ANALISIS FINANSIAL SISTEM AGROFORESTRI JATI, SUNGKAI DAN RUMPUT GAJAH DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Budi Setiawan dan Abubakar M. Lahjie Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan, Fahutan Unmul, Samarinda
ABSTRACT. Financial Analysis on Agroforestry System of Teak, Sungkai and King Grass in Samboja Subdistrict, Kutai Kartanegara District. The research purposes were to determine volume increment of teak (Tectona grandis Linn. f), sungkai (Peronema canescens Jack.) and king grass (Pennisetum purpureum Schumacher), financial eligibility using analysis of pay back period (PP), net present value (NPV), benefit/cost (B/C) ratio, internal rate of return (IRR) and equivalent annual annuity (EAA) and also to determine farmer financial requirement and to give an interest rate to the farmer to gain maximal advantage using sensitivity analysis. The research resulted that the potency (total of volume and increment) successively for maximal teak was at age of 25 years, i.e super teak was 154.32 m3 and 6.17 m3/ha/year; solomon teak 150.94 m3 and 6.04 m3/ha/year; agroforestry sungkai was 186.95 m3 and 7.48 m3/ha/year; and monoculture sungkai was 158.87 m3 and 6.35 m3/ha/year. According to financial analysis of net present value (NPV), net B/C and IRR at an interest rate of 5%, successively combination of king grass with oxen were Rp21,310,000,-; 1.85 and 57.2%; combination of super teak with papaya were Rp79,961,000,-; 2.31 and 16.6%; monoculture solomon teak were Rp41,502,000,-; 1.49 and 7.3%; combination of sungkai with papaya were Rp10,542,000,-; 1.15 and 14.4%, respectively. While negative monoculture sungkai were Rp19,080,000,-; 0.67 and 2.8% (improper labored). The equivalent annual annuity (EAA) and effort scale successively super teak agroforestry system was Rp5,201,578,- with 10 ha scale effort; monoculture solomon teak was Rp2,699,765,- with 19 ha effort scale; king grass with oxen was Rp4,284,533,- with 12 ha scale effort; while combination of sungkai with papaya was Rp643,818,- with 78 ha scale effort. To avoid the uncertainty, the agroforestry system effort was competent with sensitivity level of 10%. According to the research results, it can be suggested that farmer should manage their farm using the agroforestry system and should choose teak agroforestry as selected crop fundamental compared with sungkai monoculture system to increase maximum earnings. Kata kunci: agroforestri, riap, jati, sungkai, rumput gajah, Kutai Kartanegara
Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu dan lain-lain) dengan tanaman pertanian yang dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran, sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada. Agroforestri diharapkan dapat memecahkan berbagai masalah pengembangan pedesaan dan seringkali sifatnya mendesak. Agroforestri utamanya diharapkan dapat membantu memaksimalkan hasil suatu bentuk penggunaan lahan 13
14
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011
secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup. Pengusahaan jati sistem agroforestri adalah sebagai salah satu alternatif usaha yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di daerah. Usaha ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, karena manfaatnya sangat besar, baik secara ekologis maupun ekonomis. Hasil utama produk jati berupa kayu perkakas mempunyai nilai jual yang tinggi karena kebutuhan akan kayu semakin meningkat dengan pesatnya perkembangan pembangunan daerah, sedangkan pemanfaatan kayu bakar jati sendiri sebagai hasil sampingannya masih kurang. Karakter jati yang dapat tumbuh lebih cepat di Kalimantan dibandingkan di Jawa menjadi daya tarik masyarakat untuk mengembangkannya, di samping sudah banyak dikembangkan varitas jati jenis unggul melalui balai benih, perusahaan dan lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang kehutanan dan perkebunan. Bagi masyarakat awam dikenal bahwa kayu sungkai sekilas memiliki beberapa kemiripan secara fisik dengan kayu jati. Kemampuan tumbuh yang tinggi memungkinkannya untuk dikembangkan secara luas. Produk kayu perkakas merupakan hasil utama dari pengembangan sungkai di samping kayu bakar sebagai hasil sampingan. Pilihan hasil produk kayu jati dan sungkai didasarkan mengingat semakin besarnya kebutuhan masyarakat akan kayu jati dan sungkai yang berkualitas tinggi. Provinsi Kalimantan Timur mempunyai luas lahan kering 2.004.112 ha, di mana seluas 1.031.757 ha berada di Kabupaten Kutai Kartanegara yang pada saat ini belum dikelola secara maksimal. Lahan tersebut bila diberdayakan tentunya akan mempunyai potensi besar untuk membangun pertanian dalam arti luas, baik untuk tanaman pangan, perkebunan maupun kehutanan. Wilayah Samboja yang secara administrasi sebagai bagian dari Kutai Kartanegara dipilih untuk daerah penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi pengembangan usaha sistem agroforestri jati, sungkai dan rumput gajah yang sangat besar. Letak daerah ini juga sangat strategis dengan adanya akses jalur transportasi antar daerah segitiga pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi perkembangannya seperti Samarinda, Kutai Kartanegara dan Balikpapan. Di samping itu sebagian besar wilayah ini berada di areal konservasi hutan dan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto yang mempunyai lahan tidur cukup luas. Tujuan analisis finansial sistem agroforestri jati, sungkai dan rumput gajah ini adalah untuk mengetahui riap volume dari masing-masing jenis tersebut yang diusahakan dengan sistem agroforestri, mengetahui kelayakan finansialnya dengan menggunakan analisis pay back period (PP), net present value (NPV), benefit/cost (B/C) ratio, internal rate of return (IRR) dan equivalent annual annuity (EAA), untuk mengetahui kebutuhan finansial petani dan tingkat bunga yang dapat diberikan kepada petani sehingga layak diusahakan dan mendapatkan keuntungan maksimal keuntungan maksimal dengan menggunakan analisis sensitivitas. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pemilik/swasta tentang potensi investasi sistem agroforestri jati, sungkai dan rumput gajah, sebagai bahan pertimbangan dalam membangun dan pengembangan fasilitas yang dibutuhkan berdasarkan kesesuaian
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
15
wilayah terhadap suatu kegiatan investasi sistem agroforestri, diketahuinya pelaksanaan sistem agroforestri yang baik dan mendapatkan keuntungan maksimal berdasarkan pertimbangan finansial serta sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengelolaan investasi manajemen sistem agroforestri jati, sungkai dan rumput gajah di masa mendatang. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kebun agroforestri dan monokultur milik Bapak Suwadji Desa Sungai Merdeka Km 38 Kecamatan Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yakni bulan Juni sampai dengan September 2010, yang meliputi persiapan penelitian, pengambilan data primer dan sekunder. Objek utama yang ditelaah dalam penelitian ini adalah usaha pengelolaan lahan sistem agroforestri dengan komposisi tegakan jati super umur 7 tahun, jarak tanam 10x2 m, populasi 500 pohon dan rumput gajah umur 1 tahun, jati solomon monokultur jarak tanam 10x10 m umur 4 tahun 95 pohon, sungkai umur 4 tahun jarak tanam 2x4 m 1100 pohon dan pepaya umur 1 tahun jarak tanam 4x4 m 580 pohon dan sungkai monokultur umur 4 tahun jarak tanam 4x4 m. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, kuesioner dan format isian, tape recorder, kompas Suunto, meteran 50 m, clinometer Suunto, tongkat ukur, GPS (global positioning system), kamera foto dan video untuk merekam kegiatan dan objek observasi, terutama objek-objek penting yang diseleksi dan ditampilkan dalam hasil penelitian ini. Jenis data penelitian yang dikumpulkan meliputi data primer yang dihasilkan dari penelitian dan pengamatan langsung pada objek penelitian meliputi pelaksanaan pengelolaan lahan seperti input-input terkendali meliputi biaya benih, pupuk, obatobatan, tenaga kerja dan sarana produksi yang lainnya, besarnya produksi masingmasing tanaman, potensi tegakan jati super dan rumput gajah, potensi tegakan sungkai dan pepaya, potensi tegakan monokultur sungkai dan jati solomon serta data sekunder yaitu data atau informasi yang telah disajikan dalam bentuk tulisan atau dokumentasi berupa data statistik maupun hasil penelitian yang diperoleh dari dinas/instansi atau lembaga yang terkait dalam keperluan penelitian. Data yang telah diperoleh dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut: a. Payback Periods. Merupakan jangka waktu periode yang diperlukan untuk membayar kembali (mengembalikan) semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Payback periods = Biaya modal yang ditanamkan / Biaya bersih rataan per tahun b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Adalah perbandingan antara Present Value dari Net Benefit yang positif (+) dengan Present Value dari Net Benefit yang negatif. Net B/C = (P.V. Net Benefit (+) / (P.V. Net Benefit (-) Formula secara matematis Net B/C dapat ditulis sebagai berikut:
16
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011
Net B/C =
n
Bt Ct Kt ( 1 i )t t 1 n Bt Ct tKt ( 1 i ) t 1
( ) ( )
Keterangan: Bt = benefit bersih pada waktu pengusahaan tahun t. Ct = cost bersih dalam pengusahaan tahun t. Kt = investasi pada awal tahun ke-0. n = umur ekonomis waktu pengusahaan (rotasi). i = suku bunga (nilai discount rate) c. Net Present Worth (NPW) atau Net Present Value (NPV). Selisih antara Present Value Benefit dengan Net Present Value dari Cost, dengan demikian: NPV = P.V Benefit – P.V Cost (NPV = B – C) Keterangan: B = benefit yang sudah di-present value-kan C = cost yang sudah di-present valuekan. Dalam analisis proyek NPV dapat diformulasikan secara matematis sebagai berikut: NPV = [-Kt {(B1-C1}/{(1+i)t}] + [{(B2-C2}/{(1+i)t}] + ..... + [{(Bn-Cn}/{(1+i)n}] n NPV [ Bt Ct tKt ] t 1 (1i ) Keterangan: Kt = kapital yang digunakan pada periode investasi B1, B2, ...Bn = penerimaan pada tahun ke-1 sampai tahun ke-n C1, C2, ... Cn = pengeluaran pada tahun ke-1 sampai tahun ke-n. i = suku bunga (discount rate) d. Internal Rate of Return (IRR). Adalah discount rate yang dapat membuat besarnya the Net Present Value proyek sama dengan nol (NPV = 0), atau dapat membuat Benefit Cost Ratio sama dengan satu (B/C = 1). Formula di dalam analisis proyek, IRR dihitung sebagai berikut: NPV = [-Kt{(B1-C1}/{(1+i)t}] + [{(B2-C2}/{(1+i)t}] + .... + [{(Bn-Cn}/{(1+i)n}] n Bt Ct Kt ] IRR [ t 1 (1 r )t r = internal rate of return Untuk mencari besarnya r yang tepat, digunakan rumus interpolasi IRR sebagai berikut: Discount NPV dariDF Terendah Selisih IRR = Factor Selisih NPV antara DF ( ) dan( ) Terendah IRR =
' i' NPVNPV ' NPV " i 'i"
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
17
i' = discount faktor terendah. i" = discount faktor yang lebih tinggi. NPV' = net present value positif (+). NPV" = net present value negatif (-) e. Equivalent Annual Annuity (EAA). Digunakan untuk menentukan skala usaha pengelolaan lahan didasarkan pada kebutuhan rata-rata kepala keluarga per tahun (5 jiwa/kepala keluarga) dengan pendapatan rata-rata bersih per tahun per hektar yang setara nilai. Formula yang digunakan dalam menghitung EAA yaitu: EAA = NPV x {i / 1 - (1 + i) - n} i = tingkat bunga. n = lamanya periode waktu HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Finansial Pengusahaan Jati dan Sungkai dengan Sistem Agroforestri dan Monokultur Pengusahaan tegakan jati dan sungkai yang dibahas pada bab ini meliputi biaya yang pernah dikeluarkan, prediksi biaya sampai akhir daur, estimasi pertumbuhan riap pohon, harga rumput dan pepaya per kilogram, harga kayu jati dan sungkai per meter kubik berdasarkan asumsi-asumsi sebagai berikut: i) daur estimasi tegakan jati adalah 30 tahun dan riap maksimal pada umur 25 tahun, ii) daur estimasi tegakan sungkai adalah 30 tahun dan riap maksimal pada umur 25 tahun, iii) biaya pengusahaan jati dan sungkai berdasarkan Hari Orang Kerja (HOK) yang dibutuhkan, iv) upah tenaga kerja per hari adalah Rp50.000,-/HOK. Estimasi produksi (fisik) ditentukan berdasarkan daur, kelas diameter serta total volume jati dan sungkai. Harga kayu dan produk berdasarkan harga yang berlaku di pasaran yaitu jati Rp3.000.000,-/m3, sungkai Rp500.000,-/m3, rumput gajah Rp300,/kg dan pepaya Rp3.000,-/kg. Untuk memudahkan perhitungan analisis finansial, dimasukkan biaya-biaya yang dikeluarkan maupun prediksi biaya yang pernah dikeluarkan sampai akhir daur. Biaya-biaya ini dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya selalu tetap (constant) dan tidak dipengaruhi oleh jumlah volume produksi yang dihasilkan. Komponen biaya tetap dalam pengusahaan jati dan sungkai adalah sebagai berikut: perencanaan, pajak bumi dan bangunan, pondok jaga, upah tenaga kerja. Biaya tidak tetap adalah biaya yang jumlahnya akan berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya tidak tetap dalam pengusahaan kegiatan ini berbeda untuk tiap-tiap kegiatan, dengan rincian biaya setiap hektarnya seperti: persiapan lahan, pengadaan bibit dan pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam dan penanaman, penyulaman, pemeliharaan, penyiangan, pemupukan, peralatan dan pemanenan. Potensi Tegakan Jati Super yang Dikombinasikan dengan Rumput Jarak tanam pengusahaan jati super adalah 10x2 m atau 500 pohon/ha. Produksi tegakan jati super ditabulasikan pada Tabel 1.
18
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011 Tabel 1. Riap Volume Tegakan Jati Super yang Dikombinasikan dengan Rumput Gajah
TPst MAIst CAIst Umur n d h 3 3 3 (tahun) (pohon) (cm) (m) (m /ha) (m /ha/thn) (m /ha/thn) 2 500 7,0 4,0 5,39 2,69 4 460 11,0 5,0 14,42 3,60 4,52 7 400 21,0 5,5 30,46 4,35 5,35 10 350 24,6 6,0 49,88 4,99 6,47 15 300 30,0 7,0 89,02 5,93 7,83 20 250 34,7 8,0 122,88 6,14 6,77 25 200 39,5 9,0 154,32 6,17 6,29 30 150 45,0 10,0 178,83 5,96 4,90 n = jumlah individu pohon. TPst = total volume. MAI = mean annual increment. CAI = current annual increment. d = diameter. h = tinggi
Pada Tabel 1 terlihat, bahwa pengurangan jumlah pohon menunjukkan pertambahan riap diameter dan riap volume sampai pada umur 25 tahun dan setelah umur 25 tahun pengurangan jumlah pohon kurang berpengaruh terhadap riap ratarata tahunan (MAI) untuk tegakan tinggal (standing stock). Ini menunjukkan, bahwa MAI untuk tegakan tinggal jati super pada umur 25 tahun ke-30 tahun mengalami penurunan dari 6,17 m3/ha/thn menjadi 5,96 m3/ha/thn. Riap maksimal pada tahun ke-25 adalah sebesar 6,17 m3/ha dengan diameter sebesar 39,5 cm. Potensi Tegakan Jati Solomon Jarak tanam pengusahaan jati solomon adalah 10x10 m atau 100 pohon/ha. Produksi tegakan jati solomon dapat ditabulasikan seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Volume Riap Tegakan Jati Solomon secara Monokultur Umur (tahun) 2 4 8 10 15 20 25 30
n (pohon) 95 90 81 77 74 70 66 63
d (cm) 10,0 18,5 28,7 32,6 40,8 47,2 52,6 53,6
h (m) 7,6 8,0 9,2 10,1 11,3 12,8 13,5 14,4
TPst 3 (m /ha) 4,08 14,12 35,66 48,66 83,05 120,66 150,94 161,63
MAIst 3 (m /ha/thn) 2,04 3,53 4,46 4,87 5,54 6,03 6,04 5,39
CAIst 3 (m /ha/thn) 5,02 5,38 6,50 6,88 7,52 6,06 2,14
Pada tabel tersebut terlihat, bahwa pengurangan jumlah pohon menunjukkan pertambahan riap diameter dan riap volume sampai pada umur 25 tahun dan setelah umur 25 tahun pengurangan jumlah pohon kurang berpengaruh terhadap MAI untuk tegakan tinggal. Ini menunjukkan bahwa MAI untuk tegakan tinggal jati solomon pada umur 25 tahun ke 30 tahun mengalami penurunan dari 6,04 m3/ha menjadi 5,39 m3/ha. Riap maksimal pada tahun ke 25 adalah sebesar 6,04 m3/ha dengan diameter sebesar 52,6 cm.
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
19
Potensi Tegakan Sungkai yang Dikombinasikan dengan Pepaya Jarak tanam pengusahaan sungkai adalah 4x2 m atau 1250 pohon/ha. Produksi tegakan sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3. Riap Volume Tegakan Sungkai yang Dikombinasikan dengan Pepaya Umur (tahun) 2 4 8 10 15 20 25 30
n (pohon) 1100 1050 1070 1010 1000 750 500 350
d (cm) 6,4 8,4 11,4 12,3 15 20,2 25,6 30
h (m) 3,2 4,2 5,0 6,0 7,0 8,0 9,2 10,2
TPst 3 (m /ha) 8,26 18,08 40,93 54,70 95,20 149,91 186,95 201,78
MAIst 3 (m /ha/thn) 4,13 4,52 5,12 5,47 6,35 7,50 7,48 6,73
CAIst 3 (m /ha/thn) 4,91 5,71 6,88 8,10 10,94 7,41 2,96
Pada Tabel 3 terlihat, bahwa pengurangan jumlah pohon menunjukkan pertambahan riap diameter dan riap volume sampai pada umur 25 tahun, setelah umur 25 tahun pengurangan jumlah pohon kurang berpengaruh terhadap MAI untuk tegakan tinggal. Ini menunjukkan bahwa MAI untuk tegakan tinggal sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya pada umur 25 tahun ke 30 tahun mengalami penurunan dari 7,48 m3/ha/thn menjadi 6,73 m3/ha/thn. Riap maksimal sebesar 7,48 m3/ha dicapai pada umur 25 tahun dengan diameter sebesar 25,6 cm. Potensi Tegakan Sungkai yang Ditanam secara Monokultur Jarak tanam pengusahaan sungkai adalah 4x4 m atau 625 pohon/ha. Produksi tegakan sungkai yang ditanam secara monokultur ditampilkan pada Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat, bahwa pengurangan jumlah pohon menunjukkan pertambahan riap diameter dan riap volume sampai pada umur 20 tahun dan setelah umur 20 tahun pengurangan jumlah pohon kurang berpengaruh terhadap MAI untuk tegakan tinggal. Ini menunjukkan bahwa MAI untuk tegakan tinggal sungkai yang ditanam secara monokultur pada umur 25 tahun ke 30 tahun mengalami penurunan dari 6,35 m3/ha/thn menjadi 6,14 m3/ha/thn. Riap maksimal sebesar 6,35 m3/ha/thn dicapai pada umur 25 tahun dengan diameter sebesar 24,2 cm. Tabel 4. Riap Volume Tegakan Sungkai yang Ditanam secara Monokultur Umur (tahun) 2 4 8 10 15 20 25 30
n (pohon) 570 550 480 450 400 380 340 280
d (cm) 6 8,3 12,5 14,4 18,9 21,7 24,2 27,5
h (m) 7,0 8,0 9,3 10,0 11,0 12,0 13,2 14,2
TPst 3 (m /ha) 8,01 17,13 39,97 54,20 92,54 128,11 158,87 184,11
MAIst 3 (m /ha/thn) 4,00 4,28 5,00 5,42 6,17 6,41 6,35 6,14
CAIst 3 (m /ha/thn) 4,56 5,71 7,12 7,67 7,11 6,15 5,05
20
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011
Produksi Rumput Gajah dan Pepaya Pengusahaan rumput gajah dan pepaya yang dikombinasikan dengan tanaman kehutanan dalam kegiatan agroforestri menghasilkan produksi yang berbeda. Rumput gajah yang dikombinasikan dengan jati super menghasilkan produksi selama 4 kali yaitu tahun ke nol, satu, dua dan tiga, yang mana rumput dipanen setiap umur 50 hari dengan jarak tanam 30x30 cm. Produksi rumput berturut-turut mulai tahun ke nol, satu, dua dan tiga adalah 80, 95, 105 dan 80 ton/ha/thn dengan harga jual Rp300,-/kg, sedangkan pengusahaan pepaya yang dikombinasikan dengan sungkai dapat dipanen setiap 8 bulan sekali dalam 1 tahun. Dalam satu hektar ratarata pepaya yang berproduksi sebanyak 20 hingga 40 pohon, dalam satu pohon ratarata berat pepaya adalah 2 kg, yang mana pepaya ditanam hanya 3 tahun saja dengan jumlah produksi pada tahun pertama, kedua dan ketiga sebesar 12,1, 13,97 dan 10,63 ton/ha/thn dengan harga jual sebesar Rp3.000,-/kg. Analisis Finansial Pengusahaan Jati Super yang Dikombinasikan dengan Rumput Gajah Aliran kas tegakan jati super yang dikombinasikan dengan rumput gajah menunjukkan, bahwa biaya total untuk keseluruhan kegiatan penanaman jati selama 25 tahun adalah sebesar Rp327.392.000,- dan pendapatan kotornya sebesar Rp618.061.000,-, maka usaha tersebut mempunyai nilai manfaat (B/C ratio) sebesar 1,9. Tegakan jati dijarangi pada umur 15 tahun sebesar 89,02 m3 dengan harga Rp500.000,-/m3, panen antara pada umur 20 tahun sebanyak 122,88 m3 dengan harga Rp1.000.000,-/m3, sedangkan kayu jati super yang dijadikan kayu bakar yang berasal dari penjarangan, panen antara dan panen total seharga Rp100.000,-/m3. Kayu jati super siap dipanen pada umur 25 tahun dengan total volume kayu sebesar 154,32 m3 dengan harga Rp3.000.000,-/m3. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan, bahwa pada tingkat bunga 5%, net present value (NPV) dan net B/C adalah sebesar Rp79.961.000,- dan 2,31 (Tabel 5). Pernyataan ini diperkuat oleh analisis model internal rate of return (IRR) dengan nilai 16,6%. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa tegakan jati super yang dikombinasikan dengan rumput gajah pada tingkat bunga 5% layak untuk diusahakan karena nilainya positif dan lebih besar dari minimum accestability rate (MAR = 5%). Tabel 5. Analisis Finansial Pengusahaan Jati Super dengan Rumput Gajah di Kabupaten Kutai Kartanegara (xRp1.000)
Net present value Tahun Cost Benefit Net Akum. Discounted net benefit kebenefit NB 5% 10% 15% 5% 10% 15% 0 38610 24000 -14610 -14610 -14610 -14610 -14610 -14610 -14610 -14610 1 19360 28500 9140 -5470 8705 8309 7948 -5905 -6301 -6662 2 19835 31500 11665 6195 10580 9640 8820 4675 3340 2158 3 18210 24000 5790 11985 5002 4350 3807 9677 7690 5965 4 4132 0 -4132 7854 -3399 -2822 -2362 6278 4868 3603
Net B/C ratio 5% 0,00 0,60 1,32 1,66 1,35
10% 0,00 0,57 1,23 1,53 1,28
IRR 15% (%) 0,00 0,54 1,15 26,0 1,41 39,9 1,21 33,0
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
21
Tabel 5 (lanjutan)
Tahun ke5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Net benefit 0 -7440 0 -4110 0 -4204 0 -4110 0 -4110 0 -7298 0 -4110 0 -4110 0 -4110 0 -4110 37388 21234 0 -4060 0 -4060 0 -4060 0 -4060 100762 69084 0 -4060 0 -4060 0 -4060 0 -4060 371911 272689
Cost Benefit 7440 4110 4204 4110 4110 7298 4110 4110 4110 4110 16154 4060 4060 4060 4060 31678 4060 4060 4060 4060 99222
Akum. NB 414 -3697 -7901 -12011 -16121 -23418 -27528 -31638 -35748 -39858 -18624 -22684 -26744 -30804 -34864 34219 30159 26099 22039 17979 290669
Discounted net benefit -5829 -3067 -2988 -2782 -2649 -4480 -2403 -2289 -2180 -2076 10214 -1860 -1771 -1687 -1607 26037 -1457 -1388 -1322 -1259 80526
-4620 -2320 -2157 -1917 -1743 -2814 -1441 -1310 -1191 -1082 5083 -884 -803 -730 -664 10269 -549 -499 -453 -412 25168
-3699 -1777 -1580 -1344 -1168 -1804 -883 -768 -668 -581 2610 -434 -377 -328 -285 4221 -216 -188 -163 -142 8284
Net present value 448 -2618 -5606 -8388 -11037 -15517 -17920 -20209 -22389 -24464 -14251 -16111 -17882 -19569 -21176 4861 3404 2016 694 -565 79961
248 -2072 -4229 -6146 -7890 -10703 -12144 -13453 -14644 -15726 -10643 -11526 -12330 -13060 -13724 -3455 -4003 -4502 -4956 -5368 19800
-96 -1873 -3453 -4797 -5965 -7769 -8652 -9421 -10089 -10669 -8060 -8494 -8871 -9199 -9484 -5263 -5479 -5667 -5830 -5972 2312
IRR (%) 1,00 13,7 0,92 0,86 0,81 0,78 0,73 0,70 0,69 0,67 0,66 0,74 0,73 0,72 0,72 0,71 0,84 7,1 0,83 6,5 0,83 5,9 0,82 5,3 0,82 4,7 1,07 16,6
Net B/C ratio 1,02 0,90 0,81 0,74 0,69 0,61 0,58 0,55 0,52 0,50 0,71 0,68 0,66 0,64 0,62 1,09 1,06 1,03 1,01 0,99 2,31
1,01 0,91 0,84 0,78 0,74 0,68 0,65 0,62 0,60 0,59 0,72 0,70 0,69 0,68 0,67 0,92 0,90 0,89 0,88 0,88 1,46
Analisis Finansial Pengusahaan Jati Solomon Monokultur Aliran kas tegakan jati solomon meliputi biaya keseluruhan kegiatan penanaman jati solomon selama 25 tahun sebesar Rp272.847.000,- dan pendapatan kotornya sebesar Rp558.222.000,-, maka usaha tersebut mempunyai nilai manfaat (B/C ratio) sebesar 2,0. Tegakan jati dijarangi pada umur 15 tahun sebanyak 83,05 m3 dengan harga Rp500.000,-/m3, panen antara pada umur 20 tahun 120,66 m3 dengan harga Rp1.000.000,-/m3, sedangkan kayu jati solomon yang dijadikan kayu bakar yang berasal dari penjarangan, panen antara dan panen total seharga Rp100.000,-/m3. Kayu jati solomon siap dipanen pada umur 25 tahun atau 30 tahun dengan total volume kayu sebesar 150,94 m3 dengan harga Rp3.000.000,-/m3. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tingkat bunga 5%, nilai NPV dan net B/C sebesar Rp41.502.000,- dan 1,49 (Tabel 6). Pernyataan ini diperkuat oleh analisis model IRR dengan nilai 7,3%. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa tegakan jati solomon yang diusahakan secara monokultur pada tingkat bunga 5% layak untuk diusahakan karena nilainya positif dan lebih besar dari MAR 5%.
22
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011
Tabel 6. Analisis Finansial Pengusahaan Jati Solomon di Kabupaten Kutai Kartanegara (xRp1.000)
Net Akum. Discounted net benefit NB 5% 10% 22300 0 -22300 -22300 -22300 -22300 12510 0 -12510 -34810 -11914 -11373 12510 0 -12510 -47320 -11347 -10339 4110 0 -4110 -51430 -3550 -3088 3132 0 -3132 -54562 -2576 -2139 6440 0 -6440 -61002 -5046 -3999 3110 0 -3110 -64112 -2321 -1756 3204 0 -3204 -67316 -2277 -1644 3110 0 -3110 -70426 -2105 -1451 3110 0 -3110 -73536 -2005 -1319 6298 0 -6298 -79833 -3866 -2428 3110 0 -3110 -82943 -1818 -1090 3110 0 -3110 -86053 -1732 -991 3110 0 -3110 -89163 -1649 -901 3110 0 -3110 -92273 -1571 -819 16396 42356 25959 -66314 12487 6214 3060 0 -3060 -69374 -1402 -666 3060 0 -3060 -72434 -1335 -605 3060 0 -3060 -75494 -1271 -550 3060 0 -3060 -78554 -1211 -500 20872 61537 40665 -37889 15326 6045 3060 0 -3060 -40949 -1098 -413 3060 0 -3060 -44009 -1046 -376 3060 0 -3060 -47069 -996 -342 3060 0 -3060 -50129 -949 -311 118826 454329 335503 285374 99075 30966
Tahun Cost ke0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Benefit
benefit 15% -22300 -10878 -9459 -2702 -1790 -3202 -1345 -1205 -1017 -884 -1557 -668 -581 -505 -440 3190 -327 -284 -247 -215 2485 -163 -141 -123 -107 10192
Net present value 5% 10% 15% -22300 -22300 -22300 -34214 -33673 -33178 -45561 -44012 -42638 -49112 -47099 -45340 -51688 -49238 -47130 -56734 -53237 -50332 -59055 -54993 -51677 -61332 -56637 -52881 -63437 -58088 -53898 -65441 -59407 -54782 -69307 -61834 -56339 -71126 -62925 -57007 -72857 -63915 -57588 -74507 -64816 -58094 -76078 -65635 -58533 -63591 -59421 -55343 -64992 -60087 -55670 -66328 -60692 -55955 -67599 -61243 -56202 -68810 -61743 -56417 -53484 -55698 -53932 -54582 -56112 -54095 -55628 -56488 -54236 -56625 -56829 -54359 -57573 -57140 -54466 41502 -26175 -44274
Net 5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,16 0,16 0,16 0,16 0,15 0,34 0,34 0,33 0,33 0,33 1,49
B/C ratio IRR 10% 15% (%) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,09 0,05 0,09 0,05 0,09 0,05 0,09 0,05 0,09 0,05 0,18 0,10 0,18 0,09 0,18 0,09 0,18 0,09 0,18 0,09 0,62 0,26 7,3
Analisis Finansial Pengusahaan Sungkai yang Dikombinasikan dengan Pepaya Aliran kas tegakan sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya meliputi biaya keseluruhan kegiatan penanaman sungkai selama 25 tahun sebesar Rp272.847.000,dan pendapatan kotornya Rp558.222.000,-, maka usaha tersebut mempunyai B/C Ratio sebesar 1,2. Tegakan sungkai dijarangi pada umur 15 tahun sebanyak 95,2 m3 dengan harga Rp200.000,-/m3, panen antara pada umur 20 tahun sebesar 149,91 m3 dengan harga Rp300.000,-/m3, sedangkan kayu sungkai yang dijadikan kayu bakar yang berasal dari penjarangan, panen antara dan panen total seharga Rp100.000,-/m3. Kayu sungkai siap dipanen pada umur 25 tahun dengan total volume kayu sebesar 186,95 m3 dengan harga Rp500.000,-/m3. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan, bahwa pada tingkat bunga 5%, NPV dan net B/C adalah sebesar Rp10.542.000,- dan 1,15 (Tabel 7). Pernyataan ini diperkuat dengan analisis model IRR dengan nilai
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
23
14,4%. Hasil tersebut menunjukan, bahwa tegakan sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya pada tingkat bunga 5% layak untuk diusahakan karena nilainya positif dan lebih besar dari MAR 5%. Tabel 7. Analisis Finansial Pengusahaan Sungkai yang Dikombinasikan dengan Pepaya di Kabupaten Kutai Kartanegara (xRp1.000)
Tahun Cost ke0 22635 1 21145 2 21917 3 19940 4 4129 5 7440 6 4110 7 4110 8 4127 9 4110 10 7222 11 4110 12 4110 13 4110 14 4110 15 10806 16 4060 17 4060 18 4060 19 4060 20 15782 21 4060 22 4060 23 4060 24 4060 25 25313
Benefit 0 36300 41910 31900 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19992 0 0 0 0 46472 0 0 0 0 95345
Net benefit -22635 15155 19993 11960 -4129 -7440 -4110 -4110 -4127 -4110 -7222 -4110 -4110 -4110 -4110 9186 -4060 -4060 -4060 -4060 30690 -4060 -4060 -4060 -4060 70032
Akum. NB -22635 -7480 12513 24473 20344 12904 8794 4684 557 -3553 -10775 -14885 -18995 -23105 -27215 -18029 -22089 -26149 -30209 -34269 -3579 -7639 -11699 -15759 -19819 50213
Discounted net 5% 10% -22635 -22635 14433 13777 18134 16523 10331 8986 -3397 -2820 -5829 -4620 -3067 -2320 -2921 -2109 -2793 -1925 -2649 -1743 -4434 -2784 -2403 -1441 -2289 -1310 -2180 -1191 -2076 -1082 4419 2199 -1860 -884 -1771 -803 -1687 -730 -1607 -664 11567 4562 -1457 -549 -1388 -499 -1322 -453 -1259 -412 20681 6464
benefit 15% -22635 13178 15118 7864 -2361 -3699 -1777 -1545 -1349 -1168 -1785 -883 -768 -668 -581 1129 -434 -377 -328 -285 1875 -216 -188 -163 -142 2127
Net present value 5% 10% 15% -22635 -22635 -22635 -8202 -8858 -9457 9933 7665 5661 20264 16651 13525 16867 13831 11164 11038 9211 7465 7971 6891 5688 5050 4782 4143 2257 2857 2794 -393 1114 1626 -4826 -1670 -160 -7230 -3111 -1043 -9518 -4421 -1811 -11698 -5611 -2479 -13774 -6693 -3060 -9355 -4494 -1931 -11215 -5378 -2365 -12986 -6181 -2742 -14673 -6911 -3070 -16280 -7575 -3356 -4713 -3013 -1480 -6170 -3562 -1696 -7558 -4061 -1884 -8880 -4514 -2047 -10139 -4926 -2189 10542 1537 -61
Net 5% 0,00 0,64 1,44 1,90 1,65 1,35 1,23 1,13 1,06 0,99 0,90 0,86 0,82 0,79 0,76 0,83 0,81 0,78 0,76 0,74 0,93 0,91 0,89 0,87 0,85 1,15
B/C ratio 10% 15% 0,00 0,00 0,61 0,58 1,34 1,25 1,74 1,60 1,54 1,45 1,31 1,26 1,21 1,19 1,14 1,13 1,08 1,08 1,03 1,05 0,96 1,00 0,93 0,97 0,90 0,95 0,88 0,94 0,85 0,92 0,90 0,95 0,89 0,94 0,87 0,93 0,86 0,92 0,85 0,92 0,94 0,96 0,93 0,96 0,92 0,95 0,91 0,95 0,90 0,95 1,03 1,00
IRR (%)
33,2 49,6 46,2 41,2 38,8 36,7 6,0 15,9
14,4
Analisis Finansial Pengusahaan Sungkai secara Monokultur Aliran kas tegakan sungkai meliputi biaya total untuk keseluruhan kegiatan penanaman sungkai selama 25 tahun sebesar Rp96.021.000,- dan pendapatan kotornya sebesar Rp140.171.000,-, maka usaha tersebut mempunyai nilai manfaat B/C ratio sebesar 1,5. Tegakan sungkai dijarangi pada umur 15 tahun sebanyak 92,54 m3 dengan harga Rp200.000,-/m3, panen antara pada umur 20 tahun 128,11 m3 dengan harga Rp300.000,-/m3, sedangkan kayu sungkai yang dijadikan kayu bakar yang berasal dari penjarangan, panen antara dan panen total seharga Rp100.000,-/m3.
24
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011
Kayu sungkai siap dipanen pada umur 25 tahun dengan total volume kayu sebesar 158,87 m3 dengan harga Rp500.000,-/m3. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tingkat bunga 5%, NPV dan net B/C sebesar negatif Rp19.080.000,- dan 0,67 (Tabel 8). Pernyataan ini diperkuat dengan analisis model IRR dengan nilai 2,8%. Hasil tersebut menunjukkan, bahwa tegakan sungkai yang diusahakan secara monokultur pada tingkat bunga 5% tidak layak untuk diusahakan karena nilainya negatif dan lebih kecil dari MAR 5%. Tabel 8. Analisis Finansial Sungkai yang Diusahakan secara Monokultur di Kabupaten Kutai Kartanegara (xRp1.000)
Tahun Cost ke0 20410 1 11191 2 11560 3 2010 4 1068 5 4340 6 1010 7 1010 8 1048 9 1010 10 4147 11 1010 12 1010 13 1010 14 1010 15 5967 16 960 17 960 18 960 19 960 20 7592 21 960 22 960 23 960 24 960 25 11938
Net benefit 0 -20410 0 -11191 0 -11560 0 -2010 0 -1068 0 -4340 0 -1010 0 -1010 0 -1048 0 -1010 0 -4147 0 -1010 0 -1010 0 -1010 0 -1010 19433 13466 0 -960 0 -960 0 -960 0 -960 39714 32122 0 -960 0 -960 0 -960 0 -960 81024 69086
Benefit
Akum. NB -20410 -31601 -43161 -45171 -46239 -50579 -51589 -52599 -53647 -54657 -58803 -59813 -60823 -61833 -62843 -49377 -50337 -51297 -52257 -53217 -21095 -22055 -23015 -23975 -24935 44150
Discounted net 5% 10% -20410 -20410 -10658 -10174 -10485 -9554 -1736 -1510 -879 -729 -3401 -2695 -754 -570 -718 -518 -709 -489 -651 -428 -2546 -1599 -591 -354 -562 -322 -536 -293 -510 -266 6478 3224 -440 -209 -419 -190 -399 -173 -380 -157 12106 4775 -345 -130 -328 -118 -313 -107 -298 -97 20401 6376
benefit 15% -20410 -9732 -8741 -1322 -611 -2158 -437 -380 -342 -287 -1025 -217 -189 -164 -143 1655 -103 -89 -78 -67 1963 -51 -44 -39 -34 2099
Net present value 5% 10% 15% -20410 -20410 -20410 -31068 -30584 -30142 -41554 -40138 -38883 -43290 -41648 -40204 -44169 -42377 -40815 -47569 -45072 -42973 -48323 -45642 -43409 -49041 -46160 -43789 -49750 -46649 -44131 -50401 -47077 -44418 -52946 -48676 -45443 -53537 -49030 -45660 -54099 -49352 -45849 -54635 -49644 -46013 -55145 -49910 -46156 -48667 -46687 -44501 -49107 -46896 -44604 -49526 -47085 -44693 -49925 -47258 -44771 -50305 -47415 -44838 -38198 -42640 -42875 -38543 -42770 -42926 -38871 -42888 -42971 -39184 -42995 -43009 -39481 -43093 -43043 -19080 -36716 -40944
Net 5% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,12 0,12 0,12 0,11 0,11 0,33 0,33 0,32 0,32 0,32 0,67
B/C ratio IRR 10% 15% (%) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,06 0,04 0,06 0,04 0,06 0,04 0,06 0,04 0,06 0,04 0,16 0,08 0,16 0,08 0,16 0,08 0,16 0,08 0,16 0,08 0,28 0,12 2,8
Analisis Finansial Pengusahaan Rumput yang Gajah Dikombinasikan dengan Sapi Aliran kas rumput gajah yang dikombinasikan dengan sapi meliputi biaya total untuk keseluruhan kegiatan pengusahaan sapi dan rumput gajah selama 3 tahun sebesar Rp986.992.000,- dan pendapatan kotornya sebesar Rp1.017.298.000,-,
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
25
maka usaha tersebut mempunyai nilai manfaat sebesar 1,0. Rumput gajah dipanen mulai umur ke nol hingga tiga tahun dan sapi mulai dijual dagingnya sejak umur 1 tahun hingga 3 tahun. Dari keterangan tersebut dapat dijelaskan bahwa pada tingkat bunga 10%, NPV dan net B/C sebesar Rp21.310.000,- dan 1,85 (Tabel 9). Pernyataan ini diperkuat dengan analisis model IRR dengan nilai 57,2%. Hasil tersebut di atas menunjukkan, bahwa pengusahaan rumput yang dikombinasikan dengan sapi pada tingkat bunga 10% layak untuk diusahakan karena nilainya positif dan lebih besar dari MAR 5%. Tabel 9. Pengusahaan Rumput Gajah yang Dikombinasikan dengan Sapi (xRp1.000)
Tahun ke0 1 2 3
Cost
Benefit
48970 24000 371672 392219 314520 334599 251830 266479
Net benefit -24970 20547 20079 14649
Akum. NB -24970 -4423 15656 30306
Discounted net 5% 10% -24970 -24970 18679 17123 16594 13944 11006 8478
benefit 15% -24970 15806 11881 6668
Net present value 5% 10% 15% -24970 -24970 -24970 -6291 -7847 -9164 10304 6097 2717 21310 14574 9385
Net B/C ratio IRR 5% 10% 15% (%) 0,75 0,69 0,63 1,41 1,24 1,11 39,8 1,85 1,58 1,38 57,2
Secara garis besar analisis finansial tegakan yang diusahakan secara agroforestri dan monokultur dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Rekapitulasi Analisis Finansial Tegakan yang Diusahakan secara Agroforestri dan Monokultur Tegakan PP (tahun) Jati super + rumput 18,5 Jati solomon monokultur 24,2 Rumput + sapi 3 Sungkai + pepaya 24,1 Sungkai monokultur 24,4
NPV (Rp) 79.961.000 41.502.000 21.310.000 10.542.000 (19.080.000)
Net B/C 2,31 1,49 1,85 1,15 0,67
EAA (Rp) IRR (%) Skala (ha) 5.201.578 16,6 10 2.699.765 7,3 19 4.284.533 57,2 12 643.818 14,4 78 2,8
Dari Tabel 10 dapat dijelaskan, bahwa dari kelima kegiatan pengusahaan tegakan baik secara monokultur dan agroforestri pada tingkat diskon faktor 5% layak untuk diusahakan sesuai dengan daur umurnya, sedangkan tegakan sungkai yang diusahakan secara monokultur tidak layak diusahakan karena nilai NPV-nya negatif dan net B/C-nya kurang dari 1,0 yang berarti usaha tersebut tidak layak diusahakan dan indikator finansial masing-masing sebagaimana tertulis dalam Tabel 10. Dari keempat pengusahaan tegakan di atas ternyata jati super yang dikombinasikan dengan rumput gajah adalah paling layak diusahakan karena mempunyai nilai finansial yang paling layak di antara kedua jenis tegakan tersebut di atas yaitu tingkat pengembalian modal yang paling cepat, tingkat IRR-nya >10% dan mempunyai skala usaha yang paling sempit; disusul dengan pengusahaan jati solomon secara monokultur dan terakhir pengusahaan sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya, maka jati yang ditanam secara agroforestri cukup layak untuk direkomendasikan kepada petani agar diusahakan di Kabupaten Kutai Kartanegara, sedangkan sungkai yang ditanam secara monokultur tidak layak direkomendasikan,
26
JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 4 (1), APRIL 2011
karena tidak membawa keuntungan (merugi). Rumput yang dikombinasikan dengan sapi yang diusahakan selama 3 tahun pada diskon faktor 10% layak untuk diusahakan dan mempunyai IRR yang lebih besar dari keempat pengusahaan tanaman namun mempunyai skala usaha lebih sempit kedua setelah jati solomon. Analisis Sensitivitas Pengusahaan Jati dan Sungkai Analisis sensitivitas pengusahaan jati dan sungkai dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Rekapitulasi Analisis Sensitivitas Pengusahaan Jati dan Sungkai pada Tingkat Bunga 5% Kombinasi Jati super + rumput Jati solomon monokultur
Biaya naik 10% NPV Net B/C 61.334.000 1,88 27.879.000 1,3
IRR 11,5 6,5
Pendapatan turun 10% NPV Net B/C IRR 53.338.000 1,84 11,1 23.729.000 1,28 6,4
Setelah dilakukan analisis sensitivitas dengan menaikan biaya total sebesar 10%, pendapatan tetap, penurunan pendapatan sebesar 10% dan biaya total tetap ternyata dari Tabel 11 dapat dilihat, bahwa kombinasi usaha agroforestri dan monokultur masih tetap layak untuk diusahakan pada tegakan jati meskipun mengalami kenaikan biaya 10% dan penurunan pendapatan 10%. Hal ini bisa dilihat dari nilai IRR yang lebih besar dari MAR 5%, sedangkan pengusahaan sungkai baik secara agroforestri maupun monokultur dan pengusahaan sapi yang dikombinasikan dengan rumput gajah setelah dilakukan analisis sensitivitas tidak layak untuk diusahakan jika terdapat kenaikan biaya 10% dan penurunan pendapatan sebesar 10%. Namun jika pengusahaan sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya dilakukan simulasi sensitivitas, jika biaya dinaikan sebesar 5% dan pendapatan diturunkan sebesar 5%, ternyata usaha tersebut layak diusahakan pada tingkat bunga 5%. Analisis sensitivitas ini bisa dilakukan hingga kenaikan biaya 15% dan penurunan pendapatan 15% karena masing-masing nilai IRR kombinasi agroforestri jati dan monokultur masih di atas MAR. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Potensi (total volume dan riap) berturut-turut untuk jati maksimal pada umur 25 tahun yaitu untuk jati super sebesar 154,32 m3 dan 6,17 m3/ha/thn, jati solomon 150,94 m3 dan 6,04 m3/ha/thn, sungkai agroforestri sebesar 186,95 m3 dan 7,48 m3/ha/thn, sungkai monokultur sebesar 158,87 m3 dan 6,35 m3/ha/thn Berdasarkan analisis finansial NPV, net B/C dan IRR pada tingkat bunga 5% berturut-turut rumput yang dikombinasikan dengan sapi Rp21.310.000,-, 1,85 dan 57,2%, jati super yang dikombinasikan dengan rumput Rp79.961.000,-, 2,31 dan 16,6%, jati solomon monokultur Rp41.502.000,-, 1,49 dan 7,3%, sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya Rp10.542.000,-, 1,15 dan 14,4%, sedangkan sungkai monokultur negatif Rp19.080.000,-, 0,67 dan 2,8% (tidak layak diusahakan).
Setiawan dan Lahjie (2011). Analisis Finansial Sistem Agroforestri
27
Pendapatan rata-rata tahunan (EAA) dan skala usaha berturut-turut jati super dengan sistem agroforestri adalah Rp5.201.578,- dengan skala usaha 10 ha, jati solomon monokultur sebesar Rp2.699.765,- dengan skala 19 ha, rumput gajah dengan sapi sebesar Rp4.284.533,- dengan skala usaha 12 ha, sedangkan sungkai yang dikombinasikan dengan pepaya sebesar Rp643.818,- dan 78 ha. Sistem agroforestri, baik jati super maupun sungkai dengan tanaman pertanian lebih menguntungkan daripada sistem monokultur. Sistem agroforestri jati super lebih menguntungkan daripada agroforestri sungkai, sedangkan sistem monokultur jati lebih menguntungkan daripada sungkai. Untuk menghindari ketidakpastian usaha akibat dari kenaikan biaya ataupun penurunan pendapatan, usaha dengan sistem agroforestri masih dapat dikatakan layak dengan tingkat sensitivitas sebesar 10%. Saran Sebaiknya petani dalam mengelola lahannya menggunakan sistem agroforestri daripada sistem monokultur, perlu memperhatikan pemilihan tegakan pokok dan kombinasi tanaman agar dapat meningkatkan pendapatan misalnya dalam sistem agroforestri sungkai dan jati, lebih baik memilih sistem agroforestri jati dan sebaiknya tidak mengusahakan jenis tegakan sungkai yang diusahakan secara monokultur. DAFTAR PUSTAKA Arizono, T. 2006. Model-model Manajemen Lahan Hutan dengan Sistem Agroforestri di Kalimantan Timur. Disertasi Doktor Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Kadariah. 1987. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Lahjie, A.M. 2004. Teknik Agroforestri. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Suryana. 2006. Kewirausahaan. Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Salemba Empat, Jakarta.