DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya
MODUL KHUSUS FASILITATOR Pelatihan Dasar 1
Sosialisasi Awal
PNPM Mandiri Perkotaan
F07
Modul 1
Memahami dan Memilih Media Sosialisasi
1
Kegiatan 1:
Memahami Konsep Dasar Sosialisasi Awal
2
Kegiatan 2:
Berlatih Menyusun Strategi Sosialisasi
2
Memahami Sosialisasi Massal
3
Kegiatan 3 :
Modul 1 Topik: Memahami dan Memilih Media Sosialisasi
Peserta memahami dan menyadari: 1.
Tujuan sosialisasi awal
2.
mampu mengembangkan strategi sosialisasi
Peserta mampu memfasilitasi penyelenggaraan Sosialisasi Awal
Kegiatan 1: Memahami konsep dasar sosialisasi awal Kegiatan 2: Berlatih menyusun strategi sosialisasi Kegiatan 3: Memahami sosialisasi Massal
4 Jpl ( 180 ’)
Bahan Bacaan: 1. Strategi Komunikasi 2. Media Komunikasi Pembangunan
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • LCD • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
1
Memahami Konsep Dasar Sosialisasi Awal 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan Modul Sosialisasi awal PNPM Mandiri Perkotaan dan uraikan tujuan dari modul ini. Dengan kegiatan Diskusi Penyelenggaraan Sosialisasi Awal dan uraikan apa yang akan dicapai melalui kegiatan belajar ini yaitu: Peserta mampu : Menguraikan dengan kata-kata sendiri tujuan Sosialisasi Awal (SA) Mengembangkan strategi sosialisasi Mampu memfasilitasi penyelenggaraan Sosialisasi Awal (SA) 2) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai dengan kegiatan 1, yaitu diskusi konsep dasar sosilisasi awal. 3) Bagilah peserta SOP (pedoman teknis) sosialisasi awal, mintalah mereka untuk membaca dengan seksama. 4) Diskusikan dengan peserta mengenai : Apakah itu Sosialisasi Awal ? dimana kedudukan kegiatan sosialisasi awal dalam siklus PNPM Mandiri Perkotaan? Mengapa harus dilakukan sosialisasi awal? Dimana sosialisasi awal dilakuan? 5) Refelksikan bersama hasil diskusi dan beri penegasan – penegasan oleh pemandu.
Berlatih Menyusun Strategi Sosialisasi 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan memulai kegiatan 2 dalam modul ini, yaitu berlatih mengembangkan strategi sosialisasi. 2) Bagilah peserta ke dalam 4 kelompok, dan beri tugas kelompok untuk membahas : Kelompok 1 dan 2 mendiskusikan : Siapa khalayak sasaran sosialisasi awal? Berapa jumlah sasaran yang harus dicapai? Informasi apa yang ingin disampaikan? Perubahan apa yang diharapkan dari kelompok sasaran? (pengetahuan, sikap, perilaku atau kepercayaan?) 2
Media apa yang akan digunakan? Mengapa menggunakan media tersebut? Kelompok 3 dan 4 mendiskusikan Bagaimana mengembangkan jaringan komunikasi dan informasi (siapa penyampai pesan pertama, bagaimana caranya agar pesan bergulir dari satu orang kepada yang lainnya). Dimana sosialisasi awal akan dilakukan?
3) Setelah selesai diskusi kelompok, mintalah kepada kelompok 1 untuk mempresentasikan hasilnya, kelompok 2 menambahkan hal – hal yang tidak dibahas oleh kelompok 1. 4) Mintalah kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok 1 dan kelompok 2, kemudian diskusikan bersama. 5) Lanjutkan presentasi pada kelompok 3 , kelompok 4 menambahakan hal – hal yang tidak dibahas oleh kelompok 4. Mintalah kepada kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok 3 dan kelompok 4, kemudian diskusikan bersama. 6) Jelaskan kepada peserta bahwa pihak program telah mengembangkan media bantu untuk sosialisasi awal berdasarkan strategi umum sosialisasi, uraikan media bantu yang dikembangkan oleh PNPM Mandiri Perkotaan. Berikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan.
Memahami Sosialisasi Massal 1) Jelaskan kepada peserta bahw kita akan memulai kegiatna 3 yaitu membahas sosilisasi missal sebagai salahsatu kegiatna sosialisasi pada tahap awal pendampingan. 2) Bagikan kepada peserta Media Bantu - Kerangka Acuan Sosialisasi Massal – kemudian mintalah mereka untuk membaca. 3) Diskusikan bersama peserta :
Konsep dan tujuan sosialisasi massal
Pelaksanaan sosialisasi massal , dimana , kapan dan siapa yang bertanggung jawab
Media – media yang bisa digunakan
Pembiayaan
Tanggung jawab Fasilitator
.
3
KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN “PEKAN SOSIALISASI MASSAL” DI TINGKAT KELURAHAN/DESA
I.
PENDAHULUAN PNPM Mandiri Perkotaan sebagai salah satu motor penggerak Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat melakukan proses pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat secara terus menerus. Hal ini dilakukan guna menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan, dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Penguatan lembaga masyarakat dimaksudkan sebagai upaya penguatan para pelaku agar mampu menjadi pelaku nilai yang pada gilirannya menjadi motor penggerak dalam ”melembagakan” dan ”membudayakan” kembali nilai-nilai universal kemanusiaan (gerakan moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (gerakan good gavernance) serta prinsip pembangunan berkelanjutan (gerakan tridaya), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Kegiatan sosialisasi mempunyai andil dalam keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, dimana salah satu indikatornya adalah pemahaman kritis masyarakat tentang konsep dan tujuan PNPM Mandiri Perkotaan. Tanpa masyarakat mengetahui dan memahami PNPM Mandiri Perkotaan dengan baik, partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan akan rendah dan perubahan sikap dan prilaku akan sulit tercapai. Oleh karena itu, sebagai langkah awal pengenalan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-PNPM Mandiri Perkotaan kepada masyarakat Kelurahan/Desa sasaran, dilakukan kegiatan sosialisasi awal. Dimana Tim Fasilitator mensosialisasikan konsep-konsep dasar serta peran dan fungsi setiap komponen masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-PNPM Mandiir Perkotaan. Walaupun kegiatan sosialisasi awal di tingkat Kelurahan/Desa ditujukan untuk seluruh warga Kelurahan/Desa setempat agar mengetahui keberadaan program ini, namun pada umumnya yang hadir pada pertemuan ini adalah aparat Kelurahan/Desa, tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama dan hanya sebagian warga Kelurahan/Desa. Sehingga dengan keterbatasan jangkauan sosialisasi tersebut pada kegiatan sosialisasi awal ini, perlu kiranya dilakukan kegiatan penunjang lain yang dapat menjangkau khalayak masyarakat yang lebih luas, sehingga lebih banyak warga Kelurahan/Desa mengetahui keberadaan Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatMandiri dan tertarik untuk terlibat lebih lanjut. Oleh sebab itu, kegiatan sosialisasi secara massal selama sepekan yang dapat menjangkau sebanyak mungkin warga masyarakat perlu dilaksanakan sebagai penunjang kegiatan sosialisasi awal yang telah direncanakan sebagai bagian dari tahapan siklus Program Nasional
4
Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan di tingkat Kelurahan/Desa. Pelaksanaan Pekan Sosialisasi Massal akan memberikan manfaat sebagai potensi awal untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perkotaan di Kelurahan/Desa yang bersangkutan pada tahapan selanjutnya.
II.
TUJUAN PELAKSANAAN “PEKAN SOSIALISASI MASSAL” 1. Sebagai penunjang kegiatan Sosialisasi Awal di tingkat Kelurahan/Desa 2. Sebagai sarana memperkenalkan PNPM Mandiri Perkotaan , kepada warga Kelurahan/Desa dengan menggunakan berbagai media yang dapat menjangkau masyarakat secara lebih luas 3. Sebagai langkah awal untuk mendorong timbulnya ketertarikan masyarakat mengetahui lebih lanjut tentang PNPM-Mandiri Perkotaan,sehingga pada rangkaian kegiatan PNPM-Mandiri Perkotaan berikutnya dapat terlibat.
III.
MEKANISME PELAKSANAAN “PEKAN SOSIALISASI MASSAL” 1. PERSIAPAN Untuk kelancaran koordinasi pelaksanaan dan pertanggungjawaban kegiatan, maka perlu dibentuk Tim Kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal PNPM Mandiri ” yang terdiri atas: • Tim Kerja Sosialisasi (Korkot dan TA Sosialisasi) sebagai penanggung jawab kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” di tingkat KMW • Tim Faskel sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” di tingkat Kelurahan/Desa Tata laksana kegiatan: Tim Kerja Sosialisasi : • TA Sosialisasi bersama dengan para korkot mengadakan pertemuan koordinasi untuk mengatur perencanaan kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” dan berbagi tanggung jawab dan peran untuk pelaksanaan, monitoring dan supervisi kegiatan ini di masing-masing Kelurahan/Desa dampingan KMW • TA Sosialisasi berkoordinasi dengan Team Leader untuk kemudian berkonsultasi dengan pihak manajemen perusahaan untuk menjamin ketersediaan media yang akan digunakan pada kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal”. • TA Sosialisasi mengundang jurnalis media elektronik atau/dan surat kabar untuk meliput kegiatan sosialisasi awal/”Pekan Sosialisasi Massal” di Kelurahan/Desa sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-PNPM Mandiri Perkotaan. • Korkot mengadakan rapat koordinasi dengan para senior faskel untuk mengatur perencanaan kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal”, termasuk mendistribusikan media yang akan digunakan pada rangkaian kegiatan tersebut. Tim Faskel : • Senior Faskel berkoordinasi dengan Aparat Kelurahan/Desa, untuk menyampaikan adanya kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” yang diselenggarakan dalam rentang waktu pelaksanaan kegiatan Sosialisasi Awal di tingkat Kelurahan/Desa. • Tim faskel bersama aparat Kelurahan/Desa mengadakan rembug dengan warga masyarakat (tokoh masyarakat ataupun warga yang peduli) untuk membahas
5
• •
rencana pelaksanaan kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” di Kelurahan/Desa yang bersangkutan dan melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab. Tim Faskel bersama warga Kelurahan/Desa didukung oleh Tokoh Masyarakat/Warga Peduli untuk melaksanakan “Pekan Sosialisasi Massal” Tim faskel bertanggung jawab untuk memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan “Pekan Sosialisasi Masal” di setiap Kelurahan/Desa dampingan.
2. Pelaksanaan dan Pilihan Penggunaan Media Pada pelaksanaan Sosialisasai massal ini banyak Jenis media yang dapat digunakan ia sebagai refernsi, yang paling penting adalah bagaimana memanfaatkan media yang paling tepat disesuaikan dengan karakteristik budaya dan adat istiadat setempat. Strategi penggunaan media ini dapat dilakukan berdasarkan hasil “Pemetaan Sosial”. Adapun pilihan-pilihan Media yang dapat digunakan antara lain: a. Media Elektronik : VCD, layar tancap b. Media Surat Kabar : Penulisan Berita Event Tertentu, Peliputan kegiatan Sosialisasi Awal/Pekan Sos Massal c. Media Cetakan: Spanduk, umbul-umbul, selebaran, stiker, poster, dll. d. Media Bergerak dan Media Lainnya: (a) dokar, iringan kendaraan (mobil, motor, sepeda, dll) keliling, rombongan warga keliling dengan menggunakan kentongan, ataupun media atau sarana lainnya yang biasa dimanfaatkan di Kelurahan/Desa setempat; (b) panggung kesenian daerah/musik. e. Pengeras Suara: bisa dilakukan di mesjid-mesjid, pertemuan sosial, atau berkeliling kampung”bentuk pengumuman/woro-woro” Khusus Media Cetak Spanduk dan Umbul-Umbul setelah selesai pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” harus dibuka dan disimpan kembali untuk digunakan pada setiap tahapan yang sesuai dengan tema masing-masing.
3. Jadwal/Waktu Kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” Kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” dilaksanakan dalam rentang waktu pelaksanaan Sosialisasi Awal, RKM dan RK di tingkat Kelurahan/Desa.
Pemasangan/pemanfaatan media “Pekan Sosialisasi Massal” harus pada tempat-tempat strategis yakni dengan memperhatikan aspek keamanan dan kenyaman untuk lokasi penempatan media yang mudah dilihat dan didatangi dengan aman dan nyaman oleh laki-laki dan perempuan baik tua maupun muda. Untuk waktu pemasangan/pemanfaatan masing-masing jenis media yang digunakan pada kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal”, dapat memperhatikan patokan waktu sebagai berikut: •
6
Media Elektronik : Pemutaran VCD dengan judul mencari orang baik ataupun judul lainnya yang terdapat dalam “paket VCD P2KP”, dengan menggunakan televisi ataupun layar tancap dapat dilaksanakan pada hari yang sama/sesudah pelaksanaan Sosialisasi Orientasi level Kelurahan/Desa. Agar lebih menarik,
Pemutaran VCD P2KP dapat diselingi dengan VCD (Film) yang lagi diminati atau diintegrasikan dengan pemutaran VCD ri program lainnya (misalnya dari program Kesehatan: VCD AIDS,FLU BURUNG,ASI EKSKLUSIF).
Media ini digunakan pada saat RK atau RKM di Tingkat Desa •
Media cetakan: Spanduk, umbul-umbul ataupun media sosialisasi lainnya sudah harus terpasang di lokasi-lokasi strategis (seperti kantor Kelurahan/Desa, alunalun, pasar, pertokoan, persimpangan jalan utama desa, jalan raya diseputar kantor pemerintahan atau kompleks perumahan yang ramai, dll.).Media dapat
digunakan sebelum masuk pada tahapan kegiatan RK atau RKM
Sedangkan stiker ataupun selebaran dapat disebarkan kepada masyarakat pada saat pemutaran layar tancap/VCD, dibagikan pada saat pawai arak-arakan warga/iring-iringan kendaraan keliling ataupun ditempelkan pada kendaraan umum, balai warga, ataupun tempat-tempat lain yang mudah terlihat warga masyarakat. Media-media ini dapat dipasang di lokasi selama program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-P2KP berlangsung. •
Media pendukung lainnya: (a) dokar, iringan kendaraan (mobil, motor, sepeda, dll) keliling, rombongan warga keliling dengan menggunakan kentongan, ataupun sejenisnya yang biasa dimanfaatkan di Kelurahan/Desa setempat; (b) panggung musik/kesenian daerah. Pelaksanaan kegiatan “a” sebanyak satu kali kegiatan atau lebih, pada hari sebelum atau sesudah pelaksanaan RK level Kelurahan/Desa. Sedangkan waktu pelaksanaan kegiatan “b” dapat dilaksanakan pada pelaksanaan kegiatan RKMl.
•
Pengeras Suara; media ini di lakukan di mesjid-mesjid, Balai pertemuan warga dan pada saat pawai dokar,iringan kendaraan keliling
•
Media Surat Kabar : Penulisan berita hasil peliputan kegiatan Sosialisasi Awal dan “Pekan Sosialisasi Massal” dapat dimuat di surat kabar lokal pada minggu terakhir setelah rangkaian kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” rampung dilaksanakan.
4. Pembiayaan Kegiatan Rincian jumlah dan jenis Media “Pekan Sosialisasi Massal” minimal pengadaan (wajib) : a.
Spanduk dengan berbagai tema sebanyak 3 buah
b.
Umbul-umbul sebanyak 10 buah
c.
Stiker 2 tema masing-masing tema sebanyak 250 eksp
d.
Dokar, iringan kendaraan (mobil, motor, sepeda, dll) keliling, rombongan warga keliling dengan menggunakan kentongan, ataupun sejenisnya yang biasa dimanfaatkan di Kelurahan/Desa setempat dengan biaya stimulan sebesar Rp. 300.000
CATATAN: Master CD Media-media cetakan sosialisasi massal disiapkan oleh KMP yang kemudian masing-masing KMW bertanggungjawab untuk pencetakan, penggandaan, dan pendistribusian media tersebut.
7
Sedangkan untuk komponen kegiatan lain seperti pemutaran VCD ataupun layar tancap dapat diupayakan pembiayaannya dengan bekerjasama dengan pihak lain seperti BKKBN atau Departemen Komunikasi dan Informasi dinas terkait ataupun swadaya masyarakat. Biaya pelaksanaan kegiatan sosialisasi massal dapat diambil dari anggaran kegiatan sosialisasi KMW. Rencana pembiayaan kegiatan sosialisasi massal dapat diajukan oleh Team Leader KMW kepada pihak manajemen.
5. Mekanisme Pelaporan •
• •
•
8
Tim Faskel bertanggungjawab melaporkan pelaksanaan Sosialisasi Massal wilayah dampingan masing-masing ke Korkot dalam bentuk rekap (Tabel Rekap terlampir) seluruh pelaksanaan seluruh wilayah dampingannya dan membuat 1 laporan lengkap yang dianggap Best Practice pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” dari salah satu Kelurahan/Desa. Korkot bertanggungjawab menyampaikan rekap laporan dari seluruh Tim Faskel dan memilih masing-masing 1 laporan pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” Kelurahan/Desa yang dianggap sebagai Best Practice dari setiap Kabupaten/Kota ke TA Sosialisasi KMW. TA Sosialisasi KMW yang kemudian bertanggung jawab atas penyampaian laporan pelaksanaan kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” berupa: 1. Masing-masing 1 Laporan Best Practice Kelurahan/Desa dari setiap Kabupaten/Kota 2. Rekap pelaksanaan dari seluruh Kelurahan/Desa dampingan KMW perprovinsi. Penyampaian laporan ke KMP paling lambat satu minggu setelah berakhirnya batas waktu pelaksanaan Sosialisasi Awal sesuai Master Schedule.
Outline Pelaporan Best Practice Pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” (Laporan Best Practice 1 Kelurahan/Desa dari setiap Kabupaten/Kota)
Bab I Pendahuluan; berisi uraian tentang gambaran umum secara ringkas tentang pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” yang dilakukan (sesuai TOR). Bab II Pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal”, terdiri dari: 2.1. Tahap Persiapan/perencanaan; berisi uraian tentang rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan. Gambaran proses persiapan ini meliputi: - Merancang desain dengan menyesuaikan acuan dari KMP dengan kebutuhan KMW. - Pengorganisasian; penentuan dan pembagian peran, waktu, tempat, dan persiapan teknis lainnya 2.2. Tahap Pelaksanaan; berisi uraian tentang realisasi rangkaian pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” sebagai wujud dari perencanaan yang telah disusun. Pelaksanaan ini meliput antara lain : - Waktu: menguraikan tentang tanggal, lama, pelaksanaan rangkaian kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal”. - Lokasi: menguraikan tentang lokasi/nama tempat pelaksanaan - Sarana & Prasarana: kelengkapan media dan sarana pendukung yang digunakan. - Peserta: Kelompok/Tokoh-tokoh/Individu yang terlibat/mendukung pelaksanaan rangkaian “Pekan Sosialisasi Massal”. - Proses pelaksanaan: menguraikan tentang gambaran umum proses, knologis rangkaian pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal”, dan respon masyarakat. - Hambatan, tantangan, dan Best Practice: hambatan atau kendala yang dialami pada saat pelaksanaan rangkaian “Pekan Sosialisasi Massal”, dan hal-hal yang dapat dijadikan sebagai pembelajaran - Lampiran: Pada setiap tahapan rangkaian kegiatan “Pekan Sosialisasi Massal” dibuat notulasi dan rekaman proses berupa foto yang dijadikan lampiran. Foto-foto yang dilampirkan merupakan foto pilihan maksimal 10 lembar. Bab III Kesimpulan 3.1 Permasalahan dan Analisis: Memuat kesimpulan dari pelaksanaan “Pekan Sosialisasi Massal” yang dianalisis ditilik dari pencapaian tujuannya. Dalam bab ini diharapkan juga memuat hal-hal yang ditemukan sebagai tantangan dan kendala yang dianggap signifikan, disertai dengan solusi yang digunakan sebagai penyelesaian masalah, termasuk kekurangan dan kelebihan, faktor pendukung dan penghambat, lessons learned, ataupun Best Practice pelaksanaannya. 3.2 Rekomendasi
0-----------------0
9
Lampiran : KMW PROVINSI JUMLAH KABUPATEN/KOTA JUMLAH KORKOT JUMLAH TIM FASKEL JUMLAH KELURAHAN
: ........................ : ....................... : ....................... : ........................ : ........................ : ........................
TABEL REKAP RANGKAIAN PELAKSANAAN “PEKAN SOSIALISASI MASSAL” NO.
NAMA KELURAHAN
FREQUENSI PEMUTARAN VCD
TGL. PEMASANGAN SPANDUK-UMBULUMBUL
TGL. DISEMINASI DENGAN KENDARAAN KELILING/ PAWAI /ARAK-ARAKAN (JUMLAH PESERTA YANG MENGIKUTI)
1. 2. 3.
Tanggal....... Mengetahui Tim Leader KMW.... TTD (.........NAMA........)
10
TA Sosialisasi KMW .... TTD (......NAMA........)
Contoh Pengisian Lampiran : KMW PROVINSI JUMLAH KABUPATEN/KOTA JUMLAH KORKOT JUMLAH TIM FASKEL JUMLAH KELURAHAN
: : : : : :
VI JAMBI 9 2 25 120
TABEL REKAP RANGKAIAN PELAKSANAAN “PEKAN SOSIALISASI MASSAL” NO.
1. 2.
NAMA KELURAHAN
SUKA MAJU
FREQUENSI PEMUTARAN VCD (JUMLAH TEMA) 9 x (9 Tema)
TGL. PEMASANGAN SPANDUK-UMBULUMBUL
17 MARET 2007
TGL. DISEMINASI DENGAN KENDARAAN KELILING/ PAWAI /ARAK-ARAKAN (JUMLAH PESERTA YANG MENGIKUTI) 20 MARET 2007 (+ 1000 Orang)
Tanggal....... Mengetahui Tim Leader KMW.... TTD (.........NAMA........)
TA Sosialisasi KMW .... TTD (......NAMA........)
11
Strategi Komunikasi (Diadaptasi dari bahan – bahan pelatihan komunikasi Studio Driya Media oleh Marnia Nes)
Pengantar Sosialisasi dalam pengembangan PNPM Mandiri Perkotaan bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan mengubah perilaku khalayak sasaran. Perubahan perilaku merupakan tujuan yang paling akhir, karena khalayak sasaran akan berubah perilakunya apabila mereka mempunyai pengetahuan dan sikap yang mendukung ke arah perubahan. Seseorang yang menjalani proses perubahan perilaku mengalami beberapa tahapan. Dari tidak tahu menjadi tahu dan memahami. Dari tahu dan memahami menjadi menyetujui akan apa yang diketahui dan dipahaminya. Menyetujui apa yang diketahui dan dipahami masih belum menjamin perubahan perilaku. Seseorang tersebut harus mau mencoba melakukannya. Dan jika seseorang yang telah mencoba melakukannya, merasakan bahwa hal tersebut tidak merugikannya, maka diharapkan orang tersebut akan melakukannya lagi dan lagi. Semakin tinggi frekuensi pengulangan perbuatan atau tindakan seseorang, maka semakin besar kemungkinan pengulangan perbuatan atau tindakan menjadi kebiasaan. Terakhir, kebiasaan yang sudah baik ini masih harus dipelihara agar menjadi perilaku yang langgeng atau mendarah daging. Panjangnya tahapan yang harus dilalui oleh seseorang yang menjalani proses perubahan perilaku, menyebabkan tingginya tingkat kesulitan keberhasilan pengadopsian perilaku. Dengan demikian perlu memberikan stimulus – stimulus tertentu kepada khalayak sasaran calon adopter. Inti dari pemberian stimulus, merupakan kegiatan komunikasi, sehingga program perlu mengembangkan strategi komunikasi yang tepat untuk mencapai tujuan sosialisasi yang diharapkan.
Strategi Komunikasi Strategi komunikasi di bawah ini diadopsi dari pendekatan yang dikembangkan dalam komunikasi lingkungan. Langkah – langkah dalam strategi komunikasi yang dilakukan adalah : 1. Analisa situasi dan identifikasi masalah Sebelum kegiatan – kegiatan program dijalankan, penyelenggara program perlu memahami bagaimana situasi yang ada berkaitan dengan program yang akan dijalankan. Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran posisi dan arah program yang akan dijalankan, sehingga program dapat memahami bagaimana komunikasi harus dilakukan. Yang harus diketahui pada tahap awal adalah : • Situasi saat ini yang berkaitan dengan isu program yang akan dijalankan • Permasalahan yang dihadapi, berkaitan dengan kondisi dan situasi yang ada saat ini. • Peluang- peluang dan ancaman – ancaman yang harus dihadapi pada masa yang akan datang • Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh program, berkaitan dengan situasi dan kondisi yang ada.
12
Selain itu program juga perlu mengidentifikasi sumberdaya media di wilayah yang akan didampingi, seperti : • • •
Saluran – saluran komunikasi yang dapat digunakan (misalnya : bioskop, stasiun radio, tempat-tempat pertemuan, pasar, pesta rakyat dan lain – lain ) Media – media cetak yang dapat dimanfaatkan ( misalnya : Koran, majalah, bulletin/news letter, tabloid dan lain-lain). Media – media tradisional yang dapat dimanfaatkan (misalnya : wayang golek, panggung perayaan Kemerdekaan,dll)
2. Analisis khalayak dan survai KAP (Knowledge, attitude, performance) Untuk dapat berkomunikasi dengan khalayak, maka perlu mempelajari : a. Data – • • • •
data umum di wilayah yang akan didampingi : Bagaimana tingkat ekonomi masyarakat ? Kelompok – kelompok mayoritas apa yang ada ? Bagaimana komposisi golongan usia yang ada ? Pola mata pencaharian apa saja yang dimiliki masyarakat ?
b. Pola komunikasi yang ada di wilayah yang akan didampingi • Media – media apa saja yang dikenal oleh masyarakat ? • Bahasa apa yang digunakan oleh masyarakat ? • Bagaimana kemampuan baca tulis masyarakat ? • Siapa saja orang – orang yang berpengaruh atau yang dipercaya oleh masyarakat ? • Informasi apa yang biasanya dicari oleh masyarakat ? kemana mereka mencari informasi tersebut ? c.
Karakteristik tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di wilayah yang akan didampingi • • • •
Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat mengenai isu program ? Bagaimana sikap masyaraklat terhadap isu program ? Bagaimana perilaku masyarakat yang berkaitan dengan isu program ? Kepercayaan atau mitos apa yang beredar di kalangan masyarakat, yang menghambat program ?
Karena keberhasilan program sangat tergantung pada keterlibatan aktif dari khalayak yang peduli pada masalah lingkungan, maka sejak awal perlu diidentifikasi dan dianalisa dengan seksama mengenai : • Mereka yang berkepentingan pada masalah lingkungan yang dihadapi • Kelompok target/penerima manfaat • Perantara kunci Kemudian pula, program perlu memahami kepentingan – kepentingan dari pihak-pihak tersebut, untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
13
3. Penentuan tujuan komunikasi Tujuan komunikasi dikembangkan berdasarkan hasil yang diperoleh pada dua langkah pertama. Pada langkah ini harus dipastikan bahwa tujuan komunikasi dinyatakan secara lengkap, yaitu mencakup : • • • • •
Perubahan apa “jenis perubahan yang diinginkan” (pengetahuan, sikap, perilaku) Siapa ; target khalayak/penerima manfaat yang diinginkan berubah. Seberapa besar; tingkat perubahan yang diinginkan dari nilai awal sebelum komunikasi dilakukan. Di mana; lokasi dimana program akan dijalankan. Berapa lama,; jangka waktu untuk melakukan perubahan tersebut.
Selain itu, dalam pengembangan tujuan komunikasi akan lebih baik lagi jika sudah mencatat indikator pencapaian untuk tujuan masing-masing perubahan yang diinginkan. 4. Pengembangan strategi komunikasi Hasil dari kegiatan – kegiatan sebelumnya, kini dapat dijadikan dasar mengembangkan strategi komunikasi. Tujuan komunikasi yang ditetapkan kemudian akan dijabarkan dalam pesan – pesan utama berdasarkan perubahan yang dibutuhkan. Strategi komunikasi dikembangkan dengan mengkombinasikan antara pesan – pesan utama, pendekatan dan media komunikasinya, mengacu pada strategi perubahan yang direkomendasikan. (lihat tabel Jika – Maka, pada halaman berikut )
14
Konsep sederhana pengembangan strategi komunikasi JIKA: Situasi/ Aktor 1
2
3
MAKA: Posisi orang yang terlibat dilihat dari :
Prioitas pendidikan dan strategi komunikasi
Pengetahuan ( P) Rendah ke sedang
Pendekatan utama Informasional
Sedang
Sedang
Sikap (S) Rendah
Sedang
Sedang
Perilaku (P) Rendah
Rendah
Sedang
Informasional dan Motivasional
Motivasional dan orientasi pada aksi
Tujuan utama Penyadaran, peningkatan pengetahuan teknis, identifikasi kebutuhan dan kemanfaatan Identifikasi kebutuhan dan kemanfaatan, memberi informasi dan memberi alternatif Pandangan masalah alternatif, diskusi pendekatan pemecahan masalah, penggalian akar dan konsekuensi dari aktifitasaktifitas negatif, ujicoba kelayakan pemecahan masalah secara partisipatif
Tindakan & saluran komunikasi yang digunakan untuk pendidikan dan komunikasi lingkungan Media Media Media massa kelompok individu
Pertanyaan utama
Apa kenapa
&
Tinggi
Rendah
Sedang
Kenapa
Tinggi
Sedang
Rendah
Kenapa & Bagaimana
Sedang
Tinggi
Sedang
15
JIKA: Situasi/ Aktor 4
5
MAKA: Posisi orang yang terlibat dilihat dari :
Prioitas pendidikan dan strategi komunikasi
Pengetahuan ( P) Tinggi
Pendekatan utama Motivasional dan orientasi pada aksi
Tinggi
16
Sikap (S) Sedang
Tinggi
Perilaku (P) Sedang
Rendah ke Sedang
orientasi aksi
pada
Tujuan utama Penggalian akar sikap yang negatif, pelatihan keterampilan dengan cara “belajar sambil melakukan” untuk perubahan perilaku, koreksi terhadap perilaku yang berlawanan Pelatihan keterampilan dengan “belajar sambil melakukan” untuk perubahan perilaku, konsultasi dan asistensi teknis, penggalian dan penanganan akar sikap yang berlawanan
Pertanyaan utama
Tindakan & saluran komunikasi yang digunakan untuk pendidikan dan komunikasi lingkungan Media Media Media massa kelompok individu
Kenapa & Bagaimana
Rendah
Sedang
Tinggi
Bagaimana
Rendah
Tinggi
Tinggi
Penentuan pesan – pesan pokok diterjemahkan dari pertanyaan – pertanyaan utama, seperti yang ditunjukkan dalam tabel JIKA – MAKA. Jika data dan waktu yang tersedia memungkinkan, strategi komunikasi ini juga dapat diperikas kembali dari aspek financial. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan kembali mengenai besarnya perubahan yang diinginkan dalam Tujuan Komunikasi. Kadang kala, Tujuan Komunikasi yang telah ditetapkan dapat dikoreksi kembali karena kurang realistis dari segi financial ataupun waktu. •
Hal – hal yang harus ditentukan dalam pengembangan strategi komunikasi ini adalah : “ Pesan – pesan utama apa yang harus disampaikan, berdasarkan strategi perubahannya ?”
•
Bagaimana karakteristik pesan – pesa utama terebut ? ( hiburan, informasional, edukasional, motivasional, instruksional, ataukah orientasi pada aksi ?) Siapa khalayak primer, sekunder dan ( kadang – kadang ) tertier untuk setiap pesan utama ? Metode komunikasi apa yang dibutuhkan untuk penyampaian pesan – pesan utama ? (metode komunikasi massa, metode komunikasi tatap muka ataukah paduan keduanya) Saluran media apa yang sekiranya cocok untuk penyampaian pesan – pesan utama tersebut ?
• • •
5. Seleksi dan bauran media Karena tidak ada satupun media yang sesuai untuk semua tujuan, maka komunikasi yang dilakukan sebaiknya menggunakan bauran media yang saling mengisi dan saling melengkapi satu sama lain. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan bauran media, yaitu pilih dan gunakan media : • • • • • •
Untuk satu tujuan spesifik/khusus tertentu ketimbang untuk beberapa tujuan sekaligus. Yang memiliki kelebihan khusus, yang bermanfaat untuk mencapai tujuan khusus Yang telah dikenali dan mudah dijangkau oleh khalayak Yang dapat mengakomodasi pesan – pesan setempat dengan mudah Yang mudah dikembangkan, diproduksi dan didukung pengembangannya oleh khalayak setempat. Yang dapat melengkapi dan memperkuat penggunaan media lainnya dengan jelas untuk strategi yang sama.
6. Pengembangan pesan Pesan – pesan apa yang akan disampaikan melalui bauran media kepada khalayak dikembangkan berdasarkan strategi komunikasi. Karena pesan – pesan yang telah beredar di masyarakat sangat banyak jumlahnya, maka pesan – pesan yang dikembangkan perlu diposisikan secara straegis agar lebih menonjol dari pesan – pesan yang lain. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan pesan adalah : • • • •
Pastikan keabsahan dan kesesuaiannya ( relevansi) Tentukan pendekatan umumnya, apakah sifatnya memberi informasi/informasional, memotivasi/motivasional atau mendorong terjadinya aksi. Gunakanlah daya tarik psikologis dan sosial agar tema yang dipilih menjadi menarik dan persuasuf. Sesuaikan perlakuan khusus setiap pesan dengan strategi dan tujuan komunikasinya 17
• •
Manfaatkan kelebihan dan potensi khas dari berbagai media yang dipilih Ujicobakan pesan dengan seksama untuk setiap media dan target yang dituju.
Terutama di daerah stra perkotaan dimana masyarakat seringkali dibebani begitu banyak informasi (banjir informasi), pesan –mpesan komunikasi perlu diposisikan secara strategis sedemikian rupa sehingga lebih menonjol daripada yang lainnya. Jika ini tidak dilakukan, maka pesan-pesan komunikasi tidak akan diperhatikan meskipun bermanfaat an relevan bagi khalayak sasaran. Pesan – pesan sebaiknya diposisikan dengan berdasarkan pada kebutuhan perubahannya, misalnya informasional, motivasional atau orientasi aksi. 7. Pengembangan media dan ujicoba Pesan-pesan utama yang dijabarkan dalam strategi komunikasi tersebut, menjadi panduan bagi pengembangan media. Pekerjaan pengembangan media ini dapat dilakukan oleh pihak lain (studio disain) ataupun dilakukan oleh tim pengembang media dalam program. Pengembangan media dimulai dengan pembuatan dummy (baca : dami ) yaitu sketsa atau model kasar dari media yang akan dikembangkan. Kemudian tim bekerjasama untuk mengarahkan format dasar visual, audio dan panduan keduanya. Arahan ini dipadukan dengan strategi komunikasi kemudian menjadi bekal bagi masing – masing spesialis media. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pengembangan media ini adalah keterpaduan antar unsur yang satu dengan yang lainnya. Media yang dikembangkan perlu diujicobakan terlebih dahulu sebelum dicetak dalam jumlah besar, untuk menghindari panghamburan biaya. Ujicoba ini dapat dilakukan dengan menggunakan sample kelompok sosial dari wilayah yang sama dimana program dijalankan . Hal – hal yang ingin diketahui dalam ujicoba media adalah : • • • •
Ada tidaknya relevansi antara media yang dikembangkan dengan isu masalah yang ingin dipecahkan. Tercapainya pemahaman teks/audio/narasi dan visual Media tersebut memiliki potensi untuk memotivasi khalayak untuk bertindak Dipercaya tidaknya media tersebut oleh khalayak
Media yang telah diujicobakan kemudian diperbaiki sesuai dengan hasil ujicoba. Akhirnya, media yang telah diperbaiki dapat diperbanyak jumlahnya sesuai dengan kebutuhan program. 8. Kinerja dan implementasi lapangan Penggunaan media untuk pencapaian Tujuan Komunikasi, secara implisit tercantum dalam Strategi Komunikasi. Adanya perencanaan kegiatan danstrategi pelibatan masyarakat, juga membantu program dalam pelaksanaan komunikasi. Media tidak dapat dengan sendirinya mengkomunikasikan pesan-pesan yang ingin dismapaikan oleh program, karena suatu media dikembangkan dengan tujuan tertentu. Untuk itu, sebelum media digunakan, program perlu : Membuat panduan penggunaan media Menyelenggarakan pelatihan penggunaan media
18
Membuat atau memperbaiki kembali jadwal kegiatan komunikasi sebagai acuan dalam pelaksanaan komunikasi Membuat daftar periksa kegiatan sehubungan dengan kegiatan-kegiatan non-komunikasi lainnya ( misalnya : kegiatan pengadaan infrastruktur dan lain – lain ), untuk dapat mengakselerasikan kegiatan – kegiatan komunikasi dengan kegiatan-kegiatan non-komunikasi. 9. Dokumentasi proses dan monitoring evaluasi Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan program biasanya masih tidak terlalu banyak kegiatan. Namun dengan berjalannya waktu dan diimplementasikannya kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, akan semakin banyak kegiatan yang berkembang dan bahkan menjadi semakin gencar. Sejak awal, program sudah harus memikirkan mengenai sistem informasi yang dapat memberikan umpan balik dalam waktu relatif singkat untuk memungkinkan terjadinya penyesuaian atau jika terjadi perubahan strategi. Kegiatan dokumentasi proses kronologis mengenai analisis pengambilan keputusan perlu dilakukan agar dapat dipelajari demi kepentingan pengulangan dan perluasan kegiatan program di kemudian hari. Kegiatan yang harus dimulai sejak awal ini mencakup pencatatan terhadap hal – hal yang berhasil dan kurang berhasil sejak dari perencanaan, implementasi sampai pengelolaan kegiatan. Jika monitoring dilakukan untuk menjaga kesesuaian antara rencana, implementasi dan hasil yang diinginkan, maka evaluasi lebih dimaksudkan untuk mengukur : • Efesiensi pelaksanaan program • Efektivitas dan relevansi kegiatan program, serta • Dampak dan efek dari kegiatan program Pada kenyataannya, langkah terakhir ini sekaligus merupakan langkah pertama untuk kegiatan program selanjutnya. Temuan – temuan masalah dari hasil evaluasi ini kemudian menjadi bekal dalam mengembangkan kegiatan program selanjutnya. 10. Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat sebagai kata kunci dalam komunikasi lingkungan, harus dipertimbangkan sejak awal program, bahkan bahkan jauh sebelum program dimulai. Secara umum, partisipasi masyarakat harus terjadi pada setiap taham tahapan program, atau dengan kata lain, harus terjadi pada setiap langkah program. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pelibatan partisipasi masyarakat dalam program adalah : • Siapa yang menetapkan agenda permasalahan yang harus ditangani ? • Siapa yang megatakan kebutuhan – kebutuhan mana yang akan dipenuhi ? • Siapa yang dimintakan pendapat ketika merencanakan solusi pemecahan masalah yang tepat ? • Siapa yang menentukan sumber daya dan media apa yang dibutuhkan dan digunakan ? • Siapa yang melaksanakan kegiatan/implementasi ? • Siapa yang mengembangkan media, merancang pesan, dan mengatur tahapan kerja ? • Siapa yang menentukan standar untuk mengukur perkembangan kemajuan dan dampak ? • Siapa yang mengendalikan “cerita keberhasilan” ?
19
MEDIA DAN KOMUNIKASI PEMBANGUNAN 1. Komunikasi Pembangunan Penggunaan media komunikasi dalam program-program pengembangan masyarakat mulai diterapkan di negara-negara berkembang sejak penghubung tahun 1960, yaitu sejak kalangan jurnalis menerapkan teori dan konsep kumunikasi untuk keperluan penyelenggaraan program pembangunan. Cikal bakal lain yang mendorong tumbuhnya metodologi ini di wilayah Asia Tenggara adalah ketika dikembangkannya mata studi komunikasi pertanian di University of Philippines, Los Banos. Belakangan, istilah-istilah untuk menyebutkan program ini pun mulai beragam, seperti komunikasi penunjang pembangunan, pengiklanan pembangunan, komunikasi pembangunan, dsb. Meskipun komunikasi pembangunan tidak pernah disebut-sebut di kalangan LSM, kegiatan pengembangan masyarakat sesungguhnya merupakan penerapan dari komunikasi pembangunan. Hal ini dapat diamati bahwa dalam parktiknya LSM selalu menyertakan tindakan komunikasi dan penggunaan media atau menyebut penyuhan, pendidikan kritis, pendidikan orang dewasa, advokasi, sosialisasi, konsultasi publik, kampanye, demokratisasi, dsb. Termasuk didalamnya istilah-istilah seperti belajar sambil bekerja, magang, perencanaan partisipatif, belajar dari pengalaman, lokakarya, pelatihan, kunjungan silang, jaringan kerjasama, dan diskusi kelompok. Pada gilirannnya semua teknologi saluran dan media hampir tidak ada yang tidak pernah digunakan (setidaknya pernah dipertimbangkan) dalam program pengembangan masyarakat, dari komunikasi tatap muka, kelompok, hingga massa, melalui media cetak, elektronika hingga multi media. Komunikasi pembangunan adalah komunikasi yang dilaksanakan dalam pengembangan program pembangunan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan, mengembangkan sikap dan mengubah perilaku masyarakat untuk mencapai peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Artinya, tujuan komunikasi pembangunan adalah : Agar masyarakat memiliki pengetahuan yang memadai yang diperlukan untuk menjalankan dan meningkatkan kehidupannya. Agar masyarakat memiliki sikap yang mendukung upaya-upaya pembangunan bagi dirinya sendiri. Agar masyarakat memiliki perilaku atau melakukan tindakan yang didasarkan tindakan tersebut. Pertanyaan : Pengetahuan apa saja yang masih perlu dimiliki oleh masyarakat ? Sikap apa saja yang perlu dimiliki oleh mereka ? Perilaku seperti apa saja yang diharapkan dari mereka ? Di negara berkembang seperti Indonesia, segala aspek kehidupan masyarakat masih perlu ditingkatkan, baik itu pengembangan pertanian, pengembangan ekonomi terutama usaha kecil, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, pelestarian lingkungan, dan sebagainya. 2. Media dan Pergeseran Paradigma Pembangunan. Tumbuhnya kesadaran praktisi program pengembangan masyarakat akan bermanfaat dan potensi strategis media dalam proses-proses perubahan sosial merupakan peluang sekaligus menempatkan media dalam titik krusialnya di tengah penerapan teori pembangunan di tingkat negara. Fenomena
20
penguasaan media atas nama pembangunan nasional di berbagai negara telah memutar-balikkan gagasan komunikasi pembangunan yang seharusnya menjadi bagian dari upaya dialogis peningkatan kesejahteraan dan keadilan kamu marjinal dan miskin menjadi bagian dari masalah penyeragaman jenis, sumber dan upaya ketersediaan pangan bagi kelompok-kelompok marjinal dab tingkat partisipasinya dalam suatu kesatuan masyarakat, serta kesehatan lingkungan hidup. Melalui pertukaran pengalaman lah, kita dapat lebih mengenali secara kritis ini dari topik ini bahwa komunikasi pembangunan sesungguhnya program komunikasi yang di gagas untuk mendorong upaya-upaya penguatan yang sedang dikembangkan bersama kelompok-kelompok yang terpinggirkan menuju kehidupan yang lebih baik. 3. Peran Media dalan Program Komunikasi Pembangunan Cerita-cerita tentang bagaimana dampak pendayagunaan saluran radio di berbagai belahan dunia dalam penerapan metodologi komunikasi pembangunan menunjukan adanya dampak penting akibat hubungan antara indera pendengaran, tekonologi komunikasi audio, pengebangan media radio, bagi tindakan-tindakan penguatan kelompok-kelompok marjinal. Lalu bagaimana dengan indera penglihatan, perabaan, dan penciuman?. Bagaimana kita dapat mendayagunakan keberadaan indera-indera, saluran-saluran dan teknologi komunikasi, media dan proses belajar yang berkesesuaian dengan keadaan kehidupan sehari-hari, keyakinan, kepercayaan dan kebiasaan serta harapan-harapan para pelakunya? Tentu berbagai pilihan cara dapat ditempuh salah satunya adalah memulainya dengan mengidentifikasi dan menerapkan fungsi-fungsi media dalam setiap kegiatan komunikasi pembangunan. Beberapa kegunaan media antara lain :1) memperlancar proses belajar, 2) mempermudah proses belajar, 3) memperkuat proses belajar, 4) membuat menarik dan merangsang proses belajar, 5) menumbuhkan semangat partisipasi dalam proses belajar.
PENYULUHAN DAN PENDIDIKAN Istilah penyuluhan dikenal secara luas dan diterima oleh mereka yang bekerja dalam oganisasi pemberi jasa penyuluhan, tetapi tidak demikian halnya bagi masyarakat luas, karena belum ada definisi yang disepakati, diperlukan untuk memberikan pandangan serta dampak yang ditimbulkannya. Satu definisi yang diperkenalkan A.W Van den Ban & H.S. Hawkins, penyuluhan adalah proses yang : Membantu petani menganalisa situasi yang sedang dihadapi dan melakukan perkiraan ke depan. Membantu petani menyadarkan terhadap kemungkinan timbulnya masalah dari analisa tersebut Meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan wawasan terhadap suatu masalah, serta membantu menyusun kerangka berdasarkan pengetahuan yang dimiliki petani. Membantu petani memperoleh pengetahuan yang khusus berkaitan dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi serta akibat yang ditimbulkannya sehingga mereka mempunyai beberapa alternatif tindakan Membantu petani memutuskan pilihan yang tepat yang menurut pendapat mereka sudah optimal Meningkatkan motivasi petani untuk dapat menerapkan pilihannya, dan Membantu petani untuk mengevaluasi dan meningkatkan keterampilan mereka dalam membentuk pendapat dan mengambil keputusan. Namun, penyuluhan tidak dapat memecahkan semua masalah yang dihadapi petani. Pengetahuan dan wawasan yang memadai hanya dapat digunakan untuk memecahkan 21
sebagian masalah yang telah dikemukakan . ini pu jika agen penyuluhan sendiri memiliki pengetahuan dan wawasan yang dibutuhkan, atau bersama-sama dengan petani mengupayakannya. Ada berbagai hambatan yang dihadapi petani yang dapat mempengaruhi kebehasilan dari program penyuluhan, yakni: Pengetahuan, sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan yang paling tepat untuk mencapai tujuan mereka. Motivasi, sebagian petani kurang memiliki motivasi untuk mengubah perilaku karena perubahan yang diharapkan seringkali berbenturan dengan motivasi yang lain. Sumberdaya, beberapa organisasi penyuluhan bertanggung jawab untuk meniadakan hambatan yang disebabkan oleh kekurangan sumberdaya. Sumberdaya itu misalnya, sarana produksi, informasi, dsb. Wawasan dan Sumberdaya, sebagian besar petani juga tidak memiliki wawasan untuk memperoleh sumberdaya yang diperlukan. Masalah ini hampir sama dengan hambatan pengetahuan, dan peranan penyuluh sangat tepat pada situasi demikian. Kekuasaan, penyuluhan tidaklah mungkin dapat membawa perubahan dalam hal kekuasaan petani, kecuali, hambatan wawasan terhadap kekuasaan. Petani tidak memiliki wawasan terhadap hubungan-hubungan kekuasaan dalam masyarakatnya maupun tentang sumberdaya kekuasaan yang tersedia bagi mereka serta cara menggunakannya untuk menciptakan perubahan. Dengan pengertian dan konteks kegiatan penyuluhan yang demikian, maka dapat diartikan bahwa penyuluhan sebenarnya merupakan kegiatan pendidikan. Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan orang dewasa dimana pendekatan yang diterapkan oleh penyuluhan bukan mengajar, tetapi belajar yang bertujuan untuk menciptakan perubahan sosial. Di sini, peran media sebagai alat bantu belajar menjadi penting artinya.
KOMUNIKASI DAN DIFUSI INOVASI 1. Pengertian Komunikasi Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa peran penyuluhan adalah memecahkan sebagian masalah yang dihadapi oleh petani, yaitu pengetahuan, motivasi dan wawasan maka komunikasi menjadi penting peranannya dalam penyuluhan. Menurut YS. Gunadi (dalam himpunan istilah komunikasi), komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, bunyibunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti oleh orang lain. Unsur komunikasi ada lima: komunikor/sumber, pesan, media/saluran, kumunikan/penerima pesan dan efek. Dalam kegiatan komunikasi akan terjadi proses interaksi antar manusia yang terlibat didalamnya. Saluran /Media Saluran /Media
Dalam proses komunikasi penyuluhan, model komunikasi yang diterapkan adalah model lingkaran Osgood & Scramm, model ini bercirikan : Lebih banyak mengandalkan komunikasi hubungan antar-pribadi
22
Komunikator
Komunikator
Interpretasi
Interpretasi
Komunikan
Komunikan
Saluran /Media Saluran /Media
dengan banyak umpan balik, dimana antara komunikator dan komunikan memiliki kedudukan yang sama (disebut dialog), Proses komunikasi itu walaupun nampak tanpa akhir, tetapi proses komunikasi dapat diakhiri sesuai dengan tujuan bersama antara komunikator dan komunikan, Pada tahap awal, komunikator yang berperan untuk mengatur dan menyalurkan arus informasi. Tahap selanjutnya komunikan akan berperan sebagai komunikator. 2. Pengertian Difusi Inovasi Inovasi adalah barang atau jasa atau gagasan ataupun cara mengerjakan sesuatu yang dirasakan baru oleh calon pengadopsi. Sedangkan difusi adalah proses dimana suatu inovasi tersebar kepada anggota suatu sistem sosial. Menurut Rogers, difusi adalah suatu tipe khusus komunikasi. Pengajian difusi adalah telaah tentang pesan-pesan yang berupa gagasan-gagasan baru. Unsur-unsur difusi inovasi adalah : (1) inovasi yang (2) dikomunikasikan melalui saluran tertentu (3) dalam jangka waktu tertentu kepada (4) anggota sistem sosial. Unsur waktu merupakan unsur yang membedakan difusi dengan tife komunikasi lainnya. Pada hakekatnya keempat unsur itu sama dengan unsur-unsur komunikasi secara umum. Proses difusi pun memiliki , unsur-unsur yang sama, yaitu (1) sumber (sumber informasi), (2) pesan-pesan yang berupa inovasi, (3) saluran, yaitu alat/media dengan mana inovasi tersebar, (4) penerima, yaitu angota sistem sosial, dan (5) efek/akibat yang berupa perubahan baik pengetahuan, sikap maupun tingkah laku yang nampak (menerima atau menolak) terhadap inovasi. Proses adopsi adalah proses mental dimana seseorang mengalami, sejak pertama kali mendengar adanya inovasi sampai dengan menerimanya. Dengan menyederhanakan gambaran proses komunikasi menjadi model linear terlihat ada kesesuaian antara unsur-unsur difusi dan komunikasi. Unsur-unsur dalam model komunikasi SM-C-R-E Unsur-unsur dalam difusi inovasi
Sumber
Pesan
Saluran
Penerima
Efek
S
M
C
R
E
Penemu Ilmuan
Inovasi
Saluran Komunikasi
Anggota sistem sosial
Konsekuensi: Pengetahuan, sikap, dan perubahan perilaku
Agen pembaharuan Pemuka pendapat
Media Massa Media interpersonal
Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat oleh pengadopsi sebelum diperkenalkan inovasi, calon pengadopsi itu sendiri, strata sosial, serta sumber dan saluran komunikasi yang dapat memberikan rangsangan selama proses keputusan inovasi berlangsung. Dari teori tentang difusi inovasi tersebut, nampak bahwa peran media sebagai salah satu bentuk saluran komunikasi yang dapat merangsang sesorang/khalayak untuk saling berkomunikasi dengan efektif maupun untuk keputusan inovasi penting artinya.
23
3. Peran dan Fungsi Media Komunikasi Dalam mengembangkan komunikasi, publikasi / media dapat dimanfaatkan dalam berbagai bentuk, tujuan dan fungsinya. Namun menggunakan media / publikasi untuk satu tujuan tidak berarti meniadakan tujuan yang lain. Berikut ini beberapa kegunaan media / publikasi dalam program : Penyadaran, media yang memperkenalkan isu yang dianggap relatif baru dan menggambarkan keadaan tertentu. Seorang pemandu dapat menggunakan media tersebut sebagai bahan diskusi dan perenungan bersama masyarakat setempat. Pengenalan dan Pengkajian Masalah, media yang menampilkan satu atau beberapa persoalan dari berbagai sudut pandang untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan saat mendiskusikan bersama masyarakat. Cara ini dapat membantu terutama bila tidak mengingat semua hal yang menyangkut permasalahan tersebut. Masyarakatlah yang memegang peranan dalam mendiskusikan masalah, mengajukan alternatif dan mengemukan kesimpulan atau pemecahannya. Motivasi, media yang menggambarkan suatu keadaan di suatu tempat (bisa dalam keadaan baik atau buruk) yang mirip dengan keadaan masyarakat peserta program. Dengan media ini, pemandu bisa menceritakan dan merangsang peserta untuk memberikan pendapat dan meningkatkan semangatnya untuk mengambil tindakan berdasarkan situasi yang sedang dihadapi. Dokumentasi, media yang dibuat untuk mengabadikan proses suatu kejadian, kegiatan, proyek atau program. Dokumentasi tersebut dapat menjadikan pembanding dimasa yang akan datang atau pembanding bagi kegiatan lain. Hasil dokumentasi juga dapat digunakan sebagai bahan keperluan lainnya (pelaporan, evluasi, pengembangan media, dll) Pengajaran dan Instruksi, jenis media ini adalah bentuk penampilan media yang paling umum dijumpai. Biasanya media yang seperti ini memberi petunjuk teknis tentang suatu kegiatan, misalnya cara membuat bak penampungan air hujan, cara membuat parit kontur, cara membuat oralit di rumah, dsb. Tukar informasi dan Pengalaman, media yang digunakan supaya pengalaman dari orang / kelompok, lembaga / program atau masyarakat dapat memberi tahu orang atau kelompok lain. Pengalaman ini bisa mencakup kegiatan, informasi teknologi, atau metodologi / pendekatan yang mungkin berguna untuk orang atau masyarakat lain. Advokasi, media yang digunakan untuk menarik perhatian atau minat masyarakat luas untuk isu-isu tertentu. Media advokasi juga biasanya ditujukan pada suatu lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan untuk menentukan kebijakan (DPR, lembaga-lembaga negara, organisasi massa, LSM, dsb) Komunikasi masyarakat, media yang dibuat bersama dengan masyarakat peserta program tentang masalah dan potensi mereka sendiri untuk nantnya disampaikan kepada kelompok masyarakat di tempat lain atau kepada lembaga-lembaga terkait. Media seperti ini memberikan kesempatan kepada masyarakat setempat untuk menyuarakan buah pikirannya, perasaan, pendapat dan pengungkapkannya dalam cara yang dirasakan nyaman dan akrab. Promosi, media yang digunakan untuk memperkenalkan, menumbuhkan minat dan menyebarluaskan suatu gagasan atau informasi (misalnya tentang keberadaan suatu lembaga dan program-program yang dilayaninya, suatu proyek pembangunan, dan sebagainya), salah satu bentuknya adalah jumpa pers untuk dimuat d media massa dan iklan-iklan di TV / radio. Tumpang Tindih, penggolongan media-media tersebut untuk menyederhanakan cara kita dalam mengenalinya, karena bahasa yang menjadi alat penyampaian pesan itu sangat kaya makna dan bersifat lentur. Jadi, kita tidak perlu menghindarkan diri
24
dari pengabungan beberapa tujuan atau fungsi komunikasi dalam suatu media. Sebaliknya justru dengan penggabungan kita akan dapat membina komunikasi yang lebih menarik dan berdayaguna.
Proses Pengembangan Media Media dikembangkan melalui proses yang sistematis di mana langkah-langkah yang dilakukan di dalamnya merupakan akibat logis dari langkah sebelumnya. Secara umum, proses pengembangan media dilakukan melalui 10 tahapan/ langkah, yaitu : 1. Analisa Program/ Masalah Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan program (khususnya masalah-masalah komunikasi) yang akan dipecahkan melalui pengembangan media. Masalah komunikasi bisa terjadi karena adanya kesenjangan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap isu tertentu, atau juga masalah efektivitas pendekatan/proses komunikasi dengan masyarakat dampingan. 2. Analisa Situasi Dalam tahap ini, dilakukan untuk mengkaji situasi pada suatu wilayah dimana lembaga kita akan/ sedang menjalankan suatu program. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan bahwa media yang akan dikembangkan memang sesuai dengan situasi wilayah program. Informasi yang dicari adalah sumberdaya media baik ditingkat lembaga maupun masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk program media. Salah satunya adalah pola komunikasi yang ada dan aktor-aktor pemengaruh. 3. Analisa khalayak Tahap ini dilakukan untuk mengkaji mengenai khalayak sehubungan dengan yang akan dkembangkan isu program. Informasi yang perlu diketahui adalah khayalak strategis dan tingkat pengetahuan, sikap, perilaku dan kepercayaan setiap kelompok strategis. 4. Tujuan Komunikasi Dengan mengetahui tujuan program, strategi pendekatan, dan masalah-masalah komunikasi yang ada baik di lembaga maupun dimasyarakat, maka dapat diruuskan tujuan komunikasi serta indikator perubahan yang diharapkan. Penentuan tujuan komunikasi ini mencakup perkiraan tingkat perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku (serta kepercayaan) dari khalayak startegis yang telah ditentukan. 5. Pengembangan Strategi Komunikasi. Kegiatan ini adalah usaha-usaha yang mencakup pemiihan media-media dan kombinasi media, pengembangan pesan-pesan dan pemilihan pendekatan yang tepat untuk menumbuhkan partisipasi khalayak dalam upaya pencapaian tujuan. Pemilihan bentuk dan jenis media dilakukan dengan mempertimbangkan saluran/alat bantu apa yang paling mungkin untuk menjangkau khalayak strategis dan bentuk penyampaian yang cocok dengan saluran/alat bantu dan cocok juga dengan keadaan penerimaannya. Dalam tahap ini juga dipertimbangkan sumberdaya yang tersedia di lembaga. 6. Perencanaan Kegiatan Pengembangan Media. Kegiatan ini dilakukan untuk memantau pelaksanaan kegiatan-kegiatan dalam pengembangan media. Yang biasa direncanakan dalam program pengembangan media meliputi, produksi media, ujicoba media, pelatihan penggunaan media, dan monitoring serta evaluasi.
25
7. Produksi dan Ujicoba Media. Kegiatan produksi media meliputi : pengembangan pesan/ naskah, perancangan media, ujicoba media dan perbanyakan media. Produksi media ini perlu memperhatikan mana media yang diproduksi terlebih dahulu dan mana yang diproduksi selanjutnya, dan kapan harus diselesaikan. 8. Penggunaan Media Aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media adalah pemahaman terhadap latar belakang gagasan dikembangkannya media, tata ruang dan peralatan yang dibutuhkan serta cara menggunakannya. Dengan memahami hal tersebut, diharapkan media akan digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Tetapi, karena tidak semua orang terlibat dalam proses pengembangan media, maka perlu mengembangkan panduan penggunaan media. Bila perlu, bisa menyelenggarakan pelatihan penggunaan media bagi para calon pengguna media. 9. Monitoring dan Sistem Pengelolaan Informasi. Pemantauan adalah upaya untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program sesuai atau menyimpang dari rencana semula. Monitoring terhadap hal-hal yang behubungan dengan media itu sendiri adalah bagian dari pemantauan program secara keseluruhan. Sementara sistem pengelolaan informasi pengelolaan informasi itu sendiri adalah mekanisme yang mengatur perangkat pengumpulan, pengolahan, penyusunan dan pelaporan informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Informasi-informasi mengenai perkembangan atau penyimpangan pelaksanaan program perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berwenang, agar dapat dilakukan pengambilan keputusan mengenai perubahan atau penyesuaian yang diperlukan. 10. Evaluasi dan Analisa Masalah Kegiatan evaluasi adalah proses pengukuran secara sistematis untuk menilai hasil dari seluruh program. Biasanya tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan : apakah tujuan-tujuan tercapai?, berapa besar pengaruh program?, apa hasil / akibat yang tidak diharapkan program, bagian mana program yang paling atau kurang berhasil?. Meskipun tahap-tahap yang diuraikan ini berurutan, pengembangan media tidak selalu mengikuti proses linier, seringkali bersifat iteratif. Kadang-kadang proses pengembangan media bisa lebih sedehana, bahkan ketika informasi yang dibutuhkan sudah tersedia bisa langsung ke tahap berikutnya.
PROSES PEMBELAJARAN Proses pembelajaran lebih diartikan sebagai “kebiasaan/habit” belajar yang terjadi di komunitas untuk membahas isu atau persoalan yang dianggap menjadi masalah bersama. Baik yang terjadi ditingkat masyarakat maupun tingkat lembaga serta antar komunitas. Belajar sendiri diartikan sebagai proses pengembangan diri berdasarkan pengalaman. Pembelajaran yang terjadi ditingkat komunitas adalah pembelajaran yang terjadi secara alami, meskipun tidak ada fasilitator dari luar (lembaga pendamping). Demikian pula ditingkat lembaga, pembelajaran akan terjadi tanpa harus melibatkan fasilitator dari luar. Dalam konteks pengkajian program media, yang dikaji adalah apakah media mampu mendorong proses pembelajaran tersebut. Beberapa hal yang mengindikasikan bahwa terjadi proses pembelajaran adalah adanya pola tukar informasi, permintaan terhadap media dan akses informasi.
26
”Pola tukar informasi” adalah sistem yang dibangun dalam suatu jaringan baik antar komunitas, antar lembaga, intra-komunitas yang menyebarkan informasi beik teknologi pertanian maupun informasi tentang isu-isu lain. ”Permintaan terhadap Media” adalah cetak-ulang, penerjemahan, adaptasi media yang dilakukan oleh mitra lain. Karena dengan adanya permintaan tersebut, diasumsikan telah terjadu pembelajaran antar komunitas. ”Akses Informasi” dibedakan menjadi dua tingkat, yaitu tingkat lembaga dan tingkat masyarakat. Di mana pada tingkat masyarakat lebih berorientasi pada informasi terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi mereka dalam keseharian, termasuk teknologi pengolahan kebun, sementara untuk lembaga, antara lain : gagasan, pendekatan program dan sebagainya. Dengan adanya informasi baru yang diterima oleh komunitas diasumsikan telah terjadi peningkatan akses informasi.
27
Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya