STUDI DIAMETER, TINGGI DAN VOLUME TEGAKAN SUNGKAI (Peronema canescens JACK) UMUR 19 TAHUN DI BUKIT SOEHARTO KM. 60 KAB UPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh : Denny Apriansyah NIM .130500012
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016
STUDI DIAMETER, TINGGI DAN VOLUME TEGAKAN SUNGKAI (Peronema canescens JACK) UMUR 19 TAHUN DI BUKIT SOEHARTO KM. 60 KAB UPATEN KUTAI KARTANEGARA
Oleh : Denny Apriansyah NIM .130500012
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA 2016
ABSTRAK
Denny Apriansyah Studi diameter, tinggi dan volume Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun di Bukit Soeharto km. 60 Kabupaten Kutai Kartanegara (di bawah bimbingan Rudy Nurhayadi). Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Tinggi dan diameter pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas tinggi dan diameter tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran diameter dan tinggi di areal Bukit Soeharto dan untuk mengetahui volume tegakan sungkai. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi potensi tegakan sungkai pada umur 19 tahun di Bukit Soeharto. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan sampling insidental. Metode sampling insidental adalah teknik penentuan sempel berdasarkan kebetulan/insidental yang telak di seleksi dan apabila sebuah pohon masuk dalam kriteria yang layak untuk di teliti maka pohon cocok untuk menjadi sumber data. Hasil pengukuran diameter tegakkan Sungkai (Peronema canescens JACK) didapatk an data statistik diameter rata-rata 18,67 cm, simpangan baku 4,38 cm dan koefisien variasi sebesar 23,46 %, dari hasil pengukuran tinggi tanaman Sungkai (Peronema canescens JACK) didapatkan data statistik tinggi rata-rata 15,16 m, simpangan baku 4,22 m dan koefisien variasi sebesar 27,89 % dan dari hasil pengukuran volume tanaman Sungkai (Peronema canescens JACK) didapatkan data statistik volume rata-rata 0,30 m 3, simpangan baku 0,19 m 3 dan koefisien variasi sebesar 63,33 %. Kata Kunci: Studi Diameter, Tinggi dan Volume Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK).
RIWAYAT HIDUP
Denny Apriyansyah. Lahir pada tanggal 30 Maret 1995 di Malinau Kecamatan Malinau Hulu Kabupaten Malinau Kalimantan Utara. Merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Nanang Taufik dan Ibu Ida Maryani. Pada tahun 2001 memulai pendidikan di sekolah dasar Sekolah Dasar Negeri 02 dan lulus pada tahun 2007, pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Malinau di Malinau Kota dan lulus tahun 2010. Stela itu, Tahun 20010 melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 01 Malinau di Kabupaten Malinau dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2013 masuk kuliah di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mengambil Program Studi Pengelolan Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian dan aktif di organisasi HIMA sebagai ketua kordinato Minat dan Bakat periode 20142015. Pada tanggal 01 Maret 2016 sampai tanggal 4 Mei 2015 penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di PT. Inhutani I UMH Labanan Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas berkat rahmat Allah
,
yang telah memberikan rahmat, nikmat, taufik serta hidayah-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Sebuah penghargaan setinggi-tingginya tidak lupa disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan kegiatan penelitian dan penyelesaian tugas akhir ini. Pada kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulus hati kepada : 1. Kedua orang tua dan saudara tercinta yang telah memberikan dukungan moral maupun materi. 2. Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dorongan, pengarahan, serta bimbingan dan nasehat-nasehat yang memacu semangat untuk menyusun Karya Ilmiah ini. 3. Ibu Agustina Murniyati, S. Hut. MP selaku dosen penguji satu dan Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan. 4. Bapak Ir. Sofyan Bulkis, MP selaku dosen penguji dua. 5. Bapak Ir. M. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan. 6. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Teman-teman rimbawan yang telah membantu atas terselesaikannya penyusunan Karya Ilmiah ini. 8. Pengelola Pusrehut Mulawarman yang berada di Bukit Soeharto km. 60 di Kabupaten Kutai Kartanegara Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Ilmiah ini masih banyak kekurangan, dikarenakan keterbatasan dalam penguasaan materi. Namun penulis berharap informasi yang tersaji di dalamnya dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Penulis
Kampus Gunung Panjang, Agustus 2016
DAFTAR ISI
Halaman i
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Umum Tentang Sungkai (Peronema canescens JACK) B. Risalah Umum Taman Hutan Raya Bukit Soeharto C. Tujuan Pembuatan Hutan Tanaman Sungkai (Peronema canascene JACK) Di Bukit Soeharto km. 60 Kabupaten Kutai Kartanegara D. Tinjauan Umum Pengukuran
3 3 14
BAB III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian B. Alat dan Bahan C. Prosedur Penelitian D. Pengelolaan Data
28 28 28 29 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil B. Pembahasan
33 33 39
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran
41 41 41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
43
ss
16 17
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Tekstur Kayu Sungkai (Peronema canescen JACK)
4
2. Klasifikasi Struktur Pohon Sungkai (Peronema canescen JACK)
4
3. Perbanyakan Tanaman Sungkai Secara Stek Batang
7
4. Lubang Tanam
11
5. Clinometer
18
6. Pengukuran Tinggi Pohon Dengan Trigonometri atau Segitiga Sebangun (Clinometer)
19
7. Pita Ukur Diameter (Phiband)
21
8. Pengukuran Pohon Berdiri
22
9. Pengukuran Pohon Berbanir
23
10. Pengukuran Pohon Cacat
23
11. Pengukuran Batang Bercabang atau Menggarpu
24
12. Pengukuran Dilahan Basah
25
13. Distribusi Diameter Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun
32
14. Distribusi Tinggi Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun
34
15. Distribusi Volume Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun
36
Lampiran 16. Penggukuran Diameter Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
54
17. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
54
18. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
55
19. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
55
ss
20. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
56
21. Peta Wilayah Kerja Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto
56
ss
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Distribusi Diameter Tegakan Sungkai (Peronema canascene JACK) Umur 19 Tahun
33
2. Hasil Statistik Diameter
35
3. Distribusi Tinggi Tegakan Sungkai (Peronema canascene JACK) Umur 19 Tahun
35
4. Hasil Statistik Tinggi
37
5. Distribusi Volume Tegakan Sungkai (Peronema canascene JACK) Umur 19 Tahun
37
6. Hasil Statistik Volume
38 Lampiran
7. Data Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter Dan Volume
ss
41
BAB I PENDAHULUAN
(Tono, 2015) Menyatakan pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu. Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama yang mempengaruhi ketelitian data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang di pergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan di dapat. Demikian pula halnya dengan kemampuan pengamatan dalam pengukuran, semak in baik dalam penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan. Pendugaan suatu komunitas salah satunya dilakukan dengan melakukan pengukuran pada tinggi dan diameter pohon dari komunitas yang akan diketahui tersebut. Tinggi dan diameter pohon merupakan dimensi pohon yang sangat penting dalam pendugaan potensi pohon dan tegakan. Data tinggi dan diameter bukan hanya diperlukan untuk menghitung nilai luas bidang dasar suatu tegakan melainkan juga dapat digunakan untuk menentukan volume pohon dan tegakan, berguna dalam pengaturan penebangan dengan batas tinggi dan diameter tertentu serta dapat digunakan untuk mengetahui struktur suatu tegakan hutan. Pengukuran tinggi dan diameter pohon dengan menggunakan beberapa alat yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula. Dengan demikian, perbedaan relatif dari keakuratan data yang diperoleh di antara alat yang berbeda akan terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kelemahan suatu alat tertentu.
?
Tujuan dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sebaran diameter, tinggi dan volume tegakan Sungkai (Paronema canescens JACK) di areal Bukit Soeharto. 2. Untuk mengetahui potensi tegakan Sungkai (Paronema canescens JACK). Dengan diadakannya kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil informasi potensi tegakan sungkai (Peronema canascene JACK) umur 19 tahun di Bukit Soeharto.
pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Umum Tentang Sungkai (Peronema canescens JACK) 1. Klasifikasi tanaman sungkai (Peronema canescens JACK) Menurut Plantamor (2008), dalam dunia tumbuhan tanaman sungkai (Peronema canescens JACK) tersusun dalam sistematika sebagai berikut: Kingdom
: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio
: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Lamiales
Familia
: Verbenaceae
Genus
: Peronema
Spesies
: Peronema canescens JACK
2. Morfologi tanaman sungkai (Peronema canescens JACK) Tinggi pohon mencapai 20 - 30 meter panjang batang bebas cabang mencapai 15 meter, dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir, dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecilkecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan kayu agak kesat. Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret - Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir (Dephut, 2006).
?
Gambar 1. Tekstur Kayu Sungkai (Peronema canescens JACK)
Permukaan daun berbulu halus, berwarna abu-abu kotor atau abu-abu terang. Dalam satu cabang terdapat lebih dari empat helai daun. Tajuk pohon berbentuk avoid, skala tajuk halus sampai sedang. Daun pertama pinnate, ujung daun ovate, bentuk daun petiolate pada bentuk cotyledon gambar sama dengan perkecambahan epigeal gambar 2c (Zulfahmi, 2007).
a. Ujung Daun (ovate) b. Bentuk Daun (petiolate) c. Cotyledon (epigeal) Gambar 2. Klasifikasi Struktur Pohon Sungkai Sungkai (Peronema canescens JACKK)
Tanaman sungkai (Peronema canescens JACKK) merupakan tanaman kayu-kayuan yang bisa mencapai tinggi 20-30 meter, dengan diameter batang mencapai 60 cm atau lebih. Tinggi batang bebas cabang bisa mencapai 15 meter. Bentuk batang lurus dengan lekuk kecil, tapi kadang-kadang bentuk batangnya jelek akibat serangan hama pucuk. Kulit berwarna abu-abu atau
?
sawo muda, beralur dangkal mengelupas kecil-kecil dan tipis. Penampang kulit luar berwarna coklat, kuning atau merah muda (Dephut, 2006). Kayunya berteras dengan warna sawo muda. Rantingnya penuh dengan bulu-bulu halus. Tajuk tanaman berbentuk bulat telur dan pada umumnya kurang rimbun. Daun mejemuk bersirip ganjil, letak berpasangan dan anakanak daun letaknya berpasangan atau berselang -selang, lancip, melancip pada ujungnya, anak daun di bagian bawahnya tertutup rapat dengan bulubulu halus. Bentuk buah kecil-kecil dan letak bunga berpasangan serta berkedudukan malai. Perakaran menyebar dangkal, tidak tahan terhadap kekurangan zat asam lebih dari 10 hari (Dephut, 2006). Menurut Anonim 1999 menyatakan bahwa pertumbuhan tinggi pohon Sungkai (Peronema canescens JACK) di umur 6 tahun bisa mencapai tinggi 10 m, untuk diameter bisa mencapai 15 cm dengan besaran volume 0,12 m3. 3. Sebaran tempat tumbuh sungkai (Peronema canescens JACK) Sungkai adalah jenis pohon yang tumbuh pada daerah tropis. Jenis ini termasuk ke dalam suku Verbenaceae dengan berbagai nama daerah seperti Jati sebrang atau Ki sebrang (Sunda), Jati Sumatra (Sumatra Selatan), Sungkai atau Kayu Lurus (Kalimantan Selatan). Daerah penyebaran adalah Bagian Barat Kepulauan Indonesia yaitu Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur (Dephut, 2006). Sungkai tumbuh di hutan sekunder pada berbagai jenis tanah dan tidak memerlukan persyaratan tumbuh yang baik, namun biasanya tumbuh baik pada tanah yang cukup mengandung air, seperti di tepi sungai dan secara bermusim tergenang air tawar. Sungkai tahan terhadap persaingan alangalang dan terhadap kebakaran. Sungkai pada umumnya tumbuh baik pada
?
ketinggian 0-600 meter dari permukaan laut (dpl) dan pada daerah yang mempunyai tipe iklim A -C menurut tipe curah hujan (Anonim, 1980). 4. Manfaat dan kegunaan sungkai (Peronema canescen JACK) Pohon Sungkai termasuk kayu kelas awet III dan kelas kuat II - III, serta berat jenis 0,63. Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan lantai, papan dinding, mebel, patung, ukiran dan kerajinan tangan. Selain hal tersebut sungkai juga dapat diolah menjadi finir mewah karena memiliki nilai dekorasi, kulitnya dapat digunakan dinding lumbung padi. Begitu pula daunnya digunakan sebagai obat sakit gigi dan demam panas (Anonim, 1992). 5. Pembibitan sungkai (Peronema canescen JACK) Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara mengambil buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat perbanyakan secara biji (generatif) lebih kecil persentase
tumbuhnya,
maka
untuk
pengadaan
benih
lebih
mudah
dilaksanakan dengan cara perbanyakan vegetatif penanaman digunakan stek batang, yang diambil dari terubusan-terubusan yang berumur lebih kurang dua tahun pada tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek adalah tunggul yang berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus (Dephut, 2006).
Gambar 3. Perbanyakan Tanaman Sungkai Secara Stek Batang (Vegetatif)
?
Pemilihan terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan panjang 25-30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat diberi hormon tumbuh (Rooton F), kemudian ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-kantong plastik sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah penyiraman dua kali sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan dengan insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan pada umur lebih kurang 3 bulan (Dephut, 2006). Menurut Zulfahmi (2007), metode perbanyakan yang sering digunakan adalah stek. Pohon dari pemotongan stek, akan membentuk sistem akar yang rumit, yang sama dengan pertumbuhan pohon yang berasal dari benih. Tetapi jika perbanyakan yang digunakan dari benih, maka benih yang dikoleksi tidak berkecambah dengan baik. Benih berkecambah dengan cepat di bawah sinar matahari penuh. Bahan
stek
dapat
diperoleh
dari
cabang-cabang
pohon
yang
mempunyai persentase hidup 80%-100%, stek pucuk 60%-80% dan terubusan atau anakan. Bahan stek sungkai sebaiknya diambil dari terubusanterubusan yang berumur diatas 2 tahun dari tungkul bekas tebangan. Pertumbuhan akar dapat dirangsang dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Ukuran stek sungkai sebaiknya berdiameter 1,5 - 2,0 cm dan ukuran panjang stek 10-12 cm (Suita, 2005). Selama ini penyediaan bibit sungkai dilakukan dengan stek batang, namun jumlahnya terbatas. Perbanyakan melalui biji juga sulit dilakukan karena bunganya hanya dijumpai dua kali setahun dan viabilitasnya sangat
?
rendah. Perbanyakan in vitro tanaman sungkai melalui proliferasi tunas aksiler untuk skala laboratorium telah berhasil dikembangkan di Pusat Bioteknologi, LIPI (Imelda, 2003). Menurut Sagala (1994), bibit yang baik itu akan tumbuh terus setelah ditanam di lapangan. Bibit yang tidak baik disebut bibit stagnasi yaitu setelah ditanam di lapangan, daunnya gugur. Setelah beberapa minggu, baru pucuknya berkembang. Ada yang pucuknya mati dan gugur, kemudian tunas baru tumbuh dari cabang. Ada yang batangnya mati setelah beberapa bulan, tetapi tunas baru lalu keluar dari leher batang. Dalam memilih bibit tanaman yang perlu diperhatikan pertama kali adalah pertumbuhan batang, cabang, dan daunnya. Kemudian bisa diperhatikan juga penampakan luarnya, apakah ada gejala serangan hama dan penyakit atau tidak. Bentuk batang dan cabang yang baik kelihatan mulus dan kokoh, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek sesuai dengan umurnya. Tanaman yang kerdil biasanya pertumbuhan meningginya juga terhambat sehingga kelihatan pendek dari yang seharusnya. Ada pula bibit yang pertumbuhan tingginya terlalu pesat, sedangkan batangnya kelihatan kecil dan terkesan kurang kokoh. Demikian pula pertumbuhan daunnya kelihatan subur dengan warna hijau cerah. Jika pertumbuhan daunnya terlalu lebat, maka bisa dipangkas sebagian. Untuk melihat apakah bibit yang kita dapatkan bebas penyakit atau tidak, bisa dilihat secara sepintas. Namun, untuk lebih pastinya kita perlu tahu dulu gejala-gejala serangan penyakit tersebut (Setiawan, 2000). Pada tanaman sungkai ini, anakan yang berada di bawah naungan saling terserang karat daun, sedangkan batang pohon sungkai kadang-
?
kadang diserang hama penggerek pucuk. Penanggulangan yang dapat dilakukan untuk masalah hama dan penyakit ini adalah dengan cara pemangkasan daun (Dephut,1998). Eradikasi perlu dilakukan apabila anakan dan pohon sungkai yang terserang hama dan penyakit sudah tidak dapat ditanggulangi lagi dengan cara lain. Penanaman untuk produksi harus tumbuh dengan baik. Metode yang baik untuk menumbuhkan tanaman yang baik untuk tujuan konsumsi pada umumnya sama dengan untuk tujuan produksi benih kecuali adanya pengendalian mutu internal untuk pertanaman benih. Dalam pengendalian mutu internal ini, produsen benih harus mengamankan pertanamannya dari kontaminasi oleh serbuk sari asing ketika penyerbukan berlangsung (Mugnisjah dan Setiawan, 1995). Menurut Johnson dan Cline (1991), nilai Indeks Mutu Minimum bibit adalah 0,09. Dan indeks mutu minimum ini banyak digunakan didalam penilaian bibit tanaman pertanian dan perkebunan. Dengan kesimpulan apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata <0,09 berarti bibit tersebut tidak layak untuk ditanam di lapangan dan apabila nilai Indeks Mutu Bibit Rata-rata >0,09 berarti bibit tersebut layak untuk ditanam di lapangan. Mutu bibit tanaman yang tinggi secara umum ditentukan oleh bibit yang dapat beradaptasi di lapangan secara cepat, tingkat daya hidup yang tinggi, dan mempunyai pertumbuhan yang tinggi (Barnett dan Baker, 1991 ; Johnson dan Cline, 1991).
??
6. Persiapan lapangan a. Pembersihan lapangan Beberapa kegiatan yang di lakukan sebelum penanaman meliputi : 1.
Menebang pohon-pohon sisa dan meninggalkan pohon yang dilarang di tebang.
2.
Mengumpulkan semak belukar, alang-alang dan rumput-rumputan.
3.
Sampah-sampah yang telah terkumpul dibakar.
b. Pengolahan tanah Pengolahan tanah diperlukan pada tanah-tanah yang padat dengan cara sebagai berikut: 1.
Tanah dicangkul sedalam 20 - 25 cm kemudian dibalik
2.
Bungkalan-bungkalan tanah dihancurkan, akar-akardikumpulkan, dijemur dan dibakar
3.
Tanah pada jalur-jalur tanaman dibersihkan, kemudian dibuat lubang tanaman
Gambar 4. Lubang Tanam
??
7. Penanaman sungkai (Peronema canescen JACK) a. Sistem penanaman Beberapa macam sistem penanaman yang dapat dipilih yaitu tumpang sari dan cemplongan yang pemilihannya ditentukan oleh tersedianya biaya, tenaga kerja, keadaan tanah dan keadaan sosial ekonomi masyarakat di sekitarnya. b. Sistem tumpang sari Sistem
tumpang
sari
adalah
pembuatan
tanaman
yang
dilaksanakan oleh peserta tumpang sari dengan pihak kehutanan selama jangka waktu 2,5 tahun. Lokasi tanaman yang dapat dilaksanakan dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat: 1.
Tanah dalam keadaan subur.
2.
Kemiringan tanah tidak lebih dari 40%.
3.
Tenaga kerja tersedia cukup.
4.
Kebutuhan masyarakat terhadap tanah garapan.
Dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1.
Palawija tidak diperkenankan ditanam pada jarak 30 cm kiri -kanan larikan.
2.
Tanaman pokok dan tanaman sela.
3.
Tanaman
palawija
tidak
diperkenankan
yang
mengganggu
pertumbuhan tanaman pokok dan tanaman sela. Jenis tan aman palawija yang dilarang antara lain ketela pohon, ketela rambat, pisang, sereh, kentang, kol dan akar wangi. 4.
Kewajiban para peserta tumpang sari adalah melaksanakan penanaman
tanaman
pokok
dan
tanaman
sela
serta
??
pemeliharaannya di samping kewajiban-kewajiban lain yang tercantum dalam perjanjian kerja. c. Sistem cemplongan. Pada cara cemplongan tanaman pokok ditanam dalam lubang pada larikan yang telah disiapkan, pembersihan lapangan tidak dilakukan secara total melainkan hanya dalam cemplongan radius1-2 m di sekeliling lubang tanaman. Sistem ini sangat baik dilakukan pada lahan miring yang tanahnya peka erosi, tenaga kerja sulit dipleh dan areal yang kesuburannya rendah. d. Pengangkutan bibit Stek batang sungkai diatur dengan arah yang sama sebanyak±50 batang dan diikat, diusahakan agar mata tuntas tidak rusak, kemudian di masukkan ke dalam keranjang atau peti secara tegak baru diangkut. Jangka waktu sejak stek baru dibuat sampai ditanam di lapangan harus disesuaikan dengan kemampuan penanaman per hari dengan maksimum penyimpanan 2 hari. Hal ini untuk menghindari agar stek tidak menjadi kering dan rusak. e. Teknik penanaman Stek batang sungkai yang telah dikeluarkan dari kantong plastik dan disiapkan di lubang-lubang tanam mulai di tanam dengan cara sebagai berikut : 1.
Stek ditanam miring 45° searah dengan larikan,
2.
Kemudian ditutup dengan tanah gembur sehingga hanya bagian stek yang bermata tunas terletak diatas permukaan tanah.
??
3.
Bakal tunas harus ada disamping agar tumbuhnya tidak berputar dan akar yang keluar dari tunas cepat mencapai tanah,
4.
Tanah di sekeliling stek ditekan supaya menjadi padat.
f. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan mencakup penyiangan dan pendangiran, penyulaman serta pemupukan. 1.
Penyiangan dan pendangiran Penyiangan adalah pembebasan tanaman pokok dari belukar dan tumbuhan pengganggu lainnya. Sungkai merupakan jenis yang memerlukan cahaya dan penanamannya akan berhasil apabila penyiangan dilakukan secara intensif. Oleh karena itu harus dilakukan penyiangan terutama pada tahun pertama dan kedua. Penyiangan dikerjakan sepanjang kiri-kanan
larikan
tanaman sebesar 50 cm. Pendangiran pun perlu dilakukan, yaitu menggemburkan tanah di sekitar tanaman minimal sekeliling lubang tanam. 2.
Penyulaman Penyulaman dilakukan pada tahun pertama dan tahun kedua. Selama musim hujan pada tahun pertama, tanaman yang mati atau merana disulam dengan bibit dari persemaian dan diulang selama hujan masih cukup. Penyulaman dalam tahun kedua dilakukan pada saat hujan pertama jatuh.
3.
Pemupukan Pemupukan perlu diberikan pada tanaman setiap melakukan penyiangan yaitu 3 atau 4 bulan sekali dengan menggunakan
??
pupuk NPK atau campuran Urea:TSP:KCL (1:2:1) diberikan dengan
ditabur
mengelilingi
lubang
tanam
sesuai
dengan
pengalaman. Badan LITBANG Departemen Kehutanan (1994) 4.
Hama dan penyakit Hama dan penyakit pada sungkai belum diketahui, kadangkadang serangan hama penggerek pucuk dapat menyebabkan bentuk batang menjadi jelek. B. Risalah Umum Taman Hutan Raya Bukit Soeharto
Menurut Anonim1990, menyatakan bahwa Taman Hutan Raya Bukit Soeharto adalah sebuah taman hutan raya yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur dengan luas ± 61.850 hektar. Wilayah hutan yang berada di kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara dan kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara ini ditunjuk sebagai kawasan taman hutan raya berdasarkan : 1. Keputusan Menteri Kehutanan No. 270/Kpts-II/1991 tanggal 20 Mei 1991, telah ditetapkan Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Soeharto seluas ± 61.850 hektare. 2. Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kehutanan
Nomor.
SK.419/
Menhut-II/2004 tanggal 19 Oktober 2004, tentang Perubahan fungsi Taman Wisata Alam Bukit Soeharto seluas ± 61.850 hektare yang terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur menjadi Taman Hutan Raya. Pemanfaatan potensi kawasan dan berfungsi sebagai wilayah untuk koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli
??
yang
dapat
dipergunakan
untuk
kepentingan
penelitian,
pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Ekosistem Taman Hutan Raya Bukit ini terdiri dari hutan campuran Dipterocarpaceae dataran rendah, hutan kerangas, hutan pantai , semak belukar dan alang-alang. Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto pada saat ini telah berubah sebagai ekosistem hutan tanaman yang merupakan upaya rehabilitasi dengan berbagai jenis tanaman seperti Sungkai (Peronema canascene JACK), Acasia (Acasia mangium), Sengon (Albasia sp.), Mahoni (Swietenia mahagoni spp), flora asli yang didominasi jenis Meranti (Shorea sp.), dan sebagian merupakan hutan penelitian berupa persemaian berbagai jenis flora seperti Mahang (Macaranga hypoleuca), diantaranya jenis dilindungi seperti Ulin (Eusideraxylon zwageri), Kayu arang (Diospyros sp), dan Kempas (Koompassia malaccensis), Palaman (Iristania spp), Resak (Vatica spp), Bayur (Pterospermum spp), Gmelina (Gmelina arborea), Karet (Havea brasiliensis), Rotan (Calamus sp), Aren (Arenga catechu), Ketapang (Terminalia catappa). Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto terletak di Kabupaten Kutai Kartanegara dan sebagian kecil di Kabupaten Penajam Paser Utara Kalimantan Timur. Sebagian kawasan terpotong oleh jalan poros Samarinda-Balikpapan. C. Tujuan Pembuatan Hutan Tanaman Sungkai (Peronema canascene JACK) Di Bukit Soeharto km. 60 Kabupaten Kutai Kartanegara. Adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, dan rekreasi (Citation Kehutanan, 2004).
??
D. Tinjauan Umum Pengukuran 1. Definisi Pengukuran Pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Dalam fisika dan teknik pengukuran merupakan aktifitas yang membandingkan kuantitas fisik dari objek dan kejadian dunia nyata. Alat pengukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Pengukuran yaitu sesuatu pemerhatian secara kuantitatif yang mengandung dua bagian satu nilai bernomor dan satu unit (Endang, 1990) Pengukuran adalah proses dimana angka atau symbol dinyatakan keatribut-atribut
(objek)
menggambarkan
objek
dalam
dunia
berdasarkan
nyata aturan
sedemikian yang
rupa
telah
untuk
ditetapkan.
Pengukuran merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturan yang standar atau yang telah disepakati untuk mempresentasikan atribut yang diukur. 2. Definisi pengukuran tinggi Menurut Simon, H (1996) tinggi pohon merupakan parameter lain setelah diameter yang memiliki arti penting dalam penaksiran hasil hutan.
Bersama
diameter,
tinggi
pohon
diperlukan
untuk
menaksir
volume pohon. Terdapat
beberapa
inventarisasi hutan, yaitu :
macam
tinggi
pohon
yang
dikenal dalam
??
a. Tinggi total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. b. Tinggi bebas cabang, yaitu tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah
sampai cabang pertama untuk jenis daun
lebar atau crow point untuk jenis konifer, yang membentuk tajuk. c. Tinggi batang komersial, yaitu tinggi batang yang pada saat itu laku dijual dalam perdagangan. d. Tinggi tunggak, yaitu tinggi pangkal pohon yang ditinggalkan pada waktu penebangan. Menurut Pariadi (1979), mengemukakan tinggi adalah jarak terpendek antara suatu titik dengan titik proyeksinya pada bidang datar atau pada bidang horizontal. Sebagai komponen untuk menentukan volume kayu, tinggi pohon dibedakan atas dua macam notasi yaitu: 1. Tinggi pohon seluruhnya (tinggi total), yaitu jarak antara titik puncak pohon dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal. 2. Tinggi lepas dahan atau bebas cabang atau sampai batas permulaan tajuk yaitu jarak antara titik bebas cabang atau permulaan tajuk dengan proyeksinya pada bidang datar atau horizontal. 3. Alat ukur tinggi pohon.
Gambar 5. Clinometer
??
Menurut Pariadi (1979), menjelaskan pula bahwa alat ukur tinggi pohon yang dapat dipergunakan dapat dibedakan menjadi dua golongan menurut bentuk dan teknik pemakaiannya, yaitu: Alat ukur tinggi dengan Trigonometri prinsipnya adalah mengukur sudut lereng pada pembidikan ke pangkal dan puncak pohon terhadap bidang mendatar. Skala alat dapat ditentukan berdasarkan besarnya sudut, persen sudut, dalam bentuk tangen maupun dalam skala tinggi pohon. Jenis alat yang akan digunakan, clinometer. 4. Cara pengukuran tinggi pohon dengan clinometer
Gambar 6. Pengukuran Tinggi Pohon dengan Trigonometri atas Segitiga Sebangun (Clinometer) Tinggi pohon dihitung dengan rumus sebagai berikut: Untuk Keterangan : H
= tinggi total hasil pengukuran
%ht
= bacaan pada tinggi total
%hb = bacaan pada pangkal %hp = bacaan pada ujung galah (Anonim 1999).
??
Menurut Anonim (1999) Metode yang digunakan merupakan metode trigonometri. Metode ini tidak menggunakan alat ukur yang mahal dan canggih, tidak menggunakan pengukuran jarak dan mudah dilakukan baik di hutan tanaman maupun di hutan alam. Variabel -variabel yang diukur dalam pengukuran tinggi adalah tinggi total (H), tinggi bebas cabang (hcp). Perhatikan bahwa posisi tongkat ukur harus di sisi pohon, posisi tongkat pada gambar di atas dimaksudkan untuk mempermudah pengertian saja. 5. Definisi pengukuran diameter Diameter pohon adalah jarak antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran. Dalam pelaksanaan pengukuran pohon makin keatas semakin kecil (Pariadi. A, 1979). Diameter pohon adalah panjang garis lurus yang melalui pusat penampang
melintang
pohon
dan
menghubu ngkan
pohon
dan
menghubungkan dua titik yang terdapat pada garis lingkaran luar pohon (Bruce dan Schumacher, 1950 dalam Handayani, 2003). Diameter rataan adalah diameter rata-rata dari sejumlah pohon yang di ukur untuk mengetahui keadaan pertambahan diameter dari pohon-pohon dalam tegakan (Endang, 1990). 6. Alat pengukuran diameter Menurut Anonim (1992), menyatakan bahwa dalam pengukuran diameter pohon maka kita akan menggunakan alat Phi band sebagai alat pendugaan diameter.
??
Gambar 7. Pita Ukur Diameter (Phiband) dan Bagian-bagiannya yang Berfungsi Sebagai Pengukur Diameter.
Cara menggunakan Pita Ukur Diameter adalah sebagai berikut : A. Pita diameter dililitkan pada batang pohon yang akan diukur diameternya. B. Lilitan pita melingkar dan menempel pada batang pohon dengan posisi horizontal/tegak lurus terhadap batang pohon. C. Diameter batang dapat dibaca pada skala diameter yang berimpit dengan titik nol. 7. Ketentuan pengukuran diameter pohon Ketentuan pengukuran pohon adalah berbanir dari 1.3 m di atas permukaan tanah maka pengukuran dilakukan pada 20 cm di atas banir. Diameter pohon diperlukan dalam penentuan volume, luas bidang dasar dan pendugaan umur pohon (Dirjen Kehutanan, 1976 dalam Handayani 2003). Menurut Anonim (1991), disebutkan bahwa Luas bidang dasar (Lbds) suatu pohon adalah luas penampang melintang dari batang pohon tersebut pada setinggi 130 cm dari permukaan tanah. Menurut Anonim (1992), menyatakan bahwa pengukuran diameter atau keliling batang setinggi dada dari permukaan tanah disepakati, tetapi setinggi dada untuk setiap bangsa punya kesepakatan masing-masing yang di
??
sesuaikan dengan tinggi rata-rata dada masyarakat bangsa itu. Setinggi dada untuk pengukuran kayu berdiri di Indonesia disepakati setinggi 1,30 meter dari permukaan tanah. Menurut Endang (1990), menyatakan bahwa ada beberapa standar untuk ukuran pohon diameter tertentu yaitu : a.
Kondisi pohon berdiri
Gambar 8. Pengukuran Pohon Berdiri
Pengukuran dilakukan dengan cara: a.
Pengukuran diameter atau keliling setinggi 1,30 m di dasarkan untuk pohon berdiri tegak pada permukaan tanah yang relatif datar.
b.
Jika pohon berdiri miring, maka Letak pengukuran diameter (Lpd) dilakukan pada bagian miring batang di sebelah atasnya, sejauh 1,30 m dari permukaan tanah.
b.
Kondisi pohon berbanir
Gambar 9. Pengukuran Pohon Berbanir
??
Pengukuran dilakukan dengan cara: a.
Jika Batas ujung banir (Bub) kurang dari 110 cm, maka pengukuran (Lpd) dilakukan setinggi 1,30 m dari permukaan tanah.
b.
Jika Bub tepat setinggi dari 110 cm, maka pengukurannya (Lpd) ditambah 20 cm di atas banir. Jadi Lpd-nya setinggi 1,30 m dari permukaan tanah.
c.
Jika Bub-nya lebih tinggi dari 110 cm, maka pengukurannya (Lpd) ditambah 20 cm di atas banir. Jadi letak pengukurannya setinggi (Bub + 20 cm).
c.
Kondisi pohon cacat
Gambar 10. Pengukuran Pohon Cacat
Pengukuran dilakukan dengan cara : a.
Jika setinggi 110 cm melebihi Batas bawah cacat (Bbc), maka letak pengukurannya (Lpd) setinggi Batas atas cacat (Bac + 20) cm
b.
Jika Bbc lebih tinggi dari 110 cm, maka letak pengukurannya setinggi (Bbc
c.
20) cm.
Jika bagian tengah cacat lebih kurang setinggi 1,30 m dari permukaan tanah maka pengukurannya dilakukan setinggi Bbc (Lpd2) dan Bac (Lpd1). Sehingga hasil ukurannya (diameter atau keliling) adalah ukuran (Lpd1 + Lpd2) / 2.
??
d.
Kondisi pohon batang bercabang atau menggarpu
Gambar 11. Pengukuran Batang Bercabang atau Menggarpu
Pengukuran di lakukan dengan cara : a.
Jika tinggi 1,30 m maka pengukuran dilakukan tetap setinggi 1,30 m dari permukaan tanah.
b.
Jika tinggi cacat kurang dari 1,10 m, maka Lpd-nya dilakukan pada kedua batang setinggi 1,30 m.
e.
Kondisi pohon lahan basah
Gambar 12. Pengukuran Pohon Lahan Basah
Pengukuran dilakukan dengan cara : a. Jenis Bruguiera spp yang dijadikan awal pengukuran bukan dari permukaan tanah, tapi pada bagian akarnya. Letak pengukurannya setinggi 1,30 m.
??
b. Untuk jenis Ceriops spp yang dijadikan awal pengukuran pada bagian akar yang berbatasan dengan air. Di samping adanya bagian-bagian akar yang berupa banir, maka ditinjau dulu berapa tinggi banir tersebut. Jika tinggi banir tersebut kurang dari 1,30 m, maka letak pengukuran dilakukan setinggi 1,30 m dari batas bagian akar yang kena air. c. Untuk jenis Rhizophora spp dilakukan pengukuran setinggi 20 cm dari ujung bagian akar teratas. 8. Perhitungan volume pohon Dalam pengukuran volume total suatu batang (atau volume sampai diameter minimum) dinyatakan dengan rumus yang terkenal:
di
mana: d = luas bidang dasar pada setinggi dada (di atas banir), h = tinggi pohon f
= faktor koreksi (Simon, H. 1996).
Beberapa
definisi
volume
pohon
sebagai
definisi
baku
dalam
inventarisasi hutan dari (Simon, H. 1996): a.
Volume kasar adalah volume dari bagian tertentu pohon tanpa kulit atau tanpa memasukkan bagian-bagian yang cacat.
b.
Volume bersih adalah volume bagian tertentu dari pohon tanpa kulit dan dengan pengurangan untuk bagian-bagian cacat atau tak dapat digunakan.
c.
Volume total adalah volume yang termasuk dalam batang utama pohon. Untuk pohon yang tak teratur sampai permukaan tajuk sedangkan untuk pohon-pohon bertajuk kerucut sampai ujung pohon.
??
d.
Volume batang bebas cabang adalah besarnya massa kayu sebatang pohon hingga pangkal cabang terendah.
e.
Volume kayu industri adalah volume bersih kayu bulat yang potensial dapat digunakan, tanpa pengurangan karena hilang akibat dari standar penggunaan dari proses pembalakan dan pengolahan.
f.
Volume batang adalah volume bersih dari pohon yang dianggap cocok untuk vinir, kayu gergajian, bantalan, pancang dan tiang.
Rumus-rumus yang umum digunakan (Husch et al., 2003):
Keterangan :
gm L
1 d 2 = luas penampang pada diameter tengah 4 = panjang batang
Sehingga volume pohon dengan mempertimbangkan angka bentuk digunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: V
= Volume (m 3) = 3,141592654
d2
= Diameter pohon (cm)2
h
= Tinggi Total (m)
f
= Nilai f aktor bentuk = 0,7 (Direktorat Jendral Kehutanan,1976)
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Bukit Soeharto Km 60 Kab. Kutai Kartanegara. Waktu pelaksanaan berlangsung selama dua minggu untuk pengambilan data tegakan. B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Alat tulis menulis, untuk mencatat hasil penelitian, b. Klinometer untuk mengukur tinggi pohon, c. Kalkulator, untuk menghitung hasil volume pohon. d. Phiband, untuk mengukur diameter pohon. e. Parang di gunakan untuk merintis jalan. f. Jalon, di gunakan sebagai alat pembanding tinggi pohon. g. Kamera digital, digunakan untuk dokumentasi lapangan. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman sungkai (Peronema canescens JACK) sebanyak 500 pohon yang ditanam pada tahun 1997. C. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini mempunyai urutan kerja sebagai berikut : 1. Orientasi lapangan Orientasi lapangan dilakukan sebagai studi pendahulu yang tujuannya untuk menentukan sistem kerja dalam penelitian.
Serta memperoleh
gambaran yang jelas tentang situasi dan kondisi areal penelitian.
??
2. Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk memperoleh pemahaman terhadap obyek yang akan diamati. 3. Perijinan administrasi Penyelesaian
administrasi
dilakukan
untuk
permohonan
ijin
melaksanakan penelitian. 4. Persiapan alat Mempersiapkan semua alat yang akan dibawa ke lapangan. 5. Metode penelitian Adapun metode penelitian yang digunakan adalah dengan cara metode sampling. Metode sampling adalah bagian dari metodologi statistika yang berhubungan dengan pengambilan sebagian dari populasi. Cara Pengambilan sampling yang digunakan adalah Sampling (penarikan sampel secara jatah) adalah suatu cara mudah ditemui sehingga memudahkan pula dalam proses pengumpulan
data
(Stuart,
Alan
1962).
Dengan
luasan
Pusrehut
Mulawarman ini seluas 20.271 hektar, dan dengan luasan hutan tanaman sungkai yang ± 5,49 hektar diambil sampel sebanyak 500 pohon atau dengan luasan sebesar 1,25 ha , maka intensitas sampling adalah sebesar 0,625%. 6. Penomoran pohon Penomoran pohon dapat dilakukan dengan menggunakan label. Label dipasang pada pohon objek secara berurutan dari pohon ke 1 sampai dengan 500 sesuai kuota yang ditentukan dan dipilih secara acak. Jadi pohon yang diukur adalah pohon yang diberi label.
??
7. Pengambilan data Dalam pengambilan data diameter digunakan phiband, sedangkan untuk tinggi menggunakan klinometer dan galah (pole) 4 meter. 8. Memotret pohon Memotret pohon yang dijadikan objek untuk dijadikan dokumentasi dapat di lihat pada lampiran 3. D. Pengolahan Data Menurut Prihanto, Budi dan Muhdin. (2005), pengol ahan data diameter dan tinggi rata-rata dapat di hitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n
fi x i 1. Rata-rata hitung X
i 1
fi
= Rata-rata (diameter/tinggi/volume) X
= Nilai tengah interval
f
= Frekuensi n
fi xi 2. Standar deviasi, Sd
x
2
i 1
f 1
Keterangan: Sd = Standar deviasi f
= Frekuensi
x
= Nilai tengah interval = Nilai rata-rata
??
3. Koefisien variasi, CV
Sd 100% X
Keterangan : CV = koefisien variasi Sd = Standar deviasi = Nilai rata-rata Besaran nilai koefisien variasi pada masing-masing sebaran diameter, tinggi dan volume adalah sebagai berikut (Nugroho,1998): CV =
0 - 10 % (seragam)
CV = 10 - 20 % (sedang/cukup) CV = 20 - 30 % (beragam) CV = >30 %
(sangat beragam)
4. Perhitungan luas areal tanam (ha)
Untuk menghitung jumlah pohon perhektar adalah sebagai berikut: Jumlah pohon perhektar
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dari hasil penelitian pengukuran tegakan sungkai (Paronema canescens JACK) di Bukit Soeharto Km 60 Kutai Kartanegara, dalam penelitian pengukuran diameter dengan menggunakan alat
phiband, sedangkan untuk pengukuran
tinggi menggunakan alat klinometer, data pengukuran tegakan sungkai (Peronema canescens JACK) tercantum pada
Lampiran 1, Lampiran 2 dan
Lampiran 3, sedangkan pada Lampiran 4 berisi tentang cara perhitungan ratarata, standar deviasi, dan koefisien variasi untuk diameter, tinggi dan volume tegakan sungkai, sedangkan pada Lampiran 5 dapat dilihat foto-foto dokumentasi lapangan. Hasil
dari
kegiatan
penelitian
(Peronema canescens JACK) sebagai
pengukuran
tegakan
sungkai
di Bukit Soeharto Km 60 Kutai Kartanegara
berikut :
1. Diameter Tabel 1. Distribusi Diameter Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun. Kelas I II III IV V VI
Interval 5 10 15 20 25 30 Total
9,99 14,99 19,99 24,99 29,99 34,99
Frek (f)
Nilai Tengah (X)
fX
4 91 231 134 38 2 500
7,50 12,50 17,50 22,50 27,50 32,50 18,67
29,98 1137,50 4042,50 3015,00 1045,00 64,99 9334,97
124,88 38,13 1,38 14,63 77,88 191,13 448,03
n
fi X i Rata-rata Diameter X
i 1 n
fi i 1
9334,97 500
18,67 cm
499,52 3.469,82 318,89 1.960,57 2.959,50 382,26 9.590,56
??
2
n i
Standard Deviasi =
i
i 1 n i i 1
Coefisien Variance =
Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pengukuran diameter, maka dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut:
Distribusi Diameter Tegakan Sungkai (Peronema canescans JACK) Umur 19 Tahun ???
???
??? ???
??? ??
???
??
?? ?
? ????
? ?????
?????
?????
?????
?????
Gambar 13. Distribusi Diameter Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun
Berdasarkan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk kelas diameter 7,50 cm terdapat sebanyak 4 pohon, kelas diameter 12,50 cm terdapat sebanyak 91 pohon, kelas diameter 17,50 cm terdapat sebanyak 231 pohon, kelas diameter 22,50 cm sebanyak 134 pohon, kelas diameter 27,50 cm terdapat sebanyak 38 pohon, dan untuk kelas diameter 32,50 cm terdapat sebanyak 2 pohon.
??
Adapun hasil perhitungan pengukuran statistik diameter maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 2. Hasil Statistik Diameter Harga Statistik Rata-rata Standar deviasi Koefisien variasi Nilai minimum Nilai Maksimum
Diameter 18,67 cm 4,38 cm 23,46 % 6,7 cm 33 cm
2. Tinggi Tabel 3. Distribusi Tinggi Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun Kelas I II III IV V VI
Interval 5 9 13 17 21 25 ? dŽlAu
Frek.
Nilai Tengah (X)
fX
10 171 163 111 34 11 ???
7 11 15 19 23 27 ?????
69,95 1880,15 2444,19 2108,45 781,83 296,95 ????
8,99 12,99 16,99 20,99 24,99 ?????
66,72 17,37 0,03 14,68 61,34 140,00 ??????
667,16 2970,65 4,60 1629,95 2085,57 1539,96 ???????
n
fi X i ZAlA??AlA sAw G l G ? X
7582 15,16 m 500
i 1 n
fi i 1
2
n
fi X i Standard Deviasi = S
i 1 n
fi i 1
Coefisien Variance =
X 1
8897,89 499
17,83
4,22 m
??
Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pengukuran Tinggi, maka dapat digambarkan dalam grafik sebagai berikut: Distribusi Tinggi (m) Tegakan Sungkai (Peronema canescans JACK) Umur 19 Tahun ???
??? ???
???
??? ???
??? ??? ?? ??
??
?? ??
??
??
? ???
????
?????
?????
?????
?????
Gambar 14. Distribusi Tinggi Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun.
Berdasarkan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk kelas tinggi 7 m terdapat sebanyak 10 pohon, kelas tinggi 11 m terdapat sebanyak 171 pohon, kelas tinggi 15 m terdapat sebanyak 163 pohon, kelas tinggi 19 m terdapat sebanyak 111 pohon, kelas tinggi 23 m terdapat sebanyak 34, kelas tinggi 27 m terdapat sebanyak 11 pohon. Adapun hasil perhitungan pengukuran statistik tinggi (lihat lampiran 1) maka diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4. Hasil Statistik Tinggi Harga Statistik Rata-rata Standar deviasi Koefisien variasi Nilai minimum Nilai Maksimum
Diameter 15,16 m 4,22 m 27,89 % 7,3 m 28,6 m
??
3. Volume Tabel 5. Distribusi Volume Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun Kelas I II III IV V VI
Interval 0,01 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 Total
-
Nilai Tengah (x)
Frek.
0,19 0,39 0,59 0,79 0,99 1,19
144 234 87 21 8 6 500
fx
0,10 14,4 0,30 69,03 0,50 43,07 0,70 14,60 0,90 7,16 1,10 6,57 0,31 154,82
0,04 0,00 0,03 0,15 0,34 0,62 1,19
6,33 0,05 2,99 3,12 2,74 3,70 18,93
n
fi X i
154 ,82 500
i 1 n
Tinggi Rata-rata X
fi
0,30 m 3
i 1
2
n
fi X i Standard Deviasi = S
X
i 1 n
fi 1
18,93 499
0,3
0,19m 3
i 1
Coeffisien Variance (CV)
Distribusi Volume (m3) Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun ???
??? ??? ???
??? ??
??? ??
??
?
?
?????????
?????????
? ?????????
?????????
?????????
?????????
Gambar 15. Distribusi Volume Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) Umur 19 Tahun
??
Berdasarkan grafik di atas maka dapat disimpulkan bahwa untuk kelas 3
3
volume 0,10 m terdapat sebanyak 144 pohon, kelas volume 0,30 m terdapat sebanyak 234 pohon, kelas volume 0,50 m3 terdapat sebanyak 87 pohon, kelas volume 0,70 m 3 terdapat sebanyak 21 pohon, kelas volume 0,90 m 3 terdapat sebanyak 8 pohon, dan untuk kelas volume 1,10 m 3 terdapat sebanyak 6 pohon. Tabel 6. Hasil Statistik Volume Harga Statistik Rata-rata Standar deviasi Koefisien variasi Nilai minimum Nilai maksimum
3
Volume (m ) 0,30 m 3 3 0,19 m 63,33 % 3 0,04 m 1,08 m 3
4. Potensi Tegakan Sungkai (Peronema canescens JACK) per hektar. Potensi tegakan sungkai (Peronema canescens JACK) umur 19 tahun berdasarkan perhitungan volume pada Tabel 6 diatas, adalah sebagai berikut: Rata-rata volume perpohon
= 0,30 m 3
Jumlah pohon perhektar
= 400 pohon
Maka potensinya adalah
= 0,30 m 3 x 400 pohon = 120 m3 /hektar. B. Pembahasan
1. Diameter Penelitian diameter sungkai (Peronema canescens JACK) umur 19 tahun dilakukan sebanyak 500 pohon dengan jarak tanam 5 x 5 meter. Dari hasil pengukuran diameter tegakan sungkai (Peronema canescens JACK) didapatkan data statistik diameter rata rata 18,67 cm. Untuk nilai terendah 6,7 m nilai tertinggi 33 cm dan koefisien variasi sebesar 23,46 % termasuk dalam persentase beragam.
??
2. Tinggi Penelitian tinggi sungkai (Peronema canescens JACK ) umur 19 tahun dilakukan sebanyak 500 pohon dengan jarak tanam 5 x 5 meter. Dari hasil pengukuran tinggi Tegakan sungkai (Peronema canescens JACK) didapatkan data statistik tinggi rata rata 15,16 m. Untuk
nilai terendah 7,3 m, nilai
tertinggi 28,6 m dan koefisien variasi sebesar 27,89 % termaksud dalam persentase beragam. 3. Volume Penelitian volume sungkai (Peronema canescens JACK) umur 19 tahun dilakukan sebanyak 500 pohon dengan jarak tanam 5 x 5 meter. Dari hasil pengukuran
volume
tegakan
sungkai
(Peronema
canescens
JACK)
3
didapatkan data statistik volume rata-rata 0,30 m . Untuk nilai terendah 0,04 m3 nilai tertinggi 1,08 m3 dan koefisien variasi sebesar 63,33 % termaksud dalam persentase sangat beragam. 4. Potensi Tegakkan sungkai (Peronema canescens JACK) umur 19 tahun adalah sebesar 100 m3/hektar. Hal ini disebabkan sangat beragamnya nilai volume per pohon yakni sebesar 63,33 %, namun untuk mengetahui dugaan potensinya secara kasar, besaran nilai rata-rata volume per pohon dapat digunakan. namun penggunaan volume rata-rata perpohon sebesar 0,30 m 3 perpohon harus hati-hati.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan, sebagai berikut : 1. Didapatkan data statistik diameter rata-rata sebesar 18,67 cm, standar deviasi 4,38 cm dan koefisien variasi sebesar 23,46 %, 2. Pengukuran tinggi didapatkan data statistik tinggi rata-rata sebesar 15,16 m, standar deviasi 4,22 m dan koefisien variasi sebesar 27,89 % 3. Perhitungan volume didapatkan data statistik diameter rata rata sebesar 0,30 m3 standar deviasi sebesar 0,19 m 3 dan koefisien variasi sebesar 63,33 %. 4. Potensi tegakan Sungkai (Paronema canescens JACK ) di Bukit Soeharto Km. 60 adalah 1,25 m 3/hektar, namun dengan variasi yang sangat beragam. B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk pengelola Hutan Pendidikan Universitas Mulawarman di Pusrehut-Jica Bukit Soeharto Km. 60 Kab. Kutai Kartanegara diharapkan adanya pembersihan dan perawatan tegakan agar dapat menghasilkan pertumbuhan tegakkan yang seragam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1980. Pedoman Pertumbuhan Tanaman. Direktorat Jendral Kehutanan Jakarta. Anonim, 1990. Taman Hutan Raya Bukit Soeharto. (terhubung berkala) https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Hutan_Raya_Bukit_Soeharto#cite_not e-1 (20 Agustus 2015) Anonim, 1991. PENDUGAAN LUAS BIDANG DASAR (terhubung berkala) https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&c ad=rja&uact=8&ved=0CEIQFjAEahUKEwiP8q3n4cPHAhWUv44KHWT7A r4&url=http%3A%2F%2Fetd.repository.ugm.ac.id%2Findex.php%3Fmod %3Dpenelitian_detail%26sub%3DPenelitianDetail%26act%3Dview%26ty p%3Dhtml%26buku_id%3D67756&ei=XiDcVY_LJJT_ugTk9ovwCw&usg= AFQjCNH3YEhlhq2VECVZEhq2Dix7v1_2bg (30 Mei 2015) Anonim, 1992. Manual Kehutanan. Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta. Anonim, 1999. Perhitungan dan Penentuan Volume Batang. IPB, Bogor, Indonesia. Badan LITBANG Departemen Kehutanan. 1994. Pedoman teknis penanaman jenis-jenis kayu komersial. Barnett, P.J and Baker, 1991. Regeneration Methods in M.L. Deuryea and P.M. Dougherty (eds). Forest Regeneration Manual. Kluwer Academic Publisher. London. Pp. 35-50. Citation Kehutanan, 2004. ?UGS?lAYAY??
. Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976. Vademecum Kehutanan Indonesia, Direktorat Jenderal Kehutanan. Departemen Pertanian. Dephut, 2006. Budidaya Sungkai (Paronema canescens JACK).(terhubung berkala) http://www.dephut.go.id/INFORMASI/PROPINSI/SUMSEL/bdysu ngkai.hmtl (19 Juni 2015) Endang. Dkk, 1990. Manajemen Hutan. Departemen Pendidikan Kehutanan Cepu, Direksi Perum Perhutani Cepu. Handayani, Laela. 2003. Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Tegakan Rhizophora apicula dan Bruguira gymnorriza di Hutan Mangrove HPH. PT. Thai Rajvithi, Riau. Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru
41
Husch, B. 1963. Forest Mensuration and Statistic. The Ronald Press Company: New York. Husch, B. TW Beers, JA Kershaw. 2003. Forest Mensuration. John Wiley and Sons Inc.: New Jersey. Imelda, 2003.Pengembangan Teknik In Vitro yang Efisien untuk Produksi Bibit Sungkai Unggul. Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Jakarta. Johnson, J.D. and M.L. Cline. 1991. Seedling Culture In M.L. Duryea and P.M. Dougherty (eds). Forest Regeneration Manual. Kluwer Academic Publisher. London. Pp. 143-159. Mugnisjah, Q.W. dan Setiawan, A., 1995. Produksi Benih. Bumi Aksara dan Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor. Jakarta. Pariadi. A. 1979. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Bogor. Prihanto, Budi dan Muhdin. 2005. Metode Statistika Diktat Kuliah. Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor Plantamor, 2008. Informasi Spesies. Sungkai. (terhubung berkala) http://www.plantamor.com/spcdtail.php?recid=969&popname=sungkai&sa tugen=satuspc (30 Mei 2015) Sagala, P., 1994. Mengelola Lahan Kehutanan Indonesia. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Setiawan, A.I. 2000. Penghijauan dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta. Simon , H. 1996. Metode Inventore Hutan. Cetakan Kedua. Aditya Media. Jogjakarta Suita, E., 2005. Atlas Benih Tanah Hutan Indonesia. Volume 4 Jilid V. Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Bogor. Zulfahmi, 2007. Characteristic Target Species. (terhubung berkala) http://ssntdp.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&item id (30 Juli 2015)
??
Tabel 7. Data Hasil Pengukuran Tinggi, Diameter Dan Volume Data Tinggi
No. Phn 1
Ht (%)
Hp (%)
Hb (%)
Tinggi Total (m)
2
3
4
5
3
Dia. (cm)
Dia (m)
Vol. (m )
6
7
8
1
90
20
1
18,7
17,1
0,171
0,30
2
110
26
4
19,3
17
0,17
0,31
3
90
21
1
17,8
17,1
0,171
0,29
4
120
15
-12
19,6
20,4
0,204
0,45
5
90
12
-15
15,6
16,5
0,165
0,23
6
90
27
-2
12,7
14,4
0,144
0,14
7
120
32
2
15,7
17,6
0,176
0,27
8
80
25
-6
11,1
13,3
0,133
0,11
9
91
18
-1
19,4
17,2
0,172
0,31
10
85
20
-5
14,4
19
0,19
0,29
11
80
30
5
12,0
13,8
0,138
0,13
12
90
27
-2
12,7
14,3
0,143
0,14
13
79
25
5
14,8
15,8
0,158
0,20
14
94
23
-3
14,9
16,8
0,168
0,23
15
91
18
-8
15,2
17,2
0,172
0,25
16
97
20
-10
14,3
16,6
0,166
0,22
17
76
20
-5
13,0
15,9
0,159
0,18
18
94
20
-5
15,8
18
0,18
0,28
19
93
30
5
14,1
15,3
0,153
0,18
20
89
20
-10
13,2
15,1
0,151
0,17
21
95
28
-10
11,1
13,6
0,136
0,11
22
93
30
-3
11,6
13,7
0,137
0,12
23
96
31
1
12,7
14,9
0,149
0,15
24
79
20
-5
13,4
15,8
0,158
0,18
25
78
15
-7
15,5
16,6
0,166
0,23
26
98
20
-5
16,5
18,1
0,181
0,30
27
80
14
-6
17,2
18,4
0,184
0,32
28
90
30
-2
11,5
13,2
0,132
0,11
29
90
32
10
14,5
15,9
0,159
0,20
30
91
30
10
16,2
17
0,17
0,26
31
85
32
9
13,2
14,7
0,147
0,16
32
75
25
-2
11,4
13,7
0,137
0,12
33
87
35
17
15,6
16,8
0,168
0,24
34
77
24
5
15,2
16,1
0,161
0,22
35
84
21
-1
15,5
16,9
0,169
0,24
36
86
20
-5
14,6
16,5
0,165
0,22
37
84
26
5
15,0
16,1
0,161
0,21
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
38
82
25
0
13.1
14,8
0.148
0,16
39
96
29
9
17,4
18,4
0,184
0,32
40
90
25
-5
12,7
14,2
0,142
0,14
41
80
21
-1
14,7
15,8
0,158
0,20
42
90
27
5
15,5
14,9
0,149
0,19
43
77
24
5
15,2
15,1
0,151
0,19
44
89
17
-13
13,6
15,1
0,151
0,17
45
90
20
-1
17,3
18,4
0,184
0,32
46
79
20
-3
14,3
15,2
0,152
0,18
47
85
30
6
13,2
14,7
0,147
0,16
48
70
25
7
14,0
15,9
0,159
0,19
49
90
32
5
12,6
11,9
0,119
0,10
50
90
20
-2
16,7
18,1
0,181
0,30
51
120
40
-5
11,1
13,7
0,137
0,11
52
110
22
-10
15,0
16
0,16
0,21
53
120
40
-5
11,1
12,9
0,129
0,10
54
107
26
-1
16,0
17,8
0,178
0,28
55
85
20
-2
15,8
17
0,17
0,25
56
98
17
-10
16,0
17,3
0,173
0,26
57
89
26
-10
11,0
12
0,12
0,09
58
100
30
-15
10,2
11
0,11
0,07
59
97
17
-10
15,9
17
0,17
0,25
60
117
27
-5
15,3
16,3
0,163
0,22
61
103
20
-13
14,1
15,5
0,155
0,19
62
97
29
-3
12,5
13,1
0,131
0,12
63
90
19
-5
15,8
17,4
0,174
0,26
64
108
28
-7
13,1
15,3
0,153
0,17
65
90
24
-11
11,5
12,7
0,127
0,10
66
105
10
-15
19,2
18,8
0,188
0,37
67
103
21
-2
18,3
19,7
0,197
0,39
68
105
22
-6
15,9
17,6
0,176
0,27
69
103
27
-4
13,8
15,8
0,158
0,19
70
85
23
3
16,4
15,6
0,156
0,22
71
92
20
-8
14,3
16,8
0,168
0,22
72
90
18
-2
18,4
19,3
0,193
0,38
73
100
19
-9
15,6
17,9
0,179
0,27
74
69
23
-1
11,7
12,4
0,124
0,10
75
97
21
-3
16,7
17,7
0,177
0,29
76
98
24
-7
13,5
12,8
0,128
0,12
??
Lanjutan Tabel 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
77
86
19
-1
17,4
18,5
0,185
0,33
78
62
20
5
15,2
17,7
0,177
0,26
79
80
30
11
14,5
15,8
0,158
0,20
80
76
21
5
17,8
18,9
0,189
0,35
81
89
30
9
15,2
16,7
0,167
0,23
82
90
25
-10
11,4
13,1
0,131
0,11
83
79
15
-5
16,8
17,3
0,173
0,28
84
101
20
-4
17,5
18,9
0,189
0,34
85
91
29
-5
11,3
13,7
0,137
0,12
86
80
19
-1
16,2
17,4
0,174
0,27
87
69
15
-10
12,6
13,9
0,139
0,13
88
110
19
-12
15,7
16,7
0,167
0,24
89
90
20
-3
16,2
17,5
0,175
0,27
90
109
29
5
17,3
18,8
0,188
0,34
91
110
28
5
18,3
19,7
0,197
0,39
92
90
23
5
18,9
20,3
0,203
0,43
93
97
30
5
14,7
15,8
0,158
0,20
94
95
15
-10
16,8
15,9
0,159
0,23
95
99
20
1
20,6
21,7
0,217
0,53
96
95
17
-1
21,3
20,5
0,205
0,49
97
97
20
-1
18,7
17,1
0,171
0,30
98
100
30
11
18,7
17,5
0,175
0,32
99
92
24
-1
14,9
16,3
0,163
0,22
100
90
17
-1
20,2
19,3
0,193
0,41
101
100
5
-20
19,2
17,7
0,177
0,33
102
109
17
-10
17,6
15,2
0,152
0,22
103
90
17
-5
17,3
18,1
0,181
0,31
104
90
13
-3
23,3
22,0
0,22
0,62
105
110
29
-7
13,0
14,4
0,144
0,15
106
106
30
-6
12,4
13,4
0,134
0,12
107
85
20
-15
11,4
12,5
0,125
0,10
108
115
18
-5
20,9
19,1
0,191
0,42
109
105
27
-1
15,1
16,9
0,169
0,24
110
90
19
-2
17,5
19,8
0,198
0,38
111
90
17
-1
20,2
21,4
0,214
0,51
112
82
17
-5
15,8
14,1
0,141
0,17
113
87
17
-3
18,0
16,5
0,165
0,27
114
98
10
-10
21,6
20,4
0,204
0,49
??
Lanjutan Tabel 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
115
100
17
-3
20,6
22,3
0,223
0,56
116
135
27
-10
15,7
13,2
0,132
0,15
117
70
3
-30
12,1
11,3
0,113
0,09
118
121
10
-20
18,8
20,8
0,208
0,45
119
114
17
-10
18,4
20,3
0,203
0,42
120
120
27
-1
17,3
19,9
0,199
0,38
121
60
20
0
12,0
13,2
0,132
0,11
122
93
19
0
19,6
20,7
0,207
0,46
123
105
30
-15
10,7
11,8
0,118
0,08
124
93
19
-3
17,5
18,5
0,185
0,33
125
100
17
-4
19,8
20,2
0,202
0,44
126
99
14
-10
18,2
19,2
0,192
0,37
127
75
3
-25
14,3
15,4
0,154
0,19
128
72
14
-1
19,5
20,4
0,204
0,45
129
80
3
-20
17,4
15,8
0,158
0,24
130
90
7
-15
19,1
20,4
0,204
0,44
131
87
14
-13
14,8
16,1
0,161
0,21
132
59
4
-10
19,7
18,8
0,188
0,38
133
90
8
-12
20,4
22,6
0,226
0,57
134
121
9
-36
14,0
15,7
0,157
0,19
135
90
20
-20
11,0
12,3
0,123
0,09
136
100
9
-17
18,0
19,9
0,199
0,39
137
78
10
-10
17,6
16,3
0,163
0,26
138
100
17
-2
21,5
22,3
0,223
0,59
139
90
25
-10
11,4
12,9
0,129
0,10
140
90
18
-4
17,1
18,8
0,188
0,33
141
120
20
-3
21,4
22,7
0,227
0,61
142
100
28
0
14,3
15,9
0,159
0,20
143
94
25
3
16,5
17,9
0,179
0,29
144
94
20
-2
17,5
18,9
0,189
0,34
145
89
25
10
21,1
20,1
0,201
0,47
146
76
14
-10
14,3
15,3
0,153
0,18
147
109
10
-16
19,2
21,8
0,218
0,50
148
100
20
-20
12,0
17,4
0,174
0,20
149
89
13
-10
17,2
18,6
0,186
0,33
150
90
9
-11
20,2
21,8
0,218
0,53
151
70
5
-10
21,3
22,5
0,225
0,59
152
100
1
-60
10,5
19,5
0,195
0,22
153
100
11
-14
18,2
17,3
0,173
0,30
??
Lanjutan Tabel 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
154
75
14
-8
15,1
16,4
0,164
0,22
155
70
14
-1
18,9
19,9
0,199
0,41
156
75
12
-4
19,8
18,0
0,18
0,35
157
111
30
-5
13,3
12,0
0,12
0,10
158
104
15
-5
21,8
19,5
0,195
0,46
159
100
20
-1
19,2
18,3
0,183
0,35
160
120
13
-12
21,1
20,9
0,209
0,51
161
95
20
-18
11,9
10,0
0,1
0,07
162
80
23
-15
10,0
9,7
0,097
0,05
163
85
10
-4
25,4
27,8
0,278
1,08
164
90
15
-4
19,8
20,5
0,205
0,46
165
85
17
-9
14,5
15,6
0,156
0,19
166
90
15
-4
19,8
18,6
0,186
0,38
167
80
14
-1
21,6
20,1
0,201
0,48
168
100
18
-10
15,7
29,8
0,298
0,77
169
90
11
-10
19,0
20,7
0,207
0,45
170
68
8
-9
18,1
20,0
0,2
0,40
171
90
18
-1
19,2
21,8
0,218
0,50
172
111
20
-20
13,1
12,8
0,128
0,12
173
87
25
0
13,9
15,2
0,152
0,18
174
75
24
1
12,9
12,0
0,12
0,10
175
90
18
-1
19,2
20,5
0,205
0,44
176
103
18
-5
18,8
20,9
0,209
0,45
177
91
18
-3
17,9
19,3
0,193
0,37
178
75
10
-9
17,7
18,9
0,189
0,35
179
64
10
0
25,6
24,5
0,245
0,84
180
99
14
-4
22,9
23,5
0,235
0,69
181
90
18
-3
17,7
18,9
0,189
0,35
182
100
32
-3
11,8
10,9
0,109
0,08
183
85
17
3
23,4
24,5
0,245
0,77
184
87
25
10
20,5
19,0
0,19
0,41
185
90
16
0
22,5
21,0
0,21
0,55
186
98
20
-1
18,9
20,8
0,208
0,45
187
100
20
0
20,0
21,6
0,216
0,51
188
98
21
4
22,1
21,6
0,216
0,57
189
104
20
-1
20,0
27,8
0,278
0,85
190
100
18
-3
19,6
20,9
0,209
0,47
191
90
20
0
18,0
19,7
0,197
0,38
192
87
22
8
22,6
21,9
0,219
0,59
??
Lanjutan Tabel 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
193
90
15
-1
22,8
23,0
0,23
0,66
194
87
17
-1
19,6
21,0
0,21
0,47
195
100
26
9
21,4
22,5
0,225
0,60
196
96
20
-4
16,7
17,2
0,172
0,27
197
94
18
-2
19,2
20,0
0,2
0,42
198
105
16
0
26,3
27,0
0,27
1,05
199
90
18
-1
19,2
20,0
0,2
0,42
200
100
19
-5
17,5
15,2
0,152
0,22
201
90
19
5
24,3
22,6
0,226
0,68
202
76
16
0
19,0
29,1
0,291
0,88
203
66
10
-10
15,2
21,2
0,212
0,38
204
90
18
-1
19,2
21,0
0,21
0,46
205
83
30
-5
10,1
20,4
0,204
0,23
206
110
29
5
17,5
16,5
0,165
0,26
207
105
30
5
16,0
17,4
0,174
0,27
208
95
28
6
16,2
17,6
0,176
0,28
209
79
25
5
14,8
13,3
0,133
0,14
210
98
20
1
20,4
22,2
0,222
0,55
211
99
20
1
20,6
19,0
0,19
0,41
212
97
31
0
12,5
13,8
0,138
0,13
213
95
23
4
19,2
18,3
0,183
0,35
214
105
18
2
25,8
22,8
0,228
0,74
215
100
20
7
28,6
26,1
0,261
1,07
216
90
28
8
16,4
17,2
0,172
0,27
217
100
22
2
19,6
21,8
0,218
0,51
218
98
25
5
18,6
20,7
0,207
0,44
219
94
19
-1
19,0
20,9
0,209
0,46
220
90
21
1
17,8
15,3
0,153
0,23
221
90
25
9
20,3
25,6
0,256
0,73
222
66
16
3
19,4
21,3
0,213
0,48
223
78
17
5
24,3
25,9
0,259
0,90
224
74
15
4
25,5
24,2
0,242
0,82
225
87
20
7
24,6
23,8
0,238
0,77
226
97
17
-5
18,5
20,6
0,206
0,43
227
95
15
0
25,3
27,6
0,276
1,06
228
87
23
4
17,5
18,4
0,184
0,33
229
86
20
5
21,6
20,2
0,202
0,48
230
90
23
-3
14,3
15,9
0,159
0,20
231
90
24
9
21,6
19,7
0,197
0,46
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
232
85
23
-5
12,9
13,7
0,137
0,13
233
88
25
8
18,8
17,4
0,174
0,31
234
82
17
-1
18,4
19,6
0,196
0,39
235
90
15
-2
21,6
22,6
0,226
0,61
236
110
19
-4
19,8
18,6
0,186
0,38
237
100
10
-10
22,0
21,8
0,218
0,57
238
96
26
5
17,3
19,9
0,199
0,38
239
90
25
3
15,8
14,8
0,148
0,19
240
86
20
0
17,2
18,4
0,184
0,32
241
87
15
-10
15,5
16,2
0,162
0,22
242
93
22
-5
14,5
15,8
0,158
0,20
243
65
17
-2
14,1
14,9
0,149
0,17
244
78
20
-2
14,5
15,1
0,151
0,18
245
89
20
-2
16,5
17,9
0,179
0,29
246
93
16
-5
18,7
20,8
0,208
0,44
247
97
19
-10
14,8
15,2
0,152
0,19
248
101
15
-1
25,5
26,7
0,267
1,00
249
89
16
-2
20,2
18,5
0,185
0,38
250 251
110
22
-1
19,3
21,9
0,219
0,51
105
18
-6
18,5
19,8
0,198
0,40
117
16
-7
21,6
22,6
0,226
0,61
117
17
-4
23,0
24,0
0,24
0,73
252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270
90
18
-5
16,5
17,0
0,17
0,26
109
11
-10
22,7
23,5
0,235
0,69
118
14
-5
25,9
26,0
0,26
0,96
85
20
-10
12,7
20,5
0,205
0,29
90
35
-5
9,5
18,0
0,18
0,17
85
30
-6
10,1
23,5
0,235
0,31
70
20
-10
10,7
21,5
0,215
0,27
110
40
-15
9,1
19,5
0,195
0,19
120
45
-5
10,0
16,0
0,16
0,14
90
24
-5
13,1
22,5
0,225
0,36
130
40
-5
12,0
19,5
0,195
0,25
65
20
-5
11,2
24,0
0,24
0,35
90
15
-20
12,6
19,5
0,195
0,26
110
20
-15
14,3
24,5
0,245
0,47
120
20
-15
15,4
19,0
0,19
0,31
90
15
-25
11,5
23,5
0,235
0,35
130
10
-35
14,7
24,0
0,24
0,46
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291
3
4
5
6
7
8
140
25
-20
14,2
23,5
0,235
0,43
140
25
-30
12,4
24,0
0,24
0,39
65
10
-25
10,3
23,3
0,233
0,31
60
10
-20
10,7
26,7
0,267
0,42
80
15
-20
11,4
21,0
0,21
0,28
120
30
-15
12,0
24,7
0,247
0,40
90
20
-20
11,0
25,7
0,257
0,40
60
15
-18
9,5
23,3
0,233
0,28
100
30
-12
10,7
25,2
0,252
0,37
100
30
-20
9,6
22,7
0,227
0,27
100
10
-10
22,0
25,2
0,252
0,77
110
10
-10
24,0
25,3
0,253
0,84
105
10
-30
13,5
23,5
0,235
0,41
103
10
-25
14,6
18,9
0,189
0,29
60
5
-30
10,3
19,3
0,193
0,21
50
10
-25
8,6
17,1
0,171
0,14
100
3
-25
17,9
21,4
0,214
0,45
100
20
-20
12,0
13,4
0,134
0,12
80
3
-25
15,0
6,7
0,067
0,04
95
5
-25
16,0
15,7
0,157
0,22
80
3
-30
13,3
21,3
0,213
0,33
120
20
-30
12,0
19,8
0,198
0,26
100
7
-30
14,1
17,9
0,179
0,25
90
0
-20
22,0
16,5
0,165
0,33
90
15
-25
11,5
19,7
0,197
0,25
100
15
-25
12,5
18,9
0,189
0,25
55
10
-20
10,0
20,2
0,202
0,22
90
20
-15
12,0
16,7
0,167
0,18
103
5
-35
13,8
15,0
0,15
0,17
55
10
-2
19,0
17,8
0,178
0,33
301
60
15
-10
11,2
25,0
0,25
0,38
302
93
15
-25
11,8
25,7
0,257
0,43
303
93
15
-15
14,4
12,1
0,121
0,12
304
90
10
-25
13,1
15,2
0,152
0,17
305
80
30
5
12,0
18,7
0,187
0,23
306
70
20
5
17,3
20,1
0,201
0,38
307
65
15
-5
14,0
20,0
0,2
0,31
308
78
10
-20
13,1
22,8
0,228
0,37
309
80
20
-5
13,6
20,0
0,2
0,30
292 293 294 295 296 297 298 299 300
??
Tabel Lanjutan 7.. 1
2
3
4
5
6
7
8
310
90
25
-5
12,7
16,8
0,168
0,20
311
87
20
-10
12,9
27,4
0,274
0,53
312
89
30
-10
9,9
27,1
0,271
0,40
313
100
25
-10
12,6
24,1
0,241
0,40
314
60
15
-5
13,0
16,9
0,169
0,20
315
100
30
-10
11,0
22,3
0,223
0,30
316
80
20
-15
10,9
15,3
0,153
0,14
317
70
30
-10
8,0
19,0
0,19
0,16
318
69
20
-15
9,6
16,7
0,167
0,15
319
69
15
-10
12,6
20,0
0,2
0,28
320
70
25
5
13,0
13,9
0,139
0,14
321
69
15
-5
14,8
18,1
0,181
0,27
322
90
20
-15
12,0
26,3
0,263
0,46
323
80
30
-10
9,0
13,5
0,135
0,09
324
120
27
-10
14,1
12,0
0,12
0,11
325
75
20
-10
11,3
19,0
0,19
0,22
326
90
25
-15
10,5
22,5
0,225
0,29
327
73
32
-10
7,9
17,5
0,175
0,13
328
64
23
-10
9,0
21,9
0,219
0,24
329
90
20
-19
11,2
17,1
0,171
0,18
330
67
21
-15
9,1
16,5
0,165
0,14
331
80
20
-10
12,0
14,1
0,141
0,13
332
90
23
-10
12,1
24,6
0,246
0,40
333
100
20
-15
13,1
17,8
0,178
0,23
334
89
20
-15
11,9
12,7
0,127
0,11
335
70
30
-10
8,0
24,7
0,247
0,27
336
80
20
-10
12,0
25,0
0,25
0,41
337
60
15
-17
9,6
12,4
0,124
0,08
338
89
20
-17
11,5
23,0
0,23
0,33
339
70
18
-17
9,9
10,0
0,1
0,05
340
60
10
-17
11,4
15,0
0,15
0,14
341
89
27
-10
10,7
16,5
0,165
0,16
342
66
20
-5
11,4
17,5
0,175
0,19
343
90
19
-10
13,8
19,7
0,197
0,29
344
100
30
-13
10,5
18,7
0,187
0,20
345
120
40
-14
9,9
10,9
0,109
0,06
346
100
34
5
13,1
20,8
0,208
0,31
347
60
20
-10
9,3
19,0
0,19
0,19
348
70
26
-5
9,7
12,3
0,123
0,08
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
349
100
30
-10
11,0
23,1
0,231
0,32
350
70
15
-13
11,9
19,0
0,19
0,24
351
91
20
-10
13,5
16,8
0,168
0,21
352
90
10
-20
14,7
20
0,2
0,32
353
70
5
-30
11,4
19,4
0,194
0,24
354
100
15
-20
13,7
22,9
0,229
0,40
355
80
9
-18
14,5
21
0,21
0,35
356
90
20
-21
10,8
15,2
0,152
0,14
357
80
13
-17
12,9
20,2
0,202
0,29
358
100
30
-20
9,6
15
0,15
0,12
359
100
40
10
12,0
26,5
0,265
0,46
360
80
30
3
11,4
11,2
0,112
0,08
361
95
17
-10
15,6
18,9
0,189
0,31
362
90
20
-10
13,3
21,8
0,218
0,35
363
100
25
-10
12,6
20,7
0,207
0,30
364
90
20
-14
12,2
18,1
0,181
0,22
365
100
11
-14
18,2
17,9
0,179
0,32
366
98
12
-9
20,4
21
0,21
0,49
367
92
15
-1
23,3
24,8
0,248
0,79
368
80
18
-2
16,4
19
0,19
0,33
369
85
15
-15
13,3
21,7
0,217
0,35
370
65
15
-10
12,0
25
0,25
0,41
371
90
15
-13
14,7
10,5
0,105
0,09
372
65
15
-10
12,0
20,5
0,205
0,28
373
80
23
-10
10,9
11,5
0,115
0,08
374
65
23
-5
10,0
10,5
0,105
0,06
375
99
15
-10
17,4
19,5
0,195
0,36
376
100
20
-1
19,2
25
0,25
0,66
377
100
19
-1
20,2
19,5
0,195
0,42
378
70
19
-2
13,7
19,7
0,197
0,29
379
70
15
0
18,7
25,8
0,258
0,68
380
60
3
-30
10,9
19
0,19
0,22
381
60
19
-6
10,6
12
0,12
0,08
382
90
19
-1
18,2
19
0,19
0,36
383
70
10
-1
25,8
27,3
0,273
1,06
384
101
12
-5
24,9
26,3
0,263
0,95
385
90
15
-5
19,0
20,6
0,206
0,44
386
80
15
-5
17,0
20,2
0,202
0,38
387
60
20
-1
11,6
13,3
0,133
0,11
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
388
80
3
-33
12,6
20,7
0,207
0,30
389
55
10
-5
16,0
15,1
0,151
0,20
390
40
9
-2
15,3
13,7
0,137
0,16
391
100
15
-3
22,9
23,3
0,233
0,68
392
65
0
-33
11,9
27,2
0,272
0,48
393
70
-5
-40
12,6
28
0,28
0,54
394
80
-10
-50
13,0
15
0,15
0,16
395
70
-10
-45
13,1
33
0,33
0,79
396
65
10
-15
12,8
9,1
0,091
0,06
397
60
5
-15
15,0
12,1
0,121
0,12
398
50
3
-20
12,2
13,1
0,131
0,11
399
20,2
0,202
0,25
90
20
-20
11,0
400
75
20
-15
10,3
30
0,3
0,51
401
110
10
-15
20,0
19,7
0,197
0,43
402
100
10
-10
22,0
20,3
0,203
0,50
403
100
20
-10
14,7
21,4
0,214
0,37
404
90
30
10
16,0
21,0
0,21
0,39
405
100
25
-5
14,0
24,0
0,24
0,44
406
90
18
-35
9,4
20,0
0,2
0,21
407
75
-5
-35
14,7
19,0
0,19
0,29
408
100
10
-40
11,2
18,0
0,18
0,20
409
85
5
-35
12,0
18,7
0,187
0,23
410
100
10
-25
14,3
15,1
0,151
0,18
411
95
15
-20
13,1
21,0
0,21
0,32
412
80
20
-20
10,0
25,0
0,25
0,34
413
95
25
-15
11,0
28,0
0,28
0,47
414
100
17
-30
11,1
17,8
0,178
0,19
415
90
20
-35
9,1
27,0
0,27
0,36
416
90
15
-40
9,5
26,0
0,26
0,35
417
95
25
-40
8,3
24,9
0,249
0,28
418
65
20
-35
7,3
15,0
0,15
0,09
419
80
19
-10
12,4
21,0
0,21
0,30
420
70
20
-20
9,0
19,0
0,19
0,18
421
75
15
-40
8,4
16,0
0,16
0,12
422
110
10
-30
14,0
15,0
0,15
0,17
423
100
5
-30
14,9
20,8
0,208
0,35
424
100
5
-30
14,9
18,7
0,187
0,29
425
100
14
-40
10,4
18,6
0,186
0,20
426
90
10
-40
10,4
25,1
0,251
0,36
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2
3
4
5
6
7
8
427
85
10
-40
10,0
12,3
0,123
0,08
428
110
10
-40
12,0
19,7
0,197
0,26
429
100
15
-30
11,6
15,8
0,158
0,16
430
90
18
-35
9,4
21,4
0,214
0,24
431
80
18
-35
8,7
18,0
0,18
0,15
432
90
10
-35
11,1
20,8
0,208
0,26
433
100
15
-35
10,8
18,0
0,18
0,19
434
110
20
-15
14,3
21,0
0,21
0,35
435
120
30
-5
14,3
12,0
0,12
0,11
436
120
10
-35
13,8
16,9
0,169
0,22
437
100
15
-25
12,5
16,3
0,163
0,18
438
110
20
-20
13,0
16,2
0,162
0,19
439
80
5
-25
14,0
13,9
0,139
0,15
440
70
5
-25
12,7
12,5
0,125
0,11
441
85
10
-20
14,0
21,9
0,219
0,37
442
80
25
-20
8,9
22,8
0,228
0,25
443
100
25
-15
11,5
19,8
0,198
0,25
444
90
15
-20
12,6
19,0
0,19
0,25
445
120
15
-20
16,0
17,0
0,17
0,25
446
110
10
-20
17,3
17,8
0,178
0,30
447
110
20
-10
16,0
19,5
0,195
0,33
448
90
-10
-40
17,3
19,7
0,197
0,37
449
70
-5
-30
16,0
18,0
0,18
0,28
450
90
-10
-50
14,0
13,9
0,139
0,15
451
100
24
-20
10,9
16
0,16
0,15
452
90
21
-17
11,3
20
0,2
0,25
453
69
15
-10
12,6
14,6
0,146
0,15
454
80
20
-5
13,6
25,4
0,254
0,48
455
99
23
-10
13,2
15
0,15
0,16
456
68
20
-8
10,9
13,6
0,136
0,11
457
50
18
-5
9,6
19,7
0,197
0,20
458
100
16
-16
14,5
16,4
0,164
0,21
459
107
32
-20
9,8
15
0,15
0,12
460
89
19
-18
11,6
15,3
0,153
0,15
461
80
23
-19
9,4
14,9
0,149
0,12
462
79
12
-20
12,4
16,5
0,165
0,19
463
68
19
-5
12,2
15,8
0,158
0,17
464
70
29
5
10,8
11,7
0,117
0,08
465
90
30
-5
10,9
11,3
0,113
0,08
??
Tabel Lanjutan 7. 1
2
3
4
466
103
40
467
89
468
70
469
5
6
7
8
10
12,4
12
0,12
0,10
21
-7
13,7
14,4
0,144
0,16
29
10
12,6
14,7
0,147
0,15
86
32
10
13,8
17,8
0,178
0,24
470
70
30
10
12,0
23,2
0,232
0,35
471
76
25
0
12,2
19,8
0,198
0,26
472
62
18
0
13,8
15,5
0,155
0,18
473
90
20
-10
13,3
17,1
0,171
0,21
474
102
18
-10
16,0
23,9
0,239
0,50
475
100
30
-5
12,0
22,3
0,223
0,33
476
76
23
0
13,2
21,7
0,217
0,34
477
67
19
0
14,1
18,3
0,183
0,26
478
100
28
-10
11,6
20,5
0,205
0,27
479
107
25
-10
13,4
18,3
0,183
0,25
480
100
34
-3
11,1
10
0,1
0,06
481
60
16
-10
10,8
17,1
0,171
0,17
482
70
23
-10
9,7
15
0,15
0,12
483
106
30
-10
11,6
16
0,16
0,16
484
73
20
-5
12,5
20
0,2
0,27
485
60
15
-8
11,8
17,9
0,179
0,21
486
89
17
-10
14,7
16,6
0,166
0,22
487
80
20
-13
11,3
29
0,29
0,52
488
83
12
-20
12,9
20
0,2
0,28
489
100
18
-25
11,6
27
0,27
0,47
490
68
10
-19
12,0
20,2
0,202
0,27
491
102
26
-7
13,2
19,4
0,194
0,27
492
90
20
-15
12,0
21
0,21
0,29
493
78
25
-10
10,1
16
0,16
0,14
494
130
-15
-65
15,6
15
0,15
0,19
495
100
20
-10
14,7
15,7
0,157
0,20
496
130
5
-50
13,1
19,5
0,195
0,27
497
110
0
-20
26,0
13,9
0,139
0,28
498
100
10
-25
14,3
18,2
0,182
0,26
499
80
-10
-40
16,0
17,9
0,179
0,28
500
120
0
-35
17,7
14,9
0,149
0,22
???????
???????
??????
?????
?????
????
Total
Rata-Rata
??
Gambar 16. Penggukuran Diameter Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
Gambar 17. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
??
Gambar 18. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
Gambar 19. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
??
Gambar 20. Penggukuran Tinggi Pohon Sungkai (Peronema canescens JACK)
Gambar 21. Peta Wilayah Kerja Rencana Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.