalnya satu mendorong dari depan yang lain dari belakang, yang lain dari kiri dan yang lain lagi dari kanan sehingga tetap tidak mampu merobohkan tembok atau masing-masing mendorong tanpa aba-aba sehingga tidak terjadi sinergi. 5) Kemudian mintalah mereka untuk bekerja secara terorganisasi dengan aba-aba, sudut dorongan terarah, dsb, sehingga tembok roboh. 6) Belajar dari peristiwa tersebut mintalah para pengamat berunding untuk merumuskan apa sebenarnya makna “pengorganisasian masyarakat” 7) Kemudian setelah kelompok pengamat sepakat dengan makna “pengorganisasian masyarakat” ajaklah peserta untuk melakukan diskusi kelas dan menyimpulkan bahwa pengorganisasian masyarakat berarti: §
membangun masyarakat yang berorganisasi,
§
masyarakat yang mampu melakukan sesuatu secara terorganisasi,
§
masyarakat yang mampu menggalang potensi bersama,
§
masyarakat yang mampu bersinergi untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dapat dilakukan oleh masing-masing anggota
170
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Prinsip dan Cara Masyarakat Berorganisasi 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan melanjutkan Topik 3: Pengorganisasian Masyarakat dengan Kegiatan 3: Prinsip dan cara masyarakat berorganisasi, dan uraikan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu: Peserta mampu menguraikan dengan kata-kata sendiri tentang prinsip dan cara masyarakat membangun organisasi 2) Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok terdiri 5-7 orang dan mintalah beberapa kelompok mendiskusikan; Prinsip-prinsip pengorganisasian masyarakat dan beberapa kelompok lain mendiskusikan; Bagaimana cara masyarakat membangun organisasi? 3) Kemudian mintalah tiap kelompok untuk menyajikan hasil kelompok masing-masing dalam suatu diskusi kelas dan refleksikan bersama. Prinsip pengorganisasian masyarakat adalah: § Prinsip “partisipasi” dimana pelaku utamanya justeru masyarakat sendiri sehingga melalui prinsip partisipasi terjadi proses “learning by doing” § Prinsip “kesetaraan” antar semua pelaku, termasuk yang selama ini tertinggal oleh sebab jender, pendidikan, penghasilan, etnik, dsb § Prinsip “inklusif” sehingga terbangun rasa bersama “one for all, all for one” § Prinsip “mulai dari yang ada dan dipahami masyarakat” Hakekat pengorganisasian masyarakat adalah: • Membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi dan persoalan yang harus ditanggulangi bersama sehingga membangkitkan kebutuhan untuk berorganisasi menggalang potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan sosial yang lebih dinamik dan tanggap menghadapi berbagai perubahan. •
Membangun komunitas yang bukan hanya sekedar suatu badan hukum (legal entity) tetapi lebih merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan atau kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tatanan budaya setempat.
§
Membangun potensi dan kapasitas suatu kelompok masyarakat (empowerment) agar mereka mampu secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan manajemen komunitas (community management) terhadap lingkungan.hidupnya
Cara masyarakat membangun organisasi, adalah: § Menyepakati kebutuhan bersama § Menyepakati pola-pola pengambilan keputusan § Menyepakati pola-pola kepemimpinan yang representatif § Memilih pemimpin § Melakukan perencanaan partisipatif sebagai bagian integral pengorganisasian masyarakat untuk menyepakati apa-apa yang akan dilakukan bersama § Melaksanakan hasil perencanaan partisipatif § Kaji ulang langkah-langkah yang sudah dilakukan sebagai proses pengendapan (mengubah pengalaman nyata menjadi pengalaman mental)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
171
Pengorganisasian Masyarakat Oleh: Parwoto, 2000
Mengapa Pengorganisasian Masyarakat Ada berbagai pandangan atau aliran dikaitkan dengan pengorganisasian masyarakat yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam pemahaman “pengorganisasian masyarakat” itu sendiri. Sekurang-kurangnya ada tiga pandangan sebagai berikut ini: a) Kelompok pertama melihat “pengorganisasian masyarakat” sebagai alat untuk mensukseskan program-program pemerintah. Agar program-program secara efektif diterima oleh masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat perlu diorganisasikan karena masyarakat yang terorganisasi dapat menjadi wadah yang efektif untuk proses internalisasi untuk memahami keputusan-keputusan yang telah ditetapkan pemerintah dan mudah digerakkan untuk mencapai tujuan tertentu. Kelompok ini berasumsi bahwa pemerintah adalah representasi masyarakat dan selalu tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dan selalu bekerja keras hanya untuk kebaikan masyarakat. Kelompok ini percaya bahwa sistem yang ada cukup layak dan melihat bahwa struktur masyarakat yang ada adalah didasarkan atas konsensus. b) Kelompok kedua melihat “pengorganisasian masyarakat” sebagai tujuan akhir yang perlu dilakukan karena kelompok ini meskipun percaya bahwa sistem yang ada adalah layak dan berfungsi tetapi ada penyimpangan-penyimpangan yang perlu diperbaiki dan masyarakat terdiri dari berbagai unsur yang bersifat majemuk sehingga perlu wadah organisasi dimana berbagai kepentingan dapat dipertemukan. Penekanan disini adalah organisasi masyarakat terbentuk dan bukan masyarakat yang berorganisasi. c) Kelompok ketiga melihat “pengorganisasian masyarakat” sebagai upaya terstruktur untuk menyadarkan masyarakat akan kondisi mereka dan perlunya menggalang potensi untuk melangkah menuju perbaikan dalam konteks tatanan sosial politik yang lebih luas. Kelompok ini melihat bahwa sistem yang ada tidak berfungsi dengan baik, struktur sosial yang ada juga konflik dan pemerintah tidak sepenuhnya tanggap dengan kebutuhan masyarakat. Bagi kelompok ini “pengorganisasian masyarakat” lebih merupakan langkah awal menuju masyarakat berorganisasi untuk mengembangkan tatanan sosial yang lebih peka dan tanggap terhadap kondisi yang dialami menuju pembangunan yang lebih menyeluruh (comprehensive).
Pengertian Dalam kehidupan sehari-hari makin jelas bahwa pengertian “pengorganisasian masyarakat” (community organization) telah banyak disalah-artikan dan dimanipulasikan serta seringkali juga dikecilkan artinya sehingga hanya terbatas pada membentuk organisasi atau badan hukum, jadi lebih ditekankan pada fisik organisasi sebagai bentuk akhir dari upaya pengorganisasian masyarakat. Dalam makalah ini “pengorganisasian masyarakat” mencakup hal-hal yang lebih luas dan bersifat langkah-langkah penyadaran masyarakat terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan menggalang potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan kemasyarakatan dalam rangka membangun komunitas yang ada agar lebih peka dan tanggap serta mampu menjawab
172
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
perubahan yang terjadi. Ini berarti komunitas yang terbentuk melalui proses “pengorganisasian masyarakat” ini akan merupakan komunitas yang dinamik dan mampu menjawab berbagai perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar. Dengan demikian suatu komunitas bukan hanya sekedar suatu badan hukum (legal entity) tetapi lebih merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan atau kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tatanan budaya setempat. Pengorganisasian masyarakat ini juga merupakan bagian dari proses membangun potensi dan kapasitas suatu kelompok masyarakat (empowerment) agar mereka mampu secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan manajemen komunitas (community management) terhadap lingkungan.hidupnya.
Siapa Saja yang Harus Berorganisasi Organisasi masyarakat pada dasarnya adalah organisasi dimana kepentingan bersama menjadi utama dan hanya karena itulah organisasi masyarakat menjadi penting dan mencapai esensinya. Oleh sebab itu organisasi ini harus mewakili berbagai kepentingan dari unsur-unsur masyarakat dan merupakan rekonsilisasi berbagai kepentingan yang berbeda. Jadi pada dasarnya pengorganisasian harus mencakup seluruh unsur masyarakat dari berbagai strata ekonomi dan sosial, lintas kemajemukan dan heterogenitas masyarakat. Bila hal ini tidak dilakukan maka yang terjadi hanyalah suatu organisasi masyarakat yang ekslusif yang hanya akan menimbulkan purba wasangka/kecurigaan. Oleh sebab itu perlu dilakukan terlebih dahulu analisis pelaku petaruh (stakeholder) yang akan sangat berpengaruh dalam pembangunan, yaitu semua pihak yang sangat peduli terhadap lingkungan mereka, tidak tergantung tingkat pendidikan, kedudukan di masyarakat, kekayaan, dsb. Yang penting dalam hal ini adalah kepedulian mereka dan dedikasi mereka dalam memperjuangkan perbaikan kehidupan dan penghidupan bersama yang akan terefleksi dalam sikap melayani dan dapat dipercaya sehingga merupakan representasi dari berbagai pihak dan kepentingan. Secara nyata harus dapat mewakili masyarakat dari berbagai segi seperti antara lain usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku, organisasi (kelompok arisan, kelompok doa, pkk, dll) dsb. Dari analisis pelaku petaruh (stake holder) tersebut akan diperoleh klasifikasi sebagai berikut ini •
Petaruh dengan Kepedulian Tinggi dan Pengaruh Tinggi
•
Petaruh dengan Kepedulian Rendah dan Pengaruh Tinggi
•
Petaruh dengan Kepedulian Tinggi dan Pengaruh Rendah
•
Petaruh dengan Kepedulian Rendah dan Pengaruh Rendah (lihat Diagram 1)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
173
Diagram 1: Peta Pelaku Petaruh KEPEDULIAN RENDAH
TINGGI
P E N G A R U H
T I N G G I
Kepedulian Tinggi Pengaruh Tinggi
Kepedulian Rendah Pengaruh Tinggi
R E N D A H
Kepedulian Tinggi Pengaruh Rendah
Kepedulian Rendah Pengaruh Rendah
Siapakah Organisator Masyarakat Organisator masyarakat (community organiser) dapat siapa saja baik merupakan unsur dari dalam masyarakat (komunitas) sendiri atau dari luar. Yang penting seorang organisator masyarakat (community organiser) harus memiliki beberapa kwalitas dasar sebagai berikut: 1. Mencintai Masyarakat dengan tulus Mencintai disini diartikan suatu komitmen untuk memberikan hidupnya kepada masyarakat khususnya yang tertinggal. Mencintai disini juga bukan pemanjaan artinya harus memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menghadapi tantangan yang dibutuhkan untuk tumbuh dengan wajar. 2. Tekun Sifat ini sangat dibutuhkan karena mengorganisasi masyarakat bukan hanya kerja satu gebrakan (one-shot operation) tetapi lebih merupakan proses berlanjut yang penuh tantangan dan kesulitan 3. Memiliki Rasa Humor Agar tidak mudah putus asa dan frustrasi dalam mengorganisasi masyarakat seorang organisator masyarakat harus memiliki tingkat humor yang cukup. Artinya dia harus mampu mendudukkan segala sesuatu secara proporsional tidak terlalu menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain dan mampu menerima segala kesulitan dengan tetap gembira. 4. Kreatif Kreativitas juga sangat dibutuhkan dalam kerja mengorganisasi masyarakat karena pada dasarnya mengorganisasi masyarakat tidak ada resep baku, jadi kreativitas seorang organisator sangat dibutuhkan.
174
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
5. Fleksibel Disamping kreatif seorang organisator masyarakat juga dituntut fleksibel. Artinya seorang organisator harus mampu menyesuaikan diri dan rencananya dengan situasi nyata di lapangan. Perlu dibedakan antara fleksibel dan oportunis. Fleksibel adalah penyesuaian (adaptasi) ke suatu situasi agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan sedangkan oportunis tidak punya tujuan.
Beberapa Konsep Dalam Pengorganisasian Masyarakat PARTISIPASI
Pengertian Pengertian partisipasi ini juga telah mengalami berbagai penyimpangan sehingga lebih mendekati apa yang sering disebut sebagai “mobilisasi” atau malah sering kali diartikan sebagai ”rekayasa sosial” dimana masyarakat tetap saja didudukkan sebagai obyek pembangunan. Beberapa pengertian partisipasi yang dapat dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut: Pelibatan diri pada suatu tekad yang telah menjadi kesepakatan bersama (Hasan Poerbo) a) Voluntary involvement of people in making & implementing decisions directly affecting their lives, ….(UNCHS, 1991)
Pelibatan secara suka rela oleh masyarakat dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka…… b) A voluntary process by which people including the disadvantaged (income, gender,ethnicity, education) influence or control the decisions that affect them (Deepa Narayan, 1995)
Suatu proses yang wajar dimana masyarakat termasuk yang kurang beruntung (penghasilan, gender, suku, pendidikan) mempengaruhi atau mengendalikan pengambilan keputusan yang langsung menyangkut hidup mereka Ciri-ciri partisipasi Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini: a) b) c) d)
Bersifat proaktif dan bukan reaktif artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak. Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut Ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara
Jenjang partisipasi Ibu Sherry Arntein, seorang sosiolog mencoba membuat jenjang partisipasi dalam delapan jenjang, dimana tingkat terendah adalah “manipulasi” atau “rekayasa sosial” dan yang tertinggi adalah bila terjadi “kontrol sosial” atau “pengendalian oleh masyarakat”. Kemudian delapan jenjang tersebut dikelompokkan lagi menjadi 3 kelompok sebagai berikut ini Kelompok yang paling rendah adalah: Non Partisipasi Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah: a) Manipulasi/rekayasa sosial, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan dimanipulasi agar sesuai dengan harapan/program yang telah dirumuskan oleh pengambil keputusan (pemerintah)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
175
b) Terapi, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pihak yang tidak tahu apa-apa (orang sakit) dan harus percaya terhadap apa yang diputuskan oleh pemerintah (dokter) Kelompok menengah adalah yang memiliki Kadar Hadiah (tokenism) Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah: c) Informasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan pemberian informasi akan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti pemasyarakatan program, dll d) Konsultasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkonsultansi mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah di lokasi yang bersangkutan e) Penenteraman, yaitu pendekatan pembangunan dengan misalnya merekrut tokoh-tokoh masyarakat untuk duduk dalam panitia pembangunan sebagai upaya menenteramkan masyarakat tetapi keputusan tetap ditangan pemerintah. Ketiga pendekatan ini tetap mendudukkan masyarakat sebagai obyek dimana kewenangan pengambilan keputusan tetap berada di tangan pemerintah. Kelompok tertinggi adalah yang memiliki Kadar Kedaulatan Rakyat Termasuk didalamnya secara berjenjang mulai dari yang terendah adalah: f)
Kerjasama, yaitu pendekatan pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai mitra pembangunan yang setara sehingga keputusan dimusyawarahkan dan diputuskan bersama
g) Pendelegasian, yaitu pendekatan pembangunan yang memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka. h) Kontrol sosial, yaitu pendekatan pembangunan dimana keputusan tertinggi dan pengendalian ada di tangan masyarakat. Kesimpulannya partisipasi baru benar-benar terjadi bila memiliki kadar kedaulatan rakyat yang cukup dan kadar kedaulatan rakyat tertinggi adalah terjadinya kontrol sosial (social control/citizen control) dimana keputusan penting dan pengendalian pembangunan ada di tangan rakyat.
Diagram 2: Jenjang Partisipasi (Ladder of Participation) oleh Sherry Arntein Kontrol sosial Pendelegasian
Kadar Kedaulatan Rakyat
Kerjasama Penentraman (placation) Konsultasi
Kadar Hadiah
Informasi Terapi
Non
Manipulasi/rekayasa sosial
176
Partisipasi
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
SINERGI
Pengertian Secara umum sinergi diratikan bila hasil kerjasama lebih banyak dibanding dengan penjumlahan hasil masing-masing Sinergi juga merupakan suatu proses, jadi bukan sekedar kerja sesaat, untuk mewujudkan alternatif ketiga sehingga akan terjadi budaya kerjasama yang kreatif.
Ciri-ciri sinergi Sinergi selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) Berorientasi pada hasil bersama b) Punya tujuan bersama c) Mengembangkan berbagai alternatif ketiga d) Kerjasama secara kreatif, e) Merupakan proses Untuk memperjelas pengertian sinergi dapat dilihat juga apa yang bukan sinergi sebagai berikut ini a) Bukan sekedar sumbang saran b) Bukan teknik berunding c) Bukan menyerah terhadap pendapat pihak lain d) Bukan persaingan/teknik bersaing
Perbedaan antara Sinergi dan Kompromi Untuk makin memperjelas pengertian sinergi maka sinergi dibandingkan dengan kompromi: Sinergi
: 1 plus 1 > dari 2
Kompromi
: 1 plus 1 < dari 2, oleh sebab ada bagian yang dikorbankan.
Persyaratan Terjadi Sinergi a) Ada perbedaan atau keragaman b) Ada sikap menang-menang c) Ada upaya untuk mengerti terlebih dahulu d) Hargai perbedaan e) Jakin bersama akan menemukan alternatif ketiga.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
177
KEMANDIRIAN
Pengertian Meskipun sudah berkali-kali digunakan tetapi ternyata pengertian kemandirian masih sulit dijelaskan. Sering kali kemandirian diartikan situasi dimana seseorang/suatu komunitas mampu mengurus dirinya/mereka sendiri. Dengan kata lain suatu komunitas disebut mandiri bila dapat menjadi programer bagi diri mereka sendiri, artinya sadar akan berbagai ; persoalan yang dihadapi, kelemahan, kekuatan dan peluang yang dimiliki serta mampu menyusun program untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi, mengatasi berbagai kelemahan yang dimiliki dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki.
Jenjang Kemandirian Jenjang kemandirian ini pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan sebagai berikut: a) Tahap: Tergantung (dependent) Suatu kondisi masyarakat yang belum mandiri; •
merasa tergantung pihak lain
•
sangat reaktif,
•
tidak mengenal diri/komunitasnya
•
selalu menyalahkan pihak lain,
•
tidak bertanggung jawab atas perbuatan/tindakan mereka
b) Tahap: Mandiri Suatu kondisi masyarakat yang sudah mandiri •
tidak tergantung pihak lain,
•
proaktif,
•
mengenal diri/komunitasnya dengan baik
•
mampu mengambil inisiatif/prakarsa,
•
bertanggung jawab atas perbuatan/tindakan mereka
•
mampu mengelola organisasi dan program-program mereka
c) Tahap: Kesaling-bergantungan Suatu kondisi masyarakat yang tidak saja mampu mengurus komunitasnya tetapi juga mampu mendudukkan komunitasnya sebagai bagian integral dari komunitas-komunitas lain yang harus saling melayani untuk kemajuan bersama. Kegagalan komunitas yang lain merupakan kegagalan seluruh sistem dimana komunitasnya hidup (konsep hadir di tengah masyarakat). Komunitas pada tingkat ini akan memiliki kemampuan untuk mengelola jaringan/jaring kerja (networking) dan menciptakan sinergi untuk kemajuan bersama
178
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
PEMBANGUNAN PARTISIPATIF
Sebagai Bagian Integral Dari Pengorganisasian Masyarakat
Pengertian Dalam upaya membangun kesadaran suatu komunitas/masyarakat dan sekaligus menata kembali tatanan sosial yang ada maka metoda yang sangat efefktif adalah pembangunan pertisipatif, yaitu pembangunan yang secara langsung melibatkan semua pihak yang terkait dalam proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan dengan tetap mendudukkan komunitas/masyarakat pemanfaat sebagai pelaku utama, artinya keptusan-keputusan penting yang langsung menyangkut hidup mereka sepenuhnya ada di tangan komunitas/masyarakat. Pembangunan partisipatoris ini merupakan model pembangunan yang melibatkan komunitas pemanfaat sebagai pelaku utama untuk secara aktif mengambil langkah langkah penting yang dibutuhkan untuk memperbaiki hidup mereka. Pembangunan partisipatoris ini juga merupakan koreksi dan sekaligus model pembangunan yang memadukan dua ancangan yaitu ancangan dari atas, dimana keputusan-keputusan dirumuskan dari atas dan ancangan dari bawah, yang menekankan keputusan di tangan masyarakat yang keduaduanya memiliki kelemahan masing-masing. Dengan kata lain pembangunan partisipatoris tidak berarti meniadakan peran pelaku luar; ahli, pemerintah, dll tetapi mendudukkan merepa sebagai fasilitator dan katalis dalam suatu proses yang sepenuhnya dikendalikan oleh komunitas/masyarakat pemanfaat Pembangunan partisipatoris ini mengembangkan ancangan ketiga dengan cara menggabungkan keuntungan dan membuang kerugian masing-masing ancangan ; top down dan bottom up sehingga diperoleh ancangan ketiga yang disebut “ancangan partisipatoris” yang mempertemukan gagasan makro yang bersifat "top down" dengan gagasan mikro yang kontektual dan bersifat "bottom up". Ancangan ini memungkinkan dilakukannya perencanaan program yang dikembangkan dari bawah dengan masukan dari atas. Pola pembangunan dengan "ancangan partisipatoris" disebut pembangunan partisipatoris, yang akan menghasilkan pembangunan "mikro" yang tidak terlepas dari konteks "makro". Yang perlu diperhatikan dalam pola pembangunan partisipatoris ini peran “pelaku eksternal” bukan untuk mengambil alih pengambilan keputusan melainkan untuk menunjukkan konsekuensi dari tiap keputusan yang diambil masyarakat, dengan kata lain menjadi "fasilitator" dalam proses pengambilan keputusan sehingga keputusan yang diambil akan rasional. Dalam pembangunan partisipatoris, tiap tahapan pembangunan, mulai dari pengenalan persoalan dan perumusan kebutuhan, perencanaan dan pemrograman, pelaksanaan, pengoperasian dan pemeliharaan merupakan kesepakatan bersama antar pelaku pembangunan yang terlibat (pemerintah, swasta dan masyarakat), dimana seluruh proses pembangunan sekaligus merupakan proses belajar bagi tiap pihak yang terlibat. Pemerintah dalam hal ini bertindak sebagai "katalis pembangunan" dan masyarakat sebagai "klien" yang diberdayakan dan difasilitasi agar mampu berperan sebagai "pelaku utama" untuk memecahkan persoalan mereka melalui hasil kerja mereka sendiri.
Ciri-ciri ancangan partisipatif •
Pelaku eksternal (Katalis persoalan yang dihadapi
Pembangunan)
•
Masyarakat aktif mengambil sikap dan tindakan serta menentukan cara menangani persoalan tersebut
bersama untuk
masyarakat mengatasi
merumuskan
persoalan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
tersebut
179
•
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat menetapkan sumber-daya yang dapat dialokasikan untuk memecahkan persoalan tersebut
•
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) bersama masyarakat memutuskan rencana dan program pelaksanaan untuk mencapai tujuan pemecahan persoalan tersebut di atas.
•
Pelaku eksternal (Katalis Pembangunan) lebih menekankan pada upaya untuk mendorong masyarakat mengembangkan diri sendiri untuk mampu mengambil keputusan yang rasional, dan merencanakan perbaikan masa depan mereka melalui tata organisasi yang berakar dalam masyarakat.
Kelebihan •
Pembangunan lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumber daya secara terpadu baik dari masyarakat maupun pemerintah atau pihak lain yang terlibat, sehingga dengan alokasi yang relatif sama dapat menjangkau lebih luas
•
Pembangunan lebih menyentuh masyarakat tetapi sesuai dengan rencana makro oleh sebab adanya masukan dari pelaku eksternal (pemerintah atau profesional)
•
Masyarakat sadar akan persoalan yang mereka hadapi dan potensi yang mereka miliki
•
Masyarakat lebih bertanggung pemanfaatan hasil pembangunan.
•
Masyarakat saling belajar dalam proses pembangunan dengan rekan-rekan seperjuangan/senasib dan dengan para profesional
•
Tumbuhnya solidaritas dengan pihak lain
•
Tumbuhnya masyarakat mandiri, menentukan masa depan mereka.
•
Tumbuhnya organisasi yang berakar pada masyarakat menjamin keberlanjutan pertumbuhan yang organik
antar
jawab
anggota yang
atas
keberhasilan
masyarakat mampu
dan
antara
mengambil
pembangunan,
anggota
masyarakat
keputusan-keputusan
sebagai
wadah
dan
yang
untuk mampu
Kekurangan •
Diperlukan perubahan sikap dari pihak pemerintah dan para dari “provider” menjadi “enabler” yang sering kali membutuhkan waktu lama.
•
Tata administrasi proyek pemerintah sering tidak mendukung
•
Diperlukan unsur pendamping yang kaum awam sebagai penyandang proyek
180
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
profesional
untuk
mengisi
profesional
kelemahan
Modul 14 Topik: Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi
Peserta memahami dan menyadari: 1. Konsep, ciri-ciri dan jenjang partisipasi 2. Hubungan partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi 3. Perlunya partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi dalam pembangunan
Kegiatan 1: Diskusi kelompok konsep partisipasi Kegiatan 2: Diskusi kelompok partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi
2 Jpl (90 ’)
Bahan Bacaan: 1. Konsep Partisipasi 2. Partisipasi dan Pemberdayaan 3. Partisipasi dan Demokrasi
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
181
• Papan Tulis dengan perlengkapannya
Diskusi Konsep Partisipasi - Permainan Membuat Menara dari Sedotan 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memulai Modul Daur Program Pembangunan Partisipatif . Kemudian uriakan apa tujuan modul ini yaitu: Peserta memahami: Konsep, ciri-ciri dan jenjang partisipasi Peserta menyadari: Perlunya pendekatan partisipatif dalam keseluruhan pembangunan 2) Jelaskan kepada peserta, kita akan membahas modul pembangunan partisipatif, untuk lebih meningkatkan pemahaman maka kita akan mencoba untuk membuat benda dari sedotan. 3) Bagilah peserta ke dalam 2 kelompok, kemudian setiap kelompok diminta untuk membuat benda dari sedotan, dengan peralatan yang telah disediakan oleh panitia (petunjuk lihat LK). 4) Setelah benda dari sedotan jadi, kemudian analisis hasilnya dalam pleno kelas, dengan pertanyaan kunci sebagai berikut: •
Mengapa memutuskan membuat ‘benda’ tersebut?
•
Siapa yang memimpin?
•
Siapa yang memutuskan?
•
Adakah pembagian tugas?
•
Bagaimana tahapan pembuatannya?
•
Bagaimana perasaan pemimpin?
•
Bagaimana perasaan anggota kelompok?
•
Siapakah yang terlibat dalam pembuatannya? Hanya laki-laki ataukah perempuan?
•
Apakah puas dengan hasilnya?
•
Apakah hal dia atas dapat terjadi dalam program pembangunan?
5) Berikan pencerahan, gunakan MB yang telah disediakan apabila diperlukan.
182
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Kelompok: Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi
1. Jelaskan bahwa kita akan memasuki kegiatan 2, yaitu membahas partisipasi, pemberdayaan dan demokrasi. Kemudian uriakan apa tujuan kegiatan ini yaitu: Peserta memahami: §
hubungan partisipasi dan pemberdayaan
§
hubungan partisipasi dan demokrasi
Peserta menyadari: §
perlunya partisipasi, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan
2. Bagilah peserta ke dalam 3 kelompok, kemudian bagi tugas setiap kelompok sebagai berikut:
Kelompok 1 & 2: §
Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan?
§
Bagaimana partisipasi yang memberdayakan?
§
Siapakah yang harus diberdayakan? Kaum elite, orang kaya, orang miskin, laki-laki atau perempuan? Jelaskan mengapa demikian
Kelompok 3 & 4: §
Apa yang dimaksud dengan demokrasi?
§
Apakah mungkin partisipasi tanpa demokrasi atau sebaliknya?
3. Setelah diskusi kelompok selesai bahas dalam pleno kelas. Mintalah kelompok 1 & 2 mempresentasikan hasil diskusinya, beri kesempatan kelompok lain untuk bertanya dan memeberikan masukan. Setelah selesai lanjutkan presentasi dengan kelompok 3 & 4, berikan kesempatan kelompok lain untuk bertanya dan memberikan masukkan. 4. Berikan pencerahan (pelajari bahan bacaan). Dalam memberikan pencerahan ulas secara mendalam mengapa perlu partisipasi dan pemberdayaan perempuan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
183
Pemberdayaan (empowerment) adalah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power). Robert Chambers, mengartikan kekuasaan sebagai kontrol terhadap berbagai sumber kekuasaan, termasuk ilmu pengetahuan dan informasi. Karena itu Chambers mengartikan pemberdayaan masyarakat sebagai pengambilalihan penguasaan terhadap pengetahuan dan informasi, sebagai salah satu sumber kekuasaan yang penting. Oleh karena itu pemberdayaan merupakan upaya power sharing antara masyarakat yang selama ini memiliki akses dan kontrol terhadap sumber-sumber kekuasaan (kaum elite/dominan) dengan kelompok yang terpinggirkan. Kaum miskin dan perempuan dalam hal ini termasuk ke dalam kelompok yang terpinggirkan, tidak pernah terlibat dalam sektor publik dan menjadi penerima informasi kedua. Proses power sharing dilakukan dengan cara memperbesar daya (empowerment) kepada pihak yang tidak/kurang berdaya, dan mengurangi daya pihak yang terlalu berkuasa (disempower). Power sharing bukanlah hal yang mudah, seringkali ketika sekelompok masyarakat berhasil diberdayakan, mereka memiliki akses dan kontrol terhadap sumber kekuasaan, bila tidak hati-hati akan menjadi kelompok elite baru. Sedangkan kelompok yang selama ini berkuasa akan sangat sulit membagikan sumber kekuasaannya kepada pihak lain. Pendekatan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan dengan penyadaran kritis terhadap nilai-nilai kemanusiaan sebagai kontrol sikap dan perilaku, menjadi satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Untuk mewujudkan hal di atas, tentu saja partisipasi masyarakat menjadi penting. Partisipasi dalam proses pembangunan memungkinkan kelompok marginal termasuk kaum miskin dan perempuan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan informasi dan diperlakukan dengan adil dan setara. Sedangkan bagi kelompok elite dengan berpartisipasi merupakan salah satu upaya membagikan sumber kekuasaan (pengetahuan, informasi, dll) kepada kelompok lainnya. Demokrasi adalah sistem pemerittahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat (demos artinya rakyat, cratos artinya kewenangan). Artinya, rakyat mempunyai kewenangan dalam pembuatan keputusan dan mengontrol pelaksanaan yang dilakukan oleh wakil-wakil (pemimpin) mereka. Sebagai salah satu prinsip demokrasi, partisipasi warga merupakan keharusan untuk mengontrol penyalahgunaan kekuasaan oleh para pemimpin, menyampaikan aspirasi dan memberikan masukkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga (publik). Bentuk-bentuk partisipasi warga yaitu keterlibatan masyarakat dalam organisasi sosial kemasyarakatan (organisasi sipil), kesediaan masyarakat untuk memberikan opini yang menyangkut kepentingan publik, dalam program pembangunan, dalam proses pengambilan keputusan publik,dalam pemilihan kepemimpinan lokal,dsb.
184
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Membuat Benda dari Sedotan Tujuan: §
Peserta memahami daur program pembangunan dengan pendekatan partisipatif.
§
Peserta memahami dan menyadari efektivitas pendekatan partisipatif.
Waktu: 60 menit Peralatan: §
4 set sedotan
§
2 kotak jarum pentul
§
2 gulung tali rafia
Langkah-langkah 1. Penjelasan singkat tentang tujuan dan materi pokok kegiatan ini 2. Bagi seluruh peserta ke dalam 2 kelompok sama besar, minta mereka duduk melingkari meja terpisah antar kelompok. 3. Minta setiap kelompok memilih pemimpin, dan kepad ketiga pemimpin terpilih minta untuk menemui anda di ruangan lain. Anggota kelompok diminta untuk menunggu ( pemandu lain bisa mengajak anggota kelompok untuk mengisi waktu dengan kegiatan lain). 4. Jelaskan kepada ketiga pemimpin: Bahwa mereka akan bertugas untuk memimpin kelompoknya masing-masing untuk membuat benda dari bahan sedotan minuman, dengan bantuan jarum pentul dan benag rafia. (berikan masing-amsing satu set kepada pemimpin ) Dalam melaksanakan tugas ini, ketiga calon pemimpin akan menjalankan tugas yang berbedabeda, yaitu: •
Seorang berperan sebagai pemimpin dengan pendekatan yang top down (semua diatur oleh pemimpin), akan memimpin kelompoknya dengan cara keras dan tegas ( segalanya ditentukan oleh pemimpin, sejak identifikasi benda yanga akan dibuat, pembagian tugsa anggota sampai penentuan selesainya pekerjaan).
•
Seorang berperan sebagai pemimpin yang demokratis dengan pendekatan dari bawah ( bottom up), yang akan memimpin kelompoknya atas dasar musyawarah an mufakat ( dari mulai identifikasi benda apa yang akan dibuat, membuat rencana, pembagian tugas, penentuan cara, pengawasan kerja, dan penentuan hasil, semuanya ditetapkan bersamasama , pemimpin hanya memfasilitasi).
5. Sepakati dari kedua pemimpin tersebut, siapa yang akan berperan memimpin dengan pendekatan top down dan siapa yang akan memimpin dengan pendekatan bottom up. Yakinlah
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
185
bahwa mereka memang mampu menjalankan peran masing-masing dengan baik. Kemudian tegaskan bahwa mereka sama sekali tidak boleh mengatakan kepad anggotanya tentang apa peran ereka dan mengapa berperan seperti itu. Sesudah itu, minta mereka kembali ke kelompok masing-masing dan segera mulai. 6. Selama kelompok bekerja, amati perilaku pemimpin dan anggotanya dan catat hal-hal yang perlun untuk analisa nanti. 7. Setelah semua kelompok selesai, minta mereka kembali ke formasi semula. Kemudian minta para anggota setiap kelompok mengungkapkan kesan dan pengalaman mereka: §
Bagaimana proses yang dilakukan oleh setiap kelompok?
§
Mengapa memutuskan membuat benda tersebut?
§
Siapa yang memimpin?
§
Siapa yang memutuskan?
§
Adakah pembagian tugas?
§
Bagaimana tahapan pembuatannya?
§
Bagaimana perasaan pemimpin?
§
Bagaimana perasaan anggota kelompok?
§
Apakah setiap anggota terlibat dalam pembuatannya?
§
Apakah puas denga hasilnya?
§
Mengapa semua itu bisa terjadi?
§
Apa penyebabnya dan bagaimana?
§
Apakah bisa dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan ( program pembangunan ) di luar kelas ( keadaan yang sesungguhnya
8. Catat semua ungkapan mereka pada kertas plano, kemudian analisa dan simpulkan bersama.
186
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Konsep Partisipasi Disarikan dari: Partisipasi, Pemberdayaan dan Demokrasi Komunitas, Driyamedia dan KPMNT
Asal-Usul Konsep Partisipasi Pengertian partisipasi di dalam literatur yang tersedia, banyak yang berasal dari literatur di kalangan penelitian partisipatif. Di dalam wacana penelitian partisipatif, agenda penelitian dikaitkan dengan 2 agenda lainnya yaitu proses pembelajaran dan pengembangan program aksi bersama masyarakat. Ketiganya (penelitian, pembelajaran masyarakat dan program aksi) ditujukan untuk mendorong terjadinya perubahan (transformasi) sosial sebagai suatu tanggungjawab moral karena kritik terhadap kalangan peneliti (konvensional) yang selama ini dianggap menjadikan masyarakat sebagai obyek penelitian dan sumber informasi. Kalangan ‘pembelot’ yang menggeluti riset partisipatif/riset aksi inilah yang kemudian berkecimpung dalam pemikiran mengenai pengembangan pembangunan yang berbasis pada manusia (peoplecentered approach) yang akhirnya menjadi atau harus bekerja bersama para praktisi pembangunan. Di kalangan praktisi pembangunan memang muncul kalangan yang berkecimpung dalam pengembangan wacana konseptual dan metodologi pendekatan pembangunan, tetapi sebagian besar dari praktisi pembangunan adalah pengguna (aplikator) dari metodologi dan riset aksi yang digunakan dalam mengembangkan program aksi di tingkat masyarakat. Jadi, sejumlah akademisi dan praktisi telah menggeluti riset partisipatif ini dan menggunakan terminologi riset partisipatif dan disesuaikan dengan tujuan masing-masing.
Pengertian dan Jenis Partisipasi Dengan mengutip pengkategorian oleh Deshler dan Sock (1985), disebutkan bahwa secara garis besar terdapat 3 tipe partisipasi, yaitu: partisipasi teknis (technical partisipation), partisipasi semu (pseudo participation), dan partisipasi politis atau partisipasi asli (genuine participation). Partisipasi teknis dan partisipasi politis kelihatannya sepadan dengan 2 tipe partisipasi yang ditemukan dalam referensi lain, yaitu partisipasi untuk partisipasi yang digunakan dalam pengembangan program, dan partisipasi yang diperluas untuk partisipasi yang merambah ke dalam isu demokratisasi ( Dalam buku: Impact Assesment for Development Agencies, Christ Roche, OXPAM-NOVIB, 1999). Partisipasi Teknis adalah keterlibatan masyarakat dalam pengidentifikasian masalah, pengumpulan data, analisis data, dan pelaksanaan kegiatan. Pengembangan partisipasi dalam hal ini adalah sebuah taktik untuk melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan praktis dalam konteks pengembangan masyarakat. Partisipasi asli (Partisipasi politis), adalah keterlibatan masyarakat di dalam proses perubahan dengan melakukan refleksi kritis dan aksi yang meliputi dimensi politis, ekonomis, ilmiah, dan ideologis, secara bersamaan. Pengembangan partisipasi dalam ini adalah pengembangan kekuasaan dan kontrol lebih besar terhadap suatu situasi melalui peningkatan kemampuan masyarakat dalam melakukan pilihan kegiatan dan berotonomi.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
187
Partisipasi Semu, yaitu partisipasi politis yang digunakan orang luar atau kelompok dominan (elite masyarakat) untuk kepentingannya sendiri, sedangkan masyarakat hanya sekedar obyek. Dalam pengertian partisipasi di atas, bukan berarti partisipasi teknis tidak penting dibandingkan dengan partisipasi politis), bisa sekaligus ada dalam sebuah program pengembangan masyarakat dimana pemberdayaan masyarakat dalam kehidupannya secara lebih luas (kehidupan sosial, budaya, politik, ekonomi). Berdasarkan tingkat atau derajat kontrol partisipasinya (masyarakat), partisipasi semu (pseudo participation) dan partisipasi yang sesungguhnya (genuine participation) dijelaskan dalam tabel berikut: Jenis partisipasi
Pola hubungan kekuasaan (kontrol) antara pihak luar dengan masyarakat
Partisipasi semu
Penindasan (domestikasi)
• Manipulasi
Kontrol sepenuhnya oleh ‘orang luar’ dan kelompok dominan (elite masyarakat) untuk kepentingan mereka, bisa saja prosesnya partisipatif atau menggunakan partisipasi teknis
• Pemberian terapi
Partisipasi asli (partisipasi politis)
Perlakuan terhadap masyarakat
• Pemberian informasi
Asistensi (paternalisme)
• Konsultasi
Esensi sama dengan di atas
• Menenangkan
Kerjasama
• Kemitraan
Masyarakat terlibat dalam keseluruhan proses program yang bersifat bottom-up; kontrol dibagi antara orang luar dengan masyarakat; manfaat program untuk masyarakat.
• Kekuasaan (kontrol) diwakilkan (partisipasi belum menjadi budaya di tingkat komunitas)
Pemberdayaan
• Kontrol diberikan kepada masyarakat
Masyarakat sebagai pengelola program sepenuhnya; muncul kesadaran kritis; demokratisasi; solidaritas dan kepemimpinan masyarakat; partisipasi komunitas berkembang
Manipulai/rekayasa sosial, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan dimanipulasi agar sesuai dengan harapan/program yang telah dirumuskan oleh pengambil keputusan (pemerintah) Terapi, yaitu pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pihak yang tidak tahu apa-apa (orang sakit) dan harus dipercaya terhadap apa yang diputuskan oleh pemerintah (dokter) Informasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan pemberian informasi akan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah seperti pemasyarakatan program, dan lain-lain. Konsultasi, yaitu pendekatan pembangunan dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berkonsultasi mengenai apa yang akan dilakukan oleh pemerintah di lokasi yang bersangkutan.
188
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Penenteraman, yaitu pendekatan pembangunan dengan misalnya merekrut tokoh-tokoh masyarakat untuk duduk dalam panitia pembangunan sebagai upaya menenteramkan masyarakat, tetapi keputusan tetap di tangan pemerintah. Kerjasama. Pendekatan pembangunan yang mendudukkan masyarakat sebagai mitra pembangunan setara, hingga keputusan dimusyawarahkan dan diputuskan bersama. Pendelegasian, yaitu pendekatan pembangunan yang memberikan kewenangan penuh kepada masyarakat untuk mengambil keputusan yang langsung menyangkut kehidupan mereka Kontrol sosial, yaitu pendekatan pembangunan dimana keputusan tertinggi dan pengendalian ada di tangan masyarakat. Artinya partisipasi baru benar-benar terjadi bila ada kadar kedaulatan rakyat yang cukup dan kadar kedaulatan rakyat tertinggi adalah terjadinya kontrol sosial.
Ciri-ciri partisipasi Partisipasi masyarakat selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: •
Bersifat proaktif dan bukan reaktif, artinya masyarakat ikut menalar baru bertindak
•
Ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua pihak yang terlibat
•
Ada tindakan yang mengisi kesepakatan tersebut
•
Ada pembagian wewenang dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara.
Penyempitan Arti Partisipasi dalam Wacana Pembangunan Pemaknaan konsep partisipasi dalam wacana pembangunan, cenderung menjadi semakin teknis (instrumental) meskipun sebagai jargon seringkali dihubungkan dengan konsep pemberdayaan dan perubahan sosial. Terjadi gradasi perbedaan pengertian terhadap peristilahan ini, tergantung dari latar belakang orang yang memaknainya. Akhirnya bagaimana aplikasi partisipasi akan berbeda, apabila pengertian tentang terminologi tersebut berbeda. Berdasarkan pengalaman di Indonesia, pengertian partisipasi yang diartikan sebagai mobilisasi masih sering terjadi, dimana program pembangunan dianggap berhasil mendorong partisipasi apabila bisa mengerahkan keterlibatan masyarakat dalam jumlah besar (massal) meskipun dengan cara-cara yang tidak partisipatif.
Partisipasi yang Memberdayakan Dalam wacana pembangunan, mengapa terminologi partisipasi sangat melekat dengan terminologi pemberdayaan? Apakah pengembangan partisipasi berarti dengan sendirinya adalah proses pemberdayaan? Ataukah pengembangan partisipasi harus disertai dengan proses pemberdayaan? Dalam kenyataannya, pengembangan partisipasi tidak selalu berarti demokratisasi, karena ada jenisjenis partisipasi yang bersifat teknis/instrumental. Karena itu, partisipasi teknis tidak dapat dihubungkan dengan pemberdayaan karena proses pemberdayaan jelas tidak akan terjadi tanpa adanya agenda demokratisasi komunitas. Sebab pengembangan partisipasi, bisa saja dilakukan tanpa pemberdayaan . partisipasi juga tidak selalu mendorong proses pemberdayaan. Sama seperti konsep partisipasi, konsep pemberdayaan dalam pembangunan seringkali disalahartikan (dikebiri pemaknaannya) menjadi teknis. Pemberdayaan diartikan sebagai peningkatan kemampuan (bahkan keterampilan masyarakat yang tidak dalam konteks perubahan komunitas dan demokratisasi.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
189
Pemberdayaan, adalah proses yang sangat politis, karena berhubungan dengan upaya mengubah pola kekuasaan dan mereka bekerja dengan kerangka pemberdayaan berarti menentang kelompok pro-status quo yang pastinya tidak begitu saja bersedia melakukan perubahan (dalam arti power sharing). Proses pemberdayaan selalu memerlukan proses demokratisasi, atau sebaliknya proses demokratisasi selalu memerlukan proses pemberdayaan. Pengembangan demokrasi hanya akan berhasil jika masyarakat berhasil mengidentifikasi hal-hal yang tidak demokratis dan secara bertahap melakukan perubahan terhadapnya agar menjadi lebih demokratis. Hal ini membutuhkan kesadaran masyarakat mengenai adanya aktor-aktor yang sangat berkuasa (powerfull), di berbagai level yang berbeda, yang memiliki kepentingan dan kemungkinan besar akan menolak usaha-usaha perubahan tersebut.
Partisipasi dan Pemberdayaan Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan ‘kekuasaan’ (power). Dalam tulisan Robert Chambers, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap berbagai sumber kekuasaan, termasuk ilmu pengetahuan dan informasi. Karena itu, pemikiran penting Chambers mengenai pemberdayaan masyarakat adalah pengambilalihan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan informasi, sebagai salah satu sumber kekuasaan yang penting, dari orang luar (peneliti dan agen pembangunan) oleh masyarakat. Caranya dengan menggali dan menghargai pengetahuan dan teknologi lokal, serta menjadikan proses pembelajaran sebagai milik masyarakat, bukan milik orang luar. Selain itu, Chambers juga melihat isu kekuasaan dalam konteks pola hubungan antara kelompok dominan/elite masyarakat dengan kelompok ‘bawah’, antara negaranegara miskin (dalam skala komunitas, nasional maupun global). Kekuasaan dalam konteks politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan mengatur kehidupan warga (rakyat). Kekuasaan politik harus dibatasi dengan membangun sistem demokrasi. Karena itu, salah satu prinsip dasar demokrasi adalah tersedianya ruang partisipasi warga yang mampu mengontrol penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin yang diberi mandat oleh warga. Jadi, kekuasaan sebenarnya adalah milik rakyat, tetapi yang terjadi kemudian adalah pengambilalihan kekuasaan oleh elite politik karena belum/tidak berfungsinya sistem pemerintahan yang mungkin ditegakkannya kedaulatan rakyat. Hal ini terjadi karena rakyat belum mampu melindungi kekuasaannya. Sedangkan, pemimpin politik, cenderung untuk tidak bersedia membatasi kekuasaannya, bahkan lebih suka memperbesar kekuasaan tersebut. Terdapat tujuh macam jenis kekuasaan yang dapat dijadikan dasar pengembangan strategi pemberdayaan berbasis masyarakat (Jim Ife: Community Development; Creating Community Alternatives, Vision , Analysis & Paractice,1995). Ketujuh jenis kekuasaan ini satu sama lain saling berhubungan dalam cara-cara yang kompleks, dan kategori (jenis) yang lain dapat saja ditambahkan.
Kekuasaan atas kesempatan dan pilihan pribadi Di negara berkembang seperti Indonesia, sebagian besar orang hanya memiliki sedikit kekuasaan untuk menentukan kehidupan mereka sendiri: misalnya untuk membuat keputusan tentang gaya hidup, dimana akan bertempat tinggal, dan jenis pekerjaannya. Struktur masyarakat seringkali membatasi pilihan pribadi seseorang, misalnya , struktur patriarki dan nilai-nilai gender seringkali membatasi kekuasaan bagi perempuan dalam membuat pilihan sendiri ( pendidikan, kesehatan, pekerjaan, bahkan jodohnya) dan kelompok etnis mayoritas bekerja untuk mengurangi kekuasaan etnis minoritas. Begitu juga norma-noma dan nilai-nilai budaya, seringkali membatasi kekuasaan seseorang atas pilihan hidupnya., berdasarkan pembedaan kelas, rasial, agama, dan gender. Salah satu konsekuensi dari kemiskinan yang utama dalah tersedianya hanya sedikit pilihan atau kekuasaan
190
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
untuk membuat keputusan tentang kehidupan mereka sendiri. Jenis pekerjaan, pelayanan kesehatan,pendidikan, kehidupan pribadi, hampir tidak tersedia banyak pilihan. Pemerintah mengatur banyak hal (agama, orientasi seksual yang diijinkan, dokter menentukan pengobatan tanpa memberi penjelasan atau menanyakan pendapat pasien, dsb.). Agenda pemberdayaan seharusnya juga bekerja untuk mengembangkan kemampuan individu dalam menentukan berbagai pilihan pribadi.
Kekuasaan atas definisi dan kebutuhan Negara seringkali merasa bertanggung jawab untuk menenukan dan merumuskan kebutuhan masyarakat. Selain itu, para profesional seperti dokter, pekerja sosial, psikolog, guru dan manajer, juga merasa memiliki keahlian dalam mendefinisikan kebutuhan orang lain. Pada sudut pandang pemberdayaan, seharusnya masyarakat diberikan kekuasaan untuk mendefinisikan dan merumuskan kebutuhan mereka sendiri. Agar masyarakat mampu mendefinisikan kebutuhan yang relevan dengan suatu pengetahuan dan keahlian, maka proses pemberdayaan menuntut pengembangan akses terhadap pendidikan dan informasi secara merata.
Kekuasaan atas ide Penguasaan ide merupakan sumber kekuasaan, baik berupa bahasa, ilmu pengetahuan, dan budaya yang dominan. Untuk mengurangi dominasi kekuasaan atas ide perlu dikembangkan kapasitas seseorang dalam memasuki forum dialog dengan yang lainnya. Selain itu perlu dikembangkan kemampuan orang tersebut untuk menggali ide-ide dan berkontribusi terhadap pemikiran umum. Untuk itu, pendidikan merupakan aspek penting dari pemberdayaan.
Kekuasaan atas institusi Berbagai kesepakatan dan keputusan dipengaruhi oleh institusi sosial seperti lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, keluarga, gereja, lembaga pemerintahan, media massa, dan lain-lain. Karena itu, strategi pemberdayaan juga bisa bertujuan untuk meningkatkan akses dan kontrol masyarakat dan seseorang terhadap institusi-institusi ini. Selain itu, perlu dilakukan perubahan terhadap institusiinstitusi ini agar lebih terbuka, responsif, dan dapat dipertanggungjawabkan terhadap semua anggota (transparan).
Kekuasaan atas sumberdaya Sebagian besar manusia memiliki sedikit akses dan kontrol terhadap sumberdaya, baik sumberdaya keuangan maupun sumberdaya bukan moneter seperti pendidikan, pengembangan diri, rekreasi dan pengembangan budaya. Di dalam masyarakat modern dimana kriteria ekonomi menjadi sumber penghargaan, kekuasaan terhadap sumberdaya ekonomi juga menjadi sangat penting. Salah satu strategi pemberdayaan adalah semaksimal mungkin memberi akses pada banyak orang terhadap pembagian dan penggunaan sumbedaya yang lebih merata. Biasanya, di masyarakat (terutama masyarakat modern) terjadi ketimpangan akses terhadap berbagai sumberdaya.
Kekuasaan atas aktivitas ekonomi Akses dan kontrol terhadap mekanisme produksi, distribusi dan pertukaran merupakan sumber kekuasaan yang sangat vital dalam masyarakat mana saja. Kekuasaan ini dibagi secara tidak merata terutama pada masayarakat kapitalis modern. Karena itu, proses pemberdayaan seharusnya juga
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
191
memastikan bahwa kekuasaan atas aktivitas ekonomi dapat dibagikan (didistribusikan) secara cukup adil meskipun tidak merata.
Kekuasaan atas reproduksi Pengambilan keputusan dan kontrol atas proses reproduksi telah menjadi kritik yang sangat penting dari kaum feminis. Reproduksi tidak hanya diartikan sebagai proses kelahiran, melainkan juga proses membesarkan anak, memberikan pendidikan dan keseluruhan mekanisme (sosial, ekonomi, dan politik) yang mereproduksi genersi penerus. Kekuasaan atas proses reproduksi merupakan pembagian yang tidak sama dalam setiap masyarakat, berdasarkan nilai gender, kelas dan rasial. Kekuasaan atas reproduksi termasuk kategori kekuasaan atas pilihan pribadi dan kekuasaan atas ide.
Pembedayaan Sebagai Upaya Power Sharing Adanya segelintir orang yang memiliki akses dan kontrol besar terhadap sumber-sumber kekuasaan, dibandingkan orang yang lain merupakan struktur ketimpangan, sedangkan orang yang dirugikan disebut sebagai kelompok terpinggirkan atau kelompok lemah. Pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan untuk orang atau sekelompok orang yang mempunyai akses dan kontrol yang terbatas terhadap berbagai sumber kekuasaan. Pemberdayaan adalah upaya yang ditujukan untuk orang atau sekelompok orang yang terpinggirkan. Tujuan pembedayaan adalah untuk mengembangkan struktur masyarakat yang seimbang dan adil. Di tingkat negara, agenda besar pemberdayaan berarti upaya untuk mengembalikan pola hubungan kekuasaan antara rakyat dengan elite politik ke dalam kerangka demokrasi. Masyarakat yang lemah, tidak mampu melindungi kekuasaannya, bahkan tidak memiliki kesadaran kritis terhadap hak-hak dan kedaulatannya, disebut masyarakat yang tidak berdaya. Sedangkan negara, atau dalam hal ini elite politik yang memiliki kekuasaan tanpa terbatas, disebut sebagai pihak yang sangat berkuasa. Sementara, di tingkat komunitas, masyarakat miskin yang marjinal adalah kelompok yang tidak berdaya, sedangkan kelompok elite yang dominan adalah kelompok yang sangat berkuasa. Menurut Chambers, pembangunan adalah upaya untuk mengembangkan tatanan hidup yang lebih baik (komunitas,nasional, maupun global), yang berarti adalah berbagi kekuasaan (power sharing) untuk mengembangkan keseimbangan. Pemberdayaan adalah upaya untuk mewujudkan power sharing, dengan cara memperbesar daya (empowerment) kepada pihak yang tidak/kurang berdaya. Dan mengurangi daya pihak yang terlalu berkuasa.
Pengertian Pemberdayaan di Tingkat Komunitas Lokal §
Proses pengembangan hubungan yang lebih setara, adil, dan tanpa dominasi di suatu komunitas. Pemberdayaan memerlukan proses penyadaran kritis masyarakat tentang hak-hak dan kewajibannya. Pemberdayaan juga memerlukan proses pengembangan kepemimpinan lokal yang egaliter dan memiliki legitimasi pada rakyatnya.
§
Proses untuk memberi daya/kekuasaan (power) kepada pihak yang lemah, dan mengurangi kekuasaan (disempower) kepada pihak yang terlalu berkuasa sehingga terjadi keseimbangan.
§
Membutuhkan pembagian kekuasaan (power sharing) antara kepemimpinan lokal dengan masyarakat secara adil. Pembagian kekuasaan yang adil berarti adalah penyelenggaraan sistem demokrasi di tataran komunitas (community democracy). Paling tidak itu yang saat ini dipercaya oleh gerakan demokrasi di seluruh dunia.
192
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Partisipasi yang Memberdayakan Dalam wacana pembangunan, mengapa terminologi partisipasi sangat melekat dengan terminologi pemberdayaan? Apakah pengembangan partisipasi berarti dengan sendirinya adalah proses pemberdayaan? Ataukah pengembangan partisipasi harus disertai dengan proses pemberdayaan? Dalam kenyataannya, pengembangan partisipasi tidak selalu demokratisasi, karena ada jenis-jenis partisipasi yang bersifat teknis/instrumental. Karena itu, partisipasi teknis tidak dapat dihubungkan dengan pemberdayaan karena proses pemberdayaan jelas tidak akan terjadi tanpa adanya agenda demokratisasi komunitas. Sebab, pengembangan partisipasi bisa saja dijalankan tanpa pemberdayaan. Partisipasi juga tidak selalu mendorong proses pemberdayaan. Sama seperti konsep partisipasi, konsep pemberdayaan seringkali dikebiri pemaknaannya menjadi teknis. Pembedayaan seringkali diartikan sebagai peningkatan kemampuan (bahkan keterampilan) masyarakat yang tidak dalam konteks perubahan komunitas dan demokratisasi. Pemberdayaan adalah proses yang sangat politis, karena berhubungan dengan upaya mengubah pola kekuasaan dan mereka yang bekerja dengan kerangka pemberdayaan berarti menantang kelompok pro status quo yang pastinya tidak begitu saja bersedia melakukan perubahan (dalam arti power sharing). Proses pemberdayaan selalu memerlukan proses demokratisasi, atau sebaliknya, proses demokratisasi selalu memerlukan proses pemberdayaan. Pengembangan demokrasi hanya akan berhasil jika masyarakat berhasil mengidentifikasi hal-hal yang tidak bersifat demokratis dan secara bertahap melakukan perubahan terhadapnya agar menjadi lebih demokratis. Hal ini membutuhkan kesadaran masyarakat mengenai adanya aktor-aktor yang sangat berkuasa, di berbagai level yang berbeda, yang memiliki kepentingan dan kemungkinan besar akan menolak usaha-usaha perubahan tersebut.
Partisipasi dan Demokrasi Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat (demos artinya rakyat, cratos artinya kewenangan). Artinya, rakyat memberikan kewenangan/mandat kepada pemerintah untuk ’memerintah’ mereka. Dengan demikian, pemerintah memiliki ’kekuasaan’ (power) karena kekuasaan itu diberikan oleh rakyat. Tetapi, karena dalam praktek-praktek pemerintah seringkali menyalahgunakan kekuasaan tersebut, maka dalam sistem demokrasi harus ada mekanisme agar rakyat bisa mengontrol dan mengawasi sepak terjang pemerintah. Selain itu, rakyat juga harus memiliki ukuran-ukuran dalam menilai performa pemerintahannya, antara lain: perumusan hak-hak sipil dalam suatu negara, adanya perlindungan HAM, dan adanya penegakan hukum untuk semua.
Partisipasi sebagai Prinsip demokrasi Dalam konsep politik, partisipasi warga merupakan keharusan (sebagai salah satu prinsip dasar sistem demokrasi). Partisipasi warga itu dimaksudkan untuk mengontrol penyalahgunaan kekuasaan oleh pemimpin, menyampaikan aspirasi kepada pemerintah, melibatkan warga dalam pelaksanaan pemerintahan, memberi masukkan pada saat pengambilan keputusan yang menyangkut kehidupan warga (publik). Bentuk-bentuk partisipasi warga dalam konsep politik sebenarnya sangat luas, yaitu: keterlibatan warga dalam organisasi sosial kemasyarakatan (organisasi sipil), kesediaan masyarakat untuk memberikan opini terhadap isu-isu yang menyangkut kepentingan masyarakat (opini publik), keterlibatan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan, dan sebagainya. Partisipasi dalam kosakata politik sebenarnya jauh lebih tua daripada partisipasi dalam wacana pembangunan. Dalam politik, kata partisipasi dipadankan dengan kata warganegara (citizen participation). Sedangkan dalam pembangunan, kata partisipasi lebih banyak dipadankan dengan kata masyarakat (community participation).
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
193
Pemilahan Partisipasi Sosial dan Partisipasi Politik Istilah partisipasi, dalam perkembangannya lebih populer dalam wacana pembangunan dan cenderung berubah menjadi terminologi yang steril (a-politis). Kebanyakan lembaga pemerintah, LSM dan donor menggunakan istilah partisipasi dalam program pembangunan diartikan sebagai partisipasi sosial. Sehingga terjadilah pemilahan partisipasi sosial dengan partisipasi dalam proses demokrasi. ( Hans Antlov, Paradigma Baru dalam Partisipasi Masyarakat, Buletin Lesung Edisi 02, FPPM). Kedua istilah ini masing-masing mempunyai keterbatasan: partisipasi sosial yang diartikan sebagai upaya meningkatkan pengawasan masyarakat terhadap sumber-sumber sosial terutama program-program pembangunan, ternyata tidak mampu mengatasi persoalan-persoalan struktural yang dihadapi di dalam konteks persoalan di Indonesia. Sedangkan partisipasi politik yang diartikan sebagai peran serta masyarakat dalam pengertian politik secara sempit, tidak memadai sebagai wilayah kerja untuk menegakkan demokrasi masyarakat. Partisipasi sosial dalam pembangunan, memiliki kecenderungan untuk dimaknai dan diaplikasikan secara teknis dan instrumental. Hal ini mendorong terjadinya manipulasi partisipasi, karena sebenarnya dipergunakan untuk mendorong peran serta masyarakat dalam agenda orang luar. Jelas kedua jenis partisipasi di atas tidak akan mendorong demokratisasi dan restrukturisasi masyarakat karena tidak mengembangkan kesadaran dan kepedulian yang lebih luas dari warga masayrakat (elite dan warga masyarakat lainnya) dalam membangun komunitas yang lebih baik. Partisipasi masyarakat (community participation) di kalangan pembangunan lebih sering diartikan sebagai partisipasi sosial daripada partisipasi politik. Anggapan ini nampaknya menjadikan partisipasi sebagai pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan, bukan partisipasi untuk mengembangkan sistem dan struktur baru komunitas yang lebih setara, partisipatif, dan demokratis. Partisipasi yang tidak mengembangkan perluasan di tingkat komunitas, jelas tidak akan banyak berpengaruh terhadap demokratisasi komunitas. Di dalam konsep demokrasi, terdapat sejumlah pilar atau prinsip yang harus ada sehingga bisa dikatakan demokrasi berjalan, yaitu: PARTISIPASI WARGA; kesetaraan atau tidak adanya diskriminasi golongan, agama, etnis, dan gender, toleransi terhadap perbedaan, akuntabilitas pemerintah terhadap rakyat, transparansi pemerintahan, kebebasan berusaha untuk mengembangkan ekonomi, kontrol terhadap penyalahgunaan kekuasaan, jaminan perlindungan hak-hak sipil, perlindungan HAM, serta aturan dan penegakan hukum. Partisipasi warga (citizen participation) di dalam konsep demokrasi, diartikan sebagai keterlibatan warga dalam berbagai proses pemerintahan, antara lain dalam pengembangan kebijakan publik, dalam mengawasi jalannya pemerintahan, menyampaikan aspirasi dan kepentingan masyarakat dan dalam mendukung berbagai upaya pembangunan. Masyarakat (komunitas) partisipatif adalah sebuah keadaan yang menunjukkan bahwa partisipasi sudah menjadi nilai, sikap-perilaku, dan budaya di suatu masyarakat, sehingga mereka bisa mengambil peran yang menentukan, baik dalam proses-proses pembangunan maupun dalam pemerintahan yang sesuai dengan asas-asas demokrasi.
Partisipasi Asli, Partisipasi yang Mengembangkan Demokrasi Komunitas Karena itu, Hans Antlov, dalam tulisannya, menganjurkan penggunaan kembali istilah partisipasi warga yang meliputi partisipasi sosial dan partisipasi politik dalam arti luas. Partisipasi warga ini diartikan sebaga keterlibatan warga masyarakat dalam pemerintahan lokal secara penuh, termasuk dalam kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, dalam program-program pembangunan,dalam proses pengambilan keputusan publik tingkat lokal, dalam pemilihan kepemimpinan lokal (formal maupun informal),dsb, yang merupakan seluruh bagian dari kehidupan masyarakat (komunitas). Karena itu, peran Lembaga –lembaga pengembang program pembangunan juga meliputi peran sebagai pengorganisir rakyat (community organizer) karena partisipasi warga harus dikembangkan
194
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
melalui penguatan lembaga-lembaga masyarakat/rakyat (organisasi sipil) yang bilsa menjadi kelompok kepentingan dan kelompok penekan tingkat lokal dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan (mempengaruhi lembaga politik formal melalui legislatif dan eksekutif lokal). Penguatan kelembagaan masyarakat/rakyat (organisasi sipil) ini, diperlukan dalam menopang pemerintahan lokal yang partisipatif (participatory local governance) atau komunitas yang demokratis (demokratic community).
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
195
Modul 15 Topik: Metodologi Pembangunan Partisipatif
Peserta memahami dan menyadari: 1. Landasan pemikiran PRA sebagai metodologi pembangunan partisipaitf 2. Prinsip-prinsip pendekatan PRA 3. PRA merupakan alternatif metodologi untuk perubahan sikap dan perilaku dalam PNPM Mandiri Perkotaan
Diskusi kelompok dan pleno kelas
2 Jpl (90 ’)
Bahan Bacaan: 1. Metodologi PRA 2. Pokok-pokok Pikiran Robert Chambers 3. PRA Realitas dan Pembalikan
• • • •
196
Kerta Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
1) Beri salam kepada peserta, dan jelaskan maksud dan tujuan dari modul metodologi, yaitu: Peserta memahami: •
Landasan Pemikiran PRA
•
Prinsip-prinsip PRA
•
Penerapan PRA dalam Daur P2KP
2) Bagikan bacaan: PRA alternatif metodologi PS: Pokok-pokok Pemikiran Robert chambers, PRA: Realitas dan pembalikan dan PRA dalam daur program kepada peserta. 3) Mintalah mereka untuk membaca, dan beri waktu yang cukup. 4) Apabila mereka sudah selesai membaca, bagi peserta ke dalam 3 kelompok tugas kepada peserta untuk mendiskusikan isi bacaan tadi, yaitu: •
Kelompok 1: Apa yang dimaksud dengan PRA, Apa tujuan PRA, Apa perbedaan PRA dengan RRA dan PAR, dan apakah PRA bisa diterapkan untuk di perkotaan?
•
Kelompok 2: Apa kontribusi PRA terhadap perubahan sikap dan perilaku? Hubungkan dengan prinsip-prinsip PRA dan pembalikan (reversal) yang dimaksud dalam PRA
•
Kelompok 3: Bagaimana PRA dapat diterapkan dalam PNPM Mandiri Perkotaan?
5) Setelah selesai lakukan pleno kelas, dan tanyakan kepada peserta apa yang ingin didiskusikan lebih lanjut. Lakukan tanya jawab dan tukar pengetahuan di antara peserta. 6) Apabila dari hasil diskusi, ada hal-hal yang dirasa belum jelas, berikan penjelasan sebagai pencerahan. PRA merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal (secara harfiah diterjemahkan menjadi pengkajian desa secara partisipatif ) ,pada penerapannya merupakan sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat (pedesaan) untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan”. Pada awalnya PRA digunakan hanya untuk pengkajian, pada perkembangan berikutnya PRA menjadi metodologi pendekatan program yang lebih dari sekedar pengkajian untuk masyarakat, melainkan sebagai sebuah kerangka kerja pengembangan program partisipatif. PRA, merupakan metamorfosis dari RRA, pada awal perkembangannya disebut sebagai RRA partisipatif. Kata-kata partisipatif menunjuk kepada pelaku utama (aktor utama) di dalam proses pembangunan. PRA, menekankan pada ‘orang dalam’ (baca: masyarakat) sebagai aktor utama, orang luar hanya bertindak sebagai fasilitator. Oleh karena itu tujuan utama dari PRA adalah pemberdayaan masyarakat.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
197
Inovasi PRA, ditujukan pada perubahan sikap dan perilaku dari para pelaku. Chambers lebih menekankan pada perubahan sikap dan perilaku orang luar, tetapi pada perkembangannya terutama dalam penerapan PRA di KPMNT (Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara), perubahan sikap dan perilaku diharapkan terjadi pada semua pihak (baik orang dalam maupun orang luar) yang terlibat dalam proses kegiatan, dan seharusnya tejadi dalam konteks perubahan (transformasi) sosial. Perubahan sikap dan perilaku dimungkinkan dalam penerapan prosesnya. Salah satu unsur PRA adalah “saling berbagi”, yaitu berbagi pengetahuan, berbagi nilai-nilai, berbagi informasi, berbagi sumberdaya, berbagi peluang, dan tentu saja berbagi ‘sumber kekuasaan’, sehingga dapat terjadi ‘power sharing’. Kondisi ini dapat dimungkinkan kalau pada proses penerapan PRA, mengacu pada prinsip-prinsipnya (lihat bahan bacaan), dan model-model reversal (lihat PRA: Realita dan Pembalikan), sehingga dominasi dari kelompok elite atau kelompok tertentu dapat diminimalkan, di sinilah pola-pola hubungan masyarakat yang setara dan sekat-sekat sosial diharapkan dapat terbongkar. PRA bukanlah PRA kalau hanya sekedar ‘seremonial’ penggunaan alat dan teknik tanpa didasari oleh prinsip-prinsipnya dan pembalikan (reversal). Dengan demikian, PRA sebagai metodologi pendekatan tidak hanya dapat dipakai di pedesaan (pada perkembangannya banyak lembaga yang menggunakan pendekatan PRA untuk di perkotaan, dengan memodifikasi teknik-tekniknya), tetapi juga bisa digunakan pada masyarakat perkotaan, terutama pada kelompok masyarakat dimana masih adanya kaum marginal. PRA sebagai sebuah metodologi pendekatan, seharusnya menjadi kerangka konseptual dalam keseluruhan daur program partisipatif, karena berbicara PRA berbicara soal sikap dan perilaku, hal ini sejalan dengan proses pembelajaran pembangunan sikap dan perilaku yang positif yang dibangun oleh PNPM Mandiri Perkotaan . Teknik-teknik PRA merupakan alat kajian dalam proses dapat digunakan dan dimodifikasi untuk PNPM Mandiri Perkotaan. Tentu saja dalam penerapannya (dalam proses fasilitasi) harus mengacu pada prinsip-prinsip dan tujuan utama PRA yang sejalan dengan tujuan PNPM MAndiri Perkotaan, yaitu sebagai proses transformasi sosial ke arah masyarakat yang berdaya yang pada akhirnya menuju masyarakat madani (tujuan jangka panjang).
.
198
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Participatory Rural Appraisal (PRA): Alternatif Metodologi Partisipatif Disarikan dari Buku Participatory, Studio Driyamedia dan KPMNT
Pemberdayaan
dan
Demokrasi
Komunitas,
Pengantar PRA merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal yang secara harfiah artinya pengkajian ( keadaan ) desa (secara ) partisipatif. PRA senantiasa berkembang, sehingga menurut Robert Chambers yang mempromotori dan mengembangkannya, mungkin tidak perlu untuk memberikan definisi final. Robert Chambers mendefinisikannya sebagai: “Sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat (pedesaan) untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan”. Pada awalnya PRA berkembang sebagai kumpulan metode atau teknik-teknik ‘penelitian’ yang dilakukan oleh masyarakat oleh masyarakat sendiri, seperti yang didefinisikan oleh Robert Chambers di atas. PRA pada awalnya berkembang sebagai suatu alternative bagi penelitian sosial yang dikritik sebagai tindakan tidak bermanfaat bagi masyrakat karena hanya menggunaklan masyarakat sebagai obyek penelitian. Kalau pada penelitian sosial, agenda penelitian adalah milik ‘orang luar’, informasi yang hasil penelitian dibawa oleh ‘orang luar’ untuk kepentingannya sendiri maupun kalangannya, maka pada PRA, agenda ‘penelitian’ dikembangkan oleh masyarakat dengan difasilitasi oleh orang luar, sebagai proses refleksi kritis masyarakat tentang situasi dan persoalan yang mereka hadapi. Informasi hasilnya, digunakan oleh masyarakat untuk mengembangkan program aksi mereka. Karena proses perkembangan PRA pada walanya seperti ini, banyak kalangan menggunakan PRA hanya untuk proses pengkajian saja. Pada perkembangan berikutnya PRA menjadi metodologi pendekatan program yang lebih dari sekedar pengkajian untuk masyarakat, melainkan sebagai sebuah kerangka kerja pengembangan program partisipatif. Pada tahun 1990-an penggunaan PRA berkembang pesat dalam upaya menemukan sebuah metodologi pendekatan yang bisa mendukung proses perencanaan yang lebih terdesentralisasi dan pengambilan keputusan secara lebih demokratis , yang memungkinkan masyarakat untuk ‘belajar bersama’, menganalisis, dan meningkatkan pengetahuannya, serta untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan mereka sendiri.
PRA dan Metodologi Partisipatif PRA sebagai metamorfosis dari RRA Participatory Rural Appraisal (PRA) seringkali dilekatkan dengan nama Robert Chambers, sehingga rasanya perlu dipahami peran Robert Chambers dalam pengembangan PRA. Robert Chambers adalah seorang akademisi yang gencar memperkenalkan konsep partisipasi dan PRA. Pada bukunya yang pertama (Chambers, 1983), Chambers menyampaikan kritik terhadap penelitian sosial, khususnya metode survai, yang dianggapnya kurang atau bahkan tidak bermanfaat bagi masyarakat yang dijadikan sasaran penelitian. Biasanya seringkali terlalu lama diterbitkan sebagai
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
199
laporan sehingga sudah ketinggalan, dan mahal. Pada buku pertamanya itu, Chambers memperkenalkan metode Rapid Rural Appraisal (RRA) sebagai alternative bagi para praktisi pembangunan yang memerlukan sebuah metodologi ‘penelitian’ yang bisa membantu mereka memahami masyarakat secara cepat, dengan informasi actual, dan biaya murah, serta bisa mengajak masyarakat sebagai pelaku penelitian itu sendiri. Pada bukunya yang kedua (Chambers: 1977), Chambers menggunakan istilah Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk menggantikan RRA. Perkembangan konsep RRA sampai PRA terutama pada pemikiran mengenai peran ‘Orang Luar’ (para ‘profesional’) bekerja di masyarakat dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan dan pembangunan. Meskipun terdapat berbagai sumber PRA, nampaknya RRA adalah sumber PRA yang paling langsung. PRA adalah metamorfosis dari RRA, sehingga PRA semula disebut dengan istilah ‘RRA partisipatif’ ( berkembang tahun 1980-an).
Perbandingan antara RRA dengan PRA menurut Robert Chambers: RRA
PRA
Kurun waktu perkembangan
Akhir tahun 1970-an (awal 1980-an)
Akhir tahun 1980-an (awal tahun 1990-an)
Pembaharu
Kalangan Universitas
Kalangan LSM/Ornop
Kalangan Universitas, donor
Kalangan LSM/ornop
Pengetahuan Masyarakat setempat
Kemampuan Masyarakat setempat
Metode/teknik
Perilaku
Menggali (ekstraktif)
Memfasilitasi partisipasi
Pengumpulan data (penelitian)
Pemberdayaan masyarakat
Orang luar (peneliti)
Masyarakat setempat
Perencanaan, proyek, publikasi
Pengembangan kelembagaan dan tindakan masyarakat lokal yang berkelanjutan
Pengguna Utama (main users) Sumber pengetahuan Inovasi ditujukan pada Digunakan orang luar untuk Tujuan
Pelaku utama (main actors) Hasil-hasil jangka panjang
200
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
PRA: Cabang PAR? Robert Chambers menyatakan bahwa Participatory Action Research (PAR) atau sering disebut Kaji Tindak Partisipatif, merupakan salah satu sumber PRA. Tetapi ada pihak lain yang menganggap bahwa PRA adalah PAR yang berkembang di Negara-negara Selatan. Menurut Daniel Selener, nampaknya PRA termasuk ke dalam kelompok PAR di dalam pengembangan masyarakat. Pada dasarnya ada 3 agenda utama PAR, yaitu: pengkajian, pembelajaran dan aksi. Tujuan utamanya adalah memecahkan masalah praktis yang dirumuskan, dianalisa, dan diselesaikan oleh masyarakat sendiri. Tujuan strategis yang ingin dicapai adalah melakukan perubahan (transformasi social). Sedangkan dalam PRA lebih ditekankan pada perubahan perilaku individu-individu yang bekerja di dalam pengembangan masyarakat, ketimbang pada perubahan sosial seperti tujuan PAR. Asumsi-asumsi penting yang mendasari PAR: §
Masyarakat dan perubahan sosial seharusnya dilihat dalam perspektif struktural, baik mikro (komunitas,wilayah) maupun makro (nasional,internasional).
§
Tujuan riset aksi partisipatif adalah perubahan sosial secara radikal yang dilakukan melalui mobilisasi masyarakat basis (akar rumput) sebagai pelaku transformasi sosial itu sendiri.
§
Perubahan sosial itu berarti perubahan atau pergeseran kekuasaan yang ada di masyarakat, dimana pihak yang paling lemah dan tertindas dikuatkan.
§
Artinya, kerangka kerjanya adalah konfrontasi oleh kelompok tertindas terhadap sistem dominasi, pendekatan ini cenderung berorientasi pada konflik.
§
Pengetahuan masyarakat (indegenous knowlede) adalah dasar kerja yang paling penting untuk menggeser kekuasaan kelompok elite/kuat yang mendominasi pengetahuan ilmiah, dan sekaligus sebagai basis dasar terjadinya perubahan sosial yang menyeluruh.
Unsur-Unsur PRA Tiga pilar (unsur), utama PRA menurut Robert Chambers, yaitu: §
Sikap perilaku orang luar yang seharusnya berperan sebagai fasilitator, bukan mendominasi (seperti instruktur, penyuluh);
§
Metode-metode/teknik-teknik PRA, sebagai alat untuk mengubah pendekatan searah (tertutup) menjadi pendekatan multi-arah (terbuka), pendekatan individu menjadi pendekatan kelompok, teknik belajar verbal (misalnya ceramah) menjadi visual, dan teknik analisa dengan mengukur atau menghitung menjadi teknik membandingkan;
§
Berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, informasi, dan sumberdaya lain, di antara orang luar dan masyarakat.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
201
Tiga unsur PRA (menurut Robert Chambers) § § § §
Mengalihkan pada masyarakat Percaya bahwa masyarakat bisa Mengembangkan proses dan improvisasi Duduk bersama, mengembangkan, belajar
§ § § §
Memfasilitasi Tidak terburu–burru Gembira Santai dan informal
Sikap–Perilaku
Metode Metode
§ § § § § § §
Wawancara Pemetaan Mengurut Menilai Membuat diagram Presentasi Pelaksanaan kegiatan
Saling Berbagi
§ § § § §
Observasi Mendaftar Membandingkan Memperkirakan Menghitung
§ § § § §
Informasi Pengetahuan Nilai – nilai Sumberdaya Perkawanan
Prinsip Prinsip PRA Proses pembelajaran sebenarnya terjadi dalam keseluruhan proses-proses pengembangan masyarakat . PRA sebagai metodologi pengembangan program partisipatif merupakan pendekatan pembelajaran bersama masyarakat. Sebagai sebuah metodologi, terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam memfasilitasi proses pembelajaran masyarakat. Beberapa prinsip PRA yang dikembangkan oleh Robert Chambers, di Indonesia mengalami perkembangan disesuaikan dengan pengalaman penerapan PRA di lapangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
Prinsip mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan). Bahwa di masyarakat ada kelompok masyarakat-biasanya merupakan bagian terbesar-yang terpinggirkan dan terabaikan oleh pembangunan. Kelompok masyarakat yang terabaikan ini harus diutamakan sebagai pemanfaat dan
202
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
pemeran pembangunan. Keberpihakan ini ditujukan untuk membangun keseimbangan pola hubungan antara kelompok dominan dengan kelompok termarjinal dan miskin. Keberpihakan adalah kosa kata yang sangat ideologis digunakan sebagai idiom gerakkan pembebasan kaum tertindas dan perjuangan emansipasi manusia.
Prinsip pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) adalah upaya memperkuat kemampuan kelompok masyarakat yang lemah agar bisa mengontrol dan menentukan pilihan di dalam kehidupannya ( otonomi ). Dengan demikian, pemberdayaan berarti mengubah pola hubungan kekuasaan (power relationship) di antara kelompok dominan/berkuasa (powerfull) dan kelompok lemah (powerless) di masyarakat melalui peningkatan posisi kelompok masyarakat lemah. Pembedayaan hanya bisa dikatakan terjadi apabila perubahan pola hubungan kekuasaan itu terjadi. Prinsip masyarakat sebagai pelaku, orang luar sebagai fasilitator: ”orang luar” harus menyadari perannya sebagai Fasilitator dan bukannya sebagai ”guru”, ”penyuluh”, ”instruktur” bahkan atasan atau penguasa. Pernyataan ini bukanlah kata-kata biasa atau hanya sekedar anjuran agar para agen pembangunan bersikap rendah hati dan mau belajar dari pengetahuan lokal. Prinsip ini merupakan suatu sikap ideologis anti dominasi: yaitu dominasi para agen pembangunan terhadap masyarakat marjinal. Dominasi orang luar juga merupakan penindasan, sengaja maupun tidak sengaja, karena dominasi akan melemahkan dan meminggirkan masyarakat. Prinsip santai dan informal. Agen pembangunan dan pihak-pihak yang bekerja bersama masyarakat, sebaiknya mengembangkan suasana yang bersifat luwes, terbuka, tidak memaksa, akrab, dan informal. Barangkali bersikap santai dan informal ini seperti sekedar tips bagi para agen pembangunan, tetapi hal ini sebenarnya prinsipil karena menunjukkan sikap nilai orang luar: apakah datang ke masyarakat untuk melebur , menjadi bagian dari masyarakat dan bersam-sama memperjuangkan praktek-praktek yang mendominasi dan melemahkan masyarakat. Atau justru menjadi bagian dari pelaku dominasi. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan penghargaan dan pengembangan ilmu pengetahuan lokal (kearfian lokal). Prinsip saling belajar dan menghargai perbedaan: Prinsip ini muncul dari kritik terhadap dominasi ilmu pengetahuan oleh kalangan akademisi atau agen pembangunan. Orang luar (agen pembangunan, peneliti sosial) seharusnya membantu masyarakat untuk menyusun pengalaman dan pengetahuan lokal yang ada. Hal ini bukanlah berarti bahwa masayrakat selamanya benar dan harus dibiarkan tidak berubah, atau anti pada pengetahuan dan teknologi baru (dari luar). Pengalaman dan pengetahuan masyarakat dan orang luar bisa saling melengkapi dan sama bernilainya selama masyarakat yang menentukan pilihan. Intinya: masyarakat didorong untuk mengenali lebih banyak pilihan, melakukan dialog dengan berbagai sumber pengetahuan, agar bisa melakukan analisa dan menentukan pilihan secara tepat. Prinsip triangulasi. Belajar bukanlah hanya pertukaran informasi, pengalaman, dan ilmu pengetahuan, melainkan juga upaya untuk mendorong terbangunnya ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. Tujuannya adalah untuk melawan hegemoni ilmu pengetahuan ’luar’ yang dalam jangka panjang bisa membunuh inovasi dan kearifan lokal, tetapi menuduh masyarakat sebagai statis, kehilangan inovasi, dan anti perubahan. Untuk membangun ilmu pengetahuan yang tepat guna kita bisa menggunakan triangulasi yang merupakan bentuk ”pemerikasaan dan pemerikasaan ulang” ( ”check and re-check). Triangulasi dilakukan antara lain melalui penganekaragaman perspektif orang luar (keragaman disiplin ilmu atau pengalaman), penganekaragaman perspektif orang dalam (keragaman latar belakang, golongan masyarakat, keragaman tempat, jenis kelamin), dan variasi metode/teknik pembelajaran yang digunakan. Prinsip mengoptimalkan hasil. Belajar bersama masyarakat, bukanlah untuk belajar itu sendiri, melainkan untuk memperbaiki kehidupannya yang baik bagi kepentingan generasi sekarang maupun generasi selanjutnya. Penyusunan ilmu pengetahuan dan kearifan lokal bukanlah didasarkan pada obyektivitas ilmiah, karena tidak dimaksudkan untuk menyusun ilmu demi ilmu belaka.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
203
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dalam penyusunan ilmu pengetahuan lokal: ü
Lebih baik kita tidak tahu tentang apa yang tidak perlu kita ketahui; ketahui secukupnya saja (optimal ignorance). Artinya: ilmu pengetahuan disusun untuk kebutuhan dan kelangsungan hidup komunitas yang bersangkutan.
ü
Lebih baik kita tidak tahu apakah informasi itu bisa disebutkan benar seratus persen, tetapi diperkirakan bahwa informasi itu cenderung mendekati kebenaran (appropriate imprecision). Artinya: ilmu pengetahuan disusun secara subyektif berdasarkan atas kesepakatan masayrakat yang berkepentingan.
Prinsip orientasi praktis. PRA seringkali diartikan hanya sekedar kumpulan metode dan teknik untuk pengkajian (appraisal) atau penggalian informasi. Kata partisipasi dalam PRA kemudian menjadi sempit ( abuse) menjadi ’penggalian informasi dengan cara-cara partisipatif’. Prinsip ‘orientasi praktis’ adalah mengingatkan kembali bahwa PRA, bukan hanya metode dan teknik pengumpulan informasi, melainkan terintegrasi pada pengembangan kegiatan (aksi). Terdapat tiga (3) agenda utama dalam PRA: pengkajian (yang tidak bersifat ekstraktif atau penggalian data)pembelajaran (yang menitikberatkan pada penyadaran kritis)-dan pengembangan program aksi. Prinsip keberlanjutan dan selang waktu. Kepentingan-kepentingan dan masalah-masalah masyarakat tidaklah tetap, tetapi berubah dan bergeser menurut waktu sesuai dengan perkembangan baru dalam masyarakat itu sendiri. Belajar adalah proses yang berlanjut seumur hidup, dari generasi ke generasi, dari jaman ke jaman. PRA bukanlah sebuah ‘paket kegiatan PRA’ yang selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup, dan orang luar yang memfasilitasi kegiatan pergi dari wilayah sasaran. Agen pembangunan mengembangkan proses pembelajaran agar masyarakat mampu bersikap adaptif dan inovatif terhadap perubahan yang terjadi terus menerus. Prinsip belajar dari kesalahan. Melakukan kesalahan adalah sesuatu yang wajar. Yang penting bukanlah kesempurnaan dalam penerapan, yang tentu sukar dicapai, tetapi penerapan sebaikbaiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan kemudian belajar dari kekurangankekurangan/kesalahan yang terjadi , agar pada kegiatan berikutnya menjadi lebih baik. Satu hal yang paling penting diperhatikan adalah bahwa belajar dari kesalahan bukanlah berarti “coba-coba”, melainkan suatu proses pembelajaran bertahap. Prinsip terbuka. Ilmu pengetahuan, teori, paradigma dan ideologi, teknologi, metode dan teknik, bukanlah sesuatu yang status tetapi terus berkembang. PRA juga bukan sebuah metodologi pendekatan yang telah selesai , sempurna dan pasti benar. Pengayaan metode/teknik-tekniknya, senantiasa bisa dikembangkan oleh para praktisinya, artinya PRA terbuka terhadap adaptasi dan innováis baru sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi muatannya.
204
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Pokok Pokok Pikiran Robert Chambers
Kritik Chambers Terhadap Orang Luar yang Bekerja di Masyarakat Dalam dua buku utama yang ditulisnya ( Putting The Last First, 1983 dan Whose Voice Counts, 1997), Robert Chambers mengkritik ‘orang luar’ yang bekerja di masyarakat, tetapi berperilaku tidak ‘sensitif’ terhadap keadaan dan persoalan masyarakat (terutama yang paling miskin). Orang luar yang dimaksud oleh Chambers adalah peneliti, staf pemerintah, staf LSM, staf Lembaga pelatihan, dan sebagainya, yang bekerja dengan masyarakat. Menurut Chambers, orang paling miskin dan marginal adalah kelompok masyarakat yang paling ’tidak kelihatan’ (unseen) oleh orang luar yang bekerja di masyarakat. Hal ini terjadi karena orang-orang luar adalah orang-orang yang memiliki banyak ”bias” dalam memahami masyarakat, akibat latar belakang budayanya sendiri. Orang luar mempunyai cara pandang dan persepsi tertentu terhadap masyarakat, serta mempunyai kepentingan dan hanya mau memberikan sedikit waktu untuk berada di tengah masyarakat. Karena membatasi diri dengan cara pandangnya sendiri, orang luar seringkali gagal mengetahui tentang masyarakat yang paling marjinal. Celakanya, orang luar tidak tahu apa yang tidak diketahuinya.
Sejumlah bias orang luar yang menyebabkan untuk memahami kemiskinan dan orang miskin, yaitu:
terjadinya
hambatan
§ Bias musim, kajian dilakukan hanya pada musim tertentu, misal pasca panen, musim hujan yang akan mempengaruhi banyak pada hasil kajian.
mereka
kemarau-kering,
§ Bias tempat/lokasi, kajian dilakukan hanya di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau. § Bias tokoh, kajian dilakukan hanya dengan tokoh masyarakat § Bias gender, kajian dilakukan hanya dengan kelompok tertentu (misal: kelompok laki – laki saja atau kelompok perempuan saja) § Bias program, menggunakan program untuk ’pamer’ kesuksesan § Bias kesopanan, kecenderungan untuk menyembunyikan hal buruk dan basa-basi § Bias profesi, kecenderngan untuk memahami masyarakat dari aspek yang diminatinya saja (parsial) Seluruh orang luar dikategorikan menjadi 2 oleh Chambers, yaitu: kalangan atau ilmuwan yang dikatakannya negatif, dan kalangan praktisi pembangunan yang dikatakannya positif. Kelompok pertama sibuk dengan pertanyaan mengenai apa dan mengapa keterbelakangan dan kemiskinan. Sedangkan kelompok kedua sibuk melakukan berbagai hal untuk membantu mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan. Kedua kelompok ini hampir jarang bertemu karena masing-masing mengembangkan budaya, norma, bahasa, pengalaman dan komunitasnya sendiri. Menurut Chambers kelompok praktis yang bersikap positif - optimis dan percaya bahwa ada cara untuk memperbaiki kemiskinan secara berlebihan-sama berbahayanya dengan kelompok pertama yang selalu negatif (pesimis). Kedua kelompok ini biasanya bertemu dalam kegiatan perencanaan program yang membutuhkan kegiatan pengkajian untuk memperoleh informasi sebagai dasar perencanaan. Pengkajian ini
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
205
biasanya menggunakan metode survai untuk mengumpulkan informasi yang dianggap bisa mewakili suatu polulasi tertentu yang disebut masyarakat miskin. Inilah yang oleh Chambers disebut sebagai ’penyakit’ atau sesatnya pemahaman terhadap kemiskinan dan orang miskin karena ’orang luar’ menyusun pemahaman itu dari data-data statistik berdasarkan prasangka-prasangka sendiri. Pertanyaannya adalah: sebenarnya siapa yang memiliki ilmu pengetahuan tentang kemiskinan atau ketidakberdayaannya, selain orang-orang miskin itu sendiri?. Kalau begitu, mengapa tidak mencoba memahami ilmu pengetahuan orang miskin itu agar kita bisa mengetahui bagaimana ’jebakan kemiskinan’ telah membuat mereka kehilangan daya hidupnya? .
Tantangan Chambers Untuk Perubahan Sikap-Perilaku Orang Luar Menurut Chambers, penelitian sosial dengan metode survai, bersifat ekstraktif, mahal, lama dan hanya merupakan proses pengumpulan data yang kemudian dianalisa oleh orang luar tanpa keterlibatan pendapat masyarakat. seharusnya, dikembangkan suatu kegiatan ’penelitian’ yang bisa mengangkat prioritas dan dan strategi orang miskin itu. Apapun kegiatan orang luar, penelitian maupun program,seharusnya dilakukan dengan cara yang menguntungkan dan bukan sebaliknya merugikan orang miskin. Untuk itu dibutuhkan pembalikan (reversal) yang ditujukan kepada para orang luar tadi, antara lain meliputi: pembalikan sudut pandang yaitu dari ethic ke emik, pembalikan cara berpikir yaitu dari mengutamakan pengetahuan dan nilai orang luar ke pengetahuan dan nilai masyarakat, pembailkan perlakuan yaitu dari menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian menjadi fasilitator proses pembelajaran, pembalikan cara kerja orang luar yaitu dari tergesa-gesa, berjarak, dan ’sok tahu’, menjadi melebur, duduk bersama, mendengarkan, dan belajar dari masyarakat. Pembalikan inilah yang menjadi tema utama pemikiran Chambers yang diaplikasikan dalam PRA. PRA adalah aplikasi pemikiran Chambers berupa proses pembelajaran masyarakat yang diharapkan mendorong masyarakat itu mengembangkan rencana tindakan. Menurut Chambers, siapa sebenarnya yang seharusnya bertindak dalam mengatasi kemiskinan?. Masyarakat itu sendiri tentu saja. Tetapi untuk memungkinkan masyarakat paling miskin bertindak, perlu ada Fasilitator (yaitu para agen pembangunan) yang memiliki sumberdaya, kekuasaan, dan kemampuan untuk bertindak. Sementara masyarakat yang paling miskin terjebak dalam situasi ketidakberdayaan yang terjadi karena kemiskinan yang ekstrim, sehingga seringkali menyempitkan bahkan membunuh kesadaran, melemahkan, mengisolir, dan merapuhkan mereka. Karena itu, orang luar harus mengutamakan perhatiannya pada masyarakat yang paling miskin, paling tak berdaya dan marjinal. (miskin, lemah) untuk mengembangkan proses pembelajarannya dan mendorong daya bertindak masyarakat. PRA menekankan pada sikap dan perilaku ’kita’ (orang luar) yang bekerja untuk menolong masyarakat dari ketidakberdayaan akibat jebakan kemiskinan. Jadi PRA bukanlah PRA tanpa adanya pembalikan (reversal) sudut pandang, cara berpikir, serta sikap dan perilaku dari para agen pembangunan yang seharusnya mendorong berkembangnya proses pembelajaran masyarakat. Metode PRA mensyaratkan adanya fasilitator yang baik, terjadinya proses saling belajar antara berbagai pihak (masyarakat, LSM, lembaga pemerintah), dan tumbuhnya sikap perilaku yang mengkondisikan proses tersebut (saling mendengarkan, saling belajar, saling menghargai, serta adanya motivasi yang kuat bahwa setiap orang bisa belajar dan berbuat). Ini berarti berupa proses pengembangan partisipasi secara bertahap, demokratisasi dan pengelolaan konflik (Chambers, 1995). Dalam hal ini metode PRA selalu menekankan pada usaha-usaha pihak luar untuk mendorong masyarakat yang paling marjinal (miskin, lemah) untuk mengembangkan proses pembelajarannya dan mendorong daya bertindak masyarakat. Robert Chambers mengatakan, bahwa sebenarnya PRA mengangkat pertanyaan tentang ’manusia jenis apakah kita ini’. Penekanan Chambers mengenai perubahan sikap- perilaku individu (terutama orang luar) seringkali diperdebatkan atau menjadi bahan kritik: seolah –olah dengan PRA diharapkan
206
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
terjadi ’pertobatan’ di kalangan yang berkecimpung dalam pengembangan masyarakat dan bekerja untuk isu kemiskinan. Selain itu, Chambers dianggap sebagai penganut aliran cinta kasih yang naif dan tidak mengindahkan kenyataan bahwa kemiskinan merupakan persoalan ketimpangan struktural dan kelompok-kelompok yang kuat (powerfull) akan berusaha mempertahankan status quo.
Pandangan Chambers Tentang Kekuasaan (Power) Di dalam buku keduanya, Chambers mengatakan bahwa tantangan untuk berubah juga terjadi dalam level global, yaitu untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih baik. Banyak orang beranggapan bahwa kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah terjadinya kesenjangan antara si kaya dan si miskin, si kuat dan si lemah. Menurut Chambers, kalangan yang beranggapan bahwa keserakahan dan sifat mementingkan diri sendiri sebagai watak alamiah untuk bersikap dermawan dan memedulikan orang lain tanpa pamrih (altruistik). Karena itu tantangan untuk berubah dan membentuk konsensus dalam tatanan hidup yang lebih baik, bukanlah sebuah cerita ‘Cinderella’ pembangunan. Pertanyaannya adalah, daya (power) apa yang bisa mendorong orang-orang (terutama si kuat) untuk mengutamakan si lemah dan si miskin?. Chambers mengatakan bahwa untuk melakukan perubahan, orang luar sebaiknya jangan hanya bekerja dengan orang-orang yang paling miskin atau marjinal, tetapi juga dengan orang-orang yang paling berkuasa untuk mendorong terjadinya interaksi, hubungan dan pembelajaran dengan pihak lain. Robert Chambers sendiri mengatakan bahwa orang/kelompok yang punya power memiliki ketidakmampuan untuk belajar karena mereka sulit untuk berbeda pendapat dan dikoreksi. Orang-orang yang punya power ini, paling siap untuk mengambangkan aksi, dan cenderung untuk menyalahkan kelompok lainnya sebagai kelompok yang tidak mampu berpandangan jauh. Orang luar harus berupaya untuk mendorong kelompok yang lebih kuat untuk melakukan disempower dirinya. Di dalam proses ini, kelompok dominan, kuat dan berkuasa, merasakan dan melihat kepentingannya dalam suatu tatanan masyarakat yang lebih terbuka, maju dan harmonis. Jadi demokratisasi yang merupakan pembagian (sharing) di antara kelompok-kelompok yang berkepentingan, bukan merupakan derma atau belas kasihan pihak kuat kepada pihak yang lemah. Untuk mengembangkan sebuah proses perubahan, maka kelompok yang memiliki power ini perlu didorong untuk mengubah dirinya sendiri. Robert Chambers mengatakan bahwa disempower akan menjadi sebuah penjumlahan yang positif (positive sum) bagi semua pihak, karena: §
Efektivitas, Kelompok ‘atas’ bisa melihat bahwa pemberdayaan masyarakat bisa meningkatkan efektivitas pembangunan dan kemajuan termasuk untuk kepentingan dirinya.
§
Pembebasan pikiran; Kelompok ‘atas’ seringkali merasakan tekanan yang tinggi apabila mereka bersifat sentralistik dan sangat berkuasa karena adanya ketegangan yang tinggi antara kelompok atas dan bawah; Sementara itu, model hubungan yang partisipatif bisa mengembangkan kepercayaan, keterbukaan dan pikiran yang lebih damai.
§
Penemuan kebutuhan dan kesenangan; Bahwa pada dasarnya memberdayakan pihak lain merupakan suatu kebutuhan dan kesenangan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
207
PRA: Realitas dan Pembalikan Kekuatan dan utilitas PRA dan RRA merupakan fakta empiris; dan oleh karenanya memerlukan penjelasan. Secara singkat terdapat pandangan lain, dimana pengalaman PRA dapat diuji dan dijelaskan. Sejauh ini, sebagian besar mereka yang telah melakukan inovasi dalam pengembangan PRA adalah praktisi. Mereka sangat menaruh perhatian pada apa yang dapat berjalan dan apa yang dapat berjalan dengan lebih baik. Sedangkan kaum cendekiawan akademik menaruh perhatian, mengapa hal ini berjalan. Mereka telah meneliti tidak untuk teori-teori atau prinsip-prinsip baru, tetapi untuk cara baru dan lebih baik untuk belajar dan bekerja. Pertanyaan “Mengapa” diabaikan. Namun, kini sudah terdapat cukup pengalaman untuk dapat memberikan beberapa teori atau penjelasan dari praktik. Penjelasan paling kuat diberikan dengan kata reversal atau kebalikannya. Kata ini digunakan untuk menggambarkan suatu arah, terlepas dari praktik yang wajar dan terhadap yang berlawanan. Reversal ini adalah, dari pengetahuan, kategori dan nilai kita kepada yang mereka miliki. Hal ini akan menjawab pertanyaan “Realita siapa yang diperhitungkan?”, dan kita awali dengan jawaban milik mereka. Kita mulai dengan relaita mereka dan bukan relalita kita. Dalam kerangka reversal ini, tiga kelompok reversal bersifat saling menguatkan: kebalikan model, kebalikan hubungan dan kebalikan tindakan. Semuanya itu tidak ada yang bersifat absolut, tetapi menunjukkan suatu pergantian dari arah normal ke arah kebalikannya.
Pembalikan Model a. Dari Tertutup ke Terbuka Hampir semua survei kuesioner oleh orang luar dengan kategori dan perhatian mereka. Mereka berusaha untuk mendatangkan tanggapan. Sebenarnya tujuannya peneliti harus menggali kategori “lain” yang berada pada akhir catatan tentang tanggapan yang diberi kode sebelumnya pada kertas kerja, namun ternyata mereka jarang sekali melakukan, dan bilamana mereka melakukan, malahan akan menimbulkan masalah dalam pemberian kode dan analisis.
Reversal di sini adalah dari tertutup ke terbuka. Bilamana dibandingkan dengan wawancara kuosioner, wawancara semi terstruktur lebih terbuka, dan percakapan akan lebih banyak, juga diperoleh cheklist sebagai acuan. Metode lain yang lebih umum dalam PRA seperti pemetaan dan pembuata model secara partisipatif, matriks rangking dan skoring, pembuata diagram venn atau chapati serta tingkat kesejahteraan, membuat orang dalam tidak hanya bebas untuk mengungkapkan pengetahuan serta nilai-nilainya, tetapi juga mereka didorong dan dimungkinkan untuk melakukannya. b. Dari Individu ke Kelompok Survei kuosioner mensyaratkan bahwa wawancara harus dengan individu atau rumah tangga sehingga data dapat dianalisis. Di dalam RRA, wawancara semi terstruktur dapat dengan individu atau kelompok, namun diikuti dengan penekanan pada individu yang diwawancarai. Di dalam PRA diskusi dengan individu dapat saja berlangsung, tetapi relatif ada suatu aktivitas kelompok. Dapat
208
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
diharapkan munculnya perbedaan sosial, kultur dan yang lainnya. Dalam kelompok ini telah dikenal sekurang-kurangnya seperti dominasi oleh satu atau beberapa individu. Namun dilihat segi positifnya, khususnya dalam suatu mode PRA bila hubungannya baik, mereka akan memiliki kekuatan. Berbeda dan bertentangan dengan keyakinan umum, masalah-masalah sensitif kadang-kadang terasa lebih bebas dibicarakan dalam kelompok-kelompok, ketika individu tidak menginginkan mendiskusikannya dengan orang yang masih asing dengan mereka. Secara lebih umum, kelompok-kelompok dapat membentuk antusiasme kolektif dan kreatif, khususnya dengan dengan pemetaan dan pembuatan model, sehingga tanpa sadar akan menggiring pada pengecekan dan saling berbagi. Partisipan mengisi dan mengoreksi detail. Kelompok-kelompok itu akan saling membantu, berbagi pengalaman yang mencakup bidang yang lebih luas dan pengecekan silang.
c. Dari verbal ke visual Adanya interaksi orang luar-orang dalam, terdapat suatu skala formalitas-informalitas, dari wawancara terstruktur denngan kuosioner, melalui wawancara semi terstruktur dengan cheklist sub topik ke percakapan. Dengan wawancara dan kadang-kadang juga dengan percakapan, orang luar mengajukan pertanyaan dan menggalinya. Kontak mata adalah hal yang umum. Orang luar mempertahankan kontrol dan menentukan agenda serta kategorinya. Pihak yang diwawancara memberikan tanggapan, menyadari bahwa mereka sedang mengadakan interaksi dengan orang yang sedang mencari informasi. Transfer atau pertukaran informasinya bersifat verbal. Dengan metode PRA dalam pembandingannya, banyak sekali medium yang bersifat visual, melalui bentuk-bentuk pembuatan diagram secara partisipatif yang kesemuanya, dengan definisi bersifat visible, dan seringkali terbuka pada suatu kelompok, tidak hanya sekedar untuk individu atau rumah tangga. Melalui pembuatan diagram secara partisipatif terjadi perubahan hubungan. Topik dapat ditentukan, atau paling tidak disarankan oleh orang luar, tetapi perannya bukanlah untuk menggali melalui pertanyaan melainkan untuk memulai suatu proses presentasi dan analisis. Orang luar dapat berfungsi sebagai fasilitator, sedangkan orang dalam berfungsi sebagai aktor atau pelakunya. Orang luar mengalihkan kontrol atau kendali, sedangkan orang dalam menentukan agendanya, kategori serta detailnya. Media serta materinya seringkali berasal dari orang dalam . Kontak mata dan kesadaran orang dalam terhadap orang luar rendah. Informasi dibangun secara komulatif, sedangkan pengecekan silangnya secara otomatis.seringkali dilibatkan beberapa atau bahkan banyak orang. Pengetahuan saling mendukung. Jika separuh dari selusin perempuan membuat diagram suatu peta sensus desa mereka, yang menunjukkan wanita, pria, anak-anak, kendala-kendala yang dihadapi, dan sebagainya, tidak setiap hal diketahui oleh masing-masing; tetapi 2 orang atau lebih dapat mengetahui 2 item . Diskusi dapat menjadi hidup karena setiap orang dapat mengetahui apa yang sedang dikataka. Pergeseran dari verbal ke visual merupakan salah satu penekanan dalam PRA. Diagram-diagram merupakan bagian dari repertoar dan dapat dibuat dengan mudah pada awal interaksi mereka sendiri. Diagram dapat merupakan bagian dari wawancara atau percakapan semi terstruktur , yang diperkenalkan sebagai suatu alat bagi masyarakat setempat untuk mengungkapkan , saling berbagi dan menganalisis pengetahuan mereka. Kemudian diagram merupakan suatu agenda untuk didiskusikan. Memahami peta, matirks dan diagram merupakan tahapan-tahapan suatu proses diskusi dan pembuatan diagram yang paling bermanfaat, namun justru yang paling sering diabaikan. Pada mode visual, suatu rangkaian pertanyaan dan diskusi yang baru akan muncul, tetapi hal itu tidak akan muncul dalam verbal. Kombinasi antarra verbal dan visual, yang pada mulanya mengutamakan visual, dapat kuat, dan bahkan akan lebih kuat.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
209
Beberapa perbandingan antara cara-cara verbal dan visual Verbal (wawancara, percakapan)
Visual (diagram)
Peran orang luar
Investigator
Inisiator dan katalis
Mode orang luar
Menggali
Memudahkan
Terus menerus dan mempertahankan
Memulai dan kemudian mengurnaginya
Responden
Penyaji dan analisis
Mode orang-orang dalam
Reaktif
Kreatif
Kesadaran orang dalam terhadap orang luar
Tinggi
Rendah
Kontak mata
Tinggi
Rendah
Orang luar
Orang dalam
Dapat dimarginalkan
Dapat dikuatkan
Kategori etik
Persepsi emik
Berurutan
Komulatif
Rendah dan sementara
Tinggi dan semi permanen
Orang luar
Orang dalam
Rendah
Tinggi
Disesuaikan oleh orang luar
Dimiliki dan dibagi oleh orang dalam
Intervensi orang luar Peran orang dalam
Medium dan materi Wanita miskin dan lemah Detail dipengaruhi oleh Arus informasi Aksesibilitas informasi kepada orang lain Inisiatif untuk chekinglist dengan Utilitas spasial, informasi temporal dan kausal, ralsi, analisis, perencanaan dan monitoring Kepemilikan informasi
d. Dari Menghitung ke Membandingkan Suatu pelatihan profesional biasa dimaksudkan untuk membuat pengukuran atau penilaian absolut. Jika kecenderungan perubahan harus diidentifikasi, atau perbandingan kondisi antar rumah tangga atau antar tempat, maka dapat dilakukan melalui pengukuran atau penilaian pada saat yang berbeda, atau dari hal-hal yang berbeda atau dari tempat yang berbeda. Keasyikan kita dengan angka akan membawa kita pada pertanyaan “seberapa banyak?”. Untuk hal-hal yang sensitif seperti
210
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
pendapatan, pertanyaan semacam itu akan menimbulkan kecurigaan, merenggangkan hubungan dan menghasilkan data yang menyesatkan. Namun, untuk tujuan-tujuan praktis seringkali yang dibutuhkan adalah nilai-nilai relatif. Perbandingannya dapat lebih cepat. Perbandingan tapa pengukuran atu penilaian memiliki manfaat. Dengan menyertakan refleksi dan penilaian, mereka lebih mudah mengekspresikan . mereka dapat diperkenalkan dengan kecenderungan atau perubahan tanpa data dasar. Mereka jadi kurang sensitif, seperti ditunjukkan oleh rangking kesehatan dan kesejahteraan, dan dengan analisis musim: menanyakan perbandingan pendapatan setiap bulannya adalah lebih mudah dibandingkan dengan memberkan nilai-nilai absolut.
Pembalikan Dominasi: dari Menyarikan ke Pemberdayaan Baik survei kuesioner tradisional maupun penelitian antropologi sosial klasik kedua duanya bersifat ekstraktif meskipun alat-alat ekstrasinya berbeda. Dalam wawancara kuesioner, kekuatan serta inisiatfnya teletak pada pewawancara. Orang yang diwawancarai merupakan ‘responden’, yakni orang yang memberikan jawaban atau yang memberi reaksi. Tujuan utama antropologi kalsik adalah mendapatkan data, kemudian dianalisis dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Para antropolog pembangunan ini menginginkan karyanya secara langsung lebih bermanfaat dan banyak sekali para antropolog ikut campur tangan di lapangan karena alasan-alasan etika. Tetapi motivasi mereka biasanya, selalu sama dengn peneliti, yakni hanya dijadikan data-data ekstrasi yang akan dipakai untuk penyusunan disertasi doktoral, artikel dan buku-buku. Sebaliknya, dalam PRA terjadi pembalikan siapa yang dominan. Tujuannya adalah mengurangi pengumpulan data dan lebih banyak pada usaha untuk memulai proses. Inisiatif diberikan pada mereka. Aktor utamanya adalah masyarakat. Orang luar berfungsi sebagai katalis dan pemrakarsa pertemuan. Suatu proses PRA, memungkinkan orang luar belajar, melalui sharing informasi untuk meningkatkan analisis dan pengetahuan masyarakat dan berusaha menjauhkan dari sikap memilki untuk dirinya sendiri. Dalam prosesnya masyarakat dimungkinkan untuk menyatukan, mempresentasikan dan menganalisis informasi, membuatnya menjadi eksplisit dan menambahi pada apa yang telah mereka ketahui. Dalam hal ini PRA berupaya untuk meningkatkan kemampuan.
Dari Sikap Diam ke Hubungan Baik, dari Membosankan ke Menyenangkan Pada umumnya masyarakat, awalnya bersikap pendiam terhadap orang luar, dan memberikan respon hati-hati dengan harapan memperoleh manfaat atau menghindari kerugian atau kehilangan. Dalam PRA menekankan proses untuk membentuk hubungan yang baik. Pengaaman dalam PRA, bahwa ketika sikap dan tingkah laku orang luar itu benar, dan metode partisipatoris digunakan, maka hubungan yang baik biasanya akan cepat terbentuk. Hal ini dapat dilakukan dengan menunjukkan sikap hormat, dengan mejelaskan siapa anda, dengan menjawab pertanyaan, dengan bersikap jujur, menunjukkan sikap tertarik, dan meminta untuk diajari.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
211
Modul 16 Topik: Citra Diri Fasilitator
Peserta memahami dan menyadari: 1. Citra atau konsep diri fasilitator 2. Fasilitator perubahan sebagai tanggung jawab sosial manusia
Kegiatan 1: Menggambar Bersama Citra Diri Fasilitator Kegiatan 2: Diskusi Membangun Visi Kegiatan 3: Nilai, Sikap, Perilaku dan Kemampuan Fasilitator
3 Jpl ( 135’)
Lembar Kerja – Citra Diri Fasilitator Bahan Bacaan - Jati Diri
• Kertas Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
212
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Menggambar Bersama Citra Diri Fasilitator 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai dengan Tema “ Citra Diri fasilitator “ Kemudian uraikan apa yang ingin dicapai modul ini : § Peserta memahami citra atau konsep diri seorang fasilitator § Peserta menyadari bahwa seorang manusia mempunyai panggilan tugas sebagai agen pembangunan/perubahan 2) Bagi kertas setengah folio seorang peserta satu dan ajukan pertanyaan : Apakah yang dimaksud dengan fasilitator atau fasilitator pembangunan dan minta tiap peserta menulis jawabannya secara singkat dan padat. Waktu 2 menit 3) Setelah selesai menulis jawaban masing-masing, bagi peserta dalam kelompok 5-7 orang dan mintalah tiap kelompok secara singkat merumuskan kesimpulan kelompok mengenai ciri-ciri (identitas) utama seorang fasilitator pembangunan kemudian mintalah tiap kelompok untuk menggambar atau membuat simbol yang menggambarkan pengertian kelompok mengenai fasilitator pembangunan tsb. Tulislah jawaban kelompok dalam kertas flip yang telah disediakan. Gunakan lembar kerja LK 1 – Citra Diri Fasilitator . Waktu 10 menit 4) Mintalah tiap kelompok untuk menempel hasil masing-masing di dinding dan satu wakilnya menyajikan hasil rumusan kelompok masing-masing 2 menit. 5) Ajak diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil masing-masing mengenai : c) Pengertian umum seorang fasilitator pembangunan. d) Ciri-ciri atau identitas utama seorang fasilitator pembangunan (visi, misi, spiritualitas, pandangannya, dsb) 6) Berilah masukan tentang pengertian umum dan identitas utama seorang fasilitator pembangunan dan peran utama seorang manusia untuk membangun sesama, apa dan mengapa begitu ? (Gunakan Bahan Pemberdayaan Sejati)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
213
Diskusi Membangun Visi 1) Ingatkan bahwa kita masih di modul Citra Diri Fasilitator dan memasuki kegiatan belajar 2 dan jelaskan tujuan dari kegiatan belajar yaitu membahas mengenai cita – cita kita sebagai fasilitator untuk masyarakat yang akan kita dampingi 2) Mintalah kepada peserta untuk menggambarkan simbol “ingin jadi manusia seperti apa kita di masa yang akan datang” dalam kertas satu lembar. 3) Setelah selesai mintalah mereka untuk berdiskusi di dalam kelompok yang terdiri dari 5 orang untuk saling mengetahui cita – cita masing – masing. Dan buatlah daftar cita – cita dalam kelompok. 4) Setelah selesai mintalah salah seorang wakil dari kelompok untuk memaparkan daftar cita – cita dari anggota kelompoknya. 5) Mintalah peserta untuk kembali kepada kelompok yang sama untuk menggambar ”Kondisi kelurahan/desa yang akan didampingi di masa yang akan datang” dan “masyarakat seperti apa yang ingin kita bangun/berdayakan”. Mintalah mereka untuk memberi judul gambar (cita – cita mereka tehadap kondisi kelurahan/desa) dalam satu kalimat dan motto kelompok. 6) Setelah selasai, setiap kelompok memaparkan hasil diskusinya. 7) Refleksikan bersama apakah ada kesesuaian antara cita – cita pribadi (hasil diskusi pertama) dan cita – cita untuk masyarakat?
Nilai, Sikap, Perilaku dan Kemampuan Fasilitator 1) Ingatkan bahwa kita masih di modul Citra Diri Fasilitator dan memasuki kegiatan belajar 2 dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri : § Nilai-nilai apa yang harus dimiliki dan dijunjung oleh seorang fasilitator § Sikap fasilitator dalam menghadapi masyarakat dan berbagai persoalan dalam pembangunan § Perilaku dalam hidup pribadi fasilitator sehari-hari dan dalam bekerja sama dengan masyarakat § Kemampuan yang harus dimiliki fasilitator
214
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
2) Bagi peserta menjadi 4 kelompok dan mintalah tiap kelompok mengerjakan tugas sebagai berikut dengan tetap mengaju kesimpulan tersebut di atas :
Kelompok A § Membahas nilai-nilai apakah yang harus dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seorang fasilitator dalam hidupnya sehari-hari maupun dalam bekerja bersama masyarakat. § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan Kelompok B § Membahas sikap fasilitator dalam menghadapi masyarakat dan berbagai persoalan dalam pembangunan § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan Kelompok C § Membahas perilaku dalam hidup pribadi fasilitator sehari-hari dan dalam bekerja sama dengan masyarakat § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan Kelompok D § Membahas kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) yang harus dimiliki fasilitator § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan 3) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah tiap kelompok untuk menyajikan hasil masing-masing dilanjutkan dengan diskusi kelas dan simpulkan bersama bahwa pada dasarnya seorang fasilitator adalah orang yang berdaya dan seorang pemimpin yang harus mampu membawa kelompok/masyarakat yang dipimpinnya mencapai kemajuan. 4) Kemudian mintalah tiap orang kemudian refleksi diri dengan membandingkan diri masing-masing dengan citra diri seorang fasilitator pembangunan. Dalam hal apa harus ditingkatkan atau diperbaiki ? Mintalah tiap peserta membuat catatan pribadi mengenai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Untuk itu cermin dapat digunakan untuk refleksi diri untuk menemukan jati diri masing-masing. 5) Refleksikan bersama.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
215
Fasilitator Sebagai manusia seutuhnya berarti mempunyai kewajiban untuk melakukan pembaruan (perubahan) di masyarakat sebagai panggilan jiwa, maka dalam melaksanakan tugasnya dipandang tidak hanya untuk mendapat upah melainkan untuk ibadah. Sehingga dengan cara pandang seperti itu menimbulkan motivasi yang tinggi untuk tidak hanya sekedar menjadi pekerja proyek yang menyelesaikan tugasnya tetapi yang harus dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. “Fasilitator yang diperlukan adalah Fasilitator yang dapat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur universal yang diimplementasikan dalam berjuang melakukan perubahan kearah kebaikan” Bagaimana mencapai hal tersebut melalui refleksi kita memulai menyadari diri kita ada di posisi mana. Cermin dapat digunakan sebagai ilustrasi untuk menemukan citra diri dan akhirnya jati diri, yaitu : • Cermin datar, akan memberikan gambaran citra diri kita sebagaimana adanya, dia tidak akan berbohong. Orang – orang yang Jujur biasanya melihat dirinya atau menilai orang lain dengan menggunakan cermin datar. Inilah yang dinamakan manusia seutuhnya, jati diri kita ketemu bila orang mau jujur kepada kita. • Cermin cekung, membuat kenyataan yang ada menjadi lebih kecil. Ketika menilai diri sendiri dengan menggunakan cermin cekung maka orang tersebut cenderung rendah diri, tetapi kalau menilai orang lain dengan cermin cekung biasanya orang tersebut cenderung merendahkan orang lain. • Cermin cembung, memberikan gambaran sesuatu menjadi lebih besar. Kalau kita melihat diri kita dengan cermin ini biasanya cenderung sombong dan membesar – besarkan sesuatu. Kalau kita melihat gambaran orang lain dengan cermin ini maka akan terjadi mengagung – agungkan orang tersebut. Untuk itulah diperlukan kejujuran masing-masing sehingga ketemu jati diri masing-masing
Bagaimana keterkaitan antar citra diri dan jati diri • Manusia adalah roh yang mengisi tubuh, dimana dalam roh tersebut berisi nilai-nilai kebaikan. • Citra diri adalah tampilan/bayangan/image yang memancar dari dalam diri • Jati diri adalah nilai-nilai kebaikan yang sudah dimiliki sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia yaitu mahluk yang luhur.
216
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
LK 1 – Citra Diri Fasilitator Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Menggambar Bersama Citra Diri Fasilitator”
Tugas: 1) Tanpa diskusi dengan temannya tulislah secara singkat pemahaman masing-masing peserta tentang fasilitator atau fasilitator pembangunan di kertas yang telah dibagikan. Waktu 2 menit 2) Setelah selesai menulis jawaban masing-masing, peserta membagi diri dalam kelompok 5-7 orang dan tiap kelompok secara singkat merumuskan kesimpulan kelompok mengenai ciri-ciri (identitas) utama seorang fasilitator pembangunan (visi, misi, spiritualitas, pandangannya, dsb) sesuai dengan pemahaman masing-masing. 3) Setelah kesimpulan kelompok tiap kelompok harus menggambar atau membuat simbol yang menggambarkan pemahaman kelompok mengenai fasilitator pembangunan tsb. Tulislah jawaban kelompok dalam kertas plano yang telah disediakan. Waktu 10 menit 4) Setelah selesai tiap kelompok menempel hasil masing-masing di dinding dan satu wakilnya menyajikan hasil rumusan kelompok masing-masing 2 menit. 5) Diskusi kelas untuk menyimpulkan hasil masing-masing mengenai : § Pengertian umum seorang fasilitator pembangunan. § Ciri-ciri atau identitas utama seorang fasilitator pembangunan (visi, misi, spiritualitas, pandangannya, dsb)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
217
LK 2 – Citra Diri Fasilitator Pertanyaan dan tugas yang terkait dgn Diskusi Nilai, Sikap, Perilaku dan Kemampuan Fasilitator Tugas: 1) Diskusi kelas dengan pertanyaan pemancing; ”Masyarakat seperti apa yang ingin kita bangun (berdayakan) dan pribadi-pribadi seperti apa yang ingin kita bangun (berdayakan) seperti si A, B, C, D, E atau F (ingat kasus pemberdayaan sejati)” 2) Peserta dibagi menjadi 4 kelompok dan tiap kelompok mengerjakan tugas sebagai berikut dengan tetap mengaju kepada kesimpulan pertanyaan 1) tersebut di atas : Kelompok A Membahas nilai-nilai apakah yang harus dimiliki dan dijunjung tinggi oleh seorang fasilitator dalam hidupnya sehari-hari maupun dalam bekerja bersama masyarakat. § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan Kelompok B §
Membahas sikap fasilitator dalam menghadapi masyarakat dan berbagai persoalan dalam pembangunan § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan Kelompok C §
Membahas perilaku dalam hidup pribadi fasilitator sehari-hari dan dalam bekerja sama dengan masyarakat § Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan Kelompok D §
§ §
Membahas kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) yang harus dimiliki fasilitator Jawaban ditulis dikertas plano yang sudah disediakan
3) Setelah diskusi kelompok selesai, tiap kelompok menyajikan hasil masing-masing dilanjutkan dengan diskusi kelas untuk mendapatkan kesimpulan bersama. 4) Tiap peserta diminta untuk refleksi diri dgn membandingkan diri masing-masing dengan citra diri seorang fasilitator pembangunan dan membuat catatan pribadi dalam hal apa masih harus ditingkatkan atau diperbaiki serta dalam hal apa merupakan kelebihan ? Untuk itu ilustrasi cermin dapat digunakan untuk refleksi diri untuk menemukan jati diri masing-masing.
218
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Jati Diri
Diadaptasi dari Tulisan : Kisdarto Atmosoeprapto: Temukan Kembali Jati Diri Anda Dalam proses pemberdayaan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh masyarakat adalah mengenal jati diri. Jati diri suatu bangsa dicerminkan oleh jati diri masyarakat dan individu – individu warganya. Jati diri inilah yang akan memberdayakan diri kita dan pada akhirnya diharapkan akan memberdayakan masyarakat sehingga mampu mengatasi segala gejolak maupun krisis yang melanda dirinya. Sebenarnya setiap manusia pada saat dilahirkan membawa atau ‘dibekali’ karakteristik bawaan yang mulia (human endowment) sebagai Karunia Tuhan. Namun dalam perjalanan hidup watak yang terbentuk bisa berbeda dari watak bawaannya, atau bahkan bertentangan. Menemukan jati diri berarti menyadari, menghayati dan memahami untuk apa kita dilahirkan, apa makna dari kelahiran dan hidup kita selanjutnya bagi kehidupan dan makna kehidupan itu sendiri bagi diri kita. Apabila kita menyadari makna diri kita bagi kehidupan itu sendiri,kita akan tetap menjaga dan memelihara potensi dan karakteristik bawaan kita serta mengembangkannya untuk memperbaiki terus menerus kualitas hidup dan kehidupan. Kesadaran ini akan menjadi dorongan yang kuat bagi diri kita untuk mengejar dan mewujudkan cita – cita dan memaknai kehidupan kita sesuai dengan kebutuhan dasar (kebutuhan yang paling tinggi nilainya) yaitu self transendence. Kebutuhan tertinggi itu ‘merupakan keseimbangan antara ‘selfish’ dan ‘selfless’. Selfish mengandung arti ‘aku yang teguh’ sedangkan selfless mengandung arti pengorbanan untuk sesama. Mewujudkan cita – cita, keberhasilannya lebih ditentukan oleh sikap mentalnya (attitude) ketimbang kemampuan atau kecakapannya (aptittude). Sikap mental dibentuk oleh dorongan dari dalam atau kemauan (willingness) seseorang, sedangkan kemampuan (ability) adalah rangsangan dari luar atau lingkungan. Kinerja seseorang ditentukan oleh dua faktor utama tadi, bisa bersifat positif (konstruktif atau membangun) bisa juga bersifat negatif (destruktif atau merusak), hal ini sangat tergantung kepada sikap mental pelakunya. Bila sikap mental – nya positif, kinerja yang dihasilkan akan bersifat positif. Sebaliknya, bila sikap mentalnya negatif, kinerja yang dihasilkan juga akan negatif. Kenyataannya apabila orang menyadari makna dirinya dalam kehidupan dan makna kehidupan bagi dirinya, segala perbuatan dalam hidupnya merupakan buah dari sikap mental positif-nya yang bersumber dari kesadaran menemukan “jati diri” – nya, kesadaran bahwa ia dilahirkan dengan bekal potensi dan karakteristik bawaan dan keberadaannya di dunia diharapkan bisa berperan – betapapun kecilnya – dalam memperbaiki kualitas kehidupan sebagai dikehendaki oleh Sang Pencipta. Yang ditinggalkan manusia di dunia pada hakekatnya hanyalah amal perbuatannya , dia akan dikenang apabila dalam hidupnya bermanfaat atau mempunyai nilai bagi sesama. Oleh karena itu yang paling penting adalah apa yang diperbuat seseorang dalam hidupnya. Seperti kata pepatah : “ Lebih baik menjadi orang yang tidak dikenal – namanya- tetapi berbuat sesuatu – yang bermanfaat, daripada orang yang dikenal – namanya – akan tetapi tidak berbuat apapun”. Perbuatan berawal dari pikiran, maka apa yang dipikirkan seseorang sebelum mewujudkannya dalam perbuatan mempunyai peranan yang menentukan nilai dari hasil perbuatannya. Apabila pikiran yang berkembang bisa ‘mendengarkan’ bisikan nurani, berarti mampu menangkap maksud dan tujuan kehidupan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
219
ini diciptakan , maka pikiran itu akan memperoleh daya (power) luar biasa sehingga perbuatan yang diwujudkannyapun mempunyai nilai yang besar. Kitapun sebenarnya perlu menyadari atau menemukan kembali jati diri kita sendiri sebagai manusia, makhluk yang diciptakan lebih unggul dari segala makhluk ciptaan Tuhan, dengan segala karakteristik dan potensi bawaan sejak lahir yang bisa dikembangkan untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar bagi diri kita sendiri dan bagi kehidupan secara keseluruhan agar selalu mengarah pada maksud, tujuan dan kehendak Sang Pencipta. Bila kita mempunyai pendirian yang teguh dan keyakinan pada kebenaran yang selalu kita kejar, rintangan apa pun harus berani kita hadapi. Bila diri kita berdaya, tidak seorang pun bisa memberdayakan kita, bahkan kita bisa memberdayakan orang lain. Untuk menemukan jati diri kita, kenalilah terlebih dahulu diri kita; siapa sebenarnya kita. Hal tersebut bisa dilakukan cukup dengan perenungan pada perjalanan hidup yang sudah dilalui, kapan saja setiap saat, mawas diri pada apa yang selama ini telah kita peroleh dan telah kita amalkan dalam hidup kita. Pandanglah Diri Sebelum mengenali diri, pandanglah terlebih dahulu diri kita. Cobalah berdiri di depan cermin, bayangan dalam cermin itulah wujud diri. Dialah cermin kita, yang paling setia dan jujur. Kita tidak akan bisa berbohong, karena setiap kali kita akan berbohong’ “kawan” anda yang ada dalam cermin akan mengingatkannya. Kalau kita tidak berdiri dalam cermin “kawan” kita tersebut sebenarnya “bersembunyi “ dalam diri kita, bahkan pikiran kita. Itulah yang disebut “hati nurani”. Jangan sekali – kali mencemoohkan rupa atau wujud bayangan kita dalam cermin. Karena jika kita mencemoohkannya berarti kita kecewa dengan diri sendiri dan akhirnya orang lainpun akan mencemoohkan dan meremehkan kita. Kenalilah Diri Setelah bisa melihat atau memandang diri , berusahalah untuk mengenali apa yang ada dalam diri kita. Untuk mengenali diri banyak cara yang bisa dilakukan . Jo Luft dan Harry Ingham mengembangkan model yang disebut Jendela Johari (Johari Window) membantu kita untuk mengenali diri, bisa dilihat dalam gambar kuadran di bawah ini : Diri sendiri tahu
Diri sendiri tidak tahu
Orang lain tahu
“Terbuka” (openess atau public)
“Buta” (Blind)
Orang lain tidak tahu
“Tertutup” (close atau private)
“Gelap” (hidup dalam kegelapan)
Terbuka : Kita mengenal diri sendiri begitu juga orang lain mengenal kita, berarti kita mempunyai keterbukaan dengan demikian kita mampu membantu orang lain dan sebaliknya. Buta : orang lain mengenal diri kita, tetapi kita sendiri tidak tahu artinya kita buta,dan akan hidup terombang ambing .
220
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Tertutup : kita mengenal diri kita, akan tetapi orang lain tidak tahu berarti kita menutup diri dan tidak seorangpun bisa membantu apabila kita memerlukan bantuan. Gelap : orang lain tidak dan diri sendiri sama – sama tidak ‘mengenal siapa sebenarnya kita”, berati hidup dalam kegelapan tidak tahu ke mana harus menuju dan apa sebaiknya yang harus dilakukan. Bila kita diberikan pada dua alternatif pilihan, manakah yang anda akan pilih : §
Ingin menjadi sosok pribadi yang diharapkan orang lain/lingkungan
§
Ingin menjadi sosok pribadi yang sesuai dengan gambaran pribadi anda
Bila alternatif pertama yang dipilih, artinya kita membiarkan dibentuk oleh orang lain/lingkungan (faktor eksternal). Bisa jadi apa yang diperbuat sebenarnya hanya sekedar memenuhi harapan atau keinginan orang lain/lingkungan. Bila memilih alternatif yang kedua, bisa dianggap tidak peduli pada orang lain/lingkungan, bahkan bisa dianggap ‘melawan arus’. Tokoh – tokoh pemimpin yang kuat tidak jarang harus berani “melawan arus’ demi membela kepentingan sesama, walaupun harus mengorbankan dirinya karena berpegang tehuh pada prinsip. Contohnya : Gandhi. Temukan Jati Diri Untuk mengenali diri kita bisa mencari sendiri lewat perenungan, mawas diri dan lain – lain. Kekuatiran bahwa bila kita mencari sendiri akan terlalu subjektif karena “ego” atau “aku” sebenarnya bergantung pada seberapa besar “ego” kita dan apakah kita hanya sekedar ingin tahu atau sadar merupakan kebutuhan kita untuk mengetahui atau mengenali jati diri kita. Juga bergantung apakah kita mau membohongi diri kita sendiri – yang sebenarnya sesuatu yang tidak mungkin kita lakukan – atau jujur pada diri kita sendiri. Mengenali, menemukan dan menyadari jati diri kita akan lebih memberdayakan diri kita sehingga kita menjadi semakin kuat untuk menghadapi dan mengatasi segala rintangan dan hambatan dalam hidup guna mewujudkan cita – cita kita, visi kita menuju kesuksesan dalam hidup, membuat kualitas hidup kita menjadi lebih baik dan berpeluang memperbaiki kualitas kehidupan bagi sesama. Bukankah itu yang menjadi tujuan dan kehendak Sang Pencipta, untuk itu pulalah kita dilahirkan dan kita dilahirkan sama, dibekali karakteristik dan potensi yang sama pula.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
221
Modul 17 Topik: Tugas dan Fungsi Fasilitator
Peserta memahami dan menyadari: 1. Tugas dan Fungsi Fasilitator dalam PNPM Mandiri Perkotaan 2. Keterampilan yang dibutuhkan untuk menjadi fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan
Kegiatan 1: Diskusi Tugas dan Fungsi Fasilitator Kegiatan 2: Penjelasan dan Tanya Jawab Standard Akuntabilitas Fasilitator
3 Jpl ( 135 ’)
Lembar Kerja : Tugas dan Fungsi Fasilitator Bahan Bacaan: 1. Tugas dan Fungsi Fasilitator 2. Tugas dan Fungsi Pokok Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan
• • • • •
222
Kertas Plano, Metaplan Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Tugas Dan Fungsi Fasilitator 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memasuki modul Tugas dan Fungsi Fasilitator dengan kegiatan pertama yaitu, Diskusi Tugas dan Fungsi Fasilitator Sebagai Agen Perubahan dan Sebagai Pelaksana Program PNPM Mandiri dan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini, yaitu : Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri apa : § Fungsi fasilitator sebagai pemberdaya masyarakat dan agen perubahan § tugas fasilitator dalam PNPM Mandiri Perkotaan 2) Ajak peserta untuk mengurai tugas dan fungsi fasilitator sebagai pemberdaya masyarakat dan agen perubahan. Minta peserta untuk menuliskannya dengan hurup cetak yg cukup besar di kertas/kartu metaplan yg telah disediakan. a) Mintalah peserta untuk menempelkan hasil-hasil metaplan di papan yang tersedia di depan, kemudian ajak peserta untuk mengelompokkan hasil menurut kesamaan / kedekatan gagasan. Beri judul masing-masing kelompok gagasan tersebut. b) Minta peserta untuk mengkritisi kelompok-kelompok gagasan yang sudah tersusun. c) Diskusikan hasil pengelompokkan tersebut dan simpulkan. 3) Ajak peserta untuk mencocokkannya dengan pedoman pelaku Fasilitator dan diskusikan mana yang harus ditambah atau kalau perlu diadakan perubahan. Untuk menjalankan fungsi sebagai pemberdaya, tugas Fasilitator di PNPM Mandiri Perkotaan meliputi : § Menjalankan pendampingan (fasilitasi) kepada masyarakat untuk mengenali dan memecahkan masalah kemiskinan melalui tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan § Memberikan pelatihan dan OJT/coaching kepada relawan, BKM/LKM, lurah/kades dan UP – UP untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menjalankan peran dan tugasnya untuk penanggulangan kemiskinan. § Memberikan informasi dan mendorong perubahan di dalam masayarakat melalui kegiatan sosialisasi. § Memenuhi kewajiban administrasi proyek yang berupa laporan kegiatan secara tertulis, melalui SIM dan Quick Status. 4) Refleksikan bersama hasil pembahasan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
223
Untuk menjalankan fungsi sebagai pemberdaya, tugas Fasilitator di PNPM Mandiri Perkotaan meliputi : §
§
§ §
Menjalankan pendampingan (fasilitasi), mediasi dan advokasi kepada masyarakat untuk mengenali dan memecahkan masalah kemiskinan melalui tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan Memberikan pelatihan dan coaching kepada relawan, BKM/LKM. Lurah/kades dan UP – UP untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam menjalankan peran dan tugasnya untuk penanggulangan kemiskinan. Memberikan informasi dan mendorong perubahan di dalam masayarakat melalui kegiatan sosialisasi. Memenuhi kewajiban administrasi proyek yang berupa laporan kegiatan secara tertulis, melalui SIM dan Quick Status. Fasilitasi; pada intinya membuat sesuatu berjalan dengan baik dan dengan kesadaran penuh Mediasi, pada intinya menjembatani beberapa pihak untuk dapat bekerjasama secara sinergik Advokasi, pada intinya mengajak orang yang diadvokasi untuk berpikir seperti dia yang mengadvokasi Ketiga fungsi tersebut dalam prakteknya berbaur, misalnya pada saat mediasi juga akan terjadi proses fasilitasi ketika beberapa pihak bertemu dan advokasi ketika ada hal-hal yang masih perlu disepahamkan.
Penjelasan dan Tanya Jawab Standard Akuntabilitas Fasilitator 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai dengan kegiatan 2 dalam modul ini, yaitu membahas standard akuntabilitas fasilitator. 2) Uraikan bahwa fasilitator sebagai perangkat PNPM Mandiri Perkotaan , mempunyai tanggungjawab kepada pemberi tugas dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum sebagai lembaga pelaksanan PNPM Mandiri Perkotaan. Akuntabilitas yang harus dijalankan oleh fasiltator didasarkan kepada standard yang sudah dikembangkan. 3) Presentasikan kepada peserta standard akuntabilitas fasilitator, kemudian berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya.
224
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
LK 1 – Tugas dan Fungsi Fasilitator Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan “Diskusi Tugas dan Fungsi Fasilitator Sebagai Pemberdaya di PNPM Mandiri Perkotaan”
Tugas 1) Peserta mengurai tugas dan fungsi fasilitator sebagai pemberdaya masyarakat dan agen perubahan. Tiap peserta diminta untuk menuliskan dengan hurup cetak yg cukup besar di kertas/kartu metaplan yg telah disediakan. a) Kemudian tiap peserta menempelkan hasil-hasil metaplan di papan yang tersedia di depan. b) Satu atau dua relawan maju untuk mengelompokkan hasil pendapat masing-masing menurut kesamaan / kedekatan gagasan. Beri judul masing-masing kelompok gagasan tersebut. c) Diskusikan secara kritis kelompok-kelompok gagasan yang sudah tersusun. d) Simpulkan. 2) Peserta mengurai tugas dan fungsi fasilitator sebagai pelaksana proyek PNPM Mandiri Perkotaan. Tiap peserta diminta untuk menuliskan dengan hurup cetak yg cukup besar di kertas/kartu metaplan yg telah disediakan. a) Kemudian tiap peserta menempelkan hasil-hasil metaplan di papan yang tersedia di depan. b) Satu atau dua relawan maju untuk mengelompokkan hasil pendapat masing-masing menurut kesamaan / kedekatan gagasan. Beri judul masing-masing kelompok gagasan tersebut. c) Diskusikan secara kritis kelompok-kelompok gagasan yang sudah tersusun. d) Simpulkan 3) Peserta diminta mencocokkannya dengan pedoman pelaku Fasilitator dan diskusikan mana yang harus ditambah atau kalau perlu diadakan perubahan. 4) Pemandu memimpin penyimpulkan bersama jadi apa sebenarnya tugas fasilitator baik sebagai pemberdaya masyarakat dan agen perubahan maupun sebagai pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
225
Tugas Pokok dan Fungsi Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan
Tugas Pokok Fasilitator
Dua Sisi Mata Uang Tugas Pokok Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan : Sebagai pelaksana proyek dan Sebagai Agen Pemberdayaan Masyarakat
Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan ialah melaksanakan tugas konsultan pemberdayaan di tingkat masyarakat : 1. sebagai pelaksana proyek, termasuk mencatat setiap perkembangan proyek dan melaporkannya ke KMW sebagai masukan untuk data SIM (Sistem Informasi Manajemen); dan 2. sebagai agen pemberdayaan dan perubahan masyarakat, termasuk mensosialisasikan masyarakat kepada nilai-nilai yang didorong oleh PNPM Mandiri Perkotaan, intervensi perubahan perilaku dalam rangka pemberdayaan masyarakat dan membantu masyarakat merumuskan serta melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Rincian tugas-tugas Fasilitator sebagai pelaksana proyek dari tugas-tugas KMW di tingkat masyarakat adalah sebagai berikut : 1) Melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri Perkotaan, Pedoman Teknis dan Buku Petunjuk Teknis PelaksanaFasilitator; 2) Menjaga proyek dari terjadinya salah sasaran dan salah penanganan; 3) Mencatat semua kemajuan proyek di lapangan sesuai dengan format Sistim Informasi Manajemen (SIM) PNPM Mandiri Perkotaan yang disediakan KMW; dan 4) Melaporkan kemajuan proyek kepada KMW melalui koordinator kota sebagai input Sistim Informasi Manajemen (SIM) PNPM Mandiri Perkotaan. Rincian tugas-tugas Fasilitator sebagai agen pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Melaksanakan kegiatan-kegiatan sosialisasi Termasuk didalamnya adalah: a) Menyebarluaskan informasi mengenai PNPM Mandiri Perkotaan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan kepada seluruh lapisan masyarakat dimana mereka bertugas b) Menyebarluaskan Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Prinsip dan Nilai-nilai yang dijunjung PNPM mandiri Perkoataan
226
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
c) Bersama Relawan Masyarakat, melalui serangkaian FGD, membangun kesadaran kritis masyarakat agar mampu mengidentifikasikan persoalan kemiskinan di kelurahan/desa yang bersangkutan dan perlunya menanggulangi kemiskinan secara terorganisasi dan sistematis d) Mendorong peran serta dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat umumnya dan masyarakat miskin khususnya, di seluruh kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan e) Membangkitkan tumbuh berkembangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan sosial kontrol pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan ybs. f) Memfasilitasi pembangunan dan pengembangan sosial kapital (nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan) sebagai kondisi yang dibutuhkan bagi upaya penanggulangan kemiskinan. 2) Melaksanakan kegiatan-kegiatan pelatihan (training) Termasuk didalamnya adalah: a) Memperkuat dan mengembangkan kapasitas relawan/kader-kader masyarakat sebagai agen pemberdayaan masyarakat. Termasuk diantaranya pelatihan dasar dan lanjutan dalam bentuk pelatihan kelas, praktek atau on the job training dan bimbinqan intensif; b) Memperkuat dan mengembangkan kapasitas BKM/LKM sebagai lembaga pimpinan kolektif masyarakat yang terpilih. Dalam hal ini difokuskan pada pelatihan dasar serta pendampingan dan on the job training, bimbingan intensif; dan c) Memperkuat dan mengembangkan kapasitas KSM sebagai kelompok dinamik. Termasuk diantaranya membangun tim, mengenali peluang usaha atau mengembangkan usaha yang ada, menyusun proposol usaha, dan pengelolaan keuangan secara sederhana. Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk kelas maupun praktek dalam kelompok. 3) Melaksanakan kegiatan-kegiatan umum pemberdayaan masyarakat Termasuk didalamnya adalah: b) Memfasilitasi proses penyiapan masyarakat pada tahap awal dengan menumbuh kembangkan kesadaran kritis masyarakat melalui proses refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya; c) Memfasilitasi refleksi kepemimpinan masyarakat untuk mendorong kesadaran kritis masyarakat dalam memilih pemimpin-pemimpinnya yang berbasis pada nilai-nilai moral yang luhur. d) Pengorganisasian Masyarakat. Bersama Relawan, memfasilitasi proses penilaian organisasi dan lembaga masyarakat yang ada dan/atau membentuk baru organisasi masyarakat warga dan lembaga pimpinannya (BKM/LKM), sesuai kesepakatan bersama masyarakat. BKM harus merupakan lembaga pimpinan kolektif yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif dan demokratis. Demikian pula halnya dalam pembentukan Unit Pengelola Keuangan (UPK) dan unit-unit lain/gugus tugas BKM lainnya. Termasuk fasilitasi pengorganisasian masyarakat adalah pengorganisasian kelompok masyarakat melalui pembentukan KSM-KSM dalam rangka menggalang potensi masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan dengan dukungan PNPM Mandiri Perkotaan; e) Memfasilitasi penyusunan PJM Pronangkis (perencanaan partisipatif dalam penanggulangan kemiskinan). Bersama dengan kader masyarakat, memfasilitasi BKM/LKM untuk mengkoordinasi pelaksanaan perencanaan partisipatif dengan masyarakat untuk menyusun Program Jangka Menengah Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis); f) Bersama dengan kader masyarakat, memfasilitasi KSM untuk mengidentifikasi peluang usaha, kebutuhan pembangunan infrastruktur dan pelayanan lingkungan dasar, serta menyiapkan mereka agar mampu memformulasikannya dalam bentuk proposal yang layak;
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
227
g) Memperkenalkan berbagai inovasi sederhana dalam manajemen organisasi dan lembaga kredit mikro, termasuk sistem audit, transparansi, proses pengambilan keputusan yang demokratis, tata buku, dan sebagainya; h) Memfasilitasi dan membimbing masyarakat secara intensif agar mampu mengikuti ketentuan Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan dalam seluruh tahapan kegiatan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan; i) Memfasilitasi penanganan pengaduan dan penyelesaian konflik yang mungkin muncul di masyarakat;serta j) Advokasi, mediasi dan membangun jalinan kemitraan strategis (networking) antar semua pelaku yang bermanfaat bagi kemajuan bersama utamanya masyarakat miskin.
Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan bukan Boneka…..! Tampak bagus dan indah dari luar, namun senantiasa terdiam dan tidak mampu berbuat apapun ! Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan adalah agen perubahan masyarakat, yang mendampingi masyarakat untuk menemukan dan memulihkan kembali nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan yang hakiki menuju pintu gerbang kesejahteraan mereka…! Fungsi Fasilitator Untuk dapat menjalankan tugas pokok tersebut di atas maka Fasilitator memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut : § Fasilitasi; yang pada intinya membuat sesuatu berjalan dengan baik dan dilakukan dengan kesadaran penuh § Mediasi, yang pada intinya menjembatani beberapa pihak untuk dapat bekerjasama secara sinergik § Advokasi, yang pada intinya mengajak orang yang diadvokasi untuk berpikir seperti dia yang mengadvokasi
228
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Ketiga fungsi tersebut dalam prakteknya berbaur, misalnya pada saat mediasi juga akan terjadi proses fasilitasi ketika beberapa pihak bertemu dan advokasi ketika ada hal-hal yang masih perlu disepahamkan. Kode Etik Fasilitator PNPM Mandiri Perktoaan Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan berperan strategis sebagai ‘agen perubahan’ ataupun ‘agen pembangunan’ dan tidak hanya melaksanakan ‘administrasi proyek’. Fasilitator bukan sebagai ‘sinterklas’ atau pembuat ‘proposal’ atau bahkan ‘tukang kredit’. Untuk itu, Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan dituntut untuk menjunjung tinggi kode etik sebagai berikut : a) Senantiasa melihat masyarakat sebagai tambang yang penuh sifat-sifat luhur/mulia manusia dan tugas utama seorang fasilitator adalah menggali tambang-tambang tersebut sehingga sifat-sifat luhur tersebut muncul, tumbuh dan berkembang. b) Menjunjung nilai-nilai kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan. c) Berpijak dan berorientasi pada kepentingan dan tujuan proyek PNPM Mandiri Perkotaan secara keseluruhan , serta tidak didasarkan pada kepentingan dan tujuan pribadi, kelompok atau golongan. d) Senantiasa berpihak pada kelompok marjinal ( warga yang tertindas) e) Taat asas dan konsisten pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat miskin agar mampu meningkatkan harkat dan martabat mereka sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur dan warga negara. f) Senantiasa melayani masyarakat dan tidak sesekali minta dilayani masyarakat. g) Tidak diperkenankan untuk meminta imbalan atau menerima imbalan dari masyarakat. h) Berorientasi kepada kemandirian masyarakat agar mampu menangani persoalan kemiskinan dengan potensi yang dimilikinya dan tidak menciptakan ketergantungan masyarakat pada fasilitator maupun pada keberadaan atau bantuan dari pihak-pihak di luar masyarakat. i) Senantiasa berupaya merangkul berbagai pihak ke dalam iklim kemitraan, kebersamaan dan kesatuan, serta tidak menciptakan pengkotak-kotakan maupun menunjukkan sikap diskriminasi. j) Tidak berorientasi kepada TARGET saja, tetapi juga mengedepankan PROSES k) Tidak memberikan ‘janji – janji ‘ muluk kepada masyarakat. l) Senantiasa menjunjung tinggi prinsip-prinsip partisipasi, demokrasi, transparansi, akuntabilitas dan desentralisasi. m) Menjunjung tinggi nilai – nilai; dapat dipercaya, jujur, ikhlas, adil, setara dan kebersamaan dalam keragaman n) Menganut dan menjunjung tinggi integritas profesi .
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
229
Tugas dan Fungsi Fasilitator Marnia Nes
Fasilitator adalah orang yang memudahkan warga (peserta belajar) untuk membangun proses dialog di antara mereka untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dalam proses dialog melalui berbagai metode seperti diskusi dan musyawarah fasilitator harus mendorong warga yang biasa terpinggirkan untuk mengungkapkan pengalaman, permasalahan dan pikirannya, memudahkan bagi warga yang yang biasanya mendominasi pembicaraan dan pengambilan keputusan untuk memberi ruang kepada warga lainnya berbicara, terlibat dan berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Dengan cara inilah fasilitator memberdayakan semua pihak, memberdayakan yang lemah untuk jadi kuat dan memberdayakan yang kuat untuk mampu menurunkan dominasinya, sehingga proses pembangunan manusia – yang memanusiakan manusia – terjadi. Fasilitator adalah orang yang mendampingi warga untuk menggali pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri , artinya dalam proses pembelajaran untuk memberdayakan warga masyarakat fungsi fasilitator adalah mempermudah proses tukar pengalaman, pengetahuan dan nilai – nilai di antara warga masyarakat untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman baru yang akan berguna bagi menuju kehidupan yang lebih baik.
Tugas Fasilitator Beberapa tugas umum fasilitator adalah : § Mendorong masyarakat untuk melakukan perubahan – perubahan sikap, pengetahuan dan perilaku baik individu maupun kelompok. § Membantu proses agar masyarakat bisa melakukan identifikasi masalah, merencanakan kegiatan, melakukan monitoring dan evaluasi dalam memecahkan masalah mereka termasuk masalah kemiskinan. § Mendorong terjadinya saling menghargai, saling peduli dan kerjasama di antara warga dalam memecahkan masalah. § Membantu masyarakat baik individu maupun kelompok dalam bekerjasama dengan kelompok lain dalam pelaksanaan kegiatan, misalnya memudahkan masyarakat untukmendapatkan narasumber yang dibutuhkan. § Memberikan informasi – informasi yang dibutuhkan masyarakat.
Peran Fasilitator Dalam membantu membangun proses pembelajaran di masyarakat, beberapa peran yang bisa dijankan oleh fasilitator adalah :
Sebagai moderator; peran ini dilakukan apabila di dalam proses belajar warga dan fasilitator sama – sama mempunyai pengetahuan dan pengalaman mengenai objek yang sedang dibahas. Fasilitator lebiih pada mengatur proses dialog agar mereka dapat mengungkapkan pengalamannya, menganalisis dan mengembangkan gagasan – gagasan berdasarkan pengalaman masyarakat. Sebagai Motivator, peran ini dijalankan apabila pengetahuan dan pengalaman tertentu hanya dipunyai oleh sebagian warga belajar. Fasilitator harus mendorong warga belajar untuk bersedia
230
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
belajar dari orang lain. Dalam hal ini diperlukan sikap rendah hati dari warga yang merasa lebih berpendidikan dan mempunyai pengetahuan yang lebih dari yang lainnya. Fasilitator harus mendorong keyakinan mereka bahwa setiap orang pasti punya pengetahuan dan pengalaman yang khas yang bisa dibagi kepada yang lainnya, sehingga pengetahuan dan pengalaman itu sangat berharga dan akan memperkaya mereka.
Sebagai narasumber; apabila topik pembahasan merupakan hal baru bagi warga tidaklah tabu fasilitator memberi penjelasan, memberi tahu apa yang baik dan apa yang tidak kepada warga yang penting tidak dilakukan dengan cara menggurui. Justru dengan demikian fasilitator sudah membagikan pengetahuan dan pengalaman yang dipunyainya kepada warga masyarakat sehingga bisa memperkaya pengetahuan mereka. Sebagai mediator; Seorang fasilitator tidak harus tahu segala hal, justru yang paling penting adalah fasilitator mengetahui dan menyadari apa yang tidak dia ketahui. Apabila baik fasilitator maupun masyarakat tidak mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup mengenai topik yang dibahas, maka peran fasiltiator adalah memediasi agar bisa mendatangkan narasumber yang dibutuhkan. Contohnya dalam proses kajian kesehatan dalam pemetaan swadaya, bisa mendatangkan narasumber dari dinas kesehatan, dokter atau paramedis.
Keterampilan Fasilitator Dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen perubahan fasilitator harus memiliki pengetahuan dan ketermpilan. Keterampilan yang harus dimilik oleh fasilitator : Dapat Berkomunikasi dengan Efektif Keterampilan yang sangat penting harus dimiliki oleh fasilitator adalah menjadi komunikator yang baik. Tugas seorang fasilitator selain menyampaikan informasi juga mengupayakan terjadinya proses pertukaran pendapat antar peserta diskusi.
Menjadi komunikator yang baik berarti : § Bahasa yang digunakan sebaiknya bahasa masyarakat setempat, sehigga masyarakat tidak asing berbicara cukup keras dan jelas agar setiap orang bisa mendengar dan memahami. § Menyampaikan pikiran dengan jelas, bisa menjelaskan dan mengklarifikasi dimana dibutuhkan. § Menyederhanakan konsep yang sulit ke dalam bahasa – bahasa yang mudah dimengerti, memberikan contoh – contoh yang kongkrit dari situasi dan keadaan sehari – hari yang dialami peserta, artinya informasi yang disampaikan harus sesuai dengan kebutuhan dan masalah masyarakat. § Mendengarkan dengan sepenuh perhatian terhadap setiap pendapat, keinginan dan pengalaman kelompok sasaran baik dalam berkomunikasi kelompok maupun komunikasi perorangan. § Memilih metode yang cocok dalam menyampaikan informasi, misalnya penjelasan, bermain peran, demonstrasi, kunjungan rumah, kunjungan lapangan dan sebagainya. § Mempermudah media dan alat bantu dengan cara yang tepat guna, memperlihatkan secara jelas hal – hal pokok sehingga peserta dapat melihat langsung, meskipun hanya berupa tulisan di papan/kertas karena daya ingat seseorang akan meningkat jika selain mendengar dapat melihat secara langsung
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
231
Dapat Menggunakan Pendekatan Partisipatif dengan Pendidikan Orang Dewasa Dalam mendorong terjadinya dialog di antara peserta, penting bagi failitator untuk dapat menerapkan prinsip – prinsip pendekatan partisipatif dan POD.
Agar dialog dapat terjadi, maka fasilitator harus mampu : § Mendorong kelompok sasaran mau mengemukakan pendapat, keinginan dan pengetahuan dan masalah yang dimilikinya untuk dibagi dengan orang lain dan masalah dapat dipecahkan bersama. § Meyakinkan kelompok sasaran bahwa sumbangan mereka baik berupa pemikiran maupun meteriil sangat berarti bagi kegiatan yang dilakukan. § Mengetahui bagaimana membentuk individu – individu menjadi kelompok yang efektif sehingga mereka dapat belajar dan bekerjasama
Dapat Membina Suasana yang Hangat dan Akrab Suasana belajar sangat penting untuk terciptanya proses belajar yang baik, dengan suasana yang nyaman dan santai setiap orang akan dengan mudah untuk mengemukakan pendapatnya, tidak ada rasa takut dan bersedia terlibat lebih lama.
Fasilitator harus mampu : § Mendorong terjadinya kerjasama yang baik di antara anggota masyarakat § Mampu memahami reaksi, pendapat dan keinginan kelompok sasaran § Mampu membangun proses dinamika kelompok dalam masyarakat § Menangani warga yang ”sulit’ (misalnya mau menang sendiri, susah diajak kerjasama) tanpa menyinggung perasaan. § Mengetahui bagaimana menjadi penengah dan memberi jalan tengah jika ada pendapat yang berlawanan dan mencobakan mencari titik temu atas perbedaan pendapat dalam kelompok
Memiliki Pengetahuan yang Luas Fasilitator harus terus menerus belajar sehingga memiliki pengetahuan yang luas terutama dalam mengembangkan program. Dapat Mengembangkan Strategi Fasilitator harus tahu bagaimana caranya memulai kegiatan, kemana arahnya dan bagaimana cara mengembangkan peran serta masyarakat agar tujuan yang telah disepakati dapat dicapai dengan baik. Mampu Memecahkan Masalah Fasilitator harus mampu melihat serta mengidentifikasi segala kebutuhan dan permasalahan masyarakat serta faktor – faktor penyebab timbulnya masalah.
232
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Sifat Fasilitator yang Baik Kesetaraan Menganggap peserta setara, artinya menghormati keadaan dan pendapat mereka. kerendahan hati tidak bersikap sombong, misalnya sengaja memberi tahu kepada masyarakat betapa tiingginya tingkat pendidikan yang dimiliki, betapa banyak pengalaman dan sebagainya. Mampu dan Jujur Seorang fasilitator harus layak untuk dipercaya, selain harus belajar agar cukup menguasai materi bahasan , fasilitator harus memberi kesan bahwa dia cukup jujur, artinya tidak membesar-besarkan masalah atau membual mengenai sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Percaya diri Rasa percaya diri dari fasilitator dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat sehingga mereka akan lebih mudah tertarik terhadap informasi yang diberikan. Karena minat dan upayanya dalam mempelajari materi bahasan sebelum melakukan fasilitasi dan pengakraban dengan masyarakat biasanya menumbuhkan kepercayaan diri. Terbuka Bagaimanapun suatu persiapan dilakukan, acapkali fasilitator tidak mampu mengembangkan jawaban terhadap suatu pertanyaan. Dalam keadaan ini fasilitator harus mau mengakui ketidaktahuannya dan mengupayakan pencarian jawaban dari orang lain atau masyarakat. Dalam hal ini fasilitator harus mau belajar dari masyarakat. Bila tidak berhasil disarankan untuk bersama – sama mencari tahu kepada pihak – pihak yang tidak lebih tepat. Sabar Proses komunikasi memang memakan waktu, perenungan, tanggapan dan pengakraban suasana. Keadaan menunggu itu harus disadari sebagai bagian dari proses. Fasilitator harus sabar dalam mengiktui proses yang terjadi, karena perubahan yang diinginkan tidak akan terjadi dengan begitu saja tetapi memerlukan waktu yang panjang. Luwes dan tanggap Meskipun perencanaan sudah dianggap baik, fasilitator harus bisa melihat perubahanperubahan yang terjadi selama proses berlangsung yang barangkali memerlukan strategi – strategi dan kegiatan baru sesuai dengan situasi. Untuk itu fasilitator tidak boleh kaku dengan perencanaan yang telah dibuat. Bisa menyesuaikan diri Perbedaan pendapat sehari – hari, budaya setempat dan sejumlah perbedaan cara hidup harus dihadapi fasilitator dengan wajar dan berupaya melakukan penyesuaian dengan cepat, karena dalam keadaan ini masyarakatlah yang menjadi pemilik kegiatan dan pelaku utamanya. Empati Fasilitator harus mempunyai rasa empati terhadap masyarakat. Empati adalah melihat dan merasakan sesuatu seperti dirasakan oleh masyarakat kelompok sasaran.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
233
Ramah Fasilitator tidak boleh membeda – bedakan perhatiannya terhadap setiap warga masyarakat. Semua warga diperlakukan sama tidak ada yang istimewa dari yang lainnya. Menghargai Fasilitator harus bisa menghilangkan jarak sosial di antara dia dengan masyarakat, sehingga bisa mengerti keadaan dan menerima kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oelh masyarakat kelompok sasaran.
234
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 18 Topik: Etika Fasilitator
Peserta memahami dan menyadari apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh fasilitator
Kegiatan 1: Curah Pendapat Etika Fasilitator Kegiatan 2: Diskusi Apa yang Boleh/Tidak Boleh Dilakukan Fasilitator
2 Jpl ( 90 ’)
Bahan Bacaan: Etika Fasilitator Perubahan
• Kertas Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
235
Curah Pendapat Etika Fasilitator 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita akan memulai dengan modul “ Etika Fasilitator “ dengan kegiatan belajar 1 yaitu Curah Pendapat Mengenai Etika serta apa yang ingin melalui kegiatan belajar ini : § Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri pengertian etika dan menyadari bahwa Fasilitator harus mentaati kode etik 2) Kemudian ajak peserta untuk mengingat lagi pokok bahasan sebelumnya yaitu: “Tugas & Fungsi Fasilitator“ dan untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dengan baik, seorang fasilitator harus memiliki etika. Selanjutnya ajukan pertanyaan kritis sebagai berikut: § Apa yang dimaksud etika ? § Kenapa fasilitator harus memiliki kode etik ? 3) Simpulkan curah pendapat tersebut dengan :
“Etika” adalah landasan nilai dari suatu sikap dan tata laku yang dalam hal ini adalah sikap dan tata laku untuk memfasilitasi atau bertindak sebagai fasilitator. Kode etik fasilitator adalah aturan main yang menjadi dasar moral bagi seseorang fasilitator untuk berbuat dan mempertanggung jawabkan moralnya ke masyarakat
”Etika Fasilitator adalah tata krama untuk sikap dan perilaku bagi fasilitator yang dilandasi nilai-nilai universal”.
Diskusi Apa Yang Boleh/Tidak Boleh Dilakukan Fasilitator 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memasukki kegiatan ke 2 dari modul Etika Fasilitator, yaitu ” Diskusi Perilaku Yang Boleh/Yang Tidak Boleh Dilakukan Fasilitator” 2) Bagi peserta menjadi beberapa kelompok yang terdiri antara 5-7 orang, kemudian mintalah peserta untuk merefleksikan etika fasilitator melalui diskusi kelompok dengan membahas studi kasus di bawah ini
236
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
§
Seorang Fasilitator datang ke pertemuan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan/desa dengan memakai atribut partai politik, bagaimana tanggapan Anda ? Apakah implikasinya ?
§
Dalam sebuah diskusi/musyawarah warga yang pesertanya relatif heterogen, untuk merangsang agar warga miskin dapat menyampaikan aspirasinya maka Fasilitator hanya memberikan kesempatan bagi warga miskin untuk menyampaikan pendapatnya, sedangkan beberapa orang warga non miskin yang hadir pada musyawarah tersebut sama sekali tidak diberi kesempatan berbicara dengan alasan bahwa sasaran PNPM Mandiri Perkotaan adalah warga miskin. Bagaimana pendapat Anda, Jelaskan !
§
Setelah pencairan BLM pertama selesai, kemudian anggota BKM/LKM sepakat untuk memberikan tanda terima kasih kepada Fasilitator, Bagaimana sikap anda sebagai Fasilitator, menerima tanda terimakasih tersebut atau menolaknya ? Jelaskan !
§
Waktu pencairan dana BLM sudah batas akhir, sementara itu KSM belum terbentuk, untuk mengakali agar dana BLM tersebut dapat dicairkan Fasilitator bersama BKM/LKM sepakat untuk membuat proposal fiktif yang nantinya dana tersebut akan dimanfaatkan sebagaimana mestinya dengan syarat BKM/LKMharus membentuk KSM yang sesuai dengan PJM Pronangkis walaupun menyusul. Bagaimana pendapat Anda ?
§
Untuk mempermudah dalam proses musyawarah penyusunan Rencana Tahunan, fasilitator membuatkan seluruh draf Rencana tersebut sampai selesai dan kemudian dimintakan persetujuannya ke Rapat BKM/LKM, Bagaimana pendapat anda?
§
Untuk merangsang kehadiran perempuan dalam pertemuan warga maka Fasilitator sepakat dengan Lurah/Kades akan memberikan hadiah bagi perempuan yang datang, dengan cara diundi antara perempuan yang datang saja. Bagaimana pendapat Anda ? Uraikan alasan Anda.
§
Untuk meningkatkan peran serta aktif perempuan dalam musyawarah warga maka Fasilitator sepakat kepada warga perempuan yang mengajukan pertanyaan atau komentar lebih dari lima kali akan diberi hadiah. Bagaimana pendapat Anda ? Uraikan alasan Anda
Jawaban ditulis di kertas plano yang telah disediakan 3) Setelah tiap kelompok selesai menyususn jawaban kelompok maka mintalah tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi masing yang kemudian dapat ditanggapi oleh kelompok lain. 4) Setelah selesai tanggapan per kelompok, mintalah tiap kelompok membandingkan hasil diskusinya dengan Etika Fasilitator yang ada dalam buku panduan. Kemudian simpulkan dan memberikan tanggapan serta penegasan atas hasil diskusi tersebut.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
237
LK 1 – Etika Fasilitator Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan ”Curah Pendapat Mengenai Etika”
1) Berangkat dari pokok bahasan sebelumnya yaitu: “Tugas & Fungsi Fasilitator“ dan untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut dengan baik, seorang fasilitator harus memiliki etika. Selanjutnya tiap peserta harus menjawab pertanyaan kritis sebagai berikut di bawah ini dalam suatu curah pendapat: § §
238
Apa yang dimaksud etika ? Kenapa fasilitator harus memiliki kode etik ?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
LK – Etika Fasilitator – 2 Pertanyaan dan tugas yang terkait dengan ”Diskusi Perilaku Yang Boleh/Yang Tidak Boleh Dilakukan Fasilitator” 1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri antara 5-7 orang, kemudian mintalah peserta untuk merefleksikan etika fasilitator melalui diskusi kelompok dengan membahas studi kasus di bawah ini §
Seorang Fasilitator datang ke pertemuan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan/desa dengan memakai atribut partai politik, bagaimana tanggapan Anda ? Apakah implikasinya ?
§
Dalam sebuah diskusi/musyawarah warga yang pesertanya relatif heterogen, untuk merangsang agar warga miskin dapat menyampaikan aspirasinya maka Fasilitator hanya memberikan kesempatan bagi warga miskin untuk menyampaikan pendapatnya, sedangkan beberapa orang warga non miskin yang hadir pada musyawarah tersebut sama sekali tidak diberi kesempatan berbicara dengan alasan bahwa sasaran PNPM Mandiri Perkotaan adalah warga miskin. Bagaimana pendapat Anda, Jelaskan
§
Setelah pencairan BLM pertama selesai, kemudian anggota BKM/LKM sepakat untuk memberikan tanda terima kasih kepada Fasilitator, Bagaimana sikap anda sebagai Fasilitator, menerima tanda terimakasih tersebut atau menolaknya ? Jelaskan !
§
Waktu pencairan dana BLM sudah batas akhir, sementara itu KSM belum terbentuk, untuk mengakali agar dana BLM tersebut dapat dicairkan Fasilitator bersama BKM/LKM sepakat untuk membuat proposal fiktif yang nantinya dana tersebut akan dimanfaatkan sebagaimana mestinya dengan syarat BKM/LKM harus membentuk KSM yang sesuai dengan PJM Pronangkis walaupun menyusul. Bagaimana pendapat Anda ?
§
Untuk mempermudah dalam proses musyawarah penyusunan Rencana Tahunan, fasilitator membuatkan seluruh draf Rencana tersebut sampai selesai dan kemudian dimintakan persetujuannya ke Rapat BKM/LKM, Bagaimana pendapat anda?
§
Untuk merangsang kehadiran perempuan dalam pertemuan warga maka Fasilitator sepakat dengan Lurah/Kades akan memberikan hadiah bagi perempuan yang datang, dengan cara diundi antara perempuan yang datang saja. Bagaimana pendapat Anda ? Uraikan alasan Anda.
§
Untuk meningkatkan peran serta aktif perempuan dalam musyawarah warga maka Fasilitator sepakat kepada warga perempuan yang mengajukan pertanyaan atau komentar lebih dari lima kali akan diberi hadiah. Bagaimana pendapat Anda ? Uraikan alasan Anda
Jawaban ditulis di kertas plano yang telah disediakan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
239
Etika Fasilitator Perubahan
Diadaptasi dari : Gordon Bermant dan Donal O. Walrik, “Etika Intervensi Sosial : Kekuasaan, kebebasan dan pertanggungjawaban” dalam Merencanakan perubahan; Warren G. Bennis et al (Eds), Jakarta: Intermedia, 1990.
Tiga Tema Etika Intervensi Sosial : Kekuasaan, Kebebasan dan Pertanggungjawaban
Tiga pihak yang terpisah tapi saling berinteraksi muncul dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, para pihak tersebut adalah : § Pemerintah Indonesia, yaitu lembaga yang berinisiatif, bertangungjawab dan membiayai program. § Fasilitator yaitu individu yang menjalankan PNPM Mandiri Perkotaan di komunitas § Komunitas yaitu kelompok sasaran dimana program PNPM Mandiri Perkotaan dijalankan. Pola hubungan antara Pemerintah, Fasilitator dan Komunitas menjadi sangat penting untuk disadari. Perpaduan antara pemerintah yang memiliki posisi kekuasaan lebih dalam pengambilan keputusan dan Fasilitator yang handal biasanya akan lebih berpengaruh ketimbang komunitas yang merupakan sasaran intervensi. Perbedaan kekuasaan ini berlanjut pada masalah ‘kebebasan’ komunitas dan ‘pertanggungjawaban’ Fasilitator. Komunitas mempunyai kebebasan untuk memilih tingkat partisipasi mereka dalam program. Pada sisi lain, pemerintah dan Fasilitator harus mampu mempertanggungjawabkan intervensi yang mereka lakukan di komunitas. Itulah sebabnya masalah ‘kekuaasaan, kebebasan dan pertanggungjawaban’ melahirkan sejumlah masalah etis dalam segitiga hubungan tersebut.
Kekuasaan
Persoalan etis utama dari Fasilitator adalah menyangkut dirinya sebagai pengemban kekuasaan. Fasilitator memegang kekuasaan yang berasal dari pengetahuan, keterampilan, dan hubungan kerjanya dengan pemerintah melalui penugasan kepada KMW. Penyalahgunaan kekuasaan oleh Fasilitator dapat menimbulkan kerugian, baik terhadap komunitas maupun terhadap program intervensi itu sendiri. Persoalan etika kekuasaan Fasilitator yang penting lainnya adalah (keterlibatan Fasilitator) mendefinisikan masalah komunitas. Ada sebagian Fasilitator yang menggunakan cara pandang dokter – pasien. Dianggapnya komunitas adalah pasien dan Fasilitator adalah sang dokter. Bila Fasilitator secara sepihak menentukan masalah komunitas tanpa ada partisipasi atau konsultasi dengan komunitas, apalagi disertai dengan tindakan perumusan rencana proyek yang tidak diketahui komunitas, maka terjadilah pelanggaran etis.
Tipologi Pengaruh Mengingat kekuasaan berasal dari gambaran keahlian Fasilitator, apakah pengaruh politis yang utama dari intervensi sosial ? Istilah ‘politik’ digunakan untuk mencakup setiap perubahan dalam pembagian kekuasaan, pengaruh dan wewenang dalam setiap unit yang mencakup individu, kelompok, komunitas dan negara. Tipologi pengaruh secara umum dibagi menjadi : pemeliharaan sistem dan perubahan sistem.
240
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Intervensi sosial dapat membantu dan memelihara atau memperkuat sistem dengan cara – cara berikut : •
Legitimasi moral Kehadiran Fasilitator yang nyata dan dipercaya sering memperkuat perasaan anggota komunitas yang tidak puas atau justru sangat puas dengan sistem sosial yang ada. Hal ini disebabkan oleh kepercayaan komunitas bahwa Fasilitator adalah jujur, bertanggungjawab dan berhak atas kekuasaan serta kedudukannya.
•
Pengorbanan Dalam rangka mencapai kohesi interen yang lebih besar, hampir setiap masyarakat memilih seorang “korban” yang kepadanya dapat diproyeksikan rasa bersalah, frustasi atau ketidakpuasan. Pengkambinghitaman seperti itu membantu untuk mempertahankan sistem dengan menyalurkan agresi melawan pihak yang lemah dari pihak yang kuat.
•
Penyesuaian Diri Intervensi dapat mendorong indivisu dan kelompok untuk menyesuaikan diri dengan suatu sistem melalui pikiran, perasaan dan tindakan dalam batas – batas yang telah ditentukan. Fasilitator pada umumnya dapat meningkatkan penyesuaian diri dengan menanamkan suatu etika pragmatis. Dalam etika ini, tindakan politik, tindakan organisasi atau tindakan lainnya hanya dapat diterima dalam jajaran pilihan yang disetujui pihak yang berwenang. Tekanan terhadap apa yang mungkin, apa yang praktis dan apa yang bisa membuat sistem terpelihara.
•
•
Pengumpulan informasi Fasilitator tanpa disadari dapat saja memperkuat posisi pihak yang berwenang dengan mengumpulkan informasi mengenai ketidaksepakatan atau ketidakpuasan. Meredam oposisi Keuntungan politis yang diperoleh dari informasi ialah bahwa informasi itu dapat digunakan oleh pihak yang berwenang untuk menghadapi oposisi. Fasilitator dapat dengan sengaja atau tidak sengaja bekerja untuk meredam kekuatan yang tidak setuju. Ia dapat saja menutup ruang yang cukup bagi oposan untuk berkembang melalui cara – cara menumpas atau setidaknya mengurangi pengaruh para oposan. Intervensi sosial adalah tindakan yang menghasilkan atau dirancang untuk menghasilkan perubahan. Memang banyak bentuk intervensi sosial ialah peningkatan kesadaran bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kehidupan seseorang dan keyakinan bahwa situasi itu dapat diperbaiki. Intervensi juga dapat membantu individu untuk mengatasi keharusan struktural yang mengitari mereka dan memahaminya, meskipun samar-samar, kekuatan – kekuatan yang mempengaruhi dan membentuk hidup mereka.
•
Delegitimasi Intervensi sosial juga membantu terjadinya perubahan dengan menantang legitimasi suatu sistem tertentu. Hal ini dilakukan melalui pembongkaran landasan keyakinan orang-orang yang dikuasai. Intervensi juga dapat diarahkan langsung untuk melemahkan dasar kekuasaan dari pemimpin yang mapan.
•
Kemampuan Intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan perubahan karena memasok lawan, kelompok minoritas, atau kelompok yang menentang lainnya dengan kemampuan, peluang, sarana dan insentif untuk bertindak. Intervensi dapat meyakinkan orang-orang bahwa mereka dapat
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
241
menjadi sumber tindakan sosial. Intervensi dapat mengajarkan individu dan kelompok untuk melihat diri mereka sendiri sebagai pemula tindakan, mampu berprakarsa, mampu meramalkan dan mampu mengendalikan diri sendiri dan orang lain.
Kebebasan
Menurut definisi, kebebasan membutuhkan - di atas segala – galanya - kemampuan dan peluang, untuk memilih. Jika individu yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dan tidak memperoleh informasi untuk memahami dan mempertimbangkan akibat-akibat dari partisipasi mereka, atau jika mereka dipaksa, didesak atau dimanipulasi oleh tekanan lingkungan untuk berpartisipasi, maka kebebasan akan berkurang. Kemampuan memahami suatu intervensi seringkali berkembang oleh peluang partisipasi dari dekat. Hambatan utama bagi kebebasan terletak dalam ketidak-mampuan orang untuk memahami hakikat dan akibat dari partisipasi mereka dalam intervensi. Dalam kasus lain, hambatan itu berupa informasi yang tidak memadai mengenai intervensi itu dan akibat-akibatnya. Sebuah persoalan yang muncul ialah mengenai batas-batas pengungkapan informasi. Pengungkapan informasi biasanya ditegaskan keharusannya secara etis dalam intervensi sosial. Namun masalahnya mengenai seberapa jauh pengungkapan harus dilakukan. Misalnya, apakah Fasilitator harus membeberkan seluruh ‘kartu’nya di atas meja, termasuk menyingkap seluruh perlengkapan teknik yang dipakainya ? Kebebasan individu juga dikendalikan oleh paksaan dan tekanan yang ditemukan dalam lingkungan. Dalam kasus lain, kendala untuk kebebasan bukan berasal dari paksaan langsung melainkan dari tekanan kelompok atau ancaman kuat dan perangsang. Dalam kegiatan-kegiatan pengembangan komunitas, pimpinan komunitas dapat menegaskan dengan jelas bahwa setiap anggota komunitas bebas untuk berpartisipasi atau tidak, sesuai dengan pertimbangannya. Namun kebebasan ini ternyata dapat palsu jika kebanyakan anggota suatu komunitas memutuskan untuk berpartisipasi, dan para penolak merasa ditekan untuk maju bersama. Akhirnya dan ironisnya, kebebasan individu kadang – kadang dapat dimusyawarahkan secara serius dengan menawarkan imbalan dan perangsang positif. Meskipun demikian, kita harus tetap bertanya apakah secara etis dapat dibenarkan jika menggunakan imbalan materi untuk mempercepat perubahan pelaku dalam intervensi sosial. Mengingat banyak keterbatasan kemampuan dan peluang, langkah-langkah apakah yang dapat diambil untuk melindungi kebebasan manusia dalam intervensi . tipologi usaha – usaha perlindungan yang disajikan berikut ini disusun berdasarkan perbedaan-perbedaan asumsi kemampuan untuk menangkap hakikat dan akibat-akibat dari intervensi sosial. • Informasi yang meningkat hasilnya Jika dapat diandaikan bahwa peserta berada pada posisi untuk memahami intervensi dan melindungi kepentingan mereka sendiri manakala diberi informasi yang memadai, maka tantangannya ialah memberikan informasi ini dengan cara yang paling mungkin dapat dimengerti. Oleh karena itu, tugas utama Fasilitator ialah memasok orang yang bersangkutan dengan pemberitahuan yang jelas dan lengkap mengenai kemungkinan resiko dan manfaat dari partisipasi dalam kelompok. • Partisipasi Partisipasi dan perundingan bersama adalah sarana efektif untuk membantu tercapainya kesepakatan. Asumsi di balik usul-usul tersebut ialah bahwa orang mempunyai kemampuan dasar untuk melindungi kepentingannya, namun mereka harus memperoleh kesempatan untuk mengambil
242
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
bagian dalam keputusan tentang apakah memang harus ada intervensi, kapan dan dimana intervensi itu harus berlangsung, dan bagaimana intervensi dilaksanakan. • Penguasaan Jika dibiarkan berbuat menurut kemauan mereka sendiri, maka orang – orang yang kurang beruntung sering tidak berada dalam posisi siap untuk berpartisipasi sebagai orang-orang yang sederajat dalam perundingan mengenai penyelesaian konflik. Pemecahan paling etis ialah tidak mengandalkan pihak yang paling siap dan juga tidak mempercayakan penyelesaiannya kepada pihak luar, melainkan memperbesar kemampuan kaum lemah untuk mewujudkan kepentingan mereka sendiri. Fasilitator harus meningkatkan kemampuan pihak-pihak yang lebih lemah untuk mengambil keputusan yang paling baik dengan membantu mereka memberikan informasi yang diperlukan dan keterampilan untuk menjalankannya.
Pertanggungjawaban
Apakah Fasilitator harus bertanggungjawab untuk kegiatan mereka? jika mereka bertanggungjawab kepada siapa, dan bagaimana ? Tiga jenispertanggungjawaban Fasilitator dapat dibedakan ke dalam pertanggungjawaban pribadi, hukum dan profesi.
Pertama adalah tanggung jawab ‘pribadi’ yang diambil oleh seseorang untuk tindakannya. Ada anggapan yang luas, yang diakui dalam pernyataan Deklarasi Universal tentang Hak Hak Asasi Manusia, bahwa individu, tanpa memperhatikan status dan profesinya, beranggungjawab secara moral atas perilakunya. Jadi Fasilitator tidak berhak untuk membunuh, menipu, membohongi, mencuri atau melanggar kode-kode moral yang diakui dalam melaksanakan suatu intervensi. Bentuk pertanggungjawaban kedua dan ketiga ialah tanggung jawab hukum dan profesi. Fasilitator bertanggungjawab terhadap komunitas atas kerugian yang terjadi. Komunitas mempunyai hak untuk mengajukan para professional ini ke pengadilan jika mereka yakin bahwa : • Secara professional mereka telah lalai atau tidak etis dalam menjalankan tugasnya • Oleh karena itu mereka dirugikan, dan • Pendekatan alternative untuk mengganti kerugian komunitas tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pertanggungjawaban profesi harus melalui organisasi Fasilitator. Organisasi profesi harus meminta pertanggungjawaban dan mengambil langkah-langkah yang perlu. Sampai sekarang, konsep mengenai pertanggungjawaban hukum dan profesi untuk Fasilitator lebih bersifat teoritis ketimbang aktual .
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
243
Modul 19 Topik: Pembahasan Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
Peserta memahami dan yakin tentang, • Peserta memahami substansi dan mekanisme pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan • Peserta Mampu menerapkan Pedoman di wilayah dampingan
Kegiatan 1: Diskusi kelompok membedah Pedoman Pelaksanaan PNPM-MP
3 Jpl (135’)
Bahan Bacaan: Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan th. 2012
• Kertas Plano, kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD , Papan Tulis dengan perlengkapannya • Metaplan, spidol, selotip kertas dan jepitan besar
244
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Kelompok membedah Pedoman Pelaksanaan PNPM MP 1) Setelah memberi salam, sampaikan kepada peserta bahwa modul membahas tentang Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dengan tujuan ; • Peserta bisa mengungkapkan dengan kata-katanya sendiri substansi dan mekanisme pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan • Peserta mampu menerapkan pedoman di wilayah dampingan 2) Pemandu membagi peserta dalam 3 kelompok dan mintalah tiap kelompok untuk membahas LK1 3) Kemudian mintalah tiap kelompok untuk menyajikan hasil diskusi masing masing dan ajak peserta untuk diskusi kelas menyimpulkan langkah-langkah yang perlu mendapatkan perhatian khusus dan menjadi titik masuk strategis oleh Program PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah dampingan 4) Pemandu memberikan pencerahan dan tutup
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
245
LK – 1: Diskusi Kelompok Membahas Pedoman Pelaksanaan PNPM MP Tugas dan pertanyaan terkait dgn Diskusi “Bedah Pedoman” Diskusi kelompok Peserta dibagi dalam 5 kelompok dan tiap kelompok mengerjakan tugas seperti tersebut di bawah ini setelah membaca dengan seksama Pedoman Pelaksanaan PNPM MP Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok
1: 2: 3: 4:
BAB BAB BAB BAB
1 2 3 4
Gambaran Umum Program Komponen Program Pelaksanaan Program Manajemen Program
Coba diskusikan dalam kelompok: Pertanyaan untuk semua kelompok: Tuliskan poin – poin yang dianggap penting untuk dipahami ?
246
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 20 Topik: Pendidikan Orang Dewasa
Peserta memahami dan menyadari: 1. Semua warga belajar adalah narasumber 2. Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa 3. Pendiidkan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
Kegiatan 1: Diskusi Andragogi VS Pedagogi Kegiatan 2: Diskusi daur belajar orang dewasa
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan: 1. Prinsip Belajar Orang Dewasa 2. Visualisasi Pendidikan
• • • • •
Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
247
Diskusi Andragogi vs Pedagogi 1) Bukalah pertemuan dengan memberi salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas Tema : Teknik Fasilitasi dan dimulai dengan Modul Pendidikan Orang Dewasa dan uraikan apa yang akan dicapai melalui modul ini, yaitu peserta memahami dan menyadari : •
Semua warga belajar adalah narasumber
•
Daur belajar dan prinsip –prinsip pendidikan orang dewasa
•
Pendidikan orang dewasa sebagai metode pendekatan fasilitasi
2) Uraikan kemudian bahwa Modul ini akan dimulai dengan kegiatan belajar 1, yaitu Diskusi Andragogi vs Pedagogi dan jelaskan apa yang akan dicapai melalui kegiatan ini, yaitu : § Peserta dapat menguraikan dengan kata-kata sendiri perbedaan mendasar antara fasilitasi dengan mengajar ( menggurui) 3) Ajaklah peserta untuk berbagi menjadi 3 kelompok diskusi Masing-masing kelompok akan mendiskusikan gambar/komik “Tuan Guru dan Tukang Perahu“ yang akan dibagikan pada kelompok.dengan pertanyaan penggerak sebagai berikut: § § §
Apakah cerita ini mungkin terjadi?. Apa tanggapan anda tentang kedua tokoh tersebut ? Apa yang bisa dipetik dari cerita tersebut ?.
4) Setelah diskusi kelompok selesai mintalah masing–masing wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan ajaklah peserta untuk mengkritisi masing-masing ide/gagasan yang disampaikan.
Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan mungkin tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber belajar bagi yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses membelajarkan (membantu proses belajar) bukan mengajar, dimana semua peserta adalah subjek dari proses belajar sedangkan objeknya adalah relaitas kehidupan
5) Ajaklah peserta untuk membahas perbedaan mengajar dengan membelajarkan dengan mengisi tabel seperti yang sudah disediakan dalam LK 1 – 6) Bahas bersama, pakailah media bantu sebagai acuan pembahasan apabila diperlukan.
248
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Belajar dari realitas atau pengalaman : yang dipelajari bukan ‘ajaran’ (teori, pendapat, kesimpulan, wejangan, nasehat dan sebagainya ) dari seseorang atau sekelompok orang yang terlibat dalam keadaan nyata tersebut. Akibatnya, tidak ada otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan pengetahuan seseorang ditentukan oleh pembuktiannya dalam realitas tindakan atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau ‘kepintaran’ omongannya. Tidak menggurui : karena itu , tak ada ‘ guru’ dan tak ada ‘murid yang digurui. Semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan ini adalah ‘guru sekaligus murid’ pada saat yang bersamaan. Dialogis : karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses ‘ mengajar – belajar’ yang bersifat satu arah, tetapi proses ‘komunikasi’ dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, bermain peran dan sebagainya) dan media (peraga, grafika, audio visual, dan sebagainya) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antar semua orang yang terlibat di dalam proses pelatihan tersebut.
7) Refleksikan bersama hasilnya sehingga ditemukan perbedaan yang hakiki antara andargogi dan pedagogi , dan beri penegasan oleh pemandu apabila diperlukan.
• Model pendekatan pendidikan menurut Knowles dapat diklasifikasikan menjadi dua bentuk pendekatan yang kontradiktif yakni antara pedagogi dan andragogi. Perbedaan antara kedua pendidikan tersebut, sesungguhnya tidak semata perbedaan ‘obyek’nya. Pedagogi sebagai ‘seni mendidik anak’ mendapat pengertian lebih luas dimana suatu proses pendidikan yang ‘menempatkan obyek pendidikannya sebagai ‘anak – anak’ walaupun secara biologis mereka sudah termasuk ‘dewasa’. Konsekuensi logis dari pendekatan ini adalah menempatkan peserta didik sebagai ‘murid’ yang pasif. Murid sepenuhnya menjadi obyek suatu proses belajar seperti misalnya : guru menggurui, murid digurui, guru memilihkan apa yang harus dipelajari, murid tunduk pada pilihan tersebut, guru mengevaluasi, murid dievaluasi dan seterusnya. Kegiatan belajar mengajar model ini menempatkan guru sebagai inti terpenting, sementara murid menjadi bagian pinggiran. • Sebaliknya, andragogi atau pendekatan pendidikan ‘orang dewasa’ merupakan pendekatan yang menempatkan peserta belajar sebagai orang dewasa. Di balik pengertian ini Knowles ingin menempatkan ‘murid’ sebagai subyek dari sistem pendidikan. Murid sebagai orang dewasa diasumsikan memiliki kemampuan aktif untuk merencanakan arah, memilih bahan dan materi yang dianggap bermanfaat, memikirkan cara terbaik untuk belajar, menganalisis dan menyimpulkan serta mampu mengambil manfaat pendidikan. Fungsi guru adalah sebagai ‘fasilitator’, dan bukan menggurui. Oleh karena itu relasi antara guru – murid bersifat ‘multicommunication’ dan seterusnya.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
249
Diskusi Daur Belajar Orang Dewasa 1) Buka kegiatan ini dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki kegiatan belajar ke-2 dari Modul Pendidikan Orang Dewasa yaitu mendiskusikan mengenai Daur Belajar Orang Dewasa 2) Bagi peserta dalam beberapa kelompok kemudian mintalah tiap kelompok untuk mendiskusi halhal sebagai berikut : § Bagaimana proses sang guru dan tukang perahu memperoleh ilmu, § Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu menyimpulkan pengalaman masing-masing, dan § Bagaimana cara sang guru dan tukang perahu mengambil keputusan dari kesimpulankesimpulan yang diambil.
3) Setelah selesai minta wakil kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok kemudian bahas dan simpulkan, yang pada intinya; menyatakan bahwa semua orang belajar dengan cara yang berbeda – beda, ada yang belajar melalui pengalaman, pengamatan dan pengalaman orang lain. Dalam kasus komik tadi guru mengambil kesimpulan dari kegiatan belajar formal yang cenderung teoritik sedangkan tukang perahu belajar dari pengalaman/kenyataan yang dialami. 4) Berikanlah penjelasan singkat tentang daur belajar bagi orang dewasa dan bagaimana cara melakukan daur pembelajaran yang efektif.
Agar tetap pada asas – asas pendidikan kritis yang menjadi landasan filosofinya, maka panduan proses belajar harus disusun dan pelaksanaannya dalam suatu proses yang dikenal sebagai ‘daur belajar’ (dari) pengalaman yang distrukturkan (structural experiences learning cycle). Proses belajar ini memang sudah teruji sebagai suatu proses belajar yang juga memenuhi semua tuntutan atau prasyarat pendidikan kritis, terutama karena urutan prosesnya memang memungkinkan bagi setiap orang untuk mencapai pemahaman dan kesadaran atas suatu realitas sosial dengan cara terlibat (partisipasi), secara langsung maupun tidak langsung, sebagai bagian dari realitas tersebut.
250
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
LK 1 – Perbedaan Mengajar dan Membelajarkan Membelajarkan
Mengajar
Pelaku Pembagian Peran Pola hubungan antar warga belajar dan fasilitator Prinsip
Konsep belajar
Proses belajar
Metode
Cara Komunikasi
Jalur Pendidikan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
251
252
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
253
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
254
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Membelajarkan
Mengajar
Pelaku
Fasilitator dan peserta belajar (warga)
Guru dan murid. Penyuluh dan masyarakat
Pembagian Peran
Semua menyumbang pengalaman dan pengetahuannya
Guru, sebagai keran air, murid sebagai ’gelas kosong’
Fasilitator memperluas peran peserta
Guru sebagai sumber ilmu, murid sebagai penerima ilmu
Pola hubungan
Kesetaraan (saling belajar)
Hirarkis (mengajar –diajar)
Prinsip
Partisipatif, dialogis
Searah
Konsep belajar
Konsep pendidikan kritis
Konsep pendidikan “gaya bank’
Proses belajar
Aksi – refeksi – aksi (dialektika)
Input (pengetahuan/informasi) – process (memori) – output (tanggapan)
Metode
Andragogi (metode pendidikan orang dewasa)
Pedagogi (metode mengajar didaktif)
Cara Komunikasi
Multi – arah (jaringan pembeajaran)
searah
Jalur Pendidikan
Pendidikan non – formal yang bersifat ‘alternatif
Pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), pendiidkan non formal (misal pesantren)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
255
PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (POD) (Dari Berbagai Sumber) Pembangunan adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh lembaga/agen pembangunan yang bekerja bersama masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengembangan program pembangunan, upaya – upaya peningkatan kemampuan tersebut, diharapkan agar pada akhirnya, masyarakat mampu menyelenggarakan upaya-upaya mengatasi masalah mereka sendiri dan kegiatan-kegiatan inovatif untuk memajukan masyarakatnya sendiri. Begitu pentingnya faktor manusia dalam pembangunan, sehingga upaya peningkatan kemampuan, perubahan sikap, dan perilaku pelaku – pelakunya (manusia dewasa), perlu diperhatikan sungguh – sungguh. Berbicara mengenai Pendidikan Orang Dewasa, masalahnya lebih dari sekedar mengajarkan suatu pengetahuan baru kepada orang dewasa, karena orang dewasa telah memiliki sikap dan pengetahuan sehingga informasi baru akan mereka bandingkan dengan pengalaman, pengetahuan dan konsep –konsep mereka selama ini.
Siapakah Orang Dewasa itu ? Benar, bahwa orang yang sudah berumur (akil balik), bisa kita sebut orang dewasa, tetapi dalam membicarakan pendidikan orang dewasa ini tidak semata – mata mengacu pada kedewasaan biologis, tetapi cenderung mengacu pada kedewasaan sosialnya.
Bagaimana Proses Belajar Bagi Orang Dewasa ? Ada dua tujuan dari proses belajar bagi orang dewasa, yaitu pada perkembangan individual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat atau hasil dari belajarnya orang dewasa nampak pada perubahan perilakunya. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya, maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan sarana baru. Perubahan perilaku seseorang akan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya. Sedang perubahan perilaku itu sendiri terjadi proses reflek di dalam dirinya sendiri Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu ‘proses belajar dari pengalaman’. Belajar bagi orang dewasa melalui 4 tahap, yakni pengalaman nyata, analisa, kesimpulan dan penerapan .
256
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
DAUR BELAJAR ORANG DEWASA
1. Melakukan atau Mengalami
5. Menerapkan
4. Menyimpulkan
2. Mengungkapkan
3. Mengolah atau menganalisis
Pengalaman
Fasilitator mendorong peserta untuk menyampaikan pengalamannya dengan cara menguraikan kembali rincian fakta, unsur – unsur, urutan kejadian, dll dari kenyataan tersebut. Kemudian menggali tanggapan dan kesan peserta atas kenyataan tersebut.
Analisa
Fasilitator mendorong peserta untuk menemukan pola dengan mengkaji sebab – sebab dan kaitan – kaitan permasalahan yang ada dalam realitas tersebut – yakni tatanan, aturan – aturan, sistem , sikap dan perilaku yang menjadi akar persoalan.
Kesimpulan
Fasilitator mengajak peserta merumuskan makna relaitas tersebut sebagai suatu pelajaran dan pemahaman atau pengetahuan baru yang lebih utuh, berupa prinsip – prinsip atau kesimpulan umum (generalisasi) dari hasil pengkajian atas pengalaman tersebut.
Penerapan
Fasilitator mengajak peserta merumuskan dan merencanakan tindakan – tindakan baru yang lebih baik berdasarkan hasil pemahaman atau pengertian baru tersebut, sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan kenyataan – kenyataan baru yang lebih baik. Proses pengalaman belumlah lengkap, sebelum pemahaman baru penemuan baru tersebut dilaksanakan dan diuji dalam perilaku yang sesungguhnya. Tahap inilah bagian yang bersifat ’eksperimental’.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
257
Bagaimana Prinsip – Prinsip Belajar Bagi Orang Dewasa ? Sesuai dengan kedewasaan sosialnya, orang dewasa sesungguhnya tidaklah seperti gelas kosong yang dengan mudah dapat kita tuangi sesuatu ke dalamnya. Beberapa prinsip Pendidikan Orang Dewasa yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam penyelenggaraan program, yaitu : 1. Orang yang mempunyai konsep diri Orang dewasa menganggap dirinya mampu untuk membuat keputusan dan mampu menghadapi segala risiko atas keputusannya, serta mengatur hidupnya agar mandiri. Harga diri sangat penting bagi orang dewasa. Seorang dewasa menuntut dihargai terutama dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan kehidupannya. Sikap yang terkesan menggurui cenderung ditanggapi negatif. Mereka cenderung menghindar, menolak dan merasa tersinggung apabila diperlakukan seperti anak – anak. Mereka akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep dirinya sebagai individu yang mandiri. Sehingga mereka perlu dilibatkan secara penuh dalam menentukan kebutuhan belajar dan merancang belajar secara partisipatif. Sumber belajar berfungsi sebagai pembimbing, fasilitator serta narasumber. 2. Orang Dewasa Kaya Akan Pengalaman Makin lanjut usia seseorang, makin banyak pengalaman yang ia miliki. Adapun pengalaman orang dewasa diperoleh dari : • • •
Peristiwa yang dialami pada masa lalu dan masa kini. Hubungan dengan lingkungan di sekitarnya. Pengalaman dengan dirinya sendiri pada masa kini dan masa lampau.
3. Orang Dewasa Mempunyai Kesiapan Belajar Masa kesiapan belajar orang dewasa berubah sejalan dengan usia dan peran sosial yang mereka tampilkan. Untuk itulah, urutan program belajar berdasarkan tahapan dalam yang relevan dengan peran mereka menjadi penting untuk diutamakan. 4. Orang Dewasa Berpandangan Untuk Segera Menerapkan Hasil Belajarnya Orang dewasa senantiasa berorientasi pada kenyataan. Oleh karena itu, kegiatan belajar bagi orang dewasa sebaiknya diarahkan pada kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. 5. Orang Dewasa Itu Dapat Belajar Sesungguhnya orang dewasa dapat melakukan kegiatan belajar. Apabila orang dewasa tidak menampilkan kemampuan belajar yang sebenarnya, kemungkinan hal ini disebabkan oleh adanya perubahan faktor fisiologis seperti menurunnya pendengaran, penglihatan, atau tenaga sehingga mempengaruhi kecepatan belajarnya. Fasilitator perlu mendorong dan membantu warga belajar untuk belajar sesuai dengan langkah yang mereka inginkan dan terapkan sendiri. 6. Belajar Merupakan Proses yang Terjadi Pada Diri Orang Dewasa Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya, termasuk potensi intelektual, emosi serta fisik. Ia merasa adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya yang akan tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melalui interaksi dirinya dengan lingkungannya, dengan demikian seni pembelajaran orang dewasa merupakan upaya mengelola lingkungan dan proses belajar itu sendiri. Untuk itu, digunakan metode dan teknik dimana warga belajarnya terlibat secara intensif dalam mendiagnosa kebutuhan belajar serta menilai proses belajar.
258
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Orang dewasa tidak suka diperintah untuk melakukan sesuatu, kecuali jika mereka diberi kesempatan untuk bertanya ‘mengapa ?’ dan mengambil keputusannya sendiri.
Suasana Belajar Bagi Orang Dewasa Setiap bentuk program pendidikan bagi orang dewasa, harus ditunjang interaksi dan kegiatan program yang mampu mengimbanginya. Untuk membentuk interaksi program yang mampu menunjang pencapaian tujuan program, maka fasilitator harus dapat merancang dan membentuk suasana belajar yang dapat diikuti oleh warga belajar. Pendidikan orang dewasa dilakukan dengan pengelompokkan sesuai dengan minat atau kebutuhan , bukan suatu kelas atau jenjang. Bentuklah suasana belajar yang penuh keakraban dan tidak menegangkan. Membentuk suasana belajar yang bersifat non – formal, dalam arti : • Kumpulan manusia aktif. • Suasana hormat menghormati. • Suasana harga menghargai. • Saling percaya. • Suasana penemuan diri. • Suasana keterbukaan. • Suasana mengakui kekhasan pribadi. • Suasana membenarkan perbedaan. • Suasana mengakui hak untuk berbuat salah. • Suasana membolehkan keraguan. • Evaluasi bersama dan evalusi diri.
Peran Fasilitator Sikap pembimbing bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sikap yang perlu untuk menciptakan proses belajar sebuah kelompok adalah sebagai berikut : Empati • Berarti menyetel pada gelombang pemancar yang sama dengan peserta, yakni mencoba melihat situasi sebagaimana peserta juga melihatnya, berada dan bersatu dengan peserta, membiarkan diri sendiri menyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman tersebut sambil menekan penilaian sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka. Wajar • Berarti jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, terbuka, mencerminkan perasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindari peran sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkret, dan merespon secara tulus. Respek • Berpandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka.
perhatian,
Komitmen • Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam suka duka.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
259
Mengakui kehadiran orang lain • Mengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri agar orang lain berkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa ‘saya sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap peserta sebagai makhluk bebas yang berhak ada di sana dan bertanggungjawab atas kehadirannya. Membuka diri • Dalam hal ini keterbukaan mempunyai dua segi , Pertama menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep kita sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemingkinan – kemungkinan baru. Kedua, secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan. Tidak menggurui • Mengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahlian sendiri, pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan. Tidak menjadi ahli • Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan – akan fasilitator harus ahli dalam segala bidang. Tidak memutus bicara • Pada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya fasilitator jangan memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. Tidak berdebat • Bersoal jawab dengan satu orang saja di tengah – tengah sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebisanan. Tidak diskriminatif • Merupakan hal yang baik kalau pembimbing berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi.
Metode POD Metode pendidikan orang dewasa adalah suatu teknik penyampaian materi pembelajaran yang diatur sedemikian rupa sehingga tujuan belajar dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam penyampaian materi, metodologi yang akan digunakan adalah metode – metode yang mempermudah dan mempercepat proses pemahaman pengetahuan, sikap dan proses penguasaan aplikasinya. Metodologi yang dipilih yang memungkinkan terciptanya partisipasi aktif dari para peserta, saling bertukar pengalaman di antara peserta dan fasilitator yang memperlakukan peserta sebagai orang dewasa bukan sebagai murid sekolah. Metode yang paling efektif adalah belajar dengan bekerja.
260
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Sumber •
Tim Pe-PP; Teknik Fasilitasi Partisipatif Pendampingan Masyarakat; Bappenas – UNDP;Jakarta 2007
•
Studio Driya Media; Handout Pelatihan; Bandung 1999
•
Mansour Fakih dkk; Pendidikan Popular Membangun Kesedaran Kritis; INSIST – Pact; 2001
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
261
VISUALISASI PENDIDIKAN Seorang fasilitator memiliki peran yang penting pada saat berada di tengah masyarakat. Dengan proses dialog yang detail sampai saat ditemukan kesepakatan. Tugas fasilitator mengambil bagian saat masyarakat yang didampinginya, menciptakan situasi belajar daripada mendiktekan istilah dan kondisi, memudahkan pengawasan riset dan/atau proses perkembangan. Apa yang telah menjadi sangat jelas dari proses pendidikan langsung di tengah masyarakat, merupakan kepentingan awal yang segera dimulai dengan metode dasar dengan menggunakan metode diagram. Jika hal ini tidak dilakukan pada diskusi pertama dengan masyarakat sasaran, maka pengalaman menunjukkan, kondisinya akan semakin sulit untuk mendorong partisipan meninggalkan pena dan kertasnya, serta untuk menghilangkan wawancara yang formal dan kaku. Jika kelompok melakukan visualisasi sejak awal, maka hal tersebut akan memberikan antusiasme dan ketertarikan, serta membantu setiap orang untuk terus bereksperimen dan belajar. Ada beberapa langkah yang dapat digunakan agar kerja lapangan dapat berjalan lancar : •
Diskusikan terlebih dahulu faktor-faktor apa saja yang menghambat dan menciptakan kekakuan, kebekuan. Gunakan latihan pemecah masalah kelompok dengan menggunakan umpamanya media role play.
•
Sarankan pada setiap kelompok untuk memutuskan masalah, metode dan para kader komunitas yang akan mereka ajak untuk memulai. Pikirkan tentang urutan metode yang mungkin digunakan.
•
Dorong kelompok untuk memulainya dengan aktivitas nyata yang membutuhkan masukkan kelompok, yang telah dipraktekan sebelumnya dan hampir membawa pada hasil yang jelas. Latihan pemetaan merupakan awal yang baik. Hal ini biasanya dapat membuat orang-orang terlibat di dalamnya, merubah pengawasan dari kelompok kepada perempuan dan pria yang membuat dan menjelaskan peta serta dapat menjadi hal yang menyenangkan.
•
Mengorganisasikan sesi ‘kerjakanlah sendiri’ untuk memulai kerja lapangan dengan melibatkan aktivitas partisipan setiap harinya. Hal ini dapat memecahkan ketegangan yang ada serta membangun peran baru dengan masyarakat lokal sebagai murid dan sekaligus sebagai guru yang profesional.
•
Ajak kelompok untuk tetap rileks. Katakan kerja langsung merupakan cara terbaik untuk belajar dan bahwa mereka tidak harus mempelajari segalanya dalam menit – menit pertama.
Ketika kerja lapangan sudah dimulai, anda mungkin menghadapi masalah dalam menjaga proses agar tetap berjalan. Antusiasme mungkin menurun, terutama jika kelompok menghadapi masalah yang tidak terduga, seperti kendaraan yang tiba-tiba rusak, sakit, cuaca yang buruk, dsb. Anggota kelompok mungkin juga merasa lelah, telah cukup bekerja keras dan mengumpulkan banyak
262
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
informasi . Tentu info menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya. Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi mereka sendiri dan menunjukkannya agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekkan silang di antara mereka menyangkut informasi. Menggambarkan bagaimana seorang fasilitator mendorong kelompoknya untuk tetap berjalan dan penghargaan yang mereka terima sebagai hasilnya. Bersama mereka lakukan visualisasi masalah dengan menggunakan diagram, dalam rangka menghasilkan informasi yang bisa dipercaya, masyarakat didorong untuk menganalisa kondisi mereka sendiri dan menunjukkan agar semua orang tahu, sebaiknya lakukan pengecekan silang di antara mereka menyangkut informasi. Proses ini merangsang urutan penyesuaian dan peningkatan, baik oleh individu yang membangun maupun oleh yang melihat. Sebagai hasilnya, hasil akhir seringkali berbeda dengan percobaan pertama.
Menjaga Agar Proses Tetap Berjalan di Lapangan Diskusi memfokuskan pada masalah inti, para partisipan juga didorong untuk mempertimbangkan poin kunci belajar dari manfaat metode yang digunakan. Fasilitator harus selalu mengingatkan kepada kelompok dengan cara menanyakan kembali kepada kelompok apakah lebih baik untuk bediskusi di tempat lain untuk menganalisa lebih lanjut atau tetap di lapangan selama beberapa jam ?. Mengikuti reaksi yang beragam, dengan beberapa partisipan yang tertarik untuk mengakhiri hari kerjanya, fasilitator mendorongnya untuk kembali ke lapangan, karena merupakan reaksi yang wajar untuk memilih pulang beristirahat daripada bekerja kembali. Merupakan waktu yang menyenangkan di lapangan, seperti para petani yang menghabiskan waktu saat untuk bekerjanya usai. Hari berikutnya, mengikuti tinjauan tengah hari, kelompok kembali ke lapangan tanpa rasa ragu – ragu. Pelajaran yang diambil : jika merasa ragu – ragu, pulanglah dulu. Aspek visualisasi lain yang hendaknya ditegaskan adalah keuntungan untuk masyarakat di komunitas tersebut. Pertemuan antara fasilitator dan kelompok masyarakat mungkin merupakan kesempatan yang jarang, ketika baik pria maupun wanita didorong untuk memikirkan mata pencaharian dan kondisi mereka sendiri dalam cara yang sistematis. Kesempatan yang diharapkan juga sangat sering bagi kelompok lokal tertentu (wanita/pria, tua/muda, kaya/miskin, dsb) dating bersama untuk melakukan analisis gabungan.
“ Sekolah Tanpa Dinding ” Mengapa ;sekolah tanpa dinding’ (school without walls)? Karena ruang kelas, perpustakaan, mata pelajarannya, adalah dimana masyarakat bekerja dan hidup di situ. Kalau masyarakat tersebut adalah petani – lahan garapannya adalah laboratorium sekaligus perpustakaannya. Seperti yang dilakukan oleh petani selama ini, yakni dalam rangka mengcounter adanya banjir penyuluhan terhadap petani, maka lahir Sekolah Lapangan Petani. Petani berkumpul selama satu kali seminggu selama satu musim ( 12 minggu ) untuk mengikuti dan menganalisa perkembangan tanaman mereka, fase demi fase. Sekaligus mereka mendalami beberapa prinsip yang terkait dengan perkembangan tanaman seperti dinamika populasi serangga, fisiologi dan kompensasi tanaman, pemeliharaan kesuburan tanah, pengaruh air dan cuaca, pemilihan varietas, dan lain – lain, melalui
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
263
eksperimen yang mereka lakukan sendiri. Selain kegiatan pokok, serangkaian kegiatan (topik khusus) dilakukan sesuai dengan masalah-masalah khusus yang dihadapi di setiap tempat. Yang selalu nampak pada Sekolah Lapangan adalah peran aktif petani sebagai pelaku, peneliti, pemandu dan manajer lahan yang ahli. Materi pengembangan manusia dan analisis sosial tidak kalah penting dengan ilmu pertanian dalam penyelenggaraan Sekolah Lapangan, sebagaimana tercermin dalam kegiatan perencanaan, dinamika kelompok dan sebagainya. Lahirnya “Sekolah Lapang Petani” didasari oleh tiga tantangan pokok yang saling terkait, yakni : §
Keanekaragaman ekologi dan hayati.
§
Peranan petani yang harus menjadi ahli di lahannya sendiri.
§
Membangun kesadaran kritis terhadap sistem yang membelenggu dan menghancurkan petani.
Penerapan “Sekolah Lapang Petani” sebagai suatu langkah maju menuju pertanian yang adil dan berkelanjutan dituntut untuk ‘meramu’ suatu pola pendekatan yang mampu menampung ketiga tantangan tersebut dalanm suatu proses pendidikan yang terpadu dan dapat diselenggarakan secara efektif di tingkat komunitas petani. Sekolah di mana saja, tidak selalu di gedung, tidak harus di kampus, alam semesta itulah sekolahan semestinya, sekolahan yang sejati, sekolah yang paling hakiki.
264
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 21 Topik: Dasar – Dasar komunikasi
Peserta memahami dan menyadari: 1. Unsur – unsur komunikasi 2. Faktor penghambat komunikasi 3. Tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
Kegiatan 1: Permainan Mari Menggambar : komunikasi multi arah Kegiatan 2: Diskusi tata cara membangun komunikasi yang efektif
2 Jpl ( 90’)
Bahan Bacaan: Dasar – dasar Komunikasi
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
265
• Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Permainan ‘Mari Menggambar’ : Komunikasi Multi Arah 4) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan bahwa kita memasuki Tema Komunikasi dan Sosialisasi dengan modul pertama Dasar Dasar Komunikasi. Uraikan apa yang akan dicapai dengan modul ini, yaitu : § Peseta mengetahui unsur – unsur komunikasi § Peserta memahami faktor penghambat komunikasi § Peserta memahami tata cara membangun komunikasi efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Uraikan juga bahwa kita akan memulai modul Dasar Dasar Komunikasi dengan kegiatan belajar pertama; “Permainan Mari Menggambar” 5) Ajak peserta untuk memahami kenapa peserta sebagai dasar komunikasi.
fasilitator perlu mengetahui dasar –
6) Beri pengantar bahwa proses komunikasi adalah proses yang biasa kita lakukan sehari - hari jadi seharusnya komunikasi bukanlah hal yang sulit . Tanyakan kepada peserta, berdasarkan pengalaman mereka betulkah ‘ komunikasi itu mudah ?’ 7) Ajak peserta untuk membuktikan mudah tidaknya berkomunikasi melalui permainan ‘Mari Menggambar’. Gunakan Panduan Permainan “Mari Menggambar” yang ada dalam LK – Dasar dasar komunikasi 8) Setelah selesai permainan , ajak peserta untuk membuat menganalisis dari ketiga permainan tersebut mana yang paling berhasil ? Tanyakan kenapa ? minta peserta untuk menuliskan alasannya di kartu metaplan. 9) Kelompokkan kartu – kartu berdasarkan gagasan yang sejenis , kemudian bahas bersama unsur–unsur komunikasi (sumber, pesan, saluran, penerima, dampak) sampai mendapatkan pemahaman bahwa ada berbagai faktor penghambat dalam berkomunikasi, dan komunikasi multi arah lebih efektif dibandingkan dengan komunikasi satu arah. 10) Berikan penegasan apabila diperlukan
266
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Unsur-unsur komunikasi pada dasarnya adalah 5, yaitu: sumber atau pemberi pesan, pesan yang ingin disampaikan, saluran untuk menyalurkan, penerima pesan dan dampak atau apa yang terjadi setelah pesan diterima. Seringkali proses komunikasi dianggap mudah, tetapi dengan pengalaman berkomunikasi yang dilakukan lewat permainan tadi ternyata proses komunikasi tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan, seringkali para fasilitator mengalami berbagai hambatan dalam berkomunikasi, sehingga komunikasi yang dilakukan rusak atau macet. Misalnya pada saat kita mengajak masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan musyawarah warga, seringkali yang kita terima adalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi. Faktor yang menyebabkan kegagalan dalam berkomunikasi terjadi karena : § § § §
Terjadi kegagalan proses decoding (pengkodean), yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ). Pesan yang disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik penerima. Saluran atau media yang digunakan kurang tepat. Kegagalan penerima pesan dalam menafsirkan pesan – pesan yang diterima ( encoding ).
8) Ajak peserta untuk refleksi dan menganalisis hambatan–hambatan komunikasi yang mereka alami sehari hari, berdasarkan pengalaman mereka dan bagikan dengan peserta lain.
Diskusi Tata Cara Membangun Komunikasi Yeng Efektif 1) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok terdiri dari 5 s/d 7 orang kemudian mintalah agar tiap kelompok untuk melakukan analisis, berdasarkan pengalaman permainan tadi yang ternyata komunikasi tidaklah mudah bagaimana caranya membangun komunikasi yang efektif dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ? Tuliskan jawaban kelompok pada kertas plano. 2) Untuk pendalaman, lakukan diskusi kelompok dengan cara berputar. Pertanyaan diskusi : Apa yang harus dipertimbangkan agar komunikasi yang kita bangun efektif ?. Lakukan satu putaran dan bahas bersama. 3) Kemudian minta tiap kelompok menyajikan hasilnya untuk dibahas dalam diskusi kelas 4) Refleksikan dan simpulkan bersama
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
267
Hal – hal yang harus diperhatikan agar komunikasi efektif: §
§ §
§ §
268
Pesan – pesan harus mudah diterima artinya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat; informasi yang diberikan harus tepat dengan keadaan mereka; dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran; informasi yang benar secara teknis/ilmiah; sederhana dan mudah dimengerti; murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya Pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal yang penting bagi mereka bukan yang penting bagi fasilitator atau KMW. Kemasan pesan harus dapat menggugah minat kelompok sasaran, walaupun informasi yang disampaikan berguna bagi masyarakat kalau dikemas dengan cara yang kurang tepat seringkali tidak diperhatikan oleh mereka. Memilih saluran atau media yang tepat, kita dapat menggunakan satu atau kombinasi dari berbagai saluran (media ) tergantung kepada tujuan komunikasinya. Harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, tingkat pendidikan dan lain – lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, pertanyaan pertama yang harus kita ajukan dlm komunikasi adalah, ‘siapakah khalayak kita ?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
LK – Dasar Dasar Komunikasi – 1 “Permainan Mari Menggambar” Mari Menggambar Komunikasi Satu dan Dua Arah Permainan ini untuk menggambarkan kepada peserta efektifitas komunikasi dua arah dan mengawali diskusi agar peserta memahami prinsip – prinsip dasar komunikasi. Langkah langkah • Siapkan 3 lembar gambar bentuk–bentuk lingkaran, segitiga, kotak yang saling bertumpuk ( lihat gambar) dan tersimpan dalam amplop besar. •
Mintalah 3 orang peserta sebagai relawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta lain diminta menyiapkan kertas kosong dan pensil. Kumpulkan relawan secara terpisak dan berikan penjelasan kepada ketiga relawan tersebut mengenai peran masing-masing. - Relawan 1 : Sebagai penyiar TV dalam acara “Mari Menggambar” sehingga instruksinya satu arah, pemirsa tidak dapat bertanya dan contoh gambar juga tidak ditnjukkan. Hasilnya tentu saja pemirsa membuat gambar yang macam-macam dan tidak sama dengan contoh. - Relawan 2 : Sebagai guru yang otoriter dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang memberi instruksi apa yang harus digambar, memberi kesempatan bertanya tetapi tanpa memberikan contoh-contoh, sehingga tentu saja gambar murid macam-macam dan tidak sama dengan yang diharapkan - Relawan 3 : Sebagai agen “pembaruan” (fasilitator) dalam acara “Pelajaran Menggambar” yang tidak hanya memberikan instruksi tetapi juga mendiskusikan dan memberikan contoh-contoh sehingga hasilnya akan sama/mirip dengan yang diharapkan.
•
Contoh informasi dasar yang diberikan kepada peserta oleh Penyiar TV, Guru dan Agen Pembaruan adalah : - Buat gambar segi-3 sama kaki di tengah kertas - Bersinggungan dengan titik sudut kiri segi tiga tersebut buatlah gambar segi-4 dalam posisi miring ke kiri - Di atas segi-3 dan bersinggungan dgn titik sudut atas segi-3 tersebut buatlah gambar lingkaran. - Bersinggungan dgn gambar lingkaran tersebut dibagian atas buatlah gambar segi-4 - Di bawah segi-4 miring yang di bawah segi-3 buatlah gambar segi-4 dalam posisi datar dengan ujung segi-4 miring memotong salah satu sisinya - Buatlah bayangan pada 2 sisi dari segi-4 miring dan datar yang paling bawah.
•
Jelaskan kepada peserta bahwa 3 orang relawan tadi adalah penyiar TV, guru dan ‘agen pembaruan‘ ,
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
269
•
Permainan pertama seorang penyiar TV untuk acara “mari menggambar”, dan para peserta adalah pirsawan yang belajar menggambar. Mereka harus belajar menggambar sesuai dengan keterangan penyiar. Karena ini acara TV, maka peserta tentu tidak dapat bertanya sementara sang penyiar tidak boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang penyiar mulai melaksanakan acaranya.
•
Permainan kedua seorang guru untuk acara “belajar menggambar”, peserta lain adalah murid dan diminta menyiapkan kertas kosong baru. Saat ini adalah acara “ pelajaran menggambar” di kelas dan relawan tadi sebagai gurunya sedangkan peserta lain sebagai murid. Caranya sama dengan acara TV tadi, hanya kali ini murid boleh bertanya, tetapi guru tetap tidak memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang “guru” segera memulai pelajarannya.
•
Permainan ketiga tetap “belajar menggambar” untuk peserta pelatihan dan gurunya adalah seorang “agen pembaruan”. Jelaskan bahwa relawan baru ini adalah seorang “agen pembaruan” yang akan mengajar peserta pelatihan menggambar, dan minta peserta menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini caranya bebas sama sekali ( boleh bertanya, boleh apa saja, boleh juga menunjukkan contoh, terserah sang relawan dan peserta ). Kemudian minta sang “agen pembaruan” mulai acaranya.
•
Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dan mana yang paling sesuai dengan harapan (gambar yang telah disiapkan sebelumnya)
•
Ajaklah seluruh peserta kemudian mendiskusikan : mengapa hasilnya demikian. Minta mereka mengungkapkan faktor-faktor yang menyebabkan gambar yang dibuat lebih mendekati harapan atau sama dengan harapan dan apa hambatannya yang menyebabkan tidak tercapai harapan. Untuk ini dapat digunakan juga metoda Metaplan
•
Simpulkan bersama hasil diskusi sesuai dengan ungkapan dan analisis peserta.
270
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Contoh Gambar Yg Diharapkan “Permainan Mari Menggambar”
.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
271
Dasar – Dasar Komunikasi Marnia Nes Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima melalui sebuah saluran untuk menghasilkan dampak yang diinginkan dengan menggunakan symbol/lambang yang umum. Symbol yang digunakan bisa berupa bahasa tulisan, gambar, musik dan sebagainya.
Unsur Unsur Komunikasi
Dalam proses komunikasi ada 5 unsur dasar yaitu : sumber informasi (komunikator); pesan ; saluran komunikasi (media); penerima informasi( komunikan ), dampak atau akibat dan umpan balik.
Sumber • Adalah orang yang mula – mula memberikan aksi komunikasi atau memberikan pesan kepada penerima, pengirim pesan biasa juga disebut komunikator. Dalam membuat pesan kepada penerima terjadi proses encoding (pengkodean) yaitu proses menerjemahkan gagasan ke dalam symbol – symbol yang umum atau sudah dikenal ( kata, bahasa, gambar dan sebagainya ) menjadi pesan yang mudah dipahami. Sumber informasi bisa individu/perorangan atau lembaga yang memulai proses komunikasi. Pesan • Pesan adalah informasi yang ingin disampaikan oleh pengirim kepada penerima. Pesan yang disampaikan bisa berupa pesan verbal yaitu semua jenis komunikasi lisan yang menggunakan kata-kata, bisa juga berupa pesan non verbal seperti bahasa tubuh (ekspresi wajah, sikap tubuh, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian dan sebagainya ), musik tarian atau bahasa isyarat. Saluran • Unsur ini merupakan media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Saluran seringkali disebut dengan metode komunikasi. Saluran komunikasi bisa saja sederhana, misalnya mengunakan kata-kata/suara, tetapi juga prosesnya bisa tidak sederhana. Misalnya kita bisa menggunakan radio untuk kampanye tingkat kota, bisa menggunakan arisan warga untuk kampanye di tingkat RW dengan menggunakan berbagai media seperti leaflet, kartu bergambar dan sebagainya. Penerima • Adalah orang –orang yang menerima pesan dari komunikator, biasa juga disebut komunikan. Saat menerima pesan dari pengirim, terjadi proses penafsiran kembali pesan – pesan yang diterimanya yang disebut encoding. Proses decoding sangat dipengaruhi oleh persepsi dan latar belakang sosial budaya dari komunikan. Dampak/akibat Dampak apa yang kita inginkan dari pesan yang disampaikan §
Apakah kita ingin meningkatkan kesadaran kelompok sasaran
§
Apakah kita ingin mengubah sikap mereka
§
Apakah ingin meningkatkan keterampilan mereka, atau
272
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
§
Apakah ingin mengubah perilaku mereka ?
Umpan Balik Umpan balik mengacu pada segala informasi yang diperoleh kembali si pengirim pesan dari si penerima. Kegunaan umpan balik : • Dapat membantu sumber dalam menentukan keberhasilan usaha komunikasinya • Sumber dapat memperkuat pesan atau mengubah strateginya berdasarkan umpan balik yang diterima. • Dapat digunakan untuk merencanakan program komunikasi yang lebih berhasil untuk masa datang. • Pada saat memberikan umpan balik komunikan juga akhirnya bertindak sebagai komunikator yang memberikan pesan kepada komunikator pertama. Sehingga komunikator dan komunikan sebetulnya keduanya merupakan sumber informasi dan masing – masing memberi dan menerima pesan secara serentak dan pada saat yang bersamaan terjadi proses saling mempengaruhi.
Membangun Komunikasi Yang Efektif Banyak di antara kita menganggap bahwa komunikasi itu mudah, tetapi apakah betul demikian ?. Hanya bila kita memasuki suatu pengalaman di mana proses komunikasi yang kita lakukan rusak atau macet, kita baru menyadari bahwa komunikasi itu ternyata tidak mudah. Misalnya pada saat kita mengajak tetangga kita untuk ikut dalam kegiatan rembug warga, seringkali yang kita terima hanyalah tatapan mata dingin, sikap acuh tak acuh atau bahkan umpatan. Gambaran tersebut memperlihatkan kegagalan kita sebagai sumber dan penerima pesan dalam berkomunikasi. Untuk mengurangi kegagalan komunikasi diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif. Meskipun berbicara dan mendengarkan pembicaraan orang lain cukup mudah, tetapi ada perbedaan yang besar antara pembicaraan yang normal dan komunikasi yang terampil. Komunikasi yang efektif membutuhkan kepekaan dan keterampilan yang hanya dapat kita lakukan setelah mempelajari proses komunikasi dan kesadaran akan perilaku orang lain dan perilaku kita pada saat sedang berkomunikasi. Pada dasarnya bila kita menginginkan komunikasi yang efektif kita harus memahami apa yang menjadi penyebab perilaku orang lain. Semakin besar tanggapan positif terhadap pesan yang kita sampaikan artinya semakin efektif komunikasi yang kita lakukan. Cara Berkomunikasi yang Efektif ? a) Pesan–pesan akan mudah diterima apabila pesan–pesan tersebut memiliki sifat – sifat atau prasyarat sebagai berikut : • Sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan masyarakat • Informasi yang tepat dengan keadaan mereka • Dapat diterima dan cocok dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran • Informasi yang benar secara teknis/ilmiah • Sederhana dan mudah dimengerti • Murah atau hanya perlu waktu dan usaha yang minim untuk melakukannya. Yang paling penting, pesan harus berdasarkan pada kebutuhan nyata masyarakat dan menekankan hal – hal penting bagi mereka., bukan hal penting bagi lembaga penyelenggara program yang menyampaikan pesan. Setiap hari, masyarakat dibanjiri banyak pesan yang
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
273
beranbekaragam. Agar pesan-pesan kita dapat menarik perhatian atau menggugah minat kelompok sasaran kita harus mengemasnya dengan baik. Informasi yang berguna dan sesuai terkadang tidak diperhatikan oleh masyarakat, karena disampaikan dengan cara yang kurang tepat (misalnya terlalu menantang situasi yang berlaku ), membosankan, atau terlalu banyak muatan teknis. b) Memilih saluran yang tepat, dalam memilih saluran yang akan dipergunakan untuk program komunikasi, tidaklah sesederhana memilih saluran yang satu atau yang lain. Kita dapat mempergunakan satu atau kombinasi dari keduanya, tergantung pada tujuan komunikasi dengan memperhitungkan pula keunggulan dan kelemahan setiap media. c) Dalam setiap komunikasi, paling baik bila perhatian diawali dari unsur penerima (biasanya disebut Khalayak atau Kelompok Sasaran). “ Kenali khalayak anda “, merupakan prinsip dasar dalam komunikasi. Pertanyaan pertama yang harus kita ajukan adalah, “siapakah khalayak kita ?”. Jika kita tidak dapat mengidentifikasi secara khusus dengan siapa kita akan berkomunikasi selain dengan “seseorang” atau “masyarakat umum”, kita sebaiknya tidak melanjutkan proses komunikasi sebelum kita memperjelas hal tersebut. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai, memilih media yang sesuai dan menentukan saluran yang paling mungkin untuk menjangkau mereka. Sebaiknya, kita menemukan beberapa karakteristik khalayak yang relevan seperti data kependudukan, termasuk karakteristik mereka yang berhubungan dengan media serta tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan topik yang ingin kita komunikasikan.
Tahapan Komunikasi Bagi kita yang bekerja dalam pengembangan masyarakat, kita berkomunikasi dengan tujuan yang khusus – yaitu untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perubahan manusia, serta faktor sosial dan politik yang mempengaruhi sikap mereka. Untuk mencapai tujuan – tujuan tersebut, komunikasi yang berhasil harus melewati beberapa tahapan. Karenanya, penting untuk mempelajari apa yang terjadi dalam setiap tahap untuk mencegah kegagalan dalam proses komunikasi. Menjangkau khalayak •
Komunikasi tidak akan efektif kalau khalayak tidak dapat menjangkau atau mendengarnya. Hal ini nampak sangat jelas dan masuk akal, namun banyak program gagal pada tahap pertama tersebut. Contoh – contoh pesan yang tidak menjangkau khalayak adalah :
• • •
274
Siaran radio yangmengudara pada waktu yang tidak tepat setiap harinya Brosur penyuluhan yang hanya dibiarkan berdebu di sudut kantor atau diberikan pada orang yang tidak tepat. “ Mengajari orang yang sudah memahami “, misalnya poster yang ditempatkan di kantor KMW yang dibaca oleh pelaku PNPM Mandiri Perkotaan yang paham isu yang bersangkutan, namun justru khalayak yang ingin kita jangkau tidak pernah mengunjungi KMW.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Menarik perhatian khalayak Setiap komunikasi harus menarik perhatian dahulu sehingga masyarakat akan berusaha untuk mendengarkan atau membacanya. Banyak contoh kegagalan dalam hal ini :
• • • •
Masyarakat hanya melewati poster tanpa membacanya karena sebagian besar terdiri dari tulisan (tidak ada gambar) Di dalam kelas, ibu-ibu tidak memperhatikan karena materi yang diberikan oleh fasilitator membosankan Kader memindahkan atau mengganti saluran radio ke saluran lain karena materi yang dibahas hanya berbicara tentang hal – hal teknis saja Karena penyampaian materi (isu yang kontroversial) kurang tepat, beberapa peserta tidak mau mendengar lagi, “Daripada kita pusing dengan konflik yang akan terjadi, lebih baik kita tidak ikut-ikutan”.
Pemahaman pesan Masyarakat mencoba mengartikan apa yang mereka lihat atau dengar. Dalam hal ini penafsiran setiap orang dalam komunikasi tergantung pada banyak hal. Kesalahpahaman dapat terjadi bila :
§
Materi merupakan hal yang asing atau sangat baru bagi khalayak
§
Bahasa terlalu rumit dan istilah – istilah yang digunakan tidak biasa didengar
§
Gambar memuat diagram yang rumit dengan detail yang membingungkan
§
Informasi yang disajikan terlalu banyak/berat sehingga sulit untuk diserap
§
Kalimat/gambar yang digunakan mempunyai memberikan/memungkinkan penafsiran lain.
arti
luas
sehingga
dapat
Penerimaan atau penolakan pesan Setelah proses “pengolahan” pesan, si penerima mungkin menerima atau menolak informasi berdasarkan tingkat keuntungan yang disajikan atau ketidaktepatan informasi tersebut dengan situasi mereka. Biasanya lebih mudah mempromosikan sesuatu karena hasilnya mudah atau cepat untuk dilihat dampaknya, misalnya penggunaan urea agar padi atau jagung tumbuh lebih cepat. Namun penerimaan pesan akan lebih sulit bila kita berusaha mengubah suatu kepercayaan atau kebiasaan yang telah lama mereka anut di dalam kehidupan mereka. Jika suatu kepercayaan telah dianut oleh seluruh masyarakat atau merupakan bagian dari kepercayaan yang lebih mendasar seperti agama, kita dapat memperkirakan betapa sulitnya mengubahnya, apalagi kalau kita hanya mempergunakan metode komunikasi atau pendekatan yang tidak tepat.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
275
Perubahan sikap/perilaku Jika khalayak menerima informasi, penerimaan mereka dapat menjadi perubahan sikap ( yang nantinya dapat menuju pada perubahan perilaku) sesuai dengan tujuan komunikasi kita. Namun, meskipun telah terjadi perubahan kepercayaan atau sikap, tidak selalu otomatis perilaku mereka berubah. Komunikator perlu mengetahui faktor penghalang yang mungkin ada dalam perubahan perilaku, dan mencoba mengatasinya dengan baik. Tekanan yang berasal dari orang lain dalam sebuah keluarga, masyarakat atau lingkungan dapat mencegah seseorang untuk mengubah perilakunya. Ada banyak contoh penerimaan pesan yang tidak dapat mengubah sikap atau perilaku kelompok sasaran, misalnya : • Seorang pedagang setuju bahwa trotoar tidak bisa dipergunakan sebagai tempat berjualan, karena trotoar tersebut bukan tempatnya berjualan. • Seorang bapak sadar bahwa pekerjaan di rumah (seperti mengasuh anak, memasak, dll) memakan banyak waktu dan tenaga, namun dia tidak mau membantu isterinya karena jenis – jenis pekerjaan tersebut dianggap “pekerjaan perempuan” di daerahnya.
Mempertahankan atau tidak mempertahankan sikap/perilaku baru Jika perubahan sikap atau perilaku berpengaruh positif, seseorang mungkin akan mempertahankan sikap atau perilaku baru tersebut. Namun jika pengalamannya negative, mungkin perubahan sikap/perilaku tersebut tidak akan dipertahankan.
276
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 22 Topik: Refleksi Perkara Kritis
• • •
Mengetahui tujuan dan tahapan Refleksi Perkara Kritis Mampu memfasilitasi penyelenggaraan Refleksi Perkara Kritis Mampu menyusun rencana sosialisasi hasil Refleksi Perkara Kritis
Kegiatan 1 : Diskusi kelas konsep dan KAK Refleksi Perkara kritis Kegiatan 2 : Simulasi Refleksi Perkara Kritis Kegiatan 3: Diskusi kelompok sosialisasi hasil Refleksi Perkara Kritis
3 Jpl (135’)
Media Bantu : Panduan Fasilitasi Refleksi Perkara Kritis
• • • •
Kertas Plano, kuda-kuda untuk Flip-chart LCD Papan Tulis dengan perlengkapannya Metaplan, spidol, selotip kertas dan jepitan besar
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
277
Diskusi Konsep dan Tata Cara Refleksi Perkara Kritis 1) Jelaskan bahwa kita akan membahas kegiatan 1 dalam modul ini, yaitu : mendiskusikan konsep dan tata cara Refleksi Perkara Kritis 2) Ajaklah peserta untuk mengingat kembali pada tahapan RPK yang sudah dibahas dalam pelatihan awal (regular). Kemudian diskusikan bersama peserta dengan pertanyaan kunci sebagai berikut : •
Apa yang dimaksud dengan FGD ?
o o o
Apa yang dimaksud dengan FGD Refleksi Perkara Kritis Mengapa Refleksi Perkara Kritis perlu dilakukan? Apa hasil yang diharapkan dari kegiatan Refleksi perkara permukiman dan kemiskinan ? Pembelajaran nilai – nilai apa yang ada dalam Refleksi Perkara Kritis ?
o
§
kemiskinan yang dihadapi masyarakat, untuk membuka mekanisme – mekanisme yang selama ini sering tidak tergali dan tersembunyi di dalamnya. Analisa kritis terhadap permasalahan kemiskinan sering juga disebut sebagai analisa sosial, artinya mencari secara kritis hubungan sebab akibat, sampai hal –hal yang paling dalam sehingga dapat ditemukan akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya. Setiap kondisi,baik itu eksternal maupun internal, harus ditelusuri dan kemudian dicari hubungan sebab akibatnya dalam suatu kerangka yang logis. Dalam hal ini setiap orang yang terlibat dalam refleksi belajar untuk berpikir analitis dan logis, sehingga diharapkan tumbuh kesadaran kritis terhadap berbagai penyebab kemiskinan yang berakar pada lunturnya nilai – nilai kemanusiaan.
§
Olah Rasa; adalah upaya untuk merefleksikan ke dalam terutama yang menyangkut sikap dan perilaku mereka terhadap permasalahan kritis. Upaya olah rasa lebih menyentuh ’hati’ masing – masing orang yang terlibat dalam proses refleksi untuk merenungkan apa yang telah diperbuat, dilakukan, sumbangan apa yang telah diberikan untuk melakukan upaya penanggulangan kemiskinan dan bagi kesejahteraan dan perbaikan hidup masyarakat. Artinya dalam olah rasa lebih menitikberatkan kepada sikap dan perilaku yang berhubungan dengan nilai – nilai luhur manusia ( memanusiakan manusia ). Diharapkan akan tumbuh kesadaran masing-masing bahwa manusia yang berdaya adalah ’Manusia yang mampu menjalankan fitrahnya sebagai manusia, manusia yang berbeda dengan makhluk lain, yaitu manusia yang mampu memberi dan mengabdikan kehidupannya untuk kesejahteraan umat manusia’.
Dari olah pikir dan olah rasa di atas, diharapkan cara pandang peserta yang terlibat dalam diskusi akan berubah dan berimplikasi pada : §
278
Kesadaran bahwa seharusnya mereka tidak menjadi bagian yang menambah persoalan,
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
tetapi merupakan bagian dari pemecahan masalah dengan cara berkehendak untuk memelihara nilai – nilai luhur kemanusiaan. §
Tumbuhnya pemahaman bahwa sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai – nilai luhur, merupakan awal dari tumbuhnya modal sosial, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan pihak luar terhadap masyarakat setempat.
§
Tumbuhnya kesadaran untuk malakukan upaya perbaikan, yang dimulai dari diri sendiri. Sehingga setiap anggota masyarakat seharusnya mampu untuk memberikan sumbangan (baik tenaga, waktu,pikiran, ruang bagi kelompok lain untuk berpartisipasi, berdemokrasi, dsb) untuk bersama – sama menanggulangi masalah kemiskinan (baca : untuk kesejahteraan masyarakat)
§
Focuss Group Discussion atau Diskusi kelompok Terarah merupakan metodologi penelitian (wawancara kelompok) untuk menggali persepsi, pendapat dan harapan – harapan dari sekelompok responden yang diwawancara. Apabila ingin mengetahui persepsi responden dari kelompok tertentu secara khusus, maka FGD biasanya dilakukan untuk kelompok khusus. (misalnya untuk mengetahui persepsi perempuan terhadap air bersih, maka dilakukan hanya untuk kelompok perempuan dengan asumsi bahwa kelompok laki – laki akan mempunyai persepsi yang berbeda dengan perempuan terhadap air bersih)
§
Refleksi PERKARA KRITIS dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat terhadap akar penyebab masalah kemiskinan, kepadatan dan kekumuhan. Kesadaran kritis ini menjadi penting, karena selama ini seringkali dalam berbagai program yang menempatkan masyarakat sebagai ’objek’ seringkali masyarakat diajak untuk melakukan berbagai upaya pemecahan masalah tanpa mengetahui dan menyadari masalah yang sebenarnya (masalah dirumuskan oleh ’Orang Luar’).Kondisi tersebut menyebabkan dalam pemecahan masalah masyarakat hanya sekedar melaksanakan kehendak ’Orang Luar’ atau karena tergiur dengan ’iming – iming’ bantuan uang, bukan melaksanakan kegiatan karena benar – benar menyadari bahwa kegiatan tersebut memang bermanfaat bagi pemecahan masalah mereka. Dalam pelaksanaannya, ada 2 hal penting yang harus dilakukan dalam Refleksi Refleksi PERKARA KRITIS, yaitu Olah Rasa dan Olah Pikir , sehingga pendalaman yang dilakukan melibatkan mental, rasa dan karsa. Olah Pikir; Proses ini merupakan analisis kritis terhadap permasalahan Refleksi Refleksi PERKARA KRITIS
•
•
3) Setelah selesai diskusi, kemudian bagikanlah kepada peserta panduan Refleksi Perkara Kritis yang sudah disediakan sebelumnya. Mintalah kepada peserta untuk membahas panduan fasilitasi tersebut. Beri mereka waktu yang cukup untuk mempelajari . 4) Berdasarkan pada KAK dan panduan fasilitasi , diskusikan bersama peserta : §
Siapakah penyelenggaranya Refleksi Perkara Kritis
§ § §
Siapakah yang akan mengundang dan Siapakah yang akan diundang ? Dimana Refleksi Perkara Kritis dilaksanakan? Materi apa yang harus disampaikan dalam kegiatan Refleksi Perkara Kritis?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
279
§ §
Di level mana saja Refleksi Perkara Kritis diselenggarakan ? Siapakah yang mendanai ?, Apakah hasilnya ?
5) Berikan pencerahan dengan menggunakkan media bantu yang sudah disediakan
Simulasi Refleksi Perkara Kritis 1) Setelah diskusi tentang metode pelaksanaan Refleksi PERKARA KRITIS dan semua peserta faham dengan metode yang akan diterapkan, sampaikan kepada peserta kita akan melakukan simulasi FGD Refleksi PERKARA KRITIS dan Musyawarah hasil Refleksi PERKARA KRITIS level kelurahan. 2) Mintalah kepada 4 orang peserta yang akan menjadi relawan untuk memfasilitasi simulasi : •
2 orang akan memfasilitasi simulasi FGD Refleksi Perkara Kritis
3) Beri waktu kepada relawan yang akan memfasilitasi simulasi untuk mempersiapkan diri. (pakailah panduan fasilitasi Refleksi Perkara Kritis sebagai acuan). Sementara yang akan berperan sebagai fasilitator mempersiapkan diri, maka ajaklah peserta yang lain untuk mengisi waktu dengan diskusi atau permainan. 4) Untuk simulasi FGD Refleksi Perkara Kritis pada komunitas basis (misal pada kelompok perempuan) , bagilah peserta yang lain sebagai : •
Satu Orang sebagai ketua RT
•
Beberapa orang sebagai tokoh masyarakat
•
Beberapa orang sebagai peremuan dari warga miskin
•
Beberapa orang sebagai perempuan dari kelompok pemuda
•
Beberapa orang dari kelompok perempuan bukan warga miskin
•
Sisanya sebagai pengamat proses
5) Lakukan simulasi, amati apa kelebihan dan kekurangan pada saat simulasi , catatlah untuk bahan evaluasi. 6) Setelah simulasi selesai, ajak peserta untuk melakukan refleksi dari pengalaman simulasi tersebut dengan menggunakan pertanyaan penggerak sebagai berikut :
280
•
Apakah tujuan FGD Refleksi Perkara Kritis tercapai?
•
Apa yang dirasakan kurang dari simulasi tersebut?
•
Bagaimana sikap fasilitator?
•
Apakah pertanyaan – pertanyaan dipahami?
•
Apakah fasilitator memberikan kesempatan kepada semua peserta FGD untuk mengemukakan persepsi, pendapat dan harapannya?
•
Apa hal lain yang dirasakan kurang dari simulasi tersebut?
•
Bagaimana cara memperbaiki kekurangan dalam pelaksanaan di lapangan?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
yang disampaikan oleh fasilitator mudah
7) Setelah simulasi selesai, ajak peserta untuk melakukan refleksi dari pengalaman simulasi tersebut dengan menggunakan pertanyaan penggerak sebagai berikut : •
Perlukah musyawarah hasil FGD Refleksi Perkara Kritis ditingkat kelurahan?
•
Hal-hal apa saja yang perlu disepakati dalam musyawarah hasil FGD Refleksi Perkara Kritis.
Beberapa Pertimbangan Dalam Mengembangkan Pertanyaan Pemandu dalam FGD. §
Pertanyaan pembuka : ( 2 – 3 pertanyaan) Pertanyaan ini lebih banyak berfungsi sebagai “pemanasan” dan membuat peserta merasa nyaman. Pertanyaan pembuka ini mengarahkan pada topik yang akan didiskusikan.
§
Pertanyaan umum ( 2 – 4 pertanyaan ) Pertanyaan umum dilontarkan untuk mengarahkan peserta mulai berbicara mengenai permasalahan yang akan didiskusikan secara umum.
§
Pertanyaan secara mendalam ( 2 – 4 pertanyaan ) Pertanyaan yang lebih detail, sulit, dan sensitif sebaiknya dilontarkan setlah peserta merasa terlibat dalam diskusi. Moderator misalnya dapat bertanya mengenai sebuah kondisi, pendapat, atau ide tertentu. Semakin mendalam pertanyaan, semakin baik pula hasil yang akan didapatkan dari hasil diskusi.
Berkaitan dengan hal ini, moderator dapat menggunakan alat Bantu seperti gambar, contoh kasus, atau menuliskan pendapat masing – masing peserta. §
Pertanyaan terakhir ( 1 pertanyaan ) Pertanyaan terakhir dilontarkan untuk memberi kesempatan pada peserta untuk mengatakan sesuatu mengenai hasil dan pembicaraan selama diskusi. Moderator biasanya melontarkan pertanyaan untuk meminta peserta mengomentari topik – topik utama yang harus didiskusikan. Pertanyaan terakhir juga berguna untuk memastikan, bahwa semua pendapat peserta sudah ditampung.
Sosialisasi Hasil FGD Refleksi Perkara Kritis dan Siklus Pemetaan Swadaya 1) Jelaskan kepada peserta, bahwa kita akan membahas sosialisasi hasil FGD Refleksi PERKARA KRITIS dan sosialisasi siklus pemetaan swadaya. 2) Bagilah peserta ke dalam 4 kelompok , dan beri tugas kelompok untuk mendiskusikan :
Kelompok 1 dan 2 mendiskusikan mengenai sosialisasi hasil FGD Refleksi Perkara Kritis
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
281
•
Apa yang harus disosilisasikan?
•
Media apa yang akan digunakan?
•
Dimana akan disosilisasikan?
•
Kapan waktunya ?
•
Bagaimana agar masyarakat tertarik kepada sosialisasi yang disampaikan?
•
Siapa yang akan menyampaikan pesan (agen sosialisasi)
•
Apa indikator capaian sosialisasi pada tahap ini?
Kelompok 3 dan 4 mendikusikan mengenai sosialisasi pemetaa swadaya : • Apa tujuan komunikasi sosialisasi pemetaan swadaya? • Pesan – pesan apa yang harus disampaikan ? • Media apa yang bisa digunakan? • Dimana pesan tersebut akan disampaikan? • Kapan waktunya ? • Bagaimana agar masyarakat tertarik kepada sosialisasi yang akan disampaikan? • Siapa yang akan menyampaikan pesan (agen sosialisasi)? • Apa indikator capaian sosialisasi pada tahap ini? 3) Mintalah wakil kelompok 1 dan kelompok 2 untuk mempresentasikan hasilnya, kemudian diskusikan bersama. 4) Kemudian mintalah kelompok 3 dan kelompok 4 untuk mempresentasikan hasilnya, dan bahas dalam diskusi kelas. 5) Beri pencerahan dengan menggunakkan media bantu yang sudah disediakan sebagai acuan.
Penting ditekankan bahwa dalam melakukan sosialisasi fasilitator harus melihat lagi hasil sosial mapping yang sudah didapatkan pada tahap awal dan pengamatan selama pendampingan, terutama mengenai : o Waktu luang masyarakat, baik laki – laki maupun perempuan
282
o
Tempat – tempat berkumpul masyarakat , untuk menentukan sosialisasi informal dan tempat menempel poster atau pengumuman. Informasi harus sampai juga kepada warga miskin dan perempuan, sehingga harus diperhatikan tempat menempel poster atau pengumuman yang bisa diakses oleh kedua kelompok masyarakat tersebut.
o
Orang – orang yang bisa digunakan sebagai simpul informasi, sehingga mereka bisa dijadikan agen sosialisasi dan media – medai cetakan (misal leaflet, booklet) yang terbatas diberikan kepada mereka agar pesannya bisa sampai kepada
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
warga yang lain. o
o
Media – media pertemuan warga yang bisa digunakan untuk ‘menitipkan’ pesan yang akan disampaikan. Pesan – pesan juga harus disampaikan lewat media pertemuan kaum perempuan dan warga miskin, agar mereka mendapatkan akses informasi. Melibatkan relawan dalam sosialisasi yang dilakukan
Capaian indikator sosialisasi RPK dan pemetaan swadaya (lihat dalam MB yang sudah disediakan) dan bahas bersama.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
283
Modul 23 Topik: PEMETAAN SWADAYA
§ § § § § §
Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta Peserta
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1: 2: 3: 4: 5:
memahami siklus pemetaan swadaya dan prinsip – prinsipnya memahami output dari siklus pemetaan swadaya memahami langkah – langkah pemetaan swadaya. mampu merancang kajian mengenal jenis-jenis peta tematik Mampu memfasilitasi pengorganisasian masalah
Diskusi kelompok dan Pleno Pemetaan Swadaya Penjelasan Prinsip PS dan Teknik Kajian Disko Merancang kajian PS Penjelasan dan Praktek Mengenal Peta Tematik Pengorganisasian masalah
4 JPL ( 180‘ )
BahanBacaan: § Panduan Teknik Pemetaan Swadaya
• Kertas Plano, kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan, spidol, selotip kertas dan jepitan besar, Peta Dasar, Kertas Kalkir, LCD, Papan Tulis dengan perlengkapannya
284
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Diskusi Kelompok dan Pleno : Pemetaan Swadaya 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai Modul 2 yaitu Pemetaan Swadaya, dengan tujuan : § § §
Peserta memahami siklus pemetaan swadaya dan prinsip – prinsipnya Peserta memahami output dari siklus Pemetaan Swadaya Peserta memahami tahapan kegiatan yang harus dilakukan dalam pemetaan swadaya.
2) Tanyakan kepada peserta (berdasarkan pengetahuan yang mereka punya), apa yang dimaksud dengan pemetaan swadaya?. Tulislah jawaban pada kertas plano. 3) Bagikan kepada mereka pedoman teknis pemetaan swadaya , Panduan Pemetaan Swadaya. Kemudian bagilah peserta ke dalam 3 kelompok. Berdasrkan kepada bahan bacaan yang sudah dibagikan, berilah tugas kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan :
Kelompok 1 : § § § § § § § §
Apa yang dimaksud swadaya dalam pemetaan ini? Untuk apa swadaya? Apa yang dipetakan? Untuk apa masyarakat harus melakukan proses Pemetaan Swadaya? Bagaimana keterkaitan pemetaan swadaya dengan Refleksi PAKUMIS ? Apa output yang dihasilkan dari siklus ini? Nilai – nilai apa yang terkandung dalam proses pemetaan swadaya ? Di tingkatan mana pemetaan swadaya dilakukan ?
Kelompok 2 : • Apa saja persiapan yang harus dilakukan untuk pelaksanaan kajian pada tingkat mana ? • Siapa yang menjadi pelaksana? • Siapa yang harus terlibat ? Bagaimana caranya melibatkan mereka ? • Siapa yang memfasilitasi (anggota Tim PS) ? • Siapa penyelenggara ? • Apa yang harus menjadi pertimbangan dalam menentukan topik kajian? • Bagaimana menentukan metode/teknik yang akan digunakan?
Kelompok 3 : • Bagaimana langkah – langkah lokakarya PS tingkat kelurahan/desa?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
285
• • • • • • • • •
Persiapan apa yang harus dilakukan ? Siapa yang menjadi penyelenggara ? Siapa saja yang harus terlibat? Bagaimana caranya melibatkan mereka ? Apa saja acara yang minimal harus ada dalam lokakarya PS ? Siapa yang menjadi pemimpin lokakarya ? Siapa yang menjadi penyaji hasil PS dalam lokakarya? Apa fungsi fasilitator dalam lokakarya ? Apa output lokakarya ? Bagaimana keterkaitan pemetaan swadaya dengan siklus , PJM Pronangkis, RPLP, RTPLP dan Renta?
Berilah kepada masing – masing kelompok waktu yang cukup untuk berdiskusi 4) Setelah selesai diskusi kelompok mintalah kepada kelompok 1 untuk mempresentasikan hasilnya dan beri kesempatan kelompok lain untuk bertanya. Diskusikan hal – hal yang dianggap penting secara mendalam. 5) Berikan pencerahan dengan menggunakan Media Bantu 1, yang sudah disediakan. 6) Selanjutnya mintalah kelompok 2 untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan beri kesempatan kelompok lain untuk bertanya. Diskusikan hal – hal yang dianggap penting secara mendalam. 7) Berikan pencerahan dengan menggunakan Media Bantu 2, yang sudah disediakan. 8) Mintalah kelompok 3 untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dan beri kesempatan kelompok lain untuk bertanya. Diskusikan hal – hal yang dianggap penting secara mendalam 9) Berikan pencerahan dengan menggunakan Media Bantu 3 yang sudah disediakan. Beda PS regular lingkup kajianya administrasi RW/dusun (semua RW) , kalau PS PLPBK lingkup kajianya kawasan miskin (focus)
Penjelasan Prinsip dan Tenik Kajian PS 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai Modul ini yaitu Teknik Kajian dalam Pemetaan Swadaya , dengan tujuan : § §
Peserta memahami prinsip – prinsip kajian PS Peserta memahami teknik kaian PS
2) Jelaskan kepada peserta bahwa pada prinsipnya penerapan pemetaan swadaya menggunakan metodologi pendekatan partisipatif yang sama dengan siklus – siklus lainnya,
286
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
yaitu PRA. Ajaklah peserta untuk mengingat kembali prinsip – prinsip utama dalam menerapkan PRA yang sudah pernah dibahas dalam pelatihan pra – tugas fasilitator. 3) Presentasikan Media Bantu Prinsip-prinsip dan teknik Kajian PS 4) Prinsip dan Teknik PS yang sudah disediakan, sebaiknya dalam presentasi jangan dilakukan satukaligus, akan tetapi dipilah – pilah untuk masing – masing prinsip dan teknik. Setelah selesai presentasi prinsip PS diskusikan dengan peserta baru dilajutkan dengan satu persatu teknik (misal pemetaan) , diskusikan dengan peserta agar mereka betul – betul paham. Lakukan hal yang sama untuk teknik – teknik yang lainnya. 5) Berikan contoh-contoh kongkrit saat membahas prinsip dan teknik kajian PS
Disko Rancangan Kajian 1)
§ §
2)
Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai modul Rancangan kajian PS, dengan tujuan : Peserta memahami tahapan penyusunan rancangan kajian PS Peserta mampu menyusun desain kajian PS untuk wilayah dampingannya Tanyakan kepada peserta apa yang dimaksud dengan rancangan kajian dalam PS ? dan mengapa kita harus membuat rancangan kajian sebelum melaksanakan pemetaan swdaya? Tuliskan kata – kata kunci dari jawaban peserta dalam kertas plano kemudian diskusikan bersama.
Rancangan kajian atau desain kajian adalah arah untuk menentukan masalah – masalah apa saja yang harus dikaji dalam identifikasi masalah yang akan dilakukan dalam pemetaan swadaya, informasi apa yang harus digali lebih mendalam dari masalah – masalah tersebut agar ditemukan fakta (data – data) yang sebenarnya, bagaimana akan dilakukan (teknik – teknik apa yang dipakai), dimana akan dilakukan, dan siapa yang akan memfasilitasi prosesnya. Rancangan ini tentu saja akan berbeda dari satu lokasi (kelurahan/desa) dengan lokasi lainnya tergantung dari permasalahan yang muncul pada saat refleksi kemiskinan dan tipologi wilayah masing – masing. Misalnya permasalahan di lokasi kumuh perkotaan, akan berbeda dengan di wilayah pertanian, nelayan, perkebunan dan sebagainya. Karekteristik wilayah juga akan berpengaruh terhadap pemilihan teknik dan substansinya, misal untuk mengkaji mata pencaharian di daerah pertanian atau nelayan yang dipengaruhi musim, kalender musim sebaiknya digunakan. Dengan adanya rancangan kajian yang jelas, proses pemetaan swadaya akan lebih fokus dan mudah dilakukan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
287
3)
Ajaklah peserta untuk mendiskusikan hal – hal yang belum jelas, setelah puas ajak peserta untuk praktek menyusun rancangan kajian. Pastikan bahwa peserta masih menyimpan hasil praktek.
4)
Bagilah peserta berkelompok berdasarkan tim masing – masing, kemudian tugaskan kepada setiap kelompok berdasarkan hasil refleksi kemiskinan yang mereka bawa : • • • • •
Masalah – masalah apa saja yang harus dikaji ? Informasi apa yang harus digali lebih mendalam ? Teknik kajian apa yang akan dipakai dalam penggalian dan analisa informasi ? Siapa yang akan memfasilitasi prosesnya ? Dimana kajian akan dilakukan (satuan analisa ) ? Siapa saja yang menjadi sumber informasi ?
Sarankan peserta membuat tabel untuk memudahkan diskusi 1) Bimbinglah mereka dalam menyusun rancangan kajian pada kelompok masing – masing. 2) Setelah selesai, mintalah kepada masing – masing kelompok untuk mempresentasikan tugasnya. Beri kesempatan kepada peserta lain untuk bertanya. Cermati apakah mereka sudah cukup memahami dan mampu menyusun rancangan kajian PS. 3) Berikan masukan sebagai pencerahan .
Penjelasan dan Praktek Mengenal Peta Tematik 1) Jelaskan kepada peserta bahwa setelah kita belajar PS, Prinsip dan Teknis PS, serta kajian PS, sekarang kita akan bersama-sama belajar mengenai PS PLPBK. Sampaikan tujuan pembelajaran. 2) Jelaskan kepada peserta bahwa dalam PS PLBK kita akan selalu menggunakan Peta tematik dalam setiap kajiannya, Ajak peserta untuk mengenal beberapa peta tematik Gunakan media bantu: • • • • • • • • • • •
288
Peta Peta Peta Peta Peta Peta Peta Peta Peta Peta Peta
KK Miskin Guna lahan (Land use) status kepemilikan lahan sebaran kawasan permukiman padat, kumuh dan miskin karakteristik komunitas dan kondisi fasilitas sosial kondisi kegiatan ekonomi lokal Ruang Terbuka hijau daerah resiko bencana kondisi dan sistem jaringan jalan dan drainase kondisi dan sistem jaringan air bersih kondisi sanitasi
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
•
Peta kebijakan dan rencana-rencana Pemda yang akan mempengaruhi
3) Setelah menyimak semua peta tematik, beri kesempatan kepada peserta untuk menyampaikan kesan, komentarnya terhadap tayangan tersebut. - Kenapa harus menggunakan peta dalam menggkaji? 4) Diskusikan dengan peserta sampai semua peserta merasa yakin manfaat melakukan kajian dengan berbasis Peta. 5) Peserta kembali kekelompoknya seperti pada kegiatan 3 (merancang kajian) peserta diberikan tugas untuk menindaklanjuti hasil rancangan kajian : § Peta tematik apa saja yang akan dibuat berdasarkan pada kajian yang sudah disusun. § Buatkan peta tematik berdasarkan pada tema kajian, gunakan peta dasar yang sama untuk satu kelas. § Buatkan Rona wilayah kelurahan dari hasil-hasil PS diatas 6) Persilahkan masing-masing kelompok untuk mepresentasikan hasilnya, peserta dan pemandu menanggapi hasil presentasi kelompok.
Diskusi Pengorganisasian Masalah Hasil PS 1) Jelaskan kepada peserta bahwa setelah kita diskusikan bersama Tahapan Pelaksanaan PS PLPBK dan Outputnya sekarang kita akan belajar Pengorganisasian masalah. sampaikan tujuan pembelajaran. 2) Tapilkan semua hasil PS kemudian di List masalah-masalah yang muncul, ajak peserta berpikir masalah mana yang akan ditangani terlebih dahulu?, persilahkan peserta untuk membaca bahan bacaan Pengorganisasian masalah, berikan waktu 10 menit. 3) Bagi peserta menjadi 2 kelompok, berikan kesempatan mereka untuk mendiskusikan pengorganisasian masalah dari hasil-hasil PS, setelah selesai berikan ke 2 kelompok untuk mempresentasikan hasilnya. 4) Pemandu memberikan pencerahan keterkaitan Pelaksanaan Kajian, Masalah dan hasil kajian dan pengorganisasian masalah dengan PJM+.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
289
Modul 24 Topik: Membangun LKM
Peserta memahami dan menyadari: 1. Prinsip – prinsip pemilihan anggota LKM 2. Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan 3. Langkah – langkah pembangunan LKM 4. Mekanisme pemilihan anggota LKM 5. Peserta mampu memfasilitasi proses pemilihan anggota LKM
Kegiatan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
1: 2: 3: 4:
Penjelasan dan tanya jawab prinsip pemilihan anggota Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan Diskusi Kompok, Langkah-langkah Pembangunan LKM Penjelasan dan tanya jawab tentang Perangkat Organisasi LKM
3 Jpl ( 135’)
Bahan Bacaan: Buku Panduan Teknis Pelaksanaan LKM
• Kertas Plano Spidol, selotip kertas dan jepitan besar • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan
290
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Penjelasan dan Tanya Jawab Prinsip Pemilihan Anggota LKM 1. Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan membahas modul Membangun LKM dengan tujuan • Peserta memahami dan meyakini prinsip – prinsip pemilihan anggota LKM • Peserta memahami langkah – langkah pembangunan LKM • Peserta memahami mekanisme pemilihan anggota LKM • Peserta mampu memfasilitasi proses pemilihan anggota LKM /LKM Jelaskan bahwa kita mulai dengan Kegiatan 1 yaitu memahami prinsip – prinsip anggota LKM . 2. Tanyakan kepada peserta apa kriteria yang harus dipunyai oleh anggota LKM, tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano. Dalam melakukan curah pendapat segarkan kembali ingatan peserta pada bahasan modul sebelumnya . 3. Beri penjelasan kepada peserta mengenai kriteria dan prinsip pemilihan anggota dengan menggunakan Media Bantu 1 yang sudah disediakan. 4. Kemudian lanjutkan dengan membahas mengenai : • Mengapa anggota LKM harus dipilih bukan ditunjuk? • Mengapa tidak boleh perwakilan ? • Mengapa tidak boleh pencalonan dan kampanye ? • Mengapa harus relawan ?
Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan 1) Beri pengantar bahwa selama beberapa waktu ke depan kita akan belajar mengenai Pembangunan Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau biasa disingkat sebagai. Kita akan belajar : ”Apa itu LKM?”, ”Apa pentingnya LKM bagi kerja penanggulangan kemiskinan di kelurahan/desa?”, ”Bagaimana cara membangunnya?”, dst. 2) Mintalah salah seorang peserta untuk menjelaskan rangkaian siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Kemudian bahas bersama dimana posisi Pembangunan LKM dalam rangkaian siklus tersebut,
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
291
bahas lebih mendalam tentang Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan dengan menggunakan Media Bantu.
Penyebab kemiskinan tingkat 2 dan 1, yang sudah didiskusikan melalui refleksi kemiskinan, memunculkan permasalahan kelembagaan dan kepemimpinan. Pada refleksi kemiskinan, lembagalembaga yang diharapkan adalah yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan kemasyarakatan, yang bisa mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang adil bagi seluruh warga masyarakat termasuk masyarakat miskin. Sadar atau tidak, selama ini dalam masyarakat banyak lembaga-lembaga lokal yang dibentuk oleh pihak lain, bukan atas kehendak warga. Walaupun di beberapa tempat terdapat lembaga tradisional yang tumbuh atas inistaif warga, akan tetapi masyarakat yang terlibat lebih banyak kelompok eliteelite tertentu. Sayangnya lembaga-lembaga seperti ini karena tidak dibentuk oleh warga, dalam mengambil keputusan lebih berorientasi kepada kepentingan yang ikut membentuk bukan kepada kepentingan masyarakat banyak.Artinya masyarakat miskin dan marginal tidak pernah terlibat dalam proses pembentukan lembaga dan pengambilan keputusan. Pertanyaannya: lembaga seperti apakah yang dapat efektif memberikan kontribusi untuk pengambilan keputusan dalam upaya penanggulangan kemiskinan? Berdasarkan kepada permasalahan kemiskinan yang dibahas dalam refleksi kemiskinan lembaga-lembaga yang diharapkan adalah yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur kemanusiaan dan kemasyarakatan. Artinya keputusan yang diambil haruslah keputusan yang adil, dan pengambilan keputusannya dilandasi prinsip-prinsip partisipasi, demokrasi, transparan dan akuntabel.
Situasi sistem pembangunan seperti di atas yang terjadi saat ini menyebabkan pola-pola kepemimpinan yang hanya mementingkan sekelompok orang atau golongan tertentu yang memperkuat pola-pola kemasyarakatan yang terkotak-kotak atas dasar penghasilan, suku, agama, politik dan sebagainya. Sadar atau tidak sadar hal ini menghasilkan keputusan-keputuan yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai moral yang universal. Pemimpin hanya mendengarkan suara orang-orang tertentu yang mengangkat atau membayar mereka, sehingga keputusan-keputusannya berpihak kepada golongan tersebut dan seringkali mengorbankan rakyat kecil. Sistem semacam ini semakin lama semakin melunturkan nilai-nilai kemanusiaan, menyuburkan keserakahan dan ketidakpedulian dari sebagian orang-orang tertentu. Oleh karena itu diperlukan tauladan bagi masyarakat untuk kembali kepada fitrah manusia yang mengemban nilai-nilai luhur kemanusiaan. Untuk itu faktor pemimpin menjadi sangat penting artinya bagi upaya penanggulangan kemiskinan. Perlu mengajak masyarakat dari berbagai kalangan untuk merefleksikan kelembagaan yang diharapkan oleh masyarakat yang mampu mengembangkan nilai-nilai keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat yang kemudian bisa menjadi motor penggerak penanggulangan kemiskinan. Refelksi ini menyangkut merenungkan lembaga-lembaga yang sekarang termasuk juga kelompok swadaya masyarakat, bagaimana akses dan kontrol warga masyarakat terhadap lembaga-lembaga tersebut baik itu kaum miskin, laki-laki maupun perempuan. Berkaitan dengan kepentingan di atas PNPM Mandiri Perkotaan, memfasilitasi masyarakat untuk mendiskusikan hal tersebut di atas dalam kegiatan refleksi kelembagaan, kelompok swdaya masyarakat, nilai-nilai kemasyarakatan dan refleksi kepemimpinan.
292
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
1. Kajian Kelembagaan Jenis Informasi Dalam kajian kelembagaan dan kepemimpinan ada beberapa hal yang bisa dikaji melalui proses pemetaan swadaya yaitu: 1. Mengkaji lembaga-lembaga pembangunan, baik lembaga yang dibentuk oleh pemerintah, swata maupun lembaga masyarakat, proses pembentukan dan pola-pola pengambilan keputusannya 2. Mengkaji kelompok swadaya masyarakat yang ada di wilayah setempat, sejarah pembentukannya, akses dan kontrol warga miskin, laki-laki dan perempuan dalam lembaga (kelompok) tersebut. 3. Mengkaji nilai-nilai kemasyarakatan yang dianut oleh warga dan perubahan-perubahannya. 4. Mangkaji nilai-nilai dan kriteria kepemimpinan. Teknik Diagram Kelembagaan (Diagram Venn) Teknik diagram kelembagaan digunakan untuk memfasilitasi kajian hubungan antara lembagalembaga pembangunan yang terdapat di lingkungan warga masyarakat. Dengan memetakan lembaga-lembaga tersebut, masyarakat bisa merenungkan kembali peranan-peranan dari lembaga tersebut, pola-pola kepemimpinan lembaga, sejarah pembentukannya, pola hubungan antara masyarakat dengan lembaga-lembaga tersebut, manfaat keberadaan lembaga, akses dan kontrol masyarakat termasuk masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan terhadap lembagalembaga tersebut. Teknik ini juga dipakai untuk memetakan kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang ada, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oelh masing-masing kelompok dan keterlibatan warga misikin dalam kegiatan tersebut. Kajian Sejarah Teknik penelusuran sejarah adalah teknik yang dipergunakan untuk mengungkapkan kembali sejarah masyarakat di suatu lokasi tertentu berdasrkan kepada penuturan masyarakat sendiri. Peristiwaperistiwa dalam sejarah wilayah tersebut disusun secara berurutan menurut waktu kejadiannya (secara kronologis), dimulai dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu selampau mungkin yang masih dapat diingat, sampai dengan peristiwa-peristiwa saat ini. Teknik ini akan dipakai untuk melihat perkembangan nilai-nilai, modal sosial, serta keterlibatan masyarakat dalam kelompokkelompok sosial yang ada di masyarakat, 2. Kajian Kepemimpinan Kajian kepemimpinan dilakukan dengan teknik FGD, dimana akan digali pendapat, persepsi dan pola pikir masyarakat terhadap kepemimpinan dan kualitas pemimpin yang diharapkan. Hasil FGD akan dibahas dalam lokakarya PS tingkat kelurahan untuk mencapai kesepakatan mengenai kriteria pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat dan cara-cara mendapatkan pemimpin yang mempunyai kriteria tersebut. Langkah-langkah
þ Berikan salam perkenalan kepada peserta, jelaskan maksud dan tujuan pertemuan. Sepakati bersama peserta, berapa lama waktu pertemuan akan berlangsung.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
293
þ Informasikan bahwa refleksi kelembagaan dan kepemimpinan ini merupakan lanjutan dari refleksi kemiskinan dan kajian-kajian yang sudah dilakukan dalam pemetaan swadaya. Perlihatkan kembali hasil analisa pohon persoalan kemiskinan, pohon persoalan kesehatan, pendidikan dan lainnya. Beri penekanan bahwa dari hasil diskusi tersebut selalu ada permasalahan kelembagaan dan kepemimpinan yang bersumber dari ketidakberdayaan seseorang untuk menjalankan fitrahnya sebagai manusia.
þ Jelaskan bahwa kita akan memulai kegiatan ini dengan merefleksikan kelembagaan yang ada di wilayah kita.
þ Ajak peserta untuk mendiskusikan jenis-jenis lembaga yang ada di wilayahnya. Mintalah
peserta untuk menuliskan semuanya di dalam kertas besar (plano) yang ditempel di dinding. Bisa juga dengan menuliskan setiap jenis lembaga ke dalam kartu-kartu. Apabila ada peserta yang buta huruf, maka lembaga-lembaga tersebut bisa dituliskan ke dalam simbol-simbol yang dikenal dan mudah dipahami.
þ Mintalah peserta untuk menyepakati lembaga mana yang paling bermanfaat bagi masyarakat, sepakati simbolnya (misal dengan besar kecilnya lingkaran) tuliskan nama lembaga tersebut dalam lingkaran sesuai dengan manfaatnya.
þ Buat lingkaran dan tulis “masyarakat” dalam kertas plano, kemudian mintalah peserta
untuk menempelkan lingkaran-lingkaran yang sudah diisi nama lembaga. Jauh dekatnya lingkaran dari masayrakat menunjukkan jauh dekatnya hubungan masyarakat dengan lembaga tersebut.
þ Setelah selesai lanjutkan analisa kelembagaan dengan beberapa pertanyaan sebagai
berikut: Ø Apakah warga miskin mempunyai akses terhadap lembaga-lembaga tersebut? Beri tanda Ø Apakah perempuan mempunyai akses terhadap lembaga-lembaga tersebut? Ø Beri tanda Ø Siapa yang memimpin dan mengambil keputusan untuk kegiatan pada lembaga tersebut? Ø Apakah ada warga miskin yang memimpin kegiatan pada lembaga tersebut? Beri tanda apabila ada Ø Apakah ada warga miskin yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam lembaga tersebut? Beri tanda apabila ada. Ø Apakah ada perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam lembaga tersebut? Beri tanda apabila ada Ø Bagaimana proses pembentukannya? Ø Bagaimana proses pemilihannya pemimpinnya? Ø Keputusan (aturan) apa yang dikeluarkan dan apa pengaruh keputusan itu bagi kehidupan masyarakat termasuk untuk masyarakat miskin baik laki-laki maupun perempuan. Ø Bagaimana proses pengambilan keputusan yang dilakukan? Ø Apa manfaat dari lembaga-lembaga tersebut? Ø Apa masalah-masalah yang dihadapi dalam berhubungan dengan lembaga-lembaga tersebut? Ø Bagaimana kualitas pelayanan lembaga-lembaga tersebut? Ø Tanyakan kepada peserta lembaga seperti apakah yang mereka butuhkan untuk menanggulangi kemiskinan? Dari lembaga – lembaga yang sudah dikaji tadi apakah
294
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Ø
ada yang memenuhi prinsip – prinsip lembaga yang diharapkan masyarakat, terutama masyarakat miskin? Apabila tidak ada, jelaskan bahwa PNPM Mandiri Perkotaan bisa membantu memfasilitasi pembangunan organisasi masyarakat warga (OMW) yang dinamakan generik sebagai ”BKM” (Badan Keswadayaan Masyarakat)/ Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM)
BKM/LKM merupakan kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga suatu kelurahan yang anggota – anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan, sehingga berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga. Kepemimpinan kolektif artinya tidak ada struktur organisasi dalam keangotaan BKM/LKM seperti adanya ketua dan lainnya, semua anggota mempunyai kedudukan yang sejajar jadi mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Kolektifitas kepemimpinan ini penting agar dapat menghasilkan keputusan yang lebih adil dan bijaksana karena tidak didasarkan kepada kekuatan dan kepentingan seseorang. Anggota BKM/LKM dipilih berdasarkan kepada kriteria nilai – nilai kebaikan yang sudah disepakati oleh warga masyarakat dalam kajian kepemimpinan. Identifikasi pula nilai kebaikan yang ada pada indivu-individu dari kelompok miskin dan perempuan. Dipilih artinya bukan ditunjuk, karena penunjukkan hanya menghasilkan orang – orang yang dipercaya oleh orang – orang yang menunjuk (biasanya sebagian kecil masyarakat). Siapapun yang terpilih adalah orang – orang yang dapat dipercaya oleh warga masyarakat banyak bukan segolongan elit saja, artinya pemilihan perlu melibatkan sebagian besar warga, permpuan dan laki-laki. Dengan demikian dalam proses pemilihan anggota BKM/LKM tidak boleh ada kampanye ataupun pencalonan. Pencalonan sama dengan penunjukkan, karena orang – orang yang dicalonkan oleh kelompok tertentu apabila sudah terpilih maka dia akan mempunyai hutang budi dan berpihak kepada kelompok yang mencalonkan dirinya. Kampanye biasanya cenderung dilakukan oleh orang – orang yang mengobral janji – janji manis yang belum tentu diteapati, orang – orang yang mempunyai sifat – sifat kebaikan tentu tidak akan mengkampanyekan kebaikannya karena semua perilakunya dapat dinilai oleh orang lain dari apa yang diperbuat sehari – hari (rekam jejak) bukan karena omongan – omongannya. Anggota BKM /LKM dalam menjalankan tugasnya tidak dibayar, karena menjadi anggota BKM /LKM bukan untuk mencari pekerjaan akan tetapi merupakan peluang bagi orang – orang baik yang mempunyai kepedulian sosial untuk memperjuangkan nilai – nilai luhur yang diyakininya. Jadi anggota BKM/LKM menjalankan fungsinya berdasarkan kerelawanan, yang merupakan implementasi dari nilai ikhlas tanpa pamrih dan secara sadar memberikan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk orang lain. Dengan tidak dibayar, anggota BKM/LKM akan lebih merdeka untuk mengambil keputusan karena tidak terikat kepada orang – orang yang membayar.
Cermati bersama peserta, apakah lembaga – lembaga tersebut sudah memenuhi prinsip – prinsip pemilihan pemimpin tanpa kampanye, tanpa pencalonan, tertutup, demokratis dan nilai – nilai amanah, melayani orang miskin, adil bagi berbagai golongan baik laki – laki , perempuan, tidak berpihak pada suku bangsa, agama, kelas sosial tertentu.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
295
þ Ajaklah peserta untuk melanjutkan kegiatan dengan mengkaji kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang selama ini ada . (arisan, kelompok tani, kelompok pengguna air, kelompok wanita, dsb)
þ Tanyakan kepada mereka kelompok swadaya apa saja yang ada di wilayah mereka. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano.
þ Sepakati bersama peserta untuk membuat simbol besar kecilnya manfaat dari kelompokkelompok tersebut, kemudian nama-nama kelompok tersebut dalam kartu terpisah.
þ Buatlah lingkaran masyarakat dalam kertas plano, kemudian mintalah mereka
menempatkan kartu-kartu yang sudah berisi nama-nama kelompok swadaya tadi dalam kertas plano yang sama. Jauh dekatnya kartu dari masyarakat menunjukkan hubungan kelompok tersebut dengan masyarakat.
þ Diskusikan bersama tentang: Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø Ø
Apa tujuan kelompok tersebut? Kegiatan atau program yang telah dikembangkan oleh masing-masing kelompok? Apakah warga miskin mempunyai akses (menjadi anggota) terhadap kelompok sosial tersebut? Beri tanda Apakah perempuan mempunyai akses (menjadi anggota) terhadap kelompok sosial tersebut? Beri tanda Bagaimana hubungan antar anggota? Bagaimana aturan untuk menjadi anggota? Siapa yang memimpin dan mengambil keputusan untuk kegiatan pada kelompok tersebut? Apakah ada warga miskin yang memimpin kegiatan kelompok? Beri tanda apabila ada Apakah ada warga miskin yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam kelompok tersebut? Beri tanda apabila ada. Apakah ada perempuan yang terlibat dalam pengambilan keputusan dalam lembaga tersebut? Beri tanda apabila ada Apa manfaat kelompok tersebut bagi masyarakat secara umum dan masyarakat miskin? Apa manfaat kelompok tersebut bagi laki-laki? Apa manfaat kelompok tersebut bagi perempuan? Apa masalah-masalah yang dihadapi?
þ Ingatkan kembali peserta kepada hasil penyebab kemiskinan tingkat 1 dan 2, yaitu permasalah kelembagaan dan kepemimpinan.
þ Ajaklah peserta untuk merefleksikan kepemimpinan seperti apa yang diharapkan oleh mereka.
þ Bagilah peserta ke dalam beberapa kelompok, kemudian mintalah setiap kelompok untuk membuat gambar bersama atau simbol-simbol yang dapat mencitrakan atau memberikan ilustrasi apa dan bagaimana seorang pemimpin masyarakat yang berkualitas
þ Diskusikan hasil gambar tersebut. Beri penekanan apakah sifat-sifat pemimpin
berkualitas seperti yang digambarkan oleh mereka tersebut dipunyai oleh laki-laki saja, oleh perempuan saja atau oleh kedua-duanya.
296
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Penting diperhatikan apabila jawaban peserta bahwa karakter pemimpin yang berkualitas tersebut dipunyai baik laki-laki maupun perempuan, ajak mereka berdiskusi bahwa keduaduanya bisa menjadi pemimpin.
þ Lanjutkan diskusi dengan menggunakan pertanyaan kritis seperti yang terdapat di halaman Media Bantu (Lembar Diskusi: Sifat Dasar Seorang Pemimpin)
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
297
Lembar Diskusi: Sifat Dasar Seorang Pemimpin NO
Profil Warga
1
Seorang pegawai negeri yang penuh dedikasi dan suka bekerja tanpa pamrih
2
Seorang ibu rumah tangga yang aktif dalam kegiatan sosial dan penuh dedikasi serta jujur
3
Seorang profesor yang sangat pandai dan disegani, namun sering ingkar janji
4
Seorang tua, sangat aktif, ditokohkan dan pamrihnya banyak
5
Seorang tokoh masyarakat, berdarah bangsawan dan penuh dedikasi kepada orang miskin serta rendah hati
6
Seorang pemudi yang lugu, sopan dan dikenal dipercaya warga untuk diminta tolong dalam berbagai urusan dan baru lulus perguruan tinggi
7
Seorang ibu rumah tangga miskin, dapat baca tulis, rendah hati, jujur dan dapat dipercaya, serta pekerja keras dan terkenal arif
8
Seorang pedagang besar, warga keturunan, namun bersedia aktif dan sukarela menjadi pengurus koperasi warga setempat
10
Tokoh masyarakat yang banyak pengalaman pengelolaan program/proyek kemiskinan dan suka KKN
11
Seorang pemuda idola yang terkenal pintar dan suka membual
12
Seorang tokoh yang kurang aktif dan kurang pengalaman dalam kegiatan kelurahan, namun sangat ikhlas, rendah hati dan dipecaya warga
13
Seorang tokoh masyarakat yang sangat vokal dan sangat berambisi menjadi pengurus atau pengelola proyek bantuan dari pemerintah
14
Seorang kaya yang sangat berpengaruh terkenal dermawan dan kurang jujur
298
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Pilih/tidak Alasan
NO
Profil Warga
15
Seorang pengurus partai politik besar yang tinggal di kelurahan anda, dan kali ini mau hadir dalam pertemuan, supaya bisa dipilih sebagai pengurus/anggota BKM
16
Seorang warga yang dianggap oposan oleh pemerintah, namun dikenal bersih dan aktif bergaul dengan masyarakat miskin
17
Seorang yang pandai dan dermawan dia berjanji akan mengutamakan kepentingan pemilihnya
18
Seorang tokoh masyarakat yang pemalu, rendah hati , namun terkenal dermawan dan jujur
19
Seorang dengan cacat tubuh dan terkenal bijaksana serta adil
20
Anda sendiri bagaimana bial dibandingkan dengan 19 orang yang lain ?
Pilih/tidak Alasan
Diskusi Kelompok Langkah – Langkah Pembangunan LKM 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan kegiatan 2 dalam Modul 2 yaitu mambahas langkah – langkah pembangunan LKM. 2) Ingatkan kembali peserta pada Buku Pedoman Pelaksanaan LKM dan Buku 5 Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan yaitu Mengenal dan Membangun LKM. Mintalah mintalah mereka berdiskusi dalam kelompok ( 5 – 7 orang) dengan tema diskusi : Kelompok 1 : • • •
Bagaimana tahapan pembangunan LKM ? Apa keluaran yang diharapkan dari setiap tahapan? Siapa penyelenggara untuk setiap tahapan ?
Kelompok 2 : • Panitia (pokja apa saja) yang harus ada? • Siapa saja yang menjadi panitia? • Apa yang menjadi tugas – tugas panitia ? Kelompok 3 : • Siapa yang menyusun tata tertib pemilihan anggota?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
299
• • •
Siapa yang menyusun AD? Hal – hal apa saja yang harus termuat dalam AD? Bagaimana mekanisme penyusunan AD?
Kelompok 4 : • Bagaimana tatacara pemilihan anggota LKM tingkat komunitas basis ? • Bagaimana tatacara pemilihan anggota LKM tingkat kelurahan ? 3) Setelah selesai mintalah kepada tiap kelompok menyajikan hasil masing-masing dan dorong untuk terjadi diskusi kelas. Gunakan MB 2- Langkah – langkah Pembangunan LKM dan Media Bantu 4 mengenai mekanisme pemilihan anggota LKM yang sudah disediakan, apabila diperlukan.
Dalam diskusi kelas, perhatikan hal – hal yang penting seperti : harus memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan dan laki – laki untuk menjadi panitia; penting untuk mendiskusikan konsep dan filosophi pembentukan dan pemilihan anggota LKM baik kepada anggota pokja maupun kepada masyarakat pada rembug warga sosialisasi, pada saat sosialisasi dengan menggunakan media sebar maupun media lainnya. Pada saat pemilihan anggota LKM harus dilakukan refleksi kepemimpinan, karena biasanya tidak semua pemilih yang hadir ikut dalam refleksi kepemimpinan yang sudah dilaksanakan dalam pemetaan swadaya sebelumnya.
4) Untuk memperjelas gambaran peserta terhadap mekanisme pamilihan anggota, tayangkan “kasus pemilihan anggota LKM di level RT di Daerah Bandung”, dalam Media Bantu Bahas bersama 5) Simpulkan bersama dan beri pengkayaan
Penjelasan dan Tanya Jawab Perangkat Organisasi LKM 1) Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai membahas modul Perangkat Organisasi LKM, dengan tujuan: • Peserta memahami perangkat organisasi LKM • Peserta memahami hubungan antara LKM dengan UP UP • Peserta memahami tugas dan fungsi UP UP 2) Beri peserta penjelasan mengenai perangkat organisasi LKM dengan menggunakan Media Bantu yang telah disediakan. Kemudian lakukan tanya jawab mengenai : • Tugas Sekretaris, UPK – UPL, UPS, dan Dewan Pengawas ? • Bagaimana mekanisme hubungan antara LKM dengan UP – UP ? • Bagaimana mekaniske pengambilan keputusan LKM? • Sumber dana dan pengelolaan keuangan?
300
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
3) Lebih lanjut bahas bersama peserta bagaimana hubungan LKM dengan lembaga – lembaga yang ada di Desa/kelurahan ? Bolehkah LKM digantikan oleh lembaga lain? 4) Berikan penegasan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
301
KEANGGOTAAN LKM • Pada dasarnya anggota LKM adalah dipilih dari warga setempat oleh warga setempat • Mewakili sifat – sifat baik manusia (dapat dipercaya, jujur, adil, rendah hati, dsb), artinya tidak ada perwakilan golongan, wilayah atau kepentingan – kepentingan • Sifat – sifat baik manusia dapat dilihat dari perbuatan nyata sehari – hari (rekam jejak), sehingga tidak mungkin dilakukan melalui pencalonan dan kampanye
Slide 1
Slide 2
KEANGGOTAAN LKM • Relawan – relawan sejati yang akan tetap memperjuangkan nilai – nilai luhur yang diyakini dan diterapkannya dalam hidup sehari – hari ( ada atau tidak ada P2KP) • • • •
Relawan adalah manifestasi dari nilai ikhlas/tanpa pamrih Merdeka :tidak terikat kepada orang yang membayar Secara sadar memberikan waktunya untuk orang lain Disinsentif bagi orang – orang yang bermaksud kurang baik
Slide 3
302
KEANGGOTAAN LKM • Anggota LKM dipilih bukan ditunjuk • Penunjukkan hanya menghasilkan orang – orang yang dipercaya oleh orang – orang yang menunjuk ( sebagian kecil masyarakat). • Siapapun yang terpilih adalah orang – orang yang dapat dipercaya oleh warga masyarakat banyak bukan segolongan elit saja, artinya pemilihan perlu melibatkan sebagian besar warga.
Slide 4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
SIAPA YANG BERHAK MEMILIH
BERAPA JUMLAH ANGGOTA LKM
•
Semua warga masyarakat yang telah dewasa mempunyai hak untuk memilih
•
Jumlah warga yang berpartisipasi dalam pemilihan calon anggota LKM atau utusan warga adalah sekurangnya 30% dari jumlah penduduk kelurahan/desa
• Jumlah anggota LKM sekurang – kurangnya 9 orang dan sebanyak – banyaknya 13 orang dengan ketentuan harus ganjil
•
• Jumlah anggota harus ganjil agar mempermudah proses pengambilan keputusan melalui pemungutan suara apabila musyawarah tidak tercapai
SEMUA WARGA MASYARAKAT YANG MEMENUHI KRITERIA KEMANUSIAAN YANG DITENTUKAN OLEH MASYARAKAT BERHAK DIPILIH TIDAK BERDASARKAN STATUS,JABATAN,GOLONGAN DAN LAINNYA.
Slide 5
• Jumlah anggota LKM ditetapkan sendiri oleh warga masyarakat.
Slide 6
MASA PENGABDIAN ANGGOTA LKM • Masa pengabdian : 3 tahun • Setiap tahun dievaluasi berdasarkan indikator perbuatan baik serta kualitas sifat – sifat kemanusiaan • Bulan ke 35, masyarakat melakukan proses pemilihan ulang
POSISI ANTAR ANGGOTA LKM • Dalam organisasi LKM tidak ada hirarki, tiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama • Tidak diperkenankan adanya hak untuk diistimewakan (previllage) • Pengambilan keputusan/kebijakan diputuskan secara kolektif melalui rapat anggota LKM . • Untuk memudahkan koordinasi : dipilih satu orang sebagai koordinator • Koordinator hanya mengkoordinir kegiatan, tidak mengambil keputusan
Slide 7
Slide 8
Te rim a Ka s ih
Slide 9
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
303
Diagram Alir Kegiatan Pembangunan LKM 05 Pembentukan Panitia Pemilihan Anggota LKM : a. Tim Pemilihan b. Tim Pemantau c. Tim Perumus Tatib dan AD
04 Kajian kelembagaan dan Kepemimpinan tk. Basis (Rt / Rw) sd tk. Kel
06 Tim Faskel melakukan Coaching thd Tim Pemantau dan Rencana Aksi
07 Rapat PenyusunanTata tertib, Draft AD dan Rencana Aksi
10 Perumusan Draft AD oleh Tim Perumus
08 Rembug Warga Pembahasan Draft AD dan Sosialisasi Proses Pemilihan Anggota LKM
11 Sosialisasi Draft AD
12 Rembug tk. Kelurahan untuk mengesahkan AD dan Pemilihan Anggota LKM tk. Kelurahan
09
Pemilihan Utusan tk. (RT)
13 Kesepakatan Membentuk yang baru atau memampukan Lembaga yang ada dan Kriteria Pemimpin
Jika sepakat Membentuk yg baru Jika sepakat memampukan lembaga yg ada maka relawan dan tim fk memfasilitasi masyarakat utk meninjau ulang, merestrukturisasi dan menyesuaikan AD lembaga tsb.
03 Tim Faskel melakukan coaching kepada Relawan
19
Sosialisasi dan masa sanggah nama anggota LKM terpilih
Pelatihan Unit Pengelola
14 18 Pembentukan Unit Pengelola
Sosialisasi dan masa sanggah nama anggota LKM terpilih
17 Pelatihan Dasar LKM
02 Sosialisasi ttg OMW dan Institut Kepemimpinan Kolektif
Slide 1
Slide 2
Slide 3
Slide 4
304
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
01 Bimbingan Fasilitator tentang Pembangunan LKM
16 Pencatatan di Notaris
15 Rembug Pelesaian masa sanggah, Laporan Panitia, dan Review oleh Tim Pemantau
Slide 5
Slide 6
Slide 7
Slide 8
Slide 9
Slide 10
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
305
Penting
Keseluruhan Proses pemilihan anggota LKM dilaksanakan secara rahasia dan tertutup, tanpa ada proses pencalonan, tanpa kampanye, dan tanpa upaya mempengaruhi atau rekayasa untuk memilih orang tertentu atau calon titipan. Hal ini dimaksudkan untuk memberi peluang dan kesempatan bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin untuk secara bebas menentukan pilihannya. Proses pemilihan harus didasarkan prinsip memberi peluang masyarakat memilih pemimpinpemimpinnya yang dapat dipercaya, jujur, ikhlas dan tanpa pamrih, adil, siap berkorban dan memiliki komitmen serta kepedulian yang tinggi pada masyarakat miskin !
Slide 11
306
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
TERIMA KASIH
PERAN LKM SEBAGAI RODA PENGGERAK MASYARAKAT
M EN GAPA LKM DI PERLUKAN ? •D ominas i dari pihak luar terhadap mas yarakat, m elemahkan mas yarakat s ebagai pelaku utama pembangunan •D ominas i menyebabkan perpecahan mas yarakat ke dalam golongan – golongan dengan berbagai kepentingan, s ehingga menyebabkan lunturnya kepedulian, ketulus an manus ia untuk berbuat baik bagi s es ama •S olidaritas s os ial luntur, dan makin memis kinkan orang mis kin •K emis kinan merupakan pers olan bers ama, harus ditanggulangi bers ama . •D iperlukan wadah perjuangan untuk penanggulangan kemis kinan dan kepemimpinan kolektif yang berbas is nilai nilai kemanus iaan agar mampu mengendalikan gerakan bers ama.
Slide 1
Slide 2
PEN GERTI AN LKM
¡
¡
¡
LKM adalah nama “Generic”; Masyarakat boleh membentuk baru atau lembaga kemasyarakatan yang sudah ada sesuai dengan prinsip dan nilai yang diusung melalui P2KP. (Dipercaya warga) LKM merupakan lembaga pimpinan kolektif organisasi masyarakat warga yang terdiri dari pribadi – pribadi yang dipercaya warga berdasarkan kriteria nilai – nilai kemanusiaan yang disepakati bersama dan dapat mewakili himpunan warga dalam berbagai kepentingan Keputusan dalam lembaga dilakukan secara kolektif melalui mekanisme rapat anggota LKM, dimana musyawarah menjadi norma utama dalam seluruh proses pengambilan keputusan
Slide 3
M I SI LKM ¡
Membangun kapital s os ial dengan menumbuhkan kembali nilai – nilai kemanus iaan, ikatan – ikatan s os ial dan menggalang s olidaritas s os ial s es ama warga agar s aling bekerjas ama demi kebaikan, kepentingan dan kebutuhan bers ama yang pada gilirannya diharapkan memperkuat kemandirian mas yarakat untuk menuju tatanan mas yarakat madani
Slide 4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
307
LKM SEBAGAI PERSEMAIAN KAPITAL SOSIAL & DEMOKRASI
LKM
• IK AT AN S O S IAL • S AL ING ME MB UT UHK AN & ME MB ANT U • INT E G R AS I P O T E NS I
• T UMB UH NY A MANUS IA Y G B E R K UAL IT AS & B E R B UD I L UH UR • K E P E MIMP INAN Y G D E MO K R AT IS • T UMB UH NY A K E S AD AR AN K R IT IS • T UMB UH NY A MAS Y AR AK AT B E L AJ AR
Modal Sosial ¡
K emampuan mas yarakat untuk bekerjas ama demi mencapai tujuan bers ama di dalam berbagai kelompok dan organis as i
¡
K emampuan muncul dari kepercayaan umum di dalam s ebuah mas yarakat atau bagian bagian paling kecil dalam mas yarakat.
T AT ANAN P E L AY ANAN P UB L IK (G O VE R NANC E ) Y ANG B AIK , DE MO K R AT IS , T R ANS P A R AN, T ANG G UNG G UG A T D AN B E R P IH AK P AD A MAS Y . MIS K IN (P R O P O O R )
Slide 5
Slide 6
M o d a l So s ia l LKM
Modal Sosial LKM 1. 2. 3.
4.
Ke rja s a m a d a n k e p e rca y a a n d i a n ta ra a n g g o ta M e n u m b u h k a n k e rja s a m a d a n k e p e rca y a a n a n ta ra LKM d e n g a n M a s y a ra k a t M e n u m b u h k a n k e rja s a m a d a n k e p e rca y a a n a n ta r w a rg a m a s y a ra k a t
M e n u m b u h k a n k e rja s a m a a n ta ra LKM d e n g a n p ih a k l u a r (Ke m itra a n )
Slide 7
1 .Ke rja s a m a d a n k e p e rca y a a n d i a n ta ra a n g g o ta ü ü ü
Merumus kan s emua keputusan bers ama,meminimalkan kepentingan individu Menjalin dialog terbuka, s aling memberikan informas i, s aling menghargai antar anggota. Informas i dis ajikan s ecara trans paran termasuk menyangkut keuangan agar s emua anggota dapat kes empatan mengakses
Slide 8
M o d a l So s ia l LKM
M o d a l So s ia l LKM
2.M e n u m b u h k a n k e rja s a m a d a n k e p e rca y a a n a n ta ra LKM d e n g a n M a s y a ra k a t ü ü ü ü
ü
Menjalankan tugas dengan jujur dan adil, prioritas berdas arkan kebutuhan nyata mas yarakat T idak mencari keuntungan pribadi T idak memihak kepada kelompok tertentu, memberi kes empatan kepada semua warga untuk terlibat Memberikan informas i kegiatan L K M, transparans i keuangan dan informas i lain melalui papan info dan media lainnya Mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan dan kegiatan lain (akuntabilitas ), melalui rapat tahunan dan rapat is timewa apabila diperlukan
Slide 9
308
3. M e n u m b u h k a n k e rja s a m a d a n k e p e rca y a a n a n ta r w a rg a m a s y a ra k a t ü
ü
Slide 10
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Menumbuhkan kepedulian warga , melibatkan mas yarakat dalam s etiap tahapan program (perumus an mas alah,perencanaan, pelaksanaan dan monev) Menggalang kegiatan– kegiatan yang bis a menumbuhkan kebers amaan melalui kelompok (K S M)
M o d a l So s ia l LKM 4. M e n u m b u h k a n k e rja s a m a a n ta ra LKM d e n g a n p ih a k l u a r (Ke m itra a n )
Fungsi Utama LKM Penggerak dan penumbuhan kembali nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai kemasyarakatan dan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan nyata masyarakat setempat Penggerak proses pengembangan aturan (kode etik, kode tata laku, dsb) Penggerak proses pengambilan keputusan yang adil dan demokratis Pengendalian dan kontrol sosial terhadap proses pembangunan Pembangkit dan mediasi aspirasi dan partisipasi masyarakat Wadah informasi dan komunikasi bagi warga masyarakat kelurahan/desa setempat Penggerak advokasi integrasi kebutuhan dan program masyarakat dengan kebijakan dan program pemerintah setempat. Mitra kerja pemerintah kelurahan/desa setempat dalam upaya penanggulangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan peningkatan kapasitas masyarakat.
•
• •
ü
K etiga kerjas ama di atas merupakan modal untuk dapat dipercaya pihak luar. Merupakan kenis cayaan bagi L K M untuk bis a bermitra baik dalam bentuk program maupun menggalang s umber dana.
• • • •
•
Slide 11
Slide 12 Lanjutan
Tugas Pokok LKM l
l
l
Tugas Pokok LKM
Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat warga kelurahan/desa setempat termasuk penggunaan Dana BLM PAMSIMAS. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, rencana strategis, dan rencana program peningkatan kesejahteraan masyarakat tahunan. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil LKM termasuk penggunaan dana-dana bantuan program pemberdayaan yang diterima.
Slide 13
l
l
l
Slide 14
Lanjutan
Lanjutan
Tugas Pokok LKM l
l
l
l
Slide 15
Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan aspirasi, pemetaan swadaya atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi. Mengkoordinasi pengelolaan program-program yang diterima masyarakat, dan pelaksanaan program yang dilakukan oleh unit-unit Satuan Pelaksana (Satlak) berbagai program sektoral. Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin maupun pembangunan di kelurahan/desa nya.
Tugas Pokok LKM
Menjamin dan mendorong peran serta berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan kaum perempuan di wilayahnya, melalui proses serta hasil keputusan yang adil dan demokratis Membangun tranparansi masyarakat khususnya dan pihak luar pada umumnya, melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan bulanan/triwulanan serta rapat-rapat terbuka, dsb. Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan mengauditkan diri melalui auditor independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan masyarakat, Melaksanakan Rembug Warga Tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan pertanggungjawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil LKM kepada masyarakat,
l
l
l
l
Membangun tranparansi masyarakat khususnya dan pihak luar pada umumnya, melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan bulanan/triwulanan serta rapat-rapat terbuka, dsb. Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan mengauditkan diri melalui auditor independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan masyarakat, Melaksanakan Rembug Warga Tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan pertanggungjawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil LKM kepada masyarakat, Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali LKM.
Slide 16
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
309
Lanjutan
Tugas Pokok LKM l
l
l
Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam perumusan kebutuhan dan usulan program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan wilayah kelurahan/perdesaan setempat, untuk dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan pemerintah kelurahan/desa, kecamatan dan kabupaten/kota. Mengawal penerapan nilai-nilai hakiki, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan PAMSIMAS serta pembangunan lainnya di kelurahan/desa masing-masing. Menghidupkan serta menumbuhkembangkan kembali nilainilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, pada setiap tahapan dan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan kegiatan pembangunan kelurahan/desa dengan bertumpu pada kondisi budaya masyarakat setempat (kearifan lokal).
Slide 17
310
Te rim a Ka s ih
Slide 18
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Badan Keswadayaan Masyarakat dan Modal Sosial Oleh: Marnia Nes
Dalam proses pengorganisasian masyarakat untuk mengenali masalah (kebutuhan) dan melakukan upaya pemecahan masalah, intervensi yang dilakukan PNPM Mandiri Perkotaan adalah dengan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat warga.Organisasi masyarakat yang dimaksud adalah organisasi dan lembaga yang dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang didorong oleh kebutuhan untuk menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayah mereka misalnya LKM, Kelompok Kemitraan, UPK, KSM, Forum LKM /LKM dan lain-lain. Penggunaan istilah pembangunan dimaksudkan bahwa organisasi dan lembaga masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan tersebut terbentuk melalui serangkaian proses kegiatan dan kesepakatan yang dilandasi oleh kesadaran kritis masyarakat terhadap persoalan dan potensi mereka serta pemahaman akan makna organisasi masyarakat warga. Pada dasarnya pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan menganut paham bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi yang dihadapi bersama termasuk persoalan, potensi dan peluangnya, sehingga kalau kemudian masyarakat membangun suatu wadah, maka hal tersebut terjadi akibat masyarakat yang berorganisasi sehingga muncul kebutuhan wadah organisasi. Membangun LKM /LKM Persoalannya wadah organisasi yang bagaimana yang paling cocok dengan tujuan PNPM Mandiri Perkotaan? Organisasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah organisasi masyarakat warga yang dinamai secara generik sebagai LKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) atau LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Organisasi masyarakat warga ini dibangun dan dibubarkan atas dasar kesepakatan warga penduduk kelurahan yang bersangkutan sehingga mampu mempertahankan kemerdekaan dan otonominya terhadap berbagai lembaga yang ada. Hal ini penting karena merupakan sifat dasar suatu organisasi masyarakat warga, oleh sebab itu benar-benar dimiliki oleh seluruh warga, dan bukan dimiliki sekelompok unsur/ perwakilan atau pihak-pihak diluar masyarakat. Pembangunan LKM haruslah didasarkan atas kebutuhan warga masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan mengajak masyarakat belajar menemukan kebutuhan akan organisasi masyarakat melalui refleksi – refleksi, yaitu : §
Refleksi Kemiskinan, untuk menemukenali penyebab kemiskinan termasuk pola – pola pengambilan keputusan dalam masyarakat, dan keterlibatan warga miskin di dalamnya.
§
Refleksi Kelembagaan, untuk mengkaji lembaga – lembaga masyarakat yang ada apakah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat memahami substansi Organisasi Masyarakat Warga sebelum organisasi tersebut dibentuk, dimana keputusan masyarakat untuk kebutuhan pembangunan lembaga baru hanya bisa dilakukan apabila masyarakat memahami substansi dan organisasi masyarakat warga termasuk peran strategis, azas dan prinsip serta posisi, tugas dan fungsinya. Ini berarti bahwa sebelum keputusan pembangunan organisasi masyarakat warga, termasuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi tersebut ditetapkan, telah dilakukan kegiatan sosialisasi secara intensif mengenai
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
311
makna subtansif Organisasi Masyarakat Warga. Kebutuhan pembangunan organisasi dan lembaga masyarakat harus atas dasar penilaian warga masyarakat sendiri, tidak diatasnamakan atau diwakilkan kepada sekelompok orang atau sekelompok unsur/ perwakilan masyarakat tertentu. Fokus utama penggalian dan penjagaan kebutuhan masyarakat terutama pada aspirasi dari masyarakat miskin dan perempuan. §
Refleksi kepemimpinan, sebagai penyadaran kritis terhadap kriteria pemimpin yang akan dipilih dan menjadi motor penggerak dalam LKM dan pembangunan masyarakat kelurahan.
§
Kerangka aturan main disusun bersama oleh warga masyarakat. Konsekuensinya pembahasan aturan main dan tata nilai organisasi masyarakat, misalnya AD/ ART, harus dibahas terlebih dahulu oleh warga masyarakat, karena menyangkut kepentingan dan kebutuhan seluruh warga sendiri. Aturan dasar organisasi masyarakat warga tidak dapat dibicarakan atau disepakati oleh hanya sekelompok orang atau malah perwakilan unsur dengan mengatasnamakan seluruh masyarakat
§
Melibatkan masyarakat seluas mungkin, khususnya masyarakat miskin dan termiskin, dalam keseluruhan proses pembangunan organisasi dan kelembagaan, sejak tahap penilaian lembaga yang ada, pembahasan aturan dasar, pemilihan anggota dan lain-lain.
Kriteria dan Pemilihan Pemimpin Kolektif LKM Dalam menentukan kriteria pemimpin, masyarakat diajak berdiskusi melalui FGD – FGD kepemimpinan dengan menggunakan beberapa tools yang sudah disiapkan berupa pertanyaan – pertanyaan kritis untuk menemukan bahwa pemimpin dipilih bukan atas golongan, jabatan, jenis kelamin dan lainnya akan tetapi berdasarkan kepada sifat – sifat baik. Dari diskusi yang berkembang biasanya masyarakat menemukan bahwa kriteria pemimpin yang diharapkan adalah yang jujur, adil, peduli dan ikhlas sedangkan kriteria yang menyangkut kemampuan intelektual biasanya tidak menjadi prioritas. Orang – orang yang mempunyai sifat – sifat baik, biasanya ditentukan atau bisa diidentifikasi dari ‘rekam jejak’ sikap perilakunya sehari – hari. Oleh karena itu dalam pemilihan anggota LKM sebagai pemimpin dari organisasi masyarakat warga dilakukan dari mulai komunitas terkecil seperti RT, karena hanya orang – orang yang mengenal dari dekat yang tahu sikap perilaku seseorang sehari – hari. Proses pemilihan anggota LKM juga tidak melalui pencalonan dan kampanye, karena biasanya orang – orang yang mempunyai kriteria seperti disebutkan di atas tidak suka menyombongkan diri dan dengan sengaja ingin dipilih. Selain itu kampanye dan pencalonan seringkali tidak memberikan kesempatan yang luas kepada semua warga untuk ‘muncul’ sebagai pemimpin. Orang yang dicalonkan oleh kelompok tertentu, pada saat terpilih harus menyuarakan aspirasi kelompok yang diwakilinya sehingga menyebabkan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan. Anggota kepemimpinan kolektif LKM bukanlah perwakilan golongan, akan tetapi merupakan perwakilan dari nilai – nilai (sifat – sifat baik). Dengan demikian mereka bertanggungjawab untuk mengambil keputusan berdasarkan sifat – sifat baik tadi,sehingga yang bisa me ‘re-call’ mereka adalah pengingkaran terhadap sifat – sifat baiknya. Untuk menjamin orang – orang baik yang muncul sebagai pemimpin kolektif, proses pemilihan dilakukan sebagai berikut : §
312
Pemilihan di tingkat akar rumput , dilakukan di tingkat RT atau komunitas terkecil. Warga masyarakat yang mempunyai hak pilih (warga dewasa), diminta untuk menuliskan 3 – 5 nama yang menurut mereka sesuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama pada saat refleksi kepemimpinan. Apabila sudah selesai maka dilakukan penghitungan suara di depan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
seluruh pemilih dan ditentukan siapa yang akan masuk ke putaran pemilihan tingkat desa/kelurahan. Penentuan jumlah yang akan masuk ke pemilihan tingkat kelurahan/desa sudah ditentukan sebelumnya dalam proses penyusunan tata tertib pemilihan. §
Pemilihan di tingkat kelurahan/desa. Semua orang yang sudah terpilih dalam komunitas terkecil menjadi calon di tingkat kelurahan/desa dan mempunyai hak pilih dan dipilih. Masing – masing calon diberi hak untuk menuliskan 3 – 5 nama yang dipilih dari daftar semua calon yang masuk ke tingkat kelurahan/desa.
Dengan pemimpin kolektif yang mempunyai kriteria sifat – sifat baik, diharapkan akan memunculkan keputusan yang adil dan didasarkan pada keikhlasan dan kejujuran, sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga dan pemimpin. Kepercayaan merupakan modal yang sangat berharga bagi LKM, dengan kepercayaan swadaya dan keterlibatan masyarakat bisa digalang dengan lebih mudah, di pihak lain juga akan menumbuhkan kepercayaan pihak luar untuk bermitra dan berjaringan dengan LKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Modal Sosial: Modal LKM dan Masyarakat Menanggulangi Kemiskinan Apa Ikatan Sosial dan Modal Sosial itu? Sebuah komunitas terbangun karena adanya ikatan – ikatan sosial di antara anggotanya. Kita sering mendengar komunitas petani, komunitas tukang becak, perkumpulan nelayan, asosiasi insinyur dan sebagainya. Komunitas warga kelurahan merupakan ikatan sosial di antara semua warga kelurahan yang terdiri dari individu–individu dan atau kelompok – kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan kepada suatu tujuan bersama. Komunitas masyarakat kelurahan bisa digambarkan sebagai berikut :
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
313
Semua masyarakat kelurahan satu sama lain pasti saling berhubungan, hanya saja kualitas hubungan di antara masing – masing warga akan sangat berlainan. Kualitas ikatan sosial akan terbangun apabila di antara warga saling berinteraksi pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan sosial tadi akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan – kegiatan bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan yang sifatnya sesaat. Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya.
Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut MODAL SOSIAL. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian – bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara.
Masyarakat yang mempunyai modal sosial yang kuat adalah masyarakat yang guyup (Jawa) dan dinamis. Di Indonesia modal sosial yang paling menonjol adalah gotong royong yang dalam masa sekarang terutama di daerah perkotaan sudah mulai luntur.
Untuk apa menumbuhkan modal sosial? Kemampuan komunitas atau kelompok – kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota – anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut ‘modal sosial’. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai – nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan – ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar. Bagaimana Membangun Kepercayaan? Kepercayaan tidak akan tercapai dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu : Penerimaan Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing dalam waktu yang relatif lama.
314
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai–nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut otomatis akan luntur.
Berbagi Informasi dan Kepedulian? Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama, membutuhkan informasi mengenai : • Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masing–masing. • Masalah–masalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. Untuk menumbuhkan kepercayaan,pertukaran informasi yang diberikan di antara warga haruslah informasi yang jujur dan terbuka. Informasi yang diberikan tidak akan berarti apabila dalam hubungan–hubungan tadi tidak didasari kepedulian. Setiap warga yang berhubungan dalam masyarakat akan menggunakan dan terlibat untuk memecahkan masalah di lingkungannya apabila ada kepedulian di antara mereka. Apabila warga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan saling berbagi, saling peduli , maka kepentingan–kepentingan individu akan mengalah kepada kepentingan–kepentingan komunitas kelompok.
Menentukan Tujuan Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap anggota (warga) tidak akan tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan apabila tidak terlibat dalam perumusan tujuan. Proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan masalah bersama. Pengorganisasian dan Tindakan Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh anggota (warga masyarakat), memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk menggerakan semua kegiatan untuk mencapai tujuan, untuk itu diperlukan seorang atau sekelompok pemimpin. Dalam organisasi, kelompok, atau komunitas warga masyarakat peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya. Setelah tujuan ditetapkan, harus ada perencanaan untuk melaksanakan keputusan–keputusan yang sudah dibuat. Adalah penting untuk mengetahui kebutuhan–kebutuhan apa yang dirasakan oleh anggotanya untuk memecahkan masalah.Untuk itulah perlunya keterlibatan (partisipasi) warga masyarakat dalam proses menemukenali masalah (kebutuhan) mereka yang akan menjadi dasar perencanaan.Kebutuhan yang ditentukan oleh pemimpin tanpa melibatkan warga masyarakat, sering tidak menjawab masalah yang sebenarnya ada sehingga dapat menghilangkan kepercayaan warga kepada niat baik pemimpinnya. Untuk memastikan bahwa rencana yang sudah dibuat efektif dalam pelaksanaannya, dan semua orang melaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya maka harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara terbuka dengan semua warga.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
315
Bagaimana LKM membangun modal sosial? LKM, sebagai dewan pimpinan kolektif , yang bertanggung jawab untuk menggerakan potensi warga masyarakat kelurahan untuk menanggulangi kemiskinan, mempunyai tugas untuk membangun modal sosial di wilayahnya. Modal sosial yang dibangun akan menjadi modal (potensi) yang sangat besar bagi seluruh warga kelurahan untuk berjaringan di antara sesama warga, maupun dengan pihak luar. Modal sosial yang harus dibangun oleh LKM: § Menumbuhkan kerjasama kepercayaan di antara anggota LKM § Menumbuhkan kepercayaan antara masyarakat
dan
kerjasama LKM dengan
dan warga
§ Menumbuhkan kerjasama kepercayaan antar kelompok masyarakat
dan
§ Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara LKM, warga masyarakat dan pihak luar.
Menumbuhkan Kerjasama dan Kepercayaan antar Anggota LKM Keterbukaan dan kejujuran di antara anggota LKM, merupakan unsur yang paling penting untuk bekerjasama. Oleh karena itu LKM harus menerapkan pola – pola hubungan yang jujur dan terbuka, dengan cara: § Merumukan semua keputusan dan tindakan bersama, tidak ada anggota yang memutuskan sendiri berdasarkan kepentingannya. § Menjalin dialog terbuka dengan diskusi – dikusi secara berkala, saling memberikan informasi dan bertukar pengalaman. (transparansi informasi) § Mencatat semua kegiatan yang dilakukan dan informasi yang diterima, agar semua anggota bisa mengakses informasi tersebut. (transparansi informasi) § Memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota untuk berpendapat dan mengemukakan perasaan – perasaannya dalam suasana saling menghargai.
316
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara LKM dengan masyarakat Sebagai pemimpin kolektif dari masyarakat warga, LKM harus mendapat kepercayaan warganya. Untuk kepentingan tersebut, LKM harus mengembangkan pola – pola hubungan yang timbal balik antara LKM /LKM dengan masyarakat. Beberapa cara menumbuhkan kepercayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh LKM adalah: § Menjalankan tugas yang diamanahkan oleh masyarakat dengan pengelolaan yang jujur dan adil. Adil bukan berarti bagi rata, akan tetapi menentukan prioritas berdasarkan kebutuhan yang nyata, bukan untuk kepentingan pribadi. Contohnya dalam menentukan penerima manfaat langsung, harus berdasarkan data KK/Jiwa miskin berdasarkan hasil PS, bukan atas dasar kekeluargaan atau kedekatan. § Tidak mencari keuntungan pribadi, akan tetapi menjalankan tugas dan tanggung jawab semata – mata untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. § Mampu melindungi masyarakatnya (terutama warga miskin), tidak memihak kepada kelompok tertentu akan tetapi memberikan kesempatan kepada semua warga untuk terlibat dalam keseluruhan kegiatan. § Memberikan kesempatan seluas – luasnya kepada warga mayarakat untuk berpartisipasi dalam proses dari menemukenali masalah (refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya,merencanakan (menyusun PJM) dan monitoring evaluasi kegiatan, walaupun keputusan terakhir LKM yang menentukan sebagai pengambil kebijakan. § Memberikan informasi mengenai kegiatan LKM, keuangan dan informasi lain yang dibutuhkan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi tanggung jawab LKM (transparansi). Transparansi informasi tersebut bisa melalui informasi terbuka di kantor LKM, papan pengumuman yang ditempatkan di tempat strategis, rapat tahunan atau rapat lain apabila diperlukan, melalui media warga dan sebagainya. § Mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangan dengan audit independen dan lainnya ,kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam rapat pertanggungjawaban dan kebijakan yang dikeluarkan (akuntabilitas).
Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar warga masyarakat Dalam mencapai tujuan penanggulangan kemiskinan, masyarakat tidak bisa bergerak sendiri – sendiri, akan tetapi perlu kerjasama di antara mereka. Untuk dapat bekerjasama diperlukan hubungan sosial yang kuat dan guyup (Jawa). Oleh karena itu LKM perlu menggerakan modal sosial di masyarakat dengan menciptakan hubungan – hubungan tadi dengan berbagai cara di antaranya : § Menumbuhkan kepedulian warga dengan menggerakan kesadaran kritis masyarakat terhadap permasalahan bersama terutama yang menyangkut kemiskinan dengan cara melakukan refleksi kritis dengan berbagai pihak, misal melalui Komunitas Belajar Kelurahan; melibatkan seluruh unsur masyarakat di dalam setiap tahapan program dari mulai identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi. § Menggalang kegiatan yang bisa menumbuhkan kebersamaan melalui kelompok – kelompok seperti KSM, sehingga KSM dibentuk bukan hanya sekedar untuk kepentingan pencairan dana BLM akan tetapi menjadi sarana kegiatan bersama. Saling menghargai, saling percaya di antara anggota kelompok akan tumbuh apabila kelompok tersebut dibangun dalam suasana keterbukaan, kejujuran, keikhlasan dan saling peduli di antara anggotanya. Dalam kelompok yang seperti ini yang menjadi hal utama adalah tujuan kelompok bukan tujuan pribadi. Kejujuran dalam pengelolaan KSM juga akan menjadi modal untuk dapat dipercaya oleh kelompok masyarakat yang lain baik warga kelurahan setempat atau pihak lain, sehingga kemungkinan untuk bermitra dengan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
317
berbagai pihak menjadi sangat terbuka. Misal: pengembalian dana bergulir dari KSM, akan menumbuhkan kepercayaan dari warga lain, juga LKM terhadap KSM tersebut.
Menumbuhkan kerjasama antara LKM dengan pihak luar Apabila kerjasama dan kepercayaan dalam ketiga hal di atas dapat terwujud, hal tersebut merupakan modal bagi LKM /LKMuntuk dapat dipercaya oleh pihak luar. Apabila kepercayaan pihak luar sudah tumbuh, merupakan keniscayaan bagi para pihak baik itu lembaga swasta, pemerintah maupun individu–individu untuk mau bermitra denngan LKM. LKM yang menjunjung tinggi kejujuran, keterbukaan, keadilan, tidak mementingkan kepentingan pribadi dan bekerja untuk kepentingan penanggulangan kemiskinan merupakan modal sosial yang sangat besar untuk dapat memperoleh kepercayaan dari berbagai pihak baik masyarakat kelurahan maupun pihak luar. Dengan demikian modal sosial ini akan menjadi modal yang sangat penting untuk mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak, sehingga masyarakat dapat semakin maju dan sejahtera.
318
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Slide 1
Slide 2
S ekretariat P elaks ana operas ional dan adminis tras i kegiatan s ehari – hari u Maks imum 3 orang 3 orang , bekerja , bekerja purna waktu u T idak diperkenankan dirangkap oleh L K M atau UP u
Slide 3
P enas ehat Disamping Sekretariat bila dikehendaki LKM berhak mengangkat penasehat sesuai kebutuhan yang akan bekerja paruh waktu dan bersifat relawan
Slide 4
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
319
D ewan P engawas D ewan P engawas ini s ecara khus us akan membantu UP K untuk menyelenggarakan kegiatan pinjaman bergulir. u Anggotanya diangkat oleh L K M u S ecara K hus us akan membantu UP K untuk menyelenggarakan kegiatan pinjaman bergulir u
Slide 5
Slide 6
1. R embug Warga T ahunan (R WT )
2. R apat Anggota L K M
D ilakukan di tingkat kelurahan S ebagai mekanis me pertanggungjawaban dan tanggung gugat L K M kepada M kepada s eluruh warga Mekanis me pergantian anggota L K M apabila M apabila mas a jabatannya berakhir Mekanis me apabila ada indikas i penyimpangan K eputus an R WT s s ifatnya mengikat Mengundang s egenap lapis an mas yarakat dan perangkat kelurahan Mekanis me diatur dalam AD L K M
R apat Anggota T ahunan (R AT ) u D ilakukan s etiap tahun u S ebagai evaluas i dan penilaian kinerja UP u T erbuka untuk s emua mas yarakat u Mekanis me diatur dalam AD /AR T L K M
u u
u
u u u
u
Slide 7
320
Slide 8
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
R apat K oordinas i Anggota R utin (R K A) u D ilakukan s ekurangnya s atu kali dalam kali dalam s ebulan u Mebahas perkembangan program dan program dan kegiatan u Menetapkan rancana kegiatan lanjutan dari L K M dan M dan UP
R apat P rioritas Us ulan K egiatan (R P UK ) u
Untuk menetapkan prioritas (perangkingan) us ulan – us ulan kegiatan perangkingan) us has il penilaian UP
Slide 9
Slide 10
Slide 11
Slide 12
Slide 13
Slide 14
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
321
B iaya O peras ional u u
u u
s umber keuangan diperoleh dari biaya adminis tras i dan opers ional alokas i dana B L M B es arnya : 1) 5% untuk untuk pagu B L M 150 jt M 150 jt 2) 3% untuk pagu B L M 250 jt M 250 jt 3) 2% untuk untuk pagu B L M 450 jt 450 jt P encairan dilakukan bertahap ( dihitung dari s eluruh kegiatan yang telah yang telah dis etujui L K M) S umber lain : dibiayai lain : dibiayai dari keuntungan has il us aha unit – unit – unit pengelola yang bes yang bes arnya harus dis epakati dalam rapat anggota L K M dan M dan kemampuan keuangan yang ada yang ada
Slide 15
322
Terima Kasih
Slide 16
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 25 Topik: Memahami PJM Pronangkis
1. Peserta merefleksikan pengalaman melakukan PS dan pembentukan BKM/LKM 2. Peserta memahami maksud dan tujuan PJM Pronangkis
Kegiatan 1: Kaji Ulang Keterkaitan PS dengan PJM Pronangkis Kegiatan 2: Memahami Perencanaan Program
3 Jpl (135’)
Media Bantu : Lembar Balik Siklus PNPM Mandiri Perkotaan
• Kertas Plano, Metaplan, kuda-kuda Flip-chart, spidol, selotip kertas dan jepitan besar • Papan Tulis dengan perlengkapannya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
323
Kaji Ulang Keterkaitan PS dengan PJM Pronangkis 3) Beri pengantar bahwa selama beberapa waktu ke depan kita akan belajar mengenai Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan atau biasa disingkat sebagai PJM Pronangkis. Kita akan belajar : ”Apa itu PJM Pronangkis?”, ”Apa pentingnya PJM Pronangkis bagi kerja penanggulangan kemiskinan di kelurahan/desa?”, ”Bagaimana cara menyusunnya?”, dst. 4) Mintalah salah seorang peserta untuk menjelaskan rangkaian siklus PNPM Mandiri Perkotaan. Kemudian bahas bersama dimana posisi PJM dalam rangkaian siklus tersebut, bahas lebih mendalam keterkaitan siklus PS dan PJM Pronangkis.
Memahami Perencanaan Program 1) Jelaskan kepada peserta bahwa saat ini kita akan membahas perencanaan program. 2) Ajaklah peserta untuk mengingat pentingnya perencanaan yang pernah dibahas dalam modul pembangunan partisipatif pelatihan dasar 1 fasilitator (permainan mengumpulkan barang), diskusikan bersama. 3) Mintalah kepada peserta untuk membaca Bahan Bacaan “Perencanaan Program” yang ada dalam modul ini, beri peserta waktu yang cukup untuk membaca. 4) Bagilah peserta ke dalam 4 kelompok, kemudian tugaskan masing – masing kelompok : § §
Kelompok 1 & 2 mendiskusikan langkah – langkah perencanaan dan menyiapkan bahan presentasi yang akan dibahas dalam pleno kelas. Kelompok 3 & 4 mendiskuikan langkah – langkah perencanaan, dan mempersiapkan pertanyaan – pertanyaan kunci yang akan ditujukan kepada kelompok 1 & 2 sebagai presenter dalam pleno kelas.
5) Setelah diskusi kelompok selesai , mintalah kelompok 1 dan 2 duduk di barisan depan kelas, kelompok 3 dan 4 duduk berhadapan dengan kelompok satu dan 2.
324
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
6) Wakil kelompok 1 mempresentasikan hasil diskusinya dan ditambahkan oleh kelompok 2. setelah presentasi persilahkan kelompok 3 dan 4 untuk memberikan pertanyaan – pertanyaan kepada kelompok 1 dan 2 .
Pemandu mencatat hal – hal yang tidak bisa dipecahkan dalam diskusi pleno oleh peserta. 7) Bahas bersama isu – isu yang tidak terpecahkan dalam diskusi di atas, kemudian berikan penegasan – penegasan dari pemandu.
Untuk mencapai suatu tujuan, harus selalu dimulai dari proses perencanaan, contohnya apabila mau mengadakan resepsi untuk pernikahan anak kita, akan dimulai menyusun, siapa yang akan diundang, tempat resepsinya dimana, siapa yang akan menjadi panitia, berapa biaya yang diperlukan, langkah langkah apa yang harus dilakukan, dll. Perencanaan peranannya sangat penting sekali. Kegiatan tanpa perencanaan akan lebih banyak berpeluang untuk gagal dibanding keberhasilannya. Sebaliknya kegiatan yang didasari dengan perencanaan yang matang, maka akan sedikit resiko kegagalannya. Perencaan program pembangunan dibuat berdasarkan kepada visi yang hendak dicapai yang sudah disusun bersama. Visi inilah yang menjadi arah tujuan dikembangkannya suatu program. Dalam konteks penanggulangan kemiskinan yang diintervensi oleh PNPM Mandiri Perkotaan, visi ini sudah mulai dirumuskan oleh warga dalam siklus refeleksi kemiskinan. Untuk melangkah mencapai visi, harus juga diketahui kondisi riil saat ini untuk mengetahui seberapa besar kesenjangan yang ada antara kenyataan sekarang dan visi yang hendak dicapai . Dengan demikian bisa diketahui tahapan – tahapan kegiatan yang harus dilakukan dari titik awal yang ada saat ini dalam penyelasaian masalah, pemenuhan kebutuhan dan pencapaian visi. Dalam konteks penanggulangan kemiskinan yang diintervensi oleh PNPM Mandiri Perkotaan, identifikasi kondisi nyata saat ini dilakukan melalui siklus PS.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
325
Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Oleh : Marnia Nes Selokan di RT 01 Kelurahan Cisaat, pada musim hujan seringkali terjadi banjir. Hal ini sangat mengganggu warga setempat karena limpasan banjir dari selokan tersebut, apabila hujannya besar bisa sampai ke rumah – rumah di sekitarnya. Bapak Sudi, tokoh masyarakat mengusulkan kepada Bu RT untuk mengatasi masalah tersebut. Bu RT kemudian mengundang beberapa pihak termasuk Pak Lurah untuk membicarakan masalah tersebut. Ternyata dari hasil pembicaraan tersebut diketahui bahwa banjir yang terjadi disebabkan oleh sampah yang banyak memenuhi selokan. Sampah – sampah tersebut berasal dari sampah rumah tangga warga setempat. Kemudian mereka mengajak warga masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. Akan tetapi warga masyarakat sulit sekali untuk diajak, karena mereka tidak mengerti bahwa penyebab banjir karena selokannya dipenuhi oleh sampah, dan mereka juga bingung mau membuang sampah kemana kalau tidak ke selokan. Proses yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Cisaat untuk mengatasi banjir sebetulnya adalah proses pembangunan dalam skala RT. Sebenarnya warga masyarakat mampu melakukan pemecahan masalah yang terjadi di wilayahnya. Inisiatif dari Bapak Sudi dan keterlibatan beberapa pihak dalam memecahkan masalah tadi yang biasa disebut dengan partisipasi masyarakat dalam pembangunan .
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses pemecahan masalah seluruh warga (kepentingan seluruh warga) di wilayahnya yang dilakukan secara sadar dan sukarela. Partisipasi bisa bermacam – macam misalnya : terlibat dalam penyuluhan, menyumbang dana, ikut menyumbangkan pikiran dan sebagainya. Partisipasi yang paling baik adalah ikut terlibat di dalam proses pengambilan keputusan melalui musyawarah warga. Terlibat bukan hanya sekedar datang dalam pertemuan akan tetapi juga menyumbangkan saran, pendapat atau gagasan – gagasan bagi topik – topik yang sedang dibahas. Apabila dilihat dari kasus di Desa Cisaat, tidak semua warga terlibat dalam proses pemecahan masalah banjir tersebut. Ibu RT hanya mengundang beberapa tokoh masyarakat untuk membahas dan menyelesaikan masalah tersebut. Warga masyarakat biasa yang bukan tokoh, warga miskin, warga yang berpendidikan rendah, buta huruf, adalah kalangan yang seringkali tidak mendapat tempat dalam kegiatan – kegiatan di lingkungannya. Banyak warga yang tidak mengetahui termasuk kaum perempuan , bahwa terlibat di dalam kegiatan masyarakat merupakan cara untuk berbuat bagi sesama (wujud dari kepedulian kita terhadap lingkungan) atau bisa juga dikatakan bahwa keterlibatan dalam pemecahan masalah di lingkungan adalah perwujudan dari rasa kemanusiaan. Artinya apabila kita ikut terlibat untuk memecahkan masalah lingkungan, kita sudah memberikan apa yang ada dalam diri kita untuk lingkungan, melakukan tanggungjawab kita sebagai manusia. Manusia yang mampu memunculkan kemanusiaannya inilah yang merupakan manusia sejati. Di sisi lain keterlibatan dalam proses pembangunan merupakan penghargaan terhadap kita sebagai manusia yang mempunyai hak untuk menentukan nasib sendiri.
326
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Manfaat dari keterlibatan dalam proses pemecahan masalah tadi adalah : • Masalah yang dirumuskan sendiri, akan lebih tepat karena tidak ditentukan oleh orang lain. Jadi masalah adalah yang dirasakan bersama bukan apa yang dihadapi oleh orang luar, oleh sebagian tokoh, hanya kaum laki – laki dan sebagainya. • Kegiatan akan lebih tepat sasaran, karena semua terlibat untuk menentukan untuk apa dan untuk siapa kegiatan ini dilakukan. Artinya yang merasakan hasilnya adalah masyarakat, bukan orang luar atau hanya untuk kepentingan orang – orang tertentu saja. • Kegiatan yang dibangun akan menjadi milik masyarakat sepenuhnya. Kepemilikan ini akan memunculkan semangat untuk memelihara hasil – hasil pembangunan tersebut. • Masyarakat bisa saling belajar, proses dialog baik dalam diskusi kecil yang dilakukan oleh beberapa orang maupun dalam musyawarah warga merupakan proses saling berbagi pengetahuan dan informasi. Kita dapat mempunyai pengetahuan atau informasi baru dari apa yang dikemukakan oleh warga lain yang sama – sama terlibat dalam proses musyawarah. • Dengan membicarakan masalah – masalah bersama, kita juga dapat mengetahui masalah yang dialami oleh orang lain, atau masalah yang kita hadapi dibahas bersama warga yang lain sehingga akan terjadi saling memahami. Masalah yang dirasakan berat apabila dibicarakan dan dipecahkan bersama akan menjadi lebih ringan. • Apa lagi menfaat yang lain? Silahkan diskusikan dengan teman – teman yang lain.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
327
Perencanaan Partisipatif Proses perencanaan dan pengambilan keputusan dalam program pembangunan seringkali dilakukan dari atas ke bawah (top down). Masyarakat seringkali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberikan masukan atau peranan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa terhadap masyarakat, masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan – kebutuhannya. Dalam hal ini masyarakt ditempatkan pada posisi objek pembangunan, program yang dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah (top down) seringkali tidak berhasil dan kurang memberi manfaat, karena masyarakat kurang terlibat, sehingga mereka merasa kurang bertanggungjawab terhadap program dan keberhasilannya. Dari kondisi ini, pendekatan dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau subjek pembangunan. Pendekatan ini lebih bersifak memberdayakan masyarakat dimana pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Proses ini bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, menggunakan dan mengakses sumberdaya sebaik mungkin baik sumberdaya dari luar maupun sumber daya yang ada di wilayahnya sendiri. Apa itu perencanaan partisipatif ? Perencanaan adalah suatu proses atau kegiatan menyusun rencana kegiatan, dengan demikian rencana adalah suatu hal yang belum dilakukan dan diharapkan akan dilakukan. Perencanaan partisipatif adalah suatu proses untuk menghasilkan rencana yang dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan bidang yang direncanakan secara bersama – sama (partisipatif) dan terbuka yang dimulai dari penjajagan kebutuhan / permasalahan dan potensi sampai dengan penentuan dan perumusan tujuan kegiatan. Apa saja proses perencanaan partisipatif ? Proses perencanaan partisipatif dilakukan melalui beberapa tahap, diantaranya : • Pengumpulan informasi yang biasanya disebut sebagai analisis situasi, identifikasi kebutuhan dan permasalahan serta potensi. • Penentuan masalah dan kebutuhan yang dianggap prioritas untuk ditangani. • Perumusan tujuan – tujuan program yang ingin dicapai : jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. • Penyusunan rencana program, yang terdiri dari target yang ingin dicapai, kapan, dengan cara apa, siapa yang bertanggung jawab, sumber daya yang dibutuhkan. • Penyusunan rencana aksi / kegiatan jangka pendek yang merupakan rincian kegiatan, yang terdiri dari nama kegiatan, jadwal, anggaran, pendanaan, organisasi pelaksana. Dalam tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya merupakan bagian dari perencanaan partisipatif, dimana di dalam kegiatan tersebut diidentifikasi penyebab, masalah, potensi serta dilakukan analisa masalah melalui pembuatan pohon masalah. Di lanjutkan dengan penyusunan PJM Pronangkis yang merupakan rencana tindak lanjut dari pemecahan permasalahan kemiskinan yang terjadi.
328
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Dalam perencanaan partisipatif sangat penting bahwa masyarakat terlibat dalam proses baik secara langsung maupun secara tidak langsung diajak diskusi mulai awal. Karena kalau tidak terlibat dalam proses dan mereka masyarakat tinggal beres, hal ini dapat menyebabkan kurangnya rasa tanggungjawab terhadap kegiatan dan tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan harapan atau kebutuhan masyarakat. Dalam membuat suatu perencanaan program tentunya harus dirumuskan terlebih dahulu kondisi ideal yang diharapkan, hal ini disebut membangun “Visi”. Pengertian visi adalah gambaran masa depan yang ideal dan menjadi dasar dalam proses perencanaan, karena itu visi merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai atau direalisasikan pada akhir periode perencanaan. Visi sangat penting peranannya karena merupakan arah yang ingin dicapai. Sehingga harus dirumuskan langkah atau upaya – upaya yang akan dilakukan agar visi tercapai. Hal ini disebut “misi”.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
329
Perencanaan Program Oleh : Marnia Nes Pengertian Perencanaan Agar harapan atau tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil, tentuan suatu kegiatan harus selalu dimulai dari proses perencanaan. Contohnya apabila kita mau mengadakan resepsi untuk pernikahan anak kita, maka akan dimulai dengan menyusun : siapa yang akan kita undang, tempat resepsinya dimana, siapa yang akan jadi panitia, siapa perias pengantin berapa biaya yang diperlukan dan sebagainya. Bahkan untuk kegiatan yang kecil saja seperti mau membuat sayur lodeh , kita akan mempersiapkan terlebih dahulu bahan – bahan apa yang diperlukan, dimana kita dapat mendapatkan bahan – bahan tersebut, langkah – langkah apa yang harus dilakukan dan sebagainya,. Berkaitan dengan penanggulangan masalah kemiskinan, perencanaan adalah proses pengambilan keputusan untuk menentukan tujuan program / kegiatan apa saja yang harus dikembangkan dalam menanggulangi kemiskinan. Dalam keseluruhan proses perencanaan meliputi :
Langkah 1 : Menentukan Visi Visi adalah gambaran masa depan yang ideal yang menjadi dasar dalam suatu perencanaan, karena itu visi merupakan kondisi ideal yang ingin dicapai dan direalisasikan. Dalam membangun visi, ada dua kata kunci yaitu kondisi ideal dan dapat direalisasikan, kondisi ideal dimaksud bersifat jauh kedepan namun dengan berbagai pertimbangan dan perhitungan yang akurat, maka hal tersebut memungkinkan dapat di capai (realistis). Untuk lebih mudah dalam menentukan visi, secara sederhana ini merupakan gambaran dari mimpi atau cita – cita kita di masa yang akan datang. Kita bisa mencoba merumuskan mimpi kita masing – masing, yang kemudian menjadi gambaran dari visi pribadi kita. Tetapi apabila kita berbicara visi masyarakat kelurahan, maka impian itu harus dirumuskan bersama – sama oleh seluruh warga masyarakat. Apakah masyarakat di kelurahan/desa kita mempunyai harapan mengenai kondisi kelurahan/desa kita di masa yang akan datang. Membangun visi (pandangan ke depan) merupakan bagian yang penting dari menciptakan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, sehingga tujuan pembangunan bisa tercapai. Visi dalam penanggulangan kemiskinan, tentunya menggambarkan harapan masyarakat kelurahan akan kondisi ideal terhadap penanggulangan kemiskinan atau terciptanya kesejahteraan masyarakat. Mau seperti apa kondisi masyarakat kelurahan/desa kita di masa yang akan datang? , apakah kondisi dimana kemiskinan benar – benar terhapuskan?, apakah masyarakat terlepas dari belenggu kemiskinan? Apakah turunnya angka kemiskinan ? dan sebagainya. Contohnya : masyarakat desa segar bugar 2015 terbebas dari kemiskinan.
330
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Langkah 2 : Menentukan Misi. Visi di atas yang akan menuntun kita dalam melangkah agar suatu saat impian kita dapat tercapai. Contohnya : Paimin mempunyai cita – cita anaknya bisa menjadi sarjana. Maka salah satu hal yang akan dilakukan dalam hidupnya adalah melakukan upaya - upaya agar anaknya bisa menjadi sarjana, misalnya : meningkatkan penghasilan, menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan, mengusahakan agar anaknya mendapat beasiswa dan sebagainya. Upaya - upaya yang dilakukan agar visinya tercapai disebut dengan misi. Untuk penanggulangan kemiskinan tentu saja misi yang dikembangkan juga disesuaikan dengan visi yang ingin dicapai. Di bawah ini contoh visi dan misi di kelurahan X Visi : Misi :
•
masyarakat desa segar bugar 2015 terbebas dari kemiskinan.
•
Menggalang kepedulian dan kerjasama berbagai unsur masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan Meningkatkan pelayanan bidang kesehatan untuk masyarakat miskin Meningkatkan kualitas pendidikan untuk masyarakat miskin Meningkatkan kualitas bidang lingkungan untuk masyarakat miskin. Meningkatkan pendapatan bagi masyarakat miskin. Dll.
• • • • •
Langkah 3 : Menentukan Tujuan Langkah selanjutnya dalam membuat visi menjadi nyata adalah menentukan tujuan yang jelas. Tujuan ini ditentukan apa yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu, misalnya 5 tahun atau 3 tahun yang diperkirakan dalam waktu yang ditentukan tersebut tujuan dapat tercapai. Dalam kasus Paimin tadi misalnya tujuan yang ingin dicapai adalah : • Pada tahun 2008, kedua anaknya sudah bisa bersekolah sampai SMP dan SMA. • Pada tahun 2008, tabungannya harus sudah mencapai Rp 2.500.000 • Sampai pada tahun 2008, harus ada tambahan penghasilan sebesar Rp 250.000 setiap bulan Dalam hal ini tujuan dari program penanggulangan kemiskinan mempunyai tujuan untuk memecahkan masalah kemiskinan yang ditemukan dalam kegiatan pemetaan swadaya. Secara umum tujuan program adalah untuk menuju situasi ideal yang diharapkan oleh masyarakat seperti contoh di bawah ini : Pada tahun 2009, kesehatan ibu dan anak meningkat 60 % Pada tahun 2009, 70 % anak miskin dapat mengikuti pendidikan 9 tahun. Pada Tahun 2009, pendapatan warga miskin meningkat sebesar Rp. 100.000 per bulannya.
Langkah 4 : Mengidentifikasi Sumber Daya Setelah menentukan tujuan, kita harus memperhatikan faktor sumberdaya yang tersedia dan yang diperlukan guna mencapai tujuan yang sudah kita tentukan. Sumberdaya tersebut bisa berbentuk : • sumberdaya manusia misalnya, keterampilan, pengetahuan, jumlah , komitmen, kepedulian dan sebagainya. • Sumberdaya alam seperti lahan, sumber air, batu, pasir,bambu, dan sebagainya • Sumber dana
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
331
Dalam kasus Paimin sumberdaya yang bisa diidentifikasi contohnya : • Sumberdaya manusia : istrinya nempunyai keterampilan membuat kue • Sumberdaya alam : rumahnya mempunyai pekarangan yang cukup untuk menanam sayuran untuk kebutuhan sendiri. • Sumber dana : ada koperasi yang bisa memberikan kredit Untuk penanggulangan kemiskinan di kelurahan/desa kita , contoh sumberdaya adalah sebagai berikut : • Sumberdaya manusia misalnya ada petugas kesehatan, terdapat sejumlah 15 orang warga yang mempunyai keterampilan tukang, ada sejumlah 35 orang relawan yang aktif, ada beberapa orang yang mempunyai pengetahuan mengenai cara – cara beternak ayam dan sebagainya. • Sumberdaya alam, misalnya lahan untuk pembangunan jalan, mata air, dan sebagainya • Sumber dana seperti dana BLM, dana swadaya masyarakat, dana dari Dinas terkait dan sebagainya. Dalam penanggulangan kemiskinan komitmen, kepedulian dan kerelawanan menjadi bagian yang paling penting. Sejarah membuktikan bahwa kemajuan dalam pembangunan masyarakat dapat tercapai melalui mereka yang bekerja secara sukarela bukan mereka yang bekerja karena dibayar. Sekelompok orang yang mempunyai komitmen dapat membuat perubahan di dalam masyarakat. Masyarakat yang mempunyai komitmen untuk bekerja bersama dalam menanggulangi kemiskinan merupakan kekuatan yang besar untuk mencapai tujuan.
Langkah 5 : Menyusun Program Program adalah instrumen yang dilakukan agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik, di dalam program terdiri dapat terdiri dari beberapa kegiatan. Banyak proyek, walaupun mempunyai tujuan yang bagus tetapi memiliki rencana program yang kurang baik menjadi tidak berhasil dicapai. Dalam penyusunan program harus dikaitkan dengan faktor penyebab terjadinya suatu permasalahan serta bagaimana dampaknya. Sehingga permasalahan yang terjadi dapat diminimalisir melalui program tersebut. Cotoh Program Kegiatan
: : Peningkatan kesehatan balita warga miskin : a. Penyuluhan pentingnya gizi bagi balita b. peningkatan kualitas pelayanan pos yandu c. pemberian makan tambahan bergizi bagi balita gakin d. pembangunan polindes e. pelaksanaan imunisasi bagi balita f. pelayanan pengobatan secara rutin.
Langkah 6 : Menyusun Anggaran Anggaran menunjukkan seberapa besar sumberdana yang dimiliki yang akan dialokasikan agar program yang sudah dikembangkan dapat terlaksana. Menentukan anggaran didasarkan kepada kebutuhan yang harus dipenuhi untuk melaksanakan program. Penyusunan anggaran biasanya diberikan kepada pihak yang mempunyai kapasitas untuk itu. Dalam hal anggaran untuk penangulangan kemiskinan di BKM, penyusunan anggaran dilakukan oleh Tim Perencanaan Partisipatif yang hasilnya akan dikonsultasikan kepada masyrarakat.
332
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Langkah 7 : Menentukan Organisasi Pelaksana Langkah ini mencakup penjelasan yang lebih rinci mengenai siapa saja yang akan terlibat dan mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan – kegiatan yang dikembangkan di dalam program, kapan akan dilakukan dan dimana tempatnya.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
333
Mengembangkan dan Mengkomunikasikan Sebuah Visi Pada pidato pelantikannya tahun 1961, John F. Kennedy berkata, “Biarkan kedua kubu mencari untuk meminta keajaiban ilmu pengetahuan daripada teror yang ditimbulkan ilmu pengetahuan. Bersama-sama kita dapat menjelajahi angkasa, menaklukkan padang pasir, membuka rahasia kedalaman laut, dan mendukung kesenian dan perdagangan.” Tiap pemimpin mempunyai sebuah visi. Bagi Nelson Mandela, visinya adalah Afrika Selatan tanpa apartheid. Bagi Lech Walesa, visinya adalah Polandia dijalankan oleh para pekerja dan orang-orang sipil. Bagi Susan B. Anthony, visinya adalah wanita Amerika memiliki hak untuk memilih. Meskipun contoh tadi dari pemimpin-pemimpin terkenal, mereka tidak jauh berbeda dengan pemimpin masyarakat yang memiliki visi bagi masyarakat sekitar. Jika anda seorang pemimpin masyarakat, anda mungkin sudah memiliki visi. Mungkin anda menginginkan tetua masyarakat dapat hidup layak dan mandiri. Atau mungkin anda ingin sekolah di distrik anda memberikan anak-anak dari berbagai latar belakang sebuah kesempatan yang sama dalam peningkatan akademis. Atau mungkin anda menginginkan sebuah masyarakat yang memiliki keahlian dan komitmen untuk membicarakan masalah yang sulit dan memecahkannya secara bekerjasama. Apapun visi anda bagi masyarakat, visi itu pasti penting. Mengapa? Karena tidak ada hal yang terjadi hingga hal itu berada dalam pikiran seseorang. Pada bagian ini, anda akan mempelajari bagaimana membawa impian anda dan membuatnya menjadi sebuah visi. Anda juga akan mempelajari bagaimana menggunakan visi anda untuk mendampingi – memobilisasi dan memberikan inspirasi bagi orang lain agar ia ingin bergabung dengan anda untuk membuat visi anda menjadi nyata. Tapi pertama-tama kita akan melihat lebih dekat lagi beberapa langkah yang berbeda dalam mengembangkan dan mengkomunikasikan sebuah visi. Ada tiga langkah dalam proses visi: 1. Mengembangkan visi anda 2. Mengkomunikasikan visi anda pada orang lain 3. Mengembangkan visi kelompok, bersama-sama dengan kelompok Bagian ini akan difokuskan pada dua langkah pertama, bagaimana, sebagai pemimpin, anda mengembangkan visi anda dan mengkomunikasikan hal itu pada orang lain. Juga memfokuskan pada bagaimana menggunakan visi anda untuk menggerakkan orang lain menuju tujuan yang telah ditentukan. Apakah visi itu? Sebuah visi adalah sebuah gambaran anda tentang bagaimana hal-hal itu seharusnya terjadi. Visi merupakan gambaran image anda mengenai apa yang anda tuju. Contohnya: anda bisa memiliki gambaran semua cara yang berbeda tentang keinginan anda memiliki lingkungan yang lebih baik. Anda mungkin menginginkan memiliki lingkungan yang bersih. Anda mungkin ingin orang saling menjaga satu sama lain sehingga kejahatan berkurang. Anda mungkin menginginkan lingkungan dimana orang mengenal baik satu sama lain sehingga bisa memecahkan masalah bersama-sama.
334
Modul | Pelatihan Dasar - Fasiitator
Setiap hari, sejalan dengan kehidupan anda, anda mungkin menemukan diri anda memikirkan caranya agar keadaan bisa lebih baik lagi. Jika anda mengumpulkan seluruh potongan-potongan tentang bagaimana keadaan seharusnya terjadi, anda memiliki visi secara menyeluruh. Sekali anda mengumpulkan potongan-potongan itu, visi keseluruhan anda mungkin: sebuah lingkungan yang akrab, aman, dan bersih; dimana setiap orang saling mengenal, seperti saling mendukung, dan mengatasi perbedaan bersama-sama. Visi keseluruhan anda seperti sebuah papan iklan besar: merupakan gambaran tentang lingkungan atau masyarakat ideal anda yang mendapatkan ide anda secara kuat, akurat, dan cepat. Mengapa anda perlu mengkomunikasikan visi anda kepada orang lain? Karena tidak ada seorangpun yang bisa memutuskan untuk mengikuti anda hingga ia mengetahui arah mana yang anda ambil. Jika visi anda merupakan sesuatu yang menyentuh perasaan banyak orang dan jika anda bisa mengkomunikasikannya dengan baik, orang akan bergabung untuk mencapai tujuan anda. Seperti yang dinyatakan Syracuse Cultural Workers: “Tidak penting apa usaha yang kita lakukan untuk memberitahu, merupakan kemampuan kita untuk memberikan inspirasi yang akan merubah keadaan.” Membagi visi merupakan tugas inti seorang pemimpin – sebuah visi memberi orang lain gambaran yang lebih besar tentang seperti apa keadaannya. Hal itu membantu orang meningkatkan harapan dan keinginan mereka; dan hal itu memberikan inspirasi. Ketika orang terinspirasi oleh sesuatu, mereka lebih ingin mengerjakan hal itu. Kapan anda butuh mengkomunikasikan visi anda? Setiap waktu. Kapanpun anda berbicara dengan orang lain mengenai kelompok atau organisasi anda, katakan pada orang itu apa yang anda tuju. Makin sering anda melakukan hal itu, makin banyak orang yang ingin memberikan dukungan bagi anda. Meskipun anda belum membentuk kelompok atau organisasi, penting bagi anda untuk membicarakan visi anda. Setelah anda mengkomunikasikan hal itu pada orang lain, anda membuat komunitas orang yang mengetahui ide anda dan siapa saja yang akan membantu anda. Bagaimana anda menciptakan sebuah visi? Pertama, Sering bermimpi Bermimpi merupakan langkah awal. Beranikan diri memimpikan apa yang ingin anda lakukan dan apa yang mungkin dicapai. Jangan takut sering bermimpi. Anda selalu dapat mengurangi proporsi untuk menyesuaikan dengan situasi yang nyata, tapi sering bermimpi akan membuat anda berfikir tentang ide-ide yang sepertinya tidak mungkin, tapi kenyataannya mungkin terjadi. Bermimpi juga mendorong anda untuk berfikir jangka panjang, hal yang berguna untuk dilakukan. Anda tidak rugi apapun, tidak mengeluarkan biaya sedikitpun untuk bermimpi. Dapatkah anda mengingat kembali waktu ketika anda mendapatkan ide gila di kepala anda dan jantung anda berdetak lebih cepat dan anda berfikir apa yang terjadi jika anda dapat membuat ide ini jadi nyata? Mungkin anda berfikir sebentar, “Itu hal yang mustahil, bagaimana bisa saya memikirkan hal bodoh seperti itu!”. Bagaimanapun, ide-ide yang kelihatannya bodoh mungkin merupakan ide yang potensial. Sering ide itu merupakan ide yang sama sekali baru. Belajarlah untuk menghargai dan mempercayai naluri anda. Mari kita lihat bagaimana cara bermimpi. Kita mulai dengan contoh bayangan tentang bagaimana hal-hal yang sudah ada dalam masyarakat anda:
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
335
Bayangkan bahwa anda pada saat ini tinggal di lingkungan dimana orang-orangnya takut akan perbedaan yang ada pada mereka. Anak-anak selalu rewel. Orang yang pulang dari bekerja selalu langsung masuk ke rumah mereka tanpa memberi salam pada tetangganya. Beberapa orang berusaha sembuh dari alkohol, tanpa seorangpun yang mengetahui atau menolong mereka. Di beberapa rumah terjadi kekerasan keluarga. Ini adalah satu contoh mimpi tentang bagaimana keadaan bisa berbeda: Bayangkan bahwa anda pada saat ini tinggal di lingkungan dimana orang dari kebudayaan yang berbeda mengenal satu sama lain dan saling menyukai. Dalam lingkungan ini, orang saling mengunjungi. Mereka saling mengundang makan malam dan mengenal anak-anaknya. Orang cukup sering berkomunikasi hingga mereka mengetahui kapan tetangganya berada dalam kesulitan atau membutuhkan bantuan. Ketika seseorang ditimpa musibah, yang lain memberikan bantuan meski tanpa diminta. Jika anda mempunyai mimpi, jangan lepaskan. kenyataan.
Buat menjadi sebuah visi dan rubah jadi
Lili Fini Zanuck, seorang produser dan sutradara film, berkata:”Tidak ada yang terjadi tanpa adanya mimpi. Dengan bermimpi, pikiran akan berkelana menuju sesuatu yang lebih besar daripada yang dapat dibayangkan oleh pikiran yang sadar. Makin anda bisa memvisualisasikan mimpi anda, anda makin mengerti hal itu. Itulah cara bagaimana memulainya. Secepatnya anda berada dalam perjalanan merealisasikan impian anda. Kedua, mengembangkan visi pribadi anda Tiap orang memiliki visi. Setiap orang memiliki gambaran di benak mereka tentang apa yang mereka inginkan untuk masa depan mereka. Mungkin anda menginginkan pekerjaan yang lebih baik, atau menjadi lebih berpengaruh dalam lingkungan anda. Latihan: Apa yang anda impikan bagi diri anda sendiri dalam lima tahun yang akan datang? • Bagaimana anda ingin tumbuh? • Apa yang anda impikan bagi pekerjaan anda? • Apa yang anda impikan bagi kehidupan keluarga dan persahabatan anda? • Apa yang anda impikan tentang dimana anda akan tinggal? • Apa yang anda impikan tentang kesenangan dan rekreasi? • Apa yang anda impikan untuk anda sendiri sebagai seorang pemimpin? Visi untuk kehidupan anda sendiri merupakan gambaran yang sederhana tentang dimana anda ingin berada pada masa depan. Dan visi untuk masyarakat, kelompok, atau organisasi anda merupakan gambaran yang sederhana dimana anda menginginkan kelompok itu berada pada masa mendatang. Ketiga, mengembangkan visi bagi masyarakat, kelompok, atau organisasi anda Anda telah melakukan latihan untuk menciptakan visi bagi diri anda sendiri, cobalah untuk menciptakan dan menyampaikan visi tersebut di masyarakat, kelompok, atau organisasi anda. Ingatlah, bagaimana cara anda melihat sesuatu merupakan langkah awal yang penting dalam mengembangkan visi anda. Jangan mencoba untuk berfikir seperti orang lain. Percayai visi anda
336
Modul | Pelatihan Dasar - Fasiitator
tentang keadaan yang sebenarnya ada. Meskipun anda mungkin menciptakan visi bagi masyarakat anda, visi tersebut merupakan pandangan pribadi anda. Semakin visi tersebut merefleksikan apa yang sebenarnya anda pikirkan dan anda pedulikan, makin kuatlah visi tersebut. Orang lebih suka merespon pesan anda jika mereka melihat anda peduli akan masalah tersebut, daripada melihat anda sebagai figur politik yang mebicarakan masalah yang abstrak. Latihan: Bayangkan masyarakat anda dengan cara yang anda inginkan. Tulis ide-ide anda. Jangan khawatir dengan pendapat mereka. Hal ini merupakan cara pintas seperti bagian dari menciptakan gagasan – menuangkan segala yang ada dalam pikiran anda di atas kertas tanpa mengadili. Setelah itu anda dapat mengklarifikasi dan memfokuskannya. Gunakan beberapa pertanyaan dibawah ini untuk membantu anda memikirkan atau menentukan pertanyaan anda sendiri: • Seperti apa masyarakat anda terlihat secara fisik? Seperti apa bangunan yang ada? Seperti apa lokasi-lokasi umum yang ada? Apakah aman berjalan di sekitar lingkungan itu pada malam atau siang hari? • Pekerjaan apa yang orang-orang lakukan? Siapa yang mempunyai pekerjaan tersebut? Apakah mereka menyukai pekerjaannya? Mengapa? • Bagaimana orang-orang bergaul satu dengan yang lain? Apakah mereka yang berasal dari kelompok yang berbeda berkomunikasi dan bergaul? Apakah orang tua dan remaja saling berhubungan satu dengan yang lain? • Bagaimana keputusan dibuat? Apakah keputusan itu adil bagi kelompok yang berbeda? Apakah setiap kelompok mempunyai kesempatan yang sama? Apakah banyak orang yang terlibat untuk saling membagi ide dan memecahkan masalah? • Seperti apa keluarga itu? Apakah orang dalam satu keluarga saling memiliki? Apakah ada tempat dimana wanita dan pria dapat memperoleh bantuan ketika membutuhkannya? Apakah anak-anak diasuh dengan baik? Apakah tetangga saling menolong? Apakah orang yang belum menikah mendapat tempat dalam masyarakat? • Dimana orang dapat bermain? Apakah orang dalam masyarakat pergi keacara-acara rekreasi bersama-sama? Kemungkinan apa yang ada bagi remaja, orang lanjut usia, dan orang diantara usia itu?
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
337
Memindahkan Gunung Ada sebuah desa di atas bukit dilanda musim kering enam tahun beturut-turut. Suasana desa terasa sedih, putus asa, dan merana. Di tepi desa, tinggal seorang lelaki setengah baya yang punya tiga anak pria dewasa. Namun semuanya pemalas, tak pernah mau mencari pekerjaan. Alasannya, di mana-mana susah, karena musim kering itu. Semua nasihat sang ayah hilang begitu saja. Mereka lebih suka melamun dan tidur. Di belakang bukit yang mengelilingi desa itu, ada sebuah desa sangat subur. Di tengahnya mengalir sungai yang tak pernah kering. Andai kata ada yang mampu memindahkan gunung, dan mengubah aliran sungai, desa itu bakal memiliki air cukup, dan tak akan lagi kekeringan. Namun di desa itu tak ada seorang pun yang berani berpikir untuk memindahkan sang gunung. Sesuatu yang tak mungkin. Uniknya, lelaki setengah baya yang tinggal di tepi desa tadi akhirnya terpanggil untuk menyelesaikan tantangan yang tidak mungkin itu. Suatu hari, setelah fajar, sang lelaki membulatkan tekadnya. Ia mengambil pacul dan mulai berjalan ke gunung. Ia bekerja dari subuh hingga matahari tenggelam, tak kenal lelah. Mencangkul dan mencangkul. Setelah seminggu ia bekerja, akhirnya anak-anaknya pun mulai memperhatikan ulah sang ayah. Ketika diceritakan bahwa sang ayah ingin memindahkan gunung, ketiga anaknya terbahak-bahak. Mereka menganggap ayahnya gila, dan mau melakukan hal yang tak mungkin. Sang ayah terdiam saja. Ia terus melanjutkan pekerjaannya dari hari ke hari. Sebulan kemudian, cerita ini menyebar ke seluruh desa. Sang lelaki itu kini malah dijuluki gila oleh semua warga desa. Ketiga anak lelaki itu lama-lama malu dengan olokan warga desa. Hingga suatu hari mereka memutuskan membantu ayahnya. Sejak itu, keempat lelaki itu selalu berangkat subuh, dan mencangkul gunung hingga matahari tenggelam. Setelah beberapa bulan mereka bekerja, warga desa mulai melihat sebuah lubang besar di gunung. Tak lama kemudian, seluruh desa ikut bergabung. Setahun lebih, gunung itu bolong. Air mengalir lewat terowongan. Desa itu tak pernah lagi kering.
338
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 26 Topik: Pencairan dan Pemanfaatan BLM
• •
Peserta memahami substansi BLM Peserta memahami mekanisme pencairan dan pemanfaatan BLM
Kegiatan 1: Ceramah dan tanya jawab substansi BLM Kegiatan 2: Ceramah dan tanya jawab mekanisme pencairan dan pemanfaatan BLM
3 JPL (125 menit)
Bahan Bacaan: Petunjuk Teknis Pendampingan, Pencairan dan Pemanfaatan Dana BLM
• Kertas Plano, kuda-kuda untuk Flip-chart, LCD ; • Metaplan, spidol, selotip kertas dan jepitan besar • Papan Tulis dengan perlengkapannya
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
339
Ceramah dan Tanya Jawab Substansi BLM 1) Sebagai pembukaan, sampaikan kepada peserta tujuan dari sesi ini, yaitu agar peserta: Dapat menjelaskan dengan kata – kata sendiri tentang substansi BLM 2) Jelaskan bahwa kita akan memasuki kegiatan 1, yaitu membahas substansi BLM 3) Pemandu mulai materi dengan menjelaskan tentang Substansi BLM: a) Memahami tentang Dana BLM b) Tujuan pemanfaatan Dana BLM 4) Lakukan dialog dengan peserta terkait dengan: a) Pemahaman peserta tentang BLM selama ini ? b) Pemahaman masyarakat tentang BLM selama ini ? 5) Tuliskan point-point penting jawaban peserta, dan di akhir proses dialog, simpulkan pendapat peserta. 6) Simpulkan bersama, berilah penguatan dengan menggunakan media bantu yang sudah disediakan.
340
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
1. BLM merupakan dana stimulan untuk mendorong masyarakat membangun modal sosial melalui pembelajaran kritis di tiga bidang (lingkungan, sosial dan ekonomi) yang dikenal sebagai Tridaya agar mandiri dalam menanggulangi persoalan kemiskinan dan mampu memberikan kontribusi pada peningkatkan IPM serta pencapaian MDGs di wilayahnya. 2. BLM sesungguhnya merupakan media pembelajaran masyarakat untuk terus membangun kapital sosial dan menumbuhkan nilai-nilai universal kemanusiaan maupun prinsip-prinsip kemasyarakatan sehingga pada gilirannya akan mampu menyelesaikan persoalan sosial, ekonomi dan lingkungan/permukiman mereka. 3. Komponen Dana BLM diadakan juga dengan tujuan membuka akses bagi masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat langsung digunakan oleh masyarakat miskin untuk upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. 4. Dana BLM adalah dana publik yang diberikan sebagai bantuan sosial dari pemerintah kepada masyarakat yang bermakna bahwa penggunaan dana BLM oleh masyarakat hanya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penanggulangan kemiskinan, dan bukan hadiah atau dana tak bertuan yang dapat digunakan sekehendak hati. Sebagai dana yang berasal dari pinjaman hutang luar negeri dan harus dibayar kembali oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali, maka dana BLM merupakan "Dana Publik" yang diberikan sebagai waqaf (titipan) dari pemerintah kepada masyarakat kelurahan/desa. Pada satu sisi hal ini berarti bahwa seluruh pihak berhak memperoleh informasi tentang status keberadaan dan pemanfaatan dana tersebut, dan pada sisi lain masyarakat yang dipercaya mengelola dana tersebut juga harus menjunjung tinggi transparansi dan akuntabilitas, terutama kepada pemerintah, termasuk pemerintah kota/kabupaten. Dana BLM harus dimanfaatkan bagi kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin setempat. Dengan demikian tujuan dari pemanfaatan dana BLM adalah : 1. Paling utama membuka akses masyarakat miskin ke sumber dana yang dapat dipergunakan untuk menanggulangi persoalan kemiskinan di wilayahnya 2. Menumbuhkembangkan proses pembelajaran bagi masyarakat khususnya masyarkat miskin melalui kegiatan-kegiatan di bidang sarana dan parasarana dasar lingkungan, bidang sosial, dan bidang ekonomi; 3. Tumbuhnya rasa kebersamaan (munculnya kepedulian dan solidaritas sosial) di masyarakat kelurahan/desa tersebut; 4. Tumbuhnya rasa kepemilikan yang besar terhadap program melalui kegiatankegiatan yang dilaksanakannya serta membangkitkan potensi swadaya masyarakat baik berupa materi, tenaga maupun pikiran.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
341
Memahami Perencanaan Program 1) Jelaskan kepada peserta bahwa saat ini kita akan membahas kegiatan ke 2: membahas tentang mekanisme pencairan dan pemanfaatan BLM tahun 2014. 2) Pemandu memulai materi dengan memberikan penjelasan tentang mekanisme pencairan dan Pemanfaatan BLM: a. Persyaratan Pencairan dan Penyaluran Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan b. Mekanisme Pencairan Dana BLM c. Biaya Operasional BKM/LKM d. Alur Pencairan Dana BLM e. Format pencairan dan pemanfaatan dana BLM 3) Pemandu memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya 4) Pencerahan dan tutup
342
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Modul 27 Topik: Manajemen PPM
Peserta mampu 1. Merefleksikan pengelolaan PPM Perkotaan selama ini 2. Menemukan titik kritis pengelolaan PPM Perkotaan serta solusinya 3. Mengidentifikasi peran & tugas multipihak dalam PPM 4. Menguraikan mekanisme optimalisasi PPM Perkotaan
Kegiatan 1. Diskusi 4 Putaran, Manajemen Pengelolaan PPM
3 JPL (135’ )
Proses hukum Pidana-perdata, kasus pidana-perdata, Review manajemen PPM
1. 2. 3. 4. 5.
Kertas Plano kuda-kuda untuk flip-chart. Kartu Metaplan, Spidol, LCD
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
343
Diskusi 4 Putaran, Manajemen Pengelolaan PPM 1. Jelaskan kepada peserta tujuan modul ini sesuai pernyataan di atas, gunakan plano dengan tulisan tujuan modul agar mempermudah peserta untuk mengikuti alur pembahasan dalam session ini 2. Jelaskan pula maksud dari pembahasan tentang PPM serta cara melakukan diskusinya. 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen PPM, beberapa hal penting mengenai manajemen PPM dan persilakan juga peserta untuk berbagi pandangannya tentang hal-hal penting yang jadi perhatian PPM. Pastikan pokok-pokok berikut tersampaikan; • • • • •
Ada yang mengelola pengaduan dari masyarakat pada setiap tingkatan (baik di tingkat Pusat maupun tingkat Daerah). Ada mekanisme penanganan pengaduan Ada Tahapan Penanganan Pengaduan Ada Pelaku yang membantu memfasilitasi pengaduan Ada ketentuan suatu masalah dianggap selesai
4. Masih dengan kelompok diskusi yang sama dengan session sebelumnya, mintalah peserta untuk kembali ke kelompoknya untuk melakukan diskusi lanjutan tentang mekanisme pengelolaan PPM. 5. Bagikan masing-masing kelompok 1 set kartu metaplan bertuliskan:: Metaplan 1 : Pembentukan Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM) Metaplan 2 : Penyampaian dan Penerimaan Pengaduan serta Keluhan Metaplan 3 : Penyelesaian Pengaduan Metaplan 4 : Penyelesaian Secara Hukum 6. Kemudian, minta agar kelompok menyusun metaplan tersebut, sesuai tahapan kerja PPM menurut pendapat masing-masing kelompok. Hal ini merupakan tugas diskusi putaran pertama 7. Diskusi putaran kedua, adalah meminta peserta untuk merumuskan siapa ( pihak mana) dan perannya masing-masing sesuai tahapan yang didapat pada putaran pertama. Pernyataan rumusan tentang pihak dan perannya ditulis pada metaplan, satu pernyataan satu metaplan, yang kemudian dilekatkan disamping metaplan tahapan hasil diskusi putaran 1. 8. Diskusi putaran ketiga, mintalah agar tiap kelompok untuk merumuskan titik kritis dari masing-masing tahapan yang ada masih menggunakan metaplan! Lekatkan pula metaplan hasil rumusannya disisi hasil diskusi putaran ke dua. 9. Diskusi putaran keempat adalah, meminta kelompok mendiskusikan bagaimana cara/halhal yang perlu dilakukan guna mengoptimalkan titik-titik kritis pengelolaan PPM Perkotaan. Tempelkan pula hasilnya di sisi hasil diskusi putaran ketiga.
344
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Berbagi Hasil Diskusi Kelompok Melalui Presentasi Berjalan a) Kemudian mintalah setiap kelompok untuk menempelkan hasil rumusan kelompoknya menjadi display kelompok. Penyajian hasil rumusan kelompok, disajikan secara interaktif oleh wakil kelompok melalui diskusi berjalan. Yakni diskusi beberapa putaran yang mempersilakan setiap kelompok berkunjung untuk melihat hasil dan mencermati rumusan kelompok lainnya. b) Sampaikan bahwa setiap melakukan kunjungan kelompok, kelompok yang menjadi pengunjung akan mendapatkan tugas untuk menetapkan apa/ rumusan apa yang dianggap baik – dan kurang untuk diperbaiki pada item-item hasil rumusan kelompok yang dikunjunginya. Pastikan denah berikut dapat diikuti sebagai pola presentasi berjalan.
1
2
3
4
10. Pastikan Anda juga turut berkelilingi di seputar display peserta, guna mengangkat tema/ issu-issu penting yang muncul saat presentasi berjalan.
Pleno Hasil Presentasi Berjalan 1. Mintalah setiap kelompok penyaji untuk mengungkapkan tanggapan-tanggapan yang muncul selama melakukan presentasi berjalan. 2. Diskusikan beberapa hal penting yang muncul dalam pembahasan ini, pastikan pokokpokok penting yang tercantum dalam bahan serahan manajemen PPM dapat tersampaikan. 3. Lakukan pembulatan hasil diskusi, presentasi berjalan dan pleno sesuai hal-hal penting menyangkut tahapan PPM, pihak-pihak yang memprakarsasi pada tiap tahapan, pihak yang berperan, dan pertegas peran peserta dalam tahapan-tahapan tersebut. 4. Simpulkan bahwa pengelolaan PPM hanya akan maksimal saat keterlibatan semua pelaku sesuai tahapan kerja PPM dapat dilakukan, titik kritis bukanlah sesuai kendala yang tidak dapat diselesaikan asal kembali pada komitmen untuk jadikan PPM sebagai barometer partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap PNPM Mandiri Perkotaan. 5. Tutup sesi ini dan tekankan sekali lagi kepada peserta tentang pentingnya Manajemen PPM sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat. 6. Ucapkan salam dan terimakasih atas partisipasi peserta. Ajak peserta untuk merayakan keberhasilan session ini dengan mengajak bertepuk tangan sebagai penutup sessi.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
345
Review Manajemen PPM 1. Review Pengelolaan PPM a) Pembentukan Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM) KMP wajib membangun dan memfasilitasi jaringan Pengelolaan pengaduan masyarakat (PPM) di semua wilayah kerja; pusat, daerah dan masyarakat/komunitas, yang masingmasing bekerja secara independen dalam suatu jejaring pengaduan masyarakat. Untuk itu, KMP wajib bekerjasama dengan semua pihak peduli termasuk para pemangku kepentingan (stakeholders), baik pemerintah maupun non-pemerintah, dalam rangka membangun simpul-simpul jaringan pengaduan masyarakat di tiap wilayah kerja PNPM Mandiri Perkotaan (pusat, daerah dan masyarakat). Simpul-simpul jaringan tersebut diharapkan akan membentuk PPM-PPM dan akan tetap berfungsi secara berkelanjutan, sebagai bagian dari partisipasi masyarakat dalam mengawal pembangunan. b) Penyampaian dan Penerimaan Pengaduan serta Keluhan Pengaduan dan keluhan dapat berasal dari perorangan atau kelompok masyarakat. Untuk memudahkan penyampaian pengaduan, maka pengaduan dapat disampaikan ke unit pengaduan masyarakat (UPM) terdekat. Penyampaian dapat dilakukan dengan berbagai cara: lisan, surat/kotak pos, fax, telepon bebas pulsa, sms, email dan sebagainya. Walaupun pada tiap tingkatan pelaku program dikembangkan unit pengaduan, akan tetapi yang paling strategis adalah memusatkan pengelolaan pengaduan di tingkat masyarakat atau LKM, hal ini untuk menjamin kesinambungan program setelah Program selesai. Pencatatan pengaduan dan keluhan pada tiap UPM (Unit Pengaduan Masyarakat) harus dilakukan pada saat penerimaan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelaporan dan penanganan penyelesaian pengaduan. Untuk memudahkan penanganan perlu dikembangkan klasifikasi masalah yang bersifat standar dan terkait dengan Sistem Informasi Manajemen (SIM). Sebagai contoh jenis pengaduan dapat dikelompokkan dalam kategori: penyimpangan dana, intervensi negatif, perubahan kebijakan, kode etik, force majeur, dan lainnya. c) Penyelesaian Pengaduan Pada dasarnya adanya pengaduan dari masyarakat menandakan ketidakpuasan dan sengketa antara masyarakat dengan pelaku Program, baik itu sengketa horisontal maupun vertikal. Artinya penyelesaian pengaduan juga mengacu pada proses penyelesaian sengketa. Sebetulnya yang paling baik adalah penyelesaian sengketa dengan cara musyawarah dan mufakat. Namun kenyataannya upaya penyelesaian sengketa dengan cara ini tidak selalu terjadi dengan mudah, sehingga diperlukan campur tangan pihak ketiga. Untuk itu, berbagai cara lain yang juga dapat dipakai untuk penyelesaian pengaduan adalah melalui arbitrase dan hukum. d) Penyelesaian Secara Hukum Proses penyelesaian secara hukum untuk pengaduan tentang ketidakpuasan maupun sengketa antara masyarakat dengan pelaku Program, baik itu sengketa horisontal maupun vertikal, dapat dilakukan dalam hal:
346
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
• •
Sengketa tidak dapat didamaikan melalui mekanisme penanganan pengaduan yang disiapkan di PNPM Mandiri Perkotaan. Terdapat indikasi kuat bahwa persoalan atau peristiwa tersebut berkaitan dengan pelanggaran hukum (pidana maupun perdata).
Pada dasarnya penanganan pengaduan dilakukan melalui proses investigasi, konfirmasi, rekomendasi dan informasi. Hasil investigasi yang dilakukan oleh UPM harus dikonfirmasikan kepada pihak terkait yang tepat. Selanjutnya dari hasil konfirmasi, UPM membuat rekomendasi kepada pihak yang berwenang menangani masalahnya. Untuk PNPM Mandiri Perkotaan, maka LKM adalah lembaga yang paling banyak mendapatkan rekomendasi untuk menyelesaikan masalahnya. 2. Titik Kritis & Solusi Pengelolaan PPM Hal yang perlu mendapat perhatian agar pemahaman PPM mendapat tempat pada pelaku lapang dalam arti tahu, mengerti dan melaksanakan pengelolaan pengaaduan yang terjadi di masyarakat dengan benar dan manfaat dari penggunaan SIM PPM dalam mendatabasekan setiap permasalahan, maka ada berberapa hal yang menjadi titik kritis dalam pengelolaan pengaduan di masyarakat antara lain; a) Pada bentuk diseminasi yang harus dilakukan pada konsultan dan masyarakat berupa pelatihan atau coaching. b) Pengawasan pada Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang telah disusun. c) Evaluasi terhadap pelaksanaan PPM di tingkat masyarakat dan konsultan. Maka solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi titik kritis ini adalah; a) Perlu ada jadwal yang pasti dan waktu pelatihan/coaching PPM yang cukup untuk materi PPM yang perlu disampaikan kepada pelaku lapang. b) RTL segera di laksanakan agar pelaku lapang mendapatkan pemahaman PPM yang benar dan menjadi bahan untuk penanganan masalah di lapangan. c) Evaluasi terhadap PPM perlu dilakukan agar diketahui apakah efektifitas penanganan pengaduan/masalah yang sudah ada berjalan dengan baik. 3. Peran & Tugas Multipihak dalam PPM Peran dan Tugas Fasilitator dan Konsultan sebagai pelaku dalam penanganan masalah adalah memfasilitasi, membantu dan mendorong agar mempercepat penyelesaian masalah secara berjenjang, sebagai berikut: a. Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) 1) Fasilitator / Senior Fasilitator • Melakukan sosialisasi tentang perlunya wadah bagi pengaduan dan tata cara Pengelolaan Pengaduan kepada masyarakat, lembaga/institusi tingkat kelurahan/desa, perangkat Kelurahan/desa, PJOK dan khususnya kepada LKM. Dalam pelaksanaan sosialisasi ini, Faskel harus mampu membuka kesadaran kritis tentang perlunya dilakukan PPM. • Melakukan coaching tentang manfaat dan tata cara PPM kepada LKM, sekretariat LKM, relawan, aparat kelurahan dan pihak lain yang berminat. • Melakukan fasilitasi operasionalisasi PPM oleh LKM di tingkat kelurahan/desa. • Apabila diperlukan, melakukan fasilitasi penanganan PPM di kelurahan/desa wilayah dampingannya.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
347
• Membuat laporan ke Askorkot, berdasarkan Format PPM yang diperoleh dari sekretariat PPM LKM. • Melaporkan setiap permasalahan yang muncul dan tindak lanjut penanganannya kepada jenjang di atasnya dengan tembusan kepada PjOK dan Camat sesuai format Lampiran Rekomendasi Masalah Kecamatan 2) Assisten Korkot • Bersama Korkot, memberikan coaching sosialisasi dan operasionalisasi PPM LKM kepada Faskel. • Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan sosialisasi dan operasionalisasi PPM oleh Faskel di wilayah kerjanya. • Mengkoordinir laporan PPM LKM oleh Faskel • Bersama senior Faskel melakukan analisis terhadap pelaksanaan PPM, sebagai bahan laporan dan evaluasi pelaksanaan PPM oleh LKM di masing-masing di wilayahnya • Menganalisa seluruh Format PPM LKM dari Faskel ataupun PPM tingkat Kabupaten/kota sesuai dengan kebutuhan database PPM. • Melakukan entry data aplikasi PPM di tingkat Kabupaten/kota 3) Koordinator Kota • Penanggung jawab pelaksanaan sosialisasi pembentukan dan operasionalisasi PPM di tingkat kelurahan/desa dan Kabupaten/kota. • Penanggung jawab operasionalisasi aplikasi PPM untuk pendokumentasian dan pelaporan di wilayahnya. • Bersama-sama Pemda melaksanakan sosialisasi, operasionalisasi PPM tingkat Kabupaten/Kota.
pembentukan
dan
• Memfasilitasi terlaksananya agenda rapat rutin bulanan atau rapat khusus pembahasan pengaduan masyarakat oleh PPM Kabupaten/Kota. • Menjadikan pelaksanaan PPM baik di tingkat LKM maupun Pemda sebagi topik bahasan dalam kegiatan KBP • Membangun jaringan dan melaksanakan koordinasi penanganan pengaduan di tingkat Kabupaten/Kota dan diseluruh wilayahnya. • Membantu, mengarahkan dan memonitoring Fasilitator dalam memfasilitasi PPM di kelurahan sasaran • Membuat laporan PPM kepada jenjang diatasnya, atau pihak lain yang memerlukan. • Merumuskan strategi untuk peningkatan kinerja pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya berdasarkan masukan dari pengaduan masalah/kasus yang ditangani • Memberikan laporan secara periodik kepada jenjang yang lebih tinggi dengan tembusan kepada Tim Koordinasi PNPM Mandiri kabupaten/kota sesuai format Lampiran Rekomendasi Masalah Kabupaten/Kota
4) Spesialis PPM di Tingkat Provinsi (usulan) • Membantu Konsultan Manajemen Kabupaten/Koordinator Kota dan jajaran dibawahnya dalam membuat analisa sampai strategi tindakan penanganan, serta mambantu merencanakan tindakan penyelesaian masalah secara tepat, cepat, dan terukur.
348
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
• Proaktif dalam memberikan informasi permasalahan dan dukungan percepatan penyelesaian masalah di wilayah kerjanya. • Berkoordinasi dan memberikan informasi atau laporan secara berkala kepada Koordinator provinsi/Tim Leader KMW dan spesialis yang bertanggung jawab menangani pengaduan dan masalah di tingkat pusat dengan tembusan kepada Tim Koordinasi PNPM Mandiri di tingkat provinsi dengan format sesuai dengan Lampiran Rekomendasi Masalah Kabupaten/Kota. • Menjalin hubungan dengan lembaga kejaksaan, kepolisian, advokasi hukum, LSM yang kompeten pada kasus Korupsi dan lembaga-lembaga lain, baik propinsi maupun kabupaten. • Mengadakan pertemuan dengan instansi penegak hukum dan Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan tingkat provinsi untuk evaluasi kemajuan kasus-kasus yang telah diserahkan untuk diselesaikan melalui jalur hukum formal, minimal setahun sekali) • Mengagendakan pertemuan rutin bulanan dengan Konsultan Manajemen Kabupaten/Koordinator kota dan fasilitator/pendamping pada wilayah kerjanya, serta berkoordinasi secara aktif dengan Koordinator provinsi/Team Leader KMW dan konsultan provinsi lainnya dalam percepatan penyelesian masalah. • Melakukan investigasi secara langsung terhadap permasalahan yang bersifat mendesak untuk ditangani pada wilayah kerjanya. • Mendorong dan memfasilitasi Konsultan Manajemen Kabupaten/Koordinator kota dan fasilitator/pendamping melakukan koordinasi dengan lembaga hukum/lembaga yang kompeten, terutama permasalahan yang krusial atau penyimpangan dana program. • Membuat rekomendasi guna penyelesaian masalah pada wilayah kerjanya. • Bertanggung jawab penuh dalam memonitor dan memastikan tindak lanjut penanganan masalah dilakukan oleh fasilitator/konsultan sampai permasalahan selesai pada wilayah kerjanya. • Memfasilitasi upaya/proses hukum kasus penyimpangan dana PNPM Mandiri Perkotaan bersama dengan pihak-pihak terkait. • Memberikan masukan kepada Koodinator provinsi/Team Leader KMW terhadap penilaian kinerja konsultan.
5) TA. Monev KMW • Melakukan diseminasi dan melatih/coaching Korkot dan Askorkot mengenai penanganan pengaduan dan memastikan keefektifan pelatihan/coaching dilakukan dengan benar oleh Korkot/Askorkot kepada Tim Faskel • Melakukan monitoring dan supervisi kepada Korkot/Askorkot dalam menjalankan/menjabarkan panduan-panduan teknis dan SOP penanganan pengaduan kepada Tim Faskel. • Melakukan investigasi secara langsung terhadap permasalahan yang bersifat krusial dan beresiko tinggi terhadap keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan. • Melakukan analisis, evaluasi, penanganan pengaduan yang dilaksanakan oleh Korkot.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
349
• Membuat laporan bulanan berdasarkan kompilasi laporan pelaksanaan PPM dari korkot dan pengelolaan pengaduan yang diterima di tingkat KMW, dan membuat laporan khusus terhadap permasalahan yang krusial. • Melakukan monitoring, supervisi dan memastikan ketepatan, kecepatan dan keefektifan dalam penanganan pengaduan. • Memberikan rekomendasi kepada Team Leader KMW dan Korkot dari hasil analisis dan evaluasi pengelolaan PPM untuk peningkatan kinerja pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya. • Memastikan kegiatan penanganan pengaduan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait termasuk aparat Pemerintah Daerah dan Kelurahan. • Melakukan monitoring dan evaluasi operasionalisasi program aplikasi PPM oleh Korkot.
6) Tim Leader KMW • Memastikan seluruh Team Leader KMW dan Tenaga Ahli KMP antara lain PPM.
memahami MIS,
• Menganalisa dan mempelajari kemajuan dan performan kegiatan berdasarkan MIS, antara lain PPM.
wilayahnya
• Membangun jaringan dan melaksanakan koordinasi penanganan pengaduan di tingkat provinsi. 7) Program Direktur • Memastikan seluruh Team Leader KMW Provinsi di bawah naungan program direktur memahami MIS, antara lain PPM. • Membangun jaringan dan melaksanakan koordinasi penanganan pengaduan yang ada di beberapa KMW pada tingkat provinsi yang ada di bawah naungan program direktur terkait. b. Konsultan Manajemen Pusat (KMP)
1) TA. Monev KMP • Melakukan monitoring, supervisi dan memastikan ketepatan, kecepatan dan keefektifan dalam penanganan pengaduan. • Melakukan investigasi secara langsung terhadap permasalahan yang bersifat krusial dan beresiko tinggi terhadap keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan. • Memastikan kegiatan penanganan pengaduan dikomunikasikan kepada pihakpihak terkait termasuk aparat Pemerintah Daerah dan Kelurahan.
2) Tim Leader KMP • Memastikan seluruh Team Leader KMW dan Tenaga Ahli KMP memahami MIS, antara lain PPM. • Menganalisa dan mempelajari kemajuan dan performan kegiatan secara Nasional berdasarkan MIS, antara lain PPM.
350
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
3) TA PPM •
Menerima pengaduan di tingkat masyarakat, mengembangkan kepedulian masyarakat tentang haknya dan memperbaiki pendokumentasian pengaduan dan juga menyediakan media sosialisasi yang dikampanyekan intensif tentang saluran pengaduan.
•
Melatih/mengajar TA. Monev KMW dan menjamin keefektifan melatih/mengajarkan bimbingan yang telah dilakukan oleh TA PPM KMP ke TA. Monev KMW.
•
Memantau dan mengawasi dalam menerapkan manual yang dilakukan oleh KMW, Korkot dan Tim Faskel.
•
Memantau dan mengawasi KMW untuk menjamin ketepatan, kecepatan, dan efektif menangani/mengelola pengaduan.
•
Menjamin kegiatan pengelolaan/penanganan pengaduan diberitahukan ke pihak terkait termasuk Pemerintah Lokal (Pemda) dan aparat kelurahan.
•
Menjamin publikasi laporan pengaduan di situs/website pada tanggal 10 setiap bulan.
•
Membuat ringkasan kemajuan/progress bulanan, persoalan-persoalan dan tindak lanjut pengelolaan/penanganan pengaduan, yang telah ditayangkan setiap bulan melalui situs/website.
•
Mempersiapkan laporan evaluasi tahunan tentang pengelolaan/ penanganan pengaduan.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
351
4. Mekanisme Optimalisasi PPM Agar pelaksanaan PPM berjalan optimal, maka ada hal-hal yang harus dimiliki oleh pelaku lapang, yaitu: harus paham substansi PPM dan melakukan penggunaan SIM PPM yang benar. KMP > KMW > Korkot > Faskel > Masyarakat
KMP
KMW
KORKOT
Keterangan: = Pelatihan PPM = Pelaporan Hasil Pelaksanaan PPM
FASKEL
LKM/MASY A-RAKAT
352
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
PENANGANAN PENGADUAN DI TINGKAT MASYARAKAT
Bagan Alur Mekanisme Penanganan Pengaduan MEKANISME PENANGANAN PENGADUAN TIM KOORDINASI NASIONAL
Koordinasi Penyelesaian
PMU/PIMPRO Tidak
Derajat Masalah 5
Dapat Diselesaikan?
PO.BOX 2222 JKPMT
KMP
Ya E-mail , Web , telepon,,SMS Dapat Tidak Diselesaikan?
Derajat Masalah 4 ·∙
PEMDA Prov.
Ya
PPM Provinsi
KMW
Tidak Derajat Masalah 3
·∙
TKPP KOTA/ KAB
PPM KAB/ KOTA
Dapat Diselesaikan?
KORKOT
Ya
FKA BKM Derajat Masalah 2
TIM FASILITATOR Camat/PJOK
Tidak BKM Derajat Masalah 1
Lurah/Kades Kantor Kel./ Desa
PPM BKM.
Dapat Diselesaikan?
FASILITATOR /RELAWAN
Ya
MASYARAKAT, LSM, PT, KEL. PROFESI, KEL. PEDULI Garis Penyelesaian Garis Pengaduan Garis Distribusi Penyelesaian
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
353
Keterangan bagan : Lampiran Mekanisme Penanganan Pengaduan 1. Pangaduan dari siapapun dan darimana pun harus mudah untuk menyampaikannya. Untuk itu, pengadu dapat menyampaikan pengaduan baik pada PPM tempat keberadaan pengadu maupun kepada PPM yang ada di seluruh level, dengan mengunakan mediamedia yang diinginkan. Media pengaduan dapat berupa lisan, tertulis, telepon, SMS, Website dan media lain yang dapat dipergunakan. Demikian juga keberdaan PPM di seluruh tingkatan harus diketahui oleh masayarakt dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Pengaduan sedapat mungkin dapat diselesaikan di setiap PPM asal pengadu, hal ini dimaksudkan agar penangan pengaduan dapat ditangani dengan cepat, tepat dan menguntungkan semua pihak. Disampaing itu, apabila pengaduan dapat diselesaikan di PPM bersangkutan, dapat menjadi media pembelajaran dan pemberdayaan bagi seluruh pihak di level bersangkutan. Namun begitu, apabila pengaduan tersebut tidak dapat dikelola di PPM bersangkutan dikarenakan otoritas penanganan tidak di tingkat PPM bersangkutan, harus segera disampaiakan pada PPM di tingkat yang lebih tinggi. Untuk itu mekanisme dan prosedur penanganan pengaduan harus jelas dan dapat diimplementasikan di seluruh tingkatan. Apabila PPM tingkat kelurahan/desa tidak mampu untuk menangani, maka segera mungkin sampaikan kepada PPM di tingkat yang lebih tinggi, demikian seterusnya. 3. Sebaliknya PPM di tingkat yang lebih tinggi harus segera menangani pengaduan yang berasal dari PPM di bawahnya, dan segera menyampaikan informasi penanganan dan hasil pengaduan kepada pengadu dan pihak lain yang berkepentingan. 4. Penyampaian penanganan pengaduan baik kepada pengadu maupun pihak lain yang membutuhkan sangat penting dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menumbuhkan kepercayaan terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (atau kegiatan pembangunan lainnya), pelaku PNPM Mandiri Perkotaan maupun keberadaan PPM sendiri. Informasi penanganan pengaduan harus segera mungkin disampaikan dan memberikan kepuasan bagi pengadu maupun pihak lain yang membutuhkan. Untuk itu penanganan pengaduan haruslah tuntas dan memberikan jawaban yang tepat atas persoalan/masalah yang diadukan.
354
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Penjelasan Per Tingkatan Bagan Alur Mekanisme Penanganan Pengaduan MEKANISME PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT Di Tingkat Kelurahan/Desa Ø
Ø Ø Ø Ø
Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, PT, Kel. Profesi, Kel. Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa : Surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku Pengaduan dan lainnya. Diterima oleh PPM LKM (bila telah terbentuk) atau Faskel/Tim Fasilitator/Relawan (bila LKM belum terbentuk). Pengaduan yang masuk melalui Lurah/Kades, Kantor Kel/Desa dilanjutkan kepada PPM LKM atau Faskel/Tim Fasilitator. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu). Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan dibawa/ditarik ke level diatasnya (di Tingkat Kecamatan) Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di Tingkat Kel/Desa, seperti : Lurah/Desa, Camat/PJOK, Masyarakat, FKA LKM dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
Di Tingkat Kecamatan Ø
Ø Ø Ø Ø
Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, PT, Kel. Profesi, Kel. Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa : Surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku Pengaduan dan lainnya. Diterima oleh PPM Kecamatan (bila telah terbentuk) atau Tim Fasilitator/Relawan (bila PPM Kecamatan belum terbentuk). Pengaduan yang masuk melalui Camat, Kantor Kecamatan dilanjutkan kepada PPM Kecamatan atau Tim Fasilitator. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu). Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan dibawa/ditarik ke level diatasnya (di Tingkat Kab/Kota) Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di Tingkat Kel/Desa, seperti : Camat/PJOK, Masyarakat, FKA LKM dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
Di Tingkat Kabupaten/Kota. Ø
Ø Ø
Ø Ø
Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, PT, Kel. Profesi, Kel. Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa : Surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku Pengaduan dan lainnya. Pengaduan yang diterima dari tingkatan ini adalah masalah yang belum dapat diselesaikan di tingkat Kel/Desa dan yang mengadu langsung ke PPM Kab/Kota. Pengaduan yang masuk melalui Camat/PJOK, TKPP, TKPKD Kab/Kota dilanjutkan kepada PPM Kab/Kota (bila telah terbentuk) atau Koordinator Kota (Korkot) bila PPM Kab/Kota belum terbentuk. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkatan ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu) Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan dibawa/ditarik ke level diatasnya (di Tingkat Provinsi/KMW).
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
355
Ø
Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di Tingkat Kab/Kota, yaitu : TKPP, TKPKD Kab/Kota, dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
Di Tingkat Provinsi Ø
Ø Ø
Ø Ø Ø
Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, PT, Kel. Profesi, Kel. Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa : Surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku Pengaduan dan lainnya. Pengaduan yang diterima dari tingkatan ini adalah masalah yang belum dapat diselesaikan di tingkat Kab/Kota dan yang mengadu langsung ke PPM Provinsi/KMW Pengaduan yang masuk melalui Pemda Provinsi, TKPKD Provinsi dilanjutkan kepada PPM Provinsi (bila telah terbentuk) atau Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) bila PPM Provinsi belum terbentuk. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkatan ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu) Bila masalah pengaduan tidak dapat diselesaikan pada tingkat ini, maka akan dibawa/ditarik ke level diatasnya (di Tingkat Pusat). Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di Tingkat Provinsi, yaitu : Pemda Provinsi, TKPKD Provinsi, dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
Di Tingkat Pusat Ø
Ø Ø Ø
Pengaduan yang masuk dari masyarakat, LSM, PT, Kel. Profesi, Kel. Peduli dan lain-lain, dapat menggunakan media pengaduan berupa : Surat, SMS, Faksimil, E-mail, Web, Telepon, Temuan Lapangan, Tatap Langsung, Kotak Pengaduan, Buku Pengaduan dan lainnya. Pengaduan yang diterima pada tingkatan ini adalah masalah yang belum dapat diselesaikan di tingkat Provinsi dan yang mengadu langsung ke PPM Pusat. Masalah pengaduan yang dapat diselesaikan pada tingkatan ini, maka akan langsung diinformasikan kepada masyarakat (pengadu) Pihak-pihak yang dapat menyelesaikan masalah di Tingkat Pusat, yaitu : Tim Koordinasi Nasional, SNVT PNPM Mandiri Perkotaan dan pihak-pihak yang berkompeten di tingkatan ini.
3.1. Tahapan Penanganan Pengaduan Di Masyarakat Langkah Satu : Penerimaan/Pencatatan Pengaduan dapat disampaikan melalui berbagai media penyampaian / penerimaan, seperti: buku pengaduan, kotak pengaduan, surat, telepon, tatap langsung, media massa dan lain-lain. Fasilitator atau sekretariat LKM (bila LKM telah dibentuk) mencatat pengaduan masyarakat yang masuk/diterima ke dalam format pengaduan masyarakat yang berisi antara lain; § nama pengadu/pelapor, § alamat pengadu, § tanggal pengaduan, § nomor pengaduan, § lokasi dan waktu kejadian, § permasalahan yang diadukan berupa masalah apa saja yang disampaikan, § pelaku/personal yang diadukan dan § harapan terhadap hasil penyelesaian masalah.
356
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Langkah Dua : Identifikasi awal Melakukan identifikasi dan pengelompokan/klasifikasi (ruang lingkup masalah, bidang kegiatan, kategori masalah, derajat masalah) berdasarkan data pengaduan yang masuk untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya. Langkah Tiga : Pengumpulan fakta lapangan Setelah dilakukan identifikasi awal, maka dilakukan uji silang untuk menguji kebenaran dari laporan/pengaduan tersebut, melalui proses verifikasi, konfirmasi, investigasi, dan klarifikasi yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait di lapangan, dengan tujuan untuk mendapatkan kejelasan pokok permasalahan sebenarnya. • Klarifikasi adalah proses untuk mencari kebenaran sebuah berita • Uji silang adalah mencari info dari pihak lain (berlawanan) untuk memastikan kebenaran berita • Investigasi adalah upaya melihat suatu keadaan/peristiwa secara lebih mendalam. Langkah Empat : Pelaksanaan analisis masalah Dilakukan berdasarkan atas dasar data fakta dan hasil uji silang terhadap pengaduan/laporan masalah merupakan masukan untuk menganalisa permasalahan yang muncul sehingga meningkatkan akurasi penyusunan alternatif penanganan. Hasil analisa berupa rekomendasi penanganan masalah yang dimungkinkan. Langkah Lima : Penyelesaian penanganan pengaduan kepada pihak yang mempunyai otoritas/tindak turun tangan Penyelesaian penanganan pengaduan/tindak turun tangan didasarkan atas rekomendasi dari hasil uji silang dan analisa yang dilakukan secara berjenjang sesuai dengan kewenangan dari masingmasing wilayah atau penanganan pengaduan didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkompeten dalam pengelolaan pengaduan. Penyelesaian penanganan pengaduan antara lain dapat berupa: a. Menyelenggarakan forum musyawarah kelurahan/desa (MK/D) atau musyawarah antar kelurahan/desa (MAK/D) untuk membahas permasalahan dan mencari alternatif solusi bersama masyarakat. Hasil MK/D / MAK/D berupa rencana aksi dengan langkah-langkah yang harus ditindaklanjuti secara partisipatif. b. Klarifikasi dan investigasi lanjutan dengan pihak terkait dapat dilakukan untuk melengkapi fakta/bukti pendukung tentang inti permasalahan. c. Memberi penjelasan kembali kepada pelapor, tentang inti masalah setelah dilakukan uji silang. d. Memberikan teguran dan atau sanksi kepada pelaku-pelaku yang dinilai bersalah. e. Menerangkan kembali tentang prosedur yang seharusnya dilakukan dan memfasilitasi ulang proses yang tidak sesuai ketentuan. f. Jika ada unsur yang terindikasi tindak pidana dapat difasilitasi penanganannya melalui prosedur hukum berdasarkan kesepakatan masyarakat dalam forum MK/D / MAK/D. g. Membangun jaringan dengan Kepolisian/Kejaksaan/Pengadilan/Aparat terkait/DPRD/LSM/lembaga yang bergerak di bidang advokasi/media massa dalam rangka upaya mendorong percepatan penanganan dan penyelesaian masalah. h. Berkaitan dengan kondisi force majeure, maka perlu difasilitasi forum MK/D dan atau MAK/D untuk membicarakan langkah-langkah penanganan sesuai ketentuan yang berlaku dimana harus dibentuk tim khusus untuk melakukan investigasi terlebih dahulu tentang adanya force majeure. Hasil investigasi harus dilaporkan kembali kepada masyarakat
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
357
melalui forum MK/D / MAK/D media lainnya dan dilaporkan kepada pihak terkait secara berjenjang. Musyawarah yang dilakukan khusus untuk penanganan masalah Musyawarah ini diadakan setelah proses penyelesaian penanganan masalah/tindak turun tangan telah dilakukan dan sesuai dengan prinsip dan prosedur penanganan masalah. Keputusan dari musyawarah ini adalah: § §
Masalah dinyatakan selesai ataukah Masalah dinyatakan belum selesai dengan rekomendasi; 1) dilakukan proses penanganan ulang; 2) alternatif solusi yang lain; 3) Penanganan masalah diproses melalui jalur hukum formal.
Hasil musyawarah harus dituangkan dalam Berita Acara Musyawarah Khusus Penanganan Masalah. Hasil musyawarah disosialisasikan kepada masyarakat melalui papan informasi/media lain dan kegiatan masyarakat baik formal maupun informal. Acuan yang dapat digunakan sebagai parameter atau tolok ukur penyelesaian masalah hingga masalah dikatakan selesai dapat dilihat pada Penjelasan: Kriteria Suatu Masalah Dianggap Selesai. Indikator suatu pengelolaan pengaduan atau masalah yang berjalan efektif adalah: • • • • • • • •
Tingkat keterlibatan dan keterwakilan masyarakat dalam proses penanganan masalah. Jangka waktu dari saat masalah diketahui, dilakukan analisis awal hingga pelaporan tidak lebih dari satu bulan. Ada perkembangan yang nyata dalam proses penanganan masalah. Jumlah pengaduan atau masalah yang berhasil ditangani. Kerjasama dengan berbagai pihak (tidak hanya konsultan) dalam proses penyelesaian masalah. Bila berkaitan dengan dana, jumlah yang berhasil dikembalikan ke masyarakat dari dana yang disalahgunakan. Dari jumlah kasus yang diproses melalui hukum formal, berapa telah diputuskan oleh pengadilan. Kepuasan masyarakat terhadap hasil penanganan masalah.
Langkah Enam : Monitoring pengelolaan pengaduan Pengelolaan pengaduan dipantau agar hasil penanganan sesuai dengan harapan. Monitoring dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan penyelesaian masalah serta memastikan bahwa penyelesaian pengaduan/tindak turun tangan yang dilakukan berjalan sebagaimana yang diharapkan. Monitoring/pemantauan dapat dilakukan melalui kunjungan lapangan, MK/D / MAK/D, diskusi dengan pelaku program, papan informasi, surat, faximili, telepon, SMS dan lain-lain. Bila dalam perkembangannya ditemukan bahwa langkah-langkah yang telah diterapkan kurang efektif dan tidak menghasilkan kemajuan yang berarti, maka segera mencari alternatif solusi lain dalam mendorong percepatan penanganan masalah. Langkah Tujuh : Mendokumentasikan pengelolaan pengaduan dan pelaporan Membuat dokumentasi dan laporan penanganan pengaduan secara lengkap dan jelas, meliputi dokumen penerimaan pengaduan, seluruh proses penanganannya, status akhir penanganan, serta seluruh dokumentasi berita acara kesepakatan untuk setiap permasalahan yang ditangani. Terkait dengan tugas dan tanggung jawabnya, fasilitator dan KMW juga memiliki tugas administratif
358
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
berupa pelaporan progres penanganan masalah secara berjenjang. Alur pelaporan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Pengi rim
Penerima
Tembusan
Jenis Laporan
Periode Laporan
Faskel
Korkot
PJOK Kec.
Implementasi pengaduan
Mingguan dan Bulanan
Korkot
KMW
PPK Kab/Kota
Database aplikasi PPM Korkot (SIM PPM)
Mingguan dan Bulanan
KMW
KMP (PPM) PNPM Mandiri Perkotaan
SNVT PBL Provinsi
Database aplikasi PPM KMW (SIM PPM)
Bulanan (tgl 5)
Laporan Cetakan PPM
Bulanan (tgl 15)
Ket
Laporan khusus jika diminta
Format laporan pengaduan, format klarifikasi dan format monitoring untuk Faskel dapat dilihat pada lampiran 1 (laporan pengaduan), lampiran 2 (format klarifikasi) dan lampiran format monitoring. Sedangkan untuk KMW dapat dilihat pada format outline laporan bulanan. Alur penanganan pengaduan dapat dilihat pada Bagan alur penanganan pengaduan
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
359
Bagan alur penanganan pengaduan ALUR PENANGANAN PENGADUAN PENGADUAN Pencatatan
INDIKASI MASALAH/ PENYIMPANGAN
SALAH INFORMASI
IDENTIFIKASI MASALAH
Tahap Pengumpulan Informasi
UJI SILANG PENCARIAN FAKTA
TIDAK ADA MASALAH
BENAR/ ADA MASALAH
TIDAK ADA OTORITAS/wewenang Penanganan
ANALISIS MASALAH
ADA OTORITAS/wewenang Penanganan
Tahap Penanganan
PPM JENJANG DIATASNYA
Fasilitasi Penanganan
SELESAI
TIDAK
UMPAN BALIK KE PENGADU DESIMINASI KE MASYARAKAT
Tahap Dokumentasi & Sosialisasi Hasil
Penting ! KETERANGAN : = ALUR PENANGANAN = ALUR MONITORING DAN SUPERVISI
360
Tahapan langkah-langkah tersebut di atas tidak bersifat kaku, sangat mungkin suatu langkah merupakan gabungan dari langkah lainnya dan langkah tertentu perlu diulang untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Penjelasan bagan alur penanganan pengaduan TINDAK TURUN TANGAN PENANGANAN PENGADUAN 1. Lakukan klarifikasi/uji diterima/masuk.
silang
terhadap
pengaduan
informatif
atau
masalah
yang
2. Adakan pertemuan dengan masyarakat Desa/Kelurahan dan Kecamatan. 3. Sampaikan informasi/berita tentang adanya pengaduan dan atau temuan masalah yang terjadi. 4. Sampaikan hasil klarifikasi atau uji silang yang telah dilakukan. 5. Yakinkan kepada peserta pertemuan tentang hasil klarifikasi yang telah dilakukan. 6. Jika hasil klarifikasi sudah dipastikan kebenarannya, fasilitasi peserta untuk membahas dan membuat langkah-langkah apa yang dibutuhkan dan akan dilakukan. 7. Buat berita acara hasil pertemuan dan dilampirkan dengan daftar hadir pertemuan tersebut. 8. Laksanakan langkah-langkah yang telah diputuskan dalam pertemuan masyarakat Desa/Kelurahan tersebut. 9. Lakukan monitoring/pemantauan terhadap langkah-langkah yang telah dilakukan sampai dengan permasalahan selesai. 10. Buat laporan hasil penanganan kepada pelaku jenjang di atasnya sampai permasalahan selesai. 11. Jika masalah menjadi berlarut-larut dan tidak terselesaikan, sampaikan kepada jenjang di atasnya agar membantu upaya penanganannya.
PENTING UNTUK MENJADI PERHATIAN •
Penanganan pengaduan (informatif atau masalah) harus dilakukan secara terbuka dan melibatkan masyarakat.
•
Pertemuan dengan masyarakat jangan kelompok/golongan masyarakat tertentu saja.
•
Pada saat klarifikasi: rahasiakan identitas orang yang membuat pengaduan kecuali yang bersangkutan menghendaki sebaliknya, jangan terjebak lebih mencari orang yang mengadukan sehingga melupakan isi pengaduannya.
hanya
dilakukan
dengan
3.2. Kriteria Suatu Masalah Dianggap Selesai Penanganan pengaduan atau masalah dinyatakan selesai, bila ada persetujuan/kesepakatan dari masyarakat itu sendiri dan langkah-langkah nyata dalam penyelesaian masalah yang meliputi: • Memulihkan atau meminimalisir kerugian masyarakat yang diakibatkan adanya masalah. • Diberikan sanksi kepada pelaku/pembuat masalah (siapapun tanpa pilih bulu) sebagai pembelajaran bagi pelaku dan masyarakat pada umumnya.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
361
• •
Harus ada upaya fasilitasi/terjadinya musyawarah khusus untuk pembahasan hasil investigasi atau hasil klarifikasi sehingga dapat disepakati langkah selanjutnya dan target penyelesaian Pada kondisi tertentu, perlindungan pada pelapor dan saksi melalui upaya menjaga kerahasiaan pelapor, perlu dilakukan.
Penanganan pengaduan dinyatakan selesai ditangani, apabila : 1. Pengaduan masalah adalah berasal dari masyarakat yang diasumsikan merugikan masyarakat, sehingga masalah dianggap ”masalah selesai” harus ada legitimasi dari masyarakat itu sendiri (ada keputusan hasil musyawarah). 2. Jika permasalahan disebabkan adanya salah/perbedaan informasi, maka masalah dianggap selesai, apabila pihak yang menerima informasi berbeda telah menerima informasi yang sebenarnya dan dapat diterima oleh pengadu. 3. Jika masalahnya adalah mengenai penyimpangan mekanime atau prosedur, maka kegiatan yang mekanisme atau prosedurnya diselewengkan sudah dapat diluruskan kembali sesuai dengan ketentuan dan panduan yang berlaku. 4. Diupayakan penanganan masalah yang merugikan masyarakat harus dipulihkan atau kerugian diminimalisasi. Jika masalahnya disebabkan adanya penggelapan/penyelewengan uang untuk keperluan diluar ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan, maka seluruh uang yang digelapkan sudah dikembalikan dan dapat dipergunakan kembali oleh masyarakat. 5. Pelaku sebagai pembuat masalah (siapapun tanpa pilih bulu / tebang pilih) harus diberikan sanksi, sebagai pembelajaran bagi masyarakat. Harus ada upaya fasilitasi/terjadinya musyawarah khusus untuk pembahasan hasil investigasi atau hasil klarifikasi sehingga dapat disepakati langkah selanjutnya dan target penyelesaian. 6. Ada bukti-bukti pendukung dan saksi-saksi terhadap upaya penanganan pengaduan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, seperti; kuitansi, sebagai bukti pengembalian dana, rekening bank, foto, berita acara penanganan masalah. 7. Jika masalahnya disebabkan oleh intervensi negatif, maka intervensi negatif sudah dapat dihentikan, dan kegiatan yang diakibatkan sudah dapat berjalan sesuai aturan, mekanime dan prosedur yang berlaku. 8. Jika permalahan disebabkan karena adanya perubahan kebijakan, maka masalah dianggap selesai apabila telah terjadi singkronisasi antara kebijakan dengan sesuatu yang dipermasalahkan 9. Terhadap permasalahan yang dinyatakan benar-benar karena kondisi force majeur, semaksimal mungkin tetap diupayakan adanya langkah perbaikan terhadap kegiatan yang mengalami kerusakan, baik melalui swadaya masyarakat atau pihak-pihak lain yang memungkinkan membantu upaya perbaikan. Jika kegiatan menyangkut pinjaman bergulir maka proses pengambilan keputusannya harus didasarkan atas tim investigasi terlebih dahulu untuk memastikan kebenarannya. 10. Jika masalahnya disebabkan oleh kinerja pelaku/kode etik, maka kegiatan yang tidak optimal yang diakibatkan oleh pelaku bersangkutan sudah dapat berjalan optimal sesuai dengan aturan yang berlaku. Dan pelaku menyadari kesalahan dan siap untuk menerima segala konsekuensinya. 11. Apabila masalah yang penanganannya sudah sampai pada wilayah hukum, maka dinyatakan selesai:
362
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
§
Jika prosesnya sudah di tangani oleh aparat hukum (secara administrasi untuk penutupan SIM database PPM). Namun demikian PPM harus tetap memantau dan melaporkan proses perkembangannya.
Dalam memenuhi rasa keadilan serta pembelajaran kepada masyarakat, maka masalah dianggap selesai jika sudah ada keputusan tetap pengadilan. Selama proses hukum, konsultan diwajibkan memonitor dan melaporkan sampai ada keputusan tetap pengadilan. Proses Hukum Pidana dan Perdata Untuk Memberikan informasi yang luas kepada masyarakat dan pelaku PNPM Mandiri Perkotaan dalam memfasilitasi permasalahan yang bersentuhan dengan hukum, maka panduan ini diharapkan dapat bermanfaat. KASUS PIDANA UMUM Contoh-Contoh Kasus Pidana: • Kekerasan akibat perkelahian atau penganiayaan • Pelanggaran (senjata tajam, narkotika, lalu lintas) • Pencurian • Korupsi • Pengerusakan • Kekerasan dalam rumah tangga • Pelecehan seksual dan pemerkosaan Proses Hukum Kasus Pidana Umum 1. PELAPORAN Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian. Siapa yang bisa melapor ? a. Korban (Terutama untuk delik aduan) b. Saksi c. Siapa saja yang mengetahui bahwa ada tindak kejahatan 2. PENYIDIKAN Setelah menerima laporan, Polisi melakukan penyidikan. Penyidikan adalah: serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk membuat jelas tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dalam kasus korupsi yang dilakukan pegawai negeri, penyidikan dilakukan oleh penyidik PNS. Dalam penyidikan, diperlukan kerjasama dari anggota masyarakat yang diminta sebagai saksi. Seringkali karena tidak terbiasa berhubungan dengan aparat penegak hukum, warga yang diminta menjadi saksi memerlukan pendampingan dari paralegal selama proses penyidikan berlangsung. 3. PENUNTUTAN Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke pengadilan negeri yang berwenang. Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan meminta Hakim Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan perkara.
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
363
Lalu Jaksa akan membaca dengan tekun dan teliti untuk merumuskan dokumen tuntutan untuk di limpahkan ke Pengadilan Negeri yang berwenang.
4. PERSIDANGAN Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak. Hakim mengadili kasus di depan sidang pengadilan. Dalam persidangan diperlukan pemantauan dari warga bersama paralegal baik bila warga masyarakat menjadi korban maupun bila dituduh sebagai tersangka. 5. EKSEKUSI PUTUSAN PENGADILAN Bila semua pihak setuju dengan putusan pengadilan, maka putusan akan memiliki kekuatan hukum tetap, dan disusul dengan pelaksanaan eksekusi. Eksekusi adalah pelaksanaan putusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap. Eksekusi akan dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Tapi bila salah satu pihak keberatan dengan putusan tingkat pertama, maka bisa mengajukan banding. Untuk meminta banding/kasasi, diperlukan dasar hukum dan alasan yang kuat. Untuk itu sebaiknya minta nasihat dari pengacara bila ingin mengajukan banding atau kasasi. Semua putusan hakim wajib ditulis dan bisa diakses oleh para pihak dan masyarakat umum
Upaya Hukum Setelah Keluar Putusan Pengadilan Negeri Banding Banding ke Pengadilan Tinggi (di tingkat Propinsi): bila jaksa atau terdakwa atau kedua-duanya keberatan dengan putusan majelis hakim di pengadilan negeri, maka mereka bisa mengajukan banding atas putusan tersebut ke pengadilan tinggi.
PUTUSAN
PN
364
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
PT
Kasasi Kasasi: bila jaksa atau terdakwa atau kedua-duanya tetap keberatan dengan putusan Pengadilan Tinggi, maka bisa dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung (di tingkat Nasional)
PUTUSAN
PT
MA
Apa Yang Harus Diperhatikan Bila Kita Menjadi Tersangka Sebuah Tindak Pidana ? Bila Terjadi Penangkapan: A. Pertama, periksa prosedur penangkapan, tanyakan apa kesalahan yang dituduhkan. Tanyakan surat perintah penangkapan, dan bacalah surat itu dengan teliti. Surat penangkapan dikeluarkan oleh kantor polisi atau jaksa untuk kasus pidana khusus. Surat Perintah Penangkapan, minimal isinya memuat: 1. Identitas lengkap si tersangka 2. Pelanggaran pasal/peraturan yang disangkakan B. Hubungi pengacara/lembaga bantuan hukum. Sekalipun kita memang melakukan apa yang dituduhkan, kita tetap berhak atas bantuan/pendampingan hukum. (daftar LBH/pengacara masyarakat bisa dilihat di kantor LBH atau posko bantuan hukum terdekat).
Hak tersangka: • • • •
Persidangan yang adil Didampingi oleh penasehat hukum Memperoleh berkas perkara dalam setiap tingkat pemeriksaan Tidak mengalami kekerasan atau tekanan.
C. Proses pemeriksaan: kita boleh menolak memberi kesaksian selama proses pemeriksaan bila belum didampingi oleh pengacara hukum. Bagaimana Bila Anda Mengalami Kekerasan Fisik Selama Proses Penyidikan Segera Hubungi Keluarga Atau Pengacara Untuk Minta Visum Dokter
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
365
D. Lamanya masa penahanan untuk penyidikan dan persidangan
Penyidikan/Kepolisian
20 hari dapat ditambah 40 hari
Penuntut Umum/Jaksa
20 hari dapat ditambah 40 hari lagi
Persidangan tingkat pertama
30 hari dapat ditambah 60 hari lagi
Persidangan tingkat banding
30 hari dapat ditambah 60 hari lagi
Persidangan tingkat kasasi
50 hari dapat ditambah 60 hari lagi
Kalau Masa Penahanan Yang Benar Tidak Dipatuhi
Apa yang bisa dilakukan oleh korban atau keluarga dan teman korban?
A
B
Presumption of Innocence Asas Praduga Tidak Bersalah Selama Proses Pidana Berlangsung, Seseorang Dianggap Tidak Bersalah Sampai Pengadilan Dapat Membuktikan Sebaliknya
366
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Yang bisa dilakukan adalah mengajukan gugatan praperadilan... Gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri tempat tersangka ditahan. Yang jadi tergugat adalah Polisi tempat ia ditahan
Definisi SAKSI Orang yang dianggap mengetahui terjadinya tindak pidana atau kasus perdata. Dia diminta oleh polisi untuk menceritakan apa yang dia ketahui tentang kasus tersebut. TERSANGKA Orang yang diduga melakukan tindakk pidana namun sesuai asas praduga tak bersalah, sebelum ada keputusan pengadilan maka dia belum dianggap bersalah. TERDAKWA Tersangka disebut terdakwa pada saat dia mulai disidangkan dipengadilan. TERPIDANA Setelah ada putusan pengadilan maka terdakwa menjadi terpidana, terpidana adalah orang yang telah dinyatakan bersalah dan menjalani hukuman. Apa Yang Perlu Dilakukan Jika Kita Adalah Korban Tindak Kejahatan ? A. Melaporkan: bisa dilakukan oleh anda sendiri atau orang yang anda percayai (paralegal/pengacara/LBH/Kepala Desa dan lain-lain). Lapor kepada Kepolisian setempat. Untuk pidana korupsi, anda bisa laporkan langsung ke Kantor Kejaksaan Negeri setempat. B. Memantau perkembangan kasus yang sudah anda laporkan. Bagaimana bila terjadi kemandegan dalam penanganan sebuah kasus ? Datangi kantor aparat hukum untuk menanyakan perkembangan kasus dan catat keterangan yang diberikan. Beritahukan kepada paralegal, bila kita menganggap proses hukum berjalan tidak transparan. C. Melakukan tindakan tekanan penyelesaian kasus; bekerja sama dengan LSM advokasi, pengacara masyarakat atau rekan-rekan media massa untuk bersama-sama melakukan pemantauan dan penyebarluasan hasil pemantauan tersebut ke media massa atau cara penyebaran informasi yang lain. KASUS PERDATA Contoh-Contoh Kasus Perdata • Sengketa Tanah • Hutang Piutang • Sengketa Jual Beli • Perceraian Proses Hukum Kasus Perdata Persengketaan perdata adalah persengketaan kepentingan perseorangan/badan hukum. Sebelum menempuh penyelesaian lewat jalur hukum. Sebelum menempuh penyelesaian lewat jalur hukum,
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
367
disarankan untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui proses musyawarah/mediasi, baik melalui mekanisme adat, lembaga keagamaan maupun kebiasaan masyarakat setempat. Bila tidak berhasil, barulah proses penyelesaian perdata di pengadilan dimulai. Proses hukum perdata secara berurutan adalah sebagai berikut 1. Pendaftaran Pendaftaran gugatan dilakukan oleh penggugat di Pengadilan Negeri dimana tergugat bertempat tinggal. 2. Pengajuan Gugatan Gugatan yang sudah didaftarkan lalu diajukan ke pangadilan untuk diproses lebih lanjut. Sebaiknya surat gugatan dilengkapi dengan salinan berbagai dokumen atau bukti-bukti tertulis lainnya. 3. Pemeriksaan dan Tawaran Perdamaian Hakim akan memeriksa kasus dan menawarkan kepada Tergugat dan Penggugat untuk melakukan perdamaian. 4. Persidangan Jika tidak disetujui untuk berdamai maka diteruskan dengan pembacaan gugatan, putusan sela, pemeriksaan alat bukti, kesimpulan dan putusan.
5. Eksekusi Eksekusi keputusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Apa yang perlu Diperhatikan bila anda Menjadi penggugat ? A. Syarat formil gugatan (bentuk gugatan yang harus dipenuhi secara memadai) yaitu: • Dibuat secara tertulis • Ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri • Memuat identitas para pihak secara lengkap • Memuat dasar-dasar/alasan/fakta/hukumnya • Sebaiknya surat gugatan dilengkapi dengan salinan berbagai dokumen atau bukti-bukti tertulis lainnya. • Memuat tuntutan secara jelas • Diberi materai • Ditandatangani oleh penggugat B. Syarat materiil gugatan (isi gugatan yang harus dipenuhi secara memadai) yaitu: • Berdasarkan alasan/fakta yang sebenarnya • Memiliki urutan fakta yang sesuai dan sebenarnya • Gugatan diajukan dengan logika yang patut dan wajar (untuk kerugian yang MEMANG disebabkan oleh tergugat dan merupakan akibat langsung) (Sumber Data : Proses Hukum Pidana, Perdata & Pengorganisasian Rakyat Untuk Advokasi, Justice For The Poor Program)
368
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
Keterangan: Coaching Pembahasan lanjutan tentang: 1. Verifikasi dan Penanganan Masalah PPM 2. SIM PPM 3. Mengukur Kinerja PPM
Modul | Pelatihan Dasar - Fasilitator
369
www.p2kp.org | www.pnpm-perkotaan.org
KANTOR PUSAT JL. Pattimura No.20 Kabayoran Baru Jakarta Selatan, Indonesia - 12110 KANTOR PROYEK Jl. Penjernihan 1 No. 19 F Pejompongan Jakarta Pusat Indonesia - 10210 SEKRETARIAT TP PNPM MANDIRI www.pnpm-mandiri.org PENGADUAN P.O. BOX 2222 JKPMT SMS 0817 148048 e-mail :
[email protected]