PERAN FASILITATOR DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN Dl KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL
disusun oleh : ELlS FITRIY ATI 08/278792/PMU/5 841
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2009
Tesis PERAN FASILITATOR DALAM PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN 01 KECAMATAN PLERET KABUPATEN BANTUL Dipersiapkan dan disusun oleh
Elis Fitriyati Telah dipertahankan di de pan Dewan Penguji Pada tanggal 7 Nopember 200 9
Susunan Dewan Penpji Anggota Dewan Penguji Lain
Pembimbing Pendamping I
Drs. Setiadi, M.Si Pembimbing Pendamping II
Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Pengelola Program Studi Magister Administrasi Publik UGM
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pemah diajukan untuk memperoleh gelar kesrujanaan di suatu Perguruan Tinggi tertentu, dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan sebagai daftar pustaka. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya.
Yogyakarta,
Oktober 2009
Elis Fitriyati
ii
Ji{a kjta menoliadapi orano yano fe6ili pintar tfari. kjta, ma{a itu atfafali saat kjta menim6a i{mu tfarinya Jil{g. kjta mennfuufapi orano yano sama pintamya tfengan kjta, mal{g. itu atfafali. saat dimana kjta sauna 6ertu~r pikiran dengannya Ji~
kjta meti£Jiiatfapi ora"'J yano fe6ili 6odiJ/i cfari kjta, saat dimana kjta mem6eri~n ifmu kjta ~padanya
ma~
itu acfafali
Jif(g. f<jta mengliadapi orano ya11{] 6odoli namun 6anyak_ 6icaranya, mak_a itu acfafali saat 6agi kjta untuk_azam.
Cft.-n !NaficDioli, Uisi £//-C///,2009)
karya tu{is ini k.uyersem6afik.an k.eyad"a : Xeaua orang tuaku, afmarfium ayafiku c£an ibuku yane senantiasa memanjatkan ao'anya
keyada
J!lffali
untukku, suamiku yane sefa{u
setia menaa:myineik.u dan memheri semangat c£afam menyefesaikan studi ini, k.eaua 6uafi liatiku yengfiifane rasa
{e{afi.
c£an yem6eri
semaneat yane mau meneerti situasi aan k.onc£isi i6unya serta rekan-rekanku k{as kftusus 1layyenas anekatan III yane c£enean cantfanya se{a{u mem6esarkan Fia.tiku.
iii
DAFTAR lSI
Lembar Pengesahan Pemyataan
11
Persem bahan
iii
Daftar lsi
iv
Daftar tabel
vii
Daftar Gam bar
viii
Kata Pengantar
ix
Inti sari
xii
Abstrak
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..... .... ... ..... .... .. ...... ...... ...... .............. ... ... .. ....... ... .. .
1
1. Peran Fasilitator dalam Pe!aksanaan PNPM MP di Kabupaten Bantu I ... .. .... .. .... .. ... .... .... .... .... .... .. ...... .. .... .... .. ... 2. Problem yang Dihadapi Fasilitator
3
........................................
7
B. Perumusan Masalah ......................................................................
11
C. Tujuan Penelitian
......... ...............................................................
ll
D. Manfaat Penelitian ............... ........................................................
ll
E. Keaslian Penelitian ..... .... ...... .. ...... ...... .... ........... ...... .. ...... ....... .....
12
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengantar .......... ..... .. ...... .... ................ ........ .............. ......... ... ...... ....
14
B. Konsep Pemberdayaan ..................................................................
15
C. Pemahaman Mengenai Agen Pembaharu .......................................
20
D. Pembangunan Kelembagaan ...........................................................
22
E. Fasilitator Dan Peran Pendampingan ............................................
31
iv
BAB III METODOLOGI A. Jenis Penelitian .............................................................................
47
B. Lokasi Penelitian ........... ............ ...... .......................................... ...
48
C. Metode Pengumpulan Data ...........................................................
48
D. Inforrnan .......................................................................................
51
E. Teknik Analisa Data .................................................................... .
51
BAB IV DESKRIPSI WILA YAH PENELITIAN DAN PROGRAM A. Pengantar
.....................................................................................
B. Diskripsi Wilayah Kecamatan Pleret
..........................................
54 54
C. Gambaran Umum Program PNPM Mandiri Perkotaan I. Pengantar
....... .......... ............ ...... ...................................... ........
61
2. Visi dan Misi Program PNPM MP ..........................................
62
3. Nilai-Nilai Dan Prinsip-Prinsip Yang Melandasi PNPM MP ....
63
4. Tujuan dan Strategi PNPM MP ...............................................
63
5. Sasaran Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan .....................
64
6. Penerima Manfaat dan Kelompok Sasaran ................................
65
7. Organisasi Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ......... .........
68
BAB V PROFIL FASILITATOR PNPM MP A. Gambaran Umum Fasiltator .........................................................
73
B. Sistem Rekruitrnen .......................................................................
80
C. Penyiapan Fasilitator ....................................................................
81
D. Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Pleret .............
83
BAB VI PROFIL BKMILKM Dl WILA YAH KECAMATAN PLERET A. Pengantar .. .. . .. .. .. .. . .. . .. . .. . .. .. . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. . .. .. . .. . . .. . ..
90
B. Profil Masing-Masing BKMJLKM . .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. . . . . .. . . . . ...
92
v
BAB VII FASIUTATOR DAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOT A AN 01 WILAYAH KECAMATAN PLERET, KABUPATEN BANTUL A. Peran Fasilitator Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Melalui BKMILKM
....................................................................
105
I. Tahap Perencanaan Partisipatif ...............................................
106
2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan ..................................................
118
3. Tahap Evaluasi Kegiatan ..........................................................
124
B. Behan K~!rja Dan Tanggung Jawah, Permasalahan Yang Dihadapi, Serta Faktor Pendukung Upaya Pemberdayaan Masyarakat I. Behan Kelja dan Tanggung Jawah ........................................
128
2. Permasalahan Yang Dihadapi Serta Upaya Mengatasinya .....
133
3. Faktor Pendukung Upaya Pemberdayaan ..............................
142
4. Pandangan Fasilitator Mengenai Tugas Pendampingan Serta Harapan Mereka di Masa Depan .. .. .......... .............. ................
146
C. Peran Penting Fasilitator Menurut Persepsi Masyarakat Dalam Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan .. ... .. ....... ........ ...... .... ......
149
BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan ..................................................................................
153
B. Saran ............................................................................................
155
Daftar Pustaka Lampiran-Lampiran
VI
DAFTAR TABEL
I. Tabel I. Data jumlah penduduk per Desember 2008 .........................
55
2. Tabel 2. Data potensi anda1an desalk.e1urahan tahun 2008 ................
57
3. Tabel 3. Data Sarana/prasarana lingkungan th 2007 .........................
59
4. Tabel 4. Data Realisasi lnfrastruktur PNPM MP sampai Mei th.2009
60
5. Tabe1 5. Data sarana/prasarana pendidikan th 2007 . . .. . ... . ... ........ ..
61
6. Tabel6. Data anggota Tim Fasilitator Kecamatan Pleret tahun 2009..
84
7. Tabel 7. Daftar BKM di Kecamatan Pleret Th.2008 ..........................
92
8. Tabel 8. Susunan Kepengurusan BKM Wonokromo Th. 2008-2011.
93
9. Tabe19. Susunan kepengurusan BKM Maju Makmur TH.2007-2010
96
10. Tabe1 10. Susunan Kepengurusan LKM Mekar Desa Th. 2008-201I
98
11. Tabel 11. Susunan Kepengurusan LKM Siap Mandiri Th. 2008-2011
100
12. Tabel i 1. Susunan Kepengurusan LKM Siap Mandiri Th. 2008-2011
102
vii
DAFTAR GAMBAR
1. Gbr 1. Rem bug kesiapan masyarakat desa Segoroyoso tahun 2008 ...
108
2. Gbr 2. Proses pemilihan pengurus LKM Kel. Bawuran Th.2U08 .......
115
3. Gbr 3. Pertemuan BKM Kel. Wonokromo, tgl 3 Agustus 2008 ........
144
viii
KAT A PENGANTAR
Penelitian ini bermula dari rasa ingin tahu penulis mengenai program PNPM Mandiri Perkotaan, yang telah berhasil menggerakkan masyarakat dengan penuh kesadaran dan semangat melakukan gotong royong, hampir setiap hari, dengan sistem piket bergilir dalam pembangunan jaian lingkungan dan saluran irigasi yang ada di dusun kami. Disamping itu beberapa ibu rumah tangga yang ada disekitar penulis yang memiliki usaha kesil seperti warung sayur, pembuat tempe, penjual jamu gendong, dll juga selalu membicarakan bantuan modal yang mereka peroleh nntuk pengembangan usaha mereka.
Rasa ingin tahu tersebut selanjutnya mendorong penulis untuk melakukan
penelitian mengenai program PNPM Mandiri Perkotaan ini, macam apa sesungguhnya program ini, siapa saja fasilitatomya, dan bagaimana peran mereka dalam pelaksanaan program tersebut sehingga masyarakat dengan antusias menyambut program ini. Selanjutnya dengan bantuan dosen pembimbing, serta pihak-pihak lain terkait penelitian ini, akhimya penulis berhasi! menyelesaikan karya tulis ini yang sesungguhnya merupakan prasarat yang harus dipenuhi agar penulis dapat lulus dari program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, tempat penulis menimba ilmu selama ini.
Sebagai wujud syukur penulis atas terselesaikannya karya tulis ini, maka pada kesempatan ini ijinkan penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada:
ix
I. Kepala
PUSBINDIKLATREN
BAPPENAS,
yang
telah
memberikan
dukungan biaya kuliah bagi penulis dalam bentuk beasiswa; 2. Bp.
DR. Agus Pramusinto,
MDA selaku pengelola MAP sekaligus
pembimbing penulis dalam penyusunan tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan cukup lancar; 3. Bapak Drs Setiadi, Msi dan lbu DR. Ambar Widaningrum, MA yang telah bersedia menguji tesis yang penulis susuil, dan selanjutnya membantu memperbaiki penyusunan tesis ini; 4. Bapakllbu dosen pengajar program studi Magister Administrasi Publik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalamannya kepada penulis, yang akan sangat berguna bagi bekal hidup penulis selanjutnya; 5. Bapak Bupati Bantu! yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan belajar di program studi Magister Administrasi Publik, Univt:rsitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini; 6. Bp. Damar Widiatmoko, Team Leader KMW Propinsi DIY
yang telah
memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian terhadap tim fasilitator yang bertugas di wilayah kecamatan Pleret; 7. Bp. Sodikin, S.Ag. M.Si, selaku Koordinator Kota Bantu! yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data-data dan informasi lain yang penulis perlukan;
X
8. Bp. Giri Kusnanto,SE,MM, bp. Edi Atmaji Margono, ST, serta rekan-rekan lain yang bertugas di base came PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Bantul, yang juga telah banyak membantu penulis dalam melengkapi data yang penulis kumpulkan; 9. Anggota tim fasilitator kecamatan Pleret, yaitu mas Mahmud, mas Handoko, mas Yunan, mbak Yunita dan mbak Inna yang telah bersedia meluangkan waktu dan banyak memberikan infonnasi pada penelitian ini; 10. Pengurus BKMILKM dari 5 kelurahan yang ada di wilayah kecamatan Pleret, yaitu pengurus BK.M/LKM kelurahan Wonokromo, Pleret,
Segoro~'OSO,
Bawuran dan Wonolelo.; 11. Pihak-pihak lain yang juga teiah banyak memberikan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis hanya bisa berharap semoga kebaikan hati beliau-beliau tersebut mcndapat imbalan pahala serta limpahan rahmat yang setimpal dari Allah swt.
Terakhir penulis hanya bisa berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, Amin.
Yogyakarta, Oktober 2009
Penulis
Elis Fitriyati, SIP.
XI
INTI SARI
Pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kecamatan Pleret dengan metode pendampingan kepada masyarakat oleh fasilitator dapat dikatakan cukup berhasil. Hal ini menarik untuk diteliti mengingat karakteristik masyarakat di wilayah tersebut yang berbeda-beda. Terkait dengan masalah ini maka peneliti berusaha untuk melihat sejauh mana peran mereka pada upaya pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan. Untuk dapat mamahami masalah tersebut maka dilakukan upaya pengumpulan data dengan metode pengumpulan data kualitatif, yaitu dengan melakukan wawancara dengan pengurus BKMILKM, Koordinator Kota Kabupaten Bantul, Asisten Korkot Kabupaten Bantul dan fasilitator itu sendiri, meiakukakan pengamatan secara langsung kegiatan yang dilaksanakan oleh BKM dan peran fasilitaror dalam kegiatan tersebut, serta melakukan penulusuran dokumen yang dimiliki oleh koordinator kota maupun lembaga BKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim fasilitator secara keseluruhan mampu menjalankan peran pendampingan ini secara optimal, meski ada juga beberapa yang kurang berhasil seperti kurang aktifuya relawan yang mengelola LKM Segoroyoso, daya sosial yang belum dikembangkan dengan baik, dll. Terkait dengan masalah tersebut beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah misalnya penempatan fasilitator dengan kemampuan tertentu disesuaikan dengan karak:teristik masyarakat yang akan difasilitasinya, perlu dipiicirkan mengenai peran relawan dalam jangka panjang dan kompensasi yang dapat diterimanya, sehingga mereka tidak mengalami kejenuhan dan seterusnya. Kata kunci: Peran, Fasilitator, PNPM
xii
ABSTRACT
The implementation ofthe National Program of Urban Self Empowerment (PNPM MP) in the Pleret Subdistrict using assistance method for the communities by the facilitator was fairly successful. This was interesting to be examined because of the various characteristic of the communities. Related to this case, the researcher tried to see how far their role to the efforts of the communities' empowerment through the implementation of the National Program of Urban Self Empowerment (PNPMMP). To understand this problem, it was necessary to collect the data using qualitative data collection method, by interviewing the administrators of the Community Selfreliance Agency (LK.M). The City Coordinator of the Bantu/ Regency, his assistance, and the facilitators monitored the activities done by the Community Self-reliance Agency (LKM) themselves; monitored the role of the facilitators in the activities; and investigated the documents owned by the City Coordinator and the Community Self-reliance Agency (LK.M). The results showed that the team of the facilitators as a whole was capable ta run the assistance activities optimally. But some were unsuccessful, such as the volunteers of the Community Self-reliance Agency (LK.M) of Segoroyoso were less active in doing the assistance and the social power has not developed properly, etc. Related to these problems, the government should place the facilitators with specific capabilities suitable with the characteristic of the communities, mind the role of the volunteers in the long term and the reward that they may receive, so they will not foe/ tired in doing their activities.
Keywords :facilitator, role, empowerment
Xlll
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program PNPM Mandir! Perkotaan (PNPM MP), sebenarnya merupakan pengembangan dari program P2KP yang telah dilaksanakan sejak tahun 1999. Program ini pada hakekatnya adalah gerakan nasional dalam wujud pembangunan berbasis masyarakat, yang menjadi kerangka kebijakan serta acuan dan pedoman bagi pelaksanaan berbagai program pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan.
Dengan kerjasama yang melibatkan multi stakeholder, serta dengan bimbingan fasilitator, upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dalam program ini dilaksanakan dalam bentuk suatu proses pembelajaran bersama bagi masyarakat, yang dimulai dari proses sosialisasi, pemetaan swadaya, pembentukan
Badan
Keswadayaan
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM),
Masyarakat(BKM),
pembentukan
sampai pada pemanfaatan dana
Bantuan Langsung Masyarakat(BLM).
Dengan memadukan tiga aspek pemberdayaan, yaitu daya fisik, daya ekonomi dan daya sosial, yang lebih dikenal dengan konsep Tridaya, maka proses pemberdayaan di sini dimaksudkan untuk membangun budaya baru terhadap
pola dan cara berpikir, bersikap serta berperilaku dalam masyarakat. yang dipadukan dengan berbagai modal sosial yang berupa kearifan lokal.
Metode pendampingan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan ini dilaksanakan melalui model sarjana masuk desa, dimana model ini sebenamya telah dilaksanakan cukup lama, dulu kita pemah mengenal yang namanya BUTSI, SP3 (Depdikbud), SP2W (Bappenas), TKPMP (Depnaker), FK (Depdagri) dll yang bertugas sebagai penggerak pembangunan di desa, dalam upaya pengentasan kemiskinan yang mengedepankan kematangan sosial kulturalnya.(Marjono, 2009)
Peran fasilitator dalam melakukan pemberdayaan masyarakat ini sangat penting, sebagaimana dikemukakan oleh Jim lfe dan Frank Tesoriero (2008) yang menyatakan bahwa seorang pekerja masyarakat (fasilitator) harus berurusan dengan berbagai isu seperti penilaian penampilan staf, membangun sebuah tim yang efektif, membantu sebuah organisasi untuk
menetapkan
berbagai tujuan dan sasarannya, memutuskan suatu alokasi yang memadahi mengenai tanggung jawab dalam sebuah organisasi, memastikan adanya sebuah komunikasi yang baik diantara orang-orang yang berbeda, mengurusi berbagai konflik dan ketegangan serta menjamin bahwa otorisasi yang sesuai didapatkan sebelum berbagai keputusan pasti diambil.
Mengingat banyaknya tanggungjawab yang harus dilaksanakan tersebut maka seorang fasilitator harus memiliki berbagai ketrampilan dalam berbagai hal, seperti membuat keputusan, mengelola staf, mengelola konflik, mengelola
2
keuangan dan penyimpanannya dalam bentuk catatan, sehingga mekanisme pengelolaan sumber-sumber tinansial dapat berjalan kearah yang diharapkan, tidak hilang atau diselewengkan, yang selanjutnya ketrampilan tersebut akan ditransformasikan kepada masyarakat, sehingga dimasa yang akan datang masyarakat akan mampu mengambil alih tugas-tugas tersebut.
Dengan berbagai macam ketrampilan yang dimiliki tersebut, maka fasilitator akan memiliki pula kemampuan untuk mengembangkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan organisasi sosial yang mereka miliki, sehingga anggota organisasi yang difasilitasinya (BKM/LKM) tersebut akan dapat berkembang kearah kemandirian.
Dalam melakukan pendampingan teihadap masyarakat, seorang fasilitator harus bisa membedakan antara pemberdayaan masyarakat dengan pembinaan. Dalam
pembinaan,
masyarakat
dilibatkan
sebatas
sebagai
obyek
pembangunan, sementara pihak luar berperan sebagai 'pembina'. Sedangkan jika pemberdayaan, masyarakat didampingi dalam mengambil keputusan dan berinisiatif sendiri agar mereka lebih mandiri dalam pengembangan dan peningkatan taraf hidupnya. Disini masyarakat adalah subyek pembangunan, sementara pihak luar berperan sebagai fasilitator. (lsidorus Lilijawa, 2008).
1. Peran Fasilitator Dalam Pelaksanaan PNPM MP Di Kabupaten Bantul
Pelaksanaan
PNPM
memadukan
tiga
Mandiri aspek
Perkotaan,
pemberdayaan
utamanya
adalah
(konsep
Tridaya),
untuk dan
3
penekanannya adalah pada upaya pengembangan kapasitas masyarakat, agar mereka menjadi lebih mandiri dan tidak banyak bergantung pada pemerintah, serta membuat mereka mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan segala masalah yang mereka hadapi.
Terkait dengan masalah tersebut, uari hasil tinjauan pra lapangan yang kami lakukan di wilayah Kabupaten Bantu(, diperoleh infonnasi bahwa seluruh kegiatan yang dilaksanakan baik oleh BKM maupun KSM, mulai dari tahap perencanaan yang meliputi kegiatan Refleksi Kemiskinan, Pemetaan Swadaya, dan PJM Pronangkis yang pada intinya adalah untuk menyusun daftar kebutuhan bagi kegiatan penanggulangan kemiskinan, telah dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator.
Selanjutnya sebelum kita uraikan lebih lanjut mengenai peran fasilitator dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di Kabupaten Bantul ini, maka ada baiknya jika kita sampaikan terlebih dahulu beberapa infonnasi mengenai fasilitator yang ada di kabupaten Bantu] sesuai apa yang disampaikan oleh Tim Pendamping PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah terse but.
Pada tahun 2009, di wilayah kabupaten Bantu] ada 13 Kecamatan yang memperoleh dana dari program PNPM Mandiri Perkotaan, yang tersebar ke dalam 50 desa/kdurahan, dimana untuk masing-masing desalkelurahan dibentuk satu BKMILKM.
4
Untuk mendampingi 50 BKM tersebut maka dibentuk pulalah 6 (enam) kelompok pendamping, yang masing-masing rata-rata beranggotakan 5 orang fasilitator. Hal ini berarti bahwa setiap kelompok mendampingi 8 sampai 9 BKM yang lokasinya berdekatan.
Tingkat pendidikan hampir semua fasilitator ini adalah sarjana, hanya dua orang yang berpendidikan sarjana muda. Kondisi ini tentunya cukup membantu mereka dalam melakukan tugas fasilitasi terhadap masyarakat melalui BKM, dan yang pada akhimya akan berpengaruh pula terhadap tingkat
keberhasilan
mereka
dalam
upaya
peningkatan
kapasitas
masyarakat di wilayah Kabupaten Bantu! tersebut.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan fasilitator dalam melakukan pendampingan ini tentunya sangat sulit, mengingat tidak ada standar ba!m untuk itu, disamping itu tentunya sulit juga untuk menentukan apakah peran aktif masyarakat dalam pengelolaan PNPM MP adalah benar-benar karena dipengaruhi oleh fasilitator atau bukan.
Namun demikian ada beberapa indikasi yang menunjukkan bahwa faslitator ini mempunyai pengaruh yang besar pada peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengentasan kemiskinan di wilayah tersebut. Hal ini terlihat dari pendampingan yang dilakukan fasilitator kelurahan (faskel) pada saat anggotn KSM berupaya membahas perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok, penyusunan proposal pengajuan dana, dan selanjutnya juga dalam pelaksanaan
5
kegiatan di lapangan,
sebagaimana dijelaskan oleh koordinator BKM
kelurahan Wonokromo, Kecamatan Pleret yang kebetulan kami jumpai di Base Camp PNPM Mandiri Kabupaten Bantu!, bahwa para fasilitator ini telah banyak membantu BKM dalam pembuatan proposal kegiatan yang akan diusulkan untuk memperoleh dana, mereka bahkan ada yang rela pulang sampai larut malam untuk melakukan pendampingan dalam penyusunan proposal tersebut.
Peran penting lainnya yang dilakukan oleb fasilitator dalam upaya peningkatan kapasitas manajerial bagi para anggota dalam mengelola BKM ini, menurut basil penelitian yang dilakukan oleb PSKK UGM tahun 2007, (kasus ditemukan di Kabupaten Bantul dan Semarang) dapat dilibat dari proses penyusunan AD/ART, dimana proses penyusunan AD/ART ini dilakukan oieh BKM dengan bantuan teknis dari fasilitator keluraban. Di dalam AD/ART ini dirumuskan berbagai aturan main berkaitan dengan teknis pelaksanaan kegiatan P2KP di kelurahan sasaran, dan dari sini BKM telah belajar banyak berkaitan dengan manajemen organisasi. Dalam proses pendampingan ini fasilitator telah berperan cukup efektif, mereka telab mampu menjadi mitra bagi BKM dalam pengembang&n kegiatan P2KP tersebut. Pendampingan teknis yang dilakukan telah mampu menumbubkan kemampuan kelembagaan BKM di bidang pengembangan manajemen program. Di sini para anggota BKM banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar menentukan arab kebijakan
6
organisasi. sehingga BKM memiliki ruang yang cukup dalam mengambil keputusan secara mandiri. (PSKK UGM,2007:16)
2. Problem Yang Dihadapi Fasilitator Berdasarkan pengamatan awal yang kami lakukan, dalam melaksanakan pendampingan tersebut nampaknya fasilitator kelurahan (faskel) ini merasa senang dan bisa menil<..mati pekeijaannya, namun demikian jika kita pelajari lebih jauh sebenamya banyak pula problem yang mereka hadapi dalam pelaksanaan tugas tersebut, diantaranya adalah : a. Fasilitator tidak bisa menentukan sendiri waktu kerjanya, karena sangat tergantung pada kegiatan yang dilakukan oleh BKM yang didampinginya. Kegiatan BKM pada umumnya dilaksanakan pada sore atau malam hari, karena baik pengurus maupun anggotanya rata-rata bekeija pada siang harinya. Hal ini tentunya cukup menyulitkan bagi fasilitator yang bertempat tinggal di luar Kabupaten Bantu!, apalagi jika mereka berstatus sebagai ibu rumah tangga. (sebagian fasilitator adalah perempuan dan berstatus sebagai ibu rumah tangga); b. Adanya tuntutan bagi fasilitator untuk memiliki banyak pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan pendampingan, karena mereka nantinya akan menjadi tempat bertanya bagi anggota BKMILKM dalam pelaksanaan PNPM MP mi,
sementam mereka hanya
memperoleh pelatihan sebelum teijun ke lapangan selama 14 hari ( 12 hari teori dan 2 hari pmktek lapangan). Pendeknya waktu peiatihan
7
dengan jadwal yang padat membuat mereka kesulitan untuk menyerap materi yang diberikan. c. Jangka waktu kontrak kerja yang sangat pendek ( rata-rata 3 bulan, selanjutnya berdasar hasil penilaian dari masyarakat kontrak tersebut bisa diperpanjang atau dihentikan) membuat mereka harus benar-benar beketja keras agar kontrak ketjanya b!sa diperpanjang. Kontrak kerja yang pendek ini disatu sisi memang menguntungkan, karena hanya fasilitator yang benar-benar ak.tif dan mau bekerja keras yang akan diperpanjang kontrak kerjanya, tapi disisi lain juga membuat fasilitator merasa terbebani/tidak nyaman dalam bekerja. d. Kendala lain di lapangan terkait dengan tingkat kemampuan masyarakat dalam pengelolaan BKM, terutama bagi BKM-BKM yang barn tebentuk. e. Latar belakang kehidupan sosial, ekonomi serta keluarga mereka yang tidak semuanya mendukung untuk pelaksanaan tugas sebagai faskel. Dengan :nelihat pemn fasilitator serta berbagai masalah yang mereka hadapi tersebut maka kita mengetahui arti pentingnya fasilitator dalam upaya pembcrdayaan masyarakat ini. Seorang fasilitator selain harus memiliki banyak. pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman, serta kemauan temyata juga banyak memiliki problem yang harus dihadapi. Namun demikian mereka tetap dituntut harus mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Berkenaan dengan hal tersebut, untuk memperoleh gambaran secara lebih jelas mengenai peran fasilitator dalam pelaksanaan PNPM MP ini maka yang ak.an menjadi
8
pokok bahasan dalam penelitian ini adalah sampai seberapa jauh fasilitator ini berusaha menumbuhkan partisipasi aktif di kalangan masyarakat dalam pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, apa saja yang mereka lakukan untuk melaksanakan tugas pendampingan tersebut, kendala/permasalahan apa saja yang mereka hadapi serta
bag~imana
mereka mengatasinya, juga apa saja yang menjadi faktor
pendorong upaya pemberdayaan masyarakat yang menjadi tugas mereka.
Untuk mencari jawaban atas beberapa pertanyaan tersebut, maka penelitian ini akan kami fokuskan untuk mengetahui bagaimana peran fasilitator dalam upaya menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, dan selanjutnya untuk mempersempit cakupan wilayah penelitian ini, maka penelitian ini hanya akan difokuskan pada peran fasilitator dalam melakukan pendampingan kepada masyarakat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan y311g ada di wilayah kecamatan Plcret, Kabupaten Bantul.
Wilayah Kecamatan Pleret memiliki 5 BKMILKM, yaitu BKM Wonokromo, BKM Pleret (merupakan BKM lama, terbentuk sejak adanya program P2KP), serta LKM Bawuran, LKM Segoroyoso, dan LKM Wonolelo (merupakan LKM yang baru dibentuk).
Salah satu alasan mengapa kecamatan Pleret yang kami teliti adalah karena dari sekian banyak BKMILKM
y~ng
ada di kabupaten Bantul, baru ada 2
BKJvf/LKM yang diusulkan untuk memperoleh program Neighbourhood Development, dimana salah satunya adalah LKM kelurahan Pleret, sementara
9
yang lain adalah LKM kelurahan Tirtoninnolo, Kasihan, disamping itu di wilayah ini juga telah berhasil didirikan 3 BKM/LKM baru, sehingga jumlahnya menjadi 5 LKM. Dengan kata lain di masing- masing desa telah terbentuk BKMILKM.
Peran fasilitator di wilayah tersebut penting untuk dikaji mengingat karakter masyarakat di 5 kelurahan tersebut memiliki perbedaan satu sama lain, disamping itu tipikal daerahnya juga berbeda-beda (3 kelurahan merupakan daerah dataran, dan 2 kelurahan merupakan daerah perbukitan atau pegunungan). Kondisi semacam ini tentunya memerlukan penanganan yang berbeda antara satu kelurahan dengan kelurahan yang lainnya, untuk itu tentunya juga dibutuhkan fasilitator yang memiliki kemampuan fisik serta kemampuan
komunikasi yang baik dengan masyarakat lokal, disamping
berbagai macam kemampuan dasar lain yang harus dimiliki oleh seorang fasilitator.
Berkaitan dengan hal tersebut maka selanjutnya penelitian ini akan berusaha untuk me!ihat bagaimana peran fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, terutama yang bertugas di wilayah kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, seperti bagaimana cara mereka mengkomunikasikan dengan baik program PNPM Mandiri Perkotaan ini kepada masyarakat di 5 kelurahan tersebut, bagaimana cara mereka melakukan pendampingan pada setiap tahapan pelaksanaan kegiatan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pada evaluasi dan sebagainya.
10
B. perumusan masalab: Dari apa yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan perrnasalahan sebagai berikut : "Bagaimana peran fasilitator dalam Upaya memberdayakan masyarakat melalui pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul."
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai peran fasilitator dalam menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantu), seperti apa saja yang mereka lakukan, strategi apa yang mereka terapkan, berbagai macam hambatan/permasalahan yang dihadapi dan cara mengatasinya,
dorongan yang mereka peroleh dalam pelaksanaan tugas
pendampingan dan sebagainya, sehingga pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ini mendapat sambutan yang baik dari masyarakat di lokasi terse but.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: I. Pemerintah : Sebagai bentuk sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan, serta pertimbangan
dalam
menentukan
kebijakan
lebih
lanjut
terkait
pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan ini, terutltma yang dilaks~makan
di wilayah kecarnatan Pleret, Kabupaten Bantul.
11
2. Peneliti : Dapat memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman ilmiah, serta memahami kondisi riil yang ada dimasyarakat, terkait dengan tanggapan masyarakat terhadap program-program pembangunan daerahnya.
E Keaslian Penelitian Sejauh pengamatan yang saya lakukan, penelitian sejenis dengan ini pemah dilakukan sekali oleh Syuriansyah pada tahun 2005, yaitu mahasiswa Sekolah Pasca Saljana Program Studi Sosiologi UGM Yogyakarta, yang beljudul :
PERAN
FASILITATOR
DALAM
PROYEK
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) Studi Tentang Partsipasi dan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Proyek P2KP di Desa Nanga Tayap, Penelitian tersebut kami pakai sebagai salah satu sumber informasi dan bahan acuan pengembangan penelitian.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada obyek penelitiannya, yaitu sama- sama meneliti mengenai peran fasilitator
dalam
upaya
memberdayakan
masyarakat
pada
program
pengentasan kemiskinan. Sementara perbedaannya adalah selain lokasinya yang berbeda serta nama kegiatannya, dimana dulu masih bersifat proyek yaitu P2KP dan sekarang menjadi program PNPM Mandiri Perkotaan, maka pcrbedaan lainnya adalah pada substansi penelitiannya. Penelitian terdahulu lebih menekankan pada peran fasilitator ini dalam :;etiap tahap pelaksanaan siklus P2KP serta sejauh mana basil yang mereka peroleh, sementara untuk
12
pembahasan mengenai hambatan dan dorongan pada pelaksanan proyek tersebut kurang diungkap secara lebih mendalam. Pada penelitian ini selain mencoba mengungkap peran fasilitator pada setiap tahap pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan, juga mencoba mengungkap lebih jauh mengenai berbagai macam permasalahanlhambatan yang mereka hadapi terkait dengan pe!aksanaan tugas mereka , baik yang berasal dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan tcmpat tinggalnya maupun masyarakat yang mereka fasilitasi, juga tanggapan mcreka atas pekerjaan tersebut, harapan dan keinginan dimasa depan dsb, serta bagaimana cara mereka mensinergikan antara tugas yang harus dilaksanakan, dengan hambatan/permasalahan yang harus mereka hadapi.
13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengantar PNPM Mandiri Perkotaan sebagai kelanjutan dari program P2KP, pada hakekatnya adalah upaya pengentasan kemiskinan yang menggunakan pendekatan pembelajaran dan pemberdayaan kepada warga masyarakat miskin. Pembelajaran dan pemberdayaan dimaksudkan bahwa melalui program ini masyarakat diharapkan dapat belajar dan berusaha mengelola masalahnya seodiri dan selanjutnya mencari jalan keluamya sendiri. dengan kata lain program ini dimaksudkan agar panjang masyarak:at warga miskin menjadi masyarakat yang mandiri dan dalam jangka tidak banyak bergantung pada pemerintah ataupun pihak lain penyandang dana.
Pemberdayaan dalam program ini dilak.sanakan dalam bentuk gerakan bersama dalam komunitas. Selain adanya kerjasama y.'.ng lua.c; dengan mult! stakeholders, usaha pemberdayaan menjadi bagian suatu proses pembelajaran bersama dalam waktu yang cukup panjang. Proses pemabaman kepada warga tentang nilai-nilai yang terkandung dalam P2KP diwujudkan sejak d'Ui proses sosialisasi, pemetaan swadaya, pembentukao Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM),
pembentukan
pemanfaatan
Kelompok
Swadaya Masyarakat
(KSM),
dan
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Proses tersebut
memungk.inkan terciptanya kesadaran bersama, baik dalam hal
pengetah~
14
sikap. budaya. maupun perilaku yang konstruktif dalam pengentasan kemiskinan. ( PSKK
UGM~
20C>7).
Selanjutnya sebelum kita bahas lebih jauh mengenai peran fasilitator da!am pemberdayaan masyarakat. maka ada baiknya jika kita pahami terlebih dahulu beherapa
pengertian yang
berhubungan
dengan
penelitian
ini
serta
keterkaitannya satu dengan yang lain.
B. Kouep l"embe•yaaa Indikasi masyarakat dikatakan miskin seca.ra umum dapat dilihat dari c;ri-ciri kondisi fisik mereka seperti tidak memiliki akses ke pr&arana dan sarana
dasar lingkungan yang memadai, kualitas pemukiman dan perumahan di bawab standar kelayakan. serta pengbasilan yang tidak. menentli..
Persoalan kemiskinan selama ini banya dilihat da.ri gejala yang tampak. dari luar saja yang mencalrup multi dimensia, seperti dimensi politik yang terlibat dalam
bentuk
t~dak
dimiJikinya
wadah/org:misasi
yang
mampu
memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan mereb, dimensi sosial yang terlibat dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada, terintemalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak budaya kerja dan etos kerja serta pudamya nilai-nilai kapitai sosial seperti gotong royong, musyawarah, keswadayaan dll, yang ak:an berakibat pada semakin jauhnya perilaku masyarakat pada semangat kemandiri~ kebersam~ dan kepedulian ur:rtuk. mengatasi persoalan seca.ra bersama-~ dimensi lingkungan yang dapat dilihat dari perilaku mereka yang cendenmg
15
melaksanakan kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan Iingkungan serta pemukiman, dimensi ekonomi yang dapat dilihat dari rendahnya penghasilan yang mereka peroleh sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup secara
lay~
serta dimensi aset yang berupa rendahnya
kepemilikan mereka dalam berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup merek.a, terma.suk. aset kualitas sumberdaya manusia, peralatan kerja, modal dana, perumahan dll.( Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008)
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa situasi kemiskinan akan berkembang
dalam lingkungan masyarakat yang situasi perilaku, sikap serta cara pandangnya belum
berdaya.
T erkait dengan
pendekatan terbaik yang dapat dilakukan
w.asalah tersebut maka
untuk
mengatasi
masalah
kemiskinan ini adalah dengan berusaha mengarabkan masyarakat ke arab perubahan perilakulsikap dan earn pandang mereka agar lebih mandiri dan berdaya
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk itu adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran masyarakat dan penguatan kapasitas.
Pemberdayaan dapat didefmisikan sebagai upaya untuk membantu masyarakat
agar dapat menolong diri mereka sendiri, atau upaya untuk memimpin masyarakat agar belajar memimpin diri mereka sendiri, sehingga masyarakat tersebut dapat memecahkan masalahnya sendiri sesuai dengan kemampuan sumberdaya lokal yang ada dalam masyarakat tersebut.(Babua, 2008)
16
Senada
dengan
pendapat
tersebut,
menurut
Sumodiningrat
(200 I)
pcmberdayaan (Empowerment) masyarakat berarti meningkatkan kemampuan atau meningkatkan kemandirian masyarakat. Dalam kerangka pembangunan nasional. upaya pemberdayaan masyarakat
dapat dilihat dari sisi pandang: 1. Menciptakan suasana atau ildiCJ yang memungkinkan masyarakat berkembang; 2. Meningkatkan
kemampuan
(capacity
building)
masyarakat
membangun melalui berbagai pemberian bantuan
dana.
dalam
pelati~
pembangunan prasarana dan sarana baik fisik. maupun sosial serta pengembangan kelembagaan di daerah; 3. Melindungi melalui pemihakan kepada yang lemah untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan.
Terkait dengan masalah tersebut. maka terdapat tiga pendekatan dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin ini. yaitu :
1. Pendekatan yang terarah, yang artinya bahwa pemberdayaan masyarakat itu harus terarah, yakni berpihak kepada masyarakat miskin; 2. Pendekatan
kelompok.
dalam
arti
secara
bersama-
sama
untuk
memudahkan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi; 3. Pendekatm pendampingan. yang artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok, masyarakat miskin perlu didampingi oleb
17
pendarnping yang profesional sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator bagi kelompok untuk. mempercepat tercapainya kemandirian (Sugijoko. dkk. dalam Hadi Soekamto dkk)
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari beberapa pendapat di atas adalah bahwa pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membimbing dan mengarahkan masyarakat agar mampu mencema sendiri persoalan kemiskinan yang mereka hadapi. dan selanjutnya mencari jalan keluar dengan kemampuan somber daya lokal yang mereka miliki tanpa barns banyak bergantung pada
pihak lain manapun. Upaya pemberdayaan tersebut dilakukan melalui penciptaan
iklim
yang
memungkinkan
masyarakat
miskin
dapat
mengembangkan potensinya, peningkatan kemampuan masyarakat melalui kelembagaan lokal yang ada. serta pemberian bantuan pendampingan oleb tenaga ahli.
Melengkapi
beberapa
pendapat
di
atas
maka
Handrianto
( 1996)
mengemukakan bahwa : "Pendekatan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (individu/kelompok) merupakan suatu pola pendekatan yang mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek) pembangunan, sehingga semua keputusan dan tindakan pembangunan didasarkan pada aspirasi. kepentinganlkebutuhan, kemampuan dan upaya masyarakat". Sementara itu terkait dengan masalah tersebut Siswanto ( 1997) menyatakan bahwa : "Paradigma pembangunan yang bertumpu pada masyarakat mampu menghasilkan kerelaan yang lebih dari masyarakat wttuk memberi kontribusi kerja dan biaya pembangunan, operasi dan perawatan, sehingga seringkali dinilai lebih efektif dan yang pada gilirannya lebih sustainable."
18
Dari uratan di atas dapat kita katakan bahwa upaya penanggulanngan
kemiskinan akan dapat berjalan dengan
b~
jika seluruh kegiatan
pembangunan yang akan dilaksanakan merupakan keputusan masyarakat sendi~
dari basil pemetaan, identifikasi dan penilaian yang mereka lakuk.an,
karena sesungguhnya hanya merekalah yang lebih tahu apa yang teljadi pada kehidupannya, serta apa yang mereka butuhkan dalam menjalani hidupnya.
Sehubungan dengan masalah tersebut, iebih jauh dikatakan oleh sulL'\tiyani
(2004) bahwa:
"Paradigma pembenlayaan masyarakat, berinisiatif untuk mengubah kondisi dengan memberikan kesempatan kepada kelompok miskin untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan yang telah mereka tentukan. Disampiog itu masyarakat miskin juga diberi kesempatan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak lain."
Pemberdayaan mayarakat sebagaimana diuraikan di atas akan dapat terwujt!d dengan baik jika semua yang terlibat di dalam u,aya pemherdayaan masyarakat tersebut juga ditingkatkan pula keberdayaannya. Diantara yang punya peran besar dalam upaya pemberdayaan ini adalah lembaga atau organisasi sebagai wadah kegiatan masyarakat beserta peogelolanya, serta orang perorangan sebagai penggerak utama upaya pemberdayaan i:ersebut (fasilitator). Menurut Sulistiyani (2004) pihak di luar pemerintah yang terlibat dalam proses membangun basis kelru&:saan dan kemampuan rakyat terseblit apapun nama dan status serta levelnya disebut dengan agen pembaharu.
19
B. Pemahaman Mengenai Agen Pembaharu
Ada beberapa pengertian/makna mengenai agen pembaharu, diantaranya adalah bahwa agen pembaharu merupakan orang yang mendorong terciptanya perubahan sosial ekonomi secara berencana, seperti penyuluh pertanian dsb. (http://bahtera.org/kateglo/, dikutip dari internet tgl 12 Nop.2009) Menurut Sulistiyani (2004: 1 i4) agen pembaharu ini bisa berupa LSM, organisasi massa, organisasi profesi, organisasi kepemudaan, organisasi wanita, Posyandu dll.
Dari kedua definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan agen pembaharu adalah orang perorangan (fasilitator) maupun lembagalorganisasi yang mendorong terciptanya perubahan sosial ekonomi masyarakat secara berencana.
Dengan mendasarkan diri pada definisi tersebut maka penulis mamaknai agen pembaharu ini sebagai lembaga atau organisasi yang menjadi wadah aktifitas sosial ekoncmi masyarakat,
serta orang-orang tertentu yang !r..husus
beraktifitas untuk menumbuhkan dan meningkatkan keberdayaan masyarakat (fasilitator). Agar dapat melaksanakan tugas pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah disinggung di atas, maka agen pembaharu
( lembagalorganisasi dan atau
orang perorangan) tadi harus ditingkatkan pula keberdayaancya. Hal ini perlu dilakukan
karena
merekalah
yang
sesungguhnya
paling
dekat
dan
berhubungan langsung dengan masyarakat yang akan diberdayakannya.
20
Terkait dengan lembaga maka peningkatan keberdayaan agen pembaharu ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki kelembagaan yang
k~
kemampuan
pengelolaan manajemen, serta pengelolaan somber daya yang dimiliki. Menurut Sulistiyani (2004 :115) peningkatan keberdayaan agen pembaharu meliputi
manajemen.
kemampuan
penguatan
kemampuan
manajemen
keuangan. kemampuan pengembangan pola hubungan kamanusiaan dalam secara
organisasi
internal.
kemampuan
mengakses
infonnasi
secara
komprehensif terkait dengan pemberdayaan masyarakat miskin. kemampuan mengolah
data. rnendokumentasikan serta menyajikan data. serta kemampuan
untuk membentuk jaringan dengan pihak luar yang memiliki kompetensi dalam masalah pemberdayaan masyarakat miskin.
Hal ini dimaksudkan agar agen pembaharu tersebut dapat menjadi sebuah lembaga atau organisasi yang kuat dan mandiri serta mampu manjalin kemitraan dengan pibak manapun yang mendulrung program Jl'!Rlberdayaan masyarakat. Sementara itu terkait dengan pemaknaan agen pembaharu sebagai orang perorangan (fasilitator), maka peningkatan pemberdayaan agen pembaharu ini meliputi
peningkatan
kemiskinan,
serta
penguasaan
penguasaan
mengenai
konsep
dan
substansi
pennasalahan
implementasi
program
pemberdayaan masyarakat yang ak..an dijalankannya. Untuk itu maka kualitas SDM agen pembaharu ini benar-benar harus mendapat perbatiao sebelum mereka ditugaskan untuk melakukan tugas pendampingan pada masyarakat yang akan menjadi sasaran peningkatan pemberdayaan.
21
Kualitas SDM agen pembaharu dapat dilihat dari Jatar belakang
pendidi~
wawasan pengetahuan. kecakapan ketrampilan., kemampuan manajemen konflik dan manajemen masalah untuk selanjutnya memikirkan altematif solusi serta mengambil keputusan yang tepat (Sulistiyani, 2004: 116)
Tujuan dari upaya peningkatan kebenlayaan agen pembabaru tersebut adalah
agar kemampuan agen pembaharu dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin dapat meningkat pula, mulai dari penyusunan,
pelaksan~
maupun
monitoring serta evaluasi program -program pemberdayaan masyarakat yang menjadi tugasnya
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberdayaan agen pembaharu ini diantaranya adalah dengan melakukan pembangunan lembaga yang menjadi wadah aktifitas masyarakat tersebut serta meningkatkan kemampuan fasilitator terkait dengau tugas pendampingan yang barns dijalankannya.
C. Pembanganu Kelembagaaa Menurut Uphoff (1986: 8-9, dalam Syahyuti), istilab kelembagaan dan orgamsasa sering membingungkan dan bersifat interchangeably. Secara keilmuan, 'social institution' dan 'social organization' berada dalam level yang sama, untu.k menyebut apa yang kita kenai dengan kelompok sosial,
grup, social fonn, dan lain-lain yang relatif ~jenis. Namun, perkembangan akhir-akhir mi, istilah "kelembagaan" lebih sering digunakan untuk makna yang mencakup keduanya sekaligus. Ada beberapa alasan kenapa orang-orang
22
lebih memilih istilah tersebut.. Kelembagaan lebih dipilih karena kata "organisasf' menunjuk kepada suatu social fonn yang bersifat fonnal, dan akhir-akhir ini semakin cenderung mendapat image negatif. Kata kelembagaan juga lebih disukai karena memberi kesan lebih "'sosial" dan lebih menghargai budaya lokal, atau lebih humanistis.
Senada dengan pendapat tersebut Brinkerhoff and Goldsmith (1992) serta World Bank (2002) (dalam
http://romagia.wordpress.com/nie/pe.oguatan-
kelembagaan-baitul-mal-watanwil-bmt/ ) memberi batasan kelembagaan/ institusi sebagai aturan prosedur yang mempengaruhi bagaimana orang-orang berinteraksi, institusi juga adalah organisasi yang mengimplementasikan aturan untuk mencapai keinginan bersama dalam organisasi.
Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa pengertian kelembagaar. adalah
berk.aitan dengan segala aturan, prosedur , norma dsb yang mempengaruhi perilaku orang-orang yang ada dalam suatu organisasi dalam melakukan interaksi satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan bersama.
Berdasarkan beberapa batasan tersebut maka menurut penulis pengertian
kelembagaan adalah terkait dengan orgrulisasi beserta aturan, prosedur dan norma yang mengatur perilaku orang-orang yang terlibat dengan aktifitas organisasi tersebut.
Berkenaan dengan masalah kelembagaan ini Sayogyo (1982, dalam JSP: 69) menyatakan
bahwa setiap perubahan
belum bisa di.katakan sebagai
23
pembangunan sepanjang masyarakat belum mempunyai kelembagaan dan organisasi yang mampu menggerakkan masyarakat tersebut secara mandiri. Tanpa
dulrungan
institusi
yang
mampu
menggerak.k.an
kemandiri~
kesinambungan proses pembangunan menjadi terhambat, dan perubahan dalam pembangunan tidak dapat didistribusikan secara lebih merata Belum melembaganya perilaku membangun dalam masyarakat akan menjadikan masyarakat lebib tergantung pada pelayanan dan sumber daya dari luar, tidak pada potensi internal yang mampu memobilisasi potensi dan swnber daya lokal. Persoalan kelembagaan tersebut sebenamya bermuara pada tiada atau langkanya lembaga yang dapat berperan sebagai agen perubahan/pembaharu. Untuk melalrukan peran tersebut., sebuah lembaga dituntut bisa mengakar dan memiliki visi kritis terbadap pt:rubahan yang dihasilkan dalam proses pembangunan Namun demikian terdapat beberapa alternative yang bisa dilakukan untu.k mengantisipasi
langka
.'tiadanya
aktor
lembaga
sebagai
agen
perubahan/pembaharu tersebut, yaitu dengan ; I. Melakukan modifikasi kelembagaan terhadap lenabaga lokal yang terbukti mengakar dan secara efektif mampu menjadi media penggerak aktivitas
massa 2. Melalui rekayasa kelembagaan dengan mencangkokkan model lembaga dari luar masyarakat. Lembaga baru tersebut dirancang untuk menanggapi
kebutuban
pembangunan. tennasuk perubahan yang terjadi dalam
24
kehidupan
sosia~
ekonomi dan kultur. lni akan dapat beJjalan secara
efektif sepanjang sosialisasi lembaga
yang baru tersebut mampu
menyentuh kehidupan masyarakat pada strata akar-rumput.(grass-root)
Selama ini lembaga-lembaga lokal yang ada di masyarakat pada umumnya masih bersifid: sangat
~rltana,
padahal lembaga lokal tersebut sangat
diperlukan sebagai wadah untuk percepatan pelaksanaan pembangunan yang berbasis masyarakat, untuk itu maka diperlukan adanya revitalisasi lembaga lokal yang sudah ada atau pembentukan lembaga. bam yang bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, yang pada langkah selanjutnya dilakukan pula pembangunan serta pengembangan kelembagaan tersebut
Dalam model pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan, nampalrnya model inilah yang dipakai. yaitu dengan mendorong masyarakat untuk membentuk lembaga bam yang dikenal dengan Badan!Lembaga Keswadayaan Masyarakat {BKMILKM), dimana proses pembentukannya dilaksana.kan sendiri oleh masyarakat dengan didampingi oleh tim fasilitator yang bertugas diwilayah tersebut, dan selmYutnya dilaku kan pembangunan dan pengembangan yang terencana terhadap lembaga tsb.
Menurut Milton J. Esman (1986, dalam Budi Susanto, 2006) titik tolak model pembangunan lembaga atau kelembagaan berangkat dari definisi sebagai berikut: "Fembangunan lembaga dapat dirumuskan sebagai perencanaan, penataan. dan bimbingan dari organisasi-organisasi bam atau yang disusun
kembali yang (a) mewujudkan perubahan-perubahan dalam nilai-nilai, fungsi-
25
fungsi,
telrnologi-teknologi
fisi~
dan/atau
sosial,
(b)
menetap~
mengembangk.an, dan melindungi hubungan-hubungan nonnatif dan pola-pola tindakan yang barn, dan (c) memperoleh dukungan dan kelengkapan dalam lingkungan tersebut.
Hal ini berarti bahwa pembangunan lembaga atau kelembagaan adalah suatu perspektif tentang perubahan sosial yang direncanakan dan yang dibina.. Pembangunan lembaga menyangkut inovasi-inovasi yang menyiratkan perubahan k:ualitatif dalam nonna-norma, dalam pola-pola k:elak:uan, dalam hub~gan-hubungan
perorangan dan hubungan-hubungan kelompok. dalam
persepsi baru mengenai tujuan-tujuan maupun cam-am. Pembangunan lembaga tidaklah bei'IG!itan dengan pengulangan pola-pola yang sudah ada, dengan penyimpangan-penyimpangan marjinal dari praktek-praktek masa lalu, atau dengan perbaikan-perbaikan yang sedikit saja dalam efisiensi. Tema pok:ok yang dominan dalam pembangunan lanbaga atau kelembagaan adalah inovasi.
Tujuan
pembangunan
lembaga adalah
untuk membangun organisasi-
organisasi yang dapat hidup terns dan efektif yang membangun dukungandukungan dan kelengkapan-kelengkapan dalam lingk:ungannya. Dukungan ini mcmungkinkan
inovasi-inovasi untuk berakar,
memperoleh dukungan,
meojadi nonnatif dan deogan demikian dilembagakan dalam masyarakat.
Pembangunan kelembagaao sebagaimana dikemukakan oleh Esman tersebut sangat perlu dilakukan mengingat kondisi kelembagun lokal masyarakat kita
26
pada umumnya masih bersifat tradisional dan sederhana sebagaimana yang
telah disinggung di atas. Lembaga-lembaga lokal tersebut pada umunya belum dikelola secara baik, dalam arti belum menerapkan sistem manajemen pengelolaan yang baik, SDM pengelolanya biasanya juga belum menjadi prioritas, dalam arti pcngelola/peogurus lembaga-lembaga tersebut pada umumnya dipilih dan diangkat atas dasar siapa yang rajin dan bersedia menjadi pengurus. tanpa memperl1itungkan apakah mereka mempunyai kapasitas untuk itu ataupun tidak.
Sementara itu terk:ait dengan pengembangan kelembagaan ini, Slamet Widodo (2008) menyatakan bahwa pengembangan kelembagaan mengacu pada proses untuk memperbaiki kemampuan lembaga dalam mengefektifkan penggunaan sumberdaya manusia dan keuangan yang ada.
Lembaga macam apa saja yang dapat diperbaik.i, menurut Uphoff (1986, dalam Syahyuti) pengembangan kelembagan (institutional development) hanya difokuskan kepada kelembagaan yang memiliki struktur, serta organisasi yang potensial untuk dikembangkan.
Men~cu
pada beberapa pendapat tersebut, maka pemahaman yang kita
peroleh dari pembangunan dan pengembangan kelembagaan ini adalah upaya untuk melakukan perubahan dalam hal kualitas penerapan norma-norma, pola kelakuan, baik daJam hubWJgan perorangan maupun hubungan-hubungan kelompok da!am pengelolaan organisasi yang bersangkut&..'l yang bersifat inovatif, dengao melakukan perencanaan dan
penataan kembali serta
27
memberikan bimbingan dari organisasi-<>rganisasi baru yang dibentuk atau yang disusun kembali.
Pentingnya
pembangunan
dan
pengembangan
kelembagaan
ini juga
disampaikan oleh Uphoff ( 1986, dalam Widodo2008) yang memberikan gambaran hahwa selama kurun waktu yang panjang lembaga donor intemasional mengakui akan pentingnya pengembangan kelembagaan untuk. mencapai tujuan pembangunan. AUSAID dan Bank Dunia telah memberikan pembuktian terbadap pentingnya pengembangan kelembagaan ini, bahkan seringkali proyek yang mengabaik.an pengembangan kelembagaan berakhir pada kegagalan.
Pembangunan dan pengembangan kelembagaan sebagaimana dikemukakan di atas akan dapat terwujud dengan baik jika dibikukan dengan strategi yang tepat serta dengan adanya bimbingan dari fasilitator. Ada beberapa strategi yang dibutuhkan dalam pengembangan kelembagaan lokal ini, yang menurut oceannaz (2008) di~.ntaranya adaJah : I. Cara-cara memberi dukungan, melalui Promosi, Fasilitasi, Pendampingan dan pendekatan proses pembelajaran;
2. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia, melalui pendekatanpendekatan
pelab.ltan
yang
menggunakan
cara-cara
barn
dan
pengembangan kepemimpinan;
3. Penguatan kapasitas k.elembagaan dengan cara beketja sama dengan lembaga- lembaga yang mapan, pendekatan katalis dan beketja sama
28
dengan organisasi altematif; 4. Pembentukan jaringan kelembagaan dan pemberian dukungan dasar;
5. Penataan kembali tingkatan kelembagaan yang berorientasi kepada tingkatan nasional secara dan
lega~
menggunakan strategi desentralisasi
penataan orientasi birokrasi ke arab yang berpihak kepada
masyarakat; 6. Menggunakan metode-metode mobilisasi sumber-sumber lokal untuk menghimpun partisipasi masyarakat atau individu-individu yang memilik.i kekuatan maupun campuran keduany~ pengelolaan
paj~
pendapatan dari
pengguna barang atau penerima pelayanan, bantuan bergulir dan tabungan, penerimaan dari sumber-sumber produktif, pengumpulan iuran atau pendapatan dari sektor barang dan jasa serta kontribusi dari tenaga kerja; 7.
Metoda-m~toda
manajemen
sumber
daya
loka~
yaitu
penataan
administrasi keuangan dan pengawasan; 8. Pemeliharaan peralatan dan fasilitas (sarana dan prasarana); 9. Menghubungkan atau membuat jaringan dengan sumber-sumber di wilayah yang lebih luas dengan memobilisasi sumber-sumber lokal; I 0. Kontribusi atau bantuan dari pihak donor.
Dari uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan kelembagaan lokal tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian dukungan (fasilitasi,
pendekatan
(pelatihan
dan
pembelajaran),
pengembangan
pengembangan
kepemimpinan),
kapasitas
penguatan
SDM
kapasitas
kelembagaan dengan cara melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga
29
yang mapan.
memobilisasi swnber-sumber lokal untuk menghimpun
partisipasi masyarakat. bantuan bergulir serta tabungan dan sebagainya.
Senada deng311 pendapat di atas maka Arturo dalam Oceannas( 2008), menyatakan bahwa kelembagaan lebih dipandang sebagai suatu manajemen dan keterkaitan antara sumber daya manusia, keuangan dan hubungan atau sistem keija antara suatu lembaga dengan lembaga lainnya. Hasil yang dapat diperoleh dari pengembangan kelembagaan adalah mekanisme kegiatan yang teratur dan sating mendulrung (terkoordinasi) yang pada akhimya memberikan situasi dan kondisi yang kond!JSif dalam pemberian pelayanan dan terpenuhinya kebutuhan masyarakat
Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa inti dari pengembangan kelembagaan
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan
manajemen
pengelolaan sumber daya manusia dan keuangan serta hubungan keljasama tJengan lembaga lain. agar tercipta suatu mekanisme kegiat&n yang teratur dan sating mendukung.
Pengembangan kelembagaan lokal dalam lingkungan masyarakat yang pada umumnya masib bersifat sederhana sebagaimana diuraikan di atas. hanya akan
dapat terwujudjika dila.kukan dengan sistem pendampingan oleh fasilitator. Peran fasilitator di sini adalah untuk membantu masyarakat mengenali permasalahan yang mereka hadapi dan selanjutnya mencari jalan keluar terbaik yang dapat mereka lakukan, melakukan transfer nilai dan suri tauladan dalam upaya peningkatan kualitas SDM masyarakat, kemampuan pengelolaan
30
administrasi dan manaJemen keuangan, serta membantu masyarakat agar mampu menjalin kemitraan dengan pihakllembaga lain yang dapat membantu meningkatkan kemandirian mereka.
D. Fasilitator Dan Peraa Pendampingan Fasilitator dalam program pemberdayaan adalah seseorang yang ditunjuk atau atas inisiatifuya sendiri melakukan fungsi-fungsi pembimbingan, motivasi, pengarahan, bantuan dan pembelajaran bagi kelompok atau para pihak didalarn meningkatkao kmtandirian dan keswadayaan. Peran ini tidak. berubah ketika kelompok-kelompok masyarakat yang didarnpinginya menghadapi berbagai masalah, kesulitan, bencana dan intensitas konflik yang meningkat. Fasilitator memiliki fungsi yang strategis sebagai agen pembaharu perubahan sekaligus agen perdamaian. (http://www.conflictanddevelopment. orgldata)
Senada dengan pendapat tersebut, pendapat lain mendefinisikan fasilitator ini sebagai orang yang memberikan bantuan dalarn memperlancar proses komunikasi sekelompok orang, sehingga mereka dapat memahami atau memecahkan masalah bersama-sama Mereka bukan hanya memberikan pelatihan, bimbingan, nasebat maupun pendapat tetapi menjadi nara sumber yang baik untuk berbagai permasalahan. (http:/n4.125.155.132/search?q= cache:Gy6pHMMKjFAJ:indosdm.com)
Dengan mengacu pada kedua pendapa! rersebut penulis mengart.ikan fasilitator adalah seseorang yang melaksanakan fungsi pembimbingan, motivasi, pengarahan. pelatihan, nasehat. bantuan dan pembelajara!l serta membantu
31
memperlancar proses komunika.si
kelompok--kelompok tertentu
dalam
masyarakat didalam upaya meningkatkan kemandirian dan keswadayaan.
Sementara itu pengertian peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1989) adalah seperangkat tingkat diharapkan yang dimilik.i oleh yang berkedudukan di masyarakat. Makna yang terkandung dari uraian tersebut menurut penulis adalah fungsi atau tugas yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai kedudukannya dalam kehidupan di masyarakat. Jadi pengertian peran fasilitator adalah fungsi atau tugas yang diharapkan dilaksanakan oleh seseorang dalam posisinya sebagai fasilitator.
T erkait dengan masalah tersebut, dari beberapa referensi yang pemah penulis
baca diperoleb kesimpulan bahwa k:ualitas pelaksanaan berbagai macam pembangunan berbasis masyarakat yang selama ini tela.'t dilaksakan cenderung rendah, hal ini terjadi karena peran pendamping (fasilitator) selama ini hanyalah sebatas sebagai penyulub teknis 1Dltuk suatu bidang tertentu saja. Mereka tidak memilik.i/dibekali dengan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas kelcmbagaan masyarakat yang telah ada. Kondisi semacam ini menyebabkan munculnya ketergantungan masyarakat pada suatu program tertentu, dimana ini akan menimbulkan masalah terkait
ke~rlanjutan
program, setelah suatu program selesai dilaksanakan.
Berkei133D dengan hal terscbut, menwut Lilijawa telah ditemukan banyak kasus yang meniBljukkan bahwa setelah sekian lama kelompok-kelompok
masyarakat mendapat "pendampingan" oleh fasilitator, mereka akan mera.sa
32
terus bergantungltersubordinasi pada fasilitator atau lembaga-lembaga yang mendampingi mereka (pihak luar) walaupun proses pendampingan itu telah berakhir. Jarang sekali masyarakat setempat sampai pada tahap benar-benar mengambil alih, mengelola dan mengendalikannya sendiri.
Hal semacam ini bisa terjadi karena proses pemberdayaan masyarakat pada umumnya cenderung diwamai oleh pola pikir yang sesat semacam
in~
Kita
tidak mempunyai modal --+ minta bantuan modal; kita tidak mempunyai SDM berpendidikan tinggi --+ minta beasiswa dan pelatihan; kita tidak memiliki tek:nologi, alat dan mesin--+ minta bantuan tek:nologi~ alat dan mesin; kitajuga tidak ada akses pasar --+ minta informasi pasar, dan
se~rusnya.
(Lilijawa,
2008)
Dengan pola pikir yang semacam itu, berarti masyarakat dibimbing untuk selalu meminta apa yang tidak mereka miliki, atau apa yang tidak ada pada mereka
tapi
mereka
menginginkannya.
Padahal
inti
dari
prinsip
pemberdayaan, sebenamya adalah untu.k menggali potensi yang ada dimasyarakat itu sendiri yang seharusnya akan digunakan IDltuk memecahkan masalah yang mereka miliki, tanpa harus tergantung pada bantuan dari pihak. luar. Dengan kata lain sebagaimar..a yang telah diuraikan di atas, bahwa tujuan pendampingan ini adalah untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat, sehingga masyarakat m&lllpu menolong dirinya sendiri Wltuk keluar dari kemiskinan yang mereka hadapi.
Terkait dengan masalah tersebut menurut Triyanto ada beberapa pnns1p
33
pendampingan yang harus dipegang oleh seorang fasilitator, agar dapat melaksanakan tugasnya, diantaranya adalah: I. Prinsip Keswadayaan, yaitu masyarakat difatih dan dimotivasi untuk
berusaha mengembangakan hidupnya atas dasar kemauan dan kemampuan yang mereka
mili~
bukan dari belas kasihan orang lain yang akan
mendptakan ketergantungan;
2. Prinsip
tkrk:elanjutan,
yitu
semua
kegiatan
penumbuhan
dan
pengembangan barns berorientasi pada terciptanya sistem dan mekanisrne yang menduk.ung pengembangan masyarakat secara berk:elanjutan. Oleh karena itu fasilitator harus selalu visioner dan mampu memberi motivasi masyarakat agar berpandangan jauh;
3. Prinsip Berkelompok, yaitu kelompok dibangun dan dikembangkan berdasar prinsip dari, oleh dan untuk anggota. Kelompok barns mampu menjawab semua
kebutuhan
anggota, oleh karena itu kelompok.
seharusnya tidak hanya diperankan sebagai alat sosial, tetapi juga alat ekonomi
bersama
serta
alat
pengejawantahan
akan
keberadaan
anggotanya.
Dengan memahami prir.sip pendampingan tersebut maka seorang fasilitator
akan mampu mcnjalankan perannya dengan baik dan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik pula.
Selanjutnya berdasar pada prinsip-prinsip pendampingan tadi maka ada tiga peran vital yang harus dilakuk.an oleh seorang fasilitator yaitu:
34
I. Menjadi penasehat bagi masyarakat yang tengah membutuhkan masukan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, sehingga dia harus bersikap lebih tenang, karena masyarakat yang dihadapi relatif sudah
2. Menjadi pelatih bagi Masyarakat., utamanya dalam mengenalkan hal-hal barn yang dibutuhkan masyarakat.;
3. Menjadi pengbubung antara masyarakat dengan lingkungan di luamya terutama dalam membangun jaringan kerja yang memang dibutuhkan untuk lebih memperlruat komunitasnya; (Triyanto, 2008)
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa tugas utama seorang fasilitator bukan hanya
sek~
menggerakkan masyarakat untuk ikut terlibat dalam
pembangunan desaoya secara fisik. tetapi lebih ke arab pematangan sosio kultural masyarakat., sehingga akan muncul kesadaran dikalangan masyarakat akan arti pentingnya perang melawan k\!miskinan dengan kekuatan sendiri.
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Lilijawa (2008), bahwa tolok ukur keberhasilan para pendamping/ fasilitator yang sebenarnya tak hanya terletak pada seberapa progres report dana secara fisikal pendapatan atau produksi masyarakat menaik. tetapi lebih pada kematangan sosiokultur masyarakat.
Kondisi ini perlu dipahami karena sering kali fasilit&:ol teljun ke masyarakat tanpa
bekal
pengetahuan
problematikanya,
sehingga
yang
cukup
ketika
dia
mengenai
berbadapan
masyarakat langsung
dan
dengan
35
masyarakat dengan sega.Ja permasalahannya, yang temyata tidak sesuai dengan bayangannya, maka dia menjadi ragu atau bahkan tidak tabu sama sekali mengenai apa yang harus dilakukannya
Berkaitan dengan hal tersebut, sebagaimana telah dikemukakan oleh Sulistiyani pada uraian
terdahul~
bahwa seorang fasilitator sebelum
menjalankan tugasnya di masyarakat maka dia harus memiliki kompetensi teknis mengenai masyarakat,. kemiskinan dan konsep penanggulangannya., maka
Lilijawa berpendapat pula bahwa seorang fasilitator sebelum
menjalankan tugasnya hams mempunyai pemahaman yang benar mengenai masyarakat dan mengapa masyarakat membutuhkan ''pemberdayaan".
ltu artinya., seorang fasilitator yang sedang bekerja mendampingi masyarakat harus bisa "berpikir" dan "berasa" secara sehat tentang masyarakat. Proses berpikir dan berasa inilah yang kemudian mendasari bagaimana fasilitator mendampingi masyarakat. Alur berpikir yang benar akan menimbulkan fasilitasi yang benar. Sebaliknya., bila alur berpikir salah. fasilitasi yang diciptakan juga akan keliru. Sensitivitas rasa yang kurang diperhatikan dalam proses fasilitac;i rnenjadikan masyarakat sebagai tong sampah yang bisa menampung segala hal yang dibuat dan dikatakan fasilitator. Padahal, masyarakat mempunyai sensus kolektif yang perlu dihargai karena menjadi patokan kebenaran bagi mereka
Jad~
dapat dikatakan bahwa aktivitas berpikir dan bernsa seorang fasilitator
akan sangat menentukan dalam proses dan tahapan suatu program pemberdaya
36
an masyarakat(Lilijawa. 2008) Berdasar uraian pemyataan mengenai prinsip pendampingan serta peran pendampingan. yang menuntut fasilitator untuk memiliki pemahaman yang baik dan benar mengenai masyarakat dengan segala pennasalahannya tadi, maka agar fasililator dapat
me~Yalankan
tugas pendampingan ini dengan baik,
PNPM Mandiri Pertotaan telah memberikan batasan yang jelas mengenai ruang lingkup pendampingan yang harus dilakukan oleh seorang fasilitator, bahkan juga dilakukan pengawasan yang kelat kepada para fasilitator i~ yaitu dengan cara pemberian waktu kontrak ketja yang sang&t pendek, rata-rata hanya 3 bulan, kemudian dilakukan evaluasi untuk melihat kinetja mereka
Pendampingan dalam program PNPM Mandiri Pertotaan ini bukan hanya diberikan
bagi
pengembangan
pengembangan kapasitas
kapasitas
masyarakat
saja
tapi juga
Pemerintah Kota/Kabupaten, dan pemangku
kepentingan setempat.
Berdasarkan buk.u pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008, proses pendampingan sekurang-kurangnya harus menghasilkan :
I. Masyarakat yang peduli dengan kemiskinan dan pelestarian lingkungan, serta mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan;
2. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yane dipercaya, aspiratif. representatif dan alruntabel;
3. P1M Pronangkis sebagai wadah untuk. mewujudkan sinergi berbagai pro
37
gram penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dsb, sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat; 4. Relawan dan Relawan khusus (spesialisasi berdasarkan minat) sebagai penggerak proses pembangunan partisipasif di wilayahnya;
5. Kegiatan
dan
forum
pemantauan
partisipatif untu.k
memastikan
pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan berdasarkan PJM Pronangkis dan nilai luhur, 6. Forum LKM di tingkat Kecamatan dan kota/kabupaten untu.k mendukung hannonisasi berbagai program.
Sel3J1Jutnya dinyatakan bahwa, secara rinci jenis kegiatan pendampingan tadi mencakup: 1.
Pertemuan-pertemuan/musyawarah/diskus~
dsb di tingkat komunitas
keluraban/desa dan kecamatan, baik yang bersifut pengambilan keputusan maupun untuk penyebarloosan infonnasi (sosialisasi);
2. PelatihM dan bimhingan, tennasu.k penyediaan bahan dan media belajar; 3. Survei swado.y3, tennasuk identifikasi calon penerima baotuan, analisis, pembuatan peta tapak dan penulisan laporan; 4. kelja kelompok. penyusunan progr.un pembangunan untuk kurun waktu 3 tahun dan rencana tahunan dengan rencana
inv~1asi
tahun pertama
penanggulangan kemiskinan;
5. Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana investasi tahunan wttuk penanggulangan kerniskinan.
38
Sementara itu untuk bantuan teknik/pendampingan bagi pengembangan kapasitas Pemerintah Kota/Kabupaten, dan pemangku kepentingan setempat, sehingga pada saatnya nanti Pemerintah Daerah akan mampu mengelola program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat tersebut, maka pendampingan tadi diberikan melalui penugasan konsultan di jajaran lebib atas, seperti Koordinator Manajemen Wtlayah (KMW), Koordinator Kota
(Korkot)/Asisten Korkot (askorkot), Asis""a.en Manajemen Data (Asmandat), tenaga ahli dsb.
Secara rinci bentuk-bentuk bantuan tekniklpendampingan untuk pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan setempat mencakup : dae~
baik yang
pemahaman,
maupun
I. Fasilitasi pertemuan-pertemu'llllmusyawarah di tingkat bersifut
reorientasi
pemikiran.
pendalaman
penyebarluasan informasi (sosialisasi); 2. Pelatihan dan bimbingan, tennasuk penyediaan bahan dan media belajar; 3. Penyedian media-media sosialisasi; 4. Kunjungan lapangan, baik dalam rangka pendalaman pemahaman maupun penggalian aspirasi masyarakat;
5. Pengorganisasian monitoring, fasilitasi, supervisi, dan evaluasi bersama, dll.
Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat Pemerintah Kota/Kabupaten ini adalah untuk membangun kesadaran kritis perangkat pemda dan kelompok peduli, untuk mencapai sinergi antara masyarakat,
39
pemerintah dan kelompok peduli serta refonnasi kebijakan, program dan penganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin.
Selanjutnya agar tujuan pendampingan dapat berjalan dengan baik, tidak ada penyimpangan, tidak terjadi kesalahpahaman dengan masyarakat dan sebagainya, maka dibuatlah Pakta lntegritas pendamping PNPM Mandiri Perkotaan, yang hams ditaati dan dilaksanakan secara konsisten oleh seluruh korkot, askorkot, asmandat dan tenaga ahli konsultan. Pakta Integritas tersebut meliputi : 1. Pendamping
memfasilitasi
pemerintah/masyarakat
agar
mampu
mengambil keputusan secara rasional dan bertanggungjawab; 2. Pendamping
tidak
memberi
janji-janji
atau
iming-iming
kepada
pemerintah/masyarakat, tennasuk infonnasi yang tidak sesuai pedoman
dan kebijakan program; 3. Proses perencaoaan, penetapan, dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di tingkat masyarakat harus dilalrukan oleh masyarakat sendiri. Pendamping memfasilitasi agar proses kegiatan sesuai dengan nilai, prinsip dan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan;
4. Pendamping tidak dip!rkenankan meminta uang atau imbalan apapun dari pemerintahlmasyarakat;
5. Pendamping
tidak
diperkenankan
menerima
imbalan
uang
dari
masyarakat, baJ"k secara Jangswtg maupun tidak langstmg (tenaga kerja
dll);
40
6. Pendamping bertanggungjawab terhadap penyelesaian persoalan yang ada di
wilayah
dampingannya,
tennasuk
kemungkinan
munculnya
penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi, sebagai konsekuensi logis tanggungjawab pendamping mengawal nilai, prinsip, dan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan; 7. Pendamping berk:ewajiban menyelesaikan persoalan penyimpangan dana yang
terjadi
di
masyarakat
dengan
mengutamakan
mekanisme
penyelesaian oleh masyarakat hingga proses hukum sesuai ketentuan.
Dari uraian tugas dan aturan main yang barns dijalankan oleh fasilitator di atas, maka dapat kita lihat betapa besar tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh fasilitator tadi. Untuk itu maka seorang fasilitator harus memiliki strategi yang baik agar tugas pendampingan yang menjadi tanggung jawabnya dapat dilaksanak:an dengan baik pula.
Menurut lfe dan Tesoriero (2008:558-562) ada beberapa strategi yang dapat dilaksanakan oleh fasilitator agar dapat melalrukan pendekatan kepada masyarakat yang akan didampinginya. Menmut mereka peran fasilitasi berkaitan dengan stimulasi dan penunjang pengembangan masyarak.at, untuk itu agar proses tersebut dapat beljalan dengan baik dan efektif maka fasilitator dapat memakai beragam telmik, seperti diantaranya adalah : 1. Animasi(semangat) mengantusiasi,
sosial,
mengaktivasi,
yaitu
kemampuan
menstimulasi,
menginspirasi,
menggerakkan
dan
memotivasi orang lain untuk melakukan tindakanlilrut terlibat dalam berba
41
gai proses kegiatan masyarakat. Telrnik ini akan berhasil dengan baik jika fasilitator memiliki
antusiasm~
komitmen untuk menyelesaikan tugas, integritas(tuius, konsisten). mampu berkomunikasi dengan jelas dan tepat. pemahaman dan analisis terbadap situasi dan kondisi yang ada serta kepribadian yang mendukung. 2. Mediasi dan negosiasi. Hal ini berkaitan dengan konflik kepent!ngan dan nilai yang ada dalam masyarakat:. sehingga seorang fasilitator kadang hams berperan sebagai mediator. Kondisi ini mensyaratkan adanya ketrampilan untuk mendengar dan memahami kedua belah pihak. untuk merefleksikan berbagai pandangan dari masing-masing pihak. untuk membuat penduduk menghormati Iegitimasi pandangan orang lain. serta untuk membantu penduduk mencari area-area yang bisa menjadi kesepakatan dan kemudian membantu mereka membuat konsensus. 3. Dukungan. diberikan bagi orang-orang yang terlibat dalam berbagai struktur dan aktivitas masyarakat. dukungan dapat juga lebih banyak.
dalam bentuk praktik seperti pemberian semangat, rlorongan. pujian dll; 4. Membangun konsensus. merupakan sebuah perluasan dari peran mediasi terhadap berbagai tujuan
bersama. mengidentifikasi landasan umum
dan
membantu orang-orang untuk bergerak. menuju sebuah konsensus yang dapat diterima oleh semua. Agar dapat membangun konsensus, maka seorang fasilitator perlu memiliki berbagai ketrampilan dalam mende ngarkan, empati. membingkai kembali (refi-dllling) dan berkomunikasi;
42
5. Fasilitasi kelompok., disini dapat berupa mengkoordinir sebuah dislrusi atau suatu aktifitas tertentu ataupun mempersiapkan rapat baik formal maupun tidak tormal, melibatkan pembicaraan dengan semua anggota kelompok., mendorong mereka untuk berpartisipasi dan membantu mereka berpikir mengenai bagaimana mereka menuju sebuah kesepakatan dll;
6. Pemanfaatan berbagai ketrampilan dan somber daya. Penting bagi seorang mampu mengidentiftkasi dan menemukan sumber-
fasilitator untuk sumber,
serta
memanfaatkan
membantu sumber daya
penduduk. tersebut,
mengenai dalam
bagaimana
rangka
cam
merangsang
pengembangan ekonomi masyarakat;
7. Mengorganisasi, dalam arti seorang fasilitator harus sadar terhadap apa yang harus dilakukannya serta mampu
memastikan berbagai hal bisa
teljadi;
8. Komunikasi
pribadi,
dalam
arti
mereka
dituntut
untuk
mampu
berkomunikasi secara baik dengan komunitas dalam tingkatan sosial masyarakat apapun.
Selain adanya beberapa strategi pendampingan yang dapat dilaksanakan oleh fasilitator tersebut, maka beberapa teknik ben"kut juga dapat
dilaksar~
diantaranya adalah : I. Pencairan
suasana,
dimaksudkan
pada saat dilaksanakan
diskusi
diusabakan agar suasana yang muncul tenang. namuc. nampak akrab dan hidup, tidak ada ketegangan sehingga tujuan dislrusi dapat tercapai dengan baik
43
2. Pada saat melakukan ceramah untuk menyampaikan materi kegiatan/ program yang menjadi tanggung jawabnya, maka akan lebih baik jika menggunakan alat bantu apapun yang bisa digunakan untuk membantu mempennudah memberikan pemahaman kepada masyarakat. 3. Diskusi untuk. melakukan peoda.laman materi, merupakan komunikasi dua arab. Di sini fasilitator bertindak sebagai penengah, dan memberi kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk menyampaikan pendapatnya sehingga mereka semua merasa dibargai dan memiliki kedudukan yang sejajar. 4. Sampaikan pesan dengan permainan yang melibatkan anggota kelompok, permainan bisa berupa kuis, bermain peran dll
5. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat lokal, agar tidak terjadi kesalahan tafsir, kebingungan dsb. (http:l/74.125.155.132/seaccb?q= cacbe:Gy6pHMMKjFAJ:indosdm.com)
Disamping apa yang telah diuraikan di atas maka seorang fasilitator juga barns mempunyai sifat menghormati anggota kelompok yang difasilitasinya, memiliki pengetahuan yang cukup pada setiap pennasalaban yang akan menjadi bahasan dalam diskusi, memabami orang lain, sabar dsb.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami jika seorang fasilitator dituntut
untuk memiliki banyak
pengetab~
ketrampilan, pengalaman dan juga
kemauan, baik yang bersifut tekiDs maupun kemampuan untuk melal.ukan
44
komunikasi secara efektif dengan masyarakat. sehingga proses fasilitasi yang menjadi tanggungjawa bnya akan dapat dijalankan dengan baik.
Kesimpulan yang kita peroleh dari beberap2 uraian mengenai fasilitator dan segafa sesuatu yang harus dilaksanakann ya tersebut adalah bahwa pe1311 seorang fasilitator dapat dikatakan baik jika dia mampu bekelja dengan baik pula, dalam arti dia memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kesadaran di kalangan masyarakat yang difasilitasinya , terutama kelompok
misk.i~
bahwa
permasalahan kemiskinan yang mereka hadapi hanya akan dapat teratasi jika mereka sendirilah yang melakukannya , mulai dari pencarian akar penyebab masalah kemiskinan, penyusunan perencanaan program untuk mengatasi masalah tersebut, serta pelaksanaan program sampai pada penyelenggara an evaluasi. Selanjutnya jika kesadaran tersebut telah mlBlCul maka fasilitator tersebut harus mampu melalrukan pendampingan pada setiap tahap pelaksanaan kegiatan, W!tuk itu mereka harus memiliki bekal pengetahuan yang culrup mengenai
~dan
problematikan ya serta konsep penanggulang annya,
harus memiliki kemampuan Wltuk menjadi penasehat bagi masyarakat di
dal8111 memecahkan penna.salahan yang mereka hadapi, melijadi pelatih bagi masyarakat untuk hal-hal yang bersifat baru, menjadi penghubung antara masyarakat dengan linglrungan luar di dalam membangun jaringan kerja dsb.
Pada program PNPM Mandiri Perkotaan tahap-tahap tersebut juga dilaksanakan dalam upaya membangun kelembagaan lokal masyarakat melalui organisasi BKM yang juga dibentuk sendiri oleh masyarakat.
45
Dalam hal ini untuk dapat mengetahui apakah seorang fasilitator telah melaksanakan peran pendampingan yang menjadi tugasnya dengan baik atau belum, dapat dilihat dari seberapa jauh dia telah menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana yang telah disebutkan dalam buku pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008, yang meliputi apakah dia sudah mampu membentuk: masyarakat yang perduli pada masalah kemiskinan yang mereka hadapi dan ilrut terlibat aktif dalam upaya penanggulangan kemiskinan, mendampingi masyarakat dalam melakukan survei swadaya, berhasil mendorong masyarakat Wltuk: membentuk BKMILKM,
secara aktif
mendampingi masyaraht dalam penyusunan PJM Pronangkis sesuai aspirasi dan kebutuhan masyarakat, memunculkan relawan dan relawan khusus,
melaksanakan kegiatan pemantauan partisipatif pada saat pelaksaoaan kegiatan, mendorong masyarakat untuk membentuk Forum LKM di tingkat kecamatan serta
kabupa~
melaksanakan bimbingan dan pelhtihan teknis
kepada masyarakat, dan yang terakhir adalah apakah mereka menjalankan pakta integritas yang telah disetujuinya atau tidak.
46
BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Dalam model ini data dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, tapi analisis ini lebih mempakan pcmbentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan tesebut, dan yang kemudian dikelompok-kelompokkan.
Menu rut Bogdan dan Taylor ( 1975, dalam Moleong LJ, 2001 ), metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (ntuh). Jadi tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Dari pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa hasil/laporan penelitian ini nantinya akan berupa kutipan-kutipan data, yang bisa berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape,dokumen pribadi, catatan, serta dokumen resmi lainnya.
Sementara itu Kirk dan Miller (1986, dalam Moleong LJ, 2001), mendefinisi
47
kan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan diwilayah Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa pelaksanaan program PNPM MP di wilayah tersebut sudah berjalan cukup lama, yaitu dari tahun 2005, semenjak program tersebut masih berbentuk P2KP dan manjangkau 2 BKM. sementara itu dalam perkembangannya sampai sekarang telah bertambah menjadi 5 BKM. dan dari ke 5 BKMILKM tersebut maka BKM Pleret sekarang termasuk salah satu dari dua LKMIBKM (yang lain adalah BKMILKM kelurahan Tirtonirmolo. Kasihan) di wilayah kabupaten Bantul yang diusulkan oleh Korkot
Kabupat~n
Bantul untuk memperoleh program
Neighbourhood Development, dimana program ini hanya diperuntukkan bagi LKM yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Kondisi ini menunjukkan bahwa program tadi telah dapat dijalankan dengan baik di lokasi tersebut. yang berarti pula bahwa program ini dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dan bahkan memang dibutuhkan.
C. Metode Pengumpulan Data "Data.. merupakan pengorganisasian (penyusunan kembali) keseluruhan informasi yang didapat, baik dari observasi maupun wawancara, yang telah
48
disusun sedemikian rupa. Dengan kata lain, data adalah hasil pembacaan ulang (pemfonnatan) terhadap keseluruhan catatan selama penelitian lapangan baik yang tercatat padajotting (catatan kasar), diary, maupun fieldnote. Wujud dari data kualitatif berupa uraian komprehensif mengenai peristiwa atau gejala yang dipelajari. Data seperti itu, dapat disusun dan direduksi ke dalam bentuk kategorisasi atau taksonomi. Peristiwu-peristiwa yang sangat khusus bisa ditulis dalam bentuk tulisan deskriptif, demikian juga ungkapan-ungkapan khas atau khusus yang disampaikan oleh infonnan, bisa dicatat lengkap untuk nantinya bisa digunakan sebagai kutipan lengkap. (Thohir Mudjahirin, 2009). Metode pengumpulan data kualitatif yang paling
indep~nden
terhadap semua
metode pengumpulan data dan teknik analisis data adalah wawancara mendalam, observasi partisipasi, bahan dokumenter serta metode-metode baru seperti metode bahan visual dan metode penelusuran bahan intemet.(Burhan Bungis: I 07, 20C7)
Mengacu pada pendapat di atas maka metode pengumpulan data yang akan kami lakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah observasi (pengamatan) terhadap keterlibatan fasilitator pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh BKM/LKM yang ada di wilayah kecamatan Pleret maupun perkembangan kegiatan perekonomian masyarakat, interview (wawancara) berpedoman baik kepada tim fasilitator itu sendiri, anggota masyarakat yang diwakili oleh pengurus BKM/LKM maupun Koordinator Kota (Korkot) Kabupaten Bantul beserta Asisten Korkot, studi pustaka dengan melakukan penelusuran
49
dokumen baik yang tertulis maupun visual yang dimiliki oleh BKM/LKM serta Korkot Kabupaten Bantu!, diantaranya berupa data hasil pemetaan swadaya, data pengurus LKMIBKM, data PJM Pronangkis, data kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan oleh BKMILKM, buku-buku pedoman umum dan pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan serta data-data yang terkait dengan profil wilayah kecamatan Pleret.
I. Pengamatan atau observasi Observasi akan kami lakukan dengan pengamatan langsung kegiatankegiatan yang dilakukan oleh BKM yang ada di wilayah Kecamatan Pleret, Kabupaien Bantu!, untuk melihat sejauh mana keterlibatan fasilitator dalam berbagai macam kegiatan tersebut;
2. Wawancara yang akan kami lakukan dalam penelitian cenderung tidak formal, bersifat mendalam, dan tidak menutup kemungkinan akan kami kembangkan di lapanganjika kami rasa itu memang diperlukan.
Pertanyaan-pertanyaan yang akan kami ajukan baik kepada tim fasilitator, pengurus BKMILKM serta Koordinator Kota serta Asisten Korkot Kabupaten bantt:l, mencakup: apa, siapa, di mana, kapan, bagaimana, dan mengapa. Pertanyaan "mengapa" menuntut jawaban mengenai hakikat yang ada dalam hubungan di antara gejala-gejala atau konsep-konsep, sedangkan pertanyaan: "apa", "siapa", "di mana", dan "kapan", menuntut jawaban mengenai identitas, dan pertanyaan "bagaimana" menuntut jawaban mengenai proses-prosesnya.
50
3. Studi Pustaka Studi pustaka dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang berkaitan dengan pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan. Studi pustaka dilakukan dengan penelaahan terhadap buku-buku pedoman umum, pedoman pelaksanaan, dokumen-dokumen lain yang ada di pihak konsultan manajemen (fasilitator), serta dokumen yang dimilki oleh BKM. Data tersebut akan dikumpulkan dari Basecamp PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Bantul, maupun BKM yang ada di wilayah Kecamatan Pleret.
D. Informan Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai persepsi (penilaian), respon, bentuk respon (reaksi), serta opini atas peristiwa yang dialami atau dirasakan oleh Fasilitator, anggota BKM, KSM, Korkot serta Askorkot. Terkait dengan hal tersebut maka yang kami jadikan infonnan dalam penelitian ini adalah Koordinator Kota (Korkot) dan Asisten Korkot (Askork.ot) Kabupaten Bantul, Fasilitator yang bertugas di wilayah Kecamatan Pleret, Pengurus BKM serta anggota KSM di wilayah Kecamatan Pleret,. Pemilihan informan ini disesuaikan dengan perumusan masalah penelitian yang akan diteliti.
E Teknik Analisa Data Data yang kami peroleh dari hasil observasi, wawancara dun penelusuran dilapangan adalah masih merupakan data
men~
yang masih perlu diolah
51
lebih lanjut. Untuk itu agar data tersebut menjadi lebih berguna sesuai dengan tujuan penelitian maka data tersebut akan diolah sesuai teknik-teknik tertentu.
Menurut Miles & Huberman (1992, dalam Thohir Mudjahirin, 2009) analisis data secara kualitatif meliputi tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
a. Tahap kondensi (reduksi data) Reduksi data, meliputi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan terusmenerus sclama penelitian berlangsung. Bentuk aktivitasnya bisa berupa membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memG dll.
Kegiatan seperti ini (Reduksi data) merupakan bagian dari ana:isis, karena di dalam melakukan reduksi itu sebenarnya kita tengah melakukan pemilihan pada bagian-bagian informasi mana yang perlu dikode, perlu dibuang, serta pola-pola mana yang dianggap paling umum terjadi. Jadi, fungsi
dari
reduksi
data
adalah
menajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi
52
b. Penyajian data Dimaksudkan sebagai penyajian data yang telah direduksi. Bentuk penyajian data ini umumnya berupa teks naratif, tetapi bisa juga berupa kategorisasi-kategorisasi, skets, bahkan dalam bentuk tabel-tabel. Bentuk kategorisasi maupun tabel yang disajikannya, sudah dalam bentuk hasil olahan peneliti, sehingga dari kategorisasi maupun tabel itu, sudah dapat dimengeni makna yang hendak disampaikan.
c. Mcnarik kesimpulan atau verifikasi Ferifikasi
ini
dilakukan
selama
kegiatan
penelitian
berlangsung,
merupakan suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, serta merupakan hasil peninjauan kembali dengan melakukan tukar-pikiran dengan ternan sejawat maupun anggota masyarakat yang menjadi objek penelitian, dari situ akan diperoleh "kesepakatan intersubyektif'.
Dengan kata lain makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupak.an validitasnya
53
BA B IV DESKRIPSI WILA YAH PENELITIAN DAN PROGRAM
A. Pengantar Kabupaten Bantul yang merupakan salah satu dari lima Kabupaten yang ada di Propinsi DIY ini memiliki luas wilayah sekitar 506,85 km persegi, dengan jumlah penduduk 909.812 jiwa, sementara jumlah keluarga miskin yang tinggal di wilayah tersebut mencapai 67.589 KK. Wilayah ini membawahi 17 Kecamatan yang terbagi kedalam 75 desalkelurahan
Salah satu dari 17 kecamatan tersebut adalah kecamatan Pleret, letaknya sekitar 15 km disebelah timur ibokota kabupaten. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jclas mengenai wilayah kecamatan Pleret ini, maka berikut kami sampaikan profil wilayah tersebut .
B. Deskripsi Wilayah Kecadlatan Pleret I. Koiidisi Umum Pemerintahan Kecamatan Pleret merupakan satu wilayah yang berada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah kecamatan Pleret adalah 2.297,83 Ha, sementara batas wilayahnya adalah:
SebelahUutara
Kecamatan Banguntapan
Sebelah Timur
Kecamatan Piyungan dan Dlingo
Sebelah Selatan
Kecamatan Jetis dan lmogiri
Sebelah Barat
Kecamatan Sewon
54
Bentuk wilayah kecamatan Pleret adalah 55% datar sampai berombak, lO % berombak sampai berbukit dan 35 % berbukit sampai bergunung.
Wilayah ini membawahi 5 Kelurahan yaitu : 1. Kelurahan Wonokromo
: 434,36 ha, yang terbagi dalam 12 dusun
2. Kelurahan Pleret
425,96 ha, yang terbagi dalam 11 dusun
3. Kelurahan Segoroyoso
487,09 ha, yng terbagi dalam 9 dusun
4. Kelurahan Bawuran
496,95 ha, yang terbagi dalam 7 dusun
5. Kelurahan Wonolelo
453,47 ha, yang terbagi dalam 8 dusun
Sementara itu jumlah penduduk yang tinggal di wilayah tersebut adalah sebanyak 41.389 jiwa, dimana persebarannya dapat kita lihat pada tabel berikut: Tabel 1. Data jumlah penduduk per Desember 2008 No.
Desa/Kelurahan
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki
Jumlah
1.
Kelurahan Wonokromo
4.247 KK 6.168 Jiwa
665KK 6.970 Jiwa
4.912 KK 13.138 Jiwa
2.
Kelurahan Pleret
573KK 5.171 Jiwa
3.147 KK. 5.029 Jiwa
3.720KK 10.200 Jiwa
3.
KelurahanSegoroyoso
2.275 KK 3.760 Jiwa
175KK 3.995 Jiwa
2.449KK 7.755 Jiwa
4.
Kelurahan Bawuran
1.299 KK 2.961 Jiwa
266KK 2.156 Jiwa
2.008 KK 5.957 Jiwa
5.
Kelurahan Wonolelo
1.299 KK 2.183 Jiwa
113 KK 2.156 Jiwa
1.412 KK 4.339 Jiwa
Jumlah
12.687KK 20.243 Jiwa
1.791 KK 21.146 Jiwa
14.478 KK 41.389 Jiwa
l
Sumber: Selayang pandang kecamatan Pleret, th 2008
55
Dari jumlah penduduk tersebut, menurut hasil verifikasi yang dilakukan oleh aparat pemerintah kecamatan Pleret jumah penduduk miskin mencapai 5.196 KK, atau 15.943 Jiwa, dimana persebarannya dapat kita lihat pada rincian berikut :
Data hasil verifikasi keluarga miskin th. 2008 1. Desa/Ke1urahan Wonokromo
1.317 KK,
4.437 Jiwa
2. Desa!Kelurahan Pleret
1.515 KK,
4,768 Jiwa
3. Desa/Kelurahan Segoroyoso
952 KK,
2.894 Jiwa
4. Desa/Kelurahan Bawuran
793 KK,
2.120 Jiwa
5. Desa!Kelurahan Wonolelo
619 KK,
1.724 Jiwa
5.196 KK, 15.943 Jiwa
Jumlah
2. Kondisi
Perekonomi~n
Masyarakat
Di bidang pengembangan ekonomi, wilayah kecamatan Pleret memiliki potensi yang
b~ragam,
dimana masing-masing kelurahan memiliki
kekhasan sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lainnya. Potensi yang dimiliki oleh masing-masing desa tersebut dapat kita lihat pada data berikut:
56
Tabel 2. Data potensi andalan desa/kelurahan tahun 2008 No. I.
Potensi
Desa/Kelurahan Wonokromo
a Bordir songket b. Konveksi c. Pedagang suku cadang onderdi\ kendaraan bermotor d. Pondok pesantren e. Vpacara adat Rebo Pungkasan f. Pedagang sate kambing (wasata kuliner) g. Aneka makanan kecil a. b. c. d. e. f. g. h. i.
2.
Pleret
3.
Segoroyoso
a Industri krecek/rambak b. c. d. e.
4.
Pecis rajut (dusun Bedukan) Industri roti lndustri tahu Pedagang suku cadang kendaraan bennotor Kuningan/perak Industri emping mlinjo Kesenian tradisional (Montro Kauman) Pedagang sate kambing Situs arkeologi sejarah Kraton Mataram
Penyembelihan hewan (jagal sapilkuda) Pedagang dan peternak sapi potong Mebelair kayu Pedagang sate kambing
a. Mebelair kayujati
Bawunm
b. Kerajinan meja, k.ursi dari bambu c. Pedagang dan petemak sapi potong 1 d. lndustri krecek, rambak
5.
Wonolelo
a. b. c. d.
Industri roti bolu Mebelair kayu jati Pedagang dan petemak sapi potong Kerajinan meja, kursi dari bamboo
Sumber : Selayang Pandang Kecamatan Pleret Th.2008
Kegiatan perekonomian rakyat tersebut, selama ini cukup dapat berkembang,
meski belum dapct dikatakan terjadi
s~cara
baik, tetapi
paling tidak dari hari kehari semakin bertambah jumlah pengusahanya, meski masih dalam skala yang kecil. Perkembangan tersebut terutama
57
terjadi di wilayah kelurahan Wonokromo dan Pleret dengan usaha dagang suku cadang onderdil kendaraan berrnotor serta pedagang sate kambing, juga di wilayah kelurahan Segoroyoso dengan industri kreceknya.
Beberapa upaya nampaknya telah dilakukan oleh pemerintah kelurahan masing-masing untuk dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki tersebut, seperti diantaranya dengan pembangunan beberapa kios di tempat-tempat yang strategis, berusaha mengundang investor untuk masuk ke wilayahnya dsb. Namun demikian pasca terjadinya bencana gempa bumi tahun 2006, hampir semua kios yang telah dibangun oleh investor, serta beberapa bangunan lain juga mengalami kehancuran, namun sekarang roda kehidupan ekonomi mereka sudah bangkit kembali dan mulai berkembang. Selanjutnya untuk lebih memberi kemudahan akses bagi masyarakatnya beberapa sarana dan prasarana telah dibangun di masing-masing
Kelurahan,
terutama
setelah
banyak.nya
p!"'gram
pengembangan/pembangunan baik yang berasal dari pemerintah pusat seperti proram PPK, P2KP dsb yang sekarang berkembang menjadi program PNPM Mandiri Perkotaan, maupun program-program lain yang berasal dari dana APBD (Kabupaten).
3. Kondisi Prasarana dan Sarana Beberapa data sarana dan prasarana yang ada, yang dapat kita temukan pada monografi masing-masing kelurahan dapat kita lihat pada data berikut:
58
Tabel 3. Data sarana!prasarana lingkungan di masing-masing kelurahan th
2007 No
Kelurahan
Jenis Sarana dan
Pra~arana
Wnokromo
Pleret
Sgoroyso
Bawuran
Wonolelo
0
I.
Prasarana Perhubungan
I. Jalan
24km 22km
- Lingkungan
25,430 km
13km
- Desa
10,940 km
3,5
- Protokol
Jkm
- Kabupaten
3km
2. Jembatan
km
1,5 km
- Ekonomi
2.
19km
3km
6km
5 buah
5 buah
Pengairan
2. Saluran irigasi
1.700 m
26,925 Ha
-Irigasi semi teknis
21 Ha
- Irigasi sederhana
45.289Ha
- Irigasi tadah hujan
135 buah
3. Gorong-gorong
1 Ha
1 Ha
1. Waduk/ceck dam
51 Ha
122.633 Ha 2.308 Ha
24 buah
120.245 Ha 135 buah
Sumber : Selayang Pandang Kecamatan PJeret Th.2008
Sementara itu beberapa prsarana dan sarana permukiman yang merupakan hasil dari perbaikan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat melalui dana BLM adalah:
59
Tabel 4. Data Realisasi Infrastruktur PNPM MP sampai Mei th.2009 No. I
Kelurahan Pie ret
Jenis Prasarana Saluran air hujan
110m
Jalan rabat beton
1.070 m
Taludjalan
300m
Drainase
181m
Sumur resapar!
2
3
Wonokromo
Segoroyoso
BO\wuran
35m
Jalan rabat beton
15m
Saluran air hujan
280m
Pipanisasi
525m
Saluran air limbah
320m
Wonolelo
42,5m
Jalan rabat beton
665m
Saluran air hujan
75 m
Jalan cor block
1.391 m
Gorong-gorong
120m
Taludjalan
5
4m
Taludjalan
Taludjalan
4
Panjang
Jalan cor block Taludjalan Jalan rabat beton
35m
964,5 m 59m 609,5 m
Sumber : Data Korkot Kabupaten Bantu!
Selain sarana dan prasarana lingkungan permukiman sebagimana diuraikan rii atas maka sarana dan prasarana lain yang ada di wilayah tersebut diantaranya adalah :
60
Tabel 5. Data sarana!prasarana pendidikan tahun 2007 No.
Desa/Kel urahan
TK
SD
SLTP
SMUI
l.
Wonokromo
8
8
3
2
2.
Pleret
5
2
2
3.
Segoroyoso
8 ..,
.)
4
I
-
4.
Bawuran
3
2
-
-
5
Wonolelo
2
4
-
-
Jumlah
24
23
6
4
Perkotaan
(P2KP)
Sumber : Selayang Pandang Kecamatan Pleret Th.2008
C. Gambaran Umum Program PNPM Mandiri Perkotaan Program
Penanggulangan
Kemiskinan
di
mulai
dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah, dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk menyiapkan landasan kemandirian masyafakat, berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial masyarakat di masa mendatanng yang secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat {BKM), serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan, yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Sejak pelaksanaan P2KP-l hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235
61
kotalkabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, muiai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, sehingga dari situ diharapkan akan terjadi pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015. Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasiona1 Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP), dan sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM MP.
1. Visi dan Misi Program PNPM MP Karena merupakan kelanjutan dari P2KP maka visi dan misi dari program PNPM MP ini sama dengan visi dan misi P2KP, yaitu : Visi
Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri , dan sejahtera da1am lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari
Misi
Membangun masyarakat
mandiri
yang mampu menjalin
keberS
62
2. Nilai-nilai dan Prinsip-Prinsip yang melandasi PNPM MP Rumusan nilai-nilai yang melandasi pelaksanaan PNPM MP sama dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang melandasi P2KP, meliputi : a. Nilai-nilai universal kemanusiaan (gerakan moral), seperti jujur, dapat dipercaya,
kerelawanan,
adil,
kesetaraan
dan
kesatuan
dalam
keragaman. b. Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (good governance), seperti demokrasi,
partisipasi,
transparansi
dan
akuntabilitas
serta
desentral isasi. c. Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan, yang merupakan prinsip keseimbangan pembangunan baik sosial, ekonomi maupun lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya.
3. Tujuan dan Strategi Tujuan dari pelaksanaan program PNPM MP ir.i diantaranya adalah : a. Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan,
prinsip-prinsip
pembangunan
berkelanjutan
kemasyarakatan yang
aspiratif,
dan
berorientasi
representatif serta
mengakar di masyarakat; b. Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), tennasuk membangun keljasama dan kemitraan dengan pihak-pihak terkait; c. Mengedepankan peran pcmerintah kota/kabupaten agar lebih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin.
63
Selanjutnya untuk mewujudkan tujuan tersebut maka strategi yang akan dilaksanakan adalah: a. Mendorong
proses
transformasi
sosial
dari
masyarakat
tidak
berdaya/miskin menuju masyarakat berdaya. yang dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal,
penguatan
Lembaga Masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok, pembelajaran penerapan konsep Tridaya dalam penanggulangan
kemiskinan,
serta
penguatan
akuntabilitas
masyarakat; b. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri, yang dilakukan melalui pembelajaran kemitraan antar stakeholders strategis serta
penguatan jaringan antar pelaku
pembangunan; c. Mendorang proses transformasi sosial dari masyarakat mandiri menuju masyarakat madani.
4. Sasaran Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan : a. Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya. aspiratif, representatif, dan akuntabel; b. Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah (PJM) Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan;
64
c. Terbangunnya Forum LKM tingkat kecamatan dan kota/k.abupaten untuk mengawal terwujudnya harrnonisasi berbagai program daerah; d. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah kota/k.abupaten sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.
Sementara itu pendekatan yang digunakan dalam PNPM MP ini secara umum menganut pendekatan yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri dengan penekanan pada terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif, yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari atas dan dari bawah (top down and bottom up planning), karena di tataran kecamatan inilah rencana
pembangunan yang
direncanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Pembangunan Daerah) bertemu dengan perencanaan dari masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang)
kecamatail,
sehingga dapat
digalang
perencanaan pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan selaras waktu.
5. Penerima Manfaat dan Kelompok Sasaran Penerima manfaat langsung dari dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang disediakan melalui PNPM MP adalah keluarga miskin yar:.g diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya.
65
Program ini memberikan bantuan kepada dua kelompok sasaran utama, yaitu masyarakat dan pemerintah termasuk pemangku kepentingan daerah sebagai berikut : a. Bantuan untuk masyarakat, Diwujudkan dalam bentuk bantuan pendampingan yang berupa penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat dalam upaya keluar dari kemiskinan, serta bantuan dana yang diberikan dalam bentuk dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat), yang merupakan stimulan bagi masyarakat miskin agar berlatih berusaha. Dana BLM ini disalurkan langsung kepada LKMIBKM secara bertahap.
Pemanfaatan dana bersifat luwes dengan berpedoman pada PJM Pronangkis, pembelajaran aspek Tridaya dan kesepakatan serta kearifan warga, tidak boleh dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku.
b. Bantuan untuk pemerintah kotalkabupaten dan para pemangku k~pentingan.
Berupa bantuan teknis pendampingan dalam peningkatan kapasitas
66
pemerintah provinsi/kota/kabupaten dan para pemangku kepentingan lainnya, yang berorientasi pada upaya membangun tata pemerintahan daerah yang baik (local good governance), yang meliputi : 1) Pelaksanaan kegiatan review nangkis partisipatif, yang dilakukan untuk
mcngetahui
sampai
sejauh
mana
capaian
program
penanggulangan kemiskinan di tiap kota/kabupatl!n yang telah berjalan,
seperti
P2KP,
PPK,
dan
program-program
penanggulangan kemiskinan lainnya; 2) Pelaksanaan berbagai kegiatan peningkatan kapasitas pemerintah kotalkabupaten dan para pelaku lainnya, yang antara lain meliputi : Pelatihan/coaching perencanaan partisipatif yang di fasilitasi oleh KMW bagi pemerintah kotalkabupaten yang belum pemah mendapatkannya; Sist~m
Peningkatan kapasitas pengelolaan dan pengendalian
Informasi Manajemen (SIM) PNPM Mandiri Perkotaan, dengan
tujuan
mengelola, perkembangan
agar
pemerintah
mengendalikan kegiatan
kotalkabupaten
serta
PNPM
memantau Mandiri
dapat seluruh
Prkotaan
di
wilayahnya secara transparan dan akuntabel; Peningkatan kapasitas Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM), yang harus dibangun di tiap pemerintah kotalkabupaten untuk
menampung
berbagai
keluhan
masyarakat,
agar
terbangun kontrol sosial warga dalam memonitor seluruh pelak
67
sanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Bantuan
teknik!pendampingan
kepada
pemerintah
Kota/
Kabupaten dan para pemangku kepentingan setempat ini diberikan melalui penugasan konsultan (KMW, korkot/asisten korkot, tenaga ahli dsb), yang secara khusus asisten korkot ini mempunyai tugas untuk membina fasilitator di wilayahnya sesuai dengan bidang kerjanya.
6. Organisasi Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan Organisasi penyelanggaraan PNPM MP secara struktur berada di bawah kendali Tim Pengendali PNPM Mandiri Nasional, dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional sampai tingkat desalkelurahan, sebagai berikut: a. Tingkat Nasional Penanggung jawab adalah Departemen Pekerjaan Umum, se!aku lembaga penyelenggara program, yang dalam pelaksanaannya Menteri Pekerjaan Umum membentuk organisasi dan tata kerja yaitu : 1) Unit Manajemen Program P2KP (PMU-P2KP). Merupakan unit kerja yang harus bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan PNPM MP dengan tugas pokok melaksanakan koordinasi, pengendalian, monitoring dan pembinaan teknis, sementara fungsinya adalah melaksanakan kc0rdinasi pelaksanaan seluruh kcgiatan yang dibiayai PNPM MP, melakukan monitoring dan supervisi pelaksanaan kegiatan lapangan KMP (Koordinator
68
Manajemen Pusat), KMW (Koordinator Manajemen Wilayah) dan KE (konsultan Evaluasi), melakukan kajian dan evaluasi atas pemanfaatan dana PNPM MP, serta menyusun rekomendasi untuk sinkronisasi PNPM MP dengan program lainnya.
2) SNVT P2KP Berperan membantu pelaksanaan tugas PMU P2KP, tanggung jawab dan tugasnya adalah: Melaksanakan kegiatan PNPM MP sesuai ketentuan yang telah ditetapkan dalam NPLN, termasuk penyelesaian aplikasi dana pmJaman; Melaksanakan kegiatan diseminasi dan sosialisasi; Menyampaikan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan PNPM MP; Melakukan penanganar. pengaduatl dari pihak manapun yang berkaitan dengan PNPM MP; Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas KMP, KMW dan KE
3) Asisten PMU-P2KP, meliputi : Asisten perencanaan Asisten pengendalian pelaksanaan Asisten pengembangan- kemitraan Asisten data, pelaporan dan infonnasi
69
b. Tingkat Propinsi Dikoordinasikan langsung oleh Gubemur setempat melalui Bappeda Provinsi
dengan
menunjuk Tim
Pelaksana PNPM
MP yang
anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah dibawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulanngan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi. Sebagai pelaksana ditunjuk Dinas Pekerjaan Umurn!Bidang Kecipta Karyaan di bawah kendalilkoordisasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat provinsi.
c. Tingkat Kota!Kabupaten Dikoordinasikan langsung oleh Walikota!Bupati setempat melalui Bappeda Kota!Kabupaten dengan manunjuk Tim Koordinasi Pelaksana PNPM (TKPP) Pemkot/Kab, dibantu oleh Satker Kota/Kabupaten yang diangkat oleh Menteri PU atas usulan Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan
tugasnya
TKPP
ini
dikoordinir
oleh
TKPKD
Kabupaten/Kota, sementara untuk pelaksanaan dan pengendalian kegiatan akan dilakukan oleh KoQrdinator Kota (Korkot) dengan dibantu oleh beberapa asisten Korkot di bidang manajemen keuangan, tekniklinfrastruktur, manajemen data dan penataan ruang.
d. Tingkat Kecamatan Unsur pelaksanaan PNPM MP di tingkat kecamatan adalah : 1) Camat dan perangkatnya, akan memberikan dukungan dan jaminan atas kelancaran pelaksanaan PNFM MP di wilayah kerjanya;
70
2) Penanggung Jawab Operasional Kegiatan (PJOK), yaitu perangkat kecamatan yang diangkat oleh Kepala Satker PBL (Penataan Bangunan dan Lingkungan) atas usulan walikota!bupati untuk pengendalian kegiatan di tingkat kelurahan dan berperan sebagai penanggung jawab administrasi pelaksanaan PNPM MP di wilayah keijanya.
e. Tingkat Kelurahan!Desa
Unsur utama pelaksana PNPM MP di tingkat kelurahan/desa adalah : 1) Lurah/Kepala Desa, yang akan memberikan dukungan danjaminan agar pelaksanaan PNPM MP di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku; 2) Relawan Masyarakat, yang merupakan pelopor-pelopor penggerak dari masyarakat sendiri yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli, dan memiliki komitmen kuat pada kemajuan masyarakat di wilayahnya. Perubahan perilaku masyarakat akan sangat ditentukan oleh relawan-relawan yang disamping memiliki pengalaman, pendid!kan, status sosial dll, tentunya juga memiliki moral yang baik dan mampu menjadi contoh perubahan itu sendiri;
3) LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) LKM ini berperan sebagai "dewan amanah" atau "pimpinan kolektif' organisasi masyarakat warga setempat, yang bertanggung jawab menjamin keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam
71
proses pengambilan keputusan yang kondusif untuk pengembangan keswadayaan masyarakat; 4) KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Merupakan kelompok warga masyarakat pemanfaat dana BLM PNPM MP yang terdiri dari warga kelurahan yang memiliki ikatan kebersamaan. (common bond) dan bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. KSM diorganisir oleh tim relawan dibantu tim fasilitator. Selanjutnya dalam penyelenggaraan PNPM MP ini maka hams dijamin terselenggaranya
prinsip
transparansi
dan
akuntabilitas.
Prinsip
transaparansi dilaksanakan dalam bentuk semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan keuangan dana bantuan PNPM MP harus dipublikasikan dan disebarluaskan kepada masyarakat luas serta pihakpihak lainnya secara terbuka melalui berbagai saluran media seperti media pertemuan, elektronik, cetak dll. Sementara itu prinsip akuntabilitas diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan untuk melakukan audit, bertanya dan atau menggugat pertanggungjawaban para pengambil keputusan baik di tingkat program, daerah dan masyarakat.
72
BAB V PROFIL FASILITATOR PNPM MANDIRI PERKOTAAN
A. Gambaran Umum Fasilitator Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008, secara umum tugas fasilitator adalah melakukan pendampingan pada setiap pelaksanaan kegiatan PNPM MP yang berupa mediasi, advokasi dan fasilitasi kepada masyarakat. Inti kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat adalah proses !llenumbuhkembangkan kemandirian dan keberlanjutan upayaupaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakat, melalui proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-nilai universal kemanusiaan (value based development), prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (good governance), serta prinsip-prinsip pembang>Jnan berkelanjutan (Sustainable development). Dengan demikian tugas fasilitator bukan hanya sekedar melaksanakan program kegiatan secara fisik saja, tapi juga yang lebih utama adalah tugas untuk melakukan transfer nilai suri tauladan.
Pendampingan yang mereka lakukan sesuai siklus/tahapan yang sudah ditentukan. Tahapan pelaksanaan kegiatan ini mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus rembug kesiapan masyarakat dan kerelawanan, refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya yang berorientasi IPM-MDGs. Pembentukan BKM, perencanaan partisipatif dalam penyusunan PJM Pronangkis serta pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan olen masyarakat dengan stimulan BLM oleh KSM.
73
Kegiatan-kegiatan
pendampingan yang minimal harus dilaksanakan oleh
fasilitator tersebut meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : I. Serangkaian lobby-lobby, silaturahmi sosial, dan sosialisasi awal kepada perangkat kelurahan/desa dan kelompok strategis di kelurahan/desa sasaran program oleh tim fasilitator, dengan tujuan untuk memberi pemahaman
mengenai
gambaran
umum
PNPM
MP dan
segala
konskuensinya kepada perangkat kelurahan dan kelompok strategis(tokoh fonnal dan infonnal), dan selanjutnya mencari kesepakatan rencana ketja pelaksanaan PNPM MP di kelurahan/desa tersebut; 2. Dilakukan Rembug kesiapan Masyarakat untuk menyatakan kesiapan warga untuk menerima atau menolak melaksanakan PNPM MP sesuai proses dan ketentuan PNPM MP. Kagiatan ini diselenggarakan oleh Kepala Desa!Lurah dengan difasilitasi oleh tim fasilitator, dengan tujuan untuk membeii pemaha.nan kepada masyarakat dan perangkat desa mengenai gambaran umum konsep dan proses kegiatan PNPM MP, selanjutnya dibuat kesepakatan bersama untuk menyatakan kesiapan atau menolak melaksanakan PNPM MP,
serta kesepakata jadwal kegiatan
PNPM MP di kelurahan tersebut; 3. Melakukan sosialisasi awal secara intensifmengenai substansi PNPM MP dan pendaftaran relawan oleh Lurah/K.ades dan ketua RT/RW, dengan difasilitasi oleh tim fasilitator,
dengan tujuan untuk menumbuhkan
pemahaman dan kesadaran kritis warga tentang prinsip dan nilai PNPM MP
sebagai
pondasi
yang kokoh
dalam
upaya penanggulangan
74
kemiskinan, pemahaman mengenai arti pentingnya kerelawanan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya kesatuan dan solidaritas sosial, kepedulian
bersama
serta
kemandirian
dan
keswadayaan,
serta
pemahaman mengenai hakekat peran relawan masyarakat yang dianggap sebagai orang yang dapat dipercaya, memiliki komitmen dan sifat kerelawanan sebagai penggerak dalam kegiatan PNPM MP ini.; 4. Melakukan sosialisasi intensif mengenai substansi PNPM MP dan pendaftaran relawan khusus, dengan kelompok perempuan dan kelompok rentan, yang diselenggarakan oleh Lurahlkepala Desa dan RWIRT dengan difasilitasi oleh Tim Fasilitator. Tujuannya adalah untuk memperoleh daftar relawan-relawan setempat sebagai penggerak dalam pelaksanaan tahapan kegiatan PNPM yang dimulai dengan refleksi kemiskinan, serta berusaha menggalang keterlibatan perempuan dan warga rentan dalam kegiatan penanggulangan kemisinan tersebut. 5. Tim refleksi kemiskinan (tim relawan) melakukan refleksi kemiskinan, deng:m melibatkan sebanyak mungkin warga serta di dampingi oleh tim fasilitator
dan
perangkat
kelurahan.
Tujuannya
adalah
untuk
menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat mengenai berbagai macam permasalahan kemiskinan yang mereka hadapi, seperti akar permasalahan kemiskinan, penyebab kemiskinan, kriteria kemiskinan, siapa yang harus bertanggung jawab terhadap masalah tersebut, serta bagaimana cara memecahkan masalah tersebut dsb, sehingga akan diperoleh kesepakatan mengnai langkah-langkah penanggulangan kemiskinan seca.--a kolektif.
75
6. Relawan
masyarakat (Tim
Pemetaan Swadaya) beserta perangkat
kelurahan dan warga masyarakat, didampingi oleh tim fasilitator dan lurah desa selanjutnya melakukan pernetaan swadaya. Dengan mendasarkan diri pada kegiatan refleksi kemiskinan tadi maka akan diperoleh data kesepakatan mengenai apa dan bagaimana kriteria penduduk miskin itu, daftar dan profil keluarga miskin, peta profil persoalan dan potensi setempat (ekonomi, susial, lingkungan, SDM, prasarana, pemukiman dll), peta profillembaga yang ada untuk menangani PNPM MP, profillkriteria kepemi!llpinan moral, serta peta profil kebutuhan ITlasyarakat; 7. Pembentukan LKM oleh tim relawan didampingi oleh tim fasilitator dan lurah desa serta melibatkan seluruh warga dewasa. Kagiatan yang dilakukan meliputi penyusunan panitia pembentukan LKM, musyawarah mereview kriteria kepemimpinan moral dan profil lembaga masyarakat yang sesuai untuk menangani PNPM MP, penyusunan Anggaran Dasar(AD) LKM, penyusunan tata tertib pemilihan anggota
L~
pemilihan anggota LKM sampai pencatatan ke notaris. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan kesadaran kritis masyarakat serta memperoleh kesepakatan bersama mengenai bentuk serta kriteria lembaga masyarakat yanng benar-benar mencerminkan kedaulatan rakyat serta kepemipinan moral (kerelawanan, kepemimpinan kolektif, partisipatif, akuntabel, aspiratif dan mengakar) yang akan diberi mandat untuk mengendalikan penanganan PNPM MP. Selanjutnya merumuskan kriteria anggota LKM berdasarkan lmalitas sifat kemanusiaan (moral) dan
76
sistem pemilihan tanpa caJon, kampanye, tertulis seta rahasia. Ketentuan jumlah anggota yang dipilih adalah sebanyak 9 sampai 13 anggota LKM yang akan memegang kepemimpinan kolektif;
8. Agar terbentuk kelembagaan keuangan yang solid maka bagi suatu desalkelurahan yang akan/sedang melaksanakan kegiatan pinjaman bergulir, disamping dibentuk LKM dan UPK juga harus dibentuk Dewan Pengawas Pinjaman Bergulir yang beranggotakan 3 orang sesuai aturan dalam POT. Dewan ini dibentuk oleh LK.\1 dan relawan dengan didampingi oleh tim fasilitator dan lurah desa; 9. Pengorganisasian Forum LKM tingkat kecamatan oleh tim fasilitator
(korkot dan camat) beserta perwakilan LKM tiap kelurahan, dengan tujuan untuk membentuk Forum LKM tingkat kecamatan, sekaligus mencari kesepakatan mengenai rumusan tata kerja serta tupok!:.i Forum tersebut, yang akan digunakan sebagai pedoman operasional penyelenggaraan Forum. 10. Tim Inti Perencana (LKM, Tim Pemetaan Swadaya, relawan masyarakat, perangkat kelurahan, serta KSM bila sudah terbentuk) beserta seluruh warga masyarakat dan kelompok peduli setempat, dengan didampingi oleh tim fasilitator dan lurah desa menyusun Perencanaan Jangka Menengah (PJM) dan Rencana Tahunan Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis dan Rencana Tahunan). Kegiatan ini akan menghasilkan: a. Rumusan visi kelurahan 3 s/d 5 tahun ke depan, b. PJM Pronangkis (3 thn!Repelita)
77
c. Rencana Tahunan (l tahun) : rencana kegiatan dan pemanfaatan BLM dalam l tahun d. Daftar rencana kegiatan dengan sumber dananya dalam I tahun : swadaya mumi warga, BLM PNPM MP, APBD (Pemkotlkabupaten), kemitraan program lainnya. II. Tahap selanjutnya Tim Inti Perencana melakukan pembahasan PJM dan Renta (Rencana Tahunan) tadi dengan keiompok perempuan dan kelompok rentan (berpotensi untuk menjadi miskin), dengan tujuan PJM dan Renta Pronangkis yang telah disusun tadi dapat sesuai dengan aspirasi kelompok perempuan dan kelompok rentan, sehingga mereka menjadi pahan dan bersedia untuk ikut bertanggung jawab terhadap kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. I2. Jika kegiatan tersebut telah dilaksanakan maka Tim
relaw~m
dan LKM
yang telah terbentuk tadi dengan pendampingan dari tim fasiltator, melakukan sosialisasi pengorganisasian KSM (apa, mengapa, bagaimana) terhadap warga masyarakat miskin utamanya, kelompok perempuan, kelompok rentan serta kelompok peduli setempat, sehingga mereka memahami semua peluang yang tersedia serta memahami peran yang harus dilakukannya agar mendapatkan ma.'lfaat dari program ini. 13. Selanjutnya Tim Relawan, LKM, dan UP-UP dengan pendampingan dari fasilitator melakukan pengorganisasian dan pembinaan KSM!Panitia dan/ pemanfaatan kelompok masyarakat yang ada sebagai KSM!Panitia untuk pelaksanaan kegiatan PNPM MP atau untuk pemanfaatan dana BLM, dan
78
dari sini diharapkan tumbuh kesadaran kritis masyarakat tentang apa, mengapa serta bagaimana berorganisasi dalam kelompok. Dari kegiatan ini akan terbentuk pula KSM yang bercirikan visi, misi, prinsip dan nilai PNPM MP, serta yang dibangun atas dasar komitmen, kepentingan dan kebutuhan bersama.
Disamping tugas sebagaimana diuraikan di atas maka masih ada beberapa tugas lain yang hams dilaksanakan oleh tim fasilitator ini, diantaranya adalah :
1. Mendampingi pengurus BKM menyusun proposal pengajuan dana BLM baik yang akan digunakan untuk kegiatan daya ekonomi, fisik maupun sosial, selanjutnya mendampingi dalam proses pemanfaatannya sampai pada penusunan laporan pertanggungjawabannya;
2. Secara rutin tiap bulan melakukan pengukuran kineija pembukuan sekretariat BKMJLKM dan UPK, yang selanjutnya hasil pengukuran tersebut disampaikan kepada BKMJLKM, UPK dan Korkot/KMW. Dari hasil pengukuran kinerja tersebut bila ditemukan hal-hal atau catatan yang belum sesuai dengan aturan main PNPM/SOP (Standar Operasional Prosedur) maka fasilitator berkewajiban untuk memberikan asistensi kepada BKMJLKM, sekretaris dan UPK untuk perbaikan ke depan. 3. Melakukan
pendampingan
lingkungan/pelaksanaan
pekerjaan
pada
pengelolaan
infrastruktur,
mulai
kegiatan dari
tahap
persiapan, perencanaan, tahap pelaksanaan konstruksi, pemanfaatan dan pemeliharaan
bangunan
sampai
pada
tahap
paska
konstruksi.
79
Pendampingan juga dilakukan pada pembukuan keuangan infrastruktur, mulai dari persiapan penyusunan proposal sampai pada penyusunan pertanggung jawaban akhir keuangan.
B. Sistem Rekruitmen Rekruitmen terhadap fasilitator kelurahan (faskel) dilaksanakan oleh Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) masing-masing propinsi. Menurut informasi yang kami peroleh dari KMW, rekruitmen ini dilaksanakan secara serentak di seluruh lndonesai pada awal tahun 2007. Pengumuman rekruitmen dilaksanakan secara terbuka lewat media massa. Penyiapan bahan materi ujian dari pusat, namun untuk penilaian yang lolos dan tidak, serta jumlah yang akan diterima menjadi wewenang masing-masing KMW. Materi ujian meliputi ujian tertulis terkait dengan pengetahuan peserta mengenai pengelolaan admisnistrasi secara umum dan P2KP, praktek lapangan, psikotes serta wawancara. Persyaratan peserta meliputi pendidikan minimal Sarjana Muda, S-1 semua jl!rusan, berkelakuan baik. Penilaian peserta disamping ditentukan oleh hasil ujian juga pengalaman kerja sebelumnya. (untuk yang sudah berpengalaman dalam program P2KP atau organisasi lain sejenis lebih diutamakan). Hasil ujian tersebut digunakan untuk menentukan nama-nama yang masuk dalam daftar diterima dan nama-nama yang masuk dalam daftar cadangan. Daftar cadangan diperlukan untuk mengganti peserta (faskel) yang karena sesuatu hal mengundurkan diri, atau dalam perkembangannya menurut penilaian masyarakat temyata tidak mampu bekerja dengan baik.
80
C. Penyiapan Fasilitator Agar seorang fasilitator mempunyai berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan sebagaimana teiah dibahas di atas, serta mempunyai pemahaman yang benar
m~ngenai
masyarakat yang akan didampinginya maka sebelum
mereka melaksanakan tugas fasilitasi terhadap masyarakat tersebut, program PNPM Mandiri Perkotaa'l melalui Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) masing-masing, membekali mereka dengan berbagai jenis pelatihan, lokakarya dll terkait dengan: 1. Pemahaman mengenai bagaimana mengidentifikasi penduduk-penduduk asli, selanjutnya melalui kajian Pemetaan Swadaya (community Self Survey)
dan
refleksi
kemiskinan,
fasilitator
tadi
dilatih
untuk
mengidentifikasi keberadaan dan jumlah penduduk asli di masyarakat sasaran serta memberikan laporan secara tertulis kepada KMW; 2. Orientasi tentang bagaimana beketja dengan masyarakat asli setempat dengan cara yang tepat dan bermanfaat untuk mengidentifikasi mekanisme partisipasi yang efektif, serta ditujukan langsung untuk mengatao;i tantangan khusus dalam beketja dengan komunitas tersebut; 3. Pelatihan khusus/ teknis seperti pengelolaan administrasi, manajemen keuangan, penyelenggaraan kegiatan pembangunan fisik, dll 4. Selain itu juga akan selalu dilakukan rotasi tempat kerja fasilitator, agar penempatan mereka benar-benar di lokasi yang tepat sesl!ai kemampuan masing-masing orang.(Pedoman pelaksanaan PNPM MP 2008 :90)
Menurut Korkot Kabupaten Bantul Serangkaian pelatihan tersebut meliputi :
81
I. Pelatihan dasar. Pelatihan ini dilaksanakan selama 14 hari, yaitu 12 hari teori dan 2 hari praktek lapangan. Pada praktek lapangan ini peserta dibagi dalam beberapa tim, yang masing-masing ditempatkan di lokasi (desa) yang akan membentuk LKMIBKM baru, dengan tetap dipantau oleh korkot yang bertanggung jawab di wilayah tersebut. Peserta pelatihan adalah semua faskel yang telah dinyatakan diterima, sementara untuk faskel susulan (pengganti yang mengundurkan diri dll) akan diberikan pelatihan pada saatnya nanti. 2. Pelatihan Madya Pelatihan ini hanya diberikan kepada faskel (fasilitator kelurahan) yang akan ditempatkan di lokasi yang sudah adalberdiri LKMIBKM dan sebelumnya telah menerima Baniuan Langsung Masyarakat (BLM), jad! untuk LKM yang mengelola BLM lanjutan. Pelatihan dilaksanakan selama 6 hari, bentuknya berupa pendalaman materi. 3. Pelatihan Utama Pelatihan ini merupalam kelanjutan dari pelatihan madya, dilaksanakan selama 4 hari, serta diberikan kepada faskel yang akan menyerahkan BLM termin terakhir. Jadi pelatihan ini merupakan pelatihan terakhir bagi setiap faskel. 4. Pelatihan Teknis Pelatihan ini terkait dengau bidang tugas khusus masing-masing fasilitator, seperti bidang ekonomi, pembangunan fisik dll. Waktu pelaksanaan menye
82
suaikan kegiatan di lapangan.
Tujuan dari dilaksanakannya semua pelatihan tersebut adalah agar semua faskel memiliki pengetahuan, pemahaman dan kemampuan dalam melakukan pendampingan terhadap masyarakat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Sementara itu terkait dengan kontrak kerja, maka kontrak kerja fasilitator berlaku selama 3 bulan. Setiap 3 bulan sekali dilakukan penilaian oleh masyarakat yang diwakili oleh BKMILKM, dengan mengisi form yang telah disediakan oleh KMW. Hasil isian kemudian direkap di tingkat korkot dan selanjutnya dikoordinasikan dengan KMW.
D. Fasilitator PNPM Mandiri Perkotaan Kecamatan Pleret SeiJagaimana telah disinggung di atas bahv:a jumlah fasilitator kelurahan yang ada di Kabupaten Bantul seluruhnya ada 29 orang, yang terbagi dalam 6 tirn!kelompok pendamping untuk mendampingi 50 BKM di 13 wilayah Kecamatan. Hal ini berarti bahwa masing-masing tirnlkelompok, yang ratarata terdiri dari 5 orang faskel harus mendampingi 8 atau 9 BKMILKM. Secara rinci pembagian Tim Faskel ini adalah sebagai berikut : 1. Tim Bantul 1 bertugas mendampingi 9 BKMILKM yang ada di wilayah kecamatan Srandakan, Pandak dan Sanden. Jumlah anggota tim faskel ada
5 orang 2. Tim Bantul 2 bertugas mendampingi 8 BKMILKM yang ada di wilayah kt;camatan Bambanglipuro dan Bantul. Jumlah anggota tim ada 5 orang
83
3. Tim Bantu) 3 bertugas mendampingi 9 BKMILKM yang ada di wilayah kecamatan Pundong, sebagian Pandak dan Pleret. Jumlah anggota tim faskel ada 5 orang 4. Tim Bantul 4 bertugas mendampingi 8 BKMILKM yang ada di wilayah kecamatan Banguntapan. Jumlah anggota tim faskel ada 5 orang 5. Tim Bantu) 5 bertugas mendampingi 8 BKMILKM yang ada di wilaya.'l Kecamatan Kasihan, Sedayu. Jumlah anggota tim faskel ada 5 orang 6. Tim Bantu) 6 bertugas mendampingi 8 BKMILKM yang ada di wilayah kecamatan Jetis dan Sewon. Jumlah anggota tim faskel ada 4 orang Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa tim yang mendampingi wilayah Kecamatan Pleret adalah Tim Bantul 3 yang beranggotakan 5 orang sebagai berikut: Tabel6. Data anggota Tim Fasilitator Kecmatan Pleret tahun 2009 No.
Nama Fasi!itator
u
Status
p
PenJidik an
Pengalarnan
Tempat tinggal
Kerja/Organisasi
I.
Mahmud Alharisi, S.Ag
L
Kawin
Sarjana
2.
Handoko, ST
L
Kawin
Sarjana
3.
Inna Widia Astuti, SE
p
Tdkkawin
Sarjana
4.
Yunan Zaki Candra, S. Kom
L
Kawin
Sarjan:!
Organ\sas\ Mhs
~gaglik,
5.
Eka Yunita Ariestyana, A.Md
p
Tdk kawin
Sarjana Muda
Kerja di LSM, Walhi
Con dong Catur, Yogyakarta
Jetis, Bantul Konsultan teknik
-
Ngaglik, Sleman Krapyak, Yogya
Sumber : Data Korkot Kab. Bantul
Dari kelima faslitator tadi kami hanya dapat mewawancarai 4 orang saja yaitu Handoko, Irma Widia Astuti, Yunan Zaki Candra dan Eka Yunita Ariestyana.
84
Sleman
Sementara Mahmud Alharisi, sulit mencari waktu luang untuk diwawancarai karena kesibukannya sebagai Senior Faskel. Untuk itu dalam pembahasan kami selanjutnya kami hanya akan mengupas infonnasi yang kami peroleh dari ke 4 fasilitator tersebut
Profil masing-masing fasilitator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Handoko, ST Berusia sekitar 35 tahun, merupakan seorang ayah dari seorang anak yang berusia 18 bulan. Istrinya berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang dalam kesehariannya selalu menjaga anak mereka dengan telaten dan sabar.
Dia mulai bekerja menjadi faskel sejak bulan Juli tahun 2008, sebelumnya aktif dalam kegiatan kepemudaan di kampung. Pernah bekerja sebagai konsultan teknik bangun3n arsitektur selama beberapa tahun.
Postur tubuhnya agak tinggi, penampilannya kalem, pembawaannya tenang, tetapi ketika dia mulai menjelaskan suatu masalah, dia dapat menyampaikannya dengan lancar danjelas. Sejak awal di& merasa bekerja sebagai fasilitator menarik karena banyak berhubungan dengan masyarakat secara langsung, dia akan merasa senang jika dapu.t berbagi dengan masyarakat lain. Jadi dia sudah punya gambaran mengenai pekerjaan tersebut sebelumnya. Bagi dia dan keluarganya (istri) tidak ada masalah dengan pekerjaan ini, meski sering pulang malam, karena istrinya sudah terbiasa dengan situasi ini semenjak dia bekerja sebagai konsultan teknik bangunan.
85
Dia tinggal di dusun Ngalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, jaraknya sekitar 20 km dari wilayah kerjanya. Namun demikian untuk saat ini dia merasa mautap dengan pekeJjaan tersebut, karena disitu juga ada jenjang karier, maka dia ingin meniti karier di situ dan belum terpikir untuk mencari pekerjaan lain.
2. Irma Widia Astuti, SE Perempuan muda dengan postur tubuh sedang kelahiran Cilacap, Jawa Tengah ini baru berusia sekitar 25 tahun. Pembawaannya energik, ramah dan enak diajak ngobroJ. Dia bel urn berkeluarga, jadi untuk sementara dia tinggal di tempat kosnya di daerah Karangkajen, sekitar 9 km dari wilayah keJjanya. PekeJjaan sebagai fasilitator merupakan pengalaman pertama baginya. Dia bekeJja menjadi fasilitator mulai tahun 2008 (setelah Juni). Sebelum menjadi faskel dia belum pemah bekeJja dimanapun, namun demikian sejak awal dia memang suka berorganisasi, dan pemah ikut aktif dalam organisasi senat mahasiswa, semasa masih kuliah Ketika meJamar pekeJjaan sebagai fasilitator kelurahan (faskel), dia tidak punya bayangan sama sekali jika harus berhadapan langsung dengan rnasyarakat (jauh dari bayangan sebelumnya). Dulu dia berpikir akan bekeJja di kantor, mengurusi administrasi dsb, temyata tugas dia harus ngomong di depan masyarakat, mendampingi masyarakat dalam upaya pemberdayaan.
Jadi orientasinya menjadi fasHitator sekedar mencari pekeJjaan saja, kare
86
na waktu itu ada kesempatan, dia ambil tanpa tahu pekerjaan macam apa yang nantinya akan dia tangani. Karena itu pada awalnya dia merasa stress memikirkan bagaimana cara dia harus ngomong, harus bersikap, menjawab pertanyaan dari masyarakat dsb, tapi setelah dijalani selama setahun, kini dia merasa senang dan bisa menikmati pekerjaannya.
Selanjutnya karena dia masih bujang dan tinggal di tempat kost maka tidak ada masalah baginya antara pekerjaan yang dijalaninya yang kadang sampai larut malarn dengan keluarga. Dia tidak menginginkan kerja sebagai fasilitator untuk selamanya, jika ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan dia akan mempertimbangkan. Cita-citanya ke depan setelah tidak menjadi fasilitator adalah ingin menjadi anggota DPR. Jadi baginya pekerjaan ini sekalian menjadi rintisan untuk mencari dukungan masyarakat jika saatnya untuk menjadi caleg nanti tiba.
3. Yunan Zaki Candra, S.Kom Lelaki berperawakan sedang ini adalah seorang ayah dari seorang anak yang baru berusia 1 tahun. Wajahnya masih narnpak sangat muda dan berpenampilan santai. Usianya. Sekitar 28 tahun. Sebagaimana Irma, pekerjaan sebagai fa::;ilitator merupakan pekerjaan pertama baginya. Istrinya adalah seorang ibu rumah tangga yang dalam kesehariannya selalu mengurusi anak mereka. Pada awalnya istrinya ini merasa keberatan dengan jam kerja suaminya yang sering pulang sampai larut malam. Namun masalah itu kini sudah dapat mereka atasi dan dia dapat
87
menjalankan pekerjaannya dengan tenang. Yunan bekerja sebagai faskel sejak tahun 2007, sebelumnya dia aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan, dia memang suka berorganisasi, dan
melakukan
kegiatan sosial.
Yunan tertarik menjadi fasilitator karena sebelumnya memang sudah punya
gambaran
mengenar
pekerjaan
ini.
dan
sesuai
dengan
minatlhobinya. Dia merasa dengan menjadi fasilitator bisa bermanfaat untuk orang lain, dan itu akan membuatnya merasa bahagia disamping mencari penghasilan untuk keluarga tentunya.
Sampai saat ini dia masih merasa nyaman menjali fasilitator, namun dia tak ingin menjalani profesi ini selamanya. Cita-citanya ke depan adalah ingin bekerja secara mandiri, berwiraswasta misalnya, atau
menjadi
anggota legislatife.
Sebagaimana Handoko, tempat tinggal dan wilayah kerjanya berjarak sekitar 20 km, karena dia memang tinggal sekampung dengan Handoko, yaitu di dusun Ngalangan, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Namun demikian dia merasa tidak ada masalah meskipun tempat tinggalnya cukup jauh dari wilayah kerjanya, selama itu masih bisa dijangkau dengan sepeda motor yang menjadi ternan kerjanya.
5. Eka Yunita Ariestyana, A.Md Perempuan muda berperawakan sedang ini berusia sekitar 26 tahun. Dia
88
belum
berkeluarga.
Pembawaannya tenang, dan
dia akan dapat
menjelaskan setiap pennasalahan yang diajukan oleh anggota LKM maupun masyarakat lain baik administrasi maupun teknis dengan jelas.
Dia nampak mcnguasai benar pekerjaannya tersebut. Yunita bekerja sebagai fasilitator sejak bulan Juni tahun 2008, sebelumnya dia pernah bekerja di LSM (Walhi), jadi sudah sering berhadapan dan berkomunikasi langsung dengan kelompok-kelompok masyarakat, memberi pengarahan masalah lingkungan hidup, dsb, cuma bedanya dulu sasarannya adalah anak sekolahan. Disamping menjadi anggota Walhi dia juga pernah bekerja di IOM dengan sistem kerja kontrak lepas selama 3.5 bulan dalam penyaluran dana rekonstruksi pasca gempa Yogyakarta.
Sejak awal dia memang senang bekerja di lapangan karena beberapa alasan diantaranya adalah tidak terikat jam kerja, bisa bertemu banyak orang, senang bertukar pikiran dengan orang lain, banyak tambah pengalaman dll
Bagi Yunita waktu kerja yang kadang sampai larut malam bukan menjadi masalah baginya karena sejak dulu sudah terbiasa dan bukan dirasakan sebagai beban, Yunita tinggal di daerah Blimbingsari, CT 4. No.26, Sleman, Yogyakarta. Jaraknya sekitar 15 km dari wilayah kerjanya. Dengan statusnya yang masih bujang dan tinggal di tempat kost y~ng ratarata dihuni oleh mahasiswa tersebut membuatnya lebih tenang dalam bekerja karena tidak ada keluarga yang akan menghawatirkannya.
89
BABVI PROFIL BKM/LKM DI WILA YAH KECAMA TAN PLERET
A. Pengantar BKMILKM merupakan lembaga/organisasi masyarakat tingkat kelurahan yang bersifat transparan dan akuntabel. Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dengan pendampingan dari tim fasilitator ini merupakan motor penggerak dan agen perubahan dalam mendorong perubahan perilaku masyarakat yang lebih kondusif bagi upaya penanggulangan kemiskinan serta pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman.
Lembaga ini dibentuk untuk memberikan pelayanan dan menjadi wadah kegiatan masyarakat, terutama masyarakat miskin dan kaum perempuan, dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan yang mereka hadapi secara mandiri. Melalui lembaga inilah program PNPM Mandiri Perkotaan menyalurkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Kelompokkelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dibentuk oleh LKMIBKM tersebut.
Kepengurusan dalam LKMIBKM ini ditentukan sendiri oleh masyarakat dengan sistim penjaringan dari bawah, dalam arti dimulai dari pemilihan perwakilan dari dusun (dipilih oleh masyamkat masing-masing dusun yang ada) yang akan diajukan untuk mengikuti pcmilihan pengurus di tingkat desalkelurahan.
90
Lembaga ini bergerak di bidang pengembangan Tridaya. Wujud kegiatannya berupa pembangunan sarana prasarana fisik lingkungan permukiman, kegiatan ekonomi perguliran dengan sistem tanggung renteng, serta kegiatan sosial. Peran fasilitator di sini adalah dimulai dari pengenalan program/sosialisasi di tingkat kelurahan
dan
dilanjutkan
sampai
ke
tingkat
dusun
untuk
mendampingi masyarakat pada saat melakukan refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya dan pendataan relawan serta pemilihan perwakilan eaton pengurus LKM dari tingkat dusun untuk diajukan ke tingkat kelurahan.
Di
tingkat kelurahan
fasilitator melakukan
pedampingan
pada saat
pembentukan LKMIBKM serta melakukan seleksi pemilihan pengurus LKM tersebut.
Kepengurusan dalam BKM/ LKM terdiri dari 1. Pimpinan kolektif LKM yag berjumlah atara 9 ~ampai 13 orang, dipimpin
oleh seorang koordinator {dipilih satu dari anggota pimpinan kolektif tersebut) 2. Sekretariat, merupakan unsur pelaksana teknis harian. Jumlah aggotanya menyesuaikan kebutuhan, biasanya antara 2 s/d 3 orang. 3. Unit-unit pengelola yang bertanggung jawab kepada pimpinan kolektif, yang terdiri dari : Unit Pengelola Keuangan Unit Pengelola Lingkungan Unit Pengelola Sosial
91
4. Badan Pengawas UPK, beranggotakan 2 s/d 3 orang
B. Profil Masing-Masing BKMILKM Di wilayah kecamatan Pleret telah terbentuk 5 BKMILKM, 2 LKM merupakan LKM lama kelanjutan dari program P2KP, sementara 3 LKM merupakan LKM yang baru terbentuk setelah program menjadi PNPM Mandiri Perkotaan. Hal ini berarti bahwa di setiap Kelurahan yang ada di wilayah tersebut telah terbentuk LKMIBKM. Tabel7. Daftar BKM di Kecamatan Pleret Th.2008 No.
Nama BKMILKM
Kelurahan
Th Berdiri
Koordinator BKM
I.
Wonokromo
Wo'lokromo
1999
H. AM Machrus Hanafi, S.Ag
2.
Pleret
MajuMakmur
1999
H. Ismadi
3.
Segoroyoso
Mekar Desa
2008
Purwanto, ST Affandi
4.
Bawuran
Siap Mandiri
2008
Abdul Kadir Subandi
5.
Wonolelo
Maju Bersama
2008
Khulil Khasanah Heri
Sumber : Data Korlcot Kab. Bantul
Sementara itu profil masing-masing BKMILKM adalah sebagai berikut : 1. BKM Wonokromo NamaBKM
BKM Wonokromo
Alamat
Wonokromo, Pleret, Bantul
AlCimat Sekretariat
Ketonggo, Rt.Ol No.85, Wonokromo, Pleret, Bantul 55791
Badan Hukum
Perkumpulan
92
Taggal dibentuk
14 Maret 2000
Nama Notaris
Tri Diyani KD, SH
Noffanggal Akta
20/ J4 Maret 2000
Tgl Perubahan Akta
4 Desember 2008
Nama Notaris
Khusina Widiasnigrum, SH
Noffanggal Akta
0114 Desember 2008
Jadwal buka BKM
2, 9, 17, dan 25/bulan
Jam BukaBKM
09.00- 13.00 WIB
Jumlah Kader Aktif
: 15 anggota laki-laki dan 10 anggota perempuan
Tabel8. Susunan Kepengurusan BKM Wonokromo Th. 2008-2011 No.
Nama
IUp
Umur Pendidik (Th) an
Pekerjaan
Jabatan
Pimpinan Kolektif
10. 11.
H.AM Machrus H, SAg. H.M. Wachidi Dwi Joko Ciptono M Ichsan Mariyo Suroyo. S.Si,M.Kom Wahono Amrih Handayani Eki Retnowati Hj. Rustiyati Sulastri Widayati
L L L L L L L p p p p
45 45 64 35 38 30 43 44
S-1 SLTA SMA PGA SMP S-2 SMA S-1 SMA SLTA S-1
I.
Sekretariat Tri Ristina, SPd
p
26
S-1
Unit Pengelola Keuangan Sunifah, S.Ag Ipan Suri, SE Sri Sudmyanti. SE Juweni M.Masroni
p L p L L
1 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9.
1. 2.
3. 4. 5.
38 64
35
42
36 60 35
S-1 S-1 S-1 SLTP SLTA
Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Pensiunan PNS Dukuh Mandor bangunan Pedagang GuruSLB Dukuh
-
Manajer ,!lembuku Kasir Juru tagih Juru tagih
Dagang KetuaRT Honorer
93
I.
2. 3. l.
2. 3.
1.
2.
Unit Pengelola Lingkungan Ismawan, BE H,Nuri AI Fatah Supiah
L L p
45 47 34
D-3 D-3 SLTA
Koordinator Anggota Anggota
Unit Pengelola Sosial Ahmad Asyhuri Fathonah Asiyah
L p p
35 37 36
SLTA SLTA SLTA
Koordinator Anggota Anggota
Pengawas UPK Dimjati Sartono
L L
58
SLTA SLTA
Wiraswasta Mandor Bangunan
Dukuh
-
Pensiunan PNS
Sumber : BKM Wonokromo
Kegiatan yang dilaksanakan oleh BKM Wonokromo diantaranya adalah : 1. Menyusun Program Jangka Menengah (PJM) (dicantumkan sebagai
lamp iran) 2. Menyusun Rencaua Tahunan dan membuat skala prioritas kegiatan (dicantumkan sebagai lampiran) 3. Rapat rutin setiap bulan 4. Perencanaan kegiatan bulanan dan tahunan 5. Rapat Warga Tahunan (RWT) setiap 3 bulan sekali, untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. 6. Kegiatan pengembangan ekonomi perguliran yang dikelola oleh UPK Kegiatan ini mulai dilaksanakan tahun 2002 dengan modal awal sebesar Rp. 200.000.000,- dan dalam perkembangannya sampai sekarang teiah menjadi RP. 332.430.820,- Jumlah KSM yang mamanfaatkan dana tersebut ada 64 KSM. (Neraca dicantumkan sebagai lampiran)
94
7. Melakukan pembangunan sarana prasarana lingkungan permukiman di 12
pedukuhan
(laporan
realisasi
pelaksanaan
pembangunan
dicantumkan sebagai lampiran) 8. Kegiatan pengembangan daya sosial Kegiatan ini baru mulai dilaksanakan pada bulan April 2009. Besamya dana untuk kegiatan ini adalah 10% dari dana BLM yang diterima oleh BKM untuk setiap tcrminnya. Dana yang telah diterima oleh UPS dari terminI dan II adalah sebesar RP. 5.775.000 + Rp. 9.625.000 = Rp. 15.400.000. Dana tersebut telah dipergunakan untuk pembelian alat peraga edukatif (APE) dan APE luar (untuk luar ruangan) yang dibagikan kepada 12 PAUD dan Posyandu, pelatihan dan penyuluhan ibu hamil sebanyak I 00 orang, serta penyelenggaraan pelatihan bagi pendidik PAUD sebanyak 12 dusun x 3 orang= 36 orang. 9. Kegiatan review kelembagaan, review keuangan dan review PJM (basil pelaksanaan review baru dalam proses penyusunan).
2. BKM Kelurahan Pleret Nama BKM
BKM Maju Makmur
Alamat
Kantor Kelurahan Pleret, Kec. Pleret, Kab. Bantul
Alamat Sekretariat
Desa Pleret, Pleret, Bantu} 55791
Badan Hukum
: Perkumpulan
Tanggal dibentuk
: 23 Desember 1999
Nama Notaris
: Tri Diyani KD, SH
No!fanggal Akta
: 21/14 Maret 2000
95
Jadwal buka BKM
Selasa, Rabu, Kamis
Jam Buka BKM
09.00- 14.00 WIB
Jumlah relawan aktif : II orang
Tabel 9. Susunan kepengurusan BKM Maju Makmur periode 2007-2010 No.
Nama
u
p
Umur Pendidik (Th) an
Pekerjaan
Jabatan
Pimpinan Kolektif 1
56 56
8. 9.
H.lsmadi Djamal, S.Pd. H.Hadi Multar, SE. MM. Drs. Mardi Wi
L L L L L L L p p
56 58 58 48 38 36
SLTA S-1 S-2 S-1 SLTA S-1 SLTA S-1 S-1
I.
Sekretariat Rifqi Fatoni, A.Md
L
28
03
Unit Pengelola Keuangan Mukhnisun Suparyono S1amet Anwari, SE.MM.
L L L L
42 58 44
46
SLTA SLTA SLTA PNS
Juru Buku Juru Tagih
PNS PNS
2.
Unit Pengelola Lingkungan A shari Sigit Yuwono, SE
L L
43 40
SLTA S-1
Koordinator Anggota
Wiraswasta Wiraswasta
I.
Unit Pengelola Sosial Ahmad sudarmi, S.Pd.
L
40
S-1
Koordinator
Guru SO
2. 3.
4. 5. 6.
7.
I.
2. 3. 4. I.
52
Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
Wiraswasta PNS(Guru SD) PNS(Ka.Diparda) PNS(Guru SMP) Pensiunan PNS PNS(Ka.Sek. SD) Guru SD honorer LSM PNS (Guru SD)
Wiraswasta
Manajer
Kasir
Wiraswasta
Pensiunan PNS
Sumber : BKM Maju Makmur, Pleret.
Kegiatan yang dilaksanakan oleh BKM Maju Makmur, Kelurahan Pleret diantaranya adalah : I. Menyusun Program J angka Menengah (PJM) (dicantumkan sebagai
96
lampiran) 2. Menyusun Rencana Tahunan dan membuat skala prioritas kegiatan (dicantumkan sebagai lampiran) 3. Rapat rutin setiap bulan 4. Perencanaan kegiatan bulanan dan tahunan 5. Rapat Warga Tahunan (RWT) setiap 3 bulan sekali, untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. 6. Kegiatan pengembangan ekonomi perguliran yang dikelola oleh UPK Kegiatan ini mulai dilaksanakan tahun 2000 dengan modal awal sebesar Rp. 199.967.000,- dan dalam perkembangannya sampai sekarang telah menjadi RP. 666.718.733,- Jumlah KSM yang mamanfaatkan dana tersebut ada II9 KSM, yang tersebar di II pedukuhan (Neraca pe•·kembangan keuangan terlampir) 9. Melakukan pembangunan sarana prasarana Iingkungan permukiman di II
pedukuhan
(laporan
realisasi
pelaksanaan
pembangunan
dicantumkan sebagai lampiran) 10. Kegiatan pengembangan daya sosial Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pelatihan menjahit, montir, santunan bagi anggota yang punya keluarga di rumah sakit, pelatihan pendidik PAUD, bantuan peralatan PAUD, pemberian beasiswa bagi anak yatim piatau, dll I 0. Kegiatan review kelembagaan, review keuangan dan review PJM (basil pelaksanaan revjew baru dalam proses penyusunan).
97
3. LKM Segoroyoso
NamaLKM
: LKM Mekar Desa
Alamat
Segoroyoso, Pleret, Bantul 55791
Badan Hukum
Perkumpulan
Tanggal dibentuk
28 Nopember 2008
Nama Notaris
Widiyantara, SH
No!fanggal Akta
14/2008
Tabel iO. Susunan Kepengurusan LKM Mekar Desa periode 2008-2011 No.
Nama
u
p
Umur Pendidik (Th) an
Pekerjaan
Jabatan
Pimpinan Kolektif Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
PNS PNS
8. 9. 10 11 12 13
Maryadi, S.Ag. Sunamo Lusiani, S.Pd. Mujianti Rina Warsito Rohadi Sagiman Suripto Sri Wahyuningsih
L L p L L p p p p L L L p
45 43 40 49 39 42 45 26 35 26 33 50 36
S-1 S-2 SLTA S-1 SMP S-1 SMA SMA SMA SMA SMA D-2 SMA
1.
Sekretariat Fitriatun
p
23
SMA
MahBSiswa
Unit Pengelola Keu;mgan Eko
L
28
SLTA
Wiraswasta
Unit Pengelola Lingkungan Heri Sugiarto
L
23
SLTA
Mahasiswa
Unit Pengelola Sosial Budi Purnomo
L
26
SLTA
1 2.
Purwanto, ST Affandi, SIP.MM.
3.
Yuniati
4. 5. 6.
7.
1.
1
1.
PNS PNS Karyawan swasta Guru swasta lbu rumah tangga lbu rumah tangga wiraswasta Mahasiswa Pamong Desa PNS Ibu rumah tangga
\ Karyawan swasta
Sum her : LKM Mekar Desa, Segoroyoso
98
Kegiatan yang dilaksanakan oleh LKM
Mekar Desa,
Kelurahan
Segoroyoso diantaranya adalah : I. Menyusun Program Jangka Menengah (PJM) (dicantumkan sebagai
lampiran) 2. Menyusun Rencana Tahunan dan membuat skala prioritas kegiatan (dicantumkan sebagai lampiran) 3. Perencanaan kegiatan bulanan dan tahunan 4. Rapat Warga Tahunan (RWT) setiap 3 bulan sekali, untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. 5. Kegiatan pengembangan ekonomi perguliran yang dikelola oleh UPK Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2009, dengan modal awal sebesar Rp. 28.500.000,- dan dalam perkembangannya selama 3 bulan telah menjadi RP. 32.099.500.,- Jumlah KSM yang mamanfaatkan dana tersebut ada 9 KSM, yang tersebar di 9 pedukuhan (Neraca perkembangan keuangan terlampir) 11. Melakukan pembangunan sarana prasarana lingkungan permukiman di 9
pedukuhan
(laporan
realisasi
pelaksa!laan
pembangunan
dicantumkan sebagai lampiran) 12. Kegiatan pengembangan daya sosial Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2009. Besarnya dana tahap pertama untuk kegiatan ini adalah sebesar Rp. 4.000.000,-. Dana ini telah digunakan untuk kegiatan pelatihan menjahit dan bordir, serta pemijahan/pembenihan ikan lele.
99
4. LKM Bawuran NamaiKM
: LKM Siap Mandiri
A lam at
Bawuran, Pleret, Bantu! 55791
Badan Hukum
Perkumpulan
Tanggal dibentuk
29 Nopember 2008
Nama Notaris
Widiyactara, SH.
No!fanggal Akta
15/2008
-
. de 2008 2011 T a bel 11 S usunan K...epen ~rusan LKMS'tap M and'. tn peno No. I
2. 3. 4. 5. 6. 7.
8. 9. 10 11
12 13
l.
2. 1.
2. l.
2. l.
2.
Nama PimQinan Kolektif Abdul Kadir Partinah Gusmanto Krisdiyanto Ponidi Fitri Prasuci Pujj Lestari Murtiyantini Sumarsih Laili Ana Fatihatin Suryanto Poniran Samsudin
UP L p
Umur(Th) Pendidikan 54
36
L L L p
44
p p p p
-
L L L
-
-
-
-
Jabatan
Pekerjaan
SMA SMA SPG SMA SMP S-1 SMA SMA SMEA SMA SMA SMP SMA
Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
PNS Dukuh Dukuh Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Dukuh Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta
Sekretariat Subandi Daris Murfiati
L p
32
SMA S-1
Sekretaris Sekretaris
Unit Pengelola Keuangan M. lkhsan, S.Pd. Zufita Safa'atun
L p
26
S-1
S-1
Koordinator Anggota
Wiraswasta Wiraswasta
-
Dukuh Guru
Unit Pengelola Linglrun~an Wibowo Dahron
L
...'
-
SMA SMA
Koordinator Anggota
Wiraswasta Wiraswasta
Unit Pene:elola Sosial Sumardi Sunarto
L L
-
SMA SMA
Koordinator Anggota
Dukuh PNS
-
..
\
Sumber : LKM S1ap Mandm, Bawuran
100
Kegiatan yang dilaksanakan oleh LKM Siap Mandiri, Kelurahan Bawuran diantaranya adalah : I. Menyusun Program Jangka Menengah (PJM) (dicantumkan sebagai
lampiran) 2. Menyusun Rencana Tahunan dan membuat skala prioritas kegiatan (dicantumkan sebagai lampiran) 3. Perencanaan kegiatan bulanan dan tahunan 4. Rapat Warga Tahunan (RWT) setiap 3 bulan sekali, untllk melakukan evalua5i pelaksanaan kegiatan. 5. Kegiatan pengembangan ekonomi perguliran yang dikelola oleh UPK Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2009, dengan modal awal sebesar Rp. 32.725.000,- dan dalam perkembangannya selama 3 bulan telah menjadi RP. 34.361.250,- Jumlah KSM yang mamanfaatkan dana tersebut ada 11 KSM, yang tersebar di 7 pedukuhan (Neraca perkembangan keuangan terlampir) 13. Melakukan pembangunan sarana prasarana lingkungan permukiman di 7
pedukuhan
(laporan
realisasi
pelaksanaan
pembangunan
dicantumkan sebagai lampiran) 14. Kegiatan pengembangan daya sosial Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2009. Kegiatan yang telah dilaksanakan meliputi pembelian APE untuk PAUD di 7 pedukuhan, pelatihan pengaar PUD.
101
5. LKM Kelurahan Wonolelo Nama LKM
: LKM Maju Bersama
Alamat
Wonolelo, Pleret, Bantu! 55791
Badan Hukum
Perkumpulan
Tanggal dibentuk
28 Nopember 2008
Nama Notaris
Widiantara, SH
Noffanggal Akta
12 I 28 NOPEMBER 2008
Jumlah relawan ak.tif : 13 orang Tabel 12.Susunan Kepengurusan LKM Maju Bersama periode 2008-2011 No.
Nama
L/
p
Umur Pendidik (Th) an
Jabatan
Pekerjaan
Pimpinan Kolektif D-3 S-I S-1 SMA Paket C SLTP SLTA D-2 D-2 SLTP SLTP SLTA SLTP
Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
GuruSD PNS (guru) PNS (guru TK) Kader PAUD KaderPAUD Dagang Wiraswasta PNS (guru) PNS (guru) Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta
S-1 SMA
Koordinator Anggota
PNS Wiraswasta
SLTA
Manajer Kasir Juru Tagih
Khulil Khasanah Sukimo, S.Ag. Supriyati Wahyu Widiyastuti Giyanti Maryanti Marwanto Wazir Byas Suryadi Junaidi Syaifudin Supardi
p L p p p p L L L L L L L
L
44
2.
Sekretariat Muhyidin Heri Santoso
L
24
I. 2. 3.
Unit Perutelola Keuangan lin Namiyati Tri Baskoro Winami Eni Arofah
p p p
32 22 20
Paket C
I
Unit Pengelola Licgkungan Slamet widodo
L
50
U-3
I 2.
3. 4.
5. 6. 7.
8. 9. 10 II 12 13
1.
30 44
38 29 30 30 37 40 50 38 42 40
40
~LTA
Wiraswasta KaderPAUD Kader PAUD
Wiraswasta
102
I.
Unit Pengelola Sosial Purwanto
L
40
SLTA
Wiraswasta
I. 2.
Pengawas keuangan Munajat Indaryanto
L L
52 45
SLTA SLTA
Pamong Desa Pamong Desa
Sumber: LKM Ma.Ju Bersama, Wonolelo. Kagiatan yang dilaksanakan oleh LKM Maju Bersama, kelurahan Wonolelo diantaranya adalah : 6. Menyusun Program Jangka Menengah (PJM) (dicantumkan sebagai lampiran) 7. Menyusun Rencana Tahunan dan membuat skala prioritas kegiatan (dicantumkan sebagai lampiran) 8. Rapat rutin setiap bulan 9. Perencanaan kegiatan bulanan dan tahunan 10. Rapat Warga Tahunan (RWT) setiap 3 bulan sekali, untuk melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan. 11. Kegiatan pengembangan ekonomi perguliran yang dikelola oleh UPK Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada bulan Agustus 2009, dengan modal awal sebesar Rp. 34.725.000,- dan dalam perkembangannya selama 3 bulan telah menjadi RP. 39.422.500,- Jumlah KSM yang mamanfaatkan dana tersebut ada 9 KSM, yang tersebar di 9 pedukuhan (Neraca perkembangan keuangan terlampir) 15. Melakukan pembangunan sarana prasarana lingku."lgan pennukiman di 9
pedukuhan
(laporan
realisasi
pelaksanaan
pembangunan
dicantumkan sebagai iampiran)
103
16. Kegiatan pengembangan daya sosial Kegiatan ini mulai dilaksanakan bulan Agustus 2009, berupa pelatihan peningkatan ekonomi produktif berupa pembuatan ampyang dan bolu singkong, dengan peserta kader Posyandu perwakilan dari semua pedukuhan (masing-masing 3 orang), Pembelian Alat Permainan edukatif (APE) PAUD untuk 8 dusun serta rencana penyuluhan sadar gizi (belum dialaksanakan).
104
BAB VII FASILITATOR DAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN DI WILA YAH KECAMA TAN PLERET, KABUPA TEN BANTUL
A. l'eran Fasilitator dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Melalui BKM/LKM Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa dalam upaya mengatasi masalah kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat, program PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan adanya siklus /tahapan kegiatan yang meliputi tahap perencanaan partisipatif, tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap evaluasi kegiatan, dimana untuk masing-masing tahap dilaksanakan sendiri oleh masyarakat dengan pendampingan aktif yang dilakukan oleh tim fasilitator kelurahan (Faskel). Selanjutnya untuk mengetahui peran fasilitator pada pelaksanaan setiap tahap tersebut, di bawah ini akan kami uraikan sejauh mana peran mereka menurut basil pengamatan yang kami lakukan serta pendapat beberapa informan yang kami wawancarai yang meliputi pengurus BKMILKM di wilayah kecamatan Pleret, Koordinator Kota Kabupaten Bantul dan Asisten Korkot serta anggota tim fasilitator itu sendiri. Pembahasan mengenai masalah tersebut akan kami kelompokkan menurut tahapan pelaks&laan kegiatan yang sebagaimana diuraikan di atas.
105
I. Tahap Perencanaan Patisipatif
Satu tugas sangat penting yang harus dilaksanakan oleh tim fasilitator kelurahan (faskel) dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan ini adalah masalah bagaimana membangun partisipasi aktif warga dalam setiap tahap kegiatannya. Dalam konteks ini fasilitator berusaha membangun partisipasi warga ini mulai dari awal pengenalan program yang berupa perencanaan partisipatif, selanjutnya pelaksanaan kegiatan dan terakhir monitoring-evaluasi yang lebih dikenal dengan istilah review partisipatif. Pada awal pengenalan program, masyarakat didorong untuk menjadi pelaku utama perencana kegiatan yang meliputi Refleksi Kemiskinan (RK.}, Pemetaan Swadaya (PS), pembentukan BKMILKM, dan terakhir
penyusunan Perencanaan Jangka Menengah (PJM) dan Rencana Tahunan (Renta). Inti dari ketiga kegiatan tersebut (RK,PS dan PJM) adalah untuk mencari kesepahaman mengenai konsep kemiskinan, penyebab kemiskinan serta cara penanggulangannya. Dalam proses ini, di bawah pendampingan tim fasilitator masyarakat diajak berpikir bersama dan selanjutnya mencari kesepakatan mengenai kriteria kemiskinan, siapa yang tennasuk daftar warga miskin, potensi yang mereka miliki untuk mengatasi masalah tersebut, dan sebagainya untuk selanjutnya setclah BKMILKM terbentuk menyusun daftar kebutuhan bagi kegiatan penanggulangan kemiskinan
106
yang akan mereka laksanakan. Proses ini menghasilkan serangkaian data yang meliputi : daftar profil keluarga miskin, peta profil persoalan dan potensi
setempat
(ekonomi,
sosial,
lingkungan,
SDM,
pmsarana
permukiman dll), peta profit lembaga yang ada di masyarakat untuk menangani PNPM Mandiri Perkotaan, profil kriteria kepemimpinan moral serta peta profit kebutuhan nyata masyarakat. Proses perencanaan partisipatif sebagaimana diuraikan di atas juga dilaksanakan di wilayah Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantu!, terutama pada 3 LKM yang baru terbentuk, yaitu LKM Kelurahan Segoroyoso, LKM Kelurahan Bawuran dan LKM Kelurahan Wonolelo. Untuk 2 LKM lama yaitu LKM kelurahan Wonokromo dan LKM kelurahan Pleret tentunya
proses
pembentukannya
itu dulu,
telah
dilaksanakan
sementara
pada
sekarang
waktu
tinggal
awal-awal
melanjutkan/
mdaksanakan PJM Pronangkis yang telah disusun. Pada tahap awal fasilitator melakukan sosialisasi di tingkat kelurahan dengan dihadiri oleh perangkat kelurahar., tokoh masyarakat, perwakilan dad semua RT dan padukuhan yang ada, perwakilan dari kecamatan dan unsur lembaga seperti LPMD, Karang taruna, PKK serta BPD. Disini fasilitator memberi pemahaman mengenai konsep, substansi dan siklus PNPM Mandiri Perkotaan dengan segala konskuensinya, selanjutnya program
ini
ditawarkan kepada masyarakat, apakah mereka mau menerima atau menolaknya. Tahap ini dikenal dengan istilah Rembug Kesiapan
107
Masyarakat (RKM). Suasana proses rembug kesiapan masyarakat dapat kita lihat pada gambar berikut ini. Gambar 1. Rembug kesiapan masyarakat desa Segoroyoso tahun 2008
Sumber : Dok Tim Faskel Kec. Pleret
Pada tahap ini nampaknya ketiga kelurahan lokasi baru tersebut bersedia menerima program ini, 2 kelurahan yaitu kelurnhan Wonolelo dan Bawuran langsung menerimanya, sementara untuk kelurahan Segoroyoso karena karakter masyarakatnya agak keras, mereka harus melakukan rembug kesiapan masyarakat yang cukup lama, sebagaimana dikemukakan oleh Sekretaris LKM Kelurahan Segoroyoso, bapak Affandi sebagai berikut : "Terns terang karakter masyarakat kami agak keras bu...... sehingga ketika program ini pertamakali disosialisasikan oleh tim fasilitator, mereka langsung protes mengapa prosedumya begitu sulit, tidak: seperti program-program bantuan lain, dan seterusnya, tetapi tim fasilitator ini ternyata tetap sabar dalam memberikan penjelasan dan
108
juga telaten mendampingi setiap pertemuan yang kami lakukan. Mereka tidak gampang tersinggung meski ada anggota masyarakat kami yang bicaranya kadang ngotot. Kalau mereka tidak telaten ya .... pasti LKM disini tidak jadi terbentuk, dan kami tidak punya perencanaan apapun terkait dengan masalah kemiskinan ini". Melengkapi apa yang dikatakan oleh sekretaris LKM kelurahan Segoroyoso tersebut maka koordinator LKM, bapak Purwanto juga menyatakan sebagai berikut : "Masyarakat disini sebenamya sebagian besar pekerja keras, jadi mereka memang kritis dalam menyikapi setiap program atau proyek yang masuk ke desa kami, jadi karaktemya memang berbeda dengan masyarakat desa lain sepert! Wonolelo misalnya yang masyarakatnya lebih mudah di atur. Namun karena sebelumnya tidak ada yang mengarahkan jadinya mereka hanya ngurusi hidupnya sendiri-sendiri, tidal( kepikiran untuk secara bersama- samR membangun desa. Dan setelah program ini masuk, serta ada fasilitator yang selalu mengarahkan, maka sebagian dari kami mulai aktif dalam kegiatan di LKM ini".
Alotnya proses penenmaan masyarakat pada program PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah tersebut juga digambarkan oleh bapak Affandi. Menurut beliau pada waktu itu, sosialisasi awal dilakukan pada malam hari, dirr.ulai sekitar pukul 8 ma!am. Setelah semua yang diundang baik perwakilan dari masyarakat, perangkat desa, tim fasilitator, maupun yang lainnya hadir, maka mulailah tim fasilitator tersebut menyampaikan konsep, substa:1si serta tahapan siklus PNPM Mandiri Perkotaan, pada waktu itu masyarakat menyimak penjelasan tersebut dengan tekun, namun ketika penjelasan sampai pada konskuensi yang harus dilaksanakan oleh masyarakat terkait bantuan yang akan mereka terima, maka mereka mulai ribut karena temyata tidak seperti yang mereka harapkan, yaitu tim
109
fasilitator ini akan memberikan bantuan kepada masyarakat tanpa adanya kewajiban dari masyarakat untuk memelihara atau mengembangkan bantuan tersebut, atau tanpa adanya prosedur yang mereka anggap sulit sebagaimana program-program atau proyek dari pemerintah yang masuk ke desa mereka sebelumnya, bahkan ada dari anggota masyarakat yang sampai berteriak menanyakan sebenamya maunya tim fasilitator itu apa, kalau mau memberi bantuan ya berikan saja, kalau tidak ya sudah. Kalau memberi bantuan modal tapi dengan prosedur yang sulit serta harus mengembalikan dengan tertib ya sama saja dengan pinjam di bank, dan sebagainya. Begitu selesai ngomong anggota masyarakat tersebut langsung pulang diikuti oleh beberapa orang yang se ide dengannya. Namun demikian tidak semua yang hadir berpikiran sama dengan mereka, jadi mereka inilah yang selanjutnya mendengarkan penjelasan dari fasilitator terkait masalah tersebut. Akibat adanya peristiwa tadi maka pembahasan mengenai masaiah tersebut menjadi agak berlarut, jadwal pertemuan yang tadinya akan selesai pukul I 0, menjadi selesai pada pukul II malam, karena kesepakatan untuk menerima program tersebut memang baru tercapai menjelang jam-jam tersebut. Demikian sulitnya memberikan penjelasan kepada berbagai lapisan masyarakat der.gan karakter mereka yang berbeda-beda tersebut, mengharuskan tim fasilitator ini untuk bekelja lebih keras, sabar, dan telaten. Dan dengan kelja keras tadi maka pada akhimya masyarakat dengan sadar menerima program tersebut dan berhasil membentuk LKM. Namun demikian dalam perkembangannya,
110
susunan kepengurusan dalam LKM ini beberapa kali mengalami pergantian. Hal ini terjadi, menurut Bpk. Affandi karena kesibukan lain yang dijalani oleb para pengurus tadi. Kasus ini sebenamya cukup menarik, karena ketika kami wawancarai salab seorang pengurus yang kami temui mengenai posisinya di kepengurusan tersebut dia tidak tabu persis sebagai apa, yang dia tabu banyalab dia bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan BLM yang barns dipergulirkan (sebenamya dia adalah penanggung jawab UPK). Dari penjelasan tersebut nampak babwa dia tidak memahami dengan jela3 struktur kepengurusan dalam LKM, padahal dia merupakan bagian dari kepengurusan tersebut. Hal ini tetjadi mungkin karena kurangnya pelaksanaan koordinasi di LKM Segoroyoso tersebut, sebagaimana juga dinyatakan oleh salab seorang pengurus lain yang menyatakan babwa pengurus LKM di keluraban tersebut beberapa kali mengalami pergantian karena lamanya tidak ada kegiatan yang mereka lakukan, sebingga ketika mereka memperoleh pekerjaanl kesibukan
lain mereka melepaskan kepengurusannya dalam
LKM. Namun demikian bukan berarti bahwa kegiatan masyarakat menjadi tidak be1jalan atau justru terhenti sama sekali, mereka tetap membuat proposal
peng~juan
dana, khususnya untuk yang kegiatan pembangunan
fisik prasarana dan sarana lingkungan pennukiman, tatapi tentunya beban ketja pengurus yang tetap aktif menjadi semakin berat, karena tuga mereka banyak sementara yang menangani scdikit.
111
Kondisi ini
sangat disayangkan karena sebenamya para relawan yang
mengelola LKM di kelurahan lain juga memiliki kesibukan yang sama diluar LKM, tetapi mereka tetap memegang komitmen semula. Kasus semacam ini mungkin tidak akan terjadi bila relawan yang diberi tanggung jawab mengelola LKM benar-benar mereka yang memiliki kesadaran, keikhlasan serta komitmen yang tinggi untuk membantu masyarakat mengatasi masalah kemiskinan yang menghimpitnya .
Selanjutnya setelah masyarakat menyatakan menerima program ini maka tim fasilitatorpun melakukan sosialisasi di tingkat dusun secara bergantian dengan menyesuaikan jadwal yang dimiliki masyarakat, Sosialisasi ini dilakukan melalui lembaga lokal yang telah ada dan menyatu dengan lingkungan masyarakat sejak lama. Lembaga lokal tersebut biasanya berupa pengajian, kelompok dasa wisma, kelompok arisan dsb. Pemilihan media ini didasarkan pad& pengalaman bahwa rembug warga yang biasanya ada pada setiap lembaga lokal merupakan media yang paling efektif untuk mengenalkan tujuan program PNPM Mandiri Perkotaan tadi.
Pelaksanaan
sosialisasi
ini
dibantu
oleh Tim
sosialisasi
tingkat
desalkelurahan. Pada proses ini masyarakat dibantu oleh tim fasilitator melakukan
refleksi
kemiskinan,
selanjutnya
melakukan
pemetaan
swadaya, juga pendaftaran relawan dari masyarakat, dan menentukan wakil-wakil mereka yang akan dikirim unttik mengikuti pemilihan pengurus LKM di tingkat kelurahan.
112
Proses perencanaan di tingkat basis ini dihadiri oleh hampir semua lapisan masyarakat, mulai dari ketua RT, Dukuh, tokoh masyarakat setempat, pemuda pengangguran, warga yang memiliki usaha, pengurus PKK dusun, warga miskin dsb.
Pada proses ini terlihat masyarakat mulai berpartisipasi secara aktif dalam membahas permasalahan kemiskinan yang mereka hadapi. Mereka menentukan sendiri batasan kemiskinan menurut fersi mereka, daftar masyarakat yang dianggap masuk golongan warga miskin di dusun tersebut, rencana awal untuk mengatasi masalah kemiskinan yang berupa usulan kegiatan yang nantinya akan dibahas di tingkat desa/kelurahan, sampai pada pemilihan perwakilan dusun untuk mengikuti proses pemilihan anggota BKM di tingkat desalkelurahan. Proses ini akan memunculkan relawan-relawan dari masyarakat sekitar yang akan menjadi motor penggerak segala kegiatan yang bertujuan untuk mengentaskan masalah kemiskinan yang berbasis masyarakat (dari hasil pengamatan kami
ternyata
relawan
ini,
terutama
yang
menangani
masalah
pembangunan fisik tidak hanya melaksanakan pembangunan yang berasal dari dana PNPM saja, tetapi mereka juga mengkoordinir pelaksanaan pembangunan dengan dana bantuan dari JRF dll).
Dalam proses ini fasilitator benar-benar hanya berperan sebagai pengarah, mereka hanya sekedar memberi gambaran, pancingan dsb, sementara penentu terakhir setiap keputusan adalah warga masyarakat setempat,
113
sebagaimana dikemukakan oleh Koordinator LKM Desa Wonolelo, ibu Khulil Khasanah sebagai berikut: "Faskel (fasilitator kelurahan) juga selalu aktif melakukan pendampingan dalam setiap kegiatan PNPM yang kami laksanakan, mengenai jadwal pertemuan kami sating menyesuaikan, kadang kalau kami pas mau mengadakan pertemuan tapi mereka ada kegiatan lain, ya..... kami yang menyesuaikan, demikian juga sebaliknya, kadang mereka yang menyesuaikan dengan waktu kami, dengan saling membagi tugas"
Selanjutnya dikatakan bahwa : "Dalam melakukan sosialisasi dan pendampingan pada saat penyusunan refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya, mereka hanya sekedar memberi gambaran yang dilakukan di tempat lain, memberi contoh, sedang segala sesuatu yang akan dilakukan oleh masyarakat, itu kami sendiri yang menentukan. Merekajuga selalu aktifmelakukan tukar pikiran dengan anggota masyarakat yang hadir pada pertemuan terse but". Senada dengan pemyataan tersebut maka koordinator LKM kelurahan Bawuran yang kami temui juga menyatakan bahwa :
"Peran faskel (fasilitator kelurahan) disini adalah sekedar memberi gambaran awal mengenai batas minimal penghasilan yang masuk kriteria orang miskin. Namun demikian batasan itu pada akhimya berdasarkan kesepakatan ciari masyarakat sendiri." Dari kedua pemyataan tersebut dapat kita lihat bahwa pada proses ini fasilitator tidak mengambil peran yang aktif, dalam arti sebagai penentu keputusan, tetapi hanya sekedar sebagai semacam penasehat. Segala sesuatunya dipikirkan dan ditentukan sendiri. oleh masyarakat yang bersangkutan. Kondisi semacam ini akan memberi pembelajaran kepada masyarakat untuk selalu berpikir kritis dalam memandang setiap persoalan yang mereka hadapi, juga akan menumbuhkan sikap saling menghargai
114
pendapat orang lain, saling membantu dan berbagi, bermusyawarah untuk memecahkan persoalan bersama, menumbuhkan kembali jiwa sosial mereka yang mulai luntur dan yang pada akhimya akan menjadi komunitas masyarakat yang mandiri.
Tahap selanjutnya fasilitator mendampingi pembentukan LKM di tingkat kelurahan. Susunan pengurus sebagaimana disinggung di atas dipilih dari perwakilan relawan dari masing-masing padukuhan yang ada di kelurahan yang bersangkutan. Proses pemilihan pengurus dilakukan dengan sistem langsung, umum, bebas dan rahasia, sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar2 Proses pemilihan pengurus LKM Kelurahan Bawuran Th.2008
Somber : Tim Faskel Kec. Pleret
115
Dari hasil pemilu tersebut terbentuk kepengurusan kolektif BKM/LKM yang beranggotakan antara 9 sampai 13 orang. (profil masing-masing BKMILKM telah disampaikan pada BAB VI).
Pada tahap ini, fasilitator membantu masyarakat untuk menyusun panitia pembentukan LKM, melakukan musyawarah untuk mereview kriteria kepemimpinan moral dan profil lembaga musyawarah yang sesuai untuk menangani PNPM Mandiri Perkotaan, membantu menyusun Anggaran Dasar (AD) LKM, menyusun tata tertib pemilihan anggota LKM, selanjutnya melakukan coaching mengenai substansi, teknik dan proses pembangunan LKM kepada panitia pembentukan LKM, melakukan pemilihan dan terakhir melakukan pencatatan ke notaris.
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa peran fasilitator benar-benar sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Pendapat ini dikemukakan oleh hampir semua pengurus BKMILKM yang kami temui, salah satunya ad~lah
yang dikemukakan oleh koordinator LKM Desa Bawuran, yaitu
Bp. Abdul Kadir yang menyatakan : "Jika tidak ada fasilitator yang selalu memberi penjelasan, memberi semangat dan memberi contoh-contoh mengenai apa saja yang harus dilakukan, ya.... kami pasti bingung dan tidak tabu apa saja yang harus dilakukan, kemudian bagaimana cara melakukan yang namanya refleksi kemiskinan, dari mana dulu harus menyusun data atau apa dulu yang harus kami lakukan, bagaimana caranya membentuk LKM dan menentukan pengurus dan seterusnya".
Melalui sistem pemilihan semacam itu, berarti masyarakat telah diajak untuk belajar berdemokrasi, menghargai perbedaan pendapat dengan orang
116
lain, rela menerima kekalahan dan tetap bersatu untuk mencapai tujuan bersama. Selanjutnya dengan telah terbentuknya BKMILKM beserta susunan kepengurusannya tadi, maka tugas pertama yang harus dilaksanakan adalah
menyusun
Perencanaan
Jangka
Menengah
Program
Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) dan Rencana Tahunan. Pada tahap ini sebelum PJM disusun oleh tim inti perencana (LKM, Tim Pemetaan Swadaya, relawan masyarakat, perangkat kelurahan), fasilitator terlebih dahulu melakukan coatching mengenai perencanaan partisipatif bagi tim inti perencana tersebut. Tahap ini menghasilkan rumusan visi kelurahan 3 s/d 5 tahun ke depan, PJM Pronangkis (3 tahun!Repetita), Rencana Tahunan (1 tahun) yang berupa rencana kegiatan dan pemanfaatan BLM dalam 1 tahun serta daftar rencana kegiatan dengan sumber dananya dalam 1 tahun. Dengan cara ini maka tim fasilitator telah memberikan pembelajaran kepada masyarakat untuk membahas dan mencari kesepakatan mengenai prioritas program yang akan dilaksanakan bersama, dengan berlandaskan pada hasil refleksi kemiskinan serta pemetaan swadaya. Pada tahap ini juga akan tumbuh kesadaran kritis masyarakat terhadap prinsip dan pendekatan perencanaan partisipataif, sebagai bagian integral dalam pembangunan partisipatif.
117
2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Tahap ini diawali dengan proses pengorganisasian Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM),
yaitu
kelompok-kelpompok
kecil
yang
ada
dimasyarakat yang memiliki komitmen, kepentingan dan kebutuhan bersama, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru terbentuk. Setelah tcrbentuk KSM, tim fasilitator melakukan pelatihan di masingmasing kelurahan mengenai pembuatan proposal permohonan dana BLM untuk kegiatan yang ak.an mereka lak.sanak.an, dan proses selanjutnya adalah masing-masing KSM yang ada di dusun - dusun melakukan penjaringan mengenai kegiatan apa saja yang akan dilak.sanakan, untuk selanjutnya mereka membuat proposal untuk diajukan ke LKM, tentunya hams menyesuaikan dengan P1M yang telah disusun sebelumnya.
Proposal selanjutnya diferifikasi oleh tim fasilitator kelurahan (faskel), diteliti, dicek ke lapangan apakah usulan/pengajuan dana sesuai dengan kenyataan di lapangan atau tidak. Hasil ferifikasi tersebut kemudian dibah9s lagi untuk penentuan skala prioritas dan besaran dana bagi masing-masing usulan. Setelah besaran dana disepakati kemudian ditandatangani oleh masilig- masing perwak.ilan dusun yang mengajukan proposal, dan selanjutnya menunggu proses pencairan BLM.
Pada tahap ini selain melakukakan pendampingan aktif agar pemanfaatan dana BLM yang diajukan oleh KSM nantinya dapat dikelola secara maksimal, mak.a tim fasilitator juga melakukan serangkaian kegiatan yang
118
bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat seperti pe!aksanaan pelatihan!coaching
mengenai
pembuatan
administrasi
keuangan,
pembuatan LPJ dll. Hal ini terungkap dari pemyataan yang dikemukakan oleh koordinator kota (Korkot) Kabupaten Bantul, bapak Sodikin, SAg yang menyatakan : "Pendampingan yang mereka lakukan adalah sesuai siklus yang sudah ditentukan, ditambah pelatihan-pelatihan kepada masyarakat seperti coatching-coatching untuk penguatan masyarakat, BKM, UP, LPJ/ administrasi dll. Ini yang terjadwal secara formal, diluar itu masih dibentuk forum-forum sebagai media sharing, seperti Forum UPK, ada 4 forum UPK di tingkat Kabupaten Bantul ini, tempat pertemuan bergantian ,muter untuk masing-masing kelompoklforum. Selain hal-hal tersebut, pendampingan juga dalam pelaksanaan di lapangan sampai dengan evaluasi". Pemyataan mengenai seputar kegiatan pendampingan tersebut juga disampaikan oleh Yunita (faskel) sebagai berikut: "Pendampingan yang kami lakukan mulai dari pengenalan program, pemetaan sosial di tingkat RT serta dusun, lokakarya tingkat desa untuk membahas skala prioritas program yang dibawa dari dusun, penerbitan PJM, pembentukan KSM, dan selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan ini juga diadakan coaching pembuatan proposal, administrasi keuangan, LPJ dan lain-lain".
Sementara itu dari basil konfinnasi yang kami lakukan kepada pengurus LKM mengenai kedua pemyataan tersebut, kooidianator LKM kelurahan Pleret, bapak Ismadi menyatakan : "Permasalahar. yar.g ada adalah kebijakan terkait masalah administrasi ini w.ing berganti-ganti, masalah LPJ formatnya juga sering gantiganti, dan kadang fasilitator kalau ditanya juga belun1 tahu, sudah gitu pelatihan-pelatihan yang diberikan sering terlambat, maksudnya kita sudah terlanjur membuat pembukuan seperti tahun sebelumnya, baru ada pelatihan terkait kebijakan baru yang mengganti model
119
pembukuan lama tersebut, tapi ini bisa dipahami ya, karena mereka hanya melaksanakan kebijakan dari pusat, namun meski demikian sampai sekarang mereka tetap aktif untuk hal-hal yang bersifat teknis, monitoring di lapangan pada saat pelaksanaan pembangunan fisik juga dilaksanakan antara 3-4 kali". Pemyataan tersebut menunjukkan bahwa tim fasilitator ini telah melaksana kan berbagai macam pelatihan yang memang seharusnya mereka berikan, meskipun pelatihan itu seringkali terlambat diberikan. Hal ini tidak terlepas dari masalah ketersediaan dana dari pusat yang sering
juga
terlambat, sehingga kadang hal itu menyulitkan bagi tim fasilitator itu sendiri. Selain aktif melakukan berbagai macam pelatihan, temyata mereka juga aktif menghadiri pertemuan yang dilakukan oleh BKMILKM dari kelurahan sasaran meskipun pertemuan itu sebagian besar dilaksanakan pada malam hari. Hal ini dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan oleh koordinator LK.l\11 kelurahan Wonokromo yang menyatakan bahwa: "Setiap kali kita mengadakan pertemuan dan mengundang mereka (fasilitator), meskipun di salah satu dusun, atau bahkan di rumah salah seorang pengurus, bukan di balai pertemuan BKM, mereka pasti hadir, meski tidak scmuanya, mungkin karena mereka juga harus menghadiri pertemuan di tempat lain. Padahal pertemuannya kadang sampai malam".
Selain pemyataan dari koordinator LKM tersebut, dari hasil pengamatan yang kami lakukan, memang menghadiri
terlihat bahwa mereka selalu bersedia
pertemuan-pertemuan
baik
yang
bersifat
resmi
yang
dilaksanakan oleh LKM atau KSM, maupun pertemuan lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas mereka. Seperti misalnya kesediaan mereka
120
untuk mendampingi Unit Pengelola Lingkungan (UPL) desa Wonokromo yang meminta bantuan mereka waktu menyusun proposal yang akan mereka ajukan ke LKM, meskipun yang hadir hanya I orang. Pada waktu itu, sekitar akhir bulan Juli
2009, koordinator LKM kelurahan
Wonokromo dan UPL kelurahan tersebut dikejar waktu untuk segera menyelesaikan proposal pengajuan dana bagi pembangunan fisik yang ada di wilayah tersebut, namun karena banyak teljadi kesalahan maka mereka menghubungi salah seorang fasilitator yang menangani bidang tersebut untuk meminta bantuan, yaitu Yunita, padahal waktu itu sudah malam, sekitar jam 7.30 malam. Namun demikian ternyata Yunitapun datang dan membantu menyusun proposal tersebut di rumah UPL yang kebetulan bersebelahan dengan rumah saya. Saat itu saya sempat menghampiri mereka untuk stkedar basa basi sambil mengamati kegiatan mereka, saya sengaja tidak banyak bertanya karena takut mengganggu aktivitas mereka. Ketika jam menunjuk angka II saya lihat ternyata mereka masih sibuk dengan tugas mereka, bahkan baru sekitar pukul 12 malam Yunita mereka antar pulang, itupun cuma sampai terminal karena setelah ada di dalam kota Yunita berani pulang sendiri, disamping itu rumah Yunita yang di Blimbingsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman memangjuga agakjauh dari wilayah kelurahan Wonokromo.
Apa yang dilakukan oleh Yunita tadi minimal memberi gambaran kepada kita bahwa mereka (faskel) memang serius dalam membantu masyarakat
I21
untuk meningkatkan kemampuan SDM (pengurus BKM) di wilayah sasaran. Sementara itu pada saat pelaksanaan kegiatan terutama pelaksanaan gotong royong pembangunan fisik, fasilitator juga selalu terlibat aktif dalam kegiatan tersebut. Hal ini terungkap dari pemyataan yang disampaikan oleh UPL Kelurahan WoP.okromo, yaitu bapak Ismawan yang menyatakan : " .... Ya .... kalau kita beritahu gotong royong pembangunan Faskel yang membidangi fisik Handoko dan mbak Nita, jadi juga sendiri".
pada saat pertama kali pelaksanaan fisik lingkungan, mereka pasti hadir. lingkungan ini kan ad3 dua, yaitu mas kadang mereka datang berdua kadang
Selanjutnya ketika kami tanyakan mengenai kehadiran mereka pada saat pelaksanaan pembangunan fisik setiap harinya beliau menyatakan : " Pasti.. .. dua, tiga hari sekali salah satu dari mereka pasti hadir, meski hanya sekitar 2 jam untuk ngecek pelaksanaan".
Nampaknya
kehadiran
faskel
pada
pelaksanaan
gotong
royong
pembangunan tisik ini selain memberi semangat kepada masyarakat, sekaligus juga melakukan pengawasan agar pelaksanaan kegiatan masyarakat tersebut sesuai aturan yang telah ditentukan. Sementara itu terkait dengan pengembangan daya sosial, dari hasil wawancara yang kami lakukan pada pengurus kelima BKMILKM tersebut namprumya kegiatan yang mereka lakukan rata-rata hampir sama, yaitu seputar pembelian alat peraga edukatif untuk kelengkapan peralatan PAUD, pelatihan bagi pendidik PAUD, pelatihan pengembangan ekonomi
122
produktif seperti pembuatan aneka makanan ringan, pembibitan lele, pelatihan ketrampilan menjahit, penyelenggaraan senam untuk ibu hamil dsb. Pada bidang ini nampaknya fasilitator belum begitu memberi perhatian yang serius seperti halnya pada pengembangan daya ekonomi dan fisik/lingkungan. Hal ini terlihat dari kegiatan yang selama ini mereka lakukan yang pada umumnya belum menyentuh akar masalah kemiskinan yang ada, seperti pemberian beasiswa atau santunan untuk anak sekolah dari keluarga tidak mampu atau yatim piatu misalnya, santunan bagi orang jumpo, atau pemberian makanan tambahan bagi balita yang mengalami gizi buruk, penambahan gizi bagi ibu hamil dari keluarga tidak mampu dsb. Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan beberapa UPS nampaknya kegiatan yang mereka lakukan baru sekedar menyesuaikan atau menghabiskan dana yang tersedia, belum ada upaya untuk mengembangkannya, sebagaimana pemyataan yang dikemukakan oleh salah seorang relawan dari LKM kelurahan Wonokromo sebagai berikut: "Kegiatannya ya .... cuma pemberian bantuan APE untuk PAUD dan senam ibu hamil kemarin~ ketika akan ada peninjauan dari kabupaten. Masalahnya dananya ya memang cuma sedikit, kalau nggak salah dua ratus ribu, sisa dari pembelian APE. Makanya setelah selesai peninjauan, sudah ticmk ada kegiatan lagi".
Dari pemyataan di atas dapat kita ketahui bahwa masalah tersebut terkait dengan keuangan/modal BKM yang
belum berkembang dengan baik,
sehingga dana untuk pengembangan daya sosial inipun
belum dapat
dilaksanakan dengan baik pula. Hal ini sebenamya bisa diatasi dengan
123
mengajak kerjasama tokoh-tokoh masyarakat sekitar yang dipandang mampu serta memiliki kepedulian sosial pada pengembangan kualitas kehidupan masyarakat, agar mereka ikut berpartisipasi pula dalam upaya pengentasan kemiskinan di daerahnya. Dengan cara ini maka partisipasi yang terbentuk bukan hanya dilakukan oleh masyarakat miskin dalam mengelola program PNPM Mandiri Perkotaan saja, tapi juga masyarakat mampu yang perduli pada masalah sosial sekitarnya.
3. Tahap Evaluasi Kegiatan Evaluasi
kegiatan
dimaksudkan
untuk
melihat
perkembangan
kelembagaan dan program kerja yang telah dilaksanakan oleh BKMILKM, apakah semuanya sudah berjalan sesuai dengan yang semestinya atau belum.
Monitoring -evaluasi ini dilaksanakan secara berkala. Untuk BKMILKM yang ada di wilayah kecamatan Pleret, monitoring - evaluasi dilaksanakan oleh tim fasilitator pada setiap akhir bulan untuk melihat pembukuan mengenai perkembangan pengelolaan dana BLM oleh UPK, serta laporan pelaksanaan kegiatan UPS, sementara untuk kegiatan pcmbangunan fisik lingkungan, monitoring- evaluasi dilaksanakan setiap akhir pelaksanaan kegiatan. Namun demikian pada saat pelaksanaan kegiatan juga selalu dilakukan monitoring di lapangan.
124
Terkait dengan masalah tersebut sekretaris BKM kelurahan Pleret menyatakan sebagai berikut : "Pemantauan perkembangan pembukuan dana perguliran masih terus dilakukan setiap akhir bulan, atau kadang kalau terjadi perubahan sistem pembukuan. Nah ini yang bikin pusing mbak, yang kemarin baru mulai dilaksanakan sudah diganti yang barn ...."
Pemyataan di atas, terlepas dari masalah seringnya terjadi perubahan sistem pembukuan yang ditentukan oleh pemerintah pusat dan dirasakan menyulitkan BKM, maka dapat kita lihat bahwa fasilitator ini masih cukup aktif melakukan monitoring pada pelaksanaan kegiatan BKM di kelurahan Pieret. Pada waktu memberikan pemyataan tersebut kebetulan Yunita dan Irma (faskel) juga datang ke kantor BY..M untuk meneliti admisintrasi dan laporan pembukuan BKM akhir bulan, jadi apa yang dikatakan oleh sekretaris BKM tadi dapat kita percaya.
Selain melakukan monitoring secara berkala setiap akhir bulan, fasilitator juga memfasilitasi rr.a5yarakat untuk melakakan monitoring- evaluasi kegiatan secara keseluruhan yang lebih dikenal dengan istilah
review
partisipatif. Review partisipatif yang dilekukan oleh masyarakat melalui pembentukan Tim Review ini merupakan alat untuk menilai capaian program dan perkembangan organisasi. Review partisipatif meliputi review program (PJM Pronangkis), review keuangan (akuntabilitas, pembukuan UPK,
125
sekretariat, dll), serta rev1ew kelembagaan untuk menilai tingkat perkembangan BKMILKM, kinerja UP-UP dan kesekretariatan. Peran fasilitator pada proses pelaksanaan review ini cukup besar, selain memfasilitasi perlengkapan untuk pelaksanaan review seperti penyediaan blangko dll, juga memberi arahan proses pelaksanaan review, mulai dari proses pembentukan tim review, prosedur pelaksanaan review, pengisian format blangko yang tersedia, juga pada saat pelaksanaan lokakarya hasil review.
Terkait dengan masalah di atas, dari hasil pengamatan dan pencarian data yang kami lakukan di lima BKMILKM yang ada di wilayah kecamatan Pleret, nampaknya baru BKM Pleret yang telah selesai melaksanakan kegiatan review partisipatif tersebut, seme11tara yang lain yaitu BKM Wonokromo baru dalam proses penyusunan, dan tiga LKM lain yaitu LKM Wonolelo, LKM Bawuran dan LKM Segoroyoso belum mulai melaksanakan. Kelancaran pelaksanaan review
ini
tentunya tidak terlepas dari
pengalaman dan keaktifan relawan yang mengelola BKM tersebut. BKM kelurahan Wonokromo misalnya, yang notabene merupakan B.K..\1 lama dan sudah berpengalaman, untuk pelaksanaan review tahun ini belum dapat menyelesaikan pelaksanaa., review sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh BKM kelurahan Pleret karena ketua tim reviewnya tidak
126
aktif. Hal ini diketahui dari pemyatakan yang diberikan oleh salah seorang pengurus BKM yang lain yang menyatakan : "Seharusnya proses review ini telah selesai dilaksanakan, tapi karena ketua tim yang terpilih pada waktu diadakan rapat pimpinan kolektif tidak aktif dengan berbagai macam alasan, meskipun pada awalnya dia sudah menyanggupinya, maka pelaksanaan review ini jadi tertunda cukup lama, dan akhimya fasilitator berinisiatif untuk mengumpulkan dukuh-dukuh yang ada dikelurahan kami untuk melakukan review." Dari pemyataan tersebut dapat kita lihat bahwa ketika suatu kegiatan tidak dapat berjalan dengan lancar karena adanya permasalahan yang terjadi di kepengurusan
BKM,
seperti
adanya
pengurus
yang
tidak
aktif
sebagaimana kasus di atas maka fasilitatorpun harus proaktif pula untuk memberikan inisiatif, atau jalan keluar yang mungkin bisa ditempuh dan disepakati oleh pengurus BKM yang bersangkutan, sehingga permasalahan yang ada bisa segera diatasi dan kegiatan yang lain dapat berjalan kembali dengan lancar. Sementara itu untuk LKM baru fasilitator memang perlu melakukan lebih banyak pendampingan karena proses ini sebenamya memang agak rumit, yaitu harus melalui beberapa prosedur, seperti pembentukan tim review terlebih dahulu, penyebaran angket, pengolahan hasil angket, melakukan lokakarya hasil review dan seterusnya,
127
B. Behan Kerja Dan Tanggung Jawab, PermasalabanYang Dibadapi, Serta Faktor Pendukung Upaya Pemberdayaan Masyarakat I. Beban Kerja dan Tanggung Jawab Sebagaimana telah di jelaskan pada bagian terdahulu bahwa fungsi utama dari
fasilitator
adalah
untuk
melakukan
fasilitasi,
mediasi
serta
membangun partisipasi aktif masyarakat menuju terwujudnya kemandirian masyarakat. Tugas yang hams dijalankan oleh tim fasilitator sesuai dengan fungsinya tersebut sebenamya secara garis besar telah diuraikan dalam buku pedoman umum dan yang juga telah kami jelaskan dalam uraian mengenai profil fasilitator.
Dari basil pengamatan dan wawancara dengan beberapa nara sumber yang kami temui, diantaranya adalah dengan bapak Purwanto, koordinator LKM desa Segoroyoso dapat kita ketahui beberapa peran fasilitator ini sebagaimana dinyatakan berikut : "Selain melakukan pendampingan dalam proses pembentukan BKM. faskel juga meiakukan pelatihan-pelatihan untuk UP-UP. kesekretariatan, proposal, LPJ dll, juga dalam hal pembuatan proposal, LPJ tahap awal dl!, dengan catatan untuk tahap berikutnya dibuat sendiri, karena dianggap telah mampu".
Jadi peran fasilitator ini temyata bukan hanya !;ekedar melakukan pendampingan dalam tahap proses pembentukan LKM, perencanaan program, pelaksanaan sampai evaluasi saja, tapi juga banyak tugas-tugas lain yang dilaksanakannya.
128
Melengkapi pemyataan di atas, bapak Sodikin, Korkot PNPM MP Kabupaten Bantu! juga menyatakan bahwa mereka (tim fasilitator) selain melaksanakan tugas sesuai dengan siklus yang telah ditentukan juga banyak melakukan tugas-tugas lain yang mendukung upaya pemberdayaan masyarakat ini, diantaranya adalah mereka melakukan pelatihan-pelatihan seperti pelatihan penyusunan proposal bagi anggota KSM, pelatihan bagi relawan, pelatihan terkait dengan pengelolaan dana BLM untuk pinjaman bergulir, pelatihan untuk pengurus BKMILKM terkait pengelolaan administrasi, pelatihan untuk dewan pengawas dll. Di luar pelatihanpelatihan tersebut mereka juga selalu melakukan cecking administrasi serta LPJ secara rutin setiap bulan terutama pada LKM lama (LKM Desa Pleret dan Wonokromo) yang kegiatannya sudah dapat berjalan dengan lancar, juga menghadiri forum-forum baik resmi maupun tidak resmi yang dilaksanakan oleh BKM, KSM, UP dll.
Selain hal-hal tersebut, pendampingan juga dilakukan dalam pelaksanaan eli lapangan sarnpai dengan evaluas:."
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa sebenamya tugas yang harus dijalankan oleh fasilitator ini tidak hanya sekedar melakukan sosialisasi, memberi pemahaman, penjelasan dan sebagainya, tetapi temyata tugas sesungguhnya lebih berat dari itu semua, karena yang lebih utama adalah mengenai bagaimana membangun kemandirian masyarakat dalam upaya mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, sebagaimana juga yang
129
dikemukakan oleh Koordinator Kota PNPM Mandiri Perkotaan Kabupaten Bantu! tadi sebagai berikut : "Tugas utama faskel adalah mediasi, advokasi dan fasilitasi. Mereka bukan hanya dituntut untuk dapat bekerja secara professional tapi juga dituntut sebagai relawan. Tugas mereka bukan hanya sekedar melaksanakan program kegiatan secara fisik saja, tapi juga yang lebih utama adalah tugas untuk melakukan transfer nilai suri tauladan."
Lebih lanjut dikatakan bahwa : "Secara keseluruhan beban tugas dan tanggung jawab faskel ini sebenarnya sangat berat, jika dibandingkan dengan jumlah penghasilan yang mereka peroleh. Penghasilan faskel adalah sekitar Rp. 2.400.000,- dan untuk SF (Senior Faskel) adalah Rp. 2.900.000,- all in (tennasuk BBM, uang makan, sarana komunikasi dU), namun karena dilaksanan dalam bentuk tim maka beban itu terasa menjadi lebih ringan".
Selanjutnya terkait dengan pengamatan
dan
wawancara
tugas-tugas yang
tersebut maka dari
kami
lakukan
dengan
hasil nara
sumber/informan yang kami temui, baik fasilitator itu sendiri, pengurus LK.MIBKM, serta pihak Korkot maka dapat kami ketahui bahwa tugastugas tersebut sebenamya sebagian besar memang telah diliiksanakan dengan baik sebagaimana juga telah beberapa kali dijelaskan dalam uraian terdahulu, yang juga dipertegas oleh Bapak Edi, Asisten Korkot bidang fisik, yang mendampingi bp. Sodikin pada saat kami melakukan wawancara, sebagai berikut : "Sebagai sebuah tim rata-rata kerja mereka sudah mendekati SOP (standart Operasional Prosedur)."
Sementara itu dari sudut pandang fasilitator sendiri mengenai beban tugas tersebut memang dirasa cukup berat, namun demikian bukan berarti
130
mereka merasa keberatan karena pada dasamya rata-rata mereka memang menyukai pekerjaan itu. Ada dua pendapat yang berbeda terkait dengan hal ini, yaitu sebagian besar menyatakan cukup berat tapi tidak masalah karena sudah sebanding dengan penghasilan yang mereka terima, sebagaimana dikemukakan oleh Yunan sebagai berikut : "Kalau dilihat dari beban kerjanya ya... berat mbak, karena lokasinya saling berjauhan satu sama lain, tugas yang hams kami lakukan juga banyak sekali. Tapi jika dibandingkan dengan fee yang kami peroleh saya rasa sudah lebih dari cukup. Bahk:an saya masih bisa menabung sedikit."
Hampir
sama
dengan
pendapat
tersebut
adalah
pendapat
yang
dikemukakafl oleh Irma, yang menyatakan: "Kalau perbandingan antara beban tanggung jawab dan penghasilan menurut saya lebih dari cukup jika untuk hidup di Yogyakarta, hanya saja jika itu untuk lokasi baru (perintisan BKM) maka penghasilan kami akan lebih banyak digunakan untuk transportasi, karena hams lebih sering berhubungan dengan masyarakat secara langsung di tingkat komunitas basis". Pendapat tersebut muncul mungkin karena mereka memang belum pemah mempunyai pengalaman kerja lain sebelumnya, jadi belum ada perbandingan dengan pekerjaan dan penghasilan yang lain, atau juga karena statusnya yang masih bujang sehingga belum memiliki banyak kebutuhan, sebagaimana pendapat Yunita berikut ini: "Bagi saya beban tanggung jawab pekeljaan dibandingkan dengan penghasilan lebih dari cukup, justru saya tidak mengira akan mendapat fee sebanyak itu karena sebelurnnya, ketika bekerja di tempat lain fee yang saya peroleh tidak sebanyak itu. Mengenai waktu kelja yang kadang sampai larut malam bagi saya tidak masalah karena sudah terbiasa dan bukan merupakan beban".
131
Pendapat Yunita yang tidak mempennasalahkan waktu kerja yang kadang sampai larut malam, serta besamya fee yang diperoleh bisa dipahami karena sebelumnya dia pemah bekerja di LSM dengan pola kerja yang hampir sama tetapi dengan penghasilan yang jauh lebih kecil. Pendapat yang berbcda disampaikan oleh Handoko yang sebelumnya juga pemah bekerja sebagai konsultan teknik bangunan cukup lama, dia menyatakan bahwa: "Menurut saya antara penghasilan dan beban kerja kurang seimbang, lebih berat beban kerjanya, karena cakupan wilayahnya yang luas, dengan berbagai masalah kompleks masyarakat yang harus dihadapi, juga jam kerja yang tak terbatas Jsb". Handoko berpendapat demikian karena dia sudah punya perb&ndingan dengan pengalaman kerja sebelumnya. Namun demikian dia bertahan disitu karena dia ingin merintis karier di situ. Dia berharap dalam jangka panjang dan dengan pengalaman yang dia peroleh, posisinya akan meningk.at, mungkin sebagai korkot atau malah di KMW.
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa meskipun beban kerja yang menjadi tanggung jawab faskel (fasilitator kelurahan) ini di mata orang lain terasa berat, tetapi temyata tidak demikian pandangan fasilitator, sebagian besar mereka justru menganggap beban kerja mereka masih wajar jika dibandingkan dengan fee yang diperoleh, meski yang lain ada juga yang menganggap tidak sebanding, dalam arti lebih berat beban kerjanya dibandingkan dengan penghasilannya.
132
2. Pennasalahan/Hambatan Yang Dihadapi Serta Upaya Mengatasinya Mewujudkan masyarakat yang berdaya/mandiri dalam mengatasi masalah kehidupan yang menghimpitnya bukan merupakan pekerjaan yang mudah, namun
memerlukan proses yang panjang.
Diperlukan
kesabaran,
ketelatenan dan juga keuletan disamping juga tentunya kemampuan dan kccakapan
dalam
melakukan
sosialisasi
dan
komunikasi
dengan
masyarakat sasaran. Hal semacam ini pulalah yang terjadi pada tim fasilitator yang bertugas di wilayah kecamatan Pleret. Mereka menyadari betul permasalahan!kendala yang harus mereka hadapi dalam menjalankan tugas tersebut, baik yang berasal dari dalam diri atau lingkungan fasilitator itu sendiri seperti lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka maupun permasalahanlhambatan yang berasal dari lingkungan masyarakat sasaran. Hambatan yang berasal dari lingkungan fasilitator biasanya terkait dengan aktifitas masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini memang merupa.lcan dilema bagi mereka, karena disatu sisi mereka harus melaksanakan tugas untuk mengembangkan partisipasi ak.1if masyarakat di daerah sasarnn, yang akan sangat berguna bagi upaya membangun kemandirian masyarakat, sementara disisi lain mereka justru seringkali tidak dapat ikut terlibat secara aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Kondisi ini terungkap dari pemyataan yang dikemukakan oleh Handoko sebagai berikut: "Hal yang menghambat tugas saya dun selalu menjadi pikiran adalah seringnya terjadi benturan waktu antara kegiatan yang harus
133
dilaksanakan sebagai warga masyarakat di lingkungan tempat tinggal saya, dengan tugas yang harus dijalankan sebagai faskel, ini membikin saya merasa pekewuh dengan masyarakat sekitar saya". Kondisi semacam itu dalam j~ngka panjang tentunya akan mempengaruhi hubungan mereka dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya, yang mungkin juga akan mengganggu kenyamanan mereka dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
Selain berasal dari lingkungan tempat tinggalnya hambatan bisa juga berasal dari diri fasilitator itu sendiri yang berupa kesiapan mental pada awal-awal mereka melaksanakan tugas, sebagaimana dikemukakan oleh Irma sebagai berikut : "Yang menjadi hambatan bagi saya pada awalnya adalah masalah mental waktu pertama kaii harus ngomong dengan masyarakat, bagaimana cara untuk berkomunikasi dengan baik pada masyarakat dengan berbagai karakter yang ada, bagaimana menyelami jiwa masyarakat, karena masyarakat kan ada yang frontal, ada yang gam pang menerima dsb". Bagi orang yang baru pertama kali bekerja, apalagi yang langsung berhubungan dengan masyarakat dengan seperti
halny~
berbag~i
macam karaktemya
Irma tadi, maka perasaan semacam itu wajar dan bisa
dimengerti.Untuk itu bagi seorang fasilitator terutama yang baru memang perlu persiapan mental tersendiri, atau akan lebih baik lagi jika mereka sudah punya pengalaman kelja sejenis sebelumnya.
Selain berasal dari dalam diri pribadi pelaku, hambatan bisa juga berasal dari lingkungan keluarganya sebagaimana pemyataan Yunan berikut:
134
" Pada awal bekerja cukup banyak hambatan yang dihadapi, dari istri misalnya dulu sering protes jika pulang sampai larut malam, jam kerjanya tidak jelas, dia juga khawatir karena jarak rumah saya dengan lokasi tugas yang cukup jauh dsb, meski sekarang sudah tidak lagi".
Lebih jauh Yunan bercerita bahwa dulu seringkali istrinya menelepon dia ketika dia sedang menghadiri pertemuan dengan warga saat malam hari, mungkin istrinya takut kalau Yunan berbohong, atau mungkin juga takut jika teijadi sesuatu di jalanan, apalagi kalau anaknya baru sakit. Dan itu membikin dia benar-benar tidak nyaman dalam bekelja. Hambatan yang berasal dari dalam diri dan keluarga tersebut biasanya memang hanya teljadi pada awal pelaksanaan tugas mereka, selanjutnya seiring dengan beljalannya waktu permasalahan tersebut sudah dapat mereka atasi dengan baik.
H~batan
yang berasal dari lingkungan masyarakat yang mereka fasilitasi
biasanya terkait dengan karakter masyarakatnya. Untuk masyarakat yang karaktemya tidak keras seperti masyarakat kelurahan Wonolelo dan Bawuran tidak begitu menjadi masalah, tapi untuk masyarakat yang mempunyai karakter agak. keras seperti masyarakat kelurahan Segoroyoso, maka mereka memang harus lebih sabar dan perlu lebih intensif dalam melakukan pendekatan, sebagaimana dikemukakan oleh Handoko berikut ini : "Pada saat kita melakukan pengenalan program ir.i ada masyarak.at yang awalnya tidak kooperatif dengan faskel, merasa curiga, ada juga yang membandingkan dengan program lain yang telah ada mengenai
135
kemudahan persyaratan dll, ya .... makanya kami memang perlu lebih intensif dan sa bar dalam memberikan pemahaman kepada mereka". Kesabaran, ketelatenan, dan ketekunan memang diperlukan untuk dapat mengatasi permasalahan seperti di atas, karena hanya dengan cara itulah masyarakat akan dapat memahami permasalahan yang ada pada diri mereka sendiri. Selain karakter masyarakat, yang biasanya juga dianggap masalah adalah tingkat kemampuan sumber daya manusia di daerah sasaran, serta lokasi pelaksanaan kegiatan yang biasanya belum dikenal sama sekali oleh anggota tim rasilitator ini. Mengenai masalah sumber daya masyarakat ini dapat dilihat dari pemyataan yang dikemukakan oleh Yunita berikut; "Yang selalu menjadi permasalahan adalah terutama dalam hal kedisiplinan masyarakat untuk menyelesaikan LPJ, hal ini terkait dengan SDM masyarakat yang umumnya kurang bagus, sementara kami dikejar waktu batas akhir yang ditentukan oleh pemerintah pusat harus menyerahkan SPJ, agar dana termin berikutnya dapat tnrun" Tingkat kemampuan SDM masyarakat yang kurang bagus ini juga dapat dilihat dari pengamatan yang saya lakukan di lapangan. Pada waktu itu saya menghadiri pertemuan yang dilaksanakan oleh BKM kelurahan Wonokromo di balai BKM kelurahan tersebut pada tanggal 3 Agustus 2009. Pertemuan dilaksanakan pada malam hari, sekitar pukul 20 WIB, dan dihadiri oleh semua perwakilan KSM yang memperoleh bantuan dana untuk pembangunan sarana prasarana fisik tennin 2 (ada 8 KSM), pengurus BKM, UPL, serta 2 orang fasilitator yaitu Handoko dan Yunita.
136
Dari 8 perwakilan KSM yang hadir, sebagain besar dari mereka (7 KSM) belum menyelesaikan SPJ pelaksanaan kegiatan, sementara batas waktu penyerahan SPJ tinggal I minggu lagi. Alasan yang mereka kemukakan pada umumnya adalah masalah kebingungan dalam penyusunan laporan keuangan, padahal pada umumnya mereka sudah pemah membuat laporan semacam itu, yaitu pada pelaksanaan pembangunan fisik tahun 2008 yang lalu. Jadi malam itu Yunita terpaksa memberikan
penjelasan lagi
mengenai bagaimana menyusun laporan tersebut. Sampai saya pamit sekitar pukul 22.45 WIB, pembahasan masalah tersebut belum selesai. Entah sampai jam berapa mereka (kedua fasilitator tcrsebut) akhimya bisa pulang. Sementara itu terkait dengan kesulitan dalam pencarian lokasi kegiatan khususnya yang di tingkat basis, yaitu setingkat RT atau pedukuhan dikemukakan oleh Irma berikut ini : "Karena pekerjaan ini merupakan pengalaman baru bagi saya, maka beberapa yang saya rasa menyulitkan adalah menghafal rute jalan didusun-dusun yang belum pemah saya kenai sama sekali, padahal kegiatan yang mereka laksanakan seringnya malam hari".
Pertemuan di tingkat basis (dusun) yang pada umumnya dilaksanakan pada malam hari, sementara mereka (tim fasilitator) belum pemah mengenal medan sama sekali, juga merupakan permasalahan tersendiri bagi mereka, karena sebagian besar dari mereka (4 orang fasilitator) berasal dan bertempat tinggal di luar wilayah kabupaten Bantul, sementara untuk survey lokasi sebelumnya akan menyita banyak waktu, karena
137
lokasi yang harus dikunjungi juga banyak, sehingga mereka memilih untuk langsung mencari lokasi pada saat pertemuan diadakan.
Melengkapi beberapa pendapat di atas maka Koordinator Kota (Korkot) Kabupaten Bantuljuga memberikan pemyataan sebagai berikut: "Hambatan yang biasanya dihadapi oleh faskel ini pada umumnya adalah dari sisi masyarakat berupa kesibukan masyarakat, yaitu terkait dengan aktifitas masyarakat serta banyaknya program masyarakat, sehingga fasilitator harus bersedia menyesuaikan waktu mereka dengan waktu yang dimiliki oleh masyarakat. Juga faktor kemampuan SDM masyarakat yang rata-rata masih sangat terbatas karena latar belakang kehidupan mereka yang orang miskin, sehingga tingkat pendidikan juga rendah, mengakibatkan tingkat penerimaan/pemahaman masyarakat rendah (lambat) meski ada juga yang cepat. Ini berakibat pemberian penjelasan harus dilakukan secara berulang-ulang. Atau di sektor lingkungan kadang juga terkait dengan kebiasaan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan fisik, misal masalah campuran semen, pasir dan kapur yang tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat".
Selain berbagai macam kesulitan sebagaimana yang telah diuraikan di atas, kesulitan lain yang juga mereka rasakan adalah masalah penyiapan mereka sebagai faskel. Materi pelatihan yang mereka peroleh menurut mereka temyata sangat berbeda dengan kenyataan di lapangan. Terkait dengan masalah ini Yunita berpendapat Oahwa selain teori yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan/praktek riil
yang ada di lapangan,
coatching tentang proposal juga diberikan terlambat, mereka sudah bekelja di lapangan beberapa waktu lamanya, masyarakat sudah menyusun proposal pengajuan dana, tapi pelatihan bagi faskel tentang pembuatan proposal (acuan baku pembuatan proposal) belum diberikan, sehingga
138
mereka terpaksa mencari referensi sendiri berupa catatan kuliah, broasing ke internet, ke Dinasllnstansi terkait dll. Untuk itu Yunita berharap pelatihan dapat diberikan lebih awal sebelum mereka mulai mendampingi masyarakat dalam pembuatan proposal, serta materi yang diberikan agar disesuaikan dengan kondisi riil di lapangan.
Senada dengan pendapat Yunita tersebut Irma juga berpendapat bahwa materi pembekalan yang diberikan oleh KMW kurang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan, Namur demikian karena teori tersebut ditunjang oleh adanya praktek lapangan, dengan pendampingan dari KMW, itu cukup membantu. Selanjutnya dia menyatakan bahwa: "Secara keseluruhan perlu mendapat tambahan pelatihan sesuai kondisi nyata di masyarakat karena masyarakat sendiri selalu mengalami perubahan, tidak tetap sebagaimana yang di ajarkan dalam teori, lagian yang dipakai sebagai contoh itu kan hal-hal yang umum terjadi di masyarakat, sementara kenyataannyajauh lebih komplek".
Sementara itu fasilitator lain yaitu Handoko berpendapat bahwa bekal yang diberikan oleh KMW sangat minim, buku-buku panduan yang ada banyak sekali yang harus dipahami dengan waktu yang sangat terbatas, sementara kenyataan di lapangan sangat lain. Namun demikian dia merasa tidak perlu mendapat tambahan pembekalan kar.::na materinya paling juga cuma itu-itu saja, mengacu pada modul yang telah diberikan oleh pusat, yang mereka perlukan justru tambahan forum untuk melakukan sharing, membahas permasalahan yang ada untuk dipecahkan bersa.ma, dan sebagainya.
139
Ada banyak cara yang mereka lakukan untuk mengatasi berbagai macam hambatan/permasalahan tersebut, masing-masing mempunyai strategi sendiri-sendiri sesuai dengan pennasalahan yang mereka hadapi dan pengalaman yang mereka miliki, namun demikian pada umumnya mereka memilih melakukan koordinasi yang intensif dengan pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan tadi, misalnya Yunita yang akan selalu melakukan koordinasi intensif dengan UPL, BKM, KSM di daerah sasaran yang bennasalah, atau Yunan yang akan melakukan komunikasi secara informal dengan masyarakat sasaran (yang difasilitasi),
sehingga
komunikasi menjadi cair dan bisa lebih akrab, dan ini akan memudahkan dalam memberi penjelasan/memotivasi masyarakat. Sementara itu bagi Irma hambatan merupakan tantangan menarik yang harus dihadapi, jadi bagi dia merupakar.. kepuasan tersendiri jika masyarakat yang d!fasilitasi berhasil mengelola program PNPM daya ekonomi (pinjamam bergulir yang menjadi bidang tugasnya) dengan baik. Untuk itu cara mengatasi hambatan adalah dengan maju terus, berusaha dan selalu berusaha.
Dari uraian tentang befbagai macam permasalahan/hambatan yang dihadapi oleh fasilitator dalam menjalankan tugasnya tersebut, jika kita simpulkan maka hambatan tadi meliputi : a. Hambatan yang bersifat teknis, yang meliputi : - Terjadinya benturan waktu antara tugas fasilitator sebagai anggota masyarakat dengan tugas fasilitasi pada masyarakat sasaran yang
140
harus dilaksanakannya. - Hambatan yang berasal dari keluarga terkait jam kelja yang tidak jelas dsb. - Kesulitan menghafal lokasi pertemuan. - Keharusan menyesuaikan kegiatan pendampingan dengan waktu yang dimHiki oleh masyarakat. b. Hambatan yang berasal dari masyarakat sasarc111 - Karakter masyarakat sasaran yang berbeda-beda, terutama yang bersifat keras, frontal. - Kedisiplinan masyarakat yang kurang dalam penyelesaian LPJ - Kebiasaan masyarakat yang sulit diubah, misalnya dalam hal cara pembuatan campuran semen, pasir dan kapur pada saat pelaksanaan pembangunan ftsik lingkungan. - Tingkat SDM masyarakat yang relatif rendah, sehingga tingkat pemahamanlpenerimaan masyarakat pada penjelasan yang diberikan juga rendah atau lambat, sehingga perlu dilakukan secara berulangulang c. Hambatan terkait dengan SDM fasilitator - Kesiapan mental fasilitator pada awal mereka melaksanakan tugas - Kemampuan mengkomunikasikan program kepada masyarakat - Kemampuan mengatasi persoalan yang muncul di lapangan d. Hambatan terkait dengan penyiapan tugas sebagai fasilitator - Waktu pelatihan yang diberikan sebelum menjadi fasilitator sangat
141
terbatas sementara materi yang harus dipelajari cukup banyak - Pelatihan teknis untuk diteruskan kepada masyarakat seperti prosedur penyusunan LPJ dll, sering terlambat diberikan, padahal waktu penyampaian LPJ sudah mendesak. 3. Faktor Pe11dukung Upaya Pemberdayaan Selain adanya berbagai macam pem1asalahan yang harus dihadapi oleh para fasilitator sebagaimana diuraikan di atas, temyata banyak juga faktor yang mendukung upaya pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan ini, baik itu yang berasal dari masyarakat sasaran, pemerintah daerah setempat maupun dari pihak fasilitator sendiri.
Dari masyarakat sasaran dapat kita lihat dari munculnya relawan-relawan masyarakat yang selalu aktif pula membantu melakukan pendampingan pada set!ap pelaksanaan kegiatan masyarakat, baik kegiatan fisik lingkungan seperti pembangunan prasarana dan sarana lingkungan pennukiman, kegiatan ekonomi yang berupa pemberian
pinjam~m
dana
bergulir, maupun kegiatan sosial, meskipun kegiatan yang mereka laksanakan sebenamya belum menyentuh substansi masalah yang ada. Keterlibatan para relawan pada pelaksanaan program ini adalah sebagai pengelola lembaga BKMILKM, yang meliputi pimpinan kolektif (sebagai relawan mumi) serta UP (Unit Pengelola), UPK(Unit Pengelola Keuangan), UPL (Unit Pengelola Lingkungan), maupun UPS (unit Pengelola Sosial). Unit-unit tersebut dibentuk oleh LKMIBKM untuk
142
mendampingi masyarakat secara langsung atau menjadi semacam pengurus atau penggerak setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masyarakat yang tergabung dalam KSM-KSM. Tugas mereka mulai dari melakukan
perencanaan,
penyusunan
proposal
pengajuan
dana,
pelaksanaan sampai pada pembuatan Japoran pertanggungjawaban. Dalalil melaksanakan tugas tersebut mereka memang mendapat imbalan, namun nilainya tidak banyak, tergantung kemampuan keuangan LKM yang bersangkutan. Dana tersebut diambil dari dana operasional kegiatan yang besarannya telah diatur dalam buku pedoman pengelolaan keuangan BLM. Namun demikian dari hasil pengamatan yang kami lakukan di Japangan, mereka temyata selalu aktif dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, meskipun tugas tersebut seringkali juga berbenturan dengan aktifitas mereka yang lain, karena rata-rata relawan ini juga mempunyai peketjaan tetap lainnya, seperti peketjaan sebagai PNS, pengusaha, wiraswasta, tenaga ketja bangunan, mahasiswa d11. (Profil relawan dapat dilihat pada BAB VI). Aktifnya para relawan dalam membantu tugas pendampingan pada masyarakl'tt ini dapat dilihat dari aktifnya mereka sebagai motor penggerak pada setiap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat terkait dengan program PNPM Mandiri Perkotaan ini serta aktifnya mereka untuk mengikuti setiap pertemuan/rapat koordinasi yang dilaksanakan oleh BKM/LKM di masing-masing kelurahan sasaran (kami ikut hadir pada
143
pertemuan BKM di 5 kelurahan sasaran untuk melihat aktifitas mereka), Pertemuan tersebut dapat kita lihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Pertemuan BKM Kel. Wonokromo, tanggal3 Agustus 2008
Surnber : Dokumen Tim Faskel Kec. Pleret
Peran para relawan yang berasal dari masy&rakat sekitar tersebut tentunya sangat membantu fasilitator dalam melaksanakan tugasnya, karena dengau mereka inilah nantinya tim fasilitator akan selalu melakukan koordinasi terkait pelaksanaan kegiatan KSM di tingkat pedukuhan. Faktor pendukung lain selain dari masyarakat adalah dukungan dari pemerintah daerah sasaran lc..hususnya pemerintah desa. Dukungan yang diberikan biasanya berupa fasilitasi untuk melakukan pertemuanpertemuan di tingkat desalkelurahan seperti sosialisasi awal yang berupa rembug kesiapan masyarakat maupun pertemuan lain seperti pelatihan-
144
pelatihan dll. Hal ini dapat dilihat dari pemyataan yang disampikan oleh Korkot Kabupaten Bantul sebagai berikut : "Karena di tingkat project, sering ada perubahan kebijakan dari pusat, atau juga sering adanya keterlambatan dana untuk mendukung kegiatan pelatihan/coatching pada masyarakat, maka untuk mengatasi masalah tersebut seringkali faskel terpaksa harus melakukan lobi dengan pemerintah desa terkait dengan penyelenggaraan kegiatan pelatihan-pelatihan tadi, kadang kegiatan yang dilakukan malah dibiayai oleh pemerintah desa, atau terkadangjuga dipinjami dulu".
Permasalahan
perubahan kebijakan dan keterlambatan pelaksanaan
pelatihan, khususnya masalah penanganan administrasi ini memang sering terjadi dan banyak dikeluhkan oleh BKM, karena ini akan menyebabkan mereka
k~sulitan
dalam melaksanakan tugas-tugas bidang administrasi.
Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah desa biasanya membantu memfasilitasi pelatihan tersebut dengan menyediakan tempat dan keperluan lain yang diperlukan, seperti penyediaan konsumsi dll.
Faktor pendukung lainnya yang tidak kalah penting adalah kekompak.an tim mereka. Seminggu sekali yaitu setiap hari senin pagi, mereka selalu mengadakan koordinasi untuk membahas berbagai permasalahan yang ada, mencari pemecahan masalah, membicamkan strategi seminggu kedepan,
pembagian
tugas,
menyelesaikan
tugas-tugas
bidang
administrasi, dan sebagainya. Kegiatan ini dikoordinir oleh Senior Faskel (SF) Di tingkat korkot, dalam rangka melakukan koordinasi terhadap pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan ini, juga dibentuk
145
Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) yang melakukan pertemuan seminggu sekali, yang kadang juga dihadiri oleh KMW. Dengan diadakannya forum-forum tersebut cukup membantu fasilitator dalam membahas berbagai permasalahan yang dihadapi serta rencana kegiatan selanjutnya.
4. Pandangan Fasilitator Mengenai Tugas Pendampingan Serta Harapan Mereka di Masa Depan.
Pemahaman fasilitator mengenai beban tugas yang menjadi tanggung jawabnya, berbagai macam perrnasalahan yang di hadapi di lapangan serta adanya banyak dukungan dalam
upaya pemberdayaan masyarakat
sebagaimana telah diuraikan di atas akan sangat mempengaruhi pandangan mereka mengenai pekerjaan tersebut. Namun demilcian pengalaman kerja sebelumnya temyatajuga punya pengaruh yang besar pula.
Dari basil wawancara yang kami lakukan dengan mereka, pada umumnya mereka menganggap pekerjaan tersebut cukup menarik, m!nimal sampai saat ini (rata-rata mereka baru bekerja selama 1 sampai 2 tahun), jadi nampaknya mereka memang masih bisa menikmati pekerjaan tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat yang dikemukakan oleh Irma sebagai berikut:
"Setelah sekian lama (1 tahun) bekerja justru pingin lebih mendalami pekerjaan ini, karena disitu saya bisa banyak belajar sifat dan karakter masyarakat dengan berbagai perrnasalahan yang ada, juga bisa
146
mendapat banyak pengetahuan. Dan harapan saya, dengan program ini ke depan masyarakat sudah bisa mandiri dalam mengatasi permasalahan yang mereka hadapi, sementara bagi diri saya sendiri pengetahuan yang didapat bisa bertambah banyak"
Sementara itu terkait dengan rencana dia ke depanjika sudah tidak bekerja sebagai fasilitator adalah sebagai berikut: "Saya belum berencana mencari pekerjaan lain, karena disini juga ada tahapan karier, jika nanti ada tawaran pekerjaan iain, akan saya perhitungkan untung ruginya juga, seperti jumlah gaji, dan tempat kerja jika di Jogja biaya hidup cukup rendah, jika di Jakarta, meski nanti gaji agak lebih besar sedikit tp biaya hidup tinggi kan ya ... rugi juga. Tapi sayajuga kan nggak mungkin bekerja di sini terns, kedepan, paling tidak setelah 5 tahun, karena program direncanakan sampai th. 2015, nanti mungkin pinginnya jadi caleg, jadi ini bisa dipakai sebagai saving untuk melakukan pendekatan/membuat jaringan dengan masyarakat".
Hampir sama dengan apa yang dikemukakan oleh Irma tadi, maka Yunanpun juga mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: "Setelah bekerja selama dua tahun, justru merasa semakin menarik, karena banyak pengalaman, serta ilmu yane didapat dari masyarakat mengenai bagaimana sifat-sifat masyarakat itu, kearifan lokal yang ada disana dsb, sehingga hal ini akan memberi bekal pengembangan diri yang lebih luas dan kesempatan kerja juga bisa lebih luas pula, artinya selepas kerja menjadi faskel saya bisa kerja sebagai apa saja, karena pengetahuan dan pengalaman saya menjadi banyak.. Pinginnya nanti bisa berwiraswasta, mandiri, atau ikutjadi caleg".
Bagi Irma dan Yunan pekerjaan tersebut menjadi menarik karena banyaknya pengalaman barn yang mereka peroleh yang belum pemah mereka alami sebelumnya. Pendapat kedua faskel tersebut bisa dimengerti
147
karena pekerjaan ini memang merupakan pengalaman baru dan pertama bagi mereka, tapi lain lagi dengan pandangan kedua faskel berikut yang keduanya sama-sama pemah bekerja sebelumnya. Ketika kami tanyakan pendapatnya
mengenai
pekerjaan
menjadi
fasilitator
ini
Yunita
rnemberikan pemyataan sebagai berikut: "Bagi saya setelah sekian lama bekerja, pekerjaan ini biasa saja, senang saja, artinya .... sampai saat ini saya masih bisa menikmati pekerjaan ini karena sesuai dengan jiwa saya, jadi ya saya belum berpikiran untuk mencari pekerjaan lain di masa yang akan datang, namun demikian saya berharap pemerintah memahami bahwa tugas meningkatkan kemampuan SDM masyarakat ini memang cukup berat". Bagi Yunita yang sebelumnya pemah bekerja pada LSM yaitu Walhi dan juga bekerja di 10M, pekerjaan menjadi fasilitator tersebut tentunya merupakan hal yang biasa, karena dia sudah akrab dengan pekerjaan semacam. Jadi jika dia berpendapat demikian maka itu memang wajar. Hampir sama dengan pendapat Yunita adalah pendapat yang dikemukakan oleh Handoko yang sebelumnya juga pemah bekerja sebagai konsultan teknik sebagai berikut : "Setelah bekerja sekian lama, saya merasa pekerjaan ini kadang menarik, menantang, namun kadang juga biasa saja. Ya ...... seperti kerja-kerja sebelumnya, sebelum dbini. Dan untuk sementara ini saya mantap bekerja di sini, tapi jika ada tawaran pekerjaan lain yang lebih menjanjikan dan menjamin masa depan akan saya pertimbangkan".
Dari uraian pendapat di atas dapat kita lihat bahwa masing-masing fasilitator mempunyai persepsi sendiri-sendiri mengenai pekerjaan terse but sesuai dengan pengalaman masing-masing, baik pengalaman selarna
148
menjalani pekerjaan sebagai fasilitator maupun pengalaman yang dimiliki sebelum mereka bekerja di tempat tersebut.
C. Peran Penting Fasilitator Menurut Persepsi Masyarakat
Peran penting fasilitator dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat kita lihat pada uraian di atas. Mereka selalu melakukan pendampingan mulai dari }A!ngenalan program, proses perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan sampai pada kegiatan pasca program yang berupa pemeliharaan untuk bangunan fisik serta evaluasi kegiatan program. Dari beberapa nara sumber yang kami wawancarai di lapangan yaitu pengurus LKM semua menyatakan bahwa fasilitator cukup membantu mereka dalam pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan tersebut.
Bagi mereka (pengurus LKM), fasilitator merupakan mitra kerja dalam upaya pengentasan kemisldnan di wilayahnya yang dapat membangkitkan semaugat mereka, siap membantu mereka kapanpun diperlukan, enak diajak diskusi serta mau bekerja tanpa pamrih. Gambamn tersebut paling tidak terlihat dari pemyataan yang dikemukakan oleh bp. Affandi, sekretaris LKM desa Segoroyoso sebagai berikut : "Mereka itu selalu komunikatif. Bahkanjika ada masalah atau menghadapi kesulitan dalam melakukan pendampingan pada masyarakat mereka selafu melakukan sharing dengan saya, kadang mereka datang ke rumah saya atau kadang juga lewat telepon. Dalam berpenampilanpun mereka juga biasa saja, sopan, komunikatif, seperti anak-anak muda pada umumnya, jadi bisa diterima dengan baik oleh masyarakat karena mereka tidak tampak menonjol".
149
Melengkapi pemyataan di atas, maka Bp.Purwanto, koordinator LKM desa Segoroyoso juga memberikan pernyataan sebagai berikut: "Faskel ini dalam melakukan pendampingan sebenamya suJah sangat aktif, jadi bagi LKM itu sudah cukup, dan memang itulah yang seharusnya dilakukan oleh seorang faskel. Mereka aktif melakukan pendampingan dan tidak pernah minta imbalan apapun". Dari ke dua pernyataan tersebut nampak bahwa tim fasilitator yang bertugas di wilayah kecamatan pleret ini, dalam menjalankan tugasnya serta dalam berperilaku pada umumnya sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat. Mereka berpenampilan serta berperilaku wajar, selalu aktif melakukan komunikasi dengan masyarakat, khususnya pengurus LKMIBKM untuk membicarakan berbagai macam permasalahan yang ada, membantu mencari solusi terbaik bagi masyarakat, menghadiri pertemuan-pertemuan yang diada.!(an baik oleh BKMILKM maupun oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dan seterusnya.
Senada dengan apa yang dikemukakan oleh kedua pengurus LKM Segoroyoso tersebut adalah pernyataan yang dikemukckan oleh ibu Khulil Khasanah, koordinator LKM kelurahan Wonolelo yang kami wawancarai pada saat selesai melakukan pertemuan LKM dengan KSM untuk pelaksanaan pencairan dana BLM ekonomi perguliran, pada tanggal 8 Agustus 2009 sekitar pukul22.00 WIB, sebagai berikut: "Faskel ini dapat oiterirna dengan baik oleh masyarakat, mungkin salah satu penyebabnya adalah karena mereka selalu berpenampilan wajar, tidak menyolok, bahkan kadang lebih ndeso dari masyarakat sekitar. Disamping itu, mereka itu juga entengan jika dimintai tolong (suka memb~mtu), misalnya saja untuk menjelaskan kembali serta mendampingi dalam
150
pembuatan proposal ataupun pembuatan LPJ. Juga ini mbak, seperti yang panjenengan lihat sendiri, hampir semua dari mereka selalu hadir pada pertemuan yang kami lakukan. Selain itu mereka juga dapat melakukan komunikasi dengan baik dengan masyarakat sekitar, karena umumnya merekajuga bisa berbahasa Jawa". Selain pemyataan tadi, pada wawancam selanjutnya juga terungkap bahwa untuk pertemuan yang diadakan di wilayah Wonolelo ini tim fasilitator memang selalu h::tdir bersama-sama, atau paling tidak minimal 3 orang (pada waktu pertemuan tersebut yang hadir 4 orang). Hal ini terjadi mungkin karena lokasi desa tersebut yang berada di ujung wilayah kecamatan Pleret, serta lokasinya yang agak sulit karena merupakan daerah perbukitan, menjadikan anggota tim ini merasa hams kompak bersama-sama, jadi semua akan merasakan susahnya melaksanakan tugas di wilayah tersebut. Selanjutnya tidak berbeda jauh dengan beberapa pemyataan di atas adalah pemyataan yang dikemukakan oleh bp. Abdul Kadir, koordinator LKM desa Bawuran, yang menyatakan : "Dalam melakukakan pendampingan mereka sel&lu bersika)J baik. Mereka juga tidak pemah meminta imbalan kok, wong dulu pemah mau kami beri, tapi mereka malah menolaknya, semua nggak ada yang mau, katanya mereka tidak boleh menerima apapun dari masyarakat karena sudah di gaji".
Sementara itu menambahi apa yang dikatakan oleh bapak Abdul Kadir tadi, maka bapak Subandi yang juga sekretaris
LKM kelurahan Bawuran
menyatakan sebagai berikut : " Pada waktu melakukan pendampingan sikap mereka baik, komunikaif dan selalu siap membantu, dan LKM memang memerlukan mereka, karena masih banyak yang perlu dibantu seperti pembuatan administrasi, proposal, LP1 dll
151
Disamping itu yang seharusnya dilakukan oleh fasilitator ya .... memang seperti tu kan?, mereka tidak boleh meminta imbalan apapun dalam bekerja". Dari beberapa pendapat di atas dapat kita lihat nampaknya masyarakat (LKM) cukup terkesan dengan cara kelja dan sikap yang ditunjukkan oleh tim fasilitator ini, apalagi ketika mereka menolak menerima uang dari masyarakat sebagai imbalan kelja mereka. Hal ini membuat masyarakat semakin percaya dengan komitmen tim fasilitator tersebut dalam upaya membantu masyarakat keluar dari masalah kemiskinan yang dihadapi.
152
BAB Vlll PENUTUP
A. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian panjang Iebar mengenai peran fasilitator dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kecamatan Pleret, kabupaten Bantul ini adalah :
I. Secara keseluruhan tim fasilitator yang bertugas di wilayah kecarnatan Pleret ini dapat dikatakan berhasil mejalankan perannya dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan mereka memotifasi masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya keluar dari kemiskinan, sehingga masyarakat dengan kesadaran sendiri berhasil melakukan survei swadaya (refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya), selanjutnya membentuk BKMILKM, dari
masyarakat
memuncul!~n
sekitar,
relawan dan relawan khusus
masing-masing
BKMILKM
berhasil
menyusun Perencanaan Jangka Menengah (3 Tahun) Program Penanggulangan
Kemiskinan
(PJM
Pronangkis)
serta
Rencana
Tahunan, selanjutnya merealisasikan rencana tersebut, melaksanakan pemantauan pada waktu pelaksanaan kegiatan sehingga secara umum kegiatan dapat berjalan dengan baik, memberikan bimbingan dan pelatihan teknis kepada masyarakat sehingga mereka menjadi mampu mengelola
lembaga
BKM
dengan
cukup
baik,
mendampingi
masyarakat dalam melakukan review partisipatif, dan sebagainya.
153
Kondisi ini temyata cukup membantu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya, sehingga mulai bermuncullanlan usaha-usaha kecil baru dilingkungan mereka, seperti warung sayur, pembuat tempe, pengumpul barang bekas, penjahit, penjual jamu tradisional keliling
dsb;
disamping juga
berhasil memberdayakan masyarakat dalam memperbaiki kondisi lingkungan fisik mereka, sehingga menjadi lebih rdpi, bersih dan sehat.
2. Keberhasilan ini tidak terlepas dari dukungan relawan dan relawan khusus (yang memiliki keahlian bidang tertentu, seperti teknik sipil dll) dari masyarakat lokal yang ada di wilayah tersebut, yang pada umumnya memiliki kemampuan SDM cukup baik serta punya komitmen yang tinggi untuk membangun masyarakat sekitamya.
3. Sementara itu di lingkungan masyarakat yang relawannya tidak semuanya aktif serta kurang memiliki kesadaran dalam mengatasi kemiskinan yang terjadi disekitamya, maka fasilitator ini tidak dapat mejalankan perannya secara optimal. Hal ini terjadi karena motor penggerak utama kegiatan pembangunan masyarakat (relawan) yang selalu berhubungan langsung dengan masyarakat tidak berperan secara aktif pula. Tanpa dukungan yang baik dari mereka maka fasilitator ini tidak dapat berbuat banyak. 4. Pengembangan daya sosial yang sebenamya sangat dibutuhkan oleh masyarakat miskin belum tergarap dengan baik, padahal kegiatan ini
154
akan sangat bermanfaat bagi pengembangan modal sosial masyarakat yang selama ini ada dalam kehidupan mereka, namun mulai terasa luntur tersebut.
5. Terlepas dari kerja keras yang mereka (tim fasilitator) lakukan untuk mendampingi masyarakat pada pelaksanaan program PNPM Mandiri Perkotaan di wilayah kecamatan Pleret tersebut, temyata fasilitator inipun mempunyai permasalahan sendiri- sendiri yang juga harus mereka atasi, baik permasalahan itu berasal dari diri mereka sendiri, keluarga, lingkungan tempat tinggalnya maupun dari lingkungan masyarakat yang mereka fasilitasi;
B. Saran Dengan melihat kesimpulan basil penelitian tersebut, beberapa hal yang dapat kami sarankan agar program PNPM Mandiri Perkotaan ini dapat lebih menyatu dengan masyarakat., diantaranya adalah :
1. Pengembangan daya sosial yang belum terjadi dengan baik selayaknya lebih mendapat perhatian, baik dari fasilitator, pemerintah desa maupun relawan agar modal sosial yang ada di masyarakat seperti kebiasaan saling membantu satu sama lain, suka bergotong royong, suka bermusyawarah dll dapat lebih terpupuk lagi. Untuk itu fasilitator dan pemerintah kelurahan setempat perlu memfasilitasi masyarakat, atau paling tidak lebih memotifasi masyarakat agar berani membangun
155
kemitraan dengan LSM, pengusaha, tokoh masyarakat yang perduli dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar maupun elemen lain yang potensial untuk diajak keljasama, baik dalam pengembangan daya ekonomi maupun daya sosiai dalam rangka membangun kemandirian masyarakat.
2. Untuk lokasi yang relawannya kurang aktif seperti yang terjadi di LKM kelurahan Segoroyoso diperlukan fasilitator yang memiliki kemampuan khusus dalam melakukan pendekatan pada masyarakat, seperti kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan tepat, memahami situasi dau kondisi yang ada di masyarakat sehingga mampu memotivasi, menstimulasi dan menumbuhkan kesadaran relawan untuk menyumbangkan pikiran dan tenaganya bagi pembangunan masyarakatnya.
3. Agar kasus yang terjadi di LKM Segoroyoso tidak teljadi di tempat lain (dalam jangka panjang mungkin para relawan ini akan mengalami kejenuhan karena tidak ada
kompen~asi
bagi kelja mereka, yang ada
hanya be ban kelja dan tanggung jawab), maka perlu dipikirkan/di buat aturan terkait dengan kompensasi yang dapat diberikan kepada mereka sesuai dengan pengabdian yang telah mereka berikan.
4. Untuk daerah-daerah dengan karakteristik masyarakat tertentu, maka perlu ditugaskan tim fasilitator dengar. anggota yang disamping
156
memiliki spesifikasi khusus seperti ahli dibidang teknik bangunan, pengembangan ekonomi juga keahlian lain di bidang komunikasi, pt:mahaman sifat-sifat masyarakat dll. Secara umum spesifikasi ters~but
dapat dibedakan misalnya :
Untuk
masyarakat
dengan
karaktiristik
sederhana,
mudah
menerima program baru yang masuk desanya, maka tim fasilitator yang ditugaskan di sana cukup fasilitator yang memiliki kemampuan standar Untuk masyarakat dengan karakteristik keras dan frontal maka perlu tim fasilitator yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus pula,
dalam melakukan komunikasi dengan masyarakat
dan memahami iwa masyarakat Untuk karakter masyarakat yang komplek seperti masyarakat di daerah konflik, maka perlu tim fasilitator yang beranggotakan selain
memiliki
kemarnpuan
bidang teknis juga
memiliki
kemampuan sebagai mediator dan negosiator
157
Daftar Pustaka : Anonim, FasiJitator Sebagai Agen Perdamaian, http://www.conflictand development. org/data!PCF materiai/CRT/peacelbab 17-Fasilitator dan Reso lusi Konflik_p
•
Anonim, 2008, Fasilitator: Peranan, Fungsi dan Teknik Komunikasi, http:/174.125. I 55. I32/search?q=cache:Gy6pHMMKjFAJ:indosdm.com/fasilitat or-peranan-fungsi-dan-teknik -komunikasi+fasilitator&ed=3&hl=id& et = clnk&gl=id&client=firefox-a Anonim, http://www.conflict anddevelopment.org/data!PCF material/CRT/peace/ Bah 17-Fasi\itator dan Resolus\ Konfl\k-p
Anonim,Penguatan Kelembagaan Baitul Mal Wa'tanwil (Bmt), http://romagia. wordpress..com/njeJ penguatan-keJembagmm-bajtuJ-maJ-watanwjJ-bmt/
Anonim,http://bahtera.org/kateglo/?mod=dictionary&action=view&phrase=agen%2 Opembaharuan
Bahua. lkbal, Muhamad, 2008, Tinjauan Analitis Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri daJam Mengatasai Kemiskinan di Era Otonomi Daerah, http://eeqbal.blogspot.com/2008/12/tinjauan-analitis-programnasional.html Budi Santoso, 2006, Pola Pengelolaar. Sumber Daya Air di Sistem Kedong Ombo, Tinjauan Terhadap Aspek Kelembagaan, Jumal Teknik Sipil, Vol.lll,No. 2, Juli 2006, http//puslit 2.petr.ac.id/ejoumallindex.php/jts/article!fiewfile/ 16905/16891 Departeman Pekerajan Umum, 2008, Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan 2008. Faturochman dkk, 2007, Membangun Gerakan Penanggulangan Kemiskinan Melalui PemberdayaanMasyarakat, Tim Peneliti "Studi Dampak P2KP" PSKK UGM. Handrianto, D, 1996. Peremajaan Permukiman dengan Pendekatan yang Bertumpo Pada Masyarakat sebagai Altematif Penanganan Pemukiman Kurnub, Jumal PWK, Nomor 22, September 1996, Bandung I 8 Juni 2009 lfe,Jim, Tiseriero,Frank, 2008, Community Development, Altematif Pengembang an Masyarakat di Era Globalisasi (Terjemahan}, Yogyakarta, Pustaka Pelajar. JSP, Jumalllmu Sosial & ilmu Politik, Volume 2, Nomor 1, Juli 1998
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, 2007, Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Lilijawa,lsidorus,2008, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat, http://isidorus lilijawa. blogspot.com/2008/02/manajemen-pemberdayaan-masyarakat.html Moleong,Lexy J, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya Offset Bandung Oceannaz, 2008. Kelembagaan dan Pengembangan Kelembagaan, http://id. wordpress.com, dikutip dari internet tgl 23 April 2009 Siswanto, A, 1997, Melalui Pembangunau Komunitas Membangun Sektor Perumahan dan Pemukiman, Makalah Pada Lokakarya Penerapan Strategi Pemberdayaan Masyarakat daiam Pembangunan Perumahan dan Permukiman 15-16 Juli 1997, BK4N, Jakarta Slamet Widodo 2008, Kelembagaan, capital Sosial dan Pembangunan, http:// .com/2008/02/0 1IkeIem bagaan-kapital-sosial-danlearning-of.slametwidodo pembangunan/ Soekamto, Hadi, dkk, 2008,Partisipasi Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Implementasi Program Penanggulangan Kemisinan Perkotanaan di Kelurahan Bandulan, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jurnal Vol. IV, No.2, Maret- Agustus 2004, http://publik.brawijaya.ac.id Sulistiyani, Ambar Teguh, 2004, kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Gava Media, yogyakarta Sumodiningrat, Gunawan, 2001, Responsi Pemerintah Terhadap Kesenjangan Ekonomi, Jakarta, PT Cipta Visi Mandiri. Syahyuti; Tinjauan Sosiologis Terhadap Konsep Kelembagaan Dan Upaya Membangun Rumusan Yang Lebih Operasional, Pusat Analisis Sosial Ekonomi http://kelembagaandas. Bogor. Pertanian, Kebijakan dan wordpress.cornlpengertian-kelembagaanlsyahyuti/ Thohir, Mudjahirin, 2009, Penelitian Sosial Budaya Berdasarkan Metodologi Penelitian Kualitatif, Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Triyanto,Edy, 2008, BERGETAR, No.185 November-Desember 2008, Solo. Wiranto,Tatang dan Tarigan,Ar.tonius, Kemitraan Bagi pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL). Paradigma Perencanaan Pembangunan Ekonomi Berbasis Permintaan Solusi Alternatif Aras Program-Program Pemberdayaan Bemuansa Karitatif, Majalah Triwulan, Perencanaan Pembangunan, No.28, JuliSeptember 2002.
Pedoman Wawancara untuk Fasilitator Kelurahan (Faskel) Nama A lam at Pendidikan
1. Sudah berapa lama bekerja (pengalaman kerja) 2. Pengalaman berorganisasi sebelumnya (di kampus, kampung, organisasi lain) 3. Latar belakang kehidupan (klg, hoby, cita-citaJkeinginan sebelumnya dll) 4. Pendapat mereka mengenai pekerjaan fasilitator sebelum bekerja menjadi fasilitator 5. Orientasi menjadi fasilitator (mengapa memilih pekerjaan itu: menantang ? dsb) 6. Beban tanggung jawab yang harus di jalankan •
Bidang apa saja (administrasi dll)
•
waktu kerja
•
kesesuaian penghasilan dan tanggung jawab
7. Apakah selalu aktif melakukan pendampingan BKM 8. Pendampingan macam apa saja yang diberikan •
Sosialisasi kegiatan
•
Penyusunan program pembangunan untuk jangka 3 th & Rcn Tahunan
•
pembentukan BKM (yang baru)
•
penyusunan proposal pengajuan dana
•
pemetaan swadaya
•
alokasi anggaran bagi masing-masing daya
•
pemanfaatan BLM
9. Apakan dalam melakukan pendampingan mendapat imbalan
10. Kesu1itan/hambatan yang dihadapi dalam bekerja 1 I. Strategi untuk mengatasi hambatan/kesu1itan tersebut 12. Apakah merasa bekal pengetahuan dan ketrampilan cukup (berdasar pembekalan yang diberikan oleh KMW) 13. Apakah perlu mendapat tambahan pelatihan 14. Pendapat
mrk
setelah
bekerja
(membosankan, tambah menarik, dsb) 15. Harapan dan keinginan 16. Pilihan pekeljaan ke depan.
dan
menghadapi
kesulitan
tersebut
Pedoman Wawancara Untuk Korkot, Askorkot Dan Asmandat Nama Alamat: Pendidikan
I. Menurut pendapat Saudara seberapa berat Beban tanggung jawab yang harus di jalankan oleh fasilitator dikaitkan dengan jumlah penghasilan yang diperoleh 2. Sesuai
pemantauan
Saudara
apakah
mereka selalu
aktif melakukan
pendampingan BKM 3. Pendampingan macam apa saja yang seharusnya dilakukan oleh fasilitator pembentukan BKM (yang baru) penyusunan proposal pengajuan dana pemetaan swadaya alokasi anggaran bagi masing-masing daya pemanfaatan BLM 4. Apakah problem yang biasanya dihadapi/dikeluhkan oleh fasilitator dalam
melakukan pendampingan 5. Mengapa bisa terjadi seperti itu (problem) 6. Strategi macam apa saja yang seharusnya mereka terapkan untuk mengatasi hambatan/kesulitan tersebut 7. Bagaimana
dengan
latar
belakang
kehidupan
mereka.
apakah
itu
mempengaruhi cara/pola kerja mereka 8. Menurut saudara apakah bekal pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki fasiiitator cukup untuk menjalankan tugasnya (berdasar pembekalan yang diberikan oleh KMW) 9. Apakah perlu diberi tambahan pengetahuan dan ketrampilan (pelatihan)
Pedoman wawancara untuk Pengurus BKM, KSM Nama Alamat: Pendidikan
1. Sudah berapa lama BKM berdiri 2. Apakah dibentuk sendiri atau ada pendampingan dari tim fasilitator 3. Apakah mereka melakukan sosialisasi (memberikan penjelasan) sebelim program dilaksanakan. 4. Apakah mereka selalu hadir dan aktif mendampingi pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh BKM I KSM atau sekedar hadir menunggui saja(fasilitator mampu bermitra dengan BKM) 5. Pendampingan macam apa saja yang mereka berikan (memberikan ide, proses perencanaan, pelaksanaan,administrasi dsb) 6. Apa yang dilaukan fasilitator ketika proses perencanaan, penetapan dan pelaksanaan program (selalu mendikte, mamaksakan keputusan dsb) 7. Bagaima:1a
sikap
mereka
pada
saat
melakukan
pendampingan
(menjengkelkan, sok pintar, ramahlmenyenangkan, memberi penjelasan dengan baik, komunikatif, canggung, ada jarak dsb) 8. Apakah BKM memerlukan kehadiran mereka 9. Mengapa BKM memerlukan/tidak memerlukan kehadiran fasilitator 10. Menurut pendapat BKM apa yang seharusnya dilakukan oleh fasilitator 11. Apakah mereka meminta imbalan dalam melakukan pendampingan tersebut 12. Apakah di BKM pemah terjadi penyimpangan dalam pengelolaan dana BLT, jika pemah apa yang dilakukan oleh fasilitator.
t
\
_ft ,. _•.. '
-~, ~1~.- :
~=-~·\""' -~>:'
-,,_
~
'
r~
r
.....
-I
c(,._
I 1
I
(
· -' (
I
)
I I
./"·\_.,~ .:~'\\ . I .- ' I '-''( ~.._( ~-,
\.
--
1-
\>:l
I
(,~~-.. ..,.'. .,' ij-. . :~-·-.,--.-'x-!-_..k/ ,~ _. .,1 . /, f ,. --\~~- . ~~ ~--1'I //fif. - '· ~
+
\. .
.
/
~t• t ·v· . •,. ,. '
/.
! / ~ j(e lu... . HAI I"VJ '\ lt.U
)' . "'!
\
·i
'
·;'
8
j · J. l
.
!
•
i . '<
r
(:
'( ."
( .
.,J
;/
,~
'
I
';.. ,• i
r
If
\ \V -. ·I
'
-~~ -
.,
~-••G~OYOSO Kt:f..!.trah&:l
.'
·' rl, \,
.. _-
·\
X
·. >:
)<
)I
-- . >'
I
l'
'!
i:
'
!! !I II
.
,
.I
'
/
.'
·, • rt .
·,
,.
"
i!
''.
'
'
I
'• ·"'-.
t'
'(
lr
::
.•
' J
II';
.'
..;.
~
. ·,
.,. -+·
.4
I
~
'
.
I
,·
, .'
F ~ •.
'\~ ~·,\:r C'•.:•V
!':""-.
i
.,...... :.."
/~l
-\ "\)\\.,~I • •
·-~ &AN\~ -~ ,
.
t I
~
• ""-I ; .
-
-· -
~
.. -· c. . ..:· -:
"1--= :'\., .
n ..
•.;
:
·- .,.., -
:; :,
,
g "'
1
-...,.......
' ,:
;
, q. £1
\\ ~ ·.
•
·
'•
.
'\ 1: ;
~
I ~~,
•
>.•
.
~ ~ ~
;! !i ::
~('>~ ... ?- . 'f-.~""'0.:::..::::! (~~... ./0~v~,· .:....'
.
•
I
· =-
)'\
·-
,,I
I.
'-
")' ... "'
~
.
'\
~.....:.,.._'- -- -- i
II'!j ':I
I
.
.,
IOC
-~
i;•!K e.h t
"'
:
i
'
'\" "2
I
-,,
I
"<
' . -
,,~ /
\ ,._ .. .,.... - "',
-we .....
"!"
·
'1i ''' , \...
.
;
...
<'- .~J.EtO
:
/'
/
•.
.
tit
?t
'>(
/"\ ,..'
/
'
..
'-..
-· 1-_,-•~ ' / u._ n- . ,>
-+- -
,/
~
'
.
.
··\ ._ .
:
\ '\
,.. ',.
-:
I
!, !
·
'/ •· ,.]1' ' ···•.
I
.../ i
''
'
,
. ......
·.. ,.
''
.
/
!; II ,•.
"'s,
T
/
'
\
/
'·
'
··;,- . __
'I
'
/
"'!-_
\1
I
.
t
--~- ..~
,< '
/
;; "
'~ -,\~~
•
I
!1
(
~
• Om
~·- ur·~Ql:!l """ ~W~RA.N
<. \ ·
'\. r""' _,.- -" ,•
~ ... / ' r ~ ~ = K . . -=~ . "" c ~ ~ . L~G:JII ~ I /,, , '.'· --=/ .,fl. . . /'
j.
·-
i; Jl11. ~' ' ;'"
f
}( (.
•I'
'' · , __ I..,./,?(
-
. ,~~
//
/J ,'I
·
0
;:
t· < x ' )'
0
8
'
1'.. '
/. "
',. •
.
I1
",
"' 1\£'1
.• ·. " l.. ,-
'
. . •> •
I
.
·.
/)
q .
-
(>'
,, .
I
•
.
.. ...• ' . ' L---=-....'<--==~· - ~ -.:. I
...
.
_ . •: .
'
..
•
'-......... ....... • ••--- --
C
''/- ·. ' { {(' ,,
..
. ~. ' --. r- :: :: -- -= ·. -~ :1 ~ ~~tur~ l /J' i .
'
_, .. oro
.
"•.
.
;
!• •. r•t :
. • · .)_
'
b .. _..
. .
- ..'
. w. "'IV
aa·n~ap~
K~c.
,.:. .It-
.,._
~
c ;j
~
5~~~·.. ;...
I
!
--&
l
L: 7
i
f
8 P rr
-
:
. :::
:· "K a.n t c;.;t l( e cc5!1\e tan .
l
: Ka n t~t
:
~ U D • · .
Kar..to!' ? o s ~
l
.-- -.........
.:ra len ctiper-ket""~~ : c.l.eJ.e:p •e t.~~. : · S\l nge i .
i
-·-·"':'-
3at~~ ~ec!?-~~-:az!.
i
I
.!·
~~~
-ve~A
..
KONSULTAN MANAJEMEN WILAYAH (KMW) Propinsi Daerah lstimewa \'ogyakarta Jl. Rajawali Sukoha~o 1A Manukan Condongcatur, ~epok, Sleman, 0 .1Yogyakarta Telp/Fax (0274) 882491 email: [email protected]
Yogyakarta, 11 Agustus 2009 :255/KMW-DIY/LPPSLH/VIII/2009 Nc Perihal: Pemberian ljin Penelitian Kepada Yth. Ketua Pengelola Program Studt MAP- UGM Di Tempat
Dengan hormat, Berkaitan dengan surat nomor 2.01 /UGM/MAP/Survey/09 perihal ljin Penelitian, kami Konsultan Manajemen Wilayah 0.1. Yogyakarta tidak berkeberatan dan memberikan ijin pada Mahasiswa di bawah ini: : Elis Fitriyati Nama Mahasiswa : 08/278792/PMU/5841 NIM :Peran Fasilitator Dalam Pelaksanaan Program Nasional Judul Tesis Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Untuk melakukan penelitian di PNPM Mandiri Perkotaan, Kecamatan Pleret Kabupaten Bantu(. Selanjutnya kepada Mahasiswa tersebut dimohon segera berkoordinasi dengan Asisten Koordinator dan Senior Fasilitator setempat untuk menyesuaikan dengan kegiatan lapangan. Seluruh pelaporan kegiatan penelitian mohon dapat ditembuskan kepada pihak KMW Propinsi DIY sebagai arsip. Demikian surat pemberitahuan ini kami buat, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terimakasih. Hormat kami, KMW.Pr'l:,ql?., Q.~!;)'pgyakarta
(ffl)(Jri Pc0
-. \~
·,~'':'::.:!. ,,
fffi) · et. !_:.
,•
.
:,.
I ·.
'
I
·~·
~
~
~~~
>." ~ l
Damar Widiatmoko Team Leader
-
DETAIL PJM PRONANGKIS
UPP
KMW ·Korkot
: EX2 :JG :·2
Kota/Kab : KAB. BANTUL Kecamatan : PLERET
Tim faskel
: 13
Kei/Desa
KodePJM
No
Propinsi
Thn
04
34021002-~
05 05 07 08 08 10 11 12 13
34021002-2008-0010 :$4021002·2008-0011 34021002·2008-0012 34021002-2008-0013 34021002·2008-0014 34021002·2008-0015 34021002·2008-0018 34021002·2008-0017 -··· 34021002-2008-0018
01 .. 34021002-20080001 ··-· ... -···· 02 34021002·200U002 03. 34021002·2008. ..... 0003 . -·
-.
: WONOKROMO
Dd Komp. Sub Slb Komp. KOII1l
Keterangan Talud dan pengeresan jalan dengan rabBI beto
01 34021002·2008-0004 02 34021002·2008-0005
L
L~1
"Pembuallln SAH
L~7
~ Pembualan SAH Pembualan jalan 18mbus
L-41 L-47 L-41 L-41 L-41 L-14 L·14
Penger-. jalan denpl rabat bet.on Pembengunanlllud jlllan Pwblikan lllud din corblok Plat penutup ....... chill8l8 Pembengunanlllud jalan Sllnll crau- dan tutup plat Pllllgll-1 jalan conbltlk "'--jalan
L~1
L-42 L-41 L-41
Lokasi-Volume-Saluan Lokasi
L~12
Wonokromo I, RT 01 L~73 Wonolaomo II RT 02 &ld L-418 Pande1ll RT 07 sld RT 0 L~73
Jejeroln II RT 06
L-412 ~·II RT 02 sld RT 0 L-412 Ketonggo RT 04 L~15 Snye1 RT 01 L·141 J.lti RT 01 sld RT 02 L·141 Jllli IU 03 sld RT 04 L~18 081.111111., RT 04 L-421 Bra!a.1 RT 05 L~12 WonokMmo L-412 Wono:
Rekapitulaai Jumlah Kegiatan : 1. " 13 Kegiatan Membrian maklnan bergizi, llmbehan beik ib s 8-04 8-443 Desa Vl"onoklomo Membrian maklnan bergizi klp8da lan&ill me 8-04 8-443 Desa Wonoknmo Merunbultan klnnp~ llllllk us 8-42 8-424 08611 Wonokromo
Vlll
Sumber Pendanaan Sat
4,62 meter 280 unit 100 meter 60 unit 600 meter 300rr91er 110 meter 150 unitlme 200 unitlme 24 meter 72 meter 118 meter 781 meter 12 0181111 12 cnng 12 cnng
Rekapitulaal Jurnlah Kegiatan . S =3 Kegiatan
-
Pelllllibahan model berguir pada u&aha keci b Pemberdlly... llmllk domba
,.
~Jlt.\i
: 0.1. YOGYAKARTA
Ke 01 34021002·2008-0006 ?2 34021002·2008-0007 03 34021002·2011&0008
···-··~}
E
E-41 E-44
E-411 Desa Wonoknmo E-GA1 Oesa Wonoknmo
20 cnng 32 cnng
Rekapilulasi Jumlah Kegia:an : E =2 Kegiatan Rekapitulasi Jumlah Kegiatan KeVDfltil' : WONOKROMO =18 Kegiatan
Swadaya 7.550.000 8.500.000 5.000.000 2.500.000 3.500.000 4.000.000 5.000.000 2.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 8.400.000 10.000.000
P2KP
BS.MO.OOO
20.000.000 19.500.000 15.000.000 7.000.000 10.000.000 12.000.0')0 15.000.000 7.000.000 7.000.000 8.500.000 13.750.000 0 0 134.160.000
1.200.000 1.200.000 1.200.000
APBD
Target Penerima Manfaat
Swasta
Lain-~
Total
KK
KK M Jw Lk Jw Pr .
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
9.500.00~
~
0
10.00~.000
~
0
0
0
0
0 0 0
27.000.000 80.000.000 17.000.000
0 0
,
11.50C.000 16.750 000 35.400.000 70.001000
~
211.100.000
SM
8.000.000 6.000.000 7.250.000
0 0 0
0 0 0
14.1(0.000 12.600.000 21.950.000
~ ~
3.100.000
11.260.000
0
8.900.000 5.400.000 13.500.000 25.100.000
0
4B.6SD.OOO
n1
0 10.000.000 10.000.000
38.500.000 0 31.500.000
0 0 0 72.500.000 , 72.500.000
0 0
~
0
38.500 000 82.500.000 121.000.000
79.550.000
192.500.000
0 185.300.000
0
457.3~0.000
0 0 0
0 0 0 0
2E50.000 28.00v.OOO 20.000.000 9.500.000 13.500.000 16.000.000 20.000.000
~ ~ ~
51 51 ~ ~
~ ~ ~
~
17 16 11 15 15 11 10 11 11 11 11 12 12 163
109 105 69 79 79 65 71 65 71 65 65 75 75 Pf3
121 110 76 105 105 76 62 75 82 82 82 88 88 1133
10 10 17 37
65 65 109
82 82 121
23P
2~
56 88
41 75
~
~
12 1P
144
111
~
219.
1378 I
1494
Note:
.... = Sudllh Menjadi Refarence Usulan/Proposal statu. Cetek: Tengge/14-Mei-2009 Jam: 13:45
It
•
KMW
Korkot
Tim Faskel
! No
: EX2 : JG : 2 : 13
KodePJM
01 S4021001·200N001
02 34021001-200N002 03 S4021001-200&«103 04 34021001·2008-0004
05 34021001·200N005 01 34021001..zooa.oo01 07 34021001·200N00 7 - . --..• 08 8 --· 34021001·200M00 .. . .. ···-01·- 34021001·200MDD I -. ... 10 34021001·2110&«110 11 S40210J1-2110&«111 12 34021001·2110&«112 13. 34021001-2110&«11 3 ·... 14 34021001-2110&«114 ··- - .. 15 34021001·2008-0015 11 34021001·2008-0018 17. 34021001·2008-001 .. . . 7 18 34021001·2008-0018 111 34021001-2008-00111 20 34021001·2008-0020 21 34021001·200U021 22 34021001-2008-0022 23 34021001-2008-0023 24 34021001-200N024 25 34021001·2008-0025 21 34021001·200N021 27 34021001-200N027 28 34021001-2008-0028 211 34021001·200N0211 30 34021001-2008-003 0 -.. 31 34021001-2008-0031 32 34021001-2008-0032 33 34021001-2008-0033
..
•
DETAIL PJM PRONANGKIS
UPP
Propinsi
: 0.1. YOGYAKARTA
Kota/Kab
: KAB. BANTUL Kecamatan : PLERET Kei/Desa Thn Ke
: PLERET
KeUwang&n
Komp. Sub
DU
Sub
KOilll. KOilll Pwn!UIIBn bilk linbah lllhu Pwn!UIIBn chillll&8 PwniUIIBn bangket jalen Cor Bloc* Cor Bloc* Bangketjalan
L
L-13 L~2 L~1
L~1 L~1
L~1
l :~::asi-Volume-Satuan
l01
L-131 Gunungan L~21 li'11yeman,GunU1111k*,K L~11 K11111111 RT 03 L~12 PungkWWi RT ~ L~12 Kqgollln RT 01~2 L~18 Btduklr. RT 01,03,04,05 L~12 Kepw..ii RT 01 L~12 GunullgiHI L~18 Ti'11ylllll n Rr 05
PeiiQIIPIIan
L~1
Rlhlb jalen lllp8l Blngklt Selokan
L~1
~·jalen . Pen;el-•jalen
L~1
L~12 T~emanRr01
L~1
L~12
~Jalan
L~1
L~12
~jalen
L~1
L~12
~Jalan
L~1
l~12
L~1
~Jalan
L~1
L~12
~Jiilan
L~1
L~12
Perbeikan jalen Pwblik8n jllan Pwn!UIIBn Onin8&e PwnluDI Onillll&8 Pembualan Onillll&8 PembuDI Onillll&8 PembUIIBn MCK PembuDIMCK PembuDIMCK
Pembu8lan UC:K Pwnlualan UC:K PembuDIMCK Pembuatan illud PembuDI Tllud PembuDI Tllud BangketjUn PembUIIIai Blk Sampeh
L~1
L~12
L~1
L~12
L~2
L~21
L~2
L~21
L~2
L~21
L-42 L-o5 L-o5 L-o5 L-45 L-o5 L-o5
L~21
L~1 L~1
L~1 L~1 L~
L-451 L-451 L-451 L-451 L~51
K11111111 R":' 02, Gunungk Kedlllon RT 02,03,04 Kedlllon R" )1 Kedlllon RT 07 Kerto RT 01,02,04,05 BedukM, KqgoiBn, K• Ti'11yeman KedalrJn RT 01~2 Gunungan Kqgolar. Bedukan Kepllhn K11111111 Kedlllon KKerto Kqgotan
L-451 BedUian L~18 K11U111811 L~18 Keclatou L~16 Bedukan L~18 K11111111, Bedukan L~61 K11111811
Vol
Sumber Pendanaan Sat
51118W 600 met. 80 meW 200 meter 200 meter 66 meter 833 meW 633 mellr 73 metar 500 metar 500 meier 500 mellr 300 meter 300 mellr 300 mellr 300 mellr 100 metar 100 metar 200 mellr 250 meW 200 meter 300 mellr 2 unit
35 unit 50 unit 6unit 3unit 10 unit 200 metar 200 meter 150 metar 200 meter
2unit
Swadaya 3.850.000 38.11114.000 8.000.000 8.178.000 14.500.000 8.140.000 11.000.000 8.000.000 4.320.000 3.882.000 20.752.000 12.330.000 3.000.000 4.552.000 22.280.000 38.382.000 1.000.000 17.2110.000 13.400.000 16.760.000 7.580.000 5.000.000 1.400.000 17.500.000 33.000.000 111.800.000 2.100.000 15.000.000 13.400.000 11.500.000 10.050.000 2:'.000.000 800.000
Target Penerima Manfaat
P2KP
APBD
15.000.000 81.138.000 16.812.400 16.000.000 16.000.000 16.000.000 17.000.000 0 0 0 0
0 0 350.000 0 0 1.350.000 208.000 0 0 0 0 250.000 0 0 500.000 0 0 1.000.000 0 0 1.000.000 0 14.000.000 500.000 0 16.500.000 350.000 17.000.000 300.000 0 0 53.738.000 550.000 5.000.000 40.000.000 0 12.600.000 0 400.000 5.000.000 5.000.000 400.000 0 0 100.000 0 0 1.300.000 1.500.000 0 500.000 211.500.000 0 500.000 53.100.000 0 500.000 25.215.000 0 25~.000 0 0 500.000 0 0 200.000 2.100.000 3.000.000 500.000 17.500.000 34.500.000 500.000 0 0 2.000.000 0 0 100.000 3.150.000 0 500.000 0 0 500.000 53.100.000 0 500.000 10.000.000 0 500.000 15.075.000 0 0
0
0 0 15.000.000 111.000.000 2.000.000 20.000.000 0 41.875.000 23.000.000 17.000.000 0
35.000.000 87.500.000 10.000.000 5.250.000 35.000.000 0 10.000.000 25.125.000 141.812.400 0
0 1.200.000
Swasta
0 1.700.000
Lain-2
0 300.000
Total 19.000.000 121.482.000 25.818.400 22.428.000 31.000.000 23.140.000 21.ooo.oon 20.5oo.oro 21.170.000 21.182.000 75.040.000 57.330.000 16.ooo.oon 14.952.000 37.380.000 148.682.000 5.000.000 61.290.000 67.000.000 84.100.000 31.080.000 22.200.00C 7.000.000 105.000.000 122.500.000 30.000.000 11.000.000 50.500.000 67.000.000 30.000.000 50.250.000 163.812.400 4.000.000
KK 8 1030 123 125 375 150 175 100 50 125 158 313 1~8
225 75 750 75 313 100 150 175 246 2 35 50 6 3 10 150 ~50
\38 272 ~5
KK M Jw Lk 3 310 37 38 113 45 53 30 15 38 48 94 42 88 26 225 23 94 30 45 53 75 2 11 15 2 3 4 38 75 42 82 23
10 436 190 225 680 245 340 185 80 205 259 580 260 405 135 1216 115 556 180 290 342 437 4 65 95 10 6 23 268 405 242 445 138
Jw Pr 15 594 300 275 820 355 360 215 120 295 371 670 290 495 165 1784 185 694 220 310 358 550 6 75 105 14 9 27 332 595 308 845 162
Note:
... = Sudah Menjadl Refwerlce UIIUian/Propo&al stetua Cetllk: Tenp/14-Mei-2 009 J•m: 13:28 Hal 10 dari 18
34 34021001-200&-0034 35 34021001·2008-0035 38 34021001-2008-0036 37 34021001-~7 38 340.l1001-20Q8..0038 --.. . . . . 38 34021001-2Q08.0038 40 34021001·2008-0040 41 340:!10G 1·2fl08.0041 42 34021001-2008-0042 43 34021001-2fl08.0043 44 34021001-200&-0044 45 34021001· 2008-0045 48 34021001-2008-0048 47 34021001~2008-0047 ~
1 Penyempumaan rumah tidak layak huni
L.04
L-041 KIIII'Mn, Gltnung:;elir
Penyefr9wnan n.mah tidak layak huni
L.04
L-o41 Kedalon RT
Penyefr9111l8111l n.mah tidak layak huni
L-o4
L-o41 Kanggo~~wt
Penye1r91n1111111 nrnah tidak layak huni Penye1r91n1111111 nrnah tidak layak huni
L-o4 L-04
L-041 Beduk1111 L-041 Keputren
Cor Block
L.01
L~12
Cor block
L~1
L~12
PungkUI'IIIl Ri f ~
Cor Block
L~1
L~12
Pungkll'llll, Kl'llggolan
Kolan lkan
L-14 L.01 L-14
L·141 Gltnungkelir
L4J1 L.IJ7 L-13
L.012 Beduken, l(epulren L.071 Bedukan L-131 Beduken
~~
Pembuatan Talud Pembuatan pll(jS' bumi Pengaspalan jaiar. Pembuatan Slmll' gali Pembuallln SPA!.
L~16
Gunungkelir
Kedalon, BeCukan
L-141 Kedaton, Kangg.Jtan
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : l 01 02 03 -04.. 05 08 07 08 011 10
34021001-2008-0052 34021001-2008-0053 34021001·2008-0054 34021001·2008-0055 .. . 34021001·200&0058 34021001·2008-0057 34021001·200&0058 34021001·200&0058 34021001-20()8.0060 34021001·200&«1111
--- ·--- -----·· ·-
01 34021001·200&0048 02 34021001·2110&0048 03 34021001·2008-0050 04 34021001-~1
s
Plmberian beasiswa
f'enHi8n llrnbahen IT.akenan bagi llllak gizi b Posyllldu anak Polyandu l.ansia Santunan orang C8C8t Sanlunan orang jon.,o Pencidiken PAUO Pelaliharl Ketarwnpian
Pencidiken TK Santunan Yllin Plalu
~-7
4unit
4.000.000
35 unit
70.000.000 4.000.000
4urit 2unit 15 unit
3unit
1.000.000 75.000.000 14.952.000 6.178.000 26.856.000 4.000.000 14.500.000 74.400.000 18.500.000 1.500.000
25 meter
17.500.000
500 meter 500 meter 500 meter 10 unit/me 150 meter 300 unit/me 300 meter
=<7 Kegiatan
S-03 S-04
$-031 De&a Pleret S-043 De&a Pleret
S-05 S-05 S-01 S-01 S-02 S-02 S-02 S-01
S-051 S-051 S-011 S-011 S-024 S-027 S-024 8-011
0.. Pleret 0.. Pleret 0.. Pleret 0.. Pleret 0.. Pleret 0.. Pleret 0.. Pleret 0.. Pleret
E
E.01 E-04 E.04 E.01
F.~11
0.. Pleret E-041 0.. P1era1 E-041 0.. P1eret E~11
OeAPieret
Rekapituk.si Jumlah Kegiatan : E =4 Kegialan
0 8.000.000 74.850.000 34.538.000 0
48.000.000 13.850.000 38.000.000 40.000.000 226.300.000 3.000.000 32.500.000
731.021.000 f.3tU50.800 222 67 1896 966 119 182 65 160
orang
106.000.000
orang
0 0
orang
0
13.700.000 47.400.000
orang
0
~4.150.000
orang orang
0 0 26.000.000
orang
0
6.000.000 8.750.000 65.000.0('0 64.000.000
135 orang
14.000.000
orang
107 orang
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : S = 10 1\egiatan Modal usaha Plllll'nakln ay111t, kanbing, api Modal Plltanian dan prianan Modal U1l8ha Melahi Kopenlli
114.500.000
822 1852 323 1589
orang orang
orang orang
6.000.003
9~600.000
400.000
0 6.000.000
0 9.600.000
500.000 400.000
0 0 0 0
0 1.000.000 0 150.000 0 350.000 16.!100.000 250.000
0 0
0 1.000.000 0 150.000
24.700.000 40.000.000
20 000 000 , 15.000 000
35
20.000.000 10 000 000 150.000.000 49 8411.000 22.428.000
8
12
49
4
11 4
61 8
15
6
22
~8
18 37 225
38 138 302 1690 58 922 2480 1516
12 4
0 1.300.000 80.000.000 800.000
75.856.000 18.000.000 78 500.000 235 200 000
750 25 400 , 125
120 337
92 198 1310 42 678 2020
o 0 0
597.6or 300.0CO 500.000
245 397.600 4 800.000 50.500.000
779
234
1600
3
4
6
12
10
60
65
327.844.000 283.938.000 23.597.600
2.76! 358.400
9321
2821
15171
19021
212 000.000 27.400.000 94.800.000 48.300.000 12.000.000 17.500.000 156.000.00J 128.000.000
222 67 474 242 119 62 130 160
67
b6
27 27
358 93 890 460 220 82 254 300 150 47
530 110 1006 506 256 100 270 340 197 60
o 0 0
106.000.000 13.700.000 47.400.000 24.150.000
125
8
0
0
0
0
0
0 0
0
35.000.000 5.400.000
6.000.000 8.750.000 65.000.000 64.000.000 35.000.000 5.400.000
0 0 0 0 0 0 0
0
84.000.000 10.800.000
40.000.000
!75.400.000
!75.400.000
0
0
790.800.000
f5J8
~8
2154
3375
0 822.000.000 816.500.000 1.606.500.000 0 442.000.000 0 165.900.000
0
0
0
2.283.500.000 0 442.000.000 220.000.000 1.659.000.000 0
0
82:1 1852 323 1589
247 556 97 477
1803 3632 995
1863 4000 1010
0
822.000.000 4.706.500.000 1' 104.000.000 1.824.900.000
3725
4500
116.500.000 !.031.400.000
4.314.500.000 220.000.000
0
8.157.400.000
45be
t3n
1o155
11373
5.087.846.000 . 503.938.000 Z3.597.600
12.013.558.400
1550~
4707 ~ 28180
33769
Rekapitulasi Jumlah Kegialan KeVDe&t.. . PLERc. =61 Kegiatan 1.595.526.000 4.802.650.800
0 0
0
0
27
28 143 73 36 19 40 49
Note: ... '" Sudah Menjadi R8fenlnce UaulaniPropo&al StMua c.tak: T.,P 14-Mei-2009 Jam: 13:18
Hal11 dari 18
UPP
: EX2
Propinsi
: D.l. YOGYAKARTA
KMW Korkot
:JG
Kota/Kab
: KAB. BANTUL
:2
Kecamatan : PLERET
Tim Faskel
: 16
Kei/Desa
r--No,I
KodePJM
,
I
Thn
: BAWURAN OU
Keterangan
· Ke
.
I
•
DETAIL PJM PRONANGKIS
•
01
~21004-~11
Cor Blok
02
~21004-2009-0012
l_okasi-Volume-Satuan
Komp. St.O Slil KOfl1l. KOfl1l
Lokasi
Vol
Sumber Pendanaan Sat
L~1
L~12
Kedungpling
150 meter
L~1
L~12
03~21004-~13
Perbailwn Jalan Aspal CorBiok
L~1
L~12
~21004-~14
Cor Blok
L~1
L~12
05~1004-~15
CorBiok
L~1
L~12
300 450 200 200
~1004-2008-0016
CorBiok Cor Blok
L~1
L~12
Jambon Sanan Sentulrejo B8wuren I B8wuren II
L~1
L~12
Tegdrejo
Cor Blok
L~1
L~12
&Mlan
PwnbuaiBI & Perbaikan Talud
L.01 L.01 L.01 L.01 L.Q3
L.016 Kedungpling L.016 B8wuren II L~16 Sentunjo
01
07~1004-~17
08 ~1004-~18 08 ~21004-2008-0019 10 ~21004-2008-0020 11 ~21004-~21 12 ~21004-~22 13.,..34021004-2008-0023
L
BengketJalan TaludJalan Bengket Jelen Saluren Gorong1101ong
L~16
Bllwur..n I
L.034
~I
~21004-~1 ~1004-~2
~1004-~
~11)04.~
05.,.34021004-2008-0005
s
Po5yendu balita dan LIIISi8 ~ lllllkenen bergizi blliita & lansia PtnHiii!IIHdl TK
Pqedal PAIJO Pelalihen 111111* peng8jw PAUD
S.Q4
S.043 8Muran
S.Q4
S.Q43 BIMuran
S.Q5
s-o51 Tegalrejo, Sllwur8n II S.Q51 Kedungpring, .lllnbon 8..()24 .lllnbon
S.Q5
S.02
05
~1004-2008-0010
.------ ---
~PillsnK~
Pelalihen~
E-o4 E.03
E.011 Desa BlrMnn E.Q41 Kedungpring E.Q41 Jambon E.031 Senluhjo
Pelalihen PertWngan
E.03
E.031 Sentui'ejo
Pel8lihlm lJiallw Kec:il Pelatih8n Pwnbualan PupWt Organik
---------
--------
Note:
.,.. =
E
Sudah Menjadi Refvrence U&ulan/Propoeal
Stetus Cetak: Tanwe/14-Mei-2009 Jem: 13:15
E.Q1 E.Q4
--~-
----- ---------------- --------.--
lain-2
Total
0
0
0
0
0
0
0
7UOO.OOO 475 orang 155 orang 35 orang 29 01'11119 12 orang
KK M .Mt lk . .Mt Pr
KK
0
0
0
0
0
12.000.000 20.000.000 20 000 ()('0 20.000.000 20.000.000 20.000.000 18.000.000 30.000.000 12.000.000 25 000 000 20.000.000 25.000.000 :..~-UI)(LOOO
183.400.000
0
0
0
262.000.000
1(2~
482
3250
3250
2.100.000 3.150.000 2.250.000
4.900.000 7.350.000 5.250.000
0
0
0
125
43
0 0
155
51 12
275 310
5.250.000 5.250.000
3
45 45 45
50 50 50
11000.000
28.000.000
0
0
0 0 0 0 0
200 155
2.250.000 2.250.000
0 0 0 0
7.000.000 10.500.000 7.500.000 7.500.000 7.500.000 40.000.000
356
111
.uo
735
orang orang
30.900.000 900.000
0
0
0
0
0
0
orang
0
0
4
900.000
2.100.000
3.000.000
25
5 5
~.500.000
0
115.000.000
15 . 317
4
34.500.000
0 0 0 0
300 20 20 25
18 orang
0 0 0
257 15 15 15
730 25 15
0 0
103.000.000 3.000.00C 3.000.000 3.000.000
103 4 4
orang
900.000 900.000
72.100.000 2.100.000 2.100.000 2.100.000
m
390
7~
125.100.000
291.900.000
0
0
0
417.ooo.ooo
:zzia- -- 11~:10
meter meter meter meter
20U meter 150 meter
500 150 475 900 375 200
meter meter meter metor
meter meter
1030 25 30 30
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : E =5 Kegiatan --
Swasta
APBD
8.400.000 14.000.000 14.000.000 14.000.000 14.000.000 14.000.000 12.600.000 21.000.000 8.400.000 17.500.000 14.0v0.000 17.500.000 14.000.000
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : S =5 l':ogiatan 01 ~1004-2008-0006 02 ~1004-~7 03 340'-1004-2008-0008 04 ~1004-~
P2KP
3.600.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 5.400.000 9.000.000 3.GOO.OOO 7.500.000 6.000.000 7.500.000 6.000.000
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : L =~3 Kegiatan 01 02 03
Swadaya
Target Penerima Manfaat
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan Kei/Desa: BP.WURAN =23 Kegiatan
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125 125
37 37 38 37 37 37 37 37 37 37 37 37 37
250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250
250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250 250
35 29 12
9
4765
•
•
DETAIL PJM PRONANGKIS
UPP
: EX2
Propinsi
: 0.1. YOGYAKARTA
KMW
: JO
Kota/Kab
: KAB. BANTUL
Korkot
:2 : 16
Kecamatan : PLERET
Tim Faskel
r No!
KodePJM
Kei/Desa
Thn
: SEGOROYOSO
Dd KOIT'4l. Sub Sub KOIT'4l. KOIT'4l
Keterangan
Ke
Lokasi-Volume-Satuan Lol- asi
Vol
Sumber Pendanaan Sat
P2KP
Sw&daya
APBD
01 34021003-2009-0012
Pembuallwl dnil*e
L~2
L~21
0~1
300 moter
15.000.000
3G.400.000
02.,.340210u3-2009-0013
~ Corbloc:k
L~7
L~75
Snmbung
l~1
L~12
Kll'llllggB)IITI
Alpeljalan
L~1
L~12
Corbloc:k
L~1
L~12
Segoroy()$( ' 5ega-oyoso II
00 34921003-2008-0017
Alpeljalan
L~1
L~12
07 34021003-2008-0018 oa.J4Q210(13-2008-0018
Corbloc:k jalan protokol
L~1
L~12
2.700.000 15.000.000 13.500.000 21.900.000 51.600.000 15.000.000
6.300.000 35.000.000 31.500.000 51.100.000 120.400.000 45.000.000
Plmluatan SAl
L-13
011.,.34021003-2008-0020 1o.J4(121003-200e-0022
l'wnbenguMn Telud jUl
L~1
L-131 Kloron L~16 Ollhromo II L-131 Duaun Jernbiingan
2 moter 350 meter 800 meter 2500 meter 300 meter 100 meter 100 meter 100 meter 400 moter
5.100.000 9.000.000 5.700.000 155.100.000
22.000.000 21.000.000 13.300.000 312.000.000
8.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 750.000 750.000 750.000
14.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000 1.150.000
03.,.34021003-2008-0014 04 34021003-2008-0015 05 34021003-2008-0016
Plm!UIIIBn SAL
L-13
TIUtan Ollhromo h
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : L " 10 Kegiatan 01 34021003-2008-0001
02 34021003-2008-0002 03 34021003-2008-0003 04 34021003-200N004 05 34021003-~ 00.,.34021003·200HOOO 07 34021003-20011-0007 08 34021003-2008-0008 011 34021003-2008-00011 10.,.34021003-2008-0021 .
1
~ mekanan t.nbahen
P1Miihan k~ membuaiiOUVenir PWaahan budocllly• .... dwubo
8-02
0.. Sllgoroyoso 0.. Sllgoroyoso 0.. Segoroyoso 0.. Segoroyoso 8-027 0.. Sllgoroyoso
s-o2
s-c21 o..r.romo 11
Pelltihan budidaotl jlrlv Pembi;dayean keeler k.-hatan
5-{)2 5-{)2
8-021 DIWomo II 5-{)25 OBhromo II
~~..-anepraeranaAPEk
8-05 5-{)2
8-051 0.. Segoroyoso 5-{)27 Oese &eguroyoso
bagl balita k1.111
UenH1tu ~--dan p!S5'IIIlll y UenH1tu ~--dan praerana p
Pelatihan k~
8-04 8-05 5-{)5 5-{)5
8-043 8-051 8-051 5-{)51
905 905 905 905 905 006 905 905 905 150
orang orang orang orang orang on1ng
orang
orang orang orang
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : S =10 Kegiatan
-
01 34021003-2008-0010
S
Pot Obit genri bagi ..-ga .'11illtin
Penlrnbahan modal krecit berguir bagi wsga
- - - - - - - - - - - - - - - - - - ------------
E
E-c1
E.C11 0.. s.gorov010
68 orang
Rekapitulasi Jumlah Kegiallln : E = 1 Kegiatan --------- -·-----------Rekapitulasi Jumlah Kegiatan Kei/Desa: SEGOROYOSO =21 Kegiatan
4.500.000 50.000.000
Target Penerima Manfaat
Swasta
Lain-2 0 0 0
Total ~2
0
0
0
0
000 000 9.000.000 50.000.000 45.000.000 73.000.000
0
0
112.ooo.oon
30.000.000
100.000.000
0
0 10.000.000 0 0 0 0 0 0
30.000.000
0 10.000.000
0 0
0 0
0 0
115 200 170 350 160 510
155 395 155 2016
185 510 185 2806
395 395 395 395 395
90 80 160
v
85 226
v
M ~
~
~
so
~ 3~
226 226 226 226 226
~
no
~
JUb
~~6
~
395 395
510 510 510 510 510 510 510 510
0
0
~-~00000
0
0
0
0
200
85 160 150 220 160 395
1171
0
0
1~
17
19.000.000 577.100.000
0
0
0
~
5~
3~.000.000
0 0
0
0
65
85 226
20.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
0
0 0
1.750.000 1.750.000 10.500.000 50.000.000
27.100.000
KK M · Jw Lk Jw Pr
Kl<
~
~ ~
M ~
0
0
0
2.500.000 2.500.000
226
~
0 0
0 0
0 0
15.000.000 100.000.000
226 226
M $
395 395
510 510 6100
74.750.000
107.750.000
0
0
0
182.500.000
2160
uo
mo
0 0
250.000.000
0
0
0
250.000.000
68
~
122
150
250.000.000
0
0
0
250.000.000
68
150
228.850.000
739.750.000
0 10.000.000
1.009.600.000
3506
"
122 6087
7855
..
--·-
----.
30.000.000
1105
Note:
.... =
SuUah M«<jadi R.terence UsulaniPropoaal
Statua Cet.SC: Taf!QQ11114-Mei-2009 Jam: 13:35
Hal 2 dari 19
M UPP
: EX2
Propinsi
KMW Korkot
:JG
:2
Kota/Kab : KAB. BANTUL Kecamatan : PLERET
Tim Faskel
: 16
Kei/Desa
No
::1 -
DETAIL PJM PRONANGKIS
KodePJM
01 34021005-2008-0022 02 34021005-2008-0023 03 34021005-2008-G024 04 34021005-2008-0025 05 34021005-2008-0026 C8 34021005-2008-G027 07 34021005-2008-G028 08 34021005-2008-0029 08 34021005-2008-G030 10 34021005-2008-G031 11 34021005-2008-G032 12 34021005-2008-G033 13 34021005 ·2008-G034 1~21005-2008-0035
Thn Ke
: WONOLELO
Keteran!j8n
Komp.
soo
DU
soo
Komp · KOflll Pembangunan Bak Pencmpungan ft.i Beniih
L
Pembangunan .Bingen II¥ Beniih Pembuatan Sel1n11/W Linbah (SAL) Rumah T Peny ... uhan Rurnah Seh8l f'llnyUUhllll Rllllllil Sehal dan Semenisa&i
Rlll10¥111i Ber1an1ai Tlllllh Penyuluhan Rurnah Sehal
Renovlllii Rllllah Berdinding Bembu Bertantai Penyuluhan l.ingkungan dan Sanitllli Ungkung
Pembangunan WC dengan Sistem Sertic Tank Pen1Uuhllll Ungkungan Dan SanitBsi Ungkung Pembangunan SPAL(SIWan Pembuangan pg Peny ...uhllll Tentang Ungkungan yang Setlat
Pwlterasan Jalan DengiMI Ca- Blok Penga&pSan Jalan Pang.-- Jalan Rehabitasi Jalan Aspaj Pembanguna Drainase Pembangunan ~ong
20 l4021005-2008-G041
Pembangunan Talud
21 3.1()21005-2008-G042
Pernbangketan Jalan Pembangu.~ Sellnllllriga&i PembangUIWI Jerma1Bn
23 34021005-2008-G044
~-
: D.l. YOGYAKARTA
15 34021005-2008-G038 18.,.34021005-2008-G037 17 3-1021005-2008-0038 18 34021005-2008-0039 18 34021()05.2008-G040
22 34021005-2008-G043
!-P2KP· .
L-{)7 L-{)7 L-13 L-{)4 L-{)4 L-{)4 L-{)4 L-{)4 L-{)5 L-{)5 L-14 L-13 L-14 L-{)1 L-{)1 L-{)1 L-{)1 L-{)2 L-{)3
L-{) 73 L-{)75 L-131 L-{)41 L-{)41 L-{)41 L-{)41 L-{)41 L-{)51 L-{)51 L-141 L-131 L-141 L-{)12 L-{)12 L-{)12 L-{)12 L-{)21 L-{)34
L-{)1 L-{)1 L-10 L-{)3
L-{)16 L-{)16 L-101 L-{)33
Lokasi-Volume-Satuan :.okasi 6 Dus~n lli nesa Wonolel J Ped.Wuhan di 0.. Wo 6 Pedukvhar. di 0.. Wo 6 Dusun :ti Desa Wonolel 6 Dusun di Desa Wonolel 6 Dusur. di Desa Wonolel 6 Dusun di Desa Wmolel 6 Dusun di Desa Wonolel 6 Dusun ai lksa Wonolel 6 Dusun -i Desa Wonolel 6 Dusun di Desa Wonolel 6 Du&un :II Oesa Wonolel 6 Dusun di Oesa Wonolel 5 Dusun .di ~ Wonolel 2 Dusun di 'lesa Wonolel Dusun Ba 11 ran Lor v 2 Dusur. a; Desa Wonolel Dusun Bantrr K~ ..; 2 Dusun di Oesa Wonolel
Vol
Sumber Pendanaan Sat
2000 unit
PenNi~~~ t.lllbnan
Bergizi Tambahan kepada
PenyWuhan kepada . . . . . . lllntang gizi da t.Aenilrian a..tuan K-....n pede Lan&ia Peningkalan Klllahalan lbu Hlm1
Peningkalan K~ Ibn K-"Gn lbu H Penwunan angka klllllliln lunnll adanya pen Pemberian BanliJs1 Billyll PerKidikanluntuk Tr Per!Nian Banluan untuk l8l'llllaiPrasl pe Peningkalan 5s'ana ~ Balajlll' SiWIII
Note:
... = Sudah Menjadi Refwence Usulan/Proposal Stetua c.tek: Tanp 14-Mei-2009 Jam: 13:05
S
5-{)2 5-{)5 5-{)1 8-()1 5-{)2
8-011 6 Duaun di Dr.sa Wonolel 8-()24 6 Dusun di Desa Wonolel
5-{)4 5-{)4
APBD
Swasta
Lain-2
Total
10.000.000
2.500.0UO
0
0
20.000.0UO
100.000.000 8.000.000
0
0
0
0
0
0
150.000.000 10.000.000
0
0 0 0 0
641 unit Sunil
75.000.000 15.000.000
0
0
0
0
0
0
40 unit 65 unit/me 100 meter
9.000.000 3.000.000 1.000.000 10.000.000 11.500.000 10.000.000 4.500.000 30.000.000 3.000.000 11.500.000 8.000.000 9.300.000 35.000.000 20.000.000
30.000.000 50.000.000 75.000.000 50.000.000 75.000.000 35.000.000 26.000.000 7.000.000
0
unit
50.000.000 2.000.000 10.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
0
0
0
0
0
0
6.500.000
0
0
0
0
0
10.000.000 96.001l.OOO 13.500.000
0
0
120.000.000
0
0
0
0
102.000.000
0
10.000.000 50.750.000 23.900.000 27.350.000 10.000.000 30.000.000
0
0
0
6.750.000
0
0
475.300.000
131.500.000
1000 750 315 641 163 641
100 500 1650 300 1900 200 300 Dusun Banis Wetan "' 400 Dusun banwan Kidul dan v 320 2 Dusun di Uesa Wonolel 330 1 Dusun ,Ji llesa Wonolel 100
5-{)43 6 Dusun Wonolelo 5-{)25 6 Du6~n Wvnolelo 5-043 6 Dusun di Desa Wonolel 5-{)42 6 Dusun di Desa Wonolel 5-{)25 6 Dusun di Desa Wonolel 5-{)51 6 Dusun di Desa Wonolel 5-{)11 6 Dusun di 0858 Wonolel
5-{)4 5-{)2
P2KP
7.500.000
meter meter
unit unit unit
unit/me meter meter meter meter meter meter
meter meter
meter meter
Rekapitulasi Jumlah Kegialan : L = 2: Kegiatan 01 34021005-2009-0001 02 34021005-201»-0002 03 34021005-2009-0003 04 34021005-2009-0004 05 34021005-2008-0005 08 34021005-2009-0006 07 34021005-2009-0007 08 34021005-2009-0008 08 3402100').2009-00011
Swadaya
Tt~ryet Pen or If lid 1-.'.tnfuut
16 120 30 123 123 175 75
orang orang orang orang
orang orang
orang 75 oreng
160 orang
1.000.000 7.500.000 500.000 5.000.000 2.500.000 5.000.000 5.000.000
2.000.000 15.000.000 2.000.000 10.000.000 12.500.000
0
0
40.ooo.uor
0
100.000.000 125.000.000 100.000.001)
0
150.000.00(, 50.000.000
KK M Jw Lk
500 250 187 78 160
40 160 160 25 306 500 15 15
150 75 57 23 49 13 49 49 8 92 150
0
0
0
0
0
0
0
0
35 000 000 10 000 000 7.500.000 10.000.000 21500.000 226.000.000 18.000.000 132.000.000 13.000.000 69.000.000 31.900.000 36.650 000 45.000.000 50.000.000
231.150.000
0
0
1.450.550.000
5260
7.000.000 25.000.000 4.000.000 25.000.000 25.000.000 5.000.000 15.000.000
18 30 10 30 30 ~
18 4 10 10 13
18
6
20.000.000 9.000.000
18 45
14
0
4.000.000 2.500.000 1.500.000 10.000.000 10.000.000
0
0 0
0
0
0
0
0
0
0 0
0
0
0
0
10.000.000
0
0
0
0 0
0
6.000.000
30.000.000 1.000.000
0
2.000.000
0
KK
0
584 600
5 175
30 30 1315 1400 123 987 123 390 123 876
400 321
600 654
12825
250 243
160 14 123 18 52 33 116 75 74
1515
8209
8
9 30
46 410 61 172 111 387
Jw Pr
500 500 258 127 285 77 285 285 25 459 500 20 20 1010 1000 61 654 123 300 324 675
1500 500 492 188 356 66
356 356
75 765 1500
90 25
64 64 75
123 123 100
25 25 87
50 50 93
10 11
34021005-2009-0010 ~4021006·2008.0011
12 34021005-2008-0012 1~ 34021005-20Q8.0013 14 34021005-20Q8.0014 16 34021006·20Q8.0016 18.,.34021005-20Q8.0016
1
8-02
8-024 6 Duiun di Doae Wonolel
180 orang
2.000 000
6 000 000
1 000 000
0
0
u000 000
4~
14
07
~J
MtnyelttiQIIWaMort K111ut Kejw P_.et A
~02
6-024
Oet~ Wonolelu
liD Utanu
0
0
10.000 000
0
0
lllll\1\1 Ull\1
y
41
00
MengadakM Ujian Pwwnaan SD, SMP, SMU
8-02
Dna W~nolalo
10.000.000 2.000.000 1000 000 20.000.000 1.000.000
4.000.000
0 0
0 0
0 0
10.000 000 6 000 000
4 3
21
8-02 8-02 S-02 8-02
52 orang 20 orang 10cnng 200 OIIIIIQ 60 orang
0
Menyelengga-akan BmlingM Penguatan Mala Melly~ l*lihM Ketnmpillln (Kurw Ueny~ "--aalh1111 K111)a Menyelengpaklln Peletihan BervNausaha(Pe
8-024 8-024 8·027 8-021 8-023
JO 13
l700 ()()()
()
0
0
JO.OOO.OUO
0 0
0
0
0
0
3 000 000
15
31 15 10 100 7
137.700000
41~
Peni~
£
Slnna Praslr"ana Bermain Sisv/8
Desa Wonolelo D... Wonollllo
0.... Wonololo
Desa Wonolelo
Rekap itulasi Jumlah Keglatan : S =16 Kegiatan 01 34021005·200g-OQ17 02 03 04 05
34021005-2009-0018 34021005-2009-0019 34021005·2009-0020 34021005-2009-0021
1 Menyelenggll'akon Dana Pmjlllllan Bergulir Menyelengglnllan Pelatihan Ketranp~an dan J Menyalengglnilan Palatihan Ketranpilan dan Menyelenggll'akllll Dana Pinjlllllan Bergulir Menyelenggll'akllll Palatihan Kalrlllllp~an Dan
E
E-01
E-011 DeBB Wonololo
E-04 E-04 E-01 E-04
E-041 E-041 E-011 E-041
Desa Wonolelo Desa Wonolelo Deaa Wonolelo fiBSA Wonolelo
12/ 018119 127 orang 80 orang 11 orang 600 orang
Rekapitulasi Jumlah Kegiatan : E =5 Kegiatan Rekapitulasi Jumlah Kegiatan KeVDes11 : WONOLELO =44 Kegiatan
2.000.000
6
5
•IIIIIIIH'II
111
0
n
uoo uoo
~0
1~
5
100 55
14~
711
"~
~u
14.500.000
103.200.000
70.000.000
0
0
22.400.000
41.100.000
0
0
0
tiJ
uuo
J1
g
50
77
5.000.000 20.000.000 0 10.000.000
5.000.000 20.000.000
0 0 0 0
0 0 0 0
10 000 ~00 40 000 000 36 ~00 000 20.000 000
31 20 19 150
9 1
50
77
40
40
6
37
40
10.000.000
0 0 0 0
45
500
100
57.4«1.000
1WSOO.OOO
0
0
0
172.000.000
251
7f
ITT
334
307.750.000
0
0
1.860.250.000
5930
1806
9597
14144
597.200.000
36.~00.000
955.300.000
~uu
Note: .... • Sudah Menjadl R~ U.ulaniPropoaal
Statu. c.tlllc: Tanggal 14-Mai-2009 Jam: 13:56
Hal5 dati 19
BKM/UPK:WONOKROMO KEL/DESA:WONOKROMO
UPK8 ~~KACA
Per 30 SEPTEMBER 2009 ------
AKTIVA: 11010 11021 10000 11030 21040 13000 12020 21050
Kas UPK Bank UPK Titipan Dana di BKM Pinjaman KSM ( piutang ) Cadangan Resiko Pinjaman Pinjam.3n Lain-lain lnventaris dan Harta Tetap ~kumulasi Penv. lnv. HT
Rp Rp RR_ Rp Rp Rp Rp Rp
[;]
JUMLAH
JUMLAH 2,4•17, 162 727,895 13,159,700 259,194,324 53,947,089 2,984,650
332,430 820
I 21010 IPASS/VA: Hutang Kepada Pihak ke Ill 21020 21030 31010 31020 31030 31040
Tabungan KSM Alikasi Laba Untuk BKM Modal Pinjaman Bergulir Modal PNPM Pemupukan Modal dari Laba Modal Hibah dari Pihak Lain Laba I Rugi tahun lalu Laba I Rugi tahun berjalan
JUMLAH
JUMLAH
-
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
157 500,000 11,550 000 105 852 450
Rp
332 430 820
1 885,950
i
32,757 445 22,1384 975
i I
Mansjar
TTD ·
(
Sunifah S. Ag.
)
)
)
UPK BKM : Maju Makmur KEL/DESA:
.· UPK- 8
_ _ _ _ _ _ _ __
~P.;..;le_re_,.,t
NERACA Per: 31 Oktober 2009
I
11010 11021 11022 11030
12010
I
I
AK11VA ; . -
II
Kas UPK Bank Titipan dana di BKM Pinjaman KSM Cad resiko pinjaman Pinjaman lain-lain Inventaris dan harta tetap Akumulasi penyusutan Inventaris
I Iumlah:
I
Jumlali ] 880,790 67,953,235 44,300,000 548,870,652
21010 Hutang kepada pihak ke III 21060 Tabungan KSM 31010 Alokasi laba untuk BKM Modal awal pinjaman bergulir Modal PNPM Modal dari sumber lain Pemupukan modal dari laba Cadangan Resiko Laba f Rugi tahun berjalan
17,629,750 (12,915,694)
II
666,718,733
PASSiliA:
II
I Iumlah:
IL
Jumlafi
0 50l328l229 0 199,967,000 38,350,000 3l000,000 305,657,030 3,009,750 66,40§,724 666,718,733
Pleret 31 Oktober 2009 Manajer UPK
Petugas Administrasi:
( MUH. MUKNISUN )
(SLAMET)
BKM/UPK : MEKAR DESA KEUDESA:SEGOROYOSO
UPK8 NERACA PER NOPEMBER 2009
AKTIVA 11010 11021 10000 11030 21040 13000 12020 21050
JUMLAH
Kas UPK BankUPK Titipan dana di BKM Piniaman KSM (piutang} Cad. Resiko PiAiaman Piniaman Lain-lain lnventaris dan Htarta Tetap Akumulasi Penv. lnv. HT
Rp. Rp. Rp. Ro. Rp. Rp. Ro. Ro.
JUMLAH
Ro.
- -- -- --
3.042.000 28.950.000
99.500 1.000
3.299.500
21010 21020 21030 31010 31020 31030 31040
PASSIVA Hutana Kod Pihak ke Ill Tall»unaan KSM Alokasi Laba utk BKM Modal Awal Pinjaman Bergulir Modal PNPM Modal dari Sumber lain loemuoukan Modal dari Laba Laba/ruai Tahun Lalu Laba/ruai Tahun Berjalan
Ro. Ro. Ro. Ro. Ro. Ro. Ro. Ro. Ro.
JUMLAH
RP.
JUMLAH 2.380.000 28.500.000 100.000 738.000 381 .500 3.299.500
Segoroyoso, Nopember 2009 Petugas admihistrasi Mengetahui : Koordinator LKM
Purwanto, ST
Eko
BKM/UPK :MAJU BERSAMA KEUDESA: WONOLELO
UPK8 NERACA PER NOPEMBER 2009
AKTIVA 11010 11021 10000 11030 21040 13000 12020 21050
- -~-
Kas UPK Bank UPK Titipan dana di BKM Pinjaman KSM (piutang) Cad. Resiko Pinjaman Pinlaman Lain-lain lnventaris dan :Htarta Tetap Akumulasi Peny. lnv. HT
JUMLAH
--~-
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp.
JUMLAH 689.568 3.035.800
35.657.500
-
39.382.868
21010 21020 21030 31010 31020 31030 31040
PASSIVA Hutang Kpd Pihak ke Ill Talbungan KSM Aloi
Rp. Rp. Rp. Rp. Ro. Rp. Rp. Rp. Ro.
JUMLAH
RP.
2.985.800
-
-
:
34.725.000 . 100.000
-
11.572.068 39.382.868
Segoroyosa, Nopember 2009 Petugas administrasi
Manajer
lin Narniyati
--
JUMLAH
Men~tahui:
Koordinator LKM
KhulmKhasamah
Tri Baskoro W
REALISASI PELAKSANAAN KEGIATAN UPL DAN UPS PNPM TH. 2009
2
I
3
I
4
PLERET
IPurwanto ST
I
5
IAffandl
I
6
IYunlatl
LKM Slap Mandlrl
BAWURAN
PLERET
Abdul Kadlr
LKM Maju Bersama
WONOLELO
PLERET
Khulll Khaaanah WahyuW Suklmo
Partlnah
Gusman! 0
I
7
I
8
I
9
I 10 I 11
I
12
I"''•'JiilWI, ISunamo
ILualanl
Sumarslh Suryanto
Puji Leatarl
Glyantl
Saefudln Supardl Herlyanto Wahzlr
Gadla
Mujlyantl Rlna
Ponldl
Rohadl
I
13
Waralto
I
14
Saglman
Lalli Anal Murtlyantlni Syamaudln Pont ran
Elyaa
Marwanto
I 15 I
16
I
17
I 18
19
Slamet. 01 o 079 84e S.E.
Surlpto Sri Wahyunlngslh
'"'' 1 '""'' 1 '""
Fltrl P
Harmawan Slamet.I010 079 646 S.E.
Krladlyanto
Suryadl Maryatl
a
Basul
Slamet. I010 079 B4e S.E.
ha/1
< ,,,
:
".
:.;;~.~--:
• •: ; · /
......... ~.
;·;~.•.:..
•
'(!:~:~{
\.
. : .. .
~ • • t.:< • •
. . ..
\. ·..,~.. ., ,, " •
~ ....... '
''
~ t , ...
t
··ft~•ii'i'
-.·.....~D.-~..;..i.Mi!.."'il~P..--~
LKM MekariSEGOROYOSOIPLERET Des a
LKM Siap IBAWURAN Mandlri
LKM Maju IWONOLELO Bersama
IPLERET
IPLERE r
Termln I ·
• "
·,
!010 079 846 l2a Februari 127 April
lo10 079 848
118 Februerl
j 13 Maret
1010 079 846 124 Februari 127 Apnl
IRp 60.000.000
IRp 60.000.000
IRp 60.000.000
Rp12.000.000
TtrmlnU
Termlnll
30%
20%
IRp 60.000.000
IRp 60.000.000
IRp 60 000.000
Termln IIi
I
Rp I Rp 40.000.000 40.000.000
I
I Rp Rp 40.000 000 40.000.000
SltadanQ
I Rp 140.000.000
I
Rp 140.000.000
BOP
I
Hit.BOP Tahap 130%
7.soo ooo 1
2.2b0.000
I {
I
I40.000.000 Rp I40.000.000 Rp I140.000.000 Rp I
7.500.000
1
2.2bo.ooo
1
I
7.500 ooo 1
22500:1 I
·"····· '"<-":•':'_~~~:~- -~-.~J ~-..
' .
. 'F!-~.·._.,;...
• · -··:.~ ... '· "'-
LKM Siap Mandirl
LKM Maju Bersama
I
1 Rp 2.250.000,
I
.,.,.· • ...
~...·.o;~tl"""'"'-~&.'l~oo''*
LKM Mekarl R 2.250.0001 Desa P '
R 2.250.000 1 P '
.
:~11' 1
h~
UPL
'l)•!\1;•
IRp
I 51 .975.000 I Rp 51 .975.000,-
57.750.000 57.750.000,-
IRp
I
51 .975.000
15~~7so.ooo,-
I
51.975.UOO
57.750.000 57.750.000,·
57.7.-o.ooo
UPS
KSM 1
1Dan1
Ket. 1
•
IRp
I
51 .975.000,·
Rp 51 .975.000,-
I
5.775.000
15R~75.000,00 IHeri s
lsudi P.
I
5.775.000
~ 5~~7 s.ooo,oo lwlbowo
KSM IFJ am boy Tega1reJO .t,gus lwlnarto IM.Ikhsan, S.Pd.l H1kmaw
I
5.775.000
lsR~?s.ooo,oo lslamet 1Purwanto
ISitl IKSM Hafidatul Srumbun Srumbung IWAIIJO K. g
-an
lr
~n . t'
(!,t v1 ReJO
LIO)Oil\c}
1•
ISUI<.IIl
arn1ya ' Mulyo
____ _
,__
Keg.1
1
Swadaya1
LKM Mekar IPipanlsasl 1525 m11Rp 7.228.000.- IRp 3.117.000,Desa a1r bers1h
LKM Slap Mandiri
LKM Maju Bersama
Rp Cor Block 145m3 113.617.000.-
,2
Block
BOP
Rp 14.484.000,-
Tct.Keg1
Dsn2
Ket. 2 1Keg.2
Pembuatan IRr,.10.345.000,j KSM IJembanga lwandi SAL (gorongJembangan n I -·rong)
Rp Rp 5.836.100.- 119.453.100.-
Rp 6.674 .oOO.-
KSM2
KSM Bawuran Manrliri
Bawuren I IKamslo !Cor Block
IRp 21 .158.500,jKSM Rukun !Depc'<
7.228.000
KSM Sudl Makaryo
37, 92
2
11 .000.000
KSM Maju Lestari
32,24
3
11.470.000
KSM Gadong Binangun
44,10
4
11 .200.000
KSM Karya Mandirl
60,00
5
11 .077.000
Dahud1 ICor Block
Vol.2
IBLM2
Swadaya2
m11Rp 11.000000.-IRp81A1300
24m3
42,32 m3
I Rp 7.524.00C .- I Rp 2 934 400
Rp 14. 543.000.-!Rp 6 244
ooo.
2.250.000
54.225.000 BOP
Kot.4
LKM Makar 'Rp
Des a
LKM Slap
LKM Maju Bersama
1 9. 181 . 300,~KSM Kloron
Rp 10.458.400,-
Man~ i ri
Rp 20.787.
KSM Ploso
Kloron
KSM Bawuran 1Bawuran I
Ploso
Pembuatan Komarudin SAL {gor .>nggorong)
I
Kamslo
I4U m1
Rp 11.4 70.000,- IRp 5.028.000,-
Saluran 1120 m1 Gorong-gorong
Rp 5 100.000,-
Cor Block
Rp 17.455.000,-l Rp 8.059.000,-
,8m3
I Rp 2.477.030,-
WONOLELO 14.484.000
6.674.500
21 .158.500
13.035.600
1 448.400
14.484.000
14.543.000
6.244.000
20.787.000
13.083.700
1 454.300
14.543.000
17.455.000
8.059 .000
25.514.000
15.709.500
1 745.500
17.455.000
5.493.00(.. 1.500 .000 1.875.000 2.300.000 57.750.000 2.250.000
2.730.500 1.342.000 1.480.000 1.200.000 27.730.000
8.223.500 2.942.000 3.3115.000 3.500.000 85.480 .000
4.943.700 1.440.000 1.687.500 2.070.000
549.300 160.000 187 500 230.000
5.493.000 1.600.COO 1.875.000 2. 300 .000
2.025.000 54.000.000
Rp 16.498.000,-
Rp 17.577.030,-
IKSM Karanggay IKarar.g
hVIu'tOt d
KSM Guyl'bl Sentulrf:IO Ii\Jq;;,d,rnt Rukun
Rp IKSM .514.000,- Mojosan
Mcjosan
Sujadi
DanS
5 IKeg.!
Pembuatan 130,6 Talud m3 penahan jslan
LKM Mekar leer Desa Block
31,99 m3IRp 11.200.000,-
Rp 4.941 .000,-
Rp 16 141 . 000.~
LKM Slap Mandlri
Cor Block
39,2 m3 !Rp 12.424.000,·
Rp 5.324.996,-
Rp
LKM Maju Bersama
Block
16m3
Rp 2.730.500.-
Rp 8.223.500,- IKSM An11grek IDesa Wonolelo IRmi
Rp 5.493.000.-
KSM Dahromo
11
17 . 748.996,~~.~~-qr Slap
IDahromo II
San an
Vol.5
Marwan I Cor Block
to
Pelatihan pengolahan
IBLM6
Rp 11 077 000. IRp 4 944 000
44m3 IRp 13.310.000.-IRp 5.704
eoo
Rp 1.6CO.OOO,- IRp 1 342 00(
Ia
3 286.000
686.000
1.600.000
2.679.000
804.000
1.875.000
2.286.000
986.000
2.300.000
8.223.500
2.730.500
5.775.000
25.514.000 20.787.000 21 .158.500 83.934.000
8.059.000 6.224.000 6.674.500 26.164.000
110.098.000
Swadaya6
6
KSM LKM Makar •Rp 16.021 .OU0,-1 Ngudi Desa Mulyo
DesaSeg ISiamet royoso Riyanto
LKM Slap Mandiri
Rp 19.014.80:>,-
Des a Bawuran
LKM Maju Bersama
IRp 2.900.000,-
KSM Dahlia
I
Sudaliyah
Des a Wonolelo .Mukinem
Swadaya6
PelatiliJn Budidaya Lele
Penqadaan
APf:
Pelatihan ngolahan kacang
Rp3.304 .000,-IRp. 1 512 .000,-
Rp Rp 4 .080.000.- 16.580.000,-
Rp 1.875.000,- l ~.~SO.OOO,-
3.304.00() 1.512.000 4.816.000
1Tot.Keg6
KSM7
IRp4.816.000- IKSMKarya , ' Mandiri
Dsn7
DeGa royoso
Ket. 7
Supar Jumf,dl
Rp 10.660 . 000, ~ KSM Kasih lbu IDesa Bawuran IEvi Oktaflan1
IRp 3.355.000,- IKSM Melati
Desa Wonolelo
imunah
TotKeg7
LKM Mekar Desa
LKM Slap Mandiri
I Pelatlha~
Ketrampilan menjahit
KSM 8 IOsn8
Keg.8 IBLM8
Keg.9 IBLM9
TotJ<e g9
Rp 2.471 .000.-!Rp 1.312 .5UO,-!Rp 3.783.500 , l
I V~-···
I
~.I I -•··""-
·:
I
I
-~·
.,.. __ , ,_
~;_•
1
0:1
>-..·
1 ~::.:.--.,.-
Pelatl~an Mana)emen
Rp 1.695.000,- Rp 730.000-
Rp 2.425.000,
PAUD
LKM Maju Bersama
IPelatlhan IRp 2.300.000,- IRp 1.200 000,- IRp 3.500 000, pembuatan kue
2.471 .000
7.375.000
1.058 000 3.530.000
2471000 3304000 11077000 11200000 11470000 11000000 722800G 57.750.000
1312500 1512000 4944000 4941000 5028000 8181:100 3117C'OO 29.035.800
3783500 4816000 16021000 16141000 16498000 19181300 10345000 86.785.800
I
_j
83.934.000
26 164.000