PENGEMBANGAN INDUSTRI KOMPONEN KAPAL
SEBUAH PEMIKIRAN
EDISI 2017 Ir. ALIM SAADI. MSi PRINCIPLE ENGINEER BIRO KLASIFIKSI INDONESIA, Email:
[email protected]; www.alimsaadi.com
EBOOK ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
I
PENDAHULUAN
“E Book ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan panduan kepada industri-industri komponen kapal untuk meningkatkan kemampuan dalam industri pembuat komponen kapal sesuai dengan standar klasifikasi”.
1.1.
LATAR BELAKANG Industri galangan kapal merupakan salah satu jenis industri yang memiliki keterikatan
hulu hilir yang sangat erat dengan ekonomi, klasifikasi. dan sector pendukung komponennya. Salah satu kelemahan industry atau galangan kapal dalam negeri saat ini adalah lemahnya dukungan industri penunjang khususnya industri komponen/peralatan kapal. Hal tersebut menyebabkan ketergantungan industri kapal dalam negeri terhadap komponen impor sangat tinggi dan berakibat pada lemahnya daya saing. Suatu pemikiran strategis tentang pengembangan galangan kapal nasional yang diletakkan dalam kerangka pengembangan industri manufaktur kapal secara terpadu dan berbasis pada pengembangan industri pendukung dalam hal ini komponen/peralatan kapal yang kuat sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing industri manufaktur kapal nasional. Industri komponen kapal dalam negeri meskipun telah tumbuh dan memproduksi berbagai jenis produk namun masih sangat terbatas baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenis komponen yang diproduksi. Pada umumnya industri komponen tersebut proses produksinya masih sangat sederhana, dan tidak memenuhi standar klasifikasi sebagaimana yang dipersyaratkan oleh badan klasifikasi ataupun standar lain yang diakui.
1.2.
MAKSUD DAN TUJUAN Pemikiran tentang pengembangan ini dimaksudkan untuk memberikan panduan teknis
berupa pendampingan tenaga ahli secara langsung kepada industri-industri komponen. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan industri pembuat komponen kapal dalam memproduksi komponen kapal secara baik dan benar dan sesuai dengan standar klasifikasi serta persyaratan teknis yang berlaku.
I-1 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
1.3.
SASARAN Sasaran yang ingin dicapai adalah : a. Meningkatnya kualitas komponen–komponen kapal yang diproduksi dalam negeri. b. Meningkatknya produktifitas industri pembuat komponen kapal. c. Meningkatkan kemampuan industri komponen kapal agar produknya memenuhi persyaratan yang diwajibkan oleh biro klasifikasi Indonesia. d. Meningkatkan daya saing produsen komponen kapal terhadap barang sejenis ex impor. e. Meningkatkan revenue industri komponen kapal dan turunannya
1.4.
HASIL (OUTPUT) YANG DIHARAPKAN Output atau hasil dari kegiatan ini adalah : a. Meningkatnya kemampuan industri komponen dalam memproduksi komponen kapal secara baik dan benar berdasarkan standard adan persyaratan teknis yang dibutuhkan. b. Meningkatkan daya saing industri komponen dalam negeri. c. Meningkatkan potensi sumberdaya manusia pembuat komponen kapal agar mengetahui persyaratan teknis komponen kapal dan pembuatannya. d. Meningkatkan pemasaran produk komponen kapal.
1.5.
GARIS BESAR AKTIFITAS, meliputi: 1. Melakukan survey dan pemetaan industri pembuat komponen kapal. 2. Melakukan koordinasi dengan pelaku usaha / industri maupun dengan pemangku kepentingan terkait lainnya. 3. Melakukan pendataan bahan, material, jenis produksi, kemampuan mesin produksi, kualitas, kuantitas, acuan spesifikasi teknis dan pemasaran produsen komponen kapal. 4. Menyusun prosedur pembuatan komponen kapal sesuai persyaratan klasifikasi. 5. Melakukan diagnosis dan analisis permasalahan yang dihadapi oleh setiap industri komponen kapal, terkait, dengan pemenuhan standar komponen kapal 6. Memilih dan menetapkan tema permasalahan untuk dicarikan solusi penyelesaiannya.
I-2 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
7. Menyusun program dan langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan yang telah terpetakan. 8. Memberikan bimbingan dan pendampingan kepada produsen dalam pemenuhan standar komponen kapal 9. Memfasilitasi industri komponen dalam melakukan pengujian produk komponen kapal hingga memenuhi persyaratan teknis. Pengujian harus dilakukan pada laboratorium uji yang terakreditasi dan diakui (recognized) oleh badan klasifikasi. 10.Memonitoring pelaksanaan penyelesaian masalah di industri komponen kapal. 11.Memfasilitasi komunikasi antara produsen dengan pihak galangan pembuat kapal agar terjalin komunikasi yang efektif sehingga produknya laku digalangan. 1.6.
TENAGA AHLI YANG TERLIBAT Pelaksanaan pekerjaan adalah personil yang kompeten di bidangnya, memiliki
pengalaman yang cukup dalam melaksanakan pekerjaan sejenis dan pekerjaan terkait serta penunjang lainnya sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai. Dengan pertimbangan substansi pekerjaan, maka tenaga-tenaga ahli yang akan melaksanakan pekerjaan ini memiliki kualifikasi sebagai berikut : 1. Team Leader, adalah koordinator yang mengendalikan kegiatan ini. berkoordinasi dengan instansi terkait dan dengan Biro Klasifikasi, dengan persyaratan : a) Ahli Produksi Kapal dan Komponennya b) Kualifikasi Sarjana Teknik Perkapalan dan c) Berpengalaman minimal 5 tahun di bidang industri manufaktur kapal, d) Memiliki sertifikat kualifikasi sebagai surveyor kapal atau surveyor komponen kapal. e) Memiliki pengalaman survey di galangan terutama pemasangan komponen kapal minimal 3 tahun. 2. Surveyor melakukan pendampingan dan memberikan masukan kepada instansi terkait, dengan persyaratan teknis : a) Ahli Produksi Kapal, b) Berkualifikasi Sarjana Teknik Perkapalan dan
I-3 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
c) Berpengalaman di bidang klasifikasi dan sertifikasi kapal. d) Memiliki sertifikat kualifikasi sebagai surveyor kapal atau surveyor komponen kapal e) Memiliki pengalaman survey digalangan terutama pemasangan komponen kapal minimal 3 tahun. 3. Pembimbing Manajerial adalah tenaga manajerial yang melakukan bimbingan kepada produsen dalam hal Manajemen. Dengan persyaratan: a) Ahli Manajemen Produksi, dengan kualifikasi minimum S-1 Ekonomi. b) Berpengalaman dalam asesmen perusahaan, c) Memiliki sertifikat pelatihan sebagai auditor Mutu ISO 9001 dan HSE (Health, Safety and Environmental) 4. Ahli DT dan NDT, yang akan melakukan pengetesan produk. a) Ahli yang bersertifikat MPI/DPT/UT Level II b) Memiliki pengalaman dalam melakukan pengujian komponen kapal c) Mempunyai pengalaan kerja di Laboratorium Uji Mekanik dan mampu menganalisa hasil uji mekanik. Agar pemikiran ini tercapai/terealisir, maka dalam melaksanakan pekerjaannya, masing-masing personil harus menjaga agar sering berada di lokasi produsen sehingga diperlukan akomodasi dan transportasi di daerah konsentrasi produsen komponen kapal. 1.7.
LOKASI OBYEK a. Lokasi terkonsentrasi (dan diprioritaskan) di daerah sebagai berikut (data Perindustrian Ditjen ILMEA “Sebaran Industri Komponen Kapal, Ed 2016): 1. Tegal dan sekitarnya 2. Pulogadung dan sekitarnya 3. Ceper dan sekitarnya 4. Pasuruan dan sekitarnya b. Detail lokasi industri dijelaskan sebagai berikut:
I-4 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
1. Lokasi objek dan sekitarnya mengandung arti pabrik yang terletak di daerah terkait dalam radius tidak lebih dari 60 km, 2. Apabila lokasi industri berada diluar daerah radius 60 km agar didata dan tidak termasuk dalam objek. 3. Kegiatan pertama adalah pemetaan, survey dan assessment. 4. Kegiatan selanjutnya adalah implementasi kajian. 1.8.
LAPORAN DAN KOMUNIKASI Titik berat laporan antara lain hasil survey pendapat, kendala atau kenyataan-kenyataan
yang ada tentang hal-hal teknis dan non teknis atau kejadian-kejadian yang
timbul di
lingkungan industri komponen kapal. Setiap tenaga kerja harus bekerja dan bersikap independen dan profesional.
I-5 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
PROSEDUR II SERTIFIKASI KOMPONEN “Sertifikasi Komponen di extract dari peraturan BKI. Untuk pemahaman yang lebih detail diharap merujuk ke dokumen sumbernya yaitu Rule and Reguiation BKI.
II.1. SERTIFIKASI BAHAN (MATERIAL) DAN KOMPONEN a. Prosedur ini untuk mengendalikan pelaksanaan sertifikasi material & komponen sesuai permintaan berdasarkan peraturan BKI. b. Mengajukan permohonan sertifikasi material & komponen dengan melengkapi gambar yang dibutuhkan. c. Proses persetujuan gambar komponen d. Khusus untuk sertifikasi komponen, jika material dari komponen sudah memiliki sertifikat material (Mill certificate) yang telah disetujui oleh kelas BKI atau kelas yang diakui, agar dilampirkan, bila belum memiliki, lakukan langkah sertifikasi material. Material yang akan diuji diperiksa, dan distempel oleh Surveyor dengan menggunakan hard stamp. Benda uji (test piece) yang telah distempel dikirim ke laboratorium pengujian yang sudah diakui oleh BKI. Proses pengujian dilaboratorium disaksikan oleh Surveyor sesuai dengan persyaratan yang berlaku. e. Komponen diperiksa sesuai dengan gambar yang telah disetujui. f. Jika memenuhi persyaratan, sertifikat material / komponen dan invoice diterbitkan.
II-1
ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Permohonan Sertifikasi Komponen ke Cabang BKI
Lampirkan sertifikat bahan bila tidak ada, laksanakan prosedur sertifikasi bahan (Rule Vol 5, Part I)
Pemeriksaan kelengkapan permohonan berikut dokumen pendukung
Verifikasi material, Persetujuan gambar komponen, Pengujian komponen (disaksikan oleh Surveyor)
NO
HASIL PENGUJIAN MEMENUHI?
YES
aporan
DITOLAK
Kirim ke kantor pusat untuk verifikasi
selesai
II-2
ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
PROSES SERTIFIKASI MATERIAL Mengajukan Permohonan ke Kantor Cabang BKI dengan dilampiri dokumen pendukung
Pemeriksaan kelengkapan
Verifikasi material & penandaan untuk pengambilan benda uji Mengirim material uji ke laboratorium yang ditunjuk kelas Pengujian material (disaksikan oleh Surveyor)
HASIL PENGUJIAN LULUS?
TIDAK
YA
Pembuatan material test report Penerbitan sertifikat material
Kirim ke kantor pusat untuk verifikasi
GAGAL
SELESAI
SELESAI
II-3
ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
PROSEDUR SERTIFIKASI JUR LAS Mengajukan Permohonan sertifikasi juru las ke Kantor Cabang BKI dengan dilengkapi
Pemeriksaan kelengkapan permohonan
Proses pembuatan test coupon (disaksikan oleh Surveyor BKI/WI) Pemeriksaan hasil pengelasan diakredasi
HASIL PENGUJIA N LULUS?
TIDAK
YA
Pembuatan laporan
Dikirim ke kantor pusat untuk verifikasi
YA
Uji ulang 1 (satu) kali
UJI ULANG LULUS?
TIDAK
Kantor Pusat menerbitkan : Juru las perlu dilatih
Dikirim ke kantor cabang SELSAI
ID DITERIMA SELESAI
II-4
ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
II.2. SERTIFIKASI JURU LAS a. Prosedur ini untuk mengendalikan pelaksanaan sertifikasi juru las sesuai permintaan berdasarkan peraturan BKI. b. Mengajukan permohonan sertifikasi juru las dengan melengkapi kartu identitas (KTP) dan foto, serta welding procedure specification yang disetujui dengan menggunakan form L.002-1998. c. Proses pengelasan dilokasi yang dilakukan oleh masing-masing juru las sesuai dengan posisi pengelasannya diperiksa dan disaksikan oleh welding inspector dari BKI. d. Hasil pengelasan diperiksa secara visual oleh welding inspector BKI dengan menggunakan form Performance for Welder Qualification Test Report (form L.003-1998). Jika hasilnya memuaskan, maka dilanjutkan dengan proses uji bahan e. Benda uji (test piece) dikirim kepada laboratorium pengujian yang ditunjuk untuk pengujian NDT. Pengujian disaksikan oleh welding inspector BKI. Laporan pengujian dengan menggunakan radiographic inspection report for welder (form L.004-1998) dan welder qualification test report (form L.005-1998). f. Bila uji bahan terpenuhi, maka diterbitkan sertifikat juru las. II.3.
PENGESAHAN PABRIK DAN PERUSAHAAN JASA a. Prosedur ini digunakan untuk persetujuan kepada pabrik yang memproduksi material/komponen dan perusahaan penyedia jasa teknik. b. Permohonan diajukan dengan melampirkan company profile sesuai persyaratan BKI. c. BKI akan mengirim surveyor untuk memverifikasi prosedur kerja di perusahaan tersebut apakah sesuai dengan prosedur kerja yang diajukan. d. Apabila verifikasi memuaskan, akan diterbitkan sertifikat persetujuan perusahaan (company approval certificate).
II-5
ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
III PEMAHAMAN “Suatu pemikiran strategis tentang pengembangan bisnis klasifikasi secara terpadu dan berbasis pada pengembangan industri komponen kapal. Industri yang kuat akan meningkatkan revenue BK dan daya saing industri nasional ”.
3.1.
PEMAHAMAN
3.1.1. KETERKAITAN INDUSTRI KOMPONEN KAPAL DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI PERKAPALAN Tidak dapat dipungkiri industri perkapalan merupakan industri yang memegang peranan yang sangat vital dalam pengembangan Biro Klasifikasi Indonesia, mengingat pendapatan dari sector ini sangat dominan. Vitalnya industri perkapalan tersebut secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadapa industri-industri pendukung yang memberikanc pasokan terhadap berbagai komponen perkapalan. Industri kapal menjadi makin penting terutama dalam transportasi baik barang maupun orang setelah diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional, yang menerapkan azas cabotage secara konsekuen dan merumuskan kebijakan serta langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan tugas dan fungsi serta kewenangan dari masing-masing stakeholder guna memberdayakan industri pelayaran nasional. Instruksitersebut secara tidak langsung mendorong peningkatan permintaan produksi pada industri kapal baik untuk kapal baru maupun untuk perbaikan. Berdasarkan pada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, dalam rangka implementasi Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayarann Nasional, maka kebutuhan kapal nasional pad aperiode 2006 sampai dengan 2009, akan mengalami pertambahan sebesar 2.142 kapal, yang diantaranya terdiri dari 800 kapal general cargo, 80 kapal container, dan 132 kapal tanker. Seperti diketahui dalam suatu pengembangan industri keterkaitan antara hulu dan hilir pad asuatu jenis industri menjadi hal yang sangat penting dan vital. Begitu juga pada industri kapal, keterkaitan industri kapal dengan industri komponen kapal sebagai sektor hulu yang merupakan industri pendukung industri kapal menjadi sangat penting dan mempengaruhi
III-1 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
perkembangan industri kapal. Kesiapan dan kemampuan produksi industri perkapalan dalam negeri menjadi faktor penting dalam mendukung pengembangan industri kapal. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan kapal nasional antara lain ketergantungan bahan baku dan komponen / spare part dari luar negeri yang sangat tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan industri dalam negeri dalam menghasilkan bahan baku / spare part dengan harga yang belum kompetitif dan standar kualitas yang belum dapat memenuhi spesifikasi industri kapal. Selain itu dalam Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional juga mengamanatkan untuk pembangunan industri komponen kapal dalam negeri. Seperti diungkapkan sebelumnya industri perkapalan merupakan industri yang kompleks yang memiliki keterkaitan yang luas dengan industri lainnya, baik ke industri hulu maupun industri hilirnya. Namun jika ditinjau lebih jauh industri perkapalan sebenarnya merupakan industri hilir yang keberadaannya sangat tergantung pada industri pemasok dan industri pendukungnnya, terutama industri komponen kapal. Hal tersebutlah yang menjadikan pentingnya perhatian terhadap pengembangan industri komponen kapal sebagai industri yang mendukung dalam pengembangan industri kapal. Terutama dalam kesiapan pasokan komponen kapal yang memiliki kualitas dan kuantitas untuk pemenuhan kebutuhan industri kapal dalam negeri. Keberadaan dan kekuatan industri komponen kapal sangatlah strategis dalam mendukung penguatan industri perkapalan nasional, karena dengan kuatnya industri komponen kapal sebagai salah satu infrastruktur penting industri perkapalan nasional, maka akan makin kuat pula industri intinya yaitu industri galangan kapal nasional. Suatu pemikiran strategis tentang pengembangan galangan kapal nasional yang diletakkan dalam kerangka pengembangan industri manufaktur kapal secara terpadu dan berbasis pada pengembangan industri pendukung dalam hal ini komponen / peralatan kapal yang kuat sangat diperlukan untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing industri manufaktur kapal nasional. Industri komponen / peralatan kapal dalam negeri meskipun telah tumbuh dan memproduksi berbagai jenis komponen kapal namun masih sangat terbatas baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenis komponen yang diproduksi. Pada umumnya industri komponen tersebut proses produksinya masih sangat sederhana, dan tidak memenuhi standar kualitas sebagaimana yang dipersyaratkan oleh BKI ataupun standar lain yang diakui. 3.1.2. INDUSTRI PERKAPALAN DAN PERKIRAAN KEBUTUHAN KAPAL NASIONAL Saat ini terdapat 240 perusahaan industri perkapalan nasional yang tersebar luas di wilayah Indonesia. Industri perkapalan sendiri terbagi menjadi dua yaitu industri bangunan
III-2 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
kapal baru dan industri reparasi kapal. Untuk kapasitas terpasang industri kapal nasional dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3.1. Kapasitas Terpasang Industri Perkapalan Nasional Fasilitas untuk reparasi No.
Kelas Fasilitas
Fasilitas untuk bangunan baru
Kapasitas Terpasang/th
Jumlah Unit
(GT)
Jumlah Unit
(DWT)
Kapasitas Terpasang/th (GT)
(DWT)
1
< 500
121
480.000
720.000
99
21.000
31.500
2
501 – 1.000
45
495.000
742.500
27
17.000
25.500
3
1.001 – 3.000
25
455.000
682.500
8
10.000
15.000
4
3.001 – 5.000
6
400.000
600.000
10
37.000
55.500
5
5.001 – 10.000
7
900.000
1.350.000
11
50.000
75.000
6
>10.000
6
1.270.000
2.905.000
5
130.000
197.500
Jumlah
210
4.000.000
6.000.000
160
265.000
400.000
Catatan;
Beberapa fasilitas untuk bangunan baru kapal, juga digunakan untuk perbaikan kapal (docking repair) seperti graving dock di PT. PAL, PT. Dumas, PT Kodja Bahari, PT. Jasa Marina Indah dan PT. ASL Shipyard Indonesia.
Jenis fasilitas : slipway, floating dock, graving dock/ building dok, shiplift untuk reparasi dan buliding berth untuk bangunan baru
Dari segi produksi industri perkapalan, dari tahun 2004-2006 selalu mengalami peningkatan. Seperti terlihat pada Tabel berikut Tabel 3.2. Produksi Industri Perkapalan dari tahun 2004 – 2016 2004
2005
2006
Uraian
Volume (GT)
Nilai (Rp.Milyar)
Volume (GT)
Nilai (Rp.Milyar)
Volume (GT)
Nilai (Rp.Milyar)
Kapal Baru
58,275
1.460
61.100
1.610
76.375
2.200
Reparasi Kapal
2,45 juta
465
2,80 juta
550
3,36 juta
770
Sumber: Deperin, 2007
Ekspor dan impor industri perkapalan, baik kapal jadi maupun komponen kapal dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 3.3. Ekspor dan Impor Industri Perkapalan (dalam US$ Juta, Data BPS) Uraian
Ekspor
Impor
2014
2015
2016
2014
2015
2016
Kapal
47.42
171.3
207.3
203.26
264.28
764.13
Komponen Kapal
5.33
2.72
3.50
32.79
48.11
39.30
Jumlah
52.75
174.02
210.8
236.05
312.39
803.43
III-3 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Sumber: Deperin, 2016
Jika melihat pada data tersebut dan pemberlakuan azas cabotage secara tidak langsung memberikan gambaran dalam jangka waktu beberapa tahun kedepan kebutuhan kapal dalam negeri akan terus meningkat. Berikut adalah proyeksi peningkatan kebutuhan kapal dalam negeri yang di berdasarkan data dari Kementerian Perindustrian. Tabel 3.4. Proyeksi Kebutuhan Kapal Nasional 2008
2009
2010
2011
2012
Bobot Kapal (GT)
(EA)
Kapal Ikan 300 GT
300
0
0
0
0
22
6.600
25
7.500
29
8.700
Penumpang 500 DWT
370
16
5.920
20
7.400
25
9.250
25
9.250
30
11.100
Tug Boat 2.200 HP
471
14
6.594
16
7.536
20
9.20
22
10.362
25
11.775
General Cargo 3.000 DWT
2.223
13
28.899
16
35.568
18
40.014
20
44.460
23
51.129
Tanker 3.500 DWT
2.593
1
2.593
3
7.779
2
5.186
3
7.779
5
12.965
Berge 300 FT
3.151
14
44.114
16
50.416
20
63.020
22
69.322
25
78.775
Tanker 6.300 DWT
4.668
1
4.668
2
9.336
2
9.336
2
9.336
5
23.340
Ro-Ro 5.000 GT
5.000
14
70.000
17
85.000
20
100.000
25
125.000
25
125.000
Bulk carrier 50.000 GT
37.050
1
37.050
1
37.050
1
37.050
1
37.050
1
37.050
Tanker 30.000 DWT
22.230
1
22.230
1
22.230
1
22.230
1
22.230
1
22.230
Tanker 17.500 DWT
12.967
1
12.967
1
12.967
1
12.967
1
12.967
1
12.967
76
235.035
93
275.282
132
315.073
147
355.256
170
395.031
Jenis Kapal
Jumlah
Volume (GT)
(EA)
Volume (GT)
(EA)
Volume (GT)
(EA)
Volume (GT)
(EA)
Volume (GT)
Sumber : Kementerian Perindustrian
Dengan berlakunya azas cabotage, maka sesuai dengan perkiraan kebutuhan tersebut dalam beberapa tahun kedepan kebutuhan kapal nasional akan terus mengalami peningkatan. Peningkatan terhadap industri kapal secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong perkembangan pada industri yang lain baik pada industri hilir maupun pada industri hulu. Untuk dapat melihat keterkaitan industri kapal baik ke hulu maupun ke hilir maka dapat dilihat dalam pohon industri kapal berikut ini :
III-4 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Gambar 3.1. Pohon Industri Kapal 3.1.3. INDUSTRI KOMPONEN KAPAL DALAM NEGERI Dalam mengembangkan industri perkapalan harus di dukung industri lainya misalnya industri komponen perkapalan. Pemanfaatan komponen dan suku cadang lokal dalam industri perkapalan kurang begitu dikembangkan sehingga sebagian besar komponen industri perkapalan masih menggunakan komponen impor. Sebagai industri pendukung komponen industri perkapalan, industri komponen perkapalan harus dapat memanfaat peluang untuk memenuhi kebutuhan komponen industri perkapalan nasional. Dengan adanya inpres No. 5 Tahun 2005 tentang ”Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”, serta Inpres No. 5 tahun 2005 tentang ”Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional” melalui azas cabotage, maka peranan industri bahan baku dan komponen kapal dalam negeri sangatlah besar. Hal ini mendorong perlu untuk ditingkatkan produktifitas industri komponen kapal dan baik dari segi kualitas maupun dari kuantitas produksi industri komponen kapal yang sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Industri komponen kapal dalam negeri yang memproduksi bahan baku dan komponen kapal di dalam negeri pada dasarnya dikelompokkan dalam beberpa kelompok, yaitu: Hull Part, Mechanical Part, Electrical Part, Radio and Navigation Equipment, dan Other Outfitting. Berikut adalah rincian dari berbagai komponen tersebut.
III-5 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Tabel 3.5. Daftar Komponen Kapal No. I
Kelompok
Nama Barang
Hull Part 1
Hull Equipment
Hatch and Manhole Mast Post Rigging Anchoring and Mooring Life Saving Equipment and Boat Davit Awningand Canvas Work Ladder and Stair Way Rail Stanchion and Davit Skylight and Removeable Plate Gate Hole Ramp Door
2
Deck Machinery
Parts For Windlass Mooring Winch Capstan Boatwinch Steering Gear Lift Handling Hoist Handling Crane Derrick Bow Thruster Hydraulic Pump Unit Referigating Plant
3
Accomodation
Bulkhead Lining and Ceilings Deck Covering Insulation Door Side Scuttle and Window Sanitary Equipment Commissary Equipment
4
Painting and Cathodic Protection
Marine Paints Cathodic Protection Marine Growth Prevention System Impress Current Cathodic Protection
5
Vantilation and Air Conditioning
Shif Air Conditioning System Mechanical Ventilation Natural Ventilation
6
Hull Piping System
Water Ballast System Ballast Control System Fuel Oil Filling and Transfer Line Deck Wash System Bilge and Scupper Water Service System Steam and Exhaust Piping System Fire Fighting System Compressed Air System Voice Tube
7
Navigation Equipment
Navigation Equipment
III-6 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No.
II
Kelompok
Nama Barang
Communication Equipment Flag and Book Distress Signal Navigation Light Magnetic Compass Gyro Compass Steering Control Doppler Sonar Echo Sounder Radar System Radio Direction Finder Decca Navigator Loran C Receiver Central Clock System Horn Control System Window Wiper Anemometer and Anemoscope Loading Computer
Machinery Part
8
Main Propulsion Unit
Parts and Equipment For Main Eropulsion Diesel Main Propulsion Steam/Gas Turbine
9
Shafting and Propeller
Shafiing Breaking Sterntube Propeller and Its Accessories Clutch Ang Gearbox
10 Steam and Generating Plant
Parts and Equipment For Steam Generating Plant Fitting and Accessories Uptake and Funnel Burner Control
11 Electric Generating Plant
Parts and Equipments For Main Generator Engine/ Turbine Auxilliary Generator Engine/ Turbine Emergency Generator Engine
12 Condensing Equipment
Parts for Main Condenser Auxilliary Condenser Main Condenser Vacuum Pump Gland Exhaust Fan and Gland Steam Condenser
13 Pumps
Parts and Equipment for Main Feed Water Pump Centrifugal Pump Axial Pump Rotary Pump Reciprocating Pump
14 Air Compressor, Reeservoir and Fan
Parts and Equipment for Main/Auxilliary Starting Air Compressor Control and Ship Service Air Compressor Emergency Starting Air Compressor Air Reservoir Force Draft Fan Gland Exhaust Fan Boiler Hoodexhaust Fan Control Air Dryer
Parts and Equipment For Feed Water Heater
15 Heat Exchanger
III-7 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No.
Kelompok
Nama Barang
Lubricating Oil Cooler Drain Cooler Fuel Oil Heater Fresh Water Cooler Distilling Plant and Other Heat Exchanger Of Machinery#S Accessory
16 Machinery Piping System
Main Auxiliary Steam System Drain and Condensate System Feed Water System Fuel Oil Filling Transfer and Service System Lubricating Oil System Sea Water Service System Starting Control and Service Air System Bilge Water System
17 Valve
Valve for Sea Water Feed Water Fuel Oil Lubricating system Condensate Fresh Water and Air Pressure Safety Valve Pressure Vacuum/Relief Valve
18 Automatic Remote Instrumentation
Control
and
Navigation Control Engine Monitoring System Cargo Monitoring System Steam Plant Monitoring System Miscellaneous Devices Fire and Gas Detector Fire Fighting Apparatus Related Instrumentation and Control
Engine Handling Hoist Environment Protection Equipment Heating Coil Purifier
20 Lighting Equipment
Electric Ship Light Emergency Light Portable Lamp Switch Receptacle and Combination Outlet Box
21 Interior Communication Equipment
Parts for Common Battery Automatic Exchange Telephone System Loundspeaking System General Alarm Fire Alarm Halon/Co2 Alarm Transceiver System Engine Order Telegraph Shaft Revolution and Rudder Angle Indicator
22 Radio Equipment
Radio Telegraph and Telephone Lifeboat Portable Radio Equipment
19 Others
III
Electric Part
III-8 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No.
Kelompok
23 Electric Cable and Tools
IV
Nama Barang
Radio Beacon Vhr Radio Telephone Satellite Communication System Weather Facsimile Antenna Multicoupler Ship’s Telephone Broadcasting Radio Receiver Television Receiver and Antenna Stereophonic Tape Player
Elecric Cable and Its Related Accessories Switchboard Baterry Charging System Electric Motor and Motor Control Group Starter Panel Main Emergency Swtichboard
Radio Radio Equipment Main Transmitter (SSB) MF / HF Radio Equipment Watch Keeping Receiver VHF Radio Telephone (GMDSS) Radar Main Radar Radar Transponder Echo Sounder Transducer EPIRB Two Ways VHF Radio Telephone INMARSAT - C INMARSAT - B Narrow Band Direct Print Terminal (NBDPT)
Radio & Navigation Equipment
24 Radio Equipment
25 Navigation Equipment
Interior Comunication Equipment Telephone Equipment Sound Powered Telephone Cargo Handling Telephone Engine Telegraph Engineer Calling System Hospital Calling System Electrical Alarm System General Alarm System Fire Detection Alarm System CO2 Alarm System Refrigerating Chamber Alarm Alarm System for Aux. in Engine Room Combustable Gas Detector Alarm System Audible Alarm Signal Public Addressor Signals Electric Measuring Instrument Revolution Inicator for M/E Room Rudder Indicator 400 Mhz UHF Transceiver CCTV Electric Clock
III-9 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No.
Kelompok
26 Nautical Equipment
Nama Barang
Gyro Compass & Auto Pilot Gyro Compass Auto Pilot Course Compass (Steering Gear) Magnetic Compass Echo Sounder Recorder Transducer Clear View Screen Electric Speed Log Transducer Speed Distance Amplifier Distance Indicator Anemotor Weather Facsimile Receiver Facsimile Recorder AIS (Automatic Identify System) VDR (Voyage Data Recorder) GPS DPGS ELDIS SART DOPPLER LOG Whistle Control Alarm SSAS (Ships Security Alert System)
Parts For Cargo Handling Machinery, Such As Cargo Hose Cargo Pump Cargo Heater Cargo Measuring Equipments Inertgas Generator Plant Tank Cleaning Equipments Butter Worth Heater Self Unloading
V
Cargo Part Cargo Handling Machinery
Cargo Control System Pressure and Tempperature Measurement Cargo Tank Liquid Level Indicator and Alarm System Portable Cargo Measurement System Sumber : kementerian perindustrian dan berbagai sumber lainnya, diolah Cargo Control and Instrumentation
Sebaran Industri komponen kapal dalam negeri sebagian besar terdapat di wilayah Medan, wilayah Jakarta, wilayah Jawa Tengah yaitu di daerah Semarang, Tegal dan Klaten, dan wilayah Jawa Timur yaitu di Surabaya dan Gresik. Berdasarkan pada peraturan menteri keuangan No. 29/PMK.011/2009 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan bahan oleh industri perkapalan Guna Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal untuk tahun 2009 dapat di Identifikasi beberapa
III-10 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
komponen komponen kapal yang sudah dapat diproduksi dalam negeri. Berikut adalah daftar komponen kapal dan spesifikasinya yang sudah dapat diproduksi dalam negeri : Tabel 3.6. Daftar komponen kapal yang dapat diproduksi dalam negeri. No
Uraian Jenis Komponen / Barang
18
Steel Ship Plate Grade D or E
Dengan ketebalan melebihi 10 mm
7208.90.00.00
20
Steel Ship Plate Grade A
6-30 mm x 1.800 – 3.000 mm x 9.000 – 12.000 mm
7210.70.90.00
21
Steel Ship Plate Grade A
Thickness 26 mm & above
7210.70.90.00
24
Forged Bar
Non Alloy, Carbon ≥ 0,60 % of Circular Cross Section
7214.10.21.00
25
Forged Bar
Non Alloy, Carbon ≥ 0,60 % of non Circular Cross Section
7214.10.29.00
26
Steel Bar or Iron Bar
Containing Carbon ≥ 0,60 % other than of circular cross section
7215.50.10.00
57
Tank
For any material of iron or steel
7309.00.00.00
64
Turnnuckles for lumber lashing
-
7315.90.10.00
66
Anchor
Of iron or steel
7316.00.00.00
71
Cast Steel Product
Stern Frame, Rudder Stock, Stern Bushing and other Cast Steel Product
7325.99.90.00
96
Windows & Side Scuttle
-
7610.10.00.00
107
Ship Boilers
-
803.10.00.00
133
Crane for ship use
-
8426.11.00.00
159
Transformator
Power = 16 kVA – 500 kVA, Voltage ≥ 66.000 Volts, Matching Transformer
8504.33.91.00
160
Transformator
Power = 16 kVA – 500 kVA, Voltage ≥ 66.000 Volts, other than Matching Transformer
8504.33.99.00
208
Pilot chair
-
9401.80.90.00
Spesifikasi
Nomor Kode HS
Sumber : Kementerian Perindustrian
Dari berbagai jenis komponen industri kapal yang telah diidentifikasi tersebut, selanjutnya dapat dilakukan identifikasi awal untuk produsen dan kapasitas produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini data identifikasi awal diperoleh dari data kementerian perindustrian yang merupakan hasil kajian kompetensi industri komponen kapal dalam negeri. Berikut adalh data identifikasi awal potensi industri komponen kapal dalam negeri.
III-11 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Tabel 3.7. Potensi Industri Komponen Kapal Dalam Negeri BAGIAN Hull Part
KOMPONEN Ship Plate
Profil
Kawat Las
Bolt and Nut
Cast Steek Product (Stern Frame, Rudder Stock) Hull Outfitting (anchor, anchor chain, mooring rope, bollard, manhole, windows, doors, ladders, railing, turnbuckles) Deck Machinery (Mooring Winches, Combined Anchor Mooring, Winches, Windlasses, Anchor Capstans, Capstans, Towing Winch, Deck
PRODUSEN PT. Krakatau Steel PT. Gunung Raja Paksi PT. Gunawan Dianjaya Steel PT. Gunung Gahapi Sakti PT. Growth Sumatra PT. Krakatau Wajatama PT. Pulogadung Steel PT. Master Steel PT. Interworld Steel Mill PT. Cakra Tunggal PT. Gunung Garuda PT. Gunung Gahapi Bahara PT. Inti General Jaya PT. Hanil Jaya PT. Jatim Taman Steel PT. Brawjaya PT. Niko Steel PT. Super Logam PT. Intan Pertiwi PT Kramayudha C.W. PT. Alfa Austenite PT. Kawah Sakti PT. Yama Indonesia PT. Timur Megah Steel PT. Kartika Alas Utama PT. New Simo Mulyo PT. Barata Indonesia IKM Klaten IKM Tegal PT. Barata Indonesia PT. Loka Metal PT. Magma Chain
PT. Pindad PT. Barata Indonesia PT. Boma Bisma Indra PT. Jardam PT. Ungaran Multi
KAPASITAS 150.000 Ton/Th 300.000 Ton/Th
NO. KODE HS 7210.70.90.00
200.000 Ton/Th 70.000 Ton/Th
7216.10.00.00
40.000 Ton/Th 60.000 Ton/Th 30.000 Ton/Th 40.000 Ton/Th 60.000 Ton/Th 30.000 Ton/Th 70.000 Ton/Th 60.000 Ton/Th 30.000 Ton/Th 40.000 Ton/Th 20.000 Ton/Th 10.000 Ton/Th 150.000 Ton/Th
8311.30.90.00
7318.15.12.00
Job Order
7325.99.90.00
7308.30.00.00 7315.90.10.00 7316.00.00.00
8425.11.00.00
III-12 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
BAGIAN
KOMPONEN Cranes, Steering Gears) Steel Pipe
Painting
Cathodic Protection Fire Fighting (Fire Hydrant, Fire Extinguisher) Life Boat
Mechanical Part
Life Jacket Main Engine Generator Set
Proppeler
Pumps
Electrical Part
Switchboard & Panel Distribution
PRODUSEN Engineering PT. Bakrie Pipe Industry PT. Bumi Kaya Steel Industry PT. Chugoku Paint Indonesia PT. Nippon Paint Indonesia PT. ICI Paint Indonesia PT. HEmpel Indonesia PT. Toyo Paint PT. SigmaPaint PT. Pacific Paint PT. Dana Paint PT. Bina Adidaya PT. Alumindo PT. Alcon Indonesia PT. chubb Safes Indonesia PT. Indolook Bhakti Utama PT. Adhiguna Shipyard PT. Kodja PT. Marspec PT. Sanjaya PT. Young Marine PT. Wisnu PT. United Tractor Indonesia PT. United Tractor Indonesia PT. Trakindo Utama PT. Tatung Electric Indonesia PT. Tesco Marine PT. Barata Indonesia PT. Alpha Austenite PT. Bumi Cahaya Unggul PT. Ebara Indonesia PT. GRunfos Pompa PT. Guna Elektro PT. Teknik Tadakara Sumberkarya PT. Siemens Indonesia Pt. Ungaran Multi Engineering
KAPASITAS
NO. KODE HS
7304.39.00.00
3209.10.50.00
1.000 Ton/Th
7403.11.00.00 8424.10
350 Unit/Th
8906.90.90.00
14.400 Set/Th
6307.20.00.00 8407.10.00.00 85.02
360 Set/Th
84.11
8413.70
480 Set/Th
8537.10.10.00
III-13 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
BAGIAN
KOMPONEN
Transformator
Radar & Navigation Equipment
Radar, SSB
Other Drifting
Power Cable, Instrument Cable
PRODUSEN PT. Mega Eltra PT. Guna Elektro PT. Otessa Perkasa PT. Industira PT. Uni Makmur Pt. Trafoindo Prima Perkasa PT. Sintra Sinarindo Elektrik Industri PT. Kala Elektrikal System PT. Unindo PT. RFC PT. Lembaga Elektronika Nasional PT. Dharma Dwi Tunggal Utama PT. Elnusa PT. GT Kabel Indonesia, Tbk PT. Jembo Cable Company, Tbk PT. Sumi Indo Kabel, Tbk PT. Supreme Cable Manufacturing Corporation, TBk
KAPASITAS
NO. KODE HS
8504.33.91.00 8504.33.99.00
300 Set/Th
8526.91.10.00
8544.11.00.20
Sumber : Kementerian Perindustrian
Berdasarkan pada perkiraan kebutuhan kapal nasional pada tabel sebelumnya maka dapat diperkirakan kebutuhan bahan baku dan komponen kapal. Berikut adalah data kebutuhan komponen kapal dari sumber yang sama. Tabel 3.8. Proyeksi Kebutuhan Bahan Baku dan Komponen Kapal No
Bahan Baku / Komponen
Satuan
Spesifikasi
2008
2009
2010
2011
2012
Grade A
79.841.306
94.987.268
114.118.252
127.854.124
144.348.150
32.024.516
38.373.836
45.168.350
51.500.630
57.746.062
Dia, 4 mm
6.106.701
7.218.252
9.078.602
10.128.252
11.289.055
Dia, 3,2 mm
1.665.300
1.985.950
2.472.600
2.770.950
3.124.750
1
Plat kapal
Kg
2
Profile
Kg
3
Welding Rod
Kg
4
5
Deck Crane
WinLasses
Ea
Ea
Cap. 1 ton
4
5
6
7
12
Cap. 2,5 ton
13
16
18
20
23
Cap. 5 ton
3
3
3
3
3
2 Ton x 10 m/min
59
72
88
92
108
10 Ton x 12 m/min
4
10
8
10
20
10 Ton x 15 m/min
29
35
41
51
51
13 Ton x 15 m/min
2
2
2
2
2
17 Ton x 9 m/min
1
1
1
1
1
24 Ton x 9 m/min 6
Main and
Ea
220 – 240 Volt
2
2
2
2
2
110
138
182
203
236
III-14 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No
Bahan Baku / Komponen Emergency Swithboard
Satuan
7
Marine Radar
Set
8
Propeler
Ea
9
Life Boat
10 11 12
Spesifikasi
2008
2009
2010
2011
2012
67
85
119
133
158
4 Blade, Nickel AlBronze
90
110
152
172
195
Ea
Cap. 30 Org, Tahan api, Close Type, Kec. 6 Knot
311
392
482
486
589
Life Jacket
Ea
Foamed Polyester
36.631
44.808
53.919
64.097
66.926
Rantai Jangkar
M
Dia. S/d 80 mm
24.271
30.380
39.018
43.522
50.516
Cathodic Protection
Kg
Sacrificial Anode
73.168
79.871
88.428
94.735
102.733
Sumber : Kementerian Perindustrian
Perkembangan industri komponen kapal tidak lepas dari berbagai hambatan bagi pelaku industri dalam melakukan usahanya. Beberapa faktor yang menghambat dalam pertumbuhan industri komponen kapal dalam negeri adalah : 1. Regulasi Pemerintah Peraturan menteri Keuangan No. 29/PMK.011/2009 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan bahan oleh Industri Perkapalan Guna Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal untuk tahun 2009, menjadi hambatan besar bagi pertumbuhan industri komponen kapal dalam negeri. Hal tersebut disebabkan sebagian besar daftar komponen yang tercantum dalam BMDTP sudah diproduksi dalam negeri, sehingga dengan adanya persturan pemerintah tersebut galangan kapal cenderung mengambil komponen dari luar yang lebih bersaing dalam hal harga dan kualitas. Dalam BTBMI Bea Cukai, terdapat pula beberapa jenis kapal dikenakan tariff bea masuk sebesar 0%. Hal ini berakibat banyak industri pelayaran yang mengimpor kapal secara utuh. Hal ini secara tidak langusng menghambat pertumbuhan industri komponen kapal dalam negeri. 2. Kurangnya Dukungan dari Perbankan Nasional 3. Produk Tidak Memenuhi Spesifikasi Standar Sebagian besar industri-industri komponen kapal dalam negeri masih belum dapat memenuhi spesifikasi dan standard, khususnya industri pengecoran logam. 4. Produksi Berdasarkan Pesanan
III-15 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Sebagian besar komponen-komponen kapal yang diproduksi oleh industri-industri dalam negeri berdasarkan pada job order bukan mass product. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya standarisasi kapal yang dibuat oleh industri-industri galangan kapal nasional. 5. Kualitas SDM
3.2.
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI KOMPONEN KAPAL DALAM RANGKA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI KAPAL Seperti diungkapkan sebelumnya Industri komponen / peralatan kapal dalam negeri
meskipun telah tumbuh dan memproduksi berbagai jenis komponen kapal namun masih sangat terbatas baik dari segi kuantitas, kualitas maupun jenis komponen yang diproduksi. Pada umumnya industri komponen tersebut proses produksinya masih sangat sederhana, dan tidak memenuhi standar kualitas sebagaimana yang dipersyaratkan oleh BKI ataupun standar lain yang diakui. Hal ini menjadikan permasalahan tersendiri dalam pengembangan industri perkepalan nasional, karena dengan permasalahan tersebut maka kemampuan daya saing industri komponen kapal dalam negeri menjadi kurang bersaing jika dibandingkan dengan produk sejenis dari luar. Berbicara mengenai produktivitas pada akhirnya tidak akan dapat lepas dari daya saing. Hal ini dikarenakan produktivitas merupakan salah satu factor yang sangat menentukan daya saing suatu industri maupun produk tertentu. Hubungan antara daya saing dengan produktivitas dapat dilihat pada gambar berikut ini. Kebijakan Pemerintah Kurang Mendukung
Harga BBM Naik
UMR Naik Terus
DAYA SAING MENURUN
Biaya Produksi Meningkat
Birokrasi
Tingkat Kewirausahaan / Inovasi yang Rendah
Infrastruktur Terbatas
Produktivitas Rendah
Pungutan Bertambah Terus
Kualitas SDM Rendah
Banyaknya Perda
Kredit Bank Terbatas
Otonomi Daerah
Bank Nasional Belum Sepenuhnya Pulih
Kapasitas Produksi Rendah
Penguasaan Teknologi Rendah
Investas i Rendah
Kurang Dukungan Pemerintah
Kurang Dukungan dari Swasta / Perguruan Tinggi
Rasa Ketidakpastian untuk Melakukan Bisnis di Indonesia Masih Besar
Gambar 3.2. Faktor Penyebab Penurunan Daya Saing
III-16 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Dengan kata lain sebagai upaya untuk melakukan peningkatan daya saing dari suatu perusahaan/industri dapat dilakukan dengan melakukan peningkatan mutu dan produktifitas perusahaan tersebut. Peningkatan mutu berorientasi pada peningkatan kualitas produk untuk memenuhi persyaratan / harapan pelanggan, baik internal maupun eksternal; sedangkan peningkatan produktivitas berorientasi pada peningkatan jumlah output yang dihasilkan per satuan input. Peningkatan produktifitas pada industri komponen kapal beranjak dari terjadinya kesenjangan (gap) antara mutu dan produktifitasnya, yang belum sesuai dengan yang diharapkan (secara optimal). Berbagai hal yang mendasari upaya peningkatan produktifitas pada industri komponen kapal seperti yang telah diungkapkan diatas pada dasarnya juga merupakan suatui tindak lanjut antisipasi dimana saat ini kenyataan bahwa produk-produk yang dihasilkan, dalam kerangka perdagangan bebas (globalisasi perdagangan), harus mampu berkompetisi secara langsung dengan produk-produk lainnya yang sejenis yang merupakan produksi beberapa negara kompetitor di dunia. Terlebih dengan perkembangan teknologi produksi yang semakin cepat juga berdampak pada daur hidup produk yang semakin pendek. Artinya, keunggulan komparatif tidak lagi dapat dijadikan andalan dalam melakukan produksi. Persaingan harus dimenangkan dengan meningkatkan mutu dan produktifitas (yang secara total), yang pada intinya merupakan peningkatan daya saing industri sehingga mampu bersaing dengan produk asing sejenis. Sebagai upaya peningkatan produktivitas industri komponen kapal yang dilakukan melalui kajian teknis, maka perlu dilakukan pendekatan-pendekatan dengan memperhatikan pada proses bisnis maupun proses produksi yang terjadi pada industri komponen kapal. Dalam proses bisnis berdasarkan model CIM-OSA terdiri atas tiga proses utama, yaitu: (1) Proses Manajemen; (2) Proses Bisnis Inti; dan (3) Proses Pendukung Bisnis (Arman Hakim Nasution, 2006); yang digambarkan berikut ini : Management Process
Set Direction
Core Business Process
Develop Product
Get Order
Fulfil Order
Support Product
Support Business Process
HR Process
IT Process
Fin & Acc Process
Maintenance Process
Set Strategy
Direct Business
Gambar 3.3. Tiga aktivitas utama dalam proses bisnis
III-17 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Proses manajemen merupakan aktivitas manajemen strategis yang meliputi penentuan visi dan misi perusahaan. Proses bisnis inti merupakan aktivitas yang mendukung hal-hal yang telah ditetapkan dalam proses manajemen sebelumnya, seperti pengembangan produk, perolehan pesanan, pemenuhan pesanan dan produk pendukung. Sedangkan proses pendukung bisnis merupakan proses yang membuat proses bisnis inti dapat berjalan dengan baik, yang diwakili dengan oleh unit-unit bisnis fungsional. Mengacu pada aktivitas bisnis yang dilakukan, peningkatan produktivitas pada industri komponen kapal harus dilakukan dan diarahkan dari sisi manajerial, proses produksi, dan keterlibatan organisasi sebagai pendukung. Beberapa konsep yang disajikan berikut merupakan dasar-dasar pemikiran yang dapat dikembangkan untuk peningkatan daya saing melalui peningkatan mutu dan produktivitas pada industri. Produktivitas dapat didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Menurut Lawlor (1979: 9) produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input. Output merupakan barang yang diproduksi dan terjual, sedangkan input merupakan sumber daya yang digunakan dalam melakukan produksi. Hubungan ini sering lebih umum dinyatakan sebagai rasio output dibagi input. Jika lebih banyak output yang dihasilkan dengan input yang sama, maka disebut terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga kalau input yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang tetap, maka produktivitas dikatakan meningkat. Sedangkan Paul (1985:20) mendefinisikan bahwa produktivitas adalah pengukuran seberapa baik sumber daya digunakan bersama dalam organisasi untuk menyelesaikan kumpulan hasil-hasil. Produktivitas lahir karena adanya pengembangan industri. Menurut FW. Tailor dan rekannya meneliti dan mengenalkan apa yang dimaksud Scientific Management di bidang ketenagakerjaan produksi. Tingkat mekanisme waktu itu masih rendah sehingga efisiensi kerja masih ditentukan oleh kecepatan manusia di dalam menjalankan mesin serta peralatan. Dengan adanya standar kecepatan kerja dapat dibuat perencanaan dan pengawasan. Bahkan pengendalian akan persediaan kemudian menjadi pusat perhatian manajemen. Pengurangnan biaya melalui pengawasan kualitas, jadual produksi, sediaan barang, tidaklah cukup menjamin keuntungan perusahaan. Dalam hal ini ada aspek penjualan dan pemasaran masih memerlukan perhatian yang lebih besar. Menurut Munandar (1985:15) produktivitas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: motivasi, kecakapan, kepribadian, dan peran pegawai yang dinyatakan dalam bentuk hubungan, produktivitas = f (motivasi, kecakapan, kepribadian, peran). Konsep produktivitas juga dapat
III-18 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
digambarkan dengan konsep unjuk kerja. Lebih lanjut Stooner (1971:21) mengemukakan bahwa kinerja (performance) seseorang merupakan fungsi dari beberapa faktor yaitu: motivasi, kemampuan, dan persepsinya atas peran yang harus dilakukan yang dirumuskan sebagai U = f(M,K,P) di mana U = kinerja, M = motivasi, K = kemampuan, dan P = persepsi. Produktifitas perlu diukur dan diperhitungkan sebagai upaya melakukan berbagai aktifitas perbaikan bagi peningkatan kinerja secara umum. Pengukuran produktifitas dapat dilakukan secara total ataupun parsial. Pengukuran produktifitas parsial, misalnya produktifitas produksi, produktifitas organisasi, produktifitas penjualan, produktifitas produk, produktifitas tenaga kerja, dan produktifitas modal. Metode pengukuran produktivitas total dilakukan dengan melakukan model pengukuran produktivitas David J. Summanth dengan konsep siklus produktivitas, yang meliputi aspek-aspek pengukuran, evaluasi, perencanaan, dan perbaikan produktivitas. Pengukuran produktivitas parsial dilakukan dengan menggunakan model pengukuran produktivitas parsial Habberstad (POSPAC). Selain kedua model tersebut di atas, pengukuran produktifitas juga dapat dilakukan dengan Model Mundal, Model APC dan Model OMAX. Bahkan saat ini telah banyak perusahaan / instansi pemerintah yang menggunakan balanced scorecard (BSC) dalam mengukur produktifitasnya. Pada tingkat industri, produktivitas dihitung dengan rumus rasio yang berbeda-beda untuk masing-masing unit dalam organisasi industri. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut : 1. Rumus Spery Flight Systems : Penerimaan Tenaga kerja langsung
+
Tenaga kerja tak langsung
+
Usaha pencarian langsung total
+ Pengeluaran lainnya
+
Biaya modal
-
Perubahan sediaan
2. Rumus General Electric: Produksi - Bahan baku yang dibeli – Penyusutan - Pajak Upah pekerja
+
Beban fasilitasi
+
Biaya bahan baku langsung
+ Biaya bisnis
pelayanan
3. Rumus Western Electric: Total barang dan jasa yang ditagih Upah pekerja
+
Beban fasilitasi
+
Biaya bahan baku langsung
+
Biaya pelayanan bisnis
III-19 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
4. Rumus Nortrop Corporation: Pengiriman Jam kerja tenaga kerja
5. Rumus Honeywell: Penjualan Pembayaran
Berdasarkan hasil perhitungan, tahap berikutnya adalah merumuskan alternatif langkah yang diperlukan untuk peningkatan produktifitas antara lain (dipandang dari sisi proses produksi): 1. Menaikkan output dengan input tetap. 2. Menurunkan input dengan output tetap. 3. Menaikkan output dan menurunkan input. 4. Menurunkan input dengan tajam dan menurunkan output. 5. Menaikkan output dengan tajam dan menaikkan input. Adanya penurunan produktivitas biasanya ditandai dengan kurangnya inovasi, pencemaran lingkungan dan peraturan-peraturan keamanan yang kuat. Beberapa dari kita mungkin bertanya mengapa produktivitas harus ditingkatkan. Produktivitas yang meningkat akan banyak manfaatnya. Meningkatnya produktivitas akan menciptakan pendapatan per kapita riil yang lebih besar. Sejak era kemerdekaan 1945, kesediaan input berupa tanah, tenaga kerja, dan modal telah meningkat secepat peningkatan jumlah penduduk. Karena itu semua pertumbuhan pendapatan riil selama periode ini dapat dihubungkan dengan peningkatan produktivitas. Keberhasilan suatu program kegiatan (peningkatan mutu dan produktivitas), di lingkungan organisasi manapun, dimulai dari adanya komitmen manajemen puncak. Komitmen ini merupakan kekuatan untuk mengendalikan proses pengembangan organisasi, yang disosialisasikan mulai dari level paling bawah (setingkat operator) hingga ke level menengah (level manajer). Banyak pengalaman yang menunjukkan bahwa komitmen manajemen puncak hanya sebatas komitmen di atas kertas, tetapi tidak disosialisasikan dan dilaksanakan secara total di setiap level organisasi, yang pada akhirnya berdampak pada kegagalan dalam program peningkatan mutu dan produktivitas. Artinya, keberhasilan untuk meningkatkan mutu dan
III-20 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
produktivitas adalah hasil kerjasama dan partisipasi total dalam setial level organisasi. Dalam konsep PDCA, hal tersebut digambarkan berikut ini : Peningkatan mutu dan produktivitas berkesinambungan peningkatan daya saing
ACTION Menstandarkan hasilhasil solusi masalah atau perbaikan mutu dan produktivitas
PLAN Perencanaan mutu dan produktivitas atau perbaikannya (corrective action) Manajemen Puncak
Karyawan
CHECK
Melalui kerjasama dan partisipasi total
Memeriksa hasil-hasil perencanaan mutu dan produkrivitas
DO Melaksanakan perencanaan mutu dan produktivitas
Gambar 3.9. Konsep dasar siklus PDCA
3.3.
MODEL
ANALISIS
PRODUKTIVITAS
DALAM
MELAKUKAN
EVALUASI
SEBELUM DAN SESUDAH KAJIAN TEKNIS Ada banyak metode atau model yang dapat digunakan untuk menghitung produktifitas, baik pada level industri maupun perusahaan. Produktivitas dapat dilihat pada tingkat nasional maupun tingkat industri. Produktivitas tingkat nasional sering diukur sebagai rasio output dibagi input. Jumlah keseluruhan output diukur dengan Produk Nasional Kotor (PNG), sedangkan jumlah keseluruhan input dihitung dengan tenaga kerja dan modal. Total Produktivitas Faktor =
GNP Tenaga Kerja Modal
Selain itu juga mengenal dua rasio produktivitas parsial, yaitu terhadap tenaga kerja dan terhadap modal : Total Produktivitas Faktor =
GNP Jam Kerja Tenaga Kerja
III-21 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Total Produktivitas Faktor =
GNP Modal
Rasio total produktivitas faktor merupakan alat ukur yang terbaik jika digunakan untuk menyatakan produktivitas nasional karena didalamnya terkandung semua masukan yang digunakan. Rasio parsial hanya mempertimbangkan satu masukan. Rasio produktivitas nasional secara unik dinyatakan sebagai indeks terhadap waktu. Rasio pada satu periode waktu dibandingkan dengan rasio pada periode dasar guna menentukan naik atau turunnya rasio produktivitas. Indeks demikian umumnya dihitung dalam periode waktu tahunan dan kuartalan. Model APC Pusat produktivitas Amerika (The American Productivity Center – APC) mengemukakan ukuran produktivitas sebagai berikut:
Pr ofitabilit as
Hasil Penjualan Biaya biaya
Banyaknya output h arg a per unit Banyaknyainput biaya per unit
Banyaknyaoutput H arg a Banyaknyainput Biaya
(Pr oduktivita s) ( Faktor perbaikan h arg a) Dari ukuran produktivitas yang dikemukakan APC tampak bahwa ada hubungan profitabilitas dengan produktivitas dan faktor perbaikan harga. Rasio produktivitas memberikan suatu indikasi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan output perusahaan. Model APC untuk pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan ditunjukkan dalam gambar berikut:
III-22 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Bisnis
Lingkungan
Harga-harga input
Pembelian (Rp)
Input
Harga-harga output
Proses konversi
Output
Penjualan (Rp)
Fisik Finansial
Gambar 3.4. Model APC untuk pengukuran produktivitas perusahaan Dalam model APC, kuantitas output dan input setiap tahun digandakan dengan hargaharga tahun dasar untuk menghasilkan indeks produktivitas. Harga-harga dan biaya per unit setiap tahun digandakan dengan kualitas output dan input pada tahun tertentu sehingga akan menghasilkan indeks perbaikan harga pada tahun itu. Bila diketahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga maka indeks profitabilitas dapat ditentukan dengan jalan: Indeks profitabilitas = (indeks produktivitas) X (indeks perbaikan harga) Atau:
Indeks Pr oduktivita s
Indeks profitabil itas Indeks perbaikan h arg a
Indeks perbaikan harga menunjukkan perubahan dalam biaya input terhadap harga output perusahaan. Dalam model APC, biaya per unit tenaga kerja, material dan energi dihitung atau ditentukan secara langsung, sedangkan perhitungan input modal ditentukan berdasarkan depresiasi total ditambah keuntungan relatif terhadap harta total (harta tetap + modal kerja) yang dipergunakan. Dengan demikian input modal untuk suatu modal tertentu sama dengan depresiasi untuk periode itu ditambah (ROA periode dasar) dikalikan harta sekarang yang dipergunakan. Dalam perhitungan input tenaga kerja, material dan energi ditentukan secara langsung, sedangkan penjelasan untuk perhitungan input modal adalah sebagai berikut.
ROA
Keuntungan dalam periode dasar (H arga tetap mod al ker ja) dalam periode dasar
III-23 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Model Mundel Marvin E. Mundel mengemukakan dua buah bentuk pengukuran indeks produktivitas, yaitu:
IP
AOMP/ RIMP x100 AOMB/ RIBP
IP
AOMP/ AOMB x100 RIMP/ RIBP
Keterangan: IP
= indeks produktivitas
AOMP
= output agregat untuk periode yang diukur
AOBP
= output agregat untuk periode dasar
RIMP
= input-input untuk periode yang diukur
RIBP
= input-input untuk periode dasar
Dari dua bentuk indeks produktivitas yang dikemukakan oleh Marvin E. Mundel tampak bahwa pada dasarnya kedua bentuk pengukuran itu adalah serupa, dimana kita dapat menggunakan salah satu formula dalam penerapan pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan. Formula (1) pada dasarnya merupakan rasio antara indeks performansi untuk periode dasar, sedangkan Formula (2) pada dasarnya merupakan rasio antara indeks output dan indeks input. Dengan demikian dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
IP
AOMP / RIMP Indeks performans i periode pengukuran x100 x100 AOMB / RIBP Indeks performans i periode dasar
IP
AOMP / AOMB IndeksOutput x100 x100 RIMP / RIBP IndeksInput
Pada dasarnya model Mundel merupakan suatu model pengukuran produktivitas yang berdasarkan pada konsep-konsep dalam ilmu teknik industri bersama definisi-definisi ongkos dalam akunting biaya. Model ini mensyaratkan bahwa perusahaan yang akan diukur produktivitasnya harus mempunyai waktu-waktu standar untuk bekerja (operation time standards), suatu syarat yang masih sulit dipenuhi oleh kebanyakan perusahaan di Indonesia.
III-24 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Model OMAX Objectives Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objective). Metode ini dikembangkan oleh seorang profesor produktivitas dari Departement of Industrial Engineering at Oregon State University, yaitu James L. Rigg, PE. Omax diperkenalkan pada tahun 80-an di Amerika Serikat. Guna dari OMAX adalah: (1) Sebagai sarana pengukuran produktivitas; (2) Sebagai alat memecahkan masalah produktivitas; dan (3) Alat pemantau pertumbuhan produktivitas Dalam OMAX diharapkan aktifitas seluruh personil perusahaan untuk turut menilai, memperbaiki, dan mempertahankan, karena sistem ini merupakan sistem pengukuran yang diserahkan langsung ke bagian-bagian unit proses industri. Langkah-langkah yang dilakukan pada proses OMAX adalah: Support
Commitment
Coordination
Introduction
Criteria
Priorities
Scores
Objectives
Start up
Feed back
Maintenance
Gambar 3.5. Sebelas Blok Model OMAX Dari ke-sebelas blok model OMAX tersebut terdapat tiga aspek yang penting dalam OMAX, yaitu:
Awareness, yaitu: a) Mengerti masalah produktivitas b) Ada kemungkinan peningkatan produktivitas c) Mampu meningkatkan produktivitas
Improve a) Know how to do it b) Mampu dan mau manjalankan perbaikan
III-25 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Maintenance a) Mempertahankan kemajuan b) Memelihara semangat maju
Productivity Evaluation Tree (PET) Model Model productivity evaluation tree (PET) merupakan salah satu metode dalam membuat perencanaan produktivitas jangka pendek dengan menggunkan pohon evaluasi produktivitas. Metode ini merupakan suatu metode yang mengandalkan pada keputusan manajerial terutama dalam mengidentivikasi dan menguji alternatif yang mungkin serta memutuskan alternatif mana yang sebaiknya dilakukan dalam penetapan target produktivitas total dimasa datang. Jadi penetapan tingkat produktivitas dimasa yang akan datang tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil peramalan dengan menggunakan data masa lalu. Usaha pengembangan alternatif dan pembuatan pohon evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan dasar kombinasi alternatif dalam peningkatan produktivitas seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.6. Kombinasi alternatif cara peningkatan produktivitas (Lianto, 2000)
III-26 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Aspek penting dalam model productivity evaluation tree (PET) ini selain pada pengembangan dan pengujian alternatif diatas adalah syarat yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan model ini pada sebuah perusahaan. Beberapa formula yang berkaitan dengan model ini adalah:
Keterangan: TPF t
= Produktivitas total perusahaan pada periode t
Oit
= Nilai output/keluaran produk i pada periode t
Iit
= Nilai input/masukan untuk produk i pada periode t
n
= Jumlah variasi produk
j
= Input yang digunakan
TPit
= Produktivitas total untuk produk i pada periode t = Estimasi nilai output produk i pada periode t + 1 = Estimasi nilai input produk i pada periode t + 1 = Estimasi besar perubahan output produk i pada periode t + 1 = Estimasi besar perubahan input pada produk i pada periode t + 1 = Estimasi produktivitas total untuk produk i pada periode t + 1 = Estimasi besar perubahan produktivitas total produk i pada periode t +1 = Estimasi indeks produktivitas total produk i pada periode t +1
Pada umumnya terdapat 5 strategi yang dapat digunakan dalam menyusun usaha perbaikan produktivitas yaitu:
III-27 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
1. Meningkatkan input dan output, dimana perubahan/peningkatan output > daripada input. 2. Menurunkan input dan output, dimana perubahan/penurunan input > daripada output. 3. Input tetap output meningkat. 4. Input turun, output tetap. 5. Input turun, output meningkat. Sedangkan langkah-langkah dalam melakukan perencanaan produktivitas dengan PET Model adalah sebagai berikut:
Gambar 3.7. Langkah-Langkah Perencanaan Model PET Berbagai model yang telah diuraikan diatas nantinya dapat diambil yang paling sesuai untuk selanjutnya dipergunakan untuk melakukan evaluasi dalam melakukan kajian teknis. Hal ini dimungkinkan dengan melakukan penilaian produktivitas sebelum dilakukan kajian teknis dan sesudahnya.
3.4.
PEMAHAMAN TERHADAP MAKSUD DAN TUJUAN Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan kajian teknis berupa pendampingan
tenaga ahli secara langsung kepada industri-industri komponen. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan industri pembuat komponen kapal dalam memproduksi komponen
III-28 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
/ peralatan kapal secara baik dan benar dan sesuai dengan standar klasifikasi serta persyaratan teknis yang berlaku. Seperti diuraikan dalam kajian, maksud dari kegiatan ini adalah untuk memberikan kajian teknis berupa pendampingan tenaga ahli secara langsung terhadap industri komponen kapal yang dinilai memerlukan pendampingan dalam upaya untuk meningkatkan produktivitas kinerja industri tersebut. Kajian dilakukan oleh tenaga ahli yang menguasai teknik produksi sesuai standar yang ada, sehingga diharapkan nantinya setelah dilakukan kajian industri yang memperoleh kajian dapat meningkatkan kulitas dan kuantitas produksinya sesuai dengan standard dan persyaratan mutu yang berlaku. Kesesuaian produk dengan standard dan mutu yang dipersyaratkan menjadi hal yang penting terutama dalam upaya persaingan dengan komponen-komponen kapal dari impor yang sejenis dengan diproduksi dalam negeri. Peningkatan produktivitas tersebut paling tidak diharpakan nantinya industri galangan kapal dapat melakukan penyerapan produksi komponen kapal dalam negeri. Dan bagi industri komponen kapal sendiri diharapkan dapat meningkatkan produksi untuk memnuhi permintaan industri galangan kapal. Standar yang dipergunakan dalam melakukan kajian dipergunakan standar yang dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Setiap material yang dipasan pada kapal sedapat mungkin memenuhi memenuhi klasifikasi yang ditetapkan oleh BKI. Hal tersebut untuk menjamin material / komponen tersebut telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik secara komposisi material maupun kinerja dari komponen. Dalam melakukan kajian teknis, selain melakukan pendampingan juga dilakukan pendataan bahan, material, jenis produksi, kemampuan mesin produksi, kualitas, kuantitas, acuan spesifikasi teknis dan pemasaran produsen komponen kapal. Disamping itu juga melakukan fasilitasi dengan mendampingi industri komponen dalam melakukan pengujian produk komponen kapal hingga memenuhi persyaratan teknis. Pengujian harus dilakukan pada laboratorium uji yang terakreditasi dan diakui (recognized) oleh BKI.
3.5.
PEMAHAMAN TERHADAP SASARAN DAN HASIL (OUTPUT) YANG DIHARAPKAN Sasaran utama yang ingin dicapai adalah meningkatnya revenue dan turunannya adalah: a. Meningkatnya kualitas komponen–komponen kapal yang diproduksi dalam negeri. b. Meningkatknya produktifitas industri pembuat komponen kapal.
III-29 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
c. Meningkatkan kemampuan industri komponen kapal agar produknya memenuhi persyaratan yang diwajibkan oleh pihak berwenang. d. Meningkatkan daya saing produsen komponen kapal terhadap barang sejenis ex impor. Output atau hasil dari pemikiran ini adalah meningkatnya revenue BKI karena: a. Meningkatnya kemampuan industri komponen dalam memproduksi komponen kapal secara baik dan benar berdasarkan standard adan persyaratan teknis yang dibutuhkan. b. Meningkatkan daya saing industri komponen dalam negeri. c. Meningkatkan potensi sumberdaya manusia pembuat komponen kapal agar mengetahui persyaratan teknis komponen kapal dan pembuatannya. d. Meningkatkan pemasaran produk komponen kapal. Melihat pada sasaran dan output yang diharapkan dari kegiatan seperti yang diuraikan diatas, pada dasarnya adalah memiliki tujuan akhir peningkatan daya saing industri komponen kapal sehingga dapat meningkatkan pemasaran produk komponen kapal. Peningkatan daya saing tersebut dilakukan dengan melakukan berbagai kegiatan baik dari sisi peningkatan produtivitas maupun dari peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kualitas produk yang dihasilkan sehingga memenuhi produk yang dipersyaratkan sesuai dengan standar yang berlaku. Peningkatan daya saing tersebut merupakan upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan industri galangan kapal nasional sebagai upaya pengembangan industri kapal nasional. Selain itu juga merupakan upaya menekan produk komponen ex impor sejenis dari luar yang saat ini cenderung memenuhi kebutuhan industri kapal dalam negeri.
3.6.
PEMAHAMAN TERHADAP RUANG LINGKUP Ruang lingkup kajian Teknis Peningkatan Produktivitas Industri Komponen Kapal
adalah sebagai berikut: 1. Melakukan survey dan pemetaan industri pembuat komponen kapal. 2. Melakukan koordinasi dengan pelaku usaha / industri maupun dengan pemangku kepentingan terkait lainnya. 3. Melakukan pendataan bahan, material, jenis produksi, kemampuan mesin produksi, kualitas, kuantitas, acuan spesifikasi teknis dan pemasaran produsen komponen kapal. 4. Menyusun standar acuan spesifikasi teknis persyaratan komponen kapal sesuai persyaratan klasifikasi. 5. Melakukan diagnosis dan analisis permasalahan yang dihadapi oleh setiap industri komponen kapal, terkait, dengan pemenuhan standar komponen kapal sesuai persyaratan. 6. Memilih dan menetapkan tema permasalahan untuk dicarikan solusi penyelesaiannya.
III-30 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
7. Menyusun program dan langkah-langkah dalam menyelesaikan permasalahan yang telah terpetakan. 8. Memberikan kajian dan pendampingan kepada produsen dalam pemenuhan standar komponen kapal yang memenuhi persyaratan. 9. Memfasilitasi industri komponen dalam melakukan pengujian produk komponen kapal hingga memenuhi persyaratan teknis. Pengujian harus dilakukan pada laboratorium uji yang terakreditasi dan diakui (recognized) oleh BKI. 10.Memonitoring pelaksanaan penyelesaian masalah di industri komponen kapal. 11.Memfasilitasi komunikasi antara produsen dengan pihak galangan pembuat kapal agar terjalin komunikasi yang efektif sehingga produknya laku digalangan.
III-31 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
IV
TANGGAPAN TERHADAP KAJIAN/PEMIKIRAN
“Bab ini berisikan tanggapan terhadap pemikiran yang sudah ada baik berupa masukan maupun koreksi”. Survey pendapat stake holder, disimpulkan secara umum bahwa apa yang disampaikan dalam kajian sudah baik dan jelas untuk dapat dilaksanakan sesuai dengan maksud dan tujuan yang diinginkan. Namun demikian terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk melengkapi dan menyempurnakan kajian dimaksud. Berikut adalah beberapa masukan yang dirasakan perlu untuk ditambahkan dalam pelaksanaan pekerjaan. 1. Industri komponen kapal memegang peranan penting dalam pengembangan industri kapal. Hal ini dikarenakan industri komponen kapal merupakan industri pendukung utama pada industri kapal. Namun demikian hal yang berpengaruh terhadap industri perkapalan bukan hanya pada industri pendukung saja yang diisi oleh industri komponen kapal. Selain industri pendukung terdapat industri pemasok, instansi pendukung dan industri pengguna. Dalam hal ini perlu untuk ditinjau walaupun secara sepintas komponen klaster lainnya sebagai komponen penting dalam pengembangan industri kapal sebagai satu kesatuan klaster, walaupun titik beratnya pada industri komponen kapal. Hal yang mempengaruhi produktifitas secara langsung jika diuraikan pada bab-bab sebelumnya ada tiga hal yaitu kualitas SDM, Kapasitas produksi, dan penguasaan teknologi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah.
IV-1 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Kebijakan Pemerintah Kurang Mendukung
Harga BBM Naik
UMR Naik Terus
DAYA SAING MENURUN
Biaya Produksi Meningkat
Birokrasi
Tingkat Kewirausahaan / Inovasi yang Rendah
Infrastruktur Terbatas
Produktivitas Rendah
Pungutan Bertambah Terus
Kualitas SDM Rendah
Banyaknya Perda
Kredit Bank Terbatas
Otonomi Daerah
Bank Nasional Belum Sepenuhnya Pulih
Kapasitas Produksi Rendah
Penguasaan Teknologi Rendah
Investas i Rendah
Kurang Dukungan Pemerintah
Kurang Dukungan dari Swasta / Perguruan Tinggi
Rasa Ketidakpastian untuk Melakukan Bisnis di Indonesia Masih Besar
Gambar 3.2. Faktor Penyebab Penurunan Daya Saing (Fokus yang Mempengaruhi Produktivitas) 2. Pada kajian fokus peningkatan produktifitas lebih ditekankan pada peningkatan kapasitas produksi dan mutu produk. Dalam hal ini denilai perlu juga untuk mengkaji factor-faktor lainnya yang berpengaruh, terutama factor kualitas SDM dan penguasaan teknologi. Kedua hal tersebut sangat memegang peranan penting dalam meningkatkan produktivitas industri komponen kapal. Namun demikian kemampuan teknologi tersebut juga akan kurang optimal jika tanpa adanya suatu kemampuan dalam manajemen teknologi maupun dalam pengintegrasian antara strategi bisnis dan strategi teknologi. Hal tersebut mendasari dirasakan perlunya suatu masukan yang nantinya dapat dicobakan bukan hanya restrukturisasai mesin peralatan (teknologi) namun juga perbaikan kemampuan dalam manajemen dan kemampuan pengintegrasian antara kemampuan bisnis yang dimiliki dengan kemampuan teknologi yang nantinya diberikan dalam kegiatan kajian teknis. 3. Lokasi kegiatan akan dilakukan di Pulogadung, Tegal, Klaten Ceper, Pasuruan dan sekitarnya. Lokasi tersebut memang sudah tepat, karna merupakan sentra industri komponen kapal. Namun jika ingin melengkapi lokasi yang kegiatan dapat ditambahkan dengan Medan dan Surabaya. Kedua Lokasi tersebut juga merupakan sentra lokasi industri komponen kapal. 4. Masukan untuk tahapan pelaksanaan pekerjaan, dalam kajian tidak ditetapkan untuk melakukan analisis / perhitungan produktivitas sebelum dan sesudahnya. Hal ini dinilai perlu untuk dilakukan karena untuk dapat menilai tingkat keberhasilan dalam melakukan kajian.
IV-2 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
V
APRESIASI INOVASI
“ …… kemampuan teknologi tersebut juga akan kurang optimal jika tanpa adanya suatu kemampuan dalam manajemen teknologi maupun dalam pengintegrasian antara strategi bisnis dan strategi teknologi”. Saat ini kemampuan teknologi suatu perusahaan menjadi hal yang merupakan kekuatan dan keunggulan suatu perusahaan untuk meningkatkan daya saing yang dimiliki perusahaan tersebut. Di era globalisasi dan perdagangan bebas kemampuan teknologi baik teknologi proses maupun teknologi informasi memiliki peranan yang sangat vital yang menentukan keberlangsungan perusahaan dalam suatu persaingan yang bukan hanya dengan perusahaan (produk) lokal namun juga asing. Namun demikian kemampuan teknologi tersebut juga akan kurang optimal jika tanpa adanya suatu kemampuan dalam manajemen teknologi maupun dalam pengintegrasian antara strategi bisnis dan strategi teknologi. Hal tersebut mendasari dirsakan perlunya suatu masukan yang nantinya dapat dicobakan bukan hanya restrukturisasai mesin peralatan (teknologi) namun juga perbaikan kemampuan dalam manajemen dan kemampuan pengintegrasian antara kemampuan bisnis yang dimiliki dengan kemampuan teknologi yang nantinya diberikan dalam kegiatan kajian teknis. MANAJEMEN TEKNOLOGI Secara harfiah teknologi adalah segala daya upaya yang dapat dilaksanakan oleh manusia untuk mendapatkan taraf hidup yang lebih baik. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa tujuan akhir dari penggunaan teknologi adalah untuk kesejahteraan hidup, tetapi teknologi juga seringkali berdampak negatif bagi suatu usaha, sistem, atau lingkungan apabila tidak diiringin dengan manjemen yang baik. Hal tersebut mendasari perlunya suatu kemampuan dalam manjemen teknologi. Aplikasi suatu teknologi dalam suatu system (perusahaan atau organisasi) memerlukan dukungan dari pihak manajemen system tersebut. Teknologi bukan hanya terdiri dari aspek rekayasa dan ilmu pengetahuan saja, namun juga terintegrasi dengan manajemen sehingga dapat dikelola dan dipergunakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
V-1 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Teknologi adalah suatu sarana untuk melakukanm suatu tugas ke arah kehidupan manusia yang semakin baik dan sejahtera. Teknologi dapat dianggap sebagai suatu pengetahuan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu, teknologi dapat diterapkan untuk merancang bangun suatu produk dan proses yang baru atau pencarian ilmu yang baru. Oleh karena itu, pengelolaan teknologi yang kompleks hendaknya dilakukan secara efektif dan efisien sehingga akan memperoleh hasil yang optimal. Teknologi dapat mengubah suatu struktur industri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh teknologi untuk mengubah suatu struktur industri, seperti diuraikan berikut ini: 1. Teknologi dapat mengubah skala ekonomi sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan hambatan bagi suatu perusahaan untuk membuat investasi pada industri tersebut. 2. Teknologi dapat mengubah hubungan penawaran di antara industri, pembeli produk, dan pemasok bahan baku. 3. Teknologi dapat menciptakan produk atau kegunaan produk yang baru sehingga produk baru tersebut dapat mensubtitusi produk-produk yang sudah ada. 4. Teknologi dapat mengubah dasar persaingan. Misalnya dalam penentuan harga. 5. Teknologi dapat mengubah batasan (boundary) industri, baik dengan perluasannya (sehingga melibatkan perusahaan atau industri lainnya) atau mempersempitnya (sehingga memusat pada segmen-segmen tertentu). Teknologi secara tidak langsung terkait dengan sistem ekonomi, budaya, dan politik. Perubahan-perubahan teknologi yang terjadi, baik oleh sebab ekonomi, budaya, maupun politik, dapat menimbulkan dampak positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, manajemen teknologi diperlukan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan manfaat yang diperoleh. Penerapan manajemen teknologi pada industri komponen kapal berhubungan erat dengan kegiatan operasional produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu tinggi sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Proses inovasi teknologi sangat mendukung penerapan tersebut, terutama dengan peranan penelitian dan pengembangan untuk menentukan strategi teknologi yang tepat (berupa diversifikasi produk dan pemilihan teknologi). Menurut Tjakraatmadja (1997), manajemen teknologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk memaksimumkan nilai tambah suatu teknologi dengan cara melakukan
V-2 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
proses manajemen yang tepat. Denga adanya fungsi manajemen tersebut, maka ruang lingkup penerapan manajemen teknologi dalam bidang manufaktur menjadi sangat luas, mulai dari perencanaan teknologi sampai dengan pengawasan teknologi dalam rangka mencapai nilai tambahan yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dan harapan konsumen. Dengan demikian, manajemen teknologi adalah suatu disiplin akademik, yang memainkan peranan yang sangat tinggi dalam memapankan dasar pengetahuan yang akan memungkinkan suatu industri untuk melakukan pengelolaan teknologi. Manajemen teknologi memberikan tekanan pada konsep-konsep yang fundamental. Saat ini pengembangan manajemen teknologi masih berada pada taraf permulaan sehingga memerlukan berbagai pendekatan kreatif di masa depan untuk dapat diterima sebagai suatu spectrum dan berbagai disiplin (gabungan manajemen dan teknologi) Secara harfiah, manajemen teknologi menghubungkan disiplin-disiplin rekayasa, ilmu pengetahuan alam, dan manajemen untuk merencanakan, mengembangkan, dan menerapkan kemampuan-kemampuan teknologi dalam membentuk dan melaksanakan tujuan-tujuan strategik dan operasional dari suatu organisasi (Gaynor, 1991). Untuk jelasnya dapat dilihat gambar berikut. Area yang Langsung Relevansinya dengan Manajemen Teknologi
Rekayasa / Ilmu Pengetahuan
Manajemen Teknologi A
B
Manajemen
Sumber : NRC dalam Gaynor, 1991
Gambar 5.1. Hubungan Antara Rekayasa, Ilmu Pengetahuan dan Manajemen Gambar diatas menunjukkan bahwa manajemen teknologi menghubungkan antara “rekayasa dan ilmu pengetahuan” dengan “manajemen”. Areaa yang saling tumpang tindih di antara kedua kutub disiplin ilmu tadi (daerah A dan B) merupakan wilayah kerja manajemen teknologi. Contoh aktivitas manajemen teknologi yang terjadi di wilayah A adalah rancang bangun ruang pendingin buah-buahan, transportasi makanan segar, dan daur ulang limbah industri. Adapun contoh aktivitas manajemen teknologi yang terjadi di wilayah B misalnya
V-3 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
adalah studi kelayakan (NPV/net present value dan IRR/ interest rate of return), pemasaran produk agribisnis, dan kegiatan pandangan agribisnis. Dalam suatu organisasi atau perusahaan, penerapan manajemen teknologi hendaknya tidak saling tumpang tindih seperti pada gambar diatas. Aktivitas manajemen teknologi yang terjadi harus berupa kesatuan lingkaran yang konsentris antara rekayasa, ilmu pengetahuan, manajemen, kebangkitan produk, distribusi, dan administrasi. Ada tiga aktivitas dalam kerangka manajemen (Monger, 1988), yaitu (1) fase penelitian yang menyangkut kajian lingkungan bisnis industri, penilaian teknologi, dan alih teknologi baru; (2) fase pengambilan posisi yang meliputi investasi, portofolio teknologi, dan perbaikan proses yang sinambung; (3) fase formulasi kebijakan dalam bahasan organisasi, tenaga kerja, dan berbagai faktor eksternal. Kerangka manajemen teknologi terpadu ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Kapasitas Persaingan Umum Infrastruktur Teknologi
FASE I PENILAIAN
Prodek dan Jasa yang Bermutu
Keinginan Konsumen
FASE II PENGAMBILAN POSISI
FASE III FORMULASI KEBIJAKAN
Lingkungan industri dan bisnis
Teknologi: - investasi - portofolio
Organisasi: - kultur - struktur - gaya manajemen
Penialaian garis dasar teknologi
Perbaikan proses sinambung
Daya kerja: - restrukturisasi - transformasi kerja
Penialaian teknologi baru
Alih teknologi
Faktor eksternal: - akunting - finansial - pendidikan - kebijakan industri
Eksploitasi infrastruktur Teknologi oleh Pengguna Akhir dan Pengembangan Sistem (Aktivitas Berorientasi Tujuan)
Gambar 5.2. Kerangka Manajemen Teknolgi Terpadu (Monger, 1988)
V-4 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
VI
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
“ Agar dapat melaksanakan kegiatan kajian teknis peningkatan produktivitas industri komponen kapal dengan baik dan hasil pelaksanaan sesuai dengan maksud dan tujuan serta yang diharapkan maka diperlukan beberapa pendekatan yang sesuai.”.
6.1.
PERMASALAHAN DAN KERANGKA PEMECAHAN PERMASALAHAN Seperti dikemukakan pada bab-bab sebelumnya industri komponen kapal memiliki
berbagai potensi permasalahan yang cukup menghambat dalam pengembangannya. Dari berbagai permasalahan tersebut paling tidak terdapat berbagai permasalahan yang jelas sangat mempengaruhi perkembangan yaitu terutama: 1. Aspek Regulasi Peraturan menteri Keuangan No. 29/PMK.011/2009 tentang Bea Masuk Ditanggung Pemerintah atas Impor Barang dan bahan oleh Industri Perkapalan Guna Pembuatan dan/atau Perbaikan Kapal untuk tahun 2009. Peraturan ini memberi dampak masuknya berbagai komponen kapal dari luar atau bahkan masuknya produk kapal utuh dari luar. Hal ini tidak dapat ditanggulangi oleh industri komponen kapal secara langsung. Dalam hal ini kebijakan pemerintah menjadi sangat penting untuk meningkatkan daya saing industri kapal. 2. Produk Tidak Memenuhi Spesifikasi Standar. Produk yang dihasilkan industri komponen kapal selama ini harusnya mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh biro klasifikasi nasional. Namun demikian kenytataannya standar sebagian besar industri komponen kapal belum dapat mengimplementasikannya. Hal ini berakibat menurunnya daya saing produk yang dihasilkan. 3. Kualitas SDM dan peralatan produksi
VI-1 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Kualitas SDM dan peralatan produksi pada industri komponen kapal pada umumnya masih kurang. Hal ini berkaitan erat dengan ketidka sesuaian produk yang dihasilkan dengan standar yang ada. Pengingkatan kualitas SDMdan peralatan menjadi hal yang mutlak diperlukan pada pengembangan industri komponen kapal. Ekonomi biaya tinggi sehingga barang impor bisa lebih murah dari buatan lokal. Masuknya produk China yang berkualitas rendah dan murah, tidak ada yang bisa menangkalnya. Tingginya tuntutan kualitas komponen kapal dari biro klasifikasi Indonesia yang dinyatakan dalam rule and Regulations for Sea Going Steel Ship, termasuk kepada kapal-kapal inland waterways. Galangan kapal cenderung mencari barang jadi ex import yang ready, karena menyangkut delivery yang singkat. Sulitnya melakukan type approval untuk komponen kapal karena keterbatasan laboratorium uji, dan mahalnya biaya uji Belum ada statistic kebutuhan pasar sehingga produsen tidak mau berspekulasi membuat produk untuk stock. Peran IPERINDO belum maksimal (Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana Lepas Pantai Indonesia) Berbagai permasalahan, terutama yang berkaitan erat dengan kualitas dan kuatitas produksi yang sangat erat kaitannya dengan produktivitas tersbut menjadi mutlak perlu untuk diperbaiki. Dan hal tersebut dapat diperbaiki salah satunya dengan melakukan kajian teknis. Yaitu dengan memberikan pendampingan terhadp industri sehingga diharapkan nantinya dapat meningkatkan produktivitas dan pada akhirnya meningkatkan daya saing industri komponen kapal. Secara garis besar keterkaitan antara permasahan dan kerangka pemecahan permasahan dapat dilihat pada gambar berikut;
VI-2 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Regulasi Kurang Mendukung
Regulasi yang mendukung
Pengingkatan Komponen Impor Impor Kapal Utuh
PRODUKTIVITAS INDUSTRI KOMPONEN KAPAL MENJADI RENDAH Kapasitas Produksi Rendah Ketidak Sesuaian produk dengan Standar Kualitas SDM Rendah Tingkat Inovasi Teknologi Rendah
PERMASALAHAN
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUSTRI KOMPONEN KAPAL MELALUI BIMBINGAN TEKNIS
DAYA SAING TURUN (RENDAH)
KEBUTUHAN MEDESAK
Hasil Kegiatan dan Rekomendasi
Kegiatan : Pendataan Industri dan Potensi Koordinasi Antar Stakeholder Penyusunan Standar Acuan Bimbingan Teknis Fasilitasi Pendampingan Pengujian Produk Monitoring dan evaluasi produksi sesuai Standar Acuan
KEGIATAN PEMECAHAN MASALAH
Gambar 6.1. Kerangka Pemecahan Masalah
VI-3 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
6.2.
PENDEKATAN Agar dapat melaksanakan kegiatan kajian teknis peningkatan produktivitas industri
komponen kapal dengan baik dan hasil pelaksanaan sesuai dengan maksud dan tujuan serta yang diharapkan maka diperlukan beberapa pendekatan yang sesuai. Pendekatan-pendekatan ini terutama untuk memperoleh data-data pendukung dan penetapa metode yang sesuai dalam pelaksanaan pekerjaan. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut: 6.2.1. PENDEKATAN PROSES Pendekatan proses (processes approach) terfokus pada proses produksi pada industri komponen kapal. Sesuai dengan penekanan pada kegiatan ini, maka pendekatan proses diutamakan untuk melihat aliran proses produksi, mulai dari pengadaan bahan baku, seleksi bahan baku, treatment bahan baku, proses pengolahan bahan baku, penyimpanan dan pengepakan (packaging), penggudangan, distribusi. Namun demikian hal yang paling ditekankan adalah dalam produksi terutama dalam kaitan kegiatan produksi yang dilakukan dengan kesesuaian prosedur yang benar sehingga menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi dan standar. Dengan mengenali proses produksi pada industri komponen kapal dapat memberikan informasi berkaitan dengan permasalahan yang terjadi pada setiap lini produksi; sehingga akan lebih mudah dalam menetapkan prioritas program perbaikan pada saat melakukan kajian teknis untuk dapat memenuhi persyaratan standar produk. Salah satu ilustrasi pendekatan proses ini disajikan berikut ini:
VI-4 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
INPUT
PROSES
OUTPUT Mutu dan Produktivitas
Teknologi Tua Bahan Baku Bahan Penolong (Impor)
Komponen-Komponen
TEKNOLOGI Komponen Teknologi Kemampuan Teknologi Iklim Teknologi Infrastruktur Teknologi
Produk Akhir Produk Sampingan
Produk Jasa
Pendanaan
Perbaikan Mutu dan Produktivitas
Inovasi
Kinerja
Evaluasi Mutu dan Produktivitas
Manajemen Teknologi
(Sumber : Gumbira Sa’id et al, 2001, modifikasi)
Gambar 6.2. Ilustrasi pendekatan proses
6.2.2. PENDEKATAN MANAJEMEN TEKNOLOGI Pendekatan manajemen teknologi juga dapat digunakan sebagai langkah mengenali komponen-komponen teknologi dalamindustri komponen kapal. Sharif (1993) menyebutkan komponen teknologi terdiri dari: (1) perangkat keras – hardware; (2) perangkat manusia– humanware; (3) perangkat informasi–infoware; dan (4) perangkat organisasi–orgaware. Sementara Hubeis (1993) membagi teknologi menjadi empat, yaitu: (1) teknologi standar, dengan sistem produksi standar, peralatan standar, dan memerlukan pekerja dengan kualifikasi sedang; (2) teknologi mutakhir, dengan sistem produksi kompleks, peralatan kompleks, dan memerlukan pekerja dengan kualifikas tinggi; (3) teknologi tradisional, dengan sistem produksi standar, peralatan tidak banyak dan memerlukan pekerja yang kurang berkualifikasi; dan (4) teknologi transisi, dengan sistem produksi standar, peralatan sederhana dan memerlukan pekerja yang kurang berkualifikasi. Pendekatan manajemen teknologi terkait dengan pendekatan proses; karena dalam proses produksi komponen kapal, faktor teknologi menjadi dominan dalam menghasilkan
VI-5 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
produk yang sesuai degan klasifikasi dan standar yang berlaku. Melalui pendekatan ini, diharapkan dapat diketahui bagaimanakah kondisi teknologi yang ada pada perusahaan industri komponen kapal dengan memperhatikan komponen-komponen atau karakteristik teknologinya. 6.2.3. SUPPLIER BASED APPROACH Maksudnya adalah pendekatan terhadap pemasok, baik dalam hal ini pemasok bahan baku sebagai pemasok industri komponen kapal maupun terhadap industri komponen kapal yang memiliki produk standar yang dalam hal ini sebagai pemasok pada industri kapal. Tujuan dari pendekatan ini adlah untuk memperolehberbagai data yang relevan baik spesifikasi, standar mutu, kapasitas produksi, kemampuan pasok maupun dat lainnya yang sesuai. 6.2.4.
USER BASED APPROACH Maksdunya adalah untuk mamperoleh informasi dari pengguna dalam hal ini industri
galangan kapal. Baik mengenai daftar pemasok, spesifikasi teknis yang diminta pengguna, tingkat permintaan, data kualitas produk impor yang selam ini dipasok dari impor. 6.2.5. PENDEKATAN PARTISIPATORI Proses pembelajaran (Kajian Teknis) harus didukung dengan proses partisipatoris dari semua pihak yang ada dalam perusahaan komponen kapal. Inti dari proses partisipatoris adalah keterlibatan setiap pelaku usaha (pada semua level) dalam kaitannya dengan kajian teknis dan bantuan tenaga ahli. Dalam konteks ini, pengertian partisipatoris akan lebih dekat kepada upaya-upaya pelibatan para pihak dalam perumusan dan penyusunan langkah-langkah dalam peningkatan produktivitas pada perusahaannya. Pretty dan Guijt (1992:23) dalam Mikkelsem (1999:63) menjelaskan bahwa proses partisipatoris harus mulai dengan personil yang paling mengetahui tentang sistemnya terutama pada system produksi, dalam hal ini adalah proses produksi pada industri komponen kapal. Pendekatan ini harus menilai dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, dan memberikan sarana yang perlu bagi mereka supaya mengembangkan diri. Ini memerlukan perombakan dalam seluruh praktik dan pemikiran, di samping adanya fasilitasi sesuai dengan kebutuhan.
6.3.
METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan teknis peningkatan
produktivitas industri komponen kapal pada dasarnya dikelompokan dalam dua metode, yaitu; metode pengumpulan dan pengolahan data dan metode pelaksanaan kajian teknis. Berikut adalah uraian penjelasannya.
VI-6 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
6.3.1. METODE PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Metode ini terutama dilakukan untuk melakukan pengumpulan data-data yang relevan untuk melakukan kegitan kajian teknis. Data yang dikumpulkan tersebut dapat berupa data primer maupun data sekunder. Data-data tersebut baik primer maupun data sekunder lebih ditekankan pada aspek produksi pada industri komponen kapal baik yang berkaitan degan teknik produksi maupun pada standar komponen kapal yang dipersyaratkan. Dalam melakukan pengumpulan data baik data primer maupun sekunder dapat dilakukan dengan berbagai cara. Diantaranya pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, studi pustaka, studi instansional, in-depth interview, maupun dengan rapat-rapat teknis terbatas dalam FGD. Data yang diperoleh dengan kuesioner dan in-depth interview terutama ditekankan pada berbagai potensi dan permasalahan pada industri komponen kapal. Permasalahan yang digali sedapat mungkin dapat menggali akar permasalahan sehingga dapat memberikan masukan dalam perumusan materi dalam kajian teknis sehingga sesuai dengan kebutuhan. Studi Pustaka terutama dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder berkaitan dengan teknik produksi, standar berlaku, dan teori-teori lainnya yang relevan dengan pekerjaan. Studi pustaka ini tidak terbatas pada materi yang bersifat hard (buku) namun juga dapat berupa materi digital yang diperoleh dari internet ataupun sumber digital lainnya. Studi Instansional terutama berkaitan dengan koordinasi dengan instansi terkait baik dalam upaya koordinasi semata-mata untuk kelancaran pekerjaan mauypun dalam upaya perolehan data. Data yang dapat diperoleh dari kegiatan ini dapat berupa data regulasi kebijakan, standar mutu sesui perundangan maupun data stakeholder terkait yang terdapat dalam instansi tersebut. Rapat teknis terutama dilakukan dalam merumuskan standar acuan teknis yang nantinya dipergunakan dalam melakukan kajian teknis. Rapat teknis ini tidak perlu melibatkan banyak pihak, cukup dengan pihak-pihak terkait. Hal ini bertujuan agar rapat teknis yang dilakukan lebih efektif. Dari berbagai metode peroleh data tersebut selanjutnya dapat diidentifikasikan dan dikumpulkan data-data yang diperlukan. Berikut adalah identifikasi data awal untuk kegiatan ini. Tabel 6.1. Analisis Awal Kebutuhan Data
VI-7 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No.
Jenis Data dan Informasi
Sumber Data
1.
Data statistik industri komponen kapal pada lokasi kegiatan (sebaran, penyerapan tenaga kerja, kapasitas produksi, ekspor, impor, pasar, nilai input-output dan nilai tambah, penggunaan energi, dan lain sebagainya).
BPS, Dinas terkait di daerah
2.
Kondisi eksisting industri komponen kapal yang berkaitan dengan bahan, material, jenis produksi, kemampuan mesin produksi, kualitas, kuantitas, acuan spesifikasi teknis dan pemasaran produsen komponen kapal.
Kementerian Perindustrian, Dinas terkait di daerah, Asosiasi Terkait
3.
Data acuan spesifikasi teknis, Standar Komponen
Kementerian Perindustrian, Dinas Perindustrian, Biro Klasifikasi Nasional, Asosiasi
4.
Peraturan perundangan yang berlaku, kebijakan dan strategi pengembangan industri komponena kapal
Kementerian Perindustrian, Kementerian Dalam Negeri
5.
Data sumberdaya manusia, yang meliputi : jumlah tenaga kerja terdidik dan terlatih, kemampuan tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan, dll
Dinas terkait di daerah dan Perusahaan Industri Komponen Kapal
6.
Kondisi infrastruktur, teknologi produksi, dan sarana pendukung lainnya
Dinas terkait daerah
7.
Data-data lainnya yang relevan
Berbagai sumber
Data-data terebut setelah dilakukan pengumpulan selanjutnya dilakukan pengolahan dengan dilakukan pengelompokan, editing dan penyajian data sesuai dengan kebutuhan dalam analisis maupun untuk pelaksanaan pekerjaan. 6.3.2. METODE PELAKSANAAN KAJIAN TEKNIS Metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan untuk dalam rangkaian pelaksanaan kajian teknis. Beberapa metode yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah : 1. Pengenalan Lapangan Pengenalan lapangan bertujuan untuk melakukan identifikasi awal atas lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan. Pengenalan lapangan meliputi dua aktivitas dasar, yaitu (1) penelusuran data dasar awal, baik melalui studi pustaka maupun studi instansional; (2) pelingkupan lapangan (scoping visit). Penelusuran data dasar awal yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, sehingga pengenalan lapangan pada tahap ini dilakukan untuk pelingkupan lapangan (scoping visit), khususnya terkait desain kegiatan.
VI-8 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Scoping visit dilakukan untuk memfokuskan kajian terhadap faktor-faktor yang dianggap penting dan kritis dalam menggali data dan informasi primer. Faktor kritis, mencakup beberapa substansi, yaitu: (a) bila faktor tersebut diabaikan, akibatnya bersifat tidak terpulihkan (irreversible); (b) mempunyai pengaruh atau dipengaruhi oleh kekuatan eksternal (kebijakan); dan (c) mempunyai bobot kepentingan dan intensitas yang sangat besar. Intinya, dengan lingkup yang demikian luas, perlu perlu pembatasan-pembatasan kajian, yang tidak hanya menyangkut pembatasan pokok-pokok materi kajian, tetapi juga pembatasan terhadap wilayah kegiatan. Lingkup Wilayah / Lokasi Kegiatan
Lingkup Kegiatan
Penelusuran Data dan Informasi Awal
Site Visit (Kunjungan Lapangan)
Pra – Analisis (Analisis Awal)
Lokasi Sasaran Spesifik (Basis KabupatenKecamatan-Perusahaan)
Aspek Kritis (Critical Factors)
Penetapan Sasaran Terpilih
Pemfokusan
Aktivitas Utama : Bimbingan dan Bantuan Teknis
Gambar 6.3. Alur proses pengenalan lapangan 2. Penelaahan Dokumen (Dokumen Review) Penelaahan dokumen dilakukan terutama terhadap berbagi standar komponen yang berlaku dan terhadap berbagai data kualitas komponen kapal yang dihasilkan dari masing-masing perusahaan. Hal ini diperlukan untuk menjadi acuan data dalam melakuka penyusunan Standar Acuan Spesifikasi Teknis Persyaratan Komponen Kapal. Telaah dokumen juga dilakukan terhadap berbagai dokumen yang berkaitan dengan teknik produksi yang seuai untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan persyaratan teknis produk.
VI-9 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
3. On The Spot Survey / Survey Lapangan Dilakukan untuk melakukan pengumpulan data baik data primer maupun data sekunder. Pengumpulan dilakukan dengan berbagi cara yang sudah diuraikan sebelumya. Survey dilakukan di masing-masing lokasi yaitu di Tegal dan sekitarnya, Pulogadung dan sekitarnya, dan Klaten dan sekitarnya dan Pasuruan dan sekitarnya. Dalam hal ini untuk melakuakan identifikasi awal untuk kajian dibatasi untuk industri dengan radius 60 km dari pusat kota. Sedangkan untuk yang diluar radius 60 km hanya disampaikan dalam laopran dan bukan menjadi focus kajian. 4. Mekanisme dan Pelaksanaan Seleksi Perusahaan Sebagai Peserta Kajian Teknis Mekanisme seleksi untuk mendapatkan perusahaan peserta kajian teknis peningkatan produktifitas industri komponen kapal dijelaskan berikut ini: a. Database Perusahaan (Direktori Awal) Sebagai acuan dalam pelaksanaan seleksi pada tahap awal adalah database perusahaan komponen kapal yang merupakan hasil kompilasi data sebelumnya, yang terdiri atas direktori perusahaan di tiga lokasi kegiatan, yaitu Jakarta (Pulogadung), Jawa Tengah (Tegal dan Klaten), Jawa Timur (Pasuruan). b. Seleksi dengan Kriteria Kriteria yang dipergunakan akan sangat tergantung dengan nantinya yang dikembangkan. Dalam hal ini dipergunakan tiga kriteria, yaitu: (1) kesediaan perusahaan komponena kapal yang menunjukkan tingkat antusias untuk kajian teknis; (2) komitmen manajemen puncak; dan (3) kesediaan penyediaan sumberdaya yang diperlukan. Dalam rangka menjaring peserta dapat dilakukan dengan melibatkan tenaga di daerah untuk menjaring peserta maupun dapat juga dengan melakukan kunjungan langsung ke perusahaan. Metode yang terakhir sebenarnya dilakukan pada proses on the spot survey untuk memastikan komitmen dan kesediaan perusahaan komponen kapal untuk diberikan kajian peningkatan produktivitas. Sebelum dilakukan proses seleksi, tenaga ahli membuat justifikasi atas bobot kepentingan atas masing-masing kriteria tersebut berdasarkan nilai pentingnya. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa antara kriteria yang satu dengan kriteria yang lain tidak diperhitungkan sama. Metode perhitungan yang digunakan adalah pengambilan keputusan berdasarkan kriteria lanjutan di atas dengan Metode Bayes. Metode Bayes merupakan analisis dalam pengambilan keputusan terbaik dari sejumlah
VI-10 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
alternatif dengan tujuan menghasilkan perolehan yang optimal. Persamaan yang digunakan adalah : m
NH i Nilai ij ( Krit j ) j 1
dimana :
NH i
= nilai harapan dari alternatif ke-i
Nilai ij
= nilai dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j
Krit j
= tingkat kepentingan (bobot) kriteria ke-j (jumlahnya = 1)
i
= 1, 2, 3, ...n; n = jumlah alternatif
j
= 1, 2, 3, ...m; m = jumlah kriteria
Ringkasan atas Matode Bayes dirumuskan dalam pay off matrix, berikut: Tabel 6.2. Matrix pay off Metode Bayes pada masing-masing lokasi kegiatan Alternatif Pilihan (a)
Kriteria1,2
Nilai Alternatif
Peringkat (Ranking)5
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
.....
Kesediaan
Komitmen Manajemen Puncak
Penyediaan Sumberdaya
Perusahaan 1
.....
.....
Perusahaan 2
.....
... Perusahaan n Bobot
Kriteria3, 4
Keterangan : 1.
Penilaian kriteria dilakukan dengan memberi nilai 1 – 5, dari sangat buruk hingga sangat baik
2.
Kriteria tersebut masih dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan penilaian dan seleksi
3.
Pembobotan dilakukan berdasarkan justifikasi nilai penting masing-masing kriteria
4.
Jumlah bobot kriteria adalah 100% atau sama dengan 1,00
5.
Ranking dilakukan pada masing-masing daerah untuk lebih meluaskan cakupan sebaran binaan.
Berdasarkan isian pada matrix pay off tersebut, diperoleh peringkat perusahaan komponen kapal yang layak untuk dipertimbangkan mengikuti kajian teknis peningkatan produktifitas. Dalam kajian disebutkan bahwa jumlah perusahaan yang akan dilibatkan sebanyak (25 (duapuluh lima) perusahaan yang tersebar di wilayah Pulogadung, Tegal, Pasuruan dan Klaten.
VI-11 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
5. Metode Penyusunan Program dan Langkah Penyelesaian Masalah Penyusunan program dan langkah dalam penyelesaian masalah merupakan metode yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang telah diidentifikasikan. Metode ini nantinya mengahasilkan suatu materi atau bahan yang nantinya dipergunakan dalam melakukan kajian teknis. Dalam hal ini metode penyusunana terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
TNA (Training Need Analysis). Training Need Analysis (TNA) merupakan metode untuk mengetahui kebutuhan pelatihan dan kajian pada perusahaan komponen kapal. TNA dapat saja didasari pada hasil pelaksanaan identifikasi proses. Pada intinya, TNA dipergunakan untuk mempersiapkan jenis-jenis pelatihan / kajian yang diperlukan oleh perusahaan komponen kapal sebagai langkah awal dalam perbaikan mutu dan produktifitas kerja. Dengan adanya TNA, maka proses pengembangan materi kajian teknis akan terfokus pada permasalahan-permasalahan yang nyata dihadapi oleh pelaku usaha. Sebagai ilustrasi, proses TNA dan pengembangan modul dengan model ISD digambarkan berikut ini :
Gambar 6.4. Proses TNA dengan model ISD (Instructional System Development)
Penyusunan dan Pengembangan Materi (Program Penyelesaian Masalah) Setelah proses TNA, tahap berikutnya adalah menyusun dan mengembangkan materi sesuai dengan kebutuhan kajian teknis pada industri komponen kapal, yang disesuaikan dengan persyaratan materi untuk peningkatan produktifitas. Sebelum mengembangkan dan menyusun modul kajian teknis dalam rangka peningkatan mutu dan produktifitas, beberapa hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
VI-12 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
a. Tujuan Penyusunan dan Pengembangan Materi Kajian Teknis Tujuan penyusunan dan pengembangan Materi kajian teknis adalah memberikan gambaran nyata langkah-langkah peningkatan produktifitas pada industri komponen kapal, melalui kerangka teori, pengembangan dan implementasinya dalam proses produksi; sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan berbagai rekomendasi yang diperlukan pada tindakan perbaikan berikutnya. b. Sasaran Penyusunan materi perlu memperhatikan sasaran, sebagaimana disampaikan dalam pendekatan kegiatan ini. Sasaran ini dirumuskan dalam sasaran materi dan sasaran sesi. Kaitannya dengan pengembangan dan penyusunan materi ini, sasaran yang difokuskan adalah sasaran materi – sasaran sesi – sasaran kajian; dengan domain berfokus pada ketiga domain kajian secara bertahap, mulai dari domain afektif, domain kognitif, dan domain psikomotorik. c. Sasaran Peserta Peserta yang dilibatkan adalah seluruh level organisasi, mulai dari manajemen puncak (komitmen dan kebijakan mutu), level menengah (perencanaan dan sasaran mutu spesifik), hingga ke level manajemen paling bawah (implementasi dan umpan balik). Materi harus dipersiapkan sehingga setiap sasaran peserta dapat dicapai dengan optimal. d. Pertimbangan TNA Hasil
TNA,
berupa
rekomendasi-rekomendasi
tindakan
perbaikan
sangat
bermanfaat dalam penyusunan materi kajian teknis tenaga ahli. Setiap sisi lemah dalam proses bisnis yang telah diidentifikasi dikembangkan dalam materi pembelajaran, sehingga dapat lebih implementatif. 6. Metode Kajian Teknis Kajian teknis yang diberikan dilakukan dengan memberikan pendampingan secara langsung terhadap pelaku industri komponen kapal. Desain kajian teknis secara umum mengikuti kebutuhan kegiatan pelatihan secara umum, yaitu komponen-komponen yang diperlukan saat pelaksanaan. Komponen-komponen tersebut diilustrasikan berikut ini:
VI-13 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
Metode
Siapa trainernya? Bagaimana kompetensinya? Bagaimana pengalamannya?
Metode apa yang digunakan ?
Trainer
Modul atau materinya apa? Apa sasarannya?
Peserta
Pelaksanaan Kajian Teknis
Siapa pesertanya ? Bagaimana karakteristiknya? Berapa jumlahnya?
Modul / Materi
Media apa yang digunakan? Instrumen apa yang digunakan?
Tempat dan Waktu Media (Tools)
Dimana pelaksanaannya? Kapan waktunya? Berapa lama ? Bagaimana akomodasinya ?
Gambar 6.5. Komponen Utama Dalam Pelatihan Berdasarkan
komponen-komponen
pelatihan
tersebut
di
atas,
desain
atau
rancangannya, dijelaskan berikut ini: a. Tahapan Persiapan, meliputi: Pembentukan panitia kajian, Penugasan, Komunikasi dan penyiapan modul/materi. b. Tahap Pelaksanaan Kajian, meliputi: Tempat dan waktu, Peserta Kajian, Trainer dan Moderator, Modul atau Materi, Metode Kajian, Media (tools). c. Tahap Evaluasi Kajian dan Umpan Balik
VI-14 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
VII RENCANA KERJA “Bab ini berisikan rencana kerja yang diusulkan untuk pelaksanaan pekerjaan”.
7.1.
ALUR RENCANA KERJA Dari pemahaman terhadap pendekatan dan metodologi yang diusulkan maka untuk
melaksanakan Kajian Teknis Peningkatan Produktivitas Industri Komponen Kapal, maka diusulkan rencana kerja pelaksanaan pekerjaan seperti terlihat pada diagram alur rencana kerja berikut ini.
VII-1 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
PERSIAPAN q Penyelesaian Administrasi q Penyusunan Detail Rencana Kerja dan Instrumen SurveyIdentifikasi Data awal q Mobilisasi Tenaga Ahli
q Koordinasi dengan Stakeholder, pelaku usaha dan instansi terkait
SURVEY DAN PEMETAAN INDUSTRI KOMPONEN KAPAL q Pendataan Potensi Industri Komponen Kapal q Pengumpulan Acuan Spesifikasi Teknis q Pengumpulan data Pemasaran
q Data Statistik q Database Perusahaan Komponen Kapal (Direktori) – Pulogadung, Tegal, Klaten, Pasuruan
q Bahan, Jeis Produksi, Kemampuan Mesin Produksi, Kualitas, Kuantitas. q Acuan Spesifikasi Teknis q Pasar Industri Komponen Kapal
MENYUSUN STANDAR ACUAN SPESIFIKASI TEKNIS PERSYARATAN KOMPONEN DIAGNOSIS DAN ANALISIS PERMASALAHAN q Struktur Industri Komponen Kapal dan Produktifitasnya q Penetapan Perusahaan q Diagnosis Permasalahan dan Pemetaan Permasalahan
q Daftar Perusahaan q Daftar Permasalahan
Penyusunan Program dan langkah Penyelesaian Permasalahan Kajian Teknis q q q q
Modul Kajian Teknis Pembagian Tugas Tenaga Ahli Metode dan Media Metode Monitoring dan Evaluasi
q q q q q
Analisis Kebutuhan Penetapan Sasaran Penyusunan Modul Metode dan Media Pembelajaran Metode Monitoring dan Evaluasi
q Materi Kajian Teknis
PELAKSANAAN q q
q q
Pendampinan di perusahaan Penerapan Langkah Peningkatan Produktifitas Fasilitasi Industri dalam Pengujian Produk Fasilitasi Komunikasi dengan Galangan Kapal
q Laporan
MONITORING dan EVALUASI q Laporan
q q
Monitoring Penerapan Peningkatan Produktivitas Penyusunan Rekomendasi
VII-2 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
7.2.
TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN DAN OUTPUT PEKERJAAN Tahapan pelaksanaan pekerjaan beserta indikator keluaran tiap tahapan dapat dilihat
pada tabel berikut. Tabel 7.1. Tahapan Pekerjaan dan Indikator Kinerja No.
Tahapan Kegiatan
Uraian Pelaksanaan
Indikator Kinerja / Output
I.
PERSIAPAN
1
Penyelesaian Administrasi
- Menyelesaikan ketentuan administrasi, baik dengan pengguna jasa maupun dengan tenaga ahli, termasuk dengan mitra kerja.
- Tersedianya dokumen
2.
Penyusunan Rencana Kerja dan Instrumen Survey
- Melakukan penyusunan Rencana Kerja dan Instrumen Kegiatan, Pembagian Tim dan Jadwal Kerja
- Rencana Kerja dan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Penelusuran Data dan Informasi Awal
- Melakukan penelusuran data dan informasi awal sesuai dengan kebutuhan
- Tersedianya data dan informasi awal terkait sesuai dengan kebutuhan : struktur dan kondisi Industri Komponen Kapal ,
3
- Istrumen survey
- Data Statistik, - Data base industri komponen kapal masing-masing lokasi 4
Penyusunan Laporan
- Diskusi Tim dalam penyususnan
- Presentasi Laporan
5
Mobilisasi Tenaga Ahli
-
-
II.
PELAKSANAAN SURVEY DAN PEMETAAN INDUSTRI KOMPONEN KAPAL
1
Pendataan Potensi Industri Komponen Kapal
- Melaksanakan identifikasi lapangan untuk memperoleh data primer untuk menetapkan lokasi kegiatan
- Data-data bahan baku, jenis produksi, Kemampuan Mesin Produksi, Kualitas, Kuantitas,
2
Pengumpulan Acuan Spesifikasi Teknis
- Melakukan pengumpulan spesifikasi teknis komponen kapal dari berbagai sumber
- Spesifikasi teknis komponen kapal
3
Pengumpulan data pemasaran
- Melakukan pengumpulan data pemasaran produk komponen kapal yang dihasilkan
- Data pemasaran dan penyerapan pasar (industri galangan kapal)
VII-3 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No. III. 1
IV.
Tahapan Kegiatan
Uraian Pelaksanaan
Indikator Kinerja / Output
PENYUSUNAN STANDAR ACUAN SPESIFIKASI TEKNIS PERSYARATAN KOMPONEN KAPAL Penyusunan Standar Acuan Spesifikasi Teknis Persyaratan Komponen Kapal
- Diskusi teknis antar tenaga ahli - Review dokumen spesifikasi teknis
- Standar Acuan Spesifikasi Teknis Industri Komponena Kapal
DIAGNOSIS DAN ANALISIS PERMASALAHAN
1
Struktur Industri Komponen kapal dan Produktivitasnya
- Diskusi tenaga ahli
- Data Produktivitas industri komponena kapal
2
Penetapan Perusahaan Peserta Bimbingan Teknis
- Diskusi Tenaga ahli untuk melakukan seleksi
- Daftar Peserta
Diagnosis Permasalahan dan Pemetaan Permasalahan
- Diskusi Tenaga Ahli
3
- Metode bayes - Daftar Permasalahan - Peta Permasalahan - Karakteristik permasalahan - Jenis masalah
V.
Penyusunan Program dan Langkah Penyelesaian Permasalahan
1
Analisis Kebutuhan
- Diskusi internal tenaga ahli melakukan Analisis TNA
- Kebutuhan-kebutuhan kajian
2
Penetapan Sasaran
- Diskusi
- Sasaran
3
Penyusunan Materi
- Diskusi
- Materi
4
Penyusunan Metode dan Media
- Diskusi
- Metode dan Media
5
Penyusunan Metode Monitoring dan Evaluasi
- Diskusi
- Metode Monitoring dan Evaluasi
VI.
PELAKSANAAN KAJIAN TEKNIS
1
Pendampingan di Perusahaan
- Pendampingan di lapangan untuk masing-masing perusahaan
- Dokumen hasil pendampingan
2
Implementasi
- Pendampingan di lapangan untuk
- Dokumen hasil
VII-4 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA
E book Serial: Komponen Kapal
No.
Tahapan Kegiatan Langkah Peningkatan Produktivitas
Uraian Pelaksanaan masing-masing perusahaan
Indikator Kinerja / Output pendampingan - Dokumen mutu produk
3
Fasilitasi pengujian Produk
- Fasilitasi pengujian produk komponen kapal hingga memenuhi persyaratan teknis
- Produk yang sesuai dengan acuan standar persyaratan teknis
4
Fasilitasi Komunikasi dengan Galangan Kapal
- Upaya pemasaran produk
- Terjalinnya komunikasi dengan industri galangan kapal
VII.
- Komunikasi dengan industria galangan kapal
MONITORING, EVALUASI DAN PENYUSUNAN LAPORAN AKHIR
1
Monitoring dan Evaluasi
- Melakukan monitoring implementasi hasil kajian produktivitas industria komponen kapal
- Laporan hasil monitoring dan evaluasi
2
Penyusunan Rekomendasi
- Diskusi Pengambilan Kesimpulan dan Perumusan Rekomendasi
- Kesimpulan dan Rekomendasi.
VII-5 ALIM SAADI. PRINCIPLE ENGINEER. BIRO KLASIFIKASI INDONESIA