STUDI PEMANTAUAN PELAKSANAAN DANA ALOk'.ASI KHUSUS (DAK) INFRASTRUKTUR
TESIS Karya luli~ ~ehag)li ~alab nlu ~ya rial u111uk 111~1n~roleli gdltr Magi$l~r Jari ln•tilul Teknologi Bandung
Oleh
ARIF NURHIDAJAT
Nll\-J : 25405030
Program Studi Perencanaan Wilayah dan k'.ota
INSTITl'T TEKNOLOGI BANDUNG
2007
STUOI PEMANTAUAN PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) INFRASTRUKTUR
ARIF NURHIDAJAT NIM : 25405030
Pembimbing
Ir. HERU P BOYO.H.P., OEA.,Ph.O. N[P: 131 569 648
2007
STUDI PEMANTAUAN PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) INFRASTRUKTUR
Oleh ARJF NURHIDAJA 'I N lM : 25405030
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota lnstitut Teknologi Bandung
Menyetuj ui/Mengetah ui
e bimbing
(v-lv-
Ir. HERU PU BOYO.H.P., DEA., Ph.D NIP : 131 569 648
asarjana lnstitut Teknologi Bandung
'-
-
(.,._
---
-====t~~t{IEF ROSYIDIE, MSP., M.Arch., Ph . .D NIP : 131 474 018
2007
' .Miah akan memnq\1ha1 O!!R~·or1n~ ~ llm31 "'1lnDI a ~ II.Ml q~q d1be11 ll11J1 penge11h1t.1Rleliirapaiet111l liY IU lab Mcn1el3llm apJ gJnq ka~u keqSian"
LQS Al MqaJd1bh: 11 J
~ !t!lliliktl'llhlln rulrnmmli11"1 Maki-~ lunm .iahllm [dati$1111111B1Ml k!lllhanlah dengan sl*!~h sJtl!llilh (IUl~lal ll!ll'1Qll.ep!li1 luhaRffiUIJi lllllilllqa llm linaf
'}(upe~emfu!ifian fuzya tufts im k.e:patfa : jstn~
;lyali.m.fu (~f,,,)4anl6untfa trranta lcttima <Sl.Jr,..dw
St111•a
(.tfu.zraa di .:ich acm ·Y<>QYa
ABSTRAK STU DI PEMANTAUAN PELAKSA!'AAN DANA ALO KASI KHUSUS (DAK)
INFRASTRUKTUR Oteh Arif!'(urhitbjld
NfM:~O DAK infrastrukun mcrupakan kcb1jaltan pemerintah dalam bid1111g anggaran yang merupakan bagian dari pcfaksaiiaan deseutralisasi fi;klll dafam !)~ntuk Dana Perimbangan. Oalam tahap implementosi suatu kebijakan, rnaka kennel tcrhadap pelaksanaennya perlu dilakukan agar sedini ITltlllgkin dapst diketahui ketidaksesualan antara hasil pclaksanaan dengan tujuan kebijaian yang tclah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut, peneliuan ini dilakukan unluk onelal
ABSTRACT MONITORING STUDY IMPLF.MENTED T1IB SPE.CI A I. (OAK) INFRASTRUCTURE
or
ALLOCATIO~ FT!ND
By Arif Nurliid•j•t
NIM:~30
The Special Allocauon Fund (OAK) of infnisttuoom• is policy of govcmment in the field of budget is the part ortiscal decentralization impk:mcoted in the form of balance funds In implementation phase an p<>lic)', hence control to the execution of require to be done so that early possibly can know by inapprq:mare between implemented result with a purpose of policy to which have been specified. Pul'SU3J'll to the mentioned, this research is done tu study monitoring to the OAK of illlnstru<:ture implemented as a mean to give picture and lnformation objt.:e1ively the condition of result implemented the VAK of mfrastructurc so that can know by performance or progress the VAK of infrastructure implemented do have in line "ith which have been spccsficd. Study monitoring the OAK of infrasrrocture implemented, hence done with descriptive method, by using monitoring technique ro_ research !''"e conclusion that the OAK of infrastructure implemented for
road mtrastructure is matching wnb the one which expected in execution Uirg<:l. Lloa1 ;, conservancy and imprQvement
of road mfrastrucrurc to •nppm1 growth of area ecomumcs Titos matter """ be seen from pjcture result of the DAK of infrastructure implemented of road mostly result of him in sub-province/city show the existence of variable result improvement and ""·a(dled impact. While for the irrigstio» mfrasiructure, result of execution by physic that ts conservancy and rehabilitate irrigation network give pictured which have in line with such. Monitoring to w•de of functional irrigation in perception sub-province show rnosr natural sub-provinces of increased. While to the impact of that is svpporting food resilience. not yet given rcsutt which in line with implementation of such OAK. Herc in after from thrs research result. then earn is presumably continued with step analyze next policy that 1s evaluating performance policy of infrastructure DAK. so tha1 can give and strategy of fonmulauon more both for !)AK of infrastructure implementation in a future Keyword. Monitoring.
Result of lmplemented, The OAK ofInfrastructure.
ii
PEDOMAN P£NGGUNAAN TF.SIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar Jan tersedia di Perpustakaan lnstitut Teknologi Bandung, dan tcrbuka untuk umum dcngan kctcntuan bahwa hak cipta ada pada pcngarang dengan mengikuti aturan HaKJ yang berlaku di lnstiun Teknologi
Bandung.
Rcfcrensi
kepustakaan
diperkenankan
dicatat.
''''~P'
penguripan atau pcringkasan hanya dapat dilakukan seizin pcngarang dan barns
disertai dengan kebiasaan ilrniah untuk mcnyebutkan sumbcrnya. Memperbenyak atau rncnerbitkan scbagian alau scluruh tcsis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, hstitut Telmologi Bandung.
iii
KATA PENCANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mcmberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya serta ridho-Nya, sehingga penulis dapat rnenyelesaikun tesis dengan jndul "Studi Pemantauan Pclaksanaan Dana Alokasi Khusus (OAK) Infrasrruknv".
Pada kesemparan ini tak lupa penulis meuyampaikun ucapan terima kasil, dan penghargaan yang setulusnya kcpllJa semua pihak yang telah ikut mcmhantu, mcmbimbing,
Hem Purboyo.H.P .. DEA selaku dosen p..'mnimhing yang dengan
pcnuh kesabaran membimbiog dan memberikan masukan dan urahan yung sangat herarti dalam membentuk kerangka berpikir dan pcrspcktif yang lebih
tuas. tcrsrruktur dan sistemaiis; ·>
3. 4. 5. 6.
Ir. Andi Oetomo, MP! dan Ir. Oinsar Parasian Naipospos. MS/'. s~laku dosen pernbahns dan pcnguji yang telah membcrikan koreksi dan masukan yang sangat beraru guns perbeikan tesis ini: Ors. Arief Rosyidie. M:)I' .• M.Arch .. PhD selaku Ketua Program S1ud1 Perencanaan Wilayah dan Kota ITD: I)r Ir. Bcncdictus Kornbaitan, M.S.:. se.uku dosen wali akadcmis: Scluruh staf pengajur pado. Program M~i;it~er Perencanaan Wilayah don Kuta ITB yang telah mcmberikan \VllW$31lkeilmuan yang sangai berarti; Scluruh staf T11ta Usaha dan Perpustakasn yang tclah rnembentu dalam kclancaran pn.)SCS pendidikan;
7. Pihak
Bappenas yang tclah mcmbcrikan kesernpatun dan dukungan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan; 8. Bapak I )irj;:n Anggaran, Hapak Sckrctaris Ditjcn Anggaran dan Bapak Dircktur Anggaran II yang telah mernberikan ij in dan dokungan kepada 9
Pushindiklatrcn
penulis untuk rnelanjutkan pendldikan; Ayahanda (aim) yimg selama masa hidupnya telah susah payah dan penuh kesabarau mendiciik dan membesarkan peaulis, dan Ibunda tercinta yanK tiada hcnti-hcntinya rnernbcrikan do'a dan motivasi kepada pcnulis.
l 0. Istri dan kcdua anakku tercinta yang dengan pen uh kesabamn dun ketabahan telah meruberikan do' a dan dorongan semangat bagi pcnuhs; 11. Pihal, lain yan!( tidak dapal disebutkan satu persatu yang telah membuntu
pcnuhs sclama mengikuti pendidikan.
iv
Sernoga segala amal kebaikan, bapak, ibu, dan rekan-rekan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amien. Dengan segala kerendahan hati, tak lupa penulis memohon maaf kepada semua pihak terkait atas segala kekhilatan dan kekur~ngan penulis selama ini. Pcnulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangau, karcna keterbatasan kcrnampuan yaug penulis miliki. Oleh karcna itu, kritik dau sHntn sangat penulis harapkan. Terakhir, penulis berharap agar tesis yang sangat scderhana ini daplll bermanfaar bagi
seluruh
pihak yang
mcmbnruhkan.
Semoga
Allah
SWT
scnanriasa
mclindungi dan menyertai kita semua dalarn setiap langknh menuju kesuksesan.
Amien. Wessalarn Handung, Pcbruari 20()7 Penuli~
v
DAFTAR ISi Halaman
ABSTRAK ABSTRACT.
.. .
··········
ii
PEDOMi\N Pl-'NGGUNAAN TESIS..
iii
KA l'A l'F.N(il\NTAR
iv
DAFTAR ISi
vi
DJ\fl'AR 1'AilEI.
viii
OAFli\l{ ().'\Ml:!AI(
x
DAFT AR LAMPIRAJ\:
XII
l)AFTAR SIN(JI(A'l'i\N
xiii
Bah I
Bah II
Bab Ill
Hub IV
Bali V
Pcndahuluan
.
I .I
Latar Belakang
..
..
..
1
1.2
Permasalaben
9
IJ
Tuj uan dao Sa.saran
I0
IA
Manfiutt Sru
11
1.5
Kt1Nlll3 Lingkup Studi
12
1.6
Mcrodolog] Penelitian ..
14
I. 7
Sistcmarika Pembahasan
20
Pcn:autauau Dana Alokasi Khusus l11fra~1ruktur..............................
22
2 I
Konsep Pemantauan.i.....
. . . . ..
.
2.2
Duna Alokasi Khusus
36
23
Metode l'endckatan Pcmantauan I Iasil l>AK lnfresuuktur....
59
Perkembangan Dana Alokasi Khusus lnfrastruktur........
22
..
64
3.1
Gamburan Umum Pcnerimaan OAK lnli-Jstruktuc...............
64
3.2
Mekanismc dan Tata Cara Pcngalokasian DAK l11irdslruktur
67
'.>.\.
Gambaran Umum Sebaran Data.............................................
78
1\nalisis Pemantauan 1 lasil Pdak.sanaan DAK Jnfmstruktur...........
.
81
4.1
Anaiisis Pcmantauan Hasil Pclaksanaan DAK lnfrasnuktur..
81
4.2
Temuan.......
110
.. .
Kesimpulan dnu Rekomendusi
5 I
Kesimpulan .. . . . .. . . ... . .. . .. . .. ..
114
.... . .
. .. . ..
.
. .. . ..
114
5 .2
Rekomendasi
5 .3
Ketcrbatasan S!udi
.S.4
Usulan Suidi Lchih Lar\jUt
..
.. . .. . ..
..
..
.. .. ..
115 .. .. ..
116
DAFTAR \>I !ST AK A
.
LAMPIRAN
.
vii
116
DAFT.<\R TABEI.
Halaman Tabet I.I
l'ernbiayaan Daerah TA 2000 s.d. 2005.........
3
Tabe-1 1.2
Alc1kasi DAK 2003·2006..................
6
'Fabel l.J
Prusentase Kenaikan A!okasi OAK TA.2003-2006
.
6
Tabcl.1.4.
ln
17
Tsbel 2.1.
Tiga P.:cdekDtan analisis kebijakan
..
24
T11hd 1.2.
Metode analisis umu meourut waktu dan Lipe in for masi
.
25
Tuhel 2.3.
Moditikasi dari rnetode analisis umum kt: metode analisis kcbijaka». ... .. .. . . .. . . . .. .. .. .. ... .. ... . .. ... . .. ... . . .. . . ... .. .. .. ....
26
Tabel, 2.4.
.. .. ..
Perbeduan Utama cmpat pendekatau Pemantauan
(Ounn.W.N. 1994:520)............................................. Tn~l 2.5
Bescrun belanju r.~garu umuk pemcrinrah pusat dan dacrah .
33 40
T11bel 2.6.
!3ela:tja pemerintah sebelum Jan sesudah otenorru daerah ..
~I
Tabet 2.7.
Kondis! Jalan di lndoocsia Tahun 2004
53
Tubd.2.8.
Idenufikasi variebcl dnlo.m im1>lcm.:ntnsi pelaksanaan l>/\K intl'3slruktur....
Tabel 3. J
..
..
.
Pcrkcmb.1ng9n Jmnl~h Kabuparcn/l(ota dan Alnk,;si Peocrimaun UAK Bidang lnlrastruktur Tr', 2003-2006 .......
Tal>el 3.2.
64
Perkembangan Jurnlah Kabupaten/Kotu dan Alokas: Peuerimaan D,'\K Bidang lnfl'l\Strokwr T/I 21){1'-2ll0G menu rut Wilayoh
Tabel 4.1.
.
66
R<:k.up perhitungan jumlah kabupatcn/kota mcnurut kondisi tiap varibel pcngamatan. untuk analisis OAK infrastruktur jalan
Tabd 4.2.
.
Rekap perhuungen jumlah kabupatervkota menurut kondisi tiap varibel ocngamaran, pcri-.ilayah mfrastruktur jalao
unruk analisis D/\.K .
vm
87
Tabd 4.'.l.
Rekap perhitungan jumlah kabupaten/kota menurui kondi~i
t.ap varibel pengamatan. untuk analisis OAK infrastruktur irigasi
98
Rekap perhitungan jumlah kabuparcn/kota menurur kondis! Tabcl 44.
ti~p varibcl pengamatan, pcrwilayah unruk analisis OAK
101
rnfrastruktur mgas1.
I'(
DAFTAR GAJ\tBAR
Ilalamen Gamber 1.1.
Kcrangka Pikir &udi...........................
... .. .... . .. .. .. ...
Gambar2.I.
Kcdekaran prosedur analisis kebijakan dengan tipe-tipe pembuutan kebijakan (Dunn, W.!'I. 1994:25)
Gambar2.2.
~9
Tindakan regu!atif dan alokutif dan implcmernasinya (Dunn. \V.N. 1994:515)........................
Garnbar 2.3.
..
19
... .. .. .. ... .. .. ....
31
Diagram hubungan antara jenis-jenis tiodakan kebijakan
dan basil kehijakan (mcdifikasi f>unn.W.N.1994:516).....
32
.. .. . ..
.
55
Gainbar2 4.
Skema iriga.~i pada umumnya {Grigg, I 988)....
Gamber 2.5.
Pmduksi Patli Indonesia tahun 2005.
Gambar Ll.
Proporsi Alokasi OAK Infrastrukrur menun.it jenis .. . .. .. . ..
65
Gurnbar 3.2.
Proporsi Alokasi !)AK lnfrastruktur berdasarkan wilaych.;
67
Gambar J.3
Diagram alur pt'l'lgaluka.sian OAK (Direktomt Danit
..
57
Perimbangan), ... ....... .... .. ... .. .. .. ... .. .... .. .. .. ... .. .. ... .. Diagram
alur
penyaluran OAK (Surat Edcran
71
Dirjen
Perbendaharaan No.051Pbl200!i).......
74
Gambar J.5.
Pera sebaran data aloka.~i OAK infrastrukrur jHlan................
79
Gurnbar J.6.
Pein sebaran da111 aloka.'li VAK infui3truktur irigasi.............
l!O
Garnbar 4.1.
Pruporsi Jurnian Kabupaicn menurut panjang jalan konclsi
85
muntap
Gaeibar 1.2.
Proporsi Jumlah Kahupoten mcnurut pnnjangjalen kondisi mantap pernbagian mcuurut KHI dan KTJ............................
81!
Gamhar 4.3.
l'rnpot:«i Jumlah Kabupaten menunn PDRl3 nominal..........
91
Garnl>ar 4.4.
Proporsi Jumlah Knbupaten mcnumt rORB riil..; ......
93
Gambar4.5.
Proporsi Jurnlah Kabopatcn menurut PDRB nominal pcmbagian menurut KRI dan l(TI..............
Gamb<1r 4.6.
Proporsi Jumtah Kabopatcn menu rut PORD nil pcmbagian rnenurut KBI dan KTI.......
Gambar 4.7
94
.
.
95
Propor~i .lumlah Kabupaten menurut luas daeruh irigasi fungsional.,
99
Gambar4.8.
Proporsi Jumlah Kabupaten rnenurut luas daerah irigasi fungsiouul mcnurut KDI dan KTl........................................
102
Gambar4.9.
Proporsi Jumlah Kabupaten rnenurut produksi padi sawah..
106
Garnbar 4.10.
Proporsi Jumlah Kahupaten menurut Produkai Padi Sawah mcnurut Km dan KTI..................
XI
109
DAF1'AR LAMPIRAN
Lampiran I
Data dan Perhitungan Analisis DAK Infrastrukrur Jalan Data dim Perbiumgan Analisis DAK Infr<1struk1ur Irigasi
xii
DAFT AR SINGKATAN
Pemakaian
perl•ma kiili pada halamau
,.,
APllU
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
.
APRN BUMD
A riggaran Pcndapatan dan Bcfanja 'Negara
.
Bndun Usaha Milik Daerah
.
17
l)A DAK
Dal.Utr Alokasi Dana Alok;;si Khusus
.
44
Di\K
Dana Alokasi Khusus
DAKDR
Dana Alokasi Khusus Ila"~ Reboisa~i........
OASK
Dafter Anggaran Saluan Kerja...................................
DAU
Dana Alokasi Umum........
DHH
Dana Baf!,i Has!I................................................................
2
OIPA
Daftar lsian Pelakasanaan
75
DIPOA T>l'I>
Doftor lsi1111 Proyck Dacrah............................................... Dll1U1
URL>
Dana Rutin l)aerah
II)
lndeks 0Aerah........................................
IFN
lodeks Fiskal :-Jctto..........................
72
11-'W
ludcks Fiskal Wilayah.................
7'.!
IKK IKW
Indeks Kemahalan Konsrruksl.,
70
Inpres
I nstruksi Presidcn
KAI
KawasanBurat Indonesia...................
KPPN
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara........... .
KTI
Kawasan Timur Indonesia..................
PAD
Pcndapatan Asli Daerah....................................................
69
l'DN
Pcndapatan Dal am Ncgeri
44
PDRB
Produk Domestik Regional Bruto
RD
Rcncana Drfirntil.. . . ..
RKP
Rencana Kerja P.:merintah.........
SDA
Sumber Daya /\lum...........
.
2 4
76
..
'.!
Anggun:in................................
Pernbangunan Daerah
76 .
.
lndcks K1\rnktcri$tik Wiluyab.;
..
.
..
..
7'2
70
.
XIII
. ..
..
.. .
65 .
. .. .. . . .
()~
..
.
,. ..
.
.. . .. .. .
48
52 75
45 38
SDO
Subsidi Daerah Otonom.
..
..
I
SKO
SP21>
Surat Kcputusan Otorisasi........ .. 2 Surat Perintah Pencairan Dana.......................................... 77
Sl'-DIPA
Surat Pengcsahan DIPA....................................................
76
SPM-LS
Surat Perintah l\1embayar Langsung,..
77
SRAA J)t'.K
Surat Rincian Alokasi Anggaran OAK.............................
lJlJ
Undang-undang
.. .
xrv
75
l
BADI
PENDAHULUAN
1.1. La tar 8elaloiu2 Kebijakan pcngclolaan kcuangan ncgnm dalam rangka otonomi dacrah yang diberlakukan s~iak awal Januari 2001 sebsgaimena diamawtkan UU No. 22 dan 25 tahun 1999 (yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tenrang
Pemerimahan Daerah
amara Pcmerintah Pusat dan Pcmerintah Daerah), tetah membawa konsekuensi kepada perubahan peta pcngelolaan fi skal yang cukup mendasar,
Sebelum diberlakukannya
I J(j diatas, pembiayaan dacrah ditctapkan oleh
pemcnntah pusat rnelului APBN yang dielokasikan kc daerah, scbagian dalam bentuk Subsidi [Subsit.li Dacrah 010110111 (SDO) atau Dana Rutin Daerah (ORD)).
sebagian lainnya dalam bentuk Bantuan (lnprcs atau Dana Pembangunan Daerah (Dl'D)l. Subsidi dipergunii~11n unruk mcmhia}ai saji pegawai ! pengeluanm rutin, adapuu Buntuan
unruk 111~111b1ay<1i
pcmbnngunan daerah.
Bauman
dapat
dikelornpokkan menjadi dua jenis, yaliu (a) bantuan umum I Inpres urnum], dan (b) bantuan khusus (Inpres khusus].
Bumuan umum mcrupakan bentuan
pernbangunan )'an~ tan8gung jawab pcrencanaan, pcngclolaan, dan pelaksanaan pcnggunaan danii s,~p.~nuhnya 1liserahkan kerarlr. pemerin1ah daer:lll. Bantuan umum tersebut meliputi
bantvun pcrnbangunan
desa (Inpres
dcsa). hantuan
perubanguuan Dari II (lnprcs Dati ll). banruan pcmbangunan Dari I (Inprcs Dari l). dan subsidi dana bagi hasil pencrimaan PBB. Sedangkan hantuan khusus. tanggung jawab pcrcucanaannya mcnjndi urusan pemerintah pusat utos usulan pcrnerintah
dacrah,
tetapi
tanggung
penggunaan
d1m;,ny::i drserankan
jawab
pcngelolaan dan
kepada perncrintah
pelaksanaan
daerah. Rantuan khusus
meliputi barnuun pcrnbangunun sckelah dasar (Inprcs SO). bontuan pcmbangunan
keschatan (lnpres kesehatan), banlmui pernbangunan pcngt1ija'JUn dan rebotsasi (In pres penghijauan Jan reboisasi), bani mm pernbangunan
peningkatan ja Ian
{lnpres jalan), sorta hantuan pcmbangunan dan pernugaran pasar (lnpres pa.sar).
2
l.lntuk kedua jenis transfer im campur tangan pemerintah pusat saat itu masih sangat dominan, Misalnya SDO/DRD, sudah ditcntukan alokasi penggu!t
sebagian besar (sckitar 95% dari total SDO) untuk gaji pegawai dengan k.omposisi 2/3 dari totel SDO d iberiken kepada propi nsi sedang I 13 sisanya untuk kabupaten/kodya. Sedangkan lnpres SD. lnpres jalan kabupaten dan sebagainya yang bersifat bantuan khusus sudah pasti peruntukannya sesuai namanya. Tak terkecuali, hantuan umum-pun seperti lnprcs Desa. Inpres Dali 1 dan 11. tetap saja
wewenang peruerintah pusat sangat besar kareua dokumen penganggarannya berupa SKO (Surat Keputusan Otorisasi) yang di terbitkan langsung oleh pemeri1\tah pusat, se.hin~'I dapat dipastikan tidak ada kewenangan bagi daerah untuk mcrubah perunrukkannya. Transfer dana dari pemcrimah pusat kc di11.:rah sepem nu, semng tununan
otonomi daerah yang merubah sistern pcmerintahan dari sentralisnk mer~adi descntralistik. menjadi berubah dan rncmunculkan Dana Perimbangan dalam nenaca APRN Indonesia. Dana Pcrirnbangan yang terdiri dari Dana Ragi Hasil (DBH). Dana Alokasi lJmum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah sumber pcndapatan daerah yang berasal dari
A
PRN yang merupakan aspek
penting dalam pcrlmbangan kcuangan antara ix:m;;rinlah pusat den dacran. Dana perimbangan tersebut. tidak memeriukan
usulan dari pemerintal. daerah untuk
memperclehnya karena sudah ada formula yang pasu dengan dasar undang-
undang berapa besar alokasi yang akan diterima suatu dacrah. Demiidan pula untuk penyaluran/pencairan dana-dana tersebut, pada umumnya disaturkar; langsung ke kas daerah. Peruntukannya menjad i urusan daerah sepenuhnya dalam APRD. Ada kewenangan yang sangar besar kepada daerah untuk mengolah transfer dana iersebut. Tujuan pcrubahan pola transfer dana kc daeraa mclalui Dana Pcrirnbangan diharapkan akan rneningkatkan peranan Pemerintah Dacrah dalarn melaksanakan
fungsi pemeri ntahan, khususnya fungsi alokasi, karcna Pemerimah Oacrahlah yang lehih mengetahui kcbutuhan, kondisi, dan situasi masyarakat setempat. Sehingga pemenntah pusat dapar berkonsentrasi pada fungs: dismbusi dan stabi I isasr. Al11sa11 rasionil selein hal rersebur diatas, transfer pemcrintah pusat kc daerah digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan fiskal vcrtikal, mengatasi
ketidakseimbangan flskal
horiz.omal. mengatasi efek luberan amar daerah
(extcrnalitasj, dan stabilisasi, Sclain itu dana perimbangan keuangan ini akan rnemberikan diskresi (kebebasan dalam mengarnbil keputusanJ yang lebih besar kepada daerah untuk mengclola sumber-surnber kcuangannya. Berikut d1sajikan
tabcl bcsaran pcrge~eranpola transferpusat kc dacrab: Tabd 1.1 Pembiayaan Daerah TA 2000 s.d. 2005
'=ii"
TA 2000
U1a11n
--· A
Bag. HSSll
24 ~(JoJ,3 7 874,6 4 071.0 578-.6 4 178.6 I •)72,0
Oana Ru!;n fl.p•1ah
1A 10,6
• l'lelanJa Pegaw••
2 Elelf't"JI No,,. P•Qav1a1
17 3ij2,7 760.8
OD,,, Pemb4ngunon Ooerah
12 816,7
2 KatupotontKot•
6 169,6
3
3101,Z 2626,1
Oana Al~as.1 oJmt1«1 J V1op1ns1
o.o
2 P<.at>upaten
o.o
Oar1a Aloka~• Khus.. s 1
Oao"
I'
610,4
0
v
957.1
o.o
4 JPS Pt<
\w
21 183.' ~ (Jl6,4 3 28S,J 6 OJ0,6
8ll.8 2l3.•
Rebo11>as1
I I
2 Non Dana Rebo1.sast
l---- Dana Kortlgans1. Otonom1 _L . 0.0, I i ·B Khusus den Dana Pen)·e,mbang 1
o.ana
Kont15;ens1
0.0 0,0 0.0
2 Oana Otonoml Kli.w;us ) Oana Penye1n-1>an9 '")TA
2004 d•5ebut Oaoa P8n)·t:st1a•8n
l ol a 1
·--·
.L
0,()
H65,6 6 230.8
0,0 0,0 0.0 0.0 0,0
O.G
00 .
0.0 '
0,0 0,C·
o.c o,c
i
60 5•6.7
6 051.1 ~ «l~.u
69 11•.1 6 911.• <S'l lOV
817,3 817,3 0.0
700,6 700,S 0.0
6 667.9 1 192, l 670.0
'J{ :}tSts,4
40 ~11,l
li964,8 4 785,3 9739,2 7 7('4,5 1 4C8.2
,~ g/~.~ r
5 ~92,5 8 446,5 7 368.7 1 615.0 : 647,1 660.0
536,3
429,6
240.0
0,0
o.o
o.o 00 0.0 0,0 0.0 0.0 0.0
TA 2005 (APBN-P)
123 149,6 I 133651,4
29 924,7 10 3ij~,7
786,2 233.• \
0.0 0,0 0,0
TA 20D4 (~.PBN-PJ
(APBN-f')
~·~v
0.0 0.0
Prop111ti1
J TA 2003
94 531,7 l 109 926.7
3 807.6
(dulu11.1 1.n1ty~r ruc1Hh)
..
82 400,)
o.o
1 Oooo
02
1-·
J::t 52~.• B92,7 0,0 0,0
I f'~BJBPHTfl 2 P•1•k Penghasllan J Mnyak 8urn1 4 Cl••Alam 5 Pertambangan UmJm C) K•hutonan 7 Pel'fkG:n•n
Ill
TA200
(APBl\I. )
')9bvi.n
Oantt. F'enmbang1r
) n
~··
i
I
0,0
n.o
0.0 0.0 '
0,0
o.o I o.c :
o.o 00
0,0 0,0 0.0
16 9780
0.0 0,0 :
o.o ija res.e
82 130.~ 8213.1 7J Yll.8
7 700,1) 6~ ~'6,0 J 024,0 . 765.0 l 2 269.0 '
4 774,4
3 550.3 \ 8 l1.8 Z 838.5 I
700.4 4 G14.0
.. J 3 431.0
I 0.0 I
2 054.7 1 J82,3
i
s1 sse.1
3082.1 0.0
3:; 522.4 1. - 64 ~82.5
Sumbcr: Nota Kcuangan dau APBN 2000-:2005
I
~ 6'16.~ 19 ~6~.o
-r+ 3082,1
I
Ci.0
9 387,2 0.0; • 539.61 7 847.6
7 242,5
6 355,< I
0.Q;
0.0 1 775.3 5 467.3
16426 \ s 212.S
•
.. ~391
130 QO&.C
..
--··
'40 693.9 I
_J
4 Dana Bagi Ilasit (DBH) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mempunyai sifat bamuan wnum (h/ocl: f?ra111). sedang Dana Alokasi Khusus (DAK) bersifar bantuan khusus {specifk granti .. ~pP.r~ifk grant disini .Artinya pernerintah pusat
punya peran mcncntukan "untuk 11p11" OAK tersebut dipergunakun. "llntuk apa" tersebut dalam peraturan (Peraturan Men1cri Keuangan No. J 24/2005) disebutkan
unluk bidang kehutanan. pertanian, pendidikan, kescharan, infrastrukrur. prssarana pemda. kelautan dan perikanan serta lingkungan hidup. DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mcmbantu mendanai Kcbutuhan
Khusus yaitu: a. kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengsn menggunakan rumus alokllsi umum;
b. kcbutuhan yang n1erupakan komltmen atau priorites nasional: dan/atau c. kebutuhan unluk pc:nghijauan dan reboisasi. Selarn OAK DR yang rnulai diberikan tahun TA. 2001. mulai TA 2003 dalam APU:-< muncul alokusi OAK Non OW1t1 Reboisasi (DAK nun DR). yaitu dona yang berasal dari APl:\N yang dialokasikan kepada daerah untuk rnembantu
mcmbraym kcburuhan khusus 111pi diluar Dana Reboisasi. T>AK Non DR ini untuk rr.cnjcmbaumi antara adanya keinginan pusat melaksanakan program-program nrioruasnya d1 daerah, terapi masih
dalam
koridor
desentralisasi.
Sebab
scblll)uim<1•111 diketahvi pola-pola frun~for daoil pernbangunan dari pusat ke duerah rnasa lalu, bai:, lnpres maupun DPJ), sangat didominasi kewenangan l'emenntah
Pusat dalarn mcncntukan alokasi kcpada daernh tanpa menghiraukan kebutuhan yang meruadi prioritas daerah. Pola transfer rnasa lalu membawa dua persoalan yang cukup mcndasar yairu penetapan jcnis transfer yang dilakukan olch Pusat relarif kurana
memoenimbangkan
kebutuhan daerah dan penetapan kritcria
elokasi yang kadengkale tidak scsuai dengan tujuan pcmberian bantuan tersehut Akibatnya
daerahpun
tinggal
"terima jadi"
apa yaog sudah
dikehendakr
pcmerintah pusat. schingga menjadi lidak krcatif mengenai apa yang mcnjadi kcbutuhannya. Pola llAK Non DR int mcncoba menjawab permasalahan tcrsebut dalan; bentuk matching grant. Artinya Dt\K Non DR berupa bantuan stimulau
5 yang
mewajibkan
Daerah
pencrima
OAK
Non
DR
menyediakan
dana
pendamping melalui APDD minimal sebesar 10% dari DAK Non DR yang akan
diterimanya Schingga apabila suatu daerah merasa OAK Non DR tersebut bukan menjadi prioritas daerahnya, dapat menolak dengan tidak rnenyediakan
dana
pcndamping, dengan konsekuensi udak mendapat alokasi OAK non DR tersebut. Akan cctapi hila mendukungnya, mcnjadi
bukti
keseri usan
prioritasrkomitmen
maka pcnycdiaan
daerah
untuk
dana pendamping
terlibat
dan
dapat
mendukung
pembangunan nasional.
Semenjak dlalokasikan mulai tahun anggaran 2003. peruntukan DAK Non DR adalah kc kabupaten/kota, bukan kc propinsi, Jumlah alokasinya-pun seialu
mengalarni kenaikan yang signifikan. Dari TA ~003 (Rp 2.269 milyar) ke Tl\ 2004 (Rp 2.838,5 milyar) nlokasinya naik 25%. sedangkan dari TA 2004 (28385 milyar) ke TA 2005 (l
ini alokasinya
TA 2005 dialokasikan. pcngcluaran
Mclilun p~nling
pcrckonomian
nasional
naik
hingga
kecenderungan pei111;;1i11ld1
mcmbaik.
72%
dibanding
kenaikannya,
pusat
di
Menurul
saat
DAK
tahun-tahun Sirnanjuntak
pertama akan
menjadi
mendatang dan
kali
saat
Ilidayanro
(2002: 163) mengatakan .. Transjer mt sanga: 11/i•ktil dtgunakan .1ebagu1 .m1·ana mencapai sasaran dr herhagoi sektor tertemu. misolnya · kesehatan. pendidikon don infra strnkru« davar. /)i era Orde Bani ktta bis« mehhat bagaimoru» transfer spe.~tjiJ: serupa 11u cukup' bat« dalum rangka menctptakan
"pcmcratuan"
standar
di pelosok-pelosok Indonesia. Di masa depan pemberdayaan DAK .•angat (>Clllit1g ,.
Terlehih
OAK akan mcmpunyas pmspe\.. peningkatan
alokasi yang cerah bila
amanat pasal 108 UU No.33j2004 tcntang Perimbangan Keuangan antars Pemerintah Pusat dan Dacrah dapat secara bertahap terealisir, Yaitu mcngenai Dana Dckouscntrast dan Dana Tugas Pembamuan yang diminta secara bertahap dialihkan
mcnjads
Dana Alokasi Khusus. Dana
Dckonsentrasi dau Tugae
Pcmbanlu.an merupakan bagian dari anggaran kcmcntcrian negara/lcmbaga digunakan
untuk melaksanakan
undangan menjadi urusan Daerah,
urusan yang menurut
peraturan
yang
perundang-
6 Bcsaran alokasi DAK dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 dapar dilihat pada tabel di bawah ini. label i.2 Al.OK.ASI DAK 2003-2006 (cJalam m1lvar ruP1ah j
NOi
!
B1dany
JUMLA~r -- 55 65260 625'
--
77
2 l<e$ehatan.
375
3 lnfrastruklur
1, 181
lnfrasrntklur jata11 /nfroslrok/vr mgas•
-
arr terom
lnfraslrvktur
--··
6 !Pcnan1Cln.
!. -· lungkun9an H•dup TOTAL
Nampak
-·
. JUMlAH
%
22 99
~.575705 22 26
385
958
627 675 ' 543
104
5.07
GOS 000
S.26
148
369
448.675
368
l22
802
~7~ 675
6 70
170:'
42~.
1,094 875
9.46
12 875
0 98
37 13
839 05
29 56
339
14 92
35720
1258!
I
2,26900
·-~ 10000
80~1
-
...
. - >---
1076
I 2,838 50
'
i 100.00
-
2354
843
+--
2523
945
1,533
..
2,919525
3.811 380 32~
4214
: ;
%
-·"
J819
1,19625
.!
··-·
2,40> 795 2080
52 05
30547
JUMlAfi
·545·.
620
22800
-
%
-· 1.221 'I 3042
1607
- 388
2006
200:;
. -r-·--
45618
5 Kelalllan dar> Perikanan
-
16 53 !
88
loerdesa~~---· 4 Preserana Pemenntah .___,,,.;_.
'
JIJMlAH
%
~- ~ -· 1 'l'endo:l1kan, ,_ -
--
2004
2003
-4,014
oo
10000
dari alokasi DAK di atas tcrnyata dan tahun-kctanun
-
-·-
·-
t
--· 11.569 800
·-
-
100
0(
alokas! DAK
rncngalami penmgkatan yang cukup signifikan. Sclain itu bidang yang dibiayai dari l>AK ini juga mengalami
pcningkatan jumlahnyu. Dari 4 bidang di tahun
2003 rerus mengalarni peningkatan tiap tahun hingga ada 7 bidang yang dibiayai pada 111h11n 2006. Secarn proscntase kenaikan alokasi DAK dapat dilihar dari tabel di bawnh ini. Tabel 1.3.
Prosentase Kenaikan Alokasi DAK TA ~00)-2006
Jenis ·-··
-DAK -
-
DAK INFRASTRTIKTllR
_J l
2003/2004
2004/2005
15_IO
41 .41--
2005/2006
1' 1.29
..
2!U5
-.
II I
188.24 ----· 148.62
-
"I
'
Dari tahun /.003 kc tahun ?.004, alokasi OAK mcngalami peningkatan sebcsar 25,10%. Kemudian dari tahun 2004 ke tehun 200S mcngalami kenaikan scbesar 41,4 J % dan dari tahun 2005 ke tahun 2006 mcngaiarni kenaikan yang sangat linsgi yairu sebesar 188,24%. Melihat kecenderungan hal ini, maka ke depan alokasi untuk DAK di perkirakan aka.1 meningkat terus dan bidang yang dibiayai rnelalui DAK akan semakin banyak, Hal ini sesuai dengan amanat Pasai 108 ayat 1 Uli No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan
Pemcrintah Daerah yaini :
''l)cma Dakonsentrasi don Dana Tugas Pembontuan yang merupakan baswn dart
angKarc.ln
kemenuman
negara/temoogo yang
digunakon untuk
mataksanakan 11rr1.rtJ11 yt111g mermrut peraturan perundang-undanganmenjod! urusan Dacrah. sccara bc1rtahap dialihkan menjadl Dana Alokasr Khusus"
S.:ilRh
satu daru1 perirnbangan yang menyangkur secara khusus bi
inti:as(ruktur adafah Dana Aloka$i Khusus (f>AK) infuistruktur yang merupaka» saleh sam brdang yang dibiayai lewat alokasi OAK setain t>idan~ pcndidikan. kesehatan,
prasarana perncrintahan,
kelautan
dan perikanan.
perranian don
lingkungan hidup. Alokasi OAK bidang infrasruktur ini dima11li.ut1k1111 untuk
penanganan pemctiharaan jalan dan prasarana irigas], dan sejak tahun ZOOS selain kedua infrastrukrur tersebut juga ditambah dengsn lnfrastruktur air bersih.
Tujaan pelaksanaau DAK infrastruktur adalah seperti yang telah ditctapkan datam Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan No.124/f>MP.02/2005
tentang Penctapan
Alokasi dan Pedoman Umum Peugelolaan Dana Alokasi Khusus TA. 2006
adalab: -
Meningkatkan
tingkat
pelayanan
uansponasi
dan
aksesibilitas
guna
mcndukung pertumbuhan ekonomi me!alui pemmganan prasarana jaian.
-
Meuingkarkan tingkat pclayanan jaringan 1riga~i untuk mendukung program kerahanan pangan melnlni penanganan prasarnna irigasi
8 -
Meningl::arkan meniogkatkan
pclayanan
air
bersih
yang
dikelola
rnasysrakar
untuk
kualitas sesehaian masyarakat melalui penjediaan prasanona
clan sarana air bersin. DAK infrastruktur ya11g diberikan kepada kabupaten/kuia
dimulai sejak tahun
2003 bingga sekarang tclah berlangsung selarna 4 tahun. Sccara proscntase DA K Bidang Infrastrukrur juga rnengalami peningkctan ~ang cukup signifikan, Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa dan tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami peningkatan sebcsar
1.29%.
pcningkatan
Kemudian
alokasi
untuk tahun 2004
ke 2005 mengalami
sebesar C.ll, 15% dan dari tabun 2005 kc tahun 2006 mcngalairu
pcnlngkaran yang cukup besar yaitu 148,62%. Melihet kecendcrungan ini maka diperkirakan alokasi
OAK untuk bldsng infrastruktur untuk tahun-tahun
mcndatang jui;1:1 akan rncngalami kcnaikan. I lal ini mengingat bahwa sarnpai saat
ini pembiayaan untuk scktor intrastruktur scjak pasca krisis pada tahun 1997/19\18 belum sepenuhnyu dapat memenuhi
sepcrti yang diharapkan. Sebageimana
dikctuhui buhwa dalam masa krisls ekonomi sektor infrasuukrur rnengalami keterpurukan yan!/, sangat bcsar, sehingga menwunkan tingkat pelaynnan yani:
padn akhimya
;1lo11
menghambar perbaikan pcrckonornlan bangsa,
Pada .ahun 100~ jurnlah kabupaten/kota yang mcndapatkan alokasi OAK infrnstruktur
udalah
331
kabupaten/kota
den sampai
tahun 2006 jumlah
kabupateivkota pencruna 01\K iufrasiruktur meningkat cukup signifikan meniadi 4:14 kabupaten/kota, Sedangkan alokasi dana OAK infrustruktur juga mengalami peningkatan yauu pada tahun 2001 udalah Rp 1.18 trilyun hingga tuhun 2006 n1t"11judi Rp 3.8 trilyun (sumber Dujen Anggaran dau Pertmbangan xeuaugan.
2006). Melihat perkernbangan dalam pclaksanaan DAK infrasrruktur ini makn dapat diasumsikan bahwa tingkat pelayanan umum bagi infrastruktur khususnya jalan dan irigasi scrta air bcrsih menjadi scmakin meningkat biik
kualiras dan
k uantitasn ya. Jika mekanisme pclaksanaan DAK infra->truklur dijalankan dengan baik rnaka dengan
memperhatican
kabupatcn/kota
da-i
pcningkatan tahun-ketahun
alokasi yang
anggaran
cukup
maupun
signifikan
maka
jumlah dapat
9 diinterpretasikan babwa dalam pelaksanaan program OAK infrastruktur
telah
scsuai dengan tujuan yang diharapkan
1.2. Permasalahan Khusus untuk pembiayaan sektor lnfrastruktur sampai saat ini masih mengalami
kcndala dalam hal pcndanaan, Scjak tr.rjaclinya krisis ekoncmi di rahun 1997 maim proscmase pcrnbiayaan infrastruktur mengalarni penurunan. Bila sebelum
krisis monerer, anggaran ~mbiayaan inftas!ruktur sempar mcnc11pai angka 5%
dari jumlah produk domestik bruto (PDR). pada 2000 sngkanya malah menurun menjadi 2. 78%. Bahkan, hingga 2004, persentasenya torus menyusut hingga menjadi 2.3.1% dari PDB:.
Alokas!
transfer pemerintah
dulam bentuk dana
perimbangan bagi sektor infrastruktur mcrnpakan bsgian dari stratcgi peningkatan sumber-sumbcr
pernbiayaun
khususnya bagi daerah-daerah
yang kemampusu
fiskalnya rendah. 't'entu saja dengen adunya dana perirnbangan ini diharapkan kesenjangan
fiska!
yang berimplikasi
kepada
penurunan
tingkat
relayanan
iuf1i1~11 ukiur tlap~t dikunmgi. Dana bantuan pembangunsn
daerah yang ~ri.umbcr dari pcmerintah pusat,
sampar saat ini rnasih mcndominasl komposisi pcmoiayaan pernbangunan di k!lbup<1l~11/kotR.
Melibat
keberudasn rlan arri penringnya pcran dana banruan
pembangunan rerscbut, maka detain penggunaannya pcrlu dikelola secara efektif dan efisien searah dengan rencana pembangunan daerah yang relah dibuat agar mcnjadi suatu kesatuan yang sinergis, Keberhasilan pelaksanaan program yang dibiayai oleh DAK infrastruktur sangat lergAntnne
kepada
kcefekntan
perencanaan
yang lelah dilckukan sebogai penjabaran dari program pcrncrintah
atas peugolakasian OAK terscout. infrastruktur dcngan
pelaksanaan
kegiatan
yang
sesuai dcngan
Kesesuaian amara hasil pelaksanaan DAK
mjuan yang telah ditctapkan mcnjadi
gamharan tingkat
kebcrhas.Ian dart pclaksanaan DJ\K infrastruktur. Adanya amanat dalarn UL: No. ' ~\ '' ., :,.•11:.. r1·••rl~·.~.
':·~~!'.,
E. Suinardi, Krcd1pun Mengucur di Sekror lnfr-ci..~trLklur
10 )) tahuu 2004 agar dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan secara bertahap di alihkan
menjadi
DAK, perlu dilakukan
dengan terlcbih dahulu melakukan
pemantauan basil pelaksanaan DAK selama ini sehingga dana yang dialihkan dari dana dekonsentrasi dan tugas pcrnbantuan tadi yang jumlahnyu cukup besar, dupat dlmantaarkan secara tepat guna dun tepat sasaran. Bcrknitan dengan
ha! rcrsebut diatas, maka pcrmasalahan pemantauan hasil
pclaksanaan OAK bidang infrastruktur kiranya dapat dilihat dari keluaran [output) clan dampak (outcomes) pclnksanaannya.
Dcngan demikian dari permasalahan
tersehur dupa1 di11juk11n suatu pertnnytlfill pcnclitian scb«g11i bcrikot : "Seberapa besar manfaat yang teleh diberikan oleh daeruh kepada masyarakat dalam sektor peluyanan pubiik terutama infrastrukrur ketika sumbcr-sumber kcuangan berupa DAK tclah discrahkan olch pcrncrimah pusat kepada dacrah.", Atau dengan kata lain "Ba~uimana
gambaran
Alokas! OAK
lnfrastruktur
dalam
menur\jang
pernbiayaan infrastruktur di daerah untuk pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan ll\ju11n dan sasaran yang tclllh ditetapkan,
1. ·'- Tujuan dan $..saran Tujuan dari p.:nditian Jni sesuai dengan l111ar bdakang dun perma$alahu11 scbagaimana diuraikan diatas,
adalah
untuk
mcmperoleh
informasi basil
pelaksanuan D/\K infrastruktur yang dupor dipergunuknn untuk memberikan rnasukan
kepada
pemeriotah
pusat
berkenaan
dengan
pelaksanaan
OAK
infrastruktur yang nantinya dapat mcnjadi masukan dalam penyusunan strategi penggunaan OAK infrastruktur, juga ingin mcngctabui tingkat kcsesuaian basil infrastruktur yang dibiayai melalui OAK infrastruktur dcngan tuiuan petaksanaan OAK bcrsangkuran Sasaran yang ingin dicapai adalah sebagar benkut · I. Dipcroleh gambaran seberapa besar pcranan DAK infrastruktur dalarn mendukung program ketahanan pangan nastoual,
ll
2. Diperoleh gambaran mernpenahankan
seberapa besar peranan DAK infrasrruktur dalam
tingkat
pelayaaan
transportasi
untuk
menunjang
perturnbuhan ckonomi.
J. Dikeuihui11ya infonnasi kondlsi obyekuf infras1rukrur yang relan dibiayai melalui mekanisme DAK infrasmikn».
I. 4. Manfaaf Srudi.
Mantaat penelitiau inr sccara praktis adalah seperti yang telah dinyatakan dalam tujuan pcnclitian. Sebagaimana peruyataan Davey. K.J (1988),
bahwa alokusi
dana khesus merupakan bagian dari strategi pengendalian pemerintah pusat k epadn daerah untuk dikehendaki
menyelsmarkan jenis-jenis
dan tingkut investusi yong
serta sarana uruuk meneraukan dun mencapai standar naslonal
rerendah untulc suatu pclayaMn tertentu. Suarn kcwajioon oleh pemcrint11h daerah
untuk meny ...diakan suetu pelayanan tertentu sesuai kcrenruan yang berlaku dengan insenrif pemcnnreh
pUSlll
melahu dana alokas: khusus ini tentu
Sll,jft
mcrupakan beniuk dukungan terhadap proeram prioritas nasional yang harus dilaksanakan olch perncrintah dacrah guna meojaga kestabilan ekonomi makro.
Bagi pcmcrimah pusar, kcstabilan perekonomian sccara makro rnerupakan Ml yang pcntin(l
gum. mencapai
tujuan
pernhungunan ekcnomi
nasional
yaitu
mcaci ptakan pemeratuan, Secara kcilmuan, peneli1iA11 pcmikiran
tcrhadap
ini diharapkan dapat membcrikan
pcrmasalahan-permasalahan
desentralisasi
swnbangan fiskal
yang
menyangkut kcpada perirnbangan kcuangan antara pemcrintah pusat dan pcmcrintah daerah. Permasalahan desennulisasi fiskal dalam bal ini adalah alokasi
DAK
bidang rnfrastruktur
mcnginuat dmamika
mcrupakan
pembangunan
penm1salahat? y11ng cukup
rncnarik
pemcrintah daerah sangat thggi sehingga
seringkali mcngganggu hubungan antara pemerintah pusat dan pcmerintuh daernh dalam hal pcmbiayaan.
12 Terhadap disiplin ilmu perencanaan wilayah dan kota khususnya bidang sistern mfrestruktur dan teansportasi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan
pengetahuan
rnengenai
pelaksanaan
pembiayaan
infrestruktur
di
dacrah ping dibiayai rnelalui Dana Alokasi Khusus bidang lnfrastruktur yang mencakup
dampaknya
pembangunan
di daerah
schingga
dapal
suaru straregi pclaksanaan DAK lnfrastruktur yang leltih !:>aik di
direacanakan masa
terhadap
depan
terkait
dcngan
karaktcristik
daerah
penerima
DAK
bidang
infrastruktur
1.5. Ruang Lingkup Studi Secara garis besar lingkup studi akan meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Pcmantauan kcluaran hasi] pelaksanaan OAK [nfrastruktur
::!.
Pemantauan dampak hasil pelaksanaan DAK Infrastruktur
3. Anahsis
kcsesuaian basil pelaksanaan
l)AJC Infrasuuktur. dengan rujuau
kcbijakan program nasional yang telah diietapkan ..
1.5.1.
Ruang Lmgkup Matcri
Ruang lingkup rnatcri difokuskan kepada infrastrukrur yang rncndapat sumber pembiayaan
secara
langsung
pclaksanaannya
dapat
diaman
rnemungkinkan,
Untuk
itu dalam
melalui
D.tU<.
melalui
varibel-variabel
penelitian
Infrsstruktur yang
sorta ada
hasil dan
ini ditentukan intrastrukturnya
adalah : I.
In frastruktur Irigas:
2.
Infrastruktur Jalan
Infrastruktur Air Bersih tidak menjadi matcri kajian. karcna baru dialokasikan pada tahun '.!005. sehingga data-data dampak Jang dapat diamati masih sungat
13
minim. Selain itu pembiayaan air bersih tidak scpenuhnya dari APDD akan tetapi
scbagian bcsar adalah melalui l.lLIMD. Irigasi Iungsional dan bangunan pclengkapny« mcrupakan pcnunjang pcningkatan
produksi pcrtanian khususnra p.1di di daemlt. Secara nasicmal haJ ini menunjang kepada program keiahanan pangan nasional. Untuk itu variabel keluaran yang
dapar diamati untuk mengetahui gambaran pelaksanaan DAK lnfrastruktur irigasi adalah luas daerah irigasi fungsional, sedangkan variabel dampak yang tcrkait dcngan tujuan pemberian
l)AK infrastruktur irigasi yaitu kctahanan pangan
diamati melalui jumlah pruduksi pancn padi sawah disuam kabupaten/kota.
Prasarsna jalan adalah mfrastruktur yans membcrikan kontribusi yang signifikan tcrhadup pertumbuhun ekunomi di daerah. Variabel keluaran yang dapat dianalisis
schubungan ccngan pclaksanaan l>AK lntrastruktur jal3n adalah panjang jalan kabupaten dalam kondisi mantap yairu kondisi jalan baik dan sedans. Sedangkan variabel tcrukur yung <1ipil1h scbagai an3lisi.~ pcmRntnua11 dampak yang rerkait
d<'n11a11 tuj uan pembcnan D!\K infmstruk!ur jalan
yaitu
mendukung pertumbuhan
i:kuoomi odaluh P ORB lw!>upalen'korn.
J 5 2. Ruan11 l.i?1gk~p
Wilayuh
Kaj ian dampak OAK lnfrastruktur
terhadap pcmbangunan
daerah dilakukau
dalam Iingkup Kabupatcn/kora di Indonesia. Dalam mcnentukan Ii ngkup wilayah studi didassrkan kepada kelengkapan data yang tcrsedia. Daerah kabupaten/kota yang diambil scbagai wiluyah kajian adalah daerah yang secara terus-ruenerus
mendapat bantuau alokasi Dt\K Infras!ruktur dari tahun 2003 sampai 2005. Hal ini untuk mendapatkan gambaran hasil pelaksanaan DAK infrastruktur yang dapat
diamati seluma 3 tahun Uniuk alokasi OAK mlrastruktur TA 2006 jumlah kabupaten/kota di Indonesia yang mendapat elokasi dana DAK lnlrastruktur adalah 434 kabuparen/kora untuk infrastruktur jalan dan 341 kabupatervkota untuk infrastruktur irigasi (Departemen
!4 Keuangan), Mcngingat data yang diperlukan adalah data time series maka yang diambil
adalah data daerah yang pada 3 tahun penerimaan (2003-2005)
rncndapatkan alokasi rerus menems.
Unruk infrastrukmr jalan ada 2i3 kabuparen/kota yang selama 3 tahun penerimaan menerima terns menerus alokasi DAK infrastruktur sedangkan untuk infrastrukrur irigasi uda 148 kabupaten/kote.
I. 6. Metodologi J'enelitian Menurut
:>iu:lir (1988 : 51-52),
sistem dalam penclirian datum
suatu
pekerjaan
yang
peneliti:m.
metode penelirisn
merupakun suatu kesatuau
ter
Prosedur
yang hams dilakukan
kepada pencliti
memberikun
urut-urutan
dalam ~uatu pcnclirian. sed1111gkan 1okn)k
pcnelitian mcmberikan alat-alai ukur apa yan& diperlukan rialam melaksanakan
suatu pcnelhian. I. 6. I. Pendekatan Studi Srudl ini berawal dari tidak dikerahuinya informasi mengenai hasil pelaksanaan OAK Infrnstruktur,
Seringkali
alokasi
khusus
ini mcngarah pada pola-pola
pengeluaran yang berbeda dar] prioritas arau pilihan daerah. Pcnelitian ini akau mengkaj]
dan
menganalisis
kcscsuaian
autara
hasil
pclaksanaan
DA K.
infrastruktur dcngan tujuan yang telah ditetapkan pada awal irnplemcntasi ..
Untuk mernperoleh gambaran tersebut, maka metodc pcnclitian yaog digunakan adalah mctodc desknptif
Menurut
Whitney ( 1960) dalam Nazir ( 1988:63 ),
mctodc dcskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat terhadap data-data
yang dikumpulkan.
Pcndekatan
studi y.mg sesua: dengan tujuan
penelitian ini adalah pcndekatan pemantauan (monit<>nnK research). yaitu suatu pendekatan studi yang pada umurnnya digonakan untuk memberikan informasi lentang
sebab akibar dari suaiu kebijakan
(Dunn W.N. 1994).
Pemantauan
!5 menghasitan informasi tentang gambaran kcgiatan yang sesungguhnya telah dilakukan.
lhta yang dipcrlukan dalam penelitian ini adalah data sckundcr yang ada pada kabnpaten/koca yang menerima alokasi DAK Tn&asrruktur. Dara-dma tersebut dikumpulkan dalam bcberapa tahun pengamatan. hal ini agar dapat menghasilkan
analisis yang lcbih valid dan optimal. Metodc analisis yang digunakan dalam penetitian ini adalah metode pemantauan basil kebijakan, yaitu metode pcmantauan terl1adap keluaran dan dampak suatu
program atau kegiatan, karcna data-data yang dianalisis adalah data-data hasil (output dan nutcnme) dari suatu program Dlau kegiatan yang dicvaluasi. Output adalah kcluaran yang dibasilkan dari iuput yang berupa dana dan proses yang
berupa
ke:iiatan
atau
proyek
pcmbangunan
proyck
baik
fisik
seperti
pembangunan, rehabilitasi serta peningkatan rnaupun non fisik scpcrti pendidikan, pelattban.
penelltian,
pcnyuluhao
dan lain sebagainya.
Sedangkan outcome
merupakan dampak atau hasil dari kcscluruhan input dan proses. Oleh sebab itu dalam pcmilihoo
indika10: akan didnsaoo1n kepada tujuan dan sasaran program
atau kegiatan yang telah ditetapkan ierhadap mfrasiruktur bcrsangkutan. Tujuan don sesaren dari pctaksanaan DAK Infrastrukrur, tercantum di dalam l'asa! 7 Pernturan Menteri Kcuangan No 1241PMK.02!2005.
lndikator ouput unruk
infl"~srrnktur jalan adalah tingkat pelayanan prassrana jalan melalui kegiatan pemcliharaan
periodik/!>crkala
dan pcoingktdwi
prtlj1Ua1u.t
jakm. Unruk itu
variabel yang dipergunakan adalah paniang jalan kabupaten/kota menurut kondisi
mantap. lndikator outcome yang hisa ditarik dari tujuan dan sasaran pelaksanaan DAK infrastruktur jalan adalah mcndukung pertumbub.an eknnomi di daerah, Untuk itu variabel yang dapat dipe[b'Urnikan adalah PTJRB kabupaten/kota. llipole~i• y~ng bis" diambil dari variabel ini adalah bahwa sctiap peningkaian panjang jalan dengan
kondis: mantap (bai];
I
sedang], menunjukkan bahwa jalau
sebagai kornponcn pcnggcrak pcrtumbuhan perekonomian kabupatcnikota juga menunjukkan kincrja yang scmakin baik.
16 Sedangkan indikator ouput untuk infrastrulctut irigasi adalah tingkat pelayanan jaringan irigasi melalui kcgiatan pcmcliharaau daa/atau rehabilitasi jaringan irigasi
Untuk itu variabcl yang dapat dipakai berdasarkan data yang Ilda adalah
luas daerah irigasi fungsional, lndikator outcome berdasarkan tujuan dan sasaran pclaksanaan DAK adalah mendukung ketahanan pangan, schingga variabel yang
dapat dipakai adalah produksi padi sawah. Hipotcsa yang hisa diamhil dari variabe]
ini.
bahwa setinp
mcmberikan kabupatcn
pengaruh sehingga
peningkatnn
jumlah luasan
dacrah irigasi akan
secara positif 1erhad11p pmduksi panen padi di suaru hal
ini
terkait langsung
tlcngiin
membaiknya kinerja
infrestruktur irigasi. U ntuk mendukung
rnctode pcmaniauan ini, maka dilakukan pcngamatan dan
onalisis yang bcrsifat "comparative study" atau studi perbandingan. Perbandingan dilakukan
terhadap data-data dalam
saru
tahun dibandingkan
dengan data-data
tahun sebelurnnya. H11sil pengllmatan analisis ini akan men
sekarang masih belum berubah sepeni kondisi awal
alau b<::r·ubah bclum signifikan. yung bersrti kcbijaksunuan alokasi OAK
Infrastruktur tidak memberiken dampak yang positif "" Ki11ei)a 111fras1ruklur sekarang mengalami perubahan positif (mengalami peningkatan
kinerja)
dibandingkan
kcbijaksanaan
pengalokasian
Awai,
kondisi
yang
berarti
OAK lnfrustruktur mcmbcrikan dampak
yang positif ./ Kincrja infrustruktur sekarang mengalarni perubahan negatif (mengslami penurunan kinerja) dibanding
kondisi awal, yJJJg berarti kcbijaksanaan
pengalokasien OAK Jnfrastmktur membetikan dampak negatif. Maslng-masing
varibcl akan diamari perkembangannya sclama 4 tahun, yailu 1
tahun ~~helnm t11t~rapkannya
pelaksanaan
Oi\K
DAK. lnfrastruktur
lnfrastruktur
(2003-2005),
(2002) dan 3 tahun setelah ha!
int
untuk
rncngetahui
Ii bagairnanakah darnpak OAK Infrastruktur terhadap peningkatan kinerja rnasing-
u1as:ng infrastruktur sebelum dan ~1 peocrapanDAK Infrasuukiur. Sebagai gambaren lcbih jclas perumusan indikator pemuntuuan hasil pelaksanaan DAK In farstruktur terhadap pembangunan di daerah dapat dilihat di tabcl di
bawah ini. Taxi. l .4. Indikator Pemantauan Hasil Pelaksanaan OAK Infrastruktur. ;
JENIS CN£'RAS. ' '-----·
KLASI Fl KASI
(P:;.7 PMK
(BY l'l
No I 24120-05)
...
<
<
prasarana ialan
.
M•mlukung
~
pcrtumhuh.in eknnmni
Ourcornc
·Output
~ 0
1!1
!
Peningkat3n pelayanan
Output
z
I
V AIUAl:l£1.
trxsn.
!
OULO<>lllC
Ji J•.,,ah
..
r•c:n1ngkatan pclayanan jaringan lrii;asi · M•ndulrnng l"''l!-'"'n I kcrehansn n•na.an
rNm KA TOR
TOI.OK l:KUR
... Panjllns jalan dalam k ondisi mantup. ProJuk Domesri k Resiona I llruto
Naik/Turunff"etap
lPDRB\ Luas da
irigas1
N~iklTurun/Tetap
. tit.!1~1011 a.I : Prnduks i sawah
·----
·-
Naikfl umn/Tetap
....
- ··------'
1. 6.2 Kerangku Pernikiran Kerangka pikir penelitran
ini ditandasi oleh Pelaksanaan bentuk transfer dana
l'emennwh Pusat kcpsda Pcmcrintsh O~mh dalwn bentuk Van.a Alokasi I< hwu~
bidang Infrastruktur. Pcrmasalahan kesesuaran antara program pernerintah pusat yang
harus
mcngamankan
stabilitas
pcrekonornian
secara
makro
yang
impternentasi secara kewilaynhannya meojadi wcwcnang dari pcmerintah daerah. Implcmeruasi program ini dari segi pembiayaan seriugkali berbeda dari prioritas atau pilihlm daeruh Adanya arokasi dana alokasi khusus (DAK) rnenjadi jembaran nntara pernerintah
pusat dan dacrah dalem mengamankan program pcmcrintah
pusat dalam menjaga stabilitas perekonomian sccara makro. Tcntu saia ha! ini akan berdamp~k secara langsung kepada peningkatan pcrnbangunan dsersh.
I& Oleh
karena
pelaksanaan
iru sangar
menarik
bagaimana
mengetahui
gambaran
hasil
suatu program yang menjadi prioritas nssional ketika secara
wewenang dan tanggung jawab hal ini rnenjadi domain dari pcmerintah daerah, Apakeh suatu kebijakan yzng berupa DAK merupakan suaru solusi yang paling tepat dan optimal schingga, program pcmcrinlah lctap bisa tcrlaksana dcagan baik
dan perneriruah daerah dapat merasakan manfaat sehingga dalam pemanfaatan kegiatan mi menjadi efektif'dan efisien. llasil pcnclitian ini pada akhirnya dibarankan dapat memberikan kesimpu!an dan rekomcndasi
yang dapat dipergunakan dalam tahapan analisis kebijakan lebih
lanJUt yaitu evaluasi pelaksanaan, yang pada akhirnya dapat mcmbcrikan rumusan
arau formulasi atas kcbijakan pclaksansan DAK lnfrastruktur sehinzga menjadi suaru kebijakan yang mernberikan
nilAi rambah hagi pemerintah pusat dan
pemerintah daeruh. Untuk i:11 alur kerungka pikir yang akan digunakan dalam penelitian mi dapat dilihat pada diagram di bawah ini ·
i9
.. DAK INFRASTRUK'IUR
--
.
-
llUGASI Alokasi f
,
EVALUASI
PELAl<SANAAN ';
.
Tujuan dau Sasaran (ps 7 PMK. 124n.OOS)
s
·-
,
I
.
l
IOENTlFIKASI VARJABEL
l
Ol'Tt'UT
IDENTJF'IKASI
VARIAAEL IMPACTS/OUTCOME
...
• !NDIKATOR VARIABEL OUTPUT
Data Sek under .(
,/
JALA;-.J
i
' i
• ••
•
INDl t'A TOR VAR.lABEL
J
lMl'M'T<;;()11n·oMF
Data Sekunder
Panjang Jalan mcnurut
,/
Kondi s i Mantap Luas Daeren lJigasi
PDRB
./
l'roduksi Padi Sawah
Fungsional
I
I
l
ANAUSIS l'EMA!IITAUAN HASIL
-
KF.BJJAKAN ~
(Comparative Slllo}l) DAK IlffilAS'fRUKTUR
-·
--
KFBIMPfJf .A \I
DAN REKOMENDASI Garnbar 1.1. Kerangka Pikir Studi.
-
20 l. 6.3. Metode Pengumpulan Data Daw yang digunakan dalam srudi ini merupakan data sekunder yaitu : ./
Data
Alokas:
Khusus
Non
Dana
Reboisasi
khususnya
DAK
Infrastrukrur Tahun 2003-2005 . ./
Data Panjang Jalan mcnurut kondisi mantap Kabuparen/kota tahun 2003-?.00S .
./
Data angka PDRB kabupaten.'kota tahun 2003-2005
./
Data jumlah luasan duerah irigasi fungsional kabuparen/kota tahun 7.00'\-2005
./
Data Jurnlnh l'anen pruduksi patli sawah kabupatcn/kota tahun 20032005
Data-dam rcrsebut dikwnpulkan dari bctbagai somber, scpcrti data DAK dari
Dcpartemen
Keuangan (Dircktorat
Jenderal Anggaran dan Perimoangan
Keuangan). data jalan dan irigasi hcra<;aJ dari Riro P11sat Sratistik (HPS) clan Departemen Pekcrjaan Umum.
I. 7. Sistematika Pembahasan
Sistematika pcmbahasan pada pcnelitian ini adalah sebagai berikut: Bab l
Pada bah saru 'ni akan dibahas mengenai latar belakang penelitian;
rurnusan oermasalahen: rujuan dan sasaran penelitian: rnanfaai studi, ruang lingkup srudi: metodologi )'ang digunakan: serta kcrangka pemikiran penclitian. Bab II
Pada bab dua akan diuraikan
1injauall ieori .r.)ug terdiri tlMi konsep
pcmantauan, pcnjelasan Dana Alokasi Khusus, penielasan Dana Alokasi Khusus Bidang lnfrastrnktur, mctodc peadekatan yang digunakan dalarn analisis pemantauan DAK infrasrruktur.
Bab III
Pada bah tiga akan dieraikan gambaran umum perkembangan Dana Alokasi Khusus Bidang lnfrastrukrur yang terdiri dari gambaran umum pencrimaan DAK Didang
lnfrastruktur, mekanisme clan tata cara
21 pengalokasian DAK bidang infrastruktur serta gambaran umum Sebaran
Dara H:ih IV
Pad~ bab ernpat ~L'an dilakukan analisis yang terdiri dari dua bagian. Pada
bagian
pcrtama
akan dilakukan
anal isis pcmantawm
basil
pelaksanaan OAK lnfrastruktur jalan dan irigasi. Pada bagian ini analisis pcmantauan dibagi juga menurut wilayah pengamatan. Pada bagian kcdua
adalah
dibicerakan
mcngcnai
remuan-temuan
yang
dijumpai sclama analisis. Bab V
Rab
I irna
merupakan
renutup
yans
tcrdiri
dari
kcsimputan,
rckomendasi, kcu:Tballl.'iitn studi
22 BAB II
PEMANTAl!AN DANA ALOKASI KffUSlJS lNFRASTRUklUR
Psdn bagian ini akan diuraikan mcngenai pemantauan atas hasil pelaksanaan Dana Alokasi Khusus f>idan!{ infrastruktur yang bcrisi mcngenai konsep pcmanrauan (monitoring). Dana A lokasi Khnsus. Dana Alol
dalam analisis
pemamauan DAK intrastruktor. 2. t. Konsep r.,m;ootauau Pemantauan arau monitoring mcrupakan bagian dari prosedur analisis kcbijakan
puhli:... Pemahamau mengenai pemantauau tidak bisa lepas dari tahapan-tahapan
dalarn analisis kebijukan publik. Di bawah ini ukan dijelaskan mengenai analisi~ kebijakan dan selunju1ny11 knjian teori mengcnai pernantauan.
2.(.2. Anali~ls l\ehljokun Publlk KcbiJOkaii
publik sendiri mcmpunyai dcfinisi yang bermacarn-macam.
ahli seperti Thomas Dye (I 972. daiam Abldin .. S.I,, 2002:21) kebijakan
publik schugai
piliha«
pemerintah
untuk
melakukan
Banyuk
menycburkan atau tidak
rnelakukan scsuatu (w/i(I( <'•'l.'r government chooses lo J<• or not to do). Scmeruara Davit~
f.aston
mcnyebuikan
kebijakan
pernerintah
sebauai
"Kekuasaan
rnengalokasikan nilai-nilai urnuk masyarakat sccara seselurunan. Lasswell dan Kaplan mendefinisikan
kehijakan publik sebagai sarana untuk mencapai rujuan
yang berupa kebiiakan sebagai program yang diproyeksikan ocrkenaan dcngan rujuan, nilai dan praktek ( a projected program ofgoa!». values and practices). Carl Friedrich mcnyatakan bahwa y<111g puling pokok bagi suatu kcbijaken adaleh
adanya tuiuan (XQa{). sasaran tobiective; atau kehendak (J111rp<Jse). Sementara anahsis kebijakan didefiniksan oleh Dunn.W.N (1994:44) sebagai
suatu aktivitas intdektual dan praktis yang ditujukan untuk menciptakan, secara
23 kritis menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan tentang dan didalam proses kebijakan, Di dalam metodologi analisis kebijakan terkandung suatu pengertian adanya suatu
sistem, aruran dan prosedur umuk menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat stau
pengetahuan
yang
relevan
dengan kehijakan.
Menurut. Dunn.W.N
(1994:208), ada cnam mctoda atau tcknik dalam analisis kcbijakan, yaitu : 1. Mcrumuskan masalah-masalah kebijakan (Problem Structuring) 2.
Meramalkan l.:ebijakan di masa depan (Forecasting)
3.
Mercknmcndasikan aksi-aksi kebijakan (Recommendation
4.
Memantau hasil-hasil kebijakan (Monitoring)
5. Mengevaluesi kinerja kebijaknn (Evaluation) 6.
Penyimpulan Praktis (Practical Inference)
AnaliRis kebijakan dimeksudkan unruk mengh:tsilkan infonnasi stsu pernyataan yang relevan, yang bersifat penjelasan (Ji:signatiw:),penilaian (cvahtufivc) dan
anjuran tadvocattve; (Abidin ..:S.Z. 2002}. tnformas: atau pemyataan yang bersitat designative adalah gambaran keadaan sebagaimana adanya yang diolah dnri fakra d11.11 data Yani! obyektlf. lnformasi }'lU18 lxnipe evatuattve sdalah informasi yang mengandung Sedangkan
nilai-ni lai yani: berguna, inforrnasi
umuk membuat
sebuah keputusan,
yang bersifat advocauve berkaitan dengun aksi atuu
tindak11u yang harus dilakukan. llntuk mcnghasilkcn
informasi atau pernyataan di atas dapat dilakukan dengan
tiga pendekaian unalisis yaiiu cmpiris, evaluatif dan normatif (Dunn.W.N. 1994). Untuk garnbaran lcbih jclas tentang hubungan anrara tipe informasi. pendekatan nnalisis dnn pertanyaan yU!lg relevan untuk tiap informasi dapat dilihat pada tabcl 2.l. di bawah ini
24 Tabel 2.1. Tiga Pendckatan analisis kebijakan l'ENDEKATAI';
PERTANY AAN l'OKOK Apakah sesuaru itu ada ?
LMPIR!S F.V ALUA
TIPE INFORMASI
Designarif
( fakta-fakta)
nr
Evaluatif
(nilai-nitai) Apa yang harus dilakukan '?
NORMATIF
Advckatif
(tindakan)
Sumbcr : Dunn. W.N (1994:48)
Dari tahel 2.1.
di alas dapat dijcla~kan bahwa tipc intormasi yang bersifar
penjelasan (de.v1/,ln11til•11) dapat dipcroleh dengan pendekatan ernpiris terutama menjelaskiu1 sebab dan akibat d111i kebijakan. Pcnanyaan
pokok unnik tipe
informasi ini adalah mengenai Iakta (Apakah sesuaiu iiu ill.la?). Lntuk informas:
> ang bt:rsifot evaluasi, maka menggunakan peedekatan evaluatif, terutama berkauan dcngan penentuan nllai dart suatu kcbijakan. Disini pertanyaanny adalah mengenai nilai (hcrapn niln1 ~sW1tu?). Peudekatan nonnatif 11n111k analisis menghusilkan
ripe
informasi
yang bersifat
anjurnn (advocative}.
yang
tcrutama
mengenai pengusulan arnh dan tindakan yang dapin memccahkan masalah atau problem kebijakan. Dalam hat ini pcrtanyaan yang diaiukan adalah mengenai tindakan (apa yani; harus dilakukan"). Untuk mendapatkan hasil infonnasi yang relevan dengon kebijakan, baik yang bcrsifat designative, evaluative dan advocative dilakukan dcngan mcnggunakan prosedur analisis yang jelas. Menurut IJunn. W. N t I 9'J4) sebagai suaru proses
pcnelitian maka metode-metode clalam aaalisis kebijakan dapat dengsn mcrodc-mctode dalam anahsis
dianalogikan
umum yang biasa drpergunakan
untuk
memecahkan masalah-masalah kemanusiaan yaitu : deskripsi. prodiksi. evaluasi dan preskripsi. Metode dalam analisis umum ini dapat dibedakan mcnunu tipc infonnasi dart waktu tindakan. Garnbaran tcrscbut dapat dilihat pada tabel 2.2. di bawah ini.
25 Tabel -:.2. Meiodc analisis umu menurut wakru dan tipc informasl
T[PE INFORMAS! 1----··~· .
WAKJU ·--
Scbclum Tindakan
Evaluative
Designaive -·
-
PREDIKSl
EVALUASI
I DESKRJJ>SI
EVAl.lJASI
·--
--
I A dvocative . -·
PRES KRIPS!
(ex ante}
Setelah Tindaksn
· (expust)
Sumbcr : Dunn. W .N. ( 1995:51} Dari tabel 2.2. dupa: djjelaskan bahwa metodc analisis dcskripsi dan prediksi
mcrnbantu di dalam mcmbcrikan informasi yang bw;ifot penjelasen (designative). sedangkan evaluasi membantu mcmberikan infonnasi yaog bersifat evaluative dan
analisis prcskripsi rncmbantu dalam memherikan informasi y~ng bersifat anjuran (advocative ).
Terkaii dengan waktu tindakan dalam kebijak1111. meiodc anulisis prediks! dan rekornendasi dcskrip);1
khusus digunakan scbclum iindakan diambil (~.~ t1111c). Sedangkan
Jan evaluasi pada u:numnya digunakan sccelah tindakan lerjadi (ex
post). Jadi prcdiksi dan rekomendasi berhubungan dengan masa dstang, serncntara
dcskripsi dun cvaluasi berhubungan dengan masa l111rrp~11. Metodc Jal am anal isis umum ini rn~njadi dasar kepada rnetodologi dalam analisis kebijakun. Modi likas1 metodc analisis umum 11K::nj11di mcnxlc anahsis kebijakan dapat dilthat pada tabel 2.3
26 Tabcl 2.3. Moditikasi dari metode analisis umum kc rnetode analisis kebijakan Metudc Analisis Umum
r
--
l\fctode Analisti Kebijakan --·
--
.
Pl:!RUMl.lSAN M1\SALAH
\
(Problem Struc1uri11g)
DESKRl\>SI
PF.MANTAI.JAN
(D,•scription)
\ PRhDIKSi
·--
·->
(J.lomtaringl -·
-
·--.
·----
(For(!casting)
EVALUASI
EVALUASI
(Evaluation}
(Evaluation)
PRESKRIPSI
REKOMENDASJ
-1
J --
--
( Kr!comenda1for1)
(Prescriptirm}
....
-·
'
--··
PENYIMPULAN PRAKTTS iPracncal Inference)
L__
-
·-·
PERA MALAN
(Prediction)
--
J
Sumber · Dunn. W .N ( 1995 :S4) Dalan 1 analisis um um dapat disarnakan dengan em pal metode dalam analisis kebijakan. Monitoring (diskripsi) memungkinkan untuk menghasilkan informasi rnengenai sebab dan akibat kebijakan. Peramalan (prediksi] memungkinkan para analis
menghasi lka11
informasi
mengenai
akibal kebijakan
dimasa
daiang,
Evaluasi (eva.uasi) menghasilkan infcrmasi mengenai mlai atau harga dan kebijakan dimasa lalu dan dirnasa darang. Sedangkan rekomendasi (preskripsi) mernungkinkan
para analis
mcnghasilkan
inlonnasi mengenai
ke111uugku1a11
bahwa arah tiudakan dimasa datang akan menimbulkan akibat-akibat yang mengandung nilai, Dalarn hubungannya dengan <eempat metode analisis kebjjakan ini, terdapat dua metode ya11g ~idak d;i.pat dih11bm1gkan secara langsung
dengan prosedur analisi umum :i-ang telah dibahas diatas. Kedua analisis kebijakan itu adalah
j'Cfllnlll~an
praktis (practical 111fcrence)
tnaSal11h iprob/!!m
Slrl/("/llring)
dan penynnpulan
27 Salah satu karakreristik penting dari metode analisis kebijakan adalah hubuoga11
hierarkis antar metode. Metode analisis kebijakan secara hierarkis saling berhubungan dan saling bergantung. Akan tetapi salah satu dari rnctode tersebut dapat dipergunakan secara terpisah yaitu pemantauan (moniforin~). (Dunn. W.N.
!995:R4) . Jadi dimungkinkan
melakukun pernnntauan kebijakan tanpa terlebih dahulu
meramalkan akibar-aksbarnya. Akan retapl ridak mungkin meramalkan kebijakan tanpa didahului dengan pemantauan. Demikian juga dapat mclakuken monitoring kcbijakan
tanpa terlebih
dahulu
mengevaluasi.
akan tctnpi tidak
mengevaluasi kebljakan tanpa rerlebih dahulu melakukan monitoring.
mungkin
Demikian
juga dalarn memouat rckomendasl kebijakan harus terlcbih dahulu melakukan pomantauan, pcramalan dan cvaluaai.
Pendekatan normatif yang dipergunakan dalam analisis
rekomendasi dun
pendekatan ev11lu11~1 pcrlu menyerteken baik premis foktual (fakta) maupun
prernis nilai [yang bcnar), I lanya pendckatan empiris dalam analisis kebhakan yang pada dasarnyn bersifar bebas nilai (Dunn, W.N. I •)95:53). Duri gambaran mempcrkuat bahwa metude analisis
1111
pemantauan merupakun rnetode yang
dipakai secara tcrpisah dun tidak terganlung kcpada metode analisis kebijakan
yang lain. Dalam tcsis ini, penulis mencoba untuk rnemantaatkan dan mcnggunakan analisis pcmantauan scbagai metode analisis sehingga menghasilkan mfonnasi yang Japal ~ipakai scbagar bahan analisis selaniumya.
2.1.2. t'emantauan dalam Am1li•b Kehijakan Pernantauan tmoniroring) adalah rncrupakan suatu prosedur analisis kcbijakan yang dlpergunakan untuk memberikan i11forin11si tentang scbab akibat dari suatu
kcbijukan pubtik (Dunn. W. N. I ?94:509). Konsekucnsi atas suatu tindakan
28 kebijakan tidak pernah diketahui secara penuh, dRO oleh karena itu memantau tindakan kcbijakan mcrupakan suatu kcharusan. Kegiatan monitoring menghasilkan
infonnasi tentang gambaran kegiatan yang
scsungguhnya celah dilakukan (deskripsi). Karena dengan analisis pemantauan mcmungkinkan rnendiskripsikan hubungan nntara operasi program kebijukan dan hasilnya, oleh sebab itu pcmantauan merupakan sumber informasi utama tentang implementasi (Dunn, ! 994:509). Pressman dan Wildausky, 1973 [dalam Utomo.W. 2004:2) menjeloskon tcntang implernentasi ynitu suaru proses interaksi antara pcnctepan rujuan dan kegiatan yang dlarahkun untuk oencapeien tujuan tersebut. Menunn mereka fokus utama dalam implementnsi tersebut odoloh pemehaman tcrhadap kahan antara program
dur. policy. Suatu po/Icy rnerupakan suatu pemyataan rcntang apa yang harus dicapai, ~11ngkon program adalah bagaimana cara pencapaiannya. Oalam hal ini perlu pemahaman tcntnng intcrazsi scbab dnn akibar, Menurut
Dunn. Wt\.
( 1994).
implemcntasi
kebijakan
sendin
merupakan
kcbijakan y1111g rcleh diambil dan dilaksanakan oleh unit-unit admiulstras! ya.ns mcrnobilisasikan
surnberdaya finansial dan manusia. Terkai; dengan tahap-tahap
dalam proses pernbuatan kebijakan, malca oleh Dunn W.N. ( J 994:25) membcrikan ilustrasi tenlar:g kedcsaran yangtcrkait antaro prosedur analisis kcbijakan dengan tahap-tahap dalarn proses pembuatan kcbijakan. (Ciambar 2.1)
29 Gambar 2.1. Kcdckatan prosedur analisis J.:ehijakan dcngan tipc-tipe pernbuatan
kebijakan {Dunn. W.N, 1994:251 .
/"
i
...------.... Perumusan
Penyusunan
)
Agenda
~
Formulasi
-
~) .........____.-/
Kcbijakan
-.
-:
Adupsi Kebijakan
Rckorncndasi ~
<; --
__./ -
.....----------.....
•
Pemantauan
(
Pcnilaian
Iruplementasi
\
Kebijakan
Penilaian Kebijakan
~
--... Pemantauan
di daiam analisis ~d>ijakan sctidaknya rnemainkan empar fungsi
yaitu : Keparuhau. Perncriksaan. Akuntansi, dan Eksptanasi (DW111.W.N. 1994). Kepatuhan
(Complianc'!'). mcngandung
arti
bahwa
tindakan
pcmantauan
bermanfaar unruk mcncntukan apakah tindakan para administrator program. staf dan pelaksana lain tclah sosuai dcngan staodar dan prosedur yang dibuat oleh para legislator
Fungsi
perneriksaan
(Audiring) mcmbantu
para
analis
untuk
meucntukan apakah sumberdaya dan pclayanan ~ang dimaksud umuk kelompuk sasaran maupun konsumcn tenemu (individu. kcluarga. koia.kabupaten
dan
wilayah) rnemang tclah sarnpai kcpeda mereka. Fungsi akuntansi mcnghasilkan infrornasi yang bermanfaat umuk melakukan akuntansi atas perubahan sosial dan ekonomi
yang tcrjadi setelah dilaksanakannya ~umlah kebijakan publik dari
waktu ke waktu, Sedangksn fungsi eksplanasi menghimpun
infcrmasi yang
30
dapat menjelaskan hubungan antara hasil-hasil kebijakan publik ciao program yang dibuat. Untuk melakukan suatu analisis pernantauan kebijakan, somber infonnasi atau
data mcrupakan bagian yang sangat penting karena mcrupakan surnbcr utama dari proses
analisis pemantauan. Informasi yang rclcvan, reliabel dan valid
mutlak dibutuhkan
dalam proses pemantauan. mtormasi yang rclcvan
mengandung ani bahwa is1 dari infonnasi yang dipergunakan
benar-benar
berhubungan
kuat
dengan
kebijakan
yang
untuk analisis
akan
dilakukau
pcrnantauan. Reliabcl mcngandung arti bahwa informasi yang dihimpun benar benar dilakukan secara cermat dan dapat diandalkan sehingga memang lntormasi
tcrscbut scsuai dengan yang kitn m11ks1111. Scdangkan valid atau sahth mcngandung arti bahwu informusi yang dipergunakan bcnar-benar dapar dipertanggung jawabkun kebenarunnya baik darl scgi kualitas maupun kuantitas. Kcbcrhasilen didalarn mcrnpcroleh,
mcnganali~i~ dan menafsirken dattt utau
mfonnasi tcntang h~il i..ebi,iakan rergantung pada kapasitas seorang pcnclit! dnlam memhangun ukuran-ukuran yang relevan, reliabcl dan valid. Sah1h satu cara untuk melakukan ini adalah dcngan mcmbuat rincian secara t1;ga:i
\lutl:lbcl
yang aksn kita paruau (monitor). Variabel adalah karakterisrik dari seseorang, suatu pcristiwa atau obyek. yang bisa dinyatakan
dcngun
bcrbcda-beda (Dunn. W.N., I 994). Salah
satu kendala
kesuliian
ui
dalam anahsis
dalam mendcfinisikan
kebijakan
adalah
seringkali
mcngalami
suatu vanabel kareua tidak terarnati alaupun
tidak terukur. Menurut Dunn.W.N. (1994) sebaiknya mcmbuat dua jenis definisi, yaitu definisi konsep dan definisi operasionat. Delinisi konsep mcmherikan makna
dari
kata
yang
digunakan
untuk
menjelaskun
variabel
dengan
menggunakan pcrsamaan katanya, Dengan mcmbuat dcfirnsi konsep maka secara konsepsual
rnemberikan
kaitan yang paling mudah
untuk memnhami suaru
variabel. Kesuiitan di dalam memahami variabcl yang tidak rerarnatt maupun
terukur, lebih mudah lagi dipahami dengan membuat suatu definisi opcrnsiona~. Dcfinisi operasional
rnemberikan
makna bagi suatu variabel dengan mcrinci
31 operasi (tindakan) apa yang disyaratkan untnk dilakukan agar dapat mengalami
atau untuk rnengukumya. Hal ini dibantu dengan membuat indikator-indlkator dan tcrukur.
yang dapat diamati
lndikalor sendiri
didefinisikan scbagai
karakteristik yang dapat diamati secara langsung {Dunn. W.N. 1994 ).
2.1.2.A. Jenis-Jenis Tindakan dan Hasil Kehijakan Telah disebutkan dimuka bahwa pcmantauan sangat erat berkaitan dcngan proses implementasi kebiakan. Di dalam proses implernentasi terlah terjadi mobilisasi sumberdaya finansial dan manusia untuk melaksananckan kcbijakan yang tclah
dlputuskan. l\ksi atau tindakan kebijakan merupakan bagian dari implcmentasi
kebijakan yang mengontrol kcpa
1994:514).
Tindalcan regulalif adalah rindakan yans dihuat
untuk menjarnin kepatuhan para pelsksana tcrhad11p staodar dan prosedur tertentu.
Sedangkan tlndakan alokarif adalah lindakan yang memburuhkan masukan yang herupa uang, awktu, pcrsonil dM alar, Secara diagram dapat diliha1 pada garnbar 2.2 di bawah ini, Gambar 2.2.
Tindakun regulatif dan alokatif dan implemenrasinya {Dunn. W N. l \1\14:5 15). Regulatif
TINl)AKAN
KEBIJAKAN Alokatif
-
Ba
Tindakan kehijakan dapat di bagi lebih lanjut meajadi masukan (inpur) kcbijakan
dun proses kebijakan. Masukan kchijakan edalah sumberdaya. bisa bcrupa waktu. ~ang. personil, alat dan material yd/lg dipakai melalui proses kebijakan untuk rnenghasilkan ;..du;ira~ (nwpul) dan dampak (itrljXICI).
32 Sclaniutnya tindakun kcbijakan akan menciptakan hasil kcbijakan. Pemantauan hasil kcbijakan
harus mcngetahui
perbedaan
antara dua jenis akibat, yaitu
keluaran ( ouput) dan dampak (impuc1s). Keluaran a tau output dari suatu kcbijakan adalah barang layanan atau sumberdaya yang diterima oleh kelompok sasaran atau kelompok pencrima (hem~ficarfr:s). Sedangkan dampak atau impact kebjjakan
rnerupakan perubahan nyata pada tingkah laku atau sikap yang dihasilkan oleh keluaran kcbijakan tcrscbut, Sehagai garnbaran rnengenai hubungan antara tindakan kebijakan dengan hasil kcbijakan dapat dilihat pada gambar diagram di bawah im. Gambar 2.3. Diagram hubungan amara jenis-jenis tindakan kebijakan dan hasil kebijakan [modifikasi Dunn.W.N. 1994:516).
I I
TINDAKAN KERIJAKAN
[7 I
MASIJKAN
D
Pi
Pl
PROSES
HASIL KEBIJAKAN
D KF.l.lJARAN
Pl
D UAMl'AK
I
2.1.2.B. Pendekatan Pernantauan Banyak cara untuk mernaatau keluaran dan dampak kebijakan. William 'J. Dunn ( 1994) mernbuat beberapa pcndckatan dalam pemantauan kebijakan : Akuntansi Sistern Sosial, Eksperimentasi Sosial, Audiring Sosiai dan Sinresis Risct-Pmklek. Pcndekatan-pcndckatan
ini dapat dibedakan
dari jenis-jenis
pengcndalian
dan
jenis-jenis informasi yang dibutuhkan.
Jcnis-jenis
pemantauan
tindakan kehijakan. Hanya sam pcndckatan (ckspenrnentasi
sosial) yang secara
langsung
pcngcndahan
mcngomrol
melina;
masukan
pendekaran
dan proses kebijakan.
lleherapa
pendekatan
mengharuskan mcmpergunakan infromasi barn seperti eksperirnentasi sosial dan
33 auditing sosial. Sedangken pendckatan lain seperti akuntansi sisrcm sosial tidak harus menggunakan
informasi baru, bahkan sintesis riset-praktek mendasarkan
diri sepcnuhnya pada infonnasi yang tersedia saja, Pendekatan-pendekatan
ini
lcbih mudah dipahami melalui tabel di bawah ini, Tabcl. 2.4.
Perbedaan Utama cmpat pendekatan Pemantauan
(Dunn.WN.
1994:520). ·-
JENTS
JENIS TNFORMASf YANG
PF.NGENDAfJAN
DIBUTlJHKAN
PENDF.KATAN
Akuntasi Sistern Sosial
Kuantitatif
Informasi lama dan/atau baru ·~ ~· ·····-
Eksperirncntasi Sosial
Manipulasi
Informasi baru dan kauntitetif
Langsung
: Pemeriksaan Sosial
Kuamitatif dan/atau
i
kualitatif
- .. Sintesis Riset-Prakrek
lnformasi baru
- ..
Kuamitatif danfatau
Infonnasi lama
kualitatif ~.
..
·-·
I. Akuntansi Sisrcm Sosial (Social Sysr1!171S!lccountinx) Adalah suatu pcndekatan clan mctodc ynng mcmungkinkan pcncliti mcrnantuu perubahan kondisi sosiat yang obyekrif dan subyeklif dari wakiu ke waktu, Dengan
pcndekatan
ini efektiviras sumbcr
dipant
cam
mcngukur hubungan sumberdaya d<."11glU1 basil kebijakan. Unsur analitis yang penting
dari pendckatan akuntaasi sistem sosial adalah indikator
sosial.
lndikator sosial adalah statistik )'ang mengukur kondisi dan perubahan sosial dart
waktu
kc
waktu
1994:525).
T>alam
pernantauan,
scringkal;
untuk
berbagai
meoggunakan diperlukan
segemen
indikator
populasi
sosial
umuk
(Dunn.WN,
keperluan
asumsi umuk hubungan masukan
dan
34 Hal ini disebabkan bahwa hubungan antara rnasukan dan keluaran
kcluarnn.
atau proses kcbijakan dcngan Iaktor-faktor ckstcmalnya merupakan "kotak hitarn" atau sesuaru yang tidak dikerahui dan oleh karcnanya harus berasumsi (Dunn.W.N.1994).
2.
Ekspcrimeruasi Sosial Adalah proses mcmanipulasi
tindakan kcbtjakan sccara sisternatis, sedemikian
rupa selungga mcmungkinkan diperoleh jawahan yang cukup tepat terhadap persoalan sumberdaya mana yang mengubah
hasil kebijakan (Dunn.W.N.
1994:531 ). Fksperimentasi
sosial berguna untuk menunjukkan
penilaian yang cermar
apakah tindakan kcbijakan tertentu memhoahkan suatu hasil, Jadi dalam ini
pcncliti dapat rnelakukan kontrol terhadap tindakan kebijakan tcrutamanya adalah
input
sehingga
dapat membcrikan
penilaian
input mana
yang
bcrpcngaruh tcrhadap hasil kcbijakan. 3
Pemeriksaan Sosial (.'V1ri11! AudiJing)
Adalah pcndckata.n pernantauan yang memantau hubungau amara masukan. proses,
keluaran
kebijakan
sampai
dan darnpak sehagai dcngan penerima
usaha untuk mengikuti
terakhir, Pendckatan
masukan
mi mcmbantu
ruenentukan apakah basil kebijakan merupekan konsekuensi dari kecukupan
masukan kehijakan ataukah schagai akibar dari proses yang mcngalihkan sumberdaya atau pelayanan dari kelompok sasaran dan penerima manfaat (hi!nt:.ficiancs) yan~ diinginkan (Dunn.W.N, 1994:537). Apabila faktor
pada dua pendekatan sebelwnnya proses
dalam
pernamauan
tidak bcgitu rnempcrhitungkan
kebijakan.
maka
unruk
pendckatan
pemeriksaan sosial rnembcrikan pcrhatian kepada proses yang mcmbentuk surnberdaya rnenjadi kcluaran. Lntuk mcmberikan pantauan terhadnp proses di dalam tindakan kebijakan, maka metode kualitatif menjadi pelengkap di
35 dalam membcrikan informasl tcnrang interpretasi subyektif rnengcnai tindakan kebijakan olch para pelaku kebijakan.
4. Sintesis Risct dan Praktek Merupakan
pendekatan
pemantauan
perbandingan
dan pt'ngL!iian
implementasi
kcbijaknu
secara
yang
sistematis terhadap
y1111g tel ah
publik
mcncrapkan
kompilasi,
b11Si l-hasil dari
bcrlungsung
(Dunn. W .N,
1994:540). Pendekatan ini telah digunakan unmk meusintesiskan informasi dalam sejurnlah bidang kebjjukan rnulai dari kesejuhteraan sosial, pertanian, pcndidikan hingga lc:ntang pclayanan .lr.oWdacrah.
Dari beberapa pendekatan clalam analisis pemantauan yang dikemukakan oleh William N. Dunn terscbut dapar ditarik suatu bcnang merah dari sitat pendekaran
dalam analisis pemanrauan. Pcrtama, semua pendekaran tcrsebut bcrusaha :nemantau hasil kebijakan yang
relevan. sehmgga sctiap pendckatan mcnccnnati vanabel-variabel bagi pembual k~fl1jabn karena variahel-variahel
yang relevan
1crsebnt mcmpakan mdikaror
dari kcluaran da11/a111u dampak kcbijakan. Kedua ada.ah hahwa setiap pendekatan pemaniauan :irfalah rcrfokus pada tujuan. lni berarti
bahwu
hasil
kcbijukan
dipantae
karena
mereku
diyakini akan
meningkatkan kepuasan aras beberapa kebutuhan, nilai atau kcscmpatan. Sifat kctiga adnlah berorientasi kepada perubahnn (change ori~nltd).Sedap pendekatan
'xrupaya untuk rnemantau perubahan,
baik dengan menganalisis
perubahan tersebut antar program, proyek atau wilayah atau knmbinasi kedna cara ini.
Kccmpat. adalah mcmungkinkan klasifikasi silang atas keluaran dan dampak dengan variabel lai n, termasuk variabcl yang dipakai untuk memanrau masukan
serta proses kebijakan,
36 Ketima, adalsh mcngukur rindakan clan basil kebijakan secara obycktif subyektif
maupun
lndikator obyektif biasanye pada data-data sekunder (statistik, sensus,
survci dan lain-Jain). Sedangkan data subyektif didasarkan pada data baru yan)! diperolch mclalui survei dan studi Iapangan Analisis pemamauan (monitoring) hasil kebijakan yang akan diamati dalarn iesis ini adalah mengenai Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur, yang merupakan bagian dari kebijakan pemerintah di bidang desentralisasi
fiskal melalui dana
penmbangan. Ur.tuk icu di bawah ini akan dijelaskan mengenai Dana Alokasi Khusus Hiclane Infrastrukrur.
2.2. Dana Alok ...-i Khus11s Pengetahuan tcniang Dana Alokasi Khusus atau OAK tidak dapat terlepaskan dari proses kebijukan pemerintah mengenai Desentralisasi Fiskal yang merup .. ka11 bagian dari semangat reforrnasi umuk rnelaksanakan desentralisasi perncrintahan. Lnrnk itu pada bagian ini nkan diiclassan rnengenai Desen.ralisasi,
DAK dan
DAK bidang infrastruktur, 2.2.1. Desenrralisasi Dalarn era otonom: sekarang ini. pemenntah pusat tidak bisa mengonrrol roda pcmbangunan secara sentralisrik.
Pemcrinrab daerah diberikan wewcncog yang
sangat slgnifikan dalam mengelola dan mengarar pcmbangunan di dacrahnya
sesuai dengan prioriras masmg-maslng daerah, J'elimpahan wewenang dan ranggung jawab ini ten Lu saja diikuti okh penyerahan dalam aspek pembiayaan.
Karena itu, da!ain hubungan keuangan dikcnal konsep desentralisasi tiskal. yakni peuyerahan kewenangan
di bidang keuangan antar level pemerintahan
y~ng
mencakup bagairnana pemcrintah pusat mengalokasikan scjumtah bcsar dnna dau/arau surnber-surnber daya ekonomi kcpada daerah unruk dikclola menurut kepentingan dan kebutuhan daerah itu scndin (Bahl. 1999). Desenrralis.1si adalah salah satu cara untuk lcpas dari jerat-jerat pemcrintahan yang iidak efektif clan
37
tidak eflsien, instabilitas makroekonomi, dan l~ju pcrtumbuhan e.l:onomi yang tiduk berimbang (Bird.R, 2000).
Meriam-Websters
Collegiate Dictionary menganikan decentralization sebagai
the dtsperston or dumbution of 'funcuon and powers; specific: the delegation oj powerfrom a central authority
(<1
regional and local authorities. Adapun UU No.
)2{,1()(14 dan UU No.3J/2004 mengartikan desentralisasi sebagai pcnycrahan wcwcnang pcmerintahan oleh l'emerintah (pusat) kepada daerah otonom untuk mengatur dan menguru» urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesaiuan Rcpublik Indonesia. Disini ada pelimpahan wewenang dari pusat (delegation of power from renteaf) kc dacrah otonom (rt:gionaf or local authorities). Ada otonomi bagi daerah, dimana otonomi dalam pengertiannya yang orisinal menurut
Fncyc lopedia of Social Science adidah: .. The lew1i selfs11fjidenly ofsocial body and its actual independence" (Yani. A. 2002 :5). Dalam bahasa scdcrhana, desentralisasi di Indonesia bermakna rnemberi kewenangan rnengurus rumah langga
daerahnya
Desentralisasi
scndiri,
tctapi letup dalam koridor negara kcsatuan RI.
j ugn didorong o'eh kcbutuhan kctatanegaraan
dan adm mistrasi
ncgara, karena tugas-tugas pcmenntahan yang makin bany-.ik dan menjangkau daerah
yang
luas tidak
mungkin
dapat
disclesaikan
dcngan
baik
apabila
dipusatkan di rangan suatu tingkat pemerintahan ~~j11 (Yuni, A. 2002.2).
Sclain kewenangan dan tanggung jawab. agar dapat melaksanakan oronomi daerah yang didistrisbusikan juga adalah sumbcr kcuangan. Pemcrintah dacrah
harus
mcmpunyai
surnber keuangan
yang memadai
unruk
mernhiayai
penyelenggaraan otonominya. Kapasitas keuangan pcmcrintah daerah akan mcnentukan kemampuan pemerintah dacrah dalrun mcnjalankan fongsi pelayanan masyarakat (publi,· service function), melaksanakan pernbangunan (developmen: .fimc/icm) dan perlindungun masyarakat. Desentralisasi beraneka
yang digulirkan
oleh pemerintah
melahirkan
penguruh
yang
ragam terhadap kcgiatan pcmbangunan antar daerah, Pcngaruh itu
sangat tergantung pada desain menyeluruh dari pcmbagian wewenang dan perimbangan
kcu11ng1111 antara pemerintah pusat dan pcmerintah
dacruh. Jika
38 pemcrintah
pusat
dalam
tidak
desainnya
mcmikirkan
upaya begaimana
mendistribusikan sejumlah penerimaan sektor pcrpajakan dan sumber daya alam (SDA) tcrutarr.a unmk daerah
yang
lebib miskin, desentralisasi fiskal justru
berdarnpak
akan
mcmperbesar
ncgatif
terutama
ketirnpangan
antardaerah.
Begitupun npabila pemerintah propinsi tidak mclaksanakan redistribusi sumbersumber keuangan diantara kebuparen/kota di wilayahnya. akan bcrakibai negatif pada penduduk mi skin. Terutama mereka akan merasakan tidak adilnya pelayanan publik yang mcrcka rasakan. Berbagai studi cmpiris mcmbuktikan bahwa deseotralisasi seringkali tidak hanya gagal dalarn meningkatkan pelayanan sektor publik pada tingkat lokal, tctapi bahkan mengakibatkan resiko kctidakstabilan nasiooal di bidang politik. sosial dan ekouomi.
Resiko
pcmerimuh diserahkan kebijakan
yang p.11ing besar ketika sumber utama penerimaan kepada perncrintah dacrah tanpa diikuti langkah-langkah
yang menjamin
mobilisasi
pendapatan daerah
untuk membiayai
bcrbagai pclayanan puhlik yang menjadi tanti&ung jawab pernerintah lokal (Bird dan Smart. 2001). Rasio pembagian hasil yang timpang, dapar mcnjadi indikasi dari suatu kenyataan bahwa pusat memung belum sepenulmya rnemberi kesempaian pada dacrah untuk bisa icrnbuh dan oerxembang daerah
dikhawatirkan
secara wajar, Rendahya kernarnpuan keuangan
berefek
negalif
yaitu
rendahnya tingkat pelayanan
masyarakat sehingga akan mcngundang camper tangan puset yang bahkan dalam beniuk ekstremnya menycbabkan dialihkannya sebegian fungsi-fungsi pcrncrintah daeran ke ungkat pemerintahan yang lebih atas ataupun kepada instansi-instansi vertikal (Suwan
dan
bantuan
kepada
daerah
mcndesak, pada dasamya dilakukan mcnghasilkan membaik,
keseimbangan
dan
tertentu untuk kebutuhan
yang sangar
melalui alokasi dana perlmbangan pcmeraraan
akan
antar daerah yang scmakin
Dcsentralisasi akan rnemberikan dampak positif ierhadsp disrribusi
pcndapatan masyarakat melalui kebijakan pcngeluaran sekror publik, kebijakan
39 fiskal dan desai 1~ surnbangan
pemetintah pusat kepada daerah yang lcbih
mceckankan pada kebijuka» pengumngM kescnjangan antar dacrah. Disparitas antar daerah yang dikorcksi melalw kebijakan dana perimbangan dcngan bcrbagar formula )·ang sccara normatif relatif adil, dirmbangi dengan standar ekuatisasi tclah dilaksanakan di berbagai negara antara Jain Cina • Brasil, Canada clan Rusia, dengan cars ~
rasional, transparan dan akuntabel telah
mcrnbcrikan implikasi )'ang sangai positif hagi pembangunan daerah. Berbagai
pcngalaman ernpiris di t>erbagai negara tcrsebut memberikan petunjuk bahwa pelaksansan
asas desenrralisasi clan pemberian otonomi kepada daerah alau
ncgara bugian yang lehih luas dirmbangi dengan usaha stabilisasi di bi dang politik dan ekonomi, membenkan hasil yang sangat rnenggembirakan (Hird dan Smart. 2001).
l'erimbangan dana dimaksudkan agar terja
.?0115. dipuji bahwa implerncntasi
dua undang-undang
No.22il9Q9 dan \JU :'-Jo.25/1999-di
Indonesia yang terjadi beguu cepat dan tiba-
desentralisasi
-
ULJ
tiba. ternyu"'
satu
desentrahsasi
scbab
yang
memboat
udak
mcnimbulkan
gejolak
rerjadinya
de tndoncsia, yaitu sclain transfer wewenang juga adanya transfer
dana dari pernerintah pusat se daerah yang sangai besar tdibanding
periode
pemerintahan scbclumeya). Besaran b<:lar~i. negard un!uk perncrintah pa.<:a! dan dacrah dupat dilihat dalam label 2.5. berikut:
40 Tabel 2.5. Besaran belanja negara uo!Ul.. pcrneeintah pusat dan dacrah (dalam tril un ru il!h) ,_ Belan·a N~a ·-·Belanja Befanja
T
Tahun
. Pemerintah
unt~k Pemenntah
Pu$at
1-----·-
v --
Repclit• 1/\ l98Q/1990
-- _,1------+-
Jumlah
Daercr_h'----t--·---
H,39
S,34
39.73
6,K9
47.37 52,13
. TA. J9921!9?J
40,411 H,64 5-0,09
10,42
TA. 199311994
56,2()
12.42
60.14 63."/ll &0,29
14.63 15.44 18,~~
1,65 236.79
19.90
lA 1990/199! I TA. 1991/1992
8.4~
60,51 68,72
~epelita VJ
·TA 1994/1995 Tll 199511996 TA. 1996.'l 997 TA. 1997fl998 TA. 19<J&!19Q9
II
74,76.
79.22 { 98,52
27.10
J:l I ,54 263.89
:?
2:; 1.90
33.52 85.48 97,')7
220,62
~lab Ull No ">S/1999
T II. l 9
2.02.00 lll7.IO 272.10 22'1.90 253.70
, l'A 2000 •) i
TA 2001 t« 2002 l'A 200~ TA 2004 1'A 2005
3(-0.04
322.4~.
l
119.l 1 .
130.00 140,NQ
357.58 J27.87 373.01 ~30.04 .1-61.13
Sum~r Nuu. Kcuang•n &: APBN 199912000- 2005 Kettr•nl!lln *) B<'rlaku I Apul 2(t00 s d. 31 Oeserr.ber 2UOO ('-' bul>n) I. tlel••ti• pe111cri11tah 1)11$1{ TA 1'189fl'l90 2(~H ~.-di:• dari Pcugctuaran R.vcin ddn Pcmbangu~•n pus.ir B~IM.J• Pcm<:rioroh """"' TA 2005 1mlor1 clari 8~1~•J• P<>s•w•1. fl•rans. Mt>dol. Pcmbayaran Uung• U"1ng. S11bsidi. l l1boh. Sosi•I. dan R•l&11Ja Lam-lam 2 lle(a'\la u111uk f'cmda TA l'J8~!1990 I !193-'l'ff'/ •~reiri dari SDOfDl\D ~an lnpres/Tll'O Belon.Jll umok Pemda TA 199W2000 - 2005 tcrdtri Jori Dllll. DAll. OAK do" Dana Otsus/pcn~ciml•m~
Dari tobcl 2.5. terscbut, di akhir era Repehta V pemerintahan l'residcn Soeharto {TA 1994/1995) dibanding TA 2005 sesudah S (lima) tahun berlakunya undangundang perirnbangan menggannken
keuangan pusat dan daerah (Lill No.33
Ul.l No.25 th.1999)
th.200·1
rcrdapat kenaikan prosen.ase betanja untuk
pcmerintah daerah (963.()2%) jauh lehih tinggi dibandmg kenaikan untuk belanja
41
pemenntah
(516, 14%) atllupt
f'IJSlll
kenaikan
be!an1a aegara
(619,75%). Kenaikan befanja ke pemerintab dacreh yang disalurkan sesudah otonomi daerah scbagian besar
daerah menggunasannya, tanpa carnpur tarrgan pemerintah pusat) berupa DAU. DOH. dan Oana Otsus/Penyeimhang.
Sedangl<.an dana yang disalurl::an sebelum
otonomi daerah walaupun klasifikasinya block gratu tetapi bagian terbesar berupa
pengeluaran rutin dalam bentuk SDO yang khusus hanya untuk membiayai belanja pegawai yang d irempatkan di daerah. SDO sebagian besar (95%i dalam bentuk gaji. Bclanja pemerintah sebelum dan sesudah otonomi daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.6. Belania pemcrintah sebelum dan scsudah otonomi daerah
----..,...--=---· __ . l:lelania. Pemerintsh
--
.--------
I--·--·-· ___ Tahun
lllock (irant SDO/Dl(D
.&:pelica V lA. TA. ·1, TA. . TA '; TA
19891199() 199011991
3,SS
3,89 4,38. '.1R i
1991/1992
l'J'.i.2/~993 I 993F.994
6,91
Reoehta VI TA. 1994/1995
7.27 8,23 9,36 9.87
TA. 1995f1996
rA. , '.19611997 ·rA. !997/19')8 TA l W8/l'J99
IJ,2()
I f /\
TA. 199912000
200(i TA. 2001
TA. ~002 TA 20()J
TA. 20!>4 . TA.200~
_J
!
;,
DA{J, [JBH & uan~ Ot~us 29.90 JJ.52 84.78 97,IS 116.:?•> 126.35 136,12
I
(dalam trilyun i:!!E_iah) Pus~t 1111ruk Daerah ~ ~"~ilk Gr~nl / J 11111 lah IN P.RES!Dl'D • 5,34
l.?6 3.00 4, I I 5.04 5.51
G,8'J 1
7.~6 ·,1.21
&,87 10,()3 13.81
14.63 I 5.44 18.23 19,90. 27.101 '·
DA~ o 0 0.70 (),82 J,02 J,65 4,77
I
:::=-=-=--~ - ·==--=·,...,,..-----~-Somber: Neta Keuangan APllN TA 1999/2000- 2005
L -
8,49 10.421 12.42
29.90 .lJ .5:! 85.48 91.'i7 119,J I IJ0,00 140,89.
---'
42
Perseseran sitar
transfer
pernerintaa
pusat
ke pemerintah
daeri~h rlari
kecenderungan specific granr ke block gran; semenjak TA 2001 (sesuai pasal 30
UV No.25/1999,
otonomi
200 l). seiain tunrutan otonorni juga ditujukS11 nnruk menduknng desemralisasi peiaksanaan kewenangan pcmcrintah daerah tersebut, Terutama bcrkaitan dcngan
upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan clan kesejahtcraan masyarakat. Jadi pclimpahan wewenang ranpa pclimpahan sumber keuangan tidak ada artinya Karena dacrah tidak mungkin mclaksanakan fungsi pemcrimahan tanpa dana rnencukupi. Padahal dari ketiga fungsi utama pemerintah: fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi, dari sisi kccfcktifan fungsi alokasi lcbih efektif bila dilassanakan pcmerimah daerah. Sedangkan dua fungsi lainnya lebih cfektif dilaksanakan pernerintah pusat. Bukan semua fungsi dilaksanakan pusat. Fungsi atokasi pemerintah yaitu dalam menga/okasikan sumber-sumber ckonomi dalam bcntuk
barang
mendistnbusikan
dan
jasa
taktor
pelayanan
produksi
dan
~yarakat, hasilnya
remh:mgunnn dan fung~i =hilisasi yaitu
fungsi
dalam
distribusi
bcntuk
yaitu
pcmerataan
menjamin stabilisasi ekonorni don
politik dalam bentuk pertahanan keamauan, ekonomi dim rnonctcr (Musgrave dan
Musgrave. 1984). Mcngapa rungsi alokasi sumber-sumber ekonomi dalam bcntuk barang
dan jasa
pclayanan
rnasyarakat lebih
efektif didaerahkan? karena
pelayanan rnasyarakut seternpar yang dikontrol dserah cendcrung dapat dilakukan deogan biaya lebih rcndah dibandingkan (Campbell.
Peterson dan
H11br7,
bila dilakukan oleh pemerintah pusat
1991. dikutip dari Bird dan Vaillancourt:
2000:2). juga karcna daernh lebih mengctahui kebutuhan serta standar pelayanan rnasyarakat di daerahnya (Yani. A, 2002:14).
Pclimpahan fungsi alokanf untuk
pelayanan masyarakat ini tentunya memhntuhkan dana yang besar, Dana Alokasi Khusus alau DAK dapat mcnjaci selah satu bentuknya sclain dana perirnbangan utama lainnya,
43 2.?..2. Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus atau OAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah terteruu dengan tujuan untuk mcmbanlu rnendanai kegiaran khusus Jmng tucrupakan urusan daerah dan ~es11a1 dengan
prioritas nasional (UU No.33 tahun 2004). Dusar hukum peluksanaan Dt\K adalah Undang-Undang Nomor .H tahun 1004
tcntang Perimbangan Keuangan Antara Pernerintah Pusat dan Pemeriniah Daerah. l'cmlurun yang lcbsh rc11Jah 11Jafah l'cratu1-an l'cmcrintah
Nomor 55 tahun 2005
rentang Dana I'erimbangan. Sedangkan dasar pelaksaanaan OAK. adalah Peraruran Mcnteri Kt~11ft11g,,11 y~ng dibuar seti .. p tahun, yang mcngaiur l'<'llCl>•ra" atokasi kcpada ma~ing-ma~ing kabupaten/kote dan pedomau umurn pcngelolaan DAK. S~J.1111 iru sch~g,,i
t1ft<11r
pcdoman •>p..:rasi11nttl [X~lnk,;;maan l>AK untuk rnasing-
masing bidang yang dibiayai melalui pcmbiayaan OAK. diarur oleh musing111..t.sing 1<1·n>o11~riim I d(l\i~ 1Hcl~h1i Pcmtunrn Mrnl~:r1 ltrkait. D.<\K i111 mulai h~r~uhr pa:la tahun '.!001 dcngan . . dai;ur hukum Lil) No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan K~uangan Antaru Pcmeriruah Pusat dan Pemerintah l.laci .i.h.
OAK merupakan salah satu kornponcn Dana Perimbangan yanJ( dialokasikan dllfi A!'HN kcpada dacrah tertentu untuk mcmbantu rnembiayai kebutuhan khusus dcn~an mcmpcrhutikan tcrscdiunya duna dnlam Af>ON.
DAK terdiri dari. Dmm .'\lnk,1~i l\hu'u~ Da1m l{cbois.i:H) h1:rs11111b'-"r duri P<'•icrimaan d"na rcboisasi yang ditetapkan scbcsar 40% dari peoerimaan dana reboisasi
~nng d•l:><1gik:u1 lor"n~ dacrah p.:ngh
O'J11a Alokrrsi Khusus Non Reboisasi (DJ\K Non DR) bersumbcr dari APBN di luar penerimaan dana rcboisasi,
44
DAK DR yang berasal dari bagian pemerintah 60% Jari Dana Rcboisasi, juga scjak TA 2001 kepada daerah melalui penerbuan Dafter Alokasi
dialokasikan
DAK DR (DA DAl<.-OR). DAK DR tcrschut rlitujukan
untuk mcmbiayai
kegiatan-kegiatan fisik rebabilitasi hutan dan lnhnn kricis di dacrah aliran sungai (DAS) yang meliputi kcgiatan-kegiatan:
reboisasi, pemeliharaan, dan pengkayaan
tanaman pada hutan lindung dan hutan produksi, rehabilitasi penghijauan,
konservasi tanah, pengcmbangan
hutan mangrove.
hutan rakyat dan pengembangan
ancka usaha kehmanan. flail.. UU Ko.2511 ')<)9 (pasal 8), PP N~l. 1<)412000 tentang
maupun struktur Al'l:IN saat UlJ No.2511999
Dana Perimbangan.
masih mengelompokkan
Dana
Reboisasi kcdalam DAK. PaJahaJ kcnyataannya DAK I >R lebih bersifot
OAK DR merupakan l•agi1m penerimaan dacrah yMg
ke dacrah p.:nghasil. Serta DAK DR termasuk komponen y11ne
dikembalika»
digunakan sebagai pcngurang (sebagaimana DBH) dalam pcrhitungen OAU secara nasronal l't'njdasan hal itu
besamya DA lJ 25%
~lMi p.:11<•ri1uuu11 J11l:1111 nci;cri 1\~h1p1111 )''utg J1m,1k~111.J ,Ji::11s.w. l'..:11cri111u11n Dnlnm
Negeri (PON) adalah PD;-1 bcrsih, yailu PON sctclah dtkumng) dcngan OBH dan UAK )'<mg bersumber dori J)R.
M.:'·revisi"
peraturun scbclurnnya.
UL:
No.33/2004 (pasal 14 huruf b dan pasal 16) kernudian rncngclompokkan Van1>. Reboisasi k.::J.,1<1111 Dd1tn Uag1 l lasi]. l>I< ini dibag:
lulnu• d,1cr.atl ptJnghaMI s~dtt•tg b
ptt
1111lu~ 1·chnhilil<1~1
butan Jn11 lalmn
secara nasiona]. 8ctfangkan J>AK Non DK y.rng dudokusikun scjak I'/\ 24111.1 merupakan dana
yang bcrasal dari APBJ:\ yang dialokasikan kcpada daerah tcrtentu untuk mcngisi k..:st.'l\jangan
pcnycdraan
kcbutuhau
tcrutama
kernampuan
Iiskal rendah. Hal ini dimaksudkan selain untuk secara bertahap
ba!(;
,I.""""
;1111g "'""'l'""Ytli
dapat thar.1hk;in uutuk mcnc1'N• kcscrasran li11gk<1t pelayanan puhlik di bcrh>111m wilayah. juga mengarahkan schsgian dari pengcluaran daerah untuk rnembiayai ~t-g•aturi-kegialnn
yllng rncrupakan
pnoriias nusional,
45
DAK Non DR merupakan
bantuan stimulan kepada Daerah teneutu
untuk
mcngarahkan kegiatan yang merupakan kewcnangan dan lal1ggung [awab daerah
kc arah pcrncnuhan kcbutuhan khusus. flagi diicrah pcncrima DAK Non DR wajib rnenyediakan dana pcndamping melalui APBD minimal sebcsar 10% dari DAK
Non DR yang diterimanya
(pasal
41 uyal
I UU No.33/2()04}.
Dcngan
pengecualian pada dacrah dengan kemampuan fisbl rert~ntu (11yat 3).
DAK Non DR T A 2003 untuk membiayai kebutuhun fisik sarans dan prasarana d~si1r yang merupakan
prioritas
nasional
di bidang pendidikan,
kesehaum,
infrastruktur dan prasarana pemerintahan .. Jin1ui1a dalurn TA 2004 dit11ml)ah bidang ketautsn dan perikanan, TA 2005 ditembah bidaag pcrtanian, sedangkan
TA 2006 dit11rt1ln:t~ lagi Jengan biJan~ lingkungan hidup. Sesuai PP No. 55 111hltn 20115 t·=ntang 0-dtla Perimbangan, bahwa pn•gram yang
rn.:njadi priorhas nasio1111I yung dibiayai melalui D/\K diniuat delam Rencana Kcrjn l'emeriutult (KKP) pada lahun anggaran bersangkutan,
kemudian dilclapkon
rnengusulkan ~"'t"'luh
Menteri teknis
kegiatan khusus yang ak1111 di1fanai o:Jari DAl< d1111
berk~mrdina.~i
dllngun
Men1eri
Datem
Negeri,
Mentcri
Ke111111i;an dun Mentcri Negara P~rcocunaan Pembani.;unan Nasional. i't"llgg.'lnl.i111) dasur hukum DAK. OU No 25il 999 dengan LIU No. 33/'.?(i04 tcutang
Pcrimbangan
Keuangan Pusat Jan Dacrah, rneruouh Ila( -hal rnendasar tcntang
Dana Alokasi
Kh11~us yAilt<.
\JU No 25/1999: •
dasar alokasi dari Af'»N skau terapi penyalursnnya dari pusat berdasar proposal daerah (pasal 21 PP No.1()4/2000 tentang Dana Pcrimban~an):
•
D.. na Dekonserrtrasi [y1
yang mencakup scmua penerimaan
dan P"''~"luar..111 dalam rungku pelakseaaan Dekouscntrasi (pelimpahau wewenang dari Pemerintah kepada gubernur sebagai w·.ikil l'emcrin!ah)J. 1idnk
46 tcnnasuk dann yang dialokasikan
untuk instansi vcnikal pusat di daerah,
mcnjadi wewenang departemen pemcrirnah pusat. ll!J No ..13/2004; •
dasar aloka~i dana hanya drui pendapatan nasional, dldisrribcsikan pemenntah
pu.qnt berdaser priorltas nasional dan tidak pcrlu l.agi usulan dacrah. •
Dana dckonsenrra.si departemen
sektorul pemerintah pusat di daerah yang
dibclaniakan untuk tujuan khusus dnn Dana Tugas Pernbanruan. secara bertanap
dialihkan
meniaeli UaM Alokasi Khusus (pasal !08 UU No.
3312004). Bank Dunia dalam lnporen singkntnya: Indonesta: N<11»' Directions
(Januari
2005}
y11ng menyokong
alokasi
OAK
diperbesar
alokasinya
menyebutkan: pertumbuhan OAI( ~r.han1snya dibiayai, untuk sebagian besar, dcngun mengurangl bclanja pembangunan departeruen pusat bagi Lugll!!·lugas duerah.
Model trunsler UA K Non DR ini merrdapat dukunga;1 d1:1J'i Bank Dunia, karene bcrdasar t.apor11J1 Bank Dunia No. :26191-11'1!.> (201H.). discbutkan bahwa sebagai pelenekap bagi PAD dau DAU. pemerintah pusat perlu mengembangkan sistem
grants khusus. Grants yang ada saet ini bukanleh grams yang betul-betul spesifik
atau membuntu daerah unmk mendukung tugas-tugas prioritas nasional sepcrt! dalam bidang kehuta.nan (OAK DR). Grant untuk prioritos pcntiog ulau situasi bu<:Klug Hak tertangani) di sektor pe11ti11g seperti mfrastrukiur, kesehman dan pcndidikan.
juga drperlukan.
Pemcrintah
disarankan
menggunakan
ulokasi
transfer dengan dana pendamping (OAK Non DR). OAK ini unluk mendukung prioritas bersifat nai;iona.1 tapi tanggung jawab adrninisrrasi oleh dacrah. Grant khuscs seperti DAK Non DR ini memberikan lebih banyak. kontro., dan membuka jalur bagi pembiayaan yang mcnjadi prioritas uasional di lingkat dacrah.
Suatu alokasi khusus capal diberikan untuk mendorong
pcmerintahan daerah
rnelakukan pengeluaran yang konsisten dengan kcbijskan nasional, ~ang tidak alum dih:mtflUI! old1 rnereka sendiri 1kngan cars dan ska!a yang dikehendaki
(Davey, K.J. 1988).
47 Mcnurut Davey, K.J, (1988) suatu alokasi khusus dari bantuan pemerintah pusat mensyaratkan
suatu
pengeluaran
minimum
yang diwajibkan
kepada
deerah
sebagai benruk partisipesi kepada program pemerinran secara n11sional. Seringkali
aloka~i khusus ini mengarah pada pola-pola pengeluaran yang bcrbcda dari priontas atau pilihan daerah. DAK sebagar bentuk hantuan khusus ini selain mernpunyai
keletuhan juga
rneurpunyai kelemahan. Mahi {Slide: OAK: Kehutuhan; alokusi dan pmspeknya di era otonomi daerah) menyebur bcberapa rnanfaat dan kelemahan banman khusus tersebut:
MllnfMt Banhu1n Kh11sus [i)
Tcrdapatnyu suatu jaminan bahwa pcmcrintah dacrah akan menyediakan jasa publik yang sesuai dcngan prioritas program peroerin1ah pusttl
(ncsional), tanpa ha-us rnernbebani keuangan pernerintah daerah. (ii)
Bantuan khusus juga akan l~bih efektif apabila tujuun pcmerintah 11dalah unt~~ rncudorong pcningkatun haran11- danjasa publik tertcntu (merit goods),
(Iii)
Bantuan khusus juj!U dapat digunakan untuk mcmpcrbaiki inefisiensi yang
rnuncul akibat adanya efek rcmbcsan (Inter-jurisdictional spillovers), (iv)
Bantuan khusus juga lebih tepat bila digunakan untuk menciptakan distrjbusi pendupaum yang lcbih meraia, dimana bantuan khusus dapat langsung
drarahkan pada kelornpok miskin y<111g memerlukan ba11111an. Kekmahan B1mlu8n Khusus t. i)
Program pemcrintah pusat yang terkeit dengan bantuan khusus rersebut 1idak sesuai dengan kepentingan atau prioritas daerah, sehingga manfaat
yanc diterima olch masyarakat di daerah terscbut berkurang, (ii)
Pemberian bantuan khusus juga dapat diartikan sebagai intcrvensi pem1~rin1ah pusat tcrhadap administrasi otonomr
daerah,
maka
hal
ini
pernerintah
dipl:lndang
daeruh. Dalam era
sebagai
sesuaru
yruig
4& mengganggu otoritas daerah dalam menetapkan prioritas pembangunannya
sendiri. (iii)
Kclemahan lainnya ~alah keterbatasan anggaran pemerintuh pusat, bila sebagian besar DAK harus dibebankan kcpada pusat,
Dana Perunbangan yang tcrdiri dari Dana Bagi Hasil ( OBH). Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah sumber pendapatan daerah
yang berasal
dari 1\l'BN
yang merupakan
aspek
penting dalam
perimbangan kcuangan antara pcmerintah pusat dan daerah. DAU dan DilH digolongkan block grant karena ada kewenaugan yang besar bagi daerah uutuk
menggunekan dana tersebut. sedang DAK digolongkan specific wan/ karena pcnggunaan dana sudah ditentukan sesoai prioritas nasional,
Alokasi OAK mernang tidak sebesar DAU (dalam APBN-P
:.wos.
DAK
dialokasikan "banya" Rp 4.77 trilyun jika dibanding DAU yang mendapa\ Rp 88,77 trilyun). akan tetapi DAK meniadi mcnarik karena sifamya melawan arus
yaiur masih "rnemusar" artinya walau dileksanakan pcmcrintaa daerah tctapi untuk mendukung pusat,
Scrtu masih
rrogram
pernbangunan
tcrbuka
kemungkinan
yang rnenjadi pnoritas alokasinya
membcsar
pemenntah
j ika datm
dekonsenrrasr yang masih berada di departemen/lembaga diahhkan m~njadi DAK. Kritcriu suaru daerah dikatcgorikan laya!,. mcmpcrolch alokasi VAK. ditcntukan
mclalui mekanisme kruena umum. kriteria khusus dan kriteria teknis yang distur dalam perundang-undangan
(!JI J No.Tl/2004_ PP No.55n005 dan Peraiuran
Menteri Keuangan) . Kontrol penggunaan melului mekanismc pcnyaluran dana juga menyebabkan DAK khusus, Berbeda dengan DAU dan DBII yang disalurkan langsung oleh KPPN (Kantor Pclayanan Perbendaharaan Negara) dari kas negara l.<e kas daernh yanu l 112 per bulan [untuk DAU J dan per-triwulan (untuk DBH)
dan pagu masing-uiasing. Agar DAK penggunaannya scsuai dengan pnoritas nasioaat yang sudah direncanakan, pencairen dana olch KP"PN melahri veri fikasi laporan kemajuan (progress report) kegiatan bcrsangkutan (Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan No.05/Pb/2005).
41)
Titik berat pembahasan tesis ini pada Dana Alokasi Khusus yang dipcrgunakan untuk pembiayaan bidang infrastrukur, Umuk itu pada bagian sclanjutnya alum
dijelaskan rnengenai Dana Alokasi Khusus Bidang lnfrastruktur.
2. 2.3. Dana Alobsi Khusus Bidang lnfrastruktur Bidang yang dibiayai me\alui mekanisme pembiayaan OAK yang mcnjadi fokus dari penel irisn ini adalah bidang intrastruktur. Jen is inlrastruktur
yang menjadi
obyek penelitian adalah infrastruktur jalan dan infrastruktur irigasi. Untuk itu sebelurn mcnielaskan lebih Janj ut kepada DA K bidang infrastruktur ada baiknya sedikit menyioggung kajian teori rnengenai infrastruktur,
2.2.3.A. Infrastruknrr Acla beberapa detinisi mengcnal iofrastmktur, diantaranya : lnfrasuuktur adalah seatu sistern flsik atau public works (pekerjaan umum) yaug
menyediakan sarana transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dim fasihtas publik lain yang dibutuhkan untuk memenuhi keburuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ckonorni (Grig!c(, I 98X}. Menurut Hudson ( 1997). infrastruktur didcfinisikan sebagai fasilitas a tau fisik yang menyediakan
transportasi,
utihry'
s1s!t:111
layanan yang pentinu bagi rnasyarakat umum. seperti
(air. hstrik dan gas), energi. telekomunikasi,
penanganan
limbah, lahan parkir, bangunan parkir, bangunan rckreasi dan olah raga. serta fasilitas perumahan, lnfiastrukfur juga termasuk manajernen dan sumberdaya rnanusia yang terlibat dalam mcnyediakan fssilitas fisik tersebut. Sedangkan Kelompok Bi
ITB
(2001) mendcfinisikan
mtrasrmktur (prasaranal scbagai bangunan atau fasilitas
lisik yang mendukung
keberlangsungan
don pertumbuhan ekonomi Jan sosial
suatu masyarakat aiau kornunuas. Termasuk dalam pengertlan intrastruktur i1;i adalah fasiiitas transponasi,
bangunan institusional
dan komersial, bangunan
so irigasi. drainase dan pengendalian banjir, fusilitas telekomunikasi, fasilitas olah raga dan rekreasi, sorta prasarana kawasan pcnuukiman. pada hakekatuja adalah serangkaian usaha dan kcbijakan yang
Pernbangunan
untuk rneningkatkan taraf bidup masyarakat, mempcrluas
bertujuan
kerja, meraiakan hasil-basil pcndaparan,
rncnicgkatkan
mengarahkan Sebagai
pembsngunan,
dalam
kerja clan distrihusi
hubungaa ekonomi regional, serta mengarur
dengan bijaksana
sarana
kesempatan
!a.pangan
rnencapai
dan
pergeseran kegiatan ekonorni antar sektor'. tujoan pembangunan
tersebut maka perlu
didukung olch keberadaan infrastruktur yang baik. Tanpa adanya infrastruktur yang baik maka pcmbangunan lidak akan mencapai seperti yang diharupkan. Infrasruktur
dalam pernbangunan ada[ah wadab dan penghubung bagi semua
sistcm yang bcrperan dalam pembangvnan, Infrastruktur merupakan roda penggerak perturnbuhan ekonomi, perannya sangat pcming haik dalarn proses produksi maupun dalarn menunjang distribusi komoditi ekonorni.
Kcberadaan
infrastrukn« akan mendurong terjadin)'a peningkatan
produktivuas bagi taktor-taktor produksi, dan sebaliknya apabiia mengabaikannya akan mcnurunksn produktivitasnya. Dalam
kaitan hubungan perekonomian nasional. pertumbuhan
perckonomisn
secara nastonal, regional rnanpun k-kal menuntut ketersediaan rnfrastruktur dakun jurnlah yang memadai. Kegagolan penycdiaan infrastruktur yang mernadai akan berdarnpak
langsung
pada
perckooonuen,
Mcngingat
fasilitas
infrastruktur
mempunyai dirnensi optimasi jaringan (network optimszatton), bcrskala ekonomi nasional, dan mcmbutuhkan investasi yang sangat besar yang tidak uiungkin dipikul oleh pemerintah
daerah sendiri, maka peran pcmerintah pusat masih
sangat besar dalam menuniang pengelolaan infrasrroktur di dacrah.
1
Kodoane.Rf. ~00~. h 41
51 2.2.3.ll lnfrasln1ktur Jalan Prasarana [aringan jalan merupakan infrastruktar pokok bagi pelayanan distribusi
kornoditi ekonomi. Di era desentrulisasi jaringan jalan juga merupakan pcrekai keutuhan bangsa uan negara dalam segala aspek sosial, budaya, cknnomi, politik dan keamanan, Schingga
kehcradaan sistem jaringan jalan yang menjangkau
seluruh wilay"'1 tanah air merupakan tuntutan yang tidak dapat dilllw<1r lagi.
Mobilitas perekonomian secara nasional sangat tergantung kepada kehandalan dan ting.le al pefa}'llnilnjaringan uansportasi jalan, Menurur Pasal l UC No.38 tahuo 2004 tentang Jalan .. didefinisikan Jalan adalab prasarana transportasi darat yang rnelipu;i segafo bagia» jaliin, termasuk bangunan pclcngkap dan pcrlengkapannya yaug dipcruntukkan ti~i lalu Iimas, yang bcrada
pada permukaan
tanah, di alas permukaa» tanah, di bawah pr.rmutaan rsnah
danl~tau air, scna di atas permukaan air. kecoali jnlan kercta 11pi, jalan tori, dan
jalan kabcl Sedangkan peran dun fungsi jalan menurut l'asal 5 UlJ No.38 tahun 2004 tentang Jalnn adalah scbaga, bagian prasarana transportasi mernpunyai pcran penting
datam bidang ckonorni. sosial buday11. lingkungan hid11p. poliuk, pertahanan Jan keamannn. serta dipcrgunnkan untuk scbesar-besar kcrnakrnuran rakyat. Selaiu itu julan scbagai prasaraua dis1ribusi barnng dan jasu yang merupakan unit nadi
kchidupaa masyarukat, bangsa, dun ncgara. Klasi/ikasi jala11
klasifikasi jalan menurut peran diidentiiika:
rncnghubungkan
sernua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusai-pusat kegiaran. Sistem janngan jalan sckunder rncrupakan sisrcm
52 •
jaringan
jalan dengan
penman pelayanan distribusi barang clan jasa untuk
masyarakat di dalcm kawasan pcekotaan . .lalan arteri scbagairnana klasiflkasi
menurut fungsi mcrupakan jalan umum yang
berfungsi melayani angkutan utarna dcngan ciri perialanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna, Ja!an
kolcktor mcrupakan jalan umum )<111g berfungsi mclayani angkutan pengumpul atau pembag] dcngan ciri perjalanan jarak sedang.. kecepatan rata-rata sedang, dan
jumlah jalan rnasuk diharasi. Sementara Jalan lokal merupakan jalun 11m111n yang berfungsi
melayani
~ngk.uhm
setempat dengan
eiri perialanan jumk dckat,
keceparan rata-rata rendah, dao jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Sedangkan
Jalan liugkungan rneruoakan jalan umum yang bcrfungsi mclayani angkutan lingkungan dengan ciri peijalarumj:ir.ik dekat.dan kecepa.an rata-rata rcndah Selain rnenurut peran dan fungsi tcrsebet meourut Pasal 9 Undang-Undang No.38 tahun 2004 tersehur. jalan juga diklasifikasikau menurut status administrasinya. yaitu Jalan Nasional. Propinsi dan Kabupatcn/Kora, Jalan n~io1111J rnerupakan jalen
arteri Jan jalan
kolektor
menghuhungkan aruar ihuknla
dalam sistem janngan jalnn primer yang
provinsi. dan jalan stratcgis nasional. serta jalan
tol. Jalan provinsi merupakan jalar: kolektor dalarn sistcm janugan jalan primer yang menghubungkan
ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kora, atau antar
ibukota kabupatcn/kota, dau jalan strategis provinsi. Sedangkan Jalan kabupaten mcrupakan jalan lokat dalam sistern jaringan jalan prin-er yang tidak termasuk pllda jalan nasional dan jalan propinsi yang mcnghubungkan ihukota kabuparen dengan ibukota kecamatan, antaribukota kecamatan. ibukota kahupaten dengan pusat kcgiatan lokal, aruarpusat kegiatan Iokal, serta jalan urnum delam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabuparen, dan jalan strutegis kabupaten. Terkait dengan per.umbuhan ckonomi. mcnurut studi Quciroz melalui World Bank tahun : 992 { dalam Hudson 1997). mcmperlibatkan hubungan yang sangat
erar antara prasarana jalan yang (mantap) dalam ekonomi
kilometer
dinyatakan dalam paojang jalan beraspal
per IOOO penduduk (PJA) dcngan perturnbuhan
dacrah yang dinyatakan
dalam parameter PDR.13 perkapita, Stud)
53 dilakukan di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Kanada dan 98 negara sedang berkembang pada tahun 1950 - 1988. Hubungan rersebut dspat dilihai
pada persamaan marematis di bawah ini, PDRDPtA.si= -3,:39 + ! .24 (l'JA)-> Anieril;;a Serikar untuk harga konstan ib, 1982
PDRBP\AS) ~ -4,)0 -i- l,50 (PJA) ~ Arnenka Serikar untuk harga konstan th. 1988 l'Dlilll'
13'! (P JAJ -. Negara Berkembang uruek harga konstan th. ! 982
Menurut data Statistik Perhubungan tahun 2004 jalan di Indonesia mencapai panjang 372.929 km. dimana )Oo/ollya berada di Pulau Jawa. Panjang jalan secara nasional terscbut meliputi jalan negani sepaujang 34.629 km (9,2\>%}. jalan propinsl 40.125 km (10,76%) dan jalan Kabupaten!Kota 298.175 km (79,95%). Dari scluruh pa1tiang jalan nasional tersebut yang berada da\am kondis] baik mencapai 14R.Oll km (39.69%), dalam kondisi ~ng
102.550 [~7,50%), knndisi
rusak 74.il07 km (20.06%) dan kondisi rusak berar 47.561 (12. 75%) Tabcl 2.7
rncnggambarkan rincian kondisi jalan secara nasioual pada tahun 2004. Tabel 2.7
1" " "~ew·5enangan
11< d .. .....__ ·__ Of)c _IS! _
Kondisi Jaten di Indonesia Tahun 20(H
Negara
I
. - - j - - ~'"" i
usak
-
---
l~
.
Kab.'Kota
I
,
.__
3.954 ~-· --
~
818
39.
I
-t25 I : 1,2~
-45..397 66.602
.
1--
34.629
---·
untuk
.,.
21.>6..
298.175 40!125 % 9.~ 10.if 79.95 Sumber : Stali>tJk Perhubungan 2004, DPS Jakarta Pernbiayaan
Jurnlah
--"-'9'-'-" ~ .... :o, 1: 27. 9,293+_fl:!)24 80,233 l.0?}5{).
8~~ng .. - _
'---·-~ Rusak Berat Jumlah
Prop:n.~i
kcburuhsn
pcmeliharaan,
peningkatan
74.807
20.
47.56! 372.929
---12. ---~
Jan pcmbangunan
prasarana jalan rnembutuhkan alokasi pendanaan pemerintah yang .~angat bessr, sehingga rnerupakan beban yang sang.ii berat bagi pemerintah baik itu pemerimah pusat
maepun
pemcnntah
daerah.
Meugingat panjang jalan paling
besar
54 mcrupakan nasional,
mas jalan kabupatcnlkola yairu meacapai 79,95 % dari total jalan rnaka beban atas peogelolaan jariugan jalan juga dicrnban
olch
pemerintah kabupaterskoca. Transfer dana pemerintah dalam bentuk Dana Alokasi Khusus bidang lnfrastruktur yang digulirkan sejak tahun 2003 merupakan bentuk alokasi surnbcr pcndanaan bagi pengeiolaanjalan di Kabupaten/Kota. l>AK hi
transponasi guna mcndukung perturnbuhan ekonomi. Skema
rnelalui
bcrkala/periodik
khususnya jalan dialokasikan untuk mempcrtaoenkan
DAK
ini
diutamakan
untuk
kegiatan
pemelibaraan
can kora, Ruas-ruas jalan Kabupaten/Kota yaug c.lapat dibiayai dengan OAK scbagahuana Alokasi
ditctapkan
Khusus
dalam Petunjuk Teknis (Juknis) Pernaofaatan
Bidang
lnfrastruktur
Tahun 2006 {Kcpmen
Dana
PU No: 607
/KPTS.'M/2005 tanggal 29 Dcsernber 2005) adalah ruas-ruas jalan scbagaimana yang telah ditetapkan dalam Surat Kepurusan Bupati/ Walilwta sesuai !JU No. 38 Tahun 2004 atau Surat Kcpuiusan Gubernur masing-rnasing Provinsi sesuai LIU No. 13 Tahun 1980 tentang Pcnctapan Ruas-ruas Jalau scbagai Ja!an Kabupaten/
Kota. Adapun ruas-ruas jalan di Kabupatcn'Kota pemekaran baru yang sratusaya belurn ditetapkan oleh Bupati/Walikota dapar dibiayai dcngan DAK setelah mcndapar pcngesahan dari Bupau/Walikota masing-masicg.
2.2.3.C. lnfrastruktur lrigasi Sebegaimanu disebutkan dalam I JI l No 7 Tahun 2004 tcntang Surnber Daya Air bahwa
pengelotaan
Pemenntah,
tentsng
make dalarn
irigasi diatur
lebih
lanjut melalui
Peraturan
PP Ne. 20 Tahun 2006 tentang Jngasi disebutkan
pengertian tentang irigasi adalah usaha penyediaan, pengaruran, dan pembuangan air irigasi untuk menuojang pertanian }'lllll1 jcnisnya mcliputi lrigasi perrnukaan, irigasi rawa, irigasi air bawuh tanah, iriga:,1 pompa, dan irigasi tambak.
55 Jaringan
irigasi adalah saluran,
merupakan
satu
kesatuan
bangunan, clan bangunan pc!engkapnya yang
yang dipcrlukan
untuk
penyediaan,
pernbagian,
pcmberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi .
.Mcnurut fungsinya, jaringaa irigasi dibcdakan atas jaringan irigasi primer, sckunder dan rcrsier. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi
yang terdiri dari bangunun utama, saluran induk/primcr, saluran pi:mbuangannya, bangunan
bugi,
bangunan
bagi
sadap,
bangunan
sadap,
dan
bangunan
pelengkapnya, Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi YIUllJ. terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuaogennya. bangunan bagi, bangunan l•ai;i -sadup, bangunan sada», dan bangunan peleng):.apnya.
Sedangkan jaringan
irii:asi tcrsicr adalah jaringan irigasi yang berfungs! scbagai prnsarana pelayanan air irigasr dalurn petek tersicr yang terdiri dari salurau tcrsier, saluran kuaner dan salurnn pcmbuang, boks tersicr. boks kuarter, sena bangunan pelengkapnya, Gambar 2.4. Sk~1uu irigasi padu umumnya (Or(gg. 1988)
56 Pembangunan pertsnian khususnya tanaman pangan pada umumnya mcmcrlokan
dukungan yang pasti dari infrastruktur sumberdaya air, khususnya irigasi untuk ruenyediakan
air
bagi
pemenuhan
keburuhan
usaha
tani.
Dalam
sejarah
perkcmbangan
irigasi. usaha tanl yang banyak mendapat dukungan infrastruktur
ingasi adalah usaha tani padi dan tebu (Dikun.S, 2003). Dukungan
Scktor Surnber Daya Air terhadap ketahanan pangan nasional,
sebagairnana dirckomeudasikan
dalam E valuas! Kemandirian Pangan Nasional.
butan Oktober 2002 (Himawan,SJ .. 2003) antara lain adalsh upaya untuk
rnempcrluas daerah irigasi dan perbaikan jaringan irigasi dcngan sasaran peniogkaran luas 11re11I tanam, Sclain itu dalam upaya pemantapan kinerja layanan prasarana irigasi dilakukan dengan upaya optimahsasi operasi clan pcmeliharaan prasarana irigasi, rehahi litasi jaringan irigasi yang mengalami penucunan fungsi maupun
yang rusak akibat bcncana
pengernbangan
alam dan mempercepar
fungsionalisasi
irigasi yang sedang berjalan. Menurut Hilman Manan (2002)
tdalam Dikun.S, 200'.I) air irigasi merupakan
faktor pcmbatus bagi subsistem
produksi pertanian, peran air irig~i secara tunggal dalaru subsistem produksi tanarnan meucapai
16 person. l'eran ini meningkat hingga 75 persen apabila
dikombinasikan dengan faktor produksi lain sepcrri benih dan pupuk. Menurut data ~latisLik tahun :!005, produksi padi di Indonesia tcrlihat dorninan di pulau Jawa dan Sumatera (gambar 2.5).
57 Gambar, 2.5. Produksi Padi Indonesia tahun 2005
Produksi Padl (2005) 35,000.000 00
ei;.
30,000,000 00 25,000,000 00
20,000.000
oo
15,000.000 00 10,000,000 00 5,000,000.00
f_,_
L ta'
! DP roc1ul<si Pad1 (200~)
(Ton)
__J
. n.
.rr:-·--!
n"T.
I
Surnber : diolah dari Statistik Indonesia 2005 (DPS Jakarta)
Apabila dilihat dari luas panen, maka lebih dari 84 % r:;di sawah ditanarn di Pulau Jawa, Bali,
Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan jika dilihat dan ro1al
produks: padi, maka kctiga daerah llTICOOt rnemberi kontribus: hampir &9 %. Sehingga apabila kinerja jaringan irigasi pada keempat pulau ini terus mcuurun (karena kurangnya pcmeliharaan
atau tidak dilakuken rchabrlitasi kecil) 111ak11
akan berdarnpak pada menurunnya luas areal tanam p.1di. Kerusakan-kerusakan jaringnn irigas! di kcernpat pulau im secara signifikan jelas akan me:1gurn11£i produksi bcras yang sclanjutnya ak311 berdampak pada menunmnya
kctahanan
pangan nasional,
Pcmeliharaan dan rehabititasi jaringan irigasi menurut PP No.~O tahun 2006 tentang
Irigasi
adaluh :nenjadi kcwenangan
pcmerinrah pusat. propinsi
dan
kabupaten/kota. Sebagaimana dalam pembiayaan infrasuukrurjalan rnaka transfer dana dari pemerintah pusar mcnjadi salah satu sumber pernbiayaan dalam pengelolaan infrastruktur rrigasi ini. OAK bidang infrastruklur untuk irigasi juga
mular diberikan pada iahun anggaran ZOOJ yan!' digunakan untuk rneningkatkan tingkat pelayansn jaringan irigasi guna mcodukung program kerahanan pangun nasional.
58 Pernbiayaan melalui DAK bidang iafrastruktur irigasi diutamakan unluk kegiatan pcrneliharaan dan/atau n:hllbilitasi jaringan irigasi Kahupateni Kota dan bangunan pclengkapnya. Prasarana irigasi y-.mg mip111 dibiayai dengan OAK adalah jaringan irigasi primer dan sekunder yang utuh pada satu kabupaten/kota dengan luas
dacrah irigasi sebesar kurang dari I 000 ha {Kepmen PU No.607 iKPTS/M/2005 ).
2.2 ..1.n. Dana Alokasi
KhtL~US
lnfrastruktur
DAK infrastruktur mului diberikan sejak tahun 200.l Dasar pengalckasian OAK Infrasrruktur adalah Keputusan atau Peraruran Menreri Keuangan sesuai dcngan tohun
anggaran
menggunaksn
yang bersangkutan.
dasar Keputusan
Alokasi OAK Infrastruktru tahun 2003
Menteri Keuangan Nemer 544 tahun 2002.
sclanJutnya untuk tahun 2004, 2005 dan 2006 adalah Kepmenkeu No. 548/2003, 505/2004. dan Peraruran Mcu!e.ri Keuangan No. l 24 tahun 2.005. Alokaxi
Dt\K
bidar:g
infrastruktur
pemcl iharaan jalan dun prasarana infrastruktur
ini
dimanfaatkaa
untuk
pcnunganan
irigasi dan scjak rahun 2005 selain kcdua
tcrsebur [uga ditamhah
ikngan infrastrukrur aJC bersih. Tujuan
pcmberian DAK intrastruktuc sesuai dcnga.'l l'asal 7, PcraturanMenieri Keuangan No. l'.?4/!'MP.0'.?/2005
tenlang
Pcnetapan
Alokasi
dan
!Jm11m
Pcdoman
Pcngelolaan Dana Alok11si Khusus Tl\. 2006 adaluh : ti'
Meningkaikan
tingkat
pcluyanan
uunsportusi
dan
ahesibililas
guns
mcndukung perturnbuhan ekonomi mclalui pcaanganan peasumna jalan.
v
Meningkatkun tingkat pelayanan jaringan irigas1 untuk rnendukung
program
ketahanan pangan melalui penanganan prasarana irigaai ti'
Meningkarkun
pclayanan
air
bersih
yang dikelola
masyarakat
untuk
meningkatkan kualitas keschatan masyarakat melului pcnycdiaan presarana dan sarana air bersih.
59
irnplemcn{asi dari alokasi OAK lufrastruktur bagi kabupaten/kota
Scdangkan
diarahkan untuk kegiatan (l'eraturan Mentcri Keuangan No.124/PMP .02/2005) : I. prasurana jalan
yaitu
untuk
pemelibaraan
peri0Jik/berkol11 den
pcningkaran rasarana jalan Kabupateu/Kota terrnasuk jembatan yang menghubungkan
antar kecamatan dan desa/kelurahan:
2. prasarana irigasi yaitu untuk perueliharaau dan/atau rehabilit.asi jaringan iri gasi kabupatea/kota dan bangunan pelengkapnya untuk menunjang produksi pertanian; J. prasarana
air bersih yaitu uruuk rehahilitasi. optim1'1isasi dan/atau
pembangunan
haru sistern prasarana air bcrsih bagi masyurakat
pada
dcse/kclurahan rawan air bersih dan kekeringan. Mekanismc
pcngalokasian
OAK infrastruktur dilakukan dengan menggunakan
kritcria umun.. kritena khusus Jan kriteria teknis, Kriteria umum sebugai dasar pcnentuan propmsi, kabupaten/kota yang akan rncndapat DAK infrastruktur yang dilakukan dengan
oleh Deparremen kuraktcrtstik
daerah
Keuangan dan Bappcnas, Knteria yang akau mcndapatkan
khusus terkait
dana alokasi
khusus,
Sedungkan kritcria tckrus sebagai dasar penentuan besaran alokasi iii propinsi, kabupatenikot;i dilakukar; oleh ncpartemcn KIMPRASWII. sekarang Departemen Pekerjaan Umurn (PU).
2.3. Metode l'endekaran Analisis Pemaotauan Hasil DAK Infrastruktur Scpertr tclah disebutkan dunuka bahwa analisis pcmantauan tnerupakan surnbcr
intormasi mama tcntang implementasi. Pemanrauan memberikan gambaran scdikitnya
ernpat fungsi dalam analisis kebiiakan
publik, yaitu : kepatuhan,
pcmcriksaan, aku11tansi dan cksplanasi. Fungai-tungai tcrsebut merupakan bentuk
dan basil pemantauan dalam bentuk intormasi yang bersifat
(pcnjelasan).
designali~c
60 informasi yang bcrsitar designative tersebui dapat dibantu
IJ11b1k mendapatka«
pcrlu dibuat ukuran-ukuran
variabel dun indihtor pantauan yang relevan, reliabel dan valid. lmplcmcm11:1ikcbijakan DAK. infrastruktur dirnulai dari input yauj! berupa alokasi
OAK infrastruktur jalan dan DAK infrastruktur irigasi. Sebagai tindak lanjut kcbi]akan ndalah proses yang dijabarkan sebagai suatu aksi berupa pemeliharaan secara pcriodik/berkaia dan peningkatan prasarana jalan untuk OAK intrastruktur
jalan, sedangkan umuk l>AK infrastruktur irigasi berupa pemeliharaan dan/atau rehabilitasi j~ringan irigasi. Sernua nu adalah implemcntasi
kebijakan dalarn
lingkup aksi kehijakan. Pemantauan terhadap basil kebiiakan dilihat atas dua jenis akibat yaitu keluaran (011tpul) dan dampak (rmpac1.
kehijakan DAK infrastruktur dapa: diidenti tlkasi melalui tujuan pelaksanaan UAK infrastruktur. Tujuan pclaksanaan DAK infrastruktur tertuang didalam Peraturan Mcnteri Keuangan Nomor I 2-l/PMP.02/2005 seperu telah dijclaskan pada bagian
sebelumnya. Kcbsjakan DAK infrastruktur rnerupakan kcgiatan yang bersitar fisik, oleh sebab
itu dalam mcmbuar tdentitlkasi vanabcl kel uaran harus relcvan dengan tuiuan yaitu bcrupa variabel fisik. Scsua1 dengan 1nJuan pelaksanaan I),'\ I( infrastruktur jalan adalah rneningkatkan tingkat pelayanan transportasi dan ak.5esihilitas melalui penanganan
prasarana jalan, rnaka variabcl kcluaran yan[! dapat diidentlfikasi
adala'i panjMg jalan dalam kondisi mantap Sedangkan untuk infrastruktur
(jalan baik dan jalan sedang).
irigasi, hsas daerah irigasi fungsional mcrupakan
keluaran atas nasil kebijakan yang diidcmifikasi
dari tujuan petaksanaan DAK
infrasrruktur irigasi yaitu. rneningkatkan tingkat pelayanan jaringan irigasi melalui penanganan prasarana irigasi. Untuk
idennflkasi
variabel
dampak,
maka
dan
t1\j1L1n
pelaksanaan
OAK
infrastruktur jalan dapal diidentitikasi adalah rnendukung pcrtumbuhan ekonomi daerah
Vanabel
pertumbuhan
ekonorm
daerah
secara
konscpsronal
t.lapat
61 dijclaskan dengan rnenerangkan dcflnisi dari pertumbuhan ekonomi daerah, Ada
beberapa dcfinisi mengenai pertumbuhun ekonomi dacrah (Jhiugan.Ml., 8): I.
1996:6-
l'cni11gk.~tan total output yang dihasiikan oleh suaru perekonomian dalam periode wakiu tertentu.
2.
Pcrnsnbuhan pendapatan perkapira perckonomian
J. Perbaikan terhadap kescjahicraan
material y1:1ng terus menerus dan
beriangka panjang yang dapat dlllhar dari lancarnya distrihusi barang dan
jasa l>ari definisi sccara konscp~uaJ tcrsebur, untuk lehih mudah dalam menganalisis perlu dibuat defimsi operasional. Indikaror perturnbuhan ekonomi daerah yang lazim dipergunakan adnluh Produk Domestik Regional Druto atau PDRH. Akan
h:t.api indikator PDRB ini sccara teori dipenguruhi nleh bsnyak verisbct sepc11i pendupa1an.
rrnrlul<Jii,
jusa, pengeluaran
dun
lain-lain.
Sch:ngga
dapat
rncnimbulka.n pcrtanyaan apakah knndisi jalan cukup mcrnbcrikan pengaruh yanl,'.
sii,;nitik.an terhadap l'DRl:J. Untuk itu scperti telah dijclaskan dimuka, bahwa hubun!,l)ll'I nntar variabcl Ji dalam analisisi pemantauan dapat dilakukan a:;u111~i. rnengingat pcngaruh untar vanabel eraupun indlkator bukun scsuutu yang hams
diketalu» oleh penelir]. Pengaruh araupun proses huhungan
1mtar
variabel ntuu
indikator (dalum istilsh William N. OuM adalah kotak hitarn] mernuugkinkan
banyak sckali foktor ckstcrnal yang ikut meropengamh]. Asumsi dapat diamhrl bahwa
PO(U:l
merupakan
indikator
dari
pcrtumbuhan
ekonomi
dacrah
berdasarkan pcnelitian Queiroz tJ992) (dalam Hudson 1997) sepcrti rciah disarnpaikan pada bagian sebelurnnya, bahwa terdapat hubungan yang sangat erat amara kondisi prasaraua jalan dengan PDR R. Selanj utnya untuk lcbih mendalarm tentang konsep PDRB dibawah ini disojikan paparan tcntaug PDRB.
Produk Domestik Regional Brute
Alllu
Iebih dikenal sebagai PORB mcnurut
definisinya aJalah keseluruhen jumlah barang dan jasa final (final >!OllcA and .><;'rvi,·c·.v) ya11g diproduks!
oleh
suatu
daerah
pada suatu
pcriode
tertentu
(Mishkin.l ', I 'N7· I 7). PURB piid:i dasamya didefinisskan hampir samn dcngan Produk Dornestik Brute atuu PDB. pcrbedaannya adal
62 saia yaitu POB untuJ... nasional/negsra sedangkan PDRl3 untuk tingkat regional atau daerah. Proses pemhangunnn
yang dijalankan
drsuatu daerah atau ncgara rnemerlukan
suatu penitainn untuk mclihat kcefekufau dau hasil-hasilnya apakah telah sesuai
dcni;tt11 sasaran yang diharapkan, Uoruk itu dipcrlukan suaru penilaian yang didasarkan
atas
dipergunckun indikator
indibt,'r-indikator
dalam
ekonoml,
tertentu.
Salah
satu
mengulmr keberhasilan
proses
pembangunan adalah
Pertumbuhan
ekonorni,
indikator
pendaparsn,
yang
kemiskinan,
pengangguran den ketensgakerjaan merupakan indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalarn evaleasi kcbcrhasilan program pernbangunan
Doruestik
Regional
Produk
Brute atau rDRB merupakan kornponcn dasar dalam
mcngukur tingkat pcrturnbuhan ekonomi Slllllu daerah (Mishkin.T, 1997: 18). Selanjurnya untuk DAK infrastruktur irigasi, variabe! dampak dapat diidentifikasi
dan tujuan alokasi DA"-'. infrastruktur irigasi yaitu mendukung progam ketahanan pangan. Sccara konscpsuol, variebct ini dapat dije!a~kan melalui definisi dari
ketahanan pangan Kctahanan pangan dalarn Pcraruran Pemerintah No 61! tahun 2002 tentang Ketahanan Pa11g,.1n adalah kondisi terpcnuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari terscdianya pangan )'afl8 cukup, baik jumlah rnaupun
rnutunya, amarr, mcrate dan terjangkau, Lcbih jauh dalam PP terscbut disebutkaa hahwa pangan adalah scgala sesuaru yang berasal dari somber hayari dan air. baik yang diolah
rnaupun tidak diolah yang diperonrukan
sebagai rnakanan atau
minuman bagi konsumsi usanuxla. terrnasuk bahan rarnbahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang liigunakan dalam proses pcnyiapan, pengolahan,
dan/atau pcm buatan makanan atau minuman. Konsep kctahanan pangan lebih luas sangat berkaitan erat dengan swasernbada pangan khuwsnya di Indonesia adalah beras. Berns scbagai bahan pangau ut ama di
lndon.,si11
mcrupakan
komoditi
pangan
yang
pemcrirnah dalarn rangka mcncukupi kebutuhan
selalu
pl!llfllln
rnenjadi
perharian
dan rnenjaga srabihtas
herga ~ang ada. lntervcnsi pemerintah dalam segala espek yang bcrkaitan dengan
63 pernenuhan cadangan beras sccara nasional
merupakan
bagian
dari strategi
katahanan pangan, Dari pcmaheman definisi konsepsuol ini, maka dapat dibuat suatu pendekaian dalarn mengidentifikasr indikator dari kctahanan pangan yairu produksi beras atau padi.
terkart dengan
Sedangkan
sebelumnya
bahwu
dar:
irigasi.
penelitian
seperti
Hilman
telah disebutkan
Manan
diougian
t2002) bahwa irigasi
rncrupakan Iaktor pembatas hagi subsisrem produksi pertanian hingga mencapai 75%, maka dalam ha! mi dapat dibuat suatu asurnsi bahwa indikaror dari ketehanan pangan adalah produksi padi sawah. !iebagai gambaran yang lebih jelas mengenai proses idcntifikasi variebel dan
indikator dalam analisis pcmentauan DAK infrasrruktur disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabcl, 2.R.
T i
Jene
Idcntiflkasi variabcl dau indikutor dalam implementasi pclaksanaan l>AK infrasuuktur ~~/\IUAl\EL l'AN'f'AUAN)
T INIMKAN Kt:Hl.IAKAl'i
I
),.,, .. s. ~· Masulao
1 I
'
rroses
I
DA K
, peri<1J1k/~crkill•
mfrA ... trnktur
I dxn
·-1-
: Al o:.l<.d" 11),\ K
~euool •hornon
"""'"l'katan 1
I
KEOl.IAKAI\'
I
ll<•mpnk
Pcmehlwaan dan/asau
J1111ngan •r•gast
(INOIK.AT()R l'ANTAUAN)
l(oluaron
Mt:11dukung
l'muangj•lan
pclayanan
I pel'~1mbuha11
datam 1<.om11si
1
prasarana
I '" an
ck(JnQn11
I dacrah
•m••"m" oelayanun
, ~anng.a•1 I ir1~1s•
f ..
kcraua.ran pl:ingan
'
Dompok l'J)l{(:j
I mnn1a11 (lu1)
I '
,:::-1 ~~"""'
pru~ra1n
I
HASIL KEDIJAKAN
. f'cn;11gka1an
rr-:a~r(ina J3lan
I rnfrastrukrur I rchah1li1as'. ·r1sa..)i
Keluaran
'
Al <>krui
I ral ""
I !
HASll.
irigclSr
I
Produksi padi sawah (Ct>n l
I
I ft0Jigs1onal (hekta1·j
I
•
64
BABm PERKEMBANGAN DANA ALOKM.1 KIIUSUS INFRASTRUKTUI{
3.1. Gambaran Umum Penerimaan OAK Bidang lnfrutruklur DAK Infrastruktur diberikan kepsda kahopatcn/kota di Indonesia yang memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam pcrundangan dan peraturan yang berlaku. Sejak penarna kali diberlakukan pembiayaanmelalui DAK lnfrastruktur pada tahun 2003 hingga tahun 2006, ternyata jurnlah l
330
kabupatcn/kota, yailu uruuk infrastruktur jalan sebanyak 298 kabupaten/kota dan inlrastrukiur irigasi sebanyak 214 kabupo:tcnl\ota. Akan tctapi pada tahun 2004 jumlah kabupeteu/kot« yang menerima menurun m:ojadi 305 kabupaten/kota. Pada tahun 2005 dan 20{16 mcngalarm pcnmgkatan kcmbali jumlah kabupatcn/kota yang
menerima alolasi
DAK lnfrastruktur
Selengkapnya rincian pcnerimaan
alokasi PAK l:ifras1ruk1ur masing-masing
prasarana dapat di h hat plda tabel J. I Tabet 3.1.
y:iitu 349 dan ~J4 kabupaten/kota.
dan gamhar 3.1 di bawah mi
Pcrkernbangan Jumhth Kabuparcn/Kota dan Alokasi Pcnerirnaan DAK
flidang Infrasrrukrur TA 2003-2006. PRA ----,-2003 ~ Sf
Jalan _lr!l_:ioi JUM\A~
298
--2!!
Jula
842,50000
J.39,50000 330 1.181,000.00
-
JML KASIK-
3J5 207
2004 ALOKASI lt!lo 839,05000
357 305 1 195.25000
Sumber .<4/oJ.11.~1 f).4/..' /\'on VR .JtUl.?~20(;6
.,.. ("')
2005 Al.0KAS1
-. ll (""·)'
D>\RI Jiil. TA 2003 IVo8.l
J8.l,§OO m
552
2.11
129
319 1 32!J,50t) Ill
OAR
<006
~ % ..... )
JML ~OKASI
TA.20,'M KWKT
JLl!a
12s:; 764.
~34 2. [>75.705 00 434 527.€7500_
1114
43" 3.2C~.300 ()()
Tube' J J. Jan gambar ). I. memmjukkan l>ahwa walaupun jumlah kabupaten/kota yang menerima OAK Intrasrruktur mengalami naik-turun akan terupi jurnlah elokasi
da.nanya dari tahun ke tnhun terns mengalami kenaikan yang cukup signiflkan. Meskipun alokasi umuk infrastruktut jalan mengalami penurunan sebesar 0.4 %
D~RI
2005 17256 632• 14095 [I\
65 dibandingkan tahun 2003, akan tetapi alokasi DAK Infrastruktur pad.a tahun 2004 secara keseluruhan mengalam.i kenaikan sebesar 1,3 % di bandingkan tahun 2003. Untuk tahun 2005, alokasi untuk infrastruk:tur jalan dan irigasi mengalami kenaikan masing-masing sebesar 12,6 % dan 7 ,6 % dibandingkan tahun 2004 sehingga secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 11 %. Tahun 2006 alokasi penerimaan DAK Infrastruktur
mengalami
lonjakan yang cukup besar yaitu sebesar 141 %
dibandingkan alokasi tahun 2005, dimana infrastruktur jalan mengalami kenaikan sebesar 172,6 % dan infrastruktur irigasi sebesar 63,2 %.
Garn.bar 3 .1. Proporsi Alokasi DAK Infrastruktur menurut jenis
Sumber: Diolah dari Tabel 3.1
Secara proporsi alokasi untuk infrastruktur jalan dan irigasi tidak mengalami fluktuasi yang cukup besar yaitu berkisar 70 % untuk infrastruktur jalan dan 30 % untuk infrastruktur irigasi. Akan tetapi pada tahun 2006 proporsi alokasi untuk in:frastruk:tur jalan mengalami
kenaikan sebesar 10 % menjadi 80 %, sehingga
proporsinya menjadi 80 %- 20% (gambar 3.1 ). Apabila Indonesia
kita melihat
dari pembagian
menurut wilayah yaitu Kawasan
Barat
(KTI) terlihat proporsi
untuk
(KBI) dan Kawasan Timur Indonesia
alokasi DAK Infrastruktur
menunjukkan
angka yang berimbang.
Tabel 3.2 dan
Gambar 3.2. menunjukkan bahwa pad.a tahun 2003 KTI menerima alokasi DAK Infrastruktur
lebih kecil dibandingkan
KBI (KTI : KBI = 49% : 51%) dengan
66 jumlah kabuparerekota penerima
1111t11k
KTf = J.19 dan KBl = 191. Tahun 2004
proporsi alokasi DAK lnfraslcuktur antara KTI dan Kl.JI adalah 47%: 53%, dengan jurnlah kabupaten/kota
penerirna sebanyak 136 unruk KTI dan 169 un1uk KBL
Proporsi alolasi DAK Infrastrukrur peruhah pada tahun 2005, dimana alokasi untuk KT! lebih bcsar dibandingkun KBT yaitu 54%: 46%, yangju£a diikuti oleh jumlah
kabupaten/kota pcnerima yang Jcbih besar pula yai Ill 177 untuk KT( d811 l 72 umuk KBI. Untuk tahun 2006 proporsi pcnerimaan DAK lnfras1111ktur antara KTI dau KB! cukup berimbang ya'.lu 490/o : 51 %, sclain daripada im jumlah kabupatervkota penerima DAK lnfrastruktur
di KT! lchih kecfl dibandingkan
dengan di Kl:ll
!KTl:KBI ~ 193:241 ). Menurut
jenis infrastrukturnya,
scbagaimana telah disebutkan diatas (tabel :l.11
alokasi untuk infrastruktur jalan lehih besar propor~iny.1 dibandingkan infrasmiktur irigasi (diaias 70"/o). Apabila dilihal menurut jurnleh kabupatcwkota
pcm:rima dari
tahun 2003 Sll.mpai u<:ngan 2005. infsastrukiur jalan juga lcbih besar iumlahnya dan pada
tahun
j umlah
2006
kabupaten/kota
peneri ma
tncnunjukkan
jumlsh
kahupatcn/kcra yang sams antara infrastruktur jalan Jan infeastruktur irigasi. yaitu scbesar 434 kallupalcn/kolil (label .1.1).
Tabel .12.
No
Perkembangan Jumlah Kabupaten/Kcta dan Alokas] Pcncrirnaan DAI\. tfalanJ.! Inrrastruktur T/\ 2003-2006 menurut Wilayah.
KAWASANIPRASARANI\
l(AWl<SAN BARAl IMOONESlA. 1~alan
f r:
JML. KABIKOTA
--·--··2003 2004 2005 2008 2003
""
191
1&9
172
152
169 1
111
140
t,
Rp.) ___
2004
2005
2006
241\ 610,500.00 241 3"9,000 Q(\
636,700.00
615,130.00 1,645.970.00
446,5~0.00
424.4&0 DO
1.342.76J 00
211,500.00
100,200 00
190.670 00
570.SOO.OO
559,550.00
714. 370 DO
303.21000 1,557,410.00
139 136
'36 177
241 19:
1J6
177
19
443.SOOOO
392.550 00
520,54000
, .2~? ,1145 00
74
96 106
19
127,000 00
167.000 00 1,196,25(1.00
193,820 00
324.465.00
1,329.500.00
3,203,380.00
841.~0UOO
839,05000
945,00000
2,575. 705 co
214 2UI 232 338.WO 00 Surnber- Hasi I anahsis alokasi DA K N(ln OR 201)3-20()6
357,200 00
384,500 00
627.675 00
II
·11
WAS.AN TIMUR lliDONESIA
NOOf'IESIA
a1an <11n5asr
I
Ii
330
305
126
AlDKASl.(!uta
349
434J 1, 181,000.00
2~ 3()5 348 4
67 Gambar 3.2. Proporsi Alokasi OAK lnfrastruktur berdasarkan wilayah
t;;J
Jalan KBI • lrigasi KBI D Jalan KTI 0 lrigasi KTI
11%
14%
380/o
33%
15%
100/o
39%
18% 34%
CJ
Sumber: Diolah dari Tabe/3.2
3.2. Mekanisme dan Tata Cara Pengalokasian DAK Bidang Infrastruktur 3.2.1. Penggunaan DAK bidang infrastruktur Pasal 7 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 124/PMK.02/2005 tentang Penetapan
alokasi dan pedoman
umum pengelolaan
OAK TA 2006
menyebutkan: (1)
DAK bidang infrastruktur dialokasikan untuk :
a. meningkatkan tingkat pelayanan transportasi dan aksesibilitas guna mendukung
pertumbuhan
ekonomi
melalui penangan
prasarana
jalan; b. meningkatkan
tingkat pelayanan jaringan i.rigasi untuk mendukung
Program Ketahanan Pangan melalui penanganan prasarana irigasi
68 (2)
Pclaksanaan DAK diarahkan untuk kegiatan :
a. prasarana jalan yaitu untuk pemeliharaan periodiklberkala peningkatan
dan
prasarana jalan T<11bupatcn/Kota termasuk jernbatan
yang menghubungkan anfur kecamata» dan dcsa/kelurahao;
b. prasurana irigasi yaitu untuk pemoubaraan
danlatau
reh11bilitasi
jaringan irigasi kabllpllti;,nfkola dan bangunun pelengkapnya
untuk
menunjang prnduksi pcrtanian. Dalam Kcputusan Menteri Pekerjuan Umum No. 607 /KPTS/M/2005 tanggal 29
Desember 2005 tcntarrg Pctunjuk Teknis Pemanfaatan OAK Ridang Infrastrukrur Tl\ 2006 Iebih khusus r.li!;ebulkan bahwa penggunaan OAK bidang infrastruktur adelah untuk : Prasarana jalan duuamakan untuk kegiatRn pcmcliharaan berkala/ periodik
(I)
Jan peningkatan prasarana jalan (termasuk jembatan] kabupatcn ll11u kota,
Rua~·rw.i.~ jalan Kahupaten/ Kota yang dapat dibiayui d~n11un JJA K adalah ruas-ruas jalan St.':b1.111uimana yang tclllh ditetapkan dalam Surat Keputusan Rupati/
Wolikota sesuni UU No. 38 Tahun 2004 atnu Su.-a1 Keputusan
Gubernur masing·musing Provinsi sesual UU Ne. 13 Tahun 1980 tentang Penetapen Ruas-ruas Jalsn schagai Jalen Kabupaten/ Kota, Adapun
ruas-rua.) jalan
di
Kabupatcn/Kota
pemckaran buru
yanr,
stsuatusuya bclum ditctapkun olch Bupati/ \Vnlikota dapat dibiayai dcngan OAK setelah mendapat pcngcsahan dari Bupati/ Walikota ma~ing-ma.~ing ( 2)
Prasarana
irigasi
diutamakan
untuk
kegiatan
pemel iharaan
dan/atau
rchabilitss; jaringan irigasi Kabupaten/ Kota dau bangunan pelengkapnya, Prasarana irigasi yang dapat dibiayai dengan DJ\K adalah jaringan irigasi
primer dan sekundcr yang utuh pada suatu kabuparen/kor« dengan luas dacrah ittgasi sebesar kunmg dari IOOO ha. Berdasar
Pl'
l\'o.5.'i/2005
tentang
Dana
Perimbangan
dan
PMK
No.
I 24/PMK.0212005 tentung Pcnctapan Alokasi dan Pedoman Umum Pcngclolaan DAK TA 2006 discbutkau bahwa kcgunan-kcgiatan
yang tid11k dapat dibiayai dari
69 DAK bidang infrastruktur adalah: biaya adrninisrrasi, biaya penyiapan proyek flsik,
biuya pcnclitian, biaya pelatihan, biaya perjalanan pegawai Daerah dan Jain-lain biaya umum sejenis, Pclarangan penggunaan atokasi OAK Non DR untuk kegiaian "non [sik'' seperti tersebur diatas adalah karena slokasi DAK Non DR ini dananya
rcrbatas, agar fekus untuk fisik pembangunar. maka biaya-biaya "non fisik" tersebut tldak dipcrbolehkan.
Tcrlebih biaya-biaya non fisik tersebut sebenarnya telah
mcnjadi tupohi (togas pokok don fung.~iJ masing-masing
im;tansi tcrlihat yang
dibiayai dari belanja pegawai mnsing-ma.~ing instansi.
3.2.2. Kriteria Alokasi OAK Bidang infrastruktur Pasal l 3 sarnpai 22 Peraturan Menteri Kcuangan Nomor: 124/PMK.0212005 tenrang i"enetapnn Alckasi dan Pcdomnn Umurn Pcngelolaan Dana Alokasi Khusus TA 2006 meucntukan
tiga kritcri~ yaitu kritena umum, kriteria khusus, dan kriteria
tcknis unmk mcngalokasikan
IJAK suatu dacrah.
.!l.LJ<.ritcrla J:JllgkWl kcmampuan keuangan daerah (llskal netro) Pcnt1alvka~iau kriteria umum dihirung untuk melihat kernampuan A!>(ll) untuk membiayai
kebutuhan-kebutuhan
diccrrninkan Pcrhitungannya
dan
pcnerirnaan
dalnm umum
rnnglca APOD
pernbangunan dikuraogi
daeruh
belanja
yang
pegawal.
!ierda:o11rkan selisih antara realiS(!Si PAD. DAU dan D~H dengan
belanja pegawai negeri sipil daerah. DJ\K dipriuritaskan untuk daerah-daerah yang mcmiliki kemampoan liskal rend!tli
atau dibawah rata-rata nasional. Daerah yang memiliki Kcmumpuan Fiskal dibawah rota-rota adalah dacrah yung mcrniliki lndeks ['i:>kal Neno al netto daerah dengsn fiskal nerto sduruh dacrah dikahkan dengan jurnluh dacreh.
70 R.2. l
UAK • untuk daerah dengan karakteristik wilayah tertentu seperti daerah perbatasan daral dengnn negara lain, dacrah pesisir dan kepulauan, dacrah rawan banjir dan
loug.sur,
dikuantifisir dalam bcntuk Indeks Karakteristik Wilayah (IKW). IK.W merupakan pcnghiiungan dcngan mcnumcrik-kan decrah berdasar karakreristik wilnyah. Makin sulir kondisi wilayah suatu daerah. ientunya mukin besar 1lilt1i II< W daerah terse hut.
B.3. Kritcria Teknj.s Ditetankan menteri teknis seperti DAK bidang infra&tniktur olch Mcnteri Pckcrjaan Umum, bidung k¢:!Ch1111111 oleh Menter: Kesehatun dun sererusnya
Unruk bidang infrastrukrur dengon mempernmbangkan jumlah panjan.g pr11~11rana jalan, kondi~i jalan dularn kon
fungsionat, produksi pa..:i dan rndcks kemahalan konstroksi. Alokas: OAK b1cans infrnst"rklur pcrhirungannya
TA 2005. digum1kan rumus pe:hitungan lndcks Tckms. Dimaria edalah rasio varlabcl diatas dcngan variabel scluruh daerah
dikalikan dcngan jumlah daerah. Scbagaimana disebutkan
dimuka, DAK hidang infrustruktur
mcndanai kegiatan rchabilitasi jalan
digunakan
untuk
don irigasi dengan tingkat hargu mssing-
masing daerah berbeda, untuk itu indcks teknis perlu mcmperhitungkan JKK schingga kcrusak(ln jalan dan irigasi dapat menggambarkan ni!ai kcrusakan sccnra riil IK K sendiri merupakan migka yang rnemmjukkan per1'andingan linglalf kcmahalM harga bangunan/konstruksi TKK rata-rata nasional.
(TKK) suaru kabupaten/kota
atau propinsi tcrhadap
7l TKK mcruplikim ocrminan dlll'i suatu nilai bangumm/konstruksi erau hiaytt yang
dibutuhkan untuk mernbangun I (satu) unit bangenan per satuan ukuran luas di suatu kabupaten/kota atau propinsi yang diperoleh rnelalui pendekatan terhadsp seiumlah bahan bangunan, tennasuk sewa alat berat dan upah jasa ynng menjadi paket kornoditcs. Bcrikut disampaikan diagram alur pengalokasian DAK:
'~G::) Ke~~:::_. r.
Va
(Krlteria Telcnla) Bobot Teknis (BTI
_,..-c•• -,.-h-L-a-ya_k,
K•~angan (IFN -c l)
IT'IKK
,- -- --
I I I I
-·
(Krlteri• Khusus) Otonom1 KhU$US
~DdanPa/
Oaerah
Layak '\.
Alokasi OAK
Bobet DAK = f (BO, BT)
~
-
(Krtterla Khusus}
Karaktenst1k Wilayah (IKW!
I l I I
,
_ I
lndeks Fiskal dan Wilayah (IFW) f (IFN, IKW)
(
T'
'~~~(IFW~ ~.
.,
~/
...,.(ID~ i)
=
G) ,.----1....---....
Bobot Daerah (BO)= IFW' IKK
Daerah Layak
Garnbar 3.3. Diagram alur pengalokasian DAK (Direktorat Dana Perirnbangan)
72 Pcnjelasan perhitungan pengalokasian DAK tersebut :
Pertama: Menentukan Tndl."ks Fiskal Netto kabunate11 Data yang digunakan untuk menghitung indeks adalah APBD realisasi suatu dacrah
dua tahun scbelumnya Misal, untuk alokasi
DAK .2005 maka data dassr
perhitungannya adalah realisasi APBD 2003. Tujuannya lcbih pada kesahihan data yang diambll sehingga terjamin kead\lan dalam peringkat dacrah. Apabila lfN < 1,
rnaka daerah tersebut layak mcndapalkan alokasi DAK. Sedangkan apabila IFN > I maka dilihat kepada kriteria khusus berupa peraturan perundangan-undangan
yauu
apakah tcrmasuk daerah otonomi khusus sesuai undang-undang otonomi khusus seperu l'ropinsi Papua dan DI Aceh. Selaniutnya apabila dari kriteria khusus tidalr. termasuk dalam dua daerah dimaksud maka sclanjutnya akan dilihat kombinasi pcnghitungan
sisi fiskal dan karaklcristik
wilayah kabupaten'kota
ini dalam
perhitungan Indeks Dacrah-nya.
Kc.9ua: .\llcncntuk11q Indcks
Dacrah
lfom us lndcks Dacrsh (JO) suatu Kahupaten/Kota
)'ang d1 inlro
Kcuangan adalah lnvers Indeks Fiskal Wilayah (IPW.1) kabuparen/kota terscbut.
ffw-•
scndiri dipcrolch dari p~nj um lahan Invers Jndeks Fi ska I Nello (IFN" 1) dikali
bohor 60% dan mdeks K uakteristik Wilayah dikali hoh01 40%. Pcncntuan bobot ini ditentukan
Departcmen
Kcuangan
dengan
melibatknn
pertirnhangan
Bedan
Perencanaan l'embangunan Nasional. Rumus lndeks Fiskal Wiluyeh yunu: IFW, = a1(IFN,f1 + a2(1KW,) dimana n1 dan
ll)
rnerupaken bobot yang dibcrikan pemerintah unmk I FN dan IK W. Untuk TA 2005 ditentukan bobot a, adalah 60% dan a2 adalah 40% (TA sebelum 200:S ditentukan ai = 7 5% dan
a2 -
25% ). Dengan menggabungkan penghitungan sisi fiskal dan
kurakteristik wrlayahnya maka dapat ditentukan apakuh daerah Lcr~but termasuk daerah yang la yak unmk rnendapatkan
walaupun IFN> I.
alokasi UAK. karena mcmpunyai
ID< I
73 Untuk meneniukan berapa besar alokasi OAK (jumlah uang) yang diterima suatu daerah, laagkah bcrikutnya mencntuk.un lndeks Teknis .
Kctiga: Mcnentukan lndeks Tcknis 5ctelah
mcngctahui
daerah )'ang layak rnendapat
bcsaran alokasi DAK
alokasi,
untuk mencntukan
yang ditenma suatu daereh langkah bcrikutnya dcngan
menghitung bobot dacrah dao bobot teknis . Dasar perhitungan bobot daerah adalah IFW (lndeks Fiskal Wilayah). Sedangkan dasar perhitungan bobot reknis
adalah
lndeks Teknis, Untuk indeks teknis ini, data yang digunakan adalah jumlah panjang jalan, panjang jalan mantap untuk jalan dsn Iuas daerah irigasi, luas daerah irigasi
fungsional. produksi padi untuk mtrastruktur irigasi. Kecmpat; Menentukan Bobot Dac:ah dan Bobot Tcknis
Untuk m~ngNalmi lcbih l3njul bagaimana 1-'engaloka<;iim 1)1\K Non OR snatu bobot dacrah dan bobol tcknis
daerah. langkah bceikutnya adalah mcngetahui kahupaten/kotu
Kcl ima: Mcncn111.ls,an aloka.
Rumus
untuk
menentukan
besaran
DAK
non
OR bideng
mfrastruktur adalat : DAK i = [ilksbo! DA/.:), i
.r (Robot
DAK).]
* Pagu JJAK btd
Dari uraian diatas, menurut perundang-undangan
tcrdapat ernpal variabel yang
dijadikan dasar pcngnlokasian 1>11.K non DR bidang mlrastruktur ynitu : 1. Indeks Fiskal Netto (IFNJ untuk mclihat
layak tidaknya
suatu dacrah
rnemperoleh ulokasi OAK berdasar kritcria umum,
2. lndcks Karaktcristik Wilayah (IK W} untuk meHbal layak lidaknya suatu daerah mcmperolch
atokasi OAK berdasar kriteria khusus dengan mclihat
karakteristik wilayahnyu,
74 :3. Pwtjang jalan, luas daerah irigasl dan produksi psdi dalam kondisi 11U111tap digunakan
untuk
menghitung
bcsaran
dana alokasi
daerah
yang
telah
dmyatakan layak mernpcroleh alokasi DAK Non OR bidang infrastruktur , 4. Sena Indeks Kcrnahalan Kousuuksi (IKK) scbagai dasar rneneutukan Bohot
()acrah maupun Bobot Teknis . dimana IKK ini untuk menyarnakan standar biaya pembungunan antar dserah yang berbeda. 3.2.3. Penetapan
Penyaluran OAK Non DR
Surat Edaran Dirjen Pcrbcndaharaau No.05/rbt200.5 tcntang Tata Cara Penerapan dan Penyaluran Oana Alokasi Khusus Non Dana Rcboisasi (DAK Non OR) TA 2005 membcri pedoman pcnctapan dim pcnyaluran OAK '.'Jon DR TA 2005 scbagai herikut:
A. P~netapan da11 penvalur11.11 PAK Non DR
1
OAK Non DR
SRAADAK
2
2,3,6. 7,9
Non DR
Kanw1I DJPb
DASK/ DIP DA
Daerah 5
10
SPM 14 DJPA
Rekening Kas neeran Khu::;u::; OAK Non DR
DAK
JS
8,17,
20
17
Gambar 3.4. Diagram alur penyaluran UAK (Surat Edaran llirjen Perhendaharaan No.OS/Pht'2005 ).
75 I.
Alokasi OAK Nori DR ditetapkan dengan surat kepurusan Menteri Keuangan, yang memuat Deerah penerime OAK clan besaran alokasi untuk masing-
masing bidang. 2.
Oerda.saxkan
penetapan
alokasi
OAK
di
atas,
Direktur
Jenderal
l'erbendahar.i.an. Dcpartemen Keuangan atas nama Mentcri Kcuangan menerbitkan Surat Rincian Alokasi Anggaran OAK (SRAA DAK) yang selanjutnya
disampaikan
kepada
Kcpala
Kantor
Wiloyah
Ditjen
Perbendaharaan, Alokasi OAK tersebut w.ijib dicantumkan dalam APBO tahun anggaran bersangkutan. 3.
Menteri Teknis menetapkan Peumjuk Tcknis pclaksanaan kegiatan DAK sesuai bidang masing-masing dan mcnyampaikannya
antara lain kepada
Mcntcri Kcuaogan, Rupati/Walikota don Kepala Kantor \Vilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 4.
Atas dasar alokasi DAK yang ditetapkan olch Mcrucri Kcuangan dan Pctunjuk Teknis (Jukms) OAK yang ditetapkan Menteri Teknis, Bupati/Walikota
mcmbuaL Rencana Ucfinitif (RD), yang memuat rincian kegiatan yang akan dibiuyai dari DAK:
5
Bcrdasarkan RD tcrsebut. !:lupati/Walikota membuat konsep Daftar Jsian Pclaksanaan Anggar:in (DIPA) yang kemudian disarnpaikan kepada Kepala Kanwil Ditjen l'crbcndaharaan setempar,
6.
Atas dasar SRA/\ UAK dan Petunjuk Teknis, Kepala Kanwil Ditjen Perbcndaharaan
mengkoordinasikan
konfirmasi atas konsep DIPA dao
RI)
yang disampaikan Rupati/Walikota bersama Dinas terkait masing-masing daerah; 7.
Penelaunan dnnaksud meliputi penetapan target/sasaran, volume dan Iokasi kegiatan. penyediaun dana peudamping, serta penilaian kelayakan pcmbiayaan berdasarkan harga setempat;
76 8.
Berdasarkan
basil
Perbendaharaan
konfinnas.i
mensahkan
di atas
Surat
Kepala
Pengesahan
Kantor
Wilayah
Vaftar Isian
Ditjen
Pelaksanaan
Anggaran (SP-llll'AJ per Kabupaten/Kota. Oll'A selaniutnya disampalkan ke Gubernur, Bupari/Walikota
dan KPPJ\ (Kantor Pelayanan Pcrbendaharaan
Negara) bcrsangkutan dengan tembusan Direktur Jcndcral Perhendaharaan
u.p
Dircktur Pclaksanaan Anggaran dan Direktur Jcndcrai Anggaran den
Pcrrmhangan Keuangan u.p, Direktur Pcrimbangan Keuangan scrta Menteri Tcknls
tcrkait
Bupati/Walikor»
dcngan R111u
dilampiri
cop)' RD yang teluh
ditandatangani
Pejabat yang dinmjuk, Pagu yang tcrcantum dalam
OIPA OAK rcrscbut rnctup.!lkan batas rertinggi pcml>inyaan.
9.
Sis"
dana
setelah
konfirmasi
mengoptirnalkervmenambeh
dapar dipcrgunakan
kernbali
dengan
target/sasnnm scpsniang menyangkur kcgiatan
untuk bidang masing-masing, Dalam ranidui optimalisasi penggunaan dana tidak diperkcnankan pen~unnan dana amar bidang.
10.
Atus dusur Dll'A UAK. Elu:>ati/Walikota mcncrbitkan DIPDA!DASK (Dsftar Isian l'm).:I;. Dacrah/Dattar Angg:ir:m Satuan Kcrja) untuk kegiatan-kcgiatan sesuui dcngan haslt konfirmasi dao disaiupaikan
kcpada Kanwil Di0c11
Pcrbcndnharuan sctcmpat, yang memuat rembinyaan yany bersurnber dari OAK
Dana pendamp.ng tcrscbut sekurang-kurangnyuscbesar 10% dari nilai OAK. Dana pendamping ini sepenuhnya dipergunakan untuk pelaksanaan kegiatan Iisik (co.
12
Dalam hal tcrdapnt ketidaksesuciun unlara DlPDNDASK dun OlPA OAK.
Kepala
Kantor
Wi!ayah
Ditjen
Perbendaharaan
mcngernbelikan
O!POA/DASK dirnaksud kcpada Bupali!Walibta untuk discsuaikan dengan
DII'A D.'\K.
77 A. Pcncairan dana
13.
DJ\K
Bupati/Walikora
rncnuniukrmenetapkan
mengaiukan/menandatangani mcnyampaikan
Surat
pejabat
yang
berwenang
Mcmbayar
l'erintah
spcsimen ianda rangan pejahat bcrsangkutan
( SPM)
untuk
dan
kepada KPPN
setcmpat, 14.
Bupen/Wulikotu
mernbuka Rckcning Kas Daerah yang khusus menampung
OAK. 15.
Atas
dasar
DIPA
OAK.
RupatiiWalikota
atau
pcjabat
yang dituojuk
mengajukan Surat Pcrintah Mcmbayar T .angsung (SPM-LS) Tabap
I
maksimum sebcsar JO% (tiga puluh persen) dari pa11u DAK Nnn DR kepada KI'PN dcngan dilampiri:
a. Daflar Pcnggunaan OAK; b. Copy Dil'DAIOASK. 17.
Sepanjang uraian padu DTPDA/DJ\SK berkenaan scsuai dengan
dan telah
tersedia
dana
pendamping dalam
DJPA DAK,
DJPDNDASK.
KPPN
menerhitkan Surat Pcrintah Pencairan Dana (SP2D) Tahap I untuk mcmindahhukukan (mcntrasfcr) dana
Kas Dacn1!t >c:b11g<1imam1 dima.ks11dpada bunr 2:
18. SPM ·LS Tahap II dan selanjutnya dapat diajul:an maksimal sebesar 30% dari pagu l>AK, apabila sisa dana DAK pada Rekening Khusus Kas Daerah 1ah21p
sebclumnya maksimai sebesar H/% Jan _jumlah dana TJAK. yung telah dicairkan rnelalui KPPN; 19.
Pcngaj uan SPM-LS tahap II dan selanjutnya dengan melampirkan: a. Fotocnpi SPMU (SPM Lang Pcrscdiaan) dirnana dalam SPMU tersebut harus
dicamumkan
pekerjaan,
tanggal.
nomor.
Jan nilai kontrak
serta uraian
78 b. Daftar Penggunaan OAK; c.
Fotocopi SSP Pl'N dan PPh sepaniang pelaksanaan pekerjaan dilakukan sccara kontraktual, untuk pexerjaan y~nedilakukan secara swakelnla tidak dipersyaratkan.
20.
KPPN melakukan pencatatan/pembukuan
ata~ SP.MU OAK untnk ma.~mg-
masing bidang.
3.3. Gambaran Umum Scbaran Data DAK bidang infrastruktur yang menjadi fokus kajian adalah infrastrukrur jalan dan irigaxi, Jumlah
Kabupaten/kota
yang menjadi daerah penclitian
untuk masing-
masing infrastmktur adalah 273 kabnpaien/kora untuk infrasrmkrur ja Ian dan I 4R untuk infrastruktur lrigasi. Pemilihan daerah pcnclitian dilakukan dengan kriteria
duerah tersebut menerirna alokasi !)l\K infrastruktur sclama tiga tahun berturuttucut. Sccara lcbih rinci gamharan sebaran data dupa: dilihm dari gambar .~.5 dan
gambar 3.6. Menurut pcrnb:igiau wilnyah Kawasan B~rat Indonesia (KB!)
pengamatan umuk KDI dan I JJ kabupaten/kota untuk wilayah KTI. Sedangkan unruk infn1~1mhur idg«~i. pembagi:m daerah pengamatan mcnurut proporsi 85 kubupaten/propinsi
untuk KBI dan 63 kabupatcn/propinsi untuk kawasan KTL
Secara umurn, hampir senap prnpinsi terdapal kabupaten/kota yang meniadi daerah pengarnatun untuk penelitian i ni. kecuali propinsi yang memang tidak mendapatkan atokas! DAK mulai dari 1ah•J11 penama peneruuaan
DAK infrastruktur kareua
kcrnampuan keuangan dacrahnya cukup besar seperti Propinsi Riau dan Kalimantan Timur.
''
N
···ef. .:, ,• ~·
0
••• · 1 t~ •••1 •
0
.. ~ fl'l
"'t""
~ ~ er er c
~:I]:==~ s ;;;
s
r- Cll 11111111'1 ~ iii~~~
~ ~
,,,.~... ~
i::I
'O
QI
QI
11 > ._ :I
s
c
:I
!iT !iT er c
~ :::i C') 'O
~~ ~ ~ :::i
'i:I
3 QI
!iT :I
~
IDOG'l c: ,, ,.
;;l ... z
0l>
,,, "O
..
(
-I
>
Zm
.,, Cl:I
~>
z -4z!: "'-0 -I'°
Ul
: : ~~~,
;i: ::co c,.. ~g~~
c::> m:i:-<m 5:,j.,, > '° ;a > o:J>o::i:-o ~ ,.. 5~~~ >0 G)>Z:z: §;~
~?0~1 -Cf.l::Ji::(")
Zia
z'->
~?:;
Cl z:> G)
~
.•
·~ .
... Ul
Q-4
•
a·,
'
•
.
I
-·.
.. .
-~ t:"'~ ··~;;\'
&l lJABIV ANALISIS PE!\1ANl'AllAN HASIL Pl:l,Al<SANAAN OANA ALOKAS1 KHlJS(JS INFRASTRUKTUR
4. t. Analisis Pem:mtauan Hasil Pelaks:1011aoDAK lnfrastruk(ur Analisis pemanrauun hasi! kebijakan melihat kepada keluaran io11tput) dan dampak (impa<·t.1-/out,·ome). Output adalah keluaran yung dihasilkan dari input ya.Ilg berupa dana Jan proses yang berupa kegiatan arau proye], l>aik lisik scpcni
pi::mbangurum, rehabilnasi serta peoingkatan maupufl non lisik seperti pendidikan. peletihan, pcnchtian. pcnyuluhan dan lain scbagainye. Outcome atsu impacts merupakan dampak atau hasil dari keseluruhan input dan proses. Seperti tdlllh dihahus clulam Buh II hugiun 2.3, lmhwu identifik11si veriabel
keluaran dan dampak daiam pelaksanaan OAK infrastroktur berdasarkan kepada tujuan pclaksanaan DAK infrastruktur sebagaimana yung tercanrurn datnrn Pasal 7
l'crutun111 Mcnkl'i K.:[email protected] No. l 24/PMK.0~/2005. Untul: infrustruktur j
pemantuuan dilasukar; oengan
mernbuat perbar.dingun kondisi panjan1t jalan mantap dengan tahuu sebelumnya Hipotcsa yang 1.fapar ditarik dari anelisis
ini adal
infiastruktur jalan sccara efcktif dililokasikan scsuai tujuan maka panjang jalan rm1nlap di daerah knbupaten/kota yung menerima alokasi DAK infrasrmktur jalan akan scrnakin bertarnbah atau minimal sama dengan tahun sebelomnya. Vanabel darnpak unruk intrastruktur jalan Jiidenti!'ikasi dari tujuan pelaksanaan OA.K infrasliul.
1:ku110111i daerah. lmlikatur
dalam memantau variabel penumbuhan
ekonorni daeran
adalah Produk Domcstik Regional Brute (l'DRB) masiog-rnasing kabupaten/kota. Sama de11~an anali:>is pemantauan untuk vaiiabcl keluaran, pemantauan dilakukan
82 dengan rnetode memandingkan
perkembangsn
PDRll antara sat" tahun dengan
lnhun scbelumnya, Hipotesis yang dapat diambil dari analisis ini adalah dengan apabila
perkembangan
PDRB
mcnunjukkan
adanya
peningkatan
maka
pelaksanaan alokasi DAK infrastruktur jalan telah sesuai dengan tujuan yang tclah ditetapkan yairu meuiberikan dampak meudukung pcrtumbuhan ekonomi daerah. llntuk infrastruktur irigasi, sesuai dengan tujuan pelaksanaan dapat didentifikasi variabel
keluaran
adalah
luas daerah
irigasi
Iungsional
di masing-masing
kabupaten yang diukur dalam satuan hektar. Vanabel Illas daerah irigasi fungsional menjadi sasaran pencapaian secara fisik dalam pengalokasian DAK
iofrasrruktur
ir'.ga:1i.
Pemantauan
dilakukan
perkembsngan
[uas daerah irigasi fungsicnal
dengan
membandingkan
dnri tahun ke tahun. Semakin
bertambahan IWlS daerah irigiasi fungsional di suatu dacreh n111ka sesaren pcngalokasian DAK lnfrastruktur irigasi semakln efcktlf. hal ini mtl"\iadi hipote~•~
untuk variabcl ini. Kem1.1di11J1 untuk varinbel dampak, dildentiflkas! dari tuiuan pelaksanaan adalah rnenunjang program ketahanan pangan. Indikator yen~ dapat rnewakili variabel ini adalah produksi padi sawah di kllbupatenlko1ayans dinyarakan dalat0 satuan tun.
Seruakin rneningkat prod1.1klli padi sawah merupakan darnpak dari scmakin baiknya kinerja jaringan irisasi. Hipotesis yang
produksi padi sawah, onalca
pelaksanaan DAK infrastrukrur irigasi di kubupaten/kota telah sesuai dengan IUJU(ln pclaksansannya yait11 memlukung kctahanan pangan.
Berdasarkan analisis-anahsis diatas kcbijakan
pcmberian
OAK
kemudian dilakukun analisis tcrhadsp
infrastruktur,
schingga
hasilnya
menjadi
evaluasi dau masukan bagi pelaksantum DAK infra~lruk.tur ~elanjmnya.
baban
&3 4.1. l. Analisis Pcmantauan DAK lnfrastruktur Jalan
Pengamatan dilakukan le rhadap 273 kabupaten/kota yang ada di Indonesi«. lndikator yang dipakai scbagai variabel kcluaran adalah panjang jalan menurut kondisi mantap dan variabel dampaknya adalah nilai PDRB 11.ahupatenlkota. Hasil
analisis ini nantiuya akan bermanfaat sebagai bahan evaluasi pelaksanaan OAK infrastruktur
jalan,
sehingga
d
untuk bahan
rck;Jmendasi
pelaksanaan DJ\K infrasuuktur jalan,
4. l. l .A. Pemantauau Vanabel Panjang Jalan Mantap
lkrlambahnya
pa11jung .: aIan dolam kondisi
muntop merupakan sasaren
pengalokasian DAK intrastruktur [alan, Penggunaan alokasi DAK inlrastruktur jalan yang cfokti f clan efisien akan berdampak kepada bertambahnya panjang jalan
mantap di kabupaten/kota
penerima DJ\K
tersebut. Pengamatan terhadap
perkernbangan pm\jaug jalan manlap dilak ukan dalam kurun waktu 4 iahun yaitu
tahun 2002 sampai dcngau 2005. yang dibagi dalam liga periode pengamatan yanu 2UO:L-1003, .1.003-200..f dan 2001-2005. Analisis pemuntauan ini dilakukan
dengau menggunakau metode analisis komparan f a tau analisa perbandingan, dunana data-data antaru ~ tahun berurutan akan dibamlingkan dan dilihat apakah mengalami kenaikkan, penurunan atau tetap. l'eriodc
pcngamatan tahun 2002-2003
pelaksanaan
adalah untuk rnelihat gambaran
hasil
sebelum dan sesudah pernberian DAK infrastruktur jalan, karcna
OAK infrastruktur jal1111 rnulai diberikan pads tahun anggaran 2003. Untuk tahun 2003-2004
dan
2004-2005
adatan pemantauan
setelah
pelaksanaan
in trastruktur jalan berjalan sehingga dapat diamati pcrkembangannya
IJAK
secara lebih
baik Pemantauan
hasil pclaksanaan
terhadap
273 kabupaten/keta
pcnerima
l l.'\K
.nlrastruktur jalan dibagi menjadi dua v.ilayah pengamatan yaitu secara nasional dun wilayan (Kawasan 1 imur Indonesia dan Kuwasan Hara! Indonesia). Hal ini
dlmaksudkan unruk dapat rncngamati dampak alokasi DAK infrastruktur jalan
dikaitkan dengan karakteristik secara kcwilayahan, sehingga diharapkan dapar membcrikan
masukan kcpada perncrintah pusat dalam formulasi pcngalokasian
l)AK infrastruktur jalan selanjutnya.
A. I. Nasional Secarc nasional pcngnmatan sccara umum terhadap 27.1 kabupatervkota pencrima
l)i\K infrustruktur jalan calam tiJ;:a periode pcngsmaran mcnunj ukkan garnbaran pencrinwm OAK infrnsrrulm1r .ialan tcch'ddap bcnambah panjan~nya jalan rnantap cukup bcsar yaitu diatas 89<'/o. Pada awal pelaksansan OAK infrastruktur jalan
diberikan pada rshun ZOQj l
dan 5 l:l.\bupatcnfko1a OC:l\1
a1au 2% dalam keadaan ~nan atau tetap. St'dangkan 3o/o
7 kabupaten/kota meugalam! pcnurunan punjnng j:ilan muntap. Secara lcbih
leugkap dapat dilihal dari mbel 4.1. dan gamber 4 I. di bawab ini.
Tabel 4.1.
Rckap perhitungan jumlah kah11p;1lc:n/l
---~--------_ ,_ . KONDISI
-- -· -· .lJmlahl~meoor ~I
Kond1S1 Jal"" Manl;lo
Alokas1
FDRE AOHB
~
?ORB::.....:AD:::H-'K,;..---.
200312004l2C04/2005\20021200l 2003ii00412004f2oo5J20021200Ji2C0Jl200412004!2005 2002n003l200312004.2004/WOS Menin·~kat. Menurur Telap Jumlah
I
189
81
113 15~
261
3
273 I
_ 273 1
_ti
251 I
244
271
264 I
266~
260 1~
I
I ~ -~ ~ i I . J.. _ I_ 2i3C i£L ._ 1~
273 '
263
~J
·~
.273_1 273 2;, 2d_,_,27 _ -"'27"'"'----'2""'73 . __ -· _ P.oooo __ lase~(--~~l --~ Meo.'119t(9t 69 23 I 4'i39I 95 €0 91 94 1 Ir.I 38 , 99 3 • 96, 1 97 4 95 24 i 100 96 34 Menvrun 29 67 57 88 2 56 \1 1 83 5 Be I 07 33 \ 23 I 4 76 \ 0 3.60 Tela __ 1 IQ_ _Q7:).1_1s3. 623: 476. o o u u · -=-o-~-o~_ Jumlah 10000 100JQ 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 10000 Sumbcr: Husil snaiisis, 2006
I
!
r
85
Gambar 4.1. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut panjangjalan
kondisi mantap
1:J Meningkat •Menu run o Tetap Sumber : hasil analisis tabel 4. I .
Pada periode tahun 2003-2004 dari alokasi DAK infrastruktur jalan menunjuk.kan 92% atau 251 kabupaten/kota menunjukkan penambahan panjang jalan mantap, kemudian 6% atau 17 kabupaten/k:ota tidak mengalami perubahan panjang jalan mantapnya dan 2% atau 5 kabupaten/kota menunjukkan penurunan panjang jalan mantap (gambar4.1 dan tabel 4.1). Pada periode 2004-2005 hasil analisis menunjukkan
sedikit terjadi perubahan,
dimana jumlah kabupaten/kota yang menurun panjang jalan rnantapnya mencapai 6% atau 16 kabupaten/kota atau meningkat 4% dibadingkan periode tahun 20032004. Sementara kabupaten/kota yang mengalami kenaikan panjang jalan mantap mengalami
penurunan
sebanyak 3% dibandingkan
periode
tahun 2003-2004
menjadi 89% atau 244 kabupaten/kota dan yang mempertahankan
panjang jalan
mantap seperti periode tahun sebelumnya sebanyak 5% atau 13 kabupaten/kota (gambar 4.1 dan tabel 4.1 ). Kondisi
penurunan
panjang jalan
mantap yang terjadi dalam
tiga periode
pengamatan menunjukkan
nilai prosentase yang berbeda, Terlihat pada periode
2004-2005
prosentase
menunjukkan
yang paling
tinggi yaitu 6%. Kondisi
penurunan ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, diprediksi bahwa terjadinya
86 bencana alarn di akhir tahun 2004 di Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam turut kiranya mempengaruhi prosentase
penurunan
panjang jalan mantap,
karcna
scbagian bcsar penurunan terjadi di kabupaten/kota di Propinsi NAD Sebab lain dapst diprediksi juga karcna pcmbiayaan unruk prasarana jalan yang diberikan lewal OAK infrastruktur jalan tidak sebanding dengan laju ringkat kerusakan
jalan, schingga untuk daerah-daerah ini pedu memikirkaa aliertial.if pembiayaau
lain untuk prasarana jalan atau menambah dana pendamping untuk alokasi DAK infrastruk\ur jalan, Akan tetapi pada tesis ini tidak akan dibahas penyebab penurunan panjang jalan mantap kacena ruemedukan peuclitian tersendiri y1111g lebih detil yang rnelihat permasalahan dari kasus pcrkasus. Tesis ini akan lebih fokus
kepada
analisis darnpsk yang dihasdkan
oleh pengalokasian
DAK
infrastrukiur jalan, Dari aualisis ini ,\spa\ dilihat bahwa pengaroh pembiayaan DAK infrastrukrur jalan terhadap kondisi jalan di kabupaten/kota penerirna DAK menunjukkan pengaruh yang positit, Artinya bahwa adanya ulokasi pembiayaan Iewat DAK infraslruktur jalan berdarnpak kepada bertambahnya panjang jalan mania? yang merupakan indikasi peningkatan pelayanan prasarana jalan di kabupaten/kota,
A.2. Wilayah
Pada analisis pernantauan hasil OAK infrasuukrur jalan mcnurut wilayah nu. dibag] menurut Kawasan Barar Indonesia {KBt) dan Kawasan Timur Indonesia ( KTI). Berdasarkan pembagian wi layah tcrsebut diamati apakah ada perbedaan yang signifikan antara KBI clan KT! dalam basil pelaksanaan DAK infrastruktur
jalan di masing-masing kawasan. Hasil analisis ini dapat dilihat pada label 4.2 dan gambar 4.7..
87
Tabel 4.2. Rekap perhiumgan jumlah kabupateo/kota mcnurut kondi•i tiap vanhel pengametan. perwilayah untuk WJLAYAH KONO IS I
analisis DAK infrastruktur jalan.
__ JumJah K~oopaten/Kola menurut Kond1S1 Jalan Mantao PORB AOHB •J4l0~ 02/03 03/04 04/05 02/03 03/04 04105
-··
o~
uo
KAW. BRT lNOONESIA Meningkat Menurun Te!ap ·KAW. TMR INDONESfA Wen111gkat Menurun
140
107
48 90
31 : 13
·13l-'
8
6f:
51
6f
tetao
,,
1.jjl 132
140 125
6
3
13
13:
121
12
13: 127!
t,
1
.
l
34 3 9t 3
221
&4.3
43
14
14
14
~6
5.1
6l7 376 08
48.9 51.1
970
941
C8
15
955 08
2.3
38
-
I
Me111n~kaf
I
Menu run
Te
·-
I
13
:
I
I
I
13 121
13
13
13
0 133
13
12
13
131
'
1
.
1
.
76 4
KAW. TNR INDONESIA
131
5 Prowntar-1%)
Meinurun
893 21
...
13 13
836 10 i
PORB/IOHK 02103 o)J/04 •)4.'05 f 4lJ 140 140
140
140
131 1
1
1--·
I
1.jjl
140 r 11 15
KAW. BRT INDONESIA Menmgkat Te~p__
-
Alokas1
131
~1mg
mcnjadi
daerah
~
0.
I
·1·~
993 07
986 I4
957 4.3
93B
IOO C \
64
992
93 5 15
OS
38
0
penclitian
sccara umum lchih dari 8'.!% ~<•bupatcn/kolt1
di Kl:ll
sebenyak
140
di KBI mengalarni pcnamhahan
panjang jalan mantap sebagai darnpak dari pcmbrayaan DAK infrastrukturja'an. Angka prosentuse tersebut menunjukkan bukti bahwu. alokasi DAK infrastruktur jal:m cukup efekrif dalam pernbiayaan untuk pengelolaan prasarana jalan di knbupatcn/kotu.
Sc lama periode tahun 2003-2003, panjang jalan mantap di KBI bcrtambah di 132
kabupaten/kota atau 94,3% dari l 40% kabupatcn/kota, Scmentara kabupateu/kora yang hcrhasil mempertahankan pm~j1mg jalan mantap tetap sepcrti kondisi tahun sebanyak
2 kabupatcn/keta
94 3
57 _ _Q
c
kabupatcn'kota. Berdasarkan basil analisis untuk variabel panjang jalan maman,
~002 adalah
2 0
I
Sumber · Ha•il ~nuh•i•, 2006
Kubupetcn/kora
132
B
I
I
141
atau
1,4%
dan
yang mengalami
pcnurnnan paniang jula» mantap bc:1ju1nlah 6 kabupat~n/k.ota atau 4,3%. Jadi pada
88 masa awal pelaksanaan
pembiayaan OAK infrastruktur jalan di KBI ini telah
mampu menunjukkan bahwa pelaksanaan pembiayaan mela1ui DAK in.frastruktur jalan telah berja1an dengan cukup efektif. Gambar 4.2. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut panjangjalan kondisi mantap pembagian menurut KBI dan KTJ
SU01ber: hasil analisis tabel 4.2. Adanya kabupaten/kota yang ma1~ menga1ami penurunan panjang ja1an mantap mengindikasikan menutupi
bahwa a1okasi pembiayaan
lewat DAK ini belum mampu
backlog maintenance yang terjadi di daerah tersebut. Laju tingkat
kerusak:an jalan pembiayaan
yang
tinggi
tidak: dapat
dikejar
DAK tersebut. Untuk itu mengingat
dengan
pembiayaan
merupakan stimulan atau rangsangan kepada kabupaten/kota
menutup
lewat
DAK ini juga untuk ikut serta
dalam pembiayaan terhadap bidang atau kegiatan yang menjadi prioritas nasiona1, maka kiranya kabupaten/kota penerima DAK juga ikut serta berperan lebih besar dalam pembiayaan dengan cara menambah alokasi untuk dana pendamping yang dipersyaratkan
minimal
10% dari pagu DAK bersangkutan, sehingga backlog
maintenance yang terjadi dapat semakin dikurangi.
89 Pada
periode
tahun
2003-2004
jumlah
yang
kabupaten/kota
menga\ami
peningkatan panjang jalan mantap di K Bl meugalami penurunan yaitu sebanyak 125 kabupaten/kota atau 119.3%. Angka ini sedikit menurun dibandingkan periode tahun 2002-2003. kondisi
Sementara
panjang jalan
kabupaten/kota
mantap
sama
yang mampu
dcngan
periode
memportahankun
tahun
sebclumnya
rnenuniukkan peniugkaran yang cukup besar yairu sebesar R,6% atau sebanyak 12 kabupaten/kota. Sedangkan kubupaten/kotn yang mengalami pcnurunan panjang jalan mantap bcrjumlah J kabupaten/kote atau 2, l %. Melihat gambaran ini, mska secara umum pll
mcningkar
dibandingkan
periode
2002-2003,
mcskipun
jumlah
kubupatcn/kora yang mengalami peningkaton nemngkatan jllliljang jalan mantap turun, akan telupi jumlah kahupaten/cora yang berhasil rnempertahankan kondisi panjnog jalan mantap sarna dcngan pcriode sebelumnya mengalami peningkaran
dan kabupaten/kota yang mengalami pcnunman panjang jalan mantap juga mengalarni penurunan. P(lcJa pcriodc 10hu11 2004-;!005. sepcrti pada analisis
sebelumnya untuk daerah
yang mcngalami pcnurunan paf\illlll.l jalan mantap di KBI mengalami kenaikkan
sebcsar ll.(io/o dil1a11dingka11 periodc rahun 2003·2004 yuitu meniadl l O. 7%. Hal ini wajar mcngmga1 pada akhir tahun 2004 terjadi bcncuna alam tsunami yimg rr.clancJa Propmsi NAD.
Untuk
Kawasan
Timur
Indonesia
pengarnatan
dilakukan
paifa
l '.i'.l
kabupatcn/kota. Sccara umum tcrlihat duri label 4.2. dnmpak OAK mfrastruktur jalan terhadap kondisi paniang jalan rnantap di kabupaten/kora lcbih baik dibandmgkan
dengan
Kawasan Baral
Indonesia.
Lehih
dari 94% jumlah
kabupa.cn/kota di KTI selarna liga periode pengarnatan rncngalami pcnumbahan panjang jalan rnantap sebagai dampak dari pemhiayaan DAK infrastruktur .~alan. Dari tabel
4 2. dapat dilihat
kabupatcn/kota
selama
p~riodc tahun 2002-200.1 dari
yang diamati hanya satu kabupaten yang panjang jalan dalam
kondisi mantap rnengalami penurunan. 129 kebupaterrkota xenaikan
l :n
panjang
jalan mantap
clan 3 kahupaten'kota
atau 97% rnengalami atau
2,3% dapat
mernpertahankan koridisi panjang jalan mantap sama dengan tahun sebcrlumnya.
90 Pade pcriode lahun 2003-2004 di KTJ scdikit mcngalami
peruhahan, yairn
tcrdapat 2 knbupaten/kota yang mcngalarni pcnurunan panjang jalan rnantap dan S kabupaten/ko.a au111 J,8% tidak mengalami perubahan pada panjang jalan man cap. Gambaran secara umum pada pcriode ini di K 1'I tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan pcriodc tahun 2002-2003. J<TI pada periode
tahun 2004-2005,
kenaikkau
mcngalanu
95,5% atau 127 kabupaten/kota-nya
panjang jalan rnanrap.
Satu kabupaten
mengalurni
penurunan panjang jalan mantap dan sama seperti pcriodc tahun 2003-2004, ada 5 kabupaten/kota atau 3Jl% tidak rnengalami pcrubahan paniang jalan mantap. Dengun dennk ian secara umum dapa; diinterprcrasikan
bahwa pengalokasian
DAK infrastruktur jalan pada perinde ini memberikan pengaruh posirif rerhadap panjengjalan mantap dibandingken dengan periode sebelumnya. Dari anelisis ini dapat dibandingkan gambaran variabcl p11njang jalan mantap di
KDI den KTI. Pcningkatan proscntasc daerah yan~ rncngalami kcnaikan pimjang jalnn manta!') di KTI relatlf lebih baik dlbandingkan dcngan K81. Scperti telah dijelas~an
dim.ika.
bah\\A
ndanya
penurunan pan,jang jnll\l'I mantap
dapat
discbabkan olch bcbcrapa scbab. Laju tiugk11t kerusakan julan y1:1ng 1ingg1 y1tng
tidak sebanding dengan pcrnbtayean untuk pemcllharaan dan rehabilitas! mcnjadi salnh sutu pcnyebah 111.·~jadinya peuurunan pt11tjang jalan mantap. Meskipun tclah dibieyei
rnclalui OAK infrastruktur jalao akan l<::tapi aoabil«
kerusakun jalan disuatu daerah lebih tinl)gi dibandingkan
l~iu tingkat
alokasi pembiayaan
untuk pemcliharaan jelan ~an1; ada, maka akan terjadi suatu b
Survey Asal Tujuan Nasional 1996 (Dikun ..S. 211<.13) yang mcmperlihatkan moda jalan mendorninasi sekitar H0-90% dari scluruh pcrjalanan di Jawa dau Sumatcra
Hal ini mengindikasikan bahwa beban ya111! diterima oleh hadan jalan di KB! relatif lebih berat dihamlingkan di KT!. Kondisi ini akan rnengakihatkan dampak
kepada pcrcepatan tingkat kerusakan jalan, sehingga />acklog mait11eP1a11ce relatif tcrjadi di KB!.
91 4.1.1.B.
Pemantauan V ariabel Pertumbuhan Ekonorni Daerah
B. l. Nasional Pemantauan variabel perturnbuhan ekonomi di kabupaten/kota
penerima DAK
infrastruktur jalan dilakukan dengan pengamatan terhadap perkembangan
nilai
PDRB-nya. Sama dengan analisis untuk panjang jalan mantap, analisis untuk PDRB diamati dalam kurun waktu empat tahun yang dibagi menjadi tiga periode pengamatan,
yaitu
periode
2002-2003,
2003-2004
dan
2004-2005.
Hasil
analisisnya dapat diamati dari tabel.4.1 dan gambar 4.3.
Garnbar 4.3. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut PDRB nominal
Sumber : hasil analisis tabel 4: 1. Dari tabel 4.1, menggunakan data PDRB nominal yaitu menggunakan dasar harga tahun berlaku secara umwn menunjukkan bahwa paling tidak 96% kabupaten/kota mengalami kenaikan nilai PDRB dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Secara lebih rinci, pada periode tahun 2002-2003 jurnlah kabupaten/kota
yang
mengalami
atau
perkembangan
PDRB
secara
meningkat
sebanyak
99,3%
sebanyak 271 kabupaten/kota. Sedangkan yang mengalami penurunan nilai PDRB sebanyak 2 kabupaten/kota
atau 0, 7%. Kondisi ini menggambarkan bahwa pada
periode ini, daerah yang menerima alokasi DAK infrastruktur jalan sebagian besar
92
mcngalami kenaikan PURB. Apabila lcita Iihar pada periodc yang sama untuk analisis panjang jalan mantap, maka terlibat bahwa dari 2 kabupatcn/kota ytmg mengalami pcuurunan nilui l'DRB ternyata 100".!.-n)'
dapat dilihal bahwa ada suatu korelasi antara panjang jalan mantap dan nilai PDRB. Untuk pcriodc tahun 2003-2004 pada kurun waktu satu tahun scbanyak kabupaten/kota atau 96.7% mengalami kcnaikan. kabupalen/koca
264
Scdangknn sebanyak
'J
atau 3J% mc11gala111i penurunan angka PORO. Dari xejumlah
kabupaten/kota yang rnengalami penurunan PDR R rersebut apahila dikaitkan uen1>1m !IMli~IS panjang J3lnn maniap lemyul!l
f,() o/.
IUSU 5 kabupatcn/kota
mcngalu111i juga pcnurunau panjung jalan manuip, Pada kurun wuktu satu tahun berikutnya yaitu periodc tahun 2004-2005. 1erjad1 kenaikkan sebanyak 0.3% dari perlode tahun 2003-2.0()4 meniadi 97.4% atau :!66 kabupaten-kota
n!'ng<1l<11ni kenuikkun nngka PORll-n)"a. Kubupaten/kota yang
mengalurni pen:1runan angka PDRB adalah sebagran besar di Propinsi NAT>. hal ini tcrkait dengan beucana alam tsunami yanjl melanda scbagian l'rl>pinsi N.A.l>
pada akhir tahun 2004. Sebanyak 7 kabupAten/kola atau 2.6% daerah yang rnengulumi pcnurunan nitai PDRB erau turun C-.7% dari periodc 2003-2004. J\nBli~is pertumbuhan perekonotman 1twnggunaka11 PDRB rill Mau berdasarkan
harg« tahun dasar tcrtcntu mcnunjukkan koodisi yang tidak jauh berbeds. Pada analisrx
in] pcngarnatan dlbagl dulam dua periooe saja yaitu tahun 2()02-2003 dan
2004-2005. hal ini mcngingat dari data PORB yang diperoleh menggunakan perhitungan harga pada tahun dasar yang berbeda. Data PDR 1:1 rahun 2002 dau
2003 rnenggunakan harga tahun dasar 1993 sedangkan data PDRB tahun ~004 dan 2005 mcnggunakan harga rahun dasar 2000 (tabcl 4.1 ).
93
Gambar 4.4. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut PDRB riil
----
[J
Meningkat • Menurun oTetap
Sumber: hasil analisis tabel 4.1.
Dari analisis dengan menggunakan tabeJ 4.1 dan gambar 4.4, bahwa analisis
PDRB riil ini terlihat adanya suatu kenaikkan prosentase kabupaten/kota yang angka
PDRB-nya
meningkat.
Pada
periode
tahun
2002-2003
jumlah
kabupaten/kota yang mengalami kenaikkan nilai PDRB adalah sejumlah 260 kabupaten/kota atau 95,2% dari total 273 kabupaten/kota, sedangkan yang mengalami penurunan nilai PDRB hanya 4,8% atau sejumlah 13 kabupaten/kota. Kondisi ini sedik.it meningkat
pada periode tahun 2004-2005 yaitu untuk
kabupaten/kota yang PDRB-nya fneningkat naik 1, l % dari periode tahun 20022003 yaitu menjadi 96,3% atau 263 kabupaten/kota. Sebaliknya kabupaten/kota yang mengalami penurunan nilai PDRB turun menjadi 3,7% atau sebanyak 10 kabupaten/kota, yang sebagian besar yaitu 6 kabupaten/kota berada di Propinsi NAD.
Variabel pertumbuhan ekonomi daerah yang diamati lewat indikator PDRB memperlihatkan pertumbuhan PDRB di KBI dan KTI mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan PDRB di kedua wilayah mengindikasikan
94 bahwa
pelaksanaan
DAK
infrastruktur
jalan
telah
sesuai
dengan
tujuan
pelaksanaan yaitu mendukung perturnbuhan ekonomi daerah.
B.2. Wilayah Analisis terhadap pertumbuhan ekonomi di kabupaten/k:ota di KBI dan KTI yang diamati
dari perkembangan
Produk
Domistik
Regional
Bruto
(PDRB)
menunjukkan gambaran yang hampir sama dengan analisis panjang jalan mantap. Dari tabel 4.2 dan gambar 4.5, berdasarkan data PDRB nominal, terlihat bahwa selama tiga periode pengamatan, KBI menunjukkan jurnlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan nilai PDRB lebih banyak dibandingkan KTI, yaitu rata-rata 4,5% dibandingkan 3,5%. Gambar 4.5. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut PDRB nominal pembagian menurut KBI dan KTI
94.7°
99.2° li:ilTetap KTI • Menurun KTI
D Meningkat KTI DTetap KBI • Menurun KBI IJMeningkat KBI
Sumber : Hasil analisis tabel 4.2.
95 Selama periode 2002-2003 di KBI, 99,3% kabupaten/kota mengalami kenaikan nilai PDRB sedangkan di KTI 99,2%. Sementara kabupateo/kota
yang
mengalami penurunan nilai PDRB di KBI sebanyak 0, 7% dan KTI sebanyak 0,8%. Pada periode berikutnya yaitu tahun 2003-2004 terjadi peningkatan jumlah kabupaten/kota di KTI yang mengalami penurunan nilai PDRB-nya, yaitu sebanyak 4,5%. Pada periode 2004-2005 di KBI jumlah kabupaten/kota yang meningkat nilai PDRB-nya sebanyak 95,7% sedangkan di KTI sebanyak 99,2%. Sementara 4,3% kabupaten/kota yang ada di KBI mengalami penurunan nilai PDRB sedangkan di KTI sebanyak 0,8%. Gambar 4.6. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut PDRB riil pembagian menurut KBI dan KTI
100.0%
98.5%
•Menu run KTI D Meningkat KTI DTetap KBI
93.6%
Sumber : Hasil analisis tabel 4.2.
100.0%
94.3%
96 lJntuk analisis dengan menggunakan PDRB riil yang diamati dalam dua pcriodc pengamatan, menunjukkan basil yang tidak jauh berbcda degan analisis PDRB nominal (tabcl 4.2 dan garnbar 4.6). Selarna periode 2002-2003 prosentase daerah yang mcngalarni kenaikkan PDRB lebih banyak di KTI yaitu sebunyak 97% sedangkan di K131 sebanyak 93,6%. Sememara itu 6.4% kabupatcn/kota di KFll mengalami penurunan angka PL)RB dan di KTI sebanyak 3%.
rada
periode
mengalami
pengamaran
kenaikkan
tahun
2004-2005
proscntasc jurnlah
di masmg-masing
kawasan
kabupaten/kota yang rncngalarni
kenaikkan PDRR. Oi Kill sebanyak 132 dari 140 atau 94,3% dan di KTI sebanyak 131 dari 133 kabupaten/kota atau 98,5% mcngalami kenaikkan PDRB. ~ed1mgk1111 proscntnsc daerah yang mengalami penurunan nilai PDRB pada
pcnurunan dibundingkan pcriode sebelumnya, yuitu
periode ini menunjukkan
untuk K61sebanyak5,7% dan KTI sebanyak 1,5%. Ouri 1111wi,is ini secara umum dapat dilihet bahwa pengaruh pembiayaau 1111:htlui
OAK iutrastruktur [alan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yuni; diamati dan nilai PDRB di KRI dan !(Tl mempcrtihatkan pengaruh yang posirif Sedangkan bila ditinjau dari pcrbedaan wilayah, maka di KTI dampak pembiayaan L>AK intrastruktur d'bandingkan
jalan
terhadap
Ji KB!.
PDR.13
kabupaien/cota
llal ini mengindikasika«
nampak bahwa
lcbih
besar
pengaruh
OAK
infrastruktur jalan yang secara langsung mcmbcrikau dampak terh adap komlisi panjang jalan mantap xehingga dengan sc.nakin baiknya kondisi jalan akan mcningkatkan keunggulan kompctirif suatu wilayah sehingga bcrdampak kepada naiknya PDRB suatu daerah.
4.1 .L.. Analisis Pcmantauan D/\K lntrastruktur lrigasi
Pcngarnatan dilakukan tcrhadap 148 kabupateo/kota yang ada di lndonesia, lndikator yang dipakui sehagai vanabel kcluaran adalah luas daerah irigasi fungsional dan variabel dampak adalah jumlah produksi padi sawah. Hasil analisis
ini nannnya akan bermanfaat sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
OAK
97 irigasi, sebiugga dapat dipergunakan
infrasiruktur
untuk hahan rekomcndasi
petaksaaeaa OAK infraswuktcr irigasi,
-~.1.2.A Pemantauan Variabcl luas dnerah irigasi fungsional .Bc.rtambahnya areal luas dan terjaganya daerah irigasi fungsional rnerupakan
tujuan pengalckasian DAK infrnstruktur irigasi, Penggunaan
alokasi
DAK
infrastruktur irigasi yang efektif dan eflsien akan berdampak kepada tcrjaganya luas daerah irigasi limgsional di kabupaten/kota pcnerima [)AK tersebut, Sama
dengan analisis pcmaruauon DAK infrasuuktur jalan, pengamatan tcrhadap perkembangan luas daerah irigasi fungsional dilakukan dalam kurun waktu 4 tahun yaitu tahun 2002 sampai dengan 200S. yang dibagi dalam tiga penode pcngarnatan yaitu 2002-2003. 2003-2004 don 2004-2005. Analisis pcrnantauan ini
dengan rnenggunakan metode analisis
komparatif atau
analisa
perbandingan. dimana data-data antara 2 tahun berurutan akan diperbandingkan dan drlihat apakah mengalsmi kenaikkan, penunman atau tetup, l'ermde
pengamatan
tahun 2002-2003
adalah
unruk melihat gambaran
basil
pelaksanaan sebelum dan sesudah pembcrian DAK infrustruktur iriga~i. karena DA~ infrastruktur Irigasi rnulai dibcrikan pada tahun anggaran 2003. Untuk tahun ~00:1-.2004 clan infrastruktur
20[14-2005
adalah
pcmantauan
irigasi serclah DAK infrastruktur
hasil
pelaksanaan
[)AK
iriga~i berjalan sehingga dapat
diamati perkcmbangannya secara lebih l>ail<.. Pemantauan
terhadap
dibagi menjadi
148 kabupaten/kota
dua wilayah pengarnatan
pencrima DAK infrastruktur
iriga.>i
yaitu secara nasional dan rnenurut
kawasan yaitu Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia. llal ini dimaksudkan
untuk
dapat
mengamati
gambaran
hasil
pelaksanaan
DA K
infrastruktur irigasi dikairkan dengan karakteristik secara kewilayahan, sebingga
diharapkan dapa: memberikan masukan kcpada pernerintah pusat dalam formuiasi pcngalokasian
UAK infrastrukmr iriga.~i sclanjutnya,
98 A. I. Nasional
Pengarnatan secara umum terhadap 148 kabupaten/kota pcnerima OAK irigasi dalam kurun wakru 4 tahun yaitu dari tahun 21)02 sampai
infrasuuktur
dt:ug11ro cahun 2005
prusctlfc
daerah
y"ng mampu
mempertahankau
dun
meningkatkan luas daerah irigasi fungsional adalah sckuar 96%, sedaugkan 4% lainnya adalah duerah yang mengalami penurunan luas dllCruh irigasi fungsional.
Dari 96% daerah tersebut 85%-nya adalah kabupaten/kota yang mampu meningkatkan luas daerah iriga~i fungsiousl dan 11 %-nya adalah daerah yang mnmpu mempertahankan luas daerah irigasi fungsional Tabel 4.3.
Rekap
perhituugan jumlah
kabupaten/kota
menurut kondisi
varibel pengamatan. untuk analisls OAK intrastruktur iriaasi Jumlah Kab\loatenll
tiap
KON DI SI
_
Alo<&St I 11•s 011<\rAh I" as1 Pfod~SI PadJ ...... 2003/2004 200412005 2002/2003 200312004 2004/2005 2002!2()()3 200312()04 200412005 5g PJ11nmgk~t 98 g2 !23 123 132 99 22 M~nurun 44 88 8 5 5 4 ~ 126 Tetao fi I 17.. ,_ ( .• __ o ?0 11 1 .:!!lml11h 148 148 148 148 I 148 14 1~ . P_ros11n1ase1%l .. .. 83 , 1 Wern11gkat 83 11 6622 39 811 89 19 6669 62.16 1486 Werurun 2973 5946 5.41 3 38 JJ8 324~ 8514 37 84 I Tatap 4 05 OGB 1 l 49 13 51 7 43_ 0675€75 0.. .. Jumlah 100 00 100 00 10000 100.00 100 00 10000 10000 10000 Sumber · Has1l """hsis. 20011
.
·-·····,.,
..
--·
Dari analisis dengan menggumlkan tabel.d.Ldan gambar 4.<J rerlihat pada awal pciaksanaan ))AK 111frastrvktur irigasi p~d11 tahun 2003 ledilml pmsentase daerah
kabupaten/kota yang rnengelami penmgkatan luas dacrah irigasi fungsional dibandingkan tahun 2002 adalah sebesar RJ.lo/o atau scjumlah 123 kabupaten/kota dari total 14R kabupaten/kota penerima DAK infra.•truktiu- irigasi. Scmcntara itu 11,5%-nya atau I 7 kabupaten/kota adalah dacrah yang rnampu mempcrtahankan luas dacrah irigasi tungsional sepcrti pada tahun 2002. Sedangkan sebanyak 8 kabupaten/kota adalah daerah irigasi fungsionalnya.
ytt1ig
5.4% atuu
mengalami penurunan luas daerah
Pada periode tahun 2003-2004 dimana diperbandingkan
data luas daerah ingasi Iungsional tahun 2003 dengan tahun 2004 secaru kuulites menanipakkan
suatu peningkatan dimana daerah kabupaten'kota
yang mampu
99 rnempertahankan
luas daerah
irigasi fungsionalnya meningkat
dibandingkan
periode tahun 2002-2003 yaitu menjadi 13,5% atau sebanyak 20 kabupaten/kota. Sedangkan kabupaten/kota
yang mengalarni peningkatan luas daerah irigasi
fungsional, jumlahnya sama dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 83, 1 % atau sebanyak 123 kabupaten/kota. Sementara itu kabupaten/kota
yang mengalami
penurunan luas daerab irigasi fungsionalnya turun dibandingkan periode tahun sebelumnya menjadi 3,4% atau sebanyak 5 kabupaten/kota. Gambar 4.7. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut luas daerah irigasi fungsional.
Q
Meningkat l!I Menurun QTetap
Sumber : Hasil analisis tabel 4.3.
Pada periode 2004-2005 basil analisis menunjuk.kan sedikit terjadi perubahan, walaupun daerah yang mampu mempertahankan luas daerah irigasi fungsionalnya
mengalami penurunan yaitu rnenjadi 7,4% atau sebanyak 11 kabupaten/kota, akan tetapi j um.Iah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan luas daerah irigasi fungsional
mengalami kenaikkan
dibandingkan periode sebelumnya menjadi
89,2% atau sebanyak 132 kabupaten/kota.
Sedangkan daerab yang mengalami
penurunan luas daerah irigasi fungsionalnya sama dibandingkan periode tahun sebelurnnya yaitu 3,4% atau sebanyak 5 kabupaten/kota, Dari tiga periode pengamatan diatas (gambar 4. 7), terlihat bahwa secara kualitas luas daerah irigasi fungsional mengalami suatu perkembangan yang meningkat. Keberhasilan mempertahankan dan rneningkatkan luas daerab irigasi fungsional
100 selarna kurun waktu ernpat tahun dari tahun 2002 sampai dengan rahun 2005 merupakan gamberan dari kebcrhasdan pcngalokasian OAK infra~truktur irigas], Hal ini menuniukkan bahwa penggunaan OAK intrastruktur irigasi telah berjalan secars cfcktif dan efisien, karena pencapaian secara fisik telah menunjukkun basil yang cukup memuaskan.
ini dapar dilihal bahwa pengaruh pembiayaan DAK infrastruktur
Dari analisis
irigasi terhadap kondisi irigasi di kabupatcn/kota pencrima OAK menunjukkan pengarub yang posiuf Artinya hahwa adanya alokasi pcmblayaan lewat DA K infrastruktur
irigasi
berdarnpak
kepada
bertambahnya
fu11i;:;ional ;an~ merapakan i11dika~i peningkatan
luas daerah
irigusi
pelayanan prasarana irigasi di
kabupaten'kota. Hal ini juga menuniukkan basil pelaksanaen OAK telah sesuai
denga» lujuan
pelaksanaan
DAf<
infmstruktur
irigasi
yaitu mcningkatnya
pelayanan janngan irlgasi.
A.'.!. Wilnyuh Seperti puda anulisis
DAK infrastruktur jalan. pada analisis
OAK infrastruktur
irigasi ini juga dibagi menurut pcngamatan bcrdasarkan wilayah, yaitu Kawasan
B11rn1 Indonesia
(K131) dan Kawasan Timur
Jndouesia
(KT!). Berdusarkun
pcmbaglan wilayah terscbut data yang diamau masing-masing scbanyak 85 kabupaten/kota untuk KB! dan 63 kabupatco/kota untuk KTl. Diharapkan analisis
berdasarkan pcngatckasian
wilayah iui dapat J11e11j•di
rnasukun bagi penctapan iormulasi
D.'\.K intrastruktur irigasi y~ng lebih
pcrtimbangan karakteristik suatu wilayah.
Hasil analisis ini dapat dilihat padu tabel 4.4 benkur.
tepat sasaran dengan
101 Tabel4.4.
Rekap perhimngan jumlah kabupaten/kota mcnurut kondisi tiap varibcl pengamatan, perwilayah untuk anal is is DA K infrastruktur ingasi,
WIL.AYAH
Jumlall
KONDISI
i:iaerah
Alol
2GOJ/2004 KAW.8RT INDONESIA MenmgKat Ml!nunJn
2QOdl2005
es
85 57 24
2S 55
6
·-·· 1 6
Tetap KAW. fMR tNOONESIA Meningkat Menu run T&tep
41
)
2(
l
.
Luas lrinasi Prcduksi Pad1 200'lr.m3 2003/2004 2004/2005 200212()03 200312004 200412005 85 85 85 I BS BS 8S 64 6 1
62 4
5
:v
68
0
"
s:
s~
.~ 63
31 2•
58
'
I
(
0
3ol I
671
!_etap KAW. TMRINDONESlA
'
Meo1ngkal Menu run Tetau
7S3
n.9
85.9
71
47 224
59
28 2 47
so· 12
176
65 1 31 7
476
937
5?4'
az I
ct
' Hasil analisis, 200{)
32 32
,,
4
I
'
Mi!
17
32
5!
6 1
53
1
1 l'rw!nlase !%)
(
50
TJ 5 -·;
'.! ~
6
. KAW. BRT INOONESIA
Sumner
lell'Kota menurut
I
i
58 B 400
&2
118
9681 16
9U
77 8 22.2
1.~
s3
'
I
62 4 37.6
61.9J 38 ~ g
menunjukkan jumlah kabuparen'kora di KBI
jumlah kabupatcn/kota yang
turuo luas daerah irigasi fungsionatnya, Secara proscntase di KKI iumlah kabuoaten'kota
yang
mengalami
kenailkan
luas daerah
i:iga~i
lungsional
mcncapai rata-rata 78%, sedangkan di KTI mencapai 9~.7"/o. Selama
periodc tahun 2002-2003.
di KHJ penamhahan luas daerah ingasi
fungsional
ada di 64 kabupaten/kota atau 75/1% dari 148 kebupatcn/kota,
Scmcntara
kabupalt:1~'lwt11 )~ng berhasil mempenahankan
luas daerah irigasi
fungsional tctap seperti kondisi tahun 2002 adalah sebanyak l S kabupaten/kota atau
17.6%
bcrjurnlah
dan yang mengalarni 6 kabupeten/kota
penuruoan
Juas daerah irigas! i'ungsional
atau 7,1 %. Jadi pada masa awal pelaksanaan
pembiayaan Di\K infrustruktur irigasi di KB! ini telah mampu rnenunjukkan bahwa
pelaksanaan pembiayaan melalui OAK infrastruktur i rigasi telah berjalan
dcngan eukup cfektif.
200 800
0
Bcnlasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.8. dapat dianalisis bahwa secara umum
irigasi fungsionalnya
5
79 921 0
102
Gambar 4.8. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut Luas Daerah pembagian menurut KBI dan KTl
Irigasi fungsional
6.3%
1ii1Tetap KTI
93.7%
96.8%
93.7°/o
• Menurun KTI
o Meningkat
KTI
8.2%
17.6%
gTetap KBI
• Menurun KBI
75.3%
85.9% 72.9% g Meningkat KBI
Sumber: Hasil analisis tabel 4.4.
Adanya kabupaten/k.ota yang malah rnengalami penurunan luas daerah irigasi fu:ngsional mengindikasikan bahwa alokasi pembiayaan lewat DAK ini belum mampu menutupi backlog maintenance yang terjadi di daerah tersebut. Tingkat kerusakan irigasi yang parah tida.k. dapat dikejar dengan menutup lewat pembiayaan DAK tersebut. Untuk itu mengingat pembiayaan DAK ini juga merupakan stimulan atau rangsangan kepada kabupaten/kota untuk ikut serta dalam pembiayaan terhadap bidang atau kegiatan yang menjadi prioritas nasional, maka k.iranya kabupaten/kota penerima DAK juga ikut serta berperan lebih besar dalam pembiayaan dengan cara menambah alokasi untuk dana pendamping yang
103 dipersyararkan
10"!. dari pagu DAK bersangkutan, sehingga backlog
minimal
maintenance yang terjadi dapat semakin dikurangi. Pada periode tahuu peningkatan
2003-2004 jumlah
kabupaten/kota
yang mengalami
luas daerah irigasi fungsional di KBI rnengalami penunman yaitu
sebanyak 62 kabupaten/kore atau 72,9%. Angla ini sedikjt menurun dibandlngkan
pcriodc
tahun
mempertehnnkan
2002-2003. kondisi
Sementara
atau
sebanyak
yang
mampu
luax daerah irigssl fungsionat sama dengan periode
tahun sebelumnya rncnuujukkan pcningkatan 22.4%
kabupatcn/kota
19
yang cukup besar yaitu sebesar
kabupatenlkota. Sedangkau
kabuparcn/kota
yang
mengalarni penurunan luas daerah irigasi fungsional berjumlah 4 kabupaten/kota atau 4.7% atuu mcnurun scbanyak 2.3% dibandingkan periode tahun scbelumnya Melihat gambarun ini, maka secars umwn p:ida periode 2003-2004 tingk.ut koodis: prusaraun irigasi di KB!
relatif mcningkat dibandingkan periode 2002-2003,
meskipun jum!ah kabupatervkota yang mengalami peningkatan peningkatan teas daeran irigssi Iungsional turun, akan tetapi jumlah kabupatcn/kora yang berbasil mcmpertai't~nkou koritlisi
luss daerah irigic;i fuugsional sama dengan pericde
scbclu:nnyu
peningkatan
rnengalarni
dan
kabupatervkota
yang mengalarni
penurunan luas d:icra.h irii;asi fungsional juga mengalami penurunan. Analisis mi juga marupu menggarubarkan bahwa alukasi pendanaan lewar Dl\K infrastruktur irigasi pada p.:riodc ini lebih banyak dipergunakan un.luk pemeliharaan rutin jaringan irigasi yang ada, mc:
periode
tahun
2004-2005,
jwnlah
kabupaten/kota
yang
mengalumi
kenaikkan luas daeruh irigasi fungsional adalah sebcsar 85,9% atau sebunyak 73 kahupaten/kota. kondisi pcriode sebelumnyu
ini menunjukkan
kenaikkan sebesar 11% dihandingkan
Sedangkan j umloh kabupaten/knta yang mcrnpertahenkan
luas daerah irigasi fungsional sama dengan tahun sebelumnya adalah scbanyak 7 kabupaten/kota atau 8.2%. Scdikit kcnaikkan tcriadi pada jumlah kabupaten/kota y~ng rncngolarm p~nurumm luas daerah irigruii fungsional yaitu scbanyak 5 kabupaten/kota atau 5.9%.
104 Duti ;imdisi> pada pcrxxlc ini, mendapat gambaran infrastruktur
irigas!
pada
tahun
2005 lehih
bahwa
alokasi
DAK
banyak diperuntukkan
unruk
pernbangunan jaringan irigasi baru. l Jntuk K~w:1sal\ Timur Indonesia pengamatan dilakukan pada 63 kabupaten/kota. Sccara umum terlihat dari label 4.4 dM gambar 4.8, pengaruh DAK infrastruktur
irigasi terhadap kondisi lua.• daerah irigasi tungsional di kabupaten/kora lcbih baik dibandingkan
dcngan Kawasan
Barat
Indonesia.
Lebih
dari
93% jurnlah
kabupaten/kota di KTI setama ti!ll! periude pcngarrunan mcngalarni penambahan
luas daerah irigasi fungsional scbagai dampak dari pembiayaan DAK infrasrrukrur iriga5i. Dari tabel 4.4 dan gambilr 4. 7 dapsr diliha1 sclama periode tuhun 2002200) dari 6J kabupaten/kota ya:1g diamati lnmyu atlit dua kabopateu yang luas
daerah irigasi fungsional mcngalami penurunan. 59 kabupatcn/kota atau 93. 7% meugalami kenaiken luas daerah irigasi fungsionel dun 2 kabupatcn/kota
atau
3.2% dapat mcmpertahanken knndisi luas daerah irtgasi fungsional sama dengan
tahun scberlumnya. Pada periodc tahun 2.(l(Jj.2()()4 di KTI mcnunjukkan suaiu peningkatan pengaruh l)A~ infrasrruktur crigAsi y;ing lebih ba1k clibani ri.111gsi11nal scbesar J,1% dihar.din!!kan periodc scbelumnya menjadi 96.R%. Sementara kl'!hupmcn/kota yang mengalami penurunan luas dacrah irigasi fungsional dan kubUf>3leJt/lm!a yang irigasi
fungsionalnya
mengalami
tidak mcngulami pcrubahan luas daerah pcnurunan
n1en1adi
masing-masing
kabuparcn/kota all'lll 1.6"/.. Hal ini membcrikan garnbaran secara umum pada
pcriodc
ini
dibandingkan
bahwa di
K11 cukup mcngalarni pcrubaban secsra positif
pcrlode tahun 2002-2003. dengan lebih banyak pcnggunaan alokasi
DAK infrastruktur irigasi untuk pcmbanguoan jaringan irigasi baru. KT! pada
pcriodc
rahun 2004-2005.
\IJ. 7%
atau
59 kabupaten/kora-nya
mengalami kenaikkan luas dacrah irig-.isi fungsional, kondisi ini sarna dengan pcriodc tahun 2002-200}.
Pada perlodc ini tida uda kabupaten/kota
yang
mengalami penurunan iuas cacrah irigasi fungsional dan sedikit kenaikkan untuk
105
jumlah kabupatenlkurii yl
DAK infrastruktur
Dengan demikian sccara
iriga&i terhadap luas daerah
irigasi fungsional paca periode im cukup positif, mengingat pada periode ini tklak
ada kabupaten/kota Yl!Ilg mengalami penunman luas daerah irigasi fungsional. Dari anal isis pemantauan UAK
infrastruktur
mengindikasikan
ini dapal dibandingkan
irigasi
di
KBI
dan
gambaran has ii pelaksanaan
K'Il.
Gambaran
ini
bahws dampak OAK infrastruktur jrigasi terhadap hias daerah
irigasi fungsional di Kll lebih banyak untuk mcningkatkan fungsional
analisis
dibandingkan
di Kl3L Sementara
luas daerah irigasi
di Kl:ll, jumlah dacrah
yang
mcmpertahenkan luas daerah irigssi fungsional menu~jukkan prosenrase yang cukup tinggi yaitu rata-rata 16,1 %. Hal ini dapul dilnterpretasikan kegiatan
pcningkatan
Illas daerah
irigasi
fimgsional
lebih
bahwa di KTI mcmungkinkan
dilakukan. karena daerah yang belum terbangun relatif lebih Iuas. Sedangkan di KBI, khususnya Ji pulau J21wa lahan yang diperlukan
untuk perluasan irigasi
semakin sempit dan dacrah persawahan yctnll( dialiri oleh ingasi juga semaki n berkurang, Kemungkinan lain adalah di KB! pendanaan lewat DAK infrastruktur
irigasi lebih banyak dipergunakan untuk melakukan pemeliharaan
rutrn
jaringan
irigasi yang sudah ada, sedangkan di KTI pcngg1maan DAK i11fras!ruktur irigiis1 lebih banyak dipergunaken untuk pembangunan jaringan irigasi baru, Seperti telah dijelaskan dirnuka, bahwa adanya penurunan luas daerah irigasi fungsioual dapa: disebabkan oleh beberapa sebab, l.aj u tmgkat kcrusakan 1rigas1 yang tinggi yang tidak scbanding dengan pembiayaan untul< pemeli haraan dan rehabilitasi menjndi satah satu penyebab terjadinya penurunan Juas dacrah irigasi fungsional. Meskipu» telah dibiayai melalui DAK infrastruktur irigasr alum tetapi apabila
laju tingkat kerusakan irigasi disuatu doerah lebih tinggi dibandingkan
ulokasi pembiayaan untuk pcmcliharaan irigasi yang ada, ma.ka akan terjadi suatu
backlog maintenance.
106 4.1.2.B.
Pemantauan Variabel Ketahanan Pangan
B. l. Nasional Analisis
selanjutnya
adalah pemantauan variabel
ketahanan pangan dengan
menggunakan indikator jumlah produksi padi sawah. Sama dengan analisis untuk Juas daerah irigasi fungsional, analisis pemantauan produksi padi sawah diamati dalam kurun waktu empat tahun yang dibagi menjadi tiga periode pengamatan, yaitu periode 2002-2003,
2003-2004 dan 2004-2005.
Hasil analisisnya dapat diamati dari tabel.4.3. dan gamba.r 4.9. Gambar 4.9. Proporsi Jumlah Kabupaten menurut produksi padi sawah.
[;;!
Meningkat • Menurun
o Tetap
Sumber: Hasil analisis tabel 4.3 Dari analisis
menggunakan tabel 4.3 dan gambar 4.9.
produksi padi sawah secara umum selama
terlihat dari variabel
tiga periode pengamatan
dengan
menggunakan metoda komparatif antara produksi padi sawah pada dua tahun yang berurutan
menunjukkan
bahwa
prosentase
daerah
yang
mengalarni
penurunan produksi padi sawah selama tiga periode pengarnatan menunjuk.kan jumlah yang sernakin meningkat.
Di lain sisi jumlah
kabupaten/kota
yang
mengalami kenaikkan produksi padi sawah sernakin menurun dalam tiga periode pengamatan tersebut, demikian juga dengan daerah yang dapat rnempertahankan
107
produksi padi sawah juga mengalami penurunan. Secara lebih rinci dapat diuraikan pada rnasing-masing periode sebagai berikut, Periode tahun 200'.!-2003. jumlah kabupaten/kote yang pada tahun 2003 mampu mcnmgkatkan produksi padi sawah lebih tinggi dibandingkan tahun 2002 adalah
scbanyak 99 kabupatcn/kota atau 66,9% dari total l 48 kabupalenlkota. Sementara kabupaten/kora yang mengalami penurunan produksi padi sawah adalah sebanyak 48 kabupaterrkota atau 32,4% dan yang mampu mernpertahankan produksi padi sawah
sama
dengan
produksi
tahun
sebelumnya
adalah
sebanyak
1
kabupatenrkota atau 0, 7%. Pada periode berikutnya yaitu tahun 2003-2004, jumlah kabupalenlkota
yang
mengalarm kcnarkkan produksi padi sawahnya, turuo dibandingkan periode 2002· 2003 yaitu 62,2% atau sebanyak 92 kabupaten/kota, jadi mcngalami pcnurunan sebesar z, 7%. Pada sisi lain, kabupaten/kota yang mengalarni penurunan produl:si padi sawah, malah menuniukkan peningkatan sebesar 5,4% dibandingkan periode
2002-2003 rnenjadi 37,8% atau sebanyak 51'i kabupaten/kota. Kondisi ini tcrus bcrlanjut
kahupaten/kora rrenunj ukkan
untuk pcriodc
yang
mengalami
prosentase
j umlah
tahun 2004-2005,
penutunan yang
lebih
produksi tinggi
bahkan jumlah
padi
dibandingkan
sawahnya jumlah
kabupaten/kota yang mcngalarni kenaikkau produksi pad1 sawahnya. Psda pcriodc ini jumfoh l
85.1% atau sebanyak 126 kabupatenikota. Melihat keecnderungan penunman produksi pa
k~hupaLenlkntr.yang meningkal pmduk~i padi sawshnya. Scperti diterangkan
dalam Rab II Tinjauan Pustaka dimuka menurut Hilman Manan (2002) bahwa air irigasi dalarn suatu proses produksi pertanian
merupakan
Iaktor yang
108 mernpunyai kontribusi sebesar 16 persen, Persn .iai meningkat hingga 75 persen apahila dikombinasikan
dengen faktor produksi lain scperti benih dan pupuk,
semcnrsra fakzor chrcmal lain seperti illim dan hama dan faktor lain mcrupakan faktor yang mclengkapi mcnjadi
I 00 person, Olch scbab i ni me Ii hat
kecenderungan penurunan produksi padi sawah dalam pemantauan dampak hasil pelaksanaan DAK infrastruktur irigasi dapat diprediksi adanya faktor-faktor Jain di luar Iaktor irigasi yang menycbabkan pcnurunan tersebut. Dari <1nalisis ini dapat diketahui bahwa berdasarkan pcmantsuan terhadap variabel darnpak ketahanan pangan yang diukur rnelalui indikator produks] padi sawah c!iinterpreiasik:l!l
bahwa
belum
SC>Uai dengan rujuan pelaksanaan
DAK
infrastruktur iriga.•i ya1tu mendukung ketabanan pangan, Adanya Iaktor Lain yang lebih bcrpengaruh
dalam
suatu proses produksi
padi sawah selain
irig£1Si
merupakan suaru prediksi yang bisa diambil dalam analisis ini. Adan ya faktor lain yang mempengaruhi proses produksi padi sa wuh selain irigasi hendaknya menjadi perhatian pemcrintah di dalam meodukung program kutahanan pangan nusional. OAK bidang penanian yang menjadi leeding sector atau sektor utama dalam
program ketahanau pangan nasional hendaknya benar-benar mengarahkan dan merurnuskan
denga«
kegiatan-kegiatan
kegiatan-kegiatan
yang bisa saling mendukung dan bersinergi
di
Apahila rnelihat arahan kegiatan dalan:i DAK bidang pcrtanian sepcrti tertuang
dulam Pasal 9 Peraturan Menteri Keuangan No.124 rahun 2005 tcntang Penetspan /\[oka'° dau Pedvmau Urourn Paigdulaan Darm i\lokasi Khusus TA. 2006. ternyara penanganan
penyediaan
sarana pupuk
seT!JI pemoerantasan bama
pertanian belum ditetapkan scbsgai arahan kegiata« dalam OAK. bidangpertanian. Padahal kedua faktor ini, juga memberikan kontribusi pengaruh di dalam suatu
proses produksi tanaman padi.
Oleh sebab itu guna mendukung program
ketahanan pangan nasional yang lebih haik perlu suatu keterpaduan di dalam pclaksanaan kcgiatan yang didanai mclalui Dana Alokasi Khusus.
109 B.2. Wilayah Pemantauan
variabel dampak ketahanan pangan yang diarnati lewat indikator
produksi padi sawah di KBI dan KTI menunjukkan gambaran yang sebaliknya dengan analisis luas daerah irigasi fungsional. Dari tabel 4.4, berdasarkan analisis atas data produksi padi sawah, terlihat bahwa selama tiga periode pengamatan, secara umum terjadi penurunan yang cukup
signifikan terhadap jumlah kabupaten/kota yang mengalami kenaikkan produksi padi sawah. Baik di KBI maupun di KTI jum.lah kabupaten/kota yang rnengalami penurunan produksi padi sawahnya menunjukkan prosentase yang semakin naik. Secara lebih rinci analisis terhadap produksi padi sawah di KBI dan KTI dapat dilihat dari tabel. 4.4 dan gambar 4.9. Gambar 4.9. Proporsi
Jumlah Kabupaten menurut Produksi Padi Sawah pembagian menurut KBI dan KTl
QTetap KTI
• llfenurun KTI
o Weningkat KTI
OTetap KBI
• r.knurun KBI
i;;i tokningkat KBI
Sumber : Hasil analisis tabel 4.4.
110
Sclama periode 2002-2003 di KB!, 58,8% kabupatewkota atsu 50 kabuparcn/kota mengalami kenaikan produksi padi sawah, sedangkan di KTJ 77,8% atau scjumlah 49 kahupatervkora. produksi
padi
Semeruara
sawah
di
KHI
k11buparenlko!a
edalah
yang rnengalami
scbanyak
40% atau
penurunan
sebanyak
34
kabupatcn/kota dan di KTI !'
yang mcngalami
kenaikkan
produksi padi sawahnya,
yaitu
scbanyak 37,6~/,, atau ~hanyak 5.3 lcabuparcnlkora. Sementara di KTI malah
terjadi penurunan jurnlah kabupaten/kota yang mengalami kcnaikkan produksi padi sawahnya, yaite seoessr 61 .9% acau sebanyak .39 kubupaten!kota. Pada periodc 2004-2005 di KHI
5
kabupatenlkota saja Melihar fenomena ini, seperti
telah dijclaskan di dalam analisis pmduksi padi sawah secara nasional di depan, bahwa faktor ;rigas1 dalam suatn proses produksi padi secara tunggal mcmbcrikao kontribusi sebanyak 16%. Hal ini akan matjadi 75% apabila faktor pupuk dan tiibi( ikut discrtakan dan menjadi 100"~ kcnka faktor-fakror cksrernal lain scperti iklim, hama. serta lainnya menjadi variabel bebasnya. Oleh sebab itu dalarn analisis
ini tidak secara khusus meneari faktor penyebab penurunan jurnlah
kebupaten/kota yang memngkat produksi padi saw-ah tersebut, akan tetapi dapat diintcrpretasikan
bahwa hasil pelaksansan DAK infrasrruktur irigasi belum sesuai
dengan t uj uan pc laksanaan yai tu mendukung ketahanan pangan.
~.2. TEMVAN Uerdasarkan hasil analisis terhadap penelitiau yang dilakukun dapar diperoleh tcrnuan sebagai beri kut :
111
J.
Pelak~""" VAK infrasrruktur memberikw gamb
DAK infrustruktur dengan tujuun yang telah
diterapkan, schingga bisa dikatakan
banwa kebijakan pembiayaan melalui
mekanisme VAK infrastrukt\lr cukup berhasil dcngan baik 2.
Keluaran atau output hasil pelaksanaan DAK infrastruktur jalen menunjukk.an kesesuaian dengan tujuan pclaksanaan yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri
Keuangan
No.124
tahun 2005.,
yaitu
peuingkatau
pday1111a.11
presarana jalan rnelalui kegiatan pcmeliharaan secara periodik/bcrkala dan peningkutan prusarana jalan, Hal ini dapat dilihat dari pcmantauan variabel
pttttiang
jalm> 111a11tap selruna
tiga
mcnunjukkan jurnlah kabupaten/kota
periede
iahuu
pt.;igam1>1an
yang
yan" mengalami penlngkatan PUf\iang
jalen mantap mencapai diatas S9% dsri 273 kabupeten/kota ynng menjadi daerah pcngarnatan,
Kundisr
ini juga mcnggambuekan bahwa skcma
pemhiuytUtn mC"lalui DAK ini l?eMr-henar d11pRt memhcrikR11 d11mp11k yang balk bagi obyck etau kegietan yang didanei. mt1nging11t bahwu sifi.itnyu yang 1;pecljk grcn: artinya pcruntukkannya jelas sesuai uent,lun bidaug y11ng dibiayai
3. Drunpuk basil pel!lksanat1n D/\K infrastruktur [alan juga meuunjukkan keso:suniAn
dengan
penurnbuhan
tuju~n pclaksanaen
ekonomi
daerah,
I),\[(
tersebut yaitu mendukung
I (al ini clapat dilihat dari hasil
analisis
pernantauan terhadap mdikator PDRB. dlrnana dalam tiga periode tanun pengamatan menunjukkau jumlah kabupateu/kota yang mcngalsmi kenaikan
nilai PORB t>aik nominal maupun riil mcncapai Jebih dari 95 %. 4. Bcrdasarkan pcrbcdaan wilayah pengamatan yaitu di l11doncsia
Kawasan
Timur
infrastruktur jalan tidak mcnunjukkan terhadap
veriabel
keluaran
Indonesia.
ha~il
Kawasan Barat
pciaksanaa«
DAI<
perbedaan yang nyata Pcmantauan
dan darnpak
di kedua
wilayah rnemberikan
gambarau jumlah kabupaten/kota yang mengalam i pcui ngkatan parjang jalan
rnanrap dan PDRB mencapai di atas 83 %.
112
5.
Pad" periode peogamatan tahun 2004 · 2005, terdapat 6 % kabupercn/kota
yang malah mcngalami penuruaan panjang jalan
rnamap, ha! ini
mengindikasikan beberapa kemungkinan pcnyebab seperti udanya bencana
alain sebagaimana dialami di kabuparen/kota di Propinsi Nanggroc Aceh Darusalam. Kcmungkinan Jain bahwa alokasi pembiayaan lewat DAK ini bclum marnpu menuiupi backlog maintenance yang terjadi di daerah tcrsebut.
l.a,j u tingkut kcrusakan ja.an yang ti!1ggi tidak daput dikejar dengan menutup lcwat pembiayaan OAK tersebut,
6.
Dari tiga periode tahun pcmantauan basil pelaksanaan
DAK infrastruktur
irigasi. terlihat bahwa secara kualitas luas daerah irigasi fungsional rnengalami suatu perkernbangan
yang meuingkat. Kebcrhasilan rnerupertahankun dan
meningkatkan luas daerah irigasi tiingsional selsma kurun waktu ernpat tahun
dari tahuu 2002 sarnpai dengan tahun 2005 merupakan
gambaran dari
keberhasllan pcngalokusian OAK inf'ra.'ltr.tktur i~asi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan OAK infrastruktur iri~si rclah herjalan secara elekrif dan efisien, karena pencapaian secara fisik (elah menuojukkon hasil yang cukup
memuaska» sesuai dengan tujuan pcl3ks1miwn. 7
Pemanraunn
dampak
basil pelaksanaan
l)A K inli"ll~irvktur
irig11si yang
mcngguuakan indil:.ator produksi padi sawah sebagui vanbcl y1111~ dipantau menuniukkan selama tiga periode tabun pcngamatan, jumiah kabupaten yang mengutami
pcnurunan pro
periodc tahun 2004 .. 2005 mencapai 8~ %. Garnbaran ini menuniukan bahwa walaupun
secara
pcningkotan
slgnifikan
kuantitas
luas
d
irigasi
fungsional
akan tctapi tidak dapat memberikan pengaruh
terhadap
diinterpreiasikan
produksi
padi
sawah, Oleo
sebab
mengalarm yang cukup
itu
dapat
bahwa ada Iaktor loin }"
proses produksi padi sawah 8.
Untuk DAK infrastruktur irigasi analisls
pemaruauan
tcrlihal
di Kawasan Baral Indonesia, dari hasil
keccnderungan untuk memanlaatkan DAK
infrasuuktur irigasi untuk perneliharaan rutin. Hal ini terlihat dari jumlah
J Ij
kabuparcn/kota yang kondisi luas daerah irigasi fungsionalnya tidak rncngalarni perubahan, hal ini dischthlcan areal untuk penciptaan sawah baru khususnya di Pulau Jown semakin sulit untuk dlctptnkan.
114 DAD V
KF.SIMPULAN DAN REKOMENDASJ
Pada bah
lirna
iui akan diuraikan
kesimpulau analisis peinantauan hasil
peiaksanaan DAK infrastruktur dan rekomendasi scbagai upaya pelaksanaan DAK Infrastruktur sclanjutnya. Di samping itu, akan diuraikan jugs keterbatasank c terbatasan dalarn penelitiun ini dan rekomcndasi untuk penelitien lanjutan. S.1. f<e5impulan Berdasarkan ha" I analisis pemantauan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
hasil pelaksanaan Dana Alokasi Khusus
bidang infrastruktur tclah
memberikan gambaran bahwa DAK infrasuuktur merupakan bentuk kebijakan pcmcrintah
pusar di bidang penganggaran yang cukup bcrhasil dalam rangka
pelaksanaan deseniralisasi fiskal scbagai implementasi dari pelaksanaan UndangUndang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Daerah Kcbijakao pembiayaan melalui mekanisme DAK
mtrastruktur mi telah rnembenkan dukungan terhadap kcgiatan yang menjadi prioritas
nasional
yang dilaksanakan
olch dacrah serta darnpaknye laagsuug
di rasakan o leh dacrah. Pclaksanaan
f)AK infrastruktur
yang mctiputi
infrastrukrur jalan dan irigasi
mcnunjukkan gam!Jaran darnpak pelaksassan }'Mg sanga! ooik Oaf!i pembangunan daerah. Hal ini
bahwa bentuk tranfer dana dari pcmcrintah
pusat kepada perncrintah daerah dalam bcntuk dan mckanismc
Dana Alokasi
Khusus ini telah mcmbcrikan suatu stimulan )-ang positif bagi pernbangunan daerah. Alokasi
DAK Infrasirukmr ini relah membuktikan bahwa pernbiayaau
DAK yang merupakun bagian dari proses descntralisasi fiskal dalam rangka otonomi dacrah, dapat membanru dacrah dalam mernberikan pelayanan publik yang Iebih baik dan menciptakan pmi;es pengambilan kcpntusan publik yang lebih
dcrnokratis.
115 Hasil pclaksanaan OAK Infrastruktur jalan mernberikan gamberan yang positif
pclayanan prasarana jalan sorta menjadi pendukung
bagi pcningkatan
peningkatan pcrekonornian di daerah sehingga pclaksanaan jalan ini benar-beuar daerah.
hasil
Semenrara
gwnbaran
memberikan dampak y«ng besar pelaksanaan
OAK
yang baik bugi peningkatan
pcrannya tidak
begitu mendukung
bagi
DAK infrastruktur
bagi pembangurum di
Infrastrnktur
lrigasi
pelayanan jaringan irigasl
program kerahanan pangan
rnemberi meskipun
tewat upaya
swasernhada beras.
5.2. Rekomend:ui Berdasarkan hasi I analisis yi1ng telah dilalcukan. maka dapat direkomendasikan
kepada Pemerimah Pusar beberspa ha! sebagai berikut : 1.
Infrastruktur jalan memcrloksn
alokasi
pembiuy8'10 yang cukup besar
menginga; laju kerusakan julan yang tinggi yang tidak sebanding dcngan
besar
pcmbiayaan
sehinggu alukusinya
menycbabkan
perlu meudopatkan porsi yang cukup bcsar, Sclain itu
perdn daerah dalam kabupaten/kota nasional
perlu
c.:r.1adinya bud1og maintenance.
pembiayaan infms1ruk1ur jalan khususnya jalan
y:m& merupakan ditingkatkan
bagian
terbesar
dari jaringan jalan
dengan cara memberikun opresiasi kepada
kabupaten/kota yang rnernberikan alokasi dana pcndamping yang melebihi dari yang d ipersyaratkan
y11ito
Ill% d'lri pagu OAK yang diberikan.
Apresiusi itu dapat dalam bentuk tambchan alokasi [>AK untuk bidang yang diioginknn oleh daerah tersebur. 2. Alokasi
OAK Infrastruktur untuk irigasi perlu dikaji ulang berdasarkan
karakteristik
kcwilayabannya
dcngan memperhatikan tata ruang daerah
yang ada. Keterbatasan tata ruang yang bisa dimanfaatkan untuk lahan konversi
irigasi
infrastruktur
pcrlu
mcnjadi pcrtimbangan
dalam alokasi
l)AK
irigasi. Mengingat di Jawa areal untuk kawasan belum
tcrbangun sudah semakin sempit, untuk itu prioritas untuk pembangunan
116 jaringan irigasi baru perlu diberikan untuk daerah di luar Jawa, khususnya yang mcmpunyai areal pcrsawahan yang mempunyai prospek bogus. 3. Sehagai hagian dari tahapan dalam analisis kebijakan dan rncrupakan bagian dari pengawasan, maka hasil dari analisis pcmanteuan pclaksanaan DAK infrastruktur ini
perlu dirindaklanjuti dcngan rnelakukan evaluasi
tcrhadap hasiVoulpul dan outcome pclaksanaa»
sehingga dapat diukur
tingkat keberhasilan program ()AK bersangkutan (cvaluasi sumatit). Sedangkan dari proses pelaksanaan DAK infrastruktur ini maka dapat dilakukan evaluasi pclaksanaan DAK infrastruktur yang sedung berjalan schingga dapat dilakukan perbaikan aias pclaksanaan program tersebut
secara terus menerus (cvaluasi formarif).
S.3. Keterhat•uan Sntdi Kctcrbatasan dalam penelitian studi pemantauan ini antara lain disebabkan oleh tcrbatasn)u kualitas duta-data ~ang ada. Seharusnya dalam anallsls pemantauan memerlukan data yang merupskan data rcalisasi pclaksanaan DAK lnfrastruktur dalam bcntuk progres fisik serta data reneana definitif dari masing-masing
kabupatenlkota penerima DAK, sehingga dapat dilihat basil pelaksanaannya secara lebih obyektif. Data reaiisasi pencapeian harus sesuai dengan pagu anggaran yang ditcrima
masing-rnasing dacrah sehingga data fisik yang didapat
benar-benar rnerupakan akibat dari pcmbiaysan OAK tersebut Akan tetapi mcngingar kabupatcn/lrnta yang menjadi dat:rah pengamatan sangat Iuas dan banyak maka karena keterbatasan waktu, tenaga dan dana dari penulis, sehingga data-data
dalam
tingkat
kabupatcu/kota
mcnghadapi
kendala
dalarn
mengumpulkan dan mendapatkan data-data tersebut,
5.4. Usulan Studi Lebih Lanjul Scbagai bahan masukan untuk usulan studi Jebih lanjut dari Studi Pcmantauan Hasil Pelaksanaan DAK lnfrastruktur adalah :
I 17 Pcrlu dilakukan kajian evaluasi khususnya evaluasi sumatif yaitu cvaluasi terhadap hasil pelaksanaan UAI( infrasuuktur
sehingga dapal
memberikan
penilaian terhadap tingkat keberhasilan
pelaksanaan DAK
infrastruktur
dan pada akhirnya dapal dinilai tingkal keefektifan dan
keefisiensian pelaksanaan OAK infrastruktur, sehingga pada akhimya dapat mcrnberikan
fonnulasi
dan
rumusan yang Jebih baik
1111t11k
pelaksanaanOAK infrostruktur selaniumya. 2.
Perlu
dilakukan
kajian
mengenai
bidang
infrasrruktur
Jain
yang
merupakan kewenangan daerah yang layak mcndapatkan pembiaysan lewat OAK sehingga beban pcmcrintah daerah sebagai ujung tombak pclayanan publik menjadi berkurang.
DAFTAR PUST.<\KA
Aoidin. Said Zainal, 2002, I&bijaka;1 Pubhk, Yayasan Pancur Siwah. Jakarta; Bahl. Roy, W.. 1999. lmpiementauon
R11/e.r For Fiscal l)ece111ralizatio11 .• Publised
of the World Bank, New York;
Bird. Richard M .• <Jan Vaillancourt, Francois, 20()0. FLSwl Decem-aliuuton "' Developing. Cu11111r1e.•. University of Cambridge. lJK; Bird, RM, and Srnnrt.M, 2001, Tn1erg(lvernnio11((1/ Fiscal Trnnfor . Some t.essoa from lnremationaf Experience, University of Totonro. Canada:
13lrd.
R.M. .WOO. Desemraltsasr Ftskal di N11gar11-Ne}(ttm fJerkem/1a11g (Tcrjemshan), Grnmedia Pustaka Utama, P'l', Jakarta;
l:ll'PK-Oepkeu:2004, Bahon Ajar Vatu1Perimba11gun1111111/r. Diklar Tc/ems Suh.rlantif Spesialr.vasiPerencanaan dan P1:mhi11ann Ani:germu. Jukarra; Brodjtmceoro, l:l~mbang dun l{i~yana. C:.; 2002. Data Dcsar DAT.I 2{}()/ dan 1001 dalam IJUAu DAU Kwm:11. Hamlnuo», dim Prospek d1 Era Otonomt Daerah:
LPEM-MPJ
Jalulrtll:
Desemrousa« Fl.•kti/ dm1 /'e111banguntm Uaerah: l.l't:M·
Fl:: UI: Buchanan .. lames M. and Flowers, M11rilyn I(.; 1()75. 1'h~ Pubhc F1r111nc1ts An /nlmdu.:t1oncir)'Textbook; \\disi Kecmpat: Ricnard 0 Irwin Inc.; Illinois. AS:
Davey, K.J. l 988. l'embiayaan Pcmermtah Dacrah, (Tcrjemahan]. Ul-PRt:SS. Jnkurca:
Oirjcn /\nggaran dan Pcrimha11ga11 l(~a11r:;au - Ocp11r1cmcn K1:uani;1m Powert'oin; 11m11111g /ndeks Kemaholan Konstrucss. Oitjen Anggaran-Departemen
Keuangan,
2004 Mekamsme
Penyalurun Pencairan Dana .1/oka.<1 Khusus Non D11na Reboisusi, Jakarta:
I{ I;
don
Dunn. William N, 1994. f'e11gcmrar ArurfiM.< Kehijafon f'ubfilc (Terjemahan). Gadjan Mada University Press, Y ogyukarta;
Dunn. William t-0., 1995, Analuu (Jrdha Widyu, Yogyukartu;
Kebtjaksanaan
I'ub/ik
[Terjmahsn], Hanindita
t:kdund. JR. Robert B. dQn l lebert, Robert F .; 1997. A History of t::co11c11111c Theory· and Method; Fourth edition. Mc-Graw-Hill Jntemanonat Edition; l\S: G1·igg. Neil. 1988. lrfrossrucunv Sons:
1:;,1gme1nng and Management .. John Wilay &
Hudson W., Donald, Haas Ralp, Uddin Wahccd, 1997, infi-asr111critreManu?,enttnt,
Mc Graw flill, LISA; Kodoatie, RJ. 2005, Pengan1ur Manajemen Infra.nrufl;lur, Pustaka Pclajar, Y ogyakarta. Ma Jun: September l'l97. Intergovemmerual Fucal Transfer in Nine Countries: l.t:.mm.r for Dn~·lopmg Courtlrie:r, The World Bank Policy Research Working Paper 1822; Mahi, Raksaka; Slide: Dana Afof.asf Khusus (OAK}: Kehutuhan, Alokast don i'rospeknya di l:'ra UtonomtDaerah; falrultas c'lconomi Lil; ............... ; April 2000. Kebijakan Bantuan Pusa; ~ Daerah: Implikassnya Terhadap f>erlr1mbuha11 don Pemeratuon Antar Doerah; MakAlth dalam Kongrcs ISEI ke-14: Sulsel: Majalah Anggaran 2003-2004- The tndonestan B11dge1 In Brief. Jakarta Ditjen Anggaran, Depkeu; Jakarta; Mankiw, liregury N .: 2000. l'ent:tmlar 1-:koncmlJilidI clan If (terjemahan). Pcnerbit F.rlnngga: Jakarta: Mu~crovc, ~idumf A.
dan Musgm..e, Peggy B.: 1991,
K~utmgan 11/.,~aru dolam
Teori don l'rt1ktek (1etjemal1an);Edisi Kelima; Penerbit Erlang~•: Jakarta; Mi~hkin. Frederich S. Im, Drjini~ Agrcgate Output, Incomr and the Price Level, d11/a111 T1i(! Economtcs of Mtmty, 8011/ttn11. and Flnanl'tu! M!1rkt·t. Addison· Wt•.>lcy. L SA: ~l1ah.
AmvRr: 1994. Tht· RPfivm of lntergo•'l'mmm/11/ Fiscal Relations 111 Oti·"loping at1
»c.
Sidik, Muchfud:
2002. Formos l/u!Juni;<m Keuangun Pusat don Daerah fon~ P"'la l'~11.-<1pmwr T'!)uan Na.,/011ul. l)i~ien Anggal'lln dan Perimbangan Keuangan; Jakarta M•11~11cu
.......... : 13 Maret 2002, Perimbangan Ke11anga11 Pvsat dan Daeroh .fehugui f)dalw.uu>a11 Desemrahsasi Fistnl {Antara Teon don .4p/i/r.asiln•a di Indonesia); Seminar "Setehun hnplcmentesi Kcbljaksanaan Otonorni 031.Tahdi
Indonesia"; J<..-gyalrnrtu: Simanjunlal<., Robert A. dan lfolay1111co. Ojvko; 2002. DAU ch masa depcn: dalam buk» nAU. Kn"'"f'· Hambotnn, dan Prospek di Era Otono1111 Doerah; LPEMMPKP-Ucpl.:cu·Kompas; Jakarta: Simanj untak, Robert /\.: Oktnber 2003. f'mjoman Doerah dari Luar Negen. Kajian t"rhadap ketentuan daiam KMK No 35/lOQJ dart .~11k1<. Pinlaman Duerah l'a11g Ber.mmber Dun Luar N•µri Pel11cmg don Tantangan: Roundtable
Discussioo Direktorar Luar Negeri IJJ;
Siregar, Dolly, 2004, Manqi<'"'"" As'''· Gramedia Pustaka Utama, PT, Jakarta: Suwanili_ 1 M11tit~; Maret 200(), Mt!lllf"'rsiapkan Tronsis: Desemralisasi Fiskal Sebagai lmpliluw U/J 22 Tahun 1999 Dan W 25 Tahun 1999: Project 497-
0JS?/1 ()4-000 Center for Institutional Refonn and the lnfon11al Sector (IRIS)University of Maryland at College Park; Jakarta; The World Bank Brief far The Con,iultativo Group on Indonesia; Indonesia· New Dsrecttons; Januari 2005 The World Bank: Juni 2003, Oewntm/i~ing Indonesia: A Kel{ional I'uh/ic Expendnure Review: R~p(lrt No. ?.t.\l
LPEM-UI, Jakarta; Yani, Ahmad; :?001., H11hunf?a11 Keuangan untara Pemnmwh Puso! don Daerah di
Indonesia; 1•r RHjaGr~fi11Jo Pt"r.;Hd•; Jakartu:
.-,i.,,._.
'·'." ••-. l,.·111,,,,
,.,,11,
2005, !::. Sumard), Krcdilpun Mengucur di Sektor
Infrastruktur. ---------·Undsng-Undang No.07 tahun 2004. tenlnug Suml'l::r U•y• Air: . Undanl\·Undan~ No. I.'\ tanun I 980, tentang PCTletapan Ruas-Ruas Jalan sebilb'lliJalen Kabupaten/Kota: __
•
. t !ndang-lJnrtani: Nn.3~ 1n~11n 2004, tcntang Perimbangen
1-\euani;un 1-'emerintah Pusat dan Pernerintah Daerah: -------
... • IJncJani;-lJndans No.38 tahun 2004. tenraug Jalan;
---------· Peraiuran Pernerintah No.55 tahun 200.~. l~nt~ng Dana Perimbanga»:
---------·Perarcrau l'emerintah No.20 tahun 2006. tentang Irignsi; ·-· Peraiuran Mcrueri Keuangan No. I 24/l•MK.Cl2!2005. tcntang Penetapan A lokafii dan Pedoman Umurn Pcngclolaan Dana Al<>h~i
Khusus Tahun Aoggaran 2006: --------·Kcputusan Menteri PU No. 61)7/KPTS/M/200:5 Tanggal 29 Desember 2005, tentang Julmis Pernanfaatan DAK Bida•t! lnfrastruktur tahun 20()(,:
·-· Surat Edaran Dirien Pcrbwdohonwn No. IJS/Pb/2005. teruang Tata Cara Penetapan dan Pcnyeluran uana Afokasi Khusus Non DR tahun 2005:
--------
LAMP IRAN
:=gt:~&~:~~~&t~~
'HOH
H
p ,~ n I 1
.
I fj
#~~-·-~-. . •
#
#
...
n·rr nt
J I
~ ... ~ ft
i! lflfl i J
ii
fi; :1 tf
t•
•
(!,
I!! -
i
j
r;>
i
4• ••
•
•
~~8~~~= . " ...
~!;•~i:~
..
i
~..,
,;:~&
w•I
~· .. ~
!
b
f---·---"'-+---iS
...•
I
=
iI
I ;
-~~,- ~-I
I
I
I , I
I
o
I
- I
!~I ;-
'r, 18:
"-•
~(• ~~ !1 ~~ :.
,·. -r ·.. · . ·...
I
• -; j·_. ~ :. .. ! : : .. -: :.: t i ~ ;
;
'
·'
! . :
;
:
: ;
. , :,
: !
,:
.'
'!' : •
: .:
• ·? : ? : :
..
:
':'"
'~
:;:.~.~
~
,·.
.
\
:
;:.
-
-
~
:. !
!
~ :·.~
-'
- : :. . - . 1 \ - ..
•'
:,,
~···. :.,::
• 0
T
:'. '..:. ; ;.. ~ . -.. ~ .:, !': ~.-.- ~ ~ ~ ~
:
:, l. ~ :
J>
: ~ . ! ;:. :~
'
- ..
:
:!:..··::·~
i~ f !~
~· : :~ ~· ;~ i~.
'
·f
'
''
,
:
'
'
' '
..,
:;' ;' ,-
1~ 1'~ ~ ~ ~ r ~: ~-i~. i ~ ;:l~i ~ - . r-: ! .~ r it :rr~ ~ ~ ~ ~} i!± 1 ~ ~'" i! ~ ~ ~ : i i : r. r r
; I
= ':. ... ~
.
' I -. -~ ,,-.. _ ··- .-.-•. ... ' .. ,. - _,_ ;
'
-
:.
:.
•
.
•
'
I
I
I •
1
'
'
" '
-
'
'
.
.
':
:.
:.
.. ': I'
••
•
. ,.1, .. '
- • .. "; ':' ... 7 ~ • ~ !° !' ':· !' !. ! :"' !
--,= . . ~ ... ·. :
:.
. -
I
I
1...•·•~(81;
I
;j.;
-.-
!
+r-
I ;
~;~·~l•1si ::I
·-
;j~;i~~ ~ ~ •
8,cs 81@: ;.,.o 3 8 ~ o 818 8.~
' ! :
i=!£c'1
·= !• Fl
"'I
I~ :§ -
'<:>
---
' ?.-
--
·~~
'!Si ........
..
l
..
'"
......., .., ..,.. .,. .... '"" ._ OY"A_.
~;,:~~
:
... '
:
-
!
I
:
!;' • •••
,., ~
(
...
;
'":
r.. I~ c le; 1- ,- : .
- - .. ;,:
..
.. , ,~
<
: i:
'
..
. 1. L '
,-. •.· ·= .
'!'f' "'
I' ! ' 1'
-
-
. <
. ; •:
• ,., 1=
: - 77:
~ -.
'- .,
::-
-'~ .- ,
! ':
i~ :.. ( ,=
. . ·:~
., ~ ~ .. - < •:.
.. : .:: . -, ~~I:.:,~ :
-
! ..
,;.
,_ -
' =·::-1;:' T!-;ti.;
-i;.--.~~·.·.:
'
:;· =-. .. ~=~·
!. ! - •
:
> :
'1c.· .:i ··., ....
~~
:
. . ;~ 1:
:-
-~
: -; . -·
' ;
:
'
--
..
-
.-
.!.. ~ 8
'
I
.I
•
j
'i I •" •• ll:.!'
!' •••
~'.~ .. :s ~ : !r: ' ... ,::;.I I........... •~.... ::I i
.~ :. i r
= :.
-
-