DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya
MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan
Pengembangan KSM
PNPM Mandiri Perkotaan
C07
Modul 1
Kaji Ulang Pemetaan Swadaya
1
Kegiatan 1:
Identifikasi Kelompok Warga Miskin
2
Kegiatan 2:
Analisis Kelembagaan Kelompok Masyarakat
4
Modul 2
Kegiatan 1 :
Modul 3 Kegiatan 1 : Kegiatan 2:
Modul 5 Kegiatan 1 :
Modul 5 Kegiatan 1 :
Modul 6 Kegiatan 1 : Kegiatan 2
KSM Sebagai Media Pembelajaran
5
Menonton dan Membahas VCD ”Mewujudkan Impian”
6
Sosialisasi dan Musyawarah Pengembangan KSM
22
Sosialisasi Pengembangan KSM
23
Musyawarah Pengembangan KSM
24
Mempersiapkan Sosialisasi KSM Musyawarah Pengembangan KSM Mempersiapkan Sosialisasi Pengembangan KSM
Praktek Sosialisasi Pengembangan KSM
KSM
dan
dan
dan
Fasilitasi
25
Fasilitasi
Musyawarah
26
Musyawarah
28
Fasilitasi
Praktek Sosialisasi dan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM
29
Evaluasi Hasil Praktek dan Sosialisasi Hasil Musyawarah Pengembangan KSM
31
Pembahasan Hasil Praktek Musyawarah Pengembangan KSM
32
Pembahasan Sosialisasi Hasil Pengembangan KSM
32
Pembentukan/pengembangan KSM pada dasarnya menjadi bagian dari proses belajar masyarakat dalam pengorganisasian kelompok, yaitu menggambarkan serangkaian kegiatan untuk membangun kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, sehingga tumbuh ikatan kebersamaan yang cukup kuat, sebagai sarana menumbuhkan solidaritas dan kepedulian di antara masyarakat, serta media belajar bersama dalam memecahkan persoalanpersoalan mereka secara mandiri. Pendekatan kelompok digunakan dengan tujuan terjadinya proses saling belajar, membangun kebersamaan, saling peduli dan saling memahami diantara anggota. Proses saling asah dan asuh, saling belajar bukan hanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan akan tetapi juga agar bisa berbagi nilai-nilai positif seperti keterbukaan, keadilan sosial, kesetaraan, kejujuran dan nilai-nilai positif lainnya. Penumbuhan nilai-nilai dalam kelompok menjadi dasar untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan kebersamaan sehingga bisa terbangun modal sosial sebagai dasar bermitra dengan berbagai pihak. Dengan demikian KSM mempunyai fungsi sebagai media belajar untuk terjadinya perubahan sosial dalam membangun paradigma-paradigma baru dalam penanggulangan kemiskinan, mengembangkan dan mempraktekan nilai-nilai positif yang menjadi dasar penumbuhan sosial. Di masyarakat pada umumnya telah ada banyak Kelompok Masyarakat baik yang dibangun oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak-pihak tertentu yang punya kepedulian. Ketika PNPM Mandiri Perkotaan juga menggunakan pendekatan kelompok maka PNPM Mandiri Perkotaan akan banyak membentuk KSM meski tidak menutup kemungkinan memaksimalkan kelompok-kelompok yang sudah ada, sebab ada kemungkinan kelompok PNPM Mandiri Perkotaan agak berbeda dengan kelompok lain yang sudah ada karena KSM di PNPM Mandiri Perkotaan adalah KSM yang terdiri dari warga miskin dan manfaatnya langsung dirasakan oleh warga miskin. Munculnya KSM yang dibentuk PNPM Mandiri Perkotaan akan muncul di antara kelompok-kelompok yang sudah eksis. Hal itu akan menambah dinamika di masyarakat karena antar kelompok akan bisa saling berinteraksi dan saling belajar. Bahkan sangat memungkinkan kelompok yang telah lama eksis dan mempunyai banyak pengalaman bisa memberikan banyak masukan, bimbingan dan dorongan kepada kelompok baru. Sebaliknya, kelompok yang sudah eksis juga bisa belajar dari kelompok PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan demikian masing-masing kelompok bisa menggalang persatuan dan kekuatan untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
i
Modul 1 Topik: Kaji Ulang Pemetaan Swadaya
1. Peserta mendiskusikan kembali hasil pemetaan swadaya 2. Peserta mampu memetakan kelompok masyarakat yang berpotensi menjadi KSM
Kegiatan 1: Identifikasi kelompok warga miskin Kegiatan 2: Analisa kelembagaan masyarakat yang ada
2 Jpl ( 90 ’)
Hasil PS 2 _ Peta sebaran warga miskin dan matriks rangking keluarga miskin
Hasil PS 6 - kajian kelembagaan
• Kertas Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
1
Identifikasi Kelompok Warga Miskin 1) Berilah penjelasan kepada peserta bahwa kita akan memulai proses belajar dengan mengkaji ulang hasil pemetaan swadaya (PS) yang telah dilakukan. Pada akhir kegiatan ini kita diharapkan akan memiliki daftar calon kelompok-kelompok masyarakat yang akan di dorong menjadi KSM. 2) Ajak peserta secara berkelompok berdasarkan kedekatan wilayahnya untuk melihat kembali hasil PS-2: peta sebaran warga miskin dan matriks rangking KK dan jiwa miskin, termasuk karakteristik persoalan kemiskinan yang dialami. Peserta harus memahami betul permasalahan-permasalahan yang dihadapi keluarga miskin, laki-laki dan perempuan. Matriks rangking akan menunjukan siapa yang harus didahulukan untuk mendapatkan pertolongan. Dan perlu diingat bahwa pertolongan tidak selalu berarti bantuan uang. Peserta juga harus memahami apakah ada tipe-tipe permasalahan khusus dari masingmasing komunitas (misalnya, tukang becak, tukang gendong, nelayan, buruh tani, dan lain sebagainya.
3) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai merancang-rancang, mendorong warga miskin untuk berkelompok. Hal yang terpenting dalam mengelompokan warga ini adalah adanya ikatan pemersatu untuk berkelompok. Misalnya Bu Ani, Bu Tuti, Bu Iroh dan Bu Dewi berkelompok dalam satu KSM karena mereka memiliki persoalan kemiskinan yang sama yaitu memiliki balita dengan kondisi kesehatan yang kurang baik. Penting ! Pengelompokan ini hanyalah reka-reka kita yang kemungkinan besar dalam prakteknya seorang warga dapat menolak bergabung dalam satu kelompok dengan warga lain. Kenyamanan orang berkelompok dengan warga lainnya juga harus menjadi pertimbangan.
4) Untuk lebih memudahkan susunlah hasil pengelompokan dalam matrkis berikut ini.
2
No Kelompok
Ikatan Pemersatu
Nama Anggota Kelompok
5) Berilah kesempatan kepada setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil identifikasi potensi KSM diwilayahnya. Dorong terjadi diskusi kelas sekaligus mengklarifikasinya sehingga data tersebut dapat dijadikan sebagai potensi pembangunan KSM.
KSM merupakan kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama. Ikatan pemersatu KSM dapat bersumber dari adanya persoalan yang sama di antara warga miskin. Berikut ini beberapa contoh ikatan pemersatu. Persoalan lingkungan: selokan di depan rumah warga miskin tersumbat sehingga air selokan tidak mengalir dan ketika musim hujan air selokan meluap ke halaman rumah. Warga-warga miskin (dan juga warga kaya) di daerah dimana selokan tersumbat dapat menjadi anggota satu KSM . Persoalan pendidikan: beberapa warga miskin memiliki anak usia sekolah dasar yang putus sekolah karena keterbatasan biaya dan harus bekerja untuk membantu pendapatan orang tua. Warga-warga miskin tersebut dapat membentuk satu KSM. Persoalan kesehatan: beberapa warga miskin memiliki anak balita yang kekurangan gizi. Warga-warga miskin tersebut dapat membentuk satu KSM. Ikatan pemersatu KSM juga dapat bersumber dari adanya potensi pengembangan kehidupan warga miskin. Potensi pasar/penjualan produk bersama: beberapa warga miskin yang memproduksi tikar pandan dapat membentuk satu KSM dengan tujuan membangun pasar/penjualan bersama. Potensi kepedulian: beberapa kader posyandu dapat membentuk satu KSM berangkat dari kepedulian mereka terhadap kondisi gizi balita warga miskin. KSM ini menyusun kegiatan rutin pemberian makanan tambahan untuk balita warga miskin. Dalam pengembangan KSM seperti ini, harus dinyatakan secara jelas siapa saja warga miskin yang menjadi penerima manfaat program. Potensi peningkatan pengetahuan warga miskin: sekelompok ibu-ibu pengajian (di dalamnya ada warga miskin dan warga kaya) dapat menjadi KSM dengan kegiatan rutin mengkaji pengetahuan hidup bersih dan sehat di permukiman warga miskin (anggota kelompok pengajian). Ikatan pemersatu pada dasarnya merupakan alasan (keberadaan) warga miskin untuk membentuk kelompok (KSM). Satu saja ikatan pemersatu dapat menjadi titik masuk pembelajaran kelompok untuk dapat memecahkan persoalan lainnya. Karena sebagaimana terlihat dalam hasil PS, warga miskin memiliki banyak persoalan. Jadi di awal pembentukan KSM, temukan saja dulu satu persoalan atau potensi bersama beberapa warga miskin yang dapat menjadi ikatan pemersatu awal. Meskipun kalau ada dua atau tiga ikatan yang sama juga baik.
3
6) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya, dan apabila peserta sudah paham, maka lanjutkan kegiatan ke tahap berikutnya.
Analisis Kelembagaan Kelompok Masyarakat 1) Berilah penjelasan bahwa kita akan melanjutkan kegiatan untuk melihat kembali hasil PS 6: kajian kelembagaan. 2) Jelaskan kepada peserta bahwa melalui hasil PS 6 ini (kajian kelembagaan) kita akan mulai mengidentifikasi kelompok-kelompok masyarakat apa saja yang mempunyai peluang menjalin kerjasama untuk menanggulangi kemiskinan. 3) Lakukan curah pendapat untuk mendapatkan daftar nama kelompok-kelompok masyarakat baik tradisional maupun bentukan proyek/program lain yang terdapat di kelurahan/desa kita yang mempunyai potensi kerjasama untuk menanggulangi kemiskinan. 4) Setelah seluruh kelompok teridentifikasi, bagai peserta menjadi beberapa kelompok kecil untuk secara detail melihat kondisi kelompok masyarakat tersebut. Gunakan matriks berikut ini sebagai alat bantu diskusi.
No
Nama Kelompok
Nama Pengurus kelompok
Asal-usul Pembentukan Kelompok
Kondisi Kelompok Saat ini
Peluang Kerjasama untuk nangkis
5)
Persilahkan masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil identifikasi potensi KSM. Dorong diskusi dan lakukan klarifikasi sehingga peserta mendapatkan peta kelompok warga mana yang bisa diajak bekerjasama menanggulangi kemiskinan di wilayah kita.
6)
Akhiri proses belajar dengan menyampaikan kesimpulan hasil diskusi. Dan ucapan terima kasih.
4
Modul 2 Topik: KSM Sebagai Media Pembelajaran
Peserta memahami dan menyadari: 1. KSM sebagai salah satu komponen dari keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan 2. KSM sebagai pendekatan pembelajaran masyarakat dalam menyelesaikan masalah – masalah secara mandiri 3. Tahapan pendampingan pengembangan KSM
Menonton dan membahas VCD “Mewujudkan Impian”
2 Jpl ( 90 ’)
Bahan Bacaan: 1. Pedoman Teknis Pelakasanaan KSM 2. Panduan Fasilitasi Pengembangan KSM 3. VCD ”Mewujudkan Impian”
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • CD Player • TV • Metaplan • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
5
Menonton dan Membahas VCD ”Mewujudkan Impian” 1) Sampaikan kepada peserta bahwa saat ini kita akan mulai menerapkan pendekatan kelompok dalam strategi pemberdayaan masyarakat program penanggulangan kemiskinan yang disebut sebagai kelompok swadaya masyarakat (KSM). 2) Beri pengantar bahwa untuk mendapatkan pemahaman yang lebih utuh tentang KSM, kita akan bersama-sama menonton VCD tentang KSM. Sambil menonton film setiap peserta ditugaskan untuk mencatat dan mendiskusikan secara berpasangan (bersama teman sebelahnya) pertanyaan-pertanyaan berikut ini. • • •
Apa tujuan pembentukan KSM? Apa prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang dianut KSM? Apa peran dan fungsi KSM?
3) Hentikan sementara (pause) film yang sedang diputar pada setiap bagian yang menjelaskan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dorong diskusi diantara peserta.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri Perkotaan adalah mendorong terbangunnya Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai komponen dari keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan baik meningkatkan keberdayaan kelompok yang sudah ada atau membangun kelompok baru. Peningkatan pendapatan masyarakat dapat menjadi “entry point” pengembangan KSM. Namun KSM bukanlah semata-mata kelompok peminjam (sekedar berorientasi ekonomi) dengan memanfaatkan dana BLM. Lebih dari itu KSM merupakan kelompok pemberdayaan. Bisa dikatakan KSM menjadi wadah bagi tumbuhnya rasa percaya diri, semangat kemandirian, saling kepercayaan sosial, rasa kebersamaan dan lain-lain.
KSM merupakan kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama.
Tujuan pembentukan KSM Tumbuh dan berkembangnya modal sosial di masyarakat. Masyarakat yang makin dinamis dalam mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan. Terjadinya proses pembelajaran, tumbuh rasa saling asih, asah dan asuh antar sesama anggota Anggota melakukan konsolidasi untuk menggalang kekuatan bersama Berfungsinya pelembagaan tanggung renteng, gerakan keswadayaan modal, kepercayaan bersama.
6
Prinsip/nilai yang dianut KSM Kesetaraan Saling mempercayai dan saling mendukung / memperhatikan Bebas dalam membuat keputusan Bebas dalam menetapkan kebutuhan Mempunyai kewenangan / kebijakan sendiri Berpartisipasi nyata
Peran dan fungsi KSM Sarana mendorong proses perubahan sosial Wadah pembahasan dan penyelesaian masalah Wadah untuk menyalurkan aspirasi Wadah menggalang tumbuhnya saling percaya
Dalam program penanggulangan kemiskinan, posisi KSM adalah independen. Artinya, KSM bukan bawahan BKM/LKM atau Unit Pengelola (UP). Hubungan KSM dengan BKM/LKM dan UP merupakan hubungan kemitraan. Karena itu, pengembangan KSM tidak boleh berorientasi semata-mata sebagai kelompok peminjam (uang) dari BKM/LKM. KSM haruslah mengembangkan kegiatan mandiri atau mengembangkan akses sumber daya sendiri. Semua ini dilakukan agar KSM dapat menjadi kelompok pemberdayaan baik bagi anggota KSM maupun masyarakat umum. Pemberdayaan ini dilakukan melalui proses berbagi pengalaman, bertukar informasi, dan mendiskusikan berbagai persoalan kemasyarakatan. Dalam program penanggulangan kemiskinan, KSM harus mampu berperan memonitoring dan mengevaluasi (monev) kinerja BKM/LKM dan UP-BKM/LKM. KSM berhak melakukan monev terhadap BKM/LKM karena sesungguhnya ”alas keberadaan” (mandat) BKM/LKM bersumber dari warga miskin (KSM).
4) Untuk memperkuat pemahaman peserta, ajak peserta untuk membaca Pedoman Teknis Pengembangan KSM. 5) Berilah penjelasan mengenai tahapan pengembangan KSM
7
6) Berilah kesempatan kepada peserta untuk bertanya. 7) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.
8
KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat akan menghadapi berbagai persoalan dimana persoalan tersebut bisa diselesaikan secara individu namun juga perlu diselesaikan secara bersama-sama. Ketika persoalan diselesaikan dengan banyak orang akan memunculkan banyak gagasan sehingga akan banyak alternatif pemecahan. Sebab pada dasarnya warga masyarakat mempunyai niat baik untuk membantu sesama, sehingga masalah yang dihadapi oleh orang-perorang akan dirasakan sebagai persoalan bersama jika dalam kelompok. Selain itu setiap orang mempunyai motivasi, pengalaman, serta potensi-potensi yang lain yang pada umumnya belum dimanfaatkan secara maksimal. Jika dihimpun dalam kelompok maka potensi tersebut akan menjadi kekuatan besar yang bisa digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Ibarat seikat sapu lidi maka jika satu lidi potensi dan manfaatnya sangat kecil serta gampang dipatahkan. Namun ketika diikat menjadi sapu lidi maka menjadi lebih kuat serta lebih bermanfaat. Oleh karena itu ketika dalam bermasyarakat orang-perorang perlu menghimpun diri dalam kelompok ketika menghadapi masalah ataupun dalam mengembangkan potensi. Kelompok-kelompok yang tumbuh di masyarakat dikarenakan kebutuhan tersebut, sering disebut dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yaitu kumpulan orang yang menghimpun diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu yaitu adanya Visi, kepentingan dan kebutuhan yang sama sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai bersama. Dalam penanggulangan kemiskinan, visi yang menjadi ikatan pemersatu. Kelompok swadaya masyarakat (KSM) berorientasi pada penanggulangan kemiskinan sehingga harus dipastikan warga miskin terdaftar dan terlibat dalam kegiatan kelompok dan merupakan penerima manfaat primer sebagai kelompok sasaran dari program-program yang sudah dikembangkan dalam PJM Pronangkis. Manfaat yang dirasakan dapat berupa peningkatan pengetahuan dan kemampuan serta peningkatan kualitas hidup seperti kualitas pendidikan, kesehatan, peningkatan ekonomi, permukinan dan lainnya. Posisi KSM adalah independent, artinya KSM bukan bawahan BKM/LKM atau unit pengelola (UO). Hubungan KSM dan BKM/LKM dan UP merupakan hubungan kemitraan, karena itu pengembangan KSM tidak boleh berorientasi semata-mata mengakses dana yang ada di BKM/LKM, KSM harus mengembangkan kegiatan mandiri atau mengembangkan akses sumber daya sendiri. Semua ini dilakukan agar KSM dapat menjadi kelompok pemberdaya baik bagi anggota KSM maupun masyarakat umum. Pemberdayaan ini dilakukan melalui proses berbagi pengalaman, bertukar informasi dan mendiskusikan berbagai persoalan kemasyarakatan. Karena BKM/LKM menjalankan tugas dan fungsinya merupakan amanah (mandat) dari masyarakat untuk menjamin tercapainya kualitas kehidupan warga, khususnya warga miskin, maka KSM harus mampu berperan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja BKM/LKM, KSM juga mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam keseluruhan siklus yang harus berlanjut dan difasilitasi oleh BKM/LKM sehingga dapat dijamin anggota KSM ikut dalam proses-proses pengambilan keputusan dalam setiap tahapan siklus.
9
Keberadaan KSM Di masyarakat pada umumnya telah ada banyak Kelompok Masyarakat baik yang oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak-pihak tertentu yang punya kepedulian. Ketika PNPM Mandiri Perkotaan juga menggunakan pendekatan kelompok maka PNPM Mandiri Perkotaan akan banyak membentuk KSM meski tidak menutup kemungkinan memaksimalkan kelompokkelompok yang sudah ada, sebab ada kemungkinan kelompok PNPM Mandiri Perkotaan agak berbeda dengan kelompok lain yang sudah ada karena KSM di PNPM Mandiri Perkotaan adalah KSM yang terdiri dari warga miskin dan manfaatnya langsung dirasakan oleh warga miskin. Munculnya KSM yang dibentuk PNPM Mandiri Perkotaan akan muncul di antara kelompokkelompok yang sudah eksis. Hal itu akan menambah dinamika di masyarakat karena antar kelompok akan bisa saling berinteraksi dan saling belajar. Bahkan sangat memungkinkan kelompok yang telah lama eksis dan mempunyai banyak pengalaman bisa memberikan banyak masukan, bimbingan dan dorongan kepada kelompok baru. Sebaliknya, kelompok yang sudah eksis juga bisa belajar dari kelompok PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan demikian masing-masing kelompok bisa menggalang persatuan dan kekuatan untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
2. Prinsip-prinsip KSM Agar KSM dalam PNPM Mandiri Perkotaan benar-benar menjadi wadah bagi pemberdayaan anggota maka ada beberapa prinsip yang perlu sepakati, yang bisa dijadikan pedoman di internal KSM, antara lain : a. Saling mempercayai dan saling mendukung . Sikap tersebut bisa membuat anggota mengekspresikan gagasan, perasaan dan kekhawatirannya dengan nyaman. Setiap anggota KSM bebas mengungkapkan pemikiran dan pendapat serta mengajukan usul dan saran yang perlu dijadikan pembahasan dalam rapat kelompok tanpa adanya rasa segan atau adanya hambatan psikologis lainnya. b. Bebas dalam membuat keputusan. Kelompok bebas menentukan dan memutuskan menurut kesepakatan yang diambil oleh kelompok sendiri. Keputusan kelompok harus merupakan hasil dari permusyawaratan bersama dan tidak diperkenankan adanya dominasi dari perorangan atau beberapa orang yang bersifat pemaksaan kehendak atau intervensi dari pihak manapun dan dalam bentuk apapun. Kelompok juga berwenang untuk mengatur rumah tangga sendiri sesuai dengan keputusan bersama, c. Bebas dalam menetapkan kebutuhan. Dalam rangka peningkatan dan penguatan kapasitasnya KSM meningkatkan dan menguatkan tingkat kemampuan para anggotanya seperti : peningkatan kesejahteraan, peningkatan wawasan dan pengetahuan serta ketrampilan baik bersifat individu maupun kelompok. d. Berpartisipasi nyata. Setiap anggota wajib berkontribusi kepada kelompok sebagai wujud komitmen dalam rangka keswadayaan serta ikatan kelompok 3. Peran dan fungsi KSM Dalam berrkelompok masyarakat bisa mengambil banyak manfaat darinya, karena KSM bisa memenuhi kebutuhan materil maupun psikologis. Oleh karena itu, KSM bisa berperan dan berfungsi dalam banyak hal antara lain: a. Sebagai sarana proses perubahan sosial. Proses pembelajaran yang terjadi dalam KSM adalah menjadi pendorong terjadinya perubahan paradigma, pembiasaan praktek nilai-nilai baru, cara pandang dan cara kerja baru serta melembagakannya dalam praktek kehidupan sehari-hari.
10
b. Sebagai wadah pembahasan dan penyelesaian masalah. Setiap kegiatan yang dilaksanakan KSM haruslah mengambarkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, dan penyelesaiannya disepakati bersama c. Sebagai wadah aspirasi. Jika ada masalah, kepentingan, atau harapan yang berkembang di masyarakat maka untuk menerima, membahas dan menyalurkan, kepada pihak-pihak yang relevan dengan berpijak pada hak-hak warga d. Sebagai wadah menggalang tumbuhnya saling kepercayaan (menggalang social trust). Dalam kelompok anggota bisa saling terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dan membagi tanggung jawab, Saling kepercayaan sosial ini dibangun melalui cara penjaminan, dan rekomendasi kelompok, Ketika kelompok membangun hubungan dengan pihak lain kepercayaan tersebut sebagai modalnya. e. Sebagai sumber ekonomi. Jika masyarakat membutuhkan dana maka KSM bisa berfungsi sebagai sumber keuangan. Keuangan di KSM bisa saja bersumber dari pihak luar namun juga dari internal anggota sendiri. dengan cara iuran bersama. Iuran tersebut bisa menjadi modal usaha dan sekaligus menjadi salah satu bentuk ikatan pemersatu dan membangun kekuatan sendiri. 4. KSM Mandiri. Dalam perjalanannya, tidak sedikit KSM mengalami kegagalan dalam membangun kelompok, sehingga tidak mampu bertahan lama. Adapun faktor – faktor yang menjadikan KSM mandiri, diantaranya sebagai berikut : a. Pembentukan KSM didasari dengan sukarela. Artinya bahwa anggota yang bergabung dalam kelompok tidak didasari dengan niat hanya ingin mengajukan bantuan pinjaman modal, melainkan niat bergabung dalam KSM atas dasar kebutuhan untuk membangun kerjasama. b. KSM memiliki rencana kegiatan yang jelas berdasarkan visi yang telah disepakati bersama. c. KSM mempunyai jadwal pertemuan rutin dalam rangka membahas persoalan-persoalan yang terjadi diantara anggotanya serta membahas hal yang dianggap penting bagi anggota KSM, misalnya penguatan pengetahuan mengenai kesehatan, pendidikan, dll. d. Kelompok memiliki kesepakatan bersama tentang kepemilikan fasilitas yang diterima, kontribusi yang diberikan kepada kelompok, membangun tata aturan hak dan kewajiban dalam kelompok. e. Kemampuan kepemimpinan/kepengurusan kelompok, memfasilitasi aspirasi dan kebutuhan kelompok serta berjalannya mekanisme pemilihan pengurus. f. KSM bertanggungjawab terhadap pengelolaan kegiatan yang dilakukan baik dari sisi keuangan maupun pelaksanaan kegiatan. Wujud dari lembaga yang bertanggung jawab ini adalah adanya pengelolaan keuangan yang dibukukan dan transparan, melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan dan pengambilan keputusan, mengumumkan setiap kegiatan anggotanya dan warga masyarakat . g. Adanya dana swadaya, kelancaran simpanan dan pengakaran kelompok terkait dengan kepemilikan kelompok. h. KSM mampu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap keberadaan anggota dan kelompoknya. i. KSM mampu membangun jejaring dengan kelompok lain.
11
KELAYAKAN KSM (PEMINJAM) KSM (anggotanya) sebagai pemanfaat pinjaman harus memenuhi kriteria kelayakan. Hanya KSM dan anggota yang memenuhi kriteria kelayakan yang dapat dilayani oleh UPK. Dengan kata lain, KSM (anggotanya) yang tidak atau belum memenuhi kriteria kelayakan tidak dapat dilayani dan harus ada pendampingan terlebih dahulu sampai KSM tersebut memenuhi kriteria kelayakan. a.
Kriteria Kelayakan KSM 1) KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat miskin; 2) KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara sukarela, demokratis, partisipatif, akuntabel, transparan dan kesetaraan; 3) Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin dan/atau non miskin sesuai kriteria yang ditetapkan sendiri oleh BKM/LKM masyarakat. 4) Jumlah anggota KSM minimum 5 orang; 5) Pengurus KSM dipilih secara demokratis dan berfungsi secara aktif 6) Semua anggota menyetujui aturan-aturan KSM yang disepakati bersama. 7) Ada jadwal pertemuan rutin untuk menyusun rencana kegiatan serta memonitor pelaksanaannya 8) Mempunyai ikatan pemersatu yang kuat antar anggota. 9) Mempunyai kebutuhan
administrasi/pencatatan
keuangan
sederhana
yang
memadai
sesuai
10) Semua anggota KSM menyetujui sistim tanggung renteng dan dituangkan secara tertulis dalam Pernyataan Tanggung Renteng b.
Kriteria Kelayakan Anggota KSM 1) Termasuk dalam katagori keluarga miskin dan non miskin sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat 2) Memenuhi kriteria katagori kelompok sasaran program pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan 3) Dapat dipercaya dan dapat bekerjasama dengan anggota yang lain. 4) Sanggup menabung secara teratur sesuai kemampuannya, dimana tabungan akan disimpan di UPK 5) Hadir dan berpartisipasi dalam pertemuan anggota-anggota KSM guna mencermati rencana ekonomi rumah tangga, peluang usaha mikro dan kebutuhan akan pinjaman guna mengembangkan usahanya. 6) Memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja atau dapat pula memiliki usaha mikro dan bermaksud untuk meningkatkan usaha, pendapatan dan kesejahteraan keluarganya; 7) Memerlukan tambahan modal untuk pengembangan usaha/ekonomi rumah tangganya yang besarnya untuk tahap I tidak lebih dari Rp. 500.000,8) Belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada.
12
KSM/Panitia 1. Apa KSM/Panitia itu ? Kelompok Swadaya Masyarakat disingkat KSM adalah kumpulan orang/masyarakat yang menyatukan diri secara sukarela dalam kelompok dikarenakan adanya ikatan pemersatu, yaitu adanya kepentingan dan kebutuhan yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut memiliki kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan PANITIA adalah sebutan bagi KSM yang mengelola kegiatan Lingkungan (pembangunan sarana dan prasarana) dalam program PNPM Mandiri Perkotaan. Panitia merupakan suatu kelompok kemasyarakatan yang ada di desa setempat, bukan di desa lain. Kelompok ini tumbuh dan berkembang serta diakui keberadaannya dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat desa. PANITIA ini dapat merupakan kelompok swadaya yang sudah tumbuh sejak lama atau baru dibentuk karena adanya kesamaan kepentingan dan kebutuhan dalam kelompok tersebut. Jadi bukan organisasi yang dibentuk karena mengejar keuntungan (finansial) dari melaksanakan kegiatan proyek PNPM Mandiri Perkotaan.
2. Mengapa PANITIA perlu dilibatkan dalam PNPM Mandiri Perkotaan? 1. Memberikan kesempatan kepada masyarakat ikut berpartisipasi dalam pembangunan prasarana di wilayahnya. 2. Meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat baik dalam hal pengelolaan pembangunan yang bersifat teknis maupun dalam hal berorganisasi. 3. Menumbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap prasarana yang dibangun. 4. Memberikan peluang dan kesempatan berfungsinya gerakan keswadayaan modal masyarakat untuk turut serta di dalam proses pembangunan, seperti menyumbangkan tanah atau tanaman yang terkena proyek, sumbangan bahan/alat yang dibutuhkan, ikut bekerja langsung, dll. 5. Dalam rangka lebih mendaya gunakan dan melibatkan organisasi/lembaga kemasyarakatan yang ada terkait dengan pembangunan daerahnya (desa).
3. Apa peran PANITIA dalam Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ? Peran PANITIA selaku pengelola/pelaksana kegiatan pembangunan sarana & prasarana dalam PNPM Mandiri Perkotaan, antara lain adalah : 1. Mensosialisasikan program PNPM Mandiri Perkotaan; 2. Menyiapkan Struktur Organisasi & Pengurus Pemanfaatan & Pemeliharaan Prasarana yang dibangun (termasuk aturan mainnya); 3. Mendorong masyarakat untuk berswadaya dalam pelaksanaan dan pemeliharaan sarana & prasarana yang dibangun diwilayahnya; 4. Menyusun Perencanaan Teknis Pembangunan sarana & prasarana; 5. Menyediakan tenaga lapangan yang paham bangunan seperti mampu membaca gambar kerja atau tahu masalah teknis bangunan (tukang, mandor, dll); 6. Menyediakan tenaga kerja yang akan melaksanakan pekerjaan konstruksi. 7. Menyediakan Bahan/peralatan yang dapat digunakan. 8. Melaksanakan kegiatan pembangunan prasarana fisik yang telah dipercayakan kepadanya. 9. Membuat laporan-laporan pelaksanaan kegiatan.
13
4. Siapa yang membentuk PANITIA ? KSM/PANITIA dibentuk oleh masyarakat dan beranggotakan masyarakat itu sendiri. Organisasi ini biasanya dibentuk berdasarkan kepentingan tertentu atau sebagai wadah bagi suatu kelompok yang ada dalam masyarakat. Organisasi kemasyarakatan ini misalnya, Lembaga Adat, Karang Taruna, PKK, Kelompok Tani, Kelompok Nelayan, Kelompok Pedagang dan sejenisnya yang sungguh – sungguh mengemban dan mengupayakan perwujudan kepentingan masyarakat desa.
5. Apasaja Kriteria bagi PANITIA sehingga terpilih menjadi pelaksana kegiatan ? Kriteria kelayakan Panitia selaku pelaksana kegiatan pembangunan sarana & prasarana, dapat dilihat dari dua aspek yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Aspek Organisasi :
a) Memiliki struktur organisasi pengurus, dan aturan main organisasinya serta sekretariat kantor atau alamat domisili yang jelas; b) Struktur organisasi minimum mencangkup organisasi untuk pelaksanaan kegiatan, O&P, dan monitoring. Jumlah anggota minimum 5 orang yang dianggap mampu melaksanakan aturan main organisasi (struktur organisasi) c) Mendaftarkan diri pada BKM setempat; d) Mampu memberikan kontribusi swadaya masyarakat, seperti gotong-royong, hibah tanah/tanaman, bahan/alat, dll; e) Merupakan Pemanfaat & Pemelihara Sarana & Prasarana yang dibangun; f) Bertanggungjawab untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pembangunan prasarana yang menjadi tanggungjawabnya;
2. Aspek Manajemen dan Teknis Kegiatan :
a) Prasarana yang diusulkan tercantum didalam dokumen PJM-Pronangkis; b) Penerima Manfaat adalah warga miskin dikelompok/wilayahnya (minimal = 60% adalah warga miskin) ? c) Tidak bertentangan dengan Daftar Kegiatan Terlarang; d) Tidak berpotensi menimbulkan Dampak Negatif (merusak) terhadap Lingkungan sekitarnya, seperti pencemaran air, tanah atau udara; e) Jumlah Total dana BLM yang diajukan dalam proposal tidak boleh melampaui Rp. 30 Juta; f) Mempunyai Rencana Pelaksanaan, seperti RAB, Jadwal, Organisasi & Tim Pelaksana Pekerjaan dan cukup ketersediaan tenaga kerja yang akan terlibat; g) Mempunyai rencana Pemanfaatan dan Pemeliharaan termasuk RAB, Jadwal, Organisasi & Tim Pemanfaatan & Pemeliharaan dan cukup ketersediaan tenaga kerja yang akan terlibat. h) Mempunyai rencana Monitoring Pelaksanaan termasuk RAB, Jadwal, Organisasi & Tim Monitoring Pelaksanaan dan cukup ketersediaan tenaga kerja yang akan terlibat i) Mampu menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman, mampu membaca gambar/rencana kerja atau ketrampilan teknis; j) Desain/perencanaan, secara teknis harus aman dan dapat tahan lama (minimal 3-5 tahun); k) Dapat dilaksanakan oleh Panitia (secara langsung atau melalui kerjasama dengan pihak ketiga); l) Melakuan proses pengawasan terhadap proses pelaksanaan pekerjaan sejak tahap persiapan hingga akhir supaya sesuai dengan desain/perencanaan teknis yang telah diverivikasi. m) Waktu pelaksanaan kegiatan dapat diselesaikan sesuai ketentuan program PNPM Mandiri Perkotaan; n) Mempunyai potensi swadaya masyarakat baik untuk tahap pelaksanaan maupun tahap pemeliharaannya;
14
o) Prasarana yang akan dibangun tidak sedang dibangun oleh Pemerintah atau program lain; p) Khusus, Untuk sarana dan prasarana yang bersifat kompleks atau berteknologi tinggi, maka pelaksanaan kegiatannya harus mendapat persetujuan Tim KMW atau instansi teknis terkait (seperti PU) didaerah setempat;
15
KELAYAKAN KSM (PEMINJAM) KSM (anggotanya) sebagai pemanfaat pinjaman harus memenuhi kriteria kelayakan. Hanya KSM dan anggota yang memenuhi kriteria kelayakan yang dapat dilayani oleh UPK. Dengan kata lain, KSM (anggotanya) yang tidak atau belum memenuhi kriteria kelayakan tidak dapat dilayani dan harus ada pendampingan terlebih dahulu sampai KSM tersebut memenuhi kriteria kelayakan. c.
Kriteria Kelayakan KSM 1) KSM dibentuk hanya untuk tujuan penciptaan peluang usaha dan kesempatan kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat miskin; 2) KSM dibentuk atas dasar kesepakatan anggota-anggotanya secara sukarela, demokratis, partisipatif, akuntabel, transparan dan kesetaraan; 3) Anggota KSM termasuk kategori keluarga miskin dan/atau non miskin sesuai kriteria yang ditetapkan sendiri oleh BKM/LKM, masyarakat. 4) Jumlah anggota KSM minimum 5 orang; 5) Pengurus KSM dipilih secara demokratis dan berfungsi secara aktif 6) Semua anggota menyetujui aturan-aturan KSM yang disepakati bersama. 7) Ada jadwal pertemuan rutin untuk menyusun rencana kegiatan serta memonitor pelaksanaannya 8) Mempunyai ikatan pemersatu yang kuat antar anggota. 9) Mempunyai kebutuhan
administrasi/pencatatan
keuangan
sederhana
yang
memadai
sesuai
10) Semua anggota KSM menyetujui sistim tanggung renteng dan dituangkan secara tertulis dalam Pernyataan Tanggung Renteng d.
Kriteria Kelayakan Anggota KSM 1) Termasuk dalam katagori keluarga miskin dan non miskin sesuai dengan kriteria yang dikembangkan dan disepakati sendiri oleh masyarakat 2) Memenuhi kriteria katagori kelompok sasaran program pinjaman bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. 3) Dapat dipercaya dan dapat bekerjasama dengan anggota yang lain. 4) Sanggup menabung secara teratur sesuai kemampuannya, dimana tabungan akan disimpan di UPK 5) Hadir dan berpartisipasi dalam pertemuan anggota-anggota KSM guna mencermati rencana ekonomi rumah tangga, peluang usaha mikro dan kebutuhan akan pinjaman guna mengembangkan usahanya. 6) Memiliki motivasi untuk berusaha dan bekerja atau dapat pula memiliki usaha mikro dan bermaksud untuk meningkatkan usaha, pendapatan dan kesejahteraan keluarganya; 7) Memerlukan tambahan modal untuk pengembangan usaha/ekonomi rumah tangganya yang besarnya untuk tahap I tidak lebih dari Rp. 500.000,8) Belum pernah mendapat pelayanan dari lembaga keuangan yang ada.
16
KSM Sidomulyo “Sido Mulyo” yang berarti “Menjadi Sejahtera” tak hanya sekedar nama tetapi juga impian yang terpatri dalam nama KSM di Dusun Babat, Lamongan. Pengalaman lebih dari tiga kali kredit macet tak memupuskan semangat KSM Sidomulyo untuk terus mewujudkan mimpi besarnya. Berbagai krisis sempat menerpa KSM Sidomulyo. Pengurus yang tidak transparan dalam penggunaan fee kelompok oleh pengurus merupakan krisis yang pertama kali terjadi pada tahun 1985. Rentetan krisis lainnya terjadi pada tahun 1989 hingga 1991 dengan terjadinya tiga kali kredit macet. Solusi yang kemudian dilakukan dengan melakukan reformasi pengurus. Menengok ke belakang, KSM Sidomulyo berdiri atas inisiatif ibu-ibu PKK Dusun Babat, Lamongan yang mendambakan usaha bersama. Kemudian hadirlah pendamping dari Bina Swadaya yang membantu mengembangkan unit usaha bersama pada tahun 1982. Tak seperti KSM pada umumnya yang dengan mudahnya. KSM Sidomulyo masih saja terus berdiri dengan regenerasi pengurusan baru pada tahun 1991. Unit usaha KSM Sidomulyo berupa perdagangan dan kerajinan semakin membaik dari tahun ke tahun. KSM Sidomulyo juga belajar dari pengalaman. Kegagalannya dalam membangun kepengurusan akhirnya mendorong untuk membangun kepengurusan yang lebih demokratis. Sejak tahun 1993, diambil keputusan agar pengurus harus ada pemilihan setiap 4 tahun sekali. Bahkan dalam setiap 3 bulan mereka memiliki evaperca (evaluasi dan perencanaan) kinerja. Keberhasilan secara administratif kelembagaan juga diiringi oleh semakin kuatnya dampak positif KSM terhadap masyarakat. Kehadiran KSM Sidomulyo mampu menghilangkan rentenir yang berkeliaran di desa Babat. Tak seperti desa lainnya, rentenir di desa Babat berasal dari masyarakat mereka sendiri. Sehingga perjuangan melawan rentenir tidaklah mudah. Walaupun demikian tidak ada konflik yang besar antara KSM Sidomulyo dengan para rentenir. Masyarakat dengan sendirinya berpindah dari rentenir ke KSM Sidomulyo karena kemudahan dan bunga kredit yang dianggap wajar. Hingga saat ini, KSM Sidomulyo memberikan pinjaman kepada anggota sebesar 14 - 17 juta/bulan. Pinjaman terkecil mulai dari Rp. 100.000,- dan terbesar Rp. 4.000.000,. Jumlah pinjaman tersebut mampu membuat anggota mengembangkan usaha kecil. (Gm).
17
Gowa, 30 Oktober 2007
KSM Kembang Mekar, Usaha yang Tumbuh dan Berkembang KSM Kembang Mekar adalah salah satu dari 46 KSM di bawah naungan BKM Panrang Nonta, Desa Lembang Parang, Kecamatan Barombong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel). KSM ini secara definitif terbentuk sejak 2005, yakni setelah BKM melakukan sosialisasi pembentukkan KSM. Anggota KSM Kembang Mekar berjumlah enam orang, masing-masing memiliki latar belakang pekerjaan berbeda, namun mayoritas sebagai pedagang. Jenis produk yang dipasarkan setiap anggotanya cukup beragam, seperti menjual sayur, ikan, kaset, dan nasi (makanan). Dalam menjalankan kegiatannya, KSM ini dipimpin oleh seorang perempuan, sedangkan semua anggotanya adalah laki-laki. KSM Kembang Mekar dikenal memiliki kinerja yang cukup bagus. Setiap dana yang digulirkan kepada anggotanya selalu dikembalikan dengan rekor sangat lancar. Tak heran, jika hingga kini KSM tersebut telah memasuki perguliran BLM yang ketiga kalinya. Hal ini disebabkan tiap anggota KSM memiliki komitmen tinggi untuk mengembalikan pinjamannya kepada ketua KSM untuk kemudian disetor ke BKM guna disimpan di bank. Jika ada anggota yang terlambat membayar pinjaman, maka Ketua KSM akan menganinya terlebih dulu. Kasmawati, salah seorang personel KSM Kembang Mekar yang baru-baru dikunjungi oleh TA Kebijakan Publik (KP) KMW VIII Sulsel menuturkan, kehadiran program dana bergulir yang digagas oleh BKM sangat menguntungkan masayarakat. “Khususnya bagi warga yang bekerja sebagai pedagang kecil di Desa Lembang Parang. Karena, dahulu banyak pedagang kecil kesulitan mendapatkan bantuan dana untuk pengembangan usahanya. Jikapun ada, sangat sulit diakses, karena bayaran pengembaliannya sangat tinggi dan sulit dijangkau pedagang kecil,” tutur Kasmawati. Dengan hadirnya dana bergulir ini, diakui Kasmawati, sangat membantu pedagang. “Di samping mudah diperoleh, bunganya juga rendah dan atas kesepakatan warga,” urai dia dengan wajah antusias. Kasmawati yang gigih itu mengatakan, sebelumnya ia hanya menjual makanan mi rebus. “Tempat usaha saya sangat kecil, omzet saya hanya Rp 50.000 - Rp 100.000 per bulan. Setelah mendapatkan dana bergulir dari P2KP, saya tidak lagi menjual mi rebus, tetapi nasi dengan lauk daging dan ikan,” tandasnya. Kasmawati mengakui, jumlah pelanggannya pun semakin banyak dan tidak hanya warga lokal saja, tapi juga para pengendara roda dua dan roda empat yang melintasi lokasi tempatnya berjualan. Kini, omzetnya mencapai Rp 25.000 - Rp 350.000 per hari. Menurut Kasmawati, keuntungan yang diperoleh setiap hari sekitar Rp 100.000 per hari. Baginya, hal ini sangat menggembirakan. Apalagi, sekarang ia mampu mempekerjakan seorang tenaga kerja perempuan untuk membantunya melayani pembeli, dengan upah Rp 10.000 per hari. Jika diamati, omzet yang diterima oleh Kasmawati itu relatif masih sedikit dibandingkan dengan usaha rumah makan lainnya. Namun, dengan adanya dana stimulan (BLM), maka usaha yang sebelumnya ia lakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, kini tumbuh dan
18
berkembang menjadi lebih besar, sehingga dalam memenuhi kebutuhan konsumsi lain dalam rumah tangganya, tidak lagi menjadi masalah besar. (Syamsu Alam, TA KP KMW VIII PNPM P2KP-2 Sulsel; Nina)
19
Kolaka Utara, 13 Maret 2006
Mewujudkan Gagasan Setelah Melihat Peluang Setiap individu pasti pernah memiliki gagasan atau ide. Bahkan dalam kenyataannya, banyak ditemui seseorang—tanpa memandang tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi—bisa memiliki puluhan gagasan sekaligus. Namun, dari sekian banyak orang yang memiliki gagasan, hanya sedikit yang mampu mewujudkan gagasan tersebut menjadi suatu hasil karya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungannya. Salah seorang yang mampu mewujudkan gagasan menjadi hasil karya adalah Sitti Husaemah. Keseharian wanita yang menakhodai KSM Bahagia Ranteangin, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) itu nyaris sama saja dengan masyarakat umum di sekelilingnya. Ibu Ema, demikian biasa orang menyapanya, memulai ide usaha konveksi dari pengalaman mengikuti program P2KP sejak awal. “Saya biasa mengkhayal, usaha apa yang bisa dibuat untuk membantu masyarakat sekitar yang kurang mampu setelah tidak ada lagi program P2KP,” tutur ibu yang juga aktif di Tim Penggerak PKK Kecamatan Ranteangin ini. “Suatu hari saya membayangkan usaha konveksi, dan saya langsung yakin usaha ini kelak akan berhasil,” ujar Ibu Ema. Lalu, lanjutnya, ide itu mulai diceritakan ke tetangga dan ke banyak orang. “Setiap saya bertemu dengan ibu-ibu PKK, saya sosialisasikan ide saya untuk membuka usaha konveksi. Kebetulan saya pernah kursus menjahit, sehingga saya tahu sedikit tentang konveksi,” lanjutnya. Dengan kepiawaiannya bergaul, Ibu Ema mampu menjual imajinasinya kepada orangorang di sekitarnya. Motivasi dia untuk menghasilkan karya yang berguna bagi dirinya dan lingkungannya, sungguh kuat. Dia ingin membuktikan, idenya bukanlah gagasan liar. Dia semakin yakin, idenya bakal terwujud setelah proposal kegiatannya diterima. Setelah dana BLM tahap II P2KP cair ke KSM, dibuatlah kegiatan kursus menjahit dengan jumlah 40 peserta. Dalam hal ini, Ibu Ema menilai belum tentu kesemua peserta dapat mengikuti cara berpikirnya. “Siapa yang serius dengan usaha ini, semua akan terseleksi secara alamiah,” tegasnya. Dugaan Ibu Ema tepat. Hingga kini, hanya 10 orang yang bisa diajak mengembangkan usaha tersebut. Dibelilah satu set mesin konveksi seharga Rp 8juta dari BLM P2KP. Kendati usaha ini baru berlangsung tiga bulan, tapi mereka mendapat order dari Tim Penggerak PKK dan Karang Taruna. “Banyaknya orderan itu tergantung sosialisasi. Apalagi usaha ini masih tergolong langka di Kolaka Utara,” ujar Ibu Ema yang dikenal ramah dan banyak relasi ini. Hal ini merupakan pelajaran berharga mengenai cara mewujudkan suatu gagasan. Ibu Ema mampu memperagakan “manajemen khayalan” yang disebut-sebut para pakar sebagai salah satu fungsi dalam mengatur arah pilihan. Artinya, peristiwa yang terjadi di alam khayal ditransfer menjadi materi visualisasi. Meski tanpa dukungan pendidikan yang tinggi dan pengalaman, Ibu Ema mampu melakukan hal tersebut dengan baik. Sementara, visualisasi adalah praktek melihat potret masa depan dengan penglihatan imajinasi. Karya besar memang tidak diciptakan langsung secara fisik, tetapi bisa dilihat. Apa yang diciptakan manusia sebenarnya adalah menjalani apa yang sudah dilihat di dalam alam imajinasinya. Pelajaran lainnya, Ibu Ema berupaya merealisasikan mimpinya, dengan kesederhanaan dan realistis, yakni sebagian besar orang yang melihat belum tentu bisa bergerak, dan yang bergerak belum tentu menghasilkan perubahan. Manusia bisa mengkhayal, tapi tidak memiliki keterkaitan dengan apa yang harus ia lakukan. Padahal semestinya khayalan adalah penjelasan tentang apa
20
yang akan dilakukan hari ini. Dari sinilah Ibu Ema bertindak. Jika khayalan adalah angka nol, maka tindakan adalah angka satu. Melalui kursus menjahit, dia begitu percaya diri dan betul-betul ingin memperlihatkan angka satu dengan tampilnya Ibu Ema sendiri sebagai pembimbing dalam pelatihan itu. Pelajaran berikutnya, interaksi dengan peserta memungkinkan Ibu Ema memiliki informasi awal tentang siapa yang bisa diajak untuk melakoni usaha ini. Berbekal kebiasaan memikirkan nasib orang-orang di sekitarnya, dengan memperhitungkan berbagai tantangan yang bakal dihadapi, Ibu Ema tahu persis mental seperti apa yang harus dimiliki. Riset membuktikan, keberhasilan suatu gagasan seseorang ditentukan oleh keahlian teknis dan keahlian bagaimana menciptakan interaksi. Keahlian teknis memegang peranan 15-20%, sedangkan sisanya adalah interaksi. Tanpa interaksi, mustahil tercipta kreasi atau prestasi dari suatu gagasan. Maka, keberhasilan suatu gagasan tidak bisa didasarkan dari sudut merah-putih atau benar-salahnya, tetapi dari cara bagaimana gagasan itu diinteraksikan ke pikiran orang lain. Dari keempatpuluh orang yang mengikuti kursus tersebut, tinggal 10 orang yang masih memiliki komitmen. Tahapan ini dijalaninya dengan sukses. Ibu Ema pun mampu mewujudkan angka dua. Berikutnya, jenis usaha yang sama pasti memiliki perbedaan. Jika kita mengamati sekeliling, kita akan menemukan ada usaha yang maju dan tidak memiliki saingan, ada usaha yang biasa-biasa saja—tidak maju, tidak juga bangkrut—melakoni usaha apa adanya, dan ada yang tidak mampu bersaing, lalu gulung tikar. Hal prinsip yang membedakan satu usaha dengan usaha yang lain adalah kreasi. Inilah angka ketiga yang harus diraih. Ibu Ema menyadari, meski usaha ini belum seumur jagung dalam menghadapi persaingan, kemampuan berkreasilah yang akan menentukan maju mundurnya usaha ini. Dengan memahami cara Ibu Ema mewujudkan gagasan di atas, kita bisa mengambil pelajaran yang menuntun kita untuk pengembangan KSM, khususnya KSM Ekonomi. Sehingga tidak ada kesan, usaha yang dikembangkan hanya untuk menghabiskan dana bergulir yang didesain tanpa dukungan gagasan usaha yang matang. (Kasmudin A Suyuthie, Asmandat Korkot 3, KMW IX Sultra; nina)
21
Modul 3 Topik: Sosialisasi dan Musyawarah Pengembangan KSM
1. Peserta mampu memahami sosialisasi pengembangan KSM 2. peserta mampu memahami tatacara fasilitasi musyawarah pengembangan KSM
Kegiatan 1 : Sosialisasi Pengembangan KSM Kegiatan 2 : Musyawarah pengembangan KSM
2 Jpl ( 90 ’)
Bahan Bacaan: 1. Buku Panduan Fasilitasi Pengembangan KSM 2. Buku Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan 3. Lembar Balik PNPM Mandiri Perkotaan
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
22
Sosialisasi Pengembangan KSM 1) Buka pertemuan dengan salam singkat dan uraikan kepada peserta bahwa kita akan memulai Modul Sosialisasi dan musyawarah pengembangan KSM yang terdiri dari dua kegiatan belajar. Jelaskan tujuan dari modul ini. 2) Jelaskan bahwa kita akan memulai modul ini dengan kegiatan 1 yaitu Sosialisasi Pengembangan KSM. 3) Jelaskan kepada peserta, agar warga mau terlibat mengikuti proses musyawarah pengembangan KSM, maka kita harus memberikan informasi yang cukup dan mampu memotivasi warga untuk ikut hadir dalam pertemuan. Oleh karena itu kita harus mensosilalisasikan kegiatan ini kepada masyarakat luas. 4) Bahaslah bersama peserta dalam pleno kelas mengenai sosialisasi yang harus dilakukan sebelum kegiatan pengembangan KSM dilakukan. Untuk memudahkan pakailah tabel di bawah ini sebagai acuan. Kelompok sasaran
Tujuan Sosialisasi
Pesan yang akan disampaikan
Media/alat
Tempat
Waktu
Penangggung jawab
5) Bahas dan refleksikan hasilnya, berilah ulasan yang diperlukan. Beri catatan khusus pentingnya melakukan sosialisasi kepada kelompok perempuan dan warga miskin 6) Jelaskan mengenai media – media sosialisasi yang disediakan oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan dan kegunaannya.
Catatan : Penting ditekankan bahwa dalam melakukan sosialisasi harus melihat kondisi sosial budaya masyarakat, seperti : o
Waktu luang masyarakat, baik laki – laki maupun perempuan
o
Tempat – tempat berkumpul masyarakat , untuk menentukan sosialisasi
23
informal dan tempat menempel poster atau pengumuman. Informasi harus sampai juga kepada warga miskin dan perempuan, sehingga harus diperhatikan tempat menempel poster atau pengumuman yang bisa diakses oleh kedua kelompok masyarakat tersebut. o
Orang – orang yang bisa digunakan sebagai simpul informasi, sehingga mereka bisa dijadikan agen sosialisasi dan media – medai cetakan (misal leaflet, booklet) yang terbatas diberikan kepada mereka agar pesannya bisa sampai kepada warga yang lain.
o
Media – media pertemuan warga yang bisa digunakan untuk ‘menitipkan’ pesan yang akan disampaikan. Pesan – pesan juga harus disampaikan lewat media pertemuan kaum perempuan dan warga miskin, agar mereka mendapatkan akses informasi.
Di setiap kelurahan diwajibkan untuk menyediakan papan informasi minimal di lima titik sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada warga masyarakat dari kegiatan – kegiatan yang dilakukan. (lihat bahan bacaan : Kerangka Acuan Papan Informasi). o o
Melibatkan relawan dalam sosialisasi yang dilakukan Capaian indikator sosialisasi Pengembangan KSM
Musyawarah Pengembangan KSM 1) Jelaskan kepada peserta bahwa salah satu peran yang bisa dijalankan oleh relawan adalah mensosialisasikan Pengembangan KSM dan memfasilitasi proses musyawarah pengembangan KSM. 2) bagikan buku panduan fasilitasi pengembangan KSM kepada peserta, ajaklah beberapa saat untuk membaca dan memahami bagaimana tatacara memfasilitasi musyawarah pengembangan KSM. 3) Berilah kesempatan untuk bertanya dan membahas hal-hal yang belum dipahami oleh peserta. 4) Informasikan kepada peserta bahwa kita akan langsung mempraktekan sosialisasi dan fasilitasi musyawarah pengembangan KSM pada tingkat komunitas. Pada tahap pertama sosialisasi dan fasilitasi musyawarah akan dilakukan oleh fasilitator, sedangkan pada kegiatan yang kedua sosialisasi dan fasilitasi dilakukan oleh relawan. 5) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.
24
Modul 4 Topik: Mempersiapkan Sosialisasi KSM dan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM
1. Peserta mampu mempersiapkan sosialisasi pengembangan KSM 2. peserta mampu mempersiapkan fasilitasi musyawarah pengembangan KSM
Mempersiapkan sosialisasi KSM dan Fasilitasi musyawarah pengembangan KSM
2 Jpl ( 90 ’)
Bahan Bacaan: 1. Buku Panduan Fasilitasi Pengembangan KSM
• Kerta Plano • Kuda-kuda untuk Flip-chart • Metaplan • Papan Tulis dengan perlengkapannya • Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
25
Mempersiapkan Sosialisasi Pengembangan KSM
KSM
dan
Fasilitasi
Musyawarah
1) Jelaskan kepada peserta agar pelaksanaan sosialisasi KSM dan fasilitasi musyawarah pengembangan KSM dapat dilaksanakan dengan baik, maka terlebih dahulu perlu dilakukan persiapan dengan matang. 2) Tanyakan kepada peserta siapakah di antara mereka yang akan mengambil peran sebagai ‘agen sosialisasi’ dan siapa yang akan memfasilitasi musyawarah pengembangan KSM. Mintalah mereka berkelompok berdasarkan minatnya. 3) Tugaskan kepada setiap kelompok untuk membuat perencanaan kegiatan yang akan dilakukan di tingkat komunitas :
Kelompok ‘agen sosialisasi ‘ mendiskusikan : dimana akan dilakukan sosialisasi KSM pertama kali dan mempersiapkan bahan – bahan yang diperlukan. Gunakan kembali hasil diskusi sosialisasi pada kegiatan sebelumnya, sebagai bahan perencanaan. Kelompok “yang memfasilitasi musyawarah pengembangan KSM” mendiskusikan rencana kegiatan musyawarah pengembangan KSM pada tingkat komunitas basis, termasuk pembagian tugas, siapa yang akan menjadi pemandu musyawarah dan siapa yang akan menjadi notulensi. Untuk memudahkan proses diskusi kedua kelompok di atas bisa menggunakan tabel di bawah ini : Kegiatan
Tempat
waktu
Penyelenggara
Peserta
Media, Alat dan Bahan
Media, Alat dan Bahan
Persiapan : Musyawarah pengembangan KSM Evaluasi
4) Bahas bersama hasil diskusi tersebut dalam pleno kelas dan berikan ulasan yang diperlukan.
26
Tips Melibatkan Kelompok Marjinal dan Perempuan Beberapa tips agar kelompok marjinal dapat hadir dalam pelaksanaan musyawarah adalah: • Lakukan pendekatan pribadi kepada beberapa orang untuk menjelaskan apa dan mengapa dilaksanakan musrenbang desa/kelurahan, serta pentingnya keterlibatan warga semua kalangan; • Berikan informasi yang memungkinkan warga tersebut dapat memahami apa yang akan dibahas dalam musyawarah; • Lakukan pertemuan dengan kelompok khusus yang biasanya tidak mau hadir dalam forum atau pertemuan desa untuk menggali aspirasinya (misal: kelompok buruh tani, kelompok ibu-ibu, kelompok sektor informal, kelompok nelayan, dan sebagainya); • Identifikasi orang-orang dalam setiap kelompok tersebut untuk menjadi kontak dalam pelibatan kelompoknya. Yakinkan orang ini untuk mendorong kelompoknya terlibat dalam kegiatan-kegiatan musyawarah dan forum desa lainnya
5) Tutup kegiatan dan ucapkan terima kasih.
27
Modul 5 Topik: Praktek Sosialisasi dan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM
Peserta memahami 1. Mampu mensosialisasikan Pengembangan KSM 2. Mampu memfasilitasi musyawarah pengembangan KSM
Praktek lapangan sosialisasi dan fasilitasi musyawarah pengembangan KSM
Disesuaikan dengan waktu sosialisasi dan musyawarah pengembangan KSM
1. Buku Panduan Fasilitasi Pengembangan KSM 2. Buku Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan 3. Lembar Balik PNPM Mandiri Perkotaan 4. Lembar isian pengamatan praktek
• Kertas Plano • Metaplan • Papan Tulis , Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
28
Praktek Sosialisasi dan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM 1) Praktek bisa dibagi ke dalam 2 kelompok besar berdasarkan kepada kelompok minat yang sudah teridentifikasi pada saat pembahasan “Mempersiapkan Sosialisasi dan fasilitasi musyawarah Pengembangan KSM”, bila memungkinkan masing – masing kelompok bisa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil. Masing – masing kelompok didampingi oleh satu atau 2 orang fasilitator. 2) Pelaksanaan fasilitasi dilakukan langsung dalam kegiatan sosialisasi pengembangan KSM dan musyawarah pengembangan KSM tingkat komunitas basis. Agar relawan lebih siap dalam memfasilitasi, alangkah lebih baiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu. 3) Pelaksanaan praktek di masyarakat, fasilitasi dilakukan lebih dulu oleh Tim Fasilitator dan Relawan mengamati prosesnya, baru pada pelaksanaan yang kedua relawan belajar memfasilitasi langsung. Ingatkan kembali pembagian tugas yang telah disepakati . Pakailah lembar pengamatan yang ada di LK 2 – untuk masing – masing pengamat.
29
LK 1 – Lembar Pengamatan Praktek Sosialisasi dan Muyawarah Pengembangan KSM Lembar Pertanyaan untuk Pengamat : Pertanyaan Pemandu 1) Secara umum apakah ada yang kurang dlm praktek tersebut ? 2) Apakah fasilitator mengenalkan diri, mengemukakan tujuan diskusi ? 3) Sebagai apa dan dimana fasilitator memposisikan dirinya 4) Apakah bahasa yang digunakan oleh fasilitator sesuai dengan karakteristik peserta ? 5) Apakah media bantu yang digunakan sesuai dengan karakteristik peserta? 6) Bagaimana keterampilan fasilitator dalam menggunakan media bantu? 7) Apakah semua peserta terlibat ? Siapa yang tidak cukup terlibat ? Mengapa ? 8) Apakah ada peseta yang mendominasi ? Bagaimana fasilitator mengatasi orang yang mendominasi ? 9) Apakah peserta bisa menghargai dan menerima perbedaan pendapat ? Bagaimana fasilitator mengatasi hal tersebut ? 10) Apakah fasilitator masih dominan dibandingkan dengan peserta ? 11) Apakah fasilitator cukup ramah, bisa mengembangkan suasana yang akrab dan akomodatif ? Apakah ada hal-hal yg tdk boleh dilakukan tapi tetap dilakukan oleh fasiitator 12) Apa saja yg dicatat oleh perekam proses
30
Komentar Pengamat
Modul 6 Topik: Evaluasi Hasil Praktek dan Sosialisasi Hasil Musyawarah Pengembangan KSM
Peserta memahami 1. Mampu merefleksikan hal – hal yang harus diperbaiki dalam sosialisasi dan fasilitasi musyawarah pengembangan KSM. 2. Sosialisasi hasil musyawarah pengembangan KSM
Kegiatan 1 : Pembahasan hasil praktek musyawarah pengembangan KSM Kegiatan 2 : Pembahasan Sosialisasi hasil musyawarah pengembangan KSM
2 JPL (90’)
1. Buku Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan 2. Panduan Dsikusi Pengembangan KSM 3. Lembar Balik PNPM Mandiri Perkotaan 4. Lembar isian pengamatan praktek
• Kerta Plano • Metaplan • Papan Tulis , Spidol, selotip kertas dan jepitan besar
31
Pembahasan Hasil Praktek Musyawarah Pengembangan KSM 1) Setelah para relawan memfasilitasi kegiatan lakukan pertemuan untuk membahas hasilnya. Diskusikan bersama peserta : Bagaimana hasil pengamatan yang dilakukan? Apa yang sudah berjalan baik dan apa yang berjalan kurang baik? Bagaimana perasaan relawan yang memfasilitasi proses sosialisasi maupun musyawarah pengembangan KSM? Apa saja yang harus diperbaiki ke depan? 2) Berikan ulasan sebagai masukkan dari fasilitator, berikan tips – tips memfasilitasi yang sederhana. 3) Diskusikan juga bersama peserta, bahwa setelah musyawarah pengembangan KSM akan dilanjutkan kepada kegiatan lainnya, sehingga penting untuk mempersiapkan materi dan siapa yang akan memfasilitasi kegiatan berikutnya. 4) Selain di sosialiasikan kepada masyarakat, hasil musyawarah juga akan dibahas dalam pertemuan Komunitas Belajar Kelurahan ( KBK) sehingga menjadi pengetahuan bagi banyak pihak yang terlibat dalam KBK. Diskusikan bersama kapan waktu pertemuan KBK untuk membahas hasil musyawarah pengembangan KSM akan dilaksanakan.
Pembahasan Sosialisasi Hasil Pengembangan KSM 1) Jelaskan kepada peserta bahwa hasil pengembangan KSM harus diinformasikan kepada masyarakat luas. Hal ini penting karena agar diketahui oleh masyarakat luas, bahwa di wilayahnya sudah banyak warga yang membangun KSM. Sehingga dapat mendukung terhadap keberlanjutan KSM tersebut termasuk memonitor kegiatan KSM. 2) Rumuskan bersama strategi sosialisasi hasil pengembangan KSM yang akan dilakukan, gunakan tabel di bawah sebagai alat bantu.
32
Kelompok sasaran
Tujuan Sosialisasi
Pesan yang akan disampaikan
Media/alat
Tempat
Waktu
Penangggung jawab
3) Berilah kesempatan untuk bertanya. 4) Tutup materi dan ucapkan terima kasih.
33
Perkotaan
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya