Studi Pengembangan Industri Dok dan Galangan Kapal di Daerah Paciran Lamongan Tri Agung Kristiyono1, Minto Basuki2, Norman Tagart Arifin3 1
Teknik Perkapalan UHT Surabaya, 2 Teknik Perkapalan ITATS, 3 Alumni Program Pasca Sarjana FTK-ITS
Abstract: From the several alternative sites in East Java and based on proximity to supporting industries and infrastructures that already exist, the distance to economic centers and airports, the available land, as well as the affordable prices, Lamongan has been selected as the location of development of dock and shipyard industries in East Java. Development of shipyard industries in Lamongan is reviewed from its prospect, selected and began with repair and maintenance services for ships with class of facilities between 1000-3000 DWT. The class has not been a lot of competitors because of a new shipyard , easy technology, and no experience. Based on the learning and experience process, for the future, 5 to 10 years, this shipyard can be expanded to accept new buildings similar in size to barge technology which is not so difficult and in order to master the modern technology. In addition, the permanent repair work has been done by increasing the capacity. Plan for 15 to 20 years, the shipyard can be expanded to accept new building for inter-island ferries and tugboats, as well as repairs. Keywords: Development studies, dock and shipyard
PENDAHULUAN Sebagai sektor yang terkait erat dengan hajat hidup orang banyak, Industri galangan Indonesia dengan perputaran uang untuk transportasi laut sebesar Rp. 50,7 triliun pertahunnya, seharusnya menjadi galangan kapal yang tangguh, modern dan sumber devisa Indonesia. Perusahaan galangan kapal di Indonesia saat ini disibukkan dengan melayani docking dan repair. Di sisi lain, saat ini Jepang dan Korea menguasai lebih dari 80% share market dunia. Industri galangan kapal Indonesia hanya menyerap 0,5% share market galangan kapal dunia. Akibat dari kesulitan pergerakan aktifitas galangan kapal Indonesia, industri pendukung seperti industri baja, industri permesinan, industri kelistrikan, industri kimia mengalami kembang kempis dan banyak yang gulung tikar. Ada beberapa alasan mengapa industri galangan kapal harus dikembangkan, antara lain: (i) nilai ekonomis industri galangan kapal, dimana secara global memiliki nilai yang sangat besar; (ii) industri galangan kapal adalah industri induk dari industri pendukung, dimana industri ini akan menarik industri lain untuk berkembang. Perkiraan dalam pembangunan sebuah kapal, 50%-70% biaya yang dikeluarkan adalah untuk membeli bahan baku dan peralatan, kondisi ini akan memberikan multiplier-effect yang besar kepada proses industrialisasi dalam suatu negara; (iii) industri galangan merupakan industri padat karya yang mampu menciptakan lapangan kerja cukup besar dan dengan nilai tambah yang cukup tinggi; (iv) kemungkinan pengembangan teknologi kelautan melalui industri dan kemandirian sektor pertahanan dengan pembuatan alat pertahanan di dalam negeri.
8
Penerbitan Inpres No. 5 tahun 2005 diharapkan sebagai pendorong bergairahnya industri perkapalan di Indonesia, dengan demikian akan semakin tumbuh dan berkembangnya industri maritim di tanah air. Dalam rangka pelaksanaan Inpres tersebut, sampai tahun 2010 akan terjadi peningkatan kebutuhan kapal seperti kajian Stramindo dan kajian Perhubungan laut. Menurut kajian Stramindo kebutuhan kapal berbagai tipe adalah 984 buah dengan perincian kapal baru 122 buah sedangkan kapal bekas 862 buah (Suteja, 2006). Menurut kajian Perhubengan laut dibutuhkan 2142 buah kapal berbagai tipe, dengan rincian 432 kapal baru dan 1710 kapal bekas (Anam dan Basuki, 2006). Jawa Timur mempunyai prospek industri maritim yang cukup besar dan didukung oleh panjangnya garis pantai, industri pendukung, tenaga kerja dan infrastruktur yang lain. Di propinsi ini sudah berdiri industri galangan kapal yang cukup besar, penghasil sumber daya manusia bidang industri maritim mulai tenaga setingkat STM sampai perguruan tinggi, sehingga dari segi penyediaan SDM pendukung industri maritim sudah cukup handal. Daerah sekitar Gresik terdapat beberapa industri yang menggunakan bahan bakar dari batubara dan industri kayu lapis yang pengangkutannya bahan bakunya memerlukan barge. Di daerah Probolinggo ada PLTU dengan bahan bakar batubara yang pengangkutannya menggunakan barge, sehingga memerlukan akan jasa reparasinya. Dari beberapa alternatif lokasi di Jawa Timur dan berdasarkan pada kedekatan terhadap industri pendukung, fasilitas dan infrastruktur yang telah ada, jarak terhadap pusat ekonomi dan bandara, luas lahan yang tersedia serta harga yang masih terjangkau, maka dipilih Kabupaten Lamongan sebagai lokasi pengembangan industri galangan kapal di Jawa Timur.
METODE PENELITIAN Survey data, baik data primer maupun data sekunder yang mendukung, meliputi: (i) Data market potensial kebutuhan kapal, (ii) Data infrastruktur, (iii) Data angkatan kerja pendukung, (iv) Data kondisi sosial masyarakat, (v) Data industri pendukung, (vi) Data suprastruktur. Analisis pasar, yang meliputi: (i) Proyeksi lalu lintas barang dan penumpang, (ii) Proyeksi market potensial kebutuhan kapal untuk reparasi dan bangunan baru, (iii) Proyeksi armada dengan ukuran, tipe serta jumlah unit. Analisis kebutuhan industri pendukung, untuk mengidentifikasi jenis-jenis industri yang terkait, yang meliputi industri bahan baku kapal baja (pelat dan profil), industri permesinan pendukung, industri gas, suplier peralatan dan industri pendukung lainnya. Analisis kebutuhan infrastruktur, untuk mengetahui jenis dan kapasitas infrastruktur, antara lain kebutuhan akan akses jalan, listrik, air bersih, telpon dan saluran internet. Analisis kebutuhan suprastruktur, untuk mengidentifikasi jenis institusi yang dapat berperan dan mendukung, antara lain dukungan sosio masyarakat, perbankan, lembaga keuangan. Analisis penentuan lokasi industri galangan kapal berdasarkan data primer dan sekunder dengan pendekatan berdasarkan literatur dan data-data pendukung. Perancangan teknis industri galangan kapal, yang meliputi water front, perancangan kapasitas galangan kapal, perancangan lay out galangan kapal, perancangan bengkel produksi beserta peralatannya, kebutuhan tenaga kerja. Perancangan ekonomis meliputi: modal, biaya operasional, pendapatan, perhitungan ekonomis lain. Penentuan kelayakan investasi, untuk menentukan tingkat kelayakan investasi yang akan ditanamkan. Penentuan pay back period, MARR, dan IRR berdasarkan perhitungan kajian ekonomis.
Studi Pengembangan Dok dan Galangan Kapal …………………………………
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis pasar Untuk menunjang kebutuhan alat transportasi berupa kapal juga ditunjang oleh potensi industri perkapalan nasional dalam jumlah dan kapasitas yang cukup (Deprin, 2006), sebagai berikut: (i) Jumlah perusahaan dok dan galangan kapal yang ada adalah 240 perusahaan yang tersebar diseluruh wilayah, belum termasuk yang ada di daerah otorita Batam ada sekitar 87 perusahaan. (ii) Jumlah fasilitas building berth untuk bangunan baru 153 unit (diluar Batam) dengan kapasitas sampai dengan 50.000 DWT, di Batam sudah ada sampai kapasitas 150.000 DWT, bahkan PT. IKI Makasar sedang membangun sampai kapasitas 120.000 DWT. Fasilitas floating dock, slipway, graving dock, shiplift berjumlah 208 unit (diluar Batam), dengan kemampuan floating dock untuk reparasi sampai kapasitas 20.000 DWT. (iii) Kapasitas terpasang secara nasional yang dimiliki perusahaan dok dan galangan kapal, dan kelihatanya belum dimanfaatkan secara maksimal adalah seperti dalam tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. Kapasitas terpasang nasional Fasilitas Reparasi Fasilitas Bangunan Baru Jumlah GT DWT Jumlah GT DWT ≤ 500 121 480000 720000 96 21000 31500 501 – 1000 45 495000 742500 27 17000 25500 1001 – 3000 25 455000 682500 9 10000 15000 3001 – 5000 6 400000 600000 8 26000 39000 5001 - 10000 7 900000 1350000 9 41000 61500 > 10000 4 870000 1305000 3 110000 165000 208 3600000 5400000 153 225000 337500 Total Penerbitan Inpres No. 5 tahun 2005 diharapkan juga akan membawa dampak pada kebutuhan kapal nasional. Jumlah kebutuhan kapal nasional berdasarkan kajian pihak yang berkompeten dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Kelas Fasilitas
Tabel 2. Prediksi rencana kebutuhan kapal tahun 2006 – 2010 Tipe Kapal
Saat ini
General Cargo Kontainer Bulk Carrier Barge Tug Boat Tanker Penumpang Ro-Ro
1388 107 46 1408 1357 233 229 60
Baru 60 5 1 4 25 23 4
Kajian Stramindo Bekas Total 531 591 45 50 11 12 38 42 214 21 2
239 44 6
Baru 100 30 10 100 100 32 50 10
Kajian Perla Bekas 700 50 20 400 400 100 40
Total 800 80 30 500 500 132 50 50
Menurut data register BKI, populasi kapal yang terdaftar sejumlah 7.167 unit dengan total GT sebesar 7.085.290 dengan rata-rata GT sebesar 989 GT per unit kapal. Tipe kapal dan jumlahnya yang terdaftar di BKI, dapat dilihat pada tabel 3.
10
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 8 - 19
Tabel 3. Tipe dan jumlah kapal Tipe Kapal General Cargo Container Ro-Ro Bulk Carrier Tanker Barge Penumpang Kapal Tunda Lain-lain Jumlah Total Sumber: Register BKI diolah
Jumlah Kapal 1.339 70 286 39 386 2.452 46 1.448 1.101 7.167
GT 1.982.496 420.343 349.509 436.727 1.232.726 1.856.590 311.832 175.058 320.009 7.085.290
Rata-rata GT 1.481 6.005 1222 11.198 3.194 757 6.779 121 291 989
Sementara jumlah kapal yang aktif beroperasi di perairan Indonesia, jika dikelompokan berdasarkan umur kapal dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah dan umur kapal Umur Kapal (tahun) 0-5 6 - 10 11 -1 5 16 - 20 21 - 25 > 25
Jumlah Kapal (unit) 1.114 1.022 1.195 775 1.094 2.411
Kapasitas (GT) 9.536 7.330 939.601 769.400 1.408.854 3.054.658
Dari tabel 4 diata dalam kurun waktu sampai tahun 2010 akan terdapat kapal-kapal yang sudah harus diremajakan, sehingga akan terjadi peningkatan permintaan jasa reparasi dan pemeliharaan kapal Peluang Pasar Bangunan Baru Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa jumlah kapal yang berumur diatas 20 tahun saat ini sebanyak kurang lebih 3.500 unit atau setara dengan hampir 4.500.000 GT. Dari jumlah kapal yang telah berumur diatas 20 tahun diperkirakan sebanyak 5% atau sekitar 175 unit kapal akan di scrap setiap tahunnya. Berdasarkan kajian yang telah dilakukan (tabel 2) dapat diketahui bahwa jumlah kapal baru yang dibutuhkan untuk mengantisipasi pelaksanaan Inpres 5/2005 adalah berkisar antara 200 sampai 4.000 unit dengan tipe dan ukuran yang bervariasi. Peningkatan kebutuhan armada kapal nasional ini jelas merupakan peluang bagi industri perkapalan nasional untuk dapat mengembangkan industri yang selama ini sedang terpuruk. Sedangkan jika ditinjau dari sisi tipe kapalnya, maka kelompok tiga besar tipe kapal yang paling banyak dibutuhkan adalah kapal dengan jenis General Cargo, Tanker dan Barge. Berdasarkan pada tabel 1 dan tabel 2, dapat dikatakan bahwa industri perkapalan nasional masih kurang cukup untuk dapat memenuhi permintaan akan kebutuhan armada kapal nasional. Kekurang-cukupan ini dapat diatasi dengan dua hal, yaitu meningkatkan produktifitas galangan kapal dan menambah jumlah galangan kapal baru. Kajian kebutuhan kapal bangunan baru untuk konsumsi ekspor dapat dilihat pada tabel 5 (Ma’ruf, 2006):
Studi Pengembangan Dok dan Galangan Kapal …………………………………
11
Tabel 5. Peluang kapal ekspor Tipe Kapal Crude oil tanker Product oil tanker Chemical tanker LPG carrier Dry bulk Refers Twin decker Single decker Container Ro-ro
Ukuran (DWT) 10.000 – 50.000 10.000 – 35.000 5.000 – 25.000 1.000 – 25.000 10.000 – 30.000 5.000 – 15.000 5.000 – 25.000 1.000 – 10.000 500 – 1.000 5.000 – 25.000
Jumlah 35 490 225 345 1.200 265 440 1.040 400 480
Peluang Pasar Reparasi Berdasarkan aturan Internasional dan klasifikasi, kapal-kapal yang beroperasi wajib menjalankan dry docking secara periodik setiap 2 sampai 2,5 tahun. Melihat tabel 2 diatas, jika skenario pembelian kapal bekas dilakukan, maka peluang permintaan jasa reparasi hingga tahun 2010 masih sangat besar, dan kapasitas industri reparasi kapal nasional menjadi kurang. Kekurangan ini semakin terlihat jika ukuran kapal-kapal bekas yang akan diadakan tersebut relatif besar, sehingga secara logis akan meningkatkan permintaan terhadap jasa reparasi dan pemeliharaan kapal. Kalau juga dilihat dari tabel 3 mengenai populasi kapal yang diterbitkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia, maka dapat dilihat bahwa kebutuhan akan reparasi kapal kedepan jelas prospeknya, hal ini terlihat apabila kapal-kapal tersebut akan mempertahankan klasnya. Jumlah kapal yang dan tipe kapal dapat dilihat seperti grafik sebagai berikut Penentuan Lokasi Dari hasil survey awal yang telah dilakukan dalam pemilihan lokasi calon industri dok dan galangan kapal didaerah pantai Paciran, Brondong Kabupaten Lamongan, didapatkan daerah yang memenuhi syarat untuk lokasi yaitu daerah Desa Banjarwati lebih cocok untuk didirikan sebuah dok dan galangan kapal karena posisi lokasi ini sangat strategis dekat dengan jalan raya Daendels yang merupakan jalan penghubung antara Surabaya-Semarang-Jakarta dan tidak jauh dengan kawasan Lamongan Integreted Shore Base dan pelabuhan ASDP yang saat ini sedang dibangun di daerah Paciran.
a
12
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 8 - 19
b Gambar 1 a-b. Kondisi lahan dan perairan di Banjarwati (galangan yang akan dikembangkan) Pada daerah ini memiliki kedalaman laut yang cukup untuk memenuhi persyaratan dibangun dermaga pada jarak 200 sampai 500 meter dari tepi pantai dengan ketinggian gelombang rata-rata yang hanya sekitar 0,5 meter dan ketinggian gelombang maksimum terjadi pada bulan Januari - Februari yaitu sampai 1,5 meter Kondisi dasar laut dan pantai berupa pasir dan batu karang dan sedikit sedimentasi karena tidak ada sungai yang bermuara disekitarnya akan lebih memudahkan dalam proses pembangunan dok dan galangan baik untuk pembuatan slipway maupun graving dock. Daerah ini berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Lamongan dan Sekitar 70 km dari kota Surabaya. Dengan letak yang berada dekat kota Surabaya yang memiliki pelabuhan kelas internasional yaitu Pelabuhan Tanjung Perak daerah Paciran memiliki potensi untuk berkembang sebagai sentra industri dan pelabuhan angkutan transportasi laut.
PERANCANGAN TEKNIS Daerah pantai mulai kecamatan Paciran sampai daerah perbatasan dengan Kabupaten Tuban, daerah Kabupaten Lamongan mempunyai infrastruktur dan suprastruktur yang memadai, masih dekat dengan kota propinsi, dukungan water front yang ideal, harga tanah yang masih terjangkau, dukungan Pemerintah Daerah. Sehingga daerah ini sangat cocok untuk pengembangan industri galangan kapal, sebagai alternatif relokasi galangan yang ada di Surabaya akibat keterbatasan lahan. Sebagai salah satu pendukung pengembangan sektor transportasi laut, galangan kapal yang akan dikembangkan di daerah tersebut, diharapkan dapat menangani perbaikan dan pemeliharaan armada-armada laut yang ada di daerah khususnya dan daerah sekitarnya pada umumnya dan dengan pembangunan armada baru. Jenis Produk dan standar Kapasitas Produksi Tahunan Untuk tujuan perbaikan dan pemeliharaan tersebut maka direncanakan pada tahap awal yang dikembangkan adalah fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan kapal dengan ukuran sampai 3000 DWT, khususnya barge, kapal penyeberangan, kapal tunda. Dengan bekal kemampuan dan pengalaman yang telah dimiliki, kedepan akan dikembangkan lagi untuk
Studi Pengembangan Dok dan Galangan Kapal …………………………………
13
menerima pesanan bangunan baru. Pekerjaan yang bersifat pengedokan dan reparasi yang mampu dilaksanakan antara lain adalah pekerjaan cuci pantat dan pengecatan, penggantian pelat, pekerjaan untuk perbaikan sistim dan peralatan kapal serta pekerjaan reparasi mesin induk dan mesin bantu. Ditinjau dari kapasitas dan kemampuan dok untuk melakukan pekerjaan perbaikan, perawatan serta bangunan baru yang direncanakan sampai 3000 DWT, maka dapat dilihat besarnya ukuran kapal dari daftar register kapal yang diterbitkan Biro Klasifikasi Indonesia tahun 2006, dan dapat diambil harga rata-rata terbanyak. Tabel 6. Jenis kapal dan ukuran yang dibidik Jenis Kapal
Ferry, Tug Boat, Barge 75,5 meter 15 meter 7 meter 4,5 meter
LOA Lebar Tinggi Sarat Kapal
Fasilitas Dok dan Galangan Suatu industri dok dan galangan kapal secara umum memerlukan fasilitas berupa lahan (daratan) dan perairan (water front) yang memadai untuk kegiatan reparasi dan bangunan baru seperti yang direncanakan. Lahan yang digunakan untuk berbagai fasilitas antaranya adalah Building Berth (landasan pembangunan), Perbengkelan, Pergudangan, Block Storage, Gedung Perkantoran. Adapun areal perairan digunakan sebagai slipway (dok luncur) dan Graving dock ( dok gali). Untuk memproduksi komponen-komponen bangunan kapal perbengkelan yang dimaksud adalah: Bengkel Pelat, Bengkel Assembly, Bengkel Pipa, Bengkel Mesin. Pergudangan meliputi bangunan yang digunakan untuk menyimpan berbagai material. Block storage merupakan gudang untuk memarkir atau menyimpan sementara seksi-seksi, blok-blok bagian kapal sebelum di erection. Kebutuhan Bahan Baku dan Pembantu Untuk kegiatan produksi baik untuk reparasi maupun bangunan baru nantinya, secara umum bahan baku dan material yang tersimpan dalam gudang gudang bengkel adalah sebagai berikut: Tabel 7. Material yang dibutuhkan Jenis Bahan Baku
Bentuk
Sifat Bahan
Sumber/asal Bahan
Sistem asal bahan
Sistem Penyimpanan
Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat
Dalam Gudang Dalam Gudang Dalam Gudang Dalam Gudang
Material Pokok Baja Pelat
Padat
Baja Profil
Padat
Baja Bulat/batang
Padat
Pipa Baja
Padat
14
Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya
Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 8 - 19
Material Bantu Pipa Tembaga/Kuningan
Padat
Zinc Anoda
Padat
Kawat Las
Padat
Pasis kwarsa
Padat
Kayu
Padat
Acetyline
Gas
Elpiji
Gas
Oksigen
Gas
Cat
Gas
Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Tidak Berbahaya Bisa Terbakar Mudah Terbakar Mudah Terbakar Mudah Terbakar Mudah Terbakar
Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri Dalam Negeri
Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat Lewat Darat
Dalam Gudang Dalam Gudang Dalam Gudang Dalam Gudang Dalam Gudang Dalam Tabung dalam gudang Dalam Tabung dalam gudang Dalam Tabung dalam gudang Dalam Tabung dalam gudang
Jenis dan Jumlah Harta Tetap yang Direncanakan Untuk mendukung kegiatan operasional slipway sebagai sarana pemeliharan dan perbaikan kapal, maka perlu dibangun sebuah fasilitas penunjang operasional berupa bengkel produksi. Dengan adanya bengkel; produksi, pasokan kebutuhan material, perbaikan komponen-komponen baru untuk keperluan pemeliharaan dan perbaikan kapal dapat dilakukan secara mudah dan cepat. Sarana penunjang lain yang dibangun sebagai fasilitas pendukung operasional adalah fasilitas perkantoran. Pembangunan fasilitas perkantoran dimaksudkan sebagai tempat aktivitas kegiatan administrasi, organisasi, keuangan perusahaan dan pengaturan tenaga kerja. Perencanaan Bengkel Pelat dan Las Untuk menentukan ukuran dan jenis bengkel harus memperhatikan urutan proses pengerjaan yang dilakukan di bengkel sampai proses pengerjaan tersebut selesai. Dan menghitung volume kebutuhan pelat dan profil tiap kapal yang di reparasi per tahun.
Perencanaan Bengkel Outfitting. Bengkel outfitting direncanakan terletak pada satu bangunan yang terdiri dari bengkel pipa bengkel kayu, bengkel cat, dan perlengkapan-perlengkapan lain seperti terpal. Volume pekerjaan reparasi pada bagian outfitting relatif lebih kecil. Untuk proses pengerjaan pada bengkel outfitting ini memerlukan waktu yang singkat, misalnya pada proses pembengkokan pipa, pembuatan bagian-bagian yang terbuat dari kayu. Sedangkan proses yang memerlukan waktu yang agak lama adalah proses pengecatan. Rata-rata pengerjaan pada outfittiang kapal antara 5 – 7 hari.
Studi Pengembangan Dok dan Galangan Kapal …………………………………
15
Perencanaan Bengkel Mesin dan Listrik. Bengkel mesin dan listrik yang berfungsi untuk memasang sistim permesinan atau mengganti/memperbaiki/ membuat suku cadang yang mungkin bisa dibuat di bengkel. Pekerjaan yang dilakukan di bengkel antara lain pembubutan, pengeboran, pelurusan (alignment), pemeriksaan keseimbangan (balancing). Ruang yang diperlukan bergantung dari jumlah dan jenis peralatan yang diperlukan serta juga berdasar volume pekerjaan. Perencanaan alat angkat Untuk mengangkut hasil produksi atau material dari bengkel satu ke tempat yang lain diperlukan alat angkat yaitu meliputi: i)Level luffing crane, dengan radius pengangkutan tertentu dan dengan jangkauan 15 meter dan berjalan di atas rel dengan kapasitas angkat sampai dengan 15 ton, ii)Fork lift untuk mengangkut beban dengan jangkauan tertentu digunakan untuk mengangkut dari bengkel ke bengkel atau lainnya dengan kapasitas 5 ton, iii)Overhead crane pada bengkel pelat dan bengkel mesin dengan kapasitas angkat masing-masing 5 ton. Perencanaan Lay Out Dok dan Galangan Dengan mempertimbangkan beberapa hal yang erat hubungannya dengan permasalahan dok dan galangan antara lain faktor-faktor yang terlibat pada seluruh aktifitas dok dan galangan kapal seperti arus material, arel tanah yang ada investasi yang tersedia dan sebagainya, serta usaha untuk pengembangan dok dan galangan nantinya. Adapun nama-nama bagian dan ruangan pada dok dan galangan ini adalah sebagai berikut: i)Bengkel outfitting yang meliputi bengkel kayu, bengkel cat dan bengkel pipa, ii)Bengkel pelat dan las, iii)Bengkel mesin dan listrik, iv)Landasan peluncurun(slipway), v)Mould loft, vi)Gudang, vii)Kantor, viii)PLN & genset. Perancangan Ekonomis Untuk membangun galangan kapal di daerah Paciran Lamongan, dibutuhkan sarana pendukung berupa: tanah untuk lokasi galangan berikut rencana pengembangan, gedung atau bangunan, mesin dan peralatan galangan kapal, meubel dan peralatan kantor untuk mendukung operasional galangan. Kebutuhan luas tanah untuk pembangunan galangan kapal yang diperlukan adalah 26.400 m2, seluas 2.400 m2 sudah dalam bentuk lahan jadi dan siap pakai, lahan ini dahulu milik kelompok nelayan untuk galangan kapal kayu. Gedung atau bangunan yang diperlukan adalah seluas 2.190 m2 yang terdiri dari gedung untuk pemakaian sebagai berikut: (i) Galangan kapal untuk bengkel memerlukan luas gedung 1.215 m2, (ii)Kantor dan perangkatnya memerlukan luas gedung 750 m2, (iii) Gudang memerlukan luas gedung 225 m2 termasuk di dalamnya adalah rumah diesel. Seluruh bangunan gedung akan dibangun satu tingkat, mesin dan peralatan galangan kapal akan ditempatkan dalam bengkel-bengkel. Disamping bahan pembantu, gudang juga akan dipergunakan untuk menyimpan bahan baku dan suku cadang mesin, mesin dan peralatan kapal serta bahan lain yang diperlukan. Ruang untuk desain dan mouldloft akan dijadikan satu dengan kantor. Galangan ini juga akan dilengkapi dengan dua unit untuk peluncuran dan menaikan kapal untuk reparasi termasuk alat penarik, slipways yang diperlukan sepanjang 100 m. Mesin dan peralatan pabrik terdiri dari mesin peralatan impor dan hasil produksi lokal. Adapun mesin dan peralatan yang diimpor terdiri dari: mesin-mesin untuk bengkel produksi. Generator set (genset) yang diperlukan berkekuatan 1.000 KVA, genset ini di perlukan apabila pasokan listrik dari sumber PLN mengalami gangguan. Alat angkat dan angkut, dalam tahap awal pendirian galangan kapal ini yang di perlukan terdiri dari sebuah fork lift, dua buah mobile crane, dua buah mobil untuk operasional kantor.
16
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 8 - 19
Untuk mengelola operasional galangan kapal ini akan diperlukan berbagai macam tenaga kerja mulai tenaga untuk pimpinan dan tenaga untuk operasional di lapangan dengan berbagai macam keahlian. Sebagai pimpinan operasional puncak akan diperlukan seorang manajer umum atau general manager, yaitu pejabat yang harus menguasai segi teknis, pemasaran dan finansial proyek. Jumlah tenaga kerja langsung yang diperlukan dan dipekerjakan dalam galangan kapal ini adalah: (i) Untuk bagian bengkel diperlukan 37 orang; (ii) Untuk bagian slipway, dok dan reparasi kapal 4 orang; (iii)Untuk bagian perancangan 4 orang. Proyek galangan kapal ini akan memerlukan dana investasi termasuk cadangan dana sebesar 15% dari dana investasi diantaranya dana modal tetap, dana modal kerja awal, dan lokasi peningkatan kebutuhan dana. Kelayakan Investasi Dalam studi kelayakan dipergunakan asumsi bahwa untuk membiayai pembangunan dan operasi galangan kapal ini, akan di peroleh dua macam sumber pembiayaan, yaitu modal sendiri dan kredit investasi ditambah kredit modal kerja dari dalam negeri. Skema perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (Debt/Equity ratio) di rencanakan berkisar antara 65% sampai 80% dibanding 35% sampai 20%, dengan tujuan menekan jumlah biaya pinjaman selama tahun-tahun pertama operasi. Jumlah pinjaman yang terlalu besar dibandingkan dengan modal sendiri akan mengakibatkan beban bunga yang terlalu besar, yang dikhawatirkan akan membahayakan likuiditas maupun profitabilitas perusahaan pengelola proyek. Dalam menghitung biaya operasional tahunan dipergunakan asumsi sebagai berikut:n i)Harga-harga bahan baku dan pembantu pada dasarnya tidak berubah secara berarti, ii)Hal serupa berlaku untuk upah langsung, gaji dan biaya overhead, iii)Harga jual kapal dan docking tidak akan berubah secara berarti, iv)Inflasi dalam negeri akan mempengaruhi hatga jual produk dan biaya langsung secara sepadan. Biaya operasional galangan kapal secara keseluruhan akan di bagi menjadi dua kelompok yaitu biaya variabel dan biaya tetap. IRR di hitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Pujawan, 2004): NPW= pendapatan/tahun (P/A, i%, 12) – investasi = 0 (P/A, i%,12) =
Investasi Rp.14.804.910.250, 1,85 Pendapa tan/ tahun Rp.8.000.000.000,
Dengan menggunakan tabel perhitungan, di dapatkan bahwa i > 25%. Net present value galangan kapal dengan menggunakan tingkat bunga pendiskonto 18% (sama dengan MARR) yaitu bunga kredit lunak menunjukkan angka positif. Dengan demikian ditinjau dari angka presentase IRR maupun NPV proyek galangan kapal secara finansial cukup sehat. Apabila IRR lebih besar atau sama dengan MARR, investasi layak diteruskan. Dalam kasus ini IRR > MARR, sehingga proyek galangan kapal di Banjarwati, Paciran, Lamongan layak untuk diteruskan. Manfaat Sosial/Ekonomis Ditinjau dari berbagai segi sosial/ekonomi proyek galangan kapal di Banjarwati, Paciran, Lamongan banyak membawa manfaat, antara lain: Manfaat bagi masyarakat sekitar Dengan adanya galangan kapal ini diharapkan akan memberikan manfaat pada nelayan dan kelompok nelayan untuk reparasi kapalnya, belajar membuat dan mengoperasikan kapal dengan
Studi Pengembangan Dok dan Galangan Kapal …………………………………
17
teknologi yang lebih baik. Disamping itu, apabila jumlah order meningkat, maka masyarakat dapat sebagai subkontraktor untuk membantu. Diproduksinya kapal ikan (kayu atau baja atau bahan lain) modern yang dapat berlayar jauh ke tengah lautan dapat diharapkan nelayan akan mampu menangkap ikan dalam jumlah yang lebih banyak serta jenis ikan yang lebih tinggi harganya. Umur teknis kapal yang cukup panjang juga memungkinkan para nelayan untuk memperoleh kredit pembelian kapal dalam jangka waktu yang lebih lama. Dengan demikian jumlah cicilan tiap kali angsuran dapat ditekan, sehingga dapat kesempatan bagi nelayan untuk menikmati sisa penghasilan. Dok dan galangan kapal ini akan mampu menyediakan lapangan kerja kepada kurang lebih 26 orang karyawan untuk tahap awal dan akan terus ditingkatkan sampai 60 karyawan. Apabila diumpamakan setiap orang karyawan mempunyai tiga orang anggota keluarga maka galangan akan mampu menghidupkan kurang lebih 180 orang penduduk di sekitarnya. Dok dan galangan kapal diharapkan mempu menyumbangkan penghasilan negara berupa pajak perseroan,di samping itu galangan ini juga akan mampu menyumbang pajak pertambahan nilai kepada negara. Daerah dengan industri yang sudah padat dapat merelokasi beberapa industri, khususnya industri galangan kapal, sehingga akan dapat mengembangkan potensi industri kelautan yang ada pada daerah yang dituju. Dengan adanya galangan kapal maka akan terbuka kemungkinan diperolehnya teknologi modern pembuatan kapal oleh para teknisi Indonesia.
KESIMPULAN Berdasarkan pada hasil analisa mengenai prospek pengembangan galangan kapal di Paciran, Lamongan, ada beberapa yang dapat ditarik kesimpulan, antara lain sebagai berikut: Dari sisi market, galangan kapal ini sangat prospektif, khususnya untuk pasar kapal 1000 sampai 3000 DWT (tongkang, kapal ikan, kapal penyeberangan, kapal tunda), hal ini sejalan dengan Inpres No. 5 tahun 2005. Skala pengembangan galangan kapal ini adalah masuk kategori kecil (kemampuan sampai 3000 DWT). Pada tahap awal dikembangkan adalah reparasi dan perawatan kapal (tongkang, kapal ikan, kapal penyeberangan), setelah tahun ke dua belas, dengan pengalaman, SDM dan teknologi yang dikuasai, galangan kapal ini sudah bisa menerima pekerjaan bangunan baru. Ditinjau dari segi finansial, berdasarkan perhitungan, IRR (Internal Rate of Return) untuk proyek galangan kapal ini adalah > 25%, sedangkan MARR (Minimum Attractive Rate of Return) adalah 18%, maka proyek ini layak untuk diteruskan (IRR > MARR). Sehingga rencana investasi galangan kapal tersebut cukup sehat dan menarik. DAFTAR PUSTAKA Anam, A.K dan Basuki, M. 2006. Studi Kebutuhan Kapal Kontainer Untuk Angkutan Barang di Daerah Pelindo III Pada Tahun 2010, Artikel jurnal IPTEK ITATS, Volume 9, nomor 3, edisi September 2006. Azhar, A. 2001. Optimasi Perencanaan Investasi Galangan Kapal, Laporan Penelitian, Fakultas Teknologi Kelautan, P3M, ITATS Biro Klasifikasi Indonesia. 2006. Register Kapal Tahun 2006. Jakarta: BKI Pusat.
18
Neptunus, Vol. 15, No. 2, Januari 2009: 8 - 19
Deprin. 2006. Kesiapan Galangan Kapal Dalam Rangka Implementasi Inpres No. 5 Tahun 2005, Makalah dalam Konsinyering Penyusunan Juknis Pemeliharaan dan Pembangunan Kapal Baru Sesuai Inpres No. 5 Tahun 2005. Handoko, H. 1988. Manajemen Produksi dan Operasi, LPFE. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Ma’ruf, B. 2006. Konsep Aplikasi Pengembangan Klaster Industri Perkapalan, Jakarta: Departemen Perindustrian. Pujawan, I. N. 2004. Ekonomi Teknik, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Surabaya: Guna Widya. Suryohadiprojo, A. 2004. Prospek Pengembangan Industri Galangan Kapal, Majalah BKI. Sutedja. 2006. Studi Proyeksi Kebutuhan Kapal di Indonesia. Makalah dalam Konsinyering Penyusunan Juknis Pemeliharaan dan Pembangunan Kapal Baru Sesuai Inpres No. 5 Tahun 2005. Sutojo, S. 1996. Studi Kelayakan Proyek Teori dan Praktek, Seri Manajemen No. 66, Cetakan Kedelapan, Jakarta: Penerbit Lembaga PPM dan Pustaka Binawan Presindo.
Studi Pengembangan Dok dan Galangan Kapal …………………………………
19